PENGARUH KONDISI RUANG, FREKUENSI DAN VOLUME PENYIRAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERIODE LAYAK DISPLAY Dracaena marginata Tricolour

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH KONDISI RUANG, FREKUENSI DAN VOLUME PENYIRAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERIODE LAYAK DISPLAY Dracaena marginata Tricolour"

Transkripsi

1 PENGARUH KONDISI RUANG, FREKUENSI DAN VOLUME PENYIRAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERIODE LAYAK DISPLAY Dracaena marginata Tricolour Oleh : Ita Lestari A PROGRAM STUDI HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005

2 RINGKASAN ITA LESTARI. Pengaruh Kondisi Ruang, Frekuensi dan Volume Penyiraman Terhadap Pertumbuhan dan Periode Layak Display Dracaena marginata Tricolour (dibimbing oleh NURHAYATI H. S. ARIFIN dan EKO SULISTYONO). Tanaman dalam ruang adalah tanaman yang mampu bertahan hidup dan berfungsi sebagai elemen dekoratif maupun fungsional di dalam ruang. D. marginata Tricolour atau disebut juga Rainbow Plant memiliki daun yang indah dan sering digunakan sebagai tanaman dalam ruang. Dalam mengatur kebutuhan lingkungan tanaman hias dalam ruang, ada tiga hal pokok yang harus diperhatikan, yaitu kebutuhan cahaya, kelembaban dan suhu. Kelembaban sangat berhubungan erat dengan suhu. Pada ruang AC, meski suhunya rendah, ternyata kelembabannya juga rendah, karena udara yang terdapat didalamnya adalah udara kering. Kelembaban juga dapat dipengaruhi dari segi penyiraman, baik frekuensi maupun volume penyiramannya. Dengan memperhatikan faktor ini, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui frekuensi dan volume penyiraman terbaik yang mendukung kelembaban media sehingga tanaman hias daun yang ditempatkan di dalam ruangan masih dapat bertahan dalam kondisi baik (layak display). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh antara kondisi ruang, frekuensi dan volume penyiraman terhadap pertumbuhan dan periode layak display D. marginata Tricolour. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pendidikan Hortikultura dan Ruang 608, Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Darmaga, Bogor pada bulan Januari hingga April Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan rancangan perlakuan tiga faktorial. Faktor pertama adalah kondisi ruang, yang terdiri atas ruang AC dan non AC. Faktor kedua adalah frekuensi penyiraman, yang terdiri dari 1 dan 2 kali penyiraman dalam seminggu. Faktor ketiga adalah volume penyiraman, yang terdiri dari 50 dan 75 ml. Setiap perlakuan terdiri dari 4 ulangan. Tanaman yang digunakan berasal dari hasil stek selama 1 bulan dengan ukuran tinggi tanaman berkisar cm, diameter batang 1-2 cm dan jumlah daun helai per tanaman. Sebelum dilakukan penelitian, tanaman diaklimatisasi terlebih dahulu selama 14 hari dengan intensitas cahaya f.c. Pengamatan dilakukan terhadap pertumbuhan serta periode layak display tanaman. Pengamatan pertumbuhan tanaman meliputi pertambahan tinggi tanaman, pertambahan jumlah daun, pertambahan panjang daun, dan lebar daun. Pengamatan juga dilakukan terhadap perkolasi dan evapotranspirasi tanaman untuk setiap minggunya dan kelembaban media yang dilakukan pada 8 dan 12 Minggu Setelah Perlakuan (MSP). Pengamatan layak display tanaman meliputi pengamatan terhadap warna daun dan penilaian responden terhadap tanaman pada 2, 6 dan 11 MSP. Keadaan lingkungan yang turut diamati adalah suhu rata-rata harian, kelembaban rata-rata harian, dan intensitas cahaya. Pengolahan data dilakukan dengan uji F pada sistem SAS, kemudian beda nyata diuji lanjut dengan BNJ (Beda Nyata Jujur) atau sering disebut uji Tukey pada taraf 5% untuk

3 melihat perbedaan kombinasi antar perlakuan. Pengolahan skoring warna daun diuji dengan analisis non parametrik Kruskal Wallis dan pengolahan tanggapan responden diuji dengan analisis non parametrik Friedman pada software Minitab. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu rata-rata harian di ruang AC sebesar 20.6 o C dan suhu rata-rata harian di ruang non AC sebesar 25.8 o C dengan rata-rata kelembaban relatif harian pada ruang AC sebesar 70.2% dan ruang non AC rata-rata kelembaban relatif hariannya sebesar 82.3%. Intensitas cahaya pada hari cerah di ruang AC sebesar f.c dan f.c untuk ruang non AC. Rata-rata intensitas cahaya pada hari berawan di ruang AC sebesar f.c dan f.c untuk ruang non AC. Ruang non AC memberikan nilai lebih besar terhadap kelembaban media dan pertumbuhan tanaman kecuali terhadap pertambahan tinggi tanaman. Frekuensi penyiraman sebanyak 2 kali seminggu memberikan nilai lebih besar dibandingkan penyiraman sebanyak 1 kali seminggu hampir untuk semua parameter yang diamati kecuali pertambahan lebar daun. Perlakuan ruang, frekuensi, volume penyiraman, maupun interaksinya tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan panjang daun untuk setiap minggu pengamatannya. Volume penyiraman sebanyak 75 ml/penyiraman memberikan nilai lebih besar dibandingkan volume penyiraman sebesar 50 ml/penyiraman untuk semua peubah yang diamati. Pada 12 MSP, kelembaban media untuk penyiraman 75 ml/penyiraman di ruang AC sebesar 53.71% dan ruang non AC sebesar 86.84%. Perubahan score warna daun hasil pengamatan visual tidak selalu sejalan dengan perubahan kandungan klorofil dan antosianin. Namun, terdapat kecenderungan bahwa secara umum kandungan klorofil meningkat dan kandungan antosianin menurun (walaupun beberapa relatif stabil). Ruang AC menunjukkan bahwa peningkatan jumlah klorofil diikuti dengan penurunan jumlah antosianin daun. Pada ruang non AC, ternyata jumlah klorofil menurun tetapi jumlah antosianin relatif stabil. Berdasarkan hasil uji kesukaan terhadap kualitas visual D. marginata Tricolour yang dilakukan oleh 20 responden, rata -rata responden memberikan score 3 (cukup suka) terhadap warna daun dan penampilan fisik tanaman pada 2 MSP. Namun pada 6 MSP, score yang diberikan responden baik untuk warna daun dan penampilan fisik tanaman menurun menjadi score 4 (tidak suka). Keseimbangan pot dengan tanaman pada minggu yang sama masih dianggap cukup suka (score 3) oleh responden. Secara keseluruhan, dari data perubahan warna daun baik perubahan nilai klorofil maupun antosianin daun serta data nilai evapotranspirasi dan hasil penilaian responden, kualitas layak display tanaman D. marginata Tricolour diduga sekitar 4 minggu. Pada periode layak display yang sama, kualitas tanaman yang ditempatkan di ruang non AC masih lebih baik dibandingkan ruang AC.

4 PENGARUH KONDISI RUANG, FREKUENSI DAN VOLUME PENYIRAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERIODE LAYAK DISPLAY Dracaena marginata Tricolour Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Oleh : Ita Lestari A PROGRAM STUDI HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005

5 LEMBAR PENGESAHAN Judul Nama NRP : PENGARUH KONDISI RUANG, FREKUENSI DAN VOLUME PENYIRAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERIODE LAYAK DISPLAY Dracaena marginata Tricolour : Ita Lestari : A Menyetujui, Pembimbing I Pembimbing II Dr. Ir. Nurhayati H. S. Arifin, MSc. Ir. Eko Sulistyono, MSi. NIP NIP Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, MAgr. NIP Tanggal Lulus : 6 oktober 2005

6 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor, Propinsi Jawa Barat pada tanggal 31 Mei Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara pasangan Achmad Nurjaman, MBA dan Siti Djuhariah. Pada tahun 1989 penulis lulus dari TK Ibnu Sina, Kepulauan Batam, kemudian pada tahun yang sama penulis masuk ke SDN 015 Lubuk Baja, Kepulauan Batam dan lulus pada tahun 1995 dari SDN Polisi IV, Bogor. Pada tahun 1998 penulis menyelesaikan studi di SMPN 6 Bogor. Selanjutnya penulis lulus dari SMUN 5 Bogor pada tahun Tahun 2001 penulis diterima di IPB melalui jalur UMPTN. Selanjutnya tahun 2002 penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Hortikultura, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian. Penulis juga aktif sebagai anggota Divisi Kemahasiswaan Himagron (Himpunan Mahasiswa Agronomi) pada tahun 2002/2003.

7 KATA PENGANTAR Pertama-tama penulis panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-nya, karena hanya atas kehendak- Nya lah penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul Pengaruh Kondisi Ruang, Frekuensi dan Volume Penyiraman Terhadap Pertumbuhan dan Periode Layak Display Dracaena marginata Tricolour. Tujuan penelitian ini, yaitu untuk mengetahui berapa lama periode layak display akibat pengaruh dari ruang, frekuensi dan volume penyiraman yang dilakukan terhadap D. marginata Tricolour yang memiliki warna daun menarik. Pada kesempatan ini, penulis ingin menghaturkan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya terhadap: 1. Dr. Ir. Nurhayati H. S. Arifin, MSc. dan Ir. Eko Sulistyono, MSi selaku pembimbing skripsi atas kesabarannya dalam membimbing serta memberikan pengarahan, saran dan kritik selama penyusunan skripsi ini. 2. Keluarga tercinta, bapak, mamah, A Iwan, Teh Rina, dan De Irma atas dukungannya baik moril maupun materil. 3. Keluarga Seno, atas segala bantuan yang sudah diberikan. 4. Pa Didi, Ibu Juju dan Ibu Yuyun atas kerjasama dan bantuannya 5. Nia, Mely, Ica, Poppy, Yasinta, dan teman-teman Hortikultura angkatan 38 yang tidak dapat penulis sebut satu persatu namanya yang telah mendukung dan selalu memberi semangat baru terhadap penulis. 6. Semua pihak yang telah membantu kelancaran penulisan skripsi ini. Penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat dan informasi lebih terutama mengenai tanaman dalam ruang bagi yang membutuhkan serta bagi industri tanaman hias khususnya. Bogor, Oktober 2005 Penulis

8 DAFTAR ISI PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan... 2 Hipotesa... 2 TINJAUAN PUSTAKA... 3 Botani Dracaena marginata Tricolour... 3 Syarat Tumbuh Dracaena marginata Tricolour... 3 Iklim Dalam Ruang... 4 Penyiraman... 6 BAHAN DAN METODE... 7 Waktu dan Tempat Pelaksanaan... 7 Bahan dan Alat... 7 Metode penelitian... 7 Pelaksanaan penelitian... 9 Pengamatan HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi umum Hasil Tanggapan Responden Terhadap Tanaman Pembahasan KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 41

