KAJIAN PEMANFAATAN SLUDGE IPAL KOTA YOGYAKARTA SEBAGAI PUPUK ORGANIK DITINJAU DARI HASIL ANALISIS UNSUR NUTRIENT TANAMAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN PEMANFAATAN SLUDGE IPAL KOTA YOGYAKARTA SEBAGAI PUPUK ORGANIK DITINJAU DARI HASIL ANALISIS UNSUR NUTRIENT TANAMAN"

Transkripsi

1 M. Yazid, dkk. ISSN KAJIAN PEMANFAATAN SLUDGE IPAL KOTA YOGYAKARTA SEBAGAI PUPUK ORGANIK DITINJAU DARI HASIL ANALISIS UNSUR NUTRIENT TANAMAN M. Yazid, Sukirno dan E. Supriyatni Puslitbang Teknologi Maju BATAN, Yogyakarta ABSTRAK KAJIAN PEMANFAATAN SLUDGE IPAL KOTA YOGYAKARTA SEBAGAI PUPUK ORGANIK DITINJAU DARI HASIL ANALISIS UNSUR NUTRIENT TANAMAN. Telah dilakukan pengkajian kemungkinan pemanfaatan sludge IPAL kota Yogyakarta sebagai pupuk organik ditinjau dari kandungan unsur nutrient tanamannya. Hasil pengkajian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan alternatif pemanfaatan sludge. Sampel sludge diambil dari Instalasi Pengolahan Air Limbah Kota Yogyakarta yang berlokasi di Bantul, yang meliputi sludge kering dari lokasi penampungan serta sludge segar yang diambil dari kolam aerasi fakultatif dan kolam pematangan. Sampel sludge dikeringkan pada suhu kamar, dihaluskan dan ditimbang sebanyak 0,5 gram dimasukkan kedalam vial polietilen. Untuk analisis unsur mikro aktivasi sampel dilakukan di dalam reaktor Kartini, sedangkan untuk unsur makro menggunakan generator netron. Pencacahan cuplikan menggunakan spektrometer gamma dengan detektor Ge(Li). Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa kandungan unsur hara mikro rerata di dalam sludge yang meliputi unsur Mg = 79,31 :t 6,48 ppm, Zn = 599,8 :t 42,2 ppm, Cu = :t 0,4 ppm, Ca = 117,6 :t 9,20 ppm dan Fe = 4,35 :t 0,18 %. Kandungan unsur makro rerata yaitu N sebesar 4,10 :t 0,007 ppm, P sebesar 640,51 :t 14,34 ppm dan K sebesar 3,04 :t 0,06 ppm. Ditinjau dari aspek kebutuhan nutrisi tal/aman, kal/dungan unsur Mg masuk dalam kategori rel/dah - sedang, unsur Ca sal/gat rendah. Sedangkal/ untuk Cu, Fe dan Zn melebihi nilai kritis. Sedal/gkan untuk ul/sur N dan P masuk dalam kategori sal/gat tinggi tetapi untuk ul/sur K masuk dalam kategori sangat rel/dah. Dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa sludge IPAL kota Yogyakarta dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik del/gal/ perlakuan khusus agar Ul/sur Cu, Fe dan Zn tidak melibihi nilai kritis tersebut. ABSTRACT THE ASSESSMENT OF THE USED OF SLUDGE FROM YOGYAKARTA WASTE WATER TREATMENT PLANT TO BE USED AS AN ORGANIC FERTILIZER FROM THE PLANT NUTRIENT ELEMENT ANALYSIS RESULT. The assessmel/t 01/ the bel/efically used of sludge from Yogyakarta waste water treatment plal/t to be used as al/ orgal/ic fertilizer from the plal/t nutrient elemel/t al/alysis result has been done. The assessment result was expected to be used as an ii/put to determil/e the benefically use of sludge alternatives. Sludge'sample was taken from Yogyakarta waste water treatment located at Bantul. Sample consist of dried sludge from sal/itary lal/fill and a fresh one that taken from the facultative aerobic pool and conditioned sludge pool. The sludge were dried on the room temperature, than groud and weighted as much 0,5 gram. It then was put in the poliethylene vial. Samples was activated at Kartini reactor for mico element analysis and neutron generator for macro element. Samples were counted using Ge(Li) detector for gamma spectrometry. The result showed that micro element average contain in sludge such as Mg is 79,31 :t 6,48 ppm, Zn is 599,8 :t 42,2 ppm, Cu is 16,13:t 0,4 ppm, Ca is 117,6 :t 9,20 ppm and Fe is 4.35 :t 0.18 %. The macro element average contaill such as N is 4,10 :to,007 ppm, Pis 640,51:t 14,34 ppm alld K is 3,04 :t 0,06 ppm. When it was look on the need ofplall/i/utrient, Mg is categorized as medium low and Ca is categorized as very low concentration. While Cu, Fe al/d Zn element concel/tration ol/e greater than critical values. For Nand P element concentration were categorized as very high, while K is categorized as very low. From the analysis result can be conc/uded that sludge cal/ be used bel/efically as organicfertilizer by special pretreatment due to keep Cu, Fe and ZII concentration are 1I0tgreater than critical values. PENDAHULUAN Dengan industri semakin maupun berkembangnya pemukiman di wilayah suatu perkotaan, maka lazimnya akan diikuti dengan permasalahan air limbah yang berasal dari kegiatan tersebut. Berbagai jenis instalasi pengolahan air limbah (IP AL) telah dibangun dan dioperasikan yang mampu menjernihkan kembali air limbah sesuai baku mutu Iingkungan. Di samping itu, juga diperoleh endapan lumpur (sludge) yang merupakan konsentrat dari berbagai pencemar terkandung di dalam air Iimbah yang diolah, sehingga dikhawatirkan akan menimbulkan permasalahan baru bagi kehidupan manusia. Dengan dikhawatirkan semakin bertumpuknya sludge akan membahayakan kesehatan Prosiding Pertemuan dan Presentasi IImiah Penelitian Dasar IImu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir

2 352 ISSN M. Yazid, dkk. masyarakat dan lingkungan, karena pada umumnya terkandung jasad renik patogen baik berupa virus, bakteria, protozoa ataupun telur paras it. (I) Beberapa metode ditawarkan untuk penyelesaian permasalahan tersebut, diantaranya penggunaan radiasi pengion untuk desinfeksi jasad renik patogen tersebut. Dari hasil penelitian terdahulu yang dilakukan terdahulu, dapat diketahui bahwa populasi total bakteria di dalam sludge yang berasal dari instalasi pengolahan air limbah pemukiman, industri dan rumah sakit di Surabaya berkisar antara 1,0 x 107 sd. 3,7 x 108 Setiap kenaikan dosis irradiasi gamma 5 kgy mampu menurunkan populasi bakteria rerata sebesar 10 kali dan untuk dosis 25 kgy mampu menekan pertumbuhan total bakteria, sedangkan untuk desinfeksi Salmonella diperlukan dosis radiasi sebesar 15 kgy - 20 kgy(2). Sedangkan penelitian serupa untuk sludge IPAL kota Yogyakarta sampai dengan sa at ini belum dilakukan. Pada umumnya di dalam sludge masih terkandung nutrisi tanaman yang berasal dari dekomposisi senyawa organik yang terkandung di dalamnya, sehingga kemungkinan masih memiliki nilai komersial yang tinggi di bidang agronomi. Adapun be be rap a hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemanfaatan sludge sebagai pupuk organik antara lain: kandungan nutrisi tanaman yang terdiri dari unsur makro dan mikro, kandungan mikroba patogen dan dekomposer, kandungan bahan berbahaya dan beracun (B-3) maupun terdapatnya biji-biji tanaman gulma. Nutrisi tanaman terdiri dari unsur hara makro yang sangat diperlukan dalam jumlah yang ban yak untuk pertumbuhan tanaman, yang meliputi N, P, K yang biasanya diperoleh dari pupuk dan C, H, 0 yang didapatkan dari udara dan air. Sedangkan jenis unsur hara mikro yang diperlukan oleh tanaman dalam jumlah yang kecil saja, tetapi sangat esensial dalam periode tertentu. Misalnya: proses pembungaan ataupun pembentukan buah. Jenis unsur ini antara lain Fe, Mn, Cu, dan Zn. (3) Unsur N, P dan K merupakan unsur hara makro yang mutlak diperlukan oleh tanaman, misalnya unsur N sangat penting dalam pembentukan protein, merangsang pertumbuhan vegetatif dan meningkatkan hasil buah. Unsur P dapat merangsang pembungaan, meningkatkan jumlah dan volume buah serta meningkatkan ketahanan terhadap gangguan hama dan penyakit tanaman. Unsur K berperan dalam sintesa karbohidrat dan protein sekaligus memperkokoh tanaman agar bunga dan buah tidak berguguran. (4) Proses pengolahan limbah kota Yogyakarta diawali dari sambungan pipa rumah ke pipa lateral masuk ke pipa indllk yang menuju ke lokasi IPAL dan disalllrkan ke rumah pompa. Air limbah diangkat dengan pompa tipe ulir dan dialirkan ke bak pengendap pasir, di temp at ini pasir dan kerikil halus diendapkan. Selanjutnya limbah dialirkan ke kolom aerasi fakultatif dimana terjadi dekomposisi senyawa organic secara aerob dan diteruskan ke kolom pematangan. Sludge terendapkan di dalam kolom dan air yang telah sesuai baku mutu lingkungan dialirkan ke sungai Bedog. Teknik analisis aktivasi netron didasarkan pada reaksi (n,y), cuplikan yang akan diana lisis diiradiasi menggunakan sumber neutron. Inti atom unsur-unsur yangberada dalam cuplikan akan menangkap neutron dan berubah menjadi radioaktif yang memancarkan radiasi y, yang pada umumnya memiliki energi yang sang at karakteristik untuk setiap unsur/isotop, sehingga dapat diidentifikasi menggunakan teknik spektrometri gamma. Jika dibandingkan dengan metode lain (gravimetri, kolorimetri, spektrografi dan spektrometri massa), metode APN lebih sensitif yaitu sampai orde ppm (1x 10.6) bahkan untuk unsur-unsur tertentu sampai orde ppb (lxl0 9) dan ppt (1x 10.12)./Seliiiii- itu, metode ini mampu menganalisis (trace element ~atu cuplikan secara multi element,'sehingga~dapat untuk menentukan konsentrasi unsur-unsur dalam suatu cuplikan secara simultan / serentak. Selain itu, terbebas dari ralat sistematik yang disebabkan oleh kesalahan peralatan, sang at presisi dan hasil analisisnya tidak terpengaruh oleh unsur-unsur dalam senyawa kimia(s). TAT A KERJA Baltall yallg digullakall 1. Sampel sludge 2. Sampel standard SRM 3. Sampel standard Cs-137, Co-60, AI Sarung tangan plastik, kantong plastik, baki plastik, vial polietilen, nitrogen cair, gas nitrogen dan bahan pembersih Alat yallg digullakall 1. Perahu untuk sampling 2. Reaktor Kartini 3. Generator netron 4. Spektrometri gamma dengan detektor Ge(Li) 5. Lumpang porselin, ayakan dan timbangan analitik Prosiding Pertemuan dan Presentasi IImiah Penelitian Dasar IImu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir

3 M. Yazid, dkk. ISSN Cara Kerja Pengambilan Sampel Sludge Sampel diambil dari Instalasi Pengolahan Air Limbah (IP AL) Perkotaan Yogyakarta yang belokasi di Bantul Adapun sampel yang diambil dibedakan menjadi dua yaitu : sludge kering diambil di bak penampungan dan sludge segar yang diambil langsung dari dasar kolam aerasi fakultatif dan kolam pematangan menggunakan perahu. Preparasi Sampel Sampel sludge dikering anginkan di atas baki plastik dan dibiarkan kering dalam suhu kamar. Setelah kering, dihaluskan menggunakan lumpang porselin dan diayak menggunakan ayakan 100 mesh. Ditimbang masing-masing 0,5 gram cuplikan dan dimasukkan kedalam vial polietilen dan ditutup rapat. Aktivasi dan Pencacahan Cuplikan Untuk analisis unsur mikro (Mg, Zn, Cu, Ca dan Fe), beberapa sampel dimasukkan sekaligus kedalam ampul dan selanjutnya dilakukan irradiasi di dalam reaktor Kartini selama 10 jam. Sedangkan untuk analisis N, P, K aktivasi dilakukan dengan generator netron. Setelah melewati masa pendinginan sampel dicacah menggunakan spektrometri gamma yang dilengkapi dengan detektor Ge(Li) untuk analisis secara kualitatif maupun kuantitatif. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ana lis is kualitatif selengkapnya disajikan pada Tabel 1, sedangkan hasil analisis kuantitatif unsur hara mikro di dalam sludge segar disajikan pada Tabel 2. Tabell. Hasil Analisis Kualitatif Unsur Hara Milcro di Dalam Sludge No. 551,0 1014, ,4 160Energi Umur 45,1 4,7 9, ,8 dan dan Un jam hari Cu 1296,7Ca-47 menit Mg Zn Fe (KeV) Paro 1291,5 sur 1345,5 Isotop Fe-59 Mg-27 Zn-65 Cu-64 Dari Tabel 1 dapat diketahui bahwa secara kualitatif di dalam sludge mengandung unsur nutrient tanaman yang diperlukan didalam pertumbuhannya. Unsur mikro (Mg, Zn, Cu, Ca dan Fe) hanya diperlukan oleh tanaman pada fasefase tertentu dan dalam kadar yang relatif kecil, sedangkan apabila kadamya melampaui nilai kritis justru akan bersifat racun yang mengganggu ataupun menghambat pertumbuhan tanaman itu sendiri. Untuk itu, maka diperlukan analisis secara kuantitatif untuk mengetahui kadar unsur terse but di dalam sludge secara tepat, sehingga akan sangat membantu dalam penentuan langkah penggunaannya. Apakah sludge tersebut dapat langsung digunakan sebagai pupuk organik ataupun masih memeriukan perlakuan khusus agar kandungan unsur hara mikronya sesuai dengan yang diperiukan bagi pertumbuhan tanaman. Sampel sludge yang diambil antara lain cuplikan kering yang telah ditempatkan pada bak penampungan dalam waktu yang relatif lama, sehingga telah terjemur oleh sinar matahari, mengalami proses pencucian oleh air hujan serta telah mengalami proses dekomposisasi secara alami. No Sam Sampel Tabel 591, , ,81 129,37 116,54 106,89 117,6 Cu 599,8 Ca Zn 16,08 16,13 16,18 79,31 80,09 71,01 86,83 2. ± Hasil ± 9,20 42,2 0,4 6,48Analisis KuantitatifKadar Unsur Unsur Hara Mikro di dalam Sludge Kering Dari Tabel 2 dapat diketahui bahwa kandungan unsur hara mikro di dalam sludge kering yang tertinggi adalah Fe sebesar 4,35 ± 0,18 %, disusul Zn sebesar 599,8 ± 42,2 ppm dan kemudian Ca, Mg dan yang terkecil adalah Cu yang kadamya 16,13 ± 0,4 ppm. Banyaknya kandungan Fe kemungkinan berasal dari proses dekomposisi limbah domestik yang berupa sisa metabolisme sayuran yang berwama hijau. Selain itu, kemungkinan juga dapat berasal dari kebiasaan mengkonsurnsi air minum yang dipompa dari sumur dalam yang pada umumnya kandungan unsur Fe nya relatif tinggi. Selain itu, juga diambil sampel sludge segar yang terendapkan pada dasar kolam aerasi fakultatif dan kolam pematangan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan kandungan unsur tersebut di dalam sludge dan kemungkinan Prosiding Pertemuan dan Presentasilimiah Penelitian Dasar IImu Pengetahuan dan Teknologl Nuklir

