KATA PENGANTAR. Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan. rahmat dan hidayah-nya, sehingga pemerintah Kabupaten Soppeng

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KATA PENGANTAR. Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan. rahmat dan hidayah-nya, sehingga pemerintah Kabupaten Soppeng"

Transkripsi

1 KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-nya, sehingga pemerintah Kabupaten Soppeng dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Penyusunan laporan ini berpedoman pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Secara substantif Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Soppeng merupakan sarana pelaporan kinerja dalam rangka mengimplementasikan sistem pemerintahan, pelaksanaan kebijakan, serta pencapaian sasaran dalam mewujudkan tujuan, misi dan visi Pemerintah Kabupaten Soppeng. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 merupakan media pertanggungjawaban kinerja didasarkan pada Penetapan Kinerja 2015 dan Peraturan Bupati Soppeng Nomor 36/PERBUP/XII/2012 tentang Indikator Kinerja Utama RPJMD Tahun Kata Pengantar i

2 sebagaimana ditetapkan dalam Rencana pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Soppeng Tahun , hal ini sebagai perwujudan penyelenggaraan pemerintahan yang transparan dan akuntabel, serta menciptakan Clean Goverment dan Good Governance. Hasil pencapaian kinerja penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan Kabupaten Soppeng tidak terlepas dari kerjasama dan kerja keras semua pihak yakni masyarakat, swasta dan aparat pemerintah daerah baik dalam perumusan kebijakan, implementasi maupun pengawasannya. Akhir kata, semoga Laporan Kinerja ini bermanfaat dan dapat digunakan sebagai bahan tambahan masukan bagi pengelolaan dan penataan serta peningkatan kinerja dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan prima terhadap masyarakat. Watansoppeng, 30 Maret 2016 BUPATI SOPPENG H.A.KASWADI RAZAK, SE Kata Pengantar ii

3 IKHTISAR EKSEKUTIF Dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, pemerintah Kabupaten Soppeng berupaya menyelenggarakan pemerintahan dengan berprinsip pada tata kelola kepemerintahan yang baik dan berorientasi kepada hasil (resul oriented government) sesuai dengan kewenangannya. Manajemen pemerintahan memiliki aspek penting yang perlu diimplementasikan yaitu akuntabilitas kinerja. Akuntabilitas kinerja setidaknya harus memuat visi, misi, tujuan dan sasaran yang memiliki arah dan tolak ukur yang jelas atas rumusan perencanaan strategis organisasi sehingga gambaran hasil yang ingin dicapai dalam bentuk sasaran dapat terukur, dapat diuji dan diandalkan. Tahun 2015 merupakan tahun kelima dalam upaya pencapaian tujuan dan sasaran RPJMD , secara umum pencapaian sasaran indikator-indikator sasaran menunjukkan keberhasilan untuk mewujudkan misi dan tujuan sebagaimana yang tertuang dalam Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 3 Tahun 2011 tentang RPJMD Kabupaten Soppeng dan Peraturan Bupati Soppeng Nomor 36/PERBUP/XII/2012 tentang Indikator Kinerja RPJMD Tahun Hasil pengukuran menunjukkan bahwa secara umum Pemerintah Kabupaten Soppeng telah berhasil mencapai sasaran sebagaimana yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil pengukuran kinerja terhadap 318 indikator sasaran, disimpulkan bahwa : Pertama, Sasaran 1 Meningkatnya Pendapatan Perkapita Masyarakat terdiri atas 50 Indikator dengan rata-rata capaian sebesar 118,84% termasuk dalam kategori sangat baik. Kedua, Sasaran 2 Menurunnya Angka Penduduk Miskin terdiri atas 29 Indikator dengan rata-rata capaian sebesar % termasuk kategori sangat baik. Ikhtisar Eksekutif iii

4 Ketiga, Sasaran ketiga Terpenuhinya hak-hak dasar masyarakat terdiri atas 4 Indikator dengan rata-rata capaian sebesar % termasuk kategori sangat baik. Keempat, Sasaran keempat Membaiknya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terdiri atas 141 Indikator dengan rata-rata capaian sebesar 89.18% dengan kategori sangat baik. Kelima, Sasaran Kelima Membaiknya Sarana dan Prasarana Wilayah terdiri atas 17 Indikator dengan rata-rata capaian sebesar % dengan kategori sangat baik. Keenam, Sasaran keenam Meningkatnya Investasi Swasta terdiri atas 2 Indikator dengan rata-rata capaian sebesar % dengan kategori sangat baik. Ketujuh, Sasaran Ketujuh Membaiknya Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup terdiri atas 17 Indikator dengan rata-rata capaian sebesar % dengan kategori sangat baik. Kedelapan, Sasaran kedelapan Terselenggaranya Pemerintahan Daerah dan Pelayanan Publik yang lebih baik terdiri atas 37 Indikator dengan rata-rata capaian sebesar % dengan kategori sangat baik. Kesembilan, Sasaran kesembilan Meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan daerah dan aset daerah terdiri atas 2 Indikator dengan rata-rata capaian sebesar 100% dengan kategori sangat baik. Kesepuluh, Sasaran kesepuluh Membaiknya kehidupan sosial dan meningkatnya aktivitas keagamaan terdiri atas 19 Indikator dengan rata-rata capaian sebesar % dengan kategori sangat baik. Untuk meningkatkan capaian kinerja di masa mendatang Pemerintah Kabupaten Soppeng telah menetapkan beberapa strategi, antara lain dengan meningkatkan kualitas perencanaan dengan memperhatikan sumber daya yang ada dan koordinasi dengan pihakpihak terkait; mendorong upaya peningkatan profesionalisme aparatur pemerintah daerah dan memperkuat fungsi pengawasan Ikhtisar Eksekutif iv

5 internal; dan mengembangkan sistem informasi pengumpulan data kinerja dalam rangka penyempurnaan penetapan indikator kinerja. Laporan Kinerja ini diharapkan dapat memberikan motivasi terhadap penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan yang lebih berdaya guna dan berhasil guna, bersih dan bertanggungjawab dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih (clean government) menuju pemerintahan yang baik (good governance). Watansoppeng, 30 Maret 2016 BUPATI SOPPENG H. A. KASWADI RAZAK, SE Ikhtisar Eksekutif v

6 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR. i RINGKASAN EKSEKUTIF. iii DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GRAFIK... x DAFTAR LAMPIRAN... vi BAB I PENDAHULUAN I Latar Belakang... I Satuan Kerja Perangkat Daerah Kab.Soppeng... I Sumber Daya Aparatur Pemerintah Kab. Soppeng. I Sarana dan Prasarana. I Aspek Demografi Kabupaten Soppeng Pertumbuhan Ekonomi/PDRB PDRB Per Kapita Kemiskinan Kesejahteraan Sosial Potensi Wilayah B. Permasalahan dan Isu Strategis.. I-5 I-7 I BAB II PERENCANAAN KINERJA II Perencanaan Kinerja Tahun II-1 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA III-1 A. Capaian Kinerja Organisasi..... III-1 B. Realisasi Anggaran... III-170 C. Saran da Perbaikan Kedepan... III-174 BAB IV PENUTUP... IV-1 LAMPIRAN : Lampiran I Penetapan Kinerja Lampiran II Pengukuran Kinerja Lampiran III Laporan Hasil Reviu Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Kab.Soppeng Tahun 2015 Daftar isi vi

7 DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Tabel 1.2 Tabel 1.3 Tabel 1.4 Tabel 1.5 Tabel 1.6 Tabel 2.1 Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 3.3 Tabel 3.4 Tabel 3.5 Tabel 3.6 Tabel 3.7 Tabel 3.8 Tabel 3.9 Neraca Kabupaten Soppeng per 31 Desember Rata rata Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kab. Soppeng Tahun Jumlah penduduk menurut kelompok umur di Kab.Soppeng Tahun Distribusi PDRB atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Soppeng Tahun (dalam persen).. PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan 2010 Kabupaten Soppeng Angka Kemiskinan, Jumlah Penduduk Miskin Dan Kinerja Penurunan Kemiskinan Nasional, Sul-Sel dan Kab. Soppeng Tahun Perencanaan Kinerja Kabupaten Soppeng Tahun Kerangka Pengukuran Kinerja Evaluasi Pencapaian Sasaran dan Pengukuran Kinerja Evaluasi Pencapaian Sasaran 1 : Meningkatnya Pendapatan Perkapita Masyarakat... Pencapaian Sasaran 2 : Menurunnya Angka Penduduk Miskin Capaian Kinerja untuk jumlah anak perkeluarga Tahun Capaian Kinerja untuk Indikator Cakupan PUS yang Isterinya dibawah 20 tahun pada Tahun Capaian Kinerja untuk Ratio Akseptor KB Selama Tahun Capaian Kinerja untuk Indikator Cakupan Anggota BKB yang Ber-KB Tahun Capaian Kinerja Indikator Cakupan Anggota UPPKS yang Hal. I-5 I-7 I-8 I-12 I-13 I-15 II-2 III-1 III-2 III-3 III-30 III-32 III-33 III-34 III-38 Daftar isi vii

8 Tabel 3.10 Tabel 3.11 Tabel 3.12 Tabel 3.13 Tabel 3.14 Tabel 3.15 Tabel 3.16 Tabel 3.17 Tabel 3.18 Tabel 3.19 Tabel 3.20 Tabel 3.21 Tabel 3.22 Tabel 3.23 Tabel 3.24 Tabel 3.25 Tabel 3.26 Laporan Kinerja Instansi Pemerintah ber-kb Tahun Capaian Kinerja untuk Ratio PLKB Tahun Capaian Kinerja untuk Indikator Ratio PLKB Tahun Capaian Kinerja Persentase Penduduk Miskin Tahun Capaian Kinerja untuk Indikator Rata-rata jumlah Kelompok binaan lembaga pemberdayaan masyarakat (LPM) Tahun Capaian Kinerja untuk Indikator Rata-rata jumlah kelompok binaan PKK Tahun Capaian Kinerja untuk Indikator LPM Berprestasi Tahun Capaian Kinerja untuk Indikator Swadaya Masyarakat terhadap Program Pemberdayaan Masyarakat Tahun Jumlah Ketersediaan dan Rata-Rata Ketersediaan Pangan Utama Penduduk di Kabupaten Soppeng Tahun 2013 dan Tahun 2015 Perbandingan Ketersediaan Kalori dan Protein Tahun perkapita/hari... Perbandingan Skor PPH Tahun Evaluasi Pencapaian Sasaran 3Terpenuhinya Hak-Hak Dasar Masyarakat Evaluasi Pencapaian Sasaran 4 Membaiknya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Evaluasi Pencapaian Sasaran 5 Membaiknya Sarana dan Prasarana Wilayah Panjang Jaringan Jalan Berdasarkan Kondisi TAHUN Kab.Soppeng Evaluasi Pencapaian Sasaran 6 Meningkatnya Investasi Swasta Jumlah perizinan yang diterbitkan Dari Kantor Kantor Pelayanan Terpadu (KPT) Kabupaten Soppeng.. Evaluasi Pencapaian Sasaran 7 Membaiknya Pengelolaan III-41 III-42 III-43 III-44 III-50 III-50 III-51 III-52 III-54 III-55 III-61 III-64 III-71 III-121 III-122 III-134 III-135 Daftar isi viii

9 Tabel 3.27 Tabel 3.28 Tabel 3.29 Tabel 3.30 Tabel 3.31 Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Evaluasi Pencapaian Sasaran 8 Terselenggaranya Pemerintahan Daerah dan Pelayanan Publik yang Lebih Baik Evaluasi Pencapaian Sasaran 9 Meningkatnya Kualitas Pengelolaan Keuangan Daerah dan Aset Daerah Evaluasi Pencapaian Sasaran 10 Membaiknya Kehidupan Sosial dan Meningkatnya Aktivitas Keagamaan Realisasi Capaian Keuangan Kabupaten Soppeng Tahun Rekapitulasi Anggaran dan Belanja SKPD... III-137 III-147 III-159 III-161 III-166 III-168 Daftar isi ix

10 DAFTAR GRAFIK Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Grafik I.1 Grafik 1.2 Grafik 1.3 Grafik 1.4 Grafik I.5 Grafik I.6 Grafik 3.1 Grafik 3.2 Grafik 3.3 Grafik 3.4 Grafik 3.5 Grafik 3.6 Grafik 3.7 Grafik 3.8 Grafik 3.9 Grafik3.10 Grafik 3.11 Grafik 3.12 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Soppeng Tahun Pola Struktur Ekonomi Kabupaten Soppeng Tahun Garis Kemiskinan (Rp) Tahun Kab. Soppeng Tingkat Pengangguran Terbuka (%) Tahun Ka.Soppeng. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Tahun Kab.Soppeng Indeks Pembangunan Manusia Kab.Soppeng, Sulawesi dan Nasional Tahun Produktivitas Padi atau Bahan Pangan Utama Lokal Lainnya Tahun Peningkatan Populasi Ternak sapi, Ternak Kambing, Ternak Unggas & Produksi Daging Tahun Produksi Ikan pada Tahun Konsumsi Ikan di Kab.Soppeng Tahun Cakupan Bina Kelompok Nelayan pada tahun Jumlah Kunjungan Wisata Tahun Cakupan Peserta KB Aktif Tahun Persentase Keluarga Pra Sejahtera Dan KS I Tahun Pencapaian Sasaran Kinerja Meningkatnya partisipasi perempuan di lembaga pemerintah dan swasta, serta partisipasi angkatan kerja perempuan... Rasio KDRT Tahun Persentase Ketersediaan Kalori dan Energi Perkapita/hari... Tahun 2011 s/d Tahun 2015 Perbandingan Tingkat Ketersediaan Pasokan Harga dan Akses Pangan Tahun 2011 s/d Tahun Hal. I-9 I-11 I-15 I-17 I-18 I-19 III-7 III-12 III-15 III-16 III-17 III-25 III-36 III-38 III-47 III-48 III-55 III-57 Daftar isi x

11 Grafik 3.13 Grafik 3.14 Grafik 3.15 Grafik 3.16 Grafik 3.17 Grafik 3.18 Grafik 3.19 Grafik 3.20 Grafik 3.21 Grafik 3.22 Grafik 3.23 Grafik 3.24 Grafik 3.25 Grafik 3.26 Grafik 3.27 Grafik 3.28 Grafik 3.29 Grafik 3.30 Grafik 3.31 Grafik 3.32 Grafik 3.33 Grafik 3.34 Grafik 3.35 Grafik 3.36 Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Stabilitas Harga dan Pasokan Pangan Tahun 2011 s/d Tahun Perbandingan Tingkat Pencapaian Skor Pola Pangan Harapan Tahun.2011 s/d Tahun Perbandingan Tingkat Pengawasan dan Pembinaan Keamanan Pangan Tahun 2011 s/d Tahun Persentase Rumah Tangga Bersanitasi... Persentase Rumah Tangga Pengguna Air Bersih.. Rumah Layak Huni Tahun Capaian Angka Partisipasi Kasar Paud Tahun Angka Partisipasi Murni TAHUN Perkembangan Angka Partisipasi Murni SMP/Mts Paket B Kab. Soppeng Tahun Capaian Angka Partisipasi Kasar SMP/MTS Tahun Angka Putus Sekolah SD/MI Angka Putus Sekolah SMP/MTs Angka Kelulusan SD/MI,SMP/MTs dan SMA/SMK/MA Angka Melanjutkan SD/MI KE SMP/MTs Angka Melanjutkan SMP/MTs/Paket B ke SMA/SMK/MA Tahun Angka Partisipasi Murni (APM) SMA/SMK/MA Tahun CAPAIAN ANGKA PARTISIPASI KASAR SMA/SMK/MA TAHUN Capaian Angka Melek Huruf Tahun Angka Putus Sekolah Menengah Tahun Guru yang memenuhi Kualifikasi S1/DIV. Rasio Ketersediaan Sekolah Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 Tahun Kab.Soppeng. Cakupan Ibu Hamil dengan Komplikasi yang ditangani Tahun Kab.Soppeng.. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan III-60 III-62 III-63 III-65 III-68 III-70 III-77 III-78 III-79 III-79 III-80 III-81 III-82 III-83 III-84 III-85 III-86 III-88 III-89 III-90 III-91 III-92 III-94 Daftar isi xi

12 Grafik 3.37 Grafik 3.38 Grafik 3.39 Grafik 3.40 Grafik 3.41 Grafik 3.42 Grafik 3.43 Grafik 3.44 Grafik 3.45 Grafik 3.46 Grafik 3.47 Grafik 3.48 Grafik 3.49 Grafik 3.50 Grafik 3.51 Grafik 3.52 Grafik 3.53 Grafik 3.54 Grafik 3.55 Grafik 3.56 Grafik 3.57 Grafik 3.58 Grafik 3.59 Grafik 3.60 yang memiliki kompetensi kebidanan Tahun Kab.Soppeng... Cakupan Pelayanan Ibu Nifas Tahun Kab.Soppeng. Cakupan Neonatal dengan Komplikasi yang ditangani Tahun Kab.Soppeng Cakupan Peserta KB Aktif Tahun Kab.Soppeng... Cakupan Kunjungan Bayi Tahun Cakupan pelayanan anak balita Tahun Kab.Soppeng Cakupan pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin Tahun Cakupan Desa Siaga Aktif Tahun Perkembangan IPM Kab.Soppeng Tahun Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik Proporsi Panjang jalan kabupaten dlm kondisi baik Persentase Panjang Jalan Kabupaten yang Memiliki Trotoar dan Drainase. Sempadan Jalan yang dipakai Bangunan Liar Persentase Drainase dalam Kondisi Baik.. Pembangunan Turap di Wilayah Jalan Penghubung. Persentase Luas Irigasi dalam kondisi baik dari tahun Persentase Capaian Angkutan Darat Tahun Persentase Penangan Sampah Tahun Cakupan pengawasan terhadap pelaksanaan amdal tahun Tempat pembuangan sampah (TPS) per satuan penduduk Tahun Rehabilitasi Hutan dan Lahan Kritis Tahun Kerusakan kawasan hutan Tahun Kontribusi sektor kehutanan terhadap PDRB Tahun Rasio RTH per satuan luas HPL/HGB Tahun Persentase Bangunan ber IMB per satuan bangunan Tahun III-96 III-98 III-100 III-101 III-102 III-105 III-111 III-113 III-118 III-121 III-121 III-122 III-123 III-124 III-125 III-129 III-129 III-136 III-137 III-138 III-140 III-141 III-141 III-142 Daftar isi xii

13 Grafik 3.61 Grafik 3.62 Grafik 3.63 Grafik 3.64 Grafik Indikator Kepemilikan KTP Tahun Dana Perimbangan Tahun Realisasi PAD terhadap Realisasi Total Pendapatan Tahun Realisasi Belanja Terhadap Anggaran Belanja Kab.Soppeng Tahun Realisasi PAD Terhadap Potensi PAD Kab.Soppeng Tahun III-143 III-147 III-151 III-153 III-154 III-155 Daftar isi xiii

14 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Terselenggaranya Tata Pemerintahan yang baik (good governance) merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dalam mencapai tujuan serta citacita berbangsa dan bernegara. Dalam rangka itu, diperlukan pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas, dan nyata sehingga penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dapat berlangsung secara berdaya guna, berhasil guna, bersih dan bertanggung jawab serta bebas dari KKN. Dalam rangka perwujudan pertanggung jawaban Pemerintah Kabupaten Soppeng menuju good governance dan clean government itulah maka jajaran Pemerintah Kabupaten Soppeng berusaha menyajikan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah untuk kegiatan tahun Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Soppeng ini disusun didasarkan atas Peraturan Menteri Negara Aparatur Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Laporan Kinerja tahunan Pemerintah Kabupaten Soppeng Tahun 2015 ini disusun dalam empat bab masing-masing Bab I merupakan Pendahuluan, Bab II berisi Perencanaan Kinerja, Bab III berisi Capaian Kinerja dan Bab IV adalah Penutup. Materi yang disajikan pada laporan ini didasarkan atas dokumen RPJMD Kabupaten Soppeng Tahun Dokumen Laporan Kinerja Tahun 2015 dan pengukuran kinerjanya didasarkan atas data dan kenyataan dari berbagai program serta sektor/sub BAB I Pendahuluan I-1

15 sektor yang dihasilkan oleh instansi pemerintah di lingkungan Pemerintah Kabupaten Soppeng selama tahun Dalam kondisi umum Kabupaten Soppeng ini akan diuraikan mengenai kondisi Pemerintah Kabupaten Soppeng sebagai penyelenggara Pemerintah. 1.1 Satuan Kerja Perangkat Daerah Kab.Soppeng Organisasi perangkat daerah sebagai wadah penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, dan pembinaan kemasyarakatan haruslah kokoh. Struktur organisasi Pemerintah Kabupaten Soppeng mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah. Untuk menjalankan tugas pokok dan fungsi kepemerintahan, Pemerintah Kabupaten Soppeng telah menetapkan Susunan Organisasi dan Tata Kerja (SOTK) instansi pemerintah, dilingkungan Pemerintah Kabupaten Soppeng dengan Peraturan Daerah (Perda) yaitu; Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 02 Tahun 2008, tentang Penataan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD dan Staf Ahli Pemerintah Kabupaten Soppeng. Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 03 Tahun 2008, tentang Pembentukan dan Penataan Organisasi dan Tata Kerja Dinas daerah Pemerintah Kabupaten Soppeng Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 04 Tahun tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis daerah Pemerintah Kabupaten Soppeng Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 05 Tahun 2008, tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Kecamatan dan Kelurahan Pemerintah Kabupaten Soppeng. BAB I Pendahuluan I-2

16 Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 05 Tahun 2013, tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah Pemerintah Kabupaten Soppeng Adapun SKPD yang dimaksud dalam Perda diatas adalah sebagai berikut : Sekretaris Daerah 1. Sekretaris Daerah 2. Sekretaris DPRD Dinas-Dinas 1. Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga, 2. Dinas Kesehatan, 3. Dinas Pekerjaan Umum, 4. Dinas Pengelolaan Sumberdaya Air, Pertambangan dan Energi, 5. Dinas Kebersihan dan Pertamanan, 6. Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika, 7. Dinas Kependudukan, Catatan Sipil, Tenaga Kerja dan Transmigrasi, 8. Dinas Sosial, 9. Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan, 10. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, 11. Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, 12. Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura, 13. Dinas Peternakan dan Pertanian, 14. Dinas Kehutanan dan Perkebunan Lembaga Teknis Daerah 1. Inspektorat Daerah 2. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) 3. Badan Kepegawaian Daerah (BKD), BAB I Pendahuluan I-3

17 4. Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana 5. Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat 6. Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian dan Ketahanan Pangan, 7. Badan pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa 8. Badan Penanggulangan Bencana Daerah, 9. Kantor Lingkungan Hidup 10. Kantor Satuan Polisi Pamong Praja 11. Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah 12. Kantor Layanan Terpadu 13. Rumah Sakit Umum Daerah 8 Kecamatan dan 22 Kelurahan Dengan komposisi perangkat daerah diatas diharapkan dapat mendukung dan melaksanakan serta mensukseskan visi dan misi Pemerintah Kabupaten Soppeng. 1.2 Sumber Daya Aparatur Pemerintah Kabupaten Soppeng Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, Pemerintah Kabupaten Soppeng didukung oleh sumber daya aparatur yang cukup memadai. Berdasarkan Data Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Soppeng, Tahun 2015 jumlah aparatur negara (Pegawai Negeri Sipil) yang ada di lingkungan Pemerintah Kabupaten Soppeng sebanyak orang yang terdiri dari PNS Laki-Laki dan PNS Perempuan yang tersebar pada berbagai unit kerja. Dari sebanyak PNS meliputi: PNS golongan I sebanyak 52 orang, PNS Golongan II sebanyak 930 orang, PNS golongan III sebanyak orang, dan PNS Golongan IV sebanyak orang. Sedangkan pejabat struktural mulai dari eselon tertinggi BAB I Pendahuluan I-4

18 yaitu Eselon IIa sebanyak 1 orang, Eselon IIb sebanyak 27 orang, Eselon IIIa sebanyak 51 orang dan Eselon eselon IIIb sebanyak 87 orang, Eselon IVa sebanyak 431 orang dan Eselon IVb sebanyak 165 orang dan Jumlah pejabat fungsional di Kabupaten Soppeng pada bulan Desember 2015 adalah sebanyak 4041 orang. 1.3 Sarana dan Prasarana Dalam rangka pelaksanaan tugas pokok dan fungsi pemerintahan, maka sarana dan prasarana sangat diperlukan guna keberhasilan program-program yang telah ditentukan bersama antara eksekutif dan legislative. Berdasarkan hasil rekapitulasi barang ke neraca per 31 Desember Neraca Kekayaan Daerah dengan rincian sebagai berikit : Tabel 1.1 Neraca Kabupaten Soppeng per 31 Desember 2015 Nama Barang Nilai (Rp.) Aset Tetap 1,230,918,820, Tanah 250,439,493, Peralatan Mesin 223,465,187, Gedung Bangunan 572,707,290, Jalan, Irigasi dan Jaringan 700,842,468, Aset Tetap Lainnya 14,380,670, Konstruksi Dalam Pekerjaan 55,318,266, Aset Lainnya 21,064,473, Sumber Data :DPPKAD Kab.Soppeng Saldo Aset per 31 Desember 2015 berdasarkan Laporan Keuangan Kabupaten Soppeng 2015 pra Audit BPK RI adalah Rp ,38 BAB I Pendahuluan I-5

19 1.4 ASPEK DEMOGRAFIS KABUPATEN SOPPENG Berdasarkan data KTP-El dinas Kependudukan, Catatan Sipil, Tenaga Kerja dan Transmigrasi, jumlah penduduk Kabupaten Soppeng dalam lima tahun terakhir mengalami peningkatan. Jumlah penduduk pada tahun 2015 sebesar jiwa terdiri dari jiwa penduduk laki-laki dan jiwa penduduk perempuan atau 48,43% penduduk lakilaki dan 51,57% penduduk perempuan.kondisi ini, memerlukan kebijakan pembangunan yang mengarah pada pemberdayaan perempuan. Sedangkan penyebaran penduduk Kabupaten Soppeng tahun 2015 di dominasi di Kecamatan Marioriwao sebanyak 21,09 % yang merupakan kecamatan dengan jumlah desa dan kelurahan terbanyak. Sebaran terbanyak kedua sebesar 19,97 % berada di Kecamatan Lalabata yang merupakan ibu kota Kabupaten atau pusat pemerintahan. Sedangkan distribusi penduduk yang paling rendah di Kecamatan Citta sebesar 3,5 %. Dengan luas wilayah sebesar Km², kepadatan penduduk Kabupaten Soppeng pada tahun 2015 sebesar 168 jiwa/km². Kecamatan Liliriaja merupakan kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi sebesar 309 jiwa/km², sementara kepadatan terendah berada di Kecamatan Marioriawa dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 94 jiwa/km². Rata-rata kepadatan Penduduk Kab. Soppeng Tahun 2015 dapat dilihat pada tabel berikut : BAB I Pendahuluan I-6

20 Tabel 1.2 Rata rata Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kecamatan Luas Area Penduduk Laki-Laki Perempuan Jumlah Marioriwawo Liliriaja Lilirilau Lalabata Marioriawa Donri-Donri Ganra Citta TOTAL Sumber: Dinas Kependudukan, Capil, Nakertrans Potensi tenaga kerja dapat dicermati dari komposisi penduduk menurut umur karena umur seseorang sangat mempengaruhi kemampuan fisiknya sehingga akan menetukan produktivitasnya. Penduduk dengan usia yang sangat mudah (umur 0-14 tahun) umumnya belum produktif karena selain kemampuan fisiknya yang masih kurang, juga karena mereka pada umumnya masih sekolah dan belum bekerja. Begitu pula penduduk yang berusia lanjut (umur 60 tahun keatas), produktivitasnya sudah menurun dan bahkan sebagian dari mereka sudah tidak bekerja lagi. Bila di hitung jumlah penduduk pada kelompok usia produktif (15-59 tahun) yaitu sebesar jiwa maka dapat diketahui bahwa pada umumnya penduduk Kabupten Soppeng masih dalam usia produktif. Jumlah penduduk menurut kelompok umur di Kabupaten Soppeng dapat dilihat pada tabel 1.3. BAB I Pendahuluan I-7

21 Tabel 1.3 Jumlah penduduk menurut kelompok umur di Golongan Umur Jumlah Penduduk Laki-Laki Perempuan Laki- Laki+Perempuan Jumlah Sumber: Dinas Kependudukan, Capil, Nakertrans 1.5 Pertumbuhan Ekonomi/PDRB Salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi suatu daerah adalah pertumbuhan ekonomi. Indikator ini mengukur tingkat pertumbuhan output dalam suatu perekonomian, dan memberikan indikasi keberhasilan aktivitas perekonomian yang terjadi pada suatu periode di suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari besarnya nilai PDRB yang dihasilkan suatu daerah pada tahun tertentu dibandingkan dengan nilai PDRB tahun sebelumnya. Nilai PDRB yang digunakan merupakan pengaruh perubahan harga, sehingga perubahan yang diukur merupakan pertumbuhan ekonomi BAB I Pendahuluan I-8

22 Pada tahun 2014 pertumbuhan ekonomi kabupaten Soppeng tercatat sebesar 6,76 persen. Pertumbuhan ekonomi tersebut dapat dimaknai bahwa nilai total barang dan jasa yang dihasilkan Kabupaten Soppeng pada tahun 2014 meningkat sebesar 6,76 persen dibanding tahun 2013, dengan catatan tidak ada faktor perubahan harga (menggunakan konstan tahun dasar 2000). Capaian pertumbuhan ekonomi tahun 2014 ini menurun sebesar 0,48 persen dibandingkan pertumbuhan ekonomi tahun sebelumnya yang berada pada anga 7,24 persen. Menurunya pertumbuhan ekonomi tahun 2014 ini bukan disebabkan karena adanya perubahan tahun dasar, akan tetapi karena telah terjadi penurunan diantara 9 sektor penyusun PDRB dari 17 sektor. Perekonomian Kabupaten Soppeng selama lima tahun terakhir tumbuh positif dengan besaran yang cukup fluktuatif seperti terlihat pada grafik dibawah ini. Fluktuasi pertumbuhan ekonomi Kabupaten Soppeng ini dipengaruhi oleh peranan sektor pertanian yang memberikan kontribusi terbesar dalam PDRB Kabupaten Soppeng. Atau dapat dikatakan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Soppeng tergantung pada pertumbuhan sektor pertanian. Grafik I.1: Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Soppeng Tahun (dalam persen) Sumber: BPS Kab.Soppeng Tahun 2015 BAB I Pendahuluan I-9

23 Selain laju pertumbuhan ekonomi, hal lain yang dapat diperoleh dari hasil perhitungan PDRB atas dasar harga berlaku menurut sector, yang menunjukkan struktur perekonomian atau peranan setiap sector ekonomi suatu daerah. Semakin besar persentase pembentukan PDRB suatu sector semakin besar pula pengaruh sector tersebut dalam perekonomian daerah itu sendiri. Sektorsektor ekonomi yang mempunyai peran besar menunjukkan basis perekonomian suatu daerah. Sektor ekonomi dalam pembentukan PDRB dibagi menjadi tiga kelompok yaitu sector primer yang meliputi Pertanian, Kehutanan, dan perikanan; dan Pertambangan dan Penggalian; sector sekunder meliputi Industri pengolahan; pengadaan Listrik dan Gas; Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang; dan Konstruksi serta sector tersier yang terdiri atas Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor; Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum; Transportasi dan Pergudangan; Informasi dan Komunikasi; Administrasi Pemerintahan, Pertanahan dan Jaminan Sosial Wajib; Jasa Pendidikan; Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial; dan Jasa Lainnya. Pada periode 2010 hingga 2014 struktur perekonomian Kabupaten Soppeng didominasi oleh sector tersier, yang berarti bahwa basis perekonomian Kabupaten Soppeng ada sector tersier. Kontribusi sector pertanian makin menurun dari tahun ke tahun. Padahal sector Pertanian menyumbang share tertinggi diantara 17 sektor PDRB atas dasar harga berlaku tahun Namun, ternyata jika sector-sektor tersebut dikelompokkan kedalam share sector tersier, maka hasilnya lebih banyak dari sector pertanian yaitu sebesar 44,86 persen. Dengan kondisi tersebut, mengindikasikan telah terjadi transformasi ekonomi di Kabupaten Soppeng. Transformasi ekonomi kearah perekonomian berbasis industry dan jasa BAB I Pendahuluan I-10

24 berlangsung seiring dengan perkembangan teknologi, informasi serta peningkatan taraf hidup masyarakat. Kontribusi sector primer terhadap pembentukan PDRB atas dasar harga konstan Kabupaten Soppeng pada tahun 2010 sebesar 34,86 persen, angka ini menurun tiap tahunnya hingga pada tahun 2014 berada di level 32,37 persen. Penurunan kontribusi sector primer ini dibarengi degan peningkatan kontribusi sector sekunder dari 21,25 persen pada tahun 2010 menjadi 22,89 pada tahun Terlebih lagi, peran sector tersier juga cukup meningkat dari 43,89 persen untuk tahun 2010 menjadi 44,73 persen. dapat dilihat pada grafik berikut ini: Grafik 1.2 Pola Struktur Ekonomi Kabupaten Soppeng Tahun Sebagaimana Secara detail, pada tahun 2014 kontribusi sektor pertanian dalam pembentukan nilai total PDRB atas dasar harga berlaku Kabupaten Soppeng sekitar 30,25 persen. Sektor lain yang cukup besar peranannya terhadap perekonomian di Kabupaten Soppeng pada tahun 2014 masing-masing adalah sektor konstruksi sebesar 12,91 persen, diikuti sektor perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 12,26 persen. Sedangkan penyumbang terkecil terhadap total PDRB Kabupaten Soppeng tahun 2014 adalah sektor pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, BAB I Pendahuluan I-11

25 Limbah dan Daur Ulang sebesar 0,05 persen, sebagaimana dapat dilihat pada table berikut ini : Tabel I.4 Distribusi PDRB atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Soppeng Tahun (dalam persen) Lapangan Usaha % % % % Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Pengadaan Listrik, dan Gas Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,, Limbah dan Daur Ulang Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Informasi dan Komunikasi Jasa Keuangan dan Asuransi Real Estat Jasa Perusahaan Administasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa Lainnya PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 * Sumber : BPS Kab. Soppeng 1.6 PDRB PerKapita Peningkatan pendapatan masyarakat merupakan salah satu sasaran pemerintah dalam melaksanakan program pembangunan, baik sebagai pendukung maupun yang langsung dirasakan oleh masyarakat sebagai peningkatan kesejahteraan. Salah satu indikator pengukuran tingkat kesejahteraan penduduk suatu BAB I Pendahuluan I-12

26 wilayah adalah PDRB per kapita. Besaran PDRB per kapita memberikan gambaran rata-rata pendapatan yang dihasilkan oleh setiap penduduk selama satu tahun disuatu wilayah. Tabel I.5 PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan 2010 Kabupaten Soppeng Tahun PDRB perkapita (juta Rupiah) Pertumbuhan (%) Harga berlaku Harga Konstan Harga berlaku Harga Konstan (1) (2) (3) (4) (5) ,55 16,55 20,10 9, ,05 17,72 15,08 7, ,15 18,92 11,03 6, * 23,95 20,26 13,26 7, ** 27,36 21,61 14,25 6,67 Rata-Rata Pertumbuhan ( ) 14,74 7,36 * Angka sementara (sumber Buku PDRB Kab.Soppeng Tahun 2014) Selama periode PDRB perkapita Kabupaten Soppeng terus mengalami peningkatan. PDRB perkapita Kabupaten Soppeng pada tahun 2014 ADHB telah mencapai Rp ,- atau meningkat sebesar 65,32% disbanding pada tahun 2010 yang hanya sebesar Rp ,-. Hal ini menunjukkan bahwa sepanjang tahun 2014 tiap penduduk diwilayah Kabupaten Soppeng mampu memberikan kontribusi nilai tambah secara ekonomi sebesar 27,60 juta rupiah. Nilai PDRB perkapita Kabupaten Soppeng secara riil dapat dilihat dari nilai PDRB Perkapita ADHK yang pada tahun 2014 mencatatkan kenaikan sebesar 30,57persen dibanding tahun 2010 atau dari nilai PDRB Perkapita sebesar 21,61 juta rupiah pada tahun 2014 menjadi 16,55 juta rupiah pada tahun Meskipun demikian pada kenyataannya kenaikan PDRB perkapita menunjukkan adanya peningkatan harga barang dan jasa terutama BAB I Pendahuluan I-13

27 yang dikonsumsi oleh public, baik secara langsung maupun tidak langsung kenaikan harga barang-barang dan jasa tersebut pasti dirasakan masyarakat sehingga mengakibatkan perlunya kemampuan yang lebih terutama dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan hidup. 1.7 Kemiskinan Kemiskinan merupakan ketidakmampuan seseorang/rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan dasar, baik untuk makanan maupun non makanan. Kemiskinan dapat dilihat dari dua ukuran makro yaitu kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif. Data kemiskinan absolut adalah data kemiskinan yang merefleksikan suatu standar seperti kebutuhan pokok minimal. Kemiskinan absolut diukur berdasarkan indikator bersifat uang (garis kemiskinan) dengan pendekatan kebutuhan dasar. Kemiskinan merupakan masalah pembangunan kesejahteraan sosial masyarakat yang berkaitan dengan berbagai bidang pembangunan lainnya yang ditandai oleh pengangguran, keterbelakangan, dan ketidakberdayaan. Oleh karena itu kemiskinan merupakan masalah pokok daerah yang penanggulangannya tidak dapat ditunda dan harus menjadi prioritas utama dalam pembangunan kesejahteraan sosial. Pada kurun , tingkat kemiskinan Kabupaten Soppeng masih berada dibawah nasional dan Sulawesi Selatan. Pada tahun 2014 angka kemiskinan Kabupaten Soppeng sebesar 8,76 persen lebih rendah dibanding angka kemiskinan Provinsi Sulawesi Selatan yang sebesar 9,54 persen dan angka kemiskinan Nasional yang sebesar 10,96 persen. Rata-rata angka kemiskinan Kabupaten Soppeng tahun sebesar 9,16 persen dengan rata-rata kinerja penurunan kemiskinansebesar 0,2 persen. BAB I Pendahuluan I-14

28 Tabel 1.6 Angka Kemiskinan, Jumlah Penduduk Miskin Dan Kinerja Penurunan Kemiskinan Nasional, Sul-Sel dan Kab. Soppeng Tahun TAHUN ANGKA KEMISKINAN (%) KAB. Nasional SULSEL SOPPENG JUMLAH PENDUDUK MISKIN (JIWA) KAB. Nasional SULSEL SOPPENG KINERJA PENURUNAN KEMISKINAN (%) Nasion KAB. SULSEL al SOPPENG ,018, ,290 21, ,594, ,270 20, ,553, ,230 21, ,727, ,350 19, ,510, ,510 * Sumber : BPS Kab. Soppeng Meskipun jumlah penduduk miskin dan tingkat kemiskinan di Kabupaten Soppeng berfluktuasi dari tahun ke tahun, namun garis kemiskinan mengalami kenaikan setiap tahunnya. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin ternyata cenderung mendekati garis kemiskinan. Sehingga perbaikan tingkat pengeluaran penduduk miskin harus terus dioptimalkan meskipun pada kenyataannya masalah yang dihadapi sangat kompleks. Pada tahun 2014 garis kemiskinan di Kabupaten Soppeng sebesar Rp ,-, meningkat sebesar 10 persen dibanding tahun 2011 yang sebesar Rp ,-. Grafik 1.3 Garis Kemiskinan (Rp) Tahun Kab. Soppeng Sumber : BPS Kab. Soppeng, 2015 BAB I Pendahuluan I-15

29 Kompleksitas masalah kemiskinan ini tentu tidak bisa dijawab melalui program pembangunan yang bersifat parsial apalagi kontradiktif, tetapi diperlukan sebuah rumusan kebijakan yang bersifat holistik, ada keterkaitan satu sama lain meskipun tidak bisa menghindari pendekatan sektoral. Rumusan kebijakan pembangunan hendaknya disatukan oleh dua isu sentral dan mendasar yaitu penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja. Penciptaan lapangan kerja inilah yang akan menggerus tingkat pengangguran di Kabupaten Soppeng. Pengangguran mempengaruhi daya beli masyarakat dikarenakan dengan tidak adanya pekerjaan yang dimiliki maka tidak ada pula pendapatan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hal tersebut yang menyebabkan kemiskinan pada masyarakat. Indikator Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) secara tidak langsung dapat menggambarkan kondisi ekonomi di suatu wilayah. Tinggi rendahnya angka ini memiliki kepekaan terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat maupun keamanan dan stabilitas regional. Pada tahun 2014, TPT di Kabupaten Soppeng sebesar 2,4 persen yang mana mengalami penurunan yang signifikan apabila dibandingkan dengan tahun 2013 yang mencapai 6,56 persen. Apabila dirinci menurut jenis kelamin, TPT perempuan lebih rendah dari laki-laki pada tahun TPT perempuan sebesar 2,28 persen mengalami penurunan yang drastis dari tahun 2013 yang sebesar 8,5 persen, sedangkan TPT laki-laki sebesar 2,52 persen juga mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan tahun 2013 yang sebesar 5,54 persen. Hal tersebut mengindikasikan bahwa penyerapan angkatan kerja penduduk usia kerja di Kabupaten Soppeng, baik laki-laki maupun perempuan semakin baik di tahun 2014 sehingga angka pengangguran terbuka mengalami penurunan. Walaupun BAB I Pendahuluan I-16

30 demikian, angka pengangguran penduduk laki-laki lebih tinggi dibandingkan penduduk perempuan di tahun 2014 meskipun tidak berbeda signifikan. Grafik 1.4 Tingkat Pengangguran Terbuka (%) Tahun Kab. Soppeng Sumber : BPS Kab. Soppeng, Kesejahteraan Sosial Pembangunan daerah dibidang kesejahteraan sosial berkaitan dengan kualitas manusia di Kabupaten Soppeng yang tercermin dari aspek pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Aspek pendidikan diukur dari Angka Melek Huruf (AMH), Rata-rata Lama Sekolah (RLS), Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM). Aspek kesehatan diukur dari angka kematian bayi (AKB), Angka Kematian Ibu (AKI), dan balita gizi buruk. Aspek ekonomi diukur dari tingkat daya beli dan kesempatan kerja/penduduk yang bekerja. Angka capaian IPM Kabupaten Soppeng dari tahun ke tahun selalu meningkat. Peningkatan IPM ini disebabkan karena mulai membaiknya pelayanan pada bidang pendidikan, kesehatan dan komponen daya beli. Rata-rata kenaikan IPM Kab. Soppeng periode sebesar 0,31 poin per tahun. Rata-rata angka pengeluaran perkapita selama periode sebesar rupiah, rata-rata lama sekolah 6,88 tahun, rata-rata BAB I Pendahuluan I-17

