Identifikasi Miskonsepsi Mahasiswa Pada Konsep Substansi Genetika Menggunakan Certainty of Response Index (CRI)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Identifikasi Miskonsepsi Mahasiswa Pada Konsep Substansi Genetika Menggunakan Certainty of Response Index (CRI)"

Transkripsi

1 Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 Identifikasi Miskonsepsi Mahasiswa Pada Konsep Substansi Genetika Menggunakan Certainty of Response Index (CRI) Dewi Murni Program Studi Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, dewi.murni@untirta.ac.id/ ashalina2002@gmail.com Abstrak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persentase mahasiswa yang mengalami miskonsepsi, tahu konsep, dan tidak tahu konsep pada pembelajaran konsep substansi genetika; pada subkonsep apa mahasiswa mengalami miskonsepsi dan apa penyebab terjadinya miskonsepsi. Objek penelitian adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi semester V tahun ajaran 2012/2013 yang mengontrak mata kuliah genetika. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Pada penelitian ini digunakan teknik Certainty of Response Index (CRI) untuk mengidentifikasi miskonsepsi mahasiswa. Identifikasi dilakukan dengan menggunakan tes diagnostik esai berstruktur yang dilengkapi indeks keyakinan mahasiswa terhadap jawaban tes. Untuk mengetahui penyebab terjadinya miskonsepsi dilakukan wawancara. Hasil analisis data diagnostik CRI mahasiswa menunjukkan bahwa dari 53 orang mahasiswa yang menjadi objek penelitian, 21,16% mahasiswa mengalami miskonsepsi sedangkan sisanya 64,02% tahu konsep dan 14,82% tidak tahu konsep. Persentase miskonsepsi tertinggi ditemukan pada subkonsep mekanisme sintesis protein (25%) dan diikuti dengan subkonsep struktur organisasi gen (24,53%). Hasil wawancara menunjukkan bahwa penyebab terjadinya miskonsepsi antara lain karakter konsep substansi genetika yang bersifat abstrak, banyak istilah asing, bahasanya sulit, serta ketidaksiapan mahasiswa dalam menerima materi yang disampaikan oleh dosen. Kata kunci : miskonsepsi, Certainty of Response Index, substansi genetika PENDAHULUAN Prodi Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa merupakan salah satu Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK) yang berfungsi menghasilkan calon-calon guru biologi, khususnya untuk daerah Banten. Salah satu misi prodi ini adalah menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran yang menghasilkan lulusan berkualitas unggul dengan kompetensi kepribadian, pedagogi, profesional, dan sosial sebagai seorang guru. Untuk mewujudkan misi yang berkaitan dengan kompetensi profesional, Prodi Pendidikan Biologi harus mengupayakan agar mahasiswanya memiliki pemahaman konsep (konsepsi) yang benar. Bila konsepsi yang dimiliki mahasiswa tidak benar, maka kesalahan ini akan diwariskan kepada siswanya kelak saat menjadi guru. Konsepsi mahasiswa dikatakan tidak benar bila tidak sesuai dengan konsepsi para ahli. Hal ini menandakan terjadinya miskonsepsi. Miskonsepsi merupakan suatu konsepsi yang menyimpang dari konsepsi para ahli dan melekat kuat pada diri mahasiswa. Miskonsepsi yang dialami mahasiswa bisa terjadi karena salah menginterpretasi gejala alam atau peristiwa yang dihadapi dalam hidupnya. Miskonsepsi yang pernah diperoleh mahasiswa waktu sekolah masih menetap pada dirinya sampai berada di perguruan tinggi. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa miskonsepsi ditemukan pada Semirata 2013 FMIPA Unila 205

2 Dewi Imelda Roesma: Evaluasi Keanekaragaman Spesies Ikan Danau Maninjau pembelajaran sejumlah topik (konsep) biologi. Diantaranya pada konsep pada struktur tubuh manusia, genetika, seleksi alamiah, dan evolusi. Miskonsepsi juga ditemukan pada konsep struktur dan fungsi sel, struktur tumbuhan, sistem koordinasi, metabolisme sel, bioteknologi, reproduksi sel, dan biogeografi. Miskonsepsi lainnya adalah pada konsep reproduksi sel secara mitosis dan meiosis. Beberapa penelitian juga menunjukkan adanya miskonsepsi dan kesulitan pembelajaran substansi genetika pada level sekolah menengah dan perguruan tinggi. Substansi genetika merupakan konsep dengan topik yang sangat luas dan rumit. Cakupan materinya antara lain struktur gen, ekspresi gen, replikasi, sintesis protein dan kromosom. Materi substansi genetika susah untuk diamati, apalagi tanpa bantuan peralatan khusus. Akibatnya konsep ini menjadi salah satu konsep yang dianggap sulit oleh mahasiswa dan banyak mahasiswa yang mengalami miskonsepsi. Miskonsepsi biasanya berkembang seiring proses pembelajaran. Miskonsepsi yang dialami mahasiswa dapat menyesatkan mahasiswa dalam memahami fenomena ilmiah dan melakukan eksplanasi ilmiah. Jika mahasiswa tidak menyadari terjadinya miskonsepsi, akan terjadi kebingungan dan inkoherensi pada diri mahasiswa. Pada akhirnya, bila tidak segera diperbaiki, miskonsepsi tersebut akan menjadi hambatan bagi mahasiswa pada proses pembelajaran lanjut. Mahasiswa yang menyadari miskonsepsi yang dialaminya, akan lebih mudah untuk merubah dan memperbaiki miskonsepsinya. Mahasiswa juga akan mampu membentuk koneksi konsep dengan sendirinya. Selain itu, mahasiswa akan mudah memutuskan mana yang benar dan mana yang salah tentang suatu konsep. Selanjutnya, mahasiswa juga bisa mengkonstruksi dan merekonstruksi ulang konsepsinya secara aktif. Sebelum diperbaiki, miskonsepsi harus terlebih dahulu diidentifikasi. Identifikasi miskonsepsi diperlukan dalam mengembangkan strategi untuk membentuk pengetahuan konsep yang benar pada masing-masing mahasiswa. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi miskonsepsi yang terjadi pada diri mahasiswa. Diantaranya yaitu penyajian peta konsep dan wawancara, tes diagnostik dengan Certainty of Response Index (CRI), dan kombinasi CRI dengan wawancara klinis. Teknik penyajian peta konsep dan wawancara telah digunakan pada konsep pembelahan sel. Hasilnya menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswa tidak bisa menentukan hubungan antara siklus sel dan pembelahan sel. Teknik CRI merupakan teknik yang sederhana dan efektif untuk mengukur miskonsepsi yang terjadi. Teknik Certainty of Response Index (CRI) bisa digunakan untuk membedakan mahasiswa yang tahu konsep, mahasiswa yang tidak tahu konsep dan yang mengalami miskonsepsi. Teknik ini menggunakan soal tes pilihan berganda yang disertai dengan indeks keyakinan (CRI). Nilai CRI yang rendah menunjukkan adanya penebakan sedangkan nilai yang CRI tinggi menunjukkan responden memiliki tingkat kepercayaan diri (confidence) yang tinggi terhadap jawabannya. Dalam keadaan ini, jika jawaban responden benar, artinya tingkat keyakinan yang tinggi akan kebenaran konsepnya telah teruji (justified) dengan baik. Akan tetapi, jika jawaban responden salah, hal tersebut menjadi suatu indikator terjadinya miskonsepsi. Tes dagnostik CRI bisa digunakan untuk mengetahui miskonsepsi mahasiswa secara

