PENGARUH KONSENTRASI INHIBITOR ORGANIK SARANGN SEMUT TERHADAP LAJU KOROSI BAJA KARBON API 5L GRADE B DI LINGKUNGAN H 2 SO M

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH KONSENTRASI INHIBITOR ORGANIK SARANGN SEMUT TERHADAP LAJU KOROSI BAJA KARBON API 5L GRADE B DI LINGKUNGAN H 2 SO M"

Transkripsi

1 1 PENGARUH KONSENTRASI INHIBITOR ORGANIK SARANGN SEMUT TERHADAP LAJU KOROSI BAJA KARBON API 5L GRADE B DI LINGKUNGAN H 2 SO M Saudah dan Sulistijono Jurusan Teknik Material dan Metalurgi, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya ssulistijono@mat-eng.its.ac.id Abstrak Korosi adalah degradasi material (logam) akibat dari reaksi kimia atau elektrokimia material tersebut dengan lingkungannya. Salah satu cara pengendalian korosi adalah dengan penambahan inhibitor dimana inhibitor ini mampu untuk menurunkan laju korosi. Inhibitor sarang semut dipilih sebagai inhibitor organik karena mengandung zat antioksidan yang dapat menghambat proses korosi. Dalam penelitian ini digunakan baja karbon API 5L Grade B sebagai material pipelines dengan media korosif H 2 SO 4 0,5 M dengan variasi konsentrasi dari ekstrak tumbuhan sarang semut mg/l. Metode pengujian untuk mengetahui kadar optimal penambahan inhibitor sarang semut adalah dengan menggunakan uji electrochemical impedance spectroscopy (EIS) dan weight loss.. Dari hasil penelitian ini menunjukan adanya penurunan laju korosi pada baja API 5L grade B ketika ditambahkan inhibitor dalam larutan H 2 SO 4 0.5M. Pada baja dilarutan H 2 SO 4, laju korosi tanpa inhibitor sebesar mpy dan turun menjadi mpy ketika ditambahkan inhibitor sebanyak 400 mg/l. Kata Kunci Inhibitor Organik, Myrmecodia Pendans, Baja Karbon, Laju Korosi. I. PENDAHULUAN K orosi adalah degradasi dari material yang diakibatkan oleh reaksi kimia dengan material lainnya dan lingkungan [6]. Proses ini sering terjadi di industri minyak dan gas. Dalam dunia industri, baja karbon merupakan jenis material yang biasa digunakan dalam beragam aplikasi. Salah satu baja karbon yang sering digunakan dalam dunia industri adalah baja API 5L grade B. Baja API 5L adalah salah satu baja yang digunakan pada aplikasi transportasi air, minyak dan gas alam. Salah satu problematika yang sering terjadi pada proses pendistribusian crude oil adalah terdapatnya endapan yang disebut kerak (scale). Kerak tersebut adalah hasil pengendapan mineral yang berasal dari air formasi yang terproduksi bersama minyak dan gas [5]. Baja jenis ini juga mudah mengalami korosi dalam lingkungan larutan asam ketika proses pembersihan asam (acid cleaning), transportasi larutan asam, penyimpanan larutan asam atau senyawa kimia, de-scaling dan proses pickling [17].Dunia industri minyak dan gas biasanya menggunakan baja karbon untuk pipa penyalur sehingga sering terjadi internal corrosion karena terkandung banyak senyawa seperti oksigen, asam sulfida, karbon monoksida, sulphate reducing bacteria [12]. Korosi tidak dapat dicegah namun dapat dikendalikan lajunya, salah satu cara dilakukan dengan penambahan inhibitor. Inhibitor adalah suatu zat yang mampu menghambat atau mengurangi laju korosi logam dengan lingkungannya [1]. Dapat juga dikatakan bahwa inhibitor membentuk lapisan protektif di permukaan logam dengan reaksi antara larutan dan permukaan logam yang terkorosi. Dengan adanya penambahan inhibitor dalam lingkungan, laju korosi akan berkurang [13]. Akibat hal-hal tersebut maka penelitian untuk menemukan sumber baru inhibitor korosi terutama dari bahan alam mulai banyak dilakukan. Bahan alam dipilih sebagai alternatif karena bersifat aman, mudah didapatkan, bersifat biodegradable, biaya murah, dan ramah lingkungan [10]. Bahan organik yang dimanfaatkan sebagai inhibitor dapat mencegah reaksi oksidasi material oleh unsur antioksidan yang terkandung didalamnya melalui mekanisme tertentu. Zat antioksidan didefinisikan sebagai senyawa yang dapat menunda, memperlambat dan mencegah proses oksidasi [4]. Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa yang bersifat oksidan, sehingga aktivitas senyawa oksidan tersebut bisa dihambat. Salah satu bahan organik yang memiliki kandungan antioksidan ialah Sarang semut [14]. Hasil ekstrak tanaman sarang semut sebelumnya telah dianalisa dan memiliki kandungan Flavanoid yang bertindak sebagai antioksidan yang bisa digunakan dalam pembuatan green inhibitor. Telah diteliti sebelumnya bahwa tumbuhan sarang semut (Myrmecodia Pendans) dapat diaplikasikan sebagai inhibitor organik untuk material pipa yaitu baja karbon API 5L Grade B dengan konsentrasi inhibitor mg/l dalam media asam HCl 1M dan H 2 SO 4 1M dengan metode perendaman 21 hari [11]. Dari penelitian tersebut belum didapatkan efisiensi optimum dalam pengaplikasian sarang semut didalam lingkungan asam. Pada penelitian ini akan dilakukan percobaan inhibisi sarang semut untuk material baja karbon API 5L Grade B dengan variasi konsentrasi inhibitor yang sama yaitu mg/l hanya saja konsentrasi media larutan elektrolitnya diencerkan menjadi H 2 SO 4 0,5 M dengan metode perendaman 72 jam, sehingga diharapkan dapat menghasilkan efisiensi inhibisi yang optimum pada media asam.

