KARYA ILMIAH AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KARYA ILMIAH AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA PASIEN SIROSIS HATI DI RUANG PERAWATAN UMUM LANTAI 6 RUMAH SAKIT ANGKATAN DARAT GATOT SUBROTO KARYA ILMIAH AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners CHRISTAFENNY FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PROFESI NERS DEPOK JULI 2014

2 ii

3 iii

4 KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjankan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmatnya, saya dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN) ini. Penulisan KIAN ini dilakukan dalam rangka memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Ners pada Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa banyak pihak yang membantu dalam proses penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Ns. Mumahad Adam, M. Kep, Sp. Kep. MB sebagai dosen pembimbing KIAN yang selalu memberi bimbingan dan arahan dalam penyelesaian KIAN; 2. Ns. Siti Anisah, Skep., ETN selaku dosen penguji dan pembimbing klinik di lantai 6 PU RSPAD yang telah memberikan waktu, ilmu, dan tenaganya untuk membimbing saya. 3. Ibu Elfy Syahreni, SKp., selaku pembimbing akademik. 4. Orang tua saya, serta adik-adik saya yang telah mendukung dalam bentuk material dan doa; 5. Sahabat-sahabat saya yang telah banyak membantu, mendukung, dan menemani saya dalam suka duka menyelesaikan laporan ini; 6. Kakak senior perawat di lantai 6 PU RSPAD yang telah memberikan bimbingan selama praktik; 7. Seluruh pihak yang turut membantu dan mendukung proses penyelesaian KIAN ini yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu. Semoga Tuhan saja yang membalas segala kebaikan kalian Akhir kata terima kasih untuk setiap motivasi dan dukungannya, semoga Tuhan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga KIAN ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu di dunia keperawatan. Depok, Juli 2014 Penulis iv

5 v

6 ABSTRAK Nama : Christafenny Program Studi : Profesi Ners Judul Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan pada Pasien Sirosis Hati di Ruang Perawatan Umum Lantai 6 Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto Kebiasaan konsumsi alkohol merupakan salah satu faktor risiko masalah kesehatan masyarakat perkotaan. Penyakit yang dapat timbul dari kebiasaan konsumsi alkohol adalah sirosis hati. Karya Ilmiah Akhir ini memberikan gambaran tentang analisis praktik klinik keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan pada pasien sirosis hati di ruang perawatan umum lantai 6 Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto. Implementasi yang telah dilakukan meliputi implementasi manajemen nutrisi, manajemen cairan, dan hipertermia. Intervensi yang menjadi unggulan adalah asupan protein nabati adekuat sebagai upaya peningkatan status nutrisi pasien sirosis hati. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa terjadi peningkatan lingkar lengan atas, peningkatan nilai hemoglobin dan albumin, peningkatan kondisi klinis, dan penurunan lingkar perut. Kata kunci: protein nabati, sirosis hati vi

7 ABSTRACT Name Study program Title : Christafenny : Ners Analysis of urban health nursing clinical practice at liver cirrhosis patients in floor 6 of general care Army Center Hospital Gatot Subroto The habit of alcohol consumption is one of the risk factors of urban public health problem. The disease can arise from alcohol consumption habits is liver cirrhosis. This final scientific paper provides an overview of the analysis of urban health nursing clinical practice at liver cirrhosis patients in floor 6 of general care Army Center Hospital Gatot Subroto. Implementation has been done include the implementation of nutrient management, fluid management, and hyperthermia. Intervention that are seeded adequate intake of vegetable protein as an effort to improve the nutritional status of liver cirrhosis patient. Evaluation results show that an increase in upper arm circumference, hemoglobin and albumin increased value, improved clinical conditions, and a decrease in abdominal circumference. Keywords: liver cirrhosis, vegetable protein. vii

8 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii KATA PENGANTAR... iv HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... v ABSTRAK... vi ABSTRACT... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR LAMPIRAN... xi BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Tujuan Umum Tujuan Khusus Manfaat Penelitian Bagi Pasien Sirosis hati Bagi Pelayanan Keperawatan Bagi Pendidikan Keperawatan Bagi Penelitian... 6 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Fungsi Metabolisme Hati Sirosis hati Alkaholik Gangguan Status Nutrisi pada Sirosis Hati Evaluasi Status N utrisi Sirosis Hati Data Subyektif Data Obyektif Komplikasi Sirosis hati viii

9 2.5.1 Hipertensi Porta Encephalopathy Hepatic Upaya Peningkatan Status Nutrisi Pasien dengan Sirosis Hati Asupan Protein Nabati Adekuat Suplemen Branched Chain Amino Acid BAB III LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA Pengkajian Identitas pasien Alasan masuk Keluhan Utama Riwayat keluhan utama Aktivitas/ istirahat Nutrisi Cairan Pernapasan Neurosensori Sirkulasi Keamanan Eliminasi Analisis Data Prioritas Diagnosa Keperawatan Rencana Intervensi Keperawatan Implementasi Keperawatan Evaluasi BAB VI ANALISIS SITUASI Profil Lahan Praktik Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep Terkait KKMP dan Konsep Kasus Terkait Sirosis hati alkaholik Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh ix

10 4.2.3 Kelebihan volume cairan Hipertermia Analisis Salah Satu Intervensi dengan Konsep dan Penelitian Terkait Alternatif Pemecahan yang Dilakukan BAB V PENUTUP Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA x

11 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1: Rencana Asuhan Keperawatan Lampiran 2: Implementasi dan Evaluasi Lampiran 3: Pemantauan Keseimbangan Cairan Tubuh Harian Lampiran 4: Hasil Pemeriksaan Laboratorium Lampiran 5: Daftar Riwayat Hidup xi

12 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sirosis hati merupakan salah satu masalah kesehatan serius di Indonesia dan dunia. Sirosis hati merupakan penyebab kematian urutan ketiga setelah penyakit kardiovaskular dan penyakit kanker di dunia dengan angka kematian 150 ribu orang meninggal pada tahun 2012 karena sirosis hati. Survei yang dilakukan di Indonesia juga menunjukkan sirosis hati berada pada urutan ketiga penyebab kematian setelah penyakit infeksi dan penyakit paru dengan angka kematian 350 ribu orang meninggal pada tahun 2010 karena sirosis hati. Hal ini menunjukkan bahwa sirosis hati masih merupakan masalah kesehatan yang sulit dikendalikan. Hal ini dapat terjadi karena banyaknya faktor risiko penyebab sirosis hati antara lain penggunaan jarum suntik, riwayat transfusi darah, komplikasi jangka panjang hepatitis B dan C, serta kebiasaan konsumsi alkohol (Kemenkes, 2013; Hadi, 1992; WHO, 2014; Saitz, 2005). Sebagian besar sirosis hati terjadi sebagai komplikasi jangka panjang hepatitis B dan hepatitis C. Jarak waktu terjadinya infeksi hepatitis sampai pada sirosis hati berbeda-beda, jangka waktu paling cepat adalah 6 bulan (Tanurahardja, 1996). Hasil survei di Indonesia di dapatkan data dari 13 juta penderita hepatitis B dan 7 juta penderita hepatitis C, 50% diantaranya mengalami sirosis hati sebagai komplikasi jangka panjang hepatitis. Perbandingan angka kejadian hepatitis di Indonesia pada tahun 2013 meningkat dua kali lipat dari angka kejadian hepatitis pada tahun 2007 dari angka 0,6% menjadi 1,2%. Peningkatan insiden angka kejadian sebesar 125% juga terjadi pada masyarakat perkotaan. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan angka kejadian hepatitis yang signifikan pada masyarakat perkotaan berlangsung dengan cepat. Peningkatan angka hepatitis ini juga dapat menggambarkan kemungkinan peningkatan angka kejadian sirosis hati yang signifikan pada masyarakat perkotaan sebagai komplikasi jangka panjang hepatitis (Kemenkes, 2013; Riskesdas, 2013). 1 Universitas Indone sia

13 2 Angka kejadian yang tinggi pada sirosis hati menimbulkan pertanyaan tentang penyebab utama kejadian sirosis hati. Berdasarkan survei yang dilakukan WHO pada tahun 2012 di seluruh dunia termasuk Indonesia didapatkan hasil dari seluruh insiden sirosis hati terdapat 50% insiden merupakan insiden sirosis alkaholik. Hasil yang sama ditunjukkan pada penelitian Mendez dkk tahun 2005 di Inggris yaitu terdapat 70% insiden hepatitis merupakan hepatitis alkaholik yang berkembang menjadi sirosis alkaholik (Liana, 2006). Penelitian lebih rinci dilakukan oleh WHO pada tahun 2012 dan didapatkan hasil 52,7 laki-laki per populasi dan 16,6 perempuan per populasi yang mengalami sirosis alkaholik (WHO, 2014). Salah satu masalah kesehatan utama pada pasien dengan sirosis hati adalah malnutrisi. Hati sebagai organ penting dalam proses metabolisme tubuh. Sirosis hati mengakibatkan gangguan pada metabolisme tubuh sehingga seluruh proses metabolisme tubuh terganggu karena proses sirosis. Akibat dari terganggunya metabolisme tubuh ini adalah penurunan berat badan, penurunan asupan nutrisi, peningkatan kerentanan terhadap infeksi, dan penurunan produksi energi. Penurunan produksi energi yang didukung juga oleh penurunan asupan nutrisi ini dapat mengakibatkan penurunan produktivitas kerja. Penuruanan produktivitas kerja inilah yang dapat menjadi penyebab penurunan kualitas hidup sehingga penting bagi pasien dengan sirosis hati mengupayakan peningkatan status nutrisi dengan tujuan peningkatan produktivitas dan kualitas hidup. Salah satu sumber energi tubuh adalah protein atau asam amino. Akan tetapi sumber protein yang efektif untuk meningkatkan status nutrisi pasien dengan sirosis hati adalah dengan asupan nutrisi sumber protein nabati (Fauzi dkk, 2009; Bianchi dkk, 2009). Pasien dengan sirosis hati yang diberikan protein sumber nabati menunjukkan peningkatan status nutrisi yang signifikan dibandingkan dengan pasien yang diberikan sumber protein hewani. Peningkatan status nutrisi ini ditunjukkan dengan peningkatan nilai anthopometri, kondisi klinis, dan fungsi hati. Akan tetapi tidak menunjukkan peningkatan pada produksi amonia dan nitrogen. Peningkatan status nutrisi tanpa peningkatan amonia dan nitrogen ini Universita s Indone sia

