BAB III DATA DAN PENGOLAHAN DATA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III DATA DAN PENGOLAHAN DATA"

Transkripsi

1 BAB III DATA DAN PENGOLAHAN DATA 3.1 Data Data Seismik Data yang dimiliki adalah data seismik hasil migrasi post stack 3-D pada skala waktu / time dari Lapangan X dengan polaritas normal, fasa nol, sampling interval 2 ms, in-line dan cross-line mencakup keseluruhan Formasi Bekasap pada lapangan penelitian. Selanjutnya pada penelitian ini diasumsikan bahwa data seismik yang digunakan telah melewati tahapan processing yang benar dan juga mempunyai preserved velocity yang baik untuk seluruh line, sehingga aplikasi atribut dan interpretasi dilakukan di dalam kawasan waktu Data Sumur Pada lapangan X ini hanya sumur-1, sumur-4, sumur-6 dan sumur-38 yang memiliki data log sonik (DT), sehingga untuk well-to-seismic tie pada sumur yang tidak memiliki data log sonik (DT) digunakan data pada sumur yang terdekat. Tabel 3.1 Kelengkapan Data Log Sumur pada Lapangan X Well # Sonic (DT) Density (RHOB) LLD LLS GR CALIPER SP RT 1 v v v v v v v v 4 v v v v v v v v 13 v v v v v v v v 21 x v v v v v v v 24 x v v v v v v v 28 v v v v v v v v 29 x v v v v v v v 30 x v v v v v v v 32 x v v v v v v v 36 v v v v v v v v 6 v v v v v v v v 15

2 Pemakaian data log dibatasi hanya untuk beberapa jenis log saja sesuai dengan tujuan yang akan dicapai yaitu untuk mendapatkan harga densitas dan kecepatan batuan reservoir. Log sonik akan menghasilkan kecepatan formasi batuan dan log densitas dipakai untuk mendapatkan densitas batuan dalam lubang sumur. Perkalian antara kecepatan dari log sonik (DT) dan densitas dari log densitas (RHOB) akan menghasilkan harga impedansi akustik batuan. Perbedaan impedansi akustik antara dua batuan akan menghasilkan harga koefisien refleksi (RC) Basemap Peta dasar atau Basemap menunjukkan area dilakukannya penelitian dan nama sumur sumur yang digunakan. Huruf L berarti Line sedangkan huruf T berarti Trace atau Crossline. Gambar 3.1. Basemap daerah penelitian 16

3 3.2 Pengolahan Data Dalam penelitian ini perangkat lunak yang digunakan adalah Openworks 2003 dengan aplikasi program SynTool dan SeisWorks dari Landmark dan SEA 3D PRO dari ffa untuk pekerjaan dekomposisi spektral. Aplikasi SynTool digunakan untuk proses well-toseismic tie sedangkan aplikasi SeisWorks digunakan untuk identifikasi sesar dan penarikan horizon. Tahapan pekerjaan dalam penelitian ini ditampilkan dengan diagram alir pada Gambar 4.2 di bawah ini Ekstraksi Wavelet Pada penelitian kali ini mulai dari proses ekstraksi wavelet hingga pembuatan sintetik seismogram dilakukan pada aplikasi Syntool dalam Openworks Dilakukan ekstraksi wavelet secara statistik dan penentuan wavelet Ricker. Wavelet Ricker dipilih karena memberikan nilai koefisien korelasi yang lebih baik daripada wavelet statistikal. Nilai rata rata koefisien korelasi antara seismogram sintetik dengan data seismik yang didapat apabila menggunakan wavelet statistikal adalah 0.48, sedangkan apabila menggunakan wavelet ricker didapat nilai rata rata koefisien korelasi sebesar (tabel 4.2). Adapun yang menyebabkan wavelet statistikal memiliki nilai koefisien korelasi yang kurang baik adalah kualitas dari data seismik yang tidak terlalu baik, dicirikan dengan banyaknya noise. Wavelet yang digunakan dalam penilitian ini merupakan wavelet Ricker zero phase dengan frekuensi dominan 34 Hz. Wavelet inilah yang digunakan dalam pengikatan data log sumur dengan data seismik (well-to-seismic tie) Pembentukan Seismogram Sintetik Seismogram sintetik diperoleh dari hasil konvolusi antara koefisien refleksi (Reflection Coefficent atau RC) dengan wavelet yang digunakan. Seperti yang telah diuraikan pada BAB III koefisien refleksi dapat dihitung apabila diketahui nilai log Impedansi Akustik (Acoustic Impedance) pada sumur tertentu yang merupakan hasil perkalian dari nilai log densitas (RHOB) dan cepat rambat gelombang P yang diperoleh dari log sonik (DT). Pada tahapan ini data data log sumur harus dimasukkan ke dalam aplikasi SynTool agar dapat ditampilkan dan dibuat seismogram sintetiknya. Seismogram sintetik yang baik ditentukan oleh penggunaan wavelet yang tepat, semakin baik seismogram sintetik yang dihasilkan maka korelasi terhadap trace seismik semakin tinggi, sehingga even-even utama dan even-even kecil dapat dikenali. 17

4 Gambar 3.2 Diagram alir penelitian. Tahapan pada kotak hijau dilakukan menggunakan OpenWorks dan tahapan pada kotak oranye dilakukan menggunakan SEA 3D PRO 18

5 Tabel 3.2 Tabel nilai koefisien korelasi No WELL Koefisien Korelasi Rata rata (a) Gambar 3.3 (a) Grafik parameter wavelet Ricker; bentuk, fasa dan spektrum amplitudo; (b) nilai frekuensi dominan 34 Hz, panjang filter 256 ms dan zero phase (b) 19

6 3.2.3 Well-to-Seismic Tie Well-to-seismic tie merupakan suatu langkah pengikatan data log sumur dengan data seismik. Prinsipnya, informasi mengenai litologi secara detil diberikan oleh serangkaian data log sumur sedangkan informasi kemenerusan struktur diberikan oleh data seismik, di mana dalam penelitian ini digunakan data seismik 3D. Pada tahapan ini kita perlu menempatkan data log sumur di posisi vertikal yang cocok dengan data seismik. Tingkat kecocokan ini diwakili oleh nilai koefisien korelasi antara seismogram sintetik dengan trace seismik. Sebelum melakukan well-to-seismic tie, harus dilakukan koreksi checkshot untuk mengubah data log sumur yang berada dalam domain kedalaman menjadi ke dalam domain waktu, hal ini penting untuk menjadi pedoman posisi vertikal data log sumur terhadap data seismik. Pilihan untuk melakukan koreksi checkshot terdapat pada jendela start up SynTool seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini. Gambar 3.4 Jendela start up aplikasi SynTool, GR DT RHOB AI RC SYNTHETIC Setelah mengetahui kisaran kedalaman dari marker geologi dilakukan proses stretch-squeeze dilakukan untuk mencocokkan trace seismik dengan trace seismogram sintetik. Stretchsqueeze memiliki batas toleransi pergeseran sekitar 10 ms. Batas pergeseran tersebut 20

7 Gambar 3.5 Well-to-seismic tie pada Sumur 28 dengan nilai koefisien korelasi 0.82 perlu diperhatikan karena jika melebihi 10 ms akan menyebabkan data sumur mengalami shifting. Hal ini akan berpengaruh pada saat penentuan nilai fasa dari data sumur tersebut, dimana nilai fasanya akan mengalami pergeseran dari nilai fasa sebenarnya. Nilai koefisien korelasi bergantung pada interval korelasi, yaitu rentang di mana korelasi dilakukan, interval korelasi biasanya diatur dalam satuan waktu. Interval korelasi yang baik sepatutnya tidak terlalu lebar dan tidak pula terlalu sempit, akan lebih baik jika digunakan rentang waktu yang di dalamnya terdapat posisi target dan setelah itu tercapai nilai koefisien korelasi maksimum Perhitungan Ketebalan Tuning Ketebalan tuning (tuning thickness) merupakan ketebalan minum yang dapat diresolusi oleh seismik. Perhitungan ini dilakukan untuk memberikan gambaran perbandingan antara ketebalan lapisan target dengan kemampuan seismik untuk mendeteksinya. Tabel 4.3 menampilkan informasi ketebalan batupasir yang dijadikan target dan dari hasil perhitungan didapat bahwa ketebalan lapisan target berada di bawah ketebalan tuning. Hal ini mengindikasikan bahwa dekomposisi spektral perlu dilakukan. 21