9 DAFTAR TABEL Nomor Halaman Teks 1. Score Penampilan Visual Tanaman D. marginata Tricolour Nilai Evapotranspirasi pada Beberapa Tingkat Ruang, Frekuensi dan Volume Penyiraman Nilai Kelembaban media pada Beberapa Tingkat Ruang, Frekuensi dan Volume Penyiraman Nilai Pertambahan Tinggi Tanaman pada Beberapa Tingkat Ruang, Frekuensi dan Volume Penyiraman Nilai Pertambahan Jumlah Daun pada Beberapa Tingkat Ruang, Frekuensi dan Volume Penyiraman Nilai Pertambahan Lebar Daun pada Beberapa Tingkat Ruang, Frekuensi dan Volume Penyiraman Nilai Skoring Warna Daun pada Beberapa Tingkat Ruang, Frekuensi dan Volume Penyiraman Nilai Klorofil dan Antosianin pada Beberapa Tingkat Ruang, Frekuensi dan Volume Penyiraman Tanggapan Responden Terhadap Warna Daun Pada Beberapa Tingkat Ruang, Frekuensi dan Volume Penyiraman Tanggapan Responden Terhadap Penampilan Fisik Tanaman Pada Beberapa Tingkat Ruang, Frekuensi dan Volume Penyiraman Tanggapan Responden Terhadap Keseimbangan Pot dengan Tanaman Pada Beberapa Tingkat Ruang, Frekuensi dan Volume Penyiraman Tanggapan Responden Terhadap Kelayakan Display Tanaman Pada Beberapa Tingkat Ruang, Frekuensi dan Volume Penyiraman... 31

10 Lampiran 1. Suhu dan Kelembaban Pada Ruang AC dan Non AC Selama Penelitian Nilai Evapotranspirasi (mm/minggu) pada Beberapa Tingkat Ruang, Frekuensi dan Volume Penyiraman Nilai Klorofil dan Antosianin Daun pada Beberapa Tingkat Ruang, Frekuensi dan Volume Penyiraman Rekapitulasi Sidik Ragam Evapotranspirasi Rekapitulasi Sidik Ragam Kelembaban Media Rekapitulasi Sidik Ragam Pertambahan Tinggi Tanaman Rekapitulasi Sidik Ragam Pertambahan Jumlah Daun Rekapitulasi Sidik Ragam Pertambahan Panjang Daun Rekapitulasi Sidik Ragam Pertambahan Lebar Daun Rekapitulasi Sidik Ragam Perubahan Jumlah Klorofil dan Antosianin Daun Analisis Media... 47

11 DAFTAR GAMBAR Nomor Teks Halaman 1. Suhu Udara Rata-rata Mingguan Selama Penelitian Kelembaban Udara Relatif Mingguan Selama Penelitian Grafik Perubahan Jumlah Klorofil Daun Grafik Perubahan Jumlah Antosianin Daun Lampiran 1. Denah Penempatan Tanaman di Ruang AC Denah Penempatan Tanaman di Ruang non AC Standar Skoring Warna Daun Kondisi Tanaman yang Mengalami Layu (Kiri) dan Layu Permanen (Kanan) Kondisi D. marginata Tricolour Pada Awal Pengamatan di Ruang Non AC Kondisi D. marginata Tricolour Pada Akhir Pengamatan di Ruang Non AC Kondisi D. marginata Tricolour Pada Awal Pengamatan di Ruang AC Kondisi D. marginata Tricolour Perlakuan F1V1 pada Akhir Pengamatan di Ruang AC Kondisi D. marginata Tricolour Perlakuan F1V2 pada Akhir Pengamatan di Ruang AC Kondisi D. marginata Tricolour Perlakuan F2V1 pada Akhir Pengamatan di Ruang AC Kondisi D. marginata Tricolour Perlakuan F2V2 pada Akhir Pengamatan di Ruang AC... 54

12 PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman berguna sebagai simbol dan mempunyai banyak kegunaan yang fungsional. Hijaunya tanaman di dalam ruang kerja, misalnya di perkantoran, bisa menghilangkan kejenuhan rutinitas kerja, melembutkan pandangan pada material keras disekeliling tempat kerja, dan memperbaiki sirkulasi udara (Arifin dan Arifin, 2004). Selain memberikan fungsi secara fisik, tanaman dalam ruang juga akan memberikan nilai tambah sehingga ruangan menjadi lebih indah, asri dan sejuk. Ide untuk membawa tanaman ke dalam ruang terinspirasi oleh taman gantung Babilonia di Sumeria yang dibangun pada tahun 605 sebelum masehi. Dalam sejarah Mesir, Yunani, Romawi, dan Cina, penyelenggaraan tanaman hias untuk ruangan dikerjakan dengan seksama. Ternyata sudah sejak dulu disadari bahwa keindahan yang hidup diperlukan di sekeliling kita, suatu keindahan yang bisa kita dapatkan dari tanaman hias yang kita tempatkan di dalam ruangan (indoor plant). Tanaman dalam ruang adalah tanaman yang mampu bertahan hidup dan berfungsi sebagai elemen dekoratif maupun fungsional di dalam ruang. Banyak sekali jenis tanaman yang dapat digunakan sebagai tanaman dalam ruang. Berbeda dengan tanaman hias bunga, tanaman hias daun mempunyai daya tarik tersendiri pada bagian daunnya. Daya tarik tanaman hias daun yang dapat memberikan tambahan nilai estetis ternyata juga dapat dilihat dari bentuk, keadaan, warna, maupun komposisi daun dengan batang yang indah. Keindahan tanaman hias daun yang memiliki warna daun cerah, seperti warna merah dapat memberikan kontras dan menjadi point of view suatu ruangan. Dracaena marginata Tricolour atau disebut juga Rainbow Plant memiliki daun yang indah. Jenis tanaman ini memiliki lebih dari satu warna daun/variegata. Menurut Sudarmono (1997), Dracaena marginata Tri colour memiliki bentuk daun yang kecil seperti pita, ramping, serta berwarna hijau gelap, bagian tepinya merah, dan memiliki warna putih. Hal ini sesuai dengan penelitian Tono (2002) yang menyimpulkan bahwa tanaman yang disukai oleh responden

13 antara lain adalah tanaman Dracaena marginata Tricolour yang terdiri dari 3 warna. Dalam mengatur kebutuhan lingkungan tanaman hias, ada tiga hal pokok yang harus diperhatikan, yaitu kebutuhan cahaya, kelembaban, dan suhu. Kelembaban sangat berhubungan erat dengan suhu. Kelembaban udara merupakan suatu kondisi yang menunjukkan jumlah uap air yang berada di dalam udara (Arifin, 2004). Menurut Rahardi, Wahyuni dan Nurcahyo (1997), kelembaban tinggi sangat berkaitan dengan suhu rendah, tetapi ruangan AC adalah kekecualian. Pada ruangan AC, meski suhunya rendah, ternyata kelembabannya juga rendah, karena udara yang terdapat didalamnya adalah udara kering. Kelembaban juga dapat dipengaruhi dari segi penyiraman, baik frekuensi maupun volume penyiramannya. Dengan memperhatikan faktor ini, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui frekuensi dan volume penyiraman terbaik yang mendukung kelembaban media sehingga tanaman hias daun yang ditempatkan di dalam ruangan masih dapat bertahan dalam kondisi baik (layak display). Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh kondisi ruang, frekuensi dan volume penyiraman terhadap pertumbuhan dan periode layak display Dracaena marginata Tricolour. Hipotesa Terdapat pengaruh kondisi ruang, frekuensi dan volume penyiraman terhadap pertumbuhan dan periode layak display Dracaena marginata Tricolour.

14 TINJAUAN PUSTAKA Botani Dracaena marginata Tricolour D. marginata Tri colour termasuk ke dalam famili Agavaceae (Agave) (Briggs dan Calvin, 1987). Pertumbuhan D. marginata Tricolour cukup lambat. D. marginata Tricolour memiliki daun yang panjang dan lurus meruncing sepanjang cm berwarna hijau tepinya merah. Daun tanpa tangkai muncul dari batang utama. D. marginata Tricolour daunnya terdiri dari tiga warna, yaitu putih, merah, dan hijau dengan panjang daun cm (Don, Handibroto, dan Emir, 2000). Setiap warna daun membentuk strip panjang dari pangkal sampai ujung daun (Sudarmono, 1997). Batang tanaman jika telah dewasa akan berkayu dan penampilannya tegak (Arifin, 2004). Menurut Davidson dan Bland (1993), D. marginata Tricolour dapat tumbuh hingga mencapai ketinggian 8-10 kaki (2.5 3 m). Syarat Tumbuh Dracaena marginata Tricolour D. marginata Tricolour adalah salah satu kelompok tanaman hias yang menyukai suhu o C pada siang hari dan suhu terendah o C pada malam hari (Palungkun, Indriani dan Widyastuti, 2002). D. marginata Tricolour dapat tumbuh dengan baik apabila berada pada suhu yang tidak terlalu tinggi ataupun rendah (16-25 o C) dan memiliki kelembaban relatif yang sedang (Brigss dan Calvin, 1987). Suhu yang terlalu rendah dapat menyebabkan daun menjadi layu serta keriting dan tepi-tepi daun menjadi warna coklat, sedangkan kelembaban relatif yang rendah juga dapat menyebabkan tepi-tepi daun menjadi warna coklat dan kuning (Hessayon, 1993). D. marginata Tricolour baik disimpan di sebelah timur atau barat jendela, karena tanaman ini akan tumbuh baik apabila mendapatkan cahaya light shade (Hessayon, 1993). Menurut Sudarmono (1997), jika D. marginata Tricolour ini hanya memperoleh cahaya buatan dari lampu, maka memerlukan cahaya berkekuatan 400 fc.

