DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii Daftar Boks... ix

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii Daftar Boks... ix"

Transkripsi

1

2

3 Daftar Isi DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii Daftar Boks... ix BAGIAN I RINGKASAN RAPBN PERUBAHAN TAHUN Pendahuluan... 2 Perubahan Asumsi Dasar Ekonomi Makro dalam RAPBNP Tahun Perubahan Kebijakan dalam RAPBNP Tahun Pokok-Pokok Perubahan dalam Postur RAPBNP Tahun Dampak Perubahan Asumsi Dasar Ekonomi Makro Terhadap Postur RAPBNP Tahun I-1 I-2 I-3 I-4 I-6 BAGIAN II RAPBN PERUBAHAN TAHUN 2016 DAN APBN JANGKA MENENGAH PERIODE BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Umum RAPBNP Tahun Kebijakan APBN Jangka Menengah... BAB 2 PERUBAHAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN PROYEKSI JANGKA MENENGAH 2.1 Perubahan Asumsi Dasar Ekonomi Makro Pertumbuhan Ekonomi Inflasi Nilai Tukar Tingkat suku bunga SPN 3 bulan Harga Minyak Mentah Indonesia Lifting Migas Proyeksi Jangka Menengah... II.1-1 II.1-2 II.1-4 II.2-1 II.2-4 II.2-8 II.2-9 II.2-10 II.2-11 II.2-11 II.2-12 i

4 Daftar Isi BAB 3 PERUBAHAN KEBIJAKAN DAN TARGET PENDAPATAN NEGARA DAN PROYEKSI PENDAPATAN NEGARA JANGKA MENENGAH 3.1 Kebijakan dan Target Pendapatan Negara Kebijakan dan Target Penerimaan Perpajakan Kebijakan Penerimaan Perpajakan Target Penerimaan Perpajakan Pendapatan Perpajakan Dalam Negeri Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional Kebijakan dan Target Penerimaan Negara Bukan Pajak Pokok-Pokok Perubahan Kebijakan PNBP Target Penerimaan Negara Bukan Pajak Kebijakan dan Target Penerimaan Hibah Pokok-Pokok Perubahan Kebijakan Hibah Target Penerimaan Hibah Proyeksi Pendapatan Negara Jangka Menengah Penerimaan Perpajakan Jangka Menengah Penerimaan Negara Bukan Pajak Jangka Menengah Penerimaan Hibah Jangka Menengah... Halaman II.3-2 II.3-2 II.3-2 II.3-5 II.3-6 II.3-10 II.3-11 II.3-11 II.3-12 II.3-15 II.3-15 II.3-16 II.3-16 II.3-16 II.3-17 II.3-18 BAB 4 PERUBAHAN KEBIJAKAN DAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT DAN PROYEKSI BELANJA PEMERINTAH PUSAT JANGKA MENENGAH 4.1 Pendahuluan Kebijakan dan Anggaran Belanja Pemerintah Pusat Anggaran Belanja Pemerintah Pusat Munurut Fungsi Anggaran Belanja Pemerintah Pusat Menurut Organisasi Bagian Anggaran Kementerian Negara/Lembaga Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara Program Pengelolaan Utang Program Pengelolaan Subsidi... II.4-1 II.4-2 II.4-2 II.4-7 II.4-7 II.4-17 II.4-17 II.4-18 ii

5 Daftar Isi Halaman Program Pengelolaan Hibah Negara... II Program Pengelolaan Belanja Lainnya... II Program Pengelolaan Transaksi Khusus... II Perubahan Anggaran Pendidikan... II Perubahan Anggaran Kesehatan... II Proyeksi Belanja Pemerintah Pusat Jangka Menengah... II Kebijakan Belanja K/L... II Kebijakan Belanja non K/L... II.4-27 BAB 5 PERUBAHAN KEBIJAKAN DAN ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA SERTA PROYEKSI JANGKA MENENGAH 5.1 Perubahan Anggaran Transfer Ke Daerah dan Dana Desa Perubahan Anggaran Dana Perimbangan Perubahan Anggaran Dana Transfer Umum Perubahan Anggaran Dana Bagi Hasil Perubahan Anggaran Dana Transfer Khusus Perubahan Anggaran Dana Alokasi Khusus Fisik Perubahan Anggaran Dana Alokasi Khusus Nonfisik Perubahan Anggaran Dana Otonomi Khusus Proyeksi Transfer ke Daerah dan Dana Desa Jangka Menengah... BAB 6 PERUBAHAN KEBIJAKAN PEMBIAYAAN ANGGARAN DAN PROYEKSI PEMBIAYAAN ANGGARAN JANGKA MENENGAH 6.1 Perubahan Kebijakan Pembiayaan Anggaran Defisit APBN Pembiayaan Anggaran Pembiayaan Nonutang Perbankan Dalam Negeri Nonperbankan Dalam Negeri Dana Investasi Pemerintah... II.5-1 II.5-2 II.5-2 II.5-2 II.5-3 II.5-4 II.5-4 II.5-4 II.5-5 II.6-1 II.6-1 II.6-2 II.6-3 II.6-4 II.6-4 II.6-4 iii

6 Daftar Isi Kewajiban Penjaminan Cadangan Pembiayaan untuk Dana Antisipasi Pembayaran kepada Masyarakat Terdampak Lumpur Sidoardjo Pembiayaan Utang Surat Berharga Negara (Neto) Pinjaman Luar Negeri (Neto) Pinjaman Dalam Negeri (Neto) Proyeksi Pembiayaan Anggaran Jangka Menengah... BAGIAN III RISIKO FISKAL Halaman II.6-8 II.6.9 II.6-9 II.6-10 II.6-11 II.6-13 II.6-14 BAB 1 PENDAHULUAN BAB 2 SUMBER RISIKO FISKAL RAPBNP TAHUN Risiko Deviasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Risiko Asumsi Dasar Ekonomi Makro Sensitivitas RAPBNP Tahun 2016 terhadap Perubahan Asumsi Dasar Ekonomi Makro Sensitivitas Proyeksi APBN Jangka Menengah terhadap Perubahan Asumsi Dasar Ekonomi Makro Sensitivitas Risiko Fiskal BUMN terhadap Perubahan Variabel Ekonomi Makro Risiko Deviasi Pendapatan dan Belanja Negara Risiko Deviasi Pendapatan atas Pelaksanaan Pemungutan Pajak Risiko Pengeluaran Negara yang Diwajibkan (Mandatory Spending) Risiko Utang Pemerintah Risiko Kewajiban Kontijensi Pemerintah Dukungan dan/atau Jaminan Pemerintah pada Proyek Pembangunan Infrastruktur KPBU dan Non KPBU Proyek Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Pengadaan Infrastruktur Risiko Jaminan Pemerintah atas Pembiayaan Infrastruktur Melalui Pinjaman Langsung dari Lembaga Keuangan Internasional kepada Badan Usaha Milik Negara... III.2-1 III.2-1 III.2-2 III.2-3 III.2-4 III.2-6 III.2-6 III.2-7 III.2-8 III.2-9 III.2-10 III.2-10 III.2-11 iv

7 Daftar Tabel Tabel I.1 Asumsi Dasar Ekonomi Makro Tahun 2015 dan Tabel I.2 Ringkasan LKPP Unaudited 2015, APBN 2016, dan RAPBNP Tabel I.3 DAFTAR TABEL Sensitivitas RAPBNP 2016 Terhadap Perubahan Asumsi Dasar Ekonomi Makro... Tabel II.2.1 Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi, Tabel II.2.2 Pertumbuhan Ekonomi Menurut Penggunaan Tahun Tabel II.2.3 Pertumbuhan Ekonomi Menurut Lapangan Usaha Tahun Tabel II.2.4 Asumsi Dasar Ekonomi Makro Jangka Menengah... Tabel II.3.1 Pendapatan Negara, Tahun Tabel II.3.2 Kebijakan Perpajakan Tahun Tabel II.3.3 Kebijakan Kepabeanan dan Cukai Tahun Tabel II.3.4 Penerimaan Perpajakan, Tahun Tabel II.3.5 Pendapatan Pajak Bumi dan Bangunan, Tahun Tabel II.3.6 Pendapatan Cukai, Tahun Tabel II.3.7 Penerimaan Negara Bukan Pajak, Tahun Tabel II.3.8 Pendapatan PNBP Lainnya (10 K/L Besar), Tahun Tabel II.3.9 Pendapaatan BLU, Tahun Tabel II.4.1 Belanja Pemerintah Pusat Menurut Fungsi, Tabel II.4.2 Belanja Pemerintah Pusat, Tabel II.4.3 K/L dengan Perubahan Sumber Pendanaan dan Realokasi BA BUN dalam RAPBNP Tahun Tabel II.4.4 Perubahan Belanja K/L RAPBNP Tahun Tabel II.4.5 Belanja Kementerian Negara/Lembaga, Tabel II.4.6 Pembayaran Bunga Utang, Tabel II.4.7 Subsidi, Tabel II.4.8 Program Pengelolaan Hibah Negara, Tabel II.4.9 Anggaran Pendidikan, Tabel II.4.10 Anggaran Kesehatan, Tabel II.4.11 Kebijakan Belanja Pemerintah Pusat Menurut Fungsi, Tabel II.5.1 Transfer ke Daerah dan Dana Desa, Tabel II.5.2 Alokasi Dana Bagi Hasil dan Kurang Bayar, Halaman I-3 I-5 I-6 II.2-1 II.2-5 II.2-6 II.2-14 II.3-2 II.3-4 II.3-5 II.3-6 II.3-8 II.3-9 II.3-12 II.3-14 II.3-15 II.4-3 II.4-8 II.4-9 II.4-10 II.4-14 II.4-17 II.4-18 II.4-20 II.4-22 II.4-23 II.4-24 II.5-1 II.5-2 v

8 Daftar Tabel Tabel II.5.3 Alokasi Dana Transfer Khusus Tabel II.6.1 Defisit dan Pembiayaan Anggaran, Tabel II.6.2 Pembiayaan Nonutang Tabel II.6.3 Dana Isvestasi Pemerintah, Tabel II6.4 PMN Kepada BUMN Tabel II.6.5 PMN Kepada Organisasi/LKI Tabel II.6.6 PMN Lainnya Tabel II.6.7 Anggaran Kewajiban Penjaminan, Tabel II.6.8 Pembiayaan Utang, Tabel III.2.1 Perkembangan Selisih Antara Asumsi Dasar Ekonomi Makro dan Realisasinya, Tabel III.2.2 Sensitivitas RAPBNP 2016 Terhadap Asumsi Dasar Ekonomi Makro... Tabel III.2.3 Perkembangan Risiko Utang Pemerintah, Halaman II.5-3 II.6-2 II.6-4 II.6-5 II.6-6 II.6-7 II.6-7 II.6-8 II.6-9 III.2-1 III.2-3 III.2-9 vi

