LAPORAN FINAL 20 Februari September 2013

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN FINAL 20 Februari September 2013"

Transkripsi

1 LAPORAN FINAL 20 Februari September 2013 Pengembangan Demplot Kebun Campuran Menetap Tanpa Bakar Sebagai Strategi Pencegahan Kebakaran Hutan Suaka Margasatwa Sungai Lamandau dan Peningkatan Pendapatan Ekonomi di Desa Tempayung dan Desa Babual Baboti, Provinsi Kalimantan Tengah Disusun oleh: Yayasan Orangutan Indonesia (Yayorin) Didukung oleh: Global Environment Facility-Small Grants Programme (UNDP) Yayasan Bina Usaha Lingkungan JAKARTA Kerjasama Kegiatan: Jalan Bhayangkara Km.1 Pangkalan Bun 74112, Kalimantan Tengah November 2013

2 LAPORAN NARASI Proposal No.: Judul Proyek: Lokasi Proyek: INS/SGP/OP5/STAR/BD/12/18 Tanggal laporan (diisi oleh GEF/SGP) Pengembangan Demplot Kebun Campuran Menetap Tanpa Bakar Sebagai Strategi Pencegahan Kebakaran Hutan Suaka Margasatwa Sungai Lamandau dan Peningkatan Pendapatan Ekonomi di Desa Tempayung dan Desa Babual Baboti, Provinsi Kalimantan Tengah Desa Tempayung dan Desa Babual Baboti, Kecamatan Kotawaringin Lama, Kabupaten Kotawaringin Barat, Propinsi Kalimantan Tengah LATAR BELAKANG ORGANISASI Nama Organisasi : Yayasan Orangutan Indonesia (Yayorin) Alamat : Jalan Bhayangkara Km. 1, Pangkalan Bun 74112, Kalimantan Tengah Kelurahan / Desa Pasir Panjang, Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten/Kotamadya Kotawaringin Barat, Propinsi Kalimantan Tengah Kode Pos Alamat Surat : PO Box : Propinsi: Kalimantan Tengah Kode Pos : Telepon: , Fax: ; info@yayorin.org Pengurus 1) : Direktur/Ketua : Eddy Santoso : Pimpinan Proyek : Akhmad Fauzi Jangka Waktu Pelaksanaan Proyek : 2012/2013 Tanggal dimulainya Proyek : 20 Juli 2012; Tanggal dilaporkan proyek : 18 November 2013 Dana GEF/SGP diusulkan : Rp ,- Dana Diterima sampai saat ini : Rp ,- (Dana I 50% I = Rp ,- + Dana II 40% = Rp ,-) sebesar 50%, Rp ,- (yang diterima Rp ,-) Dana digunakan sampai saat ini : Rp ,-; sisa Rp ,- Dana yang dimintakan untuk saat ini : dana kegiatan sebesar 10% (setelah laporan akhir kegiatan disampaikan kepada GEF/SGP) ANALISA MASALAH Ancaman Ekologis Suaka Margasatwa Sungai Lamandau (SMSL) adalah kawasan konservasi di provinsi Kalimantan Tengah yang dijadikan tempat pelepasliaran orangutan Borneo (Pongo pygmaeus wurmbii). Kawasan ini juga sebagai tempat pelestarian dan perlindungan terhadap jenis-jenis fauna dan flora yang hidup di dalamnya. Saat ini masih menjadi satu-satunya kawasan konservasi di wilayah barat Kaimantan Tengah yang menjadi wilayah pelepasliaran bagi orangutan. Selain itu SMSL sebagai satu-satunya kawasan berstatus Suaka Margasatwa yang mempunyai konsep pengelolaan bijak terhadap pemanfaatan hasil hutan non kayu. Pemanfaatan hasil hutan non kayu yang diatur dan diawasi oleh pengelolaan SMSL sangat memberi nilai penting dari kawasan ini, yaitu sebagai kawasan penyedia berbagai sumber matapencaharian untuk kesejahteraan Suaka Margasatwa Sungai Lamandau mempunyai luas ± ha 1 ) Nama Direktur/Ketua dan Pimpinan Program harus berbeda 2

3 masyarakat sekitar. Adapun kegiatan matapencaharian yang biasa dilakukan, sebagian besar adalah untuk menyadap getah tanaman jelutung rawa (Dyera constulata) atau memantung, menjadi nelayan sungai untuk mencari ikan. Selain itu kawasan SMSL dan daerah penyangganya memiliki peranan sebagai penyedia sumber air bersih dan pengairan untuk lahan pertanian dan perkebunan sekitar kawasan saat kemarau panjang. Keberadaan tempat hidup orangutan juga jenis fauna dan flora serta sumber matapencaharian penting masih sering mendapat ancaman dari kebakaran hutan dan lahan. Hal ini menjadi masalah serius bagi kawasan (SMSL) dan lingkungan sekitarnya. Banyak kerugian dialami akibat permasalahan tersebut, diantaranya berkurangnya luas kawasan hutan sebagai habitat orangutan dan satwa lainnya, juga merugikan tanaman di ladang atau kebun masyarakat yang telah tertanam terbakar. Masalah ini juga sering menimbulkan kerugian ekonomi, dimana kebun-kebun masyarakat menjadi rusak bahkan hilang akibat dimakan api. Selain itu, bencana kabut asap yang ditimbulkan sangat berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat dan mengganggu berbagai aktivitas lainnya. Beberapa kawasan bergambut diperkirakan banyak melepaskan karbon saat terjadi pembakaran lahan dan hutan, sehingga berkontribusi pada peningkatan konsentrasi Gas Rumah Kaca (Karbondioksida) yang berdampak pada efek pemanasan global dan semakin mempengaruhi perubahan iklim. Ini adalah hotspot di wilayah Kalimantan dan yang dilingkari sekitar kawasan SM Sungai Lamandau. Dari atas adalah gambar peta hotspot 23 Agustus 2012; gambar tengah peta hotspot 29 September 2012 dan gambar bawah peta hotspot 1 Oktober 2012 Penyebab terjadinya masalah kebakaran hutan dan lahan, adalah faktor aktivitas manusia pada proses awal dalam pembukaan lahan pertanian atau perkebunan. Dimana sebagian masyarakat masih melakukan pembakaran dalam mempersiapkan lahan. Ancaman lain terhadap kawasan hutan sekitar SMSL, adalah kebiasaan saat membuka lahan yang diikuti kegiatan pengambilan kayu dan berburu. Masih adanya kegiatan perburuan yang dilakukan disela melakukan pembukaan lahan untuk ladang atau perkebunan, diantaranya di Desa Tempayung dan Desa Babual Baboti. Sekitar empat bulan terakhir menarik kegiatan penambangan liar yang akan mengancam semakin berkurangnya tegakan pohon di hutan, luasan kawasan hutan sebagai habitat orangutan sekaligus mengancam keberadaan jenis-jenis satwa lainnya. Di sisi lain, kegiatan penambangan liar akan mengurangi unsur kesuburan tanah dan limbahnya dapat mempengaruhi sumber air bagi masyarakat. Berdasarkan uraian tersebut, ancaman utama yang dihadapi kawasan SMSL dan lingkungan sekitarnya adalah selain kebakaran hutan dan lahan, juga kegiatan penambangan liar. Bahkan sejak , yang terjadi adalah maraknya masyarakat membuka lahan untuk perkebunan sawit dengan cara membakar. Saat perladangan berpindah tebas bakar menurun/dapat diantisipasi melalui kampanye ladang menentap tanpa bakar, muncul aktivitas pembukaan lahan sawit dengan cara pembakaran lahan. Rata-rata pilihan membakar dilakukan oleh masyarakat di lahannya untuk berkebun sawit dikarenakan dianggap lebih murah. Terjadinya kebakaran lahan yang luas (minimal 2 h atau lebih bahkan sampai lebih dari 10 hektar) kebiasaannya hanya ditangani oleh 4-5 orang, sehingga saatapi 3

4 menjalar ke lahan lain/hutan tak mampu memadamkan saat api menjalar ke tempat/lahan lain. Selain itu berkebun sawit menjadi sebuah pilihan bagi sebagian masyarakat. Asumsi masyarakat ladang yang beralih memilih berkebun sawit, dikarenakan sawit sebagai jenis tanaman yang lebih bertahan dan menjanjikan hasil dibanding lahan persawahan sebagai lahan ketahanan pangan yang selalu mengalami gagal panen karena kekeringan atau kebanjiran. Ini terjadi oleh sebagian masyarakat di kabupaten Kotawaringin Barat dan Sukamara atau kabupaten lainnya, khususnya yang berada di sekitar SM Sungai Lamandau. Dampaknya luasan lahan ketahanan pangan menjadi semakin jarang dan sempit yang berakibat hutan menjadi sasaran pembukaan lahan baru untuk pertanian/persawahan. Kebijakan ijin pengelolaan hutan produksi yang tidak diketahui masyarakat juga berkontribusi pada pembukaan lahan oleh masyarakat yang memiliki modal/pengusaha perkebunan untuk membuka lahan hutan. Guna mengahadapi ancaman pembukaan lahan hutan, kebakaran hutan dan lahan, Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah telah menerbitkan peraturan yang berkaitan dengan permasalahan tersebut ke semua para pihak (dinas dan badan instansi pemerintah, perusahaan, dan jajaran TNI dan Kepolisian). Di Kabupaten Kotawaringin Barat sendiri telah melakukan Deklarasi Bersama untuk Antisipasi Bahaya Kebakaran Lahan dan Hutan pada tahun 2007 dan melakukan peringatan Siaga Kebakaran tiap tahun untuk mengingatkan kepada masyarakat agar menghindari dan mengendalikan pengolahan lahan dengan cara membakar, begitupula di kabupaten Sukamara. Kemudian untuk mengantisipasi dampak pembukaan lahan hutan untuk perkebunan masyarakat maupun perusahaan sawit, Pemerintah Daerah, khususnya kabupaten Kotawaringin Barat, awal tahun 2013 mendukung keluarnya moratorium SKT (Surat Keterangan Tanah), dimana ijin penjualan lahan dihentikan sampai batas waktu yang belum bisa ditentukan. Hal ini untuk mengatisipasi dampak perluasan lahan perkebunan sawit. Disamping itu masyarakat setelah mendapati berbagai bentuk himbauan yang disampaikan melalui kegiatan Kampanye Bangga SMSL dengan Berladang Menetap Tanpa Bakar sejak tahun , kemudian Kampanye Perubahan Iklim dan REDD , lalu dilanjutkan dengan kampanye berladang kebun campuran menetap berbasis karet pada dengan pendekatan inovasi pada keberagaman hasil di satu lahan. Untuk dampak kebakaran lahan, dibeberapa desa sudah memberlakukan sanksi atau denda terhadap warga yang melakukan kegiatan pembakaran dan merugikan pihak lain, diantaranya Desa Tempayung, Desa Babual Baboti dan Kelurahan Mendawai Seberang. Untuk mengantisipasi berkurangnya lahan ketahanan pangan menjadi perkebunan, beberapa masyarakat desa sekitar SMSL sudah mencadangkan beberapa area tetap/sebagai lahan persawahan permanen, seperti yang telah direncanakan oleh Desa Tempayung dan Desa Babual Baboti dimana pemerintah desanya mempunyai rencana pencadangan lahan berawanya sebagai lahan permanen untuk persawahan. Perkembangan Sosial, Politik dan Ekonomi Dinamika sosial, politik dan ekonomi yang selalu terjadi sangat berpengaruh terhadap perhatian/fokus masyarakat. Faktor ekonomi memiliki pengaruh paling besar, seperti trend perkebunan sawit telah merubah kebiasaan masyarakat, khususnya di dua desa target kegiatan, dari petani karet mandiri menjadi buruh di perkebunan sawit. Hal lainnya adalah tingginya harga ikan konsumsi, juga menyebabkan kelompok dampingan di Desa Tempayung terdorong melakukan budidaya ikan air tawar yang dikelola secara bersama. Gaharu juga merupakan salah satu tanaman alami yang banyak tumbuh dan tersebar di Desa Tempayung dan sekitarnya. Sebelumnya masyarakat setempat tidak mengetahui, bahwa tanaman gaharu Warga desa Tempayung melakukan rutinitas pertemuan kelompok 4

