SISWA KELAS IV SDN 60 1 BULILA KEC.TELAGA KAB. GORONTALO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SISWA KELAS IV SDN 60 1 BULILA KEC.TELAGA KAB. GORONTALO"

Transkripsi

1 PENGARUH LATIHAN WAKTU REAKSI TERHADAP KEMAMPUAN LARI 60 meter PADA SISWA KELAS IV SDN 1 BULILA KEC.TELAGA KAB. GORONTALO BUDIARTO RAHMAN AHBABUNA NIM: JURUSAN PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA FAKULTAS ILMU ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN ABSTRAK Budiarto R. Ahababuna Nim : Pengaruh Latihan Waktu Reaksi Terhadap Kemampuan Lari 60m Pada Siswa Kelas IV SDN 1 Bulila Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo. ini merupakan penelitian ekperimen yang populasinya seluruh siswa SDN 1 Bulila dari populasi, diambil 22 orang siswa sebagai sampel. X 1 dan X 2 sedangkan bahasa Hipotesis Terdapat Pengaruh Latihan Waktu Reaksi Terhadap Kemampuan Lari 60m Pada Siswa Kelas IV di SDN 1 Bulila. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh t observasi = 21,36 dari table nilai t atau t tabel pada alfa α = 0.05; dk = n-1 (22-1 = 21) diperoleh harga t tabel = dengan demikian t observasi lebih besar dari pada t tabel, criteria penguji menyatakan bahwa tolak Ho jika t observasi (to) > (tt), Oleh karena itu Hipotesis alternative Ha dapat di terima atau terdapat pengaruh latihan waktu reaksi terhadap kemampuan lari 60m. Sehingga hipotesis Ho yang menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh latihan waktu reaksi terhadap kemampuan lari 60m, ditolak dan menerima hipotesis Ha yang menyatakan; diterima atau terdapat pengaruh latihan waktu reaksi terhadap kemampuan lari 60m. Kata Kunci : Terdapat Pengaruh Latihan Waktu Reaksi Terhadap Kemampuan Lari 60 meter.

2 PENDAHULUAN Kegiatan olahraga merupakan hal yang sangat penting untuk menjaga kesehatan dan mencapai kebugaran jasmani yang tinggi, olehnya itu usaha untuk memasyarakatkan olahraga harus dimulai sejak usia dini, dan sangat tepat jika usaha ini dimulai dari pembelajaran pendidikan jasmani disetiap jenjang pendidikan. Melalui program pendidikan jasmani yang teratur, terencana, terarah, dan terbimbing, diharapkan dapat dicapai tujuan yang meliputi pembentukan dan pembinaan bagi pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani. Pendidikan Jasmani menuju pada keselarasan antara tumbuhnya badan dan perkembangan jiwa merupakan suatu usaha untuk membuat bangsa Indonesia menjadi bangsa yang sehat dan kuat lahir dan batin dan diberikan di setiap jenis sekolah. Pendidikan jasmani merupakan media untuk mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, keterampilan motorik, pengetahuan dan pembelajaran, penghayatan nilai-nilai (sikap-mental-emosional-sportivitas-spiritual-sosial), serta pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang. Dalam pendidikan jasmani juga bertujuan untuk menanamkan pengetahuan dan kemampuan dasar cabang-cabang olahraga yang ada selain itu juga turut diperhitungkan hasil capaian tingkat keberhasilan, seperti halnya pengetahuan dan kemampuan dasar dalam cabang atletik. Salah satu cabang olahraga yang ada dalam kurikulum pendidikan untuk semua sekolah khsususnya pendidikan jasmani adalah olahraga atletik. Dalam pembelajaran olahraga atletik ini siswa dibelajarkan dan dilatih agar memiliki kemampuan dan kecerdasan sehingga dapat melaksanakan aktivitas dan dapat menerima pelajaran yang disampaikan oleh guru dengan baik. Atletik merupakan induk dari semua cabang olahraga, hal ini dikarenakan bahwa gerakan-gerakan yang dilakukan pada cabang olahraga yang lain berkaitan erat dengan gerakan-gerakan yang ada pada cabang olahraga atletik. Olahraga atletik adalah olahraga yang cukup mudah kita lakukan dan kita kembangkan apabila kita mempelajarinya dengan tekun, baik dari teorinya maupun dengan prakteknya. Dalam olahraga atletik yang termasuk di dalamnya adalah nomor lari, lompat, lempar dan jalan. Pada jenjang sekolah dasar khususnya mata pelajaran pendidikan jasmani kemampuan siswa perlu dikembangkan terutama pada cabang olahraga atletik. Salah

3 satu nomor yang diperlombakan dan dikembangkan pada cabang olahraga atletik yaitu nomor lari. Nomor lari dalam atletik terbagi dari beberapa seperti lari jarak pendek, menengah dan jarak jauh. Nomor lari sering diperlombakan pada kegiatan Olimpiade Olahraga Siswa Nasional yang disingkat O2SN baik tingkat Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama maupun Sekolah Menengah Atas. Banyak pendapat yang ditemui dilapangan dalam hal peningkatan prestasi olahraga yang sering kali menjadi suatu perdebatan khususnya pencapaian hasil terbaik untuk meningkatkan prestasi olahraga, sering ada yang mengatakan bahwa kemampuan fisik kurang, bentuk latihan yang digunakan tidak sesuai dan lain sebagainya. Hal ini dapat dibuktikan dengan menurunnya prestasi cabang olahraga atletik, hal ini dapat dilihat dengan hasil capaian prestasi atlet atletik. Tingkat prestasi olahraga dapat meningkat jika sarana dan prasarana olahraga menunjang dalam artian lengkap alat-alat olahraga baik dari segi alat latihannya serta alat ukur tingkat kebugaran jasmani atlet. Banyak orang yang ingin menciptakan seorang atlet namun mereka tidak mengetahui dan memahami dengan benar bentuk latihan apa sebenarnya dan harus diberikan agar nantinya seorang atlet bisa berprestasi. Menyikapi permasalahan di atas maka seorang atlet harus diberikan bentuk latihan yang sistematis, tersusun dan terarah yang dituangkan dalam bentuk program latihan. Dalam peningkatan kemampuan lari 60 meter khusus siswa ini banyak faktor yang tidak kalah pentingnya yaitu melatih seluruh komponen fisik atlet dengan sebaik-baiknya. Salah satu komponen fisik yang harus dilatih yaitu waktu reaksi. Latihan waktu reaksi ini berguna untuk menciptakan suatu kemampuan kecepatan, kelincahan dan ketepatan seorang atlet dalam melakukan suatu gerakan dalam olahraga khususnya lari. Dalam pelaksanaannya latihan waktu reaksi ini sangat membutuhkan konsentrasi yang tinggi baik konsentrasi dalam penglihatan dan pendengaran. Dengan melihat bahwa latihan reaksi sangatlah berperan dalam melakukan suatu gerakan olahraga maka peneliti tertarik untuk melakukan suatu penelitian eksperimen dengan tujuan melihat apakah latihan waktu reaksi dapat memberikan dampak positif terhadap peningkatan kemampuan lari 60 meter pada cabang olahraga atletik. Sesuai dengan pengamatan pada siswa kelas IV SD Negeri 1 Bulila Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo dalam cabang atletik mereka belum bisa memaksimalkan kecepatan yang dimiliki khususnya pada lari 60 meter. Hal ini

4 mungkin disebabkan oleh berbagai macam faktor yang kurang mendukung serta ketidak tepatannya latihan yang diberikan. Sehingganya dalam pembuatan program latihan harus disesuaikan dengan kemampuan atlet serta melihat kekurang mampuan dalam lari 60 meter serta perlu mendapatkan perhatian dari berbagai kalangan, untuk itulah diperlukan upaya-upaya pembinaan prestasi tingkat Sekolah Dasar dalam cabang atletik khususnya lari. Berkaitan dengan upaya pembinaan tersebut, perlu dipikirkan bentuk-bentuk latihan yang dapat dilakukan yang sangat penting yaitu meningkatkan kemampuan tersebut dengan latihan kondisi fisik antara lain latihan waktu reaksi. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul yaitu "Pengaruh Latihan Waktu Reaksi Terhadap Kemampuan Lari 60 Meter Pada Siswa Kelas IV di SD Negeri 1 Bulila Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Kurangnya sarana dan prasarana olahraga, Ketidak tepatannya dalam menerapkan bentuk latihan, Kurangnya menerapkan pelatihan kondisi fisik dengan baik dan benar, Belum maksimalnya atlet dalam memaksimalkan kemampuan lari jarak 60 m, Masih kurangnya penerepan latihan reaksi dalam peningkatan kemampuan lari 60 meter. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut Apakah terdapat Pengaruh Latihan Waktu Reaksi Terhadap Kemampuan Lari 60 Meter Pada Siswa Kelas IV di SD Negeri 1 Bulila Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo ". Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menguji dan mendapatkan gambaran tentang pengaruh latihan waktu reaksi terhadap kemampuan lari 60 meter siswa kelas IV di SD Negeri 1 Bulila Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo. 1.1 Manfaat Penelitian 1. Hasil penelitian ini di harapkan bermanfaat bagi guru Penjas dalam mengembangkan program latihan reaksi untuk meningkatkan prestasi siswa dalam cabang olahraga altletik. 2. Hasil penelitian ini di harapkan akan dapat membantu siswa untuk dapat

5 meningkatkan kemampuannya dalam melakukan lari 60 meter agar mencapai kecepatan maupun hasil yang lebih optimal. 3. Dari hasil penelitian ini merupakan suatu tambahan ilmu pengetahuan bagi pembina, pelatihan serta guru pendidikan jasmani dalam upaya penyempurnaan latihan fisik dalam rangka pembentukan atlet atletik. KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HlPOTESIS Istilah atletik berasal dari kata dalam bahasa Yunani yaitu Athlon yang berarti berlomba atau Bertanding. Istilah atletik ini juga kita jumpai dalam berbagai bahasa antara lain dalam bahasa Inggris athletic dalam bahasa Perancis ateletique dalam bahasa Belanda atletiek dan bahasa Jerman atheletik (Soegito, 1993 :18 ). Kalau kita mengatakan perlombaan atletik, pengertiannya adalah meliputi perlombaan jalan capat, lari, lompat dan lempar, yang dalam bahasa Inggris digunakan istilah track and field. Kalau diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berarti perlombaan yang dilakukan dilintasan (track) bersifat perlombaan dan dilapangan (field). Istilah athletic dalam bahasa Inggris dan atletik dalam bahasa Jerman mempunyai pengertian yang luas, meliputi berbagai cabang olahraga yang bersifat perlombaan atau pertandingan, termasuk renang, bola basket, tenis, sepak bola, senam dan lain-lain. (Muhajir, 2007 : 35). Atletik merupakan jenis olahraga meliputi berbagai macam perlombaan dengan kealihan yang berbeda. Pada umumnya nomor-nomor yang diperlombakan telah diatur dalam peraturan perlombaan atletik sehingga jarak yang akan ditempuh dalam nomor jalan dan lari, berat alat yang digunakan dalam nomor lempar berbeda antara wanita dan pria. Cabang atletik dilaksanakan di semua negara, karena nilai-nilai pendidikan yang terkandung di dalamnya, memegang peranan yang sangat penting dalam pengembangan kondisi fisik sering pula menjadi dasar pokok untuk pengembangan / peningkatan prestasi yang optimal bagi cabang olahraga lain bahkan dapat diperhitungkan sebagai suatu ukuran kemajuan suatu bangsa, (Komsim, 2005 : 3 ). Dari uraian pendapat diatas maka atletik merupakan salah satu cabang olahraga perlombaan meliputi nomor-nomor jalan, lari, lompat dan lempar, yang dapat dilakukan di lintasan maupun dilapangan, disamping itu atletik merupakan dasar pokok pengembangan/peningkatan prestasi yang optimal bagi cabang olahraga