9 Daftar Grafik DAFTAR GRAFIK Halaman Grafik II.2.1 Pertumbuhan Ekonomi Nasional, II.2-4 Grafik II.2.2 Inflasi... II.2-8 Grafik II.2.3 Nilai Tukar Rupiah... II.2-9 Grafik II.2.4 Suku Bunga SPN3 Bulan... II.2-10 Grafik II.2.5 Harga Minyak Mentah Indonesia... II.2-11 Grafik II.2.6 Lifting Minyak Bumi... II.2-12 Grafik II.2.7 Lifting Gas Bumi... II.2-12 Grafik II.3.1 Pendapatan PPh Migas, Tahun II.3-6 Grafik II.3.2 Pendapatan PPh Nonmigas, Tahun II.3-7 Grafik II.3.3 Pendapatan PPN dan PPN BM, Tahun II.3-8 Grafik II.3.4 Pendapatan Pajak Lainnya, Tahun II.3-9 Grafik II.3.5 Pendapatan Bea Masuk, Tahun II.3-10 Grafik II.3.6 Pendapatan Bea Keluar, Tahun II.3-11 Grafik II.3.7 Pendapatan PNBP SDA, Tahun II.3-13 Grafik II.3.8 Pendapatan Bagian Laba BUMN, Tahun II.3-13 Grafik II.3.9 Pendapatan PNBP Lainnya, Tahun II.3-14 Grafik II.3.10 Penerimaan Hibah, Tahun II.3-16 Grafik II.3.11 Proyeksi Penerimaan Perpajakan, II.3-17 Grafik II.3.12 Proyeksi PNBP, II.3-18 Grafik II.3.13 Proyeksi Penerimaan Hibah, II.3-19 Grafik II.4.1 Perkembangan dan Proyeksi Belanja Pemerintah Pusat, II.4-26 Grafik II.5.1 Proyeksi Transfer ke Daerah dan Dana Desa, II.5-6 Grafik II.6.1 Perkembangan Defisit dan Pembiayaan Anggaran, II.6-3 Grafik II.6.2 Perkembangan Rasio dan Stok Utang Pemerintah, II.6-10 Grafik II.6.3 Perkembangan Penertiban SBN (Neto), II.6-10 Grafik II.6.4 Perkembangan Pinjaman Program, II.6-12 Grafik II.6.5 Perkembangan Pinjaman Proyek, II.6-13 Grafik II.6.6 Perkembangan Pinjaman Dalam Negeri, II.6-14 Grafik II.6.7 Perkembangan Defisit dan Pembiayaan Anggaran, II.6-14 Grafik II.6.8 Perkembangan Rasio dan Stok Utang Pemerintah, II.6-15 vii

10 Daftar Grafik Grafik III.2.1 Hasil Analisis Model Macro Stress Test Portofolio BUMN Terhadap Perubahan Penerimaan Negara dari BUMN Tahun Grafik III.2.2 Hasil Analisis Model Macro Stress Test untuk BUMN Sektor Keuangan Grafik III.2.3 Hasil Analisis Model Macro Stress Test untuk BUMN Sektor Non Keuangan... Grafik III.2.4 Perkembangan dan Proyeksi Mandatory Spending, Halaman III.2-4 III.2-5 III.2-5 III.2-8 viii

11 Daftar Boks DAFTAR BOKS Halaman Boks II.6.1 Penerbitan SBN Dalam Rangka Pre-funding... II.6-9 Boks III.2.1 Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Pengadaan Infrastruktur dengan Skema Availability Payment... III.2-10 ix

12

13 Ringkasan RAPBN Perubahan Tahun 2016 Bagian I RINGKASAN RAPBN PERUBAHAN TAHUN Pendahuluan Perekonomian global yang melemah sepanjang tahun 2015 dan berlanjut hingga triwulan I tahun 2016 memiliki dampak yang cukup signifikan terhadap kinerja perekonomian domestik. Hal ini terlihat pada perkembangan realisasi asumsi dasar ekonomi makro terutama pada harga minyak mentah Indonesia dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang masih jauh bila dibandingkan dengan asumsi yang ditetapkan dalam APBN tahun Meskipun demikian, Pemerintah berhasil menjaga pertumbuhan ekonomi domestik sampai dengan triwulan I tahun 2016 di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi global dan mempertahankan tingkat inflasi dalam kondisi stabil. Penurunan harga minyak dan penguatan nilai tukar rupiah berpengaruh terhadap proyeksi realisasi APBN tahun 2016 secara keseluruhan. Pendapatan negara khususnya penerimaan perpajakan dari sektor migas dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) sumber daya alam (SDA) migas diperkirakan mengalami penurunan. Tidak tercapainya realisasi penerimaan pajak tahun 2015 sebagai basis perhitungan target penerimaan pajak pada APBN tahun 2016 juga memengaruhi penurunan proyeksi realisasi pendapatan negara tahun Di sisi lain, Pemerintah tetap berkomitmen untuk melanjutkan pembangunan infrastruktur serta perbaikan iklim investasi yang telah memberi kontribusi positif bagi pertumbuhan ekonomi pada triwulan I tahun Pemerintah juga tetap menjaga pemenuhan belanja yang dimandatkan oleh peraturan perundang-undangan seperti anggaran pendidikan dan anggaran kesehatan. Perkiraan penurunan realisasi pendapatan negara dari target APBN tahun 2016 dan diiringi dengan komitmen alokasi belanja negara yang masih mengacu pada APBN tahun 2016 mengakibatkan adanya potensi pelebaran defisit anggaran hingga melebihi ambang batas. Sesuai Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, jumlah kumulatif defisit APBN dan APBD dibatasi tidak melebihi 3,0 persen dari produk domestik bruto. Berangkat dari perkembangan perekonomian tersebut, Pemerintah melakukan konsolidasi fiskal baik dalam pendapatan negara, belanja negara, maupun pembiayaan anggaran. Perubahan kebijakan fiskal terutama ditempuh melalui: (1) perubahan kebijakan pada bidang pendapatan negara terutama dilakukan dengan kebijakan tax amnesty/voluntary disclosure dalam rangka optimalisasi penerimaan perpajakan dan penguatan tax base perpajakan di Indonesia; (2) penghematan dan pemotongan belanja kementerian negara/lembaga yang kurang produktif; (3) rasionalisasi anggaran pada Dana Bagi Hasil (DBH) dan Dana Alokasi Khusus (DAK); (4) kebijakan perubahan besaran fixed subsidi; (5) peningkatan dana tambahan infrastruktur dalam rangka Otonomi Khusus Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat; dan (6) peningkatan pengeluaran pembiayaan yang mendukung program pembangunan infrastruktur dan program kesejahteraan rakyat. Berdasarkan Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2015 tentang APBN Tahun Anggaran 2016, apabila terjadi deviasi yang signifikan antara realisasi indikator ekonomi makro dengan asumsinya dalam tahun 2016, perubahan pokok-pokok kebijakan fiskal, pergeseran anggaran antarunit organisasi atau antarprogram, serta pemanfaatan saldo anggaran lebih (SAL) dalam tahun 2016, maka Pemerintah dapat mengajukan rancangan perubahan Undang-Undang tentang APBN Tahun Anggaran Oleh karena I-1

14 Bagian I Ringkasan RAPBN Perubahan Tahun 2016 itu, Pemerintah selanjutnya menuangkan perubahan-perubahan tersebut dalam RAPBNP tahun 2016 agar pelaksanaan APBN tahun 2016 dapat berjalan secara efektif serta tercipta kesinambungan fiskal (fiscal sustainability). Penyampaian RUU APBNP tahun 2016 beserta Nota Keuangannya ke DPR dimaksudkan agar langkah-langkah pengamanan pelaksanaan APBN tahun 2016 dapat segera dibahas bersama dengan DPR untuk kemudian ditetapkan, sehingga segera dapat dilaksanakan secara efektif, efisien, dan akuntabel. 2. Perubahan Asumsi Dasar Ekonomi Makro dalam RAPBNP Tahun 2016 Berdasarkan perkembangan kondisi perekonomian global dan domestik terkini, serta berbagai tantangan perekonomian yang dihadapi, Pemerintah mengajukan perubahan terhadap asumsi dasar ekonomi makro yang telah ditetapkan dalam APBN tahun Asumsi dasar ekonomi makro yang diusulkan dalam RAPBNP tahun 2016 sebagai berikut. Laju inflasi sepanjang tahun 2016 diperkirakan sebesar 4,0 persen, lebih rendah dibandingkan asumsi dalam APBN tahun 2016 yang ditetapkan sebesar 4,7 persen. Besaran inflasi sepanjang tahun 2016 akan terpengaruh oleh perkembangan ekonomi global dan tren pelemahan harga komoditas terutama energi. Sementara dari sisi domestik, stabilitas inflasi akan didukung oleh sinergi kebijakan Pemerintah dan Bank Indonesia (BI) dalam menjaga harga kebutuhan pokok masyarakat. Beberapa faktor positif terutama penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia, perbaikan kinerja transaksi berjalan, inflasi yang rendah, serta membaiknya perekonomian diharapkan mampu menjaga stabilisasi dan meredam depresiasi nilai tukar rupiah. Dengan mempertimbangkan kondisi terkini dengan berbagai kebijakan yang dikeluarkan, maka nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diperkirakan bergerak pada kisaran Rp per dolar AS, menguat dibandingkan asumsinya dalam APBN tahun 2016 sebesar Rp per dolar AS. Tren penurunan harga minyak mentah dunia diperkirakan memengaruhi kinerja industri hulu migas Indonesia. ICP diproyeksikan berada pada kisaran US$35 per barel lebih rendah dibandingkan dengan asumsi dalam APBN tahun 2016 sebesar US$50 per barel. Perubahan tersebut antara lain disebabkan masih lemahnya perekonomian global, di tengah pasokan minyak yang masih tinggi. Lifting minyak dan gas bumi pada tahun 2016 diperkirakan mencapai ribu barel setara minyak per hari, yang meliputi lifting minyak bumi sebesar 810 ribu barel per hari dan lifting gas bumi sebesar ribu barel setara minyak per hari. Tren penurunan produksi minyak berpengaruh pada lifting gas bumi. Perubahan asumsi dasar ekonomi makro tersebut tetap mengacu pada sasaran-sasaran pembangunan jangka menengah yang terdapat pada RPJMN tahun serta sasaransasaran tahunan dalam RKP tahun Rincian asumsi dasar ekonomi makro tahun 2015 dan 2016 disajikan dalam Tabel I.1. I-2

