Laporan Ekonomi Bulanan
|
|
- Sri Setiawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Kamar Dagang dan Industri Indonesia Laporan Ekonomi Bulanan Maret 27 Sekretariat Kamar Dagang dan Industri Indonesia oleh Erna Zetha dan DR. Tulus Tambunan Menara Kadin Indonesia 29 th Floor Jl. HR. Rasuna Said X-5 Kav. 2-3 Kuningan Jakarta Selatan
2 INDIKATOR EKONOMI No Indikator Nilai PDB Harga Konstan Tahun 2 (Rp triliun) 1,5.1 1, , ,75.7 1, Pertumbuhan PDB (%) Inflasi (%) Total Expor (USD milyar) Expor Non Migas (USD milyar) Total Impor (USD milyar) Impor Non Migas (USD milyar) Neraca Perdagangan (USD milyar) Neraca Transaksi Berjalan (USD milyar) (1) 1 Cadangan Devisa (USD milyar, akhir tahun) Posisi Utang Luar Negeri (USD milyar) (2) 12 Rupiah/USD (Kurs Tengah Bank Indonesia) 8,94 8,33 9,355 9,83 9,2 13 Total Penerimaan Pemerintah (Rp triliun) (*) 14 Total Pengeluaran Pemerintah (Rp triliun) (*) 15 Defisit Anggaran (Rp triliun) (*) 16 Uang Primer (Rp triliun) (3) 17 Uang Beredar (Rp triliun) a. Arti Sempit (M1) (4) b. Arti Luas (M2) ,33.5 1,23.2 1,325.7 (4) 18 Dana Pihak Ketiga Perbankan (Rp triliun) , ,244.9 (4) 19 Kredit Perbankan (Rp trilioun) (4) 2 Suku Bunga (% per tahun) a. SBI satu bulan b. Deposito 1 bulan c. Kredit Modal Kerja d. Kredit Investasi Persetujuan Investasi - Domestik (Rp triliun) (3) - Asing (US$ milyar) (3) 22 IHSG BEJ ,2.2 1, , Nilai Kapitalisasi Pasar BEJ (Rp triliun) Source: BPS, BI and JSX 1) Triwulan I-III 3) Posisi akhir November 2 2) Posisi akhir triwulan I 2 4) Posisi akhir Oktober 2 *) dalam APBN 2 Laporan Ekonomi Bulan Maret 27 Kamar Dagang dan Industri Indonesia 2
3 Perkembangan Ekonomi Indonesia Analisa Bulanan Oleh Sekretariat KADIN Indonesia Erna Zetha dan DR. Tulus Tambunan KADIN Indonesia Maret 27 Indonesia dipandang perlu memperkuat kemitraan antara pemerintah dengan swasta, serta mengembangkan spesialisasi produksi agar tidak terjebak dalam stagnasi maupun perlambatan pertumbuhan ekonomi. Demikian antara lain pandangan yang mengemuka dalam laporan terbaru Bank Dunia berjudul East Asia & Pacific Update. Laporan yang mencermati pertumbuhan ekonomi kawasan Asia Timur setelah satu dekade krisis keuangan tersebut, seharusnya menyadarkan kita bahwa perekonomian Indonesia secara riil belum dapat dikatakan telah bangkit kembali, tetapi juteru terperangkat dalam keseimbangan di tingkat pertumbuhan ekonomi yang relatif rendah. Sejak krisis ekonomi melanda Indonesia tahun 1997/1998, pertumbuhan ekonomi Indonesia memang tidak pernah lagi mencapai tingkatan yang cukup berarti. Pertumbuhan ekonomi tertinggi dicapai pada tahun 25 ketika mencatat angka sebesar 5,6 persen, tetapi kemudian turun kembali pada tahun 2. Hal ini tidak saja karena tidak didukung oleh peningkatan investasi yang memadai, tetapi juga karena masih terpuruknya sektor produksi riil. Karena itu, jika ada yang mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia semakin tidak berkualitas, nampaknya cukup beralasan. Pertumbuhan ekonomi yang berlangsung dewasa ini juga ditandai dengan meningkatnya pengangguran dan melebarnya kesenjangan ekonomi antara daerah kaya dan daerah miskin (Kompas, 14/3/27). Hal ini memperjelas dugaan bahwa distribusi pendapatan di Indonesia juga semakin timpang, baik antara golongan ekonomi masyarakat maupun antar daerah di Indonesia. % GDP Growth By Expenditure, 21-2 (%) Private Consumption Export Capital Formation GDP Growth Berkaitan dengan hal tersebut, maka tidaklah mengherankan jika pertumbuhan ekonomi tahun 2 lalu -- yang sebenarnya tidak buruk -- tidak dirasakan oleh sebagian besar masyarakat. Masyarakat golongan menengah ke bawah justeru merasakan bahwa kehidupan mereka semakin sulit, tidak saja karena semakin mahalnya harga kebutuhan pokok, terutama beras dan bahan bakar minyak, tetapi juga semakin sulitnya memperoleh pekerjaan dan meningkatkan pendapatan. Kondisi inilah yang menyebabkan turun drastisnya popularitas Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di kalangan masyarakat akhir-akhir ini. Hampir dipastikan bahwa ketidakpuasan masyarakat terhadap pemerintah terutama berkaitan dengan masalah perekonomian yang dianggap tidak berpihak kepada kepentingan masyarakat luas. Laporan Ekonomi Bulan Maret 27 Kamar Dagang dan Industri Indonesia 3
4 Keinginan pemerintah untuk meningkatkan investasi lebih terlihat sekedar wacana dengan mengundang para investor asing, tetapi tidak dengan diikuti dengan kebijakan yang dapat mendorong sektor produksi. Bahkan pemerintah terlihat tidak jeli mengantisipasi berbagai persoalan di sektor produksi, dan seringkali mengatasi segala persoalan secara adhoc, antara lain dengan membuka kran impor. Ketidaksinkronan kebijakan antar departemen terlihat jelas dalam masalah perberasan nasional, misalnya. Karena tidak sejalannya arah kebijakan Departemen Pertanian, BULOG, dan Departemen Perdagangan, maka masyarakat konsumen dirugikan dengan malonjaknya harga beras, sementara petani padi juga tetap dirugikan karena pada kenyataannya mereka tidak menikmati kenaikan harga gabah seperti yang ditetapkan pemerintah. Ketidakharmonisan kebijakan antar departemen menunjukkan bahwa arah