BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD"

Transkripsi

1 BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD A. Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD 1. Kondisi Perekomonian Nasional Dalam beberapa tahun terakhir ini, kinerja perekonomian dunia mengalami perlambatan, dari 3,4 persen di tahun 2012 menjadi 3,1 persen di tahun Hal tersebut disebabkan oleh kinerja ekonomi proses pemulihan di negara-negara maju yang belum optimal sejak dilanda krisis pada tahun 2008 dan pertumbuhan ekonomi di negaranegara berkembang yang juga menunjukkan perlambatan sebagai akibat lemahnya aktivitas perdagangan dunia serta rendahnya harga komoditas. Berdasarkan perkiraan IMF dalam World Economic Outlook (WEO) yang dirilis pada bulan april 2016, perekonomian global pada tahun ini dipekirakan tumbuh 3,2 persen atau mengalami perbaikan dibandingkan tahun 2015 yang tercatat 3,1 persen. Meskipun demikan, perkiraan ini masih lebih rendah dibandingkan perkiraan pada bulan Januari, sebesar 3,4 persen. IMF juga merevisi ke bawah perkiraan pertumbuhan ekonomi AS pada tahun Perekonomian AS diproyeksikan tumbuh sebesar 2,4 persen, sama dengan pertumbuhan di tahun Momentum positif ekonomi AS diperkirakan masih terus berlanjut, dengan didukung perbaikan pada sejumlah indikator ekonomi, antara lain tingkat pengangguran yang menurun, inflasi yang rendah dan indeks manufaktur maupun indeks produksi industri yang menunjukkan tren meningkat. Menghadapi perekonomian global yang belum menunjukkan pemulihan, masing-masing negara di dunia menerapkan kebijakan yang diyakini sesuai untuk mendorong kinerja ekonomi domestiknya. AS cenderung memberlakukan kebijakan moneter ketat melalui penghentian program quantitative easing. Selain itu, Bank Sentral AS (The Fed) juga menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 0,25 hingga 0,5 persen per 16 Desember Kenaikkan suku bunga acuan tersebut diperkirakan akan kembali terjadi secara bertahap di tahun 2016, dengan mempertimbangkan perkembangan indikator ekonomi AS lebih lanjut. Perekonomian di Eropa di tahun 2016 diperkirakan tumbuh sebesar 1,5 persen. Perkembangan positif

2 tersebut tidak lepas dari makin membaiknya kinerja ekonomi negaranegara besar di Eropa. Saat ini, kawasan Eropa mengalami deflasi pada bulan Maret 2016 sebesar 0,1 persen (yoy), setelah pada bulan Februari 2016 juga mencatat deflasi sebesar 0,2 persen (yoy). Selain deflasi, kawasan Eropa masih menghadapi beberapa risiko lain seperti perlambatan pertumbuhan produktivitas dan peningkatan defisit fiskal ditengah rasio utang terhadap PDB yang tinggi. Namun demikian, terdapat beberapa faktor yang berpotensi menyokong kondisi kawasan Eropa antara lain terkait dengan penurunan harga minyak, kebijakan fiskal yang lebih netral, serta depresiasi nilai tukar euro. Beberapa negara di Eropa dan Jepang juga masih bertumpu pada kebijakan moneter longgar melalui pemberian stimulus dan penerapan suku bunga negatif. European Central Bank (ECB) mengumumkan kebijakan quantitative easing pada 22 Januari 2015 dengan pembelian aset finansial berskala besar hingga mencapai 60 miliar euro per bulan. Kebijakan tersebut rencananya akan diperpanjang hingga tahun 2017 untuk mencapai target inflasi kawasan Eropa, sekitar 2 persen. Hal yang sama juga terjadi di Jepang, Bank of Japan (BoJ) juga akan melanjutkan kebijakan quantitative easing yang telah dilaksanakan mulai tahun BoJ akan mengucurkan dana sebesar 80 triliun yen per tahun, meningkat dari stimulus sebelumnya yang hanya triliun yen per tahun. Hampir serupa dengan kondisi perekonomian kawasan Eropa, Jepang masih menghadapi sejumlah risiko ekonomi antara lain pertumbuhan produk industri dan pertumbuhan penjualan eceran yang rendah dan tingkat inflasi yang juga rendah. BoJ pada bulan Januari 2016 juga memutuskan untuk menerapkan kebijakan tingkat suku bunga negatif berlaku per Februari 2016 dengan memangkas suku bunga ke level negatif 0,1 persen. Penerapan suku bunga negatif diharapkan dapat mendorong perekonomian dan mencegah terjadinya deflasi yang berkepanjangan di negara tersebut. Pertumbuhan ekonomi Jepang di tahun 2016 diperkirakan sebesar 0,5 persen. Arah kebijakan ekonomi negara-negara maju turut mempengaruhi kebijakan ekonomi di negara-negara berkembang. Pelemahan ekonomi global telah memukul ekonomi Tiongkok sebagai negara yang bergantung pada ekspor. Untuk menyikapi kondisi global yang kurang kondusif, pemerintah Tiongkok mengambil langkah untuk

3 menyeimbangkan sumber pertumbuhan tidak hanya dari investasi dan ekspor, tetapi juga konsumsi rumah tangga (rebalancing). Namun demikian, proses rebalancing masih terhambat dengan konsumsi rumah tangga yang belum sekuat yang diharapkan. Untuk mengompensasi hal tersebut, People s Bank of China (PBoC) melakukan devaluasi yuan, menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM), dan menurunkan tingkat suku bunga acuan guna membuat produk-produk ekspor Tiongkok menjadi lebih kompetitif sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Dalam rangka memperkuat konsumsi dan mendorong perekonomian, PBoC telah beberapa kali menurunkan suku bunga acuan. Per Maret 2016, suku bunga acuan ditetapkan 4,35 persen, lebih rendah dari posisi akhir 2012 yang tercatat 6 persen. Tiongkok juga memangkas GWM menjadi 17 persen. Pelemahan ekonomi global serta berbagai tantangan yang dihadapi perekonomian domestik menjadi tantangan bagi kinerja perekonomian nasional. Namun demikian, pada tahun 2015 pertumbuhan ekonomi Indonesia mampu mencapai 4,8 persen (yoy). Meski lebih rendah dari asumsinya dalam APBNP tahun 2015, namun pertumbuhan tersebut masih lebih tinggi dibandingkan negara-negara berkembang lainnya. Capaian ini terutama didukung oleh kinerja komponen kunci di sisi pengeluaran seperti sektor konsumsi rumah tangga, belanja pemerintah dan investasi. Dari sisi produksi, sektor industri, pertanian dan jasa yang merupakan sektor-sektor utama menunjukkan pertumbuhan yang positif dan relatif stabil. Salah satu komponen penopang pertumbuhan ekonomi yang perannya diharapkan semakin besar adalah Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTB). Di tahun 2015, PMTB mulai meningkat dan tumbuh 5,1 persen, lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 4,6 persen. Hal ini terutama ditopang oleh akselerasi pembangunan proyek-proyek infrastruktur sebagai dampak dari peningkatan anggaran infrastruktur secara signifikan. Selain itu, pertumbuhan PMTB juga didukung oleh berbagai upaya berkesinambungan yang dilakukan Pemerintah dalam memperbaiki iklim investasi. Perbaikan iklim investasi dilakukan melalui deregulasi dan simplifikasi prosedur perizinan investasi baik di pusat maupun daerah, kesinambungan reformasi birokrasi, penciptaan kepastian

