Bab I Pendahuluan. Istilah kekunaan diartikan pada tinggalan fisik yang bernilai arkeologis atau benda cagar budaya (BCB).
|
|
- Hendri Johan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang Keberadaan situs, relik, dan wilayah kekunaan 1 serta pengembangannya memiliki potensi-potensi konflik teritorial, khususnya pada aspek pengamanan dan pemanfaatan fungsi bentang alamnya. Khususnya pada wilayah lindung, kedua aspek di atas memiliki implikasi besar pada keberlangsungan ekologi dan ekonomi komunitas di dalam dan sekitarnya. Berdasarkan hal tersebut di atas maka perancangan arsitektur dan arsitektur lanskap diyakini dapat meredam permasalahan dan konflik seperti yang dikemukakan di atas apabila dilakukan dengan pendekatan perancangan yang sesuai dan memadai. Pendekatan yang umum dilakukan adalah dengan jalan menggugah potensi wisata dan unsur lokalitas untuk dijadikan acuan dasar pengembangannya. Perancangan fasilitas wisata sebagai bagian dari khazanah penciptaan ruang publik saat ini di dunia telah banyak pula diwarnai pendekatan perancangan dan pengembangan wilayah lindung yang lebih kritis, spesifik dan dinamis salah satunya adalah unvolumetric architecture. Dalam tesis ini tema unvolumetric architecture dipilih karena gagasan tentang pelestarian lingkungan fisik dan nonfisik dan potensinya dielaborasi lebih mendalam dan bahkan akan dapat menjadi suatu langgam arsitektur tersendiri meski belum dianggap mapan dan populer 2. Tema tersebut merupakan salah satu pendekatan yang berkonsentrasi pada intervensi arsitektur di dalam kawasan lindung. Memandang potensi dan peluang tersebut di atas maka dalam tesis ini dipilih kawasan lindung/konservasi Trowulan 1 Istilah kekunaan diartikan pada tinggalan fisik yang bernilai arkeologis atau benda cagar budaya (BCB). 2 Aymonino 2006:15. a reflection on the interpretation of...architectural and spatial phenomena that are changing some of the fundamental and structural concepts (and preconceptions) of the discipline of architecture in a radical and pervasie way, a fact with which everyone by now is essentially in agreement. Dari frasa tersebut sementara disinyalir masih terjadi perdebatan secara terminologis sehingga dapat disimpulkan pendekatan tersebut masih belum dikenal secara luas. 1
2
3 Gambar I. 2 Tapak di Sentonorejo yang dieksploitasi oleh para perajin bata merah. (Sumber: Anenggata, 2005) Trowulan diidentifikasi memiliki obyek kunjungan wisata budaya terbanyak 4. Obyek-obyeknya sebagian besar merupakan situs peninggalan era Majapahit. Situs yang banyak ditemukan di kawasan ini; kebanyakan masih dalam proses identifikasi dan penyelamatan, meski ada pula yang telah dipugar dan dipamerkan 5. Hal ini menyiratkan bahwa proses perwujudan dan pengembangan kawasan pariwisatanya masih panjang, sehingga memberi peluang guna mengusulkan rancangan fasilitas wisata budaya di Trowulan yang lebih baik, berbasiskan penelitian arkeologis. I.1.2 Fenomena Pemanfaatan dan Perusakan Situs di Trowulan Situs kekunaan era Majapahit di kawasan Trowulan yang diidentifikasi, diselamatkan, maupun yang telah dipugar senantiasa menghadapi ancaman perusakan, antara lain maraknya fenomena pemanfaatan bentang alam tanpa pengarahan. Berdasarkan pengamatan kurang lebih terdapat empat fenomena ancaman yaitu yang pertama adalah kemunculan perajin genteng-bata merah yang menggali tanah yang mengaduk dan merusak temuan di dalam tanah (lihat Gambar I.2). Para pengumpul barang bekas sering memanfaatkan lahan sebagai 4 Armstrong 2006:39. Obyek kunjungan wisata budaya didasarkan pada jumlah banyaknya situs purbakala di tiap kabupaten di Jawa Timur. Ketiga besar dari 17 kabupaten yang didata adalah kabupaten Mojokerto (10 buah situs), Kediri (7 buah situs), dan Malang (5 buah situs). Meski Mojokerto tertinggi jumlah situsnya namun pada pendataan jumlah pengunjung terbanyak di tahun 2005, posisi ketiga besar ditempati Gresik ( ), Tuban ( ) dan Lamongan ( ) sedangkan Mojokerto hanya menempati urutan kelima dengan pengunjung sebanyak orang. 5 Mundardjito, dkk 1986 terdapat daftar tinggalan jenis kanal satu buah, waduk enam buah, kolam tiga buah, sejumlah sumur, candi sembilan buah dan gapura dua buah. Menurut Oesman 1999 terdapat pula tinggalan beberapa struktur lengkap ataupun sisa-sisa perumahan dan parit-parit kuno. 3
4 Gambar I. 3 Situs Siti Hinggil yang ditumpuki bangunan baru dan diisi oleh kegiatan meditasi dan ziarah kejawen. (Sumber: Anenggata, 2005) lokasi penyimpanannya, yang dapat megancam kelangsungan wisata dan penelitian arkeologis. Fenomena kedua adalah pemanfaatan pada jaringan infrastruktur kanal kuno, struktur bangunan kuno dan umpak-umpak kuno, untuk ditumpuki struktur bangunan moderen (lihat Gambar I.3 dan I.4). Pemanfaatan berlebihan kanal kuno yang masih lestari sebagai jalur pengairan menjadi pondasi perumahan dapat berakibat buruk pada lingkungan. Saat ini fenomena tersebut masih dianggap wajar akibat dinamika dan mendesaknya kebutuhan lahan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dan permukiman. Ketiga, adalah fenomena pemanfaatan situs sebagai obyek wisata ziarah, seperti situs Siti Hinggil, Makam kuno Troloyo (lihat Gambar I.5) dan umpak-umpak besar Pendopo Agung. Terjadi privatisasi kawasan kekunaan, yang berdampak pada keberlangsungan identitas Gambar I. 4 Eksploitasi situs Pendopo Agung. (Sumber: easjava.com) 4
