PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN DI KOTA BANDA ACEH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN DI KOTA BANDA ACEH"

Transkripsi

1 PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA DEWASA AWAL DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN DI KOTA BANDA ACEH Nadhira Miranda*, Zaujatul Amna Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. ABSTRAK Dewasa awal ialah individu yang berada pada rentang usia tahun, dimana salah satu tugas perkembangannya ialah menjalin komitmen pribadi dengan lawan jenis, salah satunya ialah melalui pernikahan. Pernikahan adalah sebuah komitmen legal dengan ikatan emosional antara dua orang untuk saling berbagi baik keintiman fisik maupun emosional, tanggung jawab, dan juga sumber pendapatan. Pernikahan menjadi salah satu faktor penting dalam pencapaian subjective well-being pada diri individu. Subjective well-being merupakan suatu kondisi yang mengacu pada evaluasi individu terhadap hidupnya, yang dilakukan secara kognitif dan afektif, dimana individu yang menikah cenderung memiliki subjective well-being yang lebih tinggi dibandingkan dengan individu yang belum menikah. Meskipun demikian, bagi sebagian individu dewasa awal memilih untuk melakukan penundaan terhadap pernikahannya, beberapa faktor yang dapat memengaruhinya diantaranya adanya tuntutan pekerjaan dan pendidikan. Tujuan penelitian ialah untuk mengetahui perbedaan subjective well-being pada dewasa awal ditinjau dari status pernikahan di kota Banda Aceh. Sebanyak 352 dewasa awal dengan rentang usia tahun (176 menikah dan 176 belum menikah) dijadikan sebagai sampel penelitian yang dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling. Pengumpulan data dengan menggunakan satisfaction with life scale (SWLS) dan scale of positive and negative experience (SPANE). Analisis data dengan menggunakan Independent sample T-Test, yang menunjukkan nilai signifikansi (p) = 0,000 (p<0,005), artinya bahwa terdapat perbedaan subjective well-being pada individu yang menikah dan belum menikah, dimana individu menikah memiliki subjective well-being yang lebih tinggi dibandingkan dengan individu yang belum menikah. Kata kunci : Subjective Well-Being, Dewasa Awal, Menikah dan Belum Menikah. 34

2 DIFFERENCES OF SUBJECTIVE WELL-BEING IN EARLY ADULTHOOD IN TERM MARRIAGE STATUS IN BANDA ACEH ABSTRACT Early adulthood are individuals between age range of 20 to 40. In early adulthood, people build personal commitment with the opposite sex through marriage. Marriage is a legal commitment with emotional bond between two individuals to share physical and emotional intimacy, responsibilities, and also included incomes. Marriage is one of the important factor to achieve a high subjective wellbeing. Subjective well-being is a concept that described about how and why people evaluate their lives in positive ways, including both cognitive judgments and affective reactions.married individuals tend to have higher subjective wellbeing than those who are not married. However, some early adults choose to postpone their marriage due to some considerations, such as demands of work or pursuit of higher education. This study investigated the differences of subjective well-being in early adulthood in regards to marriage status in Banda Aceh. The participants were 352 early adulthood (176 married & 176 unmarried) with aged years, were selected using purposive sampling technique. Data was collected using the satisfaction with life scale (SWLS) and the scale of positive and negative experience (SPANE). Data analysis using Independent sample T-Test, the result showed that value of significancy (p) = 0,000 (p<0,005), which means there was a differences of subjective well-being between individuals who are married and unmarried. Based on the result of this study, married individuals has higher subjective well-being than who are unmarried. Keywords : Subjective well-being, Early Adults, Married and Unmarried PENDAHULUAN 35

3 36 Original Article Individu dewasa awal berada pada rentang usia tahun (Papalia, Old, & Feldman, 2009). Pada masa dewasa awal, tugas perkembangan dipusatkan pada harapan-harapan masyarakat, diantaranya mendapatkan pekerjaan dan menikah (Hurlock, 1993). Lebih lanjut, Erikson (dalam Papalia et al., 2009) menambahkan bahwa salah satu tugas perkembangan terutama yang berkaitan dengan tugas psikososial pada masa dewasa awal ialah berada pada tahap intimacy versus isolation, artinya bahwa tugas utama individu pada rentang usia tersebut adalah menjalin komitmen pribadi dengan orang lain. Rini (2009) menambahkan bahwa salah satu bentuk komitmen yang diharapkan pada masa dewasa awal adalah pernikahan. Di Indonesia, batas usia yang diizinkan dalam suatu perkawinan menurut UU RI Nomor 1 tahun 1974 pasal 7 ayat (1) yaitu, minimal 16 tahun untuk wanita dan minimal 19 tahun untuk pria (UU No.1 Tahun 1974-tentang perkawinan). Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN, 2016) menambahkan bahwa usia ideal untuk pernikahan ialah 21 tahun untuk wanita dan 25 tahun untuk pria. Akan tetapi, beberapa waktu terakhir terjadi perbedaan usia pernikahan, hal dapat dilihat dari hasil badan pusat statistik (BPS) berikut: Tabel 1.1 Data persentase jumlah pernikahan berdasarkan usia dan jenis kelamin di Indonesia Jenis Kelamin Usia (Tahun) 2010 (%) 2011 (%) 2012 (%) 2013 (%) Laki-Laki Perempuan (Sumber : BPS, 2016) Tabel di atas menunjukkan bahwa terjadinya perbedaan usia pernikahan pada dewasa awal di Indonesia jika ditinjau dari usia yang ditentukan oleh UU Perkawinan tahun Dimana, jumlah laki-laki dan perempuan yang menikah pada usia tahun lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah laki-laki dan perempuan yang menikah pada usia tahun. Beberapa hal yang melatarbelakangi terjadinya perbedaan usia pernikahan tersebut ialah adanya rasa ingin menikmati kebebasan pada individu karena dapat meluangkan waktu dan energi untuk pekerjaan (Hurlock dalam Noviana, 2010). Selain itu, individu dewasa awal yang memilih untuk menunda pernikahan beranggapan bahwa pernikahan menjadi penghambat, khususnya bagi individu yang ingin fokus terhadap pekerjaannya (Noviana, 2010). Meskipun demikian, pernikahan memegang peran penting dalam kesejahteraan diri individu, hal ini sesuai dengan pernyataan Diener (1984) yang menegaskan bahwa pernikahan merupakan salah satu faktor penting yang memengaruhi kesejahteraan diri individu (subjective well-being). Subjective well-being merupakan kondisi yang mengacu pada evaluasi individu terhadap hidupnya, yang dilakukan secara kognitif dan afektif. Bentuk evaluasi kognitif dari individu adalah kepuasan menyeluruh terhadap kehidupannya, sedangkan evaluasi afektif terlihat dengan lebih seringnya