4 hukum bagi investor dan penyediaan insentif fiskal baik dalam bentuk tax holiday maupun tax allowance. Di sisi lain, pertumbuhan sektor pertambangan menunjukkan tren penurunan sebagai dampak dari harga komoditas yang mengalami pelemahan, terutama pada tahun 2015 yang tumbuh negatif. Sejalan dengan itu, secara kewilayahan, kawasan yang bergantung pada barang komoditas juga mengalami penurunan pertumbuhan yang relatif dalam seperti Sumatera dan Kalimantan. Pulau Jawa yang merupakan wilayah berbasis industri mampu tumbuh relatif lebih stabil. Kinerja indikator ekonomi makro lainya juga menunjukkan perkembangan yang relatif stabil. Selama tahun 2015, inflasi terkendali pada tingkat 3,35 persen, jauh di bawah asumsi dalam APBNP tahun 2015 yang sebesar 5 persen. Indikator realisasi investasi langsung yang terus meningkat menunjukkan bahwa Indonesia masih memiliki daya tarik yang tinggi bagi investor asing maupun domestik. Pasar obligasi pemerintah masih tetap tumbuh walaupun ada tekanan gejolak pasar keuangan terhadap pasar modal. Defisit Transaksi Berjalan di tahun 2015 mengalami perbaikan karena didukung oleh peningkatan kinerja pada neraca pendapatan dan neraca jasa. Untuk menjaga stabilitas, Bank Indonesia (BI) menerapkan kebijakan moneter yang ketat guna menekan impor, sementara Pemerintah berupaya untuk menjaga agar kondisi fiskal tetap sehat. Penurunan impor migas dan kenaikan di sektor jasa, khususnya sektor pariwisata, memberikan kontribusi positif bagi neraca berjalan. Cadangan devisa pada akhir tahun 2015 berada pada posisi US$105,9 miliar atau masih di atas standar kecukupan internasional. Jumlah tersebut dapat menutup kebutuhan 7,4 bulan impor dan pembayaran cicilan utang luar negeri pemerintah. Pada tahun 2016, Pemerintah tetap mewaspadai berbagai potensi tantangan dan risiko, baik yang berasal dari eksternal maupun internal. Atas hal ini, Pemerintah berkomitmen untuk terus melanjutkan reformasi struktural yang telah digulirkan sejak awal tahun 2015 untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih merata dan berkesinambungan dalam jangka panjang. Reformasi tersebut dilakukan dengan mendorong pertumbuhan sektor-sektor bernilai tambah dan industri pengolahan komoditas primer serta meningkatkan peran investasi sebagai mesin pendorong utama pertumbuhan.

5 Pelaksanaan reformasi struktural tersebut didukung oleh reformasi anggaran yang mencakup tiga pilar yaitu optimalisasi pendapatan, peningkatan kualitas belanja, dan kesinambungan pembiayaan anggaran. Dengan memperhatikan perkembangan kondisi perekonomian terkini baik global maupun domestik serta berbagai kebijakan yang diambil Pemerintah, diperkirakan akan terdapat deviasi beberapa asumsi yang ditetapkan pada APBN tahun 2016 dengan outlook terkini (RAPBNP tahun 2016) sebagai berikut: a. Laju inflasi sepanjang tahun 2016 diperkirakan sebesar 4,0 persen, lebih rendah dibandingkan asumsi dalam APBN tahun 2016 yang ditetapkan sebesar 4,7 persen. Besaran inflasi sepanjang tahun 2016 akan terpengaruh oleh perkembangan ekonomi global dan tren pelemahan harga komoditas terutama energi. Sementara dari sisi domestik, stabilitas inflasi akan didukung oleh sinergi kebijakan Pemerintah dan Bank Indonesia (BI) dalam menjaga harga kebutuhan pokok masyarakat. Pelaksanaan kebijakan pembangunan infrastruktur akan menjadi tumpuan dalam upaya peningkatan produksi serta dukungan konektivitas dan kelancaran arus distribusi yang akan berpengaruh terhadap inflasi. b. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diperkirakan bergerak pada kisaran Rp per dolar AS, menguat dibandingkan asumsinya dalam APBN tahun 2016 sebesar Rp per dolar AS. Beberapa faktor positif terutama penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia, perbaikan kinerja transaksi berjalan, inflasi yang rendah, serta membaiknya perekonomian diharapkan mampu menjaga stabilisasi dan meredam depresiasi nilai tukar rupiah. Namun demikian, pergerakan nilai tukar rupiah sepanjang tahun 2016 masih menghadapi beberapa risiko eksternal seperti potensi kenaikan suku bunga the Fed pada semester kedua, pelonggaran likuiditas di kawasan Eropa dan Jepang, serta pengaruh moderasi pasar keuangan Tiongkok. c. Suku bunga SPN 3 bulan diperkirakan sama dengan asumsi APBN tahun 2016 yaitu 5,5 persen. d. ICP diproyeksikan berada pada kisaran US$35 per barel lebih rendah dibandingkan dengan asumsi dalam APBN tahun 2016 sebesar US$50 per barel. Badan Energi AS (US Energy Information

6 Administration/EIA) memperkirakan harga minyak mentah dunia sepanjang tahun 2016 masih akan berada pada kisaran US$35 per barel, seiring dengan moderasi pertumbuhan ekonomi Tiongkok. Realisasi harga ICP sampai dengan April tahun 2016 mencapai US$32,0 per barel, turun 39 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Dengan mempertimbangkan hal tersebut, pada tahun 2016, Pemerintah memperkirakan ICP akan berada pada kisaran US$35 per barel, lebih rendah dibandingkan dengan asumsi dalam APBN tahun 2016 yang ditetapkan sebesar US$50 per barel. Namun demikian, Pemerintah perlu mencermati pergerakan harga minyak mentah dunia dengan memperhatikan beberapa faktor risiko yang bersumber pada kondisi geopolitik, alam, dan iklim. e. Lifting minyak diperkirakan akan terealisasi sebesar 810 ribu barel per hari, lebih rendah dibandingkan asumsi dalam APBN tahun Dalam APBN tahun 2016, target lifting minyak bumi ditetapkan sebesar 830 ribu barel per hari atau meningkat jika dibanding target dan capaian pada tahun Target tersebut terutama ditopang oleh produksi di Lapangan Banyu Urip-Blok Cepu yang telah beroperasi secara penuh. Namun demikian, tren penurunan harga minyak mentah dunia berpotensi menurunkan kinerja industri hulu migas Indonesia. Untuk mengantisipasi hal tersebut Pemerintah akan tetap berupaya mendorong efisiensi produksi oleh KKKS agar tekanan penurunan lifting minyak bumi dapat diminimalisir. Hingga Bulan Maret tahun 2016, realisasi lifting minyak bumi mencapai rata-rata 820,3 ribu bph. Dengan mempertimbangkan faktor dan kondisi yang ada, capaian lifting minyak bumi diperkirakan akan mengalami penyesuaian menjadi sebesar 810 ribu bph. f. Lifting gas bumi diperkirakan mencapai ribu barel setara minyak per hari, lebih rendah bila dibandingkan dengan asumsi lifting gas bumi pada APBN tahun 2016 yang ditetapkan sebesar ribu barel setara minyak per hari. Target lifting gas bumi pada APBN tahun 2016 ditetapkan sebesar ribu bsmph. Per Maret 2016, realisasi lifting gas rata-rata sebesar 1.228,7 ribu bsmph. Meskipun demikian, dengan mempertimbangkan kecenderungan produksi minyak yang masih menurun dan masih adanya risiko tingkat penyerapan uncontracted gas yang rendah, lifting gas di

