Mengenal Employee Engagement

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Mengenal Employee Engagement"

Transkripsi

1 Mengenal Employee Engagement Oleh : Fifie Nurofia Abstrak : Employee engagement merupakan antusiasme karyawan dalam bekerja, yang terjadi karena karyawan mengarahkan energinya untuk bekerja, yang selaras dengan prioritas strategic perusahaan. Antusiasme ini terbentuk karena karyawan merasa engage (feel engaged) sehingga berpotensi untuk menampilkan perilaku yang engaged. Perilaku yang engage memberikan dampak positif bgi organisasi yaitu peningkatan revenue Pendahuluan Owens Corning adalah sebuah perusahaan penemu fibre glass dan insulasi fibre glass yang telah beroperasi selama lebih dari 50 tahun. Dengan mengembangkan team teknologi kelas dunia, Owens telah berhasil memperluas aplikasi material fibre glass dalam berbagai penggunaan, seperti kabel telekomunikasi, pipa, perahu, pesawat terbang, material bangunan seperti roofing, akustik sampai ke basement finishing dengan efisiensi yang maksimum, pemeliharaan yang minimal, nyaman dan memberi rasa aman melalui garansi yang diberikan. Pada salah satu pabrik Owens di Jackson, Tennessee, pernah terjadi 2 pengapian produksi dihentikan operasinya karena adanya perbaikan besar besaran sehingga mengakibatkan setengah dari karyawan produksi tidak bekerja (idled). Akan tetapi, manajemen membuat keputusan untuk tidak merumahkan secara besar2an karyawannya, tetapi justru karyawan di rotasi melalui program pelatihan mengenai kualitas manajemen selama 1 minggu dengan tetap mendapatkan bayaran penuh. Keputusan ini memiliki dampak langsung dan kuat, setelah karyawan kembali dari training, mereka lebih engaged dan lebih sadar akan waste menurut kepala operasional pabrik. Beberapa bulan kemudian skore engagement karyawan meningkat 12 point dari sebelumnya. Mereka menjadi lebih komit terhadap pekerjaannya, lebih focus di pekerjaannya dan berkemampuan dan memiliki sumber daya yang dibutuhkan untuk bekerja. Hasil penelitian mengenai employee engagement oleh konsultan memperlihatkan bahwa karyawan yang dissengaged cenderung menampilkan perilaku yang disruptive. Sementara karyawan yang engaged lebih produktif, lebih customer focused, lebih aman (kecelakaan kerja minimal), dan tidak ingin keluar dari organisasi, mereka juga lebih perduli dengan tujuan perusahaan. Untuk lebih mengenal apa sebenarnya Employee Engagement, berikut akan dipaparkan mengenai pengertian dari Employee Engagement. EMPLOYEE ENGAGEMENT 1

2 Apa itu Employee Engagement? Employee engagement memperlihatkan seberapa besar karyawan mengidentifikasikan diri dengan pekerjaannya dan secara emosional komit terhadap pekerjaannya, dan memiliki kemampuan dan sumber daya untuk melakukan pekerjaannya. Definisi : Engagement is an individual s sense of purpose and focused energy, evident to others in the display of personal initiative, adaptability, effort, and persistence directed toward orgainizational Goals (Macey, Schneider, Barbera, & Young, 2009:7) Engagement seperti energy yang dapat menghasilkan peningkatan outcomes yang dramatik, yang memiliki kandungan energy psikhis dan behavioral. Energy psikhis adalah apa yang karyawan hayati atau alami; sedangkan energy behavioral adalah apa yang ditampilkan yang terlihat oleh orang lain Energy psikhis membangun images yang kuat sehingga karyawan lebih focus terhadap tugas dan lebih sedikit energy digunakan untuk yang lain. Ini bisa terjadi jika karyawan memiliki sasaran dan goal yang jelas yang ingin dicapai, jika karyawan memiliki urgency untuk menyelesaikan, maka karyawan memusatkan effort yang kuat untuk mencapainya. Makna kata asik sepertinya merupakan kata yang tepat untuk menggambarkan keadaan ketika kita memfokuskan pada suatu pekerjaan sehingga lebih banyak energy kita curahkan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Dengan energy psikhis karyawan digambarkan sebagai : Ada perasaan antusiasme, fokus dan energized. Tidak merasa lelah, tetapi justru menyenangkan Asik sampai lupa waktu karena sangat melebur dengan pekerjaan Asik tetapi tetap menyadari posisi diri dalam kaitannya dengan rekan kerja dan apa yang organisasi inginkan Sebagai energy behavioral, engagement dapat dilihat oleh orang lain dalam bentuk perilaku yang merupakan hasil dari perasaan antusiasme tersebut. Karyawan yang engaged akan terlihat sebagai berikut (Macey, Schneider, Barbera, & Young, 2009:6) : Mereka akan berpikir secara proaktif, mereka mengatisipasi opportunities untuk melakukan tindakan dan secara actual melakukan tindakan dengan cara yang sesuai/selaras dengan goal organisasi Mereka akan meluaskan pemikiran mereka mengenai apa yang perlu dilakukan sehubungan dengan terjadinya perubahan tuntutan pekerjaan dan meluaskan peran agar sesuai dengan tuntutan pekerjaan yang baru ini. Mereka tidak terpaku pada pekerjaannya sebagaimana tercantum pada job description, tetapi mereka fokus terhadap goal yang ingin mereka capai EMPLOYEE ENGAGEMENT 2

3 yang konsisten dengan keberhasilan perusahaan. Jadi mereka bisa melakukan sesuatu yang baru yang diperlukan dan tidak memasalahkan apakah itu merupakan bagian dari pekerjaannya Mereka secara aktif menemukan cara untuk memperkaya skills mereka, yang konsisten dengan peran mereka dalam organisasi dan misi organisasi. Artinya mereka mengembangkan diri tidak hanya untuk kepentingan mereka sendiri tetapi mereka mengembangkan diri untuk dapat memberi kontribusi yang lebih efektif kepada organisasi. Dalam hal ini mereka tidak mengorbankan diri tetapi mereka lebih membangun relasi antara karyawan dan employer, dan tidak hanya sekedar menerima atau mendapatkan ; tetapi bersedia memberi Karyawan persist (konsisten berjuang) bahkan ketika mereka menghadapi hambatan, misalnya ketika segala sesuatu menjadi tidak mudah, tidak sebagaimana yang direncanakan, dan atau menghadapi situasi yang ambigus. Dalam hal ini eksekutif tidak butuh untuk mengingatkan, mendorong karyawan untuk melakukan pekerjaannya tetapi mereka mengerjakannya pada waktunya. Mereka akan beradaptasi terhadap perubahan. Artinya mereka akan beradaptasi ketika situasi membutuhkannya Bagaimana terbentuknya karyawan yang engaged Secara konseptual engagement digambarkan dalam skema sbb : High performance work environment Employee engagement feelings Employee engagement behaviors Tangible performance outcomes including enhanced productivity Intangible assets Shareholder Value Brand equity Customer satisfaction & loyalty Innovation Lower risk EMPLOYEE ENGAGEMENT 3

4 Skema 1 Antecendets & Consequences dari Employee Engagement Sumber : Macey, Schneider, Barbera, Young 2009, Employee Engagement, Tools for Analysis, Practice, and Competitive Advantage, John Wiley & Sons, Chichester,West Sussex, UK., p:8 Berdasarkan model di atas, High performance work environment merupakan Antecendents dari engagement, yaitu lingkungan kerja yang memberi fasilitasi, kemudahan kemudahan, dan kesempatan karyawan untuk engaged. Menurut model ini, engagement memiliki 2 faset yaitu psikologis dan behavioral. Faset psikologis berkaitan dengan perasaan karyawan (feel) sehingga karyawan fokus, intense, antusias; dan behavioral, berkaitan dengan apa yang karyawan lakukan sehingga mereka terlihat persistent (konsisten berjuang), adaptable, dan proaktif. Seperti terlihat pada skema, bahwa engagement memberikan dampak bagi outcomes yang tangible dan intangible. Outcomes yang tangibles berupa meningkatnya performance; sedangkan outcomes yang intangibles bisa berbentuk loyalitas pelanggan, intellectual capital, dan brand image. Engagement juga berperan dalam menurunkan resiko perusahaan. Hal ini bisa terjadi karena karyawan lebih berdedikasi untuk menciptakan nilai lebih bagi organisasi, lebih konsisten dalam interaksinya dengan pelanggan dan stakeholder lain, dan lebih tidak berkeinginan untuk keluar dari perusahaan. Berikut ini akan dijelaskan mengenai paparan pada setiap kotak pada skema 1) High Performance Work Environments : 4 prinsip untuk menciptakan karyawan yang engaged. Terdapat 4 faktor kunci yang merupakan 4 prinsip dasar dari engagement, yaitu (1) Karyawan memiliki kapasitas untuk engage, (2) karyawan memiliki alasan atau motivasi untuk engage, (3) karyawan memiliki kebebasan untuk engage, dan (4) karyawan mengetahui bagaimana untuk engage. (1) Kapasitas untuk engaged. Karyawan dapat engaged jika mereka memiliki motivasi autonomi dan kompetensi. Dalam hal ini, organisasi memberi kontribusi dan fasilitasi energy dengan memberikan informasi yang karyawan butuhkan agar dapat melaksanakan tugasnya dengan berhasil, juga memberikan kesempatan belajar & memberi feedback sehingga para karyawan dapat mengembangkan rasa percaya diri, juga memberi dukungan kepada karyawan untuk memperbaharui level personal energy nya melalui keseimbangan antara kehidupan kerja dan kehidupan personal. Dengan demikian, prinsip pertama dari engagement adalah : Engagement membutuhkan lingkungan kerja yang tidak hanya menuntut lebih, tetapi terdapat peluang untuk berbagi informasi, memberikan kesempatan belajar, dan menjaga EMPLOYEE ENGAGEMENT 4

