Laporan Kinerja (LKj) Tahun (LKj) PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 1

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Laporan Kinerja (LKj) Tahun (LKj) PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 1"

Transkripsi

1 (LKj) PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2015 Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 1

2 KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) ini disusun sebagai salah satu wujud pertanggungjawaban tugas pokok dan fungsi serta kewenangan Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2014, yang memuat visi, misi, tujuan, sasaran, strategi serta cara pencapaian tujuan dan sasaran yang mengacu pada Renstra Tahun Penilaian pencapaian kinerja pada laporan ini menitikberatkan pada capaian kinerja pembangunan ketahanan pangan yang tentunya disesuaikan dengan tugas pokok dan fungsi serta kewenangan Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur. Akhirnya, semoga Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur Tahun 2014 ini dapat memberikan gambaran secara kongkrit mengenai kinerja pembangunan ketahanan pangan di Jawa Timur. Surabaya, Februari 2015 Plt. Kepala Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur Ir. LENA WAHYU MARWATI, MMA. PembinaTk. I NIP Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 2

3 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya mewujudkan pemantapan ketahanan pangan merupakan tanggungjawab pemerintah dengan masyarakat sesuai amanat UU No. 18 tahun 2012 yang menyatakan bahwa Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama dan pemenuhannya merupakan bagian dari hak asasi manusia yang dijamin di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Negara berkewajiban mewujudkan ketersediaan, keterjangkauan, dan pemenuhan konsumsi Pangan yang cukup, aman, bermutu, dan bergizi seimbang, baik pada tingkat nasional maupun daerah hingga perseorangan secara merata di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sepanjang waktu dengan memanfaatkan sumber daya, kelembagaan, dan budaya lokal. Pemerintah berkewajiban menyelenggarakanpengaturan, pembinaan, pengendalian dan pengamanan ketersediaan pangan yang cukup dalam hal : jumlah dan mutunya, aman, beragam, bergizi, aman, merata dan terjangkau oleh daya beli masyarakat. Sedangkan masyarakat mempunyai peran serta dalam penyelenggaraan produksi, perdagangan, distribusi dan cadangan pangan masyarakat, serta pencegahan maupun penanggulangan masalah pangan. Pemenuhan hak atas pangan dicerminkan pada definisi ketahanan pangan yaitu : kondisi terpenuhinya Pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya Pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan. Definisi ketahanan pangan ini secara luas, diartikan bahwa : (1) terpenuhinya pangan dengan kondisi ketersediaan yang cukup, yang diartikan dengan ketersediaan pangan dalam arti luas, mencakup pangan yang berasal dari tanaman, ternak, dan ikan untuk memenuhi Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 3

4 kebutuhan atas karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral serta turunannya, yang bermanfaat bagi pertumbuhan kesehatan manusia, (2) terpenuhinya pangan dengan kondisi yang aman, diartikan bebas dari cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia, serta aman dari kaidah agama, (3) terpenuhinya pangan dengan kondisi yang merata, yang diartikan bahwa pangan harus tersedia setiap saat dan merata di seluruh tanah air, (4) terpenuhinya pangan dengan kondisi terjangkau, yang diartikan pangan mudah diperoleh rumah tangga dengan harga yang terjangkau. Pembangunan ketahanan pangan di wilayah Jawa Timur harus dipandang sebagai bagian tidak terlepaskan dari wawasan ketahanan pangan nasional. Jawa Timur sebagai wilayah yang surplus pangan telah menjadi tolok ukur keberhasilan ketahanan Pangan nasional. Oleh karena itu pemerintah Jawa Timur harus terus berupaya memacu pembangunan ketahanan pangan melalui program program yang benar-benar mampu memperkokoh ketahanan pangan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ketahanan pangan yang berdimensi pembangunan Jawa Timur secara menyeluruh akan dapat terlaksana dengan efektif manakala memiliki arah yang jelas dan terukur kinerjanya. Programprogram dalam rangka pembangunan ketahanan pangan harus terpadu (integrated), terukur keberhasilannya (measureable) dan berkesinambungan (sustainability). Dengan demikian setiap pelaksanaan program-program pembangunan dalam rangka ketahanan pangan dapat diarahkan dengan benar, dapat dipantau perkembangannya dan selanjutnya dapat dievaluasi keberhasilannya. Pemerintah Provinsi Jawa Timur dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dengan agenda revitalisasi pertanian yang dijabarkan melalui program prioritas Peningkatan Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 4

5 Ketahanan Pangan bertujuan memfasilitasi peningkatan dan keberlanjutan ketahanan pangan sampai ke tingkat rumah tangga Landasan hukum Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur merupakan unsur pelaksana otonomi daerah yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah di bidang Ketahanan Pangan, sesuai Perda nomor 10 Tahun 2008 tanggal 20 Agustus 2008, yang dituangkan dalam Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor: 107 Tahun 2008 tanggal 25 Agustus 2008 tentang Uraian Tugas Sekretariat, Bidang, Sub Bagian, Sub Bidang Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur. Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) didasarkan pada : - Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara; - Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara; - Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; - Undang-undang No. 18 Tahun 2012 Tentang Pangan. - Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 Tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah; - Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah; - Surat Keputusan MENPAN Nomor: KEP-135/M.PAN/2004 tentang Pedoman Umum Evaluasi Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah; - Peraturan MENPAN Nomor 9 Tahun 2007 tentang Indikator Kinerja Utama; - Peraturan MENPAN Nomor 19 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan Indikator Kinerja Utama; - Peraturan MENPAN Nomor 20 Tahun 2009 tentang Pedoman Evaluasi Kinerja Organisasi; Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 5

6 - Peraturan MENPAN Nomor 13 Tahun 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Evaluasi Akuntabilitas Kinerja; - Peraturan MENPAN Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja. - Permentan No. 65/OT.140/12/2010 Tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Ketahanan Pangan Provinsi dan Kabupaten/Kota Tujuan Tujuan disusunnya laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah tahun 2013 adalah sebagai berikut. - Memantau dan mengendalikan pencapaian kinerja program/kegiatan dan sasaran; - Melaporkan capaian realisasi kinerja dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah; - Menilai keberhasilan organisasi; - Sebagai pertanggung jawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi Gambaran Umum Badan Ketahanan Pangan Tugas pokok dan fungsi Badan Ketahanan Pangan Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur merupakan unsur pelaksana otonomi daerah yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah di bidang Ketahanan Pangan, Berdasarkan Peraturan daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 10 tahun 2008 pasal 20 tentang organisasi dan tata kerja inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan lembaga teknis daerah provinsi Jawa Timur, Badan Ketahanan Pangan mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik di bidang peningkatan ketahanan pangan serta melaksanakan ketatausahaan Badan Ketahanan Pangan propinsi Jawa Timur. Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 6

7 Sedangkan fungsi Badan Ketahanan Pangan propinsi Jawa Timur mempunyai fungsi koordinasi dan sinkronisasi dalam hal : 1. Penyusunan dan perumusan program serta rencana kegiatan kebijaksanaan teknis dalam bidang ketahanan pangan. 2. Pengidentifikasian ketersediaan dan konsumsi pangan serta pemantauan pengelolaan cadangan pangan. 3. Pemantauan, evaluasi dan pengelolaan distribusi pangan, terutama komoditas pangan strategis, serta merumuskan kebijakan lintas kabupaten/kota. 4. Pengendalian dan perumusan kebijakan harga komoditas pangan strategis. 5. Pengembangan penganekaragaman konsumsi pangan. 6. Pelaksanaan penyuluhan gerakan peningkatan mutu konsumsi pangan dan penganekaragaman pangan. 7. Pengawasan dan pengendalian sistem kewaspadaan pangan gizi serta norma dan standar harga pangan. 8. Pelaksanaan tugas-tugas ketata usahaan. Dalam melaksanakan tugas dan fungsi tersebut, menurut Peraturan Gubernur No. 107 tahun 2008 diuraikan dalam 4 bidang, yakni : 1. Sekretariat, mempunyai tugas merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan administrasi umum, kepegawaian, perlengkapan, penyusunan program dan keuangan 2. Bidang Ketersediaan dan Cadangan Pangan, mempunyai tugas merencanakan, melaksanakan dan menyiapkan bahan koordinasi kegiatan ketersediaan dan cadangan pangan, dan mempunyai fungsi pelaksanaan : (a) penyusunan rencana teknis dibidang ketersediaan dan cadangan pangan, (b) identifikasi ketersediaan dan keragaman produk pangan, (c) koordinasi pencegahaan dan pengendalian masalah pangan sebagai akibat menurunnya ketersediaan pangan karena berbagai sebab, (d) koordinasi, pengembangan dan pengaturan Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 7

8 cadangan pangan pemerintah dan masyarakat, (e) koordinasi, pembinaan dan pengendalian cadangan pangan masyarakat. 3. Bidang Distribusi dan Akses Pangan, mempunyai tugas merencanakan melaksanakan dan menyiapkan bahan koordinasi kegiatan pengembangan akses pangan dan pengendalian harga pangan, mempunyai fungsi pelaksanaan : (a) penyusunan rencana teknis dibidang distribusi pangan, (b) identifikasi infrastruktur distribusi pangan provinsi, (c) koordinasi pengembangan infrastruktur distribusi pangan provinsi, (d) koordinasi pemantauan dan kerjasama dengan instansi terkait alam distribusi pangan, (e) koordinasi pencegahan penurunan dan peningkatan akses pangan masyarakat, (f) koordinasi pengembangan informasi dan pengendalian harga pangan, (g) fasilitasi pengembangan jaringan pasar bahan pangan wilayah. 4. Bidang Penganekaragaman dan Konsumsi Pangan, mempunyai tugas merencanakan, melaksanakan dan menyiapkan bahan koordinasi kegiatan penganekaragaman dan konsumsi pangan, mempunyai fungsi pelaksanaan : (a) penyusunan rencana teknis dibidang penganekaragaman dan konsumsi pangan, (b) koordinasi untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam penganekaragaman dan konsumsi pangan, (c) penyusunan rencana pengembangan jenis pangan alternatif dan pangan lokal berdasarkan potensi wilayah, (d) pembinaan peningkatan mutu konsumsi masyarakat menuju gizi seimbang berbasis bahan baku lokal, (e) fasilitasi terhadap pengembangan usaha kelembagaan penganekaragaman pangan. 5. Bidang Kewaspadaan Pangan, mempunyai tugas merencanakan melaksanakan dan menyiapkan bahan koordinasi pengendalian penanggulangan kerawanan dan keamanan pangan, mempunyai fungsi pelaksanaan : (a) penyusunan rencana teknis dibidang kewaspadaan pangan, (b) koordinasi pencegahan dan penanggulangan kerawanan pangan provinsi, (c) perumusan rencana pengkajian dan analisis, Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 8

9 pengembangan, pemantauan dan pemantapan keamanan pangan, (d) koordinasi pengembangan, pemantauan dan pengendalian keamanan pangan, (e) fsilitasi terhadap pengembangan usaha kelembagaan pangan. Dalam melaksanakan tugas tersebut diatas, Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur mempunyai Struktur Organisasi sebagai berikut : 1. Kepala Badan Ketahanan Pangan. 2. Sekretariat, membawahi : a. Sub Bagian Tata Usaha b. Sub Bagian Penyusunan Progam c. Sub Bagian Keuangan. 3. Bidang Ketersediaan dan Cadangan Pangan, membawahi ; a. Sub Bidang Ketersediaan Pangan b. Sub Bidang Cadangan Pangan. 4. Bidang Distribusi Pangan, membawahi : a. Sub Bidang Akses Pangan b. Sub Bidang Pengendalian Harga. 5. Bidang Penganekaragaman dan Konsumsi Pangan, membawahi : a. Sub Bidang Penganekaragaman Pangan b. Sub Bidang Konsumsi Pangan 6. Bidang Kewaspadaan Pangan, membawahi : a. Sub Bidang Kerawanan Pangan b. Sub Bidang Keamanan Pangan 7. UPT Badan Kelompok Jabatan Fungsional. Sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor : 10 Tahun 2008 jumlah aparat yang menduduki jabatan pada Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur sebanyak 17 orang pejabat Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 9

10 struktural sebagaiberikut : dan 4 orang pejabat fungsional dengan struktur organisasi Struktur Organisasi Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur KEPALA BADAN KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL SEKRETARIAT SUB BAGIAN TATA USAHA SUB BAGIAN PENYUSUNAN PROGRAM SUB BAGIAN KEUANGAN BIDANG KETERSEDIAAN DAN CADANGAN PANGAN BIDANG DISTRIBUSI PANGAN BIDANG PENGANEKARAGAMAN & KONSUMSI PANGAN BIDANG KEWASPADAAN PANGAN SUB BIDANG KONSUMSI PANGAN SUB BIDANG KETERSEDIAANPANG AN SUB BIDANG AKSES PANGAN SUB BIDANG PENGANEKARAGAMAN PANGAN SUB BIDANG KERAWANAN PANGAN SUB BIDANG CADANGAN PANGAN SUB BIDANG PENGENDALIAN HARGA SUB BIDANG KEAMANANPANGAN U P T B Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 10

11 c.kekuatan sumberdaya. Kondisi Sumberdaya Manusia BKP Provinsi Jawa Timur. Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur memiliki pegawai/personil PNS sebanyak 124 orang, terdiri dari : Pegawai yang bertugas di Kantor Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur sebanyak 108 orang. Petugas Penyuluh Pertanian, Perkebunan, Perikanan dan Kehutanan sebanyak 16 orang. Selain pegawai/personil PNS tersebut di atas juga dibantu oleh Pegawai Tidak Tetap sebanyak 12 orang Berdasarkan Golongan/Pangkat,pegawai Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur terdiri dari: - Pegawai golongan IV sebanyak 32 orang atau 26,3% dari jumlah keseluruhan pegawai; - Pegawai dengan golongan III sebanyak 65 orang atau 53,3% dari jumlah pegawai; - Pegawai golongan II sebanyak 23 orang (18,8%); - Pegawai golongan I sebanyak 2 orang (1,6%). Tabel 1. Pegawai BKP Provinsi Jawa Timur Berdasarkan Golongan/Pangkat Golongan/Pangkat A B C D Jumlah IV III II I Jumlah 124 Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 11

12 Berdasarkan Tingkat Pendidikan terakhir yang berhasil diselesaikan, pegawai Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur lebih didominasi (40,98%) oleh pegawai dengan tingkat pendidikan S-1 (Sarjana), kemudian S-2 (27,87%), SLTA (27,05%), D-3 (1,64%) dansd (0,82%). Dari komposisi ini dapat dilihat bahwa pegawai Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur yang berpendidikan S-1 cukup banyak, hal ini dimungkinkan karena banyak pegawai yang berpendidikan D-3 dan SLTA yang telah meneruskan pendidikannya ke jenjang perguruan tinggi. - Institusi Ketahanan Pangan di 38 Kabupaten/Kota dengan rincian : Badan 14 Institusi, Kantor 19 Institusi, lain-lain (subdin, bidang) 5 institusi. - Dewan Ketahanan Pangan sebagai penyusun kebijakan ketahanan pangan di Jawa Timur. - Kelompok lumbung yang diberdayakan sebanyak Lumbung. - Pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) 1.413desa. - Lembaga pembeli gabah/pangan lain424 lembaga, Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat yang diberdayakan sebanyak 152 Gapoktan. - Percepatan Penganekaragaman konsumsi pangan di 38 kab./kota. Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 12

13 1.5. Sistematika Laporan. Sistematika penyajian Laporan Akuntabilitas Kinerja Instasi Pemerintah (LAKIP)Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur Tahun 2014 adalah sebagai berikut : a. Ikhtisar Eksekutif. Bagian ini menguraikan secara singkat tentang tujuan dan sasaran yang akan dicapai beserta hasil capaian, kendala-kendala yang dihadapi dalam mencapai tujuan dan sasaran, langkah-langkah yang diambil, serta langkah antisipatifnya. b. Bab I. Pendahuluan Bagian ini menguraikan latar belakang, landasan hukum, tujuan, peran strategis, kekuatan sumber daya, tugas, fungsi dan struktur organisasi, peran strategis, kekuatan sumber daya serta sistematika laporan. c. Bab II. Rencana Strategis. Bagian ini menguraikan tentang Rencana Strategis dan Penetapan/Perjanjian Kinerja Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur Tahun d. Bab III. Akuntabilitas Kinerja Bagian ini menguraikan tentang visi-misi, pengukuran, sasaran dan akuntabilitas pencapaian sasaran strategis, Indikator Kinerja Utama dan Realisasi Kinerja Keuangan Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur Tahun e. Bab IV. Penutup Bagian ini menguraikan tentang keberhasilan dan kegagalan pencapaian sasaran yang telah ditetapkan, permasalahan dan kendala, serta strategi pemecahannya untuk tahun mendatang. Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 13

14 II PERENCANAAN KINERJA Dalam melaksanakan pembangunan ketahanan pangan tahun 2014, Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur mengacu pada Rencana Strategis Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur tahun , dimana didalamnya terdapat visi, misi, moto, tujuan, sasaran dan strategi kebijakan yang dilaksanakan 5 tahun yang dijabarkan dalam program dan kegiatan V I S I Menuju masyarakat Jawa Timur Tahan Pangan. Pengertian yang terkandung dalam Visi ini adalah : Sasaran pembangunan ketahanan pangan adalah masyarakat Jawa Timur, sehingga masyarakat jawa timur tahan pangan artinya mampu mengakses pangan setiap saat dalam jumlah yang cukup, beragam, bergizi seimbang dan aman M I S I Dalam rangka untuk mencapai visi tersebut ditetapkan misi Badan Ketahanan Pangan yaitu : Memantapkan dan mengembangkan ketersediaan, distribusi, dan konsumsi pangan berbasis sumberdaya lokal, serta mengantisipasi dan penanganan daerah rawan pangan M O T T O Panganku Beragam, Bergizi Seimbang, Aman dan Bekualitas. Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 14

15 2.4. T U J U A N Sebagai implementasi atau penjabaran dari misi Badan Ketahanan Pangan ditetapkan tujuan yang ingin dicapai atau dihasilkan dalam kurun waktu tertentu dalam pembangunan ketahanan pangan serta menggambarkan arah strategi organisasi, perbaikan-perbaikan yang akan dicapai dalam tugas dan fungsi, serta meletakkan kerangka prioritas untuk lebih fokus pada program dan kegiatan yang dilaksanakan. Sesuai Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor : PER/9/M.PAN/5/2007 tentang pedoman umum penetapan Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Instansi Pemerintah, maka Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur menetapkan Tujuan, Sasaran dan Indikator Kinerja Utama yang ingin dicapai selama kurun waktu 5 (lima) tahun adalah sebagai berikut : Tujuan Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur adalah sebagai berikut : 1) Memantapkan dan mengembangkan ketersediaan, Distribusi dan Konsumsi Pangan berbasis sumberdaya lokal dan; 2) Mengantisipasi dan penanganan daerah rawan pangan. Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan tersebut diatas sesuai dengan Rencana Strategis Badan Ketahanan Pangan maka disusun sasaran strategis sebagai berikut : Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 15

16 TUJUAN 1 : Memantapkan dan mengembangkan ketersediaan, Distribusi dan Konsumsi Pangan berbasis sumberdaya lokal. dengan sasaran yang ingin dicapai antara lain adalah : a) Meningkatnya ketersediaan pangan berbasis kemandirian untuk mempertahankan ketersediaan energi perkapita minimal kilo kalori/hari, dan penyediaan protein per-kapita minimal 63 gram/hari dengan Indikator Kinerja Utama yaitu :(a) % Peningkatan ketersediaan pangan (beras) dengan target ton, (b) Jumlah Cadangan Pangan Pemerintah (Beras) 200 Ton. b) Stabilisasi harga komoditas pangan pokok pada saat panen raya minimal sama/diatas Harga Pembelian Pemerintah (HPP), dengan Coefisien Variasi (CV) 10% dari HPP, dengan Indikator Kinerja Utama sebagai berikut : 1. Ratio Harga Pembelian Gabah Kering Panen (GKP) terhadap HPP. 2. Ratio Harga Pembelian Gabah Kering Giling (GKG) terhadap HPP. c) Meningkatnya kualitas konsumsi dan keamanan pangan masyarakat yang diindikasikan dengan peningkatan skor Pola Pangan Harapan (PPH) mencapai kondisi ideal sebesar 95 pada tahun Dengan Indikator Kinerja Utama sebagai berikut : 1. Peningkatan Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Hasil Susenas. 2. % Sample pangan yang aman dikonsumsi. TUJUAN 2 :Mengantisipasi dan Penangan daerah rawan pangan. dengan sasaran yang ingin dicapai antara lain adalah : a). Terimplementasikannya Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) untuk mengantipasi kerawanan pangan, dan b). Turunnya jumlah penduduk rawan pangan menimal 1% pertahun khususnya prevalensi penduduk sangat rawan pangan. Dalam mencapai sasaran tersebut, melalui strategi pengembangan Informasi Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) dan Meningkatkan skses ekonomi masyarakat terhadap pangan melalui peningkatan daya beli Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 16

17 masyarakat, dengan Indikator Kinerja Utama : % Penurunan penduduk rawan pangan PROGRAM/KEGIATAN Dalam rangka pencapaian sasaran tersebut maka pada tahun 2014, Badan Ketahanan Pangan didukung melalui Anggaran Pembangunan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Jawa Timur dilaksanakan program/kegiatan prioritas sebagai berikut : 1. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran. 2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur. 3. Program Peningkatan Disiplin Aparatur. 4. Program Peningkatan Kapasitas Sumberdaya Aparatur. 5. Program Peningkatan Pembangunan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan. 6. Program Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Pemerintah Daerah. 7. Program Peningkatan Kesejahteraan Petani. 8. Program Peningkatan Ketahanan Pangan (Pertanian/Perkebunan). 9. Program Pemberdayaan Penyuluh Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan Perikanan. 10. Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian, Perkebunan dan Peternakan. 11. Program Pengembangan Kawasan Agropolitan 12. Program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/ Perkebunan/Peternakan PENETAPAN KINERJA/PERJANJIAN KINERJA Penetapan/Perjanjian Kinerja merupakan pelaksanaan Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004 tentang percepatan pemberantasan korupsi, dan sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010, dokumen Penetapan Kinerja/Perjanjian Kinerja merupakan suatu dokumen pernyataan kinerja/kesepakatan kinerja/perjanjian kinerja antara atasan dan bawahan Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 17

18 untuk mewujudkan target kinerja tertentu berdasarkan pada sumber daya yang dimiliki oleh Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur. Untuk menjamin tercapaianya sasaran dan target secara optimal dan tepat waktu, visi dan misi Badan Ketahanan Pangan harus menjadi acuan sekaligus landasan penyusunan strategi. Dari visi dan misi tersebut kemudian dirumuskan sasaran strategis.sasaran Strategis Badan Ketahanan Pangan Tahun 2014 telah ditetapkan dan dikelompokkan sebagaimana tertuang dalam Matriks Rencana Strategis (RENSTRA) Tahun Rencana Strategis Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur memuat 6 (enam) Sasaran strategis sebagai berikut : 1. Meningkatnya produksi pangan berbasis kemandirian untuk mempertahankan ketersediaan energi perkapita minimal Kilokalori/hari, dan penyediaan protein perkapita minimal 63 gram/hari (WNPG ke X Tahun 2012). 2. Tersedianya cadangan pangan pemerintah untuk kondisi darurat karena bencana alam dengan cadangan minimal 3 bulan dan berkembangnya cadangan pangan masyarakat. 3. Stabilnya harga komoditas pangan strategis yang ditandai perbedaan harga maksimum 10 persen antara musim panen dan non panen. 4. Meningkatnya konsumsi pangan perkapita untuk memenuhi kebutuhan gizi seimbang dengan kecukupan energi minimal kkal/hari dan protein sebesar 57 gram/hari dan cukup zat gizi mikro, serta meningkatkan keragaman konsumsi pangan. 5. Terimplementasikannya dengan baik Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi pada setiap kabupaten/kota pada tahun untuk mengantisipasi kerawanan pangan dan keamanan pangan. 6. Turunnya jumlah penduduk rawan pangan minimal 1,5 persen per tahun khususnya prevalensi penduduk sangat rawan pangan. Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 18

19 Penetapan Kinerja merupakan dokumen untuk mewujudkan Target Kinerja pelaksanaan kegiatan yang berdasarkan sumberdaya yang ada pada Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur sebagaimana pada tabel dibawah ini. 1. Memantapkan dan Mengembangkan Ketersediaan, Distribusi dan Konsumsi berbasis sumberdayalokal Tabel 2. Penetapan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur Tahun VISI Menuju masyarakat Jawa Timur Tahan Pangan. MISI Memantapkan dan mengembangkan ketersediaan, distribusi, dan konsumsi pangan berbasis sumberdaya lokal, serta mengantisipasi dan penanganan daerah rawan pangan. TUJUAN SASARAN INDIKATOR KINERJA TARGET 1. Meningkatnya 3 % Ketersediaan Pangan. 2. Stabilisasi Harga Pangan Pokok. 3. Peningkatan Kualitas Konsumsi & Keamanan Pangan - % Peningkatan Ketersediaan Pangan Pokok. - Jumlah Ketersediaan Pangan. - Jumlah Cadangan Pangan Pemerintah Provinsi Ton 120 Ton Ratio Harga Pembelian GKP & GKG terhadap HPP - Harga GKP - Harga GKG Rp /Kg Rp /Kg - Meningkatnya - Skor PPH kualitas 82,2 konsumsi pangan berbasis Pola Pangan Harapan (PPH) - % Sample Pangan yang - 75 % aman dikonsumsi 2. Mengantisipasi dan penanganan daerah rawan pangan Penanganan Daerah Rawan Pangan % Penurunan penduduk rawan pangan 1,50% Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 19

20 III AKUNTABILITAS KINERJA 3.1. PENGUKURAN KINERJA Berdasarkan Indikator Kinerja Utama (IKU) Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur sesuai dengan RPJMD , Pengukuran kinerja adalah dasar yang digunakan untuk menilai keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi dan misi instansi pemerintah yaitu : (1). Meningkatnya ketersediaan pangan berbasis kemandirian untuk mempertahankan ketersediaan energi perkapita minimal kilo kalori/hari, dan penyediaan protein per kapita minimal 63 gram/hari, (2). Stabilnya harga komoditas pangan pokok berkisar antara 10% 25% dari harga normal, (3). Peningkatan kualitas konsumsi dan keamanan pangan masyarakat per-kapita yang ditunjukkan dengan skor Pola Pangan Harapan (PPH) mencapai kondisi ideal sebesar 95 pada Tahun 2015 dan Meningkatnya kualitas keamanan pangan segar, (4). Penanganan daerah rawan pangan. Capaian kinerja masing-masing sasaran dan indikator dapat diilustrasikan sebagaimana ditampilkan pada tabel pengukuran kinerja strategis Badan Ketahanan Pangan tahun 2014 dibawah ini : Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 20

