Pola busan bayi yang digunakan pada usaha konfeksi dapat berupa pola dasar dengan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pola busan bayi yang digunakan pada usaha konfeksi dapat berupa pola dasar dengan"

Transkripsi

1 d. Macam-macam Pola Busana Bayi Pola busan bayi yang digunakan pada usaha konfeksi dapat berupa pola dasar dengan pecah polanya, seperti: pola gurita, pola popok, pola kemeja, pola celana, pola sepatu, pola cape. Pola dasar bayi adalah acuan di dalam mengubah pola busana bayi sesuai dengan model. Pola untuk membuat busana bayi di buat pada kertas pola dan dipergunakan pada saat memotong bahan. Pada usaha konfeksi busana bayi, pola dasar yang digunakan untuk pembuatan busana bayi dapat merupakan pola dasar kontruksi dengan sistem tertentu dan pola cetak. Pola dasar yang di pelajari pada kegiatan belajar pembuatan busana bayi yaitu pola dasar kontruksi dengan ukuran standar badan bayi. Macam-macam pola busana bayi dapat dikelompokan pada pola busana dalam (pola gurita, popok dan kutang), busana luar (pola celana, busana kodok dan sepatu), dan pelengkap busana bayi (pola cape bayi). Berikut contoh macam-macam pola busana bayi: 1) Busana Dalam a) Pola Gurita Bayi Keterangan: A B = 60 Cm B D = 12 Cm E F = 45 Cm E G = 11 Cm E e = 2,5 Cm F f = 8 Cm A C E G e

2 f B D F H b) Pola Dasar Badan Bayi Ukuran 1 tahun: Lingkar badan (l.b) = 54 cm panjang punggung (p.p) = 20 cm lebar muka (l.m) = 19 cm besar leher (b.l) = 25 cm panjang bahu (p.b) = 6 cm Gambar 2.20 Pola Gurita Bayi (Sumber : Modul SMK 2009 ) A a' b B b a' E T M G H T B F C D Gambar 2.21 Pola Dasar Badan Bayi (Sumber : Modul SMK, 2009) Keterangan: A-B B-D E-C = F-H A-a A-a B-b B-b = ¼ lingkar badan (l.b) = panjang punggung = ½ lebar muka = 1/6 besar leher (b.l) + ½ cm = 1/6 besar leher(b.l)+1/2 cm = 1/6 besar leher(b.l)+1/2 cm = turun 1 cm c) Pecah Pola Kutang Bayi Ukuran Tiga Bulan A B

3 C D Keterangan: Panjang bahu turun 1 cm Dari pinggang turun 5 cm Dari garis leher bagian depan Gambar Pecah Pola dan Model Kutang Bayi (Sumber : Modul SMK, 2009) turun 3 cm d) Pecah Pola Popok Bayi Ukuran 3 bulan lingkar badan = 48 cm Panjang celana=23 cm Panjang sisi =16 cm Gambar 2.5 Pecah Pola Popok Bayi (Sumber : Modul SMK, 2009) Keterangan pola: A-B = CD = ¼ lingkar badan +2cm

4 A-E = E-C = Panjang celana E-G = 1/3 E-F C-M = 8cm D-D =1 ½ cm D-Q = B-N = Panjang Sisi L-K = E-G O-I = P-K 3cm F-J = 3cm 2) Busana Luar 1) Pecah Pola Celana Bayi Keterangan : A B = ¼ b.l + 2 B E = panjang celana A D = 1/3 AB B C = 1/3 BE Gambar 2.28 Pecah Pola Celana Bayi (Sumber : Modul SMK, 2009) b) Pecah Pola Busana Kodok Ukuran 5 Bulan: Lingkar leher Lingkar badan Lingkar panggul Panjang punggung Lebar punggung Lebar muka : 25 cm : 54 cm : 60 cm :19 cm :20 cm : 20 cm

5 Panjang pesak Tinggi duduk Panjang celana Panjang bahu :21 cm : 17 cm : 15 cm : 6 cm Keterangan: A-B = pinggang dinaikan 3 cm A-C = panjang celana C-D = ¼ lingkar badan + 2 cm A-E = panjang pesak E-F = 1/3 CD A-B : D: GH = pola celana belakang 3) Pola Pelengkap Busana Bayi a Pola dasar sepatu bayi Gambar 2.29 Pecah Pola Busana Kodok (Sumber : Modul SMK, 2009)

6 Gambar 2.30 Pola Dasar Sepatu Bayi (Sumber : Modul SMK, 2009) Keterangan: A - B = 13 cm ½ AB = E A G = 2,5 cm A H = 1,5 cm A C = 5 cm F E = 0,5 cm B I = 3,5 cm b) Pecah pola sepatu bayi c) Pecah pola cape bayi Gambar 2.31 Pecah Pola Sepatu Bayi (Sumber : Modul SMK, 2009) Gambar 2.32 Pola Cape Bayi (Sumber : Modul SMK, 2009) Keterangan : A - B = 90 cm e. Memotong Kain Busana Bayi

7 Tahapan yang perlu di lakukan sebelum memotong kain busana bayi, yaitu: 1) Merancang Kain Merancang kain adalah merencanakan atau menghitung secara garis besar banyaknya kain yang diperlukan dan perlengkapan lainya dalam membuat busana bayi. Merancang kain untuk busana bayi dapat memperhatikan beberapa paktor yaitu : model busana bayi, lebar kain, corak/motif kain dan tekstur kain. Berikut contoh rancangan bahan celana bayi sesuai dengan sistem konfeksi. Lebar kain Panjang kain Gambar 2.33 Contoh Meletakan Pola Pada Kain (lay out)/ Rancangan Kain Pada usaha konfeksi busana bayi, untuk mempermudah pembuatan rancangan kain yang diperlukan dalam skala besar (jumlah banyak), maka dibuat cutting Repot sebagai upaya menentukan jumlah busana bayi yang dihasilkan dari satu gulung kain dengan berbagai ukuran standar. Cutting Report tidak hanya memuat bahan utama yang diperlukan tetapi juga bahan pembantu/ pelengkap yang diperlukan dalam pembuatan busana bayi. Selain itu, rancangan letak pola pada kain dibuat untuk mempermudah pada saat pemotongan. Kegiatan ini membantu dalam memeriksa kelengkapan pola, panjang lipatan kain dan tata letak pola pada saat memotong kain. Tabel 2.1 Contoh Cutting Report CUTTING REPORT

8 Jenis Busana Nama Kain Lebar kain Panjang Kain : Kutang Bayi : Katun : 1,15 m : 68 meter/gulung Model & Sampel kain Ukuran Ukuran Model Busana Jumlah produk Jumlah Kain 0 bulan 0,25 m m 3 bulan 0,35 m 70 24,5 m 6 bulan 0,45 m 30 13,5 m Keterangan jumlah ,5 m Sisa 0,5 meter 2) Meletakan Pola Pada Kain Langkah awal yang harus dilakukan sebelum meletakan pola pada kain adalah kain yang kusut disetrika terlebih dahulu, kemudian dilipat kearah lebar kain. Bagian pinggiran kain, atas dan bawah disemat dengan jarum pentul supaya tidak bergeser. Pada saat meletakan pola pada kain, harus diperhatikan tanda arah benang untuk menyesuaikan penempatan pola yang benar. Penempatan pola pada kain dilakukan sehemat mungkin sesuai dengan penempatan pola pada saat merancang kain, tetapi tetap mengikuti motif dan arah serat kain. 3) Menggunting kain busana bayi Kegiatan sebelum menggunting kain tahap pertama yang harus di lakukan yaitu memeriksa pola dan kain. Pada tahapan memeriksa kain meliputi: periksa keadaan kain apakah cacat atau tidak, sifat dan jenis kain, sedangkan memeriksa pola meliputi: Kelengkapan jumlah pola sesuai lay out rancangan kain dan mengontrol besaran kampuh setiap bagian. Kegiatan memotong kain pada usaha konfeksi biasanya menggunakan mesin pemotongan sehingga dalam satu kali potong terdapat sepuluh sampai lima belas lembar kain. f. Menjahit Busana Bayi Teknik menjahit busana bayi secara umum di kelompokan pada teknik menjahit konfeksi dan teknik butik. Teknik menjahit konfeksi dibagi ke dalam tiga tingkatan yaitu

