Lampiran 1. Indikator dan Parameter Faktor Internal. No Indikator Parameter Skor 1. Ketersediaan bahan baku obat tradisional
|
|
- Teguh Irawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 9 Lampiran. Indikator dan Parameter Faktor Internal No Indikator Parameter Skor. Ketersediaan bahan baku obat tradisional. Ketersediaan tenaga kerja yang sesuai dengan kualifikasinya. Ketersediaan bangunan, mesin dan peralatan produksi Sangat tersedia Tersedia Cukup Tersedia Kurang Tersedia Sangat sesuai Sesuai Cukup sesuai Kurang sesuai Sangat tersedia Tersedia Cukup Tersedia Kurang Tersedia. Proses produksi obat tradisional Sangat sesuai Sesuai Cukup sesuai Kurang sesuai 5. Jaringan Pemasaran Sangat Berkembang Berkembang Cukup Berkembang Kurang Berkembang 6. Pengetahuan pelaku usaha obat tradisional 7. Kelengkapan informasi pada kemasan obat tradisional 8. Jumlah dan variasi jenis obat tradisional yang diproduksi Keterangan : Sangat Memahami Cukup Memahami Kurang Memahami TidakMemahami Sangat Lengkap Cukup Lengkap Kurang Lengkap Tidak Lengkap Sangat memenuhi Memenuhi Cukup memenuhi Kurang memenuhi a. Indikator ( ketersediaan bahan baku obat tradisional ) Tersedia dan berasal dari pemasok yang terpercaya Jumlah bahan baku memenuhi kebutuhan produksi jamu Kualitas bahan baku sesuai dengan spesifikasi Identitas bahan baku telah diuji Sangat Baik Baik Cukup Baik : Meliputi kriteria yang telah ditentukan : Meliputi kriteria yang telah ditentukan : Meliputi kriteria yang telah ditentukan 9
2 9 Kurang Baik : Meliputi kriteria yang telah ditentukan b. Indikator (Ketersediaan tenaga kerja yang sesuai dengan kualifikasinya) Tersedia Jumlahnya mencukupi Memiliki keahlian sesuai dengan perusahaan jamu Memenuhi kriteria sesuai dengan standar perusahaan jamu Sangat tersedia: Meliputi kriteria yang telah ditentukan Tersedia : Meliputi kriteria yang telah ditentukan Cukup tersedia: Meliputi kriteria yang telah ditentukan Kurang tersedia: Meliputi kriteria yang telah ditentukan c. Indikator (Ketersediaan bangunan, mesin dan peralatan produksi) Fasilitas tersedia dan lengkap Jumlahnya mencukupi Kapasitas memadai Sesuai dengan standar CPOTB Tersedia : Meliputi kriteria yang telah ditentukan Cukup tersedia : Meliputi kriteria yang telah ditentukan Kurang tersedia : Meliputi kriteria yang telah ditentukan Tidak tersedia : Meliputi kriteria yang telah ditentukan d. Indikator (Proses produksi obat tradisional) Sesuai dengan cara pembuatan obat tradisional Sesuai dengan standar dari BPOM Menetapkan sanitasi Menetapkan higine Sangat baik Baik Cukup baik Kurang baik : Meliputi kriteria yang telah ditentukan : Meliputi kriteria yang telah ditentukan : Meliputi kriteria yang telah ditentukan : Meliputi kriteria yang telah ditentukan e. Indikator 5 ( Jaringan pemasaran jamu tradisional ) Langsung ke konsumen Melalui online marketing Melalui distributor Melalui salesman freelance Sangat Berkembang : Meliputi kriteria yang telah ditentukan 9
3 9 Berkembang : Meliputi kriteria yang telah ditentukan Kurang Berkembang: Meliputi kriteria yang telah ditentukan Tidak Berkembang : Meliputi kriteria yang telah ditentukan f. Indikator 6 (Pengetahuan produsen jamu tradisional) Pengetahuan mengenai kebeneran bahan baku yang digunakan Pengetahuan mengenai ketepatan dosis Pengetahuan mengenai ketepatan waktu penggunaan Pengetahuan mengenai efek samping Sangat Mengetahui Cukup Mengetahui Kurang Mengetahui Tidak Mengetahui : Meliputi kriteria yang telah ditentukan : Meliputi kriteria yang telah ditentukan : Meliputi kriteria yang telah ditentukan : Meliputi kriteria yang telah ditentukan g. Indikator 7 (Kelengkapan informasi pada kemasan) Label JAMU Logo Jamu Nama Obat Tradisional Komposisi Bahan Bobot/Volume Dosis Pemakaian Cara Pemakaian Khasiat / Kegunaan Kontraindikasi Tanda Peringatan Nomor Pendaftaran POM Nomor Kode Produksi Merek Dagang Nama dan Alamat Perusahaan Tanggal Kadarluasa Sangat Lengkap Lengkap Cukup Lengkap Kurang Lengkap : Meliputi 5 kriteria yang telah ditentukan : Meliputi kriteria yang telah ditentukan : Meliputi kriteria yang telah ditentukan : Meliputi kriteria yang telah ditentukan h. Indikator 8 (Jumlah dan variasi jenis obat tradisional) = lebih dari obat tradisional = macam obat tradisional = macam obat tradisional = hanya macam obat tradisional 9
4 9 9
5 95 Lampiran. Indikator dan Parameter Faktor Eksternal No. Indikator Parameter Skor. Pengetahuan konsumen terhadap penggunaan obat tradisional Sangat mengetahui Cukup mengetahui Kurang mengetahui Tidak mengetahui. Kualitas tradisional Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik. Ketersediaan obat tradisional Sangat tersedia Tersedia Cukup Tersedia Kurang Tersedia. Kepercayaan konsumen mengonsumsi obat tradisional 5. Dukungan Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan 6. Dukungan gabungan pengusaha jamu Sangat Yakin Cukup Yakin Kurang Yakin Tidak Yakin Sangat Mendukung Mendukung Cukup Mendukung Kurang Mendukung Sangat Mendukung Mendukung Cukup Mendukung Kurang Mendukung 7. Rasa obat tradisional Enak Cukup Enak Kurang Enak Tidak Enak 8. Pendapatan konsumen Sangat Berpengaruh Cukup Berpengaruh Kurang Berpengaruh Tidak Berpengaruh 9. Bahaya obat modern/mengandung bahan kimia Keterangan : Sangat Berbahaya Cukup Berbahaya Kurang Berbahaya Tidak Berbahaya. Indikator (Pengetahuan masyarakat terhadap penggunaan obat tradisional) Ketepatan dosis Komposisi waktu penggunaan Ketepatan cara penggunaan (diseduh, diminum langsung, dll) Ketepatan penggunaan sesuai dengan penyakit 95