5 Gambar I. 5 Makam kuno Troloyo yang dipagari dan ditambahi bangunan baru di atasnya. (Sumber: Anenggata, 2005) dan kesejarahan kawasan Trowulan. Alih-alih berinisiatif menyelamatkan dan mengamankan kawasan dan monumen kuna, pemanfaatannya justru cenderung menghentikan kegiatan penelitian arkeologis yang seharusnya terus berlangsung. Fenomena keempat adalah masih terdapatnya akses pengunjung yang dinilai berlebihan pada situs dan monumen kekunaan. Pada beberapa situs yang telah dipamerkan terdapat sekuen tata hijau yang memberi peluang pengunjung untuk dapat menyentuh, menaiki dan menapaki bangunan kuno. Hal ini merupakan ancaman tersendiri pada bangunana kuno atau monumen yang berbahan bata merah yang terkenal lebih rapuh dibandingkan batu atau beton. Akses pengunjung semacam ini kurang memberi manfaat dan dukungan pada usaha pelestarian Gambar I. 6 Monumen bangunan petirtaan/candi Tikus yang diduduki pengunjung. (Sumber: Anenggata 2006) 5
6 khususnya pada kekuatan bahan dan konstruksi terlebih memandang bahwa biaya restorasi candi-candi di Trowulan yang relatif tinggi dibandingkan bangunan moderen. Secara umum minimnya arus informasi, kesadaran dan komunikasi antara badan terkait dengan komunitas Trowulan dan sekitarnya menyebabkan kurang terarahnya pengendalian dan pengembangan kawasan bersejarah ini Lemahnya Unsur Tengaran Kawasan Trowulan dan sekitarnya ditembus oleh jalur selatan transportasi antar provinsi. Kekuatan jalur mobilitas ini merupakan salah satu modal pengembangan kawasan wisata yang baik. Sebagai kawasan yang diyakini dahulunya sebagai kota kuno, Kecamatan Trowulan belum memiliki tengaran yang memadai. Pelintas jalur ini belum diberi peluang untuk mengenali dan mencapai obyekobyek kota kuno dengan mudah dan nyaman. Akses dari jalur ini ke kota kuno masih jauh dari kesan mengundang serta kurang representatif. Bentang alam pedesaan dengan lahan pertanian, perladangan dan kerajinan lokal mendominasi rona visual panoramanya. Bekas-bekas konversi alamiah jaringan pengairan kuno, meski belum diselamatkan atau dipamerkan namun telah diidentifikasi secara arkeologis. Panorama bentang alam semacam ini merupakan potensi yang dapat digali lebih jauh sebagai salah satu identitas kawasan yang bertujuan mempopulerkan kawasan kekunaan ini sebagai salah satu tujuan wisata berskala internasional. 1.2 Deskripsi Topik Tema Un-Volumetric Architeture Gagasan un-volumetric architecture (un-vol) (Aymonino 2006) adalah salah satu pendekatan di dalam menciptakan ruang publik masa kini dan dijadikan tema dalam tesis ini. Bila fasilitas wisata dipandang sebagai salah satu manifestasi ruang publik maka pendekatan ini dapat dianggap relevan untuk diterapkan. Tema perancangan un-vol berkaitan dengan strategi penciptaan spasial untuk kegiatan publik di dalam tapak yang senantiasa dianggap terbatas dan sulit seperti kawasan 6
7 Gambar I. 7 Kupla - The Bubble: Menara pantau di Kebun Binatang Korkeasaari Finlandia karya Ville Hara. (Sumber: Aymonino, 2006: 78) lindung. Intervensi pada kawasan konservasi atau lindung tersebut tentunya memiliki konsekuensi yang lebih kritis dibandingkan pada kawasan yang terbuka atau bukan konservasi. Salah satu aspek yang dianggap kritis adalah pada analisis program, material, struktur dan konstruksi arsitektur dan arsitektur bentang alamnya. Tema un-vol diketengahkan dan berperan vital di dalam kasus perancangan di kawasan arkeologi Trowulan. Unvolumetric architecture apabila ditinjau secara konseptual terdapat rumusan umum perancangan arsitektur dan arsitektur bentang alam yang mengedepankan proses penciptaan place yang terperinci seperti peninjauan kembali makna lokasi, 7
8 kondisi alam sekitar dan potensi bentang alam. Di samping itu, un-vol fisik dapat diartikan peninjauan kembali peran-peran generik elemen fisik dinding, lantai, atap yang umumnya membentuk volum dan spasial dalam arsitektur. Formasi ketiganya, sebagian atau salah satu, dapat hanya terwakili secara persepsional namun tidak selalu terwakili secara visual. Secara umum maka permasalahan dalam pemrograman dan perancangan arsitektur bentang alam adalah yang menjadi fokus perhatian di dalam un-vol. Macam-macam bentuk arsitektur un-vol yang tercipta biasanya berupa kanopi, skin structures dan elemen-elemen infrastruktur kota (Brown,. Aymonino 2006:9) dan beberapa tipologi arsitektur hibrid tertentu yang total berwawasan lingkungan (Gambar I.7). Pada tataran ini un-vol dapat saja dikategorikan sebagai suatu unsur penciptaan suatu langgam arsitektur kontemporer di kemudian hari. Gambar I. 8 Kota Majapahit seluas 9x11 km 2 dan jaringan kanal kuno. (Sumber: Mutiara-mutiara Majapahit BP3 Jatim, 2006) 8
9 Di sisi lain tuntutan fenomena crossprogramming (Tschumi 1994:176) pada penciptaan ruang publik juga menjadi pisau analisis tersendiri di dalam merancang un-volumetric architecture lebih jauh. Sebuah program aktivitas publik yang bervariasi dan berubah berdasarkan waktu dianggap sebagai salah satu entity non-fisik pembentuk ruang dan volum dalam arsitektur kontemporer. Untuk menanggapinya, pada tahap tertentu aspek fleksibilitas elemen fisik arsitektur/ bentang alam yang mewadahinya dapat saja minimal secara visual, namun persepsi spasialnya masih dapat dicerap dan ditelusuri. Arsitektur tidak lagi bergantung pada eksistensi massa dan volum (Brown,. Aymonino,2006:10) namun bergantung pada fenomena spasial akibat dari kemunculan aktivitas di dalam perubahan waktu. Khususnya pada penciptaan ruang publik maka dinamika ini menjadi keharusan untuk ditanggapi lebih lanjut dan komprehensif Bentang Alam Trowulan Secara antropologis dan arkeologis bentang alam Trowulan (lihat Gambar I.1 dan 1.8) merupakan multi component site 6. Diduga terdapat tiga jaman (Buddha, Hindu dan Islam) dalam rentang kurang lebih 1000 tahun 7 telah menempatinya. Di dalamnya berbagai tinggalan kuno dan fasilitas desa moderen hidup berdampingan dan bersinergi hingga kini. Kawasan yang padat dengan benda kuno masih berada di dalam tanah, bertumpukan dengan kawasan perkotaan telah diidentifikasi. Beberapa monumen atau temuan kekunaan yang berada di atas permukaan tanah beberapa telah dipugar dan dipamerkan dalam konstelasi jaringan wisata budaya regional dan nasional. 6 Hasil wawancara dengan arkeolog Prapto Saptono yang mendefinisikan bahwa beberapa komunitas yang berlatar belakang budaya yang berbeda-beda memanfaatkan suatu kawasan atau tapak yang sama di dalam rentang waktu yang berkesinambungan ataupun diskontinyu. Kasus di Trowulan dapat dilihat pada contoh sederhana fenomena pemanfaatan umpak kuno yang dipergunakan sebagai kolom bangunan masjid atau hunian moderen di kawasan Trowulan. 7 Terhitung sejak didirikannya Candi Brahu/Warahu di desa Bejijong Kecamatan Trowulan yang dibangun pada 9 September 939 (Depdikbud 1986). Keberadaan Candi Brahu yang didirikan pada era Mataram Hindu tersebut adalah salah satu bukti bahwa jauh sebelum kota Majapahit didirikan di Trowulan (1292 M), lokasi ini sudah menjadi lahan permukiman. 9