5 memiliki nilai ekonomi tinggi. Namun setelah mengetahui hal tersebut, beberapa warga desa telah melakukan perlindungan khusus teradap anakan dan pohon gaharu yang tumbuh di lingkungan sekitarnya. Bahkan pertengahan tahun 2013, Yayorin melalui dukungan Program GEF/SGP, juga RARE dan mendapat dukungan dari BPDAS Kahayan melalui Dinas Kehutanan Kotawaringin Barat mendorong masyarakat membuat Kebun Bibit Rakyat dengan bibit yang disemaikan karet dan gaharu. Fokus masyarakat menjadi terpecah oleh bermacam dinamika yang terjadi. Sebagai contoh adalah sengketa lahan antara masyarakat dengan perusahaan yang terjadi di Desa Tempayung, dimana perusahan sawit akan melakukan pembukaan lahan baru untuk perkebunan dan masyarakat meminta kompensasi atau bagian lahan (kaplingan) untuk kemitraan. Masalah berikutnya tentang batas desa yang belum terselesaikan antara Desa Tempayung dan Desa Babual Baboti juga menyebabkan sebagian masyarakat memfokuskan pada penyelesaian masalah-masalah tersebut. Bahkan baru-baru ini masalah ketidakjelasan batas desa juga terjadi antara Desa Babual Baboti dan Desa Kartamulia. Dimasa akhir pelaporan, isu utama yang berkembang dimasyarakat adalah, masalah kebun plasma sawit yang telah habis masa kreditnya. Hampir ditiap sudut desa ramai membicarakan hal tersebut. Salah satu bahasannya mengenai pengelolaan kebun plasma apakah akan dikelola secara mandiri atau dikelola oleh perusahaan. Disamping itu, masyarakat Desa Tempayung membicarakan tentang masa jabatan kepala desa yang sebentar lagi akan berakhir. Salah seorang perangkat desa setempat menuturkan, bahwa sesuai jadwal pemilihan kepala desa di Desa Tempayung akan dilaksanakan pada pertengahan Namun hal ini tergantung kondisi, karena bertepatan juga dengan agenda pemilihan umum (Pemilu) Temu usaha pada bulan Juni 2013 yang membahas teknis budidaya dan pemasaran getah karet, berdampak pada pola pikir masyarakat. Beberapa warga Desa Tempayung, khususnya anggota kelompok dampingan telah memberikan perhatian terhadap potensi karet. Mereka membicarakan akses pasar, permodalan dan fluktuasi harga. Turun naiknya harga getah karet dipengaruhi pasar dunia, tapi tinggi rendahnya harga ditentukan oleh kualitas/mutu karet. Salah seorang warga setempat menyatakan getah karet yang baik, adalah getah karet yang kadar airnya rendah dan tidak ada masukan unsur lainnya. Maka semakin rendah kadar airnya harga karet akan tinggi dan si pembeli akan senang. Saat ini, kelompok dampingan, yaitu Kelompok Tani Terpadu Suka Maju Desa Tempayung telah membentuk lembaga/unit usaha. Unit ini diharapkan mampu memasarkan sekaligus memperomosikan produk hasil kebun campuran, terutama getah karet di Desa Tempayung dan desa sekitarnya. Selama berjalannya kegiatan proyek, dukungan masyarakat dan pemerintah desa, juga berpengaruh terhadap perkembangan kegiatan proyek. Kondisi ini terlihat disalah satu desa target, yaitu Desa Tempayung. Masyarakat Tempayung, saat ini sedang antusias mengikuti berbagai kegiatan yang dilaksanakan proyek, mulai dari perencanaan sampai pelaksanaan kegiatan. Sementara, di Desa Babual Baboti, belum mendapatkan dukungan sepenuhnya dari masyarakat, walau diketahui sebelumnya oleh pemerintah desa. Dilema sosial yang pernah terjadi di Desa Babual Baboti yang menyebabkan beberapa wilayah dusun di desa ini merasa tidak diperhatikan, sehingga komunikasi masyarakatnya menjadi kurang harmonis. Hal ini mempengaruhi kegiatan dalam bentuk sosialisasi desa secara menyeluruh sehingga kegiatan belum bisa dilaksanakan seperti di Desa Tempayung. Permasalahan di Desa Babual Baboti tidak hanya itu, sering kembalinya isu dan konflik yang berkaitan dengan kawasan SMSL dan penyangganya dengan kepentingan lahan untuk perkebunan dan pertambangan. Jika ada yang berminat pada isu proyek, karena dipengaruhi hal-hal tersebut diatas, hanya beberapa orang yang berminat dan sifatnya pendampingan individu/kelompok kecil. Sebagai upaya penginisasian, pada bulan Desember 2012, kami telah melakukan diskusi dengan pihak Desa Babual Baboti dan beberapa warga setempat. Dari kegiatan tersebut kami sudah 5

6 merencanakan sebuah kegiatan yang akan dilaksanakan pada awal tahun Namun dilema sosial yang terjadi menyebabkan kegiatan belum bisa dilaksanakan seperti di Desa Tempayung. Kondisi ini mempengaruhi pelaksanaan kegiatan dalam bentuk sosialisasi desa secara menyeluruh. Perkembangan organisasi Organisasi/kelompok masyarakat yang menjadi mitra sekaligus dampingan adalah, kelompok tani di Desa Tempayung yang baru diinisiasi pada bulan Juli 2012 dan disahkan pada bulan Oktober Dari hasil kesepakatan bersama, kelompok ini diberi nama Kelompok Tani Terpadu Suka Maju. Kelompok ini memiliki kegiatan utama di bidang budidaya tanaman karet yang dipadukan dengan keberagaman tanaman pertanian dan kegiatan lainnya. Jumlah anggota yang tercatat saat ini, sebanyak 16 orang dengan susunan pengurus sebagai berikut; Ketua (Bpk. Gati), Sekretaris (Bpk. Ketek) dan Bendahara (Bpk. Unat). Pengurus kelompok Tani Terpadu Suka Maju Desa Tempayung dari kiri: Pak Gati (berjaket), Pak Ketek (kemeja biru batik), Pak Unat (baju bergaris coklat-putih) Seiring dinamika yang terjadi, kelompok ini juga mengalami perubahan dalam struktur kepengurusannya. Berdasarkan hasil rapat anggota bulan September 2013, telah dilakukan pergantian terhadap pengurus, yaitu sekretaris lama digantikan oleh sekretaris baru. Dalam waktu yang bersamaan, telah ditunjuk dan disepakati pula adanya tim pengelola usaha dalam kelompok. Pengurus Kelompok Tani Terpadu Suka Maju Desa Tempayung sebelum perubahan (dari kiri pak Gati, pak Ketek dan pak Unat) Awalnya, perubahan dan penambahan struktur kepengurusan akan dilakukan pada bulan-bulan sebelumnya. Namun guna mendapatkan dukungan dan kesepakatan dari anggota, hal tersebut baru bisa dilaksanakan pada bulan september Sehingga struktur kepengurusan Kelompok saat ini terdiri dari Ketua (Bpk. Gati), Sekretaris (Bpk. Syachyuni) dan Bendahara (Bpk. Unat) dengan tim pengelola usaha yaitu (Bpk. Matra dan Bpk. Syachyuni). Sedangkan di Desa Babual Baboti, selama periode kegiatan yang sudah dimulai sejak bulan Juli 2012 sampai Januari 2013 belum terbentuk kelompok/mitra dampingan. Karena saat pelaksanaan proyek, Kepala Desa belum bisa ditemui, walau sebelumnya Kepala Desa mendukung kegiatan pelestarian kawasan SMSL dan pencegahan kebakaran lahan juga pemberdayaan masyarakat desanya. Sampai akhir proyek kegiatan masih didorong melalui individu yang tertarik mengikuti kegiatan proyek. Contoh Bpk. Edar dari Dusun Baboti, Desa Babual Baboti yang tetap mengelola lahannya tidak berubah untuk sawit, juga Bpk. Aton dari desa Babual Baboti saat terakhir ditemui bulan Desember 2012 dan dikonfirmasi bulan Januari 2013, bersedia mengikuti kegiatan dan akan mengajak beberapa kawan desanya yang bersedia dan di bulan Februari 2013 beberapa orang sudah bisa ditemui, termasuk Kepala Desa Babual Baboti dan berharap kegiatan sosialisasi bisa dilakukan di desa Babual Baboti. Hal ini, untuk lebih mengikut sertakan warga masyarakat setempat dalam berbagai kegiatan. 3. Pencapaian Tujuan dan Sasaran Proyek Telah dijelaskan sebelumnya, bahwa di Desa Babual Baboti proyek tidak dapat sepenuhnya dijalankan. Maka selama periode pelaporan bulan Maret September 2013, kegiatan difokuskan disalah satu desa target, yaitu Desa Tempayung. Hal ini didasari oleh kesiapan kelompok tani berbasis karet, juga dukungan dari masyarakat dan pemerintahan desa setempat dalam pelaksanaan proyek. Konsep yang diarahkan, mendorong kelompok tani berbasis karet di Desa Tempayung mampu mengadopsi pola ladang dengan bentuk kebun campuran dengan sistim pengelolaan menetap tidak berpindah serta mengurangi pembakaran di lahan. Bentuk implementasi di kebun campuran adalah 6