21 VISI MISI Tabel 3. Pengukuran Kinerja Strategis Badan Ketahanan Pangan Tahun 2014 Menuju masyarakat Jawa Timur Tahan Pangan. Memantapkan dan mengembangkan ketersediaan, distribusi, dan konsumsi pangan berbasis sumberdaya lokal, serta mengantisipasi dan penanganan daerah rawan pangan. TUJUAN SASARAN INDIKATOR KINERJA 1.Memantapkan dan Mengembangk an Ketersediaan, Distribusi dan Konsumsi berbasis sumberdaya lokal 1.Meningkatnya Ketersediaan Pangan. 2. Stabilisasi Harga Pangan Pokok. % Peningkatan Ketersediaan Pangan Pokok. Jumlah Ketersediaan Pangan Jumlah Cadangan Pangan Pemerintah Provinsi Stabilisasi Harga Pangan Pokok Pada saat Panen terhadap HPP - % Harga GKP - % Harga GKG % % SATUAN TARGET REALS CAPIAN % % 3 % 2.15% 71,67 Ton ,13 Ton ,93 155,78 Rp /Kg Rp /Kg Rp Rp ,22 109,04 3. Meningkatnya Kualitas Konsumsi & Keamanan Pangan - Meningkatnya kualitas konsumsi pangan berbasis Pola Pangan Harapan (PPH) - % Sample pangan yang dikonsumsi Skor % 82, ,6 87,13 99,51 116,17 2. Mengantisipasi dan penanganan daerah rawan pangan Penanganan Daerah Rawan Pangan % Penurunan Penduduk rawan pangan % 1,50 1,62 108,00 Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 21

22 3.2. EVALUASI KINERJA Evaluasi kinerja dilakukan terhadap pencapaian setiap indikator kinerja kegiatan untuk memberikan penjelasan lebih lanjut tentang hal-hal yang mendukung keberhasilan atau kegagalan dalam pelaksanaan suatu program atau kegiatan dengan membandingkan prosentase capaian Indikator Kinerja Utama pada tahun 2014 dengan tahun sebelumnya. Evaluasi bertujuan agar diketahui pencapaian realisasi, kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam rangka pencapaian misi, agar dapat dinilai dan dipelajari guna perbaikan pelaksanaan program atau kegiatan di masa yang akan datang. Adapun hasil evaluasi kinerja dari Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur pada tahun 2014 dapat dijelaskan sebagai berikut : TUJUAN 1 SASARAN 1 INDIKATOR KINERJA % Peningkatan Ketersediaan Pangan Pokok Jumlah Ketersediaan Pangan Jumlah Cadangan Pangan Pemerintah Memantapkan dan Mengembangkan Ketersediaan, Distribusi, Konsumsi Pangan berbasis sumberdaya lokal. Meningkatnya Ketersediaan Pangan Target Capaian/Realisasi Capaia n % 3,00 % 3,42 (6,12) 15,44 7,4 2,15 71, Ton )* 96, Ton , Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 22

23 KETERSEDIAAN PANGAN Catatan : )* = Angka Ramalan II Keberhasilan sasaran strategis ketersediaan pangan ini diukur melalui indikator kinerja yaitu jumlah ketersediaan pangan (Beras) ARAM II sebesar Ton dari sasaran/target Ton dan Cadangan Pangan Pemerintah Provinsi sebesar 186,38 Ton dari target 120 Ton di mana dalam upaya pencapaiannya didukung oleh 1 (satu) program yaitu Program Peningkatan Ketahanan Pangan. Ketersedian pangan pokok Provinsi Jawa Timur Tahun dapat terlihat pada tabel berikut : Tabel 4.Kondisi Ketersediaan Pangan Provinsi Jawa Timur Tahun No. Komoditas/Pangan *) - Ketersediaan Beras - Konsumsi Surplus Ketersediaan Jagung - Konsumsi Surplus Ketersediaan Kedelai - Konsumsi Surplus ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) 4. Kacang Tanah - Ketersediaan Konsumsi Surplus Kacang Hijau - Ketersediaan Konsumsi Surplus Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 23

24 No. Komoditas/Pangan *) - Ketersediaan Ubi Kayu - Konsumsi Surplus Ketersediaan Ubi Jalar - Konsumsi Surplus Ketersediaan Daging - Konsumsi Surplus (26.661) Ketersediaan Telur - Konsumsi Surplus (1.382) Ketersediaan Susu - Konsumsi Surplus Ketersediaan Ikan - Konsumsi Surplus Ketersediaan 12. Gula - Konsumsi Surplus Jumlah Penduduk *) Angka Ramalan II Sumber : Data diolah BKP Jatim Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 24

25 Ketersediaan pangan berfungsi menjamin pasokan pangan untuk memenuhi kebutuhan penduduk dari segi kuantitas dan kualitas keragaman dan keamanannya. Ketersediaan pangan dapat dipenuhi dari 3 sumber yaitu : 1) produksi dalam negeri; 2) pemasokan pangan; 3) pengelolaan cadangan pangan. Ketersediaan pangan dapat diamati pada berbagai tingkatan mencakup rumah tangga, regional (kab/kota, provinsi) dan nasional. Namun demikian, penyediaan yang sesuai dengan kebutuhan gizi penduduk baik jumlah maupun mutunya merupakan masalah terbesar sepanjang sejarah kehidupan. Situasi ketersediaan pangan wilayah antara lain tercermin dari jumlah ketersediaan pangan, yang digambarkan dari ketersediaan pangan maupun mutu keanekaragaman ketersediaan pangan yang digambarkan oleh skor Pola Pangan Harapan (PPH). Situasi ketersediaan pangan tersebut dapat digunakan sebagai salah satu acuan dalam perencanaan kebijakan penyediaan kebutuhan pangan dan gizi penduduk menuju kemandirian dan kestabilan pangan. Berdasarkan angka sasaran data produksi pangan Jawa Timur Tahun 2014 (Aram II), kita telah mengalami surplus beras sebesar ton; jagung surplus ton; daging surplus ton; telur surplus ton. Situasi ketersediaan total energi untuk dikonsumsi penduduk Jawa Timur pada tahun 2014 sebesar kkal/kap/hr atau 149,54% dari Angka Kecukupan Energi (AKE) 2400 kkal/kap/hr (Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi 2012). Ketersediaan energi tahun 2014 didominasi oleh pangan nabati 96,91% sedangkan pangan hewani 3,09%. Apabila dibandingkan dengan AKE tahun 2012 terjadi penurunan sebesar 967 kkal/kap/hr (21,22%). Ketersediaan energi penduduk Jawa Timur tahun dapat digambarkan sbb : Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 25

26 Tabel 5. Ketersediaan Energi Penduduk Jawa Timur Tahun No. 1 2 Uraian Proporsi Nabati Proporsi Hewani Kkal/kap/hr % Kkal/kap/hr % Kkal/kap/hr % Kkal/kap/hr % 4.426,85 97,06 4,397,98 96, ,00 96, ,00 96,91 134,14 2,94 3,46 3,46 111,00 3,09 111,00 3,09 Total 4.560, , , , Demikian juga total ketersediaan protein untuk di konsumsi penduduk Jawa Timur sebesar 99,40 gram/kap/hari atau 157,78% dari Angka Kecukupan Protein (AKP) 63 gram/kap/hr (Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi 2012). Ketersediaan protein tahun 2013 masih didominasi oleh pangan nabati 89,34% sedangkan pangan hewani 10,62%. Apabila dibandingkan dengan AKP tahun 2012 terjadi penurunan sebesar 14,23 gr/kap/hr (12,52%). Ketersediaan protein penduduk Jawa Timur tahun dapat disajikan pada tabel berikut : Tabel 6. Ketersediaan Protein Penduduk Jawa Timur Tahun No. 1 2 Uraian Gr/kap/hr % Gr/kap/hr % Gr/kap/hr % Gr/kap/hr % Proporsi Nabati 118,84 88,75 113,63 86,73 88,84 89,34 88,38 88,91 Proporsi Hewani 15, ,39 13,27 10,56 10,62 10,56 10,62 Total 133, , , , Dalam rangka untuk mendukung peningkatan ketersediaan pangan dan untuk mengantisipasi kondisi terjadinya daerah rawan pangan juga perlu adanya cadangan pangan disamping juga untuk memperkuat stabilisasi harga pangan pokok khususnya komoditi beras dan jagung. Dalam upaya untuk mendukung keberhasilan sasaran strategis ketersediaan pangan dilaksanakan kegiatan-kegiatan sebagai berikut : Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 26

27 1. Penguatan Cadangan Pangan Pemerintah. Cadangan pangan terdiri dari cadangan pangan pemerintah dan masyarakat. Cadangan pangan pemerintah terdiri dari pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota yang mencakup pangang tertentu yang bersifat pangan pokok. Cadangan pangan pemerintah khususnya beras dikelola oleh perum Bulog. Untuk cadangan pangan pemerintah daerah, termasuk cadangan pemerintah desa, diatur pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 30 Tahun 2008 tentang Cadangan Pangan Pemerintah Desa. Untuk cadangan pangan masyarakat meliputi rumah tangga, pedagang, dan industri pengolahan. Penyelenggaraan penguatan cadangan pangan pemerintah dapat dilakukan melalui pengembangan lumbung pangan masyarakat dan pemberdayaan masyarakat. Dengan kegiatan tersebut diharapkan masyarakat mampu memberdayakan lumbung pangan yang mandiri. Pencapaian Standar Pelayanan Minimal ketersediaan dan cadangan pangan dioperasionalkan melalui indikator penguatan cadangan pangan. Sesuai dengan pasal 4 Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor : 13 tahun 2014 tentang Cadangan Pangan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Timur bahwa Cadangan Pangan Pemerintah Provinsi sebanyak 200 ton beras dari alokasi yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Jawa Timur pada Badan Ketahanan Pangan. Tujuan Cadangan Pangan Pemerintah Provinsi : a. Meningkatkan penyediaan pangan bagi masyarakat miskin dan atau rawan pangan yang terkena rawan pangan transien serta untuk menjamin pasokan pangan yang stabil antar waktu dan antar daerah; b. Memenuhi kebutuhan pangan rumah tangga miskin dan atau rawan pangan yang mengalami keadaan darurat dan kerawanan pangan pasca bencana; c. Meningkatkan akses pangan rumah tangga miskin dan atau rawan pangan akibat gejolak harga. Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 27

28 Sedangkan sasarannya adalah : Rumah tangga miskin dan atau rawan pangan yang mengalami : a. Kerawanan pangan pasca bencana alam dan atau keadaan darurat; b. Gejolak harga bahan pangan pokok (beras); c. Rawan pangan transien, khususnya pada daerah terisolir dan atau dalam kondisi darurat karena bencana; d. Rawan pangan kronis karena kemiskinan. Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No. 65 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Ketahanan Pangan, Target Cadangan Pangan Pemerintah Provinsi Tahun 2015 sebesar 120 Ton. Tahun 2014 Cadangan Pangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Beras) sebesar ± 186,375 Ton dari Target 120 ton yang dibiayai dari APBD Provinsi Jawa Timur melalui Badan Ketahanan Pangan bekerjasama dengan Bulog Divre V Jawa Timur. Disamping itu Stok Beras per Nopember 2014 pada BULOG DIVRE JATIM sebesar Ton, sementara kebutuhan konsusmi beras perbulan sebesar ± Ton sehingga cukup untuk kosumsi selama 2 bulan kedepan. Memahami pentingnya cadangan pangan, pemerintah mengatur hal tersebut di dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang pangan, pengembangan cadangan pangan pemerintah di daerah mengacu kepada Pasal 27 ayat (3) yang menyatakan bahwa cadangan pemerintah daerah terdiri dari cadangan pangan pemerintah desa, cadangan pangan pemerintah kabupaten/kota dan cadangan pangan pemerintah provinsi. Sedangkan Pasal 30 ayat (1) menyatakan bahwa penyaluran cadangan pemerintah dilakukan untuk menanggulangi kekurangan pangan, gejolak harga pangan, bencana alam, bencana sosial dan atau menghadapi keadaan darurat. Pengembangan cadangan pangan pemerintah provinsi juga didasarkan kepada Peraturan Menteri Pertanian Nomor 65 tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Ketahanan Pangan Provinsi dan Kabupaten/ Kota. Standar Pelayanan Minimal tersebut mengamanatkan Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 28

29 bahwa pemerintah provinsi harus memiliki cadangan pangan di tingkat provinsi minimal sebesar 200 ton ekuivalen beras. Penyediaan Cadangan Pangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur bersumber dari alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Jawa Timur pada Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur sebesar Rp ,- Harga beras untuk Cadangan Pangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur adalah Rp ,69 per kg af gudang Bulog (Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia nomor : 94/PMK-02/2014 tentang Tata Cara Penyediaan, Perhitungan, Pencairan, dan Pertanggungjawaban Subsidi Beras bagi Masyarakat Berpendapatan Rendah), sehingga realisasi sebesar kg x Rp ,69 = Rp ,- 2. Pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat. Sebagaimana tertuang dalam Undang-undang nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan, adalah merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama dan pemenuhannya merupakan bagian dari hak asasi manusia yang dijamin di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai komponen dasar untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam rangka meningkatkan ketahanan pangan masyarakat perlu dilakukan dengan berbagai cara diantaranya melalui pengelolaan cadangan pangan masyarakat. Cadangan pangan masyarakat ditujukan untuk meningkatkan akses pangan masyarakat baik di daerah rawan pangan maupun di daerah sentra produksi pangan. Pola pengembangannya diarahkan pada pengembangan kelembagaan yang tumbuh dimasyarakat seperti lumbung pangan. Pada saat ini kegiatan lumbung pangan masih terbatas pada pembelian dan simpan pinjam gabah dan berfungsi sosial, sehingga masih belum berorientasi ekonomi. Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 29

30 Dengan demikian lembaga lumbung pangan diharapkan dapat mendukung pengembangan cadangan pangan masyarakat yang mampu mengelola cadangan pangan untuk menghadapi kemungkinan kesulitan pangan selain itu diharapkan pula dapat meningkatkan pendapatan kelompok lumbung pangan. Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan menjelaskan, bahwa masyarakat memiliki kesempatan yang seluas-luasnya dalam mewujudkan ketahanan pangan, dimana peran masyarakat dapat berupa: (i) melaksanakan produksi, perdagangan, distribusi dan konsumsi pangan; (ii) menyelenggarakan cadangan pangan masyarakat; dan (iii) melakukan pencegahan dan penanggulangan masalah pangan. Selain itu masyarakat mempunyai hak dan kesempatan seluas-luasnya dalam upaya mewujudkan cadangan pangan masyarakat yang dilakukan secara mandiri serta sesuai dengan kemampuan masing-masing. Oleh karena itu keberadaan cadangan pangan masyarakat di tingkat kelompok sangat diperlukan. Pengembangan lumbung pangan masyarakat diharapkan mampu : (i) mendekatkan akses anggotanya terutama mengantisipasi kekurangan bahan pangan disaat menghadapi musim paceklik, dan (ii) mengantisipasi ancaman gagal panen akibat bencana alam seperti serangan hama dan penyakit, banjir, dan lain-lain. Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 30

31 Tujuan Pengembangan Lumbung Pangan Desa adalah : 1. Untuk meningkatkan keberdayaan masyarakat dalam pengelolaan Cadangan Pangan Masyarakat dan pengembangan kelembagaan lumbung pangan secara berkelanjutan. 2. Memfasilitasi masyarakat dalam pengembangan cadangan pangan masyarakat. 3. Meningkatkan volume stock cadangan pangan masyarakat di kelompok lumbung pangan untuk menjamin akses dan kecukupan pangan bagi anggotanya terutama yang mengalami rawan pangan. 4. Meningkatkan sumber pendapatan bagi keluarga petani melalui usaha cadangan pangan yang berbasis lumbung pangan. 5. Meningkatkan kemampuan pengurus dan anggota kelompok dalam pengelolaan cadangan pangan masyarakat. 6. Meningkatkan fungsi kelembagaan cadangan pangan masyarakat dalam penyediaan pangan secara optimal dan berkelanjutan. Sasaran pengembangan lumbung pangan desa adalah : kelompok Lumbung Pangan pada Tahap Pengembangan sebanyak 100 kelompok di 28 Kabupaten dan 1 Kota, yaitu kelompok yang telah mendapatkan bantuan hibah pembangunan fisik lumbung pangan pada tahun Pelaksanaan kegiatan pengembangan Lumbung Pangan Desa pada tahun 2014 melalui dana APBD Provinsi bantuan modal untuk pengisian lumbung pangan Rp ,- sebanyak 100 lumbung yang tersebar di 28 Kab dan 1 Kota, dengan alokasi dana sebesar Rp ,-. Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 31

32 Sedangkan dari dana APBN sebanyak 5 kelompok Tahap Pengembangan dan 60 kelompok Tahap Kemandirian berupa bantuan modal untuk pengisian lumbung pangan Rp ,- dengan alokasi anggaran sebesar Rp ,- Lumbung pangan masyarakat adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat desa/kota yang bertujuan untuk mengantisipasi masalah pangan pada musim paceklik, gagal panen, bencana alam skala lokal dan antisipasi keterlambatan pasokan pangan dari luar. Di Jawa Timur selama tahun telah dikembangkan sebanyak 705 lumbung pangan baik dari APBD Provinsi maupun APBN. Kegiatan pengembangan lumbung pangan meliputi pembangunan fisik lumbung, pengisian (penyimpanan), pendistribusian serta perdagangan bahan pangan pokok yang dikelola oleh kelompok lumbung. Tabel 7. Penerima Bantuan Hibah Pembangunan Fisik Lumbung Pangan Tahun No Kab./Nama Kelompok Jumlah unit lumbung Fisik lumbung Pengisian Fisik lumbung Kab. Jombang 5 2. Kab. Madiun Kab. Ngawi Kab Ponorogo 5. Kab Tulungagung 6. Kab. Blitar Kab Lamongan 8. Kab Bojonegoro 9. Kab Pasuruan 10 Kab Lumajang 11 Kab Bondowoso 12 Kab Situbondo 13 Kab Sidoarjo Kab. Gresik Kab Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 32

33 No Kab./Nama Kelompok Jumlah unit lumbung Fisik lumbung Pengisian. Mojokerto 16 Kab. Tuban Kab Nganjuk 18 Kab. Kediri Kab Trenggalek 20 Kab Magetan 21 Kab. Pacitan Kab. Malang Kab Probolinggo 24 Kab Banyuwangi 25 Kab. Jember Kab Bangkalan 27 Kab Sampang 28 Kab Pamekasan 29 Kab Sumenep 30 Kota Batu J u m l a h Tabel 8. Penerima Bantuan Lumbung Pangan dari APBN Fisik lumbung No. Jml unit Jml. Bantuan Pengisian lumbung Ket. 1 Th : 17 unit Diisi 2 kali 2 Th : 50 unit 24 unit Diisi 2 kali 14 unit Diisi 1 kali 12 unit Belum diisi unit th unit Diisi 1 kali 70 unit Belum diisi Total : 185 unit Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 33

34 Tabel 9. Rekapitulasi Jumlah Lumbung Pangan Provinsi Jawa Timur. NO KABUPATEN/KOTA TAHUN 2009 )* JUMLAH LUMBUNG PANGAN TAHUN 2010 TAH UN 2011 TAHUN 2012 TAHUN 2013 TAHUN 2014 TOTAL 1 Bangkalan Banyuwangi Batu Kota Blitar Bojonegoro Bondowoso Gresik Jember Jombang Kediri Lamongan Lumajang Madiun Magetan Malang Mojokerto Nganjuk Ngawi Pacitan Pamekasan Pasuruan Ponorogo Probolinggo Sampang Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 34

35 25 Sidoarjo Situbondo Sumenep Trenggalek Tuban Tulunganggung Jumlah Keterangan : )* = Jumlah Lumbung dari Tahun Disamping pengembangan lumbung pangan dliaksanakan juga Pengembangan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat yang bertujuan untuk memperkuat usaha pada unit distribusi/ pemasaran/pengolahan dan unit pengelolaan cadangan pangan khususnya dalam melakukan kegiatan pembelian-penjualan gabah/ beras/jagung dan/atau penyediaan cadangan pangan bagi anggota gapoktan disaat menghadapi paceklik yang dilaksanakan oleh gabungan kelompok tani (gapoktan). Selama tahun telah dibangun 148 unit gudang dan dialokasikan dana untuk cadangan pangan sebesar Rp ,- Pada akhir Desember 2013, jumlah cadangan pangan yang berada di kelompok lumbung pangan dan Gapoktan pelaksana LDPM binaan Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur ±sebesar 3.085,80 ton GKG. Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 35

36 Tabel 10. Jumlah gapoktan penerima bantuan th NO KABUPATEN JUMLAH 1 Malang Situbondo Mojokerto Trenggalek Ngawi Banyuwangi Lamongan Ponorogo Tulungagung Lumajang Blitar Bondowoso Jombang Pasuruan Magetan Gresik Bangkalan Madiun Sidoarjo Nganjuk Bojonegoro Kediri Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 36

37 NO KABUPATEN JUMLAH Probolinggo Jumlah Grafik 1. Perkembangan Jumlah Lumbung Pangan Desa Provinsi Jawa Timur Tahun APBD APBN Pemantapan Ketersediaan Pangan di tingkat Rumah Tangga Permasalahan pangan mengalami perkembangan yang sangat cepat dan kompleks, perkembangan lingkungan yang global, seperti global climate change, meningkatnya harga minyak dunia, telah mendorong kompetisi penggunaan hasil petanian untuk pangan (food), bahan energy (fuel) dan pakan ternak (feed) yang semakin tajam, disamping itu terjadi pengabaian terhadap good agricultural practices dan sumber pangan local (biodiversitif) dikhawatirkan akan mengancam ketahanan pangan regional maupun nasoinal. Salah satu upaya mengurangi ketergantungan terhadap pangan impor dapat dilakukan dengan pengembangan sumber karbohidrat non beras dan non terigu. Sumber karbohidrat non beras dan non terigu ini Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 37

38 mempunyai potensi dikembangkan, untuk mengurangi ketergantungan terhadap import dengan memanfaatkan umbi-umbian. Pengembangan umbi-umbian diyakini dapat memberikan kontribusi dalam mengatasi beberapa masalah pokok seperti : a. Potensi sumberdya lahan produktif dan sumberdaya air semakin menurun b. Konsumsi beras terus meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk c. Import gandum terus meningkat, yang tentunya juga akan menguras devisa Negara. Untuk mengatasi hal tersebut tentunya kita harus mengembangkan kembali bahan pangan sumber karbohidrat yang sudah lama dikenal oleh masyarakat kita utamanya umbi-umbian. Umbi-umbian merupakan bahan pangan sumber karbihidrat (energi) sudah lama dikenal dan merupakan bahan pangan potensial disamping biji-bijian dan kacangkacangan sebagai sumber protein. Umbi-umbian sebagai makanan pokok lambat laun terus ditinggalkan oleh masyarakat dan bergeser menjadi makanan kudapan. Pergeseran ini disebabkan umbi-umbian dianggap sebagai makanan kelas II dan keberadaannya dirasa sulit ditemukan. Umbi-umbian yang keberadaannya masih mudah didapatkan di pasar adalah ubi kayu (ketela pohon) dan ubi jalar (ketela rambat). Kedua jenis umbi-umbian ini telah banyak dibudidayakan secara intensf dengan berbagai varietas. Bahkan varietas ubi kayu yang dikenal relatif tinggi HCN nya seperti ubi kayu mukibat/karet/gajah dan sekarang dibudidayakan lagi dikarenakan produktivitasnya tinggi, namun demikian sangat disayangkan ubi kayu yang dihasilkan tidak dimanfaatkan sebagai bahan pangan namun dimanfaatkan sebagai bahan baku industri untuk pembuatan bioetanol. Untuk mengurangi ketergantungan konsumsi bahan pangan pada beras dan untuk meningkatkan ketersediaan umbi-umbian sebagai substitusi sumber karbohidrat yang berasal dari beras, maka Badan Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 38

39 Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur Tahun 2014, melakukan terobosan melalui Pengembangan Ketersediaan Pangan Berbasis Umbiumbian Menuju Rumah Tangga Mandiri. Pengembangan ketersediaan pangan berbasis umbi-umbian ini akan dikembangkan pada lahan-lahan tidak termanfaatkan disekitar rumah, pekarangan, dibawah tegakan pohon, lahan-lahan kritis maupun lahan-lahan milik desa. Apabila potensi sumberdaya lahan yang ada dikelola dengan baik dan optimal akan memberikan kontribusi yang positif terhadap penyediaan pangan sumber karbohidrat di setiap rumah tangga yang pada akhirnya akan memperbaiki gizi keluarga. Tujuan utama pengembangan ketersediaan pangan berbasis umbiumbian adalah : a. Mengurangi ketergantungan konsumsi sumber karbohidrat pada satu jenis komoditas khususnya beras. b. Meningkatkan keberagaman bahan pangan sumber karbohidrat c. Meningkatkan kualitas gizi keluarga. d. Mengembangkan usaha perdagangan dan ekonomi kreatif desa. Tahun 2014 dilaksanakan pengembangan pemantapan ketersediaan pangan berbasis umbi-umbian di 87 desa yang tersebar pada 38 kabupaten/kota. Adapun pokok kegiatan yang dilaksanakan sebagai berikut : Penyaluran Bantuan Hibah Saprodi (Bibit dan Pupuk) sebanyak 87 paket. Sosialisasi Pengembangan KRPL 296 orang. Pelatihan Manajemen 129 Orang. Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 39

40 Tabel 11. Penerima Bantuan Hibah Tahun 2014 Pengembangan Ketersediaan Pangan Berbasis Umbi-umbian No. Kabupaten Kecamatan Desa 1 Pacitan Tulakan 1. Ngumbul 2. Wonosidi 3. Bungur 2 Ponorogo Sooko 1. Ngadirojo 2. Sooko 3. Jurug 3 Magetan Poncol 1. Plangkrongan 2. Cileng 3. Sombo 4 Ngawi Jogorogo 1. Jogorogo 2. Brubuh 3. Jaten 5 Trenggalek Suruh 1. Suruh 2. Puru 3. Wonokerto 6 Tulungagung Kalidawir 1. Kalidawir 2. Sukorejo 3. Karangtalun 7 Blitar Wlingi 1. Tembalang 2. Ngadirenggo 3. Tegalsari 8 Madiun Pilangkenceng 1. Kenongrejo 2. Kedungmaron 3. Kedungrejo 9 Kediri Mojo 1. Jugo 2. Tambibendo 3. Pamongan 10 Nganjuk Sawahan 1. Margopatut 2. Sidorejo 3. Bareng 11 Jombang Kudu 1. Tapen 2. Sidokaton 3. Kudubanjar Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 40