14 3 menunjukkan bahwa asupan nutrisi protein nabati lebih efektif dan aman bagi pasien dengan sirosis hati. Peningkatan status nutrisi ini juga mendukung peningkatan produktivitas kerja ditandai dengan perbaikan kondisi pasien secara klinis (Bianchi dkk, 2009; Fowler, 2013) Hasil observasi di ruang 6 PU RSPAD selama 7 minggu praktik menunjukkan jumlah pasien dengan sirosis hati mencapai 21.26% dari kapasitas total 12 tempat tidur ruang perawatan gastrointestinal. Hasil wawancara dan observasi yang dilakukan dengan pasien didapatkan data bahwa pasien mengalami sirosis hati sejak Februari Sirosis hati ini terjadi sebagai komplikasi dari hepatitis B yang telah diderita pasien selama 3 tahun terakhir. Sirosis hati yang dialami pasien termasuk sirosis hati alkaholik. Pasien mengatakan memiliki kebiasaan mengkonsumsi alkohol sekitar sejak usia 20 tahun. Kemudian selama bekerja sebagai TNI 20 tahun yang lalu pasien mengatakan bahwa kebiasaan konsumsi alkohol tersebut semakin sering dilakukan sekitar 3-4 kali dalam seminggu. Hal ini menujukkan selain sebagai komplikasi lanjut dari hepatitis B dan hepatitis C, faktor risiko utama sirosis hati adalah kebiasaan konsumsi alkohol. Kebiasaan konsumsi alkohol menjadi suatu aktivitas yang sering dijumpai pada masyarakat perkotaan. Sehingga sebagian besar kejadian sirosis hati merupakan masalah perkotaan di negara maju dan berkembang. Dari seluruh penderita sirosis alkaholik sebagian besar didominasi oleh laki-laki yang berusia produktif. Oleh karena itu penting dilakukan upaya pengendalian kejadian sirosis hati jika insiden ini terus berkembang tidak menutup kemungkinan dapat mengganggu produktivitas masyarakat khususnya masyarakat perkotaan pada usia produktif yang menjadi sumber daya manusia terbesar dari suatu negara Rumusan Masalah Kebiasaan konsumsi alkohol merupakan salah satu aktivitas yang sering dijumpai pada masyarakat perkotaan. Kebiasaan konsumsi alkohol ini merupakan salah satu faktor risiko perilaku kesehatan khususnya gangguan fungsi hati. Sirosis hati merupakan salah satu penyakit hati yang disebabkan oleh kebiasaan konsumsi Universita s Indone sia

15 4 alkohol dengan angka kematian tinggi. Masalah kesehatan pasien dengan sirosis hati adalah malnutrisi yang dapat menyebabkan rendahnya produktivitas. Salah satu asupan nutrisi yang dianjurkan adalah sumber protein nabati. Akan tetapi pola asupan nutrisi dengan sumber protein nabati ini belum dilakukan secara optimal sebagai upaya peningkatan asupan nutrisi pada pasien dengan sirosis hati Tujuan Penelitian Tujuan Umum Menggambarkan analisis praktik klinik keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan pada pasien sirosis hati di ruang perawatan umum lantai 6 Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto Tujuan Khusus Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tujuan khusus penelitian, yaitu: 1. Menggambarkan analisis praktik klinik keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan tentang status nutrisi pasien dengan sirosis hati di ruang perawatan umum lantai 6 Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto 2. Menggambarkan analisis praktik klinik keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan tentang manfaat asupan nutrisi protein nabati sebagai upaya peningkatan status nutrisi pasien dengan sirosis hati di ruang perawatan umum lantai 6 Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto Manfaat Penelitian Bagi Pasien Sirosis Hati Laporan ini memberikan gambaran analisis praktik klinik keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan pada pasien sirosis hati di ruang perawatan umum lantai 6 Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto. Laporan ini juga memberikan informasi kepada pasien dengan sirosis hati tentang gambaran status nutrisi dan manfaat asupan nutrisi protein nabati sebagai upaya peningkatan status nutrisi pasien dengan sirosis hati. Selanjutnya pasien dengan sirosis hati dapat menerapkan dalam pola hidup sehari-hari. Diharapkan setelah pasien mendapat informasi dari hasil analisis praktik ini, dapat diterapkan dalam pola makan Universita s Indone sia

16 5 sehari-hari sehingga mendapatkan manfaat peningkatan status nutrisi. Peningkatan status nutrisi selanjutnya dapat meningkatkan produktivitas kerja dan peningkatan kualitas hidup pasien dengan sirosis hati Bagi Pelayanan Keperawatan Laporan ini memberikan gambaran analisis praktik klinik keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan pada pasien sirosis hati di ruang perawatan umum lantai 6 Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto. Laporan ini juga memberikan informasi kepada perawat tentang gambaran status nutrisi dan manfaat asupan nutrisi protein nabati sebagai upaya peningkatan status nutrisi pada pasien dengan sirosis hati. Selanjutnya setelah perawat mendapat informasi tentang manfaat asupan nutrisi protein nabati, perawat dapat melakukan asuhan keperawatan yang tepat dalam peningkatan status nutrisi pasien dengan sirosis hati. Pelayanan keperawatan yang tepat tentang asupan nutrisi pasien dengan sirosis hat dapat meningkatkan status nutrisi pasien tersebut dan mempercepat proses pemulihan pasien. Hal ini dapat menunjukkan peningkatan mutu dan pelayanan keperawatan khususnya perawatan pasien dengan sirosis hati. Hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai materi promosi kesehatan dan discharge planning bagi perawat yang bekerja di klinik. Sehingga dengan promosi kesehatan dan discharge planning yang tepat dapat mencegah terjadinya insiden rawat kembali pasien dengan sirosis hati atau rawat kembali pasien dengan komplikasi encephalopathy hepatic Bagi Pendidikan Keperawatan Laporan ini memberikan gambaran analisis praktik klinik keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan pada pasien sirosis hati di ruang perawatan umum lantai 6 Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto. Laporan ini juga memberikan informasi bagi pendidikan keperawatan tentang gambaran status nutrisi dan manfaat asupan nutrisi protein nabati sebagai upaya peningkatan status nutrisi pada pasien dengan sirosis hati. Penting bagi mahasiswa keperawatan mengetahui pola asupan nutrisi yang tepat bagi pasien dengan sirosis hati. Penting juga bagi Universita s Indone sia

17 6 pendidikan keperawatan memasukkan materi manfaat asupan nutrisi protein nabati pasien dengan sirosis hati pada kurikulum mata ajar keperawatan Bagi Penelitian Laporan ini memberikan gambaran analisis praktik klinik keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan pada pasien sirosis hati di ruang perawatan umum lantai 6 Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto. Laporan ini juga memberikan informasi bagi pembaca tentang status nutrisi dan manfaat asupan nutrisi protein nabati sebagai upaya peningkatan status nutrisi pada pasien dengan sirosis hati. Penelitian ini juga memperkaya penelitian keperawatan yang telah dilakukan. Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan penelitian lebih lanjut khususnya dalam topik nutrisi yang tepat pada pasien sirosis hati. Universita s Indone sia

18 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka merupakan bagian penelitian yang menguraikan teori-teori, temuan, maupun penelitian terkait yang menjadi dasar pembahasan masalah dalam penelitian. Tinjauan pustaka ini menguraikan konsep sirosis hati dan asuahan keparawatan khususnya asupan nutrisi protein nabati sebagai upaya peningkatan status nutrisi pasien dengan sirosis hati. 2.1 Fungsi Metabolisme Hati Hati merupakan organ terbesar dalam tubuh dan memiliki peran penting dalam proses metabolisme tubuh. Hati terlibat dalam seluruh proses kimia metabolisme tubuh dengan memproduksi, mensekresi, mensintesis, dan menyimpan senyawa atau substansi yang digunakan dalam proses metabolisme. Proses metabolisme yang terjadi adalah metabolisme glukosa, protein, dan lemak. Selain itu hati juga berperan sebagai tempat penyimpanan mikronutrien (Smeltzer & Bare, 2002; White, Duncan, & Baumle, 2012). a. Glukosa yang masuk melalui traktus pencernaan, masuk ke hati melalui vena porta, kemudian diubah menjadi glikogen dan disimpan dalam hepatosit. Glikogen ini disimpan di hepatosit sebagai cadangan glukosa dan akan diubah kembali menjadi glukosa jika dibutuhkan oleh tubuh. Sintesis glukosa tambahan juga merupakan fungsi hati melalui proses glukoneogenesis, yaitu merubah asam amino atau asam lemak menjadi glukosa. Fungsi metabolisme glukosa dan tempat penyimpanan cadangan glukosa ini merupakan fungsi hati untuk menjaga kestabilan gula darah. b. Hampir seluruh sintesis plasma protein di dalam tubuh dilakukan oleh hati. Plasma protein tersebut antara lain albumin, faktor pembekuan darah, dan lipoprotein. Albumin berperan untuk menjaga tekanan onkotik intravaskular, sehingga cairan tetap berada di intravaskular. Sintesis faktor pembekuan darah juga dilakukan oleh hati dengan bantuan vitamin K. Sintesis faktor pembekuan darah ini diperlukan untuk mencegah terjadinya 7 Universitas Indone sia

19 8 menghentikan perdarahan pada tubuh. Metabolisme protein menghasilkan asam amino yang berperan penting dalam perbaikan sel-sel tubuh. Hasil samping dari sintesis protein tersebut adalah amonia. Amonia juga diproduksi oleh bakteri yang hidup di intestinum. Amonia di dalam tubuh bersifat toksik, sehingga hati mensintesis amonia menjadi ureum yang dapat disekresikan melalui urin. c. Metabolisme lemak dilakukan oleh hati dengan mengubah asam lemak menjadi energi dengan hasil samping badan keton. Badan keton merupakan senyawa-senyawa kecil yang terdiri dari aseton-asetat, asam beta hidroksibutirat, dan aseton yang dapat didistribusikan ke otot dan jaringan tubuh. Asam lemak dan hasil sintesis lipid lainnya disimpan dalam hepatosit. Asam lemak dan lipid yang ditimbun berlebih dalam hati dapat dinamakan fatty liver. d. Hati juga berfungsi sebagai penyimpanan mikronutrien. Vitamin larut lemak seperti vitamin A, D, E, dan K serta vitamin B 12 disimpan di hati. Selain vitamin, mineral penting seperti besi dan tembaga juga disimpan di hati. e. Selain metabolisme makronutrien dan mikronutrien hati juga memiliki peran dalam metabolisme dan sintesis obat dan alkohol. Hati mengkonjugasi substansi obat dan alkohol dengan senyawa tubuh lainnya agar dapat disintesis menjadi senyawa lebih kecil sehingga dapat didistribusikan ke sel tertentu dan diserap oleh lebih mudah. 2.2 Sirosis Hati Alkaholik Sirosis hati merupakan penyakit kronik dengan karakteristik pergantiaan jaringan normal hati dengan fibrosis yang difuse yang akan mengubah struktur dan fungsi hati. Sirosis hati merupakan pembentukan jaringan parut di hati sebagai gambaran stadium akhir fibrosis hepatik yang ditandai oleh penumpukan jaringan ikat, distorsi vaskular, dan regenerasi nodulus parenkim (Smeltzer & Bare, 2002; White, Duncan, & Baumle, 2012). Sirosis hati alkaholik merupakan gangguan fungsi dan struktur hati yang disebabkan oleh konsumsi alkohol dalam waktu Universita s Indone sia