15 Iklim dalam Ruang Setiap ruangan memiliki kondisi lingkungan yang berbeda. Brigss dan Calvin (1987) mengungkapkan bahwa umumnya iklim dalam ruang dicirikan dengan intensitas cahaya rendah, udara kering dan suhu yang terlalu rendah atau terlalu tinggi. Arifin dan Arifin (2004) menambahkan bahwa tanaman tidak akan merana meskipun ditempatkan di ruangan yang mempunyai temperatur lebih tinggi daripada kebutuhan suhu optimumnya, asalkan kelembaban relatif ruangan itu lebih tinggi dan air tersedia lebih banyak. Cahaya Menurut Hamilton dan Owen (1992), kebutuhan cahaya yang diperlukan tanaman berbeda-beda, tergantung dari jenis tanaman, misalnya tanaman herbaceous tumbuh baik apabila mendapat cahaya partial shade. Cahaya merupakan salah satu faktor lingkungan yang sangat berperan terhadap tanaman hias, karena berbagai reaksi penting, salah satunya adalah proses fotosintesis yang hanya dapat berjalan baik jika tanaman mendapat cahaya (Palungkun, et al, 2002). Wianta (1985) menyebutkan bahwa rata-rata untuk pertumbuhan tanaman dalam ruang memerlukan intensitas cahaya sebesar f.c. Tetapi beberapa tanaman dapat juga tumbuh pada intensitas cahaya sebesar f.c. Palungkun, et al (2002) sendiri membagi tanaman hias berdasarkan kebutuhan cahaya menjadi tanaman teduh, tanaman setengah teduh, tanaman yang suka cahaya, dan tanaman yang perlu cahaya langsung. Pada jenis tanaman berdaun variegata, hal yang tidak menguntungkan adalah pada bagian warna kuning, krem dan putih karena daun tersebut tidak mengandung klorofil. Oleh karena itu, tanaman berdaun variegata pada umumnya memerlukan cahaya yang lebih terang bila ingin memperoleh warna daun yang lebih kontras (Arifin, 2004) Tanaman hias daun dapat tumbuh dengan cahaya buatan (lampu), cahaya alami (sinar matahari), ataupun keduanya selama banyaknya intensitas cahaya yang diberikan sesuai dengan kebutuhan tanaman (Briggs and Calvin, 1987). Briggs and Calvin juga mengungkapkan bahwa penggunaan jenis lampu yang berbeda seperti Fluorescent lamp dan Discharge lamp akan memberikan

16 intensitas cahaya yang berbeda juga. Menurut Soeseno (1993), lampu yang digunakan usahakan tidak menggunakan bohlam atau lampu pijar, karena panas yang ditimbulkan oleh bohlam ini mengakibatkan daun terbakar, yaitu warna daun menjadi coklat kering seperti terbakar, sedangkan lampu yang dianjurkan adalah lampu fluorescent atau tabung TL (tube luminescene), yaitu lampu neon yang tidak mengandung neon, dimana TL day light ini cahayanya mendekati cahaya matahari sewaktu siang. Selanjutnya Arifin dan Arifin (2004) mengungkapkan bahwa lampu neon juga menunjukkan keseimbangan sinar biru dan sinar merah yang dibutuhkan oleh tanaman untuk meningkatkan fotosintesis, mendorong pertumbuhan daun, dan meningkatkan produksi bunga. Suhu Suhu mempengaruhi proses-proses fisik maupun kimiawi tanaman, misalnya kecepatan reaksi atau laju difusi dari gas dan zat cair. Semakin tinggi suhu maka kecepatan reaksi akan semakin cepat (Harjadi, 1996). Perubahan untuk suhu ruang lebih cepat dibandingkan perubahan suhu pada tanah (Briggs dan Calvin, 1987). Tanaman hias dalam ruang umumnya cocok pada ruangan bersuhu 22 o C waktu malam dan 24 o C waktu siang (Soeseno, 1993). Suhu yang rendah akan mengurangi penguapan, sehingga aktivitas tanaman akan diperlambat, hal ini akan menyebabkan air dalam tanaman tetap terjaga (Palungkun, et al, 2002). Suhu tanah yang paling dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman hias daun berkisar o C selama suhu ruang berada pada range yang sesuai juga. Suhu tanah yang tinggi (lebih dari 32 o C) akan menghambat pertumbuhan akar serta dapat mengurangi pengabsorsian air (Briggs dan Calvin, 1987). Briggs dan Calvin juga menambahkan bahwa umumnya tanaman hias daun masih dapat toleran terhadap suhu ruang o C. Suhu ruang di bawah 13 o C dapat menyebabkan kerusakan permanen pada tanaman, seperti Aglaonema, Diffenbachia, dan Episcia.

17 Kelembaban Kelembaban adalah tingkat kebasahan atau banyaknya uap air di udara (Palungkun, et al, 2002). Kelembaban akan tinggi pada suhu yang rendah, begitupun sebaliknya (Briggs and Calvin, 1987). Tetapi, terdapat kekecualian untuk ruangan ber-ac. Palungkun, et al (2002) mengungkapkan bahwa meskipun suhunya rendah, tetapi kelembaban ruangan berpendingin juga rendah, karena udara yang terdapat di dalam ruangan berpendingin adalah udara kering. Tanaman yang ditempatkan pada ruang berpendingin dengan kelembaban relatif yang rendah akan menyebabkan pucuk daun berwarna coklat karena mengering (Soeseno, 1993). Kelembaban relatif yang disarankan agar tanaman hias daun dapat tumbuh secara baik berkisar 50% (Conover, 1992). Briggs and Calvin (1987) menyatakan bahwa kelembaban relatif yang berkisar 25% akan memberikan dampak yang negatif untuk pertumbuhan tanaman dalam ruang, kecuali untuk tanaman pakupakuan. Brigss dan Calvin juga menambahkan bahwa rata-rata kelembaban relatif untuk commercial buildings berkisar 30%-50%. Penelitian Ardie (2004) menyatakan bahwa RH rata-rata ruang berpendingin di Bogor adalah 79,04% dan 84,82% pada ruang tidak berpendingin. Penyiraman Penyiraman tanaman bertujuan menyeimbangkan kondisi kelembaban media dalam pot dengan proses evapotranspirasi yang terjadi di permukaan media dan dari tanaman (Arifin dan Arifin, 2004). Sebagian besar tanaman membutuhkan air apabila media tanamnya di dalam pot mulai mengering. Penyiraman secara teratur tanpa memperhatikan lembab atau keringnya media tanaman sangat kurang baik. Penyiraman yang terlalu sedikit dapat menyebabkan air tidak pernah mencapai lapisan media terbawah. Media tersebut akan menjadi kompak pada sekitar perakaran. Penyiraman yang terlalu banyak dapat menciptakan kondisi yang ideal bagi pertumbuhan bakteri dan jamur busuk akar karena air yang berlebih akan menekan udara keluar dari pot (Arifin, 2004).

18 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian berlangsung mulai minggu ketiga bulan Januari 2005 hingga minggu pertama bulan April Penelitian ini bertempat di Laboratorium Pendidikan Hortikultura dan Ruang 608, Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Darmaga, Bogor. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan didalam penelitian, yaitu tanaman hias daun Dracaena marginata Tricolour (tinggi tanaman cm, diameter batang 1-2 cm dan jumlah daun helai per tanaman), pot plastik hitam berdiameter 17 cm, pupuk NPK 15:15:15, media tanam (tanah steril : kompos : arang sekam = 1:1:1 v/v/v). Alat yang digunakan, yaitu psychometer (termometer bola basah dan bola kering) untuk mengukur suhu dan kelembaban ruang, luxmeter untuk mengukur intensitas cahaya, meteran untuk mengukur tinggi tanaman, lebar, serta panjang daun, oven dan kertas alumunium untuk mengukur kelembaban tanah, kamera digital untuk mendokumentasikan gambar penelitian, standar warna untuk identifikasi warna daun, dan Air Conditioner (AC). Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan lingkungan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan rancangan faktorial tiga faktor, yaitu faktor kondisi ruang dengan taraf AC dan non AC, simbol R, frekuensi penyiraman dengan taraf satu kali seminggu dan dua kali seminggu, simbol F, dan faktor terakhir volume penyiraman dengan taraf 50 ml dan 75 ml, simbol V. Setiap kombinasi perlakuan terdiri dari empat ulangan sehingga diperoleh 2 x 2 x 2 x 4 = 32 satuan unit percobaan. 16 satuan unit percobaan diletakkan di ruang AC dan 16 satuan unit percobaan diletakkan pada ruang non AC, dengan denah penempatan tanaman terlampir (Gambar Lampiran 1 dan 2). Adapun kombinasi perlakuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

19 R1F1V1 : Tanaman disimpan di ruang AC dengan frekuensi penyiraman 1 kali seminggu sebanyak 50 ml. R1F1V2 : Tanaman disimpan di ruang AC dengan frekuensi penyiraman 1 kali seminggu sebanyak 75 ml. R1F2V1 : Tanaman disimpan di ruang AC dengan frekuensi penyiraman 2 kali seminggu sebanyak 50 ml. R1F2V2 : Tanaman disimpan di ruang AC dengan frekuensi penyiraman 2 kali seminggu sebanyak 75 ml. R2F1V1 : Tanaman disimpan di ruang non AC dengan frekuensi penyiraman 1 kali seminggu sebanyak 50 ml. R2F1V2 : Tanaman disimpan di ruang non AC dengan frekuensi penyiraman 1 kali seminggu sebanyak 75 ml. R2F2V1 : Tanaman disimpan di ruang non AC dengan frekuensi penyiraman 2 kali seminggu sebanyak 50 ml. R2F2V2 : Tanaman disimpan di ruang non AC dengan frekuensi penyiraman 2 kali seminggu sebanyak 75 ml. Model matematika yang digunakan untuk setiap unit percobaan yang diletakkan pada ruang AC dan non AC adalah: Y ijk = µ + R i + F j + V k + (RF) ij + (RV) ik + (FV) jk +(RFV) ijk + å ijk Keterangan : Y ijk : Nilai hasil pengamatan ruang ke-i, frekuensi ke-j dan volume ke-k µ : Nilai rata-rata umum R i F j V k (RF) ij : Pengaruh ruangan ke-i : Pengaruh frekuensi penyiraman ke-j : Pengaruh volume penyiraman ke-k : Pengaruh kombinasi perlakuan ruang dengan frekuensi penyiraman (RV) ik : Pengaruh kombinasi perlakuan ruang dengan volume penyiraman

20 (FV) jk : Pengaruh kombinasi perlakuan frekuensi dan volume penyiraman (RFV) ijk : Pengaruh kombinasi perlakuan ruang, frekuensi dan volume penyiraman å ijk : Galat umum percobaan ruangan ke-i, frekuensi penyiraman ke-j dan volume penyiraman ke-k Pengolahan data dilakukan dengan uji F pada sistem SAS, kemudian beda nyata diuji lanjut dengan BNJ (Beda Nyata Jujur) atau sering disebut uji Tukey pada taraf 5% untuk melihat perbedaan kombinasi antar perlakuan. Untuk pengolahan skoring warna, data diolah dengan menggunakan uji Kruskal Wallis sedangkan untuk tanggapan responden diolah dengan menggunakan uji Friedman pada software Minitab. Pelaksanaan Penelitian Pelaksanaan penelitian dilakukan pada tanaman D. marginata Tricolour, dilakukan dalam beberapa tahap sebagai berikut : 1. Persiapan bahan dan alat Penelitian dimulai dengan mempersiapkan bahan tanaman. Tanaman di peroleh seragam dari hasil penyetekan selama satu bulan. Tanaman hasil penyetekan disimpan dibawah naungan paranet 75% dengan intensitas cahaya sebesar 987 f.c. Untuk mencegah serangan penyakit, sebelum ditanam kembali, akar dicuci secara hati-hati dengan menggunakan air bersih. Selanjutnya tanaman dipindahkan dari tempat penyetekan ke pot berdiameter 17 cm. Media tanam yang digunakan adalah tanah steril, kompos, dan arang sekam dengan perbandingan 1:1:1 (v/v/v). Pupuk dasar NPK diberikan sebanyak 1 g/pot tanaman. Pemberian pecahan genteng yang diletakkan di dasar pot berfungsi untuk menjaga kelembaban dan menyimpan air. Aklimatisasi tanaman dilakukan ketika pemindahan tanaman telah dilaksanakan. 2. Aklimatisasi Setelah persiapan bahan dan tanaman, tanaman ditempatkan pada ruang ternaungi dengan intensitas cahaya sebesar f.c selama dua minggu.