4 354 ISSN M. Yazid, dkk. terjadinya pelepasan unsur tersebut baik bersama dengan pelepasan air ke sungai ataupun melalui proses pencucian oleh air hujan sehingga kemungkinan akan berdampak terhadap lingkungan di sekitarnya. Tabel 3. Hasi/ Analisis Kuantitatif Unsur Ham mucrodi dalam sludge segar No I Sampel I M Zn m 1. Sa 312,36 27,68 2. Sa 398,94 48,82 3. Sa 361,82 28,39 4. X 26,38 5. X 28,39 6. X 41,74 7. X 37,50 357,70 ± 35,40 34,13 ± 8,03 Keterangan: Tanda X: Tidak dilakukan pencacahan Ca {ppm 429, , ,47 570, , , , ,84 ± 171,20 Fe(% 8,575 8,259 8,343 8,911 7,951 6,056 5,164 7,93 ± 0,89 Dari Tabel 3 tersebut dapat diketahui bahwa kandungan unsur hara mikro yang tertinggi di dalam sludge basah adalah Fe sebesar 7,93 ± 0,89 %, sedangkan yang terkecil adalah Cu sebesar 4,24 ± 0,08 ppm. Kecilnya kandungan Cu kemungkinan disebabkan oleh sedikitnya limbah domestik yang mengandung logam tersebut, karena logam tersebut dalam kadar tertentu akan bersifat racun. Mg Zn Cu Ca Fe Janis unsur Gambar 1. Perbandingan Kandungan Unsur Mikro di dalam Sludge Segar dan Kering Perbandingan antara kandungan unsur hara mikro di dalam sludge kering dan segar ditunjukkan pada Gambar 1. Jika dibandingkan antara kandungan unsur hara mikro di dalam sludge segar dan kering ternyata untuk unsur Mg, Ca dan Fe kandungannya lebih tinggi di dalam sludge segar. Hal ini disebabkan karena sludge kering berada di dalam bak penampungan sudah dalam jangka waktu yang cukup lama, sehingga sudah mengalami pencucian oleh air hujan dan kemungkinan besar telah bermigrasi ke lingkungan di sekitarnya. Sedangkan untuk unsur Zn dan Cu kecepatan migrasinya ke lingkungan relatif lebih lambat jika dibandingkan dengan ketiga jenis unsur tersebut karena berat atornnya juga relatif lebih besar. Adapun di dalam sludge segar proses pengendapannya belum selesai, sehingga kandungan kedua unsur tersebut relatif lebih kecil dibandingkan dengan di dalam sludge kering. % Tabel 4. Kriteria kandungan Sangat Rendah <4,5 <0,5 0,025 <30 <30,0 <400 < 37,5 <2,3 Rendah 4,5-6,0 1,0-1, ,075 3,0-10,0 30,0-60, , ,3-6,9 unsur baku di dalam nutrient tanaman Sedan 6,0-7,5 1,5-2,5 0,075-0,125 10,0-15,0 60,0-90, ,9-16,1 Tinggi 7,5-8,5 2,5-3,5 0,125-0,175 15,0-45,0 90,0-120, ,1-46 Pada Tabel 4 disajikan kriteria kandungan unsur baku di dalam nutrien tanaman yang diperlukan di dalam pertumbuhannya, artinya dengan komposisi unsur tersebut tumbuhan sudah Prosiding Pertemuan dan Presentasilimiah Penelitian Dasar IImu Pengetahuan dan Teknologi Nukllr

5 M. Yazid, dkk. ISSN Cu dapat hidup secara normal baik ditinjau dari aspek pertumbuhan vegetatif maupun generatif. Yang dimaksud dengan pertumbuhan vegetatif secara normal antara lain akarnya cukup kuat untuk menyangga berdirinya tanaman, batang mampu menyangga buah dan daunnya du. Sedangkan pertumbuhan generatif antara lain tumbuhan mampu berbuah dan berbunga pada musim dan umur tanaman yang optimal. Kekurangan unsur hara tertentu dapat mengakibatkan defisiensi unsur tersebut dengan menunjukkan gejala - gejala yang bersifat spesifik, misalnya : nekrose du. Sedangkan apabila unsur tersebut berlebihan, maka akan bersifat racun sehingga dapat menghambat pertumbuhan dari tanaman yang bersangkutan. Pada Tabel 5 disajikan nilai kritis unsur mikro di dalam tanaman, khususnya untuk unsur Cu, Fe dan Zn. Nilai kritis berarti harga / kadar maksimum yang dibutuhkan / masih dapat ditolerir oleh pertumbuhan tanaman pada kondisi normal, jika melebihi dari nilai tersebut maka unsur tersebut akan bersifat racun bagi tanaman yang biasanya akan menghambat proses pertumbuhan tanaman tersebut. Tabel 5. Nilai Kritis UnsurMikro Jenis Unsur Nilai 2,50,2 1,5-4,5 Kritis (DDm) Untuk Tanaman Pada Gambar 2 disajikan perbandingan antara kandungan unsur makro di dalam sludge dan kebutuhan baku nutrisi tanaman secara optimal. 't> a E S, PK.JJ! N dan volume buah dan meningkatkan ketahanan terhadap gangguan hama dan penyakit tanamano(4) Namun, fungsi tersebut masih harus mendapatkan dukungan dari parameter- parameter pertumbuhan yang lain. Misalnya, proses rangsangan pembungaan itu tidak akan dapat terjadi jika pertumbuhan vegetatif tanaman itu tidak subur, artinya tanaman yang kecil dan kurus tidak akan mampu berbunga walaupun sudah dilakukan perangsangan, apalagi untuk berbuah yang lebat dan volumenya besar. Padahal peranan menyuburkan pertumbuhan vegetatif dan pembentukan buah dilakukan oleh unsur N. Ditinjau dari aspek kandungan unsur N di dalam sludge ternyata hampir 400 % dibandingkan dengan kebutuhan baku unsur yang sarna. Namun demikian, masih dalam kategori sangat tinggi. Seperti telah kita ketahui bersarna, bahwa peranan unsur N di dalam pertumbuhan tanarnan adalah dalam sintesa protein, merangsang pertumbuhan vegetatif dan meningkatkan jurnlah dan volume buaho(4) Salah satu altematif untuk mengatasi kelebihan N digunakan N-Balancer yang mampu mengubah unsur nitrat menjadi N yang berguna untuk meningkatkan pertumbuhan generatif. Pertumbuhan vegetatif yang semula berlebihan lalu diturunkan. Selain itu, juga menjaga keseimbangan hormon yang kelebihan unsur nitrat, yang akhimya kegiatan transportasi karbohidrat, metabolisme dan pertumbuhan bunga, buah, biji dan umbi menjadi lebih aktif '000 ' kad. (ppm) 1000 aoo o Zn Cu c. F. jenis unsur Gambar 2. Perbandingan Kandungan Unsur Makro di dalam Sludge dengan Kebutuhan Baku Nutrisi Tanamall Dari gambar tersebut diketahui bahwa kandungan unsur P di dalam sludge tersebut sangat tinggi jika dibandingkan dengan jumlah yang dibutuhkan oleh tanaman, bahkan sampai di atas 4000 % dibandingkan dengan kebutuhan baku unsur terse but. Seperti telah diketahui bersama bahwa unsur P berperanan penting dalam merangsang pembungaan, meningkatkan jumlah Gambar 3. Perballdillgall Alltara Kalldullgall Ullsur Mikro di dalam Sludge dellgan Kebutuhall Nutrisi Tallamall Sedangkan kandungan unsur K di dalam sludge mas uk dalam kategori sangat rendah jika dibandingkan dengan nilai baku yang dibutuhkan oleh tanaman. Unsur K berperan dalam sintesa karbohidrat dan protein sekaligus memperkokoh tanaman agar bunga dan buah tidak berguguran. Mernang demikianlah salah satu kelernahan pupuk organik dimana komposisi NPK biasanya tidak seimbang seperti pada pupuk buatan. Namun demikian, pupuk organik dapat berfungsi untuk Prosiding Pertemuan dan Presentasi IImiah Penelitian Dasar IImu Pengetahuan P3TM-BATANYogyakarta, 8 Juli 2003 dan Teknologi Nuklir

