Pengembangan Rencana Penanggulangan Bencana (Disaster Recovery Planning) untuk Data Center ITB

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pengembangan Rencana Penanggulangan Bencana (Disaster Recovery Planning) untuk Data Center ITB"

Transkripsi

1 Pengembangan Rencana Penanggulangan Bencana (Disaster Recovery Planning) untuk Data Center ITB Yunita Caroline Manurung, Kridanto Surendro Unit Sumberdaya Informasi Institut Teknologi Bandung Abstraksi Perkembangan teknologi digital saat ini menyebabkan banyak kegiatan pada sebuah organisasi atau perusahaan bergantung pada teknologi informasi (TI). TI yang melingkupi infrastruktur perangkat keras, media penyimpanan dan pengelolaan data, sistem informasi dan sumber daya lainnya merupakan andalan sebuah organisasi untuk melangsungkan kegiatan hariannya dan menentukan keberhasilan bisnisnya. Oleh karena itu, tidak heran kebergantungan akan teknologi informasi sangat kuat, sehingga ketersediaan dan keandalan teknologi informasi yang dimiliki suatu organisasi menjadi sangat penting. Disisi lain, teknologi informasi, seperti juga teknologi lainnya, tidak lepas dari kemungkinan rusak, hilang maupun tidak berfungsi karena bencana (force majeur). Bencana disini bisa berarti banyak hal, mulai dari kehilangan mesin yang penting sampai bencana alam yang menghancurkan seluruh fasilitas. Segala sesuatu yang dapat menyebabkan kekacauan pada kegiatan operasional bisa merupakan bencana. Tanpa perencanaan yang baik, sebuah organisasi tidak dapat bangkit kembali setelah terjadinya interupsi fatal pada kegiatan operasionalnya. Meskipun banyak organisasi yang menyadari bahwa bisnis mereka bisa tidak berjalan lagi karena gangguan yang disebutkan diatas, tetapi belum banyak organisasi yang mempersiapkan diri untuk menghadapi gangguan yang mungkin terjadi. Untuk menghadapinya, diperlukan sebuah perencanaan yang baik untuk menghadapi resiko-resiko tersebut. Perencanaan penanggulangan bencana (Disaster Recovery Planing) merupakan isu penting di dunia bisnis. Disaster Recovery Planning (DRP) merupakan kegiatan yang dilakukan untuk bisa kembali pulih setelah suatu bencana terjadi. Termasuk perencanaan untuk mencegah resiko, mitigasi bencana, atau mengalihkan tanggung jawab resiko tersebut kepada pihak ketiga (asuransi). Kata Kunci : DRP, Disaster Recovery Planning, Disaster, Data Center 1. PENDAHULUAN Perkembangan teknologi digital yang sangat pesat tidak terlepas dari kemungkinan rusak, hilang atau tidak berfungsi dikarenakan terjadinya bencana. Untuk mengatasi efek dari terjadinya bencana, diperlukan sebuah DisasterRecovery Planning ( DRP ). DRP merupakan sekumpulan dokumen yang mendefinisikan setiap aktifitas, dalam sebuah organisasi untuk dapat menyelamatkan aset pada sektor TI yang dimiliki oleh organisasi tersebut. Saat ini telah banyak literatur yang memaparkan langkahlangkah pembuatan sebuah dokumen DRP bagi sebuah organisasi. Langkah-langkah tersebut didasarkan pada teori yang terdapat pada literatur yang dipilih. DRP disusun dengan melihat organisasi secara keseluruhan, menentukan ruang lingkup dan batasan implementasi untuk DRP tersebut. Dukungan dari organisasi berupa data yang lengkap mengenai aset TI yang dimiliki merupakan faktor pendukung suksesnya penyusunan DRP. Kurangnya informasi mengenai aset TI yang dimiliki, dapat menyebabkan kekurangan pada DRP yang telah disusun. Diharapkan agar kelak organisasi dapat melengkapi kekurangan pada DRP ini, agar nantinya dapat digunakan untuk mendukung kelangsungan proses bisnis organisasi. 2. PEMBAHASAN Infrastruktur TI didefinisikan sebagai pengaturan sarana dan prasarana fisik yang meliputi hardware, software, database, dan jaringan komunikasi Secara konseptual, infrastruktur TI dapat terbagi menjadi empat elemen utama, yaitu: internet, infrastruktur telekomunikasi konvensional, komputasi waktu nyata (real time) dan elemen pelengkap (embedded) seperti sistem avionic untuk pesawat terbang, dan peralatan komputer yang mandiri (misalnya desktop computer). Setiap elemen tersebut memiliki peranan khusus dalam membantu pekerjaan kita sehari-hari dan setiap elemen memiliki kelemahan tersendiri.