20 9 menahun. Sirosis hati alkaholik merupakan sirosis yang paling sering ditemukan dari seluruh kasus sirosis hati. Hati akan melakukan metabolisme 80%-90% alkohol yang masuk ke dalam tubuh. Senyawa alkohol tersebut akan dimetabolisme oleh enzim alkoholdehirogenase (ADH) dan koenzim nikotinamid-adenin-dinokleotida (NAD) menjadi asetaldehid. Asetaldehid ini merupakan produk yang reaktif sehingga dapat merusak struktur sel hati dan merusak fungsi hati. Konsumsi alkohol menahun akan menyebabkan kerusakan hati yang parah sehingga mengurangi kapasitas hati melakukan oksidasi lemak. Hal ini akan menyebabkan penimbunan lemak dijaringan hati yang disebut fatty liver. Penumpukan lemak ini juga akan menyebabkan peregangan sel hati sehingga suplai oksigen dan nutrisi untuk perbaikan sel dan jaringan hati berkurang. Kegagalan perbaikan hati menyebabkan appotosis atau kerusakan hati yang parah dan pemebentukan jaringan ikat sampai terjadi sirotik pada hati. 2.3 Gangguan Status Nutrisi pada Sirosis Hati Keluhan utama gangguan nutrisi pada sirosis hati adalah mual. Rasa mual tersebut dapat disebabkan oleh obstruksi portal dan juga dapat disebabkan oleh penumpukan cairan asites yang menekan lambung. Konsumsi alkohol menahun dapat menyebabkan kerusakan struktur dan fungsi hati. Penurunan fungsi hati ini menyebabkan penurunan fungsi metabolisme lemak, sehingga terjadi penimbunan lemak di hati yang disebut fatty liver. Kondisi perlemakan hati menyebabkan kegagalan perbaikan struktur dan fungsi hati akibat penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke sel hati yang rusak. Jaringan parut akan terus terbentuk sebagai respon kerusakan hati yang parah. Semakin luas kerusakan hati maka akan semakin luas jaringan parut yang terbentuk, sehingga membuat ukuran hati semakin besar. Perbesaran hati ini dapat dievaluasi dengan pengkajian fisik palpasi atau pengakajian dignostik USG abdomen (Fauzi dkk, 2009; Fowler, 2012). Pada kondisi hati yang normal, maka darah yang membawa hasil nutrien dari traktus pencernaan masuk ke hati melalui vena porta. Akan tetapi karena hati Universita s Indone sia

21 10 mengalami sirotik maka darah dari traktus pencernaan akan menumpuk pada vena porta. Penumpukan darah di vena porta ini akan membuat kompensasi dengan cara membuat pembuluh darah kolateral yang mengalirkan darah kembali ke traktus pencernaan. Akibatnya akan terjadi kongesti pasif yang kronis pada traktus pencernaan sehingga menimbulkan dispepsia atau rasa mual. Kongesti pasif ini juga dapat menimbulkan diare atau konstipasi (Smeltzer & Bare, 2002; White, Duncan, & Baumle, 2012). Hati sebagai tempat sintesis protein termasuk sintesis albumin. Kerusakan pada struktur dan fungsi hati menyebabkan penuruanan sintesis protein albumin, sehingga kadar albumin tubuh menurun. Fungsi albumin tubuh adalah menjaga tekanan onkotik intravaskular. Penurunan kadar albumin tubuh akibat sirosis hati menyebabkan penurunan tekanan onkotik intravaskular. Penurunan tekanan onkotik mengakibatkan perpindahan cairan intravaskular ke ekstravaskular. Salah satu tempat penumpukan cairan estravaskular adalah rongga peritonium. Penumpukan cairan dirongga peritoium akan menyebabkan asites yang ditandai dengn perbesaran abdomen dan shifting dullnes positif. Adanya asites dan perbesaran abdomen ini dapat menekan rongga lambung dan menimbulkan rasa mual. Hati sebagai tempat penyimpanan mineral penting. Salah satu mineral yang disimpan dihati adalah besi. Kerusakan hati dapat menyebabkan defisiensi zat besi yang berakibat pada penurunan hemoglobin. Penurunan kadar hemoglobin ini disebut anemia. Anemia merupakan manifestasi klinis yang sering dijumpai pada pasien dengan sirosis hati. Anemia akibat defisiensi zat besi ini dapat menyebabkan kelelahan berat pada pasien sehingga menurunkan produktivitas pasien. Universita s Indone sia

22 Evaluasi Status Nutrisi Sirosis Hati Data Subyektif Keluhan utama pasien dengan sirosis hati pada umumnya adalah mual dengan atau pun tidak disertai muntah. Rasa mual ini akan menyebabkan penurunan nafsu makan dan dalam waktu lama menyebabkan penurunan berat badan. Penurunan asupan nutrisi tersebut juga akan menyebabkan kelelahan berat dan penurunan produktifitas (Potter & Perry, 2009) Data Obyektif Evaluasi obyektif status nutrisi pasien dengan sirosis hati dilakukan dengan alat pengkajian nutrisi antropometri, biokimia darah, kondisi klinis, dan terapi dan diet. Pengkajian antropometri meliputi berat badan, tinggi badan, lingkar perut, lingkar lengan atas, dan indeks massa tubuh (IMT). Pengkajian biokimia darah meiputi nilai serum protein albumin dan hematologi darah seperti hemoglobin dan hematokrit. Pengkajian kondisi klinis meliputi pengkajian jaundice, anemis, dan kelelahan yang tampak. Pengkajian terapi diet meliputi pengkajian asupan nutrisi, diet yang dianjurkan, dan terapi medikasi terkait (Potter & Perry, 2009). 2.5 Komplikasi Sirosis Hati Hipertensi Porta Didefinisikan sebagai peningkatan tekanan vena porta yang menetap. Penyebabnya adalah peningkatan resistensi aliran darah melalui hati, dan peningkatan aliran arteri splanknikus. Saluran kolateral timbul akibat sorisis adalah esofagus bagian bawah. Adanya saluran ini menimbulkan varises esofagus. Perdarahan pada varises ini sering menimbulkan kematian. Hemoroid juga akan terjadi bila hipertensi porta ini terus terjadi. Kemudian Asistes timbul karena peningkatan tekanan balik vena portal, tekanan hidrostatik meningkat pada usus, penurunan tekanan osmotik koloid (hipoalbumin), retensi natrium dan air. Universita s Indone sia

23 Encephalopathy hepatic Terjadi pada infeksi hati yang beratdan kegagalan fungsi hati. Penyebabnya adalah ketidakmampuan hati untuk memetabolisme amonia menjadi ureum, sehingga peningkatan kadar amonia dapat menekan sistem saraf pusat yang ditandai dengan peningkatan amonia di dalam darah dan cairan serebrospinal. Setiap proses yang berpotensi meningkatkan kadar protein didalam usus seperti peningkatan intake protein/perdarahan saluran cerna akan meningkatkan amonia dalam darah. Manifestasi klinik yang mungkin pmuncul adalah perubahan kesadaran, perubahan memori, konsentrasi, respon, dan perubahan pola tidur. Prinsip penatalaksanaan pada encephalopaty hepatic adalah mengurangi protein di interstitial, mencegah perdarahan saluran cerna, jika terjadi segera dikeluarkan, mengurangi bakteri yang memproduksi amonia dengan neomycin dan laktulosa (mengurangi absorbsi amonia), mengatasi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, hipoksia, dan infeksi, empertahankan keamanan dan kenyamanan pada klien yang tidak sadar, serta mencegah infeksi dan tidak menggunakan obatobatan yang bersifat hepatotoksik (Smeltzer & Bare, 2002; White, Duncan, & Baumle, 2012). 2.6 Upaya Peningkatan Status Nutrisi Pasien dengan Sirosis Hati Asupan Protein Nabati Adekuat Asupan protein yang adekuat merupakan sumber utama bagi pasien dengan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Peningkatan asupan protein adekuat dapat meningkatkan status nutrisi yang ditandai dengan peningkatan berat badan, lingkar lengan, kondisi klinis, dan nilai biokimia darah. Sehingga penting bagi pasien dengan status nutrisi kuarang untuk mendapatkan asupan protein adekuat. Akan tetapi bagi pasien sirosis hati dengan komplikasi encephalopathy hepatic asupan protein dapat meningkatkan risiko terjadinya encephalopathy hepatic. Peningkatan asupan protein menyebabkan peningkatan kadar ammonia dalam darah sebagai hasil samping metabolism hati. Peningkatan ammonia darah meningkatkan risiko encephalopathy hepatic (Fauzi dkk, 2009). Universita s Indone sia

24 13 Perkembangan penelitian menemukan cara yang efektif bagi pasien sirosis hati untuk meningkatkan status nutrisi. Asupan sumber protein nabati lebih efektif meningkatkan stsutus nutrisi pasien dengan sirosis hati dibandingkan asupan sumber protein hewani. Asupan sumber protein nabati dapat meningkatkan status nutrisi pasien dengan sirosis hati secara signifikan yang ditandai dengan peningkatan kadar albumin, hemoglobin, peningkatan berat badan, dan lingkar lengan. Akan tetapi pada pasien yang diberikan asupan sumber protein nabati tidak ditemukan peningkatan ammonia yang signifikan. Jika dibandingkan antara pasien yang diberikan asupan sumber protein nabati dengan pasien yang diberikan asupan sumber protein hewani ditemukan hasil peningkatan status nutrisi yang signifikan pada pasien yang diberikan asupan sumber protein nabati dan peningkatan ammonia yang lebih tinggi pada pasien yang diberikan asupan sumber protein hewani. Oleh karena itu asupan sumber protein nabati lebih dianjurkan pada pasien sirosis hati (Bruijin dkk, 1993; Bianchi dkk, 2009) Suple men Branched Chain Amino Acid Peningkatan status nutrisi pada pasien dengan sirosis hati yang paling efektif yaitu dengan suplemen branched chain amino acid (BCAA). Suplemen ini adalah suplemen modifikasi dari rantai asam amino menjadi asam amino dengan cabang rantai lebih kompleks sehingga produksi ammonia sebagai hasil samping metabolisme protein dapat diminimallisasi. Jika dibandingkan dengan diet rendah protein dan asupan sumber protein nabati maka suplemen BCAA ini menunjukkan hasil lebih efektif. Pasien sirosis hati yang diberikan suplemen BCAA untuk meningkatkan asupan asam amino tubuh menunjukkan perubahan IMT, status biokimia darah, dan kondisi klinis yang signifikan, akan tetapi tidak menunjukkan peningkatan kadar ammonia dalam darah (Fauzi dkk, 2009). Universita s Indone sia

25 BAB 3 LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 3.1 Pengkajian Identitas pasien Pasien Y (47 tahun) masuk ke RS pada tanggal 12 Mei 2014 pada jam WIB. Pasien memeluk agama Islam dengan kesukuan Jawa. Pekerjaan pasien adalah seorang TNI AD di daerah Papua, dan tinggal di Papua bersama keluarganya. Saat dilakukan pengkajian pada pasien dan keluarga pasien sedang dirawat di ruangan 6 PU RSPAD hari ke tujuh belas Alasan masuk Pasien masuk IGD RSPAD dengan penurunan kesadaran, tubuh tampak menguning, sklera ikterik, demam, perut tampak membesar, dan keluhan mual dan penurunan nafsu makan Keluhan utama Keluhan utama yang dirasakan pasien adalah keluhan asupan nutrisi yaitu penurunan nafsu makan dan mual Riwayat keluhan utama Penurunan nafsu makan yang dikeluhkan Tn. Y dirasakan sejak 3 tahun lalu, sejak Tn. Y menderita hepatitis. Akan tetapi sejak 1 minggu terakhir keluhan nafsu makannya semakin memberat karena ada keluhan tambahan mual Aktivitas/ istirahat Sejak dirawat di RS pasien lebih sering berbaring di tempat tidur. Pasien tidur 2-4 jam pada siang hari, dan tidur 6-8 jam pada malam hari. Pasien mengeluhkan sulit tidur di malam hari karena demam dan menggigil. Tidak ada kebiasaan khusus yang perlu dilakukan Tn. Y sebelum tidur. 14 Universitas Indone sia

