Pola busan bayi yang digunakan pada usaha konfeksi dapat berupa pola dasar dengan
|
|
- Sonny Widjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 d. Macam-macam Pola Busana Bayi Pola busan bayi yang digunakan pada usaha konfeksi dapat berupa pola dasar dengan pecah polanya, seperti: pola gurita, pola popok, pola kemeja, pola celana, pola sepatu, pola cape. Pola dasar bayi adalah acuan di dalam mengubah pola busana bayi sesuai dengan model. Pola untuk membuat busana bayi di buat pada kertas pola dan dipergunakan pada saat memotong bahan. Pada usaha konfeksi busana bayi, pola dasar yang digunakan untuk pembuatan busana bayi dapat merupakan pola dasar kontruksi dengan sistem tertentu dan pola cetak. Pola dasar yang di pelajari pada kegiatan belajar pembuatan busana bayi yaitu pola dasar kontruksi dengan ukuran standar badan bayi. Macam-macam pola busana bayi dapat dikelompokan pada pola busana dalam (pola gurita, popok dan kutang), busana luar (pola celana, busana kodok dan sepatu), dan pelengkap busana bayi (pola cape bayi). Berikut contoh macam-macam pola busana bayi: 1) Busana Dalam a) Pola Gurita Bayi Keterangan: A B = 60 Cm B D = 12 Cm E F = 45 Cm E G = 11 Cm E e = 2,5 Cm F f = 8 Cm A C E G e
2 f B D F H b) Pola Dasar Badan Bayi Ukuran 1 tahun: Lingkar badan (l.b) = 54 cm panjang punggung (p.p) = 20 cm lebar muka (l.m) = 19 cm besar leher (b.l) = 25 cm panjang bahu (p.b) = 6 cm Gambar 2.20 Pola Gurita Bayi (Sumber : Modul SMK 2009 ) A a' b B b a' E T M G H T B F C D Gambar 2.21 Pola Dasar Badan Bayi (Sumber : Modul SMK, 2009) Keterangan: A-B B-D E-C = F-H A-a A-a B-b B-b = ¼ lingkar badan (l.b) = panjang punggung = ½ lebar muka = 1/6 besar leher (b.l) + ½ cm = 1/6 besar leher(b.l)+1/2 cm = 1/6 besar leher(b.l)+1/2 cm = turun 1 cm c) Pecah Pola Kutang Bayi Ukuran Tiga Bulan A B
3 C D Keterangan: Panjang bahu turun 1 cm Dari pinggang turun 5 cm Dari garis leher bagian depan Gambar Pecah Pola dan Model Kutang Bayi (Sumber : Modul SMK, 2009) turun 3 cm d) Pecah Pola Popok Bayi Ukuran 3 bulan lingkar badan = 48 cm Panjang celana=23 cm Panjang sisi =16 cm Gambar 2.5 Pecah Pola Popok Bayi (Sumber : Modul SMK, 2009) Keterangan pola: A-B = CD = ¼ lingkar badan +2cm
4 A-E = E-C = Panjang celana E-G = 1/3 E-F C-M = 8cm D-D =1 ½ cm D-Q = B-N = Panjang Sisi L-K = E-G O-I = P-K 3cm F-J = 3cm 2) Busana Luar 1) Pecah Pola Celana Bayi Keterangan : A B = ¼ b.l + 2 B E = panjang celana A D = 1/3 AB B C = 1/3 BE Gambar 2.28 Pecah Pola Celana Bayi (Sumber : Modul SMK, 2009) b) Pecah Pola Busana Kodok Ukuran 5 Bulan: Lingkar leher Lingkar badan Lingkar panggul Panjang punggung Lebar punggung Lebar muka : 25 cm : 54 cm : 60 cm :19 cm :20 cm : 20 cm
5 Panjang pesak Tinggi duduk Panjang celana Panjang bahu :21 cm : 17 cm : 15 cm : 6 cm Keterangan: A-B = pinggang dinaikan 3 cm A-C = panjang celana C-D = ¼ lingkar badan + 2 cm A-E = panjang pesak E-F = 1/3 CD A-B : D: GH = pola celana belakang 3) Pola Pelengkap Busana Bayi a Pola dasar sepatu bayi Gambar 2.29 Pecah Pola Busana Kodok (Sumber : Modul SMK, 2009)
6 Gambar 2.30 Pola Dasar Sepatu Bayi (Sumber : Modul SMK, 2009) Keterangan: A - B = 13 cm ½ AB = E A G = 2,5 cm A H = 1,5 cm A C = 5 cm F E = 0,5 cm B I = 3,5 cm b) Pecah pola sepatu bayi c) Pecah pola cape bayi Gambar 2.31 Pecah Pola Sepatu Bayi (Sumber : Modul SMK, 2009) Gambar 2.32 Pola Cape Bayi (Sumber : Modul SMK, 2009) Keterangan : A - B = 90 cm e. Memotong Kain Busana Bayi
7 Tahapan yang perlu di lakukan sebelum memotong kain busana bayi, yaitu: 1) Merancang Kain Merancang kain adalah merencanakan atau menghitung secara garis besar banyaknya kain yang diperlukan dan perlengkapan lainya dalam membuat busana bayi. Merancang kain untuk busana bayi dapat memperhatikan beberapa paktor yaitu : model busana bayi, lebar kain, corak/motif kain dan tekstur kain. Berikut contoh rancangan bahan celana bayi sesuai dengan sistem konfeksi. Lebar kain Panjang kain Gambar 2.33 Contoh Meletakan Pola Pada Kain (lay out)/ Rancangan Kain Pada usaha konfeksi busana bayi, untuk mempermudah pembuatan rancangan kain yang diperlukan dalam skala besar (jumlah banyak), maka dibuat cutting Repot sebagai upaya menentukan jumlah busana bayi yang dihasilkan dari satu gulung kain dengan berbagai ukuran standar. Cutting Report tidak hanya memuat bahan utama yang diperlukan tetapi juga bahan pembantu/ pelengkap yang diperlukan dalam pembuatan busana bayi. Selain itu, rancangan letak pola pada kain dibuat untuk mempermudah pada saat pemotongan. Kegiatan ini membantu dalam memeriksa kelengkapan pola, panjang lipatan kain dan tata letak pola pada saat memotong kain. Tabel 2.1 Contoh Cutting Report CUTTING REPORT
8 Jenis Busana Nama Kain Lebar kain Panjang Kain : Kutang Bayi : Katun : 1,15 m : 68 meter/gulung Model & Sampel kain Ukuran Ukuran Model Busana Jumlah produk Jumlah Kain 0 bulan 0,25 m m 3 bulan 0,35 m 70 24,5 m 6 bulan 0,45 m 30 13,5 m Keterangan jumlah ,5 m Sisa 0,5 meter 2) Meletakan Pola Pada Kain Langkah awal yang harus dilakukan sebelum meletakan pola pada kain adalah kain yang kusut disetrika terlebih dahulu, kemudian dilipat kearah lebar kain. Bagian pinggiran kain, atas dan bawah disemat dengan jarum pentul supaya tidak bergeser. Pada saat meletakan pola pada kain, harus diperhatikan tanda arah benang untuk menyesuaikan penempatan pola yang benar. Penempatan pola pada kain dilakukan sehemat mungkin sesuai dengan penempatan pola pada saat merancang kain, tetapi tetap mengikuti motif dan arah serat kain. 3) Menggunting kain busana bayi Kegiatan sebelum menggunting kain tahap pertama yang harus di lakukan yaitu memeriksa pola dan kain. Pada tahapan memeriksa kain meliputi: periksa keadaan kain apakah cacat atau tidak, sifat dan jenis kain, sedangkan memeriksa pola meliputi: Kelengkapan jumlah pola sesuai lay out rancangan kain dan mengontrol besaran kampuh setiap bagian. Kegiatan memotong kain pada usaha konfeksi biasanya menggunakan mesin pemotongan sehingga dalam satu kali potong terdapat sepuluh sampai lima belas lembar kain. f. Menjahit Busana Bayi Teknik menjahit busana bayi secara umum di kelompokan pada teknik menjahit konfeksi dan teknik butik. Teknik menjahit konfeksi dibagi ke dalam tiga tingkatan yaitu