21 3. Penempatan tanaman. Penempatan tanaman dilakukan secara acak baik pada ruang AC maupun Non AC. Denah penempatan ruangan disajikan pada Gambar Lampiran Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan tanaman yang dilakukan adalah pemeliharaan terhadap hama dan penyakit tanaman. Hama yang menyerang tanaman dikendalikan secara manual. Pemeliharaan tanaman lainnya, yaitu pembersihan daun dengan cara mengelapnya, memotong ujung daun yang mengering dan pemupukan tanaman yang dilakukan satu bulan sekali sebanyak 1 gram/pot. 5. Perlakuan kondisi ruang AC dan lampu TL dihidupkan sesuai waktu kerja staf laboratorium IPB, yaitu dimulai pukul WIB hingga pukul WIB dari hari Senin hingga Jumat. 6. Perlakuan frekuensi dan volume penyiraman Penyiraman terdiri dari dua perlakuan, satu kali dalam seminggu (hari Senin) dan dua kali dalam seminggu (hari Senin dan Kamis) dengan volume penyiraman yang berbeda pula (50 ml dan 75 ml). Sebanyak delapan pot akan disiram seminggu sekali dengan volume penyiraman sebanyak 50 ml pada empat pot tanaman dan empat pot lainnya sebanyak 75 ml. Delapan pot lainnya akan disiram dua kali seminggu dengan volume penyiraman sebanyak 50 ml pada empat pot tanaman dan empat pot lainnya sebanyak 75 ml. Perlakuan frekuensi penyiraman ini didasarkan atas frekuensi penyiraman pada umumnya untuk rental-rental tanaman hias daun khususnya untuk daerah Bogor dan Jakarta. Perlakuan volume penyiraman penelitian berdasarkan kapasitas lapang untuk campuran media dan diameter pot yang digunakan.

22 Pengamatan Pengamatan pertama dilakukan pada saat tanaman disimpan di dalam ruang, baik ruang AC maupun non AC. Pada pengamatan ini pula dilakukan pengambilan dokumentasi pertama yang dijadikan perbandingan awal. Pengamatan selanjutnya dilakukan setiap minggu selama 3 bulan kedepan dengan peubah yang diamati, yaitu: 1. Pertambahan Tinggi Tanaman Perubahan tinggi tanaman dihitung dengan menggunakan rumus : (A B) cm, dimana A : Tinggi tanaman pada pengamatan ke-2, 3,..., 12 B : Tinggi tanaman pada pengamatan ke-1 Tinggi tanaman dihitung dari atas permukaan media yang telah ditagging hingga panjang ujung daun terpanjang. 2. Pertambahan Jumlah Daun Penambahan jumlah daun dilakukan dengan cara menghitung daun muda yang baru muncul dan telah terbuka sempurna serta sehat. 3. Perubahan Ukuran Daun (Pertambahan Panjang dan Lebar Daun) Pengambilan ukuran daun D. marginata Tricolour diambil dengan cara pengambilan acak yang mewakili daun muda hingga daun tua sebanyak lima contoh daun. Daun yang telah dipilih, ditagging. Pengukuran panjang daun dihitung dari permukaan media yang telah di tagging hingga ujung daun, sedangkan lebar daun diukur pada bagian tengah daun. Perubahan panjang dan lebar daun dihitung dengan menggunakan rumus : (A B) cm, dimana A : panjang/lebar daun pada pengamatan ke-2, 3,..., 12 B : panjang/lebar daun pada pengamatan ke-1 4. Warna daun Pengamatan terhadap warna daun tanaman dilakukan dengan menggunakan gradasi warna dari standar warna skoring. Skoring dilakukan dengan menggunakan kisaran nilai 1-8. Pengambilan standar warna skoring ini dilakukan dengan cara mengambil perubahan daun pada tanaman Dracaena marginata Tricolour dimulai dari daun termuda hingga daun tertua pada kondisi umum (Gambar Lampiran 3).

23 Cara yang dilakukan pada saat pengamatan, yaitu dengan membandingkan warna daun tanaman dengan gradasi perubahan warna daun D. marginata Tricolour yang dilakukan seminggu sekali. Pengamatan warna daun ini dilakukan pada kelima contoh daun yang telah ditagging sebelumnya. 5. Penampilan Visual Penampilan visual yang diamati meliputi: warna daun, penampilan fisik tanaman, keseimbangan pot dengan tanaman serta penampilan keseluruhan tanaman. Penampilan visual diukur dengan menggunakan skoring. Skoring dilakukan dengan menggunakan kisaran nilai 1-5 (Tabel 1). Tabel 1. Score Penampilan Visual D. marginata Tricolour Score keterangan 1 Sangat suka 2 Suka 3 Cukup suka 4 Tidak suka 5 Sangat tidak suka Pengamatan dilakukan pada minggu ke-2, 6 dan 11 dengan metode uji hedonik, yaitu uji kesukaan. Uji ini menggunakan 20 responden yang diambil secara acak dari mahasiswa IPB program studi Hortikultura yang telah lulus mata kuliah Budidaya Bunga dan Tanaman Hias. Kriteria layak display tanaman hias dalam ruang untuk Dracaena marginata Tricolour adalah warna daun yang masih berada pada range 1-2 ( 95% 80% daun berwarna merah) (Gambar Lampiran 3), tinggi tanaman berkisar cm jika hendak ditempatkan di atas meja, terbebas dari hama dan penyakit tanaman dan Tono (2002), menyatakan bahwa konsumen juga menilai kriteria tanaman yang layak display dari bentuk serta bahan pot yang digunakan. 6. Pengukuran Kelembaban Media Pengukuran kelembaban media diambil pada 8 MSP dan 12 MSP dengan cara Gravimetri. Proses gravimetri adalah sebagai berikut : ambil beberapa gram media untuk setiap perlakuannya, kemudian bungkus dengan alumunium foil,

24 timbang media hingga didapatkan berat basah media. Selanjutnya masukkan ke dalam oven dengan suhu 105 o C selama sehari sampai berat media tetap kemudian timbang kembali dan didapatkan berat kering media. Untuk mengetahui kelembaban suatu media menggunakan rumus : Kelembaban tanah = (BB BK ) * 100% BK Keterangan : BB = Berat Basah (gram) BK = Berat Kering (gram) 7. Perkolasi dan Evapotranspirasi Pengukuran perkolasi diukur setelah dilakukan penyiraman, dengan cara mengukur jumlah ml air yang keluar dari pot. Evapotranspirasi dihitung dengan menggunakan rumus : Evapotranspirasi (mm/minggu) = Irigasi - Perkolasi Data pendukung penelitian ini, antara lain: analisis pigmen daun, yaitu analisis klorofil dan antosianin, analisis media yang dilakukan sebelum penelitian, kelembaban nisbi ruangan dan pengukuran temperatur harian menggunakan Psychometer, serta pengukuran intensitas cahaya menggunakan Luxmeter. Menurut Handoko (1993) rumus untuk menghitung suhu rata-rata harian dan kelembaban rata-rata harian adalah: T rata-rata harian : ((2 T ) + T T )/4 RH rata-rata harian : (RH RH RH )/3

25 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Keadaan Lingkungan Ruang Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan dua taraf kondisi ruang yaitu ruang AC dan ruang non AC. AC dinyalakan mulai pukul 8.00 WIB hingga pukul WIB (disesuaikan dengan waktu kerja). Pencahayaan yang diterima oleh tanaman di ruang AC dominan berasal dari jendela yang berposisi di sebelah barat dibandingkan timur ditambah dengan bantuan cahaya dari lampu TL, sedangkan untuk ruang non AC, cahaya yang diterima dominan berasal dari jendela yang berposisi di sebelah timur dibandingkan barat ditambah dengan bantuan cahaya dari lampu TL. Penyalaan lampu dimulai pada pukul 8.00 WIB hingga pukul WIB yang dilakukan bersamaan pada kedua ruang. Suhu harian selama dilakukan penelitian berkisar 19.8 o C 21.4 o C untuk ruang AC dengan suhu rata-rata sebesar 20.6 o C, sedangkan untuk ruang non AC suhu harian berkisar 24.6 o C 26.5 o C dengan suhu rata-rata sebesar 25.8 o C (Gambar 1). 29,0 27,0 Suhu (oc) 25,0 23,0 21,0 19,0 Ruang AC Ruang non AC 17,0 15, Minggu Setelah Penempatan Gambar 1. Suhu Udara Rata-rata Mingguan Selama Penelitian Kelembaban adalah tingkat kebasahan atau banyaknya uap air di udara (Palungkun, et al, 2002). Kelembaban relatif (relative humidity/rh; kelembaban nisbi) merupakan perbandingan antara kandungan tekanan uap air aktual dengan keadaan jenuhnya atau pada kapasitas udara untuk menampung uap air sehingga RH dituliskan dalam persen (%) (Handoko, 1993).

