LAPORAN KINERJA TAHUN 2016

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN KINERJA TAHUN 2016"

Transkripsi

1

2

3 LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 Nomor: LAP-11/D4/2016 Tanggal 30 Desember 2016

4 ii

5 KATA PENGANTAR Sebagai wujud penerapan tata kepemerintahan yang baik (good governance) dan akuntabel serta untuk memenuhi kewajiban sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara (PAN) dan Reformasi Birokrasi (RB) Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, BPKP menyusun Laporan Kinerja (LKj). Untuk mendukung LKj BPKP, Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah menyampaikan LKj dukungan tahun 2016 sebagai bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan program dan kegiatan yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategis Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah BPKP tahun , yang selanjutnya dijabarkan setiap tahunnya dalam dokumen Penetapan Kinerja (Tapkin). Penyusunan LKj didukung dengan sistem pengelolaan data kinerja yang telah dibangun di lingkungan BPKP dengan menggunakan Intergrated Performance Management System (IPMS), sedangkan pengelolaan data keuangan didukung dengan Sistem Akuntansi Instansi (SAI). Selain sebagai media pertanggungjawaban atas mandat yang diemban dan kinerja yang telah ditetapkan, LKj Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah mendukung pencapaian kinerja BPKP yang lebih baik dan diharapkan dapat menjadi media evaluasi untuk peningkatan pencapaian kinerja Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah khususnya dan BPKP pada umumnya. Jakarta, 30 Desember 2016 Deputi Kepala BPKP Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah Dadang Kurnia NIP iii

6 Daftar Isi iv Kata Pengantar iii Daftar Isi iv Ringkasan Eksekutif v BAB I PENDAHULUAN 1 A. Tugas, Fungsi, dan Wewenang Organisasi 1 B. Aspek Strategis Organisasi 2 C. Kegiatan dan Layanan Produk Organisasi 3 D. Struktur Organisasi 5 BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 9 A. RENCANA STRATEGIS B. PERJANJIAN KINERJA BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 18 A. Kerangka Pengukuran Kinerja 18 B. Akuntabilitas Kinerja 19 BAB IV PENUTUP 62 Lampiran 1 Kinerja Sasaran Strategis, Sasaran Program, dan Analisis Efisiensi Penggunaan Dana/ SDM Tahun 2016 Lampiran 2 Perbandingan Realisasi dan Capaian Outcome Tahun 2015 dengan Tahun 2016 Lampiran 3 Capaian Kinerja Kegiatan Lampiran 4 Perbandingan Realisasi dan Capaian Kinerja Kegiatan Tahun 2015 dengan tahun 2016 Lampiran 5 Maturitas SPIP Pemerintah Provinsi Lampiran 6 Maturitas SPIP Pemerintah kabupaten/kota Lampiran 7 Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota Lampiran 8 Register Rekomendasi Strategis

7 RINGKASAN EKSEKUTIF Pengukuran capaian kinerja tahun 2016 merupakan bagian dari penyelenggaraan akuntabilitas kinerja tahunan Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah (PPKD). Sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014, akuntabilitas kinerja menitikberatkan pada pengukuran pencapaian sasaran strategis. Pengukuran capaian kinerja sasaran strategis meliputi identifikasi atas realisasi IKU dan membandingkan dengan targetnya. Analisis lebih mendalam dilakukan terutama terhadap capaian yang di bawah target untuk mengenali faktor penyebab sebagai bahan evaluasi strategi peningkatan kinerja di tahun 2016 untuk penetapan strategi di tahun-tahun berikutnya atau tahun-tahun selanjutnya (performance improvement). Pengukuran pencapaian sasaran strategis, dihitung berdasarkan jumlah IKU yang tercapai dibagi dengan jumlah IKU. Hal ini dilakukan untuk menghindari distorsi perhitungan capaian kinerja sasaran strategis Deputi PPKD. Berdasarkan hasil pengukuran kinerja, realisasi pencapaian sasaran strategis dan sasaran program tahun 2016 Deputi PPKD secara ringkas disajikan pada tabel RE 1 dan RE 2. Capaian indikator sasaran strategis dan capaian indikator sasaran program Deputi PPKD pada tahun 2016 masing-masing adalah sebesar 82.66% dan 88.00%. Capaian indikator outcome tersebut merupakan capaian rata-rata atas semua IKU yang secara ringkas disajikan menurut tujuan dan sasaran strategis sebagaimana terlihat pada Tabel RE 1dan RE2 berikut ini: Tabel RE 1 dan RE 2 Ringkasan Capaian Indikator Kinerja Sasaran Strategis No Indikator Kinerja Utama Satuan Capaian (%) Sasaran Strategis 1, Meningkatnya kualitas Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan 1 Indeks Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Program Prioritas Nawa Cita Skala 1-5 NA Sasaran Strategis 2. Meningkatnya Maturitas SPIP 2 Maturitas SPIP Pemerintah Provinsi (Level 3) % Maturitas SPIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 3) % sasaran Strategis 3. Meningkatnya Kapabilitas Pengawasan Intern Pemerintah 4 Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 3) % Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 3) % Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 2) % Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 2) % Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 1) % v

8 No Indikator Kinerja Utama Satuan Capaian (%) 9 Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 1) % RE Sasaran Program 1. Perbaikan Pengelolaan Program Prioritas Nasional dan Pengelolaan Keuangan Negara Bidang Pengawasan Keuangan Daerah 1 Perbaikan Tata Kelola, Manajemen Risiko dan Pengendalian Intern Pengelolaan Program Prioritas Nasional % Sasaran Program 2. Meningkatnya kualitas penerapan SPIP pada peerintah: 2 Maturitas SPIP Pemerintah Provinsi (Level 3) % Maturitas SPIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 3) % Sasaran Program 3. Meningkatnya Kapabilitas Pengawasan Intern Pemerintah: 4 Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 3) % Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 3) % Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 2) % Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 2) % Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 1) % Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 1) % RE Tabel di atas menunjukkan bahwa untuk indikator kinerja sasaran strategis, atas indikator sasaran strategis 1 belum dapat diukur (NA), indikator kinerja sasaran strategis 6 dan 7 telah tercapai sedangkan indikator kinerja sasaran strategis lainnya belum tercapai. Untuk indikator kinerja program, atas sasaran program 1, 6, dan 7 sudah tercapai sedangkan indikator kinerja sasaran program lainnya belum tercapai, dengan uraian sebagai berikut: 1. Meningkatnya kualitas akuntabilitas pengelolaan keuangan dan pembangunan nasional Sasaran strategis Meningkatnya kualitas akuntabilitas pengelolaan keuangan dan pembangunan nasional diindikasikan oleh satu IKU yaitu indeks akuntabilitas pengelolaan keuangan dan pembangunan program prioritas dalam nawacita. Nilai indeks adalah skala 1-5. Semakin tinggi nilai indeks menunjukkan kualitas akuntabilitas pengelolaan keuangan dan pembangunan program prioritas dalam Nawa Cita yang semakin baik. Target nilai indeks pada tahun 2016 adalah 1 dari skala 5. Pada tahun 2016 indikator kinerja Indeks Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Program Prioritas dalam Nawa Cita belum dapat diukur karena alat pengukuran indeks akuntabilitas masih dalam tahap uji coba. vi

9 2. Meningkatnya maturitas SPIP Sasaran strategis Meningkatnya Maturitas SPIP diindikasikan oleh dua IKU penyelenggaraan SPIP pada seluruh K/L/Pemda. Semakin banyak K/L/Pemda yang menyelenggarakan SPIP sesuai PP Nomor 60 Tahun 2008, diharapkan akan semakin baik kualitas pencapaian tujuan instansi pemerintah dan semakin berkualitas birokrasi. Capaian IKU yang mendukung sasaran strategis dan sasaran program adalah: 1) Level SPIP pemerintah provinsi (level 3) diukur dengan menggunakan skala 1-5. Semakin tinggi nilai maturitas SPIP menunjukkan kualitas penyelenggaraan SPIP yang semakin baik. Meskipun capaian indikator kinerja sasaran strategis dan indikator kinerja program masih relatif rendah yaitu 50,00% tetapi telah terjadi peningkatan kinerja yang cukup signifikan. Untuk baseline penilaian maturitas SPIP pada pemerintah provinsi, dari jumlah pemerintah provinsi sebanyak 34 pemerintah provinsi, sampai dengan tahun 2016, telah dilakukan penilaian maturitas SPIP sebanyak 24 pemerintah provinsi. Jika dibandingkan dengan penilaian maturitas SPIP sampai dengan tahun 2015 sebanyak 3 pemerintah provinsi maka terdapat kenaikan sebesar 21 pemerintah provinsi atau 700%. Sedangkan terkait maturitas SPIP level 3, jika dibandingkan dengan realisasi sampai dengan tahun 2015 yang masih nihil, maka terdapat peningkatan jumlah pemerintah provinsi yang memperoleh maturitas level 3 sebanyak 3 (tiga) pemerintah provinsi atau 300%. 2) Level SPIP pemerintah kabupaten/kota (level 3) yang diukur dengan menggunakan skala 1-5. Semakin tinggi nilai maturitas SPIP menunjukkan kualitas penyelenggaraan SPIP yang semakin baik. Meskipun capaian indikator kinerja sasaran strategis dan indikator kinerja program masih relatif rendah yaitu 60,15% tetapi telah terjadi peningkatan kinerja yang cukup signifikan. Untuk baseline penilaian maturitas SPIP pada pemerintah kabupaten/kota, dari jumlah pemerintah provinsi sebanyak 508 pemerintah kabupaten/kota, sampai dengan tahun 2016, telah dilakukan penilaian maturitas SPIP sebanyak 266 pemerintah kabupaten/kota. Jika dibandingkan dengan penilain maturitas SPIP sampai dengan tahun 2015 sebanyak 74 pemerintah kabupaten/kota maka terdapat kenaikan sebesar 192 pemerintah kabupaten/kota atau 259,46%. Dalam tahun 2016, terdapat 16 pemerintah kabupaten/kota yang telah mencapai maturitas SPIP level 3. Jika dibandingkan dengan realisasi sampai dengan tahun 2015 sebanyak 4 pemerintah kabupaten/ kota, maka terdapat peningkatan jumlah pemerintah kabupaten/kota yang memperoleh maturitas level 3 sebanyak 12 pemerintah kabupaten/kota atau 300%. vii

10 3. Meningkatnya Kapabilitas Pengawasan Intern Pemerintah K/L/Pemda Sasaran strategis Meningkatnya Kapabilitas Pengawasan Intern Pemerintah K/L/Pemda diindikasikan oleh dua IKU peningkatan kapabilitas APIP pada seluruh Pemda. Semakin banyak Pemda yang meningkat kapabilitasnya, diharapkan akan semakin baik kualitas pencapaian tujuan instansi pemerintah dan semakin berkualitas birokrasi. Capaian IKU yang mendukung sasaran strategis dan sasaran program adalah: 1) Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (level 3) yang diukur dengan menggunakan skala 1-5. Semakin tinggi level kapabilitas APIP menunjukkan kualitas kapabilitas APIP yang semakin baik. Meskipun capaian indikator kinerja sasaran strategis dan indikator kinerja program masih relatif rendah yaitu 45,45% tetapi telah terjadi peningkatan kinerja yang cukup signifikan dalam hal pencapaian kapabilitas APIP level 3. Sampai dengan tahun 2016, terdapat 3 APIP yang telah memperoleh level 3. Jika dibandingkan dengan realisasi sampai dengan tahun 2015 yang masih nihil, maka terdapat peningkatan jumlah APIP pemerintah provinsi yang memperoleh kapabilitas APIP pemerintah provinsi level 3 sebanyak 3 (tiga) APIP pemerintah provinsi atau 300%. Sedangkan untuk indikator kinerja sasaran strategis kapabilitas APIP pemerintah provinsi level 2 dan 1 capaiannya adalah %, dan 96.33%. 2) Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota (level 3) yang diukur dengan menggunakan skala 1-5. Semakin tinggi level kapabilitas APIP menunjukkan kualitas kapabilitas APIP yang semakin baik. Meskipun capaian indikator kinerja sasaran strategis dan indikator kinerja program masih relatif rendah yaitu 23,95% tetapi telah terjadi peningkatan kinerja yang cukup signifikan dalam hal pencapaian kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota level 3. Sampai dengan tahun 2016, terdapat 12 APIP pemerintah kabupaten/kota yang telah memperoleh level 3. Jika dibandingkan dengan realisasi sampai dengan tahun 2015 yang masih nihil, maka terdapat peningkatan jumlah APIP pemerintah kabupaten/ kota yang memperoleh kapabilitas APIP pemerintah kabupaten/kota level 3 sebanyak 12 (tiga) APIP pemerintah kabupaten/kota atau 1.200%. Sedangkan untuk indikator kinerja sasaran strategis kapabilitas APIP pemerintah kabupaten/kota level 2 dan 1 mencapai %, dan 83,91%. Terkait baseline penilaian kapabilitas APIP untuk pemerintah provinsi/ kabupaten/kota, dari populasi sebanyak 542 pemerintah provinsi/kabupaten/ kota sebanyak 534 pemerintah provinsi/kabupaten/kota telah dilakukan penilaian atau 98,54%. *** viii

11 BAB I PENDAHULUAN Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah (Deputi PPKD) dibentuk berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 tentang BPKP. Deputi Kepala BPKP Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah adalah unsur pelaksana tugas dan fungsi BPKP di bidang pengawasan intern terhadap akuntabilitas penyelenggaraan keuangan dan program lintas sektoral pembangunan daerah yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala BPKP. Guna mengetahui tingkat keberhasilan kinerja Deputi PPKD selama tahun 2016 dan sebagai bentuk pertanggungjawaban formal dan akuntabilitas kinerja sesuai dengan amanat UU Nomor 17 Tahun 2003 dan Perpres Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP), Deputi PPKD menerbitkan Laporan Kinerja (LKj d/h LAKIP) Tahun Tugas, fungsi, wewenang, aspek strategis organisasi, kegiatan dan layanan produk, struktur organisasi dan komposisi pegawai, serta sistematika penyajian LKj Deputi PPKD Tahun 2016 diuraikan di dalam Bab Pendahuluan berikut ini. A. Tugas, Fungsi, dan Wewenang Organisasi Tugas dan fungsi Deputi PPKD diatur berdasarkan Perpres Nomor 192 Tahun 2014 tentang BPKP, Peraturan Kepala BPKP Nomor 8 Tahun 2016 tentang Pembagian Tugas Di Kedeputian BPKP dan Keputusan Kepala BPKP Nomor 25/K/SU/2016 tentang Penunjukan Deputi Koordinator Pengawasan Program Lintas Sektoral BPKP. Tugas Deputi PPKD berdasarkan Perpres Nomor 192 Tahun 2014 adalah membantu Kepala BPKP di bidang pelaksanaan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan dan program lintas sektoral pembangunan daerah. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Deputi PPKD menyelenggarakan fungsi: 1. pengkajian, perumusan, dan penyusunan kebijakan teknis pengawasan intern terhadap akuntabilitas penyelenggaraan keuangan dan program lintas sektoral pembangunan daerah; 1

12 BAB I Pendahuluan 2. penyusunan pedoman dan petunjuk teknis pengawasan intern terhadap akuntabilitas penyelenggaraan keuangan dan program lintas sektoral pembangunan daerah; 3. pengawasan intern terhadap akuntabilitas penerimaan dan akuntabilitas pengeluaran keuangan daerah dan pembangunan daerah dan/atau kegiatan lain yang seluruh atau sebagian keuangannya dibiayai oleh anggaran pemerintah daerah dan/atau subsidi pada pemerintah daerah; 4. pengawasan intern terhadap perencanaan dan pelaksanaan pemanfaatan aset daerah; 5. pengawasan intern terhadap Optimalisasi Pendapatan Asli Daerah; 6. perumusan kebijakan dan pelaksanaan pembinaan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah pada pemerintah daerah; 7. pembinaan kapabilitas pengawasan intern pemerintahan daerah; 8. pemberian asistensi atas reviu laporan keuangan dan laporan kinerja pemerintah daerah; 9. pelaksanaan kegiatan pengawasan berdasarkan penugasan pemerintah di bidang pemerintahan daerah sesuai peraturan perundang-undangan; dan pelaksanaan analisis, evaluasi dan pengolahan hasil pengawasan penyelenggaraan akuntabilitas keuangan dan pembangunan daerah. Selanjutnya, berdasarkan Peraturan Kepala BPKP Nomor: 8 Tahun 2016 tentang Pembagian Tugas Di Kedeputian BPKP, Deputi PPKD melakukan tugas dan fungsi BPKP di bidang pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan dan program lintas sektor pembangunan daerah pada: 1. Kementerian Dalam Negeri 2. Badan Nasional Pengelola Perbatasan 3. Pemerintah Daerah Berdasarkan Keputusan Kepala BPKP Nomor KEP-25/K/SU/2016 tentang Penunjukan Deputi Koordinator Pengawasan Program Lintas Sektoral BPKP, Deputi PPKD mengemban tugas sebagai Koordinator Peningkatan Maturitas SPIP K/L/P dan Koordinator Peningkatan Kapabilitas APIP K/L/P. B. Aspek Strategis Organisasi Untuk melaksanakan tugas, fungsi, dan dalam rangka mengawal pencapaian target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Pemerintah dan Rencana Strategis BPKP Tahun , Deputi PPKD telah menyusun Rencana Strategis (Renstra) Tahun Dalam menyusun Renstra, Deputi PPKD memperhatikan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) yang memberi amanah BPKP untuk melakukan pembinaan penyelenggaraan SPIP Kementerian, lembaga, 2

13 dan daerah dan melakukan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara. Disamping itu, Deputi PPKD juga memperhatikan Inpres Nomor 9 Tahun 2014 tentang Peningkatan Kualitas Sistem Pengendalian Intern dan Keandalan Penyelenggaraan Fungsi Pengawasan Intern dalam rangka Mewujudkan Kesejahteraan Rakyat, sebagai berikut: 1. Mempercepat efektivitas penerapan sistem pengendalian intern pemerintah dalam pengelolaan keuangan negara/daerah dan pembangunan nasional; 2. Mengintensifkan peran Aparat Pengendalian Intern Pemerintah dalam rangka meningkatkan kualitas, transparansi, dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan negara/daerah dan pembangunan nasional serta meningkatkan upaya pencegahan korupsi; 3. Melakukan pengawasan dalam rangka meningkatkan penerimaan negara/daerah serta efisiensi dan efektivitas anggaran pengeluaran negara/daerah. Instruksi Presiden tersebut telah tercakup Rencana Strategis (Renstra) Deputi PPKD periode Kebijakan pengawasan yang ditetapkan mengarah pada peningkatan efektifitas dan efisiensi penyelenggaraan pengawasan. Arah kebijakan menyesuaikan dengan dinamika dan prioritas kebutuhan stakeholders khususnya presiden dan dalam rangka peningkatan pembangunan daerah serta isu-isu strategis pengelolaan keuangan dan pembangunan daerah. Kebijakan pengawasan diarahkan pada empat fokus pengawasan BPKP, meliputi pengawalan pembangunan daerah, peningkatan ruang fiskal daerah, pengamanan asset daerah serta peningkatan sistem tata kelola (good governance system). C. Kegiatan dan Layanan Produk Organisasi Deputi PPKD merumuskan kegiatan dalam Renstra berdasarkan nomenklatur tugas dan fungsi eselon II. Rumusan kegiatan dalam Renstra berisi komponen kegiatan untuk mencapai keluaran dengan indikator kinerja yang terukur. Kegiatan dari masing-masing eselon II teknis akan menghasilkan rekomendasi sebagai indikator kinerja pengawasannya. Rekomendasi dihasilkan melalui pelaksanaan komponen kegiatan, baik komponen teknis pengawasan dengan menggunakan berbagai alat pengawasan seperti audit, reviu, evaluasi, pemantauan maupun komponen yang mendukung langsung kegiatan seperti penyusunan dan diseminasi pedoman, pemantauan pelaksanaan pengawasan, tabulasi dan lain-lain. Kegiatan di lingkungan Deputi PPKD berdasarkan fokus pengawasan sebagai berikut: 1. Pengawalan Pembangunan Daerah a. Bidang Perekonomian dan Kemaritiman 1) Audit Kinerja Pelayanan Pemda Bidang Kemaritiman 3

14 BAB I Pendahuluan 2) Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemda 3) Evaluasi Perencanaan Pembangunan 4) Pengawalan Pengadaan Barang Jasa/Probity Audit 5) Pengawasan berdasarkan Permintaan Stakeholder 6) Pengawasan Dana Transfer (DAK Infrastruktur) 7) Pengawasan Big Spender 8) Pengawasan Pinjaman Daerah 9) Kajian Current Issue 10) Proyek Strategis Nasional Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). 11) Pengawasan Dana Transfer (DAK Pendidikan) 12) Pengawasan Program Lintas Sektoral KEK 13) Pengawasan Program Lintas Sektoral Ekonomi Lokal b. Bidang Polhukam dan PMK 1) Audit Kinerja Bidang Pelayanan Pemda Bidang Kesehatan 2) Audit Kinerja Bidang Pelayanan Pemda Bidang Pendidikan 3) Pemantauan Kegiatan Prioritas Kawasan Perbatasan 4) Pengawasan Program Pemberantasan Penyakit Menular 2. Peningkatan Ruang Fiskal Daerah 1) Optimalisasi Pendapatan Daerah 3. Pengamanan Aset Daerah 1) Pengawasan Kerjasama Daerah 2) Pendampingan/asistensi Pengelolaan Aset Daerah 4. Peningkatan Sistem Tatakelola Pemerintahan Daerah a. Perbaikan Penyelenggaraan SPIP 1) Evaluasi SAKIP 2) Penguatan Efektivitas SPIP 3) Pengawasan Assurance SPIP/Korsupgah Korupsi 4) Bimtek Maturitas SPIP b. Pembinaan Kapabilitas Pengawasan Intern 1) Peningkatan Kapabilitas APIP c. Pengawasan Pengelolaan Keuangan Daerah 1) Pengolahan dan Kompilasi LKPD dan Analisis Kinerja Keuangan Pemda 2) Asistensi Pengelolaan Keuangan Daerah 3) Bimtek Penyusunan Rencana Aksi atas Hasil Audit BPK 4) Bimtek Reviu LKPD Berbasis Akrual 5) Bimtek Reviu RKA 6) Evaluasi Penyusunan dan Penetapan APBD 7) Asistensi/Bimtek Pengelolaan Keuangan Desa 8) Evaluasi Dana Otonomi Khusus Papua, Papua Barat dan Aceh 4