7 praktek-praktek berladang yang dikelola bersamaan dengan berbagai bentuk usaha meningkatkan produk lahan kebun campuran tersebut. Karena sebagian besar masyarakat Desa Tempayung, khususnya anggota Kelompok Tani Terpadu Suka Maju masih menggantungkan salah satu hasil hidupnya dari getah karet. Sehingga, dalam meningkatkan pola pengelolaan lahan dan memberi nilai tambah produk hasil lahan kebun selain getah karet, budidaya lainnya seperti hortikultura dan perikanan air tawar turut dilakukan. Konsep yang diarahkan adalah, masyarakat mampu mengadopsi pola ladang dengan bentuk kebun campuran yang dikelola menetap tidak berpindah serta mengurangi pembakaran di lahan. Bentuk implementasi di kebun campuran adalah praktek-praktek berladang yang dikelola bersamaan dengan berbagai bentuk usaha meningkatkan produk lahan kebun campuran tersebut. Dua warga desa Tempayung anggota kelompok tani terpadu Suka Maju meminta arahan pendamping pertanian hortikultura pada tanaman cabe di antara kebun karetnya Mengacu dari tujuan khusus proyek, bahwa selama periode bulan Maret - September 2013, telah dicapai dua kegiatan pokok, yaitu : 1. Pada tanggal 27 Mei 2013 terlaksana kegiatan temu usaha yang membahas teknik budidaya dan pemasaran getah karet yang dilaksanakan di Desa Tempayung. Kegiatan ini diikuti para pelaku usaha karet diantaranya PTPN XIII Pangkalan Banteng dan dinas beberapa instansi terkait (Dinas Perkebunan Kotawaringin Barat, Dinas Pertanian dan Peternakan Kotawaringin Barat, Kantor Penyuluh Pertaniandan Ketahanan Pangan Kotawaringin Barat, Balai Penyuluh Pertanian Kotawaringin Lama dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kotawaringin Barat). 2. Pada bulan September 2013 telah terbentuk lembaga/unit usaha kelompok pengumpulan dan penjualan getah karet. Lembaga/unit usaha ini diharapkan mampu memasarkan sekaligus mempromosikan produk hasil kebun campuran terutama getah karet yang ada di Desa Tempayung dan sekitarnya. Kedua kegiatan ini, adalah upaya mendorong usaha tani berbasis karet masyarakat sebagai potensi lokal yang dimiliki Desa Tempayung. Hal ini dikarenakan sejak dari dulu masyarakat setempat telah mengelola dan memanfaatkan getah karet secara turun temurun. Sehingga dalam temu usaha, bahasan difokuskan pada masalah-masalah perkaretan, terutama pemasaran. Sebelumnya, dalam pertemuan kelompok sering dilakukan diskusi membahas tanaman karet. Pernah juga dilaksanakan satu kali pelatihan teknis budidaya tanaman karet yang diikuti masyarakat Desa Tempayung. Dari kegiatan ini masyarakat Desa Tempayung dan sekitarnya mengetahui cara memilih biji dan bibit karet yang baik. Serta menentukan pola/ jarak tanam ideal yang bisa dipadukan dengan kegiatan usaha tani lainnya. Disamping itu, masyarakat telah memiliki gambaran alur pemasaran getah karet dan mengetahui mutu kualitas getah karet yang baik. 7

8 Selanjutnya dalam masa pelaporan ini, Kelompok Tani Terpadu Suka Maju juga telah membentuk lembaga/unit usaha yang pengelolaannya telah disepakati oleh anggota kelompok. Kegiatan usaha kelompok diarahkan untuk menampung getah karet di Desa Tempayung dan sekitarnya. Dan seterusnya dapat digunakan untuk mendukung kegiatan usaha tani pola kebun campuran lainnya. Mengacu dari tujuan khusus proyek, bahwa selama periode bulan Juli 2012 sampai September 2013, telah tercapai beberapa hasil sebagai berikut: 1. Telah dilaksanakan satu kali Pelatihan Budidaya dan Perawatan Karet Unggul di desa Tempayung. Kegiatan materi dilakukan di balai desa dan praktek di demplot kebun campuran menetap tanpa bakar serta di kebun salah satu anggota kelompok. 2. Pertemuan mentoring / pendampingan kelompok tani berbasis budidaya karet di Kelompok Tani Terpadu Suka Maju Desa Tempayung dan masyarakat petani karet Desa Babual Baboti tiap bulan sekali. 3. Melaksanakan empat kali monitoring perkembangan pengelolaan demplot dan kegiatan pertanian berbasis karet di desa target yang dilaksanakan per 3 bulan sekali. Empat kali monitoring kegiatan pendampingan kelompok Tani Terpadu Suka Maju Tempayung dan sosialisasi kegiatan ke Desa Babual Baboti. Pada monitoring pertama membantu menyosialisasikan pelaksanaan kegiatan proyek di desa Tempayung. Kemudian pada monitoring yang kedua membantu memastikan dan mendorong Kepala Desa Tempayung untuk membuat ijin pengelolaan demplot agar bisa dikelola kelompok tani Suka Maju. Selain itu di kegiatan monitoring kedua ini juga memastikan beberapa individu tokoh masyarakat Desa Babual Baboti turut serta dalam pelaksanaan proyek dan mendukung tujuan proyek. Lalu pada tahap monitoring ketiga mendorong untuk perencanaan temu usaha dan pembentukan unit usaha dan pada monitoring akhir (ke-empat) mendampingi serah terima bantuan dana usaha kepada kelompok tani Suka Maju dengan berita acara dan perjanjian melaksanakan bantuan usaha (lihat Gambar Lampiran 17). 4. Pembentukan dan penguatan kelompok tani berbasis budidaya karet di desa Tempayung bernama Kelompok Tani Terpadu Suka Maju, beranggotakan 16 orang dan telah memiliki struktur pengurus kelompok. Kelompok ini mulai diinisiasi bulan Juli 2012 dan Susunan Pengurus Kelompok Tani Terpadu Suka Maju, Desa Tempayung ditetapkan melalui SK Kepala Desa Tempayung Nomor: 474/085/PMD/X/2012 tanggal 1 Oktober 2012 (lihat Gambar Lampiran 1). 5. Dari hasil survei pada tahun 2009 tercatat yang bertani karet khusus adalah 41% dan berkat upaya dorongan proyek pada bulan November 2012 tercatat menjadi 50% (naik 9%) menjadi 100 KK dari 201 KK. Sejak 2009 dilakukan kampanye, masyarakat yang sejak tahun 2000 mengelola sawit plasma mulai tertarik untuk menanam karet dan hanya 5% dari penduduk Desa Tempayung (317 Kepala Keluarga/KK) yang mananam sawit pribadi saat ini. 6. Di Desa Babual Baboti tercatat dari 100 KK yang menanam karet sebanyak 74% masyarakatnya menanam karet saat ini, hanya belum menjadi fokus utama penghasilan, sebab usia karet saat ini di desa tersebut 80% berusia 2-3 tahun dan yang mendekati usia panen lebih kurang 5 tahun hanya 20%. Untuk menunggu ini, masyarakat masih mengalihkan pendapatan dari bekerja sebagai buruh perkebunan sawit dan 30% (30 KK) yang mengelola 8

9 sawit pribadi, karena cepat mendapat hasil dan karet tetap ditanam karena mereka percaya prospek jangka panjang dengan hasil tinggi saat usia matang sadap tiba. 7. Sebelumnya tersisa 7 KK dari 201 KK yang masih melakukan perladangan berpindah dengan tebas bakar, November 2012 tercatat hanya tinggal 5 KK yang melakukan pembukaan lahan baru untuk berladang berpindah tebas bakar di Desa Babual Baboti. Informasi yang dihimpun di lapang, terdata sejak Januari 2013, ke-5 KK tersebut sudah tidak melakukan pembukaan lahan baru dan pembakaran lahan kembali. 8. Pembelajaran budidaya dan perawatan tanaman hortikultura di lahan kebun campuran menetap tanpa bakar. Pembelajaran ini dilakukan di lahan-lahan kelompok dan masyarakat yang telah mengadopsi pola kebun campuran. 9. Pengelolaan dan perawatan demplot kebun campuran menetap tanpa bakar oleh desa dan kelompok sebagai tempat/ balai pembelajaran. Sebelumnya dalam pengelolaan ini telah dibuat model konsep dari strategi pengelolaan demplot dan saat ini yang didorong oleh proyek adalah kelompok tani terpadu Suka Maju desa Tempayung mendapatkan ijin pengelolaan demplot oleh Pemerintah Desa. Hasilnya secara lisan Pemerintah Desa menyerahkan perpindahan pengelolaan demplot kebun campuran menentap tanpa bakar oleh kelompok Tani Suka Maju, dengan didukung SK dari Kepala Desa tentang Surat Keterangan Perpindahan Pengelolaan Demplot Nomor: 03/474.89/PMD/II/2013 seluas 3 hektar pada tanggal 18 Februari 2012 (lihat Gambar Lampiran 2). Demplot itu akan direncanakan oleh kelompok sebagai tempat pembelajaran pertanian berbasis karet bagi masyarakat setempat dan sekitarnya. 10. Pembelajaran budidaya ikan kolam air tawar (Nila dan Patin) yang dirancang di lahan kebun karet kelompok. 11. Kegiatan tata boga/pembuatan kue untuk komunitas perempuan, seperti kue ketawa, nastar dan kacang. 12. Mendorong pembuatan Kebun Bibit Rakyat berbasis Karet dan Gaharu di Desa Tempayung, yang dikleola Kelompok Tani terpadu Suka Maju. Poin 1-9 adalah poin capaian utama yang sesuai dengan rencana pelaksanaan proyek. Sedangkan poin adalah kegiatan untuk menstimulasi masyarakat setempat berkumpul dan tertarik terhadap tujuan kegiatan proyek. Pencapaian tersebut terlaksana dengan baik, terutama di Desa Tempayung. Hal ini bisa tercapai, karena masyarakat desa Tempayung lebih memiliki sikap terbuka dan sangat tertarik dengan kegiatan pengembangan pertanian karet dengan pola campuran budidaya hortikultura dan ikan. Disamping itu pemerintah desa setempat sangat mendukung terhadap kegiatan. Disamping itu, dukungan dari pihak terkait lainnya mulai terlihat diantaranya dari Petugas Penyuluh Lapang dan Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kotawaringin Barat. Saat ini, Kelompok Tani Terpadu Suka Maju sedang mengelola program Kebun Bibit Rakyat. Dalam kegiatan ini kelompok telah membuat persemaian dengan target bibit, masing-masing dikelola bibit karet dan bibit gaharu. Bibit karet dan gaharu yang dihasilkan akan dibagikan kepada anggota kelompok khususnya dan masyarakat lainnya berdasarkan keperluan. Jika ini dapat terlaksana sedikitnya lebih 75 hektar lahan di desa akan tertanami kedua tanaman tersebut. Berbeda dengan kondisi desa target satunya, yaitu desa Babual Baboti, di desa ini masih terkendala kegiatan dan pelaksanaan proyek belum optimal. Sehingga beberapa kegiatan belum dapat dilaksanakan sesuai rencana proyek, salah satunya membuat kelompok target binaan seperti di Desa Tempayung. Kurang optimalnya pencapaian di Desa Babual Baboti disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya sempitnya waktu luang yang dimiliki masyarakat setempat, karena harus bekerja sebagai buruh di perkebunan sawit. Selain itu adanya isu-isu dan permasalahan yang muncul dan berkembang secara timbul tenggelam, seperti belum adanya kesepahaman mengenai batas kawasan SMSL dengan batas Desa Babual 9