41 12 Bojonegoro Trucuk 1. Pagerwesi 2. Sumbangtimun 3. Kanten 13 Tuban Plumpang 1. Kedungsuko 2. Plandirejo 3. Sembungrejo 14 Lamongan Ngimbang 1. Girik 2. Munungrejo 3. Purwokerto 15 Gresik Kebomas 1. Kembangan 2. Kedayang 3. Daharejo 16 Bangkalan Bangkalan 1. Kramat 2. Ujung Piring 3. Sembilangan 17 Sampang Torjun 1. Torjun 2. Dulang 3. Pangogseyan 18 Pamekasan Palengaan 1. Poto'an Laok 2. Palengaan Laok 3. Kacok 19 Sumenep Batuan 1. Batuan 2. Gelugur 3. Torbang 20 Sidoarjo Krian 1. Sidomulyo 2. Tempel 3. Watugolong 4. Pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) Pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari adalah kawasan pengembangan aneka komoditas tanaman pekarangan, ternak (kecil dan unggas), dan ikan secara terpadu sebagai cadangan pangan hidup keluarga. Pelaksanaan kegiatan ini melibatkan ibu-ibu Tim Penggerak PKK mulai tingkat provinsi sampai dengan Dasa Wisma.Instansi pemerintah lebih diarahkan pada tindakan motivasi, fasilitasi, stimulasi dan stabilisasi gerakan tersebut. Kawasan Rumah Pangan Lestari (Rumah Hijau Plus-Plus)akan Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 41

42 memanfaatkan lahan pekarangan, lahan-lahan milik desa, kanan kiri jalan desa dan fasilitas penunjang dengan pengembangan tanaman sumber karbohidrat, protein, vitamin dan tanaman cash crop (tanaman penghasil uang seperti: pisang, pepaya, belimbing, rosella, tanaman hias), ternak dan ikan yang hasilnya dapat dikonsumsi untuk menambah gizi keluarga dan menambah pendapatan keluarga. Tahun 2014 dilaksanakan pengembangan kawasan rumah pangan lestari di 122 desa yang tersebar pada 35 kabupaten/kota. Adapun pokok kegiatan yang dilaksanakan sebagai berikut : Bantuan Hibah Pengembangan KRPL sebanyak 122Desa. Pelatihan Pendamping sebanyak 210 orang. Pelatihan Manajemen Pengembangan KRPL 606 Orang. Sosialisasi Pengembangan KRPL 606 orang. Tabel 12. Perkembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur No. KABUPATEN JUMLAH DESA Jumlah 1 KOTA SURABAYA GRESIK SIDOARJO MOJOKERTO KOTA MOJOKERTO JOMBANG LAMONGAN TUBAN KEDIRI KOTA KEDIRI Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 42

43 NGANJUK BLITAR KOTA BLITAR TULUNGAGUNG TRENGGALEK MALANG KOTA MALANG KOTA BATU BOJONEGORO MADIUN KOTA MADIUN MAGETAN NGAWI PONOROGO JUMLAH DESA No. KABUPATEN Jumlah PACITAN PASURUAN KOTA PASURUAN PROBOLINGGO KOTA 29 PROBOLINGGO LUMAJANG BONDOWOSO Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 43

44 32 SITUBONDO JEMBER BANYUWANGI BANGKALAN SAMPANG PAMEKASAN SUMENEP Jumlah Pengembangan Desa Pariwisata, Mandiri Pangan dan Bio Energi Kegiatan Pengembangan Desa Pariwisata, Madiri Pangan dan Bio Energi dilaksanakan dalam rangka mendorong penguatan ekonomi ditingkat pedesaan sehingga masyarakat mampu meningkatkan kemandirian pangan. Kegiatan ini difokuskan pengembangan ketersediaan pangan berbasis kacangkacangan (non kedele) yang berlokasi dikab. Sumenep, Pamekasan, Kediri, Trenggalek, Probolinggo, Pacitan, Ponorogo, Tuban, Lamongan, Jombang, Bondowoso, Magetan. Kacang-kacangan merupakan bahan sumber protein yang utama, namun demikian dari sekian banyak jenis kacang-kacangan yang ada di bumi Nusantara ini hanya beberapa jenis kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat diantaranya kacang kedelai, kacang hijau dan kacang tanah. Kedelai merupakan bahan pangan yang kaya akan protein, lemak serta beberapa bahan gizi penting lainnya. Olahan biji kedelai ini dapat dibuat menjadi, tahu, tempe, susu kedelai, tepung kedelai, makanan ringan dan macam-macam saos penyedap (kecap, taoco, terasi dll). Di Jawa Timur konsumsi kedelai cukup besar dibandingkan dengan produksi yang ada, Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 44

45 sehingga untuk memenuhi kebutuhan kosumsi kedelai tersebut Jawa Timur harus mengimpor kedelai dalam jumlah yang cukup besar. Kedelai akhir-akhir ini menjadi perbincangan seru dimana-mana, baik kalangan bawah hingga para pejabat pemerintah, hal ini dipicu oleh meningkatnya harga kedelai yang significant yang menyebabkan menurunnya ketersediaan tempe dan tahu yang drastis di pasaran. Hal ini tentunya berdampak pada sebagian besar masyarakat baik produsen, distributor maupun konsumen tahu dan tempe yang tersebar sekian luasnya di Jawa Timur khususnya dan Indonesia pada umumnya. Pada umumnya sebagian besar kebutuhan akan protein masih dipenuhi dari protein nabati pada tempe dan tahu. Tempe dan tahu merupakan makanan tradisional yang telah mendunia dan nyaris tidak pernah absen dari pasaran, karena telah menjadi konsumsi sebagian besar masyarakat Jawa Timur karena rasanya enak, penuh gizi, serta harganya yang relatif murah dan terjangkau. Untuk memenuhi kebutuhan kedelai sebagai bahan baku tempe dan tahu tersebut, selama ini sangat tergantung terhadap kedelai import, hal ini karena kedelai lokal dinilai masih kurang baik yang juga berpegaruh pada hasil akhir dari tempe dan itu sendiri. Lantas bagaimana caranya mengurangi ketergantungan terhadap kedele import disaat kedelai lokal masih dalam proses berproduksi? Jawabannya adalah tempe dan tahu non kedelai. Oleh karena itu Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur melakukan terobosan melalui Pengembangan Kemandirian Pangan Berbasis Kacang-kacangan (non kedelai). Pengembangan Pengembangan Kemandirian Pangan Berbasis Kacangkacangan (non kedelai) ini akan dikembangkan pada lahan-lahan tidak termanfaatkan disekitar rumah, lahan pekarangan, dibawah tegakan pohon, lahan-lahan kritis maupun lahan-lahan milik desa. Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 45

46 Dalam rangka peningkatan ketersediaan pangan difasilitasi hibah saprodi berupa benih kacang gude/tunggak/kapri, pupuk, obat-obatan, dan dilaksanakan sosialisasi, pelatihan pendamping, dan pelatihan manajemen. Kegiatan yang dilakukan pada Pengembangan Ketersediaan Kacangkacangan (non kedelai) sebagai bahan tempe adalah : 1. Pemberdayaan masyarakat melalui ibu-ibu Tim Peggerak PKK mulai tingkat Provinsi, Kabupaten, Kecamatan sampai dengan Desa, untuk menggalakkan penanaman kacang-kacangan non kedelai. 2. Pemberian bantuan benih kacang-kacangan, sarana produksi (benih, pupuk dan obat-obatan). 3. Pelatihan budidaya tanaman kacang-kacangan non kedelai dan pengolahan hasil kacang-kacangan. 4. Pendampingan yang dilakukan oleh Penyuluh Pertanian. Tujuan utama pengembangan kemandirian pangan berbasis kacangkacangan (non kedelai) adalah : a. Menurangi ketergantungan impor kedelaisebagai sumber protein nabati. b. Meningkatkan keberagaman bahan pangan sumber protein nabati c. Meningkatkan kualitas gizi keluarga d. Mengembangkan usaha perdagangan dan ekonomi kreatif desa. Tahun 2014 dilaksanakan pengembangan ketersediaan pangan berbasis kacang-kacangan di 13 desa. Adapun pokok kegiatan yang dilaksanakan sebagai berikut : Penyaluran Bantuan Hibah Saprodi sebanyak 13 Paket. Sosialisasi Pengembangan ketersediaan pangan berbasis kacang-kacangan. Pelatihan Manajemen. Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 46

47 DISTRIBUSI PANGAN TUJUAN 1 SASARAN 2 INDIKATOR KINERJA Ratio Harga Pembelian Pangan Pokok Thd HPP - GKP Terhadap HPP - GKG Terhadap HPP Memantapkan dan Mengembangkan Ketersediaan, Distribusi, Konsumsi Pangan berbasis sumberdaya lokal. Stabilisasi Harga Pangan Pokok Target Capaian (%) Reals Capaian % Rp ,- Rp ,- 119, , ,28 102,76 111, ,00 102,99 109, , ,04 Keberhasilan sasaran strategis ini diukur melalui 2 (dua) indikator kinerja yaitu Ratio harga pembelian Gabah Kering Panen (GKP) dan Gabah Kering Giling (GKG) terhadap Harga Pembelian Pemerintah, di mana dalam upaya pencapaiannya didukung oleh 2(dua) program yaitu Program Peningkatan Ketahanan Pangan dan Progrm Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian, Perkebunan dan Peternakan. Distribusi pangan merupakan salah satu pilar terwujudnya ketahanan pangan. Harga pangan merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk mengevaluasi kondisi pasokan, distribusi, dan keterjangkauan/akses pangan oleh masyarakat. Harga pangan yang stabil disepanjang waktu, terjangkau dan merata diseluruh wilayah, mengindikasikan kondisi pasokan pangan cukup aman dan distribusi lancar. Hasil pemantauan harga gabah ditingkat petani dan harga beras ditingkat penggilingan padi selama tahun 2014 sebagaimana dijelaskan pada tabel dan grafik di bawah ini. Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 47

48 Tabel 13. Harga Pangan Tingkat Produsen Provinsi Jawa Timur Tahun 2014 No. Komoditas Sat Harga Tingkat Produsen (Rp.) JAN FEB MRT APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOV DES 1 GKP Tk. Petani Rp/kg GKG Rp/kg Beras Medium Rp/kg Beras Premium Rp/kg Jagung Tk. Petani Kedele Tk. Petani 7 Bawang Merah Rp/kg 8 Cabe Merah Rp/kg Rp/kg Rp/kg Sumber: Laporan SMS Panel Harga Pangan Grafik 2. Perkembangan Rata-rata Harga Gabah ditingkat Produsen Tahun 2014 Perkembangan harga rata-rata GKP selama panen raya bulan Februari- Mei 2014 relatif stabil, harga rata-rata Rp ,-/kg. Kenaikan harga terjadi dibulan-bulan pacekilk dan harga tertinggi terjadi pada Desember mencapai Rp ,- per kg GKP. Sedangkan harga terendah terjadi pada bulan April mencapai Rp ,- per kg GKP. Begitu pula dengan harga GKG, harga ratarata pada saat panen raya bulan Februari-Mei berkisar Rp ,-/kg, kenaikan harga terjadi pada saat paceklik dan harga turun terjadi dibulanbulan panen raya. Harga GKG tertinggi terjadi pada bulan Desember Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 48

49 mencapai Rp ,- per kg GKG dan terendah pada bulan April mencapai Rp ,- per kg GKG. Gabah Kering Panen (GKP) Tren harga GKP selama tahun 2014 hampir sama seperti tahun-tahun sebelumnya dimana harga gabah mengalami penurunan pada saat musim panen raya padi (Maret Mei) dan secara berlahan akan bergerak naik hingga akhir tahun. Perkembangan harga rata-rata GKP tingkat petani di Jawa Timur selama tahun 2014 dapat ditunjukkan sebagaimana pada grafik berikut. Harga GKP tingkat petani di Provinsi Jawa Timur sepanjang tahun 2014 cenderung cukup stabil dengan nilai koefisien variasi (CV) sebesar kurang dari 10% yaitu sebesar 7,56%. Sebagaimana pada Gambar 4, bahwa harga GKP tingkat petani Provinsi Jawa Timur menunjukkan tren menurun sejak awal tahun 2014 dari bulan Januari hingga mencapai harga terendah yang terjadi pada bulan April 2014 sebesar Rp ,-/kg. Namun demikian harga terendah pada bulan April tersebut masih berada di atas Harga Pembelian Pemerintah HPP. Menjelang berakhirnya panen raya padi (bulan Mei 2014), harga rata-rata GKP di tingkat petani terlihat mulai sedikit mengalami kenaikan.memasuki bulan Juni 2014, harga rata-rata GKP di tingkat petani Provinsi Jawa Timurterus bergerak naik secara signifikan setiap bulannya hingga mencapai harga rata-rata tertinggi untuk GKP sebesarrp 4.459,-/kg pada bulan Desember 2014, yang semakin jauh dari HPP GKP sebesar Rp 3.300,-/kg (Inpres nomor 3 tahun 2012). Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 49

50 Harga GKP tingkat petani di Jawa Timur selama tahun 2014 berfluktuatif dan cukup stabil dengan selisih harga tertinggi dan harga terendah mencapai Rp. 884,-/kg. Perkembangan harga GKP di tingkat petani sepanjang tahun 2014 mencapai rata-rata sebesar Rp ,-/kg, naik sedikit dari rata-rata harga GKP di tahun 2013 yang sebesar Rp ,-/kg. Akan tetapi, harga tersebut tentunya masih lebih tinggi bila dibandingkan dengan HPP GKP yang ditetapkan yaitu Rp ,-/kg (Inpres 3 Th. 2012). Gabah Kering Giling (GKG) Tidak banyak berbeda, tren harga GKG tingkat penggilingan Provinsi Jawa Timur juga memperlihatkan kondisi yang hampir sama dengan tren harga GKP. Sebagai gambaran jelasnya, perkembangan harga rata-rata GKG tingkat penggilingan di Jawa Timur sepanjang tahun 2014 dapat ditunjukkan seperti grafik pada berikut. Grafik diatas menunjukkan bahwa di awal tahun 2014, harga rata-rata GKG mengalami penurunan hingga mencapai harga terendah pada bulan April 2014 (sebesar Rp ,-/kg) dikarenakan adanya panen raya padi di daerah-daerah sentra produksi padi di Provinsi Jawa Timur. Selanjutnya harga GKG terus bergerak naik hingga saat Hari Raya Idul Fitri 1434 Hijriyah di bulan Agustus 2014 yang mencapai Rp ,-/kg. Tren kenaikan harga GKG ini masih terus berlangsung dan mencapai puncaknya pada bulan Desember 2014 sebesar Rp ,-. Perkembangan harga GKG tingkat penggilingan di Jawa Timur tahun 2013 cukup berfluktuatif dan relatif cukup stabil (CV = 4,76%) dengan selisih harga tertinggi dan terendah sebesar Rp. 740,-. Harga rata-rata GKG tingkat penggilingan dalam periode bulan Januari sampai dengan Desember 2014 Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 50

51 selalu berada di atas HPP yang ditetapkan sebesarrp ,-/kg (Inpres 3 Th. 2012) di penggilingan, bahkan untuk harga rata-rata terendah di bulan April 2014 masih sedikit berada diatas HPP. Untuk rata-rata harga GKG di penggilingan pada tahun 2014 mencapai Rp ,- atau mengalami kenaikan sebesar 2,23% dari rata-rata harga GKG di tahun 2013 sebesar Rp ,-. Harga Beras Perkembangan harga beras tingkat penggilingan di Provinsi Jawa Timur sepanjang tahun 2014 relatif stabil meskipun ada perubahan harga setiap bulannya seperti ditunjukkan pada grafik berikut. Sebagaimana terlihat pada grafik diatas, harga rata-rata beras di tingkat penggilingan pada tahun 2014 cukup stabii akan tetapi relatif lebih stabil (CV = 3,36% untuk beras medium dan CV = 2,64% untuk beras premium) bila dibandingkan dengan harga rata-rata gabah. Sepanjang tahun 2014, harga rata-rata beras baik kualitas medium maupun premium selalu berada di atas HPP. Hal tersebut dapat diartikan harga yang ditawarkan pemerintah melalui Perum Bulog belum mampu menarik minat pengusaha perberasan/ penggilingan untuk menjual hasilnya ke Bulog dan lebih memilih pasar umum yang memberikan harga lebih tinggi. Memasuki puncak panen raya padi (bulan Mei - Juni 2014) harga ratarata beras tingkat penggilingan turun drastis seiring dengan harga gabah hingga mencapai kondisi harga terendah sepanjang tahun 2014, dimana harga rata-rata beras medium Rp ,-/kg dan harga rata-rata beras premium Rp ,-/kg. Hal ini dapat disebabkan karena saat puncak panen raya, stok gabah melimpah di gudang-gudang penggilingan padi sehingga Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 51

52 penggilingan mulai memproses gabahnya menjadi beras dan pasokan beras di pasaran umum sangat berlebih sehingga harga turun. Selepas panen raya padi (bulan Juli 2014), harga rata-rata beras di penggilingan mulai beranjak naik dan terus berlangsung hingga bulan Desember 2014 yang mencapai harga rata-rata tertinggi di sepanjang tahun 2014, yaitu sebesar Rp ,-/kg untuk beras medium dan Rp ,-/kg untuk beras premium. Kenaikan harga rata-rata beras di penggilingan setelah panen raya tidak terlepas dari kenaikan harga gabah di tingkat petani, disamping faktor menjelang hari raya Idul Fitri 1434 H. Hal seperti sudah menjadi hal yang umum ketika menjelang hari besar keagaamaan nasional, komoditas pangan mengalami peningkatan permintaan sehingga harga-harga beranjak naik. Harga beras di tingkat penggilingan dalam periode bulan Januari sampai dengan Desember 2013 mencapai rata-rata Rp ,-/kg untuk beras medium dan Rp ,-/kg untuk beras premium. Berikut disajikan tabel harga pangan strategis ditingkat produsen. No. Komoditas CV Rerata MAX MIN Selisih MAX- MIN 1 GKP Tk. Petani 7, GKG 4, Beras Medium 3, Beras Premium 2, Jagung Tk. Petani 3, Kedele Tk. Petani, Bawang Merah 1, Cabe Merah 66, Sumber: Laporan SMS Panel Harga Pangan ( diolah BKP Jatim) Berdasarkan data di atas, perkembangan harga komoditas pangan pada tingkat produsen selama tahun 2014 untuk komoditas (GKP, GKG, beras, jagung, dan kedele) terjadi kenaikan dan penurunan harga relatif kecil CV < 10%. Sedangkan pada 2 komoditas, yaitu cabe merah dan bawang merah. mengalami gejolak harga yang ditandai dengan CV > 10%, hal ini disebabkan pada beberapa daerah di Jawa Timur sentra produksi cabai dan bawang Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 52

53 merah kurang stabil, sedangkan permintaan cabai dan bawang merah cukup tinggi. Dalam rangka stabilisasi harga pangan Tahun 2014 dilaksanakan kegiatan kegiatan sebagai berikut : Pembelian Gabah/Bahan Pangan Lainnya. a. Dana bergulir Fluktuasi harga antar musim dalam sistem agribisnis pangan seringkali tidak menguntungkan bagi petani selaku produsen. Petani tidak dapat menikmati harga yang layak pada saat panen raya, karena harga jualnya turun akibat melimpahnya barang dipasaran. Sedangkan pada musim paceklik, petani ikut kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan pangan pokoknya karena kepemilikan lahan pertanian yang kecil (rata-rata kurang dari 0,25 Ha) serta terbatasnya kemampuan petani untuk melakukan penyimpanan hasil produksinya. Melaluikegiatan Dagulir Pembelian Gabah/Bahan Pangan Lainnya ini, LPG diwajibkan melakukan pembelian gabah secara langsung dari petani/kelompok tani (Poktan)/gabungan kelompok tani (Gapoktan) dengan mengacu HPP sesuai Inpres nomor 3 Tahun Sedangkan diluar panen raya padi, LPG dapat memanfaatkan dana tersebut untuk membeli bahan pangan lain (jagung dan kedele) dengan harga yang layak bagi petani sehingga petani (produsen) dapat memperoleh pendapatan usaha taninya lebih banyak. Alokasi Kredit Dagulir Dagulir Pembelian Gabah/Bahan Pangan Lainnya merupakan salah satu kegiatan Provinsi Jawa Timur yang bersifat komplementer (saling melengkapi) dengan kegiatan lainnya, seperti Dagulir : Sistem Tunda Jual, Lumbung Pangan, Raskin dan Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 53

54 Pemupukan Cadangan Pangan Daerah yang dilaksanakan sejak tahun Pada awal pelaksanaan kegiatan ini hanya untuk pembelian komoditas gabah/beras, maka sejak tahun 2002 komoditasnya diperluas meliputigabah/beras, jagung dan kedele. Alokasi Dagulir Pembelian Gabah/Pangan lainnya pada tahun sebesar Rp. 26,55 Milyar yang digulirkan kepada 98 LPG tersebar di 16 Kabupaten sentra produksi (Tulungagung, Lamongan, Ngawi, Jombang, Bangkalan, Lumajang, Ponorogo, Madiun, Magetan, Pasuruan, Ponorogo, Probolinggo, Situbondo, Bondowoso, Malang, Sidoarjo) Kinerja LPG Penyaluran Dagulir Tahun 2013 Pembelian Pada tahun 2013 telah digulirkan dana untuk kegiatan pembelian gabah/bahan pangan lainnya sebesar Rp. 13,25 Milyar yang dialokasikan kepada 49 LPG di 7 kabupaten (Tulungagung, Lamongan, Ngawi, Jombang, Bangkalan, Lumajang, Bojonegoro). Secara umum realisasi pembelian gabah/beras/ Prosentase Pembelian LPG Tahun 2012 (%) jagung/kedele oleh LPG tahun posisi sampai dengan 50.9 bulan Desember 2014 dapat 31.0 digambarkan sebagai berikut : 1. Dari total nilai pembelian ditahun 2013, dapat dirinci pembelian oleh LPGberupa: GKP GKG Beras ton GKP; ton GKG; ton beras; ton jagung dan 205 ton kedele. 2. Dilihat dari kualitas gabah yang dibeli oleh LPG, menunjukkan bahwa pembelian didominasi dalam bentuk gabah kering panen (GKP) dan gabah kering giling (GKG). Kondisi ini memberikan indikasi bahwa pada dasarnya kegiatan ini sudah bersentuhan Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 54

55 langsung dengan petani/ Poktan/Gapoktan, yang biasanya menjual produksi usaha taninya dalam bentuk gabah, baik GKP ataupun GKG. Kinerja LPG Penyaluran Dagulir Tahun 2014 Pembelian Pada tahun 2014 telah digulirkan dana sebesar Rp. 13,3 Milyar yang dialokasikan kepada 49 LPG di 11 kabupaten (Bangkalan, Lumajang, Madiun, Magetan, Pasuruan, Ponorogo, Probolinggo, Situbondo, Bondowoso, Malang, Sidoarjo). Penerima Dagulir Pembelian Gabah/Bahan Pangan Lain tahun 2014 melakukan pembelian lebih kecil dibandingkan LPG penerima Dagulir tahun Pada tahun pertama pemanfaatan Dagulir telah melakukan pembelian sebesar Rp ,- (tujuh puluh tiga milyar empat ratus delapan puluh delapan juta seratus lima puluh ribu rupiah)atau berputar 5,53 kali. Secara umum realisasi pembelian gabah/beras/ jagung/kedele oleh LPG tahun 2014 posisi sampai dengan bulan Desember 2014 dapat digambarkan sebagai berikut : 1. Dari nilai pembelianoleh LPG dapat dirinci sebagai berikut: ton GKP; ton GKG, 779 ton beras, 178,4 ton jagung dan 155 ton kedelai. 2. Pembelian terbesar yang dilakukan LPG masih dalam bentuk gabah baik GKP (49%) maupun GKG (44%), Beras (5%), Jagung dan Kedelai masingmasing 1%. Hal ini menunjukkan semakin banyak gabah petani yang terserap oleh LPG melalui kegiatan Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 55

56 ini, sehingga petani tidak merasa kesulitan dalam memasarkan hasil usaha taninya. b. Hibah/bansos pada masyarakat Untuk mendukung pelaksanaan gapoktan dalam melakukan usahanya pada tahun 2014 telah direalisasikan bantuan penguatan modal berupa gabah/beras sebanyak 16 paket yang disalurkan kepada 16 gapoktan yang tersebar di 13 Kabupaten sentra produksi. No. Kabupaten/ Alamat Jml Gapoktan Desa Kecamatan Paket 1 Ngawi Ngudi Rahayu Kwadungan lor Padas 1 2 Nganjuk Sidoayem Kerep Loceret 1 3 Magetan Sumber Mulyo Sumbersawit Sidorejo 1 4 Trenggalek Agri Raya Sawahan Watulimo 1 5 Jombang Plandi Plandi Jombang 1 Ploso genuk Ploso genuk Perak 1 6 Lumajang Bejo Makmur Denok Lumajang 1 Yoso Adil Yosowilangun Lor Yosowilangun 1 7 Tulungagung Guyub rukun Penggirsari Ngantru 1 8 Blitar Marsudi Tani Bajang Talun 1 9 Malang Margo Rukun Karang duren Pakisaji 1 10 Bondowoso Darussolah Jambesari Jambesari 1 11 Pasuruan Sumber rejeki Siyar Rembang 1 12 Lamongan Pangestu Kedungkumpul Sarirejo 1 13 Ponorogo Bekare Makmur Bekare Bungkal 1 Sri Sedono Ngadi Mojo 1 Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 56

57 Selain itu, telah direalisasikan bantuan hibah alat berupa timbangan duduk dan mesin jahit karung sebanyak 31 paket yang disalurkan kepada 31 gapoktan yang tersebar di 23 Kabupaten sentra produksi. No. Kabupaten/ Alamat Gapoktan Desa Kecamatan 1 Bangkalan Al Wahidin Manonggal Klampis 1 Rukun Maju Pacentan Tanah Merah 1 2 Banyuwangi Tri Sakti Suko Maju Srono 1 Tri Tunggal Tambakrejo Muncar 1 3 Blitar Mekarsari Gadungan Gandusari 1 4 Bojonegoro Tani Rahayu Kepoh Kepoh baru 1 5 Bondowoso Al-Barokah Jebung lor Tlogosari 1 6 Gresik Dapet Dapet Balongpanggan g Jml Paket 7 Jombang Daditunggal Daditunggal Ploso 1 Pojok kulon Pojok kulon Kesamben 1 8 Kediri Manunggal Abadi Tanon Papar 1 Tawang Jaya Ketawang Pumrwosari 1 9 Lamongan Mitra Tani II Kedungwaras Modo 1 10 Lumajang Mitra Bakti Kloposawit Candipuro 1 11 Madiun Mojopurno Mojopurno Wungu 1 12 Magetan Sumberurip Sugihrejo Kawedanan 1 13 Malang Alamsari Pamotan Dampit 1 14 Mojokerto Tani Makmur Kuripansari Pacet 1 Tani Mulyo Beloh Trowulan 1 15 Nganjuk Ibu Bumi Candirejo Loceret 1 1 Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 57