15 9) Evaluasi Penyerapan Anggaran Pemda 10) Evaluasi Penyerapan Anggaran Kemendagri 5. Analisis dan Evaluasi Hasil Pengawasan D. Struktur Organisasi Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 tentang BPKP, Deputi PPKD berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala BPKP. Struktur organisasi Deputi PPKD mengacu kepada Surat Keputusan Kepala BPKP No. KEP /K/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja BPKP sebagai berikut: 1. Direktorat Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah Wilayah I 2. Direktorat Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah Wilayah II 3. Direktorat Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah Wilayah III Wilayah I meliputi wilayah Sumatera dan Kalimantan, wilayah II meliputi wilayah Jawa dan Bali, serta wilayah III meliputi wilayah Sulawesi, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Maluku dan Papua. Untuk menunjang tugas pokok dan fungsinya, Deputi PPKD dibantu oleh Kepala Sub Bagian Tata Usaha Perbantuan III yang merupakan perbantuan dari Biro Umum dengan tugas mengelola kegiatan Tata Usaha Deputi PPKD. Pembagian tugas Penanggung jawab/koordinator kegiatan pada Direktorat I, II dan III di Lingkungan Deputi PPKD ditetapkan dengan Surat Deputi Nomor S-453/D4/02/2016 tanggal 19 April No Fokus Pengawasan Direktorat Dir. 1 Dir. 2 Dir. 3 1 Pengawalan pembangunan daerah V V V 2 Peningkatan ruang fiskal daerah V 3 Pengamanan aset daerah V V 4 Peningkatan sistem tatakelola pemerintahan daerah V V V Kemudian dalam rangka memperlancar tugas-tugas kedeputian, Deputi Kepala BPKP Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah telah menetapkan penanggung jawab kegiatan yang membidangi bagian keuangan, bagian kepegawaian, dan bagian umum dengan uraian sebagai berikut: No. Uraian Penanggung Jawab 1 Urusan Kepegawaian Direktur Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah Wilayah I 2 Urusan Keuangan Direktur Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah Wilayah II 5

16 BAB I Pendahuluan 3 Urusan Umum Direktur Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah Wilayah III Struktur organisasi Deputi PPKD dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 1.1 Struktur Organisasi Deputi PPKD BPKP didukung dengan tenaga SDM yang cukup andal. Posisi pegawai per 31 Desember 2015 berjumlah 107 orang pada Tabel 1.1 dan Gambar 1.2 Tabel 1.1 Posisi Pegawai Per 31 Desember 2016 Jabatan Jumlah Orang Deputi 1 Direktur 3 Kepala Sub Direktorat 6 Sub Umum Perbantuan 1 Pejabat Fungsional Auditor 77 Pejabat Fungsional Arsiparis 2 Pejabat Fungsional Kepegawaian 1 Pranata Komputer 3 Fungsional Umum 13 Jumlah 107 6

17 Tabel 1.2 Jenjang Pendidikan Pegawai Per 31 Desember 2016 Pendidikan Jumlah Orang S3 1 S2 20 S1 54 D3 23 SMA 9 Jumlah 107 Tabel 1.3 Komposisi Pegawai menurut Pangkat dan Golongan Per 31 Desember 2016 Pendidikan Jumlah Orang Golongan IV 29 Golongan III 73 Golongan II 5 Golongan I 0 Jumlah 107 E. Sistematika Penyajian Laporan Kinerja Deputi PPKD Tahun 2016 melaporkan capaian kinerja BPKP selama tahun Capaian kinerja 2016 diukur dan dinilai berdasarkan Perjanjian Kinerja Tahun 2016 sebagai tolok ukur keberhasilan tahunan organisasi. Perjanjian Kinerja merupakan penjabaran renstra Deputi PPKD Tahun Analisis atas capaian kinerja terhadap rencana kinerja tahun 2016 memungkinkan dilakukannya identifikasi atas sejumlah celah kinerja (performance gap) sebagai masukan bagi perbaikan kinerja di masa datang. Dengan pola pikir seperti ini, sistematika penyajian Laporan Kinerja Deputi PPKD Tahun 2016 dapat diilustrasikan dalam Gambar 1.2. berikut ini. 7

18 BAB I Pendahuluan GAMBAR 1.2 SISTEMATIKA PENYAJIAN LAPORAN KINERJA BPKP TAHUN 2016 *** 8

19 BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Perencanaan dan perjanjian kinerja dimulai dari penetapan rencana strategis (renstra) Deputi PPKD yang merupakan suatu proses yang meliputi serangkaian rencana dan program mendasar yang dibuat oleh manajemen puncak agar dapat diimplementasikan oleh seluruh jajaran organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Program pada Renstra Deputi PPKD mencakup satu program teknis yaitu Program Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, dan satu program generik yaitu Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya BPKP. Renstra Deputi PPKD Tahun ditetapkan dengan Keputusan Deputi Kepala BPKP Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah Nomor: KEP-3/D4/02/2015 tanggal 5 Januari A. RENCANA STRATEGIS Penyusunan Renstra Deputi PPKD merupakan salah satu amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN). Renstra Deputi PPKD merupakan dokumen perencanaan yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, serta program dan kegiatan Deputi PPKD dalam rangka melaksanakan tugas pokok dan fungsinya. Renstra Deputi PPKD merupakan bagian dari perencanaan nasional, sehingga harus sinkron dan mengacu kepada Renstra BPKP dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) serta mendukung pencapaian program-program prioritas Pemerintah. 1. Pernyataan Visi Sejalan dengan perubahan lingkungan strategis, termasuk terbitnya mandat baru sesuai PP No. 60 Tahun 2008 dan Perpres No. 192 Tahun 2014, BPKP cq Deputi 9

20 BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA PPKD menegaskan jati dirinya sebagai Auditor Internal Pemerintah berkelas dunia. Konsekuensinya, BPKP c.q Deputi PPKD dituntut untuk dapat memberikan informasi yang berharga bagi Presiden dan stakeholder s dari hasil pengawasan dan pembinaan yang dilakukan dan mampu memberikan solusi atas permasalahan yang dihadapi pemerintah. Kontribusi BPKP c.q. Deputi PPKD tersebut dimaksudkan untuk membantu pemerintah mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, bersih dan akuntabel. Akuntabilitas keuangan daerah dan pembangunan daerah yang berkualitas merupakan tujuan akhir yang ingin dicapai Deputi PPKD yang merepresentasikan manfaat yang dapat diberikan Deputi PPKD kepada stakeholdersnya. Komitmen tersebut selanjutnya dituangkan dalam pernyataan Visi Deputi PPKD sebagai berikut: VISI Auditor Internal Pemerintah RI Berkelas Dunia untuk Meningkatkan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Daerah Terwujudnya visi merupakan tantangan sekaligus peluang yang harus dihadapi DEPUTI PPKD baik di tingkat pusat maupun tingkat perwakilan. Sebagai penjabaran dari visi tersebut, ditetapkanlah misi DEPUTI PPKD. 2. Pernyataan Misi Sebagai bentuk nyata dari visi tersebut, ditetapkanlah 3 (tiga) misi Deputi PPKD yang menggambarkan hal-hal yang seharusnya terlaksana, sehingga hal-hal yang masih abstrak pada visi akan lebih nyata terlihat pada misi. Ketiga misi Deputi PPKD yang pencapaiannya diagendakan dalam tahun adalah sebagai berikut: Misi 1. Menyelenggarakan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan dan pembangunan daerah guna mendukung tata kepemerintahan yang bersih dan efektif. 2. Membina penyelenggaraan sistem pengendalian intern pemerintah dilingkungan pemerintahan daerah. 3. Mengembangkan kapabilitas pengawasan intern pemerintah yang profesional dan kompeten. Misi pertama berkaitan dengan aktualisasi peran Deputi PPKD yang melaksanakan pengawasan intern atas akuntabilitas keuangan daerah dan pembangunan daerah, dan dilakukan untuk membantu kepala daerah selaku stakeholder dalam mendorong terwujudnya tata kepemerintahan yang baik. Dalam misi ini, tercakup seluruh kegiatan utama (core business) Deputi PPKD, baik dalam aktivitas assurance yang dilakukan 10

21 dalam bentuk audit, evaluasi, reviu, maupun aktivitas consulting yang dilakukan dalam bentuk sosialisasi, bimbingan teknis/asistensi, konsultansi, pengembangan sistem. Misi kedua berkaitan dengan BPKP sebagai pembina Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) sebagaimana diamanatkan dalam pasal 59 PP 60 tahun 2008 yaitu melakukan Pembinaan Penyelenggaraan SPIP. Misi ini bertujuan untuk memastikan tercapainya akuntabilitas kinerja pemerintah daerah sehingga perlu juga dipastikan efektivitas penyelenggaraan SPIP pada seluruh instansi pemerintah daerah. Misi ketiga berkaitan dengan BPKP sebagai pembina aparat pengawasan intern pemerintah. Misi ini bertujuan untuk memastikan terwujudnya peran APIP sebagai aparat pengawasan intern yang efektif dan kompeten. 3. Tujuan Tujuan merupakan penjabaran atau implementasi dari pernyataan misi, yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu satu sampai dengan lima tahun. Dalam penetapan tujuan-tujuan strategis, Deputi PPKD mengadopsi konsep. Balanced Scorecard (BSC) dengan beberapa modifikasi disesuaikan dengan karakteristik organisasi publik, yaitu memodifikasi perspektif keuangan menjadi perspektif manfaat bagi stakeholder dan perspektif pelanggan menjadi perspektif manfaat bagi auditan/pengguna jasa. Tujuan utama Deputi PPKD tercermin dalam tujuan-tujuan strategis yang terdapat pada perspektif manfaat bagi stakeholder, sebagai berikut: TUJUAN 1. Peningkatan kualitas akuntabilitas keuangan dan pembangunan daerah yang bersih dan efektif. 2. Peningkatan efektifitas penyelenggaraan sistem pengendalian intern pemerintah di lingkungan pemerintah daerah. 3. Peningkatan kapabilitas pengawasan intern pemerintah daerah yang profesional dan kompeten. 4. Sasaran Strategis Sasaran strategis merupakan penjabaran lebih lanjut dari tujuan, yang dirumuskan secara spesifik dan terukur untuk dapat dicapai dalam kurun waktu lebih pendek dari tujuan. Sebagaimana tujuan, sasaran strategis merupakan kondisi yang diharapkan dalam kurun waktu tertentu; sasaran strategis merupakan ukuran pencapaian dari tujuan. Dengan pengertian ini, dan dikaitkan dengan tujuannya, sasaran strategis Deputi PPKD untuk tahun adalah sebagai berikut: 1) Meningkatnya Kualitas akuntabilitas pengelolaan keuangan dan pembangunan daerah; 11

22 BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 2) Meningkatnya maturitas Sistem Pengendalian Intern pada Pemerintah Daerah; 3) Meningkatnya kapabilitas pengawasan intern pemerintah pada pemerintah daerah. Dikaitkan dengan tujuannya, sasaran strategis DEPUTI PPKD untuk tahun adalah sebagaimana terlihat pada Tabel 2.1. TABEL 2.1 SASARAN STRATEGIS DEPUTI PPKD NO SASARAN 1 Meningkatnya kualitas akuntabilitas pengelolaan keuangan dan pembangunan daerah INDIKATOR KINERJA SASARAN STRATEGIS Indeks Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Dalam Nawacita 2 Meningkatnya maturitas SPIP Maturitas SPIP Pemerintah Provinsi (Level 3) 3 Meningkatnya Kapabilitas Intern Pemerintah K/L/Pemda Maturitas SPIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 3) Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 3) Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 3) Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 2) Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 2) Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 1) Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 1) SATUAN TARGET Skala % 5 85 % 5 70 % 6 85 % 2 70 % % % 40 5 % Indikator Kinerja Utama Indikator kinerja utama Deputi PPKD merupakan indikator kinerja yang berada pada perspektif manfaat bagi stakeholders yang menunjukkan peran utama Deputi PPKD dalam pengawasan akuntabilitas keuangan negara dan pembinaan penyelenggaraan SPIP. Indikator kinerja utama Deputi PPKD merupakan ukuran keberhasilan dari tujuan dan sasaran strategis Deputi PPKD. IKU terbagi menjadi dua perspektif, yang pertama bersifat outward looking yaitu perspektif manfaat langsung bagi stakeholders eksternal yang menunjukkan peran utama Deputi PPKD dalam pengawasan akuntabilitas keuangan daerah dan pembinaan penyelenggaraan SPIP pada Pemda. 12

23 No Perspektif kedua bersifat inward looking yang menunjukkan manfaat bagi stakeholders internal BPKP. Penetapan indikator dilakukan dengan mempertimbangkan tujuan dan sasaran strategis dan kegiatan-kegiatan yang mendukung tujuan strategis. Indikator ini digunakan untuk mengukur keberhasilan sasaran strategis, sedangkan keberhasilan kegiatan diukur dengan menggunakan indikator keluaran (output). Indikator-indikator kinerja utama Deputi PPKD dapat dilihat pada tabel 2.2, berikut: Tabel 2.2. Indikator Kinerja Utama DEPUTI PPKD Indikator Kinerja Utama 1. Sasaran Strategis : Meningkatnya Kualitas Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Daerah 1.1 Indeks Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Program Prioritas dalam Nawacita. 2. Sasaran Strategis : Meningkatnya Maturitas SPIP Pemda 2.1 Persentase Maturitas SPIP Pemerintah Provinsi (Level 3) 2.2 Persentase maturitas SPIP Pemerintah Kabupaten /Kota (Level 3) 3. Sasaran Strategis : Meningkatnya Kapabilitas Pengawasan Intern Pemerintah K/L/Pemda 3.1 Persentase Tingkat Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 3) 3.2 Persentase Tingkat Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/ Kota (Level 3) 3.3 Persentase Tingkat Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 2) 3.4 Persentase Tingkat Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/ Kota (Level 2) 3.5 Persentase Tingkat Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 1) 3.6 Persentase Tingkat Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/ Kota (Level 1) 6. Program dan Kegiatan Untuk mendukung pencapaian tujuan dan sasaran strategis di atas, Deputi PPKD menyesuaikan program dan kegiatan yang dilaksanakan oleh unit organisasi Deputi PPKD dengan program yang ditetapkan oleh BPKP. Deputi PPKD hanya melaksanakan satu program teknis yaitu Program Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP). Anggaran untuk kumpulan kegiatan dalam rangka mencapai sasaran dialokasikan menurut indikator kinerja utama. Kumpulan kegiatan ini identik juga dengan program menurut Peraturan Menteri PAN Nomor PER/09/M.PAN/5/2007 tanggal 31 Mei 2007 tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Instansi Pemerintah. 13

24 BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA No Program dan kegiatan yang dilaksanakan oleh Deputi PPKD dalam rangka mendukung pencapaian sasaran strategis Deputi PPKD tahun 2015 secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 2.3. Tabel 2.3. Program, Sasaran Strategis, dan Kegiatan Indikator Kinerja Utama Program 1 : Program Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara Dan Pembinaan Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah 1. Sasaran Strategis: Meningkatnya kualitas akuntabilitas pengelolaan keuangan dan pembangunan daerah 1.1 Indikator Kinerja Utama: Indeks Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Program Prioritas dalam Nawacita 1. Asistensi/Bimtek SIMDA 2. Evaluasi Penyusunan dan Penetapan APBD 3. Analisis Kinerja Keuangan Pemda 4. Bimtek Penyusunan Rencana Aksi Hasil Temuan BPK 5. Bimtek Reviu LKPD Berbasis Akrual 6. Evaluasi Penyerapan Anggaran Pemda 7. Sosialisasi/Bimtek Pengelolaan Keuangan Desa 8. Penataan Sisdur PBJ di Tingkat Pemda 9. Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (EKPPD) 10. Evaluasi SAKIP 11. Asistensi Perencanaan Pembangunan Daerah 12. Audit Kinerja Pelayanan Pemda Bidang Pendidikan, Kesehatan, dan Kemaritiman 13. Verifikasi Advance Payment DAK Reimbursement TA Monitoring Pengelolaan DAK & Dana Penyesuaian TA Asistensi Optimalisasi Pendapatan Asli Daerah (OPAD) 16. Koodinasi Supervisi dan Pencegahan Korupsi 17. Pengawasan atas Kepemilikan, Pemanfaatan dan Pengelolaan Aset P3 2. Sasaran Startegis: Meningkatnya Maturitas SPIP Pemda 2.1 Indikator Kinerja Utama : Persentase Maturitas SPIP Pemerintah Provinsi (Level 3) 2.2 Indikator Kinerja Utama : Persentase Maturitas SPIP Pemerintah Kabupaten/ Kota (Level 3) 1. Penyusunan RTP 2. Penilaian Risiko 14

25 3. Pembinaan SPIP Pemda 4. Penilaian Maturitas SPIP 5. QA Atas Pembinaan SPIP 3. Sasaran Strategis: Tercapainya kapabilitas aparat pengawasan intern pemerintah daerah yang profesional dan kompeten 3.1 Indikator Kinerja Utama : Persentase Tingkat Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 3) 3.2 Indikator Kinerja Utama : Persentase Tingkat Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 3) 1. Validasi/Verifikasi atas penilaian mandiri (self assessment) yang telah dilakukan Inspektorat peningkatan kapabilitas APIP 2. QA Pelaksanaan peningkatan Kapabilitas APIP 3. Bimtek Kapabilitas APIP pada Badan Nasional Pengelolaan Perbatasan 4. Bimtek Kapabilitas APIP pada Kementerian Dalam Negeri B. PERJANJIAN KINERJA 2016 Pengukuran pencapaian tujuan sebagaimana ditetapkan dalam Renstra dilakukan melalui pengukuran pencapaian sasaran strategis dalam hal ini pengukuran indikator kinerja utama. Untuk menguatkan pencapaian sasaran strategis ini di tahun 2016 disusun perjanjian kinerja atau penetapan kinerja sebagai dokumen pernyataan kinerja/kesepakatan kinerja/perjanjian kinerja antara atasan dan bawahan untuk mewujudkan target kinerja tertentu, dokumen penetapan kinerja memuat pernyataan dan lampiran formulir yang mencantumkan sasaran strategis, indikator kinerja utama organisasi, beserta target kinerja dan anggaran. Target kinerja menunjukkan komitmen dari pimpinan dan seluruh anggota organisasi untuk mencapai hasil yang diinginkan dari setiap sasaran strategis sesuai indikator kinerja utama yang bersifat outcome. Pada tahun 2016, Perjanjian Kinerja memuat 5 indikator kinerja utama yang digunakan untuk mengukur tercapainya tiga sasaran strategis dan 5 indikator kinerja program untuk mengukur tercapainya tiga sasaran program dapat dilihat pada Tabel 2.4. Tabel 2.4. Perjanjian Kinerja DEPUTI PPKD Tahun 2016 NO SASARAN INDIKATOR KINERJA SATUAN TARGET I Sasaran Strategis Indikator Kinerja Strategis 1 Meningkatnya Kualitas Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Nasional 1.1 Indeks Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Program Prioritas dalam Nawa Cita 1 dari skala

26 BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 2 Meningkatnya Maturitas SPIP 2.1 Maturitas SPIP Pemerintah Provinsi (Level 3) 2.2 Maturitas SPIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 3) 3 Meningkatnya Kapabilitas 3.1 Kapabilitas APIP Pemerintah Pengawasan Intern Provinsi (Level 3) Pemerintah K/L/Pemda 3.2 Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 3) 3.3 Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 2) 3.4 Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 2) 3.5 Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 1) 3.6 Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 1) II Sasaran Program Indikator Kinerja Program 1 Perbaikan pengelolaan 1.1 Perbaikan tata kelola, manajemen Program Prioritas Nasional risiko dan pengendalian intern dan Pengelolaan Keuangan Pengelolaan program prioritas Negara Bidang Pengawasan nasional Keuangan Daerah 2 Meningkatnya Kualitas 2.1 Maturitas SPIP Pemerintah Penerapan SPIP pada Provinsi (Level 3) Pemerintah Daerah 2.2 Maturitas SPIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 3) 3 Meningkatnya Kapabilitas 3.1 Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi Pengawasan Intern Pemerintah (Level 3) Daerah 3.2 Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/ Kota (Level 3) 3.3 Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 2) 3.4 Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 2) % 25 % 10 % 20 % 10 % 41 % 25 % 38 % 49 % 45 % 25 % 10 % 20 % 10 % 41 % 25 16

27 3.5 Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 1) 3.6 Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 1) % 38 % 49 Untuk melaksanakan program dan kegiatan tahun 2016, Deputi PPKD memperoleh anggaran sebesar Rp ,00 sesuai dengan DIPA /2016 tanggal 7 Desember *** 17

28 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA BAB III AKUNTABILITAS KINERJA A. Kerangka Pengukuran Kinerja Dalam rangka penyusunan laporan kinerja Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah (PPKD) tahun 2016, dilakukan pengumpulan data kinerja yang melibatkan seluruh unit kerja di lingkungan Deputi PPKD. Data kinerja yang dikumpulkan berupa target dan realisasi kinerja Deputi PPKD beserta uraian rinci kinerja, target, dan realisasi keuangan, target dan realisasi penggunaan sumber daya manusia, data-data penghargaan, serta informasi lain yang terkait dengan kinerja Deputi PPKD tahun Pengumpulan data kinerja diarahkan untuk memperoleh data kinerja yang akurat, lengkap, tepat waktu, dan konsisten yang berguna bagi pengambilan keputusan dalam rangka perbaikan kinerja tanpa meninggalkan prinsip keseimbangan manfaat dan biaya serta efisiensi dan efektivitas. Sebagian besar data realisasi kinerja diperoleh dari aplikasi New IPMS yang membantu dalam penyusunan laporan kinerja BPKP. Pengukuran kinerja dilakukan dengan membandingkan realisasi dengan target kinerja yang diperjanjikan dalam dokumen perjanjian kinerja Deputi PPKD dalam mendukung kinerja BPKP Tahun Rumus yang digunakan untuk menghitung persentase pencapaian target indikator kinerja terdiri dari dua jenis, yaitu: 1. Rumus bagi IKU yang menunjukkan ekspektasi arah pencapaian indikator kinerja lebih tinggi dari nilai target yang ditetapkan. Realisasi Persentase Pencapaian Kinerja = x 100% Rencana 2. IKU yang menunjukkan ekspektasi arah pencapaian indikator kinerja lebih kecil dari nilai target yang ditetapkan, yaitu IKU kapabilitas APIP K/L/Pemda level 1 dan 2 dilakukan dengan menggunakaan rumus: Persentase Pencapaian Kinerja = x 100% Rencana (Realisasi Rencana) Rencana 18

