Laporan Final. STRATEGI TINDAK LANJUT KAMPANYE REDD dan HKm EKOSISTEM SUAKA MARGASATWA SUNGAI LAMANDAU Oktober 2011-September 2012

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Laporan Final. STRATEGI TINDAK LANJUT KAMPANYE REDD dan HKm EKOSISTEM SUAKA MARGASATWA SUNGAI LAMANDAU Oktober 2011-September 2012"

Transkripsi

1 Laporan Final STRATEGI TINDAK LANJUT KAMPANYE REDD dan HKm EKOSISTEM SUAKA MARGASATWA SUNGAI LAMANDAU Oktober 2011-September 2012 Disusun oleh: Eddy Santoso-Yayorin (Alumni Pride RARE-cohort 3 metamorfosa) Kerjasama : Didukung oleh : Pangkalan Bun, Oktober

2 Pendahuluan Secara Nasional yang melatarbelakangi kampanye REDD melalui pola Hutan Kemasyarakatan (HKm) di kawasan penyangga ekosistem Suaka Margasatwa Sungai Lamandau (SM Sungai Lamandau/SMSL), karena adanya komitmen Pemerintah Indonesia yang tertuang pada Rencana Aksi Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca sebanyak 26% dengan usaha sendiri dan 42% jika ada bantuan internasional serta Kalimantan Tengah menjadi daerah percontohan REDD. Peta usulan kawasan Hkm di bagian timur blok penyangga SM Sungai Lamandau sekaligus kawasan yang diinisiasi sebagai kawasan penyerapan karbon (REDD+) Kawasan penyangga hutan ekosistem Suaka Margasatwa Sungai Lamandau pada proyek demonstrasi percontohan REDD di Kalimantan Tengah merupakan salah satu dari 5 (lima) demonstrasi percontohan REDD di Kalimantan Tengah dan salah satu dari 21 bentuk portofolio yang diajukan bagi demonstrasi REDD. Program ini secara regional ditujukan untuk menggambarkan bagaimana proyek REDD dapat berkontribusi untuk membantu masyarakat yang hidup tergantung pada keberadaan hutan dapat keluar dari kemiskinan, melestarikan hutan tropis dan menyelamatkan keanekaragaman hayati, salah satunya orangutan dan memastikan adanya pengurangan yang nyata terhadap emisi Gas Rumah Kaca (GRK). Hal ini dikaitkan dengan isu penggunaan/pengolahan lahan, perubahan tutupan lahan dan deforestasi. Kampanye ini juga merupakan kelanjutan dari perjalanan kampanye untuk mengurangi aktivitas kebakaran lahan dan hutan akibat perladangan berpindah tebas bakar yang menjadi ancaman terbesar dari kelestarian SM Sungai Lamandau dan dapat berdampak pada perubahan suhu udara. Dalam penyusunan rencana kampanye ini juga menghasilkan sebuah model konseptual SM Sungai Lamandau dan salah satu masalah yang teridentifikasi adalah adanya peluang perluasan perkebunan sebagai bentuk ancaman. Untuk mencegah ini maka kegiatan dengan isu yang berkaitan upaya-upaya proyek penurunan emisi carbon berbasis masyarakat juga REDD+ difokuskan. Sebagai strategi untuk masyarakat memahami kelima gambaran tujuan proyek REDD di atas, diperlukan upaya kampanye untuk mempromosikan, menyosialisasikan dan mendefinisikan REDD+ dan Hutan Kemasyarakatan (HKm) pada tataran rakyat di pedesaan melalui metode pemasaran sosial yang dintegrasikan dengan metode FPIC. Metode FPIC dilakukan untuk mendapatkan jaminan persetujuan di awal, dimana masyarakat berhak mendapatkan atau menerima informasi yang akan diberikan sebelum program dilaksanakan di wilayahnya dan secara bebas tanpa tekanan menyatakan setuju atau menolak program tersebut. Tentunya ini jaminan untuk mekanisme REDD bisa dijalankan. Upaya selanjutnya yang diupayakan adalah bagaimana mendorong kelompok masyarakat tani hutan dan nelayan yang terbentuk sebelumnya membentuk sebuah forum kelompok HKm atau kelompok yang lebih besar dengan legalitas 2

3 status badan hukum (misalnya seperti Koperasi). Diharapkan melalui pendekatan pertemuan forum kelompok ini informasi mampu lebih cepat sampai dan diterima. Masyarakat kelompok sasaran utama berada di 6 (enam) desa dengan status desa penyangga kawasan SM Sungai Lamandau. Desa-desa tersebut, Tempayung, Babual Baboti yang masuk administatif wilayah kecamatan Kotawaringin Lama, kemudian desa Tanjung Putri, desa Tanjung Terantang, kelurahan Mendawai dan kelurahan Mendawai Seberang di kecamatan Arut Selatan dan smeuanya masuk dalam administratif wialayah kabupaten Kotawaringin Barat, provinsi Kalimantan Tengah bagian barat. Masyarakat kelompok sasaran meliputi para petani ladang desa/sekitar hutan, petani ikan, pengikan (nelayan), petani agroforestry berbasis karet dan kelompok penyadap getah jelutung (pemantung) yang rata-rata berusia 26 tahun sampai lebih dari 46 tahun. Beberapa hal penting yang perlu ditindak lanjuti untuk menjamin bahwa perubahan yang sedang terjadi dapat terus terjaga dan berlanjut di proyek kampanye ini, diantaranya adalah mendorong kelompok tani HKm dan kelompok tani agroforestry menjadi kelompok forum besar HKm, memantapkan sistem pengelolaan pertanian ladang menentap tebas tanpa bakar melalui pembelajaran demplot kebun campuran menetap tebas tanpa bakar, juga memfasilitasi penguatan keterampilan pengembangan usaha dan mempromosikan pemasaran hasil produk mata pencaharian berkelanjutan di bidang kehutanan non kayu, pertanian maupun perikanan dan kemudian memastikan ada rencana tindak lanjut yang tetap terintegrasi secara berkelanjutan sesuai misi program bersama para mitranya. Semua hal yang akan dilakukan nantinya masuk menjadi bagian strategi kegiatan dalam rencana pengelolaan 20 tahun Ekosistem SM Sungai Lamandau yang pada tahun 2011 telah diketahui Direktorat Jenderal PHKA, Kementrian Kehutanan RI. Bentuk dan Efek Media Saluran Pesan Kampanye Hasil yang akan dicapai kali ini adalah melihat hasil kontribusi informasi kampanye REDD+ yang dipahami masyarakat. Dari hasil penjangkauan informasi dengan kegiatan penyebaran berbagai media kampanye bertajuk pemanasan global, perubahan iklim, HKm dan REDD+ serta menyosialisasikan informasi yang sama melalui kegiatan pendampingan dan pertemuan masyarakat, pelatihan/seminar dan forum diskusi kelompok diharapkan dapat memperoleh gambaran hasil sebuah peningkatan pengetahuan. Dalam upaya terus meningkatkan pengetahuan dan dukungan masyarakat, kami sebarkan media sebagai saluran pemasaran pesan kampanye dan aksi nyata kepada masyarakat untuk mendukung tujuan program. Sejak 12 Mei 2012, telah disiarkan iklan layanan masyarakat hutan kemasyarakatan dan REDD+ di radio Primadona FM. Radio ini mempunyai segmen sasaran generasi pemuda dan pelajar. Iklan ini disiarkan tiga kali sehari selama lima bulan sampai Oktober Selain itu untuk sasaran segmen orang dewasa 3

4 berumur tahun ke atas dengan profesi petani ladang/pekebun juga nelayan) disiarkan melalui tiga tema iklan layanan masyarakat di Radio Gema Kahayan (Rageka) FM, yaitu ladang menetap tanpa tebas bakar, hutan kemasyarakatan dan REDD+. Iklan ini ditayangkan empat kali sehari selama empat bulan dan mulai tayang 30 Juni Oktober Saat monitoring banyak masyarakat yang mendengar iklan ini. Sebagian yang masih tidak mempunyai radio besar mendengarkan melalui radio di handphone-nya. Agenda siar Iklan Layanan Masyarakat (ILM) di dua radio lokal di Pangkalan Bun untuk menyiarkan 3 tema iklan ajakan untuk mendukung HKm dan REDD+ serta berladang menetap tanpa bakar Selain iklan layanan masyarakat di radio juga telah kami sebar pesan berantai melalui SMS Berantai yang dilakukan oleh tiga operator penyampai pesan kepada 150 orang di enam desa. Pesan yang disampaikan adalah Petani beruntung, Petani Ladang/Kebun Tanpa Bakar. Petani Bijak...Petani HKm..., Hutan lestari, air melimpah, iklim terjaga, panen lebih maksimal, masyarakat pasti makmur. (-pesan ini disampaikan oleh kampanye bangga HKm dan REDD+ Yayorin didukung RARE dan Clinton Foundation. Kirim ke teman, saudara, petani, pengikan, pekebun di desa kalian. Kirim dukungan ke untuk penyelamatan hutan SM Sungai Lamandau dan kawasan hutan penyangganya. Terima kasih mendukung kampanye ini. Hasilnya beberapa SMS dukungan kemudian muncul, baik dari pemerintah daerah kabupaten, masyarakat kelompok HKm maupun kepala desa serta jurnalis media massa (koran daerah) seperti Borneo News yang kemudian menjadikan SMS ini menjadi dasar untuk membuat berita himbauan di korannya. 4

5 Spanduk kampanye ajakan ladang menentap tanpa bakar untuk mengurangi kebakaran hutan Kalimantan dan REDD+ untuk cegah pemanasan global dan perubahan iklim Untuk upaya terus menjaga dukungan masyarakat, media yang juga disebarkan berikutnya adalah sebanyak 10 spanduk ke 6 desa dengan tema Petani Bijaksana- Petani Ladang Menetap Tanpa Bakar. Menjaga Hutan dan Lahan Gambut Tetap Lestari, Iklim dan Sumber Air Terjaga, Panen Lebih Maksimal- Kampanye Mengurangi Kebakaran Hutan Kalimantan dan REDD+ untuk cegah Pemanasan Global dan Perubahan Iklim. Di beberapa desa warga tertarik dan meminta spanduk ini untuk dipasang juga di warungwarung warga dan pemerintah desa memohon untuk memasang di kantor desa dan di tempat rawan aktivitas pembakaran/terjadi kebakaran. Respon warga saat ini sudah sangat baik dan proaktif turut membantu memasangkannya. Untuk melihat dampak kegiatan kampanye yang disosialisasikan melalui media saluran pemasaran pesan kampanye, baik cetak maupun elektronik serta pertemuan masyarakat efektif atau tidak, pada bulan Juli 2012 telah dilakukan survei mengukur dampak keberhasilan untuk melihat perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku ke masyarakat desa target dan kelompok target dan selesai analisa September Sasaran responden ada 11 kelompok berjumlah 300 orang dengan 50% sampel responden sebanyak 150 responden. Kuesioner inni terdiri dari 47 pertanyaan meliputi informasi sosial ekonomi dan demografi responden, pengetahuan tentang keuntungan ladang menetap tanpa bakar, HKm dan REDD+, Lahan Gambut juga saling keterkaitannya serta mengukur efektivitas media saluran pesan. Survei ini dilaksanakan oleh lima orang enumerator, terdiri dari dua orang staf Yayorin, dua orang kader pemuda tani desa, satu orang kader pelajar konservasi. Hasilnya tercatat untuk tataran perubahan peningkatan pengetahuan, September 2012 diharapkan pengetahuan masyarakat khalayak di desa target mengenai fungsi hutan menjaga perubahan iklim meningkat dari 25,4% menjadi 50%, hasilnya meningkat menjadi 94,6% (meningkat 44,6%). Kemudian pada September 2012, pengetahuan masyarakat khalayak di desa target mengenai fungsi hutan bisa menyerap karbon meningkat dari 15,4% tidak mencapai 50% tapi menjadi 37,3% (meningkat 21,9%). Meningkatnya pengetahuan ini dikarenakan seringnya masyarakat mendengar dan menerima informasi media dan sosialisasi. Terbukti dari catatan survei masyarakat lebih batak mengetahui informasi kegiatan melalui pertemuan kelompok (77%), kemudian iklan di radio yang mendengar (26%), spanduk (15%) dan brosur (14%). Tingginya informasi yang diterima oleh masyarakat terkait dengan masyarakat lebih menyenangi media informasi yang disebarkan dan tercatat proses penyebaran informasi melalui pertemuan lebih banyak diminati (69%) dan sebagian melalui iklan radio (39%). 5

