LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2016 REPUBLIK INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2016 REPUBLIK INDONESIA"

Transkripsi

1

2 LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2016 REPUBLIK INDONESIA

3 Daftar Isi DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... vi Daftar Grafik... vii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Realisasi APBN Umum Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Semester I Tahun Prognosis APBN Semester II Tahun Prognosis Asumsi Dasar Ekonomi Makro Semester II Tahun Prognosis Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Semester II Tahun BAB 2 PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II TAHUN Umum Perkembangan Asumsi Dasar Ekonomi Makro Semester I Tahun Pertumbuhan Ekonomi Laju Inflasi Nilai Tukar Rupiah Suku Bunga SPN 3 Bulan Harga Minyak Mentah Indonesia Lifting Minyak dan Gas Bumi Prognosis Asumsi Dasar Ekonomi Makro Semester II Tahun Pertumbuhan Ekonomi Inflasi Nilai Tukar Rupiah Suku Bunga SPN 3 Bulan Harga Minyak Mentah Indonesia Laporan Pemerintah Tentang Pelaksanaan APBN i

4 Daftar Isi Lifting Minyak dan Gas Bumi... Halaman 2-14 BAB 3 PERKEMBANGAN REALISASI PENDAPATAN NEGARA SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II TAHUN Umum Realisasi Pendapatan Negara Pendapatan Dalam Negeri Penerimaan Perpajakan Penerimaan Negara Bukan Pajak Penerimaan Hibah Prognosis Pendapatan Negara Semester II Tahun Pendapatan Dalam Negeri Semester II Tahun Penerimaan Perpajakan Dalam Semester II Tahun PNBP Semester II Tahun Penerimaan Hibah Semester II Tahun BAB 4 PERKEMBANGAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II TAHUN Umum Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Semester I Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Menurut Fungsi Fungsi Pelayanan Umum Fungsi Pertahanan Fungsi Ketertiban dan Keamanan Fungsi Ekonomi Fungsi Perlindungan Lingkungan Hidup Fungsi Perumahan dan Fasilitas Umum Fungsi Kesehatan Fungsi Pariwisata Fungsi Agama Fungsi Pendidikan ii Laporan Pemerintah Tentang Pelaksanaan APBN

5 Daftar Isi Halaman Fungsi Perlindungan Sosial Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Menurut Organisasi Belanja K/L Belanja 10 K/L dengan Alokasi Anggaran Terbesar Kinerja Penyerapan Anggaran Belanja Kementerian Negara/Lembaga Belanja Non-K/L Program Pengelolaan Utang Negara Program Pengelolaan Hibah Negara Program Pengelolaan Subsidi Program Pengelolaan Belanja Lainnya Program Pengelolaan Transaksi Khusus Prognosis Belanja Pemerintah Pusat Semester II Belanja Pemerintah Pusat Menurut Fungsi Fungsi Pelayanan Umum Fungsi Pertahanan Fungsi Ketertiban dan Keamanan Fungsi Ekonomi Fungsi Perlindungan Lingkungan Hidup Fungsi Perumahan dan Fasilitas Umum Fungsi Kesehatan Fungsi Pariwisata Fungsi Agama Fungsi Pendidikan Fungsi Perlindungan Sosial Prognosis Belanja Pemerintah Pusat Menurut Organisasi Belanja K/L Belanja Non-K/L Program Pengelolaan Utang Negara Program Pengelolaan Hibah Negara Program Pengelolaan Subsidi Laporan Pemerintah Tentang Pelaksanaan APBN iii

6 Daftar Isi Halaman Program Pengelolaan Belanja Lainnya Program Pengelolaan Transaksi Khusus BAB 5 PERKEMBANGAN REALISASI TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II TAHUN Umum Realisasi Transfer ke Daerah Dana Perimbangan Dana Transfer Umum Dana Bagi Hasil Dana Bagi Hasil Pajak Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Dana Alokasi Umum Dana Transfer Khusus Dana Alokasi Khusus Fisik Dana Alokasi Khusus Nonfisik Dana Insentif Daerah Dana Otonomi Khusus dan Dana Keistimewaan D.I.Y Dana Otonomi Khsusus Dana Keistimewaan D.I. Yogyakarta Realisasi Dana Desa Prognosis Realisasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa Semester II Tahun BAB 6 PERKEMBANGAN DEFISIT DAN PEMBIAYAAN ANGGARAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II TAHUN Umum Perkembangan Realisasi Defisit APBN Perkembangan Realisasi Pembiayaan Anggaran Semester I Tahun Pembiayaan Nonutang iv Laporan Pemerintah Tentang Pelaksanaan APBN

7 Daftar Isi Halaman Perbankan Dalam Negeri Nonperbankan Dalam Negeri Pembiayaan Utang Surat Berharga Negara Pinjaman Luar Negeri Pinjaman Dalam Negeri Prognosis Defisit dan Pembiayaan Anggaran Semester II Tahun Defisit Anggaran Pembiayaan Anggaran Pembiayaan Nonutang Pembiayaan Utang Laporan Pemerintah Tentang Pelaksanaan APBN v

8 Daftar Tabel DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Ringkasan APBN Semester I Tahun Tabel 1.2 Perkiraan Realisasi Tahun Tabel 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan Tahun Tabel 2.2 Pertumbuhan Ekonomi Tahun Tabel 2.3 Asumsi Dasar Ekonomi Makro Tahun Tabel 3.1 Perkembangan Penerimaan Perpajakan Tahun Tabel 3.2 Perkembangan Penerimaan Bukan Pajak Tahun Tabel 3.3 Realisasi PNBP Lainnya Tahun Tabel 4.1 Belanja Pemerintah Pusat, Tabel 4.2 Belanja Pemerintah Pusat Semester I Menurut Fungsi, Tabel 4.3 Realisasi Semester I Belanja Kementerian Negara/Lembaga, Tabel 4.4 Kinerja Penyerapan Anggaran K/L Pada... Tabel 4.5 Realisasi Semester I Belanja Kementerian Negara/Lembaga, Tabel 4.6 Realisasi Semester I Pembayaran Bunga Utang, Tabel 4.7 Realisasi Semester I Program Pengelolaan Subsidi, Tabel 4.8 Perkiraan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat, Tabel 4.9 Perkiraan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Menurut Fungsi, 2016 Tabel 4.10 Perkiraan Realisasi Belanja KementerianNegara/Lembaga Tahun 2016 Tabel 4.11 Perkiraan Realisasi Pembayaran Bunga Utang Tahun Tabel 4.12 Perkiraan Realisasi Program Pengelolaan Subsidi Tahun Tabel 5.1 Realisasi Semester I Transfer ke Daerah dan Dana Desaa, Tabel 5.2 Realisasi Semester I dan Prognosis Semester II Transfer ke Daerah dan Dana Desa, Tabel 6.1 Realisasi Semester I Tahun Tabel 6.2 Pembiayaan Nonutang Semester I Tahun Tabel 6.3 Pembiayaan Utang Semester I Tahun Tabel 6.4 Realisasi Semester I dan Prognosis Semester II Tahun Tabel 6.5 Pembiayaan Nonutang Semester I dan Prognosis Semester II Tahun Tabel 6.6 Pembiayaan Utang Semester I dan Prognosis Semester II Tahun 2016 Halaman vi Laporan Pemerintah Tentang Pelaksanaan APBN

9 Daftar Grafik DAFTAR GRAFIK Grafik 2.1 Pertumbuhan Ekonomi, Grafik 2.2 Perkembangan Inflasi, Grafik 2.3 Laju Inflasi Berdasarkan Komponen s.d. Juni Grafik 2.4 Laju Inflasi Berdasarkan Kelompok Pengeluaran s.d. Juni Grafik 2.5 Perkembangan Nilai Tukar, Grafik 2.6 Perkembangan Suku Bunga SPN 3 Bulan, Grafik 2.7 Perkembangan Harga Minyak, Grafik 2.8 Perkembangan Lifting Minyak Bumi... Grafik 2.9 Perkembangan Lifting Gas Bumi... Grafik 3.1 Realisasi Pendapatan Negara Tahun Grafik 4.1 Realisasi Semester I 10 K/L dengan Anggaran Terbesar... Grafik 4.2 Realisasi Semester I Belanja K/L, Grafik 4.3 Realisasi Semester I Belanja Kementerian Pertahanan, Grafik 4.4 Realisasi Semester I Belanja Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Grafik 4.5 Realisasi Semester I Belanja Kepolisian Negara RI, Grafik 4.6 Realisasi Semester I Belanja Kementerian Kesehatan, Grafik 4.7 Realisasi Semester I Belanja Kementerian Agama, Grafik 4.8 Realisasi Semester I Belanja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Grafik 4.9 Realisasi Semester I Belanja Kementerian Perhubungan, Grafik 4.10 Realisasi Semester I Belanja Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Grafik 4.11 Realisasi Semester I Belanja Kementerian Keuangan, Grafik 4.12 Realisasi Semester I Belanja Kementerian Pertanian, Grafik 4.13 Realisasi Semester I 5 K/L Penyerapan Lebih Tinggi Dari Tahun 2015 Grafik 4.14 Realisasi Semester I 5 K/L Penyerapan Lebih Rendah Dari Tahun 2015 Grafik 4.15 Profil Penyerapan Belanja K/L... Grafik 4.16 Penyerapan Belanja K/L... Grafik 6.1 Realisasi Pembayaran Cicilan Pokok Utang Luar Negeri Tahun 2016 Halaman Laporan Pemerintah Tentang Pelaksanaan APBN vii