3 Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 efisien, namun tidak bisa mengungkap proses penalaran mahasiswa dan penyebab terjadinya. Alasan inilah yang menyebabkan beberapa ahli tertarik untuk menggunakan kombinasi tes diagnostik beralasan dengan wawancara (two-tier diagnostic) untuk mengidentifikasi miskonsepsi mahasiswa. Wawancara merupakan teknik yang telah digunakan secara luas untuk mengidentifikasi miskonsepsi mahasiswa pada berbagai topik. Tujuan dari wawancara ini adalah untuk mengungkap pemahaman siswa terhadap konsep tertentu. Sejauh ini upaya penelusuran/ identifikasi miskonsepsi mahasiswa di Program Studi Pendidikan Biologi baru dilakukan pada mata kuliah biologi umum. Hasilnya menunjukkan bahwa berdasarkan hasil diagnostik CRI, dari 71 orang mahasiswa yang menjadi objek penelitian, 29% mahasiswa mengalami miskonsepsi sedangkan sisanya 37% tahu konsep dan 34% tidak tahu konsep. Persentase miskonsepsi tertinggi ditemukan pada konsep fungsi dan tahapan reproduksi sel secara meiosis, yaitu 37,09%. Penelusuran atau identifikasi miskonsepsi pada mata kuliah genetika, khususnya pada konsep substansi genetika belum pernah dilakukan. Identifikasi miskonsepsi sangat penting dilakukan agar ditemukan kesalahan konsep yang dialami mahasiswa dan penyebabnya. Subkonsepsubkonsep yang menyebabkan mahasiswa mengalami miskonsepsi pada mata kuliah ini juga belum diketahui. Dengan diketahuinya pada subkonsep apa mahasiswa mengalami miskonsepsi maka upaya mengatasinya bisa dilakukan lebih awal sebelum miskonsepsi tersebut tertanam lebih dalam pada ingatan mahasiswa. Berdasarkan permasalahan tersebut maka perlu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui persentase mahasiswa yang mengalami miskonsepsi, tahu konsep, dan tidak tahu konsep pada pembelajaran konsep substansi genetika. Tujuan lainnya adalah untuk mengidentifikasi pada sukonsep apa mahasiswa mengalami miskonsepsi dan untuk mengetahui penyebab terjadinya miskonsepsi. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2012, di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Serang. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik tes diagnostik dan teknik wawancara. Teknik tes menggunakan instrumen berupa soal esai berstruktur. Pada setiap pertanyaan, mahasiswa diminta melengkapi soal dengan jawaban singkat yang tepat. Responden juga harus menuliskan indeks keyakinan terhadap jawabannya (CRI) yaitu angka 1-5. Selanjutnya dilakukan wawancara terhadap mahasiswa yang mengalami miskonsepsi untuk mengetahui penyebab terjadinya miskonsepsi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa program studi pendidikan biologi, FKIP, UNTIRTA, semester V yang mengontrak mata kuliah Genetika. Sampel yang digunakan adalah 53 orang mahasiswa yang dipilih dengan teknik simple random sampling. Instrumen tes diagnostik terlebih dahulu diuji coba untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembedanya. Selanjutnya dilakukan analisis CRI (Certainty of Response Index) untuk membedakan mahasiswa yang tahu konsep, tidak tahu konsep, dan mengalami miskonsepsi yang didasarkan pada kombinasi dari jawaban benar atau salah dan tinggi rendahnya CRI jawaban mahasiswa (Tabel 1). Semirata 2013 FMIPA Unila 207

4 Dewi Imelda Roesma: Evaluasi Keanekaragaman Spesies Ikan Danau Maninjau Tabel 1. Matriks untuk membedakan antara mahasiswa yang tahu konsep, miskonsepsi dan tidak tahu konsep berdasarkan kombinasi kriteria jawaban dengan tinggi-rendahnya nilai CRI Kriteria jawaban Jawaba n benar Jawaba n salah CRI rendah (<2,5) Jawaban benar tapi CRI rendah berarti tidak tahu konsep (lucky guess) Jawaban salah dan CRI rendah berarti tidak tahu konsep CRI tinggi (>2,5) Jawaban benar dan CRI Tinggi berarti menguasai konsep dengan baik (tahu konsep) Jawaban salah tapi CRI tinggi berarti terjadi miskonsepsi Setelah itu dihitung persentase masingmasing kriterianya dengan rumus yang digunakan oleh Cahyaningsih (2006: 40) seperti di bawah ini: Persentase Persentase Persentase TK = TK x 100% N TTK = TTK x 100% N MK = MK x 100% N Keterangan: TK = Jumlah mahasiswa yang tahu konsep TTK = Jumlah mahasiswa yang tidak tahu konsep MK = Jumlah mahasiswa yang miskonsepsi N = jumlah total mahasiswa Selanjutnya dilakukan analisis pemahaman mahasiswa pada masingmasing subkonsep dengan cara menjumlahkan persentase mahasiswa yang tahu konsep, tidak tahu konsep pada masing-masing subkonsep berdasarkan keyakinan jawaban mahasiswa pada masing-masing soal tes. Untuk mengetahui penyebab terjadinya miskonsepsi, dilakukan wawancara terhadap beberapa mahasiswa yang mengalami miskonsepsi. HASIL DAN PEMBAHASAN Pemahaman Konsep Mahasiswa Hasil analisis data diagnostik CRI mahasiswa menunjukkan bahwa dari 53 orang mahasiswa yang menjadi objek penelitian, 64,02% termasuk kriteria tahu konsep, sedangkan sisanya 21,16% mahasiswa mengalami miskonsepsi dan 14,82% mahasiswa tidak tahu konsep (Gambar 1). Gambar 1 menunjukkan bahwa secara umum, mahasiswa yang mengalami miskonsepsi lebih sedikit dibanding mahasiswa yang tahu konsep namun lebih banyak dibanding mahasiswa yang tidak tahu konsep. Lebih tingginya persentase mahasiswa yang tahu konsep karena sebelum dilakukan tes diagnostik, mahasiswa sudah mendapatkan pembelajaran yang membahas konsepkonsep yang diujikan. Cukup tingginya persentase mahasiswa yang mengalami miskonsepsi disebabkan karena mahasiswa tidak menginterpretasi konsep dengan benar. Faktor lainnya adalah tingkat kesukaran/ sifat konsep yang dipelajari, bahasanya sulit dan banyaknya istilah-istilah asing pada konsep ini. Gambar 10. Pemahaman Konsep Mahasiswa

5 Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 Miskonsepsi mahasiswa bisa berasal dari mahasiswa sendiri, yaitu akibat salah menginterpretasi gejala atau peristiwa yang dihadapi dalam hidupnya. Mahasiswa menentukan sendiri konsep apa yang masuk ke otaknya, menafsirkan dan menyimpannya. Mahasiswa yang pasif menyebabkan penyusunan kembali pengetahuan di dalam otaknya tidak akan terjadi, sebaliknya semakin aktif mahasiswa terlibat dalam proses pembelajaran, maka semakin baik pemahaman konsepnya. Miskonsepsi yang dialami mahasiswa bisa juga diperoleh dari pembelajaran dari dosennya. Pembelajaran yang dilakukan dosen mungkin kurang terarah sehingga mahasiswa melakukan interpretasi yang salah terhadap suatu konsep, atau mungkin juga dosennya mengalami miskonsepsi terhadap suatu konsep sehingga apa yang disampaikannya juga merupakan suatu miskonsepsi. Pemahaman konsep mahasiswa pada masing-masing subkonsep Untuk mengetahui pemahaman konsep (konsepsi) mahasiswa pada masing-masing sukonsep dari konsep substansi genetika maka dilakukan analisis lebih lanjut. Hasilnya didapatkan persentase konsepsi mahasiswa pada masing-masing subkonsep seperti pada Gambar 2. Gambar 11. Pemahaman Konsep Mahasiswa Pada Masing-masing Subkonsep Gambar 2 menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa termasuk kriteria tahu konsep pada semua subkonsep, dengan persentase rata-rata di atas 50%. Persentase mahasiswa tahu konsep tertinggi pada subkonsep kromosom (80,2%) dan persentase terendah pada subkonsep struktur organisasi gen (50,3%). Subkonsep kromosom membahas tentang struktur molekuler kromosom, ukuran dan variasi jumlah kromosom, letak gen pada kromosom serta mutasi kromosom. Subkonsep ini pernah dipelajari mahasiswa di mata kuliah biologi umum, sehingga mahasiswa telah memiliki pengetahuan awal yang cukup untuk membekali mereka di mata kuliah genetika. Hal inilah yang menyebabkan pemahaman konsep mahasiswa cukup tinggi pada subkonsep ini. Subkonsep struktur organisasi gen membahas tentang struktur DNA dan RNA, fungsi gen, bagian-bagian gen, dan pengendalian ekspresi gen. Subkonsep ini cukup kompleks dan banyak sekali menggunakan istilah-istilah asing. Pada subkonsep ini juga banyak dibahas hal-hal baru yang belum dijelaskan di mata kuliah biologi umum dan biologi sel molekuler. Hal ini menyebabkan mahasiswa sulit untuk memahaminya sehingga persentase mahasiswa tahu konsep sangat rendah, sebaliknya persentase mahasiswa miskonsepsi dan tidak tahu konsep lebih tinggi bila dibandingkan dengan subkonsep lainnya. Hasil wawancara mahasiswa menunjukkan bahwa konsep substansi genetika dianggap sulit oleh mahasiswa karena bahasanya asing dan terlalu spesifik. Subkonsep struktur organisasi gen dan mekanisme sintesis protein dianggap sebagai subkonsep paling sulit karena belum pernah dipelajari sebelumnya. Pada subkonsep ini juga terdapat banyak istilah asing. Mahasiswa juga kesulitan membedakan beberapa istilah yang digunakan pada subkonsep ini. Menurut Semirata 2013 FMIPA Unila 209