2 Terlepas dari jenis elemen infrastruktur tersebut, sistem TI dapat mengalami tiga kategori kerusakan sebagai berikut : (1) Unavailable (tidak tersedia): yaitu jika sistem atau jaringan tidak dapat, sulit atau tidak mungkin digunakan atau diakses. Contoh: sistem komputer mati total, atau waktu tanggap (response time) lebih lama dari biasanya. (2) Corrupted (menyimpang): yaitu sistem atau jaringan tetap beroperasi, tetapi dalam beberapa kondisi operasi, sistem ini tidak dapat memberikan hasil atau informasi yang akurat seperti yang diharapkan. Contoh: adanya penghapusan atau pengubahan data. (3) Compromised (disalahgunakan): yaitu jika ada individu dengan maksud buruk melakukan akses terhadap seluruh atau beberapa kemampuan sistem atau jaringan atau informasi yang tersedia pada sistem atau jaringan tersebut. Resiko kerusakan di atas dapat terjadi setiap saat dan disebabkan oleh berbagai faktor. Secara umum kerusakan tersebut dapat dianggap sebagai sebuah bencana atau disaster, karena dalam tingkatan tertentu dapat mempengaruhi kelancaran pekerjaan organisasi yang memiliki sistem atau infrastruktur tersebut. Bencana (disaster) didefinisikan sebagai kejadian luar biasa, tiba-tiba dan tidak direncanakan yang dapat menyebabkan kerusakan dan kehilangan besar sebagaimana yang didefinisikan atau diidentifikasi melalui penilaian resiko (risk assessment) dan analisis dampak bisnis (Business Impact Analysis - BIA). Dalam lingkungan bisnis, bencana dapat didefinisikan sebagai kejadian yang mengakibatkan ketidakmampuan suatu bagian organisasi untuk menyelenggarakan fungsi bisnis kritis untuk selang waktu tertentu. Istilah lain yang memiliki makna serupa adalah business interruption, outage, catastrophe. Berdasarkan dampaknya, bencana dapat dikelompokkan menjadi tiga tingkatan, yaitu : (1) Tingkat pertama: Resiko rendah, yaitu tidak ada yang terluka secara serius, kerusakan fisik minimal, operasi bisnis kritis tidak terhenti, dampak terhadap aktivitas bisnis rutin bersifat minimal, dan tekanan terhadap karyawan juga minimal. (2) Tingkat kedua: Resiko sedang, yaitu dapat mengancam kehidupan, terdapat sejumlah orang yang terluka, kerusakan kecil pada peralatan dan fasilitas, operasi bisnis rutin terhenti beberapa saat, operasi bisnis kritis terganggu, dan menimbulkan tekanan terhadap karyawan (3) Tingkat ketiga: Resiko tinggi, yaitu menyebabkan kematian pada manusia, kerusakan pada fasilitas, terganggunya aktivitas bisnis rutin dan kritis, berdampak bagi potensial pelanggan dan para pemegang saham. Berdasarkan penyebabnya, bencana dapat dikelompokkan sebagai berikut : (1) Natural: bencana disebabkan oleh kejadian alam seperti angin topan, banjir atau kebakaran. (2) Human: bencana/ kerusakan yang disebabkan oleh manusia, misalnya kesalahan operator, sabotase, pembajakan atau kode-kode yang berbahaya (malicious), dan serangan teroris. (3) Environment: disebabkan oleh faktor lingkungan, misalnya kesalahan peralatan, kesalahan sistem perangkat lunak, kerusakan jaringan telekomunikasi dan sumber daya listrik. Definisi yang dikutip dari Disaster Recovery Dictionary menyatakan bahwa Disaster Recovery (DR) adalah aktivitas dan program yang dirancang untuk mengembalikan organisasi ke suatu kondisi yang layak dan dapat diterima (acceptable) setelah terjadinya bencana. Definisi lainnya dari sumber yang sama menyebutkan bahwa DR adalah kemampuan untuk mengatasi interupsi / terputusnya layanan dengan menerapkan perencanaan penanggulangan bencana untuk memulihkan fungsi bisnis kritis organisasi. Karena rencana ini tidak bisa dibuat dengan mendadak sedangkan bencana dapat terjadi kapan saja, maka organisasi perlu membekali diri dengan rencana penanggulangan bencana yang baik dan efektif. Setiap DRP disusun sesuai kebutuhan dan kemampuan satu organisasi, oleh karena itu biasanya materi yang tercakup dalam DRP secara spesifik mencerminkan kebutuhan organisasi tersebut. Meskipun masing-masing organisasi dapat menghasilkan DRP yang berbeda-beda, tetapi ada beberapa fase umum dalam proses Disaster Recovery yang biasanya selalu disertakan dalam sebuah dokumen DRP. Fase-fase tersebut adalah : (1) Tahap pertama: Respon awal Manajemen senior mendeklarasikan bencana dan mengaktifkan rencana, memobilisasi tim recovery. (2) Tahap kedua: Restorasi Infrastruktur Tim recovery TI yang sudah ditentukan datang ke lokasi hot site. Tim ini akan menilai ketersediaan sumber daya dan mulai membangun kembali jaringan, menetapkan titik masuk akses jarak jauh dan layanan sehingga para karyawan dapat segera terhubung ke jaringan. (3) Tahap ketiga: Restorasi Data Setelah infrastruktur selesai disiapkan, tahapan berikutnya adalah melakukan perbaikan pada data dan aplikasi yang aktif dipakai pada server berdasarkan backup terakhir. (4) Tahap keempat: Resinkronisasi Data

3 Selama melakukan perbaikan infrastruktur TI dan database jaringan, para karyawan di masing-masing unit bisnis akan sibuk menjalankan transaksi-transaksi bisnis secara manual. Tergantung seberapa lama jaringan tidak dapat diakses (down), maka akan terdapat banyak informasi yang tertunda atau menumpuk (backlog) sehingga perlu disinkronisasikan dengan data yang ada pada backup-site. (5) Tahap kelima: Operasi Steady-state Jika lokasi perkantoran tidak dapat diakses untuk jangka waktu yang cukup lama, maka para karyawan harus menjalankan bisnisnya dengan mengakses aplikasi melalui koneksi akses jarak jauh. (6) Tahap keenam: Kembali ke Operasi Normal Pada fase ini, unit bisnis dan tim TI mulai melakukan migrasi kembali kantor asalnya. (7) Tahap ketujuh: Evaluasi Hasil Rencana Penanggulangan Setelah bisnis kembali ke kondisi normal atau mendekati normal, maka rencana yang sudah ditetapkan untuk penanggulangan bencana tersebut perlu dievaluasi oleh semua pihak yang terlibat dalam usaha pemulihan. Jika ada ketidaksesuaian, maka DRP tersebut harus dimodifikasi. Organisasi yang mulai memandang perlunya penerapan DRP adalah ITB. Bersamaan dengan dilaksanakannya proyek I-MHERE, ITB mulai membangun sebuah data center. I-MHERE (Indonesia-Managing Higher Education for Relevance and Efficiency) sendiri merupakan sebuah proyek yang didanai oleh World Bank, dengan tujuan untuk meningkatkan kapasitas manajerial dan mekanisme keuangan pada Kementrian Pendidikan Nasional dan institusi pendidikan tinggi dapat meningkatkan efesiensi, relefansi, kualitas dan kewajaran pada pendidikan tinggi di Indonesia. Salah satu tim yang terdapat pada proyek I-MHERE ini adalah SD Sub Activity Developing IT Governance Through Establishment of R,G,S for the Integrated MIS. Aktivitas yang dilakukan tim ini salah satunya adalah pembuatan DRP untuk data center yang ada. Data center akan bertugas sebagai tempat pengumpulan seluruh data yang berasal dari seluruh sistem informasi yang terdapat di ITB, yaitu data pendidikan, mahasiswa, pegawai, keuangan, sarana dan prasarana, manajemen aset, dll. Penyusunan DRP ini sangat di butuhkan oleh ITB, dikarenakan data center menyimpan data-data vital yang dimiliki oleh ITB. Tujuan pembuatan DRP adalah untuk melindungi pegawai dan resources yang ada di ITB, untuk menyelamatkan data-data penting yang dimiliki ITB, dan untuk memastikan kemampuan ITB akan berfungsi kembali seperti semula setelah terjadinya sebuah bencana. Fungsi utama DRP adalah untuk mendokumentasikan rencanarencana yang akan dilakukan setelah terjadinya bencana, yaitu rencana untuk menanggapi bencana, proses pemulihan, memulai aktivitas, pemugaran, dan berfungsi kembali (response, recovery, resumption, restoration, and return). DRP merupakan tuntunan secara sistematis setelah bencana menuju recovery. Dokumen tersebut akan mencantumkan secara mendetail urutan kegiatan yang harus dilakukan. Secara umum, akan dibuat sebuah rencana yang akan berjalan tanpa memandang jenis rencana yang menimpa. Dokumen DRP yang dibuat menggunakan template ISO27001 yang diambil dari Dokumen ini memuat hal-hal yang diperlukan dalam penyusunan DRP, yaitu langkah-langkah penyusunan DRP yang dibutuhkan, meliputi hal-hal sebagai berikut: (1) identifikasi bisnis proses yang terdapat didalam organisasi, (2) tindakan yang perlu dilakukan dalam pada saat bencana terjadi, (3) personel dengan tugas umum maupun khusus yang harus dihubungi bila terjadi situasi bencana, (4) premis dan fasilitas yang dibutuhkan untuk melaksanakan DRP, (5) sistem informasi dan komunikasi yang digunakan saat keadaan darurat atau saat DRP diaktifkan, (6) tim yang bertanggung jawab mengenai pemberitahuan kepada media bila organisasi mengalami situasi darurat atau bencana,sehingga dapat menghindari publisitas yang merugikan, (7) situasi bencana yang menyebabkan terjadinya klaim terhadap asuransi yang dimiliki, (8) masalah keuangan dan hukum yang mungkin terjadi akibat terjadi bencana dan cara penanggulangannya. 3. PENUTUP Identifikasi elemen-elemen yang dibutuhkan untuk pembuatan sebuah DRP membutuhkan kerjasama dari seluruh tim DRP pada suatu organisasi. Seringkali elemen yang dianggap penting ternyata tidak sepenting yang dipikirkan, begitu juga sebaliknya. Dukungan serta persetujuan dari pihak manajemen organisasi diperlukan untuk mendukung suksesnya pembuatan DRP dalam organisasi tersebut. Dukungan dari manajemen akan memudahkan untuk mengkoordinasikan orang-orang yang terlibat dalam pembuatan DRP.

