RISET UNGGULAN DAERAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RISET UNGGULAN DAERAH"

Transkripsi

1 RISET UNGGULAN DAERAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2016 KONSEP PENGEMBANGAN PRODUK OYEK DI KECAMATAN KARANGGAYAM Singkong atau juga disebut ketela pohon banyak di hasilkan masyarakat petani hampir di seluruh wilayah Kabupaten Kebumen mulai dari Prembun sampai dengan Rowokele. Wilayah Kebumen bagian utara seperti Kecamatan Karangsambung, Sadang, dan Karanggayam merupakan beberapa Kecamatan dengan jumlah hasil produksi singkong terbanyak. Petani menjual hasil pertanian berupa singkong kepada tengkulak dari daerah Kuwarasan dan Karanganyar sebagai bahan baku produksi lanting. Beberapa usaha pengolahan singkong menjadi produk yang memiliki nilai tambah sudah banyak dilakukan namun produk yang dihasilkan masih original (belum ada inovasi baik bentuk maupun rasa). Pelaku usaha produk oyek dapat dijumpai di beberapa wilayah seperti Kecamatan Karanggayam, Karangsambung, Sadang, Padureso dan beberapa kecamatn lainnya di Kabupaten Kebumen. Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT) yang berada di bawah Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Kebumen menetapkan satu produk unggulan di tiap Kecamatan sebagai prioritas dampingan konsultan PLUT dimana oyek singkong merupakan produk unggulan dari Kecamatan Karanggayam. Beberapa alasan memilih nasi oyek sebagai prioritas dampingan PLUT untuk Kecamatan Karanggayam antara lain: 1. Kebutuhan bahan makanan rendah karbohidrat semakin meningkat 2. Masyarakat modern cenderung pada produk yang alami tanpa bahan kimia 3. Bahan baku tersedia di sekitar lokasi produksi 4. Para pelaku usaha sebagian besar adalah kelompok masyarakat miskin. Maka dalam rangka pengembangan potensi pertanian singkong menjadi produk nasi oyek diperlukan adanya inovasi proses produksi sampai dengan pemasaran melalui riset/ penelitian unggulan. Dengan penelitian ini diharapkan muncul ide-ide kreatif dari seluruh komponen masyarakat untuk menyelesaikan berbagai hambatan pembangunan daerah, khususnya terkait dengan pengembangan nasi oyek di Kecamatan Karanggayam. Maksud dari kegiatan ini adalah adanya gambaran strategi dan implementatif tentang pengembangan produk oyek di Kecamatan Karanggayam sehingga dapat digunakan sebagai pedoman penyusunan rencana pendampingan dan pengembangan produk. Tujuan dari penelitian ini antara lain : 1. Memberi gambaran ilmiah dan aktual terhadap potensi dan solusi atas permasalahan dalam pengembangan oyek di Kecamatan Karanggayam 2. Menyajikan data yang dapat dipertanggungjawabkan secara akademis terhadap tema penelitian

2 3. Merumuskan bentuk lembaga usaha yang ideal untuk meningkatkan kesejahteraan melalui memberdayakan masyarakat dengan memadukan potensi, sumber daya dan teknologi yang tepat guna Terwujudnya inovasi untuk dapat meningkatkan nilai ekonomis produk oyek melalui terciptanya produk oyek yang higienis dan cepat saji dengan aneka rasa. Sasaran kegiatan adalah tersusunnya analisa SWOT pengembangan produk oyek yang masing-masing meliputi : 1. Analisa potensi bahan baku 2. Proses Produksi 3. Manajemen pengelolaan usaha 4. Sumberdaya pelaku usaha 5. Potensi pemasaran produk. D. SASARAN Lokasi kegiatan di wilayah Kecamatan Karanggayam meliputi Desa Logandu, Desa Kalibening dan Desa Clapar, Desa Giritirto. Sumber pendanaan kegiatan ini berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Kebumen melalui DPA BAPPEDA Tahun Anggaran Penerima manfaat mendapatkan informasi yang aktual dan menyeluruh sehingga dapat dijadikan pedoman untuk perencanaan dan pengembangan obyek penelitian. Ruang lingkup pelaksanaan kegiatan ini merupakan langkah-langkah pelaksanaan kegiatan yang sangat mendasar sehingga peserta penelitian harus mengembangkan metodologi. Adapun ruang lingkup pelaksanaan kegiatan sebagai berikut : 1. Analisa potensi bahan baku dan SDM 2. Analisa data histori pengembangan produk 3. Analisa kelembagaan usaha pelaku UKM 4. Analisa proses produksi dan pemasaran produk 5. Analisa pengembangan sentra. Keluaran yang dihasilkan dari pelaksanaan pekerjaan ini berupa : 1. laporan pelaksanaan kegiatan 2. Analisa SWOT meliputi semua unsur kegiatan usaha 3. Konsep terpadu pengembangan sentra Pelaksana riset adalah lembaga/ perorangan yang menguasai permasalahan pendampingan dan pemberdayaan terhadap pelaku UMKM dengan pendidikan minimal S1. Riset dilaksanakan selama 120 hari atau mulai tanggal 06 Juni sampai dengan 05 Okt PENGEMBANGAN DESA WISATA CANDIRENGGO KECAMATAN AYAH KABUPATEN KEBUMEN Desa Wisata Candirenggo Kecamatan Ayah memiliki potensi dalam bentuk integrasi atau keterpaduan antara atraksi, akomudasi, dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku. Desa Candirenggo juga merupakan kawasan pedesaan yang memiliki beberapa karakteristik khusus untuk menjadi tujuan wisata. Di kawasan Desa Candirenggo, penduduknya masih memiliki tradisi dan budaya yang relatif masih asli. Selain itu, beberapa faktor pendukung seperti makanan khas, sistem pertanian dan sistem sosial turut mewarnai sebuah kawasan Desa Wisata Candirenggo. Di luar faktor tersebut, alam dan lingkungan yang masih asli dan terjaga merupakan salah satu faktor terpenting dari sebuah kawasan tujuan wisata. Desa Candirenggo merupakan salah satu potensi daya tarik alam dan masyarakat yang benar-benar berdampak langsung terhadap ekonomi kerakyatan, dimana masyarakat akan secara langsung menikmati hasil dari kunjungan dari wisatawan. Melalui Riset Unggulan Daerah diharapkan muncul ide-ide kreatif sebagai panduan dalam menyusun rencana strategis pengembangan potensi Desa Wisata.