6 Dewi Imelda Roesma: Evaluasi Keanekaragaman Spesies Ikan Danau Maninjau mahasiswa, subkonsep sintesis protein sulit dipahami karena terdiri atas tahapantahapan yang rumit dan melibatkan banyak enzim yang susah diingat fungsi dari masing-masingnya. Sejumlah ahli menyatakan bahwa konsep genetika merupakan konsep yang kompleks dan terdapat banyak istilah-istilah asing terutama bagi mahasiswa di negara yang menggunakannya sebagai bahasa kedua. Hal ini menyebabkan munculnya pemikiran yang salah pada mahasiswa selama proses pembelajaran sehingga bisa terjadi miskonsepsi. Sumber lain menyatakan bahwa salah satu penyebab miskonsepsi adalah terminologi atau istilah-istilah yang digunakan di dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa mahasiswa kurang siap untuk menerima konsep yang diberikan. Sebagian mahasiswa hanya membaca buku-buku SMA sebagai literatur karena dianggap paling mudah untuk dipahami. Padahal buku-buku SMA hanya membahas konsepkonsep genetika secara dangkal sehingga tidak cukup membekali mahasiswa untuk mempelajari konsep-konsep genetika di tingkat universitas yang lebih dalam dan kompleks. Akibatnya terjadi ketidaksinambungan konsep mahasiswa. Genetika klasik dan genetika molekuler yang diajarkan pada level berbeda biasanya tidak terhubungkan dengan baik sehingga terbentuk gap yang menyebabkan kesulitan bagi mahasiswa untuk mengembangkan pemahaman konsep genetika secara holistik. Perkembangan kognitif mahasiswa yang tidak sesuai dengan konsep yang dipelajari juga dapat menyebabkan miskonsepsi pada mahasiswa. Penyebab miskonsepsi lain yang juga berasal dari mahasiswa adalah penalaran mahasiswa yang terbatas dan salah, kemampuan mahasiswa menangkap dan memahami konsep yang dipelajari, serta minat mahasiswa untuk mempelajari konsep yang diberikan. KESIMPULAN Hasil analisis data diagnostik CRI mahasiswa menunjukkan bahwa dari 53 orang mahasiswa yang menjadi objek penelitian, 21,16% mahasiswa mengalami miskonsepsi sedangkan sisanya 64,02% tahu konsep dan 14,82% tidak tahu konsep. Persentase miskonsepsi tertinggi ditemukan pada subkonsep mekanisme sintesis protein (25%) dan diikuti dengan subkonsep struktur organisasi gen (24,53%). Hasil wawancara menunjukkan bahwa penyebab terjadinya miskonsepsi antara lain karakter konsep substansi genetika yang bersifat abstrak, banyak istilah asing, bahasanya sulit, serta ketidaksiapan mahasiswa dalam menerima materi yang disampaikan oleh dosen. DAFTAR PUSTAKA Tayubi, Y. R.(2005). Identifikasi miskonsepsi pada konsep-konsep fisika menggunakan CRI (Certainty of Response Index). Mimbar Pendidikan. Vol. 03/ XXIV, p Simamora, M. dan I. W. Redhana Identifikasi Miskonsepsi Guru Kimia Pada Pembelajaran Konsep Struktur Atom. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan, Vol. 1(2) p Odom, A. L Action Potentials and Biology Textbooks Accurate, misconceptions or Avoidance? The American Biology Teacher, Vol. 55 (8) p Adisendjaja dan O. Romlah, Y.H. (2007). Identifikasi Kesalahan dan Miskonsepsi Buku Teks Biologi SMU. Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Biologi, Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia Dikmenli, M. (2010). Misconceptions of cell division held by student teachers in

7 Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 biology: A drawing analysis. Scientific Research and Essay, Vol. 5 (2), Issue 18 January, 2010 p Murni, D. dan Suratmi Penggunaan Teknik Certainty Of Response Index untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi Mahasiswa pada Mata Kuliah Biologi Umum. Jurnal Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial dan Eksakta, Vol. 5 (1) p Mbajiorgu, N., Ezechi, N., & Idoko, C. (2007). Addressing nonscientific presuppositions in genetics using a conceptual change strategy. Wiley Periodicals, Inc. Sci Ed, Vol.91, Issue 6 Februari p Lewis, J. & Kattmann, U. (2004). Traits, genes, particles and information: revisiting students understanding of genetics. International Journal of Science Education, Vol. 26, Issue 22 February 2007, p Tekkaya, C. (2002). Misconceptions As Barrier To Understanding Biology. J. of Ed 23. p Hasan, S., D. Bagayoko, D., and Kelley, E. L., Misconseptions and the Certainty of Response Index (CRI), Phys. Educ. 34 (5) p Purba, J.P. dan G. Depari Penelusuran Miskonsepsi Mahasiswa tentang Konsep dalam Rangkaian Listrik Menggunakan Certainty of Response Index dan Interview. JPTE FPTK UPI. Bandung. Fisher, K. M. (1985). A misconception in biology: Amino acids and translation. Journal of Research in Science Teaching, Vol. 22(1) p Dlamini, E. T. (1999). Conceptual Understanding Of Genetics Among Student Teachers. A thesis department of Comparative and Science Education of University of Zululand. Marbach-Ad, G. (2001). Attempting to break the code in student comprehension of genetic concepts. Journal of Biological Education, Vol. 35(4), Published online: 13 Dec 2010 p Yuliati, L. (2009). Pengembangan Pembelajaran IPA SD. Modul mata kuliah. Universitas Negeri Malang Semirata 2013 FMIPA Unila 211

8

Analisa Fitria. Kata Kunci: Pemahaman Konsep,Miskonsepsi, Certainty of Response Index (CRI), grup.

Analisa Fitria. Kata Kunci: Pemahaman Konsep,Miskonsepsi, Certainty of Response Index (CRI), grup. JPM IAIN Antasari Vol. 01 No. 2 Januari Juni 2014, h. 45-60 MISKONSEPSI MAHASISWA DALAM MENENTUKAN GRUP PADA STRUKTUR ALJABAR MENGGUNAKAN CERTAINTY OF RESPONSE INDEX (CRI) DI JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

Lebih terperinci

Identifikasi Miskonsepsi Mahasiswa Biologi Universitas Negeri Makassar pada Konsep Genetika dengan Metode CRI

Identifikasi Miskonsepsi Mahasiswa Biologi Universitas Negeri Makassar pada Konsep Genetika dengan Metode CRI Jurnal Sainsmat, September 2014, Halaman 122-129 Vol. III, No. 2 ISSN 2086-6755 http://ojs.unm.ac.id/index.php/sainsmat Identifikasi Miskonsepsi Mahasiswa Biologi Universitas Negeri Makassar pada Konsep

Lebih terperinci

Identifikasi Miskonsepsi Pada Konsep-Konsep Fisika Menggunakan Certainty of Response Index (CRI)

Identifikasi Miskonsepsi Pada Konsep-Konsep Fisika Menggunakan Certainty of Response Index (CRI) Yuyu Rachmat, Identifikasi Miskonsep No. 3/XXIV/2005 Identifikasi Miskonsepsi Pada Konsep-Konsep Fisika Menggunakan Certainty of Response Index (CRI) Yuyu R. Tayubi (Universitas Pendidikan Indonesia) Abstrak

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POLA MISKONSEPSI MAHASISWA PADA KONSEP MEKANISME EVOLUSI MENGGUNAKAN CERTAINTY OF RESPONSE INDEX (CRI) Mar atul Afidah (1)

IDENTIFIKASI POLA MISKONSEPSI MAHASISWA PADA KONSEP MEKANISME EVOLUSI MENGGUNAKAN CERTAINTY OF RESPONSE INDEX (CRI) Mar atul Afidah (1) IDENTIFIKASI POLA MISKONSEPSI MAHASISWA PADA KONSEP MEKANISME EVOLUSI MENGGUNAKAN CERTAINTY OF RESPONSE INDEX (CRI) Mar atul Afidah (1) (1) Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lancang

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN PENGEMBANGAN MEDIA AUDIO VISUAL POKOK BAHASAN SINTESIS PROTEIN UNTUK SMA

ANALISIS KEBUTUHAN PENGEMBANGAN MEDIA AUDIO VISUAL POKOK BAHASAN SINTESIS PROTEIN UNTUK SMA ANALISIS KEBUTUHAN PENGEMBANGAN MEDIA AUDIO VISUAL POKOK BAHASAN SINTESIS PROTEIN UNTUK SMA Ima Nurani, Muh Amir Masruhim, Evie Palenewen Program Studi Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Mulawarman.

