ANALISIS DAYA SAING, STRATEGI DAN PROSPEK INDUSTRI JAMU DI INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS DAYA SAING, STRATEGI DAN PROSPEK INDUSTRI JAMU DI INDONESIA"

Transkripsi

1 ANALISIS DAYA SAING, STRATEGI DAN PROSPEK INDUSTRI JAMU DI INDONESIA Oleh: ERNI DWI LESTARI H DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

2 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian... 6 II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Teori-teori Pengertian Industri Daya Saing Strategi Prospek Industri Jamu Penelitian Terdahulu Kerangka Pemikiran Hipotesis III METODOLOGI PENELITIAN Jenis Data Dan Sumber Data Analisis Data Analisis Daya Saing Analisis Strategi Analisis Prospek Industri Jamu IV GAMBARAN UMUM Pengertian Jamu Proses Produksi Jamu... 31

3 4.3 Industri Jamu Nasional Industri Jamu Internasional V PEMBAHASAN Analisis Daya Saing Dengan Pendekatan The National Diamond System Analisis Komponen Daya Saing Analisis Keunggulan dan Kelemahan Komponen Daya Saing Analisis Keterkaitan Antar Komponen Daya Saing Analisis Strategi Analisis Komponen SWOT Matrik SWOT Analisis Prospek Industri Jamu VI KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 83

4 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1.1 Perbedaan Obat Tradisional, Fitofarmaka, dan Obat Farmasi Jumlah Perusahaan IOT dan IKOT Cara Pengolahan Simplisia Yang Baik Perbandingan Permintaan Antara Obat Modern dan Obat Alami Persentase Nilai Ekspor terhadap Nilai Produksi Jenis Bahan Baku Yang Digunakan Oleh Industri Jamu Nilai CR4 Industri Jamu Hasil Peramalan... 77

5 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 2.3 Alur Rancangan Penelitian Porter,s Diamond Matrik SWOT Jalur Pemasaran Produk Jamu Matrik SWOT Plot Time Series Nilai Output Dan LOGE Nilai Output Plot Autokorelasi Dan Partial Autokorelasi Sebelum Differencing Plot Autokorelasi Dan Partial Autokorelasi Setelah Differencing... 76

6 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1 Hasil Pengolahan Data Tabel Hasil Estimasi Plot Hasil Peramalan... 89

7 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut WHO, industri obat-obatan merupakan industri yang berbasis riset, secara berkesinambungan memerlukan inovasi, memerlukan promosi yang membutuhkan biaya mahal, organisasi dan sistem pemasaran yang baik, serta produknya diatur secara ketat, baik pada tingkat nasional maupun internasional. Industri obat tradisional merupakan salah satu usaha yang mempunyai peranan penting dalam usaha meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dengan menyediakan dan memproduksi obat-obatan tradisional yang berkualitas. Beberapa produk obat-obatan yang beredar di Indonesia terbagi menjadi tiga yaitu obat tradisional, obat fitofarmaka dan obat farmasi atau yang disebut dengan obat sintetis. Obat fitofarmaka merupakan jenis peralihan antara obat tradisional dan obat farmasi (sintetis), sehingga dapat disimpulkan bahwa obat fitofarmaka adalah obat tradisional yang diproses secara modern, dengan menggunakan standar dan melalui uji klinis tertentu. Obat fitofarmaka sering disebut sebagai obat tradisional atau orang sering menyebutnya dengan jamu kemasan karena menggunakan bahan-bahan alami dari alam namun melalui sebuah produksi yang modern dan higienis dan melalui sejumlah uji klinis tertentu, sehingga tidak berbeda kualitasnya dengan obat modern atau obat farmasi. Pada tabel 1.1 akan di jelaskan perbedaan antara obat tradisional, obat fitofarmaka, dan obat farmasi (sintetis). Tabel 1.1 Perbedaan Obat Tradisional, Fitofarmaka, Dan Obat Farmasi Obat Tradisional Fitofarmaka Obat farmasi 1. Individual 1. Berlaku umum 1. Berlaku secara umum 2. Belum ada Standar 2. Standar ada 2. Standar ada 3. Efektifitas berdasarkan 3. Efektifitas teruji 3. Pharmacodynamic uji tradisi 4. Obat bebas 5. Pemasaran dengan iklan 4. Obat bebas 5. Pemasaran melalui dokter dan iklan 4. Obat keras 5. Pemasaran melalui dokter Sumber:Sirait,2001 Sejak dahulu masyarakat Indonesia telah mengenal dan menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya penanggulangan masalah kesehatan, sebelum pelayanan kesehatan formal dengan pengobatan modern dikenal masyarakat. Pengetahuan tentang tanaman obat tradisional merupakan warisan budaya bangsa berdasarkan pengalaman, pengetahuan dan keterampilan secara turun temurun yang diwariskan kepada generasi penerus bangsa. Pengobatan dan pendayagunaan obat termasuk obat tradisional merupakan salah satu komponen alternatif pelayanan kesehatan dasar untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan beberapa contoh kasus yang terjadi di masyarakat, obat-obatan sintetis modern atau yang disebut dengan obat farmasi yang dibuat secara kimiawi ternyata sering menimbulkan efek samping yang merugikan dan banyak meninggalkan residu pada tubuh manusia, tingkat keamanan dan keberhasilannya masih diragukan walaupun sudah melalui pengujian terhadap efektifitas dan stabilitas produknya. Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia berdampak langsung pada kenaikan harga-harga produk dan biaya hidup semakin meningkat, sehingga masyarakat mulai harus berpikir untuk dapat lebih menghemat dalam pengeluaran uang tiap bulannya. Hampir semua barang mengalami kenaikkan harga, tidak terkecuali harga obat farmasi. Padahal masyarakat sangat membutuhkan obat untuk menyembuhkan penyakit yang dideritanya atau hanya menjaga kesehatan dari perubahan iklim dan cuaca yang tidak menentu. Tingkat kesehatan masyarakat cenderung menurun sebagai akibat daya beli masyarakat yang rendah khususnya terhadap obat-obatan. Oleh karena itu banyak masyarakat yang beralih pada pengobatan tradisional karena pengobatan tradisional lebih murah dan dapat menekan harga, masyarakat lebih percaya karena faktor pengalaman dan alasan hasil warisan turun-temurun. Pengunaan bahan alam dalam rangka pemeliharaan kesehatan lebih dekat pada proses biologis pada tubuh manusia, aman bagi kesehatan, bebas dari bahan kimia, bebas efek samping walaupun keberhasilan penyembuhannya tidak secepat obat farmasi. Kekayaan flora Indonesia yang begitu besar merupakan peluang untuk berkembangnya produksi industri jamu atau obat tradisional. Perkembangan produksi jamu dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Peningkatan produksi tidak hanya untuk konsumsi dalam negeri tetapi juga untuk ekspor.

8 2 Selain itu, juga terjadi peningkatan unit kerja dan pabrik disejumlah perusahaan jamu terbesar. Oleh karena itu industri jamu mempunyai kesempatan bisa sejajar dengan industri farmasi. Jumlah industri jamu semakin berkembang seiring dengan meningkatnya kebiasaan mengkonsumsi obat tradisional. Sesuai data dari Badan POM (Pengawas Obat dan Makanan) jumlah IOT (Industri Obat Tradisional) dan IKOT (Industri Kecil Obat Tradisional) tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1.2 Perkembangan Industri Obat Tradisional (IOT) Dan Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT) di Indonesia Tahun IOT Pertumbuhan (%) IKOT Pertumbuhan Total Pertumbuhan (%) (%) , , , , , , , , , , ,50 Sumber:Badan POM,2004 Perkembangan jumlah perusahaan obat tradisional mengindikasikan bahwa terjadi peningkatan perkembangan dalam industri jamu nasional. Menurut gabungan perusahaan jamu (2004), industri jamu akan terus berkembang dan persaingan dengan perusahaan farmasi yang memproduksi obat-obatan sintetis akan semakin tinggi. Pangsa pasar produk obat-obatan sampai saat ini masih dikuasai oleh industri farmasi tetapi dari tahun ke tahun pangsa pasar industri obat tradisional atau jamu terus meningkat. 1.2 Permasalahan Peningkatan jumlah penduduk dan harga obat sintetis yang jauh diatas harga obat tradisional pada saat ini, mengakibatkan masyarakat berpikir untuk kembali ke alam atau back to nature. Obat sintetis mulai ditinggalkan karena dirasa terlalu mahal dengan efek samping yang cukup membahayakan. Masyarakat berpikir bahwa dengan obat tradisional akan lebih murah dan tidak membahayakan kesehatan karena bahannya yang berasal dari alam. Selain itu juga faktor pengalaman dan alasan hasil warisan turun-temurun yang dipercaya kemanjurannya telah menjadi salah satu motivasi bagi mereka untuk mengembangkan industri jamu di Indonesia. Adanya pasar AFTA yang akan dibuka tahun 2010, menyebabkan pangsa pasar akan bertambah besar sehingga jika dapat dikuasai akan menciptakan keuntungan yang sangat besar. Selain memperbesar pangsa pasar, dibukanya pasar AFTA akan menyebabkan semakin tingginya persaingan. Industri jamu tidak hanya bersaing dengan industri farmasi nasional saja, tetapi juga dengan perusahaan asing. Oleh karena itu peningkatan daya saing industri jamu harus ditingkatkan, berbagai strategi harus dirancang setiap perusahaan-perusahaan jamu nasional sehingga prospek industri jamu di masa depan akan semakin baik, tetapi jika tidak, industri jamu nasional akan semakin terancam atau jika tidak industri jamu tidak bisa bertahan. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana daya saing industri jamu di Indonesia? 2. Strategi apakah yang dapat mendukung peningkatan daya saing industri jamu di Indonesia? 3. Bagaimana prospek industri jamu di Indonesia? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian terhadap permasalahan yang telah dikemukakan diatas adalah untuk: 1. Menganalisis daya saing industri jamu dengan menggunakan porter s diamond. 2. Merumuskan strategi yang digunakan untuk meningkatkan daya saing jamu nasional dengan matrik SWOT 3. Melihat prospek industri jamu nasional melalui peramalan (forecasting). 1.4 Manfaat Penelitian 1. Sebagai bahan studi komparatif bagi penelitian lain yang berkaitan dengan masalah ini. 2. Sebagai bahan pertimbangan bagi pengambil keputusan dalam menentukan kinerja perusahaan jamu nasional di Indonesia. 3. Sebagai sumbangan pemikiran bagi dunia akademis dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini hanya membahas tentang industri jamu, tidak membahas tentang produk jamu dan kegunaan atau manfaatnya. Peramalan nilai output yang digunakan adalah data nilai output industri jamu

