Evidence Based Case Report Manfaat Klonidin pada Pasien Sirosis Hepatis dengan Asites
|
|
- Yanti Atmadja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Evidence Based Case Report Manfaat Klonidin pada Pasien Sirosis Hepatis dengan Asites Oleh : Dr. Krishna Adi Wibisana Program Pendidikan Dokter Spesialis I Divisi Hepatologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo Maret 2013
2 PENDAHULUAN Asites merupakan salah satu komplikasi yang sering ditemukan pada kasus sirosis hati dan juga merupakan komplikasi yang sering membawa pasien datang ke rumah sakit. Diperkirakan sekitar 50% pasien sirosis kompensata akan mengalami asites dalam 10 tahun. 1 Adanya asites menunjukkan prognosis yang buruk dengan angka mortalitas dalam satu tahun mencapai 15% dan lima tahun mencapai 45%. 2 Asites pada sirosis terjadi akibat peningkatan tekanan porta. Terjadi peningkatan volume darah pada pembuluh darah splanknik dan penurunan volume intraarteri sistemik secara relatif. Sistem homeostasis untuk mempertahankan tekanan darah sistemik menjadi aktif dengan cara mengaktivasi sistem renin-angiotensin-aldosteron. Akibatnya terjadi retensi cairan dan natrium. Selain itu, hipertensi portal dan dilatasi arteri splanknik juga mempengaruhi permeabilitas usus sehingga terjadi kebocoran cairan ke dalam rongga peritoneum. 3 Sistem saraf simpatis juga berperan dalam terjadinya retensi natrium pada pasien sirosis. Sistem saraf simpatis yang teraktivasi akan merangsang reseptor alfa 1 adrenergik yang menyebabkan berkurangnya aliran darah ke ginjal. Selain itu, norepineprin meningkatkan reabsorpsi natrium pada tubulus proksimal dan meningkatkan sekresi renin, aldosteron, dan vasopresin. Dengan demikian, pada pasien sirosis dengan asites, aktivasi sistem saraf simpatis dan aksis renin-angiotensin-aldosteron (RAA) dapat menurunkan respons diuretik. Hambatan terhadap aktivasi sistem saraf simpatis dan sistem RAA dipikirkan dapat memperbaiki respons diuretik. 4 Klonidin merupakan agen yang berperan sebagai agonis reseptor α2 sentral. Pada beberapa penelitian menunjukkan klonidin memiliki efek simpatolitik pada pasien dengan sirosis atau hipertensi. Efek simpatolitik ini yang diharapkan akan mampu meningkatkan efikasi dan respons diuretik pada pasien sirosis dengan asites. 5,6 EBCR ini akan membahas mengenai efek klonidin pada penderita sirosis dengan asites yang menggunakan diuretik. 1
3 ILUSTRASI KASUS Seorang wanita berusia 32 tahun datang ke IGD RSCM dengan keluhan utama penurunan kesadaran sejak 30 menit SMRS. Sejak 2 tahun SMRS, pasien mulai mengeluhkan perut yang semakin membuncit disertai bengkak pada kedua tungkai. Tidak ada nyeri perut namun merasa cepat begah setelah makan. Nafsu makan mulai dirasakan berkurang. Keluhan yang membuncit ini disertai dengan perdarahan gusi minimal, kurang lebih satu sendok teh. Tidak ada perdarahan di tempat lain. Keluhan muntah hitam maupun BAB hitam disangkal. Pasien berobat ke RS, dilakukan pemeriksaan lab dan USG,dikatakan menderita pembesaran limpa serta albumin dan trombosit rendah. Saat itu dilakukan transfusi albumin dan trombosit. Serta diberikan obat yang membuat BAK banyak. Pasien kemudian dipulangkan dan tidak kontrol ke RS. Satu tahun SMRS, keluhan serupa kembali dirasakan. Perut kembali membuncit dan terdapat perdarahan gusi serta memar pada kulit. Pasien kembali berobat ke RS, dinyatakan menderita sirosis dan hanya mendapat obat pelindung hati. Dalam satu tahun, keluhan buncit dan perdarahan gusi berulang terus. Dua bulan SMRS, pasien mengeluhkan perdarahan gusi yang cukup banyak, hingga mencapai 500 ml. Pasien berobat ke RSUD Koja, dilakukan transfusi darah merah dan trombosit. Saat itu, pasien juga mengeluhkan mata dan kulitnya semakin menguning. BAK seperti air teh namun BAB pucat disangkal. Saat itu dilakukan USG dan CT scan perut. Pasien dirawat selama tiga minggu setelah itu dipulangkan. Satu bulan SMRS, pasien mengeluhkan batuk darah segar, jumlah 200 ml. Tidak ada demam, sesak, maupun penurunan berat badan. Pasien juga mengeluhkan lemas yang semakin memberat. Pasien berobat berobat ke RSCM, dirawat selama dua minggu. Saat itu dilakukan transfusi darah merah dan FFP, meskipun demikian, fungsi pembekuan darah pasien tidak pernah normal. DIlakukan USG dan endoskopi saluran cerna atas. Tiga puluh menit SMRS, saat pasien akan kontrol ke poliklinik RSCM, pasien mendadak lemas hingga sulit diajak bicara. Tidak ada kejang maupun kelemahan sesisi. Pasien dibawa ke IGD RSCM, dikatakan kadar gula darah rendah, yaitu 30. 2
4 Pada pemeriksaan fisik, penemuan yang bermakna adalah seluruh tubuh terlihat ikterik, konjungtiva pucat, perut terlihat membuncit, terdapat shifting dullness, splenomegali, edem tungkai bilateral, dan palmar eritema. Pada pemeriksaan lab didapatkan pansitopenia, peningkatan enzim transaminase, hiperbilirubinemia, hipoalbuminemia, pemanjangan PT dan aptt, seromarker hepatitis virus yang negatif serta ANA 1/1000 dan AMA negatif. Pada pemeriksaan USG didapatkan gambaran sesuai sirosis hepatis dengan asites dan hipertensi porta. Pada EGD tidak didapatkan varises esophagus maupun gaster. Masalah pada pasien ini adalah sirosis hepatic Child Pugh C dengan asites, pansitopenia, koagulopati, hiperbilirubineemia, hipoalbuminemia, dan gastropati HT porta serta probable hepatitis autoimun.. MASALAH KLINIS Apakah terdapat manfaat pemberian klonidin pada pasien sirosis hati dengan asites yang telah mendapatkan terapi diuretik sebelumnya? Patient Intervention Comparison Outcome Cirrhosis clonidine plus diuretic Improvement ascites standard diuretic only METODE PENELUSURAN Prosedur pencarian literatur untuk menjawab masalah klinis tersebut adalah dengan menyusuri pustaka secara on-line dengan menggunakan instrumen pencari PubMed. Kata kunci yang digunakan adalah kombinasi dari kata-kata clonidine, cirrhosis dan ascites dengan menggunakan batasan publikasi bahasa Inggris. Dari penelusuran kepustakaan pada Pubmed, didapatkan 11 artikel. Dua buah artikel dieksklusi karena hanya merupakan editorial, 2 artikel dieksklusi karena berbahasa Perancis, 5 artikel dieksklusi karena kurang relevan dengan masalah klinis. Dengan demikian didapatkan dua buah artikel yang memuat studi mengenai penggunaan klonidin pada pasien sirosis hepatis dengan asites. HASIL PENELUSURAN DAN PEMBAHASAN 3
5 Terdapat dua studi yang menilai manfaat pemberian klonidin pada pasien sirosis hepatis dengan asites. Berikut adalah pembahasan mengenai penelitian tersebut. 1. Lenaerts dkk 6 melakukan penelitian yang dipublikasikan pada tahun 2008 dengan melibatkan 64 pasien sirosis dengan asites. Diagnosis sirosis ditegakkan berdasarkan biopsi (28 subjek) atau secara klinis, laboratorium, dan radiologis (36 subjek). Kriteria inklusi utama studi ini adalah pasien sirosis dengan asites yang memiliki kadar norepineprin plasma > 300 pg/ml (nilai normal pg/ml). Sedangkan kriteria eksklusi adalah apabila kadar bilirubin di atas 4,5 mg/dl, hitung trombosit di bawah dan kreatinin serum di atas 2 mg/dl. Pasien yang memiliki riwayat pedarahan saluran cerna karena varises esofagus, diabetes melitus, dan karsinoma hepatoselular juga dieksklusi. Enam puluh empat subjek yang terlibat pada studi ini dirandomisasi dan dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama mendapatkan plasebo dua kali sehari sedangkan kelompok kedua mendapatkan klonidin 0,075 mg dua kali sehari. Penelitian dilakukan secara double blinded. Selama 8 hari pertama penelitian, pasien hanya mendapat klonidin atau plasebo. Setelah 8 hari, spironolakton dengan dosis 200 mg per hari mulai ditambahkan pada kedua grup selama 10 hari. Setelah itu, dosis spironolakton disesuaikan dengan respons setiap subjek. Selanjutnya, setiap pasien akan di follow-up di klinik rawat jalan setiap bulannya. Secara ringkas, alur penelitian dapat dilihat pada gambar 1. 4
6 Gambar 1. alur penelitian Dari 64 subjek, 3 subjek tidak dapat melanjutkan penelitian karena rendahnya kepatuhan. Dari karakrteristik subjek, tidak didapatkan perbedaan karakter yang bermakna pada kedua kelompok. Karakteristik dasar subjek dapat dilihat pada tabel 1. Pada grup plasebo, tidak diapatkan adanya perubahan pada kadar neurohormonal, berat badan maupun kondisi hemodinamik sistemik pada 8 hari pertama sedangkan pada grup klonidin diapatkan adanya penurunan kadar norepineprin plasma, mean arterial pressure, dan laju jantung secara bermakna namun tidak didapatkan efek pada natriuresis maupun berat badan. Setelah 10 hari pemberian kombinasi klonidin dan spironolakton, didapatkan penurunan kadar renin dan aldosteron, peningkatan ekskresi natrium dan penurunan berat badan secara bermakna apabila dibandingkan dengan kelompok yang mendapat spironolakton saja. Hasil pengukuran kadar neurohormonal, natriuresis, berat badan, dan parameter lain pada kedua kelompok dapat dilihat pada tabel 2. 5
7 Kelompok plasebo memmiliki kebutuhan diuretik yang lebih tinggi daripada kelompok klonidin. Selain itu, komplikasi terkait terapi diuretik juga lebih rendah secara bermakna pada kelompok klonidin dibandingkan dengan kelompok plasebo. Kebutuhan akan parasentesis juga didapatkan lebih tinggi pada grup plasebo dibandingkan dengan grup klonidin. Hasil follow up selama tiga bulan menunjukkan bahwa subjek pada kelompok plasebo lebih cepat kembali dirawat di rumah sakit terkait asites 6
8 dibandingkan dengan kelompok klonidin. Dosis diuretik pada juga didapatkan lebih tinggi pada kelompok plasebo. Dari studi ini disimpulkan bahwa pada pasien sirosis yang memiliki kadar norepineprin plasma yang tinggi, pemberian kombinasi diuretik dan klonidin lebih efektif dibandingkan dengan diuretik saja 2. Singh dkk 7 melakukan penelitian yang dipublikasikan pada tahun 2013 dengan melibatkan 60 pasien sirosis dengan asites refrakter atau rekuren. Studi ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas klonidin, midodrine maupun kombinasi klonidin dan midodrine pada pasien sirosis dengan asites refrakter atau rekuren. Diagnosis sirosis pada studi ini ditegakkan berdasarkan gambaran klinis, lab, dan radiologis dengan atau tanpa biopsi. Adapun yang menjadi kriteria inklusi studi ini adalah adanya asites refrakter atau rekuren, usia subjek kurang dari 70 tahun, dan tidak dalam kondisi perdarahan saluran cerna, ensefalopati hepatikum grade 2 ke atas, sindrom hepatorenal, atau infeksi selama satu bulan terakhir. Subjek dirandomisasimenjadi empat kelompok yaitu kelompok yang hanya mendapat terapi diuretik standar, kelompok diuretik dengan klonidin, kelompok diuretik dengan midodrine, dan kelompok yang mendapat kombinasi diuretik, klonidin dan midodrine. Tidak dilakukan blinding pada studi ini. Subjek pada grup midodrine mendapat midodrine 7.5 mg tiga kali sehari. Subjek pada grup klonidin mendapat klonidin 0.1 mg dua kali sehari. Pada subjek yang mendapat 7
9 midodrine dan klonidin diberikan midodrine 7,5 mg tiga kali sehari dan klonidin 0,1 mg dua kali sehari. Pemberian obat dihentikan saat target end point tercapai. Keluaran utama yang diharapkan kontrol asites sedangkan keluaran sekunder yang diamati adalah frekuensi ensefalopati dan komplikasi sirosis lainnya seperti perdarahan saluran cerna. Respons sempurna tercapai apabila asites dapat tereliminasi. Respons parsial tercapai bila terdapat asites namun tidak membutuhkan parasentesis. Pengukuran berbagai parameter dilakukan setelah satu bulan pemberian intervensi. Dari karakteristik subjek peneltian, tidak terdapat perbedaan karakteristik dasar subjek yang bermakna pada keempat kelompok. Tabel 5. Karakteristik subjek Dari hasil penelitian studi ini didapatkan keluaran urin dan ekskresi natrium urin yang lebih tinggi secara bermakna pada kelompok midodrine, klonidin, dan kombinasi midodrine-klonidin jika dibandingkan dengan terapi diuretik saja. 8
10 Kadar renin dan aldosteron juga menurun secara bermakna pada kelompok midodrine, klonidin, dan kombinasi midodrine-klonidin dibandingkan dengan terapi diuretik saja. Dinilai secara keseluruhan, kelompok midodrine dan kelompok kombinasi memiliki respons pengobatan yang baik. Kelompok klonidin, meskipun tidak bermakna secara statistik, juga memiliki respons pengobatan yang cukup baik. Secara ringkas, hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6. Hasil penelitian Kelompok midodrine dan kelompok kombinasi midodrine dan klonidin sama-sama memiliki respons pengobatan yang cukup baik. Namun apabila dilakukan perhitungan secara statistik, tidak didapatkan perbedaan yang bermakna antara kelompok midodrine dengan kombinasi. 9
11 Dari penelitian ini disimpulkan bahwa pemberian klonidin, midodrine, atau kombinasi keduanya pada terapi diuretik standar dapat memperbaiki kontrol asites pada pasien sirosis dengan asites refrakter atau rekuren. Terapi kombinasi midodrin dan klonidin tidak lebih superior terhadap midodrine atau klonidin saja. KESIMPULAN Penambahan klonidin pada terapi diuretik standar dapat memperbaiki efikasi diuretik dan pada akhirnya dapat memperbaiki kontrol asites Masih diperlukan penelitian dengan jumlah sampel yang lebih besar dan waktu follow up yang lebih lama. DAFTAR PUSTAKA 1. Runyon BA. Management of adult patients with ascites due to cirrhosis: an update. Hepatology. 2009; 46(6): Biecker E. Diagnosis and therapy of ascites in liver cirrhosis. World J Gastroenterol. 2011; 17(10): Dib N, Oberti F, Cales P. Current management of the complications of portal hypertension: variceal bleeding and ascites. CMAJ. 2006; 174(10): Bacon BR. Cirrhosis and its complication. In: Longo DL, Fauci AS, editors. Harrions s gastroenterology and hepatology. New York: McGraw-Hill; Senousy BE, Draganov. Evaluation and management of patients with refractory ascites. World J Gastroenterol. 2009; 15(1): Lenaerts A, Codden T, meunier JC, et al. Effects of clonidine on diuretic response in ascetic patients with cirrhosis and activation of symphatetic nervous system. Hepatology 2006: 44; Virendra S, Singh A, Singh B, Vijayvergiya R, Sharma N, Ghai A, et al. Midodrine and clonidine in patients with cirrhosis and refractory ascites: a randomized pilot study. Am J Gastroenterol Feb 19. doi: /ajg
Pengukuran Hipertensi Portal dengan Metode Invasive (HVPG) dan Non Invasive (Fibroscan, Spleen size)
EVIDENCE-BASED CASE REPORT Pengukuran Hipertensi Portal dengan Metode Invasive (HVPG) dan Non Invasive (Fibroscan, Spleen size) dr. Herikurniawan NPM: 1106024432 PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I DEPARTEMEN
Lebih terperinciPeran Transfusi Packed Red Blood Cells pada Perdarahan Varises Esofagus
EVIDENCE BASED CASE REPORT Peran Transfusi Packed Red Blood Cells pada Perdarahan Varises Esofagus Oleh: Yuhana Fitra PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I DIVISI HEPATOLOGI DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak kematian sel. Kondisi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sirosis hati adalah penyakit hati menahun yang mengenai seluruh organ hati, ditandai dengan pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Keadaan tersebut terjadi karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. varises pada pasien dengan sirosis sekitar 60-80% dan risiko perdarahannya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perdarahan varises esofagus (VE) merupakan satu dari banyak komplikasi mematikan dari sirosis karena tingkat mortalitasnya yang tinggi. Prevalensi varises
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sirosis hati merupakan suatu kondisi dimana jaringan hati yang normal digantikan oleh jaringan parut (fibrosis) yang terbentuk melalui proses bertahap. Jaringan parut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit hati menahun dan sirosis merupakan penyebab kematian kesembilan di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1. Perumusan masalah Penyakit hati menahun dan sirosis merupakan penyebab kematian kesembilan di Amerika Serikat dan bertanggung jawab terhadap 1,2% seluruh
Lebih terperinciPERANAN LAKTULOSA PADA PENATALAKSANAAN ENSEFALOPATI HEPATIKUM
LAPORAN KASUS BERBASIS BUKTI PERANAN LAKTULOSA PADA PENATALAKSANAAN ENSEFALOPATI HEPATIKUM Oleh: dr. Segal Abdul Aziz PPDS Ilmu Penyakit Dalam Januari 2011 PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I DIVISI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sirosis adalah suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi dari struktur
Lebih terperinciAntibiotik Profilaksis terhadap Spontaneous Bacterial Peritonitis pada Asites dengan Sirosis
Evidence-based Case Report Antibiotik Profilaksis terhadap Spontaneous Bacterial Peritonitis pada Asites dengan Sirosis Penulis: dr. Oldi Dedya NPM: 1006824421 Divisi Hepatologi Departemen Ilmu Penyakit
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Dalam, Sub Bagian Gastroenterohepatologi.
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam, Sub Bagian Gastroenterohepatologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1
Lebih terperincisex ratio antara laki-laki dan wanita penderita sirosis hati yaitu 1,9:1 (Ditjen, 2005). Sirosis hati merupakan masalah kesehatan yang masih sulit
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Spontaneous Bacterial Peritonitis (SBP) tidak hanya disebabkan oleh asites pada sirosis hati melainkan juga disebabkan oleh gastroenteritis dan pendarahan pada saluran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sirosis hepatik merupakan suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif (Nurdjanah, 2009). Sirosis hepatik merupakan
Lebih terperinciETIOLOGI : 1. Ada 5 kategori virus yang menjadi agen penyebab: Virus Hepatitis A (HAV) Virus Hepatitis B (VHB) Virus Hepatitis C (CV) / Non A Non B
HEPATITIS REJO PENGERTIAN: Hepatitis adalah inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus dan reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan kimia ETIOLOGI : 1. Ada 5
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam bidang kesehatan dan perekonomian dunia. Selama empat dekade terakhir
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas (SCBA) merupakan salah satu kasus kegawatan dibidang gastroenterologi yang saat ini masih menjadi permasalahan dalam bidang kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Sirosis adalah suatu keadaan patologik yang menggambarkan stadium akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi dari arsitektur hepar
Lebih terperinciEvidence based Case Report
Evidence based Case Report Pengaruh Stres Psikososial terhadap Keparahan Penyakit Hepatitis Kronik Disusun Oleh: dr. Resultanti NPM: 1006767506 Divisi Hepatologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sirosis merupakan suatu penyakit hati kronis yang menggambarkan stadium akhir dari fibrosis hepatik, peradangan, nekrosis atau kematian sel-sel hati, dan terbentuknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesembilan di Amerika Serikat, sedangkan di seluruh dunia sirosis menempati urutan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penyakit hati menahun dan sirosis merupakan salah satu penyakit dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Sirosis hati merupakan penyebab kematian kesembilan
Lebih terperinciA 50 YEARS OLD MAN WITH CIRRHOSIS HEPATIS DEKOMPENSATA : CASE REPORT
A 50 YEARS OLD MAN WITH CIRRHOSIS HEPATIS DEKOMPENSATA : CASE REPORT Rizki Putra Sanjaya, S.Ked. Faculty of Medicine, Universitas Lampung Abstract Cirrhosis hepatis (SH) is a chronic liver disease characterized
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pemeriksaan rutin kesehatan atau autopsi (Nurdjanah, 2014).
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sirosis hepatis adalah suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi dari arsitektur
Lebih terperinciDETEKSI DINI DAN PENCEGAHAN PENYAKIT GAGAL GINJAL KRONIK. Oleh: Yuyun Rindiastuti Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNS BAB I PENDAHULUAN
DETEKSI DINI DAN PENCEGAHAN PENYAKIT GAGAL GINJAL KRONIK Oleh: Yuyun Rindiastuti Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNS BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di negara maju, penyakit kronik tidak menular (cronic
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sirosis hati merupakan suatu penyakit yang memiliki penyebaran di seluruh dunia. Individu yang terkena sangat sering tidak menunjukkan gejala untuk jangka waktu panjang,
Lebih terperinciBAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang keilmuan Obstetri dan Ginekologi.
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup bidang keilmuan Obstetri dan Ginekologi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini bertempat di Instalasi Rekam Medik
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam. 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini telah dilakukan di
Lebih terperinciLBM 3 PRAKTIKUM 2 EVIDENCE BASED MEDICINE (EBM) UNTUK FARMASI
LBM 3 PRAKTIKUM 2 EVIDENCE BASED MEDICINE (EBM) UNTUK FARMASI Secara prinsip yang menjadi dasar praktik evidence based health care adalah bahwa setiap perilaku atau tindakan medis harus dilandasi suatu
Lebih terperinciBerdasarkan data WHO (2004), sirosis hati merupakan penyebab kematian ke delapan belas di dunia, hal itu ditandai dengan semakin meningkatnya angka
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sirosis hepatis merupakan penyakit hati kronis yang tidak diketahui penyebabnya dengan pasti. Telah diketahui bahwa penyakit ini merupakan stadium akhir dari penyakit
Lebih terperinciPasien DM dengan penyakit arteri koroner dan > 40% LVEF. 22 orang. Cek darah. 15 mg pioglitazone slm 12 mgg. Cek darah
Pasien DM dengan penyakit arteri koroner dan > 40% LVEF Kriteria eksklusi: Anemia Edema preibial Cr. Serum >1,4 mg/dl R. Ca VU 22 orang Cek darah 15 mg pioglitazone slm 12 mgg Cek darah Diabetes mellitus
Lebih terperinciMetode Pemecahan Masalah Farmasi Klinik Pendekatan berorientasi problem
Metode Pemecahan Masalah Farmasi Klinik Pendekatan berorientasi problem Komponen dalam pendekatan berorientasi problem Daftar problem Catatan SOAP Problem? A problem is defined as a patient concern, a
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat-obat yang menyebabkan suatu keadaan meningkatnya aliran urine disebut diuretik. Obat-obat ini merupakan penghambat transpor ion yang menurunkan reabsorpsi natrium
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Banyak pasien yang meninggal
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang penelitian Penyakit hati menahun dan sirosis merupakan salah satu penyakit hati dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Banyak pasien yang meninggal pada dekade
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN HEPATOMEGALI
LAPORAN PENDAHULUAN HEPATOMEGALI A. KONSEP MEDIK 1. Pengertian Hepatomegali Pembesaran Hati adalah pembesaran organ hati yang disebabkan oleh berbagai jenis penyebab seperti infeksi virus hepatitis, demam
Lebih terperinciBAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan uji klinis dengan metode Quasi Experimental dan
BAB III. METODE PENELITIAN A. RANCANGAN PENELITIAN Penelitian ini merupakan uji klinis dengan metode Quasi Experimental dan menggunakan Pretest and posttest design pada kelompok intervensi dan kontrol.
Lebih terperinciBAB 2 BAHAN, SUBJEK, DAN METODE PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai sediaan obat uji, subjek uji dan disain penelitian.
21 BAB 2 BAHAN, SUBJEK, DAN METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dibahas mengenai sediaan obat uji, subjek uji dan disain penelitian. 2.1 Bahan Sediaan obat uji yang digunakan adalah kapsul yang mengandung
Lebih terperinciEVIDENCE BASED CLINICAL REVIEW PERAN ZINC DALAM PENATALAKSANAAN ENSEFALOPATI HEPATIK
EVIDENCE BASED CLINICAL REVIEW PERAN ZINC DALAM PENATALAKSANAAN ENSEFALOPATI HEPATIK Disusun oleh: dr. Yusuf Aulia Rahman NPM. 1006767525 PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM-DIVISI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sirosis hati merupakan stadium akhir dari penyakit. kronis hati yang berkembang secara bertahap (Kuntz, 2006).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sirosis hati merupakan stadium akhir dari penyakit kronis hati yang berkembang secara bertahap (Kuntz, 2006). Pada sirosis hati terjadi kerusakan sel-sel
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sindrom nefrotik resisten steroid (SNRS) adalah salah satu klasifikasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sindrom nefrotik resisten steroid (SNRS) adalah salah satu klasifikasi sindrom nefrotik (SN) berdasarkan respon terhadap terapi kortikosteroid. Disebut penderita SNRS
Lebih terperinciPROFIL PASIEN SIROSIS HATI YANG DIRAWAT INAP DI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE AGUSTUS 2012 AGUSTUS 2014
Jurnal e-clinic (ecl), Volume 3, Nomor 1, Januari-April 2015 PROFIL PASIEN SIROSIS HATI YANG DIRAWAT INAP DI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE AGUSTUS 2012 AGUSTUS 2014 1 Yunellia Z. Patasik 2
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. dan Penyakit Kandungan dan Ilmu Patologi Klinik. Penelitian telah dilaksanakan di bagian Instalasi Rekam Medis RSUP Dr.
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini termasuk dalam lingkup penelitian bidang Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan dan Ilmu Patologi Klinik. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Lebih terperinciB A B I PENDAHULUAN. kesehatan global karena prevalensinya yang cukup tinggi, etiologinya yang
B A B I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Penyakit hati kronis termasuk sirosis telah menjadi masalah bagi dunia kesehatan global karena prevalensinya yang cukup tinggi, etiologinya yang komplek, meningkatnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. arsitektur hepar dan pembentukan nodulus regenatif (Nurdjanah, 2009).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sirosis hati adalah suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi dari arsitektur
Lebih terperinciGAMBARAN KLINIS PASIEN SIROSIS HATI: STUDI KASUS DI RSUP DR KARIADI SEMARANG PERIODE JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA
GAMBARAN KLINIS PASIEN SIROSIS HATI: STUDI KASUS DI RSUP DR KARIADI SEMARANG PERIODE 2010-2012 JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana Strata-1
Lebih terperinciPortal Hypertension. Penyebab
Portal Hypertension Portal hypertension adalah peningkatan tekanan darah pada sistem pembuluh darah yang disebut sistem vena porta. Vena yang berasal dari lambung, usus, limpa, dan pankreas bergabung menjadi