31 harapan lama sekolah 11,39 tahun, dan rata-rata angka harapan hidup selama 68,25 tahun. Grafik 1.5 Indeks Pembangunan Manusi (IPM) Tahun Kab. Soppeng Sumber : BPS Kab. Soppeng, 2015 IPM Kabupaten Soppeng pada tahun 2014 yang sebesar 64,74 poin lebih rendah 3,75 poin dibanding IPM provinsi Sulawesi Selatan yang sebesar 68,49 poin diakibatkan oleh kesenjangan pada komponen angka harapan hidup (AHH) dimana pada tahun 2014 AHH Kab. Soppeng sebesar 68,42 tahun sedangkan AHH Provinsi Sulawesi Selatan 69,60 tahun.hal ini menunjukkan bahwa kedepan diperlukan upaya peningkatan status kesehatan masyarakat. Selain itu Rata-Rata Lama Sekolah Kab. Soppeng pada tahun 2014 sebesar 7,04 tahun lebih rendah jika dibandingkan dengan rata-rata lama sekolah Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2014 yang sebesar 7,49 tahun. Selanjutnya pengeluaran perkapita Kab. Soppeng pada tahun 2014 sebesar rupiah lebih rendah dibandingkan pengeluaran perkapita provinsi Sulawesi Selatan yang sebesar BAB I Pendahuluan I-18

32 rupiah. Meskipun demikian Angka Melek Huruf Kab. Soppeng pada tahun 2014 yang sebesar 97,12 persen lebih tinggi dibanding Angka Melek Huruf Provinsi Sulawesi Selatan yang sebesar 93,61 persen.namun demikian, diperlukan kebijakan meningkatkan Ipm melalui peningkatan akses dan pemerataan pendidikan serta perubahan pola pikir masyarakat sebagai bagian dari revolusi mental. Grafik 1.6 Indeks Pembangunan Manusia Kab. Soppeng, Sulawesi Selatan dan Nasional Tahun Sumber : BPS Kab. Soppeng, Potensi pengembangan wilayah Kabupaten Soppeng memiliki potensi pengembangan wilayah cukup prospektif. Potensi ini dituangkan dalam kebijakan penataan ruang wilayah Kabupaten Soppeng (RTRW Kabupaten Soppeng ) yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 8 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Soppeng Tahun Arah pengembangan wilayah Kabupaten Soppeng sebagai berikut: 1. Kawasan peruntukan pertanian sebagai berikut: Kawasan pertanian tanaman pangan seluas kurang lebih ha yang terdapat tersebar di seluruh kecamatan; Kawasan pertanian hortikultura seluas kurang lebih ha yang terdapat tersebar di seluruh kecamatan; BAB I Pendahuluan I-19

33 Kawasan perkebunan terdiri atas : kawasan perkebunan kakao dan kelapa terdapat tersebar di seluruh kecamatan; kawasan perkebunan kopi, terdapat di Kecamatan Marioriwawo, Lalabata, Liliriaja, Ganra, Citta, Lilirilau, Donri-Donri; kawasan perkebunan cengkeh, terdapat di di Kecamatan Marioriwawo, Lalabata, dan Citta; kawasan perkebunan lada terdapat di Kecamatan Marioriwawo, Lalabata, Liliriaja, Ganra, Citta, Lilirilau, Donri-Donri; kawasan perkebunan aren terdapat di Kecamatan Marioriwawo, Lalabata, Liliriaja, Citta, Lilirilau, Donri- Donri, Marioriawa; kawasan perkebunan jambu mente terdapat di Kecamatan Marioriwawo, Lalabata, Liliriaja, Citta, Lilirilau, Donri- Donri, Marioriawa; kawasan perkebunan Kemiri terdapat di Kecamatan Marioriwawo, Lalabata, Liliriaja, Lilirilau, Donri-Donri, Marioriawa, Citta; kawasan perkebunan tembakau terdapat di Kecamatan Marioriwawo, Lalabata, Liliriaja, Ganra, Lilirilau, Donri- Donri, Marioriawa; kawasan perkebunan kelapa sawit terdapat di Kecamatan Marioriawa dan Donri-Donri; dan tanaman murbei tersebar di Kecamatan Marioriawa dan Donri-Donri 2. Kawasan peruntukan perikanan sebagai berikut: BAB I Pendahuluan I-20

34 Kawasan peruntukan perikanan tangkap tersebar di Kecamatan Liliriaja, Lilirilau, Donri-Donri, Ganra, Citta dan Marioriawa; Kawasan peruntukan budidaya perikanan tersebar diseluruh wilayah kecamatan; Kawasan pengolahan ikan ditetapkan dan dikembangkan diseluruh wilayah Kecamatan; Kawasan pengembangan Balai Benih Ikan (BBI) ditetapkan akan dikembangkan di BBI Ompo Kecamatan Lalabata, BBI Lajoa Kecamatan Liliriaja dan BBI Citta Kecamatan Citta. 3. Kawasan peruntukan industri sebagi berikut: Kawasan peruntukan industri sedang terdiri atas industri penggilingan padi tersebar di setiap Kecamatan, industri pemintalan sutra alam di Kecamatan Donri-donri dan industri tembakau di Kecamatan Lilirilau; Peruntukan industri rumah tangga terdiri atas indusri pembuatan gula merah tersebar di Kecamatan Lalabata, Marioriwawo, Citta, Lilirilau, Donri-donri, Marioriawa, industri pertenunan di Kecamatan Donri-Donri, Lilirilau, Marioriawa, Lalabata. 4. Kawasan peruntukan pariwisata sebagai berikut: Peruntukan pariwisata budaya atau sejarah terdiri atas : Villa Yuliana atau Museum Latemmammala, Kawasan Makam Kuno Jera Lompoe, Kompleks Istana Datu Soppeng, Makam Syekh Abdul Majid (Tuang Uddungeng), Makam Petta Bulu Matanre, Situs Megalitik Lawo, Tinco, Sewo dan Umpungeng, Makam Petta Seppang, Kompleks Makam Datu Soppeng, Makam Tuang Uddungeng, Gereja Khatolik Patung Bunda Maria, Rumah Tradisional Batu Laiya, Kompleks Makam Jera Caddie, Menhir Latemmamala, Di Kecamatan Lalabata; BAB I Pendahuluan I-21

35 Makam Petta Sering, Situs Tomanurung Sanyili, Makam Petta Abbaraningnge, Makam Petta Balubue, Bulu Bottingnge, Appejenge di Kecamatan Donri-Donri; Makam Datu Mario, Makam Petta Jangko, Kompleks Sao Mario, Situs Tampaning, Makam Kuno Padali, Makam Petta Kajuara di Kecamatan Marioriawa; Makam Kuno Datu Lompulle, Kompleks Makam Pakka Saloe, Makam Petta Sara e, Makam Sullewatang dan Petta Karame, di Kecamatan Ganra; Museum Calio, Situs Kecce, Marale, dan Situs Paroto, Kompleks Makam Datu Salaonro, Makam Arung Baringeng, Makam Abbanuange, Situs Megalitik Samoling, Situs Paleolitik Jampu di Kecamatan Lilirilau; Situs Talepu, Lonrong, Lenrang, Kompleks Makam Abbanuangnge, Kompleks Makam Datu Pattojo, Benteng Pattojo, Saoraja Seng, Gua Lakaroci di Kecamatan Liliriaja; Situs Paleolitik Lakibong, Makam Datu Citta di Kecamatan Citta; Makam Kalokoe Watu, Makan Lato Garimpang, Situs Goarie, Situs Megalitik Madenra, Sumur Tua Tettikenrarae, Makam Arung Sekkang, Rumah Arrajang di Kecamatan Marioriwawo; Peruntukan pariwisata alam berupa Taman Wisata Alam (TWA) meliputi : TWA Lejja, TWA Danau Tempe (Kecamatan Marioriawa), TWA Citta (Kecamatan Citta), TWA Lereng Hijau Bulu Dua (Kecamatan Marioriwawo), Goa Coddong (Kecamatan Citta), Populasi Kalelawar di pusat kota watansoppeng (Kecamatan Lalabata), dan Kawasan Pesutraan Alam (Kecamatan Donri-Donri); Peruntukan pariwisata buatan di Kawasan Wisata Ompo; BAB I Pendahuluan I-22

36 Peruntukan wisata agro di Desa Mariorilau dan Desa Gattareng Kecamatan Marioriwawo. 5. Kawasan Strategis Kabupatendengan sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi,terdiri atas: Kawasan strategis perkotaan dan pusat pemerintahan ditetapkan di Kecamatan Lalabata; Kawasan strategis simpul transportasi dan perdagangan ditetapkan di Kawasan Cabenge Kecamatan Lilirilau; Kawasan strategis pengembangan lahan pertanian dan kawasan agropolitan ditetapkan di Kecamatan Liliriaja, Marioriwawo, Ganra; 6. Kawasan Strategis Kabupaten dengan sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup terdiri atas; Kawasan Danau Tempe di Kecamatan Marioriawa Kawasan wisata alam Lejja di Kecamata Marioriawa; dan Kawasan hutan lindung yang meliputi Kecamatan Marioriawa, Lalabata, Liliriaja, Lilirilau, Donri-Donri, Citta. Dari potensi pengembangan wilayah, maka pengembangan wilayah yang sesuai dengan penataan ruang yang berwawasan lingkungan hidup dan konsisten dalam pemanfaatan ruang sesuai rencana tata ruang yang ada. dan Litosol; B. PERMASALAHAN DAN ISU STRATEGIS Dalam mengemban tugas dan fungsi serta kewenangannya, Pemerintah Kabupaten Soppeng menghadapi berbagai permasalahan dan isu-isu strategis yang masih perlu diatasi dan diantisipasi. BAB I Pendahuluan I-23

37 Adapun permasalahan-permasalahan yang masih dihadapi hingga saat ini adalah sebagai berikut: 1. Masih rendahnya daya tarik dan daya saing wilayah 2. Menurunnya kualitas lingkungan 3. Belum Masih tingginya jumlah penduduk miskin 4. Masih rendah kualitas pendidikan 5. Masih rendahnya derajat kesehatan 6. Belum optimalnya pelayanan publik 7. Masih terbatasnya ketersediaan infrastruktur dasar 8. Belum optimalnya Produksi, Produktivitas dan Kualitas Produk Pertanian 9. Belum optimalnya pengelolaan keuangan dan asset daerah 10. Masih rendahnya berkembang kegiatan kepariwisataan 11. Belum teraktualisasinya nilai-nilai agama dan budaya Selain sejumlah permasalahan tersebut di atas, juga terdapat sejumlah isu strategis yang diyakini akan berpengaruh terhadap Kabupaten Soppeng, diantaranya: 1. Isu Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola Reformasi birokrasi dan tata kelola telah menjadi isu penting bagi seluruh tingkatan pemerintahan ketika praktek penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan publik belum berada pada level yang diharapkan. Tampak jelas, pengelolaan keuangan daerah belum berlangsung secara transparan, akuntabel dan partisipatif. Pelaksanaan fungsi legislasi, penganggaran, dan pengawasan belum dapat dikatakan berkualitas. Pelayanan publik belum mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat secara cepat dan terjangkau. Pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan daerah belum berlangsung secara efisien dan efektif. Kapasitas kelembagaan belum mampu bersesuaian dengan tuntutan perwujudan kepemerintahan yang baik dan saling memberdayakan dengan kelembagaan masyarakat dan swasta. BAB I Pendahuluan I-24

38 Sistem pelayanan publik yang menjamin efisiensi, efektifitas, dan kepuasan pelanggan (publik) belum terbentuk, Kelembagaan pemerintah daerah yang efektif dengan kemampuan manajerial dan teknis aparatur yang memadai belum terbangun. 2. Isu Demokratisasi dan HAM Berbagai permasalahan yang muncul terkait dengan demokratisasi dan HAM, diantaranya, masih rendahnya kesadaraan berdemokrasi pada masyarakat dan pelaku politik, belum kuatnya kelembagaan partai politik yang ada di daerah, belum berkualitasnya penyelenggaraan pemilihan umum, masih rendahnya partisipasi politik masyarakat, belum terbangunnya kesadaran mengenai hak-hak politik dan HAM, dan sebagainya. 3. Isu Pelestarian Lingkungan Hidup Isu pelestarian lingkungan hidup muncul seiring dengan semakin menurunnya kualitas lingkungan hidup akibat eksploitasi yang berlebihan terhadap sumberdaya alam atas nama pembangunan. Kesadaran mengenai pentingnya mempertimbangkan dimensi-dimensi lingkungan dalam keseluruhan proses pembangunan semakin menguat. Pembangunan berkelanjutan, pembangunan yang ramah lingkungan, ataupun go-green development akan semakin memenuhi wacana tentang pembangunan di masa depan. 4. Isu Pengembangan Ekonomi Lokal Pengembangan ekonomi lokal merupakan salah satu isu strategis dalam kerangka pembangunan daerah dewasa ini karena sangat erat kaitannya dengan perbaikan taraf hidup masyarakat, peningkatan akselerasi perekonomian daerah, perbaikan sarana dan prasarana wilayah, dan peningkatan daya tarik dan daya saing daerah. BAB I Pendahuluan I-25

39 Isu ini menjadi semakin penting karena melalui pengembangan ekonomi lokal, jumlah penduduk miskin dan angka pengangguran, yang hingga saat ini masih merupakan masalah nasional dan daerah, akan dapat ditekan ke level yang lebih rendah. Pengembangan ekonomi lokal juga berpotensi untuk berkontribusi bagi perbaikan pendapatan per kapita, peningkatan laju pertumbuhan ekonomi, pengelolaan dan pemanfaatan potensi sumberdaya alam, peningkatan arus masuk investasi daerah, dan peningkatan pendapatan asli daerah (PAD). BAB I Pendahuluan I-26

40 BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. Perencanaan Kinerja Tahun 2015 Perjanjian Kinerja Tahun 2015 Pemerintah Kabupaten Soppeng merupakan pelaksanaan tahun ke lima atau tahun terakhir masa RPJMD Kabupaten Soppeng periode sehingga pengukurannya dapat diperbandingkan dengan tahun tahun sebelumnya dan capaian kinerjanya merupakan cerminan keberhasilan dari RPJMD periode tahun Adapun Perjanjian Kinerja Tahun 2015 adalah sebagai berikut : Tabel 2.1 PERENCANAAN KINERJA KABUPATEN SOPPENG TAHUN Sasaran 1 : Meningkatnya Pendapatan Per Kapita Masyarakat No Indikator Kinerja Satuan Target Pertumbuhan Ekonomi % Jumlah Penduduk Jiwa 226, Tingkat Pengangguran Terbuka % Tingkat Inflasi (%) % PDRB Perkapita Rp 29,232, Angka Harapan Hidup % 72,34 7. Rata-Rata Lama Sekolah 8,07 BAB II Perjanjian Kinerja II-1

41 8. Persentase RT yang Menikmati Listrik Tahun 95,97 9. Pendapatan/Daya Beli Masyarakat Tahun , Pengeluaran per kapita per bulan % 1,450, Nilai tukar petani % Pengeluaran Konsumsi Non Pangan per Kapita Rp Luas Wilayah Produktif Rp 85, Luas Wilayah Kebanjiran % Luas Persawahan Beririgasi Teknis % Kapasitas air bersih yang disalurkan PDAM Ltr/Detik Keberadaan E-procurement Ada Produktivitas padi atau bahan pangan utama lokal lainnya per hektar: 18 - Padi (GKG) kw/ha Jagung (Pipilan Kering) kw/ha Kedele (Pipilan Kering) kw/ha K. Tanah (Biji Kering) kw/ha K. Hijau (Biji Kering) kw/ha Ubi Kayu (Umbi Basah) kw/ha Ubi Jalar (Umbi Basah) kw/ha Kontribusi sektor pertanian/perkebunan % terhadap PDRB 26 Cakupan bina kelompok tani % Populasi Ternak Sapi ekor 35,000 BAB II Perjanjian Kinerja II-2

42 28 Populasi Ternak Kambing ekor 15, Populasi Ternak Unggas ekor 1,100, Produksi Daging Ternak Besar Kg 800, Produksi perikanan ton 5, Konsumsi ikan ton 7, Cakupan bina kelompok nelayan Kelompok Produksi perikanan kelompok nelayan ton 3, Kontribusi sector perdagangan terhadap PDRB % Cakupan bina kelompok pedagang/ usaha informasi % Kontribusi sector industri terhadap PDRB % Kontribusi industri rumah tangga terhadap PDRB sektor % 0.52 industry 39 Pertumbuhan industry % Cakupan bina kelompok pengrajin % Persentase Koperasi yang aktif % Jumlah UKM non BPR/LKM UKM % Usaha mikro dan kecil menengah % Kunjungan wisata org 297, Persentase Pertumbuhan Kunjungan Wisata % Kontribusi sector pariwisata terhadap PDRB % 1.70 BAB II Perjanjian Kinerja II-3

43 47 Angka sengketa pengusahapekerja pertahun 2 48 Tingkat partisipasi angkatan kerja % Pencari kerja yang ditempatkan org Keselamatan dan perlindungan org Perselisihan buruh dan pengusaha terhadap kebijakan org 1 pemerintah daerah 52 Transmigran % 0 2. Sasaran 2 : Menurunnya Angka Penduduk Miskin No. Indikator Kinerja Satuan Target Rata-rata jumlah anak per keluarga Cakupan Pasangan Usia Subur yang isterinya di bawah % tahun 3 Rasio akseptor KB Prevelensi peserta KB aktif % Keluarga pra sejahtera dan keluarga sejahtera I % Cakupan Anggota BKB ber-kb % Cakupan Anggota UPPKS ber- KB % Rasio PLKB/PKB % 1:2 9 Rasio PPKBD % 1:1 10 Persentase Penduduk Miskin % 8.00 BAB II Perjanjian Kinerja II-4

44 11 Persentase partisipasi perempuan di lembaga % pemerintah 12 Partisipasi perempuan di lembaga swasta % Rasio KDRT % Partisipasi angkatan kerja perempuan % Rata-rata jumlah kelompok binaan lembaga pemberdayaan masyarakat D/K 17 (LPM) 16 Rata-rata jumlah kelompok binaan PKK D/K LPM Berprestasi bh 3 18 PKK aktif % Posyandu aktif % Swadaya Masyarakat terhadap Program Pemberdayaan % 75 Masyarakat 21 Regulasi ketahanan pangan 5 22 Rata-rata Ketersediaan pangan utama % 204, Ketersediaan Energi dan Protein per Kapita Penguatan Cadangan Pangan % Ketersediaan Informasi Pasokan, harga dan akses % 90 pangan di Daerah 26 Stabilitas Harga dan Pasokan Pangan % 90 BAB II Perjanjian Kinerja II-5

45 Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Pengawasan dan Pembinaan Keamanan Pangan Penanganan Daerah Rawan Pangan % 90 % 80 % Sasaran 3 : Terpenuhinya hak-hak dasar masyarakat No. Indikator Kinerja Satuan Target RT Bersanitasi % 85 2 RT pengguna air bersih % Lingkungan Permukiman Kumuh % Rumah layak huni % Sasaran 4 : Membaiknya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) No. Indikator Kinerja Satuan Target 2015 Pendidkan Anak Usia Dini (PAUD) 1 APK Pendidkan Anak Usia Dini (PAUD) Pendidikan Dasar 2 Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI/Paket A % Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/ MTs/Paket B % Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/ MTs/Paket C % Ratio ketersediaan 219 BAB II Perjanjian Kinerja II-6

46 sekolah/penduduk usia sekolah 6 Rasio sekolah terhadap murid Angka Putus Sekolah (APS) SD/MI % Angka Putus Sekolah (APS) SMP/MTs % Angka Kelulusan (AL) SD/MI % Angka Kelulusan (AL) SMP/MTs % Angka Melanjutkan (AM) dari SD/MI ke SMP/MTs % Angka Melanjutkan (AM) dari SMP/MTs ke SMA/SMK/MA % 97 Pendidikan Lanjutan 13 Angka Partisipasi Murni (APM) SMA/SMK/MA/Paket C % Angka Partisipasi Kasar (APK) SMA/SMK/MA/Paket C % Ratio ketersediaan sekolah terhadap penduduk usia 98 sekolah 16 Ratio Sekolah terhadap murid Penduduk yang berusia >15 tahun melek huruf % Angka Putus Sekolah (APS) SMA/SMK.MA % 1 19 Angka Kelulusan (AL) SMA/SMK/MA % Guru yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV % 90 BAB II Perjanjian Kinerja II-7

47 Pelayanan Kesehatan Dasar 21 Cakupan kunjungan ibu hamil K4 % Cakupan ibu hamil dengan komplikasi kebidanan yang % 80 ditangani 23 Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki % 90 kompetensi kebidanan 24 Cakupan pelayanan ibu nifas % Cakupan neonatal dengan komplikasi yang ditangani % Cakupan kunjungan bayi % Cakupan Desa/kelurahan Universal Child Immunization % 100 (UCI) 28 Cakupan pelayanan anak Balita % Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan keluarga % 100 miskin 30 Cakupan Balita Gizi Buruk mendapat perawatan % Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan % 100 setingkat 32 Cakupan peserta KB aktif % 100 Cakupan penemuan dan penanganan penderita BAB II Perjanjian Kinerja II-8

48 penyakit : 33 a. Acute Flacid Paralysis (AFP) rate per % * 1 penduduk < 15 thn 34 b. Penemuan penderita Pneumonia balita ditangani % c. Penemuan pasien Baru TBC BTA positif % d. Penderita DBD yang ditangani % e. Penemuan penderita diare % Rasio Posyandu persatuan balita Cakupan pelayanan dasar kesehatan dasar masyarakat % 100 miskin Pelayanan Kesehatan Rujukan 40 Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien % 100 masyarakat miskin 41 Cakupan pelayanan gawat darurat level 1 yang harus diberikan sarana kesehatan % 100 (RS) di Kabupaten/Kota 42 Cakupan Desa/Kelurahan mengalami KLB yang dilakukan penyelidikan % 100 epidemiologi < 24 jam 43 Cakupan Desa Siaga Aktif % Cakupan puskesmas BAB II Perjanjian Kinerja II-9

49 Cakupan pembantu puskesmas % Rasio puskesmas, poliklinik, pustu persatuan penduduk 6 Rasio Rumah Sakit Per penduduk 0.01 Rasio Dokter per satuan penduduk 40 Pelayanan Gawat Darurat (GD) Kemampuan menangani life saving anak dan dewasa % 100 Jam buka pelayanan GD (Kab / Kota) jam 24 Pemberi pelayanan GD yang bersertifikat yang masih berlaku % 100 BLS/PPGD/GELS/ALS Ketersediaan tim penanggulangan bencana Tim 1 Waktu tanggap pelayanan Dokter di GD 5 Kepuasan Pelanggan pada Gawat Darurat % 90 Tidak adanya pasien yang diharuskan membayar uang % 100 muka Pelayanan Rawat Jalan Dokter pemberi Pelayanan di Poliklinik Spesialis % Waktu tunggu di Rawat Jalan menit, 60 BAB II Perjanjian Kinerja II-10

50 58 Kepuasan Pelanggan pada Rawat Jalan %, 90 Pasien rawat jalan 59 tuberkulosis yang ditangani % 100 dengan strategi DOTS Pelayanan Rawat Inap 60 Pemberi pelayanan rawat inap % Dokter penanggung jawab pasien rawat inap % Jam visite dokter spesialis % Kejadian infeksi pasca operasi % 1,5 64 Angka kejadian infeksi nosocomial % 1,5 Tidak adanya kejadian pasien 65 jatuh yang berakibat % 100 kecacatan/ kematian 66 Kejadian pulang paksa % 1,5 67 Kepuasan Pelanggan Rawat Inap % 90 Pasien rawat inap 68 tuberkulosis yang ditangani % 100 dengan strategi DOTS Bedah Sentral 69 Waktu tunggu operasi elektif hari 2 70 Kejadian kematian dimeja operasi % 1 71 Tidak adanya kejadian operasi salah sisi % Tidak adanya kejadian operasi salah orang % Tidak adanya kejadian salah % 100 BAB II Perjanjian Kinerja II-11

51 tindakan pada operasi Tidak adanya kejadian 74 tertinggalnya benda asing pada tubuh pasien setelah operasi % 100 Komplikasi anastesi karena 75 over dosis, reaksi anantesi dan salah penempatan % 6 endotracheal tube Persalinan dan Perinatologi (Kecuali RS khusus di luar Rumah Sakit Ibu dan Anak 76 Pemberi pelayanan persalinan normal % Pemberi pelayanan persalinan dengan tindakan operasi % Kemampuan menangani BBLR 1500 gr-2500 gr % Pertolongan persalinan melalui seksio cesaria % Keluarga Berencana Mantap % Konseling KB Mantap % Kepuasan Pelanggan % 80 Pelayanan Intensif 83 Rata-rata pasien yang kembali ke perawatan intensif dengan % 3 kasus yang sama < 72 jam 84 Pemberi pelayanan unit intensif % 100 Radiologi 85 Waktu tunggu hasil pelayanan jam 3 BAB II Perjanjian Kinerja II-12

52 thorax foto 86 Pelaksana ekspertisi hasil pemeriksaan % Kejadian kegagalan pelayanan rontgen % 2 88 Kepuasan pelanggan % 80 Laboratorium Patologi Klinik 89 Waktu tunggu hasil pelayanan laboratorium menit Pelaksana ekspertisi hasil pemeriksaan laboratorium % 100 Tidak adanya kesalahan 91 penyerahan hasil pemeriksaan % 100 laboratorium 92 Kepuasan Pelanggan % 80 Rehabilitasi Medik Kejadian drop out pasien 93 direncanakan. terhadap pelayanan rehabilitasi yang % 50 Tidak adanya kejadian 94 kesalahan tindakan % 100 rehabilitasi medik 95 Kepuasan Pelanggan % 80 Farmasi 96 Waktu tunggu pelayanan obat jadi % Waktu tunggu pelayanan obat racikan % Tidak adanya kejadian kesalahan pemberian obat % 100 BAB II Perjanjian Kinerja II-13

53 Kepuasaan Pelanggan % 80 Penulisan resep sesuai formularium % 100 Gizi Ketepatan waktu pemberian makanan kepada pasien % 90 Sisa makanan yang tidak termakan oleh pasien % 20 Tidak adanya kesalahan dalam pemberian diet % 100 Transfusi Darah Pemenuhan kebutuhan darah bagi setiap pelayanan % 100 transfuse 104 Kejadian reaksi transfusi % 0,01 Pelayanan Gakin Pelayanan terhadap pasien 105 GAKIN yang datang ke RS % 100 pada setiap unit pelayanan Rekam Medik 106 Kelengkapan pengisian rekam medik 24 jam setelah selesai pelayanan % 100 Kelengkapan informed concent 107 setelah mendapatkan % 100 informasi yang jelas 108 Waktu penyediaan dokumen rekam medik pelayanan rawat jalan menit 10 Waktu penyediaan dokumen 109 rekam medik pelayanan rawat menit 15 BAB II Perjanjian Kinerja II-14

54 inap Pengolahan Limbah 110 Baku mutu limbah cair % 100 Pengolahan limbah padat 111 berbahaya sesuai dengan % 100 aturan Administrasi dan Manajemen Tindak lanjut penyelesaian 112 hasil pertemuan tingkat % 100 direksi Kelengkapan laporan akuntabilitas kinerja % 100 Ketepatan waktu pengusulan kenaikan pangkat % 100 Ketepatan waktu pengurusan kenaikan gaji berkala % 100 Karyawan yang mendapat pelatihan minimal 20 jam % 60 pertahun 117 Cost Recovery % 40 Ketepatan waktu penyusunan 118 laporan keuangan % 100 Kecepatan waktu pemberian 119 informasi tentang tagihan jam 2 pasien rawat inap 120 Ketepatan waktu pemberian imbalan (insentif) sesuai % 100 kesepakatan waktu Ambulance /Kereta Jenazah 121 Waktu pelayanan jam 24 BAB II Perjanjian Kinerja II-15

55 ambulance/kereta jenazah Kecepatan memberikan 122 pelayanan ambulance/kereta % 100 jenazah di rumah sakit Pemulasaran Jenazah Waktu tanggap pelayanan pemulasaraan jenazah jam 2 Pelayanan Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit Kecepatan waktu menanggapi kerusakan alat jam 2 Ketepatan waktu pemeliharaan alat % 100 Peralatan Laboratorium (dan alat ukur yang lain) yang terkalibrasi tepat waktu % 100 sesuai dengan ketentuan kalibrasi. Pelayanan Laundry Tidak adanya kejadian linen yang hilang % 100 Ketepatan waktu penyediaan linen untuk ruang rawat inap % 100 Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Tersedianya anggota Tim PPI yang terlatih % Koordinasi APD % 75 Kegiatan pencatatan dan 131 pelaporan infeksi nosokomial di rumah sakit % 75 BAB II Perjanjian Kinerja II-16

56 Indeks Pembangunan 132 Manusia % Angka Harapan Hidup (Tahun) Rata-Rata Lama Sekolah 134 (Tahun) 8, Angka Melek Huruf (%) % Jumlah organisasi pemuda buah Jumlah organisasi olahraga buah Jumlah kegiatan kepemudaan Jumlah kegiatan olahraga Lapangan olahraga buah Sasaran 5 : Membaiknya Sarana dan Prasarana Wilayah No. Indikator Kinerja Satuan Target Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik % Panjang jalan kabupaten dlm kondisi baik (>40Km/Jam) km 523,992 3 Panjang jalan yang memiliki trotoar dan drainase/ Saluran pembangunan air (minimal 1,5 % m) 4 Sempadan jalan yang dipakai bangunan liar % Drainase dalam kondisi baik/ pembuangan aliran air tidak % tersumbat 6 Pembangunan turap di wilayah jalan penghubung dan aliran sungai rawan longsor unit 1 BAB II Perjanjian Kinerja II-17

57 lingkup kewenangan kota 7 Luas irigasi Kab. Dalam kondisi baik % Angkutan darat % Kepemilikan KIR angkutan umum % Lama pngujian kelayakan angkutan umum (KIR) menit Biaya pengujian kelayakan - MPU / 50,000/ angkutan umum Barang 60, Jumlah surat kabar nasional/local buah Jumlah penyiaran radio/ TV local buah 4 14 Wibesite milik pemerintah daerah Ada Ada 15 Pameran/ekspo kali 6 16 Luas Wilayah Perkotaan Ha Sasaran 6 : Meningkatnya Investasi Swasta No. Indikator Kinerja Satuan Target Kenaikan/Penurunan Nilai Investasi % 20 2 Jumlah persetujuan investasi ijin Sasaran 7 : Membaiknya Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup BAB II Perjanjian Kinerja II-18

58 No. Indikator Kinerja Satuan Target Persentase Penanganan sampah % Cakupan pengawasan terhadap pelaksanaan amdal % Status Mutu Air % Tempat pembuangan sampah (TPS) per satuan penduduk Penegakan hukum lingkungan % Penghijauan Wilayah rawan longsor dan sumber mata air % 13 7 Luas Wilayah Kebanjiran Ha 28 8 Pertambangan tanpa izin % 94 9 Kontribusi pertambangan terhadap PDRB % Rehabilitasi hutan dan lahan kritis % Kerusakan Kawasan Hutan % Kontribusi sektor kehutanan terhadap PDRB % Rasio RTH per satuan luas wilayah per HPL/HGB Rasio bangunan ber IMB per satuan bangunan % Luas lahan bersertifikat % Penyelesaian kasus tanah Negara % Penyelesaian izin lokasi % 100 BAB II Perjanjian Kinerja II-19

59 8. Sasaran 8 : Terselenggaranya Pemerintahan Daerah dan Pelayanan Publik yang lebih baik No. Indikator Kinerja Satuan Target Kesesuaian Prioritas Pembangunan % Urusan Wajib yang diselenggarakan daerah % Dokumen RPJP yg ditetapkan dgn PERDA Ada Ada 4 Dokumen RPJM yg ditetapkan dgn PERDA/PERKADA Ada Ada 5 Dokumen RKPD yg ditetapkan dgn PERKADA Ada Ada 6 Penjabaran Program RPJMD ke dalam RKPD % Kepemilikan KTP % 95 8 Rasio bayi berakta kelahiran per 1000 penduduk Ketersediaan database kependudukan skala provinsi Tidak Ada 10 Penerapan KTP nasional Telah berbasis NIK diterapkan 11 Buku Kabupaten dalam angka Ada Ada 12 Buku PDRB Kabupaten Ada Ada 13 Pengelolaan arsip secara baku % Peningkatan SDM Pengelola kearsipan Keg 1 15 Keberadaan Perda/Perbup tentang Konsultasi publik Ada 16 Sistem Informasi Manajemen bh 3 BAB II Perjanjian Kinerja II-20

60 Pemda 17 Indeks kepuasan layanan masyarakat Ada Ada 18 persentase rekomendasi atas temuan hasil pengawasan % 80 yang ditindak lanjuti; 19 Opini BPK terhadap laporan keuangan pemerintah daerah WTP 20 Waktu penetapan APBD Tepat Waktu 21 Keberadaan PERDA tentang Pengelolaan Keuangan Daerah berdasarkan PP 58 Tahun Ada Ketepatan penyampaian Laporan Keuangan dan Laporan Kinerja berdasarkan Tepat Waktu PP 8/ Belanja untuk pelayanan dasar % Belanja untuk urusan pendidikan dan kesehatan % Dana perimbangan yang terserap dibanding yang % 100 direncanakan 26 Belanja Publik terhadap DAU % Besaran PAD terhadap seluruh pendapatan dlm % 5.00 APBD (realisasi) 28 Rasio SILPA terhadap total pendapatan % Rasio realisasi belanja % 100 BAB II Perjanjian Kinerja II-21

61 terhadap anggaran belanja 30 Rasio realisasi PAD terhadap potensi PAD % Perda atas inisiatif DPRD 1 32 Ranperda yang disetujui DPRD % Rasio jabatan yang terisi Ada tidaknya Sistem Informasi Kepegawaian Daerah Ada 35 Jumlah Perpustakaan 1 36 Koleksi buku yang tersedia di perpustakaan daerah % Pengunjung perpustakaan per tahun % Sasaran 9 : Terselenggaranya Pemerintahan Daerah dan Pelayanan Publik yang lebih baik No. Indikator Kinerja Satuan Target tersedianya produk akhir pengelolaan keuangan daerah berupa laporan keuangan pemerintah daerah dalam Ada bentuk neraca, laporan aliran kas 2 Laporan perhitungan anggaran secara tepat waktu Tepat BAB II Perjanjian Kinerja II-22

62 10. Sasaran 10 : Terselenggaranya Pemerintahan Daerah dan Pelayanan Publik yang lebih baik No. Indikator Kinerja Satuan Target Sarana sosial seperti panti asuhan, panti jompo, dan panti rehabilitasi buah PMKS yang memperoleh bantuan social % 5.5 Penanganan penyandang masalah kesejahteraan sosial % 5.5 Penyelenggaraan festival seni dan budaya kali 10 Sarana penyelenggaraan seni dan budaya buah 9 Benda, situs dan kawasan cagar budaya yang % 100 dilestarikan Kegiatan pembinaan politik daerah keg 2 Pembinaan terhadap LSM, Ormas dan OKP keg 2 Rasio jumlah Pol.PP per penduduk 20 Persentase linmas per penduduk % Rasio pos Siskamling per jumlah Desa/Kelurahan Penegakan Perda kali Cakupan Patroli petugas Satpol PP kec 8 BAB II Perjanjian Kinerja II-23

63 14 Tingkat Penyelesaian Pelanggaran K3 (Ketertiban, ketenteraman, keindahan) di % 100 Kabupaten 15 Jumlah Petugas perlindungan masyarakat (Linmas) di org 27 Kabupaten 16 Cakupan pelayanan bencana kebakaran kabupaten kec 8 17 Tingkat waktu tanggap (response time rate) daerah layanan Wilayah Manajemen menit 55 Kebakaran (WMK) 18 Angka kriminalitas % Jumlah Demonstrasi kali 2 Muatan secara lengkap dokumen Perjanjian Kinerja Tahun 2015 Pemerintah Kabupaten Soppeng disajikan dalam lampiran 1 BAB II Perjanjian Kinerja II-24

64 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA A. Capaian Kinerja Organisasi Akuntabilitas kinerja adalah kewajiban untuk menjawab dari perorangan, badan hukum atau pimpinan kolektif secara transparan mengenai keberhasilan atau kegagalan dalam melaksanakan misi organisasi kepada pihak-pihak yang berwenang menerima pelaporan akuntabilitas/pemberi amanah. Keberhasilan sasaran yang didukung oleh program dan kegiatan dilakukan melalui pengukuran keberhasilan setiap indikator dengan membandingkan antara target dan realisasi. Keberhasilan pencapaian sasaran digolongkan sesuai dengan dalam tabel sebagai berikut: TABEL 3.1 KERANGKA PENGUKURAN KINERJA Urutan Rentang Capaian Kategori Capaian I Lebih besar dari 85% Sangat Baik II 70% sampai dengan 85% Baik III 55% sampai 70% Cukup IV Kurang dari 55% Kurang Secara umum Pemerintah Kabupaten Soppeng telah dapat melaksanakan tugas dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam RPJMD Kabupaten Soppeng Tahun Sepuluh sasaran yang telah ditetapkan pada Tahun Anggaran 2015 sebagaimana telah ditetapkan sesuai dengan Target Kinerja Tahun 2015, Penetapan Kinerja Tahun 2015 mencakup pelaksanaan atas 10 sasaran pembangunan dengan 318 indikator. Adapun pencapaian kinerja sasaran dirinci dalam matrik sebagai berikut : III-1

65 TABEL 3.2 Evaluasi Pencapaian Sasaran dan Pengukuran Kinerja No Sasaran Jumlah Indikator Rata-Rata Capaian Indikator Keterangan 1 Meningkatnya Pendapatan Per Kapita Masyarakat 2 Menurunya Angka Penduduk Miskin 3 Terpenuhinya hak-hak dasar masyarakat 4 Membaiknya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 5 Membaiknya sarana dan prasarana wilayah 6 Meningkatnya Investasi Swasta 7 Membaiknya pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup 8 Terselenggaranya pemerintahan daerah dan pelayanan publik yang lebih baik 9 Meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan daerah dan aset daerah 10 Membaiknya kehidupan sosial dan meningkatnya aktivitas keagamaan ,84% kategori sangat baik ,19% kategori sangat baik 4 530,21% kategori sangat baik ,18% kategori sangat baik ,77% kategori sangat baik 2 478,62% kategori sangat baik ,22% kategori sangat baik ,54% kategori sangat baik 2 100,00% kategori sangat baik ,60% kategori sangat baik 30 indikator sangat baik 4 indikator baik 6 indikator cukup 10 indikator kurang 24 indikator sangat baik 0 indikator baik 2 indikator cukup 3 indikator kurang 4 indikator sangat baik 105 indikator sangat baik 6 indikator baik 5 indikator cukup 25 indikator kurang 13 indikator sangat baik 2 indikator baik 2 indikator cukup 0 indikator kurang 2 indikator sangat baik 11 indikator sangat baik 1 indikator baik 1 indikator cukup 4 indikator kurang 34 indikator sangat baik 1 indikator baik 0 indikator cukup 2 indikator kurang 2 indikator sangat baik 15 indikator sangat baik 1 indikator baik 1 indikator cukup 2 indikator kurang III-2

66 Capaian kinerja sasaran maupun kinerja kegiatan terhadap indikator kinerja yang telah dicapai pada tahun 2015 yang membandingkan antara target dan realisasi pada indikator sasaran adalah sebagai berikut : Sasaran 1 Meningkatnya Pendapatan Perkapita Masyarakat Pemerintah Kabupaten Soppeng telah melaksanakan berbagai upaya meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat. Jumlah indikator untuk menggambarkan capaian kinerja sasaran ini sebanyak 50 indikator. Tabel 3.3 Evaluasi Pencapaian Sasaran 1 Meningkatnya Pendapatan Perkapita Masyarakat No. Indikator Kinerja Satuan Tahun 2015 Target Realisasi Capaian Kinerja Thn Pertumbuhan Ekonomi % Jumlah Penduduk Jiwa , ,116 3 Tingkat Pengangguran Terbuka % Tingkat Inflasi % PDRB Perkapita Rp 29,232,921 23,950, Persentase RT yang Menikmati Listrik 7 Pendapatan/Daya Beli Masyarakat (%) % Rp 655, , Pengeluaran per kapita per bulan Rp 1,450,000 65, Nilai tukar petani % Pengeluaran Konsumsi Non Pangan % Luas Wilayah Produktif Ha 85, , Luas Wilayah Kebanjiran Ha Luas Persawahan Beririgasi Teknis Ha Kapasitas air bersih yang disalurkan PDAM Ltr/Detik Keberadaan E-procurement Ada Ada III-3

67 Produktivitas padi atau bahan pangan utama lokal lainnya per hektar: 16 -Padi Kw/Ha Jagung Kw/Ha Kedelai Kw/Ha Kacang Tanah Kw/Ha Kacang Hijau Kw/Ha Ubi Kayu Kw/Ha Ubi jalar Kw/Ha Kontribusi sektor pertanian/perkebunan terhadap PDRB % 30,26 24 Cakupan bina kelompok tani % Populasi Ternak Sapi ekor 3,500 41, Populasi Ternak Kambing ekor 1,500 21, Populasi Ternak Unggas ekor 1,100,050 1,818, Produksi Daging Ternak Besar ekor 769, , Jumlah Produksi Perikanan Ton 5,000 1, Jumlah komsumsi ikan Ton 7,500 7, Cakupan Bina Kelompok Nelayan Klp Produksi Perikanan Kelompok Ton Nelayan 3,219 1, Kontribusi Sektor perdagangan % terhadap PDRB Cakupan bina kelompok % pedagang/usaha informasi Kontribusi Sektor industri % terhadap PDRB Kontribusi industri rumah tangga % terhadap PDRB sektor industri Pertumbuhan Industri % Cakupan bina kelompok pengrajin % Persentase koperasi yang aktif % Jumlah UKM non BPR/LKM UKM % Usaha Mikro dan Kecil % Kunjungan wisata orang 297, , Persentase pertumbuhan kunjungan wisata 44 Kontribusi sektor Pariwisata terhadap PDRB 45 Angka Sengketa pengusahapekerja pertahun % % , Tingkat partisipasi angkatan kerja % Pencari kerja yang ditempatkan Orang Keselamatan dan Perlindungan Perselisihan buruh dan pengusaha 1 terhadap kebijakan pemerintah daerah Transmigran % Rata-Rata Capaian Sasaran III-4

68 Capaian rata-rata sasaran 1 sebesar dengan kategori sangat baik. Analisis atas capaian-capaian indikator kinerja sasaran ini adalah sebagai berikut : 1. Produktivitas padi atau bahan pangan utama lokal lainnya per hektar Berdasarkan tabel diatas Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Soppeng Tahun Anggaran 2015 telah berupaya mencapai target indikator kinerja sasaran meningkatnya produksi dan produktivitas & mutu produk padi, jagung dan tanaman pangan lainnya. Realisasi indikator kinerja Produktivitas padi (GKG) sebesar 58,60Kw dengan target 65,91Kw atau capaiannya 88,91%. Target tidak tercapai disebabkan pada tahun 2015 terjadi bencana kekeringan yang menyebabkan Puso Ha dan kerusakan ringan sampai sedang pada beberapa lokasi sentra pengembangan padi. Realisasi Produktivitas Jagung (pipilan Kering) sebesar 37,20Kw dengan target 60,45Kw atau capaiannya 61,54%. Target tidak tercapai karena Masih banyak petani menggunakan benih tidak bermutu dan tidak bersertifikat (F2) karena mahalnya harga benih sementara bantuan pemerintah sangat terbatas dan Pemepukan tidak sesuai rekomendasi teknis akibat keterbatasan ketersediaan pupuk di tingkat petani. Realisasi Produktivitas Kedelai (Biji Kering) sebesar 20,70Kw dengan target 31,41Kw atau capaiannya 65,90%. Target tidak tercapai disebabkan oleh Serangan hama penyakit terutama penggerek polong masih tinggi. Realisasi Produktivitas Kacang Tanah (Biji Kering) sebesar 17,10Kw dengan target 23,89Kw atau capaiannya 71,58%. Target tidak tercapai disebabkan oleh Benih yang digunakan masih III-5

