BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Urea Urea adalah suatu senyawa organik yang terdiri dari unsur karbon, hidrogen, oksigen dan nitrogen dengan rumus CON 2 H 4 atau (NH 2 ) 2 CO. Urea juga dikenal dengan nama carbamide yang terutama digunakan di kawasan Eropa. Nama lain yang juga sering dipakai adalah carbamide resin, isourea, carbonyl diamide dan carbonyldiamine. Senyawa ini adalah senyawa organik sintesis pertama yang berhasil dibuat dari senyawa anorganik. (wikipedia, 2007) Urea merupakan pupuk nitrogen yang paling mudah dipakai. Zat ini mengandung nitrogen paling tinggi (46%) di antara semua pupuk padat. Urea mudah dibuat menjadi pelet atau granul (butiran) dan mudah diangkut dalam bentuk curah maupun dalam kantong dan tidak mengandung bahaya ledakan. Zat ini mudah larut didalam air dan tidak mempunyai residu garam sesudah dipakai untuk tanaman. Kadang-kadang zat ini juga digunakan untuk pemberian makanan daun. Disamping penggunaannya sebagai pupuk, urea juga digunakan sebagai tambahan makanan protein untuk hewan pemamah biak, juga dalam produksi melamin, dalam pembuatan resin, plastik, adhesif, bahan pelapis, bahan anti ciut, tekstil, dan resin perpindahan ion. Bahan ini merupakan bahan antara dalam pembuatan amonium sulfat, asam sulfanat, dan ftalosianina (Austin, 1997). Urea ditemukan pertama kali oleh Roelle pada tahun 1773 dalam urine. Pembuatan urea dari amonia dan asam sianida untuk pertama kalinya ditemukan oleh F.Wohler pada tahun Namun pada saat ini pembuatan urea pada umumnya menggunakan proses dehidrasi yang ditemukan oleh Bassarow pada tahun Proses ini mensintesis urea dari pemanasan amonium karbamat. Prinsip pembuatan urea pada umumnya yaitu dengan mereaksikan antara amonia dan karbondioksida pada tekanan dan temperatur tinggi didalam reaktor kontinu untuk membentuk amonium karbamat (reaksi1) selanjutnya amonium karbamat yang terbentuk didehidrasi menjadi urea (reaksi 2).

2 Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut: Reaksi 1 : 2 NH 3 (g) + CO 2 (g) NH 2 COONH 4 (g) Reaksi 2 : NH 2 COONH 4 (g) NH 2 CONH 2 (g) + H 2 O(l) Sintesis urea dilakukan dengan amonia yang berlebih agar kesetimbangan dapat bergeser ke arah kanan sehingga dapat dihasilkan produk yang lebih banyak. (Muliawati, 2007) 2.2 Proses Sintesis Urea Berdasarkan ammonium karbamat yang tidak terkonversi, proses sintesis urea secara komersial dapat dibagi menjadi beberapa jenis yaitu : a. Once-through urea process Amonium Karbamat yang tidak terkonversi menjadi urea didekomposisi menjadi gas NH 3 dan CO 2 dengan cara memanaskan keluaran urea syntesis reaktor pada tekanan rendah. Gas NH 3 dan CO 2 dipisahkan dari larutan urea dan dimanfaatkan untuk memproduksi garam amonium dengan cara mengabsorbsi NH 3 dengan larutan asam nitrat atau asam sulfat sebagai absorben. b. Solution recycle urea process Karbamat yang tidak terkonversi didekomposisi menjadi gas NH 3 dan CO 2. Selanjutnya gas amonia dan karbondioksida tersebut diabsorbsi oleh air dan dikembalikan kedalam reaktor dalam bentuk larutan. (Muliawati, 2007) 2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sintesis Urea Ada beberapa faktor yang mempengaruhi reaksi pembuatan urea yaitu: a. Temperatur Reaksi sintesis urea berjalan pada temperatur optimal adalah C dengan waktu pemanasan sekitar 30 menit. Jika temperatur turun akan menyebabkan konversi amonium karbamat menjadi urea akan turun.

3 b. Tekanan Untuk menghasilkan urea yang optimal, maka diperlukan tekanan tinggi yaitu 250kg/cm2 karena konversi amonium karbamat menjadi urea hanya berlangsung pada fasa cair sehingga tekanan harus dipertahankan pada keadaan tinggi. c. Perbandingan NH3 dan CO2 Industri urea di Indonesia pada umumnya mensintesis urea dengan perbandingan NH3 dan CO2 adalah 2-2,5 mol. Hal ini dikarenakan perbandingan mol dapat mempengaruhi suhu, tekanan operasi dan jumlah amonia yang terbentuk. d. Jumlah air Jumlah air dalam reaktor dapat berpengaruh terhadap reaksi yang kedua yaitu penguraian amonium karbamat menjadi urea dan air. Jika terdapat air dalam jumlah yang cukup banyak, maka akan memperkecil konversi terbentuknya urea dari larutan karbamat. Berikut ini diberikan kualitas urea yang dihasilkan pada Pabrik Sriwijaya. (Muliawati, 2008) Tabel 2.1 Kualitas Urea yang dihasilkan Komponen Kandungan dalam pupuk Urea Nitrogen 46,2 % berat (minimum) Air 0,3 % berat (minimum) Karbamat 0,5 % berat (minimum) Besi 1 ppm berat (maksimum) Amonia bebas 150 ppm berat (maksimum) Abu 15 ppm (maksimum) (Sumber: PUSRI, 2007) 2.4 Gambaran Umum Gas Sintesis Gas sintesis merupakan gas yang diperoleh dari suatu proses, misalnya dari proses penyulingan minyak bumi atau dari proses gasifikasi batubara. Gas sintesis yang diperoleh merupakan bahan antara atau intermediate material pada pembuatan ammonia dan karbondioksida merupakan hasil sampingnya yang digunakan dalam

4 proses pembutan pupuk. Gas sintesis terdiri dari beberapa senyawa kimia, yakni Hidrogen (H 2 ) 56,4%, Nitrogen (N 2 ) 33,1%, Metana (CH 4 ) 7,1%, Uap air (H 2 O) 1,7%, Karbon monoksida (CO) 1,3% dan Karbon dioksida (CO 2 )0,4%. (Subekti, 2005) 2.5 Proses Produksi Ammonia Secara Umum Tahapan reaksi yang terjadi di hydrogen plant adalah desulfurisasi, steam reforming, shift convention, absorbsi CO 2 dan metanasi. Produk yang dihasilkan adalah gas hidrogen. a. Desulfurisasi Feed hidrokarbon harus dihilangkan sifatnya untuk melindungi katalis di reformer. Tipe dari desulfurisasi dipengaruhi feed stock dari senyawa sukfur pada feed. Hidrogen sulfida dan kompoenen sulfur reaktif dapat dihilangkan dengan absorbsi karbon aktif atau absorbsi zinc oksida panas. Komponen sulfur yang tidak reaktif pada feed stock dapat dihilangkan dengan hidrogenasi menjadi hirogen sulfida memakai zinc oksida. Katalisator zinc oksida sangat baik untuk penghilangan senyawa sulfur pada feed stock. Adapun reaksinya sebagai berikut : ZnO + H 2 S ZnS + H 2 O Katalis zinc oksida digunakan pada suhu sampai C, tetapi paling efektif pada suhu C dan tekanan atmosfer sampai 50 kg/cm 2. Sedangkan Space Velocity antara 200 per-jam sampai 2000 per-jam dan kandungan hidrogen sulfida maksimum 50 ppm. b. Steam hydrocarbon reforming Hydrocarbon setelah diproses pada Desulfurizer dicampur dengan steam dan selanjutnya diproses pada Reformer dengan bantuan katalis nikel dengan alumina yang ditempatkan di dalam tube reformer. Adapun reaksinya sebagai berikut : C n H m + nh 2 O nco 2 + m(n+2)h 2 CO + H 2 O CO 2 + H 2 CO + 3H 2 CH 4 + H 2 O Burner digunakan untuk memanaskan feed sampai mencapai suhu reaksi. Suhu operasi C dan tekanan 18 kg/cm 2 ; sedangkan steam/carbon sebesar 2,5-8

5 mol. Jika feed-nya methane, diperlukan steam carbon ratio lebih kecil dibaningkan dengan buthane. Disamping kebutuhan steam untuk keperluan proses I Shift Catalyst. Kebutuhan steam harus seimbang agar effluent dari reformer jangan ada yang terbentuk methane. c. Shift Converter Karbon monoksida pada reformer ridak akan terabsorb pada absorber sistem dan karbon monooksida ini harus dikonversi menjadi karbon dioksida pada Shift Converter. Ini merupakan fungsi dari shift converter untuk mereaksikan karbonmonoksida dengan steam menjadi bentuk tambahan antara hidrogen dengan karbon dioksida. Reaksi pada Shift Converter adalah : CO + H 2 O CO 2 + H 2 + Heat Walaupun reaksi ini eksotermis, namun berlangsung pada suhu rendah, konsentrasi steam yang tinggi dan tidak dipengaruhi oleh tekanan. Reaction rate akan terjadi pada suhu yang lebih tinggi, jika suhunya rendah konversinya lebih sempurna tetapi reaction rate-nya lambat. Oleh sebab itu dibutuhkan dua stage konversi, yaitu: - High Temperatur Shift Coverter (HTSC) dengan suhu operasi C C dan tekanan 50 kg/cm 2, tetapi pada tekanan 121 kg/cm 2 memungkinkan untuk beroperasi, sedangkan normal wet gas space velovity antara 1000 hingga 5000 per jam. - Low Temperatur Shift Converter (LTSC) yang beroperasi pada suhu C C dan tekanan 51 kg/cm 2. katalis memiliki thermal stability tinggi tetapi sangat dipengaruhi oleh senyawa sulfur dan klorida serta normal wet gas space velovity antara per jam - d. CO 2 Absorbtion Beberapa sistem absorbsi yang digunakan untuk menghilangkan CO 2 dari produksi gas, yaitu : 1. Mono Ethanol Amine (MEA) 2. UCAR Amine Guard System (Actived MEA) 3. Hot Potassium Carbonat seperti Vetrocoke, catacarb, benfield process