15 Ringkasan RAPBN Perubahan Tahun 2016 Bagian I TABEL I.1 ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO TAHUN 2015 DAN 2016 Indikator Ekonomi Realisasi APBN RAPBNP a. Pertumbuhan ekonomi (% yoy) 4,8 5,3 5,3 b. Inflasi (% yoy) 3,4 4,7 4,0 c. Nilai Tukar (Rp/USD) d. Tingkat Bunga SPN 3 Bulan rata-rata (%) 6,0 5,5 5,5 e. Harga Minyak Mentah Indonesia (USD/barel) f. Lifting Minyak Bumi (ribu barel per hari) g. Lifting Gas Bumi (ribu barel setara minyak per hari) 1.195, Sumber: Kementerian Keuangan 3. Perubahan Kebijakan dalam RAPBNP Tahun 2016 RAPBNP tahun 2016 diajukan sebagai langkah untuk menyesuaikan perubahan asumsi dasar ekonomi makro, menampung perubahan pokok-pokok kebijakan fiskal dalam rangka mengamankan pelaksanaan APBN tahun 2016 dan tetap menjaga pencapaian berbagai sasaran pembangunan nasional. Perubahan pokok-pokok kebijakan fiskal dan langkah-langkah pengamanan pelaksanaan APBN tahun 2016 dilakukan baik pada pendapatan negara, belanja negara, maupun pembiayaan anggaran. Secara umum langkah-langkah pengamanan pendapatan negara dilakukan melalui kebijakan di bidang perpajakan dan PNBP. Adapun kebijakan di bidang perpajakan antara lain: (1) optimalisasi perpajakan dengan memerhatikan iklim investasi; (2) mempertahankan stabilitas ekonomi dan daya beli masyarakat; (3) meningkatkan produktivitas dan daya saing industri domestik; dan (4) mengendalikan konsumsi untuk barang kena cukai. Untuk mengamankan pendapatan perpajakan maka Pemerintah merancang kebijakan tax amnesty/ voluntary disclosure dan melakukan upaya extra effort atas penerimaan pajak serta kepabeanan dan cukai. Kebijakan insentif fiskal berupa tax allowance, tax holiday, dan pembebasan PPN untuk sektor industri strategis nasional juga tetap akan diberikan untuk menjaga daya saing industri dan mendorong produktivitas industri domestik. Selain itu, kebijakan PNBP diarahkan antara lain: (1) menahan turunnya lifting minyak dan gas serta melakukan efisiensi cost recovery; (2) optimalisasi penerimaan royalti (iuran produksi) dari pertambangan mineral dan batubara; (3) penyempurnaan berbagai peraturan PNBP, seperti revisi Undang-Undang PNBP dan Peraturan Pemerintah terkait tarif PNBP; dan (4) penerapan kebijakan payout ratio yang tepat untuk mendukung penguatan permodalan BUMN. Pada sisi belanja pemerintah pusat, perubahan dalam RAPBNP tahun 2016 antara lain: (1) perubahan belanja akibat perubahan asumsi dasar ekonomi makro seperti perubahan pembayaran bunga utang dan subsidi; (2) penghematan dan pemotongan belanja K/L yang kurang produktif dalam rangka mengamankan pelaksanaan APBN tahun 2016; (3) tambahan belanja, baik untuk kebutuhan mendesak maupun untuk kekurangan pembayaran beberapa komponen belanja hasil audit BPK; dan (4) tambahan belanja dalam rangka penyelesaian piutang pemerintah, seperti piutang PDAM. I-3

16 Bagian I Ringkasan RAPBN Perubahan Tahun 2016 Kebijakan anggaran transfer ke daerah dan dana desa dalam RAPBNP tahun 2016 pada dasarnya tetap mengacu pada APBN tahun Namun, dalam perkembangannya terjadi perubahan asumsi dasar ekonomi makro yang mengakibatkan perubahan pada pendapatan negara. Perubahan tersebut selanjutnya berakibat pada perubahan transfer ke daerah dan dana desa. Perubahan tersebut antara lain mencakup: (1) penurunan DBH seiring dengan penurunan penerimaan negara yang dibagihasilkan, di sisi lain terdapat kebijakan untuk mengalokasikan kurang bayar DBH dan kebijakan optimalisasi penggunaan sisa DBH SDA Kehutanan dari Dana Reboisasi; (2) penurunan DAK antara lain disebabkan oleh pemotongan alokasi DAK Fisik berdasarkan usulan pengurangan secara mandiri oleh masingmasing daerah, kebijakan untuk mengalokasikan tambahan DAK sebagai kompensasi atas kekurangan penyaluran triwulan IV tahun 2015, pengurangan dana Tunjangan Profesi Guru (TPG) PNSD karena perubahan data jumlah guru yang mempunyai sertifikasi kependidikan, dan pengurangan dana bantuan operasional kesehatan (BOK) dan bantuan operasional keluarga berencana (BOKB) karena perbaikan data jumlah masyarakat miskin penerima bantuan kesehatan. Di samping itu, dialokasikan tambahan Dana Tambahan Infrastruktur dalam rangka Otonomi Khusus Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat yang diperuntukkan bagi pembangunan infrastruktur dan konektivitas antarwilayah pada bidang jalan, jembatan, dan sarana pembangunan. Kebijakan pembiayaan anggaran dalam RAPBNP tahun 2016 masih tetap mengacu pada kebijakan pembiayaan anggaran dalam APBN tahun Perubahan kebijakan pembiayaan anggaran dalam RAPBNP tahun 2016 antara lain: (1) mendukung program MW melalui alokasi PMN kepada PT PLN (Persero); (2) mendukung pembangunan infrastruktur melalui alokasi pembiayaan investasi kepada BLU Lembaga Manajemen Aset Negara (BLU LMAN); (3) mendukung kebijakan penyelesaian permasalahan program kesejahteraan rakyat melalui PMN kepada BPJS Kesehatan dan alokasi cadangan pembiayaan untuk dana antisipasi pembayaran kepada masyarakat terdampak lumpur Sidoarjo; dan (4) pemanfaatan dana SAL. Selain itu, dalam RAPBNP tahun 2016 juga mengakomodir perubahan anggaran pendidikan dan anggaran kesehatan sejalan dengan perubahan volume belanja negara untuk memenuhi amanat peraturan perundang-undangan dengan tetap menjaga kesinambungan fiskal. 4. Pokok-pokok Perubahan dalam Postur RAPBNP Tahun 2016 Pada tahun 2016 pendapatan negara diperkirakan mengalami penurunan sebesar Rp88.045,0 miliar dari APBN tahun Penurunan tersebut terutama akibat penurunan PNBP sebesar Rp68.437,5 miliar yang disebabkan antara lain oleh: (1) penurunan harga minyak mentah Indonesia; (2) penurunan lifting migas; (3) penundaan kenaikan tarif royalti batu bara; dan (4) penurunan harga komoditas tertentu SDA nonmigas. Selanjutnya, penerimaan perpajakan juga diperkirakan turun sebesar Rp19.550,9 miliar dari APBN tahun 2016 menjadi Rp ,8 miliar yang terutama berasal dari turunnya penerimaan PPh migas dan PPN. Untuk mengamankan pendapatan negara terutama sektor perpajakan, Pemerintah melakukan langkah-langkah perbaikan, antara lain: (1) peningkatan kepatuhan wajib pajak (WP); (2) mengupayakan peningkatan tax ratio dan tax buoyancy; (3) peningkatan tax coverage melalui penggalian potensi perpajakan pada beberapa sektor unggulan; (4) penguatan dan perluasan basis data perpajakan; dan (5) pelaksanaan kebijakan tax amnesty/voluntary disclosure. Sementara itu, tax ratio RAPBNP tahun 2016 sebesar 12,08 persen, namun tax ratio dalam arti luas (termasuk PNBP SDA migas dan pertambangan umum) adalah sebesar 12,44 persen. I-4

17 Ringkasan RAPBN Perubahan Tahun 2016 Bagian I Belanja negara diproyeksikan mencapai Rp ,4 miliar, turun 2,3 persen dari pagu APBN tahun Belanja negara tahun 2016 meliputi belanja pemerintah pusat sebesar Rp ,6 miliar dan Transfer ke Daerah dan Dana Desa sebesar Rp ,8 miliar. Belanja Pemerintah Pusat terdiri dari belanja Kementerian Negara/Lembaga (K/L) sebesar Rp ,1 miliar dan belanja non K/L sebesar Rp ,5 miliar. Belanja Pemerintah Pusat dalam RAPBNP tahun 2016 lebih rendah dari APBN tahun 2016 sejalan dengan kebijakan penghematan dan pemotongan belanja K/L, perubahan pagu penggunaan PNBP, dan perubahan pagu pinjaman dan hibah luar negeri (PHLN). Sedangkan penurunan dana bagi hasil (DBH) dan dana alokasi khusus (DAK) memberikan kontribusi yang cukup besar atas penurunan alokasi transfer ke daerah dan dana desa. Sejalan dengan penurunan belanja pemerintah pusat dalam RAPBNP tahun 2016, maka belanja berdasarkan klasifikasi fungsi juga mengalami penurunan, kecuali fungsi perumahan dan fasilitas umum yang mengalami peningkatan sebesar 9,2 persen, fungsi ketertiban dan keamanan sebesar 1,6 persen, dan fungsi pertahanan sebesar 0,4 persen. Fungsi ekonomi masih mendominasi belanja pemerintah pusat dengan kontribusi sebesar 26,9 persen, sedangkan 73,1 persen tersebar pada 10 fungsi lainnya. Pokok-pokok perubahan pembiayaan anggaran meliputi, antara lain: (1) PMN kepada BUMN diperkirakan meningkat Rp13.560,0 miliar; (2) pembiayaan investasi kepada BLU LMAN diperkirakan sebesar Rp16.000,0 miliar; (3) PMN kepada BPJS Kesehatan sebesar Rp6.827,9 miliar; (4) pemanfaatan SAL sebesar Rp19.011,1 miliar; dan (5) tambahan penerbitan SBN (neto) diperkirakan Rp57.759,2 miliar. Postur ringkas RAPBNP tahun 2016 disajikan dalam Tabel I.2. TABEL I.2 RINGKASAN LKPP Unaudited 2015, APBN 2016, DAN RAPBNP 2016 (Miliar Rupiah) 2015 LKPP Unaudited APBN RAPBNP A. Pendapatan Negara , , ,9 I. Pendapatan Dalam Negeri , , ,7 1. Penerimaan Perpajakan , , ,8 2. Penerimaan Negara Bukan Pajak , , ,9 II. Pendapatan Hibah , , ,2 B. Belanja Negara , , ,4 I. Belanja Pemerintah Pusat , , ,6 1. Belanja K/L , , ,1 2. Belanja Non K/L , , ,5 a.l. Subsidi , , ,5 II. T ransfer ke Daerah dan Dana Desa , , ,8 1. Transfer ke Daerah , , ,8 a. Dana Perimbangan , , ,9 1) Dana Transfer Umum , , ,5 2) Dana Transfer Khusus , , ,4 b. Dana Insentif Daerah 0, , ,0 c. Dana Otonomi Khusus dan Dana Keistimewaan Y ogy akarta , , ,9 2. Dana Desa , , ,1 C. Keseimbangan Primer ( ,1) (88.238,2) ( ,0) D. Surplus/ (Defisit) Anggaran ( ,1) ( ,9) ( ,6) % Defisit terhadap PDB (2,53) (2,15) (2,48) E. Pembiayaan , , ,6 I. Pembiay aan Dalam Negeri , , ,5 II. Pembiay aan Luar Negeri ,5 398,2 (2.526,9) Sum ber: Kem enterian Keuangan Uraian 2016 I-5