Lebih terperinciHubungan Hipertensi dan Diabetes Melitus terhadap Gagal Ginjal Kronik
Hubungan Hipertensi dan Diabetes Melitus terhadap Gagal Ginjal Kronik Latar Belakang Masalah Gagal ginjal kronik merupakan keadaan klinis kerusakan ginjal yang progresif dan irreversibel yang berasal dari
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kreatinin serum pada pasien diabetes melitus tipe 2 telah dilakukan di RS
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Hasil Penelitian Pelaksanaan penelitian tentang korelasi antara kadar asam urat dan kreatinin serum pada pasien diabetes melitus tipe 2 telah
Lebih terperinciGambaran Derajat Varises Esofagus Berdasarkan Beratnya Sirosis Hepatis
457 Artikel Penelitian Gambaran Derajat Varises Esofagus Berdasarkan Beratnya Sirosis Hepatis Yestria Elfatma 1, Arnelis 2, Nice Rachmawati 3 Abstrak Sirosis hepatis adalah suatu keadaan patologis yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bentuk nodul-nodul yang abnormal. (Sulaiman, 2007) Penyakit hati kronik dan sirosis menyebabkan kematian 4% sampai 5% dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PENELITIAN Sirosis hati adalah merupakan perjalanan akhir berbagai macam penyakit hati yang ditandai dengan fibrosis. Respon fibrosis terhadap kerusakan hati bersifat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengandung badan inklusi di darah tepi menyebabkan anemia pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Adanya eritropoiesis inefektif dan hemolisis eritrosit yang mengandung badan inklusi di darah tepi menyebabkan anemia pada talasemia mayor (TM), 1,2 sehingga diperlukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. WHO pada tahun 2002, memperkirakan pasien di dunia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang WHO pada tahun 2002, memperkirakan 783 000 pasien di dunia meninggal akibat sirosis hati. Sirosis hati paling banyak disebabkan oleh penyalahgunaan alkohol dan infeksi
Lebih terperinciSIROSIS HEPATIS R E J O
SIROSIS HEPATIS R E J O PENGERTIAN : Sirosis hepatis adalah penyakit kronis hati oleh gangguan struktur dan perubahan degenerasi fungsi seluler dan selanjutnya perubahan aliran darah ke hati./ Jaringan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sirosis hati merupakan penyakit kronis hati yang ditandai dengan fibrosis,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sirosis Hati 2.1.1 Definisi Sirosis hati merupakan penyakit kronis hati yang ditandai dengan fibrosis, disorganisasi dari lobus dan arsitektur vaskular, dan regenerasi nodul
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sindrom klinik ini terjadi karena adanya respon tubuh terhadap infeksi, dimana
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sepsis merupakan suatu sindrom kompleks dan multifaktorial, yang insidensi, morbiditas, dan mortalitasnya sedang meningkat di seluruh belahan dunia. 1 Sindrom klinik
Lebih terperinciSirosis Hepatis. Etiologi Penyebab yang pasti dari Sirosis Hepatis sampai sekarang belum jelas.
Sirosis Hepatis Sirosis Hepatis adalah penyakit hati kronis yang tidak diketahui penyebabnya dengan pasti. Telah diketahui bahwa penyakit ini merupakan stadium terakhir dari penyakit hati kronis dan terjadinya
Lebih terperinciHIPONATREMIA. Banyak kemungkinan kondisi dan faktor gaya hidup dapat menyebabkan hiponatremia, termasuk:
HIPONATREMIA 1. PENGERTIAN Hiponatremia adalah suatu kondisi yang terjadi ketika kadar natrium dalam darah adalah rendah abnormal. Natrium merupakan elektrolit yang membantu mengatur jumlah air di dalam
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN 1.1 Ruang lingkup penelitian Disiplin ilmu yang terkait dengan penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam, Sub Bagian Infeksi Tropik. 1.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. fosfolipid dan asam asetoasetat (Amirudin, 2009).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Hati adalah organ dari sistem pencernaan terbesar dengan berat antara 1,2-1,8 kg dan merupakan pusat metabolisme tubuh dengan fungsi yang sangat komplek. Beberapa fungsi
Lebih terperinciBAB III. METODE PENELITIAN
37 BAB III. METODE PENELITIAN A. RANCANGAN PENELITIAN Penelitian ini merupakan uji klinis dengan metode Quasi Experimental dan menggunakan Pretest and posttest design pada kelompok intervensi dan kontrol.
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Selama penelitian didapatkan subjek penelitian sebesar 37 penderita kritis yang mengalami hiperbilirubinemia terkonjugasi pada hari ketiga atau lebih (kasus) dan 37 penderita
Lebih terperinciHubungan Albumin Serum Awal Perawatan dengan Perbaikan Klinis Infeksi Ulkus Kaki Diabetik di Rumah Sakit di Jakarta
LAPORAN PENELITIAN Hubungan Albumin Serum Awal Perawatan dengan Perbaikan Klinis Infeksi Ulkus Kaki Diabetik di Rumah Sakit di Jakarta Hendra Dwi Kurniawan 1, Em Yunir 2, Pringgodigdo Nugroho 3 1 Departemen
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. SIROSIS HATI Sirosis hati adalah penyakit hati yang menahun yang difus yang ditandai dengan adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan adanya
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR PENELITIAN Karya Tulis Ilmiah
PERBANDINGAN VALIDITAS MADDREY S DISCRIMINANT FUNCTION DAN SKOR CHILD-PUGH DALAM MEMPREDIKSI KETAHANAN HIDUP 12 MINGGU PADA PASIEN DENGAN SIROSIS HEPATIS LAPORAN AKHIR PENELITIAN Karya Tulis Ilmiah Diajukan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sirosis hati adalah suatu keadaan disorganisasi dari struktur hati akibat nodul regeneratif yang dikelilingi jaringan yang mengalami fibrosis. Secara lengkap sirosis
Lebih terperinciEfektifitas Propranolol dibandingkan dengan Ligasi pada Pencegahan Primer Varises Esofagus Pasien Sirosis Hepatis
Efektifitas Propranolol dibandingkan dengan Ligasi pada Pencegahan Primer Varises Esofagus Pasien Sirosis Hepatis Dewi Mira Ratih Latar Belakang Sirosis merupakan tahap akhir seluruh penyakit hati kronis.
Lebih terperinci5/30/2013. dr. Annisa Fitria. Hipertensi. 140 mmhg / 90 mmhg
dr. Annisa Fitria Hipertensi 140 mmhg / 90 mmhg 1 Hipertensi Primer sekunder Faktor risiko : genetik obesitas merokok alkoholisme aktivitas
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Maret Surakarta / Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi Surakarta
BAB III METODE PENELITIAN 1. Tempat Penelitian A. Tempat dan Waktu Penelitian Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta / Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi Surakarta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi saluran napas disusul oleh infeksi saluran cerna. 1. Menurut World Health Organization (WHO) 2014, demam tifoid
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar tidak saja di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia. Selain virus sebagai penyebabnya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. arsitektur hati dan pembentukan nodulus regeneratif (Sherlock dan Dooley,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sirosis hati (cirrhosis hati / CH) adalah suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir fibrosis hati yang ditandai dengan distorsi arsitektur hati dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Penelitian. dunia karena biaya perawatannya yang besar, kualitas hidup yang buruk dan
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Penelitian Gagal jantung masih merupakan beban besar bagi masyarakat di seluruh dunia karena biaya perawatannya yang besar, kualitas hidup yang buruk dan kematian dini
Lebih terperinciKEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT DALAM FK UNSYIAH/RSUDZA DARUSSALAM BANDA ACEH
-inistras Stase di Bagian Penyakit Dalam Wanita Tanggal Stase 9 Maret 2014-17 Maret 2014 Pertanyaan Pilihan jawaban Seorang wanita berusia 30 tahun, sejak 6 bulan yang lalu mengeluh nyeri dan bengkak di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dispepsia menurut kriteria Rome III didefinisikan sebagai sekumpulan gejala yang berlokasi di epigastrium, terdiri dari nyeri ulu hati atau ketidaknyamanan, bisa disertai
Lebih terperinciPeranan Anti Virus pada Hepatitis B akut
EVIDENCE-BASED CASE REPORT Peranan Anti Virus pada Hepatitis B akut Oleh: dr. Adeputri Tanesha Idhayu PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I DIVISI HEPATOLOGI - DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM FAKULTAS KEDOKTERAN
Lebih terperinciARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH. FAKTOR RISIKO KEMATIAN PENDERITA SIROSIS HATI DI RSUP Dr. KARIADI SEMARANG TAHUN
ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH FAKTOR RISIKO KEMATIAN PENDERITA SIROSIS HATI DI RSUP Dr. KARIADI SEMARANG TAHUN 2002-2006 Karya Tulis Ilmiah Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi persyaratan dalam menempuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi adalah salah satu penyakit yang paling umum melanda dunia. Hipertensi merupakan tantangan kesehatan masyarakat, karena dapat mempengaruhi resiko penyakit
Lebih terperinciBab 1 PENDAHULUAN. tetapi sering tidak diketahui, karena tidak menunjukkan gejala untuk waktu
Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Penyakit hati kronis merupakan masalah kesehatan masyarakat, tetapi sering tidak diketahui, karena tidak menunjukkan gejala untuk waktu yang sangat lama,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menempati urutan ketujuh penyebab kematian. Sekitar orang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sirosis hati (liver cirrhosis) merupakan perjalanan patologi akhir berbagai penyakit hati (Franchis R, 2005). Prevalensi sirosis hati (SH) diseluruh dunia menempati
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Flaviviridae dan ditularkan melalui vektor nyamuk. Penyakit ini termasuk nomor dua
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi dengue disebabkan oleh virus dengue yang tergolong dalam famili Flaviviridae dan ditularkan melalui vektor nyamuk. Penyakit ini termasuk nomor dua paling sering
Lebih terperinciGambar 3.1 Skema Kerangka Konseptual
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Konseptual 3.1.1 Skema Kerangka Konseptual Pola Penggunaan Angiotensin Reseptor Bloker pada Pasien Stroke Iskemik Etiologi - Sumbatan pembuluh darah otak - Perdarahan
Lebih terperinciMANFAAT LAKTULOSA PADA PASIEN SIROSIS HEPATIS DENGAN ENSEFALOPATI HEPATIK MINIMAL
EVIDENCE-BASED CASE REPORT MANFAAT LAKTULOSA PADA PASIEN SIROSIS HEPATIS DENGAN ENSEFALOPATI HEPATIK MINIMAL Oleh: dr. Riahdo J. Saragih 0806359870 PROGRA M PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I DIVISI HEPA TOLOGI
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. B. Tempat Penelitian dilakukan di ICVCU Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian eksperimental dengan metode studi pre dan post, single blind dan randomized control trial (RCT). Pengambilan
Lebih terperinciFAKTOR RISIKO TERKAIT PERDARAHAN VARISES ESOFAGUS BERULANG PADA PENDERITA SIROSIS HATI
Artikel asli ABSTRACT FAKTOR RISIKO TERKAIT PERDARAHAN VARISES ESOFAGUS BERULANG PADA PENDERITA SIROSIS HATI Divisi Gastroentero-Hepatologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam Universitas Airlangga/RS Dr Soetomo,
Lebih terperinciHasil. Hasil penelusuran
Pendahuluan Karsinoma hepatoselular (KHS) adalah keganasan kelima tersering di seluruh dunia, dengan angka kematian sekitar 500.000 per tahun. Kemajuan dalam pencitraan diagnostik dan program penapisan
Lebih terperinciLAPORAN KASUS: SIROSIS HEPATIS CASE REPORT: LIVER CIRRHOSIS
LAPORAN KASUS: SIROSIS HEPATIS Pande Made Aditya Saskara, IGA Suryadarma Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar ABSTRAK Sirosis Hepatis
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat dikeluarkan dari tubuh melalui berbagai organ ekskresi dalam bentuk asalnya atau dalam bentuk metabolit hasil biotransformasi. Ekskresi di sini merupakan hasil
Lebih terperinciKapankah waktu yang tepat penggunaan tripel terapi (fokus pada boceprevir) pada pasien ini dan efek samping apa saja yang mungkin muncul.