9 tingkatan kasar, sedang dan rapi (Modul SMK 2010:23). Hasil produksi busana bayi dengan teknik jahit tingkat kasar hasil jahitannya pun tidak terlalu rapi dan biasanya dipasarkan dengan harga yang relatif murah dan dijual oleh pedagang kaki lima, sedangkan produksi busana bayi dengan teknik jahit tingkat sedang hasil jahitannya rapi biasanya dijual di outlet dan distro busana bayi, sementara hasil produksi busana bayi dengan tingkatan rapi hasil jahitanya sangat rapi biasanya diekspor ke luar negeri. g. Menyelesaikan Busana Bayi Dengan Jahitan Tangan Penyelesaikan busana bayi dengan jahitan tangan pada sistem konfeksi busana bayi biasanya digunakan pada proses pemasangan kancing dan asesoris busana bayi. Aktivitas tersebut merupakan penyeleseian akhir produk busana bayi. h. Melakukan Pengepresan Pada Busana Bayi Pengepresan di lakukan untuk merapihkan setiap bagian kampuh busana bayi agar terlihat licin dan tampak rapi pada saat busana bayi akan dikemas. Proses pengepresan dilakukan pada bagian dalam busana bayi agar bakteri yang ada pada bagian dalam busana bayi mati. Alat yang di gunakan pada saat pengepresan yaitu setrika uap dan setrika biasa, gunakan cairan pelicin pakaian agar hasil setrikaan lebih bagus, tidak kusut dan harum. i. Menghitung Harga Jual Busana Bayi Menghitung harga jual busana bayi yaitu membuat daftar semua biaya yang di perlukan dalam pembuatan busana bayi sesuai dengan rancangan bahan. Tabel 2.2 Contoh Menghitung Harga Jual Busana Bayi Jenis produk Nama Kain Lebar kain Panjang Kain : kutang Bayi : Katun : 1,15 m : 68 m (1 gulung) No Nama barang Banyaknya Jumlah Ket 1. Kain katun 1 gulung Rp /gulung Rp
10 2. Benang jahit 3 pak Rp /pak Rp Obras 200 kutang Rp. 1000/kutang Rp JUMLAH Rp Jumlah biaya produk 1. Biaya Produk : Rp Upah kerja (1000/kutang) 1000x200 : Rp Keuntungan usaha(40% x biaya produk) 40% x : Rp Biaya listrik (2% x biaya produk) 2% x :Rp JUMLAH :Rp Jadi Harga Jual kutang bayi per buah adalah : 200 = Dibulatkan Merancang harga terdiri dari: 1) Rancangan harga bahan utama berupa kain yang di perlukan untuk membuat sebuah busana. 2) Rancangan harga bahan pelengkap/ pembantu yang di perlukan dalam mebantu dan melengkapi pembuatan suatu busana. Contoh bahan pelengkap terdiri dari: benang, obras, bahan pelapis, bahan pembentuk, bahan untuk belahan (rist, kancing,dsb). 3) Rancangan harga untuk garniture/ hiasan yang di perlukan bahan penghias busana yang berupa: renda dan pita, talikur, dan sebagainya. B. Hasil Belajar Pembuatan Busana Bayi 1. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh peserta didik setelah proses belajar berlangsung, yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan pada peserta didik yang mengalaminya. Hasil belajar tersebut mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Pendapat tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Benjamin S. Bloom (Nana Sudjana, 2001:22) bahwa, Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang mencakup kemampuan kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan). Ketiga aspek tersebut menekankan pada kemampuan peserta didik dalam
11 mengkoordinasikan tindakan atau perilakunya yang akan menentukan berhasil atau tidaknya proses belajar mengajar yang telah diikuti. Keberhasilan peserta didik dalam proses belajar dapat di ketahui dengan adanya penilaian. Tinggi rendahnya hasil belajar di nyatakan dengan angka atau nilai yang disebut prestasi belajar dengan maksud untuk mengetahui sampai mana tingkat penguasaan kompetensi dasar yang tercapai atau sejauh mana materi yang diberikan dapat di kuasai oleh peserta didik. 2. Hasil Belajar Pembuatan Busana Bayi Hasil belajar mata diklat Pembuatan Busana Bayi adalah tingkatan kemampuan atau penguasaan peserta didik terhadap materi pembelajaran Pembuatan Busana Bayi yang mencakup kemampuan kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan). a. Hasil Belajar Pembuatan Busana Bayi Ditinjau dari kemampuan Kognitif Hasil belajar Pembuatan Busana Bayi ditinjau dari kemampuan kognitif berkenaan dengan perubahan intelektual peserta didik meliputi : a. Pengetahuan (knowledge) merupakan kemampuan mengingat materi yang telah dipelajari sebelumnya sebagai dasar menguasai konsep atau teori, misalnya peserta didik dapat mengingat pengertian dan persyaratan busana bayi. b. Pemahaman (understanding) merupakan kemampuan dalam memahami makna dan arti dari suatu konsep atau ide dalam suatu konsep, misalnya peserta didik dapat memahami model busana bayi sesuai fungsinya. c. Penerapan (application) merupakan kemampuan dalam menerapkan suatu konsep atau ide dalam situasi yang nyata dan baru, misalnya peserta didik memiliki pengetahuan tentang jenis motif kain yang sesuai dengan persyaratan busana bayi.
12 d. Analisis (Analysis) merupakan kemampuan untuk memecahkan atau menguraikan sesuatu kedalam bagian atau unsur-unsur yang mempunyai arti dan dapat dipahami, misalnya peserta didik dapat menganalisis pecah pola dalam pembuatan busana kodok. e. Kreasi (Create) merupakan kemampuan untuk menciptakan suatu hal yang baru atas dasar prakarsa atau inisiatif sendiri, misalnya peserta didik memiliki pengetahuan berkreasi dalam menentukan hiasan busana bayi. f. Penilaian (Evaluation) merupakan kemampuan membuat penilaian pada suatu yang dipelajari untuk suatu tujuan tertentu, misalnya peserta didik memiliki penilaian busana bayi yang sesuai dengan persyaratan dan yang tidak sesuai dengan peryaratan busana bayi. b. Hasil Belajar Pembuatan Busana Bayi Ditinjau Dari Kemampuan Afektif Hasil Belajar dari kemampuan afektif dapat terwujud apabila ditinjau dari kemampuan kognitif sudah tercapai. Nana Sudjana (1990:30) mengemukakan bahwa: Tipe hasil belajar afektif tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku seperti perhatianya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar dan hubungan sosial. Kemampuan afektif berhubungan dengan penilaian terhadap sikap dan minat peserta didik terhadap mata pelajaran dan proses pembelajaran meliputi : a. Menerima (accepting) merupakan kepekaan menerima rangsangan dari luar baik dalam bentuk masalah, situasi atau gejala, misalnya peserta didik dapat menerima rangsangan dari luar baik dalam bentuk masalah, situasi atau gejala, misalnya peserta didik dapat menerima kritikan dan saran dari guru atau peserta didik lain terhadap hasil busana bayi yang dibuat dengan lapang dada.