10 Pendahuluan Bab 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Realisasi APBN Umum Pelaksanaan APBN semester I tahun 2016 mempunyai arti strategis bagi pelaksanaan APBN tahun 2016 secara keseluruhan, perkembangan ekonomi makro dalam negeri, pelaksanaan fungsi pemerintah, penyelenggaraan kehidupan bernegara tahun 2016, dan kehidupan bernegara pada tahun-tahun selanjutnya. Dalam perkembangannya, pelaksanaan APBN semester I tahun 2016 dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti kondisi ekonomi makro internasional dan domestik, pelaksanaan berbagai kebijakan ekonomi makro dan APBN tahun-tahun sebelumnya, kebijakan ekonomi makro dan APBN tahun 2016, serta berbagai upaya yang ditempuh oleh berbagai komponen Pemerintah secara sinergi untuk menyukseskannya. Perekonomian Indonesia sampai dengan semester I tahun 2016 masih mengalami berbagai tantangan terkait dengan belum pulihnya perekonomian negara-negara maju dan perlambatan pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang, khususnya Tiongkok. Dampak dari perkembangan tersebut bagi perekonomian domestik adalah melambatnya pertumbuhan ekonomi, tekanan inflasi, dan depresiasi nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat, serta rendahnya harga komoditas. Kondisi berbagai faktor tersebut berpotensi membebani kinerja pelaksanaan APBN tahun 2016, terutama pencapaian pendapatan negara dalam semester I tahun Di sisi lain, Pemerintah telah mengambil langkah-langkah strategis dibidang fiskal untuk mendorong perkembangan ekonomi dalam negeri melalui, antara lain: 1) kebijakan percepatan penyerapan anggaran Belanja Kementerian Negara/Lembaga (K/L), yaitu dalam tahun 2016 melalui (a) pemberian fleksibilitas pada K/L untuk melakukan percepatan lelang mulai November 2015, dan (b) penyelesaian DIPA APBN tahun 2016 pada Desember 2015; 2) melakukan perubahan mekanisme pencairan Transfer ke Daerah dan Dana Desa, terutama Dana Desa yang semula tiga tahap menjadi dua tahap, sehingga proporsi pencairan di semester I menjadi lebih besar. Untuk mengantisipasi melambatnya realisasi pendapatan negara dan meningkatnya penyerapan anggaran belanja dalam semester I tahun 2016 tersebut, telah dilakukan peningkatan pembiayaan anggaran melalui: (a) strategi pre-funding yang dilaksanakan pada akhir tahun 2015 untuk memberikan jaminan ketersediaan anggaran di awal tahun 2016, dan (b) strategi front loading untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan anggaran yang relatif lebih besar pada semester I tahun 2016; Di samping itu, dengan disahkannya Undang-Undang tentang Pengampunan Pajak pada tanggal 28 Juni 2016, maka Pemerintah akan mengoptimalkan pendapatan perpajakan dan penguatan tax base perpajakan dalam semester II tahun Dengan optimalnya pendapatan perpajakan tersebut, maka pendanaan untuk membiayai belanja negara dapat dimaksimalkan, khususnya untuk mendorong pembangunan infrastruktur sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi. Di samping itu, upaya untuk mempercepat pembangunan dari pinggiran dan menjadikan desa sebagai center of growth diharapkan dapat terwujud dengan berbagai kebijakan Transfer ke Daerah dan Dana Desa yang telah diambil. Laporan Pemerintah Tentang Pelaksanaan APBN 1-1

11 Pendahuluan Bab 1 Selain langkah strategi di bidang fiskal tersebut, Pemerintah bersama Bank Indonesia senantiasa bersama-sama menjaga stabilitas perekonomian domestik, terutama stabilitas nilai tukar Rupiah dan pengendalian inflasi. Selain itu, Pemerintah perlu terus mewaspadai pertumbuhan negatif ekspor dan impor sebagai akibat masih lemahnya harga komoditas dan permintaan dunia terutama pada negara-negara mitra dagang Indonesia. Upaya tersebut dimaksudkan untuk menjaga keberlangsungan fiskal dalam tahun Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro Semester I Tahun 2016 Realisasi pertumbuhan ekonomi triwulan I tahun 2016 mencapai 4,9 persen atau di atas realisasi pertumbuhan ekonomi triwulan I tahun 2015 sebesar 4,7 persen. Lebih tingginya pertumbuhan ekonomi tersebut didukung oleh kinerja Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) yang cukup baik sejalan dengan peningkatan realisasi investasi dan keberlanjutan program pembangunan infrastruktur. PMTB tersebut mengalami peningkatan pertumbuhan dari 4,6 persen menjadi sebesar 5,6 persen terutama didukung oleh proyek pembangunan infrastruktur yang masih terus berlangsung. Keberlangsungan proyek pembangunan infrastruktur tercermin dari peningkatan belanja modal pemerintah, konsumsi semen, volume impor besi dan baja, serta pertumbuhan kredit investasi. Dari sisi investasi juga termasuk pengeluaran, pertumbuhan konsumsi rumah tangga sebesar 5,0 persen pada kuartal I tahun Pertumbuhan konsumsi tersebut lebih tinggi dari kuartal I tahun 2015 sebesar 4,7 persen. Pertumbuhan konsumsi pemerintah sebesar 2,9 persen atau sama dengan pertumbuhan kuartal I tahun Kinerja konsumsi pemerintah tersebut didukung oleh realokasi Belanja Pemerintah Pusat ke belanja yang lebih produktif serta realisasi belanja pemerintah daerah yang cukup baik. Secara keseluruhan, berdasarkan realisasi kuartal I dan proyeksi kuartal II, maka proyeksi pertumbuhan ekonomi pada semester I tahun 2016 diperkirakan sebesar 5,0 persen dengan didukung oleh pertumbuhan konsumsi rumah tangga sebesar 5,1 persen, konsumsi pemerintah sebesar 4,2 persen, PMTB sebesar 5,7 persen, ekspor sebesar -2,0 persen dan impor sebesar -2,3 persen. Namun, Pemerintah perlu terus mewaspadai pertumbuhan negatif ekspor dan impor tersebut sebagai akibat masih lemahnya harga komoditas dan permintaan dunia terutama negaranegara mitra dagang utama Indonesia. Selain itu, diharapkan ke depannya masih terdapat ruang untuk kebijakan makro dan moneter yang lebih akomodatif. Pergerakan laju inflasi tahun 2016 sampai dengan semester I tahun 2016 relatif terkendali dan masih sejalan dengan sasaran inflasi. Inflasi pada semester I tahun 2016 diperkirakan mencapai 3,5 persen (yoy). Terkendalinya inflasi tersebut terutama disebabkan oleh ketersediaan pasokan bahan kebutuhan yang lebih stabil, dan jalur distribusi yang lebih baik seiring dengan terselesaikannya proyek-proyek infrastruktur. Namun masih terdapat potensi peningkatan laju inflasi yang bersumber dari peningkatan permintaan masyarakat dalam rangka persiapan memasuki hari besar keagamaan nasional, yaitu bulan Ramadhan dan liburan sekolah, merupakan penggerak utama inflasi pada bulan Mei Indikasinya tampak pada kenaikan harga komoditas pangan hasil peternakan dan kenaikan tarif angkutan udara. Dua komoditas tersebut mewakili sisi volatile food dan administered price. Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat dalam semester I tahun 2016 mencapai rata-rata Rp per Dolar Amerika Serikat. Dari sisi eksternal, penguatan Rupiah ditopang meredanya risiko di pasar keuangan global, sejalan dengan mulai berkurangnya tekanan dari kenaikan suku bunga Amerika Serikat dan berlanjutnya pelonggaran kebijakan moneter di beberapa negara maju. Dari sisi domestik, terlihat membaiknya persepsi risiko perekonomian domestik terutama terkait membaiknya defisit transaksi berjalan pada triwulan pertama dan terkendalinya inflasi. Selain itu, perbaikan 1-2 Laporan Pemerintah Tentang Pelaksanaan APBN

12 Pendahuluan Bab 1 juga didorong oleh penurunan BI Rate yang telah dilakukan sejak awal tahun 2016 hingga sebesar 100 bps ke level 6,5 persen sampai bulan Juni 2016 serta hasil dari percepatan implementasi proyek-proyek infrastruktur. Selain itu, perbaikan ini terutama didorong oleh aliran modal masuk sebagai dampak dari mulai meredanya tekanan dari kenaikan suku bunga acuan Amerika Serikat. Realisasi suku bunga Surat Perbendaharaan Negara (SPN) 3 bulan dalam semester I tahun 2016 diperkirakan mencapai rata-rata 5,7 persen. Suku bunga SPN 3 bulan pada triwulan pertama tahun 2016, terus menunjukkan penurunan. Tren penurunan tingkat suku bunga SPN 3 bulan tersebut sejalan dengan stabilitas harga yang terjaga dan memberikan ruang penurunan suku bunga acuan BI di tengah ketidakpastian timeline normalisasi suku bunga acuan AS. Selain itu, capital inflow dan stabilitas nilai tukar Rupiah yang terjaga juga menciptakan iklim yang kondusif bagi pasar SPN 3 bulan. Pergerakan harga minyak dunia, harga minyak mentah Indonesia (Indonesia Crude Price/ ICP) dalam semester I tahun 2016 mencapai rata-rata sebesar US$36,2 per barel, dengan posisi tertinggi mencapai US$44,7 per barel pada bulan Mei Pergerakan ICP tersebut masih lebih rendah jika dibandingkan dengan rata-rata ICP Semester I tahun 2015 yang mencapai US$55,4 per barel. Merosotnya harga minyak Indonesia tersebut dipengaruhi oleh kelebihan pasokan minyak mentah dunia yang dimiliki oleh negara-negara penghasil minyak. Selain itu, ketidakstabilan ekonomi global menjadi faktor lebihnya pasokan dibandingkan dengan permintaan minyak mentah dunia. Kondisi penurunan permintaan minyak dunia dipengaruhi oleh penurunan perekonomian Tiongkok dan India. Rata-rata realisasi lifting minyak bumi sepanjang semester I (periode Desember Mei 2016) mencapai 817,0 ribu barel per hari. Realisasi lifting minyak bumi tersebut terutama didukung oleh pengoperasian secara penuh produksi dari Lapangan Banyu Urip Blok Cepu di tengah penurunan alamiah sumur-sumur yang sudah tua. Penurunan lifting minyak tersebut ditengarai dengan sepinya aktivitas pengeboran sebagai imbas penurunan harga minyak mentah dunia. Penurunan harga minyak mentah dunia membawa dampak pada beberapa kontraktor kontrak kerjasama (KKKS) yang mengajukan penundaan produksi. Realisasi lifting gas bumi sepanjang semester I (periode Desember Mei 2016) mencapai 1,20 juta barel setara minyak per hari (bsmph). Meski demikian, pasar gas bumi Indonesia masih menghadapi risiko tingkat penyerapan yang rendah terutama untuk kargo yang belum ada komitmen penjualan (uncontracted gas). Untuk itu, Pemerintah bersama dengan DPR pada akhir Juni 2016 telah menetapkan perubahan APBN tahun 2016 menjadi Undang-undang. Perubahan APBN tersebut dimaksudkan untuk melakukan penyesuaian terhadap perekonomian dunia yang masih melemah, menampung perubahan pokok-pokok kebijakan fiskal dalam rangka mengamankan pelaksanaan APBN tahun 2016, serta menampung program-program prioritas yang mendesak sesuai dengan visi dan misi yang tertuang dalam konsep Nawacita dan Trisakti Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Di sisi pendapatan negara, realisasi sampai dengan semester I tahun 2016 sebesar Rp ,2 miliar atau 35,5 persen dari targetnya dalam tahun Realisasi pendapatan negara tersebut secara nominal lebih rendah sebesar Rp33.249,2 miliar dari realisasi pendapatan negara pada semester I tahun 2015 sebesar Rp ,4 miliar atau 37,9 persen dari targetnya dalam tahun Kondisi tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti pertumbuhan ekonomi domestik yang belum optimal, tren Laporan Pemerintah Tentang Pelaksanaan APBN 1-3

13 Pendahuluan Bab 1 perlambatan ekonomi global yang berdampak terhadap rendahnya aktivitas ekspor dan impor, rendahnya harga minyak mentah dunia, penurunan permintaan dari negara maju, dan rendahnya harga komoditas dunia terutama batubara. Di sisi belanja negara, realisasi dalam semester I tahun 2016 sebesar Rp ,4 miliar atau 41,5 persen dari pagunya dalam tahun Realisasi Belanja Negara tersebut secara nominal lebih tinggi sebesar Rp ,0 miliar dari realisasi belanja negara pada semester I tahun 2015 sebesar Rp ,4 miliar atau 37,9 persen dari pagunya dalam tahun Lebih tingginya realisasi Belanja Negara pada semester I tahun 2016 tersebut dipengaruhi oleh (a) percepatan penyerapan Belanja Pemerintah Pusat karena percepatan lelang dalam anggaran Belanja K/L (seperti optimalisasi e-katalog, penyediaan aplikasi lelang, dan Sistem Informasi Rencana Umum Pengadaan (SIRUP)), monitoring penyerapan yang intens melalui Tim Evaluasi dan Pengawasan Realisasi APBN dan APBD (TEPRA), serta (b) percepatan penyerapan anggaran Transfer ke Daerah dan Dana Desa, yaitu adanya perubahan mendasar pada penyempurnaan struktur, klasifikasi, perluasan cakupan anggaran Transfer ke Daerah dan perubahan pola penyaluran Dana Desa menjadi dua kali dalam setahun. Realisasi defisit anggaran dalam semester I tahun 2016 sebesar Rp ,2 miliar atau 1,83 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Realisasi defisit anggaran tersebut secara nominal lebih rendah sebesar Rp ,1 miliar dari realisasi defisit anggaran pada semester I tahun 2015 sebesar Rp84.267,1 miliar atau 0,73 persen dari PDB tahun Defisit anggaran tersebut dipengaruhi oleh perlambatan realisasi pendapatan negara dan percepatan penyerapan belanja negara. Dalam rangka menutup defisit anggaran tersebut, Pemerintah berupaya memenuhi dari penerimaan pembiayaan anggaran yang bersumber dari utang dan nonutang. Di sisi pembiayaan anggaran, realisasi dalam semester I tahun 2016 mencapai Rp ,5 miliar atau 2,19 persen terhadap PDB. Realisasi pembiayaan anggaran tersebut secara nominal lebih tinggi sebesar Rp99.400,2 miliar dari realisasi pembiayaan anggaran pada semester I tahun 2015 sebesar Rp ,3 miliar atau 1,54 persen terhadap PBD. Realisasi pembiayaan anggaran pada semester I dipengaruhi oleh kondisi portofolio dan risiko utang, kondisi pasar SBN, perubahan nilai tukar Rupiah, realisasi pembayaran cicilan pokok utang luar negeri dan pencairan Penyertaan Modal Negara (PMN) kepada organisasi/lembaga keuangan internasional untuk Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB). Lebih lanjut mengenai realisasi semester I tahun 2016 dapat disajikan pada Tabel Laporan Pemerintah Tentang Pelaksanaan APBN

14 Pendahuluan Bab 1 TABEL 1.1 RINGKASAN APBN SEMESTER I TAHUN (miliar rupiah) URAIAN A PBNP Realisasi % thd Realisasi % thd Semester I A PBNP A PBNP Semester I A PBNP A. PENDAPATAN NEGARA , ,4 37, , ,2 3 5,5 I. PENDAPATAN DALAM NEGERI , , , ,2 3 5,5 1. Penerimaan Perpajakan , ,0 35, , ,1 3 3,9 2. Penerimaan Bukan Pajak , ,7 49, , ,1 4 5,7 II. PENERIMA A N HIBA H 3.311,9 37 2,7 11, ,2 565,0 28,6 B. BELA NJA NEGA RA , ,4 37, , ,4 4 1,5 I. BELA NJA PEMERINTA H PUSA T , ,8 31, , ,8 3 6,8 II. TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA , ,6 50, , ,6 4 9,5 C. KESEIMBA NGA N PRIMER ( ,0) ( ,5 ) 16 ( ,6) ( ,2 ) 1 3 5,9 D. SURPLUS/DEFISIT ANGGARAN (A-B) ( ,9 ) ( ,1 ) 37,9 ( ,9 ) ( ,2 ) 7 7,7 % Defisit terhadap PDB (1,9) (0,7) (2,4) (1,8) 77,9 E. PEMBIA Y A A N (I+II) , ,3 7 9, , ,5 9 3,2 I. PEMBIAYAAN DALAM NEGERI , ,6 82, , ,0 100,5 II. PEMBIAYAAN LUAR NEGERI (neto) (20.008,1) ( ,4 ) 1 1 3,1 ( ,9 ) ( ,5 ) 9 6 1,5 KELEBIHA N/KEKURA NGA N PEMBIA Y A A N , ,3 Sum ber : Kem enterian Keuangan 1.2 Prognosis APBN Semester II Tahun Prognosis Asumsi Dasar Ekonomi Makro Semester II Tahun 2016 Beberapa terobosan kebijakan dalam tahun 2016 diperkirakan memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi pada semester II tahun Dari sisi pengeluaran, sektor konsumsi pemerintah, terutama belanja infrastruktur, serta PMTB diperkirakan menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi. Pemberian pembiayaan investasi melalui BLU Lembaga Manajemen Aset Negara (LMAN) dalam tahun 2016 merupakan salah satu upaya Pemerintah untuk mendukung keberlanjutan dan percepatan program pembangunan infrastruktur. Peningkatan belanja infrastruktur Pemerintah tersebut diharapkan mampu menjadi stimulus bagi sektor swasta untuk lebih berperan aktif sehingga meningkatkan kinerja investasi. Di sisi lain, kebijakan pengampunan pajak pada tahun 2016 juga diharapkan mampu meningkatkan sektor investasi melalui repatriasi aset yang ada di luar negeri masuk ke dalam negeri. Sementara itu, tingkat inflasi yang relatif stabil diperkirakan akan dapat menjaga daya beli masyarakat dan mendorong konsumsi rumah tangga pada semester II tahun Dari sisi perdagangan internasional, meskipun masih lemah namun diharapkan dapat tumbuh positif dengan meningkatkan peran ekspor produk bernilai tambah tinggi. Berdasarkan kondisi tersebut, pertumbuhan ekonomi pada semester II tahun 2016 diperkirakan sebesar 5,3 persen sehingga secara rata-rata pertumbuhan ekonomi pada tahun 2016 atau sesuai dengan asumsi dalam tahun 2016 diperkirakan pada level 5,2 persen. Pada semester II tahun 2016, masih terdapat risiko tekanan pada pergerakan harga domestik antara lain bersumber dari pergeseran musim panen sebagai dampak perubahan iklim dan kecenderungan kenaikan harga ICP. Pemerintah terus mewaspadai dan berupaya mengamankan stok dan pasokan serta kelancaran distribusi bahan kebutuhan pokok masyarakat pada tahun Untuk menjaga inflasi, terus ditingkatkan koordinasi stabilisasi harga di tingkat Pusat dan Daerah. Pemerintah bersama BI akan terus Laporan Pemerintah Tentang Pelaksanaan APBN 1-5

