BAB II TINJAUAN PUSTAKA
|
|
- Sudomo Budiono
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Spinal cord injury atau cedera medula spinalis adalah trauma atau kerusakan dari medula spinalis yang mengakibatkan gangguan fungsional baik sementara atau permanen pada fungsi motorik, sensorik atau otonom. 1 Trauma medulla spinalis dapat terjadi bersamaan dengan trauma pada tulang belakang yaitu terjadinya fraktur pada tulang belakang, ligamentum longitudainalis posterior dan duramater bisa robek, bahkan dapat menusuk kekanalis vertebralis serta arteri dan vena-vena yang mengalirkan darah ke medula spinalis dapat ikut terputus. 1 Medulla Spinalis merupakan bagian dari Susunan Saraf Pusat. saraf yang tipis yang merupakan perpanjangan dari sistem saraf pusat dari otak dan dilindungi oleh tulang belakang Terbentang dari foramen magnum sampai dengan L1, di L1 melonjong dan agak melebar yang disebut conus terminalis atau conus medullaris. 2 Fungsi utama medulla spinalis adalah transmisi pemasukan rangsangan antara perifer dan otak. Terdapat 31 pasang saraf spinal; 8 pasang saraf servikal, 12 pasang saraf thorakal, 5 pasang saraf lumbal, 5 pasang saraf sacral dan 1 pasang saraf coxigeal. Akar saraf lumbal dan sacral terkumpul yang disebut dengan Cauda Equina. Setiap pasangan saraf keluar melalui intervertebral foramina. Saraf spinal dilindungi oleh tulang vertebra dan ligamen dan juga oleh meningen spinal dan CSF. 2 1
2 Gambar 1. Gambaran secara posterior Kolumna vertebralis Gambar dikutip dari : Snell RS. Chapter 4. The spinal cord and the ascending and descending tracts. In Snell RS. Clinical Neuroanatomy. 7 th Edition. Lippincott William & Willkis, Philadelphia B. Etiologi Sejak tahun 2005 etiologi utama CMS adalah Kecelakaan lalu lintas (39,2%), terjatuh (28,3%), kekerasan atau luka tembak (14,6%), olahraga (terutama diving 8,2%) akibat lainnya ( 9,7%). 3 Cedera sumsum tulang belakang terjadi akibat patah tulang belakang dan terbanyak mengenai daerah servikal dan lumbal. Cedera terjadi akibat hiperfleksi, hiperekstensi, kompressi, atau rotasi tulang belakang. Didaerah torakal tidak banyak terjadi karena terlindung dengan struktur toraks. Fraktur dapat berupa patah tulang sederhana, kompresi, kominutif, dan dislokasi, sedangkan kerusakan pada sumsum tulang belakang dapat berupa memar, contusio, kerusakan melintang, laserasi dengan atau tanpa gangguan peredaran darah, atau perdarahan. 3,4 Kelainan sekunder pada sumsum belakang dapat disebabkan hipoksemia dan iskemia. Iskemia disebabkan hipotensi, oedema, atau kompressi. Perlu 2
3 diketahui bahwa kerusakan pada sumsum tulang belakang merupakan kerusakan yang permanen karena tidak akan terjadi regenerasi dari jaringan saraf. Pada fase awal setelah trauma tidak dapat dipastikan apakah gangguan fungsi disebabkan oleh kerusakan yang sebenarnya dari jaringan saraf atau disebabkan oleh tekanan, memar, atau oedema. 4 C. Patofisiologi Tulang belakang yang mengalami gangguan trauma dapat menyebabkan kerusakan pada medulla spinalis, tetapi lesi traumatik pada medulla spinalis tidak selalu terjadi karena fraktur dan dislokasi. 3 Efek trauma yang tidak langsung bersangkutan tetapi dapat menimbulkan lesipada medulla spinalis disebut whiplash/trauma indirek, ini adalah gerakan dorsopleksi dan anterofleksi berlebihan dari tulang belakang secara cepat dan mendadak. Trauma whiplas terjadi pada tulang belakang bagian servikalis bawah maupun torakalis bawah misal, pada waktu duduk dikendaraan yang sedang berjalan cepat kemudian berhenti secara mendadak. Atau pada waktu terjun dari jarak tinggi menyelam dan masuk air yang dapat mengakibatkan paraplegia. Trauma tidak langsung dari tulang belakang berupa hiperekstensi, hiperfleksi,tekanan vertical (terutama pada T.12 ampai L.2), rotasi. Kerusakan yang dialami medulla spinalis dapat bersifat sementara atau menetap. Akibat trauma terhadap tulang belakang, medula spinalis dapat tidak berfungsi untuk sementara (komosio medulla spinalis), tetapi dapat sembuh kembali dalam beberapa hari. Gejala yang ditimbulkan adalah berupa oedema, perdarahan peri vaskuler dan infark disekitar pembuluh darah. 4 Pada kerusakan medulla spinalis yang menetap, secara makroskopis kelainannya dapat terlihat dan terjadi lesi, contusio, laserasio dan pembengkakan daerah tertentu di medulla spinalis. Laserasi medulla spinalis merupakan lesi berat akibat trauma tulang belakang secara langsung karena tertutup atau peluru yang dapat mematahkan /menggeserkan ruas tulang belakang (fraktur dan dislokasi). lesi transversa medulla spinalis 3
4 tergantung pada segmen yang terkena (segmen transversa, hemitransversa, kuadrantransversa). 4 Hematomielia adalah perdarahan dalam medulla spinalis yang berbentuk lonjong dan bertempat di substansia grisea. Trauma ini bersifat whiplash yaitu jatuh dari jarak tinggi dengan sifat badan berdiri, jatuh terduduk, terdampar eksplosi atau fraktur dislokasio. Kompresi medulla spinalis terjadi karena dislokasi medulla spinalis dapat terjepit oleh penyempitan kanalis vertebralis. 4 Suatu segmen medulla spinalis dapat tertekan oleh hematoma ekstra meduler traumatic dan dapat juga tertekan oleh kepingan tulang yang patah yang terselip diantara duramater dan kolumna vertebralis. 4 Gejala yang didapat sama dengan sindroma kompresi medulla spinalis akibat tumor, kista dan abses didalam kanalis vertebralis. Akibat hiperekstensi dislokasio, fraktur dan whislap radiks saraf spinalis dapat tertarik dan mengalami jejas/reksis. Pada trauma whislap, radiks colmna 5-7 dapat mengalami hal demikian, dan gejala yang terjadi adalah nyeri radikuler spontan yang bersifat hiperpatia, gambaran tersbut disebut hematorasis atau neuralgia radikularis traumatik yang reversible. Jika radiks terputus akibat trauma tulang belakang, maka gejala defisit sensorik dan motorik yang terlihat adalah radikuler dengan terputusnya arteri radikuler terutama radiks T.8 atau T.9 yang akan menimbulkan defisit sensorik motorik pada dermatoma dan miotoma yang bersangkutan dan sindroma sistema anastomosis anterial anterior spinal. 5 4