10 Gambar I. 9 Monumen petirtaan/candi Tikus di Kec. Jatirejo Kab. Mojokerto. (Sumber: Anenggata 2006) Bentang alam Trowulan (Trawulan) dan sekitarnya diyakini dahulunya merupakan town/city/urban-site karena ditemukan peninggalan purbakala dalam jumlah yang amat besar, berbagai jenis temuan yang beranekaragam, dan persebarannya yang luas (Mundardjito 2003). Dari paparan tersebut, maka bentang alam Trowulan telah diidentifikasi sebagai wilayah kota kuno era Majapahit seluas 9x11 km 2 yang tersebar di kabupaten Jombang dan Mojokerto (Rangkuti 2006). Kota kuno dibatasi empat titik sudut pada empat kecamatan yang berbeda. Pusat kota kuno tersebut berada di wilayah Desa Trowulan Kecamatan Trowulan Kabupaten Mojokerto, dan berpusat di radius 1 km dari situs Kolam Segaran (Hermanislamet 1999). Banyaknya temuan yang telah dipugar dan diidentifikasi akan memengaruhi karakter bentang desa-desa yang termasuk dalam batas serta pusat kota kuno tersebut. Penggalian karakter kota kuno era Majapahit berpeluang untuk dijadikan identitas kesejarahan bentang alam Trowulan Fasilitas Wisata di Trowulan Candi-candi yang telah dipugar di Trowulan dan dipamerkan merupakan aset utama wisata budaya di kawasan ini. Keterbatasan sarana dan prasarana masih membuka peluang untuk meninjau kembali arahan pengembangan situs-situs tersebut. Program pariwisata yang dikenal sebagai salah satu media publikasi dan pelestarian diyakini merupakan salah satu metode terbaik untuk mengembangkan potensi suatu kawasan. Situs Trowulan yang luas dan tersebar, aspek aksesibilitas dan jaringan kegiatan dijadikan salah satu isu penting dalam rencana penataan fasilitas, wisata budaya selain juga didasari oleh inisiatif-inisiatif pengembangan 10
11 Gambar I. 10 Peta Rekonstruksi Ibukota Kerajaan Majapahit. (Sumber: Mutiara-mutiara Majapahit BP3 Jatim, 2006) wilayah sesuai RDTRK Ibukota Kecamatan Trowulan Fasilitas wisata eksisting berdasarkan pengamatan masih memerlukan pembenahan berupa penyempurnaan jaringan aksesibilitas, konsep pamer kekunaan dan hal-hal lain yang terkait dengan pemanfaatan kawasan lindung di Trowulan (Gambar I.9). I.3 Alasan Pemilihan Tema Alasan pemilihan tema unvolumetric architecture pada perancangan fasilitas wisata dianggap sesuai karena memandang perannya yang spesifik di dalam menangani kawasan lindung khususnya yang wilayah konservasi kekunaan seperti di Trowulan. Menanggapi hal tersebut maka mencapainya dilakukan langkahlangkah yang temasuk dalam un-vol yaitu berupa: perlunya menginventarisasi potensi fisik dan non fisik di dalam bentang alam Trowulan dan sekitarnya yang diyakini bekas kota kuno era Majapahit. perlunya menyusun rumusan dan simulasi konsep perancangan dan penataan fasilitas wisata budaya di Trowulan dan sekitarnya. 11
12 I.4 Tujuan, Sasaran dan Manfaat Perancangan Tujuan tesis desain ini adalah merumuskan perancangan dan penataan fasilitas wisata budaya di Trowulan dan sekitarnya dengan pendekatan unvolumetric architecture. Tujuan khususnya adalah mewujudkan suatu gubahan tata fasilitas wisata yang mengarah pada pelestarian sisa peninggalan kuno dan lingkungan vernakular Trowulan. Sasaran tesis adalah merumuskan konsep dan menyusun gambar-gambar prarencana arsitektur dan sistem arsitektur bentang alam fasilitas wisata Trowulan. Manfaat perancangan adalah sebagai gambaran refleksi penulis terhadap kondisi kepariwisataan dan bentang alam Trowulan saat ini dan aspek keberlanjutannya kepada masyarakat umum dan badan terkait. I.5 Permasalahan Permasalahan pertama di dalam tesis desain ini adalah bagaimana dan sejauh apa pengaruh bentang alam sisa-sisa kota kuno era Majapahit dan kaitannya dengan gagasan unvol. Permasalahan kedua adalah bagaimana cara menerapkan pengaruh fisik dan non fisik kota kuno tersebut pada suatu program kegiatan dan fasilitas wisata (budaya) yang spesifik untuk kawasan Trowulan dan sekitarnya. Permasalahan ketiga adalah bagaimana cara menggabungkan program kegiatan dan fasilitas wisata untuk bersinergi dengan kekhasan potensi-potensi dan kondisi eksisting kawasan. Secara keseluruhan hal-hal di atas merupakan usaha-usaha memunculkan citra baru kawasan Trowulan dan sekitarnya yang lebih signifikan. I.6 Lingkup dan Batasan Lingkup tesis desain ini adalah tahap prarencana. Keluaran yang diharapkan adalah terbentuknya penataan jalur dan fasilitas wisata budaya di Trowulan seluas 9 x 11 km 2 menjadi suatu kesatuan tema. Batasan tesis meliputi batas-batas kawasan kota kuno Majapahit (Gambar I.7 dan I.10). 12