69 merupakan benih lokal yang tidak pernah dimurnikan lagi dan tidak tersedia benih bermutu dan bersertifikat yang dapat dibeli petani Realisasi Produktivitas Kacang Hijau sebesar 6,20Kw dengan target 16,72Kw atau capaiannya 37,08%. Target tidak tercapai disebabkan Benih yang digunakan masih merupakan benih local dan Pemeliharaan tanaman tidak dilakukan secara intensif karena kacang hijau hanya dianggap tanaman sela antara dua musim tanam. Realisasi Ubi Kayu (Umbi Basah) sebesar 144,86Kw dengan target 108,02Kw atau capaiannya 134,10%. Target tercapai karena Petani melakukan panen pada saat melebihi umur teknis dan Skala usaha yang kecil/sempit sehingga intensif pemeliharaannya. Sedangkan Realisasi Produktivitas Ubi Jalar (Umbi Basah) sebesar 175,68Kw dengan target 79,92Kw atau capaiannya 219,82%. Target tercapai karena Teknik budidaya terutama pengolahan sangat sempurna dan pupuk yang dugunakan adalah pupuk organik Ketidaktercapaian indikator kinerja ini disebabkan karena beberapa komoditi tanaman pangan mengalami penurunan tingkat produksi dan produktivitas, namun demikian ada pula beberapa komoditi yang mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan karena terjadinya perubahan iklim yang menyebabkan terjadinya kekeringan atau musim kemarau yang cukup panjang mulai bulan agustus tahun 2015 sehingga berdampak terhadap terjadinya kekeringan pada pertanaman hingga puso. Adapun kondisi pertanaman yang mengalami puso akibat kekeringan pada tahun terdiri dari padi seluas hektar, jagung seluas 907 hektar dan kedele seluas 96 hektar. Indikator ini diukur berdasarkan indikator kinerja dalam renstra dan target kinerja yang terdapat pada dokumen penetapan/perjanjian kinerja tahun III-6

70 Adapun target dan capaian indikator masing-masing indikator kinerja dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Program Peningkatan Ketahanan Pangan Pertanian / Perkebunan dengan kegiatan sebagai berikut : a. Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu produk pertanian. 2. Program Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan dengan kegiatan sebagai berikut : b. Penyediaan sarana produksi pertanian c. Perlindungan tanaman untuk peningkatan pengamanan produksi tanaman pangan. Realisasi indikator kinerja Produktivitas padi atau bahan pangan utama lokal lainnya per hektar tahun 2015 dapat disajikan dalam diagram berikut : GRAFIK 3.1 Produktivitas Padi atau Bahan Pangan Utama Lokal Lainnya Tahun Dari diagram diatas terlihat bahwa capaian indikator kinerja tahun 2015 sebesar 88,91%, belum sesuai dengan target 100%. Dibandingkan dengan tahun 2014 capaian indikator kinerja tahun 2015 mengalami penurunan sebesar 12,77%. Realisasi komulatif indikator kinerja sampai dengan III-7

71 tahun 2015 sebesar 65,65% masih dibawah target yang akan dicapai pada tahun 2015 sebesar 100%. 3. Kontribusi sektor pertanian/perkebunan terhadap PDRB Kontribusi sektor pertanian/perkebunan terhadap PDRB 60,975 persen, dimana target 49,81 persen dan terealisasi 30,26 persen. 4. Cakupan Bina Kelompok Petani. Capaian indikator Cakupan Bina Kelompok Petani 106 persen, dimana target 100 persen dan terealisasi 106 persen. Target binaan kelompok tani sebanyak 650 klp dengan realisasi binaan 689 klp dimana pertumbuhan dan pemekaran kelompok tani yang melebihi target akibat luas potensi yang terlalu besar untuk satu kelompok serta efektifitas pengelolaan manajemen kelompok yang terlalu banyak anggotanya. 5. Populasi Ternak Sapi, Kambing dan Unggas Capaian sasaran Meningkatnya Produksi dan Produktifitas Ternak yang terdiri dari 4 indikator. Keempat indikator tersebut sebagai berikut : (1) Meningkatnya populasi ternak sapi pada tahun 2015 target ekor realisasi ekor sehingga capaiannya 118,08 % dibanding tahun 2014 capainnya 110,9 % peningkatan ini disebabkan meningkatnya pengetahuan dan kesadaran peternak cara beternak secara intensif, adanya inovasi teknologi peternakan dalam pemanfaatan limbah pertanian menjadi pakan ternak melalui kegiatan pelatihan teknologi peternakan. Selain itu dukungan pemerintah baik dari pusat maupun propinsi dan daerah dalam hal penyediaan sarana dan prasarana peternakan salah satunya adalah pengadaan N2 Cair dan Straw yang merupakan bahan baku bagi pelaksanaan Inseminasi Buatan (IB), adanya pembinaan dan pendampingan kelompok terutama III-8

72 kelompok yang telah diberi bantuan baik dari APBN maupun APBD dalam hal teknis pemeliharaan ternak. Keberhasilan ini juga berkaitan dengan salah satu Program Nasional GBIB (Gertak Berahi dan Inseminasi Buatan) dan Ganrep (Ganguan Reproduksi) untuk percepatan peningkatan populasi dalam upaya swasembada daging sapi dan kerbau dengan target akseptor ekor untuk Propinsi Sulawesi Selatan. (2) Meningkatnya populasi kambing pada tahun 2015 target ekor realisasi ekor dan capaiannya 145,53% dibanding tahun 2014 capaiannya 137,2 % ini menunjukkan adanya peningkatan. Peningkatan ini disebabkan oleh meningkatnya minat peternak terhadap pemeliharaan ternak kambing akibat adanya peluang pasar yang semakin besar, meningkatnya pengetahuan dan keterampilan peternak dalam manajemen pemeliharaan ternak kambing. Selain itu peran petugas teknis dengan kelompok yang intensif dalam pembinaan, semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat akan ternak kambing seperti pesta/syukuran atau acara adat dalam masyarakat yang mendorong peternak untuk mengembangkan usahanya. Peternak termotivasi untuk mengelolah peternakannya secara professional sehingga perekonomian dan kesejahteraannya semakin meningkat. (3) Meningkatnya populasi ternak unggas pada tahun 2015 target ekor realisasi ekor capaianya 165,34% ada peningkatan dibanding tahun 2014 yang capaiannya 130,3% hal ini disebabkan karena meningkatnya pengetahuan dan kesadaran peternak dalam pencegahan dan penanggulangan penyakit ternak unggas melalui vaksinasi dan pemberian obat, semakin banyaknya III-9

73 masyarakat membuka usaha peternakan ayam baik ayam ras, buras maupun ayam potong hal ini karena semakin tingginya kebutuhan masyarakat dalam memenuhi konsumsi protein hewani khususnya daging ayam, karena semakin mahalnya daging sapi sehingga masyarakat beralih ke daging ayam. Indikator kinerja tersebut dicapai dengan dukungan kegiatan sebagai berikut : Peningkatan Produksi Hasil Peternakan 1. Pembibitan dan Perawatan Ternak. Kegiatan ini berupa pengadaan Container N2 Cair dan Pompa 1 unit. Honorarium untuk petugas inseminator 6 orang selama 12 bulan. Honorarium untuk petugas teknis ternak pemerintah sebanyak 5 orang selama 12 bulan.pengadaan ternak sapi 99 ekor untuk 3 kelompok tani ternak Namun kegiatan pengadaan sapi dan kambing ini tidak terlaksana karena administrasi kelompok calon penerima bantuan belum tertata dengan baik dan belum terdaftar sebagai kelompok tani ternak. 2. Pengembangan Agribisnis Peternakan, berupa pelatihan adopsi teknologi peternakan yang dilaksanakan di Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Lembang melihat system IB yang dilaksanakan di tempat tersebut, serta melihat manajemen usaha peternakan di UPTD Peternakan Provinsi Jawa Barat. Adopsi teknologi ini diikuti oleh anggota kelompok tani dari beberapa kelompok tani yang menjadi binaan Dinas Peternakan dan Perikanan Kab.Soppeng. Kunjungan dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan peternak yang dapat meningkatkan produksi hasil peternakan. III-10

74 3. 4. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan berupa monitoring kegiatan-kegiatan Dinas Peternakan dan Perikanan selama tahun anggaran 2015 dalam bentuk buku data base. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Dana Bergulir. Kegiaatan ini berupa pertemuan kelompok penerima dana bergulir untuk memonitoring dan mengevaluasi pengembalian dana bergulir. Peningkatan pemasaran hasil produksi peternakan 1. Promosi atas hasil produksi peternakan unggulan daerah,berupa pameran dan promosi produk unggulan peternakan dan perikanan baik dalam propinsi maupun di luar propinsi. Kegiatan ini bertujuan untuk memamerkan atau mempromosikan produksi peternakan unggulan daerah. Pameran yan diikuti tersebut sangat berkaitan dengan upaya untuk lebih mempromosikan peluang investasi serta perluasan pasar bagi produk peternakan dan perikanan. III-11

75 Peningkatan penerapan Teknologi peternakan 1. Pengadaan P Sarana dan prasarana teknologi peternakan e tepat guna berupa pengadaan instalasi biogas sebanyak r 2 unit 2. kpelatihan dan Bimbingan Pengoperasian Teknologi e Peternakan Tepat Guna berupa pelatihan pembuatan mpakan ternak 1 kali dengan peserta sebanyak 30 sebagai bperwakilan setiap kecamatan dan Sosialisasi Inseminasi abuatan bagi anggota kelompok ternak di 8 kecamatan P erkembangan populasi ternak sapi, kambing, unggas dan produksi daging dari tahun dapat dilihat pada diagram berikut ini: Grafik 3.2 Peningkatan Populasi Ternak Sapi, Kambing, Unggas dan Meningkatnya Produksi Daging Ternak besar Indikator meningkatnya populasi ternak sapi dari tahun 2011 capaiannya 110,08 % dan pada tahun 2012 dan 2013 mengalami penurunan tetapi pencapai target realisasi III-12

76 semuanya di atas 100% dan pada tahun 2015 meningkat kembali menjadi 118,08% disbanding dengan tahun 2014 yang capaiannya 110,9%. Dari segi realisasi mengalami peningkatan setiap tahunnya, hal terjadi karena semakin meningkatnya pengetahuan dan kesadaran peternak kegiatan pembibitan dan perawatan ternak dan penanganan kesehatan hewan dimana fasilitas sarana dan prasarana ditingkatkan serta kesadaran masyarakat yang mulai tumbuh dan mengerti akan pentingnya peningkatan populasi ternak yang mendukung perekonomian masyakat. Populasi yang meningkat mendukung program gubernur yaitu Dua Juta Ekor Sapi. Indikator Meningkatnya populasi ternak kambing dapat dilihat pada diagram bahwa dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, hal ini terjadi tidak terlepas dari kegiatan pembibitan dan perawatan dan penanganan penyakit hewan yang semakin ditingkatkan begitu juga pengetahuan masyarakat yang semakin meningkat. Indikator peningkatan populasi ternak unggas pada diagram dapat dilihat pada tahun 2011 capaiannya 100 % dan pada tahun 2012 menurun disebabkan pada tahun tersebut adanya penyakit yang menyerang ternak unggas sehingga populasi menurun. Pada tahun 2013 sampai tahun 2015 mengalami peningkatan hal ini terjadi karena meningkatnya pengetahun dan kesadaran peternak dalam pencegahan dan penanggulangan penyakit ternak yang semakin mengerti dan mempunyai minat yang tinggi untuk membuka usaha peternakan unggas baik ayam petelur maupun ayam pedaging untuk mengembangkan perekonomiannya dengan pengelolaan tata laksana pemeliharaan yang lebih baik. III-13

77 Pada diagram di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2011 sampai tahun 2013 mengalami penurunan, penurunan ini terkait dengan jumlah populasi sapi yang menurun karena perhitungan produksi daging berdasar dari jumlah populasi. Pada tahun 2013 terjadi penurunan produksi daging, hal ini disebabkan karena populasi pada tahun 2013 menurun. Penurunan ini terjadi karena peningkatan pengeluaran ternak khususnya sapi yang dikirim ke luar Kabupaten Soppeng seperti ke Kalimantan untuk memenuhi kebutuhan sapi potong. Disisi lain adanya pemotongan yang tidak tercatat/terlapor di dinas. Dan pada tahun 2014 mengalami peningkatan capaian yaitu % dari tahun 2013 yang capaiannya 87.2% dan di tahun 2015 capaiannya meningkat menjadi 108,49%. Peningkatan ini terjadi karena populasi ternak sapi semakin meningkat, meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pemenuhan kebutuhan gizi/protein hewani yang menyebabkan permintaan daging meningkat. 6. Produksi Ikan Capaian indikator Produksi Ikan pada tahun 2015 target ton realisasi 1.615,9 ton capainnya 32,32 % ini ada penurunan dibanding tahun 2014 yang capaiannya 87,59 % hal ini terjadi karena kemarau yang berkepanjangan menyebabkan tingginya tingkat kematian ikan, sekitar 6 bulan hampir tidak ada produksi ikan, aktifitas nelayan menurun, selain itu kegiatan restoking sudah tidak ada sejak tahun 2014 dan ini juga merupakan salah satu faktor penyebab menurunnya produksi karea kurangnya bibit ikan di Danau. III-14

78 Grafik.3.3 Produksi Ikan Tahun Meningkatnya Produksi Ikan pada diagram terlihat bahwa pada tahun 2011 dan tahun 2012 capiannya sama yaitu 63 % dan pada tahun 2013 sampai tahun 2014 mengalami peningkatan. Hal ini terjadi karena adanya dukungan sarana dan prasarana kegiatan dari dinas peternakan dan perikanan baik yang bersumber dari APBD Dana Alokasi Khusus maupun dari APBN. Aktifitas nelayan dan pembudidaya ikan juga semakin meningkat. Pada tahun 2015 capaiannya 32,32% ini mengalami penurunan dibanding tahun Penurunan produksi ikan ini terjadi karena kemarau yang panjang selama 6 bulan hampir tidak ada produksi karena dilanda kekeringan, sejak tahun 2014 kegiatan restoking dihentikan dan ini berpengaruh terhadap produksi ikan. 7. Konsumsi Ikan Capaian indikator Konsumsi Ikan pada tahun 2015 target ton realisasinya 7.073,8 ton dan capiannya 94,32%. ada peningkatan dibanding tahun 2014 yang capaiannya 90,5%. Hal ini disebabkan meningkatnya pengetahuan masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi ikan bagi pemenuhan gizi tubuh mendukung kesehatan yang baik. Realisasi capaian tidak mencapai 100 % disebabkan banyaknya ragam jenis III-15

79 makanan yang bisa menjadi pilihan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pokok makanan sehari-harinya. Grafik 3.4 Konsumsi Ikan pada tahun Konsumsi Ikan pada diagram dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 mengalami peningkatan, hal ini sejalan dengan peningkatan produksi ikan. Pada tahun 2014 mengalami penurunan hal ini terjadi karena banyaknya alternatif pilihan makanan seperti daging ayam, daging sapi dan lain sebagainya. Masyarakat mempunyai banyak pilihan dalam memenuhi kebutuhan makanan setiap harinya. Walaupun pada tahun 2015 produksi ikan mengalami penurunan, konsumsi ikan tahun 2015 meningkat. Hal tersebut disebabkan oleh produksi ikan selain bersumber dari Kabupaten Soppeng juga bersumber dari luar daerah Soppeng. Selain itu adanya dukungan program Dinas Kelautan Provinsi yang melaksanakan kegiatan kampaye gemar makan ikan sehingga pengetahuan masyarakat meningkat akan pentingnya protein hewani (ikan). 8. Cakupan Bina Kelompok Nelayan Capain Indikator Cakupan Bina Kelompok Nelayan pada tahun 2015 target 25 kelompok realisasi 20 kelompok dan capainnya 80%, kelompok yang menerima bantuan jumlahnya tetap 20 kelompok, capaian menurun karena target terlalu tinggi. III-16

80 Kegiatan ini tertuang dalam program kegiatan Pengembangan usaha mina Pedesaan Perikanan Budidaya (PUMP-PB). Ada beberapa hambatan di lapangan sehingga target belum dapat tercapai secara maksimal antara lain keterbatasan nelayan di lapangan baik keterbatasan SDM maupun sarana dan prasarana pendukung, kurangnya dukungan kelembagaan keuangan dalam pembinaan kelompok pengusaha ikan mereka hanya menunggu pendampingan dari pihak pemerintah dalam hal ini (Dinas Peternakan dan Perikanan), disamping itu faktor alam yaitu kemarau yang panjang yang mengakibatkan menurunnya produksi ikan. Grafik 3.5 Cakupan Bina Kelompok Nelayan pada tahun Untuk indikator cakupan pembinaan kelompok pengusaha ikan dari tahun 2012 ke tahun 2013 persentase capaiannya ada peningkatan tetapi pada tahun 2014 dan 2015 capaiannya mengalami penurunan. Penurunan ini terjadi karena dana yang tersedia untuk 20 kelompok sehingga realisasi kelompok yang mendapat bantuan 20 kelompok sama dengan tahun 2013 sedangkan target yang pasang 25 kelompok jadi capainnya %. III-17

81 9. Produksi Perikanan Kelompok Nelayan Capaian Indikator Produksi Perikanan Kelompok Nelayan pada tahun 2015 target 3.238,07 realisasi 1.445,2 dan capaiannya 44,63 % terdapat penurunan capaian dibanding tahun 2014 yang capaiannya 98,6%. Penurunan ini disebabkan penurunan aktifitas nelayan karena kemarau panjang yang menyebabkan tingkat kematian ikan yang tinggi, hampir tidak ada produksi ikan karena selama 6 bulan danau, sawah dan sungai menjadi kering, banyak kelompok nelayan yang beralih profesi karena musim kemarau. Selain itu tidak adanya kegiatan restoking sejak tahun 2014 juga mempengaruhi ketersediaan bibit di perairan yang mempengaruhi menurunnya produksi menurunnya produksi perikanan nelayan. Adapun kegiatan yang mendukung indikator sektor perikanan antara lain; a. Pengembangan Perikanan (Bibit Ikan Unggul Air Tawar) berupa belanja pakan ikan dan pupuk organik/anorganik. Pelaksanaan kegiatan pemrbenihan ikan air tawar mulai dari induk matang gonad sampai menghasilkan benih siap tebar. b. Kegiatan Pendampingan pada Kelompok Tani Pembudidaya Ikan. Kegiatan ini berupa pelatihan/adopsi teknologi bagi kelompok pembudidaya ikan untuk meningkatkan produktifitas kelompok tani pembudidaya ikan dengan tujuan untuk dapat mengaplikasikan kegiatan budidaya di lokasi masing-masing. c. Pengembangan Usaha Mina Pedesaan Perikanan Budidaya (PUMP-PB) dan Pengelolaan Pemasaran Hasil Perikanan (PUMP-PPHP). Kegiatan ini berupa pembinaan pada kelompok budidaya ikan berupa pelatihan pengolahan hasil perikanan untuk 8 kecamatan, dan sebagian besar kelompok sudah mendapatkan bantuan dari dana APBN berupa bantuan bibit ikan untuk kelompok pembudidaya III-18

82 ikan. dan bantuan alat pengolahan untuk kelompok pengolah hasil perikanan. d. Pengadaan sarana dan Prasarana Pengembangan Perikanan (DAK). Kegiatan ini berupa belanja yang diserahkan kepada masyarakat berupa pengadaaan jaring insang yang diserahkan kepada 10 kelompok penangkapan ikan.pengadaan cool box dan keranjang diberikan kepada 8 kelompok pemasaran dan pengolahan hasil, dan pengembangan UPR yang diserahkan kepada UPR Lajoa Kelurahan Jennae. Pengadaan Komputer, printer dan belanja modal pengadaan Mebeulair, Pengadaan Konstruksi Jaringan Air, Pengadaan Instalasi Listrik dan Telepon, Pengadaan konstruksi/pembelian gedung kantor berupa pembangunan rumah karyawan dan pagar BBI Citta Meningkatnya Produksi Perikanan Kelompok Nelayan (Ton) pada diagram dan terlihat ada peningkatan dari tahun 2012 ke tahun 2013 hal ini terjadi karena semakin meningkatnya aktifitas kelompok nelayan. Pada tahun 2014 mengalami penurunan disebabkan peningkatan aktifitas nelayan yang menggunakan alat tangkap yang mengambil ikan yang besar sampai yang kecil yang belum layak untuk dikonsumsi sehingga dapat merurak ekosistem yang mengakibatkan menurunnya produksi perikanan. Tahun 2015 produksi semakin menurun dibanding dengan tahun 2014, hal disebabkan karena kemarau yang panjang yang menyebabkan aktifitas nelayan menurun. 10. Kontribusi sektor perdagangan terhadap PDRB Kontribusi sektor perdagangan terhadap PDRB atas dasar harga berlaku sebesar 12,26 persen terjadi penurunan dari tahun 2014 yang sebesar 12,91 persen. Hal ini juga menunjukkan bahwa kontribusi sektor perdagangan terhadap PDRB pada III-19

83 tahun 2015 belum mencapai target RPJMD pada tahun 2015 dengan target 12,74 persen. 11. Capaian indikator Cakupan bina kelompok pedagang/usaha informal Capaian indikator Cakupan bina kelompok pedagang/usaha informal sebesar %. Walaupun realisasi telah melebihi target, bahkan melebihi realisasi tahun sebelumnya. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya pengetahuan yang didukung oleh kesadaran para pedagang terhadap Undang- Undang Perlindungan Konsumen. Capaian ini memperlihatkan peningkatan tingkat kesadaran para pedagang dalam mengutamakan kepentingan, keselamatan dan kepuasaan konsumen terhadap pemakaian barang/jasa. Tentunya hal ini tidak lepas dari rutinitas kegiatan pengawasan barang dan jasa serta kegiatan pembinaan lainnya yang dilaksanakan oleh aparatur dinas Koperindag Kabupaten Soppeng. 12. Kontribusi Industri perdagangan terhadap PDRB Kontribusi Industri perdagangan terhadap PDRB atas dasar harga berlaku pada tahun 2015 sebesar 10,35 persen,ini lebih tinggi dibanding pada target RPJMD yang sebesar 7,54 persen atau pencapaiannya sebesar 137,27 persen. Pengukuran Kinerja dalam rangka mendukung terciptanya peningkatan mutu produk UMKM guna mewujudkan kemandirian lokal didasarkan pada pengukuran indikator kinerja utama yang diasumsikan melalui indikasi Kontribusi sektor Industri terhadap PDRB Tahun 2015 telah menunjukkan capaian 137,27%. Pencapaian ini didukung dengan kegiatan promosi dengan memperkenalkan produk industri pada pasar-pasar tingkat nasional melalui pameran Tk.Propinsi dan Tk.Nasional. Capaian yang tidak memenuhi target tersebut dikarenakan produk khas daerah yang ditawarkan belum memiliki daya III-20

84 saing yang mampu menarik minat investor untuk berinteraksi bisnis dengan pengusaha di Kabupaten Soppeng. 13. Kontribusi Industri rumah tangga terhadap PDRB sektor Industri Kontribusi Industri rumah tangga terhadap PDRB berdasarkan harga berlaku sektor Industri, pada tahun 2015 sebesar 2,21 persen hal ini lebih tinggi dibanding target pada tahun 2015 yang terdapat pada RPJMD dimana targetnya sebesar 0,52 persen atau telah tercapai 425,00 persen dari target yang dicanangkan. Pengukuran Kinerja Peningkatan kesejahteraan masyarakat khususnya pedesaan berdasarkan pengukuran indikator kinerja utama dapat diasumsikan melalui kontribusi industri rumah tangga terhadap PDRB sektor industri memperlihatkan kenaikan capaian yang sangat tinggi. Terlihat dari peningkatan jumlah unit usaha industri rumah tangga di Kabupaten Soppeng yang didukung oleh kegiatan Bimbingan Penerapan Produk Industri pangan yang mampu mendorong industri rumah tangga agar dapat berkembang lebih baik, sehingga nilai jual produk IRT memiliki daya saing dipangsa pasar. 14. Pertumbuhan industri Capaian pertumbuhan industri sebesar 8,98 persen, dengan target sebesar 4,01 dan terealisasi sebesar 0,36 persen pada tahun Walaupun target tidak tercapai tapi pada dasarnya terjadi perkembangan pertumbuhan industri dimana pada tahun 2010 pertumbuhan industri sebesar 0,56 persen jadi pada tahun 2015 terdapat kenaikan pertumbuhan sebesar 223 persen dibanding tahun Untuk keseluruhan sektor pengolahan tidak menunjukkan peningkatan yang signifikan. Walaupun pada sektor pengolahan industri rumah tangga terjadi kenaikan namun pada sektor pengolahan tekstil, bahan baku, barang kayu dan III-21

85 hasil hutan, kertas dan barang cetakan,pupuk kimia dan barang dari karet, semen dan barang galian bukan logam, logam dasar besi dan baja, dll, tidak terdapat kenaikan 15. Cakupan bina kelompok pengrajin Capaian cakupan bina kelompok pengrajin menunjukkan capaian sebesar 2067,74% pada tahun 2015 dengan target sebesar 4,34 dan terealisasi sebesar 83,33 persen. Kenaikan ini didukung dengan jumlah kegiatan pendukung usaha pengrajin pada tahun 2014 ada sebanyak 7 kegiatan. Pada setiap kegiatan ini terdapat bantuan berupa alat atau sarana yang diberikan kepada para pengrajin antara lain; Kegiatan pelatihan keterampilan jahit menjahit dan kegiatan pelatihan keterampilan tata rias yang didukung dengan adanya penyerahan bantuan alat kepada pelaku usaha industri rumah tangga, telah memberikan kontribusi yang besar pada usaha industri rumah tangga untuk menjadikan usahanya lebih baik dan tidak terkendala lagi pada keterbatasan alat atau sarana produksi. 16. Persentase Koperasi yang aktif Capaian Kinerja Peningkatan Koperasi yang aktif tahun 2015 sebesar 90,76%. Dari target yang ditetapkan sebesar 98,00% dan dapat terealisasi sebesar 88,94. Dari Jumlah seluruh koperasi yang ada di Kabuaten Soppeng sebanyak 197 koperasi, sebanyak 191 koperasi yang masih aktif. Pemerintah Daerah Kab. Soppeng belum dapat mencapai target RPJMD pada tahun 2015 yang sebesar 98 persen. 17. Jumlah UKM non BPR/LKM UM Capaian pada indikator jumlah UKM Non BPR/LKM UKM sebesar 1548,84% dengan target sebesar 2,15 dan terealisasi sebesar 3,33 persen. Hal ini menunjukkan peningkatan pengelolaan dana perkuatan yang diterima oleh Koperasi III-22

86 maupun BMT pada tahun Indikator ini didukung dengan kegiatan monitoring, evaluasi dan pelaporan serta Kegiatan inventarisasi kredit Program (KUT,Pangan,Pupuk Tunai). Meningkatnya bantuan sosial maupun dana bergulir yang diterima Koperasi dan LKM pada tahun anggaran 2015, telah mendorong pertumbuhan koperasi menjadi lebih berkembang. Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Soppeng Tahun Anggaran 2015 telah berupaya mencapai target indikator kinerja sasaran tersebut di atas dengan kegiatan yang ditetapkan sebagai tolok ukur keberhasilan sasaran ini, yakni : a) Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi 1. Kegiatan Sosialisasi Prinsip-Prinsip Pemahaman Perkoperasian 2. Kegiatan Pembinaan, pengawasan dan penghargaan Koperasi Berprestasi, 3. Kegiatan Monitorng Evaluasi dan Pelaporan 18. Usaha Mikro dan kecil Menengah Capaian pada indikator Usaha Mikro dan kecil Menengah sebesar 116,23% dengan target sebesar 65,00 persen dan terealisasi sebesar 75,55 persen. Dari jumlah seluruh UKM di kabupaten Soppeng sebanyak 6.253, adalah usaha mikro kecil menengah. Capaian Usaha Mikro Kecil Menengah diperoleh melalui kegiatan Pengembangan Kebijakan dan Program Peningkatan Ekonomi Lokal (Data Base/Profil UMKM). Melalui kegiatan ini dilakukan pendataan mengenai jumlah UMKM di setiap Kecamatan. Hasil pendataan menunjukkan bahwa usaha sektor perdagangan mendominasi UMKM di Kabupaten Soppeng. Didukung dengan kegiatan penyelenggaraan Promosi Produk Usaha Mikro Kecil Menengah. III-23

87 Ragam produk unggulan yang diperkenalkan melalui promosi di Tk.Propinsi dan Tk.Nasional (Sutera, keset kaki, parang, makanan khas dll) 19. Kunjungan wisata Indikator peningkatan jumlah kunjungan wisata di tahun 2015 terealisasi sebesar orang menurun dari target yang ditetapkan sebesar orang atau tingkat capaian sebesar 62,32%. jika dibandingkan dengan realisasi pada tahun 2014 yaitu sebesar orang dari target yang ditetapkan mencapai 91.00% orang atau dengan tingkat capaian Jumlah kunjungan wisata dalam hal ini hanya diambil dari data pengunjung obyek wisata yang secara langsung dikelola oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Adapun jumlah pengunjung obyek wisata lain yang tidak dikelola oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, jumlah tamu hotel dan penginapan tidak dimasukkan. Sebagai bahan perbandingan jumlah kunjungan wisata dalam 4 (empat) tahun terakhir dapat dilihat pada grafik berikut: III-24

88 Grafik 3.6 Jumlah Kunjungan Wisata Tahun Pada grafik di atas nampak bahwa jumlah kunjungan wisata menurun cukup signifikan, berada dibawah jumlah kunjungan wisata pada tahun Permasalahan dan kendala yang ditemui dalam pencapaian target kinerja sehingga belum maksimal antara lain : Aksesibilitas untuk mencapai lokasi wisata yang belum memadai, terutama ruas jalan penghubung dari pusat Kabupaten menuju lokasi wisata banyak yang rusak, sarana transportasi umum (Angkutan pedesaan) juga sangat terbatas. Sebagian jalan juga tidak dilalui jaringan listrik, sehingga untuk penerangan jalan di malam hari tidak ada, jadi wisatawan yang pulang kemalaman merasa kurang aman. Terbatasnya jaringan komunikasi seluler sampai ke lokasi wisata, sehingga para wisatawan merasa kesulitan untuk berkomunikasi dengan rekan dan sahabat maupun keluarga mereka. III-25

89 Belum tertatanya objek wisata secara maksimal dan minimnya atraksi wisata di destinasi wisata sehingga minat wisatawan untuk berkunjung masih rendah. Belum optimalnya pelayanan terhadap wisatawan dan kurangnya peran masyarakat terhadap perkembangan pariwisata. Kabupaten Soppeng tidak memiliki obyek pariwisata unggulan yang mampu menyaingi sektor pariwisata daerah tetangga. Sehingga minat pengunjung sangat kurang untuk berwisata ke Soppeng, akibatnya sektor-sektor pariwisata yang ada kurang dikenal di daerah luar. Belum adanya produksi kerajinan khas daerah ataupun makanan khas untuk dijadikan souvenir bagi wisatawan, sehingga kunjungan wisata ke Soppeng kesannya tidak memiliki kenangan. Lemahnya dalam perencanaan dan pelaksanaan pengembangan dan pemasaran kepariwisataan, karena terbatasnya Sumber Daya Manusia yang yang memiliki kompetensi dan kapabilitas untuk menangani urusan seni, budaya dan pariwisata daerah pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Langkah-langkah yang perlu diambil untuk pemecahan masalah tersebut adalah: Pemerintah Kabupaten Soppeng sudah saatnya merencanakan aksesibilitas yang menjanjikan kenyamanan, keamanan dan kepuasan kepada wisatawan yang berkunjung ke daerah ini. Mulai merencanakan pembuatan dan perbaikan jalan dan jembatan penghubung untuk ke lokasi wisata, penerangan jalan dan jaringan telekomunikasi harus tersedia. Penataan obyek wisata dan menambah frekuensi penyelenggaraan atraksi wisata pada obyek wisata III-26

90 Memperbaiki kualitas pelayanan kepada wisatawan dengan meningkatkan kualitas pengelola obyek wisata melalui pelatihan misalnya pelatihan pemandu wisata. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengembangan pariwisata dengan pengaktifan kelompok sadar wisata dan industri kerajinan khas daerah. 20. Persentase pertumbuhan kunjungan wisata capaian dari indikator kinerja persentase pertumbuhan kunjungan wisata adalah -3214,862% dengan target sebesar 0,96 dan terealisi sebesar %. Target ini tidak tercapai disebabkan sarana dan prasarana untuk pengembangan objek wisata belum optimal dan diharapkan Sinergitas dengan SKPD lain misalnya PU untuk infrastruktur ke objek wisata, dinas koperindag untuk pedagang kaki lima dan cindramata wisata serta Pemasaran objek wisata seperti pemilihan duta wisata yang akan membantu memasarkan objek wisata di setiap event di dalam dan luar negeri. 21. Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDRB Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDRB berdasarkan harga berlaku pada tahun 2015 sebesar 0,60 persen keadaan ini tidak mencapai target yang telah dicanangkan pada RPJMD dimana pada tahun 2015 ditargetkan sebesar 1,70 persen. Rendahnya pertumbuhan wisata berdampak terhadap kontribusi sector pariwisata terhadap PDRB. 22. Angka Sengketa pengusaha-pekerja pertahun Capaian Indikator Angka Sengketa pengusaha-pekerja pertahun adalah 100 persen, dimana target yang ditetapkan sebanyak 2 orang dan tahun 2015 tidak ada pekerja yang bersengketa. Capaian ini menunjukkan bahwa kesadaran setiap pengusaha di Kab.Soppeng mengutamakan upaya mewujudkan tatanan kehidupan masyarakat yang saling menghormati, penuh III-27

91 toleransi, hidup berdampingan secara damai bebas dari konflik dengan memegang nilai dasar Sipakatau, Sipakalebbi, Siamasei yang bermakna saling menghormati, saling mengasihi antara satu dengan yang lainnya. Dan setiap tahun dilaksanakan sosialisai dan pembinaan terhadap perusahaan dan pekerja tentang perlindungan dan pengamanan ketenagakerjaan serta berbagai peraturan-peraturan pelaksana lainnya 23. Tingkat partisipasi angkatan kerja Capaian Indikator Kinerja Tingkat partisipasi angkatan Kerja pada tahun 2015 dengan realisasi 57.32% dari target yang ditetapkan sebesar 71,69% dengan tingkat capaian sebesar 41,09%. Sedangkan Indikator Pencari kerja yang ditempatkan dengan capaian 60 orang dari target yang ditetapkan sebesar 780 orang dengan tingkat capaian sebesar 8,59%. Capaian ini menurun jika dibandingkan dengan tahun 2014 dengan capaian sebesar 11,68%. Target tidak tercapai disebabkan karena : 1. Belum terbinanya bursa kerja khusus yang ada di institusi pendidikan/ balai kerja 2. Masih terbatasnya informasi pasar kerja, diantaranya disebabkan informasi lowongan/ kesempatan kerja oleh perusahaan tidak terbuka 3. Kurangnya kegiatan job canvasing (mencari lowongan pekerjaan ke perusahaan) 4. Kurangnya partisipasi perusahaan dalam wajib lapor lowongan pekerjaan 5. Kurangnya partisipasi pencari kerja yang telah ditempatkan/ telah mendapatkan kerja yang melaporkan diri ke dinas tenaga kerja Langkah-langkah kedepan yang akan dilaksanakan adalah dengan mengadakan koordasinasi dengan Instansi pemerintah III-28

92 (BKDD) untuk melaporkan beberapa formasi pegawai yang terisi, pada sektor swasta juga terdapat beberapa pekerja dalam perusahaan serta sektor BUMN/BUMD. 24. Keselamatan dan perlindungan Indikator Keselamatan dan perlindungan pada tahun 2015 dengan capaian sebesar 558,333 persen, dimana target yang ditetapkan sebanyak 12 dan terealisasi sebesar 67. Capaian ini terlalu tinggi disebabkan waktu penetapan target yang terlalu rendah. Pada tahun 2015 telah diadakan Sosialisasi penerapan peralatan tentang perlindungan ketenagakerjaan antara lain UU BPJS dan Kemampuan perusahaan dalam memberikan perlindungan dan pemenuhan kelengkapan kerja dan pemberian jaminan social. 25. Perselisihan buruh dan pengusaha terhadap kebijakan pemerintah daerah Perselisihan buruh dan pengusaha terhadap kebijakan pemerintah daerah adalah 100 persen, dimana target yang ditetapkan sebanyak 1 orang dan tahun 2015 tidak ada buruh dan pengusaha yang berselisih terhadap kebijakan pemerintah dan tidak ada aturan serta perundang-undangan yang dilanggar oleh perusahaan yang ada di Kab.Soppeng. Pemerintah Daerah telah melakukan sosialisasi terhadap berbagai aturan maupun kebijakan pemda senantiasa dilakukan dalam setiap kesempatan baik secara langsung maupun melalui media lainnya 26. Transmigran Indikator Transmigran dengan capaian 0 persen, dari target yang ditetapkan sebesar 0 persen dan realisasi sebesar 100 persen. III-29

93 Sasaran 2 Menurunnya Angka Penduduk Miskin Pemerintah Kabupaten Soppeng telah melaksanakan berbagai upaya menurunnya angka penduduk miskin. Jumlah indikator untuk menggambarkan capaian kinerja sasaran ini sebanyak 29 indikator. Tabel 3.4 Pencapaian Sasaran 2 Menurunnya Angka Penduduk Miskin Tahun 2015 Capaian Kinerja No. Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Thn 2015 (%) 1. Rata-rata jumlah anak per keluarga Cakupan Pasangan Usia % Subur yang isterinya di bawah usia 20 tahun 3. Rasio akseptor KB % Prevelensi peserta KB aktif % 5. Keluarga pra sejahtera & % keluarga sejahtera 1 6. Cakupan Anggota BKB ber-kb % Cakupan Anggota UPPKS ber- % KB 8. Rasio PLKB/PKB % 1:2 1: Rasio PPKBD % 1:1 1: Persentase Penduduk Miskin % Persentase partisipasi % perempuan di lembaga pemerintah 12. Partisipasi perempuan di % lembaga swasta Rasio KDRT % Partisipasi angkatan kerja % perempuan Rata-Rata jumlah kelompok Desa/Kel binaan lembaga pemberdayaan masyarakat (LPM) 16. Rata-Rata jumlah kelompok Desa/Kel binaan PKK LPM Berprestasi Desa/Kel PKK Aktif % III-30

94 19. Posyandu Aktif % Swadaya Masyarakat % terhadap Program Pemberdayaan Masyarakat 21. Regulasi Ketahanan Pangan buah Rata-rata Ketersediaan ton Pangan Utama 23. Ketersediaan Energi dan % Protein per Kapita 24. Penguatan Cadangan Pangan % 25. Ketersediaan Informasi Pasokan, harga dan akses pangan di Daerah 26. Stabilitas Harga dan Pasokan Pangan 27. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) 28. Pengawasan dan Pembinaan Keamanan Pangan % % % % 204, , Penanganan daerah Rawan % Pangan Rata-Rata Capaian Sasaran Capaian rata-rata sasaran 2 sebesar % dengan kategori sangat baik. Analisis atas capaian-capaian indicator kinerja sasaran ini adalah sebagai berikut : 1. Rata-Rata Jumlah Anak Per Keluarga Target jumlah anak perkeluarga tahun 2015 sebanyak 2,88 artinya setiap keluarga memiliki anak rata-rata 2 sampai 3 anak. Dan ternyata capain tahun 2015 menurun cukup tajam menjadi 1,22 artinya setiap keluarga rata-rata mempunyai 1 orang anak. Indikator ini juga mengalami peningkatan pencapaian, karena pada tahun 2014 yang lalu jumlah anak perkeluarga rata-rata 3,05 atau rata-rata keluarga hanya memiliki 3 orang anak. Salah satu hal yang menyebabkab peningkatan pencapaian ini adalah KIE dan promosi yang kian giat dilaksanakan, atau dengan kata lain gaung Program KKB kembali diaktifkan di lini lapangan apalagi dengan adanya Mobil Uni Penerangan (MUPEN) yang pengadaannya dari Dana III-31

95 Alokasi Khusus maka kegiatan KIE semakin diperbanyak, makanya ke depan kegiatan Pelayanan KIE dan aktivitas petugas lapangan KB perlu terus di galakkan. Capaian kinerja selama tahun bisa kita lihat pada tabel berikut ini. Tabel 3.5 Capaian Kinerja untuk jumlah anak perkeluarga Tahun Capaian Kinerja Indikator Sasaran NO Kinerja Jumlah Anak Balita Perkeluarga 104,44% %` 159,79% 94,83% 157,64% Capain kinerja untuk indikator jumlah anak perkeluarga yaitu pada tahun 2011 capaiannya 104,44%, tahun 2012 capaiannya 151,03% dan pada tahun 2013 capaiannya 159,79% sementara untuk tahun 2014 ini capaian hanya 94,83%, dan pada periode terakhir Renstra BPPKB capainnya kembali meningkat ke angka 157,64%. jadi kalau dilihat dari lima tahun terakhir maka tahun ini mengalami peningkatan yang cukup drastis dari tahun lalu, Salah satu hal yang menyebabkab peningkatan pencapaian ini adalah KIE dan promosi yang terus ditingkatkan, aktivitas petugas lapangan KB terus ditingkatkan, Selain itu tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya keluarga kecil bahagia dan sejahtera semakin tinggi. 2. Cakupan Pasangan Usia Subur yang isterinya di bawah usia 20 tahun Target capaian tahun 2015, cakupan PUS yang isterinya dibawah 20 Tahun sebesar 3,50%, dan ternyata yang dicapai sebesar 3,65%, Hal ini berarti bahwa sasaran menurunkan usia kawin muda tidak tercapai untuk tahun ini, capaian kinerja hanya 95,71%, jika dibandingkan dengan tahun 2014 yang lalu III-32