6 4. Sulfinol process Hot potassium carbonate dioperasikan pada suhu yang lebih tinggi dibandingkan MEA dan Sulfinol, oleh sebab itu biayanya lebih murah dibandingkan MEA dan sulfinol. MEA dan sulfinol solution mengabsorb pada suhu 35 0 C sedangkan hot Potassium Carbonate pada suhu C. Untuk memilih proses mana yang dipakai, tergantung pada spesifikasi produk dan steam balance. Reaksi yang terjadi pada Potassium Carbonate (K 2 CO 3 ) dan CO 2 sebagai berikut: K 2 CO 3 + CO 2 + H 2 O 2KHCO 3 Reaksi ini terjadi 2 langkah : Langkah Pertama : Hydrolysis Potassium Carbonate K 2 CO 3 + H 2 O KOH + KHCO 3 Langkah Kedua : Potassium Hydroxide direaksikan dengan CO 2 menjadi Potassium Bicarbonate KOH + CO 2 KHCO 3 Untuk menaikkan aktivitas dari Potassium Carbonate digunakan amine borate dimana proses ini disebut Catacarb, sedangkan proses benfield menggunakan Hot Potassium Carbonate dengan actived agent DEA. e. Methanation Sisa-sisa dari karbon oksida yang keluar dari absorber sistem dirubah ke bentuk methan dengan bantuan katalis. Karbon oksida dihidrogenasi menjadi methane terjadi pada reaksi yang mana keduanya secara eksotermis. Adupun reaksinya adalah : CO + 3H 2 CH 4 + H 2 O CO 2 + 4H 2 CH 4 + 2H 2 O Sisa karbon oksida bisa dikurangi sekitar 5-10 ppm pada proses methanasi. Suhu operasi antara C C dan teknan hingga 60 kg/cm 2, namun bisa beroperasi hingga 250 kg/cm 2. Katalis harus dilindungi dari sulfur, khlorine, dan arsenic. Space velocity volume gas pada STP per-jam, per-volume katalis. (Pertamina, 2009) f. Synthesis Loop dan Amoniak Refrigerant Synthesis Loop

7 Gas sintesis yang akan masuk ke daerah ini harus memenuhi persyaratan perbandingan H 2 /N 2 = 2,5 3 : 1. gas sintesis pertama-tama akan dinaikkan tekanannya menjadi sekitar kg/cm 2 oleh syn gas compressor dan dipisahkan kandungan airnya melalui sejumlah K.O. Drum dan diumpankan ke Amoniak Converter dengan katalis iron. Reaksi : N 2( g) + 3H 2 (g) 2NH 3 (g) Kandungan Amoniak yang keluar dari Amoniak Converter adalah sebesar 12,05-17,2 % mol. Ada banyak variabel yang mempengaruhi sintesis amonia di dalam ammonia converter di antaranya adalah temperatur, tekanan, laju alir gas sintesis dan kecepatan ruang, perbandingan antara H 2 dan N 2, jumlah inert, serta katalis. Penjelasan dari masing-masing faktor adalah sebagai berikut (PT.Pupuk Kujang, 2007) : 1. Temperatur Sesuai dengan Azas Le Chatelier Jika suatu sistem berada dalam kesetimbangan, suatu kenaikan temperatur akan menyebabkan kesetimbangan itu bergeser ke arah yang menyerap kalor (reaksi penguraian/reaksi endoterm). Dan reaksi sintesis ammonia merupakan reaksi eksoterm (reaksi pembentukan) : N 2 (g) + 3H 2 (g) 2NH 3 (g) Sedangkan reaksi penguraian amonia adalah reaksi endoterm : 2NH 3 (g) N 2 (g) + 3H 2 (g) Perubahan temperatur akan mengakibatkan bergesernya kesetimbangan reaksi. 2. Tekanan Menurut Azas Le Chatelier, kenaikan tekanan menyebabkan reaksi bergeser ke arah mol (koefisien reaksi) yang lebih kecil (ke arah pembentukkan NH 3 ), tetapi jika tekanan berkurang maka kecepatan tumbukan antar molekul reaktan berkurang, sehingga kecepatan reaksi pembentukkan NH 3 menurun atau ke arah penguraian NH 3 3. Laju alir gas reaktan Sesuai dengan Azas Le Chatelier, jika komponen reaktan ditambah dan produk terus-menerus diambil/dikurangi maka reaksi kesetimbangan akan bergeser ke arah pembentukkan NH 3.

8 4. Perbandingan reaktan antara hidrogen dan nitrogen Menurut reaksi kesetimbangan, pembentukan amonia dalam memproduksi 1 mol gas NH 3 membutuhkan 1/2 mol N 2 dan 3/2 mol H 2. Perbandingan N 2 :H 2 = 1:3. 5. Jumlah gas inert Jika terjadi peningkatan kadar gas inert dalam ammonia coverter yang terutama terdiri dari metana dan argon maka dapat mengakibatkan turunnya produksi pembentukan amonia. 6. Katalis Katalis merupakan zat yang dapat mempercepat reaksi namun tidak ikut bereaksi. Peranan katalis adalah untuk menurunkan energi aktivasi reaksi. Sesuai dengan fasa terjadinya reaksi, maka katalis dibedakan menjadi dua jenis yaitu: katalis homogen dan heterogen. Dalam industri umumnya katalis yang dipakai adalah katalis heterogen karena lebih ekonomis. Katalis heterogen yang paling banyak digunakan adalah dalam bentuk unggun dengan keunggulan lebih mudah pengoperasiannya, mudah dalam regenerasi, dan harganya relatif lebih murah. Katalis yang digunakan untuk sintesis amonia adalah iron. Amoniak Refrigerant Amoniak cair yang dipisahkan dari gas sintesis masih mengandung sejumlah tertentu gas-gas terlarut. Gas-gas inert ini akan dipisahkan di seksi Amoniak Refrigerant yang berfungsi untuk : o Mem-flash amoniak cair berulang-ulang dengan cara menurunkan tekanan di setiap tingkat flash drum untuk melepaskan gas-gas terlarut. o Sebagai bagian yang integral dari refrigeration, chiller mengambil panas dari gas synthesa untuk mendapatkan pemisahan produksi amoniak dari Loop Synthesa dengan memanfaatkan tekanan dan temperatur yang berbeda di setiap tingkat refrigeration. g. Produk Amoniak Produk Amoniak yang dihasilkan terdiri atas dua, yakni : Warm Ammonia Product (30 o C) yang digunakan sebagai bahan baku untuk pabrik urea.

9 Cold Ammonia Product (-33 o C) yang disimpan dalam Ammonia Storage Tank (wikipedia, 2007). 2.6 Proses Produksi Urea Secara Umum Urea dihasilkan dari ammonia liquid dan gas CO 2 sebagaimana reaksi sebagai berikut : (1) 2NH 3 (l) + CO 2(g) <==> NH 2 CO ONH 4 (liq Ammonium Karbamat) (2) NH 2 CO ONH 4(l) <==> NH 2 CO NH 2 (liq Urea) + H 2 O(liq) Reaksi (1) merupakan pembentukan karbamat secara cepat dan eksotermis. Reaksi (2) merupakan dekomposisi karbamat menjadi urea dan air yang berjalan lambat dan sedikit endotermis. Kondisi reaksinya sebagai berikut : Tekanan kg/cm 2 Temperatur o C Rasio mol NH 3 /CO 2 (feed reaktor) 2,9 4,0 Reaktor Urea dilengkapi dengan sieve tray yang mempunyai volume cukup untuk mengakomodasi residence time dari reaksi endotermis (2) yang relative lambat dimana karbamat dikonversi menjadi urea. Sieve tray ini berfungsi agar pencampuran reaktan (gas liq) berlangsung baik dengan spesifikasi volume vessel dan residence time yang dibutuhkan di reactor (Wikipedia, 2008). Fluida campuran meninggalkan reaktor mengandung urea, air, karbamat dan ekses ammonia. Karbamat & excess ammonia akan dipisahkan dengan cara : 1. Proses Stamicarbon CO 2 Stripping : Liquid Outlet Reaktor di stripping dengan panas steam jenuh (tidak kontak langsung) dan gas CO 2 dari disch Comp yg bertujuan untuk menurunkan tekanan parsial gas ammonia sehingga terjadi perubahan kesetimbangan dimana ammonia fase liquid akan berubah ke gas sedangkan gas CO 2 yg sebelumnya terlarut dalam ammonia liquid (sbg karbamat) akan ikut ke keluar menjadi fase gas. Liquid Outlet di bottom Stripper dikirim ke Reactor Column dengan diturunkan tekanannya ke 3,0 3,5 kg/cm2 serta dipanaskan. Gas NH 3 & CO 2 yang terlepas dari karbamat di top Reactor Column masuk ke LPCC (Low Pressure Carbamat Condenser) untuk