13 I.7 Skema Pemikiran Bab I Trowulan sebagai kawasan lindung dan wisata purbakala membutuhkan pembenahan khusunya pada penataan fasilitas wisata dan arahan pemanfaatan bentang alam. Gagasan un-vol adalah salah satu pendekatan yang sesuai untuk diterapkan karena gagasan tersebut berkaitan dengan penciptaan ruang publik di kawasan lindung. Tujuan Merumuskan konsep perancangan fasilitas wisata di Towulan dengan pendekatan un-vol. Bab II Bahasan dan studi preseden un-vol di Asia, Amerika dan Eropa. Bab III Review rencana pengembangan wilayah Trowulan dan sekitarnya. Pengamatan di lapangan dan hasil penelitian arkeologi terkini. Kriteria perancangan un-volumetric architecture. Kriteria pengembangan wilayah dan deskripsi karakter khas bentang alam vernakular Trowulan yang menonjol. Bab IV Bahasan unvolumetric architecture di Trowulan. Analisis tapak, kegiatan dan pemrograman fasilitas wisata. Bab V Konsep pemintakatan, sumbu dan aksesibilitas. Konsep perletakan fungsi utama dan penunjang. Konsep ruang terbuka dan festival. Konsep floorscape, fitur lanskap, observatorium situs dan tata hijau. Gambar I. 11 Skema pemikiran. (Sumber: Mutiara-mutiara Majapahit, BP3 Jatim 2005) 13
14 I.8 Sistematika Penulisan Laporan tesis desain ini terdiri atas lima bab, yang tersusun sebagai berikut: Bab I Pendahuluan, berisi paparan latar belakang, deskripsi topik, alasan pemilihan tema, tujuan, sasaran dan manfaat perancangan, lingkup dan batasan, permasalahan, skema pemikiran, serta sistematika penulisan. Bab II Unvolumetric architecture, berisi paparan gagasan, ulasan contoh dan preseden proyek arsitektur dan arsitektur bentang alam setema di Amerika, Eropa dan Asia. Bab III Gambaran umum bentang alam Trowulan dan review pengembangan wilayah, berisi pengamatan kondisi eksisting, kompilasi hasil penelitian arkeologi dan review rencana pengembangan wilayah terkait. Bab IV Analisis pengembangan fasilitas wisata Trowulan, berisi analisis obyek kunjungan, program kegiatan dan fasilitas, analisis bentuk dan material serta analisis pemilihan lokasi. Bab V Konsep dan hasil rancangan, berisi ulasan gambar-gambar konsep perancangan dan penerapannya antara lain berupa konsep pemintakatan dan perletakan fungsi, konsep aksesibilitas dan jaringan jalur wisata, konsep observatori situs. 14
Gambar V.8 Potongan lahan fasilitas 2
RUANG KONFERENSI DAN GALERI VIDEO REFERNSI DAN PUSAT INFORMASI GALERI PAMER TEMPORER /RUANG MULTIFUNGSI POTONGAN LAHAN SELATAN-UTARA TAMPAK BARAT Gambar V.8 Potongan lahan fasilitas 2 0 10 20 50 meter
Lebih terperinciUNVOLUMETRIC ARCHITECTURE: PERANCANGAN FASILITAS WISATA TROWULAN DI KECAMATAN TROWULAN, MOJOKERTO, JAWA TIMUR
HALAMAN JUDUL UNVOLUMETRIC ARCHITECTURE: PERANCANGAN FASILITAS WISATA TROWULAN DI KECAMATAN TROWULAN, MOJOKERTO, JAWA TIMUR TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari
Lebih terperinci1BAB I PENDAHULUAN. KotaPontianak.Jurnal Lanskap Indonesia Vol 2 No
1BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Pontianak sebagai ibukota Provinsi Kalimantan Barat memiliki karakter kota yang sangat unik dan jarang sekali dijumpai pada kota-kota lain. Kota yang mendapat
Lebih terperinciSebagai bagian dari suatu sistem bentang alam di wilayah A dan kedekatannya Kolam Segaran maka keduanya berpotensi memiliki hubungan fungsi tertentu. Hingga kini belum dapat disimpulkan fungsi spesifik
Lebih terperinciBAB III METODE PERANCANGAN. perancangan merupakan paparan deskriptif mengenai langkah-langkah di dalam
BAB III METODE PERANCANGAN Merancang sebuah Griya Seni dan Budaya Terakota sesuai dengan konsep dan teori yang diinginkan tidak terlepas dari metode perancangan. Metode perancangan merupakan paparan deskriptif
Lebih terperinciPengembangan Stasiun Kereta Api Pemalang di Kabupaten Pemalang BAB I PENDAHULUAN. commit to user
BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini, akan dibahas mengenai, pengertian dan esensi judul, latar belakang munculnya gagasan atau ide dan judul, tujuan dan sasaran perencanaan dan perancangan, permasalahan
Lebih terperinciBab IV Analisis Pengembangan Fasilitas Wisata Trowulan
Bab IV Analisis Pengembangan Fasilitas Wisata Trowulan 4.1 Analisis Obyek Kunjungan Wisata Budaya Sesuai kategorisasi berdasarkan arahan RIA 1986 wilayah-wilayah yang diprioritaskan adalah wilayah A, B,
Lebih terperinciBAB 3 METODE PERANCANGAN. Ide dan gagasan gagasan perancangan integrasi pasar tradisional
BAB 3 METODE PERANCANGAN 3.1 Ide Perancangan Ide dan gagasan gagasan perancangan integrasi pasar tradisional dengan ruang publik terbuka hijau muncul karena semakin banyak isuisu perkotaan yang saat ini
Lebih terperinciBab V Konsep dan Hasil Rancangan
Bab V Konsep dan Hasil Rancangan 5.1 Konsep Pemintakatan dan Perletakan Fungsi Wilayah A dahulunya merupakan kawasan pusat kota Majapahit. Wilayah tersebut dijadikan perletakan fungsi dan fasilitas wisata
Lebih terperinciPERANCANGAN GRIYA SENI DAN BUDAYA TERAKOTA DI TRAWAS MOJOKERTO
PERANCANGAN GRIYA SENI DAN BUDAYA TERAKOTA DI TRAWAS MOJOKERTO Abstrak Terakota merupakan salah satu kebudayaan dan kesenian peninggalan kerajaan Majapahit yang saat ini sudah hampir punah. Seiring dengan
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA
P LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA PENEKANAN DESAIN TIPOLOGI PADA ARSITEKTUR BANGUNAN SETEMPAT Diajukan
Lebih terperinciLANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AGROWISATA BELIMBING DAN JAMBU DELIMA KABUPATEN DEMAK
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AGROWISATA BELIMBING DAN JAMBU DELIMA KABUPATEN DEMAK Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik diajukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Kotagede adalah sebuah kota lama yang terletak di Yogyakarta bagian selatan yang secara administratif terletak di kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul. Sebagai kota
Lebih terperinciBAB III METODE PERANCANGAN. dengan objek perancangan. Kerangka rancangan yang digunakan dalam proses
BAB III METODE PERANCANGAN Secara umum kajian perancangan dalam tugas ini, merupakan paparan dari langkah-langkah dalam proses merancang. Sedangkan analisis data dilakukan dengan metode berdasarkan logika,