Lebih terperinci

Daimul Hasanah. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa

Daimul Hasanah. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa IDENTIFIKASI MISKONSEPSI CALON GURU FISIKA PADA MATERI LISTRIK DINAMIS MENGGUNAKAN INSTRUMEN EDCT (ELECTRIC DYNAMIC CONCEPT TEST) DENGAN CRI (CERTAINTY OF RESPONSE INDEX) Daimul Hasanah Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS DENGAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PADA MATA KULIAH GENETIKA

HUBUNGAN KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS DENGAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PADA MATA KULIAH GENETIKA HUBUNGAN KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS DENGAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PADA MATA KULIAH GENETIKA Dewi Murni 1) 1 Jurusan Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa,

Lebih terperinci

BioEdu Berkala Ilmiah Pendidikan Biologi

BioEdu Berkala Ilmiah Pendidikan Biologi PROFIL MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUMBUHAN Laily Istighfarin Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya e-mail : Lailyistighfarin@gmail.com Fida Rachmadiarti dan

Lebih terperinci

MISKONSEPSI DALAM PEMBELAJARAN IPA. Abstrak

MISKONSEPSI DALAM PEMBELAJARAN IPA. Abstrak MISKONSEPSI DALAM PEMBELAJARAN IPA Umi Karomah 1, Syafrimen Syafril 2, Nukhbatul Bidayati Haka 3 1,2,3 Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, Indonesia 1 umikaromah646@yahoo.com, 2 syafrimen@radenintan.ac.id,

Lebih terperinci

Identifikasi Pemahaman Siswa Terhadap Konsep Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan dengan Menggunakan Tes Diagnostik Three-Tier Multiple Choice

Identifikasi Pemahaman Siswa Terhadap Konsep Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan dengan Menggunakan Tes Diagnostik Three-Tier Multiple Choice JURNAL EDUKASI KIMIA e-issn: 2548-7825 p-issn: 2548-4303 Identifikasi Pemahaman Siswa Terhadap Konsep Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan dengan Menggunakan Tes Diagnostik Three-Tier Multiple Choice Zulfadli

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mata pelajaran biologi adalah adanya miskonsepsi. Miskonsepsi muncul karena

BAB I PENDAHULUAN. mata pelajaran biologi adalah adanya miskonsepsi. Miskonsepsi muncul karena 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Biologi adalah salah satu mata pelajaran sains yang menekankan pada kinerja ilmiah dan pemahaman konsep serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Konsep-konsep

Lebih terperinci

ANALISIS MISKONSEPSI SISWA SMP DALAM MATERI PERBANDINGAN DENGAN MENGGUNAKAN CERTAINTY OF RESPONSE INDEX (CRI)

ANALISIS MISKONSEPSI SISWA SMP DALAM MATERI PERBANDINGAN DENGAN MENGGUNAKAN CERTAINTY OF RESPONSE INDEX (CRI) ANALISIS MISKONSEPSI SISWA SMP DALAM MATERI PERBANDINGAN DENGAN MENGGUNAKAN CERTAINTY OF RESPONSE INDEX (CRI) Syarifah Fadillah Prodi Pendidikan Matematika, IKIP PGRI Pontianak, Jl. Ampera No.88 Pontianak

Lebih terperinci

ANALISIS DESKRIPTIF MISKONSEPSI SISWA SMA PADA MATERI SISTEM SARAF MANUSIA MENGGUNAKAN TEKNIK CERTAINTY RESPONSE INDEX

ANALISIS DESKRIPTIF MISKONSEPSI SISWA SMA PADA MATERI SISTEM SARAF MANUSIA MENGGUNAKAN TEKNIK CERTAINTY RESPONSE INDEX ANALISIS DESKRIPTIF MISKONSEPSI SISWA SMA PADA MATERI SISTEM SARAF MANUSIA MENGGUNAKAN TEKNIK CERTAINTY RESPONSE INDEX Budi Rahayu Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung ABSTRAK Miskonsepsi yang dialami

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SOFTWARE PENDETEKSI MISKONSEPSI KIMIA SOFTWARE DEVELOPMENT FOR DETECTING CHEMICAL MISCONCEPTIONS. Abstract

PENGEMBANGAN SOFTWARE PENDETEKSI MISKONSEPSI KIMIA SOFTWARE DEVELOPMENT FOR DETECTING CHEMICAL MISCONCEPTIONS. Abstract PENGEMBANGAN SOFTWARE PENDETEKSI MISKONSEPSI KIMIA SOFTWARE DEVELOPMENT FOR DETECTING CHEMICAL MISCONCEPTIONS Wilda Ulin Nuha dan Sukarmin Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Lebih terperinci

*Dosen Pendidikan Biologi FKIP Universitas Lancang Kuning **Alumni Pendidikan Biologi FKIP Universitas Lancang Kuning

*Dosen Pendidikan Biologi FKIP Universitas Lancang Kuning **Alumni Pendidikan Biologi FKIP Universitas Lancang Kuning 109 ANALISIS MISKONSEPSI MAHASISWA CALON GURU BIOLOGI PADA KONSEP MORFOLOGI DAUN DAN BUNGA DI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LANCANG KUNING PEKANBARU *Jumiati **Hafirah Hijratul Hamid

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan mata pelajaran biologi di Madrasah Aliyah (MA) adalah agar peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan mata pelajaran biologi di Madrasah Aliyah (MA) adalah agar peserta didik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan mata pelajaran biologi di Madrasah Aliyah (MA) adalah agar peserta didik memiliki kemampuan untuk memahami konsep-konsep biologi dan saling keterkaitan

Lebih terperinci

Adapun beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

Adapun beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini berjenis deskriptif. Peneliti hanya menggambarkan kondisi di lapangan sesuai fakta yang terjadi tanpa ada perlakuan terhadap variabel. Metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Defi Firman Suparyana, 2014 Analisis Penguasaan Konsep dan Miskonsepsi Siswa SMA pada Materi Genetika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Defi Firman Suparyana, 2014 Analisis Penguasaan Konsep dan Miskonsepsi Siswa SMA pada Materi Genetika BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Materi biologi yang sulit dimengerti oleh sebagian besar siswa sekolah menengah adalah genetika (Meilinda, 2009). Kesulitan tersebut karena materi genetika bersifat

Lebih terperinci

Keywords: Concepts, Misconceptions, Certainty Response Indeks (CRI).

Keywords: Concepts, Misconceptions, Certainty Response Indeks (CRI). 272 Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Pendidikan Fisika. Vol. 2 No.2 April 2017, 272-276 IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE INDEKS RESPON KEPASTIAN (IRK) PADA MATERI IMPULS DAN MOMENTUM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses pendidikan berlangsung dalam suatu proses yang disebut dengan belajar. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN JURNAL

LEMBAR PENGESAHAN JURNAL LEMBAR PENGESAHAN JURNAL IDENTIFIKASI PEMAHAMAN KONSEP SISWA TERHADAP MATERI KESETIMBANGAN KIMIA MENGGUNAKAN INSTRUMEN TES THREE-TIER MULTIPLE CHOICE DIAGNOSTIC OLEH Ira Ekawati Hasrat 441 407 027 Telah

Lebih terperinci

DESKRIPSI MISKONSEPSI SISWA SMA SEKECAMATAN KAPUAS TENTANG GERAK MELINGKAR BERATURAN MENGGUNAKAN THREE-TIER TEST

DESKRIPSI MISKONSEPSI SISWA SMA SEKECAMATAN KAPUAS TENTANG GERAK MELINGKAR BERATURAN MENGGUNAKAN THREE-TIER TEST DESKRIPSI MISKONSEPSI SISWA SMA SEKECAMATAN KAPUAS TENTANG GERAK MELINGKAR BERATURAN MENGGUNAKAN THREE-TIER TEST ARTIKEL PENELITIAN Oleh: DESFHIE YOLENTA NIM F03110031 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN

Lebih terperinci

Profil Miskonsepsi Mahasiswa tentang Konsep Kepolaran Molekul dengan Menggunakan CRI (Certainty of Response Index)

Profil Miskonsepsi Mahasiswa tentang Konsep Kepolaran Molekul dengan Menggunakan CRI (Certainty of Response Index) Profil Miskonsepsi Mahasiswa tentang Konsep Kepolaran Molekul dengan Menggunakan CRI (Certainty of Response Index) Lilik Sugiyanti, Lukman AR Laliyo dan Hendri Iyabu Pendidikan Kimia, FMIPA Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Guru merupakan profesi yang secara langsung menuntut keprofesionalan seorang pendidik untuk menguasai kemampuan membelajarkan suatu konsep agar tidak hanya berupa materi

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI PEMAMAHAN KONSEP FISIKA TERHADAP POKOK BAHASAN TERMODINAMIKA PADA SISWA SMA. Mohammad Khairul Yaqin

