BAB I PENDAHULUAN. tatanan kehidupan dan nilai-nilai budaya pada saat itu. Salah satu peninggalan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. tatanan kehidupan dan nilai-nilai budaya pada saat itu. Salah satu peninggalan"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada zaman sekarang ini bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang mayoritas penduduknya itu ialah Islam, tetapi perkembangan Islam pada akhir runtuhnya Majapahit menimbulkan dampak yang sangat luas terhadap berbagai tatanan kehidupan dan nilai-nilai budaya pada saat itu. Salah satu peninggalan arsitektur Islam adalah masjid sebagai tempat ibadah umat Islam. Masjid berasal dari bahasa Arab sajada yang berarti tempat sujud. Setiap muslim boleh melakukan shalat di wilayah manapun di bumi ini; terkecuali di atas kuburan, di tempat yang bernajis, dan di tempat-tempat yang menurut ukuran syariat Islam tidak sesuai untuk dijadikan tempat shalat (Ayub, 1996:1-2). Di Banyumas terdapat masjid yang memiliki ciri khas arsitektur bangunan kuna yaitu Masjid Agung Nur Sulaiman. Masjid dalam bentuk aslinya menunjukkan keistimewaan dalam denahnya yang berbentuk persegi empat atau bujur sangkar dengan bagian kaki yang tinggi, atapnya bertumpang dua, tiga, lima, atau lebih, dikelilingi parit atau kolam air di bagian depan atau sampingnya yang berserambi. Bagan-bagan lain seperti, mihrab dengan lengkung pola kalamakara, mimbar yang mengingatkan akan ukiran-ukiran pola teratai, mustaka atau memolo, menunjukkan seni-seni bangunan tradisional yang telah dikenal di Indonesia sebelum kedatangan Islam (Yatim, 2008: ). Banyumas adalah kota kecil yang pernah menduduki posisi penting dalam sejarah perkotaan di Indonesia, sebagai pusat dua pemerintahan, yaitu sebagai ibu 1

2 2 kota kabupaten dan ibu kota karesidenan. Keberadaan kota Banyumas sebagai ibu kota kabupaten sudah berlangsung cukup lama, yaitu sejak pemerintahan Kerajaan Pajang hingga akhir pemerintahan kolonial. Berdasarkan Babad Banyumas yang disusun oleh R. Oemarmadi dan M. Koesnadi Poerbosewojo, jumlah bupati Banyumas sejak berdiri sampai jaman berakhirnya penjajahan Belanda ada 17 orang, sedangkan menurut cerita rakyat yang masih ada sampai sekarang ini, Adipati Mrapat atau Adipati Warga Utama II dianggap sebagai bupati Banyumas yang pertama. Makamnya terdapat di Pesarean desa Dawuhan Banyumas. Selain adanya Babad Banyumas, di Banyumas terdapat Masjid Nur Sulaiman yang merupakan salah satu di antara masjid tertua di wilayah Kabupaten Banyumas. Pembangunan Masjid Nur Sulaiman diarsiteki oleh Nurdaiman Demang Gumelem II sekaligus sebagai penghulu masjid yang pertama. Sebagaimana konsep tata letak bangunan pada masa pemerintahan kerajaan di Jawa, posisi masjid selalu berada di sebelah barat alun-alun sebagai simbol kebaikan, berseberangan dengan letak penjara sebagai simbol kejahatan di sebelah timur alun-alun. Secara administrasi, masjid ini berada dalam wilayah desa Sudagaran, Kecamatan Banyumas kurang lebih 25 km dari kota Purwokerto. Lokasi masjid berada di sisi sebelah barat alun-alun Banyumas menghadap ke arah Timur, hanya berjarak sekitar 300 meter dari lokasi Pendopo Duplikat Si Panji yang ada di dalam kompleks kantor Kecamatan Banyumas. Dari segi umur Masjid Agung Nur Sulaiman Banyumas telah mewakili persyaratan sebagai monumen sesuai dengan UU No. 5, Tahun 1992, Bab I, Pasal 1, Ayat 1, butir a, yaitu Benda cagar budaya benda buatan manusia, bergerak

3 3 atau tidak bergerak yang berupa kesatuan atau kelompok atau bagian-bagiannya atau sisa-sisanya, yang berumur sekurang-kurangnya 50 tahun, atau mewakili masa gaya yang khas dan mewakili gaya sekurang-kurangnya 50 tahun serta dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Masjid Agung Nur Sulaiman Banyumas merupakan peninggalan arkeologi Islam dari masa pengaruh kolonial Belanda. Oleh karena itu, Masjid Agung Nur Sulaiman Banyumas mempunyai bentuk penampilan yang khas sesuai dengan jamannya, yaitu perpaduan antara dua unsur kebudayaan yakni kebudayaan tradisional Jawa Islam dan kebudayaan Barat. Dari segi budaya Jawa Islam dapat dilihat dari atapnya yang bertumpang tiga dengan terdapat mustaka yang berbentuk gada dibagian atas serta memiliki 4 saka guru, maksura, dan mimbar, sedangkan dari segi budaya Barat dapat dilihat dari bentuk bangunannya yang tinggi dan tebal seperti pintu dan jendela masjid serta tembok keliling masjid. Berdasarkan permasalahan di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti Sejarah dan Arsitektur Masjid Nur Sulaiman di Kecamatan Banyumas. B. Rumusan Masalah Penelitian ini ditinjau dari permasalahan secara umum berdasarkan latar belakang di atas adalah Sejarah dan Arsitektur Bangunan Masjid Nur Sulaiman di Kecamatan Banyumas. Rumusan masalah yang menjadi fokus penelitian ini sebagai berikut : 1. Perkembangan berdirinya Masjid Agung Nur Sulaiman? 2. Arsitektur dan makna simbol yang terdapat pada bangunan Masjid Nur Sulaiman? 3. Fungsi Masjid Nur Sulaiman bagi masyarakat sekitar?

4 4 C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang sudah di uraikan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini yang pertama mengungkap sejarah perkembangan berdirinya Masjid Agung Nur Sulaiman; kedua menjelaskan arsitektur dan makna simbol yang terdapat pada bangunan Masjid Nur Sulaiman; dan ketiga menjelaskan fungsi Masjid Nur Sulaiman bagi masyarakat sekitar. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan hal baru dalam penulisan sejarah Indonesia dan mampu melengkapi sejarah dan arsitektur Masjid Nur Sulaiman Banyumas. D. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoretis Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan penelitian di bidang kajian mengenai Sejarah dan Arsitektur Masjid Nur Sulaiman di Kecamatan Banyumas yang sekarang keadaannya cukup baik sekaligus menjadi referensi dan informasi bagi para pembaca khususnya yang akan melakukan penelitian selanjutnya mengenai sejarah dan arsitektur Masjid Nur Sulaiman. 2. Secara Praktis Bagi peneliti dengan adanya penelitian ini tentunya peneliti akan lebih memahami bagaimana sejarah dan arsitektur bangunan Masjid Nur Sulaiman serta membangkitkan kesadaran masyarakat sekitar agar menghargai nilai-nilai sejarah. Penelitian ini mengandung unsur edukasi sehingga akan membantu peneliti yang sedang mengambil program studi pendidikan sejarah. Peneliti yang melakukan observasi secara langsung akan lebih tahu dan memahami.

5 5 E. Tinjauan Pustaka Masjid merupakan suatu institusi utama dan paling besar dalam Islam, serta merupakan salah satu institusi yang pertama kali berdiri. Masjid adalah rumah tempat ibadah umat muslim. Masjid artinya tempat sujud, tempat beribadah kepada Allah SWT. Akar kata dari masjid adalah sajadah di mana berarti sujud atau tunduk. Kata masjid berasal dari bahasa Arab masjidun, kemudian berubah dalam bahasa Indonesia menjadi masjid, yang secara harfiah berarti tempat sujud, tempat sembahyang, tetapi makna yang terkandung di dalamnya sebenarnya jauh lebih luas daripada sekadar tempat sujud (Hanafiah, 1988: 10). Masjid merupakan bangunan untuk sembahyang ritual umat Islam hari Jumat pada dasarnya dalam satu kesatuan dengan mendengarkan ceramah agama. Oleh karena itu selain mempunyai ruang untuk shalat bersama, masjid dilengkapi mimbar (tempat duduk memberikan ceramah) agar lebih mudah didengar dan dilihat oleh umat peserta sembahyang jamaah. Sejalan dengan ibadah Islam shalat harus menghadap ke kiblat atau arah kabah di Mekkah, pada dinding tengah masjid di arah tersebut diberi mihrab, sebuah ruang relatif kecil yang masuk dalam dinding, sebagai tanda arah kiblat (Sumalyo, 2006: 7). Masjid dalam ajaran Islam sebagai tempat sujud tidak hanya berarti sebuah bangunan atau tempat ibadah tertentu karena di dalam ajaran Islam, Tuhan telah menjadikan seluruh jagat ini sebagai masjid; tempat sujud (Juliadi, 2007: 4). Kata masjid mempunyai pengertian tertentu, yaitu suatu bangunan atau gedung atau suatu lingkungan yang ditembok untuk digunakan sebagai tempat menunaikan shalat, baik shalat lima waktu, maupun shalat Jumat atau shalat hari raya (Juliadi, 2007: 7).