15 Pendahuluan Bab 1 memperkuat koordinasi khususnya dalam forum Tim Pengendali Inflasi (TPI) dan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID). Berdasarkan realisasi terkini, laju inflasi pada semester II tahun 2016 diperkirakan sebesar 4,0 persen (yoy). Tingkat inflasi sepanjang tahun 2016 tersebut diperkirakan sebesar 4,0 persen atau sesuai dengan asumsinya dalam tahun Nilai tukar Rupiah pada semester II tahun 2016 diperkirakan masih akan bergerak fluktuatif. Dari sisi eksternal, tekanan terhadap nilai Rupiah bersumber dari ketidakpastian di pasar keuangan global seiring dengan rencana akan dinaikkannya kembali tingkat bunga acuan oleh otoritas moneter Amerika Serikat. Hal ini secara tidak langsung akan berpengaruh kepada aliran modal ke negara emerging market termasuk Indonesia. Tekanan ini diharapkan dapat diimbangi dengan berbagai upaya perbaikan keuangan di kawasan Eropa dan Jepang melalui kebijakan moneter ekspansif yang diambil, salah satunya melalui penetapan suku bunga negatif dan keberlangsungan program quantitative easing di kawasan tersebut. Selain itu, pergerakan kondisi di pasar keuangan regional seperti Tiongkok serta upaya perbaikan ekonomi di negara tersebut diharapkan dapat berkontribusi positif terhadap pergerakan nilai tukar Rupiah kedepannya. Faktor- faktor yang dapat mendorong stabilitas nilai tukar Rupiah yaitu pengaruh berbagai bauran kebijakan baik fiskal maupun moneter di antaranya kebijakan untuk memperbaiki kinerja neraca transaksi berjalan serta realisasi proyek-proyek infrastruktur Pemerintah guna meningkatkan kepercayaan investor kepada Indonesia, yang diharapkan dapat berkontribusi terhadap stabilnya aliran modal masuk ke dalam negeri. Perbaikan kinerja neraca transaksi berjalan tersebut secara fundamental diperkirakan akan menurunkan tekanan Rupiah. Stabilitas kondisi ekonomi makro dan ketahanan fiskal yang baik akan meningkatkan kepercayaan pasar bagi stabilitas pergerakan nilai tukar Rupiah ke depan. Dengan memerhatikan berbagai faktor tersebut, nilai tukar Rupiah pada semester II tahun 2016 diperkirakan akan stabil pada kisaran rata-rata Rp per Dolar Amerika Serikat. Secara rata-rata, nilai tukar Rupiah sepanjang tahun 2016 diperkirakan akan berada pada kisaran Rp per Dolar Amerika Serikat atau sesuai dengan asumsi dalam tahun Suku bunga SPN 3 bulan pada semester II tahun 2016 diperkirakan akan cenderung bergerak menurun seiring dengan dinamika posisi likuiditas global yang dipengaruhi oleh rencana kenaikan suku bunga acuan di Amerika Serikat. Masih rendahnya tingkat suku bunga acuan AS tersebut berpotensi meningkatkan arus modal masuk ke beberapa negara berkembang dan selanjutnya akan berdampak pada pergerakan tingkat imbal hasil (yield) di dalam negeri, termasuk tingkat bunga SPN 3 bulan. Terjaganya stabilitas ekonomi makro yang didukung dengan tingkat inflasi yang terkendali akan menjadi faktor utama yang dapat menjadi daya tarik investor terhadap SBN termasuk suku bunga SPN 3 bulan. Pada semester II tahun 2016, suku bunga SPN 3 bulan diperkirakan berada pada kisaran 5,3 persen sehingga secara rata-rata sampai dengan akhir tahun suku bunga SPN 3 bulan diperkirakan mencapai 5,5 persen sesuai dengan target tahun Badan Energi Amerika Serikat (US Energy Information Administration/EIA) memperkirakan pasokan minyak dari negara-negara OPEC dan non-opec pada tahun 2016 akan menurun dibandingkan tahun sebelumnya. Berdasarkan kondisi tersebut, EIA memproyeksikan harga rata-rata minyak mentah dunia sepanjang tahun 2016 masing-masing diperkirakan mencapai US$43,6 per barel untuk minyak jenis WTI dan US$ 43,4 per barel untuk minyak jenis Brent. Sementara itu, posisi ICP diperkirakan berada sedikit lebih rendah dari harga minyak mentah dunia. Pada semester II tahun 2016, harga ICP diperkirakan akan berada pada kisaran rata-rata US$44 per barel sehingga secara keseluruhan rata-rata ICP mencapai sekitar US$40 per barel atau sesuai dengan asumsi di dalam tahun Laporan Pemerintah Tentang Pelaksanaan APBN

16 Pendahuluan Bab 1 Berdasarkan situasi pasar dan kondisi terkini, lifting minyak mentah pada semester II (periode Juni-November) tahun 2016 diperkirakan mencapai rata-rata 823 ribu barel per hari. Kondisi harga ICP yang cenderung meningkat diharapkan memacu lifting minyak bumi pada semester II tahun Dengan memperhitungkan realisasi lifting dalam semester I dan prediksi lifting dalam semester II tahun 2016, Pemerintah optimis bahwa capaian rata-rata lifting minyak sepanjang tahun 2016 diperkirakan dapat mencapai target 820 ribu barel per hari. Sementara itu, lifting gas Indonesia pada semester II tahun 2016 masih menghadapi risiko rendahnya tingkat penyerapan uncontracted gas sehingga diperkirakan mencapai rata-rata ribu bph. Dengan memperhitungkan realisasi lifting gas dalam semester I dan perkiraan pada semester II tersebut, maka rata-rata lifting gas dalam keseluruhan tahun 2016 diperkirakan mencapai ribu bph Prognosis Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Semester II Tahun 2016 Perkiraan realisasi pendapatan negara dalam semester II tahun 2016 tergantung pada beberapa faktor di antaranya: (a) perkembangan perekonomian global dan dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi domestik; (b) perkembangan indikator ekonomi makro, antara lain pertumbuhan ekonomi, nilai tukar rupiah, harga ICP dan lifting minyak dan gas bumi; serta (c) pelaksanaan berbagai kebijakan fiskal yang telah, sedang, dan akan dilaksanakan dalam tahun 2016 oleh Pemerintah. Berdasarkan hal tersebut, perkiraan realisasi pendapatan negara pada semester II tahun 2016 sebesar Rp ,8 atau 64,5 persen terhadap target dalam tahun 2016, terdiri atas perkiraan realisasi penerimaan perpajakan sebesar Rp ,2 miliar, PNBP sebesar Rp ,5 miliar dan penerimaan hibah Rp1.410,1 miliar. Dengan mempertimbangkan realisasi pendapatan negara dalam semester I serta faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya, maka realisasi pendapatan negara dalam tahun 2016 diperkirakan mencapai sebesar Rp ,0 miliar. Perkiraan realisasi belanja pemerintah pusat dalam semester II tahun 2016 dipengaruhi oleh berbagai langkah kebijakan fiskal yang telah, sedang, dan akan dilaksanakan oleh Pemerintah, maka perkiraan realisasi belanja pemerintah pusat dalam semester II tahun 2016 sebesar Rp ,1 miliar atau sebesar 63,2 persen dari pagu dalam tahun 2016 yang terdiri atas perkiraan realisasi anggaran belanja K/L sebesar Rp ,5 miliar atau sebesar 65,8 persen dari pagu dalam tahun 2016, dan anggaran belanja nonk/l diperkirakan sebesar Rp ,7 miliar atau sebesar 59,4 persen dari pagu dalam tahun Selanjutnya, berdasarkan realisasi semester I tahun 2016 dan perkiraan realisasi semester II tahun 2016 tersebut, maka perkiraan realisasi belanja pemerintah pusat sebesar Rp ,0 miliar atau sama dengan pagunya dalam tahun Perkiraan realisasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa dalam semester II tahun 2016 sebesar Rp ,3 miliar atau sebesar 50,5 persen dari pagu dalam tahun 2016 yang terdiri atas perkiraan realisasi anggaran Transfer ke Daerah sebesar Rp ,7 miliar atau sebesar 51,0 persen dari pagu dalam tahun 2016, dan anggaran Dana Desa diperkirakan sebesar Rp20.151,6 miliar atau sebesar 42,9 persen dari pagu dalam tahun Selanjutnya, berdasarkan realisasi semester I tahun 2016 dan dengan memperhatikan ketentuan penyalurannya serta perkiraan realisasi semester II tahun 2016 tersebut, maka perkiraan realisasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa sebesar Rp ,9 miliar atau sama dengan pagunya dalam tahun Berdasarkan perkiraan realisasi pendapatan negara dan belanja negara pada semester II tahun 2016, maka perkiraan realisasi defisit anggaran pada semester II tahun 2016 sebesar Rp66.046,7 miliar (0,52 persen terhadap PDB). Selanjutnya, mempertimbangkan realisasi Laporan Pemerintah Tentang Pelaksanaan APBN 1-7

