BAB I PENDAHULUAN. Zona Kendeng memiliki sistem minyak dan gas bumi yang masih terus

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Zona Kendeng memiliki sistem minyak dan gas bumi yang masih terus didiskusikan para ahli. Kegiatan eksplorasi yang dilakukan pada zona ini diawali dengan munculnya manifestasi sistem minyak dan gas aktif berupa adanya rembesan minyak bumi dan gas alam (Van Bemmelen, 1949). Rembesan minyak bumi dan gas alam merupakan bukti di permukaan bumi apabila telah terjadi kebocoran minyak, gas, atau bitumen dari bawah permukaan, baik sekarang maupun dimasa lampau (Hunt,1996). Rembesan minyak bumi banyak ditemukan di Jawa Tengah, yaitu di Semarang, Grobogan, Boyolali, dan sekitarnya. Contohnya rembesan minyak bumi di Desa Repaking, Kecamatan Wonosegoro, Kabupaten Boyolali yang ditemukan oleh warga desa. Rembesan tersebut pernah disuling dan dijual oleh warga dengan harga cukup murah, rembesan tersebut disuling secara sederhana menjadi minyak tanah, solar, dan juga oli. Di sekitar Desa Repaking ditemukan beberapa titik rembesan yang lain, minyak-minyak bumi yang muncul sebagai rembesan tersebut memiliki karakteristik yang berbeda. Salah satu perbedaan karakteristiknya dapat dilihat dari kenampakan fisik minyak-minyak tersebut, padahal jika dilihat dari geologi regional, minyak-minyak ini masih terletak pada satu formasi yang sama, yaitu Formasi Kerek di Zona Kendeng bagian barat. Maka dari itu dilakukan studi geokimia untuk mengetahui karakteristik kimia dan hubungan kekerabatan antar 1

2 2 minyak-minyak yang keluar sebagai rembesan. Penelitian ini diharapkan dapat membantu kegiatan eksplorasi daerah yang diteliti. Penelitian geokimia khususnya mengenai hubungan kekerabatan minyak bumi di daerah penelitian belum pernah dilakukan sebelumnya, sehingga penting untuk dilakukan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data geokimia biomarker yang diperoleh dari uji kromatografi gas-spektrometri massa (GCMS). Dari pengujian tersebut akan dilakukan analisis sidikjari untuk mengetahui kekerabatan dan proses alterasi yang dialami oleh sampel minyak bumi. I.2. Maksud dan Tujuan Maksud dari penelitian ini ialah untuk mengidentifikasi dan menganalisis kekerabatan minyak bumi yang muncul sebagai rembesan di daerah Wonosegoro dan sekitarnya yang secara geologi terdapat pada Zona Kendeng bagian barat. Tujuan dari penelitian ini, antara lain: a. Mengetahui hubungan kekerabatan minyak bumi pada titik-titik rembesan berdasarkan biomarker. b. Mengetahui adanya pengaruh proses alterasi terhadap kekerabatan rembesan minyak bumi. I.3. Batasan Penelitian Batasan masalah dari penelitian ini ialah pembahasan mengenai kekerabatan dari titik-titik rembesan minyak bumi yang berada pada daerah Wonosegoro dan sekitarnya di Kabupaten Boyolali. Hubungan kekerabatan tersebut diperoleh dari pengkorelasian berdasarkan biomarker. Parameter biomarker diperoleh dari uji laboratorium GCMS yang kemudian dilakukan analisis dengan beberapa metode

3 3 sidikjari seperti diagram bintang dan diagram segitiga. Pengaruh alterasi minyak bumi diketahui berdasarkan hasil uji sifat fisik dan komposisi kimia sampel minyak bumi. Evaluasi geologi daerah penelitian mencakup kemungkinan sistem minyak dan gas bumi yang berpengaruh terhadap kekerabatan rembesan minyak bumi yang diperoleh dari studi literatur. I.4. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan pada beberapa titik lokasi yang tersebar didua kecamatan berbeda di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Lokasi tersebut meliputi rembesan minyak bumi di Desa Repaking dan Desa Gunungsari, keduanya berada di Kecamatan Wonosegoro. Selain itu terdapat rembesan minyak bumi di Desa Kemusu, Kecamatan Kemusu (Gambar 1.1).