6 6 Kemudian menurut hukum Islam masjid merupakan wakaf, yaitu sebuah lembaga ketaatan, tetapi tidak semua masjid itu wakaf. Wakaf itu tidak boleh diperjualbelikan, digadaikan, diwariskan, dan dihadiahkan. Masjid itu mempunyai sifat wakaf, berarti masjid itu selama-lamanya harus digunakan untuk beribadah oleh orang Islam. Sebuah masjid tidak boleh dibongkar kecuali dengan tujuan pemugaran dan tidak boleh dipindahkan. Sebuah tempat yang memiliki masjid jika ditinggalkan oleh penduduknya sehingga masjid itu tidak digunakan lagi untuk beribadah, maka dilarang juga (haram) untuk dirusak atau dibongkar (Pijper, 1992: 1). Menurut Ayub (1996: 7), fungsi utama masjid adalah tempat sujud kepada Allah SWT, tempat shalat, dan tempat beribadah kepada-nya. Lima kali sehari semalam umat Islam dianjurkan mengunjungi masjid guna melaksanakan shalat berjamaah. Masjid juga merupakan tempat yang paling banyak dikumandangkan nama Allah melalui adzan, qamat, tasbih, tahmid, tahlil, istigfar, dan ucapan lain yang dianjurkan dibaca di masjid sebagai bagian dari lafaz yang berkaitan dengan pengagungan asma Allah. Fenomena yang muncul, terutama di kota-kota besar, memperlihatkan banyak masjid telah menunjukkan fungsinya sebagai tempat ibadah, tempat pendidikan, dan kegiatan-kegiatan sosial lainnya. Dengan demikian, keberadaan masjid memberikan manfaat bagi jamaahnya dan bagi masyarakat lingkungannya. Fungsi masjid yang semacam itu perlu terus dikembangkan dengan pengelolaan yang baik dan teratur sehingga dari masjid lahir insan-insan muslim yang berkualitas dan masyarakat yang sejahtera. Fungsi masjid akan semakin terlihat pada bulan ramadhan. Berbagai kegiatan ibadah dilakukan di masjid. Kegiatan

7 7 tersebut ada yang bersifat vertikal, yaitu menekankan hubungan dengan Allah SWT seperti Itifah/ berdiam diri di masjid beberapa waktu, membaca ayat suci Al Quran serta aktivitas ibadah lainnya. Fungsi masjid tidak terlepas dari makna masjid itu sendiri sebagai tempat sujud atau shalat, namun fungsi masjid juga berhubungan dengan sejarah tradisi dan dinamika budaya Islam di suatu tempat. Secara prinsip masjid adalah tempat membina umat, untuk itu dilengkapi dengan fasilitas sesuai dengan keperluan pada jamannya, siapa yang mendirikan dan di lingkungan mana masjid dibangun (Juliadi, 2007: 10). Menurut Ayub (1996: 7-8), fungsi masjid meliputi masjid merupakan tempat kaum muslimin beribadat dan mendekatkan diri kepada Allah SWT; masjid adalah tempat kaum muslimin beritikaf, membersihkan diri, menggembleng batin untuk membina kesadaran dan mendapatkan pengalaman batin/ keagamaan sehingga selalu terpelihara keseimbangan jiwa dan raga serta keutuhan kepribadian; masjid adalah tempat bermusyawarah kaum muslimin guna memecahkan persoalan-persoalan yang timbul dalam masyarakat; masjid adalah tempat kaum muslimin berkonsultasi, mengajukan kesulitan-kesulitan, meminta bantuan dan pertolongan; masjid adalah tempat membina keutuhan ikatan jamaah dan kegotong-royongan di dalam mewujudkan kesejahteraan bersama; masjid dengan majelis taklimnya merupakan wahana untuk meningkatkan kecerdasan dan ilmu pengetahuan muslimin; masjid adalah tempat pembinaan dan pengembangan kader-kader pimpinan umat; masjid tempat mengumpulkan dana, menyimpan, dan membagikannya; dan masjid tempat melaksanakan pengaturan dan supervisi sosial.

8 8 Agama Islam telah memberikan corak tersendiri dalam perkembangan seni dan budaya Indonesia pada masa madya, terutama dalam seni bangunan agama Islam telah berhasil memadukan seni bangunan setempat yang tradisional dengan budaya Islam sehingga menghasilkan bentuk-bentuk seni arsitektur Islam Indonesia yang berbeda dengan di negeri-negeri Islam lainnya. Kekhususan gaya arsitektur masjid di Indonesia nampak dalam bentuk atapnya yang bertingkat lebih dari satu yang disebut atap tumpang. Jumlah tumpang itu selalu ganjil (gasal), biasanya tiga dan juga ada kalanya sampai lima seperti pada Masjid Banten. Ada pula atap tumpangnya dua, dan apabila demikian biasanya dinamakan tumpang satu, jadi angka gasal pula (Daliman, 2012: 60-61). Arsitektur merupakan hasil proses perancangan dan pembangunan oleh seseorang atau sekelompok orang dalam memenuhi kebutuhan ruang untuk melaksanakan kegiatan tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut dan batasan yang dimaksud dengan masjid, maka secara umum arsitektur masjid adalah bangunan untuk sembahyang bersama (berjamaah) pada hari jumat dan ibadah islam lainnya dengan fungsi majemuk sesuai dengan perkembangan zaman, budaya, dan tempat suatu masyarakat (Sumalyo, 2006: 7). Ilmu sejarah memandang arsitektur sebagai ungkapan fisik bangunan dari budaya masyarakat pada tempat dan jaman tertentu, dalam rangka memenuhi kebutuhan ruang untuk suatu kegiatan. Berdasarkan pandangan ini, maka dapat dimengerti bahwa keberadaan arsitektur, seumur dengan adanya manusia di muka bumi (Sumalyo, 2006: 22). Bentuk-bentuk masjid di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh arsitektur masjid dunia Islam yang dipadukan dengan kondisi kebudayaan yang ada, bahkan juga dengan unsur-unsur budaya prasejarah yang ada sebelum Hindu-Budha, turut

9 9 mewarnai arsitektur masjid Indonesia yang kembali kepada tradisi bangunan kayu (Juliadi, 2007: 54). Dalam perkembangannya, arsitektur masjid berkembang semakin kompleks karena kecenderungan arsitektur masjid tersebut memasukkan budaya daerah (vernacularisme), namun perkembangan itu tidak lepas pula dari pengaruh bentuk dan konsep yang lebih dahulu ada (Juliadi, 2007: 52). Selanjutnya ciri-ciri model seni bangunan atau arsitektur lama menurut Sunanto (2007: 96), mengemukakan bahwa merupakan peniruan dari seni bangun Hindu-Budha adalah sebagai berikut; Atap tumpang, yaitu atap yang bersusun, semakin ke atas semakin kecil dan yang paling atas biasanya semacam mahkota. Selalu bilangan atapnya ganjil, kebanyakan jumlah atapnya tiga atau lima. Atap tumpang ini terdapat juga di Bali pada upacara ngaben atau relief candi Jawa Timur; Tidak ada menara karenanya pemberitahuan waktu shalat dilakukan dengan memukul bedug. Dari masjid-masjid yang tertua, hanya di Kudus dan Banten yang ada menaranya. Kedua menara ini pun tidak seragam. Menara Kudus tidak lain adalah sebuah candi Jawa Timur yang telah diubah, disesuaikan penggunaanya dan diberi atap tumpang, sedangkan menara masjid Banten adalah tambahan dari zaman kemudian yang dibangun oleh cordell, pelarian Belanda yang masuk Islam, yang bentuknya seperti mercusuar; Masjid-masjid tua, bahkan masjid yang dibangun di dekat Istana Raja Yogya dan Solo mempunyai letak yang tetap. Di depan Istana selalu ada lapangan besar dengan pohon beringin kembar, sedangkan masjid selalu terletak di tepi barat lapangan. Di belakang masjid sering terdapat makam-makam. Rangkaian makam dan masjid ini pada hakikatnya adalah kelanjutan dari fungsi candi pada zaman Hindu-Indonesia.

