IDENTIFIKASI MASJID WALI DI KABUPATEN DEMAK PENELITI : MOHHAMAD KUSYANTO, ST, MT NIDN :

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IDENTIFIKASI MASJID WALI DI KABUPATEN DEMAK PENELITI : MOHHAMAD KUSYANTO, ST, MT NIDN :"

Transkripsi

1 IDENTIFIKASI MASJID WALI DI KABUPATEN DEMAK PENELITI : MOHHAMAD KUSYANTO, ST, MT NIDN : FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR UNIVERSITAS SULTAN FATAH DEMAK TAHUN 2012 i

2 HALAMAN PENGESAHAN Judul Penelitian Nama Rumpun Ilmu : Identifikasi Masjid Wali di Kabupaten Demak : Teknik Arsitektur Ketua Peneliti : a. Nama Lengkap : Mohhamad Kusyanto, ST, MT b. NIDN : c. Jabatan Fungsional : Asisten Ahli d. Program Studi : Teknik Arsitektur e. Nomor Hp : f. Alamat Surel ( ) : mkusyanto@gmail.com Anggota Peneliti (1) : a. Nama Lengkap : - b. NIDN : - c. Perguruan Tinggi : - Biaya Penelitian : Mandiri Demak, 23 Oktober 2012 Menyetujui, Ketua P3M UNISFAT Peneliti Ahmad Mufid, S.Kom Mohhamad Kusyanto, ST. MT ii

3 KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT atas hidayah, inayah serta nikmat-nya sehingga penulis bisa menyelesaikan penelitian ini. Penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik atas saran, petunjuk, dukungan serta bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis hanya dapat mengucapkan banyak terima kasih dari hati yang paling dalam kepada : 1. Dra. Suemy, M.Si. selaku Rektor Unisfat Demak yang telah memberi arahan kepada penulis untuk menyelesaikan penelitian ini. 2. M. Charis, ST. selaku Dekan Teknik yang telah memberi dorongan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan penelitian ini. 3. Debagus Nandang, ST selaku Ketua Program Studi Teknik Arsitektur yang telah memberi dorongan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan penelitian ini. 4. Para dosen Teknik Arsitektur yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis menyelesaikan penelitian ini. 5. Segenap civitas akademi Unisfat Demak atas dukungan dan doanya. 6. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini. Hasil penelitian ini masih banyak kekurangan, untuk itu penulis berharap segala partisipasi semua pihak untuk memberikan masukan, saran dan kritik yang membangun demi sempurnanya penelitian ini. Akhirnya penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi seluruh insan pecinta ilmu pengetahuan dan berguna bagi kemajuan ilmu pengetahuan. Amiin. Demak, Oktober 2012 Penulis iii

4 ABSTRAK Kabupaten Demak memiliki nilai historis sebagai kerajaaan Islam Demak. Pada masa itu banyak masjid yang dibangun oleh walisanga. Masjid wali ini tidak banyak diketahui oleh orang banyak. Sekarang ini peninggalannya sudah banyak yang hilang. Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi masjid wali yang ada di kabupaten Demak, menggambarkan ciri-ciri masjid wali dan mendokumentasikan masjid wali di kabupaten Demak. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analistik. Penelitian ini secara garis besar dapat dibagi dalam dua tahap, yakni penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan (field study). Hasil yang didapatkan adalah ciri-ciri masjid wali yang meliputi bangunannya ditopang empat saka guru, atapnya limasan bersusun tiga (Tuimpang/Meru), di depan bangunan induk ada serambi atap limasan, diatas pengimaman/mihraf terdapat lambang surya Majapahit yang merupakan simbol kebesaran Kasultanan Bintoro dan perlu upaya penelitian lebih lanjut terhadap masjid wali lain yang belum terdokumentasikan dengan baik, sehingga dapat menjadi arsip di masa yang akan datang. Kata kunci : identifikasi, masjid, wali iv

5 DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii ABSTRAK... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... vi Bab I Pendahuluan... 1 I.1. Latar Belakang... 1 I.2. Rumusan Masalah... 1 I.3. Tujuan Penelitian... 1 I.4. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian... 2 I.5.. Sistematika Penulisan... 2 Bab II Tinjauan Pustaka... 3 II.1. Pengertian Masjid... 3 II.2. Fungsi Masjid... 3 II.3. Arsitektur Masjid... 5 II.4. Komponen dalam Arsitektur Masjid... 5 II.5. Masjid Wali... 6 Bab III Metode Penelitian... 8 Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan... 9 IV.1. Hasil Penelitian... 9 IV.2. Pembahasan Bab V Penutup IV.1. Kesimpulan IV.2. Saran DAFTAR PUSTAKA v

6 DAFTAR GAMBAR Gambar IV.1 Denah Masjid Agung Demak... 9 Gambar IV.2 Tampak Masjid Agung Demak Gambar IV.3 Ruang Utama Sholat Masjid Agung Demak Gambar IV.4 Isometri Masjid Agung Demak Gambar IV.5 Potongan Melintang Masjid Agung Demak Gambar IV.6 Potongan membujur Masjid Agung Demak Gambar IV.7 Ruang Wudlu Masjid Agung Demak Gambar IV.8 Teritisan Masjid Agung Demak Gambar IV.9 Tampak Masjid Sunan Kalijaga Kadilangu Gambar IV.10 Denah Masjid Sunan Kalijaga Kadilangu Gambar IV.11 Ruang Utama Sholat Masjid Sunan Kalijaga Kadilangu Gambar IV.12 Serambi Masjid Sunan Kalijaga Kadilangu Gambar IV.13 Ruang Wudlu Masjid Sunan Kalijaga Kadilangu Gambar IV.14 Tampak Masjid Grogol Gambar IV.15 Mustaka Masjid Grogol vi

7 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masjid adalah tempat peribadatan umat Islam. Tempat bersujud, menyembah kepada Sang Pencipta. Kata masjid berasal dari kata sajada-sujud yang berarti patuh, taat, serta tunduk penuh hormat, takzim. sujud dalam syariat yaitu berlutut, meletakkan dahi kedua tangan ke tanah adalah bentuk nyata dari arti kata tersebut. Oleh karena itu bangunan yang dibuat khusus untuk sholat disebut masjid yang artinya : tempat untuk sujud (Shihab, 1997 : 459). Masjid (masjidun) mempunyai dua arti, arti umum dan arti khusus. masjid dalam arti umum adalah semua tempat yang digunakan untuk sujud dinamakan masjid. sedangkan masjid dalam pengertian khusus adalah tempat atau bangunan yang dibangun khusus untuk menjalankan ibadah, terutama sholat berjamaah. Masjid berdiri pertama kali di Kabupaten Demak sejak dibangunnya Masjid Agung Demak oleh walisanga. Walisanga merupakan wali/utusan yang menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa. Dalam memperkuat dakwahnya, walisanga mendirikan masjid-masjid. Dengan membangun masjid, sentral dakwah bisa dilaksanakan di masjid tersebut. Masjid-masjid yang pernah dibangun oleh para wali disebutnya masjid wali. Masjid wali ini tidak banyak diketahui oleh orang banyak. Sekarang ini peninggalannya sudah banyak yang hilang. Untuk itu diperlukan penelitian untuk mengidentifikasi masjid yang termasuk masjid wali tersebut sebagai upaya pelestarian di masa yang akan datang. I.2 Rumusan Masalah Dalam penelitian ini berupaya menggali dan mempelajari keberadaan masjid wali yang ada di kabupaten Demak. Penelitian ini berangkat dari berkembangnya masjid sebagai tempat ibadah yang di masyarakat, namun tidak diketahui peninggalan masjid yang dibangun oleh para wali. I.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah : Mengidentifikasi masjid wali yang ada di kabupaten Demak 1

8 Menggambarkan ciri-ciri masjid wali Mendokumentasikan masjid wali di kabupaten Demak I.4 Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian Batasan dalam penelitian ini ditetapkan untuk mempermudah peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini adalah batas wilayah penelitian berada di Kabupaten Demak yang dahulu pernah menjadi kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. I.4 Sistematika Penulisan Penelitian ini akan terdiri dari bab pendahuluan, kajian pustaka, metode penelitian, hasil penelitin dan pembahasan dan penutup. Deskripsi singkat dari masing-masing bab adalah : Bab I Pendahuluan, merupakan bagian awal yang menjelaskan latar belakang pemilihan topik masjid wali di Kabupaten Demak. Bab ini juga memuat latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup dan batasan penelitian dan sistematika penulisan; Bab II Kajian Pustaka, berisi tentang berbagai kajian pustaka yang meliputi pengertian masjid, fungsi masjid, arsitektur masjid, komponen dalam arsitektur masjid dan masjid wali. Bab III Metodologi Penelitian, berisi metode yang digunakan dalam penelitian ini secara terperinci dan jelas; Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab V Penutup, yang berisi kesimpulan dan penutup. 2