17 Pendahuluan Bab 1 defisit anggaran pada semester I dan perkiraan realisasi semester II tahun 2016, maka defisit anggaran secara keseluruhan tahun 2016 diperkirakan sebesar Rp ,9 miliar atau sebesar 2,35 persen terhadap PDB. Untuk menjaga defisit anggaran tahun 2016 agar dalam batas yang aman, maka Pemerintah perlu mengambil langkah-langkah antisipasi, yaitu: (1) optimalisasi pendapatan negara baik pendapatan perpajakan maupun PNBP; dan (2) efisiensi belanja negara terutama belanja yang tidak produktif dan tidak prioritas. Di sisi pembiayaan anggaran, dengan memperhatikan realisasi pembiayaan anggaran pada semester I tahun 2016 dan target pembiayaan anggaran dalam tahun 2016, perkiraan realisasi pembiayaan anggaran dalam semester II tahun 2016 sebesar Rp20.136,3 miliar atau sebesar 6,8 persen terhadap target dalam tahun Kebijakan yang akan ditempuh, antara lain pemenuhan target penerbitan SBN (neto), percepatan jadwal pelaksanaan proyek yang dibiayai dengan pinjaman luar negeri, peningkatan koordinasi untuk percepatan pelaksanaan kegiatan yang dibiayai dengan pinjaman dalam negeri dan pencairan PMN kepada BUMN dalam rangka mendukung agenda prioritas nasional dan pencairan dana bergulir fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan. Serangkaian kebijakan tersebut dilaksanakan untuk tetap memastikan dan mengamankan pelaksanaan tahun 2016 demi tercapainya seluruh target output dan outcome yang telah ditetapkan. Penjelasan lebih lanjut mengenai postur perkiraan realisasi tahun 2016 dapat disajikan pada Tabel 1.2 berikut. TABEL 1.2 PERKIRAAN REALISASI TAHUN 2016 (Miliar Rupiah) URAIAN A PBNP Realisasi % thd Progn osis % thd Semester I A PBNP Semester II A PBNP A. PENDAPATAN NEGARA , ,2 35, ,8 64,5 I. PENDAPATAN DALAM NEGERI , ,2 35, ,7 64,5 1. Penerimaan Perpajakan , ,1 33, ,2 66,1 2. Penerimaan Negara Bukan Pajak , ,1 45, ,5 54,3 II. PENERIMAAN HIBAH 1.975,2 565,0 28, ,1 71,4 B. BELANJA NEGARA , ,4 41, ,5 58,5 I. BELANJA PEMERINTAH PUSAT , ,8 36, ,1 63,2 II. TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA , ,6 49, ,3 50,5 C. KESEIMBA NGA N PRIMER ( ,6) ( ,2) 135, ,6 (35,9) D. SURPLUS/DEFISIT ANGGARAN (A-B) ( ,9) ( ,2) 77,7 (66.046,7) 22,3 % Defisit terhadap PDB (2,35) (1,83) (0,52) E. PEMBIA Y A A N (I+II) , ,5 93, ,3 6,8 I. PEMBIAYAAN DALAM NEGERI , ,0 100,5 (1.634,2) (0,5) II. PEMBIAYAAN LUAR NEGERI (neto) (2.526,9) (24.297,5) 961, ,6 (861,5) KELEBIHA N/KEKURA NGA N PEMBIA Y A A N ,3 (45.910,3) Sumber : Kementerian Keuangan 1-8 Laporan Pemerintah Tentang Pelaksanaan APBN

18 Perkembangan Asumsi Dasar Ekonomi Makro Semester I dan Prognosis Semester II Tahun 2016 Bab 2 BAB 2 PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II TAHUN Umum Sepanjang semester I tahun 2016, kinerja perekonomian dunia menunjukkan kondisi yang masih di bawah ekspektasi. Di dalam world economic outlook (WEO) yang dirilis pada bulan April 2016, IMF melakukan revisi proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia dari 3,4 persen menjadi 3,2 persen. Meskipun demikian, proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2016 tersebut menunjukkan kondisi yang lebih baik apabila dibandingkan dengan realisasi pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2015 yang hanya mencapai 3,1 persen. Penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia di tahun 2016 tersebut antara lain dipengaruhi oleh masih rendahnya harga komoditas di pasar perdagangan internasional sehingga menurunkan aktivitas perdagangan antar negara. Rendahnya aktivitas perdagangan dunia tersebut juga disebabkan oleh turunnya permintaan dari negara-negara maju menyusul masih lambatnya pertumbuhan perekonomian negara-negara tersebut. Selain itu, sektor keuangan global masih menghadapi ketidakpastian terkait rencana kenaikan suku bunga The Fed setelah release data perekonomian Amerika Serikat pada awal tahun Pelemahan ekonomi global serta berbagai risiko yang dihadapi perekonomian global tersebut juga berdampak pada kinerja perekonomian nasional. Pada tahun 2015 pertumbuhan ekonomi Indonesia mampu mencapai 4,8 persen (yoy) atau relatif lebih rendah dari target di dalam asumsi tahun Namun demikian, pertumbuhan tahun 2015 tersebut masih lebih baik dibandingkan capaian pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang lainnya. Hal tersebut terutama didukung oleh kinerja komponen kunci di sisi pengeluaran domestik seperti sektor konsumsi rumah tangga, belanja pemerintah dan investasi. Dari sisi produksi, sektor industri, pertanian dan jasa yang merupakan sektor-sektor utama menunjukkan pertumbuhan yang positif dan relatif stabil. Capaian kinerja realisasi pertumbuhan ekonomi domestik di tahun 2015 menunjukkan kemampuan adaptasi dari perekonomian nasional di tengah tren perlambatan ekonomi global. Pada tahun 2016, salah satu komponen penopang pertumbuhan ekonomi yang perannya diharapkan semakin besar adalah Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB). Hal ini terutama ditopang oleh akselerasi pembangunan proyek-proyek infrastruktur sebagai dampak dari peningkatan anggaran infrastruktur. Selain itu, pertumbuhan PMTB juga didukung oleh berbagai upaya berkesinambungan yang dilakukan Pemerintah dalam memperbaiki iklim investasi. Perbaikan iklim investasi dilakukan melalui deregulasi dan simplifikasi prosedur perizinan investasi baik di pusat maupun daerah, kesinambungan reformasi birokrasi, penciptaan kepastian hukum bagi investor dan penyediaan insentif fiskal baik dalam bentuk tax holiday maupun tax allowance. Pemerintah tetap mewaspadai berbagai potensi, tantangan dan risiko, baik yang berasal dari eksternal maupun internal. Atas hal ini, Pemerintah berkomitmen untuk terus melanjutkan reformasi struktural yang telah digulirkan sejak tahun 2015 untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih merata dan berkesinambungan dalam jangka panjang. Reformasi tersebut dilakukan dengan mendorong pertumbuhan sektor-sektor bernilai tambah dan industri pengolahan komoditas primer serta meningkatkan peran investasi sebagai mesin pendorong utama pertumbuhan. 2-1

19 Bab 2 Perkembangan Asumsi Dasar Ekonomi Makro Semester I dan Prognosis Semester II Tahun 2016 Selanjutnya, dengan disahkannya UU tahun 2016 diharapkan dapat memberikan peluang perbaikan terhadap perekonomian nasional secara keseluruhan. Berbagai macam kebijakan antisipatif dan akomodatif di dalam tahun 2016 seperti kebijakan pengampunan pajak, diperkirakan akan mendorong masuknya modal (capital inflow) ke perekonomian domestik melalui repatriasi sebagian atau keseluruhan aset warga negara Indonesia di luar negeri. Potensi masuknya capital inflow ini selanjutnya akan mendorong investasi di dalam negeri. Di sisi lain, kebijakan pengampunan pajak akan berdampak pada peningkatan penerimaan negara baik di tahun 2016 maupun penerimaan negara di tahuntahun ke depan. Hal ini akan memberikan ruang fiskal bagi Pemerintah yang lebih besar terutama dalam membiayai investasi di bidang infrastruktur yang pada gilirannya turut mendorong pertumbuhan ekonomi. 2.2 Perkembangan Asumsi Dasar Ekonomi Makro Pertumbuhan Ekonomi Perekonomian domestik pada tahun 2016 diperkirakan meningkat seiring dengan realisasi pembangunan infrastruktur dan dorongan dari konsumsi pemerintah yang lebih efektif dan efisien serta relatif terjaganya konsumsi rumah tangga. Peningkatan belanja infrastruktur yang merupakan program lanjutan yang telah dimulai sejak tahun 2015, diharapkan dapat memberi manfaat yang lebih besar dalam proses pembangunan. Dari sisi global, perdagangan dunia diperkirakan meningkat meskipun tidak terlalu signifikan. Kondisi ini diharapkan dapat memberikan dorongan aktivitas ekonomi global yang pada gilirannya juga dapat mendukung kinerja ekonomi domestik. Meskipun demikian, masih terdapat risikorisiko ekonomi yang patut diwaspadai sehingga mampu memberikan pengaruh terhadap kinerja perekonomian nasional seperti perekonomian Tiongkok yang diperkirakan tumbuh moderat dan perkiraan harga komoditas yang masih cukup rendah. Pertumbuhan Ekonomi Menurut Penggunaan Pada kuartal I 2016, PDB tumbuh 4,9 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yakni sebesar 4,7 persen. Peningkatan ini didukung oleh kinerja PMTB yang cukup baik sejalan dengan peningkatan realisasi investasi dan keberlanjutan program pembangunan infrastruktur. Dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 5,0 persen pada kuartal I 2016, lebih tinggi dari kuartal yang sama tahun sebelumnya sebesar 4,7 persen. Konsumsi rumah tangga tumbuh cukup stabil meskipun terdapat tekanan pada perekonomian domestik. Di sisi lain, konsumsi pemerintah tumbuh sebesar 2,9 persen atau sama dengan pertumbuhan kuartal I Kinerja konsumsi pemerintah tersebut didukung oleh realokasi belanja pemerintah pusat ke belanja yang lebih produktif serta realisasi belanja pemerintah daerah yang cukup baik. PMTB mengalami peningkatan pertumbuhan menjadi sebesar 5,6 persen, dari 4,7 persen di triwulan I 2015, terutama didukung oleh proyek pembangunan infrastruktur yang masih terus berlangsung. Keberlangsungan proyek pembangunan infrastruktur tercermin dari peningkatan belanja modal pemerintah, konsumsi semen, volume impor besi dan baja, serta pertumbuhan kredit investasi. Sementara itu, kinerja ekspor dan impor masih mengalami kontraksi yang masing-masing tumbuh sebesar -3,9 dan -4,2 persen. Penurunan ekspor dipengaruhi oleh masih lemahnya perekonomian, tercermin dari turunnya impor barang modal dan bahan baku yang terkait dengan lemahnya permintaan domestik. 2-2

20 Perkembangan Asumsi Dasar Ekonomi Makro Semester I dan Prognosis Semester II Tahun 2016 Bab 2 6,0 5,0 4,0 4,7 GRAFIK 2.1 PERTUMBUHAN EKONOMI, (Persen, yoy) 4,7 4,7 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2* *) Perkiraan Sumber: BPS, Kementerian Keuangan Pada kuartal II 2016, pertumbuhan ekonomi diperkirakan meningkat dengan dukungan konsumsi dan investasi. Konsumsi rumah tangga diproyeksikan tumbuh lebih tinggi, yakni sebesar 5,1 persen akibat dorongan konsumsi di bulan Ramadhan. Selain itu, konsumsi pemerintah juga diperkirakan naik, dengan pertumbuhan sebesar 5,7 persen seiring dengan realisasi belanja pemerintah yang lebih baik. Dari sisi investasi, PMTB diperkirakan tetap tumbuh tinggi dengan masih berjalannya proyek-proyek pembangunan infrastruktur sehingga PMTB diperkirakan tumbuh sebesar 5,9 persen. Namun, kinerja ekspor dan impor diperkirakan masih mengalami tekanan karena belum pulihnya kondisi ekonomi global dan rendahnya harga komoditas. Ekspor dan impor masing-masing diperkirakan tumbuh sebesar -0,2 persen dan -0,4 persen. Berdasarkan realisasi kuartal I dan perkembangan tiap komponennya, pertumbuhan ekonomi kuartal II 2016 diperkirakan mencapai 5,1 persen. Secara keseluruhan, berdasarkan realisasi kuartal I dan proyeksi kuartal II, proyeksi pertumbuhan ekonomi pada semester I 2016 diperkirakan sebesar 5,0 persen dengan pertumbuhan konsumsi rumah tangga sebesar 5,1 persen, konsumsi pemerintah 4,5 persen, PMTB 5,7 persen, ekspor -2,0 persen dan impor -2,3 persen. Pertumbuhan Ekonomi Menurut Lapangan Usaha 5,0 4,9 Dari sisi sektoral, pertumbuhan ekonomi pada triwulan I 2016 terutama ditopang oleh kinerja sektor industri pengolahan, sektor konstruksi, serta sektor jasa keuangan dan asuransi. Sektor industri pengolahan tumbuh 4,6 persen, meningkat dibandingkan capaian pada triwulan I tahun 2015 yang sebesar 4,0 persen. Peningkatan kinerja sektor tersebut didukung oleh peningkatan realisasi investasi berupa Penanaman Modal Asing (PMA) maupun Penanaman Modal Daerah Dalam Negeri (PMDN) pada sektor industri pengolahan yang mencapai 69,2 persen terhadap total realisasi investasi triwulan I tahun Selain itu, kinerja sektor industri juga ditopang oleh pertumbuhan yang cukup tinggi pada subsektor industri mesin dan perlengkapan; subsektor industri logam dasar; serta subsektor industri barang logam, komputer, barang elektronik, optik dan peralatan listrik. Sektor konstruksi juga menunjukkan kinerja yang meningkat dengan tumbuh sebesar 7,9 persen, yang terutama ditopang oleh kegiatan proyek pembangunan infrastruktur yang telah berjalan sejak dicanangkan pada tahun Pembangunan infrastruktur tersebut antara lain juga berimbas pada tumbuhnya sektor informasi dan komunikasi sebesar 8,3 persen, serta sektor transportasi dan pergudangan tumbuh 7,7 persen. 5,1 2-3

21 Bab 2 Perkembangan Asumsi Dasar Ekonomi Makro Semester I dan Prognosis Semester II Tahun 2016 Sementara itu, kinerja sektor primer masih menunjukkan perlambatan pertumbuhan. Sektor pertanian hanya tumbuh 1,8 persen, menurun jika dibandingkan kinerja tahun lalu yang mencapai 4,0 persen. Penurunan ini terutama sebagai dampak dari fenomena El Nino yang berakibat pada pergeseran masa tanam dan masa panen, terutama untuk kelompok tanaman pangan. Sementara itu, sektor pertambangan dan penggalian juga masih mengalami kontraksi pertumbuhan meskipun pada tingkat yang lebih rendah, yakni sebesar -0,7 persen. Kontraksi pada sektor ini terutama disebabkan masih lemahnya harga komoditas global yang mendorong penurunan produksi, terutama untuk komoditas batu bara dan bijih logam. TABEL 2.1 PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULANAN TAHUN (%,YOY) Sektor Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 S1 PDB 4,7 4,7 4,7 5,0 4,9 5,1 5,0 PENGGUNAAN Konsumsi Rumah Tangga 4,7 4,7 5,0 5,0 5,0 5,1 5,1 Konsumsi Pemerintah 2,9 2,6 7,1 7,3 2,9 5,7 4,5 PMTB 4,6 3,9 4,8 6,9 5,6 5,9 5,7 Ekspor Barang dan Jasa -0,6 0,0-0,6-6,4-3,9-0,2-2,0 Impor Barang dan Jasa -2,2-7,0-5,9-8,1-4,2-0,4-2,3 LAPANGAN USAHA Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 4,0 6,9 3,3 1,6 1,8 2,5 2,2 Pertambangan dan Penggalian -1,3-5,2-5,7-7,9-0,7-0,1-0,4 Industri Pengolahan 4,0 4,1 4,5 4,4 4,6 4,4 4,5 Pengadaan Listrik dan Gas 1,7 0,8 0,6 1,8 7,5 6,1 6,8 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Daur Ulang 5,4 7,8 8,7 6,8 4,8 3,7 4,2 Konstruksi 6,0 5,4 6,8 8,2 7,9 8,1 8,0 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 4,1 1,7 1,4 2,8 4,0 4,4 4,2 Transportasi dan Pergudangan 5,8 5,9 7,3 7,7 7,7 7,6 7,7 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 3,4 3,8 4,5 5,8 5,6 5,4 5,5 Informasi dan Komunikasi 10,1 9,7 10,7 9,7 8,3 8,0 8,1 Jasa Keuangan dan Asuransi 8,6 2,6 10,4 12,5 9,1 11,5 10,3 Real Estat 5,3 5,0 4,8 4,3 4,9 4,9 4,9 Jasa Perusahaan 7,4 7,6 7,6 8,1 8,1 8,0 8,1 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 4,7 6,3 1,3 6,7 4,9 5,7 5,3 Jasa Pendidikan 5,0 11,7 8,1 5,3 5,3 6,1 5,7 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 7,1 7,5 6,3 7,4 8,5 7,9 8,2 Jasa Lainnya 8,0 8,1 8,1 8,2 7,9 7,5 7,7 *) konsumsi rum ah tangga digabungkan dengan LNPRT Su m ber : BPS dan Kem enterian Keua nga n Kinerja pertumbuhan ekonomi pada triwulan I diperkirakan akan meningkat pada triwulan berikutnya. Secara umum kinerja sektor produksi pada triwulan II dan pada keseluruhan semester I tahun 2016 diperkirakan akan tumbuh positif seiring dengan meningkatnya kegiatan ekonomi, terutama pada bulan Ramadhan dan menjelang perayaan Idul Fitri Pada triwulan II Beberapa sektor diperkirakan menunjukkan peningkatan kinerja antara lain sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor transportasi dan pergudangan, serta sektor perdagangan. Kinerja sektor konstruksi juga diperkirakan meningkat ditopang oleh berlanjutnya program pembangunan infrastruktur. Selanjutnya, sektor industri diprediksi tumbuh relatif stabil sejalan dengan peningkatan kinerja konsumsi masyarakat. 2-4

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii Daftar Isi DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Umum... 1.2 Realisasi Semester I Tahun 2013... 1.2.1 Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro Semester

Lebih terperinci

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... vi

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... vi Daftar Isi DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... vi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Realisasi Tahun 2017... 1.1.1 Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro Tahun 2017... 1.1.2 Realisasi

Lebih terperinci

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2012 R E P U B L I K I N D O N E S I A

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2012 R E P U B L I K I N D O N E S I A LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAANN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJAA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGAR RAN 2012 R E P U B L I K I N D O N E S I A Daftar Isi DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar Tabel...

