Bab IV Analisis Pengembangan Fasilitas Wisata Trowulan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab IV Analisis Pengembangan Fasilitas Wisata Trowulan"

Transkripsi

1 Bab IV Analisis Pengembangan Fasilitas Wisata Trowulan 4.1 Analisis Obyek Kunjungan Wisata Budaya Sesuai kategorisasi berdasarkan arahan RIA 1986 wilayah-wilayah yang diprioritaskan adalah wilayah A, B, C, D dan E (lihat Tabel III.1) karena di dalamnya terdapat monumen-monumen kategori A dan dijadikan sebagai kawasan kunjungan primer. Wilayah selain itu yaitu wilayah F dan G (yang termasuk pada wilayah batas-batas kota seluas 9 x 11 km 2) merupakan kawasan kunjungan sekunder. Pada wilayah primer dan sekunder tersebut akan diintervensi dan dimasukkan ke dalam jaringan fasilitas wisata. Sebagai pertimbangan yang berkaitan dengan kapasitas dan pupolaritas kawasan Trowulan secara umum selama kurun waktu 18 tahun ( ) (Armstrong 2006) cenderung meningkat dan tahun 2005 adalah yang tertinggi. Berikut deskripsi kuantitas pengunjung khusus kawasan Trowulan di dalam periode satu tahun 2005 asumsi 289 hari kerja efektif sebagai berikut (wilayah yang bercetak tebal adalah yang termasuk kawasan/wilayah kunjungan primer): 1. Wilayah A (empat obyek/situs) total pengunjung atau 252 pengunjung per hari (terbanyak di PIM (80%)). 2. Wilayah B (dua obyek/situs) total pengunjung atau 280 pengunjung per hari (terbanyak di Candi Tikus (58%)). 3. Wilayah C (lima obyek/situs) total pengunjung atau 123 pengunjung per hari (terbanyak di Candi Kedaton (80%)). 4. Wilayah D (dua obyek/situs) total pengunjung atau 87 pengunjung per hari (terbanyak di Candi Brahu (94%)). 5. Wilayah E (satu obyek/situs) total 4757 pengunjung atau 17 pengunjung per hari. 6. Wilayah F (satu obyek/situs) tidak tercatat dan tidak ada catatan. 93

2 7. Wilayah G (satu obyek/situs) total 3330 pengunjung atau 12 pengunjung per hari. Dari deskripsi di atas maka wilayah dan obyek yang paling diminati adalah wilayah B dan obyek paling populer adalah PIM di wilayah A. Berdasarkan hal ini maka dapat diasumsikan wilayah Trowulan secara umum dikunjungi 777 wisatawan tiap harinya. Jumlah tersebut pada analisis ini dijadikan acuan jumlah pengunjung paling sedikit untuk dapat diwadahi. Apabila terdapat penambahan fasilitas tertentu nantinya maka terdapat pula penambahan kapasitas yaitu sebesar 80% tiap hari atau 1398 orang per hari adalah asumsi wisatawan terbanyak mengunjungi wilayah A sampai G. Berdasarkan kalkulasi di atas maka wilayah A diasumsikan akan dikunjungi pengunjung tiap hari. Pada analisis ini terdapat uraian sekuen yang diharapkan berimplikasi pada pilihan orientasi kunjungan wisata terbaik. Hirarki sekuen disusun berdasarkan kawasan skala kawasan batas-batas kota kuno Majapahit menuju kawasan Ibukota Kecamatan dan wilayah A sebagai pemberhentian utama atau pusat orientasi menuju ke situ-situs yang tersebar. Susunan semacam ini diharapkan terjadi kesinambungan fungsi antara sarana dan prasarana kota eksisting terhadap perletakan fasilitas dan jalur wisata. Pada analisis arah penembusan kawasan menuju wilayah-wilayah kekunaan mempergunakan sarana jalan yang sudah ada namun dipilih yang paling identik dengan sumbu-sumbu grid kuno. Hirarkinya adalah sebagai berikut; Arah penetrasi pengunjung ke wilayah batas-batas kota kuno dengan Ibukota Kecamatan Trowulan idealnya adalah barat timur. Arah penetrasi pengunjung ke wilayah A dari Ibukota Kecamatan Trowulan idealnya adalah utara selatan. Arah penetrasi pengunjung ke wilayah dan situs-situs disesuaikan elemen kutub khas monumen masing-masing. 94

3 Tabel IV.1 Uraian kegiatan yang akan mengisi dan memanfaatkan wilayah-wilayah dan situs-situs kekunaan di Trowulan. KATEGORI/ ASUMSI LOKASI REKOMENDASI/ASUMSI MODEL KEGIATAN JENIS KEGIATAN WILAYAH/TAPAK-TAPAK PERIODE WAKTU KAPASITAS A B-E F G dan 3 Lokasi >1 situs-situs tertentu di HARI batas kota Trowulan K e g iatan Berkumpul d a n Berorientasi Kegiatan Penelitian dan Observasi Kekunaan Kegiatan Olah Raga dan Kebugaran Kegiatan Komersil Penitipan kendaraan Registrasi Berkoordinasi dengan kelompok Berorientasi dengan kelompok besar Berorientasi dengan kelompok kecil/ mandiri Bermain dan mengasuh anak Pertunjukan outdoor Pameran Produk Temporer/EXPO Konferensi dan diskusi Menginap Berinteraksi dengan komunitas lokal Menggambar/melukis Menulis Membaca/referensi Beristirahat Diskusi kecil Fotografi/video Penjelajahan Bersepeda Berjalan pagi Berlari pagi Pameran Produk Lokal Permanen Pameran Produk Lokal Temporer Penjualan cindera mata Penjualan makanan dan minuman Pasar Temporer 95

4 BATAS-BATAS KOTA MAJAPAHIT ARUS DARI SURABAYA KAWASAN KECAMATAN DAN IBUKOTA KECAMATAN TROWULAN ARUS DARI MADIUN WILAYAH A SITUS KOLAM SEGARAN & FASILITAS UTAMA WILAYAH G & MONUMEN BATAS-BATAS KOTA LAINNYA WILAYAH B, C, D, E, & F Gambar IV.1 Skema sekuen penetrasi kawasan dan peran wilayah A sebagai hirarki tertinggi. 4.2 Analisis Program Kegiatan Wisata Analisis ini didasarkan kegiatan wisata budaya yang telah mapan dan pengembangannya wilayah A-E sebagai salah satu wadah kegiatan publik berupa kegiatan rekreasi dan belajar. Keduanya dijadikan tema kegiatan umum di dalam rangkaian program wisata yang bertujuan memberi kesempatan wisatawan untuk mengapresiasi lingkungan kekunaan khas Majapahit lebih baik. Kegiatan rekreasi dan belajar di kawasan kekunaan Trowulan dapat dikelompokkan dan dirinci pada tabel IV Analisis Program Fasilitas Wisata Kegiatan wisata yang diprogramkan dibutuhkan suatu fasilitas-fasilitas yang dapat merangkum berdasarkan karakter kegiatannya ke dalam suatu program ruangruang yang lebih spesifik. Ulasan di bawah ini adalah rinciannya. Fasilitas-fasilitas Pencapaian di dalam kawasan Moda pencapaian di dalam kawasan pada dasarnya adalah pedestrian karena dioptimasi untuk kegiatan olah raga, pejalan kaki, pengguna kursi roda dan pengendara sepeda. Oleh karena itu, elemen pencapaian di kawasan didasarkan 96