26 Fluktuasi kelembaban relatif yang cukup tajam terjadi pada ruang AC. Kelembaban relatif mingguan pada ruang AC berkisar 67.3% % dengan rata-rata kelembaban relatifnya sebesar 70.2%. Untuk ruang non AC, kelembaban relatif berkisar dari 78% % dengan rata-rata kelembaban relatifnya sebesar 82.3% (Gambar 2). 90,0 85,0 Kelembaban (%) 80,0 75,0 70,0 65,0 Ruang AC Ruang Non AC 60, Minggu Setelah Penempatan Gambar 2. Kelembaban Udara Relatif Mingguan Selama Penelitian Kuantitas cahaya atau intensitas cahaya ditunjukkan oleh konsentrasi gelombang cahaya yang dapat dinyatakan dengan ukuran terangnya (foot candle) yang merupakan intensitas penyinaran berdasarkan kepekaan mata manusia (Harjadi, 1996). Tanaman yang ditempatkan dibalik jendela yang menghadap ke timur dan terkena cahaya matahari ternyata akan memperoleh intensitas cahaya hanya sekitar 50% dibandingkan dengan tanaman yang ditempatkan di luar (Arifin dan Arifin, 2004). Rata-rata intensitas cahaya pada hari cerah di ruang AC sebesar f.c dan f.c untuk ruang non AC. Rata-rata intensitas cahaya pada hari berawan di ruang AC sebesar f.c dan f.c untuk ruang non AC. Kondisi Umum Tanaman Tanaman yang digunakan untuk penelitian berasal dari penyetekan pucuk yang dilakukan di kebun percobaan IPB PKBT, Tajur. Tanaman ditempatkan di bawah naungan paranet 75% dengan intensitas cahaya sebesar 987 f.c selama 6 minggu hingga tanaman berakar. Selanjutnya tanaman dipindahkan pada pot berdiameter 17 cm. Sebelum tanaman ditempatkan pada ruang AC dan non AC,

27 tanaman ditempatkan di ruang yang ternaungi dengan intensitas cahaya sebesar f.c selama 2 minggu untuk dilakukan proses aklimatisasi. Kondisi awal tanaman berada dalam kondisi layak display dengan ketinggian tanaman rata-rata cm. Terdapat beberapa tanaman yang ditempatkan di ruang AC telah menunjukkan adanya gejala serangan hama kutu koma dan kutu perisai pada 2 MSP. Serangan kutu koma dan kutu perisai ini semakin berkembang hingga penelitian berakhir. Hal ini menyebabkan cepatnya daun-daun berguguran pada 8-12 MSP. Menurut Macmillan (1991), Lepidosaphes beckii (kutu koma) merupakan hama berordo Homoptera dengan famili Diaspididae yang berwarna coklat keungu-unguan, panjang sekitar 1 mm dan bersifat kosmopolitan. Hama ini memiliki pelindung pada bagian belakang tubuhnya sehingga menyerupai bentuk koma. Menurut Arifin (2004), sebagian besar kutu perisai berwarna coklat atau kekuning-kuningan. Kutu perisai sering tampak pada pada permukaan daun bagian bawah dan daun muda, kutu ini dapat berpindah ke seluruh bagian tanaman. Kutu perisai menyerang dengan cara mengisap sambil mengeluarkan embun madu. Pengendalian kutu koma dan kutu perisai ini hanya dilakukan secara manual dengan cara mematikan kutu di daerah yang dapat dijangkau oleh tangan dan dengan menggunakan kuas. Selain itu, terdapat 2 tanaman yang telah terserang hama pucuk pada ruang AC sehingga mengakibatkan rusak hingga matinya pucuk tanaman tersebut. Bekas tusukan terlihat sangat jelas mulai 3 MSP. Diduga, penyerangan ini telah berlangsung semenjak tanaman berada di lapang karena pada saat telah ditempatkan di ruangan, tidak terlihat adanya hama yang sedang menyerang, sehingga hama tidak dapat diidentifikasi dengan jelas. Perlakuan R1F1V1 sudah tidak dapat layak display akibat mengalami layu permanen yang cukup parah tetapi perlakuan R2F1V1 hanya mengalami layu (Gambar Lampiran 4). Serangan hama terutama kutu koma dan kutu perisai pada ruang non AC tidak sebanyak seperti yang terjadi pada ruang AC. Tetapi terdapat satu tanaman terkena layu pucuk pada 5 MSP dan satu tanaman terkena bercak daun pada 10 MSP. Beberapa tanaman baik yang ditempatkan di ruang AC maupun non AC dapat dikatakan tidak layak display akibat tingginya serangan hama ini.

28 Hasil Evapotranspirasi Faktor tunggal ruang telah memberikan pengaruh sangat nyata pada 1, 2 dan 12 MSP. Frekuensi penyiraman berpengaruh sangat nyata hingga akhir pengamatan. Volume penyiraman memberikan pengaruh sangat nyata untuk setiap minggunya kecuali pada 1 MSP (Tabel Lampiran 4). Nilai evapotranspirasi ruang AC lebih besar, yaitu 3.79 mm/minggu dibandingkan ruang non AC, yaitu sebesar 3.39 mm/minggu pada 12 MSP. Frekuensi penyiraman 2 kali seminggu memberikan pengaruh lebih besar dibandingkan dengan frekuensi penyiraman yang dilakukan seminggu sekali, yaitu sebesar 4.80 mm/minggu pada 12 MSP. Volume penyiraman sebanyak 75 ml memberikan pengaruh lebih besar terhadap evapotranspirasi dibandingkan volume penyiraman 50 ml. Nilai evapotranspirasi untuk volume penyiraman 75 ml sebesar 4.10 mm/minggu dan volume penyiraman 50 ml sebesar 3.08 mm/minggu pada 12 MSP (Tabel 2). Interaksi ruang dan frekuensi penyiraman memberikan pengaruh sangat nyata pada 2 MSP dan memberikan pengaruh nyata pada 9 MSP. Interaksi perlakuan ruang dan volume penyiraman, memberikan pengaruh sangat nyata pada 10 MSP. Interaksi ruang dan volume berpengaruh nyata pada 9 dan 11 MSP. Pada 6, 7, 9, 10 dan 12 MSP, interaksi frekuensi dan volume penyiraman memberikan pengaruh sangat nyata, sedangkan pada 8 dan 11 MSP memberikan pengaruh nyata (Tabel Lampiran 4). Perlakuan R1F2 memberikan nilai evapotranspirasi terbesar yaitu 5.00 mm/minggu dan R2F1 memberikan nilai evapotranspirasi terkecil yaitu 2.18 mm/minggu pada 12 MSP. Nilai terbesar interaksi ruang dan volume terlihat pada perlakuan R1V2 yaitu sebesar 4.18 mm/minggu dan nilai terkecil terlihat pada perlakuan R1F1, yaitu sebesar 2.93 mm/minggu pada 10 MSP. Untuk interaksi frekuensi dan volume penyiraman, perlakuan F2V2 memberikan nilai evapotranspirasi tertinggi sebesar 5.47 mm/minggu dan perlakuan F1V1 memberikan nilai evapotranspirasi terkecil sebesar 2.03 mm/minggu pada 12 MSP (Tabel 2). Interaksi ruang, frekuensi dan volume penyiraman memberikan pengaruh sangat nyata pada 5 dan 6 MSP dan pengaruh nyata pada 7 dan 9 MSP (Tabel Lampiran 4). Perlakuan R1F2V2 memberikan nilai evapotranspirasi tertinggi

29 terhadap nilai evapotranspirasi dan terendah pada perlakuan R2F1V1. Nilai evapotranspirasi tertinggi berturut-turut, yaitu 5.31, 5.09, 4.87, dan 5.47 mm/minggu. Nilai evapotrasnpirasi terendah masing-masing, yaitu 1.54, 1.31, 1.55, dan 1.70 mm/minggu (Tabel 2). Kelembaban Media Pengukuran kelembaban media hanya dilakukan pada 8 dan 12 MSP. Faktor tunggal ruang, frekuensi dan volume penyiraman memberikan pengaruh sangat nyata (Tabel Lampiran 5). Ruang non AC memberikan pengaruh lebih besar dibandingkan ruang AC. Kelembaban media di ruang non AC sebesar 57.36% dan ruang AC sebesar % pada 8 MSP. Frekuensi 2 kali seminggu memberikan pengaruh lebih besar, yaitu sebesar 71.04% dibandingkan frekuensi penyiraman seminggu sekali dengan nilai hanya 21.79% pada 12 MSP. Volume penyiraman 75 ml juga memberikan pengaruh lebih besar dengan nilai sebesar 45.66% pada 12 MSP (Tabel 3). Interaksi ruang dan frekuensi penyiraman memberikan pengaruh sangat nyata baik pada 8 maupun pada 12 MSP. Interaksi ruang dan volume penyiraman sama sekali tidak memberikan pengaruh nyata terhadap kelembaban media. Interaksi frekuensi dan volume penyiraman hanya memberikan pengaruh sangat berbeda nyata pada 12 MSP. Interaksi ruang, frekuensi dan volume penyiraman tidak memberikan pengaruh terhadap kelembaban media (Tabel Lampiran 5). Pada 8 MSP, perlakuan R2F2 memberikan nilai kelembaban tertinggi, yaitu sebesar 88.87% dan perlakuan R1F1 memberikan nilai terendah, yaitu sebesar 17.73%. Pada interaksi frekuensi dan volume, perlakuan F2V2 memberikan nilai tertinggi, yaitu sebesar 70.28% dan terendah pada perlakuan R1F1 sebesar 18.03% pada 12 MSP (Tabel 3).

30 Tabel 2. Nilai Evapotranspirasi pada Beberapa Tingkat Ruang, Frekuensi dan Volume Penyiraman Perlakuan 1 MSP 2 MSP 3 MSP 4 MSP 5 MSP 6 MSP 7 MSP 9 MSP 10 MSP 12 MSP mm/minggu R1 3.29a 3.80a 3.52a 3.24a 3.10a 2.92a 3.06a 3.36a 3.55a 3.79a R2 2.81b 3.32b 3.32a 3.40a 3.08a 3.05a 3.16a 3.23a 3.43a 3.39b Tukey F1 1.97b 2.56b 2.44b 2.09b 1.81b 1.67b 1.94b 2.07b 2.27b 2.38b F2 4.13a 4.57a 4.40a 4.55a 4.37a 4.30a 4.28a 4.54a 4.71a 4.80a Tukey V1 2.94a 3.17b 3.01b 2.95b 2.73b 2.59b 2.75b 2.85b 3.03b 3.08b V2 3.16a 3.95a 3.83a 3.69a 3.45a 3.38a 3.47a 3.75a 3.96a 4.10a Tukey R1F1 2.05c 2.62c 2.44b 1.96b 1.71c 1.66c 1.99c 2.28b 2.41c 2.58c R1F2 4.54a 4.99a 4.59a 4.52a 4.50a 4.18ab 4.14ab 4.45a 4.69ab 5.00a R2F1 1.88c 2.50c 2.45b 2.23b 1.92c 1.68c 1.89c 1.86b 2.14c 2.18c R2F2 3.73b 4.14b 4.20a 4.57a 4.25ab 4.43a 4.43a 4.62a 4.73a 4.59ab Tukey R1V1 3.16a 3.30b 3.07b 2.77b 2.67b 2.45c 2.70c 2.76b 2.93c 3.18c R1V2 3.43a 4.31a 3.97a 3.71a 3.54a 3.39a 3.43ab 3.97a 4.18a 4.41a R2V1 2.71a 3.05b 2.96b 3.13b 2.80b 2.74c 2.81c 2.94b 3.13c 2.97c R2V2 2.90a 3.59b 3.69a 3.67a 3.37ab 3.37ab 3.50a 3.54a 3.74ab 3.80b Tukey F1V1 1.88c 2.19d 2.08d 1.83c 1.59c 1.47c 1.77c 1.89c 2.00d 2.03d F1V2 2.05c 2.93c 2.81c 2.35c 2.04c 1.87c 2.11c 2.24c 2.55c 2.73c F2V1 3.99ab 4.16b 3.94b 4.07b 3.87b 3.72b 3.74b 3.81b 4.06b 4.12b F2V2 4.28a 4.98a 4.85a 5.03a 4.87a 4.89a 4.83a 5.26a 5.36a 5.47a Tukey R1F1V1 2.02e 2.18e 2.07e 1.69e 1.65d 1.62d 1.99d 2.08d 2.06ef 2.17f R1F1V2 2.09e 3.06de 2.81e 2.24e 1.77d 1.70d 1.98d 2.47d 2.76e 3.00e R1F2V1 4.31ab 4.41b 4.07bc 3.85cd 3.69bc 3.27c 3.41c 3.43c 3.79cd 4.20c R1F2V2 4.76a 5.57a 5.12a 5.19a 5.31a 5.09a 4.87a 5.47a 5.59a 5.81a R2F1V1 1.75e 2.20e 2.10e 1.98e 1.54d 1.31d 1.55d 1.70d 1.94f 1.90f R2F1V2 2.01e 2.80e 2.80e 2.47e 2.30d 2.05d 2.23d 2.02d 2.33ef 2.47ef R2F2V1 3.67abcd 3.90bcd 3.82bcd 4.28bc 4.06bc 4.17b 4.07abc 4.19bc 4.32c 4.05cd R2F2V2 3.80abc 4.38bc 4.57ab 4.87ab 4.44ab 4.69ab 4.78ab 5.06ab 5.14ab 5.14ab Tukey Ket : - Angka yang tidak diikuti huruf pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Tukey 5% - R1 = Ruang AC - F1 = Frekuensi penyiraman 1 kali seminggu - V1 = Volume 50 ml - R2 = Ruang non AC - F2 = Frekuensi penyiraman 2 kali seminggu - V2 = Volume 75 ml - MSP = Minggu Setelah Perlakuan