18 Bagian I Ringkasan RAPBN Perubahan Tahun Dampak Perubahan Asumsi Dasar Ekonomi Makro Terhadap Postur RAPBNP Tahun 2016 Dalam penyusunan APBN, asumsi dasar ekonomi makro digunakan sebagai dasar perhitungan postur APBN. Oleh karena itu, perubahan pada variabel asumsi dasar ekonomi makro dari yang semula ditetapkan akan memengaruhi besaran pendapatan negara, belanja negara, dan pembiayaan anggaran yang bermuara pada perubahan besaran defisit APBN. Dampak dari perubahan asumsi dasar ekonomi makro terhadap postur RAPBNP tahun 2016 dapat dijelaskan dalam bentuk analisis sensitivitas. Beberapa variabel asumsi dasar ekonomi makro yang berdampak mengurangi defisit atau menambah surplus terhadap postur RAPBNP tahun 2016 adalah peningkatan pertumbuhan ekonomi, kenaikan inflasi, peningkatan ICP, serta kenaikan lifting minyak dan gas bumi. Peningkatan pada asumsi dasar ekonomi makro tersebut akan berdampak langsung pada kenaikan pendapatan negara, terutama pada penerimaan perpajakan dan PNBP, dan berdampak tidak langsung terhadap kenaikan anggaran transfer ke daerah, terutama DBH. Selanjutnya, kenaikan anggaran transfer ke daerah tersebut akan menyebabkan peningkatan belanja negara yang harus diikuti dengan peningkatan anggaran pendidikan dan anggaran kesehatan. Sesuai perhitungan analisis sensitivitas, meningkatnya besaran asumsi dasar ekonomi makro tersebut berdampak pada peningkatan pendapatan negara yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan kenaikan belanja negara, sehingga secara total peningkatan tersebut akan berdampak pada pengurangan defisit anggaran. Sebaliknya variabel asumsi dasar ekonomi makro yang akan menambah defisit anggaran adalah kenaikan tingkat suku bunga SPN 3 bulan dan penguatan nilai tukar rupiah per dolar AS. Perubahan tingkat suku bunga SPN 3 bulan hanya akan berdampak pada sisi belanja negara terutama pembayaran bunga utang sehingga akan menambah defisit RAPBNP. Penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan berdampak pada turunnya pendapatan negara maupun belanja negara, meskipun penurunan pendapatan negara relatif lebih besar dibandingkan dengan penurunan belanja negara. Kondisi perekonomian yang terus berkembang menyebabkan asumsi dasar ekonomi makro yang terus berubah. Untuk itu, angka sensitivitas RAPBNP tahun 2016 digunakan untuk melakukan perhitungan cepat postur RAPBNP tahun Perhitungan cepat tersebut diharapkan mampu menangkap perubahan asumsi dasar ekonomi makro yang terjadi dan memberikan gambaran atas arah besaran defisit RAPBNP tahun TABEL I.3 SENSITIVITAS RAPBNP 2016 TERHADAP PERUBAHAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO (triliun rupiah) URAIAN Pertumbuhan Inflasi SPN Ekonomi +0,1% +1% +1% Nilai T ukar Rupiah ICP Lifting +Rp100/USD +USD1 +10rb A. Pendapatan Negara 1,0-1,6 8,9-9, ,7-5,1 3,6-4,3 1,6-3,0 a. Penerimaan Perpajakan 1,0-1,6 8,9-9, ,9-2,7 0,8-1,0 0,2-0,4 b. PNBP ,7-2,5 2,8-3,3 1,4-2,6 B. Belanja Negara 0,0-0,1 0,2-0,6 1,4-1,6 2,0-4,1 2,3-4,0 0,4-1,2 a. Belanja Pemerintah Pusat 0,0-0,0 0,1-0,4 1,4-1,6 1,5-2,5 1,8-2,6 0,1-0,3 b. Transfer ke Daerah dan Dana Desa 0,0-0,0 0,2-0, ,5-1,6 0,5-1,4 0,3-0,9 C. Surplus/(Defisit) Anggaran 1,0-1,6 8,7-9,1 (1,6) - (1,4) 1,0-1,7 0,3 1,3 1,3-1,9 D. Pembiayaan (0,6) - 0,3 - - Kelebihan/(Kekurangan) Pembiayaan 1,0-1,6 8,7-9,1 (1,6) - (1,4) 0,5-2,0 0,3-1,3 1,3-1,9 Sumber: Kementerian Keuangan I-6

19 Ringkasan RAPBN Perubahan Tahun 2016 Bagian I Tabel tersebut hanya menggambarkan postur RAPBNP tahun 2016 yang didasarkan pada sensitivitas sebagai dampak perubahan asumsi dasar ekonomi makro. Selain menggunakan analisis sensitivitas, penyusunan postur RAPBNP tahun 2016 perlu memerhatikan dampak dari kebijakan Pemerintah. I-7

20

21 Bab 1: Pendahuluan Bagian II BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Umum Arah pembangunan nasional tahun 2016 disesuaikan dengan tema Rencana Kerja Pemerintah (RKP) dan APBN tahun 2016 yakni Mempercepat Pembangunan Infrastruktur untuk Memperkuat Fondasi Pembangunan yang Berkualitas. Secara sistematis pembangunan nasional terinci dalam program kerja Kabinet Kerja yang selaras dengan Nawa Cita dengan memfokuskan pencapaian pertumbuhan ekonomi yang menjamin pemerataan dan keadilan untuk mengurangi kemiskinan, ketimpangan antarpenduduk, ketimpangan kewilayahan antara Pulau Jawa dan luar Pulau Jawa, kawasan barat dan timur, serta antara kota-kota dan kota-desa. Dukungan APBN untuk berbagai proyek infrastruktur telah memberikan kontribusi positif terhadap kinerja ekonomi domestik. Pembangunan infrastruktur tetap mendapatkan fokus utama dalam tahun Komitmen Pemerintah dalam pembangunan infrastruktur tercermin dari (1) peningkatan alokasi anggaran untuk mendukung pembangunan infrastruktur; (2) percepatan pembangunan infrastruktur melalui percepatan mekanisme lelang dan penyediaan pendanaan; dan (3) deregulasi melalui penyusunan paket-paket kebijakan ekonomi dalam rangka meningkatkan peran swasta dan investasi dalam pembangunan infrastruktur. Pelaksanaan APBN sebagai instrumen utama pendorong perekonomian nasional tentu perlu menyesuaikan kondisi perkembangan ekonomi dan fiskal terkini agar APBN dapat dijalankan dengan lebih kredibel, realistis, dan akuntabel. Beberapa faktor perkembangan ekonomi dan fiskal tersebut adalah sebagai berikut. Pertama, kondisi ekonomi global dan domestik yang memengaruhi asumsi dasar ekonomi makro. Beberapa capaian kinerja ekonomi makro pada triwulan I tahun 2016 memiliki perbedaan signifikan jika dibandingkan dengan target APBN tahun 2016, meskipun membaik bila dibandingkan dengan tahun Perkembangan asumsi dasar ekonomi makro yang sangat signifikan adalah harga minyak mentah Indonesia dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Penurunan harga minyak global yang dipicu oleh meningkatnya pasokan minyak dunia, baik yang bersumber dari negara-negara Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) maupun dari negara Non-OPEC berpengaruh besar pada pergerakan harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP). Perkiraan penurunan harga minyak mentah Indonesia berdampak pada sisi fiskal yakni menurunnya penerimaan perpajakan dari sektor migas dan penurunan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) sumber daya alam (SDA) migas. Sementara itu, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih dibayangi oleh faktor eksternal terutama potensi kenaikan suku bunga the Fed. Namun demikian, faktor internal berupa penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia, perbaikan kinerja transaksi berjalan, inflasi yang rendah, serta perbaikan perekonomian domestik memberikan dorongan positif. Penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berdampak pada penguatan leverage khususnya terkait pembiayaan luar negeri. Kedua, tidak tercapainya target pendapatan negara tahun 2015 khususnya sektor perpajakan yang menjadi dasar/basis dalam penghitungan dari target pendapatan negara pada APBN tahun Pada tahun 2015, realisasi penerimaan perpajakan tercatat sebesar 83,3 persen II.1-1

22 Bagian II Bab 1: Pendahuluan dari target dalam APBNP tahun Realisasi penerimaan perpajakan lebih rendah karena perlambatan ekonomi terutama sebagai akibat dari turunnya permintaan pada sektor industri pengolahan dan pertambangan. Berdasarkan realisasi penerimaan perpajakan tahun 2015 tersebut, maka perlu dilakukan penyesuaian terhadap target penerimaan perpajakan tahun Ketiga, pelebaran besaran defisit anggaran. Perkiraan penurunan realisasi pendapatan negara dari target APBN tahun 2016 dan diiringi dengan komitmen alokasi belanja negara yang masih mengacu pada APBN tahun 2016 mengakibatkan adanya potensi pelebaran defisit anggaran hingga melebihi ambang batas. Sesuai Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, jumlah kumulatif defisit APBN dan APBD dibatasi tidak melebihi 3,0 persen dari produk domestik bruto. Namun demikian, Pemerintah tetap berkomitmen untuk melanjutkan pembangunan infrastruktur dan perbaikan iklim investasi serta mengupayakan pencapaian sasaransasaran pembangunan nasional pada tahun 2016 dengan melakukan penyesuaian strategi fiskal baik dalam pendapatan negara, belanja negara, maupun pembiayaan anggaran. Perubahan kebijakan pada bidang pendapatan negara terutama dilakukan melalui kebijakan tax amnesty/voluntary disclosure dalam rangka optimalisasi pendapatan perpajakan dan penguatan tax base perpajakan di Indonesia. Sementara itu, Pemerintah melakukan penyesuaian kebijakan belanja, baik belanja pemerintah pusat maupun transfer ke daerah dan dana desa untuk mendukung pelaksanaan berbagai program dan sasaran pembangunan, baik pada dimensi pembangunan manusia, dimensi pembangunan sektor unggulan, serta dimensi pemerataan dan kewilayahan Perubahan kebijakan belanja pemerintah pusat terutama dilakukan dengan penghematan dan pemotongan belanja kementerian negara/lembaga yang kurang produktif dan kebijakan perubahan besaran fixed subsidi. Sedangkan kebijakan pada transfer ke daerah difokuskan pada penghematan dana bagi hasil (DBH) dan penurunan anggaran dana alokasi khusus (DAK) serta penambahan dana tambahan infrastruktur dalam rangka Otonomi Khusus Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat untuk mempercepat pembangunan infrastruktur dan konektivitas di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat dan sesuai dengan Nawa Cita pembangunan Indonesia dari pinggiran. Perubahan kebijakan juga terdapat pada pembiayaan anggaran terutama dilakukan dalam rangka mendukung program pembangunan infrastruktur dan program kesejahteraan rakyat. Pada akhirnya, APBN sebagai kunci utama dalam pencapaian sasaran pembangunan ekonomi dan program pembangunan nasional tahun 2016 perlu disesuaikan dengan perkembangan ekonomi makro terkini dengan memerhatikan kebijakan strategis yang tepat. Perubahan asumsi asumsi dasar ekonomi makro, pendapatan negara, belanja negara, dan pembiayaan anggaran serta kebijakan-kebijakan strategis terangkum dalam RAPBNP tahun RAPBNP Tahun 2016 Berdasarkan perkembangan terkini dari perekonomian global, domestik, dan berbagai kebijakan yang telah diambil Pemerintah, maka dipandang perlu untuk dilakukan penyesuaian terhadap beberapa asumsi dasar ekonomi makro dari APBN tahun Sehubungan dengan II.1-2