6 96 Sangat tinggi Tinggi Cukup tinggi Rendah : Meliputi kriteria yang telah ditentukan : Meliputi kriteria yang telah ditentukan : Meliputi kriteria yang telah ditentukan : Meliputi kriteria yang telah ditentukan. Indikator (Kualitas jamu tradisional ) Berkhasiat Aman dikonsumsi Kesembuhannya cepat Tidak menimbulkan efek samping Sangat tinggi Tinggi Cukup tinggi Rendah : Meliputi kriteria yang telah ditentukan : Meliputi kriteria yang telah ditentukan : Meliputi kriteria yang telah ditentukan : Meliputi kriteria yang telah ditentukan. Indikator ( ketersediaan obat tradisional ) Selalu tersedia setiap saat Tidak sulit menemukan obat tradisional Tersedia dimana saja (apotik, toko obat tradisional, di kios, dll) Bisa dibeli kapan saja Sangat tersedia Tersedia Cukup Tersedia Kurang Tersedia : Meliputi kriteria yang telah ditentukan : Meliputi kriteria yang telah ditentukan : Meliputi kriteria yang telah ditentukan : Meliputi kriteria yang telah ditentukan. Indikator (Kepercayaan konsumen mengonsumsi obat tradisional) Bahan baku yang digunakan terbuat dari bahan alami Mengonsumsinya jika timbul gejala penyakit Layak untuk dikonsumsi Sudah menjadi tradisi dan budaya minum jamu secara turun temurun Sangat tinggi Tinggi Cukup tinggi Rendah : Meliputi kriteria yang telah ditentukan : Meliputi kriteria yang telah ditentukan : Meliputi kriteria yang telah ditentukan : Meliputi kriteria yang telah ditentukan 5. Indikator 5 (Dukungan Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan di kota Medan) Adanya penyuluhan/edukasi kepada publik mengenai pentingnya mengonsumsi jamu Adanya penilaian atau evaluasi produk sebelum dan sesudah beredar 96
7 97 Adanya pengujian laboratorium (memenuhi syarat keamanan, khasiat/manfaat dan mutu) Adanya pelayanan konsultasi dan keluhan konsumen Adanya pembinaan kepada pelaku usaha kecil obat tradisional Sangat tinggi Tinggi Cukup tinggi Rendah : Meliputi kriteria yang telah ditentukan : Meliputi kriteria yang telah ditentukan : Meliputi kriteria yang telah ditentukan : Meliputi kriteria yang telah ditentukan 6. Indikator 6 ( Dukungan Gabungan Pengusaha Jamu) Adanya dukungan terhadap pengembangan usaha jamu Memperkenalkan dan memasarkan produk jamu di pasar domestik Mengembangkan budaya jamu di kalangan masyarakat Mengadakan pertemuan dengan anggota untuk membahas permasalahan dalam perkembangan usaha Sangat tinggi Tinggi Cukup tinggi Rendah : Meliputi kriteria yang telah ditentukan : Meliputi kriteria yang telah ditentukan : Meliputi kriteria yang telah ditentukan : Meliputi kriteria yang telah ditentukan 7. Indikator 7 (Rasa obat tradisional ) Enak : Cukup Enak : Kurang Enak : Tidak Enak : 8. Indikator 8 (Pendapatan Konsumen) Sangat berpengaruh : Cukup berpengaruh : Kurang berpengaruh : Tidak berpengaruh : 9. Indikator 9 (Bahaya obat modern/kimia) Efek samping lebih sering terjadi Kurang efektif untuk penyakit tertentu Mengakibatkan ketergantungan Mengandung bahan kimia 97
8 98 Sangat Berbahaya Cukup Berbahaya Kurang Berbahaya Tidak Berbahaya : Meliputi kriteria yang telah ditentukan : Meliputi kriteria yang telah ditentukan : Meliputi kriteria yang telah ditentukan : Meliputi kriteria yang telah ditentukan 98
9 99 Lampiran.PembobotanFaktor Internal No Faktor Skala Nilai Faktor Ketersediaan bahan baku Ketersediaan tenaga kerja Ketersediaan bahan baku Ketersediaan fasilitas, mesin dan peralatan produksi Ketersediaan bahan baku Proses produksi Ketersediaan bahan baku Jaringan pemasaran 5 Ketersediaan bahan baku Pengetahuan pelaku usaha 6 Ketersediaan bahan baku Kelengkapan informasi pada kemasan 7 Ketersediaan bahan baku Jumlah dan variasi obat tradisional 8 Ketersediaan tenaga kerja Ketersediaan fasilitas, mesin dan peralatan produksi 9 Ketersediaan tenaga kerja Proses produksi 0 Ketersediaan tenaga kerja Jaringan pemasaran Ketersediaan tenaga kerja Pengetahuan pelaku usaha Ketersediaan tenaga kerja Kelengkapan informasi pada kemasan Ketersediaan tenaga kerja Jumlah dan variasi obat tradisional Ketersediaan fasilitas, mesin dan Proses produksi peralatan produksi 5 Ketersediaan fasilitas, mesin dan Jaringan pemasaran peralatan produksi 6 Ketersediaan fasilitas, mesin dan Pengetahuan pelaku usaha peralatan produksi 7 Ketersediaan fasilitas, mesin dan Kelengkapan informasi pada kemasan peralatan produksi 8 Ketersediaan fasilitas, mesin dan Jumlah dan variasi obat tradisional peralatan produksi 9 Proses produksi Jaringan pemasaran 0 Proses produksi Pengetahuan pelaku usaha Proses produksi Kelengkapan informasi pada kemasan Proses produksi Jumlah dan variasi obat tradisional Jaringan pemasaran Pengetahuan pelaku usaha Jaringan pemasaran Kelengkapan informasi pada kemasan 5 Jaringan pemasaran Jumlah dan variasi obat tradisional 6 Pengetahuan pelaku usaha Kelengkapan informasi pada kemasan 7 Pengetahuan pelaku usaha Jumlah dan variasi obat tradisional 8 Kelengkapan informasi pada kemasan Jumlah dan variasi obat tradisional 99