96 maka tidak ada perubahan sama sekali, jadi sama dengan indikator sebelumnya, karena data ini juga berasal dari hasil pendataan keluarga. Untuk tahun ini pendataan keluarga menggunakan MDK, sementara hasil pendataan 2015 belum dipublikasikan, jadi untuk sementara data yang dipakai masih data pendataan 2014 yang lalu. Salah satu penyebabnya adalah banyaknya PUS yang istrinya dibawah usia 20 tahun karena maraknya perkawinan di bawah umur dan tidak memperhatikan yang namanya pendewasaan usia perkawinan, dimana menurut Undang-undang 10 Tahun 1992, yang dipertajam dengan Undang-undang No. 52 Tahun 2009 diharapkan perempuan nanti menikah pada usia 20 tahun dan laki-laki 25 tahum. Untuk diharapkan peran para PLKB untuk mensosialisasikan yang namanya pendewasaan usia perkawinan dan juga perlu kesadaran para orang tua untuk tidak cepat-cepat mengawinkan anaknya utamanya di bawah usia 20 tahun. Salah satu kegiatan yang bisa digalakkan untuk mencapai target adalah mengaktifkan kelompok PIK Remaja yang ada di sekolah-sekolah. Selengkapnya dapat kita lihat capaiannya selama tahun berikut ini: Tabel 3.6 Capaian Kinerja untuk Indikator Cakupan PUS yang Isterinya dibawah 20 tahun Tahun NO Indikator Sasaran Kinerja Capaian Kinerja Cakupan PUS yang isterinya dibawah 20 tahun 102,63% 91,62% 96,11% 95,71% 95,71% Untuk Indikator Cakupan PUS yang istrinya dibawah 20 tahun selama tahun sudah memberikan hasil yang cukup III-33

97 bagus dimana capaian pada tahun 2011 adalah 102,63%, kemudian tahun 2012 adalah 91,62%, tahun 2013 dicapai 96,11%, tahun 2014 dicapai 95,71% dan terakhir tahun 2015 sama dengan tahun 2014 yait6u 95,71%. Ini pertandan semakin tingginya kesadaran masyarakat untuk menikahkan anaknya pada usia diatas 20 tahun. Program yang harus dilakukan dalam meningkatkan capaian kinerja ini adalah Program pembangunan pusat pelayanan informasi dan konseling (KRR) dengan mengaktifkan kelompok PIK Remaja yang di sekolah-sekolah dan sosialisasi di masyarakat. 3. Rasio Akseptor KB Target pencapaian rasio akseptor KB tahun 2015 adalah diantara PUS terdapat 750 peserta KB, dan yang dicapai adalah 750 peserta KB, berarti persentase pencapai 100%,. Rasio akseptor KB mengalami peningkatan dari tahun 2014 yang lalu. Capaian pada tahun 2014 yang lalu adalah 96,40% sedangkan tahun ini hanya 100%, jadi ada penurunan sebesar 3,60%, capaian ini sebenarnya lebih tinggi dari target SPM yang hanya 65%. Namun melihat capaian tahun ini maka perlu terus dipertahankan, kalau perlu ditingkatkan lagi. Untuk pencapaian selama tahun dapat dilihat pada tebel berikut ini : Tabel 3.7 Capaian Kinerja untuk Ratio Akseptor KB selama Tahun Capaian Kinerja Indikator NO Sasaran Kinerja Rasio Akseptor KB 100% 102,67% 102,27% 96,40% 100% Hasil yang telah dicapai selama lima tahun terakhir adalah pada tahun 2011 dicapai 100%, 2012 dicapai 102,67% tahun III-34

98 2013 dicapai 102,27%, tahun 2014 dicapai 96,40% dan tahun 2015 dicapai 100% jadi capaiannya berfluktuasi. Hal ini tentu tidak lepas dari keaktifan petugas di lini lapangan dalam meberikan konseling dan KIE kepada calon-calon akseptor KB, jadi untuk meningkatkan pencapaian peserta KB dan peningkatan capaian kinerja adalah dengan menggalakkan Program keluarga Berencana dengan melakukan promosi dan KIE. 4. Prevelensi peserta KB aktif Cakupan peserta KB aktif dilihat dari Jumlah peserta KB aktif berbanding dengan jumlah pasangan usia subur. Dari data yang ada pada tahun 2015, target tahun 2015 sebesar 75,00%, yang dicapai 75,06%, atau persentase pencapaian sasaran 100,08%. Jika kita tengok ke belakang pada tahun 2014 yang lalu pencapaian sasaran adalah 96,44% maka pada tahun ini mengalami peningkatan dibandingkan tahun yang lalu yaitu sebesar 3,56%, salah satu hal yang menyebakan peningakatan pencapaian ini adalah keaktifan petugas di lini lapangan dalam menggalang peserta KB baru, dan juga KIE yang terus ditingkatkan dalam meningkatkan pencapaian peserta KB Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) karena dengan menggunakan MKJP maka tingkat Drop out penggunaan alat kontraspesi akan berkurang. Selama periode restra capaian kinerja dapat kita lihat pada grafik berikut ini : III-35

99 Grafik 3.7 Cakupan Peserta KB Aktif Tahun Selama periode renstra inilah capaian kinerja yang paling rendah Pencapaian cakupan peserta KB aktif yang tidak mencapai target, tentunya perlu tetap didukung dengan menggalakkan pelaksanaan program KB utamanya di lini lapangan, dengan tetap membina akseptor KB yang sudah ada, jangan sampai mereka mengalami drop out, dan kalau perlu kita menggenjot pencapaian akseptor KB dengan menggalakkan 10 langkah PLKB yang diterapkan pada tahun-tahun yang lalu, sehingga tahun depan yang merupakan periode akhir renstra capaian akan kembali melebihi 100% dari target. Untuk indikator ini program intervensi yang dapat kita lakukan dengan melaksanakan Progran Pelayanan Kontrasepsi KB, sehingga semakin banyak peserta KB yang terjaring utamanya MKJP sehingga angka DO dapat dikurangselama periode renstra capaian kinerja untuk tahun 2015 ini kembali pda trend peningkatan setelah pada tahun 2014 yang lalu sempat mengalami penurunan, melihat hasil capaian ini tentunya perlu tetap didukung dengan menggalakkan pelaksanaan program KB utamanya di lini lapangan, dengan tetap membina akseptor KB yang sudah ada, jangan sampai III-36

100 mereka mengalami drop out, dan kalau perlu kita menggenjot pencapaian akseptor KB dengan menggalakkan 10 langkah PLKB yang diterapkan pada tahun-tahun yang lalu, sehingga capaian peserta KB aktif tetap kembali melebihi 100% dari target di tahun-tahun mendatang. Untuk indikator ini program intervensi yang dapat kita lakukan dengan melaksanakan Progran Pelayanan Kontrasepsi KB, sehingga semakin banyak peserta KB yang terjaring utamanya MKJP sehingga angka DO dapat dikurangi. 5. Keluarga pra sejahtera dan keluarga sejahtera I Untuk prosentase keluarga pra sejahtera dan keluarga sejahtera I, tingkat keberhasilannya diukur dari penuruanan angka keluarga sejahtera dan keluarga sejahtera I, penurunan ini tentunya dibarengi dengan peningkatan kualitas kesejahteraan masyarakat, yang dilihat dari tingkat penghidupannya. Pada tahun 2015 ditargetkan jumlah Keluarga Pra dan KS I sebesar 19,40%, yang dicapai 14,88%, jika dibandingkan dengan tahun 2014 yang lalu, maka untuk tahun ini tidak mengalami perubahan sama sekali, karena memang data yang dipakai masih data pendatan tahun 2014, karena Pendataan Tahun 2015 dengan menggunakan MDK hasilnya belum dipublikasikan oleh BKKBN Pusat, karena semua hasil pendataan di scan di Perwakilan BKKBN Provinsi dan hasilnya di telah diinput dalam aplikasi di BKKBN Pusat. Jadi untuk sementara data yang kami gunakan masih data lama, dan hasil pendataan 2015, akan kami publikasikan kemudian. Dalam lima tahun terakhir perbandingan capaian kinerja dapat kita lihat pada grafik berikut ini: III-37

101 Grafik 3.8 Persentase Keluarga Pra Sejahtera dan KS I Tahun Dalam 5 (lima) tahun periode renstra indikator ini memang selalu memperlihatkan grafik yang cukup baik dalam hal capaian kinerja, dan diharapkan tahun depan akan mengalami penurunan sehingga pada akhir periode renstra bisa dicapai target kinerja yang ada pada renstra tersebut. Tingkat keberhasilan dalam menurunkan jumlah keluarga pra sejahtera dan keluarga sejahtera I tentunya tidak terlepas dari pelaksanaan program pemerintah yang menyentuh langsung masyarakat miskin melalui program pengentasan kemiskinan. Secara umum selama lima tahun terakhir periode renstra hasil yang telah dicapai adalah pada tahun 2011 yaitu 110,10%, tahun 2012 yaitu 120,4% dan tahun 2013 capaiannya 116,36 tahun 2014 ini capaiannya adalah 123,70%, dan terakhir capaiannya tahun 2014 sebesar 123,70% atau tidak mengalami perubahan dari tahun 2014 yang lalu. Program/Kegiatan intervensi yang bisa dilakukan untuk semakin meningkatkan capaian kinerja ini adalah Penyediaan Pelayanan KB dan Alat Kontrasepsi bagi Keluarga Miskin, sehingga semua keluarga Pra Sejahtera dan KS I tetap mendapatkan pelayanan KB Gratis yang berkualitas. III-38

102 6. Cakupan Anggota BKB ber-kb Target cakupan anggota kelompok Bina Keluarga Balita (BKB) yang ber KB tahun 2015 sebesar 80%, sedangkan pencapaian sebesar 77,02%, jadi ada peningkatan dibandingkan dengan tahun 2014 yang lalu dimana realisasi hanya 66,74, sementara dari segi capaian kinerja untuk tahun ini sebesar 96,28% sementara untuk tahun yang lalu capaiannya hanya 84,48% jadi ada peningkatan dibandingkan dengan tahun yang lalu. Capaian ini pun juga belum mecapai target yaitu sebesar 80,00%. hal ini disebabkan karena banyaknya kelompok BKB yang tidak aktif dalam menjalankan kegiatan pertemuan seperti yang diharapkan. Serta banyaknya anggota BKB yang Hamil serta ingin anak segera, utamanya yang ingin anak kedua. Penyebab lain menurunnya capaian ini bahwa sesuai dengan ketentuan Kelompok BKB harus melakukan pertemuan tiap bulan, namun banyak Kelompok BKB yang aktif kalau ada kegiatan lomba saja, sehingga pelaporannnya juga tidak terlalu bagus. Jadi ke depan diharapkan semua Kelompok BKB yang ada betul-betul aktif mengadakan pertemuan sehingga selain untuk pembinaan tumbuh kembang anak anggota BKB ini bisa dijaring menjadi peserta KB aktif. Untuk capaian cakupan anggota BKB yang ber-kb selama lima tahun terakhir dapat kita lihat pada tabel berikut ini : NO Tabel 3.8 Capaian Kinerja untuk Indikator Cakupan Anggota BKB yang Ber-KB Tahun Indikator Sasaran Kinerja Capaian Kinerja Cakupan Anggota BKB yang ber-kb 124,22% 108,48% 96,95% 84,48% 96,28% III-39

103 Untuk indikator cakupan anggota BKB yag ber KB capaian kinerja selama empat tahun terakhir adalah pada tahun 2011 capaiannya 124,22%, kemudian pada tahun 2012 yaitu 108,48, pada tahun 2013 yaitu 96,95%, tahun 2015 ini kembali menurun menjadi 84,48% dan terkahir pada periode terakhir renstra yang dicapai adalah 96,28%. Jadi secara keseluruhan dalam lima tahun periode renstra indikator ini sempat mengalami penurunan dari tahun dan kembali pada tahun 2015 ini mengalami peningkatan. Hal ini sebagaimana disebutkan di atas adalah ketidakaktifan kelompok BKB dalam melakukan aktivitas pertemuan, yang seharusnya minimal 1 kali sebulan melakukan pertemuan, namun banyak kelompok BKB yang aktif pada saat ada lomba. Selain itu Banyak anggota BKB yang malah tidak masuk sebagai peserta KB utamanya bagi mereka yang memang masih mengingkan anak lagi. Salah satu Program yang dapat dilakukan untuk meningkatkan capaian ini adalah Program Penyiapan tenaga pendamping kelompok Bina Keluarga di Kecamatan, sehingga dengan adanya program ini dapat kembali mengaktifkan semua kelompok BKB sasaran untuk melakukan pertemuan rutin 7. Cakupan Anggota UPPKS ber-kb Target cakupan anggota UPPKS yang ber-kb tahun 2015 yaitu sebesar 95%, namun capaian tahun 2015 mencapai 83,43%,. Jika dilihat dari capain tahun 2014 yang lalu maka capaian tahun ini mengalami penurunan tahun 2014 yang lalu capaiannya 93,20%, Capaian tahun 2015 ini masih jauh dibawa target renstra. Hal ini disebabkan banyak anggota Kelompok UPPKS adalah bukan PUS, sehingga otomatis mereka tidak bisa menjadi peserta KB, biasanya kelompok UPPKS ini diisi oleh Ibu-ibu yang sudah monopouse, atau janda, atau yang tidak memiliki suami. Untuk kedepan Kelmpok UPPS yang III-40

104 dibentuk di tingkat desa/kelurahan diharapkan lebih banyak PUS yang di jadikan sasaran atau dimasukkan sebagai anggota kelompok, sehingga mereka bisa menjadi peserta KB, dan tentunya juga capaian kinerja akan meningkat. Kelompok UPPKS juga sebenarnya diisi oleh keluarga dari tahapan Pra sejahtera dan KS I karena Kelompok UPPKS ini diharapkan bisa menurunkan angka kemiskinan, makanya kelompok ini perlu kembali di galakkan dengan menggaet anggota UPPKS dari pra sejahtera dan KS I menjadi peserta KB. Untuk Capaian kinerja indikator ini selama tahun dapat disajikan pada tabel berikut ini: Tabel 3.9 Capaian Kinerja Indikator Cakupan Anggota UPPKS yang ber-kb Tahun Indikator Sasaran Capaian Kinerja NO Kinerja Cakupan Anggota UPPKS yang ber-kb 94,38% 100,06% 101,03% 93,20% 83,43% Jadi capaian selama 5 tahun terakhir capaian kinerja untuk indikator Cakupan anggota UPPKS yang ber-kb mengalami fluktuasi, hal ini disebabkan karena banyaknya anggota UPPKS yang sudah memasuki masa monopouse atau memang bukan PUS lagi. Kelompok UPPKS ini sangat bagus untuk meningkatkan pendapatan keluarga Untuk itu kelompok UPPKS ini juga dapat lebih diberdayakan karena selain untuk meningkatkan pendapatan keluarga juga dapat meningkatkan cakupan peserta KB khususnya anggota UPPKS yang masih berstatus PUS. 8. Rasio PLKB/PKB Ratio petugas lapangan tahun 2015 dibanding jumlah Desa/Kelurahan yang ada diharapkan mencapai 100% yang artinya diharapkan 1 PLKB bertugas disetiap Desa/Kelurahan III-41

105 (1:1), namun di tahun 2015 ini jumlah PLKB hanya sebanyak 38 Orang sedangkan ada 70 Desa/Kelurahan di Kabupaten Soppeng, jadi target capaian kinerja hanya 54,29%. Penyebab tidak tercapainya target ini adalah karena banyaknya PLKB/PKB yang pindah ke instansi lain dan ada juga PLKB yang pindah ke Jabatan Struktural. Jika dibandingkan dengan tahun yang lalu ada penurunan karena tahun 2014 PLKB/PKB sebanyak 32 orang atau 45,71%. Sesuai dengan aturan seorang penyuluh membawahi 1-2 desa jadi kalau dilihat dari jumlah penyuluh sekarang belum memenuhi target yaitu 38 orang penyuluh, sementara jumlah desa/kelurahan hanya 70, jadi kalau mau dirata-ratakan masing-masing PLKB/PKB yang membina 2 desa sekaligus, bahkan ada yang Cuma satu desa saja yang dibina. Namun demikian di tahun-tahun mendatang tetap diharapkan ada penambahan tenaga penyuluh untuk mengantisipasi adanya Penyuluh yang pindah atau yang memasuki usia pensiun. Untuk capaian kinerja ratio PLKB dari tahun dapat kita lihat pada tabel berikut ini: Tabel 3.10 Capaian Kinerja untuk Ratio PLKB Tahun Indikator Capaian Kinerja NO Sasaran Kinerja Ratio PLKB/PKB 57.14% 55,71% 52,85% 45,71% 54,29% Jadi empat tahun terakhir jumlah PLKB/PKB selalu mengalami penurunan dari segi kuantitas, dan yang paling sedikit adalah pada tahun 2015 ini dimana jumlah PLKB/PKB hanya 38 orang jadi capainnya hanya 54,29%. Penyebabnya adalah adalah banyaknya PLKB/PKB yang pindah ke instansi lain dan ada juga PLKB yang pindah ke Jabatan Struktural, untuk mengantisipasi hal tersebut maka yang perlu dilakukan III-42

106 adalah tetap mengusulkan ke BKD untuk penerimaan CPNS Formasi Penyuluh KB. 9. Rasio PPKBD Ratio PPKBD sudah tercapai pada tahun 2015, dimana jumlah PPKBD sama dengan jumlah Desa/Kelurahan, yang artinya setiap petugas mempunyai 1 wilayah kerja. Jadi sama dengan tahun yang lalu tidak ada perubahan. Jadi untuk Ratio PPKBD tidak mengalami perubahan sejak tahun 2011 PPKB tetap berjumlah 70 orang sesuai dengan jumlah Desa/Kelurahan yang ada, namun yang perlu mendapatkan perhatian karena dari segi kuantitas sudah mencukupi namun di tinjau dari segi kualitas masih sangat kurang, artinya PPKBD ini diharapkan membantu tugas-tugas PLKB di lapangan, namun banyak diantara mereka yang tidak aktif melakukan kegiatan. Salah satu hal yang memicu penyebab tidak aktifnya PPKBD dilapangan karena insentif mereka masih sangat kurang, walaupun sudah dianggarkan di APBD tapi itu masih kurang, karena mereka hanya mendapatkan honor Rp ,- selama tiga bulan saja. Untuk itu ke depan yang perlu mendapatkan perhatian adalah peningkatan honor bagi PPKBD. Jadi sampai tahun 2015 ini jumlah PPKBD tidak berubah sesuai dengan tabel berikut ini : Tabel 3.11 Capaian Kinerja untuk Indikator Ratio PLKB Tahun NO Indikator Sasaran Kinerja Capaian Kinerja Ratio PPKBD 100% 100% 100% 100% 100% Jadi ratio PPKBD dapat tercapai selama empat tahun terakhir, namun yang menjadi permasalahan adalah kualitas III-43

107 dari PPKBD yang ada karena diharapkan PPKBD bisa membantu tugas PLKB dalam mencari akseptor KB, namun banyak yang tidak melaksanakan tugasnya sebagaimana mestinya. Untuk itu kedepan diharapkan peningkatan aktivitas dari PPKBD di lapangan bukan hanya dari segi kualntitas saja yang mencapai target tapi kualitasnya juga bisa lebih ditingkatkan 10. Persentase Penduduk Miskin Capaian Indikator Persentase Kemiskinan sebesar 87.60%. Kebijakan Pemerintah Kabupaten Soppeng yang berorientasi pada upaya menekan angka kemiskinan tercermin dari menurunnya angka kemiskinan dari (10,42%) pada tahun 2010, sedangkan pada tahun 2011 dapat ditekan menjadi (9,36%), tahun 2012 ditekan menjadi (9.12%) dan tahun 2013 menjadi (9,43%). Tabel 3.12 Capaian Kinerja Persentase Penduduk Miskin Tahun NO Indikator Kinerja Capaian Kinerja Persentase Penduduk Miskin 102,09 99,89 92,60 87, Persentase partisipasi perempuan di lembaga pemerintah Target Persentase partisipasi perempuan di lembaga pemerintah pada tahun 2015 adalah sebesar 10,30%, dimana jumlah pekerja perempuan di Lembaga Pemerintah tahun 2015 sebanyak sedangkan jumlah pekerja perempuan sebanyak , jika dibandingkan dengan pencapaian tahun 2014, maka kelihatan pada tahun 2015 ini mengalami penurunan capaian kinerja, salah satu hal yang mendorong peningkatan capaian kinerja ini adalah semakin banyaknya perempuan yang diterima sebagai yang bekerja baik itu di III-44

108 instansi pemerintah daerah lembaga-lembaga swasta yang ada di kabupaten Soppeng. Namun walaupun mengalami penurunan tetapi capaian kinerja masih diatas target yang ada. Kalau dilihat dari jumlah pekerja perempuan tahun ini memang mengalami peningkatan yang signifikan, ditahun 2014 pekerja perempuan hanya sekitar , sementara tahun ini meningkat menjadi Dan diharapkan tahun-tahun kedepan pendataan perempuan yang berpartisipasi di lembaga pemerintah lebih diperbaiki, sehingga target kinerja yang sudah ditetapkan dapat senantiasa tercapai. 12. Partisipasi perempuan di lembaga swasta Target Persentase partisipasi perempuan di Lembaga Swasta pada tahun 2015 adalah sebesar 59,80%, sedangkan pencapaian tahun 2015 adalah 88,95%, sehingga capaian kinerja mengalami peningkatan 148,75%. Hal ini disebabkan meningkatnya pengetahuan dan keterampilan perempuan di berbagai sektor. Pencapaian persentase partisipasi perempuan di lembaga swasta mengalami peningkatan yang cukup tinggi, jika dibandingkan dengan pencapaian tahun 2014, hal ini disebabkan semakin banyaknya perempuan yang beraktifitas bukan saja di lembaga pemerintah tetapi juga di lembagalembaga swasta yang ada.hal ini menjadi suatu catatan positif bagi peningkatan partisipasi perempuan di lembaga swasta, karena banyaknya perempuan yang bekerja di sektor swasta, sehingga kedepan mereka dapat mandiri dan tidak terlalu tergantung pada pria, sehingga akan semakin menurunkan jumlah wanita yang mengalami kekerasan. 13. Partisipasi angkatan kerja perempuan Partispasi angkatan kerja perempuan untuk tahun 2015 mencapai target dari yang sudah ditetapkan, dari target III-45

109 89,00% sementara pencapaian hanya 89,23%, jadi persentase pencapaian 100,26%. Jika dibandingkan dengan tahun 2014 yang lalu, maka kelihatan untuk tahun 2015 ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan, jika ditahun 2014 capaiaan kinerja hanya 81,61%, maka pada tahun 2015 capaian kinerja menurun menjadi 100,26%, peningkatan capaian kinerja ini disebabkan semakin banyaknya perempuan yang terampil dan berpartisipasi aktif di dunia kerja dan dunia industry yang ada. Partisipasi angkatan kerja perempuan dilihat dari seberapa besar keterlibatan kaum perempuan dalam dunia kerja baik yang swasta maupun di lembaga-lembaga pemerintah. Tentu peningkatan partisipasi angkatan kerja perempuan ini perlu mendapatkan apresiasi yang tinggi, karena ini menandakan bahwa penagurusutamaan gender yang selama ini kita sosialisasikan telah berjalan dengan baik, sehingga dunia kerja dan dunia industry tidak lagi membeda-bedakan antara tenaga kerja perempuan dan tenaga kerja laki-laki, karena masingmasing memiliki kekurangan dan kelebihan, yang jelas semuanya bisa memberikan sumbangsih bagi pemerintah dan badan usaha swasta. Untuk kedepan untuk dapat mempertahanakan atau meningkatan capaian kinerja di sasaran Meningkatnya partisipasi perempuan di lembaga pemerintah dan swasta serta partisipasi angkatan kerja perempuan adalah melaksanakan Program Peningkatan peran serta dan kesetaraan gender dalam pembangunan, sehingga kaum perempuan dapat berpartisipasi aktif dalam pembangunan. Selain itu sedapat mungkin datadata ini dapat tersedia sehingga tidak lagi mengacu pada data tahun sebelumnya yang bisa saja ada perubahan dari data yang terbaru. Untuk capaian selama lima tahun terakhir dapat kita lihat pada grafik beikut ini: III-46

110 Grafik 3.9 Pencapaian Kinerja Meningkatnya partisipasi perempuan di lembaga pemerintah dan swasta, serta partisipasi angkatan kerja perempuan Capaian Kinerja untuk Sasaran Meningkatnya Partisipasi Perempuan Di Lembaga Pemerintah Dan Swasta, Serta Partisipasi Angkatan Kerja Perempuan Tahun % % 50.00% 0.00% Partipasi Perempuan di Partipasi Lembaga Perempuan di Pemerintah Lembaga Swasta Angkatan Kerja Perempuan Rasio KDRT Untuk ratio KDRT di lihat dari jumlah KDRT yang melapor dibandingkan dengan jumlah rumah tangga yang ada. Untuk tahun 2015 ini jumlah KDRT sebanyak 21 kasus sementara jumlah Rumah tangga sebesar Rumah tangga. Jadi persentase pencapaiannya sebesar 0,037% sementara untuk Tahun 2015 ini ditargetkan ratio KDRT hanya 0,010%, jadi capaian kinerja tahun 2015 sebesar 37.00%. jika dilihat dari jumlah kasus yang terjadi sebenarnya pada tahun 2015 ini jumlah kasus KDRT mengalami peningkatan karena pada tahun 2014 kejadian KDRT ada 15 kasus dan tahun 2015 ada 21 kasus jadi bertambah 6 kasus, namun dari target ini malah tidak mencapai target karena seharusnya capainnya 0,001% realisasinya 0,037% yang dicapai hanya 37% saja. Ketidakberhasilan mencapai target yang ditetapkan disebabkan oleh karena kejadian KDRT susah untuk diperkirakan karena ini diluar kemampuan kami dalam mengukur jumlah kejadian yang akan terjadi. Tetapi dari segi penyelesaian masalah KDRT semuanya dapat terselesaikan III-47

111 dengan baik. Kejadian KDRT sebenarnya banyak sekali terjadi di lingkungan masyarakat kita sejak lama, tetapi yang melapor atau terlaporkan hanya sebagaian kecil saja, karena masyarakat belum memahami betul apa itu KDRT dan bagiamana proses pelaporannya, maka dengan semakin banyaknya sosialisasi yang dilaksanakan oleh pemerintah atau lembaga-lembaga terkait sehingga masyarakat sudah mengenal bagaimana yang namanya KDRT dan dimana kita bisa melapor, sehingga kita lihat saja kejadian KDRT sudah semakin banyak yang terekspos dan melapor ke pihak yang berwenang. Untuk mengurangi tindak KDRT diharapkan tahun 2015 semua Posko pelayanan pengaduan KDRT lebih aktif untuk melakukan pemantauan kasus-kasus KDRT yang terjadi di masyarakat,dan terus melakukan pembinaan pada masyarakat untuk menekan jumlah kasus KDRT. Program yang harus dijalankan dalam mengurangi tindak KDRT ini adalah Program Penguatan Kelembagaan Pengarusutamaan Gender dan Anak sehingga dengan semakin banyaknya kegiatan sosialsiasi, peyuluhan yang dilakukan akan semakin mengurangi tindak KDRT. bawah ini : Dalam bentuk grafik dapat kita lihat pada gambar di % 50.00% 0.00% Grafik 3.10 Rasio KDRT Tahun RASIO KDRT TAHUN Ratio KDRT Untuk ratio KDRT hasil yang dicapai selama tahun berfluktuasi dimana capaian pada tahun 2011 adalah III-48

112 52,03%, sementara tahun 2012 capaiannya adalah 33,33% dan pada tahun 2013 capaian kinerjanya 39,29% dan tahun 2014 yang dicapai hanya 10%, sementara pada tahun 2015 yang merupakan periode terakhir renstra capainnay 37%. Kelihatan capaiannya meningkat, tetapi kasus di masyarakat semakin banyak. Ratio KDRT semakin susah untuk dicapai sesuai target ini disebabkan karena kejadian KDRT merupakan suatu hal yang susah untuk diprediksi dan datanya kami ambil dari kejadian KDRT yang melapor di Polres Soppeng. Hal lain yang menyebabkan adalah karena mereka semakin paham alur pelaporan KDRT jadi bisa saja tahun-tahun sebelumnya banyak kejadia KDRT namun mereka tidak melapor karena tidak mengetahun bagaimana proses pelaporannya, namun dengan banyaknya penyuluhan yang di lakukan maka mereka semakin paham apa itu KDRT dan alur pelaporannya sehingga semakin banyak masyarakat yang melapor di pihak yang berwenang. 15. Rata-rata jumlah kelompok binaan lembaga pemberdayaan masyarakat (LPM) Untuk Rata-rata jumlah kelompok binaan lembaga pemberdayaan masyarakat (LPM) capaian kinerja mencapai persen. Dimana target yang ditetapkan adalah hanya 17 Desa/Kel, sedangkan realisasi dilapangan mencapai 70 Desa/Kel dengan dukungan program peningkatab keberdayaan masyarakat perdesaan dengan kegiatan pemberdayaan lembaga organisasi masyarakat perdesaan yang dilaksanakan di 70 Desa/Kelurahan dan pemberian makanan anak sekolah (PMT- AS) yang dilaksanakan di 5 Kecamatan/Desa dengan 200 murid SD. Serta pembinaan, evaluasi dan Monitoring Baruga Sayang dilaksanakan di 5 Kecamatan/Desa. III-49

113 Tabel 3.13 Capaian Kinerja untuk Indikator Rata-rata jumlah kelompok binaan lembaga pemberdayaan masyarakat (LPM) Tahun Indikator Sasaran No Kinerja 1. Rata-rata jumlah kelompok binaan lembaga pemberdayaan masyarakat LPM) Capaian Kinerja Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa pada tahun 2011 tingkat capaian sebesar 100 persen, dimana target yang ditetapkan sebesar 2 Desa/Kel dan realisasi sebesar 2 Desa/Kel, sedangkan tahun 2012 tingkat capaian sebesar persen, dimana target yang ditetapkan sebesar 17 Desa/Kel dan realisasi sebesar 9 Desa/Kel. Sedangkan tahun 2013 tingkat capaian sebesar persen. dimana target yang ditetapkan sebesar 17 Desa/Kel dan realisasi sebesar 70 Desa/Kel. 16. Rata-rata jumlah kelompok binaan PKK Rata-rata jumlah kelompok binaan PKK capaian kinerja mencapai 500 persen. Dimana target yang ditetapkan adalah hanya 14 Desa/Kel, sedangkan realisasi dilapangan mencapai 70 Desa/Kel dengan dukungan program peningkatan keberdayaan masyarakat pedesaan dengan kegiatan fasilitasi program PKK dalam rangka pelaksanaan kegiatan administrasi dilaksanakan di 8 Kecamatan 70 Desa/Kelurahan. Tabel 3.14 Capaian Kinerja untuk Indikator Rata-rata jumlah kelompok binaan PKK Tahun No Indikator Sasaran Kinerja 1. Rata-rata jumlah kelompok binaan PKK Capaian Kinerja III-50

114 Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa pada tahun 2011 dan tahun 2012 tingkat capaian sebesar 100 persen, dimana target yang ditetapkan sebesar 14 Desa/Kel dan realisasi sebesar 14 Desa/Kel, sedangkan tahun 2013 dan 2014 tingkat capaian sebesar 500 persen. dimana target yang ditetapkan sebesar 14 Desa/Kel dan realisasi sebesar 70 Desa/Kel. 17. LPM Berprestasi Sedangkan untuk Indikator Persentase LPM Berprestasi capaian kinerja mencapai 100 persen. LPM berprestasi dilaksanakan melalui pembinaan melalui lomba Desa/Kel di Desa Citta Kec.Citta. Diadakan pencanangan bulan bhakti Gotong Royong masyarakat di 1 Desa dan 1 Kelurahan serta percepatan pembangunan sanitasi pemukiman (PPSP) yang dilaksanakan di 8 Kecamatan 70 Desa/Kelurahan. No Tabel 3.15 Capaian Kinerja untuk Indikator LPM Berprestasi Tahun Indikator Sasaran Kinerja Capaian Kinerja LPM Berprestasi Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa pada tahun 2011 sampai dengan 2015 tingkat capaian sebesar 100 persen, dimana target yang ditetapkan sebesar 3 buah dan realisasi sebesar 3 buah. 18. PKK aktif Capaian PKK aktif sebesar 100 persen. Dari jumlah 79 PKK yang ada semuanya masih aktif melaksanakan tugasnya sebagai kader PKK. 19. Posyandu aktif Capaian Posyandu aktif sebesar 100 persen. Dari total posyandu yang telah dibentuk sebanyak 314 posyandu. III-51

115 Posyandu tersebut semua aktif melaksanakan kegiatan pelayanan terpadu setiap bulan satu kali kegiatan yang mencakup kegiatan (Penimbangan Balita, Pelayanan Imunisasi, Pelayanan KIA, Pelayanan Gizi dan Pelayanan KB). Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya laporan dari petugas Posyandu kepada Puskesmas melalui petugas lapangan keluarga berencana (PLKB) yang selanjutnya dilaporkan ke Dinas Kesehatan dan BPPKB. 20. Swadaya Masyarakat terhadap Program Pemberdayaan Masyarakat Indikator Persentase Swadaya Masyarakat terhadap program Pemberdayaan Masyarakat dengan capaian 100 persen. Indikator kinerja tersebut telah dicapai dengan didukung program peningkatan partisipasi masyarakat dalam membangun desa, pengembangan lembaga ekonomi pedesaan dan peningkatan kapasitas aparatur pemerintah desa. Tabel 3.16 Capaian Kinerja untuk Indikator Swadaya Masyarakat terhadap Program Pemberdayaan Masyarakat Tahun No Indikator Sasaran Kinerja 1. Swadaya Masyarakat terhadap Program Pemberdayaan Masyarakat Capaian Kinerja (%) , Berdasarkan table diatas menunjukkan bahwa pada tahun 2011 tingkat capaian sebesar 100 persen, dimana target yang ditetapkan sebesar 40 persen dan dapat terealisasi sebesar 40 persen, untuk tahun 2013 dtingkat capaian sebesar 100 persen dimana target yang ditetapkan sebesar 50 persen dapat terealisasi sebesar 50 persen. Sedangkan untuk tahun 2013 dtingkat capaian sebesar 96,67 persen dimana target yang III-52

116 ditetapkan sebesar 60 persen dapat terealisasi sebesar 55 persen. 21. Regulasi ketahanan pangan pada Tahun 2015 sebanyak 5 buah dengan target sebanyak 5 buah sehingga tingkat capaian sebesar 100%. Adapun regulasi ketahanan pangan dalam mendukung Pembangunan Ketahanan Pangan merupakan bagian integral pembangunan nasional yang dilaksanakan dengan penataan regulasi kebijakan dalam bentuk Perda, Perkada, dsb serta untuk menjamin kepastian hukum pelaksanaan program dan kegiatan adalah sebagai berikut : 1. Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2014 tentang Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Pemerintah Kabupaten Soppeng Tahun Anggaran 2015; 2. Peraturan Bupati No. 46/PER-BUP/XII/2014 tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Pemerintah Kabupaten Soppeng Tahun Anggaran 2015; 3. Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2015 tentang Perubahan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Pemerintah Kabupaten Soppeng Tahun Anggaran 2015; 4. Peraturan Bupati No. 24/PER-BUP/XII/2015 tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Pemerintah Kabupaten Soppeng Tahun Anggaran 2015; 5. Peraturan Bupati Soppeng Nomor 28 Tahun 2015 tentang Pengelolaan Cadangan Pangan Pemerintah Kabupaten Soppeng Tahun Rata-rata Ketersediaan pangan utama Dalam hal ini ketersediaan beras sebagai konsumsi pangan utama penduduk di Kabupaten Soppeng Tahun 2014 sebesar Ton dimana target yang ingin dicapai sebesar Ton sehingga tingkat capaian sebesar 78.65%. Untuk III-53

117 memperoleh rata-rata ketersediaan pangan utama penduduk di Kabupaten Soppeng yaitu jumlah ketersediaan pangan utama ( ) Ton dibagi jumlah penduduk ( ) jiwa dan selanjutnya di konversi dalam satuan Kg (dikali 1000), sehingga diperoleh rata-rata ketersediaan pangan sebesar Kg/Perkapita/Tahun. Untuk mengetahui perbandingan tingkat ketersediaan dan rata-rata ketersediaan pangan utama pada tahun sebelumnya dapat di lihat pada tabel di bawah ini: Tabel 3.17 Jumlah Ketersediaan dan Rata-Rata Ketersediaan Pangan Utama Penduduk di Kabupaten Soppeng Tahun Uraian Jumlah Ketersediaan Pangan Utama Ton/Thn Ton/Thn Ton/Thn Rata-Rata Jumlah Ketersediaan Pangan Kg/Perkapit Kg/Perkapita/ a/thn Thn Sumber Data Sementara : Laporan Analisis Ketersediaan BP3KP Thn Kg/Perkapita /Thn Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa pada Tahun 2014 mengalami penurunan jumlah ketersediaan pangan utama di bandingkan pada Tahun 2013 yaitu sebesar 443 Ton atau sekitar 0,28%. Namun di satu sisi mengalami peningkatan rata-rata ketersediaan pangan utama penduduk sebesar Kg/Perkapita/Tahun atau sekitar 3,3 %. Penurunan jumlah ketersediaan pangan utama disebabkan oleh data ekspor impor dimana pada tahun 2014 jumlah ekspor beras cukup tinggi jika di bandingkan pada tahun 2013 sehingga mempengahuri stock cadangan pangan dalam hal ini beras. Sedangkan meningkatnya rata-rata ketersediaan pangan utama disebabkan oleh factor pembagi jumlah penduduk, dimana pada Tahun 2013 jumlah penduduk lebih banyak sekitar jiwa dibandingkan pada Tahun 2014 sekitar jiwa. III-54

118 23. Ketersediaan Energi dan Protein per Kapita Ketersediaan Energi dan Protein Per Kapita pada Tahun 2015 cukup tinggi dimana pada Tahun 2015 tingkat pencapaian ketersediaan energi dan protein sebesar 356.1% dimana terdapat target sebesar 90% dengan realisasi sebesar %. Untuk mengetahui lebih jelas tingkat Ketersediaan Kalori dan Ketersediaan Protein pada Tahun 2011 sampai Tahun 2015 dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 3.18 Perbandingan Ketersediaan Kalori dan Protein Tahun 2011 s/d Tahun 2014 perkapita/hari Uraian Tahun Ketersediaan Kalori (Kkal/hari) Ketersediaan Protein (Grm/hari) Sumber Data Sementara : Laporan Neraca Bahan Makanan Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa tingkat ketersediaan kalori dan protein setiap tahunnya meningkat. Hal ini disebabkan oleh tingkat ketersediaan energi untuk padipadian khususnya jenis pangan beras dimana tingkat ketersediaannya tinggi sebesar 156,084. Sedangkan untuk mengetahui tingkat capaian ketersediaan protein dan kalori perkapita/hari Tahun 2011 s/d Tahun 2015 dapat dilihat pada grafik di bawah ini : Grafik 3.11 Persentase Ketersediaan Kalori dan Energi Perkapita/hari Tahun 2011 s/d Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Target Ketersediaan Kalori dan Protein Realisasi Ketersediaan Kalori dan Protein III-55

119 Berdasarkan grafik diatas menunjukkan bahwa pada Tahun 2011 target ketersediaan kalori dan protein sebesar 60% dan realisasi % dengan tingkat pencapaian %. Pada Tahun 2012 target ketersediaan kalori dan protein sebesar 65% dengan realisasi % dengan tingkat pencapaian %. Pada tahun 2013 target ketersediaan kalori dan protein sebesar 70% dan realisasi % dengan tingkat pencapaian %. Sedangkan pada Tahun 2014 target 85% dengan realisasi sebesar % atau pencapaian sebesar 424,22%. Untuk Tahun 2015 target 90% dengan realisasi % atau tingkat pencapaian 356.1%. Pencapaian realisasi dari Tahun 2011 s/d Tahun 2015 sangat tinggi jika dibandingkan dengan target yang kita tetapkan. Hal ini disebabkan adanya tingkat ketersediaannya pangan utama dalam hal ini beras surplus dimana tingkat produksi dan produktifitas pangan utama padi sangat tinggi. 24. Penguatan Cadangan Pangan pada Tahun 2011 s/d Tahun 2014 tingkat pencapaiannya belum terealisasi dimana belum adanya cadangan pangan pemerintah sebesar 100 ton untuk kabupaten/kota. Pada Tahun 2015 terdapat capaian kinerja sebesar 11%, dimana target yang diharapkan sebesar 60% atau sekitar 60 Ton dari target 100 ton untuk kabupaten/kota belum dapat terpenuhi atau terdapat realisasi sebesar 6.6 Ton. Untuk menyikapi hal tersebut maka diharapkan kepedulian pemerintah daerah melalui Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian dan Ketahanan Pangan Kab. Soppeng untuk mencanangkan pengisian gudang cadangan pangan dapat mencapai 60 Ton pada RPJMD Tahun Ketersediaan Informasi Pasokan, harga dan akses pangan di Daerah III-56

120 pada Tahun 2015 mengalami peningkatan yang cukup baik dimana tingkat ketersediaan 9 (Sembilan) bahan pokok cukup tersedia yaitu: (1) gabah/beras, (2) jagung, (3) kedelai, (4) daging sapi, (5) daging ayam, (6) telur, (7) minyak goreng, (8) gula pasir, dan (9) cabe merah dan dapat terjangkau oleh masyarakat di 8 kecamatan. Untuk mengetahui lebih jelas situasi ketersediaan informasi pasokan harga dan akses pangan dapat dilihat pada grafik di bawah ini : Grafik 3.12 Perbandingan Tingkat Ketersediaan Pasokan Harga dan Akses Pangan Tahun 2011 s/d Tahun 2015 Berdasarkan grafik diatas menunjukkan bahwa pada Tahun 2011 sampai Tahun 2015 tingkat ketersediaan informasi pasokan harga dan akses pangan mengalami peningkatan dengan tingkat pencapaian melebihi target. Pada Tahun 2011 target 70% dengan realisasi 93.58% dengan tingkat pencapaian sebesar 133%. Tahun 2012 Target 75% dengan realisasi 99.14% dengan tingkat pencapaian sebesar 132%. Tahun 2013 Target 80% dengan realisasi 99.57% dengan tingkat pencapaian sebesar 124%. Pada Tahun 2014 Target 85% dengan realisasi 100% dengan tingkat pencapaian sebesar 117%. Untuk Tahun 2015 terdapat capaian realisasi sebesar %, dimana terdapat target 90% dengan realisasi 100%. Indikator ketersediaan informasi pasokan dan akses pangan mengalami peningkatan capaian disebabkan oleh beberapa faktor varibel III-57