kebijakan ekonomi pemerintah memang tidak jelas, karena tidak lagi diprogram secara baik menjadi satu kesatuan program jangka panjang. Kebijakan ekonomi terlihat lebih terfokus untuk mencapai stabilitas ekonomi makro, yang harus diakui dapat tejaga dengan baik. Sejak terjadinya krisis ekonomi, yang diawali oleh krisis nilai tukar, pemerintah terkesan terpaku untuk lebih mementingkan stabilitas nilai tukar, sehingga seolah-olah lupa bahwa pertumbuhan ekonomi justeru lebih penting untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Revitalisasi pertanian yang dicanangkan di awal pemerintahan SBY seolah-olah hanya sekedar wacana belaka, karena pada kenyataannya kebijakan di sektor pertanian tidak mengindikasikan hal tersebut ingin diwujudkan. Terjadinya kelangkaan pupuk dan mahalnya berbagai sarana produksi lainnya menunjukkan bahwa sektor pertanian tidak kunjung mendapat prioritas perhatian, seperti halnya ketika Indonesia mencanangkan swasembada beras pada tahun Pada waktu itu dikenal pogram yang berkaitan dengan Panca Usaha Tani, sebagai program yang memegang peranan penting bagi tercapainya swasembada beras. Di sektor industri manufakur, perhatian pemerintah juga masih jauh dari memadai. Berbagai permasalahan yang dihadapi dunia usaha tidak kunjung diatasi dengan tuntas, seperti masalah perburuan dan masalah perpajakan. Sementara itu, akibat liberalisasi sektor perbankan kebijakan ekonomi yang menjembatani sektor produksi dengan sektor finansial menjadi sangat terbatas, karena lebih bersifat himbauan dan desakan untuk segera mengucurkan kredit kepada sektor produksi. Sektor produksi dan sektor finansial masing-masing berjalan sendiri-sendiri, karena tidak ada lagi kewajiban bagi sektor perbankan untuk membiayai sektor produksi, seperti halnya ketika Kredit Investasi Kecil (KIK) dan Kredit Modal Kerja Permanen (KMKP) diprogramkan pada tahun Pada waktu itu, dalam rangka membantu peningkatan produksi dan pendapatan terutama pengusaha-pengusaha ekonomi lemah, pemerintah melalui bank-bank pemerintah dan bank-bank swasta yang diizinkan mengambil kebijaksanaan berupa penyaluran kredit kecil yang dikenal dengan nama KIK dan KMKP. Penyaluran kredit dengan persyaratan yang lunak dan prosedur yang sederhana tersebut dimaksudkan untuk mendorong perkembangan usaha dari pengusaha kecil pribumi serta menunjang pertumbuhan proyek-proyek yang lebih bersifat padat karya. Terlepas dari berbagai persoalan yang dihadapi program KIKI/KMKP pada waktu itu, namun terlihat jelas bahwa keinginan pemerintah di masa lalu untuk memprioritaskan peningkatan pendapatan golongan ekonomi lemah dapat diwujudkan melalui bidang perkreditan perbankan. Selayaknya pengalaman empiris tersebut menjadi pelajaran berharga yang bisa diimplementasikan dalam bentuk yang lebih fleksibel dewasa ini. Seharusnya kerja sama antara berbagai sektor ekonomi kembali digalakkan untuk mencapai pembangunan ekonomi, tanpa harus mengorbankan independensi sekor perbankan. Dengan demikian kebijakan ekonomi menjadi suatu kesatuan kebijakan yang mengkaitkan seluruh bidang. Meskipun dewasa ini perbankan tidak lagi diarahkan untuk berperan sebagai agent of development, namun bukan berarti dapat mengabaikan fungsinya sebagai lembaga intermediasi. Rendahnya ekpansi kredit perbankan sejak tahun 2 menyebabkan loans to deposits ratio kembali menurun sejak tahun 2. Bahkan keadaan ini terus berlanjut sampai triwulan I 27, sehingga mencatatkan LDR berada di sekitar 6 persen. Pada akhir Februari 27 posisi kredit perbankan yang mencapai Rp 777,9 triliun mengalami penurunan sekitar 1,2 persen dibandingkan posisi kredit di akir tahun 2 yang mencapai Rp 787,14 triliun. Kondisi ini ternyata juga diikuti oleh penurunan posisi penghimpunan dana pihak ketiga sekitar,2 persen, yaitu dari Rp 1.298,75 trilun pada akhir tahun 2 menjadi Rp 1.295,9 triliun pada akhir Febuari 27. Tetapi di lain pihak, secara umum sektor perbankan menunjukkan perbaikan kesehatannya seiring dengan meningkatnya ROA dari 2,6 persen menjadi 2,8 persen, yang juga diikuti oleh penurunan Non Performing Loan. Laporan Ekonomi Bulan Maret 27 Kamar Dagang dan Industri Indonesia 4
5 Loans to Deposits Ratio, Pertum buhan Kredit, dan Pertum buhan Dana Perbankan (%) Feb'7 LDR Pertum buhan Kredit Pertum buhan Dana Oleh karena itu pelonggaran sejumlah aturan kredit oleh Bank Indonesia, yang didukung penuh pemerintah, diharapkan dapat menjadi salah satu jalan keluar dari kemandegan yang terjadi di sektor riil. Meskipun yang paling dibutuhkan sebenarnya adalah terciptanya iklim usaha yang kondusif, seperti aturan soal perpajakan, kepabean, dan juga soal perburuan yang sampai saat ini belum juga ada jalan keluarnya. Tanpa perbaikan iklim investasi, maka pelonggaran aturan kredit tidak akan efektif, bahkan akan menjadi bumerang bagi stabilitas ekonomi. Seperti diketahui, sejak tahun 2 sampai sekarang Bank Indonesia sudah memperlonggar sebanyak 17 peraturannya yang tujuannya menghidupkan kembali sektor swasta dengan adanya dukungan likuiditas dari perbankan. Selain itu kebijakan BI tersebut hendaknya dimanfaatkan secara benar oleh dunia usaha dengan tujuan untuk benar-benar