10 dikondensasikan lalu di pompakan (recycle) ke reactor Urea. Sedangkan cairan yang keluar dari reaktor dengan Urea 63% dikirm ke Flash tank (vakum) Sedangkan campuran gas CO 2 dan NH 3 dari top Stripper dialirkan ke HP Carbamat Condenser bertemu dengan NH 3 feed menjadi 80% carbamat liquid (panasnya diserap kondensat untuk pembentukan steam tekanan rendah) dan sisanya masih gas. Aliran beda fase ini dipisahkan menjadi 2 aliran dan bersama-sama menuju Reaktor Urea. Di HPCC (High Pressure Carbamat Condenser) disengajakan tidak semua gas CO 2 & NH 3 dikondensasikan karena panasnya masih dibutuhkan untuk reaksi endotermis pembentukan carbamat liqid menjadi urea di reaktor Urea (Wikipedia,2008). 2. Proses Stamicarbon Konvensional (Total Recycle): Liquid Oulet Reaktor dialirkan ke Rectifying Column tingkat pertama, dimana tekanannya diturunkan menjadi 18 kg/cm2 serta dipanaskan dengan steam saturated sehingga carbamat liquid terdekomposisi jadi campuran gas CO 2 & NH 3. Lalu cairanya masuk ke Reactor Column kedua dengan tekanan yang lebih rendah lagi (3,5 kg/cm2). Gas Outlet Reactor Column I masuk ke Midlle Pressure Carbamat Condenser utk dikondensasikan, sedangkan gas outlet Reactor Column II masuk ke Washing Column dimana ada NH 3 water yg menyerap gas tersebut, lalu campuran gas liquid (NH 3 -CO 2 ) masuk ke Low Pressure Carbamat Condenser. Dari LPCC, carbamat liquid di kirim ke MPCC (Middle Pressure Carbamat Condenser) dan dari MPCC diumpan lagi (recycle) ke Reaktor Urea bersama-sama dengan feed NH 3 dan CO 2. Liq Out Reactor Column II masuk ke Flash Tank (Wikipedia,2008). Vacuum Evaporation Larutan urea dengan konsentrasi 99,7% wt diperoleh dengan menguapkan air pada kondisi vakum 2 tingkat.larutan Urea outlet flash Tank dengan konsentrasi 73% masuk ke Evaporator yang terdiri dari 2 evaporator single pass yang bekerja pada tekanan 0,34 dan 0,03 kg/cm 2. Tiap Evaporator terdiri dari heater shell & tube, separator vapor-liquid, serta surface condenser-ejector untuk menjaga kebutuhan vakum. Pada Evaporator pertama, larutan urea yang berkonsentrasi 74% wt dinaikkan menjadi 95,3% wt. Setelah pemisahan vapor di separator, larutan urea di alirkan ke Evaporator kedua untuk mencapai konsentrasi 99,7%. Setelah dipisahkan

11 dari vapornya di vapor-liquid separator, larutan urea konsentrasi tinggi atau urea melt di pompakan ke prilling tower menuju prilling bucket. Untuk meminimalkan pembentukan biuret (penguraian urea yg bersifat racun bagi tanaman), harus memperhatikan batasan residence time di evaporator dimana pembentukan biuret ini dipengaruhi residence time dan temperature (Wikipedia,2008). Prilling Prilling bucket merupakan sebuah conical bucket dengan lubang-lubang kecil yang banyak, berputar pada kecepatan tertentu dengan gaya sentrifugal. Urea melt terdistribusi menjadi tetesan kecil jatuh ke bawah tower sesuai luas cross section. Selama jatuh ke bawah, terjadi proses solidifikasi. Panas kristalisasi di bawa dari aliran udara secara counter current ke atas yang dihisap oleh fan. Tetesan padat ini disebut prill. Untuk mengimprove kualitas prill, sejumlah urea prill diumpankan lagi ke tower sebagai seeding (pembentukan inti) dari kristalisasi tetesan urea melt. Produk Urea Prill merupakan butiran bulat dan keras di scrap dan di transfer ke belt conveyor yang menuju ke Urea Bulk Storage. Kualitas produk Urea Prill : Kandungan Nitrogen minimum 46,2%, Biuret maximum 1%, H2O maximum 0,5 %, Temperatur maximum 60 C, size 18 mesh minimum 98% (Wikipedia,2008). 2.7 Deskripsi Proses Proses dalam pembentukan Urea dibagi dalam 2 tahap yaitu: Proses Pembentukan Ammonia Gas nitrogen dan gas hidrogen yang berasal dari Hydrogen Plant dan Nitrogen Plant industri pengilangan minyak diumpankan ke reaktor ammonia (R- 101) dengan perbandingan 1 : 3. Reaksi berlangsung pada fasa gas dengan mengikuti persamaan berikut : N H 2 2NH 3 Gas hidrogen dan nitrogen sintesis dilewatkan melalui heater (E-101 dan E- 102), dan blower (B-101 dan B-102) untuk menaikan temperatur dan tekanannya yang masing-masing sebesar temperatur C dan pada tekanan 150 atm yang telah

12 dikompres sebelum masuk ke tangki penyimpanan (TK-101 dan TK-102), kemudian gas umpan tersebut diteruskan ke reaktor ammonia (R-101). Reaksi berlangsung cepat dengan konversi maksimum 17,2 % mol (Rifai, 2007). Jenis reaktor yang digunakan adalah jenis fixed bed dengan katalis besi. (Walas, 1988). Reaksi pembentukkan ammonia ini merupakan reaksi reversible sehingga menghasilkan reaksi kesetimbangan. Pembentukan 1 mol gas NH 3 membutuhkan 1/2 mol gas N 2 dan 3/2 mol gas H 2. Selanjutnya, gas ammonia dikondensasi pada suhu C di dalam kondensor (E-103), kemudian ammonia cair bersama gas hidrogen dan gas nitrogen yang tidak terkonversi diteruskan ke dalam flash drum (F-101) untuk memisahkan ammonia dari gas hidrogen dan nitrogen yang tidak terkonversi. Ammonia cair diteruskan ke tangki ammonia (TK-102) yang sebelumnya temperaturnya dinaikkan sampai C pada heat exchanger (E-104) yang nantinya merupakan bahan baku pembuatan pupuk urea. Gas hidrogen dan nitrogen yang tidak terkonversi disimpan dalam tangki penyimpanan (TK-103) untuk selanjutnya dapat dipergunakan sebagai gas bahan bakar (Walas, 1988). Proses Pembentukan Urea Ammonia dari tangki (TK-102) dan karbondioksida dari tangki (TK-201) dialirkan dengan menggunakan masing-masing blower ammonia (B-201) dan karbondioksida (B-202), dan diteruskan ke heater (E-201) untuk mendapatkan temperatur sebesar C dan tekanan masing-masing gas sebesar 150 atm dengan menggunakan kompressor nitrogen dan hidrogen (JC-101 dan JC-102). Produk masing-masing selanjutnya masuk ke dalam reaktor urea (R-201), reaksi ini berlangsung selama 30 menit (Muliawati, 2008). Reaksi: 2NH 2 r1 r 3 + CO2 NH2COONH NH (g) 4( ) 2CONH H 2( ) 2O l l (l) (g) + Larutan yang masih mengandung ammonia dan karbondioksida yang tidak terkonversi dilewatkan melalui (J-202) yang kemudian akan diteruskan ke dalam Knock Out Drum (F-201) untuk memisahkan gas karbon dioksida dan amonia dari larutan urea dengan kondisi operasi pada C. Selanjutnya, gas karbon dioksida

13 dan amonia yang keluar dari Knock Out Drum dilewatkan melalui kompresor (JC- 202) dan heater (E-203) untuk menaikkan tekanan dan temperaturnya sebesar 150 atm dan C yang kemudian akan direcirculation ke dalam reaktor urea (R-201) (muliawati, 2008). Larutan karbamat, urea, dan air yang telah dipisahkan dari karbon dioksida dan amonia dilewatkan melalui cooler (E-202) untuk menurunkan temperaturnya menjadi 70 0 C, kemudian larutan tersebut diteruskan ke dalam low pressure decomposer (S-201), di dalam low pressure decomposer terjadi reaksi penguraian larutan karbamat menjadi amonia dan karbon dioksida dengan temperatur 70 0 C (Muliawati, 2008). Reaksi: NH COONH 2 4 ( l ) 2NH 3 (g) + CO2 (g) Larutan urea, karbondioksida, ammonia, air dan sedikit karbamat diteruskan ke knock out drum (F-202) untuk memisahkan karbondioksida dan ammonia yang telah diuraikan sebelumnya. Gas ammonia dan karbondioksida yang keluar dari knock out drum (F-202) dikembalikan ke reaktor (R-201). Larutan urea yang masih mengandung air dan sedikit karbamat dari knock out drum (F-202) diteruskan ke evaporator untuk memisahkan air dari larutan urea sampai konsentrasi urea mencapai 99,3%. Evaporator yang digunakan berjumlah 2, yaitu evaporator 1 (FE-301) dengan tekanan 0,32 atm dan temperatur 128,96 0 C dan evaporator 2 (FE-302) dengan tekanan 0,03 atm pada temperatur 157,58 0 C yang bertujuan agar air yang dievaporasi lebih banyak (Muliawati, 2008). Uap air yang keluar dari kedua evaporator dikondensasikan di dalam condenser (E-301). Kondensat dari proses evaporasi didinginkan dengan menggunakan water condensor dan kemudian dialirkan ke bagian utilitas. Larutan urea yang memiliki konsentrasi tinggi keluar dari evaporator 2 (FE-302), selanjutnya larutan urea tersebut diteruskan ke dalam melting tank (TK-401), di dalam melting tank terjadi pelelehan urea dengan temperatur C. Lelehan urea dari melting tank dipadatkan dengan proses prilling di dalam prilling tower (TK-402) pada temperatur 62,63 0 C dengan menggunakan rotating prilling bucket yang dikontakkan dengan udara dingin. Udara yang keluar dari prilling tower kemudian didinginkan didalam cooler (E-302) dan dialirkan kembali ke prilling tower (TK-402). Urea yang berbentuk butiran keluar dari prilling tower dimasukkan ke dalam screening (C-403) yang diangkut dengan menggunakan belt

14 conveyor (C-402). Di dalam screening butiran urea dipisahkan berdasarkan ukuran mesh sebesar 18 mesh (Bingo, 2008). Urea yang keluar dari screening diangkut dengan belt conveyor (C-404) ke gudang (TK-404). Urea yang tidak lolos dari proses screening dibawa ke hopper (TK-403) untuk diumpankan kembali ke melting tank (TK-401) menggunakan bucket elevator (C-401) untuk dilelehkan dan diproses dalam prilling tower (TK-402) kembali. 2.8 Sifat Fisika dan Kimia Urea A. Sifat-sifat Fisika Berat Molekul : 60,06 Spesific Gravity : 1,335 (20 0 C/4 0 C) Titik lebur : 132,7 0 C Kelarutan : 100 (17 0 C dalam 100 % air) 20 (20 0 C dalam 100 % alkohol) Panas pembakaran : -91, J/kg B. Perubahan Kimia Urea dibuat dari hidrolisis parsial cyanamide. H 2 N-CN + H 2 O H 2 N-CO-NH 2 Urea dihasilkan dari reaksi antara ammonia dengan karbon dioksida. CO 2 + NH 3 H 2 N CO - NH 2 + H 2 O Urea dapat bereaksi dengan formaldehid. NH 2 -CO-NH 2 + HCHO NH 2 CO - NH 2 + CH 2 OH Pemanasan ammonium sianat dapat terurai menjadi urea. NH + 4 OCN Heat H 2 NCONH 2 (Perry dan Green, 1997) 2.9 Sifat-sifat Reaktan dan Bahan Pembantu Sifat-sifat dari reaktan, bahan pembantu yang digunakan dan produk samping yang dihasilkan adalah sebagai berikut :

15 2.9.1 NH 3 (Ammonia) A. Sifat-sifat Fisika Berat Molekul : 17,03 Spesific Gravity : 0,817 (-79 0 C) Titik lebur : -77,7 0 C Titik didih : -33,4 0 C Kelarutan : 89,9 (0 0 C dalam 100 bagian air dingin) 7,4 (96 0 C dalam 100 bagian air panas) Temperatur kritis : C Densitas : 0,880 g/cm 3 B. Sifat-sifat Kimia Ammonia dapat bereaksi dengan klorida. 2NH 3 + Cl 2 NH 2 Cl + NH 4 Cl Ammonia dapat bereaksi dengan natrium. 2Na + 2NH 3 2NaNH 2 + H 2 Ammonia dapat bereaksi dengan magnesium. 3Mg + 2NH 3 Mg 3 N 2 + 3H 2 Ammonia dapat bereaksi dengan kalsium oksida. 3CuO + 2NH 3 3Cu + 3H 2 O + N 2 Ammonia dapat dioksidasi dengan oksigen. 4NH 3 + 3O 2 2N 2 + 6H 2 O (Perry dan Green, 1997) CO 2 (Karbon dioksida) A. Sifat-sifat Fisika Berat Molekul : 44,01 kg/kmol Spesific Gravity : 1,53 Titik lebur : -56,6 (5,2 atm) Titik didih : -78,5 0 C Kelarutan dalam 100 bagian : 179,7 (0 0 C air dingin) 90,1 (20 0 C air panas) Densitas : 0,770 g/cm 3

16 B. Sifat-sifat Kimia Karbon dioksida dapat bereaksi dengan natrium karbonat dan air. Na 2 CO 3 + CO 2 + H 2 O 2NaHCO 3 Kalsium karbonat dapat terurai menjadi kalsium oksida dan karbon dioksida bila dilakukan pemanasan. CaCO 3 CaO + CO 2 Karbon monoksida dapat bereaksi dengan gas hidrogen untuk menghasilkan benzen dan karbon dioksida. 12CO + 3H 2 C 6 H 6 + 6O 2 Tembaga oksida dapat bereaksi dengan karbon monoksida untuk menghasilkan karbon dioksida dan tembaga. CuO + CO Cu + CO 2 Karbon dioksida dapat dihasilkan dari reaksi respirasi. C 6 H 12 O 6 + 6O 2 6CO 2 + 6H 2 O + Energi (Perry dan Green, 1997) Nitrogen (N 2 ) A. Sifat-sifat Fisika Berat molekul : 28 kg/kmol Titik didih : 195,5 0 C Titik lebur : 209,86 0 C Temperatur kritis : 126,26 0 C Tekanan kritis : 33,54 atm Densitas : 1,25046 g/cm 3 B. Sifat-sifat Kimia Merupakan Unsur Diatomik Apabila bereaksi dengan Ozon akan membentuk NO N + O 3 NO + O 2 Apabila dibakar dengan lithium pada tekanan 1 atmosfer akan menghasilkan lithium nitrit.

17 6 Li + N 2 2 Li 3 N Dapat bereaksi dengan magnesium dengan proses pembakaran pada tekanan satu atmosfer, dan akan menghasilkan magnesium nitrit 3Mg + N 2 MgN 2 Dapat bereaksi dengan hidrogen dengan menggunakan katalis yang dikenal dengan proses Haber-Bosch dan menghasilkan NH 3 3H 2 + N 2 2NH 3 ( Hidrogen (H 2 ) A. Sifat-sifat Fisika Berat Molekul : 2,016 gr/mol Specific Gravity : 0,0709(-252,7 o C) Titik Cair : -259,1 o C Titik Didih : -252,7 o C Kelarutan : 2,1 cc/100gr pelarut air (0 o C) 0,85 cc/100gr pelarut air (80 o C) Temperatur Kritis :33,3 K B. Sifat-sifat Kimia Dapat bereaksi dengan hidrogen dengan menggunakan katalis yang dikenal dengan proses Haber-Bosch dan menghasilkan NH 3 3H 2 + N 2 2NH 3 Hidrogen dapat bereaksi dengan oksigen dan menghasilkan hidrogen dioksida. H 2(g) + O 2(g) H 2 O (l) Dalam suasana basa Aluminium dapat bereaksi dengan hidrogen dioksida dan menghasilkan hidrogen dan karbon monoksida. 2Al + 6 H 2 O + 2OH - 2Al(OH) - + 3H 2 O Dapat dihasilkan dari steam reforming pada gas alam yang menghasilkan hidrogen dan karbon monoksida.

18 CH 4 + H 2 O CO + H 2 Dapat dihasilkan melalui proses reaksi water gas shift dengan menggunakan katalis Fe 2 O 3. CO + H 2 O CO 2 + H 2 (

Secara umum tahapan-tahapan proses pembuatan Amoniak dapat diuraikan sebagai berikut :

Secara umum tahapan-tahapan proses pembuatan Amoniak dapat diuraikan sebagai berikut : PROSES PEMBUATAN AMONIAK ( NH3 ) Amoniak diproduksi dengan mereaksikan gas Hydrogen (H 2) dan Nitrogen (N 2) dengan rasio H 2/N 2 = 3 : 1. Disamping dua komponen tersebut campuran juga berisi inlet dan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pupuk urea adalah pupuk buatan senyawa kimia organik dari CO(NH 2 ) 2,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pupuk urea adalah pupuk buatan senyawa kimia organik dari CO(NH 2 ) 2, BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Urea Pupuk urea adalah pupuk buatan senyawa kimia organik dari CO(NH 2 ) 2, pupuk padat berbentuk butiran bulat kecil (diameter lebih kurang 1 mm). Pupuk ini mempunyai kadar

Lebih terperinci

Proses Produksi Amonia

Proses Produksi Amonia Proses Produksi Urea Proses pembuatan Urea dibuat dengan bahan baku gas CO2 dan liquid NH3 yang disupply dari Pabrik Amonia. Proses pembuatan Urea tersebut dibagi menjadi 6 unit, yaitu: (1) Sintesa Unit

