III.3 Interpretasi Perkembangan Cekungan Berdasarkan Peta Isokron Seperti telah disebutkan pada sub bab sebelumnya bahwa peta isokron digunakan untuk

Transkripsi

1 III.3 Interpretasi Perkembangan Cekungan Berdasarkan Peta Isokron Seperti telah disebutkan pada sub bab sebelumnya bahwa peta isokron digunakan untuk menafsirkan perkembangan cekungan. Perlu diingat bahwa marker yang di picking pada data seismik umumnya adalah bidang ketidakselarasan yang artinya bahwa ada ketebalan sedimen yang tererosi yang tidak bisa dimanifestasikan dalam bentuk peta isokron. Namun untuk marker merah muda dan biru muda terlihat bahwa ketidakselarasan yang teramati bukan dari ketidakselarasan bersudut dengan sudut yang tinggi. Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa sedimen yang hilang akibat erosi tidak terlalu signifikan. Berikut adalah analisa evolusi cekungan pada masing masing interval berdasarkan data isokron. Interpretasi Isokron Interval Marker Biru - Merah Muda (Karbon khir Permian wal ) Interval ini seperti ditunjukkan oleh penampang seismik (gambar III.16) dan pendataran (gambar III.17), memperlihatkan ada pola penipisan dan penebalan yang bersifat gradual, tidak terdapat bukti yang jelas dari penampang seismik yang ada bahwa sedimentasi dikontrol oleh sesar pada periode ini. Hasil pemetaan isokron (gambar III.18) juga memperlihatkan adanya pola penebalan dan penipisan yang umumnya juga bersifat gradual. kan tetapi ada beberapa bagian dari cekungan yang memperlihatkan pendalaman yang cukup signifikan misalnya bagian timurlaut dari daerah penelitian dengan pola berarah baratlauttenggara. Berdasarkan kenampakan ini maka ditafsirkan tektonik yang mengontrol pada periode ini adalah rezim ekstension berarah timurlaut-baratdaya (gambar III.18) Informasi dari peta geologi menunjukan bahwa periode ini diendapkan litologi batu lempung, batu pasir di bagian bawah dan karbonat di bagian tengah dan atas. Dari dominasi litologi tersebut maka pada periode ini dapat diinterpretasikan bahwa proses pengendapannya berada pada lingkungan laut. Selanjutnya berdasarkan fakta fakta tersebut, maka kemungkinan pada periode ini (Karbon khir-permian wal) di daerah penelitian berkembang cekungan sag atau passive margin. 35

2 Interpretasi Isokron Interval Marker Merah Muda - Biru Muda (Permian khir Trias wal) Interval ini seperti ditunjukkan oleh penampang seismik (gambar III.19) memperlihatkan bahwa pola penipisan dan penebalan sedimen dikontrol oleh sesar sesar normal. Dari penampang seismik juga terlihat bahwa pola seismik interval ini sering menunjukan adanya onlap terhadap marker di bawahnya. Hasil pemetaan isokron (gambar III.20) memperlihatkan bahwa pola penebalan dikontrol oleh sesar dengan pola berarah baratlaut-tenggara dan berarah utaraselatan. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat ditafsirkan bahwa pada periode ini terdapat tektonik ekstension berarah timurlaut-baratdaya yang diduga merupakan kemenerusan sistem sesar yang mengontrol cekungan pada periode sebelumnya. Hal ini juga bisa dilihat pada gambar III.21, dimana terlihat bahwa kontrol ketebalan antara interval ini dengan interval sebelumnya relatif sama (conformable). Informasi dari peta geologi menunjukan bahwa periode ini diendapkan litologi berupa basal konglomerat, breksi dan batupasir kuarsa, batupasir arkosic yang ditutupi oleh batu serpih dan batulanau. Kondisi tersebut mencerminkan adanya siklus sedimentasi baru yang terjadi di daratan. Hal ini mengindikasikan bahwa ada peristiwa tektonik penting antara periode sebelumnya dengan periode interval ini. Bila dilihat dari data seismik yang menunjukan adanya conformabilitas (keselarasan ketebalan) secara umum antara interval ini dengan interval sebelumnya. Hal tersebut mengindikasikan bahwa tidak terjadi peristiwa tektonik kompresi tetapi sebaliknya kemungkinan besar dikontrol oleh tektonik ekstensi. Munculnya ketidakselarasan dalam rezim ekstension ada dua kemungkinan. Pertama disebabkan oleh continental break up (pengangkatan karena thermal rezim). Kemungkinan kedua karena excessive block rotation (ekstension yang berlanjut terus). Berdasarkan urutan interval sebelumnya yang diinterpretasikan sebagai passive margin, sementara continental break up terjadi sebelum passive margin, maka kemungkinan pertama tidak mungkin. Jadi kemungkinan ketidakselarasan yang terjadi adalah karena excessive block rotation. 36

3 Interpretasi Isokron Interval Marker Biru Muda - Hijau (Trias Tengah) Penampang seismik (gambar III.22) memperlihatkan bahwa pada daerah daerah tinggian, bagian atas dari interval ini banyak yang tererosi. Oleh sebab itu sedikit sulit untuk menafsirkan peristiwa tektonik berdasarkan penebalan dan penipisan interval ini. Berdasarkan kenampakan seismik yang relatif conformable, maka diduga bahwa interval ini mempunyai rezim tektonik yang masih mirip dengan interval dibawahnya yaitu rezim ekstension berarah timurlaut-baratdaya. Litologi dari interval ini berdasarkan peta geologi terdiri dari batupasir kuarsa, serpih dan konglomerat. Berdasarkan informasi ini maka ditafsirkan terjadi siklus regresif pada periode ini. Siklus regresif ini sangat boleh jadi merupakan signal awal dari deformasi kompresi atau tertutupnya cekungan. Puncak deformasi ditandai oleh pembentukan ketidakselarasan yang mengakibatkan tererosinya sebagian dari interval ini. Dari penampang seismik (gambar III.23) terlihat bahwa penebalan sedimen pada umumnya berasosiasi dengan struktur sinklin, sedang penipisan berasosiasi dengan struktur antiklin. Mengacu kepada fakta ini, maka peta isokron interval ini dapat ditafsirkan seperti gambar III.24. Pada gambar tersebut terlihat bahwa sumbu antiklin ditafsirkan berasosiasi dengan isokron yang tipis sedangkan sumbu sinklin dengan isokron yang tebal. Dari metoda penafsiran seperti ini, maka lebih lanjut bisa ditafsirkan bahwa deformasi kompresi setelah pengendapan interval ini sumbunya berarah timurlaut baratdaya. Interpretasi Isokron Interval Marker Hijau - Coklat (Trias khir Kapur wal) Gambar III.25 memperlihatkan penampang seismik dari interval ini. Dari kenampakan tersebut terlihat bahwa penebalan dan penipisan pada interval ini terjadi secara gradual yang mirip sag basin. Peta isokron memperlihatkan bahwa penebalan secara gradual ke arah timurlaut (gambar III.26). Fakta ini memberikan suatu ide bahwa sangat mungkin cekungan pada periode ini terbentuk bersamaan dengan fase deformasi kompresi yang dimulai dengan pembentukan ketidakselarasan pada dasar dari interval ini (cekungan foreland/piggy back 37

4 basin). Peta geologi memberikan informasi bahwa periode ini secara umum diendapkan batuan sedimen klastik yang terdiri dari basal konglomerat, batu pasir, sisipan batugamping, batu serpih. Dari informasi tersebut ditafsirkan terjadi siklus transgresif pada periode ini. Beberapa peneliti menafsirkan lingkungan pengendapan interval ini adalah danau sampai laut (Fontaine dan Workman, Fleuriot de langle op.cit Vysotsky). Interpretasi Isokron Interval Marker Coklat Permukaan (Kenozoikum) Isokron dibuat berdasarkan pengurangan peta permukaan terhadap marker coklat. Batuan dari isokron ini adalah batuan berumur Kenozoikum dengan batuan berumur Kuarter yang tersingkap di permukaan. Sementara batuan Tersier kemungkinan tidak ada sama sekali. Ketebalan isokron interval ini tipis kurang dari 200 milisecond dan terjadi penebalan ke arah timur laut (danau Tonle sap) (gambar III.27 dan gambar III.28). Cekungan yang terbentuk tidak begitu jelas untuk ditafsirkan karena sedimennya tipis. Dari analisa yang telah dilakukan, maka tatanan stratigrafi dan perkembangan cekungan di daerah penelitian diinterpretasikan seperti yang terlihat pada gambar III.29 dan III

5 Horizon Kuarter Ketidakselarasan akhir Kapur wal Interval Karbon khir Permian wal Ketidakselarasan akhir Trias Tengah Ketidakselarasan akhir Trias wal Ketidakselarasan akhir Permian wal Ketidakselarasan akhir Karbon wal Gambar III.16 Penampang seismik yang menunjukan ketebalan gradual pada interval Karbon khir sampai Permian wal 39

6 Ketidakselarasan akhir Permian wal Ketidakselarasan akhir Karbon wal Gambar III.17 Pendataran (flattening) pada marker merah muda menunjukan ketebalan relatif gradual pada interval Karbon khir sampai Permian wal 40

7 C.I 200 msec Kontur isokron Lintasan seismik Gambar III.18 Isokron interval Karbon khir sampai Permian wal dan arah rezim ekstension 41

8 Horizon Kuarter Ketidakselarasan akhir Kapur wal Interval Permian khir-trias wal Ketidakselarasan akhir Trias Tengah Ketidakselarasan akhir Trias wal Ketidakselarasan akhir Permian wal Ketidakselarasan akhir Karbon wal Gambar III.19 Penampang seismik yang menunjukan ketebalan interval Permian khir sampai Trias wal dikontrol oleh sesar 42

9 Kontur isokron Lintasan seismik Gambar III.20 Isokron interval Permian khir Trias wal dan arah rezim ekstension pada saat interval ini diendapkan 43

10 Ketidakselarasan akhir Trias wal Ketidakselarasan akhir Permian wal Ketidakselarasan akhir Karbon wal Gambar III.21 Flattening pada marker biru muda, memperlihatkan kontrol ketebalan yang relatif sama antara interval merah muda - biru muda dengan interval biru merah muda 44

11 B T Horizon Kuarter Ketidakselarasan akhir Kapur wal Ketidakselarasan akhir Trias Tengah Ketidakselarasan akhir Trias wal Ketidakselarasan akhir Permian wal Ketidakselarasan akhir Karbon wal Gambar III.22 Penampang seismik yang menunjukkan erosi pada bagian atas dari interval Permian khir Trias wal 45