4 Pembuatan DRP tidak lantas berhenti begitu saja setelah DRP telah dibuat. Harus dilakukan evaluasi dan perbaikan rencana DRP secara kontinu. Bila DRP tidak bisa menangani kasus tertentu, harus diadakan perubahan pada DRP. Begitu juga setelah sebuah bencana terjadi, harus dilakukan evaluasi, apakah DRP telah memenuhi harapan organisasi untuk pulih dari bencana yang menimpa. Template DRP ini sangat mungkin untuk dikembangkan lebih lanjut, karena dapat dikustomisasi untuk memenuhi keinginan pengguna. 4. Daftar Pustaka [1]. Wallace, Michael and Lawrence Webber The Disaster RecoveryHandbook: A Step-by-Step Plan to Ensure Business Continuity and Protect Vital Operations, Facilities, and Assets [2]. Hennessy, John, et.all,(2003), Information Technology for Counterterrorism : Immediate Action and Future Possibilities, National Academic Press,. [3]. "Define what Types of Disasters need to be Planned for", Published March 2001 [4]. Davis, Jeff, (2002), Get IT Done: How does the help desk fit into the disaster recovery plan?, Published , [5]. Mounting, (2004), The Business Case for DRP : Calculating the Cost of Downtime, White paper from Iron Mounting, [6]. Ward, John, and Peppard, Joe, (2002), Strategic Planning for Information System, 3 rd Ed, John Willey & Sons, Inc.

5

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan sangat erat kaitannya dengan Teknologi Informasi (TI),

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan sangat erat kaitannya dengan Teknologi Informasi (TI), BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri perbankan sangat erat kaitannya dengan Teknologi Informasi (TI), Penggunaan TI di sektor perbankan saat ini merupakan suatu keharusan, terlebih dengan meningkatkan

Lebih terperinci

PEMBUATAN DISASTER RECOVERY PLAN (DRP) BERDASARKAN ISO/IEC 24762: 2008 DI ITS SURABAYA (STUDI KASUS DI PUSAT DATA DAN JARINGAN BTSI)

PEMBUATAN DISASTER RECOVERY PLAN (DRP) BERDASARKAN ISO/IEC 24762: 2008 DI ITS SURABAYA (STUDI KASUS DI PUSAT DATA DAN JARINGAN BTSI) PEMBUATAN DISASTER RECOVERY PLAN (DRP) BERDASARKAN ISO/IEC 24762: 2008 DI ITS SURABAYA (STUDI KASUS DI PUSAT DATA DAN JARINGAN BTSI) Julia Carolina Daud OUTLINE BAB I PENDAHULUAN BAB II DASAR TEORI BAB

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS METODOLOGI

BAB III ANALISIS METODOLOGI BAB III ANALISIS METODOLOGI Pada bagian ini akan dibahas analisis metodologi pembangunan BCP. Proses analisis dilakukan dengan membandingkan beberapa metodologi pembangunan yang terdapat dalam literatur

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS 1

JURNAL TEKNIK POMITS 1 JURNAL TEKNIK POMITS 1 PEMBUATAN DISASTER RECOVERY PLAN (DRP) BERDASARKAN ISO/IEC 24762:2008 DI ITS SURABAYA (Studi Kasus di Pusat Data dan Jaringan BTSI ITS) Julia Carolina Daud Jurusan Sistem Informasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelangsungan bisnis (business continuity) merupakan sebuah hal yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Kelangsungan bisnis (business continuity) merupakan sebuah hal yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelangsungan bisnis (business continuity) merupakan sebuah hal yang sangat penting dalam sebuah bank. Untuk itu pada tanggal 30 November 2007 Bank Indonesia selaku

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Disaster Recovery Plan

ABSTRAK. Kata Kunci: Disaster Recovery Plan ABSTRAK Penelitian ini memuat tentang implementasi disaster recovery plan di IT Center pada PT.Medco Power Indonesia dengan menggunakan template disaster recovery karangan dari Paul Kirvan, CISA, CISSP,

Lebih terperinci

Business Continuity Plan & Disaster Recovery Plan. Abdul Aziz

Business Continuity Plan & Disaster Recovery Plan. Abdul Aziz Business Continuity Plan & Disaster Recovery Plan Abdul Aziz Email : abdulazizprakasa@ymail.com BCP Rencana bisnis yang berkesinambungan DRP Rencana pemulihan dari kemungkinan kerusakankerusakan yang terjadi

Lebih terperinci

DISASTER RECOVERY PLANNING DALAM MANAJEMEN RESIKO PERENCANAAN PROYEK SISTEM INFORMASI

DISASTER RECOVERY PLANNING DALAM MANAJEMEN RESIKO PERENCANAAN PROYEK SISTEM INFORMASI DISASTER RECOVERY PLANNING DALAM MANAJEMEN RESIKO PERENCANAAN PROYEK SISTEM INFORMASI Soetam Rizky Wicaksono STIKOM Surabaya Jl. Raya Kedung Baruk 98, 60298 Telp. (031)8721731 soetam@stikom.edu ABSTRACT

Lebih terperinci

PERANCANGAN PROSEDUR DISASTER RECOVERY PLAN (DRP) ATAS ASET TEKNOLOGI INFORMASI PADA PT. XXX

PERANCANGAN PROSEDUR DISASTER RECOVERY PLAN (DRP) ATAS ASET TEKNOLOGI INFORMASI PADA PT. XXX ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.5, No.1 Maret 2018 Page 1453 PERANCANGAN PROSEDUR DISASTER RECOVERY PLAN (DRP) ATAS ASET TEKNOLOGI INFORMASI PADA PT. XXX DESIGNING PROCEDURES DISASTER