10 10 Seni bangunan Islam Indonesia yang mengambil bentuk-bentuk gaya arsitektur tradisional tidak saja memberikan kekhasan terhadap budaya Islam di Indonesia, tetapi sekaligus memperlihatkan garis kepribadian kita yang kontinyu sejak masa-masa pra Islam. Agama dan budaya Islam diserap secara dan sesuai dengan kepribadian bangsa sendiri. Hal itu dimungkinkan karena pembuat bangunan itu adalah orang Indonesia sendiri. Berbagai kitab hikayat dan babad juga menunjukkan bahwa tukang dan para pekerja yang membangun masjid, keraton dan makam adalah orang Indonesia asli (Daliman, 2012: 61-62). Ada beberapa penelitian tentang masjid yang masing-masing mempunyai ciri khas masjid yang berbeda-beda. Penelitian yang hampir sejenis sudah dilakukan peneliti terdahulu seperti: Hermawan (2012) dalam penelitiannya yang berjudul Masjid Jami Soko Tunggal Kebumen Sebagai Situs Budaya Warisan Indonesia, dijelaskan bahwa Masjid Saka mempunyai arti Masjid yang ditopang satu tiang (saka). Saka Tunggal sebagai penopang utama bangunan masjid Jami Saka Tunggal yang berbentuk segi empat dengan ukuran 30 x 30 cm. Saka Tunggal tersebut menjulang ke atas sekitar 4 meter tingginya. Saka Tunggal memiliki makna filosofi tersendiri karena Saka Tunggal memiliki makna ke-esaan Allah SWT sebagai Sang Pencipta Tunggal Alam Semesta sehingga Masjid Saka Tunggal tersebut sebagai tempat untuk meyakini bahwa Allah itu Tunggal atau Esa. Sementara itu dalam kaitannya dengan sejarah perjuangan, keberadaan masjid itu juga sebagai simbol satu tekad untuk mengusir penjajah dari bumi Indonesia karena Masjid Jami Saka Tunggal Kebumen didirikan pada masa penjajahan Belanda.

11 11 Meiniadi (2016) dalam penelitiannya yang berjudul Sejarah Masjid Saka Tunggal Cikakak, dijelaskan bahwa masyarakat Cikakak menganut aliran Islam Kejawen karena di mana masyarakatnya masih memegang teguh tradisi yang diwariskan nenek moyang secara turun temurun, tetapi dalam menjalankannya Islam lebih kental dibandingkan dengan Hindunya apabila dibandingkan dengan Islam kejawen dan Aboge yang di daerah lainnya karena mereka tetap menjalankan ibadah agama Islam seperti yang diajarkan Nabi Muhammad seperti sholat, dzakat, puasa dan lain-lain. Masyarakat Aboge masih menjalankan tradisinya seperti ganti jaro, sadranan, apitan, sedekah bumi, slametan dan mitoni atau slametan 7 bulan untuk bayi yang masih dalam kandungan. Nugroho (2011: 85) dalam penelitiannya yang berjudul Sejarah dan Arsitektur Masjid Raden Sayyid Kuning, menceritakan sejarah dan arsitektur Masjid Raden Sayyid Kuning serta dampak bagi perkembangan Islam dan perencanaan perkembangan masjid pada masa berikutnya di sekitar Purbalingga meskipun dalam penelitian ini tidak menyebutkan Masjid Nur Sulaiman, namun penelitian ini dijadikan rujukan bagi penulis untuk meneliti Masjid Nur Sulaiman yang berada di Kecamatan Banyumas, desa Sudagaran. Buku yang berjudul Masjid Agung Banten, yang ditulis oleh Juliadi (2007), merupakan salah satu sumber rujukan yang digunakan oleh peneliti. Dalam buku ini, Juliadi menganalisis makna dari masjid, simbol identitas/ pusat orientasi budaya, serta bentuk Masjid Agung Banten. Meskipun dalam buku ini tidak membahas mengenai Masjid Nur Sulaiman, namun peneliti menggunakan buku ini untuk membantu menganalisis makna masjid dan bentuk masjid yang berkaitan dengan Masjid Nur Sulaiman.

12 12 Anggraeni (2015) dalam penelitiannya yang berjudul Sejarah, Arsitektur, dan Fungsi Masjid Jami Saka Tunggal Desa Pekuncen Kecamatan Sempor Kabupaten Kebumen dijelaskan bahwa Masjid Jami Saka Tunggal didirikan pada tahun 1722 M oleh Bupati Kanduruan. Bentuk Masjid Jami Saka Tunggal adalah berundak, yaitu bentuk rumah tradisional Jawa Joglo dengan atap yang berbentuk undakan ke atas. Bentuk atapnya menyerupai segi tiga dengan atap teratas diberi mustaka. F. Kerangka Teoretis dan Pendekatan Menurut Pijper (1992: 24) mengemukakan tentang teori arsitektur bahwa arsitektur masjid kuna Indonesia memiliki ciri khas yang membedakannya dengan bentuk-bentuk masjid di negara lain. Dengan merujuk tipe masjid Indonesia yang berasal dari Jawa dengan ciri-ciri sebagai berikut fondasi bangunan yang berbentuk persegi; masjid itu tidak berdiri di atas tiang, seperti rumah Indonesia model kuna dan langgar (Jawa: langgar; Sunda: tajug; Banten: bale), tetapi di atas dasar yang padat; masjid itu mempunyai atap yang meruncing ke atas, terdiri dari dua sampai lima tingkat, ke atas makin kecil; masjid itu mempunyai tambahan ruangan di sebelah barat atau barat laut, yang dipakai untuk mihrab; masjid itu mempunyai serambi di depan maupun di kedua sisinya (Sunda: tepas masjid); halaman di sekeliling masjid dibatasi oleh tembok dengan satu pintu masuk di depan, disebut gapura. Ciri-ciri khas ini dapat disimpulkan, bahwa masjid tipe Jawa ini bukan merupakan bangunan asing yang dibawa ke negeri ini oleh mubaligh muslim dari luar, tetapi bentuk asli yang disesuaikan dengan kebutuhan peribadatan secara

13 13 Islam. Dari uraian diatas, sebenarnya mengenai bentuk bangunannya sendiri, tidak ada ketentuan yang mengikat, sering kali bentuk Masjid mengikuti langgam setempat, sehingga lahir lah bentuk Masjid yang bermacam-ragam itu sesuai dengan kebiasaan dan kemampuan masyarakat yang mendirikannya. Selain teori arsitektur, ada juga pengertian simbol dalam tradisi Jawa. Menurut Budiono Herusatoto (2008), kata simbol berasal dari kata Yunani symbolos yang berarti tanda atau ciri yang memberitahukan sesuatu hal kepada seseorang. Kamus Umum Bahasa Indonesia susunan Poerwadarminta mengartikan bahwa simbol atau lambang ialah sesuatu seperti tanda, lukisan, perkataan, lencana, dan sebagainya, yang menyatakan sesuatu hal atau mengandung maksud tertentu, misalnya, warna putih ialah lambang kesucian, gambar padi sebagai lambang kemakmuran; atau berarti juga tanda pengenal permanen (tetap) yang menyatakan sifat, keadaan dan sebagainya, misalnya tutup kepala peci merupakan tanda pengenal tutup kepala nasional Indonesia. Dalam kamus Logika (Dictionary of Logic), The Liang Gie menyebutkan bahwa simbol adalah tanda buatan yang bukan berwujud kata-kata untuk mewakili atau menyingkat sesuatu artian apapun. Dari pengertian-pengertian tersebut di atas dapat dinyatakan bahwa simbol atau lambang adalah sesuatu hal atau keadaan yang memimpin pemahaman si subyek kepada obyek. Ada juga bahasa Simbolis, yaitu bahasa yang menggunakan simbol-simbol benda-benda, keadaan atau hal-hal yang dibuat dan disepakati bersama oleh sekelompok masyarakat. Bahasa ini mempunyai kedudukan pokok yang langsung dan vital dalam komunikasi simbolis, artinya bahasa ini hanya dipakai untuk komunikasi yang mendalam dengan distansi atau jarak yang cukup atau komunikasi yang memiliki dua aspek, yaitu sikap yang mendasar dan