26 15 Selama pasien berada di RS pasien mengatakan bahwa dirinya dapat memenuhi kebutuhan dasar secara mandiri. Pasien melakukan hygiene 2 kali sehari secara mandiri, makan 3 kali sehari dengan mandiri, dan eliminasi dengan mandiri. Akan tetapi jika pasien merasakan pusing atau lemas maka pasien akan meminta bantuan kepada keluarga dan perawat ruangan untuk membantu pasien memenuhi kebutuhannya Nutrisi Pengkajian nutrisi dilakukan dengan pengkajian antropometri, status keseimbangan biokimia tubuh, kondisi klinis, dan pola diet pasien. a. Antropometri Berat badan : 55 kg Tinggi badan : 168 cm IMT : 19,48 kg/m 2 Lingkar perut : 86 cm Lingkar lengan atas: 24,7 cm b. Biokimia Hb : 8.5 gr/dl (normal: g/dl) Ht : 26% (normal: 40-52%) Alb : 2.4 g/dl (normal: g/dl) Protein: 5.3 g/dl (6-8.5 g/dl) SGOT : 123 U/L (normal: < 35 U/L) SGPT : 50 U/L (normal: < 40 U/L) c. Kondisi klinis Pasien tampak kurus, sklera kuning, konjungtiva anemis, dan mukosa bibir anemis. Kulit pasien tampak kuning. Postur tubuh tegap, asites, edema tungkai, dan tidak ditemukan edema paru. Riwayat varises esofagus, akan tetapi saat dilakukan pengkajian tidak ditemukan perdarahan perifer atau hematoma. Pasien juga mengatakan merasa mengalami penurunan berat badan yang signifikan dalam 3 bulan terakhir, akan tetapi pasien tidak dapat Universita s Indone sia

27 16 mengatakan secara numerik penurunan berat badan yang dialami karena pasien tidak melakukan pengukuran berat badan secara rutin. d. Pola diet Pasien mengatakan tidak pernah menjalani diet khusus sebelum pasien masuk RS. Selama dirawat di RS pasien disediakan makan utama 3 kali sehari dengan jumlah kalori 1900 kkal per hari dan 2 kali snack. Selain makanan yang disediakan dari RS pasien juga kadang mengkonsumsi snack dari luar RS. Selama di RS pasien diberikan diet rendah protein dengan jumlah asupan protein 44.4 gram/ hari. Selama di RS pasien hanya menghabiskan ¼ - ½ porsi makan dikarenakan penurunan nafsu makan. Berdasarkan hasil wawancara Tn. Y juga memiliki kebiasaan minum alkohol sejak usia 20 tahun dan mulai bertambah frekuensi konsumsi alkohol sejak 10 tahun terakhir Cairan Pasien mengatakan keluhan haus sudah berkurang, asupan cairan Tn. Y cc per hari. Mukosa bibir lembab, turgor kulit elastis, adanya edema tungkai derajat 1, asites positif, shifting dullnes positif, JVP 5+2 cmh 2 O.Tidak ada edema paru, suara nafas vesikuler Pernapasan Pasien tidak memiliki riwayat penyakit pernapasan. Pasien juga tidak memiliki keluhan pada pernapasan. Frekuensi pernapasan yang terukur 24 kali per menit, suara napas vesikuler, dan tidak ada penggunaan otot bantu napas. Pasien juga mengatakan tidak memiliki kebiasaan merokok sejak sakit Neurosensori Pasien memiliki riwayat encephalopathy hepatic, tidak memiliki riwayat stroke atau penyakit neurosensori lainnya. Pasien tidak memiliki riwayat jatuh dalam 1 tahun terakhir. Kekuatan otot pasien baik, dengan skala 5 disetiap sisi, tidak ada kelemahan satu sisi, respon refleks positif, kesadaran kompos mentis, orientasi Universita s Indone sia

28 17 orang, waktu, dan tempat baik dengan nilai GCS 15. Pasien mengeluhkan adanya nyeri kepala dengan skala 2 frekuensi 1-2 menit, durasi 5-10 menit, dan tekanan darah pasien 90/ 60 mmhg Sirkulasi Pasien memiliki riwayat varises esofagus dan tidak memiliki riwayat penyakit jantung dan sirkulasi lainnya. Hasil pengkajian jantung pasien terdengar bunyi jantung I dan bunyi jantung II, tidak ada gallop maupun murmur. Hasil pengkajian palpasi nadi didapatkan data nadi teraba kuat pada nadi karotis, radialis, brakialis dan dorsalis pedis Keamanan Pasien tidak memiliki alergi makanan atau obat-obatan, tidak ada riwayat jatuh dalam 1 tahun terakhir dan tidak ada luka laserasi maupun dekubitus. Pasien mengeluhkan nyeri kepala, tanda vital yang terukur saat dilakukan pengkajian adalah tekanan darah 90/60 mmhg, frekuensi nadi 78 kali per menit, frekuensi pernapasan 24 kali per menit, suhu tubuh 37.7 celsius, skala nyeri 2 pada penusukan infus, frekuensi nyeri sering terutama pada saat medikasi melalui injeksi, durasi nyeri dirasakan selama kurang lebih 1 menit. Pada saat dilakukan pengkajian nyeri frekuensi nadi pasien meningkat hingga 88 kali per menit. Pasien juga mendapatkan terapi diuretik dan laksatif. Pasien hanya terpasang pemvlon sebagai akses medikasi injeksi dan tidak terpasang kateter. Hasil pengkajian fall morse scale pasien menunjukkan risiko rendah Eliminasi Pasien dapat melakukan eliminasi secara mandiri. Pasien mengatakan tidak memiliki keluhan pada eliminasi BAK maupun BAB. Pola BAB pasien 1 kali sehari dengan medikasi laksatif. Berdasarkan hasil wawancara didapatkan data karakteristik feses lunak, warna coklat, tidak ada perdarahan pada feses. Pola BAK pasien 4-6 kali sehari, jika pasien diberikan diuretik frekuensi BAK meningkat menjadi 6-8 kali perhari dengan jumlah volume urine lebih banyak. Universita s Indone sia

29 18 Karakteristik urin pasien agak keruh, dengan bau khas obat-obatan, dan selalu tuntas jika BAK. 3.2 Analisis Data Setelah dilakukan pengkajian maka peneliti membuat pengelompokan dan analisis data. Hasil pengelompokan dan analisis data didapatkan bahwa pasien mengalami masalah pada status nutrisi, status cairan dan sistim sirkulasi. Pengelompokan dan analisis data dilakukan berdasarkan data subyektif dan data obyektif yang kemudian menghasilkan rumusan masalah keperawatan. Berdasarkan hasil wawancara pada pasien dan keluarganya didapatkan data subyektif keluhan utama pasien adalah penurunan nafsu makan dan mual. Penurunan nafsu makan dan rasa mual yang dialami juga memberikan dampak penurunan berat badan pasien dalam 3 bulan terkahir. Pasien juga mengatakan hanya dapat menghabiskan ¼-½ porsi makan setiap kali makan. Berdasarkan hasil obyektif didapatkan data pengkajian fisik IMT pasien 19,48 kg/m 2, nilai lingkar perut 86 cm, nilai lingkar lengan atas 24,7 cm, konjungtiva pucat, sklera ikterik, dan kulit jaundice. Hasil pemeriksaan laboratorium darah didapatkan hasil nilai Hb: 8.5 gr/dl (normal: g/dl), Ht :26% (normal: 40-52%), Alb : 2.4 g/dl (normal: g/dl), Protein : 5.3 g/dl (6-8.5 g/dl), SGOT: 123 U/L (normal: < 35 U/L), SGPT : 50 U/L (normal: < 40 U/L). Berdasarkan pengelompokan dan analisis data tersebut maka didapatkan masalah keperawatan pasien gangguan pemenuhan asupan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Berdasarkan hasil wawancara pada pasien dan keluarganya didapatkan data subyektif pasien mengeluhkan menggigiil, merasa sangat dingin. Hasil observasi menunjukkan pasien terlihat menggigil, memegang selimut dengan erat dan menutupi seluruh badannya dengan selimut. berdasarkan hasil pemeriksaan fisik didapatkan data suhu tubuh pasien C (keterangan: data ini muncul pada hari kedua pengkajian), dan ekstrimitas teraba dingin. Berdasarkan pengelompokan Universita s Indone sia

30 19 dan anlisis data tersebut maka didapatkan masalah keperawatan pasien adalah peningkatan suhu tubuh atau hipertemi. Berdasarkan hasil wawancara pada pasien dan keluarganya didapatkan data subyektif pasien mengeluhkan bengkak pada tungkai. Hasil pemeriksaan fisik pasien menunjukkan adanya asites positif, shifting dullnes positif, tekanan darah 90/60 mmhg, keseimbangan cairan tubuh +200cc dalam 24 jam dan edema tungkai derajat I. Hasil pemeriksaan laboratorium darah pasien menunjukkan nilai albumin 2.4 g/dl. Bedasarkan hasil pengelompokan dan analisis data maka didapatkan masalah keperawatan yang muncul adalah gangguan volume cairan tubuh lebih dari kebutuhan tubuh. 3.3 Prioritas Diagnosa Setelah dilakukan analisis data pengkajian dan dirumuskan masalah keperawatan maka selanjutnya dirumuskan diagnosa keperawatan pasien sesuai dengan prioritas masalah. Perumusan diagnosa keperawatan ini ditulis menurut konsep Brunner&Suddart (Wilkinson, 2012) 1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia dan gangguan gastrointestinal. 2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan perpindahan cairan intravaskular ke intertisial. 3. Hipertemia berhubungan dengan proses inflamasi pada sirosis hati. 3.4 Rencana Asuhan Keperawatan Pengakajian dilakukan pada tanggal 26 Mei Berdasarkan hasil pengkajian ditemukan 3 diagnosa keperawatan utama selama pasien dirawat dari tanggal Mei Setelah menemukan 3 diagnosa keperawatan utama pada pasien maka langkah selanjutnya dilakukan perumusan rencana asuhan keperawatan. Rencana asuhan keperawatan ini terdiri dari diagonsa keperawatan, tujuan intervensi, kriteria hasil intervensi keperawatan, dan rencana tindakan keperawatan. Universita s Indone sia

