PEMANFAATAN KERJASAMA LUAR NEGERI UNTUK PENINGKATAN KEPENTINGAN NASIONAL
|
|
- Veronika Pranoto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PEMANFAATAN KERJASAMA LUAR NEGERI UNTUK PENINGKATAN KEPENTINGAN NASIONAL Oleh: Triyono Wibowo Dubes/Watapri Wina PENDAHULUAN 1. Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Tahun , agenda pembangunan nasional disusun untuk menciptakan Indonesia yang aman dan damai, mewujudkan Indonesia yang adil dan demokratis, dan meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia. Setiap agenda pembangunan memiliki sasaran pokok masing-masing, yang selanjutnya dilaksanakan dengan memberikan prioritas dan arah kebijakan pembangunannya. 2. Salah satu sasaran pokok agenda pembangunan peningkatan kesejahteraan rakyat Indonesia adalah menurunnya jumlah penduduk miskin menjadi 8,2 persen pada tahun 2009 serta terciptanya lapangan kerja yang mampu mengurangi pengangguran terbuka menjadi 5,1 persen pada tahun 2009 dengan didukung oleh stabilitas ekonomi yang tetap terjaga. Untuk mencapai sasaran tersebut disusun beberapa prioritas dan arah kebijakan pembangunan, yang salah satunya adalah peningkatan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi. 3. Kebijakan peningkatan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) diarahkan untuk (a) meningkatkan fokus dan kapasitas litbang iptek, (b) mempercepat difusi dan pemanfaatan hasil-hasil iptek, (c) memperkuat kelembagaan iptek, dan (d) menciptakan iklim inovasi dalam bentuk skema insentif. 4. Salah satu jenis iptek yang telah banyak memberikan dukungan bagi kepentingan nasional adalah iptek nuklir. Berbagai bidang yang telah menerima manfaat dari aplikasi iptek nuklir untuk maksud-maksud damai antara lain adalah pertanian, medik, peternakan, hidrologi, lingkungan dan industri. Aplikasi iptek nuklir nasional telah berkembang sejak bergabungnya Indonesia dengan International Atomic Energy Agency (IAEA) pada tahun Untuk mendorong dan meningkatkan aplikasi damai iptek nuklir di Indonesia diperlukan kerjasama dengan berbagai lembaga baik di dalam maupun di luar negeri. Kerjasama dalam negeri ditujukan terutama untuk mempromosikan aplikasinya yang telah terbukti luas, sementara kerjasama luar negeri diarahkan untuk meningkatkan kapasitas, keahlian dan ketrampilan sumber daya manusia pelaksana kegiatan di bidang iptek nuklir ini. KERJASAMA LUAR NEGERI IPTEK NUKLIR 6. Mengingat aplikasinya yang sangat bermanfaat bagi pembangunan nasional, sebagian besar negara di dunia ini telah terlibat dalam kegiatan yang menggunakan
2 nuklir. Dengan demikian, banyak negara yang telah mencapai tingkat sangat maju dalam pemanfaatan iptek nuklir, sementara beberapa negara telah mulai merintis aplikasi iptek yang sangat berguna dalam menopang pembangunan nasionalnya ini. Jumlah anggota IAEA yang saat ini mencapai 143 negara menunjukkan betapa iptek nuklir sangat strategis baik bagi pemanfaatan secara nasional maupun bagi kepentingan regional dan internasional. 7. Untuk dapat lebih memaksimalkan aplikasi iptek nuklir ini, kerjasama dengan negara lain perlu dilakukan. Kerjasama luar negeri ini dapat berupa kerjasama bilateral antara dua negara, kerjasama regional yang dilakukan antara beberapa negara yang berada di suatu kawasan tertentu, atau kerjasama internasional, atau multilateral, yang melibatkan banyak negara dengan menggunakan satu institusi internasional sebagai wadah kerjasama. 8. Indonesia yang menyadari pentingnya kerjasama luar negeri telah menjalin kerjasama bilateral dengan beberapa negara sahabat dalam iptek nuklir ini. Saat ini ada sejumlah 105 kerjasama bilateral yang telah disepakati dan dilaksanakan dengan negara-negara seperti Argentina, Australia, AS, Inggeris, Jerman, dan Jepang. Kerjasama bilateral ini mencakup bidang yang cukup luas, mulai dari bidang keselamatan nuklir, pertukaran informasi peraturan ketenaganukliran, partisipasi dalam program disain reaktor, bahan bakar bekas, pembuatan radioisotop, hingga pendidikan dan pelatihan. 9. Secara regional, Indonesia terlibat dalam Regional Cooperative Agreement (RCA) for Research, Development and Training Related to Nuclear Science and Technology for Asia and the Pacific. Kerjasama regional ini melibatkan 17 negara yang berada di kawasan Asia dan Pasifik, dan melibatkan IAEA sebagai mitra kerja. Satu hal yang unik dari RCA ini, yang berbeda dengan kerjasama regional kawasan lainnya, adalah beragamnya tingkat penguasaan iptek nuklir para negara anggotanya, yaitu mulai dari tingkat yang paling maju hingga yang sangat terbatas. 10. Secara internasional, Indonesia menjadi anggota IAEA sejak tahun Berbagai kerjasama telah dilakukan oleh Indonesia dengan IAEA, baik dalam bentuk kerjasama teknik, kontrak penelitian, pendanaan bagi pakar Indonesia untuk mengikuti berbagai pertemuan internasional, pengiriman personil nuklir Indonesia untuk pelatihan, pengiriman pakar asing ke Indonesia, pengiriman pakar Indonesia ke luar negeri sebagai anggota tim pakar IAEA, maupun dijadikannya Indonesia sebagai tempat pelatihan bagi personil nuklir negara sahabat. KERJASAMA INDONESIA DENGAN IAEA 11. Dalam hal kerjasama teknik, pengelolaannya dilakukan melalui suatu mekanisme yang disebut Country Programme Framework (CPF) yang selalu dimutakhirkan sesuai dengan program nasional Indonesia di bidang ketenaganukliran. Proyek kerjasama teknik biasanya berjalan dalam siklus dua tahunan, yang dimulai dari tahun ganjil ke genap, dan dapat diperpanjang pada tahun berikutnya jika dipandang perlu.
3 12. Pada Tabel 1 diberikan data jumlah proyek kerjasama teknik nasional yang diterima Indonesia selama tahun Dari data ini dapat diperkirakan bahwa jumlah dana rata-rata yang diterima setiap tahunnya selama tiga tahun tersebut adalah US$703,668, atau rata-rata US$100,524 per proyek. Tabel 1. Proyek kerjasama teknik nasional IAEA di Indonesia tahun Tahun Jumlah proyek Jumlah dana (US$) , , ,250 Total : 21 2,111, Namun demikian, sebanyak tiga proyek dari siklus kerjasama teknik tahun sebelumnya masih aktif berjalan, yaitu Sustainable Agricultural Development in Yogyakarta (INS/5/030), Mutation Breeding of Horticultural Crops (INS/5/031) dan Improving Beef and Dairy Cattle Production in Yogyakarta (INS/5/032). Ketiga proyek ini kemudian resmi ditutup pada akhir Desember Selain itu, Indonesia juga aktif mengikuti sebanyak 47 proyek kerjasama teknik regional dan 9 proyek kerjasama teknik interregional sepanjang tahun Proyek regional dalam hal ini adalah proyek diikuti oleh negara-negara di kawasan Asia dan Pasifik, sementara proyek interregional diikuti oleh negara-negara dari seluruh kawasan di dunia ini. 15. Namun demikian, berdasar data IAEA, kemampuan Indonesia dalam memanfaatkan dana yang disediakan IAEA sesuai persetujuan Dewan Gubernur ini tidak begitu optimal. Seperti terlihat pada Tabel 2, tingkat implementasi tahun 2006 kembali membaik setelah pada tahun 2005 menurun dari tahun sebelumnya. Tingkat implementasi merupakan hasil bagi dana TCF yang diberikan dengan dana TCF yang disetujui. Realisasi dana kerjasama teknik yang diterima berdasar tingkat implementasi ini juga diberikan pada Tabel 2. Tabel 2. Tingkat implementasi dana kerjasama teknik tahun Tahun Tingkat implementasi Realisasi dana kerjasama teknik (US$) ,5 % 515, ,6 % 337, ,8 % 420, Secara lebih rinci, Tabel 3 memberikan data tingkat implementasi per kegiatan untuk tahun Seperti terlihat pada Tabel 3, tingkat implementasi terendah untuk baik kegiatan terkait sumber daya manusia maupun pengadaan terjadi tahun 2005 (42,9% dan 68,9%).
4 Tabel 3. Tingkat implementasi per kegiatan tahun Tahun Sumberdaya manusia Pengadaan Total ,2% 80,0% 67,5% ,9% 68,9% 50,6% ,6% 71,7% 61,8% 17. Selain menerima bantuan, Indonesia juga memiliki kewajiban pembayaran kepada IAEA. Kewajiban pembayaran ini terdiri atas pembayaran anggaran reguler, pembayaran biaya partisipasi nasional (NPC, National Participation Cost) untuk kerjasama teknik, dan pembayaran sukarela untuk dana kerjasama teknik (TCF, Technical Cooperation Fund), serta pembayaran sukarela untuk extrabudgetary dan in-kind support. Untuk NPC, dana ini dibedakan lagi atas dana sebesar 5% dari dana kerjasama teknik yang diterima dan dana untuk partisipasi pakar Indonesia pada proyek regional dan interregional. Pembayaran yang dilakukan Pemri selama tahun diberikan pada Tabel 4. Tahun Tabel 4. Pembayaran Pemri kepada IAEA tahun Anggaran reguler (US$) TCF (US$) 1 NPC (US$) In-kind support (US$) Pembayaran total (US$) ,872 80,000-2, , ,605 80,000 67, , ,735 80,000 2, ,252 Catatan: 1 Tingkat kewajiban pembayaran kepada IAEA didasarkan atas base rate yang ditetapkan PBB. Untuk tahun 2004, base rate Indonesia adalah 0,142 %, sedang untuk tahun 2005 dan 2006 angkanya masing-masing adalah 0,137 %. Jika didasarkan pada base rate ini, maka TCF yang harus dibayar Pemri tahun 2004, 2005 dan 2006 masing-masing adalah US$142,024, US$106,175 dan US$106,175. Namun demikian, karena situasi keuangan masih belum memungkinkan, maka selama beberapa tahun terakhir ini Pemri menyatakan pledge sebesar US$80, NPC tahun 2005 merupakan dana 5% dari dana kerjasama teknik siklus tahun yang diterima Pemri. 3 NPC tahun 2006 merupakan dana untuk partisipasi pakar Indonesia pada proyek regional dan interregional. 18. Selain bantuan kerjasama teknik, IAEA secara konsisten juga memberikan berbagai bantuan dan kerjasama dalam berbagai bentuk yang lain kepada Negaranegara Anggotanya, termasuk kepada Indonesia. Dana yang diterima Indonesia ini antara lain dana dari pelatihan dan kunjungan ilmiah yang bukan dari dana kerjasama teknik nasional, pertemuan internasional (seperti pertemuan teknis, seminar, konferensi, dan simposium, kontrak penelitian, penyelenggaraan kegiatan IAEA di Indonesia (termasuk kunjungan pakar), dan pendapatan rata-rata pakar Indonesia
5 yang bekerja di IAEA. Dana yang bukan dari dana kerjasama teknik nasional ini, yang diterima tahun 2004, adalah US$1,198,910, sementara yang diterima tahun 2005 dan 2006 masing-masing adalah US$1,123,470 dan US$1,183, Selain bantuan kerjasama teknik, IAEA secara konsisten juga memberikan berbagai bantuan dan kerjasama dalam berbagai bentuk yang lain kepada Negaranegara Anggotanya, termasuk kepada Indonesia. Tabel 5 memberikan rincian dana yang diterima Indonesia dari pelatihan dan kunjungan ilmiah yang bukan dari dana kerjasama teknik nasional, pertemuan internasional (seperti pertemuan teknis, seminar, konferensi, dan simposium, kontrak penelitian, penyelenggaraan kegiatan IAEA di Indonesia (termasuk kunjungan pakar), dan pendapatan rata-rata pakar Indonesia yang bekerja di IAEA. Tabel 5. Pendanaan (dalam US$) yang diterima Indonesia dari IAEA selama tahun Pelatihan dan kunjungan ilmiah Pertemuan internasional Kontrak penelitian Penyelenggaraan kegiatan IAEA di Indonesia Pakar Indonesia di IAEA Pendanaan total Peserta Dana Peserta Dana Peneliti Dana Pakar Dana Jumlah Dana , ,000 1,198, , , , ,000 1,123, , , , , ,000 1,183,520 Catatan: Dana untuk pelatihan dan kunjungan ilmiah, serta pengiriman pakar ke Indonesia yang berasal dari dana kerjasama teknik, tidak dimasukkan. 20. Total pembayaran Indonesia kepada IAEA dan dana yang diterima Indonesia dalam berbagai bentuk kegiatan dapat direkapitulasi seperti yang diberikan pada Tabel 6. Dana yang diterima pada Tabel 6 merupakan penjumlahan realisasi dana kerjasama teknik (Tabel 2) dengan dana lain yang diterima Indonesia (Tabel 5). Seperti terlihat, selama periode rata-rata dana yang diterima Indonesia hampir empat kali dari total pembayarannya. Hal ini menunjukkan bahwa selama periode ini Indonesia telah berhasil memanfaatkan keanggotaannya di IAEA dengan cukup baik. Tabel 6. Total pembayaran ke IAEA dan dana yang diterima Indonesia (dalam US$) selama tahun Tahun Pembayaran Dana diterima Perbandingan ,772 1,714,390 3,39 kali ,972 1,461,012 3,13 kali ,252 1,603,914 4,61 kali
6 21. Selain itu, sebanyak 16 orang ilmuwan nuklir negara lain telah melakukan kunjungan ke Indonesia selama tahun Ilmuwan yang berkunjung sebagai peserta pelatihan (fellowship) di Indonesia adalah sebanyak 11 orang, sedang lima orang lagi berkunjung dengan status kunjungan ilmiah. 22. Disamping kerjasama teknik, Indonesia juga memiliki beberapa pakar dan tenaga yang bekerja di Sekretariat IAEA. Pada tahun 2004 jumlah staf tetap sebanyak 11 orang, yang jika ditambah satu orang staf tidak tetap (CFE, cost-free expert) yang bekerja hanya satu tahun, menjadi total 12 orang. Pada tahun 2005 staf Indonesia tersebut berkurang menjadi 10 orang, karena yang CFE telah menyelesaikan tugasnya dan satu orang lagi telah purna bakti. Sementara pada tahun 2006 tercatat ada dua orang staf Indonesia mengakhiri tugasnya, yaitu masing-masing satu orang pada jabatan P-3 dan satu orang pada jabatan P-2. Namun demikian, satu orang telah memulai tugas pada jabatan P-3 sejak April 2006, sehingga total ada 9 (sembilan) orang Indonesia yang bekerja di Sekretariat IAEA, masing-masing 3 orang dalam jabatan P-4, 4 orang pada jabatan P-3, dan 2 orang pada pelayanan umum (G-3 dan G-4). Distribusi penempatan staf Indonesia ini adalah di Department of Safeguards sebanyak tujuh orang (P-3 dan P-4), di Office of Legal Affairs satu orang (G-4), dan di Department of Technical Cooperation satu orang (G-3). 23. Usaha-usaha untuk menempatkan staf Indonesia untuk bekerja di Sekretariat IAEA terus dilanjutkan pada tahun 2006 ini, antara lain dengan mengirim pemberitahuan lowongan staf profesional IAEA kepada berbagai instansi di Indonesia. Pemri juga telah menunjuk Kepala Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri Kementerian Pemberdayaan Perempuan sebagai penjuru (focal person) untuk perekrutan perempuan sebagai staf IAEA ini. Sayangnya, penjuru ini belum pernah terlibat dalam kegiatan perekrutan staf perempuan dari Indonesia untuk ditempatkan di IAEA ini. HAMBATAN PELAKSANAAN 24. Secara umum dapat dikatakan bahwa pelaksanaan hubungan kerjasama Indonesia dengan IAEA selama ini telah berjalan dengan lancar dan baik. Perbaikan tingkat implementasi kerjasama teknik pada tahun 2006 menjadi 61,8% dari tahun sebelumnya yang 50,6% menunjukkan bahwa personil di Indonesia telah bekerja cukup serius untuk melaksanakan kerjasama teknik ini. Namun demikian, tingkat implementasi tahun 2006 sebesar 61,8% yang masih lebih rendah dari angka tahun 2004 yang sebesar 67,5% mengingatkan bahwa upaya yang telah dilakukan selama tahun 2006 tersebut ternyata masih bisa lebih keras lagi dilaksanakan. 25. Salah satu tolok ukur dalam menilai proyek adalah laporan kemajuan yang disusun untuk masing-masing proyek. Penyusunan laporan kemajuan ini merupakan salah satu kelemahan yang rata-rata dijumpai dalam proyek kerjasama teknik IAEA. Kandungan laporan yang paling penting adalah hasil dan luaran yang diperoleh dengan pelaksanaan proyek, dan bukan sekedar data seperti jumlah staf yang melakukan pelatihan, tenaga ahli yang datang, dan kuantitas barang atau hal lain yang diperoleh dari proyek yang bersangkutan.
7 26. Pada saat implementasi proyek, Sekretariat IAEA juga mengeluhkan kurang intensnya komunikasi antara pelaksana di Indonesia dengan pihak IAEA mengenai perkembangan pelaksanaan proyek. Hal ini berakibat kepada lambat dan rendahnya tingkat implementasi proyek. 27. Khusus untuk proyek tahun yang terkait PLTN, yang dilanjutkan ke tahun , IAEA juga meminta para counterpart untuk memutakhirkan dan membuat ringkasan tentang implementasi proyek selama ini. Kedua proyek ini dipandang sangat penting namun informasi yang dimiliki IAEA tentang perkembangan terakhirnya dinilai sangat sedikit. KESIMPULAN DAN SARAN 28. Iptek nuklir merupakan salah satu jenis iptek yang berdasar agenda pembangunan nasional diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi peningkatan kesejahteraan rakyat Indonesia. Pemanfaatan iptek nuklir di Indonesia telah berkembang cukup pesat sejak Indonesia bergabung menjadi anggota IAEA pada tahun Untuk lebih memaksimalkan aplikasi iptek nuklir di Indonesia, berbagai kerjasama luar negeri yang dilakukan secara bilateral, regional dan internasional telah disepakati dan dilaksanakan. Kerjasama luar negeri ini diyakini telah berhasil meningkatkan kapasitas Indonesia di bidang iptek nuklir. 30. Dalam hal kerjasama internasional melalui keanggotaannya di IAEA, Indonesia telah berhasil memanfaatkan dengan baik keanggotaannya ini. Secara finansial, keuntungan yang diterima Indonesia tiap tahun terus bertambah, dengan status terakhir tahun 2006 menunjukkan bahwa dana yang diterima dari IAEA secara keseluruhan lebih dari 4,5 kali dana yang diberikan ke IAEA. 31. IAEA juga memandang Indonesia memiliki beberapa kelebihan dibanding beberapa negara berkembang lainnya, antara lain adanya transisi yang baik dari pejabat penghubung IAEA yang lama dengan yang baru, memiliki fasilitas nuklir yang dapat melayani pengguna akhir, telah mampu menerima peserta pelatihan dan kunjungan ilmiah dari negara lain, dan dapat terjalinnya hubungan yang baik antara satu organisasi pemerintah dengan organisasi pemerintah lainnya. 32. Namun demikian, perlu peningkatan penanganan terhadap berbagai masalah kerjasama teknis agar implementasi proyek kerjasama teknik dapat berjalan dengan lebih baik dan efektif di masa-masa mendatang. 33. Beberapa hal yang dapat memberikan kontribusi bagi meningkatnya mutu kerjasama teknik antara lain adalah: a. Perlunya ditetapkan arah strategi implementasi kerjasama teknik yang lebih terarah, termasuk penetapan outcome yang diharapkan dari kerjasama teknik ini.
8 Dalam hal ini dapat disusun area kunci yang menjadi fokus kegiatan untuk jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. b. Country Programme Framework (CPF) yang ada sekarang dinilai terlalu umum, dan juga hanya melayani kegiatan BATAN dan BAPETEN. IAEA menyarankan agar sekiranya akan direvisi, berbagai organisasi pemerintah yang lain dapat dilibatkan dalam penyusunannya. Untuk ini perlu dibentuk semacam kelompok kerja antara instansi, sehingga instansi lain tersebut akan terlibat penuh dalam implementasinya. c. Beberapa bidang yang masih dapat digiatkan dan belum atau sangat sedikit mendapat perhatian dalam kerjasama teknik selama ini adalah lingkungan kelautan, pengembangan industri, sumberdaya air, dan kesehatan. Bidang-bidang ini diyakini dapat melayani berbagai kebutuhan dasar yang diperlukan oleh Indonesia. d. Mekanisme pengembangan sumber daya manusia dinilai masih belum sistematik., dilihat dari pencalonan yang diterima IAEA selama ini Untuk ini perlu diberikan fokus bidang kegiatan yang perlu disempurnakan. Selain itu instansi lain juga perlu diberikan kesempatan untuk mencalonkan wakilnya, mengingat proyek IAEA adalah untuk Indonesia dan bukan semata-mata untuk BATAN atau BAPETEN. e. Pada sekitar pertengahan tahun 2007 ini IAEA akan mulai melakukan kegiatan upstream dalam rangka mengidentifikasi program kerjasama teknik untuk tahun Dalam kaitan ini perlu dimulai upaya-upaya untuk melakukan identifikasi kegiatan yang dapat masuk ke dalam program kerjasama teknik siklus mendatang tersebut, dengan melibatkan sebanyak mungkin instansi lain yang potensial untuk diajak bekerjasama.
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KERJA SAMA LUAR NEGERI
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KERJA SAMA LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR Menimbang
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1973 TENTANG PERSETUJUAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TERHADAP PERUBAHAN PASAL VI ANGGARAN DASAR BADAN TENAGA ATOM INTERNASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciSTATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM*
STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM* Institut Internasional untuk Demokrasi dan Perbantuan Pemilihan Umum didirikan sebagai organisasi internasional antar pemerintah
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK FILIPINA TENTANG KEGIATAN KERJASAMA DI BIDANG PERTAHANAN
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA TENTANG KERANGKA KERJA SAMA KEAMANAN (AGREEMENT BETWEEN THE REPUBLIC OF INDONESIA
Lebih terperinciBADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR
BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NUCLEAR ENERGY REGULATORY AGENCY BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR Jl. Gajah Mada 8, Jakarta-10120, Telp.021-638 582 69-70, Fax: 021-638 566 13 Homepage: www.bapeten.go.id E-mail:
Lebih terperinciAndy Rachmianto Direktur Keamanan Internasional dan Perlucutan Senjata Kementerian Luar Negeri RI KORINWAS 12 Mei 2016
Andy Rachmianto Direktur Keamanan Internasional dan Perlucutan Senjata Kementerian Luar Negeri RI KORINWAS 12 Mei 2016 SAFETY SAFEGUARDS SECURITY IPTEK NUKLIR Keamanan nuklir mencakup keamanan bahan nuklir
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1997 TENTANG PENGESAHAN TREATY ON THE SOUTHEAST ASIA NUCLEAR WEAPON FREE ZONE (TRAKTAT KAWASAN BEBAS SENJATA NUKLIR DI ASIA TENGGARA) DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciLAPORAN PERJALANAN DINAS
LAPORAN PERJALANAN DINAS Pelapor : Topan Setiadipura NIP : 19800605 200604 1 006 Unit Kerja : Pusat Teknologi dan Keselamatan Reaktor Nuklir 1. Nama Kegiatan Technical Meeting to Review First Draft of
Lebih terperinciUU 9/1997, PENGESAHAN TREATY ON THE SOUTHEAST ASIA NUCLEAR WEAPON FREE ZONE (TRAKTAT KAWASAN BEBAS SENJATA NUKLIR DI ASIA TENGGARA)
Copyright 2002 BPHN UU 9/1997, PENGESAHAN TREATY ON THE SOUTHEAST ASIA NUCLEAR WEAPON FREE ZONE (TRAKTAT KAWASAN BEBAS SENJATA NUKLIR DI ASIA TENGGARA) *9571 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR
Lebih terperinciSTIE DEWANTARA Lembaga Keuangan Internasional
Lembaga Keuangan Internasional Manajemen Lembaga Keuangan, Sesi 9 Asian Development Bank Didirikan pada tahun 1966 yang didasari oleh adanya kebutuhan bantuan keuangan bagi negara-negara Asia untuk kepentingan
Lebih terperinciPENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM PENGAWASAN PEMBANGUNAN DAN PENGOPERASIAN PLTN
PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM PENGAWASAN PEMBANGUNAN DAN PENGOPERASIAN PLTN PENDAHULUAN Pemenuhan kebutuhan energi pada sektor a.l.: rumah tangga, industri, transportasi dari tahun ke tahun terus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. listrik dalam wujud reaktor nuklir. Pengembangan teknologi nuklir tidak hanya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada awal abad ke-20, perkembangan teknologi telah mendatangkan beragam inovasi baru. Salah satunya adalah pengolahan beberapa unsur kimia menjadi senyawa radioaktif
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap
Lebih terperinciKERANGKA STRATEGIS Jejaring Asia-Pasifik untuk Kepemimpinan Global
KERANGKA STRATEGIS 2012-2015 Jejaring Asia-Pasifik untuk Kepemimpinan Global Pertemuan Tahunan Para Presiden APRU ke 16 Universitas Oregon 27-29 Juni 2012 Draf per 24 Mei 2012 APRU: Sekilas Pandang 42
Lebih terperinciSumbangan Pemikiran ISTECS untuk Rancangan Undang-Undang Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi: Integrasi IPTEK-Industri
Sumbangan Pemikiran ISTECS untuk Rancangan Undang-Undang Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi: Integrasi IPTEK-Industri Rapat Dengar Pendapat Umum Komisi VIII Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Lebih terperinciNuklir sebagai Energi Pedang Bermata Dua. Sarah Amalia Nursani. Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya
Nuklir sebagai Energi Pedang Bermata Dua Sarah Amalia Nursani Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya PAPER Nuklir sebagai Energi Pedang Bermata Dua Sarah Amalia Nursani Fakultas Hukum Universitas
Lebih terperinciPETUNJUK PELAKSANAAN KERJA SAMA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN LUAR NEGERI
LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : TANGGAL : PETUNJUK PELAKSANAAN KERJA SAMA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN LUAR NEGERI I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam era globalisasi ekonomi
Lebih terperinciDEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA
DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA Jakarta, 1 Juli 2011 - 1 - Untuk menandai 60 tahun hubungan diplomatik dan melanjutkan persahabatan antara kedua negara, Presiden
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. asing. Indonesia telah menjadikan Jepang sebagai bagian penting dalam proses
BAB V KESIMPULAN Dinamika hubungan diplomatik Indonesia dengan Jepang telah mengalami berbagai perkembangan, mulai dari masa penjajahan, kerjasama ekonomi hingga bidang politik dan keamanan. Politik luar
Lebih terperinciBadan Tenaga Nuklir Nasional 2012
logo lembaga B.27 Pengumpulan Data dan Penyiapan Prosedur untuk Mendukung Program Dekomisioning Reaktor TRIGA 2000 Bandung Dr. Ir. Efrizon Umar Drs. Ketut Kamajaya, M.T Dra. Azmairit Aziz Drs. Edison Sihombing,
Lebih terperinciSAMBUTAN PRESIDEN RI PADA KUNJUNGAN KENEGARAAN PRESIDEN REP. KOREA. 6 MARET 2009 Jumat, 06 Maret 2009
SAMBUTAN PRESIDEN RI PADA KUNJUNGAN KENEGARAAN PRESIDEN REP. KOREA. 6 MARET 2009 Jumat, 06 Maret 2009 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA KUNJUNGAN KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK KOREA, YANG MULIA
Lebih terperinciPENYIAPAN SDM UNTUK PLTN PERTAMA DI INDONESIA
PENYIAPAN SDM UNTUK PLTN PERTAMA DI INDONESIA Hendriyanto Haditjahyono Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional Pusat Penelitian Tenaga Nuklir Pasar Jumat Jl. Lebak Bulus Raya No. 9,
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan pengembangan Ekonomi Kreatif, dengan ini
Lebih terperinciDEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN :
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2002 TENTANG SISTEM NASIONAL PENELITIAN, PENGEMBANGAN, DAN PENERAPAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciSejarah AusAID di Indonesia
Apakah AusAID Program bantuan pembangunan luar negeri Pemerintah Australia merupakan program yang dibiayai Pemerintah Federal untuk mengurangi tingkat kemiskinan di negaranegara berkembang. Program ini
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION DAN BAHAN NUKLIR
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION DAN BAHAN NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciLAPORAN PERJALANAN DINAS
LAPORAN PERJALANAN DINAS Dr. Topan Setiadipura / 19800605 200604 1 006 Pusat Teknologi dan Keselamatan Reaktor Nuklir (PTKRN) Badan Tenaga Nuklir Nasional PELAPOR Telp. / Fax. : +62 21 756 0912 / +62 21
Lebih terperinciTerms of Reference (TOR) KONFERENSI INFORMASI PENGAWASAN
Terms of Reference (TOR) KONFERENSI INFORMASI PENGAWASAN BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR 2015 I. PENDAHULUAN Pemanfaatan tenaga nuklir selalu berkaitan dengan aspek manfaat dan risiko artinya semakin luas
Lebih terperinciSTUDI RENCANA INDUK TRANSPORTASI TERPADU JABODETABEK (TAHAP 2)
Japan International Cooperation Agency (JICA) Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) Republik Indonesia No. STUDI RENCANA INDUK TRANSPORTASI TERPADU JABODETABEK (TAHAP 2) (The Study on Integrated
Lebih terperinciMEMORANDUM ANTARA KEMENTERIAN PERTAHANAN JEPANG DAN KEMENTERIAN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG KERJA SAMA DAN PERTUKARAN DI BIDANG PERTAHANAN
MEMORANDUM ANTARA KEMENTERIAN PERTAHANAN JEPANG DAN KEMENTERIAN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG KERJA SAMA DAN PERTUKARAN DI BIDANG PERTAHANAN Kementerian Kementerian Pertahanan Jepang dan Pertahanan
Lebih terperinciKERJASAMA INTERNASIONAL PERGURUAN TINGGI: Pengalaman di Universitas Negeri Yogyakarta
KERJASAMA INTERNASIONAL PERGURUAN TINGGI: Pengalaman di Universitas Negeri Yogyakarta Oleh: Satoto E. Nayono Kantor Urusan Internasional dan Kemitraan - Universitas Negeri Yogyakarta Jalan Colombo 1, Yogyakarta
Lebih terperinciJURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA
UPAYA JEPANG DALAM MENJAGA STABILITAS KEAMANAN KAWASAN ASIA TENGGARA RESUME SKRIPSI Marsianaa Marnitta Saga 151040008 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS PEMBANGUNAN
Lebih terperinciStrategi dan Kebijakan Investasi di Indonesia Selasa, 25 Maret 2008
Strategi dan Kebijakan Investasi di Indonesia Selasa, 25 Maret 2008 Muhammad Lutfi Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal. Penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION DAN BAHAN NUKLIR
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION DAN BAHAN NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dalam pemanfaatan sumber
Lebih terperinciMENGENAI KERJA SAMA EKONOMI). DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2008 TENTANG PENGESAHAN AGREEMENT BETWEEN THE GOVERNMENT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA AND THE GOVERNMENT OF THE CZECH REPUBLIC OF ECONOMIC COOPERATION
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 14 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KERJASAMA LUAR NEGERI DI LINGKUNGAN BADAN SAR NASIONAL
PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 14 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KERJASAMA LUAR NEGERI DI LINGKUNGAN BADAN SAR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN SAR NASIONAL,
Lebih terperinciKomponen ini dilaksanakan melalui tiga subkomponen, umum di tingkat desa. Komponen ini dilaksanakan oleh LSM nasional dan LSM lokal yang meliputi
Komponen ini dilaksanakan melalui tiga subkomponen, yaitu: mobilisasi kelompok tani dan perencanaan desa, pengembangan kelembagaan, dan investasi fasilitas umum di tingkat desa. Komponen ini dilaksanakan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION DAN BAHAN NUKLIR
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION DAN BAHAN NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinci2015, No Tenaga Nuklir tentang Penatalaksanaan Tanggap Darurat Badan Pengawas Tenaga Nuklir; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 te
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.234, 2015 BAPETEN. Tanggap Darurat. Penatalaksanaan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENATALAKSANAAN TANGGAP DARURAT BADAN PENGAWAS
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan
Lebih terperinciPEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA 1. Kebijakan Penanaman Modal PEMERINTAH
- 442 - P. PEMBAGIAN URUSAN AN PENANAMAN MODAL SUB 1. Kebijakan 1. Kebijakan 1. Menyusun dan menetapkan kebijakan pengembangan penanaman modal Indonesia dalam bentuk rencana umum penanaman modal nasional
Lebih terperinciDeklarasi Dhaka tentang
Pembukaan Konferensi Dhaka tentang Disabilitas & Manajemen Risiko Bencana 12-14 Desember 2015, Dhaka, Bangladesh Deklarasi Dhaka tentang Disabilitas dan Manajemen Risiko Bencana, 14 Desember 2015 diadopsi
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2013
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN MENGENAI KERJA SAMA TEKNIK ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK ARGENTINA (AGREEMENT ON
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG
SALINAN KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 206/P/2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 084/P/2010 TENTANG PEMBENTUKAN TIM KOORDINASI
Lebih terperinciKajian Tengah Waktu Strategi 2020. Menjawab Tantangan Transformasi Asia dan Pasifik
Kajian Tengah Waktu Strategi 2020 Menjawab Tantangan Transformasi Asia dan Pasifik Menjawab Tantangan Transformasi Asia dan Pasifik Kajian Tengah Waktu (Mid-Term Review/MTR) atas Strategi 2020 merupakan
Lebih terperinciINSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan Pengembangan Ekonomi Kreatif, dengan ini
Lebih terperinciJakarta, 5 Desember Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Selamat pagi dan Salam Sejahtera Bagi Kita Semua,
Sambutan KETUA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN Pada Launching Road Map Keuangan Berkelanjutan dan Buku Pedoman Energi Bersih yang dilanjutkan dengan Seminar Nasional Jakarta, 5 Desember 2014 Assalamu
Lebih terperinciKONVENSI STOCKHOLM TENTANG BAHAN PENCEMAR ORGANIK YANG PERSISTEN
KONVENSI STOCKHOLM TENTANG BAHAN PENCEMAR ORGANIK YANG PERSISTEN Para Pihak atas Konvensi ini, mengakui bahwa bahan pencemar organik yang persisten memiliki sifat beracun, sulit terurai, bersifat bioakumulasi
Lebih terperincihttp://www.hadiborneo.wordpress.com/ The Asian Development Bank (Bank Pembangunan Asia) Bank Dunia (World Bank) Dana Moneter Internasional (IMF) ADB merupakan lembaga pengembangan keuangan internasional
Lebih terperinciPROTOKOL CARTAGENA TENTANG KEAMANAN HAYATI ATAS KONVENSI TENTANG KEANEKARAGAMAN HAYATI
PROTOKOL CARTAGENA TENTANG KEAMANAN HAYATI ATAS KONVENSI TENTANG KEANEKARAGAMAN HAYATI Para Pihak pada Protokol ini, Menjadi Para Pihak pada Konvensi Tentang Keanekaragaman Hayati, selanjutnya disebut
Lebih terperinci-2- Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REP
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.11, 2017 PEMBANGUNAN. Konstruksi. Jasa. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6018) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2008 TENTANG PENGESAHAN MEMORANDUM OF UNDERSTANDING ON THE ASEAN POWER GRID (MEMORANDUM SALING PENGERTIAN MENGENAI JARINGAN TRANSMISI TENAGA LISTRIK
Lebih terperinciPENGAWASAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR DALAM BIDANG ENERGI
Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir PENGAWASAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR DALAM BIDANG ENERGI BAPETEN Sukarman Aminjoyo Badan Pengawas Tenaga Nuklir ( BAPETEN ) Jl. Gajah Mada No. 8 Jakarta INDONESIA http/www.bapeten.go.id.
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.09/MEN/2012 TENTANG
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.09/MEN/2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PERJALANAN DINAS LUAR NEGERI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB II VISI, MISI DAN LANDASAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA
BAB II Rencana Aksi Daerah (RAD) VISI, MISI DAN LANDASAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA 2.1 Visi Berdasarkan tugas pokok dan fungsi Badan Penanggulangan Bencana Derah Kabupaten Pidie Jaya, menetapkan Visinya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun
Lebih terperinciINSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
www.bpkp.go.id INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan Pengembangan Ekonomi Kreatif,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Integrasi suatu negara ke dalam kawasan integrasi ekonomi telah menarik perhatian banyak negara, terutama setelah Perang Dunia II dan menjadi semakin penting sejak tahun
Lebih terperinciP. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENANAMAN MODAL SUB SUB BIDANG PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA
- 336 - P. PEMBAGIAN URUSAN AN PENANAMAN MODAL 1. Kebijakan 1. Kebijakan 1. Menyusun dan menetapkan kebijakan pengembangan penanaman modal Indonesia dalam bentuk rencana umum penanaman modal nasional dan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN Penelitian merupakan sarana pokok pengembangan ilmu pengetahuan, karena penelitian bertujuan mengungkapkan kebenaran secara sistematis, metodologis dan konsisten. Sistematis berarti
Lebih terperinciRevisi 0 RENCANA STRATEGIS PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Revisi 0 RENCANA STRATEGIS PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 2015-2019 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL 2015 RENCANA STRATEGIS PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 2015-2019 LEMBAR PENGESAHAN
Lebih terperinciR-188 REKOMENDASI AGEN PENEMPATAN KERJA SWASTA, 1997
R-188 REKOMENDASI AGEN PENEMPATAN KERJA SWASTA, 1997 2 R-188 Rekomendasi Agen Penempatan kerja Swasta, 1997 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas
Lebih terperinciBAB I TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
1 BAB I TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 1.1 LATAR BELAKANG PERUSAHAAN Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir (PTBBN) merupakan salah satu unit kerja di Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) di bawah deputi bidang
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2002 TENTANG SISTEM NASIONAL PENELITIAN, PENGEMBANGAN, DAN PENERAPAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2002 TENTANG SISTEM NASIONAL PENELITIAN, PENGEMBANGAN, DAN PENERAPAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciHUBUNGAN INDONESIA -- TIONGKOK BERKEMBANG PESAT...
Kolom IBRAHIM ISA Kemis, 03 Oktober 2013 -------------------- HUBUNGAN INDONESIA -- TIONGKOK BERKEMBANG PESAT... Hubungan dua negeri Asia: -- Indonesia dan Tiongkok--, Yang satu negeri kepulauan terbesar
Lebih terperinciK88 LEMBAGA PELAYANAN PENEMPATAN KERJA
K88 LEMBAGA PELAYANAN PENEMPATAN KERJA 1 K-88 Lembaga Pelayanan Penempatan Kerja 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan kesempatan bagi
Lebih terperinciSTANDARD OPERATING PROCEDURES (SOP) KERJASAMA DAN KEMITRAAN MASYARAKAT ILMUWAN DAN TEKNOLOG INDONESIA (MITI) KLASTER MAHASISWA
STANDARD OPERATING PROCEDURES (SOP) KERJASAMA DAN KEMITRAAN MASYARAKAT ILMUWAN DAN TEKNOLOG INDONESIA (MITI) KLASTER MAHASISWA PENDAHULUAN Terdapat beberapa kelemahan mendasar yang perlu segera dicarikan
Lebih terperinciMENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN
SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR : KEP-21/M.EKON/04/2008 TENTANG KELOMPOK KERJA PENYUSUNAN KOMPILASI RENCANA AKSI INDIVIDU APEC INDONESIA DAN PERSIAPAN PEER REVIEW RAI APEC
Lebih terperinciAsesmen Gender Indonesia
Asesmen Gender Indonesia (Indonesia Country Gender Assessment) Southeast Asia Regional Department Regional and Sustainable Development Department Asian Development Bank Manila, Philippines July 2006 2
Lebih terperinciPERTANYAAN YANG SERING DIAJUKAN (FAQ) AKSELERATOR PEMBANGUNAN TENAGA KERJA YANG INKLUSIF USAID INDONESIA
PERTANYAAN YANG SERING DIAJUKAN (FAQ) AKSELERATOR PEMBANGUNAN TENAGA KERJA YANG INKLUSIF USAID INDONESIA TAUTAN FAQ PROSES PENCIPTAAN SOLUSI BERSAMA (CO CREATION) PERSYARATAN DAN KEIKUTSERTAAN PENGAJUAN
Lebih terperinciMUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM
MUHAMMAD NAFIS 140462201067 PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM Translated by Muhammad Nafis Task 8 Part 2 Satu hal yang menarik dari program politik luar negeri Jokowi adalah pemasukan Samudera Hindia sebagai
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2002 TENTANG DEWAN PENGEMBANGAN KAWASAN TIMUR INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2002 TENTANG DEWAN PENGEMBANGAN KAWASAN TIMUR INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan pembangunan daerah di Kawasan
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 78, 2007 IPTEK. Penelitian. Perekayasaan. Inovasi. Difusi. Teknologi. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara
Lebih terperinciBADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR
BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NUCLEAR ENERGY REGULATORY AGENCY BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR Jl. Gajah Mada 8, Jakarta-10120, Telp.021-638 582 69-70, Fax: 021-638 566 13 Homepage: www.bapeten.go.id E-mail:
Lebih terperinciMeninjau Kerjasama Pembangunan bagi Pembiayaan Kesejahteraan
Meninjau Kerjasama Pembangunan bagi Pembiayaan Kesejahteraan Mickael B. Hoelman choki.nainggolan@gmail.com Twitter: @ChokiHoelman Naskah disampaikan pada Konferensi PRAKARSA 2014 Akselerasi Transformasi
Lebih terperinciBAB V. Kesimpulan. Seperti negara-negara lain, Republik Turki juga telah menjalin kerja sama
BAB V Kesimpulan Seperti negara-negara lain, Republik Turki juga telah menjalin kerja sama ekonomi melalui perjanjian perdagangan bebas dengan beberapa negara secara bilateral, seperti perjanjian perdagangan
Lebih terperinciK143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975
K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975 1 K-143 Konvensi Pekerja Migran (Ketentuan Tambahan), 1975 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hubungan Indonesia dengan Jepang telah berlangsung cukup lama dimulai dengan hubungan yang buruk pada saat penjajahan Jepang di Indonesia pada periode tahun 1942-1945
Lebih terperinciBAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL
BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL A. KONDISI UMUM Perhatian yang sangat serius terhadap persatuan dan kesatuan nasional, penegakan hukum dan penghormatan HAM
Lebih terperinciMenuju Warsawa: Isu-isu Utama Negosiasi Pendanaan. Suzanty Sitorus Pokja Pendanaan Dewan Nasional Perubahan Iklim
Menuju Warsawa: Isu-isu Utama Negosiasi Pendanaan Suzanty Sitorus Pokja Pendanaan Dewan Nasional Perubahan Iklim Proses UNFCCC terkait pendanaan, 2013 ADP 2-1 Bonn 29 Apr-3 Mei Intersessional Bonn 3-14
Lebih terperinciBAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN
BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN 2.1. Sejarah Singkat Organisasi Tahun 1954 1957 : Panitia Negara untuk Penyelidikan Radioaktif: Panitia Negara untuk Penyelidikan Radioaktif dilatarbelakangi oleh adanya
Lebih terperinciLembar Data Proyek. Pembiayaan. Tanggal Pembuatan PDS. PDS Diperbarui 2 Apr 14. Nama Proyek
PDS terjemahan ini didasarkan pada versi Inggrisnya yang bertanggal 10 April 2014. Lembar Data Proyek Lembar Data Proyek (Project Data Sheets/PDS) berisi informasi ringkas mengenai proyek atau program:
Lebih terperinciterlalu keras kepada kelima negara tersebut. Karena akan berakibat pada hubungan kemitraan diantara ASEAN dan kelima negara tersebut.
BAB V KESIMPULAN Sampai saat ini kelima negara pemilik nuklir belum juga bersedia menandatangani Protokol SEANWFZ. Dan dilihat dari usaha ASEAN dalam berbagai jalur diplomasi tersebut masih belum cukup
Lebih terperinciBAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL
BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL A. KONDISI UMUM Perhatian yang sangat serius terhadap
Lebih terperinciPengumuman Pelatihan Untuk Semua Pelamar
On behalf of Pengumuman Pelatihan Untuk Semua Pelamar giz Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) GmbH Divisi Kesehatan Pelatihan Kepemimpinan Internasional di Bidang Manajemen Rumah
Lebih terperinciPENUNJUK UNDANG-UNDANG PENANAMAN MODAL
PENUNJUK UNDANG-UNDANG PENANAMAN MODAL 1 tahun ~ pemberian izin masuk kembali bagi pemegang izin tinggal terbatas pemberian izin masuk kembali untuk beberapa kali perjalanan bagi pemegang izin tinggal
Lebih terperinciKeterangan Pers Bersama Presiden RI dan Presiden Korsel, Seoul, 16 Mei 2016 Senin, 16 Mei 2016
Keterangan Pers Bersama Presiden RI dan Presiden Korsel, Seoul, 16 Mei 2016 Senin, 16 Mei 2016 KETERANGAN PERS BERSAMA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DAN PRESIDEN KOREA SELATAN KUNJUNGAN KENEGARAAN KE KOREA
Lebih terperinciSAMBUTAN MENTERI PERTANIAN PADA RAPAT KERJA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN Yogyakarta, Mei 2004
SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN PADA RAPAT KERJA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN Yogyakarta, 26-27 Mei 2004 Para Pejabat eselon I dan II lingkup Badan Ltbang Pertanian, Para peneliti dan penyuluh,
Lebih terperinciPERAN INDONESIA DALAM ORGANISASI REGIONAL
PERAN INDONESIA DALAM ORGANISASI REGIONAL Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) ASEP GINANJAR PPG DALAM JABATAN Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi 2018 1. Peran Indonesia dalam
Lebih terperinciBantuan Hibah Grassroots Untuk Kemanusiaan
Bantuan Hibah Grassroots Untuk Kemanusiaan MENTERI LUAR NEGERI JEPANG Bantuan Hibah Grassroots untuk Kemanusiaan Pendahuluan Pemerintah Jepang menyediakan sebuah skema bantuan untuk proyek pembangunan
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG PANITIA NASIONAL PENYELENGGARA PERTEMUAN KHUSUS PARA PEMIMPIN NEGARA-NEGARA ASEAN, NEGARA-NEGARA LAIN, DAN ORGANISASI-ORGANISASI INTERNASIONAL
Lebih terperinciAustralia Awards Indonesia. Australia Awards Indonesia. Paket Aplikasi Studi Singkat. Pembiakan dan Manajemen Sapi di Indonesia.
Australia Awards Paket Aplikasi Studi Singkat Pembiakan dan Manajemen Sapi di Page 2 Pengantar Program kemitraan -Australia Partnership on Food Security in the Red Meat and Cattle Sector diumumkan oleh
Lebih terperinciHIMPUNAN PERATURAN YANG BERKAITAN DENGAN PENANAMAN MODAL TAHUN 2014
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL HIMPUNAN PERATURAN YANG BERKAITAN DENGAN PENANAMAN MODAL TAHUN 2014 BUKU III Biro Peraturan Perundang-undangan, Humas dan Tata Usaha Pimpinan BKPM 2015 DAFTAR ISI 1. PERATURAN
Lebih terperinciPeraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8);
- 2-3. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4746); 4. Undang-Undang Nomor 39 Tahun
Lebih terperinciKEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 127 TAHUN 2002 TENTANG
KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 127 TAHUN 2002 TENTANG POLA HUBUNGAN KERJA SAMA PEMERINTAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DENGAN PEMERINTAH DAERAH LAIN GUBERNUR
Lebih terperinciPENGEMBANGAN PUSAT UNGGULAN IPTEK (FORM ISIAN LEMBAGA) KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI
BORANG PENGEMBANGAN PUSAT UNGGULAN IPTEK (FORM ISIAN LEMBAGA) KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI i 2011 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas terselesaikannya Borang Pengembangan Pusat
Lebih terperinci- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL
- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Tersedianya infrastruktur seperti jalan, jembatan, pelabuhan, bendungan dan infrastruktur fisik lainnya menjadi pendorong bagi kegiatan ekonomi, peningkatan kualitas
Lebih terperinci