Lebih terperinci

KINERJA REAKTOR UREA DC-101 DI PT. PUPUK ISKANDAR MUDA ABSTRAK

KINERJA REAKTOR UREA DC-101 DI PT. PUPUK ISKANDAR MUDA ABSTRAK KINERJA REAKTOR UREA DC-101 DI PT. PUPUK ISKANDAR MUDA Teuku Raja Wahidin 1*, Ratni Dewi 2, M. Yunus 2 1* DIV Teknologi Kimia Industri, Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Negeri Lhokseumawe 2 Jurusan Teknik

Lebih terperinci

NITROGEN. Nama Kelompok :

NITROGEN. Nama Kelompok : NITROGEN Nama Kelompok : Muhammad Fiqih Alayubi (1500020108) Nurmalia Purnama Sari (1500020109) Silviyana Monica Saputri (1500020110) Isdiana Putri Hutami (1500020112) Zalfa Imari Salsabila (1500020116)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dimetil Eter Dimetil Eter (DME) adalah senyawa eter yang paling sederhana dengan rumus kimia CH 3 OCH 3. Dikenal juga sebagai methyl ether atau wood ether. Jika DME dioksidasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Nitrometana Nitrometana merupakan senyawa organik yang memiliki rumus molekul CH 3 NO 2. Nitrometana memiliki nama lain Nitrokarbol. Nitrometana ini merupakan

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES

II. DESKRIPSI PROSES II. DESKRIPSI PROSES A. JENIS-JENIS PROSES Proses pembuatan metil klorida dalam skala industri terbagi dalam dua proses, yaitu : a. Klorinasi Metana (Methane Chlorination) Reaksi klorinasi metana terjadi

Lebih terperinci

PLANT 2 - GAS DEHYDRATION AND MERCURY REMOVAL

PLANT 2 - GAS DEHYDRATION AND MERCURY REMOVAL PROSES PENGOLAHAN GAS ALAM CAIR (Liquifed Natural Gas) Gas alam cair atau LNG adalah gas alam (metana terutama, CH4) yang telah diubah sementara untuk bentuk cair untuk kemudahan penyimpanan atau transportasi.

Lebih terperinci

PENGETAHUAN PROSES PADA UNIT SINTESIS UREA

PENGETAHUAN PROSES PADA UNIT SINTESIS UREA BAB V PENGETAHUAN PROSES PADA UNIT SINTESIS UREA V.I Pendahuluan Pengetahuan proses dibutuhkan untuk memahami perilaku proses agar segala permasalahan proses yang terjadi dapat ditangani dan diselesaikan

Lebih terperinci

PABRIK PUPUK UREA DARI NH 3 DAN CO 2 DENGAN PROSES ACES

PABRIK PUPUK UREA DARI NH 3 DAN CO 2 DENGAN PROSES ACES PABRIK PUPUK UREA DARI NH 3 DAN CO 2 DENGAN PROSES ACES Penyusun : Any Mas ulah 2307 030 077 Vera Laily Rahmah 2307 030 087 Dosen Pembimbing : Ir. Dyah Winarni Rahaju, MT 19510403 198503 2 001 SEJARAH

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. MOBIL INDONESIA. Gas alam ini mengandung kotoran-kotoran yang dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. MOBIL INDONESIA. Gas alam ini mengandung kotoran-kotoran yang dapat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan Baku dan Produk 2.1.1 Bahan Baku a. Gas Alam Penyediaan dan konversi gas alam PT. PIM dilaksanakan oleh EXXON MOBIL INDONESIA. Gas alam ini mengandung kotoran-kotoran

Lebih terperinci

ERIKA MONA P.SIRAIT NIM:

ERIKA MONA P.SIRAIT NIM: PRA RANCANGAN PABRIK PEMBUATAN PUPUK UREA DENGAN BAHAN BAKU GAS SINTETIS DENGAN KAPASITAS 120.000 TON / TAHUN TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Teknik Kimia OLEH : ERIKA MONA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Absorpsi dan stripper adalah alat yang digunakan untuk memisahkan satu komponen atau lebih dari campurannya menggunakan prinsip perbedaan kelarutan. Solut adalah komponen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II NJAUAN PUSTAKA 2.1 Asetat Anhidrat Asetat anhidrat merupakan anhidrat dari asam asetat yang struktur antar molekulnya simetris. Asetat anhidrat memiliki berbagai macam kegunaan antara lain sebagai

Lebih terperinci

PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES

PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES 10 II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES Usaha produksi dalam Pabrik Kimia membutuhkan berbagai sistem proses dan sistem pemroses yang dirangkai dalam suatu sistem proses produksi yang disebut Teknologi proses.

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Asam Nitrat Dari Natrium Nitrat dan Asam Sulfat Kapasitas Ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Asam Nitrat Dari Natrium Nitrat dan Asam Sulfat Kapasitas Ton/tahun BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik Senyawa nitrat banyak terdapat di alam dalam bentuk garam-garam nitrat. Asam nitrat (HNO 3 ) diperkirakan berasal dari mineral sodium nitrat (NaNO

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Batu bara merupakan mineral organik yang mudah terbakar yang terbentuk dari sisa tumbuhan purba yang mengendap dan kemudian mengalami perubahan bentuk akibat proses fisik

Lebih terperinci

MODUL III KESETIMBANGAN KIMIA

MODUL III KESETIMBANGAN KIMIA MODUL III KESETIMBANGAN KIMIA I. Petunjuk Umum 1. Kompetensi Dasar 1) Mahasiswa memahami Asas Le Chatelier 2) Mahasiswa mampu menjelaskan aplikasi reaksi kesetimbangan dalam dunia industry 3) Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Asam Nitrat Dari Natrium Nitrat dan Asam Sulfat Kapasitas Ton/tahun

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Asam Nitrat Dari Natrium Nitrat dan Asam Sulfat Kapasitas Ton/tahun 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Senyawa nitrat banyak terdapat di alam dalam bentuk garam-garam nitrat. Asam nitrat (HNO 3 ) diperkirakan berasal dari mineral sodium nitrat (NaNO 3 ). Sejak dahulu,

Lebih terperinci

Proses Pengolahan Gas Alam Gas alam mentah mengandung sejumlah karbon dioksida, hidrogen sulfida, dan uap air yang bervariasi.

Proses Pengolahan Gas Alam Gas alam mentah mengandung sejumlah karbon dioksida, hidrogen sulfida, dan uap air yang bervariasi. Proses Pengolahan Gas Alam Gas alam mentah mengandung sejumlah karbon dioksida, hidrogen sulfida, dan uap air yang bervariasi. Adanya hidrogen sulfida dalam gas alam untuk konsumsi rumah tangga tidak bisa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perak Nitrat Perak nitrat merupakan senyawa anorganik tidak berwarna, tidak berbau, kristal transparan dengan rumus kimia AgNO 3 dan mudah larut dalam alkohol, aseton dan air.

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. Prarancangan Pabrik Amonium Sulfat dari Amonia dan Asam Sulfat Kapasitas Ton/Tahun

BAB I PENGANTAR. Prarancangan Pabrik Amonium Sulfat dari Amonia dan Asam Sulfat Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENGANTAR A. LATAR BELAKANG Amonium sulfat [(NH 4 ) 2 SO 4 ] atau yang juga dikenal dengan nama Zwavelzure Ammoniak (ZA) merupakan garam anorganik yang digunakan sebagai pupuk nitrogen selain pupuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Asetanilida Asetanilida merupakan senyawa turunan asetil amina aromatis yang digolongkan sebagai amida primer, dimana satu atom hidrogen pada anilin digantikan dengan satu gugus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hexamine Hexamine merupakan produk dari reaksi antara amonia dan formalin dengan menghasilkan air sebagai produk samping. 6CH 2 O (l) + 4NH 3(l) (CH 2 ) 6 N 4 + 6H 2 O Gambar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Phthalic Acid Anhydride (1,2-benzenedicarboxylic anhydride) Phthalic acid anhydride pertama kali ditemukan oleh Laurent pada tahun 1836 dengan reaksi oksidasi katalitis ortho

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Magnesium klorida Salah satu kegunaan yang paling penting dari MgCl 2, selain dalam pembuatan logam magnesium, adalah pembuatan semen magnesium oksiklorida, dimana dibuat melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak mengimpor bahan baku atau produk industri kimia dari luar negeri.