13 b. Menanggapi (appreciating) merupakan sikap yang menunjukan penghargaan terhadap seseorang atau suatu benda, gejala dan perbuatan tertentu, misalnya peserta didik menghargai pujian yang diberikan oleh peserta didik lain. c. Membentuk (Forming) merupakan kemampuan dalam memadukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan pertentangan dalam membentuk suatu nilai yang bersifat konsisten dan internal, misalnya peserta didik dapat mengatasi permasalahan dalam menambah ilmu dan wawasan tentang pemilihan kain yang sesuai dalam pembuatan busana bayi. d. Berpribadi (Personal) adalah mempunyai sistem nilai yang mengendalikan perbuatan dalam menumbuhkan life style (gaya hidup) yang mantap, misalnya setelah mengikuti pembelajaran pembuatan busana bayi, peserta didik menunjukan kedisiplinan dalam membuat pola busana bayi. c. Hasil Belajar Pembuatan Busana Bayi Ditinjau Dari Kemampuan Psikomotor Hasil belajar psikomotor tampak dalam keterampilan (skill) dari peserta didik. Hasil belajar psikomotor ini terbentuk apabila hasil belajar aspek kognitif dan afektif telah di miliki oleh peserta didik, memiliki kesiapan untuk bekerja pada usaha konfeksi busana bayi sesuai tingkat kemampuan individu. Selain itu peserta didik mampu memberikan kepuasan pada dirinya sendiri. Hasil belajar Pembuatan Busana bayi ditinjau dari kemampuan psikomotor di manifestasikan dalam bentuk tingkah laku fisik berupa sekumpulan keterampilan membuat busana bayi, meliputi : a. Kekuatan (Strength) adalah upaya dan kemampuan untuk memperkuat dan memantapkan hasil belajar, misalnya peserta didik mamapu membuat busana bayi sesuai dengan jumlah pesanan. b. Kecepatan (Speed) adalah kecepatan yang di miliki untuk menyeleseikan suatu masalah, misalnya peserta didik dapat membuat pola busana bayi dengan cepat.
14 c. Dorongan (Impulsion) adalah dorongan-dorongan yang berasal dari dalam dan dari luar individu, misalnya peserta didik terdorong untuk terus berlatih membuat busana bayi sesuai dengan model. d. Ketelitian (Carefulness) adalah ketelitian dalam proses pemahaman masalah, misalnya peserta didik dapat menentukan ukuran yang diperlukan dalam pembuatan topi bayi secara tepat. e. Keserasian (Compatible) adalah kemampuan dalam menuangkan ide yang dimiliki kedalam pembuatan busana bayi, misalnya peserta didik dapat membuat busana bayi sesuai dengan fungsi dan persyaratan busana bayi. f. Keluwesan (Flexibility) adalah kemampuan dalam menghadapi situasi baru, misalnya peserta didik dapat memasang karet pada sepatu bayi. g. Daya tahan (Endurance) adalah daya tahan fisik dalam situasi tertentu, misalnya peserta didik mampu menjaga dan mempertahankan kondisi fisiknya selama mengerjakan pembuatan busana bayi. C. Manfaat Kesiapan Bekerja Pada Konfeksi Busana Bayi 1. Kesiapan Kesiapan sangat penting untuk memulai suatu pekerjaan, karena dengan memiliki kesiapan, pekerjaan apapun akan dapat teratasi dan dikerjakan dengan hasil yang baik apabila memiliki kesiapan yang matang. Pengertian kesiapan menurut Slameto (2003:113) yaitu : Kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang/individu yang membuatnya siap untuk memberi respon/jawaban di dalam cara tertentu terhadap suatu situasi. Penyeleseian kondisi pada suatu saat akan berpengaruh atau kecenderungan untuk memberi respon. Kondisi mencakup setidak-tidaknya tiga aspek, yaitu; 1. Kondisi fisik,mental dan emosional 2. Kebutuhan-kebutuhan, motif dan tujuan 3. Keterampilan, pengetahuan dan pengertian yang lain yang telah dipelajari. Pendapat lain yang menunjang pengertian kesiapan adalah yang dikemukakan oleh wasty Soemanto (1990:180) bahwa: kesiapan adalah kesediaan seseorang untuk membuat
15 sesuatu. Kesiapan merupakan kesediaan individu dalam memberi jawaban dengan segala kondisi atau keadaan yang dimilikinya. Prinsip-prinsip kesiapan menurut Slameto (2003:115) yaitu: 1) Semua aspek perkembangan berinteraksi (saling pengaruh mempengaruhi). 2) Kematangan jasmani dan rohani adalah perlu untuk memperoleh manfaat dari pengalaman. 3) Pengalaman-pengalaman mempunyai pengaruh yang positif terhadap kesiapan. 4) Kesiapan dasar untuk kegiatan tertentu terbentuk dalam periode tertentu selama masa pembentukan dalam masa perkembangan. Uraian Slameto di atas mengemukakan arti penting kesiapan bagi peserta didik tata busana. Peserta didik harus menyiapkan semua aspek perkembangan, kematangan, jasmani dan rohani, pengalaman serta kesiapan dasar yang terbentuk pada saat mengikuti pembelajaran Pembuatan Busana Bayi sebagai bekal kesiapan bekerja pada usaha konfeksi. Kesiapan merupakan kemampuan seseorang baik fisik maupun mental yang disertai dengan pengetahuan serta keterampilan seseorang dalam mengerjakan sesuatu. Aspek-aspek yang mempengaruhi kesiapan adalah: a. Kematangan, adalah proses yang menimbulkan perubahan tingkah laku sebagai akibat dari pertumbuhan yang mendasari perkembangan dimana perkembangan ini berhubungan dengan fungsi tubuh dan jiwa sehingga terjadi diferensiasi. b. Kecerdasan, merupakan salah satu aspek yang sangat menentukan keberasilan seseorang dalam melakukan pekerjaan. c. Keterampilan merupakan salah satu aspek yang harus dimiliki dalam bekerja dan mengelola suatu usaha. d. Motivasi merupakan dorongan yang mendasar dan mempengaruhi setiap usaha serta kegiatan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. e. Kesehatan merupakan kondisi yang memungkinkan seseorang untuk melakukan tugasnya dengan baik, karena jika kesehatan terganggu akan berpengaruhi pada aktivitas yang dikerjakan.