9 BAB II KAJIAN TEORI II.1 Pengertian Masjid Kata Masjid berasal dari kata sajada-sujud yang berarti patuh, taat, serta tunduk penuh hormat, takzim. Sujud dalam syariat yaitu berlutut, meletakkan dahi kedua tangan ke tanah adalahn bentuk nyata dari arti kata tersebut. Oleh karena itu bangunan yang dibuat khusus untuk sholat disebut masjid yang artinya : tempat untuk sujud (Shihab, 1997 : 459). Masjid (masjidun) mempunyai dua arti, arti umum dan arti khusus. Masjid dalam arti umum adalah semua tempat yang digunakan untuk sujud dinamakan masjid. Sedangkan masjid dalam pengertian khusus adalah tempat atau bangunan yang dibangun khusus untuk menjalankan ibadah, terutama sholat berjamaah. Pengertian ini juga mengerucut menjadi masjid yang digunakan untuk salat Jumat disebut Masjid Jami'. Karena sholat Jumât diikuti oleh orang banyak maka masjid Jami' biasanya besar. Sedangkan masjid yang hanya digunakan untuk sholat lima waktu, bisa di perkampungan, bisa juga di kantor atau di tempat umum, dan biasanya tidak terlalu besar atau bahkan kecil sekali sesuai dengan keperluan, disebut Mushola, artinya tempat sholat. Di beberapa daerah, mushola terkadang diberi nama langgar atau surau. Berdasar akar katanya mengandung arti tunduk dan patuh, maka hakekat dari masjid adalah tempat melakukan segala aktivitas berkaitan dengan kepatuhan kepada Allah semata. Oleh karena itu,masjid dapat diartikan lebih jauh, bukan hanya sekedar tempat bersujud, pensucian, tempat salat dan bertayamum, namun juga sebagai tempat melaksanakan segala aktivitas kaum muslim berkaitan dengan kepatuhan kepada Tuhan (Shihab, 1997 : 460). III.2. Fungsi Masjid Fungsi masjid yang utama adalah sebagai pusat kegiatan ibadah seperti sholat 5 waktu, sholat jum at, sholat terawih, iktikaf dan sholat sunnat yang lainnya. Selain itu berfungsi sebagai pusat kemasyarakatan seperti menikahkan muslim yang dilakukan penghulu, mendoakan, menyembahyangkan jenazah, serta 3

10 mengajarkan, membicarakan dan menyimpulkan semua pokok kegiatan Islam dan lain-lain (Gazalba, 1977 : ). Menurut Sumalyo (2000), dari sejarah Masjid Nabawi di Madinah yang didirikan oleh Rasulullah SAW, dapat dijabarkan fungsi dan peranannya pada masa itu. Tercatat tidak kurang dari sepuluh peranan dan fungsi Masjid Nabawi yaitu sebagai tempat ibadah (salat, zikir), konsultasi dan komunikasi berbagai masalah termasuk ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, santunan sosial, latihan militer dan persiapan peralatannya, pengobatan korban perang, perdamaian dan pengadilan sengketa, menerima tamu (di aula), menawan tahanan dan pusat penerangan atau pembelaan agama (Shihab, 1997 : 462). Menurut Ayub (1997), ada sembilan fungsi masjid diantaranya yaitu (1) masjid merupakan tempat kaum muslimin beribadat dan mendekatkan diri kepada Allah SWT, (2) masjid adalah tempat kaum Muslimin beri tikaf, membersihkan diri, menggembleng batin untuk membina kesadaran dan mendapatkan pengalaman batin/keagamaan sehingga selalu terpelihara keseimbangan jiwa dan raga serta keutuhan kepribadian, (3) masjid adalah tempat bermusyawarah kaum muslimin guna memecahkan persoalan-persoalan yang timbul dalam masyarakat (4) masjid adalah tempat kaum muslimin berkonsultasi, mengajukankesulitan-kesulitan, meminta bantuan dan pertolongan (5) masjid adalah tempat membina keutuhan ikatan jamaah dan gotong royong di dalam mewujudkan kesejahteraan bersama (6) masjid dengan majlis taklimnya merupakan wahana untuk meningkatkan kecerdasan dan ilmu pengetahuan muslimin (7) masjid adalah tempat pembinaan dan pengembangan kader-kader pimpinan umat (8) masjid tempat mengumpulkan dana, menyimpan dan membagikannya (9) masjid tempat melaksanakan pengaturan dan supervisi sosial. Fungsi masjid yang utama adalah sebagai pusat kegiatan ibadah seperti sholat 5 waktu, sholat jum at, sholat terawih, iktikaf dan sholat sunnat yang lainnya. Selain itu berfungsi sebagai pusat kemasyarakatan seperti menikahkan muslim yang dilakukan penghulu, mendoakan, menyembahyangkan jenazah, serta mengajarkan, membicarakan dan menyimpulkan semua pokok kegiatan Islam dan lain-lain (Gazalba, 1975 : ). Masjid merupakan representasi dari komunitas umat Islam yang melahirkan dan memakmurkannya (Barliana, 2010 :4). 4

11 II.3 Arsitektur Masjid Arsitektur masjid saat ini telah berkembang sejalan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan arsitektur masjid ini sejalan dengan kegiatan pembangunan masjid sebagai tempat peribadatan yang ada di masyarakat. Arsitektur adalah hasil dari proses perancangan dan pembangunan oleh seorang atau sekelompok orang dalam memenuhi kebutuhan ruang untuk melaksanakan kegiatan tertentu (Sumalyo, 2000). Didukung oleh Jencks (1977), yang menyatakan arsitektur merupakan suatu alat untuk berkomunikasi, yang mewujudkan unsur-unsur estetika dengan dilandasi pranata berkomunikasi yang memanfaatkan teori-teori yang terdapat dalam bidang ilmu semiotik (semiologi). Arsitektur menghasilkan karya-karya arsitektur yang merupakan salah satu refleksi dan perwujudan kebudayaan dasar masyarakat serta memuat sejumlah makna yang dapat dikomunikasikan (Rapoport, 1979). Masjid dapat diartikan sebagai tempat dimana saja bersembahyang bagi orang muslim (Nikolaus Pevsner dalam Sumalyo, 2000), Hal itu didasarkan pada sabda Nabi Muhammad SAW : Di manapun engkau bersembahyang maka tempat itulah masjid. Secara etimologi, masjid juga dapat diartikan sebagai tempat beribadah umat Islam, khususnya dalam melaksanakan shalat. Masjid sering disebut dengan Baitullah (rumah Allah), yaitu rumah yang dibangun sebagai sarana mengabdi kepada Allah SWT (Siswanto, 2005: 23) Dari paparan diatas, dapat disimpulkan arsitektur masjid adalah tempat untuk bersujud bagi orang muslim yang merupakan hasil dari proses perancangan dan pembangunan sebagai suatu alat untuk menyampaikan pesan tertentu dan untuk berkomunikasi dalam wujud unsur-unsur estetika yang menghasilkan karya-karya arsitektur sebagai salah satu refleksi dan perwujudan kebudayaan dasar masyarakat. II.4 Komponen dalam Arsitektur Masjid Masjid dibangun meliputi beberapa komponen yang mendukung dan biasa digunakan dalam arsitektur masjid. Secara umum menurut Sumalyo (2000), komponen yang ada dan biasa digunakan dalam masjid adalah (1) ruang untuk sholat bersama; (2) mimbar yakni tempat duduk tempat berceramah, agar lebih mudah didengar dan dilihat oleh umat atau peserta shalat jamaah; (3) mihrab 5

12 yakni sebuah ceruk atau ruang relatif kecil masuk dalam dinding, sebagai tanda arah kiblat. Biasanya mimbar berdampingan di sebelah kanan mihrab; (4) tempat Wudhu yakni ruang untuk menyucikan diri dengan antara lain membasuh tangan, muka dan kaki sebelum sembahyang; (5) minaret yakni menara untuk memanggil untuk bersembahyang atau azan yang juga menjadi ritual shalat; (6) dikka, semacam panggung dengan tangga, diletakkan di tengah ruang shalat utama (unsur pelengkap yang tidak selalu ada dalam masjid); (7) dekorasi.. Arsitektur masjid besar sebelum era modern dapat dibedakan menjadi lima kelompok besar menurut elemen-elemen arsitektur dan tatanan ruangannya. Pertama, tipe hyspostyle dengan atap datar dan kemungkinannya adanya satu atau lebih kubah kecil, seperti masjid-masjid di jazirah Arab dan Afrika. Kedua, bangunan dengan ruang utama yang sangat luas, biasanya ditutupi oleh sebuah kubah besar seperti masjid-masjid di Turki masa Utsmani atau dinaungi oleh atap piramida seperti masjid-masjid di Indonesia. Ketiga, masjid dengan iwan (selasar beratap) di kedua sisi dan taman bujursangkar di tengahnya, seperti masjid-masjid di Iran dan Asia Tengah. Keempat, bangunan dengan tiga kubah dan halaman yang sangat luas seperti masjid-masjid di India. Kelima, kompleks bangunan dan pavilium di dalam kompleks yang dikelilingi taman dan tembok, seperti masjidmasjid di Cina (Frishman & Khan, 1994: 12). Sementara itu menurut Hasan Ud- Din Khan (Khan dalam Santosa, 2000), beberapa kecendrungan utama dalam citra bentuk masjid di Asia Tenggara yakni bentuk Javanese Vernacular atau masjidmasjid tradisional Jawa dengan ciri atap berbentuk piramida bersusun, bentuk Indo-Arabic Cross Cultural Mix atau masjid yang didominasi bentuk-bentuk busur dan kubah, bentuk modern. II.5. Masjid Wali Masjid wali adalah masjid yang didirikan oleh walisanga. Masjid ini termasuk dalam masjid arsitektur jawa. Pada tahun 1984, peneliti Belanda G.F. Pijper telah menyebutkan bahwa tipe bentuk masjid di Indonesia berasal dari Masjid Jawa. Menurutnya ada enam karakter umum tipe Masjid Jawa itu yakni: 1) berdenah bujur sangkar, 2) lantainya langsung berada pada fundamen yang masif atau tidak memiliki kolong lantai sebagaimana rumah-rumah vernakular Indonesia atau tempat 6

13 ibadah berukuran kecil seperti langgar (Jawa), tajug (Sunda), dan bale (Banten), 3) memiliki atap tumpang dari dua hingga lima tumpukan yang mengerucut ke satu titik di puncaknya, 4) mempunyai ruang tambahan pada sebelah barat atau barat laut untuk mihrab, 5) mempunyai beranda baik pada sebelah depan (timur) atau samping yang biasa disebut surambi atau siambi (Jawa) atau tepas masjid (Sunda), dan 6) memiliki ruang terbuka yang mengitari masjid yang dikelilingi pagar pembatas dengan satu pintu masuknya di bagian muka sebelah timur. 7