2 2 A. Preparasi Inhibitor II. METODE PENELITIAN Tumbuhan epifit Myrmecodia pendans didapatkan dari Irian Jaya melalui berbagai proses sehingg didapatkan sarang semut yang berbentuk serbuk. Metode ekstraksi yang digunakan untuk mendapatkan ekstrak MP adalah maserasi. Serbuk MP direndam selama 1x24 dalam ethanol 80% kemudian disaring sehingga didapatkan ekstrak MP dalam bentuk cair. Perendaman dan penyaringan tersebut dilakukan sebanyak 3 kali [8]. Kemudian hasil penyaringan diuapkan pelarutnya menggunakan mesin rotary evaporator sehingga ekstrak MP bias digunakan sebagai bio inhibitor. B. Preparsi Spesimen Untuk pengujian Electrochemical Impedance Spectroscopy API 5l Grade B dipotong dengan dimensi 10 x 10 x 3 mm kemudian disolder untuk menyambungkan spesimen tersebut dengan kawat tembaga sepanjang 20 cm. Setelah itu spesimen di moulding dengan menggunakan resin epoxy dan cetakan pipa shock dengan diameter 2,3 cm. Setelah moulding benarbenar, bagian spesimen yang tidak tertutup resin (terekspose) dihaluskan dengan kertas gosok (amplas) grade 120, 320, 400, 600, 800,1000 sampai rata. Sedangkan untuk spesimen uji weight loss, baja karbon API 5L Grade B dipotong dengan dimensi 20 x 20 x 3 mm kemudian dibor bagian atasnya (tempat menggantung tali) dengan diameter mata bor 4 mm. Setelah itu spesimen dihaluskan dengan menggunakan kertas gosok untuk meratakan permukaan dan menghilangkan produk korosi sebelumnya [2]. Pada setiap spesimen weight loss harus dilakukan pengukuran berat awal spesimen. C. Preparasi Larutan Larutan yang digunakan adalah H 2 SO 4 98%. Untuk mendapatkan 1000 ml H 2 SO M, diambil 27,32 ml larutan H 2 SO 4 98% kemudian ditambahkan aquades hingga volumenya 1000 ml dalam gelas beker. D. Pengujian Spetrofotometri UV-Vis Analisis kualitatif flavonoid pada ekstrak sarang semut dapat dilakukan dengan menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis. Spektrum serapan ultra violet dan serapan tampak merupakan cara tunggal yang paling bermanfaat untuk mengidentifikasi struktur flavonoid [7]. E. Pengujian Weight Loss Pengujian weight loss atau lebih dikenal dengan metode pengurangan berat adalah metode yang dilakukan untuk mengetahui besaran laju korosi (mpy) pada suatu material berdasarkan pengurangan berat awal dan berat akhir. Dalam metode ini, sampel dengan berat tertentu akan dicelupkan dalam larutan atau lingkungan tertentu pada beberapa waktu yang berbeda [3]. Pada penelitian ini akan dilakukan uji weight loss dengan konsentrasi 0, 100, 200, 300, 400, dan 500 mg/l dalam media korosif H 2 SO 4 0,5 M selama 72 jam dengan pengukuran disetiap kelipatan 12 jam. F. Metode Electrochemical Impedance Spectroscopy Metode Electrochemical Impedance Spectroscopy adalah satu metode uji yang terdapat pada alat potensiostat yang menggunakan prinsip polarasasi untuk mengetahui mekanisme korosi pada logam. Pengujian EIS dilakukan dengan menggunakan software Nova yang terdiri dari elektroda kerja, elektroda acuan dan elekroda bantu. Electrochemical Impedance Spectroscopy merupakan suatu metode untuk menganalis respon pada elektroda yang terkorosi terhadap sinyal potensial AC sebagai fungsi frekuensi. Pada prinsipnya EIS digunakan untuk menentukan parameter kinetika elektrokimia berkaitan dengan elemen-elemen listrik seperti tahanan, R, kapasitansi, C, dan induktansi, L. Pada penelitian pengujian EIS hanya dilakukan untuk spesimen hasil dari pengujian weight loss yang memiliki efisiensi inhibitor tertinggi dan spesimen tanpa penambahan inhibitor. G. Pengujian FTIR Pengujian FTIR digunakan untuk mengidentifikasi suatu senyawa yang belum diketahui karena spektrum yang dihasilkan spesifik untuk senyawa tersebut. Metode spekstroskopi yang digunakan dalam pengujian FTIR adalah metoda absorbsi yaitu suatu metoda yang didasarkan atas perbedaan penyerapan radiasi inframerah. Spektrum inframerah tersebut dihasilkan dari pentransmisian cahaya yang melewati sampel kemudian ditangkap oleh detektor dan diterjemahkan dalam bentuk kurva. Pada penelitian ini, pengujian FTIR hanya dilakukan untuk ekstrak sarang semut dan spesimen hasil weight loss jam ke-72 yang memiliki efisiensi inhibitor tertinggi. III. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Pengujian Spektrofotometri UV-Vis Flavanoid total yang terukur merupakan sumbangan dari golongan auron yang terdapat pada ekstrak, karena kelompok inilah yang mampu membentuk senyawa kompleks stabil dengan AlCl3. Berikut ini data yang didapatkan setelah dilakukan pengukuran nilai absorbansi dengan menggunakan spektrofotometri UV-Vis. Table 1. Data absorbansi dan persenan flavanoid No. Sample (g) Absorbansi Flavanoid (%) Pada tabel 1 terlihat nilai absorbansi pada ekstrak sarang semut pada 2 kali pengulangan memiliki nilai absorbansi yang tidak jauh berbeda. Pada pengukuran spektrofotometri UV- VIS dapat juga diketahui jenis flavanoid yang terkandung dalam ekstrak sarang semut. Hal tersebut dapat diketahui berdasarkan spektrum serapan maksimum yang terlihat pada pengukuran spektrum flavonoid. Hasil pengukuran spektrum flavanoid pada ekstrak sarang semut adalah 437 nm. Hal ini

3 3 menunjukkan bahwa tumbuhan sarang semut mengandung flavanoid berjenis auron. Flavanoid berjenis auron memiliki daerah pita serapan maksimum pada rentang nm untuk pita I dan nm untuk pita II. Hasil pengukuran pada Spektrofotometri UV-Vis dapat dilihat pada gambar berikut. Gambar 1. Hasil Spektrum UV-Vis Ekstrak Sarang Semut B. Pengujian Weight Loss Laju korosi dan efisiensi inhibitor pada baja API 5 L Grade B dalam larutan 0,5M H 2 SO 4 seiring dengan penambahan variasi konsentrasi ekstrak sarang semut dapat ditunjukkan pada gambar berikut. Pada gambar 1 hubungan antara konsentrasi inhibitor dengan laju korosi memperlihatkan terjadinya penurunan laju korosi pada baja API 5 L Grade B. Antara baja yang terinhibisi dan tidak terdapat perbedaan jumlah berat logam yang berkurang. Laju korosi terendah berada pada konsentrasi 400 mg/l yaitu sebesar 301,434 mpy dalam larutan elektrolit 0,5M H 2 SO 4. Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan bahwa terjadi pengurangan berat dari berat awal spesimen. Laju korosi optimal terjadi pada 400 mg/l dan perendaman optimal selama 72 jam. Hal ini mengindikasikan ekstrak sarang semut menghambat laju korosi pada baja karbon di lingkungan H2SO4 0.5 M. Peningkatan laju korosi terjadi setelah melewati pemberian konsentrasi optimal sebesar 500 mg/l, hal tersebut disebabkan molekul inhibitor ekstrak sarang semut yang awalnya terserap ke permukaan baja karbon dan mencapai konsentrasi optimalnya tertarik kembali ke larutan, sehingga dapat merusak lapisan pelindung [9]. Berdasarkan grafik yang terlihat pada gambar 2 selama masa perendaman 12, 24, 36, 48, 60, 72 jam, efisiensi inhibisi meningkat seiring dengan bertambahnya konsentrasi inhibitor. Kemudian efisiensi menurun setelah melewati konsentrasi kritisnya. Secara keseluruhan penambahan konsentrasi ekstrak sarang semut sebanyak 100, 200, 300, dan 400 mg/l memberikan peningkatan efisiensi secara simultan, sedangkan pada penambahan konsentrasi ekstrak sarang semut 500 mg/l terjadi penurunan efisiensi. Secara umum pada masa perendaman selama 12 jam dengan pemberian konsentrasi inhibitor sebesar 100 mg/l memberikan nilai efisiensi inhibisi paling rendah dan mengalami peningkatan optimum saat konsentrasi inhibitor sebesar 400 mg/l kemudian kembali turun saat konsentrasi inhibitor sebesar 500 mg/l. Peningkatan efisiensi Gambar 2. Grafik Pengaruh Konsentrasi Inhibitor Terhadap Laju Korosi Baja API 5L Grade B Gambar 4. Grafik Pengaruh Variasi Waktu Terhadap Laju Korosi pada Baja API 5 L Grade B Gambar 3. Grafik Pengaruh Konsentrasi Inhibitor Terhadap Efisiensi Inhibitor Baja API 5L Grade B

4 4 Gambar 5. Grafik Pengaruh Waktu Terhadap Efisiensi Inhibitor pada Baja API 5 L Grade B. Pada gambar 3 terlihat tren penurunan laju korosi pada spesimen terhadap waktu pengambilan spesimen. Keseluruhan spesimen akan mengalami penurunan laju korosi apabila direndam di dalam larutan H 2 SO 4 0.5M dengan penambahan konsentrasi inhibitor yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan adanya adsorpsi inhibitor pada permukaan spesimen. Dengan semakin lamanya waktu yang diberikan, adsorpsi inhibitor akan semakin besar dan kemungkinan berakibat pada peningkatan ketebalan dan jumlah wilayah. Sehingga waktu menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi pembentukan lapisan pelindung yang terbentuk pada permukaan baja API 5L grade B. Sehingga dapat disimpulkan bahwa laju korosi terendah terdapat pada konsentrasi 400 mg/l dengan lama waktu pengambilan 72 jam. Pada gambar 4 merupakan grafik yang menghubungkan pengaruh waktu perendaman terhadap efisiensi inhibitor. Terlihat dari gambar tersebut, tren dari grafik akan mengalami kenaikan. Inhibisi paling optimum terjadi pada 72 jam dengan konsentrasi optimal 400 mg/l. Semakin bertambahnya waktu yang diberikan kepada logam tersebut, maka efisiensi inhibitor yang dihasilkan juga akan meningkat. Hal ini dikarenakan terjadinya pembentukan lapisan pelindung yang akan menjadi penghalang ion-ion pada logam dalam elektrolit. Sehingga waktu sangat berperan dalam memberikan kesempatan kepada inhibitor ekstrak sarang semut mengadsorpsi permukaan logam dan menghasilkan lapisan pelindung yang berfungsi untuk memperlambat laju korosi logam. Dengan semakin bertambahnya waktu, maka tebalnya lapisan pelindung akan semakin bertambah hingga mencapai suatu batas optimum yang akan dapat menurunkan efisiensi inhibisi tersebut. Gambar 6. Grafik Nyquist plot pada Konsentrasi 0, dan 400 mg/l. Kurva Nyquist plot yang yang dihasilkan membentuk setengah lingkaran yang menunjukkan karakteristik elektroda padat. Bentuk kurva setengah lingkaran tersebut terjadi karena kekasaran dan ketidakhomogenan pada permukaan logam. Hasil kurva Nyquist plot pada gambar 6 menunjukkan bahwa diameter Nyquist plot dengan penambahan ekstrak sarang semut meningkat. Hal ini menandakan bahwa pemberian ekstrak sarang semut dapat menghambat laju korosi pada baja API 5L grade B. Untuk mengetahui mekanisme inhibisi sarang semut kurva dari hasil EIS dimodelkan melalui sebuah Equivalent circuit. Equivalent digunakan untuk menentukan jenis-jenis impedansi yang terjadi pada saat sistem sedang diuji yaitu dengan memilih jenis elemen sirkuit yang cocok dengan sistem. Pilihan jenis elemen sirkuit yang ada antara lain Rs, Rp, CPE- Constant Phase element, dan lain-lain. Rs adalah tahanan larutan, Rp digunakan untuk mensimulasikan tahanan polarisasi pada logam sedangkan CPE merupakan nilai argument dari elemen fase konstan. Selanjutnya mencari equivalent circuit untuk menentukan jenis-jenis impedansi pada saat sel elektrokimia bekerja. Contoh hasil equivalent circuit dapat dilihat pada gambar 7 yang digunakan untuk memfitting nyquist plot. C. Pengujian Electrochemical Impendance Spectroscopy (EIS) Pengujian EIS bertujuan untuk mengetahui mekanisme inhibisi ekstrak sarang semut pada spesimen baja API 5L Grade B dalam larutan H 2 SO 4 0,5 M. Dengan melakukan pengamatan terhadap grafik nyquist yang dihasilkan. Grafik nyquist hasil pengujian ditunjukan pada gambar 6 Gambar 7. Equivalent circuit dari Grafik Nyquist plot Dari gambar 8 dibawah ini menunjukkan bahwa garis hasil fitting hampir bersesuaian dengan hasil pada kurva electrochemical impedance spectroscopy yang sebenarnya. Dari hasil fitting tersebut diketahui nilai-nilai dari Rs, Rp, Rct, dan Cpe dari masing-masing logam tersebut ketika tidak diberi inhibitor maupun dengan diberi inhibitor. Berikut pada Tabel 2 merupakan nilai-nilai dari parameter hasil fitting EIS dengan NOVA.