3 Maksud diadakan Riset Unggulan Daerah adalah untuk mengetahui seberapa besar prospek dan potensi yang ada di Desa Candirenggo untuk dikembangkan menjadi Desa Wisata beserta permasalahan dan solusi yang dapat diambil. Tujuan peneliatian, antara lain: 1. Adanya gambaran yang menyeluruh yang menyajikna potensi dan solusi atas permasalahan yang ada pada obyek penelitian. 2. Sebagai bahan membuat rencana dan implementasi pengembangan Desa Wisata. 3. Munculnya kreasi dan inovasi pengembangan Desa Wisata. Sasaran kegiatan adalah tersusunnya data yang lengkap dan menyeluruh terhadap potensi, permasalahan dan solusi pengembangan Desa Wisata meliputi aspek kesediaan kelembagaan, sumber daya manusia, program kerja, potensi dan pemasaran. Lokasi kegiatan di Desa Candirenggo Kecamatan Ayah Kabupaten Kebumen. Sumber pendanaan kegiatan bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Kebumen melalui DPA BAPPEDA Tahun Anggaran Penerimaan manfaat mendapatkan informasi yang aktual menyeluruh sehingga dapat dijadikan pedoman untuk perencanaan dan pengembangan obyek penelitian. Lingkup pelaksanaan kegiatan meliputi hal-hal, sebagai berikut: 1. Analisis kelembagaan 2. Sumber daya manusia 3. Program kerja 4. Potensi 5. Pemasaran Hasil akhir yang diharapkan adalah: 1. Laporan hasil penelitian 2. Konsep pengembangan Desa Wisata 3. Tersusunnya Rencana Bisnis (Business Plan) tentang Desa Wisata di Desa Candirenggo Kecamatan Ayah. Pelaksana riset adalah lembaga/perorangan yang memahami pengembangan Desa Wisata. Riset dilaksanakan selama 120 hari atau mulai tanggal 6 Juni 2016 sampai dengan 5 Oktober KONSEP PENGEMBANGAN BIBIT SAPI Dalam rangka mendukung program Percepatan Swasembada Daging Sapi dan Kerbau (PSDS/K), khususnya pada penyediaan daging yang berasal dari sapi potong maka diperlukan upaya peningkatan populasi sapi potong. Kebijakan pengembangan usaha pembibitan sapi potong dari Departemen Pertanian diarahkan pada suatu kawasan, baik kawasan khusus maupun terintegritas dengan komoditi lainnya serta terkonsentrasi di suatu wilayah untuk mempermudah pembinaan, bimbingan, dan pengawasan dalam pengembangan usaha pembibitan sapi potong yang baik (Good Breeding Pratice). Populasi sapi potong di Kabupaten Kebumen ekor (Kebumen Dalam Angka, 2014 ) sebagai besar di kelola oleh masyarakat peternak di pedesaan dengan skala yang relatif kecil (1 5 ekor). Dengan memanfaatkan sumberdaya peternak yang relatif terbatas, para peternak tersebut tetap mengelola sapi potong sebagai salah satu sumber pendapatan keluarga. Peningkatan populasi sapi potong dengan cara mengoptimalkan pemanfaatan sapi lokal (Direktorat Jendral Peternakan, 2009). Dalam peraturan tersebut berisi 3 aspek yaitu 1) aspek komoditasnya, yaitu lebih memprioritaskan sapi lokal, 2) aspek lokal yaitu, merupakan lokasi yang potensial untuk dikembangkan menjadi sumber bibit, sesuai agroekosistem, bukan

4 endemis penyakit, tersedia sarana, kelembagaan dan sumberdaya manusia, mudah dijangkau dan mudah mengendalikan mutasi ternak, 3) aspek kelompok yaitu kelompok yang organisasinya jelas, aktif, mendapatkan rekomdasi dari Dinas Peternakan Provinsi dan Kabupaten, anggota menimal 20 orang, jumlah induk per kelompok minimal 50 ekor, mempunyai rumpun ternak asli/lokal, berpotensi dalam pengembangan perbibitan, arah usahanya ke Village Breeding Center (VBC) atau memperkuat VBC yang sudah ada bersedia dibina oleh pemerintah provinsi dan kabupaten. Ditetapkannya Kebumen sebagai wilayah sumber bibit Sapi Peranakan Ongole (PO) berdasarkan SK Kementan No. 47/Kpts/SR.120/1/2015 tertanggal 16 Januari 2015 merupakan amanah yang sangat besar yang harus diikuti dengan rencana pengembangan dan pengelolaan yang baik dan sesuai aturan yang ada. Masyarakat peternak dan pemerintah daerah Kabupaten Kebumen diupayakan untuk selalu berupaya menghasilkan bibit sapi ungggul guna memenuhi kebutuhan bibit lokal, regional maupun nasional. Pemerintah Kabupaten Kebumen, Pemerintahan Provinsi Jawa Tengah dan didukung instansi terkait (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian) terus berupaya melestarikan dan sekaligus mengembangakannya sapi PO Kebumen, Dengan ditetapkan Sapi PO Kebumen sebagai galur ternak baru di Indonesia dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 358/Kpts/PK.040/6/2015 tanggal 8 Juni 2015, maka dari aspek hukum sudah mempunyai legalitas dan pemerintah bersama masyarakat akan berupaya untuk terus menjaga keberadaannya, melestarikan dan mengembangkan, sehingga akan lebih memberi manfaat bagi dunia peternakan khusunya di Kabupaten Kebumen dan Indonesia pada umunya. Permasalahan yang ada dalam pengembangan pembibitan sapi di Kabupaten Kebumen antara lain : 1. Pedet (calon pejantan/calon induk) lepas sapih terpilih yang ada dimasyarakat sulit ditemukan karena petani langsung menjual keluar daerah tanpa terkendali; 2. Produksi bibit sapi belum sesuai prediksi karena banyak mutasi dan penjualan bibit sapi keluar tanpa sepengetahuan kelompok/assosiasi/petugas; 3. Kelembagaan kelompok tani ternak dan Assosiasi Peternak belum optimal; 4. SDM Petugas, pendamping dan pengawas bibit ternak terbatas; 5. Peternak dalam mengusahakan ternaknya belum menerapkan usaha agribisnis dan belum membuat perencanaan bisnis (business plan) yang baik. Riset pengembangan bibit sapi dimaksudkan untuk mengkaji bagaimana pengembangan bibit ternak sapi di Kabupaten Kebumen. Adapun tujuannya adalah : 1. Untuk mengetahui rata-rata pedet yang lahir dan yang dijual keluar daerah pertahun selama 3-5 tahun terakhir; 2. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab para peternak menjual bibit sapi keluar daerah tanpa sepengetahuan kelompok/ Assosiasi/ petugas; 3. Untuk mengetahui tingkat kelayakan usaha yang menguntungkan bagi peternak dalam usaha agribisnis ternak sapi; 4. Untuk mengetahui perbedaan tingkat pendapatan dan keuntungan agribisnis ternak sapi antara usaha yang dikelola perorangan dan usaha yang dikelola kelompok; 5. Untuk mengetahui faktor-faktor pendukung pengembangan pembibitan sapi di Kabupaten Kebumen; 6. Untuk mengetahui besarnya potensi pengembangan pembibitan sapi di Kabupaten Kebumen dilihat dari aspek ketersediaan pakan, SDM peternak dan pemasaran. Sasaran Riset ini adalah para peternak sapi, Pengurus kelompok tani ternak dan Pengurus Assosiasi Petani Ternak di Kabupaten Kebumen. Lokasi kegiatan riset adalah dilokasi Sentra Peternakan Rakyat (SPR) yaitu di Kecamatan Puring dan Kecamatan Petanahan. Dana untuk kegiatan Riset ini di bebankan kepada DPA Bappeda Kabupaten Kebumen Tahun Anggaran 2016.