10 00 Lampiran.PembobotanFaktorEksternal No. Faktor SkalaNilai Faktor. Pengetahuan konsumen terhadap Kualitas obat tradisional penggunaan obat tradisional. Pengetahuan konsumen terhadap Ketersediaan obat tradisional penggunaan obat tradisional. Pengetahuan konsumen terhadap penggunaan obat tradisional Kepercayaan konsumen obat tradisional. Pengetahuan konsumen terhadap Dukungan BBPOM Medan penggunaan obat tradisional 5. Pengetahuan konsumen terhadap penggunaan obat tradisional Dukungan gabungan pengusaha jamu 6. Pengetahuan konsumen terhadap Rasa obat tradisional penggunaan obat tradisional 7. Pengetahuan konsumen terhadap Pendapatan konsumen penggunaan obat tradisional 8. Pengetahuan konsumen terhadap Bahaya obat modern/kimia penggunaan obat tradisional 9. Kualitas obat tradisional Ketersediaan obat tradisional 0. Kualitas obat tradisional Kepercayaan konsumen obat tradisional. Kualitas obat tradisional Dukungan BBPOM Medan. Kualitas obat tradisional Dukungan gabungan pengusaha jamu. Kualitas obat tradisional Rasa obat tradisional. Kualitas obat tradisional Pendapatan konsumen 5. Kualitas obat tradisional Bahaya obat modern/kimia 6. Ketersediaan obat tradisional Kepercayaan konsumen obat tradisional 7. Ketersediaan obat tradisional Dukungan BBPOM Medan 8. Ketersediaan obat tradisional Dukungan gabungan pengusaha jamu 9. Ketersediaan obat tradisional Rasa obat tradisional 0. Ketersediaan obat tradisional Pendapatan konsumen. Ketersediaan obat tradisional Bahaya obat modern/kimia. Kepercayaan konsumen obat tradisional Dukungan BBPOM Medan. Kepercayaan konsumen obat tradisional Dukungan gabungan pengusaha jamu. Kepercayaan konsumen obat tradisional Rasa obat tradisional 5. Kepercayaan konsumen obat tradisional Pendapatan konsumen 6. Kepercayaan konsumen obat tradisional Bahaya obat modern/kimia 7. Dukungan BBPOM Medan Dukungan gabungan pengusaha jamu 8. Dukungan BBPOM Medan Rasa obat tradisional 9. Dukungan BBPOM Medan Pendapatan konsumen 0. Dukungan BBPOM Medan Bahaya obat modern/kimia 00
11 0. Dukungan gabungan pengusaha jamu Rasa obat tradisional. Dukungan gabungan pengusaha jamu Pendapatan konsumen. Dukungan gabungan pengusaha jamu Bahaya obat modern/kimia. Rasa obat tradisional Pendapatan konsumen 5. Rasa obat tradisional Bahaya obat modern/kimia 6. Pendapatan konsumen Bahaya obat modern/kimia 0
12 0 Lampiran 5. Parameter Penilaian Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang, Dan Ancaman Peningkatan Konsumsi Obat Tradisional Parameter Responden Faktor Internal Faktor Eksternal A B C D E F G H A B C D E F G H I. Pelaku Usaha Pelaku Usaha Pelaku Usaha Pelaku Usaha Pelaku Usaha konsumen 7. konsumen 8. konsumen 9. konsumen 0. konsumen. konsumen. konsumen. konsumen. konsumen 5. konsumen 6. konsumen 7. konsumen 8. konsumen 9. konsumen 0. konsumen. konsumen. konsumen. konsumen. konsumen 5. konsumen 6. konsumen 7. konsumen 8. konsumen 9. konsumen 0. konsumen. konsumen. konsumen. konsumen. konsumen 5. konsumen 6. BBPOM 7. Ketua GP Jamu Total Rataan,8,6,6,,6,,8,0,,,8,7,0 0
13 0 Keterangan :. -5 adalah sampel pelaku usaha obat tradisional di kota Medan 6-5 adalah sampel konsumen obat tradisional di kota Medan 6 adalah sampel pegawai bidang sertifikasi dan layanan konsumen di Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan di kota Medan 7 adalah sampel ketua gabungan pengusaha jamu tradisional di kota Medan. Faktor Internal : A = Ketersediaan dan Kemudahan memperoleh bahan baku obat tradisional B = Ketersediaan tenaga kerja yang sesuai dengan kualifikasinya C = Ketersediaan sarana dan prasarana D = Proses Produksi Obat Tradisional E = Jaringan Pemasaran F = Pengetahuan Pelaku Usaha mengenai jamu tradisional G = Variasi Produk H = Informasi pada kemasan. Faktor Eksternal : A = Pengetahuan konsumen terhadap penggunaan obat tradisional B = Kualitas obat tradisional C = Ketersediaan obat tradisional D = Kepercayaan konsumen mengonsumsi obat tradisional E = Dukungan Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan F = Dukungan gabungan pengusaha jamu G = Pendapat konsumen mengenai rasa obat tradisional H = Pendapatan konsumen I = Bahaya obat kimia/obat generic 0
14 0 Lampiran 6. Penentuan Faktor Internal (Kekuatan dan Kelemahan) Peningkatan Konsumsi Obat Tradisional No. Uraian Skor Keterangan. Ketersediaan bahan baku obat tradisional. Ketersediaan tenaga kerja yang sesuai dengan kualifikasinya,8 Kekuatan,6 Kekuatan. Ketersediaan sarana dan prasarana Kekuatan. Proses produksi obat tradisional,6 Kekuatan 5. Pemasaran obat tradisional, Kelemahan 6. Pengetahuan produsen obat tradisional 7. Kelengkapan informasi pada kemasan 8. Jumlah obat tradisional yang diproduksi Kekuatan,6 Kekuatan, Kelemahan 0
15 05 Lampiran 7. Penentuan Faktor Eksternal (Peluang dan Ancaman) Peningkatan Konsumsi Obat Tradisional. No. Uraian Skor Keterangan. Pengetahuan masyarakat terhadap penggunaan obat tradisional,8 Ancaman. Kualitas obat tradisional,0 Peluang. Ketersediaan obat tradisional, Peluang. Kepercayaan masyarakat mengonsumsi obat tradisional 5. Dukungan Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan, Peluang Peluang 6. Dukungan gabungan pengusaha jamu Ancaman Pendapat masyarakat mengenai rasa obat tradisional Pendapatan masyarakat Bahaya obat kimia/obat generic,8,7,0 Ancaman Ancaman Peluang 05
16 06 06
17 07 Lampiran 8. Hasil Penilaian Faktor Internal (IFAS) Responden A B C D E F G H A / / B / / / / / C / D E / / F G / / / / H / / / / / / / Responden A B C D E F G H A B / / / / / C D / / E / / / / F / / / / G / / / H / / / / / / Keterangan : A. Ketersediaan bahan baku obat tradisional B. Ketersediaan tenaga kerja yang sesuai dengan kualifikasinya C. Ketersediaan sarana dan prasarana D. Proses produksi obat tradisional E. Pemasaran obat tradisional F. Pengetahuan pelaku usaha obat tradisional G. Kelengkapan informasi pada kemasan H. Jumlah obat tradisional yang diproduksi Responden A B C D E F G H A / B / / / C / / D / / E / / / / / F / / G / / / / H / / / / / / Responden A B C D E F G H A / B / / / / C / / D / E / / / / / F G / / / / H / / / / / / Responden 5 A B C D E F G H A / B / / / C / / D / / E / / / / / F / / G / / / / H / / / / / / 07