6 lain, karena melalui gerakan-gerakan atletik yang terprogram sangat efektif untuk meningkatkan kodisi fisik seseorang. Pengertian Latihan Berbicara tentang latihan atletik, maka yang dimaksud dengan latihan adalah yang lazim disebut dengan istilah dalam bahasa Inggris Exsesansi. Dalam kamus Bahasa Indonesia latihan adalah pelajaran untuk membiasakan atau memperoleh suatu kecakapan, misalnya; gerak badan, menulis, olahraga dan sebagainya (Poewadarminta dalam Basuki, 2000: 13). Dalam olahraga, latihan atau training dapat diartikan sebagai suatu proses penyesuaian tubuh terhadap tuntutan kerja yang lebih berat dalam mempersiapkan diri menghadapi situasi pertandingan dan meningkatkan keterampilan, skill atlit untuk nomor-nomor tertentu atau cabang olahraga tertentu (Basuki, 2000: 13) mengatakan bahwa fungsi utama dari latihan adalah agar tubuh mampu menggerakkan tenaga untuk mencapai hasil yang maksimal. Dengan latihan-latihan, organ-organ vital seperti; otot-otot, jantung, paru-paru serta pusat susunan syaraf akan mengalami perkembangan sehingga prestasi akan meningkat. Latihan menurut Harsono (1988: 100) adalah proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja. Selanjutnya Bompa (1994: 3) memberi batasan bahwa latihan adalah aktivitas olahraga yang sistematis dalam waktu yang lama, ditingkatkan secara psikologis manusia untuk mencapai sasaran yang ditentukan. Berdasarkan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa latihan adalah suatu proses secara sistematis yang mengarah kepada fungsi fisiologis dan psikologis untuk mencapai pembentukan perindividual secara keseluruhan dalam meningkatkan keterampilan gerak untuk berprestasi. Selanjutnya Hamidsyah (1995: 89) mengatakan bahwa didalam olahraga prestasi, bentuk-bentuk aktivitas semacam itu belum dapat dikategorikan sebagai suatu latihan. Sebenarnya bila yang dimaksudkan dengan pengertian latihan seharunya mempunyai tujuan atau sasaran yang ingin dicapai dengan menggunakan metode-metode serta pola dan menggunakan prinsip-prinsip latihan yang mempunyai pengaruh terhadap tubuh. Jadi pengertian dari latihan adalah suatu proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja yang dilakukan dengan berulang-ulang secara kontinyu dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan untuk mencapai tujuan (Hamidsyah, 1995 : 89)

7 Selain pengertian di atas, maka dalam melakukan latihan pasti mempunyai suatu tujuan yang hendak dicapai. Dengan pemberian latihan yang sistematis berarti latihan-latihan disusun secara terencana dan teratur dengan pola, strategi dan metode latihan yang dimulai dari gerakan yang mudah kemudian meningkat ke gerakangerakan yang lebih sukar dan kompleks. Dari beberapa pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya latihan adalah suatu proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja yang dilakukan dengan berulang-ulang secara continew dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan untuk mencapai tujuan serta dapat dilakukan dengan usahausaha untuk mempertahankan kesegaran jasmani, kekuatan, kelenturan, kelincahan serta daya tahan tubuh akan dapat dicapai. Tujuan Latihan Tujuan dari latihan atau training adalah untuk membantu atlit meningkatkan keterampilan dan prestasi olahraganya semaksimal mungkin (Harsono, 1992 : 15). Untuk mencapai tujuan tersebut, maka ada empat aspek latihan yang perlu diperhatikan oleh pelatih adalah sebagai berikut: 1) Latihan Fisik Latihan ini khusus ditujukan untuk mengembangkan dan meningkatkan kondisi fisik atlet, yang mencakup komponen-komponen fisik antara lain: kekuatan otot, daya tahan, kelenturan (fleksibilitas), stamina, kecepatan, power, stamina otot, aligitas, koordinasi, keseimbangan, dan lain-lain. 2) Latihan Teknik Latihan untuk memahirkan teknik-teknik gerakan, misalnya teknik start jongkok, berdiri, duduk, baring, tengkurap,. Latihan teknik adalah latihan yang khusus dimaksudkan untuk membentuk dan mengembangkan kebiasaan-kebiasaan motorik dan neoromuskular. 3) Latihan Taktik Latihan untuk menumbuhkan perkembangan interpretive atau daya tafsir pada atlet, pola-pola permainan, strategi, taktik pertahanan dan penyerangan, sehingga hampir tidak mungkin regu lawan akan dapat mengacaukan regu kita dengan suatu bentuk serangan atau pertahanan yang kita tidak kenal. 4) Latihan Mental Perkembangan mental tidak kurang pentingnya dari perkembangan ketiga faktor tersebut di atas. Meski bagaimana pun sempurna perkembangan fisik, teknik, dan

8 taktik seorang atlit, prestasi puncak tak mungkin tercapai jika mental tidak juga berkembang. Sebab, setiap pertandingan bukan hanya merupakan a battle of the body, akan tetapi juga a battle of the mind, bahkan 70% adalah masalah mental dan hanya 30% masalah lainnya. Latihan mental lebih menekankan pada perkembangan matirasi (kedewasaan) atlit serta perkembangan emosional-impulsif, misalnya semangat bertanding, sikap pantang menyerah, percaya diri, sportivitas, kematangan juara, keseimbangan emosi meskipun berada dalam situasi stress dan anxiet, dan sebagainya. Keempat aspek di atas harus dibina secara serempak dan tak satu pun boleh diabaikan. Keempat aspek harus dilatih dengan cara dan metode yang benar agar setiap aspek dapat berkembang semaksimal mungkin sehingga prestasi yang dicapai juga bisa maksimal. Untuk mencapai tujuan utama dalam latihan, yaitu memperbaiki prestasi, tingkat trampil maupun unjuk kerja dari si atlet,diarahkan oleh pelatihnya untuk mencapai tujuan umum latihan. Tujuan yang dikemukakan dibawah ini dinyatakan dengan istilah yang lebih umum dengan harapan pembaca akan dapat memahami konsep secara keseluruhan sebagaimana dicapai (Bompa, 1994: 5) sebagai berikut: 1) Untuk mencapai dan memperluas perkembangan fisik secara menyeluruh. Tujuan ini mencakup hal yang sangat penting, karena perkembangan fisik pada suatu tingkat yang tinggi merupakan dasar-dasar latihan. 2) Untuk menjamin dan memperbaiki perkembangan fisik khusus sebagai suatu kebutuhan yang telah ditentukan di dalam praktek olahraga. Pemenuhan tujuan ini akan diakibatkan oleh pengembangan kekuatan absolut dan relatif, masa otot dan elastisitasnya, perkembangan kekuatan khusus (power atau daya tahan otot) yang disesuaikan dengan tuntutan olahraganya, memperbaiki waktu gerakan dan reaksi dengan perkembangan selanjutnya terhadap koordinasi dan fleksibilitas. 3) Untuk memoles dan menyempurnakan teknik olahraga yang dipilih melalui suatu upaya teknis, sekarang harus mengembangkan kapasitas penampilan lebih lanjut dengan teknik yang tepat secara keseluruhan, kesempurnaan teknik yang dituntut yang didasarkan atas suatu penampilan yang rasional dan ekonomis. 4) Memperbaiki dan menyempurnakan strategi yang penting yang dapat diperoleh dari belajar taktik secara optimal maupun variasinya sesuai dengan kemampuan atlet, menyempurnakan strategi menjadi satu modal berdasarkan pertimbangan lawan berikutnya.

9 5) Menanamkan kualitas kemauan melalui latihan yang mencukupi serta disiplin untuk tingkah laku. 6) Menjamin dan mengamalkan persiapan tim secara optimal. 7) Untuk mempertahankan kesehatan atlet. Realitas tujuan ini menuntut tes kesehatan yang teratur, tepat antara intensitas latihan dengan kapasitas usaha individual. 8) Untuk mencegah cedera melalui pengamatan terhadap penyebab dan juga meningkatkan fleksibilitas di atas tingkat tuntutan untuk melaksanakan gerakan yang penting. 9) Untuk menambah pengetahuan setiap atlet dengan sejumlah pengetahuan teoritis yang berkaitan dengan dasar-dasar fisiologis dan psikologis latihan dan perencanaan gizi. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka penulis dapat menyimpulan bahwa tujuan latihan pada dasarnya adalah untuk mempertahankan kesegaran jasmani, kekuatan otot, kelenturan otot, maupun kelincahan serta daya tahan tubuh sehingga seorang atlit mampu melakukan kegiatan sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Prinsip-Prinsip Latihan Prinsip-prinsip latihan yang akan dikemukakan di sini adalah prinsip-prinsip dasar yang perlu diketahui serta diterapkan dalam setiap latihan cabang olahraga. Dengan mengetahui prinsip-prinsip latihan tersebut diharapkan prestasi seorang atlit akan cepat meningkat. Tanpa mengetahui hal ini seorang atlit/pelatih tidak mungkin dapat berhasil dalam latihannya. Seluruh program latihan sebaiknya menerapkan prinsip-prinsip latihan (Bompa, 1994: 29) sebagai berikut : 1. Prinsip beban-lebih (overload) Prinsip beban lebih adalah prinsip latihan yang menekankan pada penbebanan latihan yang lebih berat dari pada yang mampu dilakukan oleh atlit. Atlit harus selalu berusaha berlatihan dengan beban yang lebih berat dari pada yang mampu dilakukan saat itu, artinya berlatih dengan beban yang berada di atas ambang rangsangan. Kalau beban latihan terlalu ringan (di bawah ambang rangsangan), walaupun latihan sampai lelah, peningkatan prestasi tidak akan mungkin tercapai. 2. Prinsip perkembangan multilateral

10 Prinsip perkembangan menyeluruh atau multilateral sebaiknya diterapkan pada atlit-atlit muda. Pada permulaan belajar mereka harus dilibatkan dalam beragam kegiatan agar dengan demikian mereka memiliki dasar-dasar yang lebih kokoh untuk menunjang keterampilan spesialisasinya kelak. Oleh karena itu, berdasarkan teori tersebut, pelatih sebaiknya jangan terlalu cepat membatasi atlit dengan program latihan yang menjurus kepada perkembangan spesialisasi yang sempit pada masa terlampau dini. 3. Prinsip intesitas latihan Perubahan fisiologis dan psikologis yang positif hanyalah munkgin apabila atlit dilatih atau berlatih melalui suatu program latihan yang intensif, di mana pelatih secara progresif menambahkan beban kerja, jumlah pengulangan gerakan (repetition), serta kadar intensitas dari repetisi tersebut. 4. Prinsip kuasa latihan Berlatih secara intensif saja belumlah cukup apabila latihan itu tidak berbobot, bermutu, berkualitas. Orang bisa saja berlatih keras sampai habis napas dan tenaga, akan tetapi isi latihannya tidak bermutu. Latihan yang berkualitas adalah: a. Apabila latihan dan dril-dril yang diberikan memang benar-benar bermanfaat dan sesuai dengan kebutuhan atlit; b. Apabila koreksi-koreksi yang tepat dan konstruktif sering diberikan; c. Apabila pengawasan dilakukan oleh pelatih sampai ke detail gerakan, dan setiap kesalahan segera diperbaiki; d. Apabila prinsip-prinsip overload diterapkan, baik dalam aspek fisik maupun mental. 5. Prinsip berpikir positif Banyak atlit yang tidak mau atau tidak berani melakukan latihan yang berat yang melebihi ambang rangsangnya. Padahal tubuh manusia biasanya mampu untuk memikul beban yang berat dari pada yang kita perkirakan. Pada biasanya atlit masalahnya terletak pada kata hatinya, bisikan kalbunya (inner speaking-nya). 6. Variasi dalam latihan Latihan yang dilakukan dengan biasanya banyak menuntut waktu, pikiran, dan tenaga. Karena itu bukan mustahil kalau latihan yang intensif dan terus-menerus kadang-kadang bisa menimbulkan rasa bosan (boredom) pada atlit. Kalau rasa bosan sudah berkecamuk pada atlit, maka gairah dan motivasinya untuk berlatih biasanya