16 2. Bekerja pada Usaha Konfeksi Busana Bayi Usaha konfeksi busana bayi merupakan salah satu jenis usaha yang memproduksi (membuat) busana bayi dengan jumlah yang sangat besar (secara massal). Menurut Rulanti Satyodirgo (1979:122): Usaha konfeksi ialah usaha pembuatan busana secara massal atau dalam jumlah bannyak, tidak diukur menurut ukuran pemesan tetapi mempergunakan ukuran yang telah dibakukan seperti S (Small), M (Medium), L (Large) dan XL (Ekstra Large). Proses pembuatan busana bayi atau disebut dengan kegiatan produksi pada usaha konfeksi busana bayi dikerjakan dengan cara kerja secara cepat dan efisien. Jenis kegiatan produksi dalam pembuatan busana bayi pada suatu usaha konfeksi busana bayi ada yang memproduksi busana jadi (regular) ataupun berdasarkan pesanan. Jenis pekerjaan pada usaha konfeksi busana bayi tidak hanya pada bagian menjahit (sewing) saja akan tetapi dibagi menjadi tiga kelompok: bagian pola dan Cutting, bagian penjahitan (sewing) dan bagian Quality Control (QC), maka peserta didik harus mempunyai pengetahuan dan kemampuan yang sesuai dengan masing-masing bagian yaitu: a. Bagian Pola dan Cutting 1) Kemampuan mengukur, 2) Kemampuan membuat pola dasar dengan ukuran standar busana bayi, 3) Kemampuan menganalisis busana bayi, 4) Kemampuan membuat pecah pola busana bayi, 5) Kemampuan menyusun rancangan harga busana bayi, 6) Kemampuan meletakan pola busana bayi, 7) Kemampuan memotong bahan busana bayi
17 b. Bagian penjahitan harus mempunyai kemampuan teknik menjahit yaitu: menjahit kampuh, menjahit lapisan, menjahit saku, menjahit belahan, memasang lengan dan juga menjahit kelim. c. Bagian QC harus mempunyai kemampuan memeriksa jahitan dan keadaan busana, memasang lebel dan mengemas produk akhir. Seorang karyawan yang bekerja di usaha konfeksi busana bayi harus dapat bekerja sesuai dengan sistem dan aturan yang berlaku. Oleh karena itu para pekerja harus memiliki kemampuan bekerja secara lahir dan batin. Adapun menurut Uken Junaedi (2007:67) kesejahteraan dalam bekerja dapat diperoleh jika: a. Bekerja dengan keras, yaitu bekerja dengan memaksimalkan kemampuan yang ada, terutama peran energy/tenaga lebih dominan. b. Bekerja dengan cerdas, yaitu bekerja dengan menggunakan kemampuan berfikir, menganalisa dan menyimpilkan masalah dalam bekerja. c. Bekerja dengan ikhlas, yiatu berusaha melaksanakan pekerjaan sebaik mungkin dan merupakan tanggung jawab yang harus diembanya untuk mengharap ridho Allah swt. d. Bekerja dengan tangkas, yaitu bekerja dengan segala potensi dan kemampuan yang telah dikuasai sehingga dapat bekerja dengan baik, benar dan ideal sesuai dengan target perusahaan. 3. Manfaat Kesiapan Bekerja Pada Usaha Konfeksi Busana Bayi a. Manfaat 1) Manfaat Dilihat Dari Segi Kognitif Manfaat hasil belajar Pembuatan Busana Bayi ditinjau dari kemampuan kognitif berkenaan dengan perubahan tingkah laku, meliputi: peserta didik mengetahui pengertian busana bayi, memahami persyaratan busana bayi dan memahami fungsi busana bayi serta mampu menganalisis pecah pola busana bayi sebagai bekal kesiapan bekerja pada konfeksi busana bayi. 2) Manfaat Dilihat Dari Segi Afektif Manfaat hasil belajar Pembuatan Busana Bayi di tinjau dari kemampuan afektif berkenaan dengan sikap, meliputi: peserta didik dapat menerima saran dan kritikan dari guru
18 atau peserta didik lain terhadap hasil busana bayi yang dibuat dengan lapang dada, menghargai pujian yang di berikan oleh peserta didik lain, teliti dalam membuat busana bayi dan menunjukan kedisiplinan dalam membuat busana bayi sebagai bekal kesiapan bekerja pada konfeksi busana bayi. 3) Manfaat Dilihat Dari Segi Psikomotor Manfaat hasil belajar Pembuatan Busana Bayi ditinjau dari kemampuan psikomotor keterampilan membuat busana bayi, meliputi: peserta didik terampil dalam membuat busana bayi dan terdorong untuk terus berlatih membuat busana bayi serta mampu menjaga dan mempertahankan kondisi fisiknya selama mengerjakan pembuatan busana bayi sebagai bekal bekerja pada konfeksi busana bayi. b. Manfaat Kesiapan Bekerja Pada Konfeksi Busana Bayi Peserta didik dapat dikatakan siap bekerja pada usaha konfeksi busana bayi apabila memiliki kesiapan fisik serta memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam pembuatan busana bayi sesuai dengan sitem konfeksi. Kesiapan sangat penting untuk memulai suatu pekerjaan, karena dengan kesiapan berbagai pekerjaan dan hambatan akan dapat teratasi dan dapat memperoleh hasil yang baik. Kesiapan seperti telah diungkapkan pada penjelasan terdahulu merupakan kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk memberikan respon terhadap suatu situasi. Kesiapan bekerja pada usaha konfeksi busana bayi dapat diartikan sebagai keseluruhan kondisi dari peserta didik untuk melakukan pekerjaan membuat busana bayi sesuai pesanan dengan sistem produksi yang efektif dan efisiensi pada suatu usaha konfeksi busana bayi yang memproduksi (membuat) busana dengan jumlah yang sangat besar (secara massal) dengan ukuran standar (S,M, L dan XL). Manfaat aspek-aspek kesiapan bekerja pada konfeksi busana bayi harus dimiliki peserta didik setelah mengikuti kegiatan belajar pembuatan busana bayi, agar ketika bekerja
19 pada usaha konfeksi busana bayi dapat berjalan dengan lancar dan dapat menunjang keberhasilan pekerjaannya. D. Kerangka Berfikir Hasil belajar Pembuatan Busana Bayi kemampuan kognitif: Meliputi pengetahuan, pemahaman, analisis, kreasi dan penilaian yang berkaitan dengan pengetahuan macammacam busana bayi, memotong bahan, menjahit busana bayi, menyeleseikan busana bayi dengan jahitan dangan dan melakukan pengepresan. Kemampuan afektif: meliputi kecermatan, ketelitian, kesungguhan, penerimaan dan penilaian yang berhubungan dengan macam busana bayi, memotong bahan, menjahit busana bayi, menyeleseikan busana bayi dengan jahitan dangan dan melakukan pengepresan. Kemampuan psikomotor: Meliputi keterampilan, kreasi dan penerapan yang berkaitan dengan macam busana bayi, memotong bahan, menjahit busana bayi, menyeleseikan busana bayi dengan jahitan dangan dan melakukan pengepresan. Materi Mempelajari: - Pengetian busana bayi - Persyaratan busana bayi - Pengelompokan macam-macam busana bayi - Membuat pola busana bayi - Membuat rancangan bahan dan harga busana bayi - Meletakan pola bada kain busana bayi - Menggunting kain busana bayi - Menjahit busana bayi Metodologi Metode: Deskriptif Populasi Peserta didik Program Keahlian Tata Busana kelas XI SMK Negri 2 Purwakarta tahun ajaran 2011/2012 berjumlah 40 orang Lokasi : SMK Negri 2 purwakarta Jl. Ahmad Yani No.