IDENTIFIKASI PEMAMAHAN KONSEP FISIKA TERHADAP POKOK BAHASAN TERMODINAMIKA PADA SISWA SMA. Mohammad Khairul Yaqin IDENTIFIKASI PEMAMAHAN KONSEP FISIKA TERHADAP POKOK BAHASAN TERMODINAMIKA PADA SISWA SMA Mohammad Khairul Yaqin Program Studi Pendidikan Fisika, FKIP, UNIVERSITAS JEMBER yaqinspc12@gmail.com Sri Handono

Lebih terperinci

ANALISIS MISKONSEPSI SISWA MENGGUNAKAN TES DIAGNOSTIC MULTIPLE CHOICE BERBANTUAN CRI (CERTAINTY OF RESPONSE INDEX)

ANALISIS MISKONSEPSI SISWA MENGGUNAKAN TES DIAGNOSTIC MULTIPLE CHOICE BERBANTUAN CRI (CERTAINTY OF RESPONSE INDEX) 2108 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 12, No. 1, 2018, halaman 2108 2117 ANALISIS MISKONSEPSI SISWA MENGGUNAKAN TES DIAGNOSTIC MULTIPLE CHOICE BERBANTUAN CRI (CERTAINTY OF RESPONSE INDEX) Qurrota A

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap siswa yang sedang terlibat di dunia pendidikan banyak sedikitnya pernah mengalami kesulitan dalam mengikuti pelajaran. Tingkat kesulitan yang dialami

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Definisi operasional bertujuan memberikan persamaan persepsi terhadap

BAB III METODE PENELITIAN. Definisi operasional bertujuan memberikan persamaan persepsi terhadap BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Definisi operasional bertujuan memberikan persamaan persepsi terhadap istilah yang ada dalam penelitian ini. 1. Analisis kualitas soal, soal dianalisis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Definisi operasional dibuat untuk menghindari berbagai penafsiran

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Definisi operasional dibuat untuk menghindari berbagai penafsiran 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional Definisi operasional dibuat untuk menghindari berbagai penafsiran yang digunakan dalam penelitian ini. Penjelasan dari masing-masing definisi tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LatarBelakangMasalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LatarBelakangMasalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. LatarBelakangMasalah Pendidikan perlu mengalami perubahan terus menerus untuk mendukung pembangunan di masa yang akan datang. Salah satunya adalah kegiatan proses pembelajaran. Pembelajaran

Lebih terperinci

UNESA Journal of Chemical Education Vol. 2, No. 1, pp Januari 2013 ISSN:

UNESA Journal of Chemical Education Vol. 2, No. 1, pp Januari 2013 ISSN: POLA PERGESERAN KONSEPSI SISWA PADA STRUKTUR ATOM SETELAH PEMBELAJARAN DENGAN STRATEGI POGIL TYPE OF STUDENT S SHIFTING CONCEPTION ON ATOMIC STRUCTURE AFTER IMPLEMENTATION POGIL STRATEGY Septi Wahyuningrum

Lebih terperinci

MENGGALI MISKONSEPSI SISWA SMA PADA MATERI PERHITUNGAN KIMIA MENGGUNAKAN CERTAINTY OF RESPONSE INDEX

MENGGALI MISKONSEPSI SISWA SMA PADA MATERI PERHITUNGAN KIMIA MENGGUNAKAN CERTAINTY OF RESPONSE INDEX MENGGALI MISKONSEPSI SISWA SMA PADA MATERI PERHITUNGAN KIMIA MENGGUNAKAN CERTAINTY OF RESPONSE INDEX ARTIKEL PENELITIAN Oleh: NURSIWIN NIM F02109035 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PMIPA FAKULTAS

Lebih terperinci

27. peristiwa mutasi; 28. evolusi dan asal-usul kehidupan; 29. usaha manusia dalam meningkatkan produksi pangan; 30. bioteknologi dalam kehidupan.

27. peristiwa mutasi; 28. evolusi dan asal-usul kehidupan; 29. usaha manusia dalam meningkatkan produksi pangan; 30. bioteknologi dalam kehidupan. i Tinjauan Mata Kuliah M ata kuliah Materi Kurikuler Biologi SMA merupakan mata kuliah dengan bobot 3 sks yang diperuntukkan bagi mahasiswa S1 Pendidikan Biologi. Bagi Anda yang berprofesi sebagai guru,

Lebih terperinci

PROFIL MISKONSEPSI MATERI IPBA DI SMA DENGAN MENGGUNAKAN CRI (CERTAINLY OF RESPONS INDEX)

PROFIL MISKONSEPSI MATERI IPBA DI SMA DENGAN MENGGUNAKAN CRI (CERTAINLY OF RESPONS INDEX) PROFIL MISKONSEPSI MATERI IPBA DI SMA DENGAN MENGGUNAKAN CRI (CERTAINLY OF RESPONS INDEX) Oleh: Winny Liliawati Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia Abstrak Telah dilakukan

Lebih terperinci

53. Mata Pelajaran Biologi untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) A. Latar Belakang B. Tujuan

53. Mata Pelajaran Biologi untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) A. Latar Belakang B. Tujuan 53. Mata Pelajaran Biologi untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu (inquiry) tentang alam secara sistematis,

Lebih terperinci

ANALISIS MISKONSEPSI SISWA DENGAN CERTAINTY OF RESPONSE INDEX (CRI) PADA SUBMATERI SISTEM SARAF DI KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 SELIMBAU

ANALISIS MISKONSEPSI SISWA DENGAN CERTAINTY OF RESPONSE INDEX (CRI) PADA SUBMATERI SISTEM SARAF DI KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 SELIMBAU ANALISIS MISKONSEPSI SISWA DENGAN CERTAINTY OF RESPONSE INDEX (CRI) PADA SUBMATERI SISTEM SARAF DI KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 SELIMBAU Libras Asa Saputri 1), Nuri Dewi Muldayanti 1), Anandita Eka Setiadi

Lebih terperinci

Keyword: miskonsepsi, penjumlahan, pengurangan, bilangan bulat, garis bilangan

Keyword: miskonsepsi, penjumlahan, pengurangan, bilangan bulat, garis bilangan Analisis Miskonsepsi terhadap Operasi Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat menggunakan Garis Bilangan pada Mahasiswa STAIN Salatiga Oleh: Eni Titikusumawati Prodi PGMI Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga

Lebih terperinci

PERBEDAAN PEMAHAMAN AWAL TENTANG KONSEP GENETIKA PADA SISWA, MAHASISWA, GURU, DAN DOSEN

PERBEDAAN PEMAHAMAN AWAL TENTANG KONSEP GENETIKA PADA SISWA, MAHASISWA, GURU, DAN DOSEN PERBEDAAN PEMAHAMAN AWAL TENTANG KONSEP GENETIKA PADA SISWA, MAHASISWA, GURU, DAN DOSEN Elya Nusantari Universitas Negeri Gorontalo, Jl. Jendral Sudirman No 6, Kota Gorontalo e-mail: elya.nusantari09@yahoo.co.id

Lebih terperinci

DESKRIPSI KONSEPSI SISWA SMA TENTANG RANGKAIAN LISTRIK ARUS SEARAH

DESKRIPSI KONSEPSI SISWA SMA TENTANG RANGKAIAN LISTRIK ARUS SEARAH ISSN 2338 3240 DESKRIPSI KONSEPSI SISWA SMA TENTANG RANGKAIAN LISTRIK ARUS SEARAH Andhika Nugraha 1, I Komang Werdhiana 2, dan I Wayan Darmadi 3 Email: andhika_entrepreneur@yahoo.com Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN INSTRUMEN IDENTIFIKASI MISKONSEPSI FISIKA PADA MATERI LISTRIK DINAMIS MELALUI CRI (CERTAINTY OF RESPONSE INDEX) BERBASIS WEB

PENGEMBANGAN INSTRUMEN IDENTIFIKASI MISKONSEPSI FISIKA PADA MATERI LISTRIK DINAMIS MELALUI CRI (CERTAINTY OF RESPONSE INDEX) BERBASIS WEB PENGEMBANGAN INSTRUMEN IDENTIFIKASI MISKONSEPSI FISIKA PADA MATERI LISTRIK DINAMIS MELALUI CRI (CERTAINTY OF RESPONSE INDEX) BERBASIS WEB Wiricha Annisak 1), Astalini ), Haerul Pathoni 3) 1 Mahasiswa S1

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONCEPTUAL CHANGE UNTUK MEREDUKSI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI POKOK ASAM DAN BASA DI KELAS XI IA SMAN 2 BOJONEGORO

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONCEPTUAL CHANGE UNTUK MEREDUKSI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI POKOK ASAM DAN BASA DI KELAS XI IA SMAN 2 BOJONEGORO PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONCEPTUAL CHANGE UNTUK MEREDUKSI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI POKOK ASAM DAN BASA DI KELAS XI IA SMAN 2 BOJONEGORO Laily Rohmawati, Suyono Jurusan Kimia FMIPA Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu tujuan mata pelajaran fisika di SMA menurut Permendiknas No. 22 tahun 2006 adalah sebagai wahana atau sarana untuk melatih para siswa agar dapat