5 pada kriteria standar kenyamanan dan keselamatan pedestrian. Pengunjung atau wisatawan menggunakan kendaraan bermotor diberi kesempatan untuk mengganti moda angkutan mereka ke sepeda atau berjalan kaki untuk menuju situs tertentu. Area penitipan kendaraan bermotor dan area tunggu dipusatkan pada area penerima kawasan. Fasilitas Penerima Skala Kawasan Pada fasilitas ini akan dilengkapi beberapa area utama yaitu Parkir Kendaraan Ruang Penerima/Registrasi/Pengelola, Ruang Pamer Kriya Lokal dan Ruang Orientasi. Sebagai fasilitas utama di kawasan maka beberapa ruang adalah ruangruang yang berdinding dan beratap. Ruang dalam-ruang dalamnya memaksimalkan view ke ruang luar agar pengunjung dapat selalu melakukan investigasi kawasan secara maksimal. Ruang orientasi merupakan ruang terbuka dengan asumsi terdapat suatu susunan lantai yang vertikal. Susunan lantai akibatnya menjadikan fasilitas ini secara umum sebagai hirarki tertinggi di kawasan dan berfungsi menggugah pengunjung tentang gambaran riil tentang keluasan skala kota Majapahit. Dengan adanya lantai yang relatif tinggi ini maka sebagai fasilitas penerima asumsinya dapat terlihat dari kejauhan tertentu dan senantiasa dipergunakan sebagai penentu orientasi arah keberangkatan atau kepulangan pengunjung. Menanggapi peluang popularitas kekriyaan dan pemajuan sektor ekonomi lokal maka dibutuhkan suatu area yang dapat memamerkan dan menjual hasil-hasil kriya lokal secara khusus. Sebagai ruang publik yang masih memerlukan pengamanan maka diprogram sebuah Ruang Pamer Kriya yang berbasis lokal maupun regional. Ruang ini berfungsi sebagai salah satu ruang interaksi masyarakat lokal dengan para wisatawan. Secara umum aspek perembesan ruang luar diharapkan selalu tercipta agar kegiatan pamer tak hanya fokus pada produknya namun memerhatikan pula karakter lingkungan sebagai pendukung proses-proses apresiasi kriya secara langsung oleh pengunjung. 97

6 Fasilitas Berkumpul dan Festival Pada fasilitas ini ditambahkan sebuah Ruang Konferensi berkapasitas 200 orang. Sebagai ruang pertemuan tertutup dan semi privat maka penataannya berskala ruang dalam. Area Festival merupakan ruang publik yang terbuka pada lokasi yang utamanya dapat mengekspos panorama yang paling mewakili gambaran ruang kota Majapahit yaitu keberadaan elemen air, gunung dan daratan secara lebih dekat dan riil. Ketiganya merupakan simbol-simbol yang dinilai dapat mewakili sifat kota kuno tersebut yang dibangun dan direncanakan berdasarkan sifat-sifat ruang kehinduan. Sebagai fasilitas berkumpul terdapat pula Ruang Baca dan Referensi. Pada ruang ini seluruh kegiatan belajar dan diskusi dilakukan secara berelompok atau individu. Sebagai ruang dalam, hening dan cenderung privat namun tetap memasukkan view ruang luar. Tujuannya adalah pengunjung dapat lebih menghayati bacaan dan penelitiannya dengan cara menginvestigasi sebagian karakter-karakter dan fenomena bentang alam khas Trowulan yang terlihat dari ruang dalam ini. Fasilitas Pamer Kekunaan Relik lepas yang ditemukan di Trowulan telah dikumpulkan dan diteliti untuk dan dipamerkan di tiga ruang pamer yaitu Ruang Relik Terakota, Ruang Relik Batu (Andesit) dan Ruang Relik Logam. Ketiga bahan tersebut adalah pencerminan teknologi yang telah dicapai pada masa kota Majapahit. Di area pamer relik ini dilengkapi Parkir Kendaraan, Ruang Penerima/Registrasi dan Ruang Keamanan. Tercatat kurang lebih buah relik telah terkumpul. Beberapa relik yang dianggap mewakili gambaran kehidupan di kota Majapahit dipamerkan sejumlah buah di Ruang Pamer Relik Penting sisanya serjumlah relik disimpan di fasilitas penyimpanan. Sebagai gudang yang berisikan barang-barang berharga maka telah disiapkan Ruang Penelitian yang berhubungan langsung Ruang Penyimpanan dan Pengumpulan Relik. Pada fasilitas dan ruang-ruang 98

7 Gambar IV.2 Pavement bata merah pada lantai dinding Kolam Segaran. (Sumber: Anenggata 2006) tersebut seluruh koleksi dan proses penelitian akan dipertontonkan kepada pengunjung. Sebagai fasilitas dengan tingkat keamanan yang relatif tinggi maka metode pamer pun akan dibatasi dengan pengamanan khusus. Pada pamer relik in-situ atau monumen-monumen berupa percandian atau kotakkotak ekskavasi memerlukan sebuah penanganan tertentu yang bertujuan mengrangi resiko perusakan. Khususnya situs-situs dengan kategori A saat ini diyakini memerlukan pembenahan khususnya yang membatasi kebebasan pengunjung dalam memanfaatkan lahan I. Saat ini di semua wilayah kategori A pengunjung dapat melakukan sentuhan, injakan dan penapakan pada monumen kekunaan hal ini dinilai berpeluang merusak. Untuk itu diperlukan Fasilitas Observasi Situs yang secara khusus membatasi pengunjung agar tidak dapat secara langsung berinteraksi fisik dengan monumen namun masih dapat menginvestigasi skala bentang alam dengan baik. Ruang Observasi Situs ini 99

8 Gambar IV.3 Pavement lantai kerakal dan bata merah di situs permukiman Segaran. (Sumber: Anenggata 2006) merupakan jalur dan ruang terbuka yang ditata sedemikian rupa agar sekuen, skala monumentalitas, orientasi dan jalur di lahan IIB, IIA dan I dapat terpelihara dan dicerap pengunjung sesuai karakter khusus visual monumen. Fasilitas home-stay Pada tahap tertentu kegiatan kunjungan dan penjelajahan akan memakan waktu lebih dari satu hari dengan asumsi wisata dibuka mulai jam 4 pagi dan ditutup jam 5 sore. Untuk itu, area wisata memerlukan sebuah fasilitas penginapan dan makan. Fasilitas home-stay disediakan dan dikelola masyarakat setempat. Program ini diharapkan memperkuat ikatan sosial dan apresiasi di antara masyarakat dan wisatawan. Gambar IV.4 Pavement lantai kerakal dan bata merah yang berbentuk segi empat dan segienam di situs Lantai Segi Enam. (Sumber: Anenggata 2006) 100