7 tahun 2016 diperkirakan akan mencapai ribu bsmph. Untuk mengurangi risiko yang berasal dari tingkat penyerapan uncontracted gas, Pemerintah mendorong pemanfaatan gas untuk pasar dalam negeri dengan membangun infrastruktur gas. Asumsi dasar ekonomi makro nasional pada RAPBN-P 2016 disajikan pada Tabel 2.1, sebagai berikut : Tabel 2.1 Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBN-P Tahun 2016 No Uraian Realisasi APBN APBNP 1. Pertumbuhan Ekonomi (%, yoy) 4,8 5,3 5,3 2. Inflasi (%, yoy ) 3,4 4,7 4,0 3. Nilai Tukar (Rp/US$) Tingkat Suku Bunga SPN 3 bulan (%) 6,0 5,5 5,5 5. Harga Minyak mentah Indonesia (US$/barel) Lifting Minyak (Ribu barel per hari) Lifting Gas (Ribu Barel setara minyak per hari) 1.195, Sumber : Kementerian Keuangan RI 2. Kondisi Perekonomian Provinsi Jawa Tengah Secara keseluruhan perekonomian Jawa Tengah tahun 2016 diperkirakan tumbuh lebih tinggi dibandingkan tahun Sumber peningkatan pertumbuhan berasal dari lapangan usaha perdagangan, dan industri pengolahan. Perbaikan ekonomi global dan domestik, permintaan terhadap hasil produksi Jawa Tengah diperkirakan mengalami peningkatan yang mendorong perbaikan kinerja lapangan usaha perdagangan, serta industri pengolahan. Tren penurunan biaya energi juga turut mendorong peningkatan kinerja. Turut menunjang perekonomian tumbuh lebih tinggi, komitmen pemerintah untuk pembangunan infrastruktur, baik dalam perbaikan logistik, maupun infrastruktur pendukung pertanian akan mendorong peningkatan kinerja investasi. Pada sisi swasta, komitmen pemerintah untuk meningkatkan iklim investasi dan usaha, serta Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) Provinsi Jawa Tengah yang kompetitif juga mampu mendukung peningkatan investasi. Adapun beberapa hal yang harus diperhatikan dalam rangka menjaga pertumbuhan ekonomi pada tahun 2016 antara lain risiko berlanjutnya perlambatan ekonomi Tiongkok, juga tingginya persaingan

8 di pasar global, terutama dengan Vietnam untuk komoditas tekstil, dan barang dari kayu. Sementara itu, risiko di pasar keuangan global sudah mereda, walaupun masih perlu diwaspadai. Suku bunga Fed Fund Rate (FFR) diperkirakan baru akan meningkat di semester II 2016 dengan besaran kenaikan yang lebih rendah. Hal lain yang juga menjadi tantangan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi adalah kesesuaian realisasi konsumsi pemerintah dalam proyek infrastruktur. Sampai dengan triwulan I 2016, realisasi proyek pembangunan pemerintah relatif baik, terlihat dari realisasi belanja modal pemerintah provinsi yang sebesar 12,42%, lebih tinggi dari capaian tahun sebelumnya, maupun rata-rata historis lima tahun terakhir yang sebesar 3,12%. Namun di sisi lain, realisasi anggaran belanja modal pada APBD cukup rendah, yaitu 11,69%, dan berada di bawah realisasi tahun sebelumnya yang sebesar 12,26%. Oleh karena itu, pada tiga triwulan ke depan sampai dengan akhir tahun 2016, perlu dilakukan peningkatan realisasi belanja APBD untuk dapat mendorong perekonomian daerah. Tekanan inflasi keseluruhan tahun 2016 diperkirakan berada pada rentang sasaran 4±1% (yoy), lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Sejalan dengan aktivitas ekonomi Jawa Tengah yang membaik, tekanan inflasi diperkirakan meningkat di tengah permintaan masyarakat akan barang dan jasa yang membaik. Peningkatan ini di perkirakan terjadi di seluruh kelompok, baik kelompok volatile food, kelompok administered prices, maupun kelompok inti. Inflasi kelompok volatile food diperkirakan akan meningkat dibandingkan tahun lalu. Tantangan yang dihadapi dalam menjaga gejolak harga kelompok pangan adalah sistem logistik dan jalur distribusi yang tidak efisien. Hasil survei BPS menunjukkan bahwa rantai perdagangan cabai merah, bawang merah, dan jagung pipilan terpanjang ditemui di Provinsi Jawa Tengah. Bank Indonesia melalui TPID akan terus berusaha menjaga inflasi pada kelompok volatile food dapat terus ditekan antara lain melalui pembenahan sistem logistik. Selaras dengan upaya tersebut, TPID juga akan mengoptimalkan produksi komoditas untuk menjaga kestabilan harga. Salah satu program nasional yang bersinergi dengan TPID Provinsi Jateng adalah program Aksi Sinergis di Brebes. Sebagai penghasil bawang merah

9 terbesar nasional, Brebes akan dijadikan gudang produksi bawang merah nasional. Selain itu, petani juga akan diberi kemudahan mendapat sertifikat tanah agar mendapatkan kemudahan akses pembiayaan ke perbankan. Inflasi kelompok administered prices pada akhir tahun 2016 diperkirakan meningkat secara moderat. Tekanan inflasi akhir tahun diperkirakan terjadi akibat penyesuaian TTL dan distribusi kenaikan cukai rokok. Namun demikian, tekanan inflasi diperkirakan tertahan sejalan dengan harga minyak dunia yang diproyeksikan berada pada level rendah. Badan Administrasi Informasi Energi AS (EIA) memproyeksikan harga minyak dunia pada tahun 2016 masih berada pada level rendah, yakni sebesar USD 37,59. Hal ini kemudian berimbas pada relatif stabilnya harga tarif angkutan umum dan angkutan udara pada tahun laporan. Selanjutnya, inflasi inti juga diperkirakan meningkat dibandingkan tahun 2015 silam. Peningkatan ini terjadi seiring dengan pergerakan aktivitas ekonomi dan perbaikan daya beli masyarakat. Aktivitas ekonomi yang membaik ini sejalan dengan pertumbuhan ekonomi global. Berdasarkan data IMF, pertumbuhan ekonomi dunia diperkirakan akan tumbuh membaik, terutama untuk negara AS, Eropa, dan Jepang yang merupakan mitra dagang Provinsi Jawa Tengah. Selain itu, membaiknya daya beli masyarakat akan berimplikasi pada peningkatan permintaan barang sandang, rekreasi, dan perlengkapan rumah tangga, sehingga mendorong inflasi pada kelompok tersebut. Tekanan inflasi juga berasal dari meningkatnya harga komoditas bahan bangunan seiring program pembangunan infrastruktur pemerintah di tahun Asumsi dasar ekonomi makro di Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut ini : Tabel 2.2 Asumsi Dasar Ekonomi Makro Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016 No Indikator PDRB : Atas dasar harga berlaku (Triliun Rp) Atas dasar harga konstan (Triliun Rp) 2016 Perubahan RKPD RKPD 261, , , , , ,114

