BAB III TEORI DAN METODOLOGI PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III TEORI DAN METODOLOGI PENELITIAN"

Transkripsi

1 BAB III TEORI DAN METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Teori Tektonik Lempeng Tektonik lempeng adalah sebuah teori geologi yang dikembangkan untuk menjelaskan bukti-bukti penelitian mengenai pergerakan litosfer bumi dalam skala besar. Bagian terluar dari interior bumi terdiri dari dua lapisan yaitu bagian atas litosfer yang tersusun atas kerak dan mantel bagian atas. Bagian bawah litosfer adalah astenosfer. Meskipun solid, astenosfer memiliki viskositas relatif rendah, shear strength dan dapat mengalir seperti cairan pada skala waktu geologi. Meskipun suhunya berbeda, keduanya memiliki tekanan yang tinggi. Gambar 3.1 Lempeng-lempeng yang terdapat di seluruh dunia. ( Litosfer yang terbelah sering disebut lempeng tektonik. Lempeng tektonik ini terdiri dari tujuh lempeng besar dan banyak lempeng kecil. Lempeng litosfer berjalan di atas astenosfer. Gempa bumi, aktivitas vulkanik, pembentukkan pegunungan, dan formasi palung samudra terjadi sepanjang batas lempeng. Pergerakan lateral dari lempeng memiliki kecepatan 0,66 sampai 8,5 cm per tahun. Pergerakan lempeng-lempeng ini memiliki hubungan satu sama lain, yang dikenal sebagai 3 tipe batas lempeng, yaitu: 30

2 Konvergen, terjadi ketika dua lempeng saling mendekati. Pada peristiwa konvergen dapat terjadi pertemuan lempeng antara: Kerak samudra menunjam kerak samudra atau kerak benua menunjam kerak samudra. Pada daerah subduksi dicirikan dengan adanya palung. Pemanasan dan tekanan tinggi yang terjadi pada daerah subduksi mengakibatkan kerak samudra pada kedalaman tertentu mengalami peleburan dan selanjutnya naik menjadi magma yang merupakan penyebab terjadinya peristiwa vulkanik di daerah ini. Contoh: Kepulauan Jepang. Kerak benua dengan kerak benua yang akan menimbulkan kolisi dimana tidak ada lempeng yang menunjam, sehingga menghasilkan pegunungan tektonik. Contoh: Pegunungan Himalaya. Kerak benua menunjam kerak samudra yang akan menimbulkan obduksi. Gambar 3.2 Jenis-jenis proses interaksi antar lempeng ( Divergen, terjadi ketika dua lempeng saling menjauh, seperti Pematang Tengah Samudra. Contohnya: Mid Atlantic Ridge. Transform, terjadi ketika lempeng saling bergeseran atau mungkin menggerus satu sama lain sepanjang sesar transform. Pergerakan relatif dari dua lempeng adalah sinistral (mengiri) atau dextral (menganan). Contohnya: Sesar San Andreas. 31

3 3.2 Mekanisme Pembentukkan Cekungan Tiga mekanisme dasar dari cekungan yang dilihat dari mekanisme litosferik yaitu: Mekanisme purely thermal, pada mekanisme ini pentingnya pendinginan dari litosfer samudra yang terjadi pada saat kerak ini bergerak menjauhi pusat dari pemekaran membentuk cekungan dan menjelaskan batimetri dari samudra, Perubahan ketebalan kerak/litosfer, penipisan dari kerak akibat erosi subkerak, thermal doming, subaerial erosion, dan mechanical streching menyebabkan terbentuknya cekungan. Pembebanan dan bukan pembebanan, pembebanan pada litosfer mungkin terjadi pada skala kecil yaitu pada rantai volkano atau gunung api bawah laut, dan skala besar pada jalur pegunungan menyebabkan flexure dan terjadi subsidence. Gambar 3.3 Mekanisme Dasar Selama Cekungan Mengalami Penurunan. (Allen, dan Allen, 1990) Salah satu yang mengenalkan bagaimana lempeng tektonik terjadi yang diaplikasikan ke dalam rekaman geologi adalah J. Tuzo Wilson. Jika continental rift membentuk cekungan samudra, kerak samudra lainnya harus tertutup. Contohnya : Lautan IAPETUS antara Belanda dan Skotlandia pada Palezoikum Bawah, tertutup pada Caledonian kemudian membuka di Atlantik hampir di tempat yang sama. Siklus ini dikenal sebagai Siklus Wilson: 1. Rifting dari benua oleh mantle diapirism, 2. Apungan benua, pemekaran lantai samudra dan pembentukkan cekungan samudra, 3. Adanya subduksi antara kerak samudra dan kerak benua, 32

4 4. Kolisi antara kerak benua dengan kerak benua dan perangkap akhir dari cekungan samudra, Dua diagram di bawah mengilustrasikan beberapa konsep sederhana dari continental rifting (contohnya kontinen Gondwana) pada awal dari Siklus Wilson. Gambar 3.4 Konsep Sederhana dari Kontinental Rifting. ( 3.3 Teori Seismik Stratigrafi Seismik stratigrafi bertujuan antara lain untuk Menentukan unit pengendapan (sekuen), jenis batuan dan hubungan fasies internalnya. Menentukan lingkungan pengendapan dan paleobatimetri dari sekuens. Menentukan umur sekuens. Menentukan tatanan struktur dan evolusi tektonik dari daerah yang bersangkutan. Memprediksi jebakan stratigrafi dan struktur yang berfokus pada reservoir, batuan penyekat dan sumber. Menemukan dan mengevaluasi karakteristik litologi dan stratigrafi reservoir dan kandungan fluidanya. Beberapa dari tujuan di atas dicapai dengan metoda interpretasi yang didasarkan pada penampilan dari pola karakteristik data seismik. Potensi dari seismik stratigrafi: 33

5 Identifikasi batupasir pada sekuens tersier. Deteksi porositas batugamping. Deteksi rekahan. Indikasi fluida pori. Interpretasi stratigrafi dari data seismik secara garis besar dapat dibagi menjadi dua kategori berdasar skala pengukuran data seismik, yaitu: 1. Skala besar studi cekungan. 2. Skala kecil studi jebakan stratigrafi individual Studi Cekungan Dalam studi ini penampang seismik dianalisa untuk mendeskripsikan kerangka kerja stratigrafi regional berdasar sekuens-sekuens yang dibatasi oleh ketidakselarasan. Hal ini dikenal sebagai analisa sekuens seismik. Studi ini dilakukan dengan cara mengenali dan mengkategorikan ketidakmenerusan dalam pola refleksi besar yang mengindikasikan ketidakselarasan stratigrafi. Setelah beberapa reflection package (sekuens) yang berbeda sudah ditentukan, analisa refleksi dalam sekuens kemudian dilakukan berdasar geometri, kemenerusan, gross amplitude dan frekuensi, kecepatan interval dan lain-lain. Tahapan ini dikenal sebagai analisa fasies seismik yang digunakan untuk interpretasi sejarah geologi, litologi dan lingkungan pengendapan. Perubahan relatif dari muka laut dapat dideteksi juga, yang mana merupakan hal yang sangat penting dalam prediksi jebakan stratigrafi (misal pasir pantai, barrier bars dan lain-lain). 34

6 Bagan Prosedur Interpretasi Stratigrafi dari Data Seismik 35

7 Beberapa contoh bentuk atribut refleksi: Gambar 3.5 Gambar atribut-atribut refleksi. (Vail dan Michtum, 1977) Analisa Fasies Seismik Analisa fasies seismik dilakukan dengan memperhatikan parameterparameter refleksi dalam sekuens yaitu 36

8 - Geometri - Kemenerusan - Frekuensi dan amplitudo gross - Kecepatan interval dan juga karakter dari refleksi individual seperti : Bentuk gelombang (waveform) Amplitudo Frekuensi Hubungan antara parameter-parameter fasies seismik dan interpretasi geologinya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.1 Tabel Fasies Seismik (Vail dan Michtum, 1977) FASIES SEISMIK PARAMETER GEOLOGI INTERPRETASI KOEFISIEN REFLEKSI * POLA PERLAPISAN * PROSES PENGENDAPAN * EROSI DAN PALEOTOPOGRAFI KEMENERUSAN REFLEKSI * KEMENERUSAN LAPISAN * PROSES PENGENDAPAN AMPLITUDO REFLEKSI * KONTRAS IMPEDANSI * JARAK ANTAR LAPISAN * KANDUNGAN FLUIDA BENTUK EKSTERNAL DAN ASOSIASI DAERAH * LINGKUNGAN PENGENDAPAN * SUMBER SEDIMEN * TATANAN GEOLOGI 3.4 Pengolahan Data Geologi Data log Sumur (Wireline logging) Merupakan suatu metoda pengambilan data bawah permukaan dengan menggunakan alat ukur yang dimasukkan ke dalam lubang sumur, saat 37