18 08 Lampiran 9. Hasil Penilaian Faktor Eksternal (EFAS) Responden A B C D E F G H I A / B C / / / / / D / / / / E / / F / / / / / / G / / / / H / / / / / / / / I / / / / Responden A B C D E F G H I A / / / / / / B C / / / / / / D / / E F / / / / / G / / H / / / / / / / / I / Responden A B C D E F G H I A / / / / B C / / / / / D E F / / / / / / G / / / / H / / / / / / / / I / / Responden A B C D E F G H I A / / / / / B C / / / / / D E F / / / / / / / G / / / / H / / / / / / / I / / Responden 5 A B C D E F G H I A / / / / / B C / / / / / / D / / E F / / / / / G / / / / H / / / / / / / / I Keterangan : A B C D E F G H I = Pengetahuan konsumen terhadap penggunaan obat tradisional = Kualitas obat tradisional = Ketersediaan obat tradisional = Kepercayaan konsumen mengonsumsi obat tradisional = Dukungan Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan = Dukungan gabungan pengusaha jamu = Pendapat konsumen mengenai rasa obat tradisional = Pendapatan konsumen = Bahaya obat kimia/obat generic 08
19 09 Lampiran 0. Hasil Perhitungan Nilai Rata Rata Geometris Faktor Internal (IFAS) A B C D E F G H A B C D E F G H Total Rumus : G = Keterangan : X = Nilai untuk responden X = Nilai untuk responden X = Nilai untuk responden X n = Nilai untuk responden n Contoh perhitungan mencari nilai rata rata geometris : G AB = =,5 09
20 0 Lampiran. Normalisasi Faktor Internal (IFAS) A B C D E F G H Rata - Rata A B C D E F G H Total Contoh Perhitungan Normalisasi : AA = = 0,7 AB = = 0, AC = = 0,6 AD = = 0,7 Contoh perhitungan mencari nilai rata rata : A = = 0,9 0
21 Lampiran. Hasil Perhitungan Nilai Rata Rata Geometris Faktor Eksternal (EFAS) A B C D E F G H I A B C D E F G H I Total Rumus : G = Keterangan : X = Nilai untuk responden X = Nilai untuk responden X = Nilai untuk responden X n = Nilai untuk responden n Contoh perhitungan mencari nilai rata rata geometris : G AB = = 0,
22 Lampiran. Normalisasi Faktor Eksternal (EFAS) A B C D E F G H I Rata - Rata A B C D E F G H I Total Contoh Perhitungan Normalisasi : AA = = 0,09 AB = = 0,08 AC = = 0,6 AD = = 0,7 Contoh perhitungan mencari nilai rata rata : I = = 0,
23 Lampiran. Pembobotan Faktor Internal (IFAS) No. Uraian Bobot. Ketersediaan bahan baku obat tradisional 0.9. Ketersediaan tenaga kerja yang sesuai dengan kualifikasinya. Ketersediaan sarana dan prasarana 0.5. Proses produksi obat tradisional Pemasaran obat tradisional Pengetahuan pelaku usaha obat tradisional Kelengkapan informasi pada kemasan Jumlah obat tradisional yang diproduksi Total Lampiran 5. Pembobotan Faktor Eksternal (EFAS) No. Uraian Bobot. Pengetahuan konsumen terhadap penggunaan obat tradisional Kualitas obat tradisional 0.8. Ketersediaan obat tradisional Kepercayaan konsumen mengonsumsi obat tradisional Dukungan Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan Dukungan gabungan pengusaha jamu Pendapat konsumen mengenai rasa obat tradisional Pendapatan konsumen Bahaya obat kimia/obat generic 0. Total
24 Lampiran 6. Matriks Evaluasi Faktor Strategis Internal (IFAS) Faktor Faktor Strategis Internal Bobot Skor Bobot x Skor KEKUATAN. Ketersediaan bahan baku obat tradisional. Ketersediaan tenaga kerja yang sesuai dengan kualifikasinya. Ketersediaan sarana dan prasarana. Proses produksi obat tradisional 5. Pengetahuan produsen obat tradisional 6. Kelengkapan informasi pada kemasan 0,9 0,09 0,5 0, 0,7 0,,8,6,6,6 0,7 0, 0,6 0,5 0,68 0,9 KELEMAHAN. Pemasaran obat tradisional. Jumlah obat tradisional yang diproduksi 0,09 0,06,, 0,9 0,07 Total 6,7
25 5 Lampiran 7. Matriks Evaluasi Faktor Strategis Eksternal (EFAS) Faktor Faktor Strategis Eksternal Bobot Skor Bobot x Skor PELUANG. Kualitas obat tradisional. Ketersediaan obat tradisional. Kepercayaan konsumen mengonsumsi obat tradisional. Dukungan Balai Besar POM 5. Bahaya obat kimia/obat generic 0,8 0,08 0, 0,6 0,,0,,,0 0,5 0,7 0,0 0,6 0,9 ANCAMAN. Pengetahuan konsumen terhadap penggunaan obat 0,09 tradisional. Dukungan gabungan pengusaha jamu 0,07. Pendapat konsumen mengenai rasa obat tradisional 0,. Pendapatan konsumen 0,05 Total,8,8,7 0,5 0, 0,9 0,08 5
Lampiran 1. Indikator dan Parameter Faktor Internal. No Indikator Parameter Skor. 2 Pengalaman bertani >5 tahun 3-2 tahun 5-4 tahun < 1 tahun
Lampiran. Indikator dan Parameter Faktor Internal No Indikator Parameter Skor Luas lahan > Ha,5 Ha,5 Ha < Ha Pengalaman bertani >5 tahun - tahun 5- tahun < tahun Produksi padi organik >7,5 ton/ha 7,5-6,5
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan kebutuhan terpenting bagi manusia sehingga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan terpenting bagi manusia sehingga berbagai usaha dilakukan untuk memperoleh tubuh yang sehat. Mulai dari melakukan olah raga, hidup secara
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Analisis SWOT untuk menentukan Strategi Pengembangan Industri. Biofarmaka Daerah Istimewa Yogyakarta
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis SWOT untuk menentukan Strategi Pengembangan Industri Biofarmaka Daerah Istimewa Yogyakarta Strategi pengembangan pada Industri Biofarmaka D.I.Yogyakarta
Lebih terperinciLampiran 1. Indikator dan Parameter Penilaian SWOT pada Pemasaran. Agroindustri Tahu Isi Goreng di Kecamatan Medan Polonia
Lampiran 1. Indikator dan Parameter Penilaian SWOT pada Pemasaran Agroindustri Tahu Isi Goreng di Kecamatan Medan Polonia Parameter No. Indikator SWOT 1 2 3 4 Faktor Internal 1. Modal (S) (W) 2. Produksi
Lebih terperinciNo. Umur (Tahun) Pendidikan Luas Lahan (Ha) 1 47 SD SD SMA SD SMP SD S SMP 0.
Lampiran 1. Karakteristik Petani No. Umur (Tahun) Pendidikan Luas Lahan (Ha) 1 47 SD 0.5 2 65 SD 0.4 3 48 SMA 0.5 4 53 SD 0.4 5 49 SMP 0.5 6 51 SD 0.5 7 37 S1 0.64 8 62 SMP 0.4 9 51 SMP 0.5 10 52 SMA 0.5
Lebih terperinciLampiran 1. Indikator Kekuatan (Strengths) dan Kelemahan (Weaknesses)
62 Lampiran 1. Indikator Kekuatan (Strengths) dan Kelemahan (Weaknesses) No Indikator Parameter Rating I. Faktor Internal i Kekuatan ( Strengths ) 1. Penggunaan Modal Usaha Pada Agroindustri Sirup Buah
Lebih terperinciResep Alam, Warisan Nenek Moyang. (Jamu untuk Remaja, Dewasa, dan Anak-anak)
Resep Alam, Warisan Nenek Moyang. (Jamu untuk Remaja, Dewasa, dan Anak-anak) Slogan back to nature membuat masyarakat berbondong-bondong memanfaatkan produk bersumber alam dalam upaya menjaga kesehatan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk menunjang penampilan seseorang, bahkan bagi masyarakat dengan gaya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kosmetik merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sudah ada dan semakin berkembang dari waktu ke waktu, disamping itu pula kosmetik berperan penting untuk menunjang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukan sebagai
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang
Lebih terperinciPELABELAN DAN IKLAN PANGAN
PELABELAN DAN IKLAN PANGAN BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA PP No. 69/1999 tentang Label dan Iklan Pangan Pengertian (1) Label
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Indonesia memiliki sumber daya hayati dan merupakan salah satu negara
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Indonesia memiliki sumber daya hayati dan merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati terbesar di dunia, dan menduduki urutan kedua setelah Brazil.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berpengaruh terhadap keberadaan dan ketahanan hidup manusia. Mengingat kadar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Makanan merupakan kebutuhan manusia yang sangat mendasar karena berpengaruh terhadap keberadaan dan ketahanan hidup manusia. Mengingat kadar kepentingan yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan ditujukan untuk rnewujudkan kesehatan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan ditujukan untuk rnewujudkan kesehatan masyarakat yang optimal. Untuk mencapai tujuan tersebut tidak dapat disangkal bahwa obat merupakan salah satu
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN TEORITIS PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN. digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan atau pembuatan makanan atau
1 BAB III TINJAUAN TEORITIS PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN A. TINJAUAN PANGAN OLAHAN 1. Pengertian Pangan Olahan Menurut Peraturan Pemerintah RI nomor 28 tahun 2004 pangan adalah segala sesuatu yang berasal
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. sebuah informasi produk agar mudah dipahami oleh konsumen. Label
PENDAHULUAN Latar Belakang Label merupakan salah satu alat komunikasi untuk menyampaikan sebuah informasi produk agar mudah dipahami oleh konsumen. Label yang disusun secara baik akan memudahkan konsumen
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. lingkungan internal peneliti menggunakan value chain analysis untuk
BAB IV PENUTUP 5.1 Kesimpulan 1. Untuk menganalisa lingkungan industri pada perusahaan, akan dibagi menjadi dua lingkungan yaitu lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Pada lingkungan internal peneliti
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia yang berada di daerah tropis merupakan negara yang kaya
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia yang berada di daerah tropis merupakan negara yang kaya akan jenis tanaman termasuk tanaman obat. Tanaman obat yang telah diketahui memiliki khasiat adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan tempat pelayanan kesehatan (DepKes RI, 2002). paling tepat dan murah (Triyanto & Sanusi, 2003).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obat adalah sebuah benda kecil yang mampu menyembuhkan sekaligus dapat menjadi bumerang bagi penderitanya. Benda kecil yang awalnya dijauhi ini kemudian berkembang menjadi
Lebih terperinciLampiran 1. Karakteristik Sampel Agroindustri Salak. Lama Pendidikan (tahun)
Lampiran 1 Karakteristik Sampel Agroindustri Salak Petani Salak Umur Pendidikan Tanggungan (orang) Bertani Luas Lahan (Ha) 1 43 12 3 15 1 2 48 12 4 19 3 3 38 12 4 6 2 4 39 12 4 11 1 5 43 9 4 12 2 6 53
Lebih terperinciPERAN INDUSTRI KECIL OBAT TRADISIONAL DALAM PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DI JEMBER
PERAN INDUSTRI KECIL OBAT TRADISIONAL DALAM PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DI JEMBER Indah Purnama Sary Universitas Jember Lestyo Wulandari Universitas Jember RINGKASAN Bambang Sri Kaloko Universitas Jember
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan bahan alam sebagai obat tradisional di Indonesia telah dilakukan oleh nenek moyang kita sejak berabad-abad yang lalu terbukti dari adanya naskah lama pada
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.631, 2015 BPOM. Ritel Pangan. Pasar Tradisional. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN CARA
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2011 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.03.1.5.12.11.09955 TAHUN 2011 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN, Menimbang
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN TUGAS AKHIR PRA PENDADARAN... HALAMAN PENGESAHAN TUGAS AKHIR... iii. HALAMAN MOTTO...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN TUGAS AKHIR PRA PENDADARAN... i ii HALAMAN PENGESAHAN TUGAS AKHIR... iii HALAMAN MOTTO... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... ix
Lebih terperinciGerakan Nasional Peduli Obat dan Pangan Aman (GNPOPA) Edukasi terkait OBAT pada Remaja dan Dewasa
Gerakan Nasional Peduli Obat dan Pangan Aman (GNPOPA) Edukasi terkait OBAT pada Remaja dan Dewasa Samakah minum obat 3x1 dengan 1x3? Kadang masih ada pertanyaan dari masyarakat baik remaja maupun orang
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN DAN KEHUTANAN NOMOR: 453/Kpts/TN.260/9/2000 TENTANG OBAT ALAMI UNTUK HEWAN MENTERI PERTANIAN DAN KEHUTANAN,
KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN DAN KEHUTANAN NOMOR: 453/Kpts/TN.260/9/2000 TENTANG OBAT ALAMI UNTUK HEWAN MENTERI PERTANIAN DAN KEHUTANAN, Menimbang : a. bahwa untuk melindungi hewan dan masyarakat yang mengkonsumsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi
Lebih terperinciObat tradisional 11/1/2011
Disampaikan oleh: Nita Pujianti, S.Farm.,Apt.,MPH Obat tradisional Bahan atau ramuan bahan yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral, sediaan galenik (sarian) atau campuran bahan-bahan tersebut yang secara
Lebih terperinciANALISIS DAYA SAING, STRATEGI DAN PROSPEK INDUSTRI JAMU DI INDONESIA
ANALISIS DAYA SAING, STRATEGI DAN PROSPEK INDUSTRI JAMU DI INDONESIA Oleh: ERNI DWI LESTARI H14103056 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 DAFTAR ISI Halaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. digunakan dalam makanan. Kurangnya perhatian terhadap hal ini telah sering
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan yang terpadu dan menyeluruh dalam bentuk upaya kesehatan
Lebih terperinciM E M U T U S K A N : Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG PEREDARAN OBAT TRADISIONAL IMPOR BAB I KETENTUAN UMUM.