58 No. Kabupaten/ Alamat Jml Gapoktan Desa Kecamatan Paket 16 Ngawi Baroto Kuniran Sine 1 17 Pasuruan Sinar Tani Kebonwaris Pandaan 1 18 Ponorogo Manunggal Karanggebang Jetis 1 Ngudi Makmur Duri Slahung 1 19 Probolinggo Sidorukun Alas tengah Paiton 1 20 Sidoarjo Sejahtera Gedungrowo Prambon 1 Sidomakmur Pilang Wonoayu 1 21 Situbondo Sumbermakmur Langkap Besuki 1 22 Trenggalek Jaya Mulya Suruh Suruh 1 Sido Mekar Jati Karangan 1 23 Tulungagung Dadi Mulyo Sumberdadi Sumbergempol Pengembangan Sistim Tunda Jual Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kelompok tani dalam mengembangkan sistem tunda jual sesuai dengan kondisi wilayahnya, meningkatkan posisi tawar dan nilai jual hasil pertanian untuk meningkatkan pendapatan petani. a. Dana Bergulir Penyempurnaan Dana Bergulir terus dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur mulai Peraturan Gubernur nomor 21 Tahun 2006 yang diganti menjadi Peraturan Gubernur nomor 52 tahun 2009 tanggal 12 Agustus 2009 kemudian mengalami revisi menjadi Peraturan Gubernur nomor 66 Tahun 2009 pada tanggal 4 Nopember Perubahan tersebut bertujuan untuk penyempurnaan Manajemen Keuangan Pengelolaan Dana Bergulir Provinsi Jawa Timur sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 58

59 Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 59 Tahun Pada Tahun 2012 mengalami revisi menjadi Peraturan Gubernur nomor 21 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Pengelolaan Dana Bergulir Provinsi Jawa Timur. Penyaluran Dana Bantuan dana bergulir pengembangan kelompok tunda jual dilaksanakan mulai tahun Dana penguatan modal kelembagaan kelompok sistem tunda jual pada tahun 2004 sampai dengan 2005 merupakan dana pinjaman lunak tanpa adanya jaminan yang pengelolaannya dibuat secara bergulir di kelompok, perguliran dana dikelola oleh Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur sehingga dalam waktu 1 (satu) tahun kelompok yang mendapatkan dana penguatan modal wajib mengembalikan dana tersebut ke rekening Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur. Sejak tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 sesuai dengan penerapan Peraturan Gubernur nomor 21 tahun 2006 tentang pengelolaan dana bergulir maka pelaksanaan kegiatan pengembangan kelembagaan kelompok sistem tunda jual melalui penguatan modal ini harus mengacu pada perda tersebut dan dikategorikan dalam kegiatan sosial dengan penyaluran dana secara channeling. PT.Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur adalah bank pelaksana yang ditetapkan oleh Gubernur Jawa Timur sebagai penyalur (channeling) dan penerima pengembalian pinjaman dana bergulir peserta kegiatan penguatan modal kelembagaan sistem tunda jual. Dalam pelaksanaan kegiatan penguatan modal kelembagaan kelompok tunda jual mulai tahun 2006 telah dikenakan jasa/bunga selama 1 (satu) tahun sebesar Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 59

60 3% dan disetor secara bruto ke Kasda sebagai Pendapatan Asli Daerah (PAD). Alokasi dana tahun 2013 Pada tahun 2013, alokasi dana yang digulirkan ke kelompok pengembangan system tunda jual sebesar Rp. 3,75 Milyar yang dialokasikan kepada 75 kelompok di 13 kabupaten sentra produksi (Bangkalan, Blitar, Bojonegoro, Jombang, Kediri, Lamongan, Lumajang, Malang, Madiun, Magetan, Nganjuk, Ngawi, Ponorogo). Pembelian. 8% Prosentase Pembelian (%) 41% 13% 29 % 9% GKP GKS GKG Berdasarkan laporan yang masuk realisasi pembelian gabah/beras/ jagung/kedele oleh kelompok tunda jual sampai dengan Desember 2014 sebesar Rp ,- dapat digambarkan sebagai berikut : 78,1 ton GKP; 399,7 ton GKG dan 76,9 ton beras dan 126,6 ton jagung. Penjualan Total penjualan gabah/ beras/jagung yang dilaksanakan oleh 75 kelompok tunda jual penerima dagulir tahun 2014 senilai Rp ,- dengan rincian penjualan : 63,3 ton GKP, 87,1 ton GKS, 303,6 ton GKG, 228,1 ton Beras dan 88 ton Jagung. 12% 30% Prosentase Penjualan (%) 39% 8% 11% GKP GKS GKG Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 60

61 Penjualan terbesar yang dilaksanakan oleh kelompok dalam bentuk GKG sebesar 39%, ini menunjukkan bahwa kelompok tersebut hanya melakukan proses pengeringan dan penyimpanan belum melakukan proses selanjutnya yaitu mengolah dalam bentuk beras dan melakukan pengepakan. Hal ini karena terbatasnya sarana dan prasarana yang di miliki kelompok. b. Bantuan hibah/bansos kepada masyarakat. Untuk mendukung pelaksanaan gapoktan dalam melakukan usahanya pada tahun 2014 telah direalisasikan bantuan hibah berupa gabah/beras kepada gapoktan 4 paket yang disalurkan kepada 4 gapoktan yaitu : - Gapoktan Sri Rejeki, Ds. Sidorejo, Kec. Purwoharjo, Kab. Banyuwangi. - Gapoktan Wringin Tani, Ds. Wringin Anom, Kec. Asembagus, Kab. Situbondo. - Gapoktan Karya Tani, Ds. Jolotundo, Kec. Jetis, Kab. Mojokerto.Gapoktan Wahas, Ds. Wahas, Kec. Balongpanggang, Kab. Gresik Pengembangan Sistem Distribusi dan Stabilisasi Harga Pangan. Dalam rangka perlindungan dan pemberdayaan petani, kelompok tani dan atau gabungan kelompok tani terhadap jatuhnya harga gabah/beras dan jagung pada saat panen raya dan aksesibilitas pangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur melalui dana APBN telah melaksanakan kegiatan Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM). Melalui fasilitas penguatan modal usaha, diharapkan gapoktan bersama-sama dengan anggotanya mampu secara swadaya melakukan aktivitas berupa : membangun sarana untuk penyimpanan, mengembangkan usaha dibidang pemasaran pangan dan menyediakan pangan minimal bagi kebutuhan anggotanya. Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 61

62 Tujuan Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat : a. Memberdayakan gapoktan agar mampu mengembangkan unit usaha distribusi/pemasaran atau pengolahan hasil dan unit pengelola cadangan pangan antara lain dalam hal : a) mengembangkan sarana penyimpanan (gudang) sendiri; b) menyediakan cadangan pangan pokok minimal bagi anggotanya pada saat musim paceklik; c) menjaga stabilisasi harga jual gabah/beras dan jagung pada saat panen raya melalui kegiatan pembelian dan penjualan. b. Mengembangkan usaha ekonomi diwilayah melalui peningkatan usaha pembelian gabah/beras dan jagung. c. Meningkatkan nilai tambah produk melalui kegiatan penyimpanan, pengolahan, dan pengemasan. d. Memperluas jejaring kerjasama distribusi/pemasaran yang saling menguntungkan dengan mitra usaha baik di dalam maupun di luar wilayahnya. Sasaran Penguatan LDPM tahun 2014 adalah Gapoktan yang sudah ada atau eksis, bukan bentukan baru dan memenuhi kriterian sebagai berikut : a. Berlokasi di daerah sentra produksi padi bagi gapoktan tahap penumbuhan 2014, sementara itu bagi gapoktan tahap pengembangan masih dimungkinkan daerah sentra produksi jagung. b. Memiliki unit usaha distribusi atau pemasaran atau pengolahan hasil dan unit pengelola cadangan pangan dan c. Memiliki lahan sendiri untuk dapat dibangun sarana penyimpanan (gudang). Alokasi dana Pada tahun 2014, Provinsi Jawa Timur mendapat tambahan alokasi dana senilai Rp. 3,6 Milyar untuk 42 Gapoktan dengan Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 62

63 rincian : 29 Gapoktan tahap pengembangan tahun 2012, 7 Gapoktan tahap pengembangan tahun 2013 dan 6 Gapoktan tahap penumbuhan. Realisasi sampai dengan Desember 2014 hanya mencapai Rp. 3 Milyar, hal ini disebabkan 8 gapoktan tahap pengembangan tahun 2012 tidak terealisasi karena 1 gapoktan tidak memenuhi persyaratan administrasi sedangkan 7 gapoktan tidak diusulkan oleh kabupaten. Alokasi Dana dan Bansos Penguatan-LDPM di Unit Usaha Gapoktan Tahun sebesar Rp. 8,4 Milyar dengan rincian : - Tahap pengembangan tahun 2012 untuk 29 gapoktan sebesarrp ,- (dana th Rp ,- tambahan th Rp ). - Tahap pengembangan tahun 2013 untuk 7 gapoktan sebesarrp ,- (dana th Rp ,- tambahan tahun 2014 Rp ,-). No Kabupaten Gapoktan Penumbuhan Jumlah bansos Pengembangan Jumlah Banyuwangi Tri Sakti Tri Tunggal Jombang Daditunggal Pojokkulon Tulungagung Dadi Mulyo Malang Alam Sari Situbondo Sumber Makmur Mojokerto Tani Mulyo Trenggalek Sido Mekar Lamongan Mitra Tani Ponorogo Manunggal Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 63

64 Ngudi Makmur Lumajang Mitra Bhakti Blitar Mekarsari Bondowoso Al Barokah Magetan Sumber Urip Gresik Dapet Bangkalan Rukun Maju Al-Wahidin Madiun Mojopurno Sidoarjo Sido Makmur Sejahtera Ngawi Baroto Pasuruan Sinar Tani Nganjuk Ibu Bumi Bojonegoro Tani Rahayu Kediri Manunggal Abadi Tawang Jaya Probolinggo Sido Rukun Jumlah Bondowoso Mitra Tani Kediri Gemat Nganjuk Karya Makmur Situbondo Pecinan Jaya Blitar Mawar Bersemi Malang Karya Mandiri Sejahtera 7 Trenggalek Tani Makmur Jumlah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 64

65 1 Gresik Kertosono Tani Subur Nganjuk Makmur 3 Lumajang Gonorejo Tani Bondowoso Makmur 5 Ponorogo Mulya Tani Madiun Kali Gunting Jumlah Tahap penumbuhan tahun 2014 untuk 6 gapoktan sebesarrp ,-. a. Perkembangan pelaksanaan penguatanldpm Tahun Pencairan dan penggunaan dana Bansos. Berdasarkan SK Kepala Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur nomor : 36/209.03/2012, tanggal 26 Maret 2012 menetapkan 29 Gapoktan Tahap Penumbuhan tahun 2012 sebagai penerima Bansos Penguatan-LDPM senilai Rp ,-. Tahun 2013 merupakan tahun kedua bagi Gapoktan Penguatan- LDPM tahun penumbuhan 2012, yang berarti akan memasuki Tahap Pengembangan dan mendapatkan tambahan dana Bansos sebesar Rp. 75 juta. Akan tetapi, karena adanya kebijakan penghematan anggaran dari Badan Ketahanan Pangan Kementerian PertanianRI maka dana tambahan Bansos tersebut ditunda penyalurannya. Dana tambahan Bansos ke rekening Gapoktan Tahap Pengembangan baru disalurkan di tahun 2014 yang rencananya dialokasikan anggaran sebesar Rp ,-, sehingga total dana yang disalurkan ke Gapoktan tahap penumbuhan tahun 2012 menjadi Rp ,-. Sampai dengan bulan Desember 2014 dari 29 Gapoktan terealisasi 21 Gapoktan, sedangkan sisanya 8 gapoktan tidak direalisasikan Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 65

66 karena 1 gapoktan tidak memenuhi syarat administrasi dan 7 gapoktan tidak diusulkan oleh kabupaten. Alokasi dana Bansos Penguatan-LDPM Tahap Pengembangan tahun 2012 sebesar Rp ,- sesuai Rencana Usaha Gapoktan (RUG) penggunaanya dapat dirinci sebagai berikut : Rencana Usaha Gapoktan No Kabupaten Gapoktan Gudang Distribusi Cadangan Pengembangan Banyuwangi Tri Sakti Tri Tunggal Jombang Daditunggal Pojokkulon Tulungagung Dadi Mulyo Malang Alam Sari Situbondo Sumber Makmur Mojokerto Tani Mulyo Trenggalek Sido Mekar Lamongan Mitra Tani Ponorogo Manunggal Ngudi Makmur Lumajang Mitra Bhakti Blitar Mekarsari Bondowoso Al Barokah Magetan Sumber Urip Gresik Dapet Bangkalan Rukun Maju Al-Wahidin Madiun Mojopurno Sidoarjo Sido Makmur Sejahtera Ngawi Baroto Pasuruan Sinar Tani Nganjuk Ibu Bumi Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 66

67 21 Bojonegoro Tani Rahayu Kediri Manunggal Abadi Tawang Jaya Probolinggo Sido Rukun Jumlah Sebesar Rp ,- atau 25,98% dari alokasi dana Bansos digunakan untuk pembangunan/renovasi 29 gudang sarana penyimpanan (gudang) Gapoktan; Sebesar Rp ,- atau 63,75% untuk distribusi/ pengolahan; Sebesar Rp ,- atau 11,43% untuk unit usaha cadangan pangan. Untuk pencairan tahap pengembangan tahun 2014 sebesar Rp ,- kepada 21 gapoktan senilai Rp ,-, digunakan usaha distribusi/pengolahan pangan. Tabel 4 : Rencana Usaha Gapoktan (RUG) dan tambahan modal Gapoktan Tahun Akumulasi pembelian hingga posisi bulan Desember Pembelian gabah/beras/jagung yang sudah dilakukan oleh unit usaha distribusi/pengolahan pangan Gapoktan Tahap Pengembangan sampai dengan bulan September 2014 sekitar 4,64 putaran dari modal awal di unit ini. Nilai total pembelian yang sudah dilakukan mencapai Rp ,- dimana sejumlah nilai tersebut digunakan untuk melakukan pembelian dengan rincian sebagai berikut: GKP : 2.514,6 ton senilai Rp ,- GKG : 151,4 ton senilai Rp ,- Beras : 107,0 ton senilai Rp ,- Jagung : 380,8 ton senilai Rp ,- Jumlah Rp ,- Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 67

68 Sebagaimana ditunjukkan pada Gambar disamping, prosentase pembelian terbesar Gapoktan Tahap Pengembangan tahun 2012 ini didominasi dalam bentuk GKP sebesar 80% dari total pembelian yang dilakukan oleh Gapoktan. Pembelian dalam bentuk GKP yang cukup besar ini JUMLAH PEMBELIAN OLEH GAPOKTAN TAHAP PENGEMBANGAN TH menunjukkan bahwa Gapoktan Tahap Pengembangan dalam melakukan pembelian banyak menyerap gabah milik anggota, yang biasanya dijual dalam bentuk kering panen. Pembelian dalam bentuk kering giling dan beras dilakukan pada saat gabah kering panen sudah habis. Sementara itu, pembelian dalam bentuk GKG oleh Gapoktan Tahap Pengembangan hanya sebesar 5%, beras 3%, dan jagung sebesar 13% dari total pembelian oleh di unit usaha distribusi/pengolahan pangan. 3% 5% 3. Akumulasi dan pemanfaatan cadangan pangan. Pengadaan yang sudah dilakukan oleh unit usaha cadangan pangan Gapoktan Tahap Pengembangan sampai dengan bulan Desember 2014 terbilang sangat kecil, karena ada beberapa Gapoktan yang masih belum memanfaatkan dana di unit usaha cadangan pangan untuk pengadaan cadangan pangan. Jumlah pembelian dalam pengembangan cadangan pangan adalah : - Gabah sebesar 129,15 ton senilai Rp ,- - Beras sebesar 4,43 ton senilai Rp ,- - Jumlah Rp ,- Dari total pembelian tersebut disalurkan kembali kepada anggota kelompok dan dimanfaatkan untuk kebutuhan konsumsi dalam menghadapi musim paceklik, total penyaluran pada tahun 12% 80% GKP GKG Beras Jagung Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 68

69 2014 berupa gabah sebesar 35,01 ton dan beras sebesar 2,64 ton. Apabila dilihat dari pembelian, total penyaluran gabah/beras sangat kecil hanya 27,82% hal ini menunjukkan bahwa anggota gapoktan kurang memanfaatkan cadangan pangan dalam menghadapi musim paceklik. Kegiatan yang dilaksanakan oleh Gapoktan Manunggal di Desa Karang Gebang, Kec. Jetis, Kab. Ponorogo Penyaluran pada tahun 2014 berupa gabah sebesar 35,01 ton dan beras sebesar 2,64 ton telah dikembalikan lagi oleh masyarakat/kelompok, jumlah pengembalian berupa gabah sebesar 19,63 ton dan beras 2,20 ton yang akan digunakan sebagai cadangan pangan. Sedangkan sisa stok yang tersisa pada gudang cadangan pangan Penguatan LDPM berupa gabah sebesar 87,26 ton dan beras 2,75 ton. Sisa stok yang dimiliki unit usaha cadangan pangan tersebut disimpan sebagai upaya untuk mengantisipasi apabila ditemui indikasi kekurangan pangan di wilayahnya. 4. Perkembangan Modal Usaha Sampai dengan bulan Desember 2014 perkembangan modal usaha gapoktan mencapai sebesar Rp ,- atau mengalami peningkatan sebesar Rp ,- (12,24%) dari modal awal sebesar Rp ,-, melihat perkembangan modal kinerja Penguatan LDPM maka perlu lebih ditingkatkan sarana dan prasarana gapoktan sehingga mencapai hasil yang lebih baik dalam melakukan usaha taninya pada saat penanganan pasca panen. Sedangkan tambahan modal sebesar Rp ,- untuk 21 Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 69

70 gapoktan tahap pengembangan tahun 2012 belum diketahui perkembangannya karena pencairan dana dilaksanakan pada bulan September November 2014, dimana pada bulan tersebut bukan merupakan musim panen padi sehingga tidak ada aktivitas yang dilakukan oleh gapoktan terhadap tambahan dana tersebut. b. Perkembangan pelaksanaan Penguatan LDPM Tahun a. Pencairan dan penggunaan dana Bansos. Alokasi dana Bansos Penguatan-LDPM Tahap Pengembangan tahun 2013 sebesar Rp ,- sesuai Rencana Usaha Gapoktan (RUG) penggunaanya dapat dirinci sebagai berikut : Sebesar Rp ,- atau 26,19% dari alokasi dana Bansos digunakan untuk pembangunan/renovasi gudang sarana penyimpanan Gapoktan; Sebesar Rp ,- atau 63,44% dari alokasi dana Bansos digunakan untuk distribusi/pengolahan pangan; Unit usaha cadangan pangan mendapat alokasi sebesar Rp ,- atau 10,37% dari alokasi dana Bansos. Untuk pencairan tahap pengembangan tahun 2014 sebesar Rp ,- kepada 7 gapoktan senilai Rp ,-, digunakan usaha distribusi/pengolahan pangan. Tabel 5 : Rencana Usaha Gapoktan (RUG) dan tambahan modal Gapoktan Tahun 2013 No Kabupaten Gapoktan Rencana Usaha Gapoktan Gudang Distribusi Cadangan Tambahan modal Bondowoso Mitra Tani Kediri Gemat Nganjuk Karya Makmur Situbondo Pecinan Jaya Blitar Mawar Bersemi Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 70

71 No Kabupaten Gapoktan 6 Malang Karya Mandiri Sejahtera Rencana Usaha Gapoktan Gudang Distribusi Cadangan Tambahan modal Trenggalek Tani Makmur Jumlah b. Akumulasi pembelian gabah/beras/jagung hingga posisi Desember Pembelian gabah/beras/jagung yang sudah dilakukan oleh unit usaha distribusi/pengolahan pangan Gapoktan Tahap Pengembangan sampai dengan bulan Desember 2014 sekitar 5,74 kali putaran dari modal awal di unit ini. Nilai total pembelian yang sudah dilakukan mencapai Rp ,- dimana sejumlah nilai tersebut digunakan untuk melakukan pembelian dengan rincian sebagai berikut: GKP : 914,29 ton senilai Rp ,- Beras : 3,35 ton senilai Rp ,- Jagung : 41,45 ton senilai Rp ,- Jumlah Rp ,- Sebagaimana ditunjukkan pada grafik, prosentase pembelian terbesar Gapoktan Tahap Pengembangan tahun 2013 ini didominasi dalam bentuk GKP sebesar 96% dari total pembelian Gapoktan. Pembelian dalam bentuk GKP yang cukup besar ini menunjukkan bahwa Gapoktan Tahap Pengembangan dalam melakukan pembelian banyak menyerap gabah milik anggota, yang biasanya dijual dalam bentuk kering JUMLAH PEMBELIAN OLEH GAPOKTAN TAHAP PENGEMBANGAN TH % 4% 96% GKP GKG Beras Jagung Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 71

72 panen. Pembelian dalam bentuk beras dilakukan secara pada saat gabah kering panen sudah habis. Sementara itu, tidak ada pembelian dalam bentuk GKG dan pembelian jagung oleh hanya sebesar 4% dari total pembelian oleh di unit usaha distribusi/pengolahan pangan. c. Akumulasi dan pemanfaatan cadangan pangan. Pengadaan yang sudah dilakukan oleh unit usaha cadangan pangan Gapoktan Tahap Pengembangan sampai dengan bulan Desember 2014 terbilang sangat kecil, karena ada beberapa Gapoktan yang masih belum memanfaatkan dana di unit usaha cadangan pangan untuk pengadaan cadangan pangan. Jumlah pembelian gabah dalam pengembangan cadangan pangan adalah sebesar 20,64 ton senilai Rp ,- Dari total pembelian tersebut disalurkan kembali kepada anggota kelompok dan dimanfaatkan untuk kebutuhan konsumsi dalam menghadapi musim paceklik, total penyaluran pada tahun 2014 berupa gabah sebesar 2,82 ton. Apabila dilihat dari pembelian, total penyaluran gabah/beras sangat kecil hanya 13,66% hal ini menunjukkan bahwa anggota gapoktan kurang memanfaatkan cadangan pangan dalam menghadapi musim paceklik. Sedangkan sisa stok yang tersisa pada gudang cadangan pangan Penguatan LDPM berupa gabah sebesar 17,82 ton. Sisa stok yang dimiliki unit usaha cadangan pangan tersebut disimpan sebagai upaya untuk mengantisipasi apabila ditemui indikasi kekurangan pangan di wilayahnya. d. Perkembangan modal usaha Sampai dengan bulan Desember 2014 perkembangan modal usaha gapoktan mencapai sebesar Rp ,- atau mengalami peningkatan sebesar Rp ,- (6,12%) dari modal awal sebesar Rp ,-, melihat perkembangan modal kinerja Penguatan Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 72

73 LDPM maka perlu lebih ditingkatkan sarana dan prasarana gapoktan sehingga mencapai hasil yang lebih baik dalam melakukan usaha taninya pada saat penanganan pasca panen. Sedangkan tambahan modal sebesar Rp ,- untuk 7 gapoktan tahap pengembangan tahun 2013 belum diketahui perkembangannya karena pencairan dana dilaksanakan pada bulan September November 2014, dimana pada bulan tersebut bukan merupakan musim panen padi sehingga tidak ada aktivitas yang dilakukan oleh gapoktan terhadap tambahan dana tersebut. c. Perkembangan pelaksanaan Penguatan LDPM Tahun a. Pencairan dan penggunaan dana bansos. Alokasi dana Bansos Penguatan-LDPM Tahap Penumbuhan tahun 2014 sebesar Rp ,- sesuai Rencana Usaha Gapoktan (RUG) penggunaanya dapat dirinci sebagai berikut : Sebesar Rp ,- atau 26,11% dari alokasi dana Bansos digunakan untuk pembangunan/renovasi sarana penyimpanan (gudang) Gapoktan; Sebesar Rp ,- atau 63,33% dari alokasi dana Bansos digunakan untuk distribusi/pengolahan pangan; Unit usaha cadangan pangan mendapat alokasi Rp ,- atau 10,56% dari alokasi dana Bansos. Tabel 6 : Rencana Usaha Gapoktan (RUG) Tahun 2013 No Kabupaten Gapoktan 2014 Rencana Usaha Gapoktan Gudang Distribusi Cadangan 1 Gresik Kertosono Nganjuk Tani Subur Makmur Lumajang Gonorejo Bondowoso Tani Makmur Ponorogo Mulya Tani Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 73

74 No Kabupaten Gapoktan Rencana Usaha Gapoktan Gudang Distribusi Cadangan 6 Madiun Kali Gunting Jumlah b. Akumulasi dana bansos pada kegiatan unit usaha distribusi dan unit cadangan pangan hingga posisi bulan Desember Pencairan tahap I bulan Agustus 2014 digunakan untuk pembangunan gudang cadangan pangan sedangkan pencairan tahap II pada bulan September digunakan untuk distribusi/pemasaran dan cadangan pangan setelah tersedianya gudang cadangan pangan. Sampai dengan bulan Desember 2014 gapoktan belum memanfaatkan dananya untuk pembelian maupun penjualan karena pencairan dana bansos dilakukan pada bulan September 2014 dimana pada bulan tersebut masa panen raya sudah berakhir Peningkatan Akses Pangan Masyarakat Kemampuan masyarakat mengakses pangan yang cukup adalah salah satu prasyarat mutlak bagi terwujudnya ketahanan pangan di tingkat rumah tangga. Salah satu tanggung jawab setiap otoritas pemerintahan, baik nasional, provinsi, kabupaten/kota, hingga ke tingkat desa adalah memfasilitasi setiap orang dan rumah tangga di wilayahnya dapat mengakses pangan yang cukup setiap hari, dan menghindarkannya dari masalah kerawanan pangan. Akses pangan didefinisikan sebagai kemampuan seseorang dalam rumah tangga secara periodik dapat memenuhi kebutuhan pangan yang cukup melalui kombinasi cadangan pangan mereka dan hasil dari rumah/pekarangan sendiri, pembelian, barter, pemberian, pinjaman dan bantuan pangan. Beberapa faktor yang mempengaruhi akses pangan masyarakat adalah kemampuan memproduksi pangan masyarakat setempat atau keswasembadaan Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 74

75 pangan, kondisi infrastruktur dasar seperti jalan, pasar, sarana dan prasarana transportasi darat maupun air yang dikaitkan dengan kebutuhan untuk berproduksi maupun untuk meningkatkan kualitas hidup. Selain itu, akses pangan masyarakat dipengaruhi pula oleh aspek ekonomi maupun aspek sosial yang dapat dirinci menjadi 7 (tujuh) indikator yang menggambarkan kemampuan akses masyarakat terhadap pangan, yaitu : (1) Konsumsi normatif terhadap ketersediaan bersih pangan pokok; (2) Persentase desa yang tidak dapat dilalui oleh kendaraan roda 4; (3) Persentase desa yang tidak memiliki pasar dan jarak terdekat ke pasar > 3 km; (4) Persentase penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan; (5) Persentase penduduk yang bekerja < 36 jam per minggu; (6) Product Domestic Regional Bruto (PDRB) ekonomi kerakyatan per kapita; dan (7) Persentase penduduk yang tidak tamat SD. Salah satu upaya untuk mengatasi akses pangan melalui pengembangan akses pangan tingkat rumah tangga, mengingat bahwa permasalahan utama akses pangan adalah aspek ekonomi dimana daya beli masyarakat terhadap pangan masih rendah. Pemerintah Provinsi Jawa Timur melalui Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur melaksanakan kegiatan Pengembangan Akses Pangan di Tingkat Rumah Tangga untuk menangani akses pangan yang rendah dengan melibatkan masyarakat secara aktif. Disamping itu diperlukan upaya terpadu instansi terkait berupa penguatan modal usaha secara berkelompok, dukungan infrastruktur ekonomi yang tangguh dan memihak kepada kepentingan masyarakat, serta pendampingan dan bimbingan guna mendorong usaha perbaikan kedepan. Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 75

76 Dari hasil analisis dan pemetaan akses pangan di Jawa Timur, terdapat 3 kabupaten yang dikatagorikan Prioritas 1 yaitu Kabupaten Sampang, Prioritas 2 Kabupaten Bangkalan dan Prioritas 3 Kabupaten Pamekasan, Proboliggo, Bondowoso, Sumenep dan Lamongan. Dalam rangka peningkatan akses pangan masyarakat Tahun 2014 Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur, dilaksanakan melalui kegiatan Peningkatan Akses Pangan Masyarakat di 17 Desa dengan kegiatan sebagai berikut : 1. Penyaluran hibah barang komoditas pangan 17 Paket. 2. Temu teknis kelompok akses pangan 3. Workshop dan Pelatihanan Peningkatan akses pangan masyarakat KONSUMSI PANGAN TUJUAN 1 SASARAN 3 INDIKATOR KINERJA Skor Pola Pangan Harapan (PPH) % Jumlah Sample yang aman dikonsumsi Memantapkan dan Mengembangkan Ketersediaan, Distribusi, Konsumsi Pangan berbasis sumberdaya lokal. Meningkatkan Kualitas Konsumsi & Keamanan Pangan Target Realisasi Capaia n % 82,0 76,80 79,30 80,00 80,50 81,60 99,51 75 % 87,30 97,50 82,60 82,61 83,21 110,95 Keberhasilan sasaran strategis ini diukur melalui 1 (satu) indikator kinerja yaitu kualitas dan kuantitas konsumsi pangan semakin beragam, bergizi seimbang dan amanyang ditunjukkan dengan peningkatan SKOR PPH. Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 76

77 FAO-RAPA mendefinisikan PPH sebagai komposisi kelompok pangan utama yang bila dikonsumsi dapat memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi lainnya. Dengan demikian PPH merupakan susunan beragam pangan yang didasarkan atas proporsi keseimbangangan energi dari berbagai kelompok pangan untuk memenuhi gizi baik dalam jumlah maupun mutu dengan mempertimbangkan segi daya terima, ketersediaan pangan, ekonomi, budaya dan agama.upaya pencapaian Skor PPH didukung oleh 6 (enam) program yaitu : Program Peningkatan Kesejahteraan Petani; Program Peningkatan Ketahanan Pangan; Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian, Perkebunan dan Peternakan; Program Pengembangan Kawasan Agropolitan; Program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/ Perkebunan/Peternakan. Tingkat konsumsi dan kualitas pangan tahun 2014 ditunjukkan oleh keragaman konsumsi pangan penduduk yang dianalisis melalui pendekatan perhitungan Pola Pangan Harapan (Beragam, Bergizi Seimbang dan Aman), yang dicerminkan dengan nilai skor PPH. Skor PPH ideal adalah 100 yang diproyeksikan akan tercapai pada Tahun Skor PPH Jawa Timur Tahun 2013 mencapai 80,5 atau 99,2% dari target yang telah ditetapkan pada Tahun 2013 sebesar 81,1 dan mengalami peningkatan dibandingkan Tahun 2012 sebesar 80. Namun demikian apabila perhitungan dilakukan secara perwilayahan maka untuk Skor PPH wilayah perkotaan Tahun 2013 sebesar 84,6 atau mencapai 104,3% sedangkan untuk wilayah perdesaan skor PPH adalah 76,3 atau 94% dari target yang telah ditetapkan pada tahun 2013 sebesar 81,1. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat diperkotaan telah semakin memahami dan mempunyai kesadaran akan pentingnya kualitas konsumsi pangan untuk hidup sehat sedangkan masyarakat perdesaan masih harus didorong melalui sosialisasi, promosi dan kegiatan lainnya yang dapat memberi wawasan dan pengetahuan untuk mengkonsumsi pangan sesuai anjuran untuk hidup sehat sesuai slogan Panganku Beragam, Bergizi Seimbang dan Aman (B2SA). Disamping itu kondisi ekonomi masyarakat Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 77

78 perkotaan dan perdesaan juga mempengaruhi dalam menentukan konsumsi pangan yang B2SA. Tabel... Skor PPH Jawa Timur Tahun No. Uraian Tahun 2013 Skor PPH % tase dr Target 1. Perkotaan 84,6 104,3% 2. Pedesaan 76,3 94% 3. Jawa Timur 80,5 99,2% Sumber: Susenas 2012Jawa Timur, diolah BKP Prov.Jatim, Ket : Target Skor PPH Thn 2013 = 81,1 Tabel 5. Standar Ideal PPH Nasional No Kelompok Pangan PPH Nas. Konsumsi Energi KKal Konsumsi gr/kap/hr Bobot Skor PPH 1. Padi-padian Umbi-umbian Pangan Hewani Lemak & Minyak 5. Buah/Biji Brminyak 6. Kacang2an Gula Sayur dan Buah Lainnya Jumlah Sumber : Pusat Pengembangan Konsumsi Pangan BKP Deptan, 2005 Tabel 6a. Rata-rata Konsumsi Pangan Tingkat Rumah Tangga Penduduk Jawa Timur Tahun 2012 dan 2013 (perkapita perhari). No Kelompok Tahun 2012 Tahun 2013 Pangan Gr/kap /hr Energi (KKal) % AKE Gr/kap /hr Energi (KKal) % AKE 1. Padi-padian 280, ,1 283,6 1115,6 55,8 2. Umbi-umbian 41,0 45 2,2 38,9 42,7 2,1 3. Pangan Hwni 80, ,7 85,0 149,3 7,5 4. Lemak& Miny 23, ,7 23,7 213,2 10,7 5. Buah/biji miny 6,9 38 1,9 8,0 44,2 2,2 6. Kacang2an 24,9 68 3,4 32,4 82,7 4,1 7. Gula 22,2 80 4,0 27,2 99,1 5,0 Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 78

79 8. Sayur & Buah 266, ,2 228,2 91,0 4,6 9. Lainnya 104,4 45 2,3 57,8 38,1 1,9 Jumlah , ,8 Tabel 6b. Rata-rata Konsumsi Pangan Tingkat Rumah Tangga Penduduk Jawa Timur Tahun 2013 (perkapita perhari). No Kelompok Wilayah Perkotaan Wilayah Perdesaan Pangan Gr/kap /hr Energi (KKal) % AKE Gr/kap /hr Energi (KKal) % AKE 1. Padi-padian , , Umbi-umbian , ,3 2,1 3. Pangan Hwni 95,6 177, ,7 123, Lemak& Miny ,2 10, , Buah/biji miny ,3 1, , Kacang2an , , Gula , ,5 4,9 8. Sayur & Buah ,0 4, , Lainnya , ,9 1.9 Jumlah ,8 92,7-1882,5 94,1 Sumber : Susenas 2013 Jawa Timur, diolah BKP Prop.Jatim, Ket : Angka Kecukupan Energi (AKE) =2000 KKal/Kap/Hari Dari tabel diatas menunjukkan bahwa pola konsumsi pangan penduduk di wilayah perkotaan dan perdesaan terdapat perbedaan pada beberapa kelompok pangan terutama : padi-padian, umbi-umbian, pangan hewani serta sayur dan buah. Apabila ditelaah lebih lanjut, maka dari segi komposisi (keragaman) tampak untuk perkotaan, rata-rata konsumsi kelompok padi-padian sebesar 269,4 gram/kap/hrberarti lebih rendah dari standar ideal PPH sebesar 275 gram/kap/hr atau mencapai 97,96% sedangkan diperdesaan sebesar 296,5 gram/kap/hr atau 107,8% dari konsumsi standar PPH ideal sebesar 275 gram/kap/hari. Rata-rata konsumsi kelompok umbi-umbian diwilayah perkotaan sebesar 29,1 gram/kap/hr atau 29,1%, sedangkan diperdesaan sebesar 37,5 gram/kap/hr atau 37,5% dari konsumsi ideal yang dianjurkan sesuai komposisi PPH yaitu sebesar 100 gram/kap/hr. Hal ini mengindikasikan bahwa umbi-umbian masih dianggap sebagai komoditas inferior baik diperkotaan maupun diperdesaan, sehingga sangat diperlukan upaya-upaya Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 79

80 meningkatkan keberadaan umbi-umbian mulai dari budidaya sampai dengan teknologi pengolahannya agar persediaannya cukup dan tampilannya menarik sehingga diminati dan disukai sebagai alternatif konsumsi pangan yang mempunyai nilai sejajar dengan komoditas padi-padian. Rata-rata konsumsi kelompok pangan hewani diwilayah perkotaan sebesar 95,6 gram/kap/hr atau 63,7%, sedangkan diperdesaan sebesar 74,7 gram/kap/hr atau 49,8% dari konsumsi ideal yang dianjurkan untuk kelompok pangan hewani sebesar 150 gram/kap/hari. Hal ini mencerminkan bahwa konsumsi pangan penduduk baik diperkotaan maupun diperdesaan masih berada jauh dibawah konsumsi ideal yang dianjurkan sehingga perlu untuk ditingkatkan. Rata-rata konsumsi kelompok pangan minyak dan lemak diwilayah perkotaan sebesar 24,3 gram/kap/hr atau 121,5% sedangkan diperdesaan sebesar 23,2 gram/kap/hr atau 116% dari anjuran PPH ideal sebesar 20 gram/kap/hr. Rata-rata konsumsi kelompok pangan buah/biji berminyak diwilayah perkotaan sebesar 6,9 gram/kap/hr atau 69%, sedangkan diperdesaan sebesar 9,0 gram/kap/hr atau 90% dari standar konsumsi ideal yang dianjurkan untuk kelompok buah/biji berminyak sebesar 10 gram/kap/hr. Rata-rata konsumsi kelompok pangan kacang-kacangan diwilayah perkotaan sebesar 33,2 gram/kap/hr atau 94,86% sedangkan diperdesaan sebesar 31,6 gram/kap/hr atau 90,29% dari konsumsi ideal yang dianjurkan untuk kelompok kacang-kacangan sebesar 35 gram/kap/hr. Rata-rata konsumsi kelompok pangan gula diwilayah perkotaan sebesar 27,4 gram/kap/hr atau 91,33%, sedangkan diperdesaan sebesar 27,0 gram/kap/hr atau 90% dari konsumsi ideal yang dianjurkan untuk kelompok gula sebesar 30 gram/kap/hr. Rata-rata konsumsi kelompok pangan sayur dan buah diwilayah perkotaan sebesar 241,5 gram/kap/hr atau 96,6%, sedangkan diperdesaan sebesar 216,1 gram/kap/hr atau 86,44% dari konsumsi ideal yang dianjurkan untuk kelompok sayur dan buah sebesar 250 gram/kap/hr. Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 80

81 Rata-rata jumlah konsumsi jenis bahan pangan per kapita per tahun yang diuraikan dari kelompok bahan pangan dengan pendekatan PPH untuk Tahun 2013 adalah sebagai berikut : Tabel 7. Uraian Rata-Rata Jenis Konsumsi Pangan Penduduk Jawa Timur Tahun 2013 berdasarkan pendekatan PPH No. Kelompok Pangan Konsumsi (Kg/Kap/Tahun) Padi-padian 103,52 a. Beras 89,38 b. Jagung 4,24 c. Terigu 9,89 2. Umbi-umbian 14,19 a. Ubi kayu 9,25 b. Ubi Jalar c. Sagu 3,04 0,98 d. Kentang 0,80 e. Umbi lainnya 0,12 3. Pangan Hewani 31,02 a. Daging ruminantia 1,88 b. Daging unggas 4,72 c. Telur 8,33 d. Susu 1,88 e. Ikan 14,21 4. Minyak & Lemak a. Minyak kelapa b. Minyak Lainnya c. Margarine 5. Buah/Biji minyak a. Kelapa b. Kemiri 8,65 0,74 7,79 0,12 2,94 2,49 0,45 6. Kacang-kacangan 11,83 a. Kedele 11,20 b. Kacang tanah 0,38 c. Kacang hijau 0,19 d. kacang lainnya 0,06 7. Gula 9,93 a. Gula pasir 9,79 b. Gula merah 0,14 8. Sayur dan Buah 83,29 a. sayur 58,21 b. Buah 25,08 Sumber :Susenas 2013 Jawa Timur, diolah BKP Prov.Jatim, Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 81

82 a. Kelompok padi-padian terdiri dari : beras, jagung dan terigu dengan jumlah konsumsi untuk kelompok padi-padian adalah sebesar 103,51 Kg/Kap/Tahun.Secara terinci urutan yang dikonsumsi penduduk adalah : beras (beras lokal, pangan olahan tepung beras, dll)sebesar 89,38 Kg/Kap/Tahun, disusul tepung terigu sebesar 9,89 Kg/Kap/Tahun dan jagung sebesar 4,24 Kg/Kap/Tahun. Konsumsi Kelompok Padi-padian masih didominasi oleh beras sehingga untuk mengurangi ketergantungan terhadap satu bahan pangan pokok maka Jawa Timur mempunyai target penurunan konsumsi beras sebesar 1,5% per tahun dengan mendorong peningkatan penganekaragaman konsumsi pangan lokal sumber karbohidrat lainnya seperti jagung dan umbi-umbian. b. Kelompok umbi-umbian terdiri dari : ubi kayu, ubi jalar, sagu, kentang dan umbi lainnya dengan jumlah konsumsi kelompok umbi-umbian adalah sebesar 14,19 Kg/Kap/Tahun. Pada kelompok ini jenis umbi-umbian ubi kayu/singkong menempati urutan teratas yang dikonsumsi yaitu sebesar 9,15 Kg/Kap/Tahun, disusul ubi jalar, sagu, umbi lainnya dan kentang. Secara umum konsumsi umbi-umbian masih sangat rendah yaitu baru sebesar 38,9% dari standar PPH ideal yang diharapkan. Oleh karena itu umbi-umbian sangat penting untuk dibudidayakan secara berkelanjutan dan dimasyarakatkan, mengingat umbi-umbian adalah pangan lokal yang mempunyai potensi cukup besar sebagai substitusi bahan pangan pokok sumber karbohidrat selain beras. c. Kelompok Pangan Hewaniterdiri dari : daging ruminantia, daging unggas, telur, susu dan ikan dengan total jumlah konsumsi untuk kelompok pangan hewani adalah sebesar 31,02 Kg/Kap/Tahun.Secara terinci urutan yang dikonsumsi masyarakat adalah : telur sebesar 8,33 Kg/Kap/Tahun, daging unggas sebesar 4,72 Kg/Kap/Tahun, ikan sebesar 14,21 Kg/Kap/Tahun dan daging ruminantia sebesar 1,88 Kg/Kap/Tahun. Secara umum untuk rata-rata konsumsi kelompok pangan hewani masih sebesar 56,6% dari standar PPH ideal. Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 82

83 d. Kelompok Minyak dan lemak terdiri dari : minyak kelapa, minyak lainnya dan margarin dengan total jumlah konsumsi untuk kelompok minyak dan lemak adalah sebesar 8,65 Kg/Kap/Tahun.Secara terinci urutan yang dikonsumsi masyarakat adalah : minyak lainnya sebesar 7,79 Kg/Kap/Tahun, minyak kelapa sebesar 0,74 Kg/Kap/Tahun dan margarin sebesar 0,12 Kg/Kap/Tahun. Secara umum untuk rata-rata konsumsi kelompok minyak dan lemak mencapai 118,5% atau melebihi standar PPH ideal. e. Kelompok Buah/Biji Berminyak terdiri dari : kelapa dan kemiri dengan total jumlah konsumsi untuk kelompok buah/biji berminyak adalah sebesar 2,94 Kg/Kap/Tahun.Secara terinci urutan yang dikonsumsi masyarakat adalah : kelapa sebesar 2,49 Kg/Kap/Tahun dan kemiri sebesar 0,45 Kg/Kap/Tahun. Secara umum untuk rata-rata konsumsi kelompok buah/biji berminyak sebesar 80% dari standar PPH ideal. f. Kelompok Kacang-kacangan terdiri dari : kedele, kacang tanah, kacang hijau dan kacang lainnya dengan total jumlah konsumsi untuk kelompok kacang-kacangan adalah sebesar 11,83Kg/Kap/Tahun.Secara terinci urutan yang dikonsumsi masyarakat adalah : kedele sebesar 11,20 Kg/Kap/Tahun, kacang tanah sebesar 0,38 Kg/Kap/Tahun, kacang hijau sebesar 0,19 Kg/Kap/Tahun dan kacang lainnya sebesar 0,06 Kg/Kap/Tahun.. Secara umum untuk rata-rata konsumsi kelompok kacang-kacangan mencapai 92,57% atau hampir mendekati standar PPH ideal. g. Kelompok Gula terdiri dari : gula pasir dan gula merah dengan total jumlah konsumsi untuk kelompok gula adalah sebesar 9,93 Kg/Kap/Tahun.Secara terinci urutan yang dikonsumsi masyarakat adalah : gula pasir sebesar 9,79 Kg/Kap/Tahun dan gula merah sebesar 0,14 Kg/Kap/Tahun. Secara umum untuk rata-rata konsumsi kelompok gula mencapai 90,66% dari standar PPH ideal. h. Kelompok Sayur dan Buah terdiri dari : sayuran dan buah-buahan dengan total jumlah konsumsi untuk kelompok sayur dan buah adalah Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 83

84 sebesar 83,29 Kg/Kap/Tahun.Secara terinci urutan yang dikonsumsi masyarakat adalah : sayuran sebesar 58,21 Kg/Kap/Tahun dan buahbuahan sebesar 25,08 Kg/Kap/Tahun. Secara umum untuk rata-rata konsumsi kelompok sayur dan buah sebesar 91,28% dari standar PPH ideal. 1. Kualitas Konsumsi Pangan berbasis Pola Pangan Harapan (PPH) TUJUAN SASARAN INDIKATO R KINERJA Meman tapkan dan Mengemba ngkan Ketersediaa n, Distribusi dan Konsumsi berbasis sumberdaya lokal 3. Meningkatk an Kualitas Konsumsi & Keamanan Pangan - Skor Pola Pangan Harapan (PPH) SATU AN TARGE T REAL S CAPI AN % Skor 82, ,51 Capaian skor PPH Tahun 2014 sebesar 81,6 terjadi peningkatan dibanding tahun sebelumnya namun masih dibawah target yang ditetapkan. Hal ini disebabkan penurunan konsumsi padi-padian tidak diimbangi dengan adanya kenaikan konsumsi dari kelompok pangan hewani, kacang-kacangan, sayur dan buah-buahan. Tabel 5. Skor PPH Nasional dan Provinsi Jawa Timur Th No Skor PPH Nasional Skor PPH Prov. Jatim Kelompok Pangan Kalor Skor Kalor % Skor Skor Skor % i PPH i AKE AKE Max PPH 1 Padi-padian , , 28 25,0 25,0 2 Umbi-umbian ,4 3 1,2 2,5 1,2 3 Pangan Hewani 165 8,2 16, ,8 15,7 24,0 15,7 4 Minyak dan lemak , 10, ,3 5,0 5,0 5 Buah/biji 30 1,5 0,7 44 2,2 1,1 1,0 1,0 Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 84

85 berminyak 6 Kacang-kacangan 54 2,7 5,4 83 4,2 8,3 10,0 8,3 7 Gula 70 3,5 1,8 99 5,0 2,5 2,5 2,5 8 Sayur dan buah ,6 22,9 30,0 22,9 9 Lain-lain 35 1, ,9 0 0,0 0, , 6 75, , 1 84,7 100, 0 81,6 Dalam rangka Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan telah ada Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 71 Tahun 2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumberdaya Lokal. Langkah operasional perlu dilakukan terus menerus dan berkelanjutan melalui proses internalisasi dan pengembangan industri pangan lokal meliputi kegiatan Advokasi, Kampanye, Promosi, Pendidikan non Formal, Penyuluhan, Pemanfaatan Pekarangan, Fasilitasi, Penerapan standart Mutu dengan sasaran anak-anak usia sekolah, TP-PKK, Pengusaha pangan, Kelompoktani, Kelompok Wanita, Guru dan Masyarakat luas. Tabel 6 :Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Tahun No. Kelompok Konsumsi Energi (Kkal/Kap/Hr) Bahan Pangan Padian-padian 1.159, , , , , ,8 2. Umbi-Umbian 45,1 42,6 87,0 44,9 42,7 47,3 3. Pangan Hewani 119,3 124,7 155,4 133,2 149,3 156, Minyak dan Lemak Buah/Biji Berminyak Kacang - Kacangan 185,2 195,5 197,6 213,1 213,2 213,4 42,9 40,9 39,2 37,5 44,2 44,2 85,4 84,0 81,1 67,8 82,7 83,2 7. Gula 93,8 90,5 89,6 80,1 99,1 99,2 8. Sayuran dan Buah 84,9 83,0 82,5 103,4 91,0 91,8 9. Lain-Lain 40,9 42,0 42,0 45,4 38,1 38,2 Total 1.856, , , , , ,1 Skor PPH 75,7 76,9 79,6 80,0 80,5 81,60 Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 85

86 Dalam rangka mendukung pencapaian skor Pola Pangan Harapan tersebut dilaksanakan program/kegiatan meliputi : 1. Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP). Mengingat tingginya laju pertumbuhan penduduk Jawa Timur (0,76%), menyebabkan kompleksnya permasalahan dalam pemenuhan kebutuhan pangan. Sementara kapasitas produksi pangan pertumbuhannya masih lambat dan stagnan yang disebabkan adanya kompetisi dalam pemanfaatan sumber daya lahan dan air serta stagnannya pertumbuhan produktifitas lahan dan tenaga kerja pertanian. Program Percepatan Penganekaragaman Pangan kegiatan Pengembangan pangan lokal dan tradisional merupakan salah satu intervensi pemerintah dalam memenuhi kebutuhan pangan alternatif masyarakat Jawa Timur, mengingat konsumsi pangan penduduk Jawa Timur masih didominasi oleh kelompok pangan serealia terutama beras yang diharapkan dapat menurunkan konsumsi beras masyarakat Jawa Timur dan beralih ke umbi-umbian, mengingat potensi umbi-umbian di Jawa Timur cukup banyak dan tersebar di berbagai kabupaten/kota. Sedangkan konsumsi jagung, ubi kayu, ubi jalar dan umbi lainnya cenderung mengalami fluktuasi. Upaya untuk meningkatkan konsumsi umbi-umbian dengan penggunaan teknologi tepat guna dan mensosialisasikan program diversifikasi pangan dan gizi guna masyarakat tidak bergantung pada beras dan terigu, serta untuk meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap produk pangan olahanguna menumbuhkan minat dan kecintaan untuk mengkosumsi pangan lokal. Senyampang dengan kondisi diatas, maka dalam rangka untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran dan ketrampilan masyarakat dalam pengembangan pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi, berimbang dan aman ( B2SA) yang berbasis sumberdaya lokal, serta menurunkan tingkat konsumsi beras penduduk dengan sasaran seluruh masyarakat Jawa Timur,maka telah dilaksanakan beberapa kegiatan sebagai berikut : Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 86

87 a. Sosialisasi Kantin Sekolah Sehat berbasis pangan lokal se Jawa Timur, Guna meningkatkan pemahaman pentingnya berbagai jenis makanan jajanan yang terbuat dari bahan pangan lokal dan tradisional yang bebas dari bahan tambahan pangan yang membahayakan jika dikonsumsi, disamping menambah pengetahuan/wawasan dan memberikan pembekalan peserta dalam mengelola bantuan hibah yang berupa peralatan dan bahan pangan untuk kantin sekolah. Adapun sasarannnya adalah Kepala Sekolah, Guru, Pengelola kantin sekolah dan petugas Institusi Ketahanan Pangan di 15 Kabupaten sebanyak 78 orang. Realisasi fisik tercapai 100%. b. Sosialisasi konsumsi pangan B2SA bagi Guru se Jawa Timur. Untuk memberikan pemahaman dan pengetahuan konsumsi pangan yang Beragam, Bergizi, Seimbang dan Aman (B2SA) berbasis sumber daya lokal, kepada para pelaku pendidikan/perguruan dan petugas Ketahanan Pangan Kabupaten/kota di 38 kabupten/kota se Jawa Timur sebanyak 131 orang. Realisasi pelaksanaan sosialisasi tercapai 100%. c. Pemasyarakatan Teknologi MP-ASI, BUMIL dan BUSUI. Penyebarluasan penganekaragaman konsumsi pangan pada masyarakat, yang Beragam Bergizi Seimbang Dan Aman (B2SA) berbasis pangan lokal dan mempersiapkan peserta sebagai calon penerima stimulan berupa Bantuan Hibah Peralatan dan Bahan Pangan Lokal bagi MP-ASI, BUMIL dan BUSUI.Keluarannya adalah tersalurnya bantuan hibah peralatan bagi Taman Posyandu sesuai dengan sasaran, sebanyak 75 orang terdiri dari Ketua/Kader Posyandu sebanyak 60 orang dan petugas Ketahanan Pangan Kab/Kota 15 orang. Realisasi fisik mencapai 100%. d. Pertemuan Apresiasi Pengembangan Karangkitri dalam rangka penyamaan persepsi tentang kegiatan Karangkitri pada 20 kabupaten/kota di Jawa Timur, sebanyak 50 orang, yang Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 87