10 No Indikator 2015 Perubahan RKPD RKPD 2. Laju Pertumbuhan Ekonomi (%) 5,40 6,1-6,6 5,2-5,6 3. Inflasi (%) 2,73 4,5 ± 1 4,5 ± 1 4. PDRB/Kapita atas dasar harga konstan (Juta Rp) 18,06 7,75 24,99 5. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) (%) 4,99 4,66 4,43 4,66 4,43 6. Kemiskinan (%) 13,32 8,60-8,35 8,60-8,35 7. Nilai Tukar Petani (NTP) 102,03 102,63 102,63 Sumber: RKPD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016 dan 2017, dan Kajian Ekonomi Regional Triwulan I 2016, Perwakilan Bank Indonesia Jawa Tengah. 3. Kondisi Perekonomian Kota Surakarta Dibandingkan dengan nasional, inflasi Kota Surakarta tahun 2015 sebesar 2,56% lebih rendah dibandingkan inflasi nasional sebesar 3,35%, dan inflasi Provinsi Jawa Tengah sebesar 2,73%. Dibandingkan enam kota di Provinsi Jawa Tengah yang dihitung angka inflasinya, inflasi Kota Surakarta sama dengan Kota Semarang dan lebih rendah dibandingkan Kudus (3,28%), Kabupaten Cilacap (2,63%), Kabupaten Kududs (3,28%), Kabupaten Tegal (3,95%), serta lebih tinggi dibandingkan Kabupaten Banyumas (2,52%). Pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta pada tahun 2015 sebesar 5,24%. Jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi kabupaten kota lain di sekitar, Kota Surakarta berada di posisi ke 3 setelah Kota Pekalongan dan Kota Semarang. Pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta tahun 2015 lebih tinggi dari capaian nasional dan Provinsi Jawa Tengah. Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta, masih digerakkan oleh sektor sekunder dan tersier, dimana nilai investasi yang berkontribusi terhadap nilai PDB terutama disebabkan oleh daya tarik pasar domestik, khususnya di sektor kontruksi, seiring dengan keberhasilan city branding Kota Surakarta sebagai Kota MICE melalui pertumbuhan hotel, perdagangan dan jasa keuangan. Dari sisi permintaan, konsumsi di Kota Surakarta tumbuh stabil didukung oleh terjaganya daya beli masyarakat. Kota Surakarta dengan kontribusi utama pertumbuhan ekonomi dari sektor pedagangan, jasa dan industri menjadikan salah satu daya tarik untuk mencari pekerjaan bagi para pencari kerja.

11 No Masyarakat di luar Kota Surakarta terutama pada para pencari kerja usia muda yang kategori baru lulusan pendidikan akan mencari pekerjaan pada sektor-sektor modern. Banyaknya angkatan kerja bukan penduduk Kota Surakarta yang datang dan kemudian berdomisili di Kota Surakarta untuk mencari pekerjaan menjadi tantangan tersendiri. Jumlah pencari kerja yang datang dari luar Kota Surakarta menjadi pesaing besar bagi pencari kerja lokal untuk mendapatkan pekerjaan yang tersedia. Dengan kondisi tersebut, naik turunnya tingkat pengangguran terbuka di Kota Surakarta dapat dipengaruhi oleh tingkat penyerapan kerja dan persaingan antara pencari kerja lokal dengan pencari kerja dari luar Kota Surakarta. Dengan mendasarkan kondisi perekonomian Kota Surakarta tahun , kondisi perekonomian nasional, dan Provinsi Jawa Tengah, dilakukan perubahan asumsi ekonomi makro pada perubahan RKPD tahun 2016 sebagaimana tercantum pada Tabel berikut : Tabel 2.3 Asumsi Dasar Ekonomi Makro Pada Perubahan RKPD Indikator Makro Kota Surakarta Tahun 2016 Realisasi 2015 APBD 2016 Perubahan RKPD 1 Laju Pertumbuhan Ekonomi (%) 5, Inflasi (%) 2, PDRB Perkapita atas dasar harga konstan , , ,46 (Rp) 4 Angka Kemiskinan (%) 10,30 7,11 9,64 5 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) (%) 5,95 6,02 5,83 Sumber: BPS, BI dan Bappeda Kota Surakarta B. Perubahan Kebijakan Pendapatan Daerah Dengan melihat kondisi aktual kinerja ekonomi daerah, Provinsi Jawa Tengah dan Nasional, serta memperhatikan realisasi APBD Kota Surakarta Tahun Anggaran 2016 dan evaluasi kinerja bidang pendapatan sampai dengan bulan Juni 2016, maka kebijakan pendapatan perubahan APBD Kota Surakarta diarahkan sebagai berikut: 1. Penyesuaian Pendapatan Asli Daerah dengan mempertimbangkan:

12 a. Perkiraan berdasarkan potensi yang terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan; b. Realisasi Pendapatan Asli Daerah sampai dengan triwulan II tahun 2016; c. Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 5 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 9 Tahun 2011 tentang Retribusi Daerah d. Keputusan Walikota Surakarta tentang Pengesahan Laporan Keuangan Perusahaan Milik Daerah Tahun 2015; e. Penyesuaian pendapatan BLUD yang bersumber dari jasa layanan, hibah, hasil kerjasama dengan pihak ketiga, APBN, dan lain-lain pendapatan BLUD yang sah; f. Persetujuan Bersama Walikota Surakarta dan DPRD Kota Surakarta tanggal 12 Juli 2016 Nomor 910/ /4062 terhadap Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Surakarta Tahun Penyesuaian Dana Perimbangan dengan mempertimbangkan : a. Peraturan Presiden RI Nomor 137 Tahun 2015 tentang Rincian APBN Tahun Anggaran 2016; b. Peraturan Gubernur Provinsi Jawa Tengah Nomor 62 Tahun 2015 tentang Perkiraan Alokasi Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau Bagian Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Tahun Anggaran 2016; c. Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor PER-4/PK/2016 tentang Tata Cara Pemotongan atas Lebih Bayar Dana Bagi Hasil Pada Tahun Anggaran 2016; d. Surat Edaran Menteri Keuangan Nomor SE-19/MK.07/2016 tentang Pedoman Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus Fisik Tahun 2016 berdasarkan Usulan Pengurangan/Pemotongan Secara Mandiri oleh Daerah 3. Penyesuaian Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah, meliputi: a. Penyesuaian Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi berdasarkan Keputusan Gubenur Jawa Tengah Nomor 971/003/2016 tentang Alokasi Bagi Hasil Penerimaan Pajak Daerah Provinsi Jawa tengah kepada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun Anggaran 2016;

13 b. Penyesuaian Dana penyesuaian dan Otonomi Khusus berdasarkan Peraturan Presiden RI Nomor 137 Tahun 2015 tentang Rincian APBN Tahun Anggaran 2016; c. Penyesuaian Bantuan Keuangan dari Provinsi berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2015 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun Anggaran C. Perubahan Kebijakan Belanja Daerah Sesuai hasil evaluasi pelaksanaan APBD Tahun Anggaran 2016 sampai dengan bulan Juni 2016 serta memperhatikan sinkronisasi kebijakan belanja dari pemerintah pusat dan pemerintah provinsi Jawa Tengah, maka kebijakan belanja perubahan APBD Kota Surakarta Tahun Anggaran 2016 diarahkan sebagai berikut: 1. Penggunaan SiLPA a. SiLPA terikat, diutamakan untuk menganggarkan kembali sisa anggaran yang berasal dari: 1) Dana Alokasi Khusus; 2) Bantuan Keuangan Provinsi Jawa Tengah; 3) Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau; 4) Tunjangan profesi guru; 5) Tambahan Penghasilan Guru; 6) Kementerian Kesejahteraan Rakyat untuk Relokasi Tanah Negara; b. SiLPA tidak terikat, dialokasikan untuk kegiatan lain. 2. Belanja Tidak Langsung a. Belanja Pegawai 1) Gaji PNS dihitung dengan mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2013 tentang Perubahan Ketiga belas Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji PNS, dengan berdasar pada realisasi pembayaran gaji sampai bulan Juni 2016; 2) Penyesuaian penganggaran belanja Pimpinan dan Anggota DPRD sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pemberian Gaji, Pensiun dan Tunjangan Ketiga Belas kepada Pegawai Negeri Sipil, Prajurit TNI, Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia, Pejabat Negara dan

14 Penerima Pensiun atau Tunjangan dan Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2016 tentang Pemberian Tunjangan Hari Raya dalam Tahun Anggaran 2016 kepada kepada Pegawai Negeri Sipil, Prajurit TNI, Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Pejabat Negara; 3) Penyesuaian Tambahan penghasilan bagi guru PNSD/CPNSD yang belum bersertifikasi dan tunjangan profesi guru berpedoman pada Peraturan Presiden Nomor 52 tahun 2009 tentang Tambahan Penghasilan bagi Guru Pegawai Negeri Sipil; 4) Penganggaran kembali Silpa Tunjangan Profesi Guru Tahun 2015; 5) Pemberian insentif atas pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pemberian Dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah dan dihitung berdasarkan target pendapatan sampai akhir tahun anggaran b. Belanja Bunga Hutang Dalam perubahan APBD Tahun Anggaran 2016, belanja bunga hutang tidak mengalami perubahan kebijakan (masih sesuai dengan rencana semula). c. Belanja Hibah, Bantuan Sosial dan Bantuan Keuangan 1) Pemberian hibah dan bantuan sosial berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial beserta perubahannya dan Peraturan Walikota Surakarta Nomor 28 Tahun 2014 tentang Pedoman Pemberian Hibah, Bantuan Sosial, dan Bantuan Keuangan Partai Politik yang bersumber dari APBD Kota Surakarta; 2) Mengakomodir Bantuan Keuangan Provinsi Jawa Tengah Tahun Anggaran 2016 sesuai izin mendahului perubahan yang telah ditetapkan dalam Peraturan Walikota Surakarta Nomor 2 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Walikota Surakarta Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Surakarta Tahun Anggaran 2016.

15 d. Belanja Tidak Terduga Mengakomodir Dana Pendamping Dana Alokasi Khusus dan Bantuan Keuangan Provinsi Jawa Tengah Tahun Anggaran 2016 sesuai izin mendahului perubahan yang telah ditetapkan dalam Peraturan Walikota Surakarta Nomor 2 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Walikota Surakarta Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Surakarta Tahun Anggaran Belanja Langsung a. Penyesuaian alokasi belanja Program/kegiatan yang bersumber pada pemerintah pusat dan pemerintah provinsi Jawa Tengah; b. Penyesuaian sasaran dan target indikator kinerja kegiatan Program/kegiatan memperhatikan hasil evaluasi pelaksanaannya sampai dengan triwulan II, dinamika permasalahan yang timbul di masyarakat dan Persetujuan Bersama Walikota Surakarta dan DPRD Kota Surakarta tanggal 12 Juli 2016 Nomor 910/ /4062 terhadap Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Surakarta Tahun ; c. Penyesuaian standarisasi belanja mengacu pada Keputusan Walikota Surakarta Nomor 010/46.1/1/2016 tentang Perubahan Kedua Atas Keputusan Walikota Surakarta Nomor 010/48.1/1/2015 tentang Standar Satuan Harga Tahun Anggaran 2015; d. Percepatan Realisasi keuangan dan Pelaksanaan Kegiatan mempertimbangkan : 1) Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 235/PMK.07/2015 tentang Konversi Penyeluran Dana Bagi hasil dan/atau Dana Alokasi Umum dalam Bentuk Nontunai; 2) Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 48/PMK.07/2016 tentang Pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa. e. Perencanaan anggaran atas kegiatan-kegiatan yang waktu pelaksanaannya secara administratif dan fisik harus diselesaikan sampai dengan minggu ke-2 bulan Desember 2016; f. Pelaksanaan kegiatan memperhatikan batas waktu pembayaran pekerjaan Tahun Anggaran 2016 paling lambat 31 Desember 2016;

16 g. Pelaksanaan kegiatan memperhatikan Peraturan Walikota Nomor 23-A Tahun 2015 tentang Pedoman Teknis Pelaksanaan Kegiatan APBD Kota Surakarta dan Peraturan Walikota Surakarta Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pedoman Sistem dan Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah; h. Paket-paket pengadaan serta biaya-biaya yang berkaitan dengan proses pengadaan barang/jasa memperhatikan nilai paket pengadaan barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya yang diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 tentang Perubahan Keempat atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah; i. Pembayaran paket-paket pengadaan barang dan jasa berpedoman pada peraturan perundang - undangan yang berlaku; j. Penggunaan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBH-CHT) mengacu pada PMK Nomor 28/PMK.07/2016 tentang Penggunaan, Pemantauan dan Evaluasi DBHCHT diarahkan untuk 50% mendanai program/kegiatan peningkatan kualitas bahan baku, pembinaan industri, pembinaan lingkungan sosial, sosialisasi ketentuan di bidang cukai dan pemberantasan barang kena cukai illegal serta 50% untuk mendanai program/kegiatan sesuai dengan kebutuhan dan prioritas daerah; k. Pengelolaan Belanja BLUD berpedoman pada Peraturan Walikota Surakarta Nomor 22-B Tahun 2015 tentang Pedoman Sistem dan Prosedur PPK-BLUD Kota Surakarta; l. Biaya BLUD merupakan biaya operasional dan non operasional. Biaya operasional mencakup seluruh biaya yang menjadi beban BLUD dalam rangka menjalankan tugas dan fungsi sedangkan biaya non operasional mencakup seluruh biaya yang menjadi beban BLUD dalam rangka menunjang pelaksanaan tugas dan fungsi. m. Pengeluaran biaya BLUD diberikan fleksibilitas dengan mempertimbangkan volume dan kegiatan pelayanan, dimana fleksibilitas tersebut merupakan pengeluaran yang disesuaikan dan signifikan dengan perubahan pendapatan dalam ambang batas RBA yang telah ditetapkan secara definitif.

17 n. Belanja pegawai Pemberian honorarium bagi pegawai dalam rangka pelaksanaan program dan kegiatan dibatasi berpedoman pada Keputusan Walikota Surakarta Nomor 010/46.1/1/2016 tentang Perubahan Kedua Atas Keputusan Walikota Surakarta Nomor 010/48.1/1/2015 tentang Standar Satuan Harga Tahun Anggaran o. Belanja Barang dan Jasa 1) Pembayaran Upah bagi THL dan Pekerja Harian Lepas/Tidak Organik di Jajaran Pemerintah Kota Surakarta disesuaikan menjadi upah bagi Tenaga Kerja dengan Perjanjian Kontrak (TKPK) di Pemerintah Kota Surakarta sebagaimana diatur dalam Keputusan Walikota Surakarta Nomor 800/306 Tahun 2016 tentang Kebutuhan Jasa Tenaga Kerja dengan Perjanjian Kerja di Lingkungan Pemerintah Kota Surakarta Tahun 2016 dan Peraturan Walikota Surakarta Nomor 33 Tahun 2014 tentang Pedoman Pengadaan Jasa Tenaga Kerja dengan Perjanjian Kerja di Lingkungan Pemerintah Kota Surakarta; 2) Penganggaran pengadaan barang (termasuk berupa aset tetap) yang akan diserahkan kepada pihak ketiga/masyarakat pada tahun anggaran berkenaan berpedoman padaperaturan Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 2016 Tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah; p. Belanja Modal Penganggaran perubahan belanja modal memperhatikan skala prioritas kebutuhan dan jadwal waktu proses pengadaan beserta pelaksanaannya, mengingat perubahan APBD mempunyai durasi waktu efektif hanya 70 (tujuh puluh) hari kerja. D. Perubahan Kebijakan Pembiayaan Daerah Realisasi APBD Kota Surakarta Tahun Anggaran 2015 dan evaluasi kinerja bidang pembiayaan sampai dengan bulan Juni 2016, maka kebijakan pembiayaan perubahan APBD Kota Surakarta diarahkan sebagai berikut: 1. Penerimaan Pembiayaan

18 a. Sisa lebih perhitungan anggaran tahun lalu (SiLPA) Tahun 2015 berdasarkan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 6 Tahun 2016 tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Kota Surakarta Tahun Anggaran 2015; b. SiLPA berasal dari: 1) Dana Alokasi Khusus; 2) Bantuan Keuangan Provinsi Jawa Tengah; 3) Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau; 4) Tunjangan profesi guru; 5) Tambahan Penghasilan Guru; 6) Kementerian Kesejahteraan Rakyat untuk Relokasi Tanah Negara; 7) Kelebihan pendapatan; 8) Efisiensi belanja. 2. Pengeluaran Pembiayaan Dalam perubahan APBD Tahun Anggaran 2016, pengeluaran pembiayaan tidak mengalami perubahan kebijakan (masih sesuai dengan rencana semula).