4 37 Original Article dirasakan afek positif seperti kesenangan dan kebahagiaan dan lebih sedikit mengalami afek negatif seperti kesedihan dan kemarahan (Diener, 1984). Lebih lanjut, Eddington dan Shuman (2005) menjelaskan bahwa individu yang memiliki subjective well-being yang tinggi ialah individu yang puas terhadap kondisi hidupnya dan memiliki pengalaman positif seperti merasa tenang, kegembiraan, kepuasan, kebanggaan, kasih sayang, dan kebahagiaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan afek negatif seperti khawatir, marah, stres, depresi, dan iri hati. Beberapa hasil penelitian terdahulu memaparkan bahwa pernikahan merupakan salah satu hal yang berperan penting dalam meningkatkan kepuasan hidup seseorang, dimana individu yang menikah memiliki dukungan sosial, moral serta finansial yang dapat membantu individu dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Selain itu, individu yang menikah juga memiliki integrasi sosial berupa penerimaan lingkungan sosial yang lebih tinggi daripada individu yang belum menikah sehingga hal tersebut memengaruhi subjective well-beingnya (Diener, Gohm, Suh, dan Oishi (2000); Amanto dan Dush (2005)). Akan tetapi, Diener et al. (2000) menjelaskan bahwa tingkat subjective well-being pada individu yang menikah juga dapat dikatakan rendah apabila individu tersebut tidak memiliki hubungan yang romantis, tidak memiliki hubungan sosial yang baik dengan keluarga, teman, serta ditinjau dari jumlah teman yang dimiliki, frekuensi bertemu, dan menjadi bagian dari kelompok. Individu yang tidak memiliki hubungan pernikahan yang baik, cenderung menunjukkan afek negatif seperti merasa sedih, marah, kesal, dan kecewa. Penelitian lainnya menjelaskan bahwa individu dewasa awal yang belum menikah juga dapat memiliki subjective well-being yang rendah, hal tersebut dikarenakan adanya tuntutan dari orangtua kepada individu yang telah memasuki usia dewasa awal untuk segera menikah guna menghindari stigma negatif dan persepsi negatif dari lingkungan (Noviana, 2010). Meskipun demikian, optimisnya individu yang belum menikah dalam menjalani hidup dan mengevaluasi setiap permasalahan secara positif secara tidak langsung dapat meningkatkan subjective well-being individu (Eddington & Shuman, 2005). Berdasarkan tinjauan di atas, maka peneliti tertarik untuk melihat apakah ada perbedaan subjective well-being pada dewasa awal ditinjau dari status pernikahan di kota Banda Aceh. TINJAUAN TEORI Subjective Well-Being Subjective well-being merupakan kondisi yang mengacu pada evaluasi individu terhadap hidupnya, yang dilakukan secara kognitif dan afektif. Bentuk evaluasi kognitif dari individu adalah kepuasan menyeluruh terhadap kehidupannya, sedangkan evaluasi afektif terlihat dengan lebih seringnya dirasakan afek positif seperti kesenangan dan kebahagiaan dan lebih sedikit mengalami afek negatif seperti kesedihan dan kemarahan (Diener, 1984). Lebih lanjut, Diener (1984) menjelaskan bahwa subjective well-being memiliki dua dimensi antara lain; dimensi afektif dan kognitif (kepuasan hidup). Perbedaan Subjective Well-Being pada Dewasa Awal Ditinjau dari Status Pernikahan

5 Diener et al. (2000); Amanto dan Dush (2005) menjelaskan bahwa salah satu faktor yang dapat memengaruhi subjective well-being individu ialah pernikahan. Individu yang menikah cenderung hidup lebih lama dan memiliki kesehatan yang lebih baik dibandingkan dengan individu yang belum menikah (Golman dalam Doblhammer et al., 2009). Senada dengan hal di atas, Eddington dan Shuman (2005) juga menjelaskan bahwa individu yang menikah memiliki subjective well-being yang lebih tinggi dibandingkan dengan individu yang belum menikah. Hal ini dikarenakan individu yang menikah memiliki dukungan sosial dan dukungan ekonomi yang lebih tinggi (Coombs; Gove, Style, & Hughes; Kessler & Essex, dalam Eddington & Shuman, 2005). Akan tetapi, Diener, (1984); Lucas (dalam Diener & Ryan, 2008) menjelaskan bahwa subjective wellbeing individu yang menikah akan menurun ketika individu tersebut mengalami perceraian, tidak memiliki dukungan sosial yang baik dan tidak memiliki penghasilan yang baik. Sejalan dengan pernyataan di atas, individu yang belum menikah juga dapat memiliki subjective well-being yang tinggi jika individu tersebut memiliki dukungan sosial yang baik, optimis dalam menjalani hidup serta memiliki pendidikan dan penghasilan yang baik (Diener, 1984; Eddington &Shuman, 2005; Dewi, 2013). METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian komparatif. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh dewasa awal baik lakilaki maupun perempuan berada pada rentang usia tahun sebanyak jiwa. Teknik pengambilan sampel yaitu teknik nonprobability sampling, dengan teknik purposive sampling. Teknik ini memilih sampel berdasarkan pertimbanganpertimbangan tertentu yang mengacu pada kriteria sampel penelitian (Idrus, 2009). Adapun kriteria sampel penelitian adalah; a) pria dan wanita dewasa awal, b) berusia tahun, c) sudah menikah dan belum menikah, d) berdomisili di Banda Aceh, e) bersedia menjadi partisipan penelitian. Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut di atas, maka sampel penelitian berjumlah 352 sampel yang terdiri dari 176 sampel dengan status menikah dan 176 sampel dengan status belum menikah. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan adalah skala psikologi, yaitu Satisfaction with Life Scale (SWLS) yang mengukur aspek kognitif (kepuasan hidup) terdiri dari 5 aitem dengan 7 pilihan jawaban dan Scale of Positive and Negative Experience (SPANE) untuk mengukur aspek afektif (afek positif dan afek negatif) terdiri dari 12 aitem pernyataan dengan 5 pilihan jawaban (Diener, 2006; Diener et al., 2009). Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis yaitu teknik analisis independent sampel t-test dengan menggunakan program SPSS Versi 20.0 for Windows. Hasil uji hipotesis ini dapat dilihat pada nilai signifikansi p<0,05 maka hipotesisnya diterima, dan sebaliknya p>0,05 maka hipotesisnya ditolak. HASIL PENELITIAN 38

6 1. Deskripsi data subjective well-being Deskripsi data hasil penelitian adalah sebagai berikut: Tabel 4.3 Deskripsi Data Satisfaction With Life Scale (SWLS) Kategori Data Hipotetik Data Empirik Xmax Xmin Mean SD Xmax Xmin Mean SD Menikah ,59 8,092 Belum ,56 8,767 menikah Total ,13 8,807 Tabel 4.4 Deskripsi Data Scale of Positive and Negative Experience (SPANE) Kategori Data Hipotetik Data Empirik Xmax Xmin Mean SD Xmax Xmin Mean SD Menikah ,59 8,092 Belum ,56 8,767 menikah Total ,13 8,807 Keterangan Rumus Skor Hipotetik : a. Skor minimal (min) adalah hasil perkalian jumlah butir skala dengan nilai terendah dari pembobotan pilihan jawaban. b. Skor maksimal (max) adalah hasil perkalian jumlah butir skala dengan nilai tertinggi dari pembobotan pilihan jawaban c. Mean hipotetik (µ) dengan rumus µ = (skor max + skor min)/2. d. Standar deviasi (σ) hipotetik adalah : σ = (skor max skor min)/6. Berdasarkan deskripsi data hasil penelitian tersebut, maka dapat dijadikan batasan dalam pengkategorian subjective well-being pada sampel penelitian yang terdiri dari dua kategori yaitu rendah dan tinggi, sebagai berikut: = skor maksimal skor minimal Jumlah kategori = [59- (-19)]/ 2= 78/ 2 = 39 Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka diperoleh kategorisasi skala subjective wellbeing yang dapat dilihat pada tabel 4.7 di bawah ini: 39

7 Tabel 4.7 Kategorisasi Subjective Well-Being Skor Kategori Jumlah Subjek Persentase (%) Menikah Belum Menikah Menikah Belum Menikah 20 X -19 Rendah ,1 11,4 59 X 20 Tinggi ,9 88,6 Berdasarkan tabel di atas dapat dideskripsikan bahwa subjek penelitian yang termasuk dalam kategori subjective well-being tinggi berjumlah 323 individu (167 menikah dan 156 belum menikah) dan yang termasuk dalam kategori subjective well-being rendah sebanyak 29 individu (9 menikah dan 20 belum menikah). Hasil Uji Hipotesis Hasil uji normalitas dalam penelitian ini menunjukkan nilai signifikansi (p) = 0,177 (p>0,05), hal ini dapat diartikan bahwa data penelitian ini memiliki sebaran data yang normal atau berdistribusi normal dan signifikan. Selanjutnya, uji homogenitas menunjukkan nilai signifikansi (p) = 0,996 (p>0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa data penelitian ini mempunyai varian yang sama atau dengan kata lain varian datanya bersifat homogen. Hasil uji asumsi menunjukkan data berdistribusi normal dan homogen, maka hasil perhitungan analisis menunjukkan bahwa nilai signifikansi (p) = 0,000 (p<0,05) yang berarti bahwa terdapat perbedaan subjective well-being pada dewasa awal antara yang menikah dan belum menikah. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis penelitian diterima. DISKUSI Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan subjective well-being pada dewasa awal ditinjau dari status pernikahan di Banda Aceh. Berdasarkan hasil analisis uji statistik Independent sample t-test yang diperoleh menunjukkan nilai signifikansi (p) = 0,000 (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis diterima, artinya terdapat perbedaan subjective well-being pada dewasa awal ditinjau dari status pernikahan di Banda Aceh. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dush dan Amanto (2005) yang menunjukkan bahwa individu yang menikah memiliki subjective well-being yang lebih tinggi dibandingkan dengan individu yang belum menikah. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Diener et al. (2000) juga menunjukkan bahwa individu yang menikah memiliki tingkat subjective wellbeing yang lebih tinggi dibandingkan dengan individu yang belum menikah. Tinggi rendahnya subjective well-being dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya ialah faktor pekerjaan. Eddington dan Shuman (2005) menjelaskan bahwa individu yang bekerja dan memiliki penghasilan, cenderung memiliki subjective well-being yang lebih tinggi dibandingkan dengan individu 40

8 yang tidak bekerja, hal tersebut dikarenakan individu yang bekerja dan memiliki penghasilan cenderung lebih dapat memenuhi kebutuhan hidup dengan lebih baik. Faktor selanjutnya yaitu tingkat pendidikan, dimana subjek penelitian mayoritas memiliki tingkat pendidikan S1 yaitu sebanyak 161 (45,7%) individu. Hal tersebut didukung oleh pernyataan yang dikemukakan oleh Diener (1984) bahwa individu yang memiliki tingkat pendidikan yang baik akan memengaruhi subjective wellbeing individu tersebut. Dijelaskan lebih lanjut oleh Eddington dan Shuman (2005) bahwa individu yang memiliki pendidikan yang baik juga memiliki tingkat kepuasan hidup yang lebih baik. Faktor lainnya yang juga dapat memengaruhi subjective well-being individu ialah religiusitas. Puteh (2013) menjelaskan bahwa masyarakat Aceh merupakan masyarakat yang kental dengan religiusitasnya. Jika dikaitkan dengan pernikahan, religiusitas dapat meningkatkan kepuasan dalam pernikahan, hal tersebut didukung oleh Hurlock (dalam Ardhianita & Andayani, 2005) yang menyatakan bahwa kepuasan pernikahan akan lebih tinggi pada individu yang religius. Religiusitas pada individu yang belum menikah juga sangat memengaruhi subjective well-being individu tersebut. Hal tersebut dikarenakan individu yang memiliki tingkat religiusitas yang tinggi cenderung memaknai hidup dengan lebih positif, hal tersebut dapat meningkatkan optimisme terhadap masa depan hidupnya (Seligman dalam Wydiayanti, 2007). Analisis tambahan juga dilakukan terhadap subjective well-being yang dihubungkan dengan beberapa data demografi sampel penelitian, diantaranya berdasarkan usia dan jenis kelamin. Adapun hasil uji analisis Independent Sampel T-test terlihat pada tabel 4.8 berikut: Tabel 4.8 Hasil analisis tambahan uji independent sampel t-test Deskripsi Jumlah Subjek Persentase (%) Laki-Laki Perempuan Nilai Signifikansi (p) 0,594 Keterangan Tidak terdapat perbedaan subjective wellbeing pada laki-laki maupun perempuan (p>0,05) tahun ,2 Terdapat perbedaan tahun subjective wellbeing pada individu tahun 45 12,8 0,001 ditinjau dari usia (p<0,05) tahun 39 11,1 Berdasarkan tabel tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa tidak terdapat perbedaan subjective well-being individu jika ditinjau dari jenis kelamin, dengan nilai signifikasi (p) = 0,594. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Forest (dalam Utami, 2009) yang menemukan bahwa tidak ada perbedaan subjective well-being antara laki laki dengan perempuan. Hal 41

9 tersebut dikarenakan laki laki dan perempuan tidak memiliki perbedaan dalam merespon peristiwa hidup yang tidak diinginkan. Hasil analisis tambahan selanjutnya yaitu berdasarkan usia, maka terlihat bahwa terdapat perbedaan subjective well-being pada individu jika ditinjau dari usia, dengan nilai signifikasi (p) = 0,001. Hasil penelitian ini didukung oleh Rhamzan dan Shabir (2014) yang menjelaskan bahwa perbedaan usia individu berkaitan dengan subjective wellbeing, dikatakan bahwa individu muda memiliki tingkat kebersyukuran yang baik, sehingga dapat memengaruhi kepuasan hidup individu tersebut. KESIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan subjective wellbeing pada dewasa awal yang menikah dan belum menikah di Kota Banda Aceh, sehingga dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis dalam penelitian ini diterima. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa dewasa awal yang menikah dan belum menikah berada pada kategorisasi tinggi, artinya individu yang memiliki subjective well-being yang tinggi adalah individu yang mampu mengevaluasi hidupnya secara positif, memiliki afek positif yang lebih dominan daripada afek negatif dan memiliki kepuasan hidup yang tinggi didalam dirinya. DAFTAR PUSTAKA Amanto, P. R., & Dush, C. M. K. (2005). Consequences of relationship status and quality for subjective well-being. Journal of Social and Personal Relationship. 22; Ardhianita, I., & Andayani, B. (2005). Kepuasan pernikahan ditinjau dari berpacaran dan tidak berpacaran. Jurnal Psikologi. 3(2); Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. (2016). Ini langkah baru BKKBN tekan pernikahan dini. Diakses pada tanggal: 3 April 2016, dari: Badan Pusat Statistik. (2016). Sosial dan Kependudukan. Diakses pada tanggal 7 April 2016, dari: Diener, E. (2006). Understanding scores on the satisfaction with life scale. Diener, E. (1984). Subjective well-being. Psychological Bulletin. 95, Diener, E. et al. (2009). New measures of well-being: Flourishing and positive and negative feelings. Social Indicators Research, 39, Diener, E., Gohm, C. L., Suh, E., & Oishi, S. (2000). Similarity of the relations between marital status and subjective well-being across cultures. Journal of Cross-Cultural Psychology Doblhammer, G., Hoffmann, R., Muth, M., Westphal, C., & Kruse, A. (2009). A systematic literature review of studies analyzing the effects of sex, age, education, marital status, obesity, and smoking on health transitions. Demographic Research. 20(5) Eddington, N., & Shuman, R. (2005). Subjective well-being (happiness). Continuing Psychology Education. Hurlock, E. B. (1993). Psikologi Perkembangan Suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan (5 th ed). Terjemahan: Istiwidayanti & Soedjarwo. Jakarta: Erlangga. 42