Lebih terperinciAR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah susun ini dirancang di Kelurahan Lebak Siliwangi atau Jalan Tamansari (lihat Gambar 1 dan 2) karena menurut tahapan pengembangan prasarana perumahan dan permukiman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.7 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.7 Latar Belakang Banda Aceh merupakan salah satu kota yang dilanda bencana alam Tsunami pada Desember Tahun 2004. Pasca bencana Tsunami, kota Banda Aceh kembali di bangun oleh Pemerintah
Lebih terperinciPelestarian Cagar Budaya
Pelestarian Cagar Budaya KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN BALAI PELESTARIAN CAGAR BUDAYA JAWA TIMUR 2016 Sebelum kita bahas pelestarian cagar budaya, kita perlu tahu Apa itu Cagar Budaya? Pengertian
Lebih terperinciby NURI DZIHN P_ Sinkronisasi mentor: Ir. I G N Antaryama, PhD
by NURI DZIHN P_3204100019 Sinkronisasi mentor: Ir. I G N Antaryama, PhD Kurangnya minat warga untuk belajar dan mengetahui tentang budaya asli mereka khususnya generasi muda. Jawa Timur memiliki budaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek Di Indonesia seni dan budaya merupakan salah satu media bagi masyarakat maupun perseorangan untuk saling berinteraksi satu sama lain. Dengan adanya arus globalisasi
Lebih terperinciPendekatan Kontekstual pada Rancangan Pusat Kajian Pekembangan Islam di Komplek Makam Siti Fatimah binti Maimun, Leran, Manyar, Gresik
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1 Pendekatan Kontekstual pada Rancangan Pusat Kajian Pekembangan Islam di Komplek Makam Siti Fatimah binti Maimun, Leran, Manyar, Gresik Firdha Ayu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membentang luas lautan yang merupakan pesisir utara pulau Jawa. Kabupaten
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Tuban provinsi Jawa Timur merupakan wilayah yang berada di Jalur Pantai Utara (Pantura) Pulau Jawa. Sebelah utara Kabupaten Tuban membentang luas lautan
Lebih terperinciBAB 3 METODE PERANCANGAN. metode perancangan yang digunakan adalah metode deskriptif analisis. Metode
BAB 3 METODE PERANCANGAN Dalam proses perancangan Pusat Olahraga Aeromodelling di Malang ini, metode perancangan yang digunakan adalah metode deskriptif analisis. Metode ini berisi tentang paparan atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seperti kita ketahui, Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman budaya dan kesenian. Keberagaman budaya inilah yang membuat Indonesia dikenal oleh negara-negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembentukannya setiap budaya yang dimunculkan dari masing-masing daerah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan Indonesia memiliki ragam suku dan budaya, dalam proses pembentukannya setiap budaya yang dimunculkan dari masing-masing daerah memiliki nilai sejarah. Pembentukan
Lebih terperinciKONDISI UMUM Batas Geografis dan Administratif Situs Candi Muara Takus
30 KONDISI UMUM Batas Geografis dan Administratif Wilayah perencanaan situs Candi Muara Takus terletak di Desa Muara Takus, Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Jarak kompleks candi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Aktivitas Pengrajin Gerabah di Desa Pagelaran
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Desa Pagelaran merupakan salah satu daerah penghasil gerabah di Kabupaten Malang. Di tengah wilayah desa ini dilintasi jalan yang menghubungkan Malang dengan Bantur
Lebih terperinciI.1 LATAR BELAKANG I.1.1
BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG I.1.1 Latar Belakang Pemilihan Kasus Kebudayaan memiliki unsur budi dan akal yang digunakan dalam penciptaan sekaligus pelestariannya. Keluhuran dan kemajuan suatu
Lebih terperinciIntegrasi Budaya dan Alam dalam Preservasi Candi Gambarwetan
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) G-169 Integrasi Budaya dan Alam dalam Preservasi Candi Gambarwetan Shinta Octaviana P dan Rabbani Kharismawan Jurusan Arsitektur,
Lebih terperinciBab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang
Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Perkembangan kepariwisataan dunia yang terus bergerak dinamis dan kecenderungan wisatawan untuk melakukan perjalanan pariwisata dalam berbagai pola yang berbeda merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Untuk mendapatkan gambaran tentang pengertian DESAIN KAWASAN. WISATA PUSAT KERAJINAN PERAK, KAB. BANTUL, perlu diketahui
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Deskripsi Untuk mendapatkan gambaran tentang pengertian DESAIN KAWASAN WISATA PUSAT KERAJINAN PERAK, KAB. BANTUL, perlu diketahui tentang : Desain : Kerangka bentuk atau rancangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Isu akan dihidupkannya kembali jalur kereta api Bandung Ciwidey memiliki keuntungan tersendiri bagi sektor pariwisata disepanjang jalur tersebut. Dukungan infrastruktur
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi ini, bangunan bersejarah mulai dilupakan oleh
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini, bangunan bersejarah mulai dilupakan oleh masyarakat khusunya generasi muda. Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi membuat bangunan-bangunan
Lebih terperinciSelain itu bambu memberikan kesan alami yang eksotis dan indah sehingga akan mempengaruhi karakter orang yang tinggal di dalamnya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Bambu sebagai hasil hutan bukan kayu (HHBK) sangat potensial untuk mensubstitusi kayu bagi industri yang menggunakan kayu sebagai bahan baku. Selain berpotensi sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta AM. Titis Rum Kuntari /
BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK Proyek yang diusulkan dalam penulisan Tugas Akhir ini berjudul Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta. Era globalisasi yang begitu cepat berkembang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lanskap Sejarah dan Budaya Lanskap merupakan suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indra manusia. Semakin jelas harmonisasi dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Semarang sebagai sebuah kota yang terletak pada kawasan pantai utara Jawa memiliki berbagai potensi yang belum sepenuhnya dikembangkan. Sesuai dengan Peraturan
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. lingkungan maupun keadaan lingkungan saat ini menjadi penting untuk
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Lingkungan Setelah melakukan analisis lingkungan, maka konsep lingkungan yang diterapkan adalah Konsep Interaksi. Konsep Interaksi merupakan konsep
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Transportasi Massal di Kota Bandung Salah satu kriteria suatu kota dikatakan kota modern adalah tersedianya sarana dan prasarana transportasi yang memadai bagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN HOTEL INNA DIBYA PURI SEBAGAI CITY HOTEL DI SEMARANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kota Semarang direncanakan menjadi pusat perdagangan dan industri yang berskala regional, nasional dan internasional. Kawasan Johar merupakan salah satu pusat perniagaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1-1
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Ungaran merupakan ibukota Kabupaten Semarang. Sebagai ibukota kabupaten, Kota Ungaran diharuskan menjadi kota mandiri yang memiliki daya dukung dalam segala bidang,
Lebih terperinciPENGEMBANGAN KAWASAN TAMAN WISATA CANDI PENATARAN DI BLITAR JAWA TIMUR
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN KAWASAN TAMAN WISATA CANDI PENATARAN DI BLITAR JAWA TIMUR Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana
Lebih terperinciTengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Propinsi Jawa Tengah yang merupakan salah satu Daerah Tujuan Wisata ( DTW ) Propinsi di Indonesia, memiliki keanekaragaman daya tarik wisata baik
Lebih terperinciLANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA (WANAWISATA) CINDELARAS DI KABUPATEN GROBOGAN
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA (WANAWISATA) CINDELARAS DI KABUPATEN GROBOGAN Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar
Lebih terperinciBAB III METODE PERANCANGAN
BAB III METODE PERANCANGAN 3.1. Metode Perancangan Sebuah proses perancangan dibutuhkan sebuah metode untuk memudahkan perancang dalam mengembangkan ide rancangan. Metode deskriptif analisis adalah salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Kasus Proyek Perkembangan globalisasi telah memberikan dampak kesegala bidang, tidak terkecuali pengembangan potensi pariwisata suatu kawasan maupun kota. Pengembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LATAR BELAKANG TUJUAN LATAR BELAKANG. Eksistensi kebudayaan Sunda 4 daya hidup dalam kebudayaan Sunda
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang LATAR BELAKANG TUJUAN LATAR BELAKANG Eksistensi kebudayaan Sunda 4 daya hidup dalam kebudayaan Sunda KONSERVASI PARTISIPASI KOMUNITAS SUNDA TAMAN BUDAYA SUNDA METODE
Lebih terperinciPropinsi Jawa Barat dengan Propinsi DKI Jakarta. Dengan letak yang berdekatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Kebutuhan Fasilitas Pariwisata Kota Kota Depok adalah sebuah kota yang terletak di perbatasan antara wilayah Propinsi Jawa Barat dengan Propinsi DKI Jakarta.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN JUDUL
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN JUDUL Proyek yang direncanakan dalam Studio Konsep Perancangan Arsitektur (SKPA) berjudul Boyolali Historical Park sebagai Pengembangan Taman Sonokridanggo. Maksud dari
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar mengacu kepada tema yang telah diusung yaitu Ekspos Arsitektur untuk Rakyat, dalam tema ini arsitektur haruslah beradaptasi dengan
Lebih terperinci1.1 MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN
BAB I LATAR BELAKANG Indonesia terletak pada koordinat 6 0 LU 11 0 08LS dan 95 0 BB 141 0 45 BT serta terletak diantara benua Asia dan benua Australia, yang mana di lalui garis khatulistiwa yang kaya akan
Lebih terperinciBAB III METODE PERANCANGAN
BAB III METODE PERANCANGAN Metode perancangan yang digunakan dalam perancangan Pusat Industri Jajanan dan Pengembangan Bioteknologi Tempe di Sanan Kota Malang ini adalah dengan melakukan perancangan dan
Lebih terperinciBAB 3 METODA PERANCANGAN. Lingkup metoda penyusunan rencana Pembangunan Pusat Sains dan Teknologi di
BAB 3 METODA PERANCANGAN Lingkup metoda penyusunan rencana Pembangunan Pusat Sains dan Teknologi di kawasan Pantai Panjang Kota Bengkulu ini secara umum mencakup hal-hal sebagai berikut: 3.1 Ide Perancangan
Lebih terperinciBAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif. Dimana dalam melakukan analisisnya, yaitu dengan menggunakan konteks
BAB III METODE PERANCANGAN Metode perancangan Rumah Susun pekerja ini menggunakan metode secara kualitatif. Dimana dalam melakukan analisisnya, yaitu dengan menggunakan konteks permasalahan yang ada secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. 1. Tingginya Mobilitas Penggunaan Jalan di Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Latar belakang permasalahan merupakan beberapa isu yang membutuhkan solusi melalui perancagan sebuah fasilitas bangunan untuk memecahkan masalah tersbut.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks, terdiri dari berbagai sarana dan prasarana yang tersedia, kota mewadahi berbagai macam aktivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Fenomena Elemen Elemen Kawasan terhadap kawasan Tugu Pal Putih