5 Manfaat kegiatan riset ini antara lain sebagai berikut: 1. Sebagai bahan informasi bagi para peternak dalam melaksanakan kegiatan agribisnis peternakan sapi; 2. Sebagai bahan informasi bagi para investor/pengusaha dalam mengembangkan usahanya dibidang pembibitan sapi; 3. Bahan pertimbangan dan masukan bagi Pemerintah Daerah dan pemerintah Pusat melalui Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Kebumen dalam penyusunan kebijakan pengembangan peternakan. 4. Sebagai bahan referensi penelitian lebih lanjut. Lingkup kegiatan Riset Pengembangan Pembibitan sapi adalah sebagai berikut : 1. Koordinasi dengan Dinas dan Tokoh masyarakat di tingkat kabupaten, kecamatan dan desa; 2. Melaksanakan penelitian sesuai dengan metodologi dan pelaksanaan yang benar; 3. Menyusun laporan hasil penelitian yang akuntabel. Keluaran dari kegiatan Riset ini adalah : 1. Terlaksananya kegiatan Riset Unggulan Daerah dengan Tema Konsep Pengembangan Pembibitan Sapi di Kabupaten Kebumen; 2. Memperoleh hasil kajian yang valid dan reliabel sehingga dapat digunakan sebagai referensi /bahan masukan informasi baik oleh peternak, pengusaha maupun pemerintah Daerah/pusat dalam pengembangan pembibitan sapi; 3. Tersusunnya rencana bisnis (bisnis plan) pengembangan bibit sapi di lokasi penelitian. Untuk melaksanakan Riset ini dibutuhkan peneliti dibidang sosial ekonomi yang kompenten dan memahami teknologi peternakan baik perorangan maupun kelompok dengan latar belakang pendidikan minimal S -1. Pelakasanaan riset direncanakan dapat dilaksanakan dalam waktu 4 bulan (120 hari) mulai bulan Juni 2016 Oktober KONSEP PENGEMBANGAN DESA WISATA SENTRA KERAJINAN GERABAH DESA PEJAGATAN Kerajinan Gerabah di Desa Pejagatan Kecamatan Kutowinangun sudah ada sejak puluhan tahun yang lalu dan merupakan usaha turun temurun. Desa Pejagatan merupakan salah satu daerah kerajinan gerabah di Kabupaten Kebumen, sebagian masyarakatnya menekuni usaha ini untuk meningkatkan perekonomian rumah tangga mereka. Gerabah sendiri adalah perkakas yang terbuat dari tanah liat atau tanah lempung yang kemudian dibentuk dan dibakar untuk dijadikan alat-alat yang berguna bagi kehidupan. Sebagian besar produk gerabah yang diproduksi perajin Desa Pejagatan berupa perkakas rumah tangga seperti cobek, anglo, periuk, mangkok tanah, dan beberapa jenis pot, padasan, tempat payung dan kerajinan lainnya dikerjakan jika ada pesanan. Proses produksi kerajinan gerabah dilakukan di rumah-rumah warga dengan memanfaatkan bahan baku tanah di sekitarnya dan masih menggunakan peralatan yang sangat sederhana. Proses pembuatan gerabah dimulai dari pembuatan bubur tanah menggunakan cangkul dan proses pembuatan gerabah dengan alat putar keramik yang seluruh proses pembuatannya masih manual. Sistem pemasaran produk gerabah pejagatan juga masih sangat sederhana. Cobek merupakan produk

6 yang paling banyak produksi selama ini di jual kepada pengepul di tingkat desa. Keterbatasan pendidikan khususnya dalam bidang pengembangan industri kerajinan gerabah dan pendidikan berbasis pariwisata juga menjadi salah satu kendala yang dihadapi oleh para perajin karena mereka belum mendapat pendidikan atau pelatihan guna mengembangkan kerajinan gerabah ini. Sebagai salah satu upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa Pejagatan Kecamatan Kutowinangun muncul gagasan untuk memadukan industri kerajinan gerabah dengan potensi pariwisata di sentra kerajinan. Melalui kegiatan Riset Unggulan Daerah ini diharapkan muncul ide-ide kreatif sebagai panduan dalam menyusun rencana strategis pengembangan potensi Desa Wisata Sentra Kerajinan Gerabah Desa Pejagatan. Maksud diadakannya Riset Unggulan Daerah ini adalah untuk mengetahui seberapa besar prospek dan potensi yang ada di Desa Pejagatan untuk dikembangkan menjadi Desa Wisata Sentra Kerajinan Gerabah Desa Pejagatan beserta permasalahan dan solusi yang dapat diambil. Tujuan dari penelitian ini antara lain : 1. Adanya gambaran yang menyeluruh yang menyajikan potensi dan solusi atas permasalahan yang ada pada obyek penelitian. 2. Sebagai bahan membuat rencana dan implementasi pengembangan Desa Wisata Sentra Kerajinan Gerabah Desa Pejagatan 3. Munculnya kreasi dan inovasi serta keragaman produk kerajinan gerabah Desa Pejagatan 4. Terwujudnya Desa Wisata Sentra Kerajinan Gerabah di Desa Pejagatan. Sasaran kegiatan adalah tersusunnya data yang lengkap dan menyeluruh terkait potensi, permasalahan dan solusi pengembangan Desa Wisata Sentra Kerajinan Gerabah meliputi aspek ketersediaan bahan baku, analisis proses produksi, kelembagaan usaha, sumberdaya manusia dan pemasaran serta potensi pariwisata. Lokasi kegiatan di Desa Pejagatan Kecamatan Kutowinangun Kabupaten Kebumen. Sumber pendanaan kegiatan ini berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Kebumen melalui DPA BAPPEDA Tahun Anggaran Penerima manfaat mendapatkan informasi yang aktual dan menyeluruh sehingga dapat dijadikan pedoman untuk perencanaan dan pengembangan obyek penelitian. Lingkup pelaksanaan kegiatan ini meliputi hal-hal sebagai berikut : 1. Analisa potensi bahan baku 2. Analisa kelembagaan usaha 3. Analisa Sumber Daya Manusia 4. Analisa pemasaran produk kerajinan 5. Potensi Pengembangan Desa Wisata. Hasil akhir yang diharapkan dari kegiatan ini adalah 1. Laporan hasil penelitian 2. Konsep terpadu pengembangan Desa Wisata 3. Tersusunnya Rencana Bisnis (Business Plan) kerajinan gerabah. Pelaksana riset adalah lembaga/ perorangan yang memahami pengembangan industri pariwisata dan pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah dengan pendidikan minimal S-1. Riset dilaksanakan selama 120 hari atau mulai tanggal 6 Juni 2016 sampai dengan 5 Oktober 2016.