5 keseimbangan pada kehidupan personal karyawan, dengan menciptakan dasar dasar pemeliharaan energy dan inisiatif personal (2) Motivasi untuk engage. Pekerjaan yang sangat menarik secara intrinsik, akan menstimulasi engagement. Pekerjaan yang menarik secara intrinsic adalah pekerjaan dirancang menantang, bermakna, dan memberikan peluang untuk pengambilan keputusan dan otonomi dalam hal apa yang akan dilakukan dan bagaimana melakukannya. Goal yang sulit juga menciptakan energy bagi karyawan, dan hasil penelitian memperlihatkan secara jelas bahwa goal semacam ini meningkatkan penyelesaian pekerjaan. Motivasi untuk engage juga muncul dari perlakuan yang memperlihatkan respek, penghargaan, dan berdasarkan perlakuan ini karyawan akan membalas perlakuan ini dengan engagement. Dengan demikian prinsip yang kedua dari engagement adalah : Engagement terjadi ketika (a) karyawan memiliki pekerjaan yang menarik (bagi mereka) dan sesuai dengan value mereka, dan (b) karyawan diperlakukan dengan cara yang memperkuat munculnya kecenderungan bahwa mereka akan membalas kebaikan. (3) Kebebasan untuk engage Perilaku inisiatif dan proaktif akan dilakukan oleh karyawan, jika mereka merasa aman melakukannya dalam arti tindakan ini didukung (oleh manager dan organisasi) dan tidak berakibat dikenainya punishment atas tindakannya tsb. Adanya peluang untuk melakukan tindakan inisiatif dan proaktif ini dapat menjadi sumber engagement. Tidak masuk akal untuk mengharapkan munculnya perilaku adaptif dan proaktif jika mereka tidak merasa aman melakukannya (artinya tanpa dukungan dari manager dan organisasi). Bagaimana mereka mengetahuinya? Mereka dapat mengetahuinya ketika mereka merasa diperlakukan dengan adil, dan perasaan diperlakukan adil oleh organisasi, selanjutnya membangun TRUST. Jadi jelas bahwa perlakuan adil berdampak pada trust, dan trust membangun rasa aman, sehingga prinsip yang ke3 adalah : Engagement terjadi ketika seseorang merasa aman untuk melakukan tindakan atas inisiatifnya sendiri. Konsekuensinya, trust penting terutama pada kondisi kondisi adversity, ambiguity, dan kebutuhan (organisasi atau pekerjaan) untuk berubah, tepatnya ketika kebutuhan akan adanya engagement karyawan menjadi penting. (4) Tahu bagaimana melakukan engagement Bentuk engagement yang dimiliki karyawan sebaiknya adalah spesifik bagi strategi dan sumber competitive advantage yang ditentukan organisasi. Misalnya jika kita memilih untuk menjadi terdepan dalam produk innovative, maka para karyawan yang dibutuhkan adalah yang engage dalam innovasi. Jika kita menginginkan untuk menjadi terdepan dalam kualitas pelayanan, maka kita membutuhkan karyawan yang engage dalam service delivery excellence. Engagement bermanfaat jika karyawan melihat keterkaitan langsung antara apa EMPLOYEE ENGAGEMENT 5

6 yang harus mereka lakukan dan manfaat outcome nya bagi organisasi. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa engagement terjadi jika ada keselarasan antara goal individu dengan goal organisasi. Pada situasi dimana belum terjadi keselarasan maka proses menyelarasakan menjadi kritis karena mekanisme proses motivasional belum pada tempatnya, artinya perilaku karyawan belum sesuai dengan strategi organisasi. Dengan demikian, maka agar terjadi keselarasan maka membangun budaya yang tepat dan secara kontinu memonitor dan memperkuat budaya pada berbagai level organisasi menjadi andalan. Membangun budaya bukan hal mudah, membutuhkan perhatian yang besar terhadap human capital issues mulai dari siapa yang dipekerjakan dan bagaimana caranya, bagaimana mereka dilatih; sehingga prinsip yang ke4 adalah : Engagement strategic terjadi ketika orang/karyawan mengetahui prioritas strategi organisasi dan mengapa, dan kapan organisasi selaras dalam proses & praktiknya (yaitu culturenya) dengan pancapaian goalsnya. Ke4 prinsip tersebut di atas, mengarahkan pada pertanyaan discretionary mengapa karyawan perlu memberikan waktu & usaha yang lebih? Jawabannya adalah karena kontrak psikologis antara individu dengan organisasi. Jika value yang ditawarkan dapat memenuhi kebutuhan karyawan, maka ini menjadi landasan bagi karyawan untuk memberikan tingkat performance yang tinggi sesuai dengan interpretasi mereka atas kontrak yang dimaksudkan. Engagement dalam sudut pandang ini adalah merupakan resiprokasi atas apa yang perusahaan sudah berikan. Jadi jika perusahaan memberikan peluang untuk berkembang, jenis pekerjaan yang tepat, pengawasan yang adil dan pada tempatnya, level imbalan dan security (rasa aman) yang wajar, dsb; maka engagement akan mengikuti, karena pada dasarnya manusia percaya pada resiprokasi. Ke 4 prinsip di atas berinteraksi dengan cara yang kompleks untuk menghasilkan sumber engagement. Antecendents yang berupa High Performance Work Environment berdampak pada munculnya perasaan engage, yang dikenal dalam konsep Employee Engagement ini sebagai Employee Engagement Feeling. Berikut akan diuraikan apa yang dimaksud dengan Employee engagement Feeling, komponen komponen yang menbangunnya dan bagaimana feeling ini mendorong munculnya perilaku Engaged pada karyawan 2) Employee Engagement Feelings Terdapat 4 komponen penting sehingga karyawan merasa engaged (feeling engaged), yaitu : (1) Feeling of Urgency EMPLOYEE ENGAGEMENT 6

7 (2) Feeling of being focused (3) Feeling on intensity (4) Feeling of enthusiasm Kombinasi dari ke 4 elemen yang membuat konsep engagement berbeda dari konsep yang berkaitan seperti kepuasan kerja dan komitmen. (1) Urgency Urgency adalah goal directed energy dan determinasi, jadi ini bukan semata mata energy, tetapi energy yang terarah. Merupakan agen dan komponen kritis yang dikenal dengan psychological capital. Energy ini merupakan determinasi yang tertuju untuk mencapai goal tertentu yang jelas. Lebih mudah dipahami jika menggunakan representasi kalimat seperti Saya harus melakukannya dan Saya tidak akan berhenti melakukannya. Membayangkan Urgency, serupa dengan ketika kita membayangkan keteguhan yang merupakan kekuatan fisik, energy emosional, dan semangat dalam pencapaian goal. Makna keteguhan ini, lebih dikenali dalam konteks pekerjaan dan berada di dalam pikiran, sehingga keteguhan ini dijabarkan sebagai resilience mental dan persistence dalam menghadapi kesulitan dalam pekerjaan. Keteguhan atau energy yang terarah pada pencapaian goal yang spesifik ini, merupakan inti dari engagement. Oleh karenanya, Feeling of urgency tidak mungkin terjadi tanpa tujuan atau sasaran yang spesifik. Jadi goal directed determination atau urgency, adalah secara konseptual berkaitan dengan resilience, atau kapasitas untuk kembali dari kegagalan atau kesulitan (temporary setbacks). Juga berkaitan dengan confidence, yang merupakan belief bahwa seseorang kapabel untuk mencapai goal tertentu. (2) Focus Karyawan yang engaged merasa fokus dalam pekerjaan mereka, mereka merasa asik dengan apa yang mereka sedang lakukan dan tidak mudah terdistraksi oleh pemikiran pemikiran diluar pekerjaan, atau hal hal yang tidak penting. Distraksi ini bisa berbentuk ngobrol di tempat minum, diskusi tentang akan makan siang dimana, dsb. Juga bisa berbentuk pemikiran pemikiran tentang cuaca diluar, dsb. Karakteristik karyawan yang engaged adalah focus mereka konsisten terarah pada pekerjaannya dan tugas yang sedang dihadapi. Bentuk fokus yang lain adalah asik dalam pekerjaan. Penghayatan ini mengakibatkan atau tercermin melalui lupa waktu atau merasa waktu berjalan begitu cepat. Mereka sangat sulit untuk beranjak dari pekerjaannya dan lebih cenderung bertahan di pekerjaan yang sedang dikerjakannya EMPLOYEE ENGAGEMENT 7