4 Gambar 1.1. Peta Indeks Titik Lokasi Penelitian 4

5 5 I.5. Peneliti Terdahulu Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan antara lain: a. Sukardi dan Budhitrisna (1992) Sukardi dan Budhitrisna (1992) melakukan pemetaan geologi Jawa Tengah. Selain itu juga melakukan penelitian mengenai geologi minyak bumi dan gas alam di daerah Bancak, Kabupaten Semarang. Hasil penelitian yang telah dilakukan menyebutkan bahwa telah terjadi proses pematangan termal pada batuan induk, hal ini disimpulkan dari adanya manifestasi rembesan minyak bumi dan gas alam di daerah Bancak dan Suruh, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. b. Hidayat dan Fatimah (2007) Hidayat dan Fatimah (2007) melakukan penelitian geokimia minyak bumi dan gas alam pada bagian barat Zona Kendeng. Hasil penelitian ini ialah bahwa Formasi Pelang dan Formasi Kerek bukan merupakan batuan induk penghasil rembesan minyak bumi di daerah Bancak, Jawa Tengah. Selain itu diketahui bahwa sidikjari biomarker menunjukkan minyak rembesan berasal dari bahan organik tingkat tinggi dengan karakter resin pada lingkungan delta yang telah memiliki kematangan termal cukup tinggi, sedangkan sampel batuan dari kedua formasi memiliki sidikjari yang mencerminkan bahan organik asal kehidupan akuatik (alga) dengan lingkungan laut dan memiliki tingkat kematangan termal rendah. Diperkirakan Formasi Kerek merupakan batuan penutup yang terpatahkan dilihat dari pola rembesan yang mengikuti jalur Antiklin Boto-Repaking.

6 6 c. Pramono dan Amijaya (2008) Pramono dan Amijaya (2008) melakukan penelitian mengenai karakteristik geokimia rembesan minyak bumi di bagian barat Zona Kendeng, tepatnya di daerah Bantal, Kecamatan Bancak, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Kesimpulan yang diperoleh ialah bahan organik penyusun rembesan minyak bumi berasal dari mix kerogen, yaitu percampuran antara alga dan tanaman keras yang terbentuk pada lingkungan lakustrin. Hal tersebut ditunjukan oleh pola distribusi n-alkana tinggi pada puncak C8-C15 dan C25-C28, rasio Pr/Ph>1, rasio Pr/C17>1, rasio Pr/C18>1, dan nilai Carbon Preference Index (CPI) >1. Rembesan minyak bumi kemungkinan bukan berasal dari Formasi Pelang maupun Formasi Kerek, namun berasal dari batuan di bawah Formasi Pelang yang ekuivalen dengan Formasi Ngimbang yang berumur Eosen-Oligosen. d. Wiloso, dkk (2009) Wiloso, dkk (2009) mengkonfirmasi batuan induk Paleogen di Cekungan Jawa Timur berdasarkan geokimia minyak dan gas bumi. Hasil dari penelitiannya menyebutkan bahwa sidikjari minyak mentah sebagai rembesan di Kedungjati dan Geleh dari Cekungan Jawa Timur bagian barat sangat mirip dengan batuan induk Formasi Ngimbang. Studi ini mengkonfirmasi bahwa Formasi Ngimbang merupakan batuan induk penghasil minyak mentah Cekungan Jawa Timur.

7 7 e. Ramadhan, dkk (2015) Ramadhan, dkk (2015) melakukan penelitian untuk memperbarui informasi menganai sistem minyak dan gas bumi Zona Kendeng. Hasil dari penelitian yang dilakukan antara lain: Zona Kendeng dianggap sebagai wilayah yang kompleks dengan sedikit jumlah penemuan hidrokarbon dan banyak terdapat dry hole. Wilayah ini dikatagorikan sebagai daerah eksplorasi berisiko tinggi. Zona Kendeng memiliki sistem sub-minyak dan gas bumi terpisah yang tidak dapat dikorelasikan dengan sistem minyak dan gas bumi North East Java Basin yang matang dan telah terbukti. Zona Kendeng bagian barat tidak memiliki sistem minyak dan gas bumi yang bekerja karena beberapa isu, yaitu: serpih Formasi Pelang di daerah Juwangi tidak memiliki bukti yang cukup untuk menunjukkan kemampuan menghasilkan hidrokarbon, kualitas reservoir yang rendah pada Formasi Kerek berumur Awal Miosen Tengah dengan porositas berkisar 2-10%, kegagalan jebakan karena peristiwa tektonik yang terkait, dan adanya zona overpressure sebagai batasan operasional.