31 20 Diagnosa pertama yang menjadi prioritas masalah keperawatan pasien adalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia dan gangguan gastrointestinal. Tujuan dari intervensi pada diagnosa ini adalah setelah dilakukan intervensi selama 6 x 24 jam maka pasien menunjukkan asupan nutrisi adekuat, yang ditandai oleh kriteria hasil selera makan meningkat, status nutrisi berdasarkan pengukuran fisik meningkat, status nutrisi berdasarkan pengukuran biokimia meningkat, status nutrisi berdasarkan kondisi klinis meningkat, dan asupan nutrisi dan diet adekuat. Intervensi yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut yaitu manajemen gangguan makanan, manajemen elektrolit, manajemen nutrisi, dan manajemen perawatan diri: makan. Diagnosa keperawatan yang kedua pada pasien adalah kelebihan volume cairan berhubungan dengan perpindahan cairan intravaskular ke intertisial. Tujuan dari intervensi diagnosa ini yaitu setelah dilakukan intervensi keperawatan 6 x 24 jam pasien menunjukkan keseimbangan volume cairan tubuh adekuat, yaitu ditandai oleh kriteria hasil keseimbangan intake dan output cairan, tidak ada edema, dan lingkar perut berkurang. Intervensi yang dilakukan untuk mencapai tersebut yaitu manajemen elektrolit, manajemen cairan, dan terapi intravena. Diagnosa keperawatan ketiga pada pasien yaitu hipertemia berhubungan dengan proses inflamasi pada sirosis hati. Tujuan intervensi diagnosa ini adalah setelah dilakukan intervensi keperawatan 1 x 4jam pasien menunjukkan kondisi suhu tubuh dalam batas normal, yang ditandai oleh suhu tubuh dalam rentang 36 0 C C dan tanda-tanda vital stabil. Intervensi yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut yaitu pemantauan termoregulasi, pemantauan tanda-tanda vital, dan terapi antipiretik. 3.5 Implementasi Implementasi yang dilakukan untuk mencapai tujuan asupan nutrisi adekuat adalah manajemen gangguan makanan, manajemen nutrisi, dan manajemen Universita s Indone sia

32 21 perawatan diri: makan. Implementasi manajemen gangguan meliputi mengkaji keluhan mual, muntah, dan nyeri tekan epigastrium yang dirasakan pasien serta pemberian terapi intravena ondansentron dan sucralfat. Implementasi manajemen nutrisi yang dilakukan meliputi mengkaji status nutrisi dengan antropometri, status biokimia darah, kondisi klinis, dan terapi diet yang diterima. Kemudian memberikan terapi diet asupan protein nabati, melakukan pemantauan lingkar lengan, dan pemeriksaan biokimia darah. Manajemen perawatan diri: makan dilakukan meliputi asupan nutrisi. Implementasi ini dilakukan selama 6 hari (tanggal Mei 2014). Diagnosa keperawatan kedua adalah kelebihan volume cairan berhubungan dengan perpindahan cairan intravaskular ke intertisial. Intervensi yang dilakukan untuk mencapai tujuan keseimbangan vaolume cairan adekuat adalah dengan manajemen elektrolit, manajemen cairan, dan terapi intravena. Manajemen elektrolit meliputi pembatasan asupan natrium, dan pemantauan kadar elektrolit darah. Manajemen cairan meiputi pembatasan asupan cairan, pemantauan intake dan ouput cairan tubuh setiap hari, dan pengukuran lingkar perut dan pitting edema setiap hari. Selain manajemen cairan dan elektrolit dilakukan juga intervensi kolaborasi pemberian diuretic intravena. Manajemen elektrolit, manajemen cairan, dan terapi intravena ini dilakukan pada pasien setiap hari selama 6 hari (tanggal Mei 2014). Diagnosa keperawatan ketiga yang didapatkan pada saat pengkajian dilakukan yaitu hipertemia berhubungan dengan proses inflamasi pada sirosis hati. Intervensi untuk mencapai suhu tubuh normal dilakukan dengan pemantauan termoregulasi, pemantauan tanda-tanda vital, dan pemberian antipiretik. Pemantauan termoregulasi dilakukan dengan pemantauan asupan cairan tubuh dan pemberian kompres air hangat. Pemantauan tanda-tanda vital dilakukan dengan pemantauan suhu tubuh setiap 2 jam, sebelum dan sesudah dilakukan kompres air hangat, atau sebelum dan sesudah pemberian antipiretik. Selain termoregulasi dan tanda-tanda vital dilakukan juga intervensi kolaborasi pemebrian antipiretik. Universita s Indone sia

33 22 Implementasi ini dilakukan pada tanggal 26 Mei 2014, 27 Mei 2014, dan 29 Mei Evaluasi Setelah 6 hari dilakukan intervensi keperawatan pada pasien maka dilakukan evaluasi akhir pada tanggal31 Mei Sejak pengkajian tanggal 26 Mei sampai dengan evaluasi akhir tanggal 31 Mei ada 3 diagnosa utama yang ditemukan pada pasien yaitu ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia dan gangguan gastrointestinal, kelebihan volume cairan berhubungan dengan perpindahan cairan intravaskular ke intertisial, dan hipertemia berhubungan dengan proses inflamasi pada sirosis hati. Selama 6 hari perawatan ditemukan juga diagnosa keperawatan lainnya dan dilakukan intervensi akan tetapi tidak dilakukan pendokumentasian dan pelaporan dalam laporan penelitian ini. Intervensi yang dilakukan untuk mengatasi diagnosa keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia dan gangguan gastrointestinal adalah manajemen gangguan makan, manajemen elektrolit, manajemen nutrisi, dan perawatan diri: makan. Implementasi dilakukan setiap hari selama 6 hari (tanggal Mei 2014). Evaluasi akhir menunjukkan bahwa pasien pasien mengalami peningkatan lingkar lengan sebanyak 1 cm, peningkatan aktivitas dan kondisi klinis, keluhan mual berkurang, peningkatan porsi makan, dan peningkatan kadar Hb dan albumin darah. Diagnosa teratasi sebagian karena pasien menunjukkan peningkatan status nutrisi akan tetapi masih mengalami malnutrisi. Intervensi yang dilakukan untuk mengatasi diagnosa keperawatan kelebihan volume cairan berhubungan dengan perpindahan cairan intravaskular ke intertisial adalah manajemen cairan, manajemen elektrolit, dan pemberian terapi intravena. Implementasi dilakukan setiap hari selama 6 hari rawat tanggal Mei Evaluasi akhir menunjukkan bahwa pasien mengalami penurunan lingkar perut 17 Universita s Indone sia

34 23 cm dan edema tungkai berkurang. Asites dan edema tungkai masih ada. Pasien juga mengatakan keluhan haus berkurang dan sudah dapat membatasi asupan cairan. Diagnosa keperawatan ini teratasi sebagian karena pasien menunjukkan perbaikan volume cairan tubuh adekuat akan tetapi masih mengalami kelebihan volume cairan tubuh. Intervensi yang dilakukan untuk mengatasi diagnosa keperawatan hipertemia berhubungan dengan proses inflamasi pada sirosis hati adalah dengan pemantauan termoregulasi, tanda-tanda vital dan pemberian antipiretik. Implementasi ini dilakukan pada tanggal 26 Mei 2014, 27 Mei 2014, dan 29 Mei Evaluasi implementasi menunjukkan suhu tubuh dalam batas normal 36,7 0 C. Diagnosa keperawatan ini teratasi karena pasien menunjukkan suhu tubuh normal 36,7 0 C. Akan tetapi karena proses inflamasi sirosis hati masih berlangsung maka hipertemia berulang masih mungkin terjadi. Universita s Indone sia

35 BAB 4 ANALISIS SITUASI 1.5. Profil Lahan Praktik Rumah sakit pusat angkatan darat (RSPAD) Gatot Subroto merupakan rumah sakit rujukan pusat nasional khusus angkatan darat RI. RSPAD didirikan dengan visi menjadi rumah sakit kebanggaan prajurit. Misi utama RSPAD adalah menyelenggarakan fungsi perumahsakitan tingkat pusat dan rujukan tertinggi bagi rumah sakit TNI AD dalam rangka mendukung tugas pokok TNI AD. Upaya yang dilakukan untuk mencapai visinya, RSPAD menyelenggarakan pelayan medik dalam bentuk pelayanan 24 jam, pelayanan poliklinik spesialis dan sub spesialis, dan pelayanan rawat inap. Pelayanan medis 24 jam yang diberikan adalah ambulance, apotik, pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan radiologi, bank darh, dan pelayanan instalansi gawat darurat. Pelayanan poliklinik spesialis dan sub spesialis yang diberikan adalah poliklinik anak, poliklinik bedah, poliklinik obstetri dan gynekologi, poliklinik penyakit dalam, poliklinik gigi dan mulut, poliklinik gizi, poliklinik ginjal, poliklinik kulit dan kelamin, poliklinik jantung, poliklinik kedoktera nuklir, poliklinik mata, poliklinik kesehatan jiwa, poliklinik rehabilitasi medik, poliklinik syaraf, poliklinik THT dan poliklinik paru. Pelayanan rawat inap diberikan berdasarkan kelas dan fasilitas penunjang rawat inap tersebut. Pelayanan rawat inap dibagi menjadi kelas VIP, kelas 1, kelas 2, dan kelas 3. Ruang perawatan inap dibagi menjadi perawatan umum, perawatan bedah, perawatan paru, perawatan anak, perawatan jiwa, perawatan jantung, perawatan obstetri dan gynekologi, unit stroke, dan kamar perawatan intensiv atau ICU Analisis Masalah Keperawatan Dengan Konsep Terkait KKMP dan Konsep Kasus Terkait Sirosis hati alkaholik Tn. Y (47 tahun) mengalami sirosis hati sejak Februari Sirosis hati yang dialami pasien merupakan sirosis hati alkaholik. Sirosis hati alkaholik merupakan 24 Universita s Indone sia

36 25 sirosis hati yang disebabkan oleh kebiasaan konsumsi alkohol. Berdasarkan hasil pengkajian anamnesa pasien mengatakan memiliki kebiasaan konsumsi alkohol sejak usia 20 tahun. Kebiasaan konsumsi alkohol ini meningkat ketika pasien mulai berpindah dari daerah asal pasien yaitu Ambon ke tempat kerja pasien di Kota Sorong, Papua. Konsumsi alkohol merupakan salah satu kebiasaan yang umum ditemukan pada masyarakat perkotaan yang menjadi penyebab utama terjadinya sirosis hati. Dampak dari meningkatnya kebiasaan konsumsi alkohol pada masyarakat perkotaan yaitu meningkatnya angka kejadian sirosis hati alkaholik. Hal ini sesuai dengan hasil survei yang dilakukan WHO pada tahun 2012 bahwa 50% kasus sirosis hati merupakan kasus sirosis hati alkaholik. Sirosis hati alkaholik ini ditemukan paling banyak pada laki-laki dengan usia produktif dengan angka kejadian 52,7 laki-laki per populasi di Indonesia (WHO, 2014) Selain faktor risiko kebiasaan konsumsi alkohol yang ditemukan pada pasien, riwayat hepatitis B juga merupakan faktor risiko penyebab terjadinya sirosis hati. Berdasarkan hasil anamnesa pasien mengalami hepatitis B sejak 3 tahun lalu, kemudian mengalami sirosis hati sejak Februari Hepatitis B merupakan faktor risiko utama dari komplikasi penyakit hati yang menyebabkan sirosis hati. Hal ini sesuai dengan hasil survei yang dilakukan di Indonesia yaitu dari 13 juta penderita hepatitis B 50% diantaranya mengalami sirosis hati sebagai komplikasi jangka panjang. Peningkatan angka kejadian hepatitis pada masyarakat perkotaan juga meningkat sebesar 125% pada tahun 2013 (Riskesdas, 2013) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh a. Analisis data Keluhan utama yang dialami pasien dengan sirosis hati yaitu penurunan berat badan akibat rasa mual. Keluhan utama ini juga ditemukan pada kasus Tn. Y. Tn. Y mengeluhkan adanya rasa mual yang memberat sejak 1 bulan sebelum dirawat. Keluhan mual dan penurunan nafsu makan ini menyebabkan Tn. Y mengalami penurunan berat badan. Berdasarkan hasil Universita s Indone sia

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095 LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 NAMA NIM : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095 PROGRAM S1 KEPERAWATAN FIKKES UNIVERSITAS MUHAMMADIAH SEMARANG 2014-2015 1 LAPORAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi RSUD dr. Moewardi adalah rumah sakit umum milik pemerintah Propinsi Jawa Tengah. Berdasarkan

Lebih terperinci

LAPORAN KASUS / RESUME DIARE

LAPORAN KASUS / RESUME DIARE LAPORAN KASUS / RESUME DIARE A. Identitas pasien Nama lengkap : Ny. G Jenis kelamin : Perempuan Usia : 65 Tahun T.T.L : 01 Januari 1946 Status : Menikah Agama : Islam Suku bangsa : Indonesia Pendidikan

Lebih terperinci

ETIOLOGI : 1. Ada 5 kategori virus yang menjadi agen penyebab: Virus Hepatitis A (HAV) Virus Hepatitis B (VHB) Virus Hepatitis C (CV) / Non A Non B

ETIOLOGI : 1. Ada 5 kategori virus yang menjadi agen penyebab: Virus Hepatitis A (HAV) Virus Hepatitis B (VHB) Virus Hepatitis C (CV) / Non A Non B HEPATITIS REJO PENGERTIAN: Hepatitis adalah inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus dan reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan kimia ETIOLOGI : 1. Ada 5

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak kematian sel. Kondisi

BAB I PENDAHULUAN. peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak kematian sel. Kondisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sirosis hati adalah penyakit hati menahun yang mengenai seluruh organ hati, ditandai dengan pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Keadaan tersebut terjadi karena

Lebih terperinci

OLEH : KELOMPOK 5 WASLIFOUR GLORYA DAELI

OLEH : KELOMPOK 5 WASLIFOUR GLORYA DAELI OLEH : KELOMPOK 5 HAPPY SAHARA BETTY MANURUNG WASLIFOUR GLORYA DAELI DEWI RAHMADANI LUBIS SRI DEWI SIREGAR 061101090 071101025 071101026 071101027 071101028 Nutrisi adalah apa yang manusia makan dan bagaimana

Lebih terperinci

BAB III ANALISA KASUS

BAB III ANALISA KASUS BAB III ANALISA KASUS 3.1 Pengkajian Umum No. Rekam Medis : 10659991 Ruang/Kamar : Flamboyan 3 Tanggal Pengkajian : 20 Mei 2011 Diagnosa Medis : Febris Typhoid a. Identitas Pasien Nama : Nn. Sarifah Jenis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pada masa kini semakin banyak penyakit-penyakit berbahaya yang menyerang dan mengancam kehidupan manusia, salah satunya adalah penyakit sirosis hepatis. Sirosis hepatis

Lebih terperinci

2. Pengkajian Kesehatan. a. Aktivitas. Kelemahan. Kelelahan. Malaise. b. Sirkulasi. Bradikardi (hiperbilirubin berat)

2. Pengkajian Kesehatan. a. Aktivitas. Kelemahan. Kelelahan. Malaise. b. Sirkulasi. Bradikardi (hiperbilirubin berat) . KOMPLIKASI Ensefalopai hepaic terjadi pada kegagalan hai berat yang disebabkan oleh akumulasi amonia serta metabolik toksik merupakan stadium lanjut ensefalopai hepaik. Kerusakan jaringan paremkin hai

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN HEPATOMEGALI

LAPORAN PENDAHULUAN HEPATOMEGALI LAPORAN PENDAHULUAN HEPATOMEGALI A. KONSEP MEDIK 1. Pengertian Hepatomegali Pembesaran Hati adalah pembesaran organ hati yang disebabkan oleh berbagai jenis penyebab seperti infeksi virus hepatitis, demam

Lebih terperinci

A. lisa Data B. Analisa Data. Analisa data yang dilakukan pada tanggal 18 April 2011 adalah sebagai. berikut:

A. lisa Data B. Analisa Data. Analisa data yang dilakukan pada tanggal 18 April 2011 adalah sebagai. berikut: A. lisa Data B. Analisa Data berikut: Analisa data yang dilakukan pada tanggal 18 April 2011 adalah sebagai No. Data Fokus Problem Etiologi DS: a. badan terasa panas b. mengeluh pusing c. demam selama

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA

LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA A. KONSEP MEDIK 1. Pengertian Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar darah Hemoglobin (Hb) atau hematokrit di bawah normal. (Brunner & Suddarth, 2000:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme dengan. yang disebabkan oleh berbagai sebab dengan karakteristik adanya

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme dengan. yang disebabkan oleh berbagai sebab dengan karakteristik adanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme dengan karakteristik adanya tanda-tanda hiperglikemia akibat ketidakadekuatan fungsi dan sekresi insulin (James,

Lebih terperinci

SIROSIS HEPATIS R E J O

SIROSIS HEPATIS R E J O SIROSIS HEPATIS R E J O PENGERTIAN : Sirosis hepatis adalah penyakit kronis hati oleh gangguan struktur dan perubahan degenerasi fungsi seluler dan selanjutnya perubahan aliran darah ke hati./ Jaringan

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. menderita deferensiasi murni. Anak yang dengan defisiensi protein. dan Nelson membuat sinonim Malnutrisi Energi Protein dengan

BAB I KONSEP DASAR. menderita deferensiasi murni. Anak yang dengan defisiensi protein. dan Nelson membuat sinonim Malnutrisi Energi Protein dengan BAB I KONSEP DASAR A. Konsep Medis Kurang Energi Protein (KEP) 1. Pengertian Malnutrisi sebenarnya adalah gizi salah, yang mencakup gizi kurang atua lebih. Di Indonesia dengan masih tinggi angka kejadian

Lebih terperinci

Implementasi dan Evaluasi Keperawatan No. Dx. Tindakan dan Evaluasi

Implementasi dan Evaluasi Keperawatan No. Dx. Tindakan dan Evaluasi Lampiran 1 Senin/ 17-06- 2013 21.00 5. 22.00 6. 23.00 200 7. 8. 05.00 05.30 5. 06.00 06.30 07.00 3. Mengkaji derajat kesulitan mengunyah /menelan. Mengkaji warna, jumlah dan frekuensi Memantau perubahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat selama ini menganggap penyakit yang banyak mengakibatkan kematian adalah jantung dan kanker. Sebenarnya penyakit gagal ginjal juga dapat mengakibatkan kematian

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. Berdarah Dengue (DBD). (Aziz Alimul, 2006: 123). oleh nyamuk spesies Aedes (IKA- FKUI, 2005: 607 )

BAB I KONSEP DASAR. Berdarah Dengue (DBD). (Aziz Alimul, 2006: 123). oleh nyamuk spesies Aedes (IKA- FKUI, 2005: 607 ) BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue, sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti betina.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. TB Paru merupakan penyakit yang disebabkan oleh. Mycobacterium tuberculosis, yaitu kuman aerob yang mudah mati dan

BAB I PENDAHULUAN. TB Paru merupakan penyakit yang disebabkan oleh. Mycobacterium tuberculosis, yaitu kuman aerob yang mudah mati dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang TB Paru merupakan penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yaitu kuman aerob yang mudah mati dan didapat terutama di paru atau berbagai organ tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki jumlah cairan yang lebih sedikit. Perbedaan ini karena laki-laki

BAB I PENDAHULUAN. memiliki jumlah cairan yang lebih sedikit. Perbedaan ini karena laki-laki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cairan dalam tubuh mencakup 50% - 60% dari total berat badan (Ignatavicius & Workman, 2006). Jumlah tersebut sangat bervariasi tergantung dari umur, jenis kelamin dan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2007 jam : Jl. Menoreh I Sampangan Semarang

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2007 jam : Jl. Menoreh I Sampangan Semarang BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2007 jam 14.30 1. Identitas klien Nama Umur Jenis kelamin Alamat Agama : An. R : 10 th : Perempuan : Jl. Menoreh I Sampangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, masih ditemukan berbagai masalah ganda di bidang kesehatan. Disatu sisi masih ditemukan penyakit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, masih ditemukan berbagai masalah ganda di bidang kesehatan. Disatu sisi masih ditemukan penyakit 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, masih ditemukan berbagai masalah ganda di bidang kesehatan. Disatu sisi masih ditemukan penyakit akibat infeksi dan sisi yang lain banyak ditemukan masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sirosis hepatik merupakan suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif (Nurdjanah, 2009). Sirosis hepatik merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. darah yang melalui ginjal, reabsorpsi selektif air, elektrolit dan non elektrolit,

BAB I PENDAHULUAN. darah yang melalui ginjal, reabsorpsi selektif air, elektrolit dan non elektrolit, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal merupakan organ vital yang berperan sangat penting dalam mempertahankan kestabilan lingkungan dalam tubuh. Ginjal mengatur keseimbangan cairan tubuh, elektrolit,

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID Definisi: Typhoid fever ( Demam Tifoid ) adalah suatu penyakit umum yang menimbulkan gejala gejala sistemik berupa kenaikan suhu dan kemungkinan penurunan kesadaran. Etiologi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Setelah menguraikan asuhan keperawatan pada Ny. W dengan post

BAB V PENUTUP. Setelah menguraikan asuhan keperawatan pada Ny. W dengan post BAB V PENUTUP Setelah menguraikan asuhan keperawatan pada Ny. W dengan post ovarektomi dextra atas indikasi kista ovarium yang merupakan hasil pengamatan langsung pada klien yang dirawat di ruang Bougenvile

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Malaria merupakan penyakit kronik yang mengancam keselamatan jiwa yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Malaria merupakan penyakit kronik yang mengancam keselamatan jiwa yang BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Malaria Malaria merupakan penyakit kronik yang mengancam keselamatan jiwa yang disebabkan oleh parasit yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi. 3 Malaria

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian ini merupakan cross sectional survey karena pengambilan data dilakukan pada satu waktu dan tidak berkelanjutan (Hidayat 2007). Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB III RESUME KEPERAWATAN

BAB III RESUME KEPERAWATAN BAB III RESUME KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN 1. Identitas pasien Pengkajian dilakukan pada hari/ tanggal Selasa, 23 Juli 2012 pukul: 10.00 WIB dan Tempat : Ruang Inayah RS PKU Muhamadiyah Gombong. Pengkaji

Lebih terperinci

Thalassemia. Abdul Muslimin Dwi Lestari Dyah Rasminingsih Eka Widya Yuswadita Fitriani Hurfatul Gina Indah Warini Lailatul Amin N

Thalassemia. Abdul Muslimin Dwi Lestari Dyah Rasminingsih Eka Widya Yuswadita Fitriani Hurfatul Gina Indah Warini Lailatul Amin N Thalassemia Abdul Muslimin Dwi Lestari Dyah Rasminingsih Eka Widya Yuswadita Fitriani Hurfatul Gina Indah Warini Lailatul Amin N Maiyanti Wahidatunisa Nur Fatkhaturrohmah Nurul Syifa Nurul Fitria Aina

