BAB 1 PENDAHULUAN 10.1 Latar Belakang
|
|
- Devi Setiabudi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1
2 BAB 1 PENDAHULUAN 10.1 Latar Belakang Masjid adalah tempat ibadah umat muslim, masjid berarti tempat sujud. Kata masjid ( س ج د م ) adalah isim makan bentukan kata yang bermakna tempat sujud. Sedangkan masjad (م س ج د) adalah isim zaman yang bermakna waktu sujud. Yang dimaksud dengan tempat sujud sesungguhnya adalah shalat, namun kata sujud yang digunakan untuk mewakili shalat, lantaran posisi yang paling agung dalam shalat adalah posisi bersujud. Menurut An-Nasafi dalam kitab tafsirnya bahwa definisi masjid adalah Rumah yang dibangun khusus untuk shalat dan beribadah di dalamnya kepada Allah. Menurut Al-Qadhi Iyadh mendefinisikan bahwa masjid adalah Semua tempat di muka bumi yang memungkinkan untuk menyembah dan bersujud kepada Allah. Masjid merupakan bagian dari perkembangan Islam di Indonesia. Lahirnya bangunan-bangunan masjid sepanjang sejarah perkembangannya, sesuai dengan sejarah perkembangan Islam di Indonesia. Makna dan fungsi masjid sebagai bangunan sebagai bagian dari perkembangan Islam di Indonesia dapat dilihat dari bentuk dan karakteristik bangunan masjid tersebut. Bangunan masjid tua di Indonesia memiliki ruang bujur sangkar atau bersegi panjang menyerupai bangunan joglo. Bangunan luar tampak tertutup dengan atap berbentuk limas tunggal atau bersusun yang biasanya berjumlah ganjil. Menurut (Pijper, 1984), pada awalnya masjid di Indonesia mempunyai ciriciri khusus, yaitu berdenah persegi panjang. Mempunyai serambi depan atau di samping ruang utama, mempunyai mihrab di sisi barat, mempunyai pagar keliling dengan satu pintu dan beratap tumpang. Islam di pulau Jawa mempunyai bentuk masjid tersendiri, yaitu tipe asli Jawa. Bangunan masjid tipe Jawa mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: (1) denahnya berbentuk persegi (bujur sangkar), (2) terletak di atas fundamen yang masif dan tinggi, (3) mempunyai atap tumpang, (4) selalu tersusun 2 sampai 5 16
3 tingkat, semakin ke atas semakin kecil, (5) petunjuk ke arah kiblat ditandai dengan mihrab, (6) mempunyai beranda atau serambi, kadang di muka atau di samping kanan kirinya, (7) di luar masjid dikelilingi oleh tembok dengan gapura. (GF Pijper dalam Ischak, M., 1996). Masuknya Islam sebagai sebuah ajaran baru perlahan mempengaruhi kebudayaan dan kebiasaan masyarakat Jawa, khususnya Yogyakarta. Wali Songo, utamanya Sunan Kalijaga (Raden Said), merupakan tokoh sentral dalam pembentukan masyarakat Islam di Yogyakarta. Keberadaan Wali Songo dalam perkembangan Islam di Indonesia ternyata menjadi catatan penting yang menunjukkan adanya hubungan antara negeri Nusantara dan Kekhilafahan Islamiyah. Wali Songo memberikan pengaruh yang sangat besar kepada kesultanan-kesultanan yang muncul di Indonesia, termasuk Kesultanan Mataram di Yogyakarta. Terdapat empat komponen yang tak terpisahkan dari sistem tatanan kawasan Kesultanan Mataram di Yogyakarta, yaitu alun-alun, kraton, pasar, dan Masjid. Pembangunan Masjid Agung Yogyakarta (masjid Gedhe Kauman) dibangun untuk menegaskan identitas Keislaman Kesultanan Mataram di Yogyakarta oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I bersama Kyai Faqih Ibrahim Diponingrat (Penghulu Kraton 1) dan Kyai Wiryokusumo. Masjid ini dibangun pada hari Ahad Wage, 29 Mei 1773 M atau 6 Robi ul Akhir 1187 H, sebagai sarana beribadah bagi keluarga raja serta untuk kelengkapan sebuah Kerajaan Islam. Dalam pembangunannya, masjid merupakan bangunan fisik yang diutamakan. Tercatat ada masjid besar sebagai pusat peribadatan umum umat Islam di ibukota Kerajaan. Masjid Agung Yogyakarta yang juga sering disebut Masjid Gedhe (artinya sama yaitu masjid besar), terdapat unit kembar di utara dan selatan halaman identik dengan Paseban dalam bangunan Kraton. Untuk menempatkan perangkat dan menabuh gamelan dalam upacara tradisional Garebeg bersama dengan Sekaten. Masjid dan susunan bangunan kembar, gerbang dan pengapitnya juga kembar, membentuk tata-unit sangat kuat sifat simetrisnya bersumbu tegak lurus dengan sumbu utara-selatan dari kompleks Kraton-Gunung Merapi. 17
4 Masjid Agung Yogyakarta (Masjid Gedhe Kauman) terletak dalam sebuah Kompleks dikelilingi oleh dinding tinggi, berbeda dengan masjid lain sejaman, biasanya tidak terlalu tinggi. Hal ini kelihatannya mendapat pengaruh Arsitektur Joglo rumah-rumah Arsitektur Jawa. Keunikan lain dari Masjid Agung Yogyakarta (Masjid Gedhe Kauman) yang tidak terdapat di Masjid sejamannya adalah pada tembok keliling ganda, selain yang tinggi, dalam kompleks terdiri dari unit-unit tersebut diatas, masjid juga dikelilingi lagi oleh dinding, namun tidak tinggi kira-kira setinggi orang dan tidak rapat. Selain pagar, pintu gerbangnya juga ganda. Sebelum masuk ke dalam terdapat unit penerima berupa gang beratap memanjang pada sumbu tengah timurbarat masjid, pada ujung sumbu tengah inilah terdapat pintu gerbang kedua, berbentuk setengah lingkaran di atas, dihias dengan gambar Mahkota Kerajaan, jam dinding yang diapit oleh sayap kembar. Pada sisi setengah lingkaran mempunyai hiasan berpola floral, mirip dengan kuncup melati. Hiasan bunga ini juga menghiasi kepala pilaster-pilaster dari pagar keliling. Pada puncak dari pintu gerbang dalam ini, terdapat bulan sabit, sebelum masuk ke dalam serambi, dahulu terdapat parit tetapi tidak dalam, agar sebelum masuk ke dalam masjid kaki jamaah tercuci. Arsitektur Masjid Agung Yogyakarta selain mempunyai keunikan-keunikan tersendiri, secara keseluruhan identik dengan masjid-masjid Agung Banten, Demak, Surakarta dan banyak masjid-masjid tidak terlalu besar di Jawa, terdiri dari dua unit utama. Yang pertama melintang segi empat panjang di depan sebelum masuk ke unit utama berdempet langsung dengan ruang sembanyang utama. Tritisan kedua atap, satu dengan lain dihubungkan dengan talang. Dalam susunan tersebut kembali terlihat adanya konsep rumah joglo, unit melintang identik dengan pendopo, namun di sini tidak ada pringgitannya, menempel langsung pada unit sembayang yang utama. Tipe konstruksi identik dengan pendopo ini, dinamakan limasan sinom lambang gantung, mempunyai delapan tiang utama di tengah membentuk segi empat panjang dikelilingi enambelas tiang lainnya sedikit lebih kecil dan pendek. Tiang-tiang tersebut terdiri di atas umpak dari batu gunung seperti lazimnya konstruksi Jawa, semua dihias dengan ukiran 18
5 berupa alur-alur dan lengkung-lengkung kaligrafi Arab. Di bagian atas tiang-tiang diikat dengan balok- balok kayu membentuk susunan bujur sangkar, bertumpuktumpuk semakin ke atas semakin kecil bagian dari piramida, dalam konstruksi jawa disebut uleng. Uleng yang susunannya juga disebut tumpang-sari, dihias dengan ukiran indah berpola Floral dari prada, dengan latar warna kuning lambang warna emas (Risalah sejarah dan budaya, seri peninggalan sejarah (Yogyakarta, 1979)) Sri Sultan Hamengku Buwono I juga membangun masjid lain sebagai pembatas wilayah ibukota Kerajaan, yaitu Masjid Pathok Negoro. Dalam kamus Baoesastra Djawa oleh W.J.S. Poerwodarminta, pathok (patok) artinya; 1) sesuatu yang dapat ditancapkan baik berupa kayu, bambu dan lain-lain dengan maksud untuk batas, tanda, dan sebagainya; 2) bersifat tetap tidak dapat ditawar-tawar lagi; 3) tempat para peronda berkumpul; 4) sawah yang pokok, 5) an artinya angger-angger, paugeran atau aturan; 6) dasar hukum. Adapun nagara berarti negara, kerajaan, atau pemerintahan. Menurut catatan arsip Kawedanan Reh Pangulon, pathok nagoro merupakan jabatan (abdi dalem) rendah di suatu lembaga peradilan yang diberikan oleh Raja (Sultan) kepada seseorang yang dipercaya mampu menguasai bidang hukum agama Islam atau syariah. Keberadaannya di masyarakat adalah sebagai tokoh panutan, sebagai kepanjangan aturan raja yang memerintah negari (keprajan) Yogyakarta. Walaupun jabatan rendah, abdi dalem pathok nagoro mempunyai peranan penting dalam pemerintahan saat itu, karena langsung berhadapan dengan masyarakat yang penuh dengan berbagai macam permasalahan. Sesuai dengan peranan dan tugasnya yang menyangkut kehidupan masyarakat kasultanan berdasarkan agama pada masa itu, maka abdi dalem pathok nagara pembantu penghulu hakim harus membekali dirinya dengan pengetahuan agama. Ia mempunyai kewajiban mencerdaskan masyarakat di bidang kehidupan beragama dan bermasyarakat. Masjid Pathok Negoro, berfungsi sebagai batas negara. dapat berarti sebagai aturan (yang dianut oleh) negara atau dasar hukum negara. Hal ini dapat dipahami dari contoh kata angger yang berkaitan erat dengan hukum. Pada 19
6 masa itu ada kitab Angger Sepuluh atau Angger Sedasa. Kitab ini merupakan undang-undang yang mengatur adminstrasi dan agraria, demikian juga serat angger-angger yang lain. Dengan demikian bisa dipahami bahwa aturan yang dianut sebagai dasar negara (dalam hal ini Kesultanan Yogyakarta) adalah aturan Islam. Keempat masjid Pathok Negoro dibangun pada kurun , ketika Sri Sultan Hamengku Buwono I bertahta. Sedangkan Masjid yang berada di Wonokromo baru didirikan pada era Sultan Hamengku Buwono IV ( ), meskipun gagasannya sudah dicetuskan sejak masa Sultan Hamengku Buwono I. Konsep Masjid Pathok Negoro berasal dari gagasan Kyai Fakih kepada Sultan Hamengku Buwono I. Kyai Fakih menyarankan agar Sultan Hamengku Buwono I, melantik orang-orang yang dapat menuntun akhlak, yang kemudian diberi tanah perdikan (dibebaskan dar pajak) dan masing-masing tanah itu didirikan masjid sebagai penanda pathok Negoro. Dalam arsip Kraton yang tersimpan di Perpustakaan Widyabudaya, Sultan Hamengku Buwono I, kemudian menempatkan pathok nagoro abdi dalem Kawedanan Pangulon Kasultanan Yogyakarta di Mlangi Kabupaten Sleman (barat), Plosokuning Kabupaten Sleman (utara), Dongkelan Kabupaten Bantul (selatan) dan Babadan Yogyakarta (timur). Cikal bakal Masjid Pathok Negoro dibangun di tempat Kyai Fakih bermukim, yakni di Wonokromo yang terletak di tepi muara Sungai Opak dan Sungai Oyo. Masjid Sederhana, bangunan induk berbentuk kerucut, dengan mustaka dari kuwali yang terbuat dari tanah liat. Sedangkan serambi berbentuk Limasan dengan satu pintu depan. Semua bahan bangunannya dari bambu, atapnya terbuat dari welit, dan dindingnya dari gedhek. Kemudian Masjid itu diberi nama Wa Ana Karoma yang artinya supaya benar-benar mulia. Berawal dari gagasan awal Kyai Fakih tersebut, maka secara berurutan dibangunlah masjid-masjid lain sebagai penanda Batas wilayah Ibukota Kesultanan Yogyakarta, tempat dimana para Pathok Negoro ditempatkan. Masjidmasjid tersebut adalah, Masjid Jami An-nur di Mlangi di bagian Barat, Masjid Jami Sultoni Plosokuning di Utara, Masjid Ad-Darojat Babadan di sebelah Timur, 20
7 dan Masjid Nurul Huda Dongkelan di Bagian Selatan. Empat Masjid Pathok Negoro yang ditempatkan di empat penjuru mata angin dengan masjid Agung Yogyakarta (Masjid Gedhe Kauman) sebagai porosnya. empat pathok kiblat papat lima Pancer. Tidak hanya menempatkan Masjid Agung Yogyakarta (Masjid Gedhe Kauman) sebagai poros, Masjid Pathok Negoro secara visual memiliki karakteristik Arsitektur seperti masjid Agung Yogyakarta (Masjid Gedhe Kauman). Masjid Pathok Negoro sebagai simbol eksistensi perkembangan Islam di Kasultanan Mataram di Yogyakarta memiliki nilai historik yang menonjol di Yogyakarta. Ditemukan pula beberapa penelitian tentang masjid Pathok Negoro. Penelitian tersebut yaitu tesis dari (Indrayadi, 2006) yang mengangkat judul Kajian Kenyamanan Termal Dalam Ruang Masjid Pathok Negoro Yogyakarta. Fokus penelitian ini lebih pada menemukan kenyamanan thermal pada masjid pathok negoro. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Widiyastuti, tentang Fungsi, Latar belakang dan peranan Masjid Pathok Negoro Kasunanan Yogyakarta. Pada penelitian ini fokusnya adalah Pemahaman Masjid yang memiliki nilai edukasi, religi, dan filosofi. Dan Makna setting masjid kerajaan terhadap kota kerajaan. Kemudian pada tahun 2012, dengan adanya Keistimewaan Yogyakarta, Yaitu ditetapkannya Yogyakarta sebagai Daerah Istimewa Yogyakarta, Pihak Keraton menginstruksikan Masjid Pathok Negoro Jami An-nur Mlangi untuk dikembalikan ke bentuk semula (asli). Upaya Keraton untuk mengembalikan bentuk Masjid-Masjid pathok Negoro ke bentuk semula menimbulkan pertanyaan tentang apa yang melandasi pengembalian bentuk masjid Pathok Negoro ke Bentuk Aslinya. Keterkaitan Masjid Agung Yogyakarta dan Masjid-Masjid Pathok Negoro sebagai grand desain Sultan Hamengkubuwono I dalam pertahanan keamanan, wilayah, sosial, masyarakat dan keagamaaan, juga menjadi landasan kuat untuk mengetahui fungsi, bentuk, ruang dan teknik pada masjid Pathok Negoro dikaitkan dengan ide-ide dan konsep pendirian Masjid Pathok Negoro oleh Sri Sultan Hamengkubuwo I. 21
8 Memperhatikan gambaran umum dari upaya Keraton Yogyakarta terhadap kelestarian masjid pathok Negoro, keterkaitan Masjid Pathok Negoro dengan pertahanan keamanan, wilayah, sosial, masyarakat dan keagamaan Daerah Istimewa Yogyakarta serta penelitian-penelitian terdahulu tersebut, perlu adanya upaya penelitian dan pengkajian mengenai Arsitektur Masjid Pathok Negoro. Diharapkan dengan adanya pengkajian tentang Arsitektur Masjid Pathok Negoro, dapat menghasilkan pemikiran yang berlandaskan pemahaman nilai dan karakteristik Arsitektur Masjid Pathok Negoro Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang penelitian dan rumusan masalah diatas, maka dalam penelitian ini dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut : a. Karakteristik dan konsep apa yang melekat pada Masjid-Masjid Pathok Negoro dilihat dari aspek fungsi, bentuk, ruang, dan teknik dari saat pendirian Bangunan Masjid hingga saat ini? b. Faktor-Faktor apa yang mempengaruhi pembentukan karakteristik dan konsep Masjid-Masjid Pathok Negoro dilihat dari pengaruh nilai budaya Masyarakat Yogyakarta dari saat pendirian Bangunan Masjid hingga saat ini? c. Apa kesamaan dan perbedaan Arsitektur dari ke empat Masjid Pathok Negoro? 10.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah mengenali filosofi, konsep, dan prinsipprinsip bangunan Masjid Pathok Negoro dilihat dari aspek fungsi, bentuk, ruang, dan tekniknya, sehingga dapat diketahui keterkaitan ide-ide pendirian Masjid Pathok Negoro oleh Sri Sultan Hamengkubuwono I dengan keadaan Masjid Pathok Negoro pada saat ini Batasan Penelitian Batasan Penelitian Ini dijabarkan agar objek penelitian lebih terfokus. Penelitian yang akan dilakukan dapat dijelaskan sebagai berikut : 22
9 Objek Penelitian merupakan bangunan masjid yang termasuk dalam konsep masjid Pathok Negoro. Yaitu 4 Masjid yang terdiri dari Masjid Jami An-nur di Mlangi di bagian Barat, Masjid Jami Sultoni Plosokuning di Utara, Masjid Ad-Darojat Babadan di sebelah Timur, dan Masjid Nurul Huda Dongkelan di Bagian Selatan. Fokus penelitian adalah aspek fungsi, bentuk, ruang, dan teknik, yang membentuk karakteristik Arsitektur Masjid Pathok Negoro. Kemudian Mengkategorikan persamaan dan perbedaan dari aspek-aspek tersebut sehingga dapat diketahui Kesamaan arsitektur dari keempat Masjid tersebut. aspek fungsi, bentuk, ruang, dan teknik, dilihat pada saat ini (saat survey dilakukan). Kemudian Aspek-aspek fungsi, bentuk, ruang dan teknik tersebut dikaitkan dengan ide-ide yang mendasari pendirian masjid Pathok Negoro, untuk dapat diketahui sejauh mana aspek-aspek yang masih kuat dipertahankan dan yang sudah hilang. Kemudian Aspek kebudayaan masyarakat Yogyakarta digunakan sebagai pendukung dalam menemukan sejauh mana kebudayaan masyarakat mempengaruhi karakteristik Masjid Pathok Negoro. Aspek Budaya yang dimaksud disini adalah sistem religi dan sistem sosial masyarakat(organisasi) Masyarakat Yogyakarta Manfaat Penelitian a. Dapat mendokumentasikan bangunan Masjid Pathok Negoro yang memiliki nilai Historik bagi perkembangan Islam di Yogyakarta. b. Dengan mengetahui Karakteristik yang melekat pada Masjid-Masjid Pathok Negoro yang ada, akan diketahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi konsep dari Karakteristik Arsitektur masjid Pathok Negoro, dan akan diketahui pula bagaimana kebudayaan di Yogyakarta mempengaruhi arsitektur Masjid Pathok Negoro, serta mengetahui pentingnya melindungi eksistensi bangunan masjid Pathok Negoro tersebut. 23
10 10.6 Penelitian terdahulu Tabel 1.1 Tabel penelitian terdahulu No Nama Judul Lokus Fokus Metode Hasil Ade Ira (2003) Zohan Effendhy (2006) Naimatul Ulfa (2009) Indrayadi (2006) Widyastuti (1995) Karakter Bangunan Masjid, Studi persepsi visual pada 6 masjid di Yogyakarta Interelasi Ekspresi Arsitektur Masjid dengan Budaya Jawa Karakteristik Masjd Berbasis Budaya Lokal di Kalimantan Selatan Kajian Kenyamanan Termal Dalam Ruang Masjid Pathok Negoro Yogyakarta Fungsi, Latar belakang dan peranan Masjid Pathok Negoro Kasunanan Yogyakarta 6 masjid di Yogyakarta Masjiid Agung Yogyakarta Rasionalistikkualitatifdeskriptif Masjidmasjid tradisional di Kalimantan Selatan Masjid Pathok Negoro Masjid Pathok Negoro Studi Karakter Bangunan Ekspresi Arsitektur Masjid Penggalian Karakteristi k masjid berdasarkan nilai budaya suku banjar Kajian thermal Antropolog i Budaya Sumber : analisis, 2014 Menggali persepsi mahasiswa desain terhadap karakter 6 masjid di Yogyakarta, kemudian hasilnya dianalisis statistik. Rasionalistikkualitatifdeskriptif Kuantitatif Kualitatif ditemukan makna karakter masjid di Yogyakarta. Dirumuskan tentang penanda masjid bagi mahasiswa desain. Terdapat persamaan dan perbedaan karakter bangunan pada masing-masing bangunan masjid. Hubungan antara ekspresi arsitektur masjid dan budaya dan penyebab terjadinya. Masjid tradisional kalimantan memiliki karakteristik yang dipengaruhi budaya lokal suku banjar, Kenyamanan thermal pada masjid pathok negoro Pemahaman Masjid yang memiliki nilai edukasi, religi, dan filosofi. Dan Makna setting masjid kerajaan terhadap kota kerajaan. Lokus penelitian ini adalah masjid-masjid pathok negoro. Sedangkan fokus penelitian ini adalah mengkaji Karakteristik yang melekat pada Masjid- Masjid Pathok Negoro, kemudian akan diketahui karakter utama masjid pathok negoro, dan akan diketahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi konsep dari Karakteristik Arsitektur masjid Pathok Negoro dilihat dari pengaruh nilai budaya Yogyakarta. 24
11 Meski berbeda lokus maupun fokus, penelitian ini sejenis dengan beberapa penelitian lain yang juga meneliti tentang arsitektur, karakter masjid yaitu penelitian (Ulfa, 2009) yang mengangkat tentang Karakteristik Masjid Berbasis Budaya Lokal di Kalimantan Selatan serta penelitian (Ira, 2003) yang mengangkat tentang Karakter Bangunan Masjid, Studi persepsi visual pada 6 masjid di Yogyakarta. Dari kedua tesis tersebut dapat dipelajari bagaimana merumuskan karakteristik masjid ditinjau dari segi budaya. Sedangkan bagaimana merumuskan Arsitektur masjid dengan kebudayaan Yogyakarta (Jawa) dapat dipelajari dari tesis (Effendhy, 2006) yang mengangkat Interelasi Ekspresi Arsitektur Masjid dengan Budaya Jawa. Ditemukan pula beberapa penelitian dengan objek yang sama, yaitu masjid pathok negoro. Namun dari fokusnya jauh berbeda. Penelitian tersebut yaitu tesis dari (Indrayadi, 2006) yang mengangkat judul Kajian Kenyamanan Termal Dalam Ruang Masjid Pathok Negoro Yogyakarta. Fokus penelitian ini lebih pada menemukan kenyamanan thermal pada masjid pathok negoro. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh (Widyastuti, 1995), tentang Fungsi, Latar belakang dan peranan Masjid Pathok Negoro Kasultanan Yogyakarta. Pada penelitian ini fokusnya adalah Pemahaman Masjid yang memiliki nilai edukasi, religi, dan filosofi. Dan Makna setting masjid kerajaan terhadap kota kerajaan. Penelitian tentang arsitektur masjid pathok negoro yang berkaitan dengan pengaruh nilai budaya Yogyakarta. belum ditemukan. Dengan demikian, keaslian penelitian ini terletak pada fokus penelitian. 25
Akulturasi Langgam Arsitektur pada Elemen Pintu Gerbang Masjid Agung Yogyakarta
SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 DISKURSUS Akulturasi Langgam Arsitektur pada Elemen Pintu Gerbang Masjid Agung Yogyakarta Firdha Ruqmana firdha.ruqmana30@gmail.com Mahasisw a Sarjana Program Studi A rsitektur,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang seluas-luasnya. Sebagai bagian dari arsitektur, mesjid merupakan konfigurasi dari
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.1.1. Pentingnya Pengetahuan Arsitektur Mesjid Mesjid merupakan tempat untuk melaksanakan ibadah kaum muslimin menurut arti yang seluas-luasnya. Sebagai bagian dari
Lebih terperinciSistem konstruksi Masjid Paljagrahan menggunakan menggunakan lantai berbentuk
Gambar 16. Sketsa Perspektif Masjid Paljagrahan di Cireong, Cirebon Sistem konstruksi Masjid Paljagrahan menggunakan menggunakan lantai berbentuk dengah persegi dengan pembagian ruang sama dengan yang
Lebih terperincipada bangunan yang berkembang pada masa Mesir kuno, Yunani dan awal abad
Prinsip keseimbangan yang dicapai dari penataan secara simetris, umumnya justru berkembang pada bangunan yang berkembang pada masa Mesir kuno, Yunani dan awal abad renesans. Maka fakta tersebut dapat dikaji
Lebih terperinciPengaruh Kepemimpinan Keraton pada Arsitektur Masjid Agung Surakarta
SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Pengaruh Kepemimpinan Keraton pada Arsitektur Masjid Agung Surakarta Lilis Yuniati y liliss30@gmail.com Program Studi A rsitektur, Sekolah A rsitektur Perencanaan
Lebih terperinciTipologi Masjid Kagungan Dalem di Imogiri, Bantul
SEMINAR HERITAGEIPLBI 2017 PENELITIAN Tipologi Masjid Kagungan Dalem di Imogiri, Bantul Endah Tisnawati (1), Dita Ayu Rani Natalia (1) endah.tisnaw ati@gmail.com (1) Program Studi A rsitektur, F akultas
Lebih terperinciTugas I PERANCANGAN ARSITEKTUR V
Tugas I PERANCANGAN ARSITEKTUR V Buyung Hady Saputra 0551010032 FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN SURABAYA 2011 Rumah Adat Joglo 1. Rumah Joglo Merupakan rumah
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN V.1. Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian ini merupakan sintesa dari hasil proses analisis dan pembahasan yang ditemukan pada masjid-masjid kesultanan Maluku Utara. Karakteristik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Banyak telaah dan penelitian menunjukkan bahwa pembentukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak telaah dan penelitian menunjukkan bahwa pembentukan arsitektur masjid lebih banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor globalisasi penyebaran Islam, geografi dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Arsitektur merupakan hasil dari faktor-faktor sosiobudaya, sebuah
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Arsitektur merupakan hasil dari faktor-faktor sosiobudaya, sebuah perancangan yang mencakup pengubahan-pengubahan terhadap lingkungan fisik, arsitektur dapat dianggap
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. bangunan masjid. Masjid merupakan bangunan yang penting dan tidak dapat
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Salah satu bentuk arsitektur yang umum dikenal bagi masyarakat Islam adalah bangunan masjid. Masjid merupakan bangunan yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari segala
Lebih terperinciMasjid Cipari Garut, Masjid Berasitektur Mirip Gereja
SEMINAR HERITAGE IPLBI 207 KASUS STUDI Masjid Cipari Garut, Masjid Berasitektur Mirip Gereja Franciska Tjandra tjandra.fransiska@gmail.com A rsitektur Islam, Jurusan A rsitektur, F akultas Sekolah A rsitektur
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,
GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 148 /KPTS/013/2016 TENTANG PENETAPAN MASJID BESAR AL-MUBAROK DI KABUPATEN NGANJUK SEBAGAI BANGUNAN CAGAR BUDAYA PERINGKAT PROVINSI GUBERNUR
Lebih terperinciARSITEKTUR ISLAM PROSES MASUK DAN BERKEMBANGNYA AGAMA DAN KEBUDAYAAN ISLAM DI INDONESIA
ARSITEKTUR ISLAM PROSES MASUK DAN BERKEMBANGNYA AGAMA DAN KEBUDAYAAN ISLAM DI INDONESIA Dra. Dwi Hartini Proses Masuk dan Berkembangnya Agama dan Kebudayaan Islam di Indonesia Ahmad Mansur, Suryanegara
Lebih terperinciPUSAT PERBELANJAAN KELUARGA MUSLIM Dl JOGJAKARTA BAB ANALISIS BENTUK TAMANSARI III.1. TAMANSARI. GAMBAR III.1. Umbul Winangun
PUSAT PERBELANJAAN KELUARGA MUSLIM Dl JOGJAKARTA BAB III.1. TAMANSARI GAMBAR III.1. Umbul Winangun Tamansari dibangun pada tahun 1749, oleh sultan Hamengkubuwomo I (Pangeran Mangkubumi) kompiek ini merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta, atau yang disingkat DIY, memiliki keistimewaan dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Kotagede adalah sebuah kota lama yang terletak di Yogyakarta bagian selatan yang secara administratif terletak di kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul. Sebagai kota
Lebih terperinciTabel Bentuk Ornamen dan tanda-tanda semiotika pada ornamen Masjid Raya Al-Mashun
Lampiran 1 Tabel Bentuk Ornamen dan tanda-tanda semiotika pada ornamen Masjid Raya Al-Mashun No Bentuk Ornamen Keterangan bentuk Tanda-tanda Semiotika Ikon Indeks Simbol 1 Ornamen Geometris ini terdapat
Lebih terperinciAlkulturasi Budaya Hindu-Budha pada Arsitektur Masjid Gedhe Mataram
SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 DISKURSUS Alkulturasi Budaya Hindu-Budha pada Arsitektur Masjid Gedhe Mataram Fenyta Rizky Rahmadhani fenyta25@gmail.com Jurusan Arsitektur, Sekolah Arsitektur Perancangan dan
Lebih terperinciSTRUKTUR KONSTRUKSI RUMAH JOGLO
STRUKTUR KONSTRUKSI RUMAH JOGLO Joglo merupakan kerangka bangunan utama dari rumah tradisional Jawa terdiri atas soko guru berupa empat tiang utama dengan pengeret tumpang songo (tumpang sembilan) atau
Lebih terperinciLebih Dekat dengan Masjid Agung Kauman, Semarang
SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Lebih Dekat dengan Masjid Agung Kauman, Semarang Safira safiraulangi@gmail.com Program Studi A rsitektur, Sekolah A rsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan,
Lebih terperinciGaya Arsitektur Masjid Kasunyatan, Masjid Tertua di Banten
SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Gaya Arsitektur Masjid Kasunyatan, Masjid Tertua di Banten Alya Nadya alya.nadya@gmail.com Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan
Lebih terperincidisamping didasarkan pada aspek kebudayaan juga dipertimbangkan dari sifat bahan dan
Gambar 40. Perletakan tiang, dinding, dan lantai Masjid Agung kasepuhan. (sumber, data survey lapangan). Perletakkan, pemilihan bahan, dan penerapan konstruksi untuk komponen bangunan masjid, disamping
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ada di Indonesia. Sebagai salah satu unsur keistimewaan DIY, maka pada dasarnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan Kraton Yogyakarta merupakan salah satu kawasan cagar budaya yang ada di Kota Yogyakarta. Keberadaan Kraton Yogyakarta itu sendiri menjadi salah satu unsur
Lebih terperinci, 2015 KOMPLEKS MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA DALAM SITUS MASYARAKAT KOTA CIREBON
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki banyak penduduk yang di dalamnya terdapat masyarakat yang berbeda suku, adat, kepercayaan (agama) dan kebudayaan sesuai daerahnya masing-masing.
Lebih terperinciCiri Khas Arsitektur Tradisional Pada Rumah Warga di Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal
Ciri Khas Arsitektur Tradisional Pada Rumah Warga di Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal Andhika Bayu Chandra 15600022 4A Arsitektur Teknik Universitas PGRI Semarang Andhikabayuchandra123@gmail.com Abstrak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memberikan manfaat bagi masyarakat pada sebuah destinasi. Keberhasilan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata adalah salah satu mesin penggerak perekonomian dunia yang terbukti mampu memberikan kontribusi terhadap kemakmuran sebuah negara. Pembangunan pariwisata mampu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di Bengkalis, Indragiri Hulu, Kampar, dan wilayah Pekanbaruyang merupakan kekuatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari berbagai suku yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Bangsa bisa disebut juga dengan suku,
Lebih terperinci87 Universitas Indonesia
BAB 4 PENUTUP Kepurbakalaan Islam di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa merupakan perpaduan dari kebudayaan Islam dengan kebudayaan lokal atau kebudayaan lama yaitu kebudayaan Hindu-Buddha. Perpaduan dua
Lebih terperinciTUGAS AKHIR. KARAKTERISTIK BENTUK MASJID KERAJAAN DI SURAKARTA Kasus : Masjid Agung Surakarta dan Masjid Al-Wustho Mangkunegaran
TUGAS AKHIR Penelitian (Riset) Arsitektur KARAKTERISTIK BENTUK MASJID KERAJAAN DI SURAKARTA Kasus : Masjid Agung Surakarta dan Masjid Al-Wustho Mangkunegaran Diajukan sebagai Pelengkap dan Syarat guna
Lebih terperinciMasjid Tua Ternate, Warisan Berharga Sultan yang perlu dilestarikan
SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Masjid Tua Ternate, Warisan Berharga Sultan yang perlu dilestarikan Muhammad Fadhil Fathuddin muhammadfadhilf@student.itb.ac.id Program Studi Arsitektur, Sekolah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan Jawa telah ada dan berkembang bahkan jauh sebelum penduduk Pulau Jawa mengenal agama seperti Hindu, Budha maupun Islam dan semakin berkembang seiring dengan
Lebih terperinciBAB III ELABORASI TEMA
BAB III ELABORASI TEMA 1. Pengertian Arsitektur A. Kajian Gramatikal Arsitektur :... seni dan teknologi dalam mendesain dan membangun struktur atau sekelompok besar struktur dengan pertimbangan kriteria
Lebih terperincic. Preferensi Fiqih Dalam Beragama di Demak Dipengaruhi oleh Kondisi Lokal dan Keikutsertaan Pada Ormas Islam d. Budaya Ziarah Makam Wali yang
DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... i HALAMAN PERNYATAAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xiv BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tradisional, dengan karakter dan gaya seni masing-masing. kepentingan dan fungsi-fungsi dalam kehidupan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu negara peringkat keempat penduduk terbanyak di dunia setelah Cina, India, dan Amerika, Indonesia juga banyak memiliki ragam seni
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Menara Kudus. (Wikipedia, 2013)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Menara Kudus terletak di Kelurahan Kauman, Kecamatan Kota Kudus, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, sekitar 40 km dari Kota Semarang. Oleh penduduk kota Kudus dan sekitarnya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menelusuri kota Yogyakarta tidak lengkap rasanya jika tidak mengunjungi Kampung Kauman. Kampung Kauman terletak di sebelah barat alun-alun utara kota Yogyakarta, Berada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Indonesia dengan berbagai suku bangsa memiliki kekayaan motif hias yang terdapat pada hasil karya sebagai wujud dari kebudayaan yang melambangkan gagasan tentang
Lebih terperinciDAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR GAMBAR... ix. DAFTAR TABEL... xiii BAB I PENDAHULUAN... 1
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i ABSTRAK... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Penelitian... 1 B. Identifikasi Masalah... 3 C. Rumusan Masalah...
Lebih terperinciPELESTARIAN BANGUNAN MASJID TUO KAYU JAO DI SUMATERA BARAT
PELESTARIAN BANGUNAN MASJID TUO KAYU JAO DI SUMATERA BARAT Dion Farhan Harun, Antariksa, Abraham Mohammad Ridjal Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jl. Mayjen Haryono 167, Malang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal memiliki segudang sejarah yang panjang dari kebudayaankebudayaan masa lampau. Sejarah tersebut hingga kini masih dapat dinikmati baik dari
Lebih terperinciOmah Dhuwur Gallery merupakan bangunan yang ada di Kawasan Cagar Budaya
BAB III ANALISIS KONDISI EKSISTING OMAH DHUWUR GALLERY Omah Dhuwur Gallery merupakan bangunan yang ada di Kawasan Cagar Budaya Kotagede. Revitalisasi merupakan salah satu cara untuk menyelamatkan bangunan
Lebih terperinciRumah Jawa adalah arsitektur tradisional masyarakat Jawa yang berkembang sejak abad ke- 13 terdiri atas 5 tipe dasar (pokok) yaitu:
Rumah Jawa adalah arsitektur tradisional masyarakat Jawa yang berkembang sejak abad ke- 13 terdiri atas 5 tipe dasar (pokok) yaitu: 1. Joglo (atap joglo) 2. Limasan (atap limas) 3. Kampung (atap pelana)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada masa kini kota-kota di Indonesia telah banyak mengalami. perkembangan dan perubahan yang sangat pesat. Pembangunan massa dan
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pada masa kini kota-kota di Indonesia telah banyak mengalami perkembangan dan perubahan yang sangat pesat. Pembangunan massa dan fungsi baru untuk menunjang ragam aktivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masjid Raya Al-Mashun merupakan masjid peninggalan Kesultanan Deli
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masjid Raya Al-Mashun merupakan masjid peninggalan Kesultanan Deli yang dibangun pada tahun 1906 M, pada masa pemerintahan sultan Maamun Al- Rasyid Perkasa Alamsjah.Masjid
Lebih terperinciUnsur-Unsur Budaya pada Arsitektur Masjid Agung Darussalam, Bojonegoro
SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Unsur-Unsur Budaya pada Arsitektur Masjid Agung Darussalam, Bojonegoro Uswatun Chasanah usw ahsnh.10@gmail.com A rsitektur Islam, Jurusan A rsitektur, F akultas
Lebih terperinciAkulturasi Budaya pada Bangunan Masjid Gedhe Mataram Yogyakarta
SEMINAR HERITAGEIPLBI 2017 PENELITIAN Akulturasi Budaya pada Bangunan Masjid Gedhe Mataram Yogyakarta Endang Setyowati (1), Gagoek Hardiman (2), Titien Woro Murtini (3) eniel_ars@yahoo.com (1) Mahasiswa
Lebih terperinciKarakteristik Sistem Struktur Ruang Utama Masjid Agung Demak
TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Karakteristik Sistem Struktur Ruang Utama Masjid Agung Demak Mohhamad Kusyanto (1), Debagus Nandang (1), Erlin Timor Tiningsih (2), Bambang Supriyadi (3), Gagoek Hardiman (3) (1)
Lebih terperinciPenyusunan Data Master Referensi Kebudayaan Kab. Demak, Provinsi Jawa Tengah
Penyusunan Data Master Referensi Kab. Demak, Provinsi Jawa Tengah Pusat Data Statistik Daftar Isi A. Pendahuluan B. Hasil Verifikasi Validasi Data Master Referensi Data Cagar Budaya di Kabupaten Demak
Lebih terperinciNURYANTO PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR-S1 DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR FPTK-UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
NURYANTO PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR-S1 DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR FPTK-UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2016-2017 ARSITEKTUR NUSANTARA-AT. 311 PERTEMUAN KE SEBELAS SENIN, 28 NOVEMBER
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Nasional yang dilindungi pemerintah, di mana bangunan ini merupakan pusat
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Gedung Paseban Tri Panca Tunggal adalah sebuah bangunan Cagar Budaya Nasional yang dilindungi pemerintah, di mana bangunan ini merupakan pusat kebudayaan Djawa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembentukannya setiap budaya yang dimunculkan dari masing-masing daerah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan Indonesia memiliki ragam suku dan budaya, dalam proses pembentukannya setiap budaya yang dimunculkan dari masing-masing daerah memiliki nilai sejarah. Pembentukan
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat diskriptif kualitatif, sehingga dalam penelitian ini dilakukan dalam dua bagian, yang pertama adalah penelitian lapangan dan yang kedua adalah penelitian
Lebih terperinci2015 ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Cirebon sejak lama telah mendapat julukan sebagai Kota Wali. Julukan Kota Wali disebabkan oleh kehidupan masyarakatnya yang religius dan sejarah berdirinya
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Pertemuan budaya yang ada pada Mesjid Raya Cipaganti dapat terkordinasi dengan baik antara budaya yang satu dengan lainnya. Budaya luar yang masuk telah mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kewajiban umat Islam untuk melaksanakan shalat, rukun kedua dari agama
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kewajiban umat Islam untuk melaksanakan shalat, rukun kedua dari agama Islam, memberikan pengaruh yang kuat terhadap masjid sebagai bentuk arsitektur Islam yang
Lebih terperinciStudi Dokumentasi Area Siti Inggil Keraton Kasepuhan Cirebon
SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Studi Dokumentasi Area Siti Inggil Keraton Kasepuhan Cirebon Farhatul Mutiah farhamutia@gmail.com Program Studi A rsitektur, Sekolah Tinggi Teknologi C irebon. Abstrak
Lebih terperinciSenarai Gambar, Peta dan Rajah
Senarai Gambar, Peta dan Rajah Gambar Gambar 1.1 Gambar 1.2 Gambar 1.3 Gambar 1.4 Gambar 1.5 Gambar 2.1 Gambar 2.2 Gambar 2.3 Gambar 2.4 Gambar 2.5 Gambar 2.6 Gambar 2.7 Gambar 2.8 Gambar 2.9 Gambar 2.10
Lebih terperinciFUNGSI SELOKAN MATARAM BAGI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Theresiana Ani Larasati
FUNGSI SELOKAN MATARAM BAGI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Theresiana Ani Larasati Latar Belakang Karakter suatu lingkungan dapat dinyatakan dalam empat komponen yang meliputi tatanan alamiah (natural setting),
Lebih terperinciBAB III PERKEMBANGAN ARSITEKTUR MASJID AGUNG LAMONGAN. A. Perkembangan Arsitektur Masjid Agung Lamongan
47 BAB III PERKEMBANGAN ARSITEKTUR MASJID AGUNG LAMONGAN A. Perkembangan Arsitektur Masjid Agung Lamongan 1. Pengertian Arsitektur Masjid Pada awalnya Bangunan masjid muncul sebagai bangunan religi yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap Budaya Lanskap budaya merupakan hasil interaksi antara manusia dan alam dari waktu ke waktu (Plachter dan
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap Budaya Lanskap budaya merupakan hasil interaksi antara manusia dan alam dari waktu ke waktu (Plachter dan Rossler, 1995). Lanskap budaya pada beberapa negara di dunia
Lebih terperinciVERNAKULAR-TA.428-SEMESTER GENAP-2007/2008 JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR-S1 FPTK-UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
ARSITEKTUR TRADISIONAL NURYANTO, S.Pd., M.T.Ars. ARSITEKTUR VERNAKULAR-TA.428-SEMESTER GENAP-2007/2008 JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR-S1 FPTK-UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2 0 1 0 Ilmu yang mempelajari
Lebih terperinciMASJID-MASJID MUHAMMADIYAH DI YOGYAKARTA
MASJID-MASJID MUHAMMADIYAH DI YOGYAKARTA Dhani Mutiari 1, Suryaning Setyowati 2, Nur Rahmawati Syamsiyah 3 1,2,3 Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. Ahmad
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN. Rumah toko Cina Malabero Bengkulu yang dikelompokkan dalam
BAB VI KESIMPULAN 6.1. Karakteristik Bangunan Asli (Periode 1) Rumah toko Cina Malabero Bengkulu yang dikelompokkan dalam permukiman warga Cina (Chinese Kamp) di depan Benteng Marlborough mempunyai dua
Lebih terperinciSejarah Pembangunan dan Renovasi pada Masjid Agung Bandung
SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 DISKURSUS Sejarah Pembangunan dan Renovasi pada Masjid Agung Bandung Andita Aprilina Nugraheni anditaprilina2804@gmail.com Mahasiswa Program Sarjana, Prodi Arsitektur, Sekolah
Lebih terperinci5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Bangunan masjid ini memiliki makna kultural yang tinggi karena terdapat nilai usia dan kelangkaan, nilai arsitektural, nilai artistik, nilai asosiatif, nilai
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Propinsi Daerah istimewa Yogyakarta merupakan salah satu daerah destinasi pariwisata di Indonesia yang memiliki beragam produk wisata andalan seperti wisata sejarah,
Lebih terperinciORNAMEN MASJID AGUNG BAITURRAHMAN BANYUWANGI
ORNAMEN MASJID AGUNG BAITURRAHMAN BANYUWANGI QOLBUN muallaqun fiil masaajid; selalu saja mencintai masjid, dan hatinya menyatu dengan masjid. Inilah harapan yang selama pembangunan Masjid Agung Baiturrahman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Danandjaja (dalam Maryaeni 2005) mengatakan bahwa kebudayaan daerah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Danandjaja (dalam Maryaeni 2005) mengatakan bahwa kebudayaan daerah sebagai simbol kedaerahan yang juga merupakan kekayaan nasional memiliki arti penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keadaan geografi sebuah kawasan bukan hanya merupakan. pertimbangan yang esensial pada awal penentuan lokasi, tetapi mempengaruhi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keadaan geografi sebuah kawasan bukan hanya merupakan pertimbangan yang esensial pada awal penentuan lokasi, tetapi mempengaruhi fungsi dan bentuk fisiknya. Kawasan
Lebih terperinciKESIMPULAN. Berdasarkan keseluruhan uraian dapat disimpulkan. penemuan penelitian sebagai berikut. Pertama, penulisan atau
1 KESIMPULAN A. Kesimpulan Berdasarkan keseluruhan uraian dapat disimpulkan penemuan penelitian sebagai berikut. Pertama, penulisan atau penyalinan naskah-naskah Jawa mengalami perkembangan pesat pada
Lebih terperinciAliran Udara Dalam Ruang Masjid Jawa Modern Studi Kasus Masjid Babadan Yogyakarta
Jurnal Vokasi 2011, Vol.7. No.2 156-165 Aliran Udara Dalam Ruang Masjid Jawa Modern Studi Kasus Masjid Babadan Yogyakarta INDRAYADI Program Studi Arsitektur Jurusan Teknik Sipil dan Perencanaan Politeknik
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Dari Hasil Penelitian yang telah diuraikan dimuka, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Keraton Kasunanan Surakarta mulai dibangun pada
Lebih terperinci1 BAB I PENDAHULUAN. Arsitektur rumah tradisional yang tersebar hingga ke pelosok Nusantara
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Arsitektur rumah tradisional yang tersebar hingga ke pelosok Nusantara memiliki berbagai keistimewaan masing-masing. Proses pembuatan atau pembangunan rumah tersebut,
Lebih terperinciIDENTIFIKASI PEMANFAATAN ALUN-ALUN MALANG
124 Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan Vol.7 No.2 IDENTIFIKASI PEMANFAATAN ALUN-ALUN MALANG Wiwik Dwi Susanti Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Pembangunan Nasional
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN KHUSUS
BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1 Tinjauan Tema Berikut ini merupakan tinjauan dari tema yang akan diterapkan dalam desain perencanaan dan perancangan hotel dan konvensi. 3.1.1 Arsitektur Heritage Perencanaan
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN. Universitas Indonesia. Kesesuaian Feng Shui..., Stephany Efflina, FIB UI, 2009
BAB IV KESIMPULAN Penyesuaian terjadi pada masyarakat Cina yang bermukim atau tinggal di Nusantara. Orang-orang Cina telah ada dan menetap di Nusantara sejak lama. Pada perkembangan pada masa selanjutnya,
Lebih terperinciRanggih Semeru. Analisis Bentuk Fasade dan Tata Ruang Masjid Agung Tuban
Ranggih Semeru 20308032 Analisis Bentuk Fasade dan Tata Ruang Masjid Agung Tuban Bangunan masjid muncul sebagai bangunan religi yang merupakan perpaduan dari fungsi bangunan sebagai unsur arsitektur islam
Lebih terperinciBab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang
Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pesisir Timur pantai Sumatera Utara sejak abad ke-13, merupakan tempat persinggahan bangsa-bangsa asing dan lintas perdagangan. Bangsa India dan Arab datang dengan
Lebih terperinciMasjid Cipari, Masjid Tertua dan Unik di Garut
SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Masjid Cipari, Masjid Tertua dan Unik di Garut Annisa Maharani mhrnannisa1997@gmail.com Mahasiswa Sarjana Prodi Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Arsitektur merupakan bagian dari kebudayaan manusia. Menurut
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Arsitektur merupakan bagian dari kebudayaan manusia. Menurut Koentjaraningrat (2009), kebudayaan merupakan keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia
Lebih terperinciPola Pemukiman di Sekitar Masjid Pathok Negoro Mlangi dan Plosokuning
BAB I 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1.1. Batas Keistimewaan Wilayah Yogyakarta Yogyakarta berada di wilayah Jawa Tengah, yang memiliki sejarah cukup panjang. Awal mula terbentuknya Kasultanan Yogyakarta
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. ditarik kesimpulan bahwa Pesan Non Verbal dalam Upacara Adat Grebek Sekaten
BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab IV, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Pesan Non Verbal dalam Upacara Adat Grebek Sekaten di Kraton Yogyakarta (Studi
Lebih terperinciJawa Timur secara umum
Jawa Timur secara umum Rumah Joglo secara umum mempunyai denah berbentuk bujur sangkar, mempunyai empat buah tiang pokok ditengah peruangannya yang biasa disebut sebagai saka guru. Saka guru berfungsi
Lebih terperinciDAFTAR INVENTARIS BCB TAK BERGERAK DI KABUPATEN BANTUL
DAFTAR INVENTARIS BCB TAK BERGERAK DI KABUPATEN BANTUL No Nama Benda Astronomis Alamat Nama Pemilik 1 Candi Ganjuran X : 425010 Y : 9123794 2 Masjid Pajimatan X : 433306 Y : 9124244 3 Kompleks Makam Imogiri
Lebih terperinciBAB IV PERBANDINGAN PERSAMAAN DAN PERBEDAAN GAYA KALIGRAFI
BAB IV PERBANDINGAN PERSAMAAN DAN PERBEDAAN GAYA KALIGRAFI A. Persamaan Gaya Corak Kaligrafi di Masjid Al- Akbar Surabaya dengan Masjid Syaichuna Kholil Bangkalan Masjid merupakan tempat ibadah umat muslim
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 013/M/2014 TENTANG
KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 013/M/2014 TENTANG BANGUNAN UTAMA HOTEL TOEGOE SEBAGAI BANGUNAN CAGAR BUDAYA PERINGKAT NASIONAL MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan arsitektur di Eropa sedikit banyak memberikan pengaruh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan arsitektur di Eropa sedikit banyak memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap perkembangan arsitektur di dunia maupun di Indonesia sendiri. Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Perkembangan pembangunan yang sangat pesat, juga diikuti munculnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Perkembangan pembangunan yang sangat pesat, juga diikuti munculnya berbagai teknik membangun, konstruksi dan bahan yang baru dan beraneka ragam, dengan spesifikasi
Lebih terperinciPerkembangan Arsitektur 1
Perkembangan Arsitektur 1 Minggu ke 5 Warisan Klasik Indonesia By: Dian P.E. Laksmiyanti, ST, MT Material Arsitektur Klasik Indonesia Dimulai dengan berdirinya bangunan candi yang terbuat dari batu maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Peninggalan sejarah Islam diacehsalah satunya kesenian. Kesenian merupakan sesuatu yang diciptakan oleh manusia yang mengandung unsur keindahan yang dapat didengar
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya konsep spasial Lamin
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 6.1.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya konsep spasial Lamin Adat Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya konsep spasial pada Lamin Adat adalah
Lebih terperinci1. ASPEK PENAMPAKAN SIMBOL KULTURAL
1. ASPEK PENAMPAKAN SIMBOL KULTURAL SIMBOL LANGGAM JAWA GAMBAR 1 GAMBAR 2 GAMBAR 3 GAMBAR 5 SIMBOL DESIGN YANG PERTAMA INI MENGGUNAKAN LANGGAM JAWA YANG SAYA LETAKKAN DI FRAME JENDELA GAMBAR 1 GAMBAR 6
Lebih terperinciBAB IV UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN PADA ARSITEKTUR MASJID AGUNG DARUSSALAM BOJONEGORO. Terjadinya adaptasi percampuran budaya di Indonesia menandai adanya
57 BAB IV UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN PADA ARSITEKTUR MASJID AGUNG DARUSSALAM BOJONEGORO A. Arsitektur Masjid Agung Darussalam Bojonegoro Terjadinya adaptasi percampuran budaya di Indonesia menandai adanya
Lebih terperinciPenelusuran Warisan Budaya Jakarta melalui Heritage Bangunan Masjid Al-Alam Marunda
SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Penelusuran Warisan Budaya Jakarta melalui Heritage Bangunan Masjid Al-Alam Marunda Ahmad Darmawan adarw aw an@gmail.com Mahasisw a S1 Laboratorium Ilmu Rekay asa
Lebih terperinciUPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Telah dikemukakan pada awal penulisan skripsi ini, bahwa pokok pembahasan permasalahan yang dikaji adalah Bagainamakah Interior Masjid Indrapuri di Aceh di tinjau dari Mihrab,
Lebih terperinciEkspresi Majapahit dalam Ornamen Bangunan Masjid Sang Cipta Rasa Cirebon
SEMINAR HERITAGEIPLBI 2017 DISKURSUS Ekspresi Majapahit dalam Ornamen Bangunan Masjid Sang Cipta Rasa Cirebon Yanuar Mandiri yanuar_mandiri@yahoo.com Departemen Arkeologi, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya,
Lebih terperinciGb 3.9 Denah Candi Jiwa
Gb 3.9 Denah Candi Jiwa Jika dibandingkan dengan candi-candi periode Mataram Kuno, candi dengan denah berpintu empat merupakan candi yang istimewa, seperti halnya candi Siwa Prambanan yang bersifat Hindu,
Lebih terperinciBERBAGAI MACAM GUNUNGAN DALAM UPACARA GAREBEG (GREBEG) DI KERATON YOGYAKARTA. Theresiana Ani Larasati
BERBAGAI MACAM GUNUNGAN DALAM UPACARA GAREBEG (GREBEG) DI KERATON YOGYAKARTA Theresiana Ani Larasati Keraton Yogyakarta setiap tahun menyelenggarakan tiga kali upacara garebeg, yaitu: Garebeg Maulud, Garebeg
Lebih terperinciKEBUDAYAAN SUKU BANJAR
KEBUDAYAAN SUKU BANJAR 1. Batasan Membahas tentang kebudayaan suatu kelompok masyarakat merupakan bagian yang paling luas lingkupnya. Dalam tulisan ini kebudayaan dipahami sebagai sesuatu yang menunjuk
Lebih terperinci