14 14 berjangka panjang, seperti cinta, persahabatan, kesetiaan, pengabdian atau kebencian dan kejahatan. Telah disebutkan di muka bahwa simbolisme terbentuk sebagai perkembangan lebih lanjut dari bahasa, sehingga sejarah simbolisme pun tidak berbeda dengan sejarah perkembangan bahasa, yaitu dimulai dari bentuk lisan, bentuk tulisan dan kemudian menjadi bentuk simbolis. Simbolisme dalam bentuk lisan atau langsung, kemudian disebut sebagai isyarat. Simbolisme dalam bentuk tulisan/ gambar/ bentuk lainnya, kemudian disebut sebagai tanda. Simbolisme dalam bentuk simbolis/ perlambang, kemudian disebut sebagai simbol/ lambang. Simbolisme berguna sebagai sarana pengangkut informasi (information vehicle), mula-mula berkembang dalam lingkup yang terbatas, yakni antar perseorangan dan bersifat langsung, dipakai dan langsung berguna sebagai bentuk isyarat. Isyarat tersebut mula-mula dipakai untuk memberitahukan tentang adanya bahaya yang mengancam, saatnya untuk berkumpul seperti di masjid Nur Sulaiman Banyumas terdapat bedug sebagai pertanda waktunya sholat/ berkumpul di masjid untuk melakukan sholat. Selain teori arsitektur dan pengertian simbol dalam tradisi Jawa ada juga teori evolusi kebudayaan. Penelitian Tylor mengenai tingkat-tingkat evolusi kebudayaan manusia telah menimbulkan padanya konsep survivals. Para sarjana penganut teori tentang tingkat-tingkat evolusi kebudayaan tentu mempunyai suatu konsepsi tentang bentuk kebudayaan bagi tiap-tiap tingkat. Dengan demikian tiap tingkat mempunyai kebudayaan teladan masing-masing. Dalam kenyataan, pada semua kebudayaan itu ada beberapa unsur yang tidak terdapat dalam kebudayaan teladan, sehingga secara teori tidak dapat dimasukkan ke dalam salah satu tingkat

15 15 evolusi tertentu. Tylor memecahkan persoalan itu dengan suatu pendirian bahwa unsur-unsur itu adalah unsur-unsur sisa-sisa dari kebudayaan-kebudayaan yang berasal dari suatu tingkat evolusi sebelumnya. Unsur-unsur itu merupakan survivals menurut Tylor dalam Koentjaraningrat (2010: 50). Objek penelitian ini adalah Masjid Nur Sulaiman Banyumas, yang mengkaji sejarah dan arsitekturnya, sehingga pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan historis-arkeologis. Pendekatan historis digunakan untuk mengungkap latar belakang berdirinya Masjid Nur Sulaiman sedangkan pendekatan arkeologis adalah ilmu yang membahas tentang peninggalan sejarah dalam bentuk benda-benda dan bangunan besejarah atau artefak (Priyadi, 2015: 140). Pendekatan arkeologis ini digunakan untuk mengungkapkan mengidentifikasi keistimewaan arsitektur bangunan Masjid Nur Sulaiman. Pendekatan historis-antropologi menjelaskan mengenai artifact dengan arsitektur masjid sebagai hasil dari kebudayaan masyarakat. Sebenarnya, semua artifact, socifact, dan mentifact adalah produk historis dan hanya dapat dijelaskan eksistensinya dengan melacak sejarah perkembangannya. Pada hakikatnya kedua disiplin itu mempelajari objek yang sama, ialah tiga jenis fakta : artifact, socifact, dan mentifact. Artifact sebagai benda fisik adalah konkret dan merupakan hasil buatan. Artifact menunjuk kepada proses pembuatan yang telah terjadi di masa lampau. Sebagai analogi socifact menunjuk kepada kejadian sosial (interaksi antaraktor, proses aktivitas kolektif) yang telah mengkristalisasi sebagai pranata, lembaga, organisasi, dan lain sebagainya. Jelaslah bahwa untuk memahami struktur dan karakteristik socifact perlulah dilacak asal-usulnya, proses

16 16 pertumbuhannya sampai wujud sekarang. Baik benda maupun lembaga masyarakat atau ide dan pikiran manusia (mentifact) hanya sepenuhnya dapat dipahami dengan melacak perkembangannya di masa lampau (Kartodirdjo, 2014: 175). G. Metode Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian sejarah. Metode sejarah adalah suatu cara seorang sejarawan mendekati objek penelitiannya dengan langkah-langkah yang terstruktur sehingga akan mempermudah dalam memperoleh data sejarah. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut : 1. Heuristik Data sejarah itu harus dicari dan juga ditemukan. Itulah maksud dari istilah heuristik. Sejarawan mencari data tidak mudah seperti membalikan telapak tangan. Data sejarah tidak selalu tersedia dengan mudah sehingga untuk memperolehnya harus bekerja keras mencari data lapangan, khususnya artifact, baik pada situs-situs sejarah maupun lembaga museum (milik pemerintah atau pribadi), atau mencari data sejarah lisan yang menyangkut para pelaku dan penyaksi sejarah atau dokumen yang tersimpan pada lembaga, baik kearsipan maupun arsip perorangan, atau yang juga tersimpan pada lembaga, baik perpustakaan maupun perorangan (Priyadi, 2013: 112). Kata heuristik berasal dari kata heuriskein dalam bahasa Yunani yang berarti mencari atau menemukan. Dalam bahasa Latin, heuristik dinamakan sebagai ars inveniendi (seni mencari)

17 17 atau sama artinya dengan istilah arts of invention dalam bahasa Inggris (Daliman, 2012: 52). Pada tahapan ini penulis mengumpulkan beberapa sumber dan data yang relevan, baik sumber primer maupun sekunder yang dapat digunakan dalam menjawab permasalahan yang akan dibahas. Pada tahap ini penulis menentukan sumber yang cocok untuk menjawab persoalan-persoalan yang penulis dapat kemudian dikumpulkan. Sumber-sumber tersebut berasal dari sumber buku atau dokumen yang berkaitan dengan Sejarah dan Arsitektur Masjid Nur Sulaiman dan wawancara dengan pihak yang bersangkutan seperti, Kepala desa Sudagaran, pengurus Masjid Nur Sulaiman, dan tokoh yang dituakan di Masjid Nur Sulaiman serta masyarakat sekitar. Dalam langkah heuristik ini peneliti mencari dokumendokumen ataupun arsip-arsip Masjid Nur Sulaiman. Selain itu, peneliti juga melakukan metode wawancara untuk memperoleh data. Data tersebut dari buku Purna Pugar Masjid Nur Sulaiman yang didapatkan dari takmir masjid dan juru pelihara masjid serta ada dokumen foto yang didapatkan dari dokumentasi peneliti. Dokumentasi dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber dari arsip dan dokumen baik yang berada di tempat penilaian termasuk di kantor desa yang ada hubungannya dengan penelitian tersebut. Dalam dokumentasi ini, peneliti dapat memperoleh informasi dari arsip-arsip suatu dokumen yang ada di Masjid Nur Sulaiman. 2. Kritik atau Verifikasi Verifikasi pada penelitian sejarah identik dengan kritik sumber, yaitu kritik ekstern yang mencari otensititas atau keontetikan (keaslian) sumber dan kritik

18 18 intern yang menilai apakah sumber tersebut memiliki kredibilitas (kebiasaan untuk dipercaya) atau tidak (Priyadi, 2013: 118). Pada tahapan ini peneliti akan memverifikasi data yang telah diperoleh baik itu dokumen, arsip, ataupun kutipan wawancara dengan masyarakat. Tujuan dari kritik adalah mencari keaslian data apakah data tersebut asli atau palsu. 3. Interpretasi Interpretasi atau penafsiran pada bab ini penulis menafsirkan fakta-fakta yang diperoleh. Penulis melakukan penafsiran fakta-fakta sejarah yang terdiri dari mentifact (kejiwaan), sosifact (hubungan sosial), dan artifact (benda) (Priyadi, 2013: 122). Pada Interpretasi ini, penulis akan menafsirkan data yang telah diperoleh di lapangan, baik dalam bentuk dokumen ataupun dalam bentuk kutipan wawancara dari pengurus Masjid Nur Sulaiman dan tokoh Masjid Nur Sulaiman. 4. Historiografi Historiografi atau penulisan sejarah, pada tahap penulisan, peneliti menyajikan laporan hasil penelitian dari awal sampai akhir, yang meliputi masalah-masalah yang harus dijawab. Tujuan penelitian adalah menjawab masalah-masalah yang telah diajukan. Pada hakikatnya, penyajian historiografi meliputi pengantar, hasil penelitian, dan simpulan (Priyadi, 2011: 92). H. Sistematika Penulisan Penulisan Sejarah dan Arsitektur Masjid Nur Sulaiman di Kecamatan Banyumas menggunakan sistematika berikut : Bab pertama, pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teoritis

19 19 dan pendekatan, metode penelitian serta sistematika penulisan. Bab inilah yang menjadi kerangka dasar pemikiran dan kemungkinan menjadi pijakan bagi penulis untuk memulai penelitian dengan Objek Masjid Nur Sulaiman di Kecamatan Banyumas. Bab kedua, merupakan awal bagi penulis untuk memulai mendeskripsikan dan menganalisis hasil penelitian yang telah diperoleh. Pada bagian ini akan dimulai dengan profil desa Sudagaran, dan latar belakang berdirinya Masjid Nur Sulaiman di Kecamatan Banyumas. Bab ketiga, keistimewaan arsitektur Masjid Nur Sulaiman. Di sini, dijabarkan kontruksi bangunan masjid, dan gaya bangunan Masjid Nur Sulaiman. Bab keempat, Fungsi bangunan Masjid Nur Sulaiman bagi masyarakat sekitar. Kemudian bab kelima, penutup yang terdiri dari simpulan dan saran.

BAB I PENDAHULUAN. dengan lengkungan pola kalamakara, mimbar yang mengingatkan akan ukiranukiran

BAB I PENDAHULUAN. dengan lengkungan pola kalamakara, mimbar yang mengingatkan akan ukiranukiran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia juga telah memberikan pengaruh. Pengaruh tersebut tidak hanya terbatas pada bidang mental spiritual saja, tetapi juga dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bangunan masjid. Masjid merupakan bangunan yang penting dan tidak dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. bangunan masjid. Masjid merupakan bangunan yang penting dan tidak dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Salah satu bentuk arsitektur yang umum dikenal bagi masyarakat Islam adalah bangunan masjid. Masjid merupakan bangunan yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari segala

Lebih terperinci

Gaya Arsitektur Masjid Kasunyatan, Masjid Tertua di Banten

Gaya Arsitektur Masjid Kasunyatan, Masjid Tertua di Banten SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Gaya Arsitektur Masjid Kasunyatan, Masjid Tertua di Banten Alya Nadya alya.nadya@gmail.com Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masjid pertama dalam Islam yaitu Masjid Quba, masyarakat Madinah

BAB I PENDAHULUAN. Masjid pertama dalam Islam yaitu Masjid Quba, masyarakat Madinah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masjid pertama dalam Islam yaitu Masjid Quba, masyarakat Madinah yang dikenal berwatak lebih halus lebih bisa menerima syiar Nabi Muhammad SAW. Mereka dengan antusias

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 34, disebutkan pada ayat 1 bahwa Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara

BAB I PENDAHULUAN. 34, disebutkan pada ayat 1 bahwa Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara bertahap, organisasi Muhammadiyah di Purwokerto tumbuh dan berkembang, terutama skala amal usahanya. Amal usaha Muhammadiyah di daerah Banyumas meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Simon Kemoni yang dikutip oleh Esten (2001: 22) globalisasi dalam bentuk yang alami akan meninggikan berbagai budaya dan nilai-nilai budaya. Globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk dalam berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk dalam berbagai hal, seperti keanekaragaman budaya, lingkungan, alam, dan wilayah geografis. Keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal memiliki segudang sejarah yang panjang dari kebudayaankebudayaan masa lampau. Sejarah tersebut hingga kini masih dapat dinikmati baik dari

Lebih terperinci

2015 ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA

2015 ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Cirebon sejak lama telah mendapat julukan sebagai Kota Wali. Julukan Kota Wali disebabkan oleh kehidupan masyarakatnya yang religius dan sejarah berdirinya

Lebih terperinci

MATERI USBN SEJARAH INDONESIA. 6. Mohammad Ali : Sejarah adalah berbagai bentuk penggambaran tentang pengalaman kolektif di masa lampau

MATERI USBN SEJARAH INDONESIA. 6. Mohammad Ali : Sejarah adalah berbagai bentuk penggambaran tentang pengalaman kolektif di masa lampau MATERI USBN SEJARAH INDONESIA PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP ILMU SEJARAH 1. PENGERTIAN SEJARAH Istilah Sejarah berasal dari bahasa Arab yaitu Syajaratun yang berarti Pohon. Penggunaan kata tersebut dalam

Lebih terperinci

Sistem konstruksi Masjid Paljagrahan menggunakan menggunakan lantai berbentuk

Sistem konstruksi Masjid Paljagrahan menggunakan menggunakan lantai berbentuk Gambar 16. Sketsa Perspektif Masjid Paljagrahan di Cireong, Cirebon Sistem konstruksi Masjid Paljagrahan menggunakan menggunakan lantai berbentuk dengah persegi dengan pembagian ruang sama dengan yang

Lebih terperinci

Masjid Tua Ternate, Warisan Berharga Sultan yang perlu dilestarikan

Masjid Tua Ternate, Warisan Berharga Sultan yang perlu dilestarikan SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Masjid Tua Ternate, Warisan Berharga Sultan yang perlu dilestarikan Muhammad Fadhil Fathuddin muhammadfadhilf@student.itb.ac.id Program Studi Arsitektur, Sekolah

Lebih terperinci

disamping didasarkan pada aspek kebudayaan juga dipertimbangkan dari sifat bahan dan

disamping didasarkan pada aspek kebudayaan juga dipertimbangkan dari sifat bahan dan Gambar 40. Perletakan tiang, dinding, dan lantai Masjid Agung kasepuhan. (sumber, data survey lapangan). Perletakkan, pemilihan bahan, dan penerapan konstruksi untuk komponen bangunan masjid, disamping

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat diskriptif kualitatif, sehingga dalam penelitian ini dilakukan dalam dua bagian, yang pertama adalah penelitian lapangan dan yang kedua adalah penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ki Gede Sebayu merupakan tokoh pendiri Tegal yang telah dikenal oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ki Gede Sebayu merupakan tokoh pendiri Tegal yang telah dikenal oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ki Gede Sebayu merupakan tokoh pendiri Tegal yang telah dikenal oleh masyarakat luas. Ketokohan Ki Gede Sebayu sebagai pendiri Tegal memang sudah tersohor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masjid Raya Al-Mashun merupakan masjid peninggalan Kesultanan Deli

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masjid Raya Al-Mashun merupakan masjid peninggalan Kesultanan Deli BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masjid Raya Al-Mashun merupakan masjid peninggalan Kesultanan Deli yang dibangun pada tahun 1906 M, pada masa pemerintahan sultan Maamun Al- Rasyid Perkasa Alamsjah.Masjid

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Peninggalan sejarah Islam diacehsalah satunya kesenian. Kesenian merupakan sesuatu yang diciptakan oleh manusia yang mengandung unsur keindahan yang dapat didengar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jawa Barat dikenal sebagai Kota Parahyangan/Tatar Sunda, yang berarti tempat para Rahyang/Hyang bersemayam. Menurut cerita cerita masyarakat kuno, Tatar Parahyangan

Lebih terperinci

pada bangunan yang berkembang pada masa Mesir kuno, Yunani dan awal abad

pada bangunan yang berkembang pada masa Mesir kuno, Yunani dan awal abad Prinsip keseimbangan yang dicapai dari penataan secara simetris, umumnya justru berkembang pada bangunan yang berkembang pada masa Mesir kuno, Yunani dan awal abad renesans. Maka fakta tersebut dapat dikaji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebar di berbagai pemukiman masyarakat muslim, maka masjid adalah

BAB I PENDAHULUAN. tersebar di berbagai pemukiman masyarakat muslim, maka masjid adalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masjid adalah sebagai pusat kegiatan keagamaan dan keberadaannya tersebar di berbagai pemukiman masyarakat muslim, maka masjid adalah menjadi institusi terpenting

Lebih terperinci

BAB IV MAKNA YANG TERSIRAT DALAM ARSITEKTUR MASJID AGUNGLAMONGAN. kokoh atau kuat. Bahwa dalam membentuk suatu kumpulan perlu adanya

BAB IV MAKNA YANG TERSIRAT DALAM ARSITEKTUR MASJID AGUNGLAMONGAN. kokoh atau kuat. Bahwa dalam membentuk suatu kumpulan perlu adanya BAB IV MAKNA YANG TERSIRAT DALAM ARSITEKTUR MASJID AGUNGLAMONGAN Dari beberapa segi bangunan yang ada dalam masjid diantaranya, Tiang (cagak), mihrab, menara serta atap, memiliki nilai Budaya Islam tersendiri,

Lebih terperinci

Masjid Cipari Garut, Masjid Berasitektur Mirip Gereja

Masjid Cipari Garut, Masjid Berasitektur Mirip Gereja SEMINAR HERITAGE IPLBI 207 KASUS STUDI Masjid Cipari Garut, Masjid Berasitektur Mirip Gereja Franciska Tjandra tjandra.fransiska@gmail.com A rsitektur Islam, Jurusan A rsitektur, F akultas Sekolah A rsitektur

Lebih terperinci

INTERAKSI LOKAL - HINDU BUDDHA - ISLAM

INTERAKSI LOKAL - HINDU BUDDHA - ISLAM INTERAKSI LOKAL - HINDU BUDDHA - ISLAM AKULTURASI : menerima unsur baru tapi tetap mempertahankan kebudayaan aslinya jadi budaya campuran ASIMILASI : pernggabungan kebudayaan lokal dan unsur baru tapi

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA

PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA P LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA PENEKANAN DESAIN TIPOLOGI PADA ARSITEKTUR BANGUNAN SETEMPAT Diajukan

Lebih terperinci

, 2015 KOMPLEKS MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA DALAM SITUS MASYARAKAT KOTA CIREBON

, 2015 KOMPLEKS MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA DALAM SITUS MASYARAKAT KOTA CIREBON BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki banyak penduduk yang di dalamnya terdapat masyarakat yang berbeda suku, adat, kepercayaan (agama) dan kebudayaan sesuai daerahnya masing-masing.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bandung merupakan salah satu kota yang ada di Jawa Barat. Berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Bandung merupakan salah satu kota yang ada di Jawa Barat. Berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bandung merupakan salah satu kota yang ada di Jawa Barat. Berbagai macam predikat diberikan kepada Kota Bandung, misalnya dikenal dengan sebutan Parijs Van Java, dan

Lebih terperinci

ARSITEKTUR ISLAM PROSES MASUK DAN BERKEMBANGNYA AGAMA DAN KEBUDAYAAN ISLAM DI INDONESIA

ARSITEKTUR ISLAM PROSES MASUK DAN BERKEMBANGNYA AGAMA DAN KEBUDAYAAN ISLAM DI INDONESIA ARSITEKTUR ISLAM PROSES MASUK DAN BERKEMBANGNYA AGAMA DAN KEBUDAYAAN ISLAM DI INDONESIA Dra. Dwi Hartini Proses Masuk dan Berkembangnya Agama dan Kebudayaan Islam di Indonesia Ahmad Mansur, Suryanegara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu suku bangsa mempunyai berbagai macam kebudayaan, tiap

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu suku bangsa mempunyai berbagai macam kebudayaan, tiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Dalam suatu suku bangsa mempunyai berbagai macam kebudayaan, tiap kebudayaan yang hidup dalam suatu masyarakat yang dapat berwujud sebagai komunitas desa, sebagai

Lebih terperinci

STRUKTUR KONSTRUKSI RUMAH JOGLO

STRUKTUR KONSTRUKSI RUMAH JOGLO STRUKTUR KONSTRUKSI RUMAH JOGLO Joglo merupakan kerangka bangunan utama dari rumah tradisional Jawa terdiri atas soko guru berupa empat tiang utama dengan pengeret tumpang songo (tumpang sembilan) atau

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang beragama memiliki kepercayaan kepada sesuatu di luar diri namun di sadari keberadaannya, yaitu Tuhan. Dalam Islam, cara umatnya berkomunikasi dengan Allah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Menara Kudus. (Wikipedia, 2013)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Menara Kudus. (Wikipedia, 2013) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Menara Kudus terletak di Kelurahan Kauman, Kecamatan Kota Kudus, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, sekitar 40 km dari Kota Semarang. Oleh penduduk kota Kudus dan sekitarnya,

Lebih terperinci

WALIKOTA PALANGKA RAYA

WALIKOTA PALANGKA RAYA 1 WALIKOTA PALANGKA RAYA PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGATURAN BANGUNAN BERCIRIKAN ORNAMEN DAERAH KALIMANTAN TENGAH DI KOTA PALANGKA RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 148 /KPTS/013/2016 TENTANG PENETAPAN MASJID BESAR AL-MUBAROK DI KABUPATEN NGANJUK SEBAGAI BANGUNAN CAGAR BUDAYA PERINGKAT PROVINSI GUBERNUR

Lebih terperinci

JURNAL KAJIAN TENTANG SENI BANGUN MASJID BAITURROHMAN (MAKAM SUNAN KUNING) DI DESA MACANBANG KECAMATAN GONDANG KABUPATEN TULUNGAGUNG

JURNAL KAJIAN TENTANG SENI BANGUN MASJID BAITURROHMAN (MAKAM SUNAN KUNING) DI DESA MACANBANG KECAMATAN GONDANG KABUPATEN TULUNGAGUNG JURNAL KAJIAN TENTANG SENI BANGUN MASJID BAITURROHMAN (MAKAM SUNAN KUNING) DI DESA MACANBANG KECAMATAN GONDANG KABUPATEN TULUNGAGUNG STUDY ABOUT THE ART OF MOSQUE BAITURROHMAN (SUNAN KUNING GRAVE) IN THE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan berkembang atas kekuatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan bangsa di dunia yang mendiami suatu daerah tertentu memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, setiap bangsa memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masyarakat dan kebudayaan merupakan hubungan yang sangat sulit dipisahkan. Sebab masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan menujukan bahwa kebudayan Indonesia telah tumbuh dan. generasi sebelumnya bahkan generasi yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan menujukan bahwa kebudayan Indonesia telah tumbuh dan. generasi sebelumnya bahkan generasi yang akan datang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kenyataan menujukan bahwa kebudayan Indonesia telah tumbuh dan berkembang sejak ribuan tahun yang lampau, ini yang dapat di lihat dari kayakarya para leluhur bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu animisme dan dinamisme. Setelah itu barulah masuk agama Hindu ke

BAB I PENDAHULUAN. yaitu animisme dan dinamisme. Setelah itu barulah masuk agama Hindu ke 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebelum datangnya Islam masyarakat Indonesia masih percaya akan kekuatan roh nenek moyang yang merupakan sebuah kepercayaan lokal yaitu animisme dan dinamisme.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Seiring dengan kemajuan jaman, perkembangan dalam berbagai bidang kini semakin terasa di Indonesia. Kemajuan teknologi telah membawa suatu pengaruh yang cukup signifikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Maamun Al-Rasyid Perkasa Alamsjah IX yang menjadi Sultan ketika itu. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Maamun Al-Rasyid Perkasa Alamsjah IX yang menjadi Sultan ketika itu. Menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masjid Raya Al-Mashun didirikan pada tahun 1906, dan selesai pada tahun 1909.Secara keseluruhan biaya pembangunan masjid ditanggung sendiri oleh Sultan Maamun Al-Rasyid

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri pada akhir dekade pertama abad ke-19, diresmikan tanggal 25 September 1810. Bangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Majapahit merupakan kerajaan terbesar yang pernah dimiliki Indonesia pada

BAB I PENDAHULUAN. Majapahit merupakan kerajaan terbesar yang pernah dimiliki Indonesia pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Majapahit merupakan kerajaan terbesar yang pernah dimiliki Indonesia pada tahun 1293-1500M. Permasalahannya peninggalan-peninggalan kerajaan Majapahit ada yang belum

Lebih terperinci

Lebih Dekat dengan Masjid Agung Kauman, Semarang

Lebih Dekat dengan Masjid Agung Kauman, Semarang SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Lebih Dekat dengan Masjid Agung Kauman, Semarang Safira safiraulangi@gmail.com Program Studi A rsitektur, Sekolah A rsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dalam bahasa Indonesia merupakan peristiwa yang benar-benar

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dalam bahasa Indonesia merupakan peristiwa yang benar-benar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah dalam bahasa Indonesia merupakan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau atau asal-usul (keturunan) silsilah, terutama bagi rajaraja yang memerintah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kesatuan yang dibangun di atas keheterogenan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kesatuan yang dibangun di atas keheterogenan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan negara kesatuan yang dibangun di atas keheterogenan bangsanya. Sebagai bangsa yang heterogen, Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Kajian yang penulis ambil dalam penelitian skripsi ini adalah mengenai Perkembangan Pendidikan Islam di Bandung Tahun 1901-1942. Untuk membahas berbagi aspek mengenai judul

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. masjid yang didirikan di Indonesia. Masjid telah menjadi salah satu bangunan. atau RW, instansi pendidikan, dan instansi pemerintahan.

BAB V PENUTUP. masjid yang didirikan di Indonesia. Masjid telah menjadi salah satu bangunan. atau RW, instansi pendidikan, dan instansi pemerintahan. 53 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Masjid merupakan salah satu bangunan yang penting dalam agama Islam. Selain fungsi utamanya sebagai tempat ibadah, masjid juga digunakan sebagai tempat kegiatan umat Islam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Arsitektur merupakan hasil dari faktor-faktor sosiobudaya, sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Arsitektur merupakan hasil dari faktor-faktor sosiobudaya, sebuah BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Arsitektur merupakan hasil dari faktor-faktor sosiobudaya, sebuah perancangan yang mencakup pengubahan-pengubahan terhadap lingkungan fisik, arsitektur dapat dianggap

Lebih terperinci

Unsur-Unsur Budaya pada Arsitektur Masjid Agung Darussalam, Bojonegoro

Unsur-Unsur Budaya pada Arsitektur Masjid Agung Darussalam, Bojonegoro SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Unsur-Unsur Budaya pada Arsitektur Masjid Agung Darussalam, Bojonegoro Uswatun Chasanah usw ahsnh.10@gmail.com A rsitektur Islam, Jurusan A rsitektur, F akultas

Lebih terperinci

Ranggih Semeru. Analisis Bentuk Fasade dan Tata Ruang Masjid Agung Tuban

Ranggih Semeru. Analisis Bentuk Fasade dan Tata Ruang Masjid Agung Tuban Ranggih Semeru 20308032 Analisis Bentuk Fasade dan Tata Ruang Masjid Agung Tuban Bangunan masjid muncul sebagai bangunan religi yang merupakan perpaduan dari fungsi bangunan sebagai unsur arsitektur islam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara biologis manusia diklasifikasikan sebagai homosapiens yaitu sejenis

BAB I PENDAHULUAN. Secara biologis manusia diklasifikasikan sebagai homosapiens yaitu sejenis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk yang dapat diartikan berbeda-beda. Secara biologis manusia diklasifikasikan sebagai homosapiens yaitu sejenis primata dari golongan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Arni Febriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Arni Febriani, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jepang adalah sebuah negara kepulauan di Asia Timur. Letaknya di ujung barat Samudra Pasifik, di sebelah timur Laut Jepang, dan bertetangga dengan Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tedi Fedriansah, 2015 SENI KERAJINAN GERABAH BUMIJAYA SERANG BANTEN Universitas Pendidikan Indonesia \.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Tedi Fedriansah, 2015 SENI KERAJINAN GERABAH BUMIJAYA SERANG BANTEN Universitas Pendidikan Indonesia \.upi.edu perpustakaan.upi. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Gerabah merupakan salah satu kerajinan tradisional yang perlu dilestarikan dan menjadi salah satu bentuk buah karya sekaligus tradisi nenek moyang yang dibuat turun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap daerah atau kota di Indonesia memiliki kesenian dengan ciri

BAB I PENDAHULUAN. Setiap daerah atau kota di Indonesia memiliki kesenian dengan ciri BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Setiap daerah atau kota di Indonesia memiliki kesenian dengan ciri khasnya masing-masing. Hal itu bisa dilihat pada pengaruh karya seni rupa peninggalan kerajaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang merupakan daerah yang memiliki potensi budaya yang masih berkembang secara optimal. Keanekaragaman budaya mencerminkan kepercayaan dan kebudayaan masyarakat setempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kreativitas merupakan buah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kreativitas merupakan buah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kreativitas merupakan buah pikiran yang dapat berbentuk fisik (tangible) dan non-fisik (intangible). Tinggalan fisik

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia selalu diperhadapkan dengan berbagai keragaman, baik itu agama, sosial, ekonomi dan budaya. Jika diruntut maka banyak sekali keragaman yang

Lebih terperinci

BAB IV UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN PADA ARSITEKTUR MASJID AGUNG DARUSSALAM BOJONEGORO. Terjadinya adaptasi percampuran budaya di Indonesia menandai adanya

BAB IV UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN PADA ARSITEKTUR MASJID AGUNG DARUSSALAM BOJONEGORO. Terjadinya adaptasi percampuran budaya di Indonesia menandai adanya 57 BAB IV UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN PADA ARSITEKTUR MASJID AGUNG DARUSSALAM BOJONEGORO A. Arsitektur Masjid Agung Darussalam Bojonegoro Terjadinya adaptasi percampuran budaya di Indonesia menandai adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ialah bangunan-bangunan purbakala yang biasa disebut candi. Candi-candi ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ialah bangunan-bangunan purbakala yang biasa disebut candi. Candi-candi ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pulau Jawa kaya akan peninggalan-peninggalan purbakala, di antaranya ialah bangunan-bangunan purbakala yang biasa disebut candi. Candi-candi ini tersebar di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Hurgronje) berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad-13 Masehi.

BAB 1 PENDAHULUAN. Hurgronje) berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad-13 Masehi. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam masuk ke Indonesia menurut Prof. Hamka pada abad 7 sampai abad 8 Masehi. Bukti bahwa Islam telah menyebarkan ajarannya pada abad 7 sampai abad 8 Hijriyah langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk bersemayam para dewa (Fontein, 1972: 14). Dalam kamus besar

BAB I PENDAHULUAN. untuk bersemayam para dewa (Fontein, 1972: 14). Dalam kamus besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Candi adalah bangunan yang menggunakan batu sebagai bahan utamanya. Bangunan ini merupakan peninggalan masa kejayaan Hindu Budha di Indonesia. Candi dibangun

Lebih terperinci

Pengaruh Kepemimpinan Keraton pada Arsitektur Masjid Agung Surakarta

Pengaruh Kepemimpinan Keraton pada Arsitektur Masjid Agung Surakarta SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Pengaruh Kepemimpinan Keraton pada Arsitektur Masjid Agung Surakarta Lilis Yuniati y liliss30@gmail.com Program Studi A rsitektur, Sekolah A rsitektur Perencanaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. a. Kebudayaan sebagai proses pembangunan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. a. Kebudayaan sebagai proses pembangunan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Tinjauan Pustaka 1. Kebudayaan a. Kebudayaan sebagai proses pembangunan Koentjaraningrat dalam Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan mendeskripsikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proyek-proyek perumahan, gedung-gedung bertingkat dan pembenahan

BAB I PENDAHULUAN. Proyek-proyek perumahan, gedung-gedung bertingkat dan pembenahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Apabila kita memperhatikan kota metropolitan Jakarta akhir-akhir ini berkembang sedemikian rupa mengundang minat para investor pengembang. Proyek-proyek perumahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kewajiban umat Islam untuk melaksanakan shalat, rukun kedua dari agama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kewajiban umat Islam untuk melaksanakan shalat, rukun kedua dari agama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kewajiban umat Islam untuk melaksanakan shalat, rukun kedua dari agama Islam, memberikan pengaruh yang kuat terhadap masjid sebagai bentuk arsitektur Islam yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Masuk dan berkembangnya Kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia pada

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Masuk dan berkembangnya Kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia pada BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masuk dan berkembangnya Kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia pada sekitar abad IV sampai pada akhir abad XV M, telah meninggalkan begitu banyak peninggalan arkeologis.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk dan Strategi Penelitian Mengacu pada permasalahan yang dirumuskan, maka bentuk penelitian ini adalah deskriptif naratif. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Kotagede adalah sebuah kota lama yang terletak di Yogyakarta bagian selatan yang secara administratif terletak di kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul. Sebagai kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Kemajemukan itu dapat dikenali dari keanekaragaman budaya, adat, suku, ras, bahasa, maupun agama. Kemajemukan budaya menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan arsitektur di Eropa sedikit banyak memberikan pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan arsitektur di Eropa sedikit banyak memberikan pengaruh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan arsitektur di Eropa sedikit banyak memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap perkembangan arsitektur di dunia maupun di Indonesia sendiri. Indonesia

Lebih terperinci

KISI KISI DAN SOAL ULANGAN TENGAH SEMESTER GASAL TAHUN PELAJARAN

KISI KISI DAN SOAL ULANGAN TENGAH SEMESTER GASAL TAHUN PELAJARAN KISI KISI DAN SOAL ULANGAN TENGAH SEMESTER GASAL TAHUN PELAJARAN 2014 2015 MATA PELAJARAN KELAS / PROGRAM / SEMESTER ALOKASI WAKTU JENIS SOAL : SEJARAH (PEMINATAN) : X / IIS/ GASAL : 90 Menit : Pilihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentang luas lautan yang merupakan pesisir utara pulau Jawa. Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. membentang luas lautan yang merupakan pesisir utara pulau Jawa. Kabupaten BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Tuban provinsi Jawa Timur merupakan wilayah yang berada di Jalur Pantai Utara (Pantura) Pulau Jawa. Sebelah utara Kabupaten Tuban membentang luas lautan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS AKULTURASI BUDAYA CHINA DAN JAWA TERHADAP MASJID CHENG HOO

BAB IV ANALISIS AKULTURASI BUDAYA CHINA DAN JAWA TERHADAP MASJID CHENG HOO BAB IV ANALISIS AKULTURASI BUDAYA CHINA DAN JAWA TERHADAP MASJID CHENG HOO A. Akulturasi China dan Jawa di Masjid Cheng Hoo Masjid Cheng Hoo Surabaya adalah Masjid bernuansa Muslim Tionghoa yang berlokasi