Lebih terperinci

NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2012 REPUBLIK INDONESIA

NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2012 REPUBLIK INDONESIA NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2012 REPUBLIK INDONESIA Daftar Isi DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Grafik... Daftar Boks... BAB

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2014 REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2014 REPUBLIK INDONESIA LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2014 REPUBLIK INDONESIA Daftar Isi DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... vi Daftar

Lebih terperinci

Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBNP 2015

Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBNP 2015 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nov Des Asumsi Dasar Ekonomi Makro 2015 Asumsi Dasar Ekonomi Makro Tahun 2015 Indikator a. Pertumbuhan ekonomi (%, yoy) 5,7 4,7 *) b. Inflasi (%, yoy) 5,0 3,35

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Perkembangan ekonomi makro bulan Oktober 2004 hingga bulan Juli 2008 dapat diringkas sebagai berikut. Pertama, stabilitas ekonomi tetap terjaga

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Sejak pertengahan tahun 2006, kondisi ekonomi membaik dari ketidakstabilan ekonomi tahun 2005 dan penyesuaian kebijakan fiskal dan moneter yang

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis

Lebih terperinci

Kinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012

Kinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012 Kinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012 I. Pendahuluan Setelah melalui perdebatan, pemerintah dan Komisi XI DPR RI akhirnya menyetujui asumsi makro dalam RAPBN 2012 yang terkait

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

RINGKASAN APBN TAHUN 2017

RINGKASAN APBN TAHUN 2017 RINGKASAN APBN TAHUN 2017 1. Pendahuluan Tahun 2017 merupakan tahun ketiga Pemerintahan Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla untuk mewujudkan sembilan agenda priroritas (Nawacita)

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri JUNI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Juni 2017 Pendahuluan Membaiknya perekonomian dunia secara keseluruhan merupakan penyebab utama membaiknya kinerja ekspor Indonesia pada

Lebih terperinci

Policy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016

Policy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016 Policy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016 Overview Beberapa waktu lalu Bank Indonesia (BI) dalam RDG 13-14 Januari 2016 telah memutuskan untuk memangkas suku bunga

Lebih terperinci

Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta KUPA

Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta KUPA Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Penetapan KUPA Kebijakan Umum Perubahan Anggaran Tahun Anggaran 2017 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah DIY Kompleks Kepatihan Danurejan Yogyakarta (0274)

Lebih terperinci

INFOGRAFIS REALISASI PELAKSANAAN APBN 2017

INFOGRAFIS REALISASI PELAKSANAAN APBN 2017 INFOGRAFIS REALISASI s.d. 31 Mei 2017 FSDFSDFGSGSGSGSGSFGSF- DGSFGSFGSFGSGSG Realisasi Pelaksanaan INFOGRAFIS (s.d. Mei 2017) Perkembangan Asumsi Ekonomi Makro Lifting Minyak (ribu barel per hari) 5,1

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2005 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun memberikan dampak pada

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun memberikan dampak pada 1 I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997-1998 memberikan dampak pada keuangan Indonesia. Berbagai peristiwa yang terjadi pada masa krisis mempengaruhi Anggaran Pendapatan

Lebih terperinci

4. Outlook Perekonomian

4. Outlook Perekonomian 4. Outlook Perekonomian Pada tahun 2007-2008, ekspansi perekonomian Indonesia diprakirakan terus berlanjut dengan dilandasi oleh stabilitas makroekonomi yang terjaga. Pertumbuhan ekonomi pada 2007 diprakirakan

Lebih terperinci

Perkembangan Perekonomian dan Arah Kebijakan APBN 2014

Perkembangan Perekonomian dan Arah Kebijakan APBN 2014 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Perkembangan Perekonomian dan Arah Kebijakan APBN 2014 Jakarta, 10 Juni 2014 Kunjungan FEB UNILA Outline 1. Peran dan Fungsi APBN 2. Proses Penyusunan APBN 3. APBN

Lebih terperinci

Kondisi Perekonomian Indonesia Terkini

Kondisi Perekonomian Indonesia Terkini Kondisi Perekonomian Indonesia Terkini Disampaikan oleh: Parjiono, Ph.D Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Surabaya, 16 Agustus 2017 Kuliah Umum Fakultas Ekonomi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN DAN KEMISKINAN Kinerja perekonomian Indonesia masih terus menunjukkan tren peningkatan dalam beberapa triwulan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2005 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri di Indonesia

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri di Indonesia BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri di Indonesia PMDN dapat diartikan sebagai kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

NOTA KEUANGAN DAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2014 REPUBLIK INDONESIA

NOTA KEUANGAN DAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2014 REPUBLIK INDONESIA NOTA KEUANGAN DAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2014 REPUBLIK INDONESIA Daftar Isi DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Grafik... iv BAB 1 PENDAHULUAN

Lebih terperinci

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 Nomor. 02/ A/B.AN/VII/2007 Perkembangan Ekonomi Tahun 2007 Pada APBN 2007 Pemerintah telah menyampaikan indikator-indikator

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii Daftar Boks... ix

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii Daftar Boks... ix Daftar Isi DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii Daftar Boks... ix BAGIAN I RINGKASAN RAPBN PERUBAHAN TAHUN 2017 1 Pendahuluan... 2 Perubahan Asumsi Dasar Ekonomi Makro

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2015 2 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 29/05/34/Th.XVII, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2015 EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN I 2015 TUMBUH 0,16 PERSEN MELAMBAT DIBANDING

Lebih terperinci

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA. KETERANGAN PERS Pokok-Pokok UU APBN-P 2016 dan Pengampunan Pajak

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA. KETERANGAN PERS Pokok-Pokok UU APBN-P 2016 dan Pengampunan Pajak KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA GEDUNG DJUANDA I, JALAN DR. WAHIDIN NOMOR I, JAKARTA 10710, KOTAK POS 21 TELEPON (021) 3449230 (20 saluran) FAKSIMILE (021) 3500847; SITUS www.kemenkeu.go.id KETERANGAN

Lebih terperinci

PENDAPAT AKHIR PEMERINTAH PADA RAPAT PARIPURNA DPR-RI DALAM RANGKA PEMBICARAAN TINGKAT II/PENGAMBILAN KEPUTUSAN TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG

PENDAPAT AKHIR PEMERINTAH PADA RAPAT PARIPURNA DPR-RI DALAM RANGKA PEMBICARAAN TINGKAT II/PENGAMBILAN KEPUTUSAN TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG PENDAPAT AKHIR PEMERINTAH PADA RAPAT PARIPURNA DPR-RI DALAM RANGKA PEMBICARAAN TINGKAT II/PENGAMBILAN KEPUTUSAN TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 27 TAHUN 2014

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 110, 2005 APBN. Pendapatan. Pajak. Bantuan. Hibah. Belanja Negara (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara

Lebih terperinci

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 REPUBLIK INDONESIA LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 Dalam tahun 2000 pemulihan ekonomi terus berlangsung. Namun memasuki tahun

Lebih terperinci

BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD

BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD - 14 - BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD A. Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD 1. Kondisi Perekomonian Nasional Dalam beberapa tahun terakhir ini, kinerja perekonomian dunia mengalami perlambatan,

Lebih terperinci

INFOGRAFIS REALISASI PELAKSANAAN APBN 2017

INFOGRAFIS REALISASI PELAKSANAAN APBN 2017 INFOGRAFIS REALISASI s.d. 28 April 2017 FSDFSDFGSGSGSGSGSFGSF- DGSFGSFGSFGSGSG Realisasi Pelaksanaan INFOGRAFIS (s.d. April 2017) Perkembangan Asumsi Ekonomi Makro Lifting Minyak (ribu barel per hari)

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri APRIL 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi April 2017 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I 2017 Pada triwulan 1 2017 perekonomian Indonesia, tumbuh sebesar 5,01% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN III/2016

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN III/2016 Laju Pertumbuhan (persen) PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN III/2016 EKONOMI RIAU TRIWULAN III/2016 TUMBUH 1,11 PERSEN LEBIH BAIK DIBANDING TRIWULAN III/2015 No. 054/11/14/Th.XVII, 7 November 2016 Perekonomian

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SEMESTER I 2009

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SEMESTER I 2009 PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SEMESTER I 2009 I. ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO 1. Pertumbuhan Ekonomi Dalam UU APBN 2009, pertumbuhan ekonomi Indonesia ditargetkan sebesar 6,0%.

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 31 AGUSTUS 2009

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 31 AGUSTUS 2009 PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 31 AGUSTUS 2009 I. ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO 1. Pertumbuhan Ekonomi Dalam UU APBN 2009, pertumbuhan ekonomi Indonesia ditargetkan

Lebih terperinci

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2008 Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 Asumsi Dasar dan Kebijakan Fiskal 2008 Sesuai dengan ketentuan UU Nomor 17 Tahun 2003, Pemerintah Pusat diwajibkan untuk menyampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya di dalam pembangunan nasional. Dalam konteks pembangunan nasional maupun

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

INFOGRAFIS REALISASI PELAKSANAAN APBN 2017

INFOGRAFIS REALISASI PELAKSANAAN APBN 2017 INFOGRAFIS REALISASI s.d. 31 Maret 2017 Realisasi Pelaksanaan INFOGRAFIS (s.d. Maret 2017) Perkembangan Asumsi Ekonomi Makro Lifting Minyak (ribu barel per hari) 5,1 5,01 4,0 3,61 5,3 5,2 13.300 13.348

Lebih terperinci

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga.

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga. No. 064/11/63/Th.XVIII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2014 Perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan III-2014 tumbuh sebesar 6,19 persen, lebih lambat dibandingkan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii Daftar Boks... ix

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii Daftar Boks... ix Daftar Isi DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii Daftar Boks... ix BAGIAN I RINGKASAN RAPBN PERUBAHAN TAHUN 2016 1 Pendahuluan... 2 Perubahan Asumsi Dasar Ekonomi Makro

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Perkembangan Inflasi di Indonesia 14 INFLASI 12 10 8 6 4 2 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Sumber: Hasil Olahan Data Oleh Penulis (2016) GAMBAR 4.1. Perkembangan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 30 SEPTEMBER 2009

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 30 SEPTEMBER 2009 PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 30 SEPTEMBER 2009 I. ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO 1. Pertumbuhan Ekonomi Dalam UU APBN 2009, pertumbuhan ekonomi Indonesia ditargetkan

Lebih terperinci

Prediksi Tingkat Suku Bunga SPN 3 Bulan 6,3%

Prediksi Tingkat Suku Bunga SPN 3 Bulan 6,3% 1 Prediksi Tingkat Suku Bunga SPN 3 Bulan 6,3% Prediksi tingkat suku bunga SPN 3 Bulan tahun 2016 adalah sebesar 6,3% dengan dipengaruhi oleh kondisi ekonomi internal maupun eksternal. Data yang digunakan

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran,Triwulan III - 2005 135 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2005 Tim Penulis

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

2 Sehubungan dengan lemahnya perekonomian global, kinerja perekonomian domestik 2015 diharapkan dapat tetap terjaga dengan baik. Pertumbuhan ekonomi p

2 Sehubungan dengan lemahnya perekonomian global, kinerja perekonomian domestik 2015 diharapkan dapat tetap terjaga dengan baik. Pertumbuhan ekonomi p TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KEUANGAN. APBN. Tahun 2015. Perubahan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 44) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Grafik... Daftar Gambar...