88 dilaksanakan tanggal 20 s/d 21 Oktober 2014 bertempat di Hotel Royal Tretes View - Prigen kabupaten Pasuruan. Keluaran yang diharapkan dari pelaksanaan Pertemuan Apresiasi Pengembangan Karangkitri Tahun 2014 adalah kesamaan persepsi mengenai pelaksanaan kegiatan Pengembangan karangkitri tahun 2014 di kabupaten dan kota. Realisasi fisik mencapai 100%. e. Pelaksanaan Pekan Sarapan Nasional untuk memasyarakatkan B2SA serta konsumsi pangan yang memenuhi standart mutu dan keamanan pangan. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal14-20 Pebruari sebagai Pekan Sarapan Nasional (PESAN) dengan tujuan mulia untuk selalu mengingatkan dan mendorong masyarakat agar melakukan kebiasaan sarapan sehat setiap hari sebagai bagian dari upaya mewujudkan gizi seimbang. Berkaitan dengan hal tersebut, Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur melalui Bidang Penganekaragaman dan Konsumsi Pangan dengan dana APBD Tahun 2014 telah menyelenggarakan kegiatan Pekan Sarapan Naional pada Sekolah Dasar di Kabupaten Sidoarjo dan Kota Surabaya. Dengan Sasaran siswa siswi SDN sebanyak 550 anak, dan terealisasi 100%. f. Pengembangan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) dan Pemberian Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS) berbasis sumberdaya lokal untuk Balita gizi kurang. Terealisasi 100%. g. Pemberian Hibah kepada Taman Rp. 40 Juta/Kab di 38 Kabupaten/Kota sebesar Rp ,-, hibah berupa Bantuan Peralatan berupa Statur Meter, Alat Peraga, Kompor gas, Regulator Tabung, Blender dan mangkok dan Bahan Pangan berupa Gula pasir,kacang Hijau, Susu Kental Manis, Tepung Beras Merah, Mentega, Tepung Maizena dan Agar-Agar bagi Taman Posyandu sebanyak 190 kelompok, terealisasi 187 kelompok, dan 3 kelompok mengundurkan diri yaitu 2 kelompok Taman Posyandu Jember dan 1 kelompok Taman Posyandu Kota Surabaya. Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 88

89 h. Pemberian Hibah kepada Kantin Sekolah Sehat, kegiatan hibah berupa bantuan peralatan dan bahan pangan bagi Kantin Sekolah sehat berbasis pangan lokal di 15 Kabupaten, yaitu : Tulungagung, Sidoarjo, Ngawi, Magetan, Sampang, Kediri, Situbondo, Probolinggo, Ponorogo, Madiun, Nganjuk, Tuban, Gresik, Pamekasan dan Lumajang, di 15 Kantin sebesar Rp ,- masing-masing 1 kantin mendapatkan bantuan sebesar Rp ,- s/d Rp ,-. Bantuan Hibah peralatan berbentuk Lemari es, kompor gas, regulator, tabung, etalase, blender, macig com, mangkok, sendok, sedangkan bahan pangan berupa Beras Cerdas, gatot instant, tiwul instant, tepung maizena, tepung mocav, agar-agar, kacang hijau, kedele, tepung tapioka. Realisasi fisik 100%. i. Pemberian Hibah dalam rangka Pengembangan Karangkitri, dengan nilai bantuan sebesar Rp. 50 Juta Rupiah yang diarahkan ke 83 dasawisma Desa di 20 Kab/Kota, berbentuk Saprodi berupa : Kebun Bibit Desa/Green house, pompa air dan kelengkapannya, pupuk kandang, pupuk organik, pupuk NPK, polybag, pipa paralon dan selang air. Bantuan hibah berbentuk benih/bibit sayuran dan buah, dan tanaman toga berupa binahong hijau, brotowali, daun, encok, daun dewa,, dll 2. Pengembangan Usaha Pangan Lokal dan Tradisional. Dengan diterbitkannya Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor: 22 Tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan Penganekargaman Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal, Peraturan Menteri Pertanian No : 43/Permentan/OT.140/10/2009 tentang Gerakan Percepatan Penganekaragaman Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal, yang selanjutnya ditindaklanjuti dengan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomeor : 71 tahun 2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Percepatan Penganekaragaman Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal, maka kita Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 89

90 harus melaksanakan percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) di Jawa Timur, maka melalui kerjasama dengan Perguruan Tinggi dan berbagai Instansi terkait, Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur mengembangkan bahan pangan pokok non beras sumber Karbohidrat yang di sandingkan dengan nasi dan berbahan baku lokal, dan juga perbaikan mutu konsumsi pangan masyarakat melalui penurunan konsumsi beras dan peningkatan konsumsi pangan pokok selain beras yang diimbangi dengan konsumsi pangan hewani serta sayur dan buah. Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi setiap saat. Oleh karena itu, Program Ketahanan Pangan merupakan suatu sasaran prioritas utama nasional dibidang pertanian dan pangan. Penyediaan pangan yang cukup dengan kualitas gizi yang baik dan seimbang akan meningkatkan kualitas fisik dan kualitas fikir atau kecerdasan yang merupakan unsur kualitas manusia yang tangguh. Hasil pertanian termasuk bahan pangan lokal seperti jagung, ubi kayu, ubi jalar, suweg, bentul, ganyong dan sebagainya mempunyai sifat cepat membusuk. Untuk menjaga agar pada musim panen raya hasil panen tidak cepat membusuk dan harga tetap setabil, maka perlu dilakukan penanganan pasca panen yang tepat, dengan teknik pengolahan pangan yang sangat beragam misalnya perebusan, pengukusan, pemanasan, fermentasi, pembuatan tepung, dan sebagainya tergantung dari tujuan akhir yang diinginkan sehingga dapat dibuat berbagai macam penganekaragaman pangan. Penganekaragaman pangan adalah usaha untuk menyediakan berbagai ragam produk pangan baik dalam jenis maupun bentuk. Dilain sisi, makanan tradisional yang menjadi ciri khas suatu daerah harus diperhatikan dan ditingkatkan mutunya dengan peningkatan pengemasan dan penyajiannya agar dapat bersaing dengan makan impor. Maka dari itu, pada Tahun 2014 Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 90

91 melaksanakan kegiatan Workshop Pengembangan Jaringan Usaha Pangan Olahan Berbahan Baku Lokal. Tujuan Meperluas jaringan para pengusaha pangan olahan berbahan baku lokal sehingga dapat memperlancar usaha mulai dari Penyedian bahan baku, proses produksi, kerja sama antar produsen sampai dengan jaringan pemasaran. Sasaran Pengusahapangan olahan berbahan baku lokal yang ada di 19 Kabupaten/Kota, di Jawa Timur. Keluaran 1. Berkembangnya jaringan usaha pada 73 kelompok usaha pangan olahan di Jawa Timur. 2. Meningkatnya kelancaran proses produksi dan pemasaran produk pangan olahan. Pagu anggaran Pengembangan Usaha Pangan Lokal dan Tradisionalsebesar Rp ,- dan terealisasi sebesar Rp ,- atau 96,50%. Penurunan konsumsi beras merupakan salah satu prioritas dalam pembangunan ketahanan pangan. Dengan adanya Program Percepatan Penganekaragaman Pangan, kita dapat menurunkan konsumsi beras masyarakat Jawa Timur dan beralih ke umbi-umbian. Mengingat potensi umbi-umbian di Jawa Timur cukup banyak dan tersebar di berbagai kabupaten/kota. Pada tahun 2014 konsumsi beras mengalami penurunan 1,5 kg/kap/th atau sebesar 89,0 kg/kap/th dibandingkan dengan tahun 2013 sebesar 89,38 kg/kap/th, dan dibandingkan dengan tahun 2012 sebesar 90,5 kg/kap/th sedangkan konsumsi jagung, ubi kayu, ubi jalar dan umbi Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 91

92 lainnya cenderung mengalami peningkatan (Data diolah oleh BKP Jatim), seperti pada tabel 1 sebagai berikut : Tabel 1 : Perubahan konsumsi kelompok pangan padi-padian dan umbi-umbian di Jawa Timur tahun No. Kelompok/Komoditas Padi-padian - Beras 90,5 89,38 89,0 - Jagung 3,6 4,22 4,24 2 Umbi-umbian - Ubi kayu 8,32 8,42 10,89 - Ubi Jalar 1,2 1,54 1,89 - Sagu 0,0 0,98 1,27 P - Kentang 0,03 0,03 0,04 - Umbi lainnya 0,10 0,12 0,16 e Sumber : Data Olahan BKP Jawa Timur. nyebab menurunnya konsumsi beras disebabkan adanya upaya-upaya untuk meningkatkan konsumsi umbi-umbian dengan penggunaan teknologi tepat guna dan mensosialisasikan program diversifikasi pangan dan gizi sehingga masyarakat tidak bergantung pada jenis pangan pokok beras dan terigu. Dalam rangka meningkatkan apresiasi masyarakat terutama untuk pengusaha pangan olahan (UMKM) pangan lokal, guna menumbuhkan minat dan kecintaan masyarakat untuk mengkosumsi pangan lokal dilakukan berbagai kegiatan yaitu : Kegiatan Pengembangan Usaha Pangan Lokal dan Tradisional telah disalurkan bantuan Hibah alat pengolahan pangan olahan sebanyak 60 paket dengan nilai per paket sebesar Rp ,-, dengan total ,- setelah PAK ada perubahan 33 paket dengan nilai Rp ,-/paket, menjadi Rp secara keseluruhan anggaran menjadi Rp. Rp ,- untuk sasaran 93 Kelompok. Realisasi pelaksanaan bantuan hibah berupa mesin penepung, perajang ubi, mesin pemarut dan continuous sealer, telah di salurkan ke 33 Kelompok Pengembangan Usaha Pangan Lokal dan tradisional, di 11 Kabupaten yaitu Kabupaten Probolinggo, Lamongan, Sumenep, Pamekasan, Sampang, Bangkalan, Ngawi, Jombang, Tuban, Bojonegoro dan Pasuruan masing-masing kelompok mendapatkan 1 paket, senilai Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 92

93 NO 1 Rp ,-, total bantuan hibah sebesar Rp ,- atau terealisasi 99 %. Dan fisik 100%, sebagaimana tabel 2 dibawah ini. Tabel 2. NAMA KELOMPOK Daftar penerima bantuan hibah alat Pengembangan Usaha Pangan Lokal dan Tradisional Badan Ketahanan Pangan Tahun KETUA KELOMPOK ALAMAT NAMA ALAT JUMLAH NILAI/Rp PENGEMBANGAN USAHA PANGAN LOKAL DANTRADISIONAL KT. SUMBER MAKMUR I SYAFI'I 2. KT. SEJAHTERA I JARWONO 3. KT. SUKA MAJU KELOMPOK SUBUR ALAMI KELOMPOK MADU ASRI KEL. SUMBER MANDIRI KWT. IDAMAN HATI KEL. PASCA KARYA I SUJONO ARDI MUASEH UMIYATI SENIOK ISWATI SITI AMSARIYAH RISNO HAJAR 9. KT. TUNAS MUDA SUPARMIN 10. KOP. SELERA RASA HANAWI Ds. Wedusan, Kec. Tiris, Kab. Probolinggo Ds. Pesawahan, Kec. Tiris, Kab. Probolinggo Ds. Andungsari, Kec. Tiris, Kab. Probolinggo Ds. Klagen Srampat, Kec. Maduran, Kabupaten Lamongan Ds. Maduran, Kec. Maduran, Kab. Lamongan Ds. Sukomalo, Kec. Kedungpring, Kabupaten Lamongan Ds. Kalimo'ok, Kec. Kalianget, Kab. Sumenep Ds. Lanjuk, Kec. Manding, Kab. Sumenep Ds. Gedungan, Kec. Batuan, Kab. Sumenep Ds. Palengaan Laok, Kec. Palengaan, Kab. Mesin Penepung Mesin Penepung Mesin Penepung Mesin Penepung Mesin Penepung Mesin Penepung Perajang Ubi Perajang Ubi Perajang Ubi Perajang Ubi 1 paket 1 paket 1 paket 1 paket 1 paket 1 paket 1 paket 1 paket 1 paket 1 paket Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 93

94 Pamekasan KELOMPOK HAL HAF KEL. TERANG BULANG 13. KT. KARYA BAKTI 14. KT. NGUDI RAHAYU II 15. KWT. SRI REJEKI 16. KTW. RUMPUT LAUT ALI RIDO NASRIFAH ARISTIKA JULI ASTUTI SUPARNA SUN JUNIATUN Hj. RAHMAH 17. KU. POTRE TANE SULEHA 18. KWT. KENANGA MESNA 19. KEL. MEKAR SARI 20. KUOM. BANGKIT BERSAMA 21. KT. AMONG TANI I 22. KWT. SEKAR GAYAM WAHYU SULISTINI SISWANTO SUKARYANT O ERNA YULIA 23. KWT. MAWAR TUNIK Desa Bendungan, Kec. Pakong, Kab.Pamekasa n Ds. Waru Barat, Kec. Waru, Kab. Pamekasan Ds. Dumplengan, Kecamatan Pitu, Kab. Ngawi Ds. Kandangan, Kec. Ngawi, Kab. Ngawi Ds. Jururejo, Kec. Ngawi, Kab. Ngawi DS. Sepulu, Kec. Sepulu, Kab. Bangkalan Ds. Langkap, Kec. Burneh, Kab. Bangkalan Ds. Keleyan, Kec. Socah, Kab. Bangkalan Ds. Sengon, Kec.Ngambon, Kab. Bojonegoro Ds. Kanten, Kec. Trucuk, Kab. Bojonegoro Ds. Sumbang Timun, Kec. Trucuk, Kab. Bojonegoro Ds. Prambon tergayang, Kec. Soko, Kab. Tuban Ds. Pakel, Kec. Montong, Kab. Tuban Contonuo us Sealer Contonuo us Sealer Mesin Penepung Mesin Penepung Mesin Penepung Perajang Ubi Contonuo us Sealer Perajang Ubi Mesin Pemarut Perajang Ubi Perajang Ubi Perajang Ubi Contonuo us Sealer 1 paket 1 paket 1 paket 1 paket 1 paket 1 paket 1 paket 1 paket 1 paket 1 Paket 1 Paket 1 paket 1 paket Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 94

95 24. KWT. MAWAR PUTIH DWI ROHJAYANTI 25. KWT. ANGGREK DAYATIN 26. KWT. JAYA MAKMUR IKA PURWATININ GSIH Ds. Simo, Kec. Soko, Kab. Tuban Ds. Sumberrejo, Kec. Purwosari, Kab. Pasuruan Ds. Karang sentul, Kec. Gondang Wetan, Kab. Pasuruan 27. KWT. CEMPAKA SARIATI Ds. gunting, kec. Sukorejo, Kab. Pasuruan 28. KW. SUMBER MUTIARA 29. KW. BUNGA MUTIARA Hj. SITI FATIMAH Hj. SAHRIYA Kel. Banyuanyar, Kec. Sampang, kab. Sampang Kel. Banyuanyar, Kec. Sampang, kab. Sampang 30. KW. MELATI NIYAH Kel. Rong Tengah, Kec. Sampang, kab. Sampang 31. KWT. SRIKANDI UMROTUL AMAROH 32. KWT. KUSUMA ANIS FAHRUNNISA,S.P.si. 33. KWT. BOUGENVIL HALIMATUS SA'DIYAH,S.P di Jumlah Ds. Tugu Sumberejo, Kec. Peterongan, Kab. Jombang Ds. Jombok, Kec. Ngoro, Kab. Jombang Desa Janti, Kec. Jogoroto, Kab. Jombang Mesin Penepung Perajang Ubi Perajang Ubi Mesin Pemarut Perajang Ubi Continuou s Sealer Continuou s Sealer Mesin Penepung Mesin Penepung Perajang Ubi 1 paket 1 paket 1 paket 1 paket 1 paket 1 paket 1 paket 1 paket 1 paket 1 paket Sebagai penunjang kegiatan Hibah tersebut diatas, dilaksanakan pula Pelatihan Peningkatan Produk Pangan Olahan berbahan baku lokal dan Workshop pengembangan jaringan usaha pangan olahan berbahan baku lokal untuk meningkatkan kemampuan pengusaha pangan olahan dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas produk olahannya serta memperluas jaringan usaha demi kelancaran usahanya. Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 95

96 Permasalahan dan upaya pemecahan masalah. 1. Produk-produk pangan olahan berbahan baku lokal kurang diminati masyarakat karena belum sepenuhnya tersentuh oleh teknologi modern seperti (pengemasan, pengolahan, standarisasi produk) serta sarana promosi. 2. Lambatnya perkembangan, penyebaran dan penyerapan teknologi pengolahan pangan lokal untuk meningkatkan kepraktisan dalam pengolahan, nilai gizi, nilai ekonomi, sosial, citra dan daya terima. 3. Belum optimalnya pemberian insentif bagi dunia usaha dan masyarakat yang mengembangkan aneka produk olahan pangan lokal. 4. Semakin gencarnya promosi produk pangan siap saji yang sebagian besar berbahan baku tepung terigu di berbagai media baik televisi, radio, koran dll yang dapat mempengaruhi gaya hidup terutama anak-anak sekolah, sehingga pangan lokal kurang dikenal dan kurang diminati anak-anak. Solusi terhadap permasalahan : 1. Pengembangan inovasi teknologi pengolahan pangan lokal yang mempunyai nilai gizi, ekonomi, sosial, citra dan daya terima sehingga dapat menarik minat masyarakat terhadap pangan lokal. 2. Pemberian bantuan modal kerja atau kredit lunak bagi dunia usaha pengembangan aneka produk olahan pangan lokal. 3. Sosialisasi pangan lokal kepada Siswa dan Guru SD/MI secara berjenjang dan berkesinambungan, bahwa masih banyak makanan pokok berasal dari bahan baku lokal selain beras. 4. Berbagai gerakan kegiatan yang perlu ditingkatkan/digalakkan di masyarakat antara lain : Gerakan Kampanye, Sosialisasi dam kegiatan Terpadu (dari hulu sampai dengan Hilir), meliputi budidaya pangan lokal, penanganan pasca panen, pengolahan pangan lokal dan lainnya yang dapat menunjang pengembangan produksi pangan lokal. Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 96

97 3. Fasilitasi Pengembangan Kawasan Agropolitan. Agropolitan merupakan konsep pembangunan wilayah berbasis pertanian yang mampu memfasilitasi perkembangan kawasan perdesaan dalam suatu hubungan desa kota yang saling memperkuat.kawasan Agropolitan terdiri dari Kota Pertanian dan desa-desa sentra produksi pertanian yang ada di sekitarnya, dengan batasan yang tidak ditentukan oleh batasan administrasi Pemerintahan, tetapi lebih ditentukan dengan memperhatikan skala ekonomi yang ada. Di Jawa Timur, sejak 2003 hingga tahun 2014, melalui surat dukungan Gubernur telah ditetapkan lokasi pengembangan kawasan agropolitan di61 Kecamatan dari 24 Kabupaten dan 1 kota, antara lain : Kota Batu, Kab. Mojokerto, Kab. Ngawi, Kab. Banyuwangi, kab. Lumajang, Kab. Tulungagung, Kab. Bangkalan, Kab. Trenggalek, Kab. Pasuruan, kab. Pamekasan, Kab. Madiun, Kab. Ponorogo, Kab. Blitar, Kab. Pacitan, Kab Nganjuk, Kab. Probolinggo, kab. Malang, Kab. Lamongan, Kab. Tuban, Kab. Bondowoso, Kab. Bojonegoro, Kab. Jombang, Kab. Sumenep.Kab.Sampang, dan Kab.Sidoarjo. Program Pengembangan Kawasan Agropolitan (PKA) diarahkan untuk Pembangunan ekonomi berbasis pertanian di kawasan agribisnis, yang dirancang dan dilaksanakan dengan jalan mensinergikan berbagai potensi yang ada untuk mendorong berkembangnya sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berbasis kerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi, yang digerakkan oleh masyarakat dan difasilitasi oleh Pemerintah. Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur sejak tahun 2010 turut berperan aktif membangun kawasan agropolitan. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, maka yang ditangani adalah urusan ketahanan pangan dengan kegiatan utama yaitu melakukan pelatihan kepada pengusaha pangan olahan dan memberikan bantuan alat pengolahan pangan kepada pengusaha/umkm yang dianggap berhak Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 97

98 melalui proses identifikasi dan verifikasi. Kedua kegiatan ini diadakan selain untuk mendukung Pengembangan Kawasan Agropolitan (PKA), juga dapat menunjang penganekaragaman pangan di Jawa Timur. Pelatihan kepada pengusaha pangan olahan bertajuk Pengembangan Usaha Pangan Olahan di Kawasan Agropolitan yang diadakan pada tahun 2014 ini dilaksanakan di 25 (dua puluh lima) kab/kota yang masuk dalam kawasan agropolitan dan 4 (empat) kabupaten yang pada saat ini sedang mempersiapkan diri untuk menjadi bagian dari kawasan agropolitan. Untuk pelaksanaan di lapangan, kegiatan ini dibagi menjadi 4 (empat) tahap. Dengan demikian, akan lebih banyak kelompok usaha pengolahan pangan di tiap kabupaten yang berkesempatan memperoleh ilmu dan pengetahuan untuk meningkatkan usahanya sekaligus berpartisipasi dalam pengembangan agroindustri di kawasannya. Berikut kami sampaikan hasil kegiatan Pelatihan Pengembangan Usaha Pangan Olahan di Kawasan Agropolitan Tahun 2014 Tahap I. Pagu anggaran Program sebesar Rp ,- dan terealisasi sebesar Rp atau 95,48%. Program ini dimaksudkan untuk memfasilitasi pengembangan dan pemantapan kawasan agropolitan berbasis komoditas unggulan lokal yang dikembangkan melalui mata rantai agrobisnis hulu, on farm (budidaya), hilir (agroindustri) dan usaha jasa pendukungnya yang kuat dan terpadu. Untuk mendukung program telah dilaksanakan Kegiatan fasilitasi Pengembangan Kawasan Agropolitan telah disalurkan alat pengolahan pangan terdiri dari ; alat penepung, s[inner, continues sealer, oven, dan perajang ubi Rp ,- kepada 45 kelompok usaha pangan olahan berbahan baku lokal di kawasan Agropolitan. Jenis alat yang dihibahkan kepada kelompok tidak hanya sesuai dengan bidang usaha yang dijalankan tetapi juga sesuai dengan kebutuhan kelompok. Dengan demikian adanya bantuan hibah alat pengolahan pangan dapat memberkan dampak posistif pada pengemnbangan kualitas dan kuantitas produkpangan Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 98

99 olahan yang dihasilkan. Selanjutnya sebagai penunjang kegiatan, dilaksanakan pula pelatihan dan worskhop. Permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh kelompok usaha maupun petugas kabupaten dalam menjalankan perannya. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut : a) Bentuk konkrit Kawasan Agropolitan yang berhasil Di dalam suatu kawasan agropolitan idealnya memiliki usaha berbasis agro yang bergerak dari hulu hingga hilir, artinya ada proses tanam yang dilanjut dengan proses pengolahan hingga pemasaran. Sehingga di dalamnya memuat peningkatan nilai tambah pada produk hasil pertanian. Beberapa kawasan yang memiliki nilai cukup baik dalam pengembangan kawasan agropolitan antara lain : Kab. Lumajang, Kab. Sidoarjo, Kab. Pasuruan, dan Kab.Jombang.Keberhasilan kawasan agropolitan tidak dipengaruhi lamanya tergabung dalam kawasan agropolitan tetapi komitmen dalam PKA itu sendiri, termasuk dalam pelaporan kegiatan. b) Pentingnya Uji konsumen pada usaha mikro kecil. Uji konsumen sangat diperlukan untuk mengetahui keinginan pasar terhadap produk yang baru dikembangkan.ada kalanya selera kita berbeda dengan selera pasar.karena sejatinya tujuan kita memproduksi produk pangan olahan adalah untuk dipasarkan.oleh karena itu diupayakan produk tidak hanya menarik tetapi harus bisa diterima oleh pasar. Uji konsumen dapat dilakukan dengan cara sederhana, lebih mudahnya menggunakan rata-rata scoring penerimaan konsumen terhadap cita rasa, penampakan, tekstur. Panelis yang digunakan pun tidak perlu panelis terlatih, kecuali produk yang kita olah benar-benar mengunggulkan cita rasa tinggi seperti produk kopi. c) Penggunaan bleng untuk membuat kerupuk puli Penggunaan bleng saat ini tidak dapat ditoleransi lagi. Bleng tidak lain adalah termasuk boraks dimanaapabila dikonsumsi secara terus menerus akan menumpuk dalam tubuh, terlebih dengan dosis berlebihan akan Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 99

100 menyebabkan demam, kerusakan ginjal, hingga kematian. Sebagai pengganti fungsi bleng dalam pembuatan kerupuk puli tersedia STPP.Adapun penggunaannya juga dibatasi. Permasalahan dan upaya pemecahan masalah. - Masih Rendahnya kualitas dan kuantitas produk pangan olahan kawasan agropolitan. - Kurangnya informasi pasar bagi kelompok usaha pangan lokal kawasan agropolitan. - Rendahnya modal usaha kelompok usaha pangan lokal kawasan agropolitan. Upaya Pemecahan Masalah - Pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan kelompok usaha pangan olahan mulai dari ragam bahan baku dan cara penangannya, teknik pengolahan yang mengacu pada Good Manufacturing Practice. - Fasilitasi pemasaran hasil produk pangan olahan kawasan agropolitan. - Mendekatkan kelompok usaha pangan olahan kawasan agropolitan dengan perbankan. Tujuan Meningkatkan pengetahuan pengusaha pangan olahan dalam rangka pengembangan kawasan agropolitan sekaligus menunjang percepatan penganekaragaman pangan. Meningkatkan kualitas produk pangan olahan Meningkatkan pemasaran produk pangan olahan Sasaran 90 orang pengusaha pangan olahan di6 Kabupatendan 1 kota yang masuk dalam kawasan agropolitan yaitu Kab. Ngawi, Kab. Pamekasan, Kab. Probolinggo, Kab. Ponorogo, Kab. Pacitan, Kab. Trenggalek, dan kota Batu. Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 100