14 BAB III METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analistik. Penelitian ini secara garis besar dapat dibagi dalam dua tahap, yakni penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan (field study). Penelitian kepustakaan merupakan tahap atau bagian awal dari kegiatan penelitian, berupa pengumpulan data-data pustaka. Penelitian lapangan, tahap ini merupakan kegiatan yang dilakukan di lapangan, antara lain meliputi: 1. Observasi pendahuluan Observasi pendahuluan ini dilakukan dengan cara melihat masjid di kabupaten Demak. Observasi pendahuluan ini sangat penting dalam menentukan berapa obyek yang akan kita teliti sehingga kita dengan mudah untuk melakukan langkah penelitian berikutnya. 2. Pengambilan data primer melalui : Setelah kita melakukan observasi pendahuluan, langkah penelitian berikutnya adalah dengan mengumpulkan data di lapangan yang dapat dilakukan dengan cara : - Observasi/pengamatan - Pemotretan obyek - Sketsa dan pengukuran 3. Data sekunder meliputi, dokumen-dokumen sejarah baik berupa tulisan, gambar dan foto-foto. 8

15 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV.1 Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan mengidentifikasi masjid dalam kategori masjid wali. Data dilakukan analisis untuk menentukan ciri-ciri masjid wali. Masjid wali yang dianalisis meliputi : 1. Masjid Agung Demak Masjid Agung Demak, yang menempati lahan seluas meter persegi, sudah menjadi ciri kota Demak. Seluruh kompleks masjid, termasuk Yayasan Masjid Demak, menempati lahan enam hektare. Kompleks itu terdiri dari masjid, serambi, makam, tempat wudu, dan pawestren. Selain itu, masih ada pula gedung Majelis Ulama Indonesia, sekolah, museum, dan wisma tamu. Gambar IV.1: Denah Masjid Agung Demak 9

16 Sepanjang riwayatnya, Masjid Agung Demak sedikitnya 16 kali dipugar. Pertama kali oleh Raja Mataram Paku Buwono I, pada Ia mengganti atap sirap yang rapuh. Pembangunan menara azan baru dilakukan pada 2 Agustus Bangunan berkonstruksi baja itu menelan biaya gulden. Th 1800 M Th 1962 M Saat Ini Gambar IV.2 Tampak Masjid Agung Demak Sumber : Museum Masjid Agung Demak Ada lima pintu masuk ke dalam masjid. Sebelah kiri berhadapan dengan tempat wudhu wanita, pintu masuk ke sebelah kanan bertaut tempat wudlu pria. Sedangkan tiga pintu di tengah langsung mengantarkan ke serambi masjid. Serambi seluas 29 x 17 meter dan berlantai teraso 30 x 30 sentimeter itu juga sering disebut ''Serambi Majapahit''. Julukan itu melekat karena pilar di serambi itu mirip dengan bangunan ''Siti Hinggil'' di Majapahit. Kemungkinan, delapan pilar itu diambil dari bangunan di Senggaluh, setelah Demak menaklukkan Majapahit pada 1479, sebagai bukti kemenangan. Senggaluh, kini masuk wilayah Kediri. Sedikitnya, 500 jamaah bisa ditampung di ruang utama sholat yang luasnya 24 x 24 meter itu. Lantainya menggunakan konstruksi bata, ditutupi marmer 70 x 70 sentimeter. Tinggi lantainya 35 sentimeter dari permukaan pelataran paling luar. Atau 3 sentimeter lebih tinggi dari lantai serambi. Di sebelah kanan ruangan ini terdapat ruang khalwat. Ruang perenungan berukuran 2 x 2,5 meter ini dulunya dipakai para penguasa melakukan salat dan munajat untuk memohon petunjuk Tuhan. Hampir sekujur ruangan ini dipenuhi ukiran model Majapahit. Pada salah satu sudutnya terdapat relief aksara Arab yang artinya memuliakan keesaan Allah. Pawestren adalah ruang untuk wanita menjalankan salat. Luasnya 15 x 17,30 meter. Dibangun pada 1866 ketika KRMA Arya Purbaningrat menjadi 10

17 Adipati Demak. Bangunan berkonstruksi kayu jati ini terletak di sebelah selatan masjid. Atapnya berbentuk limas, disangga delapan pilar bergaya Majapahit. Empat di antaranya menopang belandar balok bersusun tiga. Struktur Yang menarik dari Masjid Demak adalah sistem strukturnya. Di ruang utama terdapat empat saka guru, setinggi 19,54 meter, yang merupakan karya empat wali. Sunan Kalijaga membuat pilar timur laut. Sunan Bonang untuk tiang barat laut. Saka guru tenggara dibuat Sunan Ampel, dan Sunan Gunung Jati membuat yang barat daya. Gambar IV.3 Ruang Utama Sholat Masjid Agung Demak Saka guru yang dibuat Sunan Kalijaga, sering disebut saka tatal, karena berasal dari tatal atau ''serpihan'' kayu. Potongan kayu agak besar itu digabungkan menjadi satu dengan perekat jabung, menyan, atau damar. Lalu dipasak dan diikat erat. Setelah kokoh ikatannya dilepas, dan dihaluskan menjadi saka guru. Empat saka guru berdiameter 1,45 meter itu menahan beban bagian atap tertinggi dan menjadi penyangga atap di bawahnya. Tiang sekeliling saka guru menahan beban atap tajug, dan menjadi tautan atap paling bawah. Tiang paling luar menyalurkan beban atap terendah, sehingga dinding masjid hanya menanggung beban sendiri. 11

18 Keterangan : A : Soko Guru B : Soko Majapahit (serambi) C : Mihrab A : Soko Tatal sunan Kalijaga Gambar IV.4 Isometri Masjid Agung Demak Sumber : Sumalyo Yulianto (2000) Keterangan : A : R. SholatUtama B : Serambi C : Mihrab Gambar IV.5 Potongan Melintang Masjid Agung Demak Sumber : Sumalyo Yulianto (2000) 12

19 Gambar IV.6 Potongan Membujur Masjid Agung Demak Sumber : Sumalyo Yulianto (2000) Ruang Wudlu Ruang wudlu di Masjid Agung Demak ada 2 buah yakni ruang wudlu putra yang berada di sebelah Utara ruang utama sholat dan ruang wudlu putri yang berada di sebelah Selatan ruang utama sholat. Gambar IV.7 Ruang Wudlu Masjid Agung Demak 13

20 Tritisan Samping Kanan- Kiri Masjid Tritisan yang merupakan perpanjangan tepi atap masjid yang berada di samping kanan-kiri masjid, ditopang dengan struktur kolom yang besar. Kolom ini berbeda bentuknya dengan kolom-kolom yang lain yang ada di masjid Agung Demak. Gambar IV.8 Teritisan Masjid Agung Demak 14

21 2. Masjid Sunan Kalijaga Kadilangu Sampai saat ini Masjid Kadilangu terawat dengan baik serta masih asli dan utuh. Lokasinya berada di desa Kadilangu KM2 Demak-Purwodadi. Terdapat prasasti didalam masjid yang menggunakan tulisan huruf Jawa yang berbunyi : menika tiki mongso ngadekipun masjid ngadilangu hing dino ahad wage tanggal 16 sasi dzulhijjah tahun tarikh jawi 1456, artinya ini waktunya berdiri masjid Kadilangu pada hari ahad wage tanggal 16 bulan dzulhijjah tahun tarikh Jawa 1456 (Amar, 1992 : 22). Masjid kadilangu memiliki ciri bangunannya berbentuk tajug, atapnya limasan bersusun dua (tumpeng/meru), genting terbuat dari kepingan kayu (sirap), diatas pengimaman/mihraf terdapat lambang Suryo majapahit yang merupakan simbol kebesaran Kasultanan Bintoro. Masjid Kadilangu pada awal berdirinya masih berupa surau/langgar. Setelah Sunan Kalijaga wafat dan digantikan oleh putranya yang bernama Sunan Hadi (putra ketiga) surau/langgar tersebut disempurnakan bangunannya hingga menjadi masjid seperti yang kita lihat sekarang ini. Gambar IV.9 Tampak Masjid Sunan Kalijaga Kadilangu Masjid Kadilangu terletak kurang lebih 2 km dari pusat Kota Demak ke arah Tenggara. Di dekat masjid tersebut terdapat makam Sunan Kalijaga, kerabat serta keluarganya. Masjid Sunan Kalijaga sekarang menjadi aset pariwisata religi bagi Kabupaten Demak dimana banyak penziarah yang datang dan menggunakan masjid Sunan Kalijaga ini sebagai tempat sholat. 15

22 U DENAH MASJID Gambar IV.10 Denah Masjid Sunan Kalijaga Kadilangu Gambar IV.11 Ruang Utama Sholat Masjid Sunan Kalijaga Kadilangu Ruang utama sholat berbentuk bujur sangkar. Ada penambahan serambi dalam dengan kosntruksi dari kayu dan atap pelana. Dalam perkembangannya diberi tambahan serambi luar dari struktur beton dan atap pelana. 16

23 Gambar IV.12 Serambi Masjid Sunan Kalijaga Kadilangu Pada sisi kanan dan kiri ruang utama, digunakan sebagi tempat sholat wanita dan tambahan tempat sholat laki-laki. Disamping itu tempat wudlu diletakkan di kana-kiri ruang utama. Gambar IV.13 Ruang Wudlu Masjid Sunan Kalijaga Kadilangu 3. Masjid Grogol Demak Letaknya di Desa Grogol Kecamatan Karang Tengah pada KM 5 dari Kota Demak arah Semarang. Bentuknya seperti Masjid Kadilangu, namun simbol surya Majapahit yang ada di atas pengimaman sudah tidak ada. Meskipun tidak diketahui titimongso pendiriannya, namun masih ada bukti benda-benda bersejarah seperti yang ada di sekitar Masjid Agung Demak yaitu batu Ompak. 17