10 Baboti yang membuat pemerintah desa dan masyarakat di Desa Babual Baboti kurang terlihat memberikan respon dukungan terhadap kegiatan yang akan dilaksanakan dan hanya sebagian warga yang memahami. Melihat kondisi demikian, maka perlu dilakukan beberapa strategi diantaranya melakukan pembuktian keberhasilan kegiatan di kelompok yang sedang didampingi, kemudian perlu terus dilakukan pendekatan secara personal dan memfasilitasi individu-individu yang mulai tertarik terhadap kegiatan. Untuk itu, pada kegiatan tindak lanjut sangat diperlukan pelibatan masyarakat dari desa lainnya, sekaligus mengekspos keberhasilan kelompok. Kedua strategi ini diharapkan mampu mendorong minat masyarakat di Desa Babual Baboti, sehingga jika ada program serupa atau tindak lanjut dapat dilaksanakan di dua desa target. Upaya yang akan dilakukan pertama akan mengajak beberapa orang yang berminat dari desa tersebut mengikuti beberapa kegiatan di desa Tempayung dan langkah kedua melaksanakan pertemuan dengan beberapa orang yang hadir/berminat dengan kegiatan proyek lalu menstimulasi untuk membuat kelompok melalui pendekatan pemerintah desa (Kepala Desa). MENGUKUR DAMPAK.: Ekologi, Sosial/Ekonomi dan Kewirausahaan Aspek Ekologi Sebagian masyarakat di Desa Tempayung dan Desa Babual Baboti masih melakukan kegiatan pembakaran dalam mempersiapkan lahan, baik untuk pertanian maupun perkebunan. Aktivitas pembakaran paling tinggi, biasanya terjadi pada saat menjelang musim tanam padi darat (padi huma/padi ladang). Kegiatan pembakaran ini dilakukan secara bersama-sama/kelompok. Tutupan lahan hutan SM Sungai Lamandau September 2012, tercatat sekitar 70% wilayahnya adalah vegetasi hutan rawa sekunder, semak belukar rawa, savana dan vegetasi rawa danau Seperti saat kunjungan pada bulan September 2013, di lahan milik salah seorang warga, terlihat puluhan orang bergotong royong membuka lahan yang kurang dari satu hektar. Hal ini merupakan tradisi sejak dulu yang dilakukan pada awal musim kemarau dalam tiap tahunnya. Walau demikian, selama beberapa tahun ini di desa dampingan tidak terjadi kasus kebakaran lahan dan hutan. Hal ini dikarenakan pola pembukaan dan pembakaran lahan dilakukan secara terkontrol/terkendali. Untuk mempersiapkan satu areal lahan pertanian padi darat, biasanya pembakaran dilakukan minimal oleh 10 orang dan paling banyak bisa 20 orang dengan pola sekat bakar-tebas-bakar. Sebelum melakukan pembakaran, terlebih dahulu dibuat sekat bakar dengan jarak dari lahan tebasan dan lahan sekitarnya adalah 0,5-1 meter. Kemudian menebas kayu-kayu yang ada, lalu dibakar dan dijaga atau diawasi secara bersama. Menurut mereka bahwa masyarakat Desa Tempayung terutama sehabis membuka ladang untuk tanaman padi, lahan tersebut lepas panen akan ditanami karet atapun tanaman buah. Dimana kemudian tanaman padi akan ditanam di tahun berikutnya, jawab mereka akan disiapkan sebuah lahan permanen untuk tanaman padi (pesawahan dari daerah rawa yang mereka jaga) dan tidak merambah membuka hutan untuk berladang baru. 10

11 Himbauan dan peran demplot juga telah merubah kondisi perilaku pembakaran lahan. Saat ini kegiatan pembakaran yang dilakukan masyarakat, adalah pembakaran terkendali. Disamping itu kemampuan masyarakat setempat dalam membuka lahan sangat terbatas, maksimal satu hektar setiap KK dan tidak semua KK di Desa Tempayung menanam padi darat. Dan sejak Januari hanya satu titik panas dari kebakaran lahan sekali terjadi di Desa Tempayung dan yang membakar dikenai sanksi oleh masyarakat yang terkena dampak kebakaran. Secara spontan, setiap mendengar informasi adanya kebakaran, masyarakat setempat langsung bergerak bersama-sama menuju lokasi dan bahu membahu memadamkan api. Hal ini dikarenakan kesigapan masyarakat setempat dalam mengantisipasi kebakaran lahan dan hutan cukup tinggi agar kebakaran tidak meluas, sehingga dalam kasus kebakaran tersebut tidak menimbulkan ancaman terhadap SMSL dan kerugian di masyarakat. Saat musim kemarau panjang terjadi Agustus-Oktober 2013, terdeteksi hanya 24 titik panas akibat kebakaran lahan yang terpantau di 12 desa sekitar SMSL, dan tiap desa rata-rata 1-2 titik panas. Dua titik panas berada dalam kawasan bukan karena perladangan, melainkan karena akibat kegiatan perburuan rusa yang masih dipergunakan sebagai siasat untuk memancing rusa. Saat dibakar rumput semak akan tumbuh tunas baru dan ini menarik rusa. Selain itu abu sisa bakaran menarik rusa untuk mandi abu. Peta Sebaran Hotspot di sekitar SM Sungai Lamandau bulan Juni- Oktober 2013 (data BKSDA Kalteng-SKW II) tercatat 24 titik hotspot yang berada dalam lingkar Kesempatan ini yang menjadi kebiasaan pemburu di wilayah Sukamara memburu rusa. Hanya sebagian kecil komunitas di dua desa yang masih melakukan hal tersebut, yaitu Desa Natai Sedawak dan Desa Sungai Pasir kabupaten Sukamara. Selain itu juga karena dampak pengemudi/penumpang transportasi trans kota Sukamara ke pantai (arah Desa Sungai Pasir-Sungai Damar) yang membuang puntung atau para pekerja jalan yang lupa mematikan api unggun mereka. Angka ini sebuah kemajuan disaat terjadi kemarau panjang di desa target hanya satu kali kebakaran lahan dan di 10 desa lainnya sekitar SM Sungai Lamandau hanya puluhan titik panan (hotspot). Kasus kebakaran hutan masih sangat terkendali di saat kemarau panjang, karena tidak sampai berkepanjangan dampaknya. Ini membuktikan masyarakat sudah sadar bahaya kebakaran dan mendukung kelestarian kawasan SMSL selama periode pelaksanaan proyek. Secara keseluruhan masyarakat di Desa Tempayung sudah tidak lagi melakukan perladangan berpindah, hanya sebagian masyarakat yang masih melakukan pembakaran lahan dalam penyiapan lahan baik untuk pertanian maupun perkebunan. Pembakaran lahan yang dilakukan masyarakat saat ini melihat aspek pengendalian api, sesuai dengan Peraturan Gubernur Provinsi Kalimantan Tengah tentang pembukaan lahan dan jumlahnya pun semakin menurun, karena masyarakat telah menanami tanaman jangka menengah (karet) dan panjang (gaharu/buah) yang mengarahkan mereka untuk mengolah lahan yang ada, sehingga kebiasaan pertanian menetap tanpa bakar bisa ditingkatkan dan dibiasakan. 11

12 Aspek Sosial, Politik dan Ekonomi 1. Jumlah Penduduk dan Penerima Manfaat Kegiatan Proyek Desa Tempayung memiliki luas wilayah ± ha, terdiri dari tiga wilayah Rukun Tetangga (RT) dengan jumlah penduduk 1000 jiwa. Selama pelaksanaan program di desa Tempayung, telah terbentuk satu kelompok dampingan, yaitu Kelompok Tani Terpadu Suka Maju dengan jumlah anggota saat ini sebanyak 16 orang. Seiring berjalannya kegiatan kelompok dampingan, sebelumnya jumlah penerima manfaat baik langsung maupun tidak langsung diperkirakan mengalami peningkatan sekitar 15%, yaitu sebanyak 30 orang, terdiri dari 20 orang laki-laki dan 10 orang perempuan. Sedangkan jumlah penerima manfaat tidak langsung mencapai 25% dari total jumlah penduduk desa Tempayung. Bentuk manfaat yang diterima dalam berupa informasi, karena masyarakat lain yang tidak terlibat dalam kelompok dampingan memilki akses informasi yang berkaitan dengan pengelolaan lahan dengan antisipasi kebakaran, budidaya tanaman karet, budidaya tanaman hortikultura dan pembelajaran budidaya ikan serta kegiatan lainnya. Seperti pada saat pelaksanaan pelatihan, baik budidaya karet maupun pembelajarn ikan, terdapat pula beberapa masyarakat diluar anggota yang tertarik dan mengikuti kegiatan. Adapaun manfaat yang diterima dalam bentuk fasilitasi kegiatan (bimbingan teknis kegiatan, pelatihan, pengadaan bibit hortikultura, bibit karet, bibit ikan serta bahan pembuatan kue).dan penerima manfaat program langsung dan tidak langsung sekitar 25% dari jumlah penduduk/kepala Keluarga (KK) Desa Tempayung. Selanjutnya dalam periode pelaporan Maret September 2013, penerima manfaat program langsung dan tidak langsung mencapai 35-40% dari jumlah KK Desa Tempayung. Gambaran ini dapat terlihat dari beberapa kegiatan seperti, hasil panen ikan kelompok yang dipasarkan disekitar Desa Tempayung dengan harga lebih murah. Juga partisipasi/ kehadiran masyarakat setempat dalam acara temu usaha yang membahas dan mendiskusikan pemasaran getah karet. Terbentuknya unit usaha kelompok yang bergerak dibidang pemasaran getah karet telah memberikan nilai manfaat, karena getah karet yang dipasarkan berasal dari masyarakat Desa Tempayung dan sekitarnya. Selain itu kegiatan Kebun Bibit Rakyat (KBR) bantuan dari BPDAS Kahayan yang disalurkan melalui Dinas Kehutanan kabupaten Kotawaringin Barat, penerimaannya dan pengelolaannya oleh Kelompok Tani Terpadu Suka Maju. Bibit yang disemaikan adalah tanaman karet cabutan dan tanaman gaharu. Bibit tanaman ini nantinya akan diserah terimakan kepada para penerima manfaat selain anggota kelompok juga masyarakat Desa Tempayung lainnya yang berminat (yang terdata sudah sekitar 40 KK) untuk ditanam di lahannya masing-masing dan masih bisa bertambah lagi. Karet akan Kebun Persemaian KBR yang di kelola Kelompok Tani Terpadu Suka Maju Desa Tempayung dibagikan kepada yang belum mempunyai kebun tanaman karet dan gaharu akan ditanam warga sebagai tanaman disela karet yang nantinya menjadi menghasilkan keuntungan ganda, selain dari hasil tanaman buah-buahan yang ditanam. Selain pendampingan utama di kelompok tani, dilakukan juga kegiatan lain untuk kalangan perempuan / ibu-ibu melalui kegiatan tata boga/pembuatan makanan ringan. Hal ini dilakukan untuk menggalang dukungan, sehingga masyarakat setempat tertarik terhadap kegiatan yang dijalankan. 12