23 Bab 1: Pendahuluan Bagian II hal tersebut, Pemerintah mengusulkan perubahan atas asumsi dasar ekonomi makro tahun 2016, sebagai berikut: 1) Inflasi diperkirakan sebesar 4,0 persen atau lebih rendah dari asumsi APBN tahun 2016 sebesar 4,7 persen. 2) Rata-rata nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diperkirakan berada pada kisaran Rp per dolar AS menguat dari asumsinya dalam APBN tahun 2016 sebesar Rp per dolar AS. 3) Harga minyak mentah Indonesia (ICP) diperkirakan akan berada pada kisaran rata-rata USD35 per barel atau lebih rendah dari asumsi ICP dalam APBN tahun 2016 sebesar USD50 per barel. 4) Lifting minyak diperkirakan sebesar 810 ribu barel per hari, lebih rendah dibandingkan dengan asumsinya dalam APBN tahun 2016 yang ditetapkan sebesar 830 ribu barel per hari. 5) Lifting gas bumi diperkirakan mencapai ribu barel setara minyak per hari, lebih rendah bila dibandingkan dengan asumsi lifting gas bumi pada APBN tahun 2016 yang ditetapkan sebesar ribu barel setara minyak per hari. Selanjutnya, perubahan postur RAPBNP tahun 2016 dapat disampaikan sebagai berikut. Pendapatan negara tahun 2016 diperkirakan mengalami penurunan sebesar Rp88.045,0 miliar dari APBN tahun Penurunan tersebut terutama akibat penurunan PNBP sebesar Rp68.437,5 miliar dan penerimaan perpajakan sebesar Rp19.550,9 miliar. Rendahnya realisasi penerimaan perpajakan serta realisasi lifting dan harga minyak mentah Indonesia (ICP) selama tahun 2015 menyebabkan Pemerintah menurunkan target penerimaan perpajakan pada RAPBNP tahun 2016 menjadi sebesar Rp ,8 miliar, yang utamanya disebabkan oleh penurunan penerimaan PPh migas dan PPN. Dalam upaya untuk mencapai target penerimaan perpajakan tersebut serta sebagai upaya untuk tetap dapat mengamankan tax ratio Indonesia, Pemerintah melakukan langkah-langkah perbaikan di sektor perpajakan antara lain: (1) peningkatan kepatuhan wajib pajak, terutama kepatuhan wajib pajak orang pribadi usaha dan wajib pajak badan, antara lain melalui pembinaan dan pengawasan terhadap Wajib Pajak, (2) mengupayakan peningkatan tax ratio dan tax buoyancy, (3) peningkatan tax coverage melalui penggalian potensi perpajakan pada beberapa sektor unggulan, (4) penguatan dan perluasan basis data perpajakan; dan (5) pelaksanaan kebijakan tax amnesty/voluntary disclosure. Dengan upaya-upaya tersebut, tax ratio (arti sempit) dalam RAPBNP tahun 2016 ditargetkan sebesar 12,08 persen, sedangkan tax ratio dalam arti luas (termasuk penerimaan SDA migas dan pertambangan umum) ditargetkan sebesar 12,44 persen. Belanja negara diproyeksikan mencapai Rp ,4 miliar, turun 2,3 persen dari pagu APBN tahun Belanja negara tahun 2016 meliputi belanja pemerintah pusat sebesar Rp ,6 miliar dan Transfer ke Daerah dan Dana Desa sebesar Rp ,8 miliar. Belanja Pemerintah Pusat dalam RAPBNP tahun 2016 diperkirakan akan lebih rendah dari APBN tahun 2016, terutama disebabkan oleh kebijakan penghematan dan pemotongan belanja kementerian negara/lembaga (K/L), meskipun di sisi lain terdapat tambahan belanja untuk kegiatan yang bersifat mendesak. Sedangkan penurunan dana bagi hasil (DBH) dan dana alokasi khusus (DAK) merupakan kontribusi terbesar dari penurunan transfer ke daerah dan dana desa. II.1-3

24 Bagian II Bab 1: Pendahuluan Untuk menjaga defisit anggaran sebagai dampak perubahan pendapatan negara dan belanja negara tersebut serta untuk memenuhi kebutuhan peningkatan pengeluaran pembiayaan, maka pembiayaan anggaran diperkirakan menjadi Rp ,6 miliar atau meningkat sebesar Rp40.161,7 miliar dari target pembiayaan anggaran pada APBN tahun Pembiayaan anggaran dalam RAPBNP tahun 2016 bersumber dari pembiayaan utang sebesar Rp ,7 miliar dan pembiayaan nonutang sebesar negatif Rp72.505,1 miliar. Perubahan kebijakan pembiayaan anggaran dalam RAPBNP tahun 2016 antara lain (1) mendukung program MW melalui alokasi PMN kepada PT. PLN (Persero); (2) mendukung pembangunan infrastruktur melalui alokasi pembiayaan investasi kepada BLU Lembaga Manajemen Aset Negara (BLU LMAN); (3) mendukung kebijakan penyelesaian permasalahan program kesejahteraan rakyat melalui PMN kepada BPJS Kesehatan dan alokasi cadangan pembiayaan untuk dana antisipasi pembayaran kepada masyarakat terdampak lumpur Sidoarjo; dan (4) pemanfaatan dana SAL. 1.3 Kebijakan APBN Jangka Menengah Kebijakan APBN Jangka Menengah merupakan kelanjutan dari kebijakan APBN tahun Dalam kebijakan APBN jangka menengah menampung proyeksi asumsi dasar ekonomi makro, kebijakan pendapatan negara, kebijakan belanja negara, dan kebijakan pembiayaan anggaran. Dinamika ekonomi global dan domestik turut memengaruhi pergerakan dan prospek ekonomi nasional ke depan. Di samping itu, dengan adanya perubahan strategi fiskal turut menyebabkan pergeseran target-target dan asumsi dasar ekonomi makro jangka menengah, yaitu: (1) pertumbuhan ekonomi selama periode 2017 hingga 2019 diperkirakan bergerak pada kisaran 5,3 persen hingga 7,4 persen dengan kecenderungan terus meningkat; (2) tingkat inflasi terus dikendalikan pada tingkat yang rendah dengan kecenderungan menurun. Tingkat inflasi pada periode 2017 ditargetkan pada kisaran 4,0 ± 1 persen menurun menjadi 3,5 ± 1 persen pada periode ; (3) perkembangan nilai tukar rata-rata selama periode diperkirakan bergerak pada kisaran Rp per dolar AS hingga Rp per dolar AS, yang masih dipengaruhi oleh kebijakan moneter AS dan stabilitas perekonomian nasional; (4) suku bunga SPN 3 bulan dalam periode diperkirakan bergerak pada kisaran 5,0 sampai 6,0 persen dengan kecenderungan menurun; (5) perkembangan harga ICP masih tetap dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak mentah dunia secara umum, harga ICP diperkirakan bergerak pada kisaran USD35 hingga USD55 per barel; (6) perkembangan lifting minyak mentah pada periode diperkirakan bergerak pada kisaran 540 hingga 760 ribu barel per hari dengan kecenderungan menurun; dan (7) lifting gas bumi diperkirakan bergerak pada kisaran hingga ribu barel setara minyak per hari dengan kecenderungan meningkat. Di bidang pendapatan negara, kebijakan yang akan dilaksanakan dalam jangka menengah adalah: (1) melaksanakan program transformasi kelembagaan dan penataan organisasi Direktorat Jenderal Pajak; (2) membenahi sistem reward and punishment; (3) mengembangkan sistem layanan dan pengawasan yang berjenjang dan terotomasi; (4) pembangunan sebuah manajemen risiko terintegrasi untuk impor, ekspor, cukai, dan kawasan berikat; (5) melanjutkan renegosiasi kontrak karya dan perjanjian karya pengusaha batubara untuk sektor pertambangan; (6) perbaikan metode perhitungan PNBP perikanan; (7) peningkatan kinerja BUMN dan penerapan pay out ratio dividen BUMN yang sesuai dengan kemampuan keuangan BUMN; dan (8) ekstensifikasi dan intensifikasi melalui II.1-4

25 Bab 1: Pendahuluan Bagian II inventarisasi potensi PNBP pada K/L dan perbaikan peraturan perundang-undangan terkait PNBP. Selanjutnya, kebijakan belanja pemerintah pusat jangka menengah mengacu pada rencana pembangunan jangka menengah (RPJMN tahun ), besaran asumsi dasar ekonomi makro jangka menengah sejalan dengan perkembangan ekonomi terkini, serta kebijakan yang telah dan akan dilakukan oleh Pemerintah yang memiliki time frame jangka menengah. Secara umum, kebijakan belanja pemerintah pusat dalam jangka menengah adalah sebagai berikut: (1) belanja pemerintah pusat diarahkan untuk mendukung pelaksanaan prioritas pembangunan dalam RPJMN tahun ; (2) mendukung pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan yang efektif dan efisien, antara lain dengan melanjutkan reformasi birokrasi, pengendalian belanja pendukung penyelenggaraan pemerintahan, dan efisiensi belanja; (3) mendukung pembangunan infrastruktur yang sejalan dengan agenda prioritas, atau memberi peluang besar untuk pertumbuhan ekonomi pada beberapa sektor prioritas; (4) mendorong tumbuhnya investasi yang meningkatkan produktifitas rakyat; (5) melanjutkan pelaksanaan SJSN kesehatan dan ketenagakerjaan; (6) mendukung upaya peningkatan kualitas pendidikan, dengan menjaga pengalokasian anggaran pendidikan tetap memenuhi rasio minimal anggaran pendidikan sebesar 20 persen sebagaimana yang diamanatkan oleh UUD 1945; dan (7) pemenuhan anggaran kesehatan 5 persen. Di bidang transfer ke daerah dan dana desa, Pemerintah telah menunjukkan komitmennya melalui kebijakan desentralisasi fiskal dan pembangunan daerah secara konsisten, antara lain: (1) penyaluran kurang bayar DBH yang telah diaudit; (2) pengalokasian DAK agar lebih efektif, selektif, dan optimal pemanfaatannya; (3) pengalokasian dana otonomi khusus untuk Papua, Papua Barat, dan Aceh, termasuk dana tambahan infrastruktur untuk provinsi Papua dan Papua Barat; (4) pengalokasian dana keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) untuk mendukung penyelenggaraan urusan keistimewaan DIY; dan (5) mendukung implementasi UU Desa agar pembangunan desa lebih cepat dengan menjaga governance dan akuntabilitas. Untuk memenuhi pembiayaan anggaran jangka menengah, Pemerintah menggunakan pembiayaan anggaran yang bersumber dari pembiayaan utang dan nonutang. Terkait pengelolaan pembiayaan anggaran, kebijakan-kebijakan yang akan dilakukan antara lain: (1) mendukung pembangunan infrastruktur melalui alokasi PMN, dana bergulir, pembiayaan investasi, dan kewajiban penjaminan; (2) optimalisasi perencanaan dan pemanfaatan pinjaman untuk pembangunan infrastruktur; dan (3) pengembangan instrumen dan perluasan basis/investor utang agar diperoleh fleksibilitas dalam memilih sumber utang. II.1-5

26 Bab 2: Perubahan Asumsi Dasar Ekonomi Makro dan Proyeksi Jangka Menengah Bagian II BAB 2 PERUBAHAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN PROYEKSI JANGKA MENENGAH 2.1 Perubahan Asumsi Dasar Ekonomi Makro Dalam beberapa tahun terakhir ini, kinerja perekonomian dunia menunjukkan perlambatan, dari 3,4 persen di tahun 2012 menjadi 3,1 persen di tahun Hal tersebut antara lain disebabkan oleh kinerja ekonomi dan proses pemulihan di negara-negara maju yang belum optimal sejak dilanda krisis pada tahun 2008 dan pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang yang juga menunjukkan perlambatan sebagai akibat lemahnya aktivitas perdagangan dunia serta rendahnya harga komoditas. Di samping itu, faktor ketidakpastian juga masih membayangi sektor keuangan global karena sebagian negara maju menerapkan kebijakan stimulus (quantitative easing) sedangkan yang lain menerapkan kebijakan ekonomi ketat. Berdasarkan perkiraan IMF dalam World Economic Outlook (WEO) yang dirilis pada bulan April 2016, perekonomian global pada tahun ini diperkirakan tumbuh 3,2 persen atau mengalami perbaikan dibandingkan tahun 2015 yang tercatat 3,1 persen. Meskipun demikian, perkiraan ini masih lebih rendah dibandingkan perkiraan pada bulan Januari, sebesar 3,4 persen. PDB TABEL II.2.1 PERKIRAAN PERTUMBUHAN EKONOMI Publikasi Januari Publikasi April Publikasi Januari Publikasi April Dunia 3,1 3,1 3,4 3,2 Amerika Serikat 2,4 2,4 2,6 2,4 Eropa 1,5 1,6 1,7 1,5 Tiongkok 6,9 6,9 6,3 6,5 India 7,3 7,3 7,5 7,5 ASEAN-5 4,7 4,7 4,8 4,8 Dunia 2,6 2,8 3,4 3,1 Volume Negara Maju 0,3 0,3 1,1 0,7 Perdagangan Negara Berkembang 5,5 4,7 5,6 4,5 Sumber: WEO - IMF IMF juga merevisi ke bawah perkiraaan pertumbuhan ekonomi AS pada tahun Perekonomian AS diproyeksikan tumbuh sebesar 2,4 persen, sama dengan pertumbuhan di tahun Momentum positif ekonomi AS diperkirakan masih terus berlanjut, dengan didukung perbaikan pada sejumlah indikator ekonomi, antara lain tingkat pengangguran yang menurun, inflasi yang rendah dan indeks manufaktur maupun indeks produksi industri yang menunjukkan tren meningkat. Namun demikian, pertumbuhan ekonomi AS masih menghadapi sejumlah risiko terkait dengan perkembangan ekonomi global dan domestik. Menghadapi perekonomian global yang belum menujukkan pemulihan, masing-masing negara di dunia menerapkan kebijakan yang diyakini sesuai untuk mendorong kinerja ekonomi domestiknya. Negara-negara maju menerapkan kebijakan yang tidak seragam. AS cenderung memberlakukan kebijakan moneter ketat melalui penghentian program quantitative easing. II.2-1

27 Bagian II Bab 2: Perubahan Asumsi Dasar Ekonomi Makro dan Proyeksi Jangka Menengah Selain itu, Bank Sentral AS (The Fed) juga menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 0,25 hingga 0,5 persen per 16 Desember Kenaikan suku bunga acuan tersebut diperkirakan akan kembali terjadi secara bertahap di tahun 2016, dengan mempertimbangkan perkembangan indikator ekonomi AS lebih lanjut. Sementara perekonomian kawasan Eropa di tahun 2016 diperkirakan tumbuh sebesar 1,5 persen. Perkembangan positif tersebut tidak lepas dari makin membaiknya kinerja ekonomi negara-negara besar di Eropa seperti Jerman, Perancis, Italia dan Spanyol. Saat ini, kawasan Eropa masih menghadapi risiko deflasi. Kawasan Eropa kembali mengalami deflasi pada bulan Maret 2016 sebesar 0,1 persen (yoy), setelah pada bulan Februari 2016 juga mencatat deflasi sebesar 0,2 persen (yoy). Selain deflasi, kawasan Eropa masih menghadapi beberapa risiko lain seperti perlambatan pertumbuhan produktivitas dan peningkatan defisit fiskal di tengah rasio utang terhadap PDB yang tinggi. Namun demikian, terdapat beberapa faktor yang berpotensi menyokong kondisi kawasan Eropa antara lain terkait dengan penurunan harga minyak, kebijakan fiskal yang lebih netral, serta depresiasi nilai tukar euro. Beberapa negara di Eropa dan Jepang juga masih bertumpu pada kebijakan moneter longgar melalui pemberian stimulus dan penerapan suku bunga negatif. European Central Bank (ECB) mengumumkan kebijakan quantitative easing pada 22 Januari 2015 dengan pembelian aset finansial berskala besar hingga mencapai 60 miliar euro per bulan. Kebijakan tersebut rencananya akan diperpanjang hingga tahun 2017 untuk mencapai target inflasi kawasan Eropa, sekitar 2 persen. Hal yang sama juga terjadi di Jepang, Bank of Japan (BoJ) juga akan melanjutkan kebijakan quantitative easing yang telah dilaksanakan mulai tahun BoJ akan mengucurkan dana sebesar 80 triliun yen per tahun, meningkat dari stimulus sebelumnya yang hanya triliun yen per tahun. Hampir serupa dengan kondisi perekonomian kawasan Eropa, Jepang masih menghadapi sejumlah risiko ekonomi antara lain pertumbuhan produk industri dan pertumbuhan penjualan eceran yang rendah dan tingkat inflasi yang juga rendah. BoJ pada bulan Januari 2016 juga memutuskan untuk menerapkan kebijakan tingkat suku bunga negatif berlaku per Februari 2016 dengan memangkas suku bunga ke level negatif 0,1 persen. Penerapan suku bunga negatif diharapkan dapat mendorong perekonomian dan mencegah terjadinya deflasi yang berkepanjangan di negara tersebut. Pertumbuhan ekonomi Jepang di tahun 2016 diperkirakan sebesar 0,5 persen. Arah kebijakan ekonomi negara-negara maju turut mempengaruhi kebijakan ekonomi di negaranegara berkembang. Pelemahan ekonomi global telah memukul ekonomi Tiongkok sebagai negara yang bergantung pada ekspor. Untuk menyikapi kondisi global yang kurang kondusif, pemerintah Tiongkok mengambil langkah untuk menyeimbangkan sumber pertumbuhan tidak hanya dari investasi dan ekspor, tetapi juga konsumsi rumah tangga (rebalancing). Namun demikian, proses rebalancing masih terhambat dengan konsumsi rumah tangga yang belum sekuat yang diharapkan. Untuk mengompensasi hal tersebut, People s Bank of China (PBoC) melakukan devaluasi yuan, menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM), dan menurunkan tingkat suku bunga acuan guna membuat produk-produk ekspor Tiongkok menjadi lebih kompetitif sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Dalam rangka memperkuat konsumsi dan mendorong perekonomian, PBoC telah beberapa kali menurunkan suku bunga acuan. Per Maret 2016, suku bunga acuan ditetapkan 4,35 persen, lebih rendah dari posisi akhir 2012 yang tercatat 6 persen. Tiongkok juga memangkas GWM menjadi 17 persen. Senada dengan kebijakan Tiongkok, Reserve Bank of India (RBI) juga memangkas suku bunga acuan. Per Maret 2016, suku bunga acuan di India berada di level 6,75 persen, jauh lebih rendah II.2-2

NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2012 REPUBLIK INDONESIA

NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2012 REPUBLIK INDONESIA NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2012 REPUBLIK INDONESIA Daftar Isi DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Grafik... Daftar Boks... BAB

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii Daftar Boks... ix

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii Daftar Boks... ix Daftar Isi DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii Daftar Boks... ix BAGIAN I RINGKASAN RAPBN PERUBAHAN TAHUN 2017 1 Pendahuluan... 2 Perubahan Asumsi Dasar Ekonomi Makro

Lebih terperinci

RINGKASAN APBN TAHUN 2017

RINGKASAN APBN TAHUN 2017 RINGKASAN APBN TAHUN 2017 1. Pendahuluan Tahun 2017 merupakan tahun ketiga Pemerintahan Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla untuk mewujudkan sembilan agenda priroritas (Nawacita)

Lebih terperinci

Perkembangan Perekonomian dan Arah Kebijakan APBN 2014

Perkembangan Perekonomian dan Arah Kebijakan APBN 2014 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Perkembangan Perekonomian dan Arah Kebijakan APBN 2014 Jakarta, 10 Juni 2014 Kunjungan FEB UNILA Outline 1. Peran dan Fungsi APBN 2. Proses Penyusunan APBN 3. APBN

Lebih terperinci

2 Sehubungan dengan lemahnya perekonomian global, kinerja perekonomian domestik 2015 diharapkan dapat tetap terjaga dengan baik. Pertumbuhan ekonomi p

2 Sehubungan dengan lemahnya perekonomian global, kinerja perekonomian domestik 2015 diharapkan dapat tetap terjaga dengan baik. Pertumbuhan ekonomi p TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KEUANGAN. APBN. Tahun 2015. Perubahan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 44) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii Daftar Isi DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Umum... 1.2 Realisasi Semester I Tahun 2013... 1.2.1 Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro Semester

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA. KETERANGAN PERS Pokok-Pokok UU APBN-P 2016 dan Pengampunan Pajak

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA. KETERANGAN PERS Pokok-Pokok UU APBN-P 2016 dan Pengampunan Pajak KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA GEDUNG DJUANDA I, JALAN DR. WAHIDIN NOMOR I, JAKARTA 10710, KOTAK POS 21 TELEPON (021) 3449230 (20 saluran) FAKSIMILE (021) 3500847; SITUS www.kemenkeu.go.id KETERANGAN

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.5907 KEUANGAN NEGARA. APBN. Tahun 2016. Perubahan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 146). PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBNP 2015

Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBNP 2015 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nov Des Asumsi Dasar Ekonomi Makro 2015 Asumsi Dasar Ekonomi Makro Tahun 2015 Indikator a. Pertumbuhan ekonomi (%, yoy) 5,7 4,7 *) b. Inflasi (%, yoy) 5,0 3,35

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Perkembangan ekonomi makro bulan Oktober 2004 hingga bulan Juli 2008 dapat diringkas sebagai berikut. Pertama, stabilitas ekonomi tetap terjaga

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SEMESTER I 2009

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SEMESTER I 2009 PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SEMESTER I 2009 I. ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO 1. Pertumbuhan Ekonomi Dalam UU APBN 2009, pertumbuhan ekonomi Indonesia ditargetkan sebesar 6,0%.

