BAB 2 LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Pengertian Kualitas Kualitas merupakan suatu hal atau faktor yang mempengaruhi pilihan konsumen terhadap berbagai jenis produk baik itu barang maupun jasa yang akan dipergunakannya. Kualitas dapat secara langsung mempengaruhi perkembangan, pertumbuhan, pengeluaran biaya produksi, keuntungan atau pemasukan, dan juga kehidupan suatu perusahaan. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa kualitas dapat sangat menentukan kemampuan suatu perusahaan untuk tetap bertahan dan meraih keuntungan dalam ketatnya persaingan pasar. Definisi kualitas diartikan berbeda-beda oleh para ahli dalam bidang ini pengertian-pengertian dan penggambaran yang berbeda mengenai kualitas tersebut disebabkan adanya berbagai persepsi atau pandangan terhadap kualitas yang dihubungkan dengan dimensi kehidupan. Berikut beberapa definisi kualitas : 1. Menurut Vincent Gaspersz Dalam konteks pengendalian statistikal, terminologi kualitas didefinisikan sebagai konsistensi peningkatan atau perbaikan dan penurunan variasi

2 24 karakteristik dari suatu produk ( barang atau jasa ) yang dihasilkan agar dapat memenuhi kebutuhan yang telah dispesifikasikan, guna meningkatkan kepuasan pelanggan internal maupun eksternal. 2. Menurut Armand V. Feigenbaum Kualitas dari produk maupun jasa tercipta dengan adanya komposisi secara keseluruhan dari karakteristik bagian pemasaran, teknik, produk, dan bagian pemeliharaan, yang mana keseluruhan ini dapat menciptakan suatu kualitas sesuai dengan keinginan konsumen. 3. Menurut Joseph M. Juran Quality is customer satisfaction. Konsumen menginginkan produk dan jasa berkualitas tinggi yang memenuhi kebutuhan-kebutuhab dengan biaya yang bernilai. Dalam hal ini konsumen dibagi menjadi dua jenis, yaitu internal dan eksternal. Dalam triloginya mencakup (a) Quality Planning, perencanaan untuk meningkatkan dan memenuhi kualitas yang dikarakteristikkan oleh konsumen. (b) Quality Control, yang merupakan penilaian performansi aktual yang dibbandingkan dengan tujuannya dan mengambil langkahlangkah perbaikan bila ternyata terdapat perbedaan diantara keduanya. (c) Quality improvement, peningkatan kualitas. Dapat disimpulkan bahwa kualitas merupakan ketetapan untuk penggunaan dan kualitas adalah kepuasan pelanggan.

3 Variasi Variasi adalah ketidakseragaman dalam sistem produksi atau operasional sehingga menimbulkan perbedaan dalam kualitas pada output ( barang dan/atau jasa yang dihasilkan). Menurut Vincent Gaspersz, pada dasarnya dikenal dua sumber atau penyebab timbulnya variasi, yaitu variasi penyebab khusus dan variasi penyebab umum : 1. Variasi Penyebab Khusus ( Special Causes Variation ) Adalah kejadian-kejadian diluar sistem yang mempengaruhi variasi dalam sistem. Penyebab khusus dapat bersumber dari faktor-faktor manusia, peralatan, material, lingkungan, metode kerja dan lain-lain. 2. Variasi Penyebab Umum ( Common Causes Variation ) Adalah faktor-faktor didalam sistem atau yang melekat pada proses yang menyebabkan timbulnya variasi dalam sistem serta hasil-hasilnya Statistical Process Control ( SPC ) Pengendalian proses statistik ( Statistical Process Control ) adalah terminologi yang mulai sejak tahun 1970-an untuk menjabarkan penggunaan teknikteknik satatistik ( Statistical Techniques ) dalam memantau dan meningkatkan performansi proses menghasilkan produk berkualitas. Pada tahun 1950-an sampai tahun 1960-an digunakan terminologi pengendalian kualitas statistikal ( Statistical

4 26 Quality Control = SQC ) yang memiliki pengertian sama dengan pengendalian proses statistikal ( Statistical Process Control = SPC ). Pengendalian kualitas merupakan aktivitas teknik dan manajemen, dimana pengukuran karakteristik kualitas dari output ( barang / jasa ), kemudian membandingkan hasil pengukuran tersebut dengan spesifikasi / karakteristik output yang diinginkan pelanggan, serta mengambil tindakan yang tepat apabila ditemukan perbedaan antara performansi aktual dan standar. Berdasarkan uraian diatas, dapat difinisikan bahwa pengendalian proses statistikal ( SPC ) sebagai suatu metode pengumpulan dan analisis data kualitas, serta penentuan dan interprestasi pengukuran-pengukuran yang menjelaskan tentang proses dalam suatu sistem industri, untuk meningkatkan kualitas dari output guna memenuhi kebutuhan dan ekspektasi pelanggan. Dengan kata lain penerapan SPC akan dapat membantu menjaga proses produksi berjalan secara benar dan stabil, sehingga kemungkinan terjadi produk gagal menjadi sangat kecil Definisi Data Dalam SPC Definisi data dalam SPC menurut Gaspersz adalah catatan tentang sesuatu, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif yang dipergunakan sebagai petunjuk untuk bertindak. Berdasarkan data, dapat dipelajari fakta-fakta yang ada

5 27 kemungkinan mengambil tindakan yang tepat berdasarkan fakta itu. Dalam konteks pengendalian statistikal dikenali dua jenis data, yaitu: 1. Data Atribut ( Attributes Data ) Data atribut adalah data kualitatif yang dapat dihitung untuk pencatatan dan analisis. Contoh dari data atribut karakteristik kualitas adalah: Ketiadaan label pada kemasan produk, banyaknya jenis cacat pada produk, dan lain-lain. 2. Data Variabel ( Variables Data ) Data variabel merupakan data kuantitatif yang diukur untuk keperluan analisis. Contoh dari data variabel karakteristik kualitas adalah diameter pipa, ketebalan produk kayu lapis, berat semen dalam kantong, Banyaknya ukuran kertas dalam setiap rim, atau yang berupa ukuran Tools dalam SPC Tujuh alat bantu pengendalian kualitas dalam Pengendalian Proses Statistikal ( SPC ) yang sering disebut juga sebagai seven tools of quality control, yaitu: 1. Lembar Pengamatan Data ( Check Sheet ) 2. Grafik ( Graph ) 3. Diagram Pareto ( Pareto Diagram ) 4. Diagram Batang ( Histogram ) 5. Diagram Sebab-Akibat ( Fishbone Diagram )

6 28 6. Diagram Pencar ( Scatter Diagram ) 7. Peta Kendali ( Control Chart ) Lembar Periksa ( Check Sheet ) Lembar periksa adalah suatu formulir, dimana item-item yang akan diperiksa telah dicetak dalam formulir itu, dengan maksud agar data dapat dikumpulkan secara mudah dan ringkas. Data itu sendiri merupakan unsur yang paling penting dalam pelaksanaan pengendalian kualitas. Data yang ada berguna untuk memahami situasi yang sebenarnya, menganalisis persoalan, pengendalian proses, mengambil keputusan dan membuat rencana Grafik ( Graph ) Merupakan tampilan visual data untuk merangkum data. Grafik, tipe yang paling mudah dan cara terbaik untuk menganalisis, mengerti, dan mengkomunikasikan data. Ada berbagai tipe grafik yang ada, tetapi paling sering digunakan yaitu: Grafik Garis ( Line Graph ) Grafik Batang ( Bar Graph ) Grafik Lingkaran ( Circle Graph )

7 Diagram Pareto ( Pareto Diagram ) Diagram pareto ditemukan oleh Alfredo Pareto ( ) dari hasil penyelidikan tingkat kesejagteraan di Eropa. Dari penyelidikan tersebut, diketahui bahwa diagram pareto tidak hanya berfungsi untuk menyelidiki masalah-masalah teori ekonomi, namun dapat digunakan juga dalam berbagai bidang. Diagram pareto merupakan salah satu dari alat-alat statistik untuk mengidentifikasikan masalah dan menyusun prioritas, yaitu sebuah diagram batang yang merangkum dan menyusun data yang telah dikumpulkan pada check sheet. Pareto Chart of Cacat Count Percent 0 C1 Ring Patah Tutup Reject Tutup Rusak Other Count Percent Cum % Gambar 2.1 Contoh Diagram Pareto

8 Diagram Batang ( Histogram ) Histogram adalah salah satu alat yang membantu kita untuk menemukan variasi. Menurut Vincent Gaspersz histogram merupakan suatu potret dari proses yang menunjukkan: 1. Distribusi dari pengukuran. 2. Frekuensi dari setiap pengukuran itu. Dengan demikian, histogram dapat dipergunakan sebagai alat untuk : 1. Mengkomunikasikan informasi tentang variasi dalam proses. 2. Membantu manajemen dalam membuat keputusan-keputusan yang berfokus pada usaha perbaikan terus menerus ( Continuous Improvement Efforts ) Diagram Sebab Akibat ( Fishbone Diagram ) Diagram sebab akibat adalah suatu diagram yang menunjukkan hubungan antara penyebab dan akibat dari suatu masalah dan berguna dalam brainstorming karena dapat menyusun ide-ide yang muncul. Diagram ini kadang-kadang disebut Diagram Tulang Ikan ( Fishbone Diagram ) karena bentuknya seperti tulang ikan, atau disebut Diagram Ishikawa ( Ishikawa Diagram ) karena ditemukan oleh Prof. Ishikawa Kaoru dari Universitas Tokyo Jepang pada tahun 1943, dan mulai depergunakan pada tahun 1960-an.

9 31 Gambar 2.2 Contoh Diagram Tulang Ikan Diagram ini menunjukkan 5 faktor yang disebut sebagai sebab dari suatu akibat. Kelima faktor ini adalah manusia (tenaga kerja), metode, material (bahan), mesin, dan lingkungan. Diagram ini biasanya disusun berdasarkan informasi yang didapatkan dari sumbang saran atau brainstorming. Langkah-langkah pembuatan diagram sebab akibat : 1. Tentukan masalah/sesuatu yang akan diamati atau diperbaiki. Gambarkan panah dengan kotak diujung kanannya dan tulis masalah/sesuatu yang akan diamati/diperbaiki.