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan

Lebih terperinci

Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta KUPA

Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta KUPA Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Penetapan KUPA Kebijakan Umum Perubahan Anggaran Tahun Anggaran 2017 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah DIY Kompleks Kepatihan Danurejan Yogyakarta (0274)

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Perkembangan ekonomi makro bulan Oktober 2004 hingga bulan Juli 2008 dapat diringkas sebagai berikut. Pertama, stabilitas ekonomi tetap terjaga

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO Jalan Imam Bonjol Komplek Perkantoran Pemerintah Kabupaten Mukomuko Kode Poss 38364

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO Jalan Imam Bonjol Komplek Perkantoran Pemerintah Kabupaten Mukomuko Kode Poss 38364 PERATURAN BUPATI MUKOMUKO NOMOR 20 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI MUKOMUKO NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2017 PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO Jalan

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI I PENDAHULUAN

DAFTAR ISI I PENDAHULUAN DAFTAR ISI I PENDAHULUAN... 1-1 1.1 Latar Belakang... 1-1 1.2 Tujuan Penyusunan Kebijakan Umum Perubahan APBD... 1-3 1.3 Dasar Hukum Penyusunan Kebijakan Umum Perubahan APBD... 1-4 II PERUBAHAN KEBIJAKAN

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Sejak pertengahan tahun 2006, kondisi ekonomi membaik dari ketidakstabilan ekonomi tahun 2005 dan penyesuaian kebijakan fiskal dan moneter yang

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBNP 2015

Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBNP 2015 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nov Des Asumsi Dasar Ekonomi Makro 2015 Asumsi Dasar Ekonomi Makro Tahun 2015 Indikator a. Pertumbuhan ekonomi (%, yoy) 5,7 4,7 *) b. Inflasi (%, yoy) 5,0 3,35

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

Prospek Ekonomi Global dan Domestik 2017: Peluang dan Tantangan

Prospek Ekonomi Global dan Domestik 2017: Peluang dan Tantangan Prospek Ekonomi Global dan Domestik 2017: Peluang dan Tantangan 1 2 Siklus Ekonomi 3 Sumber: BI Ekonomi Domestik Beberapa Risiko Ekonomi Global Meningkatnya ketidakpastian yang dipicu oleh ekspektasi kenaikan

Lebih terperinci

KOTA SURAKARTA KEBIJAKAN UMUM PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KUPA) TAHUN ANGGARAN 2016 BAB I PENDAHULUAN

KOTA SURAKARTA KEBIJAKAN UMUM PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KUPA) TAHUN ANGGARAN 2016 BAB I PENDAHULUAN - 3 - LAMPIRAN : NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KOTA SURAKARTA DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR : 910/2537-910/4584 TENTANG : KEBIJAKAN UMUM PERUBAHAN APBD KOTA SURAKARTA

Lebih terperinci

DAFTAR ISI I PENDAHULUAN

DAFTAR ISI I PENDAHULUAN DAFTAR ISI I PENDAHULUAN... 1-1 1.1 Latar Belakang... 1-1 1.2 Tujuan Penyusunan Kebijakan Umum Perubahan APBD... 1-2 1.3 Dasar Hukum Penyusunan Kebijakan Umum Perubahan APBD... 1-4 II KEBIJAKAN UMUM PERUBAHAN

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2016 REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2016 REPUBLIK INDONESIA LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2016 REPUBLIK INDONESIA Daftar Isi DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... vi Daftar

Lebih terperinci

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 Nomor. 02/ A/B.AN/VII/2007 Perkembangan Ekonomi Tahun 2007 Pada APBN 2007 Pemerintah telah menyampaikan indikator-indikator

Lebih terperinci

4. Outlook Perekonomian

4. Outlook Perekonomian Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2008 4. Outlook Perekonomian Di tengah gejolak yang mewarnai perekonomian global, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2008 diprakirakan mencapai 6,2% atau melambat

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii Daftar Isi DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Umum... 1.2 Realisasi Semester I Tahun 2013... 1.2.1 Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro Semester

Lebih terperinci

NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2012 REPUBLIK INDONESIA

NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2012 REPUBLIK INDONESIA NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2012 REPUBLIK INDONESIA Daftar Isi DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Grafik... Daftar Boks... BAB

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Berdasarkan strategi dan arah kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Polewali Mandar dalam Rencana

Lebih terperinci

Kinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012

Kinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012 Kinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012 I. Pendahuluan Setelah melalui perdebatan, pemerintah dan Komisi XI DPR RI akhirnya menyetujui asumsi makro dalam RAPBN 2012 yang terkait

Lebih terperinci

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2012 R E P U B L I K I N D O N E S I A

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2012 R E P U B L I K I N D O N E S I A LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAANN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJAA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGAR RAN 2012 R E P U B L I K I N D O N E S I A Daftar Isi DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar Tabel...

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN DAN KEMISKINAN Kinerja perekonomian Indonesia masih terus menunjukkan tren peningkatan dalam beberapa triwulan

Lebih terperinci

Suharman Tabrani Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan

Suharman Tabrani Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan Perkembangan Terkini, Tantangan, dan Prospek Ekonomi Suharman Tabrani Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan Disampaikan pada MUSRENBANG RKPD 2017 KOTA BALIKPAPAN OUTLINE 2 Perekonomian Nasional Perekonomian

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Perkembangan ekonomi makro tahun 2005 sampai dengan bulan Juli 2006 dapat diringkas sebagai berikut. Pertama, stabilitas ekonomi membaik dari

Lebih terperinci

BAB III PERUBAHAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III PERUBAHAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III PERUBAHAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Kerangka Ekonomi Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah merupakan kerangka implementatif atas pelaksanaan RKPD Kabupaten Sijunjung Tahun

Lebih terperinci

BAB III ASUMSI ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) - 27 - BAB III ASUMSI ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) A. Asumsi Dasar yang Digunakan dalam APBN Asumsi dasar ekonomi makro digunakan sebagai dasar

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri JUNI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Juni 2017 Pendahuluan Membaiknya perekonomian dunia secara keseluruhan merupakan penyebab utama membaiknya kinerja ekspor Indonesia pada

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN NOMOR 74/DPD RI/IV/2012 2013 PERTIMBANGAN TERHADAP KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN POKOK-POKOK KEBIJAKAN FISKAL SERTA DANA TRANSFER DAERAH DALAM RANCANGAN UNDANG-UNDANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010 PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak Juni 2010 viii Ringkasan Eksekutif: Keberlanjutan di tengah gejolak Indonesia terus memantapkan kinerja ekonominya yang kuat,