Lebih terperinci

NOTA KEUANGAN DAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2012 REPUBLIK INDONESIA

NOTA KEUANGAN DAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2012 REPUBLIK INDONESIA NOTA KEUANGAN DAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2012 REPUBLIK INDONESIA Daftar Isi DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Grafik... Daftar Boks... BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi

Lebih terperinci

RENCANA DAN KEBIJAKAN ALOKASI TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA

RENCANA DAN KEBIJAKAN ALOKASI TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RENCANA DAN KEBIJAKAN ALOKASI TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA Disampaikan oleh: Direktur Pembiayaan dan Kapasitas Daerah Dr. Ahmad Yani, S.H., Akt., M.M., CA. MUSRENBANG

Lebih terperinci

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2012 R E P U B L I K I N D O N E S I A

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2012 R E P U B L I K I N D O N E S I A LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAANN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJAA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGAR RAN 2012 R E P U B L I K I N D O N E S I A Daftar Isi DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar Tabel...

Lebih terperinci

Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta KUPA

Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta KUPA Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Penetapan KUPA Kebijakan Umum Perubahan Anggaran Tahun Anggaran 2017 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah DIY Kompleks Kepatihan Danurejan Yogyakarta (0274)

Lebih terperinci

2 makro yang disertai dengan perubahan pokok-pokok kebijakan fiskal, dan pergeseran anggaran antarunit organisasi dan/atau antarprogram yang berdampak

2 makro yang disertai dengan perubahan pokok-pokok kebijakan fiskal, dan pergeseran anggaran antarunit organisasi dan/atau antarprogram yang berdampak No.44, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN. APBN. Tahun 2015. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5669) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

No koma dua persen). Untuk mencapai target tersebut, pemerintah akan meningkatkan kredibilitas kebijakan fiskal, menjaga stabilitas ekonomi ma

No koma dua persen). Untuk mencapai target tersebut, pemerintah akan meningkatkan kredibilitas kebijakan fiskal, menjaga stabilitas ekonomi ma TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.6111 KEUANGAN. APBN. Tahun 2017. Perubahan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 186) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

PENDAPAT AKHIR PEMERINTAH PADA RAPAT PARIPURNA DPR-RI DALAM RANGKA PEMBICARAAN TINGKAT II/PENGAMBILAN KEPUTUSAN TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG

PENDAPAT AKHIR PEMERINTAH PADA RAPAT PARIPURNA DPR-RI DALAM RANGKA PEMBICARAAN TINGKAT II/PENGAMBILAN KEPUTUSAN TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG PENDAPAT AKHIR PEMERINTAH PADA RAPAT PARIPURNA DPR-RI DALAM RANGKA PEMBICARAAN TINGKAT II/PENGAMBILAN KEPUTUSAN TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 27 TAHUN 2014

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... viii Daftar Boks... x

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... viii Daftar Boks... x Daftar Isi DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... viii Daftar Boks... x BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Umum... 1.2 Perubahan Asumsi Dasar Ekonomi Makro dalam RAPBN Perubahan Tahun

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 31 AGUSTUS 2009

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 31 AGUSTUS 2009 PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 31 AGUSTUS 2009 I. ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO 1. Pertumbuhan Ekonomi Dalam UU APBN 2009, pertumbuhan ekonomi Indonesia ditargetkan

Lebih terperinci

RANCANGANRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2015

RANCANGANRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2015 RANCANGANRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

NOTA KEUANGAN DAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2014 REPUBLIK INDONESIA

NOTA KEUANGAN DAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2014 REPUBLIK INDONESIA NOTA KEUANGAN DAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2014 REPUBLIK INDONESIA Daftar Isi DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Grafik... iv BAB 1 PENDAHULUAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2005 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2005 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

NOTA KEUANGAN DAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2011 REPUBLIK INDONESIA

NOTA KEUANGAN DAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2011 REPUBLIK INDONESIA NOTA KEUANGAN DAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2011 REPUBLIK INDONESIA Daftar Isi DAFTAR ISI Halaman BAB I PENDAHULUAN I-1 1.1 Umum... 1.2 Pokok-pokok Perubahan Asumsi

Lebih terperinci

INFOGRAFIS REALISASI PELAKSANAAN APBN 2017

INFOGRAFIS REALISASI PELAKSANAAN APBN 2017 INFOGRAFIS REALISASI s.d. 28 April 2017 FSDFSDFGSGSGSGSGSFGSF- DGSFGSFGSFGSGSG Realisasi Pelaksanaan INFOGRAFIS (s.d. April 2017) Perkembangan Asumsi Ekonomi Makro Lifting Minyak (ribu barel per hari)

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.142, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN NEGARA. APBN. Tahun anggaran 2014. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5547) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

INFOGRAFIS REALISASI PELAKSANAAN APBN 2017

INFOGRAFIS REALISASI PELAKSANAAN APBN 2017 INFOGRAFIS REALISASI s.d. 31 Mei 2017 FSDFSDFGSGSGSGSGSFGSF- DGSFGSFGSFGSGSG Realisasi Pelaksanaan INFOGRAFIS (s.d. Mei 2017) Perkembangan Asumsi Ekonomi Makro Lifting Minyak (ribu barel per hari) 5,1

Lebih terperinci

INFOGRAFIS REALISASI PELAKSANAAN APBN 2017

INFOGRAFIS REALISASI PELAKSANAAN APBN 2017 INFOGRAFIS REALISASI s.d. 31 Maret 2017 Realisasi Pelaksanaan INFOGRAFIS (s.d. Maret 2017) Perkembangan Asumsi Ekonomi Makro Lifting Minyak (ribu barel per hari) 5,1 5,01 4,0 3,61 5,3 5,2 13.300 13.348

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 110, 2005 APBN. Pendapatan. Pajak. Bantuan. Hibah. Belanja Negara (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara

Lebih terperinci

NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN

NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELAN NJA NEGAR RA TAHUN ANGGARAN 2011 REPUBLIK INDONESIA Daftar Isi DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Grafik... Daftar Boks... Daftar

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 30 SEPTEMBER 2009

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 30 SEPTEMBER 2009 PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 30 SEPTEMBER 2009 I. ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO 1. Pertumbuhan Ekonomi Dalam UU APBN 2009, pertumbuhan ekonomi Indonesia ditargetkan

Lebih terperinci

NOTA KEUANGAN DAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN

NOTA KEUANGAN DAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN NOTA KEUANGAN DAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2015 REPUBLIK INDONESIA Daftar Isi DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... viii Daftar Boks...

Lebih terperinci

ANALISIS KEBIJAKAN FISKAL/KEUANGAN DAN EKONOMI MAKRO TAHUN 2010

ANALISIS KEBIJAKAN FISKAL/KEUANGAN DAN EKONOMI MAKRO TAHUN 2010 ANALISIS KEBIJAKAN FISKAL/KEUANGAN DAN EKONOMI MAKRO TAHUN 2010 Penyusun: 1. Bilmar Parhusip 2. Basuki Rachmad Lay Out Budi Hartadi Bantuan dan Dukungan Teknis Seluruh Pejabat/Staf Direktorat Akuntansi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI I PENDAHULUAN

DAFTAR ISI I PENDAHULUAN DAFTAR ISI I PENDAHULUAN... 1-1 1.1 Latar Belakang... 1-1 1.2 Tujuan Penyusunan Kebijakan Umum Perubahan APBD... 1-2 1.3 Dasar Hukum Penyusunan Kebijakan Umum Perubahan APBD... 1-4 II KEBIJAKAN UMUM PERUBAHAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO Jalan Imam Bonjol Komplek Perkantoran Pemerintah Kabupaten Mukomuko Kode Poss 38364

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO Jalan Imam Bonjol Komplek Perkantoran Pemerintah Kabupaten Mukomuko Kode Poss 38364 PERATURAN BUPATI MUKOMUKO NOMOR 20 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI MUKOMUKO NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2017 PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO Jalan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun memberikan dampak pada

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun memberikan dampak pada 1 I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997-1998 memberikan dampak pada keuangan Indonesia. Berbagai peristiwa yang terjadi pada masa krisis mempengaruhi Anggaran Pendapatan

Lebih terperinci

M E T A D A T A INFORMASI DASAR

M E T A D A T A INFORMASI DASAR M E T A D A T A INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Operasi Keuangan Pemerintah Pusat 2 Penyelenggara Statistik : Departemen Statistik Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 4 Contact : Divisi

Lebih terperinci

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2014 REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2014 REPUBLIK INDONESIA LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2014 REPUBLIK INDONESIA Daftar Isi DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... vi Daftar

Lebih terperinci

KEBIJAKAN KONVERSI PENYALURAN DBH DAN/ ATAU DAU DALAM BENTUK NON TUNAI

KEBIJAKAN KONVERSI PENYALURAN DBH DAN/ ATAU DAU DALAM BENTUK NON TUNAI KEBIJAKAN KONVERSI PENYALURAN DBH DAN/ ATAU DAU DALAM BENTUK NON TUNAI 1 DASAR HUKUM Pasal 15 ayat (2) dan (3) UU Nomor 14 Tahun 2015 tentang APBN Tahun 2016 (1) Ketentuan mengenai penyaluran anggaran

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Sejak pertengahan tahun 2006, kondisi ekonomi membaik dari ketidakstabilan ekonomi tahun 2005 dan penyesuaian kebijakan fiskal dan moneter yang

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KEUANGAN NEGARA. APBN Perubahan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 63)

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KEUANGAN NEGARA. APBN Perubahan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 63) No. 4848 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KEUANGAN NEGARA. APBN 2008. Perubahan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 63) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

STAN KEBIJAKAN FISKAL PENGANTAR PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA. oleh: Rachmat Efendi