Lebih terperinci

Unesa Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 6 No. 1, pp January 2017

Unesa Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 6 No. 1, pp January 2017 PENERAPAN PEMBELAJARAN DENGAN STRATEGI KONFLIK KOGNITIF UNTUK MEREDUKSI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI POKOK ASAM DAN BASA DI KELAS XI MAN MOJOSARI KOTA MOJOKERTO IMPLEMENTATION OF COGNITIVE CONFLICT STRATEGY

Lebih terperinci

Seminar Nasional Evaluasi Pendidikan Tahun 2014

Seminar Nasional Evaluasi Pendidikan Tahun 2014 Seminar Nasional Evaluasi Pendidikan Tahun 4 MENGEMBANGKAN TES DIAGNOSTIK PILIHAN GANDA TIGA TINGKAT SEBAGAI ALAT EVALUASI MISKONSEPSI MATERI OPTIK Sri Lestari Handayani, Ani Rusilowati dan Sugianto Program

Lebih terperinci

12. Mata Pelajaran Biologi Untuk Paket C Program IPA

12. Mata Pelajaran Biologi Untuk Paket C Program IPA 12. Mata Pelajaran Biologi Untuk Paket C Program IPA A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu (inquiry) tentang alam secara sistematis, sehingga pendidikan IPA bukan

Lebih terperinci

Mustafa Ramadhan 1, Sunardi 2, Dian Kurniati 3

Mustafa Ramadhan 1, Sunardi 2, Dian Kurniati 3 ANALISIS MISKONSEPSI SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA BERSTANDAR PISA DENGAN MENGGUNAKAN CERTAINTY OF RESPONSE INDEX (CRI) Mustafa Ramadhan 1, Sunardi 2, Dian Kurniati 3 sunardifkipunej@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Buku ajar di sekolah dibuat untuk pegangan belajar siswa. Namun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Buku ajar di sekolah dibuat untuk pegangan belajar siswa. Namun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Buku ajar di sekolah dibuat untuk pegangan belajar siswa. Namun biasanya guru juga menggunakan buku ajar yang sama dengan yang dipakai oleh siswa. Seharusnya

Lebih terperinci

Identifikasi Miskonsepsi IPBA Di SMA Dengan CRI Dalam Upaya Perbaikan Urutan Materi Pada KTSP

Identifikasi Miskonsepsi IPBA Di SMA Dengan CRI Dalam Upaya Perbaikan Urutan Materi Pada KTSP Identifikasi Miskonsepsi IPBA Di SMA Dengan CRI Dalam Upaya Perbaikan Urutan Materi Pada KTSP Taufik Ramlan Ramalis Abstrak. Pemberian materi IPBA di SMA mengalami perubahan dari mata pelajaran fisika

Lebih terperinci

MEREMEDIASI MISKONSEPSI SISWA YANG MEMILIKI GAYA BELAJAR VISUAL-VERBAL SEIMBANG MENGGUNAKAN CONCEPTUAL CHANGE PADA KONSEP IKATAN KIMIA

MEREMEDIASI MISKONSEPSI SISWA YANG MEMILIKI GAYA BELAJAR VISUAL-VERBAL SEIMBANG MENGGUNAKAN CONCEPTUAL CHANGE PADA KONSEP IKATAN KIMIA MEREMEDIASI MISKONSEPSI SISWA YANG MEMILIKI GAYA BELAJAR VISUAL-VERBAL SEIMBANG MENGGUNAKAN CONCEPTUAL CHANGE PADA KONSEP IKATAN KIMIA REMEDIATION STUDENT S MISCONCEPTION WHO HAVE LEARNING STYLE VISUAL-VERBAL

Lebih terperinci

STUDI PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA SUB KONSEP RANGKAIAN LISTRIK ARUS SEARAH DI KELAS XI SMA NEGERI 1 PALEMBANG

STUDI PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA SUB KONSEP RANGKAIAN LISTRIK ARUS SEARAH DI KELAS XI SMA NEGERI 1 PALEMBANG STUDI PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA SUB KONSEP RANGKAIAN LISTRIK ARUS SEARAH DI KELAS XI SMA NEGERI PALEMBANG Melly Ariska Dosen Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Sriwijaya email: ariskamelly@yahoo.co.id

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI PADA MATERI POKOK WUJUD ZAT SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 BAWANG TAHUN AJARAN 2009/2010

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI PADA MATERI POKOK WUJUD ZAT SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 BAWANG TAHUN AJARAN 2009/2010 Jurnal Pendidikan Kimia, Vol. 1 No. 1 Tahun 2012 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret 8-13 IDENTIFIKASI MISKONSEPSI PADA MATERI POKOK WUJUD ZAT SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 BAWANG TAHUN

Lebih terperinci

DESKRIPSI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI ATOM, MOLEKUL, DAN ION DI SMP NEGERI 21 PONTIANAK

DESKRIPSI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI ATOM, MOLEKUL, DAN ION DI SMP NEGERI 21 PONTIANAK DESKRIPSI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI ATOM, MOLEKUL, DAN ION DI SMP NEGERI 21 PONTIANAK Vanny Anggraeni, Eny Enawaty, Rahmat Rasmawan Program Studi Pendidikan Kimia FKIP UNTAN Email : vannyahardini@yahoo.com

Lebih terperinci

ANALISIS SK / KD. Indikator Pencapaian. 1. Membedakan pengertian. pertumbuhan dan perkembangan

ANALISIS SK / KD. Indikator Pencapaian. 1. Membedakan pengertian. pertumbuhan dan perkembangan ANALISIS SK / SATUAN PENDIDIKAN MATA PELAJARAN KELAS/PROGRAM : SMA ISLAM MIFTAHUSSA ADAH : BIOLOGI : XII / IPA Standar Dasar 1. Melakukan percobaan dan perkembangan pada tumbuhan 1.1 Merencanakan percobaan

Lebih terperinci

Universitas Muhammadiyah Purwokerto ABSTRAK

Universitas Muhammadiyah Purwokerto ABSTRAK PENGEMBANGAN TWO-TIER MULTIPLE CHOICE QUESTION DISERTAI TEKNIK CRI (CERTAINTY OF RESPONSE INDEX) SEBAGAI INSTRUMEN DIAGNOSTIK MISKONSEPSI MATERI GENETIKA Mufida Nofiana 1), Teguh Julianto 2), Arum Adita

Lebih terperinci

ANALISIS KEMAMPUAN PEMAHAMAN GRAFIK KINEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS. Oleh Surya Gumilar

ANALISIS KEMAMPUAN PEMAHAMAN GRAFIK KINEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS. Oleh Surya Gumilar ANALISIS KEMAMPUAN PEMAHAMAN GRAFIK KINEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS Oleh Surya Gumilar ABSTRACT This research is aimed to know understanding graph of kinematic student with using Criteria Respon

Lebih terperinci

BioEdu Berkala Ilmiah Pendidikan Biologi

BioEdu Berkala Ilmiah Pendidikan Biologi ANALISIS MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI POKOK SINTESIS PROTEIN DITINJAU DARI HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA ANALYSIS OF STUDENT MISCONCEPTION IN PROTEIN SYNTHESIS SUBJECT MATERIAL BASED ON BIOLOGY STUDENT

Lebih terperinci

Analisis Pemahaman Konsep Siswa SMA Lab-School Palu pada Materi Hukum Newton

Analisis Pemahaman Konsep Siswa SMA Lab-School Palu pada Materi Hukum Newton Analisis Pemahaman Siswa SMA Lab-School Palu pada Materi Hukum Nursefriani, Marungkil Pasaribu dan H.Kamaluddin noersevi@yahoo.co.id Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Tadulako Jl. Soekarno

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aktivitas usaha dari manusia untuk meningkatkan kepribadian dan kecerdasan. Usaha ini dapat dilakukan dengan membina potensi atau kemampuan

Lebih terperinci

http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/jpkimia MISKONSEPSI MAHASISWA PADA KONSEP DASAR GAYA DAN GERAK UNTUK SEKOLAH DASAR Oleh : Gaguk Resbiantoro 1, Aldila Wanda Nugraha 2 1,2 Prodi Pendidikan Guru Sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fuji Hernawati Kusumah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fuji Hernawati Kusumah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan suatu ilmu yang sangat berhubungan erat dengan fenomena alam. Sebagai suatu ilmu, dalam Fisika pasti terdapat berbagai macam konsep. Konsep merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS MISKONSEPSI SISWA SMA KELAS XI PADA KONSEP LAJU REAKSI MENGGUNAKAN TWO-TIER MULTIPLE CHOICE DAN CERTAINTY OF RESPONSE INDEX (CRI)