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1297/MENKES/PER/XI/1998 TENTANG PEREDARAN OBAT TRADISIONAL IMPOR MENTERI KESEHATAN REBUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa dalam rangka melindungi masyarakat
Lebih terperinciBAB VIII ANALISIS TINGKAT KEPENTINGAN DAN KINERJA
BAB VIII ANALISIS TINGKAT KEPENTINGAN DAN KINERJA 8.1 Analisis Tingkat Kepentingan dan Kinerja Produk Sarimurni dan Sosro Pada bab ini akan dijelaskan analisis tingkat kepentingan dan kinerja atribut produk
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan kajian pustaka yang berupa uraian-uraian teori, hasil
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Berdasarkan kajian pustaka yang berupa uraian-uraian teori, hasil penelitian dengan menyebarkan angket, serta pengujian analisis regresi yang dilakukan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di era globalisasi yang semakin kompleks dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan ekonomi di era globalisasi yang semakin kompleks dan kondisi pasar yang semakin terbuka terhadap informasi yang datang dari manapun, menuntut
Lebih terperinciCARA PRODUKSI PANGAN YANG BAIK UNTUK INDUSTRI RUMAH TANGGA (IRT)
CARA PRODUKSI PANGAN YANG BAIK UNTUK INDUSTRI RUMAH TANGGA (IRT) BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA TUJUAN KHUSUS Memberikan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sekilas Mengenai Industri Jamu di Indonesia Jumlah perusahaan jamu yang bergabung dalam industri jamu sampai sekarang ini sebanyak 587 GP Jamu. Sedangkan jumlah pengrajin
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR PENELITIAN PERGURUAN TINGGI PERSEPI DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP OBAT HERBAL. Ketua/Anggota Tim
LAPORAN AKHIR PENELITIAN PERGURUAN TINGGI PERSEPI DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP OBAT HERBAL Ketua/Anggota Tim Dr. Yevis Marty Oesman, SE., MP (0014125702) Yunizar, SE., MSc.Ad., Ph.D (0026066302) Ratna
Lebih terperinciBAB VII ANALISIS MULTIATRIBUT FISHBEIN
BAB VII ANALISIS MULTIATRIBUT FISHBEIN Analisis sikap dan kepuasan konsumen dengan menggunakan model sikap Multiatribut Fishbein terhadap minuman teh celup merupakan suatu gambaran penilaian konsumen terkait
Lebih terperinciSteffi S. C. Saragih, Salmiah, Diana Chalil Program StudiAgribisnisFakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI PENGEMBANGAN PENGOLAHAN UBI KAYU MENJADI TEPUNG MOCAF (MODIFIED CASSAVA FLOUR) (Studi Kasus : Desa Baja Ronggi Kecamatan Dolok Masihul Kabupaten Serdang Bedagai) Steffi
Lebih terperinciKEBIJAKAN NASIONAL PENGATURAN IRTP DAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TENTANG KEAMANAN PANGAN
KEBIJAKAN NASIONAL PENGATURAN IRTP DAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TENTANG KEAMANAN PANGAN BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN. Karakteristik responden merupakan alat ukur statistik yang penting dalam
BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Karakteristik Responden Karakteristik responden merupakan alat ukur statistik yang penting dalam suatu populasi. Karakteristik responden dalam penelitian ini digambarkan mengenai
Lebih terperinciBAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6. Kesimpulan 6.. Faktor-faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam memilih minimarket Dari hasil pengujian Cochran Q test diperoleh faktor-faktor yang dipertimbangkan konsumen
Lebih terperinciSTRATEGI PENGEMBANGAN SISTEM AGRIBISNIS BERAS ORGANIK (Studi Kasus : Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai) SKRIPSI
STRATEGI PENGEMBANGAN SISTEM AGRIBISNIS BERAS ORGANIK (Studi Kasus : Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai) SKRIPSI OLEH : SRI ARIANI SAFITRI 090304038 AGRIBISNIS PROGRAM STUDI
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan tumbuhan obat. Beberapa sumber menyebutkan terdapat sekitar 30 ribu jenis tanaman obat di sini. Dari jumlah sebanyak itu,
Lebih terperinciAdvertisement of Nutrition Message in Food Product. Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc.