7 KONSEP PENGEMBANGAN ENERGI ANGIN KEC. BUAYAN DAN BULUSPESANTREN Indonesia adalah negara yang memiliki potensi Sumber Daya Energi Primer yang sangat berlimpah. Sumber energi tersebut meliputi sumber daya energi terbarukan dan sumber energi tak terbarukan. Khusus untuk sumber energi terbarukan yaitu angin, surya, air, geotermal sampai biomassa, Indonesia juga memiliki potensi yang sangat berlimpah. Namun demikian, hingga sekarang energi terbarukan tersebut baru memasok satu persen energi listrik masyarakat. Dengan minimnya cadangan minyak bumi Indonesia, maka pemanfaatan energi alternatif non migas harus ditingkatkan. Hal tersebut diharapkan dapat mengurangi laju pengerukan sumber daya energi tak terbarukan khususnya minyak bumi dan gas bumi. Dari sisi lain upaya tersebut diharapkan mampu untuk mempertahankan kualitas lingkungan. Dalam Kebijakan Energi Nasional (KEN) diharapkan pada tahun 2020 sejumlah 5% kebutuhan listrik nasional disuplai dari sumber energi baru dan terbarukan (energi alternatif) dari air, angin, sinar matahari, gelombang laut, geotermal sampai biomassa, dan lain-lain. Dalam UU No.25/2000, tentang Propenas (Program Pembangunan Nasional) disebutkan bahwa, Pemerintah menempatkan prioritas tinggi pada program pembangkit energi listrik terutama dari energi terbarukan. Propenas ini mengisyaratkan kita dapat memakai tenaga ahli dan material proyek dalam negeri untuk listrik baru terbarukan. Pemerintah dan masyarakat Kabupaten Kebumen khususnya pada Kec, Buayan dan Buluspesantren bermaksud untuk ikut serta berperan aktif untuk memanfaatkan energi terbarukan khususnya energi angin pada pesisir pantai selatan. Potensi energi angin cukup ada di wilayah pesisir pantai selatan Kabupaten Kebumen. Maksud dari kegiatan ini adalah adalah dilakukannya studi atas potensi yang ada di pesisir pantai selatan khususnya di Kec, Buayan dan Kec, Buluspesantren, sebagai lokasi rencana Pengembangan Energi Angin. Tujuan dari penelitian ini antara lain : 1. Mendapatkan informasi tentang potensi sumberdaya angin, isu dan permasalahan serta arah pengembangan kedepan tentang pemanfaatan energi angin. 2. Merencanakan pembangunan, sarana dan prasarana yang sesuai yang berbasis sumberdaya angin yang ada di Kec. Buayan dan Kec. Buluspesantren. Sasaran dari riset ini antara lain: 1. Terdatanya sarana dan prasarana yang dibutuhkan beserta cara kerjanya. 2. Terdapatnya informasi tentang potensi sumberdaya angin, isu dan permasalahan serta arah pengembangan kedepan, sesuai dengan keinginan dan kemampuan masyarakat untuk menunjang pengembangan ekonomi. Lokasi penelitian ini adalah Desa Tambakmulya Kec. Buayan dan Desa Brecong Kec. Buluspesantren yang memiliki pesisir pantai selatan. Dana untuk kegiatan Riset ini di bebankan kepada DPA Bappeda Kabupaten Kebumen Tahun Anggaran 2016 Meningkatkan pengelolaan dan mengembangkan potensi energi baru terbarukan melalui optimalisasi penerapan teknologi tepat guna secara mandiri. Sehingga meningkatkan taraf hidup masyarakat menunjang pengembangan ekonomi. Adapun ruang lingkup pelaksanaan kegiatan sebagai berikut : 1. Pemanfaatan energi angin di lokasi penelitian 2. Penggunaan teknologi yang tepat dalam pemanfaatan energi angin. 3. Perkiraan biaya yang dibutuhkan untuk memanfaatkan dan mengambangkan energi angin. Keluaran dari kegiatan Riset ini adalah : 1. Terlaksananya kegiatan Riset Unggulan Daerah dengan Tema Konsep Pengembangan Energi Angin Kec. Buayan Dan Buluspesantren;

8 2. Memperoleh hasil kajian yang valid dan reliabel sehingga dapat digunakan sebagai referensi /bahan pemanfaatan energi angin sebagai energi alternatif dalam pemanfaatan energi baru terbarukan; 3. Penggunaan teknologi yang tepat untuk mengembangkan energi angin; 4. Tersusunnya RAB (Rencana Anggaran Biaya) dalam pemanfaatan energi angin. Untuk melaksanakan Riset ini dibutuhkan peneliti dibidang teknik hidrolikal/ mekanikal atau yang kompeten dan memahami teknologi angin baik perorangan maupun kelompok dengan latar belakang pendidikan minimal S -1. Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan tersebut adalah 4 (empat) bulan atau 120 (seratus dua puluh hari) kalender terhitung sejak ditandatangani Surat Perjanjian Kerja oleh Kedua belah pihak. PENINGKATAN PRODUKTIVITAS GULA SEMUT DI KABUPATEN KEBUMEN YANG BERORIENTASI EKSPOR Kabupaten Kebumen terkenal sebagai sentra tanaman kelapa di Provinsi Jawa Dari hektar ( batang) pohon kelapa deres produktif tersebut tersebar di 15 kecamatan yang ada di Kabupaten Kebumen, yaitu : Kecamatan Ayah 655 hektar ( batang), Kecamatan Buayan 114 ha ( batang), Kecamatan Puring 235 hektar ( batang), Kecamatan Petanahan 196 hektar ( batang), Kecamatan Klirong 111 hektar ( batang), Kecamatan Buluspesantren 123 hektar ( batang), Kecamatan Ambal 95 hektar ( batang), Kecamatan Mirit 92 hektar ( batang), Kecamatan Bonorowo 39 hektar (6.240 batang), Kecamatan Prembun 12 hektar (1.920 batang), Kecamatan Rowokele 104 hektar ( batang), Kecamatan Sempor 72 hektar ( batang), Kecamatan Karanganyar 69 hektar ( batang), Kecamatan Karanggayam 21 hektar (3.360 batang), dan Kecamatan Sadang 6 hektar (960 batang).tengah. Tanaman kelapa di Kabupaten Kebumen saat ini ada ha atau setara dengan batang, yang terdiri dari hektar ( batang) untuk pohon kelapa yang diambil buahnya dan hektar ( batang) untuk pohon kelapa yang diambil niranya (seluruhnya merupakan pohon produktif). Pada saat ini pasar gula kelapa khususnya gula kelapa Kristal atau lebih dikenal di pasaran dengan gula semut sangat besar sekali kebutuhannya di pasar dunia. Hal ini dikarenakan penggunaan gula pasir dari bahan baku tebu ternyata menjadi salah satu pemicu penyakit diabetes mellitus. Karena itu gula semut (palm sugar) menjadi alternative gula yang banyak dicari orang, khususnya di Benua Eropa. Pasar yang besar ini merupakan peluang yang sangat besar bagi Negara Indonesia karena saingan kita saat ini untuk produk gula semut hanya dari Filipina. Yang penting dari peningkatan produktivitas gula semut ini adalah pemberdayaan para perajin diharapkan dapat terangkat, sehingga ekonomi para perajin ini diharapkan dapat terangkat sehingga angka kemiskinan di Kabupaten Kebumen diharapkan akan dapat berkurang. Disisi lain perkembangan produksi gula semut di Kabupaten Kebumen sangat lambat dibanding Kabupaten lain karena berbagai faktor penyebab. Antara lain karena: 1. Rendahnya produksi nira perpohon, terutama setelah musim kemarau. 2. Sebagian besar tanaman kelapa adalah jenis kelapa dalam dan sudah berumur tua sehingga tanamannya sangat tinggi sehingga sulit untuk dideres. 3. Langkanya tenaga penderes terutama tenaga muda (tidak ada regenerasi) sehingga menyebabkan penggunaan obat pengawet atau penghambat laju