8 Tabel 3.3 Ketebalan lapisan batupasir 1440 sd Well# Thickness (feet) Average 11.1 Vint = feet/s f d = 34 Hz λ = v/f = = feet λ/4 = feet Keterangan : Vint = Cepat rambat gelombang seismik pada lapisan target f d = frekuensi dominan λ = panjang gelombang seismik Vint didapat menggunakan hubungan antar Vrms dengan Vint. Hubungan tersebut menurut persamaan Dix yang secara matematis dituliskan sebagai berikut : V int ( V RMS n ) 2 t t n n ( V t RMS n 1 n 1 ) t 2 n 1 1/ 2...(14) Interpretasi Sesar dan Penarikan Horizon Interpretasi seismik diperlukan untuk mendapatkan informasi mengenai kondisi geologi suatu daerah baik secara struktural atau secara stratigrafi. Interpretasi ini bermanfaat dalam identifikasi jalur migrasi sampai dengan mekanisme pemerengkapan hidrokarbon. Interpretasi sesar pada tahapan sangatlah penting untuk menjadi pedoman kemenerusan lapisan target untuk tahap penarikan horizon. Pada penelitian ini tahap interpretasi sesar dan penarikan horizon dibantu dengan aplikasi Seisworks dari perangkat lunak OpenWorks. 22

9 Interpretasi sesar menggunakan bantuan perangkat lunak secara umum sama dengan interpretasi sesar manual yaitu dengan membuat garis ketidak menerusan dari lapisan di mana sesar itu berada. Adapun kelebihan dari penggunaan perangkat lunak adalah kemampuan untuk melihat penampang seismik dari segala arah, tidak terbatas pada inline dan crossline saja, namun dapat dibuat penampang dengan jalur yang ditentukan sendiri oleh pengguna pada peta dasar. Kelebihan lainnya yaitu dapat dibuat potongan waktu (time slice) dari seismik 3D yang dapat memudahkan pengguna untuk melihat trend patahan apabila terdapat sesar mayor pada lapangan penelitiannya, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.5. Interpretasi sesar Penarikan horizon harus berhenti pada bidang sesar guna mendapatkan nilai heaves (dislokasi horizontal). Oleh sebab itu, penarikan sesar lebih baik dilakukan terlebih dahulu sebelum penarikan horizon. Sesar merupakan rekahan pada batuan yang telah mengalami pergeseran, sehingga sesar pada penampang seismik ditunjukkan oleh terpotongnya horizon seismik oleh bidang sesar. Penarikan sesar dilakukan mulai dari pergeseran horison yang nampak jelas dan diteruskan pada zona pergeseran itu secara vertikal. Picking sesar dengan pergeseran yang kurang jelas sangat bersifat interpretatif, sehingga setiap orang dapat melakukan dengan hasil yang berbeda beda. Penentuan indikasi sesar atau patahan dicirikan oleh kriteria sebagai berikut : Diskontinuitas horizon atau dislokasi kemenerusan refleksi horison secara tiba-tiba Perubahan kemiringan horison secara mendadak Terjadinya penebalan atau penipisan lapisan diantara dua horison Fault shadow, yaitu rusaknya data di daerah (zona) tersesarkan Kuat atau lemahnya refleksi karena perbedaan densitas pada blok patahan Interpretasi horizon Penarikan horizon bermaksud untuk menentukan lapisan yang menjadi target penelitian. Dengan menggunakan data marker dari sumur yang telah diikat melalui proses well-to-seismic tie, lapisan batupasir 1440 sd dapat ditentukan. Karena data seismik yang digunakan adalah data seismik 3D, maka perlu dilakukan penarikan horizon dalam arah inline dan crossline. Pada penelitian ini dilakukan penarikan horizon setiap 10 inline dan 10 23

10 crossline. Kemudian horizon tersebut diinterpolasi untuk membuat suatu lapisan yang disebut lapisan 1440 sd. Horizon 1440 sd ini memuat informasi koordinat X, Y dan Z titik titik pada lapisan 1440 sd sehingga dapat ditampilkan secara 3 dimensi seperti data kubus seismik dengan bantuan perangkat lunak seperti SEA 3D PRO. Hal ini memungkinkan bagian tinggian dan rendahan pada lapisan 1440 sd sangat terlihat jelas dari horizon ini. Gambar 3.6 Potongan waktu (time slice) pada waktu 510 ms Well sd Gambar 3.7 Hasil penarikan sesar dan horizon pada line 328 yang melewati sumur 29 24

11 3.2.6 Analisis Struktur Bawah Permukaan Analisis struktur bawah permukaan dilakukan dengan pembuatan peta struktur waktu atau yang sering disebut dengan time structure map. Pembuatan peta struktur waktu ini dibantu dengan aplikasi Z-MAP Plus dari OpenWorks. Peta tersebut dibuat berdasarkan horizon 1440 sd yang telah dibuat sebelumnya dan seluruhnya berada pada formasi bekasap. Pemetaan struktur bawah permukaan ini menggunakan skala waktu (milidetik) agar dengan mudah menghubungkan informasi pada peta dengan data seismik. Peta struktur waktu dapat dilihat pada Gambar 4.7. Dalam keperluan pemboran sangat dibutuhkan informasi posisi kedalaman formasi reservoir, sehingga peta struktur waktu tersebut perlu dikonversi menjadi peta struktur kedalaman. Konversi waktu ke kedalaman dapat dilakukan dengan menggunakan data velocity model yang memberikan informasi kecepatan gelombang pada setiap kedalaman lapisan. N Gambar 3.8 Peta struktur waktu lapisan 1440 sd Dekomposisi Spektral Pemetaan persebaran batupasir tipis minyak untuk penelitian ini dilakukan dengan metode atribut dekomposisi spektral. Lapisan batupasir tipis yang menjadi target penelitian telah dibuat ke dalam horizon 1440 sd dan siap untuk dipetakan. Tahapan untuk penelitian ini 25

12 dibantu dengan adanya perangkat lunak SEA 3D PRO dari ffa. Demi mencapai hasil yang baik, dilakukan pengurangan kadar noise pada data seismik 3D dengan modul modul yang terdapat dalam SEA 3D PRO (Gambar 3.9). Modul modul penghilangan noise pada perangkat lunak ini antara lain : TDifussion, SO Noise Filter dan SO FMH (Structurally Oriented : Finite Mean Hybrid). (a) Gambar 3.9 Penampang Seismik (a) sebelum pengurangan noise; dan (b) setelah pengurangan noise Modul terakhir yang digunakan pada penelitian ini adalah SO FMH filter yang berguna untuk menghilangkan random noise dan coherent noise pada data dan dalam waktu yang bersamaan menjaga detil penting seperti sudut dan dip curam pada struktur. Output dari filter ini kemudian dijadikan sebagai input untuk dekomposisi spektral. Gambar 3.10 menunjukkan jendela menu program Frequency Decomposition pada perangkat lunak SEA 3D PRO, di mana penulis memasukkan data dan parameter dekomposisi spektral yang hendak dilakukan. Pada jendela ini terdapat 6 (enam) buah tab yang masing masing memiliki fungsi tersendiri dan digunakan secara berurutan. Tab pertama bernama Set Source, di sini pengguna dapat menentukan volume input berupa data seismik yang akan digunakan untuk proses dekomposisi spektral dan menentukan tipe tampilan yang diinginkan. Terdapat dua tipe tampilan yang dapat dipilih : potongan waktu dan horizon. Pada penelitian ini penulis memilih tipe tampilan horizon dengan memasukkan data horizon 1440 sd. Tab kedua bernama Set Spectrum, bagian ini berguna untuk mengatur pilihan dekomposisi dan spektrum frekuensi yang digunakan dalam (b) 26