Lebih terperinci

PERENCANAAN KEBERLANGSUNGAN BISNIS(BUSINESS CONTINUITY PLAN) TANTRI HIDAYATI SINAGA STT HARAPAN MEDAN

PERENCANAAN KEBERLANGSUNGAN BISNIS(BUSINESS CONTINUITY PLAN) TANTRI HIDAYATI SINAGA STT HARAPAN MEDAN PERENCANAAN KEBERLANGSUNGAN BISNIS(BUSINESS CONTINUITY PLAN) TANTRI HIDAYATI SINAGA STT HARAPAN MEDAN PENGERTIAN BUSINESS CONTINUITY PLAN Perencanaan Keberlangsungan Bisnis (Business Continuity Plan/BCP)

Lebih terperinci

TEKNIK AUDIT DATA CENTER DAN DISASTER RECOVERY. Titien S. Sukamto

TEKNIK AUDIT DATA CENTER DAN DISASTER RECOVERY. Titien S. Sukamto TEKNIK AUDIT DATA CENTER DAN DISASTER RECOVERY Titien S. Sukamto AUDIT DATA CENTER DAN DISASTER RECOVERY Audit terhadap fasilitas pengolahan TI, biasanya merujuk pada Data Center, yang merupakan inti dari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada Bab IV ini akan membahas hasil analisis dalam perencanaan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada Bab IV ini akan membahas hasil analisis dalam perencanaan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada Bab IV ini akan membahas hasil analisis dalam perencanaan Information Technology Service Continuity Management (ITSCM) pada PT. Telkom MSC Area V Jawa Timur. Hasil yang

Lebih terperinci

Disaster Recovery Planning

Disaster Recovery Planning Disaster Recovery Planning Disaster recovery planning adalah suatu pernyataan yang menyeluruh mengenai tindakan konsisten yang harus diambil sebelum, selama, dan setelah suatu peristiwa yang mengganggu

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENGUKURAN RISIKO TI. mengumpulkan data dan mengolah data berdasarkan hasil dari wawancara dengan

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENGUKURAN RISIKO TI. mengumpulkan data dan mengolah data berdasarkan hasil dari wawancara dengan BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENGUKURAN RISIKO TI 4.1 Latar Belakang Dalam melakukan manajemen risiko pada PT Saga Machie, penulis mengumpulkan data dan mengolah data berdasarkan hasil dari wawancara dengan

Lebih terperinci

MENGEMBANGKAN STRATEGI SI/TI Titien S. Sukamto

MENGEMBANGKAN STRATEGI SI/TI Titien S. Sukamto MENGEMBANGKAN STRATEGI SI/TI Titien S. Sukamto Pengembangan Strategi SI/TI Mengembangkan sebuah strategi SI/TI berarti berpikir secara strategis dan merencanakan manajemen yang efektif untuk jangka waktu

Lebih terperinci

Disaster Management. Transkrip Minggu 2: Manajemen Bencana, Tanggap Darurat dan Business Continuity Management

Disaster Management. Transkrip Minggu 2: Manajemen Bencana, Tanggap Darurat dan Business Continuity Management Disaster Management Transkrip Minggu 2: Manajemen Bencana, Tanggap Darurat dan Business Continuity Management Video 1: Perbedaan Manajemen Bencana, Tanggap Darurat dan Business Continuity Video 2: Manajemen

Lebih terperinci

BUSINESS CONTINUITY PLAN & DISASTER RECOVERY PLAN

BUSINESS CONTINUITY PLAN & DISASTER RECOVERY PLAN BUSINESS CONTINUITY PLAN & DISASTER RECOVERY PLAN Sumber: 2002 CISA Review Manual, Information Systems Audit & Control Association, Bab 5 DRP/BCP: tujuannya agar bisnis bisa tetap beroperasi meskipun ada

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENGUKURAN RISIKO TI

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENGUKURAN RISIKO TI BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENGUKURAN RISIKO TI 4.1 Latar Belakang Pembahasan Dalam pengukuran risiko yang dilakukan pada PT National Label, kami telah mengumpulkan dan mengolah data berdasarkan kuisioner

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENGUKURAN RISIKO TI

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENGUKURAN RISIKO TI BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENGUKURAN RISIKO TI 4.1 Latar Belakang Pembahasan Dalam pengukuran risiko yang dilakukan pada PT Informasi Komersial Bisnis, kami mengolah data berdasarkan wawancara kepada

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 9/15/PBI/2007 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DALAM PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH BANK UMUM

- 1 - PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 9/15/PBI/2007 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DALAM PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH BANK UMUM - 1 - PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 9/15/PBI/2007 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DALAM PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

Langkah langkah FRAP. Daftar Risiko. Risk

Langkah langkah FRAP. Daftar Risiko. Risk L1 Langkah langkah FRAP Daftar Risiko Risk Risiko Tipe Prioritas Awal # 1 Kerusakan Database dikarenakan kegagalan INT B hardware 2 Staff internal sengaja memodifikasi data untuk INT C keuntungan kelompok

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRATEGIS SISTEM INFORMASI PADA BANK PERKREDITAN RAKYAT MENGGUNAKAN METODE WARD DAN PEPPARD (STUDI KASUS BANK BPR JAWA TIMUR)

PERENCANAAN STRATEGIS SISTEM INFORMASI PADA BANK PERKREDITAN RAKYAT MENGGUNAKAN METODE WARD DAN PEPPARD (STUDI KASUS BANK BPR JAWA TIMUR) PERENCANAAN STRATEGIS SISTEM INFORMASI PADA BANK PERKREDITAN RAKYAT MENGGUNAKAN METODE WARD DAN PEPPARD (STUDI KASUS BANK BPR JAWA TIMUR) Erwin Sutomo 1, *), Teguh Bharata Adji 2) dan Sujoko Sumaryono

Lebih terperinci

INFRASTRUCTURE SECURITY

INFRASTRUCTURE SECURITY INFRASTRUCTURE SECURITY 1 WHAT S INFRASTRUCTURE?? Infrastruktur = prasarana, yaitu segala sesuatu yg merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses. Kebutuhan dasar pengorganisasian sistem sebagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Berikut ini adalah beberapa teori dan definisi yang terkait dengan Disaster. Recovery yang digunakan dalam tesis ini.