9 4.4 Analisis Bentuk dan Material Karakter alami dan kuno merupakan identitas kawasan Trowulan yang menonjol secara fisik maupun non fisik. Memandang keperluan tersebut guna melestarikan keseluruhan raut bentang alam kekunaan secara fisik maka dibutuhkan suatu penanganan struktur dan konstruksi fasilitas-fasilitas wisata yang memiliki kecenderungan minimal merusak kondisi eksisting. Beberapa komponen fisik sebagai karakter khas yang akan dipertahankan antara lain komponen lapisan tanah, tatanan vegetasi dan panorama. Gambar IV.5 Interpretasi artis perkampungan di Trowulan. (Sumber: Indonesian Heritage; Architecture, Archipelago Press 1998) Lapisan tanah eksisting yang diperhatikan di wilayah A, B, C, D dan E adalah pada lapisan tanah padat kering. Situasi pada tahap eksploitasi lapisan tanah dibagi menjadi kondisi kritis dan non kritis. Kondisi kritis akan dihadapi apabila di dalam lapisan tanah ditemukan temuan kekunaan yang tidak dapat dipindahkan dan perlu diekskavasi. Pada kondisi tersebut maka tahap konstruksi akan menyesuaikan. Kondisi non kritis akan diterapkan apabila di dalam tanah tidak ditemukan kekunaan namun tidak perlu diekskavasi maka temuan di bawahnya tersebut diabaikan dan kegiatan konstruksi dapat diteruskan. Groundcover pada lapisan kering padat di kawasan Trowulan berupa tanah, batu, rumput dan alangalang. Pada komponen groundcover semacam ini tidak perlu dipertahankan karena lapisan ini relatif mudah diperbaharui. Tatanan vegetasi eksisting umumnya dipertahankan adalah vegetasi pohon yang berkayu, tinggi, lebar dan relatif tua. Beberapa hutan bambu pada lokasi tertentu selayaknya dipertahankan kecuali mengganggu pandangan atau disesuaikan konsep penanganan pada lahan I menurut RIA Khususnya pada kotak-kotak ekskavasi di situs-situs yang 101

10 segi empat bujursangkar mixed open plan/terbuka sebagian terbuka tertutup bertiang tunggal lantai menempel batur bertiang ganda bertiang empat berumpak dan berbatur bertiang enam bertiang delapan berumpak variasi lantai yang tidak menempel pada batur bertiang banyak/>8 berfondasi Gambar IV.6 Elemen-elemen dan konstruksi generik bangunan kuno yang ditemukan di Trowulan. (Sumber: Oesman 1999) 102

11 PEREMPATAN UTAMA IBUKOTA KECAMATAN TROWULAN WILAYAH A PIM KAWASAN YANG DIIDENTIFIKASI SEBAGAI SITUS-SITUS PERMUKIMAN KUNO diduga permukiman terdapat pola-pola lantai batu berbingkai bata, lantai bata SALAH SATU PERLETAKAN FASILITAS PENERIMA UTAMA SKALA KAWASAN Gambar IV.7 Sekuen penetrasi dari kawasan ibukota Kecamatan Trowulan menuju wilayah A. persegi empat dan lantai bata segi enam. Ketiga model pola lantai tersebut dipamerkan di Kolam Segaran, Situs Segaran II (wilayah A) dan Situs Lantai Segi Enam (wilayah C). Tinggalan floorscape kuno tersebut berbahan dasar terakota dan batu. Panorama kawasan Trowulan adalah diliputi lahan pertanian, pegunungan dan air. Seluruh penataan fasilitas wisata diasumsikan sedemikian rupa agar dapat memasukkan panorama ini ke ruang dalam. Di samping itu aspek transparansi lingkungan dan elemen-elemen ruang pada fasilitas wisata harus kontinyu atau dapat saja disembunyikan. Bentuk-bentuk yang akan dielaborasi adalah yang berorientasi pada sumbu tertentu (khususnya utara-selatan dan barat timur), bentuk dasar persegi empat (lihat Gambar IV.6) dan menghindari bentuk kurva atau lingkaran. Hal ini didasarkan pada keselarasan tapak-tapak monumen dan dugaan sementara tentang 103

12 PEREMPATAN UTAMA IBUKOTA SUB-TERMINAL BUS MAKAM PUTRI CAMPA SITUS BATU TIANG CANCANGAN KOLAM SEGARAN C. MENAKJINGGO BALAI DESA PIM SITUS SEGARAN II SITUS SEGARAN V BALONG BUNDER LAHAN I/PUSAT LAHAN IIA/HIJAU LAHAN IIB/FASILITAS FASILITAS PENERIMA FASILITAS FESTIVAL JALUR KENDARAAN Gambar IV.8 Perletakan fungsi di wilayah A/situs Kolam Segaran. 104

13 konsep tata ruang-ruang grid di dalam kota Majapahit. Khususnya fasilitasfasilitas yang diposisikan pada wilayah A maka acuan utamanya adalah memerhatikan keselarasan berdasarkan kesejajaran dengan bentuk segiempat Kolam. Pada wilayah lain ditelusuri sumbu yang penting dan dominan sebagai orientasi utamanya. Gambar IV.9 Sumur kuno di bawah bangunan PIM. (Sumber: Anenggata 2006) Metode yang akan dipakai pada fasilitas wisata adalah struktur dan konstruksi yang modular, compact dan kit (Gambar IV.11). Sistem pengerjaan di tapak hanya bersifat merangkai dan menyusun titik-titik fondasi dan selebihnya disiapkan dengan unit-unit lebih kecil atau yang mudah dipindahkan di lokasi luar tapak/ situs. Struktur dan konstruksi utamanya yang memungkinkan pada metode tersebut adalah konstruksi besi dan kayu. Material pelapis lantai dan dinding yang dipakai sebagai preseden adalah yang berbasis terakota dan kayu. Penutup dinding kaca memungkinkan untuk diterapkan namun sebagai pelapis kedua atau terluar adalah dinding bata atau dinding kayu. Secara umum pilihan konstruksi dan material tersebut harus 105

14 memaksimalisasi dan menunjang kontinyuitas pandangan dan panorama lingkungan yang telah tercipta di kawasan sehingga keberadaan massa fasilitas dapat berkesan menyatu dan tersembunyi. 4.5 Analisis Pemilihan Lokasi Peletakan Fungsi dan Tapak Wilayah A dijadikan hirarki tertinggi karena sudah dikenal sebagai salah satu fasilitas yang berhubungan dengan kekunaan Trowulan selama ini. Beberapa lokasi yang menjadi utama selama ini adalah keberadaan skala monumental Kolam Segaran dan PIM/BPA yang merupakan satu-satunya fasilitas pamer relik temuan di Trowulan. Keduanya pula akan dijadikan ikon lebih lanjut pada uraian pemilihan lokasi dan tapak fasilitas-fasilitas wisata yang paling utama di kawasan kekunaan Trowulan seluas 9 x 11 km 2. Fasilitas-fasilitas yang dijadikan utama antara lain adalah Fasilitas Penerima Utama Pengunjung/Skala Kawasan dan Fasilitas Festival. Kedua fasilitas tersebut secara fungsi sudah identik dengan beberapa penelitian terkait ruang-ruang kota kuno. Keidentikannya antara lain terdapatnya fungsi pertemuan umum dan pasar kota. Pada bagian utara dan timur Kolam Segaran terdapat cekungan bekas kanal kuno keberadaanya jelas memiliki makna kewilayahan tertentu. Bagian utara sesuai analisis sekuen dijadikan arah penetrasi pengunjung dari kawasan Ibukota Kecamatan Trowulan menuju wilayah A. Pada lokasi ini ditempatkan Fasilitas Penerima Utama Pengunjung. Pada situs Kolam Segaran di wilayah A terdapat karakter-karakter kesumbuan yaitu adanya elemen tangga menuruni Kolam Segaran di sebelah barat dindingnya. Berdasarkan uraian pada analisis sekuen maka tangga sebagai perwakilan/petunjuk sumbu barat timur ini akan diisi sebuah Fasilitas Festival atau area penerima dan observatori khusus situs Kolam Segaran. Kedua fasilitas utama ini akan ditunjang oleh beberapa fasilitas-fasilitas lain yang terkait dengan kesamaan karakter kegiatannya. 106