20 E. Pertanyaan Penelitian Peserta Didik SMK Negeri 2 Purwakarta Siap bekerja pada konfeksi busana bayi Pertanyaan penelitian dimaksudkan sebagai acuan bagi penulis untuk mengumpulkan data penelitian sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Pertanyaan penelitian tersebut adalah: a. Manfaat apa yang diperoleh peserta didik dari hasil belajar pembuatan busana bayi ditinjau dari kemampuan kognitif yang meliputi meliputi pengetahuan, pengertian busana bayi, persyaratan busana bayi, pemahaman, analisis dan penilaian tentang macam-macam desain busana bayi, tahapan tahapan membuat pola busana bayi, tahapan-tahapan memotong bahan busana bayi, teknik menjahit menjahit busana bayi, teknik pengepresan dan cara menghitung harga jual sebagai kesiapan bekerja pada usaha konfeksi busana bayi? b. Manfaat apa yang diperoleh peserta didik dari hasil belajar pembuatan busana bayi ditinjau dari kemampuan afektif meliputi sikap teliti, disiplin, motivasi, menerima kritikan dan keinginan belajar sebagai kesiapan bekerja pada usaha konfeksi busana bayi? Manfaat apa yang diperoleh peserta didik dari hasil belajar pembuatan busana bayi ditinjau dari kemampuan psikomotor meliputi meliputi kekuatan, kecepatan, dorongan ketelitian, keserasian, keluwesan dan daya tahan dan keterampilan dalam pembuatan macam-macam desain busana bayi, membuat pola, memotong bahan busana bayi, menjahit busana bayi, menyeleseikan busana bayi dengan jahitan tangan dan melakukan pengepresan dan menghitung harga jual sebagai kesiapan bekerja pada usaha konfeksi b
BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan mutu pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia yang terlibat di dalamnya. Berkenaan
Lebih terperinciBAB II HASIL BELAJAR MEMOTONG BAHAN DAN MANFAATNYA SEBAGAI KESIAPAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI
15 BAB II HASIL BELAJAR MEMOTONG BAHAN DAN MANFAATNYA SEBAGAI KESIAPAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI A. Gambaran Umum Memotong Bahan (Cutting) Kompetensi memotong bahan merupakan mata pelajaran standar kompetensi
Lebih terperinciFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JOB SHEET BUSANA PRIA
BAGIAN URAIAN JUMLAH HALAMAN JOB.O1 Kemeja Lengan Panjang 10 halaman JOB.02 Celana Panjang 7 halaman JOB.03 Jaket 9 halaman Jumlah Halaman 26 halaman 1. Kompetensi Mampu membuat Kemeja Lengan Panjang 2.
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan, dan saran disusun berdasarkan seluruh kegiatan penelitian
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan, dan saran disusun berdasarkan seluruh kegiatan penelitian Manfaat Hasil Belajar Membuat Pola Busana Pesta Wanita Dengan Sistem Kombinasi Sebagai Kesiapan Praktek
Lebih terperinciFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JOB SHEET BUSANA PRIA. 1. Kompetensi Mampu membuat Jaket
1. Kompetensi Mampu membuat Jaket 2. Sub Kompetensi Menguasai dan mampu membuat : a. Pola Jaket ukuran kecil dan ukuran besar b. Merancang bahan dan harga untuk Jaket c. Memotong bahan Jaket d. Menjahit
Lebih terperinciLABORATORIUM TATA BUSANA JURUSAN PKK FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA JL Dr Setiabudhi no 27 Telp BANDUNG 40154
LABORATORIUM TATA BUSANA JURUSAN PKK FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA JL Dr Setiabudhi no 27 Telp. 022-2013163 BANDUNG 015 MODUL No : 05 / KPB /S1 / 2010 Jurusan : Pendidikan Kesejahteraan Keluarga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber daya manusia ditentukan oleh tingkat pengetahuan dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas sumber daya manusia ditentukan oleh tingkat pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh melalui pendidikan. Pendidikan memegang peranan penting dalam
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Pada Bab V ini penulis akan mengemukakan kesimpulan, implikasi dan
97 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Pada Bab V ini penulis akan mengemukakan kesimpulan, implikasi dan rekomendasi dari seluruh kegiatan penelitian yang telah dilakukan. Kesimpulan, implikasi
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. rekomendasi yang disusun berdasarkan seluruh kegiatan penelitian mengenai
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Pada bab ini penulis mengemukakan kesimpulan, implikasi, dan rekomendasi yang disusun berdasarkan seluruh kegiatan penelitian mengenai Pendapat Peserta Didik
Lebih terperinciFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JOB SHEET BUSANA PRIA
1. Kompetensi Mampu membuat celana panjang 2. Sub Kompetensi Mampu dan menguasai membuat : a. Pola celana panjang ukuran kecil dan ukuran besar b. Merancang bahan dan harga untuk celana panjang c. Memotong
Lebih terperinciPenyusun: ANTI ASTA VIANI. Editor TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG
Penyusun: ANTI ASTA VIANI Editor TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG BAGIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIKULUM DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR
Lebih terperinciLABORATORIUM TATA BUSANA JURUSAN PKK FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA JL Dr Setiabudhi no 27 Telp BANDUNG 40154
LABORATORIUM TATA BUSANA JURUSAN PKK FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA JL Dr Setiabudhi no 27 Telp. 022-2013163 BANDUNG 015 MODUL No : 01 / KPB / S1 / 2010 Jurusan : Pendidikan Kesejahteraan Keluarga
Lebih terperinciB. Indikator a. Identifikasi dan penggambaran aneka bentuk garis leher dan kerah b. Identifikasi dan Penggambaran macam-macam bentuk lengan dan rok
: 1 x pertemuan : (2x 45 menit) Standar Kompetensi : 1. Mengenal bagian-bagian Busana A. Kompetensi Dasar 1.1. Mengidentifikasi bagian-bagian busana B. Indikator a. Identifikasi dan penggambaran aneka
Lebih terperinciPEMBUATAN BUSANA KERJA MODEL BLAZER
MATERI BUSANA KERJA PEMBUATAN BUSANA KERJA MODEL BLAZER Disusun Oleh : Dra. Astuti, M. Pd 19601205 198703 2 001 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TATA BUSANA JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FAKULTAS PENDIDIKAN
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN. Setelah melakukan penelitian pada Tunas Den s yang berlokasi di jalan
BAB IV HASIL PENELITIAN Setelah melakukan penelitian pada Tunas Den s yang berlokasi di jalan Surapati nomor 109 Bandung, dimana perusahaan bergerak pada bidang konveksi yang memproduksi dan menjual berbagai
Lebih terperinci2015 MANFAAT HASIL BELAJAR PEMBUATAN BUSANA IND USTRI SEBAGAI KESIAPAN MELAKSANAKAN PRAKTEK KERJA IND USTRI (PRAKERIN)
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR...i UCAPAN TERIMAKASIH... ii ABSTRAK... iii DAFTAR ISI...v DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GRAFIK... ix DAFTAR GAMBAR...x DAFTAR LAMPIRAN... xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Lebih terperinciKURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI MENJAHIT PAKAIAN
KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI MENJAHIT PAKAIAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN NON FORMAL DAN INFORMAL DIREKTORAT PEMBINAAN KURSUS DAN KELEMBAGAAN 2009 BAB II STRUKTUR KURIKULUM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nindy Agustina, 2014 Manfaat hasil belajar membuat pola di atas kain sebagai kesiapan kerja di tailoring