10 Idrus, M. (2009). Metode penelitian ilmu sosial pendekatan kualitatif dan kuantitatif (Ed.2). Jakarta: Erlangga. Noviana, C. L. D., & Suci, E. S. T. (2010). Konflik intrapersonal wanita lajang terhadap tuntutan orangtua untuk menikah. Jurnal Psikologi Indonesia. VII (1) Nusantara, A. A., & Putra, S. M. R. (2007). Keadilan dalam masyarakat. Yogyakarta: Kanisius. Papalia, E. D., Olds, W. S., & Feldman, D. R. (2009). Human Development Perkembangan manusia (10 th ed). Terjemahan: Brian Marwensdy. Jakarta: Salemba Humanika. Puteh, J. K. (2013). Sistem sosial dan budaya masyarakat Aceh. Journal Islamic. 202 (201). Ramzan, N & Shabbir, A. R. (2014). Expression of Gratitude and Subjective Well-Being Among University Teachers. Middle-East Journal of Scientific Research. 21(5). Rini, I. R. S. (2009). Hubungan antara keterbukaan diri dengan penyesuaian perkawinan pada pasangan suami istri yang tinggal terpisah. Psycho idea, 6. Santoso, S. (2003). Statistik deskriptif konsep dan aplikasi dengan Microsoft excel dan SPSS. Yogyakarta: Andi. Santrock, J. W. (2002). Life-span development, perkembangan masa hidup manusia (edisi kelima). Terjemahan: Juda Damanik & Achmad Chusairi. Jakarta: Erlangga. Utami, S. M. (2009). Keterlibatan dalam kegiatan dan kesejahteraan subjektif mahasiswa. 36(2). UU No.1 Tahun 1974 tentang perkawinan. (2016). Hukum.unsrat.ac.id. Diakses pada tanggal 10 Januari 2016, dari: Wydiyanti, R. (2007). Subjective well-being individu dewasa madya. Journals Psikologi. 20(2). 43

BAB I PENDAHULUAN. Kebahagiaan merupakan salah satu hal yang penting dalam kehidupan, karena pada

BAB I PENDAHULUAN. Kebahagiaan merupakan salah satu hal yang penting dalam kehidupan, karena pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebahagiaan merupakan salah satu hal yang penting dalam kehidupan, karena pada dasarnya manusia memiliki kecenderungan untuk mencari kebahagiaan dalam hidupnya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alasan Pemilihan Teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being menurut Diener (2005). Teori yang dipilih akan digunakan untuk meneliti gambaran

Lebih terperinci

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SUBJECTIVE WELL-BEING PADA GURU PAUD DI DAERAH RAWAN BENCANA NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Dalam mencapai derajad Sarjana S-1 Diajukan oleh: Nurul Fikri Hayuningtyas Nawati F100110101

Lebih terperinci

Subjective Well-Being Pada Istri yang Memiliki Pasangan Tunanetra

Subjective Well-Being Pada Istri yang Memiliki Pasangan Tunanetra Subjective Well-Being Pada Istri yang Memiliki Pasangan Tunanetra Chintia Permata Sari & Farida Coralia Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung Email: coralia_04@yahoo.com ABSTRAK. Penilaian negatif

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA QUALITY OF SCHOOL LIFE DENGAN EMOTIONAL WELL BEING PADA SISWA MADRASAH SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA QUALITY OF SCHOOL LIFE DENGAN EMOTIONAL WELL BEING PADA SISWA MADRASAH SEMARANG HUBUNGAN ANTARA QUALITY OF SCHOOL LIFE DENGAN EMOTIONAL WELL BEING PADA SISWA MADRASAH SEMARANG Soraya Prabanjana Damayanti, Dinie Ratri Desiningrum* Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Sorayadamayanti88@gmail.com

Lebih terperinci

PERBEDAAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA REMAJA OBESITAS DENGAN REMAJA YANG MEMILIKI BERAT BADAN NORMAL ABSTRAK

PERBEDAAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA REMAJA OBESITAS DENGAN REMAJA YANG MEMILIKI BERAT BADAN NORMAL ABSTRAK PERBEDAAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA REMAJA OBESITAS DENGAN REMAJA YANG MEMILIKI BERAT BADAN NORMAL. Cut Keumala Muqhniy*, Zaujatul Amna Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Syiah

Lebih terperinci

Fitriana Rahayu Pratiwi, Dian Ratna Sawitri. Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto SH Tembalang Semarang 50275

Fitriana Rahayu Pratiwi, Dian Ratna Sawitri. Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto SH Tembalang Semarang 50275 KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KONFLIK PERAN PEKERJAAN-KELUARGA DAN FASE PERKEMBANGAN DEWASA PADA PERAWAT WANITA DI RUMAH SAKIT JIWA PROF. DR. SOEROYO MAGELANG Fitriana Rahayu Pratiwi, Dian Ratna Sawitri

Lebih terperinci

PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA MADYA NASKAH PUBLIKASI

PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA MADYA NASKAH PUBLIKASI PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA MADYA NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Psikologi Disusun oleh : RIZKIAN

Lebih terperinci

PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL BEING ANTARA GURU BERSERTIFIKASI DAN NON SERTIFIKASI

PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL BEING ANTARA GURU BERSERTIFIKASI DAN NON SERTIFIKASI PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL BEING ANTARA GURU BERSERTIFIKASI DAN NON SERTIFIKASI Fakhrunnisak, Hazhira Qudsyi Program Psikologi, Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya, Univesitas Islam Indonesia e-mail:

Lebih terperinci

Subjective Well-Being Pada Guru Sekolah Menengah. Dinda Arum Natasya Fakultas Psikologi Universitas Surabaya

Subjective Well-Being Pada Guru Sekolah Menengah. Dinda Arum Natasya Fakultas Psikologi Universitas Surabaya Subjective Well-Being Pada Guru Sekolah Menengah Dinda Arum Natasya Fakultas Psikologi Universitas Surabaya dindanatasyaa@yahoo.com Abstrak - Guru mengalami berbagai masalah dalam menjalankan profesinya.

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS HASIL Gambaran umum responden. bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai identitas responden.

BAB 4 ANALISIS HASIL Gambaran umum responden. bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai identitas responden. BAB 4 ANALISIS HASIL 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran umum responden Responden dalam penelitian ini adalah anggota dari organisasi nonprofit yang berjumlah 40 orang. Pada bab ini akan dijelaskan tentang

Lebih terperinci

PERBEDAAN KOMPETENSI SOSIAL SISWA BOARDING SCHOOL DAN SISWA SEKOLAH UMUM REGULER

PERBEDAAN KOMPETENSI SOSIAL SISWA BOARDING SCHOOL DAN SISWA SEKOLAH UMUM REGULER PERBEDAAN KOMPETENSI SOSIAL SISWA BOARDING SCHOOL DAN SISWA SEKOLAH UMUM REGULER Tesi Hermaleni, Mudjiran, Afif Zamzami Universitas Negeri Padang e-mail: Tesi.hermaleni@gmail.com Abstract: The difference

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 25 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Bahagia Suami Istri 1. Definisi Bahagia Arti kata bahagia berbeda dengan kata senang. Secara filsafat kata bahagia dapat diartikan dengan kenyamanan dan kenikmatan spiritual

Lebih terperinci

Abstrak. Kata-kata kunci: subjective well-being, kognitif, afektif, penghuni rumah susun

Abstrak. Kata-kata kunci: subjective well-being, kognitif, afektif, penghuni rumah susun Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk dapat mengetahui gambaran mengenai subjective well-being melalui dua komponen, yaitu kognitif dan afektif (afek positif, dan afek negatif) yang dimiliki penghuni

Lebih terperinci

RELATIONSHIP BETWEEN SPIRITUAL INTELLIGENCE AND SUBJECTIVE WELL-BEING IN CIVIL SERVANT GROUP II DIPONEGORO UNIVERSITY

RELATIONSHIP BETWEEN SPIRITUAL INTELLIGENCE AND SUBJECTIVE WELL-BEING IN CIVIL SERVANT GROUP II DIPONEGORO UNIVERSITY 1 RELATIONSHIP BETWEEN SPIRITUAL INTELLIGENCE AND SUBJECTIVE WELL-BEING IN CIVIL SERVANT GROUP II DIPONEGORO UNIVERSITY Brian Shendy Haryanto, Sri Hartati Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro brianlagiapa@gmail.com

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA RASA BERSYUKUR DAN SUBJECTIVE WELL BEING PADA PENDUDUK MISKIN DI DAERAH JAKARTA

HUBUNGAN ANTARA RASA BERSYUKUR DAN SUBJECTIVE WELL BEING PADA PENDUDUK MISKIN DI DAERAH JAKARTA HUBUNGAN ANTARA RASA BERSYUKUR DAN SUBJECTIVE WELL BEING PADA PENDUDUK MISKIN DI DAERAH JAKARTA Ayu Redhyta Permata Sari 18511127 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA 2015 Latar belakang masalah -Keterbatasan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah combined

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah combined BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah combined qualitative and quantitative research, yaitu kombinasi antara pendekatan kuantitatif dan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DAN SUBJECTIVE WELL- BEING PADA GURU SEKOLAH DASAR

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DAN SUBJECTIVE WELL- BEING PADA GURU SEKOLAH DASAR HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DAN SUBJECTIVE WELL- BEING PADA GURU SEKOLAH DASAR Suci Melati Puspitasari 16510707 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA 2015 BAB I Pendahuluan Latar Belakang Masalah Guru

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN... ii. LEMBAR ORISINALITAS... iii. LEMBAR PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN... iv. KATA PENGANTAR... v. ABSTRAK...

