KEPENTINGAN AMERIKA SERIKAT DALAM MENDORONG PERUBAHAN KEBIJAKAN PERTAHANAN DAN KEAMANAN JEPANG PERIODE

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEPENTINGAN AMERIKA SERIKAT DALAM MENDORONG PERUBAHAN KEBIJAKAN PERTAHANAN DAN KEAMANAN JEPANG PERIODE"

Transkripsi

1 KEPENTINGAN AMERIKA SERIKAT DALAM MENDORONG PERUBAHAN KEBIJAKAN PERTAHANAN DAN KEAMANAN JEPANG PERIODE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: Ahmad Despuriansyah PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015

2

3

4

5 ABSTRAK Skripsi ini menganalisa kepentingan Amerika Serikat terhadap perubahan kebijakan pertahanan dan keamanan Jepang periode Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kepentingan AS dalam mendorong perubahan kebijakan pertahanan dan keamanan Jepang periode Penelitian skripsi ini menggunakan metode kualitatif dengan data dikumpulkan melalui studi pustaka. Kerangka pemikiran yang digunakan adalah kepentingan nasional dan konsep aliansi. Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kepentingan Amerika Serikat dalam perubahan kebijakan pertahanan dan keamanan Jepang periode adalah untuk menjalankan strategi extended deterrence dengan memperkuat aliansi militer bersama Jepang yang ditujukan kepada Tiongkok dan Korea Utara, agar stabilitas kawasan Asia Timur terjaga. Tiongkok dan Korea Utara telah dianggap AS sebagai ancaman dalam kepentingannya di kawasan ini. Perubahan kebijakan pertahanan dan keamanan Jepang dianggap AS sebagai langkah yang penting untuk menangkal kekuatan kedua negara tersebut di kawasan Asia Timur. Kepentingan AS di Asia Timur akan terwujud jika Jepang mengubah kebijakan pertahanan dan keamanan, dan tidak lagi mengikuti isi pasal 9 Konstitusi 1947 yang menyatakan Jepang dilarang memiliki kekuatan militer dan hanya berlindung pada kekuatan militer AS. Untuk itulah AS memiliki kepentingan dibalik perubahan kebijakan pertahanan dan keamanan Jepang, yaitu sebagai jalan demi tercapainya kepentingan di Asia Timur. Jepang melakukan perubahan kebijakan pertahanan dan keamanan ketika Badan Pertahanan Jepang ditingkatkan statusnya menjadi Kementerian Pertahanan, anggaran belanja militer konsisten naik, dan berkembangnya teknologi militer Jepang. Kata Kunci: Kepentingan Nasional, Aliansi, Militer, Kebijakan Pertahanan dan Keamanan, Pasal 9 Konstitusi 1947 Jepang, Extended Deterrence i

6 KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil alamin, puji syukur kita ucapkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-nya penulis bisa menyelesaikan skripsi yang berjudul Kepentingan Amerika Serikat dalam Mendorong Perubahan Kebijakan Pertahanan dan Keamanan Jepang Periode Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan mencapau gelar Sarjana Strata 1 (S1) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Hubungan Internasional di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari peran berbagai pihak yang terlibat dalam skripsi ini. Sehubungan dengan itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Keluarga tercinta terutama Papa dan Mama yaitu Azran Bakri dan Purnamawati Siregar, Abang dan Kakak kandung dan keponakan, Anri Tirta Pratama, Inra Riady Widarta, Nurhasanah Ayu Andira, Desty Natalia Wuriyanti, dan Maulida Salsabilah Anrety, serta semua keluarga di Palembang yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu, mereka yang telah memberikan dukungan dan doanya untuk kelancaran skripsi ini. 2. Ibu Debbie Affianty selaku Dosen Pembimbing Skripsi dan Ketua Jurusan Hubungan Internasional, Beliau juga salah satu orang yang ikut memudahkan kelancaran skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih banyak. ii

7 3. Bapak M. Adian Firnas selaku Dosen Pembimbing Akademik, dosen jurusan Hubungan Internasional UIN Jakarta yaitu Bapak Agus Nilmada, Bapak Irfan Hutagalung, Bapak Nazarudin Nasution, Ibu Sri Mulyati, Bapak Agus Nugraha, Ibu Eva Mustofa, Bapak Wendi Prajuli, Bapak Jajang Saprijal dan segenap dosen, tenaga pengajar serta TU FISIP UIN Jakarta yang tidak bisa saya sebutkan semua, terima kasih telah membantu penulis selama menjadi mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional, FISIP UIN Jakarta. 4. Teman teman Keluarga Dubbing 2010, Muslim, Yuri, Idris, Miftah, Rima, Ty, Randy, Nanda, Ana, Rosi, Dek Dita, Dini, Tiwi, Kak Winda, Manda, Septin, Eed, Angga, Inun, Alaptia, Ayu, Dwi, Acun, Melia, dan spesial buat Miss Erna Wati, serta Guru MAN 3 Palembang lainnya Aba Zai, Abi Wahab, Ustd Rozi, Bapak Novir, Bapak Subroto, Bapak Pane, Bapak Mahendra, Ibu Hernawati, Emak kantin belakang dan semuanya yang tidak bisa disebut kan satu per satu terima kasih semua untuk dukungan dan doanya, semoga kita selalu bersama dan diridhoi Allah Swt. 5. Teman teman alumni SMP N 9 Palembang, Reffy, Nopi, Iqbal, Aldy, Febri, Alem, Aldo, Ari, Lisan, Edi, Eko, Amen, Dayat, Faisal, Beta, Bebeng, Rahman, Hasan, Husin, Nurbeta, Topek, Sandi, beserta para guru, Bapak Musa, Bapak Basarrudin (Alm), Ibu Komalasari, Bapak Syaiful, Bapak Arfani, Ibu Mariani, Ibu Pariani, Ibu Sinaga dan semuanya yang tidak bisa disebut kan satu per satu terima kasih semua untuk dukungan dan doanya, semoga kita selalu bersama dan diridhoi Allah SWT. iii

8 6. Kawan-kawan HI-A 2010 seperjuangan terutama kepada Alva, Bewok, Mul, Bang Wahyu, Navis, Kopet, Adam, Yoga, Anggi, Murdok, Defa, Detty, Yuri, Zakia, Peni, Dieny, Eko dll yang tidak bisa penulis sebut satu persatu. Terimakasih atas dukungan moril bahkan materilnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 7. Teman teman seperjuangan alumni Asrama UIN Jakarta, Nadi, Halimi, Indra, Jajat, Imam, Aul, Ucim, Jambul, Arif, dan semua yang tidak sempat disebutkan, terima kasih atas dukungannya, semoga bagi yang belum selesai skripsinya segera dapat menyusul. Penulis berharap semoga bantuan dan dukungan yang mereka berikan mendapat imbalan dari Allah SWT dan dicatat sebagai sebuah amal ibadah. Penulis menyadari dalam penulisan skrispsi ini tentunya masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu kritik dan saran dari berbagai pihak sangat diharapkan untuk bahan koreksi dimasa yang akan datang. Jakarta, 27 Januari 2015 Ahmad Despuriansyah iv

9 DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR SINGKATAN... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL DAN GRAFIK... i ii v vii viii ix BAB I: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pertanyaan Penelitian Tujuan dan Manfaat Penulisan Tinjauan Pustaka Kerangka Pemikiran Kepentingan Nasional Konsep Aliansi Kebijakan Luar Negeri Teori Defensive Structural Realism Metode Penelitian Sistematika Penulisan BAB II: KERJASAMA KEAMANAN AMERIKA SERIKAT DAN JEPANG Sejarah Singkat Kerjasama Keamanan Amerika Serikat dan Jepang Aliansi Keamanan Amerika Serikat dan Jepang BAB III: PERUBAHAN KEBIJAKAN PERTAHANAN DAN KEAMANAN JEPANG Bentuk Perubahan Kebijakan Pertahanan dan Keamanan Jepang Kekuatan Militer Jepang Teknologi Milter Jepang Doktrin Tujuan Penggunaan Kekuatan Militer v

10 BAB IV: KEPENTINGAN NASIONAL AMERIKA SERIKAT DALAM MENDORONG PERUBAHAN KEBIJAKAN PERTAHANAN DAN KEAMANAN JEPANG Peran Partai Politik dalam Kebijakan Luar Negeri AS Faktor Faktor Penyebab Perubahan Kebijakan Pertahanan dan Keamanan Jepang Amandemen Pasal 9 Konstitusi Jepang Peningkatan Kekuatan Militer Tiongkok Ancaman Senjata Nuklir Korea Utara Kepentingan Amerika Serikat dalam Mendorong Perubahahan Kebijakan Pertahanan dan Keamanan Jepang Stabilitas Kawasan Asia Timur Extended Deterrence AS terhadap Kekuatan Militer Tiongkok dan Korea Utara Pengamanan Jalur Perdagangan AS di Asia Timur BAB V : KESIMPULAN vi

11 DAFTAR SINGKATAN A2 AD APEC AS ASCM ASEAN BMD BOP GDP GSDF GSOMIA IAEA ICBM JSDF KLN LDP MBT MEF NATO NDPG NDPO NPT PBB PD PKO QDR RUU SCC SDA UNODA : Anti-Access : Area Denial : Asia-Pacific Economic Cooperation : Amerika Serikat : Anti Ship Cruise Missile : Association of Southeast Asia Nations : Ballistic Missile Defense : Bilateral Common Operational Picture : Gross Domestic Product : Ground Self Defense Force : General Security of Military Information Agreement : International Atomic Energy Agency : Intercontinental Ballistic Missile : Japan Self Defense Force : Kebijakan Luar Negeri : Liberal Democratic Party : Main Battle Tank : Marine Expeditionary Force : North Atlantic Treaty Organization : National Defense Program Guideline : National Defense Program Outline : Non-Proliferation Nuclear Treaty : Perserikatan Bangsa Bangsa : Perang Dunia : Peace Keeping Operation : Quadrennial Defense Review : Rancangan Undang Undang : Security Consultative Commitee : Sumber Daya Alam : United Nations Office for Disarmament Affairs vii

12 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Peta Pangkalan Militer AS di Okinawa Gambar 2. Peta Pangkalan Udara Militer AS di Kadena Selatan Provinsi Okinawa dalam SCC Joint Statement Gambar 3. Peta Jangkaun Misil Korea Utara Gambar 4. Proyek Tahun 2020 Pengembangan Pangkalan Aliansi Militer AS Jepang Gambar 5. Peta Jalur Perdagangan AS di Kawasan Asia Pasifik viii

13 DAFTAR TABEL DAN GRAFIK Tabel 1. Kekuatan Persenjataan Aliansi Militer Amerika Serikat dan Jepang pada tahun Tabel 2. Daftar Penambahan Peralatan Miltier setelah SCC Joint Statement Tabel 3. Kekuatan Militer Jepang Tahun Tabel 4. Teknologi Baru Militer Jepang Tabel 5. Kepemilikan Misil Korea Utara Tabel 6. Nilai ekspor barang dan jasa AS pada pasar Asia Grafik 1. Jumlah Pasukan Angkatan Darat Jepang dari beberapa periode Grafik 2. Jumlah Kekuatan Persenjatan Militer Jepang Grafik 3. Anggaran Pertahanan Jepang Grafik 4. Survei Publik Jepang mengenai Amandemen Pasal 9 Konstitusi Grafik 5. Anggaran Militer Tiongkok ix