ANALISIS MISKONSEPSI SISWA SMA KELAS XI PADA KONSEP LAJU REAKSI MENGGUNAKAN TWO-TIER MULTIPLE CHOICE DAN CERTAINTY OF RESPONSE INDEX (CRI) ANALISIS MISKONSEPSI SISWA SMA KELAS XI PADA KONSEP LAJU REAKSI MENGGUNAKAN TWO-TIER MULTIPLE CHOICE DAN CERTAINTY OF RESPONSE INDEX (CRI) JURNAL PENELITIAN Oleh NUR LAILA IBRAHIM NIM: 441 411 077 UNIVERSITAS

Lebih terperinci

SILABUS. Deskripsi Mata Kuliah:

SILABUS. Deskripsi Mata Kuliah: SILABUS Silabus Perkuliahan : Genetika dan Evolusi Prodi : Pendidikan Biologi Jenjang : Kompetensi Ganda DEPAG Semester : 3 Jumlah SKS : 3 Dosen Pengampu : Diah Kusumawaty, S.Si,M.Si Drs. Riandi,M.Si Any

Lebih terperinci

MENGUNGKAP MISKONSEPSI MEKANIKA MAHASISWA CALON GURU FISIKA SEMESTER AKHIR PADA SALAH SATU UNIVERSITAS DI LAMPUNG

MENGUNGKAP MISKONSEPSI MEKANIKA MAHASISWA CALON GURU FISIKA SEMESTER AKHIR PADA SALAH SATU UNIVERSITAS DI LAMPUNG MENGUNGKAP MISKONSEPSI MEKANIKA MAHASISWA CALON GURU FISIKA SEMESTER AKHIR PADA SALAH SATU UNIVERSITAS DI LAMPUNG Wayan Suana Universitas Lampung, Jln. Soemantri Brojonegoro No.1 Bandar Lampung E-mail:

Lebih terperinci

2015 IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA SMA PADA KONSEP REPRODUKSI VIRUS MELALUI ANALISIS GAMBAR

2015 IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA SMA PADA KONSEP REPRODUKSI VIRUS MELALUI ANALISIS GAMBAR BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan kurikulum yang berkembang di Indonesia, tujuan utama pendidikan pada dasarnya adalah untuk penguasaan konsep berlandaskan pengalaman belajar. Dahar (1988)

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA KONSEP SISTEM REPRODUKSI MANUSIA KELAS XI IPA SMA UNGGUL ALI HASJMY KABUPATEN ACEH BESAR

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA KONSEP SISTEM REPRODUKSI MANUSIA KELAS XI IPA SMA UNGGUL ALI HASJMY KABUPATEN ACEH BESAR Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Biologi, Volume 1, Issue 1, Agustus 2016, hal 1-9 IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA KONSEP SISTEM REPRODUKSI MANUSIA KELAS XI IPA SMA UNGGUL ALI HASJMY KABUPATEN ACEH

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN INSTRUMEN MISKONSEPSI KIMIA PADA KONSEP STRUKTUR ATOM

PENGEMBANGAN INSTRUMEN MISKONSEPSI KIMIA PADA KONSEP STRUKTUR ATOM Jurnal Penelitian Pendidikan IPA (JPPIPA) P-ISSN : 2460-2582, E-ISSN : 2407-795X Sekretariat : Lt. 1 Gedung B FKIP Universitas Mataram Telp./Fax : (0370) 634918 Email : magipa@unram.ac.id Website : http://jppipa.unram.ac.id/index.php/jppipa/index

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA POKOK BAHASAN RANGKAIAN ARUS SEARAH DI KELAS XII MAN 1 JEMBER. Risalatun Nur Rohmah

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA POKOK BAHASAN RANGKAIAN ARUS SEARAH DI KELAS XII MAN 1 JEMBER. Risalatun Nur Rohmah IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA POKOK BAHASAN RANGKAIAN ARUS SEARAH DI KELAS XII MAN 1 JEMBER Risalatun Nur Rohmah Program Studi Pendidikan Fisika, FKIP, UNIVERSITAS JEMBER ririsrisa12@gmail.com Albertus

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN YANG MEMADUKAN PENDEKATAN KONSEPTUAL INTERAKTIF DAN STRATEGI PROBLEM SOLVING UNTUK PERKULIAHAN FISIKA DASAR II

MODEL PEMBELAJARAN YANG MEMADUKAN PENDEKATAN KONSEPTUAL INTERAKTIF DAN STRATEGI PROBLEM SOLVING UNTUK PERKULIAHAN FISIKA DASAR II MODEL PEMBELAJARAN YANG MEMADUKAN PENDEKATAN KONSEPTUAL INTERAKTIF DAN STRATEGI PROBLEM SOLVING UNTUK PERKULIAHAN FISIKA DASAR II Selly Feranie dan Yuyu R Tayubi Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Jl.

Lebih terperinci

Kreativitas Siswa dalam Pembuatan Model Struktur 3D Sel pada Pembelajaran Subkonsep Struktur dan Fungsi Sel

Kreativitas Siswa dalam Pembuatan Model Struktur 3D Sel pada Pembelajaran Subkonsep Struktur dan Fungsi Sel Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 Kreativitas Siswa dalam Pembuatan Model Struktur 3D Sel pada Pembelajaran Subkonsep Struktur dan Fungsi Sel Siti Gia Syauqiyah Fitri, Vina Septifiana

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY (TSTS) DAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG KONSEP MOMENTUM DAN IMPULS

MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY (TSTS) DAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG KONSEP MOMENTUM DAN IMPULS MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY (TSTS) DAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG KONSEP MOMENTUM DAN IMPULS Asep Dedy Sutrisno, Achmad Samsudin, Winny Liliawati, Ida Kaniawati, dan Endi Suhendi Departemen Pendidikan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF UNTUK MENGURANGI MISKONSEPSI PADA MATERI GERAK MELINGKAR.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF UNTUK MENGURANGI MISKONSEPSI PADA MATERI GERAK MELINGKAR. 18 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF UNTUK MENGURANGI MISKONSEPSI PADA MATERI GERAK MELINGKAR Juli Firmansyah 1 dan Safitri Wulandari 2 1,2) Pendidikan Fisika FKIP Universitas Serambi Mekkah Banda

Lebih terperinci

Identifikasi Miskonsepsi Siswa SDN Kemayoran I Bangkalan pada Konsep Cahaya Menggunakan CRI (Certainty Of Response Index)

Identifikasi Miskonsepsi Siswa SDN Kemayoran I Bangkalan pada Konsep Cahaya Menggunakan CRI (Certainty Of Response Index) Identifikasi Miskonsepsi Siswa SDN Kemayoran I Bangkalan pada Konsep Menggunakan CRI (Certainty Of Response Index) Fatimatul Munawaroh 1, M. Deny Falahi 2 1 Program Studi Pendidikan IPA, Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional memiliki tujuan yang sangat berkaitan dengan unsurunsur pendidikan. Salah satu unsur yang paling berperan besar terhadap proses dan hasil

Lebih terperinci

PENGGUNAAN TWO-TIER MULTIPLE CHOICE DIAGNOSTIC TEST DISERTAI CRI UNTUK MENGANALISIS MISKONSEPSI SISWA

PENGGUNAAN TWO-TIER MULTIPLE CHOICE DIAGNOSTIC TEST DISERTAI CRI UNTUK MENGANALISIS MISKONSEPSI SISWA PENGGUNAAN TWO-TIER MULTIPLE CHOICE DIAGNOSTIC TEST DISERTAI CRI UNTUK MENGANALISIS MISKONSEPSI SISWA Elvira Noprianti 1 dan Lisa Utami 1 1. Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan,

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE CERTAINTY OF RESPONSE INDEX

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE CERTAINTY OF RESPONSE INDEX IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE CERTAINTY OF RESPONSE INDEX (CRI) PADA KONSEP FOTOSINTESIS DAN RESPIRASI TUMBUHAN Tri Ade Mustaqim, Zulfiani, Yanti Herlanti Pendidikan Biologi

Lebih terperinci

PROFIL BAHAN AJAR GENETIKA YANG DIGUNAKAN DI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI

PROFIL BAHAN AJAR GENETIKA YANG DIGUNAKAN DI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI PROFIL BAHAN AJAR GENETIKA YANG DIGUNAKAN DI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI Poppy Rahmatika Primandiri 1,2, Mohamad Amin 3, Siti Zubaidah 3, Maftuchah 4 1 Program Doktor

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. teknologi terus berkembang seiring dengan melesatnya kebutuhan manusia dan