Lebih terperinci

CATATAN ATAS ASUMSI MAKRO DALAM RAPBN

CATATAN ATAS ASUMSI MAKRO DALAM RAPBN CATATAN ATAS ASUMSI MAKRO DALAM RAPBN 2013 Asumsi ekonomi makro yang dijadikan sebagai dasar dalam perhitungan berbagai besaran RAPBN tahun 2013 adalah sebagai berikut: Pertumbuhan ekonomi 6,8 %, laju

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kondisi perekonomian Kabupaten Lamandau Tahun 2012 berikut karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun 2013-2014 dapat digambarkan

Lebih terperinci

Policy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016

Policy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016 Policy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016 Overview Beberapa waktu lalu Bank Indonesia (BI) dalam RDG 13-14 Januari 2016 telah memutuskan untuk memangkas suku bunga

Lebih terperinci

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2008 Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 Asumsi Dasar dan Kebijakan Fiskal 2008 Sesuai dengan ketentuan UU Nomor 17 Tahun 2003, Pemerintah Pusat diwajibkan untuk menyampaikan

Lebih terperinci

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2014 REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2014 REPUBLIK INDONESIA LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2014 REPUBLIK INDONESIA Daftar Isi DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... vi Daftar

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kerangka ekonomi makro daerah akan memberikan gambaran mengenai kemajuan ekonomi yang telah dicapai pada tahun 2010 dan perkiraan tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang LAMPIRAN : PERATURAN WALIKOTA BEKASI Nomor : 28 Tahun 2014 Tanggal : 17 Juli 2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode

Lebih terperinci

2 Sehubungan dengan lemahnya perekonomian global, kinerja perekonomian domestik 2015 diharapkan dapat tetap terjaga dengan baik. Pertumbuhan ekonomi p

2 Sehubungan dengan lemahnya perekonomian global, kinerja perekonomian domestik 2015 diharapkan dapat tetap terjaga dengan baik. Pertumbuhan ekonomi p TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KEUANGAN. APBN. Tahun 2015. Perubahan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 44) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi, BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun memberikan dampak pada

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun memberikan dampak pada 1 I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997-1998 memberikan dampak pada keuangan Indonesia. Berbagai peristiwa yang terjadi pada masa krisis mempengaruhi Anggaran Pendapatan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2005 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya di dalam pembangunan nasional. Dalam konteks pembangunan nasional maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang Dasar Pembangunan Nasional difasilitasi oleh

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang Dasar Pembangunan Nasional difasilitasi oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan penerimaan negara terbesar yang dipergunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan salah satunya untuk pembangunan nasional. Perubahan yang semakin

Lebih terperinci

No koma dua persen). Untuk mencapai target tersebut, pemerintah akan meningkatkan kredibilitas kebijakan fiskal, menjaga stabilitas ekonomi ma

No koma dua persen). Untuk mencapai target tersebut, pemerintah akan meningkatkan kredibilitas kebijakan fiskal, menjaga stabilitas ekonomi ma TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.6111 KEUANGAN. APBN. Tahun 2017. Perubahan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 186) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Perkembangan Inflasi di Indonesia 14 INFLASI 12 10 8 6 4 2 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Sumber: Hasil Olahan Data Oleh Penulis (2016) GAMBAR 4.1. Perkembangan

Lebih terperinci

Pemerintah Provinsi Bali

Pemerintah Provinsi Bali BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintah dan kemampuan pendapatan daerah yang memiliki fungsi sebagai

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah menggambarkan kondisi dan analisis perekonomian daerah, sebagai

Lebih terperinci

LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN bulan September 2017

LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN bulan September 2017 LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN bulan September 2017 Table Daftar of Isi: Contents Ekonomi Global Perkembangan Ekonomi Global Global Competitiveness Report 2017-2018; World Bank: Indonesia Economic Quarterly;

Lebih terperinci

Prediksi Tingkat Suku Bunga SPN 3 Bulan 6,3%

Prediksi Tingkat Suku Bunga SPN 3 Bulan 6,3% 1 Prediksi Tingkat Suku Bunga SPN 3 Bulan 6,3% Prediksi tingkat suku bunga SPN 3 Bulan tahun 2016 adalah sebesar 6,3% dengan dipengaruhi oleh kondisi ekonomi internal maupun eksternal. Data yang digunakan

Lebih terperinci

Tahun Baru, Tantangan Lama

Tahun Baru, Tantangan Lama Senin, 4 Januari 2016 6:07 Tahun Baru, Tantangan Lama http://id.beritasatu.com/tajuk/tahun-baru-tantangan-lama/136579 Menkeu: APBN 2016 lebih kredibel. Karikatur ID 4 Januari 2016 Kita memasuki tahun 2016

Lebih terperinci

Prospek Ekonomi Regional ASEAN ASEAN+3 Regional Economic Outlook (AREO) Ringkasan

Prospek Ekonomi Regional ASEAN ASEAN+3 Regional Economic Outlook (AREO) Ringkasan Prospek Ekonomi Regional ASEAN+3 2018 ASEAN+3 Regional Economic Outlook (AREO) 2018 Ringkasan Prospek dan Tantangan Ekonomi Makro Prospek ekonomi global membaik di seluruh kawasan negara maju dan berkembang,

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah menggambarkan kondisi dan analisis statistik Perekonomian Daerah, sebagai gambaran umum untuk situasi perekonomian Kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Small open economic, merupakan gambaran bagi perekonomian Indonesia saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap perekonomian dunia,

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3. 1. Arah Kebijakan Ekonomi 3.1.1. Kondisi Ekonomi Tahun 2014 dan Perkiraan Tahun 2015 Peningkatan dan perbaikan kondisi ekonomi

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran 1 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Tim Penulis Laporan Triwulanan, Bank Indonesia I.1

Lebih terperinci

Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan. Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur

Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan. Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur 1 Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur ALUR PIKIR 2 PEREKONOMIAN GLOBAL PEREKONOMIAN DOMESTIK

Lebih terperinci

SEBERAPA JAUH RUPIAH MELEMAH?

SEBERAPA JAUH RUPIAH MELEMAH? Edisi Maret 2015 Poin-poin Kunci Nilai tukar rupiah menembus level psikologis Rp13.000 per dollar AS, terendah sejak 3 Agustus 1998. Pelemahan lebih karena ke faktor internal seperti aksi hedging domestik

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN SIARAN PERS. 1 Tahun Pemerintahan Jokowi-JK: Paket Kebijakan Ekonomi, Bangkitkan Kepercayaan Pasar

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN SIARAN PERS. 1 Tahun Pemerintahan Jokowi-JK: Paket Kebijakan Ekonomi, Bangkitkan Kepercayaan Pasar KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN SIARAN PERS 1 Tahun Pemerintahan Jokowi-JK: Paket Kebijakan Ekonomi, Bangkitkan Kepercayaan Pasar Jakarta, 21 Oktober 2015 Sebagai kementerian non teknis yang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Perkembangan Inflasi di Indonesia Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang, dimana adanya perubahan tingkat inflasi sangat berpengaruh terhadap stabilitas

Lebih terperinci

Perekonomian Suatu Negara

Perekonomian Suatu Negara Menteri Keuangan RI Jakarta, Maret 2010 Perekonomian Suatu Negara Dinamika dilihat dari 4 Komponen= I. Neraca Output Y = C + I + G + (X-M) AS = AD II. Neraca Fiskal => APBN Total Pendapatan Negara (Tax;

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN KABUPATEN WONOGIRI

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN KABUPATEN WONOGIRI BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN KABUPATEN WONOGIRI A. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kondisi ekonomi makro yang baik, yang ditandai dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tingkat