9 tingkatan kasar, sedang dan rapi (Modul SMK 2010:23). Hasil produksi busana bayi dengan teknik jahit tingkat kasar hasil jahitannya pun tidak terlalu rapi dan biasanya dipasarkan dengan harga yang relatif murah dan dijual oleh pedagang kaki lima, sedangkan produksi busana bayi dengan teknik jahit tingkat sedang hasil jahitannya rapi biasanya dijual di outlet dan distro busana bayi, sementara hasil produksi busana bayi dengan tingkatan rapi hasil jahitanya sangat rapi biasanya diekspor ke luar negeri. g. Menyelesaikan Busana Bayi Dengan Jahitan Tangan Penyelesaikan busana bayi dengan jahitan tangan pada sistem konfeksi busana bayi biasanya digunakan pada proses pemasangan kancing dan asesoris busana bayi. Aktivitas tersebut merupakan penyeleseian akhir produk busana bayi. h. Melakukan Pengepresan Pada Busana Bayi Pengepresan di lakukan untuk merapihkan setiap bagian kampuh busana bayi agar terlihat licin dan tampak rapi pada saat busana bayi akan dikemas. Proses pengepresan dilakukan pada bagian dalam busana bayi agar bakteri yang ada pada bagian dalam busana bayi mati. Alat yang di gunakan pada saat pengepresan yaitu setrika uap dan setrika biasa, gunakan cairan pelicin pakaian agar hasil setrikaan lebih bagus, tidak kusut dan harum. i. Menghitung Harga Jual Busana Bayi Menghitung harga jual busana bayi yaitu membuat daftar semua biaya yang di perlukan dalam pembuatan busana bayi sesuai dengan rancangan bahan. Tabel 2.2 Contoh Menghitung Harga Jual Busana Bayi Jenis produk Nama Kain Lebar kain Panjang Kain : kutang Bayi : Katun : 1,15 m : 68 m (1 gulung) No Nama barang Banyaknya Jumlah Ket 1. Kain katun 1 gulung Rp /gulung Rp

10 2. Benang jahit 3 pak Rp /pak Rp Obras 200 kutang Rp. 1000/kutang Rp JUMLAH Rp Jumlah biaya produk 1. Biaya Produk : Rp Upah kerja (1000/kutang) 1000x200 : Rp Keuntungan usaha(40% x biaya produk) 40% x : Rp Biaya listrik (2% x biaya produk) 2% x :Rp JUMLAH :Rp Jadi Harga Jual kutang bayi per buah adalah : 200 = Dibulatkan Merancang harga terdiri dari: 1) Rancangan harga bahan utama berupa kain yang di perlukan untuk membuat sebuah busana. 2) Rancangan harga bahan pelengkap/ pembantu yang di perlukan dalam mebantu dan melengkapi pembuatan suatu busana. Contoh bahan pelengkap terdiri dari: benang, obras, bahan pelapis, bahan pembentuk, bahan untuk belahan (rist, kancing,dsb). 3) Rancangan harga untuk garniture/ hiasan yang di perlukan bahan penghias busana yang berupa: renda dan pita, talikur, dan sebagainya. B. Hasil Belajar Pembuatan Busana Bayi 1. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh peserta didik setelah proses belajar berlangsung, yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan pada peserta didik yang mengalaminya. Hasil belajar tersebut mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Pendapat tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Benjamin S. Bloom (Nana Sudjana, 2001:22) bahwa, Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang mencakup kemampuan kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan). Ketiga aspek tersebut menekankan pada kemampuan peserta didik dalam

11 mengkoordinasikan tindakan atau perilakunya yang akan menentukan berhasil atau tidaknya proses belajar mengajar yang telah diikuti. Keberhasilan peserta didik dalam proses belajar dapat di ketahui dengan adanya penilaian. Tinggi rendahnya hasil belajar di nyatakan dengan angka atau nilai yang disebut prestasi belajar dengan maksud untuk mengetahui sampai mana tingkat penguasaan kompetensi dasar yang tercapai atau sejauh mana materi yang diberikan dapat di kuasai oleh peserta didik. 2. Hasil Belajar Pembuatan Busana Bayi Hasil belajar mata diklat Pembuatan Busana Bayi adalah tingkatan kemampuan atau penguasaan peserta didik terhadap materi pembelajaran Pembuatan Busana Bayi yang mencakup kemampuan kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan). a. Hasil Belajar Pembuatan Busana Bayi Ditinjau dari kemampuan Kognitif Hasil belajar Pembuatan Busana Bayi ditinjau dari kemampuan kognitif berkenaan dengan perubahan intelektual peserta didik meliputi : a. Pengetahuan (knowledge) merupakan kemampuan mengingat materi yang telah dipelajari sebelumnya sebagai dasar menguasai konsep atau teori, misalnya peserta didik dapat mengingat pengertian dan persyaratan busana bayi. b. Pemahaman (understanding) merupakan kemampuan dalam memahami makna dan arti dari suatu konsep atau ide dalam suatu konsep, misalnya peserta didik dapat memahami model busana bayi sesuai fungsinya. c. Penerapan (application) merupakan kemampuan dalam menerapkan suatu konsep atau ide dalam situasi yang nyata dan baru, misalnya peserta didik memiliki pengetahuan tentang jenis motif kain yang sesuai dengan persyaratan busana bayi.

12 d. Analisis (Analysis) merupakan kemampuan untuk memecahkan atau menguraikan sesuatu kedalam bagian atau unsur-unsur yang mempunyai arti dan dapat dipahami, misalnya peserta didik dapat menganalisis pecah pola dalam pembuatan busana kodok. e. Kreasi (Create) merupakan kemampuan untuk menciptakan suatu hal yang baru atas dasar prakarsa atau inisiatif sendiri, misalnya peserta didik memiliki pengetahuan berkreasi dalam menentukan hiasan busana bayi. f. Penilaian (Evaluation) merupakan kemampuan membuat penilaian pada suatu yang dipelajari untuk suatu tujuan tertentu, misalnya peserta didik memiliki penilaian busana bayi yang sesuai dengan persyaratan dan yang tidak sesuai dengan peryaratan busana bayi. b. Hasil Belajar Pembuatan Busana Bayi Ditinjau Dari Kemampuan Afektif Hasil Belajar dari kemampuan afektif dapat terwujud apabila ditinjau dari kemampuan kognitif sudah tercapai. Nana Sudjana (1990:30) mengemukakan bahwa: Tipe hasil belajar afektif tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku seperti perhatianya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar dan hubungan sosial. Kemampuan afektif berhubungan dengan penilaian terhadap sikap dan minat peserta didik terhadap mata pelajaran dan proses pembelajaran meliputi : a. Menerima (accepting) merupakan kepekaan menerima rangsangan dari luar baik dalam bentuk masalah, situasi atau gejala, misalnya peserta didik dapat menerima rangsangan dari luar baik dalam bentuk masalah, situasi atau gejala, misalnya peserta didik dapat menerima kritikan dan saran dari guru atau peserta didik lain terhadap hasil busana bayi yang dibuat dengan lapang dada.

13 b. Menanggapi (appreciating) merupakan sikap yang menunjukan penghargaan terhadap seseorang atau suatu benda, gejala dan perbuatan tertentu, misalnya peserta didik menghargai pujian yang diberikan oleh peserta didik lain. c. Membentuk (Forming) merupakan kemampuan dalam memadukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan pertentangan dalam membentuk suatu nilai yang bersifat konsisten dan internal, misalnya peserta didik dapat mengatasi permasalahan dalam menambah ilmu dan wawasan tentang pemilihan kain yang sesuai dalam pembuatan busana bayi. d. Berpribadi (Personal) adalah mempunyai sistem nilai yang mengendalikan perbuatan dalam menumbuhkan life style (gaya hidup) yang mantap, misalnya setelah mengikuti pembelajaran pembuatan busana bayi, peserta didik menunjukan kedisiplinan dalam membuat pola busana bayi. c. Hasil Belajar Pembuatan Busana Bayi Ditinjau Dari Kemampuan Psikomotor Hasil belajar psikomotor tampak dalam keterampilan (skill) dari peserta didik. Hasil belajar psikomotor ini terbentuk apabila hasil belajar aspek kognitif dan afektif telah di miliki oleh peserta didik, memiliki kesiapan untuk bekerja pada usaha konfeksi busana bayi sesuai tingkat kemampuan individu. Selain itu peserta didik mampu memberikan kepuasan pada dirinya sendiri. Hasil belajar Pembuatan Busana bayi ditinjau dari kemampuan psikomotor di manifestasikan dalam bentuk tingkah laku fisik berupa sekumpulan keterampilan membuat busana bayi, meliputi : a. Kekuatan (Strength) adalah upaya dan kemampuan untuk memperkuat dan memantapkan hasil belajar, misalnya peserta didik mamapu membuat busana bayi sesuai dengan jumlah pesanan. b. Kecepatan (Speed) adalah kecepatan yang di miliki untuk menyeleseikan suatu masalah, misalnya peserta didik dapat membuat pola busana bayi dengan cepat.