24 Gambar IV.14 Tampak Masjid Grogol Sebuah masjid di Desa Grogol Karangtengah Demak, Masjid Wali Grogol atau Masjid Thukul menurut cerita dibangun oleh seseorang wali hanya dalam waktu semalam. Tidak bisa disebutkan siapa saja wali-wali yang telah membangun masjid tersebut. Tetapi hanya diketahui bahwa mustaka dari masjid itu sendiri dibuat dan dibentuk langsung dengan kedua tangan Sunan Kalijaga menggunakan tanah liat yang telah dibakar. Saat itu ketika Walisongo berhajad mencari kayu jati besar untuk saka guru dalam rencana pembangunan Masjid Agung Demak. Setelah berputar-putar dan berjalan-jalan mencari kayu tersebut, ketika tiba di Desa Grogol para wali akan melaksanakan sholat. Namun melihat keasrian wilayah tersebut, maka terdoronglah mereka untuk membuat masjid. Dalam jangka waktu semalam masjid itupun jadi. Karena mustaka masjid dianggap keramat, masyarakat menjulukinya Masjid Wali dengan mustaka yang bisa berputar sendiri menunjuk arah munculnya peristiwa besar yang akan terjadi. Mustaka akan berputar-putar 18

25 kemudian berhenti menunjuk arah dimana akan terjadi peristiwa besar. Mustaka yang terbuat dari tanah liat tersebut telah berusia 611 tahun. Masjid yang semula berukuran 7 meter persegi ini berdiri sejak tahun Masehi. Gambar IV.15 Mustaka Masjid Grogol Pada tahun 1899 Masjid Wali pernah akan dibedol, digeser ke arah timur. Upaya pemindahan masjid tetap dalam bentuk seperti semula, diantaranya mustaka tetap berada di atas saka guru, tungku (ganjal) masjid di luar pengimaman, cagak mustaka dari kayu jati diletakan di dekat pengimaman. Serta geladak kayu dan dinding kayu disulap menjadi blandar untuk atap bangunan masjid yang baru. Tanah bekas bangunan masjid sengaja dibiarkan kosong. Kendati kanan kirinya adalah pemakaman umum. Dilokasi tersebut, mantan Presiden Pertama RI Soekarno pernah bersemedi. Untuk memindah mustaka masjid dilakukan sangat hati-hati. Karena mustaka berlapis sembilan berbentuk seperti akar bunga bisa menunjuk arah munculnya peristiwa besar semacam musibah atau bencana alam. 19

26 IV.2 Pembahasan Beberapa bangunan masjid di Kabupaten Demak dikenal dengan Masjid wali karena masjid-masjid tersebut didirikan semasa walisanga saat masih hidup. 1. Bangunannya ditopang 4 saka guru kayu Bangunan masjid wali di kabupaten Demak dengan 4 saka guru terbuat dari kayu sebagai penopang struktur atapnya. Masjid Agung Demak Bangunan dengan bentuk dasar bujur sangkar sehingga saka guru dalam ukuran yang sama antar saka guru membentuk bujur sangkar juga Masjid Sunan Kalijaga Soko guru Masjid Agung Demak soko guru menopang tumpang atap yang paling atas. Sedangkan pada masjid Grogol, saka guru menopang tumpang atap kedua. Untuk menopang tumpang atap dibantu blandar yang memperkokoh kedudukan saka guru. Masjid Grogol 20

27 2. Atap tajug bersusun tiga (Tumpang/Meru) Masjid Agung Demak Masjid Sunan Kalijaga Ketiga masjid memilik atap tajuk bersusun tiga. Ketiga susun atap tajug memiliki makna : 1. Iman Adalah kepercayaan di dalam hati yang dilahirkan dengan tulisan atau ucapan dan dilaksanakan dengan gerakan semua anggota badan. 2. Islam Artinya kaffah yaitu bsemua tingkah laku perbuatan dan ucapannya sudah menunjukkan tanda-tranda sebagai muslimyang taat. 3. Ikhsan Ialah orang yang mukmin, muttaqin atau taqwa, hiduipnya banyak digunakan untuk kepentingan akhirat dan tidak mementingkan urusan dunia. Masjid Grogol Tajuk susun tiga dibuat meruncing ke atas seperti piramida yang dibagi 3 lapisan. 21

28 3. Di depan bangunan induk terdapat serambi beratap limasan Serambi depan dengan atap limasan merupakan perluasan ruang sholat bagi jamaah yang tidak tertampung di ruang utama sholat. Masjid Agung Demak Masjid Sunan Kalijaga memiliki 2 serambi. Penambahan serambi baru menggunakan struktur kolom beton, sedangkan pada serambi lama masih menggunakan kolom kayu. Masjid Sunan Kalijaga Serambi ditopang oleh saka pendamping yang menopang beban atap serambi. Serambi masjid digunakan untuk kegiatan lain yang bersifat muamallah dengan masyarakat seperti pengajian, tadarrus qur an dan sebagainya. Masjid Grogol 22

29 4. Diatas pengimaman/mihraf terdapat lambang surya Majapahit yang merupakan simbol kebesaran Kasultanan Bintoro Masjid Agung Demak Surya Majapahit yang ada diatas Mihrab Masjid Agung Demak adalah duplikat dari gambar Surya Majapahit yang ada di tengahtengah sandaran Dampar Kencana, yaitu tempat duduk raja Majapahit yang kemudian digunakan sebagai tempat duduk Sultan Patah. Masjid Sunan Kalijaga Surya Majapahit tidak hanya terdapat di Masjid Agung Demak saja juga terdapat di Masjid Kadilangu Demak, Masjid Bener, Masjid Grogol dan Masjid Dempet. Masjid Grogol Masjid wali masih banyak yang dapat digali, namun sayang dikarenakan minimnya informasi dan dokumentasi di masyarakat sehingga masjid peninggalan wali ini tidak dapat ditelusuri keberadaannya. 23

30 1. Masjid Dempet Lokasinya berada di sebelah timur Kota Demak pada KM 9 arah Purwodadi. Sebelum dipugar pada tahun 1981, gaya bangunannya mirip sekali dengan Masjid Kadilangu serta masih terdapat gambaer Surya Majapahit diatas pengimaman. Saat ini menjadi Masjid KUA Kecamatan Dempet. 2. Masjid Bener Masjid ini peninggalan Kyai Palembang. Letaknya di desa Tri Donorejo Kecamatan Bonang KM 9 dari Kota Demak menuju arah barat laut. Bangunannya berbentuk limasan bersusun dua. Serambi limasan dan saka guru berukir yang motifnya sama dengan ukiran pada tiang serambi Masjid Agung Demak. Luas bangunannya 15x15 m serta masih terdapat simbol Surya Majapahit diatas pengimaman. 24

31 BAB V PENUTUP V.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas, dapat ditarik kesimpulan : 1. Ciri-ciri masjid wali adalah : - Bangunannya ditopang empat saka guru - Atapnya limasan bersusun tiga (Tuimpang/Meru) - Di depan bangunan induk ada serambi atap limasan - Diatas pengimaman/mihraf terdapat lambang surya Majapahit yang merupakan simbol kebesaran Kasultanan Bintoro. 2. Perlu upaya penelitian lebih lanjut terhadap masjid wali lain yang belum terdokumentasikan dengan baik, sehingga dapat menjadi arsip di masa yang akan datang. V.2. Saran 1. Bagi Pemerintah Daerah - Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dalam upaya pelestarian arsitektur masjid wali yang ada di kabupaten Demak 2. Bagi Ilmuan / Peneliti Penelitian ini hanya ditekankan pada arsitekturnya saja, maka perlu ditindaklanjuti dengan penelitian berikutnya dari aspek yang lainnya. 25

32 DAFTAR PUSTAKA Amar, Abu Imran Sejarah Ringkas Kerajaan Islam Demak, Menara Kudus, Kudus, Ayub, M.E Manajemen Masjid : Petunjuk Praktis bagi Para Pengurus, Gema Insani Press, Jakarta. Barliana, M.S Tradisionalitas dan Modernitas Tipologi Arsitektur Masjid, Jurnal Dimensi Teknik Arsitektur, 32, Gazalba, Sidi Masjid Pusat Ibadah dan Kebudayaan Islam, Pustaka Antara, Jakarta Frishman, M. dan Khan, H The Mosque: History, architectural Development & Regional Diversity, Thames & Hudson Ltd, London. Jenks, Charles, 1977, The Language of Post Modern Architecture, Rhizzoli, New York Pijper, GF Beberapa Studi tentang Sejarah Islam di Indonesia, UI Pres, Jakarta, Rapoport, Amos, 1979, Culturural Origins of Architecture, An Introduction to Architecture, Me Graw Hill Book Company. Shihab, M. Quraish, Wawasan Al Qur an, Penerbit Mizan, Bandung. Siswanto. (2005): Panduan Praktis Organisasi Remaja Masjid, Pustaka Al Kautsar, Jakarta Timur. Sumalyo, Yulianto, Arsitektur Mesjid dan Monumen Sejarah Muslim, Universitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta 26

Karakteristik Sistem Struktur Ruang Utama Masjid Agung Demak

Karakteristik Sistem Struktur Ruang Utama Masjid Agung Demak TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Karakteristik Sistem Struktur Ruang Utama Masjid Agung Demak Mohhamad Kusyanto (1), Debagus Nandang (1), Erlin Timor Tiningsih (2), Bambang Supriyadi (3), Gagoek Hardiman (3) (1)