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

Fokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global

Fokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global Fokus Negara IMF Orang-orang berjalan kaki dan mengendarai sepeda selama hari bebas kendaraan bermotor, diadakan hari Minggu pagi di kawasan bisnis Jakarta di Indonesia. Populasi kaum muda negara berkembang

Lebih terperinci

SURVEI PERSEPSI PASAR

SURVEI PERSEPSI PASAR 1 SURVEI PERSEPSI PASAR Triwulan I 29 Perlambatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-29 dan selama tahun 29 diperkirakan masih akan berlanjut sebagaimana kondisi perekonomian dunia yang belum menunjukkan

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 [Type text] LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 BUKU I: Prioritas Pembangunan, serta Kerangka Ekonomi Makro dan Pembiayaan Pembangunan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN UMUM PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN ANGGARAN 2012

KEBIJAKAN UMUM PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN ANGGARAN 2012 NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KOTA SURAKARTA DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR : 910/2.761 NOMOR : 910/2.508 TANGGAL: 30 JULI 2012 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERUBAHAN ANGGARAN

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran,Triwulan III - 2005 135 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2005 Tim Penulis

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Mengingat:

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2005 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SEMESTER I 2009

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SEMESTER I 2009 PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SEMESTER I 2009 I. ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO 1. Pertumbuhan Ekonomi Dalam UU APBN 2009, pertumbuhan ekonomi Indonesia ditargetkan sebesar 6,0%.

Lebih terperinci

PERAMALAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DALAM RAPBN TAHUN 2018

PERAMALAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DALAM RAPBN TAHUN 2018 PERAMALAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DALAM RAPBN TAHUN 2018 PUSAT KAJIAN ANGGARAN BADAN KEAHLIAN DPR RI TAHUN 2017 Daftar Isi Daftar Isi... 1 Daftar Tabel... 2 Daftar Gambar... 3 Daftar Singkatan... 5

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 110, 2005 APBN. Pendapatan. Pajak. Bantuan. Hibah. Belanja Negara (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2003 TENTANG PAKET KEBIJAKAN EKONOMI MENJELANG DAN SESUDAH BERAKHIRNYA PROGRAM KERJASAMA DENGAN INTERNATIONAL MONETARY FUND PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Kebijakan Umum APBD Tahun Anggaran 2010 III- 1

Kebijakan Umum APBD Tahun Anggaran 2010 III- 1 BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) Penyusunan Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian suatu negara dapat ditinjau dari variabelvariabel makroekonomi yang mampu melihat perekonomian dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Variabelvariabel

Lebih terperinci

International Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA

International Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA Siaran Pers No. 16/104 International Monetary Fund UNTUK SEGERA 700 19 th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C. 20431 USA Dewan Eksekutif IMF Menyimpulkan Konsultasi Pasal IV 2015 dengan Indonesia

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii Daftar Boks... ix

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii Daftar Boks... ix Daftar Isi DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii Daftar Boks... ix BAGIAN I RINGKASAN RAPBN PERUBAHAN TAHUN 2016 1 Pendahuluan... 2 Perubahan Asumsi Dasar Ekonomi Makro

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar Rupiah terus mengalami tekanan depresiasi. Ketidakpastian pemulihan ekonomi dunia juga telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan ekonomi secara makro, di samping kebijakan fiskal juga terdapat kebijakan moneter yang merupakan

Lebih terperinci

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011 Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011 Nomor. 30/AN/B.AN/2010 0 Bagian Analisa Pendapatan Negara dan Belanja Negara Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI Analisis Asumsi Makro Ekonomi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... vi

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... vi Daftar Isi DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... vi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Realisasi Tahun 2017... 1.1.1 Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro Tahun 2017... 1.1.2 Realisasi

Lebih terperinci

Inflasi IHK 2015 Berada dalam Sasaran Inflasi Bank Indonesia

Inflasi IHK 2015 Berada dalam Sasaran Inflasi Bank Indonesia Inflasi IHK 2015 Berada dalam Sasaran Inflasi Bank Indonesia Inflasi di bulan Desember menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan bulan lalu dan lebih tinggi dari historisnya. Inflasi

Lebih terperinci

Pidato Presiden - Penyampaian Keterangan Pemerintah atas RUU APBN serta..., Jakarta, 16 Agustus 2016 Selasa, 16 Agustus 2016

Pidato Presiden - Penyampaian Keterangan Pemerintah atas RUU APBN serta..., Jakarta, 16 Agustus 2016 Selasa, 16 Agustus 2016 Pidato Presiden - Penyampaian Keterangan Pemerintah atas RUU APBN serta..., Jakarta, 16 Agustus 2016 Selasa, 16 Agustus 2016 PIDATO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENYAMPAIAN KETERANGAN PEMERINTAH ATAS RANCANGAN

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Pertumbuhan melambat; risiko tinggi

Ringkasan eksekutif: Pertumbuhan melambat; risiko tinggi Ringkasan eksekutif: Pertumbuhan melambat; risiko tinggi Melihat ke tahun 2014, Indonesia menghadapi perlambatan pertumbuhan dan risiko-risiko ekonomi yang signifikan yang membutuhkan fokus kebijakan tidak

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 30 SEPTEMBER 2009

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 30 SEPTEMBER 2009 PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 30 SEPTEMBER 2009 I. ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO 1. Pertumbuhan Ekonomi Dalam UU APBN 2009, pertumbuhan ekonomi Indonesia ditargetkan

Lebih terperinci

NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH DAERAH DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH NOMOR : 12/KSP/IX/2013 NOMOR : 54/K/DPRD/2013 TANGGAL: 9 SEPTEMBER 2013 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN

Lebih terperinci

Perkembangan Perekonomian dan Arah Kebijakan APBN 2014

Perkembangan Perekonomian dan Arah Kebijakan APBN 2014 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Perkembangan Perekonomian dan Arah Kebijakan APBN 2014 Jakarta, 10 Juni 2014 Kunjungan FEB UNILA Outline 1. Peran dan Fungsi APBN 2. Proses Penyusunan APBN 3. APBN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 29 TAHUN 2002 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2003 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

NOTA KEUANGAN DAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2014 REPUBLIK INDONESIA

NOTA KEUANGAN DAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2014 REPUBLIK INDONESIA NOTA KEUANGAN DAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2014 REPUBLIK INDONESIA Daftar Isi DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Grafik... iv BAB 1 PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Menyoal Efektifitas APBN-P 2014 Mengatasi Perlambatan Ekonomi

Menyoal Efektifitas APBN-P 2014 Mengatasi Perlambatan Ekonomi Diskusi Dwi Bulanan INDEF Menyoal Efektifitas APBN-P 2014 Mengatasi Perlambatan Ekonomi Selasa, 20 Mei 2014 INDEF 1 Diskusi Dwi Bulanan INDEF Menyoal Efektifitas APBN-P 2014 Mengatasi Perlambatan Ekonomi

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN:

ANALISIS TRIWULANAN: ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2014 261 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2014 Tim Penulis

Lebih terperinci

Kondisi Perekonomian Indonesia

Kondisi Perekonomian Indonesia KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan

Lebih terperinci

4. Outlook Perekonomian

4. Outlook Perekonomian 4. Outlook Perekonomian Pada tahun 2007-2008, ekspansi perekonomian Indonesia diprakirakan terus berlanjut dengan dilandasi oleh stabilitas makroekonomi yang terjaga. Pertumbuhan ekonomi pada 2007 diprakirakan

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 3 KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 3 KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Kerangka Ekonomi Makro dan Pembiayaan Pembangunan pada Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2006 disempurnakan untuk memberikan gambaran ekonomi

Lebih terperinci