14 c. Dorongan (Impulsion) adalah dorongan-dorongan yang berasal dari dalam dan dari luar individu, misalnya peserta didik terdorong untuk terus berlatih membuat busana bayi sesuai dengan model. d. Ketelitian (Carefulness) adalah ketelitian dalam proses pemahaman masalah, misalnya peserta didik dapat menentukan ukuran yang diperlukan dalam pembuatan topi bayi secara tepat. e. Keserasian (Compatible) adalah kemampuan dalam menuangkan ide yang dimiliki kedalam pembuatan busana bayi, misalnya peserta didik dapat membuat busana bayi sesuai dengan fungsi dan persyaratan busana bayi. f. Keluwesan (Flexibility) adalah kemampuan dalam menghadapi situasi baru, misalnya peserta didik dapat memasang karet pada sepatu bayi. g. Daya tahan (Endurance) adalah daya tahan fisik dalam situasi tertentu, misalnya peserta didik mampu menjaga dan mempertahankan kondisi fisiknya selama mengerjakan pembuatan busana bayi. C. Manfaat Kesiapan Bekerja Pada Konfeksi Busana Bayi 1. Kesiapan Kesiapan sangat penting untuk memulai suatu pekerjaan, karena dengan memiliki kesiapan, pekerjaan apapun akan dapat teratasi dan dikerjakan dengan hasil yang baik apabila memiliki kesiapan yang matang. Pengertian kesiapan menurut Slameto (2003:113) yaitu : Kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang/individu yang membuatnya siap untuk memberi respon/jawaban di dalam cara tertentu terhadap suatu situasi. Penyeleseian kondisi pada suatu saat akan berpengaruh atau kecenderungan untuk memberi respon. Kondisi mencakup setidak-tidaknya tiga aspek, yaitu; 1. Kondisi fisik,mental dan emosional 2. Kebutuhan-kebutuhan, motif dan tujuan 3. Keterampilan, pengetahuan dan pengertian yang lain yang telah dipelajari. Pendapat lain yang menunjang pengertian kesiapan adalah yang dikemukakan oleh wasty Soemanto (1990:180) bahwa: kesiapan adalah kesediaan seseorang untuk membuat

15 sesuatu. Kesiapan merupakan kesediaan individu dalam memberi jawaban dengan segala kondisi atau keadaan yang dimilikinya. Prinsip-prinsip kesiapan menurut Slameto (2003:115) yaitu: 1) Semua aspek perkembangan berinteraksi (saling pengaruh mempengaruhi). 2) Kematangan jasmani dan rohani adalah perlu untuk memperoleh manfaat dari pengalaman. 3) Pengalaman-pengalaman mempunyai pengaruh yang positif terhadap kesiapan. 4) Kesiapan dasar untuk kegiatan tertentu terbentuk dalam periode tertentu selama masa pembentukan dalam masa perkembangan. Uraian Slameto di atas mengemukakan arti penting kesiapan bagi peserta didik tata busana. Peserta didik harus menyiapkan semua aspek perkembangan, kematangan, jasmani dan rohani, pengalaman serta kesiapan dasar yang terbentuk pada saat mengikuti pembelajaran Pembuatan Busana Bayi sebagai bekal kesiapan bekerja pada usaha konfeksi. Kesiapan merupakan kemampuan seseorang baik fisik maupun mental yang disertai dengan pengetahuan serta keterampilan seseorang dalam mengerjakan sesuatu. Aspek-aspek yang mempengaruhi kesiapan adalah: a. Kematangan, adalah proses yang menimbulkan perubahan tingkah laku sebagai akibat dari pertumbuhan yang mendasari perkembangan dimana perkembangan ini berhubungan dengan fungsi tubuh dan jiwa sehingga terjadi diferensiasi. b. Kecerdasan, merupakan salah satu aspek yang sangat menentukan keberasilan seseorang dalam melakukan pekerjaan. c. Keterampilan merupakan salah satu aspek yang harus dimiliki dalam bekerja dan mengelola suatu usaha. d. Motivasi merupakan dorongan yang mendasar dan mempengaruhi setiap usaha serta kegiatan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. e. Kesehatan merupakan kondisi yang memungkinkan seseorang untuk melakukan tugasnya dengan baik, karena jika kesehatan terganggu akan berpengaruhi pada aktivitas yang dikerjakan.

16 2. Bekerja pada Usaha Konfeksi Busana Bayi Usaha konfeksi busana bayi merupakan salah satu jenis usaha yang memproduksi (membuat) busana bayi dengan jumlah yang sangat besar (secara massal). Menurut Rulanti Satyodirgo (1979:122): Usaha konfeksi ialah usaha pembuatan busana secara massal atau dalam jumlah bannyak, tidak diukur menurut ukuran pemesan tetapi mempergunakan ukuran yang telah dibakukan seperti S (Small), M (Medium), L (Large) dan XL (Ekstra Large). Proses pembuatan busana bayi atau disebut dengan kegiatan produksi pada usaha konfeksi busana bayi dikerjakan dengan cara kerja secara cepat dan efisien. Jenis kegiatan produksi dalam pembuatan busana bayi pada suatu usaha konfeksi busana bayi ada yang memproduksi busana jadi (regular) ataupun berdasarkan pesanan. Jenis pekerjaan pada usaha konfeksi busana bayi tidak hanya pada bagian menjahit (sewing) saja akan tetapi dibagi menjadi tiga kelompok: bagian pola dan Cutting, bagian penjahitan (sewing) dan bagian Quality Control (QC), maka peserta didik harus mempunyai pengetahuan dan kemampuan yang sesuai dengan masing-masing bagian yaitu: a. Bagian Pola dan Cutting 1) Kemampuan mengukur, 2) Kemampuan membuat pola dasar dengan ukuran standar busana bayi, 3) Kemampuan menganalisis busana bayi, 4) Kemampuan membuat pecah pola busana bayi, 5) Kemampuan menyusun rancangan harga busana bayi, 6) Kemampuan meletakan pola busana bayi, 7) Kemampuan memotong bahan busana bayi

17 b. Bagian penjahitan harus mempunyai kemampuan teknik menjahit yaitu: menjahit kampuh, menjahit lapisan, menjahit saku, menjahit belahan, memasang lengan dan juga menjahit kelim. c. Bagian QC harus mempunyai kemampuan memeriksa jahitan dan keadaan busana, memasang lebel dan mengemas produk akhir. Seorang karyawan yang bekerja di usaha konfeksi busana bayi harus dapat bekerja sesuai dengan sistem dan aturan yang berlaku. Oleh karena itu para pekerja harus memiliki kemampuan bekerja secara lahir dan batin. Adapun menurut Uken Junaedi (2007:67) kesejahteraan dalam bekerja dapat diperoleh jika: a. Bekerja dengan keras, yaitu bekerja dengan memaksimalkan kemampuan yang ada, terutama peran energy/tenaga lebih dominan. b. Bekerja dengan cerdas, yaitu bekerja dengan menggunakan kemampuan berfikir, menganalisa dan menyimpilkan masalah dalam bekerja. c. Bekerja dengan ikhlas, yiatu berusaha melaksanakan pekerjaan sebaik mungkin dan merupakan tanggung jawab yang harus diembanya untuk mengharap ridho Allah swt. d. Bekerja dengan tangkas, yaitu bekerja dengan segala potensi dan kemampuan yang telah dikuasai sehingga dapat bekerja dengan baik, benar dan ideal sesuai dengan target perusahaan. 3. Manfaat Kesiapan Bekerja Pada Usaha Konfeksi Busana Bayi a. Manfaat 1) Manfaat Dilihat Dari Segi Kognitif Manfaat hasil belajar Pembuatan Busana Bayi ditinjau dari kemampuan kognitif berkenaan dengan perubahan tingkah laku, meliputi: peserta didik mengetahui pengertian busana bayi, memahami persyaratan busana bayi dan memahami fungsi busana bayi serta mampu menganalisis pecah pola busana bayi sebagai bekal kesiapan bekerja pada konfeksi busana bayi. 2) Manfaat Dilihat Dari Segi Afektif Manfaat hasil belajar Pembuatan Busana Bayi di tinjau dari kemampuan afektif berkenaan dengan sikap, meliputi: peserta didik dapat menerima saran dan kritikan dari guru