14 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Skripsi ini akan berfokus pada analisa tentang kepentingan Amerika Serikat dalam mendorong perubahan kebijakan pertahanan dan keamanan yang dilakukan oleh Jepang. Wilayah Asia Timur secara khusus akan menjadi fokus utama dalam skripsi ini. Menurut Wahyu Wardani di dalam tulisannya berjudul Realm Asia Timur (2009), Asia Timur merupakan sebuah sub-wilayah Asia di mana luasnya sekitar 11,839,074 km 2 atau 15 persen dari benua Asia. Asia Timur terletak di antara Rusia di utara dan di selatan negara-negara Asia Selatan dan Asia Tenggara. Wilayah Asia Timur ini membentang dari daerah gurun di Asia Tengah sampai di Kepulauan Jepang dan Taiwan di kawasan tepi Pasifik Barat (Wardani 2009). Sub-wilayah Asia Timur meliputi wilayah Tiongkok, Hong Kong, Jepang, Taiwan Mongolia, Korea Utara dan Korea Selatan, dengan populasi sekitar 1500 juta jiwa dan kepadatan 133 jiwa/ km 2 (Wardani 2009, h.2). Negara-negara di wilayah Asia Timur yang menjadi fokus utama dalam skripsi ini di antaranya adalah Tiongkok, Korea Utara dan Jepang. Menurut Ralph A. Cossa dalam tulisan yang berjudul The U.S Asia- Pacific Security Strategy for the Twenty-First Century (2000), Amerika Serikat berkomitmen untuk menjadikan kawasan Asia Timur sebagai fokus utama di bidang politik, ekonomi, serta militer (Cossa 2000). Selain karena kawasan Asia 1

15 2 Timur menjadi prioritas pertama AS, keterlibatan AS pada kawasan ini juga demi kepentingan masa depan AS dalam menjaga hegemoni di kawasan Asia. Keberlanjutan keterlibatan AS pada kawasan Asia dikarenakan Quadrennial Defense Review (QDR) pada tahun 1997 menjelaskan komitmen AS untuk menjaga stabilitas kawasan Asia. Quadrennial Defense Review (QDR) merupakan dokumen nasional AS untuk menjelaskan doktrin militer AS, yaitu dengan penggunaan kekuatan militer secara efektif demi kepentingan nasional AS (Shambaugh & Yahuda 2008). Komitmen AS diperjelas pada masa Presiden Obama dengan mengeluarkan The Pivot to Asia yaitu perubahan prioritas Kebijakan Luar Negeri AS pada kawasan Asia Timur (The Foreign Policy Initiative 2012). Selanjutnya aliansi militer AS-Jepang menjadi upaya dalam menjaga stabilitas kawasan Asia Timur, karena dengan berkembangnya kekuatan militer Tiongkok, masalah konflik semenanjung Korea dan beberapa masalah sengketa wilayah membuat kawasan ini rentan dengan konflik (Moore 2008). AS menilai kekuatan militer Tiongkok sebagai ancaman yang besar bagi kawasan. Penilaian AS tersebut terlihat dari anggaran militer Tiongkok yang terus meningkat dari tahun 1994, sebesar 18% pada tahun 1995 meningkat lagi sebesar 21%, tahun 2005 meningkat sebesar 12,6%, tahun 2006 meningkat sebesar 14,7% dan tahun 2007 meningkat sebesar 17,8% menjadi 44,94 miliar Dollar AS (Kompas, 5 Maret 2007). Tiongkok juga sangat agresif dalam sengketa Kepulauan Senkaku dan Laut Tiongkok Selatan. Pada tahun 2006, terlihat Kebijakan pemerintah Tiongkok

16 3 yang agresif pada sengketa Kepulauan Senkaku dengan membangun pipa gas di Chunxiao sekitar Kepulauan Senkaku. Kemudian kebijakan ini mendapat protes dari Jepang ketika pertemuan China-Japan Sea of Peace Cooperation and Friendship pada Desember Pada pertemuan tersebut kedua negara tidak menemukan kesepakatan kongkrit masalah konflik ini, karena Tiongkok menolak menghentikan aktivitas pembangunan jalur pipa gas di sekitar Kepulauan Senkaku dan mengancam akan menyerang negara yang menentang kebijakan ini (Karismaya 2013). Kemudian pada bulan Juli 2007, terjadi tindakan agresif militer Tiongkok pada sengketa Laut Tiongkok Selatan. Kapal Angkatan Laut Tiongkok menembaki sebuah kapal nelayan Vietnam kemudian menewaskan seorang pelaut di sekitar Kepulauan Paracel. Insiden tindakan Angkatan Laut Tiongkok ini membuat konflik Laut Tiongkok Selatan memanas (The Straits Times 2007). Dapat disimpulkan dari beberapa konflik yang sedang dihadapi Tiongkok, sangat terlihat perkembangan militer Tiongkok dapat meningkatkan posisinya dalam proses tawar menawar pada level internasional. Hal ini menguatkan persepsi kawasan terhadap Tiongkok dalam menjadi ancaman bagi kawasan Asia Timur. Selain itu pada tahun 2006 terdapat ancaman senjata nuklir Korea Utara yang dapat menjangkau hampir seluruh dari wilayah Asia Pasifik. Misil Taepoodong II dan Intercontinental Ballistic Missile atau ICBM milik Korea Utara memiliki jangkauan km, dapat mengenai wilayah teritori Jepang (Moore 2008). Pada 9 Oktober 2006 Korea Utara melakukan uji coba nuklir perdana dengan bahan plutonium, bukan seperti pada masa sebelumnya

17 4 hanya dengan uranium yang diperkaya (BBC News 2006). Uji coba yang dilakukan Korea Utara inilah yang memicu ketegangan keamanan di kawasan Asia Timur. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah kerjasama militer bagi AS demi menjaga kepentingan di kawasan Asia Timur. Kepentingan AS pada kawasan Asia Timur menjadikan Jepang sebagai sekutu yang penting pada kawasan ini. Pada pertemuan antara Presiden George W. Bush dan Perdana Menteri Shinzo Abe pada 18 November 2006 terdapat kesepakatan peninjauan kerjasama keamanan bilateral AS-Jepang, khususnya di bidang pertahanan rudal balistik (BMD), dalam rangka memikirkan kembali potensi ancaman dari Korea Utara dan Tiongkok (Xu 2014). AS meminta Jepang untuk terus meningkatkan kekuatan militernya agar mempermudah, memperlancar dan memperbanyak bentuk kerjasama militer kedua negara (Avery & Reinhart 2013). Presiden Bush meminta Jepang untuk segera mengubah kebijakan pertahanan dan keamanan mereka demi memperkuat kekuatan aliansi militer AS-Jepang. Dengan semakin berkembangnya militer Jepang semakin mudah dan banyak kerjasama militer yang mungkin dilakukan AS-Jepang di masa mendatang. Dalam rangka perubahan kebijakan pertahanan dan keamanannya Jepang diminta AS untuk mendirikan Kementerian Pertahanan agar dapat mengajukan anggaran pertahanan dengan lebih mudah (Deutche Welle News 2007). Ini diikuti dengan perubahan doktrin militer yaitu meninggalkan Pasal 9 Konstitusi 1947 yang melarang Jepang untuk memiliki kekuatan militer (Cossa 2000).

18 5 Amerika Serikat juga meminta Jepang mengubah doktrin pertahanannya yang lama dan mengganti dengan white paper pertahanan yang baru. Selanjutnya National Defense Program Guidelines (NDPG) paling baru yang dikeluarkan pada tahun 2010 atas dorongan dari Amerika Serikat dalam rangka merespon pengembangan kekuatan militer Tiongkok dan Korea Utara (Avery & Reinhart 2013). Perubahan penting yang terjadi adalah dengan digantikannya Basic Defense Force Concept menjadi Dynamic Defense Force. Artinya Jepang diminta aktif dalam keamanan kawasan, dan tidak hanya sekedar berlindung pada kekuatan militer AS (Japan Ministry of Defense 2010). Atas dorongan AS, Jepang melakukan perubahan kebijakan pertahanan dan keamanan ketika RUU usulan Perdana Menteri Shinzo Abe yang berkaitan dengan transisi dari Badan Pertahanan Jepang untuk Kementerian Pertahanan disahkan oleh Majelis dan menjadi Undang-undang pada tanggal 15 Desember Parlemen menyetujui usulan Perdana Menteri Shinzo Abe tersebut dan diwujudkan pada 9 Januari 2007 atau 53 tahun setelah pembentukan Badan Pertahanan pada tahun Dengan berdirinya Kementerian Pertahanan yang merupakan sebuah badan pemerintah yang dibawahi langsung oleh seorang menteri pertahanan, memungkinkan Jepang untuk memiliki anggaran sendiri dalam pertahanan dan keamanan, serta memungkinkan untuk membuat undang undang pertahanan dan keamanan sendiri. Hal ini kemudian diikuti dengan anggaran militer yang konsisten naik, berkembangnya teknologi militer Jepang dan perubahan doktrin penggunaan kekuatan militer (Japan Ministry of Defense 2007).

19 6 Sejak berubah status menjadi Kementerian Pertahanan, anggaran pertama diajukan hingga 4.86 triliun Yen atau sebesar 43 miliar Dollar AS dan mengajukan anggaran sebesar 200 juta Dollar AS khusus alokasi untuk misil penangkal, atau naik 56,5 persen dibanding anggaran tahun tahun sebelumnya yang telah berjalan (Harian Kompas 19 Februari 2007, Hal. 12). Hal ini memperlihatkan Jepang mengalami transformasi perubahan kebijakan strategis pertahanannya yang lebih gencar dalam mengadaptasi lingkungan eksternal atas dorongan AS. Dapat disimpulkan bahwa peningkatan status Badan Pertahanan menjadi Kementerian Pertahanan, peningkatan anggaran militer sejak Kementerian Pertahanan berdiri, perkembangan teknologi militer dan perubahan doktrin militer, merupakan perubahan kebijakan pertahanan dan keamanan yang telah dilakukan Jepang atas dorongan mitra aliansinya Amerika Serikat (Wang 2008). Perubahan kebijakan pertahanan dan keamanan ini mencerminkan adanya keinginan AS agar Jepang memainkan peran lebih besar dalam mengatasi ancaman keamanan di kawasan (Deming 2004). Akan dijelaskan pada bab - bab selanjutnya bagaimana bentuk kerjasama keamanan Jepang-AS yang lebih intensif terjadi pasca Jepang mendirikan Kementerian Pertahanan.Pasca Kementerian Pertahanan Jepang resmi berdiri, revisi aliansi Jepang-AS terjadi dengan ditandatanganinya sebuah perjanjian oleh kedua pihak yaitu Joint Statement of the Security Consultative Committee Alliance Transformation: Advancing United States-Japan Security and Defense Cooperation. Kesepakatan ini untuk memperkuat aliansi AS-Jepang khususnya

20 7 untuk menghadapi ancaman militer Tiongkok dan Korea Utara dengan peninjauan kembali beberapa kesepakatan lama yang dinilai tidak efektif (Japan Ministry of Defense 2007). Hal penting lainnya pada penelitian ini adalah apa yang menjadi kepentingan AS dalam perubahan kebijakan pertahanan dan keamanan Jepang, serta kerjasama aliansi bilateral keamanan kedua negara ini. Tahun 2007 dipilih sebagai awal periode dalam penelitian ini karena pada tahun ini merupakan awal momentum Jepang dalam proses modernisasi militer negaranya karena dorongan AS dalam merespon perkembangan militer Tiongkok dan kepemilikan senjata nuklir Korea Utara. Pada tahun ini atas dorongan dari AS Badan Pertahanan secara resmi berubah menjadi bentuk kementerian, anggaran belanja militer mulai naik signifikan, teknologi militer mulai berkembang dan terjadinya perubahan doktrin penggunaan kekuatan militer. Akhir periode dalam penelitian ini adalah tahun 2012 karena tahun tersebut merupakan tahun paling akhir dari revisi kesepakatan aliansi AS-Jepang. 1.2 Pertanyaan Penelitian Penelitian ini akan menjawab pertanyaan penelitan sebagai berikut: Mengapa Amerika Serikat Mendorong Perubahan Kebijakan Pertahanan dan Keamanan Jepang pada periode ? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dan manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui kepentingan AS dalam mendorong perubahan kebijakan pertahanan dan keamanan Jepang