13 (a) (b) Gambar 3.10 (a) Pengaturan sumber yang akan dijadikan input volume dan jenis tampilan yang dikehendaki; (b) Pemilihan pilihan dekomposisi Constant Q dan spektrum frekuensi dekomposisi spektral. Pada penelitian ini dipilih mode Constant Q karena memiliki kelebihan dalam melokalisasi waktu dan frekuensi, ditambah lagi dengan maksud menganalisis perubahan spektral yang berhubungan dengan even even seismik individual (Henderson, 2007). Tab ketiga bernama Choose Preview di mana terdapat dua pilihan tampilan hasil dekomposisi spektral : Normal Preview Mode dan Colour Blend Preview Mode. Karena kemampuannya untuk menghasilkan RGB colour blend, maka dipilih Colour Blend Preview Mode. Tab keempat dan kelima masing masing bernama Data Preview dan Colour Blend Preview yang memudahkan pengguna untuk melihat seperti apa tampilan hasil dekomposisi spektral setelah program Frequency Decomposition ini dijalankan. Setelah itu pengguna dapat menentukan nilai frekuensi yang diwakili oleh masing masing channel warna merah, hijau dan biru (Red, Green dan Blue). Dalam penelitian ini penentuan nilai Gambar 3.11 Parameter frekuensi RGB, masing masing warna mewakili frekuensi tertentu 27

14 frekuensi yang digunakan ditempuh dengan cara trial and error, setelah itu ditemukan nilai nilai frekuensi yang memberikan hasil terbaik, yaitu 15 Hz, 20 Hz dan 22 Hz (Gambar 3.11). Hasil dekomposisi spektral dengan menampilkan frekuensi frekuensi tinggi, yaitu frekuensi Hz, Hz dan Hz, dari data seismik ditampilkan pada Gambar Tampilan warna warna pada horizon 1440 sd merupakan representasi dari frekuensi data seismik yang menjadi input dekomposisi spektral. Jika terdapat warna merah pada suatu daerah berarti pada daerah tersebut didominasi oleh frekuensi seismik 15 Hz, warna hijau berarti pada daerah tersebut didominasi oleh frekuensi seismik 20 Hz dan warna biru berarti pada daerah tersebut didominasi oleh frekuensi seismik 22 Hz. Apabila terdapat warna yang tidak sama dengan warna merah, hijau dan biru artinya pada daerah dengan warna yang berbeda itu terdapat lebih dari satu frekuensi seismik yang dominan, sehingga terjadi percampuran warna antara merah, hijau dan biru. Setelah RGB colour blend dipetakan pada horizon, posisi sumur dapat dimasukkan, sumur sumur tersebut memiliki marker 1440 sd dan telah melewati proses well-to-seismic tie. Masing masing sumur memiliki koordinat World X (Easting) dan World Y (Northing) yang dapat diambil dari data logging sumur. Koordinat ini digunakan untuk menempatkan posisi sumur terhadap horizon dan dimasukkan secara manual. Sumur sumur yang telah ditempatkan pada hasil RGB colour blend diberi warna sesuai dengan keberadaan hidrokarbon pada leven 1440 sd. Warna kuning diberikan kepada sumur yang pada level 1440 sd terisi hodrokarbon, sedangkan warna abu abu diberikan kepada sumur yang pada level 1440 sd tidak terisi hidrokarbon. Sehingga seperti yang ditunjukkan Gambar 3.13 di mana terdapat 6 (enam) buah sumur yang berisi minyak dan 3 (tiga) buah sumur yang tidak berisi minyak Korelasi Log Sumur Setelah melakukan pengolahan data di atas, dilakukan korelasi stratigrafi antar log sumur yang yang digunakan dalam penelitian ini. Korelasi ini dibantu dengan aplikasi StratWorks dari OpenWorks dan bertujuan untuk melihat kemenerusan hubungan waktu antar litologi, terutama lapisan target 1440 sd. Korelasi antar sumur dalam penelitian kali ini dilakukan untuk mengetahui pola penyebaran ketebalan Formasi Bekasap. Interpretasi setiap well dilakukan dengan melihat nilai Gamma Ray dimana ditentukan nilai cut-off yang di- 28

15 (a) (b) Gambar 3.12 Tampilan pada perangkat lunak SEA 3D PRO dari (a) Horizon 1440 sd dan (b) RGB colour blend pada horizon 1440 sd 29

16 gunakan adalah 100 API (50%) yang ditentukan berdasarkan kecocokan data log sumur pada Formasi Bekasap dengan data cutting dan analisis core. Gambar 3.13 RGB colour blend dengan sumur sumur yang dimasukkan. Sumur berwarna kuning merupakan sumur yang berisi minyak sedangkan sumur yang berwarna abu - abu merupakan sumur yang tidak mengandung minyak N Gambar 3.14 Hasil Dekomposisi Spektral dengan frekuensi tinggi (Merah = Hz, Hijau = Hz dan Biru = Hz) 30

17 Lintasan penampang korelasi pertama berada dalam arah Tenggara Barat Laut. Lintasan ini melewati sumur 13, sumur 32, sumur 21 dan sumur 36 secara berurutan. Kedalaman yang digunakan dalam korelasi ini adalah True Depth Sub Sea (TVDSS) yang berada pada satuan feet dan intreval jarak 40 feet, untuk korelasi ini terdapat tiga buah marker yang dikorelasi untuk keempat sumur tersebut, yaitu : M marker, 1440 sd dan 1460 sd. Dari hasil korelasi didapat bahwa trend posisi batupasir lapisan tipis 1440 sd menaik ke arah Barat Daya dari sumur 13 sampai dengan sumur 21, dan kemudian kembali naik ke sumur 36. M marker juga memiliki trend menaik dari sumur 13 sampai dengan sumur 21, namun kemudian mendatar dari sumur 21 ke sumur 36. Pada sumur 21, respon log Gamma Ray mengindikasikan tidak adanya batupasir 1440 sd, sedangkan di tiga buah sumur lainnya tedapat batupasir 1440 sd. Lintasan penampang korelasi kedua berada dalam arah Barat Timur. Lintasan ini melewati sumur 4, sumur 29 dan sumur 28 secara berurutan. Sumur 30 tidak disertakan karena tidak ditemukannya data log pada saat pembuatan daftar sumur (Well List). Kedalaman yang digunakan dalam korelasi ini juga berada pada satuan feet dan terdapat tiga buah marker yang dikorelasi untuk keempat sumur tersebut, yaitu : M marker, 1440 sd dan 1460 sd. Dari hasil korelasi didapat bahwa marker 1440 sd memiliki trend menaik dari sumur 4 ke sumur 29, kemudian mendatar dari sumur 29 ke sumur 28. Sedangkan M marker dan 1460 sd relatif memiliki trend yang sama, yaitu menaik antara sumur 4 dan sumur 29, kemudian turun dengan sudut kecil dari sumur 29 ke sumur Penampang Seismik sesuai dengan Lintasan Korelasi Data seismik 3D memberikan keleluasaan untuk melihat potongan seismik melalui berbagai arah lintasan. Setelah melakukan korelasi log sumur dan mendapatkan trend garis waktu dari 1440 sd, penampang seismik dari lintasan yang sama ditampilkan untuk melihat kondisi struktur yang terekam pada data seismik. Aplikasi Seisworks kembali digunakan untuk keperluan menampilkan penampang seismik, namun yang berbeda dengan saat penarikan horizon pada kesempatan ini digunakan pemilihan jalur potongan titik ke titik atau point to point, sehingga memungkinkan pengguna untuk melihat penampang seismik sesuai dengan jalur yang dikehendaki. 31

18 Gambar 3.18 menunjukkan perbandingan penampang seismik yang melalui lintasan pertama dan kedua. Dari gambar tersebut terlihat adanya garis hitam vertikal yang membatasi penampang seismik. Garis ini disebabkan oleh penggunaan fitur pemilihan jalur lintasan point to point sehingga pada window seismic view ditampilan multi panel display. Kekurangan dari tampilan ini adalah pengguna tidak dapat memperbesar gambar dengan cara zoom in, namun gambar dapat diperbesar dengan memilih perintah magnify walaupun hasil yang diberikan kurang baik. Dari tampilan penampang seismik terlihat bahwa pada lintasan pertama horizon 1440 sd memiliki trend menaik ketika melewati masing masing sumur, sedangkan penampang seismik pada lintasan kedua horizon 1440 sd menaik antara sumur 4 dan sumur 28 dan kemudian mendatar antara sumur 28 dan sumur 29. Hal ini berarti terdapat kecocokan antara hasil korelasi dengan penaampang seismik yang menggunakan lintasan yang sama. 32