6 356 ISSN M. Yazid, dkk. memperbaiki sifat tanah selain juga sebagai sumber unsur mikro. Kehadiran unsur mikro ini, akan menyeimbangkan nutrisi yang diterima oleh tanaman, yang di dalam siklus hidupnya membutuhkan unsur tersebut. Pada Gambar 3 disajikan perbandingan antara kandungan unsur mikro di dalam sludge dengan kebutuhan unsur tesebut sebagai nutrisi tanaman. Dari gambar tersebut dapat diketahui bahwa kandungan unsur Mg di dalam sludge masuk dalam kriteria rendah sampai sedang. Unsur Mg merupakan komponen klorofil dan kofaktor untuk beberapa reaksi enzimatis pada tumbuhan. Gejala defisiensi berupa klorosis yaitu tumbuhnya bintik-bintik coklat pada daun terutama terjadi pada tumbuhan monokotil. Gejala ini banyak dijumpai pad a daun yang relatif tua, yang disebabkan karena transport Mg pada tumbuhan terse but berjalan lambat. Pada tanah yang kekurangan unsur ini biasanya ditambahkan MgS04 Adapun untuk unsur Ca di dalam sludge masuk dalam kriteria sangat rendah. Unsur ini berperan penting dalam proses metabolisme pertumbuhan khususnya dalam pembelahan sel. Unsur Ca juga banyak ditemukan dalam vakoula serta protein. Kekurangan dari unsur ini biasanya akan nampak pada jaringan tumbuhan yang masih muda, karena unsur tersebut tidak dapat ditranslokasi secara langsung sehingga defisiensi unsur ini akan menyebabkan berkurangnya selektivitas tumbuhan. Gejala yang lain adalah terjadinya klorosis dan terhambatnya pertumbuhan akar. Unsur Zn berperan penting dalam reaksi redoks pada tumbuhan, defisiensi unsur ini akan menyebabkan daun yang burik dan kerdil. Sedangkan unsur Cu dibutuhkan dalam jumlah yang lebih kecil dibandingkan dengan Zn, meskipun demikian reaksi Cu dalam tanah dan sumber Cu yang digunakan sebagai pupuk hampir sarna dengan Zn karena keduanya unsur logam yang divalent.(6) Seperti halnya Zn, bentuk senyawa yang paling ban yak digunakan sebagai pupuk adalah sui fat. Plastosianin yang merupakan komponen transport elektron adalah enzim yang mengandung Cu yang berfungsi dalam proses fosforilasi. Selain itu, Cu merupakan komponen penting dalam oksidasi (Misalnya: polifenol oksidase) yang mengkatalisis oksidase fenolik menjadi keton selama pembentukan lignin. Oksidase lain yang menggunakan Cu adalah as am askorbat oksidase dan sitokhrom oksidase. Adapun defisiensi Cu menyebabkan khlorosis dan reduksi karetenoid. Sedangkan unsur Fe terlibat langsung dalam reaksi redoks pada tumbuhan, khususnya dalam transport elektron Fe2+ dioksidasi menjadi Fe)+ Defisiensi Fe banyak terjadi pada jaringan muda, karena Fe tidak dalam bentuk senyawa yang siap ditranslokasi, gejala terlihat khlorosis pada daun muda bahkan kadang-kadang sampai menjadi putih. Peristiwa ini banyak terjadi pada tanah yang bersifat basa atau berkapur. Di dalam sludge unsur Cu, Fe dan Zn temyata semuanya melebihi nilai kritis, artinya unsur terse but kadamya melebihi yang diperlukan oleh tanaman, sehingga akan bersifat menghambat pertumbuhannya. Berkenaan dengan itu, maka jika akan digunakan sebagai pupuk organik masih memerlukan perlakuan khusus untuk menurunkan kandungan ketiga un sur tersebut agar di bawah nilai kritisnya. Penurunan kandungan unsur terse but dapat dilakukan dengan cara pengenceran menggunakan teknik pencampuran dengan tanah lempung atau pasir, namun hal ini juga akan menurunkan kandungan unsur Ca dan Mg yang kandungannya di dalam sludge sudah sangat rendah. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh MURTlKA, D, 1999 bahwa pemanfaatan sludge untuk penanaman jagung manis (Zea mays. Lev. Sachanata Sturt) menunjukkan hasil baik apabila digunakan komposisi sludge di bawah 50 %, sedangkan jika digunakan sludge di atas 50 % justru akan menghambat pertumbuhan tanaman tersebut(7) Penghambatan pertumbuhan tanaman tersebut diduga karena kandungan unsur Fe, Zn dan Cu yang melampaui nilai kritisnya sehingga akan bersifat racun terhadap pertumbuhan tanaman jagung tersebut. KESIMPULAN 1. Kandungan unsur hara mikro di dalam sludge yang meliputi unsur Mg berkisar antara 79,31 ± 6,48 ppm, Zn 599,8 ± 42,2 ppm, Cu 16,13 ± 0,4 ppm, Ca 117,6 ± 9,20 ppm dan Fe 4,35 ± 0,18 %. 2. Kandungan un sur makro rerata di dalam sludge yaitu N sebesar 4,10 ± 0,007 ppm, P sebesar 640,51 ± 14,34 ppm dan K sebesar 3,04 ± 0,06 ppm. 3. Ditinjau dari aspek kebutuhan nutrisi tanaman, kandungan unsur Mg masuk dalam kategori rendah - sedang, unsur Ca sangat rendah. Sedangkan untuk Cu, Fe dan Zn melebihi nilai Prosiding Pertemuan dan Presentasilimiah Penelitlan Dasar IImu Pengetahuan dan Teknologl Nukllr P3TM-BATAN Yogyakarta, 8 Jull2003

7 M. Ya'Zid, dkk. ISSN Penggunaan sludge untuk pupuk organik masih memerlukan perlakuan khusus guna menurunkan kandungan Cu, Fe dan Zn sampai dengan di bawah nilai kritis, agar tidak bersifat toksis bagi pertumbuhan tanaman. UCAP AN TERIMA KASIH Diucapkan banyak terima kasih kepada Sdr. Aris Bastianudin, Wihartono dan Agus Wibowo serta semua teknisi Subbidang Kesehatan dan Kedaruratan Nuklir, atas bantuannya dalam pelaksanaan penelitian ini. PUST AKA I. HASHIMOTO, S., Research and Development on Sludge Treatment, JAERI (1995) 2. M. YAZID. dkk., Pengaruh Irradiasi Gamma Terhadap Pertumbuhan Bakteria dan Kandungan Unsur Hara Makro (N,P,K) di Dalam Sludge, Prosiding Pertemuan dan Presentasi I1miah Penelitian Dasar Iptek Nuklir, P3TM-BA T AN Yogyakarta (2002) 3. PIADANG, S & N. SUDHAPREDA., Evaluation of Component in Sludge, JAERI Research (1995) 4. SOMMERS, L.E., Chemical Composition of Sewage Sludge and Analysis of Their Potential Use as Fertilizres, USA (1977) 5. CORLISS, W.R., Neutron Activation Analysis, United States Atomic Energy Comission, New York. (1964) 6. TING,LP., Plant Physiology 1st ed, Addison Wesley Publishing Company, Inc, Phillipine ( 1982) 7. MURTIKA, D., Pemanfaatan Lumpur Hasil IPAL Yogyakarta Untuk Penanaman Jagung Manis (Zea mays. Lev. Sachanata Sturt). Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta (1999) TANYAJAWAB M. Yazid Terrnasuk lakukan. spesifikasi mana yang anda Sludge ini dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik seperti diketahui pada umumnya pupuk organik merupakan pupuk yang terbaik disusul pupuk hijau. setelah itu baru pupuk buatan / kimia. Yang kami lakukan saat ini adalah analisa kandungan unsur hara makro dan mikro untuk menjajagi kemungkinan pemakaiannya sebagai pupuk organik. Budi Briyatmoko M. Yazid Sutarman Apakah sluge tersebut bisa langsung dipakai pupuk atau masih perlu pengolahanpengolahan, kalau diolah proses apa saja yang harus dilakukan. M. Yazid Masih memerlukan pengolahan antara lain desinfeksi mikroba patogen dengan iradiasi atau metoda konvensional agar tidak membahayakan lingkungan khususnya teljadinya epidemi penyakit infektif. Mohon dijelaskan sampai seberapa jauh penelitian tersebut dapat diaplikasikan. Untuk mengaplikasikan penelitian ini masih memerlukan upaya untuk menurunkan kadar Cu. Fe dan Zn sampai dibawah nilai kritis, sehingga tidak akan bersifat toksis bagi pertumbuhan tanaman. upaya tersebut antm a lain dengan pencampuran pasir 30% dan tanah liat 30% seperti yang lazim diglillakan pada penggwwan pupuk organik. M. Munawir Slude IPAL Kota? Agus Purwadi Sludge ini dalam bentuk apa yang dimanfaatkan, organik/anorganik, senyawa kimia lainnya? akan atau Bagaimana pada penurunan kadar Fe, Cu dan Zn yang ekonomis. Fe kan kadang-kadang diperlukan tertentu, apa benar? Prosiding Pertemuan dan Presentasi IImiah Penelitian Dasar IImu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir P3TM-BATAN Yogyakarta. 8 Juli 2003