10 32 2. Cari faktor utama yang berpengaruh atau mempunyai akibat pada masalah/sesuatu tersebut. Tuliskan dalam kotak yang telah dibuat diatas dan dibawah panah yang telah dibuat tadi. 3. Cari lebih lanjut faktor-faktor yang lebih terperinci (faktor-faktor sekunder) yang berpengaruh/mempunyai akibat pada faktor utama tersebut. Tulislah faktor-faktor sekunder tersebut didekat/pada panah yang menghubungkannya dengan penyebab utama. 4. Dari diagram yang sudah lengkap, carilah penyebab-penyebab utama dengan menganalisa data yang ada Diagram Pencar ( Scatter Diagram ) Dalam proses perbaikan kualitas, kadang-kadang diperlukan eksplorasi terhadap hubungan antar dua variabel. Misalnya diagram sebab-akibat, mengenai sebab-sebab ketidakpuasan pelanggan menghasilkan kemungkinan hubungan antara janji dan jumlah keluhan pelanggan. Diagram pencar merupakan alat yang bermanfaat untuk menjelaskan apakah terdapat hubungan antara dua variabel tersebut, dan apakah hubungannya positif atau negatif. Diagram Scatter bertindak sebagai dasar untuk analisis statistik yang disebut analisis regresi, yang menguji hubungan antara dua variabel atau lebih dalam bentuk matematis. Diagram ini juga menjadi dasar pembuatan chart yang sering digunakan dalam peramalan.

11 Peta Kendali ( Control Chart ) Pengelompokan jenis-jenis peta kendali tergantung pada tipe datanya. Gaspersz (1998) menjelaskan bahwa dalam konteks pengendalian proses statistikal dikenal dua jenis data, yaitu : 1. Data Variable, merupakan data kuantitatif yang diukur untuk keperluan analisis. Contoh dari data variable karakteristik kualitas adalah: diameter pipa, ketebalan produk kayu, berat semen dalam kantong, dll. 2. Data Atribut, merupakan data kualitatif yang dapat dihitung untuk pencatatan dan analisa. Contoh dari data atribut karakteristik kualitas adalah ketiadaan label pada kemasan produk, kesalahan proses administrasi, banyaknya jenis cacat pada produk, banyaknya produk kayu lapis yang cacat karena Corelap, dll. Berdasarkan kedua tipe data tersebut, maka jenis-jenis peta kendali terbagi atas peta kendali untuk data variable dan peta kendali untuk data atribut. Beberapa peta kendali untuk data variable adalah peta kendali X-bar dan R, Peta kendali individual X-bar dan MR, serta peta kendali X-bar dan S. Sedangkan peta kendali untuk data atribut adalah peta kendali p, peta kendali np, peta kendali c, dan peta kendali u.

12 34 Menurut Gaspersz (1998), pada prinsipnya setiap peta kendali mempunyai : 1. Garis tangah (Central Line), yang biasanya dinotasikan CL 2. Sepasang bataskendali (Control Limits), dimana satu batas kendali ditempatkan dibawah garis tengah yang dikenal sebagai batas kendali atas (Upper Control Limit), biasanya dinotasikan sebagai UCL, dan yang satu lagi ditempatkan di bawah garis tengah yang dikenal dengan batas kendali bawah (Lower Control Limits), biasanya dinotasikan sebagai LCL. 3. Tebaran nilai-nilai karateristik kualitas yang menggambarkan keadaan dari proses. Jika semua nilai yag ditebarkan (diplot) pada peta itu berada didalam batas-batas kendali tanpa memperlihatkan kecendrungan tertentu, maka proses yang berlangsung dianggap berada dalam kendali atau terkendali secara statistikal. Namun jika nilai-nilai yang ditebarkan pada peta itu jatuh atau berada diluar batas-batas kendali atau memperlihatkan kecendrungan tertentu atau memiliki bentuk yang aneh, maka proses yang berlangsung dianggap berada diluar kendali proses yang ada. Dalam sebagian besar peta kendali, batas kendali dihitung dengan menggunakan rumus umum sebagai berikut : UCL = (nilai rata-rata) + 3 (simpangan baku) LCL = (nilai rata-rata) 3 (simpangan baku)

13 35 Disini simpangan baku adalah variasi yang disebabkan oleh penyebab umum (common cause variation). Peta kendali yang memilki batas-batas kendali seperti ini disebut sebagai Peta kendali 3 sigma. Pada dasarnya peta-peta kendali dipergunakan untuk : 1. Menentukan apakah suatu proses berada dalam pengendalian statistikal? Dengan demikian peta-peta kontrol digunakan untuk mencapai suatu keadaan terkendali secara statistikal, dimana semua nilai rata-rata dan range dari subgrup contoh berada dalam batas-batas pengendalian (Control Limits). Oleh sebab itu variasi penyebab khusus menjadi tidak ada lagi didalam proses. 2. Memantau proses terus-menerus sepanjang waktu agar proses tetap stabil secara statistikal dan hanya mengandung variasi penyebab umum. 3. Menentukan kemampuan proses (Process Capability). Setelah proses berada dalam batas pengendalian statistikal, batas-batas dari variasi proses dapat ditentukan Peta Kendali untuk Data Atribut Dalam perhitungan yang dilakukan oleh peneliti pada pengolahan data, peta kendali yang digunakan adalah peta kendali p, karena sebagian dari jenis data yang diambil adalah data attribut. Peta kendali p digunakan untuk mengendalikan proporsi dari item-item yang tidak memenuhi syarat spesifikasi yang ditetapkan yang berarti

14 36 dikategorikan cacat. Untuk itu definisi operasional secara tepat tentang apa yang dimaksud ketidaksesuaian atau apa yang dimaksud cacat sangatlah penting dan harus dipahami oleh setiap pengguna peta kendali p. Ukuran sample pada peta kendali p dapat konstan ataupun bervariasi. Adapun langkah-langkah pembuatan peta kendali p (proporsi unit yag cacat) adalah sebagai berikut: 1. Tentukan ukuran contoh atau subgroup yang cukup besar (n>30) 2. Kumpulkan banyaknya subgroup (k), yaitu subgroup 3. Hitung untuk setiap subgroup nilai proporsi unit yang cacat, yaitu : D i p ˆ = i = 1,2,...,m. n i pˆ = Proporsi cacat pada subgroup ke-i D i = Banyaknya produk cacat pada subgroup ke-i n i = Ukuran contoh konstan, maka ni = n 4. Hitung rata-rata dari p, yaitu p-bar dapat dihitung dengan rumus : p = cacat inspeksi 5. Hitung batas kendali untuk peta kendali p : UCL = CL = p p + 3 p(1 p n

15 37 LCL = p 3 p(1 p) n 6. Plot data proporsi unit cacat dan amati apakah data itu berada dalam pengendalian atau tidak. 7. Apabila data pengamatan menunjukan bahwa proses berada dalam pengendalian statistikal, gunakan peta kontrol p memantau proses terus menerus. Tetapi apabila data pengamatan menunjukan bahwa proses tidak berada dalam penegendalian statistikal, proses itu harus diperbaiki terlebih dahulu sebelum menggunakan peta kontrol itu untuk pengendalian proses terus menerus Peta Kendali untuk Data Variable Peta kontrol X (rata-rata) dan R (Range) digunakan untuk memantau proses yang mempunyai karakteristik berdimensi kontinu, sehingga peta kontrol X dan R sering disebut sebagai peta kontrol untuk data variabel. Peta kontrol X menjelaskan tentang apakah perubahan-perubahan telah terjadi dalam ukuran titik pusat (central tendency) atau rata-rata dari suatu proses. Hal ini mungkin disebabkan oleh faktor-faktor seperti peralatan yang dipakai, tenaga kerja yang belum dilatih, material baru dan lain-lain. Sedangkan peta kontrol R menjelaskan tentang apakah perubahan-perubahan telah terjadi dalam ukuran variasi, dengan demikian berkaitan dengan perubahan homogenitas produk yang dihasilkan

16 38 melalui suatu proses. Hal ini mungkin disebabkan oleh faktor-faktor seperti bagian peralatan yang hilang, kelelahan pekerja dan lain-lain. Peta kendali pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Walter Andrew Shewhart dari Bell Telephone Laboratories, Amerika Serikat pada tahun Pembuatan peta kendali dilakukan dengan maksud untuk menghilangkan variasi tidak normal melalui pemisahan variasi yang disebabkan oleh penyebab khusus (special-causes variation) dan variasi yang disebabkan oleh penyebab umum (common-causes variation). Langkah-langkah untuk membuat peta kontrol X dan R dapat dikemukakan sebagai berikut : Langkah 1 : Tentukan ukuran contoh (n = 4, 5, 6,...) Langkah2 : Kumpulkan set contoh (paling sedikit dari titik individu) Langkah 3 : Hitung nilai rata-rata, X dan range, R dari setiap contoh Langkah 4: Hitung nilai rata-rata dari semua X, yaitu : X yang merupakan garis tengah (central line) dari peta kontrol X, serta nilai rata-rata dari semua R, yaitu R yang merupakan garis tengah (central line) dari peta kontrol R. Langkah 5 : Hitung batas-batas kontrol 3 sigma dari peta kontrol X dan R o Peta kontrol X (batas-batas kontrol 3 sigma) CL = X

17 39 UCL = X + A 2 R LCL = X - A 2 R o Peta kontrol R (batas-batas kontrol 3 sigma) CL = R UCL = D 4 R LCL = D 3 R Langkah 6 : Buatkan peta kontrol X dan R dengan menggunakan batas-batas kontrol 3 sigma diatas. Setelah itu plot atau tebarkan data X dan R dari setiap contoh yang diambil itu pada peta kontrol X dan R serta lakukan pengamatan apakah data itu berada dalam pengendalian statistikal? Langkah 7 : gunakan peta kontrol terkendali dari X dan R itu untuk memantau proses yang sedang berlangsung dari waktu ke waktu.

18 40 Contoh peta kendali X-bar dan R : Xbar/R Chart for C1-C6 Sample Mean UCL=753.7 Mean=751.8 LCL=749.9 Subgroup Sample Range UCL=7.815 R=3.9 LCL=0 Gambar 2.3 Contoh Grafik Peta Kendali X-bar dan R Analisa Kapabilitas Proses (Process Capability Analysis) Teknik statistik dapat berguna melalui siklus produk, termasuk dalam aktivitas pengembangan kegiatan manufaktur dalam menghitung variasi proses, dalam menganalisa variansi ini relatif terhadap speksifikasi produk dan juga membantu perkembangan dan produksi dalam rangka menghilangkan atau mengurangi variasi ini. Hal inilah yang disebut analisi kapabilitas proses. Penentuan kapabilitas proses dilakukan setelah proses telah berada dalam batas kendali. Sebuah proses dikatakan berada dalam batas kendali jika variasi yang terjadi pada sistem disebabkan oleh variasi penyebab umum.