31 Tabel 3. Nilai Kelembaban Media pada Beberapa Tingkat Ruang, Frekuensi dan Volume Penyiraman Perlakuan 8 MSP 12 MSP % R b 29.91b R a 50.01a Tukey F b 21.79b F a 71.04a Tukey V b 34.26b V a 45.66a Tukey R1F c 17.87c R1F b 41.95b R2F c 21.20c R2F a 78.82a Tukey R1V c 22.92c R1V bc 36.90bc R2V ab 45.60ab R2V a 54.41a Tukey F1V c 18.03c F1V c 21.04c F2V b 50.49b F2V a 70.28a Tukey R1F1V d 15.65d R1F1V d 20.09d R1F2V cd 30.19cd R1F2V bc 53.71bc R2F1V d 20.41d R2F1V d R2F2V ab 70.80ab R2F2V a 86.84a Tukey Ket : - Angka-angka yang tidak diikuti huruf pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Tukey 5% - R1 = Ruang AC - F1 = Frekuensi penyiraman 1 kali seminggu - V1 = Volume 50 ml - R2 = Ruang non AC - F2 = Frekuensi penyiraman 2 kali seminggu - V2 = Volume 75 ml - MSP = Minggu Setelah Perlakuan Pertambahan Tinggi Tanaman Faktor tunggal ruang berpengaruh nyata pada 2 MSP dan memberikan pengaruh sangat nyata pada 3-12 MSP. Frekuensi penyiraman hanya memberikan pengaruh nyata pada 4-7 MSP. Volume penyiraman sama sekali

32 tidak memberikan pengaruh terhadap tinggi tanaman (Tabel Lampiran 6). pada 12 MSP, ruang AC memberikan nilai lebih besar dibandingkan ruang non AC, yaitu 1.61 cm pada ruang AC dan pada ruang non AC sebesar 1.04 cm. Pada 7 MSP, frekuensi penyiraman 2 kali seminggu memberikan nilai lebih kecil dibandingkan frekuensi sekali seminggu, yaitu sebesar 1.06 cm. Tetapi, mulai MSP, frekuensi penyiraman 2 kali seminggu memberikan pengaruh lebih besar dibandingkan frekuensi penyiraman sekali seminggu (Tabel 5). Interaksi ruang dan volume penyiraman, interaksi frekuensi dan volume penyiraman serta interaksi ruang, frekuensi dan volume penyiraman tidak memberikan pengaruh terhadap tinggi tanaman. Interaksi ruang dan frekuensi penyiraman memberikan pengaruh sangat nyata pada 9-12 MSP (Tabel Lampiran 6). Nilai tertinggi untuk interaksi ruang dan frekuensi penyiraman, yaitu pada perlakuan R1F2 sebesar 1.92 cm dan terendah pada perlakuan R2F2 sebesar 0.94 cm pada 12 MSP. Walaupun interaksi antara ruang, frekuensi, dan volume penyiraman tidak memberikan pengaruh terhadap tinggi tanaman, tetapi dengan uji Tukey (taraf 5%) menunjukkan bahwa pada ruang AC, dengan frekuensi 2 kali seminggu dan volume penyiraman sebesar 75 ml, pertambahan tinggi tanaman cenderung lebih besar (Tabel 4). Pertambahan Jumlah Daun Faktor tunggal ruang sama sekali tidak memberikan pengaruh terhadap pertambahan jumlah daun kecuali pada 4 MSP. Frekuensi penyiraman memberikan pengaruh sangat nyata pada 3, 7-12 MSP dan memberikan pengaruh nyata pada 6 MSP. Volume memberikan pengaruh nyata pada 2, 11 dan 12 MSP (Tabel Lampiran 7). Ruang non AC memberikan pertambahan daun sebesar 1.4 dan ruang AC sebesar 1.2 pada 4 MSP. Pada 12 MSP, frekuensi penyiraman 2 kali seminggu memberikan nilai lebih besar, yaitu 2.0 dibandingkan frekuensi penyiraman sekali seminggu, yaitu 1.6. Volume penyiraman sebanyak 75 ml juga memberikan nilai lebih besar dibandingkan volume penyiraman sebanyak 50 ml pada 9, 11 dan 12 MSP (Tabel 5). Interaksi ruang dan frekuensi penyiraman memberikan pengaruh sangat nyata mulai pada 8-12 MSP dan memberikan pengaruh nyata pada 3 MSP.

PENGARUH KONDISI RUANG, FREKUENSI DAN VOLUME PENYIRAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERIODE LAYAK DISPLAY Dracaena marginata Tricolour

PENGARUH KONDISI RUANG, FREKUENSI DAN VOLUME PENYIRAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERIODE LAYAK DISPLAY Dracaena marginata Tricolour PENGARUH KONDISI RUANG, FREKUENSI DAN VOLUME PENYIRAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERIODE LAYAK DISPLAY Dracaena marginata Tricolour Oleh : Ita Lestari A34301058 PROGRAM STUDI HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

EVALUASI KERAGAAN FENOTIPE TANAMAN SELEDRI DAUN

EVALUASI KERAGAAN FENOTIPE TANAMAN SELEDRI DAUN EVALUASI KERAGAAN FENOTIPE TANAMAN SELEDRI DAUN (Apium graveolens L. Subsp. secalinum Alef.) KULTIVAR AMIGO HASIL RADIASI DENGAN SINAR GAMMA COBALT-60 (Co 60 ) Oleh Aldi Kamal Wijaya A 34301039 PROGRAM

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca PT. ASABI, Sentul Rest Area Jalan Tol Jagorawi Km 35 Desa Kedungmangu Kecamatan Babakan Madang Kabupaten Bogor. Analisis stomata

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat lebih kurang 25 meter di atas permukaan laut.

Lebih terperinci

PENGARUH INTENSITAS NAUNGAN DAN DOSIS PEMUPUKAN SELAMA AKLIMATISASI TERHADAP KUALITAS Dmcaerta nzargirtnta "Colorama" SETELAH SIMULASI PENGANGKUTAN

PENGARUH INTENSITAS NAUNGAN DAN DOSIS PEMUPUKAN SELAMA AKLIMATISASI TERHADAP KUALITAS Dmcaerta nzargirtnta Colorama SETELAH SIMULASI PENGANGKUTAN 1 r d PENGARUH INTENSITAS NAUNGAN DAN DOSIS PEMUPUKAN SELAMA AKLIMATISASI TERHADAP KUALITAS Dmcaerta nzargirtnta "Colorama" SETELAH SIMULASI PENGANGKUTAN Oleh BAMBANG H. SARAGIH A.29 0582 JURUSAN BUDIDAYA

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN ANTI TRANSPIRASI DAN MEDIA TRANSPORTASI TERHADAP MUTU BIBIT MANGGIS (Garcinia mangostana L.) SETELAH TRANSPORTASI

PENGARUH PENGGUNAAN ANTI TRANSPIRASI DAN MEDIA TRANSPORTASI TERHADAP MUTU BIBIT MANGGIS (Garcinia mangostana L.) SETELAH TRANSPORTASI PENGARUH PENGGUNAAN ANTI TRANSPIRASI DAN MEDIA TRANSPORTASI TERHADAP MUTU BIBIT MANGGIS (Garcinia mangostana L.) SETELAH TRANSPORTASI Oleh : ANUM PETALARIFARRDHI A 34303057 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas 23 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, Kampus Gedung Meneng, Bandar Lampung pada bulan Desember 2013

Lebih terperinci

PENGARUH INTENSITAS CAHAYA D A ~ PERIODE AKLIMATISASI TERHADAP PERTUMBUHAN SERTA KUALITAS LAYAK DISPLA Y TANANIAN WALISONGO (Scefflern arboricoln)

PENGARUH INTENSITAS CAHAYA D A ~ PERIODE AKLIMATISASI TERHADAP PERTUMBUHAN SERTA KUALITAS LAYAK DISPLA Y TANANIAN WALISONGO (Scefflern arboricoln) 073 PENGARUH INTENSITAS CAHAYA D A ~ PERIODE AKLIMATISASI TERHADAP PERTUMBUHAN SERTA KUALITAS LAYAK DISPLA Y TANANIAN WALISONGO (Scefflern arboricoln) Oleh: Dwi Astuti A34302024 PROGRAM STUD1 HORTIKULTURA

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan September 2015 di

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan September 2015 di 1 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan September 2015 di Greenhouse dan Ruang Laboratorium Rekayasa Sumber Daya Air dan Lahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Data penelitian yang diperoleh pada penelitian ini berasal dari beberapa parameter pertumbuhan anakan meranti merah yang diukur selama 3 bulan. Parameter yang diukur

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Gambar 2. Bibit Caladium asal Kultur Jaringan

BAHAN DAN METODE. Gambar 2. Bibit Caladium asal Kultur Jaringan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilakukan di MJ Flora, desa JambuLuwuk, Bogor dengan curah hujan 3000 mm/tahun. Lokasi penelitian berada pada ketinggian tempat kurang lebih 700 meter di atas

Lebih terperinci

cacao L.) MELALUI PEMBERIAN ZAT PENGATUR TUMBUH

cacao L.) MELALUI PEMBERIAN ZAT PENGATUR TUMBUH PENINGKATAN PRODUKSI BUAH KAKAO (Theobroma cacao L.) MELALUI PEMBERIAN ZAT PENGATUR TUMBUH PACLOBUTRAZOL PADA BERBAGAI KONSENTRASI Oleh WAHYU OKTAVIANI A 34104010 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 15 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca dan laboratorium silvikultur Institut Pertanian Bogor serta laboratorium Balai Penelitian Teknologi