18 atau peserta didik lain terhadap hasil busana bayi yang dibuat dengan lapang dada, menghargai pujian yang di berikan oleh peserta didik lain, teliti dalam membuat busana bayi dan menunjukan kedisiplinan dalam membuat busana bayi sebagai bekal kesiapan bekerja pada konfeksi busana bayi. 3) Manfaat Dilihat Dari Segi Psikomotor Manfaat hasil belajar Pembuatan Busana Bayi ditinjau dari kemampuan psikomotor keterampilan membuat busana bayi, meliputi: peserta didik terampil dalam membuat busana bayi dan terdorong untuk terus berlatih membuat busana bayi serta mampu menjaga dan mempertahankan kondisi fisiknya selama mengerjakan pembuatan busana bayi sebagai bekal bekerja pada konfeksi busana bayi. b. Manfaat Kesiapan Bekerja Pada Konfeksi Busana Bayi Peserta didik dapat dikatakan siap bekerja pada usaha konfeksi busana bayi apabila memiliki kesiapan fisik serta memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam pembuatan busana bayi sesuai dengan sitem konfeksi. Kesiapan sangat penting untuk memulai suatu pekerjaan, karena dengan kesiapan berbagai pekerjaan dan hambatan akan dapat teratasi dan dapat memperoleh hasil yang baik. Kesiapan seperti telah diungkapkan pada penjelasan terdahulu merupakan kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk memberikan respon terhadap suatu situasi. Kesiapan bekerja pada usaha konfeksi busana bayi dapat diartikan sebagai keseluruhan kondisi dari peserta didik untuk melakukan pekerjaan membuat busana bayi sesuai pesanan dengan sistem produksi yang efektif dan efisiensi pada suatu usaha konfeksi busana bayi yang memproduksi (membuat) busana dengan jumlah yang sangat besar (secara massal) dengan ukuran standar (S,M, L dan XL). Manfaat aspek-aspek kesiapan bekerja pada konfeksi busana bayi harus dimiliki peserta didik setelah mengikuti kegiatan belajar pembuatan busana bayi, agar ketika bekerja

19 pada usaha konfeksi busana bayi dapat berjalan dengan lancar dan dapat menunjang keberhasilan pekerjaannya. D. Kerangka Berfikir Hasil belajar Pembuatan Busana Bayi kemampuan kognitif: Meliputi pengetahuan, pemahaman, analisis, kreasi dan penilaian yang berkaitan dengan pengetahuan macammacam busana bayi, memotong bahan, menjahit busana bayi, menyeleseikan busana bayi dengan jahitan dangan dan melakukan pengepresan. Kemampuan afektif: meliputi kecermatan, ketelitian, kesungguhan, penerimaan dan penilaian yang berhubungan dengan macam busana bayi, memotong bahan, menjahit busana bayi, menyeleseikan busana bayi dengan jahitan dangan dan melakukan pengepresan. Kemampuan psikomotor: Meliputi keterampilan, kreasi dan penerapan yang berkaitan dengan macam busana bayi, memotong bahan, menjahit busana bayi, menyeleseikan busana bayi dengan jahitan dangan dan melakukan pengepresan. Materi Mempelajari: - Pengetian busana bayi - Persyaratan busana bayi - Pengelompokan macam-macam busana bayi - Membuat pola busana bayi - Membuat rancangan bahan dan harga busana bayi - Meletakan pola bada kain busana bayi - Menggunting kain busana bayi - Menjahit busana bayi Metodologi Metode: Deskriptif Populasi Peserta didik Program Keahlian Tata Busana kelas XI SMK Negri 2 Purwakarta tahun ajaran 2011/2012 berjumlah 40 orang Lokasi : SMK Negri 2 purwakarta Jl. Ahmad Yani No.

20 E. Pertanyaan Penelitian Peserta Didik SMK Negeri 2 Purwakarta Siap bekerja pada konfeksi busana bayi Pertanyaan penelitian dimaksudkan sebagai acuan bagi penulis untuk mengumpulkan data penelitian sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Pertanyaan penelitian tersebut adalah: a. Manfaat apa yang diperoleh peserta didik dari hasil belajar pembuatan busana bayi ditinjau dari kemampuan kognitif yang meliputi meliputi pengetahuan, pengertian busana bayi, persyaratan busana bayi, pemahaman, analisis dan penilaian tentang macam-macam desain busana bayi, tahapan tahapan membuat pola busana bayi, tahapan-tahapan memotong bahan busana bayi, teknik menjahit menjahit busana bayi, teknik pengepresan dan cara menghitung harga jual sebagai kesiapan bekerja pada usaha konfeksi busana bayi? b. Manfaat apa yang diperoleh peserta didik dari hasil belajar pembuatan busana bayi ditinjau dari kemampuan afektif meliputi sikap teliti, disiplin, motivasi, menerima kritikan dan keinginan belajar sebagai kesiapan bekerja pada usaha konfeksi busana bayi? Manfaat apa yang diperoleh peserta didik dari hasil belajar pembuatan busana bayi ditinjau dari kemampuan psikomotor meliputi meliputi kekuatan, kecepatan, dorongan ketelitian, keserasian, keluwesan dan daya tahan dan keterampilan dalam pembuatan macam-macam desain busana bayi, membuat pola, memotong bahan busana bayi, menjahit busana bayi, menyeleseikan busana bayi dengan jahitan tangan dan melakukan pengepresan dan menghitung harga jual sebagai kesiapan bekerja pada usaha konfeksi b

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan mutu pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan mutu pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia yang terlibat di dalamnya. Berkenaan

Lebih terperinci

BAB II HASIL BELAJAR MEMOTONG BAHAN DAN MANFAATNYA SEBAGAI KESIAPAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI

BAB II HASIL BELAJAR MEMOTONG BAHAN DAN MANFAATNYA SEBAGAI KESIAPAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI 15 BAB II HASIL BELAJAR MEMOTONG BAHAN DAN MANFAATNYA SEBAGAI KESIAPAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI A. Gambaran Umum Memotong Bahan (Cutting) Kompetensi memotong bahan merupakan mata pelajaran standar kompetensi

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JOB SHEET BUSANA PRIA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JOB SHEET BUSANA PRIA BAGIAN URAIAN JUMLAH HALAMAN JOB.O1 Kemeja Lengan Panjang 10 halaman JOB.02 Celana Panjang 7 halaman JOB.03 Jaket 9 halaman Jumlah Halaman 26 halaman 1. Kompetensi Mampu membuat Kemeja Lengan Panjang 2.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan, dan saran disusun berdasarkan seluruh kegiatan penelitian

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan, dan saran disusun berdasarkan seluruh kegiatan penelitian BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan, dan saran disusun berdasarkan seluruh kegiatan penelitian Manfaat Hasil Belajar Membuat Pola Busana Pesta Wanita Dengan Sistem Kombinasi Sebagai Kesiapan Praktek

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JOB SHEET BUSANA PRIA. 1. Kompetensi Mampu membuat Jaket

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JOB SHEET BUSANA PRIA. 1. Kompetensi Mampu membuat Jaket 1. Kompetensi Mampu membuat Jaket 2. Sub Kompetensi Menguasai dan mampu membuat : a. Pola Jaket ukuran kecil dan ukuran besar b. Merancang bahan dan harga untuk Jaket c. Memotong bahan Jaket d. Menjahit

Lebih terperinci

LABORATORIUM TATA BUSANA JURUSAN PKK FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA JL Dr Setiabudhi no 27 Telp BANDUNG 40154