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dan perawatan orang sakit, cacat dan meninggal dunia. Advokasi,

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dan perawatan orang sakit, cacat dan meninggal dunia. Advokasi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keperawatan meliputi kemandirian atau kolaboratif dalam merawat individu, keluarga, kelompok dan komunitas, baik sakit atau sehat dengan segala kondisi yang meliputinya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal adalah salah satu organ utama sitem kemih atau uriner (tractus urinarius) yang berfungsi menyaring dan membuang cairan sampah metabolisme dari dalam tubuh. Fungsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Status Gizi a. Definisi Status Gizi Staus gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam

Lebih terperinci

Fungsi Makanan Dalam Perawatan Orang Sakit

Fungsi Makanan Dalam Perawatan Orang Sakit P e n g e r t i a n D i e t DASAR DIETETIK M u s l i m, M P H l m u D i e t I Cabang ilmu gizi yang mengatur pemberian makan pada kelompok/perorangan dalam keadaan sehat/sakit dengan memperhatikan syarat

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance base dan

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance base dan BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan Bab ini membahas tentang gambaran pengelolaan terapi batuk efektif bersihan jalan nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit jantung koroner merupakan penyebab tersering terjadinya gagal jantung di Negara Barat yaitu sekitar 60-75% kasus. Hipertensi mempunyai kontribusi untuk

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Jenis kelamin : Laki-laki Suku bangsa : Jawa, Indonesia

BAB III TINJAUAN KASUS. Jenis kelamin : Laki-laki Suku bangsa : Jawa, Indonesia BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian ini dilakukan pada tanggal 20 Juni 2011 di Ruang Lukman Rumah Sakit Roemani Semarang. Jam 08.00 WIB 1. Biodata a. Identitas pasien Nama : An. S Umur : 9

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akibat kanker setiap tahunnya antara lain disebabkan oleh kanker paru, hati, perut,

BAB I PENDAHULUAN. akibat kanker setiap tahunnya antara lain disebabkan oleh kanker paru, hati, perut, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama di seluruh dunia. Pada tahun 2012, kanker menjadi penyebab kematian sekitar 8,2 juta orang. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. demografi, epidemologi dan meningkatnya penyakit degeneratif serta penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. demografi, epidemologi dan meningkatnya penyakit degeneratif serta penyakitpenyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dan kemajuan zaman membawa dampak yang sangat berarti bagi perkembangan dunia, tidak terkecuali yang terjadi pada perkembangan di dunia kesehatan. Sejalan

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP AN. R DENGAN BISITOPENIA DI RUANG HCU ANAK RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP AN. R DENGAN BISITOPENIA DI RUANG HCU ANAK RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP AN. R DENGAN BISITOPENIA DI RUANG HCU ANAK RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG Oleh : Dewi Rahmawati 201420461011056 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Pelayanan Kesehatan bagi Anak. Bab 7 Gizi Buruk

Pelayanan Kesehatan bagi Anak. Bab 7 Gizi Buruk Pelayanan Kesehatan bagi Anak Bab 7 Gizi Buruk Catatan untuk fasilitator Ringkasan kasus Joshua adalah seorang anak laki-laki berusia 12 bulan yang dibawa ke rumah sakit kabupaten dari rumah yang berlokasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Laparotomi merupakan salah satu prosedur pembedahan mayor dengan cara melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Laparotomi merupakan salah satu prosedur pembedahan mayor dengan cara melakukan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laparotomi merupakan salah satu prosedur pembedahan mayor dengan cara melakukan penyayatan pada lapisan dinding abdomen untuk mendapatkan organ dalam abdomen yang mengalami

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan memicu krisis kesehatan terbesar pada abad ke-21. Negara berkembang seperti Indonesia merupakan

Lebih terperinci

CLINICAL MENTORING TATALAKSANA ANEMIA DEFISIENSI BESI DALAM PRAKTEK SEHARI-HARI

CLINICAL MENTORING TATALAKSANA ANEMIA DEFISIENSI BESI DALAM PRAKTEK SEHARI-HARI CLINICAL MENTORING TATALAKSANA ANEMIA DEFISIENSI BESI DALAM PRAKTEK SEHARI-HARI Oleh : Dr.Prasetyo Widhi Buwono,SpPD-FINASIM Program Pendidikan Hematologi onkologi Medik FKUI RSCM Ketua Bidang advokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan suatu keadaan klinis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan suatu keadaan klinis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan suatu keadaan klinis kerusakan ginjal yang progresif dan irreversible dengan etiologi yang beragam. Setiap penyakit yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengeksresikan zat terlarut dan air secara selektif. Fungsi vital ginjal

BAB I PENDAHULUAN. mengeksresikan zat terlarut dan air secara selektif. Fungsi vital ginjal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal menjalankan fungsi yang vital sebagai pengatur volume dan komposisi kimia darah dan lingkungan dalam tubuh dengan mengeksresikan zat terlarut dan air secara selektif.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskular merupakan penyakit gangguan pada jantung dan pembuluh darah, termasuk penyakit jantung koroner, stroke, gagal jantung kongestif, penyakit vaskular

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR SECARA LENGKAP

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR SECARA LENGKAP BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR SECARA LENGKAP Pengumpulan dan penyajian data penulis lakukan pada tanggal 28 Maret 2016 pukul 15.00 WIB,

Lebih terperinci

Hubungan Antara Index Masa Tubuh (Imt) Dan Kadar Hemoglobin Dengan Proses Penyembuhan Luka Post Operasi Laparatomi

Hubungan Antara Index Masa Tubuh (Imt) Dan Kadar Hemoglobin Dengan Proses Penyembuhan Luka Post Operasi Laparatomi Hubungan Antara Index Masa Tubuh (Imt) Dan Kadar Hemoglobin Dengan Proses Penyembuhan Luka Post Operasi Laparatomi (Body Mass Index And Hemoglobin Level Related To Wound Healing Of Patients Undergoing

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ASKEP PADA KLIEN DENGAN PERDARAHAN SALURAN CERNA

LAPORAN PENDAHULUAN ASKEP PADA KLIEN DENGAN PERDARAHAN SALURAN CERNA 1 LAPORAN PENDAHULUAN ASKEP PADA KLIEN DENGAN PERDARAHAN SALURAN CERNA I Deskripsi Perdarahan pada saluran cerna terutama disebabkan oleh tukak lambung atau gastritis. Perdarahan saluran cerna dibagi menjadi

Lebih terperinci

Etiologi Alkohol Menyebabkan alkohol hepatitis dan selanjutnya menjadi alkohol sirosis. Obat-obatan Menyebabkan toksik untuk hati, sehingga sering

Etiologi Alkohol Menyebabkan alkohol hepatitis dan selanjutnya menjadi alkohol sirosis. Obat-obatan Menyebabkan toksik untuk hati, sehingga sering ASKEP HEPATITIS TINJAUAN TEORITIS Defenisi Hepatitis merupakan suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta bahan-bahan

Lebih terperinci

DEFENISI Kanker hati adalah penyakit kronis pada hepar dengan inflamasi dan fibrosis hepar yang mengakibatkan distorsi struktur hepar dan hilang nya

DEFENISI Kanker hati adalah penyakit kronis pada hepar dengan inflamasi dan fibrosis hepar yang mengakibatkan distorsi struktur hepar dan hilang nya ASKEP CA. HEPAR DEFENISI Kanker hati adalah penyakit kronis pada hepar dengan inflamasi dan fibrosis hepar yang mengakibatkan distorsi struktur hepar dan hilang nya sebagian besar fungsi hepar. Kanker

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kasus. Kematian yang paling banyak terdapat pada usia tahun yaitu

BAB I PENDAHULUAN. kasus. Kematian yang paling banyak terdapat pada usia tahun yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit hati (liver) merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan, baik di negara maju maupun di negara yang sedang berkembang. Kerusakan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sirosis hati merupakan penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan adanya proses peradangan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sirosis hati merupakan suatu kondisi dimana jaringan hati yang normal digantikan oleh jaringan parut (fibrosis) yang terbentuk melalui proses bertahap. Jaringan parut

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. O DENGAN CKD ON HD DI RUANG HEMODIALISA BLUD dr. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. O DENGAN CKD ON HD DI RUANG HEMODIALISA BLUD dr. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. O DENGAN CKD ON HD DI RUANG HEMODIALISA BLUD dr. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA OLEH : MEYRIA SINTANI NIM : 2012.C.04a.0314 YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA SEKOLAH TINGGI ILMU

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADIA PASIEN GANGGUAN KEBUTUHAN SUHU TUBUH (HIPERTERMI)

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADIA PASIEN GANGGUAN KEBUTUHAN SUHU TUBUH (HIPERTERMI) LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADIA PASIEN GANGGUAN KEBUTUHAN SUHU TUBUH (HIPERTERMI) A. Masalah Keperawatan Gangguan kebutuhan suhu tubuh (Hipertermi) B. Pengertian Hipertermi adalah peningkatan

Lebih terperinci

Berdasarkan data WHO (2004), sirosis hati merupakan penyebab kematian ke delapan belas di dunia, hal itu ditandai dengan semakin meningkatnya angka

Berdasarkan data WHO (2004), sirosis hati merupakan penyebab kematian ke delapan belas di dunia, hal itu ditandai dengan semakin meningkatnya angka BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sirosis hepatis merupakan penyakit hati kronis yang tidak diketahui penyebabnya dengan pasti. Telah diketahui bahwa penyakit ini merupakan stadium akhir dari penyakit

Lebih terperinci

sex ratio antara laki-laki dan wanita penderita sirosis hati yaitu 1,9:1 (Ditjen, 2005). Sirosis hati merupakan masalah kesehatan yang masih sulit

sex ratio antara laki-laki dan wanita penderita sirosis hati yaitu 1,9:1 (Ditjen, 2005). Sirosis hati merupakan masalah kesehatan yang masih sulit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Spontaneous Bacterial Peritonitis (SBP) tidak hanya disebabkan oleh asites pada sirosis hati melainkan juga disebabkan oleh gastroenteritis dan pendarahan pada saluran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. setelah pembedahan tergantung pada jenis pembedahan dan jenis. dilupakan, padahal pasien memerlukan penambahan kalori akibat

BAB 1 PENDAHULUAN. setelah pembedahan tergantung pada jenis pembedahan dan jenis. dilupakan, padahal pasien memerlukan penambahan kalori akibat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Diet paska bedah merupakan makanan yang diberikan kepada pasien setelah menjalani pembedahan. Pengaturan makanan setelah pembedahan tergantung pada jenis pembedahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sirosis hati merupakan suatu penyakit yang memiliki penyebaran di seluruh dunia. Individu yang terkena sangat sering tidak menunjukkan gejala untuk jangka waktu panjang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun),

BAB I PENDAHULUAN. masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa pertumbuhan dan

Lebih terperinci

Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Anemia

Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Anemia Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Anemia A. Topik : Sistem Hematologi B. Sub Topik : Anemia C. Tujuan Instruksional 1. Tujuan Umum : Setelah penyuluhan peserta diharapkan dapat mengtahui cara mengatasi terjadinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang B. Tujuan C. Manfaat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang B. Tujuan C. Manfaat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kurang kalori protein merupakan salah satu masalah gizi masyarakat yang utama di Indonesia. Upaya untuk meningkatkan keadaan gizi masyarakat telah dilaksanakan melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah, di satu pihak penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang belum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Tingkat. lampau, bahkan jauh sebelum masa itu (Budiyanto, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Tingkat. lampau, bahkan jauh sebelum masa itu (Budiyanto, 2002). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Tingkat keadaan gizi normal

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Dalam tinjauan kasus ini penulis menerapkan Asuhan Keperawatan

BAB III TINJAUAN KASUS. Dalam tinjauan kasus ini penulis menerapkan Asuhan Keperawatan BAB III TINJAUAN KASUS Dalam tinjauan kasus ini penulis menerapkan Asuhan Keperawatan secara langsung kepada pasien yang dirawat dengan penyakit Gagal Ginjal Kronik di ruang C3 Lt.2 RSDK Semarang. Pengumpulan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian 1. Biodata Pasien Pengkajian dilakukan pada hari Senin, tanggal 11 Mei 2009 jam 07.30 WIB dengan cara alloanamnesa, autoanamnesa, observasi pasien dan catatan medis

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN Konsep kebutuhan mempertahankan suhu tubuh normal I.1 Definisi kebutuhan termoregulasi

LAPORAN PENDAHULUAN Konsep kebutuhan mempertahankan suhu tubuh normal I.1 Definisi kebutuhan termoregulasi LAPORAN PENDAHULUAN I. Konsep kebutuhan mempertahankan suhu tubuh normal I.1 Definisi kebutuhan termoregulasi Termoregulasi adalah suatu pengaturan fisiologis tubuh manusia mengenai keseimbangan produksi

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN 51 BAB V HASIL PENELITIAN Bab ini menguraikan hasil penelitian tentang pengaruh terapi air terhadap proses defekasi pasien konstipasi di RSU Sembiring Delitua Deli Serdang yang dilaksanakan pada 4 April-31

Lebih terperinci

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif dr. Yulia Megawati Tenaga Kerja Adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah suatu akibat terjadinya penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh koroner. Penyumbatan atau penyempitan pada

Lebih terperinci

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes type 2: apa artinya? Diabetes tipe 2 menyerang orang dari segala usia, dan dengan gejala-gejala awal tidak diketahui. Bahkan, sekitar satu dari tiga orang dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di rumah sakit. Anak biasanya merasakan pengalaman yang tidak menyenangkan

BAB I PENDAHULUAN. di rumah sakit. Anak biasanya merasakan pengalaman yang tidak menyenangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadaan sakit pada anak usia prasekolah dan anak usia sekolah banyak ditemui di rumah sakit. Anak biasanya merasakan pengalaman yang tidak menyenangkan selama dirawat

Lebih terperinci

PATENT DUCTUS ARTERIOSUS (PDA)

PATENT DUCTUS ARTERIOSUS (PDA) PATENT DUCTUS ARTERIOSUS (PDA) DEFENISI PDA kegagalan menutupnya duktus arteriosus ( arteri yang menghubungkan aorta dan arteri pulmonal ) pd minggu pertama kehidupan, yang menyebabkan mengalirnya darah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh

BAB I PENDAHULUAN. Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh manusia terutama dalam sistem urinaria. Pada manusia, ginjal berfungsi untuk mengatur keseimbangan cairan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Ginjal menjalankan fungsi yang vital sebagai pengatur volume dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Ginjal menjalankan fungsi yang vital sebagai pengatur volume dan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Ginjal menjalankan fungsi yang vital sebagai pengatur volume dan komposisi kimia darah dan lingkungan dalam tubuh dengan mengeksresikan zat terlarut dan air secara selektif.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu kondisi terganggunya metabolisme di dalam tubuh karena

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu kondisi terganggunya metabolisme di dalam tubuh karena 6 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) yang lebih dikenal sebagai penyakit kencing manis adalah suatu kondisi terganggunya metabolisme di dalam tubuh karena ketidakmampuan tubuh membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di Indonesia sering terdengar kata Transisi Epidemiologi atau beban ganda penyakit. Transisi epidemiologi bermula dari suatu perubahan yang kompleks dalam pola kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara menahun dan sifatnya irreversibel, ditandai dengan kadar ureum dan

BAB I PENDAHULUAN. secara menahun dan sifatnya irreversibel, ditandai dengan kadar ureum dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah penurunan fungsi ginjal yang terjadi secara menahun dan sifatnya irreversibel, ditandai dengan kadar ureum dan kreatinin yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saluran pencernaan (gastrointestinal, GI) dimulai dari mulut sampai anus. Fungsi saluran pencernaan adalah untuk ingesti dan pendorongan makanan, mencerna makanan, serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari mulai faal ginjal normal sampai tidak berfungsi lagi. Penyakit gagal ginjal

BAB I PENDAHULUAN. dari mulai faal ginjal normal sampai tidak berfungsi lagi. Penyakit gagal ginjal 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gagal ginjal kronik adalah gangguan faal ginjal yang berjalan kronik dari mulai faal ginjal normal sampai tidak berfungsi lagi. Penyakit gagal ginjal kronik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan suatu kondisi konsentrasi hemoglobin kurang dari

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan suatu kondisi konsentrasi hemoglobin kurang dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anemia merupakan suatu kondisi konsentrasi hemoglobin kurang dari normal, anemia merefleksikan eritrosit yang kurang dari normal di dalam sirkulasi dan anemia

Lebih terperinci

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA AN. N DENGAN HEPATOTOKSIK DI RUANG FLAMBOYAN RSUD SUKOHARJO

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA AN. N DENGAN HEPATOTOKSIK DI RUANG FLAMBOYAN RSUD SUKOHARJO STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA AN. N DENGAN HEPATOTOKSIK DI RUANG FLAMBOYAN RSUD SUKOHARJO DI SUSUN OLEH : ARNY SUSANTI P.09007 PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem pelayanan perawatan kesehatan berubah dengan cepat sesuai dengan perubahan kebutuhan kesehatan masyarakat dan harapan-harapannya. Seiring dengan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu yang membutuhkan daya tahan jantung paru. Kesegaran jasmani yang rendah diikuti dengan penurunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tidak menular (PTM), merupakan penyakit kronik yang tidak. umumnya berkembang lambat. Empat jenis PTM utama menurut WHO

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tidak menular (PTM), merupakan penyakit kronik yang tidak. umumnya berkembang lambat. Empat jenis PTM utama menurut WHO BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM), merupakan penyakit kronik yang tidak ditularkan dari orang ke orang. PTM mempunyai durasi yang panjang dan umumnya berkembang lambat. Empat

Lebih terperinci

Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Bab 4 Batuk dan Kesulitan Bernapas Kasus II. Catatan Fasilitator. Rangkuman Kasus:

Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Bab 4 Batuk dan Kesulitan Bernapas Kasus II. Catatan Fasilitator. Rangkuman Kasus: Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit Bab 4 Batuk dan Kesulitan Bernapas Kasus II Catatan Fasilitator Rangkuman Kasus: Agus, bayi laki-laki berusia 16 bulan dibawa ke Rumah Sakit Kabupaten dari sebuah

Lebih terperinci

PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR (PAGT) INSTALASI GIZI RSU HAJI SURABAYA

PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR (PAGT) INSTALASI GIZI RSU HAJI SURABAYA PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR (PAGT) INSTALASI GIZI RSU HAJI SURABAYA A. Rencana Asuhan Gizi NAMA PASIEN : An. Jacinda Widya USIA : 3 th 6 bl MRS : 8/5/2013 AHLI GIZI : Bu.Widyaningsih PENGKAJIAN DATA

Lebih terperinci

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Usus Besar Kanker usus besar merupakan kanker yang paling umum terjadi di Hong Kong. Menurut statistik dari Hong Kong Cancer Registry pada tahun 2013, ada 66 orang penderita kanker usus besar dari

Lebih terperinci

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POST PARTUM RETENSIO PLACENTA

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POST PARTUM RETENSIO PLACENTA MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POST PARTUM RETENSIO PLACENTA ` Di Susun Oleh: Nursyifa Hikmawati (05-511-1111-028) D3 KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI 2014 ASUHAN KEPERAWATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semua pasien yang dirawat di rumah rakit setiap tahun 50%

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semua pasien yang dirawat di rumah rakit setiap tahun 50% BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semua pasien yang dirawat di rumah rakit setiap tahun 50% mendapat terapi intravena (IV). Namun, terapi IV terjadi di semua lingkup pelayanan di rumah sakit yakni IGD,

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. BIODATA 1. Identitas Pasien. Nama Umur Jenis kelamin Suku/Bangsa Agama : An. F : 3 tahun : Perempuan : Jawa / Indonesia : Islam Status pernikahan : - Pekerjaan : - Alamat : Kedung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dispepsia menurut kriteria Rome III didefinisikan sebagai sekumpulan gejala yang berlokasi di epigastrium, terdiri dari nyeri ulu hati atau ketidaknyamanan, bisa disertai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak pabrik-pabrik yang produk-produk kebutuhan manusia yang. semakin konsumtif. Banyak pabrik yang menggunakan bahan-bahan

BAB I PENDAHULUAN. banyak pabrik-pabrik yang produk-produk kebutuhan manusia yang. semakin konsumtif. Banyak pabrik yang menggunakan bahan-bahan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini telah mampu merubah gaya hidup manusia. Manusia sekarang cenderung menyukai segala sesuatu yang cepat, praktis dan

Lebih terperinci

5. Pengkajian. a. Riwayat Kesehatan

5. Pengkajian. a. Riwayat Kesehatan 5. Pengkajian a. Riwayat Kesehatan Adanya riwayat infeksi saluran pernapasan sebelumnya : batuk, pilek, demam. Anoreksia, sukar menelan, mual dan muntah. Riwayat penyakit yang berhubungan dengan imunitas

Lebih terperinci

Derajat 2 : seperti derajat 1, disertai perdarah spontan di kulit dan atau perdarahan lain

Derajat 2 : seperti derajat 1, disertai perdarah spontan di kulit dan atau perdarahan lain Demam berdarah dengue 1. Klinis Gejala klinis harus ada yaitu : a. Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlagsung terus menerus selama 2-7 hari b. Terdapat manifestasi perdarahan ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada hari Sabtu tanggal 22 Maret 2014 pukul WIB Ny Y datang ke

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada hari Sabtu tanggal 22 Maret 2014 pukul WIB Ny Y datang ke digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL I. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR Pada hari Sabtu tanggal 22 Maret 2014 pukul 22.07 WIB Ny Y datang ke RSUD Sukoharjo dengan membawa

Lebih terperinci

glukosa darah melebihi 500 mg/dl, disertai : (b) Banyak kencing waktu 2 4 minggu)

glukosa darah melebihi 500 mg/dl, disertai : (b) Banyak kencing waktu 2 4 minggu) 14 (polidipsia), banyak kencing (poliuria). Atau di singkat 3P dalam fase ini biasanya penderita menujukan berat badan yang terus naik, bertambah gemuk karena pada fase ini jumlah insulin masih mencukupi.

Lebih terperinci