meningkatkan investasi bagi kegiatan produksi. Kebijakan akan menjadi malapetaka baru jika moral hazard kembali mengemuka di kalangan dunia usaha. Perkembangan Moneter Sementara itu, ditinjau dari sisi moneter, tidak dapat dipungkiri bahwa perekonomian Indonesia sudah berada pada jalur yang tepat (on the right track). Stabilitas makro ekonomi terus terjaga dengan baik dengan kurs rupiah yang cenderung menguat, sehingga tingkat inflasi dapat terus ditekan dan suku bunga perbankan terus diturunkan. Selama tahun 2 kurs rupiah mengalami apresiasi sekitar 8,2 persen, dan selama tiga bulan pertama tahun 27 dapat dikatakan relatif stabil pada kisaran sekitar Rp 9.1 per dollar AS. Angka inflasi yang melonjak tinggi pada tahun 25 (17,1%) turun menjadi 6,6 persen pada tahun 2, dan diharapkan dapat terus terkendalikan selama tahun 27. Selama Januari-Maret 27 angka inflasi mencapai 1,91 persen yang lebih rendah dari angka inflasi pada periode yang sama tahun 2, yaitu sebesar 1,98 persen. Laporan Ekonomi Bulan Maret 27 Kamar Dagang dan Industri Indonesia 5
6 Kurs Tengah Rupiah Terhadap Dollar AS Januari 2 - April 27 Rp/US$ 8,5 8,7 8,9 9,1 9,3 9,5 9,7 9,9 2-Jan- 2-Feb- 3-Mar- 5-Apr- 9-May- 12-Jun- 11-Jul- 9-Aug- 12-Sep- 11-Oct- 16-Nov- 15-Dec- 17-Jan Feb Mar-7 Namun sebenarnya inflasi bulan Maret 27 yang mencapai,24 persen bukanlah angka yang rendah, karena dibandingkan angka inflasi Maret pada tahun-tahun sebelumnya, inflasi Maret 27 hanya lebih rendah dibandingkan inflasi Maret 25. Sedangkan pada Maret tahun-tahun sebelumnya sejak tahun 22 dan juga dibandingkan dengan inflasi Maret 2, angka inflasi pada Maret 27 jauh lebih tinggi. Oleh karena itulah Bank Indonesia, yang mengantisipasi kenaikan angka inflasi mulai mengerem penurunan suku bunga acuan BI rate. Inflasi Kumulatif (%) % January February March April May June July August September October November December Setelah menurunkan BI rate sebanyak sembilan kali sejak Juli 2, Bank Indonesia mulai menghentikan penurunan BI rate untuk tetap berada di level 9 persen pada awal April lalu. Menurut Bank Indonesia, jeda ini dimaksudkan untuk mencermati lebih jauh dampak dan perkembangan berbagai kebijakan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah dan juga Bank Indonesia. Selain itu juga untuk mengantisipasi kemungkinan kenaikan angka inflasi yang dapat muncul jika terjadi ketidakseimbangan di sektor moneter dengan sektor riil. Laporan Ekonomi Bulan Maret 27 Kamar Dagang dan Industri Indonesia 6
7 Perkembangan BI Rate (25 - April 27) Desember 12.75% 7-Dec 9.75% 5-Apr 9.% 1-Nov 12.25% 7-Nov 1.25% 6 Maret 9.% 4 Oktober 11.% 5 Oktober 1.75% 6 Februari 9.25% 6-Sep 1.% 6-Sep 11.25% 4 Januari 9.5% 9 Agustus 8.75% 8 Agustus 11.75% 5 Juli 8.5% 5 Juli 12.25% 6 Juni 12.5% 9 Mei 12.5% 5-Apr 12.75% 7 Maret 12.75% 7 Februari 12.75% 9 Januari 12.75% Sumber: Bank Indonesia Perkembangan Ekspor Kinerja ekspor Indonesia dalam dua bulan terakhir tahun 27 menunjukkan penurunan. Setelah nilai ekspor Januari 27 menurun 12,4 persen dibandingkan dengan nilai ekspor Desember 2, nilai ekspor Indonesia pada Februari 27 kembali mengalami penurunan. Dengan nilai ekspor sebesar US$8,32 miliar, maka nilai ekspor Indonesia bulan Februari 27 menurun,44 persen dibandingkan dengan nilai ekspor bulan Januari 27 yang berada di posisi US$8,35 miliar. Indonesia's Export January-February 2 & 27 Value FOB (US$ million) % Change % Change % Share Feb-7 Jan-Feb 27 to Total Description January February Jan-Feb Jan-Feb to to Jan-Feb Jan-7 Jan-Feb 2 27 Export 8, , , ,67.9 (.44) Oil and Gas 1, ,46.4 3,462. 2,948.1 (1.84) (14.84) Crude Oil ,41.4 1, (11.74) 7.42 Refinery Product (6.62) 2.19 Gas , ,345.9 (12.52) (19.38) 8.7 Non-oil and gas 6, , , ,722.8 (.14) Source: Statistics Indonesia Walaupun demikian, jika dibandingkan dengan nilai ekspor pada periode yang sama tahun 2 atau secara year on year nilai ekspor pada dua bulan pertama tahun 27 tetap lebih baik. Pada Januari-Februari 27 nilai ekspor Indonesia mencapai US$ 16,67 miliar atau naik sekitar 11,47 persen terhadap nilai ekspor pada periode yang sama tahun 2 yang tercatat sebesar US$ 14,96 miliar. Dengan nilai impor sebesar US$ 9,91 miliar maka pada dua bulan pertama tahun 27 neraca perdagangan mencatat suplus sebesar US$ 6,76 miliar. Kondisi ini terus meningkatkan cadangan devisa di Bank Indonesia, meskipun pada tahun 2 lalu Indonesia telah melunasi utangnya kepada IMF. Pada akhir Maret 27 cadangan devisa mencapai US$ 47,2 miliar yang meningkat sekitar US$ 4,6 miliar atau 1,8 persen dari posisi cadangan devisa pada akhir tahun 2. Laporan Ekonomi Bulan Maret 27 Kamar Dagang dan Industri Indonesia 7