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah LPK (Lembaga Pendidikan Keterampilan) Pelita Busana merupakan salah satu lembaga pendidikan dan pelatihan yang mampu menghasilkan tenaga kerja dengan pengetahuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
Lebih terperinciPenyusun: ANTI ASTA VIANI. Editor TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG
Teknik Pembuatan Sampel Penyusun: ANTI ASTA VIANI Editor TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG BAGIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIKULUM DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan Ilmu Pengetahuan; Teknologi; dan Seni (IPTEKS), sehingga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kebutuhan manusia akan fashion semakin berkembang, seiring perkembangan Ilmu Pengetahuan; Teknologi; dan Seni (IPTEKS), sehingga menuntut para pelaku usaha
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting bagi pembangunan bangsa, karena
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting bagi pembangunan bangsa, karena merupakan salah satu aspek utama dalam pengembangan dan peningkatan kualitas sumber daya
Lebih terperinciJOB-SHEET. A. Kompetensi: diharapkan mahasiswa dapat membuat bebe anak perempuan sesuai dengan disain
JOB-SHEET MATA KULIAH : BUSANA ANAK TOPIK : BEBE ANAK PEREMPUAN PROGRAM STUDI : PT BUSANA / TEKNIK BUSANA SEMESTER : II JUMLAH SKS : 2 SKS (Praktek) PENGAMPU : EMY BUDIASTUTI, M.Pd A. Kompetensi: diharapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang dilaksanakan oleh pemerintah atau non pemerintah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan yang dilaksanakan oleh pemerintah atau non pemerintah mengacu pada pendidikan nasional yang teruang dalam UU RI No 20 pasal 13 dan 14 (2003:11)tentang
Lebih terperinciPenyusun: ANTI ASTA VIANI. Editor TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG
Penyusun: ANTI ASTA VIANI Editor TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG BAGIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIKULUM DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Sekolah menengah kejuruan merupakan bentuk pendidikan menengah yang diselenggarkan untuk melanjutkan dan meluaskan pendidikan dasar serta mempersiapkan peserta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha pokok dalam peningkatan kecerdasan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha pokok dalam peningkatan kecerdasan kehidupan bangsa dan peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia seutuhnya yang mampu membangun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Quality Control (pengendalian mutu) adalah semua usaha untuk menjamin agar hasil dari pelaksanaan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dan memuaskan konsumen.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan suatu bangsa. Salah satu masalah pendidikan dewasa ini adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu tolak ukur yang mempengaruhi perkembangan suatu bangsa. Salah satu masalah pendidikan dewasa ini adalah rendahnya mutu pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dilaksanakan sebagai kebutuhan manusia untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas,melalui pendidikan diharapkan dapat membuat manusia lebih cerdas dan
Lebih terperinciD KONTRIBUSI HASIL BELAJAR MANAJEMEN USAHA BUSANA TERHADAP KESIAPAN PERINTISAN USAHA BISNIS BUTIK
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Usaha busana merupakan suatu bisnis yang berkembang pesat dari tahun ketahun, hal ini terlihat dari tingginya permintaan konsumen yang akhirnya membuat banyak
Lebih terperinciPANDUAN MENJAHIT MODEL-012
1 PANDUAN MENJAHIT MODEL-012 MODEL Model-012 adalah model busana dress Lengan panjang dengan kerah dan lengan yang dirapikan dengan bisban. Detail model ada di http://fitinline.com/product/catalog_item_detail/4/24
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan UD.Chaniago yang beralamat di jalan Bromo ujung / jalan Sepakat no 19 Medan, merupakan suatu industri yang bergerak di bidang garmen. Usaha ini didirikan
Lebih terperinciCara Menjahit Gamis Resleting Depan
Cara Menjahit Gamis Resleting Depan Dilarang Keras Memproduksi, Memperbanyak dan mendistribusikan baik keseluruhan maupun sedikit dari isi ebook ini dalam bentuk Apapun tanpa seizin penulis. Untuk menghemat
Lebih terperinciKODE MODUL: BUS-208C. Penyusun: TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG
KODE MODUL: -208C Penyusun: TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
Lebih terperinciLABORATORIUM TATA BUSANA JURUSAN PKK FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA JL Dr Setiabudhi no 27 Telp BANDUNG 40154
LABORATORIUM TATA BUSANA JURUSAN PKK FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA JL Dr Setiabudhi no 27 Telp. 022-2013163 BANDUNG 015 MODUL No : 02 / KPB / 2010 Jurusan : Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Program
Lebih terperinciKODE MODUL: BUS 209A PENYUSUN: TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG
KODE MODUL: 209A PENYUSUN: TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
Lebih terperinciPELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI PENYELIA PROSES PEMBUATAN PAKAIAN
PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI PENYELIA PROSES PEMBUATAN PAKAIAN KODE PROGRAM PELATIHAN : O 9 3 0 9 1 1 3 III 01 DEPARTEMEN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI R.I. DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas dan bertanggung jawab, dalam pembangunan bangsa
Lebih terperinciLampiran 1 Perangkat Pembelajaran
23 Lampiran Perangkat Pembelajaran 2 Silabus Nama Sekolah : SMK Negeri 3 Klaten Kompetensi Keahlian : Busana Butik Mata Pelajaran : Membuat Pola Busana Pria ( Pattern Making ) Kelas/Semester : XI / Standar
Lebih terperinciPANDUAN MENJAHIT MODEL-001
1 PANDUAN MENJAHIT MODEL-001 MODEL adalah model busana dress Lengan panjang dengan leher setengah berdiri yang dihiasi ruffle, belahan kancing di bagian depan dan cuff lengan tanpa kancing. Rok yang tersambung
Lebih terperinciFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JOB SHEET TAILORING. 1. Kompetensi Mampu membuat stelan jas wanita
1. Kompetensi Mampu membuat stelan jas wanita 2. Sub Kompetensi Menguasai dan mampu membuat : a. Pola Jast wanita ukuran kecil ( Skala 1 : 4 ), sesuai model b. Pola Jas wanita ukuran besar sesuai model
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Industri kreatif merupakan kelompok industri kecil yang mengeksploitasi ide atau kekayaan intelektual dibidang handicraft, sehingga memiliki nilai ekonomi
Lebih terperinciBAB II. Metodologi Perancangan
BAB II Metodologi Perancangan A. Orisinalitas Sebuah desain tidak mungkin tercipta tanpa ada unsur-unsur pembentuknya dan tidak akan indah atau menarik di lihat tanpa mempertimbangkan prinsipprinsip desain.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang berupaya melakukan pembangunan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang berupaya melakukan pembangunan di segala bidang. Pelaksanaan pembangunan di Indonesia menitikberatkan pada peningkatan kualitas sumber
Lebih terperinciSemua upaya yang telah dilakukan guna mewujudkan Kurikulum Keterampilan pada Madrasah Aliyah, dilandasi oleh rasa tanggung
Kurikulum Madrasah Aliyah Program Keterampilan ini, diharapkan memberi peluang tumbuhnya potensi untuk mandiri dan bertanggung jawab dalam mengembangkan program pembelajaran yang lebih sesuai dengan kondisi