29 Berdasarkan hasil pengukuran kinerja, dilakukan evaluasi capaian setiap indikator kinerja untuk mengidentifikasi faktor yang mendukung keberhasilan dan kendala pencapaian kinerja. Faktor pendukung keberhasilan dan kendala yang menghambat pencapaian target kinerja dicermati dan dipelajari guna perbaikan pelaksanaan program/kegiatan di masa yang akan datang. Dalam evaluasi kinerja juga dilakukan pembandingan-pembandingan antara realisasi kinerja dengan target tahun berjalan, realisasi kinerja tahun berjalan dengan realisasi tahun lalu dan pembandingan lain yang diperlukan. B. Akuntabilitas Kinerja Sebagai bentuk pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas dan fungsi Deputi PPKD, kebijakan yang diambil dalam pelaksanaan tugas dan fungsi serta penggunaan dana, berikut disajikan akuntabilitas kinerja Deputi PPKD tahun Ikhtisar Kinerja Laporan kinerja tahun 2016 Deputi PPKD ini merupakan akuntabilitas kinerja tahun kedua dalam periode Renstra Deputi PPKD. Dalam renstra periode , Deputi PPKD menetapkan tiga tujuan, yang kemudian dijabarkan dalam tiga sasaran strategis BPKP dan 3 sasaran program. Berdasarkan hasil pengukuran kinerja, realisasi pencapaian sasaran strategis dan sasaran program tahun 2016 Deputi PPKD secara ringkas disajikan dalam Tabel 3.1 sebagai berikut: Tabel 3.1 Ikhtisar Capaian Kinerja Deputi PPKD Tahun 2016 No Indikator Kinerja Utama Satuan Target Realisasi Capaian (%) Sasaran Strategis 1, Meningkatnya kualitas Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan 1 Indeks Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Program Prioritas Nawa Cita Sasaran Strategis 2. Meningkatnya Maturitas SPIP Skala NA NA 2 Maturitas SPIP Pemerintah Provinsi (Level 3) % Maturitas SPIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 3) sasaran Strategis 3. Meningkatnya Kapabilitas Pengawasan Intern Pemerintah % Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 3) % Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 3) % Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 2) % Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 2) %

30 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA No Indikator Kinerja Utama Satuan Target Realisasi Capaian (%) 8 Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 1) % Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 1) % RE Sasaran Program 1. Perbaikan Pengelolaan Program Prioritas Nasional dan Pengelolaan Keuangan Negara Bidang Pengawasan Keuangan Daerah 1 Perbaikan Tata Kelola, Manajemen Risiko dan Pengendalian Intern Pengelolaan Program Prioritas Nasional Sasaran Program 2. Meningkatnya kualitas penerapan SPIP pada peerintah: % Maturitas SPIP Pemerintah Provinsi (Level 3) % Maturitas SPIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 3) Sasaran Program 3. Meningkatnya Kapabilitas Pengawasan Intern Pemerintah: % Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 3) % Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 3) % Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 2) % Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 2) % Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 1) % Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 1) 2. Evaluasi Kinerja a. Kinerja Pengawasan % RE Realisasi dan capaian indikator kinerja sasaran strategis berdasarkan tujuan dan sasaran strategis Deputi PPKD dalam menjalankan fungsi utamanya sebagai auditor intern pemerintah dapat diuraikan sebagai berikut: Sasaran Strategis 1 Meningkatnya kualitas Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Pencapaian sasaran strategis Meningkatnya kualitas akuntabilitas pengelolaan keuangan dan pembangunan diukur dengan menggunakan satu Indikator Kinerja Utama (IKU), yaitu Indeks akuntabilitas pengelolaan keuangan dan pembangunan program prioritas melalui mekanisme penghitungan berupa Indeks Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Nasional (APKPN). 20

31 Tabel 3.2 Skala Indeks APKPN No Indeks Skor 1 Menuju Akuntabilitas Sd 2, ,00 3, ,00 4, ,00 4, ,75 5, ,25 5,50 Indeks tersebut mencerminkan kualitas akuntabilitas pengelolaan dan pembangunan program prioritas. Nilai indeks adalah skala 1-5. Semakin tinggi nilai indeks menunjukkan kualitas akuntabilitas pengelolaan keuangan dan pembangunan program prioritas yang semakin baik. Target nilai indeks pada tahun 2016 adalah 1 dari skala 5. Pada tahun 2016, nilai indeks diukur berdasarkan nilai tertimbang atas empat parameter yaitu: 1) Kategori penilaian SAKIP Pemda dengan tujuh kategori (AA, A, BB, B, CC, C, dan D); 2) Opini Laporan Keuangan Pemda dengan lima kategori (WTP, WTPDP, WDP, TMP, dan TW); 3) Tingkat maturitas penyelenggaraan SPIP Pemda dengan lima kategori (Level 1, Level 2, Level 3, Level 4, dan Level 5); 4) Level kapabilitas APIP Pemda dengan lima kategori (Level 1, Level 2, Level 3, Level 4, dan Level 5). Pada tahun 2016, indikator kinerja Indeks Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Program Prioritas dalam Nawacita belum dapat diukur karena alat pengukuran indeks akuntabilitas masih dalam tahap uji coba. Meski demikian, untuk mendukung pencapaian sasaran strategis 1, Deputi PPKD telah melakukan kegiatan untuk mendukung pencapaian sasaran strategis tersebut melalui 1 sasaran program Perbaikan pengelolaan program prioritas nasional dan pengelolaan keuangan negara bidang pengawasan keuangan daerah. Sasaran progam tersebut merupakan perwujudan peran Deputi PPKD dalam rangka memberikan keyakinan yang memadai melalui informasi assurance atas ketaatan, kehematan, efisiensi, dan efektivitas pencapaian tujuan penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah dan sasaran pembangunan nasional di samping consultancy sebagai pengungkit bagi peningkatan tata kelola, manajemen risiko, dan proses pengendalian intern. Perwujudan peran tersebut mendorong BPKP untuk berperan aktif memberikan peringatan dini terhadap kemungkinan terjadinya penyimpangan atau kecurangan, inefektifitas dan kurang memadainya kualitas tata kelola penyelenggaraan pemerintahan serta risiko tidak tercapainya sasaran pembangunan nasional dalam RPJMN , berikut disajikan sasaran program dari sasaran strategis 1. 21

32 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Sasaran Program 1 Perbaikan Pengelolaan Program Prioritas Nasional dan Pengelolaan Keuangan Negara Bidang Keuangan Daerah Pencapaian sasaran program Perbaikan pengelolaan program prioritas nasional dan pengelolaan keuangan negara bidang pengawasan keuangan daerah diukur menggunakan satu indikator kinerja, yaitu Persentase perbaikan tata kelola, manajemen risiko, dan pengendalian intern pengelolaan program prioritas nasional dengan target pada tahun 2016 adalah 45%. Realisasi indikator kinerja Persentase perbaikan tata kelola, manajemen risiko dan pengendalian intern pengelolaan program prioritas nasional sebesar 58.82%, mencapai % dari target yang ditetapkan pada tahun 2016 sebesar 45,00%. Realisasi sebesar 58.82% tersebut diperoleh berdasarkan tindak lanjut atas 20 rekomendasi hasil pengawasan dari 34 rekomendasi yang disampaikan pada tahun Perbandingan realisasi IKU program Persentase perbaikan tata kelola, manajemen risiko dan pengendalian intern pengelolaan program prioritas nasional pada tahun 2016 dan 2015 digambarkan dalam gambar 3.1 berikut: Gambar 3.1 Perbandingan Realisasi IKU Sasaran Program 1 Tahun 2016 dan Tahun 2015 Jika mengacu pada gambar tersebut maka realisasi IKU Sasaran Program 1 tahun 2016 sebesar % mengalami kenaikan yaitu sebesar 19.43% dari tahun 2015 sebesar 98,48%. Pencapaian sasaran strategis 1 didukung dengan dana sebesar Rp ,00 atau 95.91% dari anggaran sebesar Rp ,00, dan SDM sebanyak OH, atau % dari rencana sebanyak OH. Dari sisi penggunaan dana maupun SDM (OH), pencapaian kinerja sasaran program 1 sudah efisien. Hal ini terlihat dari rata-rata capaian IKU sasaran strategis sebesar % lebih 22

33 tinggi daripada capaian penggunaan dana sebesar 95.91% dan penggunaan OH sebesar %. Perbaikan yang dihasilkan dari pelaksanaan peran BPKP memberikan jasa assurance dan consulting dalam bidang pengelolaan Keuangan Daerah untuk mendukung capaian IKU program tersebut dapat diuraikan, antara lain sebagai berikut: 1. Audit Kinerja Pelayanan Pemerintah Daerah (AKPPD) Audit Kinerja Pelayanan Pemerintah Daerah (AKPPD) dilakukan pada 3 bidang yaitu pendidikan, kesehatan, dan kemaritiman, dengan menghasilkan 1 rekomendasi kepada Menteri Dalam Negeri c.q. Direktorat Jenderal Otonomi Daerah berupa instruksi kepada Kepala Daerah, yaitu: a. Audit Kinerja Pelayanan Pemerintah Daerah Bidang Pendidikan 1) Meningkatkan kapasitas pemda dalam penerapan SPM Pendidikan Dasar dengan menuangkan seluruh indikator SPM Pendidikan Dasar dan Menengah beserta target capaiannya dalam Revisi RPJMD, Revisi Renstra dan Renja-SKPD serta RKA/ DPA-SKPD; 2) Membangun sistem pengumpulan data kinerja terkait dengan pelaporan SPM Pendidikan dan menyusun Laporan Umum Tahunan Kinerja Penerapan dan Pencapaian SPM Pendidikan; 3) Melakukan upaya peningkatan capaian SPM dengan melaksanakan monitoring dan evaluasi serta koordinasi dengan unit yang terkait tugas capaian kinerja bidang pendidikan; 4) Melaksanakan secara lebih intensif hal-hal sebagai berikut: a) Sosialisasi dan koordinasi pelaksanaan PIP dengan satuan pendidikan dan masyarakat di wilayah masing-masing; b) Pemantauan pemutakhiran data siswa calon penerima PIP yang memiliki KPS/ KKS/KIP ke dalam aplikasi Dapodik di sekolah secara benar dan lengkap, c) Menerapkan proses pengesahan usulan dari sekolah dan selanjutnya disampaikan ke Direktorat Pembinaan SD, SMP, SMA dan SMK; d) Pemantauan pelaksanaan penyaluran dana PIP kepada siswa/anak penerima; e) Penatausahaan atas dokumentasi pelaksanaan PIP secara tertib. b. Audit Kinerja Pelayanan Pemerintah Daerah bidang Kesehatan 1) Menuangkan indikator dan rencana capaian SPM bidang kesehatan dalam dokumen perencanaan secara lengkap dan utuh serta selaras baik antar dokumen perencanaan dan penganggarannya maupun selaras dengan rencana capaian SPM Bidang kesehatan yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan; 2) Menyusun pedoman sistem monitoring dan evaluasi atas penyelenggaraan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, agar pelaksanaannya sesuai dengan standar pelayanan yang ditetapkan dan dilaksanakan secara optimal sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. 23

34 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA c. Audit Kinerja Pelayanan Pemerintah daerah Bidang Kemaritiman 1) Meningkatkan komitmen dalam pengadaan sarana prasarana termasuk pos pengawas, dan berkoordinasi dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk menambah SDM Pengawas Perikanan dan penggantian alat tangkap. Di samping itu, melakukan sosialisasi terkait dengan pelarangan penggunaan alat tangkap terlarang. 2) Memfungsikan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) secara optimal, mencari solusi terkait dengan penyediaan modal kerja bagi nelayan untuk melaut, dan menyediakan cold storage dan petugas pengelola TPI setiap wilayah yang memiliki PPI. 3) Melaksanakan kegiatan pembinaan teknis operasional kepada pengelola Pelabuhan Perikanan agar pelabuhan perikanan berfungsi secara optimal. Terhadap rekomendasi tersebut di atas, seluruhnya belum ditindaklanjuti karena laporan hasil evaluasi baru diselesaikan pada triwulan 4 tahun Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (EKPPD) Dalam melaksanakan fokus pengawasan berupa Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (EKPPD), BPKP menghasilkan 1 rekomendasi kepada Menteri Dalam Negeri c.q. Direktorat Jenderal Otonomi Daerah dan seluruhnya belum ditindak lanjuti oleh mitra terkait, yaitu: a. Menginstruksikan kepada Pemerintah Daerah agar: 1) Meningkatkan komitmen untuk menjadikan LPPD sebagai bentuk akuntabilitas kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah melalui pemenuhan data pendukung IKK yang valid sehingga capaian kinerja yang dilaporkan dapat menggambarkan kinerja yang sesungguhnya. 2) Melakukan self assessment (evaluasi kinerja mandiri) sebelum LPPD Provinsi/ Kabupaten/Kota difinalkan. 3) Membentuk Tim Penyusun LPPD yang melibatkan unsur pelaksana urusan (SKPD) terkait, sehingga kebutuhan data LPPD terkait SKPD pelaksana urusan dimaksud bisa diperoleh dengan cepat dan valid. b. Menyederhanakan jumlah IKK dari masing-masing urusan dengan mengambil IKK yang benar-benar menggambarkan kinerja utama dari urusan tersebut. c. Menetapkan batasan capaian kinerja maksimal dari masing-masing IKK sehingga pemerintah daerah memiliki target yang jelas untuk dicapai dan menutup kemungkinan terjadinya perbedaan antara skor dan peringkat dalam template gabungan regional dengan skor dan peringkat dalam template gabungan nasional. Terhadap rekomendasi tersebut di atas, seluruhnya belum ditindaklanjuti karena laporan hasil evaluasi baru diselesaikan pada triwulan 4 tahun Monitoring Dan Evaluasi Capaian Prioritas Nasional Tahun 2016 Pada Badan Nasional Pengelola Perbatasan Dalam melaksanakan fokus pengawasan berupa Monitoring Dan Evaluasi Capaian Prioritas Nasional Tahun 2016 Pada Badan Nasional Pengelola Perbatasan, BPKP menghasilkan 1 rekomendasi kepada Kepala Badan Nasional Pengelola Perbatasan dan 24

35 seluruhnya belum ditindak lanjuti oleh mitra terkait, yaitu: a. Mempercepat pelaksanaan koordinasi dengan Pemerintah Malaysia yang difasilitasi oleh Kementerian Luar Negeri RI terkait rencana pemotongan bukit untuk jalur akses kendaraan kargo. b. Melakukan koordinasi dengan pihak terkait sesuai dengan bidang kewenangannya dalam rangka percepatan proses pembebasan lahan, penghapusan aset K/L, pembongkaran bangunan di lokasi beserta penyiapan penggantinya, dan penetapan pengelola sementara bangunan PLBN. c. Melakukan percepatan pelaksanaan penyelesaiaan pembangunan dengan dukungan 3 komponen utama yaitu penambahan tenaga kerja dan peralatan serta percepatan penyediaan stok material. 4. Probity Audit Probity audit dilakukan melalui kegiatan Quality Assurance (QA) terhadap pelaksanaan Probity Audit pada 4 (empat) Perwakilan BPKP yaitu Perwakilan Provinsi DKI Jakarta, Riau, Bali dan Jawa Barat; pelaksanaan Probity Audit oleh Kedeputian Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah pada Kementerian Dalam Negeri adalah sebanyak 3 kegiatan, dan diklat dan workshop/sosialisasi. Melalui kegiatan ini, BPKP menghasilkan 1 rekomendasi, yaitu: 1) penghematan senilai Rp ,00 atas pengadaan kegiatan Jaringan Komunikasi dan Dara karena adanya kesalahan dalam melakukan perhitungan nilai HPS. 2) Masukan perbaikan dokumen lelang dan tahapan pelaksanaan lelang agar pelelangan dapat dilaksanakan dengan transparan, terbuka, bersaing, adil/tidak diskriminatif, dan akuntabel. 3) Penghematan senilai Rp ,27 dari hasil pelaksanaan probity audit oleh 14 Perwakilan BPKP atau sebayak 31 laporan. Terhadap rekomendasi tersebut seluruhnya telah ditindaklanjuti melalui penghematan anggaran yang diperoleh melalui perbaikan/koreksi harga Perhitungan Sendiri (HPS). 5. Evaluasi atas Kawasan/Bangunan Hasil Pengadaan yang Tidak Selesai dan Belum Dimanfaatkan pada Pemerintah Daerah Dalam melaksanakan fokus pengawasan berupa Evaluasi atas Kawasan/Bangunan Hasil Pengadaan yang Tidak Selesai dan Belum Dimanfaatkan pada Pemerintah Daerah, BPKP menghasilkan 1 rekomendasi kepada Menteri Dalam Negeri dan seluruhnya belum ditindak lanjuti oleh mitra terkait, yaitu: a. Mendorong pemerintah daerah untuk secara transparan menyampaikan informasi terkait kawasan/bangunan yang belum selesai kepada Menteri Dalam Negeri Cq. Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah dan Gubernur selaku Wakil Pemerintah Pusat di Daerah. b. Mendorong pemerintah daerah untuk terkait untuk mengkaji kembali kelanjutan penyelesaian pembangunan kawasan/bangunan yang tidak selesai dan belum dimanfaatkan. 25

36 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA c. Mendorong pemerintah daerah untuk menyusun action plan penyelesaian kawasan/ bangunan yang tidak selesai atau belum dimanfaatkan. d. Mendorong pemerintah daerah menerapkan manajemen risiko pada setiap proses perencanaan dan pelaksanaan pembangunan fisik yang bersifat stratejik untuk menghindari terhentinya pembangunan atau tidak termanfaatkannya hasil-hasil kegiatan. e. Mendorong Inspektur Provinsi/Kabupaten/Kota melakukan pendataan kawasan/ bangunan hasil pengadaan yang belum selesai dan belum dimanfaatkan pada masing-masing pemerintah daerah; f. Mendorong Inspektur Provinsi/Kabupaten/Kota untuk menerapkan continuous monitoring dan continuos audit atas pengadaan fisik yang bersifat stratejik. g. Mendorong Inspektur Provinsi/Kabupaten/Kota melakukan pemantauan atas langkah-langkah penyelesaian kawasan/bangunan yang belum selesai. Terhadap rekomendasi tersebut di atas, seluruhnya belum ditindaklanjuti karena laporan hasil evaluasi baru diselesaikan pada triwulan 4 tahun Monitoring dan Evaluasi atas Dana Transfer Daerah /DAK Dalam melaksanakan fokus pengawasan berupa Monitoring dan Evaluasi atas Dana Transfer Daerah /DAK termasuk reviu terhadap DAK TUD, verifikasi terhadap Advance Payment DAK Bidang Infrastruktur Tahun 2016 dan verifikasi terhadap DAK Reimbursement Bidang Infrastruktur Tahun 2015, BPKP menghasilkan 1 rekomendasi kepada Menteri Keuangan, berupa: a) Menetapkan kebijakan pemantauan kegiatan DAK TUD TA 2015 untuk memastikan bahwa pemda telah melaksanakan kegiatan DAK TUD TA 2015 sesuai dengan usulan yang telah direviu BPKP. b) Menetapkan kebijakan pencairan DAK lebih selektif dan terkendali dengan memberikan persyaratan prosentase tertentu untuk pencairan DAK tahap berikutnya yang mencegah terjadinya idle money di Kas Umum Daerah saat tahun anggaran berakhir. c) Menerbitkan surat atensi kepada seluruh Kepala Daerah untuk memastikan bahwa sisa DAK TUD TA 2015 yang tersedia dalam Rekening Kas Umum Daerah dan menjadi SilPA Tahun Anggaran 2015 telah dianggarkan kembali ke Tahun Anggaran d) Menerapkan secara konsisten kebijakan pengembalian sisa DAK TUD ke Kas Negara sesuai ketentuan pasal 22 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 147/PMK.07/2015 jo 92/PMK.07/2015 tentang Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus Tambahan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2015 yang menyatakan dalam hal sampai dengan akhir tahun anggaran 2016 masih terdapat sisa DAK TUD, baik output kegiatan tercapai maupun output kegiatan tidak tercapai, maka sisa DAK TUD diperhitungkan dengan penyaluran Dana Alokasi Umum dan/atau Dana Bagi Hasil Tahun Anggaran e) Mengajukan pencairan pinjaman kepada Bank Dunia atas Advance Payment DAK Bidang Infrastruktur Tahun 2016 sebesar Rp ,00. 26

37 f) Mengajukan pencairan pinjaman kepada Bank Dunia atas Value of Final Reimbursement sebesar Rp ,00 dan insentif senilai Rp ,00. g) Memberikan dana insentif kepada Pemda yang diverifikasi sebesar Rp ,00 (dibulatkan Rp ,00). Terhadap rekomendasi tersebut, sebanyak 7 rekomendasi telah ditindaklanjuti melalui penerbitan PMK berikut: a) PMK nomor 112/PMK.07/2016 tgl 12/7/2016 tentang Pelaksanaan Pemantauan dan Evaluasi Transfer ke Daerah yang Penggunaannya Sudah Ditentukan b) PMK nomor 187/PMK.07/2016 jo 48/PMK.07/2016 tgl 2/12/2016 tentang Pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa c) PMK nomor 187/PMK.07/2016 jo 48/PMK.07/2016 tgl 2/12/2016 tentang Pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa d) PMK nomor 187/PMK.07/2016 jo 48/PMK.07/2016 tgl 2/12/2016 tentang Pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa e) Referensi transfer 0003/1Q1TP76W/2016 tgl 14 Juni 2016 f) Referensi transfer 0003/1Q1TP76W/2016 tgl 14 Juni 2016 g) PMK nomor 160/PMK.07/2016 tgl 25 Oktober 2016 tentang Pedoman Umum dan Rincian Dana P2D2 Menurut Provinsi/Kabupaten/Kota TA Evaluasi atas Pinjaman Daerah Dalam melaksanakan fokus pengawasan berupa Evaluasi atas Pinjaman Daerah, BPKP menghasilkan 1 rekomendasi kepada Menteri Dalam Negeri yang sampai tahun 2016 berakhir belum ditindaklanjuti oleh mitra terkait. Rekomendasi perbaikan kebijakan berupa: 1) Menyempurnakan regulasi pinjaman daerah dengan memperkuat aspek kelembagaan, sejak perencanaan, pemanfaatan, s.d. pemantauan dan pengaturan pinjaman daerah oleh BLUD. 2) Mempertegas kewajiban pelaporan dan publikasi pinjaman daerah. 3) Mendorong pemerintah daerah agar mengelola risiko terkait pinjaman yang akan/ sedang dimanfaatkan. Terhadap rekomendasi tersebut di atas, seluruhnya belum ditindaklanjuti karena laporan hasil evaluasi baru diselesaikan pada triwulan 4 tahun Evaluasi atas Kinerja Keuangan dan Pembangunan (APBD Big Spender) Dalam melaksanakan fokus pengawasan berupa Evaluasi atas Pinjaman Daerah, BPKP menghasilkan 1 rekomendasi kepada Menteri PPN/Bappenas, Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Keuangan yang sampai tahun 2016 berakhir belum ditindaklanjuti oleh mitra terkait. Rekomendasi perbaikan kebijakan berupa: a. Menetapkan pedoman/peraturan sebagai petunjuk pelaksanaan/ teknis bagi pemerintah daerah dalam upaya standardisasi pengelolaan pendapatan daerah; b. Menetapkan kebijakan/peraturan (Surat Keputusan Bersama) yang mengatur mengenai penyelarasan/ sinkronisasi program-program prioritas nasional, baik nomen- 27