9 3 secara keseluruhan dari industri besar dan sedang yang telah diolah oleh Badan Pusat Statistik, tidak dibedakan menurut jenis atau bentuk jamu maupun kegunaan jamu. II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Teori-Teori Pengertian Industri Industri diartikan sebagai sekumpulan perusahaan yang serupa atau sekelompok produk yang berkaitan erat (Lipsey, et al., 1996). Dumairy (1995) menjelaskan bahwa industri memiliki dua arti. Pertama, industri adalah himpunan perusahaan sejenis. Dalam konteks ini, industri jamu sama artinya dengan himpunan atau kelompok perusahaan penghasil obat-obatan tradisional. Kedua, industri dapat juga diartikan sebagai suatu sektor ekonomi yang di dalamnya terdapat kegiatan produktif yang mengolah bahan mentah menjadi barang jadi atau barang setengah jadi Daya Saing Daya saing sering diidentikkan dengan produktifitas (tingkat output yang dihasilkan untuk setiap unit input yang digunakan). Peningkatan produktifitas meliputi, peningkatan jumlah input fisik (modal dan tenaga kerja), peningkatan kualitas input yang digunakan, dan peningkatan teknologi (total faktor produktifitas). Menurut Michael E. Porter ada empat faktor utama yang menentukan daya saing suatu industri yaitu kondisi faktor, kondisi permintaan, kondisi industri pendukung dan terkait serta kondisi struktur, persaingan dan strategi industri. Dan ada dua faktor yang mempengaruhi interaksi antara keempat faktor tersebut yaitu faktor kesempatan dan faktor pemerintah. 1. Kondisi Faktor Sumberdaya Posisi suatu bangsa berdasarkan sumberdaya yang dimiliki yang merupakan faktor produksi yang diperlukan untuk bersaing dalam industri tertentu. Faktor produksi tersebut digolongkan ke dalam lima kelompok yaitu: a. Sumberdaya Manusia Sumberdaya manusia yang mempengaruhi daya saing industri nasional terdiri dari jumlah tenaga kerja yang tersedia, kemampuan manajerial dan keterampilan yang dimiliki, biaya tenaga kerja yang berlaku (tingkat upah), etika kerja (termasuk moral). b. Sumberdaya Fisik atau Alam Sumberdaya fisik atau sumberdaya alam yang mempengaruhi daya saing industri nasional mencakup biaya, aksebilitas, mutu dan ukuran lahan (lokasi), ketersediaan air, mineral dan energi serta sumberdaya pertanian, perkebunan, perhutanan, perikanan (termasuk sumberdaya perairan laut lainnya), dan sumberdaya peternakan, serta sumberdaya alam lainnya, baik yang dapat diperbaharui maupun yang tidak dapat diperbaharui. Begitu juga kondisi cuaca dan iklim, luas wilayah geografis, kondisi topografis, dan lain-lain. c. Sumberdaya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Sumberdaya IPTEK mencakup ketersediaan pengetahuan pasar, pengetahuan teknis, dan pengetahuan ilmiah yang menunjang dan diperlukan dalam memproduksi barang dan jasa. Begitu juga ketersediaan sumber-sumber pengetahuan dan teknologi, seperti perguruan tinggi, lembaga penelitian dan pengembangan, lembaga statistik, literatur bisnis dan ilmiah, basis data, laporan penelitian, asosiasi pengusaha, asosiasi perdagangan, dan sumber pengetahuan dan teknologi lainnya. d. Sumberdaya Infrastruktur Sumberdaya infrastruktur yang mempengaruhi daya saing nasional terdiri dari ketersediaan jenis, mutu, dan biaya penggunaan infrastruktur yang mempengaruhi persaingan, termasuk sistem transportasi, komunikasi, pos dan giro, pembayaran dan transfer dana, air bersih, energi listrik, dan lain-lain. 2. Kondisi Permintaan Kondisi permintaan dalam negeri merupakan faktor penentu daya saing industri, terutama mutu permintaan domestik. Mutu permintaan domestik merupakan sasaran pembelajaran perusahaan-perusahaan domestik untuk bersaing dipasar global. Mutu permintaan (persaingan yang ketat) di dalam negeri memberikan tantangan bagi setiap perusahaan untuk meningkatkan daya saingnya sebagai tanggapan terhadap mutu persaingan di pasar domestik. Ada tiga faktor kondisi permintaan yang mempengaruhi daya saing industri nasional yaitu:

10 4 (a) Komposisi Permintaan Domestik Karateristik permintaan domestik sangat mempengaruhi daya saing industri nasional. Karakteristik tersebut meliputi: Struktur segmen permintaan merupakan faktor penentu daya saing industri nasional. Pada umumnya perusahaan-perusahaan lebih mudah memperoleh daya saing pada struktur segmen permintaan yang lebih luas dibanding dengan struktur segmen yang sempit Pengalaman dan selera pembeli yang tinggi akan meningkatkan tekanan kepada produsen untuk menghasilkan produk yang bermutu dan memenuhi standar yang tinggi yang mencakup standar mutu produk, product features, dan pelayanan. Antipasi kebutuhan pembeli dari perusahaan dalam negeri merupakan pembelajaran untuk memperoleh keunggulan daya saing global. (b) Jumlah Permintaan dan Pola Pertumbuhan Jumlah atau besarnya permintaan domestik mempengaruhi tingkat persaingan dalam negeri, terutama disebabkan oleh jumlah pembeli bebas, tingkat pertumbuhan permintaan domestik, timbulnya permintaan baru, dan kejenuhan permintaan lebih awal sebagai akibat perusahaan domestik melakukan penetrasi pasar lebih awal. (c) Internasionalisasi Permintaan Domestik Pembeli lokal yang merupakan pembeli dari luar negeri akan mendorong daya saing industri nasional, karena dapat membawa produk tersebut ke luar negeri. Konsumen yang memiliki mobilitas internasional tinggi dan sering mengunjungi suatu negara juga dapat mendorong meningkatnya daya saing produk negeri yang dikunjungi tersebut. 3. Industri Pendukung dan Industri Terkait Keberadaan industri pendukung dan industri terkait yang memiliki daya saing global juga akan mempengaruhi daya saing industri utamanya. Industri terkait dan pendukung jumu nasional memberikan konstribusi yang sangat penting dalam upaya meningkatkan daya saing global. Industri terkait adalah industri yang berada dalam sistem komoditas secara vertikal, mulai dari pengadaan bahan baku, bahan tambahan, bahan kemasan sampai pemasaran. Di lain pihak industri pendukung adalah industri yang memiliki konstribusi tidak langsung pada sistem komoditas secara vertikal. Industri hulu yang memiliki daya saing global akan memasok input bagi industri utama dengan harga yang lebih murah, mutu yang lebih baik, pelayanan yang cepat, pengiriman tepat waktu dan jumlah sesuai dengan kebutuhan industri utama sehingga industri tersebut juga akan memiliki daya saing global yang tinggi. Begitu juga industri hilir yang menggunakan produk industri utama sebagai bahan bakunya. Apabila industri hilir memiliki daya saing global maka industri hilir tersebut dapat menarik industri hulunya untuk memperoleh daya saing global. 4. Persaingan, Struktur dan Strategi Perusahaan Tingkat persaingan dalam industri merupakan salah satu faktor pendorong bagi perusahaanperusahaan yang berkompetisi untuk terus melakukan inovasi. Keberadaan pesaing lokal yang handal dan kuat merupakan faktor penentu dan sebagai motor penggerak untuk memberikan tekanan pada perusahaan lain meningkatkan daya saingnya. Perusahaan-perusahaan yang telah teruji pada persaingan ketat dalam industri nasional akan lebih mudah memenangkan persaingan internasional dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang belum memiliki daya saing yang tingkat persaingannya rendah. Struktur industri dan struktur perusahaan juga menentukan daya saing yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan yang tercakup dalam industri tersebut. Struktur industri yang monopolistik kurang memiliki daya dorong untuk melakukan perbaikan-perbaikan serta inovasi-inovasi baru dibandingkan dengan struktur industri yang bersaing. Dilain pihak, struktur perusahaan yang berada dalam industri sangat berpengaruh terhadap bagaimana perusahaan yang bersangkutan dikelola dan dikembangkan dalam suasana tekanan persaingan, baik domestik maupun internasional. Di samping itu, juga berpengaruh pada strategi perusahaan untuk memenangkan persaingan domestik dan internasional. Dengan demikian secara tidak langsung akan meningkatkan daya saing global industri yang bersangkutan. Struktur Pasar ( Market structure) Istilah struktur pasar digunakan untuk menunjukkan tipe pasar. Derajat persaingan struktur pasar (degree of competition of market structure) dipakai untuk menunjukkan sejauh mana perusahaanperusahaan individual mempunyai kekuatan (power) untuk mempengaruhi harga atau ketentuan-ketentuan lain dari produk yang dijual di pasar.

11 5 Struktur pasar didefinisikan sebagai sifat-sifat (characteristics) organisasi pasar yang mempengaruhi perilaku dan keragaan perusahaan. Jumlah penjual dan keadaan produk (nature of the product) adalan dimensi-dimensi yang penting dari struktur pasar. Adapula dimensi lainnya, seperti mudahsulitnya memasuki industri (hambatan masuk pasar), kemampuan perusahaan mempengaruhi permintaan melalui iklan, dan lain-lain. Beberapa struktur pasar yang ada antara lain pasar persaingan sempurna, pasar monopoli, pasar oligopoli, pasar monopsoni, dan pasar oligopsoni. Biasanya struktur pasar yang dihadapi suatu industri seperti monopoli dan oligopoli lebih ditentukan oleh kekuatan perusahaan dalam menguasai pangsa pasar yang ada, relatif dibandingkan jumlah perusahaan yang bergerak dalam suatu industri. Strategi Di dalam menjalankan suatu usaha baik perusahaan besar maupun skala kecil, dengan berjalannya waktu, pemilik atau manajer dipastikan mempunyai keinginan untuk mengembangkan usahanya ke dalam lingkup yang lebih besar atau lebih luas. Dalam mengembangkan usaha memerlukan suatu strategi khusus yang terangkum dalam suatu strategi pengembangan usaha. Untuk menyusun suatu strategi diperlukan suatu perencanaan yang matang dengan mempertimbangkan semua faktor yang berpengaruh terhadap organisasi atau perusahaan tersebut. 5. Peran Pemerintah Peran pemerintah sebenarnya tidak berpengaruh langsung terhadap upaya peningkatan daya saing global, tetapi berpengaruh terhadap faktor-faktor penentu daya saing global. Hanya perusahaan-perusahaan yang berada dalam industri yang mampu menciptakan daya saing global secara langsung. Peran pemerintah merupakan fasilitator bagi upaya untuk mendorong perusahaan-perusahaan dalam industri agar senantiasa melakukan perbaikan dan meningkatkan daya saingnya. Pemerintah dapat mempengaruhi aksebilitas pelaku-pelaku industri terhadap berbagai sumberdaya melalui kebijakan-kebijakannya, seperti sumberdaya alam, tenaga kerja, pembentukan modal, sumberdaya teknologi dan ilmu pengetahuan serta sumberdaya informasi. Pemerintah juga dapat mendorong peningkatan daya saing melalui penetapan standar produk nasional, standar upah tenaga kerja minimum, dan berbagai kebijakan terkait lainnya. Pemerintah dapat mempengaruhi kondisi permintaan domestik, baik secara tidak langsung melalui kebijakan moneter dan atau fiskal yang dikeluarkannya maupun secara langsung melalui perannya sebagai pembeli produk dan jasa. Kebijakan penerapan bea keluar dan bea masuk, tarif, pajak dan lain-lainnya juga menunjukkan terdapat peran tidak langsung dari pemerintah dalam meningkatkan daya saing global. Pemerintah dapat mempengaruhi tingkat daya saing global melalui kebijakan yang memperlemah faktor penentu daya saing industri, tetapi pemerintah tidak dapat secara langsung menciptakan keunggulan bersaing. Peran pemerintah dalam upaya meningkatkan daya saing global adalah memfasilitasi lingkungan industri yang mampu memperbaiki kondisi faktor penentu daya saing, Sehingga perusahaan-perusahaan yang berada dalam industri mampu mendayagunakan faktor-faktor penentu tersebut secara aktif dan efisien. 6. Peran Kesempatan Peran kesempatan merupakan faktor yang berada di luar kendali perusahaan dan atau pemerintah, tetapi dapat meningkatkan daya saing global industri nasional. Beberapa kesempatan yang dapat mempengaruhi naiknya daya saing global industri nasional adalah adanya penemuan baru yang murni, biaya perusahaan yang tidak berlanjut (misalnya terjadi perubahan harga minyak atau depresi mata uang), meningkatkan permintaan produk industri yang bersangkutan lebih tinggi dari peningkatan pasokan, politik yang diambil oleh negara lain serta berbagai faktor kesempatan lainnya Strategi Menurut Porter (1985) strategi adalah alat yang paling penting untuk mencapai keunggulan bersaing. Suatu perusahaan dapat mengembangkan strategi untuk mengatasi ancaman eksternal dan merebut peluang yang ada. Menurut Rangkuti (1999), proses analisis, perumusan dan evaluasi strategi disebut sebagai perencanaan strategis. Tujuan perencanaan strategi adalah agar organisasi atau perusahaan dapat melihat secara obyektif kondisi internal dan eksternal, sehingga organisasi atau perusahaan dapat mengantisipasi perubahan lingkungan eksternal. Dalam menetapkan strategi dan kebijakan pengembangan industri jamu nasional ke depan digunakan analisis SWOT dengan mengidentifikasikan peluang serta ancaman (tantangan) yang dihadapi suatu industri serta analisis terhadap faktor-faktor kunci pengembangan industri jamu nasional. David (1997), menyebutkan bahwa terdapat beberapa cara untuk menganalisa strategi yang salah satunya adalah

12 6 melakukan analisa SWOT. Analisis SWOT yaitu analisa kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. Analisa SWOT merupakan identifikasi yang bersifat sistematis dari faktor-faktor kekuatan dan kelemahan organisasi serta peluang dan ancaman lingkungan luar dan strategi yang menyajikan kombinasi terbaik diantara keempatnya. Setelah diketahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman, barulah perusahaan dapat menentukan strategi dengan memanfaatkan kekuatan yang dimiliki untuk mengambil keuntungan dari peluang-peluang yang ada, sekaligus untuk memperkecil atau bahkan mengatasi kelemahan yang dimilikinya untuk menghindari ancaman yang ada. Analisis kekuatan Kekuatan merupakan suatu kelebihan khusus yang memberikan keunggulan kompetitif di dalam suatu industri yang berasal dari perusahaan. Kekuatan perusahaan akan mendukung perkembangan usaha dengan cara memperlihatkan sumber dana, citra, kepemimpinan pasar, hubungan dengan konsumen ataupun pemasok, serta faktor-faktor lainnya. Analisis kelemahan Kelemahan adalah keterbatasan dan kekurangan dalam hal sumberdaya, keahlian, dan kemampuan yang secara nyata menghambat aktiifitas keragaan perusahaan. Fasilitas, sumberdaya keuangan, kemampuan manajerial. Keahlian pemasaran dan pandangan orang terhadap merek dapat menjadi sumber kelemahan. Analisis peluang Peluang adalah situasi yang diinginkan atau disukai dalam perusahaan yang diidentifikasi. Segmen pasar, perubahan dalam persaingan atau lingkungan, perubahan teknologi, peraturan baru atau yang ditinjau kembali menjadi sumber peluang bagi perusahaan. Analisis ancaman Ancaman adalah situasi yang paling tidak disukai dalam lingkungan perusahaan. Ancaman merupakan penghalang bagi posisi yang diharapkan oleh perusahaan. Masuknya pesaing baru, pertumbuhan pasar yang lambat, meningkatnya posisi penawaran pembeli dan pemasok, perubahan teknologi, peraturan baru yang ditinjau kembali dapat menjadi sumber ancaman bagi perusahaan Prospek (Peramalan) Prospek industri jamu akan dibahas melalui metode peramalan. Peramalan (forecasting) didefinisikan sebagai alat atau teknik untuk memprediksi atau memperkirakan suatu nilai pada masa yang akan datang dengan memperhatikan data atau informasi yang relevan, baik data atau informasi masa lalu maupun data atau informasi saat ini. Adapun secara rinci teknik peramalan yang dapat digunakan untuk data rentet waktu antara lain: Model Naive, Model Rata-rata, Model Pemulusan, Dekomposisi, Regresi, dan Metodologi Box-Jenkins (ARIMA). ARIMA merupakan singkatan dari Autoregresive Integrated Moving Average. Dari nama model ini, dapat diduga bahwa model terdiri atas dua aspek yaitu aspek autoregresi dan moving average. Gabungan kedua model ini yang sangat berguna dalam menganalisis data Time Series, yang diperkenalkan oleh Box- Jenkins (1975). Secara umum model ARIMA dituliskan dengan notasi ARIMA (p,d,q). p adalah derajat proses autoregresi (AR), d adalah pembeda dan q adalah derajad moving average. Model ARIMA adalah model yang dapat menghasilkan ramalan akurat berdasarkan uraian pola data historis yang merupakan jenis model linier yang mampu mewakili deret yang stasioner maupun non stasioner. Model ini juga tidak mengikutkan variabel bebas dalam pembentukannya. 2.2 Penelitian Terdahulu Penelitian yang membahas mengenai analisis dan prospek industri jamu di Indonesia belum pernah dilakukan sebelumnya sebagai topik penelitian di IPB. Namun sebenarnya terdapat beberapa orang yang telah melakukan penelitian mengenai komoditi jamu diantaranya penelitian tentang analisis strategi perusahaan jamu, analisis perbandingan elemen-elemen ekuitas merek pada produk jamu dan masih banyak lagi. Analisis strategi perusahaan jamu yang dilakukan oleh Susanto (2006) secara umum bertujuan untuk mengetahui strategi yang dilakukan oleh perusahaan PT Fito Medisina, untuk pemasaran produk jamunya. Untuk analisisnya digunakan model matrik SWOT. Penelitian Susanto ini pembahasannya bersifat khusus yaitu meneliti hanya pada satu perusahaan dengan pesaingnya yaitu perusahaan jamu yang lain. Hasil pembahasannya, dapat dapat diketahui strategi-strategi yang dapat dilakukan oleh perusahaan diantaranya adalah:

13 7 1. Mempertahankan iklim kerja yang kondusif 2. Melakukan promosi secara aktif 3. Mempertahankan harga jual yang kompetitif. 4. Pengembangan produk Sedangkan penelitian yang akan dibahas dalam skripsi ini mengkaji secara lebih umum, yaitu strategi dan kebijakan yang akan dilakukan oleh industri jamu dengan pesaingnya yaitu perusahaan farmasi nasional dan perusahaan jamu asing. Penelitian mengenai jamu yang lain dilakukan oleh Kristanto (2003) yang secara umum membahas tentang pengaruh merek terhadap hasil pemasaran produk jamu. Dari hasil pembahasan, merek suatu produk jamu sangan berpengaruh terhadap jumlah penjualan produk jamu tersebut, apalagi penjualan produk dari perusahaan besar seperti Nyonya Meneer. Sedangkan penelitian ini untuk pembahasan mengenai pengaruh merek suatu produk industri jamu tidak akan dibahas. Sedangkan penelitian dengan mempergunakan analisis daya saing pernah dilakukan oleh Yullianti (2003), tetapi produk yang di bahas adalah mengenai produk kopi di Indonesia. Penelitian tentang peningkatan daya saing lebih kearah peningkatan jumlah perkebunan kopi atau ke perbaikan sistem perkebunan kopi. Penelitian yang menggunakan alat analisis peramalan menggunakan metode ARIMA pernah dilakukan oleh Aldillah (2006), Dia menganalisis penawaran dan permintaan jagung sampai tahun Data yang dibutuhkan untuk meramal adalah data penawaran dan permintaan jagung mulai tahun Hasil peramalan menunjukkan bahwa permintaan dan penawaran jagung ke depannya mengalami peningkatan, tetapi peningkatan penawaran jangung lebih besar daripada permintaan. Penelitian kali ini juga menggunakan metode ARIMA untuk megetahui prospek industri jamu, yaitu dengan meramalkan nilai output industri jamu sampai tahun 2015 dengan menggunakan data historis mulai tahun Kerangka Pemikiran Penelitian ini didasari oleh pemikiran kondisi industri jamu nasional yang dalam perkembangan selama ini mengalami peningkatan dalam hal produksi, ekspor dan konsumsi di dalam negeri maupun di luar negeri. Perkembangan tersebut juga dipengaruhi oleh keadaaan krisis yang terjadi di Indonesia, penelitian-penelitian oleh para ahli yang menyebutkan bahwa obat farmasi dapat menimbulkan residu dalam tubuh manusia, serta kekayaan flora dan fauna Indonesia yang dapat dimanfaatkan untuk bahan baku industri jamu. Perkembangan industri jamu yang dapat dilihat dari banyaknya jumlah perusahaan dalam industri jamu, banyaknya ekspor industri jamu ke luar negeri dan peningkatan jumlah output dan permintaan pasar, akan membawa dampak terjadinya persaingan yang ketat dengan industri farmasi, sehingga industri jamu nasional terus melakukan peningkatan kinerja dan performanya dengan berbagai strategi seperti strategi perbaikan kualitas jamu yang telah teruji secara klinis dan strategi peningkatan penjualan dengan melalui iklan dan strategi lain yang didapat melalui analisis SWOT yaitu analisis kekuatan, kelemahan, kesempatan dan ancaman dari industri jamu tersebut yang dapat meningkatkan daya saing industri jamu. Dengan perbaikan daya saing, kinerja dan performa industri jamu saat ini diharapkan prospek industri jamu dimasa depan akan lebih baik. Untuk saat ini pangsa pasar industri jamu di pasar obat-obatan di Indonesia masih kecil dibandingkan pangsa pasar industri farmasi dengan obat sintetisnya tersebut. Prospek industri jamu juga dapat dilihat dari proses forecasting (peramalan) data jumlah perusahaan, data ekspor dan data nilai output industri jamu. Dalam penelitian ini prospek industri jamu hanya dilihat dari peramalan nilai output saja dengan mempergunakan data time series nilai output industri jamu di Indonesia dari data tahun 1975 sampai tahun 2004 untuk mengetahui peramalan nilai output industri jamu sampai tahun 2015 melalui peramalan dengan menggunakan metode ARIMA. 2.4 Hipotesis 1. Industri jamu nasional memiliki daya saing yang rendah 2. Strategi peningkatan mutu produk, pengembangan produk dan pemasaran yang baik adalah strategi yang dapat dilakukan oleh industri jamu nasional untuk meningkatkan daya saing 3. Prospek industri jamu nasional akan semakin baik karena dari hasil peramalan nilai output industri jamu nasional sampai tahun 2015 mengalami peningkatan.

14 8 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Data dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder deret waktu (time series). Jenis data tersebut meliputi data jumlah dan nama perusahaan dalam industri jamu nasional, data nilai output, nilai tambah, nilai input, dan nilai produksi industri jamu di Indonesia, data ekspor-impor dan data lain yang mengenai tentang industri jamu misalnya data tentang jumlah tenaga kerja, bahan baku. Data tersebut diperoleh dari Gabungan Pengusahan Jamu, Badan Pusat Statistik, Departemen Perindustrian, studi literatur dan sumber-sumber lainnya. 3.2 Metode Analisis Analisis Daya Saing Industri Jamu Analisis daya saing akan dibahas dengan metode kualitatif yaitu dengan menganalisis tiap komponen dalam teori Berlian Porter (Porter s Diamond Theory). Komponen tersebut adalah sebagai berikut: a. Faktor condition (FC), yaitu keadaan faktor-faktor produksi dalam suatu industri seperti tenaga kerja dan infrastruktur b. Demand Condition (DC), yaitu keadaan permintaan atas barang dan jasa dalam negara. c. Related and supporting industries (RSI), yaitu keadaan para penyalur dan industri lainnya yang saling mendukung dan berhubungan d. Firm strategy, structure, and rivalry (FSSR), yaitu strategi yang dianut perusahaan pada umumnya, struktur industri dan keadaan kompetisi dalam suatu industri domestik. Selain itu ada komponen lain yang terkait dengan keempat komponen utama tersebut yaitu faktor pemerintah dan kesempatan. Keempat faktor utama dan dua faktor pendukung tersebut saling berinteraksi dan hasil interaksi sangat menentukan perkembangan dari industri yang dapat menjadi competitif adventage dari suatu industri Analisis strategi Untuk menganalisis strategi untuk peningkatan daya saing industri jamu akan dianalisis dengan metode kualitatif yaitu dengan menggunakan matrik SWOT. Matriks SWOT digunakan untuk menyusun strategi organisasi atau perusahaan. Matrik ini menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman yang dihadapi organisasi atau perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan organisasi atau perusahaan. Matriks ini menghasilkan empat kemungkinan alternatif strategi yaitu strategi S-O, Strategi W-O, Strategi S-T dan Strategi W-T. Terdapat delapan tahapan dalam membentuk matriks SWOT, yaitu: 1. Tentukan faktor-faktor peluang eksternal industri jamu. 2. Tentukan faktor-faktor ancaman industri jamu. 3. Tentukan faktor-faktor kekuatan industri jamu. 4. Tentukan kelemahan industri jamu. 5. Sesuaikan kekuatan internal dengan peluang eksternal untuk mendapatkan strategi S-O. 6. Sesuaikan kelemahan internal dengan peluang eksternal untuk mendapatkan strategi W-O. 7. Sesuaikan kekuatan internal dengan ancaman eksternal untuk mendapatkan strategi S-T. 8. Sesuaikan kelemahan internal dengan ancaman eksternal untuk mendapatkan strategi W-T Analisis Prospek Industri Jamu Analisis Prospek industri jamu di masa mendatang dapat dilihat dari analisis peramalan. Proses peramalan dilakukan dengan menggunakan metode ARIMA dengan menggunakan software Minitab 13. Ada empat langkah yang harus dilakukan jika menggunakan metode ARIMA yaitu: 1. Identifikasi Model Dalam hal ini modelnya adalah ΔYt = φ ΔY t 1+ ε t ωt ε t 1 Atau ( Yt Yt 1 ) = φ 1( Y t 1 Y t 2 ) + ε1 ϖ 1 ε t 1

15 9 dimana: ΔY t = Yt Yt 1 = selisih antara variabel respon (terikat) pada waktu t dengan variabel respon pada masing-masing selang waktu t-1, t-2,, t-p φ 0, φ1,.... φ p = koefisien yang diestimasikan εt = bentuk galat yang mewakili efek variabel tak terjelaskan oleh model ϖ 1, ϖ 2,, ϖ t = koefisien yang diestimasikan ε t -1, ε t -2,, ε t q = galat pada periode waktu sebelumnya yang pada saat t, nilainya menyatu dengan nilai respon Y t. 2. Estimasi Model Setelah model tentatif ditentukan, parameter model tersebut harus diestimasikan. Selain itu, residual mean kuadrat galat yang merupakan estimasi varian galat t juga dihitung. Residual mean kuadrat galat didefinisikan sebagai berikut: n n 2 2 ε t ( Yt Yt 1 ) 2 t= i t= 1 s = = n r n r 3. Pemeriksaan Model Pemeriksaan model dilakukan dengan sistem trial and error, Dimana nilai MSE yang dihasilkan dari berbagai macam kombinasi model ARIMA dapat diperoleh, kemudian model ARIMA yang menghasilkan nilai MSE terkecil dipilih, yang kemudian model ARIMA tersebut dapat digunakan hasil peramalan untuk memprediksi niai output industri jamu nasional hingga tahun Peramalan Melalui Model a. Begitu didapat model yang memadai, ramalan satu atau beberapa periode kedepan dapat dikerjakan. b. Semakin banyak atau tersedianya data, maka model ARIMA yang sama dapat digunakan untuk menghasilkan ramalan dari titik awal yang lain. c. Jika karakter deret berubah sejalan dengan waktu, data baru dapat digunakan untuk mengestimasi ulang parameter model atau jika perlu sama sekali mengembangkan model baru. IV GAMBARAN UMUM 4.1 Pengertian Jamu Obat bahan alam merupakan obat yang menggunakan bahan baku berasal dari alam (tumbuhan dan hewan). Obat bahan alam dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis yaitu jamu, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka. Jamu (Empirical based herbal medicine) adalah obat bahan alam yang disediakan secara tradisional, misalnya dalam bentuk serbuk seduhan, pil, dan cairan yang berisi seluruh bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut dan digunakan secara tradisional. Bentuk jamu tidak memerlukan pembuktian ilmiah sampai dengan klinis, tetapi cukup dengan bukti empiris saja. Obat herbal terstandar (Scientific based herbal medicine) yaitu obat bahan alam yang disajikan dari ekstrak atau penyaringan bahan alam yang dapat berupa tanaman obat, binatang, maupun mineral. Proses ini membutuhkan peralatan yang lebih kompleks dan mahal, serta ditunjang dengan pembuktian ilmiah berupa penelitian-penelitian pra klinik. Fitofarmaka (Clinical based herbal medicine) merupakan bentuk obat bahan alam yang dapat disejajarkan dengan obat modern karena proses pembuatannya telah terstandar serta ditunjang oleh bukti ilmiah sampai dengan uji klinik pada manusia. Namun ketiga jenis obat bahan alam tersebut sering disebut juga sebagai jamu. Jamu adalah sebutan untuk obat tradisional dari Indonasia. Menurut peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 246 tahun 1992, pengertian jamu adalah obat tradisional yang bahan bakunya simplisia yang sebagian besar belum mengalami standarisasi dan belum pernah diteliti, bentuk sediaan masih sederhana berwujud serbuk seduhan, rajangan untuk seduhan, dan sebagainya. Jamu merupakan obat yang berasal dari bahan tumbuh-tumbuhan, hewan dan mineral atau sediaan galenik atau campuran dari bahan-bahan tersebut yang secara tradisional telah digunakan dalam upaya pengobatan berdasarkan pengalaman. Setiap daerah memiliki ciri khas jamunya tersendiri yang memang bisa memiliki dasar ramuan dan falsafah saling berbeda. Tetapi pada dasarnya sama yaitu semuanya mengandung ramuan alamiah yang terdiri dari tumbuh-tumbuhan, mulai dari akar sampai ke bunga tanaman dapat dimanfaatkan. Ciri khas inilah yang membedakan obat tradisional Indonesia dengan obat tradisional bangsa lain yang mempergunakan bahan alami hewan atau mineral.

16 10 Berdasarkan keputusan Menkes RI No.661/MenKes/SK/V11/1994 tentang persyaratan dan bentuk obat tradisional, bentuk obat tradisioanal yang diizinkan untuk diproduksi meliputi: a. Rajangan Adalah sediaan obat tradisional berupa potongan simplisia, campuran simplisia atau campuran simplisia dengan sediaan galenik yang penggunaannya dilakukan dengan pendidihan atau penyeduhan dengan air panas. Kandungan kadar air tidak lebih dari 10 persen. b. Serbuk Adalah sediaan obat tradisional berupa butiran homogen dengan derajat halus yang cocok, bahan bakunya simplisia, sediaan galenik atau campurannya. Kandungan kadar air tidak lebih dari 10 persen. c. Pil Adalah sediaan obat tradisional berupa masa bulat, bahan bakunya serbuk simplisia, sedian galenik atau campurannya. Kandungan kadar air tidak lebih dari 10 persen. d. Kapsul Adalah sediaan obat tradisional yang terbungkus cangkang kerasan lunak, bahan bakunya terbuat dari sediaan galenik atau tanpa bahan tambahan. Kandungan air isi kapsul tidak lebih dari 10 persen dan kapsul memiliki waktu hancur tidak lebih dari 15 menit e. Tablet Adalah sediaan obat tradisional padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih, silindris atau bentuk lain. Kedua permukaannya cembung atau rata, terbuat dari sediaan galenik dengan atau tanpa bahan tambahan. Kandungan air tidak lebih dari 10 persen dan memiliki waktu hancur tidak lebih dari 20 menit untuk tablet tidak bersalut dan tidak lebih dari 60 menit untuk tablet bersalut. f. Cairan obat luar Adalah sediaan obat tradisional berupa larutan suspensi atau emulsi, bahan bakunya dari simplisia, sediaan galenik dan digunakan sebagai obat luar. g. Parem, Pilis, Fapel Adalah sediaan obat tradisional atau bentuk pasta, bahan bakunya serupa serbuk simplisia, sediaan galenik atau campurannya dan digunakan sebagai obat luar. Kandungan air tidak lebih dari 10 persen. h. Salep atau krim Adalah sediaan obat tradisional setengah padat yang mudah dioleskan, bahan bakunya berupa sediaan galenik yang larut atau terdispensi homogen dalam dasar salep atau krim yang cocok digunakan sebagai obat luar. 4.2 Proses Pembuatan Jamu Proses produksi yang dilakukan pada industri kecil obat tradisional yang masih menggunakan teknologi yang relatif sederhana atau tradisional karena produk jamu yang dihasilkan adalah berupa serbuk jamu. Obat bahan alam termasuk jamu yang diproduksi oleh industri obat bahan alam (IOT) maupun industri kecil obat bahan alam (IKOT) mempunyai persyaratan yang sama yaitu aman untuk digunakan, berkhasiat atau bermanfaat dan bermutu baik. Oleh karena itu semua usaha dibidang industri obat bahan alam harus dapat menerapkan Cara Pembuatan Obat bahan alam yang Baik (CPOTB) agar dapat menghasilkan obat bahan alam yang memenuhi syarat. Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam menerapkan CPOTB adalah : Personalia, Bangunan, Peralatan, Sanitasi dan higiene, Penyiapan bahan baku, Pengolahan dan pengemasan, Pengawasan mutu, Inspeksi diri, Dokumentasi, Penanganan terhadap hasil pemantauan produk di peredaran. Secara umum proses produksi yang dilakukan menurut BPOM, meliputi tahapan sebagai berikut: 1). Bahan baku datang dari pemasok dalam bentuk kering 2). Pengambilan sample bahan baku, jika kualitasnya cocok maka dibeli 3). Sortasi bahan baku Sortasi bahan baku dilakukan untuk memisahkan bahan baku yang baik dengan yang tidak baik yang terlihat secara fisik, misalnya daun yang sudah layu. Sortasi juga dilakukan untuk memisahkan benda asing yang mungkin terdapat dalam bahan baku tersebut,misalnya kotoran atau tanah. 4). Pengukuran kadar air

17 11 Sebaiknya simplisia kering yang akan digunakan untuk pembuatan jamu memiliki kadar air maksimal 11 persen. Jika ternyata kadar air simplisia tersebut di atas 11 persen maka dilakukan proses pengeringan atau penjemuran. 5). Penimbangan bahan baku sesuai kebutuhan menggunakan timbangan duduk 6). Penggilingan simplisia menjadi serbuk Simplisia yang telah ditimbang digiling dengan menggunakan mesin penggiling yang digerakkan oleh mesin penggerak. Jenis atau ukuran pisau pada mesin penggiling yang digunakan untuk menggiling daun dan rimpang berbeda. Pisau pada mesin penggiling harus selalu diganti setiap 3 bulan untuk menjamin hasil gilingan selalu dalam ukuran yang seharusnya. 7). Penyaringan atau pengayakan dengan saringan 120 mesh. Proses penyaringan dilakukan untuk menghasilkan serbuk dengan ukuran yang halus dan seragam. Dari proses penyaringan ini, pada umumnya serbuk yang tidak lolos adalah sekitar persen. 8). Peramuan atau pencampuran sesuai kombinasi yang diinginkan Serbuk jamu yang telah disaring kemudian diramu dengan jumlah dan komposisi yang disesuaikan dengan jenis jamu yang akan dihasilkan. Proses peramuan atau pencampuran ini dilakukan secara manual. 9). Pengukuran kadar air serbuk jamu Sebelum dikemas, dilakukan pengukuran kadar air serbuk jamu untuk menjamin tingkat kekeringan serbuk tersebut. Kualitas serbuk yang baik adalah yang memiliki kadar air tidak lebih dari 5 persen. 10). Pengemasan dalam bentuk sachet dan pak Serbuk jamu dimasukkan dengan ukuran rata-rata 7-8 gram ke dalam kemasan sachet kemudian dipres dengan alat pengepres. Setiap 10 sachet dipak dalam kemasan plastik. Beberapa pak jamu dikemas lagi dalam plastik bening dengan ukuran besar. Beberapa jenis serbuk jamu tidak dikemas dalam bentuk sachet, tetapi dikemas secara kiloan dengan kemasan plastik yang lebih besar. 11). Penyimpanan produk jadi sebelum dijual Jamu yang siap dijual disimpan terlebih dahulu dalam rak-rak besar secara teratur. Gudang penyimpanan jamu harus kering dan tidak lembab sehingga tidak menurunkan kualitas jamu yang telah dihasilkan. Rak-rak penyimpanan tidak boleh menempel pada dinding, tetapi harus ada sedikit jarak sehingga jamu tersebut tidak menjadi lembab. 12). Distribusi produk jadi pada konsumen Merupakan proses penyampaian jamu dari produsen ke konsumen. Pada tahap ini pun harus diperhatikan aspek higienis dan pengaturan peletakannya, baik pada saat pengangkutan maupun penyimpanan di kios atau toko. Kualitas bahan baku atau simplisia akan sangat menentukan kualitas jamu yang dihasilkan. Oleh karena itu, pemilihan bahan baku yang berkualitas baik sangat penting untuk diperhatikan, dan tidak hanya semata didasarkan atas harga yang murah. Secara umum, kualitas simplisia yang baik dapat dilihat dari parameter atau kriteria sebagai berikut : tingkat kebersihan, tingkat kekeringan, warna, tingkat ketebalan, dan keseragaman ukurannya. Proses pengolahan jamu dalam bentuk serbuk menghasilkan limbah berupa limbah padat dan gas. Limbah padat adalah ampas jamu yang dihasilkan dari proses penggilingan simplisia maupun penyaringan serbuk jamu. Sedangkan limbah berupa gas adalah asap yang dikeluarkan dari mesin penggerak pada saat proses penggilingan dilakukan. Dari proses pengolahan jamu ini tidak dihasilkan limbah cair karena bahan baku simplisia sudah diterima dalam bentuk kering sehingga tidak perlu dicuci lagi. Dampak lingkungan lain yang terjadi adalah suara bising (polusi suara) yang diakibatkan oleh mesin penggerak yang sedang dijalankan. Ampas jamu yang dihasilkan tidak mencemari lingkungan sekitar karena dimasukkan ke dalam karung. Ampas ini dapat dijual kembali (untuk pakan ternak atau pemanfaatan lain). Limbah asap dan suara bising yang dihasilkan oleh mesin penggerak dapat dikurangi dengan membuat pipa cerobong yang tinggi sekitar 5 meter sehingga tidak mengganggu masyarakat sekitar. Kenyataannya asap yang dihasilkan tidak pekat dan suara yang ditimbulkan pun tidak terlalu bising. Pada lokasi usaha tercium aroma jamu dari proses penggilingan dan ceceran serbuk jamu yang senantiasa dibersihkan secara berkala. Secara umum, industri ini tidak memberikan dampak lingkungan yang mengganggu ataupun berbahaya bagi masyarakat sekitar lokasi usaha. Sebelum pendirian usaha ini pun pengusaha harus

18 12 mendapatkan izin HO yang dikeluarkan oleh Pemda setempat yaitu izin gangguan yang mendapatkan persetujuan dari tetangga kanan, kiri, depan dan belakang. Dengan demikian usaha jamu tradisional masih baik untuk dilakukan ditinjau dari aspek lingkungan karena tidak ada dampak lingkungan yang berarti. 4.3 Gambaran Umum Industri Jamu Nasional Industri jamu merupakan salah satu aset nasional yang penting, selain meraih keuntungan dari sisi ekonomi, jamu juga sudah menjadi ciri dibidang sosial dan budaya Indonesia. Berbagai usaha jamu, baik dalam industri berskala kecil atau rumahan hingga besar dapat menambah penghasilan negara melalui pajak dan devisa ekspornya. Tidak hanya itu, industri jamu juga tidak membebani pemerintah dengan impor bahan baku jamu karena bahan-bahan pembuatan jamu terdapat di dalam negeri. Kekayaan hayati Indonesia yang sangat besar dan beragam menjadi salah satu keuntungan tersendiri untuk industri jamu di nasional. Walaupun keuntungan yang diperoleh industri jamu tidak sebesar industri rokok atau industri farmasi, tetapi industri ini menyumbangkan dana bakti bagi pelayanan kesehatan masyarakat, karena jamu termasuk jenis alat pengobatan. Perusahaan jamu nasional pertama di Indonesia dipelopori oleh Jamu Jago yang didirikan oleh T.K Suprana di desa Wonogiri pada tahun Sehingga saat ini perusahaan tersebut memposisikan diri sebagai perusahaan jamu pertama di Indonesia. Langkah jamu jago langsung diikuti perusahaan Jamu Jawa Asli Cap Potret Nyonya Meneer yang didirikan sejak 1919 di Semarang, yang sekarang terkenal dengan perusahaan jamu dengan jamu yang bermutu tinggi. Kemudian Jamu Sidomuncul yang didirikan tahun 1935 di Semarang, yang sekarang memposisikan diri sebagai perusahaan jamu dengan penggunaan teknologi yang modern dalam proses produksinya. Sedangkan Jamu Air Mancur berdiri tahun 1963 di Wonogiri. Sekarang sudah banyak sekali perusahaan jamu yang didirikan di Indonesia misalnya Jamu Leo, Jamu Simona, Jamu Borobudur, Jamu Dami, Jamu Pusaka Ambon, Jamu Tenaga Tani Farma yang didirikan di NAD, dan banyak lagi yang lain. Di Indonesia industri jamu memiliki asosiasi yang diakui pemerintah sebagai asosiasi bagi pengusaha jamu dan obat bahan alam di Indonasia yaitu gabungan pengusaha jamu dan obat alam Indonesia (GP Jamu). Anggota GP jamu terdiri dari produsen, penyalur, dan pengecer. Hingga saat ini GP jmu menghimpun 908 anggota, yang terdiri dari 75 unit industri besar (Industri Obat Tradisional/ IOT) dan 833 indutri kecil (Industri Kecil Obat Tradisional/ IKOT). Pasar Jamu Indonasia dihuni sekitar 650 perusahaan jamu besar, sedang dan maupun kecil dengan pendapatan sekitar Rp. 2,5 trilyun. Hal tersebut sangat berbeda dengan industri farmasi nasional yang hanya dihuni 250 perusahaan dengan pendapatan sebesar trilyun (GP Jamu,2004). Dalam pasar jamu ada beberapa perusahaan besar dan banyak perusahaan sedang dan kecil. Perusahaan besar adalah perusahaan jamu seperti sidomuncul, nyonya meneer, air mancur dan jamu jago. Penguasaan pangsa pasar antara perusahaan jamu yang besar cukup berimbang karena persaingan mereka sangat ketat. Sebagai akibatnya perusahaan kecil sulit untuk menjadi besar dan struktur penguasaan pasar juga cenderung tetap situasinya atau dalam keadaan stabil karena masih dipegang oleh perusahaanperusahaan besar tersebut. Pertumbuhan industri jamu dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, sedangkan pada masa krisis mengalami kenaikan lebih besar, hal tersebut dikarenakan harga obat farmasi yang melonjak sedangkan pendapatan masyarakat tidak ada peningkatan sehingga masyarakat banyak beralih ke obat tradisioanal atau jamu karena harganya yang terjangkau,. Tapi setelah masa krisis pertumbuhan industri jamu terus mengalami penurunan, bahkan tahun 2004 pertumbuhannya nol persen (GP Jamu,2004). Saat ini industri jamu di Indonesia mengalami tantangan yang cukup berat. Tidak saja di dalam negeri tapi juga dari luar negeri, terutama memasuki era perdagangan bebas ASEAN (AFTA). Persaingan ini diperkirakan akan sangat ketat, terutama dengan negara kompetitor yang mampu memproduksi dengan harga lebih murah. Sementara dari dalam negeri sendiri merebaknya jamu palsu maupun jamu yang bercampur bahan kimia yang beredar di pasar dalam negeri beberapa waktu ini semakin menambah keraguan masyarakat akan khasiat dan keamanan mengkonsumsi jamu. 4.4 Industri Jamu Internasional Keberadaan jamu di internasional sudah tidak asing lagi karena sudah banyak sekali orang yang mengkonsumsi jamu untuk menjaga kesehatan ataupun untuk mengobati penyakit. Di beberapa negara barat saat ini, pengobatan tradisional dengan penggunaan jamu telah mendapat tempat di beberapa rumah sakit. Penggunaan obat-obat tradisional tersebut telah diterima dikalangan medis sebagai salah satu terapi

ANALISIS DAYA SAING, STRATEGI DAN PROSPEK INDUSTRI JAMU DI INDONESIA

ANALISIS DAYA SAING, STRATEGI DAN PROSPEK INDUSTRI JAMU DI INDONESIA ANALISIS DAYA SAING, STRATEGI DAN PROSPEK INDUSTRI JAMU DI INDONESIA Oleh: ERNI DWI LESTARI H14103056 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 DAFTAR ISI Halaman

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Analisis Berlian Porter Dayasaing diidentikkan dengan produktivitas atau tingkat output yang dihasilkan untuk setiap input yang digunakan.

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Dayasaing Dayasaing merupakan kemampuan usaha suatu industri untuk menghadapi berbagai lingkungan kompetitif. Dayasaing dapat diartikan

Lebih terperinci

Obat tradisional 11/1/2011

Obat tradisional 11/1/2011 Disampaikan oleh: Nita Pujianti, S.Farm.,Apt.,MPH Obat tradisional Bahan atau ramuan bahan yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral, sediaan galenik (sarian) atau campuran bahan-bahan tersebut yang secara

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : HK TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : HK TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR : HK.00.05.41.1384 TENTANG KRITERIA DAN TATA LAKSANA PENDAFTARAN OBAT TRADISIONAL, OBAT HERBAL TERSTANDAR DAN FITOFARMAKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengobatan Tradisional Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1076/MENKES/SK/VII/2003 tentang Penyelenggaraan Pengobatan Tradisional, pengobatan tradisional

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia yang berada di daerah tropis merupakan negara yang kaya

I. PENDAHULUAN. Indonesia yang berada di daerah tropis merupakan negara yang kaya I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia yang berada di daerah tropis merupakan negara yang kaya akan jenis tanaman termasuk tanaman obat. Tanaman obat yang telah diketahui memiliki khasiat adalah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu pada karet remah (crumb

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu pada karet remah (crumb 13 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Definisi Karet Remah (crumb rubber) Karet remah (crumb rubber) adalah karet alam yang dibuat secara khusus sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan

Lebih terperinci

Resep Alam, Warisan Nenek Moyang. (Jamu untuk Remaja, Dewasa, dan Anak-anak)

Resep Alam, Warisan Nenek Moyang. (Jamu untuk Remaja, Dewasa, dan Anak-anak) Resep Alam, Warisan Nenek Moyang. (Jamu untuk Remaja, Dewasa, dan Anak-anak) Slogan back to nature membuat masyarakat berbondong-bondong memanfaatkan produk bersumber alam dalam upaya menjaga kesehatan.

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Analisis SWOT untuk menentukan Strategi Pengembangan Industri. Biofarmaka Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Analisis SWOT untuk menentukan Strategi Pengembangan Industri. Biofarmaka Daerah Istimewa Yogyakarta BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis SWOT untuk menentukan Strategi Pengembangan Industri Biofarmaka Daerah Istimewa Yogyakarta Strategi pengembangan pada Industri Biofarmaka D.I.Yogyakarta

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan tumbuhan obat. Beberapa sumber menyebutkan terdapat sekitar 30 ribu jenis tanaman obat di sini. Dari jumlah sebanyak itu,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 18 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Sayuran sebagai salah satu produk dari salah satu sub sektor pertanian, yaitu hortikultura, merupakan produk yang sudah banyak diekspor ke luar negeri.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Peramalan Peramalan adalah suatu kegiatan dalam memperkirakan atau kegiatan yang meliputi pembuatan perencanaan di masa yang akan datang dengan menggunakan data masa lalu

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN OBAT HERBAL BIOMUNOS PADA PT. BIOFARMAKA INDONESIA, BOGOR

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN OBAT HERBAL BIOMUNOS PADA PT. BIOFARMAKA INDONESIA, BOGOR ANALISIS STRATEGI PEMASARAN OBAT HERBAL BIOMUNOS PADA PT. BIOFARMAKA INDONESIA, BOGOR Oleh : Surya Yuliawati A14103058 Dosen : Dr. Ir. Heny K.S. Daryanto, M.Ec PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini membahas tentang dayasaing minyak sawit dengan menganalisis faktor internal dan faktor eksternal industri minyak sawit di Indonesia,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka pembangunan

Lebih terperinci

C. Program. Berdasarkan klaim khasiat, jumlah serapan oleh industri obat tradisional, jumlah petani dan tenaga

C. Program. Berdasarkan klaim khasiat, jumlah serapan oleh industri obat tradisional, jumlah petani dan tenaga C. Program PERKREDITAN PERMODALAN FISKAL DAN PERDAGANGAN KEBIJAKAN KETERSEDIAAN TEKNOLOGI PERBAIKAN JALAN DESA KEGIATAN PENDUKUNG PERBAIKAN TATA AIR INFRA STRUKTUR (13.917 ha) Intensifikasi (9900 ha) Non

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada kehidupan sehari-hari manusia tidak akan lepas dari kebutuhan akan bahan bakar. Pentingnya bahan bakar minyak maupun bahan bakar yang berbentuk gas dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Indonesia memiliki sumber daya hayati dan merupakan salah satu negara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Indonesia memiliki sumber daya hayati dan merupakan salah satu negara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Indonesia memiliki sumber daya hayati dan merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati terbesar di dunia, dan menduduki urutan kedua setelah Brazil.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan teori-teori yang menjadi dasar dan landasan dalam penelitian sehingga membantu mempermudah pembahasan selanjutnya. Teori tersebut meliputi arti dan peranan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peramalan merupakan studi terhadap data historis untuk menemukan hubungan, kecenderungan dan pola data yang sistematis (Makridakis, 1999). Peramalan menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan ditujukan untuk rnewujudkan kesehatan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan ditujukan untuk rnewujudkan kesehatan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan ditujukan untuk rnewujudkan kesehatan masyarakat yang optimal. Untuk mencapai tujuan tersebut tidak dapat disangkal bahwa obat merupakan salah satu

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka pembangunan

Lebih terperinci

Evaluasi penerapan cara pembuatan obat tradisional yang baik (CPOTB) di industri obat tradisional di Jawa Tengah

Evaluasi penerapan cara pembuatan obat tradisional yang baik (CPOTB) di industri obat tradisional di Jawa Tengah Marchaban Majalah Farmasi Indonesia, 15(2), 75 80, 2004 Evaluasi penerapan cara pembuatan obat tradisional yang baik (CPOTB) di industri obat tradisional di Jawa Tengah Evaluation of the implementation

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara terbesar ketiga yang mempunyai hutan tropis terluas di dunia dan menduduki peringkat pertama di Asia Pasifik. Hal ini membuat Indonesia

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 38 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan memilih lokasi Kota Cirebon. Hal tersebut karena Kota Cirebon merupakan salah satu kota tujuan wisata di Jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pula pada kemampuan pengusaha untuk mengkombinasikan fungsi-fungsi. tersebut agar usaha perusahaan dapat berjalan lancar.

BAB I PENDAHULUAN. pula pada kemampuan pengusaha untuk mengkombinasikan fungsi-fungsi. tersebut agar usaha perusahaan dapat berjalan lancar. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan-kegiatan pokok yang dilakukan oleh para pengusaha dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, untuk berkembang

Lebih terperinci

3 KERANGKA PEMIKIRAN

3 KERANGKA PEMIKIRAN 12 ketersediaan dan kesesuaian lahan untuk komoditas basis tanaman pangan. Tahap ketiga adalah penentuan prioritas komoditas unggulan tanaman pangan oleh para stakeholder dengan metode Analytical Hierarchy

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan digunakanan sebagai acuan pencegah yang mendasari suatu keputusan untuk yang akan datang dalam upaya meminimalis kendala atau memaksimalkan pengembangan baik

Lebih terperinci

instansi yang belum maksimal. Hal tersebut menyebabkan jamu masih saja belum menjadi produk unggulan.

instansi yang belum maksimal. Hal tersebut menyebabkan jamu masih saja belum menjadi produk unggulan. BAB VI KESIMPULAN Permenkes RI No. 760/Menkes/Per/IX/1992 tentang Fitofarmaka sebagai dasar upgrading jamu menjadi obat herbal terstandar dan fitofarmaka nyatanya belum mampu mengoptimalkan sumber daya

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Pada penelitian tentang penawaran ekspor karet alam, ada beberapa teori yang dijadikan kerangka berpikir. Teori-teori tersebut adalah : teori

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka pembangunan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar ini mencakup pengertian yang digunakan untuk menunjang dan

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar ini mencakup pengertian yang digunakan untuk menunjang dan 36 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar ini mencakup pengertian yang digunakan untuk menunjang dan menciptakan data akurat yang akan dianalisis sehubungan dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kecenderungan masyarakat dunia untuk kembali ke alam (back to nature)

I. PENDAHULUAN. Kecenderungan masyarakat dunia untuk kembali ke alam (back to nature) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kecenderungan masyarakat dunia untuk kembali ke alam (back to nature) membawa perubahan pada pola konsumsi obat dari yang berbahan kimiawi, ke obat-obatan yang terbuat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 38 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan definisi opresional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Industri Farmasi. Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 245/Menkes/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk 38 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel atau unsur-unsur yang akan diteliti untuk memperoleh

Lebih terperinci

PERATURAN OBAT ASLI INDONESIA

PERATURAN OBAT ASLI INDONESIA PERATURAN OBAT ASLI INDONESIA A. Obat Asli Indonesia Obat tradisional adalah obat yang berasal dari bahan baku alam yang dikeringkan yang dibuat secara turun temurun yang biasanya dikemas dalam wadah yang

Lebih terperinci

TANAMAN BERKHASIAT OBAT. By : Fitri Rahma Yenti, S.Farm, Apt

TANAMAN BERKHASIAT OBAT. By : Fitri Rahma Yenti, S.Farm, Apt TANAMAN BERKHASIAT OBAT By : Fitri Rahma Yenti, S.Farm, Apt DEFENISI Tanaman obat adalah jenis tanaman yang sebagian, seluruh tanaman dan atau eksudat (sel) tanaman tersebut digunakan sebagai obat, bahan/

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara agraris terbesar di dunia. Sebagian besar penduduk Indonesia hidup dari sektor agribisnis. Agribisnis merupakan suatu sistem yang

Lebih terperinci

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN NOMOR: 659/MENKES/SK/X/1991 TENTANG CARA PEMBUATAN OBAT TRADISIONAL YANG BAIK MENTERI KESEHATAN Menimbang : a. bahwa untuk membuat obat tradisional yang memenuhi persyaratan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Industri farmasi diwajibkan menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. No.43/MENKES/SK/II/1988 tentang CPOB dan Keputusan

Lebih terperinci

VII. RANCANGAN SISTEM PENGEMBANGAN KLASTER AGROINDUSTRI AREN

VII. RANCANGAN SISTEM PENGEMBANGAN KLASTER AGROINDUSTRI AREN 76 VII. RANCANGAN SISTEM PENGEMBANGAN KLASTER AGROINDUSTRI AREN Sistem pengembangan klaster agroindustri aren di Sulawesi Utara terdiri atas sistem lokasi unggulan, industri inti unggulan, produk unggulan,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Iklim Iklim ialah suatu keadaan rata-rata dari cuaca di suatu daerah dalam periode tertentu. Curah hujan ialah suatu jumlah hujan yang jatuh di suatu daerah pada kurun waktu

Lebih terperinci

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan bahan alam sebagai obat tradisional di Indonesia telah dilakukan oleh nenek moyang kita sejak berabad-abad yang lalu terbukti dari adanya naskah lama pada

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 15 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Perkembangan ekonomi dan bisnis dewasa ini semakin cepat dan pesat. Bisnis dan usaha yang semakin berkembang ini ditandai dengan semakin banyaknya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 29 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder berupa Tabel Input-Output Indonesia tahun 2008 yang diklasifikasikan menjadi 10 sektor dan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Manajemen Manajemen merupakan proses pengkoordinasian kegiatan-kegiatan pekerjaan sehingga pekerjaan tersebut terselesaikan secara efisien

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. khasiat sebagai obat. Bahkan, sekitar 300 spesies dimanfaatkan sebagai bahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. khasiat sebagai obat. Bahkan, sekitar 300 spesies dimanfaatkan sebagai bahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dunia terdapat 40 ribu spesies tanaman, dan sekitar 30 ribu spesies berada di Indonesia. Dari jumlah tersebut sebanyak 9.600 di antaranya terbukti memiliki khasiat

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.226,2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 007 TAHUN 2012 TENTANG REGISTRASI OBAT TRADISIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang datang. Sedangkan ramalan adalah suatu situasi atau kondisi yang

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI INDUSTRI

BAB II DESKRIPSI INDUSTRI BAB II DESKRIPSI INDUSTRI 2.1. Pengertian Suplemen Makanan Menurut Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), suplemen makanan adalah produk yang dimaksudkan untuk melengkapi kebutuhan zat gizi, memelihara,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Analisis Usaha Keberhasilan usaha dapat dilihat dengan cara melakukan analisis pendapatan. Komponen yang digunakan adalah biaya investasi,

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN PRODUK HERBAL BERBASIS RISET

KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN PRODUK HERBAL BERBASIS RISET KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN PRODUK HERBAL BERBASIS RISET oleh : Dra. Kustantinah, Apt., M.App.Sc Kepala Badan POM RI Disampaikan Pada : Kuliah Umum Program Magister Herbal Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Suatu perusahaan yang bergerak dalam sebuah industri hampir tidak ada yang bisa terhindar dari persaingan. Setiap perusahaan harus memiliki suatu keunggulan kompetitif

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Ruang Lingkup dan Waktu Penelitian Penelitian ini membahas tentang kondisi industri gula di Indonesia, kinerja dan dayasaing industri gula sebagai komoditas yang pokok di Indonesia.

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN KOPI BUBUK CAP TIGA SENDOK DI KOTA PADANG

STRATEGI PEMASARAN KOPI BUBUK CAP TIGA SENDOK DI KOTA PADANG STRATEGI PEMASARAN KOPI BUBUK CAP TIGA SENDOK DI KOTA PADANG SKRIPSI SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MEMPEROLEH GELAR SARJANA PERTANIAN OLEH RIFI YANTI 0810221051 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS

Lebih terperinci

RINGKASAN. masyarakat dalam berkesehatan. Instansi ini berfungsi sebagai lembaga

RINGKASAN. masyarakat dalam berkesehatan. Instansi ini berfungsi sebagai lembaga RINGKASAN EJEN MUHAMADJEN. Analisis Kelayakan Usaha Rumah Jamu di Taman Sringanis, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Dibimbing oleh Ir. Netty Tinaprilla,MM Taman Sringanis merupakan wujud kepedulian terhadap

Lebih terperinci

6 IMPLEMENTASI MODEL 6.1 Prediksi Produksi Jagung

6 IMPLEMENTASI MODEL 6.1 Prediksi Produksi Jagung 89 6 IMPLEMENTASI MODEL Rancangbangun model penyediaan tepung jagung pada rantai pasok industri berbasis jagung ini dapat digunakan sebagai suatu model yang dapat menganalisis penyediaan tepung jagung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk menopang perekonomian nasional dan daerah, terutama setelah terjadinya krisis ekonomi yang dialami

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasting) 2.1.1 Pengertian Peramalan Peramalan dapat diartikan sebagai berikut: a. Perkiraan atau dugaan mengenai terjadinya suatu kejadian atau peristiwa di waktu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan mengestimasi apa yang akan terjadi pada masa yang akan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan mengestimasi apa yang akan terjadi pada masa yang akan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan mengestimasi apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang dengan waktu yang relatif lama ( assaury, 1991). Sedangkan ramalan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 46 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data nilai dan jumlah ekspor teh baik menurut kelompok produk dan negara asal, serta informasi yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lingkungan Industri Perusahaan Ekspor Pembekuan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lingkungan Industri Perusahaan Ekspor Pembekuan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lingkungan Industri Perusahaan Ekspor Pembekuan Menurut Rosyidi (2007), dalam melakukan kegiatan ekspor suatu perusahaan dapat menentukan sendiri kebijakan mengenai pemasaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti buku, block note, buku hard cover, writing letter pad, dan lainnya. Industri

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti buku, block note, buku hard cover, writing letter pad, dan lainnya. Industri BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri produk kertas yang juga termasuk dalam industri stasioneri adalah salah satu industri manufaktur yang mengolah kertas menjadi barang dari kertas seperti buku,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian jamu dalam Permenkes No. 003/Menkes/Per/I/2010 adalah bahan atau

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian jamu dalam Permenkes No. 003/Menkes/Per/I/2010 adalah bahan atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jamu adalah obat tradisional berbahan alami warisan budaya yang telah diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi untuk kesehatan. Pengertian jamu dalam

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manfaat Peramalan Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suatu dugaan atau perkiraan tentang terjadinya suatu keadaan dimasa depan, tetapi dengan menggunakan metode metode tertentu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tumbuhan Obat Sandra dan Kemala (1994) mengartikan tumbuhan obat sebagai semua tumbuhan, baik yang sudah dibudidayakan maupun yang belum dibudidayakan yang dapat digunakan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Indikator dan Parameter Faktor Internal. No Indikator Parameter Skor 1. Ketersediaan bahan baku obat tradisional

Lampiran 1. Indikator dan Parameter Faktor Internal. No Indikator Parameter Skor 1. Ketersediaan bahan baku obat tradisional 9 Lampiran. Indikator dan Parameter Faktor Internal No Indikator Parameter Skor. Ketersediaan bahan baku obat tradisional. Ketersediaan tenaga kerja yang sesuai dengan kualifikasinya. Ketersediaan bangunan,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari bahan-bahan

TINJAUAN PUSTAKA. bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari bahan-bahan TINJAUAN PUSTAKA Obat tradisional Obat tradisional adalah bahan atau ramuan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari bahan-bahan tersebut, yang secara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada tahun 2006 Badan Pusat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Gula merupakan salah satu komoditas perkebunan strategis Indonesia baik

I. PENDAHULUAN. Gula merupakan salah satu komoditas perkebunan strategis Indonesia baik I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gula merupakan salah satu komoditas perkebunan strategis Indonesia baik dari dimensi ekonomi, sosial, maupun politik. Indonesia memiliki keunggulan komparatif sebagai

Lebih terperinci

KAJIAN POTENSI SUMBER DAYA ALAM BERBASIS EKSPORT

KAJIAN POTENSI SUMBER DAYA ALAM BERBASIS EKSPORT KAJIAN POTENSI SUMBER DAYA ALAM BERBASIS EKSPORT I. Perumusan Masalah Pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) yang optimal membutuhkan sebuah pemahaman yang luas dimana pengelolaan SDA harus memperhatikan aspek

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara

Lebih terperinci

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL 6.1 Aspek Pasar Dalam menjalankan usaha sebaiknya terlebih dahulu mengetahui aspek pasar yang akan dimasuki oleh produk yang akan dihasilkan oleh usaha yang akan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 23 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Dasar Perdagangan Internasional Teori perdagangan internasional adalah teori yang menganalisis dasardasar terjadinya perdagangan internasional

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Strategi pembangunan pertanian yang berwawasan agribisnis dan agroindustri pada dasarnya menunjukkan arah bahwa pengembangan agribisnis merupakan suatu upaya

Lebih terperinci

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode

Lebih terperinci

5Kebijakan Terpadu. Perkembangan perekonomian Indonesia secara sektoral menunjukkan. Pengembangan Agribisnis. Pengertian Agribisnis

5Kebijakan Terpadu. Perkembangan perekonomian Indonesia secara sektoral menunjukkan. Pengembangan Agribisnis. Pengertian Agribisnis 5Kebijakan Terpadu Pengembangan Agribisnis Perkembangan perekonomian Indonesia secara sektoral menunjukkan kondisi yang makin seimbang. Persentase sumbangan sektor pertanian yang pada awal Pelita I sangat

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data sekunder dari pihak-pihak yang terkait dengan penelitian, seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Departemen Kelautan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Tugu Utara dan Kelurahan Cisarua,

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Tugu Utara dan Kelurahan Cisarua, IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Tugu Utara dan Kelurahan Cisarua, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Analisis Daya Saing Analisis keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif digunakan untuk mempelajari kelayakan dan prospek serta kemampuan komoditi susu sapi lokal dalam

Lebih terperinci

2. KETENTUAN UMUM Obat tradisional Bahan awal Bahan baku Simplisia

2. KETENTUAN UMUM Obat tradisional Bahan awal Bahan baku Simplisia 1. PNGERTIAN CPOTB Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) meliputi seluruh aspek yang menyangkut pembuatan obat tradisional, Tujuan untuk menjamin agar produk yang dihasilkan senantiasa memenuhi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 007 TAHUN 2012 TENTANG REGISTRASI OBAT TRADISIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 007 TAHUN 2012 TENTANG REGISTRASI OBAT TRADISIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 007 TAHUN 2012 TENTANG REGISTRASI OBAT TRADISIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

FORMULASI STRATEGI PEMASARAN OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT. Oleh : FANNY SEFTA ADITYA PUTRI A

FORMULASI STRATEGI PEMASARAN OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT. Oleh : FANNY SEFTA ADITYA PUTRI A FORMULASI STRATEGI PEMASARAN OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT Oleh : FANNY SEFTA ADITYA PUTRI A14104093 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.00.05.23.3644 TE N TA N G KETENTUAN POKOK PENGAWASAN SUPLEMEN MAKANAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

beragam kegunaan, maka tak heran bahwa tanaman ini dikenal juga sebagai tanaman surga. Bagian daun sampai tulang daunnya bisa dijadikan kerajinan dan

beragam kegunaan, maka tak heran bahwa tanaman ini dikenal juga sebagai tanaman surga. Bagian daun sampai tulang daunnya bisa dijadikan kerajinan dan 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman kelapa merupakan tanaman yang cukup populer di Indonesia. Tanaman ini tumbuh subur di dataran rendah di sepanjang nusantara. Mulai dari ujung barat kepulauan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. diperkirakan akan terjadi pada masa yang akan datang. Ramalan tersebut dapat

BAB 2 LANDASAN TEORI. diperkirakan akan terjadi pada masa yang akan datang. Ramalan tersebut dapat BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang. Sedangkan ramalan adalah suatu situasi atau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Menurut Oktaviani dan Novianti (2009) perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan negara lain

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan orientasi yaitu dari orientasi peningkatan produksi ke orientasi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan.

Lebih terperinci

PERAMALAN PERMINTAAN BAN MOBIL PENUMPANG PT GOODYEAR INDONESIA TBK. Oleh RUDI AWALUDIN A

PERAMALAN PERMINTAAN BAN MOBIL PENUMPANG PT GOODYEAR INDONESIA TBK. Oleh RUDI AWALUDIN A PERAMALAN PERMINTAAN BAN MOBIL PENUMPANG PT GOODYEAR INDONESIA TBK Oleh RUDI AWALUDIN A 14102569 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 PERAMALAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain bersaing dalam dunia pasar yang semakin memunculkan teknologi informasi yang canggih, perusahaan juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai obat generik menjadi faktor utama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai obat generik menjadi faktor utama 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obat generik sering diasumsikan sebagai obat dengan kualitas yang rendah. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai obat generik menjadi faktor utama yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia sejak tahun enam puluhan telah diterapkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika di Jakarta menjadi suatu direktorat perhubungan udara. Direktorat

Lebih terperinci

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. termasuk Indonesia. Buah ini dikenal dunia sejak zaman sebelum Masehi.

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. termasuk Indonesia. Buah ini dikenal dunia sejak zaman sebelum Masehi. II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pisang Pisang (Musa paradiciaca. L) merupakan tanaman asli Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Buah ini dikenal dunia sejak zaman sebelum Masehi. Pemintaan

Lebih terperinci

terhadap masalah kesehatan melalui pengobatan tradisional sangat dirasakan dalam kehidupan sehari-hari, contohnya yaitu menggunakan ramuan-ramuan

terhadap masalah kesehatan melalui pengobatan tradisional sangat dirasakan dalam kehidupan sehari-hari, contohnya yaitu menggunakan ramuan-ramuan BAB 1 PENDAHULUAN Indonesia memiliki keanekaragaman sumber alam hayati yang bermanfaat bagi kehidupan manusia dalam memenuhi kebutuhan sandang, pangan, pendidikan dan kesehatan. Pemanfaatan dan pengelolaan

Lebih terperinci