15 Lahan I, IIA dan IIB (lihat Gambar IV.XX) pada situs Kolam Segaran yang direncanakan hingga saat ini belum secara keseluruhan. Lahan yang tercapai adalah eksistensi lahan I yang berisi monumen Kolam Segaran dengan jarak 2 m hingga 7 m yang dibatasi pagar keliling berbahan besi setinggi rata-rata 1,5 m dan lahan IIB yang ditempati oleh PIM, ruang administrasi, pos pengamanan, kios cindera mata dan mushala. Hal ini dapat ditarik kesimpulan lahan IIA (sesuai kriteria rencana lihat Gambar III.4) secara keseluruhan belum terbentuk kecuali keberadaan jalur kendaraan dan pematang sebagai lahan hijau yang dinilai insidental. Kondisi ini sebenarnya harus dibenahi agar lahan IIA dapat tercipta dengan terarah sesuai kriteria namun juga bersifat konsolidasi dengan fungsifungsi komunitas di keliling Kolam Segaran. Menanggapi hal tersebut maka keberadaan fasilitas festival dapat memperkuat pembentukan lahan IIA. Di samping itu rencana pemindahan jalan yang sejak lama keberadaannya dinilai ancaman pada kerusakan dinding Kolam juga akan diterapkan. Secara umum jalur kendaraan eksisting (lahan IIA insidental) akan dialihfungsikan sebagai lahan yang berbasis pedestrian sehingga moda kendaraan bermotor tidak disarankan mempergunakannya. Di sisi lain kegiatan festival dan berkumpul di lahan ini akan menjadi lebih berkarakter menjiwai dan menciptakan panorama simbol gunung, air dan daratan khas Majapahit. Lokasi PIM saat ini perlu ditinjau ulang karena di bawah bangunan tersebut, tepatnya di ruang pamer logam bagian paling utara terdapat temuan sumur kuno (Gambar IV.9). Di samping itu beberapa catatan menunjukkan bahwa pada saat pembangunannya di tahun 1980-an telah ditemukan struktur-struktur kuno di dalam tanah khususnya pada bagian lantai PIM. Hal ini merupakan preseden buruk dan dibutuhkan tindakan untuk memindahkan PIM di posisi yang lebih tepat. Berkaitan dengan analisis program fasilitas di bab ini telah dipersiapkan fasilitas sebagai pengganti PIM. Meski dipindah namun tetap ditempatkan di daerah situs Kolam Segaran. Pilihan lokasi yang terbaik adalah ditempatkan di lokasi-lokasi fasilitas festival. Di sisi lain koleksi temuan yang sudah 107

16 dikumpulkan beberapa tahun di PIM akan tetap pada lahan ini namun tidak diletakkan pada footprint yang sama. Fasilitas pengumpulan dan penyimpanan relik sebagai pengganti PIM di lahan IIB ini ditempatkan di daerah utaranya berbatasan dengan lahan IIA bagian selatan. homestay wisatawan kios belanja warung makanan permukiman LOKASI RUANG TERBUKA TAMAN BERKUMPUL DAN BERMAIN MAKAM DESA kios belanja SEKOLAH LOKASI RUANG TERBUKA TAMAN BERKUMPUL DAN BERMAIN homestay wisatawan warung makanan kios belanja warung makanan homestay wisatawan warung makanan warnet rumah baca MAKAM DESA permukiman bengkel/reparasi homestay wisatawan LOKASI RUANG TERBUKA TAMAN BERKUMPUL DAN BERMAIN permukiman homestay wisatawan homestay wisatawan BALAI DESA LOKASI RUANG TERBUKA TAMAN BERKUMPUL DAN BERMAIN JALUR KENDARAAN BERMOTOR warung makanan JALUR PEDESTRIAN YANG BERBASIS JALAN EKSISTING Gambar IV.10 Skema jalur pedestrian dan ruang-uang terbuka untuk wilayah A. 108

17 Gambar IV.11 Model bangunan semi permanen untuk gudang dan laboratorium relik. (Sumber: battleboxes.com) 109

Gambar V.8 Potongan lahan fasilitas 2

Gambar V.8 Potongan lahan fasilitas 2 RUANG KONFERENSI DAN GALERI VIDEO REFERNSI DAN PUSAT INFORMASI GALERI PAMER TEMPORER /RUANG MULTIFUNGSI POTONGAN LAHAN SELATAN-UTARA TAMPAK BARAT Gambar V.8 Potongan lahan fasilitas 2 0 10 20 50 meter

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Rumusan konsep ini merupakan dasar yang digunakan sebagai acuan pada desain studio akhir. Konsep ini disusun dari hasil analisis penulis dari tinjauan pustaka

Lebih terperinci

Bab V Konsep dan Hasil Rancangan

Bab V Konsep dan Hasil Rancangan Bab V Konsep dan Hasil Rancangan 5.1 Konsep Pemintakatan dan Perletakan Fungsi Wilayah A dahulunya merupakan kawasan pusat kota Majapahit. Wilayah tersebut dijadikan perletakan fungsi dan fasilitas wisata

Lebih terperinci

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2)

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2) Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2) Gambar simulasi rancangan 5.30 : Area makan lantai satu bangunan komersial di boulevard stasiun kereta api Bandung bagian Selatan 5.6.3 Jalur Pedestrian Jalur

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Istilah kekunaan diartikan pada tinggalan fisik yang bernilai arkeologis atau benda cagar budaya (BCB).

Bab I Pendahuluan. Istilah kekunaan diartikan pada tinggalan fisik yang bernilai arkeologis atau benda cagar budaya (BCB). Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang Keberadaan situs, relik, dan wilayah kekunaan 1 serta pengembangannya memiliki potensi-potensi konflik teritorial, khususnya pada aspek pengamanan dan pemanfaatan

Lebih terperinci

by NURI DZIHN P_ Sinkronisasi mentor: Ir. I G N Antaryama, PhD

by NURI DZIHN P_ Sinkronisasi mentor: Ir. I G N Antaryama, PhD by NURI DZIHN P_3204100019 Sinkronisasi mentor: Ir. I G N Antaryama, PhD Kurangnya minat warga untuk belajar dan mengetahui tentang budaya asli mereka khususnya generasi muda. Jawa Timur memiliki budaya

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa BAB 6 HASIL PERANCANGAN 6.1. Hasil Perancangan Hasil perancangan Pusat Seni dan Kerajinan Arek di Kota Batu adalah penerapan konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik,

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik, BAB VI HASIL RANCANGAN Perancangan Museum Anak-Anak di Kota Malang ini merupakan suatu wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik, serta film untuk anak-anak. Selain sebagai

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang BAB 5 KONSEP PERANCANGAN Konsep perancangan pada redesain kawasan wisata Gua Lowo di Kabupaten Trenggalek menggunakan tema Organik yang merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

Lebih terperinci

BAB VI PENERAPAN KONSEP PADA RANCANGAN. memproduksi, memamerkan dan mengadakan kegiatan atau pelayanan yang