19 Gambar 3.15 Korelasi log sumur 13, 32, 21 dan 36 33

20 Gambar 3.16 Korelasi log sumur 4, 29 dan 28 34

21 N Gambar 3.17 Lintasan korelasi daerah penelitian; garis hijau bawah merupakan lintasan pertama, dan garis hijau atas merupakan lintasan kedua 35

22 1440 sd Well 13 Well 32 Well 21 Well 29 Well 28 Well 30 Well 36 Well 4 (a) (b) Gambar 3.18 Perbandingan penampang seismik antara dua lintasan korelasi : (a) Lintasan yang melewati sumur 13, 32, 21 dan 36; (b) Lintasan yang melewati sumur 4, 29 dan 28 36

BAB IV METODE DAN PENELITIAN

BAB IV METODE DAN PENELITIAN 40 BAB IV METODE DAN PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada Lapangan T, berada di Sub-Cekungan bagian Selatan, Cekungan Jawa Timur, yang merupakan daerah operasi Kangean

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN PENGOLAHAN DATA. Pada penelitian ini data seismik yang digunakan adalah data migrasi poststack 3D

BAB IV DATA DAN PENGOLAHAN DATA. Pada penelitian ini data seismik yang digunakan adalah data migrasi poststack 3D BAB IV DATA DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Data 4.1.1. Data Seismik Pada penelitian ini data seismik yang digunakan adalah data migrasi poststack 3D (seismic cube) sebagai input untuk proses multiatribut. Data

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Cadzow filtering adalah salah satu cara untuk menghilangkan bising dan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Cadzow filtering adalah salah satu cara untuk menghilangkan bising dan V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Penerapan Cadzow Filtering Cadzow filtering adalah salah satu cara untuk menghilangkan bising dan meningkatkan strength tras seismik yang dapat dilakukan setelah koreksi NMO

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Aalisis Dekomposisi Spektral Interpretasi untuk hasil penelitian ini berdasar pada visualisasi dari data set yang telah diproses. Kombinasi antara dekomposisi spektral

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data seismik 3D PSTM Non

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data seismik 3D PSTM Non 39 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis Data Penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data seismik 3D PSTM Non Preserve. Data sumur acuan yang digunakan untuk inversi adalah sumur

Lebih terperinci

menentukan sudut optimum dibawah sudut kritis yang masih relevan digunakan

menentukan sudut optimum dibawah sudut kritis yang masih relevan digunakan Gambar 4.15 Data seismic CDP gather yang telah dilakukan supergather pada crossline 504-508. 4.2.4.3 Angle Gather Angle Gather dilakukan untuk melihat variasi amplitudo terhadap sudut dan menentukan sudut

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV DATA DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV DATA DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Data 4.1.1 Data Seismik Penelitian ini menggunakan data seismik Pre Stack Time Migration (PSTM) CDP Gather 3D. Penelitian dibatasi dari inline 870 sampai 1050, crossline

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang mengambil judul Analisis Reservoar Pada Lapangan

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang mengambil judul Analisis Reservoar Pada Lapangan BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian yang mengambil judul Analisis Reservoar Pada Lapangan FRL Formasi Talangakar, Cekungan Sumatera Selatan dengan Menggunakan Seismik

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Tugas Akhir ini dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan pada 13 April 10 Juli 2015

BAB IV METODE PENELITIAN. Tugas Akhir ini dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan pada 13 April 10 Juli 2015 53 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian Tugas Akhir ini dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan pada 13 April 10 Juli 2015 di PT. Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore, TB. Simatupang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Objek yang dikaji adalah Formasi Gumai, khususnya interval Intra GUF a sebagai

BAB III METODE PENELITIAN. Objek yang dikaji adalah Formasi Gumai, khususnya interval Intra GUF a sebagai BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek yang dikaji adalah Formasi Gumai, khususnya interval Intra GUF a sebagai batas bawah sampai Intra GUF sebagai batas atas, pada Lapangan Izzati. Adapun

Lebih terperinci

RANGGA MASDAR FAHRIZAL FISIKA FMIPA INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2011

RANGGA MASDAR FAHRIZAL FISIKA FMIPA INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2011 ANALISA SIFAT FISIS RESERVOIR BATUGAMPING ZONA TARGET BRF MENGGUNAKAN METODE SEISMIK INVERSI IMPEDANSI AKUSTIK DAN MULTI ATRIBUT (STUDI KASUS LAPANGAN M#) RANGGA MASDAR FAHRIZAL 1106 100 001 FISIKA FMIPA

Lebih terperinci

BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. Patra Nusa Data dengan studi kasus pada lapangan TA yang berada di Cepu, Jawa Timur. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang mengambil judul Interpretasi Reservoar Menggunakan. Seismik Multiatribut Linear Regresion

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang mengambil judul Interpretasi Reservoar Menggunakan. Seismik Multiatribut Linear Regresion 1 IV. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian yang mengambil judul Interpretasi Reservoar Menggunakan Seismik Multiatribut Linear Regresion Pada Lapngan Pams Formasi Talangakar

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan dari tanggal 17 November 2014 sampai dengan

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan dari tanggal 17 November 2014 sampai dengan BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan dari tanggal 17 November 2014 sampai dengan Januari 2015 yang bertempat di Operation Office PT Patra Nusa Data, BSD-

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 32 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian yang mengambil judul Karakterisasi Reservoar Batupasir Formasi Ngrayong Lapangan ANUGERAH dengan Menggunakan Analisis AVO dan LMR

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitan dilaksanakan mulai tanggal 7 Juli September 2014 dan

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitan dilaksanakan mulai tanggal 7 Juli September 2014 dan 52 IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitan dilaksanakan mulai tanggal 7 Juli 2014-7 September 2014 dan bertempat d Fungsi Geologi dan Geofisika (G&G) Sumbagsel, PT Pertamina

Lebih terperinci

V. PEMBAHASAN. dapat teresolusi dengan baik oleh wavelet secara perhitungan teoritis, dimana pada

V. PEMBAHASAN. dapat teresolusi dengan baik oleh wavelet secara perhitungan teoritis, dimana pada V. PEMBAHASAN 5.1 Tuning Thickness Analysis Analisis tuning thickness dilakukan untuk mengetahui ketebalan reservoar yang dapat teresolusi dengan baik oleh wavelet secara perhitungan teoritis, dimana pada

Lebih terperinci

BAB IV INTERPRETASI SEISMIK

BAB IV INTERPRETASI SEISMIK BAB IV INTERPRETASI SEISMIK Analisa dan interpretasi struktur dengan menggunakan data seismik pada dasarnya adalah menginterpretasi keberadaan struktur sesar pada penampang seismik dengan menggunakan bantuan

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di PT. Pertamina EP Asset 2 dengan studi kasus pada Lapangan SBS yang terletak pada jalur Sesar Lematang yang membentuk

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Pra-Interpretasi Pada BAB ini akan dijelaskan tahapan dan hasil interpretasi data seismik 3D land dan off-shore yang telah dilakukan pada data lapangan SOE. Adapun

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN PENGOLAHAN DATA. Penelitian yang mengambil judul Analisis Seismik dengan

BAB IV DATA DAN PENGOLAHAN DATA. Penelitian yang mengambil judul Analisis Seismik dengan 41 BAB IV DATA DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian yang mengambil judul Analisis Seismik dengan menggunakan Acoustic Impedance (AI), Gradient Impedance (GI), dan Extended Elastic

Lebih terperinci

a) b) Frekuensi Dominan ~22 hz

a) b) Frekuensi Dominan ~22 hz Pada tahap akhir pembentukan sistem trak post-rift ini diendapkan Formasi Menggala yang merupakan endapan transgresif yang melampar di atas Kelompok Pematang. Formasi Menggala di dominasi oleh endapan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB IV METODE PENELITIAN IV.1. Pengumpulan Data viii

DAFTAR ISI. BAB IV METODE PENELITIAN IV.1. Pengumpulan Data viii DAFTAR ISI Halaman Judul HALAMAN PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii HALAMAN PERNYATAAN... v SARI... vi ABSTRACT... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xiii BAB I PENDAHULUAN I.1.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... i ii HALAMAN PERNYATAAN... iii KATA PENGANTAR... HALAMAN PERSEMBAHAN... vi ABSTRAK... vii ABSTRACT... viii DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

BAB III TEORI DASAR Tinjauan Umum Seismik Eksplorasi

BAB III TEORI DASAR Tinjauan Umum Seismik Eksplorasi BAB III TEORI DASAR 3. 1. Tinjauan Umum Seismik Eksplorasi Metode seismik merupakan metode eksplorasi yang menggunakan prinsip penjalaran gelombang seismik untuk tujuan penyelidikan bawah permukaan bumi.

