BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) Di ruang Cempaka RSUD Kebumen. setiap kali bernapas (Wartonah Tarwanto, 2006).

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) Di ruang Cempaka RSUD Kebumen. setiap kali bernapas (Wartonah Tarwanto, 2006)."

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Judul Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan oksigenasi Pada Tn.W: Congestive Heart Failure (CHF) Di ruang Cempaka RSUD Kebumen. B. Latar Belakang Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup O2 ruangan setiap kali bernapas (Wartonah Tarwanto, 2006). Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen O2 ke dalam sistem (kimia atau fisika). Oksigenasi merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah karbondioksida, energi, dan air. Akan tetapi penambahan CO2 yang melebihi batas normal pada tubuh akan memberikan dampak yang cukup bermakna terhadap aktifitas sel (Wahit Iqbal Mubarak, 2007). Gagal jantung merupakan salah satu penyakit kardiovaskuler yang telah sangat prihatin dalam preferensi medis. Menurut WHO pada tahun 2001

2 penyakit kardiovaskular menyumbang hampir sepertiga dari kematian global dan diperkirakan pada tahun 2020 hampir 25 juta kematian di seluruh dunia akibat penyakit kardiovaskular. Pelaporan SIRS Indonesia 2007 jumlah kasus sebanyak 57,023 pasien dengan gagal jantung dan kasus tingkat kematian (CFR) 13,42%. Khususnya di RSU Herna Medan, sudah ada 172 penderita yang mendapat gagal jantung sepanjang Ini penelitian deskriptif telah dirancang dengan serangkaian kasus yang bertujuan untuk mengetahui karakteristik penderita gagal jantung di RSU Herna Medan tahun Populasi mengacu pada total 172 penderita gagal jantung di RSU Herna Medan tahun Contoh mengacu pada total sampling yang digunakan dalam penelitian ini yang semuanya dari 172 pasien gagal jantung di RSU Herna Medan tahun Ini tahap analisis statistik, penelitian ini menggunakan chi-square dan uji anova. Proporsi highhest dari penderita gagal jantung: 96,5% adalah kelompok usia 40 tahun, 57,6% adalah laki-laki, 70,9% yang berasal dari suku batak, 59,9% adalah Chistian, 37,8% adalah ibu rumah tangga, 75,6% berasal dari dari medan, 43,0% menderita gagal jantung ketiga, dan 65,2% menjadi rawat jalan. Rata-rata panjang jika tinggal 5,19 hari Pasien dengan gagal jantung menyarankan menghindari gaya hidup yang dapat menyebabkan gagal jantung. Berdasarkan hal tersebut di atas, penulis tertarik untuk menyusun karya tulis ilmiah lebih dalam tentang CHF (Congestive Heart Failure) maka penulis mengambil kasus Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan

3 Oksigenasi Pada Tn.W: CHF (Congestive Heart Hailure) Di Ruang Cempaka RSUD Kebumen. C. Tujuan Penulisan 1. Tujuan umum penulisan Penulis memahami Ilmu Pengetahuan dengan pengalaman praktek dilapangan dan mengaplikasikan ke dalam Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi Pada TN.W: Congestive Heart Failure (CHF) Di Ruang Cempaka RSUD Kebumen. 2. Tujuan khusus penulisan a. Mampu mendeskripsikan pengkajian pada pasien dengan Congestive Heart Failure (CHF). b. Mampu mendeskripsikan diagnosa keperawatan pada pasien Congestive Heart Failure (CHF). c. Mampu mendeskripsikan rencana keperawatan pada klien dengan Congestive Heart Failure (CHF). d. Mampu mendeskripsikan implementasi keperawatan pada klien dengan Congestive Heart Failure (CHF). e. Mampu mendeskripsikan evaluasi keperawatan pada klien dengan Congestive Heart Failure (CHF). f. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan dengan Congestive Heart Failure (CHF).

4 D. Pengumpulan Data Karya tulis ilmiah ini ditulis menggunakan metode diskriftif naratif agar lebih mudah dalam mengetahui gambaran CHV. Penulis menggunakan metode ilmiah dengan pendekatan proses keperawatan. Adapun cara pengumpulan datanya adalah : 1. Observasi Partisipatif Melakukan pengamatan dan perawatan langsung terhadap keadaan pasien serta perkembangan penyakit dengan melakukan asuhan keperawatan. 2. Interview Metode Interview dilakukan dengan cara menanyakan tentang keadaan pasien kepada pasien, keluarga pasien, Perawat, Dokter serta Petugas Kesehatan yang lainnya. 3. Studi Literature/Dokumentasi Pengumpulan data tentang keadaan pasien dari catatan medik, catatan keparawatan, hasil laboratorium, pemeriksaan lain serta buku keperawatan.

5 BAB II KONSEP DASAR A. Gagal Jantung Kongestif (CHF) 1. Definisi Gagal jantung disebut juga CHF (Congestive Heart Failure) atau Decomp Cordis. Gagal jantung adalah keadaan patofisiologik dimana jantung sebagai pompa tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk matabolisme jaringan (Price, S. A. 2002). Gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologik berupa kelainan fungsi jantung sehingga tidak mampu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan kemampuannya ada kalau disertai peninggian volume diastolik secara abnormal (Mansjoer, 2003). Gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologik adanya kelainan fungsi jantung berakibat jantung gagal memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian tekanan pengisian ventrikel kiri (Smeltzer, 2002). Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa gagal jantung adalah keadaan dimana jantung sudah tidak mampu memompa darah sesuai dengan kebutuhan tubuh dan kemampuannya hanya ada kalau disertai dengan peningkatan tekanan pengisian ventrikel kiri.

6 2. Etiologi a. Secara Umum 1) Kelainan otot jantung Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung, disebabkan karena menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari penyebab kelainan fungsi otot jantung mencakup ateroslerosis koroner, hipertensi arterial dan penyakit degeneratif atau inflamasi. 2) Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark miokardium (kematian sel jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal j antung. 3) Hipertensi sistemik atau pulmonal (peningkatan afterload) meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung. Efek tersebut dapat dianggap sebagai mekanisme kompensasi karena akan meningkatkan kontraktilitas jantung. Tetapi untuk alasan yang tidak jelas, hipertrofil otot jantung tadi tidak dapat berfungsi secara normal, dan akibatnya akan terjadi gagal jantung. 4) Peradangan dan penyakit myocardium degeneratif, berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.

7 5) Faktor sistemik, terdapat sejumlah besar faktor yang berperan dalam perkembangan dan beratnya gagal jantung. Meningkatnya laju metabolisme, hipoksia dan anemia memerlukan peningkatan curah jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen sistemik. Hipoksia atau anemia juga dapat menurunkan suplai oksigen ke jantung. Asidosis dan abnormalitas elektrolit dapat menurunkan kontraktilitas jantung (Brunner dan Suddart, 2000). b. Faktor resiko 1) Faktor resiko yang tidak dapat dirubah: a) Usia Laki-laki yang berusia lebih dari 45 tahun dan wanita yang berusia lebih dari 55 tahun, mempunyai risiko lebih besar terkena penyakit jantung. b) Genetik atau keturunan Adanya riwayat dalam keluarga yang menderita penyakit jantung, meningkatkan risiko terkena penyakit jantung. Riwayat dalam keluarga juga tidak dapat dirubah. Namun informasi tersebut sangat penting bagi dokter. Jadi informasikan kepada dokter apabila orang tua anda, kakek atau nenek, paman / bibi, atau saudara ada yang menderita penyakit jantung.

8 c) Penyakit Lain Penyakit lain seperti diabetes, meningkatkan resiko penyakit jantung. Diskusikan dengan dokter mengenai penanganan diabetes dan penyakit lainnya. Gula darah yang terkontrol baik dapat menurunkan risiko penyakit jantung. 2) Faktor resiko yang dapat dirubah a) Kolesterol Kolesterol terdiri dari kolesterol baik dan kolesterol jahat. HDL adalah kolesterol baik sedangkan LDL adalah kolesterol jahat. Kolesterol total yang tinggi, LDL tinggi, atau HDL rendah meningkatkan risiko penyakit jantung. b) Hipertensi Hipertensi meningkatkan resiko penyakit jantung. Jika tekanan darah anda tinggi, berolahragalah secara teratur, berhenti merokok, berhenti minum alkohol, dan jaga pola makan sehat. Apabila tekanan darah tidak terkontrol dengan perubahan pola hidup tersebut, dokter akan meresepkan obat anti hipertensi (obat penurun tekanan darah). c) Merokok dan Minum Alkohol Merokok dan minum alkohol terbukti mempunyai efek yang sangat buruk. Berhentilah minum alkohol merokok. Dan jangan merokok di dekat atau samping orang yang tidak merokok.

9 d) Gemuk (overweight atau obesitas) Kegemukan membuat jantung dan pembuluh darah kita bekerja ekstra berat. Diet tinggi serat (sayuran, buah-buahan), diet rendah lemak, dan olah raga teratur dapat menurunkan berat badan secara bertahap dan aman. Diskusikan dengan dokter untuk menurunkan berat badan secara aman. e) Kurang Aktifitas Fisik Kurang aktivitas fisik juga berdampak tidak baik bagi kesehatan. Olahragalah secara teratur untuk mencegah penyakit jantung (Brunner dan Suddarth, 2000). Grade gagal jantung menurut New York Heart Association terbagi dalam 4 kelainan fungsional : 1. Derajat I : timbul sesak pada aktifitas fisik berat, aktivitas fisik sehari-hari tidak menimbulkan keluhan. 2. Derajat II : timbul sesak pada aktifitas fisik sedang ditandai dengan adanya ronchi basah halus dibasal paru, S3 galop dan peningkatan tekanan vena pulmonalis. 3. Derajat III : timbul sesak pada aktifitas fisik ringan ditandai dengan edema pulmo. 4. Derajat IV : timbul sesak pada aktifitas fisik sangat ringan atau istirahat ditandai dengan oliguria, sianosis, dan diaphoresis.