8 Reserve Asset Position Maret 27 US$ billion Feb 2 April 2 June 2 Auguts 2 Oct 2 Dec- Feb-7 Perkembangan Impor Sementara itu nilai impor Indonesia pada bulan Februari 27 mencapai US$4,66 miliar atau turun 11,7 persen dibandingkan nilai impor bulan Januari 27 yang sebesar US$5,24 miliar. Sedangkan nilai impor Januari-Februari 27 yang mencapai US$9,91 miliar menunjukkan peningkatan sekitar 11,1 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2, yang mencapai US$8,892 miliar. Value CIF (US$ million) % Change % Change % Share Description Jan Feb Jan-Feb Jan-Feb Feb-7 Jan-Feb to Total to Jan to 2 Jan-Feb 27 Import 5, ,663. 8, ,9.7 (11.7) Oil and Gas 1, ,78.1 2,44. 2,44. (2.84) Crude Oil , (34.12) Refinery Product , ,476.4 (1.96) Gas Non-oil and gas 3, , ,466.7 (84.93) Source: Statistics Indonesia Indonesia's Import January-February 27 Meskipun secara kumulatif mengalami peningkatan, namun kenaikan nilai impor ini belum menunjukkan adanya perbaikan pada sektor produksi riil. Meskipun terjadi kenaikan pada impor bahan baku sebesar 13,5 persen pada Januari-Februari 27, namun hal tersebut belum melegakan, karena bersamaan dengan itu juga terjadi penurunan impor barang modal sebesar 4,43 persen. Hal ini menunjukkan masih belum terjadinya peningkatan investasi yang cukup berarti di sektor produksi ril. Dan yang lebih tidak menggembirakan lagi adalah kenyataan semakin tingginya nilai impor barang konsumsi, yang untuk periode Januari-Februari 27 meningkat sekitar 23,28 persen. Jika dilihat berdasarkan negara asal. Negara pemasok barang impor nonmigas terbesar dewasa ini adalah China, yaitu dengan nilai yang mencapai US$1,14 miliar (15,26 persen), kemudian baru diikuti oleh Jepang dengan nilai US$,92 miliar (12,29 persen), dan Amerika Serikat US$,67 miliar (8,95 persen). Sementara nilai impor nonmigas dari ASEAN mencapai 21,18 persen dan Uni Eropa 13,5 persen. Laporan Ekonomi Bulan Maret 27 Kamar Dagang dan Industri Indonesia 8
9 Hal ini memperlihatkan ketergantungan Indonesia yang semakin besar terhadap produk-produk asal China. Bahkan sudah melebihi impor dari negara-negara importir utama seperti Jepang dan AS. Jika pada tahun 2 terkadang impor terbesar berasal dari China dan Jepang, maka sekarang ini terlihat Jepang sudah makin tertinggal dalam memasok barang-barang kebutuhan dalam negeri Indonesia dibandingkan dengan China. Produk unggulan China yang paling membanjiri pasar Indonesia tidak lain adalah tekstil dan elektronika. Meskipun dengan kualitas yang tidak terlalu baik, namun dengan harga yang terjangkau, masyarakat lebih memilih produk China dibandingkan produk dari negara-negara lainnya. This report is for use by professional and business investors only and has been prepared for information purposes and is not an offer to sell or a solicitation to buy any institution. The information herein was obtained or derived from sources that we believe are reliable, but whilst all reasonable care has been taken to ensure This report is for use by professional and business investors only and has been prepared for information purposes and is not an offer to sell or a solicitation to buy that stated facts are accurate and opinions fair and reasonable, we do not represent that it is accurate or complete and it should not be relied upon as such. All opinions and estimates included in this report constitute our judgment as of this date and are subject to change without notice. This document is for the information of clients only and must not be copied, reproduced or mare available to others. Laporan Ekonomi Bulan Maret 27 Kamar Dagang dan Industri Indonesia 9
Laporan Ekonomi Bulanan
Kamar Dagang dan Industri Indonesia Laporan Ekonomi Bulanan Juli 27 Sekretariat Kamar Dagang dan Industri Indonesia oleh Erna Zetha Rusman Menara Kadin Indonesia 29 th Floor Jl. HR. Rasuna Said X-5 Kav.
Lebih terperinciLaporan Ekonomi Bulanan
Kamar Dagang dan Industri Indonesia Laporan Ekonomi Bulanan Februari 2007 Sekretariat Kamar Dagang dan Industri Indonesia oleh Erna Zetha dan DR. Tulus Tambunan Menara Kadin Indonesia 29 th Floor Jl. HR.
Lebih terperinciLaporan Ekonomi Bulanan
Kamar Dagang dan Industri Indonesia Laporan Ekonomi Bulanan Desember 2007 Sekretariat Kamar Dagang dan Industri Indonesia oleh Erna Zetha Rusman Menara Kadin Indonesia 29 th Floor Jl. HR. Rasuna Said X-5
Lebih terperinciLaporan Ekonomi Bulanan
Laporan Ekonomi Bulanan Edisi Juli 2005 Diterbitkan oleh Sekretariat Kadin Indonesia Kerjasama KADIN Indonesia dan JETRO JETRO Expert: Yojiro OGAWA Indikator Ekonomi Indikator 2000 2001 2002 2003 2004
Lebih terperinciLaporan Ekonomi Bulanan
Kamar Dagang dan Industri Indonesia Laporan Ekonomi Bulanan Desember 2006 Sekretariat Kamar Dagang dan Industri Indonesia oleh Erna Zetha DR. Tulus Tambunan Menara Kadin Indonesia 29 th Floor Jl. HR. Rasuna
Lebih terperinciKAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA. Laporan Ekonomi Bulanan. Mei 2006
KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Laporan Ekonomi Bulanan Mei 2006 Diterbitkan oleh Sekretariat Kadin Indonesia Kerjasama KADIN Indonesia dan JETRO Yojiro OGAWA Shoji MAEDA Erna Zetha Tulus Tambunan
Lebih terperinciLaporan Ekonomi Bulanan
Laporan Ekonomi Bulanan Edisi September 2005 Diterbitkan oleh Sekretariat Kadin Indonesia Kerjasama KADIN Indonesia dan JETRO JETRO Expert: Yojiro OGAWA Indikator Ekonomi Indikator 2001 2002 2003 2004
Lebih terperinciLaporan Ekonomi Bulanan
Kamar Dagang dan Industri Indonesia Laporan Ekonomi Bulanan Juli 2008 Sekretariat Kamar Dagang dan Industri Indonesia oleh Erna Zetha Rusman Menara Kadin Indonesia 29 th Floor Jl. HR. Rasuna Said X-5 Kav.
Lebih terperinciLaporan Ekonomi Bulanan
Kamar Dagang dan Industri Indonesia Laporan Ekonomi Bulanan Mei 27 Sekretariat Kamar Dagang dan Industri Indonesia oleh Erna Zetha dan DR. Tulus Tambunan Menara Kadin Indonesia 29 th Floor Jl. HR. Rasuna
Lebih terperinciLaporan Ekonomi Bulanan
Laporan Ekonomi Bulanan Maret 2006 Diterbitkan oleh Sekretariat Kadin Indonesia Kerjasama KADIN Indonesia dan JETRO JETRO Expert: Yojiro OGAWA Indikator Ekonomi Indikator 2002 2003 2004 2005 2006 1. Nilai
Lebih terperinciLaporan Ekonomi Bulanan
Laporan Ekonomi Bulanan Edisi Desember 2005 Diterbitkan oleh Sekretariat Kadin Indonesia Kerjasama KADIN Indonesia dan JETRO JETRO Expert: Yojiro OGAWA Shoji MAEDA Erna Zetha Rusman Indikator Ekonomi Indikator
Lebih terperinciLaporan Ekonomi Bulanan
Kamar Dagang dan Industri Indonesia Laporan Ekonomi Bulanan Juli 2006 Sekretariat Kamar Dagang dan Industri Indonesia oleh Erna Zetha DR. Tulus Tambunan Menara Kadin Indonesia 29 th Floor Jl. HR. Rasuna
Lebih terperinciLaporan Ekonomi Bulanan
Kamar Dagang dan Industri Indonesia Laporan Ekonomi Bulanan Februari 2008 Sekretariat Kamar Dagang dan Industri Indonesia oleh Erna Zetha Rusman Menara Kadin Indonesia 29 th Floor Jl. HR. Rasuna Said X-5
Lebih terperinciLaporan Ekonomi Bulanan
Laporan Ekonomi Bulanan Edisi Januari 2006 Diterbitkan oleh Sekretariat Kadin Indonesia Kerjasama KADIN Indonesia dan JETRO JETRO Expert: Yojiro OGAWA INDIKATOR EKONOMI Indikator 2001 2002 2003 2004 2005
Lebih terperinciLaporan Ekonomi Bulanan
Kamar Dagang dan Industri Indonesia Laporan Ekonomi Bulanan Oktober 2007 Sekretariat Kamar Dagang dan Industri Indonesia oleh Erna Zetha Rusman Menara Kadin Indonesia 29 th Floor Jl. HR. Rasuna Said X-5
Lebih terperinciLaporan Ekonomi Bulanan
Kamar Dagang dan Industri Indonesia Laporan Ekonomi Bulanan Juni 2007 Sekretariat Kamar Dagang dan Industri Indonesia oleh Erna Zetha dan DR. Tulus Tambunan Menara Kadin Indonesia 29 th Floor Jl. HR. Rasuna
Lebih terperinciLaporan Ekonomi Bulanan
Laporan Ekonomi Bulanan Edisi November 2005 Diterbitkan oleh Sekretariat Kadin ndonesia Kerjasama KADN ndonesia dan JETRO JETRO Expert: Yojiro OGAWA ndikator Ekonomi ndikator 2001 2002 2003 2004 2005 1.
Lebih terperinciLaporan Ekonomi Bulanan
Kamar Dagang dan Industri Indonesia Laporan Ekonomi Bulanan September 2007 Sekretariat Kamar Dagang dan Industri Indonesia oleh Erna Zetha Rusman Menara Kadin Indonesia 29 th Floor Jl. HR. Rasuna Said
Lebih terperinciLaporan Ekonomi Bulanan
Kamar Dagang dan Industri Indonesia Laporan Ekonomi Bulanan Oktober 2006 Sekretariat Kamar Dagang dan Industri Indonesia oleh Erna Zetha DR. Tulus Tambunan Menara Kadin Indonesia 29 th Floor Jl. HR. Rasuna
Lebih terperinciLaporan Ekonomi Bulanan
Kamar Dagang dan Industri Indonesia Laporan Ekonomi Bulanan Agustus 27 Sekretariat Kamar Dagang dan Industri Indonesia oleh Erna Zetha Rusman Menara Kadin Indonesia 29 th Floor Jl. HR. Rasuna Said X-5
Lebih terperinciLaporan Ekonomi Bulanan
Kamar Dagang dan Industri Indonesia Laporan Ekonomi Bulanan November 2006 Sekretariat Kamar Dagang dan Industri Indonesia oleh Erna Zetha DR. Tulus Tambunan Menara Kadin Indonesia 29 th Floor Jl. HR. Rasuna
Lebih terperinciLaporan Ekonomi Bulanan
Kamar Dagang dan Industri Indonesia Laporan Ekonomi Bulanan Januari 2008 Sekretariat Kamar Dagang dan Industri Indonesia oleh Erna Zetha Rusman Menara Kadin Indonesia 29 th Floor Jl. HR. Rasuna Said X-5
Lebih terperinciLaporan Ekonomi Bulanan
Kamar Dagang dan Industri Indonesia Laporan Ekonomi Bulanan Januari 2007 Sekretariat Kamar Dagang dan Industri Indonesia oleh Erna Zetha DR. Tulus Tambunan Menara Kadin Indonesia 29 th Floor Jl. HR. Rasuna
Lebih terperinciKondisi Perekonomian Indonesia
KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan
Lebih terperinciLaporan Ekonomi Bulanan
Kamar Dagang dan Industri Indonesia Laporan Ekonomi Bulanan Agustus 2006 Sekretariat Kamar Dagang dan Industri Indonesia oleh Erna Zetha DR. Tulus Tambunan Menara Kadin Indonesia 29 th Floor Jl. HR. Rasuna
Lebih terperinciLaporan Ekonomi Bulanan
Laporan Ekonomi Bulanan Juni 2006 Diterbitkan oleh Sekretariat Kadin Indonesia Oleh Yojiro Ogawa Shoji Maeda Erna Zetha Tulus Tambunan Kamar Dagang dan Industri Indonesia Sekretariat: Menara Kadin Lt.