BAB VI PENERAPAN KONSEP PADA RANCANGAN. memproduksi, memamerkan dan mengadakan kegiatan atau pelayanan yang BAB VI PENERAPAN KONSEP PADA RANCANGAN 6.1 Dasar Perancangan Kabupaten Pamekasan paling berpotensi untuk membangun sentra batik di Madura. Sentra batik di pamekasan ini merupakan kawasan yang berfungsi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan studi berupa temuantemuan yang dihasilkan selama proses analisis berlangsung yang sesuai dengan tujuan dan sasaran studi,

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. KONSEP DASAR PERANCANGAN Dalam konsep dasar pada perancangan Fashion Design & Modeling Center di Jakarta ini, yang digunakan sebagai konsep dasar adalah EKSPRESI BENTUK dengan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar mengacu kepada tema yang telah diusung yaitu Ekspos Arsitektur untuk Rakyat, dalam tema ini arsitektur haruslah beradaptasi dengan

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan BAB 6 HASIL RANCANGAN 6.1 Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan 6.1.1 Bentuk Tata Massa Konsep perancangan pada redesain kawasan wisata Gua Lowo pada uraian bab sebelumnya didasarkan pada sebuah

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN Kerangka kajian yang digunakan dalam proses perancangan Hotel Resort Batu ini secara umum, diuraikan dalam beberapa tahap antara lain: 3.1 Pencarian Ide/Gagasan Tahapan kajian

Lebih terperinci

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET 42 VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET Pengembangan konsep dalam studi perencanaan kawasan ini akan terbagi ke dalam empat sub konsep, yaitu perencanaan lanskap pedestrian shopping street,

Lebih terperinci

mempertahankan fungsi dan mutu lingkungan.

mempertahankan fungsi dan mutu lingkungan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepariwisataan saat ini sangat ramai dibicarakan karena berkembangnya sektor pariwisata maka pengaruh terhadap sektor lainnya sangat besar, oleh karena itu permintaan

Lebih terperinci

BAB V I APLIKASI KONSEP PADA RANCANGAN. karena itu, dalam perkembangan pariwisata ini juga erat kaitannya dengan

BAB V I APLIKASI KONSEP PADA RANCANGAN. karena itu, dalam perkembangan pariwisata ini juga erat kaitannya dengan BAB V I APLIKASI KONSEP PADA RANCANGAN Perancangan Taman Rekreasi dan Wisata Kuliner di Madiun berangkat dari semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap sarana rekreasi baik yang bersifat rekreatif

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya 165 BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancangan Hasil perancangan diambil dari dasar penggambaran konsep dan analisa yang terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya sebagai

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan Dalam perancangan desain Transportasi Antarmoda ini saya menggunakan konsep dimana bangunan ini memfokuskan pada kemudahan bagi penderita cacat. Bangunan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Hasil Perancangan Hasil perancangan Museum Sejarah dan Budaya di Blitar adalah penerapan konsep arsitektur candi Penataran. Konsep dasar ini dicapai dengan cara mengambil filosofi

Lebih terperinci

BAB V HASIL RANCANGAN

BAB V HASIL RANCANGAN BAB V HASIL RANCANGAN 5.1 Perancangan Tapak 5.1.1 Pemintakatan Secara umum bangunan dibagi menjadi beberapa area, yaitu : Area Pertunjukkan, merupakan area dapat diakses oleh penonton, artis, maupun pegawai.

Lebih terperinci

BAB IV PENGAMATAN PERILAKU

BAB IV PENGAMATAN PERILAKU BAB IV PENGAMATAN PERILAKU 3.1 Studi Banding Pola Perilaku Pengguna Ruang Publik Berupa Ruang Terbuka Pengamatan terhadap pola perilaku di ruang publik berupa ruang terbuka yang dianggap berhasil dan mewakili

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bagian ini akan dijabarkan kesimpulan dan rekomendasi. Kesimpulan berisi rangkuman dari hasil penelitian dan pembahasan sekaligus menjawab tujuan penelitian di bab

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 FILOSOFI 5.1.1 Filosofi Dasar BAB V KONSEP PERANCANGAN merupakan kawasan perdagangan di kawasan yang terdiri dari beberapa pasar yang diharapkan penataan kawasan harus saling medukung pasar-pasar tersebut.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. Diagram 6 : skema hubungan fasilitas

BAB IV ANALISIS. Diagram 6 : skema hubungan fasilitas BAB IV ANALISIS IV.1 Analisis Bangunan IV.1.1 Organisasi Ruang Berdasarkan hasil studi banding, wawancara, dan studi persyaratan ruang dan karakteristik kegiatan di dalamnya, hubungan fasilitas dapat dilihat

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Simpulan dalam laporan ini berupa konsep perencanaan dan perancangan yang merupakan hasil analisa pada bab sebelumnya. Pemikiran yang melandasi proyek peremajaan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Hasil perancangan dari kawasan wisata Pantai Dalegan di Kabupaten Gresik

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Hasil perancangan dari kawasan wisata Pantai Dalegan di Kabupaten Gresik BAB VI HASIL PERANCANGAN Hasil perancangan dari kawasan wisata Pantai Dalegan di Kabupaten Gresik mengaplikasikan konsep metafora gelombang yang dicapai dengan cara mengambil karakteristik dari gelombang

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN BAB 5 KONSEP PERANCANGAN V.1 KONSEP DASAR PERANCANGAN Konsep dasar ini tidak digunakan untuk masing-masing ruang, tetapi hanya pada ruang-ruang tertentu. 1. Memperkenalkan identitas suatu tempat Karena

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. perancangan merupakan paparan deskriptif mengenai langkah-langkah di dalam

BAB III METODE PERANCANGAN. perancangan merupakan paparan deskriptif mengenai langkah-langkah di dalam BAB III METODE PERANCANGAN Merancang sebuah Griya Seni dan Budaya Terakota sesuai dengan konsep dan teori yang diinginkan tidak terlepas dari metode perancangan. Metode perancangan merupakan paparan deskriptif

Lebih terperinci

Bab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

Bab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: Bab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan temuan penelitian mengenai elemen ROD pada kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: -

Lebih terperinci

Kampung Wisata -> Kampung Wisata -> Konsep utama -> akomodasi + atraksi Jenis Wisatawan ---> Domestik + Mancanegara

Kampung Wisata -> Kampung Wisata -> Konsep utama -> akomodasi + atraksi Jenis Wisatawan ---> Domestik + Mancanegara Kampung Wisata -> suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku.