6 Hal ini menjadi gambaran penting, ternyata pertemuan langsung disertai penjelasan langsung ke masyarakat sebuah informasi akan lebih cepat dapat diterima, sedangkan mendengarkan radio sebuah kebiasaan di saat sedang istirahat mendengar berita atau hiburan. Di sela-sela mendengarkan berita atau hiburan mereka menangkap iklan tersebut dan mereka paham dengan pesan dari bahasa lokal yang disampaikan. Brosur sedikit diminati dikarenakan tulisan terlalu kecil, sedangkan t-shirt pada tahap ini dilihat kurang efektif kemudian tidak dicetak. T- shirt akan di cetak apabila ada kegiatan keliling desa/sekolah serta event hari lingkungan, dan saat ini itu tidak menjadi prioritas dan kemudian tidak dibuat. Pada tataran sikap, dihasilkan pada September 2012, masyarakat khalayak target di desa target menyikapi membuka Sosialisasi langsung ke masyarakat dilakukan di desa maupun di aula pemerintah daerah. Terlihat gambar bawah saat pertemuan sosialisasi HKm di aula Dinas Kehutanan Kotawaringin Barat Juni 2012 lahan tebas dan bakar di kawasan penyangga Suaka Margasatwa Sungai Lamandau akan menimbulkan masalah meningkat dari 40% tidak mencapai 50% tapi menjadi 42,3% (meningkat 2,3%). Masyarakat mulai menyadari dan tahu dampak kebakaran lahan merugikan lahan pertanian orang lain dan menimbulkan masalah, seperti harus mengganti denda kerugian atau dikenakan sanksi hukuman. Seperti yang terjadi di desa Tempayung dan Babual Baboti dimana masyarakat yang membakar dan mengenai lahan masyarakat lainnya akan dikenakan sanksi/denda dengan mengganti rugi tanaman yang terbakar serta menanaminya kembali. Sedangkan di kelurahan Mendawai Seberang barang siapa diketahui membakar tanaman di lahan orang lain di wilayah kelurahan itu, akan menagkapnya dan segera dilaporkan kepada pihak kelurahan kemudian diserahkan kepada kepolisian. Sebagai informasi tambahan, mereka masyarakat di desa penyangga lainnya didapati keterangan mereka sebelum membuka lahan juga melakukan koordinasi terlebih dulu apakah pembukaan lahan mereka akan mengenai batas kawasan atau tidak. Sikap positif tumbuh karena meningkatnya pengetahuan dan komitmen yang tinggi dari masyarakat. Ini wajib dihargai. Kemudian isu mengenai perubahan iklim, HKm juga REDD+ juga mulai terdengar ada yang membicarakan, tercatat dari hasil survei pada September 2012, masyarakat khalayak di desa target membicarakan isu perubahan iklim dan HKm serta REDD+ meningkat dari 30% tidak mencapai 50% tapi menjadi 33,3% (meningkat 3,3%). Rendahnya pembicaraan isu perubahan iklim, HKm dan REDD+ saat survei dikarenakan masyarakat masih kurang memahami informasi 6

7 dalam beberapa kata yang sulit. Selain itu juga, saat dilaksanakan survei bertepatan dengan persiapan Hari Ulang Tahun (HUT) Kabupaten Kotawaringin Barat sehingga responden kurang fokus. Secara umum masih terlihat ada peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku di masyarakat, setidaknya menjadikan isu ini, sudah menjadi bahan pembicaraan di masyarakat saat ini. Artinya secara bertahap masyarakat mulai memahami dan mendukung kegiatan yang dilakukan. Ini adalah hotspot di wilayah Kalimantan dan yang dilingkari sekitar kawasan SM Sungai Lamandau. Dari atas adalah gambar peta hotspot 23 Agustus 2012; gambar tengah peta hotspot 29 September 2012 dan gambar bawah peta hotspot 1 Oktober 2012 Dampak dari upaya ajakan kampanye yang dilakukan, terlihat pada awal minggu pertama Juli 2012 pada jumlah aktivitas pembakaran lahan di kecamatan Arut Selatan, Kotawaringin Lama dekat kawasan di kabupaten Kotawaringin Barat dan di kabupaten Sukamara jauh menurun. Untuk di sekitar Suaka Margasatwa Sungai Lamandau tidak dijumpai titik panas (nol). Aktivitas pembakaran ladang masih ada di desa target lainnya, yaitu kelurahan Mendawai, kelurahan Mendawai Seberang, hanya sifatnya terkendali (masih mengikuti beberapa persyaratan yang diberlakukan dan disosialisasikan, seperti dengan membuat sekat bakar, dijaga oleh lebih dari dua orang, di waktu sore hari). Masuk pada bulan September 2012 kebakaran lahan terlihat meningkat (lihat gambar pada spot lingkaran putih). Kebakaran lahan secara tidak terkendali tercatat ada di 4 titik desa target dan wilayah lainnya. Saat melakukan cek lapangan, ternyata sebagian besar akibat pembukaan lahan sawit oleh rakyat yang marak dikembangkan saat ini dengan cara tebas bakar. Ini perlu di evaluasi kembali oleh pemerintah daerah. Kebakaran mulai menurun di ke-6 desa target mulai terlihat pada awal Oktober 2012, di desa Tempayung dan Babual Baboti juga tetap tidak terpantau ada terlihat titik panas api. Tidak adanya pembakaran lahan yang tak terkendali di desa target Tempayung karena masyarakat kelompok tani hutan di desa tersebut, 100% tidak melakukan lagi pembakaran ladang dan melakukan ladang berpindah (nol). Saat ini mereka sedang melakukan upaya konservasi wilayah rawa di desanya dan mengupayakan penghijauan desa untuk mencegah iklim panas di desanya serta membuat pertanian sistem agroforestry berbasis budidaya karet dan perikanan kolam air tawar. Desa Babual Baboti pun sebagian yang tidak menyadari mulai mengikuti untuk tidak membakar lahan kembali (walau sempat terpantau satu kali, tertangkap patroli, melakukan pembukaan lahan di kawasan, pihak BKSDA 7

8 Kalteng SKW II bersama Kami mitranya memberikan himbauan dan masukan). Mereka sebagian mengikuti jejak Tempayung. Di saat ladang tanpa bakar mulai terkendali, sebuah ancaman kembali muncul dengan pola membakar. Ini perlu solusi kegiatan dan strategi berbeda. Aktivitas kegiatan perkebunan sawit rakyat yang muncul menjamur sejak 2012, adalah sebuah respon dari sebagian masyarakat terhadap program pengembangan kebun sawit rakyat yang dikembangkan investor dan pemerintah daerah, juga karena pola adaptasi terhadap perubahan iklim/cuaca mempengaruhi ketidak produktifan lahan menjadikan pilihan warga menanam sawit di lahannya. Hal ini yang menyebabkan munculnya berbagai kegiatan pembukaan lahan untuk sawit rakyat yang berdampak menjadi ancaman lingkungan yang serius. Hasil Upaya Pendampingan Penguatan Kelompok Masyarakat Tentunya untuk beberapa pencapaian hasil ini tidak hanya berhasil oleh karena dukungan materi media yang menarik dan pertemuan sosialisasi informasi yang rutin ke masyarakat, tapi juga karena adanya strategi untuk penyingkiran hambatan. Masyarakat perlu solusi untuk merubah perilaku yang selama ini dianggap masih sebagai bentuk kegiatan ancaman terhadap kelestarian SM Sungai Lamandau atau lingkungan alam sekitarnya. Duduk bersama mengurai akar masalah kemudian memberikan masukan solusi selanjutnya mereka memilih yang sama dengan tujuan lalu kita lakukan dampingan. Pembelajaran ini yang kemudian kami praktekkan sebagai strategi pendekatan. Solusi ini menjadi penyingkir hambatan. Bentuknya yang dipromosikan kembali untuk direplikasi adalah berupa pengembangan demplot perikanan dan kebun campuran menetap tanpa bakar atau pola agroforestry. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk pengembangan bentuk mata pencaharian alternatif yang dapat Pertemuan kelompok masyarakat Tempayung saat akan menyosialisasikan informasi pertanian ladang tanpa tebas bakar berbasis budidaya karet dan perikanan meningkatkan ekonomi masyarakat yang terkait dengan pengelolaan HKm berbasis non kayu maupun pertanian pola agroforestry. Dampak nyata ketertarikan masyarakat tentang kegiatan ini, di desa target telah terbentuk 11 kelompok tani hutan. Kelompok tersebut terdiri dari tujuh kelompok Hutan kemasyarakatan, tiga kelompok pendukung HKm dan satu kelompok petani agroforestry. Ketertarikan masyarakat tani ini dalam kegiatan pendampingannya diikuti dengan kegiatan pengembangan sistem pertanian menetap tanpa bakar, pengembangan pengetahuan dan keterampilan masyarakat di bidang pertanian/perikanan/ perkebunan berbasis agroforestry, pengembangan mata pencaharian di bidang pertanian, perikanan, perkebunan yang berkelanjutan. 8

9 Masyarakat anggota kelompok HKm Sepakat dari kelompok penyadap getah jelutung Sungai Buluh sedang memberi tanda batas calon usulan kawasan HKm mereka Selain itu juga dilakukan pengembangan peningkatan kapasitas sumberdaya manusia dan Kelembagaan para pihak dalam pengelolaan kawasan penyangga melalui konsep Hutan Kemasyarakatan (HKm) yang juga diusung sebagai kawasan REDD+ serta peningkatan komitmen dan partisipasi para pihak. Diantara bermacam kegiatan peningkatan kapasitas sumberdaya manusia yang dilakukan di masyarakat kelompok HKm berkat dukungan lembaga mitra kampanye (Clinton Foundation dan RARE) telah melaksanakan satu pelatihan pemetaan partisipatif dan hasilnya masyarakat kelompok melakukan pemetaan batas wilayah kawasan HKm masingmasing secara bertahap. Hasil upaya pendampingan yang intensif dan berkelanjutan di masing-masing kelompok menunjukkan kemajuan hasil, diantaranya beberapa bentuk kegiatan penguatan kapasitas kelompok Hutan Kemasyarakatan telah dilakukan, penandaan batas calon usulan kawasan HKm di tiap-tiap kelompok HKm yang sudah lengkap dokumen adminitrasinya, kemudian membuat inisiasi untuk membuat forum kelompok pengembang komunikasi HKm. Sebelumnya tiga dari 10 kelompok yang mendukung HKm telah mengajukan surat permohonan perijinan kawasan penyangga bagian timur Suaka Margasatwa Sungai Lamandau yang berstatus Hutan Produksi Tetap dan Hutan Produksi Terbatas seluas hektar untuk bisa menjadi kawasan pencadangan Hutan Kemasyarakatan. Saat ini untuk mendorong proses perijinan berjalan baik melalui kelompok forum pengembang komunikasi HKm bernama Gapoktan Pelangi Kobar Bersatu yang dibentuk Juni 2012, selanjutnya dapat lebih fokus mendorong percepatan Bupati untuk membuat surat rekomendasi untuk diajukan segera ke Kementrian Kehutanan RI. Pembentukan forum Gapoktan Pelangi Kobar Bersatu dilaksanakan 3 kali pertemuan di Aula Dinas Kehutanan Kotawaringin Barat, dan diketahui oleh Badan Badan Lingkungan Hidup Kotawaringin Barat sedang memfasilitasi pembentukan forum Kobar Bersatu di Aula Dinas Kehutanan Kotawaringin Barat Lingkungan Hidup Kotawaringin Barat, Bappeda Kotawaringin Barat, staf terkait Dinas Kehutanan Kotawaringin Barat, BKSDA Kalteng SKW II, Dinas Perikanan dan Kelautan Kotawaringin Barat, Dinas Pertanian dan Peternakan Kotawaringin Barat, Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa Kotawaringin Barat dan Bagian Ekonomi Setda Kabupaten Kotawaringin Barat. Perkembangan informasinya selama mendorong keluarnya surat rekomendasi ijin kawasan HKm, secara lisan Bupati Kotawaringin Barat saat ditemui Kepala Dinas Kehutanan memberikan tanggapan positif, bahwa Bupati siap memberikan 9

10 rekomendasi. Dari sini perlu kesiapan kelompok HKm untuk maju menghadap Bupati mendorong rekomendasi. Di pihak Kementerian Kehutanan sendiri dari Direktorat Jenderal Perhutanan Sosial serta BPDAS di Provinsi Kalimantan Tengah sudah menunggu dan siap memberikan ijin kawasan dan telah memberi revisi dokumen pengajuan kelompok. Hanya tinggal menunggu surat rekomendasi Bupati syarat kawasan HKm dapat tercipta. Penguatan kapasitas kelompok HKm masih terus dilakukan sampai saat ini (sejak Oktober 2011 sampai September 2012) dan telah terlaksana lebih dari lima kali pertemuan tiap bulannya yang diadakan di tiap desa. Kegiatan yang dilaksanakan meliputi penguatan administrasi kelembagaan kelompok dan pengembangan aktivitas usahanya dalam mengembangkan matapencaharian berkelanjutan di masing-masing kelompok. Untuk kelompok Agroforestry yang aktif diadakan di desa Tempayung sampai September 2012 telah terlakasa 9 kali pertemuan berjenjang (lebih dari 6 kali pertemuan) yang dikemas dalam bentuk pertemuan masyarakat, monitoring, pertemuan sosialisasi informasi kampanye (Lihat Tabel Lampiran Kegiatan Pertemuan). Dari 9 kali pertemuan, hasilnya telah membentuk kelompok tani hutan Agroforestri berbasis budidaya karet dan perikanan bernama kelompok tani terpadu Suka Maju dengan anggota 24 orang. Kelompok ini akan membentuk rencana kerja kelompok, salah satunya memanfaatkan demplot kebun campuran menetap tanpa bakar menjadi arena pelatihan. Suasana pertemuan masyarakat di desa Tempayung saat akan melakukan pembentukan kelompok tani terpadu Suka Maju Selain itu struktur kelompok pengelola demplot kebun campuran menentap tebas tanpa bakar yang sebelumnya telah dipilih, menyatakan pada bulan Juni 2012 mulai mengajukan Kegiatan pelatihan budidaya karet dilaksanakan di demplot kebun alokasi dana desa campuran menetap tanpa bakar di desa Tempayung. Terlihat sedang kepada pemerintah praktek pemilihan mata entrys (mata tunas tempel) desanya untuk mendukung kegiatan pelatihan kelompok dan operasional pengelolaan, membuat aturan main pengelolaan yang dilengkapi Surat Keputusan Kepala Desa untuk aturan pengelolaan demplot kebun campuran menentap tanpa bakar. Pada September 2012, demplot kebun campuran menetap tebas tanpa bakar disepakati akan dikelola oleh kelompok tani agroforestry Suka Maju yang didukung pemerintah desa dan warga desa. Salah satu keinginan dari beberapa pertemuan akhir, masyarakat kelompok tani Suka Maju di desa Tempayung dan sebagian warga Babual Baboti tertarik melakukan budidaya pembibitan tanaman 10

11 karet. Untuk mengakomodir hal ini pada akhir September 2012 telah dilaksanakan pelatihan pertanian berbasis budidaya berbasis yang diikuti 16 orang. Pelaksanaan pelatihan karet ini mulai diinisiasi kembali dari keberadaan demplot kebun campuran menetap yang telah menyediakan stok tanaman karet entrys untuk bahan pelatihan dan untuk masyarakat yang akan membudidayakan karet di lahannya masing-masing. Sebelumnya pada awal Agustus 2012 September 2012 telah dilaksanakan dua kali kegiatan pelatihan mengenai penguatan dan pengembangan kapasitas usaha pertanian dan pemanfaatan sumberdaya hutan berkelanjutan berbasis perikanan yang diikuti 13 orang. Hasilnya masyarakat membuat sebuah kolam ikan untuk pembelajaran kelompok dan membuat arisan kelompok yang tujuannya untuk mendukung operasional kegiatan kelompok. Selain budidaya perikanan dan karet, beberapa hal uyang menarik dari masyarakat kelompok tani Suka Maju desa Tempayung ada yang tertarik melakukan pembibitan tanaman gaharu dan ada yang sudah ditanamnya disela tanaman karet. Satu hal lain lagi yang menarik bagi kami di Tempayung, di saat kami sedang berjalan-jalan di kebun yang rata-rata sudah menjadi hutan agroforestri bersama seorang warga desa Tempayung, warga itu tahu dengan isu perdagangan karbon. Pak Ginjah namanya, beliau tahu informasi dari media yang memberi temannya, bentuknya brosur. Kemudian Pak Ginjah yang juga aparat desa ini menanyakan bagaimana maksudnya dan prosesnya. Dalam hal ini kami membenarkan memang benar ada isu tersebut yang kami jelaskan dengan nama REDD+. Masyarakat jika memelihara hutan bersama/berkelompok atau lahan yang masih ada tegakan pohonnya akan bisa mengikuti beberapa pola untuk masuk dalam mekanisme REDD+, salah satu diantaranya HKm di lahan berstatus hutan negara, baik itu Hutan Produksi Tetap, Hutan Produksi Terbatas atau Hutan Produksi Konversi dapat dilaksanakan HKm dan di tanah wilayah administratif desa bisa dilaksanakan dalam bentuk Hutan Desa. Untuk beberapa warga dan unsur perangkat desa saat ditanyakan dalam pertemuan informal juga banyak yang menyatakan telah merasakan dampak pemanasan global, diantaranya meningkatnya suhu panas, iklim tidak menentu membuat kemarau panjang dan sumber air bersih hilang. Ini sebuah respon masyarakat terhadap kondisi lingkungannya. Informasi diterima dengan baik sebagian masyarakat. Replikasi Hasil Promosi Demontrasi Matapencaharian Berkelanjutan Sampai dengan September 2012 telah terbentuk dua kelompok petani berbasis usaha perikanan dan mendukung HKm sebagai kawasan REDD+ di desa Tanjung Terantang dan satu kelompok di Dusun Tanjung Terantang Bawah (RT 23)-kelurahan Mendawai, serta satu kelompok wanita pembuat gula nira nipah diikuti usaha kerajinan produk olahan ikan dan udang sungai/laut di desa Tanjung Putri. Salah satu kolam replikasi warga desa Tempayung yang dibuat di tengah kebun karetny. Bapak ini juga anggota kelompok tani terpadu Suka Maju 11

12 Satu persatu catatan sepanjang meretas upaya masyarakat keluar dari kemiskinan yang diperoleh adalah, dari hasil pembelajaran pengetahuan tentang perikanan tercatat dari hasil monitoring bulanan dari 6 desa target sudah ada yang mengadopsi kegiatan pengembangan mata pencaharian berkelanjutan melalui budidaya perikanan. Di desa Tempayung sudah ada 10 warga yang membuat kolam ikan di kebun/ladang karetnya, masing-masing mempunyai 2-3 kolam ikan. Bahkan ada warga yang datang berkunjung ke demplot kolam ikan Kampung Konservasi Yayorin dan Kelompok Tani Ikan Setia Kawan desa Tanjung Terantang untuk bertukar pengalaman terkait pengembangan budidaya ikan. Kemudian di desa Babual Baboti sudah ada tiga orang yang membuat kolam ikan karena tertarik dari hasil studi banding ke demplot perikanan di Kampung Pembelajaran Pertanian Terpadu Sungai Sintuk milik Yayorin. Masing-masing orang mempunyai kolam ikan ada dua kolam, bahkan ada yang delapan kolam. Selain itu warga di dusun Baboti siap berkelompok dan membangun pertanian berbasis budidaya karet dan perikanan. Lalu dari hasil pendampingan di kelompok tani ikan Setia Kawan di desa Tanjung Terantang, yang semula anggotanya hanya delapan orang saat ini menjadi 20 orang dengan jumlah kolam yang berkembang dimiliki adalah lebih dari 60 kolam. Kegiatan perikanan di Tanjung Terantang membuat tertarik kelompok Tani Sejati di RT 23, kelurahan Mendawai dari 28 orang yang tertarik, 12 orang telah fokus dengan budidaya ikan kolam dan saat ini hampir semua mempunyai kolam ikan. Kelompok ini tertarik oleh karena adanya kegiatan pelatihan ikan di kelompok Setia Kawan yang di fasilitasi oleh Yayorin dan meminta agar kelompok ini juga diberi pelatihan dan pendampingan. Kegiatan pelatihan budidaya ikan di kelompok tani ikan Setia Kawan (atas) dan bawah: masyarakat kelompok Tani Sejati RT 23 kelurahan Mendawai yang mereplikasi kegiatan budidaya perikanan Dunia perikanan selain diminati secara kelompok, ternyata secara individuindividu juga ada yang tertarik bergerak di perikanan. Seperti warga masyarakat di RT 22 dan RT 24, dusun Karang Anyar-kelurahan Mendawai. Semua ada empat orang yang membuat kolam dan rata-rata memiliki dua kolam ikan, sedangkan di kelurahan Mendawai Seberang ada tiga orang yang membuat kolam ikan dengan jenis ikan lokal dan dua orang terlihat ada yang membuat karamba ikan di sungai. Lalu di desa Tanjung Putri satu kelompok tani HKm Serumpun Wana Lestari masih memelihara ikan kolam dan karamba dengan jenis ikan yang dibudidaya adalah ikan nila dan patin. 12

13 Disisi lain perikanan, dari kegiatan kelompok tani wanita juga berkembang. Ada dua kelompok tani wanita, yaitu kelompok Wanita Mandiri di desa Tanjung Putri yang beranggotakan 35 orang anggota bergerak dikegiatan pembuatan gula merah dari nira nipah, ikan asin dan kerupuk ikan/kerupuk udang sungai atau laut. Kemudian kelompok tani wanita Cabe Rawit di dusun Karang Anyar, kelurahan Mendawai dengan anggota 18 orang saat ini aktif mengembangkan pertanian sayuran dan membuat makanan kecil, seperti kerupuk ikan dan makanan keripik pisang dan kue kering dari bahan pisang. Kelompok Tani Wanita Mandiri sedang melakukan proses pencetakan gula merah dari nira buah nipah yang dilakukan saat studi banding ke Cilacap (atas) dan gamabr bawah: makanan kecil yang telah dikemas hasil karya Kelompok Tani Wanita Cabe Rawit Beberapa produk kelompok wanita ini telah dipasarkan. Untuk satu kilogram gula merah nipah dijual Rp ,-; kemudian ikan asin haruan/gabus satu kilogram dijual Rp ,- sampai Rp ,- yang dibuat oleh kelompok Wanita Mandiri. Sedangkan kelompok Cabe Rawit telah menjual makanan ringan berupa keripik untuk 20 bungkus yang sudah berlabel produk kelompok Cabe Rawit dijual Rp ,- (seribu rupiah per bungkus). Bentuk kegiatan lainnya yang muncul sebagai inisiatif di masyarakat, yaitu di kelompok tani HKm Danau Seluluk Jaya saat ini akan belajar mengembangkan pembibitan dari buah jelutung. Mereka sudah memesan bibit jelutung dan merencanakan akan membudidayakan buah jelutung di kebun bibit rakyat untuk nantinya bisa ditanam untuk memperkaya jumlah jelutung di kawasan penyangga Suaka Margasatwa Sungai Lamandau yang akan dijadikan kawasan HKm. Sisanya 200 buah jelutung akan dibagikan ke individu masyarakat petani hutan dan kelompok HKm lainnya di wilayah Mendawai dan Mendawai Seberang. Proses yang ditawarkan secara partisipatif ternyata masih manjur untuk selalu dijadikan cara untuk menggalang kekuatan masyarakat untuk bisa mengelola upaya-upaya kelestarian hutan dan sumberdaya hutan yang mempengaruhi sumber kehidupan masyarakat sekitar hutan. Bentuk-bentuk solusi sebagai penawaran alternatif kegiatan yang tumbuh dari potensi sumberdaya yang ada di sekitar desa dan masyarakat mampu menumbuhkan kepercayaan masyarakat bahwa pengelolaan potensi berkelanjutan sangat mendukung ekonomi kerakyatan. Ini sebagai proses pembelajaran sosial dalam membangun kapasitas masyarakat agar mentransformasikan semua informasi yang mereka terima dalam bentuk kehidupan mereka yang berkelanjutan. 13

14 Rekomendasi sebagai cermin Rencana Tindak Lanjut Dari capaian kampanye kali ini, masih perlu upaya tindak lanjut untuk lebih menajamkan pemahaman, pengatahuan dan keterampilan masyarakat kelompok di desa target sehingga mampu memberi contoh baik bagi masyarakat tani berbasis perikanan dan kehutanan lainnya dalam mendukung kelestarian kawasan hutan di dan sekitar SM Sungai Lamandau. Beberapa hal yang perlu ditindak lanjuti adalah : 1. Melakukan penyebaran informasi dan pemahaman melalui pertemuan kelompok secara lebih mendalam. 2. Memberikan pemantapan peningkatan/penguatan kapasitas melalui pelatihan bertingkat di bidang pengelolaan lahan pertanian yang mendukung upaya konservasi hutan (REDD+). 3. Mendukung upayan pemasaran produk hasil pertanian secara bertingkat. 14

15 Tabel Lampiran 1. Survei KAP Jajak Pendapat mengenai Pengelolaan Kawasan Penyangga Bagian Timur Suaka Margasatwa Sungai Lamandau menjadi Kawasan Hutan Kemasyarakatan (HKm) dan REDD+ (1) No. Kuesioner Pengantar Perkenalkan, nama saya biasa dipanggil dan saya sedang membantu Yayorin untuk mengumpulkan pendapat/tanggapan dan data mengenai Pengelolaan Kawasan Penyangga Bagian Timur Suaka Margasatwa Sungai Lamandau Menjadi Kawasan Hutan Kemasyarakatan (HKm) dan REDD+ dari Bapak/Ibu/Saudara/Anda. Kami akan sangat menghargai partisipasi bapak/ibu/saudara/anda dalam survei ini dengan menjawab pertanyaan dalam survei saya ini. Informasi apapun yang diberikan dari anda akan disimpan sebagai data. Partisipasi dalam survei ini adalah sukarela dan tidak ada jawaban benar atau salah. Pendapat bapak/ibu/saudara/anda sangatlah penting bagi kami dalam mengevaluasi program kegiatan ini dan saya harap anda dapat berperan serta. Bisakah saya meminta waktu anda untuk memulai wawancara dengan anda sekarang? Jika Responden setuju segera diwawancarai (jika tidak atau responden mendadak ada kepentingan yang tidak bisa diteruskan, hentikan wawancara dan ulang dengan berganti ke responden lain). Ya Bagian 1 Informasi latar belakang diisi oleh Enumerator Pewawancara (Enumerator) Alamolyani (Desa Tanjung Putri) Hairumansyah (Dusun Karang Anyar) Woko (Yayorin) Maman Supirman (Yayorin) Eva Febriani (Mahasiswa Universitas Palangkaraya) Daerah Enumerasi Desa Tanjung Putri + Sungai Buluh Desa Tanjung Terantang + Sungai Teringin Dusun Karang Anyar Kelurahan Mendawai Kelurahan Mendawai Seberang Periode Survei Pra Survei Post Survei 15

16 (1) Jenis Kelamin Responden No. Uraian Banyak Prosentase 1. Laki-laki % 2. Perempuan 30 20% Bagian 2 Pertanyaan Sosial Ekonomi Budaya dan Demografi (2) Berapakah usia anda saat ini No. Rata-rata Usia Banyak Prosentase Responden ,6% ,6% % % ,3% % 7. > ,3% (3) Apakah mata pencaharian/pekerjaan utama sehari-hari anda? No. Jenis Pekerjaan Banyak Prosentase 1. Nelayan 27 18% 2. Petani/Pekebun 87 58% 3. Guru (Pengajar) 3 2% 4. Aparat Desa 2 1,3% 5. Penjaga Pantai Wisata 0 0% 6. Pedagang (wirausaha) 11 7,3% 7. Bekerja di Pos/Camp/Resort Suaka 0 0% Margasatwa Sungai Lamandau 8. Lain-lain 20 13,3% (4) Apakah pendapatan yang anda peroleh dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari? No. Jenis Pekerjaan Banyak Prosentase 1. Ya 64 42,6% 2. Tidak 72 48% 3. Lain-lain 14 9,3% 16

17 (5) Berapa rata-rata penghasilan anda per hari dan perbulan? No. Penghasilan (Rp) Banyak Prosentase 1. </= ,3% ,7% ,7% ,7% ,3% 6. > ,3% (6) Kegiatan apa saja yang anda lakukan selain melakukan pekerjaan utama? No. Jenis Pekerjaan Banyak Prosentase 1. Berkebun 30 20% 2. Membersihkan rumah 14 9,3% 3. Istirahat 21 14% 4. Berbelanja 12 8% 5. Berkumpul bersama keluarga 33 22% 6. Pengajian 12 8% 7. Ngobrol dengan tetangga 17 11,3% 8. Mengeringkan ikan/udang 5 3,3% 9. Lain-lain 6 4% (7) Apa posisi anda dalam masyarakat? No. Jenis Pekerjaan Banyak Prosentase 1. Kepala desa 2 1,3% 2. Staf aparat desa 1 0,7% 3. Ketua RT 5 3,3% 4. Ketua koperasi 0 0% 5. Anggota koperasi 0 0% 6. Warga biasa ,3% 7. Lain-lain 11 7,3% (8) Apa pendidikan formal terakhir anda? No. Posisi responden dalam Masyarakat Banyak Prosentase 1. Tidak memiliki pendidikan formal 9 6% 2. Tidak tamat SD 29 19,3% 3. SD sederajat 54 36% 4. SMP sederajat 22 14,6% 5. SMA sederajat 34 22,6% 6. Perguruan tinggi 2 1,3% 17

18 Bagian 3 Menetapkan dasar bagi perubahan pada sasaran Pengetahuan secara SMART dan mengukurnya (9) Apakah anda pernah mendengar informasi/sosialisasi tentang HKm dan REDD+? 1. Tidak tahu 24 16% 2. Tahu % (10) Jika tahu menurut anda apa HKm? 1. Hutan Kemasyarakatan milik masyarakat 28 18,6% tertentu 2. Hutan di desa yang dikelola pemerintah desa 3 2% 3. Hutan yang dipinjamkan untuk masyarakat 8 5,3% bertani 4. Daerah hutan negara berstatus Hutan 96 64% Produksi tetap/hutan Produksi Terbatas/Hutan Lindung yang dikelola oleh kelompok masyarakat dengan dilengkapi perijinan 5. Tidak tahu 15 10% (11) Apakah anda tertarik dengan HKm? 1. Sangat tertarik 54 36% 2. Tertarik 65 43,3% 3. Mulai tertarik 16 10,6% 4. Ragu-ragu 10 6,6% 5. Tidak tertarik 5 3,3% (12) Di daerah mana saja HKm bisa dilaksanakan? 1. Daerah Penyangga bagian timur SM Sungai 56 37,3% Lamandau 2. Di dalam kawasan SM Sungai Lamandau 11 7,3% 3. Di areal hutan desa 7 4,6% 4. Hutan negara berstatus Hutan Produksi tetap 61 40,6% dan Hutan Produksi terbatas 5. Tidak tahu 15 10% 18

19 (13) Siapa yang terlibat dalam HKm? 1. Kelompok masyarakat ,3% 2. Perusahaan Perkebunan 0 0% 3. Pemerintah Desa 5 3,3% 4. Pemerintah Daerah (Kabupaten/Provinsi) 6 4% 5. Perorangan 0 0% 6. Tidak tahu 5 3,3% (14) Pengelolaan HKm bisa seperti apa? 1. Melakukan penanaman tanaman hutan dan 63 42% perkebunan 2. Melakukan perlindungan dan pemanfaatan 41 27,3% kawasan secara lestari 3. Melakukan pemanenan hasil hutan kayu 4 2,7% 4. Melakukan pemanenan hasil hutan bukan 17 11,3% kayu 5. Melakukan pembukaan lahan tidak untuk 21 14% pertanian tebas bakar 6. Tidak tahu 4 2,7% (15) Apa hubungan HKm dan Perubahan Iklim? 1. Kawasan HKm menjaga hutan lestari bisa 65 43,3% mencegah perubahan iklim 2. Kawasan HKm menangkap karbon bisa 42 28% mencegah perubahan iklim 3. Pengelolaan Kawasan HKm mencegah 35 23,3% perusakan hutan dan perubahan iklim 4. Kawasan HKm tidak menyerap karbon dan 0 0% mencegah perubahan iklim 5. Hutan HKm lestari tidak mencegah perubahan 4 2,7% iklim 6. Tidak tahu 4 2,7% Total

20 (16) Apa yang dimaksud dengan perubahan iklim? 1. Perubahan cuaca dan temperatur bumi 81 54% 2. Makin panasnya permukaan bumi 16 10,7% 3. Bumi semakin dingin 3 2% 4. Tidak tentu musim hujan dan musim kemarau 28 18,6% 5. Meningkatnya konsentrasi Gas Rumah Kaca 10 6,7% 6. Tidak tahu 12 8% (17) Bagaimana cara mengatasi/mencegah perubahan iklim? 1. Tidak melakukan penebangan hutan dan 61 40,6% pembakaran lahan 2. Melakukan penanaman/penghijauan kembali 45 30% hutan 3. Melakukan perladangan menetap kebun 17 11,3% campuran tanpa tebas bakar 4. Mananam padi di ladang berpindah tebas 1 0,7% bakar 5. Memperluas kebun sawit 0 0% 6. Membuka lahan gambut untuk pertanian 3 2% 7. Tidak tahu 23 15,3% (18) Apa yang dimaksud dengan REDD+? 1. Upaya mengurangi emisi karbon dari 53 35,3% degradasi dan deforestasi hutan 2. Menjaga hutan untuk mengurangi emisi 56 37,3% karbon serta melestarikan sumberdaya hutan 3. Upaya pengelolaan hutan untuk mendapatkan 17 11,3% nilai ekonomis 4. Memanfaatkan hutan dengan menebang kayu 0 0% dan berladang tebas bakar 5. Pengelolaan hutan menjadi hak milik 0 0% 6. Tidak tahu 24 16% 20

21 (19) Apa hubungan HKm dan REDD+ juga Perubahan Iklim? 1. HKm dan REDD+ untuk mengurangi emisi 6 4% karbon tapi tidak untuk mencegah perubahan iklim 2. HKm dan REDD+ adalah kegiatan mengurangi 63 42% emisi karbon sehingga menjaga iklim sekitar kita 3. HKm dan REDD+ adalah kegiatan menjaga 22 14,6% hutan sehingga menjaga iklim 4. Sama-sama untuk menjaga hutan dan 21 14% menjaga iklim kita 5. Tidak ada hubungannya 1 0,7% 6. Tidak tahu 37 24,7% (20) Dimana saja bisa melakukan REDD+? 1. Di hutan negara berstatus hutan lindung, 64 42% hutan konservasi, hutan produksi tetap dan hutan produksi terbatas yang telah mendapat ijin HKm, Hutan Desa 2. Di hutan desa dan kebun masyarakat 30 20% 3. Di kawasan persawahan dan ladang tebas 5 3,3% bakar 4. Di kawasan HPH, HGU dan HTI yang memiliki 8 5,3% ijin restorasi ekosistem 5. Di halaman rumah 3 3,3% 6. Tidak tahu 40 26,6% (21) Kenapa tertarik dengan REDD+? 1. Mampu memberikan nilai ekonomis berupa 62 41,3% penghasilan dan perbaikan lingkungan 2. Dapat lahan kelola gratis 14 9,3% 3. Mencegah perubahan iklim 25 16,7% 4. Memberikan kesempatan masyarakat 0 0% menebang hutan 5. Mudah dilakukan dan menguntungkan 15 10% 6. Tidak tahu 34 22,7% 21

22 (22) Apakah anda tahu keuntungan berladang menetap tanpa bakar? 1. Tahu % 2. Tidak tahu (23) Apa keuntungan berladang menetap tanpa bakar? 1. Hemat waktu, biaya dan tenaga 37 24,7% 2. Menjaga kelestarian hutan 28 18,7% 3. Mencegah kebakaran lahan dan hutan 27 18% 4. Hutan lebih terjaga kelestariannya-panen 23 15,3% lebih maksimal 5. Menjaga sumber mata air untuk pengairan 6 4% ladang 6. Tidak tahu 29 19,3% (24) Apa hubungan berladang menetap tanpa bakar dengan Perubahan Iklim/REDD+? 1. Dengan menetap kita tidak lagi menebang 36 24% pohon hutan yang mengandung karbon 2. Mengurangi pelepasan gas karbon ke udara 20 13,3% 3. Menjaga temperatur iklim tetap stabil (tidak 18 12% terlalu panas) 4. Melestarikan hutan beserta isinya 21 14% 5. Menjaga habitat satwa liar dan menjaga 18 12% sumber air bersih 6. Tidak tahu 37 24,7% (25) Apa yang dimaksud dengan gambut? 1. Kawasan hutan yang selalu tergenang air di 44 29,3% kawasan rawa 2. Kumpulan serasah hutan yang tidak terurai 42 28% secara sempurna 3. Jika musim kemarau menjadi bahan yang 44 29,3% mudah terbakar 4. Lapisan tanah liat 4 2,7% 5. Lapisan tanah tidak subur 4 2,7% 6. Tidak tahu 12 8% 22

23 (26) Apa keuntungan lahan yang bergambut? 1. Tidak mudah dibakar pada saat musim 10 6,7% kemarau 2. Banyak dijumpai jenis ikan haruan dan ikan 41 27,3% sapil 3. Mampu menyimpan air dan menyimpan 62 41,3% karbon 4. Tidak menguntungkan untuk tanaman sayur 3 2% 5. Tidak memberi air bersih 5 3,3% 6. Tidak tahu 29 19,3% (27) Bagaimana mengelola lahan gambut yang baik? 1. Tidak dibakar dan tidak dibuat parit 26 17,3% 2. Membuat areal persawahan dan perkebunan 9 6% 3. Dibuat areal kolam-kolam untuk budidaya 20 13,3% ikan 4. Dibakar terlebih dahulu baru ditanami padi 11 7,3% 5. Menanam dengan memilih tanaman yang 63 42% cocok di lahan gambut 6. Tidak tahu 21 14% (28) Mengapa anda tertarik untuk mengelola lahan bergambut? 1. Gambut dapat menyerap karbon 45 30% 2. Gambut tempat sumber ekonomi dan sumber 29 19,3% air masyarakat tepi hutan 3. Mudah dikelola 21 14% 4. Bisa dibuka untuk kawasan pariwisata 15 10% 5. Bisa untuk lahan perkebunan dan persawahan 9 6% tebas bakar 6. Tidak tahu 31 20,7% 23

24 (29) Apa hubungan antara gambut dengan karbon, perubahan iklim, HKm dan REDD+? 1. Gambut menyimpan karbon dari sisa pohon 27 18% 2. Gambut jika terbakar akan melepaskan 18 12% karbon ke udara 3. Gambut merupakan areal simpanan karbon 50 33,3% untuk kawasan REDD+ dan mencegah perubahan iklim 4. Hilangnya gambut tidak berdampak pada 4 2,7% perubahan iklim dan hutan 5. Gambut potensial untuk kawasan HKm dan 21 14% REDD+ 6. Tidak ada hubungannya 0 0% 7. Tidak tahu 30 20% Bagian 4 Menempatkan Responden Pada Tahapan Sikap sampai Perubahan Perilaku (30) Apabila ada program HKm dan REDD+ di daerah ini seperti melakukan penanaman lahan/hutan gundul (penghijauan), mencegah terjadinya kebakaran dan penebangan hutan, pengelolaan hasil hutan bukan kayu; bersediakah anda untuk ikut terlibat program tersebut? 1. Ya ,3% 2. Tidak yakin 3 2% 3. Tidak 16 10,7% (31) Jika Ya, apa yang menjadi dasar ketertarikan anda untuk terlibat dalam program HKm dan REDD+? 1. Dapat turut melestarikan hutan 33 22% 2. Dapat penghasilan tambahan dan 41 27,3% meningkatkan kesejahteraan 3. Membantu mencegah bencana pemanasan 19 12,7% global, perubahan iklim, kebakaran lahan dan hutan, banjir, pencemaran udara, krisis air bersih 4. Dapat turut melakukan pengelolaan hutan 14 9,3% 5. Dapat keuntungan pemanfaatan hasil hutan 9 6% non kayu 6. Lain-lain 5 3,3% 7. Tidak tahu 29 19,3% 24

25 (32) Peran apa yang akan anda ambil, jika anda tertarik ikut berpartisipasi dalam program HKm dan REDD+ tersebut? 1. Motivator 15 10% 2. Ketua Kelompok 6 4% 3. Anggota 98 65,3% 4. Fasilitator 7 4,7% 5. Netral 10 6,7% 6. Tidak Tahu 14 9,3% (33) Apakah bapak/ibu/saudara/anda setuju jika pola pertanian itu berladang menetap tanpa membakar? 1. Sangat setuju 55 36,6% 2. Setuju 72 48% 3. Mulai setuju 4 2,7% 4. Masih ragu-ragu 9 6% 5. Tidak Tahu 10 6,6% (34) Jika ada ajakan untuk melestarikan hutan Penyangga SM Sungai Lamandau yang akan dijadikan usulan kawasan HKm dan REDD+ apa tindakan yang akan anda lakukan? 1. Tidak ada tanggapan/tidak bersedia 6 4% 2. Menyetujuinya tapi belum bertindak 12 8% 3. Menyetujuinya sambil bertanya apa yang 46 30,7% akan dilakukan 4. Bersedia menerima ajakan dan melakukan 43 28,6% pelestarian hutannya 5. Ada ataupun tidak ada ajakan tetap 43 28,6% mendukung kegiatan untuk kelestarian hutannya 25

26 (35) Apa yang akan anda lakukan setelah tahu informasi pentingnya melestarikan Kawasan Penyangga SM Sungai Lamandau sebagai kawasan HKm dan REDD+? 1. Diam saja tidak berbuat apa-apa 7 4,7% 2. Menunggu ada yang mengajak 25 16,7% 3. Mengajak saudara/teman/tetangga ikut 50 33,3% melestarikan hutan penyangga SM Sungai Lamandau sebagai kawasan HKm dan REDD+ seminggu mendengar informasi 4. Mengajak melakukan kegiatan pembibitan 29 19,3% dan penanaman pohon di kawasan penyangga SM Sungai Lamandau sebagai kawasan HKm dan REDD+ setelah sebulan mendengar informasi 5. Melaporkan pada petugas kawasan jika ada 39 26% kegiatan merusak hutan kawasan penyangga SM Sungai Lamandau sebagai kawasan HKm dan REDD+ tiap kali melihat kegiatan yang bersifat merusak (36) Apa yang akan anda lakukan setelah tahu informasi tentang pelestarian kawasan penyangga SM Sungai Lamandau sebagai kawasan HKm dan REDD+? 1. Menegur apabila ada yang merusak 76 50,7% habitatnya 2. Memberikan nasihat apabila ada orang yang 50 33,3% memperjualbelikan orangutan 3. Membiarkan saja apabila ada orang yang 0 0% merusak habitat orangutan 4. Menunggu orang lain untuk memberi teguran 0 0% 5. Biasa-biasa saja 2 1,3% 6. Tidak tahu 22 14,7% (37) Apabila ada warga yang merusak kawasan HKm apa yang akan anda lakukan sebagai pendukung atau anggota kelompok HKm? 1. Melaporkannya ke pihak tertentu 60 40% 2. Memberi peringatan kepada orang tersebut 71 47,3% 3. Membiarkan saja 0 0% 4. Ikut terlibat di aksi tersebut 0 0% 5. Tidak tahu 19 12,7% 26

27 (38) Bagaimana pendapat anda mengenai program HKm dan kawasan HKm? 1. Sangat bermanfaat sebagai sarana 49 32,7% pelestarian hutan 2. Ingin turut bisa melestarikan hutan dan 21 14% emmbantu kegiatan pelestariannya 3. Biasa-biasa saja 11 7,3% 4. Netral 28 18,7% 5. Tidak tahu 41 27,3% (39) Apa yang anda lakukan jika melihat orangutan di kawasan hutan Penyangga yang jadi kawasan HKm anda? 1. Ditangkap dan dipelihara 1 0,7% 2. Melaporkan ke kepala desa 20 13,3% 3. Melaporkan ke petugas Resort SM Sungai % Lamandau/Polhut 4. Acuh tak acuh 27 18% 5. Dikonsumsi 0 0% (40) Jika anda melihat ada orang mencoba membunuh satwa dilindungi, seperti orangutan, beruang, bekantan untuk dikonsumsi apa yang akan anda lakukan pada orang tersebut? 1. Melaporkan ke kepala desa 20 13,3% 2. Melaporkan ke Petugas Resort SM Sungai 64 42,7% Lamandau/Polhut 3. Ditangkap 3 2% 4. Menegur orang tersebut 43 28,7% 5. Ragu melapor 1 0,7% 6. Diam saja 19 12,6% (41) Menurut anda bagaimana cara menyelamatkan kelangsungan hidup orangutan yang hampir punah? 1. Menghijaukan lagi hutan gundul 43 28,7% 2. Tidak membunuh dan merusak habitatnya 48 32% 3. Tidak memperdagangkannya 11 7,3% 4. Tidak ikut memelihara dan memberi ijin orang 5 3,3% memelihara orangutan 5. Berladang menetap tanpa bakar 30 20% 6. Tidak tahu 13 8,7% 27

28 (42) Apa yang anda lakukan apabila anda melihat orang yang menebang pohon dan mengambil secara besar-besaran? 1. Acuh tak acuh 4 2,7% 2. Menegur orang tersebut 42 28% 3. Melaporkan ke Petugas Resort SM Sungai 88 58,7% Lamandau/Polhut 4. Ikut - ikutan 1 0,7% 5. Tidak tahu 15 10% Total 150 (43) Apa yang anda sudah lakukan dalam rangka melestarikan hutan di sekitar desa/daerah penyangga SM Sungai Lamandau yang akan diusulkan menjadi kawasan HKm dan REDD+? 1. Tidak ada 7 4,7% 2. Tidak tahu 5 3,3% 3. Menanam pohon 28 18,7% 4. Tidak menebang pohon 28 18,7% 5. Menjaga hutan dan melestarikannya 29 19,3% 6. Tidak membuang sampah sembarangan 19 12,6% 7. Tidak menyetrum dan meracun ikan 34 22,7% Bagian 5 Mengukur Efektivitas Media Pemasaran Pesan Kampanye (44) Dimana/darimana anda pernah mendengar info/sosialisasi tentang HKm dan REDD+? 1. Iklan di Radio 26 17,3% 2. Sosialisasi di Pertemuan Kelompok 77 51,3% 3. Pelatihan Pertanian/Perikanan 2 1,3% 4. Poster/Brosur Lembar Fakta 14 9,3% 5. Spanduk 15 10% 6. Pesan melalui SMS berantai 3 2% 7. Tidak pernah 12 8% 28

29 (45) Media kampanye apa yang paling anda sukai dan sering anda lihat/dengar? 1. Iklan di Radio 36 24% 2. Sosialisasi di Pertemuan Kelompok 69 46% 3. Pelatihan Pertanian/Perikanan 11 7,3% 4. Poster 2 1,3% 5. Poster/Brosur Lembar Fakta 13 8,7% 6. Brosur, Spanduk 14 9,3% 7. Pesan melalui SMS berantai 2 1,3% 8. Tidak pernah ada 3 2% (46) Jika informasi HKm dan REDD+ dengar di radio, jam berapa anda Pernah mendengar? 1. Pukul 07:00-08:00 WIB 26 17,3% 2. Pukul 10:00-11:00 WIB 31 20,7% 3. Pukul 18:00-19:00 WIB 21 14% 4. Tidak tahu 72 48% (47) Berapa kali anda melihat/mendengar informasi tentang HKm dan REDD+? 1. Setiap hari (sering) 30 20% 2. Sehari sekali 5 3,3% 3. Dua hari seminggu sekali 2 kali (jarangjarang) 89 59,3% 4. Tidak pernah 26 17,3% Penutup Terima kasih atas kesediaan bapak dan ibu/saudara/anda telah bersedia kami wawancarai. 29

30 Tabel Lampiran 2. Kegiatan Pertemuan Di Masyarakat Target Desa Tempayung dan Babual Baboti Bulan Kegiatan Capaian Juni, 2012 Juli, 2012 Agustus, 2012 September, 2012 Oktober, 2012 Penginisasian kelembagaan masyarakat di desa Tempayung Penginisasian kelembagaan masyarakat di desa Babual Baboti Penginisasian kelembagaan masyarakat di desa Tempayung Penginisasian kelembagaan masyarakat di desa Babual Baboti Penguatan kelembagaan Kelompok Tani Terpadu Suka Maju desa Tempayung Penginisasian kelembagaan masyarakat di desa Babual Baboti Penguatan kelembagaan Kelompok Tani Terpadu Suka Maju desa Tempayung Penginisasian kelembagaan masyarakat di desa Babual Baboti Penguatan kelembagaan Kelompok Tani Terpadu Suka Maju desa Tempayung Pertemuan masyarakat yang membahas berbagai isu perubahan iklim, kawasan konservasi SMSL dan Pengelompokan Kegiatan dilakukan melalui pendekatan personal Terbentuknya kelompok dan disepakatinya susunan pengurus Kelompok Tani Terpadu Suka Maju Kegiatan dilakukan melalui pendekatan personal Adanya draf sementara aturan main kelompok dan agenda kegiatan kelompok yang merencanakan budidaya ikan air tawar dan tanaman karet Kegiatan dilakukan melalui pendekatan personal dan kunjungan kekebun warga Disepakatinya aturan main kelompok oleh anggota,pembelajaran budidaya ikan air tawar (pembuatan Kolam) dan dilaksanakannya pelatihan teknis budidaya tanaman karet, melalui diskusi masyarakat dengan nara sumber. Selain itu untuk kalangan perempuan/ibi-ibu dilakukan kegiatan tata boga/pembuatan kue Kegiatan dilakukan melalui pendekatan personal Proses pembelajaran budidaya ikan air tawar (nila dan patin), kelompok sudah memiliki 2 kolam ikan 30

Laporan Triwulan I Perjalanan Tindak Lanjut Kampanye REDD+ dan HKm Ekosistem Suaka Margasatwa Sungai Lamandau Oktober-Desember 2011

Laporan Triwulan I Perjalanan Tindak Lanjut Kampanye REDD+ dan HKm Ekosistem Suaka Margasatwa Sungai Lamandau Oktober-Desember 2011 Laporan Triwulan I Perjalanan Tindak Lanjut Kampanye REDD+ dan HKm Ekosistem Suaka Margasatwa Sungai Lamandau Oktober-Desember 2011 Disusun oleh: Eddy Santoso-Yayorin (Alumni Pride RARE-cohort 3 metamorfosa)

Lebih terperinci

Laporan Triwulan Kedua Inisiatif Masyarakat Kelompok dalam Persiapan HKm dan REDD+ = Bonus sebagai Pencapaian Triwulan Kedua Januari-Maret 2012

Laporan Triwulan Kedua Inisiatif Masyarakat Kelompok dalam Persiapan HKm dan REDD+ = Bonus sebagai Pencapaian Triwulan Kedua Januari-Maret 2012 Laporan Triwulan Kedua Inisiatif Masyarakat Kelompok dalam Persiapan HKm dan REDD+ = Bonus sebagai Pencapaian Triwulan Kedua Januari-Maret 2012 Disusun oleh: Eddy Santoso-Yayorin (Alumni Pride RARE-cohort

Lebih terperinci

Konservasi Ekosistem Nipah dan Hutan Penyangga Bagian Timur Suaka Margasatwa Sungai Lamandau Sebagai Kawasan Pencadangan Hutan Kemasyarakatan (HKm)

Konservasi Ekosistem Nipah dan Hutan Penyangga Bagian Timur Suaka Margasatwa Sungai Lamandau Sebagai Kawasan Pencadangan Hutan Kemasyarakatan (HKm) Judul Pelaksana Fokus Area Konservasi Ekosistem Nipah dan Hutan Penyangga Bagian Timur Suaka Margasatwa Sungai Lamandau Sebagai Kawasan Pencadangan Hutan Kemasyarakatan (HKm) YAYORIN Mitigasi Berbasis

Lebih terperinci

Kelompok HKm Danau Seluluk Jaya- Menginspirasi Gerakan Kebun Bibit Rakyat di Kotawaringin Barat dan Lamandau

Kelompok HKm Danau Seluluk Jaya- Menginspirasi Gerakan Kebun Bibit Rakyat di Kotawaringin Barat dan Lamandau Kelompok HKm Danau Seluluk Jaya- Menginspirasi Gerakan Kebun Bibit Rakyat di Kotawaringin Barat dan Lamandau Akhirnya sekitar 10.000 polibag baru terisi tanah, dan sebelumnya sudah sekitar 13.000 lebih

Lebih terperinci

Memanen padi tanpa asap di gambut Lamandau

Memanen padi tanpa asap di gambut Lamandau Memanen padi tanpa asap di gambut Lamandau Minggu, 15 April 2018 12:16 WIB Dokumentasi - Bibit padi di lahan gambut (ANTARA News / Virna Puspa S) Sudah dua tahun lahan gambut di Desa Tanjung Putri, Kecamatan

Lebih terperinci

: Cetak, Bea Kirim dan Distribusi Media Pemasaran Pesan Kampanye Pride SM Sungai Lamandau. : Manajer Alumni Kampanye Bangga SMSL

: Cetak, Bea Kirim dan Distribusi Media Pemasaran Pesan Kampanye Pride SM Sungai Lamandau. : Manajer Alumni Kampanye Bangga SMSL Laporan Kegiatan (triwulan pertama) Judul Pembuat Usulan : Cetak, Bea Kirim dan Distribusi Media Pemasaran Pesan Kampanye Pride SM Sungai Lamandau : Manajer Alumni Kampanye Bangga SMSL Waktu : November

Lebih terperinci

LAPORAN FINAL 20 Februari September 2013

LAPORAN FINAL 20 Februari September 2013 LAPORAN FINAL 20 Februari 2013 30 September 2013 Pengembangan Demplot Kebun Campuran Menetap Tanpa Bakar Sebagai Strategi Pencegahan Kebakaran Hutan Suaka Margasatwa Sungai Lamandau dan Peningkatan Pendapatan

Lebih terperinci

Pembuat Laporan : Eddy Santoso-Manajer Kampanye Bangga SMSL

Pembuat Laporan : Eddy Santoso-Manajer Kampanye Bangga SMSL Laporan Kegiatan BROP Judul : Kemajuan Demplot Perladangan Menetap Sistem Kebun Campuran di Desa Khalayak Target Primer (Desa Tempayung dan Desa Babual Baboti) Pembuat Laporan : Eddy Santoso-Manajer Kampanye

Lebih terperinci

STRATEGI TINDAK LANJUT

STRATEGI TINDAK LANJUT VII. STRATEGI TINDAK LANJUT Pendahuluan Kampanye tahap pertama yang dilakukan di Kompleks hutan rawa gambut Sungai Putri baru saja berakhir Juli 2010 lalu. Beberapa capaian yang dicatat dari kampaye tersebut:

Lebih terperinci

TENTANG HUTAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN,

TENTANG HUTAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN, PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P. 49/Menhut-II/2008 TENTANG HUTAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN, Menimbang: a. bahwa dalam rangka pemberdayaan masyarakat di dalam dan sekitar

Lebih terperinci

PERHUTANAN SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT YANG EFEKTIF

PERHUTANAN SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT YANG EFEKTIF Peran Penting Masyarakat dalam Tata Kelola Hutan dan REDD+ 3 Contoh lain di Bantaeng, dimana untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian, pemerintah kabupaten memberikan modal dan aset kepada desa

Lebih terperinci

Pemanfaatan canal blocking untuk konservasi lahan gambut

Pemanfaatan canal blocking untuk konservasi lahan gambut SUMBER DAYA AIR Indonesia memiliki potensi lahan rawa (lowlands) yang sangat besar. Secara global Indonesia menempati urutan keempat dengan luas lahan rawa sekitar 33,4 juta ha setelah Kanada (170 juta

Lebih terperinci

: Membuat dan Menyebarkan Media Pemasaran Pesan Kampanye Pride Baru untuk SM Sungai Lamandau

: Membuat dan Menyebarkan Media Pemasaran Pesan Kampanye Pride Baru untuk SM Sungai Lamandau Laporan Kegiatan Triwulan Kedua Judul Pembuat Usulan : Membuat dan Menyebarkan Media Pemasaran Pesan Kampanye Pride Baru untuk SM Sungai Lamandau : Manajer Alumni Kampanye Bangga SMSL Waktu : Februari-April

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan menurut fungsi pokoknya dibagi menjadi tiga yaitu hutan konservasi, hutan lindung dan hutan produksi (Dephut, 2009). Hutan konservasi sendiri didefinisikan kawasan

Lebih terperinci

Memperhatikan pokok-pokok dalam pengelolaan (pengurusan) hutan tersebut, maka telah ditetapkan Visi dan Misi Pembangunan Kehutanan Sumatera Selatan.

Memperhatikan pokok-pokok dalam pengelolaan (pengurusan) hutan tersebut, maka telah ditetapkan Visi dan Misi Pembangunan Kehutanan Sumatera Selatan. BAB II. PERENCANAAN KINERJA A. Rencana Strategis Organisasi Penyelenggaraan pembangunan kehutanan di Sumatera Selatan telah mengalami perubahan paradigma, yaitu dari pengelolaan yang berorientasi pada

Lebih terperinci

BAB II. PERENCANAAN KINERJA

BAB II. PERENCANAAN KINERJA BAB II. PERENCANAAN KINERJA A. Rencana Strategis Organisasi Penyelenggaraan pembangunan kehutanan di Sumatera Selatan telah mengalami perubahan paradigma, yaitu dari pengelolaan yang berorientasi pada

Lebih terperinci

Laporan Strategi Tindak Lanjut Kampanye Bangga Suaka Margasatwa Sungai Lamandau Provinsi Kalimantan Tengah-Indonesia November 2010 Oktober 2011

Laporan Strategi Tindak Lanjut Kampanye Bangga Suaka Margasatwa Sungai Lamandau Provinsi Kalimantan Tengah-Indonesia November 2010 Oktober 2011 Laporan Strategi Tindak Lanjut Kampanye Bangga Suaka Margasatwa Sungai Lamandau Provinsi Kalimantan Tengah-Indonesia November 2010 Oktober 2011 Disusun oleh : Eddy Santoso-Alumni Siswa Konservasi Pride

Lebih terperinci

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN Lampiran Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.16/Menhut-II/2011 Tanggal : 14 Maret 2011 PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pedoman

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.150, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. PNPM Mandiri. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.16/MENHUT-II/2011 TENTANG PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL

Lebih terperinci

ABSTRACT. Alamat Korespondensi : Telp , PENDAHULUAN

ABSTRACT. Alamat Korespondensi : Telp ,   PENDAHULUAN KAJIAN FAKTOR PENYEBAB DAN UPAYA PENGENDALIAN KEBAKARAN LAHAN GAMBUT OLEH MASYARAKAT DI DESA SALAT MAKMUR KALIMANTAN SELATAN Oleh/By FONNY RIANAWATI Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Universitas

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.326, 2015 KEHUTANAN. Hutan. Kawasan. Tata Cara. Pencabutan (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5794). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

Deforestasi merupakan penghilangan dan penggundulan hutan yang tidak

Deforestasi merupakan penghilangan dan penggundulan hutan yang tidak Deforestasi merupakan penghilangan dan penggundulan hutan yang tidak terkendali. Dilakukan dengan cara menebang, membakar, atau mengalihkan fungsi hutan menjadi pertambangan. Degradasi hutan merupakan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH TAHUN 2009 NOMOR 4

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH TAHUN 2009 NOMOR 4 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH TAHUN 2009 NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN HUTAN KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB 5. Hasil Kampanye

BAB 5. Hasil Kampanye BAB 5. Hasil Kampanye Seperti tercantum di dalam Rencana Proyek ini, strategi pemantauan perubahan perilaku Pride memiliki 5 tujuan utama, yaitu: 1. Mengukur paparan terhadap kegiatan-kegiatan Pride di

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.83/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2016 TENTANG PERHUTANAN SOSIAL

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.83/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2016 TENTANG PERHUTANAN SOSIAL PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.83/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2016 TENTANG PERHUTANAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

Lebih terperinci

Konservasi dan Rehabilitasi Lahan dan Hutan Gambut di Area PT Hutan Amanah Lestari Barito Selatan dan Barito Timur

Konservasi dan Rehabilitasi Lahan dan Hutan Gambut di Area PT Hutan Amanah Lestari Barito Selatan dan Barito Timur Konservasi dan Rehabilitasi Lahan dan Hutan Gambut di Area PT Hutan Amanah Lestari Barito Selatan dan Barito Timur Program Skala Kecil ICCTF Tahun 2016 Universitas Muhammadiyah Palangkaraya Mitigasi Berbasis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. dan hutan tropis yang menghilang dengan kecepatan yang dramatis. Pada tahun

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. dan hutan tropis yang menghilang dengan kecepatan yang dramatis. Pada tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dan peningkatan kebutuhan hidup manusia, tidak dapat dipungkiri bahwa tekanan terhadap perubahan lingkungan juga akan meningkat

Lebih terperinci

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR Oleh: HERIASMAN L2D300363 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna

I. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan iklim adalah fenomena global yang disebabkan oleh kegiatan manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna lahan dan kehutanan. Kegiatan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA

BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA 4.1. Landasan Berfikir Pengembangan SRAP REDD+ Provinsi Papua Landasan berpikir untuk pengembangan Strategi dan Rencana Aksi (SRAP) REDD+ di Provinsi

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN LATAR BELAKANG

KERANGKA ACUAN LATAR BELAKANG KERANGKA ACUAN Mendengar proses penerapan Free, Prior, Informed And Consent atau (FPIC) pada area proyek Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation Plus (REDD+) di Kalimantan Tengah LATAR

Lebih terperinci

Keputusan Menteri Kehutanan No. 31 Tahun 2001 Tentang : Penyelenggaraan Hutan Kemasyarakatan

Keputusan Menteri Kehutanan No. 31 Tahun 2001 Tentang : Penyelenggaraan Hutan Kemasyarakatan Keputusan Menteri Kehutanan No. 31 Tahun 2001 Tentang : Penyelenggaraan Hutan Kemasyarakatan Menimbang : a. bahwa dengan Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor 677/Kpts-II/1998 jo Keputusan Menteri

Lebih terperinci

Draft Komik. Tema : Perubahan Iklim dan REDD. Judul :

Draft Komik. Tema : Perubahan Iklim dan REDD. Judul : Draft Komik Tema : Perubahan Iklim dan REDD Judul : 2. Ditempat lain digambarkan petani sedang menatap lesu ke areal ladangnya yang belum digarap. Bulan Oktober seharusnya sudah masuk musim tanam. Tapi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Lahan gambut merupakan salah satu tipe ekosistem yang memiliki kemampuan menyimpan lebih dari 30 persen karbon terestrial, memainkan peran penting dalam siklus hidrologi serta

Lebih terperinci

BAB 4. Kegiatan (Materi dan Pemasaran Pesan + Penyingkiran Hambatan / Barrier Removal) Kampanye

BAB 4. Kegiatan (Materi dan Pemasaran Pesan + Penyingkiran Hambatan / Barrier Removal) Kampanye BAB 4. Kegiatan (Materi dan Pemasaran Pesan + Penyingkiran Hambatan / Barrier Removal) Kampanye Untuk mencapai sasaran-sasaran SMART yang telah dicanangkan di dalam rencana proyek dan agar dapat secara

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 26 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN HUTAN HAK MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 26 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN HUTAN HAK MENTERI KEHUTANAN, PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 26 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN HUTAN HAK MENTERI KEHUTANAN, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Pasal 71 ayat (1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Lebih terperinci

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.26/Menhut-II/2005

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.26/Menhut-II/2005 MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.26/Menhut-II/2005 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN HUTAN HAK MENTERI KEHUTANAN, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Pasal 71

Lebih terperinci

West Kalimantan Community Carbon Pools

West Kalimantan Community Carbon Pools Progress Kegiatan DA REDD+ Mendukung Target Penurunan Emisi GRK Kehutanan West Kalimantan Community Carbon Pools Fauna & Flora International Indonesia Programme Tujuan: Pengembangan proyek REDD+ pada areal

Lebih terperinci

Konservasi Lingkungan. Lely Riawati

Konservasi Lingkungan. Lely Riawati 1 Konservasi Lingkungan Lely Riawati 2 Dasar Hukum Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 Tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.39/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2017 TENTANG PERHUTANAN SOSIAL DI WILAYAH KERJA PERUM PERHUTANI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

Ilmuwan mendesak penyelamatan lahan gambut dunia yang kaya karbon

Ilmuwan mendesak penyelamatan lahan gambut dunia yang kaya karbon Untuk informasi lebih lanjut, silakan menghubungi: Nita Murjani n.murjani@cgiar.org Regional Communications for Asia Telp: +62 251 8622 070 ext 500, HP. 0815 5325 1001 Untuk segera dipublikasikan Ilmuwan

Lebih terperinci

KERANGKA DAN STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DALAM PROGRAM KARBON HUTAN BERAU (PKHB)

KERANGKA DAN STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DALAM PROGRAM KARBON HUTAN BERAU (PKHB) KERANGKA DAN STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DALAM PROGRAM KARBON HUTAN BERAU (PKHB) Menimbang berbagai faktor utama yang menghambat pengelolaan hutan lindung secara efektif, maka pengelolaan hutan

Lebih terperinci

Desa Semoyo merupakan salah satu desa di Kec. Pathuk kab. Gunung Kidul.

Desa Semoyo merupakan salah satu desa di Kec. Pathuk kab. Gunung Kidul. Oleh Mugi Riyanto Kelompok Serikat Petani Pembaharu (SPP) dan Gapoktan Desa Kawasan Konservasi Semoyo. Alamat : Dusun Salak Desa Semoyo, Pathuk Kab. Gunung Kidul Desa Semoyo merupakan salah satu desa di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Indonesia memiliki hutan mangrove terluas di dunia yakni 3,2 juta ha (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau besar mulai dari Sumatera,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 37/Menhut-II/2007 TENTANG HUTAN KEMASYARAKATAN MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 37/Menhut-II/2007 TENTANG HUTAN KEMASYARAKATAN MENTERI KEHUTANAN, PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 37/Menhut-II/2007 TENTANG HUTAN KEMASYARAKATAN MENTERI KEHUTANAN, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan Pasal 93 ayat (2), Pasal 94 ayat (3), Pasal

Lebih terperinci

Oleh: Ir. Agus Dermawan, M.Si. Direktur Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan

Oleh: Ir. Agus Dermawan, M.Si. Direktur Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan Oleh: Ir. Agus Dermawan, M.Si. Direktur Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan DIREKTORAT KONSERVASI KAWASAN DAN JENIS IKAN DIREKTORAT JENDERAL KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL KEMENTERIAN KELAUTAN DAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PROGRAM PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA DESA POLA IMBAL SWADAYA

TINJAUAN PROGRAM PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA DESA POLA IMBAL SWADAYA TINJAUAN PROGRAM PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA DESA POLA IMBAL SWADAYA Deskripsi Kegiatan. Menurut Pemerintah Kabupaten Bogor pembangunan merupakan suatu proses perubahan untuk menuju ke arah yang lebih

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 20/Menhut-II/2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KARBON HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 20/Menhut-II/2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KARBON HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 20/Menhut-II/2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KARBON HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, : a. bahwa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebakaran hutan dan lahan di Indonesia terjadi setiap tahun dan cenderung meningkat dalam kurun waktu 20 tahun terakhir. Peningkatan kebakaran hutan dan lahan terjadi

Lebih terperinci

Judul. Rehablitasi Lahan Dan Hutan Melalui Pengembangan Hkm Untuk Peningkatan Daya Dukung DAS Moyo Kabupaten Sumbawa Lembaga Olah Hidup (Loh)

Judul. Rehablitasi Lahan Dan Hutan Melalui Pengembangan Hkm Untuk Peningkatan Daya Dukung DAS Moyo Kabupaten Sumbawa Lembaga Olah Hidup (Loh) Judul Pelaksana Fokus Area Rehablitasi Lahan Dan Hutan Melalui Pengembangan Hkm Untuk Peningkatan Daya Dukung DAS Moyo Kabupaten Sumbawa Lembaga Olah Hidup (Loh) Mitigasi Berbasis Lahan Kerangka Presentasi

Lebih terperinci

Royal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas

Royal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas Royal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas I. Ruang Lingkup: Seluruh ketentuan Sustainability Framework ini berlaku tanpa pengecualian bagi: Seluruh

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.43/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2017 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI SEKITAR KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentang dari Sabang sampai Merauke yang kesemuanya itu memiliki potensi

BAB I PENDAHULUAN. membentang dari Sabang sampai Merauke yang kesemuanya itu memiliki potensi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara kepulauan yang memiliki garis pantai yang terpanjang di dunia, lebih dari 81.000 KM garis pantai dan 17.508 pulau yang membentang

Lebih terperinci

BAB III PROBLEM LINGKUNGAN DI SUMATERA SELATAN. penjelasan mengenai keterlibatan INGO World Agroforestry Centre (ICRAF) di Indonesia

BAB III PROBLEM LINGKUNGAN DI SUMATERA SELATAN. penjelasan mengenai keterlibatan INGO World Agroforestry Centre (ICRAF) di Indonesia BAB III PROBLEM LINGKUNGAN DI SUMATERA SELATAN Provinsi Sumatera Selatan memiliki masalah terkait dengan lingkungannya yang disebabkan dan menyebabkan banyak masalah lain yang melanda Sumatera Selatan

Lebih terperinci

NOTA DINAS Nomor: ND. /II-PHM/2012

NOTA DINAS Nomor: ND. /II-PHM/2012 NOTA DINAS Nomor: ND. /II-PHM/2012 Maret 2012 Kepada Yth. : Menteri Kehutanan Dari : Sekretaris Jenderal Lampiran : 1 (Satu Berkas) Hal : Laporan Rekap Berita Minggu IV Bulan Februari Memperhatikan berita

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 37/Menhut-II/2007 TENTANG HUTAN KEMASYARAKATAN MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 37/Menhut-II/2007 TENTANG HUTAN KEMASYARAKATAN MENTERI KEHUTANAN, PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 37/Menhut-II/2007 TENTANG HUTAN KEMASYARAKATAN MENTERI KEHUTANAN, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan Pasal 93 ayat (2), Pasal 94 ayat (3), Pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang. Pertambahan penduduk merupakan faktor utama pendorong bagi upaya

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang. Pertambahan penduduk merupakan faktor utama pendorong bagi upaya BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Pertambahan penduduk merupakan faktor utama pendorong bagi upaya pemanfaatan sumber daya alam khususnya hutan, disamping intensitas teknologi yang digunakan. Kehutanan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu lingkungan tentang perubahan iklim global akibat naiknya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer menjadi

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu lingkungan tentang perubahan iklim global akibat naiknya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer menjadi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu lingkungan tentang perubahan iklim global akibat naiknya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer menjadi prioritas dunia saat ini. Berbagai skema dirancang dan dilakukan

Lebih terperinci

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN III

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN III xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013 Geografi K e l a s XI PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN III Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 31 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Metode Penentuan Lokasi Metode yang digunakan dalam penentuan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive sampling) difokuskan pada kawasan yang berada di hulu sungai dan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.65, 2010 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Koridor. Penggunaan. Pembuatan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.65, 2010 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Koridor. Penggunaan. Pembuatan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.65, 2010 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Koridor. Penggunaan. Pembuatan. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.9/MENHUT-II/2010 TENTANG IZIN PEMBUATAN DAN PENGGUNAAN

Lebih terperinci

Program Pemberdayaan Masyarakat Pesisir : Pengalaman Pendampingan terhadap Kelompok Nelayan

Program Pemberdayaan Masyarakat Pesisir : Pengalaman Pendampingan terhadap Kelompok Nelayan Latarbelakang Program Pemberdayaan Masyarakat Pesisir : Pengalaman Pendampingan terhadap Kelompok Nelayan Penentuan kelompok-kelompok dampingan didasarkan pada tingkat keseriusan pengurus dan anggota kelompok

Lebih terperinci

BAB 6. Analisa Kritis Kampanye

BAB 6. Analisa Kritis Kampanye BAB 6. Analisa Kritis Kampanye Bab Analisa Kritikal memberikan kesempatan untuk melihat hal-hal yang telah berjalan dengan baik pada saat tahap-tahap perencanaan dan pelaksanaan dan di bagian mana perbaikan-perbaikan

Lebih terperinci

DOKUMEN POTENSI DESA SEGAMAI

DOKUMEN POTENSI DESA SEGAMAI DOKUMEN POTENSI DESA SEGAMAI Hasil Pemetaan Masyarakat Desa bersama Yayasan Mitra Insani (YMI) Pekanbaru 2008 1. Pendahuluan Semenanjung Kampar merupakan kawasan hutan rawa gambut yang memiliki kekayaan

Lebih terperinci

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II Bab II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah, setiap satuan kerja perangkat Daerah, SKPD harus menyusun Rencana

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DALAM ACARA PERINGATAN HARI KONSERVASI ALAM NASIONAL (HKAN) TAHUN 2015 DI SELURUH INDONESIA

SAMBUTAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DALAM ACARA PERINGATAN HARI KONSERVASI ALAM NASIONAL (HKAN) TAHUN 2015 DI SELURUH INDONESIA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DALAM ACARA PERINGATAN HARI KONSERVASI ALAM NASIONAL (HKAN) TAHUN 2015 DI SELURUH INDONESIA Yang

Lebih terperinci

LAPORAN KEMAJUAN BROP DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON Labuan, Pebruari 2010

LAPORAN KEMAJUAN BROP DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON Labuan, Pebruari 2010 LAPORAN KEMAJUAN BROP DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON Labuan, Pebruari 2010 A. Latar Belakang Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) yang terletak di Semenanjung kepala burung di ujung Barat Pulau Jawa (Provinsi

Lebih terperinci

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLaihan soal 10.3

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLaihan soal 10.3 SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLaihan soal 10.3 1. Meningkatnya permukiman kumuh dapat menyebabkan masalah berikut, kecuali... Menurunnya kualitas kesehatan manusia Meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hutan merupakan pusat keragaman berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang. jenis tumbuh-tumbuhan berkayu lainnya. Kawasan hutan berperan

BAB I PENDAHULUAN. Hutan merupakan pusat keragaman berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang. jenis tumbuh-tumbuhan berkayu lainnya. Kawasan hutan berperan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Hutan merupakan pusat keragaman berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang manfaat serta fungsinya belum banyak diketahui dan perlu banyak untuk dikaji. Hutan berisi

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBUKAAN LAHAN DAN PEKARANGAN BAGI MASYARAKAT DI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

LAMPIRAN IV PANDUAN PENYIAPAN LAHAN DENGAN PEMBAKARAN UNTUK MASYARAKAT ADAT/TRADISIOANAL

LAMPIRAN IV PANDUAN PENYIAPAN LAHAN DENGAN PEMBAKARAN UNTUK MASYARAKAT ADAT/TRADISIOANAL LAMPIRAN IV PANDUAN PENYIAPAN LAHAN DENGAN PEMBAKARAN UNTUK MASYARAKAT ADAT/TRADISIOANAL 1. Pengertian Penyiapan lahan dengan pembakaran adalah upaya yang dilakukan dalam rangka untuk melakukan penyiapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kegiatan yang mengancam eksistensi kawasan konservasi (khususnya

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kegiatan yang mengancam eksistensi kawasan konservasi (khususnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia dan kawasan konservasi memiliki korelasi yang kuat. Suatu kawasan konservasi memiliki fungsi ekologi, ekonomi, dan sosial sedangkan manusia memiliki peran

Lebih terperinci

Geografi PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUN BERKELANJUTAN I. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013. A. Kerusakan Lingkungan Hidup

Geografi PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUN BERKELANJUTAN I. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013. A. Kerusakan Lingkungan Hidup xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013 Geografi K e l a s XI PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUN BERKELANJUTAN I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.17/MENLHK/SETJEN/KUM.1/2/2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN NOMOR P.12/MENLHK-II/2015

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia mempunyai luas hutan negara berdasarkan Tata Guna Hutan Kesepakat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia mempunyai luas hutan negara berdasarkan Tata Guna Hutan Kesepakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai luas hutan negara berdasarkan Tata Guna Hutan Kesepakat (TGHK) 1 seluas 140,4 juta hektar terdiri atas kawasan hutan tetap seluas 113,8 juta hektar

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.84/MENLHK-SETJEN/KUM.1/11/2016 TENTANG PROGRAM KAMPUNG IKLIM

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.84/MENLHK-SETJEN/KUM.1/11/2016 TENTANG PROGRAM KAMPUNG IKLIM PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.84/MENLHK-SETJEN/KUM.1/11/2016 TENTANG PROGRAM KAMPUNG IKLIM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam konteks global emisi gas rumah kaca (GRK) cenderung meningkat setiap tahunnya. Sumber emisi GRK dunia berasal dari emisi energi (65%) dan non energi (35%). Emisi

Lebih terperinci

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013 Geografi K e l a s XI PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan

Lebih terperinci

V. Hasil Kampanye. Tabel 12. Jumlah Kepala Keluarga di Desa Target

V. Hasil Kampanye. Tabel 12. Jumlah Kepala Keluarga di Desa Target V. Hasil Kampanye Metode Survei Pra dan Paska Kampanye Yayasan Titian melakukan 2 (dua) kali survei kuantitatif menggunakan kuesioner di 5 desa (4 target dan 1 pembanding) di sekitar hutan rawa gambut

Lebih terperinci

TIPOLOGI EKOSISTEM DAN KERAWANANNYA

TIPOLOGI EKOSISTEM DAN KERAWANANNYA TIPOLOGI EKOSISTEM DAN KERAWANANNYA 1 OLEH : Kelompok V Muslim Rozaki (A 231 10 034) Melsian (A 231 10 090) Ni Luh Ari Yani (A 231 10 112) Rinanda Mutiaratih (A 231 11 006) Ismi Fisahri Ramadhani (A 231

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Provinsi Papua dengan luas kawasan hutan 31.687.680 ha (RTRW Provinsi Papua, 2012), memiliki tingkat keragaman genetik, jenis maupun ekosistem hutan yang sangat tinggi.

Lebih terperinci

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan Judul Kegiatan: Provinsi/Kota/Kabupaten: Lembaga Pengusul: Jenis Kegiatan: Mitigasi Berbasis Lahan A. Informasi Kegiatan A.1.

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI KEHUTANAN DALAM ACARA PERINGATAN HARI KONSERVASI ALAM NASIONAL (HKAN) TAHUN 2014 DI SELURUH INDONESIA TANGGAL 10 AGUSTUS 2014

SAMBUTAN MENTERI KEHUTANAN DALAM ACARA PERINGATAN HARI KONSERVASI ALAM NASIONAL (HKAN) TAHUN 2014 DI SELURUH INDONESIA TANGGAL 10 AGUSTUS 2014 MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI KEHUTANAN DALAM ACARA PERINGATAN HARI KONSERVASI ALAM NASIONAL (HKAN) TAHUN 2014 DI SELURUH INDONESIA TANGGAL 10 AGUSTUS 2014 Assalamu'alaikum warahmatullahi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 7/Menhut-II/2011 TENTANG PELAYANAN INFORMASI PUBLIK DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEHUTANAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 7/Menhut-II/2011 TENTANG PELAYANAN INFORMASI PUBLIK DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEHUTANAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 7/Menhut-II/2011 TENTANG PELAYANAN INFORMASI PUBLIK DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1230, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUT. Kelompok Tani Hutan. Pembinaan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.57/Menhut-II/2014 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN KELOMPOK

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah

Lebih terperinci

PROGRAM HUTAN DAN IKLIM WWF

PROGRAM HUTAN DAN IKLIM WWF PROGRAM HUTAN DAN IKLIM WWF LEMBAR FAKTA 2014 GAMBARAN SEKILAS Praktek-Praktek REDD+ yang Menginspirasi MEMBANGUN DASAR KERANGKA PENGAMAN KEANEKARAGAMAN HAYATI DI INDONESIA Apa» Kemitraan dengan Ratah

Lebih terperinci

: Yayasan Orangutan Sumatera - Orangutan Information Centre. LAPORAN TAHAPAN PELAKSANAAN STRATEGI PENYINGKIR HALANGAN Periode Juli 2009 Februari 2010

: Yayasan Orangutan Sumatera - Orangutan Information Centre. LAPORAN TAHAPAN PELAKSANAAN STRATEGI PENYINGKIR HALANGAN Periode Juli 2009 Februari 2010 Yayasan Orangutan Sumatera Lestari - Orangutan Information Centre 2010 LAPORAN TAHAPAN PELAKSANAAN STRATEGI PENYINGKIR HALANGAN Periode Juli 2009 Februari 2010 Program Coordinator : Pride Campaign Manager

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.9/Menhut-II/2010 TENTANG IZIN PEMBUATAN DAN PENGGUNAAN KORIDOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.47/MENHUT-II/2013

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.47/MENHUT-II/2013 PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.47/MENHUT-II/2013 TENTANG PEDOMAN, KRITERIA DAN STANDAR PEMANFAATAN HUTAN DI WILAYAH TERTENTU PADA KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DAN KESATUAN

Lebih terperinci

PP 62/1998, PENYERAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN DI BIDANG KEHUTANAN KEPADA DAERAH *35837 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP)

PP 62/1998, PENYERAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN DI BIDANG KEHUTANAN KEPADA DAERAH *35837 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) Copyright (C) 2000 BPHN PP 62/1998, PENYERAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN DI BIDANG KEHUTANAN KEPADA DAERAH *35837 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 62 TAHUN 1998 (62/1998) TENTANG PENYERAHAN

Lebih terperinci

kuantitas sungai sangat dipengaruhi oleh perubahan-perubahan iklim komponen tersebut mengalami gangguan maka akan terjadi perubahan

kuantitas sungai sangat dipengaruhi oleh perubahan-perubahan iklim komponen tersebut mengalami gangguan maka akan terjadi perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sungai merupakan sumber air yang sangat penting untuk menunjang kehidupan manusia. Sungai juga menjadi jalan air alami untuk dapat mengalir dari mata air melewati

Lebih terperinci

KERUSAKAN LAHAN AKIBAT PERTAMBANGAN

KERUSAKAN LAHAN AKIBAT PERTAMBANGAN KERUSAKAN LAHAN AKIBAT PERTAMBANGAN Oleh: Dini Ayudia, M.Si. Subbidang Transportasi Manufaktur Industri dan Jasa pada Bidang Perencanaan Pengelolaan SDA & LH Lahan merupakan suatu sistem yang kompleks

Lebih terperinci

PENTINGNYA MENJAGA KEANEKARAGAMAN HAYATI ALAM DI SEKITAR KITA

PENTINGNYA MENJAGA KEANEKARAGAMAN HAYATI ALAM DI SEKITAR KITA Peringatan Hari Lingkungan Hidup Se-Dunia 5 Juni 2010 PENTINGNYA MENJAGA KEANEKARAGAMAN HAYATI ALAM DI SEKITAR KITA Indonesia kaya akan keanekaragaman hayati, baik tumbuhan maupun hewan. Sampai dengan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Gambaran Umum Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Gambaran Umum Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Gambaran Umum Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam 2.1.1 Sejarah Singkat Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Balai Besar KSDA Jawa Timur merupakan salah satu

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR 50 TAHUN 2001 T E N T A N G IZIN PEMANFAATAN HUTAN (IPH) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci