Gerakan Komunitas Kota dan Politik Pemilu dalam Pemenangan Ridwan Kamil-Oded Danial pada Pemilihan Walikota Bandung 2013

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Gerakan Komunitas Kota dan Politik Pemilu dalam Pemenangan Ridwan Kamil-Oded Danial pada Pemilihan Walikota Bandung 2013"

Transkripsi

1 Gerakan Komunitas Kota dan Politik Pemilu dalam Pemenangan Ridwan Kamil-Oded Danial pada Pemilihan Walikota Bandung 2013 Oleh: Ari Ganjar Herdiansah Wahyu Gunawan Rd. A. Tachya Muhamad Abstract The winning of Ridwan Kamil-Oded Danial in 2013 Bandung mayoral election signed a unique political process which shaped by groups from a different arena. They are urban communities and political parties who work on formal political structure. This paper analyze the combination of those groups in Bandung mayoral election. The study used qualitative method. Data was collected through interviews with team of Ridwan Kamil (RK) volunteer as informal supporter and PKS and Partai Gerindra as formal supporter. Observation was also conducted on events such as campaign, group activities, and campaign attributes during mayoral election. The results of this study show that through social movement perspective, all supporter groups have a common interest to put Ridwan Kamil as a figure who has a strong character to fix city problems. The distinct group s form between RK volunteers team and PKS and Partai Gerindra determine their differences in winning efforts. The RK volunteers were able to catch the political opportunity structure because they made up of city community activists who act more creative, flexible, and independent. While PKS and Partai Gerindra, used its opportunity with electoral logic, tend to act in more structured and normative manner. However, its coalition was stand on practical winning principle, not based on the same movement vision substantially. The RK volunteers team do not work for a long-term political affairs. While the relationship between PKS and Partai Gerindra during its campaign had rivalry element as they compete in any subsequent election. This study concluded that the cooperation between communities and political party can be a strong power to bring a leader that match peoples expectation, but in temporary election event. Keywords: social movements, urban community, political community, electoral politics, election. 1. Pendahuluan Komunitas menjadi fenomena yang kembali bergairah pada masyarakat perkotaan. Komunitas menjadi alternatif bagi warga kota dalam membangun kembali hubungan-hubungan sosial yang berkualitas setelah sedemikian rupa terkikis akibat kehidupan kota yang semakin instrumental dan administratif. Komunitas menyediakan hubungan sosial yang mengasaskan lagi unsur kepercayaan dan rasa kekeluargaan. Didasari oleh keinginan mempertahankan keharmonisan di antara warganya, komunitas cenderung menghindari persinggungan dengan politik praktis. Namun, dalam kompleksitas kehidupan modern, politik adalah keniscayaan yang harus dihadapi setiap kelompok sosial baik untuk mencapai tujuan maupun mempertahankan kepentingannya. Penelitian yang mengungkapkan bagaimana komunitas terlibat dalam politik praktis belum banyak dilakukan. Karena itu, tulisan ini mengungkapkan hasil penelitian yang 1

2 mencoba menganalisis fenomena perpaduan komunitas dengan partai politik dalam ajang pemilihan walikota di Bandung pada Diharapkan, hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang upaya komunitas menggunakan institusi politik praktis dalam mencapai tujuannya. Pengerahan berbagai kelompok masyarakat dalam suatu ajang pemilu merupakan hal yang lumrah dilakukan para praktisi politik. Partai-partai politik menjalin hubungan dengan pelbagai organisasi dalam rangka memperluas dukungan menjelang pemilu. Beberapa partai politik besar bahkan mempunyai organisasi-organisasi underbow, berupa LSM yang menghubungkan partai politik dengan masyarakat dan berperan sebagai lumbung pemilih setia bagi partainya. Sebagai contoh, Partai Golkar yang terhubung dengan Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia (AMPI) dan Ikatan Pemuda Karya (IPK). Partai politik pun berupaya menjangkau komunitas-komunitas dalam rangka membangun dukungan politik. Misalnya PDIP yang membentuk Baitul Muslimin Indonesia dan Partai Demokrat yang terhubung dengan Majelis Dzikir SBY. Akan tetapi, hubungan antara partai politik dengan LSM dan komunitas tersebut berlangsung dalam konteks mobilisasi yang telah diseting oleh partai politik. Penelitian ini memfokuskan pada komunitas-komunitas yang sebelumnya tidak terhubung dengan aktivitas politik. Tetapi, mereka bergabung dalam suatu gerakan politik dan bekerjasama dengan partai politik yang didorong oleh keluhan-keluhan terhadap kondisi kota. Pemilihan walikota Bandung pada 2013 menunjukkan fenomena bangkitnya komunitaskomunitas kota dalam aktivitas politik praktis. Walikota terpilih, Ridwan Kamil, merupakan akademisi yang juga aktif di kalangan komunitas kota. Sebelum mencalonkan diri sebagai walikota, Ridwan Kamil merupakan ketua Bandung Creative City Forum (BCCF), suatu wadah dari pelbagai komunitas anak muda yang peduli terhadap Kota Bandung. Kemenangan Ridwan Kamil tidak terlepas dari dukungan para aktivis dari jejaring komunitas yang terhubung dengan sosok beliau. Dalam pencalonannya, Ridwan Kamil diusung oleh dua partai politik, yaitu PKS dan Partai Gerindra. PKS sebaagai partai politik pengusung utama, kemudian memasang Oded Danial sebagai kandidat wakil walikota. Merka sama-sama bejuang dalam rangka menghantarkan Ridwan Kamil menjabat sebagai Walikota Bandung periode Pada pemilihan walikota Bandung 2013, terdapat 8 pasang kandidat walikota. Mereka terdiri dari 4 pasang yang diusung oleh partai politik dan 4 pasang lainnya menempuh jalur perseorangan. Para kandidat dari jalur partai politik adalah Edi Siswadi-Erwan Setiawan (Partrai Demokrat, Partai Hanura, PBB, PPP), Ridwan Kamil-Oded Danial (PKS, Partai Gerindra), Ayi Vivananda-Nani Suryani (PDIP, PAN), Qudrat Iswara-Asep Dedy (Partai Golkar, PDS, PIS, Partai Patriot, PPDI). Sedangkan dari jalur perseorangan adalah Wahyudin-Tony Apriliani, Wawan Dewanta-Sayogyo, Budi Setiawan-Rizal Firdaus, dan Bambang Setiadi-Alex Tahsin ( 2013). Pemilihan walikota Bandung 2013 dimenangkan oleh pasangan Ridwan Kamil-Oded Danial. Kemenangan mereka di luar dugaan karena berdasarkan survey elektabilitas pada pertengahan 2012, Ridwan Kamil (RK) hanya meraih rating sekitar 0,8 persen. Tetapi, pada Desember 2013 popularitas RK menunjukkan grafik positif hingga 14 persen. Pada April 2013 elektabilitas RK-Oded kembali meningkat menjadi 18 persen dan 26 persen pada Juni Akhirnya hasil rekapitulasi resmi KPU Kota Bandung mengumumkan pasangan RK-Oded menang dengan 45,24 persen suara (Herdiansah, Radar Bandung, Juni 2013). 2

3 Proses kemenangan Ridwan Kamil-Oded Danial menarik untuk dikaji sebab menggambarkan bagaimana komunitas kota bergerak dalam politik praktis bersama-sama dengan partai politik untuk menempatkan kandidatnya sebagai walikota Bandung Fokus analisis kajian ini terletak pada bagaimana jejaring komunitas Tim Relawan Ridwan Kamil membentuk dan memobilisasi gerakan? Bagaimana kerjasama antara Tim Relawan Ridwan Kamil dengan PKS dan Partai Gerindra dalam upaya memenangkan pasangan Ridwan Kamil- Oded Danial pada Pilwalkot Bandung 2013? Dengan menjawab beberapa pertanyaan tersebut, diharapkan kajian ini dapat menyajikan analisis tentang pola gerakan yang terbentuk dari perpaduan gerakan komunitas dan partai politik dalam konteks pemilihan walikota. Selain itu hasil kajian ini dapat memberikan salah satu gambaran tentang dinamika demokrasi di Indonesia, khususnya dalam konteks politik pemilu yang diwarnai oleh perpaduan gerakan komunitas dengan partai politik. 2. Gerakan Sosial Komunitas Kota dan Politik Pemilu Komunitas yang bergabung dalam upaya memenangkan seorang aktivisnya menjadi pejabat politik, seperti yang dilakukan oleh Tim Relawan Ridwan Kamil, tidak terlepas dari konteks tindakan kolektif. Ketika sekumpulan orang menginginkan tujuan dicapai secara efektif, maka tindakan kolektif yang dilakukan akan dirancang supaya lebih terorganisir. Tindakan kolektif tersebut kemudian membentuk gerakan sosial sebagai sarana yang penuh perencanaan dan berlangsung lama (Locher, 2002: 245). Stark (1992: 612) berpendapat bahawa gerakan sosial dapat menyediakan arena bagi aktivitas kelompok sosial dalam menggulirkan suatu perubahan ataupun menahan arus perubahan di tengah-tengah masyarakat. Karena sifatnya sebagai sarana perjuangan aktivis yang terorganisir dan memiliki daya tahan, maka gerakan menekankan pada unsur solidaritas dan kepercayaan di antara para aktivisnya (Tarrow, 1994: 3). Dalam upaya menjadikan salah satu tokohnya menjadi pejabat politik, komunitas terlibat dalam proses politik praktis. Metoda andalan mereka sebagai suatu gerakan politik menitikberatkan pada mobilisasi, yaitu upaya menciptakan struktur gerakan dan menggalang partisipasi warga masyarakat untuk mendukung kandidat pilihannya. Menurut Libby (1998 : 18), struktur gerakan berupaya mengumpulkan berbagai sumberdaya dan informasi untuk melakukan mobilisasi secara efektif. Komponen lainnya dari struktur gerakan terletak pada sumberdaya manusia, yaitu individu yang menyediakan berbagai sumberdaya seperti uang, kerja, dan keahlian. Karena itu, aksi komunitas yang terlibat dalam proses politik berupaya memobilisasi para konstituennya untuk menggalang dukungan dan mengarahkan gerakan pada upaya pemenangan kandidat dalam persaingan pemilu. Karakteristik komunitas perkotaan terdiri dari para pelaku yang memiliki kreativitas tinggi dalam menciptakan inovasi-inovasi dan menggunakan simbol-simbol budaya untuk menggerakan tindakan kolektif. Zirakzadeth (2006: 4-5) menggolongkan sifat gerakan sosial menjadi tiga tipe. Pertama, gerakan yang memiliki akses politik yang baik. Kedua, gerakan sosial yang mengikuti kalangan non-elite, tidak memiliki akses politik yang baik, dan kaya raya, tetapi kepentingannya belum terakomodasi dalam sistem politik. Ketiga, gerakan konfrontatif yang menggunakan taktik penghancuran seperti penguasaan gedung-gedung, boykot bisnis, dan memblokade jalan umum. Jenis gerakan yang dilakukan oleh relawan pendukung walikota termasuk unik, sebab tidak masuk pada salah satu jenis di atas. Namun, beberapa karakter yang dapat diduga adalah komunitas tersebut menekankan pada kreativitas, memanfaatkan akses 3

4 politik yang dibatasi aspek ideologi atau prinsip gerakan, dan melakukan tindakan konformis dalam rangka meraih simpati warga untuk mendukung kandidat pilihannya. Gerakan komunitas kota yang melakukan perjuangan di jalur politik non-partai memanfaatkan keterbukaan struktur peluang politik. Dengan demikian mereka mampu menggali potensi sumberdaya gerakan dan memobilisasi jaringan-jaringan sosial sebagai upaya mendukung kandidat walikota. Berbagai gerakan yang dilakukan komunitas mampu menciptakan berbagai peluang bagi baik kelompoknya maupun bagi pihak lain dengan cara (a) penyebaran tindakan kolektif melalui jaringan sosial dan pembentukan koalisi dengan berbagai aktor sosial lainnya, (b) menciptakan ruang politik bagi hubungan antar-gerakan dan gerakantandingan, dan (c) menciptakan berbagai stimulus bagi para elit untuk menanggapi upaya-upaya gerakannya (McAdam, McCharty, dan Zald, 1996: 2). Dengan kata lain, gerakan komunitas muncul dengan memanfaatkan peluang untuk menggalang pengaruh dalam menghadapi pertandingan politik. Biasanya, mereka memanfaatkan kondisi yang kurang menguntungkan yang melanda para elit politik dalam struktur formal. Gerakan komunitas dalam memanfaatkan peluang politik dalam ajang pemilu tidak dapat dilakukan tanpa peranan partai politik. Sebab, partai politik merupakan institusi politik yang secara legal dapat menempatkan kandidat menduduki jabatan politik melalui mekanisme pemilu (Heywood, 2000: 218). Partai politik akan merespon aspirasi politik di kalangan komunitas karena salah satu karakteristik yang khas mereka adalah menduduki posisi di pemerintahan dengan menghimpun berbagai kepentingan yang ada di masyarakat dan mencoba mengagregasikan kepentingan (Bredvold, 1960: 134). Karakteristik tersebut berkaitan dengan fungsi expresif yang ditunjukkan partai politik sebagai alat preferensi dan tuntutan dari warga kepada pemerintahnya (Sartori, 1976). Namun, fungsi ekspresif tersebut dapat hanya berada pada tataran pragmatis partai politik mendapatkan kekuasaan. Lipset dan Larkin (2004: 64) mengemukakan bahwa partai politik membangun saluran komunikasi secara horizontal dengan cara meraih dukungan berbagai kelompok masyarakat. Karena itu, dalam ajang pertandingan pemilu partai politik memanfaatkan hubungan dengan kelompok masyarakat sipil sebagai langkah strategis untuk memenangkan tujuannya. 3. Metodologi Kajian ini menggunakan pendekatan induktif dengan metode kualitatif. Fokus studi terletak pada pendalaman hubungan-hubungan yang terjadi di antara Tim Relawan, Tim Sukses PKS, dan Tim Sukses Partai Gerindra dalam melakukan upaya pemenangan Ridwan Kamil-Oded Danial. Masing-masing kelompok tersebut merupakan unit analisi dari kajian ini dalam melaksanakan pemilihan walikota Bandung Tim Relawan Ridwan Kamil adalah gabungan para aktivis muda yang bergerak dalam berbagai komunitas kreatif di Kota Bandung. Mereka terdiri dari berbagai belakang profesi seperti desainer, fashion, arsitek, kumpulan alumni, dan seniman. Selain itu, kemudian bergabung para relawan dari kalangan perseorangan dan anggota partai politik. Wawancara dilakukan dengan pemimpin atau kordinator sebagai aktor-aktor yang memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam gerakan relawan untuk pemenangan Ridwan Kamil. Objek penelitian selanjutnya adalah tim sukses Ridwan Kamil-Oded Danial dari PKS dan Partai Gerindra. Tim sukses kedua partai tersebut dibentuk khusus menjelang Pemilihan Walikota Bandung Masing-masing bertugas untuk memenangkan pemilihan walikota sesuai dengan peran dan fungsi yang telah ditetapkan. Wawancara dilakukan dengan pihak kordinator tim Sukses dari PKS dan Partai Gerindra. Tujuan wawancara diarahkan untuk 4

5 menganalisis seputar pengelolaan dukungan dan membentuk persepsi publik tentang sosok Ridwan Kamil, cara-cara mereka mengorganisasikan diri, metode yang mereka gunakan dalam memperoleh sumberdaya yang mendukung gerakannya, proses mereka membentuk dan melaksanakan kegiatan-kegiatan, gagasan dan upaya mencapai tujuan dengan efektif, dan jalinan hubungan yang membentuk jejaring gerakan. Observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran secara langsung mengenai kegiatankegiatan yang dilakukan Tim Relawan Ridwan Kamil dan Tim Sukses dari PKS dan Partai Gerindra. Observasi juga difokuskan pada atribut kampanye, terutama yang disebarkan oleh Tim Relawan Ridwan Kamil, karena sebagian kekuatan para aktivis mereka terletak pada aspek desain dan branding. Selaint itu, studi dokumentasi digunakan untuk melihat berbagai dokumen yang relevan dengan upaya pemenangan Ridwan Kamil-Oded Danian pada pemilihan walikota Badung 2013, seperti media kampanye, statistik elektabilitas para kandidat Pemilihan Walikota Bandung 2013, dan foto-foto kegiatan masing-masing tim sukses selama kampanye. 4. Gerakan Komunitas dan Politik Pemilu Pemenangan Ridwan Kamil-Oded Danial pada Pemilihan Walikota Bandung 2013 Mobilisasi Struktur Gerakan Tim Relawan Ridwan Kamil Pemilihan Walikota Bandung dilaksanakan pada tanggal 23 Juni 2013 untuk memilih Walikota dan Wakil Walikota Bandung untuk masa bakti Jumlah pemilih yang terdaftar adalah orang dengan orang yang menggunakan hak pilihnya. Ada Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang tersebar di 30 kecamatan di Kota Bandung. Hasil pemilihan, Pasangan Edi Siswadi Erwan Setiawan yang diusung Partai Demokrat, Partai Hanura, PBB, dan PPP memperoleh (17,67%) suara, Wahyudin Kamadinata Tonny Aprilani yang berasal dari jalur independen memperoleh (8,31%) suara, Wawan Dewanta Sayogo yang juga dari jalur independen memperoleh (1,87%) suara, Ridwan Kamil Oded M. Danial yang diusung PKS dan Partai Gerindra memperoleh (45,24%) suara, Ayi Vivananda Nani Rosada yang diusung PDIP dan PAN memperoleh (15,16%) suara, M. Q. Iswara Asep Dedy Ruyadi yang diusung Golkar, Partai Damai Sejahtera, PIS, Partai Patriot, PPDI dan 10 Partai Politik lainnya memperoleh (7,67%) suara, Budi Setiawan Rizal Firdaus yang berasal dari jalur independen memperoleh (2,72%) suara, dan Bambang Setiadi Alex Tahsin Ibrahim yang sama dari jalur independen memperoleh (1,37%) suara. Dalam pemilihan ini terdapat suara sah dan suara yang tidak sah atau golput ( 2013). Dari hasil tersenut maka Walikota dan Wakil Walikota terpilih adalah Ridwal Kamil dan Oded Muhammad Danial yang diusung PKS dan Gerindra. Ridwan Kamil terlahir dengan nama Mochammad Ridwan Kamil pada 4 Oktober 1971 di Bandung. Ia menyelesaikan pendidikan tingginya di jurusan Arsitektur ITB tahun Karir akademiknya terbilang cukup berprestasi, ia pernah meraih beasiswa melanjutkan studi S2 di University of California Berkeley, Amerika Serikat pada tahun Kemudian, setelah lulus ia berprofesi sebagai arsitek di berbagai firma di Amerika Serikat. Saat ini ia tercatat sebagai dosen di ITB dan aktif sebagai aktivis sosial di berbagai komunitas dan gerakan kreativitas untuk kota ( 2013). Sementara Oded Danial atau lebih dikenal sebagai Kang Oded lahir pada tanggal 15 Oktober 1962 di Tasikmalaya. Sebelum dicalonkan sebagai wakil walikota, Oded memegang jabatan sebagai Wakil Ketua Komisi B DPRD Kota Bandung dari Fraksi PKS. Oded adalah Ketua DPD PKS Kota Bandung dan merupakan Pembina Majelis Taklim Al- 5

6 Ukhuwwah serta Pembina Persaudaraan Seniman Bandung ( November 2013). Pengalamannya di bidang keorganisasian menjadi pertimbangan utama bagi DPD PKS Kota Bandung mengusung Oded sebagai wakil walikota Bandung 2013 mendampingi Ridwan Kamil. Ridwan Kamil merupakan sosok yang melekat dengan beberapa komunitas kreatif di Kota Bandung. Sebelum mencalonkan diri sebagai walikota, Ridwan Kamil adalah ketua Bandung Creative City Forum (BCCF), sebuah organisasi nirlaba yang bertujuan memberikan sumbangsih positif terhadap Kota Bandung dengan berbagai kreativitas para aktivisnya. Para anggota BCCF rata-rata adalah anak muda dari kalangan pelajar dan mahasiswa di Kota Bandung. Di organisasi ini, Ridwan Kamil telah membangun aktifitas dan jaringan dengan kelompok-kelompok komunitas lain, sehingga ia mendapatkan dukungan dari berbagai komunitas ketika mencalonkan diri menjadi walikota. Relasi komunitas yang dimiliki Ridwan Kamil kemudian menjadi sumberdaya dalam membangun gerakan relawan untuk kepentingan pemenangan Pemilihan Walikota Bandung Keputusan para aktivis komunitas terjun dalam proses politik membawa Ridwan Kamil sebagai walikota Bandung dilandaskan pada rasa frustasi melihat kondisi kota yang banyak masalah. Sebagai profesional di bidang desainer yang memiliki kapasitas menata produk, aktivis tim relawan meihat kontradiksi kondisi Kota Bandung yang semerawut dan penataan yang tidak terarah. Berbagai permasalahan yang dikeluhkan antara lain banjir, sampah, penerangan jalan, projek monorail yang tidak jelas, kemacetan, dan ketertiban. Sedangkan pemerintah kota tidak berupaya dan berdaya mengatasi masalah-masalah tersebut. Mereka menilai para elit politik lebih disibukan dengan kepentingan-kepentingannya yang sempit. Karena itu, menjelang ajang Pemilihan Walikota Bandung 2013, para aktivis memutuskan untuk bertindak dengan mendukung tokoh mereka, Ridwan Kamil, sebagai calon walikota. Mereka berharap Ridwan Kamil yang berasal dari kalangan aktivis, profesional, dan akademisi memiliki integritas dan kemampuan yang layak dalam membenahi Kota Bandung. 1 Rasa frustasi melihat kondisi Kota Bandung yang terbelakang telah mendorong para aktivis melakukan tindakan kolektif. Jumlahnya tidak banyak, sekitar 6 orang aktivis dan keberadaan mereka pada awalnya tidak terstruktur. Mereka memanfaatkan jaringan teman terdekat berasaskan kepercayaan sebagai fondasi membangun struktur tindakan kolektif yang lebih terorganisir. Kefrustasian yang dirasakan bersama dan menyatukan para aktivis pada satu gerakan kolektif dianggap sebagai keluhan-keluhan yang membentuk gerakan sosial. Searah dengan penjelasan Libby (1998: 17), jaringan komunitas dapat dilihat sebagai struktur gerakan yang digunakannya untuk memobilisasi dukungan dalam mencapai kepentingannya. Hubungan kepercayaan yang pertama ditumbuhkan di antara para aktivis merupakan respon alami dari komunitas untuk menghadapi tantangan politik di mana mereka tidak memiliki pengalaman di bidang itu sebelumnya. Karenanya, gerakan Tim Relawan Ridwan Kamil mengandalkan pola hubungan komunitas dalam melakukan upaya mobilisasi dukungan terhadap Ridwan Kamil. Kumpulan kecil tim sukses Ridwan Kamil mengembangkan struktur jaringan dengan menjalin simpul-simpul dengan komunitas lain. Simpul-simpul dukungan kemudian berkembang pesat. Kelompok simpul yang paling utama adalah tim kampanye kreatif. Mereka terdiri dari beberapa aktivis berlatarbelakang desainer yang bertugas menggodok media-media visual 1 Wawancara dengan mantan salah satu kordinator Tim Relawan Ridwan Kamil 6

7 kampanye Ridwan Kamil. Keberadaan Tim Relawan Ridwan Kamil yang terditeksi publik kemudian menyedot perhatian sejumlah kalangan untuk mendukung upaya pemenangan Ridwan Kamil. Rangkaian simpul komunitas pendukung Ridwan Kamil kemudian dinamakan Tim Relawan Ridwan Kamil. Setelah memiliki nama tersendiri, mereka lebih terorganisir dan memiliki perencanaan yang matang. Tetapi, aspek organisasi merek tidak terstruktur secara jelas. Hal tersebut dikarenakan karakter komunitas yang tidak bisa dilepaskan, sehingga menjadikan mereka sebuah kelompok penggerak yang fleksibel dan egaliter. Kelenturan bentuk gerakan komunitas memungkinkan tim relawan Ridwan Kamil lebih leluasa dalam merekrut pihak lain. Karakteristik tersebut turut menjadi kekuatan gerakan komunitas yang memberikan kontribusi terhadap upaya pemenangan tanpa bergabung secara formal. Upaya Tim Relawan Ridwan Kamil memperbesar cakupan simpul relawan merupakan proses mobilisasi dalam pembentukan struktur gerakan dan penggalangan partisipasi. Meskipun Tim Relawan tidak terbentuk selayaknya badan organisasi, rangkaian simpul relawan mendasari struktur gerakan yang menyediakan sumberdaya-sumberdaya. Mereka menunjukan kemampuan mengumpulkan berbagai sumberdaya dan informasi untuk memobilisasi suatu aksi. Aktivis yang berprofesi sebagai desainer visual memfokuskan pada kemasan iklan kampanye Ridwan Kamil. Mereka menampilkan gaya visual yang merepresentasikan karakteristik masyarakat perkotaan Bandung yang kuat dengan semangat golongan muda terpelajar, industri kreatif, dan menampilkan tradisi budaya Sunda secara modern. Gaya iklan Ridwan Kamil memiliki persamaan dengan kemasan industri kreatif anak muda di Bandung, seperti clothing, distro pakaian, dan distro makanan. Gaya iklan tersebut sangat khas dan menonjol dibandingkan dengan pasangan kandidat lain yang pada umumnya memiliki gaya kampanye visual yang sama. Kemunculan Tim Relawan Ridwan Kamil memancing para aktivis dari komunitas lainnya untuk turut serta menjadi bagian tim relawan. Ketika gerakan tim relawan semakin membesar, maka dukungan publik pun semakin meluas. Mereka yang terlihat antusias mendukung Ridwan Kamil antara lain para pelajar, mahasiswa, dan komunitas kreatif. Slogan yang ditawarkan oleh Tim Relawan Ridwan Kamil adalah Bandung Juara, berisi programprogram penanganan masalah kota yang menggunakan metoda alternatif bernuansa intelektual tinggi. Umumnya, simpul-simpul komunitas tertarik pada gagasan-gagasan dan media visual yang ditawarkan Tim Relawan Ridwan Kamil. Simpul Tim relawan Ridwan Kamil lainnya memanfaatkan relasi alumni tempat pendidikan semasa Ridwan Kamil sekolah. Mereka menyebarkan pesan kampanye secara berantai baik secara langsung maupun melalui media online, seperti Facebook dan Twitter. Mereka bekerja secara sukarela dan mengandalkan biaya secara mandiri (self-funding). Proses ini searah dengan pendapat Kriesi (Libby, 1998: 18) bahwa para aktivis yang menghubungkan gerakan sosial dengan jaringan keluarga, pertemanan, dan hubungan informal lainnya akan memberikan perluasan mobilisasi yang berjalan massif dan efektif. Kemandirian dan independensi gerakan Tim Relawan Ridwan Kamil menjadi daya tarik tersendiri bagi publik, sehingga menyediakan sosok alternatif yang dianggap kredibel dibanding para kandidat lainnya. Perkembangan simpul komunitas yang dibentuk oleh Tim Relawan Ridwan Kamil mengindikasikan adanya jaringan sosial yang membentuk basis dari gerakan sosial yang dapat dimobilisasi dengan cara menggabungkan dukungan baik formal maupun informal. Bentuk gerakan komunitas tidak hanya menjadi kekuatan bagi mobilisasi dukungan politik, tetapi sekaligus mengakibatkan permasalahan. Pencalonan Ridwan Kamil sebagai 7

8 walikota tidak sepenuhnya didukung oleh kawan-kawan di kalangan komunitas. Terdapat rasa antipati di sebagian para aktivis tentang aktivis terjun ke dunia politik. Perbedaan pandangan kemudian menyebabkan dukungan aktivis dari komunitas internal pada awalnya menjadi terbatas. Aktivis pendukung pencalonan Ridwan Kamil perpandangan bahwa sudah saatnya mereka beraksi dan tidak membiarkan kondisi buruk di Kota Bandung terus berlangsung. Memasuki ranah politik praktis adalah keniscayaan dalam mewujudkan visi tersebut. Akan tetapi, di sisi lain terdapat aktivis yang menganggap politik itu kotor dan akan membawa dampak negatif bagi komunitas. 2 Kontradiksi mengenai pencalonan Ridwan Kamil menandakan pergeseran komunitas dari wilayah apolitis menjadi politis mengancam solidaritas para aktivis. Pertentangan di antara aktivis semakin panas saat figur lain juga mencalonkan diri sebagai walikota Bandung. Ia adalah Budi Dalton, rekan Ridwan Kamil di BCCF. Dukungan para aktivis yang memandang perlunya berpolitik kemudian terpecah, sehingga menimbulkan suasana tidak kondusif di dalam komunitas. Rivalitas di antara Ridwan Kamil dengan Budi Dalton dalam konteks pemilihan walikota tidak dapat dihindari. Bahkan, beberapa ketegangan di antara dua kubu pendukung sempat terjadi di lapangan. Karena itu, sebagian aktivis yang apolitis menganggap dampak buruk politik praktis telah dirasakan oleh komunitas semenjak kedua figur tersebut sama-sama berkompetisi dalam ajang pemilihan walikota. Fenomena ketegangan di kalangan komunitas menggambarkan kerancuan komunitas ketika memasuki ranah politik praktis. Hal ini disebabkan sistem norma dan nilai yang terdapat di kalangan aktivis tidak mendukung mekanisme hubungan rivalitas yang tajam. Karakteristik komunitas dicirikan oleh tindakan-tindakan yang cenderung apolitis, menjalin hubungan dengan sesama anggota secara kekeluargaan, menjaga solidaritas, dan menjunjung kebersamaan. Karena itu, ketika mereka terbagi ke dalam kelompok yang bersaing dengan norma-norma pemilihan walikota, maka nilainilai komunitas tidak lagi berlaku dalam mengatur hubungan sosial di antara aktivis. Dengan demikian, masuknya komunitas dalam politik praktis sedikit banyaknya telah mengganggu hubungan solidaritas di dalam komunitas. Paradoks Kerjasama Antara Gerakan Komunitas dengan Partai Politik Tim Relawan Ridwan Kamil menyadari bahwa betapapun besar dukungan dari berbagai komunitas di Bandung, tetapi tidak cukup untuk memenangkan pemilihan walikota. Komponen penting dalam kompetisi pemilu adalah kendaraan partai politik. Menjadi walikota bukan hanya persoalan memenangkan suara pada ajang pemilihan umum, tetapi juga proses politik yang harus dijalani selama memimpin pemerntahan. Karena itu, berkoalisi dengan partai politik menjadi keniscayaan yang harus dijalani oleh Ridwan Kamil. Tim relawan Ridwan Kamil kemudian membentuk tim yang bertugas untuk melakukan komunikasi politik dengan partai-partai politik. Di sisi lain, sebelum pilwalkot, ada beberapa kader PKS yang ditugas untuk berkomunikasi dan melobi Ridwan Kamil agar bersedia maju sebagai kandidat calon walikota yang diusung oleh PKS yang memenuhi syarat mengajukan calon walikota. Meskipun mempunyai 9 kursi di DPRD Kota Bandung dan telah memiliki beberapa calon walikota dari kalangan sendiri, seperti Abu Syauki dan Taufikurrahman, akan tetapi, diskusi internal di PKS akhirnya memutuskan mengusung Ridwan Kamil yang merupakan non-kader dengan pertimbangan potensi popularitas yang lebih tinggi. Setelah melakukan 2 Wawancara dengan mantan kordinator Tim Relawan Ridwan Kamil. 8