5 Gambar 2.tingkat SCI Gambar dikutip dari : Snell RS. Chapter 4. The spinal cord and related disease. In Snell RS. Clinical Neurology and neurosurgery. 7 th Edition. Lippincott William & Willkis, Philadelphia Tiap lesi di medula spinalis yang merusak daerah jaras kortikospinal lateral dapat menimbulkan kelumpuhan upper motor neuron (UMN) pada otototot bagian tubuh yang terletak dibawah tingkat lesi. Bila lesi bilateral atau transversal medula spinalis di bawah tingkat servical maka dapat muncul suatu paraplegi spastik, bila lesinya di tingkat servical maka akan muncul suatu tetraplegi spastik. Paraplegi dan tetraplegi spastik dapat terjadi secara tiba-tiba atau akut yang disebabkan oleh dislokasi atau fraktur tulang belakang akibat trauma atau lesi vaskuler seperti: trombosis arteri spinalis, hematomielia, aneurisma aorta disektans. Paraplegia atau tetraplegi spastik pada anak-anak pada umumnya merupakan gejala cerebral palsy atau manifestasi penyakit herediter yang menyertai keterbelakangan mental. Paraplegia atau tetraplegi spastik yang berkembang secara sedikit demi sedikit dalam jangka waktu yang bertahun-tahun biasanya disebabkan oleh Amyotrophic Lateral Sclerosis (ALS), biasanya disertai defisit sensorik pada permukaan tubuh yang terletak dibawah lesi, bahkan sebagian besar dapat terjadi gangguan miksi dan defekasi 5
6 Gambar 3. Mekanisme cedera flexi dan dislokasi dari C5-C6 dengan robekan pada interspinosus dan posterior longitudinl ligaments, kapsul fecet, dan diskus intervertebralis posterior. Gambar dikutip dari : Frieberg Magge SN, Chapter 60. Trauma to the Spine and Spinal Cord. In : Jones HR. Srinivasan J. Neurology. 6
7 Gambar 4. Mekanisme cedera anterofleksi Gambar dikutip dari : Sheerin F. Spinal Cord Injury : Causation and Pathophysiology. Emerg Nurse Gambar 5. Mekanisme trauma Hiperekstensi Gambar dikutip dari : Sheerin F. Spinal Cord Injury : Causation and Pathophysiology. Emerg Nurse
8 Gambar 6. Patofisiologi syock neurogenic Gambar dikutip dari : Sheerin F. Spinal Cord Injury : Causation and Pathophysiology. Emerg Nurse D. Gambaran Klinis Gambaran klinik tergantung pada lokasi dan besarnya kerusakan yang terjadi. Kerusakan meningitis lintang memberikan gambaran berupa hilangnya fungsi motorik maupun sensorik kaudal dari tempat kerusakan disertai shock spinal. shock spinal terjadi pada kerusakan mendadak sumsum tulang belakang karena hilangnya rangsang yang berasal dari pusat. Peristiwa ini umumnya berlangsung selama 1-6 minggu, kadang lebih lama. Tandanya adalah kelumpuhan flasid, anastesia, refleksi, hilangnya fersfirasi, gangguan fungsi rectum dan kandung kemih, triafismus, bradikardia dan hipotensi. Setelah shock spinal pulih kembali, akan terdapat hiperrefleksi terlihat pula 8
9 pada tanda gangguan fungsiotonom, berupa kulit kering karena tidak berkeringat dan hipotensi ortostatik serta gangguan fungsi kandung kemih dan gangguan defekasi Sindrom sumsum belakang bagian depan menunjukkan kelumpuhan otot lurik dibawah tempat kerusakan disertai hilangnya rasa nyeri dan suhu pada kedua sisinya,sedangkan rasa raba dan posisi tidak terganggu. 4 Cedera sumsum belakang sentral jarang ditemukan. Keadaan ini pada umumnnya terjadi akibat cedera didaerah servikal dan disebabkan oleh hiperekstensi mendadak sehingga sumsum tulang belakang terdesak dari dorsal oleh ligamentum flavum yang terlipat. 5 Cedera tersebut dapat terjadi pada orang yang memikul barang berat diatas kepala, kemudian terjadi gangguan keseimbangan yang mendadak sehingga beban jatuh dan tulang belakang sekonyong-konyong dihiperekstensi. Gambaran klinik berupa tetraparese parsial. Gangguan pada ekstremitas atas lebih ringan daripada ekstremitas atas sedangkan daerah perianal tidak terganggu. Kerusakan tulang belakang setinggi vertebra lumbal 1 & 2 mengakibatkan anaestesia perianal, gangguan fungsi defekasi, miksi, impotensi serta hilangnya refleks anal dan refleks bulbo kafernosa. 6 E. Diagnosa Evaluasi klinis pada pasien dengan CMS membutuhkan penilaian status neurologis lengkap, namun serupa dengan pasien trauma lainnya evaluasi klinis awal dilakukan Observasi primer. Pada observasi primer, ABC (airway, Breathing, Circulation) dinilai terlebih dahulu. Setelah ketiga aspek tersebut dinilai stabil, maka penilaiian status neurologis dilaksanakan. 7 Dugaan adanya CMS didapatkan melalui anamnesis yang menyeluruh baik mengenai mekanisme trauma dan gejala yang berhubungan dengan trauma pada daerah spinal (umumnya nyeri) dan adanya defisit motorik ata sensorik. CMS akut diduga apabila adanya ditemukan gejala otonom (retensio urin, konstipasi, ileus, hipotermia, hipotensi, bradikardia) defisit motorik 9
10 (hemiplegia, tetraplegia, paraplegia) dan sensorik (hemiestesia, hemihipestesia). 7 Gambar 6. Metode ASIA dalam mengklasifikasikan CMS Gambar dikutip dari : Krishblum et all. International standars for neurological classification of spinal cord injury
11 F. Pemeriksaan Penunjang 1. Laboratorium 2. Radiologi Foto vertebra sesuai letak kesi (posisi lateral dan anteroposterior yang merupakan pemeriksaan yang fundamental untuk mendiagnosa cedera spinal) CT Scan/MRI (jauh lebih superior dibandingkan x-ray karena dapat melihat potongan sagittal, koronal) Dilakukan jika dengan hasil foto radiologi meragukan atau bila akan dilakukan tindakan operatif EKG Bila terdapat aritmia jantung G. Penatalaksanaan Penatalaksanaan trauma medulla spinalis Manajemen pre hospital 1. Stabilisasi manual 2. Membatasi fleksi dan gerakan lain 3. Penanganan mobilitas Manajemen di unit gawat darurat (UGD) 1. A (airway) : menjaga jalan nafas agar tetap lapang 2. B (breathing) mengatasi gangguan pernafasan, lakukan intubasi bila adanya cedera medulla spinalis cervikal atas. 3. C (circulation) memperhatikan tanda-tanda hipotensi, harus dibedakan antara syock hipovolemik (hipotensi, takikardi, akral dingin). Syock neurogenik (hipotensi, bradikardi, ekstremitas hangat/ kering. 4. Selanjutnya 5. A. Pasang kateter untuk monitor hasil urin 6. B. pasang pipa nasogastrictube Pemeriksaan umum 1. Jika ada fraktur kolumna vertebralis cervikalis segera fiksasi leher dengan memasang collar neck. 11