8 358 ISSN M. Yazid, dkk. M. Yazid Slude IPAL kota merupakan hasil pengolahan air limbah domestik yang berasal dari kota Yogyakarta. Upaya penurunan kadar Fe. Cu dan Zn dapat dilakukan dengan penyempurnaan proses pada IPAL tersebut, atau dalam aplikasinya dicampur dengan pasir dan tanah liat. Senar, setiap tanaman mempunyai kebutuhan kadar unsur mikro (Fe dll) yang berbeda. Prosiding Pertemuan dan Presentasi IImiah Penelitian Dasar IImu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir

KAJIAN PEMANFAATAN SLUDGE IPAL KOTA JOGJAKARTA SEBAGAI PUPUK ORGANIK YANG RAMAH LINGKUNGAN

KAJIAN PEMANFAATAN SLUDGE IPAL KOTA JOGJAKARTA SEBAGAI PUPUK ORGANIK YANG RAMAH LINGKUNGAN ISSN 1410-6957 KAJIAN PEMANFAATAN SLUDGE IPAL KOTA JOGJAKARTA SEBAGAI PUPUK ORGANIK YANG RAMAH LINGKUNGAN M. Yazid, Mintargo K, E. Supriyatni, ME. Budiono Puslitbang Teknologi Maju BATAN ABSTRAK KAJIAN

Lebih terperinci

KAJIAN PEMANFAATAN SLUDGE IPAL KOTA JOGJAKARTA SEBAGAI PUPUK ORGANIK YANG RAMAH LINGKUNGAN

KAJIAN PEMANFAATAN SLUDGE IPAL KOTA JOGJAKARTA SEBAGAI PUPUK ORGANIK YANG RAMAH LINGKUNGAN 120 KAJIAN PEMANFAATAN SLUDGE IPAL KOTA JOGJAKARTA SEBAGAI PUPUK ORGANIK YANG RAMAH LINGKUNGAN M. Yazid, Mintargo K., E. Supriyatni dan ME. Budiono P3TM BATAN ABSTRAK KAJIAN PEMANFAATAN SLUDGE IPAL KOTA

Lebih terperinci

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN FUNGSI AIR Penyusun tubuh tanaman (70%-90%) Pelarut dan medium reaksi biokimia Medium transpor senyawa Memberikan turgor bagi sel (penting untuk pembelahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingkat konsumsi sayuran rakyat Indonesia saat ini masih rendah, hanya 35

I. PENDAHULUAN. Tingkat konsumsi sayuran rakyat Indonesia saat ini masih rendah, hanya 35 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tingkat konsumsi sayuran rakyat Indonesia saat ini masih rendah, hanya 35 kilogram sayuran per kapita per tahun. Angka itu jauh lebih rendah dari angka konsumsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Tanah Tanah adalah kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara,

Lebih terperinci

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN FUNGSI AIR Penyusun tubuh tanaman (70%-90%) Pelarut dan medium reaksi biokimia Medium transpor senyawa Memberikan turgor bagi sel (penting untuk pembelahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Selada (Lactuca sativa L.) merupakan salah satu tanaman sayur yang dikonsumsi

I. PENDAHULUAN. Selada (Lactuca sativa L.) merupakan salah satu tanaman sayur yang dikonsumsi 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Selada (Lactuca sativa L.) merupakan salah satu tanaman sayur yang dikonsumsi masyarakat dalam bentuk segar. Warna, tekstur, dan aroma daun selada dapat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mikroorganisme Lokal (MOL) Mikroorganisme lokal (MOL) adalah mikroorganisme yang dimanfaatkan sebagai starter dalam pembuatan pupuk organik padat maupun pupuk cair. Bahan utama

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 21 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap Sifat Kimia Tanah Sifat kimia tanah biasanya dijadikan sebagai penciri kesuburan tanah. Tanah yang subur mampu menyediakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jagung manis atau lebih dikenal dengan nama sweet corn (Zea mays

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jagung manis atau lebih dikenal dengan nama sweet corn (Zea mays PENDAHULUAN Latar Belakang Jagung manis atau lebih dikenal dengan nama sweet corn (Zea mays saccharata Sturt) merupakan tanaman pangan yang memiliki masa produksi yang relatif lebih cepat, bernilai ekonomis

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Bawang Merah Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal dan bercabang terpencar, pada kedalaman antara 15-20 cm di dalam tanah. Jumlah perakaran

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinggi Bibit (cm) Dari hasil sidik ragam (lampiran 4a) dapat dilihat bahwa pemberian berbagai perbandingan media tanam yang berbeda menunjukkan pengaruh nyata terhadap tinggi

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah diameter batang setinggi dada ( DBH), tinggi total, tinggi bebas cabang (TBC), dan diameter tajuk.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis. dalam siklus kehidupan tanaman. Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis. dalam siklus kehidupan tanaman. Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis Pertumbuhan dan perkembangan tanaman merupakan proses yang penting dalam siklus kehidupan tanaman. Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN 19 BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir Potensi lahan kering di Bali masih cukup luas. Usahatani lahan kering sering kali mendapat berbagai kendala terutama

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 III. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Sifat Kimia dan Fisik Latosol Darmaga Sifat kimia dan fisik Latosol Darmaga yang digunakan dalam percobaan ini disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Sifat Kimia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang dilewai oleh jalur rangkaian api Indonesia atau disebut juga dengan jalur Cincin Api Pasifik (The Pasific Ring of Fire) dimana

Lebih terperinci

KULIAH 2 HUBUNGAN AIR, TANAH DAN TANAMAN

KULIAH 2 HUBUNGAN AIR, TANAH DAN TANAMAN KULIAH 2 HUBUNGAN AIR, TANAH DAN TANAMAN HUBUNGAN AIR, TANAH DAN TANAMAN Hubungan air tanah dan Tanaman Fungsi air bagi tanaman Menjaga tekanan sel Menjaga keseimbangan suhu Pelarut unsur hara Bahan fotosintesis