BABI PENDAHULUAN. teknologi terus berkembang seiring dengan melesatnya kebutuhan manusia dan BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan sains adalah pendidikan yang bertujuan untuk membantu siswa dalam mengembangkan suatu pemahaman konsep yang bermakna dan membuat siswa mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. habis-habisnya. Dengan tersingkapnya tabir rahasia alam itu satu persatu, serta

BAB I PENDAHULUAN. habis-habisnya. Dengan tersingkapnya tabir rahasia alam itu satu persatu, serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan pendidikan IPA (sains) adalah agar siswa dapat memahami atau menguasai konsep, aplikasi konsep, mampu mengaitkan satu konsep dengan konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Syarifudin, 2007: 21). Dalam arti luas, pendidikan berlangsung bagi siapapun,

BAB I PENDAHULUAN. (Syarifudin, 2007: 21). Dalam arti luas, pendidikan berlangsung bagi siapapun, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah segala pengalaman (belajar) di berbagai lingkungan yang berlangsung sepanjang hayat dan berpengaruh positif bagi perkembangan individu (Syarifudin,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pengumpulan Data. Produk. Massal. Gambar 3.1 Langkah-langkah penggunaan Metode R & D

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pengumpulan Data. Produk. Massal. Gambar 3.1 Langkah-langkah penggunaan Metode R & D BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian dan pengembangan (research and development). Metode ini digunakan untuk menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses belajar mengajar merupakan serangkaian aktivitas yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. Proses belajar mengajar merupakan serangkaian aktivitas yang terdiri dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses belajar mengajar merupakan serangkaian aktivitas yang terdiri dari persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran. Ketiga hal tersebut tidak dapat dipisahkan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI MATERI IPA SEMESTER GENAP PADA SISWA KELAS VII SMP N 2 BUAY BAHUGA WAY KANAN

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI MATERI IPA SEMESTER GENAP PADA SISWA KELAS VII SMP N 2 BUAY BAHUGA WAY KANAN IDENTIFIKASI MISKONSEPSI MATERI IPA SEMESTER GENAP PADA SISWA KELAS VII SMP N 2 BUAY BAHUGA WAY KANAN (Studi Deskriptif Tentang Identifikasi Miskonsepsi Materi IPA Biologi pada Siswa Kelas VII Semester

Lebih terperinci

Identifikasi Miskonsepsi Siswa Pada Materi Genetika Di Kelas XII IPA SMA Negeri 13 Medan Tahun Pembelajaran 2014/2015

Identifikasi Miskonsepsi Siswa Pada Materi Genetika Di Kelas XII IPA SMA Negeri 13 Medan Tahun Pembelajaran 2014/2015 Identifikasi Miskonsepsi Siswa Pada Materi Genetika Di Kelas XII IPA SMA Negeri 13 Medan Tahun Pembelajaran 2014/2015 The Identification Of Students Misconception About Genetics In Grade XII IPA SMA Negeri

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2017

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2017 ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SISWA TENTANG ELASTISITAS DI KELAS XI SMA Diana Puspitasari Program Studi Pendidikan Fisika, FKIP, UNIVERSITAS JEMBER dianapuspitasari0911@gmail.com Sri Handono Budi Prastowo

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2018

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2018 IDENTIFIKASI MISKONSEPSI MATERI MEDAN MAGNET MENGGUNAKAN THREE TIER TEST PADA SISWA KELAS XII SMA DI JEMBER Eri Setyaningsih Program Studi Pendidikan Fisika, FKIP, UNIVERSITAS JEMBER eri.setyaningsih@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengajar yaitu terdapatnya interaksi antara siswa dan guru. Belajar menunjuk

BAB I PENDAHULUAN. mengajar yaitu terdapatnya interaksi antara siswa dan guru. Belajar menunjuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di sekolah pada dasarnya merupakan proses kegiatan belajar mengajar yaitu terdapatnya interaksi antara siswa dan guru. Belajar menunjuk pada apa

Lebih terperinci

Syamsinar Prodi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Tadulako Jl. Soekarno Hatta KM. 9

Syamsinar Prodi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Tadulako Jl. Soekarno Hatta KM. 9 Pemahaman Konsep Siswa Kelas X SMA Negeri 9 Palu pada Materi Pembiasan Cahaya Syamsinar inarnore@yahoo.com Prodi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Tadulako Jl. Soekarno Hatta KM. 9 Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP IPS PADA PESERTA DIDIK

MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP IPS PADA PESERTA DIDIK JPIS, Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, Volume 23, No. 2, Edisi Desember 2014 26 MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP IPS PADA PESERTA DIDIK Eldi Mulyana, Prodi Pendidikan

Lebih terperinci

Identifikasi Miskonsepsi Mahasiswa Calon Guru Fisika pada Pokok Bahasan Rangkaian Listrik melalui Certainty of Response Index

Identifikasi Miskonsepsi Mahasiswa Calon Guru Fisika pada Pokok Bahasan Rangkaian Listrik melalui Certainty of Response Index Identifikasi Miskonsepsi Mahasiswa Calon Guru Fisika pada Pokok Bahasan Rangkaian Listrik melalui Certainty of Response Index Yunita Prodi Pendidikan IPA, Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS MIPA SILABI

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS MIPA SILABI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS MIPA SILABI FRM/FMIPA/063-01 18 Februari 2011 Fakultas : FMIPA Program studi : Biologi Mata Kuliah / Kode : Genetika Molekuler / SBG 252 Jumlah SKS : Teori = 2 ;

Lebih terperinci

KISI-KISI KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL GURU BIDANG STUDI BIOLOGI

KISI-KISI KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL GURU BIDANG STUDI BIOLOGI KISI-KISI KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL GURU BIDANG STUDI BIOLOGI Kompetensi Subkompetensi Indikator Esensial Deskriptor A. Memiliki kompetensi kepribadian sebagai pendidik B. Memiliki kompetensi

Lebih terperinci

MENGGALI PEMAHAMAN SISWA SMA PADA KONSEP KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN DENGAN MENGGUNAKAN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER

MENGGALI PEMAHAMAN SISWA SMA PADA KONSEP KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN DENGAN MENGGUNAKAN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER MENGGALI PEMAHAMAN SISWA SMA PADA KONSEP KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN DENGAN MENGGUNAKAN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER Tri Yunita Maharani, Prayitno, Yahmin Universitas Negeri Malang E-mail: menik.chant@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Analisis adalah penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Analisis adalah penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan 30 BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional 1. Analisis adalah penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Buku teks pelajaran merupakan salah satu sarana penting dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. Keberadaan buku teks memberikan dampak yang signifikan dalam

Lebih terperinci

Ketika konsepsi siswa ada yang berbeda dari yang biasa diterima, dalam Tan (2005) hal itu disebut alternative frameworks, misconceptions, student

Ketika konsepsi siswa ada yang berbeda dari yang biasa diterima, dalam Tan (2005) hal itu disebut alternative frameworks, misconceptions, student 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang dapat mengkondisikan siswa mencapai kemajuan secara maksimal sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Seorang guru

Lebih terperinci

ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SPEKTRUM CAHAYA PADA SISWA SMA KELAS XII. Yeri Suhartin

ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SPEKTRUM CAHAYA PADA SISWA SMA KELAS XII. Yeri Suhartin ISSN : 2527 5917, Vol.2 SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2017 Peran Pendidikan, Sains, dan Teknologi untuk Mengembangkan Budaya Ilmiah dan Inovasi terbarukan dalam mendukung Sustainable Development Goals

Lebih terperinci

ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMAKASIH... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMAKASIH... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMAKASIH... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

Lebih terperinci

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS MIPA

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS MIPA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS MIPA SILABI Fakultas : FMIPA Program studi : Biologi Mata Kuliah / Kode : Genetika Molekuler / SBG 252 Jumlah SKS : Teori = 2 ; Praktek = 0 Semester : Gasal (5) Mata

Lebih terperinci

TELAAH KESALAHAN KONSEP PADA BUKU AJAR BIOLOGI

TELAAH KESALAHAN KONSEP PADA BUKU AJAR BIOLOGI Prosiding Symbion (Symposium on Biology Education), Prodi Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Ahmad Dahlan, 27 Agustus 2016 p-issn: 2540-752x e-issn: 2528-5726 TELAAH KESALAHAN KONSEP PADA BUKU AJAR

Lebih terperinci

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 2, No. 2, pp , May 2013

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 2, No. 2, pp , May 2013 IMPLEMENTASI MODEL LEARNING CYCLE 7-E UNTUK MEREDUKSI MISKONSEPSI LEVEL SUB-MIKROSKOPIK SISWA PADA MATERI HIDROLISIS GARAM DI SMAN 1 TARIK SIDOARJO IMPLEMENTATION OF 7-E LEARNING CYCLE MODEL TO REDUCE

Lebih terperinci