10 3. Patofisiologi Kelainan fungi otot jantung disebabkan karena aterosklerosis koroner, hipertensi arterial dan penyakit otot degeneratif atau inflamasi. Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark miokard biasanya mendahului terjadinya gagal jantung. Hipertensi sistemik atau pulmonal (peningkatan afterload) meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung. Efek tersebut (hipertrofi miokard) dapat dianggap sebagai mekanisme kompensasi karena akan meningkatkan kontraktilitas jantung. Tetapi untuk alasan tidak jelas, hipertrofi otot jantung tadi tidak dapat berfungsi secara normal, dan akhirnya akan terj adi gagal jantung. Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun. Ventrikel kanan dan kiri dapat mengalami kegagalan secara terpisah. Gagal ventrikel kiri paling sering mendahului gagal ventrikel kanan. Gagal ventrikel kiri murni sinonim dengan edema paru akut. Karena curah ventrikel berpasangan, maka kegagalan salah satu ventrikel dapat mengakibatkan penurunan perfusi jaringan.

11 a. Gagal j antung kiri Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri, karena ventrikel kiri tidak mampu memompa darah yang datang dari paru. Peningkatan tekanan dalam sirkulasi paru menyebabkan cairan terdorong ke jaringan paru. Dispneu dapat terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli yang mengganggu pertukaran gas. Mudah lelah dapat terjadi akibat curah j antung yang kurang menghambat jaringan dari sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan sisa hasil katabolisme, juga terjadi akibat meningkatnya energi yang digunakan untuk bernapas dan insomnia yang terjadi akibat distress pernapasan dan batuk. b. Gagal jantung kanan Bila ventrikel kanan gagal, yang menonjol adalah kongesti viscera dan jaringan perifer. Hal ini terjadi karena sisi kanan jantung tidak mampu mengosongkan volume darah dengan adekuat sehingga tidak dapat mengakomodasikan semua darah yang secara normal kembali dari sirkulasi vena. Manifestasi klinis yang tampak dapat meliputi edema ekstremitas bawah, peningkatan berat badan, hepatomegali, distensi vena leher, asites, anoreksia, mual dan nokturia (Mansjoer, 2003). 4. Manifestasi klinis Manifestasi klinis gagal jantung secara keseluruhan sangat bergantung pada etiologinya. Namun dapat digambarkan sebagai berikut:

12 a. Ortopnea, yaitu sesak saat berbaring b. Dyspnea On Effort (DOE), yaitu sesak bila melakukan aktivitas c. Paroxymal Nocturnal Dyspnea (PND), yaitu sesak nafas tiba-tiba pada malam hari disertai batuk. d. Berdebar-debar e. Mudah lelah f. Batuk-batuk Gambaran klinis gagal jantung kiri: a. Sesak napas dyspnea on effort, paroxymal nocturnal dyspnea b. Batuk-batuk c. Sianosis d. Suara sesak e. Ronchi basah, halus, tidak nyaring di daerah basal paru hydrothorax f. Kelainan jantung seperti pembesaran jantung, irama gallop, tachycardia g. BMR mungkin naik h. Kelainan pada foto rongent

13 Gambaran klinis gagal jantung kanan: a. Edema pretibia, edema presakral, asites dan hydrothorax b. Tekanan vena jugularis meningkat (hepato jugular refluks) c. Gangguan gastrointestinal, anorexia, mual, muntah, rasa kembung di epigastrium d. Nyeri tekan karena adanya gangguan fungsi hati e. Albumin dan globulin tetap, splenomegali, hepatomegali Gangguan ginjal, albuminuria, silinder hialin, glanular, kadar ureum meninggi (60-100%), oligouria, nocturia f. Hiponatremia, hipokalemia, hipoklorimia (Brunner dan Suddarth, 2000). 5. Penatalaksanaan Gagal jantung ditangani dengan tindakan umum untuk mengurangi beban kerja jantung dan manipulasi selektif terhadap ketiga penentu utama dari fungsi miokardium, baik secara sendiri-sendiri maupun gabungan dari : beban awal, kontraktilitas dan beban akhir. Penanganan biasanya dimulai ketika gejala-gejala timbul pada saat beraktivitas biasa. Regimen penanganan secara progresif ditingkatkan sampai mencapai respon klinik yang diinginkan. Eksaserbasi akut dari gagal jantung atau perkembangan

14 menuju gagal jantung yang berat dapat menjadi alasan untuk dirawat dirumah sakit atau mendapat penanganan yang lebih agresif. Pembatasan aktivitas fisik yang ketat merupakan tindakan awal yang sederhana namun sangat tepat dalam penanganan gagal jantung. Tetapi harus diperhatikan jangan sampai memaksakan larangan yang tak perlu untuk menghindari kelemahan otot-otot rangka. Kini telah diketahui bahwa kelemahan otot rangka dapat meningkatkan intoleransi terhadap latihan fisik. Tirah baring dan aktifitas yang terbatas juga dapat menyebabkan flebotrombosis. Pemberian antikoagulan mungkin diperlukan pada pembatasan aktifitas yang ketat untuk mengendalikan gejala. Penatalaksanaan: a. Istirahat b. Diit, diit jantung, makanan lunak, rendah garam c. Pemberian digitalis, membantu kontraksi jantung dan memperlambat frekuensi jantung. Hasil yang diharapkan peningkatan curah jantung, penurunan tekanan vena dan volume darah dan peningkatan diuresis akan mengurangi edema. Pada saat pemberian ini pasien harus dipantau terhadap hilangnya dispnea, ortopnea, berkurangnya krekel, dan edema perifer. Apabila terjadi keracunan ditandai dengan anoreksia, mual dan muntah namun itu gejala awal selanjutnya akan terjadi perubahan irama, bradikardi kontrak ventrikel premature, bigemini (denyut normal dan premature saling berganti ), dan takikardia atria proksimal

15 d. Pemberian Diuretic, yaitu unutuk memacu eksresi natrium dan air melalui ginjal. Bila sudah diresepkan harus diberikan pada siang hari agar tidak mengganggu istirahat pasien pada malam hari, intake dan output pasien harus dicatat mungkin pasien dapat mengalami kehilangan cairan setelah pemberian diuretik, pasien juga harus menimbang badannya setiap hari turgor kulit untuk menghindari terjadinya tandatanda dehidrasi. e. Morfin, diberikan untuk mengurangi sesak napas pada asma cardial, hatihati depresi pernapasan f. Pemberian oksigen g. Terapi vasodilator dan natrium nitropurisida, obat-obatan vasoaktif merupakan pengobatan utama pada penatalaksanaan gagal jantung untuk mengurangi impedansi (tekanan) terhadap penyemburan darah oleh ventrikel. 6. Penatalaksanaan a. Foto torax mengungkapkan adanya pembesaran jantung, oedema atau efusi pleura yang menegaskan diagnosa Congestive Hearth Failure. b. EKG mengungkapkan adanya takiardi, hipertrofi bilik jantung dan iskemi (jika disebabkan Akut Miokard Infark). c. Pemeriksaan Lab

16 Meliputi : Elektrolit serum yang mengungkapkan kadar natrium yang rendah sehingga hasil hemodelusi darah dari adanya kelebihan retensi air, Kalium, Natruin, Calsium, Ureum, gula darah. d. Analisa Gas Darah Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis respiratorik ringan atau hipoksemia dengan peningkatan tekanan karbondioksida. e. Elektrolit Mungkin berubah karena perpindahan cairan atau penurunan fungsi ginjal, dan terapi diuterik. f. Skan j antung Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan gerakan dinding. g. Blood ureum nitrogen (BUN) dan kreatinin Peningkatan BUN menunjukkan penurunan fungsi ginjal. Kenaikan baik BUN dan kreatinin merupakan indikasi gagal ginjal. h. Pemeriksaan tiroid Peningkatan tiroid menunjukkan hiperaktifitas tiroid sebagai pencetus gagal jantung kongestif (Dongoes, 2002).