Lebih terperinci

TINJAUAN PULO CANGKIR

TINJAUAN PULO CANGKIR BAB II TINJAUAN PULO CANGKIR II.1 GAMBARAN UMUM PROYEK Judul Proyek : Kawasan Rekreasi Kampung Pulo Cangkir dan Sekitarnya. Tema : Arsitektur Tradisional Sunda. Kecamatan : Kronjo. Kelurahan : Pulo Cangkir

Lebih terperinci

International Fash on Institute di Jakarta

International Fash on Institute di Jakarta BAB V KONSEP PERENCANAAN 5.1. Konsep Dasar Perancangan Pemikiran Konsep: - Fungsi bangunan - Analisis Tapak - Bentuk bangunan sebagai lambang wujud fashion. PEMIKIRAN KONSEP KONSEP FASHION Fashion: - Busana

Lebih terperinci

V. KONSEP Konsep Dasar Pengembangan Konsep

V. KONSEP Konsep Dasar Pengembangan Konsep 37 V. KONSEP Konsep Dasar Konsep dasar dalam perencanaan ini adalah merencanakan suatu lanskap pedestrian shopping streets yang dapat mengakomodasi segala aktivitas yang terjadi di dalamnya, khususnya

Lebih terperinci

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan 116 VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar perencanaan adalah mengembangkan laboratorium lapang PPDF sebagai tempat praktikum santri sesuai dengan mata pelajaran yang diberikan dan juga dikembangkan

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1. Letak Geografis Site Site yang akan dibangun berlokasi di sebelah timur Jalan Taman Siswa dengan koordinat 07 o 48 41.8 LS 110 o 22 36.8 LB. Bentuk site adalah persegi panjang

Lebih terperinci

Sebagai bagian dari suatu sistem bentang alam di wilayah A dan kedekatannya Kolam Segaran maka keduanya berpotensi memiliki hubungan fungsi tertentu. Hingga kini belum dapat disimpulkan fungsi spesifik

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III BAB III DATA ALUN-ALUN KABUPATEN WONOGIRI Kabupaten Wonogiri, dengan luas wilayah 182.236,02 Ha secara geografis terletak pada garis lintang 7 0 32' sampai 8 0 15' dan garis bujur 110 0 41' sampai 111

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA)

BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA) BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA) 5.1 Sirkulasi Kendaraan Pribadi Pembuatan akses baru menuju jalan yang selama ini belum berfungsi secara optimal, bertujuan untuk mengurangi kepadatan

Lebih terperinci

dengan view sungai Serayu sebagai daya tariknya. Resort yang menjadi sarana akomodasi wisata arung jeram memiliki fasilitas penunjang lainnya, yaitu

dengan view sungai Serayu sebagai daya tariknya. Resort yang menjadi sarana akomodasi wisata arung jeram memiliki fasilitas penunjang lainnya, yaitu DESAIN PREMIS Resort arung jeram di wisata arung jeram sungai Serayu Banjarnegara dirancang sebagai sarana akomodasi di kawasan tersebut. Potensi alam yang ada berupa sungai Serayu yang memiliki jeram

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Perancangan Fasilitas Pendukung Kawasan Kampung Inggris Pare

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Perancangan Fasilitas Pendukung Kawasan Kampung Inggris Pare BAB VI HASIL PERANCANGAN Perancangan Fasilitas Pendukung Kawasan Kampung Inggris Pare berdasarkan tema ekowisata, konsep belajar dan bermain bersama alam dan wawasan keislaman menghasilkan perancangan

Lebih terperinci

MUSEUM GERABAH NUSANTARA Penerapan arsitektur bangunan berbahan gerabah pada bentuk bangunan

MUSEUM GERABAH NUSANTARA Penerapan arsitektur bangunan berbahan gerabah pada bentuk bangunan BAB III ANALISIS 3.1 Pelaku, Aktivitas pengguna, kebutuhan ruang dan Besaran Ruang 3.1.1 Pelaku dan Aktivitas Pengguna Musuem Pelaku dalam museum dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu pengelola museum

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Berdasarkan analisis data dan pembahasan pada Bab IV didapatkan temuan-temuan mengenai interaksi antara bentuk spasial dan aktivitas yang membentuk karakter urban

Lebih terperinci

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Anak Putus Sekolah Di Sidoarjo dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin menurun.

Lebih terperinci

BABV ADAPTIVE RE-USE. Upaya yang akan dilakukan untuk perencanaan perubahan fungsi bangunan Omah Dhuwur Gallery adalah sebagai berikut:

BABV ADAPTIVE RE-USE. Upaya yang akan dilakukan untuk perencanaan perubahan fungsi bangunan Omah Dhuwur Gallery adalah sebagai berikut: BABV ADAPTIVE RE-USE Dengan melihat kondisi eksisting Omah Dhuwur Gallery pada Bab III dan analisa program pada Bab IV, maka pembahasan-pembahasan tersebut di atas digunakan sebagai dasar pertimbangan

Lebih terperinci

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT DESKRIPSI OBJEK RUANG PUBLIK TERPADU RAMAH ANAK (RPTRA) Definisi : Konsep ruang publik berupa ruang terbuka hijau atau taman yang dilengkapi dengan berbagai

Lebih terperinci

dan perancangan Pasar Seni di Muntilan adalah bagaimana wujud rancangan sebagai tempat pemasaran dan wisata berdasarkan kontinuitas antar ruang

dan perancangan Pasar Seni di Muntilan adalah bagaimana wujud rancangan sebagai tempat pemasaran dan wisata berdasarkan kontinuitas antar ruang BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1. Konsep Dasar Perancangan Berdasarkan tinjauan dan proses analisis, permasalahan dalam perencanaan dan perancangan Pasar Seni di Muntilan adalah bagaimana wujud

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek Di Indonesia seni dan budaya merupakan salah satu media bagi masyarakat maupun perseorangan untuk saling berinteraksi satu sama lain. Dengan adanya arus globalisasi

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Simpulan dalam laporan ini berupa konsep perencanaan dan perancangan yang merupakan hasil analisa pada bab sebelumnya. Pemikiran yang melandasi proyek kawasan transit

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki BAB V KONSEP 5.1 Konsep Perancangan Tapak 5.1.1 Pencapaian Pejalan Kaki Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki Sisi timur dan selatan tapak terdapat jalan utama dan sekunder, untuk memudahkan

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP RANCANGAN

BAB VI KONSEP RANCANGAN BAB VI KONSEP RANCANGAN Lingkup perancangan: Batasan yang diambil pada kasus ini berupa perancangan arsitektur komplek Pusat Rehabilitasi Penyandang Cacat Tubuh meliputi fasilitas terapi, rawat inap, fasilitas

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. marmer adalah Prinsip Sustainable Architecture menurut SABD yang terangkum

BAB V KONSEP. marmer adalah Prinsip Sustainable Architecture menurut SABD yang terangkum BAB V KONSEP 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar yang digunakan dalam perancangan sentra industri batu marmer adalah Prinsip Sustainable Architecture menurut SABD yang terangkum dalam Three Dimension Sustainability:

Lebih terperinci

dan perancangan konsep perencanaan 45 I BAB 4 Sehingga akan menimbulkan kemudahan akses terhadap perencanaan fasilitas panggung terbuka

dan perancangan konsep perencanaan 45 I BAB 4 Sehingga akan menimbulkan kemudahan akses terhadap perencanaan fasilitas panggung terbuka BAB 4 konsep perencanaan dan perancangan 4.1. KONSEP PERENCANAAN 4.1.1. Konsep Lokasi dan Site Lokasi yang diperuntukan bagi perencanaan panggung terbuka adalah di Taman Budaya Mataram dengan luas lahan

Lebih terperinci

5. HASIL RANCANGAN. Gambar 47 Perspektif Mata Burung

5. HASIL RANCANGAN. Gambar 47 Perspektif Mata Burung 5. HASIL RANCANGAN 5.1 Hasil Rancangan pada Tapak Perletakan massa bangunan pada tapak dipengaruhi oleh massa eksisting yang sudah ada pada lahan tersebut. Di lahan tersebut telah terdapat 3 (tiga) gedung