Lebih terperinci

Pupuk Organik Cair AGRITECH

Pupuk Organik Cair AGRITECH Pupuk Organik Cair AGRITECH LATAR BELAKANG TERJADINYA KERUSAKAN PADA ALAM / Lahan Pertanian--- TUA (TANAH, UDARA, & AIR) 1. Tanah : Tandus, Gersang, Tercemar. 2. Udara : Panas Global efek dari rumah kaca.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa 1. Tinggi tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan memberikan pengaruh yang berbeda nyata. Hasil Uji

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan 18 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman kailan adalah salah satu jenis sayuran yang termasuk dalam kelas dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan cabang-cabang akar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pokok bagi sebagian besar rakyat di Indonesia. Keberadaan padi sulit untuk

I. PENDAHULUAN. pokok bagi sebagian besar rakyat di Indonesia. Keberadaan padi sulit untuk 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman terpenting di Indonesia. Hal ini karena padi merupakan tanaman penghasil beras. Beras adalah makanan pokok bagi sebagian

Lebih terperinci

PERANGKAT UJI PUPUK ORGANIK (PUPO) (ORGANICFERTILIZER TEST KIT )

PERANGKAT UJI PUPUK ORGANIK (PUPO) (ORGANICFERTILIZER TEST KIT ) PERANGKAT UJI PUPUK ORGANIK (PUPO) (ORGANICFERTILIZER TEST KIT ) Pendahuluan Pupuk Organik adalah pupuk yang berasal dari tumbuhan mati, kotoran hewan dan/atau bagian hewan dan/atau limbah organik lainnya

Lebih terperinci

4. Jenis pupuk. Out line. 1. Definisi pupuk 2. Nutrien pada tanaman dan implikasinya 3. Proses penyerapan unsur hara pada tanaman

4. Jenis pupuk. Out line. 1. Definisi pupuk 2. Nutrien pada tanaman dan implikasinya 3. Proses penyerapan unsur hara pada tanaman PUPUK Out line 1. Definisi pupuk 2. Nutrien pada tanaman dan implikasinya 3. Proses penyerapan unsur hara pada tanaman 4. Jenis pupuk 5. Proses pembuatan pupuk 6. Efek penggunaan pupuk dan lingkungan Definisi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinggi Tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan yang telah diperoleh terhadap tinggi tanaman cabai setelah dilakukan analisis sidik ragam (lampiran 7.a) menunjukkan bahwa pemberian pupuk

Lebih terperinci

Lampiran 1. Standar Kualitas Kompos Menurut Standar Nasional Indonesia

Lampiran 1. Standar Kualitas Kompos Menurut Standar Nasional Indonesia Lampiran 1. Standar Kualitas Kompos Menurut Standar Nasional Indonesia No Parameter Satuan Minimum Maksimum 1 Kadar air % - 50 2 Temperatur O C - Suhu air tanah 3 Warna - - Kehitaman 4 Bau - - Berbau tanah

Lebih terperinci

@BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Nutrien tersebut memiliki

@BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Nutrien tersebut memiliki @BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peranan makro dan mikro nutrien sangat penting dalam proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Nutrien tersebut memiliki berbagai fungsi yang saling mendukung

Lebih terperinci

Table. Usual content of micronutrients in soils, and in harvested crops

Table. Usual content of micronutrients in soils, and in harvested crops Nasih widya yuwono Table. Usual content of micronutrients in soils, and in harvested crops element s kg/ha (soils) mg/kg (crops) soil/crop ratio Fe 56.000 2,0 28.000 Mn 2.200 0,5 4.400 Zn 110 0,3 366 Cu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kesadaran manusia akan kesehatan menjadi salah satu faktor kebutuhan sayur dan buah semakin meningkat. Di Indonesia tanaman sawi merupakan jenis sayuran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai ekonomis, serta harus terus dikembangkan karena kedudukannya sebagai sumber utama karbohidrat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pupuk tersebut, maka pencarian pupuk alternatif lain seperti penggunaan pupuk

I. PENDAHULUAN. pupuk tersebut, maka pencarian pupuk alternatif lain seperti penggunaan pupuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Dalam beberapa tahun terakhir ini, sistem berkelanjutan yang berwawasan lingkungan sedang digalakkan dalam sistem pertanian di Indonesia. Dengan semakin mahalnya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah Cair Industri Tempe Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses industri maupun domestik (rumah tangga), yang lebih di kenal sebagai sampah, yang kehadiranya

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. ph Tanah Data hasil pengamatan ph tanah gambut sebelum inkubasi, setelah inkubasi, dan setelah panen (Lampiran 4) menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap peningkatan ph tanah.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompos Kulit Buah Jarak Pagar

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompos Kulit Buah Jarak Pagar II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kompos Kulit Buah Jarak Pagar Kompos merupakan bahan organik yang telah menjadi lapuk, seperti daundaunan, jerami, alang-alang, rerumputan, serta kotoran hewan. Di lingkungan alam,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam pembangunan nasional. Keberhasilan pembangunan

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam pembangunan nasional. Keberhasilan pembangunan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian tanaman pangan merupakan sektor pertanian yang memegang peranan penting dalam pembangunan nasional. Keberhasilan pembangunan sektor pertanian

Lebih terperinci

VII. KEHARAAN DAN PEMUPUKAN

VII. KEHARAAN DAN PEMUPUKAN VII. KEHARAAN DAN PEMUPUKAN Ubi kayu menghasilkan biomas yang tinggi sehingga unsur hara yang diserap juga tinggi. Jumlah hara yang diserap untuk setiap ton umbi adalah 4,2 6,5 kg N, 1,6 4,1 kg 0 5 dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan

TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan 4 TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan unsur-unsur esensial bagi pertumbuhan tanaman (Hadisuwito, 2008). Tindakan mempertahankan dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jagung manis (Zea mays saccharata) merupakan salah satu komoditas pertanian

I. PENDAHULUAN. Jagung manis (Zea mays saccharata) merupakan salah satu komoditas pertanian I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung manis (Zea mays saccharata) merupakan salah satu komoditas pertanian yang cukup banyak digemari, karena memiliki kandungan gula yang relatif tinggi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Keluarga ini memiliki sekitar 90 genus dan sekitar

Lebih terperinci

Fungsi Hara bagi Tanaman AGH 322

Fungsi Hara bagi Tanaman AGH 322 Fungsi Hara bagi Tanaman AGH 322 Esensialitas Hara bagi Tanaman Hara Esensial: Tanpa kehadiran hara tersebut maka tanaman tidak dapat menyelesaikan siklus hidupnya. Fungsi hara tersebut tidak dapat digantikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung manis (Zea mays sacharata Sturt.) dapat diklasifikasikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung manis (Zea mays sacharata Sturt.) dapat diklasifikasikan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Jagung Manis Tanaman jagung manis (Zea mays sacharata Sturt.) dapat diklasifikasikan sebagai berikut, Kingdom: Plantae, Divisi: Spermatophyta, Sub-divisi: Angiospermae,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Klasifikasi tanaman padi adalah sebagai berikut: Divisi Sub divisi Kelas Keluarga Genus Spesies : Spermatophyta : Angiospermae : Monotyledonae : Gramineae (Poaceae)

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakterisasi awal blotong dan sludge pada penelitian pendahuluan menghasilkan komponen yang dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Karakteristik blotong dan sludge yang digunakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terus bermunculannya berbagai jenis industri yang mengolah bahan baku yang

I. PENDAHULUAN. terus bermunculannya berbagai jenis industri yang mengolah bahan baku yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Perkembangan pada sektor industri pertanian dan perkebunan ditandai dengan terus bermunculannya berbagai jenis industri yang mengolah bahan baku yang berasal

Lebih terperinci

PENGGOLONGAN & RUANG LINGKUP KIMIA ANALITIK

PENGGOLONGAN & RUANG LINGKUP KIMIA ANALITIK PENGGOLONGAN & RUANG LINGKUP KIMIA ANALITIK KIMIA ANALITIK Cabang dari ilmu kimia yang mempelajari teori dan cara-cara melakukan analisis kimia terhadap suatu bahan atau zat kimia. ANALISIS KIMIA Organik