8 (3) Intensity Focus saja tidak dapat meng cover pengertian bahwa seseorang menjadi engaged. Contoh, terganggunya konsentrasi adalah disebabkan intensitas dari fokus kita kurang kuat. Ini didorong sebagian oleh tuntutan pekerjaan dan level skill karyawan. Kalau skills kita berada pada level yang setara dengan tuntutan pekerjaan, maka kita akan mencurahkan perhatian dan energy kepada tugas agar berhasil. Sebaliknya jika level skill kita melampaui tuntutan pekerjaan kita, maka kita akan cepat merasa bosan dan perhatian dan energy bisa terarah ke hal lain sehingga intensitas kita kurang kuat atau lemah. Menurut William Kahn, orang akan lebih atau kurang hadir secara psikologis pada waktu yang berbeda selama waktu kerja. Maksudnya adalah manusia menggunakan sumber daya fisik, cognitive, dan emosional pada situasi yang berbeda. Pernyataan ini adalah serupa dengan penggunaan intensitas. Urgency, focus,dan intensitas ketika mengejar goal akan menggunakan sumber daya skills,knowledge, & energy secara total pada durasi yang signifikan. (4) Enthusiasm Enthusiasm adalah psychological state yang mendekati perasaan bahagia dan energy. Merupakan emotional state yang merujuk pada positive affect, dan mengarah pada kesadaran yang kuat atas positive well being. Ketika kita membayangkan karyawan yang enthusiastic, maka kita membayangkan karyawan yang aktif melibatkan diri dan bukan yang pasif. Jika kita tanya mengapa mereka melakukan seperti yang mereka sedang lakukan, maka mereka akan menjawab bahwa mereka antusias atas apa yang mereka kerjakan. Mereka merasa hidup, mereka juga memiliki passion. Passion ini bukan berdasarkan energy dan focus, tetapi lebih ke elemen engagement yang unik Secara ringkas : engagement adalah aggregate dari energized feeling yang dirasakan seseorang ketika bekerja yang muncul sebagai produk dari perasaan urgency, fokus, intensity dan enthusiasm. Selanjutnya karyawan yang engaged merasa tidak hanya energized tetapi juga kompeten, dan sense of competence ini adalah muncul akibat pengalamannya sendiri dan kondisi kerja yang diberikan oleh perusahaan bagi dirinya. Dikatakan bahwa Feeling of engagement mendorong terjadinya perilaku engaged pada karyawan. Berikut akan diuraikan mengenai perilaku engaged yang dapat terlihat oleh orang lain, seperti apa perilaku dari orang/karyawan yang engaged 3) Engagement Behavior Semakin kuat feel of engagement semakin memungkinkan seseorang karyawan akan memperlihatkan perilaku engaged. Bagaimana perilaku yang bisa dimunculkan (sebagai akibat lebih banyaknya energy dan effort yang dikeluarkan dalam bekerja), terhadap organisasi, pelanggan atau stakeholder di luar organisasi. Pada bagian ini akan dibahas mengenai dampak EMPLOYEE ENGAGEMENT 8

9 dari perilaku engagement terhadap seberapa banyak pekerjaan dilakukan, bagaimana pekerjaan dilakukan dan apa saja yang dikerjakan. Karyawan yang engaged secara behavior akan memperlihatkan : (1) persistent, (2) merespons secara proaktif terhadap ancaman dan tantangan, (3) memperluas peran mereka dalam pekerjaan, dan (4) siap (sedia) terhadap perubahan. (1) Persistence. Persistence adalah perilaku yang memperlihatkan dipertahankannya upaya untuk secara konsisten berjuang dari waktu ke waktu dalam menyelesaikan tugas. Contohnya adalah ia bekerja lebih keras, untuk durasi waktu yang lebih panjang tanpa istirahat, selama hari atau minggu kerja. Contoh spesifik lainnya adalah misalnya karyawan asuransi menunda makan siang untuk melakukan investigasi terhadap complaint pelanggan. Persistence juga bisa muncul dalam bentuk meningkatnya ketabahan dalam menghadapi kesulitan dan memiliki resilience yang lebih kuat ketika terjadi kemunduran/kegagalan. Contohnya seorang ahli kimia pada perusahaan obat yang mengalami banyak kegagalan dalam usahanya untuk mengembangkan formula obat. Dengan level engagement yang tinggi, maka dia akan melakukan percobaan percobaan lagi, dan bukan beralih ke proyek lain. Persistence juga dapat dilihat dalam bentuk meningkatnya usaha ketika menghadapi kesulitan, pantang menyerah dan mampu bertahan ketika menghadapi hambatan. 2) Proaktif Ciri karyawan yang engage adalah mereka proaktif dan bukan reaktif atau bahkan lebih buruk lagi, pasif. Proaktif berarti mengambil tindakan secara dini sejak diperlukan, contohnya ketika melakukan perawatan pada mesin di pabrik sejak tanda awal penurunan efisiensi terdeteksi, tanpa menunggu supervisor memerintahkan perbaikan, ia langsung melakukan tugas perawatannya, sehingga keadaan mesin tidak ditunggu hingga memburuk sudah dia garap. Pada lingkungan customer service, karyawan yang proaktif akan memperingatkan pelanggan akan fakta bahwa mereka bisa berhemat dengan membeli 1 paket pelayanan ketimbang membeli berbagai varietas pelayanan secara satu persatu, sehingga pelanggan tidak mengalami kekecewaan dikemudian hari. Karyawan yang engage tidak hanya mengambil tindakan segera setelah jelas tujuannya, tetapi karyawan juga lebih mengenali atau mengantisipasi kebutuhan serta kesempatan. EMPLOYEE ENGAGEMENT 9

10 Sementara pilihan untuk mengambil tindakan mungkin sebagian besar dipengaruhi oleh motivasi dan kesempatan untuk mengambil tindakan yang merupakan contoh bagaimana karyawan melakukan pendekatan terhadap pekerjaan mereka. Dengan kata lain, karyawan yang engage memiliki rasa kesadaran dan kewaspadaan yang meningkat. Mereka secara konsisten telah "menjaga" dan proaktif menemukan kepentingan terbaik tim mereka, konsumen dan perusahaan. Proaktif berarti bahwa karyawan memulai perubahan dan bukan reaktif, dan memandangnya sebagai "tanggung jawab manajemen". Hubungan antara perasaan engage dan munculnya perilaku proaktif cukup jelas. Pertama, kita berharap seorang karyawan yang memiliki rasa urgensi dan sangat fokus pada pekerjaannya untuk lebih proaktif. Karyawan yang engage mengambil inisiatif untuk menghindari atau mencegah masalah, bukan menunggu untuk diarahkan untuk melakukannya. Kedua, karyawan yang engage lebih banyak menggunakan sumber daya emosional dan kognitif pada pekerjaan, dan untuk alasan yang lebih mungkin untuk mengenali masalah potensial, dan kebutuhan atau kesempatan dalam bertindak. Akhirnya, karyawan yang merasa antusias tentang bagaimana kinerja mereka mempengaruhi keberhasilan perusahaan dan yang menginternalisasi kelompok dan tujuan perusahaan mungkin untuk mendeteksi hambatan untuk pencapaian tujuan. Tidak hanya karyawan yang engage yang lebih cenderung untuk mendeteksi masalah atau peluang pada umumnya, tetapi kecenderungan ini paling kuat bagi masalah ini atau peluang yang paling penting untuk tujuan dan strategis perusahaan. Banyak keuntungan bagi perusahaan memiliki karyawan yang menunjukkan perilaku proaktif. Keuntungan yang signifikan ialah karyawan lebih banyak waktu untuk melaksanakan tugas pekerjaannya. 3). Perluasan Peran (Role Expansion) Karyawan yang engaged cenderung melihat peran mereka secara meluas seperti membantu rekan kerja dalam menyelesaikan tugas atau memperbaiki kesalahan yang dibuat orang lain. Perluasan peran bisa juga merupakan perubahan terhadap suatu peran. Kadang kadang manajer dapat mendelegasikan tingkat peningkatan tanggung jawab atau luasnya tugas kepada karyawan sehingga kompetensi karyawan menjadi lebih nyata, atau hal tersebut EMPLOYEE ENGAGEMENT 10

11 sebagai tuntutan atas perubahan tim. Karakteristik yang penting ialah kemauan karyawan untuk menerima definisi yang berbeda dari satu peran. Definisi tersebut dapat terjadi karena inisiatif dari manajemen atau mungkin dari dalam diri karyawan dimulai. Ada beberapa alasan karyawan yang engage lebih cenderung menerima atau memulai memperluas perannya. Pertama, perluasan peran karyawan yang memiliki inisiatif adalah contoh perilaku proaktif, dan seperti yang dibahas sebelumnya, karyawan engage memiliki kecenderungan untuk bertindak. Karyawan yang kurang engage mungkin lebih melindungi perannya dengan keterbatasan, sebagai cara untuk tinggal di zona kenyamanan mereka, atau untuk menghindari tekanan dan beban kerja yang meningkat dengan tanggung jawab tambahan. Para karyawan ini biasanya menanggapi dengan pernyataan "itu bukan tugas saya". Karyawan yang engage secara psikologis lebih bersedia untuk memperluas peran mereka. Peran ekspansi memiliki konsekuensi positif bagi organisasi, termasuk tenaga kerja menjadi lebih fleksibel. 4). Adaptability Pada saat organisasi melakukan perubahan dan inovasi, kebutuhan akan perilaku adaptif di organisasi tsb menjadi semakin meningkat. Seorang karyawan yang adaptif akan membantu perusahaan mengantisipasi dan merespon dengan lebih cepat & berhasil, dengan biaya yang murah, di kondisi lingkungan yang kompetitif. Karyawan yang adaptif mungkin lebih cenderung mengembangkan keterampilan baru sesuai tuntutan perubahan pekerjaan. Selain itu, sementara banyak perubahan dalam skala besar membutuhkan pelatihan formal untuk memfasilitasi pengembangan keterampilan; karyawan yang adaptif dapat menyesuaikan dengan perubahan tanpa memerlukan pelatihan formal, sehingga menghemat waktu dan dana. Karyawan yang adaptif juga membantu meminimalkan sejauh mana manajemen harus menginvestasikan waktu dan uang untuk "memperjuangkan" usaha perubahannya yang memungkinkan perusahaan untuk tetap memenangkan kompetisi mereka. Persistence, proaktif, perluasan peran, dan kemampuan beradaptasi adalah semua aspek perilaku engagement. Engagement tidak hanya kinerja karyawan, yang dalam agregatnya meningkatkan performance di atas atau melampaui harapan (sesuai standar) Perbedaan Employee Engagement, komitmen, dan job satisfaction EMPLOYEE ENGAGEMENT 11

12 Satu perbedaan penting adalah bahwa komitmen memiliki banyak sisi yang mencerminkan passive attachment daripada active attachment, dan komitmen berarti juga adanya attachment untuk organisasi tetapi tidak mencerminkan enthusiasm, urgensi, dan intensitas (intensity). Mereka melihat komitmen (dan engagement) sebagai keselarasan antara tujuan individu dan organisasi dengan merasa memiliki serta mempunyai kepercayaan bahwa jika karyawan mengikuti tujuan tersebut maka mereka dapat mempertahankan keanggotaannya di dalam perusahaan dan membantu keberhasilannya. Dalam hal rasa turut memiliki organisasi, karyawan yang engaged menghayati seolah tujuan organisasi merupakan tujuan personalnya dia. Seringkali istilah "keselarasan" digunakan untuk menyampaikan gagasan bahwa tujuan individu harus mendukung pencapaian tim dan tujuan perusahaan, atau bahwa tim harus memilih tujuan yang memberikan kontribusi pada pencapaian tujuan perusahaan. Dengan adanya internalisasi berarti tujuan karyawan dan organisasi menyatu menjadi satu seperti halnya karyawan melihat dirinya memiliki identitas bersama dengan organisasi. Internalisasi merupakan landasan bagi perasaan dan perilaku (feeling and behavior) engagement yang memberikan kontribusi terhadap keberhasilan organisasi. Internalisasi dan komitmen pada tujuan bersama menciptakan kesempatan bagi keunggulan kompetitif. Ketika selaras, energi karyawan terfokus pada tujuan yang penting bagi organisasi. Tingkat engagement tertinggi mungkin diperoleh ketika karyawan merasa bahwa misi perusahaan mereka sejalan dengan nilai nilai dirinya. Perbedaan antara engagement dan kepuasan (dan mungkin komitmen juga) adalah salah satu yang penting sejauh ini membantu menjelaskan bagaimana engagement dan kepuasan masing masing berhubungan dengan hasil bisnis yang penting namun masing masing mempunyai definisi yang berbeda. Kepuasan telah didefinisikan sebagai keadaan emosi yang menyenangkan atau positif yang dihasilkan dari penilaian terhadap pekerjaan seseorang dan pengalaman kerja. Kepuasan ialah tentang apa yang dilakukan organisasi untuk membuat karyawan agar merasa nyaman berada di sana. Dengan demikian, kepuasan merujuk pada pemenuhan kebutuhan. Secara sederhana, kepuasan tidak mengandung aspek urgensi, fokus, dan intensitas yang dianggap penting bagi engagement. Ketidakpuasan dari karyawan dapat menyebabkan karyawan untuk berusaha mengubah situasi. Upaya untuk mengubah apa yang tidak menyenangkan atau tidak EMPLOYEE ENGAGEMENT 12

13 memuaskan dapat selaras dengan tujuan organisasi. Namun, sifat kepuasan adalah bahwa hal itu diinginkan sebagai tahapan akhir dan karenanya sangat berbeda dengan bentuk perilaku yang muncul dari feeling of engagement. Antusiasme dan well being meliputi pengertian feeling of engagement. Kepuasan karyawan banyak dirasakan sebagai dampak dari kesempatan yang diberikan organisasi untuk memberdayakan keterampilannya, dan ini menjadi bukti dimana tuntutan pekerjaan sesuai dengan skill individu. Dan ini merupakan salah satu kondisi yang berkontribusi terhadap feeling engaged. Meskipun demikian, kepuasan tidak menunjukkan goal directed energy yang merupakan esensi dari konseptualisasi engagement. Penjelasan akan perbedaan kepuasan kerja, komitmen dan engagement memperjelas konsep engagement, sehingga pemahaman akan engagement menjadi lebih jelas. Meskipun demikian seperti telah diuraikan pada penjelasan sebelumnya bahwa belum selarasnya arah energy individu dengan tujuan organisasi, membutuhkan garapan dalam membangun budaya sehingga seluruh anggota organisasi memiliki cara menginterpretasi yang sama dalam cara cara bertingkah laku kerja yang pada akhirnya berdampak pada kinerja organisasi yang semakin bernilai dalam meningkatkan daya saing. Berikut akan diuraikan mengenai bagaimana membangun dan memelihara budaya yang engage. Kunci untuk membangun karyawan yang engaged : Budaya yang engaged pada suatu Organisasi Budaya organisasi adalah kesadaran orang orang anggota organisasi mengenai value organisasi, keyakinan, yang dipentingkan, dukungan, dan yang dipertahankan. Beberapa organisasi memiliki budaya innovasi, yang lain memiliki budaya disiplin, dan ada yang memiliki kesejahteraan. Dengan budaya yang dikembangkan di dalam suatu organisasi ini, maka seluruh karyawan memiliki cara untuk memaknakan berbagai perilaku yang ada di dalam organisasi tsb. Budaya organisasi menentukan engagement karyawan pada dua tingkatan: (a) bahwa budaya menciptakan dan melepaskan energi karyawan melalui cara organisasi memperlakukan karyawannya, dan (b) bahwa budaya menyalurkan energy pada daya saing melalui pemusatan terhadap sasaran strategis perusahaan, inovasi, dan/atau efisiensi operasional. Membangun budaya agar engaged EMPLOYEE ENGAGEMENT 13

14 Factor kunci yang menggiring karyawan agar mereka mengalami budaya yang engage adalah dirasakannya trust terhadap organisasi atau manajemen. Trust adalah bagaimana seseorang secara positif merasa bahwa orang lain akan bertindak untuk mereka dan dengan mereka di masa yad. Trust adalah meyakini bahwa kita bisa mengandalkan orang lain untuk kita. Ketika karyawan merasakan trust kepada orang lain (termasuk manajemen), mereka percaya bahwa orang lain akan dapat diandalkan untuk melindungi mereka. Trust sangat penting di dalam organisasi, dan menjadi penting ketika organisasi menghadapi ambiguitas, atau ketidakpastian (uncertainty). Trust membebaskan karyawan karyawan untuk memberikan energinya & komitmennya secara penuh. Mereka menyadari bahwa apa yang perlu mereka kontribusikan bagi organisasi adalah waktu, talenta, dan energy. Mereka ingin tahu apakah ketika mereka investasikan semua ini adalah merupakan pengambilan keputusan yang tepat. Jika tidak ada trust, maka karyawan akan menggunakan banyak energy untuk melindungi dirinya sendiri Tetapi, memmbangun dan memelihara trust bukan hal yang mudah. Salah satu caranya adalah mewujudkan relasi atasan bawahan yang dilandasi oleh perlakuan yang adil dapat membangun terbentuknya trust karyawan terhadap atasannya secara spesifik dan kepada organisasi & manajemen secara umum. Rangkuman : Employee engagement adalah kesadaran inidividu akan tujuan dan energy terfokus, yang bagi orang lain akan terlihat sebagai seseorang dengan inisiatif personal, kemampuan beradaptasi, upaya, dan persistensi yang diarahkan terhadap goal organisasi. Energy yang terkandung pada karyawan yang engaged merupakan energy psikhis dan energy behavioral. Energy psikhis membuat seseorang karyawan merasakan focus, intens, antusias; sedangkan energy behavioral berkaitan dengan apa yang dilakukan karyawan yang memperlihatkan persistensi, adaptable, dan proaktif. Terbentuknya engagement ditentukan oleh hubungan resiprokal antara inidividu karyawan dengan organisasi. Organisasi yang mendorong terbentuknya engagement adalah organisasi yang mendukung dan memfasilitasi; dan agar karyawan engage terdapat 4 prinsip fundamental yaitu terdapatnya kapasitas karyawan untuk engage, mereka punya alasan untuk engage, karyawan punya kebebasan untuk engage dan mereka mengetahui bagaimana melakukan engagement. Dengan ke 4 prinsip engagement karyawan merasa engage (feel of engagement). Semakin kuat feel of EMPLOYEE ENGAGEMENT 14

15 engagement semakin terbuka kemungkinan karyawan untuk menampilkan perilaku engage (engagement behavior). Perilaku engage yang meliputi perilaku persistence, proactive, role expansion dan adaptability, menghasilkan pengarahan energy yang selaras antara prioritas perilaku individu karyawan dengan prioritas strategis organisasi. Jika pengarahan energy karyawan belum selaras dengan prioritas strategis organisasi, maka membangun budaya yang sesuai menjadi penting. Budaya yang penting untuk dikembangkan untuk membangun engagement adalah budaya yang menekankan pada berkembangnya trust antara karyawan dengan atasan dan dengan manajemen. Daftar Pustaka : 1. Daft, Richard L., Marchic, Dorothy. (2004) Understanding Management. Thompson Learning, Ohio, USA 2. Macey, William H., Schneider, Benyamin., Barbera, Karen M., Young, Scott A, (2009) Employee Engagement, tools for analysis, Practice, and Competitive Advantage, Wiley Blackwell, Chichester, West Sussex, United Kingdom 3. McShane, Steven L., Glinow, Mary Ann von (2008) Organizational Behavior, McGraw Hill Irwim, New York. EMPLOYEE ENGAGEMENT 15

16 EMPLOYEE ENGAGEMENT 16

BAB I PENDAHULUAN. dan lain-lain. Hal yang dapat menunjang bisnis percetakan ini adalah teknologi dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan lain-lain. Hal yang dapat menunjang bisnis percetakan ini adalah teknologi dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam budaya masyarakat Indonesia, usaha percetakan undangan dapat diperhitungkan karena di Indonesia memiliki banyak acara syukuran yang membutuhkan undangan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang menjalankan tugas dan fungsinya sesuai dengan ketentuan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang menjalankan tugas dan fungsinya sesuai dengan ketentuan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Instansi pemerintah merupakan sebuah kolektif dari unit organisasi pemerintahan yang menjalankan tugas dan fungsinya sesuai dengan ketentuan yang berlaku,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta memenuhi ketentuan persyaratan yang ditetapkan di dalam keputusan

BAB I PENDAHULUAN. serta memenuhi ketentuan persyaratan yang ditetapkan di dalam keputusan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hotel merupakan suatu jenis akomodasi yang menggunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa pelayanan penginapan, makanan dan minuman serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber daya manusia di perusahaan sangatlah penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber daya manusia di perusahaan sangatlah penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kualitas sumber daya manusia di perusahaan sangatlah penting untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Keberhasilan pengelolaan organisasi sangat ditentukan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sepanjang rentang kehidupannya, manusia membagi pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Sepanjang rentang kehidupannya, manusia membagi pengetahuan dan BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Sepanjang rentang kehidupannya, manusia membagi pengetahuan dan pengalaman dengan orang lain melalui komunikasi. Komunikasi merupakan kebutuhan yang tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wanita. Memang sudah menjadi tuntutan jaman di kehidupan modern ini,

BAB I PENDAHULUAN. wanita. Memang sudah menjadi tuntutan jaman di kehidupan modern ini, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perempuan memang masih menjadi objek atau tujuan market produk fashion, sehingga semua katalog mempunyai segmen khusus untuk pakaian wanita. Memang sudah menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi era liberalisasi ekonomi Asia Pasifik (APEC) dan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi era liberalisasi ekonomi Asia Pasifik (APEC) dan Masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam menghadapi era liberalisasi ekonomi Asia Pasifik (APEC) dan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang menuntut perubahan lingkungan yang cepat dan persaingan bisnis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ketidakpastian yang tinggi telah menuntut organisasi-organisasi modern untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. ketidakpastian yang tinggi telah menuntut organisasi-organisasi modern untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan ekonomi global yang dicirikan dengan perubahan cepat, dinamika tinggi, permintaan tinggi atas inovasi, dan (karenanya) memiliki tingkat ketidakpastian

Lebih terperinci

Prosiding Psikologi ISSN:

Prosiding Psikologi ISSN: Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Studi Deskriptif Employee Engagement pada Perawat Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung Descriptive Study of Employee Engagement on Inpatient Nurse in Cicendo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satunya dengan membangun indutri pertahanan di dalam negeri. Wakil Menteri

BAB I PENDAHULUAN. satunya dengan membangun indutri pertahanan di dalam negeri. Wakil Menteri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara perlu meningkatkan kekuatan pertahanan negara salah satunya dengan membangun indutri pertahanan di dalam negeri. Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisnis di bidang perbankan yang mulai berkembang akhir-akhir ini adalah persaingan dalam

BAB I PENDAHULUAN. bisnis di bidang perbankan yang mulai berkembang akhir-akhir ini adalah persaingan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia perbankan di Indonesia memasuki masa persaingan yang sangat kompetitif dan dinamis, hal ini disebabkan banyaknya bank yang beroperasi di Indonesia. Bentuk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Employee engagement merupakan topik yang banyak dibicarakan. beberapa tahun terakhir. Penelitian dan aplikasi mengenai topik ini banyak

PENDAHULUAN. Employee engagement merupakan topik yang banyak dibicarakan. beberapa tahun terakhir. Penelitian dan aplikasi mengenai topik ini banyak PENDAHULUAN Employee engagement merupakan topik yang banyak dibicarakan beberapa tahun terakhir. Penelitian dan aplikasi mengenai topik ini banyak dilakukan di bidang human resource development (HRD) (Chalofsky

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. sehingga banyak yang menyebut keterikatan kerja merupakan old wine in

BAB II LANDASAN TEORI. sehingga banyak yang menyebut keterikatan kerja merupakan old wine in BAB II LANDASAN TEORI A. Keterikatan Kerja 1. Definisi Keterikatan kerja marak dibicarakan di tahun-tahun belakangan ini, namun yang pertama menyebutkan mengenai kosep ini adalah Kahn (1990), sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan ekonomi suatu negara. Dalam kaitannya dengan hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan ekonomi suatu negara. Dalam kaitannya dengan hal tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, industri menempati posisi sentral dalam perekonomian suatu negara. Hal ini berdasarkan perannya yang sangat besar dalam mempercepat proses perkembangan

Lebih terperinci

untuk dapat terus mempertahankan kualitas kinerjanya. Perkembangan zaman juga menyebabkan persaingan antar perusahaan semakin ketat.

untuk dapat terus mempertahankan kualitas kinerjanya. Perkembangan zaman juga menyebabkan persaingan antar perusahaan semakin ketat. Perubahan zaman yang semakin berkembang menuntut perusahaanperusahaan untuk dapat terus mempertahankan kualitas kinerjanya. Perkembangan zaman juga menyebabkan persaingan antar perusahaan semakin ketat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi memaksa setiap organisasi berupaya menciptakan keunggulankeunggulan

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi memaksa setiap organisasi berupaya menciptakan keunggulankeunggulan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persaingan yang semakin tajam timbul dari perkembangan teknologi dan globalisasi memaksa setiap organisasi berupaya menciptakan keunggulankeunggulan kompetitif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyatnya, kualitas sumber daya manusia memegang peran yang cukup penting,

BAB I PENDAHULUAN. rakyatnya, kualitas sumber daya manusia memegang peran yang cukup penting, 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Dalam membangun negara yang sejahtera dan mampu menyejahterakan rakyatnya, kualitas sumber daya manusia memegang peran yang cukup penting, termasuk di negara

Lebih terperinci

Katarina Edwina Saputri dan Sumbodo Prabowo Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata

Katarina Edwina Saputri dan Sumbodo Prabowo Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata Psikodimensia Vol. 14 No.1, Januari - Juli 2015, 97-115 EMPLOYEE ENGAGEMENT DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP BEBAN KERJA Katarina Edwina Saputri dan Sumbodo Prabowo Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata

Lebih terperinci

Employee engagement merupakan topik yang sudah banyak. diperbincangkan dalam perusahaan. Employee engagement menjadi sangat

Employee engagement merupakan topik yang sudah banyak. diperbincangkan dalam perusahaan. Employee engagement menjadi sangat Employee engagement merupakan topik yang sudah banyak diperbincangkan dalam perusahaan. Employee engagement menjadi sangat penting bagi sebuah perusahaan untuk dapat mempertahankan karyawannya yang bertalenta.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkontribusi pada organisasi daripada karyawan yang performanya buruk.

BAB I PENDAHULUAN. berkontribusi pada organisasi daripada karyawan yang performanya buruk. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karyawan adalah aset dari sebuah perusahaan. Produktivitas dan keuntungan dari perusahaan tergantung pada bagaimana performa dari karyawan tersebut. Karyawan yang performa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Persepsi Dukungan Organisasi 2.1.1.1 Pengertian Persepsi Dukungan Organisasi Persepsi dukungan organisasi mengacu pada persepsi karyawan mengenai sejauh mana

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia 2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Menurut Mathis dan Jackson (2006:3), Manajemen Sumber Daya Manusia adalah rancangan sistem-sistem formal

Lebih terperinci

Manajemen Risiko Kelelahan: Preskriptif versus Pendekatan Berbasis Risiko

Manajemen Risiko Kelelahan: Preskriptif versus Pendekatan Berbasis Risiko Manajemen Risiko Kelelahan: Preskriptif versus Pendekatan Berbasis Risiko Solichul HA. BAKRI, et al Ergonomi untuk Keselamatan, Keselamatan Kerja dan Produktivitas ISBN: 979-98339-0-6 Mengelola Kelelahan

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA. mengenai penelitian ini, berdasarkan variabel-variabel yang menjadi obyek

BAB II TELAAH PUSTAKA. mengenai penelitian ini, berdasarkan variabel-variabel yang menjadi obyek BAB II TELAAH PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka Pembahasan pada bab ini dimaksudkan untuk memberi penjelasan mengenai penelitian ini, berdasarkan variabel-variabel yang menjadi obyek penelitian termasuk pengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini diawali dengan latar belakang peneliti dalam pemilihan topik

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini diawali dengan latar belakang peneliti dalam pemilihan topik BAB I PENDAHULUAN Bab ini diawali dengan latar belakang peneliti dalam pemilihan topik penelitian. Latar belakang masalah berisi pemaparan mengenai isu konseptual employee engagement dan isu kontekstualnya

Lebih terperinci

Fakultas Komunikasi dan Bisnis Inspiring Creative Innovation. Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan

Fakultas Komunikasi dan Bisnis Inspiring Creative Innovation. Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan The secret of business is to know something that nobody else knows -Aristotle Onassis Rahasia dari bisnis adalah mengetahui apa yang tidak diketahui orang lain -Aristotle

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pasar menjadi semakin luas dan peluang ada dimana-mana, namun sebaliknya

I. PENDAHULUAN. Pasar menjadi semakin luas dan peluang ada dimana-mana, namun sebaliknya 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi membawa dampak yang besar bagi perkembangan dunia bisnis. Pasar menjadi semakin luas dan peluang ada dimana-mana, namun sebaliknya persaingan menjadi

Lebih terperinci

1.1. Penelitian Terdahulu

1.1. Penelitian Terdahulu BAB II LANDASAN TEORI 1.1. Penelitian Terdahulu Dalam penyusunan yang dilakukan pada penelitian ini, peneliti juga mempelajari penelitian terdahulu yang sudah pernah dilakukan. Berikut ini akan diuraikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi yang bernama Gallup pada tahun 1990-an. Menurut survei Global,

BAB I PENDAHULUAN. organisasi yang bernama Gallup pada tahun 1990-an. Menurut survei Global, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asal-usul kemunculan employee engagement dalam dunia bisnis tidak sepenuhnya jelas. Pertama kali yang menggunakan ide tersebut adalah sebuah organisasi yang bernama

Lebih terperinci

BAB 2 TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Kinerja

BAB 2 TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Kinerja BAB 2 TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Kinerja Manajemen kinerja adalah sebuah proses komunikasi yang berkesinambungan dan dilakukan dalam kemitraan antara seorang karyawan dan perusahaan (Bacal,1999). Sebuah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. industri semakin meningkat. Banyak perusahaan perusahaan baru yang

BAB 1 PENDAHULUAN. industri semakin meningkat. Banyak perusahaan perusahaan baru yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dengan memasuki era perdagangan bebas saat ini, tantangan dalam bidang industri semakin meningkat. Banyak perusahaan perusahaan baru yang bermunculan, sehingga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Strategi Manajemen SDM Dewasa ini dalam dunia praktik, manajer SDM semakin terlibat dalam komite strategis untuk menentukan arah strategis perusahaan. Manajemen SDM telah menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dapat membantu suatu negara dalam mencetak SDM (Sumber

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dapat membantu suatu negara dalam mencetak SDM (Sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat membantu suatu negara dalam mencetak SDM (Sumber Daya Manusia) yang berkualitas, baik dari segi spiritual, intelegensi, dan skill. Menteri

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI RELATIONSHIP MARKETING SEBAGAI STRATEGI MEMPERTAHANKAN LOYALITAS PELANGGAN

IMPLEMENTASI RELATIONSHIP MARKETING SEBAGAI STRATEGI MEMPERTAHANKAN LOYALITAS PELANGGAN IMPLEMENTASI RELATIONSHIP MARKETING SEBAGAI STRATEGI MEMPERTAHANKAN LOYALITAS PELANGGAN Indri Hastuti Listyawati Akademi Manajemen Administrasi (AMA) YPK Yogyakarta ABSTRAK Strategi mempertahankan kesetiaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Komitmen karyawan terhadap organisasi merupakan suatu hubungan antara

BAB II LANDASAN TEORI. Komitmen karyawan terhadap organisasi merupakan suatu hubungan antara BAB II LANDASAN TEORI A. KOMITMEN KARYAWAN TERHADAP ORGANISASI 1. Defenisi Komitmen Karyawan terhadap Organisasi Komitmen karyawan terhadap organisasi merupakan suatu hubungan antara individu karyawan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi seperti sekarang ini, Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi seperti sekarang ini, Indonesia mengalami 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi seperti sekarang ini, Indonesia mengalami perkembangan yang pesat dalam berbagai bidang terutama bidang industri dan perdagangan.

Lebih terperinci

Peran Personal Meaning pada Perubahan Organisasi di SMK Cendika Bangsa Kepanjen

Peran Personal Meaning pada Perubahan Organisasi di SMK Cendika Bangsa Kepanjen Peran Personal Meaning pada Perubahan Organisasi di SMK Cendika Bangsa Kepanjen Hilda Ari Andani Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang Abstract. This study aims to determine

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beban operasional perusahaan sehingga mengakibatkan jumlah jabatan struktural

BAB I PENDAHULUAN. beban operasional perusahaan sehingga mengakibatkan jumlah jabatan struktural BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini dinamika lingkungan perusahaan menunjukkan persaingan yang ketat. Sehingga banyak perusahaan berusaha menjadikan organisasi mereka menjadi lebih efisien.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepuasan Kerja. seseorang. Menurut Wexley dan Yukl (2005: 129) kepuasan kerja adalah cara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepuasan Kerja. seseorang. Menurut Wexley dan Yukl (2005: 129) kepuasan kerja adalah cara BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Kerja 1. Definisi Kepuasan Kerja Menurut Kinicki dan Kreitner (2014 : 169) kepuasan kerja adalah sebuah tanggapan afektif atau emosional terhadap berbagai segi pekerjaan

Lebih terperinci

Wawancara Hubungan Lights- On dan Proyek dengan. Arahan Strategi ( Strategic Intention)

Wawancara Hubungan Lights- On dan Proyek dengan. Arahan Strategi ( Strategic Intention) L1 Wawancara Hubungan Lights- On dan Proyek dengan Arahan Strategi ( Strategic Intention) Untuk menjawab pertanyaan dibawah ini menggunakan format skor dengan skala ( 0-5 ) dan lingkari skor yang akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dipublikasikan melalui majalah The Banker (www.thebanker.com), The

BAB I PENDAHULUAN. yang dipublikasikan melalui majalah The Banker (www.thebanker.com), The BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan hasil Top 500 Banking Brands 2014 oleh Brand Finance yang dipublikasikan melalui majalah The Banker (www.thebanker.com), The Banker melakukan pemeringkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan oleh perusahaan adalah ketenagakerjaan (workforce) (Carnegie, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan oleh perusahaan adalah ketenagakerjaan (workforce) (Carnegie, 2012). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keunggulan kompetitif perusahaan dapat dicapai dengan kinerja perusahaan yang semakin baik dari waktu ke waktu. Produk, layanan, strategi, teknologi ataupun

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. memiliki pengertian berbeda mengenai engagement (Albrecht, 2010).

BAB II LANDASAN TEORI. memiliki pengertian berbeda mengenai engagement (Albrecht, 2010). BAB II LANDASAN TEORI A. Employee Engagement 1. Pengertian Employee Engagement Kata engage memiliki berbagai makna dan banyak peneliti yang memiliki pengertian berbeda mengenai engagement (Albrecht, 2010).

Lebih terperinci

LAMPIRAN A KUISIONER UNTUK PEMBOBOTAN KORPORAT

LAMPIRAN A KUISIONER UNTUK PEMBOBOTAN KORPORAT LAMPIRAN A KUISIONER UNTUK PEMBOBOTAN KORPORAT Faktor Domain Bisnis 1. Strategic Values 1.1. Strategic Match Dititikberatkan pada tingkat/derajat dimana semua proyek teknologi informasi atau sistem informasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN REFERENSI

BAB 2 TINJAUAN REFERENSI BAB 2 TINJAUAN REFERENSI 2.1 Keterikatan Kerja 2.1.1 Keterikatan Kerja Pada dasarnya keterikatan kerja merupakan beberapa istilah dari job engagement, dan employee engagement. Menurut Schaufeli et al.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian ini mengacu pada bagaimana motivasi berprestasi menurut Spence dan

BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian ini mengacu pada bagaimana motivasi berprestasi menurut Spence dan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori Penelitian ini mengacu pada bagaimana motivasi berprestasi menurut Spence dan Helmreich yang terdiri dari mastery of needs, work orientation dan competition akan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Judul penelitian ini ialah Studi Deskriptif mengenai Perilaku Engagement pada PNS Golongan III/a divisi sertifikasi di Balai X Bandung. Tujuan penelitian ini untuk memperoleh gambaran mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karyawan merupakan aset yang paling berharga dalam perusahaan karena

BAB I PENDAHULUAN. Karyawan merupakan aset yang paling berharga dalam perusahaan karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karyawan merupakan aset yang paling berharga dalam perusahaan karena sebagai ujung tombak perusahaan sehingga praktek manajemen Sumber Daya Manusia atau SDM harus diperhatikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih

BAB I PENDAHULUAN. awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mahasiswa mengalami masa peralihan dari remaja akhir ke masa dewasa awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih dituntut suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan yang terjadi semakin ketat, individu dituntut untuk memiliki tingkat pendidikan yang memadai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dan berkualitas agar mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dan berkualitas agar mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan berkembangnya zaman, diharapkan sumber daya manusia semakin berkembang dan berkualitas agar mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan perkembangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Kinerja Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masingmasing

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Flow Akademik 1. Definisi Flow Akademik Menurut Bakker (2005), flow adalah suatu keadaan sadar dimana individu menjadi benar-benar tenggelam dalam suatu kegiatan, dan menikmatinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. program employee engagement (keterlibatan karyawan) yang baik, tentu karyawan

BAB I PENDAHULUAN. program employee engagement (keterlibatan karyawan) yang baik, tentu karyawan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perjalanan bisnisnya, sebuah perusahaan akan sering menghadapi masalah dan tekanan. Berbagai masalah dan tekanan yang datang bukan hanya berasal dari eksternal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi memiliki berbagai tujuan. Untuk mencapai tujuannya,

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi memiliki berbagai tujuan. Untuk mencapai tujuannya, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap organisasi memiliki berbagai tujuan. Untuk mencapai tujuannya, organisasi biasanya berusaha meningkatkan produktifitas, kemampuan berinovasi, dan kemampuan

Lebih terperinci

LAMPIRAN LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN COORPORATE VALUE. Petunjuk: Berilah nilai bobot antara 0-5 dimana:

LAMPIRAN LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN COORPORATE VALUE. Petunjuk: Berilah nilai bobot antara 0-5 dimana: LAMPIRAN LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN COORPORATE VALUE Petunjuk: Berilah nilai bobot antara - dimana: Tidak berhubungan sama sekali. Sangat sedikit hubungannya. Sedikit hubungannya Cukup berhubungan. Memiliki

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Perusahaan adalah suatu organisasi dengan suatu tujuan dan misi, dimana setiap perusahaan memiliki tujuan atau visi dan misi yang berbeda. Pada suatu perusahaan terdapat

Lebih terperinci

NEEDS DRIVES INCENTIVES

NEEDS DRIVES INCENTIVES Motivasi kerja merupakan proses yang menyebabkan seseorang berperilaku dengan cara tertentu dalam rangka memenuhi kebutuhan yang sangat individu untuk bertahan hidup, keamanan, kehormatan, pencapaian,

Lebih terperinci

BAB 6. PELATIHAN, ORIENTASI & PENGEMBANGAN

BAB 6. PELATIHAN, ORIENTASI & PENGEMBANGAN Pemahaman mengenai cara merancang sistem pelatihan, orientasi dan pengembangan yang dikaitkan dengan strategi bisnis organisasi Pemahaman mengenai metode-metode dalam pelatihan Pemahaman mengenai sosialisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kankan Sopyan, 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kankan Sopyan, 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber daya manusia merupakan aset terpenting organisasi karena perannya sebagai pelaksana kebijakan dan kegiatan operasional dalam mencapai tujuan organisasi. Berhasil

Lebih terperinci

FORUM MANAJEMEN Vol. 06 No. 2

FORUM MANAJEMEN Vol. 06 No. 2 STRATEGI MENGELOLA PROGRAM ORGANISASI DENGAN DUKUNGAN SELURUH STAKEHOLDER TERKAIT DENGAN PENDEKATAN NET MAPPING PADA PENYUSUNAN PROYEK PERUBAHAN DALAM DIKLAT PIM IV POLA BARU Oleh: Eva Faza Rif`ati ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 11 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sejarah Budaya Organisasi Organisasi telah ada sejak ratusan tahun lalu dimuka bumi, tidak ada literatur yang secara jelas menjelaskan asal muasal terjadinya organisasi. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia diharapkan memiliki kemampuan untuk beradaptasi

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia diharapkan memiliki kemampuan untuk beradaptasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia diharapkan memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Begitu pula dengan mahasiswa yang baru menjalani proses pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Keterikatan kerja atau yang sering disebut engagement

BAB II LANDASAN TEORI. Keterikatan kerja atau yang sering disebut engagement BAB II LANDASAN TEORI A. Keterikatan Kerja 1. Definisi Keterikatan Kerja Keterikatan kerja atau yang sering disebut engagement dinyatakan Vazirani (2007) sebagai tingkat komitmen dan keterlibatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Semakin banyaknya orang yang ingin menjaga kondisi tubuhnya

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Semakin banyaknya orang yang ingin menjaga kondisi tubuhnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini perkembangan teknologi sudah semakin maju. Melalui perkembangan teknologi ini maka semakin banyak bidang lain yang berpengaruh dalam kehidupan kita,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Lingkungan bisnis pada saat ini tumbuh dan berkembang secara drastis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Lingkungan bisnis pada saat ini tumbuh dan berkembang secara drastis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan bisnis pada saat ini tumbuh dan berkembang secara drastis dan sangat dinamis dan karena perkembangan tersebut diperlukan sistem manajemen yang efektif dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. yang mendefinisikan work engagement adalah tingkat keterikatan fisik,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. yang mendefinisikan work engagement adalah tingkat keterikatan fisik, BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1. Work Engagement Konsep engagement atau keterikatan dipopulerkan oleh Kahn (1990) yang mendefinisikan work engagement adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sigma bukan merupakan program kualitas yang berpegang pada zero defect (tanpa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sigma bukan merupakan program kualitas yang berpegang pada zero defect (tanpa BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendahuluan Six Sigma merupakan konsep yang relatif baru bagi banyak organisasi. Six Sigma bukan merupakan program kualitas yang berpegang pada zero defect (tanpa cacat), tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pengelolaan sumber daya manusia telah ditandai pergeseran

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pengelolaan sumber daya manusia telah ditandai pergeseran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pengelolaan sumber daya manusia telah ditandai pergeseran peran dan fungsi sumber daya manusia yang sangat dramatis. Fungsi sumber daya manusia tidak dianggap

Lebih terperinci

PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN

PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN Modul ke: 13 Fakultas PSIKOLOGI PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN BAB XIII PROGRAM PELATIHAN Program Studi PSIKOLOGI Dr. Antonius Dieben Robinson Manurung, MSi TIPE-TIPE PROGRAM PELATIHAN 1. Pelatihan Orientasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini mengacu pada bagaimana motivasi berprestasi menurut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini mengacu pada bagaimana motivasi berprestasi menurut BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Penelitian ini mengacu pada bagaimana motivasi berprestasi menurut Spence dan Helmreich yang terdiri dari mastery of needs, work orientation dan competition akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pendidikan formal merupakan hal yang sangat dibutuhkan oleh setiap

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pendidikan formal merupakan hal yang sangat dibutuhkan oleh setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pendidikan formal merupakan hal yang sangat dibutuhkan oleh setiap manusia yang didapatkan lewat sekolah. Setiap orang yang bersekolah harus

Lebih terperinci

ABSTRAK. vii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. vii Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh tingkat engagement behavior pada karyawan bagian engineering di PT. X Bandung. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam suatu perusahaan terdapat sumber daya sebagai potensi penggerak aktivitasnya. Sumber daya ini dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cepat dan disertai dengan adanya tantangan tantangan yang semakin luas dan

BAB I PENDAHULUAN. cepat dan disertai dengan adanya tantangan tantangan yang semakin luas dan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkembangan dunia perbankan yang dewasa ini bergerak semakin cepat dan disertai dengan adanya tantangan tantangan yang semakin luas dan kompleks, mendorong adanya peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berawal dari Krisis ekonomi Amerika Serikat akhir tahun 2008,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berawal dari Krisis ekonomi Amerika Serikat akhir tahun 2008, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berawal dari Krisis ekonomi Amerika Serikat akhir tahun 2008, mengakibatkan krisis global yang berdampak pula pada Indonesia. Krisis ekonomi global di Indonesia

Lebih terperinci

LAMPIRAN LAMPIRAN ARAHAN STRATEGI (STRATEGIC INTENTION) Wawancara dilakukan pada pengguna aplikasi (user) yang berhubungan

LAMPIRAN LAMPIRAN ARAHAN STRATEGI (STRATEGIC INTENTION) Wawancara dilakukan pada pengguna aplikasi (user) yang berhubungan LAMPIRAN LAMPIRAN I. KUISIONER HUBUNGAN LIGHTS-ON DAN PROYEK DENGAN ARAHAN STRATEGI (STRATEGIC INTENTION) Wawancara dilakukan pada pengguna aplikasi (user) yang berhubungan dan staf senior dari departemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manajemen sumber daya manusia (Saks, 2006). Para praktisi organisasi dan para

BAB I PENDAHULUAN. manajemen sumber daya manusia (Saks, 2006). Para praktisi organisasi dan para BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Employee engagement merupakan konsep yang relatif baru bagi manajemen. Konsep ini menjadi sebuah pembahasan yang menarik bagi perkembangan ilmu manajemen sumber

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia Dosen Pengampu: Dr. Udik Budi Wibowo, M. Pd Disusun Oleh: Moh Khoerul Anwar, S. Pd 14713251002

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia sangat berperan dalam usaha organisasi dalam mencapai

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia sangat berperan dalam usaha organisasi dalam mencapai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia masih menjadi sorotan bagi organisasi dalam usaha organisasi untuk bertahan dan dalam persaingan yang semakin kompetitif. Salah satu fokus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan tugas-tugasnya, pemerintah membagi fungsi dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan tugas-tugasnya, pemerintah membagi fungsi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam melaksanakan tugas-tugasnya, pemerintah membagi fungsi dan peran dalam pelaksanaan program pembangunan nasional antara lain kepada Kementerian-Kementerian yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Teori Moril Kerja Menurut Eugene J. Benge (1986:9), moril adalah suatu yang bersifat emosional yang terdiri dari energi penerimaan terhadap kepemimpinan dan kesediaan untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Banyak penelitian yang menggunakan istilah engagement sebagai variabel

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Banyak penelitian yang menggunakan istilah engagement sebagai variabel BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Employee Engagement 2.1.1 Pengertian Employee Engagement Banyak penelitian yang menggunakan istilah engagement sebagai variabel mereka, tetapi belum ada definisi jelas mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan, kemampuan marketing, dan sumber daya manusia (SDM).

BAB I PENDAHULUAN. keuangan, kemampuan marketing, dan sumber daya manusia (SDM). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karyawan sebagai sumber daya manusia merupakan aset paling penting bagi sebuah perusahaan. Ketatnya persaingan global menuntut perusahaan harus mampu bertahan dan tampil

Lebih terperinci

MANAJEMEN STRATEJIK DAN BUDAYA PERUSAHAAN: DAMPAK SERTA IMPLEMENTASI

MANAJEMEN STRATEJIK DAN BUDAYA PERUSAHAAN: DAMPAK SERTA IMPLEMENTASI Media Informatika Vol.16 No.2 (2017) MANAJEMEN STRATEJIK DAN BUDAYA PERUSAHAAN: DAMPAK SERTA IMPLEMENTASI Muksin Wijaya Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer LIKMI Jl. Ir. Juanda 96 Bandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis multidimensional dalam bidang ekonomi, politik, dan budaya yang

BAB I PENDAHULUAN. Krisis multidimensional dalam bidang ekonomi, politik, dan budaya yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis multidimensional dalam bidang ekonomi, politik, dan budaya yang dialami Indonesia pada saat ini menyebabkan keterpurukan dunia usaha di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan naiknya persaingan bisnis. Masing-masing perusahaan saling beradu

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan naiknya persaingan bisnis. Masing-masing perusahaan saling beradu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi dan ditunjang perkembangan dunia usaha yang semakin pesat mengakibatkan naiknya persaingan bisnis. Masing-masing perusahaan saling beradu strategi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang word of mouth

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang word of mouth BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dalam era pasar bebas saat ini, persaingan dunia usaha yang semakin ketat menuntut perusahaan agar dapat lebih melakukan inovasi dalam melakukan usahanya. Perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pesatnya perkembangan teknologi di era globalisasi ini mengharuskan setiap

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pesatnya perkembangan teknologi di era globalisasi ini mengharuskan setiap 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pesatnya perkembangan teknologi di era globalisasi ini mengharuskan setiap organisasi berupaya menciptakan keunggulan-keunggulan kompetitif dimana keunggulan

Lebih terperinci

PROJECT MANAGEMENT BODY OF KNOWLEDGE (PMBOK) PMBOK dikembangkan oleh Project Management. Institute (PMI) sebuah organisasi di Amerika yang

PROJECT MANAGEMENT BODY OF KNOWLEDGE (PMBOK) PMBOK dikembangkan oleh Project Management. Institute (PMI) sebuah organisasi di Amerika yang PROJECT MANAGEMENT BODY OF KNOWLEDGE (PMBOK) PMBOK dikembangkan oleh Project Management Institute (PMI) sebuah organisasi di Amerika yang mengkhususkan diri pada pengembangan manajemen proyek. PMBOK merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Era globalisasi yang selalu ditandai dengan terjadinya perubahan-perubahan pesat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Era globalisasi yang selalu ditandai dengan terjadinya perubahan-perubahan pesat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi yang selalu ditandai dengan terjadinya perubahan-perubahan pesat pada kondisi ekonomi secara keseluruhan, telah menyebabkan munculnya sejumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan sangat penting untuk menjamin perkembangan kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan sangat penting untuk menjamin perkembangan kelangsungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan sangat penting untuk menjamin perkembangan kelangsungan kehidupan bangsa, hal ini tidak lepas dari peran seorang guru. Guru memiliki peran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, baik di bidang ekonomi, politik, hukum dan tata kehidupan dalam

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, baik di bidang ekonomi, politik, hukum dan tata kehidupan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia menjadi bangsa yang kian berkembang adalah harapan seluruh rakyat Indonesia. Masyarakat Indonesia mengharapkan adanya pembaharuan di segala bidang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam suatu perusahaan terdapat sumber daya sebagai potensi penggerak aktivitasnya. Sumber daya ini dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis. Oleh karena itu, pemeliharaan kesehatan merupakan suatu upaya. pemeriksaan, pengobatan atau perawatan di rumah sakit.

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis. Oleh karena itu, pemeliharaan kesehatan merupakan suatu upaya. pemeriksaan, pengobatan atau perawatan di rumah sakit. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan sesuatu hal yang sangat penting bagi setiap individu. Kesehatan merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma lama dari manajemen pemerintahan yang berfokus pada

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma lama dari manajemen pemerintahan yang berfokus pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Paradigma lama dari manajemen pemerintahan yang berfokus pada masyarakat belum memiliki indikator kinerja memadai, sehingga sulit untuk menentukan efektivitas dan efisiensi

Lebih terperinci

LAMPIRAN. KUESIONER PEMBOBOTAN KORPORASI PT INDOSAT, Tbk

LAMPIRAN. KUESIONER PEMBOBOTAN KORPORASI PT INDOSAT, Tbk 9 LAMPIRAN KUESIONER PEMBOBOTAN KORPORASI PT INDOSAT, Tbk Kuesioner ini digunakan untuk mendapatkan nilai korporasi perusahaan. Pertanyaan di bawah berhubungan dengan nilai-nilai dan resiko-resiko yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terpenting dalam suatu perkembangan bangsa. Oleh karena itu, perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. terpenting dalam suatu perkembangan bangsa. Oleh karena itu, perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kualitas pendidikan di Indonesia selalu berusaha untuk ditingkatkan agar mencapai hasil yang semakin baik kedepannya. Pendidikan merupakan aspek terpenting

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Kahn (dalam May dkk, 2004) work engagement dalam. pekerjaan dikonsepsikan sebagai anggota organisasi yang melaksanakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Kahn (dalam May dkk, 2004) work engagement dalam. pekerjaan dikonsepsikan sebagai anggota organisasi yang melaksanakan 11 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Keterikatan Kerja (Work Engagement) 1. Pengertian keterikatan kerja Menurut Kahn (dalam May dkk, 2004) work engagement dalam pekerjaan dikonsepsikan sebagai anggota organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya perkembangan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan yang terjadi tersebut menuntut

Lebih terperinci