38 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA klatur maupun substansi sasaran/target, sebagai dasar penyusunan perencanaan/ penganggaran yang mengikat bagi pemerintah pusat (kementerian/lembaga) maupun pemerintah daerah (provinsi/ kabupaten/kota) secara jelas dan tegas; c. Membangun suatu sistem berbasis teknologi informasi untuk memastikan proses sinkronisasi program prioritas nasional, baik nomenklatur maupun substansi sasaran/target, dimulai dari perencanaan pemerintah pusat (RPJP, RPJMN/RKP) dengan perencanaan/penganggaran Pemda (RPJMD/RKPD, KUA/PPAS, DPA); d. Menetapkan pemberlakuan aturan reward dan punishment yang tegas/jelas terkait perencanaan/penganggaran dan pelaksanaan program-program di daerah yang sinkron/selaras dengan prioritas nasional (politik anggaran). Terhadap rekomendasi tersebut di atas, seluruhnya belum ditindaklanjuti karena laporan hasil evaluasi baru diselesaikan pada triwulan 4 tahun Evaluasi atas Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Dalam melaksanakan fokus pengawasan berupa Evaluasi atas Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) menghasilkan 1 rekomendasi kepada 7 pimpinan K/L/P yang sampai tahun 2016 berakhir belum ditindaklanjuti oleh mitra terkait. Rekomendasi perbaikan kebijakan berupa: a) Menteri Koordinator Perekonomian (1) mengusulkan kepada Presiden untuk menyempurnakan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan KEK yang telah diubah dengan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2012 tentang Perubahan PP Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan KEK, dengan memasukkan klausul: (a) rencana aksi sebagai syarat utama saat pengusulan pengembangan KEK dan menjadi faktor yang harus dipertimbangkan pada saat pengusulan baik oleh pemerintah daerah, pemerintah pusat, atau Badan Usaha. Rencana aksi dimaksud harus memuat secara jelas rencana kegiatan pengembangan KEK, target, dan pihak-pihak yang terlibat; (b) instansi yang terlibat dalam pengembangan KEK serta pembagian tugasnya dalam PP tentang Penetapan KEK untuk masing-masing KEK; (2) menyusun dan menetapkan Rencana Induk Nasional sebagai Grand Design pengembangan KEK yang akan menjadi acuan utama dalam melaksanakan verifikasi pengusulan KEK; b) Menteri PPN/Bappenas mengusulkan penyempurnaan indikator pengembangan KEK, yaitu tidak hanya penetapan KEK tapi juga target beroperasinya KEK dalam RPJMN. Hal tersebut untuk mempertajam proses verifikasi usulan dan komitmen pengembangan KEK antara lain komitmen untuk memenuhi target beroperasinya KEK dalam waktu 3 tahun yang didukung dengan komitmen pembangunan infrastruktur; c) Menteri Keuangan menyusun peraturan atau petunjuk teknis pelaksanaan PP terkait fasilitas dan kemu- 28

39 dahan di KEK. Petunjuk pelaksanaan tersebut dapat memuat besaran dan tata cara dalam penyusunan peraturan daerah terkait fasilitas dan kemudahan di KEK. d) Menteri Dalam Negeri memberikan teguran atau peringatan kepada Kepala daerah provinsi/kabupaten/ kota yang belum mendelegasikan wewenang perizinan dan non perizinan kepada Administrator di KEK sampai dengan batas waktu yang ditetapkan. e) Menteri Energi, Sumber Daya dan Mineral mengevaluasi dan memberikan masukan kepada Dewan Nasional tentang besaran sumber daya minimal yang dibutuhkan dalam melaksanakan kegiatan usaha tertentu dalam suatu KEK, sehingga menjadi salah satu pertimbangan pada saat pengusulan KEK. f) Menteri Agraria, Tata Ruang dan Badan Pertanahan Nasional merumuskan kebijakan pembebasan lahan di KEK dan mensosialisasikannya kepada para calon pengusul, pengusul, dan calon investor bersinergi dengan Dewan Nasional, Dewan Kawasan, dan Kepala Daerah. g) Kepada para kepala daerah selaku Ketua Dewan Kawasan agar: (1) melakukan revisi atas dokumen RPJMD dengan memasukkan pembangunan infrastruktur dan dukungan non infrastruktur atas pengembangan KEK yang di wilayahnya sebagai bentuk perwujudan komitmen pemerintah daerah; (2) merumuskan dan menetapkan kebijakan peningkatan kompetensi Administrator. Terhadap rekomendasi tersebut di atas, seluruhnya belum ditindaklanjuti karena laporan hasil evaluasi baru diselesaikan pada triwulan 4 tahun Evaluasi atas Pengelolaan Program Penanggulangan Penyakit Menular (PPM) Dalam melaksanakan fokus pengawasan berupa Evaluasi atas Pengelolaan Program Penanggulangan Penyakit Menular (PPM), BPKP menghasilkan 2 rekomendasi kepada Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri yang sampai tahun 2016 berakhir belum ditindaklanjuti oleh mitra terkait. Rekomendasi perbaikan kebijakan berupa: 1) Menteri Kesehatan a. Menerbitkan juknis yang mengatur tentang 1) pengelolaan data kinerja atas program PPM yang terintegrasi untuk semua jenis penyakit dalam rangka mengintegrasikan informasi sejak perencanaan sampai monitoring dan evaluasi dari tingkat pusat sampai ke unit layanan kesehatan.2) mekanisme penetapan target dari pusat (RPJMN) sampai RPJMD Provinsi dan Kabupaten/Kota; 3) adanya mekanisme penetapan target kinerja didasarkan pada database yang valid dan akurat dengan memanfaatkan data surveillance; 4) mekanisme monitoring dan evaluasi, pembagian peran dalam pelaksanaan monev mulai dari tingkat pusat s.d daerah. b. Melakukan pemetaan alokasi dana untuk program PPM dari berbagai sumber sebagai dasar untuk analisis proyeksi kebutuhan dana setiap pemerintah daerah dikaitkan dengan target kinerja yang telah ditetapkan untuk setiap pemerintah daerah. 29

40 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA c. Menerbitkan petunjuk teknis dari Permenkes No 82 tahun 2014 tentang Penanggulangan Penyakit Menular yang memuat secara tegas kewajiban pemerintah daerah untuk memiliki strategi penanggulangan PPM, mekanisme kerja, pola hubungan, termasuk alokasi biaya operasional atas kelembagaan yang telah dibentuk terutama jejaring kerja yang melibatkan masyarakat dan LSM. d. Melakukan internalisasi program PPM kepada pemerintah daerah untuk membangun awareness atas keberhasilan program PPM. e. Mengintensifkan promosi melalui pemanfaatan media promosi yang mudah dijangkau masyarakat seperti media radio, televisi, dan pemberdayaan unit layanan kesehatan. 2) Menteri Dalam Negeri a. Mendorong seluruh Kepala Daerah melaksanakan kebijakan yang telah dikeluarkan oleh Menteri Kesehatan terkait program PPM melalui peran pembinaan dan pengawasan yang dimiliki Kementerian Dalam Negeri, diantaranya menerbitkan strategi penanggulangan PPM untuk setiap jenis penyakit dan membentuk kelembagaan penanggulangan PPM yang mengedepankan jejaring kerja sampai tingkat masyarakat, serta memastikan ketersediaan. b. Dalam proses reviu RPJMD dan RAPBD, Pemerintah Provinsi dan Kementerian Dalam Negeri memastikan telah mengakomodasi penetapan IKU program PPM dan dukungan dana yang memadai untuk mendukung berperannya kelembagaan yang telah dibentuk oleh pemerintah daerah. Terhadap rekomendasi tersebut di atas, seluruhnya belum ditindaklanjuti karena laporan hasil evaluasi baru diselesaikan pada triwulan 4 tahun Evaluasi atas Pemberdayaan Pasar Tradisional Dalam melaksanakan fokus pengawasan berupa Evaluasi atas Pemberdayaan Pasar Tradisional (Pasar Rakyat) yang menghasilkan 3 rekomendasi strategis kepada Kementerian Koordinator Perekonomian, Menteri Perdagangan, dan Menteri Koperasi dan UKM yang sampai tahun 2016 berakhir belum ditindaklanjuti oleh mitra terkait. Rekomendasi perbaikan kebijakan berupa: 1) Menteri Koordinator Perekonomian Menetapkan pembagian peran pemberdayaan pasar tradisional antara Kementerian terkait terutama antara Kementerian Perdagangan, Kementerian Koperasi dan UKM, Kementerian, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Badan Nasional Pengelola Perbatasan serta kementerian teknis lainnya. 2) Menteri Perdagangan dan Kementerian Koperasi dan UKM a) Memfasilitasi kegiatan revitalisasi non fisik (manajemen, sosial dan ekonomi) secara simultan dengan kegiatan revitalisasi fisik di daerah. b) Penyederhanaan proses/syarat serah terima hasil revitalisasi fisik pasar tradisional yang bersumber dari dana Tugas Pembantuan antara lain: 30

41 - Proses audit tidak harus dilakukan oleh Inspektorat Kementerian Perdagangan, namun dapat melibatkan APIP lainnya - Membuat MoU dengan APIP di daerah untuk melakukan pengawasan pemberdayaan fisik pasar tradisional sejak proses perencanaan sampai dengan pembangunan. Sehingga saat pembangunan fisik selesai dilaksanakan dapat diyakini kesesuaian fisik dengan kontrak. c) Memfasilitasi pembangunan data base dan atau sistem informasi yang memadai untuk keperluan perencanaan, monitoring dan evaluasi serta pelaporan atas informasi-informasi minimal yang dibutuhkan terkait pemberdayaan pasar antara lain meliputi jumlah pasar tradisional, kondisi, lokasi, dan sebagainya Terhadap rekomendasi tersebut di atas, seluruhnya belum ditindaklanjuti karena laporan hasil evaluasi baru diselesaikan pada triwulan 4 tahun Evaluasi atas Kerja Sama Daerah (KSD) Dalam melaksanakan fokus pengawasan berupa Evaluasi atas Kerja Sama Daerah (KSD), BPKP menghasilkan 1 rekomendasi kepada Menteri Dalam Negeri selaku Pembina dan Pengawas Penyelenggaraan Kerjasama Daerah yang sampai tahun 2016 berakhir belum ditindaklanjuti oleh mitra terkait. Rekomendasi perbaikan kebijakan berupa: a) membangun database kerjasama daerah di seluruh Indonesia yang dikelompokkan dalam 2 klasifikasi: 1. Kerjasama antar Pemda; 2. Kerjasama dengan Pihak Ketiga. b) melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan Permendagri nomor 22 tahun c) menyusun standarisasi Penyusunan Surat Perjanjian Kerja/Kontrak agar muatan kontrak kerjasama daerah. d) menginstruksikan kepada seluruh Kepala Daerah yang melakukan kerjasama Daerah dengan pihak swasta agar membuat tugu/prasasti yang menginformasikan bangunan dibangun di tanah milik pemda untuk meminimalisir risiko pengalihan hak tanpa sepengetahuan Pemerintah daerah. e) menginstruksikan kepada seluruh Kepala Daerah untuk memasukkan anggaran monitoring dan evaluasi kerjasama daerah terutama yang berjangka waktu lama dan berisiko tinggi dan menjadi penugasan rutin dari Inspektorat Daerah sebagai wujud early warning system. Terhadap rekomendasi tersebut di atas, seluruhnya belum ditindaklanjuti karena laporan hasil evaluasi baru diselesaikan pada triwulan 4 tahun Pengawasan atas Optimalisasi Pendapatan Asli Daerah (OPAD) Dalam melaksanakan fokus pengawasan berupa Optimalisasi Pendapatan Asli Daerah, BPKP menghasilkan 2 rekomendasi kepada Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan yang sampai tahun 2016 berakhir belum ditindaklanjuti oleh mitra terkait. Rekomendasi perbaikan kebijakan berupa: 31

42 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 1) Kementerian Dalam Negeri a. menyusun petunjuk penyusunan data potensi PAD dalam proses penyusunan APBD; b. menginstruksikan kepada Kepala Daerah agar meningkatkan penerapan pengendalian intern pada proses bisnis pengelolaan PAD khususnya pada unsur penilaian risiko. c. memfasilitasi saluran komunikasi, data dan informasi guna rekonsiliasi pajak bahan bakar dan pajak penerangan jalan umum yang telah diterima oleh Pemda dengan jumlah yang telah dipungut oleh Pertamina dan PLN atau perusahaan lainnya. 2) Kementerian Keuangan a. menyusun peraturan menteri keuangan tentang ketentuan umum pajak daerah, tata cara penatausahaan pajak dan retribusi daerah dan pemeriksaan pajak dan retribusi daerah. b. mensinergikan data pajak daerah dengan pajak yang dipungut oleh pusat untuk kepentingan optimalisasi penerimaan pajak. c. melakukan sosialisasi best practices pengelolaan PAD sebagai bagian dari program peningkatan kompetensi SDM pemerintah daerah. Terhadap rekomendasi tersebut di atas, seluruhnya belum ditindaklanjuti karena laporan hasil evaluasi baru diselesaikan pada triwulan 4 tahun Evaluasi Penyusunan dan Penetapan APBD Tahun Anggaran 2016 Dalam melaksanakan fokus pengawasan berupa Evaluasi Penyusunan dan Penetapan APBD Tahun Anggaran 2016, BPKP menghasilkan 1 rekomendasi perbaikan kebijakan berupa: a) mengingatkan Gubernur/Bupati/Walikota untuk lebih mengoptimalkan pelaksanaan proses penyusunan dan penetapan APBD secara tepat waktu serta meningkatkan koordinasi dengan DPRD sehingga terjadi percepatan pembahasan atas penyusunan dan penetapan APBD. b) menyusun pedoman system monitoring dan evaluasi atas penyusunan APBD Provinsi/Kabupaten/Kota. Pedoman ini dapat dijadikan sebagai panduan bagi pemerintah daerah dalam memonitoring dan evaluasi setiap tahapan dalam penyusunan APBD, sehingga hambatan dan kendala dapat diketahui lebih dini dan pada akhirnya mutu dan ketepatan waktu penetapan APBD lebih baik. c) meningkatkan pembinaan kepada pemerintah provinsi/kabupaten/kota dalam penyelenggaraan pengelolaan keuangan daerah, khususnya dalam hal peningkatan kualitas SDM pemerintah daerah. Tindak lanjut berupa perbaikan kebijakan dengan terbitnya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 31 Tahun 2016 tanggal 7 Juni 2016 tentang Pedoman Penyusunan APBD Tahun 2017 yang mesyaratkan APBD ditetapkan tepat waktu yaitu selambat-lambatnya 32

43 tanggal 31 Desember. Disamping itu, tindak lanjut dapat dilihat dari trend penetapan APBD yang terlambat semakin menurun sebagaimana disajikan pada tabel 3.3 berikut: Tabel 3.3 Trend Waktu Penetapan APBD ( ) PENETAPAN APBD TAHUN Tepat Waktu (TW) Tidak Tepat Waktu (TTW) Jumlah Evaluasi Penyerapan Anggaran Pemda Tahun Anggaran 2016 Dalam melaksanakan fokus pengawasan berupa Evaluasi Penyerapan Anggaran Pemda Tahun Anggaran 2016, BPKP menghasilkan 1 rekomendasi perbaikan kebijakan berupa: a) Melanjutkan kebijakan tender Pra-DIPA/DPA untuk tahun anggaran 2017, yang pada tahun anggaran 2016 baru mencapai 1,53% dari nilai yang dilelangkan sebesar Rp202.16Triliun. b) Mempersiapkan pelaksanaan PBJ dengan lebih seksama dan meningkatkan koordinasi awal antar instansi terkait untuk perizinan dan pembebasan lahan. c) Mengembangkan sistem monitoring berkelanjutan atas penyerapan anggaran dan pelaksanaan PBJ. Terhadap rekomendasi untuk melanjutkan kebijakan tender pra DIPA/DPA tersebut, telah ditindaklanjuti melalui penyediaan aplikasi pengelolaan anggaran yang mengintegrasikan belanja barang jasa dan modal ke aplikasi Sistem Informasi Rencana Umum Pengadaan (SIRUP) LKPP. 16. Evaluasi Penyerapan Anggaran Kementerian Dalam Negeri Tahun Anggaran 2016 Dalam melaksanakan fokus pengawasan berupa Evaluasi Penyerapan Anggaran Kementerian Dalam Negeri Tahun Anggaran 2016, BPKP menghasilkan 1 rekomendasi perbaikan kebijakan berupa: a) mengumumkan Rencana Umum Pengadaan (RUP) berdasarkan RAPBN dengan mencantumkan klausul bahwa kontrak akan ditanda tangani setelah penetapan APBN. b) Mempercepat proses perhitungan revisi anggaran. Tindak lanjut yang dilakukan dengan melakukan revisi anggaran sedangkan pengumuman RUP belum dilaksanakan 17. Evaluasi Dana Otonomi Khusus Papua, Papua Barat, dan Aceh Audit pengelolaan dan penggunaan Dana Otsus di tiga provinsi adalah untuk mengetahui apakah kebijakan kepala daerah atas pengelolaan Dana Otsus telah sesuai dengan 33

44 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA tujuan yang ditetapkan dalam UU terkait otonomi khusus serta peraturan pelaksanaannya, dengan hasil disajikan pada tabel 3.4 berikut: Tabel 3.4 Hasil Evaluasi Dana Otsus Pemda yang diaudit 2014 Realisasi Dana Otsus ( Milyar Rp) Jumlah Sampel % Papua 7 Pemda 3.770, , ,90 460,30 5,62 Papua Barat 3 Pemda 1.183, , ,50 634,7 24,68 Aceh 4 Pemda 3.421, , ,70 671,8 9,67 Hasil audit ini mencakup Dana Otonomi Khusus termasuk Dana Tambahan Infrastruktur (Khusus Provinsi Papua, Papua Barat, dan Aceh) periode tahun 2014 dan 2015, dengan permasalahan sebagaimana disajikan pada tabel 3.5 berikut: Tabel 3.5 Rekapitulasi Permasalahan Evaluasi Dana Otsus NO Uraian Nilai Permasalahan Pemda (Milyar Rp) Papua Papua Barat Aceh 1 Pertanggungjawaban kegiatan yang tidak jelas/lengkap 12,2 76,7 2 Penggunaan dana tidak tepat sasaran 17,8 61,4 57,52 3 Alokasi perbidang yang tidak sesuai ketentuan: - untuk pendidikan <30%, kesehatan<15%, &infrastruktur<20%) - untuk bantuan kampung di Keerom >5% 158,1 77,9 4 Terdapat penyerahan hasil kegiatan ke pihak III yang belum didukung dokumen serah terima yang memadai dan lengkap 99,91 5 Terdapat kegiatan yang tidak dilaksanakan 18,23 6 Terdapat pemanfaatan hasil Belanja Modal belum sesuai tujuan 19,81 7 Permaslahan lain lain Nilai Total Temuan 271,7 153,8 243,80 Persentase Total temuan 59% 24% 36,29% Nilai kegiatan yang disampel 460,3 634,7 671,80 Terhadap kegiatan Audit Dana Otonomi Khusus Papua, Papua Barat dan Aceh tersebut telah disampaikan Ikhtisar Hasil audit Dana Otonomi. 34

45 Khusus kepada Presiden dan Menkopolhukam sebagaimana surat nomor SR-568/K/ D4/2016 tanggal 27 Juni 2016 dan nomor SR-569/K/D4/2016 tanggal 27 Juni Atas hasil evaluasi/audit terhadap Dana Otonomi Khusus Papua, Papua Barat dan Aceh tahun 2014 dan 2015 telah dilakukan kegiatan reviu tindak lanjut, dan hasilnya telah dilaporkan kepada Deputi PKD dengan laporan nomor LHR-156/D4.03/2016 tanggal 19 Desember 2016, yang antara lain menjelaskan bahwa dari hasil reviu diketahui bahwa dari 55 kejadian hasil temuan dengan nilai Rp ,96, baru 2 (dua) kejadian hasil temuan audit dengan nilai Rp ,91 yang telah diproses tindak lanjutnya. 18. Kajian Current Issue Dalam melaksanakan fokus pengawasan Kajian Current Issue berupa kajian atas Pembagian Urusan dan Bidang Kewenangan Daerah menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 dan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016, BPKP menghasilkan 1 rekomendasi perbaikan kebijakan berupa: a) Perlu diterbitkan regulasi sementara/transisi terkait pembentukan struktur kodefikasi/klasifikasi urusan pemerintahan daerah dan organisasi dengan memperhatikan Pasal 32 Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sekaligus mengakomodasi Satuan Kerja yang melaksanakan fungsi penunjang Urusan Pemerintahan agar tidak terjadi perbedaan struktur kodefikasi urusan pemerintahan dan organisasi antar pemerintah daerah yang berakibat adanya ketidaksesuaian terhadap pelaksanaan Peraturan Pengelolaan Keuangan Daerah khususnya untuk tahun b) Perlu dibuat regulasi yang terkait dengan implementasi SOTK baru yang dibentuk berdasarkan PP Nomor 18 Tahun 2016 untuk diberlakukan per 1 Januari 2017 serta pengisian jabatan perangkat daerah dilakukan pada akhir tahun 2016 agar tidak mengganggu penatausahaan pertanggungjawaban dan pelaporan APBD tahun 2016 dan APBD tahun Tindak lanjut yang dilakukan berupa perbaikan kebijakan dengan terbitnya Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 061/2911/Sj Tahun 2016 tanggal 4 Agustus 2016 tentang Tindak Lanjut Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 Tentang Perangkat Daerah. 19. Pengolahan dan Kompilasi LKPD dan Analisis Kinerja Keuangan Pemda Dalam melaksanakan fokus pengawasan berupa Pengolahan dan Kompilasi LKPD dan Analisis Kinerja Keuangan Pemda, BPKP menghasilkan 1 rekomendasi perbaikan kebijakan berupa: a) Menyusun suatu standar penilaian kinerja keuangan pemda, sehingga kinerja keuangan pemda dapat diukur. b) Memberikan pembinaan kepada pemda terkait dengan penyelenggaraan akuntansi, agar dapat menghasilkan laporan keuangan yang dapat diandalkan. c) Mendorong pemda untuk meningkatkan PAD dengan melakukan intensifikasi dan 35