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN BAB 5 KONSEP PERANCANGAN PENGEMBANGAN STASIUN KERETA API PASAR SENEN 5.1. Ide Awal Ide awal dari stasiun ini adalah Intermoda-Commercial Bridge. Konsep tersebut digunakan berdasarkan pertimbangan bahwa

Lebih terperinci

BAB V HASIL RANCANGAN

BAB V HASIL RANCANGAN BAB V HASIL RANCANGAN 5.1 RENCANA TAPAK Pencapaian melalui tapak melalui jalan R. E. Martadinata dapat diakses oleh pejalan kaki, kendaraan umum, maupun kendaraan pribadi. Jalan dengan lebar 8 m ini, dapat

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Hasil Rancangan Kawasan Kompleks kawasan smart masjid terbagi atas beberapa massa yang terdiri dari bangunan masjid, penitipan anak, kantin dan bussiness center. Dalam penataan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. konsep dasar yang digunakan dalam Pengembangan Kawasan Wisata Pantai Boom Di

BAB V KONSEP PERANCANGAN. konsep dasar yang digunakan dalam Pengembangan Kawasan Wisata Pantai Boom Di BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Dasar konsep dasar yang digunakan dalam Pengembangan Kawasan Wisata Pantai Boom Di Kabupaten Tuban ini adalah Sequence (pergerakan dari satu tempat ketempat lain sepanjang

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep pada Hasil Rancangan. sebelumnya didasarkan pada sebuah tema historicism sejarah Singosari masa

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep pada Hasil Rancangan. sebelumnya didasarkan pada sebuah tema historicism sejarah Singosari masa BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Perubahan Konsep pada Hasil Rancangan Konsep Perancangan Museum Sejarah Singosari pada uraian bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema historicism sejarah Singosari masa Kertanegara

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. di Trawas Mojokerto ini adalah lokalitas dan sinergi. Konsep diambil dari tema Re-

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. di Trawas Mojokerto ini adalah lokalitas dan sinergi. Konsep diambil dari tema Re- BAB 6 HASIL PERANCANGAN A. Hasil Rancangan Kawasan Konsep yang digunakan dalam perancangan Griya Seni dan Budaya Terakota ini adalah lokalitas dan sinergi. Konsep diambil dari tema Re- Inventing Tradition

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Kasus Proyek Perkembangan globalisasi telah memberikan dampak kesegala bidang, tidak terkecuali pengembangan potensi pariwisata suatu kawasan maupun kota. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN IV.1 KONSEP DASAR Konsep dasar dalam perancangan hotel ini adalah menghadirkan suasana alam ke dalam bangunan sehingga tercipta suasana alami dan nyaman, selain itu juga menciptakan

Lebih terperinci

BAB II MENEMUKENALI SPESIFIKASI TIRTA UJUNG DI KARANGASEM

BAB II MENEMUKENALI SPESIFIKASI TIRTA UJUNG DI KARANGASEM BAB II MENEMUKENALI SPESIFIKASI TIRTA UJUNG DI KARANGASEM Tirta Ujung merupakan mata air alami di Desa Ujung yang dibendung menjadi kolam, yang kemudian digunakan warga setempat untuk melakukan ritual

Lebih terperinci

ARI WISONO X

ARI WISONO X FASILITAS WISATA AIRMATA AIR INGAS COKRO TULUNG DI KLATEN TATA RUANG LUAR, TATA MASSA DAN PENAMPILAN BANGUNAN YANG MFRESPON POTFNSI ALAM BAB I A. LATAR BELAKANG 1. Umum Indonesia memiliki potensi alam

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik BAB V KONSEP V. 1. Konsep Dasar Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik tolak pada konsep perancangan yang berkaitan dengan tujuan dan fungsi proyek, persyaratan bangunan dan ruang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan sumberdaya alam baik hayati maupun non hayati. Negara ini dikenal sebagai negara megabiodiversitas

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN Hasil Perancangan Tata Masa dalam tapak. mengambil objek Candi Jawa Timur (cagar budaya)sebagai rujukannya, untuk

BAB VI HASIL PERANCANGAN Hasil Perancangan Tata Masa dalam tapak. mengambil objek Candi Jawa Timur (cagar budaya)sebagai rujukannya, untuk BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1. HasilPerancanganTapak 6.1.1 Hasil Perancangan Tata Masa dalam tapak Pada PerancanganPusat Industri Jajanan di Sanan Kota Malang ini mengambil objek Candi Jawa Timur (cagar

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pariwisata merupakan industri perdagangan jasa yang memiliki mekanisme pengaturan yang kompleks karena mencakup pengaturan pergerakan wisatawan dari negara asalnya, di

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Makro 5.1.1 Site terpilih Gambar 5.1 Site terpilih Sumber : analisis penulis Site terpilih sangat strategis dengan lingkungan kampus/ perguruan tinggi

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Dalegan di Gresik ini adalah difraksi (kelenturan). Konsep tersebut berawal dari

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Dalegan di Gresik ini adalah difraksi (kelenturan). Konsep tersebut berawal dari BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar yang digunakan dalam perancangan kawasan wisata Pantai Dalegan di Gresik ini adalah difraksi (kelenturan). Konsep tersebut berawal dari

Lebih terperinci

BAB II STEP BY STEP, UNDERSTANDING THE WHOLE PICTURE

BAB II STEP BY STEP, UNDERSTANDING THE WHOLE PICTURE BAB II STEP BY STEP, UNDERSTANDING THE WHOLE PICTURE Pemograman merupakan bagian awal dari perencanaan yang terdiri dari kegiatan analisis dalam kaitan upaya pemecahan masalah desain. Pemograman dimulai

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAWASAN KERAJINAN GERABAH KASONGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAWASAN KERAJINAN GERABAH KASONGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAWASAN KERAJINAN GERABAH KASONGAN V.1 Strategi Karena batasan luas yang besar maka pengembangan kawasan kerajinan gerabah membutuhkan pembagian pengembangan menjadi

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI PROYEK

BAB III DESKRIPSI PROYEK 38 3.1 Gambaran Umum BAB III DESKRIPSI PROYEK Gambar 3. 1 Potongan Koridor Utara-Selatan Jalur Monorel (Sumber : Studi Pra Kelayakan Koridor 1 Dinas Perhubungan Kota Bandung Tahun 2014) Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1. Kesimpulan Kesimpulan dalam penelitian ini berupa hasil jawaban dari pertanyaan penelitian dan tujuan awal dari penelitian yaitu bagaimana karakter Place kawasan,

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN IV.1. Konsep Dasar Konsep dasar yang melatarbelakangi perancangan stasiun tv TPI didasarkan pada empat isu utama, yaitu : Pembagian sirkulasi yang sederhana, jelas, dan efisien

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang Terbuka Hijau atau RTH merupakan salah satu komponen penting perkotaan. Secara umum ruang terbuka publik (open spaces) di perkotaan terdiri dari ruang terbuka

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN 38 BAB V KONSEP PERANCANGAN Konsep dasar perancangan kampus sekolah seni rupa dan desain Indonesia yaitu keselarasan dengan lingkungan sekitar dimana berada dalam kawasan kampus Telkom. 5.1 Konsep Rencana

Lebih terperinci

RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL

RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL Rencana Lanskap Berdasarkan hasil analisis data spasial mengenai karakteristik lanskap pemukiman Kampung Kuin, yang meliputi pola permukiman, arsitektur bangunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK 2.1 Gambaran Umum Proyek Judul Proyek Tema Lokasi Sifat Luas Tapak : Pusat Kebugaran dan Spa : Arsitektur Tropis : Jl. Gandul Raya, Krukut, Depok : Fiktif : ± 15.000 m² (1,5

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. 1. Tingginya Mobilitas Penggunaan Jalan di Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. 1. Tingginya Mobilitas Penggunaan Jalan di Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Latar belakang permasalahan merupakan beberapa isu yang membutuhkan solusi melalui perancagan sebuah fasilitas bangunan untuk memecahkan masalah tersbut.