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SIRIH MERAH (Piper crocatum Ruiz and Pav.) OLEH: YULIANA RIYANTI A

PENGARUH JENIS MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SIRIH MERAH (Piper crocatum Ruiz and Pav.) OLEH: YULIANA RIYANTI A PENGARUH JENIS MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SIRIH MERAH (Piper crocatum Ruiz and Pav.) OLEH: YULIANA RIYANTI A34304039 PROGRAM STUDI HORTIKULTURA DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di UPT-Kebun Bibit Dinas di Desa Krasak Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat berada 96

Lebih terperinci

BAHA DA METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHA DA METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHA DA METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dimulai

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, terletak di jalan

MATERI DAN METODE. Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, terletak di jalan III. MATERI DAN METODE 1.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, terletak di jalan H.R. Soebrantas

Lebih terperinci

4. HASIL PENELITIAN 4.1. Pengamatan Selintas Serangan Hama dan Penyakit Tanaman Keadaan Cuaca Selama Penelitian

4. HASIL PENELITIAN 4.1. Pengamatan Selintas Serangan Hama dan Penyakit Tanaman Keadaan Cuaca Selama Penelitian 4. HASIL PENELITIAN Hasil pengamatan yang disajikan dalam bab ini diperoleh dari dua sumber data pengamatan, yaitu pengamatan selintas dan pengamatan utama. 4.1. Pengamatan Selintas Pengamatan selintas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penanaman dilakukan pada bulan Februari 2011. Tanaman melon selama penelitian secara umum tumbuh dengan baik dan tidak ada mengalami kematian sampai dengan akhir penelitian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Metode Penelitian 9 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2005 sampai Pebruari 2006. Tempat penelitian di Kebun Tajur I UPT Kebun Percobaan IPB Unit Kegiatan Pusat Kajian

Lebih terperinci

RESPON TANAMAN TOMAT TERHADAP FREKUENSI DAN TARAF PEMBERIAN AIR RISZKY DESMARINA A

RESPON TANAMAN TOMAT TERHADAP FREKUENSI DAN TARAF PEMBERIAN AIR RISZKY DESMARINA A RESPON TANAMAN TOMAT TERHADAP FREKUENSI DAN TARAF PEMBERIAN AIR RISZKY DESMARINA A24053423 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN RISZKY DESMARINA.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu 9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di laboratorium dan kebun percobaan Balai Penelitian Tanaman Hias (Balithi) Segunung, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Tempat

Lebih terperinci

PENGARUH BAHAN STEK DAN KONSENTRASI ZAT PENGATUR TUMBUH HORMONIK TERHADAP KEBERHASILAN STEK Sansevieria trifasciata Tiger Stripe

PENGARUH BAHAN STEK DAN KONSENTRASI ZAT PENGATUR TUMBUH HORMONIK TERHADAP KEBERHASILAN STEK Sansevieria trifasciata Tiger Stripe PENGARUH BAHAN STEK DAN KONSENTRASI ZAT PENGATUR TUMBUH HORMONIK TERHADAP KEBERHASILAN STEK Sansevieria trifasciata Tiger Stripe Oleh Nur Laela Wahyuni Meilawati A34404043 PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian 19 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian Universitas Lampung yang dimulai pada bulan November 2014 sampai April

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE 10 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor dan Rumah Kaca Instalasi

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Mei 202 di Rumah Kaca Gedung Hortikultura, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. 3.2 Bahan dan Alat Bahan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempatdan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, JalanH.R. Soebrantas No.155

Lebih terperinci

PENGGUNAAN IAA DAN BAP UNTUK MENSTIMULASI ORGANOGENESIS TANAMAN Anthurium andreanum DALAM KULTUR IN VITRO

PENGGUNAAN IAA DAN BAP UNTUK MENSTIMULASI ORGANOGENESIS TANAMAN Anthurium andreanum DALAM KULTUR IN VITRO PENGGUNAAN IAA DAN BAP UNTUK MENSTIMULASI ORGANOGENESIS TANAMAN Anthurium andreanum DALAM KULTUR IN VITRO Oleh : SITI SYARA A34301027 PROGRAM STUDI HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di net house Gunung Batu, Bogor. Analisis tanah dilaksanakan di Laboratorium Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Institut Pertanian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana, Jl. Kartini,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung pada bulan Juni November 2014. 3.2 Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan mulai April sampai Juni 2010 di Vegetable Garden, Unit Lapangan Darmaga, University Farm, IPB Darmaga, Bogor. Lokasi penelitian berada pada ketinggian

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Unit Pelayanan Teknis (UPT), Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau. Pelaksanaannya dilakukan pada bulan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Kaca Gedung Hortikultura, Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House Fak. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Perlakuan kadar air media (KAM) dan aplikasi paclobutrazol dimulai pada saat tanaman berumur 4 bulan (Gambar 1a) hingga tanaman berumur 6 bulan. Penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar Hasil Uji t antara Kontrol dengan Tingkat Kematangan Buah Uji t digunakan untuk membandingkan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu 8 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikabayan, Darmaga, Bogor, pada bulan Januari sampai April 2008. Lokasi percobaan terletak pada ketinggian 220 m di

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN AMELIORAN TANAH TERHADAP SIFAT KIMIA TANAH DAN PERTUMBUHAN DUA VARIETAS TEBU (Saccharum officinarum L.)

PENGARUH PEMBERIAN AMELIORAN TANAH TERHADAP SIFAT KIMIA TANAH DAN PERTUMBUHAN DUA VARIETAS TEBU (Saccharum officinarum L.) PENGARUH PEMBERIAN AMELIORAN TANAH TERHADAP SIFAT KIMIA TANAH DAN PERTUMBUHAN DUA VARIETAS TEBU (Saccharum officinarum L.) Oleh: Mardhyillah Shofy A34103042 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar,

Lebih terperinci

STUDI MORFO-ANATOMI DAN PERTUMBUHAN KEDELAI (Glycine max (L) Merr.) PADA KONDISI CEKAMAN INTENSITAS CAHAYA RENDAH. Oleh

STUDI MORFO-ANATOMI DAN PERTUMBUHAN KEDELAI (Glycine max (L) Merr.) PADA KONDISI CEKAMAN INTENSITAS CAHAYA RENDAH. Oleh STUDI MORFO-ANATOMI DAN PERTUMBUHAN KEDELAI (Glycine max (L) Merr.) PADA KONDISI CEKAMAN INTENSITAS CAHAYA RENDAH Oleh Baiq Wida Anggraeni A34103024 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2009 sampai Oktober 2009. Suhu rata-rata harian pada siang hari di rumah kaca selama penelitian 41.67 C, dengan kelembaban

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1. Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No.1 Medan Estate,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat, yaitu pembibitan di Kebun Percobaan Leuwikopo Institut Pertanian Bogor, Darmaga, Bogor, dan penanaman dilakukan di

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Prosedur Penelitian Persiapan

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Prosedur Penelitian Persiapan BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2011 sampai Januari 2012. Lokasi pengambilan tailing dilakukan di PT. Antam UPBE Pongkor dan penelitian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan lapangan dilaksanakan pada bulan Oktober 2009 hingga Maret 2010 di kebun percobaan Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) IPB, Tajur dengan elevasi 250-300 m dpl

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Keadaan tanaman cabai selama di persemaian secara umum tergolong cukup baik. Serangan hama dan penyakit pada tanaman di semaian tidak terlalu banyak. Hanya ada beberapa

Lebih terperinci

IV METODOLOGI. Pendidikan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Surabaya.

IV METODOLOGI. Pendidikan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Surabaya. IV METODOLOGI 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan 1 31 Mei 2012 di Laboratorium Pendidikan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Surabaya. 4.2 Materi Penelitian

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Lapangan Terpadu Kampus Gedung Meneng Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Lapangan Terpadu Kampus Gedung Meneng Fakultas 19 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lapangan Terpadu Kampus Gedung Meneng Fakultas Pertanian, Universitas Lampung Kampus Gedung Meneng, Bandar Lampung dan

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. HR. Soebrantas KM 15 Panam, Pekanbaru. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Mei

III. MATERI DAN METODE. HR. Soebrantas KM 15 Panam, Pekanbaru. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Mei III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau yang beralamat di

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENELITIAN

PELAKSANAAN PENELITIAN PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan Disiapkan lahan dengan panjang 21 m dan lebar 12 m yang kemudian dibersihkan dari gulma. Dalam persiapan lahan dilakukan pembuatan plot dengan 4 baris petakan dan

Lebih terperinci

PENGARUH KETEBALAN MEDIA PASIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KUALITAS AKSESI RUMPUT BERMUDA (Cynodon dactylon L.)

PENGARUH KETEBALAN MEDIA PASIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KUALITAS AKSESI RUMPUT BERMUDA (Cynodon dactylon L.) PENGARUH KETEBALAN MEDIA PASIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KUALITAS AKSESI RUMPUT BERMUDA (Cynodon dactylon L.) Oleh Chika Seriulina Ginting A34304064 PROGRAM STUDI HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental menggunakan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Percobaan ini terdiri dari 6 perlakuan, dan masing-masing

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan Oktober 2012 dilaksanakan di Kebun Kelompok Wanita Tani Ilomata Desa Huntu

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2015 Juni 2015 di Laboratorium

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2015 Juni 2015 di Laboratorium III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2015 Juni 2015 di Laboratorium Rekayasa Sumber Daya Air dan Lahan Jurusan Teknik Pertanian Universitas Lampung. 3.2

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 22 METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Januari 2010 sampai dengan Pebruari 2011. Tempat pelaksanaan kultur jaringan tanaman adalah di Laboratorium Kultur Jaringan

Lebih terperinci

PENGARUH MEDIA TANAM DAN PUPUK N TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT JATI BELANDA (Guazuma ulmifolia Lamk.) Oleh Jippi Andalusia A

PENGARUH MEDIA TANAM DAN PUPUK N TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT JATI BELANDA (Guazuma ulmifolia Lamk.) Oleh Jippi Andalusia A PENGARUH MEDIA TANAM DAN PUPUK N TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT JATI BELANDA (Guazuma ulmifolia Lamk.) Oleh Jippi Andalusia A34101039 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan tempat Bahan dan alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan tempat Bahan dan alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan tempat Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juni sampai Oktober 2007 di kebun percobaan Cikabayan. Analisis klorofil dilakukan di laboratorium Research Group on Crop Improvement

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Yogyakarta.