Lebih terperinci

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun 16 1. Tinggi Tanaman (cm) I. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam tinggi tanaman ( lampiran 6 ) menunjukkan perlakuan kombinasi limbah cair industri tempe dan urea memberikan pengaruh

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Limbah merupakan sisa suatu kegiatan atau proses produksi yang antara lain dihasilkan dari kegiatan rumah tangga, industri, pertambangan dan rumah sakit. Menurut Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 39 A. Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Perlakuan dalam penelitian ini tersusun atas lima taraf perlakuan. Dalam setiap perlakuan terdapat lima kali ulangan. Kelima perlakuan tersebut

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awal Lahan Bekas Tambang Lahan bekas tambang pasir besi berada di sepanjang pantai selatan desa Ketawangrejo, Kabupaten Purworejo. Timbunan-timbunan pasir yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa media tanam yang digunakan berpengaruh terhadap berat spesifik daun (Lampiran 2) dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Anda (2010) abu vulkanik mengandung mineral yang dibutuhkan oleh tanah dan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Anda (2010) abu vulkanik mengandung mineral yang dibutuhkan oleh tanah dan 4 TINJAUAN PUSTAKA Debu Vulkanik Gunung Sinabung Abu vulkanik merupakan bahan material vulkanik jatuhan yang disemburkan ke udara pada saat terjadi letusan.secara umum komposisi abu vulkanik terdiri atas

Lebih terperinci

Penentuan Kadar Besi dalam Pasir Bekas Penambangan di Kecamatan Cempaka dengan Metode Analisis Aktivasi Neutron (AAN)

Penentuan Kadar Besi dalam Pasir Bekas Penambangan di Kecamatan Cempaka dengan Metode Analisis Aktivasi Neutron (AAN) Penentuan Kadar Besi dalam Pasir Bekas Penambangan di Kecamatan Cempaka dengan Metode Analisis Aktivasi Neutron (AAN) Prihatin Oktivasari dan Ade Agung Harnawan Abstrak: Telah dilakukan penentuan kandungan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kondisi Umum Saat Ini Faktor Fisik Lingkungan Tanah, Air, dan Vegetasi di Kabupaten Kutai Kartanegara Kondisi umum saat ini pada kawasan pasca tambang batubara adalah terjadi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.1 PENELITIAN PENDAHULUAN Penelitian pendahuluan dilakukan untuk menentukan titik kritis pengenceran limbah dan kondisi mulai mampu beradaptasi hidup pada limbah cair tahu. Limbah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk),

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk), 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Selada Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk), khususnya dalam hal bentuk daunnya. Tanaman selada cepat menghasilkan akar tunggang diikuti

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Kimia Hasil analisis sifat kimia tanah sebelum diberi perlakuan dapat dilihat pada lampiran 2. Penilaian terhadap sifat kimia tanah yang mengacu pada kriteria Penilaian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang termasuk dalam famili Cruciferae dan berasal dari Cina bagian tengah. Di

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang termasuk dalam famili Cruciferae dan berasal dari Cina bagian tengah. Di 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Radish Radish (Raphanus sativus L.) merupakan tanaman semusim atau setahun (annual) yang termasuk dalam famili Cruciferae dan berasal dari Cina bagian tengah. Di Indonesia,

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada.

I. TINJAUAN PUSTAKA. produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada. I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesuburan Tanah Kesuburan tanah adalah kemampuan suatu tanah untuk menghasilkan produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada. Produk tanaman tersebut dapat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. menunjang pertumbuhan suatu jenis tanaman pada lingkungan dengan faktor

II. TINJAUAN PUSTAKA. menunjang pertumbuhan suatu jenis tanaman pada lingkungan dengan faktor II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesuburan Tanah Kesuburan tanah adalah kemampuan suatu tanah untuk menyediakan unsur hara, pada takaran dan kesetimbangan tertentu secara berkesinambung, untuk menunjang pertumbuhan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim.

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. 19 TINJAUAN PUSTAKA Botani tanaman Bawang merah merupakan tanaman yang tumbuh tegak dengan tinggi antara 15-50 cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. Perakarannya berupa akar serabut yang tidak

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 13 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil 5.1.1. Sifat Kimia Tanah Variabel kimia tanah yang diamati adalah ph, C-organik, N Total, P Bray, Kalium, Kalsium, Magnesium, dan KTK. Hasil analisis sifat kimia

Lebih terperinci

ANALISIS LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DAN SEMI CAIR. Mardini, Ayi Muziyawati, Darmawan Aji Pusat Teknologi Limbah Radioaktif

ANALISIS LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DAN SEMI CAIR. Mardini, Ayi Muziyawati, Darmawan Aji Pusat Teknologi Limbah Radioaktif ANALISIS LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DAN SEMI CAIR Mardini, Ayi Muziyawati, Darmawan Aji Pusat Teknologi Limbah Radioaktif ABSTRAK ANALISIS LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DAN SEMI CAIR. Telah dilakukan analisis limbah

Lebih terperinci

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA UNSUR HARA MAKRO UTAMA N P K NITROGEN Phosfat Kalium UNSUR HARA MAKRO SEKUNDER Ca Mg S Kalsium Magnesium Sulfur UNSUR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk dikembangkan di Indonesia, baik sebagai bunga potong maupun tanaman

I. PENDAHULUAN. untuk dikembangkan di Indonesia, baik sebagai bunga potong maupun tanaman I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anggrek merupakan salah satu komoditas tanaman hias yang mempunyai potensi untuk dikembangkan di Indonesia, baik sebagai bunga potong maupun tanaman dalam pot. Dari ribuan

Lebih terperinci

ANALISIS KANDVNGAN PENGOTOR DALAM PELET VOz SINTER

ANALISIS KANDVNGAN PENGOTOR DALAM PELET VOz SINTER Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2009 ISSN 0854-5561 ANALISIS KANDVNGAN PENGOTOR DALAM PELET VOz SINTER Asminar ABSTRAK ANALISIS KANDUNGAN PENGOTOR DALAM PELET U02 SINTER. Telah dilakukan analisis pengotor

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang terdiri dari akar tunggang, akar sekunder yang tumbuh dari akar tunggang, serta akar cabang yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Awal Tanah Gambut

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Awal Tanah Gambut 20 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Awal Tanah Gambut Hasil analisis tanah gambut sebelum percobaan disajikan pada Tabel Lampiran 1. Hasil analisis didapatkan bahwa tanah gambut dalam dari Kumpeh

Lebih terperinci

MIKROBIOLOGI PANGAN TITIS SARI

MIKROBIOLOGI PANGAN TITIS SARI MIKROBIOLOGI PANGAN TITIS SARI Ilmu yang mempelajari kehidupan makhluk mikroskopik Mikroorganisme atau jasad renik MIKROBIOLOGI Ukuran sangat kecil, hanya dapat diamati dengan bantuan mikroskop Spoilage

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah Organik Cair Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab pencemaran berupa zat atau bahan yang dianggap tidak memiliki manfaat bagi masyarakat.

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi antara perlakuan pemberian pupuk akar NPK dan pupuk daun memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi penelitian terlihat beragam, berikut diuraikan sifat kimia

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 15 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik sludge 4.1.1. Sludge TPA Bantar Gebang Sludge TPA Bantar Gebang memiliki kadar C yang cukup tinggi yaitu sebesar 10.92% dengan kadar abu sebesar 61.5%.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Suhu min. Suhu rata-rata

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Suhu min. Suhu rata-rata BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengamatan Selintas 4.1.1. Keadaan Cuaca Lingkungan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman sebagai faktor eksternal dan faktor internalnya yaitu genetika

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Melon (Cucumis melo L.) merupakan tanaman sayuran buah termasuk Famili

II. TINJAUAN PUSTAKA. Melon (Cucumis melo L.) merupakan tanaman sayuran buah termasuk Famili 13 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Melon Melon (Cucumis melo L.) merupakan tanaman sayuran buah termasuk Famili Cucurbitaceae. Melon tersebar ke seluruh penjuru dunia terutama di daerah tropis dan subtropis

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA II.

TINJAUAN PUSTAKA II. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah Lumpur Water Treatment Plant Limbah pada dasarnya adalah suatu bahan yang terbuang dari aktifitas manusia maupun proses alam yang tidak atau belum mempunyai nilai ekonomis.

Lebih terperinci

ANALISIS UNSUR Se DAN As DALAM SEDIMEN DENGAN MENGGUNAKAN STANDAR PRIMER DAN SEKUNDER METODA AAN

ANALISIS UNSUR Se DAN As DALAM SEDIMEN DENGAN MENGGUNAKAN STANDAR PRIMER DAN SEKUNDER METODA AAN ANALISIS UNSUR Se DAN As DALAM SEDIMEN DENGAN MENGGUNAKAN STANDAR PRIMER DAN SEKUNDER METODA AAN Sutanto. W.W, Mulyono, Iswantoro, Bambang Irianto -BATAN, Babarsari Yogyakarta 55281 E-mail :ptapb@batan.go.id

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa kombinasi pupuk Urea dengan kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per tanaman, jumlah buah per tanaman dan diameter

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Sifat Fisik Tanah Sifat fisik tanah yang di analisis adalah tekstur tanah, bulk density, porositas, air tersedia, serta permeabilitas. Berikut adalah nilai masing-masing

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penelitian pembuatan pupuk organik cair ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Limbah Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Secara

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Pertumbuhan Tanaman 4. 1. 1. Tinggi Tanaman Pengaruh tiap perlakuan terhadap tinggi tanaman menghasilkan perbedaan yang nyata sejak 2 MST. Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan

TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan Pupuk adalah penyubur tanaman yang ditambahkan ke tanah untuk menyediakan unsur-unsur yang diperlukan tanaman. Pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik

PENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan sapi perah selain menghasilkan air susu juga menghasilkan limbah. Limbah tersebut sebagian besar terdiri atas limbah ternak berupa limbah padat (feses) dan limbah

Lebih terperinci

PENGUJIAN PUPUK TULANG AYAM SEBAGAI BAHAN AMELIORASI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SORGHUM DAN SIFAT- SIFAT KIMIA TANAH PODZOLIK MERAH KUNING PEKANBARU

PENGUJIAN PUPUK TULANG AYAM SEBAGAI BAHAN AMELIORASI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SORGHUM DAN SIFAT- SIFAT KIMIA TANAH PODZOLIK MERAH KUNING PEKANBARU PENGUJIAN PUPUK TULANG AYAM SEBAGAI BAHAN AMELIORASI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SORGHUM DAN SIFAT- SIFAT KIMIA TANAH PODZOLIK MERAH KUNING PEKANBARU Oleh : Sri Utami Lestari dan Azwin ABSTRAK Pemilihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Air limbah dari proses pengolahan kelapa sawit dapat mencemari perairan karena kandungan zat organiknya tinggi, tingkat keasaman yang rendah, dan mengandung unsur hara

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) ABSTRAK Noverita S.V. Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Sisingamangaraja-XII Medan Penelitian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk),

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk), II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Selada Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk), khususnya dalam bentuk daunnya. Daun selada bentuknya bulat panjang, daun sering berjumlah

Lebih terperinci

STUDI PEMANFAATAN LUMPUR IPAL PT. KELOLA MINA LAUT UNTUK PUPUK TANAMAN

STUDI PEMANFAATAN LUMPUR IPAL PT. KELOLA MINA LAUT UNTUK PUPUK TANAMAN STUDI PEMANFAATAN LUMPUR IPAL PT. KELOLA MINA LAUT UNTUK PUPUK TANAMAN Oleh : Galuh Paramita Astuty 3307.100.008 Dosen Pembimbing: Dr. Ir. Nieke Karnaningroem, M.Sc Jurusan Teknik Lingkungan FTSP-ITS Surabaya

Lebih terperinci

Nur Rahmah Fithriyah

Nur Rahmah Fithriyah Nur Rahmah Fithriyah 3307 100 074 Mengandung Limbah tahu penyebab pencemaran Bahan Organik Tinggi elon Kangkung cabai Pupuk Cair Untuk mengidentifikasi besar kandungan unsur hara N, P, K dan ph yang terdapat

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Oleh: Angga Wisnu H Endy Wisaksono P Dosen Pembimbing :

SKRIPSI. Disusun Oleh: Angga Wisnu H Endy Wisaksono P Dosen Pembimbing : SKRIPSI Pengaruh Mikroorganisme Azotobacter chrococcum dan Bacillus megaterium Terhadap Pembuatan Kompos Limbah Padat Digester Biogas dari Enceng Gondok (Eichornia Crassipes) Disusun Oleh: Angga Wisnu

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 11 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 2 lokasi penelitian yang digunakan yaitu Harapan dan Inalahi yang terbagi menjadi 4 plot pengamatan terdapat 4 jenis tanaman

Lebih terperinci

Laboratorium Teknik Analisis Radiometri Dan Spektrometri Serapan Atom Pusat Teknologi Nuklir Bahan Dan Radiometri

Laboratorium Teknik Analisis Radiometri Dan Spektrometri Serapan Atom Pusat Teknologi Nuklir Bahan Dan Radiometri Laboratorium Teknik Analisis Radiometri Dan Spektrometri Serapan Atom Pusat Teknologi Nuklir Bahan Dan Radiometri Laboratorium Teknik Analisis Radiometri (TAR) merupakan salah satu laboratorium Badan Tenaga

Lebih terperinci

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA UNSUR HARA MAKRO UTAMA N P K NITROGEN Phosfat Kalium UNSUR HARA MAKRO SEKUNDER Ca Mg S Kalsium Magnesium Sulfur

Lebih terperinci

LAB TEKNIK AANC(Analisis Aktivasi Neutron Cepat) Darsono Bachrun Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan

LAB TEKNIK AANC(Analisis Aktivasi Neutron Cepat) Darsono Bachrun Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan LAB TEKNK AANC(Analisis Aktivasi Neutron Cepat) Darsono Bachrun Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan Pendahuluan Kebutuhan peralatan analisis unsur dalam suatu sampel yang dapat memberikan hasil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai prospek cerah untuk dapat dikembangkan. Cabai dimanfaatkan oleh masyarakat dalam kehidupan

Lebih terperinci

Pengaruh Nutrisi Terhadap Pertumbuhan Tanaman

Pengaruh Nutrisi Terhadap Pertumbuhan Tanaman Pengaruh Nutrisi Terhadap Pertumbuhan Tanaman A. Tujuan Mengetahui pengaruh nutrisi terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. B. Dasar Teori Pertumbuhan adalah perubahan biologis yang dipengaruhi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk

Lebih terperinci

TEKNIK AKTIVASI NEUTRON (AAN) UNTUK PENENTUAN EFISIENSI PEMUPUKAN TANAMAN DI LAHAN PASIR PANTAI SAMAS BANTUL

TEKNIK AKTIVASI NEUTRON (AAN) UNTUK PENENTUAN EFISIENSI PEMUPUKAN TANAMAN DI LAHAN PASIR PANTAI SAMAS BANTUL TEKNIK AKTIVASI NEUTRON (AAN) UNTUK PENENTUAN EFISIENSI PEMUPUKAN TANAMAN DI LAHAN PASIR PANTAI SAMAS BANTUL SUNARDI, Y. SARDJONO Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan-BATAN Jl. Babarsari Kotak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman tumbuhtumbuhan,

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman tumbuhtumbuhan, 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman tumbuhtumbuhan, diantaranya tanaman buah, tanaman hias dan tanaman sayur-sayuran. Keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman sawi (Brassica juncea, L.) merupakan jenis sayuran yang banyak digemari oleh masyarakat. Sawi mengandung kalori sebesar 22,0 kalori selain itu juga mengandung

Lebih terperinci