BAB II LANDASAN TEORI. Berikut ini adalah beberapa teori dan definisi yang terkait dengan Disaster. Recovery yang digunakan dalam tesis ini. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Disaster Recovery Berikut ini adalah beberapa teori dan definisi yang terkait dengan Disaster Recovery yang digunakan dalam tesis ini. 2.1.1 Bencana (Disaster) Menurut buku Disaster

Lebih terperinci

PERTEMUAN 8 PENGAMANAN SISTEM INFORMASI BERBASIS KOMPUTER

PERTEMUAN 8 PENGAMANAN SISTEM INFORMASI BERBASIS KOMPUTER PERTEMUAN 8 PENGAMANAN SISTEM INFORMASI BERBASIS KOMPUTER A. TUJUAN PEMBELAJARAN Pada pertemuan ini akan dijelaskan mengenai Pengendalian pengamanan system informasi berbasis computer ini meliputi: pengendalian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN. Berikut merupakan bagan kerangka pikir penulisan thesis ini :

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN. Berikut merupakan bagan kerangka pikir penulisan thesis ini : BAB III METODOLOGI PERANCANGAN 3.1 Kerangka Pikir Berikut merupakan bagan kerangka pikir penulisan thesis ini : Gambar 3.1 Bagan Kerangka Pikir Dari pernyataann awal bahwa pengembangan disaster recovery

Lebih terperinci

BUSINESS CONTINUITY PLAN DEPARTEMEN SUMBER DAYA MANUSIA BANK INDONESIA

BUSINESS CONTINUITY PLAN DEPARTEMEN SUMBER DAYA MANUSIA BANK INDONESIA Business Continuity Plan Departemen Sumber Daya Manusia... (Nurrahma dan Iftadi) BUSINESS CONTINUITY PLAN DEPARTEMEN SUMBER DAYA MANUSIA BANK INDONESIA Ghina Nurrahma 1*, Irwan Iftadi 1,2 1 Program Studi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Strategi Sistem Informasi dan Teknologi Informasi Berdasarkan John Ward dan Joe Peppard (2002, hal 44), strategi sistem informasi adalah suatu kebutuhan organisasi

Lebih terperinci

: POB-SJSK-009 PROSEDUR OPERASIONAL BAKU Tanggal Berlaku : 1/01/2013 Backup & Recovery Nomor Revisi : 02

: POB-SJSK-009 PROSEDUR OPERASIONAL BAKU Tanggal Berlaku : 1/01/2013 Backup & Recovery Nomor Revisi : 02 1. TUJUAN 1.1. Menetapkan standard backup dan recovery 1.2. Menetapkan prosedur backup 1.3. Menetapkan prosedur recovery 1.4. Menetapkan prosedur penanggulangan keadaan darurat 2. RUANG LINGKUP 2.1. Prosedur

Lebih terperinci

KERENTANAN (VULNERABILITY)

KERENTANAN (VULNERABILITY) DISASTER TERMS BENCANA (DISASTER) BAHAYA (HAZARD) KERENTANAN (VULNERABILITY) KAPASITAS (CAPACITY) RISIKO (RISK) PENGKAJIAN RISIKO (RISK ASSESSMENT) PENGURANGAN RISIKO BENCANA (DISASTER RISK REDUCTION)

Lebih terperinci

Developing IT Governance Through Establishment of R,G,S for The Integrated MIS (Studi Kasus : Institut Teknologi Bandung)

Developing IT Governance Through Establishment of R,G,S for The Integrated MIS (Studi Kasus : Institut Teknologi Bandung) Developing IT Governance Through Establishment of R,G,S for The Integrated MIS (Studi Kasus : Institut Teknologi Bandung) Maniah, Kridanto Surendro Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Pendahuluan. Dalam penyusunan Startaegic Planning, diperlukan acuan untuk menuntun

BAB III METODOLOGI. 3.1 Pendahuluan. Dalam penyusunan Startaegic Planning, diperlukan acuan untuk menuntun 47 BAB III METODOLOGI 3.1 Pendahuluan Dalam penyusunan Startaegic Planning, diperlukan acuan untuk menuntun perencanaan Strategic Planning tahap demi tahap. Metodologi yang digunakan pada tesis ini merupakan

Lebih terperinci

BAB 4 EVALUASI SISTEM INFORMASI DISTRIBUSI PADA PT PRIMA CIPTA INSTRUMENT

BAB 4 EVALUASI SISTEM INFORMASI DISTRIBUSI PADA PT PRIMA CIPTA INSTRUMENT BAB 4 EVALUASI SISTEM INFORMASI DISTRIBUSI PADA PT PRIMA CIPTA INSTRUMENT 4.1 Prosedur Evaluasi Evaluasi terhadap sistem informasi distribusi pada PT Prima Cipta Instrument merupakan suatu proses evaluasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia perbankan saat ini telah masuk dalam era digital dan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Dunia perbankan saat ini telah masuk dalam era digital dan teknologi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia perbankan saat ini telah masuk dalam era digital dan teknologi informasi dimana layanan yang diberikan kepada para nasabah tidak hanya layanan yang bersifat konvensional,

Lebih terperinci

- 1 - UMUM. Mengingat

- 1 - UMUM. Mengingat - 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 9/15/PBI/2007 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DALAM PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH BANK UMUM UMUM Dalam rangka meningkatkan efisiensi kegiatan

Lebih terperinci

Infrastruktur = prasarana, yaitu segala sesuatu yg merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses. Kebutuhan dasar pengorganisasian sistem

Infrastruktur = prasarana, yaitu segala sesuatu yg merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses. Kebutuhan dasar pengorganisasian sistem 1 Infrastruktur = prasarana, yaitu segala sesuatu yg merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses. Kebutuhan dasar pengorganisasian sistem sebagai layanan dan fasilitas yang diperlukan agar

Lebih terperinci

Aulia Febriyanti

Aulia Febriyanti Tugas Akhir [KS-091336] Aulia Febriyanti 5207100022 Dosen Pembimbing Bekti Cahyo Hidayanto, S. Si., M.Kom Abtrak Manajemen resiko adalah proses pengelolaan resiko yang mencakup identifikasi, evaluasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi saat ini kebutuhan informasi dalam suatu perusahaan menjadi sangat penting dalam menentukan kemajuan suatu perusahaan. Informasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Continuity Management (ITSCM) akan membahas semua aktivitas yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Continuity Management (ITSCM) akan membahas semua aktivitas yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada Bab III dalam Perencanaan Information Technology Service Continuity Management (ITSCM) akan membahas semua aktivitas yang dilakukan dari awal kegiatan sampai akhir. Gambar

Lebih terperinci

Pedoman Pelatihan dan Uji coba Kelangsungan Layanan Teknologi Informasi dan Komunikasi

Pedoman Pelatihan dan Uji coba Kelangsungan Layanan Teknologi Informasi dan Komunikasi LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : SE-60/PJ/2011 TENTANG : PEDOMAN PELATIHAN DAN UJI COBA KELANGSUNGAN LAYANAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI Pedoman Pelatihan dan Uji coba Kelangsungan

Lebih terperinci

SERVICE LEVEL AGREEMENT (SLA) LAYANAN TEKNOLOGI INFORMASI

SERVICE LEVEL AGREEMENT (SLA) LAYANAN TEKNOLOGI INFORMASI SERVICE LEVEL AGREEMENT (SLA) LAYANAN TEKNOLOGI INFORMASI PT. ABCDEFGH INDONESIA Tahun 2016 Nama Dokumen : Service Level Agreement Layanan TI Nomor Dokumen : SLATI/VI/ABCDEFGHI Versi Dokumen : 2.1 Dipersiapkan

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. PT Triasta Integrasi Teknologi memiliki bisnis utama (core business) yaitu

BAB 4 PEMBAHASAN. PT Triasta Integrasi Teknologi memiliki bisnis utama (core business) yaitu 73 BAB 4 PEMBAHASAN 4.1. Manajemen Risiko Teknologi Informasi PT Triasta Integrasi Teknologi memiliki bisnis utama (core business) yaitu pengerjaan proyek-proyek teknologi informasi dari perusahaan lain.