11 menurun atau bahkan hilang sama sekali. Jelas bahwa keadaan demikian dapat menyebabkan penurunan prestasinya. 7. Prinsip individualisasi Setiap orang mempunyai perbedaan individu masing-masing. Demikian pula, setiap atlet berbeda dalam kemampuan, potensi, semangat, dan karakteristik belajarnya. Oleh karena setiap individu berbeda dalam segi fisik maupun mental, maka setiap individu akan memberikan reaksi yang berbeda-beda terhadap suatu beban latihan yang diberikan oleh pelatih. 8. Penetapan sasaran (Goal setting) Beberapa alasan mengapa penetapan sasaran sangat penting bagi atlit adalah: a. Sasaran merupakan sumber motivasi dan sumber untuk kegiatan serta dapat membangkitkan kegairahan untuk berlatih; b. Berlatih dengan tujuan tertentu dapat menambah kosentrasi, usaha, motivasi, dan semangat berlatih; c. Atlit dapat mengatur rencana kegiatannya, siasat, serta usaha-usaha untuk mencapai sasaran tersebut; d. Atlit secara mental terikat dan merasa wajib untuk mencapai sasaran tersebut; e. Mendidik sifat positif; f. Merupakan umpan balik bagi atlit maupun pelatih; g. Kalau sasaran berhasil dicapai, atlit akan memperoleh suatu kebanggaan tersendiri sehingga sukses tersebut akan mendorongnya untuk mecapai sasaran yang lebih tinggi. 9. Prinsip perbaikan kesalahan Kalau atlit selalu melakukan kesalahan gerak, maka pada waktu memperbaiki kesalahan tersebut, pelatih harus menekankan pada penyebab terjadinya kesalahan. Pelatih harus berusaha untuk secara cermat mencari dan menemukan sebab-sebab timbulnya kesalahan. Karena itu ada prinsip yang mengatakan coach couses, not symptoms. Maksudnya ialah. Latihlah sebab-sebab terjadinya kesalahan, bukan gejalanya. Hakikat Latihan Waktu Reaksi Waktu reaksi adalah interval waktu antara presentasi stimulus dan awal dari respon otot terhadap rangsangan itu. Faktor utama yang mempengaruhi respon adalah jumlah rangsangan yang mungkin, masing-masing memerlukan respons sendiri, yang dipresentasikan. Jika hanya ada satu respon yang mungkin (waktu reaksi sederhana)

12 hanya akan memakan waktu yang singkat untuk bereaksi. Jika ada tanggapan beberapa kemungkinan (pilihan waktu reaksi) maka akan memakan waktu lebih lama untuk menentukan respon untuk melakukan. Waktu reaksi adalah waktu yang diperlukan untuk memberikan respon terhadap stimulus, yaitu jarak antara mulai diberikannya stimulus sampai terjadinya permulaan respon. Contoh : pada pelari sprint, jarak waktu antara letusan pistol pada saat start hingga pergerakan awal si pelari disebut waktu reaksi. Waktu reaksi adalah sesuatu yang sulit untuk melatih, meskipun orang olahraga dapat dianggap memiliki waktu reaksi yang lebih baik dengan meningkatkan antisipasi mereka pemain lain dan dengan membuat pilihan yang lebih baik. Waktu reaksi adalah jarak waktu antara pemberian stimulus kepada seseorang sampai terjadinya reaksi otot pertama kali atau terjadinya gerakan yang pertama kali. Waktu reaksi adalah kemampuan untuk merespon dengan cepat dengan postur tubuh yang tepat dan kontrol terhadap rangsangan seperti suara atau penglihatan. Dalam banyak kasus, kecepatan lebih penting daripada kecepatan lurus ke depan. Waktu reaksi mempunyai 5 komponen menurut yaitu : 1. Munculnya stimulus pada tingat reseptor yaitu suatu struktur khusus yang sangat peka terhadap jenis-jenis rangsang tertentu. 2. Perambatan (propagation) stimulus ke susunan saraf pusat. 3. Pengiriman stimulus melalui jalur saraf dan produksi sinyal efektor yang bergerak memberi reaksi terhadap impuls yang tiba melewati neuron efferent yakni yang membawa impuls dari susunan saraf pusat. 4. Pengiriman sinyal oleh susunan saraf pusat ke otot. 5. Perangsangan/stimulus otot untuk melakukan kerja mekanis. Waktu reaksi harus dibedakan dengan waktu refleks. Waktu reaksi dapat dilatih hingga terjadi otomasi, sedangkan waktu refleks tidak. Waktu reaksi adalah respon terhadap tanda yang disadari sedangkan waktu refleks adalah reaksi terhadap respon yang tidak disadari terhadap stimulus. Adapun jenis-jenis waktu reaksi yaitu: 1. Waktu reaksi sederhana

13 Suatu respon sadar terhadap signal yang nyata/jelas dan dilakukan secara mendadak (misalnya bunyi tembakan pistol untuk memulai sprint). 2. Waktu reaksi kompleks Suatu respon sadar terhadap beberapa stimulus dan seseorang harus menentukan pilihannya (misalnya pada seseorang yang harus memencet tombol merah saat lampu merah menyala, tombol hijau saat lampu hijau menyala). Cara Meningkatkan Waktu Reaksi Meningkatkan waktu reaksi sederhana diantaranya: a) Reaksi berulang-ulang Berdasarkan atas kesiapan individu terhadap datangnya stimulus, baik visual maupun pendengaran atau perubahan kondisi dalam melaksanakan suatu keterampilan. Contohnya pada pengulangan start dengan jarak waktu yang berbeda antara siap dan aba-aba start. Perubahan jarak waktu yang dilakukan oleh pelatih akan menyebabkan reaksi yang berbeda-beda. b) Metode analitis Lebih diarahkan pada pelaksanaan keterampilan atau elemen teknik untuk mencapai kondisi yang lebih ringan (lebih mudah). c) Metode sensomotor Waktu reaksi seseorang pada jarak yang sangat kecil (micro interval). Setiap latihan seharusnya dapat dibedakan ke dalam tiga fase: Fase 1 : Aba-aba dari pelatih, atlit akan melakukan start dengan kecepatan maksimum pada jarak yang pendek (5m). Setelah pengulangan, pelatih memberitahu atlit kecepatannya. Fase 2 : Aba-aba dari pelatih, atlit akan melakukan start dengan kecepatan maksimum tetapi atlit memperkirakan waktu reaksinya sebelum pelatih memberitahu waktu sebenarnya. Atlit belajar mengetahui waktu reaksinya. Fase 3 : Atlit melakukan start dengan waktu reaksi yang ditentukan. Waktu reaksi berhubungan erat dengan konsentrasi atlit. Bila konsentrasi atlit tertuju pada gerakan yang akan dilakukan pada aba-aba start, maka waktu reaksinya memendek. Waktu reaksi juga memendek beberapa detik bila otot dalam keadaan siap.

14 METODE PENELITIAN Tempat penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Bulila Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo pada siswa kelas IV. Waktu Penelitian ini dilaksanakan dalam waktu 2 bulan yaitu dari bulan April sampai bulan Mei, dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: 1. Persiapan fasilitas lari 60 meter 2. Pengusunan program latihan dan jadwal latihan 3. Pelaksanaan program latihan 4. Pengambilan data hasil kemampuan lari 60 meter 5. Pelaporan hasil penelitian. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode eksperimen lapangan. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan oleh peneliti one grup desain pre test dan post test dengan desain atau rancangan sebagai berikut: Pre test Treatment Post test X 1 T X 2 X 1 T X 2 T Keterangan: = Pre test/tes awal = Perlakuan = Post test/tes akhir = Perlakuan Definisi Operasional Variabel Yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Sebagai variabel bebas (X) adalah Latihan waktu rekasi yang merupakan suatu bentuk latihan yang membutuhkan konsentrasi penglihatan dan pendengan serta perasa yang cukup tinggi yang dalam pelaksanaannya dilakukan dengan posisi berdiri, jongkok, duduk, tengkurap dan baring. Latihan reaksi diberikan secara terprogram serta menitikberatkan pada peningkatan kondisi fisik dan diberikan

15 secara berulang-ulang, yang dapat dilihat dari waktu yang ditermpuh selama melakukan lari dengan jarak 60 meter. Sebagai variabel terikat (Y) adalah Kecepatan lari 60 meter yang merupakan kemampuan lari dengan kecepatan maksimal mulai dari garis finis. Yang dapat diukur dengan test keterampilan atletik dalam bentuk satuan detik. 3.6 Teknik Pengumpulan Data Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah teknik tes. Langkahlangkah pelaksanaan dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1. Testi mengambil posisi yang telah ditemukan oleh peneliti. 2. Setelah aba-aba Ya testi lari dengan kecepatan penuh sampai melewati garis finish. 3. Pengambilan waktu yaitu pada saat testi melakukan start sampai melewati garis finish. 4. Data yang dicatat adalah waktu tempuh yang dicapai oleh siswa selama melakukan lari 60 meter dalam bentuk satuan detik. Teknik Analisis Data Pengujian Normalitas Data Pengujian normalitas data dimaksudkan untuk mengetahui apakah data hasil penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Melalui pengujian normalitas data dapat ditentukan pula statistik uji yang dapat digunakan dalam rangka penggujian hipotesis. Untuk pengujian normalitas data dapat dilakukan rumus sebagai berikut: Untuk Zi digunakan rumus Untuk mendapatkan F(Zi) Dilihat pada daftar distribusi normal baku. Untuk mendapatkan S(Zi) digunakan rumus Pengujian Homogenitas Data Pengujian homogenitas data dimaksudkan untuk mengetahui apakah data hasil penelitian berasal dari populasi dengan varians yang homogen. Untuk kepentingan ini maka dirasa perlu untuk melakukan pengujian terhadap dua varians untuk dua populasi. Dalam pengujian homogenitas varians populasi terdapat beberapa metode yang telah ditemukan untuk dapat digunakan, tetapi hanya dapat diuraikan metode perhitungan yang diberi nama uji Bartlett. Adapun rumus yang digunakan adalah :