Lebih terperinci

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1. Stratigrafi Daerah Penelitian Stratigrafi daerah penelitian terdiri dari beberapa formasi yang telah dijelaskan sebelumnya pada stratigrafi Cekungan Sumatra Tengah.

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGOLAHAN DATA Secara umum, metode penelitian dibagi atas tiga kegiatan utama yaitu: 1. Pengumpulan data, baik data kerja maupun data pendukung 2. Pengolahan data 3. Analisis atau Interpretasi

Lebih terperinci

Karakterisasi Reservoar Menggunakan Inversi Deterministik Pada Lapangan F3 Laut Utara, Belanda

Karakterisasi Reservoar Menggunakan Inversi Deterministik Pada Lapangan F3 Laut Utara, Belanda Karakterisasi Reservoar Menggunakan Inversi Deterministik Pada Lapangan F3 Laut Utara, Belanda Sri Nofriyanti*, Elistia Liza Namigo Jurusan Fisika Universitas Andalas *s.nofriyanti@yahoo.co.id ABSTRAK

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH KATA PENGANTAR ABSTRAK DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH KATA PENGANTAR ABSTRAK DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH KATA PENGANTAR ABSTRAK ABSTRACT DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH i ii iii iv vi vii viii xi xv xvi BAB I.

Lebih terperinci

BAB V INTERPRETASI DATA. batuan dengan menggunakan hasil perekaman karakteristik dari batuan yang ada

BAB V INTERPRETASI DATA. batuan dengan menggunakan hasil perekaman karakteristik dari batuan yang ada BAB V INTERPRETASI DATA V.1. Penentuan Litologi Langkah awal yang dilakukan pada penelitian ini adalah menentukan litologi batuan dengan menggunakan hasil perekaman karakteristik dari batuan yang ada dibawah

Lebih terperinci

3.3. Pengikatan Data Sumur pada Seismik-3D (Well Seismic Tie)

3.3. Pengikatan Data Sumur pada Seismik-3D (Well Seismic Tie) Berdasarkan kenampakkan umum dari kurva-kurva log sumur (electrofasies) pada masing-masing sumur beserta marker-marker sikuen yang telah diketahui, dapat diinterpretasi bahwa secara umum, perkembangan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI 5.1. Analisis Litologi dari Crossplot Formasi Bekasap yang merupakan target dari penelitian ini sebagian besar tersusun oleh litologi sand dan shale, dengan sedikit konglomerat

Lebih terperinci

BAB IV PERMODELAN POISSON S RATIO. Berikut ini adalah diagram alir dalam mengerjakan permodelan poisson s ratio.

BAB IV PERMODELAN POISSON S RATIO. Berikut ini adalah diagram alir dalam mengerjakan permodelan poisson s ratio. 94 BAB IV PERMODELAN POISSON S RATIO 4.1 Work Flow Permodelan Poisson Ratio Berikut ini adalah diagram alir dalam mengerjakan permodelan poisson s ratio. Selain dari data seismic, kita juga membutuhkan

Lebih terperinci

BAB III STUDI KASUS 1 : Model Geologi dengan Struktur Lipatan

BAB III STUDI KASUS 1 : Model Geologi dengan Struktur Lipatan BAB III STUDI KASUS 1 : Model Geologi dengan Struktur Lipatan Dalam suatu eksplorasi sumber daya alam khususnya gas alam dan minyak bumi, para eksplorasionis umumnya mencari suatu cekungan yang berisi

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Peta lintasan akuisisi data seismik Perairan Alor

Gambar 3.1 Peta lintasan akuisisi data seismik Perairan Alor BAB III METODE PENELITIAN Pada penelitian ini dibahas mengenai proses pengolahan data seismik dengan menggunakan perangkat lunak ProMAX 2D sehingga diperoleh penampang seismik yang merepresentasikan penampang

Lebih terperinci

Deteksi Lapisan Hidrokarbon Dengan Metode Inversi Impedansi Akustik Dan EMD (Empirical Mode Decompotition) Pada Formasi Air Benakat Lapangan "X"

Deteksi Lapisan Hidrokarbon Dengan Metode Inversi Impedansi Akustik Dan EMD (Empirical Mode Decompotition) Pada Formasi Air Benakat Lapangan X Deteksi Lapisan Hidrokarbon Dengan Metode Inversi Impedansi Akustik Dan EMD (Empirical Mode Decompotition) Pada Formasi Air Benakat Lapangan "X" Oleh : M. Mushoddaq 1108 100 068 Pembimbing : Prof. Dr.

Lebih terperinci

Bab III Pengolahan Data

Bab III Pengolahan Data S U U S Gambar 3.15. Contoh interpretasi patahan dan horizon batas atas dan bawah Interval Main pada penampang berarah timurlaut-barat daya. Warna hijau muda merupakan batas atas dan warna ungu tua merupakan

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Metodologi penalaran secara deduksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengacu pada konsep-konsep struktur, stratigrafi dan utamanya tektonostratigrafi yang diasumsikan

Lebih terperinci

Analisis Atribut Seismik dan Seismic Coloured Inversion (SCI) pada Lapangan F3 Laut Utara, Belanda

Analisis Atribut Seismik dan Seismic Coloured Inversion (SCI) pada Lapangan F3 Laut Utara, Belanda Jurnal Fisika Unand Vol. 5, No. 2, April 2016 ISSN 2302-8491 Analisis Atribut Seismik dan Seismic Coloured Inversion (SCI) pada Lapangan F3 Laut Utara, Belanda Rahayu Fitri*, Elistia Liza Namigo Jurusan

Lebih terperinci

BAB V INVERSI ATRIBUT AVO

BAB V INVERSI ATRIBUT AVO BAB V INVERSI ATRIBUT AVO V.1 Flow Chart Inversi Atribut AVO Gambar 5.1 Flow Chart Inversi Atribut AVO 63 V.2 Input Data Penelitian Dalam penelitian tugas akhir ini digunakan beberapa data sebagai input,

Lebih terperinci

Bab III Pengolahan dan Analisis Data

Bab III Pengolahan dan Analisis Data Bab III Pengolahan dan Analisis Data Dalam bab pengolahan dan analisis data akan diuraikan berbagai hal yang dilakukan peneliti untuk mencapai tujuan penelitian yang ditetapkan. Data yang diolah dan dianalisis

Lebih terperinci

Aplikasi Metode Dekomposisi Spektral Dalam Interpretasi Paleogeografi Daerah Penelitian

Aplikasi Metode Dekomposisi Spektral Dalam Interpretasi Paleogeografi Daerah Penelitian Bab IV Aplikasi Metode Dekomposisi Spektral Dalam Interpretasi Paleogeografi Daerah Penelitian Aplikasi Metode Dekomposisi Spektral dalam interpretasi paleogeografi di daerah penelitian dilakukan setelah

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGOLAHAN DATA Pada bab ini, akan dibahas pengolahan data seismik yang telah dilakukan untuk mendapatkan acoustic impedance (AI), Elastic Impedance (EI), dan Lambda- Mu-Rho (LMR). Tahapan kerja

Lebih terperinci

DAFTAR GAMBAR. Gambar 2.1 Peta Lokasi Penelitian Gambar 2.2 Elemen Tektonik Kepala Burung... 6

DAFTAR GAMBAR. Gambar 2.1 Peta Lokasi Penelitian Gambar 2.2 Elemen Tektonik Kepala Burung... 6 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Peta Lokasi Penelitian... 4 Gambar 2.2 Elemen Tektonik Kepala Burung... 6 Gambar 2.3 Elemen tektonik Indonesia dan pergerakan lempeng-lempeng tektonik... 7 Gambar 2.4 Stratigrafi

Lebih terperinci

Analisis dan Pembahasan

Analisis dan Pembahasan Bab V Analisis dan Pembahasan V.1 Analisis Peta Struktur Waktu Dari Gambar V.3 memperlihatkan 2 closure struktur tinggian dan rendahan yang diantara keduanya dibatasi oleh kontur-kontur yang rapat. Disini

Lebih terperinci

BAB III TEORI DASAR. Prinsip dasar metodee seismik, yaitu menempatkan geophone sebagai penerima

BAB III TEORI DASAR. Prinsip dasar metodee seismik, yaitu menempatkan geophone sebagai penerima BAB III TEORI DASAR 3.1. Konsep Refleksi Gelombang Seismik Prinsip dasar metodee seismik, yaitu menempatkan geophone sebagai penerima getaran pada lokasi penelitian. Sumber getaran dapat ditimbulkan oleh

Lebih terperinci

IV.5. Interpretasi Paleogeografi Sub-Cekungan Aman Utara Menggunakan Dekomposisi Spektral dan Ekstraksi Atribut Seismik

IV.5. Interpretasi Paleogeografi Sub-Cekungan Aman Utara Menggunakan Dekomposisi Spektral dan Ekstraksi Atribut Seismik persiapan data, analisis awal (observasi, reconnaissance) untuk mencari zone of interest (zona menarik), penentuan parameter dekomposisi spektral yang tetap berdasarkan analisis awal, pemrosesan dekomposisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lapangan TERRA adalah salah satu lapangan yang dikelola oleh PT.

BAB I PENDAHULUAN. Lapangan TERRA adalah salah satu lapangan yang dikelola oleh PT. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lapangan TERRA adalah salah satu lapangan yang dikelola oleh PT. Chevron Pacific Indonesia (PT. CPI) dalam eksplorasi dan produksi minyak bumi. Lapangan ini terletak

Lebih terperinci

III. TEORI DASAR. gelombang akustik yang dihasilkan oleh sumber gelombang (dapat berupa

III. TEORI DASAR. gelombang akustik yang dihasilkan oleh sumber gelombang (dapat berupa III. TEORI DASAR 3.1 Konsep Seismik Refleksi Seismik refleksi merupakan salah satu metode geofisika yang digunakan untuk mengetahui keadaan di bawah permukaan bumi. Metode ini menggunakan gelombang akustik

Lebih terperinci

Estimasi Porositas pada Reservoir KarbonatMenggunakan Multi Atribut Seismik

Estimasi Porositas pada Reservoir KarbonatMenggunakan Multi Atribut Seismik Estimasi Porositas pada Reservoir KarbonatMenggunakan Multi Atribut Seismik Bambang Hari Mei 1), Eka Husni Hayati 1) 1) Program Studi Geofisika, Jurusan Fisika FMIPA Unhas bambang_harimei2004@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN PENGOLAHAN DATA

BAB III DATA DAN PENGOLAHAN DATA BAB III DATA DAN PENGOLAHAN DATA 3.1 Pendahuluan Analisis tektonostratigrafi dan pola sedimentasi interval Formasi Talang Akar dan Baturaja dilakukan dengan mengintegrasikan data geologi dan data geofisika

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS SEKATAN SESAR

BAB V ANALISIS SEKATAN SESAR BAB V ANALISIS SEKATAN SESAR Dalam pembahasan kali ini, penulis mencoba menganalisis suatu prospek terdapatnya hidrokarbon ditinjau dari kondisi struktur di sekitar daerah tersebut. Struktur yang menjadi

Lebih terperinci

BAB IV RESERVOIR KUJUNG I

BAB IV RESERVOIR KUJUNG I BAB IV RESERVOIR KUJUNG I Studi geologi yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui geometri dan potensi reservoir, meliputi interpretasi lingkungan pengendapan dan perhitungan serta pemodelan tiga dimensi

Lebih terperinci

BAB IV STUDI KASUS II : Model Geologi dengan Stuktur Sesar

BAB IV STUDI KASUS II : Model Geologi dengan Stuktur Sesar BAB IV STUDI KASUS II : Model Geologi dengan Stuktur Sesar Dalam suatu kegiatan eksplorasi minyak bumi perangkap merupakan suatu hal yang sangat penting. Perangkap berfungsi untuk menjebak minyak bumi

Lebih terperinci

KARAKTERISASI RESERVOIR KARBONAT DENGAN APLIKASI SEISMIK ATRIBUT DAN INVERSI SEISMIK IMPEDANSI AKUSTIK

KARAKTERISASI RESERVOIR KARBONAT DENGAN APLIKASI SEISMIK ATRIBUT DAN INVERSI SEISMIK IMPEDANSI AKUSTIK Karakterisasi Reservoar Karbonat... KARAKTERISASI RESERVOIR KARBONAT DENGAN APLIKASI SEISMIK ATRIBUT DAN INVERSI SEISMIK IMPEDANSI AKUSTIK Ridho Fahmi Alifudin 1), Wien Lestari 1), Firman Syaifuddin 1),

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Lembar Pengesahan... Abstrak... Abstract... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Gambar... Daftar Tabel...

DAFTAR ISI. Lembar Pengesahan... Abstrak... Abstract... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Gambar... Daftar Tabel... DAFTAR ISI Lembar Pengesahan... Abstrak... Abstract...... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Gambar... Daftar Tabel... i iii iv v viii xi xiv BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang Penelitian...

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Yogyakarta, Desember Penulis. 1. TUHAN YESUS KRISTUS yang telah memberikan kesehatan, kekuatan, iii

KATA PENGANTAR. Yogyakarta, Desember Penulis. 1. TUHAN YESUS KRISTUS yang telah memberikan kesehatan, kekuatan, iii KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas kasih dan karunianya penulis dapat menyelesaikan Tugas akhir dengan judul KARAKTERISASI RESERVOAR KARBONAT

Lebih terperinci

PENERAPAN METODA DEKOMPOSISI SPEKTRAL UNTUK PEMETAAN BATUPASIR TIPIS MINYAK PADA LAPANGAN X CEKUNGAN SUMATERA TENGAH TUGAS AKHIR

PENERAPAN METODA DEKOMPOSISI SPEKTRAL UNTUK PEMETAAN BATUPASIR TIPIS MINYAK PADA LAPANGAN X CEKUNGAN SUMATERA TENGAH TUGAS AKHIR PENERAPAN METODA DEKOMPOSISI SPEKTRAL UNTUK PEMETAAN BATUPASIR TIPIS MINYAK PADA LAPANGAN X CEKUNGAN SUMATERA TENGAH TUGAS AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menempuh ujian strata 1 Program

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cekungan Sumatra Tengah merupakan cekungan penghasil minyak bumi yang pontensial di Indonesia. Cekungan ini telah dikelola oleh PT Chevron Pacific Indonesia selama

Lebih terperinci

KARAKTERISASI RESERVOAR FORMASI BELUMAI DENGAN MENGGUNAKAN METODE INVERSI IMPENDANSI AKUSTIK DAN NEURAL NETWORK PADA LAPANGAN YPS.

KARAKTERISASI RESERVOAR FORMASI BELUMAI DENGAN MENGGUNAKAN METODE INVERSI IMPENDANSI AKUSTIK DAN NEURAL NETWORK PADA LAPANGAN YPS. KARAKTERISASI RESERVOAR FORMASI BELUMAI DENGAN MENGGUNAKAN METODE INVERSI IMPENDANSI AKUSTIK DAN NEURAL NETWORK PADA LAPANGAN YPS Andri Kurniawan 1, Bagus Sapto Mulyatno,M.T 1, Muhammad Marwan, S.Si 2

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengolahan data pada Pre-Stack Depth Migration (PSDM) merupakan tahapan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengolahan data pada Pre-Stack Depth Migration (PSDM) merupakan tahapan V. HASIL DAN PEMBAHASAN V.1. Hasil Penelitian V.1.1. Interpretasi Horizon Pengolahan data pada Pre-Stack Depth Migration (PSDM) merupakan tahapan lanjutan setelah dilakukannya pengolahan data awal, sehingga

Lebih terperinci

BAB V ANALISA SEKATAN SESAR

BAB V ANALISA SEKATAN SESAR BAB V ANALISA SEKATAN SESAR 5.1 Analisa Sesar Pada daerah analisa ini terdapat sebanyak 19 sesar yang diperoleh dari interpretasi seismik. Pada penelitian sebelumnya keterdapatan sesar ini sudah dipetakan,

Lebih terperinci

III. TEORI DASAR. seismik juga disebut gelombang elastik karena osilasi partikel-partikel

III. TEORI DASAR. seismik juga disebut gelombang elastik karena osilasi partikel-partikel III. TEORI DASAR A. Konsep Dasar Seismik Gelombang seismik merupakan gelombang mekanis yang muncul akibat adanya gempa bumi. Pengertian gelombang secara umum ialah fenomena perambatan gangguan atau (usikan)

Lebih terperinci

BAB III DASAR TEORI. 3.1 Dasar Seismik

BAB III DASAR TEORI. 3.1 Dasar Seismik BAB III DASAR TEORI 3.1 Dasar Seismik 3.1.1 Pendahuluan Metode seismik adalah metode pemetaan struktur geologi bawah permukaan dengan menggunakan energi gelombang akustik yang diinjeksikan ke dalam bumi

Lebih terperinci

Jurnal OFFSHORE, Volume 1 No. 1 Juni 2017 : ; e -ISSN :

Jurnal OFFSHORE, Volume 1 No. 1 Juni 2017 : ; e -ISSN : Metode Inversi Avo Simultan Untuk Mengetahui Sebaran Hidrokarbon Formasi Baturaja, Lapangan Wine, Cekungan Sumatra Selatan Simultaneous Avo Inversion Method For Estimating Hydrocarbon Distribution Of Baturaja

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir Studi analisa sekatan sesar dalam menentukan aliran injeksi pada lapangan Kotabatak, Cekungan Sumatera Tengah.

Laporan Tugas Akhir Studi analisa sekatan sesar dalam menentukan aliran injeksi pada lapangan Kotabatak, Cekungan Sumatera Tengah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kondisi perminyakan dunia saat ini sangat memperhatinkan khususnya di Indonesia. Dengan keterbatasan lahan eksplorasi baru dan kondisi sumur-sumur tua yang telah melewati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Minyak dan gasbumi hingga saat ini masih memiliki peranan sangat penting dalam pemenuhan kebutuhan energi umat manusia, meskipun sumber energy alternatif lainnya sudah

Lebih terperinci

INTERPRETASI DATA PENAMPANG SEISMIK 2D DAN DATA SUMUR PEMBORAN AREA X CEKUNGAN JAWA TIMUR

INTERPRETASI DATA PENAMPANG SEISMIK 2D DAN DATA SUMUR PEMBORAN AREA X CEKUNGAN JAWA TIMUR INTERPRETASI DATA PENAMPANG SEISMIK 2D DAN DATA SUMUR PEMBORAN AREA X CEKUNGAN JAWA TIMUR Nofriadel, Arif Budiman Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas Kampus Unand, Limau Manis, Padang, 25163 e-mail:

Lebih terperinci

BAB 3 TEORI DASAR. Seismik refleksi merupakan salah satu metode geofisika yang digunakan untuk

BAB 3 TEORI DASAR. Seismik refleksi merupakan salah satu metode geofisika yang digunakan untuk BAB 3 TEORI DASAR 3.1 Seismik Refleksi Seismik refleksi merupakan salah satu metode geofisika yang digunakan untuk mengetahui keadaan di bawah permukaan bumi. Metode ini menggunakan gelombang akustik yang

Lebih terperinci

BAB IV UNIT RESERVOIR

BAB IV UNIT RESERVOIR BAB IV UNIT RESERVOIR 4.1. Batasan Zona Reservoir Dengan Non-Reservoir Batasan yang dipakai untuk menentukan zona reservoir adalah perpotongan (cross over) antara kurva Log Bulk Density (RHOB) dengan Log

Lebih terperinci

(a) Maximum Absolute Amplitude (b) Dominant Frequency

(a) Maximum Absolute Amplitude (b) Dominant Frequency Peta isokron pada gambar IV.14 di atas, menunjukan bagaimana kondisi geologi bawah permukaan ketika sistem trak rift-climax tahap awal dan tangah diendapkan. Pada peta tersebut dapat dilihat arah pengendapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pengetahuan dan pemahaman yang lebih baik mengenai geologi terutama mengenai sifat/karakteristik suatu reservoir sangat penting dalam tahapan eksploitasi suatu

Lebih terperinci

BAB 3. PENGOLAHAN DATA

BAB 3. PENGOLAHAN DATA 27 BAB 3. PENGOLAHAN DATA 3.1 Daerah Studi Kasus Data yang digunakan sebagai studi kasus dalam tesis ini adalah data dari lapangan di area Blackfoot, Alberta, Canada (gambar 3.1). Data-data tersebut meliputi

Lebih terperinci

BAB III TEORI DASAR. Metode seismik refleksi merupakan suatu metode yang banyak digunakan dalam

BAB III TEORI DASAR. Metode seismik refleksi merupakan suatu metode yang banyak digunakan dalam BAB III TEORI DASAR 3.1 Seismik Refleksi Metode seismik refleksi merupakan suatu metode yang banyak digunakan dalam eksplorasi hidrokarbon. Telah diketahui bahwa dalam eksplorasi geofisika, metode seismik

Lebih terperinci

Aplikasi Inversi Seismik untuk Karakterisasi Reservoir lapangan Y, Cekungan Kutai, Kalimantan Timur

Aplikasi Inversi Seismik untuk Karakterisasi Reservoir lapangan Y, Cekungan Kutai, Kalimantan Timur JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3 No.2, (2014) 2337-3520 (2301-928X Print) B-55 Aplikasi Inversi Seismik untuk Karakterisasi Reservoir lapangan Y, Cekungan Kutai, Kalimantan Timur Satya Hermansyah Putri

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I. PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI BAB I. PENDAHULUAN... 1 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii SARI... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... xv DAFTAR LAMPIRAN... xvi BAB I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB IV PEMAPARAN DATA Ketersediaan Data Data Seismik Data Sumur Interpretasi

BAB IV PEMAPARAN DATA Ketersediaan Data Data Seismik Data Sumur Interpretasi DAFTAR ISI JUDUL... PENGESAHAN. i PERNYATAAN. ii IJIN PENGGUNAAN DATA iii KATA PENGANTAR.... v SARI...... vii ABSTRACT... viii DAFTAR ISI... 1 DAFTAR GAMBAR... 3 BAB I PENDAHULUAN... 8 1.1. Latar Belakang...

Lebih terperinci

Chendrasari Wahyu Oktavia Dosen Pembimbing : DR. Widya Utama,DEA Jurusan Fisika- FMIPAITS, Institut Teknbologi Sepuluh Nopember Surabaya

Chendrasari Wahyu Oktavia Dosen Pembimbing : DR. Widya Utama,DEA Jurusan Fisika- FMIPAITS, Institut Teknbologi Sepuluh Nopember Surabaya ANALISA KARAKTERISASI RESERVOAR BATUGAMPINNG BERDASARKAN SEISMIK INVERSI UNTUK MEMETAKAN POROSITAS RESERVOAR BATUGAMPING PADA FORMASI BATURAJA LAPANGAN SUN Chendrasari Wahyu Oktavia Dosen Pembimbing :

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Akuisisi Data Seismik Akuisisi data seismik dilaksanakan pada bulan April 2013 dengan menggunakan Kapal Riset Geomarin III di kawasan batas laut dan Zona Ekonomi Eksklusif

Lebih terperinci

(Gambar III.6). Peta tuning ini secara kualitatif digunakan sebagai data pendukung untuk membantu interpretasi sebaran fasies secara lateral.

(Gambar III.6). Peta tuning ini secara kualitatif digunakan sebagai data pendukung untuk membantu interpretasi sebaran fasies secara lateral. Selanjutnya hasil animasi terhadap peta tuning dengan penganturan frekuensi. Dalam hal ini, animasi dilakukan pada rentang frekuensi 0 60 hertz, karena diatas rentang tersebut peta tuning akan menunjukkan

Lebih terperinci

Klasifikasi Fasies pada Reservoir Menggunakan Crossplot Data Log P-Wave dan Data Log Density

Klasifikasi Fasies pada Reservoir Menggunakan Crossplot Data Log P-Wave dan Data Log Density JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-127 Fasies pada Reservoir Menggunakan Crossplot Data Log P-Wave dan Data Log Density Ismail Zaky Alfatih, Dwa Desa Warnana, dan

Lebih terperinci

INTERPRETASI RESERVOIR HIDROKARBON DENGAN METODE ANALISIS MULTI ATRIBUT PADA LAPANGAN FIAR

INTERPRETASI RESERVOIR HIDROKARBON DENGAN METODE ANALISIS MULTI ATRIBUT PADA LAPANGAN FIAR INTERPRETASI RESERVOIR HIDROKARBON DENGAN METODE ANALISIS MULTI ATRIBUT PADA LAPANGAN FIAR Skripsi Untuk memenuhi persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 diajukan oleh: Saidatul Fitriany J2D 006 041 JURUSAN

Lebih terperinci

BAB IV METODE DAN PENELITIAN

BAB IV METODE DAN PENELITIAN BAB IV METODE DAN PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada Lapangan R, berada di daerah Laut Tarakan, yang merupakan daerah operasi PPPGL dan PPTMBG LEMIGAS. Penelitian ini

Lebih terperinci

APLIKASI INVERSI SEISMIK UNTUK KARAKTERISASI RESERVOIR

APLIKASI INVERSI SEISMIK UNTUK KARAKTERISASI RESERVOIR Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan, dan Penerapan MIPA Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Mei 2009 APLIKASI INVERSI SEISMIK UNTUK KARAKTERISASI RESERVOIR Ari Setiawan, Fasih

Lebih terperinci

INTEGRASI INVERSI SEISMIK DENGAN ATRIBUT AMPLITUDO SEISMIK UNTUK MEMETAKAN DISTRIBUSI RESERVOAR PADA LAPANGAN BLACKFOOT SKRIPSI

INTEGRASI INVERSI SEISMIK DENGAN ATRIBUT AMPLITUDO SEISMIK UNTUK MEMETAKAN DISTRIBUSI RESERVOAR PADA LAPANGAN BLACKFOOT SKRIPSI INTEGRASI INVERSI SEISMIK DENGAN ATRIBUT AMPLITUDO SEISMIK UNTUK MEMETAKAN DISTRIBUSI RESERVOAR PADA LAPANGAN BLACKFOOT SKRIPSI oleh : GERRY ROLANDO HUTABARAT 0305020446 PEMINATAN GEOFISIKA DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB III INTERPRETASI SEISMIK

BAB III INTERPRETASI SEISMIK BAB III INTERPRETASI SEISMIK 3.1 Menentukan Marker Seismik Sebagaimana telah dijelaskan dalam bab sebelumnya, bahwa terlebih dahulu harus diketahui marker sebelum memulai pick horizon dalam suatu section

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Pemahaman yang baik terhadap geologi bawah permukaan dari suatu lapangan minyak menjadi suatu hal yang penting dalam perencanaan strategi pengembangan lapangan tersebut.

Lebih terperinci

Analisis Peta Struktur

Analisis Peta Struktur Analisis Peta Struktur ANALISIS PETA STRUKTUR DOMAIN KEDALAMAN DENGAN INTERPRETASI SEISMIK 3D DALAM STUDI PENGEMBANGAN LAPANGAN KAPRASIDA, BLOK PATALA, ENERGI MEGA PERSADA TBK Fahmi Aulia Rahman, Ayi Syaeful

Lebih terperinci

BAB V ANALISA. dapat memisahkan litologi dan atau kandungan fluida pada daerah target.

BAB V ANALISA. dapat memisahkan litologi dan atau kandungan fluida pada daerah target. BAB V ANALISA 5.1 Analisa Data Sumur Analisis sensitifitas sumur dilakukan dengan cara membuat krosplot antara dua buah log dalam sistem kartesian sumbu koordinat x dan y. Dari plot ini kita dapat memisahkan

Lebih terperinci

DAFTAR GAMBAR. Gambar 5. Pengambilan Conventinal Core utuh dalam suatu pemboran... Gambar 6. Pengambilan Side Wall Core dengan menggunakan Gun...

DAFTAR GAMBAR. Gambar 5. Pengambilan Conventinal Core utuh dalam suatu pemboran... Gambar 6. Pengambilan Side Wall Core dengan menggunakan Gun... DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Kontribusi berbagai cabang disiplin ilmu dalam kegiatan eksplorasi (Peadar Mc Kevitt, 2004)... Gambar 2. Peta Lokasi Struktur DNF... Gambar 3. Batas batas Struktur DNF dari

Lebih terperinci

IV.1 Aplikasi S-Transform sebagai Indikasi Langsung Hidrokarbon (DHI) Pada Data Sintetik Model Marmousi-2 2.

IV.1 Aplikasi S-Transform sebagai Indikasi Langsung Hidrokarbon (DHI) Pada Data Sintetik Model Marmousi-2 2. Stack Time Migration (PSTM) dengan sampling interval 4 ms. Panjang line FD-1 lebih kurang 653 trace, sedangkan line FD-2 lebih kurang 645 trace dengan masing-masing memiliki kedalaman 3000 m dan sampling

Lebih terperinci

Rani Widiastuti Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut t Teknologi Sepuluh hnopember Surabaya 2010

Rani Widiastuti Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut t Teknologi Sepuluh hnopember Surabaya 2010 PEMETAAN BAWAH PERMUKAAN DAN PERHITUNGAN CADANGAN HIDROKARBON LAPANGAN KYRANI FORMASI CIBULAKAN ATAS CEKUNGAN JAWA BARAT UTARA DENGAN METODE VOLUMETRIK Rani Widiastuti 1105 100 034 Jurusan Fisika Fakultas

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. V.1 Penentuan Zona Reservoar dan Zona Produksi

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. V.1 Penentuan Zona Reservoar dan Zona Produksi BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN V.1 Penentuan Zona Reservoar dan Zona Produksi Penentuan zona reservoir dilakukan dengan menggunakan cutoff volume serpih (VSH) dan porositas efektif (PHIE) pada zona target.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat pesat. Hasil perkembangan dari metode seismik ini, khususnya dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat pesat. Hasil perkembangan dari metode seismik ini, khususnya dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seismik telah menjadi metode geofisika utama dalam industri minyak bumi dalam beberapa dekade terakhir sehingga menyebabkan metode ini berkembang dengan sangat pesat.

Lebih terperinci

Analisis Kecepatan Seismik Dengan Metode Tomografi Residual Moveout

Analisis Kecepatan Seismik Dengan Metode Tomografi Residual Moveout ISSN 2302-8491 Jurnal Fisika Unand Vol. 5, No. 4, Oktober 2016 Analisis Kecepatan Seismik Dengan Metode Tomografi Residual Moveout Imelda Murdiman *, Elistia Liza Namigo Laboratorium Fisika Bumi, Jurusan

Lebih terperinci

HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN KATA PENGANTAR HALAMAN PERSEMBAHAN SARI

HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN KATA PENGANTAR HALAMAN PERSEMBAHAN SARI DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv SARI... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL & GRAFIK... xii BAB I PENDAHULUAN... 1

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI KARAKTERISASI RESERVOAR BATUPASIR FORMASI GUMAI MENGGUNAKAN INVERSI IMPEDANSI AKUSTIK MODEL BASED DI LAPANGAN HEAVEN CEKUNGAN SUMATERA SELATAN Diajukan sebagai salah satu syarat

Lebih terperinci

METODE KOHERENSI STRUKTUR-EIGEN DAN SEMBLANCE UNTUK DETEKSI SESAR PADA DATA SEISMIK 3-D TUGAS AKHIR

METODE KOHERENSI STRUKTUR-EIGEN DAN SEMBLANCE UNTUK DETEKSI SESAR PADA DATA SEISMIK 3-D TUGAS AKHIR METODE KOHERENSI STRUKTUR-EIGEN DAN SEMBLANCE UNTUK DETEKSI SESAR PADA DATA SEISMIK 3-D TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana pada Program Studi Fisika Institut Teknologi

Lebih terperinci

IV.2 Pengolahan dan Analisis Kecepatan untuk Konversi Waktu ke Kedalaman

IV.2 Pengolahan dan Analisis Kecepatan untuk Konversi Waktu ke Kedalaman IV.2 Pengolahan dan Analisis Kecepatan untuk Konversi Waktu ke Kedalaman Berdasarkan hasil penentuan batas sekuen termasuk di tiga sumur yang memiliki data check-shot (Bayan A1, Mengatal-1 dan Selipi-1)

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 32 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dengan judul Aplikasi Metode Common Reflection Surface Stack Untuk Perbaikan Kualitas Penampang Seismik Darat 2D Dan 3D Pada Lapangan

Lebih terperinci