17 7. Pathway Penyakit arteri koroner, Hipertensi, kardiomiopati, stenosis mitral, penyakit pericardial, infark miokard, aritmia akut, infeksi, emboli paru, anemia, kehamilan Kontraktilitas miokard menurun Curahjantung menurun Gagal j antung SV menurun gg. sirkulasi Perfusi ginjal menurun Aliran darah arteri pulmonal tertahan Cairan pindah dari kapiler ke interstisial Tekanan ventrikel kiri menurun Suplai O2 ke jaringan menurun Sekresi renin meningkat Dilatasi ventrikel kanan Edema perifer Penumpukan darah di vena pulmonalis Peningkatan tekanan hidrostatik Perpindahan cairan kapiler ke interstisial Metabolisme menurun energi menurun Kelemahan fisik Intoleransi aktivitas Angiotensin I Angiotensin II Aldosteron meningkat Retensi Na dan H2O Peningkatan tekanan atrium kanan Hambatan aliran darah ke vena cava Darah kembali ke sistemik kerusakan integritas kulit Kurang informasi Kurang pengetahuan Edema paru Gangguan pertukaran gas Kelebihan volume cairan Peningkatan tek.hidrostatik Smeltzer, 2002

18 Keterangan : masalah keperawatan yang ada di askep : masalah keperawatan yang tidak ada di askep : B. Asuhan Keperawatan 1. Fokus Pengkajian Fokus pengkajian pada pasien dengan gagal jantung adalah diarahkan kepada pengamatan terhadap tanda-tanda dan gejala kelebihan cairan sistemik dan pulmonal. Semua tanda-tanda yang menunjukkan harus dicatat dan dilaporkan oleh dokter. a. Pernafasan Auskultasi pada interval yang sering untuk menentukan ada atau tidaknya krekels dan mengi, catat frekuensi dan kedalaman bernafas. c. Jantung Auskultasi untuk mengetahui adanya bunyi bising jantung S3 dan S4, kemungkinan cara pemeriksaan mulai gagal. d. Tingkat kesadaran Kaji tingkat kesadaran pasien. d. Perifer

19 Kaji bagian tubuh pasien yang mengalami edema dependen dan hepar untuk mengetahui refluk hepatojugular (RHJ) dan distensi vena jugularis (DVJ). e. Haluaran urin ukur dengan teratur. 1). Data dasar pengkajian pasien. a). Bernafas dengan normal Dispneu saat aktivitas, tidur, duduk, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat penyakit paru kronis, penggunaan bantuan pernafasan, takipneu, nafas dangkal. Tanda tandanya meliputi batuk kering / nyaring / non produktif atau batuk terus-menerus dengan atau tanpa pembentukkan sputum, mungkin bersemu darah warna merah muda atau berbuih (edema pulmonal), bunyi nafas tidak terdengar, krakles, mengi, Fungsi mental menurun, letargi, kegelisahan, warna kulit pucat atau sianosis. b). Nutrisi Kehilangan nafsu makan, mual muntah, peningkatan BB signifikan, pembengkakan pada ekstremitas bawah. Tanda : penambahan BB dengan cepat, distensi abdomen (asites), edema. c). Eliminasi Penurunan berkemih, urin berwarna gelap, berkemih malam hari, diare atau konstipasi d). Berpakaian

20 e). Personal Hygiene Keletihan atau kelemahan, kelemahan saat aktivitas perawatan diri, penampilan menandakan kelalaian perawatan personal. f). Gerak dan keseimbangan Keletihan, kelemahan terus-menerus sepanjang hari, nyeri dada sesuai dengan aktivitas. g). Istirahat dan Tidur Insomnia, dispnea pada saat istirahat atau pada saat pengerahan tenaga. h). Temperatur Suhu dan Sirkulasi Riwayat hipertensi, IM baru / akut, episode GJK sebelumnya, penyakit katup jantung, bedah jantung, endokarditis, anemia, syok septic, TD mungkin rendah, normal atau tinggi, frekuensi jantung, irama jantung, sianosis, bunyi nafas, edema. i). Rasa aman dan nyaman Nyeri dada, nyeri kepala, angina akut, atau kronis, nyeri abdomen kanan atas, sakit pada otot, tidak tenang, gelisah. j). Berkomunikasi dengan orang lain. Marah, ketakutan, mudah tersinggung k). Bekerja Dispneu pada saat beraktivitas. l). Spiritual Terganggunya aktivitas spiritual seperti biasanya

21 m). Belajar Menggunakan atau lupa menggunakan obat-obat penyakit jantung n). Rekreasi 2. Fokus Diagnosa Keperawatan 1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler alveolar. 2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2. 3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunya laju filtrasi glomerulus. 4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama, edema, penurunan perfusi jaringan. 5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi (Heather, 2010) 3. Fokus Intervensi 1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler alveolar (Heather, 2010). Tujuan dan kriteria hasil menurut NOC adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan masalah gangguan pertukaran gas dapat teratasi dengan kriteria hasil : 1). Respiratory status : gas exchange

22 Klien mampu memelihara kebersihan paru-paru, dan bebas dari tanda-tanda distress pernafasan, AGD dalam batas normal, status neurologis dalam batas normal ( Moorhead dkk, 2009). 2). Respiratory status : ventilation Klien mampu mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigen yang adekuat, mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dispneu ( mampu mengeluarkan sputum mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips). Intervensi menurut NIC adalah : Moniitor respirasi dan status oksigen, catat pergerakan dada, amati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan, retraksi otot supraclavicular dan intercostals, monitor pola nafas, auskultasi sura nafas, moitor ttv, AGD dan elektrolit, observasi sianosis khususnya membran mukosa (Dochterman, 2009). 2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2 (Heather, 2010). Tujuan dan kriteria hasil menurut NOC adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam pasien bertoleransi terhadap aktivitas dengan kriteria hasil berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan TD, nadi dan RR, mampu melakukan aktivitas sehari-hari ( ADLs) secara mandiri, keseimbangan aktivitas dan istirahat (Morhead dkk, 2009). Intervensi menurut NIC adalah :

23 Kajiadanya faktor yang menyebabkan kelelahan, bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan, observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas, bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan sosial ( Dochterman, 2009) 3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunnya laju filtrasi glomerolus (GFR) (Heather, 2010) Tujuan dan kriteria hasil menurut NOC adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan masalah kelebihan volume cairan dapat teratasi dengan kriteria hasil : 1).Electrolit and acid base balance Terbebas dari edema, efusi, anasarka, terbebas dari distensi vena jugularis, memelihara tekenan vena sentral, tekanan kapiler paru, output jantung dan vital sign dalam batas normal (Moorhead dkk, 2009). 2). Hydration Terbebas dari kecemasan, kelelahan atau bingung, tidak ada dispneu atau orthopneu (Moorhead dkk, 2009). Intervensi menurut NIC adalah :

24 Monitor vital sign, monitor berat badan, monitor elektrolit, monitor tanda dan gejala edema, berikan diuretik sesuai instruksi, monitor input dan output ( Dochterman, 2010). 4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama, edema, penurunan perfusi jaringan. Tujuan dan kriteria hasil menurut NOC adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam diharapkan kerusakan integritas klien teratasi dengan kriteria hasil : 1). Tissue integrity: skin and mucous membrane Integritas kulit dapat dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperature, hidrasi, pigmentasi), perfusi jaringan baik (Moorhead dkk, 2009) 2).wound healing: primer dan sekunder Tidak ada luka atau lesi pada kulit, menunjukan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya cedera berulang, menunjukan terjadinya proses penyembuhan luka, mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan parawatan alami (Moorhead dkk, 2009). Intervensi menurut NIC adalah : 1). Pressure management Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar, mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali, monitor kulit akan adanya kemerahan, oleskan

25 lotion atau minyak / baby oil pada daerah yang tertekan, monitor aktivitas dan mobilisasi pasien, monitor status nutrisi pasien, memandikan pasien dengan sabun dan air hangat, kaji lingkungan dan peralatan yang menyebabkan tekanan, observasi luka : lokasi, dimensi, kedalaman luka, karakteristik, warna cairan, granulasi, jaringan nekrotik, tanda-tanda infeksi lokal, formasi traktus, ajarkan pada keluarga tentang luka dan perawatan luka, kolaborasi ahli gizi pemberian diae TKTP, vitamin, cegah kontaminasi feses dan urin, lakukan tehnik perawatan luka dengan steril, berikan posisi yang mengurangi tekanan pada luka ( dochterman, 2009). 5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi (Heather, 2010). Tujuan dan kriteria hasil menurut NOC adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 30 menit diharapkan keluarga dan pasien menunjukan pengetahuan tentang CHF dengan kriteria hasil: 1). Knowledge disease process Menjelaskan spesifik proses penyakit, etiologi, dan faktor, efek dari penyakit, manifestasi klinik penyakit (Moorhead dkk, 2009). 2). Knowledge health behavior Strategi untuk mengatasi stress, pola tidur normal, perencanaan dilakukan dengan keluarga, strategi untuk menghindari bahaya lingkungan, strategi untuk mencegah penularan penyakit (Moorhead dkk, 2009). Intervensi menurur NIC adalah:

26 1). Behavior modification Sediakan informasi tentang kondisi dengan cara yang tepat, diskusikan pilihan terapi atau penanganan, sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat, identifikasi kemungkinan penyebab dengan cara yang tepat (Dochterman, 2009). BAB III RESUME KEPERAWATAN Pada bab ini penulis akan membahas tentang Asuhan Keperawatan Pada Tn.W: Congestive Heart Failure (CHF) oleh marsini pada tanggal 23 juli Di Ruang Cempaka. A. Pengkajian 1. Identitas pasien Pasien bernama Tn.W berumur 47 tahun, jenis kelamin laki-laki, alamat Sertajaya, Cikarang timur, No.Rekam medis dengan diagnosa medis congestive heart failure. 2. Riwayat keperawatan Klien datang dari IGD dengan keluhan sesak napas sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit dan klien juga mengatakan kedua kakinya sempat bengkak tetapi sekarang sudah kempes. Kemudian klien pindah di ruang cempaka tanggal 17 Juli 2012 jam WIB. Saat dilakukan pengkajian tanggal 23 Juli jam WIB klien mengeluh sesak napas, nafsu makan menurun, batuk tidak berdahak, sulit tidur dan nyeri dada sebelah kiri, nyeri tidak menyebar, nyeri bertambah saat bergerak