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seolah mengaburkan kota Jogja sebagai kota budaya, keberadan elemen - elemen kawasan secara tidak langsung dapat menurunkan kualitas visual kota Yogyakarta sebagai
Lebih terperinciPENATAAN DAN PENGEMBANGAN SIMPUL CURUG GEDE DI KAWASAN WISATA BATURADEN
P LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENATAAN DAN PENGEMBANGAN SIMPUL CURUG GEDE DI KAWASAN WISATA BATURADEN Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sustainable tourism development, village tourism, ecotourism, merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata adalah suatu kegiatan yang secara langsung menyentuh dan melibatkan masyarakat sehingga membawa berbagai dampak terhadap masyarakat setempat, bahkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kebudayaan sebagai hasil cipta, rasa, karsa manusia merupakan satu tolok ukur dari kemajuan suatu bangsa. Semakin maju dan lestari kebudayaannya, semakin kuat pula identitas
Lebih terperinciGigih Juangdita
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan suatu kota dapat dilihat salah satunya dari sektor perekonomiannya. Secara umum, dapat diperhatikan bahwa suatu kota yang berkembang dan maju, memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri pada akhir dekade pertama abad ke-19, diresmikan tanggal 25 September 1810. Bangunan
Lebih terperinciBAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang Pernyataan Masalah.
BAB I: PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Candi Prambanan atau Candi Rara Jonggrang adalah kompleks candi Hindu terbesar di Indonesia yang dibangun pada abad ke-9 masehi.kompleks Candi Prambanan telah tercatat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemakaian energi karena sumbernya telah menipis. Krisis lingkungan sangat mempengaruhi disiplin arsitektur di setiap
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Arsitek pada jaman ini memiliki lebih banyak tantangan daripada arsitekarsitek di era sebelumnya. Populasi dunia semakin bertambah dan krisis lingkungan semakin menjadi.
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis mapun pembahasan, penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Kawasan Dataran Tinggi Dieng adalah sebuah saujana yang
Lebih terperinciBAB III METODE PERANCANGAN
BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Ide Rancangan Ide rancangan Terminal Penumpang Pelabuhan di Paciran Lamongan ini merupakan fasilitas penyedia jasa layanan publik yang mampu menampung kegiatan berkumpulnya
Lebih terperinciPENATAAN PUSAT KAWASAN SENTRA KERAJINAN KOTAGEDE SEBAGAI KAWASAN PEMASARAN DAN WISATA YANG REKREATIF
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENATAAN PUSAT KAWASAN SENTRA KERAJINAN KOTAGEDE SEBAGAI KAWASAN PEMASARAN DAN WISATA YANG REKREATIF Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi saat ini, sektor pariwisata merupakan industri penting dan terbesar di dunia, banyak negara mulai menyadari pentingnya sektor pariwisata ini.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap kota pastinya memiliki nilai sejarah tersendiri, dimana nilai sejarah ini yang menjadi kebanggaan dari kota tersebut. Peristiwa peristiwa yang telah terjadi
Lebih terperinciBAB 3 METODE PERANCANGAN. berisi sebuah paparan deskriptif mengenai langkah-langkah dalam proses
BAB 3 METODE PERANCANGAN Pada perancangan Malang Indie Culture Center sebagai wadah kreatifitas, apresiasi dan pengenalan komunitas indie ini metode perancangan berisi sebuah paparan deskriptif mengenai
Lebih terperinciKAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D
KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR Oleh : SABRINA SABILA L2D 005 400 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
Lebih terperinciGambar 4. Peta Lokasi Penelitian
33 METODOLOGI Lokasi Penelitian Penelitian mengenai Rencana Penataan Lanskap Kompleks Candi Muara Takus sebagai Kawasan Wisata Sejarah dilakukan di Desa Muara Takus, Kecamatan XIII Koto, Kabupaten Kampar,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam bidang kepariwisataan di Kota Surabaya. KBS merupakan satu-satunya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Surabaya merupakan kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta. Dengan jumlah penduduk yang sangat padat, dimana pengembangan Kota Surabaya diarahkan untuk
Lebih terperinciKawasan Wisata Rowo Jombor, Klaten
BAB 1 PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia memilki banyak potensi dan sumber daya alam yang belum dikembangkan secara maksimal, termasuk didalamnya di sector pariwisata. Untuk lebih memantapkan pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Desa Temajuk merupakan sebuah desa dengan luas wilayah kurang lebih 2.300 ha dan jumlah penduduk sebanyak 1.820 jiwa yang terletak di perbatasan Indonesia-Malaysia
Lebih terperinci5. HASIL RANCANGAN. Gambar 47 Perspektif Mata Burung
5. HASIL RANCANGAN 5.1 Hasil Rancangan pada Tapak Perletakan massa bangunan pada tapak dipengaruhi oleh massa eksisting yang sudah ada pada lahan tersebut. Di lahan tersebut telah terdapat 3 (tiga) gedung
Lebih terperinciBAB III METODE PERANCANGAN. perancang dalam mengembangkan ide rancangan. Metode yang digunakan dalam
BAB III METODE PERANCANGAN Suatu proses perancangan membutuhkan suatu metode yang memudahkan bagi perancang dalam mengembangkan ide rancangan. Metode yang digunakan dalam Perancangan Pusat Dokumentasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan suatu kota dapat dilihat salah satunya dari sektor perekonomiannya. Secara umum, dapat diperhatikan bahwa suatu kota yang berkembang dan maju, memiliki
Lebih terperinciKAWASAN WISATA BUNGA KOTA BANDUNG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. JUDUL Judul Studio Tugas Akhir yang di ambil adalah Kawasan Wisata Bunga Kota Bandung 1.2. LATAR BELAKANG Tanaman dapat memberikan keindahan, kenyamanan, dan berbagai fungsi lainnya
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan studi berupa temuantemuan yang dihasilkan selama proses analisis berlangsung yang sesuai dengan tujuan dan sasaran studi,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang juga dikenal sebagai Undang-Undang Otonomi Daerah mendorong setiap daerah untuk menggali
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Projek Gagasan awal. Projek akhir arsitektur berjudul Pusat Rekreasi dan Interaksi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Projek 1.1.1 Gagasan awal Projek akhir arsitektur berjudul Pusat Rekreasi dan Interaksi Biota Laut Endemik di Jepara merupakan pendekatan sebuah perancangan baru kompleks
Lebih terperinciBAB III METODE PERANCANGAN
BAB III METODE PERANCANGAN Dalam sebuah perancangan, dibutuhkan sebuah metode untuk memudahkan perancang dalam mengembangkan ide rancangan. Metode deskriptif analisis adalah salah satunya, metode ini berisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Identitas kota merupakan salah satu unsur penting yang dapat menggambarkan jati diri dari suatu kota. Namun globalisasi turut memberikan dampak pada perkembangan kota
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN TAMAN BACAAN DI PATI
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1. Latar Belakang Eksistensi Proyek Kabupaten Pati terletak di daerah pantai Utara Pulau Jawa dan di bagian Timur dari Provinsi Jawa Tengah. Berdasarkan segi letaknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada abad ini gerak perubahan zaman terasa semakin cepat sekaligus semakin padat. Perubahan demi perubahan terus-menerus terjadi seiring gejolak globalisasi yang kian
Lebih terperinci1 A p a r t e m e n S i s i n g a m a n g a r a j a S e m a r a n g
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tempat tinggal merupakan salah satu kebutuhan primer manusia. Berbagai upaya dilakukan untuk memenuhi kebutuhan akan tempat tinggal ini, salah satu caranya adalah
Lebih terperinciStudi Peran & Efektifitas RTH Publik di Kota Karanganyar Isnaeny Adhi Nurmasari I BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terbitnya Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang seiring dengan makin menguatnya keprihatinan global terhadap isu pemanasan global dan pembangunan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rekreasi dan hiburan telah menjadi unsur penting dalam kehidupan masyarakat modern saat ini. Seiring perkembangan zaman, padatnya aktivitas,dan tingginya tuntutan hidup
Lebih terperinciPASAR SENI DI DJOGDJAKARTA
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PASAR SENI DI DJOGDJAKARTA Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Diajukan Oleh : Rr.Ratri Cipto Hening
Lebih terperinciPENATAAN DAN PENGEMBANGAN OBYEK WISATA PANTAI PURWAHAMBA INDAH DI KABUPATEN TEGAL
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENATAAN DAN PENGEMBANGAN OBYEK WISATA PANTAI PURWAHAMBA INDAH DI KABUPATEN TEGAL Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan perekonomian dan pembangunan di Indonesia yang didukung kegiatan di sektor industri sebagian besar terkonsentrasi di daerah perkotaan yang struktur dan infrastrukturnya
Lebih terperinciPenerapan Tema Cablak pada Rancangan Rumah Budaya Betawi
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.2, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) G-15 Penerapan Tema Cablak pada Rancangan Rumah Budaya Betawi Alivia Bianca Bella Diena dan Murtijas Sulistijowati Jurusan
Lebih terperinciBAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa
BAB 6 HASIL PERANCANGAN 6.1. Hasil Perancangan Hasil perancangan Pusat Seni dan Kerajinan Arek di Kota Batu adalah penerapan konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pariwisata sekarang sudah merupakan suatu tuntutan hidup dalam zaman modern ini. Permintaan orang-orang untuk melakukan perjalanan wisata, dari tahun ke tahun terus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek Pariwisata merupakan sektor yang dapat memberikan peranan besar bagi pembangunan suatu daerah sekaligus memberikan kontribusi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Palembang, sebagai ibukota Provinsi Sumatera Selatan saat ini menjadi salah satu kota tujuan di tanah air. Hal ini dikarenakan kondisi kota Palembang yang dalam
Lebih terperinciARI WISONO X
FASILITAS WISATA AIRMATA AIR INGAS COKRO TULUNG DI KLATEN TATA RUANG LUAR, TATA MASSA DAN PENAMPILAN BANGUNAN YANG MFRESPON POTFNSI ALAM BAB I A. LATAR BELAKANG 1. Umum Indonesia memiliki potensi alam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Service), serta media alam sebagai media pembelajaran dan tempat. school melalui penyediaan fasilitas yang mengacu pada aktivitas
1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Berdirinya Boarding School bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pendidikan dan menanamkan nilai-nilai tertentu yang tidak didapatkan pada sekolah-sekolah
Lebih terperinciPROGRAM STUDI ARSITEKTUR LINGKUNGAN BINAAN (PS ALB)
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LINGKUNGAN BINAAN (PS ALB) VISI Program Magister Arsitektur Lingkungan Binaan adalah menjadikan pusat pendidikan, penelitian, ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang arsitektur
Lebih terperinciBAB III. Metode Perancangan. sarana atau tempat untuk refreshing. Hal ini tidak terlepas dari metode
BAB III Metode Perancangan Merancang Taman Rekreasi dan Wisata Kuliner di Madiun merupakan hal yang sangat diperlukan. Karena di kota Madiun sendiri masih kurang mempunyai sarana atau tempat untuk refreshing.
Lebih terperinci