46 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA ekstensifikasi pendapatan untuk meningkatkan derajat desentralisasi dan kemandirian keuangan daerahnya. d) Meningkatkan ketersediaan aset lancar untuk memenuhi kewajiban jangka pendek. e) Mendorong pemda untuk lebih proporsional dalam mengalokasikan belanjanya, yakni dengan melakukan penghematan terkait dengan belanja operasi dan meningkatkan belanja modal untuk pembangunan infrastruktur. f) Membuat perencanaan yang terukur berdasarkan perhitungan yang akurat atas komponen pendapatan, belanja, dan pembiayaan yang dapat menjamin ketersediaan dana/kas/silpa yang cukup untuk membayar belanja yang dilakukan oleh pemda, sehingga dapat dihindari adanya kegiatan yang sudah terealisasi namun tidak dapat dibayar oleh pemda pada tahun anggaran yang bersangkutan yang disebabkan kurangnya ketersediaan dana/kas/silpa. Terhadap rekomendasi tersebut di atas, seluruhnya belum ditindaklanjuti karena laporan hasil evaluasi baru diselesaikan pada triwulan 4 tahun Bimtek Penyusunan Rencana Aksi atas Hasil Audit BPK Dalam melaksanakan fokus pengawasan berupa Bimtek Penyusunan Rencana Aksi atas Hasil Audit BPK, BPKP menghasilkan 1 rekomendasi perbaikan kebijakan berupa: a) Mendorong pelaksanaan SPIP di pemda. Dapat dimulai dengan menyusun peta risiko kegiatan di tiap-tiap SKPD untuk mengetahui daftar risiko serta daftar celah pengendalian. b) Memonitor kewajiban penyusunan petunjuk pelaksanaan suatu kegiatan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. c) Mendorong pemda untuk menyusun prosedur pelaporan atau monitoring pada setiap sistem yang dibangun pemda. d) Mendorong peningkatan komitmen dan kompetensi SDM pemda dengan memberikan bimbingan teknis dan asistensi untuk pelaksanaan peraturan pengelolaan keuangan daerah yang telah terbit. e) Mengawal pelaksanaan rencana tindak atau rencana aksi yang telah disusun oleh pemda agar temuan BPK dapat segera ditindaklanjuti dan tidak terulang. Terhadap rekomendasi tersebut, untuk pemerintah daerah yang didampingi, telah seluruhnya ditindaklanjuti. Sementara untuk tindak lanjut atas rekomendasi kepada pemerintah daerah lainnya menunggu instruksi dari Menteri Dalam Negeri. 21. Bimtek /Asistensi Penilaian Maturitas SPIP pada BNPP Kegiatan penilaian maturitas SPIP dilakukan atas penyelenggaraan SPIP pada BNPP. Berdasarkan hasil penilaian maturitas penyelenggaraan SPIP dengan mengacu pada Perka No 4 tahun 2016 tentang Pedoman Penilaian dan Peningkatan Maturitas SPIP, diperoleh nilai maturitas penyelenggaraan SPIP sebesar 2,202. Hasil penilaian tersebut menghasilkan 1 rekomendasi strategis untuk meningkatkan level maturitas SPIP level 3. Terhadap 36

47 rekomendasi tersebut seluruhnya belum ditindaklanjuti dengan uraian sebagai berikut: a. Terkait unsur lingkungan pengendalian, membentuk/menetapkan unit yang melaksanakan fungsi pengawasan Intern bagi BNPP atau jika belum memungkinkan dibentuk APIP tersendiri, maka agar segera ditetapkan kebijakan yang dapat digunakan sebagai payung hukum bagi Inspektorat Jenderal Kementerian Dalam Negeri untuk memasukkan BNPP dalam Perencanaan Pengawasan Tahunan secara rutin. b. Terkait unsur penilaian risiko, melalui menetapkan Satgas Penyelenggaraan SPIP BNPP, yang akan menjadi motor penggerak implementasi SPIP di BNPP; Melakukan Sosialisasi serta workshop terkait proses identifikasi dan analisis risiko sebagaimana kebijakan yang telah ditetapkan melakui Perka BNPP Nomor 8 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di Lingkungan BNPP; Melakukan identifikasi risiko serta menyusun daftar risiko atas kegiatan utama dan menetapkannya secara formal; Melakukan analisis risiko serta menyusun Rencana Tindak Pengendalian (RTP)/rencana penanganan risiko atas kegiatan utama yang ditetapkan secara formal. c. Terkait unsur pemantauan, menetapkan unit kerja yang ditunjuk untuk melakukan evaluasi terpisah atas penyelenggaraan SPIP, sambil menunggu dibentuknya struktur/unit APIP; penyusunan kebijakan/ SOP untuk melakukan kegiatan evaluasi terpisah atas mutu kinerja Sistem Pengendalian Intern dan mekanisme untuk melaksanakan tindak lanjut temuan audit; dan Melakukan evaluasi atas kebijakan pemantauan berkelanjutan secara terdokumentasi, serta membangun mekanisme otomatisasi atas kegiatan pemantauan berkelanjutan. Terhadap rekomendasi tersebut di atas, seluruhnya telah ditindaklanjuti melalui pembangunan aplikasi terintegrasi dan akan dilaksanakan pada tahu Demikian juga dengan peran APIP yang efektif, sudah ditetapkan pendelegasian wewenang peran APIP kepada Inspektorat Kementerian Dalam Negeri melalui Permendagri no 69 tahun 2016 dan telah menjadi bagian dari PKPT Inspektorat Kemendagri. 22. Peningkatan Efektivitas SPIP Kegiatan peningkatan efektivitas SPIP dilakukan melalui pemberdayaan Tim Koordinasi Pembinaan Penyelenggaraan SPIP yang dibentuk melalui SK Kepala BPKP Nomor: KEP- 179/K/D4/2016 tanggal 17 Mei 2016 tentang Tim Koordinasi Pembinaan Penyelenggaraan SPIP pada K/L/P. Selama tahun 2016, Deputi PPKD telah melaksanakan beberapa kegiatan yang sedang dan akan dilanjutkan pada tahun 2017, diantaranya melalui optimalisasi peran Rendal dan Perwakilan dalam mendorong K/L dan Pemda untuk melaksanakan penilaian maturitas SPIP guna memperoleh baseline hasil penilaian maturitas SPIP. Selain itu, Deputi PPKD juga bekerja sama dengan USAID CEGAH, diantaranya untuk melakukan reviu atas pedoman penilaian maturitas SPIP oleh International expert dan dengan Worldbank melalui pencetakan buku dan Workshop best practices implementasi SPIP. Melalui kegiatan TKPP SPIP, Deputi PPKD telah menghasilkan 5 rekomendasi strategis 37

48 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA kepada 5 Kementerian/Lembaga yang diharapkan dapat mempercepat pencapaian target maturitas SPIP level 3, dengan uraian sebagai berikut: a. BPK RI 1) Data sharing temuan kelemahan SPI sebagai dasar pembuatan risk register nasional. 2) Penggunaan hasil penilaian maturitas penyelenggaraan SPIP sebagai dasar untuk mengidentifikasi kelemahan pengendalian internal. b. Menteri Dalam Negeri 1) Pencantuman target maturitas penyelenggaraan SPIP level 3 ke dalam Dokumen RPJMD. 2) Pengefektifan fungsi Pokja/Satgas SPIP di tingkat pemerintah daerah dalam pengembangan SPIP dan pencapaian maturitas level 3. c. Menteri PAN RB mencantumkan capaian atas tingkat maturitas SPIP sebagai salah satu unsur penilaian evaluasi pelaksanaan reformasi birokrasi pada instansi pemerintah. d. Menteri Keuangan 1) Mempertimbangkan capaian atas tingkat maturitas sebagai salah satu kriteria penetapan Dana Insentif Daerah. 2) Mensyaratkan penyertaan dokumen risk register dan rencana tindak pengendalian dalam proses pembahasan anggaran kementerian/lembaga. e. Kepala LAN Integrasi materi sistem pengendalian intern berbasis risiko ke dalam kurikulum pendidikan dan pelatihan kepemimpinan (DIKLATPIM). Terhadap rekomendasi tersebut di atas, seluruhnya belum ditindaklanjuti karena laporan hasil evaluasi baru diselesaikan pada triwulan 4 tahun Korsupgah KPK BPKP Kegiatan korsupgah KPK-BPKP tahun 2016 terdiri dari dua kegiatan, yaitu a. Penilaian risiko implementasi best practices perencanaan dan penganggaran, Unit Layanan Pengadaan (ULP), dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP). b. Monitoring dan Evaluasi tindak lanjut hasil korsupgah korupsi tahun 2015 Dari kegiatan implementasi best practices, telah dihasilkan register risiko dan rencana pengendalian untuk memitigasi risiko implementasi best practices perencanaan dan penganggaran, ULP, dan PTSP pada delapan pemda di delapan provinsi yang menjadi objek korsupgah. Terhadap rekomendasi tersebut telah ditindaklanjuti melalui penyusunan rencana tindak pengendalian (RTP) oleh pemerintah daerah. Selain itu, untuk kegiatan monitoring dan evaluasi tindak lanjut hasil korsupgah korupsi 38

49 tahun 2015, dari 1233 rekomendasi yang diberikan tim korsupgah kepada pemda objek korsupgah tahun 2015, per 30 September 2016 telah ditindaklanjuti sebanyak rekomendasi ( 58,23%), sedangkan yang belum tuntas ditindaklanjuti sebesar 891 rekomendasi (41,77%). 24. Asistensi Penyusunan Rencana Pembangunan Daerah Melalui kegiatan Asistensi Penyusunan Rencana Pembangunan Daerah, Deputi PPKD telah menghasilkan 1 rekomendasi strategis kepada Menteri dalam Negeri c.q. Direktorat Jenderal Otonomi Daerah berupa instruksi kepada Kepala Daerah yang diharapkan dapat mempercepat pencapaian target maturitas SPIP level 3, dengan uraian sebagai berikut: a. Menambahkan/menyesuaikan materi agenda pembangunan wilayah dengan berpedoman pada RPJMN Tahun (Buku III RPJMN), dan Indikator RPJMN lainnya (Tingkat Kapabilitas APIP, Tingkat Kematangan Implementasi/ Maturitas SPIP). b. Menginstruksikan Tim Penyusun RPJMD agar membahas langkah-langkah penyusunan RPJMD untuk mendapatkan gambaran tentang RPJMD yang disusun, dan selanjutnya melakukan pembahasan finalisasi rancangan RPJMD sebelum rancangan akhir RPJMD selesai. c. Menyelaraskan nomenklatur dan jumlah urusan pemerintahan pada RPJMD Kabupaten/Kota sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. d. Melakukan penilaian risiko dan merumuskan kegiatan pengendalian (kebijakan dan prosedur) dalam penyusunan APBD untuk meminimalkan risiko. 25. Evaluasi atas Implemantasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) Kabupaten/Kota Melalui kegiatan Evaluasi atas Implemantasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) Kabupaten/Kota, Deputi PPKD telah menghasilkan 1 rekomendasi strategis kepada Menteri PAN RB berupa instruksi kepada Kepala Daerah yang diharapkan dapat mempercepat pencapaian target maturitas SPIP level 3, dengan uraian sebagai berikut: a. Mendorong pemerintah daerah untuk menyusun rencana aksi perbaikan kualitas akuntabilitas kinerja pemerintah daerah. b. Melakukan kapitalisasi atas indikator-indikator kinerja yang dianggap telah memenuhi kriteria pengukuran kinerja yang baik untuk dapat dijadikan rujukan/referensi bagi setiap pemerintah daerah. c. Mendorong pengembangan sistem informasi berbasis teknologi informasi yang terintegrasi mulai dari perencanaan, pengukuran kinerja sampai dengan pelaporan kinerja termasuk penyediaan fasilitas untuk monitoring kinerja secara berkelanjutan (Continuous Monitoring) 39

50 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA d. Mendorong Aparat Pengawasan Intern Pemerintah Daerah untuk melakukan supervisi atas penyusunan rencana aksi perbaikan kualitas akuntabilitas kinerja pemerintah daerah serta melakukan monitoring dan evaluasi secara periodik dan berkesinambungan atas pelaksanaan rencana aksi tersebut. Terhadap rekomendasi tersebut di atas, seluruhnya belum ditindaklanjuti karena laporan hasil evaluasi baru diselesaikan pada triwulan 4 tahun Asistensi Pengelolaan Keuangan Daerah (SIMDA) Dalam melaksanakan fokus pengawasan berupa Asistensi Pengelolaan Keuangan Daerah (SIMDA), BPKP menghasilkan 1 rekomendasi perbaikan kebijakan berupa melakukan pengawasan dan pembinaan kepada pemerintah daerah dalam rangka peningkatan tata kelola keuangan, aset, dan pendapatan daerah serta implementasi Standar Akuntansi Berbasis Akrual. Tindak lanjut berupa perbaikan kebijakan dengan dibuatnya RPP tentang Pengelolaan Keuangan Daerah sebagai pengganti PP No. 58 Tahun Disamping itu, tindak lanjut dapat dilihat dari trend opini WTP yang semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat dari tabel berikut: No. Jenis Opini Tabel 3.5 Data Perkembangan Perolehan Opini BPK Jumlah Pemda LKPD 2012 LKPD 2013 LKPD 2014 LKPD WTP % ,8% ,8% ,6% 2. WDP % ,3% ,0% ,1% 3. TW 6 1% 11 2,1% 5 0,9% 4 0,7% 4. TMP 79 15% 46 8,8% 34 6,3% 30 5,6% JUMLAH % % % % Dari 312 WTP, 284 pemda (91%) diasistensi BPKP dan 253 pemda dengan SIMDA (81%) dan dari 196 WDP, 178 pemda (91%) diasistensi BPKP dan 168 pemda dengan SIMDA (87%). 27. Asistensi/Bimtek Pengelolaan Keuangan Desa Dalam melaksanakan fokus pengawasan berupa Asistensi/Bimtek Pengelolaan Keuangan Desa, BPKP menghasilkan 1 rekomendasi perbaikan kebijakan berupa: a) Penggunaan aplikasi tunggal keuangan desa (Siskeudes) b) Peningkatan efektifitas pembinaan dan pengawasan oleh pemerintah kabupaten/ kota kepada desa c) Peningkatan kapasitas perangkat desa. Tindak lanjut yang dilakukan berupa perbaikan kebijakan dengan terbitnya: Surat Direktur Jenderal Bina Pemerintahan Desa Kementerian Dalam Negeri Nomor 143/8350/BPD tanggal 27 November 2015 tentang Aplikasi Pengelolaan Keuangan Desa dan akan dibuatkan peraturan dalam negeri yang mengatur Siskeudes (masih 40

51 dalam proses) Surat Pimpinan KPK Nomor B.7508/01-16/08/2016 tanggal 31 Agustus tentang Himbauan terkait Pengelolaan Keuangan Desa/Dana Desa. 28. Bimtek Reviu RKA Pemda Dalam melaksanakan fokus pengawasan berupa Bimtek Reviu RKA Pemda, BPKP menghasilkan 1 rekomendasi perbaikan kebijakan berupa: a) Meminta pemda untuk meningkatkan kemampuan personil Inspektorat (APIP) tentang proses bisnis penyusunan dan reviu RKA-SKPD dan RKA-PPKD, serta penyusunan APBD terkait perencanaan, penganggaran, dan peraturan-peraturan terkait lainnya. b) Mendorong pemda untuk meningkatkan kemampuan personil SKPD tentang proses bisnis penyusunan RKA-SKPD dan RKA-PPKD dan penyusunan APBD terkait perencanaan, penganggaran, dan peraturan-peraturan terkait lainnya. c) Mensyaratkan kelengkapan dokumen KAK dalam penyusunan RKA-SKPD dan RKA-PPKD agar perencanaan kegiatan dalam RKA dapat mencapai tujuan dan sasaran KUA dan PPA. d) Tetap mengamanatkan kewajiban kepala daerah untuk menugaskan APIP melakukan reviu atas RKA-SKPD dan RKA-PPKD dalam Permendagri Pedoman Penyusunan APBD di tahun-tahun berikutnya. e) Menetapkan kebijakan reviu RKA berbasis penilaian risiko terutama atas kegiatan utama perangkat daerah sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Tindak lanjut berupa perbaikan kebijakan dengan terbitnya Surat Menteri Dalam Negeri Nomor 700/025/A.4/IJ tentang Pedoman Pelaksanaan Reviu Dokumen Rencana Pembangunan dan Anggaran Tahunan Daerah. 29. Bimtek Reviu LKPD Berbasis Akrual Dalam melaksanakan fokus pengawasan berupa Bimtek Reviu LKPD Berbasis Akrual, BPKP menghasilkan 1 rekomendasi perbaikan kebijakan berupa: a) Menyusun regulasi yang terinci tentang Petunjuk Teknis Reviu LKPD Berbasis Akrual bagi APIP daerah (Inspektorat Provinsi, Kabupaten, dan Kota) sebagai pengganti Permendagri No. 4 Tahun 2008 dengan mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) dan Permenkeu No. 8/PMK.09/2015 tentang Standar Reviu atas LKPD. b) Melakukan sosialisasi, workshop/bimtek dan asistensi pelaksanaan reviu LKPD berbasis akrual. c) Melakukan pengawasan dan pembinaan kepada pemda terkait implementasi Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual. Tindak lanjut yang dilakukan berupa perbaikan kebijakan dengan terbitnya Surat Menteri Dalam Negeri Nomor 900/795/B3/IJ tanggal 31 Agustus 2016 tentang Pedoman Pelaksanaan Reviu Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. 41

52 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 30. Peningkatan kapabilitas APIP pada K/L/P Pencapaian sasaran strategis 2 Meningkatnya maturitas SPIP diukur dengan menggunakan dua IKU, yaitu Maturitas SPIP Pemerintah Provinsi (Level 3) dan Maturitas SPIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 3). Tingkat maturitas SPIP merupakan kerangka kerja yang menunjukkan karakteristik dasar kematangan penyelenggaraan SPIP yang terstruktur dan berkelanjutan serta dapat digunakan sebagai instrumen evaluatif dan panduan generik peningkatan efektivitas SPIP. Semakin tinggi level maturitas penyelenggaraan SPIP pada Pemda, diharapkan akan semakin baik kualitas pencapaian tujuan instansi pemerintah dan semakin berkualitas birokrasi. IKU Maturitas SPIP Provinsi/Kab/Kota Level 3 merupakan tingkat minimal maturitas SPIP yang diharapkan dicapai oleh Pemda. Pada level 3 atau tingkat terdefinisi, berarti Pemda telah melaksanakan praktik pengendalian intern dan terdokumentasi dengan baik meskipun evaluasi atas pengendalian intern dilakukan tanpa dokumentasi yang memadai. Capaian kinerja sasaran strategis Meningkatnya maturitas SPIP diukur dengan menggunakan 2 IKU, yaitu Maturitas SPIP Pemerintah Provinsi (level 3) dan Maturitas SPIP Pemerintah Kabupaten/Kota (level 3) dengan ikhtisar sebagai berikut. Sasaran Strategis 2 Meningkatnya Maturitas SPIP Pencapaian sasaran strategis 2 Meningkatnya maturitas SPIP diukur dengan menggunakan dua IKU, yaitu Maturitas SPIP Pemerintah Provinsi (Level 3) dan Maturitas SPIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 3). Tingkat maturitas SPIP merupakan kerangka kerja yang menunjukkan karakteristik dasar kematangan penyelenggaraan SPIP yang terstruktur dan berkelanjutan serta dapat digunakan sebagai instrumen evaluatif dan panduan generik peningkatan efektivitas SPIP. Semakin tinggi level maturitas penyelenggaraan SPIP pada Pemda, diharapkan akan semakin baik kualitas pencapaian tujuan instansi pemerintah dan semakin berkualitas birokrasi. IKU Maturitas SPIP Provinsi/Kab/Kota Level 3 merupakan tingkat minimal maturitas SPIP yang diharapkan dicapai oleh Pemda. Pada level 3 atau tingkat terdefinisi, berarti Pemda telah melaksanakan praktik pengendalian intern dan terdokumentasi dengan baik meskipun evaluasi atas pengendalian intern dilakukan tanpa dokumentasi yang memadai. Capaian kinerja sasaran strategis Meningkatnya maturitas SPIP diukur dengan menggunakan 2 IKU, yaitu Maturitas SPIP Pemerintah Provinsi (level 3) dan Maturitas SPIP Pemerintah Kabupaten/Kota (level 3) dengan ikhtisar sebagai berikut. 42

53 Gambar 3.2 Capaian IKU Sasaran Strategis 2 Tahun 2016 Dari gambar 3.2 terlihat bahwa kedua IKU sasaran strategis 2 Meningkatnya maturitas SPIP belum mencapai target yang ditetapkan. Meski demikian, sampai dengan akhir Desember 2016, Deputi PPKD dengan dukungan 33 perwakilan BPKP telah berhasil memetakan baseline penilaian SPIP pada 290 pemerintah daerah yang terdiri dari 24 pemerintah provinsi dan 266 pemerintah kabupaten/kota dari total 34 pemerintah provinsi dan 508 pemerintah kabupaten/kota sebagaimana terlihat pada gambar 3.3 berikut: Gambar 3.3 Capaian baseline penilaian Maturitas SPIP pada Pemerintah Daerah s.d 31 Desember 2016 Dari hasil penilaian atas 290 pemerintah daerah tersebut di atas, yang telah memperoleh level 3 baru sebanyak 3 pemerintah provinsi dan 16 pemerintah kabupaten/kota. 43