27 dan berkurang saat istirahat. Nyeri hilang timbul ± 5X/hari. Skala nyeri:5. Klien tampak memegangi dada, terpasang O2 2 liter/mnt. RR : 30 X/mnt. Riwayat penyakit dahulu klien pernah di rawat di rumah sakit bekasi ± 6 hari dengan penyakit yang sama. Klien juga mengatakan mengalami keluhan seperti ini semenjak tahun Riwayat penyakit keluarga, klien mengatakan bahwa ayah kandungnya mempunyai riwayat penyakit jantung seperti yang dialaminya sekarang. Klien juga mengatakan dalam keluarganya tidak ada riwayat penyakit menurun maupun menular. 3. Fokus pengkajian Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 23 juli 2012 pukul WIB klien mengeluh sesak napas dan nyeri dada sebelah kiri. Klien beraktivitas dibantu oleh keluarga seperti mandi dengan diseka 2 X/hari, ke kamar mandi juga di bantu. Klien mengatakan belum mengetahui tentang makanan yang boleh di konsumsi pada pasien j antung. Pengkajian fungsional menurut Virginia handerson didapatkan data klien mengeluh sesak nafas, RR: 30 x/mnt dan klien tampak terpasang oksigen. Klien juga mengatakan kadang terbangun pada malam hari karena nyeri pada dada sebelah kiri. Aktivitas klien di bantu oleh keluarga. Klien tampak lemah dan tiduran di tempat tidur. Pemeriksaan fisik pada saat pengkajian didapatkan data, keadaan umum lemah, kesadaran komposmentis, terdapat retraksi dinding dada, RR:30 x/mnt. Pada

28 palpasi dada didapatkan fokal fremitus jelas, pada perkusi di dapatkan bunyi nafas sonor dan auskultasi di dapatkan bunyi nafas ronkhi. Pada pemeriksaan laboratorium tanggal 18 Juli 2012 jam WIB didapatkan hasil : Haemoglobin 14,3 g/dl (11, 7 17,3 ), WBC 10.3 x 10 /µl ( ), RBC 4.54 x 10 6/µl ( ), MCV 91.2 fl (80 100), MCH 31.4 pg (26-34), MCHC 34.5g/dl (32-36). Dan pada pemeriksaan EKG tanggal 19 Juli 2012 jam WIB didapatkan hasil ST elevasi. Pada tanggal 23 juli 2012 klien mendapat terapi peroral yaitu digoxin 2 x 1 tablet, alprazolam 1 x 1 tablet. B. Analisa Data dan Diagnosa Keperawatan Dari data pengkajian tanggal 23 juli 2012 jam WIB ditemukan data subyektif klien mengeluh sesak nafas dan nyeri dada sebelah kiri. Data obyektif : terdapat retraksi dinding dada, terpasang O2 2 liter/mnt, tampak gelisah, RR: 30 x/mnt. Sehingga dapat disimpulkan masalah keperawatan gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler alveolar. Dari pengkajian ditemukan data subyektif klien mengatakan sesak nafas dan mudah lelah. Data obyektif klien tampak lelah dan tiduran di tempat tidur, aktivitas dibantu oleh keluarga, TD : 110/80 MmHg, nadi 70 x/mnt, RR : 30 x/mnt, S :37,3º C. Sehingga dapat disimpulkan masalah keperawatan intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2. Dari data pengkajian ditemukan data subyektif klien mengatakan belum mengetahui tentang makanan yang boleh dikonsumsi pada pasien jantung. Data obyektif klien tampak bertanya-tanya pada perawat tentang penyakitnya. Sehingga dapat

29 disimpulkan masalah keperawatan kurang pengetahuan tentang nutrisi gagal jantung kongestif berhubungan dengan kurangnya informasi. C. Intervensi, implementasi dan evaluasi Setelah didapatkan analisa data maka dirumuskan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi menjadi satu bagian agar pembaca lebih mudah memahami masalah-masalah yang dihadapi oleh pasien, rencana tindakan yang akan dilakukan untuk menyelesaikan masalah tersebut, bagaimana pelaksanaan tindakanya, serta bagaimana hasil akhir dari asuhan keperawatan yang diberikan adalah sebagai berikut : Diagnosa keperawatan pertama adalah Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler alveolar. NOC: Respiratory status : gas exchange, keseimbangan asam basa dan elektrolit, Respiratory status : ventilation, vital sign status. Tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan masalah gangguan pertukaran gas dapat teratasi dengan kriteria hasil Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat, Memelihara kebersihan paru paru dan bebas dari tanda tanda distress pernafasan, tidak ada sianosis dan dyspneu, Tanda tanda vital dalam rentang normal, AGD dalam batas normal (Morhead dkk, 2009). Intervensi NIC yang telah dibuat adalah monitor respirasi dan status oksigen, catat pergerakan dada, amati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan, retraksi otot supraclavicular dan intercostals, monitor pola nafas, auskultasi sura nafas, moitor ttv, AGD dan elektrolit, observasi sianosis khususnya membran mukosa (Dochterman, 2009). Implementasi yang dilakukan pada tanggal 23 juli 2012 pukul WIB adalah mengkaji pernafasan klien, klien mengeluh sesak nafas, terdapat retraksi dinding dada,

30 RR: 30x/mnt, memberikan posisi yang nyaman (semifowler), klien dalam posisi semifowler, mempertahankan pemberian oksigen 2 liter/mnt, oksigen terpasang dengan binasal kanul, memberikan terapi digoxin 2 x 1/2 tablet, alprazolam 1 x 1 tablet, terapi masuk. Implementasi yang dilakukan pada tanggal 24 juli 2012 pukul WIB adalah mengkaji pernapasan klien, klien mengatakan masih sesak nafas, terdapat retraksi dinding dada, RR: 28x/mnt, memberikan posisi yang nyaman, mempertahankan pemberian oksigen 2 liter/mnt, memberikan terapi obat digoxin 2 x %2 tablet, alprazolam 1 x 1 tablet dan terapi injeksi farsik 2x10 mg, terapi masuk, mengajarkan tekhnik nafas dalam, klien mau mengikuti dan mengatakan nyeri dada dan sesak nafasnya berkurang, menganjurkan klien untuk melakukan nafas dalam bila sesak nafas. Implementasi yang dilakukan pada tanggal 25 juli 2012 pukul WIB adalah mengkaji pernfasan klien, klien mengatakan masih sesak nafas, memberikan terapi obat isosorbidinitrat 3 x 5 mg, digoxin 2 x %2 tablet, dan terapi injeksi farsik 2 x 10 mg, terapi masuk, mengajarkan tekhnik nafas dalam, klien mengatakan sesak nafasnya sudah berkurang. Evaluasi yang dilakukan pada tanggal 25 juli 2012 pukul WIB adalah klien mengatakan sesak nafasnya sudah berkurang, RR: 26 x/mnt, tidak ada dispneu, tidak didapatkan hasil AGD dan edema paru. Masalah gangguan pertukaran gas belum teratasi, dilanjutkan dengan memotivasi klien untuk melakukan nafas dalam ketika sesak nafas, menganjurkan klien untuk banyak istirahat di rumah dan tidak melakukan pekerjaan yang berat.

31 Diagnosa keperawatan kedua adalah Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2. NOC : self care : ADLs, toleransi aktivitas, konservasi energi Tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam pasien bertoleransi terhadap aktivitas dengan kriteria hasil berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan TD, nadi dan RR, mampu melakukan aktivitas sehari-hari ( ADLs) secara mandiri, keseimbangan aktivitas dan istirahat (Morhead dkk, 2009). Intervensi NIC yang dibuat adalah kaji adanyafaktor yang menyebabkan kelelahan, bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan, observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas, bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan sosial ( Dochterman, 2009) Implementasi yang dilakukan pada tanggal 23 juli 2012 pukul WIB adalah mengidentifikasi aktivitas yang menimbulkan kegelisahan, klien mengatakan cepat merasa lelah dan gelisah jika kelelahan, membantu klien merapikan tempat tidur, tampak rapi, melibatkan keluarga dalam memenuhi kebutuhan klien, keluarga ikut membantu merapikan tempat tidur klien, memonitor ttv, TTV dengan hasil TD : 110/80 MmHg, nadi :70 x/mnt, RR: 30 x/mnt, S : 37,3º C. Implementasi yang dilakukan pada tanggal 24 juli 2012 pukul WIB adalah memantau TTV, hasilnya TD: 120/80 MmHg, nadi: 64 x/mnt, RR: 28 x/mnt, S: 35,5ºC, membantu klien merapikan tempat tidur, klien tampak rapi, memotivasi klien untuk melakukan aktivitas secara mandiri, klien tampak lemah, melibatkan keluarga dalam

32 memenuhi kebutuhan klien, keluarga tampak membantu merapikan tempat tidur, membantu klien makan dan ke kamar mandi. Implementasi yang dilakukan pada tanggal 25 juli 2012 pukul WIB adalah memantau TTV, hasilnya TD : 110/70 MmHg, nadi: 72 x/mnt, RR: 26 x/mnt, S : 35,5 C, membantu klien merapikan tempat tidur, klien tampak rapi, memotivasi klien untuk melakukan aktivitas secara mandiri, klien tampak lemah, melibatkan keluarga dalam memenuhi kebutuhan klien, keluarga tampak membantu merapikan tempat tidur, membantu klien makan dan ke kamar mandi. Evaluasi yang dilakukan pada tanggal 25 juli 2012 pukul WIB adalah klien mengatakan masih merasa lemes, klien tampak tiduran di tempat tidur, TTV dengan hasil TD : 110/70 mmhg, nadi : 72 x/mnt RR: 26 x/mnt, S:35,5 C. Masalah intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara sulai dan kebutuhan O2 belum teratasi dilanjutkan dengan memotivasi klien untuk melakukan aktivitas secara mandiri dan melibatkan keluarga untuk membantu aktivitas klien. Diagnosa keperawatan ketiga adalah Kurang pengetahuan tentang nutrisi gagal jantung kongestif berhubungan dengan kurangnya informasi. NOC: Knowledge: disease process, knowledge: health Behavior. Tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 30 menit pasien menunjukkan pengetahuan tentang proses penyakit dengan kriteria hasil Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi dan program pengobatan, pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar, pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat / tim kesehatan lainnya (Morhead dkk, 2009).