LABORATORIUM TATA BUSANA JURUSAN PKK FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA JL Dr Setiabudhi no 27 Telp BANDUNG 40154 LABORATORIUM TATA BUSANA JURUSAN PKK FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA JL Dr Setiabudhi no 27 Telp. 022-2013163 BANDUNG 015 MODUL No : 05 / KPB /S1 / 2010 Jurusan : Pendidikan Kesejahteraan Keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber daya manusia ditentukan oleh tingkat pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber daya manusia ditentukan oleh tingkat pengetahuan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas sumber daya manusia ditentukan oleh tingkat pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh melalui pendidikan. Pendidikan memegang peranan penting dalam

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Pada Bab V ini penulis akan mengemukakan kesimpulan, implikasi dan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Pada Bab V ini penulis akan mengemukakan kesimpulan, implikasi dan 97 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Pada Bab V ini penulis akan mengemukakan kesimpulan, implikasi dan rekomendasi dari seluruh kegiatan penelitian yang telah dilakukan. Kesimpulan, implikasi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. rekomendasi yang disusun berdasarkan seluruh kegiatan penelitian mengenai

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. rekomendasi yang disusun berdasarkan seluruh kegiatan penelitian mengenai BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Pada bab ini penulis mengemukakan kesimpulan, implikasi, dan rekomendasi yang disusun berdasarkan seluruh kegiatan penelitian mengenai Pendapat Peserta Didik

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JOB SHEET BUSANA PRIA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JOB SHEET BUSANA PRIA 1. Kompetensi Mampu membuat celana panjang 2. Sub Kompetensi Mampu dan menguasai membuat : a. Pola celana panjang ukuran kecil dan ukuran besar b. Merancang bahan dan harga untuk celana panjang c. Memotong

Lebih terperinci

Penyusun: ANTI ASTA VIANI. Editor TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Penyusun: ANTI ASTA VIANI. Editor TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG Penyusun: ANTI ASTA VIANI Editor TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG BAGIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIKULUM DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR

Lebih terperinci

LABORATORIUM TATA BUSANA JURUSAN PKK FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA JL Dr Setiabudhi no 27 Telp BANDUNG 40154

LABORATORIUM TATA BUSANA JURUSAN PKK FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA JL Dr Setiabudhi no 27 Telp BANDUNG 40154 LABORATORIUM TATA BUSANA JURUSAN PKK FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA JL Dr Setiabudhi no 27 Telp. 022-2013163 BANDUNG 015 MODUL No : 01 / KPB / S1 / 2010 Jurusan : Pendidikan Kesejahteraan Keluarga

Lebih terperinci

B. Indikator a. Identifikasi dan penggambaran aneka bentuk garis leher dan kerah b. Identifikasi dan Penggambaran macam-macam bentuk lengan dan rok

B. Indikator a. Identifikasi dan penggambaran aneka bentuk garis leher dan kerah b. Identifikasi dan Penggambaran macam-macam bentuk lengan dan rok : 1 x pertemuan : (2x 45 menit) Standar Kompetensi : 1. Mengenal bagian-bagian Busana A. Kompetensi Dasar 1.1. Mengidentifikasi bagian-bagian busana B. Indikator a. Identifikasi dan penggambaran aneka

Lebih terperinci

PEMBUATAN BUSANA KERJA MODEL BLAZER

PEMBUATAN BUSANA KERJA MODEL BLAZER MATERI BUSANA KERJA PEMBUATAN BUSANA KERJA MODEL BLAZER Disusun Oleh : Dra. Astuti, M. Pd 19601205 198703 2 001 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TATA BUSANA JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FAKULTAS PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. Setelah melakukan penelitian pada Tunas Den s yang berlokasi di jalan

BAB IV HASIL PENELITIAN. Setelah melakukan penelitian pada Tunas Den s yang berlokasi di jalan BAB IV HASIL PENELITIAN Setelah melakukan penelitian pada Tunas Den s yang berlokasi di jalan Surapati nomor 109 Bandung, dimana perusahaan bergerak pada bidang konveksi yang memproduksi dan menjual berbagai

Lebih terperinci

2015 MANFAAT HASIL BELAJAR PEMBUATAN BUSANA IND USTRI SEBAGAI KESIAPAN MELAKSANAKAN PRAKTEK KERJA IND USTRI (PRAKERIN)

2015 MANFAAT HASIL BELAJAR PEMBUATAN BUSANA IND USTRI SEBAGAI KESIAPAN MELAKSANAKAN PRAKTEK KERJA IND USTRI (PRAKERIN) DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR...i UCAPAN TERIMAKASIH... ii ABSTRAK... iii DAFTAR ISI...v DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GRAFIK... ix DAFTAR GAMBAR...x DAFTAR LAMPIRAN... xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI MENJAHIT PAKAIAN

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI MENJAHIT PAKAIAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI MENJAHIT PAKAIAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN NON FORMAL DAN INFORMAL DIREKTORAT PEMBINAAN KURSUS DAN KELEMBAGAAN 2009 BAB II STRUKTUR KURIKULUM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nindy Agustina, 2014 Manfaat hasil belajar membuat pola di atas kain sebagai kesiapan kerja di tailoring

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nindy Agustina, 2014 Manfaat hasil belajar membuat pola di atas kain sebagai kesiapan kerja di tailoring BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah LPK (Lembaga Pendidikan Keterampilan) Pelita Busana merupakan salah satu lembaga pendidikan dan pelatihan yang mampu menghasilkan tenaga kerja dengan pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

Penyusun: ANTI ASTA VIANI. Editor TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Penyusun: ANTI ASTA VIANI. Editor TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG Teknik Pembuatan Sampel Penyusun: ANTI ASTA VIANI Editor TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG BAGIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIKULUM DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan Ilmu Pengetahuan; Teknologi; dan Seni (IPTEKS), sehingga

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan Ilmu Pengetahuan; Teknologi; dan Seni (IPTEKS), sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kebutuhan manusia akan fashion semakin berkembang, seiring perkembangan Ilmu Pengetahuan; Teknologi; dan Seni (IPTEKS), sehingga menuntut para pelaku usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting bagi pembangunan bangsa, karena

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting bagi pembangunan bangsa, karena 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting bagi pembangunan bangsa, karena merupakan salah satu aspek utama dalam pengembangan dan peningkatan kualitas sumber daya

Lebih terperinci

JOB-SHEET. A. Kompetensi: diharapkan mahasiswa dapat membuat bebe anak perempuan sesuai dengan disain

JOB-SHEET. A. Kompetensi: diharapkan mahasiswa dapat membuat bebe anak perempuan sesuai dengan disain JOB-SHEET MATA KULIAH : BUSANA ANAK TOPIK : BEBE ANAK PEREMPUAN PROGRAM STUDI : PT BUSANA / TEKNIK BUSANA SEMESTER : II JUMLAH SKS : 2 SKS (Praktek) PENGAMPU : EMY BUDIASTUTI, M.Pd A. Kompetensi: diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang dilaksanakan oleh pemerintah atau non pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang dilaksanakan oleh pemerintah atau non pemerintah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan yang dilaksanakan oleh pemerintah atau non pemerintah mengacu pada pendidikan nasional yang teruang dalam UU RI No 20 pasal 13 dan 14 (2003:11)tentang

Lebih terperinci

Penyusun: ANTI ASTA VIANI. Editor TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Penyusun: ANTI ASTA VIANI. Editor TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG Penyusun: ANTI ASTA VIANI Editor TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG BAGIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIKULUM DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Sekolah menengah kejuruan merupakan bentuk pendidikan menengah yang diselenggarkan untuk melanjutkan dan meluaskan pendidikan dasar serta mempersiapkan peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha pokok dalam peningkatan kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha pokok dalam peningkatan kecerdasan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha pokok dalam peningkatan kecerdasan kehidupan bangsa dan peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia seutuhnya yang mampu membangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Quality Control (pengendalian mutu) adalah semua usaha untuk menjamin agar hasil dari pelaksanaan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dan memuaskan konsumen.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan suatu bangsa. Salah satu masalah pendidikan dewasa ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan suatu bangsa. Salah satu masalah pendidikan dewasa ini adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu tolak ukur yang mempengaruhi perkembangan suatu bangsa. Salah satu masalah pendidikan dewasa ini adalah rendahnya mutu pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dilaksanakan sebagai kebutuhan manusia untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas,melalui pendidikan diharapkan dapat membuat manusia lebih cerdas dan