Lebih terperinciLaporan Ekonomi Bulanan
Laporan Ekonomi Bulanan Februari 2006 Diterbitkan oleh Sekretariat Kadin Indonesia Kerjasama KADIN Indonesia dan JETRO JETRO Expert: Yojiro OGAWA Indikator Ekonomi Indikator 2002 2003 2004 2005 2006 1.
Lebih terperinciEconomic Update. Exhibit 1. Kontribusi Lapangan Usaha Terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Exhibit 2. Kontribusi Penggunaan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Highlights PDB Indonesia Triwulan I 2010 Tumbuh +5,7% YoY Laju Inflasi April 2010 Meningkat Pertumbuhan Impor Lebih Cepat Dari Ekspor Maret 2010 BI Rate Tetap Pada Level 6,5% Ratna Lim Ratna@megaci.com
Lebih terperinciAnalisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011
Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011 Nomor. 30/AN/B.AN/2010 0 Bagian Analisa Pendapatan Negara dan Belanja Negara Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI Analisis Asumsi Makro Ekonomi
Lebih terperinciPERKEMBANGAN DAN VOLATILITAS NILAI TUKAR RUPIAH
PERKEMBANGAN DAN VOLATILITAS NILAI TUKAR RUPIAH Asumsi nilai tukar rupiah terhadap US$ merupakan salah satu indikator makro penting dalam penyusunan APBN. Nilai tukar rupiah terhadap US$ sangat berpengaruh
Lebih terperinciBAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN
BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan tersebut muncul dari faktor internal maupun faktor eksternal. Namun saat ini, permasalahan
Lebih terperinciANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014
ANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014 Pendahuluan Akibat dari krisis ekonomi yang dialami Indonesia tahun
Lebih terperinciPEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN
PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN KANTOR MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) DIREKTORAT PERENCANAAN MAKRO FEBRUARI
Lebih terperinciBAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN
BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Perkembangan ekonomi makro bulan Oktober 2004 hingga bulan Juli 2008 dapat diringkas sebagai berikut. Pertama, stabilitas ekonomi tetap terjaga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Small open economic, merupakan gambaran bagi perekonomian Indonesia saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap perekonomian dunia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perekonomian di Indonesia. Fluktuasi kurs rupiah yang. faktor non ekonomi. Banyak kalangan maupun Bank Indonesia sendiri yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat krisis keuangan global beberapa tahun belakan ini kurs, inflasi, suku bunga dan jumlah uang beredar seolah tidak lepas dari masalah perekonomian di Indonesia.
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN FEBRUARI 2002
REPUBLIK INDONESIA PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN FEBRUARI 2002 Kepercayaan masyarakat baik dalam maupun luar negeri masih relatif lemah sebagaimana yang tercermin dari survei yang dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Uang mempermudah manusia untuk saling memenuhi kebutuhan hidup dengan cara melakukan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Perbankan sebagai bagian dari sistem keuangan diharapkan dapat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem Perbankan sebagai bagian dari sistem keuangan diharapkan dapat meningkatkan perannya secara optimal sebagai lembaga intermediasi didalam momentum recovery setelah
Lebih terperinciBAB I KONDISI EKONOMI MAKRO TAHUN 2004
BAB I KONDISI EKONOMI MAKRO TAHUN 24 Kondisi ekonomi menjelang akhir tahun 24 dapat disimpulkan sebagai berikut. Pertama, sejak memasuki tahun 22 stabilitas moneter membaik yang tercermin dari stabil dan
Lebih terperinciKAJIAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO INDONESIA: Dampak Kenaikan BBM. A.PRASETYANTOKO Kantor Chief Economist
KAJIAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO INDONESIA: Dampak Kenaikan BBM A.PRASETYANTOKO Kantor Chief Economist Isi Presentasi Mengapa perlu kenaikan harga BBM? Beban Anggaran Kemiskinan dan BLSM Benarkah keputusan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JANUARI 2002
REPUBLIK INDONESIA PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JANUARI 2002 Posisi uang primer pada akhir Januari 2002 menurun menjadi Rp 116,5 triliun atau 8,8% lebih rendah dibandingkan akhir bulan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN APRIL 2002
REPUBLIK INDONESIA PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN APRIL 2002 Pada bulan April 2002 pemerintah berhasil menjadwal ulang cicilan pokok dan bunga utang luar negeri pemerintah dalam Paris Club
Lebih terperinciBAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN
BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Sejak pertengahan tahun 2006, kondisi ekonomi membaik dari ketidakstabilan ekonomi tahun 2005 dan penyesuaian kebijakan fiskal dan moneter yang
Lebih terperinciPelemahan Rupiah: Haruskah Kita Panik? Mohammad Indra Maulana (Alumni FEB UGM)
Pelemahan Rupiah: Haruskah Kita Panik? Mohammad Indra Maulana (Alumni FEB UGM) 12/14/2014 Pertanyaan 1: Benarkah selalu melemah selama Desember? 12/14/2014 M. Indra Maulana 2 Nilai tukar Rupiah saat ini
Lebih terperinciKinerja CARLISYA PRO SAFE
29-Jan-16 NAV: (netto) vs per December 2015 () 5.15% 6.92% Total Dana Kelolaan 395,930,218.07 10 0-100% Kinerja - Inflasi (Jan 2016) 0.51% Deskripsi Jan-16 YoY - Inflasi (YoY) 4.14% - BI Rate 7.25% Yield
Lebih terperinciLAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001
REPUBLIK INDONESIA LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 Dalam tahun 2000 pemulihan ekonomi terus berlangsung. Namun memasuki tahun
Lebih terperinciTinjauan Ekonomi Desember 2009
Tinjauan Ekonomi Desember 2009 Akhir Tahun 2009, BI rate tetap 6,50% Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia akhirnya menetapkan untuk mempertahankan BI rate sebesar 6,50%, menurut Dewan Gubernur Bank Indonesia
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,
BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peran perbankan dalam masa pembangunan saat ini sangatlah penting dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Peran perbankan dalam masa pembangunan saat ini sangatlah penting dan dibutuhkan untuk menunjang kegiatan usaha di Indonesia, hal ini terlihat dari besarnya
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO
PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO PEREKONOMIAN GLOBAL PEREKONOMIAN DOMESTIK PROSPEK DAN RISIKO KEBIJAKAN BANK INDONESIA 2 2 PERTUMBUHAN EKONOMI DUNIA TERUS MEMBAIK SESUAI PERKIRAAN... OUTLOOK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULAN. yang sedang berkembang (emerging market), kondisi makro ekonomi
BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi ini pasar modal merupakan instrumen penting dalam perekonomian suatu negara. Pasar modal yang ada di Indonesia merupakan pasar yang sedang
Lebih terperinciANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV
ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis
Lebih terperinciMACROECONOMIC REPORT JUNI, 2014
INFLASI BULAN MEI TERCATAT 0,1% Pada bulan Mei 2014, laju inflasi tercatat sebesar 0,1%. Faktor pendukung inflasi karena harga makanan jadi dan minuman yang meningkat. Inflasi tahun kalender sebesar 1,56%,
Lebih terperinciAnalisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI
Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2008 Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 Asumsi Dasar dan Kebijakan Fiskal 2008 Sesuai dengan ketentuan UU Nomor 17 Tahun 2003, Pemerintah Pusat diwajibkan untuk menyampaikan
Lebih terperinciTINJAUAN EKONOMI Januari 2010
TINJAUAN EKONOMI Januari 2 Cadangan Devisa Sumber : Bank Indonesia dan Data Olahan Erdikha Awal Tahun 2, BI rate inline dengan konsensusnya Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan
Lebih terperinciBAB II PROSES PEMULIHAN EKONOMI TAHUN 2003
BAB II PROSES PEMULIHAN EKONOMI TAHUN 23 Secara ringkas stabilitas moneter dalam tahun 23 tetap terkendali, seperti tercermin dari menguatnya nilai tukar rupiah; menurunnya laju inflasi dan suku bunga;
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. nasional sangatlah diperlukan untuk mengejar ketertinggalan di bidang ekonomi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang masih memiliki tingkat kesejahteraan penduduk yang relatif rendah. Oleh karena itu kebutuhan akan pembangunan nasional sangatlah diperlukan
Lebih terperinciKinerja CENTURY PRO FIXED
29-Jan-16 NAV: Total Dana Kelolaan 3,058,893,148.56 - Keuangan - Infrastruktur 0-80% AAA A - 66.33% 15.52% 18.15% - Inflasi (Jan 2016) - Inflasi (YoY) - BI Rate 0.51% 4.14% 7.25% Kinerja Sejak pe- Deskripsi
Lebih terperinciKinerja CARLISYA PRO FIXED
29-Jan-16 NAV: Total Dana Kelolaan 1,728,431,985.66 Pasar Uang 0-80% Deposito Syariah 6.12% 93.88% Infrastruktur 87.50% Disetahunkaluncuran Sejak pe- Deskripsi Jan-16 YoY Keuangan 12.50% Yield 0.64% 7.66%
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. atau nilai tukar (Miskhin, 2007:435). Bagi negara berkembang dengan
0 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Harga mata uang suatu negara dalam harga mata uang negara lain disebut kurs atau nilai tukar (Miskhin, 2007:435). Bagi negara berkembang dengan perekonomian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Investasi menurut Bodie (2005) adalah suatu komitmen terhadap dana
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi menurut Bodie (2005) adalah suatu komitmen terhadap dana tertentu yang ditanamkan pada periode waktu tertentu dengan tujuan untuk mendapatkan pembayaran di kemudian
Lebih terperinciUang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi
Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi wa April Pertumbuhan likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) mengalami akselerasi pada April. Posisi M2 tercatat sebesar Rp5.042,1
Lebih terperinciIV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA
49 IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA 4.1 Produk Domestik Bruto (PDB) PDB atas dasar harga konstan merupakan salah satu indikator makroekonomi yang menunjukkan aktivitas perekonomian agregat suatu negara
Lebih terperinciBPS PROVINSI JAWA BARAT
BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT DESEMBER 2016 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR DESEMBER 2016 MENCAPAI USD 2,29 MILYAR No. 08/02/32/Th.XIX, 01
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara sedang berkembang selalu berupaya untuk. meningkatkan pembangunan, dengan sasaran utama adalah mewujudkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara sedang berkembang selalu berupaya untuk meningkatkan pembangunan, dengan sasaran utama adalah mewujudkan masyarakat demokratis, yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan internasional mempunyai peranan sangat penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat didefinisikan sebagai
Lebih terperinciMengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro
Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro Melemahnya nilai tukar rupiah dan merosotnya Indeks Harga Saham Gabungan membuat panik pelaku bisnis. Pengusaha tahu-tempe, barang elektronik, dan sejumlah
Lebih terperinciBAB 34 KERANGKA EKONOMI MAKRO
BAB 34 KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Kerangka ekonomi makro dan pembiayaan pembangunan memberikan gambaran mengenai kemajuan ekonomi yang akan dicapai dalam tahun 2004 2009, berdasarkan
Lebih terperinciLAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND
LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% Obligasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi makro, maka dari itu kondisi ekonomi makro yang stabil dan baik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi pasar modal yang mengalami pasang surut memberikan tanda bahwa kegiatan di pasar modal memiliki hubungan yang erat dengan keadaan ekonomi makro, maka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan memperluas kesempatan kerja melalui penyediaan sejumlah dana pembangunan dan memajukan dunia usaha.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebijakan pangan nasional. Menurut Irwan (2005), kedelai mengandung protein. dan pakan ternak serta untuk diambil minyaknya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kedelai merupakan komoditas strategis di Indonesia, karena kedelai merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia setelah beras dan jagung. Komoditas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semakin bertambah tinggi dalam kondisi perekonomian global seperti yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kompleksitas sistem pembayaran dalam perdagangan internasional semakin bertambah tinggi dalam kondisi perekonomian global seperti yang berkembang akhir-akhir ini.