21 8 2. Untuk menganalisa kepentingan AS dalam mendorong perubahan kebijakan pertahanan dan keamanan dengan menggunakan konsep kepentingan nasional dan aliansi. 3. Diharapkan tulisan ini menjadi rujukan bagi penelitian serupa di masa mendatang, khususnya tentang kepentingan Amerika Serikat di kawasan Asia Timur. 1.4 Tinjauan Pustaka Tulisan yang menjadi tinjauan pustaka dalam penelitian ini yaitu skripsi yang berjudul Pengaruh Pangkalan Militer AS di Okinawa (Jepang) terhadap Kerjasama Bilateral AS Jepang dalam Bidang Pertahanan dan Keamanan periode yang ditulis oleh Faris Bimantara. Faris Bimantara adalah mahasiswa jurusan Hubungan Internasional, FISIP, UIN Jakarta tahun Faris Bimantara (2012) dalam tulisannya menjelaskan bahwa Amerika Serikat membuat pangkalan militer di Okinawa yang bertujuan agar AS tetap dapat mengontrol keamanan di Asia Pasifik lebih efektif dan efisien. Pangkalan militer AS di Okinawa mempunyai nilai strategis karena letak kepulauan Okinawa di Jepang sangat menguntungkan bagi kegiatan basis militer AS. Tujuan membendung pengaruh komunis dan konflik di Asia Timur adalah bagian dari upaya mencegah masuknya kekuatan-kekuatan komunis di wilayah Asia Pasifik. Dalam hal ini, Okinawa (Jepang) dinilai sebagai daerah yang tepat bagi tentara AS untuk kepentingan tersebut (Bimantara, 2012). Tulisan Faris Bimantara ini membahas tema kerjasama militer AS-Jepang yang merupakan tema yang sama dengan analisa penelitian yang akan dilakukan

22 9 pada skripsi ini. Perbedaan skripsi tulisan Faris Bimantara dan penelitian skripsi ini terletak pada fokus analisa penelitiannya. Penelitian Faris Bimantara menganalisa secara detail tentang pengaruh Pangkalan Militer di Okinawa terhadap hubungan bilateral keamanan AS-Jepang. Sedangkan skripsi ini menganalisa kepentingan AS dalam mendorong perubahan kebijakan pertahanan dan keamanan Jepang. Kerangka pemikiran yang dipakai pada skripsi Faris Bimantara yaitu konsep aliansi, kepentingan nasional dan power, perbedaan dengan penelitian skripsi ini hanya pada konsep power yang tidak digunakan dalam skripsi ini. Skripsi kedua yang menjadi tinjauan pustaka pada penulisan skripsi ini adalah skripsi oleh Satria Satya Nugraha (2014) mahasiswa Hubungan Internasional UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan judul Dampak Nasionalisasi Kepulauan Senkaku terhadap Hubungan Jepang Cina ". Skripsi ini fokus utamanya pada konflik Kepulauan Senkaku antara Jepang dan Tiongkok. Pada skripsi ini dijelaskan beberapa dampak yang membuat semakin tegang hubungan Jepang Tiongkok pasca tindakan Jepang melakukan nasionalisasi Kepulauan Senkaku secara sepihak. Pada tulisan ini dijelaskan faktor utama Jepang menasionalisasi Kepulauan Senkaku adalah karena strategisnya wilayah Senkaku bagi militer Jepang dan kepentingan Jepang untuk menguasai sumber daya alam di Kepulauan Senkaku (Nugraha 2014). Persamaan skripsi Satria Satya Nugraha dengan tulisan skripsi ini adalah analisa hubungan Jepang Tiongkok atas konflik Kepulauan Senkaku. Perbedaan antara skripsi Satria Satya Nugraha dan skripsi ini terdapat pada skripsi Satria

23 10 Satya Nugraha yang melihat kepentingan Jepang pada Kepulauan Senkaku, sedangkan penelitan pada skripsi ini melihat kepentingan AS pada transfomasi militer Jepang, di mana konflik Kepulauan Senkaku hanya sebagai faktor pendorong Jepang melakukan transformasi militer. Skripsi Satya Nugraha juga menggunakan konsep kepentingan nasional seperti dengan penelitian skripsi ini. Perbedaan kerangka pemikiran yang digunakan penulisan skripsi ini dengan Satya Nugraha pada penggunaan konsep Sengketa Internasional. Kemudian skripsi dari Mahasiswi FISIP Jurusan Hubungan Internasional, Universitas Indonesia tahun 2008 yang bernama Rosy Handayani, dengan judul Transformasi Pertahanan Jepang Pasca Perang Dingin ( ). Skripsi Rosy Handayani ini merupakan bentuk penelitian dengan tema yang lebih detail membahas masalah perubahan pertahanan dan keamanan Jepang dengan periodisasi yang cukup panjang, yaitu pasca Perang Dingin sampai era modern Jepang tahun Dalam penelitian ini Rosy Handayani melihat kebijakan strategis Jepang pasca Perang Dingin ( ) sebagai bentuk adaptasi Jepang terhadap tuntutan internal dan eksternal negaranya. Rosy Handayani juga menyatakan bahwa Jepang memandang adanya indikasi dari negara-negara di sekitar untuk mengembangkan pertahanan negara mereka. Dalam mempertimbangkan masalah keamanan Jepang perlu juga mempertimbangkan kondisi Jepang yang ada, termasuk di dalamnya keterbatasan Jepang dalam masalah strategi militer (Handayani 2008). Terdapat perbedaan yang signifikan dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan Rosy Handayani, yaitu penelitian pada skripsi ini lebih fokus pada

24 11 kepentingan nasional Amerika Serikat dibalik perubahan signifikan Jepang dalam bidang pertahanan. Momentumnya saat Jepang mengeluarkan kebijakan perubahan status Badan Pertahanan menjadi Kementerian Pertahanan, serta saat white paper Jepang pada tahun 2010 yang mengeluarkan kebijakan berupa The National Defense Program Guidelines (NDPG) yang tentu pada penelitian Rosy Handayani belum tercantum. Berbeda dengan skripsi ini, Rosy Handayani menggunakan konsep Security Dilemma dan Deterrence dalam penulian skripsinya. Selanjutnya tulisan oleh Robyn Lim (2002) yang berjudul Limits of U.S.- Japan alliance dalam jurnal Far Eastern Economic Review Volume 165, dalam tulisan ini dijelaskan bagaimana aliansi militer AS-Jepang memiliki kelemahan karena Jepang masih bersandar pada Konstitusi 1947 yang melarang Jepang untuk terlibat dalam aktivitas menggunakan militer. Dalam tulisan ini juga dijelaskan bahwa AS harus melakukan strategi deterrence terhadap Tiongkok dan Korea Utara walaupun aliansi militer bersama Jepang dinilai masih kurang dari beberapa segi, seperti unit senjata militer, doktrin militer dan perjanjian militer yang masih lemah. Lim mengatakan masih perlu adanya perbaikan dalam kerjasama militer AS-Jepang dalam merespon Tiongkok dan Korea Utara (Lim 2002). Perbedaan rujukan ini dengan skripsi Rosy Handayani terdapat pada periode penelitian, di mana tulisan ini meniliti pada tahun 2002 yang memang belum terjadinya revisi Security Consultative Commitee atau SCC antara AS- Jepang. Sedangkan penelitan skripsi ini pada periode , aliansi militer AS-Jepang telah merevisi Joint Statement aliansi pada 2005, 2006, Revisi

25 12 tersebut memperbaiki perjanjian sebelumnya dengan mengadakan unit senjata militer yang lebih banyak, doktrin militer yang lebih dinamis serta beberapa penambahan pangkalan militer aliansi. Kemudian, tulisan dari Young June Park (2010) yang berjudul Japan s National Defense Program Guidelines 2010 dalam The East Asia Institute Journal Vol. 56, menjelaskan jika Jepang telah mengubah doktrin militer dengan mengeluarkan white papar dalam National Defense Program Guidelines atau NDPG pada tahun Park mengatakan Jepang secara tidak langsung telah mengabaikan Pasal 9 Konstitusi 1947 yang mana mengatur Jepang agar tidak terlibat dalam penggunaan kekuatan militer. NDPG 2010 berisi bahwa doktrin militer Jepang berubah dari Basic Defense Force Concept menjadi Dynamic Defense Force, yang berarti Jepang harus lebih aktif dalam kegiatan intelijen, pengawasan dan pengintaian. Militer Jepang dituntut lebih aktif dengan menjalankan serangkaian operasi militer agar lebih siap dalam menghadapi ancaaman baik ancaman tradisional maun non-tradisional (Park 2010). Tulisan Park (2010) lebih berfokus pada perubahan doktrin militer Jepang, walaupun terdapat analisa mengenai dampak perubahan tersebut pada kawasan Asia Timur. Young June Park juga tidak banyak menjelaskan mengenai kesepakatan aliansi militer AS-Jepang pada tahun Sementara skripsi ini lebih melihat bagaimana kepentingan AS pada kawasan Asia Timur dalam mendorong perubahan kebijakan militer Jepang, termasuk juga doktrin militernya. Terdapat juga penjelasan mengenai perbuahan doktrin militer Jepang yang dianalisa dengan faktor-faktor yang mendorong perubahan tersebut. Menurut

26 13 penelitan skripsi ini AS sangat besar dalam mempengaruhi perubahan doktrin militer Jepang sehingga pada tahun 2010 dikeluarkan NDPG baru. Rujukan yang terakhir adalah penelitian yang dilakukan oleh Namzariga Adamy seorang pengamat kawasan Asia Timur, tulisannya yang berjudul Kebijakan Peacekeeping Operation Jepang di Kamboja: Suatu Tinjauan Terhadap Perubahan Kebijakan Luar Negeri Jepang Pasca Perang Dingin. Dengan dipicu oleh peristiwa Perang Teluk, Jepang melakukan re-orientasi terhadap kebijakan politik luar negerinya dengan mengirim pasukan untuk berpartisipasi dalam PKO PBB di Kamboja. Peristiwa ini merupakan peristiwa yang sangat penting karena pertama kalinya Pasukan Bela Diri Jepang dikirim ke luar negeri sejak Perang Dunia II. Menurut Azami, penting menekankan agenda keamanan nasional (national security) suatu negara, kemampuan milliter (military capability) dan suatu perimbangan kekuatan (balance of power) sebagai elemen utama dalam memelihara stabilitas politik internasional (Adamy 2004). Tulisan Adamy secara detail menjelaskan bagaimana peran militer Jepang pada level internasional. Perbedaan karya Adamy dengan skripsi ini terdapat pada fokus utama di mana karya Adamy hanya pada periode Jepang mengirim Pasukan Perdamaian Internasional ke Kamboja, sedangkan skripsi ini menggambarkan secara umum transformasi militer yang dilakukan Jepang dan kepentingan AS sebagai mitra aliansi Jepang. Kerangka pemikiran karya Adamy menggunakan konsep Ballance of Power yang berbeda dengan skripsi ini, tetapi persamaannya Adamy dan penelitain skripsi ini sama-sama menggunakan konsep kepentingan nasional.