33 Intervensi NIC yang telah dibuat adalah kaji pengetahuan klien dan keluarga tentang diit pada pasien gagal jantung kongestif, berikan penjelasan terhadap tindakan yang akan dilakukan, berikan penkes tentang diit pada pasien gagal jantung kongestif, evaluasi hasil penkes, dan beri reinforcement positif pada klien dan keluarga (Dochterman, 2009). Implementasi yang dilakukan pada tanggal 25 juli 2012 pukul WIB adalah mengkaji tingkat pengetahuan klien / kelurga tentang penyakitnya, klien mengatakan belum mengetahui tentang nutrisi pada pasien jantung. Melakukan pendidikan kesehatan tentang nutrisi pada pasien gagal jantung kongestif (CHF), klien dan keluarga memperhatikan dan mendengarkan penjelasan perawat. Evaluasi yang dilakukan pada tanggal 25 juli 2012 pukul WIB adalah keluarga klien mengatakan makanan yang harus dihindari adalah makanan yang asin-asin dan gorengan. Klien dan keluarga klien tampak tenang dan mendengarkan penjelasan perawat. Masalah kurang pengetahuan tentang nutrisi gagal jantung kongestif berhubungan dengan kurangnya informasi teratasi. Dilanjutkan dengan memberikan media untuk mengingatkan klien / keluarga klien tentang nutrisi pada pasien gagal jantung kongestif, memotivasi klien untuk melaksaaan diit pada penyakit jantung dan kontrol kesehatan.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Gagal jantung kongestif (CHF) adalah keadaan patofisiologis berupa

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Gagal jantung kongestif (CHF) adalah keadaan patofisiologis berupa BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Gagal Jantung Kongestif 1.1 Defenisi Gagal Jantung Kongestif Gagal jantung kongestif (CHF) adalah keadaan patofisiologis berupa kelainan fungsi jantung, sehingga jantung tidak

Lebih terperinci

BAB III RESUME KEPERAWATAN

BAB III RESUME KEPERAWATAN BAB III RESUME KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN 1. Identitas pasien Pengkajian dilakukan pada hari/ tanggal Selasa, 23 Juli 2012 pukul: 10.00 WIB dan Tempat : Ruang Inayah RS PKU Muhamadiyah Gombong. Pengkaji

Lebih terperinci

5. Pengkajian. a. Riwayat Kesehatan

5. Pengkajian. a. Riwayat Kesehatan 5. Pengkajian a. Riwayat Kesehatan Adanya riwayat infeksi saluran pernapasan sebelumnya : batuk, pilek, demam. Anoreksia, sukar menelan, mual dan muntah. Riwayat penyakit yang berhubungan dengan imunitas

Lebih terperinci

VENTRIKEL SEPTAL DEFECT

VENTRIKEL SEPTAL DEFECT VENTRIKEL SEPTAL DEFECT 1. Defenisi Suatu keadaan abnormal yaitu adanya pembukaan antara ventrikel kiri dan ventrikel kanan 2. Patofisiologi Adanya defek ventrikel, menyebabkan tekanan ventrikel kiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dari sekian banyak kasus penyakit jantung, Congestive Heart Failure

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dari sekian banyak kasus penyakit jantung, Congestive Heart Failure BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dari sekian banyak kasus penyakit jantung, Congestive Heart Failure (CHF) menjadi yang terbesar. Bahkan dimasa yang akan datang penyakit ini diprediksi akan terus bertambah

Lebih terperinci

Chronic Hearth Disease (CHD)/ Gagal Jantung

Chronic Hearth Disease (CHD)/ Gagal Jantung Chronic Hearth Disease (CHD)/ Gagal Jantung I. DEFINISI Chronic Hearth Disease (CHF)/gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN. Setiawan, S.Kp., MNS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN. Setiawan, S.Kp., MNS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN SHOCK HYPOVOLEMIK Setiawan, S.Kp., MNS KLASIFIKASI SHOCK HYPOVOLEMIC SHOCK CARDIOGENIC SHOCK SEPTIC SHOCK NEUROGENIC SHOCK ANAPHYLACTIC SHOCK TAHAPAN SHOCK TAHAP INISIAL

Lebih terperinci

PATENT DUCTUS ARTERIOSUS (PDA)

PATENT DUCTUS ARTERIOSUS (PDA) PATENT DUCTUS ARTERIOSUS (PDA) DEFENISI PDA kegagalan menutupnya duktus arteriosus ( arteri yang menghubungkan aorta dan arteri pulmonal ) pd minggu pertama kehidupan, yang menyebabkan mengalirnya darah

Lebih terperinci

LAPORAN KASUS / RESUME DIARE

LAPORAN KASUS / RESUME DIARE LAPORAN KASUS / RESUME DIARE A. Identitas pasien Nama lengkap : Ny. G Jenis kelamin : Perempuan Usia : 65 Tahun T.T.L : 01 Januari 1946 Status : Menikah Agama : Islam Suku bangsa : Indonesia Pendidikan

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID Definisi: Typhoid fever ( Demam Tifoid ) adalah suatu penyakit umum yang menimbulkan gejala gejala sistemik berupa kenaikan suhu dan kemungkinan penurunan kesadaran. Etiologi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gagal jantung adalah keadaan patofisiologi dimana jantung gagal mempertahankan sirkulasi adekuat untuk kebutuhan tubuh meskipun tekanan pengisian cukup. Gagal jantung

Lebih terperinci

Data Demografi. Ø Perubahan posisi dan diafragma ke atas dan ukuran jantung sebanding dengan

Data Demografi. Ø Perubahan posisi dan diafragma ke atas dan ukuran jantung sebanding dengan ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian Data Demografi Nama Umur Pekerjaan Alamat a. Aktifitas dan istirahat Ø Ketidakmampuan melakukan aktifitas normal Ø Dispnea nokturnal karena pengerahan tenaga b. Sirkulasi

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP AN. R DENGAN BISITOPENIA DI RUANG HCU ANAK RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP AN. R DENGAN BISITOPENIA DI RUANG HCU ANAK RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP AN. R DENGAN BISITOPENIA DI RUANG HCU ANAK RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG Oleh : Dewi Rahmawati 201420461011056 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I TINJAUAN TEORI. Suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah diastolic>90

BAB I TINJAUAN TEORI. Suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah diastolic>90 1 BAB I TINJAUAN TEORI A. Pengertian Suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah diastolic>90 mmhg,yang terjadi pada seseoang paling sedikit tiga waktu terakhir yang berbeda (who 1978,komisi

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA

LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA A. KONSEP MEDIK 1. Pengertian Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar darah Hemoglobin (Hb) atau hematokrit di bawah normal. (Brunner & Suddarth, 2000:

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN. PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG

LAPORAN PENDAHULUAN. PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG A. DEFINISI CKR (Cedera Kepala Ringan) merupakan cedera yang dapat mengakibatkan kerusakan

Lebih terperinci

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan PENGANTAR KESEHATAN DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY PENGANTAR Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan meningkatkan kesehatan, cara mencegah penyakit, cara menyembuhkan

Lebih terperinci

Disusun Oleh : Kelompok III

Disusun Oleh : Kelompok III Disusun Oleh : Kelompok III 1. Saepuloh 2. Endri R. 3. Caca 4. Warini 5. Nursaidah 6. Nurhaenah SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN CIREBON PROGRAM STUDI KEPERAWATAN 2011 SATUAN ACARA PENYULUHAN Masalah : Kurangnya

Lebih terperinci

BAB III RESUME KEPERAWATAN. Pengkajian dilakukan pada hari masa tanggal jam WIB di ruang Barokah 3C PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG

BAB III RESUME KEPERAWATAN. Pengkajian dilakukan pada hari masa tanggal jam WIB di ruang Barokah 3C PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG BAB III RESUME KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN Pengkajian dilakukan pada hari masa tanggal 17-07-2012 jam 10.00 WIB di ruang Barokah 3C PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG 1. Identitas Pasien Nama Nn. S, umur 25 tahun,

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. dalam kavum Pleura (Arif Mansjoer, 1999 : 484). Efusi Pleura adalah

BAB I KONSEP DASAR. dalam kavum Pleura (Arif Mansjoer, 1999 : 484). Efusi Pleura adalah BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian Efusi Pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan di rongga pleura selain cairan dapat juga terjadi penumpukan pus atau darah (Soeparman, 1996 : 789).