5 5 D. Hasil Pengujian FTIR Untuk mengetahui kandungan senyawa maupun gugus fungsi yang terkandung pada ekstrak sarang semut dan lapisan pasif pada permukaan baja karbon dilakukan pengujian FTIR. Hasil pengujian FTIR ditunjukkan oleh spektrum seperti berikut : Gambar 8. Hasil fitting EIS menggunakan software NOVA pada Baja API 5L Tabel 2. Data hasil Equivalent circuit pada Baja API 5L Grade B Konsentrasi Rp Rs Rct Cdl Inhibitor (Ω.cm 2 ) (Ω.cm 2 ) (Ω.cm 2 ) (µf/cm 2 ) %EI Gambar 9. Spektrum FTIR ekstrak sarang semut Dalam equivalent circuit dapat dijumpai Rs, Rp, Rct, dan CPE. Rs merupakan tahanan larutan, nilai Rct sebanding dengan nilai Rp. Rct adalah tahanan yang terjadi akibat transfer muatan antara larutan elektrolit dengan atom-atom logam. Permukaan yang tidak rata akan menyebabkan kapasitas double layer muncul sebagai CPE dengan nilai n CPE sebesar Dimana CPE (constant phase element) dapat berperan sebagai kapasitor dalam rangkaian ini. Berdasarkan circuit yang terbentuk menunjukan bahwa reaksi yang terjadi pada sistem adalah diawali dengan adanya tahanan larutan (Rs). Hal ini dikarenakan apabila baja API 5L dicelupkan ke dalam larutan elektrolit H 2 SO M maka EIS akan mendeteksi larutan H 2 SO 4 tersebut dan menghasilkan tahanan yang berupa tahanan larutan (Rs). Dapat dilihat dari tabel 2 nilai Rct pada konsentrasi 0 mg/l adalah 9,426 Ω, untuk konsentrasi 400 mg/l adalah Ω. Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya penambahan inhibitor ekstrak sarang semut nlai tahanan Rct meningkat.. Rct berkaitan dengan perpindahan elektron, semakin cepat elektron berpindah maka tahanan akan semakin kecil dan laju korosi semakin meningkat. Atau sebaliknya, semakin lambat elektron berpindah maka tahanan akan semakin besar dan laju korosi semakin menurun. Tingginya nilai Rct di konsentrasi inhibitor 400 mg/l memperlihatkan bahwa hambatan transfer muatan pada konsentrasi tersebut memiliki hambatan yang lebih besar dibandingkan dengan nilai Rct pada 0 mg/l. Oleh karena itu, terbentuk lapisan tipis pada antarmuka logamlarutan yang bersifat sebagai pelindung. Lapisan ini mengakibatkan pergerakan ion dari elektrolit menuju logam terhambat. Semakin banyak lapisan pasif yang terbentuk maka nilai Rct akan semakin meningkat sedangkan nilai CPE akan semakin kecil. Tabel 3. Gugus Fungsi pada Ekstrak Sarang Semut Bilangan Gelombang Daerah Gugus Fungsi Ekstrak Sarang Semut Frekuensi Korelasi O-H C-H N-H C=C C=C C-O Tabel 3 menunjukkan hasil analisis gugus fungsi dan senyawa yang terkandung dalam ekstrak sarang semut (Myrmecdia Pendan). Wavenumber dengan jumlah cm -1 mengindikasikan adanya ikatan O-H dan N-H yang masing-masingnya tergolong dalam senyawa amina, amida, alkohol, fenol, dan asam organik. Selanjutnya wavenumber cm -1, ikatan yang dimiliki adalah ikatan C-H. Gugus C-H merupakan senyawa alkana intensitas yang dimiliki senyawa ini adalah kuat. Wavenumber cm -1 memiliki ikatan bending N-H. Untuk wavenumber cm -1 dan cm -1 memiliki ikatan rangkap dua antara C dengan C (C=C) ikatan ini merupakan senyawa aromatik. Pada wavenumber cm - 1 memiliki ikatan C-O. Senyawa yang identik dengan ikatan C-O adalah senyawa alkohol, eter, asam karboksilat dan ester. Untuk senyawa ini intensitas yang dimiliki adalah kuat. Hal ini menunjukkan bahwa tanamanan ekstrak sarang semut mengandung senyawa campuran yang bertindak sebagai antioksidan yaitu alkaloid, flavanoid dan asam organik.