PENDAHULUAN Sejak ditemukan pada tahun 1989, virus hepatitis C (VHC) telah menjadi salah satu penyebab utama penyakit hati kronik di seluruh dunia. World Health Organization (WHO) memperkirakan prevalensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran napas bawah masih tetap menjadi masalah utama dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi saluran napas bawah masih tetap menjadi masalah utama dalam bidang kesehatan, baik di negara berkembang maupun negara maju. 1 Infeksi ini merupakan penyebab
Lebih terperinciPENGATURAN JANGKA PENDEK. perannya sebagian besar dilakukan oleh pembuluh darah itu sendiri dan hanya berpengaruh di daerah sekitarnya
MAPPING CONCEPT PENGATURAN SIRKULASI Salah satu prinsip paling mendasar dari sirkulasi adalah kemampuan setiap jaringan untuk mengatur alirannya sesuai dengan kebutuhan metaboliknya. Terbagi ke dalam pengaturan
Lebih terperinciEvidence Based Case Report
Evidence Based Case Report Nucleotide Analogs for Patients with HBV- Related Hepatocellular Carcinoma Increase the Survival Rate through Improved Liver Function Presentan: dr. Prima Yuriandro (1006767506)
Lebih terperinciPengaruh Lama Pengobatan Awal Sindrom Nefrotik terhadap Terjadinya Kekambuhan
Sari Pediatri, Sari Pediatri, Vol. 4, Vol. No. 4, 1, No. Juni 1, 2002: Juni 20022-6 Pengaruh Lama Pengobatan Awal Sindrom Nefrotik terhadap Terjadinya Kekambuhan Partini P Trihono, Eva Miranda Marwali,
Lebih terperinciKesan : terdapat riwayat penyakit keluarga yang diturunkan
ANAMNESIS Nama lengkap FAKULTAS KEDOKTERAN Nama: An. R : 11 tahun : An. R Tempat dan tanggal lahir : 8 Juni 2002 Nama Ayah Pekerjaan Ayah Nama Ibu Pekerjaan Ibu Alamat : Tn.D : Swasta : Ny. N : IRT : Jati
Lebih terperinciPERANAN TRANSCATHETER ARTERIAL CHEMOINFUSION (TACI) PADA HEPATOCELLULAR CARCINOMA STADIUM LANJUT
EBCR Hepatologi PERANAN TRANSCATHETER ARTERIAL CHEMOINFUSION (TACI) PADA HEPATOCELLULAR CARCINOMA STADIUM LANJUT oleh: Barry A. Putra PPDS Tahap 2 DIVISI HEPATOLOGI PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS
Lebih terperinciPeran Rifaximin dalam Penatalaksanaan Ensefalopati Hepatik Akut
EVIDENCE BASED CLINICAL RESEARCH Peran Rifaximin dalam Penatalaksanaan Ensefalopati Hepatik Akut Disusun oleh: dr. Alisa Nurul Muthia PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM
Lebih terperinciriwayat personal-sosial
KASUS OSCE PEDIATRIK 1. (Gizi Buruk) Seorang ibu membawa anaknya laki-laki berusia 9 bulan ke puskesmas karena kha2atir berat badannya tidak bisa naik. Ibu pasien juga khawatir karena anaknya belum bisa
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini meliputi Ilmu Kesehatan Anak, khususnya bidang nefrologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Ruang lingkup tempat Penelitian
Lebih terperinciAuthor : Liza Novita, S. Ked. Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau Doctor s Files: (http://www.doctors-filez.
Author : Liza Novita, S. Ked Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau 2009 0 Doctor s Files: (http://www.doctors-filez.tk GLOMERULONEFRITIS AKUT DEFINISI Glomerulonefritis Akut (Glomerulonefritis
Lebih terperinciBAB 1 I. PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena
BAB 1 I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
Lebih terperinciHUBUNGAN DERAJAT KEPARAHAN SIROSIS HATI DAN NILAI LAJU GLOMERULUS PADA SIROSIS HATI
Jurnal e-clinic (ecl), Volume 3, Nomor 1, Januari-April 2015 HUBUNGAN DERAJAT KEPARAHAN SIROSIS HATI DAN NILAI LAJU GLOMERULUS PADA SIROSIS HATI 1 Pamela M. Poluan 2 Ventje Kawengian 2 Cerelia Sugeng 1
Lebih terperinciGAMBARAN KLINIS PASIEN SIROSIS HATI: STUDI KASUS DI RSUP DR KARIADI SEMARANG PERIODE LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KLINIS PASIEN SIROSIS HATI: STUDI KASUS DI RSUP DR KARIADI SEMARANG PERIODE 2010-2012 LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut. Berdasarkan intensitasnya, nyeri
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan baik aktual maupun potensial atau yang digambarkan dalam bentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kasus. Kematian yang paling banyak terdapat pada usia tahun yaitu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit hati (liver) merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan, baik di negara maju maupun di negara yang sedang berkembang. Kerusakan atau
Lebih terperinciMODUL GLOMERULONEFRITIS AKUT
TEAM BASED LEARNING MODUL GLOMERULONEFRITIS AKUT Diberikan pada Mahasiswa Semester IV Fakultas Kedokteran Unhas DISUSUN OLEH : Prof. Dr. dr. Syarifuddin Rauf, SpA(K) Prof. dr. Husein Albar, SpA(K) dr.jusli
Lebih terperinciHasil Uji Statistik Trombosit Range dengan. Perdarahan Kulit dan Perdarahan Mukosa 64
14 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Frekuensi Karakteristik Trombosit, Perdarahan Kulit, Petechiae, Perdarahan Mukosa, Epistaxis, Perdarahan Gusi, Melena 60 Hasil Uji Statistik Trombosit
Lebih terperinci