12 2. Jika ada fraktur kolumna vertebralis torakalis, angkat pasien dalam keadaaan terlungkup lakukan fiksasi torakal dengan torakolumbal brace. 3. Fraktur dalam lumbal, fiksasi lumbal dengan korset lumbal. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan 1. Laboratorium darah lengkap, urine lengkap, gula darah sewaktu, ureum, kreatinin, AGDA. 2. Radiologi : foto vertebra posisi AP/Lateral sesuai letak lesi. 3. CT Scan / MRI bila foto konvensional meragukan. Penggunaan kortikosteroid Pemberian Methilprednisolone dosis tinggi (bolus 30 mg/kgbb dalam 15 menit kemudian dilanjutkan 5,4 mg/kg BB dalam 23 jam) yang dimulai seteah 8 jam setelah CMS tertutup dapat meningkatkan prognosis neurologis pasien. Suatu penelitian Studi NASCIS menambahkan bahwa terapi methilprednisolon yang dimulai dalam 3 jam setelah trauma harus dilanjutkan selama 24 jam, sedangkan yang dimulai antara 3-8 jam pasca trauma harus dilanjutkan selama 48 jam. Consortium for Spinal Cord Medicine tidak merekomendasikan penggunaan neuroprotektan jenis apapun (steroid, ganglioside GM-1, Gacyclidine, tirilazad dan naloxone) karena bukti klinis belum didapatkan secara definit. 6,7,9 Manajemen diruang rawat 1. Perawatan umum a. Lanjutkan A,B,C sesuai keperluan b. Usahakan suhu badan tetap normal c. Jika ada gangguan miksi pasang kateter dan jika ada gangguan defekasi berikan laksan/klisma. 2. medikamentosa a. lanjutkan pemberian Methylprednisolon (mencegah proses sekunder) b. antispspastitas otot sesuai keadaan klinis c. analgetik d. mencegah dekubitus e. mencegah trombosis vena dalam, dengan stocking khusus, dan pemberian antikoagulan. 12
13 f. Mencegah proses sekunder dengan pemberian antioksidan g. Terapi obat sesuai indikasi Penanganan spesifik untuk komplikasi SCI A. Sistem Respiratorius Apabila lesi cukup tinggi setingkat C5 keatas (daerah servikal dimana terdapat pula kelumpuhan pernapasan pentaplegia), maka resusitasi dan kontrol resprasion diperlukan. Sebaiknya pada lesi diatas C5 dilakukan intubasi. 9 B. Sistem kardiovakular Kemungkinan pada CMS terjadi syok neurogenik akibat syok spinal, biasanya syok neurogenik terjadi bila lesi pada T6 akibat hilangnya tonus simpatis. Hilangnya tonus tersebut mengakibatkan vasolidasi dan bradikardi yang mengakibatkan syok. Syok pada CMS harus dibedakan pada syok hipovolemik dan neurogenik karena apabila syok neurogenik diberikan terlalu bayak cairan dapat me yebabkan edema paru. Penatalaksanaan syok neurogenik antara lain pemberian cairan IV, vasopresor dengan karakteristik alpha dan beta adrenergik (epinfrin, norepinefrin, dan dopamine). 9 C. Kulit Perawatan posisi berganti dapat mencegah timbulnya decubitus yaitu dengan cara miring kanan kiri telentang dan telungkup. 9 D. Anggota gerak Karena kelainan saraf maka timbul pula posisi sendi akibat inbalance Kekuatan otot. Pencegahan ditujukan terhadap timbulnya kontraktur sendi dengan melakukan fisioterapi, latihan dan pergerakan sendi serta meletakkan anggota dalam posisi netral. 9 E. Trakstrus urinarius Untuk ini perlu apakah ganggua saraf menimbulkan gejala UMN dan LMN terhadap vesika urinaria, karenanya maka kateterisasi perlu dikerjakan dengan baik, agar tidak menimbulkan infeksi. 9 F. Trakstrus digestivus Menjamin kelancaran defekasi dapat dikerjakan secara manual. Lesi diatas T12 dapat mengakibatkan hiperrefleksia dan spastik sfingter ani. 13
14 Sedangkan lesi dibawahnya dapat mengakibatkan arrefleksia dan flaccid dari sfingter ani Terapi reduksi non-operatif dan operatif Setelah parameter sistemik sudah stabil, maka perhatikan stabilisasi dari tulang belakang dan medulla spinalis. Setiap CMS yang tidak stabil harus distabilkan untuk mencegah kerusakan lebih lanjutakibat pergerakan dan juga yang melepaskan kompresi medulla spinalis. Pasien dengan trauma cervikal dapat ditangani dengan menggunakan skeletal traction untuk mereduksi dislokasi. 10 Gambar 7. Halo traction Gambar dikutip dari : Frieberg Magge SN, Chapter 60. Trauma to the Spine and Spinal Cord. In : Jones HR. Srinivasan J. Neurology Gambar 8. Gardner- well tongs 14
15 Gambar dikutip dari : Frieberg Magge SN, Chapter 60. Trauma to the Spine and Spinal Cord. In : Jones HR. Srinivasan J. Neurology Cedera medula spinalis pada daerah torakolumbal terjadi karena gaya fleksi rotasi, maka penanganan dapat dilakukan konservatif pada daera tersebut dengan postural reduction diranjang. 15
16 Gambar dikutip dari : Frieberg Magge SN, Chapter 60. Trauma to the Spine and Spinal Cord. In : Jones HR. Srinivasan J. Neurology DAFTAR PUSTAKA 1. Blumenfeld H Neuroanatomy through clinical cases. Sanauer: Assiciates. Inc. pp.23-36, Consortium Member Organizations and Steering Committee Representatives Early acute management in adults with spinal cord injury: A clinical practice guideline for health-care professionals. 4. The Journal Of Spinal Cord Medicine. 31(4); DeGroot J, Chusid JG Corelative neuroanatomy. Jakarta: EGC. hlm Evans R Neurology and trauma.. Philadelphia: W.B. Saunders Company. pp
17 7. Felten DL, Jozefowicz RF Netter s atlas of human neuroscience. USA: MediMedia. Inc. pp Hurlbert RJ Strategies of medical intervention in the management of acute spinal cord injury. 9. The Journal Of Spinal Cord Medicine. 3(1); Perhimpunan Dokter Spesialis saraf Indonesia (PERDOSSI) Konsensus nasional penanganan trauma kapitis dan trauma spinal. Jakarta: PERDOSSI. hlm Mardjono M, Sidharta P
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. Anatomi Medula Spinalis Medulla spinalis adalah saraf yang tipis yang merupakan perpanjangan dari sistem saraf pusat dari otak dan melengkungi serta dilindungi oleh tulang belakang.