Lebih terperinci

D KONTRIBUSI HASIL BELAJAR MANAJEMEN USAHA BUSANA TERHADAP KESIAPAN PERINTISAN USAHA BISNIS BUTIK

D KONTRIBUSI HASIL BELAJAR MANAJEMEN USAHA BUSANA TERHADAP KESIAPAN PERINTISAN USAHA BISNIS BUTIK BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Usaha busana merupakan suatu bisnis yang berkembang pesat dari tahun ketahun, hal ini terlihat dari tingginya permintaan konsumen yang akhirnya membuat banyak

Lebih terperinci

PANDUAN MENJAHIT MODEL-012

PANDUAN MENJAHIT MODEL-012 1 PANDUAN MENJAHIT MODEL-012 MODEL Model-012 adalah model busana dress Lengan panjang dengan kerah dan lengan yang dirapikan dengan bisban. Detail model ada di http://fitinline.com/product/catalog_item_detail/4/24

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan UD.Chaniago yang beralamat di jalan Bromo ujung / jalan Sepakat no 19 Medan, merupakan suatu industri yang bergerak di bidang garmen. Usaha ini didirikan

Lebih terperinci

Cara Menjahit Gamis Resleting Depan

Cara Menjahit Gamis Resleting Depan Cara Menjahit Gamis Resleting Depan Dilarang Keras Memproduksi, Memperbanyak dan mendistribusikan baik keseluruhan maupun sedikit dari isi ebook ini dalam bentuk Apapun tanpa seizin penulis. Untuk menghemat

Lebih terperinci

KODE MODUL: BUS-208C. Penyusun: TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG

KODE MODUL: BUS-208C. Penyusun: TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG KODE MODUL: -208C Penyusun: TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

Lebih terperinci

LABORATORIUM TATA BUSANA JURUSAN PKK FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA JL Dr Setiabudhi no 27 Telp BANDUNG 40154

LABORATORIUM TATA BUSANA JURUSAN PKK FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA JL Dr Setiabudhi no 27 Telp BANDUNG 40154 LABORATORIUM TATA BUSANA JURUSAN PKK FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA JL Dr Setiabudhi no 27 Telp. 022-2013163 BANDUNG 015 MODUL No : 02 / KPB / 2010 Jurusan : Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Program

Lebih terperinci

KODE MODUL: BUS 209A PENYUSUN: TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG

KODE MODUL: BUS 209A PENYUSUN: TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG KODE MODUL: 209A PENYUSUN: TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

Lebih terperinci

PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI PENYELIA PROSES PEMBUATAN PAKAIAN

PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI PENYELIA PROSES PEMBUATAN PAKAIAN PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI PENYELIA PROSES PEMBUATAN PAKAIAN KODE PROGRAM PELATIHAN : O 9 3 0 9 1 1 3 III 01 DEPARTEMEN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI R.I. DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas dan bertanggung jawab, dalam pembangunan bangsa

Lebih terperinci

Lampiran 1 Perangkat Pembelajaran

Lampiran 1 Perangkat Pembelajaran 23 Lampiran Perangkat Pembelajaran 2 Silabus Nama Sekolah : SMK Negeri 3 Klaten Kompetensi Keahlian : Busana Butik Mata Pelajaran : Membuat Pola Busana Pria ( Pattern Making ) Kelas/Semester : XI / Standar

Lebih terperinci

PANDUAN MENJAHIT MODEL-001

PANDUAN MENJAHIT MODEL-001 1 PANDUAN MENJAHIT MODEL-001 MODEL adalah model busana dress Lengan panjang dengan leher setengah berdiri yang dihiasi ruffle, belahan kancing di bagian depan dan cuff lengan tanpa kancing. Rok yang tersambung

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JOB SHEET TAILORING. 1. Kompetensi Mampu membuat stelan jas wanita

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JOB SHEET TAILORING. 1. Kompetensi Mampu membuat stelan jas wanita 1. Kompetensi Mampu membuat stelan jas wanita 2. Sub Kompetensi Menguasai dan mampu membuat : a. Pola Jast wanita ukuran kecil ( Skala 1 : 4 ), sesuai model b. Pola Jas wanita ukuran besar sesuai model

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Industri kreatif merupakan kelompok industri kecil yang mengeksploitasi ide atau kekayaan intelektual dibidang handicraft, sehingga memiliki nilai ekonomi

Lebih terperinci

BAB II. Metodologi Perancangan

BAB II. Metodologi Perancangan BAB II Metodologi Perancangan A. Orisinalitas Sebuah desain tidak mungkin tercipta tanpa ada unsur-unsur pembentuknya dan tidak akan indah atau menarik di lihat tanpa mempertimbangkan prinsipprinsip desain.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang berupaya melakukan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang berupaya melakukan pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang berupaya melakukan pembangunan di segala bidang. Pelaksanaan pembangunan di Indonesia menitikberatkan pada peningkatan kualitas sumber

Lebih terperinci

Semua upaya yang telah dilakukan guna mewujudkan Kurikulum Keterampilan pada Madrasah Aliyah, dilandasi oleh rasa tanggung

Semua upaya yang telah dilakukan guna mewujudkan Kurikulum Keterampilan pada Madrasah Aliyah, dilandasi oleh rasa tanggung Kurikulum Madrasah Aliyah Program Keterampilan ini, diharapkan memberi peluang tumbuhnya potensi untuk mandiri dan bertanggung jawab dalam mengembangkan program pembelajaran yang lebih sesuai dengan kondisi

Lebih terperinci

PANDUAN MENJAHIT MODEL-004

PANDUAN MENJAHIT MODEL-004 1 PANDUAN MENJAHIT MODEL-004 MODEL adalah model busana dress Lengan panjang dengan obi dan kerah berdiri. Detail model ada di http://fitinline.com/product/catalog_item_detail/4/16 BAGIAN KETERANGAN GAMBAR

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. Orisinalitas Produk : Gambar 1 : Pakaian dan Celana yang beredar di pasaran (Sumber : www. Pinterest.com, 2017) Gambar diatas adalah beberapa jenis pakaian dan celana yang

Lebih terperinci

MENJAHIT CELANA OLEH: TIM FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

MENJAHIT CELANA OLEH: TIM FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL MENJAHIT CELANA OLEH: TIM FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PROYEK PENGEMBANGAN SISTEM DAN STANDAR PENGELOLAAN SMK DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN JAKARTA

Lebih terperinci

TEKNIK MENJAHIT MENGHITUNG HARGA JUAL

TEKNIK MENJAHIT MENGHITUNG HARGA JUAL BUSANA WANITA KLASIFIKASI BUSANA WANITA MEMOTONG BAHAN TEKNIK MENJAHIT MENGHITUNG HARGA JUAL KLASIFIKASI BUSANA WANITA 1. Under clothes (daster, baby doll) 2. Casual wear (blouse, pants, skirt) 3. Formal

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Busana Thailand Berbentuk Celemek Panggul, Kaftan atau Tunika

Gambar 3.1 Busana Thailand Berbentuk Celemek Panggul, Kaftan atau Tunika BAHAN AJAR BAGIAN III SEJARAH MODE PERKEMBANGAN BENTUK DASAR BUSANA DI NEGARA TIMUR A. Thailand Thailand adalah salah satu negara tetangga Indonesia sehingga busan antara kedua negara tersebut terdapat

Lebih terperinci

UJIAN SEKOLAH SMP/MTs TAHUN PELAJARAN Hari/Tanggal (60 menit) P - 01

UJIAN SEKOLAH SMP/MTs TAHUN PELAJARAN Hari/Tanggal (60 menit) P - 01 DOKUMEN SEKOLAH SANGAT RAHASIA UJIAN SEKOLAH SMP/MTs TAHUN PELAJARAN 2014-2015 Mata Pelajaran Tata Busana/Ketrampilan Paket 01/Utama Hari/Tanggal... Waktu 08.30 09.30 (60 menit) P - 01 PETUNJUK UMUM :

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan dalam penelitian ini disusun berdasarkan tujuan penelitian,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan dalam penelitian ini disusun berdasarkan tujuan penelitian, BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Kesimpulan dalam penelitian ini disusun berdasarkan tujuan penelitian, hasil pengolahan data dan pembahasan hasil penelitian yang berjudul kontribusi hasil belajar