Lebih terperinciPANDUAN MENJAHIT MODEL-004
1 PANDUAN MENJAHIT MODEL-004 MODEL adalah model busana dress Lengan panjang dengan obi dan kerah berdiri. Detail model ada di http://fitinline.com/product/catalog_item_detail/4/16 BAGIAN KETERANGAN GAMBAR
Lebih terperinciBAB II METODE PERANCANGAN
BAB II METODE PERANCANGAN A. Orisinalitas Produk : Gambar 1 : Pakaian dan Celana yang beredar di pasaran (Sumber : www. Pinterest.com, 2017) Gambar diatas adalah beberapa jenis pakaian dan celana yang
Lebih terperinciMENJAHIT CELANA OLEH: TIM FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
MENJAHIT CELANA OLEH: TIM FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PROYEK PENGEMBANGAN SISTEM DAN STANDAR PENGELOLAAN SMK DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN JAKARTA
Lebih terperinciTEKNIK MENJAHIT MENGHITUNG HARGA JUAL
BUSANA WANITA KLASIFIKASI BUSANA WANITA MEMOTONG BAHAN TEKNIK MENJAHIT MENGHITUNG HARGA JUAL KLASIFIKASI BUSANA WANITA 1. Under clothes (daster, baby doll) 2. Casual wear (blouse, pants, skirt) 3. Formal
Lebih terperinciGambar 3.1 Busana Thailand Berbentuk Celemek Panggul, Kaftan atau Tunika
BAHAN AJAR BAGIAN III SEJARAH MODE PERKEMBANGAN BENTUK DASAR BUSANA DI NEGARA TIMUR A. Thailand Thailand adalah salah satu negara tetangga Indonesia sehingga busan antara kedua negara tersebut terdapat
Lebih terperinciUJIAN SEKOLAH SMP/MTs TAHUN PELAJARAN Hari/Tanggal (60 menit) P - 01
DOKUMEN SEKOLAH SANGAT RAHASIA UJIAN SEKOLAH SMP/MTs TAHUN PELAJARAN 2014-2015 Mata Pelajaran Tata Busana/Ketrampilan Paket 01/Utama Hari/Tanggal... Waktu 08.30 09.30 (60 menit) P - 01 PETUNJUK UMUM :
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan dalam penelitian ini disusun berdasarkan tujuan penelitian,
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Kesimpulan dalam penelitian ini disusun berdasarkan tujuan penelitian, hasil pengolahan data dan pembahasan hasil penelitian yang berjudul kontribusi hasil belajar
Lebih terperinciKODE MODUL: BUS 209C PENYUSUN: TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG
KODE MODUL: 209C PENYUSUN: TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Kesimpulan, implikasi dan rekomendasi disusun berdasarkan seluruh
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Kesimpulan, implikasi dan rekomendasi disusun berdasarkan seluruh kegiatan penelitian tentang penerapan hasil belajar membuat hiasan busana pada A. Kesimpulan
Lebih terperinciRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 01
RPP menjahit RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 01 PELAJARAN : MULOK MENJAHIT KELAS /SEMESTER : VII / I MATERI : PENGERTIAN MENJAHIT SUB MATERI : DASAR DASAR MENJAHIT ALOKASI WAKTU : 2 x PERTEMUAN I. KOMPETENSI
Lebih terperinciPETUNJUK TEKNIS LOMBA KEWIRAUSAHAAN SMK LOMBA EKONOMI KREATIF PEMBUATAN BUSANA CASUAL REMAJA TAHUN 2016
PETUNJUK TEKNIS LOMBA KEWIRAUSAHAAN SMK LOMBA EKONOMI KREATIF PEMBUATAN BUSANA CASUAL REMAJA TAHUN 2016 A. Pendahuluan Tamatan SMK diharapkan mampu berwirausaha mandiri dan memberikan peluang lapangan
Lebih terperinciLomba Kompetensi Siswa Tingkat Nasional ke-26 Mataram Nusa Tenggara Barat 2018
LOMBA KOMPETENSI SISWA TINGKAT NASIONAL FASHION TECHNOLOGY (LADIES DRESS MAKING) Direktorat pembinaan sekolah menengah dan kejuruan sepakat untuk melombakan bidang keterampilan Fashion Technology / Ladies
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam mengantisipasi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam mengantisipasi perkembangan era globalisasi yang semakin pesat. Globalisasi membawa dampak besar khususnya bagi para
Lebih terperinciPenyusun SRI EKO PUJI RAHAYU. Editor TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG
Penyusun SRI EKO PUJI RAHAYU Editor TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG BAGIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIKULUM DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan sangat cepat, hal ini terlihat dari sikap anak yang terlihat jarang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa usia dini adalah masa dimana perkembangan fisik motorik anak berlangsung dengan sangat cepat, hal ini terlihat dari sikap anak yang terlihat jarang sekali
Lebih terperinciKRITERIA PENILAIAN MEMBUAT BEBE ANAK. Pencapaian Kompetensi. Sangat Baik (4) Baik (3) Kurang Baik (2) Tidak Baik (1) Sangat Baik (4) Baik (3)
KRITERIA PENILAIAN MEMBUAT BEBE ANAK No Komponen Penilaian Kompetensi 1. PERSIAPAN Menyiapkan alat jahit dan bahan 2. PROSES a. Meletakkan pola di atas bahan b. Memberi tanda pola Pencapaian Kompetensi
Lebih terperinciDAFTAR GAMBAR. 1. Sepatu Mesin Jarum Mesin Sekoci Spul Kapur Jahit Pita Ukur...
DAFTAR GAMBAR 1. Sepatu Mesin... 10 2. Jarum Mesin... 11 3. Sekoci... 11 4. Spul... 11 5. Kapur Jahit... 12 6. Pita Ukur... 12 7. Gunting Kain... 13 8. Pendedel... 13 9. Benang Jahit... 14 10. Jarum Tangan...
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. untuk mencapai kinerja akademik yang memuaskan. Namun dari. kenyataan sehari-hari tampak jelas bahwa siswa itu memiliki perbedaan
BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Kesulitan Belajar Membuat Blus a. Kesulitan Belajar Setiap siswa pada prinsipnya tentu berhak memperoleh peluang untuk mencapai kinerja akademik yang memuaskan.
Lebih terperinciKODE MODUL: BUS-207C. Penyusun: TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG
KODE MODUL: -207C Penyusun: TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
Lebih terperinciTHE FACTORY ORGANISATION
THE FACTORY ORGANISATION Director IT - Department Finance Shipping Human Resources Marketing Manager Chief Merchandiser Merchandisers Sampling Asst. Merchandiser Production Management Production Orders
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembangunan di Indonesia menitikberatkan pada peningkatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pelaksanaan pembangunan di Indonesia menitikberatkan pada peningkatan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan kualitas sumber daya manusia dapat dicapai
Lebih terperinciUJI KOMPETENSI GURU 2015 PROGRAM STUDI KEAHLIAN TATA BUSANA. Kompetensi Utama. Standar Kompetensi Guru. Indikator Esensial
UJI KOMPETENSI GURU 2015 PROGRAM STUDI KEAHLIAN TATA BUSANA Kompetensi Utama Pedagogik St. Inti/SK 1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik,moral, spiritual, sosial, kultural,emosional,
Lebih terperinciANALISIS POLA BUSANA Oleh: As-as Setiawati
ANALISIS POLA BUSANA Oleh: As-as Setiawati CARA MENGUKUR BADAN Ketepatan suatu pola dasar ditentukan oleh cara mengukur badan yang tepat. Pola dasar yang baik berarti cara mengambil ukurannya tepat dan
Lebih terperinciPEDOMAN WAWANCARAPENELITAIAN PEMBELAJARAN INDUSTRI KREATIF DI SMK N 1 NGAWEN
PEDOMAN WAWANCARAPENELITAIAN PEMBELAJARAN INDUSTRI KREATIF DI SMK N 1 NGAWEN A. Tujuan wawancara: 1. Untuk mengetahui latar belakang dibuatnya mata diklat Industri kreatif. 2. Untuk mengetahui pelaksanaan
Lebih terperinci2015 KONTRIBUSI HASIL BELAJAR BUSANA PESTA TERHADAP KESIAPAN UJI KOMPETENSI PEMBUATAN BUSANA PESTA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Busana pesta adalah busana yang dikenakan untuk menghadiri kesempatan acara pesta. Pesta merupakan sebuah acara sosial yang dimaksudkan sebagai perayaan dan rekreasi.