Lebih terperinciCEDERA SPINAL DANIEL, PUTU DEASY, APRIL, MURNI, DESI, JERRY, DAVID, HERNA, SARI, VANI, OCTA, ESTER,
CEDERA SPINAL DANIEL, PUTU DEASY, APRIL, MURNI, DESI, JERRY, DAVID, HERNA, SARI, VANI, OCTA, ESTER, Medula Spinalis Medula spinalis merupakan bagian dari susunan saraf pusat Kendali untuk sistem gerak
Lebih terperinciCedera medulla spinalis yang disebabkan trauma terjadi karena : Axial loading Hiperfleksi Hiperekstensi Rotasi Lateral bending
Cedera medulla spinalis adalah cedera pada medulla spinalis yang dapat mempengaruhi fungsi motorik, sensorik, dan otonom. Perubahan ini dapat sementara atau permanen. Cedera medulla spinalis paling banyak
Lebih terperinciFakultas Kedokteran Universitas Lampung
MYELOPATI E.C. FRAKTUR KOMPRESI VERTEBRA LUMBAL 1 Sina MI, S.Ked 1) 1) Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung Abstrak Latar Belakang. Cedera pada tulang belakang baik langsung maupun tidak langsung,
Lebih terperinciCedera Spinal / Vertebra
Cedera Spinal / Vertebra Anatomi 7 Servikal Anterior 12 Torakal Posterior 5 Lumbal Sakral Anatomi Posterior Anterior Motorik Cedera Spinal Sensorik Otonom Susunan Syaraf ke Ekstremitas Plexus Brachialis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan termasuk salah satunya di bidang kesehatan. Pembangunan di bidang
BAB I PENDAHULUAN Pembangunan Nasional adalah pembangunan yang meliputi segala aspek kehidupan termasuk salah satunya di bidang kesehatan. Pembangunan di bidang kesehatan, pada hakekatnya adalah untuk
Lebih terperinciBUKU AJAR SISTEM NEUROPSIKIATRI
1 BUKU AJAR SISTEM NEUROPSIKIATRI Judul mata Kuliah : Neuropsikiatri Standar Kompetensi : Area Kompetensi 5 : Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran Kompetensi dasar : Menerapkan ilmu Kedokteran klinik pada sistem
Lebih terperinciProgram Studi Ilmu keperawatan
LAPORAN MATA KULIAH KEPERAWATAN TRAUMA TRAUMA MEDULA SPINALIS Dikerjakan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Keperawatan Trauma Disusun oleh : Kelas 3A Program Studi Ilmu keperawatan SEKOLAH TINGGI
Lebih terperinciPENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA POST OPERASI FRAKTUR KOMPRESI VERTEBRA THORAKAL XII LUMBAL 1 dengan FRANKLE A
PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA POST OPERASI FRAKTUR KOMPRESI VERTEBRA THORAKAL XII LUMBAL 1 dengan FRANKLE A Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Ahli Madya Fisioterapi Disusun Oleh:
Lebih terperinciHEMISEKSI MEDULA SPINALIS
HEMISEKSI MEDULA SPINALIS Author : Yayan A. Israr, S. Ked Faculty of Medicine University of Riau Arifin Achmad General Hospital of Pekanbaru Pekanbaru, Riau 2008 1 Avaliable in : Files of DrsMed FK UNRI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hakekat pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan
1 BAB I PENDAHULUAN Hakekat pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang dalam rangka mewujudkan derajad kesehatan yang optimal sebagai
Lebih terperincidisebabkan internal atau eksternal trauma, penyakit atau cedera. 1 tergantung bagian neurogenik yang terkena. Spincter urinarius mungkin terpengaruhi,
Fungsi normal kandung kemih adalah mengisi dan mengeluarkan urin secara terkoordinasi dan terkontrol. Aktifitas koordinasi ini diatur oleh sistem saraf pusat dan perifer. Neurogenic bladdre adalah keadaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara. Dalam pembukaan UUD 1945 tercantum bahwa cita cita bangsa yang
BAB I PENDAHULUAN Pembangunan Nasional merupakan upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. Dalam pembukaan UUD 1945 tercantum bahwa cita cita
Lebih terperinciKARYA TULIS ILMIAH. Oleh : AJENG PUSPITASARI PUTRI J
KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PARAPLEGI KARENA POST OPERASI BURST FRAKTUR VERTEBRA THORAKAL XII FRANKLE A DI RSO Dr. SOEHARSO SURAKARTA Oleh : AJENG PUSPITASARI PUTRI J10007007 Diajukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. langsung, kelelahan otot, atau karena kondisi-kondisi tertentu seperti
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan kota-kota di Indonesia telah mencapai tingkat perkembangan kota yang pesat dan cukup tinggi. Kecelakan merupakan salah satu faktor penyebab kematian terbesar
Lebih terperinciAsuhan Keperawatan Spinal Cord Injury (SCI)
Asuhan Keperawatan Spinal Cord Injury (SCI) A. Definisi Cedera tulang belakang adalah cedera mengenai cervicalis, vertebralis dan lumbalis akibat trauma; jatuh dari ketinggian, kecelakakan lalu lintas,
Lebih terperinciBAHAN AJAR VIII ACUTE MEDULLA COMPRESSION. Nama Mata Kuliah/Bobot SKS : Sistem Neuropsikiatri / 8 SKS
1 BAHAN AJAR VIII ACUTE MEDULLA COMPRESSION Nama Mata Kuliah/Bobot SKS : Sistem Neuropsikiatri / 8 SKS Standar Kompetensi : area kompetensi 5: landasan ilmiah kedokteran Kompetensi Dasar : menerapkan ilmu
Lebih terperinciTrauma Lahir. dr. R.A.Neilan Amroisa, M.Kes., Sp.S Tim Modul Tumbuh Kembang FK Unimal 2009
Trauma Lahir dr. R.A.Neilan Amroisa, M.Kes., Sp.S Tim Modul Tumbuh Kembang FK Unimal 2009 Jenis trauma lahir 1. Trauma lahir pada kepala Ekstrakranial Intrakranial 2. Trauma Medulla Spinalis 3. Trauma
Lebih terperinciFRAKTUR TIBIA DAN FIBULA
FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA Fraktur tibia umumnya dikaitkan dengan fraktur tulang fibula, karena gaya ditransmisikan sepanjang membran interoseus fibula. Kulit dan jaringan subkutan sangat tipis pada bagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Penulisan
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penulisan Trauma medulla spinalis adalah suatu kerusakan fungsi neurologis yang disebabkan seringkali oleh kecelakaan lalu lintas. Apabila cedera itu mengenai daerah
Lebih terperinciSTRUKTUR ANATOMI TULANG BELAKANG
POTT S DISEASE POTT S DISEASE? Pott s disease atau Spondilitis tuberkulosis merupakan salah satu penyakit tertua pada manusia, ditemukan pada mumi kuno di Mesir dan Peru. Percival Pott menunjukkan gambaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam menjalankan kehidupan sehari-harinya seorang individu memerlukan interaksi atau dengan kata lain memerlukan suatu hubungan sosial dengan masyarakat disekitarnya,
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN TRAUMA MEDULA SPINALIS
LAPORAN PENDAHULUAN TRAUMA MEDULA SPINALIS I. Konsep Dasar Teori A. Pengertian 1. Trauma Medulla Spinalis adalah Trauma yang terjadi pada jaringan medulla spinalis yang dapat menyebabkan fraktur atau pergeseran
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TRAUMA SPINAL DAN SERVIKAL
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TRAUMA SPINAL DAN SERVIKAL A. KONSEP DASAR PENYAKIT 1. DEFINISI Cedera tulang belakang adalah cedera mengenai cervicalis, vertebralis dan lumbalis akibat trauma ;
Lebih terperinciLAMPIRAN FORMULIR PERSETUJUN MENJADI RESPONDEN
LAMPIRAN FORMULIR PERSETUJUN MENJADI RESPONDEN HUBUNGN PENGETAHUAN TENTANG TRAUMA KEPALA DENGAN PERAN PERAWAT (PELAKSANA) DALAM PENANGANAN PASIEN TRAUMA KEPALA DI UNIT GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT QADR TANGERANG
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN. PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG
LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG A. DEFINISI CKR (Cedera Kepala Ringan) merupakan cedera yang dapat mengakibatkan kerusakan
Lebih terperinciInstabilitas Spinal dan Spondilolisthesis
Instabilitas Spinal dan Spondilolisthesis Akhmad Imron*) Departemen Bedah Saraf FK.Unpad/RSHS Definisi Instabilitas Spinal : adalah hilangnya kemampuan jaringan lunak pada spinal (contoh : ligamen, otot
Lebih terperinciPENDAHULUAN ETIOLOGI EPIDEMIOLOGI
PENDAHULUAN Hemotoraks adalah kondisi adanya darah di dalam rongga pleura. Asal darah tersebut dapat dari dinding dada, parenkim paru, jantung, atau pembuluh darah besar. Normalnya, rongga pleura hanya
Lebih terperinciAgnesia Naathiq H1A Brown Sequard Syndrome
Agnesia Naathiq H1A012004 Brown Sequard Syndrome Pendahuluan Brown Sequard Syndrome (BSS) merupakan kumpulan gejala yang muncul karena cedera medulla spinalis yang meliputi kelumpuhan atau gangguan neuron
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. motorik maupun sensoris. Di Amerika sekitar 8000 kasus spinal cord injury (SCI)
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Spinal cord injury( SCI) adalah trauma yang menyebabkan kerusakan pada spinal cord sehingga menyebabkan menurunnya atau menghilangnya fungsi motorik maupun sensoris.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. teknologi yang lebih modern masyarakat juga mengalami perubahan dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era yang lebih maju dan berkembang disertai dengan peningkatan teknologi yang lebih modern masyarakat juga mengalami perubahan dan perilaku hidup, hal ini mengakibatkan
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Definisi Traktus Spinotalamikus Anterior Traktus Spinotalamikus Lateral Daftar Pustaka
DAFTAR ISI Definisi 2 Traktus Spinotalamikus Anterior 2 Traktus Spinotalamikus Lateral 4 Daftar Pustaka 8 1 A. Definisi Traktus Spinotalamikus adalah traktus yang menghubungkan antara reseptor tekanan,
Lebih terperincidengan processus spinosus berfungsi sebagai tuas untuk otot-otot dan ligamenligamen
6 ke lateral dan sedikit ke arah posterior dari hubungan lamina dan pedikel dan bersama dengan processus spinosus berfungsi sebagai tuas untuk otot-otot dan ligamenligamen yang menempel kepadanya. Processus
Lebih terperinciKEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 188/ /KEP/408.49/2015 TENTANG
PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Jl. Jend. A. Yani No. 51 (0357) 881410 Fax. 883818 Pacitan 63511 Website : http://rsud.pacitankab.go.id, Email : rsud@pacitankab.go.id KEPUTUSAN DIREKTUR
Lebih terperinciTinjauan Pustaka. Tanda dan Gejala
Tinjauan Pustaka A. Pendahuluan Insiden dari metastasi tulang menempati urutan kedua setelah metastase ke paru-paru dan hati. Frekuensi paling sering pada tulang adalah metastase ke kolumna vertebra. Di
Lebih terperinciREHABILITASI PADA NYERI PUNGGUNG BAWAH. Oleh: dr. Hamidah Fadhil SpKFR RSU Kab. Tangerang
REHABILITASI PADA NYERI PUNGGUNG BAWAH Oleh: dr. Hamidah Fadhil SpKFR RSU Kab. Tangerang SKDI 2012 : LBP Tingkat kompetensi : 3A Lulusan dokter mampu : Membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi pendahuluan
Lebih terperinciMIELOPATI SISTEM NEUROPSIKIATRI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR Supervisor : Dr. dr. Jumraini Tammasse, Sp.