Lebih terperinci

Pengaruh Belanda dalam Arsitektur Masjid Agung di Priangan

Pengaruh Belanda dalam Arsitektur Masjid Agung di Priangan SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Pengaruh Belanda dalam Arsitektur Masjid Agung di Priangan 1800-1942 Annisha Ayuningdiah annishaay uningdiah@y mail.com Program Studi A rsitektur, Sekolah A rsitektur,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis tersebut

BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis tersebut BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE A. Latar Belakang Indonesia adalah Negara kepulauan yang berada di garis khatulistiwa dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor perdagangan, sektor perekonomian, dan sektor transportasi. Dari segi. transportasi, sebelum ditemukannya mesin, manusia

BAB I PENDAHULUAN. sektor perdagangan, sektor perekonomian, dan sektor transportasi. Dari segi. transportasi, sebelum ditemukannya mesin, manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kereta Kuda dalam perkembangannya telah ada ketika manusia mulai melakukan aktivitas produksi yang tidak dapat dipenuhi dari hasil produksinya sendiri. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

87 Universitas Indonesia

87 Universitas Indonesia BAB 4 PENUTUP Kepurbakalaan Islam di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa merupakan perpaduan dari kebudayaan Islam dengan kebudayaan lokal atau kebudayaan lama yaitu kebudayaan Hindu-Buddha. Perpaduan dua

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 32 3.1 Metodologi Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini diuraikan mengenai metode penelitian yang penulis gunakan untuk mengkaji permasalahan yang berhubungan dengan judul skripsi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tradisi merupakan aktivitas yang diturunkan secara terus-menerus dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tradisi merupakan aktivitas yang diturunkan secara terus-menerus dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tradisi merupakan aktivitas yang diturunkan secara terus-menerus dan mengandung nilai-nilai luhur. Aktivitas yang terdapat dalam tradisi secara turuntemurun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari kata majemuk bahasa Inggris folklore, yang terdiri atas kata folk dan lore.

BAB I PENDAHULUAN. dari kata majemuk bahasa Inggris folklore, yang terdiri atas kata folk dan lore. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dananjaya (dalam Purwadi 2009:1) menyatakan bahwa kata folklor berasal dari kata majemuk bahasa Inggris folklore, yang terdiri atas kata folk dan lore. Kata folk berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki keanekaragaman seni, budaya dan suku bangsa. Keberagaman ini menjadi aset yang sangat penting

Lebih terperinci

PENERAPAN KONSEP DASAR PERMUKIMAN ABOGE CIKAKAK PADA PERMUKIMAN ABOGE CIBANGKONG DI KABUPATEN BANYUMAS

PENERAPAN KONSEP DASAR PERMUKIMAN ABOGE CIKAKAK PADA PERMUKIMAN ABOGE CIBANGKONG DI KABUPATEN BANYUMAS PENERAPAN KONSEP DASAR PERMUKIMAN ABOGE CIKAKAK PADA PERMUKIMAN ABOGE CIBANGKONG DI KABUPATEN BANYUMAS Wita Widyandini*, Yohana Nursruwening, Basuki Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sasaran yang hendak dicapai dalam pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sasaran yang hendak dicapai dalam pembangunan ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Salah satu sasaran yang hendak dicapai dalam pembangunan ekonomi nasional adalah pertumbuhan ekonomi yang dapat mempercepat peningkatan pendapatan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1993 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1993 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1993 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil pembahasan Bab IV terdahulu, maka peneliti rumuskan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil pembahasan Bab IV terdahulu, maka peneliti rumuskan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil pembahasan Bab IV terdahulu, maka peneliti rumuskan kesimpulan dan saran sebagai berikut: A. KESIMPULAN 1. Kesimpulan umum Budaya tolak bala masih tetap dipertahankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah merupakan hal penting dalam berbangsa karena sejarah adalah bagian dari kehidupan yang dapat dijadikan sebuah pelajaran untuk menjadi bangsa yang lebih baik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara kepulauan dengan ratusan suku bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara kepulauan dengan ratusan suku bangsa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara kepulauan dengan ratusan suku bangsa, didalamnya memiliki keragaman budaya yang mencerminkan kekayaan bangsa yang luar biasa. Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana arsitektur itu berada (Rapoport, 1969). Rapoport membagi arsitektur menjadi

BAB I PENDAHULUAN. dimana arsitektur itu berada (Rapoport, 1969). Rapoport membagi arsitektur menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Menurut Amos Rapoport arsitektur dibentuk dari latar belakang kebudayaan dimana arsitektur itu berada (Rapoport, 1969). Rapoport membagi arsitektur menjadi dua bagian

Lebih terperinci

Sejarah Pembangunan dan Renovasi pada Masjid Agung Bandung

Sejarah Pembangunan dan Renovasi pada Masjid Agung Bandung SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 DISKURSUS Sejarah Pembangunan dan Renovasi pada Masjid Agung Bandung Andita Aprilina Nugraheni anditaprilina2804@gmail.com Mahasiswa Program Sarjana, Prodi Arsitektur, Sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Agama memiliki hubungan yang erat dengan kebudayaan. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Agama memiliki hubungan yang erat dengan kebudayaan. Banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agama memiliki hubungan yang erat dengan kebudayaan. Banyak bangunan-bangunan megah yang sengaja dibangun oleh tangan-tangan manusia sebagai wujud berdiamnya Allah di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan gugusan pulau dan kepulauan yang memiliki beragam warisan budaya dari masa lampau. Kekayaan-kekayaan yang merupakan wujud dari aktivitas-aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Indonesia dengan berbagai suku bangsa memiliki kekayaan motif hias yang terdapat pada hasil karya sebagai wujud dari kebudayaan yang melambangkan gagasan tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masjid berasal dari kata sajada (bahasa arab) yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. Masjid berasal dari kata sajada (bahasa arab) yang berarti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masjid berasal dari kata sajada (bahasa arab) yang berarti tempat sujud atau dengan kata lain tempat orang bersembahyang menurut aturan Islam. Pada dasarnya

Lebih terperinci

SEJARAH DAN ARSITEKTUR MASJID JAMI PITI MUHAMMAD CHENG HO DI DESA SELAGANGGENG ( )

SEJARAH DAN ARSITEKTUR MASJID JAMI PITI MUHAMMAD CHENG HO DI DESA SELAGANGGENG ( ) SEJARAH DAN ARSITEKTUR MASJID JAMI PITI MUHAMMAD CHENG HO DI DESA SELAGANGGENG (2005-2016) SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Oleh : Anik Yosi Susanti

Lebih terperinci

Perpaduan Elemen Arsitektur Tradisional dan Eropa pada Masjid Agung Manonjaya

Perpaduan Elemen Arsitektur Tradisional dan Eropa pada Masjid Agung Manonjaya SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Perpaduan Elemen Arsitektur Tradisional dan Eropa pada Masjid Agung Manonjaya Maulidinda Nabila maulidnda@gmail.com A rsitektur Islam, Program Studi A rsitektur,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN LITERATUR

BAB II KAJIAN LITERATUR BAB II KAJIAN LITERATUR 2.1 Pengertian Pelestarian Filosofi pelestarian didasarkan pada kecenderungan manusia untuk melestarikan nilai-nilai budaya pada masa yang telah lewat namun memiliki arti penting

Lebih terperinci

Desa Klinting merupakan bagian dari kecamatan Somagede, kabupaten. Banyumas. Secara mayoritas masyarakatnya memeluk agama Islam, dan

Desa Klinting merupakan bagian dari kecamatan Somagede, kabupaten. Banyumas. Secara mayoritas masyarakatnya memeluk agama Islam, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Desa Klinting merupakan bagian dari kecamatan Somagede, kabupaten Banyumas. Secara mayoritas masyarakatnya memeluk agama Islam, dan selebihnya beragama Hindu. Meskipun

Lebih terperinci

Wujud Akulturasi Budaya Islam Di Indonesia

Wujud Akulturasi Budaya Islam Di Indonesia Wujud Akulturasi Budaya Islam Di Indonesia Islam Budaya lokal Pengantar 611M Masa Kelahiran Islam Di Arab. 632-661 M Mulai muncul Kekhafilahan di Arab untuk menggantikan kepemimpinan Nabi Muhammad SAW.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan dan tradisinya masing-masing. Syari at Islam tidak

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan dan tradisinya masing-masing. Syari at Islam tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya, adat istiadat serta tradisi. Jika dilihat, setiap daerah memiliki kebudayaan dan tradisinya masing-masing.

Lebih terperinci