54 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Tingkat maturitas SPIP yang masih relatif rendah di tingkat Pemerintah Kabupaten/ Kota sebagian besar disebabkan belum dimanfaatkannya pendekatan penilaian risiko dan mitigasinya dalam pencapaian tujuan sebagian besar Pemerintah Kabupaten/Kota, sebagaimana disajikan hasil analisis pencapaian maturitas SPIP pada 105 pemerintah daerah dengan periode asesmen tahun 2016 sebagaimana disajikan pada gambar 3.4, berikut: Gambar 3.4 Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil penilaian maturitas SPIP yang terendah pada unsur penilaian risiko diikuti dengan informasi dan komunikasi dan pemantauan, dengan uraian sebagai berikut: 1. Capaian terendah adalah unsur Penilaian Risiko dengan nilai rata-rata 0,102 dari nilai maksimal 1. Hal tersebut menunjukkan bahwa konsep manajemen risiko belum dipahami oleh instansi pemerintah. Hal tersebut juga menyiratkan bahwa kegiatan pengendalian dilakukan tanpa mempertimbangkan aspek risiko dalam pencapaian tujuan instansi pemerintah. 2. Untuk unsur Lingkungan Pengendalian, capaian terendah terdapat pada sub unsur Komitmen atas Kompetensi serta Penegakan Integritas dan Nilai Etika. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum pada instansi pemerintah memerlukan peningkatan kualitas SDM dan integritas serta nilai etika. 3. Untuk unsur Kegiatan Pengendalian, capaian terendah terdapat pada sub unsur Dokumentasi yang Baik atas Sistem Pengendalian Intern. Hal tersebut selain mempengaruhi capaian unsur Informasi dan Komunikasi serta Pemantauan, juga menunjukkan kelemahan aspek administrasi atas pengendalian. Kelemahan atas aspek administrasi tersebut juga tercantum dalam Ikhtisar Hasil Pemeriksaan BPK, sebanyak 2353 dari (38,26%) permasalahan terkait pengendalian intern pada semester 1 tahun 2016 Meski demikian, kemajuan perolehan nilai maturitas berdasarkan level dan jika dibandingkan dengan target 2019 masih cukup rendah sebagaimana disajikan gambar 3.6 berikut: 44

55 Gambar 3.6 Maturitas SPIP berdasarkan level Sumatera Jawa Kalimantan & Sulawesi Bali, NTT, NTB, Maluku & Papua Level 0 Level 1 Level 2 Level 3 Target Level 3 Tahun 2016 Target Level 3 Tahun 2019 dengan sebaran capaian berdasarkan provinsi sebagaimana disajikan pada gambar 3.7 berikut: Gambar 3.7 Peta Hasil Penilaian Maturitas Penyelenggaraan SPIP pada Pemerintah Daerah Sd. 31 Desember 2016 Pencapaian sasaran strategis 2 tersebut didukung dengan dana sebesar Rp ,00 atau 94,96% dari anggaran sebesar Rp ,00, dan SDM sebanyak OH, atau 114,68 % dari rencana sebanyak OH. Dari sisi penggunaan dana maupun SDM (OH), pencapaian kinerja sasaran strategis 2 masih inefisien. Hal ini terlihat dari rata-rata capaian IKU sasaran strategis sebesar 50.00% dan 60.15% lebih rendah daripada capaian penggunaan dana sebesar 94.96% dan penggunaan 45

56 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA OH sebesar 114,68%. Belum tercapainya target kinerja IKU Maturitas SPIP Pemerintah Daerah (Level 3) dengan mengacu pada hasil evaluasi yang telah dilakukan oleh Puslitbangwas BPKP, konsultan USAID-CEGAH, dan TK PP SPIP BPKP, dengan rincian sebagai berikut: 1. Komitmen dan kesadaran instansi pemerintah akan pentingnya SPIP dan target RPJMN atas maturitas penyelenggaraan sistem pengendalian intern perlu ditingkatkan. 2. Metode penilaian maturitas SPIP sesuai dengan Peraturan Kepala BPKP nomor 4 tahun 2016 dinilai komprehensif dan kompleks yang membutuhkan sumber daya yang besar. 3. Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) dinilai belum kompeten sebagai assessor untuk melaksanakan penilaian terhadap maturitas SPIP Upaya yang akan dilakukan untuk meningkatkan level maturitas SPIP Pemda antara lain sebagai berikut: 1. Mengoptimalkan peran koordinasi TKPP SPIP untuk mengkoordinasikan pelaksanaan penugasan peningkatan level maturitas SPIP Pemerintah Daerah 2. Pembuatan surat edaran Deputi PPKD sebagai petunjuk pelaksanaan Perka Nomor 4/2016 yang berlaku untuk seluruh kedeputian rendal dan perwakilan BPKP tahun High level meeting BPKP dengan BPK, Kemendagri, Kemenkeu, dan K/L teknis 4. Workshop asesor maturitas SPIP untuk BPKP Pusat dan K/L (target th 2017 sebanyak 400 orang) 5. Workshop asesor maturitas SPIP Pwk BPKP dan Pemda (target th 2017 sebanyak orang) 6. Menyediakan data baseline maturitas level SPIP 100% sebanyak total 322 IP 7. Bimtek peningkatan maturitas SPIP untuk setiap level, total sebanyak 284 IP (hasil penilaian 2016) ditambah 322 (hasil penilaian baseline th 2017) 8. Pembuatan SIM maturitas SPIP 9. Penyempurnaan model (maturitas) 10. Penyempurnaan aplikasi maturitas SPIP 11. Penyempurnaan grand strategy (termasuk membuat Panduan Penyusunan Roadmap Menuju SPIP Level 3 bagi K/L/P) 12. Audit komunikasi BPKP untuk mengoptimalkan upaya promosi SPIP 13. Penyusunan buku Good Practices of SPIP dan e-book 14. Workshop Good Practices of SPIP 15. Diklat maturitas SPIP (6 kelas) 16. Penyusunan modul maturitas SPIP 17. Perbaikan website SPIP 18. Perbaikan profil pembinaan SPIP oleh BPKP Uraian capaian kinerja yang ditunjukkan oleh capaian 2 IKU sasaran strategis 2 disajikan sebagai berikut. 46

57 IKU 1 Sasaran Strategis 2 Maturitas SPIP Pemerintah Provinsi (Level 3) IKU 1 sasaran strategis 2 Maturitas SPIP Pemerintah Provinsi (Level 3) mencerminkan kualitas penyelenggaraan SPIP seluruh Pemerintah Provinsi yang diharapkan berada pada level 3. Maturitas SPIP Pemerintah Provinsi diukur menggunakan skala 1-5. Semakin tinggi nilai maturitas SPIP menunjukkan kualitas penyelenggaraan SPIP yang semakin baik. Sampai dengan tahun 2016, dari 34 pemerintah provinsi yang menjadi mitra kerja BPKP, terdapat 3 pemerintah provinsi yang telah mencapai tingkat maturitas SPIP level 3, yaitu : Provinsi DIY, Provinsi Jawa Tengah, dan Bali, dengan capaian kinerja sasaran strategis Maturitas SPIP Pemerintah Provinsi (Level 3) masih di bawah target sebesar 12.50% dari target sebesar 25% dengan capaian sebesar 50%. Meskipun capaian indikator kinerja sasaran dan indikator kinerja program masih relatif rendah yaitu 50.00% tetapi telah terjadi peningkatan kinerja yang cukup signifikan. Untuk baseline penilaian maturitas SPIP pada pemerintah provinsi, dari jumlah pemerintah provinsi sebanyak 34 pemerintah provinsi, sampai dengan tahun 2016, telah dilakukan penilaian maturitas SPIP sebanyak 24 pemerintah provinsi dan jika dibandingkan dengan penilain maturitas SPIP sampai dengan tahun 2015 sebanyak 3 pemerintah provinsi maka terdapat kenaikan sebesar 21 pemerintah provinsi atau 700%. Sedangkan terkait maturitas SPIP level 3, jika dibandingkan dengan realisasi sampai dengan tahun 2015 yang masih nihil, maka terdapat peningkatan jumlah pemerintah provinsi yang memperoleh maturitas level 3 sebanyak 3 (tiga) pemerintah provinsi atau 300%. Selain itu, terdapat 3 pemda provinsi dengan tingkat maturitas menuju level 3 dengan mengacu pada hasil initial assessment oleh BPKP dan APIP Pemda serta upaya peningkatan yang telah dilakukan oleh pemerintah provinsi terkait sebagaimana disajikan pada tabel 3.7 yaitu: Tabel 3.7 Data Pemerintah Provinsi yang mencapai level 3 No Nama Provinsi Skor Hasil Inisial assessment 1 Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Provinsi Jawa Tengah Provinsi Bali 3.01 Perbandingan realisasi IKU sasaran strategis Maturitas SPIP Pemerintah Provinsi (Level 3) dengan tahun sebelumnya sebagaimana disajikan pada gambar 3.8 berikut: 47

58 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Gambar 3.8 Perbandingan Target dan Realisasi IKU 1 Sasaran Strategis 2 Tahun 2016 Catatan: Data realisasi dan capaian tahun 2015 merupakan hasil koreksi dari Inspektorat BPKP Perbandingan realisasi indikator sasaran strategis dengan target akhir Renstra BPKP periode disajikan pada gambar 3.9 berikut. Gambar 3.9 Perbandingan Realisasi IKU 1 Sasaran Strategis 2 dengan Target Tahun 2019 Catatan: Data realisasi dan capaian tahun 2015 merupakan hasil koreksi dari Inspektorat BPKP Jika dibandingkan dengan target tahun 2019 sebesar 85%, maka belum terealisasinya IKU 1 sasaran strategis 2 pada tahun 2016 menjadi tantangan untuk berupaya lebih keras dan terukur guna mencapai target maturitas SPIP level 3 pada 85% Pemerintah Provinsi. Sasaran strategis Maturitas SPIP Pemerintah Provinsi (Level 3) didukung sasaran program Meningkatnya kualitas penerapan SPIP pada pemerintah daerah dengan IKU dan uraian capaian kinerja yang sama dengan sasaran strategisnya yaitu Maturitas SPIP Pemerintah Provinsi (level 3). 48

59 IKU 2 Sasaran Strategis 2 Maturitas SPIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 3) IKU 2 sasaran strategis 2 Maturitas SPIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 3) mencerminkan kualitas penyelenggaraan SPIP seluruh Pemerintah Kabupaten/Kota yang diharapkan berada pada level 3. Sebagaimana maturitas SPIP Pemerintah Provinsi, maturitas SPIP Pemerintah Kabupaten/Kota diukur menggunakan skala 0-5. Semakin tinggi nilai maturitas SPIP menunjukkan kualitas penyelenggaraan SPIP yang semakin baik. Target level maturitas SPIP Pemerintahan Kabupaten/Kota (Level 3) pada tahun 2016 adalah 10% dari 266 jumlah Kabupaten/Kota yang telah dilakukan penilaian maturitas SPIP. Sampai dengan tahun 2016, capaian indikator kinerja sasaran strategis dan sasaran program masih relatif rendah yaitu 60,15%. Meskipun demikian, telah terjadi peningkatan kinerja yang cukup signifikan. Untuk baseline penilaian maturitas SPIP pada pemerintah kabupaten/kota, dari jumlah pemerintah provinsi sebanyak 508 pemerintah kabupaten/kota, sampai dengan tahun 2016, telah dilakukan penilaian maturitas SPIP sebanyak 266 pemerintah kabupaten/kota dan jika dibandingkan dengan penilain maturitas SPIP sampai dengan tahun 2015 sebanyak 74 pemerintah kabupaten/kota maka terdapat kenaikan sebesar 192 pemerintah kabupaten/kota atau 259,46%. Dalam tahun 2016, terdapat 16 pemerintah kabupaten/kota yang telah mencapai maturitas SPIP level 3. Jika dibandingkan dengan realisasi sampai dengan tahun 2015 sebanyak 4 pemerintah kabupaten/kota, maka terdapat peningkatan jumlah pemerintah kabupaten/ kota yang memperoleh maturitas level 3 sebanyak 12 pemerintah kabupaten/kota atau 300%, dengan rincian pada tabel 3.8 berikut: Tabel 3.8 Data Pemerintah Kabupaten/Kota potensi memperoleh level 3 No Nama Pemkab/Kota Skor Maturitas Level Maturitas 1 Kab. Banyuwangi Kab. Boyolali Kab. Gianyar Kab. Kudus Kab. Serang Kab. Sleman Kab. Tanah Datar Kota Lhokseumawe

60 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 9 Kota Padang Kota Semarang Kota Sorong Kota Surabaya Kota Surakarta Kota Tangerang Kota Tangerang Selatan Kota Yogyakarta Jika dibandingkan dengan realisasi IKU sasaran strategis Maturitas SPIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 3) dengan tahun sebelumnya maka terjadi peningkatan yang cukup signifikan baik dari realisasi maupun capaian sasaran kinerja sebagaimana disajikan pada gambar 3.10 berikut: Gambar 3.10 Perbandingan Realisasi IKU2 Sasaran 2 Maturitas SPIP Pemerintah kabupaten/kota dengan Tahun Sebelumnya Sedangkan jika dibandingkan dengan target capaian indikator kinerja sasaran tahun 2019 disajikan pada gambar 3.11 berikut: Gambar 3.11 Perbandingan Realisasi IKU 3 Sasaran Strategis 2 dengan Target Tahun

61 Dari gambar di atas, terlihat bahwa jika dibandingkan dengan target tahun 2019 sebesar 70%, maka realisasi IKU sebesar 6,02% pada tahun 2016 mencapai 60,15% dari target tahun 2019 tersebut. Sehingga dibutuhkan upaya lebih keras dan terukur guna mencapai target maturitas SPIP level 3 pada 70% Pemerintah Kabupaten/Kota. Sasaran strategis Maturitas SPIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 3) didukung sasaran program Meningkatnya kualitas penerapan SPIP pada pemerintah daerah dengan IKU dan uraian capaian kinerja yang sama dengan sasaran strategisnya yaitu Maturitas SPIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 3). Sasaran Strategis 3 Meningkatnya Kapabilitas Pengawasan Intern Pemerintah Daerah Kapabilitas APIP (Level 3) mencerminkan kualitas kapabilitas aparat pengawasan intern pemerintah (APIP). Kapabilitas APIP diukur menggunakan skala 1-5. Semakin tinggi level kapabilitas APIP menunjukkan kualitas kapabilitas APIP yang semakin baik. Kapabilitas APIP berdasarkan kriteria penilaian IA-CM dikelompokkan ke dalam 5 Level, yaitu: Level 1 (Initial), Level 2 (Infrastructure), Level 3 (Integrated), Level 4 (Managed), dan Level 5 (Optimizing). Setiap Level terdiri dari 6 Elemen, yaitu: Peran dan Layanan Pengawasan Intern, Pengelolaan SDM, Praktik Profesional, Manajemen dan Akuntabilitas Kinerja, Hubungan dan Budaya Organisasi, dan Struktur Tata Kelola. Untuk mencapai masing-masing level, APIP harus memenuhi beberapa (Key Process Area) KPA yang bersifat building block, artinya untuk mencapai level yang lebih tinggi KPA di level lebiih harus terlebih dahulu dipenuhi dan untuk bisa mencapai Level 5 (Optimizing), APIP harus memenuhi 41 KPA. APIP yang memiliki kapabilitas pada Level 3 (Integrated) diharapkan telah menetapkan praktik profesional audit internal secara seragam dan telah telah selaras dengan standar audit. Area perubahan yang diharapkan dalam rangka peningkatan kapabiliats APIP mencakup pemenuhan Key Process Area Level 2 dan Level 3 sebagai berikut: Tabel 3.8 pemenuhan Key Process Area Level 2 dan Level 3 No Elemen Kriteria KPA Level 2 Kriteria KPA Level 3 1 Peran dan Layanan APIP memberikan jasa pengawasan ketaatan (compliance auditing) 2 Manajemen SDM APIP mengidentifikasi dan merekrut tenaga SDM yang kompeten, sehingga kegiatan pengawasan dilaksanakan oleh auditor yang kompeten APIP melaksanakan value for money audit/ audit kinerja untuk menilai keekonomisan, efisiensi, efektivitas APIP memberikan jasa konsultansi (advisory services) Adanya koordinasi SDM APIP (workforce), sehingga rencana pengawasan (PKPT) sesuai dengan ketersediaan SDM 51

62 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA No Elemen Kriteria KPA Level 2 Kriteria KPA Level 3 APIP telah melakukan pengembangan profesi bagi individu auditor melalui diklat, PKS/PPM, dan bentuk-bentuk pengembangan profesi yang lainnya 3 Praktik Profesional Perencanaan pengawasan disusun berdasarkan pada prioritas manajemen/ pemangku kepentingan 4 Akuntabilitas dan Manajemen Kinerja 5 Hubungan dan Budaya Organisasi APIP memiliki kerangka kerja praktik profesional berikut prosesnya (menetapkan standar audit, SOP pelaksanaan audit) Adanya rencana kerja tahunan/renja (business plan) Tersedianya anggaran operasional kegiatan pengawasan Adanya pengelolaan tugas pokok dan fungsi di internal APIP Tersedianya staf APIP yang profesional, yang dikukuhkan dengan sertifikasi dari organisasi profesi Pengembangan kompetensi SDM APIP berbasis tim (team building) Perencanaan audit berbasis risiko, yang difokuskan pada skala prioritas pada risiko tertinggi APIP memiliki kerangka kerja untuk mengelola kualitas kegiatan pengawasannya (QAIP) APIP memiliki kebijakan, sistem dan prosedur pelaporan manajemen kegiatan pengawasan (misalnya SIMONEV, AKIP) Danya sistem informasi keuangan/ biaya yang mengacu pada standar biaya yang berlaku Adanya sistem pengukuran kinerja (Tapkin dan LAKIP) APIP merupakan bagian dari komponen tim manajemen (K/L/D) yang integral Terselenggaranya koordinasi dengan pihak lain (other review groups) yang memberikan jasa konsultansi dan penjaminan (assurance and advisory services) 6 Struktur Tata Kelola Hubungan pelaporan telah terbangun APIP telah memiliki mekanisme pendanaan yang dapat mengidentifikasi dampak pembatasan sumber daya terhadap cakupan tugas pokok dan fungsinya APIP memiliki akses penuh terhadap informasi aset, dan personil unit organisasi K/L/Pemda Dilakukannya pengawasan manajemen terhadap kegiatan APIP (oversight body) Sasaran strategis 3 yaitu Meningkatnya kapabilitas pengawasan intern Pemerintah Daerah diukur dengan menggunakan 2 IKU yaitu Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 3) dan Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 3). Kedua IKU tersebut mencerminkan kapasitas dan kapabilitas APIP Pemda dalam menjalankan perannya sebagai auditor intern pada instansinya masing- masing. Penilaian dilakukan dengan menggunakan parameter-parameter terukur yang diadaptasi dari framework Internal Audit-Capability Model (IA- CM), The Institute of Internal Auditor. Capaian kinerja sasaran strategis Meningkatnya kapabilitas pengawasan intern pemerintah 52

63 pada Pemerintah Daerah diukur menggunakan 2 IKU, yaitu Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi Level 3 dan Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota Level 3 dengan ikhtisar pada gambar 3.12 berikut. Gambar 3.12 Capaian IKU Sasaran Strategis 3 Tahun 2016 Dari gambar 3.12 terlihat bahwa kedua IKU sasaran strategis 3 Meningkatnya kapabilitas pengawasan intern pemerintah pada Pemerintah Daerah belum mencapai target yang ditetapkan. Pencapaian sasaran strategis 3 didukung dengan dana sebesar Rp ,00 atau 93.80% dari anggaran sebesar Rp ,00, dan SDM sebanyak OH, atau 491,25% dari rencana sebanyak 240 OH. Dari sisi penggunaan dana maupun SDM (OH), pencapaian kinerja sasaran strategis 3 inefisien. Hal ini terlihat dari rata-rata capaian IKU sasaran strategis kapabilitas APIP pemerintah provinsi dan kabupaten/kota sebesar 45.45% dan 23.95% yang lebih rendah daripada capaian penggunaan dana sebesar 94,79% dan penggunaan OH sebesar 491,25%. Belum tercapainya target disebabkan proses peningkatan kapabilitas APIP menjadi level 3 tidak dapat dicapai dalam waktu singkat dan sangat tergantung pada komitmen dari pimpinan pemerintah daerah. Uraian capaian kinerja yang ditunjukkan oleh capaian 2 IKU sasaran strategis 3 disajikan sebagai berikut. IKU 1 Sasaran Strategis 3 Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 3) IKU 1 Sasaran Strategis 3 Kapabilitas APIP Provinsi (Level 3) mencerminkan kualitas kapabilitas APIP Provinsi diharapkan berada pada Level 3. Kapabilitas APIP diukur menggunakan skala 1-5. Semakin tinggi nilai kapabilitas APIP menunjukkan kualitas APIP yang semakin baik dalam menjalankan perannya sebagai auditor intern. Tingkat kapabilitas APIP disimpulkan dari hasil penilaian tingkat kapabilitas yang dilaksanakan oleh BPKP dan atau dilaksanakan sendiri oleh APIP K/L/Pemda dengan quality assurance dari 53

64 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA BPKP menggunakan pedoman penilaian kapabilitas APIP yang dikembangkan oleh BPKP. IKU 1 Sasaran Strategis 3 Kapabilitas APIP Provinsi (Level 3) diukur dengan menghitung jumlah APIP Provinsi yang telah memperoleh capaian tingkat kapabilitas level 3 dibandingkan jumlah APIP Provinsi yang telah diassement kapabilitas APIP sebanyak 33 Pemerintah Provinsi dari populasi sebanyak 34 pemerintah provinsi. Pada tahun 2016, dari 34 Provinsi, sebanyak 3 APIP yang mencapai tingkat kapabilitas APIP level 3, yaitu: Provinsi Jawa Barat, Provinsi Bangka Belitung, dan Provinsi Gorontalo. Dengan demikian, realisasi kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (level 3) sebesar 9,09% dari target sebesar 20% dengan capaian sebesar 45,45%. Meskipun capaian indikator kinerja sasaran dan indikator kinerja program masih relatif rendah yaitu 45,45% tetapi telah terjadi peningkatan kinerja yang cukup signifikan dalam hal pencapaian kapabilitas APIP level 3. Sampai dengan tahun 2016, terdapat 3 APIP yang telah memperoleh level 3. Jika dibandingkan dengan realisasi sampai dengan tahun 2015 yang masih nihil, maka terdapat peningkatan jumlah APIP pemerintah provinsi yang memperoleh kapabilitas APIP pemerintah provinsi level 3 sebanyak 3 (tiga) APIP pemerintah provinsi atau 300%. Tingkat kapabilitas APIP (level 3) yang masih relatif rendah di tingkat Pemerintah Provinsi antara lain disebabkan komitmen pemerintah daerah dalam memberdayakan APIP yang masih perlu ditingkatkan. Perbandingan realisasi IKU 1 sasaran strategis 3 tahun 2016 dengan target akhir Renstra BPKP periode disajikan dalam gambar 3.13 berikut: Gambar 3.13 Capaian IKU 1 Sasaran Strategis 3 Tahun 2016 Sasaran strategis 3 Kapabilitas APIP Provinsi (Level 3) didukung sasaran program Meningkatnya kapabilitas APIP pada pemerintah daerah dengan IKU dan uraian capaian kinerja yang sama dengan sasaran strategisnya yaitu Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (level 3). 54

65 IKU 2 Sasaran Strategis 3 Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 3) IKU Kapabilitas APIP Kabupaten/Kota (Level 3) mencerminkan kualitas kapabilitas APIP Kabupaten/Kota diharapkan berada pada Level 3. Kapabilitas APIP diukur menggunakan skala 1-5. Semakin tinggi nilai kapabilitas APIP menunjukkan kualitas APIP yang semakin baik dalam menjalankan perannya sebagai auditor intern. Tingkat kapabilitas APIP disimpulkan dari hasil penilaian tingkat kapabilitas yang dilaksanakan oleh BPKP dan atau dilaksanakan sendiri oleh APIP K/L/Pemda dengan quality assurance dari BPKP menggunakan pedoman penilaian kapabilitas APIP yang dikembangkan oleh BPKP. IKU Kapabilitas APIP Kabupaten/Kota (Level 3) diukur dengan menghitung jumlah APIP Kabupaten/Kota yang telah memperoleh capaian tingkat kapabilitas level 3 dibandingkan jumlah APIP Kabupaten/Kota yang telah dilakukan assessment kapabilitas APIP sebanyak 501 pemerintah kabupaten/kota dari populasi sebanyak 508 pemerintah kabupaten/kota. Pada tahun 2016, dari 501 Kabupaten/Kota yang telah dilakukan penilaian sebanyak 12 APIP yang mencapai tingkat kapabilitas APIP level 3, yaitu: 1 Kab Lahat 2 Kab Banyuasin 3 Kab Banjar 4 Kab Lombok Barat 5 Kab Kudus 6 Kab Blora 7 Kab Bangka 8 Kab Bangka Tengah 9 Kota Surakarta 10 Kota Bandung 11 Kota Banjarmasin 12 Kota Gorontalo Dengan demikian, realisasi kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota (level 3) sebesar 2,40% dari target sebesar 10% dengan capaian sebesar 23,95%. Meskipun capaian indikator kinerja sasaran dan indikator kinerja program masih relatif rendah yaitu 23,95 % tetapi telah terjadi peningkatan kinerja yang cukup signifikan dalam hal pencapaian kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota level 3. Sampai dengan tahun 2016, terdapat 12 APIP pemerintah kabupaten/kota yang telah memperoleh level 3. Jika dibandingkan dengan realisasi sampai dengan tahun 2015 yang masih nihil, maka terdapat peningkatan jumlah APIP pemerintah provinsi yang memperoleh kapabilitas APIP pemerintah provinsi level 3 sebanyak 12 (tiga) APIP pemerintah provinsi atau 1.200%. Tingkat kapabilitas APIP (level 3) yang masih relatif rendah di tingkat Pemerintah Kabupaten/ 55

66 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Kota antara lain disebabkan pedoman peningkatan kapabilitas APIP dalam proses penyempurnaan selama tahun Perbandingan realisasi IKU sasaran strategis tahun 2016 dengan target akhir Renstra BPKP periode disajikan dalam gambar 3.14 berikut. Gambar 3.14 Perbandingan Realisasi IKU 3 Sasaran Strategis 3 dengan Target Tahun 2019 Sasaran strategis 3 Kapabilitas APIP Kabupaten/Kota (Level 3) didukung sasaran program Meningkatnya kapabilitas APIP pada pemerintah daerah dengan IKU dan uraian capaian kinerja yang sama dengan sasaran strategisnya yaitu Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/ Kota (level 3). Berikut disajikan uraian capaian IKU sasaran program 3 Meningkatnya kapabilitas pengawasan intern pemerintah daerah, berikut: IKU 1 Sasaran Program 3 Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (level 3) Uraian capaian kinerja IKU 1 Sasaran Program 3 Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 3) sama dengan IKU Sasaran Strategisnya. IKU 2 Sasaran Program 3 Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (level 2) Target level kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (level 2) pada tahun 2016 adalah sebesar 40% atau 14 APIP dari jumlah APIP Pemerintahan Provinsi yang dibina tahun Sampai dengan tahun 2016, terdapat 18 APIP Pemerintah Provinsi berdasarkan penilaian mandiri melaporkan bahwa tingkat kapabilitas APIP-nya mencapai level 2 atau 54,55% dari total 33 Pemerintah Provinsi. Sehingga capaian kinerja kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi di level 2 adalah sebesar % 56

67 Jika dibandingkan dengan realisasi indikator kinerja dengan tahun 2015, pencapaian kinerja tahun 2016 terdapat kenaikan (delta) kinerja sebesar 16,31% karena pada tahun 2015 kinerja APIP Pemerintah Kabupaten/Kota di level 2 mencapai 38,24%. Pembandingan realisasi indikator sasaran strategis dengan target akhir Renstra Deputi PPKD periode digambarkan dalam gambar 3.15 sebagai berikut: Gambar 3.15 Perbandingan realisasi IKP 3 dengan target akhir periode Renstra IKU 3 Sasaran Program 3 Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (level 1) Target level kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (level 1) pada tahun 2016 adalah sebesar 40% dari jumlah Pemerintahan Provinsi dilakukan assessment kapabilitas APIP. Capaian kinerja diukur dengan kondisi bahwa semakin tinggi realisasi menunjukkan semakin rendah pencapaian kinerja. Sampai dengan tahun 2016, berdasarkan penilain mandiri, Pemerintah Provinsi yang tingkat kapabilitas APIP-nya mencapai level 1 adalah sebanyak 13 Pemerintah Provinsi atau 39,39% dari total 33 Pemerintah Provinsi yang telah di assessment kapabilitas APIP. Sehingga capaian kinerja kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (level 1) adalah sebesar 96.33%. Jika dibandingkan dengan realisasi indikator kinerja dengan tahun 2015, pencapaian kinerja tahun 2016 terdapat kenaikan (delta) kinerja sebesar 11.73% karena pada tahun 2015 kinerja APIP Pemerintah Provinsi di level 1 mencapai 84,60%. Pembandingan realisasi indikator sasaran strategis dengan target akhir Renstra Deputi PPKD periode digambarkan dalam gambar 3.16 sebagai berikut: 57

68 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Gambar 3.16 Perbandingan realisasi IKP 3.5 dengan target akhir periode Renstra IKU 4 Sasaran Program 3 Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota (level 3) Uraian capaian kinerja IKU 1 Sasaran Program 3 Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/ Kota (Level 3) sama dengan IKU Sasaran Strategisnya. IKU 5 Sasaran Program 3 Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota (level 2) Target level kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 2) pada tahun 2016 adalah sebesar 25% dari jumlah Pemerintahan Kabupaten/Kota yang dibina tahun Sampai dengan tahun 2016, berdasarkan penilaian mandiri, Pemerintah Kabupaten/Kota yang tingkat kapabilitas APIP-nya mencapai level 2 adalah sebanyak 211 pemda atau 42.12% dari 501 Pemerintah Kabupaten/Kota yang dibina sehingga capaian kinerja kapabilitas APIP pemerintah kabupaten/kota (level 2) adalah sebesar % dari target sebesar 25%. Jika dibandingkan dengan realisasi indikator kinerja dengan tahun 2015, pencapaian kinerja tahun 2016 terdapat kenaikan (delta) kinerja sebesar 22.43% karena pada tahun 2015 kinerja APIP Pemerintah Kabupaten/Kota di level 2 mencapai 19,69%. Pembandingan realisasi indikator sasaran strategis dengan target akhir Renstra BPKP periode digambarkan dalam gambar 3.17 sebagai berikut: 58

69 Gambar 3.17 Perbandingan realisasi IKP 3.4 dengan target akhir periode Renstra Target Realisasi IKU 6 Sasaran Program 3 Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota (level 1) Target level kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 1) pada tahun 2016 adalah sebesar 65% dari jumlah Pemerintahan Kabupaten/Kota yang dibina tahun Capaian kinerja diukur dengan kondisi bahwa semakin tinggi realisasi menunjukkan semakin rendah pencapaian kinerja. Sampai dengan tahun 2016, Pemerintah Kabupaten/Kota yang tingkat kapabilitas APIP-nya mencapai level 1 adalah sebanyak 285 pemda atau 56,10% dari 508 Pemerintah Kabupaten/ Kota yang dibina. Sehingga jika menggunakan rumus di atas, maka capaian kinerja kapabilitas APIP pemerintah kabupaten/kota (level 1) adalah sebesar 86,31%. Jika dibandingkan dengan realisasi indikator kinerja dengan tahun 2015, pencapaian kinerja tahun 2016 terdapat kenaikan (delta) kinerja sebesar 20,77% karena pada tahun 2015 kinerja APIP Pemerintah Kabupaten/Kota di level 1 mencapai 107,08% Pembandingan realisasi indikator sasaran strategis dengan target akhir Renstra BPKP periode digambarkan dalam gambar 3.18 sebagai berikut: 59

70 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Gambar 3.18 Perbandingan realisasi IKP 3.6 dengan target akhir periode Renstra Target Realisasi b. Kinerja Dukungan Pengawasan Sejalan dengan kebijakan nasional pengawasan intern dan kebijakan teknis pengawasan Deputi PPKD, penataan kelembagaan pengawasan dilakukan untuk dapat secara efektif mendukung pencapaian visi, misi dan tujuan Deputi PPKD berdasarkan pada Perpres 192 Tahun Di samping itu, konsisten dengan pencapaian visi Deputi PPKD Auditor Internal Pemerintah RI Berkelas Dunia untuk Meningkatkan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Daerah. c. Realisasi Keuangan Anggaran Deputi PPKD tahun 2016 sebesar Rp 6,227,518,000.00, dengan realisasi sebesar Rp5, Rincian per program dan per jenis belanja dapat dilihat pada Tabel 3.11 dan Tabel 3.10 berikut. Tabel 3.10 Anggaran dan Realisasi Keuangan Per Program No Program Anggaran Realisasi 1 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya- BPKP 2 Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah 1,282,270, ,945,248, Jumlah 6,227,518, Dari Tabel 3.10 menunjukkan realisasi anggaran untuk program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya-Deputi PPKD sebesar Rp dari rencana 60

71 sebesar Rp1,282,270,000.00, dan program Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah sebesar Rp 4, dari rencana sebesar Rp 4,945,248, Tabel 3.11 Anggaran dan Realisasi Keuangan Per Jenis Belanja No Jenis Belanja Anggaran Realisasi 1 Belanja Barang 6,227,518, Belanja Modal 0 0 Jumlah 6,227,518, Tabel 3.11 menunjukkan realisasi belanja barang sebesar Rp6,227,518,000.00, rencana sebesar Rp5, *** 61

72 BAB IV PENUTUP BAB IV PENUTUP Sebagaimana diamanatkan dalam PP 60 Tahun 2008, BPKP cq Deputi PPKD melakukan pembinaan SPIP dan pengawasan intern terhadap kegiatan lintas sektoral, kebendaharaan umum dan kegiatan lain atas penugasan Presiden. Fungsi pengawasan intern dilakukan melalui kegiatan audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya. Pengawasan intern terutama diarahkan untuk membantu Menteri/Pimpinan Lembaga, Gubernur, dan Bupati/Walikota dalam rangka memperkuat dan menunjang efektivitas Sistem Pengendalian Intern. Pertanggungjawaban pelaksanaan pengawasan intern dan pembinaan SPIP disampaikan dalam LKj Deputi PPKD. Dalam pelaporan kinerja ini disajikan informasi kinerja yang telah diperjanjikan disertai evaluasi dan analisis yang memadai sehingga dapat dimanfaatkan untuk perbaikan kinerja ke depan. Capaian rata-rata indikator kinerja sasaran strategis dan sasaran program tahun 2016 masing-masing adalah sebesar 82.66% dan 88%. Meskipun demikian, jika dibandingkan dengan kinerja tahun 2015, telah terjadi 62

73 peningkatan yang cukup signifikan baik untuk maturitas SPIP maupun kapabilitas APIP, dengan uraian sebagai berikut: 1. Untuk Maturitas SPIP tingkat pemerintah provinsi, terdapat peningkatan capaian baseline penilaian maturitas SPIP sebanyak 21 pemerintah provinsi pada tahun 2016 jika dibandingkan capaian s.d tahun 2015 atau 700%. Sedangkan terkait maturitas SPIP level 3, jika dibandingkan dengan realisasi sampai dengan tahun 2015 yang masih nihil, maka terdapat peningkatan jumlah pemerintah provinsi yang memperoleh maturitas level 3 sebanyak 3 (tiga) pemerintah provinsi atau 300%. 2. Untuk maturitas SPIP tingkat kabupaten/kota, terdapat peningkatan capaian baseline penilaian maturitas SPIP sebanyak 192 pemerintah kabupaten/kota pada tahun 2016 jika dibandingkan capaian s.d tahun 2015 atau 259,46%. Sedangkan terkait maturitas SPIP level 3, jika dibandingkan dengan realisasi sampai dengan tahun 2015 sebanyak 4 pemerintah kabupaten/kota, maka terdapat peningkatan jumlah pemerintah kabupaten/ kota yang memperoleh maturitas level 3 sebanyak 12 (dua belas) pemerintah provinsi atau 300%. 3. Untuk kapabilitas APIP pemerintah provinsi, terdapat 3 APIP yang telah memperoleh level 3. Jika dibandingkan dengan realisasi sampai dengan tahun 2015 yang masih nihil, maka terdapat peningkatan jumlah APIP pemerintah provinsi yang memperoleh kapabilitas APIP pemerintah provinsi level 3 sebanyak 3 (tiga) APIP pemerintah provinsi atau 300%. 4. Untuk kapabilitas APIP pemerintah kabupaten/kota, terdapat 12 APIP pemerintah kabupaten/kota yang telah memperoleh level 3. Jika dibandingkan dengan realisasi sampai dengan tahun 2015 yang masih nihil, maka terdapat peningkatan jumlah APIP pemerintah provinsi yang memperoleh kapabilitas APIP pemerintah provinsi level 3 sebanyak 12 (tiga) APIP pemerintah provinsi atau 1.200%. Capaian indikator kinerja sasaran strategis dan sasaran program tahun 2016 tersebut masih dibawah target, disebabkan karena beberapa faktor diantaranya faktor eksternal dan internal BPKP. Sebagaimana diketahui bahwa capaian target maturitas SPIP dan kapabilitas APIP level 3 sangat bergantung pada komitmen mitra kerja BPKP dan membutuhkan waktu yang cukup lama dalam pencapaiannya. Meski demikian, Deputi PPKD selaku koordinator pembinaan SPIP dan Kapabilitas APIP bersama-sama dengan unit rendal kedeputian dan perwakilan telah melakukan berbagai upaya untuk percepatan pada tahun 2016 dan akan terus dilanjutkan pada tahun 2017, diantaranya melalui dukungan dari USSAID CEGAH dan Worldbank dalam bentuk hibah. Salah satu target percepatan yang telah dan akan dilakukan adalah penetapan baseline 100% by name by address sampai dengan triwulan I tahun 2017 untuk maturitas SPIP dan kapabilitas APIP, penyampaian policy brief kepada 5 K/L yang dapat mendukung percepatan khususnya memperkuat awareness dari para pimpinan K/L/P untuk menyelenggarakan SPIP secara efektif dan membangun APIP yang kuat untuk berperan sebagai early warning 63

74 BAB IV PENUTUP system bagi para pimpinan K/L/P. Selain itu, di internal BPKP telah dilakukan perubahan struktur organisasi dengan membentuk 2 koordinator pengawasan (korwas) APD pada Pemerintah Daerah dengan mempertimbangkan populasi pemerintah daerah sebagai upaya mempercepat pencapaian peningkatan maturitas SPIP dan pembentukan Korwas P3A yang khusus menangani upaya pencapaian kapabilitas APIP level 3. Upaya untuk meningkatkan level baik maturitas SPIP maupun kapabilitas APIP mencapai level 3 harus menjadi fokus dari seluruh pimpinan dan pegawai BPKP sehingga target pencapaian maturitas SPIP dan kapabilitas APIP dapat tercapai sesuai target yang telah ditetapkan dalam RPJMN Akhirnya dengan disusun LKj ini, diharapkan dapat memberikan informasi secara transparan kepada seluruh pihak yang terkait mengenai tugas fungsi Deputi PPKD, sehingga dapat memberikan umpan balik guna peningkatan kinerja pada tahun-tahun mendatang. Peningkatan komitmen, semangat kepemimpinan dan etos kerja tetap harus dipertahankan terutama dalam rangka mendukung kebijakan pimpinan BPKP mewujudkan peran BPKP sebagai auditor internal pemerintah berkelas dunia untuk meningkatkan akuntabilitas pengelolaan keuangan dan pembangunan daerah. *** 64

75 LAMPIRAN

DAFTAR ISI. Hal Kata Pengantar Daftar Isi.. Ringkasan Eksekutif..

DAFTAR ISI. Hal Kata Pengantar Daftar Isi.. Ringkasan Eksekutif.. DAFTAR ISI Hal Kata Pengantar Daftar Isi.. Ringkasan Eksekutif.. i ii iii Bab 1 Pendahuluan A. Tugas, Fungsi dan Wewenang Organisasi 1 B. Aspek Strategis 2 C. Kegiatan dan Layanan Produk Organisasi 3 D.

Lebih terperinci

Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Tengah KATA PENGANTAR

Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Tengah KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Rencana Kerja (Renja) adalah dokumen perencanaan tahunan yang merupakan penjabaran dari Rencana Strategis (Renstra) serta disusun mengacu pada Rencana Kerja Pemerintah (RKP). Rencana Kerja

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKJ) TAHUN 2015 PERWAKILAN BPKP PROVINSI SUMATERA BARAT

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKJ) TAHUN 2015 PERWAKILAN BPKP PROVINSI SUMATERA BARAT LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKJ) TAHUN 2015 PERWAKILAN BPKP PROVINSI SUMATERA BARAT Nomor : LAP-011/PW03/1/2016 Tanggal : 20 Januari 2016 Kata Pengantar Penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah

Lebih terperinci

Perwakilan Provinsi Lampung KATA PENGANTAR

Perwakilan Provinsi Lampung KATA PENGANTAR Perwakilan Provinsi Lampung KATA PENGANTAR Menurut Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Intansi Pemerintah (SAKIP) dan berpedoman pada Peraturan Menteri Pendayagunaan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA PERWAKILAN BPKP PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2016

LAPORAN KINERJA PERWAKILAN BPKP PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2016 LAPORAN KINERJA PERWAKILAN BPKP PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2016 Nomor: LKIN-007/PW03/6/2017 Tanggal: 10 Januari 2017 DAFTAR ISI Ikhtisar Kinerja Bab III Akuntabilitas Kinerja Kata Pengantar... Daftar

Lebih terperinci

Perwakilan Provinsi Lampung KATA PENGANTAR

Perwakilan Provinsi Lampung KATA PENGANTAR Perwakilan Provinsi Lampung KATA PENGANTAR Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Intansi Pemerintah (SAKIP) dan berpedoman pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1465, 2015 BPKP. Laporan Kinerja. Pemerintah Daerah. Rencana Tindak Pengendalian Penyajian. Asistensi Penyusunan. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN

Lebih terperinci

2 2015, No Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/09/M.PAN/5/2007 tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja U

2 2015, No Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/09/M.PAN/5/2007 tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja U No.1465, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Laporan Kinerja. Pemerintah Daerah. Rencana Tindak Pengendalian Penyajian. Asistensi Penyusunan. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN

Lebih terperinci

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Perwakilan Provinsi Papua Barat. Ringkasan Eksekutif

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Perwakilan Provinsi Papua Barat. Ringkasan Eksekutif Ringkasan Eksekutif Perwakilan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Provinsi Papua Barat yang sebelumnya wilayah kerjanya berada/merupakan bagian dari Perwakilan BPKP Provinsi Papua telah menyusun

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci

LAP-86/PW14/6/17 3 APRIL 2017 PERWAKILAN BPKP PROVINSI KALIMANTAN BARAT

LAP-86/PW14/6/17 3 APRIL 2017 PERWAKILAN BPKP PROVINSI KALIMANTAN BARAT LAP-86/PW14/6/17 3 APRIL 2017 PERWAKILAN BPKP KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Allah SWT, atas rahmat dan karunia-nya, penyusunan Rencana Kinerja (Renja) Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun

Lebih terperinci

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Perwakilan Provinsi Sulawesi Utara. Ringkasan Eksekutif

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Perwakilan Provinsi Sulawesi Utara. Ringkasan Eksekutif Ringkasan Eksekutif Perwakilan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Provinsi Sulawesi Utara telah menyusun Rencana Strategis (Renstra) Tahun 2010-2014 yang memuat visi, misi, tujuan, sasaran,

Lebih terperinci

Gambaran singkat Renstra Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Utara periode tahun dapat diuraikan sebagai berikut :

Gambaran singkat Renstra Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Utara periode tahun dapat diuraikan sebagai berikut : RENCANA STRATEGIS 2010-2014 PERWAKILAN BPKP SULUT Gambaran singkat Renstra Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Utara periode tahun 2010-2014 dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Pernyataan Visi Sejalan dengan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BPKP untuk Indonesia

LAPORAN KINERJA BPKP untuk Indonesia LAPORAN KINERJA 2014 BPKP untuk Indonesia Nomor: LKIN- 502/K.SU/01/2015 Tanggal: 26 Februari 2015 Ringkasan Eksekutif B adan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) telah menyusun Rencana Strategis

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Tahun 2016 Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Selatan

Laporan Kinerja Tahun 2016 Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Selatan Laporan Kinerja Tahun 206 Provinsi Kalimantan Selatan KATA PENGANTAR Tahun 206 merupakan tahun kedua Renstra Provinsi Kalimantan Selatan yang telah disusun sebagai bagian dari Renstra BPKP. Tahun 206 juga

Lebih terperinci

BMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN 2015

BMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN 2015 BMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN 2015 Jl. Angkasa I No. 2 Kemayoran, Jakarta 10720 Phone : (62 21) 65866230, 65866231, Fax : (62

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanggungjawaban rencana strategis kepada masyarakat dapat dilihat dari dua jalur utama, yaitu jalur pertanggungjawaban keuangan dan jalur pertanggungjawaban kinerja.

Lebih terperinci

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI SULAWESI UTARA LAKIP Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI SULAWESI UTARA LAKIP Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI SULAWESI UTARA LAKIP 2013 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah NOMOR: LAKIP - 023 /PW18/1/2014 TANGGAL 21 JANUARI 2014 Ringkasan

Lebih terperinci

Kepala, Ardan Adiperdana

Kepala, Ardan Adiperdana Nomor : LKIN-4/K/SU/2017 Tanggal : 21 FEBRUARI 2017 KATA PENGANTAR L aporan Kinerja Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) ini merupakan bentuk pertanggungjawaban atas kinerja pencapaian sasaran

Lebih terperinci

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2012 NOMOR : LAP - 04/PW17.1/2013 TANGGAL : 7 JANUARI 2013 Ringkasan

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N 1 BAB I P E N D A H U L U A N 1.1. Latar Belakang Arah kebijakan Inspektorat Kabupaten Bandung adalah Pembangunan Budaya Organisasi Pemerintah yang bersih, akuntabel, efektif dan Profesional dan Peningkatan

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTAB BILITAS KINERJA TAHUN 2012

LAPORAN AKUNTAB BILITAS KINERJA TAHUN 2012 LAPORAN HASIL PENGAWASAN ATAS KUALITAS AKUNTABILITAS KEUANGAN NEGARA / DAERAH PADA PROVINSI PAPUA TAHUN 2012 Nomor: LAP- 20/PW26/1/2012 Tanggal: 18 Januari 2012 LAPORAN AKUNTAB BILITAS KINERJA TAHUN 2012

Lebih terperinci

I N S P E K T O R A T

I N S P E K T O R A T PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU I N S P E K T O R A T Alamat :Jalan Nilam No. 7 Kotabaru Telp. (0518) 21402 Kode Pos 72116 KOTABARU ( LKj) TAHUN 2016 PERANGKAT DAERAH INSPEKTORAT KABUPATEN KOTABARU DAFTAR

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA BPKP TAHUN 2013

RINGKASAN EKSEKUTIF LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA BPKP TAHUN 2013 RINGKASAN EKSEKUTIF B adan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) telah menyusun Rencana Strategis (Renstra) Tahun 2010-2014 yang memuat visi, misi, tujuan, sasaran, dan kegiatan, dilengkapi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Pengawasan Intern pemerintah merupakan unsur manajemen yang penting dalam rangka mewujudkan kepemerintahan yang baik. Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) sebagai pelaksana pengawasan

Lebih terperinci

- 3 - Pasal 4 Peraturan Kepala ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

- 3 - Pasal 4 Peraturan Kepala ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. - 2 - Mengingat : 1. Peraturan Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi (Lembaran Negara Republik Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614);

Lebih terperinci

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN INTERNAL

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN INTERNAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN INTERNAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SEKRETARIS

Lebih terperinci

Tabel RE.1. Capaian Sasaran Strategis

Tabel RE.1. Capaian Sasaran Strategis Ringkasan Eksekutif Terbitnya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), mengantar BPKP memasuki babak baru yang menegaskan peran BPKP sebagai Auditor

Lebih terperinci

erbitnya Peraturan Pemerintah RI nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem melakukan pengawasan intern akuntabilitas keuangan negara dan pembina

erbitnya Peraturan Pemerintah RI nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem melakukan pengawasan intern akuntabilitas keuangan negara dan pembina 11 T erbitnya Peraturan Pemerintah RI nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengawasan Intern Pemerintah (SPIP), menegaskan BPKP bertugas melakukan pengawasan intern akuntabilitas keuangan negara dan pembina

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF. Untuk mewujudkan visi, BPKP memiliki tiga misi, yaitu:

RINGKASAN EKSEKUTIF. Untuk mewujudkan visi, BPKP memiliki tiga misi, yaitu: RINGKASAN EKSEKUTIF Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan unit organisasi mandiri yang mendukung dan melaksanakan kebijakan BPKP Pusat. Perwakilan BPKP memiliki visi, misi, tujuan

Lebih terperinci

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2015

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2015 BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2015 NOMOR : LAP-6/PW02/1/2016 TANGGAL : 8 JANUARI 2016 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR

Lebih terperinci

INSPEKTORAT KOTA BANDUNG KATA PENGANTAR

INSPEKTORAT KOTA BANDUNG KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Kasih sayang-nya sehingga Laporan Inspektorat Kota Bandung Tahun 2015 ini dapat tersusun Laporan ini merupakan

Lebih terperinci

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA INSPEKTORAT 2015 SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KINERJA INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET TAHUN 2014 Nomor : LAP-3/IPT/2/2015 Tanggal :

Lebih terperinci

Untuk mencapai target kinerja outcome dan output seperti yang telah diuraikan di atas, Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Selatan didukung dengan

Untuk mencapai target kinerja outcome dan output seperti yang telah diuraikan di atas, Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Selatan didukung dengan IKHTISAR EKSEKUTIF Akuntabilitas sebagai salah satu pilar tata kepemerintahan yang baik, merupakan pertanggungjawaban atas mandat yang melekat pada suatu lembaga. Berangkat dari pemikiran tersebut, Perwakilan

Lebih terperinci

Tabel 2.1 Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Utama Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat

Tabel 2.1 Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Utama Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat PERJANJIAN KINERJA P enetapan indikator kinerja pada tingkat program dan kegiatan merupakan prasyarat bagi pengukuran kinerja. Kriteria pengukuran yang dipakai adalah target kinerja yang ditetapkan. Target

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA. Jalan Kapten Tantular, Denpasar Telepon: (0361) Faksimili: (0361)

LAPORAN KINERJA. Jalan Kapten Tantular, Denpasar Telepon: (0361) Faksimili: (0361) LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 Jalan Kapten Tantular, Denpasar 80235 Telepon: (0361) 246772 Faksimili: (0361) 246771 E-mail: bali@bpkp.go.id N o m o r : L A P - 0 1 4 8 / P W 2 2 / 2 0 1 7 Tanggal 1 0 J a

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 1.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi Pelayanan SKPD Dalam proses penyelenggaraan pemerintahan sampai sekarang ini

Lebih terperinci

PERWAKILAN BPKP PROVINSI MALUKU UTARA LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA ( LAKIP ) 2015

PERWAKILAN BPKP PROVINSI MALUKU UTARA LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA ( LAKIP ) 2015 PERWAKILAN BPKP PROVINSI MALUKU UTARA LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA ( LAKIP ) 2015 PERWAKILAN KANTOR GUBERNUR BPKP PROVINSI MALUKU MALUKU UTARA UTARA NOMOR : S-14/PW33/1/2015 TANGGAL 25 Januari 2015 LAKIP

Lebih terperinci

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Akuntabilitas kinerja adalah kewajiban untuk menjawab dari perorangan, badan hukum atau pimpinan kolektif secara transparan mengenai keberhasilan atau kegagalan dalam melaksanakan

Lebih terperinci

Suplemen Rencana Strategis

Suplemen Rencana Strategis Suplemen Rencana Strategis Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat 2010-2014 Lampiran Keputusan Nomor KEP-2220/PW14/1/2012 Tanggal 28 Desember 2012 SASARAN STRATEGIS PERWAKILAN BPKP PROVINSI KALIMANTAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN WALIKOTA SAMARINDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN WALIKOTA SAMARINDA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DENGAN RAHMAT YANG MAHA ESA WALIKOTA SAMARINDA,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR alam rangka melaksanakan tata pemerintahan yang baik (good governance) adalah tersusunnya laporan akuntabilitas pelaksanaan kegiatan tahun berjalan untuk mewujudkan komitmen organisasi penyelenggara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terselenggaranya Good Governance merupakan prasyarat utama untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dalam mencapai tujuan dan cita-cita bangsa dan negara. Dalam rangka itu

Lebih terperinci

Pergi belayar ke Pulau Meranti Singgah dulu membeli cabai Raihlah kinerja tak hanya menanti LKj disusun kinerja tercapai

Pergi belayar ke Pulau Meranti Singgah dulu membeli cabai Raihlah kinerja tak hanya menanti LKj disusun kinerja tercapai KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Pergi belayar ke Pulau Meranti Singgah dulu membeli cabai Raihlah kinerja tak hanya menanti LKj disusun kinerja tercapai P uji dan syukur kami sampaikan kehadirat Allah SWT

Lebih terperinci

INFORMASI KINERJA. No Tujuan Capaian Kinerja

INFORMASI KINERJA. No Tujuan Capaian Kinerja INFORMASI KINERJA Laporan Kinerja (Lkj) Instansi Pemerintah merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi yang dipercayai kepada setiap instansi pemerintah atas penggunaan anggarannya.

Lebih terperinci

1. Meningkatnya Kualitas 1 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat, 95% Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga, dan 95% Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

1. Meningkatnya Kualitas 1 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat, 95% Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga, dan 95% Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) telah menyusun Rencana Strategis (Renstra) Tahun 2010-2014 yang memuat visi, misi, tujuan, sasaran, dan kegiatan, dilengkapi dengan indikator kinerja dan

Lebih terperinci

Nomor : S 13 /PW.09/1/ Januari Yth. Bapak Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan di Jakarta.

Nomor : S 13 /PW.09/1/ Januari Yth. Bapak Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan di Jakarta. BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA Jalan Pramuka Nomor 33 Jakarta Timur 320 Telepon (02) 85907460, Faksimile (02) 890663, E-mail dki@bpkp.go.id

Lebih terperinci

KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENGAWASAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,

KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENGAWASAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN, KEPUTUSAN KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENGAWASAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR KEP-67/DL/2/2013 TENTANG PERUBAHAN RENCANA STRATEGIS PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENGAWASAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Muaro Sijunjung, Februari 2014 INSPEKTUR KENFILKA, SH, MH PEMBINA UTAMA MUDA NIP

KATA PENGANTAR. Muaro Sijunjung, Februari 2014 INSPEKTUR KENFILKA, SH, MH PEMBINA UTAMA MUDA NIP KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita aturkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan KaruniaNya sehingga penyusunan Rencana Kerja Inspektorat Daerah Tahun 2015 telah dapat diselesaikan. Rencana

Lebih terperinci

2016, No Nomor 400); 3. Peraturan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Nomor 2 Tahun 2015 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun

2016, No Nomor 400); 3. Peraturan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Nomor 2 Tahun 2015 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1512, 2016 BPKP. kebijakan Pengawasan. Tahun 2017. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN BADAN

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP-SKPD) TAHUN 2015

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP-SKPD) TAHUN 2015 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP-SKPD) TAHUN 2015 INSPEKTORAT KABUPATEN LABUHANBATU JL. SISINGAMANGARAJA No.062 RANTAUPRAPAT KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015

Lebih terperinci

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Konsep dasar akuntabilitas didasarkan pada klasifikasi responsibilitas managerial dalam lingkungan organisasi yang bertujuan untuk mendukung pelaksanaan kegiatan pada tiap

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2017

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2017 INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2017 PANDEGLANG 2016 KEPUTUSAN INSPEKTUR INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG Nomor : 800/Kep.86 Insp/2016 Tentang PENETAPAN INDIKATOR KINERJA

Lebih terperinci

SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) DAN LAPORAN AKUNTANTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP)

SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) DAN LAPORAN AKUNTANTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) DAN LAPORAN AKUNTANTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) SAKIP adalah rangkaitan sistematik dari berbagai aktivitas, alat, dan prosedur

Lebih terperinci

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN INSPEKTORAT DRAF LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSPEKTORAT BPKP TAHUN 2015

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN INSPEKTORAT DRAF LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSPEKTORAT BPKP TAHUN 2015 BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN INSPEKTORAT DRAF LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSPEKTORAT BPKP TAHUN 2015 NOMOR : LAP./IN/2016 TANGAL :.JANUARI 2016 KATA PENGANTAR Laporan Kinerja Inspektorat

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Tahun Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur

Laporan Kinerja Tahun Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur Laporan Kinerja Tahun 2015 Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur Nomor : LAKIP-11/PW13/2016 Tanggal : 12 Januari 2016 Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur Tahun 2015 RINGKASAN EKSEKUTIF Laporan

Lebih terperinci

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT LAPORAN ANALISIS PENUGASAN PENGAWASAN ATAS PROGRAM KERJA PENGAWASAN (PKPT) PERWAKILAN BPKP PROVINSI KALIMANTAN BARAT TAHUN

Lebih terperinci

Rencana Kinerja Tahunan (RKT) INSPEKTORAT KABUPATEN MALANG

Rencana Kinerja Tahunan (RKT) INSPEKTORAT KABUPATEN MALANG Rencana Kinerja Tahunan (RKT) INSPEKTORAT KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terciptanya tata kelola pemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa, profesional dan bertanggungjawab

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.491, 2015 KEMENKOMINFO. Akuntabilitas Kinerja. Pemerintah. Sistem. Penyelenggaraan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... RINGKASAN EKSEKUTIF...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... RINGKASAN EKSEKUTIF... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... RINGKASAN EKSEKUTIF... BAB I Halaman PENDAHULUAN A. Tugas, Fungsi, dan Wewenang Organisasi... B. Aspek Strategis Organisasi... 4 C. Kegiatan dan Layanan Produk

Lebih terperinci

Sasaran 7 dari Tujuan 5 : Dari 2 IKU dominan, tercapai 100,00% Sasaran 4 dari Tujuan 3 : Dari 1 IKU dominan tercapai 100,00%

Sasaran 7 dari Tujuan 5 : Dari 2 IKU dominan, tercapai 100,00% Sasaran 4 dari Tujuan 3 : Dari 1 IKU dominan tercapai 100,00% IKHTISAR EKSEKUTIF Akuntabilitas sebagai salah satu pilar tata kepemerintahan yang baik, merupakan pertanggungjawaban atas mandat yang melekat pada suatu lembaga. Berangkat dari pemikiran tersebut, Perwakilan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA PERWAKILAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

KEPUTUSAN KEPALA PERWAKILAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Jalan Jenderal Ahmad Yani kilometer 32,5 Banjarbaru 70711 Telp: (0511) 4781116 Faksimili : (0511) 4774501 email : kalsel@bpkp.go.id,

Lebih terperinci

BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN PROGRAM PENGAWASAN

BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN PROGRAM PENGAWASAN BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN PROGRAM PENGAWASAN Pada bab sebelumnya telah diuraikan tentang visi, misi dan tujuan yang pencapaiannya diukur dari pencapaian sasaran strategis, sasaran program

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 46 2016 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

Perwakilan BPKP Provinsi Jambi DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... RINGKASAN EKSEKUTIF...

Perwakilan BPKP Provinsi Jambi DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... RINGKASAN EKSEKUTIF... DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... RINGKASAN EKSEKUTIF... I Ii iv BAB I PENDAHULUAN... A. Tugas, Fungsi dan Wewenang Organisasi... B. Aspek Strategis Organisasi... C. Kegiatan dan Layanan

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan L

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan L No.1236, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKO-KEMARITIMAN. SAKIP. PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG KEMARITIMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA DI

Lebih terperinci

LAPORAN TAHUNAN INSPEKTORAT II KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2016

LAPORAN TAHUNAN INSPEKTORAT II KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2016 LAPORAN TAHUNAN INSPEKTORAT II KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. UMUM Pengawasan intern pemerintah merupakan fungsi manajemen yang penting dalam penyelenggaraan pemerintah. Melalui

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN, PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN LAPORAN KINERJA TRIWULAN IV 2013 PERWAKILAN BPKP PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN LAPORAN KINERJA TRIWULAN IV 2013 PERWAKILAN BPKP PROVINSI KALIMANTAN TIMUR BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN LAPORAN KINERJA TRIWULAN IV 2013 PERWAKILAN BPKP PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Nomor : LKIN-991/PW/17/1/2013 Tanggal : 31 DESEMBER 2013 BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.400, 2014 ADMINISTRASI. Keuangan. BPKP. Tugas. Fungsi. Pencabutan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN

Lebih terperinci

LAKIP LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2014 INSPEKTORAT KOTA BANDUNG JL. TERA NO. 20 BANDUNG

LAKIP LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2014 INSPEKTORAT KOTA BANDUNG JL. TERA NO. 20 BANDUNG LAKIP LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2014 INSPEKTORAT KOTA BANDUNG JL. TERA NO. 20 BANDUNG INSPEKTORAT KOTA BANDUNG RINGKASAN EKSEKUTIF Laporan Kinerja Inspektorat Kota Bandung

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Memuaskan

Ringkasan Eksekutif Memuaskan Ringkasan Eksekutif Laporan Akuntabilitas Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Timur tahun 2012 telah menyajikan capaian kinerja selama tahun 2012 dikaitkan dengan perencanaan kinerja untuk tahun

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga Allah SWT selalu membimbing dan mencurahkan rahmat-nya kepada kita semua dalam melaksanakan tugas dan fungsi masing-masing.

KATA PENGANTAR. Semoga Allah SWT selalu membimbing dan mencurahkan rahmat-nya kepada kita semua dalam melaksanakan tugas dan fungsi masing-masing. KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT berkat rahmat Nya Laporan Kinerja Inspektorat Badan Standardisasi Nasional (BSN) Tahun 2016 dapat diselesaikan dengan baik. Penyusunan laporan ini dalam

Lebih terperinci

INSPEKTORAT IV INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN

INSPEKTORAT IV INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN INSPEKTORAT IV INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN BAB I PENDAHULUAN A. UMUM Memasuki awal tahun 2016 sesuai dengan Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT) Inspektorat IV melakukan kegiatan yang

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb No.1572, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPPENAS. Piagam Pengawasan Intern. PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

LAKIP INSPEKTORAT 2012 BAB I PENDAHULUAN. manajemen, antara lain fungsi-fungsi planning, organizing,

LAKIP INSPEKTORAT 2012 BAB I PENDAHULUAN. manajemen, antara lain fungsi-fungsi planning, organizing, BAB I PENDAHULUAN Pemahaman kegiatan pengawasan harus berangkat dari suatu pemahaman manajemen, antara lain fungsi-fungsi planning, organizing, actuating dan controlling. Controlling adalah salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibentuk dengan tugas melaksanakan pengawasan intern (internal audit) di lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. dibentuk dengan tugas melaksanakan pengawasan intern (internal audit) di lingkungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) adalah instansi pemerintah yang dibentuk dengan tugas melaksanakan pengawasan intern (internal audit) di lingkungan

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT - 1 - GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kesejahteraan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 27 TAHUN 2014 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR AUDIT DAN REVIU ATAS LAPORAN KEUANGAN BAGI APARAT PENGAWAS INTERN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kesejahteraan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kesejahteraan

Lebih terperinci

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT JENDERAL 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PIAGAM AUDIT INTERN 1. Pengawasan Intern adalah seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUN 2017

RENCANA KINERJA TAHUN 2017 RENCANA KINERJA TAHUN 2017 KEPUTUSAN KEPALA PERWAKILAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA BARAT NOMOR KEP 61/PW27/6/2017 TANGGAL 20 FEBRUARI 2017 PERWAKILAN BPKP PROVINSI PAPUA BARAT

Lebih terperinci

LAP-464/PW33/6/2016 30 DESEMBER 2016 iii Daftar Isi KATA PENGANTAR DAFTAR ISI RINGKASAN EKSEKUTIF i ii iv BABI PENDAHULUAN A Tugas, Fungsi, dan Wewenang Organisasi 1 B Aspek Strategis Organisasi 4 C

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2017

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2017 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2017 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2018 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Tahun

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2017

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2017 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2017 KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2016 KEPUTUSAN INSPEKTUR KABUPATEN PANDEGLANG Nomor : 700/Kep. 87 Insp/2016 Tentang PENETAPAN RENCANA

Lebih terperinci

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 216 Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5584); 4. Undang-Undang Nomor 23 Tah

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 216 Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5584); 4. Undang-Undang Nomor 23 Tah No.1183, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BSN. SAKIP. Pelaksanaan. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM AKUNTABILITAS INSTANSI

Lebih terperinci

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2015

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2015 BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2015 NOMOR : LAP-6/PW02/1/2016 TANGGAL : 8 JANUARI 2016 PERWAKILAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN PEMBANGUNAN PROVINSI

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 0 1 4 A s i s t e n D e p u t i B i d a n g P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 K a

Lebih terperinci

Rencana Kerja Tahunan (RKT) INSPEKTORAT KABUPATEN MALANG

Rencana Kerja Tahunan (RKT) INSPEKTORAT KABUPATEN MALANG Rencana Kerja Tahunan (RKT) INSPEKTORAT KABUPATEN MALANG TAHUN 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap

Lebih terperinci

Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Riau LAPORAN KINERJA 2015 : LKIN-158/PW28/1/2016

Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Riau LAPORAN KINERJA 2015 : LKIN-158/PW28/1/2016 Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Riau LAPORAN KINERJA 2015 NOMOR : LKIN-158/PW28/1/2016 TANGGAL : 15 JANUARI 2016 Kata Pengantar Puji dan syukur kami sampaikan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa,

Lebih terperinci

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PERJANJIAN KINERJA, PELAPORAN KINERJA DAN TATA CARA REVIU ATAS LAPORAN KINERJA INSTANSI

Lebih terperinci

PERWAKILAN BPKP PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA LAPORAN AKUNTABILITAS INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2014

PERWAKILAN BPKP PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA LAPORAN AKUNTABILITAS INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2014 PERWAKILAN BPKP PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA LAPORAN AKUNTABILITAS INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) Nomor. : LAP- 34 /PW09/1/2015 Tanggal : 19 Januari 2015 BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

BAB PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini kinerja Pemerintah Daerah semakin mendapat sorotan masyarakat. Pemerintah dituntut mampu untuk menunjukan akuntabilitas kinerjanya kepada masyarakat sebagai

Lebih terperinci

Dalam upaya memberi pertanggungjawaban terhadap tingkat

Dalam upaya memberi pertanggungjawaban terhadap tingkat B A B I I I A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A Dalam upaya memberi pertanggungjawaban terhadap tingkat pencapaian kinerja, berdasarkan visi, misi, tujuan, dan sasaran strategis, yang kemudian dijabarkan

Lebih terperinci

P E M E R I N T A H K O T A M A T A R A M

P E M E R I N T A H K O T A M A T A R A M P E M E R I N T A H K O T A M A T A R A M SEKRETARIAT DAERAH KEPUTUSAN SEKRETARIS DAERAH KOTA MATARAM NOMOR : 188.4/747/Org./X/2017 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) SEKRETARIAT DAERAH KOTA

Lebih terperinci

Pada hakekatnya reformasi birokrasi pemerintah merupakan proses

Pada hakekatnya reformasi birokrasi pemerintah merupakan proses B A B I P E N D A H U L UA N A. LATAR BELAKANG Pada hakekatnya reformasi birokrasi pemerintah merupakan proses pembaharuan yang dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan melalui langkah-langkah strategis

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2016

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2016 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2016 KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2015 KEPUTUSAN INSPEKTUR INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG Nomor : 800/Kep.859 Insp/2015 Tentang PENETAPAN

Lebih terperinci