13 Untuk Desa Babual Baboti yang memiliki luas wilayah ± ha, terdiri dari dua dusun (Babual dan Baboti) dan tiga RT dengan jumlah penduduk ± 959 jiwa. Selama ini belum ada penerima manfaat baik langsung maupun tidak langsung, hal ini dikarenakan masyarakat masih fokus bekerja di perkebunan dan dalam upaya pengembangan usaha sawit, walau beberapa warga sudah ada yang tertarik, hanya terbatasi oleh desa belum berkesempatan secara berkelanjutan memfasilitasi dikarenakan kesibukan Kepala Desa Babual Baboti dan belum bisa ditemui sebelum-sebelumnya. 2. Mata pencaharian utama masyarakat desa target Karet tua titipan turun temurun sebagai sumber utama matapencaharian warga Tempayung hingga saat ini Sebagian besar masayarakat Desa Tempayung dan Desa Babual Baboti bekerja sebagai buruh, sekitar 80% masayarakat setempat bekerja di perkebunan kelapa sawit milik perusahaan PT. Sungai Rangit Sampoerna Agro. Selain itu masyarakat setempat memiliki pendapatan lain dari hasil menyadap getah karet dan beberapa kegiatan ekonomi lainnya. Sebelum perkebunan sawit hadir, menyadap karet titipan turun menurun yang dilakukan seharihari. Bahkan sampai saat ini masih dilakukan dan diyakini bahwa karet masih menjadi bentuk tabungan hari tua mereka. Karena saat tanaman karet berumur delapan tahun lebih memiliki hasil cukup besar. Bpk. Ginjah (Desa Tempayung) menjelaskan dari 200 pohon tanaman karet miliknya yang berumur 17 tahun menghasilkan getah paling sedikit 25 Kg/hari sadap (1,25 ons/batang/hari sadap). Secara perlahan masyarakat dampingan di dua desa tersebut, telah mengalami perubahan dalam mengelola usaha berbasis sumberdaya. Kondisi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor lingkungan, kebijakan pemerintah, pekerjaan dan adanya dorongan proyek-proyek konservasi dan pemberdayaan masyarakat. Sebagai contoh, saat ini masyarakat setempat untuk mendapatkan ikan konsumsi, harus membeli dari pedagang keliling atau peternak ikan. Hal ini dikarenakan ikan-ikan sungai sudah mulai sulit didapatkan, karena aliran air sungai sudah banyak terputus dan mengering oleh lintasan akses jalur perkebunan. Selanjutnya, warga Desa Tempayung, sudah tidak lagi mengakses ke dalam kawasan SMSL, hal ini dikarenakan adanya kesepakatan bersama yang dibuat dan kesadaran bersama untuk tidak memasuki kawasan tersebut untuk kepentingan di luar kebijakan yang dibuat dalam pengelolaan sumberdaya dan kawasan SMSL. Sebagian kecil warga di Desa Babual Baboti, masih mengakses kawasan tersebut untuk kegiatan memantung, berladang/berkebun. Aktivitas pekerjaan ini juga berpengaruh terhadap peluang kegiatan perburuan karena sempitnya waktu luang yang dimiliki masyarakat sehingga menyebabkan menurunnya kegiatan perburuan. Kegiatan proyek juga telah ikut berperan dalam merubah pola usaha berbasis sumberdaya oleh masyarakat, hal ini bisa digambarkan melalui beberapa kegiatan yang sudah dilaksanakan di Desa Tempayung. Seperti dalam pertemuan rutin kelompok maupun pertemuan lainnya selalu diinformasikan tentang hal-hal yang berkaitan dengan pengelolaan lahan tanpa bakar, musim kemarau antisipasi kebakaran, perubahan iklim, manfaat kawasan hutan dan konservasi orangutan satwa-satwa dilindungi. Sehingga benturan konflik terhadap kawasan dan satwa liar (khususnya orangutan) selalu bisa terkendali di dua desa target selama setahun ini. 13

14 Kegiatan proyek telah mendorong masyarakat ke arah budidaya, melalui kegiatan pertanian menetap pola kebun campuran berbasis karet yang dipadukan dengan kegiatan budidaya lainnya. Sehingga terbentuk kebun campuran yang terdiri dari tanaman utama jangka panjang (karet, gaharu, kayu), tanaman jangka menengah seperti buah-buahan, serta jangka pendek (sayur-sayuran) dan yang beredekatan dengan aliran/sumber air sangat dimungkinkan juga dengan budidaya ikan kolam air tawar. Hal ini menyebabkan masyarakat lebih fokus mengolah/menggarap di lahannya sendiri, sehinnga kegiatan lain yang mengancam keberadaan SMSL dan satwa lainnya bisa diminimalkan. Disamping itu dalam periode pelaporan Maret September 2013, masyarakat Tempayung sudah memiliki gambaran alur pemasaran getah karet. Juga mengetahui getah karet dengan mutu dan kualitas baik. Sehingga dalam periode pelaporan ini Kelompok Tani Terpadu Suka Maju membentuk unit/lembaga usaha kelompok untuk memasarkan getah karet sekitar Desa Tempayung. 3. Gambaran kaitan pengambilan keputusan berhubungan dengan, intensitas pekerjaan dalam pemanfaatan sumberdaya alam Selama ini pengambilan keputusan di kelompok dapingan dilakukan dengan cara musyawarah mufakat dengan mengedepankan keterbukaan. Sehingga beberapa kegiatan yang sudah direalisasikan dilakukan secara partisipatif mulai dari perencanaan sampai pelaksanaan. Dipimpin oleh ketua kelompok dan didampingi kepala desa membuat keputusan bersama. Intensitas pekerjaan sangat berpengaruh terhadap pemanfaatan sumberdaya alam. Untuk itu kami mendorong masyarakat fokus menggarap usaha di lahan sendiri, sehingga masyarakat disibukkan dengan beberapa kegiatan bersifat produktif, seperti perawatan karet, hortikultura dan tambahan kegiatan lainnya, seperti membibitkan tanaman gaharu dan merawat pemeliharaan ikan. Dengan demikian kegiatan yang mengancam jenis-jenis hidupan liar di kawasan SMSL dapat dikurangi. Ditambah lagi dengan upaya pemasaran getah karet secara kolektif. Hal ini dilakukan untuk mendistribusikan getah karet dengan harga yang lebih baik, sekaligus membangkitkan kembali masyarakat karet dan modal promosi sumberdaya yang dimiliki masyarakat Desa Tempayung. 4. Kebijakan desa dalam pengelolaan sumberdaya alam Pak Eson, Kepala Desa Tempayung sejak awal sangat komitmen untuk mendukung kegiatan menurunkan kebakaran lahan dan pertanian ladang menetap tanpa bakar Di Desa Tempayung dan Desa Babual Baboti belum ada peraturan desa yang membahas masalah pengelolaan sumberdaya hayati secara lestari, begitu pula dengan institusi/lembaga masyarakat yang menangani masalah tersebut. Tetapi di kedua desa tersebut, telah ada sanksi dan denda terhadap pelaku pembakaran yang merugikan pihak lain. Sanksi ini belum menjadi peraturan desa melainkan dijalankan secara kemasyarakatan dan kekeluargaan. Adapun bentuk sanksi dan denda tergantung dari pihak yang dirugikan, sebagai contoh, di Desa Tempayung pernah terjadi kegiatan pembakaran lahan untuk berladang yang dilakukan oleh salah seorang warga dan mengenai kebun sebelahnya, sehingga pelaku pembakaran dikenakan sanksi untuk menanam kembali dan merawat sejumlah pohon yang mati. Selain itu pernah juga terjadi hal yang sama, namun hanya dikenakan denda berupa uang. Hal ini sangat membantu kegiatan pelaksanaan proyek dalam mengatasi kebakaran hutan dan lahan di sekitar kawasan SMSL. 14

15 Selanjutnya, warga Desa Tempayung telah melakukan perlindungan khusus terhadap pohon dan anakan gaharu yang ada. Sebagai contoh beberapa pohon indukan gaharu telah ditulisi dengan peringatan jangan tebang pohon gaharu ini. Contoh lain seperti yang dilakukan keluarga Ibu Dende, mereka memagari keliling pohon indukan gaharu. Sehingga anakan gaharu yang tumbuh dibawahnya tidak bisa diambil orang lain dan dirusak binatang/ternak peliharaan. Pemerintah Desa Tempayung, telah membuat draft aturan pengelolaan demplot kebun campuran sebagai tempat pembelajaran pertanian berkelanjutan. Selanjutnya, pada bulan Desember 2012, pihak kelompok meminta permohonan penyerahan demplot dari desa kepada Kelompok Tani Terpadu Suka Maju untuk dikelola sesuai dengan aturan yang telah dibuat. Pihak desa yang langsung diwakili Kepala Desa menyatakan siap membuatkan Surat Keterangan Perpindahan Pengelolaan Demplot Kebun Campuran Menetap Tanpa Bakar (lihat Gambar Lampiran 2). Demplot kebun campuran seluas tiga hektar, merupakan konsep kegiatan pengelolaan lahan pertanian dengan sistem tebas tanpa bakar. Kegiatan pertanian yang ada di dalamnya, terdiri dari perpaduan antara tanaman jangka panjang (karet, kayu), jangka menengah (buah-buahan) dan jangka pendek (hortikultura). Juga memadukan dengan usaha pemeliharaan ikan air tawar. Awalnya, demplot ini dibangun pada tahun 2009 melalui dukungan proyek Uni Eropa dan RARE sebagai program percontohan. Melalui kegiatan ini diharapkan masyarakat sekitar mampu mengadopsi konsep pertanian terpadu dengan sistem pengolahan lahan pertanian menetap tebas tanpa bakar, sehingga kebakaran hutan dan lahan yang mengancam kawasan SMSL bisa dikurangi. Dalam menindaklanjuti kegiatan peningkatan perubahan sikap berladang menetap tanpa bakar, maka melalui proyek GEF/SGP (UNDP) ini mampu lebih mendorong penurunan perilaku berladang berpindah tebas bakar, membiasakan mengelola ladang di lahan sendiri dan mulai berladang menetap yang arahnya masyarakat dan desa bisa mengelola demplot kebun campuran menetap tanpa bakar menjadi tempat pembelajaran cara berladang berkelanjutan. Melalui proyek ini untuk upaya peningkatan ekonomi dilakukan upaya peningkatan kemampuan dalam pemeliharaan, budidaya karet serta pemasarannnya. 5. Dampak kegiatan proyek untuk peningkatan hasil ekonomi dan kesejahteraan Pak Aton dan tanaman hortikulturanya yang ditanamn disela bersama karet Proyek yang dilaksanakan telah berkontribusi positif terhadap perubahan pola pikir yang mengarah pada peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Walau disadari, untuk saat ini belum bisa menunjukan perubahan ekonomi tapi manfaat secara ekonomi telah nyata. Karena, proyek ini didasari untuk upaya mengoptimalkan kembali usaha tani berbasis karet dengan pola kebun campuran yang dapat memberi manfaat ekonomi dari lahan sendiri, sehingga lebih hemat.. Masyarakat yang melakukan pola kebun campuran lebih banyak menerima manfaat dari hasil produksi lahan. Sebagai contoh Bpk. Edar dan Bpk. Aton (warga desa Babual Baboti); Bpk. Yandi, Bpk. Ketek dan Bpk. Bambang (warga Desa Tempayung) adalah diantara warga desa yang telah melakukan kegiatan usaha tani karet yang dipadukan dengan tanaman sela (gaharu/buah) dan tanaman hortikultura. Bahkan Bpk. Matra, kebun karetnya dipadukan dengan tanaman buah, hortikultura dan kolam ikan dan bahkan akan diselingi tanaman gaharu. Karena Bpk.Matra telah juga menyemai tanaman gaharu. 15