16 F = Pengujian Hipotesis Statistik Uji T Untuk menguji hipotesis digunakan rumus statistik uji T sebagai berikut: Md t (Arikunto, 2006:306) 2 X d N ( N 1) Keterangan: Md = Mean dari perbedaan pre-test dengan post-test Xd = Deviasi masing-masing subjek (d-md) d = Jumlah kuadrat deviasi = Subjek pada sampel HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian yang di lapangan tepatnya di SDN 1 Bulila tentang pengaruh latihan waktu reaksi terhadap kemampuan lari 60 m pada siswa kelas IV. Maka dalam bab ini akan diuraikan hal-hal yang telah dilaksanakan di lapangan yang berhubungan dengan pengaruh latihan waktu reaksi terhadap kemampuan lari 60m baik dari rata-rata hasil capaian sebelum dilakukan tindakan maupun capaian rata-rata setelah dilakukan tindakan atau yang dinamakan hasil pre test dan hasil post test. Dari hasil penelitian di lapangan, maka diperoleh data dimana terjadi peningkatan kemampuan lari 60 m dalam olahraga atletik sebelum dilakukan tindakan dan setelah dilakukan tindakan dengan menerapkan latihan waktu reaksi. Adapun data hasil penelitian berikut ini merupakan rangkuman hasil penelitian di lapangan tepatnya di SDN 1 Bulila Tabel Rangkuman Hasil Pre Test dan Post Test Tentang Pengaruh Latihan Waktu Reaksi Terhadap Kemampuan Lari 60m Di SDN 1 Bulila Metode Selisih Pre Test Post Test Latihan Rata-Rata Skor tertinggi= 12,96 Skor tertinggi=09,98 245,32 Latihan Skor terendah= 10,47 Skor terendah= 08,22 204,16= Waktu Rata-rata= 11,15 Rata-rata= 9,28 51,63 Reaksi Standar deviasi= 1,01 Standar deviasi= 0,56

17 Varians= 1,04 Varians= 0,31 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil capaian setelah dilakukan tindakan berupa latihan waktu reaksi terhadap kemampuan lari 60m mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat pada hasil selisih rata-rata di mana data yang diperoleh sebelum (pre test) pelaksanaan tindakan berupa latihan waktu reaksi sebesar 152,9 sedangkan setelah tindakan (pos test) meningkat sebesar 191,3. Untuk lebih jelasnya akan dibahas pada hasil penelitian di bawah ini. Hasil Penelitian Dari hasil pengujian diperoleh data kemampuan pada lari jarak pendek 60m pre-test dan post-test. Hasil sebagaimana pada tabel I. TABEL I DATA HASIL PENELITIAN PRE TEST DAN POST TES NO X1 X2 GAIN (D) 1 11,22 09,85 1, ,03 09,31 1, ,50 09,57 1, ,66 08,47 2, ,53 08,85 1, ,34 08,47 1, ,00 09,55 2, ,55 09,58 2, ,31 09,12 2, ,47 08,22 2, ,00 09,59 2, ,97 08,22 2, ,59 09,56 2, ,55 08,59 1, ,25 09,26 1, ,91 09,66 2, ,88 09,50 3, ,09 09,58 2, ,15 09,60 2,55

18 20 12,90 09,66 3, ,93 09,97 2, ,96 09,98 2,98 JUMLAH 245,32 204,16 51,63 Pengujian Persyaratan Analisis Pengujian Normalitas Sebelum kita masuk pada pengujian selanjutnya, maka kita perlu mengetahui apakah kita akan mengggunakan statistik non paramettrik atau statistic parametrik, oleh karena itu perlu adanya pengujian normalitas data dari sampel yang diambil dengan menggunakan Uji Liliefors. Data yang akan dianalisis adalah data dari pre-test dan hasil dari analisis ini, berlaku untuk populasi dimana sampel berasal. Langkahlangkahnya sebagai berikut : a. Langkah pertama : Menentukan Hipotesis Pengujuian Ho : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Ha : Sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal. b. Langkah kedua : Menentukan kriteria pengujian Terima : Ho jika Lt Tolak : Ho jika > Lt Pada taraf nyata α = 0.05 ; 20 c. Langkah ketiga : Menghitung Zi, F(Zi), S(Zi), dari latihan waktu reaksi serta menyusun dalam tabel pengujian normalitas. Sebelum itu perlu diketahui nilai rata-rata dari data pre-test (X1) dan posttest (X2) serta mengetahui standar deviasi data pre-test, rumus-rumus yang digunakan yaitu : Rumus rata-rata : Keterangan : = Rata-rata (mean) : = jumlah harga X : n = jumlah sampel Rumus standar deviasi : Keterangan : Sd = Standar Deviasi : (X- )² = Kuadrat antara hasil pengurangan harag X dan rata-rata X.

19 : n-1 = Jumlah sampel dikurangi 1 Perhitungan nilai rata-rata pre-test ( ). Diketahui : 245,32 n = 22 Jadi 11,15 Riduwan, Dasar-dasar statistika cetakan III, Alfa Beta, Bandung, Hal Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, Alfa Beta, Bandung, 2002, Hal Setelah diketahui nilai rata-rata pre-test, maka dilanjutkan dengan perhitungan standar deviasi. Untuk mempermudah perhitungan, data pre-test perlu dimasukan pada tabel. Perhitungan standar deviasi data pre-test (Sd1) Diketahui : 11,15 TABEL II PERHITUNGAN STANDAR DEVIASI DATA PRE-TEST NO X1 ( ) ( )² 1 11,22 0, ,03-0,12 0, ,50 0,35 0, ,66-0,49 0, ,53-0,62 0, ,34-0,81 0, ,00 0,85 0, ,55 1,4 1, ,31 0,16 0, ,47-0,68 0, ,00 0,85 0, ,97-0,18 0, ,59 0,44 0,1936

20 14 10,55-0,6 0, ,25 0,1 0, ,91 0,76 0, ,88 1,73 2, ,09 0,94 0, , ,90 1,75 3, ,93 1,78 3, ,96 1,81 3,2761 JUMLAH 245,32 20,8725 Setelah diketahui maka dimasukan dalam rumus berikut ini = = = = = 1.01 TABEL III PERHITUNGAN UJI NORMALITAS DATA TABEL PENGUJIAN NORMALITAS DATA NO X1 Zi F(Zi) S(Zi) (F(zi)-(S(zi)) 1 10, ,47-0, , , , , , ,

21 , , , , , , , , , , , Keterangan : Untuk Zi digunakan rumus Untuk mendapatkan F(Zi) Dilihat pada daftar distribusi normal baku. Untuk mendapatkan S(Zi) digunakan rumus Dari perhitungan pada tabel III diperoleh nilai selisih yang tertinggi atau L observasi (Lo) yaitu Berdasakan tabel nilai kritis LUji Liliefors pada α = 0.01 ; n = 22, ditemukan L tabel atau (Lt) yaitu jadi L observasi (Lo) lebih kecil daripada Lt. Kriteria pengujian menyatakan bahwa jika Lo Lt, maka Ho diterima. Dengan demikian pengujian normalitas ini dapat disimpulkan bahwa sampel penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi normal, sehingga pengujian selanjutnya digunakan uji t. Pengujian Persyaratan Analisis Data yang akan dianalisis adalah data dari post-tes dan hasil dari analisis ini, berlaku untuk populasi dimana sampel berasal. Langkah-langkahnya sebagai berikut : a. Langkah pertama : Menentukan Hipotesis Pengujuian Ho : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Ha : Sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal. b. Langkah kedua : Menentukan kriteria pengujian

22 Terima : Ho jika Lt Tolak : Ho jika > Lt Pada taraf nyata α = 0.05 ; 22 c. Langkah ketiga : Menghitung Zi, F (Zi), S(Zi), dari latihan waktu reaksi serta menyusun dalam tabel pengujian normalitas. Sebelum itu perlu diketahui nilai rata-rata dari data post tes (X1) dan post tes (X2) serta mengetahui standar deviasi data pre-test, rumus-rumus yang digunakan yaitu : Rumus rata-rata : Keterangan : = Rata-rata (mean) : = jumlah harga X : n = jumlah sampel Rumus standar deviasi : Keterangan : Sd = Standar Deviasi : (X- )² = Kuadrat antara hasil pengurangan harag X dan rata-rata X. : n-1 = Jumlah sampel dikurangi 1 Perhitungan nilai rata-rata post tes ( ). Diketahui : 9,28 n = 22 Jadi 9,28 Setelah diketahui nilai rata-rata post tes, maka dilanjutkan dengan perhitungan standar deviasi. Untuk mempermudah perhitungan, data post tes perlu dimasukan pada tabel.

23 TABEL II PERHITUNGAN STANDAR DEVIASI DATA POST TES NO X2 ( ) ( )² , , JUMLAH 204,16 6,4894 Setelah diketahui maka dimasukan dalam rumus berikut ini = = =

24 = = 0,56 Pengujian Homogenitas Varians Pengujian kesamaan varians dari latihan waktu reaksi. Untuk menguji homogenitas atau kesamaan varians dari populasi yang diambil menjadi sampel penelitian pada latihan digunakaan rumuss sebagai berkut: F = Pengujian kesamaan varians atau pengujian homogenitas dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: F = F = F = 3.47 Hasil pengujian kesamaan varians. Berdasarkan hasil pengujian diperoleh F observasi (Fo) yaitu Dari tabel distribusi F atau (Ft) pada α = 0.05 ; jadi (Fo) lebih kecil dari pada (Ft)= 2.05, berdasarkan kriteria pengujian jika Fo Ft, maka Ho diterima. Dengan demikian kesimpulan pengujian ini memiliki kesamaan atau homogen. Analisis Pengujian Penelitian Berdasarkan pengujian persyaratan analisis data yang menggunakan Uji normalitas data, dengan tehnik Uji Liliefors dan Uji homoggenitas dengan tehnik Uji varians diperoleh bahwa sampel berasal dari populasi yang berdistribbusi normal dan memiliki kesamaan varians atau homogenitas, dengan pengujian selanjutnya menggunakan rumus Uji t. Dari perumusan hipotesis pertama, menyatakan bahwa terdapat pengaruh latihan waktu reaksi terhadap kemampuan pada lari jarak pendek 60 meter dan untuk membuktikan hal tersebut dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Langkah pertama : Rumusan pengujian hipotesis Ho : d = 0 : Tidak terdapat pengaruh latihan waktu reaksi terhadap kemampuan lari 60 meter. Ha : d > 0 : Terdapat pengaruh latihan waktu reaksi terhadap kemampuan lari 60 meter. langkah kedua : Menentukan kriteria pengujian

25 Terima Ho jika to tt (α = 0.05 ; pada n-1) Tolak Ho jika to > tt (α = 0.05 ; pada n-1) b. Langkah ketiga : Menentukan statistik Uji t Untuk menguji hipotesis dan pos-test pengaruh latihan waktu reaksi terhadap kemampuan lari 60 meter yang ada pada tabel 1 serta dengan menggunakan rumus uji t pasangan observasi, maka dapat diajukan dengan tehnik uji berikut ini. Subjek D d 1 1, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , Jadi dapat dihitung :

26 t = t = t = t = t = Kriteria pengujian : Berdasarakan hasil perhitungan diperoleh t observas.i.= dari tabel nilai t atau t tabel pada alfa α = 0.05; dk = n-1 (20-1 =19) diperoleh harga t tebel = dengan demikian t observasi lebih besar dari pada t tabel, kriteria pengujian menyatakan bahwa tolak Ho jika t observasi (to) > (tt), oleh karena itu Hipotesis alternative Ha dapat diterima atau terdapat pengaruh latihan waktu reaksi terhadap lari 60 meter. Ho HA HA GAMBAR 1 : Kurva Penerimaan Dan Penolakan Hipotesis Pembahasan Atletik merupakan induk dari seluruh cabang olahraga. Atletik sering dikenal dengan istilah 3L yaitu lari, lompat dan lempar. Atletik merupakan olahraga yang banyak digemari oleh anak-anak maupun orang dewasa baik tua maupun muda dan