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 148 /KPTS/013/2016 TENTANG PENETAPAN MASJID BESAR AL-MUBAROK DI KABUPATEN NGANJUK SEBAGAI BANGUNAN CAGAR BUDAYA PERINGKAT PROVINSI GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Menara Kudus. (Wikipedia, 2013)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Menara Kudus. (Wikipedia, 2013) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Menara Kudus terletak di Kelurahan Kauman, Kecamatan Kota Kudus, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, sekitar 40 km dari Kota Semarang. Oleh penduduk kota Kudus dan sekitarnya,

Lebih terperinci

pada bangunan yang berkembang pada masa Mesir kuno, Yunani dan awal abad

pada bangunan yang berkembang pada masa Mesir kuno, Yunani dan awal abad Prinsip keseimbangan yang dicapai dari penataan secara simetris, umumnya justru berkembang pada bangunan yang berkembang pada masa Mesir kuno, Yunani dan awal abad renesans. Maka fakta tersebut dapat dikaji

Lebih terperinci

Gaya Arsitektur Masjid Kasunyatan, Masjid Tertua di Banten

Gaya Arsitektur Masjid Kasunyatan, Masjid Tertua di Banten SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Gaya Arsitektur Masjid Kasunyatan, Masjid Tertua di Banten Alya Nadya alya.nadya@gmail.com Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan

Lebih terperinci

Khutbah Jum'at. Memakmurkan Masjid. Bersama Dakwah 1

Khutbah Jum'at. Memakmurkan Masjid. Bersama Dakwah 1 Bersama Dakwah 1 KHUTBAH PERTAMA.. * Marilah kita meningkatkan taqwa kita kepada Allah Azza wa Jalla. Taqwa yang juga menjadi wujud syukur kita kepada Allah atas segala nikmat yang telah dianugerahkannya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bangunan masjid. Masjid merupakan bangunan yang penting dan tidak dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. bangunan masjid. Masjid merupakan bangunan yang penting dan tidak dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Salah satu bentuk arsitektur yang umum dikenal bagi masyarakat Islam adalah bangunan masjid. Masjid merupakan bangunan yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari segala

Lebih terperinci

STRUKTUR KONSTRUKSI RUMAH JOGLO

STRUKTUR KONSTRUKSI RUMAH JOGLO STRUKTUR KONSTRUKSI RUMAH JOGLO Joglo merupakan kerangka bangunan utama dari rumah tradisional Jawa terdiri atas soko guru berupa empat tiang utama dengan pengeret tumpang songo (tumpang sembilan) atau

Lebih terperinci

Masjid Cipari Garut, Masjid Berasitektur Mirip Gereja

Masjid Cipari Garut, Masjid Berasitektur Mirip Gereja SEMINAR HERITAGE IPLBI 207 KASUS STUDI Masjid Cipari Garut, Masjid Berasitektur Mirip Gereja Franciska Tjandra tjandra.fransiska@gmail.com A rsitektur Islam, Jurusan A rsitektur, F akultas Sekolah A rsitektur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masjid Raya Al-Mashun merupakan masjid peninggalan Kesultanan Deli

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masjid Raya Al-Mashun merupakan masjid peninggalan Kesultanan Deli BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masjid Raya Al-Mashun merupakan masjid peninggalan Kesultanan Deli yang dibangun pada tahun 1906 M, pada masa pemerintahan sultan Maamun Al- Rasyid Perkasa Alamsjah.Masjid

Lebih terperinci

Pengaruh Kepemimpinan Keraton pada Arsitektur Masjid Agung Surakarta

Pengaruh Kepemimpinan Keraton pada Arsitektur Masjid Agung Surakarta SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Pengaruh Kepemimpinan Keraton pada Arsitektur Masjid Agung Surakarta Lilis Yuniati y liliss30@gmail.com Program Studi A rsitektur, Sekolah A rsitektur Perencanaan

Lebih terperinci

ARSITEKTUR ISLAM PROSES MASUK DAN BERKEMBANGNYA AGAMA DAN KEBUDAYAAN ISLAM DI INDONESIA

ARSITEKTUR ISLAM PROSES MASUK DAN BERKEMBANGNYA AGAMA DAN KEBUDAYAAN ISLAM DI INDONESIA ARSITEKTUR ISLAM PROSES MASUK DAN BERKEMBANGNYA AGAMA DAN KEBUDAYAAN ISLAM DI INDONESIA Dra. Dwi Hartini Proses Masuk dan Berkembangnya Agama dan Kebudayaan Islam di Indonesia Ahmad Mansur, Suryanegara

Lebih terperinci

Penyusunan Data Master Referensi Kebudayaan Kab. Demak, Provinsi Jawa Tengah

Penyusunan Data Master Referensi Kebudayaan Kab. Demak, Provinsi Jawa Tengah Penyusunan Data Master Referensi Kab. Demak, Provinsi Jawa Tengah Pusat Data Statistik Daftar Isi A. Pendahuluan B. Hasil Verifikasi Validasi Data Master Referensi Data Cagar Budaya di Kabupaten Demak

Lebih terperinci

Lebih Dekat dengan Masjid Agung Kauman, Semarang

Lebih Dekat dengan Masjid Agung Kauman, Semarang SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Lebih Dekat dengan Masjid Agung Kauman, Semarang Safira safiraulangi@gmail.com Program Studi A rsitektur, Sekolah A rsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan,

Lebih terperinci

disamping didasarkan pada aspek kebudayaan juga dipertimbangkan dari sifat bahan dan

disamping didasarkan pada aspek kebudayaan juga dipertimbangkan dari sifat bahan dan Gambar 40. Perletakan tiang, dinding, dan lantai Masjid Agung kasepuhan. (sumber, data survey lapangan). Perletakkan, pemilihan bahan, dan penerapan konstruksi untuk komponen bangunan masjid, disamping

Lebih terperinci

BAB VI. PENUTUP Kesimpulan

BAB VI. PENUTUP Kesimpulan BAB VI. PENUTUP 5.1. Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian ini merupakan hasil dari proses analisis untuk memperoleh konsep bentuk dan ruang dari Masjid Nabawi pada masa Nabi Muhammad Saw. Berdasarkan

Lebih terperinci

5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Bangunan masjid ini memiliki makna kultural yang tinggi karena terdapat nilai usia dan kelangkaan, nilai arsitektural, nilai artistik, nilai asosiatif, nilai

Lebih terperinci

c. Preferensi Fiqih Dalam Beragama di Demak Dipengaruhi oleh Kondisi Lokal dan Keikutsertaan Pada Ormas Islam d. Budaya Ziarah Makam Wali yang

c. Preferensi Fiqih Dalam Beragama di Demak Dipengaruhi oleh Kondisi Lokal dan Keikutsertaan Pada Ormas Islam d. Budaya Ziarah Makam Wali yang DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... i HALAMAN PERNYATAAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xiv BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan

Lebih terperinci

ORNAMEN MASJID AGUNG BAITURRAHMAN BANYUWANGI

ORNAMEN MASJID AGUNG BAITURRAHMAN BANYUWANGI ORNAMEN MASJID AGUNG BAITURRAHMAN BANYUWANGI QOLBUN muallaqun fiil masaajid; selalu saja mencintai masjid, dan hatinya menyatu dengan masjid. Inilah harapan yang selama pembangunan Masjid Agung Baiturrahman

Lebih terperinci

Akulturasi Langgam Arsitektur pada Elemen Pintu Gerbang Masjid Agung Yogyakarta

Akulturasi Langgam Arsitektur pada Elemen Pintu Gerbang Masjid Agung Yogyakarta SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 DISKURSUS Akulturasi Langgam Arsitektur pada Elemen Pintu Gerbang Masjid Agung Yogyakarta Firdha Ruqmana firdha.ruqmana30@gmail.com Mahasisw a Sarjana Program Studi A rsitektur,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah sajada dimana sajada berarti sujud atau tunduk. Pada masa Nabi

BAB I PENDAHULUAN. adalah sajada dimana sajada berarti sujud atau tunduk. Pada masa Nabi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masjid merupakan tempat beribadah umat muslim. Akar kata dari masjid adalah sajada dimana sajada berarti sujud atau tunduk. Pada masa Nabi Muhammad SAW, di dalam

Lebih terperinci

MASJID CHENG HOO SURABAYA

MASJID CHENG HOO SURABAYA KAJIAN MAKNA BUDAYA DALAM ARSITEKTUR : MASJID CHENG HOO SURABAYA Oleh: INDAH RAHMAWATI 0851010006 SEPTAFIAN ADHE 0851010028 SAVITRI KUSUMA W 0851010059 LUCKY MURDIYONO 0851010093 FAKULTAS TEKNIK SIPIL

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat diskriptif kualitatif, sehingga dalam penelitian ini dilakukan dalam dua bagian, yang pertama adalah penelitian lapangan dan yang kedua adalah penelitian

Lebih terperinci

Kata Kunci: konsep dasar, tata ruang tradisional jawa tengah, masjid kadilangu

Kata Kunci: konsep dasar, tata ruang tradisional jawa tengah, masjid kadilangu KONSEP DASAR ARSITEKTUR TATA RUANG RUMAH TINGGAL TRADISIONAL JAWA TENGAH PADA PERKEMBANGAN TATA RUANG MASJID KADILANGU DEMAK DARI AWAL BERDIRI SAMPAI SEKARANG Mohhamad Kusyanto Program Studi Teknik Arsitektur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak telaah dan penelitian menunjukkan bahwa pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. Banyak telaah dan penelitian menunjukkan bahwa pembentukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak telaah dan penelitian menunjukkan bahwa pembentukan arsitektur masjid lebih banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor globalisasi penyebaran Islam, geografi dan