27 Kerangka Pemikiran Kepentingan Nasional Konsep kepentingan nasional sangat penting dalam menjelaskan dan memahami perilaku internasional. Konsep kepentingan nasional merupakan dasar dalam menjelaskan perilaku luar negeri suatu negara (Art & Jervis 2007). Kepentingan nasional juga dapat dijelaskan sebagai tujuan fundamental dan faktor penentu yang mengarahkan para pembuat keputusan dari suatu negara secara khas atau berbeda dengan negara lain. Selain itu, kepentingan nasional merupakan unsur-unsur yang membentuk kebutuhan negara paling vital seperti pertahanan, keamanan, militer dan kesejahteraan ekonomi (Art & Jervis 2007). Dalam menjelaskan konsep kepentingan nasional seperti yang dikatakan oleh Daniel S. Papp dalam bukunya Contemporary International Relations (1997) dapat digunakan beberapa kriteria antara lain kriteria ekonomi, ideologi, dan militer. Pertama, kriteria ekonomi dapat dijadikan dasar dalam menjelaskan kepentingan nasional. Artinya setiap kebijakan yang memperkuat perekonomian suatu negara dapat dianggap sebagai suatu kepentingan nasional. Meningkatkan neraca perdagangan suatu negara, memperkuat industri, minyak dan gas dianggap sebagai suatu kepentingan nasional. Kedua, ideologi di mana kebanyakan negara baik secara formal maupun non formal menggunakan ideologi untuk memberikan legitimasi kepada kebijakan mereka. Bagi beberapa negara, faktor ideologi mempengaruhi kepentingan nasional. Ketiga, faktor militer, bahwa tanggung jawab utama dari sebuah negara adalah memberikan keamanan kepada warga

28 15 negaranya. Sehingga militer menjadi penting untuk kepentingan pertahanan dan keamanan sebuah negara (Papp 1997). Berdasarkan pernyataan diatas, kepentingan nasional dapat mempengaruhi power dan militer sebuah negara sehingga dapat menjadi lebih kuat dan besar. Oleh karena itu, Waltz (1979) menunjuk kepentingan nasional berdasarkan definisi power, artinya bahwa posisi power yang harus dimiliki negara merupakan pertimbangan utama yang memberikan bentuk kepada kepentingan nasional. Konsekuensi dari pemikiran tersebut adalah bahwa suatu tujuan nasional harus diukur menggunakan tolak ukur posisi power negara. Lebih lanjut dalam pemikiran Waltz, dijelaskan bahwa kepentingan nasional merupakan produkpolitik (perilaku atau kebijakan negara), dengan jalan mengamati unit-unit atau bagian-bagian yang membentuk sistem. Semua yang terjadi dalam politik internasional dalam kerangka Neorealism harus dijelaskan dengan melihat perilaku dan hubungan antar unit dalam sistem (Burchil 1996). Kepentingan nasional diakui sebagai konsep kunci dalam politik luar negeri. Artinya, bahwa keputusan dan tindakan politik luar negeri dapat didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan ideologis atau atas pertimbangan kepentingan (Burchil 1996, h.106). Kepentingan dan ideologis menjalin hubungan timbal balik dan saling mempengaruhi untuk membuat suatu kebijakan. Kepentingan nasional selalu berkaitan erat dengan keamanan, kesejahteraan, dan juga power (Steans & Pettiford 2001, h.20). Kepentingan nasional adalah kepentingan-kepentingan yang dimiliki oleh sebuah negara untuk menjaga kelangsungan hidup negara dan keamanan yang dihadapkan pada suatu politik

29 16 internasional (sebagai arena persaingan), serta untuk mencapai pertumbuhan kekayaan, ekonomi dan kekuasaan suatu negara (Stean & Pettiford 2001). Dari berbagai definisi tentang konsep kepentingan nasional, dalam skripsi ini akan dilihat bagaimana kepentingan nasional Amerika Serikat pada Jepang dalam cakupan kawasan Asia Timur. Amerika Serikat memiliki kepentingan terhadap kawasan ini, maka dari itu Jepang merupakan kunci utama bagi AS untuk tetap menjadi hegemon di kawasan Asia Timur. Apalagi dengan kebangkitan militer Tiongkok yang berideologi berbeda dengan AS, menjadikan AS semakin gencar melakukan aliansi militer dengan Jepang. Jadi dalam penulisan skripsi ini pertanyaan utama yang akan dijawab pada bab - bab berikutnya adalah mengenai kepentingan nasional AS dalam mendorong Jepang melakukan perubahan kebijakan pertahanan dan keamanan sebagai respon terhadap peningkatan kekuatan militer Tiongkok dan kepemilikan nuklir Korea Utara Konsep Aliansi Menurut Stephen M. Walt (1985) dalam tulisan Alliance Formation and the Ballance of World Power dengan teori terkenalnya ballance of threat, aliansi merupakan upaya negara bergabung dengan negara lain untuk menangkal ancaman bersama. Strategi yang aman yaitu bergabung dengan pihak yang mempunyai kepentingan terhadap ancaman bersama. Walt memberikan istilah balancing yaitu upaya menyatukan kapabilitas kekuatan dengan pihak lain untuk mengimbangi ancaman bersama. Ada alasan utama bagi negara untuk melakukan balancing yaitu jika negara tidak melakukan balancing, maka negara tersebut

30 17 mempunyai resiko untuk menerima dampak dari ancaman negara yang dianggap dapat mengancam. (Walt 1985). Dalam skripsi ini dibahas mengenai AS dan Jepang melakukan aliansi karena menganggap kekuatan Tiongkok dan Korea Utara sebagai ancaman bersama. Aliansi AS dan Jepang digunakan untuk melakukan balancing atau mengimbangi kekuatan terhadap ancaman militer dari kedua negara tersebut. Semakin kuatnya hubungan aliansi militer AS-Jepang dikarenakan keadaan security dilemma di kawasan yang dibuat oleh Tiongkok dan Korea Utara seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Menurut Robert Jervis (1978) dalam tulisan Cooperation under the Security Dilemma, semakin besar peningkatan militer suatu negara dapat menimbulkan kekhawatiran yaitu rasa tidak aman yang besar juga pada negara di sekitarnya. Strategi offense-defense dari Robert Jervis (1978) menjelaskan dalam keadaan security dilemma negara yang merasa terancam memiliki dua pilihan untuk merespon negara yang mengeluarkan ancaman, yaitu dengan bertindak menyerang langsung (offense) atau bertahan (defense) dengan memperkuat militernya (Jervis 1978). Pada penelitian skripsi ini, AS yang merasakan kekhawatiran terhadap perkembangan militer Korea Utara dan Tiongkok dan memilih merespon dengan cara bertahan (defense) dengan menggunakan strategi extended deterrence. Extended deterrence menurut Justin V. Anderson dan Jefrey A. Larsen (2013) dalam tulisan Extended Deterrence and Allied Assurance: Key Concepts and Current Challenges for U.S. Policy, merupakan sebuah strategi militer suatu negera, yaitu dengan membangun kekuatan militer pihak ketiga yang merupakan

31 18 mitra aliansi. Kekuatan dibangun untuk melindungi pihak ketiga dari ancaman sekaligus kekuatan militer yang dibangun digunakan sebagai alat provokasi pada pihak lawan (Anderson & Larsen 2013, h.5). Pada skripsi ini AS memberikan perlindungan Jepang pada hubungan aliansi militer AS-Jepang dari ancaman militer Tiongkok dan nuklir Korea Utara. Kekuatan aliansi militer AS-Jepang yang semakin juga digunakan sebagai alat untuk menghalangi (to deter) kekuatan Tiongkok dan Korea Utara. Strategi extended deterrence yang dipilih AS karena kawasan ini berjarak jauh dengan wilayah teritori AS. Meningkatkan kekuatan aliansi militer bersama Jepang merupakan pilihan yang tepat bagi AS untuk mengamankan kepentingan AS pada kawasan ini Kebijakan Luar Negeri Menurut Kenneth Waltz (1967) dalam tulisannya Foreign Policy and Democratic Politics: The American and British Experience, tidak ada tempat bagi pembuat kebijakan luar negeri dalam pandangan Waltz yang bebas dari struktur sistem. Sistem internasional membentuk cara negara berprilaku dan berinteraksi, termasuk dalam membuat kebijakan luar negeri. Bagi Waltz, bagaimanapun juga, kepentingan nasional terlihat beroperasi seperti sebuah sinyal otomatis yang memerintah para pemimpin negara ketika dan kapan harus bergerak. Pemimpin negara akan secara otomatis mengambil Kebijakan Luar Negeri berdasarkan kepentingan nasional yang dipengaruhi sistem (Waltz 1967). Gambaran Waltz pada pemimpin negara dalam menjalankan kebijakan luar negeri hampir menyerupai gambaran mekanis yang mana pilihan-pilihan mereka

32 19 dibentuk oleh hambatan-hambatan struktural internasional yang mereka hadapi, seperti ditekankan pada perkataan Waltz berikut: Kepentingan para penguasa, dan kemudian negara, membuat suatu rangkaian tindakan; kebutuhan kebijakan muncul dari persaingan negara yang diatur; kalkulasi yang berdasarkan pada kebutuhankebutuhan ini dapat menemukan kebijakan-kebijakan yang akan menjalankan dengan baik kepentingan-kepentingan negara; keberhasilan adalah ujian terakhir dari kebijakan itu, dan keberhasilan didefinisikan sebagai memelihara dan memperkuat negara. Hambatan-hambatan struktural pada sistem menjelaskan mengapa metode-metode tersebut digunakan berulang kali disamping perbedaaan-perbedaan dalam diri manusia dan negaranegara yang menggunakannya (Waltz 1979). Kebijakan luar negeri yaitu upaya suatu negara melalui keseluruhan sikap dan aktivitasnya untuk mengatasi dan memperoleh keuntungan dari lingkungan eksternalnya. Kebijakan luar negeri menurutnya ditujukan untuk memelihara dan mempertahankan kelangsungan hidup suatu negara. Lebih lanjut, menurut Rosenau, apabila kita mengkaji kebijakan luar negeri suatu negara maka kita akan memasuki fenomena yang luas dan kompleks, meliputi kehidupan internal (internal life) dan kebutuhan eksternal (eksternal needs) termasuk didalamnya adalah kehidupan internal dan eksternal seperti aspirasi, atribut nasional, kebudayaan, konflik, kapabilitas, institusi, dan aktivitas rutin yang ditujukan untuk mencapai dan memelihara identitas sosial, hukum, dan geografi suatu negara sebagai negara-bangsa (Yani 2007). Pada penelitian skripsi ini, Amerika Serikat mengeluarkan kebijakan luar negeri dalam mendorong perubahan kebijakan pertahanan dan keamanan Jepang. Kebijakan AS dalam membentuk hubungan aliansi militer bersama Jepang merupakan bentuk kebijakan luar negeri AS terhadap lingkungan eksternal (Jepang). Kebijakan luar negeri AS terkait dengan bentuk kerjasama aliansi bersama Jepang