Lebih terperinci

BAB VI DESAIN PERANCANGAN

BAB VI DESAIN PERANCANGAN BAB VI DESAIN PERANCANGAN 6.1 Perancangan Terkait dengan tema perancangan Prambanan Heritage Hotel dan Konvensi sebagai bangunan sebagai lanskap candi Prambanan dan tidak menonjolkan karakter bangunan

Lebih terperinci

RESORT DENGAN FASAILITAS MEDITASI ARSITEKTUR TROPIS BAB V KONSEP PERANCANGAN. 5.1 Konsep dasar perancanagan. 5.2 Konsep perancangan

RESORT DENGAN FASAILITAS MEDITASI ARSITEKTUR TROPIS BAB V KONSEP PERANCANGAN. 5.1 Konsep dasar perancanagan. 5.2 Konsep perancangan BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep dasar perancanagan Konsep dasar perancangan Resort dengan Fasilitas Meditasi ialah untuk mendukung potensi wisata pantai di Anyer. Memaksimalkan pengolahan ruang dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. pengumpulan data, analisis, dan proses sintesis atau konsep perancangan.

BAB III METODE PERANCANGAN. pengumpulan data, analisis, dan proses sintesis atau konsep perancangan. BAB III METODE PERANCANGAN Pada perancangan hotel resort dalam seminar ini merupakan kajian berupa penjelasan dari proses perancangan yang disertai dengan teori-teori dan data-data yang didapat dari studi

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN AREA PENDIDIKAN R. PUBLIK. Gambar 3.0. Zoning Bangunan Sumber: Analisa Penulis

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN AREA PENDIDIKAN R. PUBLIK. Gambar 3.0. Zoning Bangunan Sumber: Analisa Penulis BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 4.1. Konsep Perencanaan 4.1.1. Konsep Zoning Tapak AREA PENDIDIKAN R. PUBLIK Gambar 3.0. Zoning Bangunan Sumber: Analisa Penulis Kawasan Sekolah Seni Rupa untuk

Lebih terperinci

Konsep Tata Masa. Parkir. Green area. Green area

Konsep Tata Masa. Parkir. Green area. Green area Konsep Tata Masa 1. Bagian Barat langgar 2. Bagian Utara Rumah induk 3. Bagian Selatan Rumah 4. Bagian Timur kandang & Dapur Parkir Green area Konsep tata masa dalam perancangan taman wisata budaya mengutip

Lebih terperinci

HIRARKI IV ZONASI. sub zona suaka dan pelestarian alam L.1. sub zona sempadan lindung L.2. sub zona inti konservasi pulau L.3

HIRARKI IV ZONASI. sub zona suaka dan pelestarian alam L.1. sub zona sempadan lindung L.2. sub zona inti konservasi pulau L.3 LAMPIRAN VI : PERATURAN DAERAH DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN TABEL-2 KLASIFIKASI ZONA DAN SUB ZONA HIRARKI I fungsi lindung adm fungsi

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB III: DATA DAN ANALISA BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik 1.1.1. Data Non Fisik Sebagai stasiun yang berdekatan dengan terminal bus dalam dan luar kota, jalur Busway, pusat ekonomi dan pemukiman penduduk,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Penataan ruang terbuka pada pusat Kota Lamongan yang berbasis sustainable urban landscape dapat dicapai apabila seluruh stakeholder dapat menjalankan perannya

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN IV.1 KONSEP TAPAK DAN RUANG LUAR IV.1.1 Pengolahan Tapak dan Ruang Luar Mempertahankan daerah tapak sebagai daerah resapan air. Mempertahankan pohon-pohon besar yang ada disekitar

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KHUSUS

BAB III TINJAUAN KHUSUS BAB III TINJAUAN KHUSUS III.1 Tema Ruang dan Sirkulasi III.1.a Latar Belakang Pemilihan Sebagian besar museum yang ada sekarang ini, tidak terlalu memperhatikan ruang dan sirkulasi. Ini bisa dilihat dari

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Tujuan Perencanaan dan Perancangan Perencanaan dan perancangan Penataan PKL Sebagai Pasar Loak di Sempadan Sungai Kali Gelis Kabupaten Kudus

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep perancangan yang digunakan dalam perancangan kembali pasar

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep perancangan yang digunakan dalam perancangan kembali pasar BAB V KONSEP PERANCANGAN Konsep perancangan yang digunakan dalam perancangan kembali pasar tradisional di Kabupaten Jember menggunakan konsep extending tradisional. Pada bab-bab sebelumnya telah dijelaskan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Dasar Rancangan. Dalam konsep rancangan museum yamaha motor indonesia inii,yang digunakan sebagai konsep dasar adalah Susuai dengan fungsi bangunan fasad akan dirancang

Lebih terperinci

Transformasi pada objek

Transformasi pada objek PROFIL UKURAN LAHAN KEBUTUHAN RUANG KONSEP PELETAKAN MASSA wadah kegiatan komersil dan kegiatan wisata edukasi untuk meningkatkan apresiasi konsumen terhadap hasil karya produsen. Pemilik : Swasta - APTA

Lebih terperinci

BAB 3 METODA PERANCANGAN. Lingkup metoda penyusunan rencana Pembangunan Pusat Sains dan Teknologi di

BAB 3 METODA PERANCANGAN. Lingkup metoda penyusunan rencana Pembangunan Pusat Sains dan Teknologi di BAB 3 METODA PERANCANGAN Lingkup metoda penyusunan rencana Pembangunan Pusat Sains dan Teknologi di kawasan Pantai Panjang Kota Bengkulu ini secara umum mencakup hal-hal sebagai berikut: 3.1 Ide Perancangan

Lebih terperinci

Aspek Arsitektur Kota dalam Perancangan Pasar Tradisional

Aspek Arsitektur Kota dalam Perancangan Pasar Tradisional TEMU ILMIAH IPLBI 2013 Aspek Arsitektur Kota dalam Perancangan Pasar Tradisional Agus S. Ekomadyo (1), Kustiani (2), Herjuno Aditya (3) (1) Kelompok Keilmuan Perancangan Arsitektur, SAPPK, Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN BAB VI KONSEP PERENCANAAN VI.1 KONSEP BANGUNAN VI.1.1 Konsep Massa Bangunan Pada konsep terminal dan stasiun kereta api senen ditetapkan memakai masa gubahan tunggal memanjang atau linier. Hal ini dengan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Perkembangan kepariwisataan dunia yang terus bergerak dinamis dan kecenderungan wisatawan untuk melakukan perjalanan pariwisata dalam berbagai pola yang berbeda merupakan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 konsep Dasar 5.1.1 Tata Letak Bangunan Gate entrance menuju Fasilitas Wisata Agro terletak di jalan akses masuk wisata Kawah Putih, dengan pertimbangan aksesibilitas jalan

Lebih terperinci