101 Keluaran Berkembangnya usaha pengolahan pangan olahan baik dari segi kualitas dan kuantitas produk maupun dari segi pemasarannya. 4. Pengembangan Teknologi Pangan Olahan. Pangan lokal adalah pangan baik sumber karbohidrat, protein, vitamin dan mineral yang dikonsumsi oleh masyarakat setempat sesuai dengan potensi dan kearifan lokal.hasil pertanian termasuk bahan pangan lokal seperti jagung, ubi kayu, ubi jalar, suweg, bentul, ganyong dan sebagainya mempunyai sifat cepat membusuk. Untuk menjaga agar pada musim panen raya hasil panen tidak cepat membusuk dan harga tetap stabil, maka perlu dilakukan penanganan pasca panen yang tepat, dengan teknik pengolahan pangan yang sangat beragam misalnya perebusan, pengukusan, pemanasan, fermentasi, pembuatan tepung, dan sebagainya tergantung dari tujuan akhir yang diinginkan sehingga dapat dibuat berbagai macam diversifikasi produk pangan yang pada akhirnya menunjang Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan. Melalui proses pengolahan, bahan pangan ini tidak hanya memiliki umur yang lebih panjang, tetapi juga memiliki nilai tambah. Dengan demikian akan memberikan keuntungan lebih bagi pengusaha pengolah pangan dengan proses pengolahan yang tepat/sesuai dan menguasai pasar. Dalam upaya pengembangan usaha pangan lokal dan tradisional, Badan Ketahanan Pangan secara rutin dan berkelanjutan melaksanakan perannya dalam upaya melalui kegiatan kegiatan yang mengarah pada peningkatan kualitas, kuantitas dan pemasaran produk pangan olahan Jawa Timur. Kegiatan yang dimaksud diantaranya meliputi pelatihan, workshop, pembinaan dan pendampingan, serta bantuan alat pengolahan. Pengusaha pangan olahan sebagai ujung tombak pengembangan produk olahan berbahan lokal di Jawa Timur diharapkan partisipasinya dalam mengembangkan penganekaragaman pangan di Jawa Timur. Oleh Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 101

102 karena itu, kegiatan pelatihan yang diselenggarakan oleh Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur terfokus pada pengusaha pangan olahan sebagai sasarannya. Tujuan Mengembangkan pengetahuan pengusaha pangan olahan dalam rangka meningkatkan produksi pangan olahan baik secara kualitas dan kuantitasnya Mendorong pengembangan usaha pangan lokal dan tradisional di Jawa Timur Sasaran Sasaran dari kegiatan ini adalah para Petugas Ketahan Pangan dan Pengusaha Pangan Olahan Berbahan Baku Lokal di Kab. Kediri, Kab. Magetan, Kab. Situbondo, Kab. Gresik, Kab. Jember, Kota Probolinggo, kota Kediri. Kota Pasuruan, Kota malang, Kota Blitar, Kota Madiun, Kota Mojokerto, dan Kota Surabaya. Keluaran Keluaran yang diharapkan yaitu meningkatnya kualitas produk olahan dan berkembangnya usaha pengolahan pangan lokal pada kelompok usaha yang berujung pada peningkatat pendapatan dan kesejahteraan kelompok usaha. Beberapa permasalahan yang dihadapi para pengusaha ini diantaranya : 1. Pemilihan proses pra-pengolahan yang tepat untuk menangani bahan baku.detoksifikasi bahan pangan satu dengan yang lain tidaklah sama hal ini dipengaruhi oleh jenis senyawa toksik yang dikandung oleh bahan pangan. Begitu pula dengan mengatasi/mencegah reaksi browning pada bahan pangan. Seperti pada pembuatan keripik apel, penggunaan Na bisulfit akan lebih tepat. Sedangkan blansing tidaklah tepat karena akan mempengaruhi tekstur bahan baku. Berbeda Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 102

103 dengan pembuatan jus buah/ sari buah, proses blansing dapat dipergunakan sebagai tahap pra-pengolahan. 2. Penggunaan Bahan Tambahan Makanan(BTM) yang kurang tepat. BTM yang ditambahkan dengan maksud untuk memperlama waktu simpan harus memperhatikan karakteristik produk pangan dan penyebab kerusakan produk pangan. Misal : Penggunaan Natrium benzoat sesuai untuk produk seperti sari buah, saus tomat yang kerusakannya diakibatkan oleh aktivitas bakteri, sebaliknya penggunaan natrium benzoat tidak sesuai untuk produk seperti roti yang pada umumnya kerusakan terjadi karena jamur. Penggunaan bleng untuk membuat kerupuk puli adalah dilarang, sebagai penggantinya tersedia STPP.Adapun penggunaannya juga dibatasi 3. Pemilihan kemasan untuk produk pangan olahan. Selain karakteristik produk, dalam mengemas produk pangan olahan, alat pengemas yang dimiliki juga perlu diperhatikan, begitu pula dengan ketahanan produk yang diinginkan. Plastik PP super misalnya, baik digunakan untuk mengemas produk seperti keripik yang membutuhkan bahan kemasan dengan kerapatan partikel yang tinggi agar terjaga kerenyahannya. Untuk melakukan sealing plastik PP tersebut tidak cukup dengan menggunakan hand sealer, paling tidak menggunakan jenis pedal sealer yang memiliki ketebalan sealing yang lebih tinggi. Di lain sisi, kemasan juga ditentukan oleh permintaan pasar/konsumen. 7. Pemberdayaan Pemuda Bidang Ketahanan Pangan. Dalam upaya peningkatan pengentasan kemiskinan, maka pemerintah secara bertahap selalu memperbaharui program dan kegiatan yang dilaksanakan antara lain melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat, melalui program/ kegiatan Pemberdayaan Pemuda di Bidang Ketahanan Pangan. Salah satu keberhasilan pemerintah propinsi Jawa Timur telah berhasil mengurangi angka kemiskinan. Jumlah penduduk miskin Jatim pada September 2013 tercatat juta orang. Pada periode yang sama, Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 103

104 di tahun 2012, tercatat atau 13,08 persen dari total penduduk Jawa Timur. Dengan demikian, hingga September 2013, jumlah penduduk miskin turun 0,35 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Dari Target kinerja 600 orang Realisasi tahun pada tahun 2014 mencapai 500 orang (83,33%), sedangkan tahun 2013 mencapai 250 orang atau 50%. Kedepan diharapkan Intensitas pemuda ketahanan pangan dapat lebih jauh mengenal dan mengoptimalkan pemanfaatan pekarangan yang mengarah ke Kawasan Rumah Pangan Lestari, dengan kegiatan antara lain Dem farm dan Demplot dll. Realisasi pelaksanaan kegiatan Pemberdayaan Pemuda di Bidang Ketahanan Pangan terserap sebesar Rp ,- atau 80,03 % dari pagu sebesar Rp ,- dan realisasi fisik mencapai 100%. Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 104

105 Sosialisasi menu makanan tradisional Pelatihan Teknologi MP-ASI Sosialisasi P2KP bagi kelompok wanita dan SD/MI Sosialisasi Pangan Lokal Bagi Siswa SD/MI Sosialisasi P2KP dalam rangka pemantapan konsumsi pangan masyarakat SOSIALISAS I PENDIDIKAN KONSUMSI PANGAN 3B-A Peningkatan pengetahuan dan kesadaran konsumsi pangan 3B-A berbahan lokal Sosialisasi menu 3B-A Lomba Cipta Menu Bansos untuk optimalisasi pekarangan serta pengadaan KIT dan kebun sekolah Promosi audio visual PROMOSI KAMPANYE Kampanye penganekaragaman pangan Promosi melalui pameran Demo masak Gambar : Program internalisasi P2KP berbahan baku lokal melalui kegiatan sosialisasi dan pendidikan konsumsi pangan 3B-A, promosi, serta kampanye. Penanganan Keamanan Pangan Keberhasilan sasaran strategis ini diukur melalui 1 (satu) indikator kinerja yaitu prosentase jumlah sample pangan yang aman dikonsumsi ditingkat pedagang pengumpul dibanding jumlah total sample pangan yang diambil dipedagang pengumpul, di mana dalam upaya pencapaiannya didukung oleh 1 (satu) program yaitu ProgramPeningkatan Ketahanan Pangan. Indikator kinerja, target dan realisasinya disajikan sebagai berikut :

106 TUJUAN SASARAN INDIKATO R KINERJA 1. Memantapkan dan Mengmbangka n Ketersediaan, Distribusi dan Konsumsi berbasis sumberdayalok al 3. Peningkat an Kualitas Konsumsi & Keamana n Pangan - % Jumlah Sample Pangan yang aman dikonsum si SATU AN TARGE T REALS CAPA IAN % % 75 87,13 116,1 7 Tahun 2013 jumlah pengambilan sample pangan segar sebanyak 46 sample terdiri dari 35 sample sayuran dan 11 sample buah-buahan, dari sample yang diambil 38 sample (82,61) dinyatakan aman. Tahun 2014 pengambilan sample sebanyak 280 Sample terdiri dari samplepangan olahan sebanyak 227 sample dan sample pangan segar sebanyak 53 sample.dari 227 sample pangan olahan,196sample (86,34%) dinyatakan aman untuk dikonsumsi karena tidak mengandung bahan aktiv/residu yang berbahaya.sedangkan sample pangan segar87,92% dinyatakan aman untuk dikonsumsi dari 53 sample yang diambil terdiri dari 48 Sample sayuran dan 5 sample buah-buahan. Sebagai tindak lanjut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 dan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan serta Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan, telah diamanatkan bahwa masalah Keamanan Pangan salah satunya menjadi tanggung jawab Pemerintah, hal ini dibuktikan dengan adanya berbagai regulasi yang dibuat/dikeluarkan oleh Pemerintah, namun disisi lain permasalahan keamanan pangan selalu ada & muncul di Masyarakat. Pembangunan Keamanan Pangan merupakan bagian integral Pembangunan Ketahanan Pangan yang tidak dapat terpisahkan dan penting untuk dilaksanakan secara terencana dan berkesinambungan. Hal ini karena keamanan pangan sangat dapat berpengaruh baik positif maupun negatif terhadap kesehatan tubuh manusia. Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 2

107 Dewasa ini masih banyak ditengarahi makanan jajanan/kudapan maupun olahan yang beredar/diperdagangkan di masyarakat yang kurang aman/ mengandung bahan kimia berbahaya dan bahan tambahan pangan (BTP) melebihi dosis takaran, di lapangan kondisinya sangat memprihatinkan. Pada tahun , Badan Ketahanan Pangan (BKP) Provinsi Jawa Timur bekerjasama dengan PT. Angler Biochemlab Surabaya menguji kandungan residu pestisida, logam berat, dan mikrobia pada produk pangan segar (buah dan sayuran). Berdasarkan hasil pengujian tahun 2011 terhadap 40 sampel Pangan Segar (khususnya buah dan sayuran), terdapat 1 sampel yang dinyatakan tidak aman dari residu pestisida, sehingga pada tahun 2011, persentase pangan aman untuk produk pangan segar adalah 97,5%. Sedangkan tahun 2012, persentase produk pangan segar sebanyak 75%, menurun dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Uji laboratorium terhadap produk pangan olahan secara sampling, sebanyak 3 dari 33 sampel atau persentase aman produk pangan olahan sebanyak 90,9%. Produk pangan olahan yang tidak aman dikarenakan mengandung bahan kimia berbahaya (formalin dan rhodamin) dan bahan tambahan pangan yang melebihi dosis (Sakarin). Pada tahun 2013, persentase pangan segar yang aman meningkat lagi dari tahun sebelumnya (2012) sebanyak 82,6%. Pada Tahun 2014 prosentase sample pangan segar yang aman dikonsumsi 80% sedangkan dari sample pangan olahan 72,69% yang aman dikonsumsi. Dalam rangka peningkatan mutu dan pengawasan keamanan pangan Tahun 2014 didukung oleh anggaran sebesar Rp ,- terealisasi sebessar Rp ,- (95,02%). Oleh karena pentingnya keamanan pangan, perlu adanya jaminan mutu dan keamanan pangan. Jaminan mutu dan keamanan pangan merupakan program yang harus diwujudkan, mulai dari penyediaan bahan baku, proses pengolahan, pengemasan, pendistribusian, sampai dengan penyajian memenuhi memenuhi standard keamanan pangan suatu produk dan diharapkan dengan adanya jaminan tersebut, masyarakat berkeyakinan bahwa produk yang dikonsumsi, bermutu dan aman bagi kesehatan.

108 Metode yang digunakan meliputi hal sebagai berikut : a. Penyampaian materi keamanan pangan. b. Diskusi/pembahasan dan perumusan c. Uji Laboratorium d. Pembinaan/Pemantauan dan Pengawasan. e. Menampung saran dan masukan dari Wilayah Kabupaten/ Kota. Mutu dan Keamanan pangan merupakan kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain yang mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia. Dalam rangka peningkatan mutu dan keamanan telah dilaksanakan berbagai upaya yaitu : - Uji Laboratorium Terhadap Pangan Segar Pangan segar adalah pangan yang belum mengalami pengolahan yang dapat dikonsumsi langsung dan atau dapat manjadi bahan baku pengolahan pangan. Berdasarkan hasil uji laboratorium terhadap 53 sampel komoditas pangan segar terdiri dari 48 sample sayuran dan 5 sample buah-buahan. Dari 53 sample pangan segar yang dilakukan uji laboratorium 74,38% diayatakan aman untuk dikonsumsi. - Uji Laboratorium terhadap Tangan Olahan Sedangkan Pangan Olahan adalah pangan yang sudah mengalami pengolahan dan biasanya pada prosesnya dicampur dengan Bahan Tambahan Pangan (BPT). Bahan Tambahan Pangan adalah bahan yang ditambahkan dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pewarna pangan (pewarna, pemanis, penyedap rasa dan pengawet). Berdasarkan hasil uji laboratorium terhadap 227 sampel pangan olahan (mie basah, getuk pisang, tahu pong, pentol bakso dll.) 165 sample (72,69%) dinyatakan aman untuk dikonsumsi, sedangkan 47 sample (27,31%) pangan olahan terdapat kandungan bahan tambahan makanan yang berbahaya seperti Rodhamin B, Boraks, Formalin dll. Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 4

109 Tabel 7.Kegiatan Keamanan Pangan yang dilakukan tahun 2014 : 1. Hibah Alat Peningkatan Mutu dan Keamanan Pangan 15 Paket 2. Sosialisasi Mutu dan Keamanan Pangan orang 3. Hibah Alat/Bahan Peningkatan Gizi, Mutu dan Keamanan Pangan untuk PAUD 40 Paket. 4. Uji Laboratorium Pangan Segar 5 Paket. 5. Uji Lab. Pangan Olahan/Makanan Jajanan anak sekolah 5 Paket. 6. Rapat Koordinasi Peningkatan Mutu dan Keamanan Pangan. 7. Workshop Tenaga Penyuluh Keamanan Pangan Tingkat Provinsi. 8. Workshop Mitra Praja Utama (MPU) dalam rangka keamanan pangan. 9. Peningkatan Mutu dan Keamanan Pangan melalui kegiatan pembuatan Tahun Nigarin. 10. Workshop Peningkatan Mutu dan Keamanan Pangan melalui Pangan Olahan/Jajanan Makanan anak sekolah PENANGANAN RAWAN PANGAN TUJUAN 2 SASARAN INDIKATOR KINERJA % Penurunan Penduduk Rawan Pangan Mengantisipasi dan Penanganan Daerah Rawan Pangan Penanganan Daerah Rawan Pangan Target Realisasi Capaian % 1,50 1,50 1,50 1,50 1,53 1, Keberhasilan sasaran penanganan daerah rawan pangan ini diukur melalui 1 (satu) indikator kinerja yaitu prosentase penurunan jumlah penduduk rawan pangan, di mana dalam upaya pencapaiannya didukung oleh 1 (satu) program yaitu Program Peningkatan Ketahanan Pangan. Pada tahun 2014 berdasarkan angka jumlah penduduk rawan pangan menurut keluarga prasejahtera dan sejahtera I sejumlah orang, dan penanganan jumlah penduduk rawan pangan mencapai orang atau 1,62%. Capaian penurunan jumlah penduduk rawan pangan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

110 1. Bantuan melalui Desa Mandiri Pangan di 34 Kab/Kota sejumlah 972 kelompok di 260 desa dengan jumlah orang. 2. Bantuan melalui Pemberdayaan Lahan Kering di 6 Kabupaten dengan jumlah kelompok di 99 desa dengan jumlah orang. 3. Bantuan melalui Penangan Daerah Rawan Pangan (PDRP) melalui kegiatan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG), Bulan Bhakti Gotong Royong Masyarakat (BBGRM) dan Kegiatan Hari Pangan Sedunia (HPS) pada 70 kelompok dengan jumlah orang. 4. Dari kegiatan tersebut diatas sehingga dapat ditangani jumlah penduduk rawan pangan sebesar orang, berdasarkan angka penduduk Jawa Timur jumlah rawan pangan/pra-sejahtera dan sejahtera I Tahun 2013 sebesar orang. PENANGANAN DAERAH RAWAN PANGAN Penanganan Daerah Rawan Pangan (PDRP) merupakan upaya untuk menangani suatu kondisi ketidakcukupan pangan yang dialami oleh daerah, masyarakat atau rumah tangga, pada waktu tertentu untuk memenuhi standard kebutuhan fisiologis bagi pertumbuhan dan kesehatan masyarakat. Komponen penanganan daerah rawan pangan meliputi antara lain : 1). Kegiatan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) yang menghasilkan analisis/peta situasi pangan dan gizi digunakan untuk rekomendasi bagi pengambilan keputusan dalam penanganan daerah rawan pangan. 2). Investigasi yang merupakan kegiatan peninjauan ketempat kejadian rawan pangan untuk melihat langsung dan melakukan Cross Check terhadap kejadian rawan pangan dan gizi, sekaligus mengumpulkan data dan informasi guna mengidentifikasi permasalahan, sasaran penerima manfaat. 3). Intervensi yang dilakukan adalah pemerintah bersama-sama masyarakat dalam menanggulangi kejadian rawan pangan transien maupun kronis. Indikator kinerja yang digunakan untuk mengukur keberhasilan Penanganan Daerah Rawan Pangan antara lain: - Indikator Output : tersalurkannya dana Bansos untuk bencana - Indikator Outcome : terlaksananya intervensi pencegahan dan penanggulangan rawan pangan. Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 6

111 - Indikator Impact : teratasinya kerawanan pangan. Penanganan Daerah Rawan Pangan secara umum dapat dilakukan melalui survey/kajian per3 tahun sekali yang dinamakan FSVA (Food Security and Vuluerability Atlas) atau Peta Kerentanan dan Kerawanan Pangan, ada 17 indikator peta ketahanan dan kerentanan pangan antara lain : No. Dimensi Kelompok Indikator Indikator a. Ketersediaan Pangan 1. Rasio konsumsi normatif per kapita terhadap ketersediaan bersih padi, jagung, ubi kayu dan ubi jalar. b. Akses Pangan dan Mata pencaharian 1. Prosentase penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan. 2. Prosentase desa yang tidak bisa dilalui roda Prosentase rumah tangga tanpa akses listrik. 4. Dependency ratio 5. Rata-rata ukuran rumah tangga. c. Pemanfaatan Pangan 6. Angka harapan hidup pada saat lahir. 7. Berat badan balita dibawah standard. 8. Angka kematian bayi 9. layanan posyandu 10. Perempuan buta huruf 11. Prosentase penduduk tanpa akses ke air bersih 12. Prosentase penduduk yang tinggal > 5 km dari Puskesmas d. Kerentanan trhdp Kerawanan Pangan Transien 14.Bencana alam 15.Penyimpangan curah hujan 16.Prosentase daerah puso 17.Deforestasi hutan Keterangan : Indikator FSVA yang digunakan Nasional Sedangkan untuk tahun 2013 kegiatan yang mendukung program Penanganan Daerah rawan Pangan (PDRP) adalah : 1. Penyaluran Bansos (pemberian beras) pada daerah rawan pangan di 16 Kabupaten. 2. Penyaluran Bansos (pemberian beras) pada daerah rawan pangan transien dan kronis 12paket. 3. Pelatihan/Workshop untuk mendukung program tersebut :

112 a. Peningkatan Kapasitas LKD dan TPD Desa Mandiri Pangan b. Workshop Pengembangan Usaha Kelompok Afinitas Desa mandiri Pangan c. Rapat Koordinasi bagi Kelompok Usaha Non Pangan Olahan Desa Mandiri Pangan d. Workshop Penanganan Daerah Rawan pangan e. Rapat Koordinasi bagi Kelompok Usaha Pangan Olahan Desa Mandiri Pangan f. Pertemuan Evaluasi Kegiatan Desa Mandiri Pangan SISTEM KEWASPADAAN PANGAN DAN GIZI (SKPG) Salah satu Kegiatan Penanganan Daerah Rawan Pangan adalah Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi, yang sampai dengan saat ini masih dirasakan sangat penting sebagaimana dinyatakan dalam Peraturan Pemerintah No. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, dimana sebagian aspek-aspek Penanganan Kerawanan Pangan merupakan unsur daerah. Tugas dari Pemerintah Provinsi adalah : 1. Pencegahan dan pengendalian masalah pangan akibat menurunnya ketersediaan pangan di daerah karena berbagai sebab. 2. Pencegahan dan penanggulangan masalah pangan sebagai akibat menurunnya mutu, gizi dan keamanan pangan. 3. Peningkatan dan pencegahan penurunan akses pangan masyarakat. 4. Penanganan dan pengendalian kerawanan pangan di Provinsi. Tugas dari Pemerintah Kabupaten/Kota adalah : 1. Melakukan identifikasi kelompok rawan pangan di kabupaten/kota. 2. Melakukan penanganan penyaluran untuk kelompok rawan pangan tingkat kabupaten/kota. 3. Melakukan pencegahan dan pengendalian serta penanggulangan masalah pangan akibat penurunan akses pangan, mutu, gizi, ketersediaan dan keamanan pangan Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 8

113 4. Melakukan pengumpulan dan analisis informasi Ketahanan Pangan kabupaten/kota untuk penyusunan kebijakan Ketahanan pangan Provinsi dan nasional Dari program Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi ( SKPG ) ini keluaran yang diharapkan adalah : - Tersedianya informasi situasi pangan dan gizi bulanan dan tahunan. - Tersedianya informasi hasil investigasi daerah/desa yang diindikasikan rawan pangan. - Tersusunnya rekomendasi kebijakan dan pelaksanaan intervensi bagi penanganan kerawanan pangan dan gizi. - Tersedianya laporan dan rekomendasi kebijakan serta perencanaan program yang berkaitan dengan pangan dan gizi. Data bulanan terkait kegiatan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) : Kelompok Data Keterang an A. Ketersediaan Pangan a. Luas Tanam Padi, Palawija b. Luas Puso Diperta, Bulog c. Luas Panen d. Cadangan Pangan B. Akses terhadap Harga komoditas pangan (beras, Disperindag/BKP pangan jagung, gula, minyak goreng, daging ayam, telur ) C. Pemanfaatan Pangan a. Angka Balita ditimbang Dinas Kesehatan b. Angka Balita Naik Berat Badan c. Balita yang tidak naik Berat Badannya dalam 2 kali penimbangan berturut-turut ( 2T ) d. Angka Balita dengan Berat Badan dibawah garis merah ( BGM ) e. Kasus Gizi Buruk yang ditemukan D. Spesifik Lokal - Jumlah Tindak Kejahatan - Jumlah KK yang menjadi TKI Kepolisian Disnaker Program Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi ( SKPG ) didukung kegiatan sebagai berikut : 1. Bantuan Sosial : a. Bantuan Sosial bahan pangan untuk masyarakat Miskin dalam rangka Bulan Bhakti Gotong Royong.