DAFTAR ISI. Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Grafik... Daftar Gambar... Daftar Isi DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Grafik... Daftar Gambar... BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Umum... 1.2 Perubahan Asumsi Dasar Ekonomi Makro... 1.3 Perubahan Kebijakan APBN... 1.4 Pokok-Pokok

Lebih terperinci

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 63/11/73/Th. VIII, 5 November 2014 EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN III TUMBUH SEBESAR 6,06 PERSEN Perekonomian Sulawesi Selatan pada triwulan III tahun 2014 yang diukur

Lebih terperinci

ANALISIS KEBIJAKAN FISKAL/KEUANGAN DAN EKONOMI MAKRO TAHUN 2010

ANALISIS KEBIJAKAN FISKAL/KEUANGAN DAN EKONOMI MAKRO TAHUN 2010 ANALISIS KEBIJAKAN FISKAL/KEUANGAN DAN EKONOMI MAKRO TAHUN 2010 Penyusun: 1. Bilmar Parhusip 2. Basuki Rachmad Lay Out Budi Hartadi Bantuan dan Dukungan Teknis Seluruh Pejabat/Staf Direktorat Akuntansi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN I/2016

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN I/2016 Laju Pertumbuhan (persen) PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN I/2016 EKONOMI RIAU TRIWULAN I/2016 TUMBUH 2,34 PERSEN MEMBAIK DIBANDING TRIWULAN I/2015 No. 24/05/14/Th. XVII, 4 Mei 2016 Perekonomian Riau

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN II TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN II TAHUN 2015 No. 38/08/36/Th.IX, 5 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN II TAHUN 2015 EKONOMI BANTEN TRIWULAN II TAHUN 2015 TUMBUH 5,26 PERSEN LEBIH CEPAT DIBANDINGKAN DENGAN TRIWULAN YANG SAMA TAHUN SEBELUMNYA

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN II/2016

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN II/2016 Laju Pertumbuhan (persen) PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN II/2016 EKONOMI RIAU TRIWULAN II/2016 TUMBUH 2,40 PERSEN MEMBAIK DIBANDING TRIWULAN II/2015 No. 42/08/14/Th.XVII, 05 Agustus 2016 Perekonomian

Lebih terperinci

NOTA KEUANGAN DAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2011 REPUBLIK INDONESIA

NOTA KEUANGAN DAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2011 REPUBLIK INDONESIA NOTA KEUANGAN DAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2011 REPUBLIK INDONESIA Daftar Isi DAFTAR ISI Halaman BAB I PENDAHULUAN I-1 1.1 Umum... 1.2 Pokok-pokok Perubahan Asumsi

Lebih terperinci

International Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA

International Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA Siaran Pers No. 16/104 International Monetary Fund UNTUK SEGERA 700 19 th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C. 20431 USA Dewan Eksekutif IMF Menyimpulkan Konsultasi Pasal IV 2015 dengan Indonesia

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo Triwulan III-2017

Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo Triwulan III-2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI GORONTALO Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo Triwulan III-217 Ekonomi Gorontalo Triwulan III- 217 tumbuh 5,29 persen Perekonomian Gorontalo berdasarkan besaran Produk Domestik

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II-2017 No. 56/08/33/Th.XI, 7 Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II- EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II- TUMBUH 5,18 PERSEN Perekonomian Jawa Tengah yang diukur berdasarkan besaran Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian suatu negara dapat ditinjau dari variabelvariabel makroekonomi yang mampu melihat perekonomian dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Variabelvariabel

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN I-2015 No. 35/05/33/Th.IX, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN I-2015 EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN I-2015 TUMBUH 5,5 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I-2014 Perekonomian Jawa Tengah yang diukur

Lebih terperinci

Suharman Tabrani Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan

Suharman Tabrani Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan Perkembangan Terkini, Tantangan, dan Prospek Ekonomi Suharman Tabrani Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan Disampaikan pada MUSRENBANG RKPD 2017 KOTA BALIKPAPAN OUTLINE 2 Perekonomian Nasional Perekonomian

Lebih terperinci

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011 Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011 Nomor. 30/AN/B.AN/2010 0 Bagian Analisa Pendapatan Negara dan Belanja Negara Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI Analisis Asumsi Makro Ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan memperluas kesempatan kerja melalui penyediaan sejumlah dana pembangunan dan memajukan dunia usaha.

Lebih terperinci

BAB 34 KERANGKA EKONOMI MAKRO

BAB 34 KERANGKA EKONOMI MAKRO BAB 34 KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Kerangka ekonomi makro dan pembiayaan pembangunan memberikan gambaran mengenai kemajuan ekonomi yang akan dicapai dalam tahun 2004 2009, berdasarkan

Lebih terperinci

Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan. Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur

Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan. Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur 1 Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur ALUR PIKIR 2 PEREKONOMIAN GLOBAL PEREKONOMIAN DOMESTIK

Lebih terperinci

4. Outlook Perekonomian

4. Outlook Perekonomian Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2008 4. Outlook Perekonomian Di tengah gejolak yang mewarnai perekonomian global, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2008 diprakirakan mencapai 6,2% atau melambat

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.5907 KEUANGAN NEGARA. APBN. Tahun 2016. Perubahan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 146). PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2015 No. 78/11/71/Th. IX, 5 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2015 PEREKONOMIAN SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2015 TUMBUH 6,28 PERSEN Perekonomian Sulawesi Utara Triwulan III-2015 yang

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2017 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 52/08/35/Th.XV, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2017 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2017 TUMBUH 5,03 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN II-2016 Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2015 No. 56/08/71/Th. IX, 5 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2015 PEREKONOMIAN SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2015 TUMBUH 6,27 PERSEN Perekonomian Sulawesi Utara Triwulan II-2015 yang

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif: Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan

Ringkasan Eksekutif: Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan Ringkasan Eksekutif: Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan Prospek pertumbuhan global masih tetap lemah dan pasar keuangan tetap bergejolak Akan tetapi, kinerja pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kerangka ekonomi makro daerah akan memberikan gambaran mengenai kemajuan ekonomi yang telah dicapai pada tahun 2010 dan perkiraan tahun

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010 PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak Juni 2010 viii Ringkasan Eksekutif: Keberlanjutan di tengah gejolak Indonesia terus memantapkan kinerja ekonominya yang kuat,

Lebih terperinci

Fokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global

Fokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global Fokus Negara IMF Orang-orang berjalan kaki dan mengendarai sepeda selama hari bebas kendaraan bermotor, diadakan hari Minggu pagi di kawasan bisnis Jakarta di Indonesia. Populasi kaum muda negara berkembang

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2016 No. 1/0/33/Th.XI, 6 Februari 017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN TUMBUH 5,8 PERSEN MELAMBAT DIBANDINGKAN PERTUMBUHAN TAHUN SEBELUMNYA 17 1 A. PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 11/02/35/Th.XV, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 TUMBUH 5,55 PERSEN MEMBAIK DIBANDING TAHUN 2015 Perekonomian Jawa Timur

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 72/11/35/Th.XIV, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III 2016 TUMBUH 5,61 PERSEN MENINGKAT DIBANDING TRIWULAN III-2015

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2014 No. 05/11/Th.IX, 5 Februari 2015 No. 11/02/63/Th.XIX/ 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2014 EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2014 TUMBUH 4,85 PERSEN MELAMBAT SEJAK TIGA TAHUN

Lebih terperinci

Laporan Perekonomian Indonesia

Laporan Perekonomian Indonesia 1 Key Messages Ketahanan ekonomi Indonesia cukup kuat Ketahanan ekonomi Indonesia cukup kuat dalam menghadapi spillover dan gejolak pasar keuangan global. Stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan relatif

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Pertumbuhan melambat; risiko tinggi

Ringkasan eksekutif: Pertumbuhan melambat; risiko tinggi Ringkasan eksekutif: Pertumbuhan melambat; risiko tinggi Melihat ke tahun 2014, Indonesia menghadapi perlambatan pertumbuhan dan risiko-risiko ekonomi yang signifikan yang membutuhkan fokus kebijakan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi dunia saat ini adalah sangat lambat. Banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi. Salah satunya adalah terjadinya krisis di Amerika.

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTB No. 73/11/52/X/2016, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016 EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016 TUMBUH 3,47 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. Pada satu sisi Indonesia terlalu cepat melakukan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014 No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN 2014 2 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA Release PDRB tahun dan selanjutnya menggunakan tahun dasar 2010 berbasis SNA 2008 No. 11/02/34/Th.XVII, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN EKONOMI DAERAH

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi, BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN I Ekonomi Gorontalo Triwulan I-2015 Tumbuh 4,69 Persen Melambat Dibanding Triwulan I-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN I Ekonomi Gorontalo Triwulan I-2015 Tumbuh 4,69 Persen Melambat Dibanding Triwulan I-2014 Persen (%) No. 29/05/75/Th.IX, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN I- 2015 Ekonomi Gorontalo Triwulan I-2015 Tumbuh 4,69 Persen Melambat Dibanding Triwulan I-2014 Perekonomian Gorontalo yang

Lebih terperinci

Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan

Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan Laju Pertumbuhan (persen) PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN II-2017 EKONOMI RIAU TRIWULAN II-2017 TUMBUH 2,41 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN II-2016 No. 37/08/14/Th. XVIII, 7 Agustus 2017 Perekonomian

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 3 KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 3 KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Kerangka Ekonomi Makro dan Pembiayaan Pembangunan pada Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2006 disempurnakan untuk memberikan gambaran ekonomi

Lebih terperinci