16 Jelas saja, hal ini lebih menguntungkan, karena efisien dalam waktu dan fokus pada lahan garapan, sehingga menghasilkan nilai tambah dari lahan/kebun selain getah karet. Kemudian beberapa, masyarakat sudah mulai membandingkan besar kecilnya investasi/modal antara membangun kebun karet dengan sawit. Jelasnya, membangun kebun sawit memerlukan modal cukup besar, sedangkan kebun karet memerlukan modal jauh lebih kecil serta bisa dipadukan dengan tanaman lainnya sebagai nilai tambah. Dalam periode pelaporan bulan Maret-September 2013, hanya sedikit dampak ekonomi langsung yang bisa dirasakan masyarakat. Namun dampak ekonomi jangka panjang akan timbul dari beberapa kegiatan yang dijalankan oleh kelompok. Seperti, unit usaha yang diharapkan mampu memasarkan getah karet sekaligus mempromosikan potensi yang ada disekitar Desa Tempayung. Modal utama usaha ini adalah, dana bantuan usaha dari program GEF/SGP (UNDP) yang dijalankan oleh kelompok dengan model usaha menyerupai koperasi. Selanjutnya program yang digulirkan BPDAS Kahayan melalui Dinas Kehutanan Kabupaten Kotawaringin Barat yang dijalankan kelompok, yaitu kegiatan pembibitan tanaman karet dan gaharu yang nantinya sebagai tegakan hijau di desa yang menjaga ekologi desa terutama sumber air tanah dan udara tetap bersih. Hasilnya kelak dapat dirasakan turun temurun. Sejauh ini, tim pelaksana proyek belum bisa menceritakan pengaruh proyek terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat. Tetapi berladang menetap pola kebun campuran jauh lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan kegiatan ladang berpindah. Ladang berpindah kurang produktif dan lebih boros biaya dan waktu, karena dalam mempersiapkan satu areal pertanian/kebun diperlukan banyak tenaga untuk membuka lahan, ditambah jarak lokasi yang relatif jauh dari rumah. Secara umum masyarakat merasa lebih mudah mendapatkan hasil ladang, hanya di dekat rumah sendiri, baik itu sayuran, cabe, bumbu masak, juga ikan bagi yang beternak ikan. Saat ini, anggota kelompok telah mampu membandingkan besar kecilnya modal dengan keuntungan yang akan diterima antara berkebun sawit dengan karet. Contoh Bpk. Syachyuni (Desa Tempayung) telah mengurungkan niatnya untuk membangun kebun sawit dan memilih kebun karet, hal ini didasari faktor biaya. Kebun sawit memerlukan modal cukup besar, sedangkan kebun karet memerlukan modal jauh lebih kecil. Disamping itu kebun karet bisa dipadukan dengan tanaman lainnya sebagai nilai tambah. Salah seorang warga Desa Tempayung telah menghitung-hitung keuntungan dari kolam ikan. Hal yang sama pula telah tergambar di anggota Kelompok Tani Terpadu Suka Maju yang sedang menjalankan usaha kolam ikan di tengah ladang kebun karetnya. Kegiatan kolam ikan ini merupakan inisiasi sekaligus inovasi pada proyek sebagai strategi dalam meraih perhatian dan dukungan dari warga. Aspek Kewirausahaan Dalam periode pelaporan ini, proyek telah membentuk unit usaha disalah satu desa target, yaitu di Desa Tempayung. Hal ini didasarkan pada kesiapan kelompok dampingan juga dukungan pemerintah dan masyarakat setempat dalam melaksanakan program. Maka dalam rapat pertemuan kelompok usaha dari Kelompok Tani Terpadu Suka Maju pada bulan September 2013, telah dibentuk unit usaha kelompok yang disepakati oleh anggota. Usaha kelompok ini, dibangun dengan pola usaha menyerupai koperasi. Modal utama usaha kelompok, berasal dari dana bantuan usaha dari GEF/SGP (UNDP), sebesar Rp ,- ditambah dengan dana swadaya Rp ,- dari setiap anggota. Rapat kelompok juga telah menyepakati, bahwa usaha ini akan dijalankan oleh dua orang tim pengelola yaitu, Bpk,. Matra dan Bpk.Sachyuni. Atas: serah terima dana bantuan usaha kelompok dan bawah: outlet penampungan jual beli karet kelompok 16

Pembuat Laporan : Eddy Santoso-Manajer Kampanye Bangga SMSL

Pembuat Laporan : Eddy Santoso-Manajer Kampanye Bangga SMSL Laporan Kegiatan BROP Judul : Kemajuan Demplot Perladangan Menetap Sistem Kebun Campuran di Desa Khalayak Target Primer (Desa Tempayung dan Desa Babual Baboti) Pembuat Laporan : Eddy Santoso-Manajer Kampanye

Lebih terperinci

Laporan Triwulan I Perjalanan Tindak Lanjut Kampanye REDD+ dan HKm Ekosistem Suaka Margasatwa Sungai Lamandau Oktober-Desember 2011

Laporan Triwulan I Perjalanan Tindak Lanjut Kampanye REDD+ dan HKm Ekosistem Suaka Margasatwa Sungai Lamandau Oktober-Desember 2011 Laporan Triwulan I Perjalanan Tindak Lanjut Kampanye REDD+ dan HKm Ekosistem Suaka Margasatwa Sungai Lamandau Oktober-Desember 2011 Disusun oleh: Eddy Santoso-Yayorin (Alumni Pride RARE-cohort 3 metamorfosa)

Lebih terperinci

Laporan Triwulan Kedua Inisiatif Masyarakat Kelompok dalam Persiapan HKm dan REDD+ = Bonus sebagai Pencapaian Triwulan Kedua Januari-Maret 2012

Laporan Triwulan Kedua Inisiatif Masyarakat Kelompok dalam Persiapan HKm dan REDD+ = Bonus sebagai Pencapaian Triwulan Kedua Januari-Maret 2012 Laporan Triwulan Kedua Inisiatif Masyarakat Kelompok dalam Persiapan HKm dan REDD+ = Bonus sebagai Pencapaian Triwulan Kedua Januari-Maret 2012 Disusun oleh: Eddy Santoso-Yayorin (Alumni Pride RARE-cohort

Lebih terperinci

Kelompok HKm Danau Seluluk Jaya- Menginspirasi Gerakan Kebun Bibit Rakyat di Kotawaringin Barat dan Lamandau

Kelompok HKm Danau Seluluk Jaya- Menginspirasi Gerakan Kebun Bibit Rakyat di Kotawaringin Barat dan Lamandau Kelompok HKm Danau Seluluk Jaya- Menginspirasi Gerakan Kebun Bibit Rakyat di Kotawaringin Barat dan Lamandau Akhirnya sekitar 10.000 polibag baru terisi tanah, dan sebelumnya sudah sekitar 13.000 lebih

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan menurut fungsi pokoknya dibagi menjadi tiga yaitu hutan konservasi, hutan lindung dan hutan produksi (Dephut, 2009). Hutan konservasi sendiri didefinisikan kawasan

Lebih terperinci

Memanen padi tanpa asap di gambut Lamandau

Memanen padi tanpa asap di gambut Lamandau Memanen padi tanpa asap di gambut Lamandau Minggu, 15 April 2018 12:16 WIB Dokumentasi - Bibit padi di lahan gambut (ANTARA News / Virna Puspa S) Sudah dua tahun lahan gambut di Desa Tanjung Putri, Kecamatan

Lebih terperinci

: Membuat dan Menyebarkan Media Pemasaran Pesan Kampanye Pride Baru untuk SM Sungai Lamandau

: Membuat dan Menyebarkan Media Pemasaran Pesan Kampanye Pride Baru untuk SM Sungai Lamandau Laporan Kegiatan Triwulan Kedua Judul Pembuat Usulan : Membuat dan Menyebarkan Media Pemasaran Pesan Kampanye Pride Baru untuk SM Sungai Lamandau : Manajer Alumni Kampanye Bangga SMSL Waktu : Februari-April

Lebih terperinci

Konservasi Ekosistem Nipah dan Hutan Penyangga Bagian Timur Suaka Margasatwa Sungai Lamandau Sebagai Kawasan Pencadangan Hutan Kemasyarakatan (HKm)

Konservasi Ekosistem Nipah dan Hutan Penyangga Bagian Timur Suaka Margasatwa Sungai Lamandau Sebagai Kawasan Pencadangan Hutan Kemasyarakatan (HKm) Judul Pelaksana Fokus Area Konservasi Ekosistem Nipah dan Hutan Penyangga Bagian Timur Suaka Margasatwa Sungai Lamandau Sebagai Kawasan Pencadangan Hutan Kemasyarakatan (HKm) YAYORIN Mitigasi Berbasis

Lebih terperinci

Keputusan Menteri Kehutanan No. 31 Tahun 2001 Tentang : Penyelenggaraan Hutan Kemasyarakatan

Keputusan Menteri Kehutanan No. 31 Tahun 2001 Tentang : Penyelenggaraan Hutan Kemasyarakatan Keputusan Menteri Kehutanan No. 31 Tahun 2001 Tentang : Penyelenggaraan Hutan Kemasyarakatan Menimbang : a. bahwa dengan Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor 677/Kpts-II/1998 jo Keputusan Menteri

Lebih terperinci

: Cetak, Bea Kirim dan Distribusi Media Pemasaran Pesan Kampanye Pride SM Sungai Lamandau. : Manajer Alumni Kampanye Bangga SMSL

: Cetak, Bea Kirim dan Distribusi Media Pemasaran Pesan Kampanye Pride SM Sungai Lamandau. : Manajer Alumni Kampanye Bangga SMSL Laporan Kegiatan (triwulan pertama) Judul Pembuat Usulan : Cetak, Bea Kirim dan Distribusi Media Pemasaran Pesan Kampanye Pride SM Sungai Lamandau : Manajer Alumni Kampanye Bangga SMSL Waktu : November

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI

LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 06 TAHUN 2009 SERI E NOMOR 02 PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 06 TAHUN 2009 TENTANG HUTAN KOTA Menimbang DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI, : a. bahwa

Lebih terperinci

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN Lampiran Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.16/Menhut-II/2011 Tanggal : 14 Maret 2011 PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pedoman

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 09 TAHUN 2011 TENTANG PENGENDALIAN KEBAKARAN LAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BALANGAN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 09 TAHUN 2011 TENTANG PENGENDALIAN KEBAKARAN LAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BALANGAN, LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 09 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALANGAN NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENGENDALIAN KEBAKARAN LAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BALANGAN, Menimbang

Lebih terperinci

ABSTRACT. Alamat Korespondensi : Telp , PENDAHULUAN

ABSTRACT. Alamat Korespondensi : Telp ,   PENDAHULUAN KAJIAN FAKTOR PENYEBAB DAN UPAYA PENGENDALIAN KEBAKARAN LAHAN GAMBUT OLEH MASYARAKAT DI DESA SALAT MAKMUR KALIMANTAN SELATAN Oleh/By FONNY RIANAWATI Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Universitas

Lebih terperinci

BAB 5. Hasil Kampanye

BAB 5. Hasil Kampanye BAB 5. Hasil Kampanye Seperti tercantum di dalam Rencana Proyek ini, strategi pemantauan perubahan perilaku Pride memiliki 5 tujuan utama, yaitu: 1. Mengukur paparan terhadap kegiatan-kegiatan Pride di