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN... ii. LEMBAR ORISINALITAS... iii. LEMBAR PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN... iv. KATA PENGANTAR... v. ABSTRAK... ABSTRAK Kanker payudara menjadi salah satu penyebab kematian di dunia, banyak penderita yang merasa hidupnya tidak berarti setelah didiagnosa kanker. Penelitian ini menggunakan Teori Subjective Well-Being

Lebih terperinci

KEBAHAGIAAN DAN KETIDAKBAHAGIAAN PADA WANITA MENIKAH MUDA

KEBAHAGIAAN DAN KETIDAKBAHAGIAAN PADA WANITA MENIKAH MUDA KEBAHAGIAAN DAN KETIDAKBAHAGIAAN PADA WANITA MENIKAH MUDA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagaian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat

Lebih terperinci

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini berjudul Studi Deskriptif Mengenai Profil Subjective Well- Being (SWB) Pada Warga Binaan Yang Sudah Menikah di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas IIA Bandung. Responden dari penelitian

Lebih terperinci

Kata kunci: kesejahteraan subjektif, perceraian, cerai mati dan cerai hidup.

Kata kunci: kesejahteraan subjektif, perceraian, cerai mati dan cerai hidup. KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA INDIVIDU BERCERAI (STUDI KASUS PADAINDIVIDU DENGAN STATUS CERAI MATI DAN CERAI HIDUP) Nadhira Miranda 1, Zaujatul Amna 2,3 Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan mixed method yang merupakan suatu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan mixed method yang merupakan suatu 50 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain dan Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan mixed method yang merupakan suatu penelitian dengan menggunakan dua pendekatan yaitu kuantitatif dan kualitatif.

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian 37 BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian 1. Orientasi Kancah Penelitian ini dilakukan di dua lokasi yaitu di kampus program studi Teknik Sipil Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari hubungannya dengan orang lain. Keberadaan orang lain dibutuhkan manusia untuk melakukan suatu

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA MASYARAKAT MISKIN DI BANTARAN SUNGAI BENGAWAN SOLO JEBRES SURAKARTA.

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA MASYARAKAT MISKIN DI BANTARAN SUNGAI BENGAWAN SOLO JEBRES SURAKARTA. HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA MASYARAKAT MISKIN DI BANTARAN SUNGAI BENGAWAN SOLO JEBRES SURAKARTA Naskah Publikasi Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

Abstrak. Kata kunci : subjective wellbeing, lansia, penyakit kronis. vii Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. Kata kunci : subjective wellbeing, lansia, penyakit kronis. vii Universitas Kristen Maranatha Abstrak Penelitian ini berjudul studi deskriptif mengenai subjective wellbeing (SWB) pada lansia penderita penyakit kronis yang mengikuti Prolanis di Puskesmas X Bandung. Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

PERBEDAAN KEPUASAN HIDUP PADA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN USIA DEWASA MADYA

PERBEDAAN KEPUASAN HIDUP PADA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN USIA DEWASA MADYA PERBEDAAN KEPUASAN HIDUP PADA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN USIA DEWASA MADYA OLEH ARTHA PURWA HARJANTI 802008017 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian dari Persyaratan Untuk

Lebih terperinci

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha Abstrak Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial suami dengan subjective well-being pada ibu yang memiliki anak autis di Yayasan X Kota Bandung. Penelitian

Lebih terperinci

Hubungan Religiusitas dengan Kepuasan Pernikahan pada Individu yang Menikah Melalui Ta aruf

Hubungan Religiusitas dengan Kepuasan Pernikahan pada Individu yang Menikah Melalui Ta aruf Hubungan Religiusitas dengan Kepuasan Pernikahan pada Individu yang Menikah Melalui Ta aruf Helda Novia Rahmah, Ahmad, Ratna Mardiati Fakultas Psikologi, Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

Perbedaan Kebahagiaan Pasangan Pernikahan Dengan Persiapan Dan Tanpa Persiapan Pada Komunitas Young Mommy Tuban

Perbedaan Kebahagiaan Pasangan Pernikahan Dengan Persiapan Dan Tanpa Persiapan Pada Komunitas Young Mommy Tuban Perbedaan Kebahagiaan Pasangan Pernikahan Dengan Persiapan Dan Tanpa Persiapan Pada Komunitas Young Mommy Tuban Sofia Halida Fatma. Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim

Lebih terperinci

SUBJECTIVE WELL-BEING PADA PENARI STUDIO SENI AMERTA LAKSITA SEMARANG

SUBJECTIVE WELL-BEING PADA PENARI STUDIO SENI AMERTA LAKSITA SEMARANG SUBJECTIVE WELL-BEING PADA PENARI STUDIO SENI AMERTA LAKSITA SEMARANG Nimas Ayu Nawangsih & Ika Febrian Kristiana* M2A 009 090 nimasayunawang@gmail.com, zuna210212@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

PERBEDAAN KEBAHAGIAN PADA KELUARGA PRASEJAHTERA DAN SEJAHTERA DI DESA MOPUYA UTARA KECAMATAN DUMOGA UTARA KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

PERBEDAAN KEBAHAGIAN PADA KELUARGA PRASEJAHTERA DAN SEJAHTERA DI DESA MOPUYA UTARA KECAMATAN DUMOGA UTARA KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW PERBEDAAN KEBAHAGIAN PADA KELUARGA PRASEJAHTERA DAN SEJAHTERA DI DESA MOPUYA UTARA KECAMATAN DUMOGA UTARA KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW 1 I Wayan A. Kusuma 2 Cicilia Pali 2 Lydia David 1 Kandidat Skripsi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA WANITA YANG BEKERJA SEBAGAI PENYULUH DI KABUPATEN PURBALINGGA

HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA WANITA YANG BEKERJA SEBAGAI PENYULUH DI KABUPATEN PURBALINGGA HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA WANITA YANG BEKERJA SEBAGAI PENYULUH DI KABUPATEN PURBALINGGA Ade Tri Wijayanti, Endang Sri Indrawati Fakultas Psikologi, Universitas

Lebih terperinci

INSAN Jurnal Psikologi dan Kesehatan Mental p-issn e-issn

INSAN Jurnal Psikologi dan Kesehatan Mental  p-issn e-issn INSAN Jurnal Psikologi dan Kesehatan Mental http://e-journal.unair.ac.id/index.php/jpkm p-issn 2528-0104 e-issn 2528-5181 ARTIKEL PENELITIAN KEPUASAN PERKAWINAN DENGAN KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PEREMPUAN

Lebih terperinci

ABSTRACT HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG NILAI ANAK PROGRAM KELUARGA BERENCANA DENGAN JUMLAH ANAK

ABSTRACT HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG NILAI ANAK PROGRAM KELUARGA BERENCANA DENGAN JUMLAH ANAK ABSTRACT HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG NILAI ANAK PROGRAM KELUARGA BERENCANA DENGAN JUMLAH ANAK Nurlaili 1) Trisnaningsih 2) Edy Haryono 3) This research aimed to find out correlation between university

Lebih terperinci

PENGARUH KONSEP DIRI TERHADAP KEKERASAN DALAM PACARAN PADA REMAJA DI JAKARTA

PENGARUH KONSEP DIRI TERHADAP KEKERASAN DALAM PACARAN PADA REMAJA DI JAKARTA PENGARUH KONSEP DIRI TERHADAP KEKERASAN DALAM PACARAN PADA REMAJA DI JAKARTA Fitria Fauziah Psikologi, Gading Park View ZE 15 No. 01, 081298885098, pipih.mail@gmail.com (Fitria Fauziah, Cornelia Istiani,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Perceraian adalah puncak dari penyesuaian perkawinan yang buruk,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Perceraian adalah puncak dari penyesuaian perkawinan yang buruk, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fenomena perceraian merupakan hal yang sudah umum terjadi di masyarakat. Perceraian adalah puncak dari penyesuaian perkawinan yang buruk, yang terjadi apabila

Lebih terperinci

HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN KEBAHAGIAAN PADA LANSIA SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi persyaratan. Ujian Sarjana Psikologi.

HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN KEBAHAGIAAN PADA LANSIA SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi persyaratan. Ujian Sarjana Psikologi. i HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN KEBAHAGIAAN PADA LANSIA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi Oleh: AYU PUSPITA 111301078 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2015

Lebih terperinci

PERBEDAAN KOMITMEN BERPACARAN ANTARA DEWASA MUDA YANG MEMILIKI SELF-MONITORING TINGGI DAN SELF-MONITORING RENDAH

PERBEDAAN KOMITMEN BERPACARAN ANTARA DEWASA MUDA YANG MEMILIKI SELF-MONITORING TINGGI DAN SELF-MONITORING RENDAH PERBEDAAN KOMITMEN BERPACARAN ANTARA DEWASA MUDA YANG MEMILIKI SELF-MONITORING TINGGI DAN SELF-MONITORING RENDAH Fransisca Iriani Dosen Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara, Jakarta dosenpsikologi@yahoo.com

Lebih terperinci

INTUISI Jurnal Ilmiah Psikologi

INTUISI Jurnal Ilmiah Psikologi INTUISI 7 (1) (2015) INTUISI Jurnal Ilmiah Psikologi http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/intuisi HUBUNGAN ANTARA ADULT ATTACHMENT STYLE DENGAN KOMITMEN PERNIKAHAN PADA DEWASA AWAL Binti Khumairoh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dimulai dari lahir, masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dimulai dari lahir, masa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Manusia mengalami berbagai proses perkembangan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dimulai dari lahir, masa kanak-kanak,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif komparatif, yakni jenis

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif komparatif, yakni jenis 19 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Menurut Arikunto (2002) desain penelitian merupakan serangkaian proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Penelitian ini merupakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN KEPUASAN BERWIRAUSAHA PADA WIRAUSAHA WANITA SKRIPSI IMAM DAMARA

HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN KEPUASAN BERWIRAUSAHA PADA WIRAUSAHA WANITA SKRIPSI IMAM DAMARA HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN KEPUASAN BERWIRAUSAHA PADA WIRAUSAHA WANITA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi Oleh: IMAM DAMARA 091301032 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. usia pensiun 56 tahun pada PNS golongan III di kota Palangkaraya.

PENDAHULUAN. usia pensiun 56 tahun pada PNS golongan III di kota Palangkaraya. PENDAHULUAN Bekerja merupakan bagian fundamental kehidupan bagi hampir semua orang dewasa, baik pria maupun wanita yang dapat memberikan kebahagiaan dan kepuasan (Suardiman, 2011). Namun manusia tidak

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Marantha

ABSTRAK. Universitas Kristen Marantha ABSTRAK Penelitian ini berjudul Studi Deskriptif Mengenai Profil Subjective Well- Being (SWB) Pada Residen Tahap Re-entry di UPT Terapi dan Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Lido. Responden dari penelitian

Lebih terperinci

PERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN BERDASARKAN STATUS PADA WANITA DEWASA AWAL. Dwi Rezka Kemala. Ira Puspitawati, SPsi, Msi

PERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN BERDASARKAN STATUS PADA WANITA DEWASA AWAL. Dwi Rezka Kemala. Ira Puspitawati, SPsi, Msi PERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN BERDASARKAN STATUS PADA WANITA DEWASA AWAL Dwi Rezka Kemala Ira Puspitawati, SPsi, Msi Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Abstraksi Penelitian ini bertujuan untuk menguji

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Lansia adalah bagian dari proses tumbuh kembang manusia dalam kehidupan. Manusia menjadi tua melalui proses perkembangan mulai dari bayi, anak-anak, dewasa, dan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru tahun

BAB IV PEMBAHASAN. penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru tahun BAB IV PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Penelitian ini adalah penelitian populasi, sehingga tidak digunakan sampel untuk mengambil data penelitian. Semua populasi dijadikan subyek penelitian. Subyek dalam

Lebih terperinci

KEMATANGAN EMOSI DAN PERSEPSI TERHADAP PERNIKAHAN PADA DEWASA AWAL: Studi Korelasi pada Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

KEMATANGAN EMOSI DAN PERSEPSI TERHADAP PERNIKAHAN PADA DEWASA AWAL: Studi Korelasi pada Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Diponegoro KEMATANGAN EMOSI DAN PERSEPSI TERHADAP PERNIKAHAN PADA DEWASA AWAL: Studi Korelasi pada Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Diponegoro Dewina Pratitis Lybertha, Dinie Ratri Desiningrum Fakultas Psikologi,Universitas

Lebih terperinci

Subjective Well Being pada Ibu yang Memiliki Anak Tuna Rungu

Subjective Well Being pada Ibu yang Memiliki Anak Tuna Rungu Subjective Well Being pada Ibu yang Memiliki Anak Tuna Rungu Citra Bunga Negeri Fakultas Psikologi Universitas Surabaya e-mail:citraascamon@yahoo.com INTISARI Abstrak: Penelitian ini dilakukan kepada ibu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Penelitian. melakukan uji coba (try out) kepada mahasiswa Psikologi Universitas Islam Riau

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Penelitian. melakukan uji coba (try out) kepada mahasiswa Psikologi Universitas Islam Riau BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian Persiapan penelitian dimulai dengan pengumpulan data yang diawali dengan melakukan uji coba (try out) kepada mahasiswa Psikologi Universitas Islam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekitar lima tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 30 Desember 2005,

BAB I PENDAHULUAN. Sekitar lima tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 30 Desember 2005, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekitar lima tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 30 Desember 2005, pemerintah melalui Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia melakukan pengesahan

Lebih terperinci

PERBEDAAN MOTIVASI BELAJAR DITINJAU DARI STATUS EKONOMI KELUARGA PADA MAHASISWA Oleh : Meriam Yuliana Mahasiswi jurusan Psikologi Fakultas Psikologi U

PERBEDAAN MOTIVASI BELAJAR DITINJAU DARI STATUS EKONOMI KELUARGA PADA MAHASISWA Oleh : Meriam Yuliana Mahasiswi jurusan Psikologi Fakultas Psikologi U VIEWED FROM DIFFERENT LEARNING MOTIVATION OF STUDENTS IN FAMILY ECONOMIC STATUS Meriam Yuliana Undergraduate Program, Faculty of Psychology Gunadarma University http://www.gunadarma.ac.id Keywords: motivation

Lebih terperinci

PROFIL THE PHYSICAL SELF OF WELLNESS MAHASISWA S1 FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA (Studi Deskriptif Pada Angkatan )

PROFIL THE PHYSICAL SELF OF WELLNESS MAHASISWA S1 FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA (Studi Deskriptif Pada Angkatan ) Profil The Physical Self Of Wellness Mahasiswa S1 Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta 81 PROFIL THE PHYSICAL SELF OF WELLNESS MAHASISWA S1 FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

Lebih terperinci

PERSEPSI TERHADAP PERILAKU SENIOR SELAMA KADERISASI DAN KOHESIVITAS KELOMPOK MAHASISWA TAHUN PERTAMA

PERSEPSI TERHADAP PERILAKU SENIOR SELAMA KADERISASI DAN KOHESIVITAS KELOMPOK MAHASISWA TAHUN PERTAMA PERSEPSI TERHADAP PERILAKU SENIOR SELAMA KADERISASI DAN KOHESIVITAS KELOMPOK MAHASISWA TAHUN PERTAMA Terendienta Pinem 1, Siswati 2 1,2 Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto SH

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS HASIL. Responden dalam penelitian ini adalah pasangan suami istri yang telah

BAB 4 ANALISIS HASIL. Responden dalam penelitian ini adalah pasangan suami istri yang telah BAB 4 ANALISIS HASIL 4.1 Gambaran Umum Responden Responden dalam penelitian ini adalah pasangan suami istri yang telah menjalani usia pernikahan selama 5 tahun pertama yang berjumlah 100 responden. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan menjadi prioritas dalam hidup jika seseorang sudah berada di usia yang cukup matang dan mempunyai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN III.1 Identifikasi Variabel Penelitian Variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Variabel I : Pet Attachment 2. Variabel II : Well-being

Lebih terperinci

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran subjective well-being pada orangtua yang mengalami kehilangan anak di komunitas Heaven is for Real di kota Bandung, dilihat dari komponen-komponen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. yakni angkanya dapat berbeda-beda dari satu objek ke objek yang lain.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. yakni angkanya dapat berbeda-beda dari satu objek ke objek yang lain. BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Menurut Azwar (2013), variabel adalah simbol yang nilainya dapat bervariasi, yakni angkanya dapat berbeda-beda dari satu objek ke objek yang

Lebih terperinci

HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA INDIVIDU YANG MENIKAH MELALUI TA ARUF

HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA INDIVIDU YANG MENIKAH MELALUI TA ARUF HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA INDIVIDU YANG MENIKAH MELALUI TA ARUF SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi Oleh: HELDA NOVIA RAHMAH

Lebih terperinci

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai hubungan antara gratitude terhadap penghayatan subjective well-being pada lansia di Panti Werdha Wanita X Kota Bandung. Jumlah responden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu bentuk interaksi antar manusia, yaitu antara seorang pria dengan seorang wanita (Cox, 1978). Menurut Hurlock (1999) salah

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN SUBJECTIVE WELL- BEING SISWA SMA NEGERI 1 BELITANG NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN SUBJECTIVE WELL- BEING SISWA SMA NEGERI 1 BELITANG NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN SUBJECTIVE WELL- BEING SISWA SMA NEGERI 1 BELITANG NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan oleh :

Lebih terperinci

Perbedaan Psychological Well-being pada Dewasa Muda Pasangan Long Distance Relationship dengan Pasangan Non Long Distance Relationship

Perbedaan Psychological Well-being pada Dewasa Muda Pasangan Long Distance Relationship dengan Pasangan Non Long Distance Relationship Perbedaan Psychological Well-being pada Dewasa Muda Pasangan Long Distance Relationship dengan Pasangan Non Long Distance Relationship Sania Faradita ABSTRACT The purpose of this study, is to know the

Lebih terperinci

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara selfcompassion dan kesejahteraan subjektif pada suami yang menjalani commuter marriage di kota Bandung. Responden dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini menjelaskan tentang metode penelitian dalam penelitian ini, terdiri dari : pendekatan penelitian, variabel penelitian, definisi operasional variabel, alat ukur penelitian,

Lebih terperinci

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi PENGARUH BULLYING DI TEMPAT KERJA TERHADAP BURNOUT PADA KARYAWAN SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi Oleh: CITRA WAHYUNI 111301109 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden terdiri dari 101 orang yang terdiri dari 26 laki-laki (25,74 %), dan

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden terdiri dari 101 orang yang terdiri dari 26 laki-laki (25,74 %), dan BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Responden Responden terdiri dari 101 orang yang terdiri dari 26 laki-laki (25,74 %), dan 75 wanita (74,25 %) merupakan mahasiswa jurusan psikologi pada Universitas

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa Jurusan Psikologi Univesitas

BAB 3 METODE PENELITIAN. Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa Jurusan Psikologi Univesitas BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Subyek Penelitian Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa Jurusan Psikologi Univesitas Bina Nusantara. Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik

Lebih terperinci

RELATIONSHIP BETWEEN EMOTIONAL INTELLIGENCE WITH PREMARITAL SEXUAL BEHAVIOUR ON SMA N 7 SEMARANGSTUDENTS

RELATIONSHIP BETWEEN EMOTIONAL INTELLIGENCE WITH PREMARITAL SEXUAL BEHAVIOUR ON SMA N 7 SEMARANGSTUDENTS RELATIONSHIP BETWEEN EMOTIONAL INTELLIGENCE WITH PREMARITAL SEXUAL BEHAVIOUR ON SMA N 7 SEMARANGSTUDENTS Ilham Prayogo, Hastaning Sakti* iprayogo@rocketmail.com, sakti.hasta@gmail.com Ilham Prayogo M2A607052

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada perguruan tinggi mahasiswa tahun pertama harus bersiap menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. Pada perguruan tinggi mahasiswa tahun pertama harus bersiap menghadapi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada perguruan tinggi tahun pertama harus bersiap menghadapi dunia baru yaitu dunia perkuliahan yang tentu saja berbeda jauh dengan kultur dan sistem pendidikan

Lebih terperinci

GAMBARAN KECEMASAN ORANG TUA TERHADAP ORIENTASI MASA DEPAN ANAK TUNARUNGU DITINJAU DARI TUGAS PERKEMBANGAN MASA DEWASA AWAL

GAMBARAN KECEMASAN ORANG TUA TERHADAP ORIENTASI MASA DEPAN ANAK TUNARUNGU DITINJAU DARI TUGAS PERKEMBANGAN MASA DEWASA AWAL GAMBARAN KECEMASAN ORANG TUA TERHADAP ORIENTASI MASA DEPAN ANAK TUNARUNGU DITINJAU DARI TUGAS PERKEMBANGAN MASA DEWASA AWAL Oleh: HALDILA LINTANG PALUPI 802008039 TUGAS AKHIR Diajukan kepada Fakultas Psikologi

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. data normal atau tidak. Alat yang digunakan adalah One Sample. Uji normalitas pada skala subjective well-being

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. data normal atau tidak. Alat yang digunakan adalah One Sample. Uji normalitas pada skala subjective well-being BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi Sebelum melakukan uji hipotesis, peneliti terlebih dahulu melakukan uji asumsi, yang terdiri dari uji normalitas dan uji linieritas. a. Uji

Lebih terperinci

MOTTO. Melakukan segalanya dengan usaha maksimal, untuk hasil akhirnya biarkan Tuhan. yang menentukan.

MOTTO. Melakukan segalanya dengan usaha maksimal, untuk hasil akhirnya biarkan Tuhan. yang menentukan. MOTTO Melakukan segalanya dengan usaha maksimal, untuk hasil akhirnya biarkan Tuhan yang menentukan. iv PERSEMBAHAN Karya ini saya persembahkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Ajung dan Ibu terkasih

Lebih terperinci

PERBEDAAN PERSEPSI TERHADAP PENGEMBANGAN KARIR ANTARA WANITA MENIKAH DENGAN WANITA BELUM MENIKAH (SINGLE) SKRIPSI

PERBEDAAN PERSEPSI TERHADAP PENGEMBANGAN KARIR ANTARA WANITA MENIKAH DENGAN WANITA BELUM MENIKAH (SINGLE) SKRIPSI PERBEDAAN PERSEPSI TERHADAP PENGEMBANGAN KARIR ANTARA WANITA MENIKAH DENGAN WANITA BELUM MENIKAH (SINGLE) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi Oleh : SULASTRIE 071301003

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. diri dengan kualitas hidup pada penderita penyakit kanker.

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. diri dengan kualitas hidup pada penderita penyakit kanker. BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan 1. Orientasi Kancah Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara efikasi diri dengan kualitas hidup pada penderita

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hubungan jarak jauh (long distance relationship) Pengertian hubungan jarak jauh atau sering disebut dengan long distance relationship adalah dimana pasangan dipisahkan oleh jarak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Subjek yang berpartisipasi dalam penelitian ini adalah ibu muda yang baru saja menjalani proses persalinan dan memeriksakan diri di Puskesmas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian, pelaksanaan penelitian, pengumpulan data,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian, pelaksanaan penelitian, pengumpulan data, BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini menguraikan hasil penelitian sesuai dengan data yang diperoleh. Pembahasan diawali dengan memberikan gambaran subjek penelitian, pelaksanaan penelitian, pengumpulan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. memiliki kesimpulan sebagai berikut : c) Ada hubungan antara kebahagiaan dengan kepuasan hidup.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. memiliki kesimpulan sebagai berikut : c) Ada hubungan antara kebahagiaan dengan kepuasan hidup. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berkaitan dengan penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan metode analisa kuantitatif sebagai metode utama dan metode analisa kualitatif sebagai metode

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kebahagiaan. mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kebahagiaan. mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebahagiaan 1. Pengertian Kebahagiaan Menurut Seligman (2005) kebahagiaan hidup merupakan konsep yang mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas

Lebih terperinci

Kesehatan Mental. Strategi Meningkatkan Kesejahteraan Psikologis. Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

Kesehatan Mental. Strategi Meningkatkan Kesejahteraan Psikologis. Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi Modul ke: Kesehatan Mental Strategi Meningkatkan Kesejahteraan Psikologis Fakultas Psikologi Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Konsep Kebahagiaan atau Kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subyek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Kota Bandung, karena menurut data dari Pengadilan Tinggi tahun 2010, Bandung menempati

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMP Kristen Satya Wacana Salatiga yang berada di Jl. Diponegoro 52-60 Salatiga, dan penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan oleh peneliti, peneliti dapat menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara psychological well being

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Desain Penelitian. penelitian antara dua kelompok penelitian.adapun yang dibandingkan adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Desain Penelitian. penelitian antara dua kelompok penelitian.adapun yang dibandingkan adalah BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian komparasi atau perbedaan, yaitu jenis penelitian yang bertujuan untuk membedakan atau membandingkan hasil penelitian

Lebih terperinci

Studi Deskriptif Children Well-Being pada Korban Pelecehan Seksual yang Berusia 8-12 Tahun di Sukabumi

Studi Deskriptif Children Well-Being pada Korban Pelecehan Seksual yang Berusia 8-12 Tahun di Sukabumi Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Studi Deskriptif Children Well-Being pada Korban Pelecehan Seksual yang Berusia 8-12 Tahun di Sukabumi 1 Farah Fauziah Ismail, dan 2 Fanni Putri Diantina 1,2 Fakultas

Lebih terperinci

KECERDASAN EMOSIONAL PADA REMAJA YANG MEMILIKI MINAT MUSIK BERBEDA SKRIPSI ZULFA DZATAROHMAH

KECERDASAN EMOSIONAL PADA REMAJA YANG MEMILIKI MINAT MUSIK BERBEDA SKRIPSI ZULFA DZATAROHMAH KECERDASAN EMOSIONAL PADA REMAJA YANG MEMILIKI MINAT MUSIK BERBEDA SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Sarjana Psikologi Oleh ZULFA DZATAROHMAH 111301108 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

SKRIPSI. Nadya Putri Delwis FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA GENAP, 2013/2014

SKRIPSI. Nadya Putri Delwis FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA GENAP, 2013/2014 PERBEDAAN KECERDASAN SOSIAL SISWA SINGLE SEX SCHOOLS DAN COEDUCATIONAL SCHOOLS DI KOTA PADANG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi Oleh: Nadya Putri Delwis 101301024 FAKULTAS

Lebih terperinci

4. HASIL DAN ANALISIS HASIL

4. HASIL DAN ANALISIS HASIL 4. HASIL DAN ANALISIS HASIL Pada bab ini, peneliti akan menguraikan hasil yang diperolah dari penelitian. Hasil ini penelitian diperoleh berdasarkan pengolahan data kuesioner dengan menggunakan program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker adalah istilah umum yang digunakan untuk satu kelompok besar penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Kanker adalah istilah umum yang digunakan untuk satu kelompok besar penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kanker adalah istilah umum yang digunakan untuk satu kelompok besar penyakit yang dapat mempengaruhi setiap bagian dari tubuh (WHO, 2015). Menurut National

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Bab ini akan menjelaskan hasil pengolahan data dan analisis data yang

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Bab ini akan menjelaskan hasil pengolahan data dan analisis data yang BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini akan menjelaskan hasil pengolahan data dan analisis data yang terdiri atas dua bagian. Bagian pertama berisi hasil pengolahan data dan pembahasan hasil penelitian. 4.1

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS PENELITIAN Profil Partisipan Pada pengambilan data di lapangan, peneliti memperoleh partisipan

BAB 4 ANALISIS PENELITIAN Profil Partisipan Pada pengambilan data di lapangan, peneliti memperoleh partisipan BAB 4 ANALISIS PENELITIAN 4.1. Profil Partisipan Pada pengambilan data di lapangan, peneliti memperoleh partisipan sebanyak 150 remaja dengan rentang usia 15-18 tahun dan berjenis kelamin laki-laki dan

Lebih terperinci

BAB IV ORIENTASI KANCAH DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. Penelitian ini dilakukan di PT. Bank BRI Yogyakarta.

BAB IV ORIENTASI KANCAH DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. Penelitian ini dilakukan di PT. Bank BRI Yogyakarta. BAB IV ORIENTASI KANCAH DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan 1. Orientasi Kancah Penelitian ini dilakukan di PT. Bank BRI Yogyakarta. Bank Rakyat Indonesia (BRI) adalah salah satu bank

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian sesuai dengan data yang diperoleh. Pembahasan diawali dengan memberikan gambaran umum subjek penelitian, pelaksanaan

Lebih terperinci

GAMBARAN PROFIL ORIENTASI MASA DEPAN BIDANG PERNIKAHAN PADA WANITA BEKERJA USIA TAHUN YANG BELUM MENIKAH. Siti Anggraini

GAMBARAN PROFIL ORIENTASI MASA DEPAN BIDANG PERNIKAHAN PADA WANITA BEKERJA USIA TAHUN YANG BELUM MENIKAH. Siti Anggraini GAMBARAN PROFIL ORIENTASI MASA DEPAN BIDANG PERNIKAHAN PADA WANITA BEKERJA USIA 30-40 TAHUN YANG BELUM MENIKAH Siti Anggraini Langgersari Elsari Novianti, S.Psi. M.Psi. Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

ABSTRAK Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini berjudul Studi Komparatif mengenai Moral Judgement Perilaku Seksual Bebas Mahasiswa yang Tinggal di Tempat Kos pada Kawasan Universitas X Bandung (antara Mahasiswa yang Sudah dan

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN Bab ini akan membahas mengenai kesimpulan untuk menjawab pertanyaan penelitian, diskusi mengenai hasil penelitian dan saran yang dapat

Lebih terperinci