Lebih terperinci

KODE MODUL: BUS 209C PENYUSUN: TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG

KODE MODUL: BUS 209C PENYUSUN: TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG KODE MODUL: 209C PENYUSUN: TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Kesimpulan, implikasi dan rekomendasi disusun berdasarkan seluruh

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Kesimpulan, implikasi dan rekomendasi disusun berdasarkan seluruh BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Kesimpulan, implikasi dan rekomendasi disusun berdasarkan seluruh kegiatan penelitian tentang penerapan hasil belajar membuat hiasan busana pada A. Kesimpulan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 01

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 01 RPP menjahit RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 01 PELAJARAN : MULOK MENJAHIT KELAS /SEMESTER : VII / I MATERI : PENGERTIAN MENJAHIT SUB MATERI : DASAR DASAR MENJAHIT ALOKASI WAKTU : 2 x PERTEMUAN I. KOMPETENSI

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS LOMBA KEWIRAUSAHAAN SMK LOMBA EKONOMI KREATIF PEMBUATAN BUSANA CASUAL REMAJA TAHUN 2016

PETUNJUK TEKNIS LOMBA KEWIRAUSAHAAN SMK LOMBA EKONOMI KREATIF PEMBUATAN BUSANA CASUAL REMAJA TAHUN 2016 PETUNJUK TEKNIS LOMBA KEWIRAUSAHAAN SMK LOMBA EKONOMI KREATIF PEMBUATAN BUSANA CASUAL REMAJA TAHUN 2016 A. Pendahuluan Tamatan SMK diharapkan mampu berwirausaha mandiri dan memberikan peluang lapangan

Lebih terperinci

Lomba Kompetensi Siswa Tingkat Nasional ke-26 Mataram Nusa Tenggara Barat 2018

Lomba Kompetensi Siswa Tingkat Nasional ke-26 Mataram Nusa Tenggara Barat 2018 LOMBA KOMPETENSI SISWA TINGKAT NASIONAL FASHION TECHNOLOGY (LADIES DRESS MAKING) Direktorat pembinaan sekolah menengah dan kejuruan sepakat untuk melombakan bidang keterampilan Fashion Technology / Ladies

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam mengantisipasi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam mengantisipasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam mengantisipasi perkembangan era globalisasi yang semakin pesat. Globalisasi membawa dampak besar khususnya bagi para

Lebih terperinci

Penyusun SRI EKO PUJI RAHAYU. Editor TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Penyusun SRI EKO PUJI RAHAYU. Editor TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG Penyusun SRI EKO PUJI RAHAYU Editor TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG BAGIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIKULUM DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan sangat cepat, hal ini terlihat dari sikap anak yang terlihat jarang

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan sangat cepat, hal ini terlihat dari sikap anak yang terlihat jarang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa usia dini adalah masa dimana perkembangan fisik motorik anak berlangsung dengan sangat cepat, hal ini terlihat dari sikap anak yang terlihat jarang sekali

Lebih terperinci

KRITERIA PENILAIAN MEMBUAT BEBE ANAK. Pencapaian Kompetensi. Sangat Baik (4) Baik (3) Kurang Baik (2) Tidak Baik (1) Sangat Baik (4) Baik (3)

KRITERIA PENILAIAN MEMBUAT BEBE ANAK. Pencapaian Kompetensi. Sangat Baik (4) Baik (3) Kurang Baik (2) Tidak Baik (1) Sangat Baik (4) Baik (3) KRITERIA PENILAIAN MEMBUAT BEBE ANAK No Komponen Penilaian Kompetensi 1. PERSIAPAN Menyiapkan alat jahit dan bahan 2. PROSES a. Meletakkan pola di atas bahan b. Memberi tanda pola Pencapaian Kompetensi

Lebih terperinci

DAFTAR GAMBAR. 1. Sepatu Mesin Jarum Mesin Sekoci Spul Kapur Jahit Pita Ukur...

DAFTAR GAMBAR. 1. Sepatu Mesin Jarum Mesin Sekoci Spul Kapur Jahit Pita Ukur... DAFTAR GAMBAR 1. Sepatu Mesin... 10 2. Jarum Mesin... 11 3. Sekoci... 11 4. Spul... 11 5. Kapur Jahit... 12 6. Pita Ukur... 12 7. Gunting Kain... 13 8. Pendedel... 13 9. Benang Jahit... 14 10. Jarum Tangan...

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. untuk mencapai kinerja akademik yang memuaskan. Namun dari. kenyataan sehari-hari tampak jelas bahwa siswa itu memiliki perbedaan

BAB II KAJIAN TEORI. untuk mencapai kinerja akademik yang memuaskan. Namun dari. kenyataan sehari-hari tampak jelas bahwa siswa itu memiliki perbedaan BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Kesulitan Belajar Membuat Blus a. Kesulitan Belajar Setiap siswa pada prinsipnya tentu berhak memperoleh peluang untuk mencapai kinerja akademik yang memuaskan.

Lebih terperinci

KODE MODUL: BUS-207C. Penyusun: TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG

KODE MODUL: BUS-207C. Penyusun: TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG KODE MODUL: -207C Penyusun: TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

Lebih terperinci

THE FACTORY ORGANISATION

THE FACTORY ORGANISATION THE FACTORY ORGANISATION Director IT - Department Finance Shipping Human Resources Marketing Manager Chief Merchandiser Merchandisers Sampling Asst. Merchandiser Production Management Production Orders

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembangunan di Indonesia menitikberatkan pada peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembangunan di Indonesia menitikberatkan pada peningkatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pelaksanaan pembangunan di Indonesia menitikberatkan pada peningkatan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan kualitas sumber daya manusia dapat dicapai

Lebih terperinci

UJI KOMPETENSI GURU 2015 PROGRAM STUDI KEAHLIAN TATA BUSANA. Kompetensi Utama. Standar Kompetensi Guru. Indikator Esensial

UJI KOMPETENSI GURU 2015 PROGRAM STUDI KEAHLIAN TATA BUSANA. Kompetensi Utama. Standar Kompetensi Guru. Indikator Esensial UJI KOMPETENSI GURU 2015 PROGRAM STUDI KEAHLIAN TATA BUSANA Kompetensi Utama Pedagogik St. Inti/SK 1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik,moral, spiritual, sosial, kultural,emosional,

Lebih terperinci

ANALISIS POLA BUSANA Oleh: As-as Setiawati

ANALISIS POLA BUSANA Oleh: As-as Setiawati ANALISIS POLA BUSANA Oleh: As-as Setiawati CARA MENGUKUR BADAN Ketepatan suatu pola dasar ditentukan oleh cara mengukur badan yang tepat. Pola dasar yang baik berarti cara mengambil ukurannya tepat dan

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARAPENELITAIAN PEMBELAJARAN INDUSTRI KREATIF DI SMK N 1 NGAWEN

PEDOMAN WAWANCARAPENELITAIAN PEMBELAJARAN INDUSTRI KREATIF DI SMK N 1 NGAWEN PEDOMAN WAWANCARAPENELITAIAN PEMBELAJARAN INDUSTRI KREATIF DI SMK N 1 NGAWEN A. Tujuan wawancara: 1. Untuk mengetahui latar belakang dibuatnya mata diklat Industri kreatif. 2. Untuk mengetahui pelaksanaan

Lebih terperinci

2015 KONTRIBUSI HASIL BELAJAR BUSANA PESTA TERHADAP KESIAPAN UJI KOMPETENSI PEMBUATAN BUSANA PESTA

2015 KONTRIBUSI HASIL BELAJAR BUSANA PESTA TERHADAP KESIAPAN UJI KOMPETENSI PEMBUATAN BUSANA PESTA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Busana pesta adalah busana yang dikenakan untuk menghadiri kesempatan acara pesta. Pesta merupakan sebuah acara sosial yang dimaksudkan sebagai perayaan dan rekreasi.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Kesimpulan, implikasi dan rekomendasi akan diuraikan pada bab ini, yang

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Kesimpulan, implikasi dan rekomendasi akan diuraikan pada bab ini, yang BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Kesimpulan, implikasi dan rekomendasi akan diuraikan pada bab ini, yang disusun bedasarkan seluruh kegiatan penelitian tentang Manfaat Hasil Pelatihan Sulaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur yang memiliki peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur yang memiliki peranan penting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan salah satu unsur yang memiliki peranan penting dalam membentuk, mengembangkan dan meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini adalah salah satu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir dan sampai dengan usia enam tahun, yang dilakukan melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia. Pendidikan adalah usaha sadar yang sengaja dirancang untuk menciptakan kualitas Sumber Daya Manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu dan perkembangan masyarakat, selain itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu dan perkembangan masyarakat, selain itu pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan proses yang sangat menentukan untuk perkembangan individu dan perkembangan masyarakat, selain itu pendidikan merupakan salah satu pilar utama

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. PD. Sandang Jaya merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. PD. Sandang Jaya merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PD. Sandang Jaya merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur, yaitu perusahaan garmen yang membuat lembaran kain menjadi sebuah baju yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Konfeksi merupakan salah satu bentuk usaha kecil yang diselenggarakan dengan modal kerja yang terbatas. Ditengah bergejolaknya industri garmen, konfeksi memiliki

Lebih terperinci

ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSIPESANAN PADA CV. HENTORO DENGAN METODE FULL COSTING

ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSIPESANAN PADA CV. HENTORO DENGAN METODE FULL COSTING ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSIPESANAN PADA CV. HENTORO DENGAN METODE FULL COSTING Nama : Monalisa Apriani NPM : 206209476 Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Syntha Noviyana, SE., MMSI LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

100 SOAL TES PRESTASI BELAJAR

100 SOAL TES PRESTASI BELAJAR 100 SOAL TES PRESTASI BELAJAR Satuan Pendidikan Kompetensi Keahlian Mata Diklat Kelas/Semester : SMK N 6 Palembang : Tata Busana : Membuat Pola : X.XI/XII Busana Tahun Pelajaran : 2011 20112 Jumlah Soal

Lebih terperinci

Oleh : IDAH HADIJAH. Editor: TIM FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Oleh : IDAH HADIJAH. Editor: TIM FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG Oleh : IDAH HADIJAH Editor: TIM FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG BAGIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIKULUM DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDRAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan diharapkan mampu memberikan sumbangan besar dalam. mengarahkan pengembangan dan pemberdayaan Sumber Daya Manusia (SDM)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan diharapkan mampu memberikan sumbangan besar dalam. mengarahkan pengembangan dan pemberdayaan Sumber Daya Manusia (SDM) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan diharapkan mampu memberikan sumbangan besar dalam mengarahkan pengembangan dan pemberdayaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang produktif, terampil dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semi Tailoring merupakan salah satu teknik menjahit dimana

BAB I PENDAHULUAN. Semi Tailoring merupakan salah satu teknik menjahit dimana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semi Tailoring merupakan salah satu teknik menjahit dimana pada bagian tengah muka menggunakan lining penuh, pada bagian tengah belakang menggunakan lining setengah.

Lebih terperinci

KODE MODUL: BUS-208C. Penyusun: TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG

KODE MODUL: BUS-208C. Penyusun: TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG KODE MODUL: -208C Penyusun: TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan manusia dan memiliki peran yang besar didalam kegiatan bisnis,

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan manusia dan memiliki peran yang besar didalam kegiatan bisnis, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi saat ini telah memasuki setiap dimensi aspek kehidupan manusia dan memiliki peran yang besar didalam kegiatan bisnis, organisasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses yang sangat menentukan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses yang sangat menentukan perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan merupakan proses yang sangat menentukan perkembangan individu dan masyarakat, dalam mewujudkan pembangunan disegala bidang secara merata dan menyeluruh.

Lebih terperinci

BAB V TEKNIK PENATAAN DISPLAY INOVASI BUSANA ETNIK

BAB V TEKNIK PENATAAN DISPLAY INOVASI BUSANA ETNIK BAB V TEKNIK PENATAAN DISPLAY INOVASI BUSANA ETNIK A. Teknik Dasar Penataan Display Menata display yang baik selain harus memperhatikan prinsip-prinsip yang berhubungan dengan desain dan keserasian warna,

Lebih terperinci

LEMBARAN TUGAS, JOBSHEET DAN PANDUAN EVALUASI BELAJAR PRAKTIK KONSTRUKSI POLA BUSANA. Oleh: Dra. Haswita Syafri, M.Pd

LEMBARAN TUGAS, JOBSHEET DAN PANDUAN EVALUASI BELAJAR PRAKTIK KONSTRUKSI POLA BUSANA. Oleh: Dra. Haswita Syafri, M.Pd LEMBARAN TUGAS, JOBSHEET DAN PANDUAN EVALUASI BELAJAR PRAKTIK KONSTRUKSI POLA BUSANA Oleh: Dra. Haswita Syafri, M.Pd JlhJRUSAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG Oktober,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMAKASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR BAGAN... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMAKASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR BAGAN... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMAKASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR BAGAN... DAFTAR GAMBAR... i ii iii iv vi viii ix BAB I PENDAHULUAN... A. Latar Belakang Penelitian...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan merupakan bentuk pendidikan menengah

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan merupakan bentuk pendidikan menengah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan merupakan bentuk pendidikan menengah yang diselenggarakan untuk melanjutkan dan meluaskan pendidikan dasar serta mempersiapkan peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional merupakan usaha pokok untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional merupakan usaha pokok untuk mengembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional merupakan usaha pokok untuk mengembangkan potensi bangsa Indonesia yang mampu membangun dirinya dan bertanggung jawab pada pembangunan bangsa,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan industri di Indonesia sekarang ini semakin pesat. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan industri di Indonesia sekarang ini semakin pesat. Hal ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan industri di Indonesia sekarang ini semakin pesat. Hal ini menyebabkan iklim pesaingan antar perusahaan juga semakin ketat. Setiap perusahaan harus memikirkan

Lebih terperinci

BAB III DATA PERUSAHAAN

BAB III DATA PERUSAHAAN BAB III DATA PERUSAHAAN 3.1 Sejarah Wadah Kreasi Wadah kreasi adalah sebuah tempat produksi dalam dunia Konveksi yang memiliki pengalaman bertahun-tahun dalam memberikan layanan konveksi dan percetakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah sebagai suatu instansi atau lembaga pendidikan merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah sebagai suatu instansi atau lembaga pendidikan merupakan sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai suatu instansi atau lembaga pendidikan merupakan sarana untuk melaksanakan pelayanan belajar dan proses pendidikan. Sekolah bukan hanya dijadikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. CV Aneka Konveksi merupakan sebuah perusahaan konveksi yang

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. CV Aneka Konveksi merupakan sebuah perusahaan konveksi yang 48 BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1.Gambaran Umum Perusahaan CV Aneka Konveksi merupakan sebuah perusahaan konveksi yang didirikan pada tahun 1996 dan mempunyai 40 mesin dan 30 tenaga kerja pada

Lebih terperinci

Fashion And Fashion Education

Fashion And Fashion Education FFE 2 (1) (2013) Fashion And Fashion Education http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ffe ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA SISWA DALAM PEMBUATAN GAUN PESTA PROGRAM KEAHLIAN TATA BUSANA

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... ABSTRAK... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... ABSTRAK... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... ABSTRAK... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i ii iii v vii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Perumusan Masalah... 5 C. Definisi Oprasional...

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

SATUAN ACARA PERKULIAHAN : Pengetahuan Piranti Menjahit Besar Tujuan Pembelajaran Umum : Mahasiswa mengetahui Pengetahuan Piranti Menjahit Besar 1 menjelaskan Pengertian Piranti manjahit menjelaskan jenis piranti menjahit besar

Lebih terperinci

ANALISIS SITUASI Magang merupakan serangkaian kegiatan belajar sambil bekerja bagi mahasiswa praktikan untuk mengasah kemampuan keterampilan yang dida

ANALISIS SITUASI Magang merupakan serangkaian kegiatan belajar sambil bekerja bagi mahasiswa praktikan untuk mengasah kemampuan keterampilan yang dida MAGANG KEWIRAUSAHAAN (MKU) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TATA BUSANA JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2007 ANALISIS SITUASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dwi Ambarwati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dwi Ambarwati, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri di bidang fashion merupakan industri yang sedang berkembang saat ini seiring dengan perkembangan kebutuhan manusia akan fashion. Hal ini mendorong industri-industri

Lebih terperinci