33 20 tersebut, merupakan dalam rangka merespon persepsi ancaman kekuatan Tiongkok dan Korea Utara (pengaruh sistem internasional). Termasuk juga dengan kebijakan luar negeri AS yaitu the Pivot to Asia yang dipengaruhi oleh kekuatan militer Tiongkok dan Korea Utara. Perkembangan pesat militer Tiongkok dan Korea Utara mempengaruhi stabilitas kawasan Asia Timur yang berdampak pada kekhawatiran AS dan Jepang Teori Defensive Structural Realism Menurut John J. Mearsheimer (2007), teori structural realism menjelaskan bahwa untuk memperoleh kekuasaan adalah hal yang terpenting bagi teori ini dalam sistem politik internasional. Hal yang membedakan antara realisme klasik dengan structural realism disini adalah jika realisme klasik akan memandang itu sebagai kebutuhan dasar manusia yang pada hakekatnya selalu haus akan kekuasaan. Namun structural realism disini berpendapat bahwa sifat manusia tidak ada hubungannya dengan mengapa negara ingin berkuasa. Bahwa ini hanyalah sebuah strukturisasi dalam sistem internasional lah yang akhirnya memaksa suatu negara untuk memperoleh kekuasaan itu sendiri. Serta mempertahankan diri dengan membangun kekuatan pertahanan yang kuat merupakan pilihan yang penting bagi suatu negara untk bertahan (defense) dari pengaruh sistem internasional. Istilah defensive structural realism inilah yang menjelaskan perilaku negara yang memilih strategi bertahan (defense) dengan membangun pertahanan yang kuat atau menciptakan hubungan aliansi militer yang banyak (Mearsheimer 2007). Teori defensive structural realism juga menjelaskan bahwa mengejar hegemoni yang berlebihan itu hanyalah merupakan suatu bentuk ekspansi yang berlebihan. Negara dalam mempertahankan hidupnya tidak harus mengejar

34 21 kekuasaan, namun sebaliknya yaitu dengan mencapai jumlah kekuasaan yang sesuai. Tujuan utama dari setiap negara menurut teori ini adalah untuk tetap survive atau bertahan (defense) sebagai sebuah negara. Sebagaimanapun banyaknya tujuan-tujuan baik secara politik, sosial, ekonomi, keamanan dan pertahanan sebuah negara tetap tujuan utamanya adalah untuk bertahan hidup. Teori ini percaya bahwa dengan membatasi diri adalah solusi yang sesuai. Defensive structural realism percaya jika ada satu negara yang terlalu memaksimalkan power dan hegemoninya, hal ini justru akan memicu negaranegara lain untuk beraliansi dan berusaha untuk menandingi hegemoni yang dicapai negara tersebut (Mearsheimer 2007). Pada penelitian skripsi ini, Tiongkok dan Korea Utara memaksimalkan power dengan menjadi ancaman di kawasan Asia Timur yang berdampak pada kekhawatiran aliansi AS-Jepang. Skripsi ini berfokus pada level analisis sistem, dimana sistem internasional telah memaksa aliansi AS-Jepang memperkuat kekuatan militernya dan pada akhirnya AS mendorong perubahan kebijakan pertahanan dan keamanan Jepang. Sebagaimana yang telah dijelaskan teori defensive structural realism, pada skripsi ini aliansi AS-Jepang memilih strategi bertahan (defense) dengan membangun sistem pertahanan yang kuat dalam rangka untuk merespon perkembangan militer Tiongkok dan senjata rudal nuklir Korea Utara. 1.6 Metode Penelitian Pendekatan yang akan digunakan dalam skripsi ini adalah pendekatan kualitatif. Menurut John W. Creswell (1994) dalam buku yang berjudul Research Design: Qualitative and Quantitative Approaches, penelitian kualitatif adalah

35 22 suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada fenomena sosial dan masalah manusia, merupakan penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Pendekatan kualitatif untuk menunjang fakta yang terjadi dan dengan teori dapat menganalisa fenomena tersebut (Creswell 1994). Penelitian ini menggunakan metode penelitian yang bersifat deskriptif analitis, yaitu suatu cara untuk membuat gambaran dan analisa berbagai situasi yang menjadi bagian dari permasalahan yang ingin diteliti secara sistematis. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menghubungkan teori dengan data-data yang didapatkan melalui riset perpustakaan (library research), yaitu dari perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Daerah DKI Jakarta serta perpustakaan Universitas Indonesia. Data-data tersebut didapatkan dari buku-buku, jurnal, majalah, surat kabar dan sumber lainnya (document analysis). Selain itu, dalm skripsi ini juga menggunakan sarana internet dalam proses pengumpulan data yang berkaitan dan relevan dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini. Setelah terkumpul data data dianalisis dengan teori dan konsep yang digunakan sehingga menjawab pertanyaan penelitian skripsi ini. 1.7 Sistematika Penulisan Dalam penelitan ini skripsi ini dengan membagi menjadi lima bab, yang mana pada tiap bab memiliki inti penjelasan tersendiri. Berikut jabaran dari tiap bab pada penelitian ini: BAB I: PENDAHULUAN:

36 Latar Belakang Masalah 1.2 Pertanyaan Penelitian 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4 Tinjauan Pustaka 1.5 Kerangka Pemikiran 1.6 Metode Penelitian 1.7 Sistematika Penulisan BAB II: KERJASAMA KEAMANAN AMERIKA SERIKAT DAN JEPANG Sejarah Singkat Kerjasama Keamanan Amerika Serikat dan Jepang 2.2 Aliansi Keamanan Amerika Serikat dan Jepang BAB III: PERUBAHAN KEBIJAKAN PERTAHANAN DAN KEAMANAN JEPANG Bentuk Perubahan Kebijakan Pertahanan dan Keamanan Jepang Kekuatan Militer Jepang Teknologi Militer Jepang Tujuan Penggunaan Kekuatan Militer BAB IV : KEPENTINGAN AS DALAMMENDORONG PERUBAHAN KEBIJAKAN PERTAHANAN DAN KEAMANAN JEPANG 4.1 Peran Partai Politik dalam Kebijakan Luar Negeri AS 4.2 Faktor Penyebab AS Mendorong Perubahan Kebijakan Pertahanan dan Keamanan Jepang Amandemen Pasal 9 Konstitusi Jepang Peningkatan Kekuatan Militer Tiongkok Ancaman Senjata Nuklir Korea Utara 4.3 Kepentingan Amerika Serikat terhadap Perubahan Kebijakan Pertahanan dan Keamanan Jepang Stabilitas Kawasan Asia Timur Extended Deterrence terhadap Kekuatan Militer Tiongkok dan Korea Utara Pengamanan Jalur Perdagangan di Kawasan Asia Timur BAB V : KESIMPULAN

37 BAB II KERJASAMA KEAMANAN AMERIKA SERIKAT DAN JEPANG Pada latar belakang telah dijelaskan bahwa Amerika Serikat berkomitmen untuk menjadikan kawasan Asia Timur sebagai fokus utama politik internasional, dikarenakan Amerika Serikat menempatkan kawasan Asia Timur sebagai prioritas utama dalam kepentingan nasional mereka pada kawasan Asia Timur. Bab sebelumnya juga menjelaskan secara singkat latar belakang dari perubahan kebijakan pertahanan dan keamanan Jepang. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai sejarah dan bentuk kerjasama keamanan Amerika Serikat dan Jepang. Bab ini akan dibagi menjadi dua bagian, pertama sejarah singkat kerjasama keamanan AS-Jepang pada masa awal pasca Perang Dunia II sampai tahun 2005, dan kedua kerjasama keamanan AS-Jepang pada masa dari awal Jepang melakukan modernisasi militer sampai revisi terakhir aliansi militer AS-Jepang ( ). 2.1 Sejarah Singkat Kerjasama Keamanan AS - Jepang Kekalahan yang dialami Jepang pada Perang Dunia II memaksa Jepang menandatangani perjanjian kesepakatan yang berisi bahwa Jepang dikuasai Amerika Serikat untuk sementara waktu. Perjanjian ini berdampak pada campur tangan AS untuk kebijakan pertahanan dan keamanan Jepang yaitu pasal 9 Konstitusi 1947 (Irsan 2005). 24

38 25 Di bawah Konstitusi 1947, AS memaksa Jepang untuk tidak memiliki kekuatan militer dan memulai suatu pola yang secara jelas membagi ekonomi dan politik (Maswood 1990). Menurut Hikmahanto Juwana (1993) dalam tulisan yang berjudul Japan s Defence Conception and it s Implication For Southeast Asia, masalah pertahanan dan keamanan Jepang bersandar pada Amerika Serikat. Amerika menempatkan sejumlah pasukannya di Jepang untuk memelihara tatanan dan mempertahankan Jepang dari serangan luar. Jepang lebih fokus pada pembangunan ekonomi domestik negara daripada kebijakan pertahanannya. Jepang menyerahkan masalah pemeliharaan keamanannya kepada Amerika Serikat dalam sebuah perjanjian keamanan Jepang - Amerika Serikat tahun 1951 di San Francisco (Juwana 1993). Perjanjian San Francisco tahun 1951 mengakhiri konsekuensi dan segala urusan pada Perang Dunia II, serta adanya pembicaraan langkah awal mengenai aliansi militer AS dan Jepang. Sekitar 10 tahun kemudian U.S Japan Mutual Security Treaty ditandatangani. Pada tahun 1960 perjanjian ini direvisi sehingga berubah nama menjadi Treaty of Mutual Cooperation and Security (Japan Ministry of Defense 2007). Perjanjian militer ini memberikan hak untuk AS mendirikan pangkalan militer di wilayah Okinawa sebagai komitmen dalam memenuhi janji AS menjaga pertahanan Jepang. Di bawah ini peta dari pangkalan militer AS di Okinawa.

39 26 `Gambar 1: Pangkalan Militer AS di Okinawa pada Treaty of Mutual Cooperation and Security 1960 Sumber: Website resmi Kementerian Pertahanan Jepang diakses dari diakses pada 15 Juli 2014 Pangkalan AS di Pulau Okinawa terletak tepat di tengah-tengah wilayah yang sangat padat. Misalnya, Kota Kadena telah dipakai untuk Air Base Military (Pangkalan Militer Angkatan Udara). Pangkalan militer AS di kota ini telah mengambil 83% dari lahan Kota Kadena, dan menyisakan 17 % untuk warga di kota itu. Adapun daerah di Okinawa yang dijadikan tempat bagi pangkalan militer AS adalah Futenma Air Station, Kadena Air Base, Camp Hansen, Camp Schwab, Henoko, Stasiun Komunikasi Tori (Kodansha Encyclopedy of Japan 1983). Pada masa Perang Dingin strategi AS untuk terus membendung kekuatan komunis Uni Soviet adalah dengan sebanyak banyaknya membentuk aliansi. Jepang dijadikan sekutu aliansi oleh AS karena untuk membantu menangkal

40 27 kekuatan Soviet. Pada awal aliansi AS-Jepang terbentuk, anggota angkatan perang AS ditempatkan di Jepang termasuk personil Angkatan Darat, Marinir (dengan wing udara dan kapal amphibi), dan 230 pesawat tempur Angkatan Udara ditempatkan pada pangkalan militer di Okinawa (Karismaya 2013). Kapabilitas teknologi dan perindustrian canggih yang dimiliki Jepang merupakan hasil dari pemanfaatan teknologi militer yang diperoleh dari AS sejak 1960-an. Pertukaran teknologi dengan AS bagi Jepang merupakan suatu upaya untuk mendapatkan keuntungan lain dari bentuk aliansi militer. Jepang berhasil menyerap teknologi militer melalui lisensi produk persenjataan AS, yang dilandasi the Mutual Defence Assistance Agreement tahun 1954 (Rosa 2008). Sejak itu, Amerika Serikat dan Jepang semakin menjalin hubungan militer yang kuat. Pada tahun 1970 kerjasama militer AS-Jepang mengalami peninjauan kembali, hal yang terpenting dari revisi perjanjian ini adalah diberlakukannya anggaran militer Jepang sebesar 1% dari APBN. Sebelumnya, Jepang hanya diperbolehkan mengeluarkan anggaran militer di bawah 1% dari APBN. Hal ini menandakan bahwa AS mulai meminta Jepang untuk mengubah kebijakan pertahanan agar lebih mandiri dan tidak secara berlebihan berlindung pada payung militer AS (Akaha 1990). Ketika Perang Dingin berakhir pada awal 1990an, Perjanjian Keamanan Jepang-AS mulai melemah, hal ini memunculkan gagasan untuk mencari bentuk baru dari perjanjian Jepang-AS. Pada 17 April 1996 akhirnya Jepang dan AS

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global.

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global. BAB V PENUTUP Kebangkitan Cina di awal abad ke-21tidak dapat dipisahkan dari reformasi ekonomi dan modernisasi yang ia jalankan. Reformasi telah mengantarkan Cina menemukan momentum kebangkitan ekonominya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ini akan membahas mengenai kerja sama keamanan antara pemerintah Jepang dan pemerintah Australia. Hal ini menjadi menarik mengetahui kedua negara memiliki

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Six Party Talks merupakan sebuah mekanisme multilateral yang bertujuan untuk mewujudkan upaya denuklirisasi Korea Utara melalui proses negosiasi yang melibatkan Cina,

Lebih terperinci

Signifikasi Kawasan Asia Pasifik. Yesi Marince, S.Ip., M.Si

Signifikasi Kawasan Asia Pasifik. Yesi Marince, S.Ip., M.Si Signifikasi Kawasan Asia Pasifik Yesi Marince, S.Ip., M.Si A NEW WORLD AND ASIA PACIFIC ORDER Bagaimana Berakhirnya Perang Dingin mempengaruhi kawasan Asia Pasifik? 1. Alasan pelaksanaan containment policy

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian New Zealand merupakan negara persemakmuran dari negara Inggris yang selama Perang Dunia I (PD I) maupun Perang Dunia II (PD II) selalu berada di

Lebih terperinci

BAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010.

BAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010. BAB 4 KESIMPULAN Korea Utara sejak tahun 1950 telah menjadi ancaman utama bagi keamanan kawasan Asia Timur. Korea Utara telah mengancam Korea Selatan dengan invasinya. Kemudian Korea Utara dapat menjadi

Lebih terperinci

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea BAB V PENUTUP Tesis ini menjelaskan kompleksitas keamanan kawasan Asia Timur yang berimplikasi terhadap program pengembangan senjata nuklir Korea Utara. Kompleksitas keamanan yang terjadi di kawasan Asia

Lebih terperinci

Realisme dan Neorealisme I. Summary

Realisme dan Neorealisme I. Summary Realisme dan Neorealisme I. Summary Dalam tulisannya, Realist Thought and Neorealist Theory, Waltz mengemukakan 3 soal, yaitu: 1) pembentukan teori; 2) kaitan studi politik internasional dengan ekonomi;

Lebih terperinci

Kemunduran Amerika Serikat dilihat sebagai sebuah kemunduran yang bersifat

Kemunduran Amerika Serikat dilihat sebagai sebuah kemunduran yang bersifat Kesimpulan Amerika Serikat saat ini adalah negara yang sedang mengalami kemunduran. Kemunduran Amerika Serikat dilihat sebagai sebuah kemunduran yang bersifat relatif; karena disaat kemampuan ekonomi dan

Lebih terperinci

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang. BAB V KESIMPULAN Asia Tenggara merupakan kawasan yang memiliki potensi konflik di masa kini maupun akan datang. Konflik perbatasan seringkali mewarnai dinamika hubungan antarnegara di kawasan ini. Konflik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketika Perang Dunia Pertama terjadi, tren utama kebijakan luar negeri Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua terjadi Amerika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasca kekalahannya dalam Perang Dunia II, Jepang berusaha untuk bangkit kembali menjadi salah satu kekuatan besar di dunia. Usaha Jepang untuk bangkit kembali dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Kepemilikan senjata nuklir oleh suatu negara memang menjadikan perubahan konteks politik internasional menjadi rawan konflik mengingat senjata tersebut memiliki

Lebih terperinci

UAS ASIA TIMUR OKKY LARAS SAKTI

UAS ASIA TIMUR OKKY LARAS SAKTI UAS ASIA TIMUR OKKY LARAS SAKTI 44312098 1. Perkembangan hubungan luar negeri antara Tiongkok- Korea Selatan semakin hari semakin membaik, hal ini terbukti dengan adanya pertemuan dua petinggi Negara Tiongkok-

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Bab ini merupakan kesimpulan dari penelitian skripsi peneliti yang berjudul Peran New Zealand dalam Pakta ANZUS (Australia, New Zealand, United States) Tahun 1951-.

Lebih terperinci

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika BAB V KESIMPULAN Amerika Serikat merupakan negara adikuasa dengan dinamika kebijakan politik luar negeri yang dinamis. Kebijakan luar negeri yang diputuskan oleh Amerika Serikat disesuaikan dengan isu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjaga keamanan nasional sekaligus memenuhi kepentingan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjaga keamanan nasional sekaligus memenuhi kepentingan nasional. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekuatan militer merupakan salah satu aspek penting dalam menjaga stabilitas negara. Semua negara termasuk Indonesia membangun kekuatan militernya untuk menjaga keamanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jepang merupakan negara yang unik karena konsep pasifis dan anti militer yang dimilikinya walaupun memiliki potensi besar untuk memiliki militer yang kuat. Keunikan

Lebih terperinci

MUNDURNYA YUKIO HATOYAMA SEBAGAI PERDANA MENTERI JEPANG

MUNDURNYA YUKIO HATOYAMA SEBAGAI PERDANA MENTERI JEPANG MUNDURNYA YUKIO HATOYAMA SEBAGAI PERDANA MENTERI JEPANG Resume Fransiskus Carles Malek 151050084 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asia Tenggara merupakan suatu kawasan di Asia yang memiliki sekitar

BAB I PENDAHULUAN. Asia Tenggara merupakan suatu kawasan di Asia yang memiliki sekitar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Asia Tenggara merupakan suatu kawasan di Asia yang memiliki sekitar 80% merupakan wilayah lautan. Hal ini menjadikan kawasan Asia Tenggara sebagai jalur alur

Lebih terperinci

JURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA

JURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA UPAYA JEPANG DALAM MENJAGA STABILITAS KEAMANAN KAWASAN ASIA TENGGARA RESUME SKRIPSI Marsianaa Marnitta Saga 151040008 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. McNally and Company, Chicago, 1967

BAB I PENDAHULUAN. McNally and Company, Chicago, 1967 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Posisi Laut Cina Selatan sebagai jalur perairan utama dalam kebanyakan ekspedisi laut, yang juga berada diantara negara-negara destinasi perdagangan, dan terlebih lagi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Laut China Selatan sebagai perairan semi tertutup telah berstatus konflik. Konflik yang

BAB V KESIMPULAN. Laut China Selatan sebagai perairan semi tertutup telah berstatus konflik. Konflik yang BAB V KESIMPULAN Fenomena hubungan internasional pada abad ke-20 telah diwarnai dengan beberapa konflik. Terutama di Kawasan Asia Pasifik atau lebih tepatnya kawasan Laut China Selatan. Laut China Selatan

Lebih terperinci

MUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM

MUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM MUHAMMAD NAFIS 140462201067 PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM Translated by Muhammad Nafis Task 8 Part 2 Satu hal yang menarik dari program politik luar negeri Jokowi adalah pemasukan Samudera Hindia sebagai

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Abdulgani, H. Roeslan, Ganyang Setiap Bentuk Neo-Kolonialisme yang Mengepung Republik Indonesia, dalam Indonesia, 1964-B

DAFTAR PUSTAKA. Abdulgani, H. Roeslan, Ganyang Setiap Bentuk Neo-Kolonialisme yang Mengepung Republik Indonesia, dalam Indonesia, 1964-B BAB V KESIMPULAN Jepang menjadi lumpuh akibat dari kekalahanya pada perang dunia ke dua. Namun, nampaknya karena kondisi politik internasional yang berkembang saat itu, menjadikan pemerintah pendudukan

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PEMERINTAHAN JEPANG DAN TRANFORMASI KEBIJAKAN KEAMANAN DAN DEPARTEMEN KEAMANAN JEPANG

BAB III SISTEM PEMERINTAHAN JEPANG DAN TRANFORMASI KEBIJAKAN KEAMANAN DAN DEPARTEMEN KEAMANAN JEPANG BAB III SISTEM PEMERINTAHAN JEPANG DAN TRANFORMASI KEBIJAKAN KEAMANAN DAN DEPARTEMEN KEAMANAN JEPANG Pada bab ini, penulis akan menjelaskan sistem pemerintahan Jepang dan transformasi kebijakan kemanan

Lebih terperinci

untuk memastikan agar liberalisasi tetap menjamin kesejahteraan sektor swasta. Hasil dari interaksi tersebut adalah rekomendasi sektor swasta yang

untuk memastikan agar liberalisasi tetap menjamin kesejahteraan sektor swasta. Hasil dari interaksi tersebut adalah rekomendasi sektor swasta yang Bab V KESIMPULAN Dalam analisis politik perdagangan internasional, peran politik dalam negeri sering menjadi pendekatan tunggal untuk memahami motif suatu negara menjajaki perjanjian perdagangan. Jiro

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. II, di era 1950-an ialah Perdana Menteri Yoshida Shigeru. Ia dikenal karena

BAB I PENDAHULUAN. II, di era 1950-an ialah Perdana Menteri Yoshida Shigeru. Ia dikenal karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasca kekalahan dalam Perang Dunia II, Jepang berusaha bangkit menjadi salah satu kekuatan besar di dunia. Perdana Menteri yang berpengaruh pasca PD II, di

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Strategi keamanan..., Fitria Purnihastuti, FISIP UI, 2008

BAB IV PENUTUP. Strategi keamanan..., Fitria Purnihastuti, FISIP UI, 2008 BAB IV PENUTUP A.Kesimpulan Sangat jelas terlihat bahwa Asia Tengah memerankan peran penting dalam strategi China di masa depan. Disamping oleh karena alasan alasan ekonomi, namun juga meluas menjadi aspek

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. I.6.1 Kelemahan Organisasi Internasional secara Internal I.6.2 Kelemahan Organisasi Internasional dari Pengaruh Aktor Eksternal...

DAFTAR ISI. I.6.1 Kelemahan Organisasi Internasional secara Internal I.6.2 Kelemahan Organisasi Internasional dari Pengaruh Aktor Eksternal... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR GRAFIK... iii DAFTAR SINGKATAN... iii ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv BAB I PENDAHULUAN... 1 I.1 Latar Belakang... 1 I.2 Rumusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Rinrin Desti Apriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Rinrin Desti Apriani, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Invasi dan pendudukan Vietnam ke Kamboja yang dilakukan pada akhir tahun 1978 merupakan peristiwa yang begitu mengejutkan baik bagi Kamboja sendiri maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. <http://www.japantimes.co.jp/news/2013/06/01/world/the-evolution-of-ticad-since-its-inception-in-1993/>, diakses 16 Juni 2016.

BAB I PENDAHULUAN. <http://www.japantimes.co.jp/news/2013/06/01/world/the-evolution-of-ticad-since-its-inception-in-1993/>, diakses 16 Juni 2016. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak kebijakan ODA Jepang mulai dijalankan pada tahun 1954 1, ODA pertama kali diberikan kepada benua Asia (khususnya Asia Tenggara) berupa pembayaran kerusakan akibat

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA TRANSFORMASI PERTAHANAN JEPANG PASCA PERANG DINGIN (1990-2007) SEBAGAI BENTUK ADAPTASI JEPANG TERHADAP PERKEMBANGAN KEAMANAN INTERNASIONAL DAN RESPON NEGARA ASIA TENGGARA TERHADAP

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN 1. Umum. Pertahanan negara sebagai salah satu fungsi pemerintahan negara merupakan

Lebih terperinci

PENGARUH IMPLEMENTASI KEBIJAKAN EXTENDED DETERRENCE AMERIKA SERIKAT TERHADAP KONDISI STABILITAS KEAMANAN SEMENANJUNG KOREA

PENGARUH IMPLEMENTASI KEBIJAKAN EXTENDED DETERRENCE AMERIKA SERIKAT TERHADAP KONDISI STABILITAS KEAMANAN SEMENANJUNG KOREA ejournal Ilmu Hubungan Internasional, 2017, 5(4) 1331-1338 ISSN 2477-2623 (online), ISSN 2477-2615 (print), ejournal.hi.fisip-unmul.ac.id Copyright 2016 PENGARUH IMPLEMENTASI KEBIJAKAN EXTENDED DETERRENCE

Lebih terperinci

dalam membangun kekuatan pertahanan mengedepankan konsep pertahanan berbasis kemampuan anggaran (capability-based defence) dengan tetap

dalam membangun kekuatan pertahanan mengedepankan konsep pertahanan berbasis kemampuan anggaran (capability-based defence) dengan tetap BAB V PENUTUP Sejak reformasi nasional tahun 1998 dan dilanjutkan dengan reformasi pertahanan pada tahun 2000 sistem pertahanan Indonesia mengalami transformasi yang cukup substansial, TNI sebagai kekuatan

Lebih terperinci

PERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM

PERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM PERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM Sebelum PD I studi Hubungan Internasional lebih banyak berorientasi pada sejarah diplomasi dan hukum internasional Setelah PD I mulai ada

Lebih terperinci

2 dunia. Kerjasama yang terjalin diantara negara-negara menjadikan status antar negara adalah partner bukan musuh sehingga keinginan untuk saling bers

2 dunia. Kerjasama yang terjalin diantara negara-negara menjadikan status antar negara adalah partner bukan musuh sehingga keinginan untuk saling bers BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi telah menjadi fenomena yang terjadi secara global yang cukup mempengaruhi tatanan dunia hubungan internasional dewasa ini. Globalisasi merupakan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerja sama merupakan upaya yang dilakukan oleh perseorangan, kelompok maupun negara untuk mencapai kepentingan bersama. Lewat bekerjasama, tentu saja seseorang, kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara merupakan salah satu subjek hukum internasional. Sebagai subjek hukum internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Jepang adalah negara kepulauan yang terdiri dari 3000 pulau bahkan lebih. Tetapi hanya ada empat pulau besar yang merupakan pulau utama di negara Jepang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan Eropa Barat membuat suatu kebijakan dengan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan Eropa Barat membuat suatu kebijakan dengan memberikan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Skripsi ini akan mengupas mengenai alasan kebijakan luar negeri Uni Eropa memberikan dukungan terhadap Ukraina dalam kasus konflik gerakan separatisme pro-rusia di Ukraina.

Lebih terperinci

DIALOG KOREA UTARA-KOREA SELATAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEAMANAN KAWASAN

DIALOG KOREA UTARA-KOREA SELATAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEAMANAN KAWASAN Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Gd. Nusantara I Lt. 2 Jl. Jend. Gatot Subroto Jakarta Pusat - 10270 c 5715409 d 5715245 m infosingkat@gmail.com BIDANG HUBUNGAN INTERNASIONAL KAJIAN SINGKAT TERHADAP

Lebih terperinci

Kebijakan Jepang terhadap Uji Coba Senjata oleh Korea Utara

Kebijakan Jepang terhadap Uji Coba Senjata oleh Korea Utara Kebijakan Jepang terhadap Uji Coba Senjata oleh Korea Utara Sandyka Kurniawan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Ilmu Hubungan Internasional, Yogyakarta, Indonesia sandykakur@gmail.com Abstract This

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. baru dengan adanya terobosan Kebijakan Pembangunan Pangkalan Militer

BAB V KESIMPULAN. baru dengan adanya terobosan Kebijakan Pembangunan Pangkalan Militer BAB V KESIMPULAN Perjalanan sejarah strategi kekuatan militer China telah memasuki babak baru dengan adanya terobosan Kebijakan Pembangunan Pangkalan Militer China di Djibouti, Afrika pada Tahun 2016.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini menggunakan kajian pustaka yang berkaitan mengenai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini menggunakan kajian pustaka yang berkaitan mengenai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Kajian Pustaka Penelitian ini menggunakan kajian pustaka yang berkaitan mengenai respon negara terhadap terorisme serta upaya-upaya yang dilakukan negara untuk menangani terorisme.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang patut diperhitungkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang patut diperhitungkan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Jepang merupakan salah satu negara yang patut diperhitungkan dalam perekonomian dunia. Jepang dewasa ini menjadi negara yang paling maju di Asia bahkan di

Lebih terperinci

RESUME. bagian selatan yang juga merupakan benua terkecil di dunia. Di sebelah. barat Australia berbatasan dengan Indonesia dan Papua New Guinea,

RESUME. bagian selatan yang juga merupakan benua terkecil di dunia. Di sebelah. barat Australia berbatasan dengan Indonesia dan Papua New Guinea, RESUME Australia adalah sebuah negara yang terdapat di belahan bumi bagian selatan yang juga merupakan benua terkecil di dunia. Di sebelah barat Australia berbatasan dengan Indonesia dan Papua New Guinea,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK FILIPINA TENTANG KEGIATAN KERJASAMA DI BIDANG PERTAHANAN

Lebih terperinci

Keterangan Pers Bersama Presiden RI dan Presiden Korsel, Seoul, 16 Mei 2016 Senin, 16 Mei 2016

Keterangan Pers Bersama Presiden RI dan Presiden Korsel, Seoul, 16 Mei 2016 Senin, 16 Mei 2016 Keterangan Pers Bersama Presiden RI dan Presiden Korsel, Seoul, 16 Mei 2016 Senin, 16 Mei 2016 KETERANGAN PERS BERSAMA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DAN PRESIDEN KOREA SELATAN KUNJUNGAN KENEGARAAN KE KOREA

Lebih terperinci

Sumber-sumber kemasyarakatan merupakan aspek dari non pemerintah dari suatu system politik yang mempengaruhi tingkah laku eksternal negaranya.

Sumber-sumber kemasyarakatan merupakan aspek dari non pemerintah dari suatu system politik yang mempengaruhi tingkah laku eksternal negaranya. Politik Luar Negeri Amerika Serikat Interaksi antarnegara dalam paradigma hubungan internasional banyak ditentukan oleh politik luar negeri negara tersebut. Politik luar negeri tersebut merupakan kebijaksanaan

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008.

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008. BAB 5 KESIMPULAN Kecurigaan utama negara-negara Barat terutama Amerika Serikat adalah bahwa program nuklir sipil merupakan kedok untuk menutupi pengembangan senjata nuklir. Persepsi negara-negara Barat

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Analisa penelitian ini ditujukan untuk menjawab pertanyaan penelitian dan membuktikan jawaban awal yang telah dirumuskan. Penelitian ini menjelaskan alasan Venezeula menggunakan

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Six Party Talks merupakan sebuah mekanisme multilateral yang bertujuan untuk mewujudkan upaya denuklirisasi Korea Utara melalui proses negosiasi yang melibatkan Cina,

Lebih terperinci

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara ASEAN didirikan di Bangkok 8 Agustus 1967 oleh Indonesia, Malaysia,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Islam, telah membawa pengaruh dala etnis dan agama yang dianut.

BAB V KESIMPULAN. Islam, telah membawa pengaruh dala etnis dan agama yang dianut. BAB V KESIMPULAN Yugoslavia merupakan sebuah negara yang pernah ada di daerah Balkan, di sebelah tenggara Eropa. Yugoslavia telah menoreh sejarah panjang yang telah menjadi tempat perebutan pengaruh antara

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM

BAB II GAMBARAN UMUM BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. Jepang Pasca Perang Dunia II Pada saat Perang Dunia II, Jepang sebagai negara penyerang menduduki negara Asia, terutama Cina dan Korea. Berakhirnya Perang Dunia II merupakan kesempatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan Jepang menyerah kepada sekutu. sendiri, pemerintahan Jepang yang dibawah Supreme Commander for the Allied

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan Jepang menyerah kepada sekutu. sendiri, pemerintahan Jepang yang dibawah Supreme Commander for the Allied BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa menjelang hingga Perang Dunia II kekuatan militer Jepang telah memperlihatkan kekuatannya dengan dibuktikan menduduki sebagian besar Tiongkok dan Semenanjung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. News. Retrieved from

BAB I PENDAHULUAN. News. Retrieved from BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak Jepang kalah Perang Dunia II pada tahun 1945 Jepang harus menyerah tanpa syarat kepada pihak sekutu yang dipimpin oleh Amerika. Sejak saat itu banyak sekali campur

Lebih terperinci

Pendahuluan. Selatan. Negara ini memiliki garis pantai sepanjang 1,046-kilometer

Pendahuluan. Selatan. Negara ini memiliki garis pantai sepanjang 1,046-kilometer Pendahuluan A. Latar Belakang Pakistan merupakan salah satu negara yang terletak diwilayah Asia Selatan. Negara ini memiliki garis pantai sepanjang 1,046-kilometer (650 mi) dengan Laut Arab dan Teluk Oman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat berlangsungnya Perang Dingin antara Blok Barat dengan Blok Timur, Vietnam ikut terlibat dalam Perang Vietnam melawan Amerika Serikat (AS). Blok barat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak Orde Baru memegang kekuasaan politik di Indonesia sudah banyak terjadi perombakan-perombakan baik dalam tatanan politik dalam negeri maupun politik luar negeri.

Lebih terperinci

1 BAB I 2 PENDAHULUAN

1 BAB I 2 PENDAHULUAN 1 1 BAB I 2 PENDAHULUAN 2.1 1.1 Latar Belakang Masalah Hubungan diplomatik yang terjadi antara dua negara tentu dapat meningkatkan keuntungan antara kedua belah pihak negara dan berjalan dengan lancar.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK DEMOKRATIK TIMOR- LESTE TENTANG AKTIFITAS KERJA SAMA DIBIDANG PERTAHANAN

Lebih terperinci

Amerika Tanam Pengaruh di Asia Sejak Desember 1949

Amerika Tanam Pengaruh di Asia Sejak Desember 1949 Amerika Tanam Pengaruh di Asia Sejak Desember 1949 http://forum.viva.co.id/showthread.php?t=1896354 Jika kita telisik lebih mendalam, sebenarnya kebijakan strategis AS untuk menguasai dan menanam pengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat merupakan negara adikuasa yang memiliki pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat merupakan negara adikuasa yang memiliki pengaruh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Amerika Serikat merupakan negara adikuasa yang memiliki pengaruh sangat besar bagi ekonomi dunia. Secara politik, Amerika Serikat merupakan negara demokrasi

Lebih terperinci

UPAYA JEPANG DIBAWAH PEMERINTAHAN SHINZO ABE DALAM MENINGKATKAN PERTAHANAN MILITER. Oleh. Abstract

UPAYA JEPANG DIBAWAH PEMERINTAHAN SHINZO ABE DALAM MENINGKATKAN PERTAHANAN MILITER. Oleh. Abstract UPAYA JEPANG DIBAWAH PEMERINTAHAN SHINZO ABE DALAM MENINGKATKAN PERTAHANAN MILITER Oleh Ananda F Ayu 1, Christy Damayanti 2, Herning Suryo 3 Abstract This study describes how Japan's efforts to improve

Lebih terperinci

2015 DAMPAK DOKTRIN BREZHNEV TERHADAP PERKEMBANGAN POLITIK DI AFGHANISTAN

2015 DAMPAK DOKTRIN BREZHNEV TERHADAP PERKEMBANGAN POLITIK DI AFGHANISTAN 1 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Setelah berakhirnya perang dunia kedua, muncul dua kekuatan besar di dunia yaitu Uni Soviet dan Amerika Serikat. Kedua negara ini saling bersaing untuk

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Islam masuk ke Rusia tidak lama setelah kemunculannya pada pertengahan kedua

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Islam masuk ke Rusia tidak lama setelah kemunculannya pada pertengahan kedua BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian pada bab sebelumnya, maka, dapat disimpulkan bahwa, Rusia merupakan negara yang memiliki latar belakang sejarah Islam. Islam masuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena kekalahannya dalam Perang Dunia II. Jendral Douglas MacArthur yang

BAB I PENDAHULUAN. karena kekalahannya dalam Perang Dunia II. Jendral Douglas MacArthur yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada tahun 1952 Jepang mulai menata kembali kehidupan politiknya setelah tentara Amerika Serikat mulai menduduki Jepang pada tanggal 2 September 1945 karena

Lebih terperinci

PEMANFAATAN KERJASAMA LUAR NEGERI UNTUK PENINGKATAN KEPENTINGAN NASIONAL

PEMANFAATAN KERJASAMA LUAR NEGERI UNTUK PENINGKATAN KEPENTINGAN NASIONAL PEMANFAATAN KERJASAMA LUAR NEGERI UNTUK PENINGKATAN KEPENTINGAN NASIONAL Oleh: Triyono Wibowo Dubes/Watapri Wina PENDAHULUAN 1. Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan

Lebih terperinci

PERDAMAIAN DI SEMENANJUNG KOREA PASCA-PERTEMUAN MOON JAE-IN DAN KIM JONG UN

PERDAMAIAN DI SEMENANJUNG KOREA PASCA-PERTEMUAN MOON JAE-IN DAN KIM JONG UN Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Gd. Nusantara I Lt. 2 Jl. Jend. Gatot Subroto Jakarta Pusat - 10270 c 5715409 d 5715245 m infosingkat@gmail.com BIDANG HUBUNGAN INTERNASIONAL KAJIAN SINGKAT TERHADAP

Lebih terperinci

Daftar Pustaka. Affairs, D. o. (2007). World Population Prospect The 2006 Revision. New York: United Nations.

Daftar Pustaka. Affairs, D. o. (2007). World Population Prospect The 2006 Revision. New York: United Nations. Daftar Pustaka Abe, S. (2015, April 29). Embassy of Japan in the United States. Retrieved November 17, 2016, from Embassy of Japan in the United States: http://www.us.embjapan.go.jp/english/html/towards_alliance_of_hope.pdf

Lebih terperinci

PROLIFERASI SENJATA NUKLIR DEWI TRIWAHYUNI

PROLIFERASI SENJATA NUKLIR DEWI TRIWAHYUNI PROLIFERASI SENJATA NUKLIR DEWI TRIWAHYUNI 1 Introduksi: Isu proliferasi senjata nuklir merupaka salah satu isu yang menonjol dalam globalisasi politik dunia. Pentingnya isu nuklir terlihat dari dibuatnya

Lebih terperinci

SINGKATAN DAN ISTILAH...

SINGKATAN DAN ISTILAH... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR GRAFIK... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR SINGKATAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN INTERNASIONAL DI ASIA TENGGARA PADA ERA PERANG DINGIN. Dewi Triwahyuni

HUBUNGAN INTERNASIONAL DI ASIA TENGGARA PADA ERA PERANG DINGIN. Dewi Triwahyuni HUBUNGAN INTERNASIONAL DI ASIA TENGGARA PADA ERA PERANG DINGIN Dewi Triwahyuni International Relation Department, UNIKOM 2013 Backgroud History 1950an 1980an Hubungan internasional di Asia Tenggara pada

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAKSI... i

DAFTAR ISI. ABSTRAKSI... i DAFTAR ISI ABSTRAKSI... i ABSTRACT....ii DAFTAR ISI...iii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR SINGKATAN... v BAB I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang Masalah... 1 1.2 Rumusan Masalah... 3 1.3 Tinjauan Pustaka...

Lebih terperinci

---ooo--- Anugerah Nontji, 28 Juni 2012

---ooo--- Anugerah Nontji, 28 Juni 2012 DUGONG vs RUMSFELD Dugong (Dugong dugon) telah dinyatakan rentan punah ( vulnerable) oleh IUCN (International Union for the Conservation of Nature). Usaha konservasinya menjadi perhatian dan sekaligus

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF ACTS OF NUCLEAR TERRORISM (KONVENSI INTERNASIONAL PENANGGULANGAN TINDAKAN

Lebih terperinci

dalam merespon serangkaian tindakan provokatif Korea Selatan dalam bentuk latihan gabungan dalam skala besar yang dilakukan secara rutin, dan

dalam merespon serangkaian tindakan provokatif Korea Selatan dalam bentuk latihan gabungan dalam skala besar yang dilakukan secara rutin, dan BAB V KESIMPULAN Secara keseluruhan, upaya kelima negara China, Jepang, Korea Selatan, Taiwan, dan Korea Utara dalam meningkatkan kekuatan pertahanannya dilakukan untuk memberikan daya gentar terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Iran merupakan negara salah satu dengan penghasilan minyak bumi terbesar di

BAB I PENDAHULUAN. Iran merupakan negara salah satu dengan penghasilan minyak bumi terbesar di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Iran merupakan negara salah satu dengan penghasilan minyak bumi terbesar di dunia. Negara para mullah ini menduduki posisi ke-5 didunia setelah mengalahkan negara

Lebih terperinci

turut melekat bagi negara-negara di Eropa Timur. Uni Eropa, AS, dan NATO menanamkan pengaruhnya melalui ide-ide demokrasi yang terkait dengan ekonomi,

turut melekat bagi negara-negara di Eropa Timur. Uni Eropa, AS, dan NATO menanamkan pengaruhnya melalui ide-ide demokrasi yang terkait dengan ekonomi, BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dengan berbagai aspek yang telah dinilai oleh pembuat kebijakan di Montenegro untuk bergabung dalam NATO, terdapat polemik internal dan eksternal yang diakibatkan oleh kebijakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia pada periode 24 28 mulai menunjukkan perkembangan yang pesat. Kondisi ini sangat memengaruhi perekonomian dunia. Tabel 1 menunjukkan

Lebih terperinci

KONFLIK & MANAJEMEN KONFLIK DI ASIA TENGGARA PASKA PERANG DINGIN DALAM PERSPEKTIF KEAMANAN TRADISIONAL DEWI TRIWAHYUNI

KONFLIK & MANAJEMEN KONFLIK DI ASIA TENGGARA PASKA PERANG DINGIN DALAM PERSPEKTIF KEAMANAN TRADISIONAL DEWI TRIWAHYUNI KONFLIK & MANAJEMEN KONFLIK DI ASIA TENGGARA PASKA PERANG DINGIN DALAM PERSPEKTIF KEAMANAN TRADISIONAL DEWI TRIWAHYUNI Introduksi Perbedaan Latar belakang sejarah, status ekonomi, kepentingan nasional,

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin

BAB IV KESIMPULAN. Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin BAB IV KESIMPULAN Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin memiliki implikasi bagi kebijakan luar negeri India. Perubahan tersebut memiliki implikasi bagi India baik pada

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. di dunia. Dimana power suatu negara tidak hanya dapat di ukur melalui kekuatan

BAB IV PENUTUP. di dunia. Dimana power suatu negara tidak hanya dapat di ukur melalui kekuatan BAB IV PENUTUP Kesimpulan Perkembangan senjata nuklir sejak dijatuhkannya bom atom di Hiroshima dan Nagasaki hingga saat ini telah mempengaruhi politik luar negeri antara negara-negara di dunia. Dimana

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Dalam bab ini, penulis akan menuliskan kesimpulan dari bab-bab. sebelumnya yang membahas mengenai kelompok pemberontak ISIS dan

BAB IV KESIMPULAN. Dalam bab ini, penulis akan menuliskan kesimpulan dari bab-bab. sebelumnya yang membahas mengenai kelompok pemberontak ISIS dan BAB IV KESIMPULAN Dalam bab ini, penulis akan menuliskan kesimpulan dari bab-bab sebelumnya yang membahas mengenai kelompok pemberontak ISIS dan kebijakan politik luar negeri Rusia terhadap keberadaan

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan. Seperti negara-negara lain, Republik Turki juga telah menjalin kerja sama

BAB V. Kesimpulan. Seperti negara-negara lain, Republik Turki juga telah menjalin kerja sama BAB V Kesimpulan Seperti negara-negara lain, Republik Turki juga telah menjalin kerja sama ekonomi melalui perjanjian perdagangan bebas dengan beberapa negara secara bilateral, seperti perjanjian perdagangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara ini mulai berdiri ketika Pemerintahan Uni Soviet berakhir, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Negara ini mulai berdiri ketika Pemerintahan Uni Soviet berakhir, yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rusia adalah sebuah Negara baru bekas pecahan dari Uni Soviet. Negara ini mulai berdiri ketika Pemerintahan Uni Soviet berakhir, yaitu setelah pada tanggal 25

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat membuat Jepang termotivasi untuk melakukan ekspansi wilayah ke

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat membuat Jepang termotivasi untuk melakukan ekspansi wilayah ke BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dinamika militer mewarnai sejarah militer Jepang dimasa sebelum dan pasca Perang Dunia II. Sebelum kekalahannya dalam Perang Dunia II, Jepang dikenal akan kekuatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pendekatan monodisipliner sejarah, peristiwa netralnya

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pendekatan monodisipliner sejarah, peristiwa netralnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan pendekatan monodisipliner sejarah, peristiwa netralnya Spanyol pada Perang Dunia II tahun 1939-1945 merupakan kejadian tunggal yang tidak dipengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada awal tahun 1957 dengan dukungan dari Amerika Serikat. 1 Pada saat itu

BAB I PENDAHULUAN. pada awal tahun 1957 dengan dukungan dari Amerika Serikat. 1 Pada saat itu BAB I A. Latar Belakang PENDAHULUAN Iran meluncurkan program pengembangan energi nuklir pertamanya pada awal tahun 1957 dengan dukungan dari Amerika Serikat. 1 Pada saat itu Iran dan Amerika Serikat memang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh dari sistem internasional yang sedang terjadi saat itu. Sistem internasional

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh dari sistem internasional yang sedang terjadi saat itu. Sistem internasional BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut paham Neorealisme, setiap tindakan, aktivitas, kepentingan, serta kebijakan luar negeri yang diambil oleh suatu negara adalah karena adanya pengaruh dari sistem

Lebih terperinci

cambuk, potong tangan, dan lainnya dilaksanakan oleh Monarki Arab Saudi. Selain hal tersebut, Monarki Arab Saudi berusaha untuk meningkatkan

cambuk, potong tangan, dan lainnya dilaksanakan oleh Monarki Arab Saudi. Selain hal tersebut, Monarki Arab Saudi berusaha untuk meningkatkan BAB V KESIMPULAN Arab Saudi merupakan negara dengan bentuk monarki absolut yang masih bertahan hingga saat ini. Namun pada prosesnya, eksistensi Arab Saudi sering mengalami krisis baik dari dalam negeri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun 1980. Globalisasi selain memberikan dampak positif, juga memberikan dampak yang mengkhawatirkan bagi negara yang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2008 TENTANG PENGESAHAN CHARTER OF THE ASSOCIATION OF SOUTHEAST ASIAN NATIONS (PIAGAM PERHIMPUNAN BANGSA-BANGSA ASIA TENGGARA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1997 TENTANG PENGESAHAN TREATY ON THE SOUTHEAST ASIA NUCLEAR WEAPON FREE ZONE (TRAKTAT KAWASAN BEBAS SENJATA NUKLIR DI ASIA TENGGARA) DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pertahanan

Lebih terperinci