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Kesimpulan, implikasi dan rekomendasi akan diuraikan pada bab ini, yang
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Kesimpulan, implikasi dan rekomendasi akan diuraikan pada bab ini, yang disusun bedasarkan seluruh kegiatan penelitian tentang Manfaat Hasil Pelatihan Sulaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur yang memiliki peranan penting
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan salah satu unsur yang memiliki peranan penting dalam membentuk, mengembangkan dan meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Kualitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini adalah salah satu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir dan sampai dengan usia enam tahun, yang dilakukan melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia. Pendidikan adalah usaha sadar yang sengaja dirancang untuk menciptakan kualitas Sumber Daya Manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu dan perkembangan masyarakat, selain itu pendidikan
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan proses yang sangat menentukan untuk perkembangan individu dan perkembangan masyarakat, selain itu pendidikan merupakan salah satu pilar utama
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. PD. Sandang Jaya merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PD. Sandang Jaya merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur, yaitu perusahaan garmen yang membuat lembaran kain menjadi sebuah baju yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Konfeksi merupakan salah satu bentuk usaha kecil yang diselenggarakan dengan modal kerja yang terbatas. Ditengah bergejolaknya industri garmen, konfeksi memiliki
Lebih terperinciANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSIPESANAN PADA CV. HENTORO DENGAN METODE FULL COSTING
ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSIPESANAN PADA CV. HENTORO DENGAN METODE FULL COSTING Nama : Monalisa Apriani NPM : 206209476 Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Syntha Noviyana, SE., MMSI LATAR BELAKANG
Lebih terperinci100 SOAL TES PRESTASI BELAJAR
100 SOAL TES PRESTASI BELAJAR Satuan Pendidikan Kompetensi Keahlian Mata Diklat Kelas/Semester : SMK N 6 Palembang : Tata Busana : Membuat Pola : X.XI/XII Busana Tahun Pelajaran : 2011 20112 Jumlah Soal
Lebih terperinciOleh : IDAH HADIJAH. Editor: TIM FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG
Oleh : IDAH HADIJAH Editor: TIM FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG BAGIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIKULUM DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDRAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan diharapkan mampu memberikan sumbangan besar dalam. mengarahkan pengembangan dan pemberdayaan Sumber Daya Manusia (SDM)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan diharapkan mampu memberikan sumbangan besar dalam mengarahkan pengembangan dan pemberdayaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang produktif, terampil dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Semi Tailoring merupakan salah satu teknik menjahit dimana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semi Tailoring merupakan salah satu teknik menjahit dimana pada bagian tengah muka menggunakan lining penuh, pada bagian tengah belakang menggunakan lining setengah.
Lebih terperinciKODE MODUL: BUS-208C. Penyusun: TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG
KODE MODUL: -208C Penyusun: TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan manusia dan memiliki peran yang besar didalam kegiatan bisnis,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi saat ini telah memasuki setiap dimensi aspek kehidupan manusia dan memiliki peran yang besar didalam kegiatan bisnis, organisasi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses yang sangat menentukan perkembangan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan merupakan proses yang sangat menentukan perkembangan individu dan masyarakat, dalam mewujudkan pembangunan disegala bidang secara merata dan menyeluruh.
Lebih terperinciBAB V TEKNIK PENATAAN DISPLAY INOVASI BUSANA ETNIK
BAB V TEKNIK PENATAAN DISPLAY INOVASI BUSANA ETNIK A. Teknik Dasar Penataan Display Menata display yang baik selain harus memperhatikan prinsip-prinsip yang berhubungan dengan desain dan keserasian warna,
Lebih terperinciLEMBARAN TUGAS, JOBSHEET DAN PANDUAN EVALUASI BELAJAR PRAKTIK KONSTRUKSI POLA BUSANA. Oleh: Dra. Haswita Syafri, M.Pd
LEMBARAN TUGAS, JOBSHEET DAN PANDUAN EVALUASI BELAJAR PRAKTIK KONSTRUKSI POLA BUSANA Oleh: Dra. Haswita Syafri, M.Pd JlhJRUSAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG Oktober,
Lebih terperinciDAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMAKASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR BAGAN... DAFTAR GAMBAR...
DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMAKASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR BAGAN... DAFTAR GAMBAR... i ii iii iv vi viii ix BAB I PENDAHULUAN... A. Latar Belakang Penelitian...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan merupakan bentuk pendidikan menengah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan merupakan bentuk pendidikan menengah yang diselenggarakan untuk melanjutkan dan meluaskan pendidikan dasar serta mempersiapkan peserta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional merupakan usaha pokok untuk mengembangkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional merupakan usaha pokok untuk mengembangkan potensi bangsa Indonesia yang mampu membangun dirinya dan bertanggung jawab pada pembangunan bangsa,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan industri di Indonesia sekarang ini semakin pesat. Hal ini
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan industri di Indonesia sekarang ini semakin pesat. Hal ini menyebabkan iklim pesaingan antar perusahaan juga semakin ketat. Setiap perusahaan harus memikirkan
Lebih terperinciBAB III DATA PERUSAHAAN
BAB III DATA PERUSAHAAN 3.1 Sejarah Wadah Kreasi Wadah kreasi adalah sebuah tempat produksi dalam dunia Konveksi yang memiliki pengalaman bertahun-tahun dalam memberikan layanan konveksi dan percetakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah sebagai suatu instansi atau lembaga pendidikan merupakan sarana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai suatu instansi atau lembaga pendidikan merupakan sarana untuk melaksanakan pelayanan belajar dan proses pendidikan. Sekolah bukan hanya dijadikan
Lebih terperinciBAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. CV Aneka Konveksi merupakan sebuah perusahaan konveksi yang
48 BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1.Gambaran Umum Perusahaan CV Aneka Konveksi merupakan sebuah perusahaan konveksi yang didirikan pada tahun 1996 dan mempunyai 40 mesin dan 30 tenaga kerja pada
Lebih terperinciFashion And Fashion Education
FFE 2 (1) (2013) Fashion And Fashion Education http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ffe ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA SISWA DALAM PEMBUATAN GAUN PESTA PROGRAM KEAHLIAN TATA BUSANA
Lebih terperinciDAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... ABSTRAK... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... ABSTRAK... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i ii iii v vii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Perumusan Masalah... 5 C. Definisi Oprasional...
Lebih terperinciSATUAN ACARA PERKULIAHAN
: Pengetahuan Piranti Menjahit Besar Tujuan Pembelajaran Umum : Mahasiswa mengetahui Pengetahuan Piranti Menjahit Besar 1 menjelaskan Pengertian Piranti manjahit menjelaskan jenis piranti menjahit besar
Lebih terperinciANALISIS SITUASI Magang merupakan serangkaian kegiatan belajar sambil bekerja bagi mahasiswa praktikan untuk mengasah kemampuan keterampilan yang dida
MAGANG KEWIRAUSAHAAN (MKU) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TATA BUSANA JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2007 ANALISIS SITUASI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dwi Ambarwati, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri di bidang fashion merupakan industri yang sedang berkembang saat ini seiring dengan perkembangan kebutuhan manusia akan fashion. Hal ini mendorong industri-industri
Lebih terperinci