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.150, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. PNPM Mandiri. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.16/MENHUT-II/2011 TENTANG PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL

Lebih terperinci

: Yayasan Orangutan Sumatera - Orangutan Information Centre. LAPORAN TAHAPAN PELAKSANAAN STRATEGI PENYINGKIR HALANGAN Periode Juli 2009 Februari 2010

: Yayasan Orangutan Sumatera - Orangutan Information Centre. LAPORAN TAHAPAN PELAKSANAAN STRATEGI PENYINGKIR HALANGAN Periode Juli 2009 Februari 2010 Yayasan Orangutan Sumatera Lestari - Orangutan Information Centre 2010 LAPORAN TAHAPAN PELAKSANAAN STRATEGI PENYINGKIR HALANGAN Periode Juli 2009 Februari 2010 Program Coordinator : Pride Campaign Manager

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1230, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUT. Kelompok Tani Hutan. Pembinaan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.57/Menhut-II/2014 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN KELOMPOK

Lebih terperinci

Laporan Strategi Tindak Lanjut Kampanye Bangga Suaka Margasatwa Sungai Lamandau Provinsi Kalimantan Tengah-Indonesia November 2010 Oktober 2011

Laporan Strategi Tindak Lanjut Kampanye Bangga Suaka Margasatwa Sungai Lamandau Provinsi Kalimantan Tengah-Indonesia November 2010 Oktober 2011 Laporan Strategi Tindak Lanjut Kampanye Bangga Suaka Margasatwa Sungai Lamandau Provinsi Kalimantan Tengah-Indonesia November 2010 Oktober 2011 Disusun oleh : Eddy Santoso-Alumni Siswa Konservasi Pride

Lebih terperinci

AGROFORESTRI PENDAHULUAN. Apa itu Agroforestri? Cakupan pembahasan agroforestri

AGROFORESTRI PENDAHULUAN. Apa itu Agroforestri? Cakupan pembahasan agroforestri AGROFORESTRI Ellyn K. Damayanti, Ph.D.Agr. M.K. Ekoteknologi Konservasi Tumbuhan Bogor, 19 Maret 2013 PENDAHULUAN Apa itu Agroforestri? Agro/agriculture; forestry Nama bagi sistem-sistem dan teknologi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN MAROS. NOMOR : 05 Tahun 2009 TENTANG KEHUTANAN MASYARAKAT DI KABUPATEN MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN MAROS. NOMOR : 05 Tahun 2009 TENTANG KEHUTANAN MASYARAKAT DI KABUPATEN MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN MAROS NOMOR : 05 Tahun 2009 TENTANG KEHUTANAN MASYARAKAT DI KABUPATEN MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAROS Menimbang : a. bahwa guna meningkatkan

Lebih terperinci

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KOTA KEDIRI

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KOTA KEDIRI SALINAN WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KOTA KEDIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.326, 2015 KEHUTANAN. Hutan. Kawasan. Tata Cara. Pencabutan (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5794). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BULUKUMBA

PEMERINTAH KABUPATEN BULUKUMBA PEMERINTAH KABUPATEN BULUKUMBA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG HUTAN KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUKUMBA, Menimbang : a. bahwa hutan disamping

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kebakaran hutan di Jambi telah menjadi suatu fenomena yang terjadi setiap tahun, baik dalam cakupan luasan yang besar maupun kecil. Kejadian kebakaran tersebut tersebar dan melanda

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PERLINDUNGAN HUTAN

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PERLINDUNGAN HUTAN GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PERLINDUNGAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

RENCANA OPERASI PENYINGKIR HALANGAN (BROP) PEMBUATAN DEMPLOT KEBUN TERPADU

RENCANA OPERASI PENYINGKIR HALANGAN (BROP) PEMBUATAN DEMPLOT KEBUN TERPADU RENCANA OPERASI PENYINGKIR HALANGAN (BROP) PEMBUATAN DEMPLOT KEBUN TERPADU YAYASAN SEKA APRIL 2009 RANGKUMAN EKSEKUTIF Apa: Untuk mengurangi ancaman utama terhadap hutan hujan dataran rendah yang menjadi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. pertanian yang dimaksud adalah pertanian rakyat, perkebunan, kehutanan, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan.

I PENDAHULUAN. pertanian yang dimaksud adalah pertanian rakyat, perkebunan, kehutanan, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penduduk Indonesia yang tinggal di pedesaan, dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya sebagian besar bergantung pada sektor pertanian. Sektor pertanian yang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.83/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2016 TENTANG PERHUTANAN SOSIAL

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.83/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2016 TENTANG PERHUTANAN SOSIAL PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.83/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2016 TENTANG PERHUTANAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

Lebih terperinci

Laporan Final. STRATEGI TINDAK LANJUT KAMPANYE REDD dan HKm EKOSISTEM SUAKA MARGASATWA SUNGAI LAMANDAU Oktober 2011-September 2012

Laporan Final. STRATEGI TINDAK LANJUT KAMPANYE REDD dan HKm EKOSISTEM SUAKA MARGASATWA SUNGAI LAMANDAU Oktober 2011-September 2012 Laporan Final STRATEGI TINDAK LANJUT KAMPANYE REDD dan HKm EKOSISTEM SUAKA MARGASATWA SUNGAI LAMANDAU Oktober 2011-September 2012 Disusun oleh: Eddy Santoso-Yayorin (Alumni Pride RARE-cohort 3 metamorfosa)

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR : 53 TAHUN 2001 T E N T A N G IJIN USAHA HUTAN TANAMAN (IHT) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR 50 TAHUN 2001 T E N T A N G IZIN PEMANFAATAN HUTAN (IPH) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Desa Tegal Arum Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo merupakan daerah yang terbentuk karena transmigrasi berasal dari Jawa pada tahun 1979. Desa Tegal Arum merupakan daerah

Lebih terperinci

Rencana Kerja Tahunan Hutan Kemasyarakatan (HKm) WANA MANUNGGAL Desa Sukakarya STL Terawas Ulu Musi Rawas

Rencana Kerja Tahunan Hutan Kemasyarakatan (HKm) WANA MANUNGGAL Desa Sukakarya STL Terawas Ulu Musi Rawas Rencana Kerja Tahunan Hutan Kemasyarakatan (HKm) WANA MANUNGGAL Desa Sukakarya STL Terawas Ulu Musi Rawas Disusun oleh Tim Penyusun 2016 Page 1 of 6 Rencana Kerja Tahunan Hutan Kemasyarakatan (HKm) WANA

Lebih terperinci

PROGRAM PHBM DI SEKITAR KAWASAN KONSERVASI. LAYAKKAH DIPERTAHANKAN???

PROGRAM PHBM DI SEKITAR KAWASAN KONSERVASI. LAYAKKAH DIPERTAHANKAN??? PROGRAM PHBM DI SEKITAR KAWASAN KONSERVASI. LAYAKKAH DIPERTAHANKAN??? (Studi kasus di kawasan TN Alas Purwo) Oleh : Bagyo Kristiono, SP. /Polhut Pelaksana Lanjutan A. PHBM (Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat)

Lebih terperinci

Pemanfaatan canal blocking untuk konservasi lahan gambut

Pemanfaatan canal blocking untuk konservasi lahan gambut SUMBER DAYA AIR Indonesia memiliki potensi lahan rawa (lowlands) yang sangat besar. Secara global Indonesia menempati urutan keempat dengan luas lahan rawa sekitar 33,4 juta ha setelah Kanada (170 juta

Lebih terperinci

kepemilikan lahan. Status lahan tidak jelas yang ditunjukkan oleh tidak adanya dokumen

kepemilikan lahan. Status lahan tidak jelas yang ditunjukkan oleh tidak adanya dokumen Lampiran 1 Verifikasi Kelayakan Hutan Rakyat Kampung Calobak Berdasarkan Skema II PHBML-LEI Jalur C NO. INDIKATOR FAKTA LAPANGAN NILAI (Skala Intensitas) KELESTARIAN FUNGSI PRODUKSI 1. Kelestarian Sumberdaya

Lebih terperinci

BAB III PRAKTIK PENGGARAPAN TANAH SAWAH DENGAN SISTEM SETORAN DI DESA LUNDO KECAMATAN BENJENG KABUPATEN GRESIK

BAB III PRAKTIK PENGGARAPAN TANAH SAWAH DENGAN SISTEM SETORAN DI DESA LUNDO KECAMATAN BENJENG KABUPATEN GRESIK BAB III PRAKTIK PENGGARAPAN TANAH SAWAH DENGAN SISTEM SETORAN DI DESA LUNDO KECAMATAN BENJENG KABUPATEN GRESIK A. Profil Desa Lundo 1. Letak geografis Desa Lundo merupakan salah satu desa yang terletak

Lebih terperinci

LAPORAN PERKEMBANGAN BROP KEBUN ENERGI

LAPORAN PERKEMBANGAN BROP KEBUN ENERGI LAPORAN PERKEMBANGAN BROP KEBUN ENERGI Istiyarto Ismu Manager Kampanye Bali Barat Pengantar Strategi penyingkir halangan yang diterapkan oleh Yayasan Seka dalam rangka penyelamatan habitat Jalak Bali (Leucopsar

Lebih terperinci

TENTANG HUTAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN,

TENTANG HUTAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN, PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P. 49/Menhut-II/2008 TENTANG HUTAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN, Menimbang: a. bahwa dalam rangka pemberdayaan masyarakat di dalam dan sekitar

Lebih terperinci

POLA PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT PADA LAHAN KRITIS (Studi Kasus di Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan) Oleh : Nur Hayati

POLA PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT PADA LAHAN KRITIS (Studi Kasus di Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan) Oleh : Nur Hayati POLA PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT PADA LAHAN KRITIS (Studi Kasus di Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan) Oleh : Nur Hayati Ringkasan Penelitian ini dilakukan terhadap anggota Kelompok Tani

Lebih terperinci

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR Oleh: HERIASMAN L2D300363 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH,

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH, PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH, Menimbang : a. bahwa hutan dan lahan merupakan sumberdaya

Lebih terperinci

STRATEGI TINDAK LANJUT

STRATEGI TINDAK LANJUT VII. STRATEGI TINDAK LANJUT Pendahuluan Kampanye tahap pertama yang dilakukan di Kompleks hutan rawa gambut Sungai Putri baru saja berakhir Juli 2010 lalu. Beberapa capaian yang dicatat dari kampaye tersebut:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hutan Berdasarkan pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1967, arti hutan dirumuskan sebagai Suatu lapangan tetumbuhan pohon-pohonan yang secara keseluruhan merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 07 TAHUN 2003 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI WILAYAH KOTA PALANGKA RAYA

PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 07 TAHUN 2003 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI WILAYAH KOTA PALANGKA RAYA PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 07 TAHUN 2003 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI WILAYAH KOTA PALANGKA RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALANGKA

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. ± 30 km atau sekitar 2 jam jarak tempuh, sementara menuju Kabupaten Aceh

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. ± 30 km atau sekitar 2 jam jarak tempuh, sementara menuju Kabupaten Aceh BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 2.1 Kondisi Geografis Desa Suka Damai merupakan salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Gereudong Pase, Kabupaten Aceh Utara. Ibu kota kecamatan ini berada

Lebih terperinci

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan Judul Kegiatan: Provinsi/Kota/Kabupaten: Lembaga Pengusul: Jenis Kegiatan: Mitigasi Berbasis Lahan A. Informasi Kegiatan A.1.

Lebih terperinci

BUPATI BULUNGAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 08 TAHUN 2006 TENTANG

BUPATI BULUNGAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 08 TAHUN 2006 TENTANG BUPATI BULUNGAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 08 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN IJIN PEMANFAATAN KAYU PADA AREAL PENGGUNAAN LAIN ATAU KAWASAN BUDIDAYA NON KEHUTANAN BUPATI BULUNGAN, Menimbang

Lebih terperinci

VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KELOMPOK TANI KARYA AGUNG

VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KELOMPOK TANI KARYA AGUNG 78 VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KELOMPOK TANI KARYA AGUNG 7.1. Perumusan Strategi Penguatan Kelompok Tani Karya Agung Perumusan strategi menggunakan analisis SWOT dan dilakukan melalui diskusi kelompok

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a.

Lebih terperinci

HUTAN KEMASYARAKATAN (HKm) Oleh Agus Budhi Prasetyo

HUTAN KEMASYARAKATAN (HKm) Oleh Agus Budhi Prasetyo HUTAN KEMASYARAKATAN (HKm) Oleh Agus Budhi Prasetyo Hutan Kemasyarakatan (HKm) menjadi salah satu kebijakan yang dikeluarkan oleh Kementerian Kehutanan untuk menekan laju deforestasi di Indonesia dengan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 26 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN HUTAN HAK MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 26 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN HUTAN HAK MENTERI KEHUTANAN, PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 26 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN HUTAN HAK MENTERI KEHUTANAN, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Pasal 71 ayat (1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Lebih terperinci

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.26/Menhut-II/2005

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.26/Menhut-II/2005 MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.26/Menhut-II/2005 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN HUTAN HAK MENTERI KEHUTANAN, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Pasal 71

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebakaran hutan dan lahan di Indonesia terjadi setiap tahun dan cenderung meningkat dalam kurun waktu 20 tahun terakhir. Peningkatan kebakaran hutan dan lahan terjadi

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENGATURAN DAN TATA CARA PENETAPAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MELAWI NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG HUTAN KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MELAWI, Menimbang : a. bahwa dalam upaya menciptakan wilayah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal memiliki potensi sumberdaya alam yang tinggi dan hal itu telah diakui oleh negara-negara lain di dunia, terutama tentang potensi keanekaragaman hayati

Lebih terperinci

NORHADIE KARBEN, GIGIH UPAYAKAN PERTANIAN TANPA BAKAR DI LAHAN GAMBUT

NORHADIE KARBEN, GIGIH UPAYAKAN PERTANIAN TANPA BAKAR DI LAHAN GAMBUT USAID LESTARI: CERITA DARI LAPANGAN NORHADIE KARBEN, GIGIH UPAYAKAN PERTANIAN TANPA BAKAR DI LAHAN GAMBUT Oleh: Indra Nugraha Ketika pemerintah melarang membakar seharusnya pemerintah juga memberikan solusi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sektor andalan perekonomian di Propinsi Lampung adalah pertanian. Kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Propinsi Lampung

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 T E N T A N G SISTEM PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 T E N T A N G SISTEM PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 T E N T A N G SISTEM PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : Bahwa untuk melaksanakan Instruksi Presiden

Lebih terperinci

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PERLINDUNGAN PETANI PLASMA KELAPA SAWIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANAH BUMBU,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.43/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2017 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI SEKITAR KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR 51 TAHUN 2001 TENTANG IJIN PEMUNGUTAN HASIL HUTAN (IPHH) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

WALIKOTA LANGSA PROVINSI ACEH QANUN KOTA LANGSA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN HUTAN KOTA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

WALIKOTA LANGSA PROVINSI ACEH QANUN KOTA LANGSA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN HUTAN KOTA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM SALINAN WALIKOTA LANGSA PROVINSI ACEH QANUN KOTA LANGSA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN HUTAN KOTA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG ATAS RAHMAT

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN CILACAP

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN CILACAP PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR : 17 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE DI KAWASAN SEGARA ANAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHAESA BUPATI CILACAP,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, Menimbang : a. bahwa Taman

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN, UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN DAN UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.17/MENLHK/SETJEN/KUM.1/2/2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN NOMOR P.12/MENLHK-II/2015

Lebih terperinci

VII. Pola Hubungan dalam Lembaga APKI di Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah

VII. Pola Hubungan dalam Lembaga APKI di Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah VII. Pola Hubungan dalam Lembaga APKI di Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah Kecamatan Kahayan Kuala merupakan salah satu wilayah Kecamatan di Kabupaten Pulang Pisau yang sangat

Lebih terperinci

PEMERINTAH DESA KUCUR

PEMERINTAH DESA KUCUR PEMERINTAH DESA KUCUR PERATURAN DESA KUCUR NOMOR 03 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN SATWA LIAR DESA KUCUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA KUCUR Menimbang: a. Bahwa tumbuhan dan satwa liar

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. 43 BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Sragi merupakan sebuah Kecamatan yang ada

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekosistem mangrove bagi kelestarian sumberdaya perikanan dan lingkungan hidup memiliki fungsi yang sangat besar, yang meliputi fungsi fisik dan biologi. Secara fisik ekosistem

Lebih terperinci

BAB III PROBLEM LINGKUNGAN DI SUMATERA SELATAN. penjelasan mengenai keterlibatan INGO World Agroforestry Centre (ICRAF) di Indonesia

BAB III PROBLEM LINGKUNGAN DI SUMATERA SELATAN. penjelasan mengenai keterlibatan INGO World Agroforestry Centre (ICRAF) di Indonesia BAB III PROBLEM LINGKUNGAN DI SUMATERA SELATAN Provinsi Sumatera Selatan memiliki masalah terkait dengan lingkungannya yang disebabkan dan menyebabkan banyak masalah lain yang melanda Sumatera Selatan

Lebih terperinci

KRITERIA DAN STANDAR IJIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU HUTAN TANAMAN PADA HUTAN PRODUKSI

KRITERIA DAN STANDAR IJIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU HUTAN TANAMAN PADA HUTAN PRODUKSI LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : 21/Kpts-II/2001 Tanggal : 31 Januari 2001 KRITERIA DAN STANDAR IJIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU HUTAN TANAMAN PADA HUTAN PRODUKSI No KRITERIA STANDAR

Lebih terperinci

DOKUMEN POTENSI DESA SEGAMAI

DOKUMEN POTENSI DESA SEGAMAI DOKUMEN POTENSI DESA SEGAMAI Hasil Pemetaan Masyarakat Desa bersama Yayasan Mitra Insani (YMI) Pekanbaru 2008 1. Pendahuluan Semenanjung Kampar merupakan kawasan hutan rawa gambut yang memiliki kekayaan

Lebih terperinci

PERHUTANAN SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT YANG EFEKTIF

PERHUTANAN SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT YANG EFEKTIF Peran Penting Masyarakat dalam Tata Kelola Hutan dan REDD+ 3 Contoh lain di Bantaeng, dimana untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian, pemerintah kabupaten memberikan modal dan aset kepada desa

Lebih terperinci

PERAN SERTA MASYARAKAT DESA DALAM MENJAGA DAN MEMELIHARA HUTAN

PERAN SERTA MASYARAKAT DESA DALAM MENJAGA DAN MEMELIHARA HUTAN PEMERINTAH KABUPATEN CIANJUR KECAMATAN CIDAUN DESA CIBULUH Jl. Lurah Bintang No. 129 Cibuluh, Cidaun, Cianjur 43275 PERATURAN DESA CIBULUH NOMOR : 01/Perdes-cb/IV/2003 Tentang PERAN SERTA MASYARAKAT DESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, salah satu pengelompokan hutan berdasarkan fungsinya adalah hutan konservasi. Hutan konservasi merupakan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 95 TAHUN 2008

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 95 TAHUN 2008 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 95 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS SEKRETARIAT, BIDANG, SUB BAGIAN DAN SEKSI DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR MENIMBANG :

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Desa Situ Udik Desa Situ Udik terletak dalam wilayah administratif Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Desa Situ Udik terletak

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita

PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian Km. 6,5 Bengkulu 38119 PENDAHULUAN Hingga saat ini, upaya mewujudkan ketahanan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PUPUK ORGANIK DAN PUPUK HAYATI

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PUPUK ORGANIK DAN PUPUK HAYATI PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PUPUK ORGANIK DAN PUPUK HAYATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TULUNGAGUNG, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 07 TAHUN 2003 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI WILAYAH KOTA PALANGKA RAYA

PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 07 TAHUN 2003 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI WILAYAH KOTA PALANGKA RAYA PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 07 TAHUN 2003 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI WILAYAH KOTA PALANGKA RAYA Menimbang : DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskrifsi Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Popayato Barat merupakan salah satu dari tiga belas Kecamatan yang ada di Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo. Kecamatan Popayato

Lebih terperinci

LAPORAN KEMAJUAN BROP DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON Labuan, Pebruari 2010

LAPORAN KEMAJUAN BROP DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON Labuan, Pebruari 2010 LAPORAN KEMAJUAN BROP DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON Labuan, Pebruari 2010 A. Latar Belakang Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) yang terletak di Semenanjung kepala burung di ujung Barat Pulau Jawa (Provinsi

Lebih terperinci

DOKUMEN POTENSI DESA TELUK BINJAI

DOKUMEN POTENSI DESA TELUK BINJAI DOKUMEN POTENSI DESA TELUK BINJAI Hasil Pemetaan Masyarakat Desa bersama Yayasan Mitra Insani (YMI) Pekanbaru 2008 1. Pendahuluan Semenanjung Kampar merupakan kawasan hutan rawa gambut yang memiliki kekayaan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan lebih lanjut ketentuan Bab IV Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertandatangan di bawah ini : Nama : Ir. Bambang

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PERLINDUNGAN HUTAN

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PERLINDUNGAN HUTAN GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PERLINDUNGAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 47 / KPTS-II / 1998 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 47 / KPTS-II / 1998 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 47 / KPTS-II / 1998 TENTANG PENUNJUKAN KAWASAN HUTAN LINDUNG DAN HUTAN PRODUKSI TERBATAS SELUAS ± 29.000 (DUA PULUH SEMBILAN RIBU) HEKTAR DI KELOMPOK HUTAN PESISIR, DI

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN SAMPAH SEJENIS SAMPAH RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bagi manusia, lahan sangat dibutuhkan dalam menjamin kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bagi manusia, lahan sangat dibutuhkan dalam menjamin kelangsungan hidup BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang sangat dibutuhkan. Bagi manusia, lahan sangat dibutuhkan dalam menjamin kelangsungan hidup seperti untuk membangun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan Tahura Wan Abdul Rachman di Propinsi Lampung adalah salah satu kawasan yang amat vital sebagai penyangga kehidupan ekonomi, sosial dan ekologis bagi masyarakat

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG IRIGASI DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG IRIGASI DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG IRIGASI DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN

Lebih terperinci