9 fermentasi kimiawi (natrium matabisulfit) untuk menghemat tenaga (yang semestinya sehari dideres 2 kali menjadi dideres 1 kali sehari). Hal tersebut menyebabkan sebagian besar produk nira di Kebumen berkualitas rendah dan sulit diterima pasar terutama untuk ekspor. 4. Gula semut yang dijual ritail dan pasar lokal belum dikemas secara baik dan memenuhi syarat. Sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Kebumen, dimana salah satunya adalah memperluas jaringan sosial ekonomi secara nasional maupun internasional demi kesejahteraan rakyat, kebijakan yang akan dilaksanakan untuk mencapainya dibidang industri adalah meningkatkan daya saing industri unggulan daerah. Maksud diadakannya Riset Unggulan Daerah ini adalah untuk memberikan arah kepada industri yang bergerak di sektor pembuatan gula kelapa tertarik untuk berubah menjadi gula semut sehingga mempunyai nilai lebih, yang diawali dari proses budidaya yang mendukung kualitas produk berorientasi ekspor. Tujuan dari penelitian ini antara lain : 1. Meningkatkan pendapatan pengrajin gula kelapa dengan sistem budidaya dan produksi gula semut yang berorientasi ekspor. 2. Produk gula kelapa yang dihasilkan sudah berupa gula semut yang berkualitas dan bisa bersaing di level internasional. 3. Produk gula semut untuk sasaran pasar retail mempunyai kemasan yang memenuhi standar dan menarik. Sasaran yang diinginkan adalah perajin gula kelapa yang ada di sentra gula kelapa di Kabupaten Kebumen. Lokasi kegiatan sentra gula kelapa di Desa Karanggadung, Kecamatan Petanahan dan Desa Rangkah Kecamatan Buayan. Sumber pendanaan untuk kegiatan riset ini di bebankan kepada DPA Bappeda Kabupaten Kebumen Tahun Anggaran Manfaat dari kegiatan ini antara lain: 1. Termotivasinya perajin gula kelapa untuk membuat gula semut yang berorientasi ekspor. 2. Peningkatan pendapatan keluarga petani/pengrajin gula kelapa. 3. Gula semut dapat menjadi salah satu produk unggulan Kabupaten Kebumen yang dapat mendatangkan devisa yang besar. Lingkup pelaksanaan kegiatan ini tentang pengembangan gula kelapa menjadi gula semut yang berorientasi ekspor sehingga harus mempunyai sertifikat organik. Hasil akhir yang diharapkan dari kegiatan ini adalah 1. Suatu kajian yang dapat digunakan untuk pengambilan kebijakan Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pengelolaan Pasar untuk membina perajin gula semut dalam meningkatkan produktivitasnya. 2. Perajin gula semut bisa menghasilkan produk yang organik dan berkualiikasi ekspor. 3. Tersusunnya Rencana Bisnis (Bisnis Plan) dibidang produksi gula semut yang berorientasi ekspor. Personil yang dibutuhkan untuk kegiatan riset ini adalah perseorangan / kelompok. Peneliti mempunyai latar belakang pendidikan minimal S-1 Teknik Industri dan / atau Pertanian (dalam arti luas) atau yang berkompeten serta mempunyai pengalaman dalam pembinaan pengrajin gula kelapa. Riset dilaksanakan selama 120 hari atau mulai tanggal 6 Juni 2016 sampai dengan 5 Oktober 2016.

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan pondasi utama dalam kehidupan ini karena hanya bidang pertanian yang mampu memberikan pangan kepada seluruh penduduk dunia. Tidak hanya memberikan pangan,

Lebih terperinci

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 KABUPATEN KEBUMEN (ANGKA TETAP)

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 KABUPATEN KEBUMEN (ANGKA TETAP) BPS KABUPATEN KEBUMEN No. 25/12/ Th. XVI, 2 Desember 2013 HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 KABUPATEN KEBUMEN (ANGKA TETAP) RUMAH TANGGA PETANI GUREM TAHUN 2013 SEBANYAK 185.613 RUMAH TANGGA, TURUN 14,85 PERSEN

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH SALINAN BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia (Sujianto dalam Arifini dan Mustika, 2013 : 294-

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia (Sujianto dalam Arifini dan Mustika, 2013 : 294- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri yang berkembang di Indonesia saat ini memberikan kontribusi yang besar bagi perekonomian Indonesia yang sempat mengalami krisis moneter pada tahun 1998. Gejolak

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL GULA KELAPA DAN AREN

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL GULA KELAPA DAN AREN WORKSHOP NASIONAL PENGEMBANGAN GULA KELAPA DAN AREN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL GULA KELAPA DAN AREN Oleh : Adisatrya Suryo Sulisto Anggota Komisi VI DPR RI Purwokerto, 16-17 Desember 2015 POTENSI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan masyarakat seutuhnya, termasuk juga pembangunan di bidang pertanian sebagai upaya untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki lautan yang lebih luas dari daratan, tiga per empat wilayah Indonesia (5,8 juta km 2 ) berupa laut. Indonesia memiliki lebih dari 17.500 pulau dengan

Lebih terperinci

3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis

3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis 3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis 3.1.1 Kelembagaan Agro Ekonomi Kelembagaan agro ekonomi yang dimaksud adalah lembaga-lembaga yang berfungsi sebagai penunjang berlangsungnya kegiatan

Lebih terperinci

BUKU PANDUAN RISET UNGGULAN DAERAH (RUD) TAHUN 2016

BUKU PANDUAN RISET UNGGULAN DAERAH (RUD) TAHUN 2016 BUKU PANDUAN RISET UNGGULAN DAERAH (RUD) TAHUN 2016 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2016 KATA PENGANTAR Sebagai upaya meningkatkan kapasitas ilmu pengetahuan dan teknologi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelapa , , ,16

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelapa , , ,16 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industrialisasi (agroindustri) dapat menjadi salah satu pilihan strategis dalam menghadapi masalah dalam upaya peningkatan perekonomian masyarakat di pedesaan serta mampu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan pertanian secara keseluruhan, dimana sub sektor ini memiliki nilai strategis dalam pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak

BAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara kepulauan yang memiliki beraneka ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak jaman kerajaan-kerajaan

Lebih terperinci

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia E. PAGU ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM No. Program Sasaran Program Pengembangan Kelembagaan Ekonomi dan Iklim Usaha Kondusif 1. Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi Mendukung terciptanya kesempatan

Lebih terperinci

pertanian di Kabupaten Kebumen Tahun 2013 sebanyak rumah tangga Jumlah rumah tangga usaha berbadan hukum di Kabupaten Kebumen Tahun

pertanian di Kabupaten Kebumen Tahun 2013 sebanyak rumah tangga Jumlah rumah tangga usaha berbadan hukum di Kabupaten Kebumen Tahun Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Kebumen Tahun 2013 sebanyak 215.560 rumah tangga Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum di Kabupaten Kebumen Tahun 2013 sebanyak 1 Perusahaan Jumlah

Lebih terperinci

KEBUTUHAN HIDUP LAYAK PNS DI KABUPATEN KEBUMEN

KEBUTUHAN HIDUP LAYAK PNS DI KABUPATEN KEBUMEN KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) RISET UNGGULAN DAERAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2015 KEBUTUHAN HIDUP LAYAK PNS DI KABUPATEN KEBUMEN Dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014

Lebih terperinci

REKAPITULASI HASIL PENGHITUNGAN SUARA PEMILIHAN UMUM BUPATI DAN WAKIL BUPATI TINGKAT KABUPATEN PUTARAN II

REKAPITULASI HASIL PENGHITUNGAN SUARA PEMILIHAN UMUM BUPATI DAN WAKIL BUPATI TINGKAT KABUPATEN PUTARAN II Lampiran 2 Model DB1-KWK Kabupaten Provinsi : Kebumen : Jawa Tengah REKAPITULASI HASIL PENGHITUNGAN SUARA PEMILIHAN UMUM BUPATI DAN WAKIL BUPATI TINGKAT KABUPATEN PUTARAN II A. SUARA SAH PASANGAN CALON

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari sektor pertanian. Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan I. PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan produksi menuju swasembada, memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan serta meratakan taraf hidup

Lebih terperinci

DOKUMEN REVIEW PERJANJIAN KINERJA TAHUN ANGGARAN 2014

DOKUMEN REVIEW PERJANJIAN KINERJA TAHUN ANGGARAN 2014 DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN BADUNG DOKUMEN REVIEW PERJANJIAN KINERJA TAHUN ANGGARAN 2014 PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN PUSAT PEMERINTAHAN KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan tidak terpisahkan dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wirausaha memiliki peran penting dalam perkembangan ekonomi suatu negara, salah satu contohnya adalah negara adidaya Amerika. Penyumbang terbesar perekonomian Amerika

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 67 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KEBUMEN

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 67 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KEBUMEN BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 67 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KEBUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus tantangan baru yang harus dihadapi dalam pembangunan pertanian ke depan. Globalisasi dan liberasi

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perekonomian Indonesia dipengaruhi oleh beberapa sektor usaha, dimana masing-masing sektor memberikan kontribusinya terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) dengan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS Pada bab sebelumnya telah diuraikan gambaran umum Kabupaten Kebumen sebagai hasil pembangunan jangka menengah 5 (lima) tahun periode yang lalu. Dari kondisi yang telah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang mempunyai kekayaan alam yang salah satunya berupa hasil pertanian yang melimpah. Kekayaan alam dari sektor pertanian ini menjadi salah satu

Lebih terperinci

Strategi dan Arah Kebijakan Penguatan Ekonomi Masyarakat Kabupaten Kukar Bidang Industri Berbasis Pertanian

Strategi dan Arah Kebijakan Penguatan Ekonomi Masyarakat Kabupaten Kukar Bidang Industri Berbasis Pertanian Strategi dan Arah Kebijakan Penguatan Ekonomi Masyarakat Kabupaten Kukar Bidang Industri Berbasis Pertanian TEMA RKPD KUTAI KARTANEGARA 2018 Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara TAHAPAN RPJPD KUKAR 2016-2020

Lebih terperinci

Pengembangan Sektor Agro dan Wisata Berbasis One Sub-District One Misi Misi pengembangan Produk Unggulan Daerah Kab.

Pengembangan Sektor Agro dan Wisata Berbasis One Sub-District One Misi Misi pengembangan Produk Unggulan Daerah Kab. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten 6.1. VISI DAN MISI 6.1.1 Visi Mewujudkan Kesejahteraan Masyarakat Kab. Melalui Pengembangan Sektor Agro dan Wisata Berbasis One Sub-District One Product 6.1.2.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit merupakan komoditi utama perkebunan di Indonesia. Komoditas kelapa sawit mempunyai peran yang cukup strategis dalam

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit merupakan komoditi utama perkebunan di Indonesia. Komoditas kelapa sawit mempunyai peran yang cukup strategis dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelapa sawit merupakan komoditi utama perkebunan di Indonesia. Komoditas kelapa sawit mempunyai peran yang cukup strategis dalam perekonomian Indonesia. Pertama, minyak

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 83 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 83 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 83 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA KABUPATEN KEBUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) I. Umum 1. Program : Pengembangan Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi 2. Kegiatan : Kajian Potensi Energi Baru Terbarukan (EBT) di Jawa Tengah 3. Pekerjaan : Kajian

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, ** (Miliar Rupiah)

1 PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, ** (Miliar Rupiah) 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Letak geografis dan astronomis Indonesia sangat strategis. Secara georafis, Indonesia terletak diantara dua Benua dan dua samudera. Benua yang mengapit Indonesia adalah

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis 1 Pendahuluan (1) Permintaan terhadap berbagai komoditas pangan akan terus meningkat: Inovasi teknologi dan penerapan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. pertanian nasional yang sangat penting. Salah satu tujuan pembangunan

PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. pertanian nasional yang sangat penting. Salah satu tujuan pembangunan PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pembangunan peternakan merupakan bagian dari pembangunan pertanian nasional yang sangat penting. Salah satu tujuan pembangunan pertanian yang tertuang dalam rencana strategis

Lebih terperinci

10. URUSAN KOPERASI DAN UKM

10. URUSAN KOPERASI DAN UKM 10. URUSAN KOPERASI DAN UKM Perkembangan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dan koperasi memiliki potensi yang besar dalam meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Hal ini ditunjukkan oleh keberadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menambah devisa negara. Hal tersebut tidak terlepas dari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. menambah devisa negara. Hal tersebut tidak terlepas dari perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pariwisata di Indonesia saat ini dinilai efektif peranannya dalam menambah devisa negara. Hal tersebut tidak terlepas dari perkembangan kebutuhan pariwisata,

Lebih terperinci

VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN

VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN 8.1. Rekomendasi Kebijakan Umum Rekomendasi kebijakan dalam rangka memperkuat pembangunan perdesaan di Kabupaten Bogor adalah: 1. Pengembangan Usaha Ekonomi Masyarakat, adalah

Lebih terperinci

LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 17 TAHUN 2010 TANGGAL 9 DESEMBER 2010 BAB I PENDAHULUAN

LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 17 TAHUN 2010 TANGGAL 9 DESEMBER 2010 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 17 TAHUN 2010 TANGGAL 9 DESEMBER 2010 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan sinergitas, sinkronisasi dan integrasi pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan ekonomi daerah di era otonomi sekarang ini, setiap

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan ekonomi daerah di era otonomi sekarang ini, setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam pembangunan ekonomi daerah di era otonomi sekarang ini, setiap daerah dituntut untuk dapat mengenali setiap potensi yang ada di wilayahnya. Pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penghidupan bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Secara umum, pengertian

I. PENDAHULUAN. penghidupan bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Secara umum, pengertian I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sangat luas dan sebagian besar masyarakatnya bergerak dalam bidang pertanian. Sektor pertanian tidak saja sebagai penyedia kebutuhan

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 68 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 68 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 68 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAH RAGA KABUPATEN KEBUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan perikanan sebagai bagian dari pembangunan ekonomi nasional mempunyai tujuan antara lain untuk meningkatkan taraf hidup serta kesejahteraan nelayan. Pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat

Lebih terperinci

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN FASILITASI SERTIFIKASI PRODUK DAN PROSES PRODUKSI TA. 2016

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN FASILITASI SERTIFIKASI PRODUK DAN PROSES PRODUKSI TA. 2016 LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN FASILITASI SERTIFIKASI PRODUK DAN PROSES PRODUKSI TA. 2016 DINAS PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOPERASI DAN UMKM KOTA PEKALONGAN 2016 DAFTAR ISI Prakata Daftar Isi BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG KRITERIA DAN TATACARA PENDATAAN PENDUDUK MISKIN

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG KRITERIA DAN TATACARA PENDATAAN PENDUDUK MISKIN SALINAN BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG KRITERIA DAN TATACARA PENDATAAN PENDUDUK MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS KOORDINASI KEGIATAN PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2015 (REVISI)

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS KOORDINASI KEGIATAN PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2015 (REVISI) PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS KOORDINASI KEGIATAN PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2015 (REVISI) DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN MARET 2015

Lebih terperinci

5.1. Analisa Produk Unggulan Daerah (PUD) Analisis Location Quotient (LQ) Sub Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan, dan Kehutanan

5.1. Analisa Produk Unggulan Daerah (PUD) Analisis Location Quotient (LQ) Sub Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan, dan Kehutanan 5.1. Analisa Produk Unggulan Daerah (PUD) 5.1.1 Analisis Location Quotient (LQ) Sub Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan, dan Kehutanan Produk Unggulan Daerah (PUD) Lamandau ditentukan melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan keberadaannya perlu mendapat dukungan dari semua pihak, baik dari sektor pemerintah maupun non-pemerintah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan pembangunan pertanian ditujukan untuk meningkatkan ketahanan pangan, mengembangkan agribisnis dan meningkatkan kesejahteraan petani, mengisyaratkan bahwa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat

I. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota pada seluruh pemerintahan daerah bahwa pelaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada pengembangan sektor jasa dan industri, termasuk di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. kepada pengembangan sektor jasa dan industri, termasuk di dalamnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Paradigma pembangunan di banyak negara kini lebih berorientasi kepada pengembangan sektor jasa dan industri, termasuk di dalamnya adalah perkembangan industri pariwisata

Lebih terperinci

RISET UNGGULAN DAERAH

RISET UNGGULAN DAERAH RISET UNGGULAN DAERAH ANALISIS PRODUKSI DAN DISTRIBUSI PEDET SAPI PO KEBUMEN (MILIK PRIBADI DAN KELOMPOK) PETERNAK DI SPR SATO WIDODO KECAMATAN PURING DAN SPR KLIRONG-01 KECAMATAN KLIRONG KABUPATEN KEBUMEN

Lebih terperinci

6. URUSAN PERINDUSTRIAN

6. URUSAN PERINDUSTRIAN 6. URUSAN PERINDUSTRIAN Pembangunan perindustrian mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan dan merupakan salah satu pilar pertumbuhan ekonomi. Sektor industri memegang peranan penting dalam peningkatan

Lebih terperinci

DOKUMEN PERJANJIAN KINERJA

DOKUMEN PERJANJIAN KINERJA DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN BADUNG DOKUMEN PERJANJIAN KINERJA TAHUN ANGGARAN 2015 PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN PUSAT PEMERINTAHAN KABUPATEN

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2013

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2013 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2013 DIREKTORAT TANAMAN SEMUSIM DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 0 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerapan sistem akuntabilitas kinerja instansi

Lebih terperinci

KERAGAAN PENGEMBANGAN TERNAK SAPI POTONG YANG DIFASILITASI PROGRAM PENYELAMATAN SAPI BETINA PRODUKTIF DI JAWA TENGAH

KERAGAAN PENGEMBANGAN TERNAK SAPI POTONG YANG DIFASILITASI PROGRAM PENYELAMATAN SAPI BETINA PRODUKTIF DI JAWA TENGAH KERAGAAN PENGEMBANGAN TERNAK SAPI POTONG YANG DIFASILITASI PROGRAM PENYELAMATAN SAPI BETINA PRODUKTIF DI JAWA TENGAH Pita Sudrajad*, Muryanto, Mastur dan Subiharta Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mada 1990) 1 P4N UG, Rencana Induk Pembangunan Obyek Wisata Desa Wisata Kasongan (Universitas Gajah

BAB I PENDAHULUAN. Mada 1990) 1 P4N UG, Rencana Induk Pembangunan Obyek Wisata Desa Wisata Kasongan (Universitas Gajah BAB I PENDAHULUAN Di Indonesia keramik sudah dikenal sejak jaman dahulu. Keramik disebut juga gerabah, termasuk bata dan genteng. Bata dan genteng sudah digunakan sejak jaman majapahit. Terbukti dari beberapa

Lebih terperinci

6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM

6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM 48 6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 6.1. Kebijakan di dalam pengembangan UKM Hasil analisis SWOT dan AHP di dalam penelitian ini menunjukan bahwa Pemerintah Daerah mempunyai peranan yang paling utama

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN RENCANA INDUK KELITBANGAN OLEH KEPALA BALITBANG PROV. SUMBAR BUKITTINGGI, TANGGAL 25 APRIL 2018

ARAH KEBIJAKAN RENCANA INDUK KELITBANGAN OLEH KEPALA BALITBANG PROV. SUMBAR BUKITTINGGI, TANGGAL 25 APRIL 2018 ARAH KEBIJAKAN RENCANA INDUK KELITBANGAN OLEH KEPALA BALITBANG PROV. SUMBAR BUKITTINGGI, TANGGAL 25 APRIL 2018 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT DASAR PENYUSUNAN RIK 1. UU No. 18

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana

I. PENDAHULUAN. Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana strategis tahun 2010-2014 adalah terwujudnya pertanian industrial unggul berkelanjutan yang berbasis

Lebih terperinci

V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN A. Kesimpulan Secara umum kinerja produksi ternak sapi dan kerbau di berbagai daerah relatif masih rendah. Potensi ternak sapi dan kerbau lokal masih dapat ditingkatkan

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sebagai salah satu sub dari sektor pertanian masih memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. Kontribusi peningkatan

Lebih terperinci

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah b

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah b LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.146, 2015 Sumber Daya Industri. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5708). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 Tahun 2015

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Kredit Usaha. Pembibitan Sapi. Pelaksanaan. Pencabutan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Kredit Usaha. Pembibitan Sapi. Pelaksanaan. Pencabutan. No.304, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Kredit Usaha. Pembibitan Sapi. Pelaksanaan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR :40/Permentan/PD.400/9/2009 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

Rekapitulasi Belanja Langsung SKPD - RA RKPD Kabupaten Kebumen Tahun 2017 Bahan Musrenbang Kabupaten Kebumen Tahun 2016

Rekapitulasi Belanja Langsung SKPD - RA RKPD Kabupaten Kebumen Tahun 2017 Bahan Musrenbang Kabupaten Kebumen Tahun 2016 Rekapitulasi Belanja Langsung - RA RKPD Kabupaten Kebumen Tahun 2017 Bahan Musrenbang Kabupaten Kebumen Tahun 2016 No Nama Jumlah Program Jumlah Kegiatan 1 1.01.01 DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAH RAGA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian di Indonesia merupakan sektor yang terus. dikembangkan dan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian di Indonesia merupakan sektor yang terus. dikembangkan dan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian di Indonesia merupakan sektor yang terus dikembangkan dan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan nasional. Sektor pertanian

Lebih terperinci

4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah

4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah 4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah Mencermati isu-isu strategis diatas maka strategi dan kebijakan pembangunan Tahun 2014 per masing-masing isu strategis adalah sebagaimana tersebut pada Tabel

Lebih terperinci

agribisnis untuk mencapai kesejahteraan wilayah pedesaan (prospherity oriented) (Bappeda Kabupaten Lampung Barat, 2002). Lebih lanjut Bappeda

agribisnis untuk mencapai kesejahteraan wilayah pedesaan (prospherity oriented) (Bappeda Kabupaten Lampung Barat, 2002). Lebih lanjut Bappeda 16 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era otonomi daerah, pembangunan ekonomi menghadapi berbagai tantangan, baik dari dalam daerah maupun faktor eksternal, seperti masalah kesenjangan dan isu

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014 Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014 Sektor pertanian sampai sekarang masih tetap memegang peran penting dan strategis dalam perekonomian nasional. Peran

Lebih terperinci

nilai ekonomis cukup tinggi dalam dunia perdagangan (Ruaw, 2011). Kelapa merupakan komoditi strategis karena perannya yang besar sebagai sumber

nilai ekonomis cukup tinggi dalam dunia perdagangan (Ruaw, 2011). Kelapa merupakan komoditi strategis karena perannya yang besar sebagai sumber 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daya saing bisnis di pasar global tidak hanya ditentukan oleh kemampuan pelaku dalam memanajemeni usahanya tetapi juga oleh kinerja dari berbagai aktor yang terlibat

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN KREDIT USAHA PEMBIBITAN SAPI

PEDOMAN PELAKSANAAN KREDIT USAHA PEMBIBITAN SAPI PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 40/Permentan/PD.400/9/2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KREDIT USAHA PEMBIBITAN SAPI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam. secara langsung maupun secara tidak langsung dalam pencapaian tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam. secara langsung maupun secara tidak langsung dalam pencapaian tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional, hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG UMKM DAN KOPERASI

ARAH KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG UMKM DAN KOPERASI KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL ARAH KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG UMKM DAN KOPERASI Direktur Pengembangan UKM dan Koperasi Disampaikan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

PEMERINTAH KOTA TANGERANG WALIKOTA TANGERANG Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (ILPPD) Kota Tangerang Tahun 2012 Undang-Undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, telah memberikan kewenangan kepada

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Peranan studi kelayakan dan analisis proyek dalam kegiatan pembangunan. keterbatasan sumberdaya dalam melihat prospek usaha/proyek yang

PENDAHULUAN. Peranan studi kelayakan dan analisis proyek dalam kegiatan pembangunan. keterbatasan sumberdaya dalam melihat prospek usaha/proyek yang PENDAHULUAN Latar Belakang Peranan studi kelayakan dan analisis proyek dalam kegiatan pembangunan cukup besar dalam mengadakan penilaian terhadap kegiatan usaha/proyek yang akan dilaksanakan. Demikian

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN LAPORAN PEMANTAUAN PELAKSANAAN ANGGARAN TRIWULAN III TAHUN 2016

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN LAPORAN PEMANTAUAN PELAKSANAAN ANGGARAN TRIWULAN III TAHUN 2016 KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN LAPORAN PEMANTAUAN PELAKSANAAN ANGGARAN TRIWULAN III TAHUN 2016 PEMANTAUAN KEGIATAN Triwulan III Tahun 2016 Kode dan Nama Unit Organisasi Kode Dan Nama Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara, dengan adanya pariwisata suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah tempat

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN DAERAH

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN DAERAH MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan

Lebih terperinci

IV.B.10. Urusan Wajib Koperasi dan UKM

IV.B.10. Urusan Wajib Koperasi dan UKM 10. URUSAN KOPERASI DAN UKM Pemberdayaan koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) merupakan langkah yang strategis dalam meningkatkan dan memperkuat dasar kehidupan perekonomian dari sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan ekonomi lokal wilayah tersebut. Pembangunan wilayah dapat

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan ekonomi lokal wilayah tersebut. Pembangunan wilayah dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan wilayah tidak dapat dilepaskan dari upaya mengembangkan ekonomi lokal wilayah tersebut. Pembangunan wilayah dapat diartikan sebagai serangkaian upaya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komparatif karena tersedia dalam jumlah yang besar dan beraneka ragam serta dapat

BAB I PENDAHULUAN. komparatif karena tersedia dalam jumlah yang besar dan beraneka ragam serta dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber daya kelautan berperan penting dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah dan nasional untuk meningkatkan penerimaan devisa, lapangan kerja dan pendapatan penduduk.

Lebih terperinci

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO 10.1. Kebijakan Umum Penduduk Kabupaten Situbondo pada umumnya banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam konteks desentralisasi ekonomi maka setiap daerah harus kreatif,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam konteks desentralisasi ekonomi maka setiap daerah harus kreatif, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam konteks desentralisasi ekonomi maka setiap daerah harus kreatif, artinya mampu mengembangkan ekonomi daerahnya dan memberikan iklim yang kondusif untuk

Lebih terperinci

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan BAB - VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN 6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan Strategi adalah langkah-langkah berisikan program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi, yang dirumuskan dengan kriterianya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan pembangunan pertanian pada masa sekarang adalah dengan meletakkan masyarakat sebagai pelaku utama (subyek pembangunan), bukan lagi sebagai obyek pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gula kelapa dan perencanaaan program agroindustri gula kelapa yang

BAB I PENDAHULUAN. gula kelapa dan perencanaaan program agroindustri gula kelapa yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program diversifikasi gula nasional dapat dilakukan dengan cara mencari alternatif sumber-sumber gula alami non tebu. Salah satunya adalah gula dari palmae (brown

Lebih terperinci

Samarinda, 29 Februari 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEMENTERIAN PERTANIAN

Samarinda, 29 Februari 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEMENTERIAN PERTANIAN Samarinda, 29 Februari 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEMENTERIAN PERTANIAN PENDAHULUAN Peraturan Menteri Keuangan Nomor 241/PMK.05/2011 tanggal 27

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan pengembangan Ekonomi Kreatif, dengan ini

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KERJA A. PERENCANAAN Rencana strategis sebagaimana yang tertuang dalam Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah merupakan suatu proses yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan berhasil dalam strategi pengembangan pembangunan jika laju

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan berhasil dalam strategi pengembangan pembangunan jika laju BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan ekonomi suatu negara dewasa ini tidak dapat dipisahkan dari keadaan ekonomi luar negeri. Apalagi bila negara tersebut semakin terbuka, keterbukaan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN LAPORAN PEMANTAUAN PELAKSANAAN ANGGARAN TRIWULAN I TAHUN 2016

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN LAPORAN PEMANTAUAN PELAKSANAAN ANGGARAN TRIWULAN I TAHUN 2016 KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN LAPORAN PEMANTAUAN PELAKSANAAN ANGGARAN TRIWULAN I TAHUN 2016 PEMANTAUAN KEGIATAN Triwulan I Tahun 2016 Kode Dan Nama Program [035.01.06] Program Koordinasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang diakibatkan krisis moneter serta bencana alam yang

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang diakibatkan krisis moneter serta bencana alam yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi yang diakibatkan krisis moneter serta bencana alam yang terus menerus telah ikut mempengaruhi perekonomian Indonesia baik secara makro maupun

Lebih terperinci

2014 EKSISTENSI INDUSTRI KERIPIK PISANG DI PROVINSI LAMPUNG

2014 EKSISTENSI INDUSTRI KERIPIK PISANG DI PROVINSI LAMPUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wilayah di permukaan bumi memiliki karakteristik dan ciri khasnya tersendiri. Karakteristik antara wilayah dengan satu wilayah lainnya memiliki perbedaan

Lebih terperinci

IV.C.6. Urusan Pilihan Perindustrian

IV.C.6. Urusan Pilihan Perindustrian 6. URUSAN PERINDUSTRIAN Urusan perindustrian mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan ekonomi yaitu sebagai pemicu kegiatan ekonomi lain yang berdampak ekspansif atau meluas ke berbagai sektor

Lebih terperinci

Kiat Kiat Jurus Jitu Pengembangan Minapolitan

Kiat Kiat Jurus Jitu Pengembangan Minapolitan Kiat Kiat Jurus Jitu Pengembangan Minapolitan Dinas Kelautan, Perikanan dan Pengelola Sumberdaya Kawasan Segara Anakan (DKP2SKSA) Kabupaten Cilacap mengakui dengan memaparkan dalam gambaran umum di webnya,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masyarakat dengan memperhatikan tiga prinsip yaitu secara ekologi tidak merusak. waktu, aman dan terjangkau bagi setiap rumah tangga.

I. PENDAHULUAN. masyarakat dengan memperhatikan tiga prinsip yaitu secara ekologi tidak merusak. waktu, aman dan terjangkau bagi setiap rumah tangga. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian, perkebunan dan kehutanan bertujuan untuk perbaikan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pendapatan masyarakat dengan memperhatikan

Lebih terperinci