Lebih terperinci

Masjid Tua Ternate, Warisan Berharga Sultan yang perlu dilestarikan

Masjid Tua Ternate, Warisan Berharga Sultan yang perlu dilestarikan SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Masjid Tua Ternate, Warisan Berharga Sultan yang perlu dilestarikan Muhammad Fadhil Fathuddin muhammadfadhilf@student.itb.ac.id Program Studi Arsitektur, Sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN I.1. I.1.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek Umat Islam merupakan mayoritas penduduk di Indonesia, Agar kualitas umat Islam meningkat diperlukan suatu wadah yang menampung aktivitas umat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempat berdakwah menyampaikan risalah dari Nabi Muhammad SAW kepada

BAB I PENDAHULUAN. tempat berdakwah menyampaikan risalah dari Nabi Muhammad SAW kepada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masjid bagi umat muslim merupakan tempat beribadah sekaligus sebagai tempat berdakwah menyampaikan risalah dari Nabi Muhammad SAW kepada seluruh umatnya. Menurut Al-Lumajangi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan lengkungan pola kalamakara, mimbar yang mengingatkan akan ukiranukiran

BAB I PENDAHULUAN. dengan lengkungan pola kalamakara, mimbar yang mengingatkan akan ukiranukiran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia juga telah memberikan pengaruh. Pengaruh tersebut tidak hanya terbatas pada bidang mental spiritual saja, tetapi juga dalam

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR (TKA 490) MASJID RAYA JOHOR ARSITEKTUR ISLAM

TUGAS AKHIR (TKA 490) MASJID RAYA JOHOR ARSITEKTUR ISLAM BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecamatan Medan Johor merupakan salah satu dari 21 kecamatan di Medan yang sedang mengalami pertumbuhan penduduk yang sangat pesat. Kompleks perumahan, pemukiman, dan

Lebih terperinci

Perpaduan Elemen Arsitektur Tradisional dan Eropa pada Masjid Agung Manonjaya

Perpaduan Elemen Arsitektur Tradisional dan Eropa pada Masjid Agung Manonjaya SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Perpaduan Elemen Arsitektur Tradisional dan Eropa pada Masjid Agung Manonjaya Maulidinda Nabila maulidnda@gmail.com A rsitektur Islam, Program Studi A rsitektur,

Lebih terperinci

Verifikasi dan Validasi Cagar Budaya Kabupaten. Kota waringin Barat Kalimantan Tengah

Verifikasi dan Validasi Cagar Budaya Kabupaten. Kota waringin Barat Kalimantan Tengah Verifikasi dan Validasi Cagar Budaya Kabupaten. Kota waringin Barat Kalimantan Tengah Pusat Data dan Statistik Daftar Isi A. Pendahuluan B. Hasil Verifikasi dan Validasi Data Master Referensi Cagar Budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal memiliki segudang sejarah yang panjang dari kebudayaankebudayaan masa lampau. Sejarah tersebut hingga kini masih dapat dinikmati baik dari

Lebih terperinci

UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Telah dikemukakan pada awal penulisan skripsi ini, bahwa pokok pembahasan permasalahan yang dikaji adalah Bagainamakah Interior Masjid Indrapuri di Aceh di tinjau dari Mihrab,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kewajiban umat Islam untuk melaksanakan shalat, rukun kedua dari agama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kewajiban umat Islam untuk melaksanakan shalat, rukun kedua dari agama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kewajiban umat Islam untuk melaksanakan shalat, rukun kedua dari agama Islam, memberikan pengaruh yang kuat terhadap masjid sebagai bentuk arsitektur Islam yang

Lebih terperinci

Pengaruh Hindu pada Atap Masjid Agung Demak

Pengaruh Hindu pada Atap Masjid Agung Demak SEMINAR HERITAGEIPLBI 2017 DISKURSUS Pengaruh Hindu pada Atap Masjid Agung Demak Nugraha Pratama Mahasiswa Sarjana, Program Studi Arsitektur, Sekolah Arsitektur Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebar di berbagai pemukiman masyarakat muslim, maka masjid adalah

BAB I PENDAHULUAN. tersebar di berbagai pemukiman masyarakat muslim, maka masjid adalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masjid adalah sebagai pusat kegiatan keagamaan dan keberadaannya tersebar di berbagai pemukiman masyarakat muslim, maka masjid adalah menjadi institusi terpenting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Muslimin pada umumnya yakni suatu bangunan besar tempat shalat. berjama ah dengan berbagai atribut kemasjidannya.

BAB I PENDAHULUAN. Muslimin pada umumnya yakni suatu bangunan besar tempat shalat. berjama ah dengan berbagai atribut kemasjidannya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketika berbicara masjid, maka yang tergambar di benak kaum Muslimin pada umumnya yakni suatu bangunan besar tempat shalat berjama ah dengan berbagai atribut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 10.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 10.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 10.1 Latar Belakang Masjid adalah tempat ibadah umat muslim, masjid berarti tempat sujud. Kata masjid ( س ج د م ) adalah isim makan bentukan kata yang bermakna tempat sujud. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masjid berasal dari kata sajada (bahasa arab) yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. Masjid berasal dari kata sajada (bahasa arab) yang berarti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masjid berasal dari kata sajada (bahasa arab) yang berarti tempat sujud atau dengan kata lain tempat orang bersembahyang menurut aturan Islam. Pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Peninggalan sejarah Islam diacehsalah satunya kesenian. Kesenian merupakan sesuatu yang diciptakan oleh manusia yang mengandung unsur keindahan yang dapat didengar

Lebih terperinci

TIPOLOGI TAPAK MASJID DI SURAKARTA

TIPOLOGI TAPAK MASJID DI SURAKARTA Tipologi Tapak Masjid Di Surakarta TIPOLOGI TAPAK MASJID DI SURAKARTA Rini Hidayati 1), Suryaning Setyowati 2) 1,2) Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl.Ahmad

Lebih terperinci

Sistem konstruksi Masjid Paljagrahan menggunakan menggunakan lantai berbentuk

Sistem konstruksi Masjid Paljagrahan menggunakan menggunakan lantai berbentuk Gambar 16. Sketsa Perspektif Masjid Paljagrahan di Cireong, Cirebon Sistem konstruksi Masjid Paljagrahan menggunakan menggunakan lantai berbentuk dengah persegi dengan pembagian ruang sama dengan yang

Lebih terperinci

Tugas I PERANCANGAN ARSITEKTUR V

Tugas I PERANCANGAN ARSITEKTUR V Tugas I PERANCANGAN ARSITEKTUR V Buyung Hady Saputra 0551010032 FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN SURABAYA 2011 Rumah Adat Joglo 1. Rumah Joglo Merupakan rumah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain. Seperti: orang kaya membutuhkan orang miskin, orang miskin membutuhkan orang kaya, orang kuat membutuhkan

Lebih terperinci

Perubahan Atap Masjid Agung Garut

Perubahan Atap Masjid Agung Garut SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Perubahan Atap Masjid Agung Garut Devinna Febrianni dev innaf@students.itb.ac.id Program Studi A rsitektur, Sekolah A rsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tradisional, dengan karakter dan gaya seni masing-masing. kepentingan dan fungsi-fungsi dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. tradisional, dengan karakter dan gaya seni masing-masing. kepentingan dan fungsi-fungsi dalam kehidupan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu negara peringkat keempat penduduk terbanyak di dunia setelah Cina, India, dan Amerika, Indonesia juga banyak memiliki ragam seni

Lebih terperinci

VERNAKULAR-TA.428-SEMESTER GENAP-2007/2008 JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR-S1 FPTK-UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

VERNAKULAR-TA.428-SEMESTER GENAP-2007/2008 JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR-S1 FPTK-UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA ARSITEKTUR TRADISIONAL NURYANTO, S.Pd., M.T.Ars. ARSITEKTUR VERNAKULAR-TA.428-SEMESTER GENAP-2007/2008 JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR-S1 FPTK-UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2 0 1 0 Ilmu yang mempelajari

Lebih terperinci

ARSITEKTUR BYZANTIUM

ARSITEKTUR BYZANTIUM ARSITEKTUR BYZANTIUM Seni bangunan ini kemudian disebut sebagai arsitektur klasik, karena prinsip-prinsip, konsep dan romantika bangunan pada jaman itu akan tetap abadi. Salah satu jenis arsitektur yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN MASJID BESAR

BAB II TINJAUAN MASJID BESAR II.1. Masjid dalam Islam II.1.1. Pengertian Masjid Masjid Besar Kecamatan Depok, Sleman di Yogyakarta dengan BAB II TINJAUAN MASJID BESAR Masjid berasal dari kata sajada yang artinya tempat bersujud. Secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tatanan kehidupan dan nilai-nilai budaya pada saat itu. Salah satu peninggalan

BAB I PENDAHULUAN. tatanan kehidupan dan nilai-nilai budaya pada saat itu. Salah satu peninggalan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada zaman sekarang ini bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang mayoritas penduduknya itu ialah Islam, tetapi perkembangan Islam pada akhir runtuhnya

Lebih terperinci

Masjid Cipari, Masjid Tertua dan Unik di Garut

Masjid Cipari, Masjid Tertua dan Unik di Garut SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Masjid Cipari, Masjid Tertua dan Unik di Garut Annisa Maharani mhrnannisa1997@gmail.com Mahasiswa Sarjana Prodi Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA

PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA P LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA PENEKANAN DESAIN TIPOLOGI PADA ARSITEKTUR BANGUNAN SETEMPAT Diajukan

Lebih terperinci

Tipologi Masjid Kagungan Dalem di Imogiri, Bantul

Tipologi Masjid Kagungan Dalem di Imogiri, Bantul SEMINAR HERITAGEIPLBI 2017 PENELITIAN Tipologi Masjid Kagungan Dalem di Imogiri, Bantul Endah Tisnawati (1), Dita Ayu Rani Natalia (1) endah.tisnaw ati@gmail.com (1) Program Studi A rsitektur, F akultas

Lebih terperinci

Penelusuran Warisan Budaya Jakarta melalui Heritage Bangunan Masjid Al-Alam Marunda