BAB I PENDAHULUAN. banyak mengimpor bahan baku atau produk industri kimia dari luar negeri. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi disertai dengan kemajuan sektor industri telah menuntut semua negara kearah industrialisasi. Indonesia

Lebih terperinci

KATALIS LTS LK SEBAGAI SULFUR GUARD UNIT DESULFURIZER PABRIK AMONIAK KALTIM 2 PUPUK KALTIM

KATALIS LTS LK SEBAGAI SULFUR GUARD UNIT DESULFURIZER PABRIK AMONIAK KALTIM 2 PUPUK KALTIM KATALIS LTS LK-821-2 SEBAGAI SULFUR GUARD UNIT DESULFURIZER PABRIK AMONIAK KALTIM 2 PUPUK KALTIM Anton Sri Widodo, Suharyoso Departemen Pengendalian Proses PT Pupuk Kalimantan Timur Jl. Ir. James Simandjuntak

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES. Pembuatan kalsium klorida dihidrat dapat dilakukan dengan beberapa macam proses:

II. DESKRIPSI PROSES. Pembuatan kalsium klorida dihidrat dapat dilakukan dengan beberapa macam proses: II. DESKRIPSI PROSES A. Jenis Proses Pembuatan kalsium klorida dihidrat dapat dilakukan dengan beberapa macam proses: 1. Proses Recovery reaksi samping pembuatan soda ash ( proses solvay ) Proses solvay

Lebih terperinci

AMONIUM NITRAT (NH4NO3)

AMONIUM NITRAT (NH4NO3) AMONIUM NITRAT (NH4NO3) K E L OM P OK 4 ANG G O T A K E L OM P OK : D E B B Y D WI C. ( 15 0 0 0 2 0 12 0 ) I ND AH TR I R. ( 15 0 0 0 2 0 12 1) M U S L I M E K A A. ( 15 0 0 0 2 0 12 2 ) AD I T Y A FAHR

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Biogas Biogas adalah gas yang terbentuk melalui proses fermentasi bahan-bahan limbah organik, seperti kotoran ternak dan sampah organik oleh bakteri anaerob ( bakteri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Asam Palmitat Asam palmitat adalah asam lemak jenuh rantai panjang yang terdapat dalam bentuk trigliserida pada minyak nabati maupun minyak hewani disamping juga asam lemak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Jenis Pupuk Pupuk merupakan unsur hara tanaman yang sangat diperlukan oleh tanaman dalam proses produksi. Ada beberapa 2 jenis pupuk, yaitu 1. Pupuk organik yaitu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kegunaan Produk Kuprisulfatpentahidrat Kegunaan kupri sulfat pentahidrat sangat bervariasi untuk industri. Adapun kegunaannya antara lain : - Sebagai bahan pembantu fungisida

Lebih terperinci

Kesetimbangan Kimia. Bab 4

Kesetimbangan Kimia. Bab 4 Kesetimbangan Kimia Bab 4 Standar Kompetensi 3. Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang memengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan industri Kompetensi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB III PERANCANGAN PROSES BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1. Uraian Proses Proses pembuatan natrium nitrat dengan menggunakan bahan baku natrium klorida dan asam nitrat telah peroleh dari dengan cara studi pustaka dan melalui pertimbangan

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES

II. DESKRIPSI PROSES II. DESKRIPSI PROSES A. Proses Pembuatan Trimetiletilen Secara umum pembuatan trimetiletilen dapat dilakukan dengan 2 proses berdasarkan bahan baku yang digunakan, yaitu pembuatan trimetiletilen dari n-butena

Lebih terperinci

BAB II URAIAN PROSES. Benzil alkohol dikenal pula sebagai alpha hidroxytoluen, phenyl methanol,

BAB II URAIAN PROSES. Benzil alkohol dikenal pula sebagai alpha hidroxytoluen, phenyl methanol, 7 BAB II URAIAN PROSES 2.1. Jenis-Jenis Proses Benzil alkohol dikenal pula sebagai alpha hidroxytoluen, phenyl methanol, atau phenyl carbinol. Benzil alkohol mempunyai rumus molekul C 6 H 5 CH 2 OH. Proses

Lebih terperinci

PROSES PEMBUATAN PUPUK UREA

PROSES PEMBUATAN PUPUK UREA PROSES PEMBUATAN PUPUK UREA Disusun oleh: ANDI SETIAWAN (201225003) ARIF ANDRIANTO (201225010) NICO AGUNG NUGRAHA (201225013) NURHASANAH (201225008) JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT

Lebih terperinci

PRARANCANGAN PABRIK AMMONIUM NITRATE DARI AMMONIA DAN ASAM NITRAT KAPASITAS TON/TAHUN

PRARANCANGAN PABRIK AMMONIUM NITRATE DARI AMMONIA DAN ASAM NITRAT KAPASITAS TON/TAHUN PRARANCANGAN PABRIK AMMONIUM NITRATE DARI AMMONIA DAN ASAM NITRAT KAPASITAS 150.000 TON/TAHUN Tugas Akhir Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Kesarjanaan Strata I Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendirian pabrik metanol merupakan hal yang sangat menjanjikan dengan alasan:

BAB I PENDAHULUAN. Pendirian pabrik metanol merupakan hal yang sangat menjanjikan dengan alasan: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Metil alkohol atau yang lebih dikenal dengan sebutan metanol merupakan produk industri hulu petrokimia yang mempunyai rumus molekul CH3OH. Metanol mempunyai berat

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang

BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Metanol merupakan senyawa yang sangat esensial sekarang ini. Metanol merupakan senyawa intermediate yang menjadi bahan baku untuk berbagai industri antara lain industri

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Asam Nitrat Dari Asam Sulfat Dan Natrium Nitrat Kapasitas Ton Per Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Asam Nitrat Dari Asam Sulfat Dan Natrium Nitrat Kapasitas Ton Per Tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik Untuk meningkatkan perekonomian di Indonesia, salah satu caranya dengan pembangunan industri kimia. Salah satu bentuk industri kimia yaitu industri

Lebih terperinci

BAB III KESETIMBANGAN KIMIA. AH = 92 kj

BAB III KESETIMBANGAN KIMIA. AH = 92 kj BAB III KESETIMBANGAN KIMIA Amonia (NH 3 ) merupakan salah satu zat kimia yang paling banyak diproduksi. Amonia digunakan terutama untuk membuat pupuk, yaitu urea dan ZA. Penggunaan amonia yang lain, yaitu

Lebih terperinci

Laju reaksi meningkat menjadi 2 kali laju reaksi semula pada setiap kenaikan suhu 15 o C. jika pada suhu 30 o C reaksi berlangsung 64 menit, maka

Laju reaksi meningkat menjadi 2 kali laju reaksi semula pada setiap kenaikan suhu 15 o C. jika pada suhu 30 o C reaksi berlangsung 64 menit, maka Laju reaksi meningkat menjadi 2 kali laju reaksi semula pada setiap kenaikan suhu 15 o C. jika pada suhu 30 o C reaksi berlangsung 64 menit, maka waktu reaksi berlangsung pada suhu 90 o C Susu dipasteurisasi

Lebih terperinci

SKL 2 RINGKASAN MATERI. 1. Konsep mol dan Bagan Stoikiometri ( kelas X )

SKL 2 RINGKASAN MATERI. 1. Konsep mol dan Bagan Stoikiometri ( kelas X ) SKL 2 Menerapkan hukum-hukum dasar kimia untuk memecahkan masalah dalam perhitungan kimia. o Menganalisis persamaan reaksi kimia o Menyelesaikan perhitungan kimia yang berkaitan dengan hukum dasar kimia

Lebih terperinci

KESETIMBANGAN KIMIA SOAL DAN PEMBAHASAN

KESETIMBANGAN KIMIA SOAL DAN PEMBAHASAN KESETIMBANGAN KIMIA SOAL DAN PEMBAHASAN 1. Suatu reaksi dikatakan mencapai kesetimbangan apabila. A. laju reaksi ke kiri sama dengan ke kanan B. jumlah koefisien reaksi ruas kiri sama dengan ruas kanan

Lebih terperinci

PABRIK AMMONIUM NITRAT DARI AMMONIA DAN ASAM NITRAT DENGAN PROSES FAUSER

PABRIK AMMONIUM NITRAT DARI AMMONIA DAN ASAM NITRAT DENGAN PROSES FAUSER PABRIK AMMONIUM NITRAT DARI AMMONIA DAN ASAM NITRAT DENGAN PROSES FAUSER PRA RENCANA PABRIK Oleh : Adinda Gitawati NPM : 0831010054 PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

BAB 7 INDUSTRI PUPUK. Pengantar

BAB 7 INDUSTRI PUPUK. Pengantar BAB 7 INDUSTRI PUPUK Pengantar Pupuk adalah semua bahan yang ditambahkan pada tanah dengan maksud untuk memperbaiki sifat fisis, kimia dan biologis. Sebagai tempat tumbuhnya tanaman, tanah harus subur,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Trinatrium Fosfat Trinatrium fosfat adalah agen pembersih, makanan aditif, dan penghilang noda. Trinatrium fosfat berwarna putih berbentuk butiran atau kristal padat dan sangat

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Saat ini hidrogen diproyeksikan sebagai unsur penting untuk memenuhi kebutuhan clean energy di masa depan. Salah satunya adalah fuel cell. Sebagai bahan bakar, jika hidrogen

Lebih terperinci

V. SPESIFIKASI ALAT. Pada lampiran C telah dilakukan perhitungan spesifikasi alat-alat proses pembuatan

V. SPESIFIKASI ALAT. Pada lampiran C telah dilakukan perhitungan spesifikasi alat-alat proses pembuatan V. SPESIFIKASI ALAT Pada lampiran C telah dilakukan perhitungan spesifikasi alat-alat proses pembuatan pabrik furfuril alkohol dari hidrogenasi furfural. Berikut tabel spesifikasi alat-alat yang digunakan.

Lebih terperinci

SINTESIS BUTANOL H 9. OH, merupakan

SINTESIS BUTANOL H 9. OH, merupakan SINTESIS BUTANOL Salah satu jenis produksi industri kimia yang dibutuhkan dalam jumlah yang terus meningkat adalah industri n-butanol. n-butanol yang memiliki rumus kimia C 4 H 9 OH, merupakan produk hasil

Lebih terperinci

BAB II PERANCANGAN PRODUK. : Sebagai bahan baku pembuatan ammonia, plastik,

BAB II PERANCANGAN PRODUK. : Sebagai bahan baku pembuatan ammonia, plastik, BAB II PERANCANGAN PRODUK 2.1 Produk Utama 2.1.1.Gas Hidrogen (H2) : Sebagai bahan baku pembuatan ammonia, plastik, polyester, dan nylon, dipakai untuk proses desulfurisasi minyak bakar dan bensin dan

Lebih terperinci

kimia KESETIMBANGAN KIMIA 2 Tujuan Pembelajaran

kimia KESETIMBANGAN KIMIA 2 Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 kimia K e l a s XI KESETIMBANGAN KIMIA 2 Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami faktor-faktor yang memengaruhi kesetimbangan.

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB III PERANCANGAN PROSES BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1 Uraian Proses 3.1.1 Persiapan Bahan Baku Proses pembuatan Acrylonitrile menggunakan bahan baku Ethylene Cyanohidrin dengan katalis alumina. Ethylene Cyanohidrin pada T-01

Lebih terperinci

STOKIOMETRI BAB. B. Konsep Mol 1. Hubungan Mol dengan Jumlah Partikel. Contoh: Jika Ar Ca = 40, Ar O = 16, Ar H = 1, tentukan Mr Ca(OH) 2!

STOKIOMETRI BAB. B. Konsep Mol 1. Hubungan Mol dengan Jumlah Partikel. Contoh: Jika Ar Ca = 40, Ar O = 16, Ar H = 1, tentukan Mr Ca(OH) 2! BAB 7 STOKIOMETRI A. Massa Molekul Relatif Massa Molekul Relatif (Mr) biasanya dihitung menggunakan data Ar masing-masing atom yang ada dalam molekul tersebut. Mr senyawa = (indeks atom x Ar atom) Contoh:

Lebih terperinci

LATIHAN ULANGAN TENGAH SEMESTER 2

LATIHAN ULANGAN TENGAH SEMESTER 2 Pilihlah jawaban yang paling benar LATIHAN ULANGAN TENGAH SEMESTER 2 TATANAMA 1. Nama senyawa berikut ini sesuai dengan rumus kimianya, kecuali. A. NO = nitrogen oksida B. CO 2 = karbon dioksida C. PCl

Lebih terperinci

24 Desember 1959 didirikan pabrik pupuk urea pertama di Indonesia dan diberi nama PT Pupuk Sriwidjaja. Kapasitas terpasang

24 Desember 1959 didirikan pabrik pupuk urea pertama di Indonesia dan diberi nama PT Pupuk Sriwidjaja. Kapasitas terpasang Modul 8 PUPUK UREA Sejarah 24 Desember 1959 didirikan pabrik pupuk urea pertama di Indonesia dan diberi nama PT Pupuk Sriwidjaja. Kapasitas terpasang 180 ton amonia/hari 300 ton urea/hari 16 Oktober 1963

Lebih terperinci

PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER

PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER Oleh Denni Alfiansyah 1031210146-3A JURUSAN TEKNIK MESIN POLITEKNIK NEGERI MALANG MALANG 2012 PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER Air yang digunakan pada proses pengolahan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES. bahan baku Metanol dan Asam Laktat dapat dilakukan melalui tahap-tahap sebagai

BAB III PERANCANGAN PROSES. bahan baku Metanol dan Asam Laktat dapat dilakukan melalui tahap-tahap sebagai BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1 Uraian Proses Proses pembuatan Metil Laktat dengan reaksi esterifikasi yang menggunakan bahan baku Metanol dan Asam Laktat dapat dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut

Lebih terperinci

HUKUM DASAR KIMIA. 2CUO. 28GRAM NITROGEN 52 GRAM MAGNESIUM NITRIDA 3 MG + N 2 MG 3 N 2

HUKUM DASAR KIMIA. 2CUO. 28GRAM NITROGEN 52 GRAM MAGNESIUM NITRIDA 3 MG + N 2 MG 3 N 2 HUKUM DASAR KIMIA. 2CUO. 28GRAM NITROGEN 52 GRAM MAGNESIUM NITRIDA 3 MG + N 2 MG 3 N 2 HUKUM DASAR KIMIA 1) Hukum Kekekalan Massa ( Hukum Lavoisier ). Yaitu : Dalam sistem tertutup, massa zat sebelum

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008 UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008 PANDUAN MATERI SMA DAN MA K I M I A PROGRAM STUDI IPA PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN BALITBANG DEPDIKNAS KATA PENGANTAR Dalam rangka sosialisasi kebijakan dan persiapan

Lebih terperinci

Harry Rachmadi (12/329784/TK/39050) ` 1 Zulfikar Pangestu (12/333834/TK/40176) Asia/Pasific North America Wesern Europe Other Regions 23% 33% 16% 28%

Harry Rachmadi (12/329784/TK/39050) ` 1 Zulfikar Pangestu (12/333834/TK/40176) Asia/Pasific North America Wesern Europe Other Regions 23% 33% 16% 28% BAB I PENGANTAR I.1 Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya kesadaran akan sumber daya energi yang terbarukan dan ramah lingkungan, pemanfaatan hidrogen sebagai sumber pembawa energi (energy carrier)

Lebih terperinci

Diagram Fasa Zat Murni. Pertemuan ke-1

Diagram Fasa Zat Murni. Pertemuan ke-1 Diagram Fasa Zat Murni Pertemuan ke-1 Perubahan Fasa di Industri Evaporasi Kristalisasi Diagram Fasa Diagram yang bisa menunjukkan, pada kondisi tertentu (tekanan, suhu, kadar, dll) zat tersebut berfasa

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES. (2007), metode pembuatan VCM dengan mereaksikan acetylene dengan. memproduksi vinyl chloride monomer (VCM). Metode ini dilakukan

II. DESKRIPSI PROSES. (2007), metode pembuatan VCM dengan mereaksikan acetylene dengan. memproduksi vinyl chloride monomer (VCM). Metode ini dilakukan II. DESKIPSI POSES A. Jenis - Jenis Proses a) eaksi Acetylene (C2H2) dengan Hydrogen Chloride (HCl) Menurut Nexant s ChemSystem Process Evaluation/ esearch planning (2007), metode pembuatan VCM dengan

Lebih terperinci

Sulfur dan Asam Sulfat

Sulfur dan Asam Sulfat Pengumpulan 1 Rabu, 17 September 2014 Sulfur dan Asam Sulfat Disusun untuk memenuhi Tugas Proses Industri Kimia Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Chandrawati Cahyani, M.S. Ayu Diarahmawati (135061101111016)

Lebih terperinci

BAB V SPESIFIKASI ALAT PROSES

BAB V SPESIFIKASI ALAT PROSES BAB V SPESIFIKASI ALAT PROSES A. Peralatan Proses 1. Reaktor ( R-201 ) : Mereaksikan 8964,13 kg/jam Asam adipat dengan 10446,49 kg/jam Amoniak menjadi 6303,2584 kg/jam Adiponitril. : Reaktor fixed bed

Lebih terperinci

PROSES PRODUKSI ASAM SULFAT

PROSES PRODUKSI ASAM SULFAT PRODU KSI A SAM SU LFAT BAB III PROSES PROSES PRODUKSI ASAM SULFAT 3.1 Flow Chart Proses Produksi Untuk mempermudah pembahasan dan urutan dalam menguraikan proses produksi, penulis merangkum dalam bentuk

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES NC-(CH 2 ) 4 -CN + 4 H 2 O. Reaksi menggunakan katalisator dari komponen fosfor, boron, atau silica gel.

II. DESKRIPSI PROSES NC-(CH 2 ) 4 -CN + 4 H 2 O. Reaksi menggunakan katalisator dari komponen fosfor, boron, atau silica gel. II. DESKRIPSI PROSES A. Jenis-Jenis Proses Adiponitril dibuat dengan beberapa macam proses, antara lain (Kirk and Othmer,1952) : 1. Dari asam adipat dan amoniak HOOC-(CH 2 ) 4 -COOH + 2NH 3 NC-(CH 2 )

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Asam Nitrat Dari Asam Sulfat Dan Natrium Nitrat Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Asam Nitrat Dari Asam Sulfat Dan Natrium Nitrat Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan industri di Indonesia pada saat ini mengalami peningkatan di segala bidang, terutama industri yang bersifat padat modal dan teknologi. Indonesia diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Asam Formiat dari Metil Format dan Air dengan Proses Bethlehem Kapasitas Ton/Tahun Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Asam Formiat dari Metil Format dan Air dengan Proses Bethlehem Kapasitas Ton/Tahun Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan dunia terhadap bahan-bahan kimia semakin meningkat dari tahun ke tahun, termasuk kebutuhan di sektor industri kimia. Hal ini sejalan dengan meningkatnya

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB III PERANCANGAN PROSES BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1. Uraian Proses Pabrik Fosgen ini diproduksi dengan kapasitas 30.000 ton/tahun dari bahan baku karbon monoksida dan klorin yang akan beroperasi selama 24 jam perhari dalam

Lebih terperinci

NAMA : CRISTOPEL L TOBING NIM : UNIVERSITAS SUMATERA UTARA. Universitas Sumatera Utara

NAMA : CRISTOPEL L TOBING NIM : UNIVERSITAS SUMATERA UTARA. Universitas Sumatera Utara BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Trinatrium Fosfat Trinatrium fosfat adalah agen pembersih, makanan aditif, dan penghilang noda. Trinatrium fosfat berwarna putih berbentuk butiran atau kristal padat dan sangat

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Sodium Tetra Silikat (Waterglass) dari Sodium Karbonat dan Pasir Silika Kapasitas Ton per Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Sodium Tetra Silikat (Waterglass) dari Sodium Karbonat dan Pasir Silika Kapasitas Ton per Tahun BAB I PENDAHULUAN Prarancangan Pabrik Sodium Tetra Silikat (Waterglass) dari Sodium Karbonat dan Pasir Silika BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sampai saat ini situasi perekonomian di Indonesia belum mengalami kemajuan

Lebih terperinci

Hubungan koefisien dalam persamaan reaksi dengan hitungan

Hubungan koefisien dalam persamaan reaksi dengan hitungan STOIKIOMETRI Pengertian Stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari dan menghitung hubungan kuantitatif dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia (persamaan kimia) Stoikiometri adalah hitungan kimia Hubungan

Lebih terperinci

FORMULASI PENGETAHUAN PROSES MELALUI SIMULASI ALIRAN FLUIDA TIGA DIMENSI

FORMULASI PENGETAHUAN PROSES MELALUI SIMULASI ALIRAN FLUIDA TIGA DIMENSI BAB VI FORMULASI PENGETAHUAN PROSES MELALUI SIMULASI ALIRAN FLUIDA TIGA DIMENSI VI.1 Pendahuluan Sebelumnya telah dibahas pengetahuan mengenai konversi reaksi sintesis urea dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Berdirinya Pabrik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Berdirinya Pabrik 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdirinya Pabrik Setelah mengalami krisis moneter yang sangat panjang, kini Indonesia mulai menata kembali sistem perekonomian negara, salah satunya dengan menghidupkan

Lebih terperinci

II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES. dalam alkohol (Faith and Keyes,1957).

II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES. dalam alkohol (Faith and Keyes,1957). II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES A. Jenis-Jenis Proses Aluminium sulfat atau yang lebih dikenal dengan tawas merupakan salah satu bahan kimia yang sangat diperlukan baik dalam industri pengolahan air. Alum

Lebih terperinci

H 2 O (l) H 2 O (g) Kesetimbangan kimia. N 2 O 4 (g) 2NO 2 (g)

H 2 O (l) H 2 O (g) Kesetimbangan kimia. N 2 O 4 (g) 2NO 2 (g) Purwanti Widhy H Kesetimbangan adalah suatu keadaan di mana tidak ada perubahan yang terlihat seiring berjalannya waktu. Kesetimbangan kimia tercapai jika: Laju reaksi maju dan laju reaksi balik sama besar

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB III PERANCANGAN PROSES BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1. Uraian Proses Larutan benzene sebanyak 1.257,019 kg/jam pada kondisi 30 o C, 1 atm dari tangki penyimpan (T-01) dipompakan untuk dicampur dengan arus recycle dari menara

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Gasifikasi Batubara Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Gasifikasi Batubara Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagian besar energi yang digunakan rakyat Indonesia saat ini berasal dari bahan bakar fosil yaitu minyak bumi, gas dan batu bara. Pada masa mendatang, produksi batubara

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB III PERANCANGAN PROSES BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1. Uraian Proses Reaksi pembentukan C8H4O3 (phthalic anhydride) adalah reaksi heterogen fase gas dengan katalis padat, dimana terjadi reaksi oksidasi C8H10 (o-xylene) oleh

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES. Precipitated Calcium Carbonate (PCC) dapat dihasilkan melalui beberapa

II. DESKRIPSI PROSES. Precipitated Calcium Carbonate (PCC) dapat dihasilkan melalui beberapa II. DESKRIPSI PROSES A. Macam - Macam Proses Precipitated Calcium Carbonate (PCC) dapat dihasilkan melalui beberapa proses sebagai berikut: 1. Proses Calcium Chloride-Sodium Carbonate Double Decomposition

Lebih terperinci

BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES. : untuk menyerap NH3 dan CO2 oleh. : Menara bahan isian (packed tower) : Low alloy steel SA 204 grade C

BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES. : untuk menyerap NH3 dan CO2 oleh. : Menara bahan isian (packed tower) : Low alloy steel SA 204 grade C BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES 3.1. Absorber Kode : AB : untuk menyerap NH3 dan CO2 oleh H2O Material Kondisi Operasi : Menara bahan isian (packed tower) : Low alloy steel SA 204 grade C : T = 40

Lebih terperinci

cukup diperlukan di Indonesia sebagai negara yang sebagian devisanya diperoleh

cukup diperlukan di Indonesia sebagai negara yang sebagian devisanya diperoleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik Pada awal industri kimia, bahan baku yang biasa digunakan adalah batubara. Namun setelah perang dunia ke II, orang mulai mengalihkan penggunaan bahan

Lebih terperinci

II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES

II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES 10 II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES A. Proses Pembuatan Disodium Fosfat Anhidrat Secara umum pembuatan disodium fosfat anhidrat dapat dilakukan dengan 2 proses berdasarkan bahan baku yang digunakan, yaitu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alkena Alkena merupakan hidrokarbon tak jenuh yang mempunyai ikatan rangkap dua C=C. Suku alkena yang paling kecil terdiri dari dua atom C, yaitu etena. Jumlah atom H pada gugus

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Asam Stearat dari Minyak Kelapa Sawit Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Asam Stearat dari Minyak Kelapa Sawit Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kimia memiliki peranan penting dalam kehidupan masyarakat dikarenakan industri kimia banyak memproduksi barang mentah maupun barang jadi untuk mencukupi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II-1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tetradecene Senyawa tetradecene merupakan suatu cairan yang tidak berwarna yang diperoleh melalui proses cracking senyawa asam palmitat. Senyawa ini bereaksi dengan oksidan

Lebih terperinci

KUMPULAN SOAL-SOAL KIMIA LAJU REAKSI

KUMPULAN SOAL-SOAL KIMIA LAJU REAKSI KUMPULAN SOAL-SOAL KIMIA LAJU REAKSI 1. Untuk membuat 500 ml larutan H 2 SO 4 0.05 M dibutuhkan larutan H 2 SO 4 5 M sebanyak ml a. 5 ml b. 10 ml c. 2.5 ml d. 15 ml e. 5.5 ml 2. Konsentrasi larutan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Pembentukan Etilen Oksida di PT Polychem Indonesia Tbk. Etilen yang sudah berada dalam bentuk gas disaring terlebih dahulu pada sulfur guard bed untuk menghilangkan kandungan

Lebih terperinci

II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES

II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES A. Pemilihan Proses Usaha produksi dalam pabrik kimia membutuhkan berbagai sistem proses dan sistem pemroses yang dirangkai dalam suatu sistem proses produksi yang disebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fosgen Fosgen (COCl 2 ) pada suhu kamar dan tekanan atmosfir berupa gas reaktif tidak berwarna. Senyawa fosgen ini pertama kali dibuat pada tahun 1812 oleh John Davy dengan

Lebih terperinci

BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES

BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES digilib.uns.ac.id BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES 3.1. Spesifikasi Alat Utama 3.1.1 Mixer (NH 4 ) 2 SO 4 Kode : (M-01) : Tempat mencampurkan Ammonium Sulfate dengan air : Silinder vertical dengan head

Lebih terperinci

BAB II DISKRIPSI PROSES. 2.1 Spesifikasi Bahan Baku, Bahan Pendukung dan Produk. Isobutanol 0,1% mol

BAB II DISKRIPSI PROSES. 2.1 Spesifikasi Bahan Baku, Bahan Pendukung dan Produk. Isobutanol 0,1% mol BAB II DISKRIPSI PROSES 2.1 Spesifikasi Bahan Baku, Bahan Pendukung dan Produk 2.1.1. Spesifikasi bahan baku tert-butyl alkohol (TBA) Wujud Warna Kemurnian Impuritas : cair : jernih : 99,5% mol : H 2 O

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Amonium Klorida dengan Proses Amonium Sulfat - Natrium Klorida Kapasitas Ton/ Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Amonium Klorida dengan Proses Amonium Sulfat - Natrium Klorida Kapasitas Ton/ Tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik Perkembangan industri kimia tiap tahunnya mengalami peningkatan yang begitu cepat dan mempunyai dampak terhadap tumbuhnya berbagai industri yang terkait.

Lebih terperinci

BAB II PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES. teknologi proses. Secara garis besar, sistem proses utama dari sebuah pabrik kimia

BAB II PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES. teknologi proses. Secara garis besar, sistem proses utama dari sebuah pabrik kimia BAB II PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES Usaha produksi dalam pabrik kimia membutuhkan berbagai sistem proses dan sistem pemroses yang dirangkai dalam suatu sistem proses produksi yang disebut teknologi proses.

Lebih terperinci

1. Ciri-Ciri Reaksi Kimia

1. Ciri-Ciri Reaksi Kimia Apakah yang dimaksud dengan reaksi kimia? Reaksi kimia adalah peristiwa perubahan kimia dari zat-zat yang bereaksi (reaktan) menjadi zat-zat hasil reaksi (produk). Pada reaksi kimia selalu dihasilkan zat-zat

Lebih terperinci