Bahan Ajar 2 MIELOPATI Supervisor : Dr. dr. Jumraini Tammasse, Sp. S (K) SISTEM NEUROPSIKIATRI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2016 PENDAHULUAN Mielopati istilah u/ menggambarkan setiap
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN BURST (FRAKTUR TULANG BELAKANG) DI RUANG PERAWATAN KENANGA (ORTHOPEDI) BLUD RSUD ULIN BANJARMASIN
LAPORAN PENDAHULUAN BURST (FRAKTUR TULANG BELAKANG) DI RUANG PERAWATAN KENANGA (ORTHOPEDI) BLUD RSUD ULIN BANJARMASIN Disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan stage Keperawatan Medikal Bedah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bebas dari kecacatan sehingga untuk dapat melakukan aktivitas dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan satu hal yang sangat penting dalam kehidupan setiap makhluk Tuhan yang ada di dunia ini terutama manusia. Bagi manusia kesehatan mencakup
Lebih terperinciGenoveva dan Kharunnisa ǀ Diagnosis dan Tatalaksana Trauma Medula Spinalis
Diagnosis dan Tatalaksana Trauma Medula Spinalis Genoveva Maditias Dwi Pertiwi, Kharunnisa Berawi Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung Abstrak Trauma medula spinalis adalah cedera pada tulang belakang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan kemajuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang
BAB I PENDAHULUAN Pada dasarnya Pembangunan kesehatan merupakan salah satu dari upaya pembangunan nasional yang ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemajuan hidup sehat bagi setiap orang
Lebih terperinciEMG digunakan untuk memastikan diagnosis dan untuk menduga beratnya sindroma kubital. Juga berguna menilai (8,12) :
Sindrom Kanalis Cubitalis (Cubital Tunnel Syndrome) Kesemutan atau baal biasanya terjadi di jari manis. Atau terjadi di wilayah saraf ulnaris. Gejalanya seperti sindrom ulnaris. Baal biasanya terjadi tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Spondylitis tuberculosis atau yang juga dikenal sebagai Pott s disease
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Spondylitis tuberculosis atau yang juga dikenal sebagai Pott s disease merupakan suatu penyakit yang banyak terjadi di seluruh dunia. Terhitung kurang lebih 3 juta
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, retak atau patahnya tulang yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, retak atau patahnya tulang yang utuh, yang biasanya disebabkan oleh trauma /ruda paksa atau tenaga fisik yang ditentukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyebab utama terjadinya fraktur pada medula spinalis/thorako lumbal. Selain itu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Trauma merupakan keadaan dimana individu mengalami cidera oleh suatu sebab keran kecelakaan baik lalu lintas, olahraga, industri, jatuh dari pohon, dan penyebab utama
Lebih terperinciProfesi _Keperawatan Medikal Bedah_cempaka
PNEUMOTHORAX A. Definisi Pneumotoraks adalah suatu kondisi adanya udara dalam rongga pleura akibat robeknya pleura (Price & Willson, 2003). Pneumotoraks terjadi ketika pleura parietal ataupun visceral
Lebih terperinciAnatomi Vertebra. Gambar 1. Anatomi vertebra servikalis. 2
Anatomi Vertebra Tulang belakang (vertebra) dibagi dalam dua bagian. Di bagian ventral terdiri atas korpus vertebra yang dibatasi satu sama lain oleh discus intervebra dan ditahan satu sama lain oleh ligamen
Lebih terperinciPendahuluan. Cedera kepala penyebab utama morbiditas dan mortalitas Adanya berbagai program pencegahan
HEAD INJURY Pendahuluan Cedera kepala penyebab utama morbiditas dan mortalitas Adanya berbagai program pencegahan peralatan keselamatan sabuk pengaman, airbag, penggunaan helm batas kadar alkohol dalam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas sel tubuh melalui impuls-impuls elektrik. Perjalanan impuls-impuls
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem persarafan terdiri dari otak, medulla spinalis, dan saraf perifer. Struktur ini bertanggung jawab mengendalikan dan mengordinasikan aktivitas sel tubuh melalui
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORITIS
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Definisi Spinal Cord Injury Spinal Cord Injury (SCI) adalah cidera yang terjadi karena trauma spinal cord atau tekanan pada spinal cord karena kecelakaan. Trauma pada tulang
Lebih terperinciDr. Ade Susanti, SpAn Bagian anestesiologi RSD Raden Mattaher JAMBI
Dr. Ade Susanti, SpAn Bagian anestesiologi RSD Raden Mattaher JAMBI Mempunyai kekhususan karena : Keadaan umum pasien sangat bervariasi (normal sehat menderita penyakit dasar berat) Kelainan bedah yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencapai tingkat derajad kesehatan masyarakat secara makro. Berbagai
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Menuju Indonesia Sehat 2010 merupakan program pemerintah dalam mencapai tingkat derajad kesehatan masyarakat secara makro. Berbagai macam kondisi yang dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bagian yakni salah satunya bagian leher yang mempunyai peranan sangat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tubuh manusia dibentuk oleh struktur tulang belakang yang sangat kuat dimana berfungsi sebagai penyanggah berat badan, yang terdiri dari beberapa bagian yakni
Lebih terperinciPatofisiologi Tulang yang mengalami fraktur biasanya diikuti kerusakan jaringan di sekitarnya, seperti di ligamen, otot tendon, persarafan dan pembulu
Fraktur Femur Fraktur Femur adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi tulang atau osteoporosis.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau perempuan, tua atau muda. Berdasarkan data dilapangan, angka kejadian stroke meningkat secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai penyanggah berat badan, yang terdiri dari beberapa bagian yakni salah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tubuh manusia dibentuk oleh struktur tulang belakang yang sangat kuat dimana berfungsi sebagai penyanggah berat badan, yang terdiri dari beberapa bagian yakni
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang Berdasarkan laporan WHO, kasus baru tuberkulosis di dunia lebih dari 8 juta pertahun. Diperkirakan 20-33% dari penduduk dunia terinfeksi Mycobacterium tuberculosis.