Penelusuran Warisan Budaya Jakarta melalui Heritage Bangunan Masjid Al-Alam Marunda SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Penelusuran Warisan Budaya Jakarta melalui Heritage Bangunan Masjid Al-Alam Marunda Ahmad Darmawan adarw aw an@gmail.com Mahasisw a S1 Laboratorium Ilmu Rekay asa

Lebih terperinci

BAB II SEJARAH BERDIRINYA MASJID SABILUN NAJAH DI BEBEKAN TIMUR KECAMATAN TAMAN KABUPATEN SIDOARJO

BAB II SEJARAH BERDIRINYA MASJID SABILUN NAJAH DI BEBEKAN TIMUR KECAMATAN TAMAN KABUPATEN SIDOARJO BAB II SEJARAH BERDIRINYA MASJID SABILUN NAJAH DI BEBEKAN TIMUR KECAMATAN TAMAN KABUPATEN SIDOARJO A. Letak Masjid Menurut ajaran madzhab Hanafi hanya dibenarkan mendirikan sholat jumat di kota-kota. Disamping

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Keadaan masjid mencerminkan keadaan umat Islam. Makmur dan. ditandai batas-batasnya, beratapkan ranting dan dahan kering, hanya di

PENDAHULUAN. Keadaan masjid mencerminkan keadaan umat Islam. Makmur dan. ditandai batas-batasnya, beratapkan ranting dan dahan kering, hanya di PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keadaan masjid mencerminkan keadaan umat Islam. Makmur dan Masjid adalah perangkat masyarakat pertama yang didirikan oleh Rasul SAW ketika beliau sampai di Madinah

Lebih terperinci

, 2015 KOMPLEKS MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA DALAM SITUS MASYARAKAT KOTA CIREBON

, 2015 KOMPLEKS MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA DALAM SITUS MASYARAKAT KOTA CIREBON BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki banyak penduduk yang di dalamnya terdapat masyarakat yang berbeda suku, adat, kepercayaan (agama) dan kebudayaan sesuai daerahnya masing-masing.

Lebih terperinci

berwujud ruang/gedung/rumah (Ash Siediqy, 1992). Dengan

berwujud ruang/gedung/rumah (Ash Siediqy, 1992). Dengan BAB II TIHJAUAN UMUM TENTAMG MASJID 2.1. Tinjauan Umum Masjid a. Pengertian Masjid Nabi bersabda: "Bumi ini bagiku suci, dan boleh dijadikan tempat sembahyang, maka dimanapun kamu berada, bolehlah sembahyang

Lebih terperinci

BAB III MASJID AGUNG SYEH MAULANA MALIK IBRAHIM GRESIK JAWA TIMUR. A. Wilayah Administrasi Kabupaten Gresik

BAB III MASJID AGUNG SYEH MAULANA MALIK IBRAHIM GRESIK JAWA TIMUR. A. Wilayah Administrasi Kabupaten Gresik 43 BAB III MASJID AGUNG SYEH MAULANA MALIK IBRAHIM GRESIK JAWA TIMUR A. Wilayah Administrasi Kabupaten Gresik 1. Kedudukan Kabupaten Gresik Secara geografis, kabupaten Gresik diapit oleh dua wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang beragama memiliki kepercayaan kepada sesuatu di luar diri namun di sadari keberadaannya, yaitu Tuhan. Dalam Islam, cara umatnya berkomunikasi dengan Allah

Lebih terperinci

Elemen Fisik Masjid Baiturrahman Banda Aceh sebagai Pembentuk Karakter Visual Bangunan

Elemen Fisik Masjid Baiturrahman Banda Aceh sebagai Pembentuk Karakter Visual Bangunan SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 DISKURSUS Elemen Fisik Masjid Baiturrahman Banda Aceh sebagai Pembentuk Karakter Visual Bangunan Rihan Rizaldy Wibowo rihanrw @gmail.com Mahasisw a Jurusan A rsitektur, Sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman tradisional Kelurahan Melai, merupakan permukiman yang eksistensinya telah ada sejak zaman Kesultanan

Lebih terperinci

Sejarah Pembangunan dan Renovasi pada Masjid Agung Bandung

Sejarah Pembangunan dan Renovasi pada Masjid Agung Bandung SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 DISKURSUS Sejarah Pembangunan dan Renovasi pada Masjid Agung Bandung Andita Aprilina Nugraheni anditaprilina2804@gmail.com Mahasiswa Program Sarjana, Prodi Arsitektur, Sekolah

Lebih terperinci

Transformasi Bentuk Arsitektur Masjid Agung Palembang

Transformasi Bentuk Arsitektur Masjid Agung Palembang SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 DISKURSUS Transformasi Bentuk Arsitektur Masjid Agung Palembang Setyo Nugroho (1), Husnul Hidayat (1) sety ongr@y ahoo.com (1) Program Studi Teknik A rsitektur, F akultas Teknik,

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI DAN PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PENATAAN LINGKUNGAN MAKAM SUNAN KALIJAGA, KADILANGU, KABUPATEN DEMAK

LANDASAN TEORI DAN PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PENATAAN LINGKUNGAN MAKAM SUNAN KALIJAGA, KADILANGU, KABUPATEN DEMAK PROJEK AKHIR ARSITEKTUR Periode LXVI, Semester Genap, Tahun 2014 / 2015 LANDASAN TEORI DAN PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PENATAAN LINGKUNGAN MAKAM SUNAN KALIJAGA, KADILANGU, KABUPATEN DEMAK Tema Desain Arsitektur

Lebih terperinci

Pelestarian Bangunan Masjid Al Aqsa Manarat Qudus (Masjid Menara Kudus) Jawa Tengah

Pelestarian Bangunan Masjid Al Aqsa Manarat Qudus (Masjid Menara Kudus) Jawa Tengah Pelestarian Bangunan Masjid Al Aqsa Manarat Qudus (Masjid Menara Kudus) Jawa Tengah Rohadatul Aisy 1 dan Antariksa 2 1 Mahasiswa Program Studi Sarjana Arsitektur, Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: Pertemuan budaya, Mesjid Raya Cipaganti, Kolonial, Schoemaker. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata kunci: Pertemuan budaya, Mesjid Raya Cipaganti, Kolonial, Schoemaker. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Kota yang dahulunya merupakan bekas jajahan memang menyimpan peniggalan sejarah dan budaya yang pernah menguasainya pada saat itu, salah satunya adalah kota Bandung yang pernah dijajah Belanda.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Indonesia dengan berbagai suku bangsa memiliki kekayaan motif hias yang terdapat pada hasil karya sebagai wujud dari kebudayaan yang melambangkan gagasan tentang

Lebih terperinci

2015 ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA

2015 ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Cirebon sejak lama telah mendapat julukan sebagai Kota Wali. Julukan Kota Wali disebabkan oleh kehidupan masyarakatnya yang religius dan sejarah berdirinya

Lebih terperinci

BAB IV MAKNA YANG TERSIRAT DALAM ARSITEKTUR MASJID AGUNGLAMONGAN. kokoh atau kuat. Bahwa dalam membentuk suatu kumpulan perlu adanya

BAB IV MAKNA YANG TERSIRAT DALAM ARSITEKTUR MASJID AGUNGLAMONGAN. kokoh atau kuat. Bahwa dalam membentuk suatu kumpulan perlu adanya BAB IV MAKNA YANG TERSIRAT DALAM ARSITEKTUR MASJID AGUNGLAMONGAN Dari beberapa segi bangunan yang ada dalam masjid diantaranya, Tiang (cagak), mihrab, menara serta atap, memiliki nilai Budaya Islam tersendiri,

Lebih terperinci

BAB III ARSITEKTUR MASJID AGUNG PONDOK PESANTREN SUNAN DRAJAT. Masjid merupakan suatu bangunan tempat orang-orang Islam melakukan

BAB III ARSITEKTUR MASJID AGUNG PONDOK PESANTREN SUNAN DRAJAT. Masjid merupakan suatu bangunan tempat orang-orang Islam melakukan BAB III ARSITEKTUR MASJID AGUNG PONDOK PESANTREN SUNAN DRAJAT A. Pengertian Arsitektur Masjid Masjid merupakan suatu bangunan tempat orang-orang Islam melakukan ibadah yang dilakukan secara massal/ jama

Lebih terperinci

masjidlah Rasulullah membina generasi pertama Islam. Maka pertanyaan tentang keterlibatan masjid kampus dalam pusat perkembangan Islam, adalah

masjidlah Rasulullah membina generasi pertama Islam. Maka pertanyaan tentang keterlibatan masjid kampus dalam pusat perkembangan Islam, adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebuah bangunan bisa memiliki posisi sentral dalam mempengaruhi suatu peristiwa penting. Dalam skala individu hal itu bisa jadi karena bangunan tersebut menyimpan

Lebih terperinci

Ranggih Semeru. Analisis Bentuk Fasade dan Tata Ruang Masjid Agung Tuban

Ranggih Semeru. Analisis Bentuk Fasade dan Tata Ruang Masjid Agung Tuban Ranggih Semeru 20308032 Analisis Bentuk Fasade dan Tata Ruang Masjid Agung Tuban Bangunan masjid muncul sebagai bangunan religi yang merupakan perpaduan dari fungsi bangunan sebagai unsur arsitektur islam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang dilihat dari letak geografis

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang dilihat dari letak geografis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu negara yang dilihat dari letak geografis merupakan negara yang kaya dibandingkan dengan negara yang lainnya, hal ini dapat dibuktikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebarluaskan dan menyiarkan Islam kepada seluruh umat. Dalam mengajak umat

BAB I PENDAHULUAN. menyebarluaskan dan menyiarkan Islam kepada seluruh umat. Dalam mengajak umat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam adalah agama dakwah yaitu agama yang menugaskan umatnya untuk menyebarluaskan dan menyiarkan Islam kepada seluruh umat. Dalam mengajak umat agar mau menerima sekaligus