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dunia bisnis telekomunikasi telepon seluler semakin berkembang pesat di Indonesia. Hal ini mendorong perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang telekomunikasi telepon

Lebih terperinci

ICT Continuity with Confidence

ICT Continuity with Confidence Bulletin No. 2/2015 www.reksis.com ICT Continuity with Confidence Bulletin Reksis Consulting Penanggung jawab Haldi Z. Panjaitan Pengantar Redaksi Kegagalan infrastruktur Information Computer Technology

Lebih terperinci

2016, No.267.

2016, No.267. -2- dengan penggunaan teknologi informasi serta perkembangan standar nasional dan internasional, perlu dilakukan penyempurnaan ketentuan mengenai penerapan manajemen risiko dalam penggunaan teknologi informasi

Lebih terperinci

Standar Internasional ISO 27001

Standar Internasional ISO 27001 Standar Internasional ISO 27001 ISO 27001 merupakan standar internasional keamanan informasi yang memuat persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi dalam usaha menggunakan konsepkonsep keamanan informasi

Lebih terperinci

MANAJEMEN BENCANA PENGERTIAN - PENGERTIAN. Definisi Bencana (disaster) DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MANAJEMEN BENCANA PENGERTIAN - PENGERTIAN. Definisi Bencana (disaster) DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PENGERTIAN - PENGERTIAN ( DIREKTUR MANAJEMEN PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BENCANA ) DIREKTORAT JENDERAL PEMERINTAHAN UMUM Definisi Bencana (disaster) Suatu peristiwa

Lebih terperinci

Daftar Pertanyaan Wawancara. 2. Bagaimana struktur organisasi instansi, beserta tugas dan tanggung jawab tiap

Daftar Pertanyaan Wawancara. 2. Bagaimana struktur organisasi instansi, beserta tugas dan tanggung jawab tiap L1 Daftar Pertanyaan Wawancara 1. Apa visi dan misi instansi? 2. Bagaimana struktur organisasi instansi, beserta tugas dan tanggung jawab tiap bagian? 3. Bagaimana proses bisnis instansi? 4. Sejak tahun

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN BUSINESS CONTINUITY PLANNING ORGANISASI (STUDI KASUS PT. LAPI ITB)

PEMBANGUNAN BUSINESS CONTINUITY PLANNING ORGANISASI (STUDI KASUS PT. LAPI ITB) PEMBANGUNAN BUSINESS CONTINUITY PLANNING ORGANISASI (STUDI KASUS PT. LAPI ITB) 1 Soni Fajar Surya Gumilang, 2 Wahyu Hadi Santoso Program Studi Teknik Informatika STMIK LPKIA Jln. Soekarno Hatta No. 456

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengertian Dasar Enterprise Arsitektur 3.1.1. Enterprise Architecture Enterprise Architecture atau dikenal dengan arsitektur enterprise adalah deskripsi yang didalamnya termasuk

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : Disaster Recovery Plan, Business Continuity Plan, Bencana. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata Kunci : Disaster Recovery Plan, Business Continuity Plan, Bencana. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Disaster Recovery Plan adalah salah satu cabang ilmu manajemen resiko sistem informasi terapan yaitu Business Continuity Plan. Disaster Recovery Plan merupakan serangkaian kegiatan yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Peran sistem informasi makin dirasakan dalam segala aspek bisnis dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Peran sistem informasi makin dirasakan dalam segala aspek bisnis dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran sistem informasi makin dirasakan dalam segala aspek bisnis dan operasional perusahaan. Berbagai macam teknologi diadopsi oleh perusahaan dengan tujuan menyokong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan harus memperhatikan faktor-faktor internal dan eksternal yang

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan harus memperhatikan faktor-faktor internal dan eksternal yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi saat ini, persaingan usaha semakin kompetitif dan kreatif. Untuk dapat bertahan dalam persaingan usaha yang ketat, pihak manajemen dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk meminimalisasi risiko tersebut, bank diharapkan memiliki Business

BAB I PENDAHULUAN. Untuk meminimalisasi risiko tersebut, bank diharapkan memiliki Business BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan operasional perbankan tidak dapat terhindar dari adanya gangguan/kerusakan yang disebabkan oleh alam maupun manusia misalnya terjadi gempa bumi, bom, kebakaran,

Lebih terperinci

Business Continuity Management Sistem Pembayaran

Business Continuity Management Sistem Pembayaran Business Continuity Management 1. PENDAHULUAN Business Continuity Management - (BCM-SP) merupakan proses pengelolaan secara menyeluruh dalam rangka identifikasi potensi kondisi darurat yang berdampak kepada

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN E-GOVERNMENT

BUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN E-GOVERNMENT BUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN E-GOVERNMENT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS Menimbang : a. bahwa kegiatan pemerintah

Lebih terperinci

Muhammad Bagir, S.E.,M.T.I. Sistem Informasi Bisnis

Muhammad Bagir, S.E.,M.T.I. Sistem Informasi Bisnis Muhammad Bagir, S.E.,M.T.I Sistem Informasi Bisnis 1 Outline Materi Konsep Dasar Sistem dan Informasi Pengertian Sistem Informasi Proses Bisnis Sistem Informasi Bisnis (e-bisnis) Jenis Sistem Informasi

Lebih terperinci

Bab 8 Business Continuity Planning and Disaster Recovery Planning. Kelompok 121M IKI-83408T MTI UI

Bab 8 Business Continuity Planning and Disaster Recovery Planning. Kelompok 121M IKI-83408T MTI UI Bab 8 Business Continuity Planning and Disaster Recovery Planning Kelompok 121M IKI-83408T MTI UI Aston Freddy Sitorus 7204000454 Gerry Firmansyah 720400047Y Maulana Mukarom 7204000535 2005 Kelompok 121M

Lebih terperinci

EVALUASI KEAMANAN SISTEM INFORMASI. Gentisya Tri Mardiani, S.Kom

EVALUASI KEAMANAN SISTEM INFORMASI. Gentisya Tri Mardiani, S.Kom EVALUASI KEAMANAN SISTEM INFORMASI Gentisya Tri Mardiani, S.Kom Pendahuluan Kriteria dalam masalah keamanan yang harus diperhatikan: 1. Akses kontrol sistem yang digunakan 2. Telekomunikasi dan jaringan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. layanan yang memanfaatkan kegunaan dari software, hardware, dan fasilitas

BAB II LANDASAN TEORI. layanan yang memanfaatkan kegunaan dari software, hardware, dan fasilitas BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Layanan Sistem dan Teknologi Informasi Layanan Sistem dan Teknologi Informasi (STI) merupakan sebuah layanan yang memanfaatkan kegunaan dari software, hardware, dan fasilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Bencana

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Bencana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bencana merupakan suatu peristiwa yang tidak dapat diprediksi kapan terjadinya dan dapat menimbulkan korban luka maupun jiwa, serta mengakibatkan kerusakan dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka Pada penelitian sebelumnya yang berjudul Pengembangan Model Arsitektur Enterprise Untuk Perguruan Tinggi dilakukan pengembangan model arsitektur enterprise untuk

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN KEAMANAN INFORMASI KEAMANAN INFORMASI Saat pemerintah dan kalangan industri mulai menyadari kebutuhan untuk mengamankan sumber daya informasi mereka, perhatian nyaris terfokus

Lebih terperinci

USULAN KERANGKA MANAJEMEN RESIKO IMPLEMENTASI TEKNOLOGI BARU DALAM MENDUKUNG AKTIVITAS BISNIS PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI

USULAN KERANGKA MANAJEMEN RESIKO IMPLEMENTASI TEKNOLOGI BARU DALAM MENDUKUNG AKTIVITAS BISNIS PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI USULAN KERANGKA MANAJEMEN RESIKO IMPLEMENTASI TEKNOLOGI BARU DALAM MENDUKUNG AKTIVITAS BISNIS PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI Yohanes Suprapto Magister Informatika, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI),

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Data Data adalah sesuatu yang mewakili objek dan peristiwa yang memiliki arti yang sangat penting bagi user (Hoffer et al, 2005). Dalam pengertian yang lain data adalah fakta

Lebih terperinci

PENERAPAN IT BALANCE SCORECARD UNTUK PERENCANAAN STRATEGIS SISTEM INFORMASI DI SMK MEDIKACOM BANDUNG

PENERAPAN IT BALANCE SCORECARD UNTUK PERENCANAAN STRATEGIS SISTEM INFORMASI DI SMK MEDIKACOM BANDUNG PENERAPAN IT BALANCE SCORECARD UNTUK PERENCANAAN STRATEGIS SISTEM INFORMASI DI SMK MEDIKACOM BANDUNG 1 Hanif fakhrurroja, S,Si.,M.T. 2 Irvan Akbar Maulana 1 Program Studi Manajemen Informatika STMIK LKPIA

Lebih terperinci

METODE MANAJEMEN BACKUP DATA SEBAGAI UPAYA PENYELAMATAN DATA ON LINE WEB LAPAN BANDUNG

METODE MANAJEMEN BACKUP DATA SEBAGAI UPAYA PENYELAMATAN DATA ON LINE WEB LAPAN BANDUNG Berita Dirgantara Vol. 13 No. 1 Maret 2012:22-27 METODE MANAJEMEN BACKUP DATA SEBAGAI UPAYA PENYELAMATAN DATA ON LINE WEB LAPAN BANDUNG Elyyani Peneliti Bidang Sistem Informasi, LAPAN e-mail: elyyani@bdg.lapan.go.id;

Lebih terperinci

PENGANTAR DATA CENTER

PENGANTAR DATA CENTER Modul ke: 01 Hariesa Fakultas FASILKOM PENGANTAR DATA CENTER B.P, ST, MM Program Studi Sistem Informasi Pokok Bahasan Deskripsi pusat data. Pemilihan lokasi, layout dan setting gedung pusat data. Data

Lebih terperinci

Perancangan Aplikasi Basis Data. by: Ahmad Syauqi Ahsan

Perancangan Aplikasi Basis Data. by: Ahmad Syauqi Ahsan 02 Perancangan Aplikasi Basis Data by: Ahmad Syauqi Ahsan Latar Belakang 2 Metodologi perancangan basis data dapat menggunakan alat bantu seperti Designer 2000 dari Oracle, ERWin, BPWin, dan lain sebagainya.

Lebih terperinci

LAMPIRAN A KUESIONER. Menetapkan Dan Mengatur Tingkatan Layanan (DS1)

LAMPIRAN A KUESIONER. Menetapkan Dan Mengatur Tingkatan Layanan (DS1) L1 LAMPIRAN A KUESIONER Menetapkan Dan Mengatur Tingkatan Layanan (DS1) 1 Setiap penggunaan sistem informasi harus melaksanakan aturan yang ditetapkan perusahaan 2 Pimpinan masing-masing unit organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada pendahuluan perlu dikemukakan hal-hal yang mendorong atau argumentasi pentingnya dilakukan penelitian. Dalam pendahuluan diuraikan proses dalam mengidentifikasi masalah penelitian.

Lebih terperinci

WALIKOTA BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR 1338 TAHUN 2017 TENTANG TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

WALIKOTA BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR 1338 TAHUN 2017 TENTANG TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI SALINAN WALIKOTA BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR 1338 TAHUN 2017 TENTANG TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANDUNG,

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 6/ 8 /PBI/2004 TENTANG SISTEM BANK INDONESIA REAL TIME GROSS SETTLEMENT GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 6/ 8 /PBI/2004 TENTANG SISTEM BANK INDONESIA REAL TIME GROSS SETTLEMENT GUBERNUR BANK INDONESIA, -1- PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 6/ 8 /PBI/2004 TENTANG SISTEM BANK INDONESIA REAL TIME GROSS SETTLEMENT GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung tercapainya sistem pembayaran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Layanan Sistem dan Teknologi Informasi Layanan Sistem dan Teknologi Informasi (STI) merupakan sebuah layanan yang memanfaatkan kegunaan dari software, hardware, dan fasilitas

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG. negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy

BAB I LATAR BELAKANG. negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia yang berada di salah satu belahan Asia ini ternyata merupakan negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Analisa Proses Tata Kelola Sistem Call Center 123

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Analisa Proses Tata Kelola Sistem Call Center 123 BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisa Proses Tata Kelola Sistem Call Center 123 Untuk mewujudkan dan mencapai target yang telah ditetapkan pada Bab 3 dengan maksimal, PT. PLN (Persero) Distribusi Jaya

Lebih terperinci

PENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA

PENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA PENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA 1 BEncANA O Dasar Hukum : Undang-Undang RI No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana 2 Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 38 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DALAM PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH BANK UMUM

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 38 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DALAM PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH BANK UMUM OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 38 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DALAM PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH BANK UMUM DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN 3.1 Analisa Sistem Analisis sistem digunakan untuk menguraikan sistem yang diidentifikasi dan dievaluasi permasalahannya dalam lingkup virtualisasi. Sistem ini dianalisis

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERHUBUNGAN PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL (P.K.P.S)

REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERHUBUNGAN PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL (P.K.P.S) REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERHUBUNGAN PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL (P.K.P.S) SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 20 TAHUN 2009 TANGGAL : 17 FEBRUARI

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengenalan Rekayasa Informasi Saat ini banyak perusahaan-perusahaan yang sudah memanfaatkan sistem informasi untuk mendukung aktivitas perusahaan. Sebagian besar pemanfaatan sistem

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN KEGIATAN ADMINISTRASI SERTIFIKASI PADA PT. PLN (PERSERO) PUSDIKLAT UNIT SERTIFIKASI

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN KEGIATAN ADMINISTRASI SERTIFIKASI PADA PT. PLN (PERSERO) PUSDIKLAT UNIT SERTIFIKASI SISTEM INFORMASI MANAJEMEN KEGIATAN ADMINISTRASI SERTIFIKASI PADA PT. PLN (PERSERO) PUSDIKLAT UNIT SERTIFIKASI Nugroho Sihraharja Handoko Jurusan Sistem Informasi dan Manajemen, Binus University, Jl. K.