6 6 diperkirakan bahwa terdapat gugus baru yang terbentuk akibat logam yang berikatan dengan inhibitor. Gugus C-W dimana W dapat diartikan sebagai atom Cl, Br, or I. [15].Pada frekuensi C- O mengalami perubahan dari cm -1 menjadi cm -1. Frekuensi regang C=C mengalami perubahan cm -1 menjadi cm -1. Setelah menemukan ikatan aromatik C=C. Pada frekuensi cm -1. Perubahan frekuensi pada lapisan pasif yang terjadi kemungkinan dapat dikarenakan adsorpsi ekstrak sarang semut pada permukaan baja API 5L Grade B Gambar 10. Spektrum FTIR lapisan pasif pada permukaan baja API 5L grade B Gambar 10 menunjukkan hasil spektrum FTIR lapisan pasif pada permukaan baja API 5L grade B setelah direndam dalam larutan H 2 SO 4 0.5M selama 72 jam dengan penambahan 400 mg/l ekstrak sarang semut. Dari hasil FTIR tersebut memperlihatkan posisi serapan dengan hasil yang berbeda yaitu cm -1, cm -1, cm -1, cm -1, cm -1, cm -1, dan cm -1. Hal ini sesuai dengan literatur IR spektra pada kimia organik dengan pembatasan antara 4000 sampai 400 cm -1. Berikut ini adalah tabel hasil pengujian FTIR FTIR lapisan pasif pada permukaan baja API 5L Grade B antara frekuensi atau wavenumber dengan gugus fungsi. Tabel 4. Gugus Fungsi lapisan pasif pada permukaan baja API 5L Grade B Bilangan Gelombang Ekstrak Sarang Semut Daerah Frekuensi Korelasi Gugus Fungsi O-H C-H X=Y, X=Y=Z stretch N-H C=C C-O Tabel 4 menunjukkan hasil analisis gugus fungsi dan senyawa yang terkandung dalam lapisan pasif atau lapisan pelindung pada permukaan baja API 5L grade B. Perbandingan spektrum FTIR antara ekstrak sarang semut dengan lapisan pasif pada permukaan baja API 5L grade B terjadi perubahan frekuensi gugus fenolik regang O-H dari cm -1 menjadi cm -1. Kemudian pada frekuensi C-H mengalami perubahan frekuensi dari cm -1 menjadi cm -1. Pada frekuensi cm -1 memiliki gugus X=Y, X=Y=Z, dan C=X. X, Y, dan Z dapat diartikan sebagai atom C, N, O, dan S. Dimana bio inhibitor biasanya mengandung atom N, S, atau O, sehingga IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari serangkaian percobaan yang telah dilakukan terhadap baja API 5L Grade B dengan variasi konsentrasi inhibitor Myrmecodia pendans dalam media korosif H 2 SO M, dapat disimpulkan bahwa : 1. Berdasarkan pengujian weight loss, dengan penambahan ekstrak sarang semut (Myrmecodia Pendans) pada baja API 5L Grade B dalam media H 2 SO M inhibitor sarang semut terbukti dapat menurunkan laju korosi dan meningkatkan efisiensi inhibisi terhadap lgam. Laju korosi pada baja API 5L Grade B mengalami penurunan dari kondisi tanpa penambahan inhibitor yaitu sebesar mpy pada konsentrasi 400 mg/l. Sedangkan efisiensi yang didapat sebesar 57.35% pada konsentrasi 400 mg/l. 2. Berdasarkan pengujian EIS, mekanisme inhibisi pada baja API 5L Grade B dalam larutan H 2 SO M adalah membentuk lapisan pasif (film forming) ditunjukkan dengan peningkatan nilai Rct. Pada larutan H 2 SO M tanpa inhibitor nilai Rct sebesar Ω.cm 2 setelah ditambahkan inhibitor dengan konsentrasi 400 mg/l nilai Rct menjadi Ω.cm Pengujian FTIR menunjukkan perbandingan bilangan gelombang pada ekstrak sarang semut dan permukaan baja karbon rendah yang teradsorpsi. Berdasarkan perbandingan tersebut terlihat bahwa lapisan film yang teradsorpsi di permukaan baja karbon rendah adalah ekstrak sarang semut, dimana terdapat gugus fenolik oksigen C=C, dan C-O yang mengindikasikan adsorpsi ekstark sarang semut pada permukaan baja karbon rendah. B. Saran 1. Perlu adanya variasi temperatur dan kecepatan aliran fluida pada pengujian selanjutnya karena penggunaan inhibitor tidak hanya di daerah 2. statis saja tetapi juga fluida dinamis. 3. Perlu adanya variasi konsentrasi larutan karena di dalam dunia industri konsentrasi larutandan ph yang terdapat didalam pipa beraneka ragam. 4. Perlu adanya penambahan gas CO 2 karena gas CO 2 juga berpengaruh terhadap korosi.

7 7 DAFTAR PUSTAKA [1] ASM Handbook Vol 13A Corrosion : Fundamentals, Testing, and Protection. USA : ASM International [2] ASTM G Standard Practice for Calculation of Corrosion Rates and Related Information from Electrochemical Measurements. [3] ASTM G Laboratory Corrosion Testing of Metals. [4] Fontana, Mars G., Corrosion Engineering 3 rd Edition. New York : Mc Graw-Hill Book Company. [5] Halimatuddahliana Pencegahan Korosi Dan Scale Pada Proses Produksi Minyak Bumi. Teknik Kimia USU. [6] Jones, Deny Principles and Prevention of Corrosion. New York : Macmillan Publishing Company [7] Markham KR Techniques of Flavonoid Identification. London: Academic Pr. [8] Mekonnen Engida Adam, Kasim, Novy S., T.A Yeshitila, Ismadji, Suryadi Extraction, identification and quantitative HPLC analysis of flavonoids from sarang semut (Myrmecodia pendans). Industrial Crops and Products. NACE International. Corrosion Costs and Preventive Strategies in the United States. [9] Nugroho Firman Adhi Studi Ekstrak Kulit Kentang (Solanum Tuberosum L) sebagai Green Corrosion Inhibitor pada Baja Karbon Rendah di Lingkungan 3.5% NaCl Skripsi Universitas Indonesia. [10] Ostovari, A Corrosion inhibition of mild steel in 1 M HCl solution by henna extract: A comparative study of the inhibition by henna and its constituents (Lawsone,Gallic acid, a-d-glucose and Tannic acid). Corrosion Science. [11] Rachmadania Manggara NFR., Pengaruh penambahan bio inhibitor sarang semut (Myrmecodia pendans)pada baja API 5L Grade B di lingkungan asam. Departemen Material dan Metalurgi FTI ITS: Surabaya. [12] Revie, R. Winston Uhlig s Corrosion Handbook (2nd Edition). New York. : John Willey & Sons Inc. [13] Roberge, P. R Handbook of Corrosion Engineering: Mc Graw- Hill. New York. [14] V. S. Sastri Green Corrosion Inhibitors: Theory and Practice. USA: John Wiley &Sons. [15] Wiley, J., and Sons. (2001). Infrared and Raman Characteristic Group Frequencies, 3 Ed. George Socrates, The University of West London, Middlesex, UK.

Laporan Tugas Akhir. Saudah Dosen Pembimbing Prof. Dr. Ir. Sulistijono, DEA

Laporan Tugas Akhir. Saudah Dosen Pembimbing Prof. Dr. Ir. Sulistijono, DEA Laporan Tugas Akhir PENGARUH KONSENTRASI INHIBITOR ORGANIK SARANG SEMUT TERHADAP LAJU KOROSI BAJA KARBON API 5L GRADE B DI LINGKUNGAN HCL 0.5M DAN H 2 SO 4 Saudah 2710100113 Dosen Pembimbing Prof. Dr.

Lebih terperinci

DEA JURUSAN TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI FTI-ITS

DEA JURUSAN TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI FTI-ITS SIDANG LAPORAN TUGAS AKHIR PENGARUH AGITASI DAN PENAMBAHAN KONSENTRASI INHIBITOR SARANG SEMUT (MYRMECODIA PENDANS) TERHADAP LAJU KOROSI BAJA API 5L GRADE B DI MEDIA LARUTAN 1M HCl Disusun oleh : Dinar

Lebih terperinci

PEMANFAATAN BIO INHIBITOR DAUN SUKUN TERHADAP LAJU KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DI LINGKUNGAN 3,5 % NaCl DAN 1 M H 2 SO 4

PEMANFAATAN BIO INHIBITOR DAUN SUKUN TERHADAP LAJU KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DI LINGKUNGAN 3,5 % NaCl DAN 1 M H 2 SO 4 PEMANFAATAN BIO INHIBITOR DAUN SUKUN TERHADAP LAJU KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DI LINGKUNGAN 3,5 % NaCl DAN 1 M H 2 SO 4 Oleh : Dosen Pembimbing : Fathan Nadhir Prof. Dr. Ir. Sulistijono, DEA. 2710100104

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) 1

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) 1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (213) ISSN: 2337-3539 (231-9271 Print) 1 PENGARUH AGITASI DAN PENAMBAHAN KONSENTRASI INHIBITOR SARANG SEMUT (MYCROMECODIA PENDANS) TERHADAP LAJU KOROSI BAJA API 5L GRADE

Lebih terperinci

Pengaruh Penambahan Bio Inhibitor Sarang Semut (Myrmecodia pendans) pada Baja Karbon API 5L Grade B di Larutan Asam

Pengaruh Penambahan Bio Inhibitor Sarang Semut (Myrmecodia pendans) pada Baja Karbon API 5L Grade B di Larutan Asam 1 Pengaruh Penambahan Bio Inhibitor Sarang Semut (Myrmecodia pendans) pada Baja Karbon API 5L Grade B di Larutan Asam Manggara Nurull Fajrian Rahma Dhannia dan Sulistijono Jurusan Teknik Material dan Metalurgi,

Lebih terperinci

PEMANFAATAN SUPLEMEN VITAMIN C SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DALAM MEDIA 3.5% NaCl DAN 0.1 M HCl

PEMANFAATAN SUPLEMEN VITAMIN C SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DALAM MEDIA 3.5% NaCl DAN 0.1 M HCl PEMANFAATAN SUPLEMEN VITAMIN C SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DALAM MEDIA 3.5% NaCl DAN 0.1 M HCl Abdur Rozak 2709100004 Dosen Pembimbing : Budi Agung Kurniawan ST, M.sc. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cooling tower system merupakan sarana sirkulasi air pendingin yang

BAB I PENDAHULUAN. Cooling tower system merupakan sarana sirkulasi air pendingin yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cooling tower system merupakan sarana sirkulasi air pendingin yang sangat berperan dalam berbagai industri. Air pendingin dalam cooling tower system didistribusikan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN BIO INHIBITOR DAUN SUKUN TERHADAP LAJU KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DI LINGKUNGAN 3,5 % NaCl DAN 1 M H 2 SO 4

PEMANFAATAN BIO INHIBITOR DAUN SUKUN TERHADAP LAJU KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DI LINGKUNGAN 3,5 % NaCl DAN 1 M H 2 SO 4 1 PEMANFAATAN BIO INHIBITOR DAUN SUKUN TERHADAP LAJU KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DI LINGKUNGAN 3,5 % NaCl DAN 1 M H 2 SO 4 Fathan Nadhir dan Sulistijono Jurusan Teknik Material dan Metalurgi, Fakultas

Lebih terperinci

Pemanfaatan Ekstrak Rimpang Jahe (Zingiber officinaler) Sebagai Inhibitor Organik Korosi pada Baja API5L Grade B Media Larutan 3.5% NaCl dan 0.

Pemanfaatan Ekstrak Rimpang Jahe (Zingiber officinaler) Sebagai Inhibitor Organik Korosi pada Baja API5L Grade B Media Larutan 3.5% NaCl dan 0. Pemanfaatan Ekstrak Rimpang Jahe (Zingiber officinaler) Sebagai Inhibitor Organik Korosi pada Baja API5L Grade B Media Larutan.5% NaCl dan 0.1M HCl Andhi Pradana dan Budi Agung K, Jurusan Teknik Material

Lebih terperinci

PEMANFAATAN OBAT SAKIT KEPALA SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DALAM MEDIA 3,5% NaCl DAN 0,1M HCl

PEMANFAATAN OBAT SAKIT KEPALA SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DALAM MEDIA 3,5% NaCl DAN 0,1M HCl PEMANFAATAN OBAT SAKIT KEPALA SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DALAM MEDIA 3,5% NaCl DAN 0,1M HCl Pandhit Adiguna Perdana 2709100053 Dosen Pembimbing : Budi Agung Kurniawan, S.T.,M.Sc.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari potensi tanaman rempah andaliman sebagai inhibitor korosi baja pada kondisi yang sesuai dengan pipa sumur minyak

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 PENGARUH VARIASI BENTUK DAN UKURAN GORESAN PADA LAPIS LINDUNG POLIETILENA TERHADAP SISTEM PROTEKSI KATODIK ANODA TUMBAL PADUAN ALUMINIUM PADA BAJA AISI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Korosi Baja Karbon dalam Lingkungan Elektrolit Jenuh Udara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Korosi Baja Karbon dalam Lingkungan Elektrolit Jenuh Udara BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Korosi Baja Karbon dalam Lingkungan Elektrolit Jenuh Udara Untuk mengetahui laju korosi baja karbon dalam lingkungan elektrolit jenuh udara, maka dilakukan uji korosi dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia, Jurusan Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia, Jurusan Pendidikan 28 BAB III METODE PENELITIAN III. 1 Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia, Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei hingga November 2013 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. diekstrak dari limbah pabrik tekstil sebagai inihibitor korosi dalam media yang

BAB III METODE PENELITIAN. diekstrak dari limbah pabrik tekstil sebagai inihibitor korosi dalam media yang 43 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Disain Penelitian Garis besar penelitian ini adalah pengujian potensi senyawa azo yang diekstrak dari limbah pabrik tekstil sebagai inihibitor korosi dalam media yang sesuai

Lebih terperinci

Penghambatan Korosi Baja Beton dalam Larutan Garam dan Asam dengan Menggunakan Campuran Senyawa Butilamina dan Oktilamina

Penghambatan Korosi Baja Beton dalam Larutan Garam dan Asam dengan Menggunakan Campuran Senyawa Butilamina dan Oktilamina Jurnal Gradien Vol.3 No.1 Januari 2007 : 231-236 Penghambatan Korosi Baja Beton dalam Larutan Garam dan Asam dengan Menggunakan Campuran Senyawa Butilamina dan Oktilamina Samsul Bahri Program Studi Teknik

Lebih terperinci

Pengaruh Lingkungan Terhadap Efisiensi Inhibisi Asam Askorbat (Vitamin C) pada Laju Korosi Tembaga

Pengaruh Lingkungan Terhadap Efisiensi Inhibisi Asam Askorbat (Vitamin C) pada Laju Korosi Tembaga JURNAL TEKNIK MESIN Vol. 1, No. 2, Oktober 1999 : 100-107 Pengaruh Lingkungan Terhadap Efisiensi Inhibisi Asam Askorbat (Vitamin C) pada Laju Korosi Tembaga Soejono Tjitro, Juliana Anggono Dosen Fakultas

Lebih terperinci

STUDI PENGGUNAAN EKSTRAK BAHAN ALAMI SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA CAT UTUK PELAT KAPAL A36

STUDI PENGGUNAAN EKSTRAK BAHAN ALAMI SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA CAT UTUK PELAT KAPAL A36 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 STUDI PENGGUNAAN EKSTRAK BAHAN ALAMI SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA CAT UTUK PELAT KAPAL A36 Roni Septiari, Heri Supomo Jurusan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 29 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan selama bulan februari sampai Agustus 2015 di Laboratorium Kimia Material dan Hayati FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia,

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN EKSTRAK TANAMAN (Phyllanthus amarus, Aloe vera) SEBAGAI INHIBITOR PADA KOROSI MILD STEEL DALAM MEDIA 0.

PENGARUH PENAMBAHAN EKSTRAK TANAMAN (Phyllanthus amarus, Aloe vera) SEBAGAI INHIBITOR PADA KOROSI MILD STEEL DALAM MEDIA 0. JURNAL TEKNIK POMITS 1 PENGARUH PENAMBAHAN EKSTRAK TANAMAN (Phyllanthus amarus, Aloe vera) SEBAGAI INHIBITOR PADA KOROSI MILD STEEL DALAM MEDIA 0.1 M H 2 SO 4 Zakarizal Zaenal Havada, dan Sulistijono Jurusan

Lebih terperinci

Pengendalian Laju Korosi pada Baja API 5L Grade B N Menggunakan Ekstrak Daun Gambir (Uncaria gambir Roxb)

Pengendalian Laju Korosi pada Baja API 5L Grade B N Menggunakan Ekstrak Daun Gambir (Uncaria gambir Roxb) 172 Pengendalian Laju Korosi pada Baja API 5L Grade B N Menggunakan Ekstrak Daun Gambir (Uncaria gambir Roxb) Eri Aidio Murti 1 *, Sri Handani 1, Yuli Yetri 2 1 Jurusan Fisika Universitas Andalas 2 Politeknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, minyak bumi masih memegang peranan penting bagi perekonomian indonesia, baik sebagai penghasil devisa maupun sebagai pemasok kebutuhan masyarakat dalam negeri.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki lahan tambang yang cukup luas di beberapa wilayahnya.

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki lahan tambang yang cukup luas di beberapa wilayahnya. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki lahan tambang yang cukup luas di beberapa wilayahnya. Salah satu bahan tambang yang banyak fungsinya yaitu batu bara, misalnya untuk produksi besi

Lebih terperinci

Jurnal Reaksi Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol. 3 No.5, Juni 2005 ISSN X

Jurnal Reaksi Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol. 3 No.5, Juni 2005 ISSN X 5 Jurnal Reaksi Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol. 3 No.5, Juni 2005 ISSN 1693-2X Irwan, Pemanfaatan Ekstrak Daun Tanjung Sebagai Inhibitor Korosi Baja Karbon Dalam Lingkungan Garam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai penggunaan aluminium sebagai sacrificial electrode

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai penggunaan aluminium sebagai sacrificial electrode BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian mengenai penggunaan aluminium sebagai sacrificial electrode dalam proses elektrokoagulasi larutan yang mengandung pewarna tekstil hitam ini

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. korosi pada baja karbon dalam media NaCl jenuh CO 2 dan dalam media NaCl

BAB III METODELOGI PENELITIAN. korosi pada baja karbon dalam media NaCl jenuh CO 2 dan dalam media NaCl 25 BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi tanin sebagai inhibitor korosi pada baja karbon dalam media NaCl jenuh CO 2 dan dalam media NaCl

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk

BAB I PEDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk BAB I PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk mendistribusikan aliran fluida dari suatu tempat ketempat yang lain. Berbagi jenis pipa saat ini sudah beredar

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) 1

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) 1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Pengaruh Konsentrasi Inhibitor Suplemen Vitamin C (Asam Askorbat) terhadap Laju Korosi Baja Api 5l Grade B pada Lingkungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk menguji potensi inhibisi produk dari kitosan yang berasal dari cangkang rajungan sebagai inhibitor korosi baja karbon dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan sejak bulan Februari hingga Agustus 2015. Ekstraksi hemin dan konversinya menjadi protoporfirin dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

APLIKASI SARANG SEMUT (Myrmecodia Pendans) SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5 L GRADE B DAN AISI 1010 DALAM MEDIA 3,5% NaCl

APLIKASI SARANG SEMUT (Myrmecodia Pendans) SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5 L GRADE B DAN AISI 1010 DALAM MEDIA 3,5% NaCl APLIKASI SARANG SEMUT (Myrmecodia Pendans) SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5 L GRADE B DAN AISI 11 DALAM MEDIA 3,5% NaCl Sasza Chyntara Nabilla, Sulistijono Jurusan Teknik Material & Metalurgi,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2012 sampai Januari 2013 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2012 sampai Januari 2013 di 27 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2012 sampai Januari 2013 di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Lampung.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai Juli 2012 di Laboratorium Kimia Fisika

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai Juli 2012 di Laboratorium Kimia Fisika III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai Juli 2012 di Laboratorium Kimia Fisika FMIPA dan Laboratorium Biomasa Terpadu Universitas Lampung.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Secara umum, penelitian yang dilakukan adalah pengujian laju korosi dari

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Secara umum, penelitian yang dilakukan adalah pengujian laju korosi dari BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Disain Penelitian Secara umum, penelitian yang dilakukan adalah pengujian laju korosi dari senyawa tanin sebagai produk dari ekstraksi kulit kayu akasia (Acacia mangium)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga menjadi bisnis yang cukup bersaing dalam perusahaan perbajaan.