Advertisement of Nutrition Message in Food Product Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc. Tren penggunaan pesan terkait kesehatan oleh produsen semakin meningkat, sehingga memberikan konsekuensi penting
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pada bab ini penulis menarik beberapa kesimpulan berdasarkan hasil analisis tentang Pengaruh Brand Trust air minum dalam kemasan (AMDK) merek AQUA Terhadap Loyalitas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengobatan sendiri Pengobatan sendiri merupakan upaya masyarakat untuk menjaga kesehatan sendiri dan merupakan cara yang mudah, murah praktis untuk mengatasi gejala yang masih
Lebih terperinciA. Kuesioner penentuan bobot faktor analisis persaingan industri
Lampiran 1. Kuesioner Kajian 89 A. Kuesioner penentuan bobot faktor analisis persaingan industri Petunjuk pengisian Nilai diberikan pada pertimbangan berpasangan antara 2 faktor vertikalhorizontal) berdasarkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Obat Tradisional Pengobatan tradisional dan obat tradisional telah menyatu dengan masyarakat, digunakan dalam mengatasi masalah kesehatan. Kemampuan masyarakat untuk mengobati
Lebih terperinciLampiran 1. Indikator dan Parameter Penilaian SWOT Kopi Mandailing. No Indikator Parameter Skor
76 Lampiran. Indikator dan Parameter Penilaian SWOT Kopi Mandailing I. FAKTOR INTERNAL No Indikator Parameter Skor. Kondisi fisik dan mutu Kopi Mandailing Grade Grade Grade Grade. Produksi kopi Mandailing
Lebih terperinciSTRATEGI PEMASARAN PADA USAHA HOME INDUSTRY BINAR BAKERY DI DAERAH BANDUNG
STRATEGI PEMASARAN PADA USAHA HOME INDUSTRY BINAR BAKERY DI DAERAH BANDUNG Nama : Fahreza Dwi Audina NPM : 13213088 Jurusan : Manajemen Pembimbing : Edy Nursanta, SE., MM Latar Belakang Industrialisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akibat eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan. Eksploitasi ditandai dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu lingkungan muncul akibat kerusakan lingkungan yang semakin parah akibat eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan. Eksploitasi ditandai dengan pengaruh kandungan
Lebih terperinciAnalisis lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan makro dan lingkungan industri. Lingkungan makro terdiri dari ekonomi, alam, teknologi, politik
Analisis lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan makro dan lingkungan industri. Lingkungan makro terdiri dari ekonomi, alam, teknologi, politik dan hukum serta sosial budaya. Sedangkan lingkungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia dalam mendapatkan energi, membantu pertumbuhan badan dan otak.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap makhluk hidup membutuhkan makanan, tanpa makanan, makhluk hidup akan sulit mengerjakan aktivitas sehari-harinya. Makanan dapat membantu manusia dalam mendapatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap masyarakat atau suku bangsa pada umumnya memiliki berbagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap masyarakat atau suku bangsa pada umumnya memiliki berbagai upaya untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya yang pada mulanya berbasis pada sumber daya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. setiap orang. Dalam hal ini yang dimaksud makanan adalah segala sesuatu. pembuatan makanan atau minuman. 1
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan adalah kebutuhan dasar manusia yang paling hakiki. Oleh karena itu pemenuhan akan kebutuhannya merupakan hak asasi setiap orang. Dalam hal ini yang dimaksud
Lebih terperinciGUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG
GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN INDUSTRI RUMAH TANGGA PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR GORONTALO, Menimbang Mengingat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Usaha kecil dan menengah (UKM) pada umumnya membuka usahanya di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha kecil dan menengah (UKM) pada umumnya membuka usahanya di bidang makanan dan minuman seperti usaha membuka tempat makan (restoran/rumah makan), camilan dan kuliner
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengaruh globalisasi perdagangan pangan sudah mulai meluas ke berbagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pengaruh globalisasi perdagangan pangan sudah mulai meluas ke berbagai negara termasuk Indonesia. Ditinjau dari aspek keamanan pangan, globalisasi tersebut dapat memperbesar
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di lokasi perusahaan Bintang Gorontalo dan waktu
22 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di lokasi perusahaan Bintang Gorontalo dan waktu penelitian dimulai pada bulan April 2013 sampai bulan Juni 2013. B.
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengumpulan Data Defenisi Operasional Penelitian
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Seram Bagian Barat Provinsi Maluku, dimana responden petani dipilih dari desa-desa penghasil HHBK minyak kayu putih,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Saat ini, plastik banyak digunakan sebagai kemasan makanan dan minuman.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini, plastik banyak digunakan sebagai kemasan makanan dan minuman. Ada berbagai alasan sehingga orang menggunakan kemasan plastik sebagai pembungkus pada makanan
Lebih terperinciA. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Seiring era perdagangan bebas sekarang ini berbagai jenis kosmetik beredar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring era perdagangan bebas sekarang ini berbagai jenis kosmetik beredar di pasaran dengan berbagai kegunaan dari berbagai merk. Produk-produk kosmetik yang merupakan
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 038 TAHUN 2016
PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 038 TAHUN 2016 TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN PANGAN SEGAR HASIL PERTANIAN DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB II DESKRIPSI INDUSTRI
BAB II DESKRIPSI INDUSTRI 2.1. Pengertian Suplemen Makanan Menurut Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), suplemen makanan adalah produk yang dimaksudkan untuk melengkapi kebutuhan zat gizi, memelihara,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Tanaman Obat Keluarga (TOGA) adalah tanaman hasil budidaya rumahan yang berkhasiat sebagai obat. Obat adalah suatu bahan atau panduan bahanbahan yang dimaksudkan untuk
Lebih terperinciII. KETENTUAN HUKUM TERKAIT KEAMANAN PANGAN. A. UU Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
II. KETENTUAN HUKUM TERKAIT KEAMANAN PANGAN A. UU Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 dalam BAB XA mengenai Hak Asasi Manusia pada pasal
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengawasan merupakan tindakan yang bersifat mengawasi yang dilakukan oleh
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengawasan 2.1.1 Pengertian Pengawasan Pengawasan merupakan tindakan yang bersifat mengawasi yang dilakukan oleh aparat pemerintah terhadap warganya. Proses pengamatan pelaksanaan
Lebih terperinciGUBERNUR SUMATERA BARAT
GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PANGAN SEGAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengobatan Sendiri 1. Definisi dan Peran Pengobatan sendiri atau swamedikasi yaitu mengobati segala keluhan pada diri sendiri dengan obat-obat yang dibeli bebas di apotik atau
Lebih terperinciPENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN
PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN UMUM Terciptanya perdagangan pangan yang jujur dan bertanggung jawab merupakan salah satu tujuan penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gizi dan mempunyai bentuk yang menarik, akan tetapi juga harus aman dalam arti
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kehidupannya, makhluk hidup membutuhkan makanan, karena dari makanan manusia mendapatkan berbagai zat yang diperlukan oleh tubuh untuk dapat bekerja dengan optimal.
Lebih terperinciVI. ANALISIS STRATEGI BISNIS
VI. ANALISIS STRATEGI BISNIS Kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan Inkopas Sejahtera dalam menjalankan usahanya adalah melakukan kegiatan pembelian dan penjualan. Kegiatan pembelian dilakukan perusahaan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA Keamanan Pangan
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keamanan Pangan Keamanan pangan merupakan kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu,
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TENGAH
DRAFT GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR... TENTANG JEJARING KEAMANAN PANGAN DAERAH (JKPD) PROVINSI JAWA TENGAH GUBERNUR JAWA TENGAH Menimbang : a. bahwa berdasarkan Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang tidak memenuhi syarat, dan terhadap kerugian sebagai akibat produksi,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang undang kesehatan RI No. 23 pasal 10 tahun 1992 menyebutkan bahwa peningkatan dan pemantapan upaya kesehatan diselenggarakan melalui 15 macam kegiatan, salah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Industri Farmasi 1. Pengertian Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 245/MenKes/SK/V/1990 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pemberian Izin
Lebih terperinciOleh L.P Hadena Hoshita Adiwati Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana
PENYELESAIAN SENGKETA TERHADAP PENGGUNAAN OBAT TRADISIONAL YANG MENGANDUNG BAHAN KIMIA BERBAHAYA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN Oleh L.P Hadena Hoshita Adiwati
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satu kepentingan yang sama yaitu untuk memperoleh laba. Perusahaan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan yang memasuki persaingan dalam dunia bisnis mempunyai satu kepentingan yang sama yaitu untuk memperoleh laba. Perusahaan yang memproduksi
Lebih terperinciBADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN
Lebih terperinciNOVIYANTI MANAJEMEN EKONOMI Penerapan Strategi Pemasaran Dalam Konsep Sisitem Multi Level Marketing Pada PT IFARIA GEMILANG
NOVIYANTI 15210087 MANAJEMEN EKONOMI 2013 Penerapan Strategi Pemasaran Dalam Konsep Sisitem Multi Level Marketing Pada PT IFARIA GEMILANG Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan selalu berusaha agar produknya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Antibiotik merupakan obat yang penting digunakan dalam pengobatan infeksi akibat bakteri (NHS, 2012). Antibiotik dan obat-obat sejenisnya yang disebut agen antimikrobial,
Lebih terperinciANALISIS STRATEGI PEMASARAN OBAT HERBAL BIOMUNOS PADA PT. BIOFARMAKA INDONESIA, BOGOR
ANALISIS STRATEGI PEMASARAN OBAT HERBAL BIOMUNOS PADA PT. BIOFARMAKA INDONESIA, BOGOR Oleh : Surya Yuliawati A14103058 Dosen : Dr. Ir. Heny K.S. Daryanto, M.Ec PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS
Lebih terperinciBAB II TEORI PENGAWASAN TERHADAP PRODUKSI OBAT TRADISIONAL DALAM PERSPEKTIF NEGARA HUKUM
23 BAB II TEORI PENGAWASAN TERHADAP PRODUKSI OBAT TRADISIONAL DALAM PERSPEKTIF NEGARA HUKUM A. Teori Negara Hukum Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 menyebutkan,
Lebih terperinciDEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010
STRATEGI PENGEMBANGAN PASAR TRADISIONAL DI KOTA MEDAN (Kasus :Pasar tradisional Sei Kambing Kec. Medan Helvetia, Pajak Pagi Pasar Lima Padang Bulan Kec. Medan Baru Kota Medan) SKRIPSI OLEH : EKO ARISTON
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. untuk mendapatkan data melakukan analisa-analisa sehubungan dengan tujuan
36 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data melakukan analisa-analisa sehubungan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ketersediaan obat bagi masyarakat merupakan salah satu komitmen pemerintah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketersediaan obat bagi masyarakat merupakan salah satu komitmen pemerintah dalam melaksanakan pelayanan kesehatan masyarakat. Kesehatan merupakan hak asasi
Lebih terperinciPERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 27 TAHUN 2017 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 27 TAHUN 2017 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS
Lebih terperinci2016, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Ne
No. 887, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPOM. Klaim. Pangan Olahan. Label dan Iklan. pengawasan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PENGAWASAN
Lebih terperinciTheresia Ronny Andayani Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat
Theresia Ronny Andayani Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat Jakarta, 10 April 2015 Outline Paparan 1. Kerangka pikir penyelenggaranaan pangan 2. Pengawasan Makanan dalam RPJMN 2015-2019 3. Gambaran
Lebih terperinciPERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN (Studi tentang Pembinaan dan Pengawasan Obat Tradisional Hasil Industri Kecil Obat Tradisional oleh Dinas Kesehatan dan Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintah dalam memberikan perlindungan terhadap warga negaranya dari berbagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan masyarakat merupakan program kesejahteraan yang harus diwujudkan pemerintah dalam memberikan perlindungan terhadap warga negaranya dari berbagai persoalan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. turun-temurun, berdasarkan resep nenek moyang, adat-istiadat, kepercayaan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Obat tradisional adalah obat-obatan yang diolah secara tradisional, turun-temurun, berdasarkan resep nenek moyang, adat-istiadat, kepercayaan, atau kebiasaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tergantung pada perilaku konsumennya (Tjiptono, 2002). konsumen ada dua hal yaitu faktor internal dan eksternal.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan produk saat ini merupakan sebuah dampak dari semakin banyak dan kompleksnya kebutuhan manusia. Dengan dasar tersebut, maka setiap perusahaan harus memahami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sehat merupakan salah satu hal terpenting dalam hidup. Bebas dari segala penyakit
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sehat merupakan salah satu hal terpenting dalam hidup. Bebas dari segala penyakit merupakan impian dari setiap orang. Namun untuk menjaganya perlu dilakukan tindakan
Lebih terperinciVI. ANALISIS SIKAP DAN PREFERENSI KONSUMEN MINUMAN PROBIOTIK (YAKULT DAN VITACHARAM)
VI. ANALISIS SIKAP DAN PREFERENSI KONSUMEN MINUMAN PROBIOTIK (YAKULT DAN VITACHARAM) Analisis sikap dan preferensi konsumen diukur dengan menggunakan analisis multiatribut fisbhein. Model ini mencakup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1.
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Di Indonesia, Usaha Kecil Menengah (UKM) memiliki peranan penting dalam lajunya perekonomian masyarakat. UKM sangat berperan dalam peningkatan lapangan pekerjaan.
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal Indentifikasi faktor internal dan eksternal sangat dibutuhkan dalam pembuatan strategi. Identifikasi faktor internal
Lebih terperinciBAB III WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB BBPOM DALAM PENGAWASAN TERHADAP DISTRIBUSI OBAT TRADISIONAL DI KOTA BANDUNG
35 BAB III WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB BBPOM DALAM PENGAWASAN TERHADAP DISTRIBUSI OBAT TRADISIONAL DI KOTA BANDUNG A. Gambaran Umum Kota Bandung Kota Bandung terletak di antara 107 36 Lintang Selatan,
Lebih terperinciLampiran 1. Kuesioner Penelitian Kuesioner Penelitian
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian Kuesioner Penelitian Kuesioner ini merupakan instrument dalam penelitian berjudul Analisis Perbedaan Sikap Konsumen Terhadap Pemilihan Atribut Produk Merek Pond s Dengan
Lebih terperinci