Lebih terperinciManifestasi Klinis a. b. c. d. Asuhan Keperawatan Pengkajian
Manifestasi Klinis a. Nyeri akut pada belakang leher yang menyebar sepanjang saraf yang terkena b. Paraplegi c. Tingkat neurologis: - Paralisis sensorik dan motorik total di bawah tingkat neurologis -
Lebih terperinciASKEP SPINAL CORD INJURY
ASKEP SPINAL CORD INJURY I. PENDAHULUAN Cidera spinal cord adalah suatu kerusakan fungsi neurologis yang seringkali disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas. Efek dari spinal cord injury tergantung pada
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. jenis dan luasnya ( Bruner & Suddart, 2013). rupturnya dua diskus (Setiati, siti, dkk. 2014).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya ( Bruner & Suddart, 2013). Fraktur vertebra adalah trauma kompresi hebat dapat
Lebih terperinciBAHASAN SEKITARNYA YANG MERUPAKAN DASAR ADANYA GERAK DARI GERAK SISTEM OTOT TULANG TUBUH FUNGSIONAL LOKAL / KESELURUHAN
HAMBATAN MOTORIK BAHASAN 1. SISTEM OTOT TULANG, SENDI DAN OTOT SEKITARNYA YANG MERUPAKAN DASAR ADANYA GERAK 2. SISTEM OTOT SARAF : MENGENDALIKAN FUNGSI DARI GERAK SISTEM OTOT TULANG 3. SISTEM OTOT, TULANG,
Lebih terperinciANATOMI FISIOLOGI TULANG BELAKANG
ANATOMI FISIOLOGI TULANG BELAKANG Tulang punggung atau vertebra adalah tulang tak beraturan yang membentuk punggung yang mudah digerakkan. Terdapat 33 tulang punggung pada manusia, 5 di antaranya bergabung
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN SEFALGIA
LAPORAN PENDAHULUAN SEFALGIA A. Definisi Sefalgia adalah rasa nyeri atau rasa tidak mengenakkan pada daerah atas kepala memanjang dari orbital sampai ke daerah belakang kepala (area oksipital dan sebagian
Lebih terperincidan komplikasinya (Kuratif), upaya pengembalian fungsi tubuh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Meningkatnya tingkat sosial dalam kehidupan masyarakat dan ditunjang pula oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi akan berdampak pada peningkatan usia harapan
Lebih terperinciSPINAL CORD INJURY ETIOLOGI
SPINAL CORD INJURY Spinal Cord Injury adalah suatu disfungsi dari medula spinalis yang mempengaruhi fungsi sensoris dan motoris, sehingga menyebabkan kerusakan pada tractus sensori motor dan percabangan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sistem saraf manusia mempunyai struktur yang kompleks dengan berbagai
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sistem saraf manusia mempunyai struktur yang kompleks dengan berbagai fungsi yang berbeda dan saling mempengaruhi. Sistem saraf mengatur kegiatan tubuh yang cepat seperti
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN CEDERA MEDULA SPINALIS
ASUHAN KEPERAWATAN CEDERA MEDULA SPINALIS A. Definisi Trauma pada medula spinalis adalah cedera yang mengenai servikalis, vertebra, dan lumbal akibat trauma, seperti jatuh dari ketinggian, kecelakaan lalu
Lebih terperinciREFERAT. Aspek Rehabilitasi Cedera Medulla Spinalis Setinggi Thorakal 6
REFERAT Aspek Rehabilitasi Cedera Medulla Spinalis Setinggi Thorakal 6 1 DAFTAR ISI BAB I. Pendahuluan...4 BAB II. Tinjauan Pustaka...5 Definisi...5 Klasifikasi...5 Migren.6 Nyeri kepala tegang (Tension
Lebih terperinciSISTEM NEUROPSIKIATRI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2016
Bahan Ajar VIII Supervisor : Dr. dr. Jumraini Tammasse, Sp. S (K) SISTEM NEUROPSIKIATRI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2016 Laki-laki : kebanyakan pria beraktivitas di luar dan lebih
Lebih terperinciREFERAT SINDROM MILLARD GUBLER
REFERAT SINDROM MILLARD GUBLER NAMA PEMBIMBING : Dr. Edi Prasetyo, Sp.S DISUSUN OLEH Adib Wahyudi (1102010005) Andhika Dwianto (1102010019) Arif Gusaseano (1102010033) Dianta Afina (1102010075) Gwendry
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. prevalensi tertinggi menyerang wanita (Hoy, et al., 2007). Di Indonesia,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nyeri leher adalah masalah yang sering dikeluhkan di masyarakat. Prevalensi nyeri leher dalam populasi umum mencapai 23,1% dengan prevalensi tertinggi menyerang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. muka sekitar 40%. Lokasi hidung di tengah dan kedudukan di bagian anterior
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fraktur os nasal merupakan fraktur paling sering ditemui pada trauma muka sekitar 40%. Lokasi hidung di tengah dan kedudukan di bagian anterior wajah merupakan faktor
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teori 1. Stroke Non Hemoragik Menurut kriteria WHO, stroke secara klinis didefinisikan sebagai gangguan fungsional otak yang terjadi mendadak dengan tanda dan gejala klinis
Lebih terperinciPENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA POST FRAKTUR KOMPRESI VERTEBRA SERVIKAL V FRENKEL A DI RSO PROF. DR. R. SOEHARSO SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI
PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA POST FRAKTUR KOMPRESI VERTEBRA SERVIKAL V FRENKEL A DI RSO PROF. DR. R. SOEHARSO SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan guna melengkapi tugas dan memenuhi Syarat-syarat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab 40% kunjungan pasien berobat jalan terkait gejala. setiap tahunnya. Hasil survei Word Health Organization / WHO
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nyeri menurut International Association For Study Of Pain / IASP yang dikutuip oleh Kuntono, 2011 adalah suatu pengalaman sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Trauma kepala (cedera kepala) adalah suatu trauma mekanik yang secara langsung atau tidak langsung mengenai kepala yang dapat mengakibatkan gangguan fungsi neurologis,
Lebih terperincimakalah medula spinalis
makalah medula spinalis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cidera medulla spinalis adalah suatu kerusakan fungsi neurologis yang disebabkan seringkali oleh kecelakaan lalu lintas. Apabila cedera itu mengenai
Lebih terperinciGangguan Neuromuskular
Bab 9 Gangguan Neuromuskular Oleh: Dr. dr. Zairin Noor Helmi, Sp.OT(K)., M.M., FISC. Tujuan Pembelajaran Setelah menyelesaikan bab ini, pembaca/peserta didik diharapkan mampu: mendeskripsikan konsep palsi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. seumur hidup sebanyak 60% (Demoulin 2012). Menurut World Health
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nyeri punggung merupakan keluhan yang sering dijumpai pada kehidupan sehari-hari. Diperkirakan hampir semua orang pernah mengalami nyeri punggung semasa hidupnya. Nyeri
Lebih terperinciTuberkulosis sebagai suatu penyakit sistemik yang dapat menyerang berbagai organ termasuk tulang dan sedi.