9 atau setelah pemboran dilakukan yang digunakan untuk mengetahui karakteristik dan keberadaan reservoir dan jenis fluida yang dikandungnya. Gambar 3.6 Prinsip dasar kerja wireline logging yang dilaksanakan setelah pemboran, sensor dimasukkan kedalam lubang sumur dan mengirim data dengan perantaraan electic cable.(harsono, 1997) Prinsip Kerja Logging Logging adalah suatu pengukuran atau pencatatan sifat-sifat parameter fisik batuan di sekitar lubang bor secara tepat dan kontinu pada interval kedalaman tertentu. Maksud dari logging adalah untuk mengukur parameter fisik sehingga dapat diinterpretasi litologi penampang sumur, dan karakter reservoir (porositas, permeabilitas, kejenuhan minyak dan lain-lain). Tujuannya adalah untuk menentukan letak zona-zona porous yang mengandung hidrokarbon, memperkirakan besarnya cadangan, mengetahui kondisi struktur dan stratigrafi bawah permukaan untuk korelasi bawah permukaan Log Permeable Log adalah suatu grafik kedalaman waktu dari satu set data yang menunjukkan parameter yang diukur secara berkesinambungan di dalam sebuah sumur. Tersedianya alat komputer, kini sebuah log dapat merupakan gabungan dari beberapa log (composite log). 38

10 Langkah awal yang dilakukan dalam evaluasi formasi adalah mengidentifikasi reservoir atau lapisan permeabel. Log yang digunakan untuk mengidentifikasi lapisan permeabel adalah : Log Gamma Ray (GR) Log gamma ray adalah suatu rekaman tingkat radioaktifitas alamiah yang dipancarkan oleh peluruhan unsur uranium (U), thorium (Th) dan potasium (K) dalam suatu formasi batuan. Pemancaran yang terus menerus terdiri dari semburan pendek tenaga tinggi sinar gamma yang mampu menembus batuan dan dapat dideteksi oleh detektor dan biasanya memakai jenis detektor scintillation (Harsono, 1997). Log GR diukur dalam API Unit (APIU) dan setiap APIU besarnya adalah 1/200 kali respon yang dihasilkan oleh standar kalibrasi API. Gambar 3.7 Tiga unsur radioaktif utama yang umum dijumpai pada batuan jumlah dari pulsa yang tercatat per satuan waktu (sinar Gamma). (Harsono, 1997) Log GR dalam pekerjaan evaluasi formasi digunakan untuk : Menentukan volume lempung. Log GR dapat digunakan untuk menentukan kandungan lempung dari suatu formasi. Hal ini didasarkan pada kenyataan 39

11 bahwa uranium, thorium, dan potassium sebagian besar terkonsentrasi dalam mineral lempung. Identifikasi litologi. Formasi yang mempunyai radioaktivitas kecil dan menunjukkan defleksi ke kiri. Formasi lempung yang kedap air mempunyai sifat radioaktivitas tinggi dan kurva lognya ke arah kanan. Korelasi antar sumur Log GR mempunyai karakteristik respon tertentu terhadap batuan. Log GR sangat efektif untuk mengenali zona permeabel berdasarkan fakta bahwa elemen-elemen radioaktif (U,Th, dan K) cenderung terkonsentrasi pada shale impermeabel, dan sedikit terkonsentrasi pada karbonat dan sandstone permeabel. Bacaan tertinggi kurva GR diperoleh pada shale, yaitu rata-rata 100 APIU tetapi dapat juga bervariasi dari APIU, sedangkan sandstone bersih dan dolomite memiliki harga GR relatif rendah, yaitu APIU. Bacaan paling rendah sekitar APIU diperoleh pada limestone dan anhydrite. 3.5 Penentuan Marker Stratigrafi Dan Korelasi Sumur Korelasi merupakan suatu pekerjaan menghubungkan suatu titik pada suatu penampang stratigrafi dengan titik yang lain pula dengan anggapan bahwa titik-titik tersebut terletak pada perlapisan yang sama (Koesoemadinata, 1980). Korelasi dilakukan dengan tujuan: Mengetahui dan merekontruksi kondisi geologi bawah permukaan (struktur dan stratigrafi) serta mengetahui penyebaran lateral maupun vertikal dari zona hidrokarbon. Merekontruksi paleogeografi daerah penelitian pada waktu geologi tertentu, yaitu dengan membuat penampang stratigrafi. 40

12 Menafsirkan kondisi geologi yang mempengaruhi pembentukan hidrokarbon, migrasi dan akumulasinya di daerah penelitian. Menyusun sejarah geologi daerah penelitian. Marker stratigrafi yang telah ditentukan akan menjadi acuan sebagai marker stratigrafi dalam seismik setelah dilakukan pengikatan data seismik dan data sumur (Well Seismic Tie). 3.6 Pengolahan Data Seismik Data seismik yang digunakan dalam studi ini adalah data rekaman seismik 3D. Dalam studi ini, data seismik akan digunakan untuk penafsiran pola struktur dan stratigrafi di daerah penelitian. Penafsiran stratigrafi dapat dilakukan dengan data seismik dengan asumsi bahwa rekaman gelombang seismik refleksi merupakan rekaman kronostratigrafi sehingga dapat digunakan sebagai alat bantu korelasi ke suatu daerah yang tidak memiliki informasi umur yang saat ini dikenal sebagai seismik stratigrafi (Vail dan Michtum, 1977). Penafsiran struktur hanya mencakup pengenalan pola struktur, kedudukan patahan, yang ada di daerah penelitian dan pengaruh struktur tersebut selama pengendapan. Pengaruh struktur, dalam hal ini sesar atau patahan dalam pengendapan dapat ditunjukkan oleh pola penebalan antara dua refleksi (batas lapisan) apakah terjadi perbedaan ketebalan secara mencolok atau gradasional. Adanya perbedaan ketebalan secara mencolok pada bagian up-block dan down-block menunjukkan bahwa patahan-patahan tersebut aktif selama pengendapan. Sebaliknya jika penebalan secara gradasional yang biasanya menuju kepusat patahan-patahan tersebut terjadi setelah pengendapan (postsedimentation). Informasi ini sangat penting dalam pembuatan peta-peta bawah permukaan terutama menyangkut perkembangan cekungan di daerah penelitian. 41

13 Penafsiran stratigrafi dalam studi ini mencakup penafsiran dan deskripsi litologi dari pola refleksi yang meliputi konfigurasi, kontinuitas, amplitudo, dan frekuensi. Pola refleksi tersebut secara geologi menunjukkan bidang perlapisan. Proses pengendapan yang terjadi serta erosi. Konfigurasi internal parallel-sub parallel, shingled, hingga hummocky, konfigurasi eksternal sheet/wedge, dan batas-batas sikuen berupa pola refleksi concordance, erosional truncation, onlap dan downlap dapat mencerminkan fasies pengendapan yang dapat dihubungkan dengan energi lingkungan pengendapan. Parameter kontinuitas refleksi dapat menunjukkan kontinuitas perlapisan, frekuensi menunjukkan ketebalan lapisan batuan, serta amplitudo menunjukkan perubahan densitas batuan sehingga masing-masing parameter dapat berguna untuk analisis sejarah lingkungan pengendapan. 3.7 Prinsip Dasar Metode Seismik Metode seismik adalah metode pemetaan struktur geologi dengan menggunakan energi gelombang akustik yang diinjeksikan ke dalam bumi dan menganalisis hasil gelombang pantulnya (Wayne, 1991). Keunggulan metode seismik daripada metode geofisika yang lain disebabkan oleh banyak faktor, yang terpenting yaitu akurasinya yang cukup tinggi, resolusi tinggi, dan daya tembus yang cukup dalam (Telford dkk., 1976). Ilustrasi dari penjalaran gelombang pada metode seismik dapat dilihat pada gambar 3.8. Gambar 3.8 Ilustrasi Metode Seismik Refleksi. (Telford dkk.,1976) 42

14 Tujuan dari seismik refleksi adalah untuk menarik kesimpulan tentang batuan, terutama tentang perlapisannya dari waktu tiba yang terukur dan (dalam penggunaan yang terbatas) dari variasi amplitudo dan frekuensi (Telford dkk.,1976). Salah satu sifat akustik yang khas pada batuan adalah impedansi akustik (IA) yang merupakan hasil perkalian antara densitas (ρ) dan kecepatan (V), dimana didapatkan persamaan: IA V Dalam mengontrol harga IA kecepatan mempunyai arti lebih penting daripada densitas. Sebagai contoh, porositas atau material pengisi pori batuan (air, minyak dan gas) lebih mempengaruhi harga kecepatan daripada densitas. Batuan yang keras dan sukar dimampatkan seperti batugamping, granit mempunyai harga IA yang tinggi, sedangkan batuan yang lunak seperti lempung yang lebih mudah dimampatkan mempunyai harga IA yang rendah (Sukmono, 1999). Nilai-nilai impedansi akustik yang dimaksudkan adalah kecepatan dan massa jenis batuan penyusun lapisan bumi dimana hubungan antar keduanya dapat dinyatakan sebagai berikut: R dan T 1 R 2 V2 1V1 / 2V2 1V1 Dimana, R = koefisien refleksi ρ = massa jenis batuan (kg/m 3 ) V = kecepatan rambat (m/detik 2 ) ρv = impedansi akustik (kg.m/detik 2 ) T = koefisien transmisi Two Way Time (TWT) adalah waktu merambatnya gelombang dari sumber ledakan kemudian dipantulkan kembali oleh bidang reflektor. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bila IA besar akan didapat harga R yang besar pula, 43

15 maka pemantulan gelombang kuat, dan bila gelombang seismik melalui bidang patahan akan menyebabkan amplitudonya menurun sehingga gelombang seismik akan dipantulkan ke segala arah, gejala ini disebut difraksi. Suatu pantulan seismik yang terlihat pada suatu penampang boleh bisa atau tidak bisa menggambarkan ciri suatu batas lapisan sedimen (Tearpock dan Biscke, 1991). Dalam banyak kasus, lebih aman untuk mengasumsikan bahwa satu pantulan (individual reflection) seismik yang terbentuk dapat menggambarkan suatu isochronous, atau suatu lapisan yang sama. Prosedur yang harus dilakukan dalam memetakan bawah permukaan dengan menggunakan data seismik dan informasi well log adalah : 1. Menganalisa kondisi data seimik untuk diikatkan dengan data sumur (pengikatan data seismik dan data sumur). 2. Melakukan interpretasi horison dan patahan dari data seismik. 3. Mengambil informasi dari data seismik dan mentransfernya ke dalam peta. 4. Merekonstruksi peta bawah permukaan Pengikatan Data Seismik dan Sumur (Well Seismic Tie) Untuk meletakan horizon seismik (skala waktu) pada posisi kedalaman sebenarnya dan agar data seismik dapat dikorelasikan dengan data geologi lainnya yang umumnya diplot dalam skala kedalaman, maka perlu dilakukan well seismic tie. Banyak teknik yang dapat dilakukan dalam pengikatan ini, tetapi yang umum dipakai adalah dengan memanfaatkan seismogram sintetik dari hasil survei kecepatan (well velocity survey) (Sukmono, 1999). Metode well seismic tie yang dilakukan dalam studi yaitu: Check Shot Survey Pada survei check shot kecepatan diukur dalam lubang bor dengan sumber gelombang di atas permukaan. Sumber gelombang yang digunakan sebaiknya sama dengan yang dipakai dalam survei seismik. Posisi horizon yang akan dipetakan ditentukan dari data log dan dilakukan beberapa 44

16 pengukuran pada horison yang akan dipetakan tersebut. Waktu first break rata-rata untuk tiap horison dilihat dari hasil pengukuran tersebut. Pada survei ini sebaiknya dipastikan bahwa geofon menempel sempurna pada dinding lubang bor pada saat dilakukan pengukuran. Kegunaan dari survei check shot adalah untuk mendapatkan time-depth curve yang lebih lanjut dapat dimanfaatkan untuk pengikatan data seismik dan sumur, perhitungan kecepatan interval, kecepatan rata-rata dan koreksi data sonik pada pembuatan seismogram sintetik Picking Horizon dan Patahan (Sesar) Identifikasi pantulan (picking) biasanya disebut sebagai kemampuan untuk mengidentifikasi lapisan batuan pada penampang seismik yang biasa disebut top formasi. Secara definisi horison adalah suatu slice sepanjang permukaan suatu bidang. Apabila pada saat menelusuri suatu horison kemudian tiba-tiba kenampakan horison tersebut tidak jelas, maka untuk meneruskannya dengan cara mengikuti horison lain yang berdekatan dan sejajar dengan horison tersebut. Patahan ditunjukkan oleh refleksi yang diskontinu. Bidang patahan yang umunya miring akan terlihat jelas pada penampang seismik yang searah dengan arah kemiringan patahan tersebut. Untuk patahan dengan kemiringan kurang dari 40 o agak sulit dideteksi dalam penampang seismik. Patahan mendatar (strike slip fault) yang menyebabkan perpindahan sepanjang jalur patahan juga sulit untuk dideteksi. Hal ini baru akan terlihat jika ada penyimpangan bentuk struktur utama Identifikasi Struktur Berdasarkan geometri dan kinematikanya, sesar dibagi menjadi tiga, yaitu sesar normal, sesar naik, dan sesar geser. Sesar normal adalah sesar dimana pergeseran kearah dip lebih dominan dan bagian hanging wall bergerak relatif turun 45

17 dibandingkan dengan bagian footwall (Gambar 3.9). Secara umum terdapat dua kategori dalam sesar normal, yaitu sesar normal planar dan sesar normal listrik. Sesar normal planar merupakan jenis sesar yang paling sering dijumpai pada kebanyakan cekungan, dapat dikenali dengan parameter berikut : ditunjukkan dengan kemiringan bidang sesar relatif konstan dengan kedalaman, sesar normal pada hanging wall mengindikasikan pergerakan turun blok hanging wall relatif turun terhadap blok foot wall, tidak ada perubahan kemiringan reflektor dari blok hanging wall ke foot wall, terbentuk sesar antitetik. Bila sesar normal planar ini melibatkan atau mempengaruhi lapisan miring, maka sedimen pengisi akan terkait akan berbentuk wajik (syn-fault sedimentation) (Gambar 3.9) Sesar normal listrik merupakan jenis sesar normal yang mempunyai bidang sesar melengkung yang memungkinkan blok hanging wall berotasi. Sesar normal listrik ini dapat dikenali dengan parameter berikut: perbedaan tilting dari blok hanging wall dan foot wall, terbentuknya lipatan seretan terbalik (reverse drag fold) terbentuknya sesar antitetik dibagian atas lipatan seretan terbalik tersebut, umumnya merupakan sesar tumbuh (Gambar 3.9). Sesar naik adalah sesar yang mempunyai pergerakkan dominan searah kemiringan dimana blok hanging wall relatif bergeser kearah atas dibandingkan dengan blok foot wall. Sesar naik sudut rendah sering disebut dengan sesar anjak dan yang mempunyai sudut tinggi disebut sesar naik (Gambar 3.10). 46

18 FONDATIONS OF STRUCTURAL GEOLOGY KM A e Hanging wall anticline Rollover Hanging wall syncline A B Foot wall block Roll-Over Hanging wall block a Ramp Foot wall Flat Ramp Hanging wall B Listric Fault Detachment C Flat Horsetall Faults or Listruc Fan D Hanging wall E Foot wall RIDER Sole or Floor Faults "Root Fault" RIDER Hanging wall Listric Fan Control High Hanging wall Counter Fan 4 Shortcut Fault Floor Fault F 4 Root Fault G Gambar 3.9 Geometri dan Model Sesar Turun/Normal. (Park, 1989) FAULTING Hangingwall ramp Hangingwall ramp flat Footwall Footwall ramp A B C D roof thrust imbricate zone floor thrust E triangle zone non slip pop up frontal ramp back thrust G F Gambar 3.10 Geometri dan Model Sesar Naik. (Park, 1989) Sesar geser adalah sesar yang mempunyai peranan dominan searah jurus sesar (Gambar 3.11) Sesar ini umumnya mempunyai kemiringan vertikal dan bila panjangnya lebih dari satu kilometer maka sering melibatkan batuan dasar. Sesar geser berskala besar sering disebut dengan wrench. Struktur yang berasosiasi dengan 47

19 sesar geser ini jauh lebih bervariasi yang berasosiasi dengan jenis sesar lainnya. Pada perlipatan, sesar normal dan sesar naik sering berasosiasi dengan sesar geser. Kepastian mengenai keberadaan patahan geser sulit untuk diidentifikasi dari rekaman sismik saja, tetapi lebih dicerminkan oleh adanya struktur yang berasosiasi seperti adanya en-echelon graben, sesar anjakan, dan lipatan yang sumbu-sumbunya miring terhadap arah sesar geser. Struktur bunga (flower structure) sering diasosiasikan dengan sesar geser, tetapi selama struktur ini terdapat pada sesar geser karena sesar normal listrik juga terdapat pada struktur bunga ini. FONDATION OF STRUCTURAL GEOLOGY SYNTHETIC STRIKE-SLIP FAULT FOLDS NORMAL FAULT THRUST OR REVERSE FAULT fault termination ANTITHETIC STRIKE-SLIP FAULT A B fault overlap Before movement After movement C (A) (B) POSITIF FLOWER STRUCTURE 2 2 Out of page Into page NEGATIF FLOWER STRUCTURE D E 3 3 Gambar 3.11 Geometri dan Model Sesar Geser. (Park, 1989) 3.8 Faktor-Faktor Yang Perlu Diperhatikan Dalam Pemahaman Proses-Proses Interpretasi Struktur Dalam Penampang Seismik Identifikasi Fase Pemekaran (Rifting) Pemekaran terjadi pada suatu perioda dimana cekungan mengalami ekstensi dan sekuen syn-rift akan terisi oleh sedimen yang berumur 48

20 sama. Sesar normal listrik merupakan mekanisme utama penyebab ekstensi selama fase pemekaran ini, dapat dikatakan telah terjadi apabila, dapat diidentifikasi adanya sesar normal listrik yang melibatkan cekungan. Jenis lainya dari aktivitas sesar, terutama sesar normal planar, tetapi juga mungkin sesar normal rotasional, dan sesar geser yang juga dapat terjadi pada fase pemekaran atau rifting ini. Blok sesar yang terjungkit (tilted fault block) merupakan hasil khas proses rifting dan dapat menyebabkan terbentuknya perangkap. Sesar normal listrik itu sendiri dapat dikenali dengan kriteria berikut: o Tilting diferensial dari reflektor pre-rift antara blok hanging wall dan foot wall mengidentifikasikan rotasi dari pensesaran dan dapat digunakan sebagai salah satu kriteria untuk mengenali sesar normal listrik. o Seretan terbalik sering dimiliki oleh refleksi pre-rift dan syn-rift yang lebih tua pada sisi sesar yang turun dan merupakan diagnostik dari pergerakan sesar rotasi dari bidang sesar yang melengkung. o Bentuk segitiga atau wajik pada sekuen syn-rift mengindikasikan tilting aktif selama sedimentasi, seperti downlap dari reflektor pre-rift didrkat sisi turun sesar oleh reflektor syn-rift. Identifikasi Fase Postrift Batas sekuen berupa ketidakselarasan biasanya berkembang pada tahapan ini, yang memisahkan antara sekuen syn-rift dengan post-rift di semua tempat. Hubungan reflektor pada ketidakselarasan post-rift ini sering tidak terlihat jelas dan bersudut rendah. Subsiden termal merupakan proses utama selama tahapan post-rift. Subsiden termal ini dapat terjadi melalui kombinasi beberapa proses: o Pelengkungan (flexure) dimana hinge-lines terdefinisikan secara jelas dan melibatkan proses rotasi. Proses ini bersifat lokal. 49

21 o Pensesaran normal planar yang mengakomodasi tegasan lokal baik akibat proses penurunan maupun proses pelengkungan. 3.9 Pemetaan Bawah Permukaan Setelah melakukan picking horison dan interpretasi struktur pada data seismik 2D maka di dapat korelasi seismik (skala waktu) pada masing-masing horison yang kemudian dilakukan pembuatan peta struktur waktu pada masing-masing horison lalu dikonversi menjadi peta struktur kedalaman dengan menganalisa kecepatan dan digunakan untuk penyesuaian marker-marker yang telah ditentukan dari data log tiap-tiap sumur pada skala kedalaman. Setelah pembuatan peta kedalaman, dilakukan pembuatan peta ketebalan (isopach) dengan mengurangai top masingmasing horison. Pemetaan bawah permukaan secara umum dilakukan untuk menggambarkan bentuk dan kondisi geologi bawah permukaan. Peta bawah permukaan merupakan salah satu alat utama yang digunakan oleh para ahli geologi untuk kegiatan eksplorasi hidrokarbon, baik tahap eksplorasi sampai tahap pengembangan. Sifat peta bawah permukaan ada dua yaitu kuantitatif dan dinamis. Sifat kuantitatif (bersifat numerik) dinyatakan dalam garis-garis kontur yang memiliki nilai yang sama. Sifat dinamis adalah akurasi dari peta bawah permukaan itu sendiri tidak dinilai berdasarkan metoda tetapi dinilai atas data yang tersedia sehingga semakin banyak data yang dimiliki akan semakin baik. Manfaat dari pemetaan bawah permukaan adalah untuk mengetahui kondisi geologi bawah permukaan, mengetahui lingkungan pengendapan, menentukan arah suplai sedimen, dan mengetahui daerah prospek hidrokarbon. Oleh karena peta ini memperlihatkan kenampakan dua dimensi dan penyebaran lateral suatu fasies lingkungan pengendapan. Dari hasil analisis data log, data batuan, data biostratigrafi, dan data seismik, dapat dibuat suatu peta ketebalan (isopach), yang kemudian diharapkan dapat menjelaskan perkembangan cekungan, kondisi 50

22 sedimentasi, faktor-faktor yang mempengaruhi proses perkembangan cekungan dan model struktur daerah penelitian. Bagan Alir Penelitian Studi Pustaka daerah Penelitaian, Pengolahan Data Data Log Sumur Data 3D Seismik Marker Stratigrafi Korelasi Detail Log Sumur Daerah Penelitian Penentuan Fase Syn-rift dan Fase Post-rift Analisis Fasies berdasarkan log gamma ray Pengikatan Data Seismik dengan Data Sumur Marker Seismik Horizon Pre- Rift, Syn-rift dan Post-rift Menarik Horizon dan Interpretasi Struktur - Peta Bawah Permukaan - Peta Seismik Attribute - Model Geologi 3D (Model Sesar) Analisis Fasies berdasarkan metode seimik atribut Tektonostratigrafi dan Pola Sedimentasi Endapan Syn-Rift, Blok Tanjung Jabal, Jambi 51

Tabel hasil pengukuran geometri bidang sesar, ketebalan cekungan dan strain pada Sub-cekungan Kiri.

Tabel hasil pengukuran geometri bidang sesar, ketebalan cekungan dan strain pada Sub-cekungan Kiri. Dari hasil perhitungan strain terdapat sedikit perbedaan antara penampang yang dipengaruhi oleh sesar ramp-flat-ramp dan penampang yang hanya dipengaruhi oleh sesar normal listrik. Tabel IV.2 memperlihatkan

Lebih terperinci

BAB III DASAR TEORI. 3.1 Dasar Seismik

BAB III DASAR TEORI. 3.1 Dasar Seismik BAB III DASAR TEORI 3.1 Dasar Seismik 3.1.1 Pendahuluan Metode seismik adalah metode pemetaan struktur geologi bawah permukaan dengan menggunakan energi gelombang akustik yang diinjeksikan ke dalam bumi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kegiatan eksplorasi di Cekungan Sumatra Tengah telah dimulai sejak tahun 1924. Pemboran pertama di lokasi Kubu #1 dilakukan pada tahun 1939, kemudian dilanjutkan dengan

Lebih terperinci

Bab III Pengolahan Data

Bab III Pengolahan Data S U U S Gambar 3.15. Contoh interpretasi patahan dan horizon batas atas dan bawah Interval Main pada penampang berarah timurlaut-barat daya. Warna hijau muda merupakan batas atas dan warna ungu tua merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Objek yang dikaji adalah Formasi Gumai, khususnya interval Intra GUF a sebagai

BAB III METODE PENELITIAN. Objek yang dikaji adalah Formasi Gumai, khususnya interval Intra GUF a sebagai BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek yang dikaji adalah Formasi Gumai, khususnya interval Intra GUF a sebagai batas bawah sampai Intra GUF sebagai batas atas, pada Lapangan Izzati. Adapun

Lebih terperinci

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1. Stratigrafi Daerah Penelitian Stratigrafi daerah penelitian terdiri dari beberapa formasi yang telah dijelaskan sebelumnya pada stratigrafi Cekungan Sumatra Tengah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. eksplorasi hidrokarbon, salah satunya dengan mengevaluasi sumur sumur migas

BAB I PENDAHULUAN. eksplorasi hidrokarbon, salah satunya dengan mengevaluasi sumur sumur migas BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Dalam mencari cadangan minyak dan gas bumi, diperlukan adanya kegiatan eksplorasi hidrokarbon, salah satunya dengan mengevaluasi sumur sumur migas yang sudah

Lebih terperinci

BAB IV METODE DAN PENELITIAN

BAB IV METODE DAN PENELITIAN 40 BAB IV METODE DAN PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada Lapangan T, berada di Sub-Cekungan bagian Selatan, Cekungan Jawa Timur, yang merupakan daerah operasi Kangean

Lebih terperinci

Sekuen Stratigrafi Rift System Lambiase (1990) mengajukan pengelompokan tektonostratigrafi cekungan synrift yang terbentuk dalam satu satu siklus

Sekuen Stratigrafi Rift System Lambiase (1990) mengajukan pengelompokan tektonostratigrafi cekungan synrift yang terbentuk dalam satu satu siklus BAB II KAJIAN PUSTAKA II.1 Sekuen Stratigrafi Rift System Lambiase (1990) mengajukan pengelompokan tektonostratigrafi cekungan synrift yang terbentuk dalam satu satu siklus tektonik menjadi rift initiation,

Lebih terperinci

BAB IV RESERVOIR KUJUNG I

BAB IV RESERVOIR KUJUNG I BAB IV RESERVOIR KUJUNG I Studi geologi yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui geometri dan potensi reservoir, meliputi interpretasi lingkungan pengendapan dan perhitungan serta pemodelan tiga dimensi

Lebih terperinci

Bab IV Analisis Data. IV.1 Data Gaya Berat

Bab IV Analisis Data. IV.1 Data Gaya Berat 41 Bab IV Analisis Data IV.1 Data Gaya Berat Peta gaya berat yang digabungkan dengn penampang-penampang seismik di daerah penelitian (Gambar IV.1) menunjukkan kecenderungan topografi batuan dasar pada

Lebih terperinci

Klasifikasi Fasies pada Reservoir Menggunakan Crossplot Data Log P-Wave dan Data Log Density

Klasifikasi Fasies pada Reservoir Menggunakan Crossplot Data Log P-Wave dan Data Log Density JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-127 Fasies pada Reservoir Menggunakan Crossplot Data Log P-Wave dan Data Log Density Ismail Zaky Alfatih, Dwa Desa Warnana, dan

Lebih terperinci

BAB V INTERPRETASI DATA. batuan dengan menggunakan hasil perekaman karakteristik dari batuan yang ada

BAB V INTERPRETASI DATA. batuan dengan menggunakan hasil perekaman karakteristik dari batuan yang ada BAB V INTERPRETASI DATA V.1. Penentuan Litologi Langkah awal yang dilakukan pada penelitian ini adalah menentukan litologi batuan dengan menggunakan hasil perekaman karakteristik dari batuan yang ada dibawah

Lebih terperinci

BAB III DASAR TEORI ... (1)

BAB III DASAR TEORI ... (1) BAB III DASAR TEORI Dalam bab ini, penulis akan memaparkan secara singkat teori-teori dasar yang digunakan didalam penelitian. Dasar Teori terdiri dari konsep wireline log, konsep dasar seismik, konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Minyak dan gasbumi hingga saat ini masih memiliki peranan sangat penting dalam pemenuhan kebutuhan energi umat manusia, meskipun sumber energy alternatif lainnya sudah

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir Studi analisa sekatan sesar dalam menentukan aliran injeksi pada lapangan Kotabatak, Cekungan Sumatera Tengah. BAB III TEORI DASAR

Laporan Tugas Akhir Studi analisa sekatan sesar dalam menentukan aliran injeksi pada lapangan Kotabatak, Cekungan Sumatera Tengah. BAB III TEORI DASAR BAB III TEORI DASAR 3.1 INTERPRETASI PENAMPANG SEISMIK 3.1.1 Metoda seismik Prinsip dasar metoda seismik adalah perambatan energi gelombang seismik yang ditimbulkan oleh sumber getaran di permukaan bumi

Lebih terperinci

DISKRIPSI GEOLOGI STRUKTUR SESAR DAN LIPATAN

DISKRIPSI GEOLOGI STRUKTUR SESAR DAN LIPATAN DISKRIPSI GEOLOGI STRUKTUR SESAR DAN LIPATAN DISKRIPSI GEOLOGI STRUKTUR SESAR DAN LIPATAN Mekanisme Sesar 1. Pengenalan a) Sesar merupakan retakan yang mempunyai pergerakan searah dengan arah retakan.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penalaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah deduksi dengan mengacu pada konsep-konsep dasar analisis geologi yang diasumsikan benar dan konsep-konsep seismik

Lebih terperinci

Pengertian Dinamika Geologi. Dinamika Geologi. Proses Endogen. 10/05/2015 Ribka Asokawaty,

Pengertian Dinamika Geologi. Dinamika Geologi. Proses Endogen. 10/05/2015 Ribka Asokawaty, Pengertian Dinamika Geologi Dinamika Geologi Dinamika Geologi merupakan semua perubahan geologi yang terus-menerus terjadi di bumi, baik karena proses eksogen maupun proses endogen. Ribka F. Asokawaty

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pengetahuan dan pemahaman yang lebih baik mengenai geologi terutama mengenai sifat/karakteristik suatu reservoir sangat penting dalam tahapan eksploitasi suatu

Lebih terperinci

BAB IV INTERPRETASI SEISMIK

BAB IV INTERPRETASI SEISMIK BAB IV INTERPRETASI SEISMIK Analisa dan interpretasi struktur dengan menggunakan data seismik pada dasarnya adalah menginterpretasi keberadaan struktur sesar pada penampang seismik dengan menggunakan bantuan

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir Studi analisa sekatan sesar dalam menentukan aliran injeksi pada lapangan Kotabatak, Cekungan Sumatera Tengah.

Laporan Tugas Akhir Studi analisa sekatan sesar dalam menentukan aliran injeksi pada lapangan Kotabatak, Cekungan Sumatera Tengah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kondisi perminyakan dunia saat ini sangat memperhatinkan khususnya di Indonesia. Dengan keterbatasan lahan eksplorasi baru dan kondisi sumur-sumur tua yang telah melewati

Lebih terperinci

BAB IV UNIT RESERVOIR

BAB IV UNIT RESERVOIR BAB IV UNIT RESERVOIR 4.1. Batasan Zona Reservoir Dengan Non-Reservoir Batasan yang dipakai untuk menentukan zona reservoir adalah perpotongan (cross over) antara kurva Log Bulk Density (RHOB) dengan Log

Lebih terperinci

DISKRIPSI GEOLOGI STRUKTUR SESAR DAN LIPATAN

DISKRIPSI GEOLOGI STRUKTUR SESAR DAN LIPATAN DISKRIPSI GEOLOGI STRUKTUR SESAR DAN LIPATAN Mekanisme Sesar 1. Pengenalan a) Sesar merupakan retakan yang mempunyai pergerakan searah dengan arah retakan. Ukuran pergerakan ini adalah bersifat relatif

Lebih terperinci

BAB III TEORI DASAR. Metode seismik refleksi merupakan suatu metode yang banyak digunakan dalam

BAB III TEORI DASAR. Metode seismik refleksi merupakan suatu metode yang banyak digunakan dalam BAB III TEORI DASAR 3.1 Seismik Refleksi Metode seismik refleksi merupakan suatu metode yang banyak digunakan dalam eksplorasi hidrokarbon. Telah diketahui bahwa dalam eksplorasi geofisika, metode seismik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Era eksplorasi dengan target jebakan struktur pada reservoir-reservoir Kelompok Sihapas yang berumur Miosen dengan lingkungan pengendapan laut tidak banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan minyak dan gas bumi sebagai sumber daya bahan baku konsumsi kegiatan manusia sehari-hari masih belum dapat tergantikan dengan teknologi maupun sumber daya

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Lintasan Dan Hasil Penelitian Penelitian yang dilakukan dalam cakupan peta 1212 terdiri dari 44 lintasan yang terbentang sepanjang 2290 km, seperti yang terlihat pada peta

Lebih terperinci

INTERPRETASI DATA PENAMPANG SEISMIK 2D DAN DATA SUMUR PEMBORAN AREA X CEKUNGAN JAWA TIMUR

INTERPRETASI DATA PENAMPANG SEISMIK 2D DAN DATA SUMUR PEMBORAN AREA X CEKUNGAN JAWA TIMUR INTERPRETASI DATA PENAMPANG SEISMIK 2D DAN DATA SUMUR PEMBORAN AREA X CEKUNGAN JAWA TIMUR Nofriadel, Arif Budiman Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas Kampus Unand, Limau Manis, Padang, 25163 e-mail:

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Lembar Pengesahan... Abstrak... Abstract... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Gambar... Daftar Tabel...

DAFTAR ISI. Lembar Pengesahan... Abstrak... Abstract... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Gambar... Daftar Tabel... DAFTAR ISI Lembar Pengesahan... Abstrak... Abstract...... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Gambar... Daftar Tabel... i iii iv v viii xi xiv BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang Penelitian...

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Cadzow filtering adalah salah satu cara untuk menghilangkan bising dan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Cadzow filtering adalah salah satu cara untuk menghilangkan bising dan V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Penerapan Cadzow Filtering Cadzow filtering adalah salah satu cara untuk menghilangkan bising dan meningkatkan strength tras seismik yang dapat dilakukan setelah koreksi NMO

Lebih terperinci

BAB IV MODEL EVOLUSI STRUKTUR ILIRAN-KLUANG

BAB IV MODEL EVOLUSI STRUKTUR ILIRAN-KLUANG BAB IV MODEL EVOLUSI STRUKTUR ILIRAN-KLUANG IV.1. Analisis Geometri Struktur Iliran-Kluang Berdasarkan arahnya, sesar yang ada didaerah sepanjang struktur Iliran- Kluang dapat dibedakan atas tiga kelompok,

Lebih terperinci

Analisis Petrofisika Batuan Karbonat Pada Lapangan DIF Formasi Parigi Cekungan Jawa Barat Utara

Analisis Petrofisika Batuan Karbonat Pada Lapangan DIF Formasi Parigi Cekungan Jawa Barat Utara Analisis Petrofisika Batuan Karbonat Pada Lapangan DIF Formasi Parigi Cekungan Jawa Barat Utara Nadifatul Fuadiyah 1, Widya Utama 2,Totok Parafianto 3 Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHALUAN. kondisi geologi di permukaan ataupun kondisi geologi diatas permukaan. Secara teori

BAB I PENDAHALUAN. kondisi geologi di permukaan ataupun kondisi geologi diatas permukaan. Secara teori 1 BAB I PENDAHALUAN I.1. Latar Belakang Kegiatan eksplorasi minyak dan gas bumi merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mencari lapangan-lapangan baru yang dapat berpotensi menghasilkan minyak dan atau

Lebih terperinci

BAB III TEORI DASAR. 3.1 Gelombang Seismik. Suatu gelombang yang datang pada bidang batas dua media yang sifat

BAB III TEORI DASAR. 3.1 Gelombang Seismik. Suatu gelombang yang datang pada bidang batas dua media yang sifat BAB III TEORI DASAR 3.1 Gelombang Seismik Suatu gelombang yang datang pada bidang batas dua media yang sifat fisiknya berbeda akan dibiaskan, jika sudut datang lebih kecil atau sama dengan sudut kritisnya

Lebih terperinci

Dalam pengembangannya, geodinamika dapat berguna untuk : a. Mengetahui model deformasi material geologi termasuk brittle atau ductile

Dalam pengembangannya, geodinamika dapat berguna untuk : a. Mengetahui model deformasi material geologi termasuk brittle atau ductile Geodinamika bumi 9. GEODINAMIKA Geodinamika adalah cabang ilmu geofisika yang menjelaskan mengenai dinamika bumi. Ilmu matematika, fisika dan kimia digunakan dalam geodinamika berguna untuk memahami arus

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Metodologi Penelitian Metodologi penalaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah deduksi dengan mengacu pada konsep-konsep dasar analisis geologi struktur yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah OCO terdapat pada Sub-Cekungan Jatibarang yang merupakan bagian dari Cekungan Jawa Barat Utara yang sudah terbukti menghasilkan hidrokarbon di Indonesia. Formasi

Lebih terperinci

UNIT X: Bumi dan Dinamikanya

UNIT X: Bumi dan Dinamikanya MATERI KULIAH IPA-1 JURUSAN PENDIDIKAN IPA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FOTO YANG RELEVAN UNIT X: Bumi dan Dinamikanya I Introduction 5 Latar Belakang Pada K-13 Kelas VII terdapat KD sebagai

Lebih terperinci

III.3 Interpretasi Perkembangan Cekungan Berdasarkan Peta Isokron Seperti telah disebutkan pada sub bab sebelumnya bahwa peta isokron digunakan untuk

III.3 Interpretasi Perkembangan Cekungan Berdasarkan Peta Isokron Seperti telah disebutkan pada sub bab sebelumnya bahwa peta isokron digunakan untuk III.3 Interpretasi Perkembangan Cekungan Berdasarkan Peta Isokron Seperti telah disebutkan pada sub bab sebelumnya bahwa peta isokron digunakan untuk menafsirkan perkembangan cekungan. Perlu diingat bahwa

Lebih terperinci

II.1.2 Evolusi Tektonik.. 8

II.1.2 Evolusi Tektonik.. 8 DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PENGESAHAN ii PERNYATAAN.. iii KATA PENGANTAR.. iv SARI... v ABSTRACT.. vi DAFTAR ISI vii DAFTAR TABEL ix DAFTAR GAMBAR x BAB I PENDAHULUAN... 1 I.1 Latar Belakang... 1 I.2 Lokasi

Lebih terperinci

IV.2 Pengolahan dan Analisis Kecepatan untuk Konversi Waktu ke Kedalaman

IV.2 Pengolahan dan Analisis Kecepatan untuk Konversi Waktu ke Kedalaman IV.2 Pengolahan dan Analisis Kecepatan untuk Konversi Waktu ke Kedalaman Berdasarkan hasil penentuan batas sekuen termasuk di tiga sumur yang memiliki data check-shot (Bayan A1, Mengatal-1 dan Selipi-1)

Lebih terperinci

Bab III Pengolahan dan Analisis Data

Bab III Pengolahan dan Analisis Data Bab III Pengolahan dan Analisis Data Dalam bab pengolahan dan analisis data akan diuraikan berbagai hal yang dilakukan peneliti untuk mencapai tujuan penelitian yang ditetapkan. Data yang diolah dan dianalisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan kebutuhan minyak bumi di Indonesia terutama untuk kebutuhan industri semakin meningkat. Namun meningkatnya kebutuhan akan minyak bumi tersebut tidak diiringi

Lebih terperinci

BENTANG ALAM STRUKTURAL

BENTANG ALAM STRUKTURAL BENTANG ALAM STRUKTURAL 1. PENGERTIAN BENTANG ALAM STRUKTURAL Bentang alam merupakan bentuk penampang (landform) suatu daerah di muka bumi yang mencakup ruang luas dan telah membentuk suatu sistem yang

Lebih terperinci

Kelompok VI Karakteristik Lempeng Tektonik ATRIA HAPSARI DALIL MALIK. M HANDIKA ARIF. P M. ARIF AROFAH WANDA DIASTI. N

Kelompok VI Karakteristik Lempeng Tektonik ATRIA HAPSARI DALIL MALIK. M HANDIKA ARIF. P M. ARIF AROFAH WANDA DIASTI. N Kelompok VI Karakteristik Lempeng Tektonik Created By: ASRAWAN TENRIANGKA ATRIA HAPSARI DALIL MALIK. M HANDIKA ARIF. P M. ARIF AROFAH WANDA DIASTI. N 1. JENIS LEMPENG Berdasarkan jenis bahan batuan pembentuknya,

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Metodologi penalaran secara deduksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengacu pada konsep-konsep struktur, stratigrafi dan utamanya tektonostratigrafi yang diasumsikan

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan berjalannya waktu jumlah cadangan migas yang ada tentu akan semakin berkurang, oleh sebab itu metoda eksplorasi yang efisien dan efektif perlu dilakukan guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cekungan penghasil minyak dan gas bumi terbesar kedua di Indonesia setelah

BAB I PENDAHULUAN. cekungan penghasil minyak dan gas bumi terbesar kedua di Indonesia setelah BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Menurut Pertamina BPPKA (1996), Cekungan Kutai merupakan salah satu cekungan penghasil minyak dan gas bumi terbesar kedua di Indonesia setelah Cekungan

Lebih terperinci

I.2 Latar Belakang, Tujuan dan Daerah Penelitian

I.2 Latar Belakang, Tujuan dan Daerah Penelitian Bab I Pendahuluan I.1 Topik Kajian Topik yang dikaji yaitu evolusi struktur daerah Betara untuk melakukan evaluasi struktur yang telah terjadi dengan mengunakan restorasi palinspatik untuk mengetahui mekanismenya

Lebih terperinci

III. TEORI DASAR. gelombang akustik yang dihasilkan oleh sumber gelombang (dapat berupa

III. TEORI DASAR. gelombang akustik yang dihasilkan oleh sumber gelombang (dapat berupa III. TEORI DASAR 3.1 Konsep Seismik Refleksi Seismik refleksi merupakan salah satu metode geofisika yang digunakan untuk mengetahui keadaan di bawah permukaan bumi. Metode ini menggunakan gelombang akustik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia industri yang semakin pesat telah mendorong meningkatnya kebutuhan minyak dan gas bumi. Indonesia sebagai salah satu negara penghasil

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan 1.1 Subjek dan Objek Penelitian 1.2 Latar Belakang Permasalahan 1.3 Masalah Penelitian

Bab I Pendahuluan 1.1 Subjek dan Objek Penelitian 1.2 Latar Belakang Permasalahan 1.3 Masalah Penelitian Bab I Pendahuluan 1.1 Subjek dan Objek Penelitian Subjek dari penelitian ini berupa studi stratigrafi sekuen dalam formasi Pulau Balang di lapangan Wailawi, Cekungan Kutai Bagian Selatan Kalimantan Timur.

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Pemahaman yang baik terhadap geologi bawah permukaan dari suatu lapangan minyak menjadi suatu hal yang penting dalam perencanaan strategi pengembangan lapangan tersebut.

Lebih terperinci

BAB III TEORI DASAR Tinjauan Umum Seismik Eksplorasi

BAB III TEORI DASAR Tinjauan Umum Seismik Eksplorasi BAB III TEORI DASAR 3. 1. Tinjauan Umum Seismik Eksplorasi Metode seismik merupakan metode eksplorasi yang menggunakan prinsip penjalaran gelombang seismik untuk tujuan penyelidikan bawah permukaan bumi.

Lebih terperinci

Gambar III.26 Atribut seismik pada horison Pematang 5 mewakili geometri sedimen mid maximum rift

Gambar III.26 Atribut seismik pada horison Pematang 5 mewakili geometri sedimen mid maximum rift RMS Amplitude Delta Footwall-1 7300 7400 dalam 7500 7600 Rawa & sungai dalam Jalur transport sedimen Rawa sungai 7700 7800 7900 8000 8100 High amp 8200 dalam 8300 8400 Low amp 8500 8600 Spectral Decomposition

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Cekungan Kutai merupakan cekungan Tersier terbesar dan terdalam di Indonesia bagian barat, dengan luas area 60.000 km 2 dan ketebalan penampang mencapai 14 km. Cekungan

Lebih terperinci

BAB IV STUDI KASUS II : Model Geologi dengan Stuktur Sesar

BAB IV STUDI KASUS II : Model Geologi dengan Stuktur Sesar BAB IV STUDI KASUS II : Model Geologi dengan Stuktur Sesar Dalam suatu kegiatan eksplorasi minyak bumi perangkap merupakan suatu hal yang sangat penting. Perangkap berfungsi untuk menjebak minyak bumi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN Data seismik dan log sumur merupakan bagian dari data yang diambil di bawah permukaan dan tentunya membawa informasi cukup banyak mengenai kondisi geologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cekungan Arafura yang terletak di wilayah perairan Arafura-Irian Jaya merupakan cekungan intra-kratonik benua Australia dan salah satu cekungan dengan paket pengendapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pliosen Awal (Minarwan dkk, 1998). Pada sumur P1 dilakukan pengukuran FMT

BAB I PENDAHULUAN. Pliosen Awal (Minarwan dkk, 1998). Pada sumur P1 dilakukan pengukuran FMT BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Lapangan R merupakan bagian dari kompleks gas bagian Selatan Natuna yang terbentuk akibat proses inversi yang terjadi pada Miosen Akhir hingga Pliosen Awal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Badan Geologi (2009), Subcekungan Enrekang yang terletak

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Badan Geologi (2009), Subcekungan Enrekang yang terletak BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Menurut Badan Geologi (2009), Subcekungan Enrekang yang terletak pada bagian utara-tengah dari Sulawesi Selatan merupakan salah satu subcekungan yang memiliki

Lebih terperinci

BAB III TEORI DASAR. Prinsip dasar metodee seismik, yaitu menempatkan geophone sebagai penerima

BAB III TEORI DASAR. Prinsip dasar metodee seismik, yaitu menempatkan geophone sebagai penerima BAB III TEORI DASAR 3.1. Konsep Refleksi Gelombang Seismik Prinsip dasar metodee seismik, yaitu menempatkan geophone sebagai penerima getaran pada lokasi penelitian. Sumber getaran dapat ditimbulkan oleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cekungan Sumatra Tengah merupakan cekungan penghasil minyak bumi yang pontensial di Indonesia. Cekungan ini telah dikelola oleh PT Chevron Pacific Indonesia selama

Lebih terperinci

3.3. Pengikatan Data Sumur pada Seismik-3D (Well Seismic Tie)

3.3. Pengikatan Data Sumur pada Seismik-3D (Well Seismic Tie) Berdasarkan kenampakkan umum dari kurva-kurva log sumur (electrofasies) pada masing-masing sumur beserta marker-marker sikuen yang telah diketahui, dapat diinterpretasi bahwa secara umum, perkembangan

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI LAPANGAN VISIONASC BERDASARKAN INTERPRETASI SEISMIK DARI INTERVAL PALEOSEN KE MIOSEN, DAERAH KEPALA BURUNG (KB), PAPUA BARAT

ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI LAPANGAN VISIONASC BERDASARKAN INTERPRETASI SEISMIK DARI INTERVAL PALEOSEN KE MIOSEN, DAERAH KEPALA BURUNG (KB), PAPUA BARAT ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI LAPANGAN VISIONASC BERDASARKAN INTERPRETASI SEISMIK DARI INTERVAL PALEOSEN KE MIOSEN, DAERAH KEPALA BURUNG (KB), PAPUA BARAT Muh. Altin Massinai *, Sabrianto Aswad *, Naskar*

Lebih terperinci

c. Peta struktur PMT5 d. Peta struktur PMT6 e. Peta struktur PMT7 f. Peta struktur PMT8

c. Peta struktur PMT5 d. Peta struktur PMT6 e. Peta struktur PMT7 f. Peta struktur PMT8 a. Peta struktur PMT3 b. Peta struktur PMT4 r-1 r-1 r-2 r-2 m-1 m-1 Tinggi m-2 m-2 U m-3 r-3 r-3 m-3 5km U Rendah c. Peta struktur PMT5 d. Peta struktur PMT6 r-1 r-1 r-2 r-2 m-1 m-1 m-2 m-2 U r-3 r-3 5km

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertamina EP yang berada di Jawa Barat (Gambar 1.1). Lapangan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Pertamina EP yang berada di Jawa Barat (Gambar 1.1). Lapangan tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Lapangan Ibrahim merupakan salah satu lapangan minyak dari PT. Pertamina EP yang berada di Jawa Barat (Gambar 1.1). Lapangan tersebut mulai diproduksi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri perminyakan adalah salah satu industri strategis yang memegang peranan sangat penting saat ini, karena merupakan penyuplai terbesar bagi kebutuhan

Lebih terperinci

Rani Widiastuti Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut t Teknologi Sepuluh hnopember Surabaya 2010

Rani Widiastuti Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut t Teknologi Sepuluh hnopember Surabaya 2010 PEMETAAN BAWAH PERMUKAAN DAN PERHITUNGAN CADANGAN HIDROKARBON LAPANGAN KYRANI FORMASI CIBULAKAN ATAS CEKUNGAN JAWA BARAT UTARA DENGAN METODE VOLUMETRIK Rani Widiastuti 1105 100 034 Jurusan Fisika Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Kiprah dan perjalanan PT. Chevron Pacific Indonesia yang telah cukup lama ini secara perlahan diikuti oleh penurunan produksi minyak dan semakin kecilnya

Lebih terperinci

IV.5. Interpretasi Paleogeografi Sub-Cekungan Aman Utara Menggunakan Dekomposisi Spektral dan Ekstraksi Atribut Seismik

IV.5. Interpretasi Paleogeografi Sub-Cekungan Aman Utara Menggunakan Dekomposisi Spektral dan Ekstraksi Atribut Seismik persiapan data, analisis awal (observasi, reconnaissance) untuk mencari zone of interest (zona menarik), penentuan parameter dekomposisi spektral yang tetap berdasarkan analisis awal, pemrosesan dekomposisi

Lebih terperinci

BAB IV TEKTONOSTRATIGRAFI DAN POLA SEDIMENTASI

BAB IV TEKTONOSTRATIGRAFI DAN POLA SEDIMENTASI BAB IV TEKTONOSTRATIGRAFI DAN POLA SEDIMENTASI Dalam bab ini akan dipaparkan tektonostratigrafi dari daerah penelitian. Tektonostratigrafi adalah suatu analisis yang menghubungkan antara peristiwa tektonik

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KORELASI INFORMASI GEOLOGI DENGAN VARIOGRAM

BAB IV ANALISIS KORELASI INFORMASI GEOLOGI DENGAN VARIOGRAM BAB IV ANALISIS KORELASI INFORMASI GEOLOGI DENGAN VARIOGRAM Tujuan utama analisis variogram yang merupakan salah satu metode geostatistik dalam penentuan hubungan spasial terutama pada pemodelan karakterisasi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH KATA PENGANTAR HALAMAN PERSEMBAHAN ABSTARK ABSTRACT

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH KATA PENGANTAR HALAMAN PERSEMBAHAN ABSTARK ABSTRACT DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH KATA PENGANTAR HALAMAN PERSEMBAHAN ABSTARK ABSTRACT DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL i ii iii iv v vi vii viii ix BAB I.

Lebih terperinci

HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN KATA PENGANTAR HALAMAN PERSEMBAHAN SARI

HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN KATA PENGANTAR HALAMAN PERSEMBAHAN SARI DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv SARI... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL & GRAFIK... xii BAB I PENDAHULUAN... 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah lapangan gas telah berhasil ditemukan di bagian darat Sub-

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah lapangan gas telah berhasil ditemukan di bagian darat Sub- BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sebuah lapangan gas telah berhasil ditemukan di bagian darat Sub- Cekungan Tarakan, Kalimantan Utara pada tahun 2007. Lapangan gas ini disebut dengan Lapangan BYN

Lebih terperinci

Salah satu reservoir utama di beberapa lapangan minyak dan gas di. Cekungan Sumatra Selatan berasal dari batuan metamorf, metasedimen, atau beku

Salah satu reservoir utama di beberapa lapangan minyak dan gas di. Cekungan Sumatra Selatan berasal dari batuan metamorf, metasedimen, atau beku 1. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Salah satu reservoir utama di beberapa lapangan minyak dan gas di Cekungan Sumatra Selatan berasal dari batuan metamorf, metasedimen, atau beku berumur Paleozoic-Mesozoic

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGOLAHAN DATA Secara umum, metode penelitian dibagi atas tiga kegiatan utama yaitu: 1. Pengumpulan data, baik data kerja maupun data pendukung 2. Pengolahan data 3. Analisis atau Interpretasi

Lebih terperinci

BAB IV PEMAPARAN DATA Ketersediaan Data Data Seismik Data Sumur Interpretasi

BAB IV PEMAPARAN DATA Ketersediaan Data Data Seismik Data Sumur Interpretasi DAFTAR ISI JUDUL... PENGESAHAN. i PERNYATAAN. ii IJIN PENGGUNAAN DATA iii KATA PENGANTAR.... v SARI...... vii ABSTRACT... viii DAFTAR ISI... 1 DAFTAR GAMBAR... 3 BAB I PENDAHULUAN... 8 1.1. Latar Belakang...

Lebih terperinci

BAB III STUDI KASUS 1 : Model Geologi dengan Struktur Lipatan

BAB III STUDI KASUS 1 : Model Geologi dengan Struktur Lipatan BAB III STUDI KASUS 1 : Model Geologi dengan Struktur Lipatan Dalam suatu eksplorasi sumber daya alam khususnya gas alam dan minyak bumi, para eksplorasionis umumnya mencari suatu cekungan yang berisi

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN PENGOLAHAN DATA

BAB III DATA DAN PENGOLAHAN DATA BAB III DATA DAN PENGOLAHAN DATA 3.1 Pendahuluan Analisis tektonostratigrafi dan pola sedimentasi interval Formasi Talang Akar dan Baturaja dilakukan dengan mengintegrasikan data geologi dan data geofisika

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data seismik 3D PSTM Non

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data seismik 3D PSTM Non 39 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis Data Penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data seismik 3D PSTM Non Preserve. Data sumur acuan yang digunakan untuk inversi adalah sumur

Lebih terperinci

Mampu menentukan harga kejenuhan air pada reservoir

Mampu menentukan harga kejenuhan air pada reservoir BAB I PENDAHULUAN 1.1 Maksud dan Tujuan 1.1.1 Maksud 1.1.1.1 Melakukan analisis kuantitatif data log dengan menggunakan data log Gamma ray, Resistivitas, Neutron, dan Densitas. 1.1.1.2 Mengevaluasi parameter-parameter

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang mengambil judul Interpretasi Reservoar Menggunakan. Seismik Multiatribut Linear Regresion

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang mengambil judul Interpretasi Reservoar Menggunakan. Seismik Multiatribut Linear Regresion 1 IV. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian yang mengambil judul Interpretasi Reservoar Menggunakan Seismik Multiatribut Linear Regresion Pada Lapngan Pams Formasi Talangakar

Lebih terperinci

Bab V Evolusi Teluk Cenderawasih

Bab V Evolusi Teluk Cenderawasih 62 Bab V Evolusi Teluk Cenderawasih V.1 Restorasi Penampang Rekontruksi penampang seimbang dilakukan untuk merekonstruksi pembentukan suatu deformasi struktur. Prosesnya meliputi menghilangkan bidang-bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lapangan TERRA adalah salah satu lapangan yang dikelola oleh PT.

BAB I PENDAHULUAN. Lapangan TERRA adalah salah satu lapangan yang dikelola oleh PT. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lapangan TERRA adalah salah satu lapangan yang dikelola oleh PT. Chevron Pacific Indonesia (PT. CPI) dalam eksplorasi dan produksi minyak bumi. Lapangan ini terletak

Lebih terperinci

Interpretasi Stratigrafi daerah Seram. Tabel 4.1. Korelasi sumur daerah Seram

Interpretasi Stratigrafi daerah Seram. Tabel 4.1. Korelasi sumur daerah Seram BAB 4 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 4.1. Interpretasi Stratigrafi 4.1.1. Interpretasi Stratigrafi daerah Seram Daerah Seram termasuk pada bagian selatan Kepala Burung yang dibatasi oleh MOKA di bagian utara,

Lebih terperinci

SESAR MENDATAR (STRIKE SLIP) DAN SESAR MENURUN (NORMAL FAULT)

SESAR MENDATAR (STRIKE SLIP) DAN SESAR MENURUN (NORMAL FAULT) SESAR MENDATAR Pergerakan strike-slip/ pergeseran dapat terjadi berupa adanya pelepasan tegasan secara lateral pada arah sumbu tegasan normal terkecil dan terdapat pemendekan pada arah sumbu tegasan normal

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH KATA PENGANTAR ABSTRAK DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH KATA PENGANTAR ABSTRAK DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH KATA PENGANTAR ABSTRAK ABSTRACT DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH i ii iii iv vi vii viii xi xv xvi BAB I.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa permasalahan yang dihadapi dan menjadi dasar bagi penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa permasalahan yang dihadapi dan menjadi dasar bagi penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Interpretasi dan pemetaan struktur bawah permukaan pada dasarnya merupakan sebuah usaha untuk menggambarkan perkembangan arsitektur permukaan bumi sejalan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Pra-Interpretasi Pada BAB ini akan dijelaskan tahapan dan hasil interpretasi data seismik 3D land dan off-shore yang telah dilakukan pada data lapangan SOE. Adapun

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN PENGOLAHAN DATA

BAB III DATA DAN PENGOLAHAN DATA BAB III DATA DAN PENGOLAHAN DATA 3.1 Data 3.1.1 Data Seismik Data yang dimiliki adalah data seismik hasil migrasi post stack 3-D pada skala waktu / time dari Lapangan X dengan polaritas normal, fasa nol,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih tepatnya berada pada Sub-cekungan Palembang Selatan. Cekungan Sumatra

BAB I PENDAHULUAN. lebih tepatnya berada pada Sub-cekungan Palembang Selatan. Cekungan Sumatra BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Daerah penelitian termasuk dalam wilayah Cekungan Sumatra Selatan, lebih tepatnya berada pada Sub-cekungan Palembang Selatan. Cekungan Sumatra Selatan termasuk

Lebih terperinci

Aplikasi Metode Dekomposisi Spektral Dalam Interpretasi Paleogeografi Daerah Penelitian

Aplikasi Metode Dekomposisi Spektral Dalam Interpretasi Paleogeografi Daerah Penelitian Bab IV Aplikasi Metode Dekomposisi Spektral Dalam Interpretasi Paleogeografi Daerah Penelitian Aplikasi Metode Dekomposisi Spektral dalam interpretasi paleogeografi di daerah penelitian dilakukan setelah

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN YOGYAKARTA 2011

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN YOGYAKARTA 2011 SIKUEN STRATIGRAFI DAN ESTIMASI CADANGAN GAS LAPISAN PS-11 BERDASARKAN DATA WIRELINE LOG, SEISMIK DAN CUTTING, FORMASI EKUIVALEN TALANG AKAR LAPANGAN SETA CEKUNGAN JAWA BARAT UTARA SKRIPSI Oleh: SATYA

Lebih terperinci

III. ANALISA DATA DAN INTERPRETASI

III. ANALISA DATA DAN INTERPRETASI III. ANALISA DATA DAN INTERPRETASI III.1 Penentuan Siklus Sedimentasi Regional Dari peta geologi permukaan, diketahui bahwa umur batuan yang tersingkap di permukaan dari daratan Kamboja adalah Paleozoikum,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Peningkatan kebutuhan energi di dunia akan minyak dan gas bumi sebagai bahan bakar fosil yang utama cenderung meningkat seiring dengan perubahan waktu. Kebutuhan dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini di Indonesia semakin banyak ditemukan minyak dan gas yang terdapat pada reservoir karbonat, mulai dari ukuran kecil hingga besar. Penemuan hidrokarbon dalam

Lebih terperinci

DAFTAR GAMBAR. Gambar 2.1 Peta Lokasi Penelitian Gambar 2.2 Elemen Tektonik Kepala Burung... 6

DAFTAR GAMBAR. Gambar 2.1 Peta Lokasi Penelitian Gambar 2.2 Elemen Tektonik Kepala Burung... 6 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Peta Lokasi Penelitian... 4 Gambar 2.2 Elemen Tektonik Kepala Burung... 6 Gambar 2.3 Elemen tektonik Indonesia dan pergerakan lempeng-lempeng tektonik... 7 Gambar 2.4 Stratigrafi

Lebih terperinci