Lebih terperinci

Keamanan dan Kontrol Sistem Informasi

Keamanan dan Kontrol Sistem Informasi YFA D3/IT/MIS/E1/1106 Manajemen Sistem Informasi Keamanan dan Kontrol Sistem Informasi Jurusan Teknik Informatika Sekolah Tinggi Teknologi Telkom Keamanan Sistem Informasi Keamanan merupakan faktor penting

Lebih terperinci

DATA VERSUS INFORMASI

DATA VERSUS INFORMASI INFORMASI Informasi dapat diibaratkan sebagai darah yang mengalir di dalam tubuh manusia, seperti halnya informasi di dalam sebuah perusahaan yang sangat penting untuk mendukung kelangsungan perkembangannya,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Konsep Dasar Sistem, Informasi Dan Akuntansi

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Konsep Dasar Sistem, Informasi Dan Akuntansi 10 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Sistem, Informasi Dan Akuntansi 2.1.1 Pengertian Sistem Menurut Mardi (2011) pengertian sistem adalah suatu kesatuan komponen atau elemen yang di hubungkan bersama

Lebih terperinci

12. PERKEMBANGAN / KEMAJUAN

12. PERKEMBANGAN / KEMAJUAN 12. PERKEMBANGAN / KEMAJUAN Untuk mengkoordinasi pemrosesan yang sedang berjalan di seluruh area produksi Manajer Operasi Perencanaan dan Pengembangan ( Penjadwal ) Pengontrol Operasi Supervisor Pengembangan

Lebih terperinci

COMMAND CENTER. 1 Pengertian Dasar Command Center

COMMAND CENTER. 1 Pengertian Dasar Command Center COMMAND CENTER 1 Pengertian Dasar Command Center Secara umum Command Centers ( CC ) dapat diartikan sebagai lokasi/tempat untuk menyediakan perintah, koordinasi, dan pembuatan keputusan dalam mendukung

Lebih terperinci

1. Ancaman yang dihadapi perusahaan adalah kehancuran karena bencana alam dan politik, seperti : Kebakaran atau panas yang berlebihan Banjir, gempa

1. Ancaman yang dihadapi perusahaan adalah kehancuran karena bencana alam dan politik, seperti : Kebakaran atau panas yang berlebihan Banjir, gempa 1. Ancaman yang dihadapi perusahaan adalah kehancuran karena bencana alam dan politik, seperti : Kebakaran atau panas yang berlebihan Banjir, gempa bumi Badai angin, dan perang 2. Ancaman karena kesalahan

Lebih terperinci

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2010 (SNATI 2010) ISSN: Yogyakarta, 19 Juni 2010

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2010 (SNATI 2010) ISSN: Yogyakarta, 19 Juni 2010 MANAJEMEN RESIKO TEKNOLOGI INFORMASI I UNTUK KEBERLANGSUNGAN LAYANAN PUBLIK MENGGUNAKAN FRAMEWORK INFORMATION TECHNOLOGY INFRASTRUCTURE LIBRARY (ITIL VERSI 3) Irfan Maliki Jurusan Teknik Informatika, Fakultas

Lebih terperinci

RELATIONSHIP, COLLABORATION and PROJECT SUCCESS

RELATIONSHIP, COLLABORATION and PROJECT SUCCESS UJIAN AKHIR TRIWULAN II MATA KULIAH : SISTEM INFORMASI MANAJEMEN (SIM) REAL CASE STUDY 2 CASE STUDY CENTENE, FLOWSERVE and SHAW INDUSTRIES : RELATIONSHIP, COLLABORATION and PROJECT SUCCESS Dosen : Dr.

Lebih terperinci

Chapter 10 PENGENDALIAN INTEGRITAS PEMROSESAN DAN KETERSEDIAAN

Chapter 10 PENGENDALIAN INTEGRITAS PEMROSESAN DAN KETERSEDIAAN Chapter 10 PENGENDALIAN INTEGRITAS PEMROSESAN DAN KETERSEDIAAN Integritas Pemrosesan A. Pengendalian Input Adanya pengendalian input adalah hal yang penting karena apabila input yang masuk tidak akurat,

Lebih terperinci

PEMODELAN ARSITEKTUR ENTERPRISE UNTUK STRATEGI PENGELOLAAN APLIKASI BIDANG TANGGAP DARURAT BENCANA

PEMODELAN ARSITEKTUR ENTERPRISE UNTUK STRATEGI PENGELOLAAN APLIKASI BIDANG TANGGAP DARURAT BENCANA PEMODELAN ARSITEKTUR ENTERPRISE UNTUK STRATEGI PENGELOLAAN APLIKASI BIDANG TANGGAP DARURAT BENCANA 1 Arfiani Nur Khusna, 2 Kusrini, 3 M Rudyanto Arief 1 Program Studi Teknik Informatika Universitas Ahmad

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah RS.Immanuel merupakan suatu badan usaha swasta di kota Bandung yang memberikan pelayanan jasa kesehatan terhadap masyarakat. Pelayanan yang diberikan oleh pihak

Lebih terperinci

Teknik Informatika S1

Teknik Informatika S1 Teknik Informatika S1 Sistem Informasi Disusun Oleh: Egia Rosi Subhiyakto, M.Kom, M.CS Teknik Informatika UDINUS egia@dsn.dinus.ac.id +6285740278021 SILABUS MATA KULIAH 1. Pendahuluan 2. Data dan Informasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi informasi (TI), menurut O Brien (2007, p6) adalah hardware, software, telekomunikasi, manajemen database, dan teknologi pemrosesan informasi lainnya yang

Lebih terperinci

Manajemen Proyek. Sukowo, S.Kom, MM. Sistem Informasi

Manajemen Proyek. Sukowo, S.Kom, MM. Sistem Informasi Modul ke: 09Fakultas Bambang Ilmu Komputer Manajemen Proyek Sistem Informasi Dengan semakin banyaknya pekerjaan-pekerjaan bidang TI dan karakteristik TI itu sendiri akan menciptakan adanya proyek-proyek

Lebih terperinci

KUESIONER. Nama Responden. Bagian/Jabatan

KUESIONER. Nama Responden. Bagian/Jabatan KUESIONER EVALUASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI KEMITRAAN PETERNAKAN INTI RAKYAT (PIR) MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT DOMAIN KE- (DELIVERY AND SUPPORT): STUDI KASUS PADA PT. CEMERLANG UNGGAS LESTARI SEMARANG

Lebih terperinci

Waktu yang lebih efisien. Lebih Aman. Memahami dan Memilih Tool Manajemen Network

Waktu yang lebih efisien. Lebih Aman. Memahami dan Memilih Tool Manajemen Network Memahami dan Memilih Tool Manajemen Network Mengapa memahami dan memilih Tool Manajemen network begitu penting? antara pemakaian dan performa berbagai macam tool manajemen network dalam grafik ditunjukkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan bencana, baik yang disebabkan kejadian alam seperi gempa bumi, tsunami, tanah longsor, letusan

Lebih terperinci