Tuberkulosis sebagai suatu penyakit sistemik yang dapat menyerang berbagai organ termasuk tulang dan sedi. Faktor predisposisi tuberkulosis adalah : Nutrisi dan sanitasi yang jelek Ras; banyak ditemukan
Lebih terperinciPARAPARESE INFERIOR LESI UMN
PARAPARESE INFERIOR LESI UMN I. DEFINISI Paraparese inferior lesi Upper Motor Neuron (UMN) adalah kelemahan kedua anggota gerak bawah yang disebabkan oleh gangguan pada proyeksi korteks ke V neuron korteks
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN SPINAL CORD INJURY. Oleh: Tony Hady Purwanto, S.Kep. NIM
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN SPINAL CORD INJURY Oleh: Tony Hady Purwanto, S.Kep. NIM 082311101074 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciFRAKTUR VERTEBRA. Oleh: DIAYANTI TENTI LESTARI ANATOMI
Oleh: DIAYANTI TENTI LESTARI FRAKTUR VERTEBRA ANATOMI Vertebra dimulai dari cranium sampai pada apex coccigeus, membentuk skeleton dari leher, punggung dan bagian utama dari skeleton (tulang cranium, costa
Lebih terperinci16/02/2016 ASKEP KEGAWATAN MUSKULOSKELETAL. Masykur Khair FRAKTUR
ASKEP KEGAWATAN MUSKULOSKELETAL Masykur Khair FRAKTUR 1 Definisi Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya hubungan normal suatu tulang atau tulang rawan yang disebabkan oleh kekerasan (Oswari, 2000
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Fraktur merupakan kondisi ketika tulang mendapat tekanan yang melebihi kekuatan dari tulang tersebut sehingga menyebabkan terjadinya patah tulang (Atlas of pathophysiology,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. langsung, kelelahan otot, atau karena kondisi-kondisi tertentu seperti
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan kota-kota di Indonesia telah mencapai tingkat perkembangan kota yang pesat dan cukup tinggi. Kecelakan merupakan salah satu faktor penyebab kematian terbesar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1. Pendahuluan
1. Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan ilmu dan kiat keperawatan yang mencakup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang atau tulang rawan umumnya di karenakan rudapaksa (Mansjoer, 2008). Dikehidupan sehari hari yang semakin
Lebih terperinciInsidens Dislokasi sendi panggul umumnya ditemukan pada umur di bawah usia 5 tahun. Lebih banyak pada anak laki-laki daripada anak perempuan.
Dislokasi Sendi Panggul Dislokasi sendi panggul banyak ditemukan di Indonesia akibat trauma dan sering dialami oleh anak-anak. Di Negara Eropa, Amerika dan Jepang, jenis dislokasi sendi panggul yang sering
Lebih terperinciPENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CERVICAL ROOT SYNDROME DI RSUD SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CERVICAL ROOT SYNDROME DI RSUD SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: EKO BUDI WIJAYA J 100 090 032 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Guna Melengkapi Tugas -Tugas dan Memenuhi
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
PENDAHULUAN. Latar Belakang Cidera medulla spinalis adalah suatu kerusakan fungsi neurologis yang disebabkanseringkali oleh kecelakaan lalu lintas. Apabila cedera itu mengenai daerah L1-2 atau di bawahnya
Lebih terperinciMULTIPLE MYELOMA. Gambar 1. Anatomi tulang belakang dan sarafnya
MULTIPLE MYELOMA A. ANATOMI Pemahaman dasar tentang anatomi dan fungsi tulang belakang sangat penting untuk pasien dengan gangguan tulang belakang. Kolumna vertebralis orang dewasa terdiri dari 33 vertebra
Lebih terperincitrauma pada flexsus brachialis, fraktur klavikula, dan fraktur humerus
Asuhan neonatus, bayi, dan balita trauma pada flexsus brachialis, fraktur klavikula, dan fraktur humerus Oleh: Witri Nofika Rosa (13211388) Dosen Pembimbing Dian Febrida Sari, S.Si.T STIKes MERCUBAKTIJAYA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan keadaan dinamis dan dapat ditingkatkan sehingga manusia dapat
1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Setiap orang mendambakan bebas dari penyakit, baik fisik maupun mental serta terhindar dari kecacatan. Sehat bukan suatu keadaan yang sifatnya statis tapi merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya pusat rehabilitasi di Surakarta menuntut pengetahuan lebih
1 BAB I PENDAHULUAN Pada tahun 1948 Prof. Dr. Soeharso mendidik tenaga kesehatan dalam rangka kerja besarnya memulihkan korban perang, dibangun Sekolah Perawat Fisioterapi. Semakin berkembangnya pusat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena penderitanya sebagian besar orang muda, sehat dan produktif (Ropper &
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cedera kepala merupakan salah satu kasus penyebab kecacatan dan kematian yang cukup tinggi dalam bidang neurologi dan menjadi masalah kesehatan oleh karena penderitanya
Lebih terperinciThompson-Epstein Classification of Posterior Hip Dislocation. Type I Simple dislocation with or without an insignificant posterior wall fragment
Dislokasi Hips Posterior Mekanisme trauma Caput femur dipaksa keluar ke belakang acetabulum melalui suatu trauma yang dihantarkan pada diafisis femur dimana sendi panggul dalam posisi fleksi atau semifleksi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pegal yang terjadi di daerah pinggang bawah. Nyeri pinggang bawah bukanlah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nyeri pinggang bawah atau low back pain merupakan rasa nyeri, ngilu, pegal yang terjadi di daerah pinggang bawah. Nyeri pinggang bawah bukanlah diagnosis tapi hanya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. adalah persalinan sectio caesarea. Persalinan sectio caesarea adalah melahirkan janin
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hampir setiap wanita akan mengalami proses persalinan. Kodratnya wanita dapat melahirkan secara normal yaitu persalinan melalui vagina atau jalan lahir biasa (Siswosuharjo
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Tn.S Dengan CKR ( CIDERA KEPALA RINGAN )
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Tn.S Dengan CKR ( CIDERA KEPALA RINGAN ) Disusun oleh: Endri Normawati (2520142434 / 08) AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO YOGYAKARTA 2016 LEMBAR PENGESAHAN
Lebih terperinci