Lebih terperinci

Ekspresi Sakral Arsitektur pada Bangunan Masjid Sunan Ampel Surabaya

Ekspresi Sakral Arsitektur pada Bangunan Masjid Sunan Ampel Surabaya Ekspresi Sakral Arsitektur pada Bangunan Masjid Sunan Ampel Surabaya Nurin Aldina 1, Antariksa 2, dan Wulan Astrini 2 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya 2 Dosen Jurusan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DESKRIPTIS PERAN MASJID

BAB IV ANALISIS DESKRIPTIS PERAN MASJID BAB IV ANALISIS DESKRIPTIS PERAN MASJID A. Analisis Masjid Sebagai Pusat Peribadahan Secara garis besar baik dalam teori yang terdapat di dalam buku ataupun pandangan masyarakat secara langsung, setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembentukannya setiap budaya yang dimunculkan dari masing-masing daerah

BAB I PENDAHULUAN. pembentukannya setiap budaya yang dimunculkan dari masing-masing daerah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan Indonesia memiliki ragam suku dan budaya, dalam proses pembentukannya setiap budaya yang dimunculkan dari masing-masing daerah memiliki nilai sejarah. Pembentukan

Lebih terperinci

EVALUASI PURNA HUNI MASJID ULIL ALBAB KAMPUS 2 UMS

EVALUASI PURNA HUNI MASJID ULIL ALBAB KAMPUS 2 UMS 193 EVALUASI PURNA HUNI MASJID ULIL ALBAB KAMPUS 2 UMS Abdul Rochim H., Alpha Febela Priyatmono Program Studi Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos

Lebih terperinci

Senarai Gambar, Peta dan Rajah

Senarai Gambar, Peta dan Rajah Senarai Gambar, Peta dan Rajah Gambar Gambar 1.1 Gambar 1.2 Gambar 1.3 Gambar 1.4 Gambar 1.5 Gambar 2.1 Gambar 2.2 Gambar 2.3 Gambar 2.4 Gambar 2.5 Gambar 2.6 Gambar 2.7 Gambar 2.8 Gambar 2.9 Gambar 2.10

Lebih terperinci

Alkulturasi Budaya Hindu-Budha pada Arsitektur Masjid Gedhe Mataram

Alkulturasi Budaya Hindu-Budha pada Arsitektur Masjid Gedhe Mataram SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 DISKURSUS Alkulturasi Budaya Hindu-Budha pada Arsitektur Masjid Gedhe Mataram Fenyta Rizky Rahmadhani fenyta25@gmail.com Jurusan Arsitektur, Sekolah Arsitektur Perancangan dan

Lebih terperinci

+ 3,63 + 2,60 ± 0, ,00

+ 3,63 + 2,60 ± 0, ,00 LANTAI DAN DINDING Seluruh ruangan dalam rumah Bubungan Tinggi tidak ada yang dipisahkan dinding. Pembagian ruang hanya didasarkan pembagian bidang horisontal atau area lantai yang ditandai dengan adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agama mempunyai rumah ibadah masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. agama mempunyai rumah ibadah masing-masing. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang mengakui adanya Tuhan. Hal ini tertulis pada butir sila pertama pancasila. Indonesia memiliki berbagai macam agama, namun hanya beberapa

Lebih terperinci

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG) TEMPAT IBADAH DAN CARA AKSESNYA BERBASIS WEB DAN MOBILE DI KOTA BUKITTINGGI

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG) TEMPAT IBADAH DAN CARA AKSESNYA BERBASIS WEB DAN MOBILE DI KOTA BUKITTINGGI APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG) TEMPAT IBADAH DAN CARA AKSESNYA BERBASIS WEB DAN MOBILE DI KOTA BUKITTINGGI Surya Afnarius, Fitri Yuliani, Fajril Akbar dan Darwison Jurusan Sistem Informasi Unand,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS AKULTURASI BUDAYA CHINA DAN JAWA TERHADAP MASJID CHENG HOO

BAB IV ANALISIS AKULTURASI BUDAYA CHINA DAN JAWA TERHADAP MASJID CHENG HOO BAB IV ANALISIS AKULTURASI BUDAYA CHINA DAN JAWA TERHADAP MASJID CHENG HOO A. Akulturasi China dan Jawa di Masjid Cheng Hoo Masjid Cheng Hoo Surabaya adalah Masjid bernuansa Muslim Tionghoa yang berlokasi

Lebih terperinci

Unsur-Unsur Budaya pada Arsitektur Masjid Agung Darussalam, Bojonegoro

Unsur-Unsur Budaya pada Arsitektur Masjid Agung Darussalam, Bojonegoro SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Unsur-Unsur Budaya pada Arsitektur Masjid Agung Darussalam, Bojonegoro Uswatun Chasanah usw ahsnh.10@gmail.com A rsitektur Islam, Jurusan A rsitektur, F akultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat mencegah dari perbuatan keji dan munkar. Dengan melaksanakan shalat,

BAB I PENDAHULUAN. dapat mencegah dari perbuatan keji dan munkar. Dengan melaksanakan shalat, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam Islam ada tiga ajaran pokok yaitu akidah, ibadah, dan muamalah. Ibadah merupakan kewajiban utama manusia terhadap Allah SWT. Salah satunya adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya mewariskan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya mewariskan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya mewariskan nilai, yang akan menjadi penolong dan penentu umat manusia dalam menjalani kehidupan, dan sekaligus untuk

Lebih terperinci

MASJID-MASJID MUHAMMADIYAH DI YOGYAKARTA

MASJID-MASJID MUHAMMADIYAH DI YOGYAKARTA MASJID-MASJID MUHAMMADIYAH DI YOGYAKARTA Dhani Mutiari 1, Suryaning Setyowati 2, Nur Rahmawati Syamsiyah 3 1,2,3 Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. Ahmad

Lebih terperinci

MASJID JABALUL KHOIR PURWODADI SEBAGAI MASJID MODERN

MASJID JABALUL KHOIR PURWODADI SEBAGAI MASJID MODERN LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR MASJID JABALUL KHOIR PURWODADI SEBAGAI MASJID MODERN Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Diajukan Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang seluas-luasnya. Sebagai bagian dari arsitektur, mesjid merupakan konfigurasi dari

BAB I PENDAHULUAN. yang seluas-luasnya. Sebagai bagian dari arsitektur, mesjid merupakan konfigurasi dari BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.1.1. Pentingnya Pengetahuan Arsitektur Mesjid Mesjid merupakan tempat untuk melaksanakan ibadah kaum muslimin menurut arti yang seluas-luasnya. Sebagai bagian dari

Lebih terperinci

PUSAT PERBELANJAAN KELUARGA MUSLIM Dl JOGJAKARTA BAB ANALISIS BENTUK TAMANSARI III.1. TAMANSARI. GAMBAR III.1. Umbul Winangun

PUSAT PERBELANJAAN KELUARGA MUSLIM Dl JOGJAKARTA BAB ANALISIS BENTUK TAMANSARI III.1. TAMANSARI. GAMBAR III.1. Umbul Winangun PUSAT PERBELANJAAN KELUARGA MUSLIM Dl JOGJAKARTA BAB III.1. TAMANSARI GAMBAR III.1. Umbul Winangun Tamansari dibangun pada tahun 1749, oleh sultan Hamengkubuwomo I (Pangeran Mangkubumi) kompiek ini merupakan

Lebih terperinci

BAB III ELABORASI TEMA

BAB III ELABORASI TEMA BAB III ELABORASI TEMA 1. Pengertian Arsitektur A. Kajian Gramatikal Arsitektur :... seni dan teknologi dalam mendesain dan membangun struktur atau sekelompok besar struktur dengan pertimbangan kriteria

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbangsa dan Bernegara, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2008), hlm. 17.

BAB I PENDAHULUAN. Berbangsa dan Bernegara, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2008), hlm. 17. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap pribadi muslim wajib melaksanakan syari at Islam dalam kehidupan pribadinya sekalipun sendirian, di mana pun ia berada. Dalam lingkup kehidupan pribadi

Lebih terperinci

Perubahan pada Menara Masjid Sunan Ampel Surabaya Tahun

Perubahan pada Menara Masjid Sunan Ampel Surabaya Tahun SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Perubahan pada Menara Masjid Sunan Ampel Surabaya Tahun 1870-2012 Arif Satya Wirawan (1), Bambang Setia Budi (2) arifsaty awirawan@gmail.com (1) Program Studi A

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Masalah. perkembangan zaman yang berdasarkan Undang-undang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Masalah. perkembangan zaman yang berdasarkan Undang-undang pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat fundamental bagi manusia karena dengan pendidikan manusia dapat maju dan berkembang supaya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam adalah agama yang sangat menekankan umatnya untuk menuntut ilmu, tidak terkecuali tua muda, laki-laki maupun perempuan, semua diisyaratkan untuk mencari ilmu.

Lebih terperinci

PONDOK PESANTREN MODERN DI BEKASI. Nama : Jaenudin NPM : Dosen Pembimbing 1: Dr. Ir. Raziq Hasan, MT. Dosen Pembimbing 2: Dimyati, ST., MT.

PONDOK PESANTREN MODERN DI BEKASI. Nama : Jaenudin NPM : Dosen Pembimbing 1: Dr. Ir. Raziq Hasan, MT. Dosen Pembimbing 2: Dimyati, ST., MT. PONDOK PESANTREN MODERN DI BEKASI Nama : Jaenudin NPM : 23310699 Dosen Pembimbing 1: Dr. Ir. Raziq Hasan, MT. Dosen Pembimbing 2: Dimyati, ST., MT. Latar Belakang Proyek Kota Bekasi memiliki tingkat penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional dibangun, namun cukup banyak ditemukan bangunan-bangunan yang diberi sentuhan tradisional

Lebih terperinci