19 41 Analisa kapabilitas proses begitu penting karena hal ini yang mengizinkan untuk seberapa baik suatu proses dapat membuat produk yang diterima. Cp = LebarSpesifikasi PenyebarabPr oses USL LSL = 6σ USL(Upper Specification Limit) dan LSL (Lower Specification Limit) adalah batas spesifikasi atas dan batas spesifikasi bawah dari produk. Sedangkan σ adalah standar deviasi dari proses. Makin besar Cp makin baik. Kriteria yang digunakan untuk indeks kapabilitas proses (Cp) ini adalah : Cp> 1.33, maka kapabilitas proses sangat baik 1.00 Cp 1.33, maka kapabilitas proses baik namun perlu pengendalian ketat apabila Cp telah mendekati 1.00 Cp < 1.00, maka kapabilitas proses rendah, sehingga perlu ditingkatkan performansinya melalui perbaikan proses. Setelah menghitung Cp, kita kemudian menghitung nilai indeks Cpk, yaitu : Cpk = Minimum {CPU, CPL} Dimana : CPU USL X = dan 3s CPL = X LSL 3s Kriteria penilaian : Jika Cpk = Cp maka proses tepat ditengah (centered) ideal Jika Cpk = 1, maka proses menghasilkan produk yang sesuai dengan spesifikasi

20 42 Jika Cpk < 1, maka proses menghasilkan produk yang tidak sesuai dengan spesifikasi FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) pertama kali diusulkan oleh NASA pada tahun Kemudian diadopsi dan dipromosikan oleh Ford Motor pada tahun Tujuan utama dari FMEA adalah untuk menemukan dan memperbaiki permasalahan utama yang terjadi pada setiap tahapan dari desain dan proses produksi untuk mencegah produk yang tidak baik sampai sampai ketangan pelanggan, yang dapat membahayakan reputasi dari perusahaan. Failure Mode and Effect Analysis adalah metodologi untuk menganalisa masalah-masalah yang terjadi yang mengkombinasikan dan pengalaman dari orang untuk mengindentifikasi penyebab cacat dari produk atau dapat juga diartikan sebagai suatu proses dan perencanaan untuk menghilangan penyebab cacat atau kegagalan. Secara garis besar, FMEA dapat dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu Design FMEA (DFMEA) yang lebih membahas kepada aktivitas untuk mendeteksi potensial kegagalan pada fase produk desain dan Process FMEA (PFMEA) untuk mendeteksi dan mengevaluasi cacat pada produksi. Dengan kata lain FMEA dapat dijelaskan sebagai sebuah kelompok aktifitas yang meliputi: 1. Mengenali dan mengevaluasi kegagalan dari produk atau proses dan efek yang ditimbulkan

21 43 2. Mengidentifikasi tindakan yang dapat mengeliminasi atau mengurangi kemungkinan kegagalan 3. Mendokumentasikan proses FMEA dikatakan sebagai tindakan before the event karena FMEA berusaha untuk mengeliminasikan atau mengurangi kemungkinan gagal dari penyebabnya, sehingga mencegah kegagalan tidak terulang lagi dimasa yang akan datang. Tujuan dari FMEA sendiri adalah untuk : 1. Mengembangkan produk atau proses dengan meminimasi cacat-cacat yang terjadi 2. Mengevaluasi perbaikan dari pelanggan atau pembeli lainnya dalam perancangan proses untuk menjamin cacat utama yang terjadi. 3. Mengindentifikasi perancangan dengan meminimasi penyebab cacat 4. Mengembangkan metode dan tahapan untuk melakukan pengujian produk atau proses sehingga menjamin kegagalan akan dapat diatasi dengan baik. 5. Mengarahkan dan mengatur resiko utama dalam perancangan. 6. Menjamin bahwa cacat seharusnya terjadi tidak akan merugikan pelanggan.

22 44 Keuntungan menggunakan FMEA yaitu : 1. Memperbaiki produk atau proses agar memiliki daya tahan dan kualitas 2. Menambah kepuasan pelanggan 3. Cepat dalam mengindentifikasi dan menghilangkan kegagalan utama dalam proses atau produk 4. Mengutamakan pengurangan cacat pada produk dan proses 5. Menggambarkan pengetahuan keahlian teknik 6. Menekankan mengatasi masalah utama yang terjadi 7. Data-data resiko dan tindakan yang diambil bertujuan untuk menghilangkan resiko yang terjadi 8. Difokuskan untuk perbaikan pengujian dan pengembangan 9. Meminimasi perubahan keterlambatan, sehingga dapat mengurangi biaya produksi Hal-hal yang diidentifikasi dalam Prosess FMEA adalah : 1. Fungsi proses Merupakan gambaran dari proses produksi yang akan dianalisa beserta dengan penjelasan singkat fungsi dari proses produksi tersebut. Jika prosesnya terdapat beberapa operasi dengan potensi kegagalan yang berbeda, daftarkan operasi sebagai proses terpisah. 2. Jenis kegagalan yang terjadi

23 45 Potensi kegagalan proses yang diidentifikasi adalah proses yang terjadi gagal dalam memenuhi persyaratan proses. Pengalaman proses yang sama digunakan untuk melihat kembali klaim atau keluhan pelanggan sehubungan dengan komponen yang sama dan asumsikan bahwa material yang ada sudah baik. 3. Efek dari kegagalan yang terjadi Efek yang ditimbulkan dari kegagalan yang terjadi terhadap konsumen maupun pengaruh terhadap kelangsungan proses selanjutnya. 4. Severity Merupakan nilai tingkat keparahan dari akibat yang ditimbulkan terhadap konsumen maupun terhadap kelangsungan proses selanjutnya yang secara tidak langsung juga merugikan. Nilai tingkat keparahan terdiri atas rangking Tabel 2.1 memperlihatkan kriteria dari setiap nilai rangking severity. Semakin parah dampak yang ditimbulkan, maka semakin tinggi nilai rangking yang diberikan. 5. Penyebab kegagalan Penyebab kegagalan merupakan penjelasan mengapa kegagalan-kegagalan pada proses produksi bisa terjadi. Setiap kemungkinan penyebab kegagalan yang terjadi didaftarkan dengan lengkap

24 46 6. Occurance Adalah seberapa sering kemungkinan penyebab kegagalan terjadi. Nilai occurance ini diberikan untuk setiap penyebab kegagalan dan juga terdiri dari rangking Tabel 2.2 memperlihatkan kriteria dari setiap nilai rangking occurance. Semakin sering penyebab kegagalan terjadi, maka semakin tinggi nilai rangking yang diberikan. 7. Kontrol yang dilakukan Merupakan kontrol yang dilakukan untuk mendeteksi penyebab kegagalan yang terjadi 8. Detectability Adalah seberapa jauh penyebab kegagalan dapat dideteksi. Detectability terdiri dari rangking1-10. Tabel 2.3 memperlihatkan kriteria dari setiap nilai rangking detectability. Semakin sulit mendeteksi penyebab kegagalan yang terjadi, maka semakin tinggi nilai rangking yang diberikan. 9. Risk Priority Number (RPN) Merupakan hasil perkalian matematis nilai rangking dari severity, occurance dan detectability. Perumusannya yaitu : RPN = (Severity)x(Occurance)x(Detectability) Nilai RPN ini digunakan sebagai acuan untuk mengetahui permasalahan yang paling signifikan dalam melakukan perbaikan. Nilai RPN yang paling tinggi menunjukkan permasalahan yang memiliki prioritas penanganan lebih baik.

25 47 Severity (S) Efek Kriteria Rangking Berbahaya tanpa ada Dapat membahayakan keselamatan operator, tingkat keparahan, tidak sesuai dengan peraturan, dan tidak adanya peringatan 10 peringatan Berbahaya dan ada peringatan Sangat tinggi Tinggi Sedang Dapat membahayakan keselamatan operator, tingkat keparahan sangat tinggi, tidak sesuai dengan peraturan, dan adanya peringatan Kelancaran lini produksi terganggu, menyebabkan 100% scrap, dan pelanggan sangat tidak puas Kelancaran lini produksi sedikit terganggu, sebagian besar menjadi scrap, dan sisanya dapat disortir serta pelanggan tidak puas Sebagian kecil menjadi scrap, sisanya tidak perlu disortir dan pelanggan tidak puas Rendah 100% produk dapat di-rework dan produk pasti dikembalikan oleh konsumen 5 Sangat rendah Kecil Sebagian besar dapat di-rework, sisanya sudah baik, dan kemungkinan produk dikembalikan oleh konsumen Hanya sebagian kecil di-rework, sisanya sudah baik, dan rata-rata pelanggan komplain 4 3 Sangat Komplain hanya diberikan oleh pelanggan tertentu 2 Tidak Tidak ada akibat apa-apa untuk konsumen 1 Tabel 2.1. Definisi Efek, Kriteria dan Ranking dari Severity

26 48 Peluang Terjadinya Penyebeb Kegagalan Occurance (O) Tingkat Kemungkinan Kegagalan Rangking Sangat tinggi Tinggi > 1 dalam dalam dalam dalam dalam 80 6 Sedang 1 dalam dalam Rendah 1 dalam dalam Sangat kecil < 1 dalam Table 2.2. Definisi Peluang Terjadinya Penyebab Kegagalan, Tingkat Kemungkinan Kegagalan, dan Rangking dari Occurance Sumber : Besterfield, Dale H, Carol, Mary, and Glen H Total Quality Management., hal. 399, New Jersey. Prentice Hall Inc.

27 49 Detectability (D) Ranking Keterangan 1 Selalu jelas, sangat mudah untuk diketahui 2 Jelas bagi indera manusia 3 Memerlukan inspeksi 4 Inspeksi yang hati-hati dengan menggunakan indera manusia 5 Inspeksi yang sangat hati-hati dengan indera manusia 6 Memerlukan bantuan dan atau pembongkaran sederhana 7 Diperlukan inspeksi dan atau pembongkaran 8 Diperlukan inspeksi dan atau pembongkaran yang kompleks 9 Kemungkinan besar tidak dapat dideteksi 10 Tidak dapat dideteksi Table 2.3. Kemungkinan Kesalahan Terdeteksi, Kriteria dan Rangking dari Detectablity Sumber : Besterfield, Dale H, Carol, Mary, and Glen H Total Quality Management., hal. 400, New Jersey. Prentice Hall Inc.

28 Sistem Fuzzy Teori fuzzy dimulai dengan suatu paper mengenai fuzzy sets yang dipublikasikan dalam jurnal akademik berjudul Information and Control oleh Prof. LA. Zadeh dari Universitas California Berkeley, Amerika Serikat, pada tahun Kemunculan gugus fuzzy pada tahun 10 tahun pertama tidak terlalu diperhatikan, namun baru-baru ini telah terjadi perkembangan yang cukup pesat dalam hal jumlah penelitian dan paper-paper mengenai fuzzy dan aplikasinya. Semua yang ada didunia ini adalah fuzzy / penuh dengan ketidakpastian, dalam bentuk keambiguan. Arti dari kata fuzzy itu sendiri adalah kabur, tidak pasti. Gugus fuzzy merupakan alat yang tepat untuk mengekspresikan ke-ambiguity-an. Sri (2002) mengatakan bahwa gugus fuzzy adalah media komunikasi yang berbicara mengenai logika alami dan kompleksitas diantara manusia dan pengetahuan sosial. Ketika kita belajar lebih banyak mengenai sebuah sistem, maka kerumitannya akan berkurang dan tingkat pemahaman serta pengertian yang diusahakan oleh metode komputasi menjadi semakin berguna dalam permodelan sistem. Dalam suatu sistem yang paling rumit dimana hanya tersedia data numerik dan mungkin hanya terdapat informasi yang bersifat tidak jelas / ambigu, logika fuzzy menyediakan cara untuk memahami perilaku sistem dengan mengijikan kita untuk menyisipkan perkiraan antara masukkan / input dan keluaran / output.

29 51 Menurut Sri (2002), terdapat beberapa alasan mengapa logika fuzzy digunakan orang, antara lain : 1. Konsep logika fuzzy mudah dimengerti. Konsep matematis yang mendasari penalaran fuzzy sangat sederhana dan mudah dimengerti 2. Logika fuzzy sangat fleksibel 3. Logika fuzzy memiliki toleransi terhadap data-data yang tidak tepat 4. Logika fuzzy mampu memodelkan fungsi-fungsi nonlinear yang sangat kompleks 5. Logika fuzzy dapat membangun dan mengaplikasikan pengalamanpengalaman para pakar secara langsung tanpa harus melalui proses pelatihan 6. Logika fuzzy dapat bekerjasama dengan teknik-teknik kendali secara konvensional 7. Logika fuzzy didasarkan pada bahasa alami Ketidakpastian dan Pengendalian Fuzzy Sri (2002) mengatakan bahwa teori fuzzy set merupakan media untuk menyajikan ketidakpastian. Berdasarkan sejarah, teori probabilitas telah menjadi alat utama untuk menyajikan ketidakpastian dalam model matematika. Karena itu, semua ketidakpastian diasumsikan mengikuti karakteristik dari ketidakpastian yang bersifat acak. Suatu proses akan disebut acak apabila hasil semua dari sebuah proses

30 52 merupakan sebuah kemungkinan. Namun, tidak semua ketidakpastian bersifat acak. Beberapa bentuk ketidakpastian bersifat tidak acak, sehingga tidak sesuai bila diperlakukan atau dimodelkan oleh teori probabilitas. Bahkan kenyataannya dapat dikatakan bahwa hampir semua ketidakpastian berkaitan dengan sistem yang komplek / rumit dan masalah-masalah yang ditemukan manusia dalam kehidupan sehari-hari bersifat tidak acak. Teori fuzzy set adalah alat yang sangat tepat untuk memodelkan ketidakpastian yang berkaitan dengan kembiguan, ketidaktepatan, dan / atau dengan kekurangan informasi berkaitan dengan masalah yang sedang dihadapi. Sri (2002) juga mengatakan bahwa informasi yang tidak pasti dapat berupa berbagai bentuk. Ada ketidakpastian yang muncul karena kerumitan. Ada juga ketidakpastian yang timbul dari pengabaian, kesempatan, berbagai kelas ke-acakan, ketidakpastian, dan dari ketidakmampuan untuk menampilkan pengukuran yang memadai, akibat kekurangan pengetahuan, atau dari kekaburan / kesamaran, seperti ke fuzzy-an yang menjadi sifat dari bahasa alami kita. Sri (2002) mengatakan bahwa penalaran fuzzy ada beberapa macam, diantaranya : 1. Metode Mamdani Metode ini diperkenalkan oleh Ebrahim Mamdani pada tahun Pada penalaran fuzzy dengan metode Mamdani, baik input maupun output sistem berupa himpunan fuzzy.

31 53 2. Metode Sugeno Metode ini diperkenalkan oleh Takagi-Sugeno Kang pada tahun Pada penalaran dengan metode Sugeno, input berupa himpunan fuzzy, sedangkan output sistem tidak berupa himpunan fuzzy, melainkan berupa konstanta atau persamaan linear. Mamdani (1973) mengatakan bahwa langkah-langkah dalam menciptakan pengendalian Logika fuzzy yaitu : 1. Menentukan input dan output pengendali 2. Pembentukan fungsi keanggotaan untuk input dan output untuk melakukan fuzzykasi 3. Mengembangkan rule base yang berisi implikasi logis atau input pengendali yang menghasilkan output fuzzy 4. Mengkombinasikan output-output fuzzy melalui penjumlahan logis 5. defuzzifikasi output fuzzy menjadi input pengendali Fungsi Keanggotaan Fuzzy Sri (2002) menyatakan bahwa fungsi keanggotaan adalah suatu kurva yang menunjukan pemetaan titik-titik input data kedalam nilai keanggotaannya (sering disebut juga dengan derajat keanggotaan) yang memiliki interval antara 0 sampai 1.

32 54 Sri (2002) mengatakan bahwa fungsi keanggotaan menggambarkan ke-fuzzy-an / keambigua-an dalam fuzzy set apakah elemen-elemen dalam set bersifat diskret atau kontinu - dalam bentuk grafik. Namun, bentuk yang digunakan untuk menggambarkan ke-fuzzy-an hanya memliki sangat sedikit batasan sehingga dapat dikatakan bahwa aturan-aturan yang digunakan untuk menggambarkan ke fuzzy-an secara grafik juga bersifat fuzzy Representasi Keanggotaan Fuzzy Fungsi keanggotaan fuzzy dapat didefinisikan sebagai permukaan himpunan fuzzy, yang merupakan bagian dari himpunan tersebut. Kontur dari suatu himpunan fuzzy menunjukan properti semantik dari konsep fuzzy tersebut. Sri (2002) mengatakan bahwa beberapa macam bentuk representasi himpunan fuzzy adalah sebagai berikut : 1. Representasi Linear Pada representasi linear, permukaan digambarkan sebagai suatu garis lurus. Bentuk ini adalah bentuk yang paling sederhana. Ada 2 keadaan himpunan fuzzy yang linear. Pertama, kenaikan himpunan dimulai pada nilai domain yang memiliki derajat keanggotaan nol (0) bergerak kekanan menuju ke nilai domain yang memilki derajat keanggotaan lebih tinggi.

33 55 Gambar 2.4. Representasi Linear Naik Fungsi keanggotaan : 0; μ ( x) = ( x a) /( b a); 1; x a a x b x b Kedua, merupakan kebalikan yang pertama. Garis lurus dimulai dari nilai domain dengan derjat keanggotaan tertinggi pada sisi kiri, kemudian bergerak menurun kenilai domain yang derajat keanggotaannya lebih rendah. Gambar 2.5. Representasi Linear Turun

34 56 Fungsi keanggotaan : ( b x) /( b a); μ ( x) = 0; a x b x b 2. Representasi Kurva Segitiga 1 Derajat Keanggotaan µ(x) 0 A B domain C Gambar 2.6. Representasi Kurva Segitiga Fungsi Keanggotaan 0; μ ( x) = ( x a) /( b a); ( b x) /( c b);; x a atau x c a x b b x c

35 57 3. Representasi Kurva Trapesium Kurva trapesium pada dasarnya seperti bentuk segitiga, hanya saja ada beberapa titik yang memiliki nilai keanggotaan 1. Gambar 2.7. Representasi Kurva Trapesium Fungsi Keanggotaan : 0; ( x a) /( b a); μ ( x) = 1; ( d x) /( d c); x a x d a x b b x c c x d

36 Operasi Logika Fuzzy Sri (2002) menyatakan bahwa beberapa operasi logika fuzzy konvensional yang didefinisikan oleh Zadeh : 1. Interseksi Himpunan Fuzzy ( μ = min( μ [ x], μ [ y])) A B Pada sistem crisp, interseksi antara 2 himpunan berisi elemen-elemen yang berada pada kedua himpunan. Hal ini ekuivalen dengan operasi aritmetik atau logika AND. Pada logika fuzzy, operator AND diperlihatkan dengan derajat keanggotaan minimum antara kedua himpunan. Operator interseksi seringkali digunakan sebagai batasan antarseden dalam suatu aturan fuzzy seperti : If x is A AND y is B THEN z is C 2. Union Himpunan Fuzzy ( μ = max( μ [ x], μ [ y])) A B Union dari 2 himpunan dibentuk dengan menggunakan operator OR. Pada logika fuzzy, operator OR diperlihatkan dengan derajat keanggotaan maksimum antara kedua himpunan. Operator interseksi seringkali digunakan sebagai batasan antarseden dalam suatu aturan fuzzy seperti : If x is A OR y is B THEN z is C A A B B

37 59 3. Komplemen (Negasi) Himpunan Fuzzy Komplemen suatu himpunan A berisi semua elemn yang tidak berada di A dan direprentasikan dengan μ [ x] = 1 μ [ x] A A Komposisi Aturan-aturan Fuzzy untuk Inferensi Sri (2002) menyatakan bahwa ada tiga metode yang digunakan dalam melakukan inferensi sistem fuzzy, yaitu : 1. Metode Max (Maximum) Pada metode ini, solusi himpunan fuzzy diperoleh dengan cara mengambil nilai maksimum aturan, kemudian menggunakan untuk memodifikasi daerah fuzzy, dan mengaplikasikan ke output dengan menggunakan operator OR (union). Jika semua proporsi telah dievaluasi, maka output akan berisi suatu himpunan fuzzy yang merefleksikan kontribusi dari tiap-tiap proposisi. Secara umum dapat dituliskan : μ SF [ xi ] max( μ SF [ xi ], μ KF [ xi ] dengan : μ x ] = nilai keanggotaan solusi fuzzy sampai aturan ke-i; SF [ i μ x ] = nilai keanggotaan konsekuen fuzzy aturan ke-1 KF [ i

38 60 Apabila digunakan fungsi implikasi MIN, maka metode komposisi ini sering disebut dengan nama MAX-MIN atau MIN-MAX atau MAMDANI. 2. Metode Additive (Sum) Pada metode ini, solusi himpunan Fuzzy diperoleh dengan cara melakukan bounded-sum terhadap semua output daerah fuzzy. Secara umum dituliskan : μ SF [ xi ] min(1, μ SF [ xi ] + μ KF [ xi ] dengan : μ x ] = nilai keanggotaan solusi fuzzy sampai aturan ke-i; SF [ i μ x ] = nilai keanggotaan konsekuen fuzzy aturan ke-1 KF [ i 3. Metode Probabilistik OR (probor) Pada metode ini, solusi himpunan fuzzy diperoleh dengan cara melakukan product terhadap semua output daerah fuzzy. Secara umum dituliskan : μ SF [ xi ] ( μ SF [ xi ] + μ KF [ xi ]) ( μ SF [ xi ]* μ KF [ xi ]) dengan : μ x ] = nilai keanggotaan solusi fuzzy sampai aturan ke-i; SF [ i μ x ] = nilai keanggotaan konsekuen fuzzy aturan ke-1 KF [ i

39 Defuzzifikasi Sri (2002) mengatakan bahwa input dari proses defuzzifikasi adalah suatu himpunan fuzzy yang diperoleh dari komposisi aturan-aturan fuzzy, sedangkan output yang dihasilkan merupakan suatu bilangan pada dominan himpunan fuzzy tersebut. Sehingga jika diberikan suatu himpunan fuzzy dalam range tertentu, maka harus dapat diambil suatu nilai crisp tertentu sebagai output. Ada beberapa metode defuzzifikasi pada komposisi Mamdani, antara lain : 1. Metode Centroid (Composite Moment) Pada metode ini, solusi crisp diperoleh dengan cara mengambil titik pusat daerah fuzzy. Secara umum dirumuskan : z z j= 1 = atau z = n z zμ( z) dz μ( z) dz n j= 1 z μ( z ) j j j μ( z ) Ada 2 keuntungan menggunakan metode centroid yaitu : a. Nilai defuzzy akan bergerak secara halus sehingga perubahan dari suatu topologi himpunan fuzzy ke topologi berikut juga akan berjalan dengan halus; b. Mudah dihitung

40 62 2. Metode Bisektor Pada metode ini, solusi crisp diperoleh dengan cara mengambil nilai pada domain fuzzy yang memiliki nilai keanggotaan separuh dari jumlah total nilai keanggotaan pada daerah fuzzy. 3. Metode Mean of Maximum (MOM) Pada metode ini, solusi crisp diperoleh dengan cara mengambil nilai rata-rata domain yang memiliki nilai keanggotaan maksimum. 4. Metode Largest of Maximum (LOM) Pada metode ini, solusi crisp diperoleh dengan cara mengambil nilai terbesar dari domain yang memiliki nilai keanggotaan maksimum. 5. Metode Smallest of Maximum (SOM) Pada metode ini, solusi crisp diperoleh dengan cara mengambil nilai terkecil dari domain yang memiliki nilai keanggotaan maksimum.

41 Fuzzy FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) Fuzzy FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) merupakan metodologi yang memakai logika fuzzy dalam mengindentifikasi permasalahan atau penyebab kegagalan yang terjadi melalui pertimbangan kriteria Severity (S), Occurance (O), dan Detectability (D). Logika fuzzy pada metode FMEA ini dapat dikombinasikan antara severity, occurance, dan detectability untuk struktur hasil yang lebih fleksibel. Fuzzy FMEA memakai aturan-aturan fuzzy yang didapatkan dari formulasi linguistic kedalam bentuk If Then rules melalui variable linguistic dari kriteria Severity (S), Occurance (O), dan Detectability (D) sebagai input numeriknya dengan range rating antara 1-10 untuk kemudian diterjemahkan kedalam bentuk linguistik Very Low (VL), Low (L), Moderate (M), High (H), dan Very High (VH). Untuk output FRPN (Fuzzy Risk Priority Number) yang memiliki range dari merupakan hasil perkalian matematis input-input numeric (S,O,dan D) kemudian diterjemahakan ke dalam bentuk linguistik yaitu Very Low (VL), Very Low-Low(VL-L), Low (L), Low-Moderate (L-M), Moderate (M), Moderate (M), Moderate High (M H), High (H), High Very High (H-VH), Very High (VH).

42 64 Gambar 2.8 Matriks Fuzzy FMEA Rules Sumber : Javier Puente et al ( 2002 )

43 MATLAB Toolbox untuk Fuzzy Beberapa Graphical User Interface (GUI) pada MATLAB untuk fuzzy logic toolbox yang dipergunakan dalam memudahkan membangun, mengobservasi dan mengedit system penalaran fuzzy adalah : 1. Fuzzy Inference System (FIS) Editor 2. Membership Function Editor 3. Rule Editor 4. Rule Viewer Fuzzy Inference System (FIS) Editor Langkah pertama yang harus dilakukan dalam pembuatan system penalaran fuzzy yaitu dengan mengetik kata fuzzy pada command line MATLAB. Kemudian, pada layar akan muncul tampilan FIS Editor seperti pada gambar 2.9 berikut :

44 66 Gambar 2.9. Fuzzy Inference System (FIS) Editor Keterangan : a. Menu pilihan yang memiliki aplikasi untuk membuka, menyimpan, mengedit atau menampilkan sistem fuzzy. b. Ikon variable input yang dipergunakan untuk mengedit fungsi keanggotaan dari tiap-tiap variable input dengan cara men-double click-ikon tersebut. c. Ikon diagram sistem yang dipergunakan untuk mengedit rule dengan cara men-double click-ikon tersebut. d. Ikon variable output yang dipergunakan untuk mengedit fungsi keanggotaan dari tiap-tiap variable output dengan cara men-double click-ikon tersebut e. Daerah yang berfungsi menunjukan nama sistem fuzzy yang ditampilkan.

45 67 f. Pop up menu yang digunakan untuk mengatur fungsi-fungsi penalaran fuzzy, fungsi implikasi, fungsi komposisi aturan, atau metode defuzzifikasi. g. Kolom edit yang dipergunakan untuk mengedit nama input ataupun output. h. Status bar yang berfungsi untuk menunjukkan operasi yang sedang dijalankan Membership Function Editor Membership Function Editor dapat dipanggil dengan cara memilih menu pilihan Edit Membership Function Editor atau dengan men double click ikon variable input atau output. Membership Function Editor ini dipergunakan untuk mengedit fungsi keanggotaan himpunan fuzzy untuk tiap tiap variable input dan output. Gambar 2.10 adalah tampilan Membership Function Editor yang akan muncul pada layar : Gambar Membership Function Editor

46 68 Keterangan : a. Menu pilihan yang memiliki aplikasi untuk membuka, menyimpan, mengedit atau menampilkan sistem fuzzy. b. Variable yang dipergunakan untuk mengedit fungsi keanggotaan salah satu variable dan dilakukan dengan meng-click. c. Gambar yang dipergunakan dalam menampilkan semua fungsi keanggotaan himpunan fuzzy pada suatu variable. d. Gambar garis yang dipergunakan untuk mengedit atribut suatu fungsi keanggotaan himpunan fuzzy dengan meng-click garis yang ingin diubah tersebut. e. Daerah yang berfungsi menunjukan nama dan tipe variable yang ditunjuk. f. Kolom edit yang dipergunakan untuk mengedit range variable. g. Kolom edit yang dipergunakan untuk mengedit display range variable. h. Kolom edit yang dipergunakan untuk mengedit nama himpunan fuzzy yang ditunjuk i. Pop up menu yang digunakan untuk memilih tipe fungsi keanggotaan himpunan fuzzy yang ditunjuk. j. Kolom edit yang dipergunakan untuk mengedit parameter-parameter himpunan fuzzy yang ditunjuk. k. Status bar yang berfungsi untuk menunjukkan operasi yang sedang dijalankan.

47 Rule Editor Rule Editor dapat dipanggil dengan cara memilih menu edit rules atau dengan men double click ikon diagram sistem. Rule Editor ini dipergunakan untuk megedit dan menampilkan aturan-aturan yang akan dibuat ataupun yang telah dibuat. Gambar 2.11 adalah tampilan Rule Editor yang akan muncul pada layar : Gambar Rule Editor Keterangan : a. Menu pilihan yang memiliki aplikasi untuk membuka, menyimpan, mengedit atau menampilkan sistem fuzzy.

48 70 b. Daerah yang dipergunakan untuk menampilkan aturan-aturan fuzzy yang dibuat. c. Listbox yang berisi input himpunan-himpunan fuzzy. d. Pilihan operator connection yang akan digunakan e. Listbox yang berisi output himpunan-himpunan fuzzy. f. Kolom edit yang dipergunakan untuk mengedit bobot untuk aturan yang ditunjuk g. Tombol untuk menghapus aturan yang ditunjuk h. Tombol untuk menambah aturan baru yang akan dibuat i. Tombol untuk mengubah aturan yang ditunjuk j. Status bar yang berfungsi untuk menunjukkan operasi yang sedang dijalankan Rule Viewer Rule Viewer dapat dipanggil dengan cara memilih menu View Rules. Rule Viewer ini dipergunakan untuk menampilkan alur penalaran pada system fuzzy meliputi pemetaan yang diberi pada tiap-tiap variable input, aplikasi operator, fungsi implikasi, komposisi aturan-aturan, dan penentuan output pada metode defuzzifikasi. Gambar 2.12 adalah tampilan Rule Viewer yang akan muncul pada layar :

49 71 Gambar Rule Viewer Keterangan : a. Menu pilihan yang memiliki aplikasi untuk membuka, menyimpan, mengedit atau menampilkan sistem fuzzy. b. Kolom ini berfungsi untuk menampilkan variable input yang digunakan dalam aturan-aturan fuzzy. c. Kolom ini berfungsi untuk menampilkan variable output yang digunakan dalam aturan-aturan fuzzy.

50 72 d. Tiap-tiap baris ini berfungsi untuk menunjukan satu aturan. Klik nomor aturan untuk mengetahui aturan tersebut, dan akan ditampilkan aturan tersebut pada status bar. e. Kolom ini dipergunakan untuk menunjukan kombinasi output dari tiap-tiap aturan yang berlaku dari fungsi komposisi yang digunakan, dan dilanjutkan dengan proses defuzzikasi. f. Kolom edit yang dipergunakan untuk mengedit input yang diberikan. g. Tombol-tombol yang dipakai untuk bergerak kesamping kiri, kanan, turun dan naik. h. Status bar yang berfungsi untuk menunjukan operasi yang sedang dijalankan Action Planning (Recommended Action) for Failure Modes Setelah analisis FMEA dengan pendekatan Fuzzy Logic, selanjutnya yang dilakukan adalah menentukan tindakan yang sesuai untuk mencegah terjadinya modus-modus kegagalan yang ada, terutama yang memiliki resiko tinggi, dengan menggunakan metode 5W 2H (What, Why, Where, When, How, How much). Dengan 5W 2H dilakukan selanjutnya, yaitu menentukan tindakan yang sesuai untuk mencegah kegagalan tersebut, sesuai dengan modus-modus kegagalan yang memiliki nilai RPN tinggi yang telah dihitung sebelumnya dengan FMEA.

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 PENGERTIAN KUALITAS Kualitas merupakan faktor dasar yang mempengaruhi pilihan konsumen untuk berbagai jenis produk dan jasa yang berkembang pesat dewasa ini. Kualitas secara langsung

Lebih terperinci

BAB III METODE CONTROL CHART. sebagai metode grafik yang di gunakan untuk mengevaluasi apakah suatu proses

BAB III METODE CONTROL CHART. sebagai metode grafik yang di gunakan untuk mengevaluasi apakah suatu proses BAB III METODE CONTROL CHART 3.1 Control Chart Peta kendali atau Control Chart merupakan suatu teknik yang dikenal sebagai metode grafik yang di gunakan untuk mengevaluasi apakah suatu proses berada dalam

Lebih terperinci

Pengantar Kecerdasan Buatan (AK045218) Logika Fuzzy

Pengantar Kecerdasan Buatan (AK045218) Logika Fuzzy Logika Fuzzy Pendahuluan Alasan digunakannya Logika Fuzzy Aplikasi Himpunan Fuzzy Fungsi keanggotaan Operator Dasar Zadeh Penalaran Monoton Fungsi Impilkasi Sistem Inferensi Fuzzy Basis Data Fuzzy Referensi

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Setelah mengevaluasi berbagai data-data kegiatan produksi, penulis mengusulkan dasar evaluasi untuk mengoptimalkan sistem produksi produk

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Hasil Pengumpulan Data Sebelum dilakukan pengolahan data, dalam melakukan penelitian ini data yang berhasil dikumpulkan dalam penelitian pada PT. FEDERAL KARYATAMA dalam periode

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Sejarah Pengendalian Kualitas Pada tahun 1924, W.A. Shewart dari Bell Telephone Laboratories mengembangkan diagram atau grafik statistik untuk mengendalikan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Kualitas Pengertian Kualitas Dimensi Kualitas

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Kualitas Pengertian Kualitas Dimensi Kualitas BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Kualitas 2.1.1. Pengertian Kualitas Dalam buku yang berjudul Manajemen Operasi, Heizer & Render (2009:301) mendefinisikan pengertian kualitas sebagaimana dijelaskan oleh American

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Dasar dari Kualitas Kata kualitas memiliki banyak definisi yang berbeda, dan bervariasi dari yang konvensional sampai yang lebih strategik. Definisi konvensional dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel merupakan sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel merupakan sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Identifikasi Sampel Penelitian Sampel merupakan sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan suatu prosedur tertentu dan diharapkan dapat mewakili suatu populasi

Lebih terperinci

Ada 5 GUI tools yang dapat dipergunakan untuk membangun, mengedit, dan mengobservasi sistem penalaran, yaitu :

Ada 5 GUI tools yang dapat dipergunakan untuk membangun, mengedit, dan mengobservasi sistem penalaran, yaitu : BAB V FUZZY LOGIC MATLAB TOOLBOX Agar dapat mengunakan fungsi-fungsi logika fuzzy yang ada paad Matlab, maka harus diinstallkan terlebih dahulu TOOLBOX FUZZY. Toolbox. Fuzzy Logic Toolbox adalah fasilitas

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Sejarah Pengendalian Kualitas Pada tahun 1924, W.A. Shewart dari Bell Telephone Laboratories mengembangkan diagram atau grafik statistik untuk mengendalikan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI Kualitas adalah segala sesuatu yang mampu memenuhi keinginan atau kebutuhan pelanggan (meeting the needs of customers) (Gasperz, 2006). Pengendalian kualitas secara statistik dengan

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI. Gambar 4.1 Model keseimbangan air pada waduk (Sumber : Noor jannah,2004)

BAB IV METODOLOGI. Gambar 4.1 Model keseimbangan air pada waduk (Sumber : Noor jannah,2004) BAB IV METODOLOGI 4.1 Sistem Pengoperasian Waduk. Tujuan di bangun suatu sistem waduk sangat mempengaruhi strategi pengoperasian sistem waduk yang bersangkutan. Dalam mengembangkan model optimasi pengoperasian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Logika Fuzzy Fuzzy secara bahasa diartikan sebagai kabur atau samar yang artinya suatu nilai dapat bernilai benar atau salah secara bersamaan. Dalam fuzzy dikenal derajat keanggotan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Permintaan, Persediaan dan Produksi 2.1.1 Permintaan Permintaan adalah banyaknya jumlah barang yang diminta pada suatu pasar tertentu dengan tingkat harga tertentu pada tingkat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Plastik Plastik mencakup semua bahan sintetik organik yang berubah menjadi plastis setelah dipanaskan dan mampu dibentuk di bawah pengaruh tekanan. Bahan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini penulis akan menjelaskan mengenai landasan teori yang digunakan pada penelitian ini. Penjabaran ini bertujuan untuk memberikan pemahaman lebih mendalam kepada penulis

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI. Himpunan Himpunan adalah setiap daftar, kumpulan atau kelas objek-objek yang didefenisikan secara jelas, objek-objek dalam himpunan-himpunan yang dapat berupa apa saja: bilangan, orang,

Lebih terperinci

NURAIDA, IRYANTO, DJAKARIA SEBAYANG

NURAIDA, IRYANTO, DJAKARIA SEBAYANG Saintia Matematika Vol. 1, No. 6 (2013), pp. 543 555. ANALISIS TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN BERDASARKAN PELAYANAN, HARGA DAN KUALITAS MAKANAN MENGGUNAKAN FUZZY MAMDANI (Studi Kasus pada Restoran Cepat Saji

Lebih terperinci

GRAFIKPENGENDALI VARIABEL

GRAFIKPENGENDALI VARIABEL GRAFIKPENGENDALI VARIABEL Grafik pengendali pertamakali diperkenalkan oleh Dr. Walter Andrew Shewhart dari Bell Telephone Laboratories, Amerika Serikat, pada tahun 1924 dengan maksud untuk mengurangi variasi.

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

DAFTAR PUSTAKA KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR Alhamdulillahi Rabbil alamin, Puji dan syukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta ala. Karena atas izin-nya, makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini dibuat sebagai tugas

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 10 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Mutu Dalam dunia industri baik industri jasa maupun manufaktur mutu adalah faktor kunci yang membawa keberhasilan bisnis, pertumbuhan dan peningkatan posisi bersaing.

Lebih terperinci

2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan. proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang

2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan. proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang 27 2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan Walaupun telah diadakan pengawasan kualitas dalam tingkat-tingkat proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang rusak

Lebih terperinci

PERBAIKAN KUALITAS PADA PROSES PENGISIAN PRODUK HANDBODY LOTION SACHET 4 ML DI PT. X DENGAN METODE FUZZY FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS Delvis Agusman 1, Ahmad 1, Rusli Tan 2 1) Staf Pengajar Program

Lebih terperinci

LOGIKA FUZZY. Kelompok Rhio Bagus P Ishak Yusuf Martinus N Cendra Rossa Rahmat Adhi Chipty Zaimima

LOGIKA FUZZY. Kelompok Rhio Bagus P Ishak Yusuf Martinus N Cendra Rossa Rahmat Adhi Chipty Zaimima Sistem Berbasis Pengetahuan LOGIKA FUZZY Kelompok Rhio Bagus P 1308010 Ishak Yusuf 1308011 Martinus N 1308012 Cendra Rossa 1308013 Rahmat Adhi 1308014 Chipty Zaimima 1308069 Sekolah Tinggi Manajemen Industri

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 38 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Untuk mendukung perhitungan statistikal pengendalian proses maka diperlukan data. Data adalah informasi tentang sesuatu, baik yang bersifat kualitatif

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Himpunan Himpunan adalah kata benda yang berasal dari kata himpun. Kata kerjanya adalah menghimpun. Menghimpun adalah kegiatan yang berhubungan dengan berbagai objek apa saja.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Game dan Video Game Menurut kamus Cambridge Advanced Learner Dictionary, game adalah sebuah aktivitas menghibur dan menyenangkan yang dimainkan oleh anak anak. Sedangkan video

Lebih terperinci

7 Basic Quality Tools. 14 Oktober 2016

7 Basic Quality Tools. 14 Oktober 2016 7 Basic Quality Tools 14 Oktober 2016 Dr. Kaoru Ishikawa (1915 1989) Adalah seorang ahli pengendalian kualitas statistik dari Jepang. As much as 95% of quality related problems in the factory can be solved

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define,

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi sistem produksi Percetakan Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, Measure,

Lebih terperinci

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA BAB II: TINJAUAN PUSTAKA Bab ini akan memberikan penjelasan awal mengenai konsep logika fuzzy beserta pengenalan sistem inferensi fuzzy secara umum. 2.1 LOGIKA FUZZY Konsep mengenai logika fuzzy diawali

Lebih terperinci

Pengendalian dan Evaluasi Kualitas Beton Dengan Metode Statistical Process Control (SPC) Ir. Helmy Darjanto, MT ABSTRAK

Pengendalian dan Evaluasi Kualitas Beton Dengan Metode Statistical Process Control (SPC) Ir. Helmy Darjanto, MT ABSTRAK NEUTRON, Vol.4, No. 2, Agustus 2004 105 Pengendalian dan Evaluasi Kualitas Beton Dengan Metode Statistical Process Control (SPC) Ir. Helmy Darjanto, MT ABSTRAK Hingga saat ini dalam evaluasi kualitas beton

Lebih terperinci

DENIA FADILA RUSMAN

DENIA FADILA RUSMAN Sidang Tugas Akhir INVENTORY CONTROL SYSTEM UNTUK MENENTUKAN ORDER QUANTITY DAN REORDER POINT BAHAN BAKU POKOK TRANSFORMER MENGGUNAKAN METODE FUZZY (STUDI KASUS : PT BAMBANG DJAJA SURABAYA) DENIA FADILA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Operasi Untuk mengelola suatu perusahaan atau organisasi selalu dibutuhkan sistem manajemen agar tujuan dari perusahaan atau organisasi tersebut dapat tercapai.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. karena apabila diterapkan secara rinci antara produsen dan konsumen akan terjadi

BAB 2 LANDASAN TEORI. karena apabila diterapkan secara rinci antara produsen dan konsumen akan terjadi 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kualitas Kualitas merupakan ukuran yang tidak dapat didefinisikan secara umum, karena apabila diterapkan secara rinci antara produsen dan konsumen akan terjadi perspektif yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Statistic Quality Control (SQC) Statistik merupakan teknik pengambilan keputusan tentang suatu proses atau populasi berdasarkan pada suatu analisa informasi yang terkandung di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan gambaran dari tahapan yang dilalui dalam menyelesaikan suatu masalah yang ditemui dalam sebuah penelitian, dimana dibuat berdasarkan latar belakang

Lebih terperinci

ANALISIS & DESAIN SISTEM FUZZY. Menggunakan TOOLBOX MATLAB

ANALISIS & DESAIN SISTEM FUZZY. Menggunakan TOOLBOX MATLAB ANALISIS & DESAIN SISTEM FUZZY Menggunakan TOOLBOX MATLAB ANALISIS & DESAIN SISTEM FUZZY Menggunakan TOOLBOX MATLAB Sri Kusumadewi Analisis & Desain Sistem Fuzzy Menggunakan Toolbox Matlab Oleh: Sri Kusumadewi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Fuzzy Logika fuzzy adalah suatu cara yang tepat untuk memetakan suatu ruang input kedalam suatu ruang output. Titik awal dari konsep modern mengenai ketidakpastian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Tidak ada yang menyangkal bahwa kualitas menjadi karakteristik utama dalam organisasi atau perusahaan agar tetap survive. Ada berbagai berbagai cara untuk mewujudkannya, di mana salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. B. Rumusan masalah Bagaimana cara pengendalian kualitas proses statistik pada data variabel.

BAB I PENDAHULUAN. B. Rumusan masalah Bagaimana cara pengendalian kualitas proses statistik pada data variabel. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengendalian Kualitas Statistik (Statistical Quality Control) secara garis besar digolongkan menjadi dua, yakni pengendalian proses statistik (statistical process control)

Lebih terperinci

FUZZY LOGIC CONTROL 1. LOGIKA FUZZY

FUZZY LOGIC CONTROL 1. LOGIKA FUZZY 1. LOGIKA FUZZY Logika fuzzy adalah suatu cara tepat untuk memetakan suatu ruang input ke dalam suatu ruang output. Teknik ini menggunakan teori matematis himpunan fuzzy. Logika fuzzy berhubungan dengan

Lebih terperinci

Penggunaan Mamdani Fuzzy Expert System untuk Mengevaluasi Kinerja Dosen

Penggunaan Mamdani Fuzzy Expert System untuk Mengevaluasi Kinerja Dosen Penggunaan Mamdani Fuzzy Expert System untuk Mengevaluasi Kinerja Dosen Dwi Rolliawati Fakultas Ilmu Komputer, Sistem Komputer, Universitas Narotama dwi.roliawati@narotama.ac.id Abstrak Dosen sebagai pendidik

Lebih terperinci

Penerapan Metode Fuzzy Mamdani Pada Rem Otomatis Mobil Cerdas

Penerapan Metode Fuzzy Mamdani Pada Rem Otomatis Mobil Cerdas Penerapan Metode Fuzzy Mamdani Pada Rem Otomatis Mobil Cerdas Zulfikar Sembiring Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Medan Area zoelsembiring@gmail.com Abstrak Logika Fuzzy telah banyak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pasar nasional negara lain. Dalam menjaga konsistensinya perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pasar nasional negara lain. Dalam menjaga konsistensinya perusahaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kualitas Banyaknya perusahaan di era globalisasi memicu keberadaan produk lokal dan nasional tidak akan luput dari tuntutan persaingan, selain itu juga mempunyai peluang

Lebih terperinci

ARTIFICIAL INTELLIGENCE MENENTUKAN KUALITAS KEHAMILAN PADA WANITA PEKERJA

ARTIFICIAL INTELLIGENCE MENENTUKAN KUALITAS KEHAMILAN PADA WANITA PEKERJA ARTIFICIAL INTELLIGENCE MENENTUKAN KUALITAS KEHAMILAN PADA WANITA PEKERJA Rima Liana Gema, Devia Kartika, Mutiana Pratiwi Universitas Putra Indonesia YPTK Padang email: rimalianagema@upiyptk.ac.id ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penjurusan di SMA Sepanjang perkembangan Pendidikan formal di Indonesia teramati bahwa penjurusan di SMA telah dilaksanakan sejak awal kemerdekaan yaitu tahun 1945 sampai sekarang,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 3.1.1 Variabel Penelitian Variabel penelitian merupakan suatu atribut atau sifat yang mempunyai variasi tertentu yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Fuzzy Logika fuzzy adalah suatu cara yang tepat untuk memetakan suatu ruang input kedalam suatu ruang output. Titik awal dari konsep modern

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. papernya yang monumental Fuzzy Set (Nasution, 2012). Dengan

BAB II LANDASAN TEORI. papernya yang monumental Fuzzy Set (Nasution, 2012). Dengan BAB II LANDASAN TEORI 2.. Logika Fuzzy Fuzzy set pertama kali diperkenalkan oleh Prof. Lotfi Zadeh, 965 orang Iran yang menjadi guru besar di University of California at Berkeley dalam papernya yang monumental

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Logika Fuzzy Logika fuzzy merupakan suatu metode pengambilan keputusan berbasis aturan yang digunakan untuk memecahkan keabu-abuan masalah pada sistem yang sulit dimodelkan

Lebih terperinci

Statistical Process Control

Statistical Process Control Statistical Process Control Sachbudi Abbas Ras abbasras@yahoo.com Lembar 1 Flow Chart (dengan Stratifikasi): Grafik dari tahapan proses yang membedakan data berdasarkan sumbernya. Lembar Pengumpulan Data:

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 19 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Kualitas (Quality) Dalam konteks pembahasan tentang pengendalian proses statistikal, terminologi kualitas didefinisikan sebagai konsistensi peningkatan atau perbaikan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Logika Fuzzy Zadeh (1965) memperkenalkan konsep fuzzy sebagai sarana untuk menggambarkan sistem yang kompleks tanpa persyaratan untuk presisi. Dalam jurnalnya Hoseeinzadeh et

Lebih terperinci

STUDY TENTANG APLIKASI FUZZY LOGIC MAMDANI DALAM PENENTUAN PRESTASI BELAJAR SISWA (STUDY KASUS: SMP PEMBANGUNAN NASIONAL PAGAR MERBAU)

STUDY TENTANG APLIKASI FUZZY LOGIC MAMDANI DALAM PENENTUAN PRESTASI BELAJAR SISWA (STUDY KASUS: SMP PEMBANGUNAN NASIONAL PAGAR MERBAU) STUDY TENTANG APLIKASI FUZZY LOGIC MAMDANI DALAM PENENTUAN PRESTASI BELAJAR SISWA (STUDY KASUS: SMP PEMBANGUNAN NASIONAL PAGAR MERBAU) Desi Vinsensia Program Studi Teknik Informatika STMIK Pelita Nusantara

Lebih terperinci

PENENTUAN JUMLAH PRODUKSI DENGAN APLIKASI METODE FUZZY MAMDANI

PENENTUAN JUMLAH PRODUKSI DENGAN APLIKASI METODE FUZZY MAMDANI PENENTUAN JUMLAH PRODUKSI DENGAN APLIKASI METODE FUZZY MAMDANI Much. Djunaidi Jurusan Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. Ahmad Yani Tromol Pos 1 Pabelan Surakarta email: joned72@yahoo.com

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN JURUSAN DI SMU DENGAN LOGIKA FUZZY

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN JURUSAN DI SMU DENGAN LOGIKA FUZZY SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN JURUSAN DI SMU DENGAN LOGIKA FUZZY Hafsah, Heru Cahya Rustamaji, Yulia Inayati Jurusan Teknik Informatika UPN "Veteran" Yogyakarta Jl. Babarsari No 2 Tambakbayan Yogyakarta

Lebih terperinci

( ) ( ;,, ) Π(,, ) ( ;, ) ( ;, ) ( ) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu kota tujuan wisata yang cukup menarik minat para wisatawan baik

Lebih terperinci

SPK PENENTUAN TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN PADA RESTORAN XYZ

SPK PENENTUAN TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN PADA RESTORAN XYZ SPK PENENTUAN TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN PADA RESTORAN XYZ P.A Teknik Informatika Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta Kampus 3 UAD, Jl. Prof. Soepomo rochmahdyah@yahoo.com Abstrak Perkembangan teknologi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Persyaratan utama untuk mencapai kepuasan pelanggan (customer

BAB II LANDASAN TEORI. Persyaratan utama untuk mencapai kepuasan pelanggan (customer BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep SPC dan Pengendalian Kualitas Persyaratan utama untuk mencapai kepuasan pelanggan (customer satisfaction) dalam dunia industri manufaktur adalah kualitas dari produk maupun

Lebih terperinci

STRATEGI PERBAIKAN KUALITAS GULA BERDASARKAN KEMAMPUAN PROSES KONTROL

STRATEGI PERBAIKAN KUALITAS GULA BERDASARKAN KEMAMPUAN PROSES KONTROL STRATEGI PERBAIKAN KUALITAS GULA BERDASARKAN KEMAMPUAN PROSES KONTROL Mila Faila Sufa * 1, Dina Ariningsih 2 1,2 Jurusan Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl.A. Yani Tromol Pos 1 Kartasura

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 50 BAB III LANDASAN TEORI Pengertian Kualitas Kualitas sangat penting bagi sebuah produk, baik berupa produk barang maupun jasa. Hal-hal yang sangat penting bagi produsen berkaitan dengan produk adalah:

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang memproduksi kemeja pria dewasa dengan harga Rp. 41.000 Rp. 42.500 perkemeja.

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BAKERY BOX MENGGUNAKAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (STUDI KASUS PT. X)

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BAKERY BOX MENGGUNAKAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (STUDI KASUS PT. X) ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BAKERY BOX MENGGUNAKAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (STUDI KASUS PT. X) Rika Gracia *), Arfan Bakhtiar Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kualitas 2.1.1 Definisi Kualitas Sebagian orang berpendapat bahwa kualitas yang baik adalah barang yang lebih kuat, barang yang lebih awet, dan sebagainya, ataupun yang lebih umum

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT SEI Bogor pada Bulan September 2016 sampai dengan Bulan Desember 2016. PT SEI Bogor merupakan perusahaan yang bergerak

Lebih terperinci

Erwien Tjipta Wijaya, ST.,M.Kom

Erwien Tjipta Wijaya, ST.,M.Kom Erwien Tjipta Wijaya, ST.,M.Kom PENDAHULUAN Logika Fuzzy pertama kali dikenalkan oleh Prof. Lotfi A. Zadeh tahun 1965 Dasar Logika Fuzzy adalah teori himpunan fuzzy. Teori himpunan fuzzy adalah peranan

Lebih terperinci

BAB 2 2. LANDASAN TEORI

BAB 2 2. LANDASAN TEORI BAB 2 2. LANDASAN TEORI Bab ini akan menjelaskan mengenai logika fuzzy yang digunakan, himpunan fuzzy, penalaran fuzzy dengan metode Sugeno, dan stereo vision. 2.1 Logika Fuzzy Logika fuzzy adalah suatu

Lebih terperinci

FUZZY MULTI-CRITERIA DECISION MAKING

FUZZY MULTI-CRITERIA DECISION MAKING Media Informatika, Vol. 3 No. 1, Juni 2005, 25-38 ISSN: 0854-4743 FUZZY MULTI-CRITERIA DECISION MAKING Sri Kusumadewi, Idham Guswaludin Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri, Universitas

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sejarah & Pengertian Kualitas Pada tahun 1924, W.A. Shewart dari Bell Telephone Laboratories mengembangkan diagram atau grafik statistik untuk mengendalikan variabel-variabel

Lebih terperinci

PENENTUAN JUMLAH PRODUKSI TELEVISI MERK X MENGGUNAKAN METODE FUZZY MAMDANI

PENENTUAN JUMLAH PRODUKSI TELEVISI MERK X MENGGUNAKAN METODE FUZZY MAMDANI PENENTUAN JUMLAH PRODUKSI TELEVISI MERK X MENGGUNAKAN METODE FUZZY MAMDANI Ahmad Mufid Program Studi Sistem Komputer Fakultas Teknik Universitas Sultan Fatah (UNISFAT) Jl. Sultan Fatah No. 83 Demak Telpon

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pengertian Kualitas Kualitas merupakan suatu istilah relatif dan tergantung pada situasi. Kualitas pun tidak hanya tercipta dalam bentuk suatu produk tapi bisa juga dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengendalian Kualitas 2.1.1 Defenisi Pengendalian Kualitas Kualitas dalam suatu perusahan industri sangatlah penting apalagi semakin banyaknya industri-industri baru yang tumbuh

Lebih terperinci

STATISTICAL PROCESS CONTROL

STATISTICAL PROCESS CONTROL STATISTICAL PROCESS CONTROL Sejarah Statistical Process Control Sebelum tahun 1900-an, industri AS umumnya memiliki karakteristik dengan banyaknya toko kecil menghasilkan produk-produk sederhana, seperti

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Operasi Dalam mengelolah suatu perusahaan atau organisasi dibutuhkan sistem manajemen agar tujuan dari perusahaan atau organisasi dapat tercapai. Manajemen

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Pengendalian Kualitas 3.1.1 Definisi Kualitas Tinggi rendahnya kualitas suatu produk yang dihasilkan oleh suatu perusahaan, berhubungan langsung dengan kepuasan dan kepercayaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Pendukung Keputusan Sistem Pendukung Keputusan dapat diartikan sebagai sebuah sistem yang dimaksudkan untuk mendukung para pengambil keputusan dalam situasi tertentu. Sistem

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGAKUAN... ii. SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN...

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGAKUAN... ii. SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGAKUAN... ii SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi HALAMAN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kualitas Kualitas barang dan jasa yang dihasilkan merupakan faktor utama yang menentukan kinerja suatu perusahaan. Produk dan jasa yang berkualitas adalah produk dan jasa yang

Lebih terperinci

SISTEM INFERENSI FUZZY MAMDANI BERBASIS WEB

SISTEM INFERENSI FUZZY MAMDANI BERBASIS WEB JURNAL MATRIX VOL. 3, NO. 1, MARET 2013 39 SISTEM INFERENSI FUZZY MAMDANI BERBASIS WEB I Ketut Suwintana Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Bali Kampus Bukit Jimbaran Bali Telp. +62 361 701981 Abstrak:.Logika

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMAAN BEASISWA BIDIK MISI DI POLITEKNIK NEGERI JEMBER MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMAAN BEASISWA BIDIK MISI DI POLITEKNIK NEGERI JEMBER MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMAAN BEASISWA BIDIK MISI DI POLITEKNIK NEGERI JEMBER MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY oleh: 1 I Putu Dody Lesmana, 2 Arfian Siswo Bintoro 1,2 Jurusan Teknologi Informasi, Politeknik

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN BERDASARKAN TINGKAT PELAYANAN DAN HARGA KAMAR MENGGUNAKAN APLIKASI FUZZY DENGAN MATLAB 3.5.

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN BERDASARKAN TINGKAT PELAYANAN DAN HARGA KAMAR MENGGUNAKAN APLIKASI FUZZY DENGAN MATLAB 3.5. ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN BERDASARKAN TINGKAT PELAYANAN DAN HARGA KAMAR MENGGUNAKAN APLIKASI FUZZY DENGAN MATLAB 3.5. Indah Pratiwi Jurusan Teknik Industri, Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 55 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Diagram Alir Penelitian Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian 56 3.2 Langkah-langkah Penelitian Dalam melakukan penelitian, terdapat beberapa kegiatan untuk dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. statistik, secara singkat akan diuraikan asal mula perangkat-perangkat tersebut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. statistik, secara singkat akan diuraikan asal mula perangkat-perangkat tersebut. 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Pengendalian Mutu Sebelum meninjau beberapa perangkat dasar pengendalian mutu secara statistik, secara singkat akan diuraikan asal mula perangkat-perangkat tersebut.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Kaizen Kaizen merupakan istilah bahasa Jepang terhadap konsep continuous incremental improvement. Kai berarti perubahan dan Zen berarti baik. Menurut Tjiptono dan Diana

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2014 ISSN

Seminar Nasional IENACO 2014 ISSN Seminar Nasional IENACO 204 ISSN 2337-4349 PENGENDALIAN KUALITAS PADA MESIN INJEKSI PLASTIK DENGAN METODE PETA KENDALI PETA P DI DIVISI TOSSA WORKSHOP Much. Djunaidi *, Rachmad Adi Nugroho 2,2 Jurusan

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi penelitian merupakan bagian penting dalam sebuah penelitian. Dengan metodologi penelitian, dapat dijelaskan tahapan-tahapan yang akan dilakukan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE FUZZY MAMDANI

BAB III METODE FUZZY MAMDANI 29 BAB III METODE FUZZY MAMDANI Fuzzy Inference System merupakan sebuah kerangka kerja perhitungan berdasarkan konsep teori himpunan fuzzy dan pemikiran fuzzy yang digunakan dalam penarikan kesimpulan

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM FUZZY DENGAN MENGGUNAKAN MATLAB

PEMODELAN SISTEM FUZZY DENGAN MENGGUNAKAN MATLAB PEMODELAN SISTEM FUZZY DENGAN MENGGUNAKAN MATLAB Afan Galih Salman Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Bina Nusantara University Jln. K.H. Syahdan No 9, Palmerah, Jakarta Barat 11480 asalman@binus.edu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian ini adalah proses produksi di PT. XY, sedangkan objek penelitian ini adalah perbaikan dan meminimalisir masalah pada proses produksi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 23 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi mengenai Kualitas Saat kata kualitas digunakan, kita mengartikannya sebagai suatu produk atau jasa yang baik yang dapat memenuhi keinginan kita. Menurut ANSI/ASQC Standard

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Pengendalian Pengendalian merupakan suatu proses dalam mengarahkan sekumpulan variabel untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Dasar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. suatu produk atau jasa yang ditentukan oleh pemakai atau customer dan diperoleh

BAB II LANDASAN TEORI. suatu produk atau jasa yang ditentukan oleh pemakai atau customer dan diperoleh 1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Kualitas Secara umum dapat dikatakan bahwa kualitas atau mutu adalah karakteristik dari suatu produk atau jasa yang ditentukan oleh pemakai atau customer dan diperoleh

Lebih terperinci

LOGIKA FUZZY MENGGUNAKAN MATLAB

LOGIKA FUZZY MENGGUNAKAN MATLAB LOGIKA FUZZY MENGGUNAKAN MATLAB T.SUTOJO,Ssi,M.Kom 5.10 Fuzzy Logic Toolbox Matlab menyediakan fungsi-fungsi khusus untuk perhitungan logika Fuzzy dimulai dari perhitungan fungsi keanggotaan sampai dengan

Lebih terperinci

JOBSHEET SISTEM CERDAS REASONING 2. Fuzzifikasi

JOBSHEET SISTEM CERDAS REASONING 2. Fuzzifikasi JOBSHEET SISTEM CERDAS REASONING 2 Fuzzifikasi S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG 2016 PRAKTIKUM SISTEM CERDAS - REASONING JOBSHEET 2 - FUZZIFIKASI

Lebih terperinci

Pengendalian Kualitas Statistik. Lely Riawati

Pengendalian Kualitas Statistik. Lely Riawati 1 Pengendalian Kualitas Statistik Lely Riawati 2 SQC DAN SPC SPC dan SQC bagian penting dari TQM (Total Quality Management) Ada beberapa pendapat : SPC merupakan bagian dari SQC Mayelett (1994) cakupan

Lebih terperinci

Kata kunci: Sistem pendukung keputusan metode Sugeno, tingkat kepribadian siswa

Kata kunci: Sistem pendukung keputusan metode Sugeno, tingkat kepribadian siswa SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN METODE SUGENO DALAM MENENTUKAN TINGKAT KEPRIBADIAN SISWA BERDASARKAN PENDIDIKAN (STUDI KASUS DI MI MIFTAHUL ULUM GONDANGLEGI MALANG) Wildan Hakim, 2 Turmudi, 3 Wahyu H. Irawan

Lebih terperinci

LOGIKA FUZZY PADA PROSES PELET PAKAN IKAN

LOGIKA FUZZY PADA PROSES PELET PAKAN IKAN LOGIKA FUZZY PADA PROSES PELET PAKAN IKAN Agung Saputra 1), Wisnu Broto 2), Ainil Syafitri 3) Prodi Elektro Fakultas Teknik Univ. Pancasila, Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta, 12640 Email: 1) agungsap2002@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tingkat kesehatan bank dapat diketahui dengan melihat peringkat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tingkat kesehatan bank dapat diketahui dengan melihat peringkat BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Tingkat Kesehatan Bank Tingkat kesehatan bank dapat diketahui dengan melihat peringkat komposit bank tersebut. Menurut peraturan Bank Indonesia No. 13/1/PBI/2011

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang Masalah

1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu aplikasi sistem cerdas yang paling sukses dan masih berkembang saat ini yaitu peramalan beban listrik. Peramalan beban listrik adalah suatu ilmu

Lebih terperinci