27 bisa untuk siapa saja dalam mengembangkan minat dan bakat atau potensi yang ada dengan tidak mengeluarkan biaya besar. Atletik terdiri dari nomor jalan, lari, lompat dan lempar. Salah satu nomor dalam atletik yang dibahas dalam penelitian ini yaitu nomor lari yang lebih difokuskan pada lari jarak pendek dengan melihat kemampuan dalam melakukan waktu reaksi. Kemampuan melakukan waktu reaksi pada lari 60m ini membutuhkan latihan-latihan yang tidak mudah dan secepat mungkin. Tetapi memiliki beberapa tahapan pelatihan yang telah disusun dalam program latihan yang sitematis dan terencana dengan baik. Dalam usaha untuk meningkatkan waktu reaksi pada lari 60m sangat diperlukan bentuk-bentuk pelatihan untuk menunjang waktu reaksi tersebut. Salah satunya adalah dengan menerapkan bentuk latihan waktun reaksi.. Penelitian dengan metode eksperimen ini dimaksud untuk mengukur dan memperoleh gambaran tentang pengaruh latihan waktu reaksi terhadap kemampuan lari 60m. Berdasarkan hasil eksperimen yang telah dianalisis dengan pengujian statistik, menunjukan bahwa adanya peningkatan latihan waktu reaksi terhadap kemampuan lari 60m secara signifikan setelah dilakukannya eksperimen atau latihan kecepatan reaksi. Hal ini ini dapat dilihat pada peningkatan rata-rata pengaruh latihan latihan waktu reaksi terhadap kemampuan lari 60m yaitu, sebelum diberikan latihan waktu reaksi rata-rata teknik bermain yang diperoleh adalah 11,15 dan sesudah diberikan latihan waktu reaksi memperoleh nilai rata-rata 9,28. Dengan demikian peneliti berasumsi bahwa penerapan latihan waktu reaksi selama 2 bulan, memberikan pengaruh terhadap kemampuan lari 60m pada lari jarak pendek. Berdasarakan hasil perhitungan diperoleh t observasi.= 21,36 dari tabel nilai t atau t tabel pada alfa α = 0.05; dk = n-1 (22-1 =21) diperoleh harga t tebel = dengan demikian t observasi lebih besar dari pada t tebel, criteria pengujian menyatakan bahwa tolak Ho jika t observasi (to) > (tt), oleh karena itu Hipotesis alternative Ha dapat diterima atau terdapat pengaruh latihan waktu reaksi terhadap kemampuan lari 60m. Sehingga hipotesis H0 yang menyakan bahwa tidak terdapat pengaruh latihan waktu reaksi terhadap kemampuan lari 60m, ditolak dan menerima hipotesis HA yang menyatakan; diterima atau terdapat pengaruh latihan waktu reaksi terhadap kemampuan lari 60m.

28 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan pada BAB sebelumnya, maka hasil penelitian yang dilakukan selama 8 minggu dapat disimpulkan bahwa Terdapat pengaruh latihan waktu reaksi terhadap kemampuan lari 60m pada siswa kelas IV di SDN 1 Bulila Kab. Gorontalo. Latihan kecepatan reaksi memberikan dampak yang signifikan terhadap kemampuan lari 60m pada siswa kelas IV di SDN 1 Bulila Kab.Gorontalo. Saran Sehubungan dengan hasil penelitian yang dikemukakan diatas, maka peneliti dapat memberikan saran-saran yang kiranya dapat dijadikan pedoman bagi para peneliti dan siswa yang ada di SDN 1 Bulila Kab.Gorontalo sebagai berikut: Dalam rangka memacu atlet atletik guna meningkatkan kemampuan lari 60m, maka sangat efektif diterapkannya latihan waktu reaksi Dalam merencanakan program latihan, hendaknya dikaji dengan benar bentuk-bentuk latihan yang akan digunakan, sebab prinsip latihan Waktu reaksi berbeda dengan melatih komponen lainnya.

29 DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian. Rineka Cipta: Jakarta. Bahagia, Yoyo Pembelajaran Atletik. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Luar Biasa. Basuki, Atletik (Sejarah, Teknikdan Meiodik). Jakarta: Dikdasrnen. Basuki, Sunarya Altetik (Latihan dan Penyelenggaraan Perlombaan). PT. Pertja Offset: Jakarta. Bompa Teori dan Metodologi of Training Kudah Hunt, Publishing Company. Cart, Gerry A Atletik (untuk Sekolah). PT. Raja Grafindo: Jakarta Hamidsyah Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta: Depdikbud Harsono Prinsip-prinsip Pelatihan. FPOK: Bandung Widya, Mochamad Djumidar. A Belajar Berlatih (Gerakan-gerakan dasar Atletik dalam Bermain).PT. Rajagrafindo Persada:Jakarta. Komsim. 2005, Atletik 1, Semarang, Universitas Negeri Semarang. Muhajir,2007. Bugar Jasmaniku, Pendidkan Jasmani olahraga dan kesehatan. Jakarta: Erlangga. Soegito. 1993, Pendidikan Atletik, Jakarta Universitas terbuka Debdikbud.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian yang di lapangan tepatnya di SDN 1 Bulila tentang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian yang di lapangan tepatnya di SDN 1 Bulila tentang BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian yang di lapangan tepatnya di SDN 1 Bulila tentang pengaruh latihan waktu reaksi terhadap kemampuan lari 60 m pada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. selanjutnya dalam pelaksanaan tes dan pengukuran diperoleh data pretest (X 1 ),

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. selanjutnya dalam pelaksanaan tes dan pengukuran diperoleh data pretest (X 1 ), BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian Berdasarkan rancangan penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya, maka selanjutnya dalam pelaksanaan tes dan pengukuran diperoleh data pretest

Lebih terperinci

BAB II. KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HlPOTESIS. berlomba atau Bertanding. Istilah atletik ini juga kita jumpai dalam berbagai bahasa

BAB II. KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HlPOTESIS. berlomba atau Bertanding. Istilah atletik ini juga kita jumpai dalam berbagai bahasa BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HlPOTESIS 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hakikat Atletik Istilah atletik berasal dari kata dalam bahasa Yunani yaitu Athlon yang berarti berlomba atau Bertanding. Istilah

Lebih terperinci

RIZQI DAHLIA A. LASANDRE HENDRO KUSWORO SURIYADI DATAU

RIZQI DAHLIA A. LASANDRE HENDRO KUSWORO SURIYADI DATAU PENGARUH LATIHAN KOMBINASI LOMPAT, LARI DAN TEKNIK MENENDANG TERHADAP FREKUENSI TENDANGAN LURUS PADA PESILAT REMAJA DI PERGURUAN TAPAK SUCI KOTA GORONTALO RIZQI DAHLIA A. LASANDRE HENDRO KUSWORO SURIYADI

Lebih terperinci

PENGARUH PELATIHAN LADDER PUSH UP TERHADAP KEMAMPUAN PASSING ATAS PERMAINAN BOLA VOLI PADA SISWA KELAS OLAHRAGA SMP NEGERI 1 TELAGA

PENGARUH PELATIHAN LADDER PUSH UP TERHADAP KEMAMPUAN PASSING ATAS PERMAINAN BOLA VOLI PADA SISWA KELAS OLAHRAGA SMP NEGERI 1 TELAGA PENGARUH PELATIHAN LADDER PUSH UP TERHADAP KEMAMPUAN PASSING ATAS PERMAINAN BOLA VOLI PADA SISWA KELAS OLAHRAGA SMP NEGERI 1 TELAGA AFRIYANTO R. LANGINUSA AISAH R. POMATAHU HENDRO KUSWORO JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PENGARUH LATIHAN INTERVAL TERHADAP KECEPATAN LARI 100 METER PADA MAHASISWA PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA SEMESTER I

PENGARUH LATIHAN INTERVAL TERHADAP KECEPATAN LARI 100 METER PADA MAHASISWA PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA SEMESTER I PENGARUH LATIHAN INTERVAL TERHADAP KECEPATAN LARI 100 METER PADA MAHASISWA PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA SEMESTER I Nurhayati Liputo nurhayatiliputo@ung.ac.id Senior Edukasi Pendidikan Kepelatihan Olahraga

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kemampuan peserta didik kelas X menulis cerpen menggunakan metode latihan terbimbing, (3)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kemampuan peserta didik kelas X menulis cerpen menggunakan metode latihan terbimbing, (3) BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab IV ini dipaparkan hasil dan pembahasan penelitian, meliputi (1) kemampuan peserta didik kelas X menulis cerpen tanpa menggunakan metode latihan terbimbing,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS STATISTIK HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Dan Uji Statistik Deskriptif Kemampuan Melakukan Passing

BAB IV ANALISIS STATISTIK HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Dan Uji Statistik Deskriptif Kemampuan Melakukan Passing 1 BAB IV ANALISIS STATISTIK HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Dan Uji Statistik Deskriptif Kemampuan Melakukan Passing Atas Uji statistik deskriptif yang akan disajikan adalah penentuan rata-rata,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dari hasil pengukuran diperoleh data servis pre-test dan post-test.hasilnya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dari hasil pengukuran diperoleh data servis pre-test dan post-test.hasilnya 36 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Hasil Penelitian 4.1.1 Data Hasil Penelitian Dari hasil pengukuran diperoleh data servis pre-test dan post-test.hasilnya sebagai mana pada table

Lebih terperinci

PENGARUH LATIHAN VARIASI SPEED LADDER DRILL TERHADAP HASIL LARI SPRINT 60 METER PADA SISWA PUTRA KELAS VIII SMP NEGERI 6 KOTA JAMBI

PENGARUH LATIHAN VARIASI SPEED LADDER DRILL TERHADAP HASIL LARI SPRINT 60 METER PADA SISWA PUTRA KELAS VIII SMP NEGERI 6 KOTA JAMBI ARTIKEL ILMIAH PENGARUH LATIHAN VARIASI SPEED LADDER DRILL TERHADAP HASIL LARI SPRINT 60 METER PADA SISWA PUTRA KELAS VIII SMP NEGERI 6 KOTA JAMBI Oleh: YOGI APRIYAN HIDAYAT A1D408092 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

PENGARUH LATIHAN HOLLOW SPRINT TERHADAP HASIL LARI SPRINT 50 METER PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 6 KOTA JAMBI

PENGARUH LATIHAN HOLLOW SPRINT TERHADAP HASIL LARI SPRINT 50 METER PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 6 KOTA JAMBI PENGARUH LATIHAN HOLLOW SPRINT TERHADAP HASIL LARI SPRINT 50 METER PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 6 KOTA JAMBI RINGKASAN Atletik berasal dari bahasa Yunani, yaitu Athlon yang berarti berlomba atau bertanding.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN..Deskrisi Hasil Penelitian.. Data Hasil Penelitian Dari hasil pengukuran diperoleh data tembakan bebas berupa angka pre-test dan post-test. Hasilnya sebagai mana

Lebih terperinci

(Julian Palar, Ruskin, Zulkifli Lamusu)

(Julian Palar, Ruskin, Zulkifli Lamusu) PENGARUH PELATIHAN INTERVAL TERHADAP KECEPATAN RENANG GAYA BEBAS 25 METER MAHASISWA SEMESTER III A JURUSAN PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO (Julian Palar, Ruskin, Zulkifli Lamusu)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. mendeskripsikan pengaruh pelatihan skipping terhadap lompat jauh gaya jongkok

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. mendeskripsikan pengaruh pelatihan skipping terhadap lompat jauh gaya jongkok BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil penelitian Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini merupakan fakta empirik untuk mendeskripsikan pengaruh pelatihan skipping terhadap lompat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di lakukan oleh siswa Smp Negeri 1Tibawa yang berjumlah 22 orang. Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di lakukan oleh siswa Smp Negeri 1Tibawa yang berjumlah 22 orang. Penelitian 29 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.I Gambaran Penelitian Penelitian ini di laksanakan di SMP Negeri 1 Tibawa, serta di laksanakan selama 2 bulan sesuai dengan di keluarkanya SK penelitian, dan yang menjadi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sebagai mana pada tabel I, dalam lampiran. Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel X 1 adalah skor data

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sebagai mana pada tabel I, dalam lampiran. Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel X 1 adalah skor data BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Hasil Penelitian 4.1.1. Data Hasil Penelitian Dari hasil pengukuran diperoleh data pre-test dan post-test. hasilnya sebagai mana pada tabel I, dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1.1 Analisis Dan Uji Statistik Deskriptif Kemampuan Melakukan Smash

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1.1 Analisis Dan Uji Statistik Deskriptif Kemampuan Melakukan Smash 26 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Analisis Dan Uji Statistik Deskriptif Kemampuan Melakukan Smash Uji statistik deskriptif yang akan disajikan adalah penentuan rata-rata, (X ).varian, (S ).Standar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengolahan data dan Analisis Data

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengolahan data dan Analisis Data BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengolahan data dan Analisis Data Data yang diperoleh dari hasil tes dan pengukuran masih merupakan data mentah, supaya data tersebut memiliki makna. Maka

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dari hasil pengukuran diperoleh data hasil lompat jauh pre-test dan post-test.hasilnya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dari hasil pengukuran diperoleh data hasil lompat jauh pre-test dan post-test.hasilnya BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Data Hasil Penelitian Dari hasil pengukuran diperoleh data hasil lompat jauh pre-test dan post-test.hasilnya sebagaimana dapat dilihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dasar yang dinamis dan harmonis, yaitu jalan, lari, lompat dan lempar. Bila

BAB I PENDAHULUAN. dasar yang dinamis dan harmonis, yaitu jalan, lari, lompat dan lempar. Bila BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Atletik merupakan aktivitas jasmani yang terdiri dari gerakan-gerakan dasar yang dinamis dan harmonis, yaitu jalan, lari, lompat dan lempar. Bila dilihat dari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dari hasil pengukuran diperoleh data kemampuan lompat jauh gaya jongkok

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dari hasil pengukuran diperoleh data kemampuan lompat jauh gaya jongkok 29 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Deskripsi Hasil Penelitian 4.1.3.1Data Hasil penelitian Dari hasil pengukuran diperoleh data kemampuan lompat jauh gaya jongkok baik pre-test dan post-test,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari program pendidikan. Tidak ada pendidikan yang lengkap tanpa pendidikan jasmani, dan tidak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. STAD terhadap hasil belajar tinis meja. Maka dalam bab ini akan diuraikan hal-hal

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. STAD terhadap hasil belajar tinis meja. Maka dalam bab ini akan diuraikan hal-hal BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian yang di lapangan tepatnya di SMP Negeri 10 Kota Gorontalo tentang studi experimen model pembelajaran kooperatif tipe

Lebih terperinci

TEORI DAN METODOLOGI LATIHAN OLEH: YUNYUN YUDIANA

TEORI DAN METODOLOGI LATIHAN OLEH: YUNYUN YUDIANA TEORI DAN METODOLOGI LATIHAN OLEH: YUNYUN YUDIANA Konsep Dasar Latihan Suatu proses yang sistematis dari program aktivitas gerak jasmani yang dilakukan dalam waktu relatif lama dan berulang-ulang, ditingkatkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS STATISTIK HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kemampuan melakukan Tolak pelurugaya menyamping terhadap pengaruh latihan

BAB IV ANALISIS STATISTIK HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kemampuan melakukan Tolak pelurugaya menyamping terhadap pengaruh latihan 26 BAB IV ANALISIS STATISTIK HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 1.1.1. Deskripsi Data Penelitian Data yang dideskripsikan dalam penelitian ini adalah data hasil kemampuan melakukan Tolak

Lebih terperinci

Idris Mohamad mahasiswa pada Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga ; Drs. Ahmad Lamusu, S.Pd M.Pd dosen pada Jurusan Pendidikan Keolahragaan dan

Idris Mohamad mahasiswa pada Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga ; Drs. Ahmad Lamusu, S.Pd M.Pd dosen pada Jurusan Pendidikan Keolahragaan dan PENGARUH PELATIHAN CIRCUIT TRAINING TERHADAP PENINGKATAN VO 2 MAX DALAM CABANG OLAHRAGA PENCAK SILAT PADA MAHASISWA SEMESTER VI B JURUSAN PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA (Idris Mohamad, Ahmad Lamusu, Edy

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 SMK Negeri 1 Kota Kotamobagu 4.1.1 Profil SMK Negeri 1 Kota Kotamobagu Nama Sekolah : SMK Negeri 1 Kota Kotamobagu Nomor

Lebih terperinci

PENGARUH LATIHAN NAIK TURUN BANGKU TERHADAP JAUH LOMPATAN PADA OLAHRAGA ATLETIK NOMOR LOMPAT JAUH SISWA KELAS X SMK PGRI WLINGI KAB.

PENGARUH LATIHAN NAIK TURUN BANGKU TERHADAP JAUH LOMPATAN PADA OLAHRAGA ATLETIK NOMOR LOMPAT JAUH SISWA KELAS X SMK PGRI WLINGI KAB. PENGARUH LATIHAN NAIK TURUN BANGKU TERHADAP JAUH LOMPATAN PADA OLAHRAGA ATLETIK NOMOR LOMPAT JAUH SISWA KELAS X SMK PGRI WLINGI KAB. BLITAR Johan Kalpirtanata Fakultas Ilmu Keolahragaan, Jurusan Ilmu Keolahragaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti yang menggunakan metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti yang menggunakan metode BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode penelitian sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti yang menggunakan metode eksperimen dengan teknik pengumpulan data dengan menggunakan tes dan pengukuran.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. diinginkan. Menurut Arikunto (2006 : 3) penelitian eksperimen adalah suatu penelitian

III. METODE PENELITIAN. diinginkan. Menurut Arikunto (2006 : 3) penelitian eksperimen adalah suatu penelitian III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan suatu cara tertentu yang digunakan untuk meneliti suatu permasalahan sehingga mendapatkan hasil atau tujuan yang diinginkan. Menurut

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di sekolah MTs Negeri I Telaga Biru. Waktu pelaksanaan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di sekolah MTs Negeri I Telaga Biru. Waktu pelaksanaan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di sekolah MTs Negeri I Telaga Biru. Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan selama 2 Bulan sesuai dengan dikeluarkannya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Hasil Penelitian Variabel X 1.1 (Kelompok Latihan Push

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Hasil Penelitian Variabel X 1.1 (Kelompok Latihan Push BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian 1. Deskripsi Hasil Penelitian Variabel X 1.1 (Kelompok Latihan Push Up Sebelum Eksperimen) Skor data variabel X 1.1 dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. semu, karena itu diadakan Pre-test atau tes awal sebelum kegiatan eksperimen. Tabel 1

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. semu, karena itu diadakan Pre-test atau tes awal sebelum kegiatan eksperimen. Tabel 1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4. Deskripsi Hasil Penelitian 4.. Deskripsi Hasil Penelitian Variabel 0 (skor tes awal) Kegiatan penelitan ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperiman semu,

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA. Pengolahan data dalam suatu penelitian merupakan suatu hal yang sangat

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA. Pengolahan data dalam suatu penelitian merupakan suatu hal yang sangat BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA A. Hasil Pengolahan Data Pengolahan data dalam suatu penelitian merupakan suatu hal yang sangat penting dan mutlak dilakukan. Data yang diperoleh dari hasil pre-test

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. aturan-aturan, direncanakan oleh para peneliti untuk memecahkan

III. METODOLOGI PENELITIAN. aturan-aturan, direncanakan oleh para peneliti untuk memecahkan 35 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah cara yang dilakukan secara sistematis mengikuti aturan-aturan, direncanakan oleh para peneliti untuk memecahkan permasalahan

Lebih terperinci

PENGARUH PELATIHAN LARI ZIG ZAG TERHADAP KELINCAHAN SISWA EKSTRA KURIKULER SEPAK BOLA SMA NEGERI 2 KOTA GORONTALO

PENGARUH PELATIHAN LARI ZIG ZAG TERHADAP KELINCAHAN SISWA EKSTRA KURIKULER SEPAK BOLA SMA NEGERI 2 KOTA GORONTALO PENGARUH PELATIHAN LARI ZIG ZAG TERHADAP KELINCAHAN SISWA EKSTRA KURIKULER SEPAK BOLA SMA NEGERI 2 KOTA GORONTALO PENDAHULUAN (Jufri Mahmud, Sarjan Mile, Nurhayati Liputo) jufrimahmud@yahoo.co.id Pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sebelum eksperimen (pre test) pada kelompok siswa SMA Negeri 1 Gorontalo yang telah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sebelum eksperimen (pre test) pada kelompok siswa SMA Negeri 1 Gorontalo yang telah BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Deskripsi hasil penelitian variabel X 1 Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel X 1 adalah skor data yang diperoleh sebelum eksperimen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menghadapi era globalisasi, tantangan yang dihadapi akan semakin berat, hal ini disebabkan karena semakin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menghadapi era globalisasi, tantangan yang dihadapi akan semakin berat, hal ini disebabkan karena semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menghadapi era globalisasi, tantangan yang dihadapi akan semakin berat, hal ini disebabkan karena semakin ketatnya tingkat kompetisi antar individu, kelompok, masyarakat

Lebih terperinci

PENGARUH LATIHAN SQUAT JUMP TERHADAP KETEPATAN SMASH DALAM PERMAINAN BOLA VOLI PADA SISWA SMK NEGERI 7 PALU PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

PENGARUH LATIHAN SQUAT JUMP TERHADAP KETEPATAN SMASH DALAM PERMAINAN BOLA VOLI PADA SISWA SMK NEGERI 7 PALU PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI PENGARUH LATIHAN SQUAT JUMP TERHADAP KETEPATAN SMASH DALAM PERMAINAN BOLA VOLI PADA SISWA SMK NEGERI 7 PALU PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI Glen Novri Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi

Lebih terperinci

PENGARUH LATIHAN DRIBBLING TINGGI TERHADAP KETEPATAN SHOOTING PADA PERMAINAN OLAHRAGA BOLA BASKET SISWA PUTRA KELAS X SMK N 4 GORONTALO

PENGARUH LATIHAN DRIBBLING TINGGI TERHADAP KETEPATAN SHOOTING PADA PERMAINAN OLAHRAGA BOLA BASKET SISWA PUTRA KELAS X SMK N 4 GORONTALO PENGARUH LATIHAN DRIBBLING TINGGI TERHADAP KETEPATAN SHOOTING PADA PERMAINAN OLAHRAGA BOLA BASKET SISWA PUTRA KELAS X SMK N 4 GORONTALO Rinto Podungge, Ruskin, Syarif Hidayat kepelatihanung@rocketmail.com

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sedangkan skor data post-test adalah skor yang diambil setelah melakukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sedangkan skor data post-test adalah skor yang diambil setelah melakukan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian Skor data pre-test dalam penelitian ini adalah skor data yang diambil sebelum pelaksanaan adanya tindakan pada siswa yang menjadi sampel. Sedangkan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. sesuai dengan tujuan penelitian. Tujuan penelitian ini adalah untuk

III. METODOLOGI PENELITIAN. sesuai dengan tujuan penelitian. Tujuan penelitian ini adalah untuk 30 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah suatu cara yang dipergunakan untuk pemecahan masalah dengan teknik dan cara tertentu sehingga diperoleh hasil yang sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimental, dimana

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimental, dimana 1 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimental, dimana metode ini menuntut peneliti diminta untuk melakukan dan mengatur kondisi penelitian

Lebih terperinci

PENGARUH LATIHAN SKIPPING TERHADAP KEMAMPUAN JUMP SMASH DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS PADA SISWA KELAS VII SMP SANTA MARIA KOTA SELATAN TAHUN 2013

PENGARUH LATIHAN SKIPPING TERHADAP KEMAMPUAN JUMP SMASH DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS PADA SISWA KELAS VII SMP SANTA MARIA KOTA SELATAN TAHUN 2013 PENGARUH LATIHAN SKIPPING TERHADAP KEMAMPUAN JUMP SMASH DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS PADA SISWA KELAS VII SMP SANTA MARIA KOTA SELATAN TAHUN 2013 JAMAL AGUNTA NURHAYATI LIPUTO MARSA LIE TUMBAL JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menjadi subjek peneletian adalah siswa SMA N 1 Gorontalo yang berjumlah 15 orang.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menjadi subjek peneletian adalah siswa SMA N 1 Gorontalo yang berjumlah 15 orang. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lapangan SMA N 1 Gorontalo. Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan selama 2 bulan sesuai dengan dikeluarkanya

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Sugiyono (2009:6)

BAB III METODELOGI PENELITIAN. mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Sugiyono (2009:6) BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN KEKUATAN OTOT LENGAN DENGAN GERAKAN BENCH PRESS DAN PUSH UP TERHADAP HASIL TEMBAKAN FREE THROW DALAM PERMAINAN BOLA BASKET

PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN KEKUATAN OTOT LENGAN DENGAN GERAKAN BENCH PRESS DAN PUSH UP TERHADAP HASIL TEMBAKAN FREE THROW DALAM PERMAINAN BOLA BASKET PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN KEKUATAN OTOT LENGAN DENGAN GERAKAN BENCH PRESS DAN PUSH UP TERHADAP HASIL TEMBAKAN FREE THROW DALAM PERMAINAN BOLA BASKET Taryono, S.Pd. *) ABSTRAK Dalam proses pelatihan khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan atau bagian hidup yang tidak dapat ditinggalkan. dan kebiasaan sosial maupun sikap dan gerak manusia.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan atau bagian hidup yang tidak dapat ditinggalkan. dan kebiasaan sosial maupun sikap dan gerak manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usaha memasyarakatkan olahraga sekarang ini sudah nampak hasilnya. Hal ini ditandai dengan maraknya orang melakukan olahraga untuk kesehatan dan sebagai sarana

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN 41 BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian Pada dasarnya penelitian merupakan langkah tindak lanjut dari rasa keingintahuan penulis dalam masalah ilmu pengetahuan. Dengan kata lain penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia. Melalui olahraga dapat

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia. Melalui olahraga dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan modern manusia tidak dapat dipisahkan dari olahraga, baik sebagai arena adu prestasi maupun sebagai kebutuhan untuk menjaga kondisi tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Olahraga pada masa sekarang merupakan salah satu kebutuhan yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia. Dalam olahraga maupun berolahraga terdapat berbagai tujuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN TABEL I DATA HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN TABEL I DATA HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Hasil Penelitian Dari hasil pengukuran diperoleh data kemampuan servis bawah baik tes awal dan tes akhir, hasilnya dapat dilihat pada table berikut

Lebih terperinci

PERBEDAAN TINGKAT KESEGARAN JASMANI SISWA SDN 16 PULAU BINJAI DENGAN SDN 22 RANTAU SILANG KECAMATAN KUANTAN MUDIK

PERBEDAAN TINGKAT KESEGARAN JASMANI SISWA SDN 16 PULAU BINJAI DENGAN SDN 22 RANTAU SILANG KECAMATAN KUANTAN MUDIK PERBEDAAN TINGKAT KESEGARAN JASMANI SISWA SDN 16 PULAU BINJAI DENGAN SDN 22 RANTAU SILANG KECAMATAN KUANTAN MUDIK Misrati Kepala SDN 012 Kasang Kecamatan Kuantan Mudik misratii729@gmail.com ABSTRAK Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA. Data hasil penelitian diolah untuk distandarisasikan dengan T-Score karena

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA. Data hasil penelitian diolah untuk distandarisasikan dengan T-Score karena BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA A. Data Mentah Data hasil penelitian diolah untuk distandarisasikan dengan T-Score karena satuan nilai dua kelompok test berbeda. Hasil tes Vo2 Max dan teknik bermain

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian 4.. Data Hasil Penelitian Dari hasil pengukuran diperoleh data kemampuan overhead pass pre-test dan post-test. hasilnya sebagai mana pada tabel

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian ini diadakan Pre-test atau tes awal sebelum kegiatan eksperimen. Data hasil tes awal.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian ini diadakan Pre-test atau tes awal sebelum kegiatan eksperimen. Data hasil tes awal. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4. Deskripsi Hasil Penelitian 4.. Deskripsi Hasil Penelitian Variabel 0 (skor tes awal) Kegiatan penelitan ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperiman semu,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini akan disajikan mengenai hasil penelitian beserta interpretasinya. Penyajian hasil penelitian berdasarkan analisis statistika yang dilakukan pada tes

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Analisis Dan Uji Statistik Deskriptif Kelompok Latihan Berpasangan X 1.1

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Analisis Dan Uji Statistik Deskriptif Kelompok Latihan Berpasangan X 1.1 BAB IV HAIL PENELITIAN DAN PEMBAHAAN A. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Analisis Dan Uji tatistik Deskriptif Kelompok Latihan Berpasangan X 1.1 Uji statistik deskriptif yang akan disajikan adalah penentuan

Lebih terperinci

terbentuknya perkumpulan-perkumpulan PENDAHULUAN bola atletik dari usia pemula/ dini sampai Atletik merupakan induk dari

terbentuknya perkumpulan-perkumpulan PENDAHULUAN bola atletik dari usia pemula/ dini sampai Atletik merupakan induk dari PENDAHULUAN Atletik merupakan induk dari semua cabang olaharaga, hal ini dikarenakan di dalamnya terdapat semua unsur gerak yang ada pada semua cabang olahraga. Selain itu pula cabang olahraga ateltik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penggunaan sebuah metode dalam penelitian bertujuan agar dapat memperoleh data yang dapat mengungkap permasalahan yang ingin diselesaikan. Hal ini seperti

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Lokasi, Populasi, dan Waktu Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Lokasi, Populasi, dan Waktu Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Lokasi, Populasi, dan Waktu Penelitian Tempat pelaksanaan penelitian dilakukan di lapangan Hoki FIK UNY yang beralamatkan di Jalan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 41 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Dijelaskan oleh Sugiyono (2010 : 2) bahwa metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

Lebih terperinci

PENGARUH LATIHAN SQUAT JUMP TERHADAP LARI 80 METER PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 MARAWOLA. Muhammad Nur

PENGARUH LATIHAN SQUAT JUMP TERHADAP LARI 80 METER PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 MARAWOLA. Muhammad Nur PENGARUH LATIHAN SQUAT JUMP TERHADAP LARI 80 METER PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 MARAWOLA Muhammad Nur Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi FKIP Universitas Tadulako Kampus Bumi Tadulako Tondo

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL SMASH DENGAN METODE LATIHAN PLIOMETRIK DAN MEMPERHATIKAN PANJANG TUNGKAI

PENINGKATAN HASIL SMASH DENGAN METODE LATIHAN PLIOMETRIK DAN MEMPERHATIKAN PANJANG TUNGKAI PENINGKATAN HASIL SMASH DENGAN METODE LATIHAN PLIOMETRIK DAN MEMPERHATIKAN PANJANG TUNGKAI Dani Slamet Pratama PJKR, FPIPSKR, Universitas PGRI Semarang danislametpratama2@gmail.com Abstrak Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Lokasi dan Waktu Penelitian Jadwal yang terencana dengan baik sangat menentukan terhadap kelancaran dan kelangsungan dari pelaksanaan penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pelaksanan eksperimen pada pada kelompok siswa putri kelas VIII SMP N 3 Gorontalo yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pelaksanan eksperimen pada pada kelompok siswa putri kelas VIII SMP N 3 Gorontalo yang BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian 1. Deskripsi Hasil Penelitian Variabel X 1 (Skor Tes Awal) Dalam penelitian ini, yang menjadi variable X 1 adalah skor data yang di

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Batuda a tentang pengaruh latihan skipping terhadap kemampuan heading (Jump

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Batuda a tentang pengaruh latihan skipping terhadap kemampuan heading (Jump BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian yang di lapangan tepatnya di SMK Negeri 1 Batuda a tentang pengaruh latihan skipping terhadap kemampuan heading (Jump

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN UJI STATISTIK PENELITIAN. fakta empiris untuk menmendiskripsikan pengaruh Latiahan Plyometrik terhadap

BAB IV ANALISIS DAN UJI STATISTIK PENELITIAN. fakta empiris untuk menmendiskripsikan pengaruh Latiahan Plyometrik terhadap BAB IV ANALISIS DAN UJI STATISTIK PENELITIAN 4.1 Deskripsi Data Hasil Penelitian Data hasil yang diperoleh dalam penelitian ini merupakan kumpulan fakta empiris untuk menmendiskripsikan pengaruh Latiahan

Lebih terperinci

PENGARUH KEKUATAN OTOT TUNGKAI DAN KEKUATAN OTOT LENGAN TERHADAP AKURASI JUMP SERVIS DALAM PERMAINAN BOLA VOLI. Loan Subarno*) ABSTRAK

PENGARUH KEKUATAN OTOT TUNGKAI DAN KEKUATAN OTOT LENGAN TERHADAP AKURASI JUMP SERVIS DALAM PERMAINAN BOLA VOLI. Loan Subarno*) ABSTRAK PENGARUH KEKUATAN OTOT TUNGKAI DAN KEKUATAN OTOT LENGAN TERHADAP AKURASI JUMP SERVIS DALAM PERMAINAN BOLA VOLI Loan Subarno*) ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui pengaruh latihan

Lebih terperinci

PENGARUH PERMAINAN TRADISIONAL LOMPAT TALI TERHADAP HASIL LOMPAT TINGGI PADA SISWA KELAS X SMA N 1 GONDANG TAHUN 2014/ 2015 SKRIPSI.

PENGARUH PERMAINAN TRADISIONAL LOMPAT TALI TERHADAP HASIL LOMPAT TINGGI PADA SISWA KELAS X SMA N 1 GONDANG TAHUN 2014/ 2015 SKRIPSI. PENGARUH PERMAINAN TRADISIONAL LOMPAT TALI TERHADAP HASIL LOMPAT TINGGI PADA SISWA KELAS X SMA N 1 GONDANG TAHUN 2014/ 2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Istilah atletik berasal dari bahasa Yunani yaitu Athlon yang memiliki makna bertanding atau berlomba. Atletik juga dapat diartikan bentuk olahraga yang menjadi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. tujuan dengan sebaik mungkin dari usaha penelitian itu sendiri (Surachmad,

III. METODOLOGI PENELITIAN. tujuan dengan sebaik mungkin dari usaha penelitian itu sendiri (Surachmad, 60 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah suatu cara berfikir dan berbuat, yang dipersiapkan dengan baik untuk mengadakan suatu penelitian dan untuk mencapai suatu tujuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pandega wreksa 10 Jalan Kaliurang 5,6 Yogyakarta, latihan bertempat di

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pandega wreksa 10 Jalan Kaliurang 5,6 Yogyakarta, latihan bertempat di BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian PS PADMA berdiri pada tanggal 20 Juni 1982 yang beralamat di Jl. Pandega wreksa 10 Jalan Kaliurang 5,6 Yogyakarta, latihan bertempat

Lebih terperinci

Yan Indra Siregar. Abstrak

Yan Indra Siregar. Abstrak 120 PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN SLIDE JUMP SPRINT DENGAN LATIHAN DEPTH JUMP WITH LATERAL MOVEMENT TERHADAP PENINGKATAN POWER OTOT TUNGKAI DAN HASIL LARI 100 METER PADA MAHASISWA PKO STAMBUK 2014 TAHUN 2016

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penulis menggunakan metode eksperimen untuk membuktikan kebenaran hipotesis dan juga untuk mengetahui dampak metode latihan yang lebih baik. Eksperimen adalah

Lebih terperinci

PROFIL VO2MAX DAN DENYUT NADI MAKSIMAL PEMAIN DIKLAT PERSIB U-21

PROFIL VO2MAX DAN DENYUT NADI MAKSIMAL PEMAIN DIKLAT PERSIB U-21 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepak bola merupakan olahraga yang dikenal sejak ribuan tahun yang lalu dengan beberapa aturan permainan yang cukup menarik dan mudah diterima oleh kalangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 30 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Jadwal yang terencana dengan baik sangat menentukan terhadap kelancaran dan kelangsungan dari pelaksanaan penelitian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menghadapi era globalisasi, tantangan yang dihadapi akan semakin berat, hal ini disebabkan karena semakin ketatnya tingkat kompetisi antar individu, kelompok, masyarakat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pembelajaran, dan hasil belajar yang dicapai siswa sangat dipengaruhi oleh

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pembelajaran, dan hasil belajar yang dicapai siswa sangat dipengaruhi oleh 1 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hakikat Hasil Belajar Keberhasilan sebuah proses belajar mengajar sangat ditentukan oleh hasil belajar yang dicapai oleh siswa.

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH PENGARUH LATIHAN VARIASI MENOLAK BOLA TERHADAP HASIL TOLAK PELURU PADA SISWA PUTRA SMA N 1 MUARA BUNGO SKRIPSI

ARTIKEL ILMIAH PENGARUH LATIHAN VARIASI MENOLAK BOLA TERHADAP HASIL TOLAK PELURU PADA SISWA PUTRA SMA N 1 MUARA BUNGO SKRIPSI ARTIKEL ILMIAH PENGARUH LATIHAN VARIASI MENOLAK BOLA TERHADAP HASIL TOLAK PELURU PADA SISWA PUTRA SMA N 1 MUARA BUNGO SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Jambi untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

PENGARUH METODE LATIHAN SIRKUIT DAN METODE KONVENSIONAL TERHADAP KECEPATAN LARI SPRINT 100 METER PADA SISWA PUTRA SMA NEGERI 11 PALEMBANG

PENGARUH METODE LATIHAN SIRKUIT DAN METODE KONVENSIONAL TERHADAP KECEPATAN LARI SPRINT 100 METER PADA SISWA PUTRA SMA NEGERI 11 PALEMBANG PENGARUH METODE LATIHAN SIRKUIT DAN METODE KONVENSIONAL TERHADAP KECEPATAN LARI SPRINT 100 METER PADA SISWA PUTRA SMA NEGERI 11 PALEMBANG 1) Selvi Melianty 1) Universitas Bina Darma Jl. Ahmad Yani, Plaju,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian. Merdeka Jombor yang beralamat Jl. Tentara Pelajar, Kecamatan Sukoharjo.

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian. Merdeka Jombor yang beralamat Jl. Tentara Pelajar, Kecamatan Sukoharjo. BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat penelitian (treatment) ini dilaksanakan di Lapangan SMA Negeri 1 Tawangsari yang beralamat di Jl. Patimura No. 105,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat, Waktu, dan Sasaran Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat penelitian dilaksanakan di SMAN 27 Bandung kelas X dan XI di jalan Ustaman Bin Affan No.1, Kota Bandung, Jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga pada dasarnya dibutuhkan oleh setiap manusia, termasuk anak usia dini. Olahraga Menurut Rukmono (2012) olahraga adalah suatu kegiatan untuk melatih

Lebih terperinci

PENGARUH KEKUATAN OTOT TUNGKAI DAN KEKUATAN OTOT LENGAN TERHADAP AKURASI JUMP SERVIS DALAM PERMAINAN BOLA VOLI. Loan Subarno*) ABSTRAK

PENGARUH KEKUATAN OTOT TUNGKAI DAN KEKUATAN OTOT LENGAN TERHADAP AKURASI JUMP SERVIS DALAM PERMAINAN BOLA VOLI. Loan Subarno*) ABSTRAK PENGARUH KEKUATAN OTOT TUNGKAI DAN KEKUATAN OTOT LENGAN TERHADAP AKURASI JUMP SERVIS DALAM PERMAINAN BOLA VOLI Loan Subarno*) ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui pengaruh latihan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN LATIHAN SPEED PLAY DAN LATIHAN CIRCUIT TRAINING TERHADAP KECEPATAN LARI SPRINT 100 METER DI SMAN 4 TAMBUN SELATAN

PERBANDINGAN LATIHAN SPEED PLAY DAN LATIHAN CIRCUIT TRAINING TERHADAP KECEPATAN LARI SPRINT 100 METER DI SMAN 4 TAMBUN SELATAN PERBANDINGAN LATIHAN SPEED PLAY DAN LATIHAN CIRCUIT TRAINING TERHADAP KECEPATAN LARI SPRINT 100 METER DI SMAN 4 TAMBUN SELATAN Loan Subarno 1, Rekso Jati Wibowo 2 Universitas Islam 45 Bekasi loan_subarno@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populai, dan Sampel 1. Lokasi Penelitian Lokasi Penelitian bertempat di Lapangan basket SMAN 2 Cianjur dan di Gor Gelanggang Pemuda (GGM) Cianjur. 2. Populasi Penelitian

Lebih terperinci

ekstrakurikuler sepakbola di SMAN 3 Tambun Selatan Bekasi.

ekstrakurikuler sepakbola di SMAN 3 Tambun Selatan Bekasi. PENDAHULUAN Sepakbola merupakan salah satu cabang olahraga permainan yang sangat populer dan digemari oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia, baik di kota-kota maupun di desa-desa. Perkembangan sepakbola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Olahraga merupakan segala aktivitas fisik yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis untuk mendorong, membina dan mengembangkan potensi jasmani, rohani, dan sosial

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL PENINGKATAN KUALITAS PENULISAN KARYA ILMIAH STOK BINA GUNA, SABTU 16 SEPTEMBER 2017 PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN SIDE SHUFFLE

SEMINAR NASIONAL PENINGKATAN KUALITAS PENULISAN KARYA ILMIAH STOK BINA GUNA, SABTU 16 SEPTEMBER 2017 PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN SIDE SHUFFLE PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN SIDE SHUFFLE DENGAN LATIHAN DEPTH JUMP LEAP TERHADAP DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI PADA PEMAIN SEPAK BOLA SSB BINTANG TIMUR MEDAN TAHUN 2009 MAHMUDIN MATONDANG Jurusan Pendidikan Jasmani,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diberikan gambaran dan analisis temuan temuan yang berkaitandengan pengaruh latihan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diberikan gambaran dan analisis temuan temuan yang berkaitandengan pengaruh latihan 25 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian Data Hasil penelitian Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh di lapangan, maka dalam bab ini diberikan gambaran dan analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. istilah Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Pendidikan jasmani

BAB I PENDAHULUAN. istilah Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Pendidikan jasmani BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan olahraga di sekolah-sekolah, saat ini lebih dikenal dengan istilah Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Pendidikan jasmani sebagai komponen

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. bab ini diberikan gambaran dan analisis temuan-temuan yang berkaitan dengan

BAB IV PEMBAHASAN. bab ini diberikan gambaran dan analisis temuan-temuan yang berkaitan dengan BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh dilapangan, maka dalam bab ini diberikan gambaran dan analisis temuan-temuan yang berkaitan dengan pengaruh

Lebih terperinci

SADAM DAU NURHAYATI LIPUTO SURIYADI DATAU

SADAM DAU NURHAYATI LIPUTO SURIYADI DATAU PENGARUH LATIHAN BOX JUMP TERHADAP KEMAMPUAN MELAKUKAN LOMPAT TINGGI GAYA GULING PERUT (STRADLLE) DALAM CABANG ATLETIK PADA SISWA SMA NEGERI 2 LIMBOTO KELAS XI SADAM DAU NURHAYATI LIPUTO SURIYADI DATAU

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Batudaa pada permainan bola

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Batudaa pada permainan bola BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Proses Pelaksanaan Tindakan Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Batudaa pada permainan bola basket khususnya materi chest

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menyimpulkan data guna memecahkan suatu masalah melalui cara-cara tertentu yang

BAB III METODE PENELITIAN. menyimpulkan data guna memecahkan suatu masalah melalui cara-cara tertentu yang BAB III METODE PENELITIAN A. Metode penelitian Metode adalah cara atau jalan yang ditempuh untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan penelitian adalah untuk mengungkapkan, menggambarkan, dan menyimpulkan data

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEKUATAN MAKSIMAL OTOT TUNGKAI DAN FREKUENSI LANGKAH (CADENCE) TERHADAP KECEPATAN SPRINT

HUBUNGAN KEKUATAN MAKSIMAL OTOT TUNGKAI DAN FREKUENSI LANGKAH (CADENCE) TERHADAP KECEPATAN SPRINT 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini pendekatan ilmiah sangat diperlukan untuk memecahkan berbagai masalah di berbagai bidang, termasuk bidang olahraga. Untuk meningkatkan olahraga diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia merupakan perwujudan manusia yang bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permainan bola basket di Indonesia telah berkembang sangat pesat. Event kejuaraan olahraga

BAB I PENDAHULUAN. Permainan bola basket di Indonesia telah berkembang sangat pesat. Event kejuaraan olahraga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permainan bola basket di Indonesia telah berkembang sangat pesat. Event kejuaraan olahraga bola basket yang diselenggarakan seperti NBL (National Basketball League),

Lebih terperinci

I Made Suarsana, Addriana Bulu Baan. Pengaruh Latihan Kekuatan Otot Lengan Terhadap Ketepatan Smash dalam Permainan Bola Voli Club Sigma Palu

I Made Suarsana, Addriana Bulu Baan. Pengaruh Latihan Kekuatan Otot Lengan Terhadap Ketepatan Smash dalam Permainan Bola Voli Club Sigma Palu PENGARUH LATIHAN KEKUATAN OTOT LENGAN TERHADAP KETEPATAN SMASH DALAM PERMAINAN BOLA VOLI CLUB SIGMA PALU I Made Suarsana, Addriana Bulu Baan Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi FKIP Universitas

Lebih terperinci