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Yogyakarta. III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Greenhouse dan Lahan Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Yogyakarta. Penelitian ini

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanaan di kebun percobaan IPB, Leuwikopo, Dramaga dengan jenis tanah latosol Dramaga. Percobaan dilaksanakan pada tanggal 26 September 2010 sampai dengan

Lebih terperinci

II. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Gunung Terang, Gang Swadaya VI,

II. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Gunung Terang, Gang Swadaya VI, II. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Gunung Terang, Gang Swadaya VI, Kecamatan Tanjung Karang Barat. Kota Bandar Lampung, mulai bulan Mei sampai

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat penelitian Penelitian dilaksanakan di kebun penelitian Fakultas Pertanian, Universitas Lampung di belakang Masjid Alwasi i (komplek perumahan dosen), dari bulan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Umum Penelitian Tanah yang digunakan pada penelitian ini bertekstur liat. Untuk mengurangi kelembaban tanah yang liat dan menjadikan tanah lebih remah, media tanam

Lebih terperinci

HIDROPONIK SUBSTRAT TOMAT DENGAN BERAGAM UKURAN DAN KOMPOSISI SERAT BATANG AREN. Dwi Harjoko Retno Bandriyati Arniputri Warry Dian Santika

HIDROPONIK SUBSTRAT TOMAT DENGAN BERAGAM UKURAN DAN KOMPOSISI SERAT BATANG AREN. Dwi Harjoko Retno Bandriyati Arniputri Warry Dian Santika HIDROPONIK SUBSTRAT TOMAT DENGAN BERAGAM UKURAN DAN KOMPOSISI SERAT BATANG AREN Dwi Harjoko Retno Bandriyati Arniputri Warry Dian Santika LIMBAH SERAT BATANG AREN SEBAGAI SUBSTRAT ORGANIK PADA HIDROPONIK

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KOMPOSISI MEDIA DASAR DAN BAP UNTUK INDUKSI ORGANOGENESIS ANTHURIUM WAVE OF LOVE (Anthurium plowmanii) SECARA IN VITRO

PENGGUNAAN KOMPOSISI MEDIA DASAR DAN BAP UNTUK INDUKSI ORGANOGENESIS ANTHURIUM WAVE OF LOVE (Anthurium plowmanii) SECARA IN VITRO PENGGUNAAN KOMPOSISI MEDIA DASAR DAN BAP UNTUK INDUKSI ORGANOGENESIS ANTHURIUM WAVE OF LOVE (Anthurium plowmanii) SECARA IN VITRO Oleh Riyanti Catrina Helena Siringo ringo A34404062 PROGRAM STUDI PEMULIAAN

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai September 2015 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai September 2015 di 12 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai September 2015 di Laboraturium Rekayasa Sumber Daya Air dan Lahan, Jurusan Teknik Pertanian

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Penelitian dilakukan pada

Lebih terperinci

PENGARUH INDUKSI SUHU DAN METODE APLIKASI ZAT PENGATUR TUMBUH ROOTONE F TERHADAP INDUKSI AKAR DAN TUNAS STEK DADAP MERAH (Erythrina crystagalli)

PENGARUH INDUKSI SUHU DAN METODE APLIKASI ZAT PENGATUR TUMBUH ROOTONE F TERHADAP INDUKSI AKAR DAN TUNAS STEK DADAP MERAH (Erythrina crystagalli) PENGARUH INDUKSI SUHU DAN METODE APLIKASI ZAT PENGATUR TUMBUH ROOTONE F TERHADAP INDUKSI AKAR DAN TUNAS STEK DADAP MERAH (Erythrina crystagalli) Oleh : Citra Candra Ressa Goenawan A34401023 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Greenhouse Universitas Muhammadiyah

TATA CARA PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Greenhouse Universitas Muhammadiyah III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Greenhouse Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan selama bulan November 2016-Februari

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Alat dan Bahan Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Alat dan Bahan Metode Percobaan 11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di Kebun Jagung University Farm IPB Jonggol, Bogor. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Tanah, Departemen Tanah, IPB. Penelitian

Lebih terperinci

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk Standar Nasional Indonesia Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk ICS 65.020.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca dan di laboratorium dan rumah

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca dan di laboratorium dan rumah III. TATA CARA PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di rumah kaca dan di laboratorium dan rumah kaca Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Februari

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. Agronomi Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan

III. MATERI DAN METODE. Agronomi Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan dan Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Kel. Gunung sulah, Kec.Way Halim, Kota Bandar

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Kel. Gunung sulah, Kec.Way Halim, Kota Bandar 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kel. Gunung sulah, Kec.Way Halim, Kota Bandar Lampung dengan kondisi iklim tropis, memiliki curah hujan 2000 mm/th dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Secara umumm planlet anggrek Dendrobium lasianthera tumbuh dengan baik dalam green house, walaupun terdapat planlet yang terserang hama kutu putih Pseudococcus spp pada

Lebih terperinci

BAHAN METODE PENELITIAN

BAHAN METODE PENELITIAN BAHAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan penelitian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl, dilaksanakan pada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di rumah plastik Laboratorium Lapangan Terpadu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di rumah plastik Laboratorium Lapangan Terpadu 29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di rumah plastik Laboratorium Lapangan Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan analisis sifat fisik

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI BAP TERHADAP MULTIPLIKASI TUNAS DAN GIBERELIN TERHADAP KUALITAS TUNAS PISANG FHIA-17 IN VITRO. Oleh : DONNY ANDRIANA A

PENGARUH KONSENTRASI BAP TERHADAP MULTIPLIKASI TUNAS DAN GIBERELIN TERHADAP KUALITAS TUNAS PISANG FHIA-17 IN VITRO. Oleh : DONNY ANDRIANA A PENGARUH KONSENTRASI BAP TERHADAP MULTIPLIKASI TUNAS DAN GIBERELIN TERHADAP KUALITAS TUNAS PISANG FHIA-17 IN VITRO Oleh : DONNY ANDRIANA A34301064 PROGRAM STUDI HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Kondisi lingkungan tumbuh yang digunakan pada tahap aklimatisasi ini, sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan planlet Nepenthes. Tjondronegoro dan Harran (1984) dalam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilakukan dalam dua tahapan pelaksanaan, yaitu tahap kultur in vitro dan aklimatisasi. Tahap kultur in vitro dilakukan di dalam Laboratorium Kultur Jaringan

Lebih terperinci

PRODUKSI TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) TM-9 PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK INJEKSI BATANG (I)

PRODUKSI TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) TM-9 PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK INJEKSI BATANG (I) PRODUKSI TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) TM-9 PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK INJEKSI BATANG (I) Oleh M. TAUFIQUR RAHMAN A01400022 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

SIMULASI UJI BUSS (BARU, UNIK, SERAGAM, STABIL) TIGA VARIETAS NENAS (Ananas comosus L. Merr) Oleh Efi Mulyati A

SIMULASI UJI BUSS (BARU, UNIK, SERAGAM, STABIL) TIGA VARIETAS NENAS (Ananas comosus L. Merr) Oleh Efi Mulyati A SIMULASI UJI BUSS (BARU, UNIK, SERAGAM, STABIL) TIGA VARIETAS NENAS (Ananas comosus L. Merr) Oleh Efi Mulyati A34404022 PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Benih Indigofera yang digunakan dalam penelitian ini cenderung berjamur ketika dikecambahkan. Hal ini disebabkan karena tanaman indukan sudah diserang cendawan sehingga

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Perkecambahan Benih Penanaman benih pepaya dilakukan pada tray semai dengan campuran media tanam yang berbeda sesuai dengan perlakuan. Kondisi kecambah pertama muncul tidak seragam,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Cikabayan-University Farm IPB, Darmaga Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan elevasi 250 m dpl dan curah

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Kebun Percobaan Universitas Lampung, dari bulan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Kebun Percobaan Universitas Lampung, dari bulan 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kebun Percobaan Universitas Lampung, dari bulan Oktober sampai dengan Desember 2011. 3.2 Bahan dan Alat Bahan yang akan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian berlangsung dari bulan Mei 2011 sampai bulan Juli 2011 di lahan Pembibitan Kebun Percobaan Cikabayan, IPB Darmaga. Penelitian diawali dengan pemilihan pohon

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI IAA, IBA, BAP, DAN AIR KELAPA TERHADAP PEMBENTUKAN AKAR POINSETTIA (Euphorbia pulcherrima Wild Et Klotzch) IN VITRO

PENGARUH KONSENTRASI IAA, IBA, BAP, DAN AIR KELAPA TERHADAP PEMBENTUKAN AKAR POINSETTIA (Euphorbia pulcherrima Wild Et Klotzch) IN VITRO PENGARUH KONSENTRASI IAA, IBA, BAP, DAN AIR KELAPA TERHADAP PEMBENTUKAN AKAR POINSETTIA (Euphorbia pulcherrima Wild Et Klotzch) IN VITRO Oleh : Pratiwi Amie Pisesha (A34303025) DEPARTEMEN AGRONOMI DAN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian 24 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2012 sampai dengan bulan April 2012, di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP)

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian 15 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Margahayu Lembang Balai Penelitian Tanaman Sayuran 1250 m dpl mulai Juni 2011 sampai dengan Agustus 2012. Lembang terletak

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Mei 2015.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Mei 2015. III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian di laksanakan di Sumatera Kebun Jamur, Budidaya Jamur, di Jalan, Benteng Hilir, No. 19. Kelurahan, Bandar Khalifah. Deli Serdang. Penelitian

Lebih terperinci

PENGUJIAN TOLERANSI KEKERINGAN PADI GOGO (Oryza sativa L.) PADA STADIA AWAL PERTUMBUHAN. Oleh Ana Satria A

PENGUJIAN TOLERANSI KEKERINGAN PADI GOGO (Oryza sativa L.) PADA STADIA AWAL PERTUMBUHAN. Oleh Ana Satria A PENGUJIAN TOLERANSI KEKERINGAN PADI GOGO (Oryza sativa L.) PADA STADIA AWAL PERTUMBUHAN Oleh Ana Satria A34404006 PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Areal Pembibitan Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Agrobisnis Perkebunan (STIP - AP) Medan. Waktu penelitian selama 7 bulan, dari bulan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Kualitatif Karakter kualitatif yang diamati pada penelitian ini adalah warna petiol dan penampilan daun. Kedua karakter ini merupakan karakter yang secara kualitatif berbeda

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Balai Benih Induk Hortikultura Jalan Kaharuddin Nasution Pekanbaru. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2014 sampai

Lebih terperinci

AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR EFEKTIVITAS PENGGUNAAN BAHAN PEREKAT AGRISTIK PADA KOMBINASI PEMBERIAN PUPUK DAUN GANDASIL-D DAN GROWMORE DENGAN IBA DAN TRIACONTANOL PADA FASE AKLIMATISASI SAGU NURUL HIDAYAH A24120195 Dosen pembimbing

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Percobaan 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan Perkecambahan benih-benih purwoceng terjadi pada waktu yang berbedabeda karena tidak dilakukan persemaian serempak. Tanaman dikelompokkan sesuai umur untuk

Lebih terperinci