BAB I PENDAHULUAN. juga menjadi bisnis yang cukup bersaing dalam perusahaan perbajaan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk mendistribusikan aliran fluida dari suatu tempat ketempat yang lain. Berbagi jenis pipa saat ini sudah beredar

Lebih terperinci

STUDI INHIBISI KOROSI BAJA 304 DALAM 2 M HCl DENGAN INHIBITOR CAMPURAN ASAM LEMAK HASIL HIDROLISA MINYAK BIJI KAPUK (Ceiba petandra)

STUDI INHIBISI KOROSI BAJA 304 DALAM 2 M HCl DENGAN INHIBITOR CAMPURAN ASAM LEMAK HASIL HIDROLISA MINYAK BIJI KAPUK (Ceiba petandra) STUDI INHIBISI KOROSI BAJA 304 DALAM 2 M HCl DENGAN INHIBITOR CAMPURAN ASAM LEMAK HASIL HIDROLISA MINYAK BIJI KAPUK (Ceiba petandra) Oleh: Sangya Fitriasih 1405.100.042 ABSTRAK Inhibisi korosi baja 304

Lebih terperinci

PEMANFAATAN OBAT PARACETAMOL SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DALAM MEDIA 3.5% NaCl DAN 0.1M HCl

PEMANFAATAN OBAT PARACETAMOL SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DALAM MEDIA 3.5% NaCl DAN 0.1M HCl PEMANFAATAN OBAT PARACETAMOL SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DALAM MEDIA 3.5% NaCl DAN 0.1M HCl Saddam Husien NRP 2709100094 Dosen Pembimbing : Budi Agung Kurniawan, ST, M.Sc PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui potensi senyawa hasil ekstraksi dari bawang putih sebagai alternatif green inhibitor korosi pada kondisi yang sesuai

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. Secara umum, proses penelitian ini terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama

BAB III METODA PENELITIAN. Secara umum, proses penelitian ini terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama BAB III METODA PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Secara umum, proses penelitian ini terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama adalah mengekstrak polipeptida dari ampas kecap melalui cara pengendapan dengan

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: ( Print) F-56

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: ( Print) F-56 JURNAL TEKNIK ITS Vol., No., () ISSN: -9 (-9 Print) F- Pengaruh Variasi Goresan Lapis Lindung dan Variasi ph Tanah terhadap Arus Proteksi Sistem Impressed Current Cathodic Protection (ICCP) pada Pipa API

Lebih terperinci

Moch. Novian Dermantoro NRP Dosen Pembimbing Ir. Muchtar Karokaro, M.Sc. NIP

Moch. Novian Dermantoro NRP Dosen Pembimbing Ir. Muchtar Karokaro, M.Sc. NIP Pengaruh Variasi Bentuk dan Ukuran Scratch Polyethylene Wrap Terhadap Proteksi Katodik Anoda Tumbal Al-Alloy pada Baja AISI 1045 di Lingkungan Air Laut Moch. Novian Dermantoro NRP. 2708100080 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan Kajian mengenai korosi dan inhibisi korosi pada logam Cu-37Zn dalam larutan Ca(NO 3 ) 2 dan NaCl (komposisi larutan uji, tiruan larutan uji di lapangan) melalui penentuan laju

Lebih terperinci

INHIBITOR KOROSI BAJA KARBON DALAM LARUTAN 1% 4 JENUH CO2

INHIBITOR KOROSI BAJA KARBON DALAM LARUTAN 1% 4 JENUH CO2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegagalan yang terjadi pada suatu material bisa disebabkan oleh beberapa faktor, salah satu penyebabnya adalah korosi. Korosi adalah suatu kerusakan yang terjadi pada

Lebih terperinci

EKSTRAK DAUN GAMBIR SEBAGAI INHIBITOR KOROSI Oleh: Dr. Ahmad Fadli, Ir.Rozanna Sri Irianty, M.Si, Komalasari, ST., MT. Abstralc

EKSTRAK DAUN GAMBIR SEBAGAI INHIBITOR KOROSI Oleh: Dr. Ahmad Fadli, Ir.Rozanna Sri Irianty, M.Si, Komalasari, ST., MT. Abstralc EKSTRAK DAUN GAMBIR SEBAGAI INHIBITOR KOROSI Oleh: Dr. Ahmad Fadli, Ir.Rozanna Sri Irianty, M.Si, Komalasari, ST., MT Abstralc Secara awam icorosi ditcenai sebagai penglcaratan, merupakan suatu peristiwa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Hasil Uji Korosi Dari pengujian yang telah dilakukan maka diperoleh hasil berupa data hasil perhitungan weight loss, laju korosi dan efisiensi inhibitor dalam Tabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peristiwa korosi sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dan tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Peristiwa korosi sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dan tanpa 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Peristiwa korosi sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dan tanpa disadari begitu dekat dengan kehidupan kita, misalnya paku berkarat, tiang listrik berkarat,

Lebih terperinci

PENGGUNAAN VITAMIN C SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA LINGKUNGAN ASAM. Irvan Kaisar Renaldi 1

PENGGUNAAN VITAMIN C SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA LINGKUNGAN ASAM. Irvan Kaisar Renaldi 1 PENGGUNAAN VITAMIN C SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA LINGKUNGAN ASAM Irvan Kaisar Renaldi 1 1 Departemen Teknik Material, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111,

Lebih terperinci

Oleh: Az Zahra Faradita Sunandi Dosen Pembimbing: Prof.Dr.Ir. Sulistijono, DEA

Oleh: Az Zahra Faradita Sunandi Dosen Pembimbing: Prof.Dr.Ir. Sulistijono, DEA Seminar Proposal Tugas Akhir Oleh: Az Zahra Faradita Sunandi 2710100026 Dosen Pembimbing: Prof.Dr.Ir. Sulistijono, DEA Jurusan Teknik Material dan Metalurgi Fakultas Teknologi Industri Instiut Teknologi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Korosi dapat didefinisikan sebagai penurunan mutu suatu logam akibat reaksi elektrokimia dengan lingkungannya, yang melibatkan pergerakan ion logam ke dalam larutan

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sintesis dan Karakterisasi Karboksimetil Kitosan Spektrum FT-IR kitosan yang digunakan untuk mensintesis karboksimetil kitosan (KMK) dapat dilihat pada Gambar 8 dan terlihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Korosi merupakan fenomena kimia yang dapat menurunkan kualitas suatu

BAB I PENDAHULUAN. Korosi merupakan fenomena kimia yang dapat menurunkan kualitas suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Korosi merupakan fenomena kimia yang dapat menurunkan kualitas suatu bahan akibat berinteraksi dengan lingkungan yang bersifat korosif. Proses korosi adalah

Lebih terperinci

PENGHAMBATAN KOROSI BAJA BETON DALAM LARUTAN GARAM DAN ASAM DENGAN MENGGUNAKAN CAMPURAN SENYAWA BUTILAMINA DAN OKTILAMINA

PENGHAMBATAN KOROSI BAJA BETON DALAM LARUTAN GARAM DAN ASAM DENGAN MENGGUNAKAN CAMPURAN SENYAWA BUTILAMINA DAN OKTILAMINA Nama : M.Isa Ansyori Fajri NIM : 03121003003 Shift : Selasa Pagi Kelompok : 3 PENGHAMBATAN KOROSI BAJA BETON DALAM LARUTAN GARAM DAN ASAM DENGAN MENGGUNAKAN CAMPURAN SENYAWA BUTILAMINA DAN OKTILAMINA Korosi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. DIAGRAM ALIR PENELITIAN Untuk mengetahui perilaku korosi pada baja dari sponge bijih besi laterite dan membandingkannya secara kuantitatif dengan perilaku korosi dari baja

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penyamakan kulit dengan menggunakan Spektrofotometer UV-VIS Mini

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penyamakan kulit dengan menggunakan Spektrofotometer UV-VIS Mini 43 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Proses elektrokoagulasi terhadap sampel air limbah penyamakan kulit dilakukan dengan bertahap, yaitu pengukuran treatment pada sampel air limbah penyamakan kulit dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. IV.1 Media uji dan kondisi pertambangan minyak bumi. Media yang digunakan pada pengukuran laju korosi baja karbon dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. IV.1 Media uji dan kondisi pertambangan minyak bumi. Media yang digunakan pada pengukuran laju korosi baja karbon dan 36 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Media uji dan kondisi pertambangan minyak bumi Media yang digunakan pada pengukuran laju korosi baja karbon dan potensial inhibisi dari senyawa metenamina adalah larutan

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian 22 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur Proses Penelitian Mulai Preparasi dan larutan Pengujian Polarisasi Potensiodinamik untuk mendapatkan kinetika korosi ( no. 1-7) Pengujian Exposure (Immersion) untuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini digunakan TiO2 yang berderajat teknis sebagai katalis.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini digunakan TiO2 yang berderajat teknis sebagai katalis. 33 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakterisasi TiO2 Dalam penelitian ini digunakan TiO2 yang berderajat teknis sebagai katalis. TiO2 dapat ditemukan sebagai rutile dan anatase yang mempunyai fotoreaktivitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan selama bulan februari sampai juni 2014 di Laboratorium Kimia Material dan Hayati FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penyiapan Sampel Sampel daging buah sirsak (Anonna Muricata Linn) yang diambil didesa Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo, terlebih

Lebih terperinci

ANALISA PERBANDINGAN LAJU KOROSI MATERIAL STAINLESS STEEL SS 316 DENGAN CARBON STEEL A 516 TERHADAP PENGARUH AMONIAK

ANALISA PERBANDINGAN LAJU KOROSI MATERIAL STAINLESS STEEL SS 316 DENGAN CARBON STEEL A 516 TERHADAP PENGARUH AMONIAK ANALISA PERBANDINGAN LAJU KOROSI MATERIAL STAINLESS STEEL SS 316 DENGAN CARBON STEEL A 516 TERHADAP PENGARUH AMONIAK * Ir. Soewefy, M.Eng, ** Indra Prasetyawan * Staff Pengajar Jurusan Teknik Perkapalan

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) D-22

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) D-22 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-22 Pemanfaatan Biji Asam Jawa (Tamarindusindica) Sebagai Koagulan Alternatif dalam Proses Menurunkan Kadar COD dan BOD dengan

Lebih terperinci

Proteksi Katodik dengan Menggunakan Anoda Korban pada Struktur Baja Karbon dalam Larutan Natrium Klorida

Proteksi Katodik dengan Menggunakan Anoda Korban pada Struktur Baja Karbon dalam Larutan Natrium Klorida Proteksi Katodik dengan Menggunakan Anoda Korban pada Struktur Baja Karbon dalam Larutan Natrium Klorida Rahmat Ilham, Komalasari, Rozanna Sri Irianty Jurusan S1 Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

KIMIA FISIKA (Kode : F-06)

KIMIA FISIKA (Kode : F-06) SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA V Kontribusi Kimia dan Pendidikan Kimia dalam Pembangunan Bangsa yang Berkarakter Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP UNS Surakarta, 6 April 2013

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Penentuan kadar air berguna untuk mengidentifikasi kandungan air pada sampel sebagai persen bahan keringnya. Selain itu penentuan kadar air berfungsi untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Boiler merupakan salah satu unit pendukung yang penting dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN. Boiler merupakan salah satu unit pendukung yang penting dalam dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Boiler merupakan salah satu unit pendukung yang penting dalam dunia industri. Boiler berfungsi untuk menyediakan kebutuhan panas di pabrik dengan mengubah air menjadi

Lebih terperinci

Bab III Pelaksanaan Penelitian

Bab III Pelaksanaan Penelitian Bab III Pelaksanaan Penelitian Untuk menentukan jenis korosi, laju korosi dan inhibitor yang sesuai pada korosi material runner turbin di lingkungan PLTA Saguling, dilakukan pengukuran dan pengujian laboratorium

Lebih terperinci

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol PENGARUH PENAMBAHAN SURFAKTAN hexadecyltrimethylammonium (HDTMA) PADA ZEOLIT ALAM TERDEALUMINASI TERHADAP KEMAMPUAN MENGADSORPSI FENOL Sriatun, Dimas Buntarto dan Adi Darmawan Laboratorium Kimia Anorganik

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Pembuatan Asap Cair Asap cair dari kecubung dibuat dengan teknik pirolisis, yaitu dekomposisi secara kimia bahan organik melalui proses pemanasan tanpa atau sedikit oksigen

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Surfaktan Gemini 12-2-12 Sintesis surfaktan gemini dilakukan dengan metode konvensional, yaitu dengan metode termal. Reaksi yang terjadi adalah reaksi substitusi bimolekular

Lebih terperinci

Studi Perilaku Korosi Tembaga dengan Variasi Konsentrasi Asam Askorbat (Vitamin C) dalam Lingkungan Air yang Mengandung Klorida dan Sulfat

Studi Perilaku Korosi Tembaga dengan Variasi Konsentrasi Asam Askorbat (Vitamin C) dalam Lingkungan Air yang Mengandung Klorida dan Sulfat JURNAL TEKNIK MESIN Vol. 2, No. 1, April 0 : 62-67 Studi Perilaku Korosi Tembaga dengan Variasi Konsentrasi Asam Askorbat (Vitamin C) dalam Lingkungan Air yang Mengandung Klorida dan Sulfat Soejono Tjitro,

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS NIKEL(II) DENGAN LIGAN ETILENDIAMINTETRAASETAT (EDTA)

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS NIKEL(II) DENGAN LIGAN ETILENDIAMINTETRAASETAT (EDTA) PENULIS : 1. Nur Chamimmah Lailis I,S.Si 2. Dr. rer. nat. Irmina Kris Murwani ALAMAT : JURUSAN KIMIA ITS SURABAYA JUDUL : SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS NIKEL(II) DENGAN LIGAN ETILENDIAMINTETRAASETAT

Lebih terperinci

Pengaruh Ekstrak Daun Trembesi (Samanea Saman (Jacq.) Merr.) Sebagai Bahan Inhibitor Terhadap Laju Korosi Baja Plat Hitam (Base Plate) A36

Pengaruh Ekstrak Daun Trembesi (Samanea Saman (Jacq.) Merr.) Sebagai Bahan Inhibitor Terhadap Laju Korosi Baja Plat Hitam (Base Plate) A36 Pengaruh Ekstrak Daun Trembesi (Samanea Saman (Jacq.) Merr.) Sebagai Bahan Inhibitor Terhadap Laju Korosi Baja Plat Hitam (Base Plate) A36 Effect of Trembesi Leaf Extracts (Samanea saman(jacq.) Merr) as

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Uji Aktivitas dan Pemilihan Ekstrak Terbaik Buah Andaliman

HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Uji Aktivitas dan Pemilihan Ekstrak Terbaik Buah Andaliman 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Sebanyak 5 kg buah segar tanaman andaliman asal Medan diperoleh dari Pasar Senen, Jakarta. Hasil identifikasi yang dilakukan oleh Pusat Penelitian

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI CH3COOH TERHADAP KARAKTERISASI KOROSI BAJA BS 970 DI LINGKUNGAN CO2

PENGARUH KONSENTRASI CH3COOH TERHADAP KARAKTERISASI KOROSI BAJA BS 970 DI LINGKUNGAN CO2 PENGARUH KONSENTRASI CH3COOH TERHADAP KARAKTERISASI KOROSI BAJA BS 970 DI LINGKUNGAN CO2 RENDY WAHYU SANTOSO NRP 2707 100 040 Dosen Pembimbing : Budi Agung Kurniawan, ST., MSc. JURUSAN TEKNIK MATERIAL

Lebih terperinci

Pemetaan Korosi pada Stasiun Pemurnian di Pabrik Gula Watoe Toelis Krian, Sidoarjo. Adam Alifianto ( )

Pemetaan Korosi pada Stasiun Pemurnian di Pabrik Gula Watoe Toelis Krian, Sidoarjo. Adam Alifianto ( ) Pemetaan Korosi pada Stasiun Pemurnian di Pabrik Gula Watoe Toelis Krian, Sidoarjo Adam Alifianto (2707 100 021) Jurusan Teknik Material dan Metalurgi, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Korosi dapat didefinisikan sebagai penurunan mutu suatu logam akibat reaksi elektrokimia dengan lingkungannya, yang melibatkan pergerakan ion logam ke dalam larutan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hidupnya. Salah satu contoh diantaranya penggunaan pelat baja lunak yang biasa

I. PENDAHULUAN. hidupnya. Salah satu contoh diantaranya penggunaan pelat baja lunak yang biasa 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia telah banyak memanfaatkan logam untuk berbagai keperluan di dalam hidupnya. Salah satu contoh diantaranya penggunaan pelat baja lunak yang biasa digunakan sebagai

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2015 sampai Mei 2015 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2015 sampai Mei 2015 di III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2015 sampai Mei 2015 di Laboratorium Kimia Organik Universitas Lampung, Laboratorium Terpadu UIN Syarif

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI LARUTAN NaCl DENGAN KONSENTRASI 3,5%, 4% DAN 5% TERHADAP LAJU KOROSI BAJA KARBON SEDANG

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI LARUTAN NaCl DENGAN KONSENTRASI 3,5%, 4% DAN 5% TERHADAP LAJU KOROSI BAJA KARBON SEDANG TUGAS AKHIR PENGARUH VARIASI KONSENTRASI LARUTAN NaCl DENGAN KONSENTRASI 3,5%, 4% DAN 5% TERHADAP LAJU KOROSI BAJA KARBON SEDANG Disusun : RULENDRO PRASETYO NIM : D 200 040 074 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya inhibitor korosi berasal dari senyawa-senyawa organik dan

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya inhibitor korosi berasal dari senyawa-senyawa organik dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Umumnya inhibitor korosi berasal dari senyawa-senyawa organik dan anorganik seperti nitrit, kromat, fospat, urea, fenilalanin, imidazolin, dan senyawa-senyawa amina.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Laju Korosi Baja Karbon Pengujian analisis dilakukan untuk mengetahui prilaku korosi dan laju korosi baja karbon dalam suatu larutan. Pengujian ini dilakukan dengan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas.

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas. 18 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Nama Alat Merek Alat-alat Gelas Pyrex Gelas Ukur Pyrex Neraca Analitis OHaus Termometer Fisher Hot Plate

Lebih terperinci

ELEKTROKIMIA DAN KOROSI (Continued) Ramadoni Syahputra

ELEKTROKIMIA DAN KOROSI (Continued) Ramadoni Syahputra ELEKTROKIMIA DAN KOROSI (Continued) Ramadoni Syahputra 3.3 KOROSI Korosi dapat didefinisikan sebagai perusakan secara bertahap atau kehancuran atau memburuknya suatu logam yang disebabkan oleh reaksi kimia

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. -X52 sedangkan laju -X52. korosi tertinggi dimiliki oleh jaringan pipa 16 OD-Y 5

BAB IV PEMBAHASAN. -X52 sedangkan laju -X52. korosi tertinggi dimiliki oleh jaringan pipa 16 OD-Y 5 BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini, hasil pengolahan data untuk analisis jaringan pipa bawah laut yang terkena korosi internal akan dibahas lebih lanjut. Pengaruh operasional pipa terhadap laju korosi dari

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PADA PROSES PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 304 TERHADAP LAJU KOROSI

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PADA PROSES PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 304 TERHADAP LAJU KOROSI Teknika : Engineering and Sains Journal Volume, Nomor, Juni 207, 67-72 ISSN 2579-5422 online ISSN 2580-446 print PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PADA PROSES PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 304 TERHADAP LAJU KOROSI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012. 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Penelitian

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI NIKEL DAN KLORIDA TERHADAP PROSES ELEKTROPLATING NIKEL

PENGARUH KONSENTRASI NIKEL DAN KLORIDA TERHADAP PROSES ELEKTROPLATING NIKEL PENGARUH KONSENTRASI NIKEL DAN KLORIDA TERHADAP PROSES ELEKTROPLATING NIKEL Mentik Hulupi Agustinus Ngatin Teknik Kimia, Politeknik Negeri Bandung Jl. Gegerkalong Hilir, Ds. Ciwaruga, Bandung E-mail: hulupimentik@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini sampel komposit hidroksiapatit-gelatin dibuat menggunakan metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 hari, 1 hari, 7 hari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Baja Baja merupakan paduan yang terdiri dari unsur utama besi (Fe) dan karbon (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang tersusun dalam

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN INHIBITOR EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS TERHADAP PENURUNAN LAJU KOROSI BAJA ST-37

PENGARUH PENAMBAHAN INHIBITOR EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS TERHADAP PENURUNAN LAJU KOROSI BAJA ST-37 PENGARUH PENAMBAHAN INHIBITOR EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS TERHADAP PENURUNAN LAJU KOROSI BAJA ST-37 Lusiana Br Turnip, Sri Handani, Sri Mulyadi Jurusan Fisika, Fakultas MIPA Universitas Andalas, Padang

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Pengertian Korosi Korosi berasal dari bahasa Latin corrous yang berarti menggerogoti. Korosi didefinisikan sebagai berkurangnya kualitas suatu material (biasanya berupa logam

Lebih terperinci

STUDI DEGRADASI MATERIAL PIPA JENIS BAJA ASTM A53 AKIBAT KOMBINASI TEGANGAN DAN MEDIA KOROSIF AIR LAUT IN-SITU DENGAN METODE PENGUJIAN C-RING

STUDI DEGRADASI MATERIAL PIPA JENIS BAJA ASTM A53 AKIBAT KOMBINASI TEGANGAN DAN MEDIA KOROSIF AIR LAUT IN-SITU DENGAN METODE PENGUJIAN C-RING PROS ID ING 2 0 11 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK STUDI DEGRADASI MATERIAL PIPA JENIS BAJA ASTM A53 AKIBAT KOMBINASI TEGANGAN DAN MEDIA KOROSIF AIR LAUT IN-SITU DENGAN METODE PENGUJIAN C-RING Jurusan

Lebih terperinci

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV asil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Isolasi Kitin dari Limbah Udang Sampel limbah udang kering diproses dalam beberapa tahap yaitu penghilangan protein, penghilangan mineral, dan deasetilasi untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Proses pengujian dapat dilihat pada diagram alir berikut ini:

BAB III METODE PENELITIAN. Proses pengujian dapat dilihat pada diagram alir berikut ini: 20 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Proses pengujian dapat dilihat pada diagram alir berikut ini: Muai Sampel material Data Lapangan Sampel air injeksi Pengamatan visual Data Penelitian

Lebih terperinci

Hasil dan Pembahasan

Hasil dan Pembahasan Bab 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polimer Benzilkitosan Somorin (1978), pernah melakukan sintesis polimer benzilkitin tanpa pemanasan. Agen pembenzilasi yang digunakan adalah benzilklorida. Adapun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 23 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 PENDAHULUAN Penelitian penganalisaan korosi stainless stee 316L dilakukan di laboratorium material termaju, Teknik Mesin Universitas Mercu Buana Meruya dan di laboratorium

Lebih terperinci

BAB II KOROSI dan MICHAELIS MENTEN

BAB II KOROSI dan MICHAELIS MENTEN BAB II : MEKANISME KOROSI dan MICHAELIS MENTEN 4 BAB II KOROSI dan MICHAELIS MENTEN Di alam bebas, kebanyakan logam ditemukan dalam keadaan tergabung secara kimia dan disebut bijih. Oleh karena keberadaan

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN EKSTRAK KULIT BUAH JERUK DAN KULIT BUAH MANGGA SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA KARBON DALAM MEDIA NaCl 3,5%

PENGARUH PENAMBAHAN EKSTRAK KULIT BUAH JERUK DAN KULIT BUAH MANGGA SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA KARBON DALAM MEDIA NaCl 3,5% Pengaruh Penambahan Ekstrak Kulit Buah Jeruk dan Kulit Buah Mangga sebagai Korosi pada Baja Karbon dalam PENGARUH PENAMBAHAN EKSTRAK KULIT BUAH JERUK DAN KULIT BUAH MANGGA SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA

Lebih terperinci

Pengaruh Penambahan Inhibitor Korosi dari Daun Meniran & Daun Lidah Buaya pada Mild Steel dalam media 0.1 M H 2 SO 4

Pengaruh Penambahan Inhibitor Korosi dari Daun Meniran & Daun Lidah Buaya pada Mild Steel dalam media 0.1 M H 2 SO 4 Sidang Tugas Akhir Zakarizal Zaenal Havada NRP: 2709100092 Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Sulistijono, DEA Pengaruh Penambahan Inhibitor Korosi dari Daun Meniran & Daun Lidah Buaya pada Mild Steel dalam

Lebih terperinci