STAN KEBIJAKAN FISKAL PENGANTAR PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA. oleh: Rachmat Efendi PENGANTAR PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA KEBIJAKAN FISKAL oleh: Rachmat Efendi Sekolah Tinggi Akuntansi Negara Prodip III Kepabeanan Dan Cukai Tahun 2015 TUJUAN PEMBELAJARAN Memahami Kebijakan Fiskal yang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2005 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Pidato Presiden - Penyampaian Keterangan Pemerintah atas RUU APBN serta..., Jakarta, 16 Agustus 2016 Selasa, 16 Agustus 2016

Pidato Presiden - Penyampaian Keterangan Pemerintah atas RUU APBN serta..., Jakarta, 16 Agustus 2016 Selasa, 16 Agustus 2016 Pidato Presiden - Penyampaian Keterangan Pemerintah atas RUU APBN serta..., Jakarta, 16 Agustus 2016 Selasa, 16 Agustus 2016 PIDATO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENYAMPAIAN KETERANGAN PEMERINTAH ATAS RANCANGAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Rincian Penerimaan Perpajakan Tahun Anggaran 2008 adalah sebagai berikut

Rincian Penerimaan Perpajakan Tahun Anggaran 2008 adalah sebagai berikut PENJELASAN A T A S RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 45 TAHUN 2007 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2008

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.146, 2016 KEUANGAN NEGARA. APBN. Tahun 2016. Perubahan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5907) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2005 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN,

Lebih terperinci

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2016 REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2016 REPUBLIK INDONESIA LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2016 REPUBLIK INDONESIA Daftar Isi DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... vi Daftar

Lebih terperinci

DOKUMEN TAMBAHAN NOTA KEUANGAN

DOKUMEN TAMBAHAN NOTA KEUANGAN DOKUMEN TAMBAHAN NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2009 REPUBLIK INDONESIA DOKUMEN TAMBAHAN NOTA KEUANGAN DAN RAPBN TA 2009 Pendahuluan Pada tahun anggaran

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN NOMOR 74/DPD RI/IV/2012 2013 PERTIMBANGAN TERHADAP KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN POKOK-POKOK KEBIJAKAN FISKAL SERTA DANA TRANSFER DAERAH DALAM RANCANGAN UNDANG-UNDANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA

Lebih terperinci

BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD

BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD - 14 - BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD A. Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD 1. Kondisi Perekomonian Nasional Dalam beberapa tahun terakhir ini, kinerja perekonomian dunia mengalami perlambatan,

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2007 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2008

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2007 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2008 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2007 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2008 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang akan melaju secara lebih mandiri

I. PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang akan melaju secara lebih mandiri 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di negara-negara berkembang akan melaju secara lebih mandiri apabila pembangunan itu sebagian besar dapat dibiayai dari sumber-sumber penerimaan dalam negeri,

Lebih terperinci

-2- penggerak pertumbuhan perekonomian. Berbagai paket kebijakan yang telah diterbitkan diharapkan juga mampu mendorong tumbuhnya investasi swasta yan

-2- penggerak pertumbuhan perekonomian. Berbagai paket kebijakan yang telah diterbitkan diharapkan juga mampu mendorong tumbuhnya investasi swasta yan TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I KEUANGAN. APBN. Tahun 2017. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 240). PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2016

Lebih terperinci

DATA POKOK APBN-P 2007 DAN APBN-P 2008 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DATA POKOK APBN-P 2007 DAN APBN-P 2008 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DATA POKOK -P 2007 DAN -P 2008 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DAFTAR TABEL Tabel 1 :, 2007 dan 2008......... 1 Tabel 2 : Penerimaan Dalam Negeri, 1994/1995 2008...... 2 Tabel 3 : Penerimaan Perpajakan,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2015

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2015 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2015

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2015 SALINAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 29 TAHUN 2002 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2003 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Mandatory Spending, SAL dan Kelebihan Pembiayaan (overfinancing) APBN

Mandatory Spending, SAL dan Kelebihan Pembiayaan (overfinancing) APBN Mandatory Spending, SAL dan Kelebihan Pembiayaan (overfinancing) APBN Pendahuluan Dalam penyusunan APBN, pemerintah menjalankan tiga fungsi utama kebijakan fiskal, yaitu fungsi alokasi, fungsi distribusi,

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

RANCANGANRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 18 TAHUN 2016

RANCANGANRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 18 TAHUN 2016 RANCANGANRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2017 DENGAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2016

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2016 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

TABEL 2 RINGKASAN APBN, (miliar rupiah)

TABEL 2 RINGKASAN APBN, (miliar rupiah) 2 A. Pendapatan Negara dan Hibah 995.271,5 1.210.599,7 1.338.109,6 1.438.891,1 1.635.378,5 1.762.296,0 I. Pendapatan Dalam Negeri 992.248,5 1.205.345,7 1.332.322,9 1.432.058,6 1.633.053,4 1.758.864,2 1.

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.240, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN. APBN. Tahun 2017. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5948) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2016

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Grafik... Daftar Gambar...

DAFTAR ISI. Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Grafik... Daftar Gambar... Daftar Isi DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Grafik... Daftar Gambar... BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Umum... 1.2 Perubahan Asumsi Dasar Ekonomi Makro... 1.3 Perubahan Kebijakan APBN... 1.4 Pokok-Pokok

Lebih terperinci

PERAMALAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DALAM RAPBN TAHUN 2018

PERAMALAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DALAM RAPBN TAHUN 2018 PERAMALAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DALAM RAPBN TAHUN 2018 PUSAT KAJIAN ANGGARAN BADAN KEAHLIAN DPR RI TAHUN 2017 Daftar Isi Daftar Isi... 1 Daftar Tabel... 2 Daftar Gambar... 3 Daftar Singkatan... 5

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mempedomani dengan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005, tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 13 Tahun 2006

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No. 5767 KEUANGAN NEGARA. APBN. Tahun 2016. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 278). PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.6138 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I KEUANGAN. APBN. Tahun 2018. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 233) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN

Lebih terperinci

MEKANISME PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA NEGARA

MEKANISME PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA NEGARA MEKANISME PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA NEGARA KOMPETENSI DASAR Mamahami pelaksanaan pasal-pasal yang mengatur tentang keuangan negara INDIKATOR Sumber Keuangan Negara Mekanisme Pengelolaan Keuangan Negara

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi dunia saat ini adalah sangat lambat. Banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi. Salah satunya adalah terjadinya krisis di Amerika.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2007 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2008

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2007 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2008 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2007 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2008 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

I. UNDANG-UNDANG NOMOR 18 TAHUN

I. UNDANG-UNDANG NOMOR 18 TAHUN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2017 SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2007 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2008

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2007 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2008 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2007 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2008 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perumusan masalah menjelaskan mengenai butir-butir permasalahan yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Perumusan masalah menjelaskan mengenai butir-butir permasalahan yang akan BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini diuraikan perihal mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Latar belakang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2016

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2016 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

NOTA KEUANGAN DAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2005

NOTA KEUANGAN DAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2005 NOTA KEUANGAN DAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2005 REPUBLIK INDONESIA Daftar Isi DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL

Lebih terperinci

Kondisi Perekonomian Indonesia Terkini

Kondisi Perekonomian Indonesia Terkini Kondisi Perekonomian Indonesia Terkini Disampaikan oleh: Parjiono, Ph.D Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Surabaya, 16 Agustus 2017 Kuliah Umum Fakultas Ekonomi

Lebih terperinci

DATA POKOK APBN-P 2007 DAN APBN 2008 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DATA POKOK APBN-P 2007 DAN APBN 2008 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DATA POKOK -P DAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DAFTAR TABEL Tabel 1 : dan.......... 1 Tabel 2 : Penerimaan Dalam Negeri, 1994/1995...... 2 Tabel 3 : Penerimaan Perpajakan, 1994/1995.........

Lebih terperinci

DATA POKOK APBN

DATA POKOK APBN DATA POKOK - DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DAFTAR TABEL Tabel 1 : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, dan...... 1 Tabel 2 : Penerimaan Dalam Negeri, 1994/1995...... 2 Tabel 3 : Penerimaan

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri JUNI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Juni 2017 Pendahuluan Membaiknya perekonomian dunia secara keseluruhan merupakan penyebab utama membaiknya kinerja ekspor Indonesia pada

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2015 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran

Lebih terperinci

BAB II PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO TAHUN

BAB II PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO TAHUN BAB II PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO TAHUN 2002 2004 Bab perkembangan ekonomi makro tahun 2002 2004 dimaksudkan untuk memberi gambaran menyeluruh mengenai prospek ekonomi tahun 2002 dan dua tahun berikutnya.

Lebih terperinci

2017, No melaksanakan ketentuan Pasal 23 ayat (1) Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, perlu membentuk Undang-Undang tent

2017, No melaksanakan ketentuan Pasal 23 ayat (1) Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, perlu membentuk Undang-Undang tent No.233, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN. APBN. Tahun 2018. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6138) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2017

Lebih terperinci

Tabel 1a APBN 2004 dan APBN-P 2004 (miliar rupiah)

Tabel 1a APBN 2004 dan APBN-P 2004 (miliar rupiah) Tabel 1a APBN 2004 dan 2004 Keterangan APBN (1) (2) (3) (4) (5) A. Pendapatan Negara dan Hibah 349.933,7 17,5 403.769,6 20,3 I. Penerimaan Dalam Negeri 349.299,5 17,5 403.031,9 20,3 1. Penerimaan Perpajakan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... vi

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... vi Daftar Isi DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... vi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Realisasi Tahun 2017... 1.1.1 Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro Tahun 2017... 1.1.2 Realisasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. dari mencatat, mengumpulkan serta menyalin data-data yang diperlukan dari dinas

III. METODE PENELITIAN. dari mencatat, mengumpulkan serta menyalin data-data yang diperlukan dari dinas 41 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Dalam penelitian ini, data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari mencatat, mengumpulkan serta menyalin data-data yang diperlukan dari

Lebih terperinci

Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2017 (Audited) LKPP TAHUN 2017 AUDITED

Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2017 (Audited) LKPP TAHUN 2017 AUDITED LKPP TAHUN 2017 AUDITED MEI 2018 KATA PENGANTAR Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2016 tentang Anggaran Pendapatan

Lebih terperinci

faktor yang dimiliki masing-masing negara, antara lain sistem ekonomi, kualitas birokrasi. Sistem ekonomi yang dianut oleh suatu negara akan

faktor yang dimiliki masing-masing negara, antara lain sistem ekonomi, kualitas birokrasi. Sistem ekonomi yang dianut oleh suatu negara akan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu negara sangat ditentukan oleh berbagai faktor yang dimiliki masing-masing negara, antara lain sistem ekonomi, ketersediaan sumber daya, teknologi,

Lebih terperinci

BUKU I RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2017 REPUBLIK INDONESIA

BUKU I RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2017 REPUBLIK INDONESIA BUKU I RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2017 REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN

Lebih terperinci