9 serangkaian panjang komunikasi politik, akhirnya Ridwan Kamil sepakat berkoalisi dengan PKS. Ridwan Kamil dipasangkan dengan Oded Danial dari kader internal PKS. Sedangkan Partai Gerindra yang memiliki 3 kursi di legislatif dimasukkan dalam koalisi untuk memperkuat kans kemenangan dan dukungan di DPRD Kota Bandung. Pihak PKS mengambil keputusan menempatkan kadernya, Oded Danial sebagai calon walikota karena memperhatikan kans yang lebih menjanjikan. PKS menyadari bahwa popularitas kadernya belum meyakinkan untuk memenangkan pemilihan walikota. Pengalaman pada pemilihan walikota 2008 menunjukkan bahwa gerakan sosial keagamaan yang digulirkan oleh kader-kader militan PKS ternyata tidak mampu mendongkrak elektabilitas kandidat dari kalangan kader. PKS melihat Ridwan Kamil sebagai sosok yang memiliki kemampuan dalam segi ide, tetapi masih minim pengalaman dalam masalah birokrasi. Karena itu, PKS menempatkan Oded Danial yang dipandang lebih berpengalaman dalam birokrasi dan memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dengan berbagai elemen masyarakat. Pertimbangan lain PKS dan Partai Gerindra mengusung Ridwan Kamil sebagai walikota adalah melihat kekuatan tim relawan yang ada pada Ridwan Kamil. Mereka menduga apabila Ridwan Kamil ditempatkan pada posisi selain walikota, maka pergerakan tim relawan Ridwan Kamil akan terbatas, sehingga akan menurunkan kans memperoleh kemenangan. Selain itu, pihak keputusan PKS tersebut juga didasarkan pada perhitungan akumulasi relawan dari Ridwan Kamil dengan relawan yang ada di PKS. 3 Menempatkan Ridwan Kamil dari kalangan independen sebagai walikota, memasangkan Oded Danial sebagai wakil walikota, dan menggandeng Partai Gerindra merupakan langkah strategis dan rasional PKS dalam upaya memenangkan Pemilihan Walikota Bandung Keberhasilan lobi politik yang berlangsung antara tim relawan Ridwan Kamil dan tim pemenangan pilwalkot PKS didasari adanya beberapa alasan lain. Pertama, adanya kesamaan visi untuk menjadikan Kota Bandung lebih baik, terbebas dari praktik korupsi, dan mengedepankan upaya terobosan untuk memecahkan kebuntuan penyelesaian berbagai masalah kota. 4 Kedua, proses lobi dan kelancaran komunikasi politik juga dipengaruhi kedekatan personal di mana adik kandung Ridwan Kamil merupakan kader PKS, sehingga kepercayaan Ridwan Kamil kepada PKS lebih mudah dibangun. Fakta tersebut mengindikasikan bahwa kerjasama yang terjalin antara tim relawan dengan tim sukses PKS turut ditentukan oleh faktorfaktor yang menjadi ciri dari komunitas, yaitu kesamaan visi dan kedekatan kekeluargaan. Dalam proses mengusung Ridwan Kamil oleh PKS dan Partai Gerindra, terdapat pandangan awam yang menganggap Ridwan Kamil merupakan kader yang diusung Partai Gerindra. Wacana tersebut sempat membuat PKS dan tim relawan gusar, sebab Partai Gerindra dianggap telah mendompleng popularitas Ridwan Kamil yang terus menanjak. PKS menegaskan kembali bahwa Ridwan Kamil adalah kandidat dari kalangan professional yang independen. 5 Peristiwa tersebut menggambarkan bahwa koalisi yang terjadi antara Ridwan Kamil, PKS, dan Partai Gerindra masih rentan dan belum dilandaskan pada kesamaan visi yang kuat. Rivalitas antar kelompok, terutama di antara partai pengusung masih terjadi meskipun mereka telah samasama memenangkan pasangan Ridwan Kamil-Oded Danial pada pilwalkot. 3 Wawancara dengan mantan Ketua Tim Pemenangan Pilwalkot Bandung 2013 dari PKS. 4 Wawancara dengan mantan kordinator Tim Relawan Ridwan Kamil, mantan ketua Tim Pemenanganan Pilwalkot Bandung dari PKS dan Partai Gerindra. 5 Wawancara dengan mantan Ketua Tim Pemenangan Pilwalkot Bandung 2013 dari PKS. 9

10 Kerjasama antara tim relawan, tim sukses PKS, dan tim sukses Partai Gerindra termanifestasi dalam pembagian kerja kampanye di lapangan. Tim relawan umumnya terdiri dari kalangan muda yang bergelut di dunia kreativitas produksi. Berbekal kemampuan tersebut, mereka mengeksploitasi potensi-potensi Ridwan Kamil dalam bentuk media visual yang menarik dan memiliki gaya tersendiri. Dengan garapan desainer berpengalaman, media-media kampanye Ridwan Kamil terasa lebih segar dan berbeda dengan umumnya gaya kampanye yang dilakukan partai politik. Sosok Ridwan Kamil dan Oded Danial sebagai figur baru yang menjanjikan bagi perbaikan Kota Bandung dapat tersampaikan melalui kemasan visual yang diolah oleh Tim Relawan Ridwan Kamil. Dengan gaya kampanye yang bernuansa indie, tim relawan berfokus menggaet simpatisan dari kalangan generasi muda. Tim sukses PKS bertumpu pada gagasan-gagasan janji kampanye pada ranah kebijakan. PKS memiliki pengalaman dalam aspek kebijakan kota karena banyak kader yang telah berkecimpung di DPRD Kota Bandung. Mereka mampu menghitung Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang dapat digunakan untuk mendukung program-program pembenahan kota. Beberapa program yang ditawarkan oleh Ridwan Kamil-Oded Danial merupakan rekomendasi dari tim PKS. Dalam aspek mobilisasi gerakan, PKS memiliki kekuatan kader jamaah yang tersebar hingga tingkat Rukun Tangga (RT). PKS memiliki kekuatan gerakan yang patut diperhitungkan di Kota Bandung. Pada pemilu legislatif 2009, gerakan jamaah mereka mampu menempatkan 9 kader di legislatif kota. Gerakan mereka telah terstruktur dengan baik dan berpengalaman dalam mobilisasi politik. Tim sukses PKS memanfaatkan sumberdaya gerakan yang telah mereka miliki. Target yang mereka bidik adalah konstituen, simpatisan, dan masyarakat yang berada di sekitar komunitas gerakan jamaah. Partai Gerindra memiliki peran dalam pemenangan Ridwan Kamil. Mereka lebih menargetkan simpatisan partai yang berasal dari kalangan akar rumput. Partai Gerindra dikenal dengan simpatisan kalangan bawah yang bersimpati terhadap figur Prabowo. Mereka menyadari bahwa porsi kekuatan partainya belum besar apabila dibandingkan dengan partaipartai yang telah ada. Akan tetapi politisi Partai Gerindra mempercayai kekuatan akar rumput yang telah mereka bina akan turut menentukan kemenangan Ridwan Kamil-Oded Danial. 6 Upaya penyuksesan yang dilakukan partai ini sempat mengalami hambatan. Beberapa sumber informan menyatakan terdapat sebagian elit partai yang secara personal mendukung kandidat lain. Tim relawan dan tim sukses PKS menilai terganggunya kekompakan di Partai Gerindra menyebabkan kampanye di kalangan mereka kurang optimal. Pihak Partai Gerindra menyatakan bahwa di lapangan, urusan dukungan secara perseorangan adalah hak individu yang sulit diintervensi oleh partai. Namun secara institusi partai telah menegaskan dukungannya kepada Ridwan Kamil. Di antara politisi partai, terutama mereka yang bertanggung jawab di tingkat Pengurus Anak Cabang (PAC), mengaku telah melakukan upaya dukungan kepada Ridwan Kamil secara maksimal. Bahkan, mereka mengeluarkan dana pribadi yang tidak sedikit untuk kepentingan kampanye Ridwan Kamil-Oded Danial di wilayahnya. Meskipun sempat mengalami dinamika, Partai Gerindra telah menunjukkan kegigihan dalam memenangkan pemilihan walikota. Kerjasama antara Tim Relawan Ridwan Kamil sebagai komunitas dengan PKS dan Partai Gerindra sebagai institusi partai politik merupakan strategi menangkap dan menciptakan peluang yang berkaitan dengan terbukanya kans memenangkan pilwalkot Bandung Lobi-lobi 6 Wawancara dengan Tim Pemenangan Pilwalkot Bandung 2013 dari Partai Gerindra. 10

11 politik yang dilakukan tim relawan, tim PKS, dan tim Partai Gerindra menandakan adanya keterbukaan struktur peluang politik, sehingga memungkinkan tim relawan menggali potensi sumberdaya gerakan. Kolaborasi gerakan di antara mereka memberi kemampuan untuk memobilisasi jaringan-jaringan sosial menjadi tindakan nyata untuk mendukung Ridwan Kamil- Oded Danial. Koalisi yang dibentuk dengan PKS dan Partai Gerindra menciptakan berbagai peluang bagi baik kelompok tim relawan untuk memenangkan pemilihan walikota dan sekaligus mengamankan urusan politik yang akan dihadapi oleh Ridwan Kamil. Tim Relawan perlu memastikan bahwa kandidat yang diusungnya mendapatkan dukungan politik dari kekuatan partai selama Ridwan Kamil menjalani perannya sebagai walikota. Kemampuan Tim Relawan menangkap peluang keterbukaan struktur politik dimulai ketika mereka mengidentifikasi adanya kejenuhan masyarakat terhadap elit politisi. Beberapa pasangan kandidat saingan yang memiliki kans besar telah berpengalaman duduk di struktur pemerintahan, seperti Edi Siswadi yang menjabat Sekretaris Daerah Pemkot Bandung, Erwan Setiawan yang menjabat Ketua DPRD Kota Bandung, Nani Suryani merupakan istri dari Dada Rosada (mantan walikota), dan Ayi Vivananda yang menjabat Wakil Walikota Bandung. Tersebarnya para elit menjadi kandidat-kandidat yang saling bersaing menandakan adanya perpecahan di kalangan elit politik dalam struktur pemerintahan, sehingga tidak ada yang mendominasi struktur kekuasaan. Keadaan ini merupakan peluang politik yang berharga bagi koalisi Riwan Kamil-Oded Danial dalam memposisikan Ridwan Kamil sebagai kandidat kuda hitam yang menjanjikan. Tim relawan melihat posisi Ridwan Kamil sebagai profesional, aktivis kota, dan non politisi lebih menguntungkan dibanding kandidat yang lain. Kecerdasan dan prestasi Ridwan Kamil pun menjadi sisi yang potensial untuk dijadikan daya tarik dibandingkan peserta lainnya. Kelebihan tersebut kemudian disadari oleh PKS dan Partai Gerindra, sehingga mereka lebih mudah melakukan sosialisasi dan kampanye yang menarik. Tim relawan Ridwan Kamil telah merancang skema intepretasi yang memungkinkan para simpatisan mengidentifikasi dan memberi label tentang pentingnya partisipasi mereka dalam upaya memperbaiki Kota Bandung. Gagasan tentang program-program terobosan dalam slogan Bandung Juara yang ditawarkan Ridwan Kamil menggugah kesadaran masyarakat tentang semangat membenahi yang memungkinkan mobilisasi gerakan. Gagasan Bandung Juara menjadi ideologi yang mampu mempersatukan berbagai komunitas menjadi satu kekuatan gerakan dalam meningkatkan elektabilitas Ridwan Kamil-Oded Danial. Gagasan Bandung Juara mencerminkan keluhan masyarakat tentang kondisi kota sekaligus memvisualisasikan solusi kepada seluruh warga. Kerjasama yang berlangsung di antara koalisi pengusung Ridwan Kamil-Oded Danial dipengaruhi cara kerja dan pendekatan yang biasa dilakukan masing-masing pihak. Tim relawan merasakan kaku bekerjasama dengan partai politik. Mereka berpandangan partai politik memiliki pola kerja yang telah terstruktur dan normatif. Cara berfikir dan bekerja partai politik sama sekali berbeda dengan tim relawan yang terbiasa lebih bebas, terbuka, dan egaliter. Tim relawan lebih menyukai cara-cara yang fleksibel, sehingga leluasa menuangkan kreativitasnya. Sedangkan partai politik senantiasa terpaku pada instruksi yang diberikan pimpinannya dan melakukan sesuai dengan pola kerja yang telah dilakukan sebelumnya. Namun, tim relawan memahami pola kerja partai politik yang memang sewajarnya bertindak seperti itu dan perbedaan-perbedaan tersebut harus mereka hadapi. 11