121 perhitungan nilai capaian ketersediaan informasi sesuai target dengan realisasi. Adapun faktor varibel tersebut adalah: - Harga dengan mengacu pada beberapa parameter pembanding yaitu pertama jenis komoditas terdiri dari 9 (Sembilan) bahan pokok: (1) gabah/beras, (2) jagung, (3) kedelai, (4) daging sapi, (5) daging ayam, (6) telur, (7) minyak goreng, (8) gula pasir, dan (9) cabe merah. Kedua lokasi pengambilan sampel dimana di targetkan di 4 (empat) titik yaitu Pasar Sentral Cabenge, Pasar Sentral Takalala, Pasar Sentral Soppeng dan Pasar Sentral Batu-Batu dimana ke 4 (empat) lokasi tersebut telah dilakukan pengambilan sampel sehingga tingkat capaian 100%. Ketiga waktu pengambilan sampel di targetkan 52 minggu dimana waktu pengambilan sampel dilaksanakan sesuai dengan yang di tergetkan sehingga tingkat pencapaian sebesar 100%. - Pasokan dengan mengacu pada beberapa parameter pembanding yaitu pertama jenis komoditas terdiri dari 9 (Sembilan) bahan pokok: (1) gabah/beras, (2) jagung, (3) kedelai, (4) daging sapi, (5) daging ayam, (6) telur, (7) minyak goreng, (8) gula pasir, dan (9) cabe merah. Kedua lokasi pengambilan sampel dimana di targetkan di 4 (empat) titik yaitu Pasar Sentral Cabenge, Pasar Sentral Takalala, Pasar Sentral Soppeng dan Pasar Sentral Batu-Batu dimana ke 4 (empat) lokasi tersebut telah dilakukan pengambilan sampel sehingga tingkat capaian 100%. Ketiga waktu pengambilan sampel di targetkan 52 minggu dimana waktu pengambilan sampel dilaksanakan sesuai dengan yang di tergetkan sehingga tingkat pencapaian sebesar 100%. - Akses dengan mengacu pada beberapa parameter pembanding yaitu pertama jenis komoditas terdiri dari 9 (Sembilan) bahan pokok: (1) gabah/beras, (2) jagung, (3) kedelai, (4) daging sapi, (5) daging ayam, (6) telur, (7) minyak III-58

122 goreng, (8) gula pasir, dan (9) cabe merah. Kedua lokasi pengambilan sampel dimana di targetkan di 8 (delapan) titik yaitu di 8 Kecamatan di Kabupaten Soppeng lokasi tersebut telah dilakukan pengambilan sampel sehingga tingkat capaian 100%. Ketiga waktu pengambilan sampel di targetkan 4 minggu dalam satu tahun dimana waktu pengambilan sampel dilaksanakan sesuai dengan yang di tergetkan sehingga tingkat pencapaian sebesar 100%. 26. Stabilitas Harga dan Pasokan Pangan yang tingkat pencapaiannya pada 2015 melebihi target yaitu sekitar % dimana target 90% dengan realisasi 100%. Hal tersebut disebabkan oleh CVKRi (Jumlah Harga Realisasi Rata- Rata Komoditas Pilihan) yang disurvey di Kabupaten Soppeng sebesar 9.80 sedangkan CVKTi (Harga Target Rata-Rata Komoditas Pilihan) yang disurvey di Kabupaten Soppeng sebesar 9.57, sehingga hasil perhitungan Ski (Stabilitas Harga) sebesar 100% dimana harga 9 (sembilan) bahan pokok cukup stabil walaupun sedikit ada lonjakan harga pada bulan-bulan tertentu seperti pada bulan perayaan hari-hari besar keagamaan akan tetapi tidak terlalu berpengaruh besar terhadap akumulasi tiap tahunnya. Adapun Jumlah Komoditas Pilihan sebanyak 9 komoditi antara lain : Beras, Jagung Pipilan, Kedelai, Daging Sapi, Daging Ayam, Telur Ayam Ras, Minyak Goreng, Gula Pasir dan Cabe Merah. Untuk mengetahui Stabilitas Harga dan Pasokan Pangan Tahun 2011 s/d Tahun 2015 dapat dilihat pada tabel di bawah ini: III-59

123 Grafik 3.13 Stabilitas Harga dan Pasokan Pangan Tahun 2011 s/d Tahun 2015 Berdasarkan grafik diatas menunjukkan bahwa pada Tahun 2011 sampai Tahun 2015 tingkat Stabilitas Harga dan Pasokan Pangan mengalami peningkatan dengan tingkat pencapaian melebihi target. Pada Tahun 2011 target 70% dengan realisasi 98.29% dengan tingkat pencapaian sebesar 140%. Tahun 2012 Target 75% dengan realisasi 99.15% dengan tingkat pencapaian sebesar 132%. Tahun 2013 Target 80% dengan realisasi 100% dengan tingkat pencapaian sebesar 125%. Pada Tahun 2014 Target 85% dengan realisasi 100% dengan tingkat pencapaian sebesar 117. %. Hal ini disebabkan oleh Harga komoditas sembilan bahan pokok cukup terjangkau kecuali harga bawang merah dan cabe mengalami fluktuasi pada hari-hari tertentu. 27. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) yang telah berhasil dicapai pada Tahun 2015 sebesar 87,65 yang berada di atas target skor PPH yang ditetapkan sebesar 81 dengan capaian tingkat realisasi sebesar %, dimana target sebesar 90% dan realisasi 108.2%. Kondisi Skor PPH yang melebihi target dikarenakan secara kualitas pola konsumsi di kabupaten Soppeng sudah cukup beragam, bergisi dan berimbang dan sudah mendekati Skor Konsumsi Ideal yaitu Skor 90 pada Tahun Untuk mengetahui lebih jelasnya, tingkat pencapaian Skor Pola Pangan Harapan III-60

124 selama Tahun 2011 s/d Tahun 2015 dapat dlihat pada tabel di bawah: Tabel 3.19 Perbandingan Skor PPH Tahun 2011 s.d Tahun 2015 No. Kelompok Pangan Skor PPH Ideal 1. Padi-Padian 25,0 2. Umbi-Umbian 2,5 3. Pangan Hewani 24,0 4. Minyak dan Lemak 5,0 Buah/Biji 5. Kacang-Kacangan 1,0 6. Gula 10,0 7. Sayur dan Buah 2,5 8. Lain-Lain 30,00 Skor Pola Pangan Harapan ,0 25,0 25,0 25,0 25,0 0,60 2,0 0,6 0,8 1,2 17,5 19,5 16,3 18,2 19,2 3,2 3,9 5,0 4,1 4,3 0,7 0,7 0,9 0,6 0,8 9,5 8,4 4,4 4,2 5,2 2,5 1,9 1,7 1,9 2,1 22,50 30,00 26,40 30,00 30,00 Jumlah ,5 91,4 80,2 84,9 87,65 Berdasarkan tabel diatas bahwa Skor Pola Pangan Harapan di Kabupaten Soppeng cukup bervariasi dan mengalami peningkatan dan penurunan tiap tahunnya. Hal ini disebabkkan oleh beberapa faktor antara lain: - Pola konsumsi masyarakat di kabupaten soppeng sudah cukup beragam dan berimbang dengan adanya program pemerintah pusat dan daerah berupa diversifikasi pangan dan percepatan penganekaragaman konsumsi pangan. - Adanya penurunan konsumsi padi-padian berupa beras tiap tahunnya dimana pada tahun 2015 tingkat konsumsi beras di Kabupaten Soppeng sebesar 998 kkal/kap/hari. III-61

125 Grafik 3.14 Perbandingan Tingkat Pencapaian Skor Pola Pangan Harapan Tahun.2011 s/d Tahun 2015 Berdasarkan grafik diatas, pada Tahun 2011 tingkat pencapaian Skor PPH sangat tinggi sebesar 101% dimana target 80 dan realisasi 81,5. Begitupun pada Tahun 2012 tingkat pencapaian lebih tinggi sebesar 111% dimana realisasi lebih besar dari pada target (target 82 dan realisasi 91,4). Pada Tahun 2013 target Skor PPH sebesar 84 namun hasil perhitungan PPH sebesar Untuk Tahun 2014 target PPH 85 dan hasil perhitungan 84.9 dengan tingkat pencapaian Pada Tahun 2015 tingkat capaian sebesar 97,39% dengan target skor PPH 90 dan realisasi skor PPH Adanya peningkatan skor PPH pada Tahun 2015 menunjukkan bahwa pola konsumsi pangan kita di Kabupaten Soppeng sudah mendekati Skor PPH Ideal yang telah ditetapkan oleh SUSENAS yaitu Pengawasan dan Pembinaan Keamanan Pangan yang telah dilakukan pada Tahun 2011 s/d Tahun 2015 di 8 Kecamatan cukup bervariasi, dimana pada Tahun 2015 tingkat capaian sebesar 50.50%, dimana target yang ingin dicapai sebesar 90% dengan realisasi 45,45%. Pencapaian tersebut berupa hasil pengujian dilaboratorium terdapat jumlah pangan yang diuji adalah 11 sampel dengan hasil pengujian yang aman dikonsumsi sebanyak 5 sampel. Hal ini menunjukkan bahwa III-62

126 sebahagian besar buah-buahan di Kabupaten Soppeng mengandung zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan terutama formalin. Untuk mengetahui perbandingan capaian kinerjanya dapat dilihat pada grafik di bawah ini: Grafik 3.15 Perbandingan Tingkat Pengawasan dan Pembinaan Keamanan Pangan Tahun 2011 s/d Tahun 2015 Berdasarkan grafik diatas, pada Tahun 2011 tingkat pencapaian Pengawasan dan Pembinaan Keamanan Pangan sebesar 200% dengan target 50% dan realisasi 100% dimana jumlah sampel buah yang diuji masing-masing sebanyak 3 jenis sayur dan buah dan jumlah sampel yang aman atau hasil pengujian oleh Tim dari BKPD Prov. Sul-Sel menunjukkan bahwa semua sampel tersebut aman untuk di konsumsi sehingga pencapaiannya sebesar 100%. Pada Tahun 2012, 2013 dan 2014 tingkat pencapaian sebesar 133% dimana target 75% dan realisasi 100% dimana jumlah sampel buah dan sayur yang diuji masing-masing sebanyak 4 jenis sampel. Untuk Tahun 2015 tingkat pencapaian sebesar 50,50% dengan target 90% dan realisasi 45,45%., dimana kondisi ini menunjukkan bahwa berdasarkan hasil pengujian laboratorium yang dilakukan oleh Tim penguji menunjukkan bahwa jenis sampel yang diuji belum aman untuk di konsumsi oleh masyarakat di Kabupaten Soppeng terutama beberapa jenis buah-buahan seperti buah apel, buah anggur dan ikan kering III-63

127 yang dijual di pasar tradisional ataupun di supermarket (alfamart, alfamidi, indomart) di Kabupaten Sopeng yang di duga mengandung zat pengawet atau formalin. 29. Penanganan daerah Rawan Pangan pada Tahun 2011 s/d Tahun 2015 tingkat pencapaiannya sebesar 100%. Hal ini disebabkan akibat belum adanya gejala kerawanan pangan di Kabupaten Soppeng berdasarkan analisis Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) baik yang sifatnya temporer maupun kronis atau angka kecukupan gizi tidak berada pada angka <70% AKG 89,9 %, yang artinya kondisi Kabupaten Soppeng pada posisi aman atau tahan pangan. Sasaran 3 Terpenuhinya Hak-Hak Dasar Masyarakat Pemerintah Kabupaten Soppeng telah melaksanakan berbagai upaya terpenuhinya hak-hak dasar masyarakat. Jumlah indikator untuk menggambarkan capaian kinerja sasaran ini sebanyak 4 indikator. Tabel 3.20 Evaluasi Pencapaian Sasaran 3 Terpenuhinya Hak-Hak Dasar Masyarakat Tahun 2015 Capaian Kinerja No. Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Thn 2015 (%) 1. RT Bersanitasi % RT pengguna air bersih % Lingkungan Pemukiman % Kumuh Rumah layak huni % Rata-Rata Capaian Sasaran Capaian rata-rata sasaran 3 sebesar % dengan kategori sangat baik III-64

128 Analisis atas capaian-capaian indicator kinerja sasaran ini adalah sebagai berikut : 1. RT Bersanitasi Realisasi pada Indikator RT bersanitas di Kabupaten Soppeng sebesar 94,71 dengan capaian kinerja sebesar 111,42%. Capaian ini mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2014 yaitu 107,51 persen. Realisasi capaian tersebut didapatkan dengan membandingkan antara jumlah rumah tangga bersanitasi (memiliki jamban sehat) dengan jumlah rumah tangga keselurihan. Grafik capaian indikator disajikan pada grafik berikut ini: Grafik 3.16 Persentase Rumah Tangga Bersanitasi Adanya konsistensi capaian pada 5 tahun terakhir disebabkan perhatian dan kinerja yang baik dari person terkait serta pengalokasian anggaran untuk kegiatan yang terkait dengan program penyediaan sarana dan prasarana air limbah. Disamping itu penanganan maslah sanitasi di Kabupaten Soppeng tidak lagi hanya menjadi tanggung jawab sektoral, namun penanganannya telah melibatkan Pokja Sanitasi yang terdiri dari beberapa instansi terkait seperti Dinas Kesehatan, Dinas PU, PMD, Bappeda, dll. Sehingga penganggaran program III-65

129 dan kegiatan terkait peningkatan akses layanan sanitasi tidak hanya di Dinas Pekerjaan Umum saja. Indikator sasaran ini dicapai dengan dukungan Program Penyediaan Prasarana dan Sarana Air Limbah dengan kegiatan: Penyediaan prasarana dan sarana air limbah : o Pembangunan SLBM Kec. Lilirilau (DAK Sanitasi); o Pembangunan SLBM Kec. Marioriwawo (DAK Sanitasi); o Pembangunan SLBM Kec. Lalabata (DAK Sanitasi); o Pembangunan SLBM Kec. Liliriaja (DAK Sanitasi); o Pembangunan SLBM Kec. Donri-Donri (DAK Sanitasi); o Pembangunan SLBM Kec. Ganra (DAK Sanitasi); o Pembangunan MCM MAN Watansoppeng; o Pembangunan MCK Desa Marioritenga; o Pembangunan Jamban Keluarga 30 Unit di Desa Marioraja. Walaupun target capaian kinerja untuk sasaran Rumah tangga bersanitasi telah mencapai target, tidak demikian dengan capaian target sasaran nasional. Hal ini dikarenakan perbedaan indikator yang digunakan. Target capaian yang digunakan pada tingkat kabupaten adalah jumlah kepemilikan jamban keluarga dan jumlah penduduk yang tidak lagi melakukan praktek Buang Air Besar Sembarangan (BABS). Sedangkan untuk target nasional menggunakan indikator rumah tangga yang memiliki sistem penangan air limbah yang telah ditingkatkan (improved), yaitu rumah tangga dengan fasilitas meliputi: penggelontoran/penyiraman toilet, kakus dihubungkan dengan saluran air limbah, septik tank/ IPAL. Target SPM PU Bidang Cipta Karya (Permen PU Nomor 14 Tahun 2010) dan Terget Millenium Development Goals (MDG s) a) Tersedianya Sistem Air Limbah Setempat yang Memadai. Adalah persentase jumlah unit instalasi pengolahan air limbah setempat (septic tank). Target nasional untuk indicator ini adalah 60% pada akhir tahun capaian SPM III-66

130 (tahun 2014). Berdasarkan data Kesling Dinas Kesehatan Kabupaten Soppeng, jumlah Rumah tangga berseptik tank masih jauh dari target nasional yaitu sebanyak RT (12,91%). b) Tersedianya sistem air limbah skala komunitas/kawasan/kota. Adalah persentase layanan sistem pengelolaan air limbah skala komunitas/kawasan/kota. Untuk Kabupaten Soppeng saat ini baru memiliki sistem IPAL dalam skala komunitas/lingkungan dengan tingkat layanan 1,06% dari jumlah penduduk secara keseluruhan. Target ini juga masih jauh dari target nasional yaitu 5% di akhir tahun pencapaian SPM. Oleh karena itu, pada tahun-tahun berikutnya, disarankan agar indikator target tidak lagi berdasar pada kepemilikan jamban keluarga tapi juga kepemilikan sarana air limbah yang memenuhi standar teknis dan kesehatan, sehingga peningkatan akses layanan sanitasi dapat sejalan dan mendukung pencapaian target nasional dan MDGs. 2. Rumah Tangga Pengguna Air Bersih Realisasi pada Indikator RT pengguna air bersih di Kabupaten Soppeng sebesar 96,14% dari target yang ditetapkan sebesar 75,00% dengan capaian kinerja sebesar 128,19%. Capaian ini mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun 2014 yaitu 110,58 persen. Realisasi capaian tersebut didapatkan dengan membandingkan antara jumlah rumah tangga pengguna air bersih dengan jumlah rumah tangga keseluruhan. Capaian dalam 4 tahun terakhir dapat disajikan dalam grafik berikut ini : III-67

131 Grafik 3.17 Persentase Rumah Tangga Pengguna Air Bersih Untuk capaian target pada akhir tahun pencapaian Renstra diharapkan kinerja dapat dipertahankan seperti tahun-tahun sebelumnya, mengingat capaian yang selalu melebihi target. Sama halnya dengan sasaran target pemenuhan sanitasi dasar, pemenuhan akses layanan air bersih juga sejalan dengan target pencpaian SPM PU Bidang Cipta Karya (Permen PU Nomor 14 Tahun 2010) dan juga merupakan salah satu indikator target MDG s, yaitu 70% pada akhir tahun capaian. Namun pada penentuan tingkat realisasinya terdapat perbedaan dalam hal kriteria, di mana capaian layanan air minum adalah yang telah melalui proses pengolahan baik dengan sistem perpipaan maupun bukan jaringan perpipaan dengan tingkat pemenuhan 60 liter/orang/hari dan dapat langsung diminum. Sedangkan pada skala kabupaten capaian layanan air bersih hanya berdasar pada jumlah rumah tangga yang memiliki akses air bersih baik itu yang telah diolah maupun tidak. Capaian kinerja tersebut di atas didukung Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan dengan III-68

132 kegiatanpembangunan sarana dan prasarana air minum perdesaan, berupa pekerjaan: o Sarana dan Prasarana Air Bersih di Bulu Desa Umpungeng (DAK Air Minum) o Sarana dan Prasarana Air Bersih di Liangeng Desa Umpungeng (DAK Air Minum) o Sarana dan Prasarana Air Bersih di Walemping Desa Pesse (DAK Air Minum) o Sarana dan Prasarana Air Bersih di Parenring (DAK Air Minum) o Sarana dan Prasarana Air Bersih di Mattabulu (DAK Air Minum) 3. Lingkungan permukiman kumuh Realisasi capaian tersebut didapatkan dengan membandingkan antara luas lingkungan permukiman kumuh dengan luas wilayah kabupaten. Target luas lingkungan permukiman kumuh pada tahun 2015 berdasarkan RPJMD Kab.Soppeng tahun adalah 0%, sedangkan berdasarkan data luas lingkungan permukiman kumuh pada akhir tahun 2015 adalah 0, % ( km2) dari luas Kab.Soppeng keseluruhan. Dari capaian 4 (empat) tahun terakhir, dengan target dan capaian yang sama tiap tahunnya, maka kinerja penanganan/pengurangan luasan kawasan kumuh di Kabupaten Soppeng hanya perlu dipertahankan. Namun demikian indikator kinerja yang digunakan tidak berdasar pada data terbaru, hal ini dikarenakan survey terkait kawasan kumh tidak tiap tahun diselenggarakan, megingat terbatasnya SDM dan waktu pendataan. Disamping itu penanganan kawasan kumuh tidak hanya berpusat di Dinas PU, baiknya bersinergi dengan instansi-instansi terkait lainnya. Dan dalam penilaian capaiannya pun dapat diukur secara keseluruhan. Solusi III-69

133 lainnya dalah alternatif pendanaan melalui APBD II dan Kementerian Pekerjaan Umum melalui Dirjen Pengembangan P ermukiman, khususnya pendanaan program-program penanganan kawasan kumuh perkotaan, seperti P2KP, program Mandiri perkotaan, dsb 4. Rumah Layak Huni Capaian Indikator Rumah Layak Huni pada tahun 2015 sebesar 96,90% dengan realisasi sebesar 77.52% dari target sebesar 80%, Realisasi capaian tersebut didapatkan dengan membandingkan antara jumlah rumah layak huni dengan jumlah rumah keseluruhan. Capaian dalam 5 tahun terakhir dapat disajikan dalam grafik berikut ini: Grafik 3.18 Rumah Layak Huni Tahun Adanya penurunan capaian pada 5 tahun terakhir disebabkan tidak adanya pengalokasian anggaran untuk kegiatan yang terkait pada Dinas Pekerjaan Umum Kab.Soppeng. Kurangnya koordinasi pendataan dengan instansi-instansi yang menangani program/bedah rumah seperti Dinas Sosial Badan Penanggulangan Bencana, dsb. III-70

134 Sasaran 4 Membaiknya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Pemerintah Kabupaten Soppeng telah melaksanakan berbagai upaya membaiknya Indeks pembangunan manusia (IPM). Jumlah indikator untuk menggambarkan capaian kinerja sasaran ini sebanyak 141 indikator. Tabel 3.21 Evaluasi Pencapaian Sasaran 4 Membaiknya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) No. Indikator Kinerja Satuan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD ) Tahun 2015 Target Realisasi Capaian Kinerja Thn 2015 (%) 1 APK Pendidikan Anak Usia Dini ( PAUD ) Pendidikan Dasar 2 Angka Partisipasi Murni (APM ) SD/MI/Paket A % Angka Partisipasi Murni (APM ) SMP/Mts/ paket B % Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/ MTs/Paket B % Ratio Ketersediaan sekolah/penduduk usia sekolah Rasio sekolah terhadap murid Angka Putus Sekolah (APS) SD/MI % Angka Putus Sekolah (APS) SMP/Mts % Angka Kelulusan (AL) SD/MI % Angka Kelulusan (AL) SMP/Mts % Angka Melanjutkan dari SD/MI ke SMP/Mts 12 Angka Melanjutkan dari SMP/Mts ke SMA / SMK/MA Pendidikan Lanjutan % % Angka Partisipasi Murni (APM) SMA/SMK/MA/Paket C % Angka Partisipasi Kasar (APK) SMA/SMK/MA/Paket C % Ratio Ketersediaan sekolah/penduduk usia sekolah Rasio sekolah terhadap murid Penduduk yang berusia >15 tahun melek huruf 18 Angka Putus Sekolah ( APS ) SMA/SMK/MA % % III-71

135 19 Angka Kelulusan ( AL ) SMA/SMK/MA % Guru yang memenuhi kualifikasi S1/D- IV ke atas Pelayanan Kesehatan Dasar % Cakupan kunjungan ibu hamil K4 % Cakupan ibu hamil dengan komplikasi kebidanan yang ditangani % Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki % kompetensi kebidanan 24 Cakupan pelayanan ibu nifas % Cakupan neonatal dengan komplikasi yang ditangani % Cakupan kunjungan bayi % Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI) % Cakupan pelayanan anak Balita % Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada usia 6-24 bulan % keluarga miskin 30 Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan % Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat % Cakupan Peserta KB Aktif % Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit - Acute Flacid Paralysis (AFP) rate per penduduk < 15 thn kasus * Penemuan pasien TBC BTA positif % Penemuan penderita Pneumonia balita ditangani % Penderita DBD yang ditangani % Penemuan penderita diare % Rasio Posyandu persatuan balita Cakupan Pelayan dasar kesehatan dasar masyarakat miskin Pelayanan Kesehatan Rujukan % Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin % Cakupan pelayanan gawat darurat level 1 yang harus diberikan sarana % kesehatan (RS) di Kabupaten/Kota 42 Cakupan Desa/Kelurahan mengalami KLB yang dilakukan penyelidikan % epidemiologi <24 jam 43 Cakupan Desa Siaga Aktif % Cakupan Puskesmas % Cakupan pembantu puskesmas % Rasio puskesmas, poliklinik, pustu III-72

136 persatuan penduduk 47 Rasio Rumah Sakit Per penduduk Rasio Dokter per satuan penduduk Pelayanan Gawat Darurat (GD) 49 Kemampuan menangani life saving anak dan dewasa % Jam buka pelayanan GD (Kab / Kota) jam Pemberi pelayanan GD yang bersertifikat yang masih berlaku BLS/PPGD/GELS/ALS % % Ketersediaan tim penanggulangan bencana Tim Waktu tanggap pelayanan Dokter di GD Kepuasan Pelanggan pada Gawat Darurat % Tidak adanya pasien yang diharuskan membayar uang muka % Pelayanan Rawat Jalan 56 Dokter pemberi Pelayanan di Poliklinik Spesialis % Waktu tunggu di Rawat Jalan menit, Kepuasan Pelanggan pada Rawat Jalan %, Pasien rawat jalan tuberkulosis yang ditangani dengan strategi DOTS % Pelayanan Rawat Inap 60 Pemberi pelayanan rawat inap % Dokter penanggung jawab pasien rawat inap % Jam visite dokter spesialis % Kejadian infeksi pasca operasi % 1, Angka kejadian infeksi nosokomial % 1, Tidak adanya kejadian pasien jatuh % yang berakibat kecacatan/ kematian 66 Kejadian pulang paksa % 1, Kepuasan Pelanggan Rawat Inap % Pasien rawat inap tuberkulosis yang ditangani dengan strategi DOTS % Bedah Sentral 69 Waktu tunggu operasi elektif hari Kejadian kematian dimeja operasi % Tidak adanya kejadian operasi salah sisi % Tidak adanya kejadian operasi salah orang 73 Tidak adanya kejadian salah tindakan pada operasi 74 Tidak adanya kejadian tertinggalnya benda asing pada tubuh pasien setelah operasi % % % III-73

137 75 Komplikasi anastesi karena over dosis, reaksi anantesi dan salah penempatan endotracheal % tube Persalinan dan Perinatologi (Kecuali RS khusus di luar Rumah Sakit Ibu dan Anak 76 Pemberi pelayanan persalinan normal % Pemberi pelayanan persalinan dengan tindakan operasi % Kemampuan menangani BBLR 1500 gr-2500 gr % Pertolongan persalinan melalui seksio cesaria % Keluarga Berencana Mantap % Konseling KB Mantap % Kepuasan Pelanggan % Pelayanan Intensif 83 Rata-rata pasien yang kembali ke perawatan intensif dengan kasus yang % sama < 72 jam 84 Pemberi pelayanan unit intensif % Radiologi 85 Waktu tunggu hasil pelayanan thorax foto jam Pelaksana ekspertisi hasil pemeriksaan % Kejadian kegagalan pelayanan rontgen % Kepuasan pelanggan % Laboratorium Patologi Klinik 89 Waktu tunggu hasil pelayanan laboratorium menit Pelaksana ekspertisi hasil pemeriksaan laboratorium % Tidak adanya kesalahan penyerahan hasil pemeriksaan laboratorium % Kepuasan Pelanggan % Rehabilitasi Medik 93 Kejadian drop out pasien terhadap pelayanan rehabilitasi yang % direncanakan. 94 Tidak adanya kejadian kesalahan tindakan rehabilitasi medik % Kepuasan Pelanggan % Farmasi 96 Waktu tunggu pelayanan obat jadi menit Waktu tunggu pelayanan obat racikan menit Tidak adanya kejadian kesalahan pemberian % obat 99 Kepuasaan Pelanggan % Penulisan resep sesuai formularium % Gizi III-74

138 101 Ketepatan waktu pemberian makanan kepada pasien % Sisa makanan yang tidak termakan oleh pasien % Tidak adanya kesalahan dalam pemberian diet % Transfusi Darah 104 Pemenuhan kebutuhan darah bagi setiap pelayanan transfuse % Kejadian reaksi transfuse % 0, Pelayanan Gakin 106 Pelayanan terhadap pasien GAKIN yang datang ke RS pada setiap unit pelayanan % Rekam Medik 107 Kelengkapan pengisian rekam medik 24 jam setelah selesai pelayanan % Kelengkapan informed concent setelah mendapatkan informasi yang jelas % Waktu penyediaan dokumen rekam medik pelayanan rawat jalan menit Waktu penyediaan dokumen rekam medik pelayanan rawat inap menit Pengolahan Limbah 111 Baku mutu limbah cair % Pengolahan limbah padat berbahaya sesuai dengan aturan % Administrasi dan Manajemen 113 Tindak lanjut penyelesaian hasil pertemuan tingkat direksi % Kelengkapan laporan akuntabilitas kinerja % Ketepatan waktu pengusulan kenaikan pangkat % Ketepatan waktu pengurusan kenaikan gaji berkala % Karyawan yang mendapat pelatihan minimal 20 jam pertahun % Cost Recovery % Ketepatan waktu penyusunan laporan keuangan 120 Kecepatan waktu pemberian informasi tentang tagihan pasien rawat inap 121 Ketepatan waktu pemberian imbalan (insentif) sesuai kesepakatan waktu Ambulance /Kereta Jenazah 122 Waktu pelayanan ambulance/kereta jenazah 123 Kecepatan memberikan pelayanan ambulance/kereta jenazah di rumah sakit Pemulasaran Jenazah 124 Waktu tanggap pelayanan pemulasaraan jenazah % menit % jam % jam III-75

139 Pelayanan Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit 125 Kecepatan waktu menanggapi kerusakan alat % Ketepatan waktu pemeliharaan alat % Peralatan Laboratorium (dan alat ukur yang lain) yang terkalibrasi tepat waktu sesuai % dengan ketentuan kalibrasi. Pelayanan Laundry 128 Tidak adanya kejadian linen yang hilang % Ketepatan waktu penyediaan linen untuk ruang rawat inap % Pencegahan dan Pengendalian Infeksi 130 Tersedianya anggota Tim PPI yang terlatih % Koordinasi APD % Kegiatan pencatatan dan pelaporan infeksi nosokomial di rumah sakit % Indeks Pembangunan Manusia % Angka Harapan Hidup Rata-Rata Lama Sekolah , Angka Melek Huruf (%) % Jumlah organisasi pemuda buah Jumlah organisasi olahraga buah Jumlah kegiatan kepemudaan Jumlah kegiatan olahraga Lapangan olahraga buah Rata-Rata Capaian Sasara Capaian rata-rata sasaran 4 sebesar dengan kategori baik. Analisis atas capaian-capaian indikator kinerja sasaran ini adalah sebagai berikut : 1. APK Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Pada tahun 2015 Angka Partisipasi Kasar (APK) PAUD Kab. Soppeng telah terealisasi sebesar 39,12% dari target yang dicanangkan sebesar 55,00% dengan capaian sebesar 71,13%. APK PAUD Kab. Soppeng lima tahun terakhir ( ) ini dapat dilihat perkembangannya pada grafik berikut ini: III-76

140 GRAFIK 3.19 CAPAIAN ANGKA PARTISIPASI KASAR PAUD Berdasarkan grafik tersebut di atas, menunjukkan bahwa tingkat realisasi APK PAUD mengalami penurunan secara signifikan pada tahun 2015, hal ini disebabkan Akses layanan PAUD masih terbatas pada beberapa wilayah, Rendahnya kesadaran orang tua memasukkan anaknya pada layanan PAUD serta Jumlah siswa usia 4 sampai 6 tahun masih berada di kelompok bermain. 2. Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI/Paket A APM merupakan proporsi anak sekolah pada satu kelompok usia tertentu yang bersekolah pada jenjang yang sesuai dengan kelompok usianya. Pada tingkat Wajar Dikdas 9 tahun sebagai indikator layanan pendidikan Dasar pada satuan pendidikan untuk SD/MI/Paket A dapat dilihat dari APM (Angka Partisipasi Murni). Pada tahun 2015 APM SD/MI/Paket A dengan target 97,00% dapat terealisasi 81,70% dengan capaian sebesar 84,23%. Untuk lebih jelasnya perkembangan APM SD/MI/Paket A lima tahun terakhir dapat dilihat pada grafik berikut ini III-77

141 GRAFIK 3.20 ANGKA PARTISIPASI MURNI TAHUN Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa realisasi perkembangan APM SD/MI/Paket A sering terjadi kenaikan maupun penurunan secara signifikan karena dipengaruhi oleh jumlah penduduk baik penduduk dalam wilayah sendiri maupun dari luar, hal tersebut mempengaruhi APM SD/MI/Paket A, begitu pula dengan variabel pembagi yaitu jumlah penduduk dimana pada tahun tertentu menggunakan data dari Badan Pusat Statistik dan sekarang jumlah penduduk menggunakan data yang bersumber dari Dinas Catatan Sipil, Kependudukan, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kab. Soppeng. Selain itu APM SD/MI/Paket A juga dipengaruhi beberapa faktor antara lain bahwa kebijakan pemerintah tentang penerimaan siswa baru untuk SD/MI yang bisa diterima hanya penduduk dengan usia 7-12 tahun di SD, sementara di sekolah yang diterima usia dibawa usia 7 tahun ( usia 5-6 tahun ) dengan alasan bahwa kalau ditentukan yang hanya usia 7 tahun yang dterima di kelas 1 SD/MI maka siswa yang diterima di sekolah semakin berkurang atau tidak ada pada tahun bersangkutan, sehingga rata-rata yang banyak diterima disekolah usia kurang dari 7 tahun ( 5-6 tahun). III-78

142 3. Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs/Paket B Dengan melihat APM SMP/MTs/Paket B target yang direncanakan pada tahun 2015 sebesar 75.00%. Sedangkan realisasinya yaitu 57,90 % atau capaian sebesar 77.20%, apabila dibandingkan dengan tahun 2014 APM SMP/MTs mencapai realisasi sebesar 63,03 % tentu mengalami penurunan yang tajam dibanding dengan APM SMP/MTs/Paket B tahun Untuk lebih jelasnya perkembangan APM SMP/MTs/Paket B lima tahun terakhir dapat dilihat pada grafik berikut ini : Grafik 3.21 Perkembangan Angka Partisipasi Murni SMP/Mts Paket B Kab. Soppeng Tahun THN 2011 THN 2012 THN 2013 THN 2014 THN 2015 TARGET REALISASI CAPAIAN 4. Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs/Paket B Realisasi pencapaian Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs/Paket B sebesar 86.07% dari target yang ditetapkan sebesar 95.00% atau capaian sebesar 86.07%. Untuk melihat perkembangannya dapat dilihat pada grafik berikut ini : GRAFIK 3.22 CAPAIAN ANGKA PARTISIPASI KASAR SMP/MTS TAHUN THN 2011 THN 2012 THN 2013 THN 2014 THN 2015 TARGET REALISASI KINERJA III-79

143 Pada Angka Partisipasi Kasar SMP/MTs tahun 2015 tidak mencapai target ini diakibatkan partispasi sekolah masih rendah, dan jumlah peserta didik mengalami penurunan diakibatkan banyaknya usia tahun mengikuti orang tua namun tidak melaporkan diri pada transduknaker, sehingga mempengaruhi pengolahan data. 5. Angka Putus Sekolah (APS) SD/MI Realisasi pencapaian Angka Putus Sekolah (APS) SD/MI sebesar 0.11% dari target yang ditetapkan sebesar 0.28% atau capaian sebesar %. Perkembangan Angka putus sekolah SD/MI dapat dilihat pada grafik berikut ini : GRAFIK 3.23 Angka Putus Sekolah SD/MI CAPAIAN REALISASI TARGET THN 2011 THN 2012 THN 2013 THN 2014 THN 2015 Angka Putus Sekolah SD/MI yang tersebut di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2011 mencapai 0,23% dengan capaian kinerja 136,11% dan tahun 2012 realisasi yang dicapai sama dengan tahun 2011 dengan capaian 132,35 %, tahun 2013 telah menurun mencapai 0,16% sehingga capaiannya 150%, serta Tahun 2014 naik menjadi 0.17, capai menurun menjadi 147% hal ini terjadi karena adanya kebijakan pemerintah tentang program pendidikan Gratis dan dana BOS. III-80

144 Angka Putus Sekolah SD/MI melampaui target yang ditetapkan, ini disebabkan adanya program pendidikan tanpa pungutan biaya (Gratis) yang memungkinkan sedapat mungkin melanjutkan sekolah. 6. Angka Putus Sekolah (APS) SMP/MTs Angka Putus Sekolah SMP/MTs yang merupakan salah satu indikator utama SMP/Mts yang sangat merupaka ukuran kinerja pendidikan yang sangat diperhitungkan penurunannya, dari tahun ketahun. Realisasi pencapaian Angka Putus Sekolah (APS) SMP/MTs sebesar 0.73% dari target yang ditetapkan sebesar 0.50% atau capaian sebesar 54.00%. Perkembangan Angka putus sekolah SMP/MTs dapat dilihat pada grafik berikut ini : GRAFIK 3.24 ANGKA PUTUS SEKOLAH SMP/MTs THN 2011 THN 2012 THN 2013 THN 2014 THN 2015 TARGET REALISASI CAPAIAN Dari Grafik tersebut diatas menunjukkan bahwa angka putus sekolah mengalami peningkatan ini disebabkan banyaknya siswa mengikuti orang tua merantau dan faktor ekonomi. 7. Angka Kelulusan (AS) SD/MI, SMP/MTs dan SMA/SMK,MA Realisasi pencapaian Angka Kelulusan (AL) SD/MI sebesar 98.54% dari target yang ditetapkan sebesar 100% atau capaian sebesar 98.54%. Kemudian pencapaian Angka Kelulusan (AL) SMP/MTs sebesar 96.79% dari target yang ditetapkan sebesar 99% atau capaian sebesar 97.77% dan pencapaian Angka III-81

145 Kelulusan (AL) SMK/SMA/MA sebesar 96.02% dari target yang ditetapkan sebesar 99% atau capaian sebesar 96.99%. Perkembangan Angka Kelulusan (AL) SD/MI,SMP/MTs dan SMA/SMK/MA dapat dilihat pada grafik berikut ini : GRAFIK 3.25 ANGKA KELULUSAN SD/MI,SMP/MTs dan SMA/SMK/MA angka lulus Angka Kelulusan SD/MI Angka Kelulusan SMP/MTs Angka Kelulusan SMA/SMK/MA Angka Kelulusan SD/MI Angka Kelulusan SMA/SMK/MA Angka Kelulusan SMP/MTs 8. Angka Melanjutkan (AM) dari SD/MI ke SMP/MTs Realisasi pencapaian Melanjutkan (AM) dari SD/MI ke SMP/MTs sebesar % dari target yang ditetapkan sebesar 99% atau capaian sebesar 101.6%. Angka Melanjutkan SD/MI ke SMP/Mts, Angka melanjutkan dapat dilihat berapa persen siswa yang lulusan SD/MI masuk dismp/mts, namun belum tentu semua yang lulus masuk di SD/MI masuk di SMP/MTs di wilayah Kabupaten Soppeng,ada juga yanglanjut ke daerah lain karena ikut orang tua atau sanak famili dan lain lainnya, untuk III-82

146 lebih jelasnya dapat dilihat perkembangan angka melanjutkan SD/MI pada grafik berikut ini: GRAFIK 3.26 ANGKA MELANJUTKAN (AM) DARI SD/MI KE SMP/MTs Selanjutnya Angka melanjutkan sesuai dengan grafik tersebut diatas Rata-rata angka melanjutkan ke jenjang SMP/MTs Capaian kinerja melampaui target. 9. Angka Melanjutkan (AM) dari SMP/MTs KE SMA/SMK/MA Realisasi pencapaian Melanjutkan (AM) dari SMP/MTs ke SMA/SMK/MA sebesar % dari target yang ditetapkan sebesar 97% atau capaian sebesar %. Angka Melanjutkan SMP/MTs/Paket B ke SMA/SMK/MA dimana pada angka melanjutkan ini dapat diukur berapa persen siswa yang lulus SMP/MTs/Paket B dapat melanjutkan ke pendidikan menengah, dan bagaimana perkembangan dari pada angka melanjutkan ini dari tahun Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut ini : III-83

147 GRAFIK 3.27 Angka Melanjutkan SMP/MTs/Paket B ke SMA/SMK/MA Th THN 2011 THN 2012 THN 2013 THN 2014 THN 2015 TARGET REALISASI CAPAIAN Pada grafik tersebut di atas menunjukkan bahwa angka melanjutkan itu mengalami kenaikan sesuai dengan yang diharapkan sehingga mencapai target yang diharapkan capainnya hanya mencapai 99%, akan tetapi sudah cukup menggembirakan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, walaupun demikian masih banyak faktor yang disebabkan karena banyaknya siswa yang lulus SMP/MTs/Paket B yang melanjutkan pendidikannya ke daerah lain khususnya pendidikan kejuruan yang diinginkannya, begitupula mengikuti orang tua atau merantau mencari nafkah karena faktor ekonomi, perkawinan dini, belum semua kecamatan terjangkau SMK dan lain lainnya. Untuk meningkatkan angka melanjutkan pada tingkat SMA/SMK/MA yaitu dengan menambah SMK di kecamatan, menambah jurusan yang banyak diinginkan masyarakat dan disesuaikan dengan kondisi kehidupan masyarakat atau mata pencaharian masyarakat disekitarnya III-84

148 10. Angka Partisipasi Murni (APM) SMA/SMK/MA/Paket C Realisasi pencapaian Angka Partisipasi Murni (APM) SMA/SMK/MA/Paket C sebesar 45.42% dari target yang ditetapkan sebesar 71.47% atau capaian sebesar 63.55%. Kemudian APM Pendidikan menengah yang merupakan juga indikator pendidikan menengah dapat dilihat bagaimana perkembangan APM tersebut di atas selama tahun , untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik tersebut di bawah : GRAFIK III.28 ANGKA PARTISIPASI MURNI SEKOLAH MENENGAH THN 2011 THN 2012 THN 2013 THN 2014 THN 2015 TARGET REALISASI CAPAIAN Pada tahun 2015 target tidak tercapai hal ini disebabkan APS yang rendah beserta faktor ekonomi, dengan alasan mengikuti orang tua merantau, adapun faktor lainnya banyaknya siswa melanjutkan pendidikannya diluar wilayah/kabupaten. 11. Angka Partisipasi Kasar (APK) SMA/SMK/MA/Paket C Selanjutnya satuan pendidikan untuk Pendidikan Menengah atau tingkat SMA/SMK/MA untuk pendidikan Menengah ini III-85

149 tentu juga dapat dilihat bagaimana Angka Partisipasi Kasar yang ada pada pendidikan Menengah, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik tersebut di bawah ini : GRAFIK III.29 CAPAIAN ANGKA PARTISIPASI KASAR SMA/SMK/MA TAHUN THN 2011 THN 2012 THN 2013 THN 2014 THN 2015 TARGET REALISASI CAPAIAN Salah satu indikator layananan pendidikan yaitu APK SMA/SMK/MA. Dengan melihat APK SM ( SMA/SMK/MA ) maka dapat dilihat berapa persen penduduk yang terserap masuk di Sekolah Menengah dengan melihat jumlah penduduk usia tahun, pada tahun 2015 tidak mencapai target ini disebabkan APS yang rendah beserta faktor ekonomi, dengan alasan mengikuti orang tua merantau, adapun faktor lainnya banyaknya siswa melanjutkan pendidikannya diluar wilayah/kabupaten. 12. Penduduk yang berusia >15 tahun Melek Huruf Untuk Angka buta aksara untuk tingkat dasar sudah tuntas 100 %, tapi masih ada pendidikan tingkat lanjutan yang harus diikuti agar pengetahuan baca tulis dan berhitung tidak III-86

150 dilupakan lagi, sehingga masih perlu pendidikan tingkat lanjutan. Namun masih ada beberapa penduduk yang masih buta aksara karena tdk pernah mengikuti pendidikan tingkat lanjutan yg pada akhirnya kembali buta Aksara pada tahun 2015 sebanyak 300 orang, disamping itu ada juga penduduk yang kembali dari rantauan yang sudah buta aksara. Untuk itu diharapkan bagi penduduk yang sudah lulus sukma 1 ( tingkat dasar ) dapat melanjutkan pada tingkat lanjutan, namun realisasi yang ada baru mencapai % hal ini disebabkan karena masih sulitnya mendapatkan penduduk yang mau melanjutkan pendidikan ke tingkat lanjutan Begitu pula masih membutuhkan anggaran melalui APBD Provinsi maupun APBN sedangkan target yang direncanakan sebesar %, dan rencana capaian target hanya mencapai 66.01% hal ini disebabkan karena anggaran belum terpenuhi, sedangkan jumlah peserta keaksaraan fungsional yang direncanakan mencapai 800 orang, sementara hanya mampu dibiayai yaitu 150 orang peserta KF sehingga belum memenuhi target yang direncanakan, untuk konstribusi APBD perlu ditingkatkan khususnya kegiatan tersebut, begitu pula anggaran dari APBD Provinsi serta APBN ada konstribusi kedaerah sehingga persentase tuntas buta aksara tingkat lanjutan mengalami kenaikan yang tajam. Mudah mudahan tuntas Buta Aksara pada pendidikan tingkat lanjutan dapat tuntas 75% pada akhir periode 5 tahun (Th.2015). Kemudian persentase target dan realisasi tertinggi untuk angka melanjutkan dicapai pada angka melanjutkan ke SMP/MTs yaitu dari 99% yang ditargetkan ternyata hanya mencapai 97.70% hal ini disebabkan karena banyak siswa yang melanjutkan studinya ke daerah lain, atau merantau ke daerah lain, baik mengikuti orang tua maupun karena mencari nafkah karena dipengaruhi faktor ekonomi. Selanjutnya angka III-87

151 melanjutkan ke tingkat SMA/SMK/MA target yang direncanakan sebesar 96,38 % hal ini belum mencapai target yaitu %, sehingga capaiannnya hanya mencapai %, jadi lebih tinggi angka melanjutkan ke tingkat SMP/Mts dibandingkan ke tingkat SMA/SMK/MA., hal ini disebabkan karena masih banyak siswa-siswa yang tamat SMP/MTs/PaketB, masuk pada sekolah kejuruan diluar daerah, dan adanya pernikahan dini, serta banyaknya juga yang pergi merantau untuk mencari nafkah, begitu pula karena faktor ekonomi atau karena belum diberlakukannya pendidikan gratis ditingkat SMA/SMK/MA, siswa ini pada umumnya yang hidup di pedesaan. GRAFIK III.30 CAPAIAN ANGKA MELEK HURUF TAHUN ANGKA MELEK HURUF TARGET REALISASI CAPAIAN 13. Angka Putus Sekolah (APS) SMA/SMK/MA Realisasi pencapaian Angka Putus Sekolah (APS) SMA/SMK/MA/Paket C sebesar 0.25% dari target yang ditetapkan sebesar 1% atau capaian sebesar %. untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik tersebut di bawah : III-88

152 GRAFIK III.31 ANGKA PUTUS SEKOLAH SEKOLAH MENENGAH TARGET REALISASI CAPAIAN THN 2011 THN 2012THN 2013 THN 2014 THN 2015 Kalau dilihat grafik tersebut di atas bahwa Angka putus sekolah dari tahun ke tahun mengalami penurunan atau sudah terlampaui targetnya yang ditetapkansedangkan tingkat Angka Putus Sekolahpendidikan Menengah telah mencapai < 1 % ini dipengaruhi dengan adanya pendidikan gratis, sehingga adanya pendidikan gratis dapat mengurangi beban biaya pendidikan pada masyarakat khususnya bagi masyarakat yang kurang mampu, karena penyebab tingginya angka Droup out Pendidikan menengah in disebabkan karena biaya tinggi, Faktor adanya pendidikan gratis ditingkat pendidikan menengah, pemberian Bea Siswa bagi anak yang tidak mampu dan lain lainnya. 14. Angka Melanjutkan SD, SMP dan Guru yang memenuhi kualifikasi S1/DIV Adapun grafik capaian 5 indikator mulai dari Tahun dapat digambarkan sebagai berikut : III-89

153 GRAFIK 3.32 Guru yang memenuhi kualifikasi S1/DIV Guru yang memenuhi kualifikasi S1/DIV Guru yang memenuhi kualifikasi S1/DIV Dari gambaran diatas dapat dikatakan bahwa Meningkatnya Mutu Pendidik dan Tenaga Pendidikan yang Profesional dengan mengintegrasikan IPTEK dan IMTAQ pada setiap jenis dan satuan Pendidikanmeningkat ini di sebabkan meningkatnya peserta sertifikasi yang memenuhi standar kompetensi untuk mendapatkan tunjangan fungsional. Sedangkan angka melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi mengalami peningkatan ini diakibatkan minat peserta didik meningkat dengan adanya pendidikan gratis dan BOS. Capaian sasaran kinerja dengan 3 (tiga) indikator yang didukung oleh kegiatan sebagai berikut: 1. Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun Pelatihan Kompetensi Tenaga Pendidik, Workshop pendataan Pendidikan gratis, Pelatihan penyusunan Kurikulum 2. Program Pendidikan Menengah Pelatihan Penyusunan Kurikulum, Pelatihan Guru Kewirausahaan, Pelatihan Pengelola Laboraturium dan Lomba Olimpiade Nasional Guru a. Rasio Ketersediaan Sekolah Adapun grafik capaian 3 indikator mulai dari Tahun dapat digambarkan sebagai berikut : III-90

154 GRAFIK 3.33 Rasio Ketersediaan Sekolah Dari gambaran diatas dapat dikatakan bahwa Meningkatnya Mutu sarana dan prasarana pendidikan melalui perbaiakn sarana dan prasarana pendidikan di satuan pendidikan menurun pada jenjang pendidikan menengah ini di sebabkan meningkatnya peserta didik pada tingkat menengah meningkat namun disisi ketersedian sekolah pada jenjang menengah kurang dengan kata lain pendidikan kejuruan masih kurang Capaian sasaran kinerja pada Dinas Pendidika dan Dikmudora yang didukung oleh program Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun dan Program Pendidikan Menengah Cakupan kunjungan ibu hamil K4 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 mempunyai target 95% Realisasi sebesar 90,34% dengan Capaian 95,09%. Realisasi Cakupan kunjungan Ibu hamil K4 diperoleh dari perhitungan persentase jumlah ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal care (ANC) minimal 4 kali sesuai dengan standar (dengan distribusi waktu 1 kali pada trimester pertama, 1 kali pada trimester ke-2, dan 2 kali pada trimester ke-3) oleh tenaga kesehatan dibagi dengan jumlah seluruh sasaran ibu hamil di III-91

155 suatu wilayah pada kurun waktu tertentu. Pada tahun 2014 sebanyak ibu hamil menerima pelayanan ANC dari perkiraan sasaran ibu hamil (90,34%). Pencapaian ini tidak mencapai target, hal ini disebabkan karena tingginya estimasi jumlah sasaran ibu hamil, adanya ibu hamil yang datang memeriksakan kehamilannya pada trimester II, adanya ibu hamil yang usia kehamilannya belum mencapai trimester III pada bulan Desember, adanya ibu hamil yang tidak merampungkan standar minimum empat kali kunjungan, disamping itu juga kurangnya jumlah ibu hamil karena berhasilnya program KB. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mempermudah akses pelayanan kesehatan ibu hamil mulai dari pemerataan Sumber Daya Kesehatan, peningkatan promosi kesehatan sampai pada pembentukan Puskesmas PONED sebagai bentuk pengembangan pelayanan kesehatan ibu dan anak. Sedangkan pencapaian dalam kurun waktu lima tahun dapat dilihat pada grafik dibawah ini : Grafik : 3.34 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 Tahun Kab.Soppeng Pada Tahun 2011 Capaian Kinerja tidak mencapai Target dimana dari perkiraan sasaran ibu hamil hanya III-92

156 (94,45%) ibu hamil menerima pelayanan ANC karena masih ada ibu hamil yang pemeriksaan pertama kehamilannya pada umur kehamilan lewat 12. Pada Tahun 2012 Capaian Kinerja tidak mencapai target dimana dari perkiraan sasaran ibu hamil ada (95,15%) ibu hamil menerima pelayanan ANC. Pencapaian ini tidak terlepas dari upaya-upaya yang telah di lakukan oleh seluruh sektor termasuk puskesmas dan masyarakat. Pada Tahun 2013 Capaian kinerja tidak mencapai target dimana dari perkiraan sasaran ibu hamil hanya (86,08) ibu hamil menerima pelayanan ANC. Hal ini disebabkan karena tingginya estimasi jumlah sasaran ibu hamil, adanya ibu hamil yang datang memeriksakan kehamilannya pada trimester II, adanya ibu hamil yang usia kehamilannya belum mencapai trimester III pada bulan Desember, adanya ibu hamil yang tidak merampungkan standar minimum empat kali kunjungan, disamping itu juga kurangnya jumlah ibu hamil karena berhasilnya program KB. Pada Tahun 2014 Capaian kinerja tidak mencapai target dimana dari perkiraan sasaran ibu hamil hanya (90,34) ibu hamil menerima pelayanan ANC. Hal ini disebabkan karena tingginya estimasi jumlah sasaran ibu hamil, adanya ibu hamil yang datang memeriksakan kehamilannya pada trimester II, adanya ibu hamil yang usia kehamilannya belum mencapai trimester III pada bulan Desember, adanya ibu hamil yang tidak merampungkan standar minimum empat kali kunjungan, disamping itu juga kurangnya jumlah ibu hamil karena berhasilnya program KB. Indikator ini dilaksanakan dengan Program Upaya Kesehatan Masyarakat, Kegiatan Peningkatan Kesehatan Masyarakat dan Dana Tugas Pembantuan/Bantuan Operasional Kesehatan. III-93

157 Cakupan ibu hamil dengan komplikasi yang ditangani Berdasarkan Tabel 3.1 Cakupan Ibu Hamil dengan komplikasi yang ditangani mempunyai target 80%, Realisasi sebesar 75,68 dengan capaian 94,6%. Realisasi Cakupan Ibu hamil dengan komplikasi yang ditangani didapat dari perhitungan persentase jumlah komplikasi kebidanan yang mendapatkan penanganan definitif sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan yang kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan dibagi dengan jumlah ibu hamil dengan komplikasi kebidanan suatu wilayah pada kurun waktu yang sama. Penanganan definitif adalah penanganan/ pemberian tindakan terakhir untuk menyelesaikan permasalahan setiap kasus komplikasi kebidanan. Pada tahun 2015, jumlah ibu hamil dengan komplikasi kebidanan adalah 699 orang, dan yang mendapatkan penanganan definitif oleh bidan 529 orang (75,68%). Pencapaian ini tidak mencapai target karena tingginya estimasi jumlah ibu hamil dengan komplikasi, tetapi secara secara riil semua ibu hamil dengan komplikasi kebidanan ditangani oleh tenaga kesehatan yang berkompeten. Sedangkan pencapaian dalam kurun waktu lima tahun dapat dilihat pada grafik dibawah ini : Grafik : 3.35 Cakupan Ibu Hamil dengan Komplikasi yang ditangani Tahun Kab.Soppeng di III-94

158 Pada Tahun 2011 Capaian kinerja mencapai target dimana dari 356 ibu hamil dengan komplikasi semua mendapatkan penanganan (100%). Hal ini dapat dicapai karena semua kehamilan yang mengalami komplikasi langsung ditangani oleh bidan terlatih. Pada Tahun 2012 Capaian Kinerja mencapai target dimana dari 645 ibu hamil dengan komplikasi semua mendapatkan penanganan (100%). Pencapaian yang sudah baik ini dikarenakan aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dasar ataupun rujukan sudah cukup baik dan diimbangi dengan tersedianya sumber daya kesehatan yang kompeten. Pada Tahun 2013 Capaian Kinerja mencapai target dimana dari 749 ibu hamil dengan komplikasi, ada 689 yang mendapatkan penanganan (91,98%). Pencapaian yang sudah baik ini dikarenakan aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dasar ataupun rujukan sudah cukup baik dan diimbangi dengan tersedianya sumber daya kesehatan yang kompeten. Pada tahun 2014 Capaian kinerja mencapai target dimana dari 702 ibu hamil dengan komplikasi, ada 562 yang mendapatkan pelayananj (80,06%). Pencapaian ini mencapai target karena meningkatnya aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dasar ataupun rujukan sudah cukup baik dan diimbangi dengan tersedianya tenaga kesehatan yang berkompeten. Indikator ini dilaksanakan dengan Program Upaya Kesehatan Masyarakat, Kegiatan Peningkatan Kesehatan Masyarakat dan Dana Tugas Pembantuan/Bantuan Operasional Kesehatan. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan. III-95

159 Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan mempunyai target 90%, Realisasi sebesar 92,24% dengan capaian 102,49%. Realisasi cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan dihitung dari persentase jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan kompetensi dibagi dengan jumlah seluruh ibu bersalin di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu. Pada tahun 2015 persalinan oleh tenaga kesehatan sebanyak dari seluruh perkiraan persalinan dalam satu Tahun sebanyak (92,24%). Hal ini disebabkan oleh adanya pengembangan Sumber Daya Manusia melalui pelatihan bagi tenaga bidan, seluruh Puskesmas dan Poskesdes sudah memiliki bidan dan bertambahnya alat kesehatan pada sarana kesehatan. Sedangkan pencapaian dalam kurun lima tahun dapat dilihat pada grafik dibawah ini :. Grafik 3.36 Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan Tahun Kab.Soppeng pada Tahun 2011 Capaian kinerja mencapai target dimana jumlah persalinan oleh tenaga kesehatan sebanyak dari seluruh perkiraan persalinan dalam satu Tahun sebanyak III-96

160 (91,7%). Hal ini dapat dicapai karena sudah ada kemitraan Bidan dan dukun dalam hal pertolongan persalinan, dimana dukun tidak boleh lagi menolong persalinan sehingga semua persalinan ditangani oleh bidan serta didukung oleh adanya program Jampersal. Pada Tahun 2012 Capain Kinerja mencapai target dimana jumlah persalinan oleh tenaga kesehatan sebanyak dari seluruh perkiraan persalinan dalam satu Tahun sebanyak (94,8%). Hal ini dapat dicapai karena adanya Peran kader di masyarakat sangat berpengaruh dalam promosi kesehatan kepada masyarakat terkait dengan persalinan. Pada Tahun 2013 Capaian Kinerja tidak mencapai target dimana jumlah persalinan oleh tenaga kesehatan sebanyak dari seluruh perkiraan persalinan dalam satu Tahun sebanyak (89,4%). Hal ini disebabkan oleh tingginya estimasi jumlah sasaran ibu bersalin. Pada Tahun 2014 Capain Kinerja mencapai target dimana jumlah persalinan oleh tenaga kesehatan sebanyak dari seluruh perkiraan persalinan dalam satu Tahun sebanyak (94,96%). Hal ini dapat dicapai karena adanya Peran kader di masyarakat sangat berpengaruh dalam promosi kesehatan kepada masyarakat terkait dengan persalinan. Indikator ini dilaksanakan dengan Program Upaya Kesehatan Masyarakat, Kegiatan Peningkatan Kesehatan Masyarakat dan Dana Tugas Pembantuan/Bantuan Operasional Kesehatan. Cakupan pelayanan ibu nifas Cakupan pelayanan ibu nifas dmempunyai target 90%, Realisasi sebesar 91,67% dengan capaian 101,9%. Realisasi Cakupan pelayanan ibu nifas dihitung dari jumlah ibu nifas yang memperoleh 2 kali pelayanan sesuai standar oleh tenaga kesehatan dibagi dengan jumlah seluruh ibu bersalin di suatu III-97

161 wilayah pada kurun waktu tertentu. Pada tahun 2015 ada 3.,059 ibu nifas yang mendapat pelayanan dari perkiraan ibu nifas dalam satu tahun (91,67%).Hal ini disebabkan karena karena adanya kerja sama yang baik antara bidan Puskesmas, Bidan Desa, Bidan praktek swasta,kader, dukun dalam sistem pencatatan dan pelaporan pelayanan nifas. Sedangkan pencapaian dalam kurun lima tahun pada grafik dibawah ini Grafik : 3.37 Cakupan Pelayanan Ibu Nifas Tahun Dinas Kesehatan kab.soppeng dapat dilihat pada Tahun 2011 Capaian Kinerja mencapai target dimana ibu nifas yang mendapat pelayanan sebanyak dari ibu nifas (91,85%). Hal ini dapat dicapai karena semua persalinan dilakukan oleh bidan maka pelayanan ibu nifas juga dilaksanakan oleh bidan. Pada Tahun 2012 Capaian Kinerja mencapai target dimana ibu nifas yang mendapat pelayanan sebanyak dari ibu nifas (94,84%). Hal ini dapat tercapai karena adanya kerja sama yang baik antara bidan Puskesmas, Bidan Desa, Bidan praktek swasta,kader dalam sistem pencatatan dan pelaporan pelayanan nifas. Pada Tahun 2013 Capaian Kinerja tidak mencapai target dimana ibu nifas yang mendapat pelayanan sebanyak dari III-98

162 ibu nifas (89,4%). Hal ini disebabkan karena tingginya estimasi jumlah sasaran ibu nifas. Pada tahun 2014 Capaian Kinerja mencapai target, dimana ada ibu nifas yang mendapat pelayanan dari ibu nifas (94,60%).Hal ini disebabkan karena karena adanya kerja sama yang baik antara bidan Puskesmas, Bidan Desa, Bidan praktek swasta,kader, dukun dalam sistem pencatatan dan pelaporan pelayanan nifas. Indikator ini dilaksanakan dengan Program Upaya Kesehatan Masyarakat, Kegiatan Peningkatan Kesehatan Masyarakat dan Dana Tugas Pembantuan/Bantuan Operasional Kesehatan. Cakupan neonatal dengan komplikasi yang ditangani Cakupan neonatal dengan komplikasi yang ditangani mempunyai target 80%, Realisasi sebesar 41,93% dengan capaian 52,4%. Realisasi Cakupan neonatal dengan komplikasi yang ditangani didapat dari perhitungan persentase jumlah neonatus dengan komplikasi yang mendapat penanganan dibagi dengan jumlah seluruh neonatal dengan komplikasi yang ada di wilayah kerja pada kurun waktu yang sama. Pada tahun 2015 terdapat 200 kasus neonatal dengan komplikasi yang ditangani dari 477 sasaran neonatal dengan komplikasi (53,86%). Indikator ini tidak mencapai target hal ini disebabkan karena tingginya estimasi jumlah sasaran neonatal dengan komplikasi, tetapi secara riil semua neonatal dengan komplikasi ditangani oleh tenaga kesehatan yang berkompeten, adanya pencatatan yang kurang lengkap (tidak semua kasus resti di laporkan) oleh Bidan Desa, Bidan Puskesmas. Sedangkan pencapaian dalam kurun lima tahun dapat dilihat pada grafik dibawah ini III-99

163 Grafik : 3.38 Cakupan Neonatal dengan Komplikasi yang ditangani Tahun kab.soppeng pada Tahun 2011 Capain Kinerja mencapai target dimana ada 104 kasus neonatal dengan komplikasi semua ditangani oleh bidan (100%). Tahun 2012 Capaian Kinerja mencapai target dimana ada 232 kasus neonatal dengan komplikasi semua ditangani oleh bidan (100%). Tahun 2013 Capaian Kinerja tidak mencapai target dimana hanya 231 kasus neonatal dengan komplikasi yang ditangani oleh bidan dari 479 seluruh neonatal dengan komplikasi (100%). Hal ini disebabkan karena tingginya estimasi jumlah sasaran neonatal dengan komplikasi dan adanya pencatatan yang kurang lengkap (tidak semua kasus resti di laporkan) oleh Bidan Desa, Bidan Puskesmas. Tahun 2014 Capaian Kinerja tidak mencapai target dimana hanya 258 kasus neonatal dengan komplikasi yang ditangani dari 479 perkiraan sasaran neonatal dengan komplikasi (53,86%). Indikator ini tidak mencapai target hal ini disebabkan karena tingginya estimasi jumlah sasaran neonatal dengan komplikasi dan adanya pencatatan yang kurang lengkap (tidak semua kasus resti di laporkan) oleh Bidan Desa, Bidan Puskesmas. Indikator ini dilaksanakan dengan Program Upaya Kesehatan Masyarakat, Kegiatan Peningkatan Kesehatan Masyarakat dan Dana Tugas Pembantuan/Bantuan Operasional Kesehatan III-100

164 Cakupan desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI) Cakupan desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI) mempunyai target 100%, Realisasi sebesar 97,14% dengan capaian 97,14 %. Realisasi Cakupan Desa/Kel UCI didapat dari perhitungan persentase jumlah desa/kelurahan UCI dibagi dengan jumlah keseluruhan desa/kelurahan yang ada. Pada Tahun 2015 ada 68 desa/kel yang UCI dari 70 desa/ kel yang ada (97,14%). Hal ini disebabkan karena kurangnya jumlah kelahiran pada tahun tersebut. Cakupan peserta KB aktif Berdasarkan Tabel 3.1 Cakupan peserta KB Aktif mempunyai target 73%, Realisasi sebesar 73,51 dengan capaian 100,70%. Realisasi Cakupan peserta KB aktif didapat dari perhitungan persentase jumlah peserta KB baru dan lama yang masih aktif dibagi dengan jumlah pasangan usia subur (PUS) yang ada pada kurun waktu tertentu. Pada tahun 2014 tercatat peserta KB aktif dari total pasangan usia subur sebanyak (73,51%). Sedangkan pencapaian dalam kurun empat tahun dapat dilihat pada grafik dibawah ini : Grafik 3.39 Cakupan Peserta KB Aktif Tahun Kab.Soppeng Indikator ini dilaksanakan dengan Program Upaya Kesehatan Masyarakat, Kegiatan Peningkatan Kesehatan Masyarakat dan Dana Tugas Pembantuan/Bantuan Operasional Kesehatan. III-101

165 Cakupan kunjungan bayi Cakupan Kunjungan Bayi mempunyai target 90%, Realisasi sebesar 92,86% dengan capaian 103,2%. Realisasi Cakupan kunjungan bayi didapat dari perhitungan persentase jumlah bayi yang telah memperoleh 4 kali pelayanan kesehatan sesuai standar dibagi dengan jumlah bayi yang ada di wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Diasumsikan bayi yang berusia 12 bulan telah mendapat 4 kali pelayanan kesehatan sesuai standar, maka cakupan kunjungan bayi dilihat dari cakupan kunjungan bayi B12. Pada Tahun 2015 Ada bayi yang melakukan kunjungan dan mendapatkan pelayanan dari sasaran bayi (92,86%).Hal ini dapat dicapai karena Kerja keras tim yang melibatkan lintas sector serta masyarakat sangat di perlukan untuk meningkatkan kunjungan bayi ini dan adanya kegiatan kunjungan rumah yang dilakukan oleh bidan Puskesmas dan bidan desa. Kunjungan bayi yang kurang akan sangat berkorelasi dengan angka kematian bayi, karena dengan kunjungan yang teratur maka kondisi bayi akan terindentifikasi sehingga penanganan awal dapat dilakukan dengan cepat, tepat dan akurat sesuai standar. Sedangkan pencapaian dalam kurun lima tahun dapat dilihat pada grafik dibawah ini : Grafik 3.40 Cakupan Kunjungan Bayi Tahun III-102

166 Pada Tahun 2011 Capaian kinerja tidak mencapai target dimana hanya bayi yang telah memperoleh 4 kali pelayanan kesehatan sesuai standar dari sasaran bayi (85,41%). Hal ini disebabkan karena masih ada sebagaian kecil masyarakat yang percaya bahwa bayi umur dibawa 3 bulan tidak boleh keluar rumah dan rata-rata ibu-ibu yang bayinya sudah mendapat imunisasi campak tidak rutin lagi di bawa ke posyandu/sarana kesehatan. Tahun 2012 Capaian Kinerja mencapai target dimana ada bayi yang telah memperoleh 4 kali pelayanan kesehatan sesuai standar dari sasaran bayi (103,29%). Hal inidisebabkan karena adanya Kerja keras tim yang melibatkan lintas sektor serta masyarakat sangat di perlukan untuk meningkatkan kunjungan bayi ini. kunjungan bayi yang kurang akan sangat berkorelasi dengan angka kematian bayi, karena dengan kunjungan yang teratur maka kondisi bayi akan terindentifikasi sehingga penanganan awal dapat dilakukan dengan cepat, tepat dan akurat sesuai standar. Tahun 2013, Capaian Kinerja mencapai target dimana ada bayi yang telah memperoleh 4 kali pelayanan kesehatan sesuai standar dari sasaran bayi (104,14%). Hal ini disebabkan karena meningkatnya kesadaran orang tua untuk memeriksakan kesehatan bayinya. Pada Tahun 2014, Capaian Kinerja mencapai target dimana ada bayi yang melakukan kunjungan dan mendapatkan pelayanan dari sasaran bayi (103,84%).Hal ini dapat dicapai karena Kerja keras tim yang melibatkan lintas sector serta masyarakat sangat di perlukan untuk meningkatkan kunjungan bayi ini. kunjungan bayi yang kurang akan sangat berkorelasi dengan angka kematian bayi, karena dengan kunjungan yang teratur maka kondisi bayi akan terindentifikasi sehingga penanganan awal dapat dilakukan dengan cepat, tepat dan akurat sesuai standar. III-103

167 Indikator ini dilaksanakan dengan Program Upaya Kesehatan Masyarakat, Kegiatan Peningkatan Kesehatan Masyarakat dan Dana Tugas Pembantuan/Bantuan Operasional Kesehatan. Cakupan Desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI) Berdasarkan Tabel 3.1 Cakupan desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI) mempunyai target 100%, Realisasi sebesar 97,14% dengan capaian 97,14 %. Realisasi Cakupan Desa/Kel UCI didapat dari perhitungan persentase jumlah desa/kelurahan UCI dibagi dengan jumlah keseluruhan desa/kelurahan yang ada. Pada Tahun 2015 ada 68 desa/kel yang UCI dari 70 desa/ kel yang ada (97,14%). Hal ini disebabkan karena kurangnya jumlah kelahiran pada tahun tersebut Cakupan pelayanan anak balita Cakupan pelayanan anak balita mempunyai target 90%, Realisasi 69,61%, Capaian 77,3%. Realisasi cakupan pelayanan anak balita diperoleh dari jumlah anak balita yang memperoleh pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali di satu wilayah kerja pada waktu tertentu dibagi jumlah seluruh anak balita di satu wilayah kerja dalam waktu yang sama. Untuk Tahun 2015 dari balita hanya 12,413 (69,61%) yang mendapatkan palayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali. Pencapaian ini belum mencapai target yang ditetapkan yaitu (90%). Hal ini disebabkan karena masih banyak orang tua balita yang tidak lagi membawa anaknya untuk dipantau pertumbuhannya apabila sudah lebih dari usia satu tahun, dan tingginya estimasi jumlah sasaran anak balita. Sedangkan pencapaian dalam kurun lima tahun dapat dilihat pada grafik dibawah ini : III-104

168 Grafik : 3.41 Cakupan pelayanan anak balita Tahun Kab.Soppeng Realisasi Pada Tahun tidak mencapai target. Pada Tahun 2011 hanya balita yang mendapatkan pelayanan dari sasaran balita (81,39%). Pada Tahun 2012 hanya balita yang mendapatkan pelayanan dari sasaran balita (83,47%). Pada Tahun 2013 hanya balita yang mendapatkan pelayanan dari sasaran balita (83,47%). Pada Tahun 2014 dari balita hanya (71,94%) yang mendapatkan palayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali. Pencapaian ini belum mencapai target yang ditetapkan yaitu (90%). Dalam kurun waktu empat tahun tidak mencapai target karena masih banyak ibu- ibu balita tidak rutin lagi membawa anaknya ke sarana kesehatan untuk mendapatkan pelayanan karena imunisasinya sudah lengkap. Indikator ini dilaksanakan dengan Program Upaya Kesehatan Masyarakat, Kegiatan Peningkatan Kesehatan Masyarakat Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada usia 6-24 bulan keluarga miskin Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada usia 6-24 bulan keluarga miskin mempunyai target 100%, Realisasi 100%, Capaian 100%. Realisasi Cakupan pemberian MP ASI pada anak 6-24 bulan keluarga miskin diperoleh dari jumlah anak usia 6-24 bulan keluarga miskin yang mendapat MP-ASI dibagi jumlah anak III-105

169 usia 6-24 bulan keluarga miskin. Untuk Tahun 2015 semua anak (138 orang) usia 6-24 bulan dari keluarga miskin diberikan MP-ASI. Pencapaian ini sudah mencapai target yang ditetapkan yaitu (100%). Makanan pendamping ASI yang berikan berupa Biskuit. Cakupan balita gizi buruk yang mendapat perawatan Cakupan balita gizi buruk yang mendapat perawatan mempunyai target 100%, Realisasi 100%, Capaian 100%. Realisasi Cakupan cakupan balita gizi buruk yang mendapat perawatan diperoleh dari jumlah balita gizi buruk yang mendapat perawatan di sarana pelayanan kesehatan di satu wilayah kerja dalam kurun waktu tertentu dibagi dengan jumlah seluruh balita gizi buruk yang ditemukan di satu wilayah kerja dalam kurun waktu tertentu. Untuk Tahun 2015 jumlah gizi buruk yang ditemukan berdasarkan BB/TB sebanyak 5 (lima) anak dan semuanya mendapatkan perawatan di sarana pelayanan kesehatan. Cakupan Penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat Cakupan Penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat mempunyai target 100%, Realisasi 100% dan Capaian 100%. Realisasi Cakupan Penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat didapat dari hasil pemeriksaan siswa SD dan setingkat pada kegiatan penjaringan yang dilakukan kepada seluruh siswa SD kelas 1 dibagi jumlah murid SD kelas 1 yang ada pada suatu wilayah kerja dalam waktu yang sama. Pemeriksaan yang dilakukan antara lain: pemeriksaan mata, gigi dan mulut, gizi, dan kesehatan secara umum. Pada tahun 2015 terdapat siswa SD/sederajat kelas 1, dari jumlah tersebut semuanya dilakukan pemeriksaan kesehatan (100%). Hasil ini sudah mecapai target yaitu 100%. Hal ini disebabkan karena penjaringan kesehatan secara umum dilakukan secara sistematis III-106

170 mulai dari sosialisasi pelaksanaan sampai pada tindak lanjut/intervensi berdasarkan pada hasil pemeriksaan. Cakupan peserta KB Aktif Berdasarkan Tabel 3.1 Cakupan peserta KB Aktif mempunyai target 73%, Realisasi sebesar 75,74% dengan capaian 103,8%. Realisasi Cakupan peserta KB aktif didapat dari perhitungan persentase jumlah peserta KB baru dan lama yang masih aktif dibagi dengan jumlah pasangan usia subur (PUS) yang ada pada kurun waktu tertentu. Pada tahun 2015 tercatat 30,086 peserta KB aktif dari total pasangan usia subur sebanyak 39,725 ( 75,74% ). Hal ini disebabkan karena meningkatnya kesadaran masyarakat pentingnya menjadi akseptor KB Cakupan penemuan dan penanganan Acute Flacid Paralysis (AFP) rate per penduduk < 15 tahun Cakupan penemuan dan penanganan Acute Flacid Paralysis (AFP) rate per penduduk < 15 tahun mempunyai target 1, Realisasi 2, Capaian 200 %. Realisasi cakupan penemuan kasus AFP diperoleh dari perhitungan jumlah kasus AFP non polio yang dilaporkan oleh petugas dibagi dengan jumlah penduduk < 15 tahun. Pada Tahun 2015 ada 2 kasus AFP non polio yang ditemukan oleh petugas dari penduduk berusia < 15 tahun. Hal ini dapat dicapai karena adanya sistem kewaspadaan dini tingkat puskemas sudah berjalan baik, terbentuknya Basic Surveilance Epidemiologi ditingkat posyandu yang dilakukan oleh kader, berjalannya surveilance aktif ditingkat puskesmas dan adanya SMS GATEWAY pada semua sarana kesehatan secara berjenjang mulai dari poskesdes, pustu,puskesmas, Dinas Kesehatan Kabupaten dan Dinas Kesehatan Propinsi. Cakupan Penemuan penderita pneumonia balita ditangani Cakupan penemuan penderita pneumonia balita ditangani mempunyai target 100%, Realisasi 12,45, Capaian 12,45%. III-107

171 Realisasi cakupan penemuan penderita pneumonia balita ditangani diperoleh dari perhitungan jumlah penderita pneumonia balita yang ditangani dalam satu wilayah kerja dalam kurun waktu satu tahun dibagi dengan jumlah perkiraan penderita pneumonia balita dalam satu wilayah kerja dalam kurun waktu yang sama. Untuk Tahun 2015 jumlah balita perkiraan pneumonia 2.257, yang ditemukan hanya 281 (12,45%). Hal ini disebabkan karena tingginya jumlah perkiraan penderita pneumonia balita, tetapi secara riil semua balita yang menderita pneumonia semua ditangani khusus oleh petugas kesehatan yang terlatih dan mendapat perawatan di sarana kesehatan. Cakupan penemuan pasien baru TBC BTA Positif Cakupan penemuan pasien baru TBC BTA Positif mempunyai target 100%, Realisasi 64%, Capaian 64%. Realisasi cakupan penemuan pasien baru TBC BTA Positif diperoleh dari perhitungan jumlah pasien baru TBC BTA positif yang ditemukan dan diobati dalam satu wilayah selama satu tahun dibagi dengan jumlah perkiraan pasien baru TBC BTA positif dalam satu wilayah dalam waktu satu tahun. Untuk Tahun 2015 jumlah perkiraan penderita TBC BTA positif 474 orang dan ditemukan 232 penderita baru (48,95%). Hal ini disebabkan karena tingginya jumlah perkiraan penderita TBC BTA positif dan masih rendahnya partisipasi masyarakat untuk memeriksakan diri disarana pelayanan kesehatan (malu akan stigma penderita TB). Pencapaian ini sangat terkait dengan partisipasi masyarakat untuk memobilisasi suspek yang dilandasi dengan kesadaran akan pentingnya kesehatan. Selain itu kegiatan penyuluhanpenyuluhan yang dilakukan oleh petugas di Puskesmas berkontribusi terhadap kesadaran masyarakat untuk melakukan pemeriksaan di puskesmas. III-108

172 Cakupan penemuan penderita diare Cakupan penemuan penderita diare mempunyai target 100%, Realisasi 204%, Capaian 204%. Realisasi cakupan penemuan penderita diare diperoleh dari perhitungan jumlah penderita diare yang datang dan dilayani di sarana kesehatan dan kader dalam wilayah tertentu dalam waktu satu tahun dibagi dengan jumlah perkiraan penderita diare dalam suatu wilayah tertentu dalam waktu yang sama (10%) dari angka kesakitan diare dikali jumlah penduduk. Untuk tahun 2015 jumlah perkiraan penderita diare 4,830 orang dan ditemukan 9,833 orang menderita diare (204%). Hal ini menunjukkan meningkatnya kesadaran masyarakat setiap ada kejadian diare langsung memeriksakan diri ke sarana kesehatan untuk mendapatkan perawatan dan adanya koordinasi yang baik antara kader, petugas kesehatan dalam sistem pencatatan dan pelaporan kejadian diare yang ada diwilayahnya masing-masing. Cakupan penderita DBD yang ditangani Cakupan penderita DBD yang ditangani mempunyai target 100%, Realisasi 100%, Capaian 100%. Realisasi cakupan penderita DBD yang ditangani diperoleh dari perhitungan Jumlah penderita DBD yang ditangani sesuai Standar Operasional Prosedur di satu wilayah dalam waktu satu tahun dibagi dengan jumlah penderita DBD yang ditemukan di satu wilayah dalam waktu satu tahun yang sama. Pada tahun 2015 jumlah penderita DBD seluruhnya adalah 219 dan seluruhnya mendapatkan penanganan sesuai standar operasional prosedur. Masih Tingginya jumlah penderita DBD karena adanya perubahan musim dari musim kemarau ke musim hujan, perilaku masyarakat yang belum melaksanakan PSM (Pemberantasan sarang nyamuk) secara berkala, ini juga tidak terlepas dari peran serta masyarakat dimana setiap ada gejala kasus DBD langsung dilaporkan ke Puskesmas, Dinas Kesehatan untuk selanjutnya III-109

173 dilakukan penyelidikan epidemiologi oleh Districk surveilance Office (DSO) sehingga dapat merekomendasikan bila seharusnya bila harus dilakukan penyemprotan/fogging Rasio posyandu per satuan balita Rasio posyandu per satuan balita mempunyai Target 60%, Realisasi % dan Capaian 40,1%. Realisasi Rasio posyandu per satuan balita diperoleh dari perbandingan antara jumlah posyandu dengan jumlah balita. Untuk Tahun 2015 jumlah posyandu yang ada 324 unit dengan jumlah sasaran balita sebanyak (24,08 %). Hal ini karena jumlah balita kurang karena tingginya akseptor KB. Pada Tahun 2011 realisasi 21,12% Tahun 2012 realisasi 21,67%. Tahun 2013 realisasi 29%. Terjadi peningkatan dari tahun 2011 s.d 2013 karena adanya penambahan jumlah balita diikuti dengan penambahan jumlah posyandu. Tahun 2014 jumlah posyandu yang ada 319 unit dengan jumlah sasaran balita sebanyak (17,73 %), karena kurangnya jumlah balita. Cakupan pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin. Cakupan pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin mempunyai Target 100%, Realisasi 10,23 % dan % Capaian 10,23 %. Realisasi Cakupan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin, diperoleh dari jumlah kunjungan pasien masyarakat miskin di sarana kesehatan strata I dibagi jumlah seluruh masyarakat miskin. Untuk Tahun 2014 ada masyarakat miskin yang menggunakan sarana kesehatan strata I dari masyarakat miskin (79,19%). Sedangkan pencapaian dalam kurun lima tahun dapat dilihat pada grafik dibawah ini : III-110

174 Grafik : 3.42 Cakupan pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin Tahun kab.soppeng Berdasarkan Grafik 3.20, Pada Tahun 2011 dan Tahun 2012 Capaian Kinerja Cakupan pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin mencapai 100% karena menggunakan defenisi Riil yaitu semua masyarakat miskin yang datang kesarana kesehatan diberikan pelayanan. Tahun 2013 Capaian Kinerja hanya 95,5% karena dari masyarakat miskin hanya yang berkunjung ke sarana kesehatan. Untuk Tahun 2014 ada masyarakat miskin yang menggunakan sarana kesehatan strata I dari masyarakat miskin (79,19%). Indikator ini dilaksanakan dengan Program Upaya Kesehatan Masyarakat Kegiatan Pelayanan Kesehatan Gratis (Provinsi), Kegiatan Pelayanan Kesehatan Gratis (Kabupaten) dan Kegiatan Pelayanan JKN (Kapitasi). Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin mempunyai Target 100%, Realisasi 6,33% dan % Capaian 6,33%. Realisasi cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin diperoleh dari jumlah pasien masyarakat III-111

175 miskin di sarkes strata 2 dan strata 3 dibagi Jumlah masyarakat miskin. Pada dasarnya semua masyarakat miskin yang memerlukan rujukan ke Sarana pelayanan strata 2 dan strata 3 diberikan oleh Puskesmas (sarana pelayanan dasar). Untuk Tahun 2015 ada pasien masyarakat miskin yang memerlukan rujukan ke Sarana pelayanan strata 2 dan strata 3 dari (6,33%) masyarakat miskin. Rendahnya capaian kinerja indicator tersebut disebabkan sebagian besar pasien masyarakat miskin dapat ditangani pada sarana pelayanan Strata 1 sehingga tidak perlu dirujuk ke sarana pelayanan Strata 2 atau Strata 3. Cakupan pelayanan gawat darurat level 1 yang harus diberikan sarana kesehatan (RS) di Kabupaten/Kota Cakupan pelayanan gawat darurat level 1 yang harus diberikan sarana kesehatan (RS) di Kabupaten/Kota mempunyai Target 100%, Realisasi 100 % dan % Capaian 100%. Untuk Tahun 2015 hanya 1 sarana kesehatan (Rumah Sakit ). Pada Tahun 2011 s.d 2015 Capaian Kinerja 100% karena semua masyarakat yang membutuhkan pelayanan kegawatdaruratan di Rusam Sakit diberikan pelayanan. Indikator ini dilaksanakan dengan Program Upaya Kesehatan Masyarakat, Kegiatan Pelayanan Kesehatan Gratis (Provinsi), Kegiatan Pelayanan Kesehatan Gratis (Kabupaten) dan Kegiatan Pelayanan JKN (Kapitasi) Cakupan Desa/Kelurahan mengalami KLB yang dilakukan penyelidikan epidemiologi < 24 jam Cakupan Desa/Kelurahan mengalami KLB yang dilakukan penyelidikan epidemiologi < 24 jam mempunyai target 100%, Realisasi 100%, Capaian 100%. Realisasi cakupan desa/kelurahan mengalami KLB dilakukan penyelidikan epidemiologi diperoleh dari jumlah desa/kelurahan mengalami III-112

176 KLB yang ditangani kurang dari 24 jam dibagi dengan jumlah desa kelurahan dengan KLB yang ada pada kurun waktu yang sama. Pada tahun 2014 terjadi 9 KLB yang terdiri dari AFP non polio 4, rabies 3, Keracunan makanan 1 dan DBD 1. Ke sembilan kasus KLB tersebut dilakukan penanganan sesegera mungkin dalam tempo < 24 jam (100%).Cakupan ini mencapai target. Cakupan Desa Siaga Aktif Cakupan Desa Siaga Aktif mempunyai Target 80%, Realisasi 97,14 % dan Capaian 121,43%. Realisasi Cakupan Desa Siaga Aktif diperoleh dari jumlah desa yang mempunyai poskesdes dan forum desa siaga aktif dibagi dengan jumlah seluruh desa. Untuk Tahun 2015 ada 68 desa yang mempunyai poskesdes dan forum desa siaga aktif dari 70 Desa/Kelurahan (97,14%). Hal ini disebabkan karena Tersedianya sarana pelayanan kesehatan dan berfungsinya forum desa siaga. Sedangkan pencapaian dalam kurun lima tahun dapat dilihat pada grafik dibawah ini : Grafik : 3.43 Cakupan Desa Siaga Aktif Tahun Berdasarkan Grafik 3.21, Pada Tahun 2011 dan Tahun 2013 Realisasi Cakupan Desa siaga aktif hanya mencapai 74,28 % karena baru ada 52 desa/kel yang mempunyai forum desa siaga aktif III-113

177 Cakupan Puskesmas Capaian Kinerja Cakupan Puskesmas mencapai Target dimana target 212,5%, Realisasi 212,5 % dan Capaian 100 %. Pada Tahun 2015 realisasi mencapai 212,5 % dimana ada 17 puskesmas yang tersebar di 8 Kecamatan. Hal ini disebabkan untuk lebih mendekatkan pelayanan kesehatan primer kepada masyarakat. Pada Tahun 2011 s.d 2015 Realisasi sama 212,5% karena tidak ada penambahan puskesmas. Cakupan Puskesmas Pembantu Cakupan Puskesmas pembantu mempunyai Target 62,86%, Realisasi 62,86 % dan Capaian 100 %. Pada Tahun 2015 Capai Kinerja mencapai target 62,86 % dimana ada 44 Puskesmas pembantu yang tersebar di 70 Desa/Kelurahan. Hal ini disebabkan untuk lebih mendekatkan pelayanan kesehatan primer kepada masyarakat. Pada Tahun 2011 s.d 2015 Realisasi sama 62,86% karena tidak ada penambahan jumlah puskesmas pembantu. Rasio Puskesmas, poliklinik, pustu per satuan penduduk. Rasio Puskesmas,poliklinik,pustu per satuan penduduk mempunyai Target 6%, Realisasi % dan Capaian 8.53 %. Pada Tahun 2015 mencapai 62,86 % Pada Tahun 2015 jumlah Puskesmas 17 unit, Puskesmas Pembantu 44 unit, poskesdes 68 unit dan semuanya tersebar di 70 Desa/Kelurahan dengan jumlah penduduk yang ada sebanyak jiwa. Rendahnya capaian kinerja indikator tersebut disebabkan oleh peningkatan jumlah sarana prasarana pelayanan kesehatan tidak mampu mengimbangi jumlah penduduk Rasio Rumah Sakit Per Penduduk. Rasio Rumah Sakit Per Penduduk mempunyai Target 0,01%, Realisasi 0,004 % dan Capaian 40,0 %. PadaTahun 2015 Jumlah III-114

178 Rumah Sakit 1 (satu) unit melayani penduduk sebanyak 251,801 jiwa. Pencapaian ini belum mencapai target karena bertambahnya jumlah peduduk tidak diikuti dengan bertambahnya jumlah rumah sakit. Pada Tahun 2011 s.d 2015 Realisasi sama 0,004 % karena tidak ada penambahan jumlah rumah sakit. Rasio dokter per satuan penduduk Rasio dokter per satuan penduduk mempunyai Target 40%, Realisasi 0,29% dan Capaian 0,74%. Perhitungan Rasio dokter per satuan penduduk diperoleh dari banyaknya dokter yang ada dalam suatu wilayah dalam waktu satu tahun dibagi dengan jumlah penduduk yang ada dalam suatu wilayah dalam waktu satu tahun. Pada Tahun 2015 dari jumlah penduduk hanya ada 74 dokter (0,29%). Pencapaian ini belum mencapai dari target yang tetapkan yaitu 40% karena penambahan jumlah dokter belum sesuai dengan kebutuhan. Indikator ini dilaksanakan dengan Program Upaya Kesehatan Masyarakat Kegiatan Peningkatan Kesehatan Masyarakat Pada Indikator RSUD Ajjappannge dalam pencapaian sasaran pelayanan yang dijadikan dasar ukuran adalah indikator kunjungan rawat jalan, kunjungan IGD rawat inap melalui perhitungan BOR, LOS, TOI, BTO, NDR dan GDR dengan menggunakan Standar Pelayanan Minimal (SPM) sebagai dasar ratio kelayakan. Jumlah kunjungan pasien baik kunjungan ke rawat jalan maupun IGD sangat berpengaruh terhadap kredibilitas ruah sakit dalam optimalisasi dan responsifitas pelayanan, sedangkan indikator BOR sangat menentukan tingkat kepadatan penggunaan tempat tidur, LOS menggambarkan lama perawatan, TOI menggambarkan interval pemakaian tempat tidur dengan kekosongannya, BTO menunjukkan frekuensi pemakaian tempat tidur dalam setahun, NDR merupakan gambaran angka III-115

179 kematian > 48 jam artinya kinerja pelayanan rumah sakit setelah pasien dirawat diharapkan dapat menurunkan angka tersebut, demikian pula halnya dengan GDR dengan menggambarkan angka kematian umum diharapkan setiap tahunnya menurun. 1. Dalam pencapaian indikator kunjungan rawat jalan mencapai orang dari target orang artinya unit pelayanan rawat jalan hanya mampu meningkatkan kinerja pelayanan mencapai 88,88%. 2. Kunjungan IGD mengalami penurunan mencapai orang hal ini disebabkan karena adanya perubahan tarif. 3. BOR dalam target capaian kinerja realisasinya mencapai 103,30% yang berarti rumah sakit telah mampu meningkatkan kinerja pelayanannya. 4. LOS dari target capaian indikator 65 hari, realisasi mencapai 95,03% artinya lama rawat pasien meningkat sehingga rumah sakit telah cukup mampu bekerja sesuai dengan yang ditentukan, walaupun belum mencapai target. 5. Dalam pencapaian target indikator TOI 1 hari realisasinya 1 hari artinya rumah sakit mampu bekerja sesuai dengan target yang ditentukan (164%). 6. Untuk mencapai indikator BTO rumah sakit sudah mampu menurunkan frekuensi pemakaian tempat tidur. 7. NDR dari target capaian indikator 6 0 /0, realisasinya mencapai 11,87 0 /0 artinya rumah sakit belum dapat menurunkan angka kematian >48 jam secara signifikan dengan fasilitas dan kapasitas yang tersedia. 8. Demikian pula GDR rumah sakit belum mampu menurunkan angka capaian indikator dari target 10 0 /0 dari 25,36 0 /00 artinya belum terdpat penurunan angka kematian karenna masih pada kisaran angka standar < 45 0 /0 penderita keluar. III-116

180 Indeks Pembangunan Manusia, Angka Harapan Hidup, Rata- Rata Lama Sekolah dan Angka Melek Huruf (AMH) Pembangunan manusia merupakan suatu paradigma yang menempatkan manusia sebagai titik sentral sehingga setiap upaya pembangunan menpunyai ciri dari, oleh dan untuk rakyat. Dalam kerangka inilah maka pembangunan daerah Kabupaten Soppeng ditujukan untuk meningkatkan partisipasi penduduk dalam semua proses pembangunan melalui perluasan pilihan yang lebih banyak kepada penduduk melalui upayaupaya pemberdayaan yang mengutamakan peningkatan kemampuan dasar manusia agar dapat sepenuhnya berpartisipasi di segala bidang pembangunan. Untuk mencapai tujuan tersebut maka Pemerintah Daerah Kabupaten Soppeng melakukan upaya peningkatan kualitas penduduk sebagai sumber daya baik kualitas intelektual (pendidikan), kualitas fisik (kesehatan), kesejahteraan ekonomi (daya beli), maupun moralitas (iman dan takwa). Hal ini sesuai dengan visi dan misi pemerintah daerah kabupaten Soppeng yang tertuang dalam Perda Nomor 3 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun Bergeraknya indeks peningkatan pembangunan Sumber Daya Manusia adalah harapan dari pemerintah daerah ini yang kemudian membuat Pemerintah daerah mendorong upaya penajaman terhadap berbagai program dari berbagai sektor selama kurun waktu lima tahun dari tahun 2011 hingga tahun Tentunya pengukuran terhadap peningkatan SDM ditinjau dari pendekatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Indeks (HDI), Cara pengukuran dari IPM tersebut dipantau dari perbandingan Angka Harapan Hidup (AHH), Angka Melek Huruf (AMH), Rata-rata Lama Sekolah serta kemampaun daya beli yang diperoleh dari rata-rata pengeluaran III-117

181 perkapita riil. Berdasarkan perhitungan BPS Kabupaten Soppeng, IPM Kabupaten Soppeng pada tahun 2015 telah mencapai 64,10 poin, mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2011 yang hanya mencapai 63,80 poin. Dilihat dari besaran IPM Kabupaten Soppeng tahun 2015 yang sebesar 64,10 yang termasuk kedalam tingkatan menengah-atas. Peningkatan IPM Kabupaten Soppeng tentunya disebabkan oleh meningkatnya semua komponen yang digunakan untuk menghitung IPM. Angka harapan hidup yang meningkat pada tahun 2015 sebesar 68,24 dibanding pada tahun 2011 yang sebesar 68,15. Angka Melek Huruf meningkat pada tahun 2014 sebesar 95,88% dibanding pada tahun 2011 yang sebesar 86,71%. Dan angka rata-rata lama sekolah pada tahun 2015 meningkat sebesar 6,88 tahun dibanding pada tahun 2011 yang sebesar 6,81 tahun. Grafik : 3.44 Perkembangan IPM Kab.Soppeng Tahun Jumlah Organisasi Pemuda, Organisasi Olahraga, Kegiatan Kepemudaan dan Lapangan Olahraga Jumlah organisasi pemuda tahun 2015 sebanyah 23 organisasi, Organisasi olahraga sebanyak 20 organisasi, sedangkan jumlah III-118

182 kegiatan kepemudaan sebanyak 2 kegiatan dan kegiatan olahraga sebanyak 3 kegiatan dan Lapangan olahraga sebanyak 125 lapangan yang tersebar di 8 Kecamatan yang ada di Kabupaten Soppeng. Sasaran 5 Membaiknya Sarana dan Prasarana Wilayah Pemerintah Kabupaten Soppeng telah melaksanakan berbagai upaya membaiknya sarana dan prasarana wilayah. Jumlah indikator untuk menggambarkan capaian kinerja sasaran ini sebanyak 16 indikator. Tabel 3.22 Evaluasi Pencapaian Sasaran 5 Membaiknya Sarana dan Prasarana Wilayah Tahun 2015 Capaian No. Indikator Kinerja Satuan Kinerja Target Realisasi Thn 2015 (%) 1 Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik % Panjang jalan kabupaten dlm kondisi baik (>40Km/Jam) KM 523, , Panjang jalan yang memiliki trotoar dan drainase/ Saluran pembangunan air (minimal 1,5 m) % Sempadan jalan yang dipakai bangunan liar 5 Drainase dalam kondisi baik/pembuangan aliran air tidak tersumbat 6 Pembangunan turap di wilayah jalan penghubung dan aliran sungai rawan longsor lingkup kewenangan kota 7 Luas irigasi Kab. Dalam kondisi baik 8 Angkutan darat % % unit % % Kepemilikan KIR angkutan umum % Lama pngujian kelayakan angkutan umum (KIR) Menit Biaya pengujian kelayakan angkutan umum 12 Jumlah surat kabar nasional/lokal -MPU 50,000 70, Barang 60,000 80, Buah III-119

183 13 Jumlah penyiaran radio/ TV lokal Buah Wibesite milik pemerintah daerah Ada Ada Ada Pameran/ekspo Kali Luas Wilayah perkotaan Ha , Rata-rata Capaian Sasaran Capaian rata-rata sasaran 2 sebesar % dengan kategori sangat baik. Analisis atas capaian-capaian indicator kinerja sasaran ini adalah sebagai berikut: 1. Proporsi Panjang Jaringan Jalan dalam kondisi baik Realisasi indikator proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik didapatkan dengan membandingkan antara panjang jalan kabupaten dalam kondisi baik + kondisi sedang dengan panjang jalan kabupaten keseluruhan. Kondisi jalan yang Baik dan Sedang dimaksudkan sebagai kondisi jalan yang baik karena dapat dilalui kendaraan dengan kecepatan normal minimal 40 Km/Jam. TABEL 3.23 Panjang Jaringan Jalan Berdasarkan Kondisi TAHUN KABUPATEN SOPPENG Panjang Jalan (Km) NO URAIAN MANTAP Kondisi baik 290, , , , ,591 Kondisi Sedang Rusak 98, , , , ,576 2 KURANG MANTAP Kondisi Rusak 17, , , , ,899 Kondisi Rusak 317, , , , ,764 Berat 3 Jalan Secara Keseluruhan 724, , , , ,830 Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kab. Soppeng, 2015 III-120

184 Capaian dalam 5 tahun terakhir dapat disajikan dalam grafik berikut ini: Grafik 3.45 Proporsi Panjang Jalan dalam Kondisi Baik 2. Panjang Jaringan Jalan Kabupaten dalam kondisi baik (>40km/Jam) Realisasi indikator panjang jalan kabupaten dalam kondisi baik didapatkan dengan menghitung total panjang jalan kabupaten dalam kondisi baik. GRAFIK 3.46 Panjang Jalan Kabupaten dalam Kondisi Baik III-121

185 Untuk ketercapaian Renstra , pada akhir tahun 2015 diharapkan tingkat capaian kinerja panjang jalan dalam kondisi baik mencapai km sehingga masih dibutuhkan penambahan capaian panjang jalan dalam kondisi baik menjadi 72,825 Km. Indikator kinerja tersebut dicapai dengan dukungan Program Pembangunan Jalan dan Jembatan, dengan kegiatan: Pembangunan jalan; Pembangunan jembatan; Pembangunan jalan (peningkatan jalan); 3. Panjang jalan yang memiliki trotoar dan drainase/ Saluran pembangunan air (minimal 1,5 m) Grafik 3.47 Persentase Panjang Jalan Kabupaten yang Memiliki Trotoar dan Drainase Tingginya capaian kinerja indikator persentase panjang jalan yang memiliki trotoar dan drainase merupakan angka capaian yang kurang rasional,sehingga pada penetapan target kinerja pada tahun selanjutnya akan dikoreksi dan diperbaiki. III-122

186 Upaya yang telah dilakukan guna peningkatan capaian kinerja bidang kebinamargaan adalah dengan mengutamakan pembangunan dan pemeliharaan jalan dengan prioritas penanganan berdasarkan tingkat kerusakan dan fungsi jalan, dan untuk mendukung upaya tersebut dibutuhkan data/informasi kebinamargaan yang akurat. Sehingga tiap tahunnya dilakukan survey dan pemetaan kondisi jalan dan jembatan untuk mengetahui kondisi terbaru sebagai dasar perencanaan penanganan 4. Sempadan jalan yang dipakai bangunan liar Realisasi capaian indikator persentase sempadan jalan yang dipakai bangunan liar didapatkan dengan membandingkan antara panjang jalan kabupaten yang dipakai bangunan liar (bangunan yang tidak memenuhi syarat sempadan jalan) dengan panjang jalan kabupaten keseluruhan. Capaian dalam 5 tahun terakhir dapat disajikan pada grafik berikut ini: Grafik 3.48 Sempadan Jalan yang dipakai Bangunan Liar Indikator sasaran ini dicapai dengan dukungan kegiatan pengawasan pemanfaatan ruang, berupa pekerjaan pengawasan terhadap pembangunan bangunan baru. Kegiatan ini secara reguler dilaksanakan di 8 kecamatan se Kabupaten Soppeng. III-123

187 5. Drainase dalam kondisi baik/ pembuangan aliran air tidak tersumbat Indikator drainase dalam kondisi baik/pembuangan aliran air tidak tersumbat dengan target 46,88 dan realisasi 44,07 atau capaian 96,14. Sasaran ini diukur dengan indikator Persentase drainase dalam kondisi baik/pembuangan aliran air tidak tersumbat, dan luas wilayah kebanjiran. Realisasi capaian tersebut didapatkan dengan membandingkan antara panjang saluran drainas edalam kondisi baik dengan panjang drainase keseluruhan. Capaian dalam 5 tahun terakhir dapat disajikan dalam grafik berikut ini: GRAFIK 3.49 Persentase Drainase dalam Kondisi Baik Persentase drainase dalam kondisi baik mengalami kenaikan pada tahun 2015, sehingga capaian kinerja juga mengalami peningkatan walaupun belum memenuhi target capaian. Hal ini dikarenakan persentase target yang juga semakin tinggi. Walaupun upaya perbaikan/pembangunan III-124

188 drainase sangat signifikan dengan penganggaran dana cukup besar. Faktor penghambat lainnya adalah data yang dimiliki sangat minim, data capaian didapatkan dari data realisasi pekerjaan pembangunan drainase gotong royong Dinas PU Kab.Soppeng, padahal pembangunan/perbaikan drainase dan bangunan pelengkapnya tidak hanya dilakukan oleh Dinas PU tapi juga mengalami program PNPM, ADD dan lain-lainnya. 6. Pembangunan turap di wilayah jalan penghubung dan aliran sungai rawan longsor lingkup kewenangan kota Realisasi indikator tersebut didapatkan dengan menghitung jumlah lokasipembangunan turap di wilayah jalan penghubung dan aliran sungai rawan longsor dibandingkan dengan panjang turap/talud dan bronjong yang ditargetkan dalam Renstra. Target Terbangunnya turap/talud dan bronjongdi wilayah jalan penghubung dan aliran sungai rawan longsor pada tahun 2015 adalah 1 unit (60 m), sedangkan turap/talud dan bronjong yang selesai pada akhir tahun 2015 oleh Dinas PU Kab. Soppeng adalah sebanyak 7 unit (420 m). terakhir dapat disajikan dalam grafik berikut ini: Capaian dalam 5 tahun GRAFIK 3.50 Pembangunan Turap di Wilayah Jalan Penghubung III-125

189 Indikator kinerja tersebut dicapai dengan dukungan ProgramPembangunan Jalan (Peningkatan Jalan), dengan paket Pekerjaan : - Pembangunan Talud Jalan Tanah Belange - Pembangunan Talud Jalan Sumpang Ale - Pembangunan Talud Jalan Sebelah Selatan Pasar Pacongkang - Pembangunan Proteksi Jalan (Talud) Ruas Lajoa-Citta di Gaya Baru - Peningkatan Proteksi Jalan (Talud) Ruas Lajoa-Citta di Kampiri - Pembangunan Talud Kelurahan Batu-Batu - Pembangunan Talud Kelurahan Manorang Salo 7. Luas irigasi Kab. Dlm kondisi baik Selanjutnya untuk indikator persentase luas irigasi dalam kondisi baik dengan realisasi sebesar 68,62 persen dari target sebesar 37,48 persen atau dengan capaian 183,08 persen. ini menunjukkan bahwa persentase luas irigasi dalam kondisi baik Kabupaten Soppeng mengalami peningkatan dari tahun 2014 ke tahun Kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka pencapaian program Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan Jaringan Pengairan Lainnya ini berhasil secara keseluruhan. Ini dapat dilihat dari pencapaian kegiatan tersebut yaitu: a. Rehabilitasi/Pemeliharaan Jaringan Irigasi, berupa pemeliharaan jaringan irigasi sepanjang 52,5 meter, rehabilitasi/pemeliharaan bangunan utama & pelengkap irigasi, dan galian waled bendung & saluran irigasi sepanjang 800 meter (sebanyak 3 paket) dengan lokasi tersebar di semua kecamatan dalam sejumlah desa/kelurahan, hasil yang III-126

190 dicapai adalah terlaksananya pemeliharaan jaringan irigasi yang mampu menunjang kelancaran air irigasi. b. Rehabilitasi/Pemeliharaan Jaringan Irigasi yang telah dibangun, berupa biaya umum (kegiatan DAK Tambahan 6 paket), biaya survei desain dan pengawasan serta biaya konstruksi (sebanyak 26 paket) berupa Peningkatan Saluran sepanjang meter, Rehabilitasi Saluran sepanjang 294 meter, rehabilitasi bendung sebanyak 4 buah, rehabilitasi pintu saluran sebanyak 3 buah dengan lokasi tersebar di semua kecamatan dalam sejumlah desa/kelurahan, hasil yang dicapai adalah terlaksananya pemeliharaan saluran dan rehabilitasi bendung yang mengalirkan air ke lahan pertanian. c. Rehabilitasi/Pemeliharaan Petani Pemakai Air, berupa Pelatihan Staf tentang Desain partisipatif yang dilaksanakan di Ruang Rapat Kantor Gabungan Dinas SKPD (Bappeda) selama 2 (dua) hari dan di Pemandian Alam Lejja selama 1 (satu) hari dengan jumlah peserta sebanyak ±30 orang, pengadaan komputer (1 unit), laptop (1 unit), printer deskjet (3 unit), teodolite (1 unit), dan Rehabilitasi Partisipatif Saluran D.I. Lapince sepanjang 230 meter (1 kegiatan) dan lokasinya di Kecamatan Marioriwawo, hasil yang dicapai adalah staf mengetahui tentang desain partisipatif serta terbangunnya jaringan irigasi. d. Pembangunan Jaringan Irigasi, berupa biaya survei desain, biaya pengawasan, dan biaya konstruksi Pembangunan/Pembuatan Saluran Irigasi sepanjang meter, Pengerukan Saluran sepanjang meter, Perbaikan Lining Saluran sepanjang 114 meter, Rehabilitasi Saluran Irigasi sepanjang 164 meter, Pembuatan Saluran Pembuang sepanjang 410 meter, Pembuatan/Pembangunan Bendung sebanyak 2 buah, Peningkatan Saluran sepanjang meter, Pembuatan Gorong-Gorong sebanyak 1 buah, III-127

191 Rehabilitasi Bendung sebanyak 5 buah (39 paket) dengan lokasi tersebar di sejumlah desa/kelurahan pada kecamatan Ganra, Donri-Donri, Citta, Lilirilau, Lalabata, Liliriaja, Marioriwawo dan Marioriawa, hasil yang dicapai adalah terwujudnya pembangunan jaringan irigasi berupa pembangunan/rehabilitasi Bendung, saluran irigasi, lining saluran, saluran pembuang dan gorong-gorong serta pengerukan saluran. e. Pengelolaan Irigasi Secara Partisipatif, berupa Pelatihan P3A/GP3A tentang Desain partisipatif yang dilaksanakan di Ruang Rapat Kantor Gabungan Dinas SKPD (Bappeda) selama 2 (dua) hari dan di Pemandian Alam Lejja selama 1 (satu) hari dengan jumlah peserta sebanyak ±30 orang, Penyusunan Program Komisi Irigasi yang dilaksanakan di Kantor Dinas PSDA-PE dan Pengadaan Konstruksi Jaringan Irigasi berupa Desain Partisipatif (1 kegiatan) untuk 4 D.I. (DI. Alau Sarasa, Awo Banua, Kajuara dan Labuleng), Konstruksi Partisipatif D.I. WelongE, DI. Labuleng dan DI. Kajuara I (3 paket) dan lokasinya di Kecamatan Liliriaja dan Marioriawa, hasil yang dicapai adalah petani/kelompok P3A mengetahui tugas dan fungsinya masing-masing serta terbangunnya jaringan irigasi. f. Pengadaan Peralatan Penunjang Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi, berupa pengadaan mesin chain saw (3 Unit), pengadaan tenda posko (3 unit), pengadaan camping bed (15 unit), pengadaan HT (10 unit) dan pengadaan senter kepala (75 unit), hasil yang dicapai adalah terpenuhinya peralatan penunjang operasional dan pemeliharaan jaringan irigasi untuk kelancaran pelaksanaan tugas di lapangan. Berikut grafik persentase luas irigasi dalam kondisi baik dari tahun III-128

192 Grafik 3-51 Persentase Luas Irigasi dalam kondisi baik dari tahun Angkutan darat Capaian indikator Angkutan darat tahun 2015 sebesar persen, dari target yang ditetapkan sebesar 6.00 persen dapat terealisasi sebesar 5.90 persen. Jumlah angkutan darat pada tahun 2015 sebanyak 1,276 unit berbanding dengan jumlah penumpang angkutan darat sebanyak 858,240 orang. Adapun perbandingan angkutan darat untuk tahun dapat dilihat pada grafik berikut ini: Grafik 3.52 Persentase Capaian Angkutan Darat Tahun III-129

193 9. Kepemilikan KIR Angkutan Umum Capaian indikator Kepemilikan KIR Angkutan Umum sebesar 91,76 persen dari target yang ditetapkan sebesar 91 persen dapat terealisasi sebesar 83,5 persen. Capaian kepemilikan KIR Angkutan umum mengalami peningkatan tahunnya karena banyaknya kendaraan luar daerah yang numpang uji di Kab.Soppeng. 10. Lama pengujian kelayakan angkutan umum (KIR) Capaian indikator Lama pengujian kelayakan angkutan umum (KIR) sebesar 100 persen dari target yang ditetapkan sebesar 100 persen dapat terealisasi sebesar 100 persen. Lama pengujian kelayakan angkutan umum (KIR) di Kab.Soppeng rata-rata 24 menit yang meliputi system emisi gas buang, system kelistrikan dan system pengereman. 11. Biaya pengujian kelayakan angkutan umum Capaian indikator biaya pengujian kelayakan angkutan umum sebesar 60 persen sedangkan biaya angkutan barang sebesar 66,67 persen. Dengan adanya kenaikan biaya uji sesuai dengan ketentuan Perda maka retribusi penguji kendaraan dapat melebihi target PAD, tetapi disisi kenaikan biaya uji keur ini mempengaruhi penurunan capaian kinerja. 12. Jumlah surat kabar nasional/lokal Capaian indikator jumlah surat kabar nasional/lokal sebesar 123,33 persen dari target yang ditetapkan sebesar 30 buah dapat terealisasi sebesar 37 buah surat kabar. Jumlah surat III-130

194 kabar yang berlangganan pada tahun 2015 mengalami peningkatan dan semakin menambah wawasan bagi para aparatur. 13. Jumlah penyiaran radio/ TV lokal Capaian indikator jumlah penyiaran radio/tv local sebesar 100 persen dari target yang ditetapkan sebesar 4 buah dapat terealisasi sebesar 4 buah. Pemkab Soppeng khususnya Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika tetap melakukan pembinaan kepada pengusaha radio/tv local agar tetap menyajikan berita-berita yang sifatnya dapat memberikan manfaat bagi masyarakat Kab.Soppeng khususnya. 14. Webesite milik pemerintah daerah Pemerintah Kabupaten Soppeng telah memiliki Website yang bisa di akses oleh masyarakat luas yaitu di Pameran/ekspo Capaian indikator pameran/ekspo 83,33% dari target sebesar 6 kali dan dapat terlaksana sebanyak 5 kali. Pameran/ekspo pada tahun 2015 adalah sebagai berikut : 1. Pekan Raya Jakarta (PRJ) Tahun 2015 di Jakarta 2. Pameran Pembangunan Daerah Sul-Sel Tahun 2015 di Makassar 3. Pameran Pekan Raya Sulawesi Selatan Tahun 2015 di Makassar 4. Pameran Pembangunan dalam rangka Hari Jadi Soppeng Tahun 2015 di Watansoppeng III-131

195 16. Luas wilayah perkotaan Realisasi capaian indikator luas wilayah perkotaan didapatkan dengan luas luas wilayah perkotaan di Kabupaten Soppeng. Capaian indikator luas wilayah perkotaan sebesar 80,376.39% atau target sebesar Ha dan terealisasi sebesar 9, Ha. Sasaran 6 Meningkatnya Investasi Swasta Pemerintah Kabupaten Soppeng telah melaksanakan berbagai upaya meningkatnya investasi swasta. Jumlah indikator untuk menggambarkan capaian kinerja sasaran ini sebanyak 2 indikator. Tabel 3.24 Evaluasi Pencapaian Sasaran 6 Meningkatnya Investasi Swasta No. Indikator Kinerja Satuan Tahun 2015 Target Realisasi Capaian Kinerja Thn 2015 (%) 1 Kenaikan/Penurunan % Nilai Investasi 20 17,08 85,40 2 Jumlah persetujuan investasi Ijin 1,726 6, Rata-Rata Capaian sasaran Capaian rata-rata sasaran 6 sebesar dengan kategori sangat baik. Analisis atas capaian-capaian indicator kinerja sasaran ini adalah sebagai berikut : 1) Indikator Kenaikan/Penurunan Nilai Investasi dengan capain 85,40%. Realisasi PMDN Pada Tahun 2014 sebesar Rp. III-132

196 Rp ,- meningkat pada tahun 2015 yaitu sebesar Rp ,-. Walaupun capaian kinerjanya rendah tapi diliat dari segi pendapatan PMDN terdapat peningkatan. Kegiatan yang dilakukan dengan koordinasi dan kerjasama antara pemerintah dan dunia usaha sehingga tercipta kerjasama antar pemerintah dan dunia usaha dibidang penanaman modal dan badan usaha daerah sebanyak 10 kali koordinasi. 2) Indikator Jumlah persetujuan investasi yang disetujui oleh pemda realisasi sebesar ijin dari target yang ditetapkan sebesar ijin atau capaian sebesar 393,22%. Kantor Pelayanan Terpadu Kabupaten Soppeng di sebutkan bahwa indikator sasarannya yaitu 100 % indikator sasaran izin diterbitkan. Hal ini berarti pemohon yang mengajukan izin ke Kantor Pelayanan Terpadu Kabupaten Soppeng, apabila berkas persyaratannya lengkap, maka izinnya itu harus diterbitkan. Adapun pelayanan perizinan yang diterbitkan selama tahun 2015 sesuai tabel dibawah ini. Tabel 3.25 Jumlah perizinan yang diterbitkan Dari Kantor Kantor Pelayanan Terpadu (KPT) Kabupaten Soppeng. No Jenis Perizinan Tahun A IZIN Izin Gangguan (HO) Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Izin SITU Izin Usaha Perdagangan Izin Penelitian Izin Usaha Pertambambangan Mineral dan Batubara (IUP) - Izin Usaha Jasa Konstruksi (IUJK) Izin Usaha Penggilingan Padi Izin Pendaftaran Gergaji Piring dan Gergaji Rantai - Izin Pengguna Gergaji Pita dan Sejenisnya III-133

197 - Izin Usaha Peternakan TDP IUPHK RTTUPP TDI SIPA (APOTEK) SIA(APOTEKER) IUPHHK IUPR (PETERNAKAN) IPR (REKLAME) TDG Izin Pendirian Toko Obat (SIPTO) SIP ( DOKTER ) SIPO ( OPTIK ) SURAT Izin Kerja Bidan Surat Izin Praktek Bidan Surat Izin Kerja Tenaga Tehnis Kefarmasian - Surat Izin Kerja Perawat Surat Izin Praktek Perawat Izin Usaha Industri Izin Trayek Izin Sarana Kesehatan Izin Tenaga Kesehatan Izin Usaha Perikanan Izin Lokasi JUMLAH Sasaran 7 Membaiknya Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Pemerintah Kabupaten Soppeng telah melaksanakan berbagai upaya membaiknya Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup. Jumlah indikator untuk menggambarkan capaian kinerja sasaran ini sebanyak 17 indikator. III-134

198 Tabel 3.26 Evaluasi Pencapaian Sasaran 7 Membaiknya Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup No. Indikator Kinerja Satuan 1. Persentase Penanganan sampah % Tahun 2015 Target Realisasi Capaian Kinerja Thn 2015 (%) Cakupan pengawasan terhadap % pelaksanaan amdal 3. Status Mutu Air % Tempat pembuangan sampah M (TPS) per satuan penduduk 5. Penegakan Hukum Lingkungan % Penghijauan Wilayah rawan % longsor dan sumber mata air 7. Luas Wilayah Kebanjiran Ha Pertambangan tanpa izin % Kontribusi pertambangan % terhadap PDRB Rehabilitasi hutan dan lahan % kritis Kerusakan Kawasan Hutan % Kontribusi sektor kehutanan terhadap PDRB Rasio RTH per satuan luas wilayah per HPL/HGB % Rasio bangunan ber IMB per satuan bangunan % Luas lahan bersertifikat % Penyelesaian kasus tanah negara % Penyelesaian izin lokasi % Rata-Rata Capaian Sasaran Capaian rata-rata sasaran 7 sebesar dengan kategori sangat baik Analisis atas capaian-capaian indicator kinerja sasaran ini adalah sebagai berikut: 1) Indikator Persentase Penanganan Sampah di Kabupaten Soppeng dengan capaian kinerja sebesar 165,52% dari target 13,95% dan realisasi mencapai 23,09. Indikator capaian kinerja ini diukur III-135

199 dengan menghitung volume sampah yang terangkut ke TPA dibagi jumlah timbulan sampah dalam satu tahun. Volume sampah yang ditangani sebesar 180 m3 dibagi dengan volume produksi sampah sebesar 779,58 m3. Beberapa hal yang berpengaruh terhadap pencapaian target penanganan sampah yaitu: - Adanya penambahan mobil pengangkut sampah 1 Unit dan motor 3 roda sebanyak 6 unit Berikut capain persentase penangan sampah dari tahun Grafik 3.53 Persentase Penangan Sampah Tahun ) Indikator Cakupan pengawasan terhadap pelaksanaan amdal : Capaian kinerja melalui cakupan pengawasan terhadap pelasanaan AMDAL adalah 100%. Dari hasil pemantauan dan pengawasan terhadap industry dan dan tambang di Kabupaten Soppeng, belum didapatkan adanya perusahaan/industry kecil yang wajib AMDAL hanya wajib UKL/UPL. III-136

200 Grafik 3.54 Cakupan pengawasan terhadap pelaksanaan amdal tahun Untuk capaian indikator kinerja cakupan pengawasan terhadap pelaksanaan AMDAL dari tahun 2011 s.d 2016 yang dapat dilihat pada grafik 3.58 di atas menunjukkan angka yang tinggi yaitu 100%. Indikator ini dapat dicapai dengan melakukan pembinaan terhadap usaha/kegiatan yang wajib dokumen AMDAL. Di Kabupaten Soppeng, usaha/kegiatan yang wajib AMDAL adalah Rumah Sakit, Hutan Tanaman Industri (HTI) di Kecamatan Donri- Donri dan HTI di Kecamatan Marioriawa serta Industri Kelapa Sawit. Dimana dari keseluruhan usaha/kegiatan telah memiliki Dokumen AMDAL sedangkan Industri Kelapa Sawit masih dalam tahap penelitian dan penyusunan Dokumen AMDAL. Akan tetapi, telah dilakukan pembinaan terhadap usaha/kegiatan yang wajib UKL/UPL seperti tambang galian golongan C dan perumahan 3) Indikator Status Mutu Air dengan realisasi 100%; Pencapaian ini berdasarkan hasil pengujian kualitas air Sungai Batu-batu, Sungai Pacongkang dan Sungai Mario dan semuanya masih dalam ambang batas berdasarkan baku mutu kelas air berdasarkan Peraturan Gubernur Nomor 69 tahun 2010 tentang Baku Mutu dan Kriteria Kerusakan Lingkungan Hidup. 4) Indikator Tempat pembuangan sampah (TPS) per satuan penduduk dengan target 113,77 M³ tercapai sebesar 3,13 M³ dengan tingkat pencapaian sebesar 2,75%. (tidak mencapai target) III-137

201 karena adanya perbedaan perhitungan pada saat menentukan target volume daya tamping TPS per satuan penduduk. Namun pada tahun 2015 perhitungan volume daya tampung TPS per satuan penduduk dihitung dari jumlah daya tampung TPS dibagi jumlah penduduk. Indikator kinerja tersebut dicapai dengan dukungan kegiatan sebagai berikut: - Penyediaan Prasarana dan sarana pengelolaan persampahan - Peningkatan operasional dan pemeliharaan prasarana dan sarana persampahan. Berikut capain persentase tempat pembuangan sampah dari tahun Grafik 3.55 Tempat pembuangan sampah (TPS) per satuan penduduk Tahun ) Indikator Penegakan Hukum Lingkungan dengan realisasi 100% dari target yang ditetapkan yaitu 100% atau capaian 100%. Untuk tahun 2015, jumlah pengaduan atas indikasi adanya kerusakan lingkungan akibat tambang galian golongan C yang diterima oleh Pemda melalui Tim Terpadu Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Usaha Pertambangan dan Mineral Kabupaten Soppeng sebanyak 1 (satu) pengaduan. Kasus ini diselesaikan di luar pengadilan yaitu dengan melakukan peninjauan langsung ke III-138

202 lokasi tambang oleh Tim Terpadu Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Usaha Pertambangan dan Mineral Kabupaten Soppeng dan musyawarah mufakat dengan masyarakat sekitar tambang. 6) Indikator Penghijauan Wilayah Rawan Longsor dan Sumber Mata Air dengan realisasi 0% dari target yang ditetapkan yaitu 13% atau capaian 0%. Indikator penghijauan wilayah rawan longsor dan sumber mata air tidak tercapai karena tidak adanya data luas wilayah rawan longsor dan sumber mata air sehigga tidak ada factor pembagi untuk menghitung persentase penghijauan wilayah rawan longsor dan sumber mata air. Akan tetapi Kantor lingkungan hidup tetap melakukan kegiatan penanaman disekitar sumber mata air melalui kegiatan Peningkatan Konservasi Daerah Tangkapan Air dan Sumber-Sumber Air 7) Indikator Luas wilayah kebanjiran dengan realisasi sebesar 30,07% dari target sebesar 28,00 Ha atau capaian capaian 92,61%. Sasaran ini diukur dengan indikator Persentase drainase dalam kondisi baik/pembuangan aliran air tidak tersumbat, dan luas wilayah kebanjiran. Realisasi capaian tersebut didapatkan dengan membandingkan antara panjang saluran drainasedalam kondisi baik dengan panjang drainase keseluruhan. 8) Indikator Pertambangan tanpa izin dengan capaian sebesar 61,37% dari target yang ditetapkan sebesar 94% dan realisasi sebesar 57,69%. Kegiatan yang mendukung Pengawasan terhadap pelaksanaan pertambangan galian gol C berupa pengawasan yang dilakukan dibidang pertambangan di 8 ( delapan ) kecamatan yang ada dalam hal pematuhan pihak penambang akan peraturan perundang-undangan ataupun peraturan lainnya yang berlaku, begitu pula pengawasan terhadap penambangan penambangan liar yang ada. 9) Indikator Kontribusi pertambangan terhadap PDRB dengan capaian 662,71% dari target 0,57% dan realisasi sebesar 3,91%. III-139

203 Dari Jumlah Kontribusi PDRB dari sektor pertambangan 241,563.2 di bagi dengan Jumah total PDRB Rp. 6,176,042.70,- 10) Indikator Rehabilitasi hutan dan lahan kritis dengan capaian mencapai 195,35% dari target yang ditetapkan sebesar 4,09% dengan realisasi sebesar 7,99%. Dari Luas total hutan dan lahan kritis sebesar 49, Ha terdapat Luas hutan dan lahan kritis yang direhabilitasi 3, Ha. Kegiatan yang mendukung keberhasilan indikator ini adalah Kegiatan Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan. Capaian dalam 5 tahun terakhir dapat disajikan dalam grafik berikut ini: Grafik 3.56 Rehabilitasi Hutan dan Lahan Kritis Tahun Rp. 11) Indikator Kerusakan kawasan hutan dengan capaian sebesar 185,00% dari target yang ditetapkan sebesar 7,00% dan terealisasi sebesar 1,05. Dari Luas kawasan hutan 46,025 Ha terdapat kawasan hutan yang rusak hanya Ha. Kegiatan ini didukung melalui kegiatan Rehabilitasi dan lahan. Capaian dalam 5 tahun terakhir dapat disajikan dalam grafik berikut ini: III-140

204 Grafik 3.57 Kerusakan kawasan hutan Tahun ) Indikator Kontribusi sektor kehutanan terhadap PDRB dengan capaian 157,89% dari target 0,19% dan realisasi sebesar 0,30%. Dari Jumlah Kontribusi PDRB dari sektor kehutanan Rp. 18,840,20 di bagi dengan Jumah total PDRB Rp 6,176,042.70,- Capaian dalam 5 tahun terakhir dapat disajikan dalam grafik berikut ini: Grafik 3.58 Kontribusi sektor kehutanan terhadap PDRB Tahun ) Realisasi capaian indikator rasio RTH per satuan luas HPL/HGB didapatkan dengan membandingkan antara luas Ruang Terbuka Hijau dengan Luas wilayah ber-hpl/hgb. Target rasio RTH per satuan luas HPL/HGB pada tahun 2015 berdasarkan RPJMD Kab. Soppeng tahun adalah 500% III-141

205 dari total panjang jalan kabupaten. Sedangkan berdasarkan data pada akhir tahun 2015 luas RTH di Kota Watansoppeng adalah Ha. Capaian dalam 5 tahun terakhir dapat disajikan pada grafik berikut ini ; Grafik 3.59 Adanya penurunan realisasi pada tahun 2015 disebabkan karena perubahan metode perhitungan indikator ini.pada tahu realisasi indikator rasio bangunan ber-imb menggunakan satuan % (Persen). Target yang ditetapkan dalam RPJMD dan Renstra juga menggunakan satuan % (persen). Hal ini kemudian dikoreksi pada tahun 2015 dengan menggunakan metode perhitungan sesuai dengan permendagri 54 tahun Salah satu kesulitan dalam mengumpulkan data terkait indikator ini adalah kurang akuratnya data terkait Ruang Terbuka Hijau khususnya di perkotaan. Luasan RTH yang selama ini menjadi tolak ukur adalah RTH taman dan hutan kota, sedangkan untuk RTH public lainnya seperti jalur hijau dan permakaman belum dinventarisasi. 14) Indikator Rasio bangunan ber IMB per satuan bangunan dengan realisasi sebesar 0,110 persen dari target yang ditetapkan sebesar 10,07 persen atau capaian sebesar 1,09 persen. Dari Jumlah rumah seluruh rumah sampai akhir 2015 sebesar , terdapat Jumlah Rumah ber IMB. kegiatan yang mendukung adalah III-142

206 pengawasan pemanfaatan ruang, berupa pekerjaan pengawasan terhadap pembangunan bangunan baru. Kegiatan ini secara reguler dilaksanakan di 8 kecamatan se Kabupaten Soppeng.Capaian dalam 4 tahun terakhir dapat disajikan dalam grafik berikut ini: Grafik 3.60 Persentase Bangunan ber IMB per satuan bangunan Tahun Adanya penurunan realisasi dan capaian pada tahun 2015 disebabkan karena perubahan metode perhitungan indikator ini.pada tahu realisasi indikator rasio bangunan ber- IMB menggunakan satuan % (Persen). Target yang ditetapkan dalam RPJMD dan Renstra juga menggunakan satuan % (persen). Hal ini kemudian dikoreksi pada tahun 2015 dengan menggunakan metode perhitungan sesuai dengan permendagri 54 tahun Capaian kinerja tidak mencapai target dikarenakan terlalu tingginya target kinerja untuk indikator ini. Hal ini dikarenakan metode perhitungan yang tidak sesuai permendagri 54 tahun Upaya upaya yang dilakukan Dinas PU untuk pemenuhan target indikator ini adalah meningkatkan keaktifan instansi / person yang bertanggung jawab terhadap pelayanan masyarakat terkait IMB dalam mensosialisasikan aturan Izin Mendirikan Bangunan. Penambahan jumlah personel (pemantau IMB) dan III-143

207 penambahan anggaran operasional pengawasan dan pemantauan IMB, juga membantu upaya pemenuhan capaian kinerja indikator tersebut. Namun secara nasional capaian target ini masih jauh dari target SPM bidang penataan bangunan dan lingkungan sesuaiperaturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 01/PRT/M/2014 tentang Standar Pelananan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruangyang mana target pencapaian SPM adalah jumlah IMB yang diterbitkan sebanyak 60% dari jumlah bangunan gedung yang ada di kabupaten/kota. Sehingga Pencapaian SPM di Kabupaten Soppeng sehingga pada tahun tahun 2015 baru berkisar 4,27%. 15) Indikator Luas lahan bersertifikat dengan capaian 67,66% dengan target 100% hanya dapat terealisasi sebesar 67,66%, Dari Luas lahan yang seharusnya bersertifkat 4,572,129 Ha terdapat lahan bersertifikat seluas 3,093,532 Ha, dengan kegiatan yang menunjang yaitu kegiatan penataan, penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah yaitu berupa ganti rugi dan sertifikatan aset pemda. 16) Indikator Penyelesaian kasus tanah Negara dengan capaian 100% Dengan target 100% serta realisasi sebesar 100%, melalui kegiatan fasilitasi penyelesaian konflik-konflik pertanahan, dengan menyelesaikan 10 kasus. 17) Indikator Penyelesaian izin lokasi dengan capaian 100% Dengan target 100% serta realisasi sebesar 100%, Dari 10 Jumlah ijin lokasi dan semuanya dapat diselesaikan dengan baik. III-144

208 Sasaran 8 Terselenggaranya Pemerintahan Daerah dan Pelayanan Publik yang Lebih Baik Pemerintah Kabupaten Soppeng telah melaksanakan berbagai upaya terselenggaran pemerintah daerah dan pelayanan publik yang lebih baik. Jumlah indikator untuk menggambarkan capaian kinerja sasaran ini sebanyak 37 indikator. Tabel 3.27 Evaluasi Pencapaian Sasaran 8 Terselenggaranya Pemerintahan Daerah dan Pelayanan Publik yang Lebih Baik No. Indikator Kinerja Satuan Target Tahun 2015 Realisasi Capaian Kinerja Thn 2015 (%) 1 Kesesuaian Prioritas % Pembangunan Urusan Wajib yang % diselenggarakan daerah Dokumen RPJP yg ditetapkan dgn PERDA Ada Ada Dokumen RPJM yg ditetapkan dgn PERDA/PERKADA Ada Ada Dokumen RKPD yg ditetapkan dgn PERKADA Ada Ada Penjabaran Program RPJMD ke % dalam RKPD Kepemilikan KTP % Rasio bayi berakta kelahiran per 1000 penduduk , Ketersediaan database kependudukan skala provinsi Tidak Ada Ada Telah Telah Penerapan KTP nasional berbasis NIK diterapkan diterpkan Buku Kabupaten dalam angka Ada Ada Buku PDRB Kabupaten Ada Ada Pengelolaan arsip secara baku % Peningkatan SDM Pengelola kearsipan % Keberadaan Perda/Perbup tentang Konsultasi publik Ada Ada Sistem Informasi Manajemen Pemda Indeks kepuasan layanan masyarakat Ada Tidak Ada Persentase rekomendasi atas temuan % hasil pengawasan yang ditindak lanjuti; 19 Opini BPK terhadap laporan keuangan pemerintah daerah WTP WTP Waktu penetapan APBD - Tepat Tepat III-145

209 21 Keberadaan PERDA tentang Pengelolaan Keuangan Daerah berdasarkan PP 58 Tahun Ketepatan penyampaian Laporan Keuangan dan Laporan Kinerja berdasarkan PP 8/ Waktu - Tepat Waktu waktu Ada Ada Tepat waktu Belanja untuk pelayanan dasar % Belanja untuk urusan pendidikan dan kesehatan % Dana perimbangan yang terserap dibanding yang direncanakan % Belanja Publik terhadap DAU % Besaran PAD terhadap seluruh % pendapatan dalam APBD (realisasi) 28 Rasio SILPA terhadap total %bh pendapatan Rasio realisasi belanja terhadap % anggaran belanja Rasio realisasi PAD terhadap % potensi PAD Perda atas inisiatif DPRD Ranperda yang disetujui DPRD % Rasio jabatan yang terisi % Ada tidaknya Sistem Informasi Ada Ada Kepegawaian Daerah 35 Jumlah Perpustakaan bh Koleksi buku yang tersedia di % perpustakaan daerah 37 Pengunjung perpustakaan per tahun % Rata-Rata Capaian Sasaran Capaian rata-rata sasaran 8 sebesar dengan kategori sangat baik Analisis atas capaian-capaian indikator kinerja sasaran ini adalah sebagai berikut 1. Kesesuaian Prioritas Pembangunan dengan capaian 100 persen dimana Jumlah prioritas pembangunan daerah (RKPD) mendukung prioritas pembangunan Nasional dan Jumlah prioritas pembangunan nasional sebanyak 11 prioritas. 2. Urusan Wajib yang diselenggarakan daerah Kabupaten Soppeng sebanyak 26 urusan wajib 3. Dokumen RPJP yg ditetapkan dgn PERDA; telah ditetapkan Perda No. 9 Tahun 2010 tentang RPJP Tahun III-146

210 4. Dokumen RPJM yg ditetapkan dgn PERDA/PERKADA; telah ditetapkan Perda No. 3 Tahun 2011 tentang RPJMD Kab. Soppeng Tahun Dokumen RKPD yg ditetapkan dgn PERKADA; telah ditetapkan Perbub Nomor II/Perbup/V/2014 tentang RKPD Tahun Penjabaran Program RPJMD ke dalam RKPD dengan capaian sebesar 88,37 persen, dari target 100 dan terealisasi sebesar 88,37 dimana Jumlah program RKPD tahun berkenaan sebanyak 152 program sedangkan Program RPJMD yang harus dilaksanakan tahun berkenan sebanyak 172 program. 7. Capaian Indikator Kepemilikan KTP dengan realisasi sebesar 85,10% dari target 95% dengan tingkat pencapaian sebesar 89,58%. Berkaitan dengan kepemilikan KTP untuk tahun 2015 ini sesuai hasil validasi pelayanan pendaftaran di wilayah 8 Kecamatan berdasarkan hasil rekaman database kependudukan didalam jumlah penduduk wajib Kartu tanda Penduduk (KTP) sebesar jiwa terdapat jiwa yang telah memiliki KTP. Grafik 3.61 Indikator Kepemilikan KTP Tahun Rasio bayi berakta kelahiran per 1000 penduduk dengan capaian sebesar ,31 persen, dari target 950 dengan realisasi sebesar Dari jumlah penduduk yang sudah memiliki Akta III-147

211 Kelahiran untuk tahun 2015 sebesar orang. Kegiatan yang mendukung dalam pencapaian indikator tersebut melalui peningkatan pelayanan publik dalam bidang kependudukan dengan perekaman e-ktp di 8 Kecamatan. 9. Pencapaian Indikator Ketersediaan database kependudukan skala provinsi adalah 100%, Kab.Soppeng telah menerapkan databse kependudukan skala provinsi berdasarkan Regulasi tentang Administrasi Kependudukan terkait UU, PP dan Perpres. 10. Pencapaian indikator Penerapan KTP nasional berbasis NIK adalah 100%, Kabupaten Soppeng sudah menerapkan KTP Nasional berbasis NIK sejak tahun Indikator Buku Kabupaten dalam Angka (Profil Kabupaten Soppeng 2014) terealisasi 100, telah di terbitkan tiap tahun. 12. Indikator Buku PDRB Kabupaten (Tinjauan Indikator Makro Pembangunan Kabupaten Soppeng 2014) terealisasi 100, telah di terbitkan tiap tahun. 13. Capaian Indikator Pengelolaan Arsip secara baku sebesar 100 persen. Dari target yang ditetapkan sebesar 2.2 persen dan terealisasi sebesar 2.2 persen. 14. Peningkatan SDM pengelola kearsipan terealisasi dengan 2 (dua) kegiatan Penyimpanan dan Penataan Kearsipan. 15. Keberadaan Perda/Perbup tentang konsultasi publik adalah % yaitu Perda yang mengatur tentang konsultasi Publik. 16. Pencapaian Indikator Sistem Informasi Manajemen Pemda adalah 100 persen dari target yang ditetapkan sebanyak 3 dapat terealisasi 4 buah Sistem manajemn Pemda yaitu (1) Sistem Informasi Akuntansi Keuangan Daerah, (2) Sistem Informasi Kependudukan, (3) Sistem Aplikasi pelayanan kepegawaian dan (4) Sistem Manajemen Asset Daerah. 17. Indikator Indeks Kepuasan layanan Masyarakat adalah 0% atau belum ada indeks kepuasan layanan masyarakat ditingkat III-148

212 pemerintah Kab.Soppeng khususnya di lingkup SKPD, kecuali Kantor Pelayanan Terpadu. 18. Pencapaian Indikator Persentase rekomendasi atas temuan hasil pengawasan yang ditindak lanjuti dengan realisasi sebesar 82,31% dari target yang ditetapkan sebesar 80% atau capaian sebesar 102,89%. Jumlah temuan hasil pemeriksaan Inspektorat Kabupaten Soppeng yang terakumulasi sampai dengan akhir tahun 2015 mencapai 303 temuan, dan dapat diselesaikan tuntas sebanyak 157 temuan. Persentase pencapaian target dengan realisasi sebesar 102,31%. Capaian tersebut dipengaruhi oleh peran Inspektorat yang lebih intensif dalam mendampingi dan mengawal proses penyelesaian tindak lanjut SKPD. 19. Opini BPK terhadap Laporan Keuangan tahun 2015 ditargetkan mencapai opini WTP dengan realisasi 100. Hal ini disebabkan pada Tahun 2015 Laporan Keuangan pemerintah daerah belum diaudit oleh BPK-RI namun optimisme terhadap pencapain opini WTP atas laporan keuangan tahun 2015 bisa diraih dengan pertimbangan bahwa beberapa poin temuan BPK terhadap kelemahan system pengendalian intern, ketaatan terhadap perundang-undangan dalam penyusunan laporan keuangan pada Tahun 2014 lalu dapat ditindaklanjuti dan diselesaikan pada Tahun 2015, termasuk penausaahaan aset daerah yang lebih baik. Opini BPK atas laporan Keuangan pemerintah Tahun 2011 meraih opini WDP dan tahun 2012 menurun dengan mencapai TMP atau tidak menyatakan Pendapat (Disclaimer) dan pada tahun 2013 meningkat dengan meraih WDP dan tahun 2014 berhasil meraih WTP. 20. Capaian Indikator Waktu penetapan APBD adalah tepat waktu atau 100 persen dimana Kabupaten Soppeng menetapkan APBD untuk anggaran 2014 pada tanggal 30 Desember Tahun 2011 dan 2012 APBD tidak tepat Waktu sedangkan tahun anggaran 2013 dan 2014 ditetapkan tepat waktu. APBD T.A ditetapkan III-149

213 pada tanggal 30 bulan Desember 2014 berdasarkan perda nomor 09 tahun Pada indikator keberadaan Perda tentang pengelolaan keuangan daerah berdasarkan PP nomor 58 tahun 2005 adalah Ada atau 100%, yaitu Perda nomor 01 tahun 2009 tentang pokok-pokok pengelolaan keuangan daerah. 22. Pencapaian Indikator Ketepatan penyampaian Laporan Keuangan dan Laporan Kinerja berdasarkan PP 8/2006, tepat waktu (sesuai dengan waktu yang ditetapkan dengan batas penyampaian laporan berdasarkan PP nomor 58 tahun 2005 adalah tanggal 31 Juni tahun berikutnya). dan penyampaian Laporan Kinerja ke Menpan disampaikan pada tanggal 30 Maret 2015 sesuai surat pengantar Nomor : /361/BAP/III/2014, tanggal 27 Maret 2014 (sesuai dengan permenpan No.29 Tahun 2010 dengan batas penyampaian laporan adalah tgl 31 Maret tahun berikutnya). Persentase pencapaian sasaran adalah 100%. Ketepatan Penyampaian Lap. Keu dan Lap. Kinerja berdasarkan PP 8/2006 DPPKAD tahun 2011 sampai tahun 2015 disampaikan tepat waktu. 23. Belanja untuk Pelayanan Dasar tahun 2015 ditargetkan 52,85% dan terealisasi sebesar 67,84% atau pencapaian sebesar 128,36% dengan uaraian sebagai berikut : Pengeluaran untuk Pelayanan dasar tahun 2011 sampai dengan 2015 mengalami peningkatan yang dapat dilihat pada grafik berikut: # Pengukuran pada Belanja untuk Pelayanan Dasar untuk tahun 2015, sbb : 1. Pendidikan : Rp. 390,313,084, Kesehatan : Rp. 126,197,469, Lingkungan Hidup : Rp. 104,026,240, Sosial : Rp. 3,447,075, Tenaga Kerja : Rp. 1,342,746, Koperasi : Rp. 5,865,326, Satpol PP : Rp. 5,574,817, Kependcapil : Rp. 3,844,913, ~ Belanja untuk Pelayanan Dasar Tahun 2015 => Rp. 676,641,673,725,35 III-150

214 ~ Total Belanja APBD Tahun 2015 => Rp. 997,459,933, Belanja untuk Pelayanan pendidikan dan Kesehatan ditargetkan sebesar 34,98% dan realisasi sebesar 51,78% atau tingkat pencapaian sebesar %. Peningkatan Belanja pendidikan dan kesehatan dibandingkan dengan total belanja APBD dari tahun 2011 sampai dengan 2015 mengalami peningkatan. # Pengukuran pada Belanja untuk Pelayanan Pendidikan dan Kesehatan untuk tahun 2015, sbb : 1. Pendidikan : Rp ,35 2. Kesehatan : Rp ,00 ~ Belanja pendidikan & kesehatan Tahun 2015=> Rp ,35 ~ Total Belanja APBD Tahun 2015 => Rp , Dana perimbangan yang terserap dibanding yang direncanakan ditargetkan sebesar 100% dan terealisasi sebesar 97,47% atau tingkat capaian sebesar 97,47%. Serapan dana perimbangan tahun 2011 sampai 2015 mengalami peningkatan dari target. Grafik 3.62 Dana perimbangan Tahun III-151

215 Serapan dana perimbangan tahun 2015 meliputi dana bagi hasil pajak, dana bagi hasil sumber daya alam, dan alokasi umu, dan dana alokasi khusus. # Pengukuran pada Dana Perimbangan yang terserap dibanding yang direncanakan untuk tahun 2015, sbb : ~ Jumlah Dana Perimbangan yg terserap Tahun 2015 => Rp ,00 ~ Jumlah Dana Perimbangan yg direncanakan Thn 2015 => Rp. 760, , Belanja Publik Terhadap DAU ditargetkan sebesar 70,78% realisasi 73,43 atau pencapaian sebesar 103,74% Belanja publik terhadap DAU tahun 2011 sampai tahun 2015 mengalami peningkatan setiap tahunnya, belanja publik tersebut merupakan belanja lansung. # Pengukuran pada Belanja Publik terhadap DAU untuk tahun 2015, sbb : ~ Belanja Publik/Langsung Tahun 2015 => Rp ,00 ~ Dana Alokasi Umum/DAU Tahun 2015 => Rp , Indikator Besaran PAD terhadap seluruh Pendapatan dalam APBD, mengalami peningkatan persentase capaian sebesar 152,00% dari target 5,00% yang telah ditetapkan dan terealisasi sebesar 7,60%. # Pengukuran pada Besaran PAD terhadap seluruh Pendapatan dalam APBD untuk tahun 2015 (Realisasi), sbb : ~ Besaran PAD Tahun 2015 => Rp ,55 ~ Pendapatan Tahun 2015 => Rp ,91 Konstribusi PAD terhadap total pendapatan tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 mengalami peningkatan III-152

216 Grafik 3.63 Realisasi PAD terhadap Realisasi Total Pendapatan Tahun Rasio SILPA terhadap total Pendapatan dengan target 2,00% dan realisasi sebesar 67,84% atau tingkat Pencapaian sebesar 128,36%. # Pengukuran pada rasio SILPA terhadap total Pendapatan untuk tahun 2015, sbb : ~ SILPA Tahun 2015 => Rp ,38 ~ Total Pendapatan Thn 2015 => Rp ,91 xsilpa Tahun 2011 sampai 2015 terus meningkat, hal ini dipengaruhi oleh peningkatan pendapatan daerah setiap tahunnya. Silpa tahun 2015 dipengaruhi oleh pendapatan yang melampaui target dan penghematan belanja serta penerimaan pembiayaan berupa penerimaan piutang dan penerimaan kembali investasi daerah dan pengeluaran pembiayaan berupa pembayaran utang pokok dan penyertaan modal saham ke PT Bank Sulselbar. 29. Rasio Realisasi Belanja Terhadap Anggaran Belanja ditargetkan sebesar 100% realisasi sebesar 90,94% atau pencapaian sebesar III-153

217 90,94%. Untuk tahun 2011 sampai tahun 2015 realisasi belanja mengalami peningkatan setiap tahunnnya. Grafik 3.64 Realaisasi Belanja terhadap anggaran Belanja 741,943,967, ,321,253, ,230,882, ,459,933, ,096,868,377, ,805,319, ,052,936, ,900,670, ,718,623, ,034,917, Tahun 3 Anggaran 4 Realisasi 5 Tahun Real # Pengukuran pada Rasio Realisasi Belanja terhadap Anggaran Belanja untuk tahun 2015, sbb : ~ Realisasi Belanja Tahun 2015 => Rp ,35 ~ Total Anggaran Belanja Tahun 2015 => Rp , Hasil pengukuran pada indikator Rasio realisasi PAD terhadap potensi PAD, mengalami peningkatan persentase capaian sebesar 136,18% dari target 100% yang telah ditetapkan. # Pengukuran pada Rasio realisasi PAD terhadap Potensi PAD untuk tahun 2015, sbb ~ Potensi PAD Thn 2015 => Rp ,00 ~ Realisasi PAD Thn 2015 => Rp ,74 Penerimaan PAD tahun 2011 sampai tahun 2015 mengalami peningkatan yang signifikan, perkembangan penerimaan PAD dapat dilihat pada grafik dibawah ini: III-154

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN SOPPENG TAHUN 2017

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN SOPPENG TAHUN 2017 PERATURAN BUPATI SOPPENG NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN SOPPENG TAHUN 2017 BUPATI SOPPENG PERATURAN BUPATI SOPPENG NOMOR : 13 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Soppeng Tahun 2016 KATA PENGANTAR

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Soppeng Tahun 2016 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga Pemerintah Kabupaten Soppeng dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Kinerja Instansi

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2014 DAFTAR ISI

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2014 DAFTAR ISI DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ------------------------------------------------------------------------------------------------------ i DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2014 Bupati Bogor, RACHMAT YASIN

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2014 Bupati Bogor, RACHMAT YASIN KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya, maka Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI LAPORAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BOGOR

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI LAPORAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BOGOR KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya, maka Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun 2015 dapat

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2015 Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2015 Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya, maka Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun 2014 dapat

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kota Mungkid, 25 Maret a.n. BUPATI MAGELANG WAKIL BUPATI MAGELANG H.M. ZAENAL ARIFIN, SH.

KATA PENGANTAR. Kota Mungkid, 25 Maret a.n. BUPATI MAGELANG WAKIL BUPATI MAGELANG H.M. ZAENAL ARIFIN, SH. KATA PENGANTAR Syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayahnya, sehingga Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Magelang Tahun 2014 dapat diselesaikan tepat waktu. Laporan

Lebih terperinci

Lubuklinggau, Mei 2011 BUPATI MUSI RAWAS RIDWAN MUKTI

Lubuklinggau, Mei 2011 BUPATI MUSI RAWAS RIDWAN MUKTI Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-nya kegiatan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010-2015 dapat diselesaikan

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Visi merupakan cara pandang ke depan tentang kemana Pemerintah Kabupaten Belitung akan dibawa, diarahkan dan apa yang diinginkan untuk dicapai dalam kurun

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17 DAFTAR TABEL Taks Halaman Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17 Tabel 2.2 Posisi dan Tinggi Wilayah Diatas Permukaan Laut (DPL) Menurut Kecamatan di Kabupaten Mamasa... 26 Tabel

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xix BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen RPJMD

Lebih terperinci

Dalam rangka. akuntabel serta. Nama. Jabatan BARAT. lampiran. perjanjiann. ini, tanggungg. jawab kami. Pontianak, Maret 2016 P O N T I A N A K

Dalam rangka. akuntabel serta. Nama. Jabatan BARAT. lampiran. perjanjiann. ini, tanggungg. jawab kami. Pontianak, Maret 2016 P O N T I A N A K GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERJANJIANN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahann yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 Oleh: BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KABUPATEN MALANG Malang, 30 Mei 2014 Pendahuluan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR GRAFIK... xiii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-5

Lebih terperinci

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN PERJANJIAN KINERJA PERUBAHAN TAHUN 2016

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN PERJANJIAN KINERJA PERUBAHAN TAHUN 2016 PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN PERJANJIAN KINERJA PERUBAHAN TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA 6 BAB II PERENCANAAN KINERJA Laporan Kinerja Kabupaten Purbalingga Tahun mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk

Lebih terperinci

MATRIKS RANCANGAN PRIORITAS RKPD PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017

MATRIKS RANCANGAN PRIORITAS RKPD PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 MATRIKS RANCANGAN PRIORITAS RKPD PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 Prioritas Misi Prioritas Meningkatkan infrastruktur untuk mendukung pengembangan wilayah 2 1 jalan dan jembatan Kondisi jalan provinsi mantap

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Kabupaten Rembang Tahun II-1. Kecamatan di Kabupaten Rembang Tahun II-12. Kelamin Kabupaten Rembang Tahun

DAFTAR TABEL. Kabupaten Rembang Tahun II-1. Kecamatan di Kabupaten Rembang Tahun II-12. Kelamin Kabupaten Rembang Tahun DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Wilayah Administratif Menurut Kecamatan/Desa di Kabupaten Rembang Tahun 2015... II-1 Tabel 2.2. Jumlah dan Rasio Jenis Kelamin Penduduk menurut Kecamatan di Kabupaten Rembang Tahun

Lebih terperinci

Jalan Pangeran Antasari No. 1 Telepon (0517) 21076/21526 Kandangan 71211

Jalan Pangeran Antasari No. 1 Telepon (0517) 21076/21526 Kandangan 71211 Jalan Pangeran Antasari No. 1 Telepon (0517) 21076/21526 Kandangan 71211 PROVINSI KALIMANTAN SELATAN KEPUTUSAN BUPATI HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA PEMERINTAH

Lebih terperinci

Lampiran Meningkatnya cakupan

Lampiran Meningkatnya cakupan Lampiran : Peraturan Walikota Pagar Alam Nomor : Tahun 2017 Tanggal : 2017 I II Pemerintah Visi Kota Pagar Alam Terwujudnya Keseimbangan Masyarakat Pagar Alam Yang Sehat, Cerdas, Berakhlaq Mulia, Dan Didukung

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN ROTE NDAO TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN ROTE NDAO TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN ROTE NDAO TAHUN 2016 SASARAN INDIKATOR TARGET MISI I : MEWUJUDKAN TATA RUANG WILAYAH KE DALAM UNIT-UNIT OPERASIONAL YANG TEPAT DARI SISI EKONOMI, SOSIAL BUDAYA DAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... Halaman PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2016-2021... 1 BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2014

LAPORAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2014 BAB I P E N D A H U L U A N 1.1. LATAR BELAKANG Sesuai dengan amanat Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor: XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SOPPENG

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SOPPENG BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SOPPENG 2.1. Batas Administratif Kabupaten Soppeng merupakan salah satu bagian dari Provinsi Sulawesi Selatan yang secara administratif dibagi menjadi 8 kecamatan, 21 kelurahan,

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Wilayah Sungai Tamiang Langsa II-7. Jumlah Curah Hujan Rata-rata Bulanan (mm) Arah dan Kecepatan Angin Rata-rata (knots)

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Wilayah Sungai Tamiang Langsa II-7. Jumlah Curah Hujan Rata-rata Bulanan (mm) Arah dan Kecepatan Angin Rata-rata (knots) DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Wilayah Sungai Tamiang Langsa II-7 Tabel 2.2 Tabel 2.3 Tabel 2.4 Tabel 2.5 Jumlah Curah Hujan Rata-rata Bulanan (mm) Tahun 2002-2011 Arah dan Kecepatan Angin Rata-rata (knots)

Lebih terperinci

PROFIL BADAN KEPEGAWAIAN DAN DIKLAT DAERAH KABUPATEN SOPPENG.

PROFIL BADAN KEPEGAWAIAN DAN DIKLAT DAERAH KABUPATEN SOPPENG. PROFIL BADAN KEPEGAWAIAN DAN DIKLAT DAERAH KABUPATEN SOPPENG. Badan Kepegawaian Dan Diklat Daerah Kabupaten Soppeng berkantor dijalan Palekanrebete Nomor 90 Kelurahan Lalabata Rialau Watansoppeng Nomor

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Visi didefinisikan sebagai suatu kondisi ideal masa depan yang ingin dicapai dalam suatu periode perencanaan berdasarkan pada situasi dan kondisi saat ini.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2011-2015 Diperbanyak oleh: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1 A. VISI DAN MISI II - 3 B. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN DAERAH II - 5 C. PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH II - 13

BAB I PENDAHULUAN I - 1 A. VISI DAN MISI II - 3 B. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN DAERAH II - 5 C. PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH II - 13 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR HAL i iv vi vii BAB I PENDAHULUAN I - 1 1.1 DASAR HUKUM I - 4 1.2 GAMBARAN UMUM DAERAH I - 3 1. Kondisi Geografis Daerah I - 5 2. Batas Administrasi

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RPJMD KOTA LUBUKLINGGAU 2008-2013 VISI Terwujudnya Kota Lubuklinggau Sebagai Pusat Perdagangan, Industri, Jasa dan Pendidikan Melalui Kebersamaan Menuju Masyarakat

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT,

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT, GUBERNUR KALIMANTAN BARAT KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT NOMOR : 678/ OR / 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT NOMOR 396/OR/2014 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN... I-1

BAB I PENDAHULUAN... I-1 DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar... Daftar Gambar... BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen... I-7 1.4. Kaidah Pelaksanaan...

Lebih terperinci

Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Kuningan

Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Kuningan Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Kuningan NO 2018 A ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 1 PDRB per Kapita (juta rupiah) - PDRB

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN ROTE NDAO TAHUN 2017

PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN ROTE NDAO TAHUN 2017 PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN ROTE NDAO TAHUN 2017 MISI I : MEWUJUDKAN TATA RUANG WILAYAH KE DALAM UNIT UNIT OPERASIONAL YANG TEPAT DARI SISI EKONOMI, SOSIAL BUDAYA DAN KEAMANAN NEGARA 1 Meningkatnya

Lebih terperinci

IKU Pemerintah Provinsi Jambi

IKU Pemerintah Provinsi Jambi Pemerintah Provinsi Jambi dalam menjalankan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan senantiasa memperhatikan visi, misi, strategi dan arah kebijakan pembangunan. Untuk itu, dalam mewujudkan capaian keberhasilan

Lebih terperinci

Tahun Penduduk menurut Kecamatan dan Agama Kabupaten Jeneponto

Tahun Penduduk menurut Kecamatan dan Agama Kabupaten Jeneponto DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Luas Wilayah menurut Kecamatan di Kabupaten Jeneponto... II-2 Tabel 2.2 Jenis Kebencanaan dan Sebarannya... II-7 Tabel 2.3 Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Jeneponto Tahun 2008-2012...

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i vii xii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-2 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4 1.3.1 Hubungan RPJMD

Lebih terperinci

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT 1.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) beserta Komponennya Angka Partisipasi Kasar (APK) SLTP meningkat di tahun 2013 sebesar 1.30 persen dibandingkan pada tahun

Lebih terperinci

Pendahuluan. Bab. A. Latar Belakang

Pendahuluan. Bab. A. Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1 Bab 1 Pendahuluan A. Latar Belakang Pemerintah Kabupaten Sanggau sebagai salah satu penyelenggara pemerintahan di daerah, berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

D A F T A R I S I Halaman

D A F T A R I S I Halaman D A F T A R I S I Halaman B A B I PENDAHULUAN I-1 1.1 Latar Belakang I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan I-2 1.3 Hubungan RPJM dengan Dokumen Perencanaan Lainnya I-3 1.4 Sistematika Penulisan I-7 1.5 Maksud

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2017

PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2017 PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertanda tangan dibawah

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT i DAFTAR ISI PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL i ii viii BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Dasar Hukum 3 1.3 Hubungan Antar Dokumen 4 1.4 Sistimatika Dokumen

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH B A B I X 1 BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Penetapan indikator kinerja daerah bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai ukuran keberhasilan pencapaian visi dan misi Kepala dan Wakil Kepala

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Tabel IX-1 Indikator Kinerja Daerah Menurut Sasaran Strategis SASARAN INDIKATOR KINERJA Misi satu : Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang melalui peningkatkan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen... I-7 1.4.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA KATA PENGANTAR

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Bupati Lombok Utara tentang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I. Pendahuluan BAB II. Gambaran Umum Kondisi Daerah BAB III. Gambaran Pengeloaan Keuangan Daerah Serta Kerangka Pendanaan

DAFTAR ISI BAB I. Pendahuluan BAB II. Gambaran Umum Kondisi Daerah BAB III. Gambaran Pengeloaan Keuangan Daerah Serta Kerangka Pendanaan DAFTAR ISI BAB I. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang I-1 1.2. Dasar Hukum I-2 1.3. Hubungan Dokumen RPJMD dengan Dokumen Perencanaan I-5 Lainnya 1.4. Sistematika Penulisan I-8 1.5. Maksud dan Tujuan Penyusunan

Lebih terperinci

BAB VII PENUTUP KESIMPULAN

BAB VII PENUTUP KESIMPULAN BAB VII PENUTUP KESIMPULAN Pencapaian kinerja pembangunan Kabupaten Bogor pada tahun anggaran 2012 telah menunjukkan hasil yang menggembirakan. Hal ini terlihat dari sejumlah capaian kinerja dari indikator

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Hal. Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Gambar... x Daftar Grafik... xi

DAFTAR ISI. Hal. Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Gambar... x Daftar Grafik... xi DAFTAR ISI Hal. Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Gambar... x Daftar Grafik... xi BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan RPJMD dengan

Lebih terperinci

PROVINSI KEPULAUAN RIAU KEPUTUSAN BUPATI LINGGA NOMOR : 30 / KPTS / I / 2015 TENTANG

PROVINSI KEPULAUAN RIAU KEPUTUSAN BUPATI LINGGA NOMOR : 30 / KPTS / I / 2015 TENTANG PROVINSI KEPULAUAN RIAU KEPUTUSAN BUPATI LINGGA NOMOR : 30 / KPTS / I / 2015 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA TAHUN 2010 2015 BUPATI LINGGA Menimbang

Lebih terperinci

BAB 2 PERENCANAAN KINERJA. 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun

BAB 2 PERENCANAAN KINERJA. 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun BAB 2 PERENCANAAN KINERJA 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun 2013-2018 Pemerintah Kabupaten Bogor telah menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) berdasarkan amanat dari Peraturan Daerah

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Luas Wilayah Kota Palu Menurut Kecamatan Tahun 2015.. II-2 Tabel 2.2 Banyaknya Kelurahan Menurut Kecamatan, Ibu Kota Kecamatan Dan Jarak Ibu Kota Kecamatan Dengan Ibu Kota Palu Tahun

Lebih terperinci

Lampiran Perjanjian Kinerja Tahun 2015 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GOWA

Lampiran Perjanjian Kinerja Tahun 2015 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GOWA Lampiran Perjanjian Kinerja Tahun 2015 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GOWA NO INDIKATOR SASARAN INDIKATOR KINERJA TARGET SATUAN BESARAN Misi 1 : Meningkatnya kualitas sumber daya manusia dengan berbasis pada

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

PEMERINTAH KOTA TANGERANG WALIKOTA TANGERANG Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (ILPPD) Kota Tangerang Tahun 2012 Undang-Undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, telah memberikan kewenangan kepada

Lebih terperinci

BUPATI PARIGI MOUTONG PROVINSI SULAWESI TENGAH

BUPATI PARIGI MOUTONG PROVINSI SULAWESI TENGAH BUPATI PARIGI MOUTONG PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN BUPATI PARIGI MOUTONG NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG INDIKATOR KINERJA UTAMA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PARIGII MOUTONG TAHUN 2014-2018 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah ini : Nama Jabatan : H.

Lebih terperinci

Kata Pengantar menuju Bintan yang maju, sejahtera dan berbudaya

Kata Pengantar menuju Bintan yang maju, sejahtera dan berbudaya Kata Pengantar Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat dan karunia-nya yang tidak terhingga bagi bangsa dan negara tercinta ini, sehingga kita dapat selalu berikhtiar untuk meningkatkan

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN TAHUN 06 Kabupaten Tahun Anggaran : 06 : Hulu Sungai Selatan TUJUAN SASARAN INDIKATOR SASARAN 4 Mewujudkan nilai- nilai agamis sebagai sumber

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Dan Berdaya Saing, Menuju Masyarakat Sejahtera Yang Berkeadilan Dan Berakhlak Mulia,

KATA PENGANTAR. Dan Berdaya Saing, Menuju Masyarakat Sejahtera Yang Berkeadilan Dan Berakhlak Mulia, KATA PENGANTAR Dengan niat yang tulus, segala bentuk kebijakan, program dan kegiatan diselenggarakan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dan dengan harapan semoga gerak langkah kita selalu diberkahi

Lebih terperinci

REVISI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015

REVISI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 REVISI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintah yang efektif, transparan, akuntabel dan berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah ini : Nama Jabatan : Tgk.

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1 LATAR BELAKANG... I-1 2.1 MAKSUD DAN TUJUAN... I-2 1.2.1 MAKSUD... I-2 1.2.2 TUJUAN... I-2 1.3 LANDASAN PENYUSUNAN...

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI DAFTAR ISI...... i DAFTAR TABEL...... iii DAFTAR GAMBAR...... viii BAB I PENDAHULUAN... 2 1.1 Latar Belakang... 3 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... 5 1.3 Hubungann antara Dokumen RPJMD dengan Dokumen

Lebih terperinci

2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun

2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun BAB 2 PERENCANAAN KINERJA 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun 2013-2018 Pemerintah Kabupaten Bogor telah menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) berdasarkan amanat dari Peraturan Daerah

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan Pemerintah RI Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan,

Lebih terperinci

Visi : Ponorogo Lebih Maju, Berbudaya dan Religius

Visi : Ponorogo Lebih Maju, Berbudaya dan Religius Visi : Ponorogo Lebih Maju, Berbudaya dan Religius Tabel 5.1 Keterkaitan Visi, Misi, Dan Sasaran Kabupaten Ponorogo Taget Sasaran Sasaran Target KET. 2016 2017 2018 2019 2020 Membentuk budaya keteladanan

Lebih terperinci

IKHTISAR EKSEKUTIF. Hasil Rekapitulasi Pencapain kinerja sasaran pada Tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut :

IKHTISAR EKSEKUTIF. Hasil Rekapitulasi Pencapain kinerja sasaran pada Tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut : IKHTISAR EKSEKUTIF Sistem AKIP/LAKIP Kabupaten Sukabumi adalah untuk mendorong terciptanya akuntabilitas kinerja Pemerintah Kabupaten Sukabumi sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban yang baik, transparan

Lebih terperinci

Terwujudnya Pemerintahan yang Baik dan Bersih Menuju Masyarakat Maju dan Sejahtera

Terwujudnya Pemerintahan yang Baik dan Bersih Menuju Masyarakat Maju dan Sejahtera BAB - V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Visi Misi Tujuan dan Sasaran Pembangunan Kabupaten Bengkulu Tengah merupakan rangkaian kegiatan pembangunan yang dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2010-2015 DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL.... DAFTAR GAMBAR....

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Halaman 1

BAB I PENDAHULUAN. Halaman 1 BAB I PENDAHULUAN Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi dan tuntutan masyarakat dalam rangka mencapai tujuan dan cita-cita bangsa dan negara.

Lebih terperinci

KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN ACEH TENGAH TAHUN 2016 LAMPIRAN PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN ACEH TENGAH TAHUN 2016 No Sasaran Strategis Indikator Kinerja

Lebih terperinci

Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi

Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 I ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT A Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi 1 Pertumbuhan Ekonomi % 6,02 6,23 6,07 6,45 6,33 6,63 5,89** 2 PDRB Per Kapita (Harga Berlaku) Rp. Juta

Lebih terperinci

GUBERNUR GORONTALO, KEPUTUSAN GUBERNUR GORONTALO NOMOR 277 / 02/ VII / 2013

GUBERNUR GORONTALO, KEPUTUSAN GUBERNUR GORONTALO NOMOR 277 / 02/ VII / 2013 GUBERNUR GORONTALO KEPUTUSAN GUBERNUR GORONTALO NOMOR 277 / 02/ VII / 2013 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA PEMERINTAH PROVINSI GORONTALO TAHUN 2012-2017 GUBERNUR GORONTALO, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

WALIKOTA BIMA PERATURAN WALIKOTA BIMA NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG INDIKATOR KINERJA UTAMA PEMERINTAH KOTA BIMA TAHUN

WALIKOTA BIMA PERATURAN WALIKOTA BIMA NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG INDIKATOR KINERJA UTAMA PEMERINTAH KOTA BIMA TAHUN WALIKOTA BIMA PERATURAN WALIKOTA BIMA NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG INDIKATOR KINERJA UTAMA PEMERINTAH KOTA BIMA TAHUN 2014-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BIMA, Menimbang : a. bahwa Indikator

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Pemerintah. Kabupaten Gowa ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Pemerintah. Kabupaten Gowa ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Pemerintah Kabupaten Gowa ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Gowa Nomor: 3 Tahun 2010 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. A. Capaian Kinerja Pemerintah Kabupaten Tanggamus B. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja C. Realisasi anggaran...

DAFTAR ISI. A. Capaian Kinerja Pemerintah Kabupaten Tanggamus B. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja C. Realisasi anggaran... DAFTAR ISI HALAMAN BAB 1 A. Latar Belakang... 1 B. Maksud dan Tujuan... 2 C. Sejarah Singkat Kabupaten Tanggamus... 3 D. Gambaran Umum Daerah... 4 E. Sistematika Penyajian... 20 BAB 2 A. Instrumen Pendukung

Lebih terperinci

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) Kabupaten Magelang Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) Kabupaten Magelang Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan

Lebih terperinci

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN Prioritas dan sasaran merupakan penetapan target atau hasil yang diharapkan dari program dan kegiatan yang direncanakan, terintegrasi, dan konsisten terhadap pencapaian

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Miskin Kabupaten Pati Tahun Kabupaten Pati dan Wilayah Sekitarnya Tahun

DAFTAR TABEL. Miskin Kabupaten Pati Tahun Kabupaten Pati dan Wilayah Sekitarnya Tahun DAFTAR TABEL Tabel. 2.1. Perbandingan Penduduk Kabupaten Pati dan Prov Jateng Tahun 2007- II 8 Tabel. 2.2. PDRB Atas Dasar Harga Konstan & Atas Dasar Harga II 8 Berlaku Kabupaten Pati Tahun 2007- Tabel.

Lebih terperinci

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) PEMERINTAH KOTA

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i iii x xi BAB I PENDAHULUAN... I - 1 A. Dasar Hukum... I - 1 B. Gambaran Umum Daerah... I - 4 1. Kondisi Geografis Daerah...

Lebih terperinci

Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintah Kota Surakarta 2021 A. 1

Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintah Kota Surakarta 2021 A. 1 Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintah Kota Surakarta NO 2016 2017 2018 2019 2020 A. 1 ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Pertumbuhan ekonomi/pdrb

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN MADIUN

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN MADIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

BAGIAN ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN SETDA KOTA LANGSA

BAGIAN ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN SETDA KOTA LANGSA BAGIAN ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN SETDA KOTA LANGSA PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintah yang efektif, transparan, akuntabel dan berorientasi pada hasil, yang bertanda

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 15 Tahun 2014 Tanggal : 30 Mei 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dokumen perencanaan

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN I. VISI Pembangunan di Kabupaten Flores Timur pada tahap kedua RPJPD atau RPJMD tahun 2005-2010 menuntut perhatian lebih, tidak hanya untuk menghadapi permasalahan

Lebih terperinci

Tabel 5.1 Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Indikator Sasaran dan Target Sasaran Visi : "Bali Mandara Jilid 2", Bali yang Maju, Aman, Damai dan Sejahtera

Tabel 5.1 Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Indikator Sasaran dan Target Sasaran Visi : Bali Mandara Jilid 2, Bali yang Maju, Aman, Damai dan Sejahtera Tabel 5.1 Visi, Misi, Tujuan,, Indikator dan Target Visi : " Mandara Jilid 2", yang Maju, Aman, Damai dan Sejahtera No 1 Misi Mewujudkan yang Berbudaya, Metaksu, Dinamis, Maju dan Modern Tujuan Meningkatkan

Lebih terperinci

PERNYATAAN PENETAPAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO PENETAPAN KINERJA TAHUN 2014

PERNYATAAN PENETAPAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO PENETAPAN KINERJA TAHUN 2014 PERNYATAAN PENETAPAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO PENETAPAN KINERJA TAHUN 2014 Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda

Lebih terperinci

IKHTISAR EKSEKUTIF. Ikhtisar Eksekutif

IKHTISAR EKSEKUTIF. Ikhtisar Eksekutif IKHTISAR EKSEKUTIF Dalam rangka mewujudkan Visi Pemerintah Kabupaten Rote Ndao sebagaimana tertuang dalam RPJMD Tahun 2014-2019 yaitu : Terwujudnya Peningkatan Kehidupan Masyarakat Rote Ndao yang BERMARTABAT

Lebih terperinci

LAMPIRAN Capaian Kinerja Sasaran Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Selatan Tahun 2015

LAMPIRAN Capaian Kinerja Sasaran Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Selatan Tahun 2015 NO LAMPIRAN Capaian Kinerja Sasaran Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Selatan Tahun 05 Kehidupan yang kondusif bagi umat beragama. tercapai Mewujudkan tatanan sosial keagamaan 00% Penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

A. Gambaran Umum Daerah

A. Gambaran Umum Daerah Pemerintah Kota Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Daerah K ota Bandung terletak di wilayah Jawa Barat dan merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat, terletak di antara 107º Bujur Timur dan 6,55 º

Lebih terperinci

PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Indikator kinerja dimaksudkan untuk mengukur keberhasilan pencapaian visi dan misi yang telah dicanangkan oleh Bupati dan Wakil Bupati Sijunjung masa jabatan. Indikator

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BANGKA SELATAN NOMOR 36 TAHUN 2016 TENTANG INDIKATOR KINERJA UTAMA PEMERINTAH DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Penetapan indikator kinerja atau ukuran kinerja akan digunakan untuk mengukur kinerja atau keberhasilan organisasi. Pengukuran kinerja organisasi akan dapat dilakukan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Perjanjian Kinerja Tahun 2016

Lampiran 1. Perjanjian Kinerja Tahun 2016 Lampiran 1. Perjanjian Kinerja Tahun 2016 NO INDIKATOR KINERJA Misi 1 : Meningkatnya kualitas sumber daya manusia dengan berbasis pada hak-hak dasar masyarakat Sasaran 1 : Meningkatnya Aksesibilitas dan

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Pada penyusunan Laporan Akuntabilias Kinerja Tahun 2013 ini, mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor

Lebih terperinci

Daftar Tabel Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016

Daftar Tabel Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016 Daftar Tabel Tabel 2.1 Luas Wialayah menurut Kecamatan di Kabupaten Jeneponto... II-2 Tabel 2.2 Daerah Aliran Sungai (DAS) di Wilayah Kabupaten Jeneponto berdasarkan BPS... II-5 Tabel 2.3 Daerah Aliran

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum Wr. Wb

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum Wr. Wb KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Wr. Wb S egala puji bagi Alloh SWT, yang senantiasa mencurahkan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua, sehingga seluruh rangkaian proses penyusunan Laporan Keterangan

Lebih terperinci