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADIA PASIEN GANGGUAN KEBUTUHAN SUHU TUBUH (HIPERTERMI)

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADIA PASIEN GANGGUAN KEBUTUHAN SUHU TUBUH (HIPERTERMI) LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADIA PASIEN GANGGUAN KEBUTUHAN SUHU TUBUH (HIPERTERMI) A. Masalah Keperawatan Gangguan kebutuhan suhu tubuh (Hipertermi) B. Pengertian Hipertermi adalah peningkatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Asia saat ini terjadi perkembangan ekonomi secara cepat, kemajuan industri, urbanisasi dan perubahan gaya hidup seperti peningkatan konsumsi kalori, lemak, garam;

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2007 jam : Jl. Menoreh I Sampangan Semarang

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2007 jam : Jl. Menoreh I Sampangan Semarang BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2007 jam 14.30 1. Identitas klien Nama Umur Jenis kelamin Alamat Agama : An. R : 10 th : Perempuan : Jl. Menoreh I Sampangan

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN HEPATOMEGALI

LAPORAN PENDAHULUAN HEPATOMEGALI LAPORAN PENDAHULUAN HEPATOMEGALI A. KONSEP MEDIK 1. Pengertian Hepatomegali Pembesaran Hati adalah pembesaran organ hati yang disebabkan oleh berbagai jenis penyebab seperti infeksi virus hepatitis, demam

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. O DENGAN CKD ON HD DI RUANG HEMODIALISA BLUD dr. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. O DENGAN CKD ON HD DI RUANG HEMODIALISA BLUD dr. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. O DENGAN CKD ON HD DI RUANG HEMODIALISA BLUD dr. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA OLEH : MEYRIA SINTANI NIM : 2012.C.04a.0314 YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA SEKOLAH TINGGI ILMU

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Gagal jantung adalah keadaan di mana jantung tidak mampu memompa darah untuk mencukupi kebutuhan jaringan melakukan metabolisme dengan kata lain, diperlukan peningkatan

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Pada bab ini penulis akan membahas tentang permasalahan yang

BAB III PEMBAHASAN. Pada bab ini penulis akan membahas tentang permasalahan yang 27 BAB III PEMBAHASAN Pada bab ini penulis akan membahas tentang permasalahan yang ditemukan pada pasien An.T adapun permasalahan tersebut sebagai berikut: A. Diagnosa 1 Bersihan jalan nafas tidak efektif

Lebih terperinci

A. lisa Data B. Analisa Data. Analisa data yang dilakukan pada tanggal 18 April 2011 adalah sebagai. berikut:

A. lisa Data B. Analisa Data. Analisa data yang dilakukan pada tanggal 18 April 2011 adalah sebagai. berikut: A. lisa Data B. Analisa Data berikut: Analisa data yang dilakukan pada tanggal 18 April 2011 adalah sebagai No. Data Fokus Problem Etiologi DS: a. badan terasa panas b. mengeluh pusing c. demam selama

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA PASIEN NY. S DENGAN CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DI IGD RS HAJI JAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA PASIEN NY. S DENGAN CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DI IGD RS HAJI JAKARTA ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA PASIEN NY. S DENGAN CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DI IGD RS HAJI JAKARTA A. PENGKAJIAN 1. IDENTITAS No. Rekam Medis : 55-13-XX Diagnosa Medis : Congestive Heart Failure

Lebih terperinci

KELOMPOK 4 ASUHAN KEPERAWATAN EMERGENCY DAN KRITIS

KELOMPOK 4 ASUHAN KEPERAWATAN EMERGENCY DAN KRITIS KELOMPOK 4 ASUHAN KEPERAWATAN EMERGENCY DAN KRITIS Bunuh diri merupakan kematian yang diperbuat oleh sang pelaku sendiri secara sengaja (Haroid I. Kaplan & Berjamin J. Sadock, 1998). Bunuh diri adalah

Lebih terperinci

SIROSIS HEPATIS R E J O

SIROSIS HEPATIS R E J O SIROSIS HEPATIS R E J O PENGERTIAN : Sirosis hepatis adalah penyakit kronis hati oleh gangguan struktur dan perubahan degenerasi fungsi seluler dan selanjutnya perubahan aliran darah ke hati./ Jaringan

Lebih terperinci

Karna posisi ini mengurangi aliran balik vena dan tekanan kapiler paru (isselbacher,2012)

Karna posisi ini mengurangi aliran balik vena dan tekanan kapiler paru (isselbacher,2012) 1e. patofisiologi sesak Penyebab: kardiovaskular : gagal jantung Peningkatan vena pulomonalis dan tekana kapiler pembendungan pembuluh darah paru dan edema paru intentisial peningkatan kerja otot untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bangsa Indonesia sedang berkembang dan terus mencanangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bangsa Indonesia sedang berkembang dan terus mencanangkan 15 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia sedang berkembang dan terus mencanangkan pembangunan menuju masyarakat industri. Salah satu tujuan pembangunan yang ingin dicapai adalah peningkatan

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. sepanjang saluran usus (Price, 1997 : 502). Obstruksi usus atau illeus adalah obstruksi saluran cerna tinggi artinya

BAB I KONSEP DASAR. sepanjang saluran usus (Price, 1997 : 502). Obstruksi usus atau illeus adalah obstruksi saluran cerna tinggi artinya BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian Obstruksi usus atau ilieus adalah gangguan aliran normal isi usus sepanjang saluran usus (Price, 1997 : 502). Obstruksi usus atau illeus adalah obstruksi saluran cerna

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. Hipertensi didefinisikan sebagai kenaikan secara pasti tekanan darah arteri

BAB II TINJAUAN TEORI. Hipertensi didefinisikan sebagai kenaikan secara pasti tekanan darah arteri BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Hipertensi didefinisikan sebagai kenaikan secara pasti tekanan darah arteri pada angka 140/90 mmhg atau lebih. Dibedakan bahwa hipertensi sistolik mengarah pada tekanan

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN GAGAL JANTUNG. OLEH : Ns. ANISA

ASUHAN KEPERAWATAN GAGAL JANTUNG. OLEH : Ns. ANISA ASUHAN KEPERAWATAN GAGAL JANTUNG OLEH : Ns. ANISA 1 Review Anatomi Aliran darah melalui jantung 2 Review Fisiologi Sistem Mekanik Jantung Sistolik Diastolik Curah jantung Kardiak indeks Preload Afterload

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance base dan

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance base dan BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan Bab ini membahas tentang gambaran pengelolaan terapi batuk efektif bersihan jalan nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DIABETES INSIPIDUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DIABETES INSIPIDUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DIABETES INSIPIDUS Ny. Sunia 45 tahun masuk Rs.A dengan keluhan banyak kencing malam hari (nokturia), banyak minum 4-5 liter/hari. Keluarga mengatakan keluhan ini terjadi

Lebih terperinci

C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN N DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL O 1 Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produk mucus berlebihan dan kental, batuk tidak efektif. Mempertahankan jalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah suatu akibat terjadinya penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh koroner. Penyumbatan atau penyempitan pada

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA USILA DENGAN GANGGUAN SISTEM CARDIOVASKULER (ANGINA PECTORIS)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA USILA DENGAN GANGGUAN SISTEM CARDIOVASKULER (ANGINA PECTORIS) ASUHAN KEPERAWATAN PADA USILA DENGAN GANGGUAN SISTEM CARDIOVASKULER (ANGINA PECTORIS) ANGINA PECTORIS I. PENGERTIAN Angina pectoris adalah suatu sindrom klinis di mana pasien mendapat serangan sakit dada

Lebih terperinci

D. Patofisiologi Ketika kita hirup masuk dan keluar, udara masuk ke dalam hidung dan mulut, melalui kotak suara (laring) ke dalam tenggorokan

D. Patofisiologi Ketika kita hirup masuk dan keluar, udara masuk ke dalam hidung dan mulut, melalui kotak suara (laring) ke dalam tenggorokan BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Malacia napas kongenital adalah salah satu dari beberapa penyebab obstruksi saluran udara ireversibel pada anak-anak, tetapi kejadian pada populasi umum tidak diketahui. Malacia

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ASIDOSIS RESPIRATORI

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ASIDOSIS RESPIRATORI ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ASIDOSIS RESPIRATORI A. PENGAKAJIAN. 1. Teliti Riwayat Klinis Dari Perjalanan Penyakit Yang Dapat Mengakibatkan Asidosis Respiratorik. 2. Teliti Tanda Dan Gejala Klinis Yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penurunan curah jantung didefinisikan sebagai suatu keadaan di mana. metabolisme tubuh (Wilkinson& Ahern, 2012).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penurunan curah jantung didefinisikan sebagai suatu keadaan di mana. metabolisme tubuh (Wilkinson& Ahern, 2012). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Penurunan curah jantung didefinisikan sebagai suatu keadaan di mana pompa darah oleh jantung yang tidak adekuat untuk mencapai kebutuhan metabolisme tubuh (Wilkinson&

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. Berdarah Dengue (DBD). (Aziz Alimul, 2006: 123). oleh nyamuk spesies Aedes (IKA- FKUI, 2005: 607 )

BAB I KONSEP DASAR. Berdarah Dengue (DBD). (Aziz Alimul, 2006: 123). oleh nyamuk spesies Aedes (IKA- FKUI, 2005: 607 ) BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue, sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti betina.

Lebih terperinci

Hubungan Hipertensi dan Diabetes Melitus terhadap Gagal Ginjal Kronik

Hubungan Hipertensi dan Diabetes Melitus terhadap Gagal Ginjal Kronik Hubungan Hipertensi dan Diabetes Melitus terhadap Gagal Ginjal Kronik Latar Belakang Masalah Gagal ginjal kronik merupakan keadaan klinis kerusakan ginjal yang progresif dan irreversibel yang berasal dari

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Dalam tinjauan kasus ini penulis menerapkan Asuhan Keperawatan

BAB III TINJAUAN KASUS. Dalam tinjauan kasus ini penulis menerapkan Asuhan Keperawatan BAB III TINJAUAN KASUS Dalam tinjauan kasus ini penulis menerapkan Asuhan Keperawatan secara langsung kepada pasien yang dirawat dengan penyakit Gagal Ginjal Kronik di ruang C3 Lt.2 RSDK Semarang. Pengumpulan

Lebih terperinci

Mahasiswa mampu: 3. Melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan kateterisasi jantung

Mahasiswa mampu: 3. Melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan kateterisasi jantung Wantiyah Mahasiswa mampu: 1. Menjelaskan tentang arteri koroner 2. Menguraikan konsep keteterisasi jantung: pengertian, tujuan, indikasi, kontraindikasi, prosedur, hal-hal yang harus diperhatikan 3. Melakukan

Lebih terperinci

BAB III ANALISA KASUS

BAB III ANALISA KASUS BAB III ANALISA KASUS 3.1 Pengkajian Umum No. Rekam Medis : 10659991 Ruang/Kamar : Flamboyan 3 Tanggal Pengkajian : 20 Mei 2011 Diagnosa Medis : Febris Typhoid a. Identitas Pasien Nama : Nn. Sarifah Jenis

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN Konsep kebutuhan mempertahankan suhu tubuh normal I.1 Definisi kebutuhan termoregulasi

LAPORAN PENDAHULUAN Konsep kebutuhan mempertahankan suhu tubuh normal I.1 Definisi kebutuhan termoregulasi LAPORAN PENDAHULUAN I. Konsep kebutuhan mempertahankan suhu tubuh normal I.1 Definisi kebutuhan termoregulasi Termoregulasi adalah suatu pengaturan fisiologis tubuh manusia mengenai keseimbangan produksi

Lebih terperinci

Penatalaksanaan Astigmatism No. Dokumen : No. Revisi : Tgl. Terbit : Halaman :

Penatalaksanaan Astigmatism No. Dokumen : No. Revisi : Tgl. Terbit : Halaman : 1. Pengertian Angina pektoris ialah suatu sindrom klinis berupa serangan nyeri dada yang khas, yaitu seperti rasa ditekan atau terasa berat di dada yang sering menjalar ke lengan kiri. Nyeri dada tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1. Definisi Hipertensi Menurut WHO menetapkan bahwa tekanan darah seseorang adalah tinggi bila tekanan sistolik (sewaktu bilik jantung mengerut) melewati batas lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) akan mengalami peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) akan mengalami peningkatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) akan mengalami peningkatan beban kerja pernafasan, yang menimbulkan sesak nafas, sehingga pasien mengalami penurunan

Lebih terperinci

2. PERFUSI PARU - PARU

2. PERFUSI PARU - PARU terapi oksigen TAHAPAN RESPIRASI 1. VENTILASI 2. PERFUSI PARU - PARU 3. PERTUKARAN GAS DI PARU-PARU 4. TRANSPORT OKSIGEN 5. EKSTRAKSI ( OXYGEN UPTAKE ) Sumbatan jalan nafas pasien tak sadar paling sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh

BAB I PENDAHULUAN. Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh manusia terutama dalam sistem urinaria. Pada manusia, ginjal berfungsi untuk mengatur keseimbangan cairan

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095 LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 NAMA NIM : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095 PROGRAM S1 KEPERAWATAN FIKKES UNIVERSITAS MUHAMMADIAH SEMARANG 2014-2015 1 LAPORAN

Lebih terperinci

Topik : Infark Miokard Akut Penyuluh : Rizki Taufikur R Kelompok Sasaran : Lansia Tanggal/Bln/Th : 25/04/2016 W a k t u : A.

Topik : Infark Miokard Akut Penyuluh : Rizki Taufikur R Kelompok Sasaran : Lansia Tanggal/Bln/Th : 25/04/2016 W a k t u : A. Topik : Infark Miokard Akut Penyuluh : Rizki Taufikur R Kelompok Sasaran : Lansia Tanggal/Bln/Th : 25/04/2016 W a k t u : 09.30 A. LATAR BELAKANG Dengan bertambahnya usia, wajar saja bila kondisi dan fungsi

Lebih terperinci

haluaran urin, diet berlebih haluaran urin, diet berlebih dan retensi cairan beserta natrium ditandai dengan - Pemeriksaan lab :

haluaran urin, diet berlebih haluaran urin, diet berlebih dan retensi cairan beserta natrium ditandai dengan - Pemeriksaan lab : E. Analisa data NO DATA MASALAH PENYEBAB DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. DO : Kelebihan volume Penurunan Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan - Terlihat edema derajat I pada kedua kaki cairan haluaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan aliran udara yang menetap pada saluran napas dan bersifat progresif.

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan aliran udara yang menetap pada saluran napas dan bersifat progresif. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah suatu keadaan terdapatnya keterbatasan aliran udara yang menetap pada saluran napas dan bersifat progresif. Penyakit ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Gagal jantung adalah keadaan patofisiologi dimana jantung sebagai pompa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Gagal jantung adalah keadaan patofisiologi dimana jantung sebagai pompa BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Gagal jantung adalah keadaan patofisiologi dimana jantung sebagai pompa tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan (Ruhyanudin, 2007). Gagal jantung

Lebih terperinci

mekanisme penyebab hipoksemia dan hiperkapnia akan dibicarakan lebih lanjut.

mekanisme penyebab hipoksemia dan hiperkapnia akan dibicarakan lebih lanjut. B. HIPERKAPNIA Hiperkapnia adalah berlebihnya karbon dioksida dalam jaringan. Mekanisme penting yang mendasari terjadinya hiperkapnia adalah ventilasi alveolar yang inadekuat untuk jumlah CO 2 yang diproduksi

Lebih terperinci

MONITORING HEMODINAMIK TIM ICU INTERMEDIATE ANGKATAN I

MONITORING HEMODINAMIK TIM ICU INTERMEDIATE ANGKATAN I MONITORING HEMODINAMIK TIM ICU INTERMEDIATE ANGKATAN I Hemodinamik Aliran darah dalam sistem peredaran tubuh kita baik sirkulasi magna/ besar maupun sirkulasi parva/ sirkulasi dalam paru paru. Monitoring

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. darah yang melalui ginjal, reabsorpsi selektif air, elektrolit dan non elektrolit,

BAB I PENDAHULUAN. darah yang melalui ginjal, reabsorpsi selektif air, elektrolit dan non elektrolit, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal merupakan organ vital yang berperan sangat penting dalam mempertahankan kestabilan lingkungan dalam tubuh. Ginjal mengatur keseimbangan cairan tubuh, elektrolit,

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. saluran usus (Price, 1997 : 502). Obserfasi usus aiau illeus adalah obstruksi

BAB I KONSEP DASAR. saluran usus (Price, 1997 : 502). Obserfasi usus aiau illeus adalah obstruksi BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian Obstruksi usus atau illeus adalah gangguan aliran normal isi usus sepanjang saluran usus (Price, 1997 : 502). Obserfasi usus aiau illeus adalah obstruksi saluran cerna

Lebih terperinci

ADHIM SETIADIANSYAH Pembimbing : dr. HJ. SUGINEM MUDJIANTORO, Sp.Rad FAKULTAS KEDOKTERAN UNIV. MUHAMMADIYAH JAKARTA S t a s e R a d i o l o g i, R u

ADHIM SETIADIANSYAH Pembimbing : dr. HJ. SUGINEM MUDJIANTORO, Sp.Rad FAKULTAS KEDOKTERAN UNIV. MUHAMMADIYAH JAKARTA S t a s e R a d i o l o g i, R u ADHIM SETIADIANSYAH Pembimbing : dr. HJ. SUGINEM MUDJIANTORO, Sp.Rad FAKULTAS KEDOKTERAN UNIV. MUHAMMADIYAH JAKARTA S t a s e R a d i o l o g i, R u m a h S a k i t I s l a m J a k a r t a, P o n d o k

Lebih terperinci

Syok Syok Hipovolemik A. Definisi B. Etiologi

Syok Syok Hipovolemik A. Definisi B. Etiologi Syok Syok adalah suatu sindrom klinis yang terjadi akibat gangguan hemodinamik dan metabolik ditandai dengan kegagalan sistem sirkulasi untuk mempertahankan perfusi yang adekuat ke organ-organ vital tubuh.

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ASKEP PADA KLIEN DENGAN PERDARAHAN SALURAN CERNA

LAPORAN PENDAHULUAN ASKEP PADA KLIEN DENGAN PERDARAHAN SALURAN CERNA 1 LAPORAN PENDAHULUAN ASKEP PADA KLIEN DENGAN PERDARAHAN SALURAN CERNA I Deskripsi Perdarahan pada saluran cerna terutama disebabkan oleh tukak lambung atau gastritis. Perdarahan saluran cerna dibagi menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmhg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmhg. Pada populasi

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Pasien bernama Tn. N umur 48 tahun nomor register dengan jenis

BAB III TINJAUAN KASUS. Pasien bernama Tn. N umur 48 tahun nomor register dengan jenis BAB III TINJAUAN KASUS A. Biodata Pasien bernama Tn. N umur 48 tahun nomor register 222645 dengan jenis kelamin laki-laki, bertempat tinggal di Mranggen. Pasien merupakan orang Jawa asli, beragama Islam,

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. BIODATA 1. Identitas Pasien. Nama Umur Jenis kelamin Suku/Bangsa Agama : An. F : 3 tahun : Perempuan : Jawa / Indonesia : Islam Status pernikahan : - Pekerjaan : - Alamat : Kedung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kajian epidemiologi menunjukkan bahwa ada berbagai kondisi yang. non modifiable yang merupakan konsekuensi genetik yang tak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Kajian epidemiologi menunjukkan bahwa ada berbagai kondisi yang. non modifiable yang merupakan konsekuensi genetik yang tak dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Gagal jantung merupakan salah satu penyebab morbiditas & mortalitas. Akhir-akhir ini insiden gagal jantung mengalami peningkatan. Kajian epidemiologi menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit jantung koroner (PJK) telah menjadi penyebab kematian utama di Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara optimal.

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. khususnya nefrologi dan endokrinologi.