Lebih terperinciKREDIT PERBANKAN MASIH SEPERTI LINGKARAN SETAN EKO B SUPRIYANTO/INFOBANK INSTITUTE
KREDIT PERBANKAN MASIH SEPERTI LINGKARAN SETAN EKO B SUPRIYANTO/INFOBANK INSTITUTE Bagaimana memutus rantai pelemahan kredit & PDB Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan ekonomi suatu negara pada dewasa ini tidak dapat dipisahkan dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan negara lain
Lebih terperinciIV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia
IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA 4.1. Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia 4.1.1. Uang Primer dan Jumlah Uang Beredar Uang primer atau disebut juga high powered money menjadi sasaran
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN
BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Perkembangan Inflasi di Indonesia Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang, dimana adanya perubahan tingkat inflasi sangat berpengaruh terhadap stabilitas
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN SEPTEMBER 2001
REPUBLIK INDONESIA PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN SEPTEMBER 2001 World Economic Report, September 2001, memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2001 hanya mencapai 2,6% antara lain
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3
IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3 4.1 Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN+3 Potret ekonomi dikawasan ASEAN+3 hingga tahun 199-an secara umum dinilai sangat fenomenal. Hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investor sering kali dibingungkan apabila ingin melakukan investasi atas dana yang dimilikinya ketika tingkat bunga mengalami penurunan. Sementara itu, kebutuhan
Lebih terperinciKinerja CARLISYA PRO MIXED
29-Jan-16 NAV: 1,707.101 Total Dana Kelolaan 12,072,920,562.29 - Pasar Uang 0-90% - Deposito Syariah - Efek Pendapatan Tetap 10-90% - Syariah - Efek Ekuitas 10-90% - Ekuitas Syariah 12.37% 48.71% 38.92%
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang masalah Pada tahun 2008 terjadi krisis global dan berlanjut pada krisis nilai tukar. Krisis ekonomi 2008 disebabkan karena adanya resesi ekonomi yang melanda Amerika
Lebih terperinciLAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND
LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% Deposito
Lebih terperinciInvestment Outlook Desember 2016
Unit Link Investment Outlook Desember 2016 Berdasarkan data November 2016 Investment Division Agenda 1 Investment Issues 2 Allianz Fund Performance & Forecast 1 1 Investment Issues 2 Allianz Fund Performance
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, pertumbuhan dunia industri menjadi fokus utama negara negara di
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, pertumbuhan dunia industri menjadi fokus utama negara negara di dunia. Suatu negara dengan tingkat pertumbuhan industri yang tinggi menandakan tingkat
Lebih terperinciANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III
ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kinerja ekonomi Indonesia yang mengesankan dalam 30 tahun terakhir sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan dan kerentanan
Lebih terperinciBAB 3 KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN
BAB 3 KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Kerangka Ekonomi Makro dan Pembiayaan Pembangunan pada Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2006 disempurnakan untuk memberikan gambaran ekonomi
Lebih terperinciIkhtisar Perekonomian Mingguan
20 January 2011 Ikhtisar Perekonomian Mingguan Keluarnya Modal Asing Menekan Rupiah dan Obligasi Di AS, pertumbuhan ekonomi mulai memiliki momentum, namun inflasi kembali meningkat seiring dengan kenaikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, seperti Indonesia serta dalam era globalisasi sekarang ini, suatu negara tidak terlepas dari kegiatan
Lebih terperinciCENTURY PRO MIXED Dana Investasi Campuran
29-Jan-16 NAV: 1,949.507 Total Dana Kelolaan 3,914,904,953.34 Pasar Uang 0-90% Ekuitas 77.38% Efek Pendapatan Tetap 10-90% Obligasi 12.93% Efek Ekuitas 10-90% Pasar Uang 8.82% 0.87% Keuangan A Deskripsi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini ditunjukkan dengan hubungan multilateral dengan beberapa negara lain di dunia. Realisasi dari
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM. diperbaharui, atau perbahuruannya membutuhkan waktu yang sangat lama.
45 IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Sejarah Perminyakan Indonesia Minyak bumi merupakan salah satu jenis sumber energi yang tidak dapat diperbaharui, atau perbahuruannya membutuhkan waktu yang sangat lama. Minyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. iklimnya, letak geografisnya, penduduk, keahliannya, tenaga kerja, tingkat harga,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap negara selalu berbeda bila ditinjau dari sumber daya alamnya, iklimnya, letak geografisnya, penduduk, keahliannya, tenaga kerja, tingkat harga, keadaan struktur
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. menghimpun dana dari pihak yang berkelebihan dana dan menyalurkannya
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perbankan merupakan lembaga yang vital dalam mempengaruhi perkembangan perekonomian suatu negara. Melalui fungsi intermediasinya, perbankan mampu menghimpun dana dari
Lebih terperinciPERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015
PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015 Otoritas Jasa Keuangan menilai bahwa secara umum kondisi sektor jasa keuangan domestik masih terjaga, dengan stabilitas yang memadai.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan perekonomian suatu negara dan tingkat kesejahteraan penduduk secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan
Lebih terperinciPROVINSI JAWA BARAT JULI 2017
BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR No. 050/09/32/Th.XIX, 4 September 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JULI 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JULI 2017 MENCAPAI USD 2,59
Lebih terperinci