Karakterisasi Dan Penentuan Kematangan Minyak Mentah (Crude Oil Langgak, Riau
|
|
- Sudirman Johan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 Karakterisasi Dan Penentuan Kematangan Minyak Mentah (Crude Oil Langgak, Riau M.Hatta I 1, Emrizal. M.T 2, S.Anita 3 1 Mahasiswa Program Studi S1 Kimia 2 Dosen Bidang Anorganik Jurusan Kimia FMIPA-UR 3 Dosen Bidang Analitik Jurusan Kimia FMIPA-UR Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Binawidya Pekanbaru, 28293, Indonesia mhattairawan@yahoo.com Abstrak. Ladang minyak Langgak adalah salah satu ladang minyak yang dikelola oleh Pemerintah Provinsi Riau yang memproduksi minyak mentah. Minyak mentah dari ladang minyak Langgak termasuk dalam minyak fraksi berat, namun karakterisasi minyak mentah ini belum sepenuhnya dipelajari secara kimia dan dipublikasi. Sebanyak 0,7 g sampel minyak mentah dari ladang minyak Langgak dikarakterisasi dengan menggunakan parameter biomarker pr/ph untuk menentukan lingkungan pengendapan, jenis serta sifat minyak bumi dan parameter metilpenantren ( MPI ) untuk menentukan tingkat kematangannya. Penelitian ini menggunakan instrumen GC-FID dan GC-MS untuk menentukan whole oil dan fraksi aromat yang terkandung dalam minyak mentah Langgak. Minyak mentah yang berasal dari ladang minyak Langgak memiliki nilai rasio pr/ph 2,43. Hasil ini menunjukkan bahwa minyak Langgak berasal dari lingkungan pengendapan perairan dan jenis minyak bumi lakustrin yang bersifat reduksi. Nilai dari metilpenantren ( MPI-1, MPI-2, MPI-3 ) yaitu 0,779 ; 0,89 ; 0,74. Berdasarkan perhitungan menggunakan parameter MPI-1 dan MPI-2 minyak ini tergolong pada minyak yang sudah matang, namun perhitungan parameter MPI-3 minyak Langgak ini telah mendekati angka kematangan minyak bumi. Kata Kunci : Minyak Mentah, Kematangan, GC-FID, GC-MS PENDAHULUAN Minyak bumi (bahasa Inggris: petroleum, dari bahasa latin petrus karang dan oleum minyak), dijuluki juga sebagai emas hitam, adalah cairan kental, coklat gelap, atau kehijauan yang mudah terbakar, yang berada di lapisan atas dari beberapa area di kerak bumi. Komponen kimia dari minyak bumi dipisahkan oleh proses destilasi, yang kemudian setelah diolah lagi menjadi minyak tanah, bensin, lilin, aspal, dan lain-lain. Minyak bumi terdiri dari campuran kompleks dari berbagai hidrokarbon, sebagian besar seri alkana, tetapi bervariasi dalam penampilan, komposisi, dan kemurniannya. Minyak bumi adalah produk akhir dari suatu rangkaian proses kimia panjang (jutaan tahun) yang diawali dari proses terawetkannya material organik berupa molekul makro (kerogen) menjadi fluida cair dan gas di dalam bumi. Struktur molekul minyak bumi sebagian besar masih mencerminkan struktur molekul material organik asal-usulnya yang sedikit mengalami perubahan gugus fungsi seperti hilangnya ikatan rangkap, terbentuknya lingkar organik dan lain-lain [1]. Materi sedimen organik dan minyak mentah mengandung berbagai senyawa (biomarker) untuk menentukan jenis senyawa yang terdapat pada organisme tertentu. Biomarker digunakan dalam industri perminyakan untuk mengindikasi kelompok genetik dari minyak bumi. Provinsi Riau khususnya pada daerah Sumatera Tengah merupakan salah satu Semirata 2013 FMIPA Unila 227
2 M.Hatta dkk: Karakterisasi Dan Penentuan Kematangan Minyak Mentah ( Crude Oil ) Langgak, Riau daerah yang kaya akan minyak bumi. Sumur minyak Langgak merupakan salah satu dari sekian banyak sumur produksi yang potensial di Sumatra tengah ini. Namun belum begitu dieksplorasi dan dieksploitasi dibandingkan dengan sumur minyak Minas dan minyak Duri. Oleh karena itu, perlu ditentukan karakterisasi dan kematangan minyak bumi di Langgak agar diketahui korelasi minyak bumi, pendistribusian, serta kualitas minyak bumi pada sumur Langgak. Dalam penelitian ini dilakukan karakterisasi dari minyak bumi Langgak seperti parameter kematangan biomarker, parameter molekuler aromatik, diagram fasa dan rasio gas-minyak (GOR) yang digunakan untuk menentukan tingkat kematangan pada sampel minyak bumi dan yang diambil dari sumur minyak bumi langgak dengan aplikasi GC dan GC-MS. Penelitian ini merupakan penelitian pendahuluan dan apabila ada kasus tumpahan minyak baik di laut dan sungai akan mudah di fingerprint atau diketahui asal usul dari minyak tersebut. Penelitian ini selain mengkarakterisasi minyak bumi Langgak juga menentukan kematangan termal. Penentuan kematangan termal minyak bumi ini berfungsi untuk menentukan apakah minyak bumi yang berasal dari Langgak ini sudah matang atau belum. Apabila minyak dinyatakan belum matang maka tidak bisa dilakukan eksploitasi dan produksi. Parameter biomarker seperti Penantren dan Metilpenantren dari fraksi aromat minyak mentah ( Crude Oil ) telah menarik banyak perhatian karna dapat memprediksi kematangan termal dari minyak bumi tersebut. Penentuan kematangan berfungsi untuk layak atau tidaknya suatu minyak bumi di produksi dan di eksploitasi. METODE PENELITIAN Sampel yang digunakan merupakan sampel minyak mentah yang berasal dari sumur minyak Langgak, Riau. Sebanyak 0,7 g sampel minyak bumi dilelehkan untuk mendapatkan Whole oil dan sampel di fraksinasi sebanyak 2 kali dengan menggunakan kolom kromatogram dan silika serta menggunakan n-heksana sebagai pelarut yang menghasilkan fraksi saturat dan aromat. Whole oil dari minyak mentah akan dianalisis menggunakan gas chromatography (GC) dan fraksi aromat akan di analisis menggunakan gas chromatography mass spectrometry (GC MS). Sampel minyak ini dianalisis dengan menggunakan gas chromatography (GC) Agilent Technologies 7890 A Series yang dilengkapi dengan detektor FID dan menggunakan kromatografi gas tipe B Model 7683 yang dilengkapi dengan detektor MSD dan diaplikasikan dengan spektroskopi massa tipe Agilent Technologies C Fraksi saturat dan aromat akan dipisahkan dengan menggunakan instrument HPLC Agilent Technologies 1200 Series. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil karakterisasi dari penelitian ini menggunakan parameter geokimia diantaranya CPI, rasio pristana/pitana ( Pr/Ph ) dan rasio isoprenoid/n-alkana ( Pr/n-C17 dan Ph/n-C18 ) dari minyak bumi Langgak dapat dilihat pada Tabel 1. Parameter-parameter geokimia pada Tabel 1 ditentukan dengan menggunakan analisis kromatografi gas ( GC-FID ) dari fraksi saturat minyak bumi Langgak yang telah dipisahkan atau difraksinasi dengan menggunakan kolom kromatografi yang dielusi dengan menggunakan pelarut n- heksan (100%). Parameter-parameter Tabel 1. Informasi analisis geokimia sampel minyak Langgak Crude Oil Analisis Geokimia CPI Pr/Ph Pr/n-C 17 Ph/n- C 18 Langgak Semirata 2013 FMIPA Unila
3 Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 Gambar 1. Kromatogram Whole Oil tersebut mencakup indeks preferensi karbon (CPI), rasio pristana/pitana dan rasio isoprenoid/n-alkana (pr/n-c 17 dan ph/n-c 18 ) yang terdapat pada kromatogram whole oil pada gambar 1. KROMATOGRAM WHOLE OIL Whole oil merupakan crude oil yang diinjeksi ke kromotografi gas (GC) yang belum terpisahnya fraksi aromat dan saturatnya. Untuk penentuan puncak alkana siklik maupun asiklik, biomarker pristana, pitana yang dilakukan dengan cara membandingkan waktu retensi dari data yang telah tertera pada kromatogram. Maka diperoleh kromotogram whole oil seperti pada Gambar 1. Pada Gambar 1 menampilkan kromotogram whole oil yang mengandung fraksi aromat, saturat dan residu. Fraksi aromat identik dengan puncak yang rendah sedangkan fraksi saturat indentik dengan puncak yang tinggi [2]. RASIO PRISTANA/PITANA Hasil analisis kromatografi gas terhadap sampel minyak bumi Langgak, diperoleh data Pr/Ph, Pr/n-C17, Ph/n-C18 untuk masing-masing sampel teranalisis seperti pada Tabel 1. Data-data tersebut digunakan untuk menentukan lingkungan pengendapan dan batuan sumbernya berdasarkan dari perbandingan rasio luas puncak dari masing-masing sampel teranalisis. Nilai pr/ph minyak bumi dari lapangan minyak mentah Langgak di cekungan Sumatera Tengah dicirikan dengan tipe minyak bumi dari lingkungan pengendapan perairan dan jenis minyak bumi lacustrin yang bersifat reduksi. Nilai pr/ph untuk sampel Langgak yaitu Menurut Didyk dkk, (1978) nilai rasio pr/ph antara 1,5 3 mengindikasikan tipe minyak bumi dari lingkungan lakustrin. Jika mengacu pendapat di atas, maka sumur produksi sumur Langgak termasuk tipe minyak lakustrin. Lingkungan pengendapan yang berasal dari lingkungan lakustrin terbentuk di bawah kondisi reduksi (lingkungan pengendapan material organik kurang oksigen). Hal ini dikarenakan rendahnya nilai Pr/Ph [3];[1]. INDEKS METILPENANTREN (MPI) Parameter kematangan dari fraksi aromat minyak bumi Langgak menggunakan parameter geokimia Metilpenantren. Parameter ini digunakan karena telah dikembangkan oleh Radke dan Welte (1983) yang belum digunakan untuk menentukan kematangan minyak bumi Langgak. Struktur dari senyawa Metilpenantren dan Penantren sebagai berikut : phenanthrene 1-methylphenanthrene 2-methylphenanthrene 3-methylphenanthrene 9-methylphenanthrene Rasio metilpenantren yang digunakan oleh ahli geokimia minyak bumi untuk menentukan kematangan termal dinyatakan dalam rumus : MPI-1 = 1,5( MP)/(P+1-MP + 9-MP) Semirata 2013 FMIPA Unila 229
4 M.Hatta dkk: Karakterisasi Dan Penentuan Kematangan Minyak Mentah ( Crude Oil ) Langgak, Riau Gambar 2. Kromatogram Massa TIC sampel Minyak Langgak MPI-2 = 3(2MP)/(P+1-MP+9-MP) (Radke dan Welte., 1983) MPI-3 =( 2MP +3MP )/(1MP+9MP) (Radke 1987; Angelin dkk,1983) P = penantren; MP = metilphenantren Gambar 2 menunjukkan Kromatogram TIC (Total Ion Kromatografi) dari fraksi aromat yang di analisis menggunakan GC- MS. Pada Gambar 2 merupakan keseluruhan ion yang terdapat pada fraksi aromat sehingga untuk menentukan senyawa Penantren dan Metilpenantren harus menentukan m/z dari masing - masing senyawa. Senyawa Metilpenantren terdapat pada m/z 192 dan senyawa Penantren terdapat pada m/z 178. Nilai dari Metilpenantren sumur minyak bumi Langgak adalah MPI-1 berkisar 0.779, MPI-2 berkisar 0.89 dan MPI-3 berkisar 0,74. Menurut Radke dan Welte (1983) nilai dari MPI-2 lebih besar dibanding dengan nilai dari MPI-1. Terlihat pada hasil analisis parameter geokimia diatas pada sumur minyak bumi Langgak nilai dari MPI-2 lebih tinggi dibandingkan dengan MPI-1. Untuk menghitung nilai dari persentase Rc (%Rc) dari sumur minyak Langgak dapat digunakan persamaan yang menghubungkan parameter aromat biomarker MPI-1 yang dinyatakan dalam persamaan : Rc = 0.6 (MPI-1) ( Radke, 1983) Dari persamaan diatas nilai dari persentase Rc ( %Rc ) dari sumur minyak bumi Langgak berkisar 0.867%. Ini dapat di simpulkan bahwa minyak bumi yang berasal dari ladang minyak bumi Langgak telah mencapai kematangan termal. Ini didasari oleh pendapat Radke (1983) bahwa nilai persentase Rc berkisar antara 0,6% hingga 1,3%. Menurut Radke 1987; Angelin dkk,1983 bahwa nilai MPI-3 yang berkisar antara 0,8-1.0 menyatakan minyak yang di teliti telah mencapai kematangan termal. Dalam penelitian ini, minyak Langgak mempunyai nilai MPI-3 sebesar ini membuktikan bahwa menurut parameter MPI-3 minyak Langgak Mendekati angka kematangan termal. KESIMPULAN Nilai dari rasio Pr/Ph berkisar 2.43 yang menandakan bahwa minyak bumi Langgak berasal dari lingkungan pengendapan perairan dan jenis minyak bumi lakustrin yang bersifat reduksi. Nilai dari Metilpenantren Indeks sumur Minyak Bumi Langgak adalah MPI-1 berkisar dan 230 Semirata 2013 FMIPA Unila