12 Tim sukses PKS menyatakan hal yang sama bahwa mereka perlu memaklumi pola kerja tim relawan yang lebih bebas. Perbedaan dunia komunitas dan partai politik menuntut adanya rasa saling memahami satu dengan lainnya. Tim sukses PKS mengakui kelebihan tim relawan dalam aspek kreativitas kampanye. Mereka memadukan cara-cara kampanye, sehingga di lapangan sering kali sulit membedakan media hasil kerja tim relawan dan hasil tim sukses PKS. Pada saat itu, PKS sedang dilanda kasus korupsi yang melibatkan mantan ketua umum mereka, Luthfi Hasan Ishaq (LHI). Elektabilitas PKS diduga hancur akibat pemberitaan negatif dari kasus tersebut. Karena itu, mereka tidak terlalu menonjolkan identitas partai pada media kampanye pemilihan walikota. Karena popularitas partai yang kurang mendukung, tim PKS lebih menitikberatkan pada figur, program, dan kemasan kandidat. Tim PKS memiliki kesan berbeda terhadap tim Partai Gerindra. Pertama, media kampanye Partai Gerindra yang menonjolkan sosok Ridwan Kamil dan menghilangkan sosok Oded Danial. Cara tersebut mengesankan seolah-olah Partai Gerindra mengklaim Ridwan Kamil sebagai kader mereka. Beberapa kader PKS menduga Partai Gerindra sengaja melakukan tindakan itu untuk meningkatkan elektabilitas partai dengan mendompleng popularitas Ridwan Kamil yang semakin naik. Kedua, kerjasama antara kader PKS dan kader Partai Gerindra di lapangan ternyata tidak solid. Rivalitas di antara elit partai politik di daerah diduga menyebabkan koalisi di antara mereka kurang berjalan maksimal. Tim PKS merasa lebih nyaman bekerjasama dengan tim relawan. Demikian pula sebaliknya, tim relawan merasa bahwa PKS memiliki struktur gerakan yang mapan dan banyak aktivis yang berasal dari kalangan intelektual, sehingga komunikasi dan kerjasama di antara mereka dapat berjalan baik. Sedangkan tim sukses Partai Gerindra merasa nyaman bekerjasama dengan tim relawan. Partai Gerindra melihat tim relawan yang karakternya sangat fleksibel. Kader atau simpatisan partai dapat bergabung dengan tim relawan, sehingga memudahkan komunikasi dan kerjasama. Sedangkan Partai Gerindra merasa kurang nyaman bekerjasama dengan PKS. Mereka menganggap kader-kader PKS di daerah yang cenderung bersikap tertutup atau menutup diri serta kaku dalam berinteraksi. Meskipun Tim Relawan berhasil menjadikan aktivis mereka sebagai walikota Bandung, tetapi bentuk komunitas memiliki berbagai keterbatasan dalam mengawal proses politik selanjutnya. Tim Relawan dibubarkan sesaat setelah kemenangan Ridwan Kamil-Oded Danial diumumkan KPU pada 28 Juni Mereka menilai perjuangan gerakan perubahan Kota Bandung dengan menempatkan seorang aktivis sebagai walikota telah mencapai tujuannya. Walaupun sebenarnya terdapat rasa was-was karena beban tanggung jawab mereka atas kinerja Ridwan Kamil tidak dapat diteruskan lagi. Simpul-simpul komunitas hanya memiliki kesamaan visi untuk menjadikan Ridwan Kamil sebagai walikota. Selain itu, tidak ada persamaan visi yang dapat melanjutkan kesatuan sebagai gerakan. Sebagian besar aktivis kembali pada masingmasing aktifitasnya dan hanya sebagian kecil tetap berupaya dekat dengan walikota dengan alasan yang lebih politis. Simpul komunitas menyadari bahwa gerakannya bukan perjuangan politik yang permanen, karena urusan-urusan politik praktis akan memupus karakteristik komunitas. Motivasi untuk terjun ke dunia politik praktis pun lebih didorong oleh rasa frustasi melihat keadaan kota, bukan atas kepentingan politik. Karena itu, komunitas yang berpolitik dalam kajian ini sepatutnya dianggap sebagai gerakan sosial yang temporer. Temuan ini pun menegaskan bahwa gerakan komunitas dalam pemilihan walikota tidak dapat menggantikan peranan partai politik dalam kompetisi kekuasaan ataupun urusan-urusan politik lainnya. 12

13 5. Kesimpulan Hasil kajian ini menunjukan para aktivis komunitas mampu menangkap terbukanya struktur peluang politik dengan merepresentasikan harapan warga melalui desain visual yang diolah sekelompok tim kreatif. Simpul-simpul komunitas yang semakin berkembang kemudian menyediakan jejaring sosial yang efektif dalam penggalangan dukungan. Tim relawan dan partai-partai pengusung Ridwan Kamil kemudian dapat memposisikan diri sebagai kandidat yang berbeda dan menjanjikan dengan menyebarkan citra sebagai profesional, berprestasi, dan tidak terhubung dengan politisi sebelumnya. Sebagai suatu gerakan sosial, tim relawan melakukan penggalian potensi sumberdaya dengan cara menyebarkan dukungan kolektif melalui perluasan simpul komunitas dan pembentukan koalisi dengan PKS dan Partai Gerindra sebagai sarana yang mengurusi politik praktis. Dari beberapa temuan dapat dijelaskan bahwa ketiga pihak, baik tim relawan, tim PKS, dan tim Partai Gerindra memiliki kesamaan visi untuk menempatkan sosok Ridwan Kamil sebagai figur yang memiliki karakter kuat dalam membenahi masalah kota. Perbedaan bentuk kelompok antara tim relawan dan partai politik menentukan pendekatan mereka dalam melakukan upaya pemenangan. Tim relawan yang terdiri dari komunitas kreatif lebih bertindak secara fleksibel dan independen. Sedangkan PKS dan Partai Gerindra, dengan logika kepartaiannya, cenderung terstruktur dan normatif. Di sisi lain, perbedaan pendekatan berguna dalam membagi-bagi segmen pemilih untuk kepentingan kampanye. Tim relawan berfokus pada generasi muda, PKS pada simpatisan dan lingkungan sosial di sekitar jamaah, dan Partai Gerindra pada simpatisan akar rumput. Fleksibilitas tim relawan dalam bekerja dan posisi mereka yang bukan kompetitor menjadi faktor utama terjalinnya hubungan yang kooperatif dengan PKS dan Partai Gerindra. PKS dan Partai Gerindra cenderung memanfaatkan trend positif elektabilitas Ridwan Kamil demi kepentingan citra masing-masing partainya. Tindakan kedua partai tersebut adalah karakter alami dari organisasi partai politik yang memiliki logika elektoral yang pragmatis. Koalisi yang dibentuk untuk kepentingan pemilu, termasuk dalam konteks Pemilihan Walikota Bandung, adalah kerjasama atas prinsip pemenangan, bukan berlandaskan persamaan visi gerakan yang substansial. Di luar itu, masing-masing partai akan tetap terlibat dalam persaingan untuk memperebutkan suara pemilih. Gerakan komunitas tidak dapat menggantikan peran partai politik dalam kompetisi pemenangan pemilu, tetapi terbatas pada upaya menyediakan jaringan sosial untuk menggalang dukungan publik. Di sisi lain gerakan pemenangan mendapat Ridwan Kamil mendapat sokongan signifikan gerakan partai politik yang dilakukan oleh PKS dan Partai Gerindra. Referensi Bredvold, L. I Philosophy of Edmund Burke: a Selection from His Speeces and Writings (Ed. Ralph G. Ross). Michigan: University of Michigan. Heywood, A Key Concepts in Politics. USA & Canada: Palgrave Macmillian. 13

14 Libby, R. T Eco Wars: Political Campaigns and Social Movements. New York: Columbia University Press. Lipset, L. M., & Larkin, J. M The Democratic Century. USA: The University of Oklahoma Press. Locher, D. A Collective Behavior. Pearson Education Inc. Upper Saddle River: New Jersey. Markoff, J Gelombang Demokrasi Dunia, Gerakan Sosial dan Perubahan Sosial. Yogyakarta: CCSS-Pustaka Pelajar. McAdam, Dough, & Mcharty, J.D Comparative Perspectives on Social Movements: Political Opportunities, Mobilizing Structures, and Cultural Framing. Cambridge University Press, USA. Sartori, G Parties and Party System. Cambridge: Cambridge University Press. Stark, R Sociology. USA: Wadsworth. Tarrow, S Power in Movement: Social Movements, Collective Actions, and Politics. Cambridge: Cambridge University Press. Tan, P. J Indonesia Seven Years After Suharto: Party System Institutionalization in a New Democracy. Contemporary Southeast Asia, 28 (1). Tilly, C From Mobilization to Revolution. USA: Reading (Mass.) Addison Wesley Publication Company. Zirakzadeth, C. E Social Movements in Politics: Comparative Study (Expanded Edition). England: Palgrave MacMillian. Sumber lain: Herdiansah, Ari G. Faktor-Faktor Kemenangan Rido: Antara Harapan dan Tantangan. Radar Bandung, 30 Juni Biografi Ridwan Kamil, diuduh November Hasil perhitungan Pemilihan Walikota Bandung 2013, diuduh November Profil Oded Danial, diuduh November Profil Partai Gerindra, diuduh November

STRUKTUR KELAS DAN MODAL DALAM POTILIK

STRUKTUR KELAS DAN MODAL DALAM POTILIK STRUKTUR KELAS DAN MODAL DALAM POTILIK 1247 1248 GERAKAN KOMUNITAS KOTA DAN POLITIK PEMILU DALAM PEMENANGAN RIDWAN KAMIL-ODED DANIAL PADA PEMILIHAN WALIKOTA BANDUNG 2013 Oleh: Drs. Wahyu Gunawan, M.Si

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. keterlibatan masyarakat dalam berpartisipasi aktif untuk menentukan jalannya

BAB I PENGANTAR. keterlibatan masyarakat dalam berpartisipasi aktif untuk menentukan jalannya 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Situasi perkembangan politik yang berkembang di Indonesia dewasa ini telah membawa perubahan sistem yang mengakomodasi semakin luasnya keterlibatan masyarakat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang

BAB I PENDAHULUAN. Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang dilaksanakan secara langsung, yang merupakan salah satu bentuk Demokrasi. Bagi sebuah bangsa

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan 56 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Identitas Responden Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan yang berjumlah 100 responden. Identitas responden selanjutnya didistribusikan

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. menjadi peserta pemilu sampai cara mereka untuk hadir tidak hanya sekedar menjadi

BAB IV PENUTUP. menjadi peserta pemilu sampai cara mereka untuk hadir tidak hanya sekedar menjadi BAB IV PENUTUP 4.1.Kesimpulan Menjadi pemain baru dalam pemilu di Indonesia bukanlah hal yang mudah. Semua hal mulai dari syarat untuk menjadi partai, syarat lolos verifikasi untuk menjadi peserta pemilu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. politiknya bekerja secara efektif. Prabowo Effect atau ketokohan mantan

BAB I PENDAHULUAN. politiknya bekerja secara efektif. Prabowo Effect atau ketokohan mantan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) yang memperoleh sekitar 11, 98 persen suara dalam Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif 9 april 2014 tidak mampu mengajukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik merupakan elemen penting yang bisa memfasilitasi berlangsungnya sistem demokrasi dalam sebuah negara, bagi negara yang menganut sistem multipartai seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem demokrasi untuk memilih wakil-wakil rakyat yang akan menduduki lembaga perwakilan rakyat, serta salah

Lebih terperinci

Bab 5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Bab 5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab 5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Women can be very effective in navigating political processes. But there is always a fear that they can become pawns and symbols, especially if quotas are used. (Sawer,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui lembaga legislatif atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).

I. PENDAHULUAN. melalui lembaga legislatif atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) merupakan proses perekrutan pejabat politik di daerah yang berkedudukan sebagai pemimpin daerah yang bersangkutan yang dipilih langsung

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Reformasi politik yang sudah berlangsung sejak berakhirnya pemerintahan Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto pada bulan Mei 1998, telah melahirkan perubahan besar

Lebih terperinci

Oleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa) Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PKB 1

Oleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa) Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PKB 1 Disampaikan pada Seminar Menghadirkan Kepentingan Perempuan: Peta Jalan Representasi Politik Perempuan Pasca 2014 Hotel Haris, 10 Maret 2016 Oleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa)

Lebih terperinci

Efek Jokowi: Peringatan Penting dari Survei Eksperimental

Efek Jokowi: Peringatan Penting dari Survei Eksperimental Efek Jokowi: Peringatan Penting dari Survei Eksperimental (Adinda Tenriangke Muchtar, Arfianto Purbolaksono The Indonesian Institute, Center for Public Policy Research) http://www.shnews.co/detile-28182-gelombang-efek-jokowi.html

Lebih terperinci

Bab V. Penutup. masyarakat sebanyak-banyaknya. Partai berbondong-bondong menjual diri untuk. suara. Sebuah proses yang tentunya sangat melelahkan.

Bab V. Penutup. masyarakat sebanyak-banyaknya. Partai berbondong-bondong menjual diri untuk. suara. Sebuah proses yang tentunya sangat melelahkan. Bab V Penutup A. Kesimpulan Dalam menghadapi Pemilu, tentu dibutuhkan Strategi Pemenangan. Partai Politik sebagai kontestan utama mempersiapkan segalanya agar dapat meraih suara masyarakat sebanyak-banyaknya.

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. proses pengambilan keputusan antara lain dengan melalui kampanye politik sebagai

Bab I. Pendahuluan. proses pengambilan keputusan antara lain dengan melalui kampanye politik sebagai Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sejak reformasi tahun 1998 merupakan langkah awal sistem demokrasi di indonesia yang membawa pada sistem politk yang sifatnya terbuka. Hal tersebut memungkinkan setiap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Era reformasi telah menghasilkan sejumlah perubahan yang signifikan dalam

I. PENDAHULUAN. Era reformasi telah menghasilkan sejumlah perubahan yang signifikan dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era reformasi telah menghasilkan sejumlah perubahan yang signifikan dalam masyarakat politik. Masyarakat yang semakin waktu mengalami peningkatan kualitas tentu

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. oleh rakyat dan untuk rakyat dan merupakan sistem pemerintahan yang. memegang kekuasaan tertinggi (Gatara, 2009: 251).

BAB I. PENDAHULUAN. oleh rakyat dan untuk rakyat dan merupakan sistem pemerintahan yang. memegang kekuasaan tertinggi (Gatara, 2009: 251). BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demokrasi secara sederhana dapat diartikan sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat dan merupakan sistem pemerintahan yang dianggap paling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. putra-putri terbaik untuk menduduki jabatan-jabatan politik dan pejabatpejabat

BAB I PENDAHULUAN. putra-putri terbaik untuk menduduki jabatan-jabatan politik dan pejabatpejabat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik di era reformasi ini memiliki kekuasaan yang sangat besar, sesuatu yang wajar di negara demokrasi. Dengan kewenanangannya yang demikian besar itu, seharusnnya

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP 1. Kesimpulan

BAB VI PENUTUP 1. Kesimpulan BAB VI PENUTUP Setelah menjelaskan berbagai hal pada bab 3, 4, dan 5, pada bab akhir ini saya akan menutup tulisan ini dengan merangkum jawaban atas beberapa pertanyaan penelitian. Untuk tujuan itu, saya

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Daftar isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Gambar... v

DAFTAR ISI. Halaman Daftar isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Gambar... v i DAFTAR ISI Daftar isi... i Daftar Tabel....... iv Daftar Gambar... v I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah... 12 C. Tujuan Penelitian... 12 D. Kegunaan Penelitian... 12 II.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran perempuan dalam kontestasi politik di Indonesia, baik itu

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran perempuan dalam kontestasi politik di Indonesia, baik itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehadiran perempuan dalam kontestasi politik di Indonesia, baik itu pemilihan umum (pemilu) ataupun pemilihan umum kepala daerah (pemilukada) di daerah-daerah semakin

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan. pemilu legislatif tahun 2009 menghasilkan kesimpulan sebagai berikut :

BAB V. Kesimpulan. pemilu legislatif tahun 2009 menghasilkan kesimpulan sebagai berikut : BAB V Kesimpulan Pembahasan untuk menjawab pertanyaan Bagaimana Strategi Marketing Politik Partai Amanat Nasional Kabupaten Banjarnegara dalam memenangkan pemilu legislatif tahun 2009 menghasilkan kesimpulan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM. Bergesernya paradigma penyelenggaraan pemerintahan dari government ke

GAMBARAN UMUM. Bergesernya paradigma penyelenggaraan pemerintahan dari government ke IV. GAMBARAN UMUM A. Jurusan Ilmu Pemerintahan Bergesernya paradigma penyelenggaraan pemerintahan dari government ke governance pada dekade 90-an memberi andil dalam perubahan domain Ilmu Pemerintahan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ini didasarkan pada kenyataan bahwa pertama, fungsi partai sebagai sosialisasi politik sangat minim dilakukan dan bahkan tidak ada, sebagai contoh dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. relatif independen dan juga disertai dengan kebebasan pers. Keadaan ini

BAB I PENDAHULUAN. relatif independen dan juga disertai dengan kebebasan pers. Keadaan ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan berpolitik di Indonesia banyak mengalami perubahan terutama setelah era reformasi tahun 1998. Setelah era reformasi kehidupan berpolitik di Indonesia kental

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat penting dalam kehidupan bernegara. Pemilihan umum, rakyat berperan

I. PENDAHULUAN. sangat penting dalam kehidupan bernegara. Pemilihan umum, rakyat berperan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum adalah suatu proses dari sistem demokrasi, hal ini juga sangat penting dalam kehidupan bernegara. Pemilihan umum, rakyat berperan penuh untuk memilih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah (pemilukada) diatur dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang

BAB I PENDAHULUAN. daerah (pemilukada) diatur dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemilihan kepala daerah (pemilukada) adalah rangkaian panjang dari proses penentuan kepala daerah yang bakal menjadi pemimpin suatu daerah untuk lima tahun (satu periode).

Lebih terperinci

publik pada sektor beras karena tidak memiliki sumber-sumber kekuatan yang cukup memadai untuk melawan kekuatan oligarki politik lama.

publik pada sektor beras karena tidak memiliki sumber-sumber kekuatan yang cukup memadai untuk melawan kekuatan oligarki politik lama. BAB VI. KESIMPULAN Perubahan-perubahan kebijakan sektor beras ditentukan oleh interaksi politik antara oligarki politik peninggalan rezim Orde Baru dengan oligarki politik reformis pendatang baru. Tarik

Lebih terperinci

Sistem Rekrutmen Anggota Legislatif dan Pemilihan di Indonesia 1

Sistem Rekrutmen Anggota Legislatif dan Pemilihan di Indonesia 1 S T U D I K A S U S Sistem Rekrutmen Anggota Legislatif dan Pemilihan di Indonesia 1 F R A N C I S I A S S E S E D A TIDAK ADA RINTANGAN HUKUM FORMAL YANG MENGHALANGI PEREMPUAN untuk ambil bagian dalam

Lebih terperinci

SEJUTA RELAWAN GERAKAN PENGAWAS PEMILU POKJANAS GERAKAN SEJUTA RELAWAN PENGAWAS PEMILU BADAN PENGAWAS PEMILU REPUBLIK INDONESIA

SEJUTA RELAWAN GERAKAN PENGAWAS PEMILU POKJANAS GERAKAN SEJUTA RELAWAN PENGAWAS PEMILU BADAN PENGAWAS PEMILU REPUBLIK INDONESIA BH IN N E K A TUNG G A L IK A GERAKAN SEJUTA RELAWAN PENGAWAS PEMILU website : www.bawaslu.go.id www.awaslupadu.com facebook : facebook.com/awaslupadu twitter : twitter.com/awaslupadu Dari Bawaslu Kita

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Menjelang Pemilihan Umum 2014, lahir gerakan-gerakan yang diinisiasi oleh masyarakat untuk mendukung jalannya pemilihan umum. Aktivitas gerakan-gerakan tersebut beragam, mulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan, kedaulatan berada pada tangan rakyat. Demokrasi yang kuat,

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan, kedaulatan berada pada tangan rakyat. Demokrasi yang kuat, BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang menganut sistem demokrasi. Di negara yang menganut sistem demokrasi rakyat merupakan pemegang kekuasaan, kedaulatan berada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan

I. PENDAHULUAN. wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Demokrasi mengamanatkan adanya persamaan akses dan peran serta penuh bagi laki-laki, maupun perempuan atas dasar perinsip persamaan derajat, dalam semua wilayah

Lebih terperinci

negeri namun tetap menuntut kinerja politisi yang bersih.

negeri namun tetap menuntut kinerja politisi yang bersih. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persoalan politik di Indonesia saat ini adalah kurangnya kesadaran politik dalam masyarakat khususnya generasi pemuda untuk terlibat dalam partisipasi politik. Tuntutan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. (Kompas, Republika, dan Rakyat Merdeka) yang diamati dalam penelitian

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. (Kompas, Republika, dan Rakyat Merdeka) yang diamati dalam penelitian BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Pertarungan wacana politik Kasus Bank Century di media massa (Kompas, Republika, dan Rakyat Merdeka) yang diamati dalam penelitian menunjukkan berbagai temuan penelitian yang

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Faktor-faktor kemenangan..., Nilam Nirmala Anggraini, FISIP UI, Universitas 2010 Indonesia

BAB 5 KESIMPULAN. Faktor-faktor kemenangan..., Nilam Nirmala Anggraini, FISIP UI, Universitas 2010 Indonesia 101 BAB 5 KESIMPULAN Bab ini merupakan kesimpulan dari bab-bab sebelumnya. Fokus utama dari bab ini adalah menjawab pertanyaan penelitian. Bab ini berisi jawaban yang dapat ditarik dari pembahasan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat, dianggap

BAB I PENDAHULUAN. dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat, dianggap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam negara demokrasi, Pemilu dianggap lambang, sekaligus tolak ukur, dari demokrasi. Hasil Pemilu yang diselenggarakan dalam suasana keterbukaan dengan kebebasan

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan. 1. Persepsi Mahasiswa Penyandang Disabilitas Tentang Aksesibilitas Pemilu

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan. 1. Persepsi Mahasiswa Penyandang Disabilitas Tentang Aksesibilitas Pemilu BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 7.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Persepsi Mahasiswa Penyandang Disabilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Darma, (2009: 91) mengatakan, bahasa politik adalah bahasa yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Darma, (2009: 91) mengatakan, bahasa politik adalah bahasa yang digunakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya sehari-hari tidak pernah lepas dari bahasa, karena bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia untuk berinteraksi satu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum.

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan suatu negara yang menganut paham demokrasi, dan sebagai salah satu syaratnya adalah adanya sarana untuk menyalurkan aspirasi dan memilih pemimpin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Simbol manifestasi negara demokrasi adalah gagasan demokrasi dari

BAB I PENDAHULUAN. Simbol manifestasi negara demokrasi adalah gagasan demokrasi dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Simbol manifestasi negara demokrasi adalah gagasan demokrasi dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Pemilihan Umum (Pemilu) menjadi bagian utama dari gagasan

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Dalam bab ini disarikan kesimpulan penelitian Analisis Wacana Kritis

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Dalam bab ini disarikan kesimpulan penelitian Analisis Wacana Kritis BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Dalam bab ini disarikan kesimpulan penelitian Analisis Wacana Kritis Iklan Kampanye Partai Politik Pemilu 2009. Secara tekstual, penggunaan kosakata, gaya bahasa,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. karena keberhasilan suatu perusahaan atau organisasi terletak pada kemampuan

BAB 1 PENDAHULUAN. karena keberhasilan suatu perusahaan atau organisasi terletak pada kemampuan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman segala sesuatu aktifitas kerja dilakukan secara efektif dan efisien serta dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kita pasti masih ingat dengan fenomena kemenangan Joko Widodo (Jokowi)-Basuki (Ahok) dalam pemilihan Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang berjalan selama 2 kali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi baru untuk memuaskan kebutuhan. Untuk dapat beradaptasi dengan perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN. teknologi baru untuk memuaskan kebutuhan. Untuk dapat beradaptasi dengan perubahan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan global yang begitu cepat terjadi di masa sekarang disebabkan oleh bertambah tingginya tingkat pendidikan masyarakat, tingkat pendapatan, arus informasi serta

Lebih terperinci

Bab V. Kesimpulan. 1. Product tidak berpengaruh signifikan terhadap Keputusan Pemilih, dengan. persentase pengaruh sebesar -0,0029 atau -0.

Bab V. Kesimpulan. 1. Product tidak berpengaruh signifikan terhadap Keputusan Pemilih, dengan. persentase pengaruh sebesar -0,0029 atau -0. Bab V Kesimpulan 5.1 Hasil Dari hasil perhitungan dan analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan : 1. Product tidak berpengaruh signifikan terhadap Keputusan Pemilih, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa sekarang menuju masa depan dengan nilai-nilai, visi, misi dan strategi

BAB I PENDAHULUAN. masa sekarang menuju masa depan dengan nilai-nilai, visi, misi dan strategi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan sebuah institusi pendidikan yang menjadi wadah dan berlangsungya proses pendidikan, memiliki sistem yang komplek dan dinamis dalam perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana adanya pemberian kebebasan seluas-luasnya. untuk berpendapat dan membuat kelompok. Pesatnya

BAB I PENDAHULUAN. dimana adanya pemberian kebebasan seluas-luasnya. untuk berpendapat dan membuat kelompok. Pesatnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan politik di Indonesia mengalami kemajuan yang cukup pesat, diawali dengan politik pada era orde baru yang bersifat sentralistik dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada era keterbukaan dan demokrasi sekarang ini dalam pemilihan umum

BAB I PENDAHULUAN. Pada era keterbukaan dan demokrasi sekarang ini dalam pemilihan umum 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era keterbukaan dan demokrasi sekarang ini dalam pemilihan umum presiden 2014 semakin ketat dan sangat bersaing tidak hanya dibutuhkan kemampuan dari kandidat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia perpolitikan di Indonesia mengalami perkembangan pesat bila ditinjau dari segi

BAB I PENDAHULUAN. Dunia perpolitikan di Indonesia mengalami perkembangan pesat bila ditinjau dari segi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia perpolitikan di Indonesia mengalami perkembangan pesat bila ditinjau dari segi kualitas dan kuantitas pada saat ini. Beraneka ragam partai politik yang bersaing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung sejak sistem otonomi daerah diterapkan. Perubahan mekanisme

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung sejak sistem otonomi daerah diterapkan. Perubahan mekanisme BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demokrasi sebagai pilar penting dalam sistem politik sebuah Negara, termasuk Indonesia yang sudah diterapkan dalam pemilihan secara langsung seperti legislatif, Presiden

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. kebutuhan untuk menghasilkan rekomendasi yang lebih spesifik bagi para aktor

BAB 5 KESIMPULAN. kebutuhan untuk menghasilkan rekomendasi yang lebih spesifik bagi para aktor BAB 5 KESIMPULAN Sebagaimana dirumuskan pada Bab 1, tesis ini bertugas untuk memberikan jawaban atas dua pertanyaan pokok. Pertanyaan pertama mengenai kemungkinan adanya variasi karakter kapasitas politik

Lebih terperinci

Perempuan dan Pembangunan Berkelanjutan

Perempuan dan Pembangunan Berkelanjutan SEMINAR KOALISI PEREMPUAN INDONESIA (KPI) Perempuan dan Pembangunan Berkelanjutan 20 Januari 2016 Hotel Ambhara 1 INDONESIA SAAT INI Jumlah Penduduk Indonesia per 201 mencapai 253,60 juta jiwa, dimana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. basis agama Islam di Indonesia Perolehan suara PKS pada pemilu tahun 2004

I. PENDAHULUAN. basis agama Islam di Indonesia Perolehan suara PKS pada pemilu tahun 2004 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Partai Keadilan Sejahtera (PKS) merupakan salah satu partai politik dengan basis agama Islam di Indonesia Perolehan suara PKS pada pemilu tahun 2004 mengalami

Lebih terperinci

Head to Head Jokowi-JK Versus Prabowo Hatta Dan Kampanye Negatif. Mei 2014

Head to Head Jokowi-JK Versus Prabowo Hatta Dan Kampanye Negatif. Mei 2014 Head to Head Jokowi-JK Versus Prabowo Hatta Dan Kampanye Negatif Mei 2014 Head to Head Jokowi-JK Vs Prabowo-Hatta dan Kampanye Negatif Geliat partai politik dan capres menggalang koalisi telah usai. Aneka

Lebih terperinci

BAB IX PENUTUP IX.1. Kesimpulan

BAB IX PENUTUP IX.1. Kesimpulan BAB IX PENUTUP IX.1. Kesimpulan Studi ini mengkaji dinamika terbentuknya pemerintahan divided atau unified yang dikaitkan dengan pembuatan kebijakan APBD pada satu periode pemerintahan. Argumen yang dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah melalui kegiatan pendidikan. Sebagai bagian dari masyarakat, kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. adalah melalui kegiatan pendidikan. Sebagai bagian dari masyarakat, kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mayoritas masyarakat memiliki keinginan untuk maju berkembang menjadi lebih baik. Keinginan tersebut diupayakan berbagai cara, salah satunya adalah melalui kegiatan

Lebih terperinci

MEMAKNAI ULANG PARTISIPASI POLITIK WARGA: TAHU, MAMPU, AWASI PUSAT KAJIAN POLITIK FISIP UNIVERSITAS INDONESIA 28 JANUARI 2015

MEMAKNAI ULANG PARTISIPASI POLITIK WARGA: TAHU, MAMPU, AWASI PUSAT KAJIAN POLITIK FISIP UNIVERSITAS INDONESIA 28 JANUARI 2015 MEMAKNAI ULANG PARTISIPASI POLITIK WARGA: TAHU, MAMPU, AWASI PUSAT KAJIAN POLITIK FISIP UNIVERSITAS INDONESIA 28 JANUARI 2015 DEFINISI UMUM Partisipasi politik dipahami sebagai berbagai aktivitas warga

Lebih terperinci

Pemilu 2009, Menjanjikan tetapi Mencemaskan

Pemilu 2009, Menjanjikan tetapi Mencemaskan Pemilu 2009, Menjanjikan tetapi Mencemaskan RZF / Kompas Images Selasa, 6 Januari 2009 03:00 WIB J KRISTIADI Pemilu 2009 sejak semula dirancang untuk mencapai beberapa tujuan sekaligus. Pertama, menciptakan

Lebih terperinci

PENGENALAN PUBLIK TENTANG PARTAI POLITIK: BAGAIMANA KUALITAS PILEG 2014?

PENGENALAN PUBLIK TENTANG PARTAI POLITIK: BAGAIMANA KUALITAS PILEG 2014? PENGENALAN PUBLIK TENTANG PARTAI POLITIK: BAGAIMANA KUALITAS PILEG 2014? Jakarta, 29 Januari 2014 Q: Apakah Ibu/Bapak/Saudara tahu atau tidak tahu bahwa Tahun 2014 akan dilaksanakan Pemilihan Legislatif

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pengaruh yang ditimbulkan oleh media massa (Effendy, 2003: 407).

I. PENDAHULUAN. pengaruh yang ditimbulkan oleh media massa (Effendy, 2003: 407). 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak dahulu, peneliti-peneliti komunikasi massa telah menyadari betapa kuatnya peran media komunikasi dalam membentuk pikiran masyarakat. Media komunikasi memiliki

Lebih terperinci

2015 HUBUNGAN ANTARA SIKAP TERHADAP KAMPANYE DI MEDIA MASSA DENGAN PARTISIPASI POLITIK PADA MAHASISWA DI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2015 HUBUNGAN ANTARA SIKAP TERHADAP KAMPANYE DI MEDIA MASSA DENGAN PARTISIPASI POLITIK PADA MAHASISWA DI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Demokrasi merupakan suatu sistem yang mengatur pemerintahan berlandaskan pada semboyan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Untuk mewujudkan sistem demokrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Winarno, 2008: vii). Meskipun demikian, pada kenyataannya krisis tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. Winarno, 2008: vii). Meskipun demikian, pada kenyataannya krisis tidak hanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Orde Baru telah mengalami keruntuhan seiring jatuhnya Soeharto sebagai presiden yang telah memimpin Indonesia selama 32 tahun, setelah sebelumnya krisis ekonomi menghancurkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Partai Gerindra sebagai realitas sejarah dalam sistem perpolitikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Partai Gerindra sebagai realitas sejarah dalam sistem perpolitikan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Partai Gerindra sebagai realitas sejarah dalam sistem perpolitikan di Indonesia, untuk yang kedua kalinya menjadi peserta di Pemilu 2014. Sebagai partai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semestinya bukan sebagai media periklanan, isinya didominasi dari iklan motor,

BAB I PENDAHULUAN. semestinya bukan sebagai media periklanan, isinya didominasi dari iklan motor, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ini memaparkan kegiatan kolektif anti sampah visual di Yogyakarta. Sampah visual yang dimaksud adalah media promosi atau iklan yang berada di luar ruangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam satu dasawarsa terakhir ini, telah melahirkan karakteristik tertentu dalam

BAB I PENDAHULUAN. dalam satu dasawarsa terakhir ini, telah melahirkan karakteristik tertentu dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Liberalisasi politik yang hadir bersamaan dengan liberalisasi ekonomi dalam satu dasawarsa terakhir ini, telah melahirkan karakteristik tertentu dalam pemilihan umum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modern yang saat ini berkembang dengan pesat dan telah menjadi bagian hidup

BAB I PENDAHULUAN. modern yang saat ini berkembang dengan pesat dan telah menjadi bagian hidup BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Media sosial merupakan produk teknologi informasi dan komunikasi modern yang saat ini berkembang dengan pesat dan telah menjadi bagian hidup masyarakat Indonesia.

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa : Faktor Kemenangan koalisi Suharsono-Halim dalam

BAB VI PENUTUP. sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa : Faktor Kemenangan koalisi Suharsono-Halim dalam BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis yang sudah dilakukan pada babbab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa : Faktor Kemenangan koalisi Suharsono-Halim dalam pemenangan pemilu kepala

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Setelah Perang Dunia II, demokrasi menjadi salah satu wacana sentral di

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Setelah Perang Dunia II, demokrasi menjadi salah satu wacana sentral di BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Setelah Perang Dunia II, demokrasi menjadi salah satu wacana sentral di seluruh dunia. Saking derasnya arus wacana mengenai demokrasi, hanya sedikit saja negara yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keluarga dalam kehidupannya sehari hari.banyak masyarakat yang mencari

BAB I PENDAHULUAN. keluarga dalam kehidupannya sehari hari.banyak masyarakat yang mencari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan media massa, baik elektronik maupun cetak mengalami pertumbuhan luar biasa. Indikasinya, bisa dilihat dari pertumbuhan jumlah media massa yang terus mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dudih Sutrisman, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dudih Sutrisman, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai sebuah negara berdaulat telah melalui perjalanan sejarah panjang dalam kepemimpinan nasional sejak kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistem politik-demokratik modern. Pemilu bahkan telah menjadi salah satu

BAB I PENDAHULUAN. sistem politik-demokratik modern. Pemilu bahkan telah menjadi salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum (pemilu) merupakan salah satu instrumen terpenting dalam sistem politik-demokratik modern. Pemilu bahkan telah menjadi salah satu parameter

Lebih terperinci

GOLKAR PASCA PUTUSAN MENKUMHAM. LSI DENNY JA Desember 2014

GOLKAR PASCA PUTUSAN MENKUMHAM. LSI DENNY JA Desember 2014 GOLKAR PASCA PUTUSAN MENKUMHAM LSI DENNY JA Desember 2014 Golkar Pasca Putusan Menkumham Menteri Hukum dan Ham (Menkumham) telah mengeluarkan keputusan bahwa pemerintah tak bisa menentukan apakah Munas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan perempuan sampai saat ini masih menjadi wacana serius untuk

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan perempuan sampai saat ini masih menjadi wacana serius untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persoalan perempuan sampai saat ini masih menjadi wacana serius untuk didiskusikan, selain karena terus mengalami perkembangan, juga banyak permasalahan perempuan

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS. Penelitian mengenai Evaluasi Pemilihan Umum Pada Proses

BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS. Penelitian mengenai Evaluasi Pemilihan Umum Pada Proses BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS A. PEMBAHASAN Penelitian mengenai Evaluasi Pemilihan Umum Pada Proses Pencalonan Non Partai Pemilihan Kepala Daerah (Tanggapan Partai Politik Khusus DIY) dapat dijabarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menerapkan konsep, strategi dan teknik-teknik public relations salah satunya

BAB 1 PENDAHULUAN. menerapkan konsep, strategi dan teknik-teknik public relations salah satunya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bagi masyarakat di Indonesia maupun di seluruh dunia, politik merupakan permasalahan yang selalu menjadi perbincangan hangat. Hal ini tentu saja membuat para pelaku

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Sebagai intisari dari uraian yang telah disampaikan sebelumnya dan

BAB V PENUTUP. Sebagai intisari dari uraian yang telah disampaikan sebelumnya dan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sebagai intisari dari uraian yang telah disampaikan sebelumnya dan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, telah teridentifikasi bahwa PDI Perjuangan di Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. diharapkan untuk meningkatkan kualitas politik dan kehidupan demokrasi bangsa Indonesia.

BAB IV KESIMPULAN. diharapkan untuk meningkatkan kualitas politik dan kehidupan demokrasi bangsa Indonesia. BAB IV KESIMPULAN Pelaksanaan pemilu 2009 yang berpedoman pada UU No. 10 Tahun 2008 membuat perubahan aturan main dalam kehidupan politik bangsa Indonesia. Melalui UU tersebut diharapkan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan BAB V PENUTUP Bab ini terdiri atas kesimpulan dan saran penelitian. Kesimpulan diharapkan dapat memberi gambaran menyeluruh mengenai temuan dan analisis atas masalah utama penelitian, yakni strategi komunikasi

Lebih terperinci

BAB V. Penutup. A. Kesimpulan

BAB V. Penutup. A. Kesimpulan BAB V Penutup A. Kesimpulan Kuasa uang dalam pemilu dengan wujud money politics, masih menjadi cara mutakhir yang dipercaya oleh calon anggota legislatif untuk menjaring suara masyarakat agar mampu menghantarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah tidak lagi terbatas pada kewenangan yang bersifat administratif tapi telah

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah tidak lagi terbatas pada kewenangan yang bersifat administratif tapi telah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan sistem pemilihan juga telah membawa perubahan hubungan tata Pemerintahan antar pusat dan daerah. Pendelegasian kekuasaan dari pusat ke daerah tidak

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. berasal dari dana mereka masing-masing. Di samping itu bantuan finansial dalam

BAB VI KESIMPULAN. berasal dari dana mereka masing-masing. Di samping itu bantuan finansial dalam BAB VI KESIMPULAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan konsep sumber daya, maka peneliti dapat mendeskripsikan kesimpulan sebagai berikut : sumber daya yang menjadi faktor kekalahan dari caleg perempuan adalah informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pemilihan umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem demokrasi untuk memilih wakil rakyat yang akan duduk di lembaga perwakilan rakyat. Selain itu pemilu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat

I. PENDAHULUAN. memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya masyarakat memegang peran utama dalam praktik pemilihan umum sebagai perwujudan sistem demokrasi. Demokrasi memberikan kebebasan kepada masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Setelah memasuki masa reformasi, partai politik telah menjadi instrumen

I. PENDAHULUAN. Setelah memasuki masa reformasi, partai politik telah menjadi instrumen I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setelah memasuki masa reformasi, partai politik telah menjadi instrumen penting dalam kehidupan demokrasi di Indonesia. Partai politik diberikan posisi penting

Lebih terperinci

KAMPANYE NEGATIF DAN PREDIKSI HASIL PILEG Lingkaran Survei Indonesia April 2014

KAMPANYE NEGATIF DAN PREDIKSI HASIL PILEG Lingkaran Survei Indonesia April 2014 KAMPANYE NEGATIF DAN PREDIKSI HASIL PILEG 2014 Lingkaran Survei Indonesia April 2014 1 Kata Pengantar Kampanye Negatif dan Prediksi Hasil Pileg 2014. Menjelang Pemilu 2014, gelombang kampanye negatif terhadap

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. ekonomi, kultural, sosial, dan modal simbolik. mampu untuk mengamankan kursi Sumenep-1 kembali.

BAB V PENUTUP. ekonomi, kultural, sosial, dan modal simbolik. mampu untuk mengamankan kursi Sumenep-1 kembali. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Analisis Modal Petahana (Busyro Karim) Busyro Karim adalah kandidat petahana yang mencalonkan kembali pada Pemilu Bupati Sumenep 2015 dengan strategi yang dianalisis dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan media massa dalam menyuguhkan informasi yang akurat dan faktual semakin dibutuhkan di tengah-tengah masyarakat. Kebutuhan tersebut diiringi dengan semakin

Lebih terperinci

ANATOMI CALEG PEMILU FORMAPPI 3 Oktober 2013

ANATOMI CALEG PEMILU FORMAPPI 3 Oktober 2013 ANATOMI CALEG PEMILU 2014 FORMAPPI 3 Oktober 2013 I. Pengantar Alasan melakukan kajian: Membantu pemilih mendapatkan informasi yang utuh tentang Caleg dalam Pemilu 2014. Lingkup kajian: Profil Caleg Pemilu

Lebih terperinci

BAB VI P E N U T U P

BAB VI P E N U T U P 188 BAB VI P E N U T U P A. Kesimpulan Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan antara lain: Pertama, peran kiai pondok pesantren Mambaul Ulum Bata-Bata dalam dinamika politik ada beberapa bentuk, yakni

Lebih terperinci

Kajian Pelaporan Awal Dana Kampanye Partai Politik Pemilu 2014: KPU Perlu Tegas Atas Buruk Laporan Dana Kampanye Partai Politik

Kajian Pelaporan Awal Dana Kampanye Partai Politik Pemilu 2014: KPU Perlu Tegas Atas Buruk Laporan Dana Kampanye Partai Politik Koalisi Pemantauan Dana Kampanye Transparansi Internasional Indonesia dan Indonesia Corruption Watch Kajian Pelaporan Awal Dana Kampanye Partai Politik Pemilu 2014: KPU Perlu Tegas Atas Buruk Laporan Dana

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP Pada bab terakhir ini peneliti akan memaparkan mengenai kesimpulan dan saran yang terkait dengan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya. Peneliti akan menjelaskan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam Negara demokrasi, pemilu merupakan sarana untuk melakukan pergantian

I. PENDAHULUAN. Dalam Negara demokrasi, pemilu merupakan sarana untuk melakukan pergantian I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Negara demokrasi, pemilu merupakan sarana untuk melakukan pergantian pemimpin pada tingkatan daerah sebagai syarat meneruskan estafet pemerintahan. Pemilu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. demokrasi, desentralisasi dan globalisasi. Jawaban yang tepat untuk menjawab

BAB I PENDAHULUAN. demokrasi, desentralisasi dan globalisasi. Jawaban yang tepat untuk menjawab BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Memasuki abad 21, hampir seluruh negara diberbagai belahan dunia (termasuk Indonesia) menghadapi tantangan besar dalam upaya meningkatkan sistem demokrasi,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. disimpulkan bahwa KAMMI telah melakukan beberapa hal terkait dengan strategi

BAB V PENUTUP. disimpulkan bahwa KAMMI telah melakukan beberapa hal terkait dengan strategi BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian dan pembahasan dalam skripsi ini, dapat disimpulkan bahwa KAMMI telah melakukan beberapa hal terkait dengan strategi penguatan gerakan dalam hal menebar

Lebih terperinci

Terpelajar itu harusnya setia dalam mendidik (Tawakkal Baharuddin) Untuk: Keluarga, Saudara dan Sahabat

Terpelajar itu harusnya setia dalam mendidik (Tawakkal Baharuddin) Untuk: Keluarga, Saudara dan Sahabat Terpelajar itu harusnya setia dalam mendidik (Tawakkal Baharuddin) Untuk: Keluarga, Saudara dan Sahabat vii KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas

Lebih terperinci

Catatan Kepergian dan Mutiara Kepemimpinan HKM. Oleh: I Dewa Kade Wiarsa Raka Sandi (Ketua KPU Provinsi Bali)

Catatan Kepergian dan Mutiara Kepemimpinan HKM. Oleh: I Dewa Kade Wiarsa Raka Sandi (Ketua KPU Provinsi Bali) Catatan Kepergian dan Mutiara Kepemimpinan HKM Oleh: I Dewa Kade Wiarsa Raka Sandi (Ketua KPU Provinsi Bali) 1 Berita tentang berpulangnya Ketua KPU Husni Kamil Manik (HKM) yang saya terima pada tanggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk kepedulian sebuah Negara terhadap rakyatnya. Di Indonesia sendiri,

BAB I PENDAHULUAN. bentuk kepedulian sebuah Negara terhadap rakyatnya. Di Indonesia sendiri, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesejahteraan sosial adalah impian bagi setiap Negara dibelahan dunia termasuk di Indonesia. Upaya untuk mencapai mimpi tersebut adalah bentuk kepedulian sebuah Negara

Lebih terperinci

Mobilisasi Masyarakat

Mobilisasi Masyarakat Mobilisasi Masyarakat Dalam tulisan ini saya mencoba memadukan beberapa pengalaman dan pengamatan tentang Community Mobilization (Penggerakan Masyarakat), dengan tujuan agar masyarakat ikut melakukan kegiatankegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang digunakan dalam suatu negara. Indonesia adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang digunakan dalam suatu negara. Indonesia adalah salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demokrasi merupakan suatu proses dalam pembentukan dan pelaksanaan pemerintahan yang digunakan dalam suatu negara. Indonesia adalah salah satu negara yang menjalankan

Lebih terperinci