BAB IV METODE PENELITIAN. khususnya nefrologi dan endokrinologi. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam khususnya nefrologi dan endokrinologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem kardiovaskular terdiri dari jantung, jaringan arteri, vena, dan kapiler yang mengangkut darah ke seluruh tubuh. Darah membawa oksigen dan nutrisi penting untuk

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian keperawatan dilakukan pada tanggal 30 Maret 2011 dengan hasil. Jenis kelamin : Perempuan

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian keperawatan dilakukan pada tanggal 30 Maret 2011 dengan hasil. Jenis kelamin : Perempuan BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian keperawatan dilakukan pada tanggal 30 Maret 2011 dengan hasil sebagai berikut : 1. Identitas klien Nama : Ny. S Umur : 49 Tahun Jenis kelamin : Perempuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Pada manusia, fungsi ini sebagian besar dijalankan oleh ginjal (Brenner,

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Pada manusia, fungsi ini sebagian besar dijalankan oleh ginjal (Brenner, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mempertahankan volume, komposisi dan distribusi cairan tubuh merupakan fungsi esensial untuk kesejahteraan, yang berarti keselamatan dari seluruh makhluk hidup.

Lebih terperinci

KONSEP TEORI. 1. Pengertian

KONSEP TEORI. 1. Pengertian KONSEP TEORI 1. Pengertian Kolik Abdomen adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang traktus intestinal (Nettina, 2001). Obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan terhambatnya aliran

Lebih terperinci

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM DR.PIRNGADI MEDAN

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM DR.PIRNGADI MEDAN Lampiran 1 A. Asuhan Keperawatan Kasus Pengkajian dalam laporan Karya Tulis Ilmiah ini menggunakan format yang telah ditentukan seperti berikut ini. FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM DR.PIRNGADI

Lebih terperinci

OLEH : KELOMPOK 5 WASLIFOUR GLORYA DAELI

OLEH : KELOMPOK 5 WASLIFOUR GLORYA DAELI OLEH : KELOMPOK 5 HAPPY SAHARA BETTY MANURUNG WASLIFOUR GLORYA DAELI DEWI RAHMADANI LUBIS SRI DEWI SIREGAR 061101090 071101025 071101026 071101027 071101028 Nutrisi adalah apa yang manusia makan dan bagaimana

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTEK KOMPREHENSIF I DENGAN DIAGNOSA MEDIS PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK)

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTEK KOMPREHENSIF I DENGAN DIAGNOSA MEDIS PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK) LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTEK KOMPREHENSIF I DENGAN DIAGNOSA MEDIS PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK) A. Definisi Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan penyakit paru kronik dengan karakteristik

Lebih terperinci

Thalassemia. Abdul Muslimin Dwi Lestari Dyah Rasminingsih Eka Widya Yuswadita Fitriani Hurfatul Gina Indah Warini Lailatul Amin N

Thalassemia. Abdul Muslimin Dwi Lestari Dyah Rasminingsih Eka Widya Yuswadita Fitriani Hurfatul Gina Indah Warini Lailatul Amin N Thalassemia Abdul Muslimin Dwi Lestari Dyah Rasminingsih Eka Widya Yuswadita Fitriani Hurfatul Gina Indah Warini Lailatul Amin N Maiyanti Wahidatunisa Nur Fatkhaturrohmah Nurul Syifa Nurul Fitria Aina

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini terdapat diseluruh dunia, bahkan menjadi problema utama di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. ini terdapat diseluruh dunia, bahkan menjadi problema utama di negara-negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dalam pleura berupa transudat atau eksudat yang diakibatkan terjadinya ketidakseimbangan

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH. Oleh : NOLDI DANIAL NDUN NPM :

KARYA TULIS ILMIAH. Oleh : NOLDI DANIAL NDUN NPM : STUDI KASUS PADA Tn. A 72 TAHUN YANG MENGALAMI MASALAH KEPERAWATAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAPAS DENGAN DIAGNOSA MEDIS PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK (PPOK) DI RUANG SEDAP MALAM RSUD GAMBIRAN KOTA

Lebih terperinci

Materi 13 KEDARURATAN MEDIS

Materi 13 KEDARURATAN MEDIS Materi 13 KEDARURATAN MEDIS Oleh : Agus Triyono, M.Kes Pengertian Kedaruratan medis adalah keadaan non trauma atau disebut juga kasus medis. Seseorang dengan kedarutan medis dapat juga terjadi cedera.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah ganda (double burden). Disamping masalah penyakit menular dan kekurangan gizi terjadi pula peningkatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kemajuan kesehatan suatu negara. Menurunkan angka kematian bayi dari 34

BAB 1 PENDAHULUAN. kemajuan kesehatan suatu negara. Menurunkan angka kematian bayi dari 34 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram dan merupakan penyumbang tertinggi angka kematian perinatal dan neonatal. Kematian neonatus

Lebih terperinci

PENYAKIT KATUP JANTUNG

PENYAKIT KATUP JANTUNG PENYAKIT KATUP JANTUNG DEFINISI Kelainan katup jantung adalah kelainan pada jantung yang menyebabkan kelainan kelainan pada aliran darah yang melintasi katup jantung. Katup yang terserang penyakit dapat

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN GASTRITIS PADA LANSIA

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN GASTRITIS PADA LANSIA ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN GASTRITIS PADA LANSIA ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN GASTRITIS PADA LANSIA PENGERTIAN Suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa dan sub mukosa lambung. (Mizieviez). ETIOLOGI 1. Faktor

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. R DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN : GAGAL GINJAL KRONIK DI RUANG MELATI 1 RSDM MOEWARDI SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. R DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN : GAGAL GINJAL KRONIK DI RUANG MELATI 1 RSDM MOEWARDI SURAKARTA ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. R DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN : GAGAL GINJAL KRONIK DI RUANG MELATI 1 RSDM MOEWARDI SURAKARTA Pengkajian dilakukan pada hari selasa tanggal 10 Juni 2014 pukul 14.00 WIB.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian ini merupakan cross sectional survey karena pengambilan data dilakukan pada satu waktu dan tidak berkelanjutan (Hidayat 2007). Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

Bab 1: Mengenal Hipertensi. Daftar Isi

Bab 1: Mengenal Hipertensi. Daftar Isi Bab 1: Mengenal Hipertensi Daftar Isi Pengantar... vii Bab 1. Mengenal Hipertensi... 1 Bab 2. Faktor Risiko... 11 Bab 3. Diagnosis... 17 Bab 4. Komplikasi Hipertensi... 27 Kiat Menghindari Stroke... 33

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Gagal jantung adalah saat kondisi jantung tidak mampu memompa darah untuk

PENDAHULUAN. Gagal jantung adalah saat kondisi jantung tidak mampu memompa darah untuk PENDAHULUAN Gagal jantung adalah saat kondisi jantung tidak mampu memompa darah untuk mencukupi kebutuhan jaringan melakukan metabolisme, dengan kata lain diperlukan peningkatan tekanan yang abnormal pada

Lebih terperinci

ASIDOSIS RESPIRATORIK

ASIDOSIS RESPIRATORIK ASIDOSIS RESPIRATORIK A. PENGERTIAN. Asidosis Respiratorik (Kelebihan Asam Karbonat). 1. Asidosis Respiratorik adalah gangguan klinis dimana PH kurang dari 7,35 dan tekanan parsial karbondioksida arteri

Lebih terperinci

ASKEP KEGAWATDARURATAN KARDIOVASKULAR. Yoani Aty

ASKEP KEGAWATDARURATAN KARDIOVASKULAR. Yoani Aty ASKEP KEGAWATDARURATAN KARDIOVASKULAR Yoani Aty Infark miocardium mengacu pada proses rusaknya jaringan jantung akibat suplai darah yang tidak adekuat sehingga aliran darah koroner berkurang. (Brunner

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Koroner dan penyakit Valvular ( Smeltzer, et., al. 2010). Gangguan

BAB 1 PENDAHULUAN. Koroner dan penyakit Valvular ( Smeltzer, et., al. 2010). Gangguan BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Gagal Jantung adalah ketidakmampuan Jantung untuk memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringan tubuh. Kegagalan fungsi pompa Jantung ini disebabkan

Lebih terperinci

GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT Dr. Suparyanto, M.Kes GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT CAIRAN TUBUH Cairan tubuh adalah larutan isotonik yang tersusun atas air dan zat terlarut (mineral)

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR DINAS KESEHATAN PUSKESMAS LENEK Jln. Raya Mataram Lb. Lombok KM. 50 Desa Lenek Kec. Aikmel

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR DINAS KESEHATAN PUSKESMAS LENEK Jln. Raya Mataram Lb. Lombok KM. 50 Desa Lenek Kec. Aikmel PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR DINAS KESEHATAN PUSKESMAS LENEK Jln. Raya Mataram Lb. Lombok KM. 0 Desa Lenek Kec. Aikmel EVALUASI LAYANAN KLINIS PUSKESMAS LENEK 06 GASTROENTERITIS AKUT. Konsistensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jantung merupakan suatu organ yang memompa darah ke seluruh organ tubuh. Jantung secara normal menerima darah dengan tekanan pengisian yang rendah selama diastol dan

Lebih terperinci

Lampiran 1 FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI KOMUNITAS I. BIODATA IDENTITAS PASIEN

Lampiran 1 FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI KOMUNITAS I. BIODATA IDENTITAS PASIEN Lampiran 1 FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI KOMUNITAS I. BIODATA IDENTITAS PASIEN Nama : Ny. D Jenis Kelamin : Perempuan Umur : 83 tahun Agama : Islam Pendidikan : SD Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Alamat : Jl.

Lebih terperinci