5 Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 MPI-2 berkisar Persentase Rc ( %Rc ) dari data adalah 0.867% menandakan bahwa minyak dari sumur minyak bumi langgak telah mencapai kematangan termal. Nilai dari MPI-3 sumur minyak Langgak adalah 0.74, sehingga merurut parameter MPI-3 minyak Langgak ini mendekati angka kematangan termal. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Emrizal M Tamboesai M.Si M.H yang telah sabar membimbing dalam penelitian ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada ibu Dr. Sofia Anita M.Sc yang banyak memberikan saran dan masukan yang membangun untuk peneliti selama penelitian ini berlangsung. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada bapak Erfan Yunis, ST dan kakak Evi Sudharyanti yang telah membimbing saat proses penelitian. DAFTAR PUSTAKA Powell and Kirdy., The Effect of source material, rock type and diagenesis o0n the n-alkane content sediments. Geochim. Cosmochim, Acta, 37, Tamboesai, E.M., Korelasi Antar Minyak Bumi Dari Sumur Produksi Sumatera Tengah. Tesis Program Pasca Sarjana, Bidang Studi Ilmu Kimia, Universitas Indonesia, Depok Didyk B.M., Simoneit B.R.T., Brassel S.C and Englinton G., Organic Geochemical Indicator of Paleoenviromental conditions of sedimentation Nature Radke, M.and Welte, D.H., The methylphenanthrene index (MPI): a maturity parameters based on aromatic hydrocarbons. In: Bjoroy, M. (Ed.), Advances in Organic Geochemistry Wiley, Chichester, pp Radke, M., Organic geochemistry of aromatic hydro-carbons. In: Brooks, J., Welte, D. (Eds.), Advances in 730 K. Stojanovic et al. /Organic Geochemistry 32 (2001) Petroleum Geochemistry, Vol. 2. Academic Press, London, pp Angelin, M.L., Collignan, A., Bellocq, J., Oudin, J.L., Ewald,M., Investigation of polycyclic aromatic hydrocarbonsin source rock bitumens and petroleums by high pressureliquid chromatography. Comptes Rendues de l cademie dessciences Paris, Series II 296, Semirata 2013 FMIPA Unila 231
6
PENENTUAN KEMATANGAN MINYAK BUMI (CEUDE OIL) SUMUR MINYAK PETAPAHAN-KAMPAR, RIAU DENGAN MENGGUNAKAN PARAMETER ISOPRENOID
PENENTUAN KEMATANGAN MINYAK BUMI (CEUDE OIL) SUMUR MINYAK PETAPAHAN-KAMPAR, RIAU DENGAN MENGGUNAKAN PARAMETER ISOPRENOID Fazlin 1, Emrizal M. Tamboesai 2, Halida Sophia 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Kimia
Lebih terperinciPenggunaan Parameter Geokimia Isoprenoid untuk Menentukan Tingkat Kematangan Minyak Bumi (Crude Oil) Sumur Minyak Langgak Riau
Penggunaan Parameter Geokimia Isoprenoid untuk Menentukan Tingkat Kematangan Minyak Bumi (Crude Oil) Sumur Minyak Langgak Riau Emrizal Mahidin Tamboesai Jurusan Kimia FMIPA,Universitas Riau, Pekanbaru,
Lebih terperinciKARAKTERISASI BIOMARKER DAN PENENTUAN KEMATANGAN TERMAL MINYAK MENTAH (CRUDE OIL) DARI SUMUR MINYAK MINAS (OSM-1)
KARAKTERISASI BIOMARKER DAN PENENTUAN KEMATANGAN TERMAL MINYAK MENTAH (CRUDE OIL) DARI SUMUR MINYAK MINAS (OSM-1) R. Oktaviani 1, E. M. Tamboesai 2, A. Awaluddin 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Kimia 2
Lebih terperinciKAJIAN KORELASI GENETIKA GEOKIMIA MOLEKULAR MINYAK BUMI CEKUNGAN SUMATRA TENGAH, RIAU
ISSN 2085-0050 KAJIAN KORELASI GENETIKA GEOKIMIA MOLEKULAR MINYAK BUMI CEKUNGAN SUMATRA TENGAH, RIAU Emrizal Mahidin Tamboesai Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau
Lebih terperinciPENENTUAN TINGKAT KEMATANGAN TERMAL MINYAK MENTAH PENDALIAN IV KOTO, ROKAN HULU BERDASARKAN PARAMETER INDEKS METILPHENANTREN
PENENTUAN TINGKAT KEMATANGAN TERMAL MINYAK MENTAH PENDALIAN IV KOTO, ROKAN HULU BERDASARKAN PARAMETER INDEKS METILPHENANTREN 1 Rendi Ilham, 2 Emrizal M. Tamboesai, 2 Halida Sophia 1 Mahasiswa Program Studi
Lebih terperinciPENGGUNAAN PARAMETER GEOKIMIA UNTUK MENENTUKAN KEMATANGAN MINYAK BUMI DARI SUMUR PRODUKSI LIRIK, RIAU
PENGGUNAAN PARAMETER GEOKIMIA UNTUK MENENTUKAN KEMATANGAN MINYAK BUMI DARI SUMUR PRODUKSI LIRIK, RIAU APLLIED GEOCHEMISTRY PARAMETERS TO DETERMINE THE MATURITY OF CRUDE OIL FROM OIL PRODUCTION WELLS LIRIK,
Lebih terperinciBAB IV GEOKIMIA PETROLEUM
BAB IV GEOKIMIA PETROLEUM 4.1 Analisis Sampel Sampel yang dianalisis dalam studi ini berupa sampel ekstrak dari batuan sedimen dan sampel minyak (Tabel 4.1). Sampel-sampel ini diambil dari beberapa sumur
Lebih terperinciKORELASI MINYAK BUMI BLOK BANGKO ROKAN HILIR DENGAN MINYAK BUMI DURI-BENGKALIS, RIAU MENGGUNAKAN PARAMETER GEOKIMIA MOLEKULER
KORELASI MINYAK BUMI BLOK BANGKO ROKAN HILIR DENGAN MINYAK BUMI DURI-BENGKALIS, RIAU MENGGUNAKAN PARAMETER GEOKIMIA MOLEKULER Fitri Ilya 1, Emrizal Mahidin Tamboesai 2, Akmal Mukhtar 2 1 Mahasiswa Program
Lebih terperinciPERBANDINGAN GEOICIMIA MOLEKULAR MINYAK BUMI SUMUR PRODUICSI DURI, LANGGAK DAN MINAS, RIAU
PERBANDINGAN GEOICIMIA MOLEKULAR MINYAK BUMI SUMUR PRODUICSI DURI, LANGGAK DAN MINAS, RIAU Emrizal Mahidin Tamboesai Jurusan Sain Kimia Universitas Riau Kampus Bina Widya Km 12,5 Simpang Panam, Pekanbaru-28293
Lebih terperinciPENGGUNAAN ZEOLIT Y SINTESIS SEBAGAI PENYARING MINYAK BUMI ASAL DlURI RIAU
PENGGUNAAN ZEOLIT Y SINTESIS SEBAGAI PENYARING MINYAK BUMI ASAL DlURI RIAU Emrizal Mahidin Tamboesai Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengatahuan Alam, Universitas Riau emrizaltamboesai@gmail.
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI Korelasi geokimia petroleum merupakan salah satu pendekatan untuk pemodelan geologi, khususnya dalam memodelkan sistem petroleum. Oleh karena itu, studi ini selalu dilakukan dalam
Lebih terperinciKAJIAN GEOKIMIA MOLEKULAR MINYAK BUMI SUMURPRODUKSI DURI, LANGGAK DAN MINAS, RIAU
Abstrak KAJIAN GEOKIMIA MOLEKULAR MINYAK BUMI SUMURPRODUKSI DURI, LANGGAK DAN MINAS, RIAU Emrizal Mahidin Tamboesai Jurusan Sain Kimia Universitas Riau Kampus Bina Widya Km 12,5 Simpang Panam, Pekanbaru-28293
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi merupakan penggerak di seluruh aspek kehidupan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Energi diartikan sebagai daya (kekuatan) yang dapat digunakan untuk melakukan
Lebih terperinciGeokimia Minyak & Gas Bumi
Geokimia Minyak & Gas Bumi Geokimia Minyak & Gas Bumi merupakan aplikasi dari ilmu kimia yang mempelajari tentang asal, migrasi, akumulasi serta alterasi minyak bumi (John M. Hunt, 1979). Petroleum biasanya
Lebih terperincikimia MINYAK BUMI Tujuan Pembelajaran
K-13 kimia K e l a s XI MINYAK BUMI Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami definisi dan pembentukan minyak bumi. 2. Memahami fraksi-fraksi
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Batuan Induk Batuan induk merupakan batuan sedimen berbutir halus yang mampu menghasilkan hidrokarbon. Batuan induk dapat dibagi menjadi tiga kategori (Waples, 1985), di antaranya
Lebih terperinciBab IV Hasil Analisis dan Diskusi
Bab IV Hasil Analisis dan Diskusi IV.1 Kekayaan dan Kematangan Batuan Induk IV.1.1 Kekayaan Kekayaan batuan induk pada daerah penelitian dinilai berdasarkan kandungan material organik yang ada pada batuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. spasial atau koordinat-koordinat geografi. Sistem Informasi Geografis memiliki
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sistem Informasi Geografis merupakan sistem informasi berbasis komputer yang dirancang untuk bekerja dengan data yang tereferensi secara spasial atau koordinat-koordinat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Zona Kendeng memiliki sistem minyak dan gas bumi yang masih terus
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Zona Kendeng memiliki sistem minyak dan gas bumi yang masih terus didiskusikan para ahli. Kegiatan eksplorasi yang dilakukan pada zona ini diawali dengan
Lebih terperinciKANDUNGAN MATERIAL ORGANIK DAN SIFAT GEOKIMIA BATULEMPUNG PALEOGEN DAN NEOGEN DI CEKUNGAN SERAYU: Suatu Analisis Potensi Batuan Induk Hidrokarbon
KANDUNGAN MATERIAL ORGANIK DAN SIFAT GEOKIMIA BATULEMPUNG PALEOGEN DAN NEOGEN DI CEKUNGAN SERAYU: Suatu Analisis Potensi Batuan Induk Hidrokarbon E. Slameto, H. Panggabean dan S. Bachri Pusat Survei Geologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Minyak bumi merupakan senyawa kimia yang sangat kompleks, sebagai
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Minyak bumi merupakan senyawa kimia yang sangat kompleks, sebagai gabungan antara senyawa hidrokarbon (unsur karbon dan hidrogen) dan nonhidrokarbon (unsur oksigen,
Lebih terperinciA. Pembentukan dan Komposisi Minyak Bumi
A. Pembentukan dan Komposisi Minyak Bumi Istilah minyak bumi diterjemahkan dari bahasa latin (petroleum), artinya petrol (batuan) dan oleum (minyak). Nama petroleum diberikan kepada fosil hewan dan tumbuhan
Lebih terperinciBab I Pendahuluan. Peta lokasi daerah penelitian yang berada di Cekungan Jawa Timur bagian barat (Satyana, 2005). Lokasi daerah penelitian
Bab I Pendahuluan I.1 Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian adalah studi batuan induk hidrokarbon di Cekungan Jawa Timur bagian barat (Gambar I.1), sedangkan objek penelitian meliputi data geokimia
Lebih terperinciKAJIAN BIOMARKER STEARANA UNTUK MENUNJUKKAN HUBUNGAN GENETIK MINYAK BUMI DURI RIAU, CEKUNGAN SUMATERA TENGAH
SNHKI 2011 KAJIAN BIOMARKER STEARANA UNTUK MENUNJUKKAN HUBUNGAN GENETIK MINYAK BUMI DURI RIAU, CEKUNGAN SUMATERA TENGAH Emrizal Mahidin Tamboesai Jurusan Sain Kimia Universitas Riau Kampus Bina Widya Km
Lebih terperinciKajian Geokimia Molekular : Studi KasusKematangan Minyak Bumi Duri Riau, Cekungan Sumatera Tengah
Kajian Geokimia Molekular : Studi KasusKematangan Minyak Bumi Duri Riau, Cekungan Sumatera Tengah Emrizal Mahidin Tamboesai Jurusan Kimia FMIPA,Universitas Riau, Pekanbaru, Indonesia Email: emrizaltamboesai@gmail.com
Lebih terperinci1.2 MAKSUD DAN TUJUAN MAKSUD
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Hidrokarbon masih menjadi sumber energi utama di dunia yang digunakan baik di industri maupun di masyarakat. Bertolak belakang dengan meningkatnya permintaan, hidrokarbon
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lapangan Devon merupakan salah satu lapangan migas yang sudah berproduksi, dimana lapangan tersebut adalah bagian dari Blok Jabung yang dikelola oleh Petrochina Indonesia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam melakukan eksplorasi hingga pengembangan lanjut di daerah suatu lapangan, diperlukan pemahaman akan sistem petroleum yang ada. Sistem petroleum mencakup batuan
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hidrokarbon Alifatik (n-alkana) 4.1.1. Identifikasi hidrokarbon alifatik Identifikasi hidrokarbon alifatik (n-alkana) dilakukan dengan melihat kromatogram senyawa alifatik
Lebih terperinciRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pelajaran : SMA Kelas/Semester : X/2 Mata Pelajaran Materi Pokok Sub Materi Pokok Alokasi Waktu : Kimia : Hidrokarbon : Minyak Bumi : 2 x 45 menit Standar Kompetensi
Lebih terperinciFakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Binawidya, Pekanbaru, 28293, Indonesia
KAJIAN BIOMARKER MINYAK BUMI KULIM KM 7, DURI-BENGKALIS, RIAU DENGAN MINYAK BUMI BANGKO-ROHIL DALAM MENENTUKAN KORELASI, KEMATANGAN DAN LINGKUNGAN PENGENDAPAN Orititovya 1, Emrizal Mahidin Tamboesai 2,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
35 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Distribusi Temperatur Pirolisis Terhadap Waktu Pirolisis dilakukan dengan variasi tiga temperatur yaitu 400 C, 450 C, dan 500 C pada variasi campuran batubara dan plastik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam memenuhi kebutuhan minyak dan gas bumi di dunia, dibutuhkan pengembangan dalam mengeksplorasi dan memproduksi minyak dan gas bumi tersebut. Oleh karena
Lebih terperinciKORELASI KARAKTER BIOMARKA BATUBARA MEDIUM RANK KALIMANTAN TIMUR DENGAN PRODUK PENCAIRANNYA
KORELASI KARAKTER BIOMARKA BATUBARA MEDIUM RANK KALIMANTAN TIMUR DENGAN PRODUK PENCAIRANNYA Latar Belakang SUMBER ENERGI 1. Pendahuluan Kompatibel Kurang Kompatibel Minyak Bumi Gas Alam Batubara Bahan
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Katalis CaO Terhadap Kuantitas Bio Oil
BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Katalis CaO Terhadap Kuantitas Bio Oil Kuantitas bio oil ini menunjukkan bahwa banyaknya dari massa bio oil, massa arang dan massa gas yang dihasilkan dari proses pirolisis
Lebih terperinciBIOMARKER SEBAGAI INDEKS KEMATANGAN TERMAL MINYAK BUMI LAPANGAN TARAKAN
BIOMARKER SEBAGAI INDEKS KEMATANGAN TERMAL MINYAK BUMI LAPANGAN TARAKAN Ine Mustikasari Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Jakarta, Jln Pemuda 10 Rawamangun,
Lebih terperinciGambar 4.1. Perbandingan Kuantitas Produk Bio-oil, Gas dan Arang
Persentase hasil BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Persentase Plastik dan Cangkang Sawit Terhadap Kuantitas Produk Pirolisis Kuantitas bio-oil ini menunjukkan seberapa banyak massa arang, massa biooil, dan
Lebih terperinciBIOMARKER SEBAGAI INDIKATOR PARAMETER BATUAN SUMBER DAN LINGKUNGAN PENGENDAPAN BATUAN SUMBER MINYAK BUMI LAPANGAN TARAKAN KALIMANTAN TIMUR - INDONESIA
BIOMARKER SEBAGAI INDIKATOR PARAMETER BATUAN SUMBER DAN LINGKUNGAN PENGENDAPAN BATUAN SUMBER MINYAK BUMI LAPANGAN TARAKAN KALIMANTAN TIMUR - INDONESIA Ine Mustikasari Jurusan Kimia, Fakultas Matematika
Lebih terperinciAPAKAH LUMPUR DI SIDOARJO MENGANDUNG SENYAWA HIDROKARBON?
APAKAH LUMPUR DI SIDOARJO MENGANDUNG SENYAWA HIDROKARBON? Oleh: Didi S. Agustawijaya dan Feny Andriani Bapel BPLS I. Umum Hidrokarbon adalah sebuah senyawa yang terdiri dari unsur karbon (C) dan hidrogen
Lebih terperinciKEMATANGAN MOLEKULER FRAKSI HIDROKARBON AROMATIK CORE BADAK 1/208 MUARA BADAK, KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR: SUATU TINJAUAN KUALITATIF
KEMATANGAN MOLEKULER FRAKSI HIDROKARBON AROMATIK CORE BADAK 1/208 MUARA BADAK, KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR: SUATU TINJAUAN KUALITATIF R. Arizal Firmansyah 1 dan R.Y. Perry Burhan 2 ABSTRAK Kajian
Lebih terperinciPENGARUH SUHU PIROLISIS TERHADAP SENYAWA POLYCYCLIC AROMATIC HYDROCARBON (PAH) DAN ASAM ORGANIK DARI ASAP CAIR CANGKANG KELAPA SAWIT SKRIPSI
PENGARUH SUHU PIROLISIS TERHADAP SENYAWA POLYCYCLIC AROMATIC HYDROCARBON (PAH) DAN ASAM ORGANIK DARI ASAP CAIR CANGKANG KELAPA SAWIT SKRIPSI FADIL RAHMAD SIREGAR 110822027 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS METEMATIKA
Lebih terperinciMinyak dan gas bumi merupakan sumber energi yang. tidak dapat diperbaharui. Kebutuhan minyak bumi tidak hanya
BAB PENDAHULUAN Minyak dan gas bumi merupakan sumber energi yang tidak dapat diperbaharui. Kebutuhan minyak bumi tidak hanya sebagai sumber energi saja, tetapi juga sebagai bahan baku plastik, pupuk, pestisida
Lebih terperinciFAKULTAS TEKNIK DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO
UNIVERSITAS DIPONEGORO KORELASI ANTARA BATUAN INDUK DAN MINYAK BUMI BERDASARKAN ANALISIS GEOKIMIA HIDROKARBON PADA SUMUR LUK-2, SUB-CEKUNGAN JAMBI, CEKUNGAN SUMATRA SELATAN TUGAS AKHIR LUKLUK MAHYA RAHMAH
Lebih terperinciPEMISAHAN MINYAK PELUMAS (BASE OIL) DARI MINYAK BUMI ASAL BANGKO, ROHIL-RIAU DENGAN ZEOLIT A DARI ABU LAYANG
PEMISAHAN MINYAK PELUMAS (BASE OIL) DARI MINYAK BUMI ASAL BANGKO, ROHIL-RIAU DENGAN ZEOLIT A DARI ABU LAYANG Emrizal Mahidin Tamboesai Bidang Kimia Anorganik, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu
Lebih terperinciPROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9 PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT 6-7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
HUBUNGAN KEKERABATAN MINYAK BUMI PADA ANTIKLIN GABUS DI DAERAH GROBOGAN DAN ANTIKLIN KAWENGAN DI DAERAH BOJONEGORO CEKUNGAN JAWA TIMUR UTARA BERDASARKAN DATA BIOMARKER Arif Zainudin 1* Donatus Hendra Amijaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lapangan minyak baru di Indonesia diyakini masih tinggi walaupun semakin sulit
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan eksplorasi minyak dan gas bumi menjadikan penelitian dan pengoptimalan studi cekungan lebih berkembang sehingga potensi untuk mencari lapangan
Lebih terperinciKromatografi Gas-Cair (Gas-Liquid Chromatography)
Kromatografi Gas-Cair (Gas-Liquid Chromatography) Kromatografi DEFINISI Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran didasarkan atas perbedaan distribusi dari komponen-komponen campuran tersebut diantara
Lebih terperinci4. Hasil dan Pembahasan
4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Pembuatan Asap Cair Asap cair dari kecubung dibuat dengan teknik pirolisis, yaitu dekomposisi secara kimia bahan organik melalui proses pemanasan tanpa atau sedikit oksigen
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium Kimia Organik, Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Lampung.
Lebih terperinciKARAKTERISASI DAN KORELASI GEOKIMIA BATUAN INDUK DAN MINYAK DI BLOK JABUNG, SUB-CEKUNGAN JAMBI, CEKUNGAN SUMATRA SELATAN TUGAS AKHIR
KARAKTERISASI DAN KORELASI GEOKIMIA BATUAN INDUK DAN MINYAK DI BLOK JABUNG, SUB-CEKUNGAN JAMBI, CEKUNGAN SUMATRA SELATAN TUGAS AKHIR Disusun untuk memenuhi syarat menyelesaikan sarjana S1 Program Studi
Lebih terperinciUNIVERSITAS DIPONEGORO ANALISIS GEOKIMIA HIDROKARBON DAN ESTIMASI PERHITUNGAN VOLUME HIDROKARBON PADA BATUAN INDUK AKTIF, CEKUNGAN JAWA TIMUR UTARA
UNIVERSITAS DIPONEGORO ANALISIS GEOKIMIA HIDROKARBON DAN ESTIMASI PERHITUNGAN VOLUME HIDROKARBON PADA BATUAN INDUK AKTIF, CEKUNGAN JAWA TIMUR UTARA TUGAS AKHIR SYAHRONIDAVI AL GHIFARI 21100113120019 FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan industri baik lokal maupun global yang membutuhkan minyak bumi sebagai sumber energi mengakibatkan semakin tingginya tuntutan dalam meningkatkan kegiatan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Prasarana jalan berkaitan erat dengan pertumbuhan pembangunan di berbagai
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prasarana jalan berkaitan erat dengan pertumbuhan pembangunan di berbagai sendi kehidupan manusia karena merupakan fasilitas yang sangat vital dalam mendukung pergerakan
Lebih terperinciEKSTRAKSI ASPHALTENE DARI MINYAK BUMI
EKSTRAKSI ASPHALTENE DARI MINYAK BUMI Adharatiwi Dida Siswadi dan Gita Permatasari Jurusan Teknik Kimia, Fak. Teknik, Universitas Diponegoro Jln. Prof. Soedarto, Tembalang, Semarang, 50239, Telp/Fax: (024)7460058
Lebih terperinciKIMIA ANALITIK (Kode : D-04)
SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA V Kontribusi Kimia dan Pendidikan Kimia dalam Pembangunan Bangsa yang Berkarakter Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP UNS Surakarta, 6 April 2013
Lebih terperinciPengolahan Minyak Bumi
Primary Process Oleh: Syaiful R. K.(2011430080) Achmad Affandi (2011430096) Allief Damar GE (2011430100) Ari Fitriyadi (2011430101) Arthur Setiawan F Pengolahan Minyak Bumi Minyak Bumi Minyak bumi adalah
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Januari 2012 sampai bulan Juni 2012 di
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Januari 2012 sampai bulan Juni 2012 di Laboratorium Biomasa Terpadu Universitas Lampung. 3.2. Alat dan
Lebih terperinciPENELITIAN BATUAN INDUK (SOURCE ROCK) HIDROKARBON DI DAERAH BOGOR, JAWA BARAT
PENELITIAN BATUAN INDUK (SOURCE ROCK) HIDROKARBON DI DAERAH BOGOR, JAWA BARAT Praptisih 1, Kamtono 1, dan M. Hendrizan 1 1 Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI, Jl. Sangkuriang Bandung 40135 E-mail: praptisih@geotek.lipi.go.id
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Bahan dan Peralatan 3.1.1 Bahan yang digunakan Pada proses distilasi fraksionasi kali ini bahan utama yang digunakan adalah Minyak Nilam yang berasal dari hasil penyulingan
Lebih terperinciUNIVERSITAS DIPONEGORO
UNIVERSITAS DIPONEGORO EVALUASI BATUAN INDUK FORMASI TANJUNG BERDASARKAN DATA GEOKIMIA HIDROKARBON PADA LAPANGAN ROSSA DI CEKUNGAN MAKASSAR SELATAN, INDONESIA TUGAS AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat
Lebih terperinciGeokimia Organik 5. Pembentukan dan Komposisi Minyak Bumi - Pembentukan Minyak Bumi - Pentingnya Waktu dan Suhu dalam Pembentukan Minyak Bumi
Geokimia Organik 5. Pembentukan dan Komposisi Minyak Bumi - Pembentukan Minyak Bumi - Pentingnya Waktu dan Suhu dalam Pembentukan Minyak Bumi - Migrasi Hidrokarbon - Komposisi Minyak Bumi - Terbentuknya
Lebih terperinciIV. PEMBAHASAN A. KARAKTERISIK BAHAN BAKU
IV. PEMBAHASAN A. KARAKTERISIK BAHAN BAKU Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah tongkol jagung yang merupakan varietas jagung Hawaii dan memiliki umur tanam 9 hari. Varietas jagung ini
Lebih terperinciKROMATOGRAFI. Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc.
KROMATOGRAFI Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc. Tujuan Pembelajaran 1. Mahasiswa memahami pengertian dari kromatografi dan prinsip kerjanya 2. Mahasiswa mengetahui jenis-jenis kromatografi dan pemanfaatannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Blok Mambruk merupakan salah satu blok eksplorasi dan eksploitasi minyak dan gas bumi yang terdapat pada Cekungan Salawati yang pada saat ini dikelola oleh PT. PetroChina
Lebih terperinciIsolasi Rhodinol dari Minyak Sereh Jawa Menggunakan Metode Kromatografi Kolom Tekan
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 Isolasi Rhodinol dari Minyak Sereh Jawa Menggunakan Metode Kromatografi Kolom Tekan Endah Sayekti 1*, Ajuk Sapar 1, Fitririyanti 1, Titin Anita Zaharah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tempat terbentuk dan terakumulasinya hidrokarbon, dimulai dari proses
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Eksplorasi hidrokarbon memerlukan pemahaman mengenai cekungan tempat terbentuk dan terakumulasinya hidrokarbon, dimulai dari proses terbentuknya cekungan, konfigurasi
Lebih terperinciANALISIS KOMPONEN KIMIA MINYAK ATSIRI DARI DAUN JERUK BALI MERAH (Citrus maxima (Burm.) Merr) SECARA KROMATOGRAFI GAS SPEKTROSKOPI MASSA (GC-MS)
ANALISIS KOMPONEN KIMIA MINYAK ATSIRI DARI DAUN JERUK BALI MERAH (Citrus maxima (Burm.) Merr) SECARA KROMATOGRAFI GAS SPEKTROSKOPI MASSA (GC-MS) SKRIPSI RENA SINAGA 110822022 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS
Lebih terperinciAnalisis Fisiko Kimia
Analisis Fisiko Kimia KROMATOGRAFI Oleh : Dr. Harmita DEFINISI Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran didasarkan atas perbedaan distribusi dari komponen-komponen campuran tersebut diantara dua fase,
Lebih terperinciOLEH : Ayu Puji Budiarti ( ) Pembimbing : Prof. Dr. R. Y. Perry Burhan
OLEH : Ayu Puji Budiarti (1405 100 050) Pembimbing : Prof. Dr. R. Y. Perry Burhan Kelangkaan minyak bumi batubara cukup banyak bentuk batubara kurang efektif analisa senyawa biomarka pencairan batubara
Lebih terperinciREAKSI KURKUMIN DAN METIL AKRILAT DENGAN ADANYA ION ETOKSI
REAKSI KURKUMIN DAN METIL AKRILAT DENGAN ADANYA IN ETKSI leh : Rahma Rahayu Dinarlita NRP. 1406 100 026 Dosen Pembimbing Drs. Agus Wahyudi, MS. Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Lebih terperinciPrinsip dasar alat spektroskopi massa: ANALISIS MASSA. Fasa Gas (< 10-6 mmhg)
Spektroskopi Massa Spektroskopi Masssa adalah alat untuk mendapatkan BERAT MOLEKUL. Alat ini mengukur m/z, yaitu perbandingan MASSA terhadap muatan (umumnya muatan +1). Contoh: Spektroskopi Massa Prinsip
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Bentonit diperoleh dari bentonit alam komersiil. Aktivasi bentonit kimia. Aktivasi secara kimia dilakukan dengan merendam bentonit dengan menggunakan larutan HCl 0,5 M yang bertujuan
Lebih terperinciS K R I P S I. KOMPOSISI KIMIA MINYAK ATSIRI KULIT BUAH DAN DAUN JERUK MANIS (Citrus sinensis, sp) ASAL EBAN TIMOR OLEH ALFRIDA TAOLIN
S K R I P S I KOMPOSISI KIMIA MINYAK ATSIRI KULIT BUAH DAN DAUN JERUK MANIS (Citrus sinensis, sp) ASAL EBAN TIMOR OLEH ALFRIDA TAOLIN 72103006 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
Lebih terperinciKROMATOGRAFI FLUIDA SUPERKRITIS
KROMATOGRAFI FLUIDA SUPERKRITIS Oleh: Drs. Hokcu Suhanda, M.Si JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA 2006 1 Prinsip Dasar Perbedaan distribusi komponen-komponen diantara dua fasa dengan menggunakan fluida superkritis
Lebih terperinciPAH akan mengalami degradasi saat terkena suhu tinggi pada analisis dengan GC dan instrumen GC sulit digunakan untuk memisahkan PAH yang berbentuk
BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Poliaromatik hidrokarbon (PAH) adalah golongan senyawa organik yang terdiri atas dua atau lebih molekul cincin aromatik yang disusun dari atom karbon dan hidrogen.
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. M yang berupa cairan berwarna hijau jernih (Gambar 4.1.(a)) ke permukaan Al 2 O 3
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sintesis Katalis Katalis Ni/Al 2 3 diperoleh setelah mengimpregnasikan Ni(N 3 ) 2.6H 2 0,2 M yang berupa cairan berwarna hijau jernih (Gambar 4.1.(a)) ke permukaan Al 2
Lebih terperinciBABm METODOLOGI PENELITIAN
BABm METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat-alat yang digunakan Alat-alat yang digunakan adalah seperangkat destilasi sederhana (Elektromantel MX), neraca analitik, ultrasonik Kery Puisatron,
Lebih terperinciSTUDI KARAKTERISASI MINYAK BUMI BERDASARKAN SIDIKJARI BIOMARKER DI INDONESIA BAGIAN BARAT ANGGI YUSRIANI
STUDI KARAKTERISASI MINYAK BUMI BERDASARKAN SIDIKJARI BIOMARKER DI INDONESIA BAGIAN BARAT ANGGI YUSRIANI 0305030077 UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DEPARTEMEN KIMIA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Cekungan Jawa Timur merupakan salah satu cekungan minyak yang produktif di Indonesia. Dari berbagai penelitian sebelumnya, diketahui melalui studi geokimia minyak
Lebih terperinciPRODUKSI BIO-ETANOL DARI DAGING BUAH SALAK ( Salacca zalacca ) PRODUCTION OF BIO-ETHANOL FROM FLESH OF SALAK FRUIT ( Salacca zalacca )
PRODUKSI BIO-ETANOL DARI DAGING BUAH SALAK ( Salacca zalacca ) Raymond Thamrin 1), Max J.R. Runtuwene 2), Meiske S. Sangi 2) 1) Mahasiswa Program Studi Kimia FMIPA Universitas Sam Ratulangi, Manado 95115
Lebih terperinciUNIVERSITAS DIPONEGORO STUDI FAMILI MINYAK DI LAPANGAN EDELWEISS DAN CRISAN SERTA KORELASI TERHADAP KEMUNGKINAN BATUAN INDUK, CEKUNGAN JAWA TIMUR
UNIVERSITAS DIPONEGORO STUDI FAMILI MINYAK DI LAPANGAN EDELWEISS DAN CRISAN SERTA KORELASI TERHADAP KEMUNGKINAN BATUAN INDUK, CEKUNGAN JAWA TIMUR TUGAS AKHIR ELOK ANNISA DEVI 21100113120033 FAKULTAS TEKNIK
Lebih terperinciISOLASI PATCHOULI ALKOHOL DARI MINYAK NILAM UNTUK BAHAN REFERENSI PENGUJIAN DALAM ANALISIS MUTU
ISOLASI PATCHOULI ALKOHOL DARI MINYAK NILAM UNTUK BAHAN REFERENSI PENGUJIAN DALAM ANALISIS MUTU Ma mun¹ dan Adhi Maryadhi² 1) Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik 2) Pusat Penelitian Sistem Mutu
Lebih terperinciANALISIS PERAN LIMBAH SAYURAN DAN LIMBAH CAIR TAHU PADA PRODUKSI BIOGAS BERBASIS KOTORAN SAPI
ANALISIS PERAN LIMBAH SAYURAN DAN LIMBAH CAIR TAHU PADA PRODUKSI BIOGAS BERBASIS KOTORAN SAPI Inechia Ghevanda (1110100044) Dosen Pembimbing: Dr.rer.nat Triwikantoro, M.Si Jurusan Fisika Fakultas Matematika
Lebih terperinciMAKALAH KIMIA PEMISAHAN
MAKALAH KIMIA PEMISAHAN Destilasi Bertingkat DISUSUN OLEH : Nama :1. Shinta Lestari ( A1F014011) 2. Liis Panggabean ( A1F014018) 3. Dapot Parulian M ( A1F014021) 4. Wemiy Putri Yuli ( A1F014022) 5. Epo
Lebih terperinciAnalisis Geokimia Minyak dan Gas Bumi pada Batuan Induk Formasi X Cekungan Y. Proposal Tugas Akhir. Oleh: Vera Christanti Agusta
Analisis Geokimia Minyak dan Gas Bumi pada Batuan Induk Formasi X Cekungan Y Proposal Tugas Akhir Oleh: Ditujukan kepada: FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR 2014 BAB I PENDAHULUAN
Lebih terperinciBab III Metodologi Penelitian
Bab III Metodologi Penelitian III.1 Pengumpulan dan Persiapan Sampel Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus champeden Spreng yang diperoleh dari Kp.Sawah, Depok, Jawa Barat,
Lebih terperinciSKRIPSI. ISOLASI DAN IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA MINYAK ATSIRI DAUN KAYU PUTIH (Eucalyptus alba) DARI PULAU TIMOR
SKRIPSI ISOLASI DAN IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA MINYAK ATSIRI DAUN KAYU PUTIH (Eucalyptus alba) DARI PULAU TIMOR Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sains OLEH MAGDALENA
Lebih terperinciIII. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di
30 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 - Januari 2013, bertempat di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas
Lebih terperinciBAB IV ESTIMASI SUMBER DAYA HIDROKARBON PADA FORMASI PARIGI
BAB IV ESTIMASI SUMBER DAYA HIDROKARBON PADA FORMASI PARIGI 4.1 Pendahuluan Pada bab ini akan dibahas hal-hal yang berkaitan dengan analisis untuk memperkirakan sumber daya hidrokarbon di daerah penelitian.
Lebih terperinciKAJIAN GEOKIMIA ORGANIK PRODUK PENCAIRAN BATUBARA LOW RANK KALIMANTAN TIMUR
KAJIAN GEOKIMIA ORGANIK PRODUK PENCAIRAN BATUBARA LOW RANK KALIMANTAN TIMUR Oleh: ELIS DIANA ULFA 1409201720 Dosen Pembimbing: Prof. Dr. R.Y. PERRY BURHAN, M. Sc ALUR BAHASAN: 1. Pendahuluan Latar belakang
Lebih terperinciKIMIA FISIKA HIDROKARBON NOMOR KODE/SKS : / 2 SKS MKA Terkait: PRAKTIKUM ANALISA FLUIDA RESERVOIR (1 SKS)
KIMIA FISIKA HIDROKARBON NOMOR KODE/SKS : 11302002 / 2 SKS MKA Terkait: PRAKTIKUM ANALISA FLUIDA RESERVOIR (1 SKS) Dosen: Dr. Ir. Yos. Sumantri, MT. Dr. Suranto, ST., MT. Dr. Boni Swadesi, ST., MT Kristiati
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Agustus April 2013, bertempat di
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Agustus 2012 -April 2013, bertempat di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas
Lebih terperinciINDUSTRI MINYAK BUMI
INDUSTRI PENGILANGAN MINYAK BUMI A. Teori Pengertian Minyak Bumi Minyak bumi adalah cairan kental, coklat gelap, atau kehijauan yang mudah terbakar, yang berada di lapisan atas dari beberapa area di kerak
Lebih terperinciBAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
22 BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Produksi Furfural Bonggol jagung (corn cobs) yang digunakan dikeringkan terlebih dahulu dengan cara dijemur 4-5 hari untuk menurunkan kandungan airnya, kemudian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Minyak kelapa sawit termasuk produk unggulan negara Indonesia dan merupakan komoditas ekspor utama. Dalam hal ini Indonesia merupakan negara penghasil kelapa
Lebih terperinciISOLASI MINYAK ATSIRI TEMU HITAM (Curcuma aeruginosa Roxb.) DENGAN METODE DESTILASI AIR DAN DESTILASI UAP SERTA ANALISIS KOMPONEN SECARA GC-MS
ISOLASI MINYAK ATSIRI TEMU HITAM (Curcuma aeruginosa Roxb.) DENGAN METODE DESTILASI AIR DAN DESTILASI UAP SERTA ANALISIS KOMPONEN SECARA GC-MS SKRIPSI OLEH: Ratna Mandasari NIM 081524043 PROGRAM EKSTENSI
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September 2015 di
21 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September 2015 di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia FMIPA Universitas Lampung.
Lebih terperinciSEMINAR TUGAS AKHIR KAJIAN PEMAKAIAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA UNTUK MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOGAS
SEMINAR TUGAS AKHIR KAJIAN PEMAKAIAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA UNTUK MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOGAS Oleh : Selly Meidiansari 3308.100.076 Dosen Pembimbing : Ir.
Lebih terperinciDEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PENGARUH SUHU PIROLISIS TERHADAP KADAR SENYAWA FENOLIK DARI ASAP CAIR CANGKANG SAWIT DAN KARAKTERISASINYA MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI GAS SPEKTROMETRI MASSA (GC-MS) SKRIPSI SRI SEPADANY BR. PANJAITAN 110822017
Lebih terperinciANALISA KINERJA MESIN OTTO BERBAHAN BAKAR PREMIUM DENGAN PENAMBAHAN ADITIF OKSIGENAT DAN ADITIF PASARAN
Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin, SNTTM-VI, 2007 Jurusan Teknik Mesin, Universitas Syiah Kuala ANALISA KINERJA MESIN OTTO BERBAHAN BAKAR PREMIUM DENGAN PENAMBAHAN ADITIF OKSIGENAT DAN ADITIF PASARAN
Lebih terperinci