114 b. Bantuan Sosial bahan pangan untuk masyarakat Miskin dalam rangka mendukung kegiatan Hari Pangan Sedunia. 2. Bantuan Alat : a. Alat Olahan Pangan : 1) Bantuan Hibah Alat Olahan Pangan untuk Tahap Pengembangan Desa Mandiri Pangan 80 Paket. b. Alat Non Olahan Pangan : 1) Bantuan Hibah Alat Non Olahan Pangan untuk Tahap Kemandirian Desa Mandiri Pangan 24 paket 3. Pelatihan / Workshop : a. Pertemuan penguatan kapasitas aparat kab dalam analisis SKPG (APBN ) b. Pelatihan FSVA (Food Security and Vulnerability Atlas). c. Rapat Koordinasi Investigasi SKPG Pengembangan Usaha pada Lahan Kering Kegiatan Lahan Kering diarahkan pada penguatan dan pengembangan usaha ekonomi masyarakat melalui kelembagaan yang telah dibutuhkan, dengan komponen pengembangan taraf hidup secara berkelanjutan, yang terdiri dari pengembangan kelembagaan masyarakat dan gender, pengembangan usaha mikro dan pengelolaan sumber daya alam berbasis masyarakat; utamanya difokuskan pada masyarakat miskin untuk meningkatkan taraf hidup di lahan kering serta mewujudkan lingkungan yang kondusif. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat adalah : 1. Meningkatkan kemampuan mereka melalui pengembangan lembagalembaga masyarakat berdasarkan afinitas yang merupakan wadah untuk pengembangan modal dan keuangan. 2. Memberikan kesempatan yang seluas-luasnya untuk meningkatkan asset dan pendapatan secara berkelanjutan. 3. Mengoptimalkan kesempatan-kesempatan dalam bidang social, ekonomi, hokum dan lingkungan melalui kegiatan pengembangan Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 10

115 usaha mikro, pengembangan Infrastruktur, pengelolaan sumberdaya alam berbasis masyarakat, serta melalui peningkatan kapasitas manajemen dan ketrampilan individu maupun kelompok. Kegiatan tersebut dimulai tahun 2006 dengan pemberian bantuan peralatan olahan pangan dan pelatihan serta workshop terkait peningkatan pengetahuan Sumberdaya Manusia (SDM) kelompok usaha pada lahan kering. Sedangkan untuk mendukung kegiatan lahan kering pada tahun 2014 adalah: 1. Pemberdayaan Kelompok usaha pangan olahan didaerah lahan kering di 24 Kelompok. 2. Bantuan Alat Pengolahan Pangan Kelompok Usaha Pangan Lahan Kering24 Paket. 3. Pelatihan Manajemen dan Ketrampilan Kelompok Usaha Pangan Lahan Kering. 4. Temu Usaha Pangan di Wilayah Lahan Kering. 5. Pertemuan Evaluasi Kelompok Usaha Pangan Lahan Kering AKUNTABILITAS KEUANGAN Realisasi belanja pembangunan bersumber Anggaran Pembangunan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2014 sebesar Rp ,00 (94,09%) realisasi fisik sebesar 95,00% dari pagu sebesar Rp ,-, sedangkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terealisasi Rp ,16. terdiri dari Hasil Pengelolaan Dana Bergulir sebesar Rp ,16. dan Pendapatan dari pengembalian kelebihan pembayaran gaji dan Tunjangan sebesar Rp ,- secara rinci realisasi program/kegiatan dapat diuraikan sebagai berikut : NO Uraian Pagu Anggaran Setelah P.APBD REALISASI KEUANGAN Rp. % PENDAPATAN DAERAH , ,16 76,87 I PENDAPATAN ASLI DAERAH , ,16 76,87

116 NO 003 Uraian LAIN-LAIN PENDAPATAN ASLI DAERAH YANG SAH Pagu Anggaran Setelah P.APBD Pendapatan dari pengembalian - Pendapatan dari pengembalian pembayaran gaji & Tunj. REALISASI KEUANGAN Rp. % , ,16 76, , ,00 Hasil Pengelolaan Dana Bergulir , ,16 75, Hasil Pengelolaan Dana Bergulir , ,16 75,58 BELANJA DAERAH , ,00 94,09 BELANJA TIDAK LANGSUNG , ,00 BELANJA PEGAWAI (Gaji dan Tunjangan Pegawai) , ,00 III BELANJA LANGSUNG , ,00 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran Rapat rapat koordinasi dan konsultasi ke luar daerah Peningkatan Pelayanan Administrasi Perkantoran Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur 94,55 94,55 94, , ,00 87, , ,00 89, , ,00 93, , ,00 95, , ,00 95,90 Program Peningkatan Disiplin Aparatur , ,00 97,24 Peningkatan Disiplin Aparatur , ,00 97,24 Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur Sosialisasi peraturan perundang undangan Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur Program Peningkatan Pembangunan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan Peningkatan Pembangunan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan Program Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Pemerintah Daerah Penyusunan Database SKPD sebagai Penunjang Pusat Data Provinsi Jawa Timur Program Peningkatan Kesejahteraan Petani Pengembangan Usaha Pangan Lokal dan Tradisional , ,00 94, , ,00 98, , ,00 97, , ,00 99, , ,00 99, , ,00 99, , ,00 99, , ,00 96, , ,00 96,50 Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 12

117 NO Uraian Program Peningkatan Ketahanan Pangan (Pertanian/Perkebunan) Pagu Anggaran Setelah P.APBD REALISASI KEUANGAN Rp. % , ,00 94,49 Penanganan daerah rawan pangan , ,00 87,00 Pengembangan Desa Pariwisata, Mandiri Pangan dan Bio Energi , ,00 98,53 Pengembangan lumbung pangan desa , ,00 Pengembangan Sistem Tunda Jual ,00 Pembelian Gabah/Bahan Pangan Lainnya ,00 Koordinasi perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi pembangunan ketahanan pangan Pemberdayaan Pemuda di Bidang Ketahanan Pangan Pemantapan Ketersediaan Pangan di Tingkat Rumah Tangga Pemberdayaan Kelompok Usaha Pangan Lahan Kering Pendidikan Kemasyarakatan Produktif Dalam Rangka Peningkatan Pengelolaan Pasca-Panen dan Pengolahan Hasil ,00 Peningkatan Akses Pangan Masyarakat ,00 Peningkatan Pengawasan Mutu dan Keamanan Pangan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari Program Pemberdayaan Penyuluh Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan Perikanan Revitalisasi Penyuluhan Ketahanan Pangan Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian, Perkebunan dan Peternakan Promosi dan Pengembangan Pemasaran Produk Pangan , ,00 95,78 92,97 80, ,00 94, , ,00 80, , ,00 99, , ,00 85, , ,00 89, ,00 99, , , , , ,00 95,02 97, ,00 99, , ,00 91, , ,00 91, , ,00 95, , ,00 95,89 Peningkatan Distribusi Pangan , ,00 99,91 Program Pengembangan Kawasan Agropolitan Fasilitasi Pengembangan Kawasan Agropolitan Program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/Perkebunan/Peternakan , ,00 95, , ,00 95, , ,00 97,48 Pengembangan Teknologi Pangan Olahan , ,00 97,48

118 3.5. PENGHARGAAN KETAHANAN PANGAN Tingkat Nasional Pelaksanaan pembangunan ketahanan pangan di Jawa Timur tahun 2012, 2013 dan 2014 mendapat apresiasi dari pemerintah pusat dengan diterimanya penghargaan Adhi Karya Pangan Nusantara yang Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono menyerahkan penghargaan Adhikarya Pangan Nusantara th kepadagubernur Jawa Timur Soekarwo di Istana Negara Desember diperoleh dari berbagai macam kategori, sebagaimana tabel berikut : Penerima Penghargaan Adhikarya Pangan Nusantara (APN) sesuai dengan Keputusan menteri Pertanian No. 5993/Kpts/KP.450/11/2012. I. KATEGORI PEMBINA KETAHANAN PANGAN NO NAMA PENERIMA 1 Dr. H. Soekarwo Gubernur Jawa Timur 2 H. Muhtarom, S.Sos. Bupati Madiun, Provinsi Jawa Timur Kepala Desa Randugading, Eko Budi Santoso 3 Kecamatan Tajinan, Kabupaten Malang, Prov. Jatim II. KATEGORI PELOPOR KETAHANAN PANGAN (PENYULUH/PENDAMPING) NO NAMA KETERANGAN 1 Jumari III. KATEGORI PELAYANAN KETAHANAN PANGAN NAMA/KELOMPOK KETERANGAN Penyuluh Pertanian Kecamatan 1 Pi'i, S.P. Ngajum, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur 2 Gapoktan Sri Makmur Desa Sumberwindhu, Kecamatan Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 14

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2013 KATA PENGANTAR

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2013 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) ini disusun sebagai salah satu wujud pertanggungjawaban tugas pokok dan fungsi serta kewenangan Badan Ketahanan Pangan Provinsi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Gambaran Umum Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Gambaran Umum Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Gambaran Umum Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur Berikut dijelaskan tentang tugas pokok dan fungsi, profil, visi misi, dan keorganisasian Badan Ketahanan Pangan

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) : MEWUJUDKAN JAWA TIMUR LEBIH SEJAHTERA, BERDAYA SAING MELALUI KETAHANAN PANGAN YANG BERKELANJUTAN

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) : MEWUJUDKAN JAWA TIMUR LEBIH SEJAHTERA, BERDAYA SAING MELALUI KETAHANAN PANGAN YANG BERKELANJUTAN INDIKATOR KINERJA (IKU) INSTANSI VISI MISI TUJUAN TUGAS : BADAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TIMUR : MEWUJUDKAN JAWA TIMUR LEBIH SEJAHTERA, BERDAYA SAING MELALUI KETAHANAN PANGAN YANG BERKELANJUTAN :

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2015

LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2015 LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2015 PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BADAN KETAHANAN PANGAN Jl. Panglima Batur Timur Banjarbaru Kalimantan Selatan Telp. 0511-4772471-4778047

Lebih terperinci

P E N U T U P P E N U T U P

P E N U T U P P E N U T U P P E N U T U P 160 Masterplan Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan dan Hortikultura P E N U T U P 4.1. Kesimpulan Dasar pengembangan kawasan di Jawa Timur adalah besarnya potensi sumberdaya alam dan potensi

Lebih terperinci

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 5 TAHUN 2013

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 5 TAHUN 2013 GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI, Menimbang : bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting karena pertanian berhubungan langsung dengan ketersediaan pangan. Pangan yang dikonsumsi oleh individu terdapat komponen-komponen

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua. Samarinda, April 2016 Kepala, Ir. Fuad Asaddin, M.Si. Nip

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua. Samarinda, April 2016 Kepala, Ir. Fuad Asaddin, M.Si. Nip KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami sampaikan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayah-nya, maka Laporan SPM Bidang Ketahanan ini dapat kami selesaikan. Laporan ini merupakan salah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka pembangunan

Lebih terperinci

PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI NTB

PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI NTB PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI NTB Gedung Badan Ketahanan Provinsi Nusa Tenggara Barat 1. ALAMAT Badan Ketahanan Provinsi Nusa Tenggara Barat beralamat di Jl. Majapahit No. 29 Mataram Nusa Tenggara

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) BADAN KETAHANAN PANGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) BADAN KETAHANAN PANGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN (IKU) BADAN KETAHANAN PANGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NO 1. Dipertahankannya ketersediaan pangan yang cukup, meningkatkan kemandirian masyarakat, pemantapan ketahanan pangan dan menurunnya

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 125 TAHUN 2008

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 125 TAHUN 2008 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 125 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR MENIMBANG

Lebih terperinci

BUPATI LANDAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI LANDAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN BUPATI LANDAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN CADANGAN PANGAN PEMERINTAH KABUPATEN LANDAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bontang, Desember 2015 Kepala, Ir. Hj. Yuli Hartati, MM NIP LAKIP 2015, Kantor Ketahanan Pangan Kota Bontang

KATA PENGANTAR. Bontang, Desember 2015 Kepala, Ir. Hj. Yuli Hartati, MM NIP LAKIP 2015, Kantor Ketahanan Pangan Kota Bontang KATA PENGANTAR Dengan Mengucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) tahun 2015 Kantor Ketahanan Pangan Kota Bontang telah selesai disusun.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka pembangunan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka pembangunan

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN PERPUSTAKAAN DESA/KELURAHAN DI JAWA TIMUR 22 MEI 2012

PEMBANGUNAN PERPUSTAKAAN DESA/KELURAHAN DI JAWA TIMUR 22 MEI 2012 PEMBANGUNAN PERPUSTAKAAN DESA/KELURAHAN DI JAWA TIMUR 22 MEI 2012 OLEH : Drs. MUDJIB AFAN, MARS KEPALA BADAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN PROVINSI JAWA TIMUR DEFINISI : Dalam sistem pemerintahan di Indonesia

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PEKERJAAN UMUM PENGAIRAN PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Muara Beliti, Kepala Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Musi Rawas,

KATA PENGANTAR. Muara Beliti, Kepala Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Musi Rawas, BADAN KETAHANAN PANGAN KABUPATEN MUSI RAWAS 2014 KATA PENGANTAR Berdasarkan Permendagri No 54 Tahun 2010, Tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA 2014 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

LAPORAN KINERJA 2014 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 9 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi

Lebih terperinci

Jumlah Penduduk Jawa Timur dalam 7 (Tujuh) Tahun Terakhir Berdasarkan Data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab./Kota

Jumlah Penduduk Jawa Timur dalam 7 (Tujuh) Tahun Terakhir Berdasarkan Data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab./Kota Jumlah Penduduk Jawa Timur dalam 7 (Tujuh) Tahun Terakhir Berdasarkan Data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab./Kota TAHUN LAKI-LAKI KOMPOSISI PENDUDUK PEREMPUAN JML TOTAL JIWA % 1 2005 17,639,401

Lebih terperinci

PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN

PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN A. Tugas Pokok dan Fungsi PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN pengkajian, penyiapan perumusan kebijakan, pengembangan, pemantauan, dan pemantapan ketersediaan pangan, serta pencegahan dan penanggulangan kerawanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Strategis Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Lumajang 1

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Strategis Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Lumajang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan Kabupaten Lumajang sejalan dengan ditetapkannya Undang Undang Nomor : 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah lebih mengutamakan pelaksanaan desentralisasi

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG KETAHANAN PANGAN

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG KETAHANAN PANGAN WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa ketahanan

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 9 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BADAN KETAHANAN PANGAN KABUPATEN GARUT TAHUN 2014 s/d 2019

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BADAN KETAHANAN PANGAN KABUPATEN GARUT TAHUN 2014 s/d 2019 RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BADAN KETAHANAN PANGAN KABUPATEN GARUT TAHUN 2014 s/d 2019 PEMERINTAH KABUPATEN GARUT BADAN KETAHANAN PANGAN Garut, 2014 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami persembahkan ke

Lebih terperinci

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur Disampaikan dalam Acara: World Café Method Pada Kajian Konversi Lahan Pertanian Tanaman Pangan dan Ketahanan Pangan Surabaya, 26 September 2013 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Pemerintah Provinsi

Lebih terperinci

PROFIL DINAS KETAHANAN PANGAN PROVINSI NTB

PROFIL DINAS KETAHANAN PANGAN PROVINSI NTB PROFIL DINAS KETAHANAN PANGAN PROVINSI NTB Gedung Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Nusa Tenggara Barat ALAMAT Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Nusa Tenggara Barat beralamat di Jl. Majapahit No. 29 Mataram

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Padang, Januari 2016 KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN PROPINSI SUMATERA BARAT,

Kata Pengantar. Padang, Januari 2016 KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN PROPINSI SUMATERA BARAT, Kata Pengantar Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Barat (LKj BKP Sumbar) ini disusun sebagai salah satu perwujudan akuntabilitas atas pelaksanaan Visi, Misi, dan Pencapaian Sasaran

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PROVINSI JAWA

Lebih terperinci

EVALUASI/FEEDBACK KOMDAT PRIORITAS, PROFIL KESEHATAN, & SPM BIDANG KESEHATAN

EVALUASI/FEEDBACK KOMDAT PRIORITAS, PROFIL KESEHATAN, & SPM BIDANG KESEHATAN EVALUASI/FEEDBACK PRIORITAS, PROFIL KESEHATAN, & SPM BIDANG KESEHATAN MALANG, 1 JUNI 2016 APLIKASI KOMUNIKASI DATA PRIORITAS FEEDBACK KETERISIAN DATA PADA APLIKASI PRIORITAS 3 OVERVIEW KOMUNIKASI DATA

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat - 1 - Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat Menimbang PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI KOTA TASIKMALAYA, : a. bahwa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (juta rupiah)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (juta rupiah) 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jawa Timur merupakan salah satu provinsi yang memiliki pertumbuhan ekonomi cukup tinggi. Selain Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Timur menempati posisi tertinggi

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 110 TAHUN 2016

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 110 TAHUN 2016 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 110 TAHUN 2016 TENTANG NOMENKLATUR, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pusat dan pemerintah daerah, yang mana otonomi daerah merupakan isu strategis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pusat dan pemerintah daerah, yang mana otonomi daerah merupakan isu strategis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diberlakukannya UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Lebih terperinci

Sekretaris Badan Ketahanan Pangan

Sekretaris Badan Ketahanan Pangan e Oleh : Sekretaris Badan Ketahanan BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN I. EVALUASI e-proposal BKP 2016 II. RENJA 2016 Indikator Kinerja Program BKP 2016 Regulasi & Dasar Pertimbangan Arah Kebijakan

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA A. RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) A.1. Visi dan Misi Visi Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2013 2018 adalah Terwujudnya masyarakat Kalimantan

Lebih terperinci

FOKUS PROGRAM DAN KEGIATAN KETAHANAN PANGAN TA.2015

FOKUS PROGRAM DAN KEGIATAN KETAHANAN PANGAN TA.2015 FOKUS PROGRAM DAN KEGIATAN KETAHANAN PANGAN TA.2015 1 ARAHAN UU NO. 18 TAHUN 2012 TENTANG PANGAN A. KERANGKA KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN Kedaulatan Pangan Kemandirian Pangan Ketahanan Pangan OUTCOME Masyarakat

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN CADANGAN PANGAN PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

FOKUS PROGRAM DAN KEGIATAN BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016

FOKUS PROGRAM DAN KEGIATAN BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016 Musyawarah Perencanaan Pembangunan Pertanian (Musrenbangtan) Nasional Tahun 2015, 4 Juni 2015 FOKUS PROGRAM DAN KEGIATAN BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016 Sekretaris Badan Ketahanan Pangan BADAN KETAHANAN

Lebih terperinci

BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI PULANG PISAU NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI PULANG PISAU NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI PULANG PISAU NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KETAHANAN PANGAN

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 114 TAHUN 2016 TENTANG NOMENKLATUR, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PEKERJAAN UMUM BINA

Lebih terperinci

BADAN KETAHANAN PANGAN KABUPATEN MUSI RAWAS

BADAN KETAHANAN PANGAN KABUPATEN MUSI RAWAS BADAN KETAHANAN PANGAN KABUPATEN MUSI RAWAS KATA PENGANTAR Dalam rangka menetapkan arah dan acuan pelaksanaan pembangunan ketahanan pangan lingkup Badan Ketahanan Pangan Kabaupaten Musi Rawas dan menindaklanjuti

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017

LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017 LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2018 i RINGKASAN EKSEKUTIF Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2017 disusun sebagai salah satu bentuk

Lebih terperinci

Oleh : Sekretaris Badan Ketahanan Pangan

Oleh : Sekretaris Badan Ketahanan Pangan Oleh : Sekretaris Badan Ketahanan Pangan I. Arahan UU No. 18 Tahun 2012 Tentang Pangan Kedaulatan Pangan Ketahanan Pangan Masyarakat dan perseorangan yang sehat, aktif, dan produktif, secara berkelanjutan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 57 TAHUN 2005 TENTANG PENETAPAN DEFINITIF BAGIAN PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI DALAM NEGERI (PASAL 25/29) DAN PAJAK PENGHASILAN PASAL

Lebih terperinci

ISU STRATEGIS DAN ARAH KEBIJAKAN

ISU STRATEGIS DAN ARAH KEBIJAKAN ISU STRATEGIS DAN ARAH KEBIJAKAN Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur 13 ISU STRATEGIS DAN ARAH KEBIJAKAN 2.1. Permasalahan dan Tantangan Pembangunan Tanaman Pangan dan Hortikultura Gambar 2.1. Bawang Merah

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN CADANGAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN CADANGAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN CADANGAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kedelai merupakan salah satu tanaman yang menjadi komoditas utama di Indonesia. Bagian yang dimanfaatkan pada tanaman kedelai adalah bijinya. Berdasarkan Sastrahidajat

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2015

LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2015 LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2015 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2016 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas izinnya Laporan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR TIMUR

GUBERNUR JAWA TIMUR TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN BADAN KOORDINASI WILAYAH PEMERINTAHAN DAN PEMBANGUNAN PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

SAMBUTAN DAN ARAHAN KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN pada RAPAT TEKNIS PERENCANAAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TENGAH TA.

SAMBUTAN DAN ARAHAN KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN pada RAPAT TEKNIS PERENCANAAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TENGAH TA. SAMBUTAN DAN ARAHAN KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN pada RAPAT TEKNIS PERENCANAAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TENGAH TA. 2016 Surakarta, 29 s.d. 30 Oktober 2015 Assalamu alaikum Wr. Wb. Ykh.

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/43/KPTS/013/2006 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/43/KPTS/013/2006 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/43/KPTS/013/2006 TENTANG TIM PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA INVESTASI NON PMDN / PMA PROPINSI JAWA TIMUR TAHUN 2006 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016

LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016 Harga (Rp/Kg) LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016 11.000 9.000 7.000 5.000 3.000 Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Harga GKP di Petani BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG BUPATI PANDEGLANG, PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN CADANGAN PANGAN KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, Menimbang : Mengingat : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Plan), Rencana Kinerja (Performace Plan) serta Laporan Pertanggungjawaban

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Plan), Rencana Kinerja (Performace Plan) serta Laporan Pertanggungjawaban BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menghadapi perubahan yang sedang dan akan terjadi akhir-akhir ini dimana setiap organisasi publik diharapkan lebih terbuka dan dapat memberikan suatu transparansi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Maksud dan Tujuan C. Gambaran Umum 1. Organisasi Perangkat Daerah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Maksud dan Tujuan C. Gambaran Umum 1. Organisasi Perangkat Daerah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laporan Kinerja (LKj) Instansi Pemerintah adalah dokumen yang berisi gambaran perwujudan kewajiban suatu lembaga instansi untuk mempertanggungjawabkan kinerja, keberhasilan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON SALINAN RANCANGAN NOMOR 72 TAHUN 2016, SERI D. 21 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR : 72 Tahun 2016 TENTANG FUNGSI, TUGAS POKOK DAN TATA KERJA DINAS KETAHANAN PANGAN DENGAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.105, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESRA. Penugasan. PERUM BULOG. Ketahanan Pangan. Pencabutan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG PENUGASAN KEPADA PERUSAHAAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG PENUGASAN KEPADA PERUSAHAAN UMUM (PERUM) BULOG DALAM RANGKA KETAHANAN PANGAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

2. JUMLAH USAHA PERTANIAN

2. JUMLAH USAHA PERTANIAN BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 61/09/35/Tahun XI, 2 September 2013 HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 PROVINSI JAWA TIMUR (ANGKA SEMENTARA) JUMLAH RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN DI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 SEBANYAK

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG,

PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 50 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PANGAN KABUPATEN KARAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

KETAHANAN PANGAN DAN GIZI

KETAHANAN PANGAN DAN GIZI KETAHANAN PANGAN DAN GIZI disampaikan pada : Temu Ilmiah Internasional Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI) Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian November 2014 OUTLINE 1. Pendahuluan 2. Permasalahan

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 9 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Badan Ketahanan Pangan Prov Kalimantan Selatan

Bab 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Badan Ketahanan Pangan Prov Kalimantan Selatan Badan Ketahanan Bab 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan pangan dan ketahanan pangan merupakan salah satu faktor kunci dalam pembangunan suatu bangsa. Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Sementara Tahun 2014)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Sementara Tahun 2014) BPS PROVINSI JAWA TIMUR PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Sementara Tahun ) No.22/03/35/Th XIII,2 Maret 2015 A. PADI Angka Sementara (ASEM) produksi Padi Provinsi Jawa Timur sebesar 12,398 juta ton Gabah

Lebih terperinci

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 - 2-3. 4. 5. 6. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1968 tentang Berlakunya Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1967 dan Pelaksanaan Pemerintahan di Propinsi Bengkulu (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN

Lebih terperinci

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN BUPATI BONDOWOSO NOMOR 35 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI KANTOR KETAHANAN PANGAN KABUPATEN BONDOWOSO

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN BUPATI BONDOWOSO NOMOR 35 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI KANTOR KETAHANAN PANGAN KABUPATEN BONDOWOSO BUPATI BONDOWOSO PERATURAN BUPATI BONDOWOSO NOMOR 35 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI KANTOR KETAHANAN PANGAN KABUPATEN BONDOWOSO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BONDOWOSO,

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 94 TAHUN 2016

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 94 TAHUN 2016 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 94 TAHUN 2016 TENTANG NOMENKLATUR, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA CABANG DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2016

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2016 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2016 GUBERNUR JAWA TIMUR. Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (Angka Ramalan II Tahun 2014)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (Angka Ramalan II Tahun 2014) BPS PROVINSI JAWA TIMUR PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (Angka Ramalan II Tahun 2014) No. 75/11/35/Th.XII, 3 November 2014 A. PADI Produksi Padi Provinsi Jawa Timur berdasarkan Angka Ramalan II (ARAM

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 30 TAHUN 2008 TENTANG CADANGAN PANGAN PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 30 TAHUN 2008 TENTANG CADANGAN PANGAN PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 30 TAHUN 2008 TENTANG CADANGAN PANGAN PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan rumah tangga yang

BAB I PENDAHULUAN. Ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan rumah tangga yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012

RINGKASAN EKSEKUTIF. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012 RINGKASAN EKSEKUTIF LAKIP Badan Ketahanan Pangan Tahun 2012 disusun sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan dan kinerja

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN CADANGAN PANGAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG ESA BUPATI KOTABARU,

Lebih terperinci

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR : 15 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR : 15 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR : 15 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN CADANGAN PANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 33 TAHUN

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 33 TAHUN SALINAN BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 33 TAHUN 2015 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN KETAHANAN PANGAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TOLITOLI,

Lebih terperinci

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Ketahanan Pangan dan Gizi adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Ketahanan Pangan dan Gizi adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan No.60, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESEJAHTERAAN. Pangan. Gizi. Ketahanan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5680) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG PENUGASAN KEPADA PERUSAHAAN UMUM (PERUM) BULOG DALAM RANGKA KETAHANAN PANGAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA (LKJ)

LAPORAN KINERJA (LKJ) PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR LAPORAN KINERJA (LKJ) DINAS PERTANIAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016 DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2017 PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR LAPORAN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PENETAPAN SEMENTARA BAGIAN PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI DALAM NEGERI PASAL 25/29 DAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2. 1 Tinjauan Pustaka Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan

Lebih terperinci

PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN BERDASARKAN KEMANDIRIAN DAN KEDAULATAN PANGAN

PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN BERDASARKAN KEMANDIRIAN DAN KEDAULATAN PANGAN PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN BERDASARKAN KEMANDIRIAN DAN KEDAULATAN PANGAN Oleh : Tenaga Ahli Badan Ketahanan Pangan Dr. Ir. Mei Rochjat Darmawiredja, M.Ed SITUASI DAN TANTANGAN GLOBAL Pertumbuhan Penduduk

Lebih terperinci

RENCANA KERJA DINAS PERIKANAN DAN KELAUTAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2010

RENCANA KERJA DINAS PERIKANAN DAN KELAUTAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2010 RENCANA KERJA DINAS PERIKANAN DAN KELAUTAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 200 KODE PERMEN 2 05 000 2 Kelautan dan Program Peningkatan Kesejahteraan Petani Dinas 2.400.000 Fasilitasi Program Anti Kemiskinan

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2000 TENTANG BADAN KETAHANAN PANGAN PROPINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2000 TENTANG BADAN KETAHANAN PANGAN PROPINSI JAWA TIMUR PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2000 TENTANG BADAN KETAHANAN PANGAN PROPINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR Menimbang

Lebih terperinci

Grafik Skor Daya Saing Kabupaten/Kota di Jawa Timur

Grafik Skor Daya Saing Kabupaten/Kota di Jawa Timur Grafik Skor Daya Saing Kabupaten/Kota di Jawa Timur TOTAL SKOR INPUT 14.802 8.3268.059 7.0847.0216.8916.755 6.5516.258 5.9535.7085.572 5.4675.3035.2425.2185.1375.080 4.7284.4974.3274.318 4.228 3.7823.6313.5613.5553.4883.4733.3813.3733.367

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Rasio Konsumsi Normatif Rasio konsumsi normatif adalah perbandingan antara total konsumsi dan produksi yang menunjukkan tingkat ketersediaan pangan di suatu wilayah. Rasio konsumsi

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG PERKIRAAN ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU KEPADA PROVINSI JAWA TIMUR DAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP) TAHUN 2016

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP) TAHUN 2016 LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP) TAHUN 2016 KANTOR KETAHANAN PANGAN KABUPATEN LAMONGAN KATA PENGANTAR Puji Syukur senantiasa di panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, karunia

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERKIRAAN ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU KEPADA PROVINSI JAWA TIMUR DAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Ramalan II 2015)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Ramalan II 2015) BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 74/11/35/Th XIII, 2 November PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Ramalan II ) A. PADI Angka Ramalan (ARAM) II produksi Padi Provinsi Jawa Timur tahun sebesar 13,05 juta ton Gabah

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi Misi Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Padang, Desember 2016 KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT

KATA PENGANTAR. Padang, Desember 2016 KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT KATA PENGANTAR Dalam rangka memenuhi amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional yang mengamanatkan Pemerintah Daerah untuk menyusun Rencana Pembangunan Jangka

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATAKERJA BADAN KOORDINASI WILAYAH PEMERINTAHAN DAN PEMBANGUNAN JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci