ANALISIS KETERKAITAN DINAMIS SUKU BUNGA DI ANTARA NEGARA - NEGARA ASEAN+3 OLEH : DEWI ROHMAWATI H

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS KETERKAITAN DINAMIS SUKU BUNGA DI ANTARA NEGARA - NEGARA ASEAN+3 OLEH : DEWI ROHMAWATI H"

Transkripsi

1 ANALISIS KETERKAITAN DINAMIS SUKU BUNGA DI ANTARA NEGARA - NEGARA ASEAN+3 OLEH : DEWI ROHMAWATI H DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

2 RINGKASAN DEWI ROHMAWATI, Analisis Keterkaitan Dinamis Suku Bunga di antara Negara-negara ASEAN+3 (dibimbing oleh Noer Azam Achsani). Penetapan suku bunga merupakan urat nadi bagi setiap bank di berbagai negara karena kesalahan dalam penetapan suku bunga maka akan berdampak negatif bagi bank di negara tersebut. Bila suatu bank terlalu tinggi menetapkan tingkat suku bunga simpanan masyarakat, maka bank tersebut akan membayar biaya dana yang terlalu tinggi dari yang seharusnya. Apabila terlalu rendahnya tingkat suku bunga simpanan masyarakat yang ditetapkan bank, maka bank tersebut akan kesulitan untuk menghimpun dana masyarakat. Oleh sebab itu, mengetahui hubungan suku bunga antar negara sangat penting untuk membentuk model keuangan dan ekonomi internasional. Hubungan suku bunga mencerminkan derajat mobilitas modal dimana sangat penting bagi para investor untuk menentukan keputusannya dalam berinvestasi portofolio. Hubungan suku bunga internasional ini dilandasi oleh kondisi paritas suku bunga yang menghubungkan dua negara dengan integrasi pada pasar valas. Penelitian ini bertujuan menganalisis keterkaitan suku bunga di antara negara-negara ASEAN+3. Semua data yang digunakan berupa data bulanan mulai dari Januari 1994 hingga Desember Variabel-variabel yang dianalisis dalam penelitian ini adalah data suku bunga pasar dari lima negara ASEAN (Singapura, Malaysia, Indonesia, Filipina, dan Thailand), Jepang, Korea Selatan, dan Hongkong. Metode yang digunakan adalah metode Vector Auto Regression (VAR) yang dikombinasikan dengan Vector Error Correction Model (VECM) dengan menggunakan program Eviews 4.1. Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan empat alat analisis (matriks korelasi, kausalitas Granger, Impulse Response Function, dan Decomposition of Forecasting Error Variance) dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat keterkaitan suku bunga di antara negara-negara ASEAN kecuali Indonesia, sedangkan antara ASEAN dengan Korsel serta ASEAN dengan Hongkong belum terdapat keterkaitan yang sempurna. Keterkaitan juga tidak terjadi di antara ASEAN dengan Jepang karena Jepang merupakan negara yang terlalu kuat bagi ASEAN, sehingga ASEAN sebagai negara kecil belum mampu mempengaruhi pergerakan suku bunga Jepang. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa belum terdapat keterkaitan yang kuat di antara ASEAN+3. Oleh sebab itu, dibutuhkan waktu yang cukup lama dalam proses penyesuaian di antara negara-negara yang terlibat agar terjadi konvergensi suku bunga guna mendukung integrasi finansial. Dalam penelitian ini hanya membahas keterkaitan suku bunga untuk melihat kemungkinan adanya integrasi finansial di kawasan Asia. Oleh karena itu, untuk penelitian selanjutnya disarankan dapat mengkaji indikator lainnya dari integrasi finansial ataupun karakteristik OCA lainnya dalam rangka pembentukan Komunitas Masyarakat Ekonomi Asia Timur.

3 ANALISIS KETERKAITAN DINAMIS SUKU BUNGA DI ANTARA NEGARA - NEGARA ASEAN+3 Oleh DEWI ROHMAWATI H Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

4 INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN ILMU EKONOMI Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Dewi Rohmawati Nomor Registrasi Pokok : H Program Studi : Ilmu Ekonomi Judul Penelitian : Analisis Keterkaitan Dinamis Suku Bunga di antara Negara-negara ASEAN+3 dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Menyetujui, Dosen Pembimbing Ir. Noer Azam Achsani, MS, Ph.D NIP Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi Tanggal disetujui: Ir. Rina Oktaviani, MS, Ph.D NIP

5 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. Bogor, 24 Agustus 2007 Dewi Rohmawati H

6 RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Dewi Rohmawati lahir pada tanggal 31 Mei 1985 di Jakarata. Penulis anak ke dua dari empat bersaudara, dari pasangan Sunaryo dan Roisih. Jenjang pendidikan penulis lalui tanpa hambatan, penulis menamatkan sekolah dasar pada SDN 04 Joglo, kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 219 Jakarta Barat dan lulus pada tahun Pada tahun yang sama penulis diterima di SMUN 29 Jakarta Selatan dan lulus pada tahun Pada tahun 2003 penulis melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi. Institut Pertanian Bogor (IPB) menjadi pilihan penulis dengan harapan besar agar dapat memperoleh ilmu dan mengembangkan pola pikir, sehingga sumber daya yang berguna diri sendiri, lingkungan dan bangsa. Penulis masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif pada organisasi HIPOTESA.

7 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah Analisis Keterkaitan Dinamis Suku Bunga di antara ASEAN+3. ASEAN+3 merupakan topik yang sedang hangat dibicarakan di kalangan ekonom saat ini. Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan topik ini. Disamping hal tersebut, skripsi ini juga merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan skripsi ini, yaitu : 1. Bapak Noer Azam Achsani, Ph.D yang telah memberikan bimbingan dalam proses pembuatan skripsi ini. 2. Bapak Syamsul Hidayat Pasaribu, M.Si selaku dosen penguji. 3. Bapak Jaenal Effendi, MA selaku Komisi Pendidikan. 4. Orang tua, kakak, dan adik-adik yang telah memberikan dorongan moril maupun materiil. 5. Afif Ferdianto yang selalu mendukung dan membantu setiap proses pembuatan skripsi ini. 6. Hani, Imas, Bety, dan Ina yang bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan saran dan kritik. 7. Heni dan Ari yang telah sama-sama berjuang untuk menyelesaikan tugas akhir. 8. Dian Timor yang telah bersedia meminjamkan laptopnya untuk keperluan sidang. 9. Semua staf Departemen Ilmu Ekonomi yang telah bersedia direpotkan. 10. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, khususnya angkatan 40 Ilmu Ekonomi.

8 vi DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL...viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... x I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan dan manfaat Penelitian II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Investasi Teori Tingkat Bunga Fisher Teori Paritas Suku Bunga Covered Interest Parity (CIP) Penelitian Terdahulu Kerangka Pemikiran III. METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Metode Pengolahan dan Analisis Data Matriks Korelasi Kausalitas Bivariat Granger Vector Autoregression (VAR) Model Penelitian VAR Uji Stasioneritas Penentuan Lag Optimal Uji Kestabilan Uji Kointegrasi Vector Error Correction Model(VECM) Impulse Response Function (IRF)... 23

9 vii Decomposition of Forecasting Error Variance IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Matriks Korelasi Uji Kausalitas Bivariat Granger Vector Autoregression (VAR) Uji Kestasioneran Data Penetapan Lag Optimal Uji Kestabilan Uji Kointegrasi Simulasi Impulse Response Function (IRF) Simulasi Dekomposisi Penduga Ragam Galat V. KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 57

10 viii DAFTAR TABEL Nomor Halaman 3.1 Variabel-variabel Suku Bunga Hasil Uji Matriks Korelasi Hasil Perhitungan Z-hitung Uji Kausalitas Granger Uji Stasioneritas pada Tingkat Level Uji Stasioneritas pada Tingkat First Differences Uji Lag Optimal Uji Johansen s Trace Statistic DFEV terhadap Suku Bunga Filipina DFEV terhadap Suku Bunga Hongkong DFEV terhadap Suku Bunga Indonesia DFEV terhadap Suku Bunga Jepang DFEV terhadap Suku Bunga Korea DFEV terhadap Suku Bunga Malaysia DFEV terhadap Suku Bunga Singapura DFEV terhadap Suku Bunga Thailand... 51

11 ix DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 4.1 Respon suku bunga Filipina Terhadap Guncangan Suku Bunga Negara lain Respon suku bunga Hongkong Terhadap Guncangan Suku Bunga Negara lain Respon suku bunga Indonesia Terhadap Guncangan Suku Bunga Negara lain Respon suku bunga Jepang Terhadap Guncangan Suku Bunga Negara lain Respon suku bunga Korea Terhadap Guncangan Suku Bunga Negara lain Respon suku bunga Malaysia Terhadap Guncangan Suku Bunga Negara lain Respon suku bunga Singapura Terhadap Guncangan Suku Bunga Negara lain Respon suku bunga Thailand Terhadap Guncangan Suku Bunga Negara lain DFEV Suku Bunga Filipina DFEV Suku Bunga Hongkong DFEV Suku Bunga Indonesia DFEV Suku Bunga Jepang DFEV Suku Bunga Korea DFEV Suku Bunga Malaysia DFEV Suku Bunga Singapura DFEV Suku Bunga Thailand... 52

12 x DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1 Kausalitas Granger Uji Stasioneritas Filipina pada Level Uji Stasioneritas Hongkong pada Level Uji Stasioneritas Indonesia pada Level Uji Stasioneritas Jepang pada Level Uji Stasioneritas Korea pada Level Uji Stasioneritas Malaysia pada Level Uji Stasioneritas Singapura pada Level Uji Stasioneritas Thailand pada Level Uji Stasioner Filipina pada Tingkat first Differences Uji Stasioner Hongkong pada Tingkat first Differences Uji Stasioner Indonesia pada Tingkat first Differences Uji Stasioner Jepang pada Tingkat first Differences Uji Stasioner Korea pada Tingkat first Differences Uji Stasioner Malaysia pada Tingkat first Differences Uji Stasioner Singapura pada Tingkat first Differences Uji Stasioner Thailand pada Tingkat first Differences Lag Optimal Uji Kestabilan Uji Kointegrasi Impulse Response Function of Filipina Impulse Response Function of Hongkong Impulse Response Function of Indonesia Impulse Response Function of Jepang Impulse Response Function of Korea Impulse Response Function of Malaysia Impulse Response Function of Singapura... 81

13 xi 28 Impulse Response Function of Thailand Variance Decomposition of Filipina Variance Decomposition of Hongkong Variance Decomposition of Indonesia Variance Decomposition of Jepang Variance Decomposition of Korea Variance Decomposition of Malaysia Variance Decomposition of Singapura Variance Decomposition of Thailand... 90

14 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini ASEAN (Association South East Asian Nations) maupun ASEAN+3 (ASEAN, Jepang, Korea Selatan, dan Cina) sedang giat untuk menumbuhkan integrasi finansialnya. Hal ini ditunjukkan pada pertemuan puncak menteri-menteri keuangan ASEAN di Singapura yang telah memasukkan agenda integrasi ekonomi ASEAN, terutama di bidang finansial untuk mempercepat masuknya kembali arus investasi ke kawasan ASEAN. Upaya kerja sama tersebut dilakukan dengan mengadakan Roadshow, terutama ke Eropa dan Amerika Serikat untuk mempromosikan peluang investasi di Asia Tenggara. Bank-bank sentral di tingkat regional juga telah bersepakat untuk mengembangkan pasar obligasi regional (Asian Bond Initiative) yang dipelopori oleh pembentukan Asian Bond Fund sebesar 1 miliar Dollar AS pada Juni Kerja sama yang mirip terjadi dalam lingkup ASEAN+3 dengan ditandatanganinya kesepakatan Chiang Mai (Chiang Mai Initiative) pada Mei Dalam kesepakatan tersebut, negaranegara anggota membentuk jaringan fasilitas swap devisa yang sewaktu-waktu dapat digunakan negara anggota jika mengalami kesulitan likuiditas. Untuk lebih meningkatkan perannya dalam perekonomian global, ASEAN+3 merasa perlu membuat pasar keuangannya lebih terpadu dengan mengembangkan pasar keuangan nasional dan regional yang lebih lentur, sehingga dapat mengurangi berbagai kerapuhan dengan ditingkatkannya penyaluran tabungan dan investasi. Berbagai keuntungan yang akan diperoleh dari

15 2 integrasi finansial merupakan langkah penting berikutnya dalam integrasi ASEAN+3 yang terus mengalami peningkatan dalam perekonomian global. Integrasi finansial secara regional dan global akan turut mengintensifkan pasar keuangan dan meningkatkan kelenturan negara-negara ASEAN+3 dalam menghadapi shock dari luar. Integrasi ini juga akan memfasilitasi perbaikan dalam penggunaan sumber dana tabungan dan investasi yang amat besar di kawasan Asia Timur. Dengan demikian, akan memungkinkan kawasan Asia Timur untuk turut serta dalam perekonomian global dengan cara yang lebih seimbang. Upaya peningkatan integrasi finansial ini menunjukkan bahwa liberalisasi keuangan di kawasan tersebut telah berkembang pesat sebagai dampak dari aliran modal internasional yang semakin meningkat. Dengan adanya liberalisasi keuangan, maka negara-negara yang terlibat di dalamnya menjadi saling ketergantungan. Hal ini mengindikasikan bahwa tidak akan ada yang mengantisipasi dampak krisis yang berasal dari satu negara yang akan segera ditransmisikan ke negara-negara lainnya di dalam satu kawasan sebagai dampak dari simetris shock dari adanya integrasi finansial. Liberalisasi keuangan juga mengindikasikan adanya kebijakan moneter yang bebas. Menurut Caporale dan Williams dalam Barassi, Caporale, dan Hall (2000), kemampuan pemerintah setiap negara sangat penting untuk merespon kebijakan moneter yang bebas dengan memperhatikan kesamaan suku bunga dalam jangka panjang sebagai implikasi dari terintegrasinya pasar keuangan internasional. Apabila penentu utama dari suku bunga dalam jangka panjang berasal dari internal (negaranya sendiri), maka kebijakan suku bunga masih terletak di tangan pembuat kebijakan

16 3 di dalam negara tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa penyamaan dalam sistem keuangan seperti pada ERM (Exchange Rate Mechanism) yang bertujuan untuk menciptakan koordinasi kebijakan hanya mungkin dilakukan jika kekuasaan moneter telah melepaskan kebijakan suku bunga dalam jangka panjang pada kekuatan pasar internasional dalam periode yang lama. Menurut Kirchgassner dan Wolters dalam Devine (1997), peran pemerintah dalam mengurangi hambatan aliran modal internasional sangat penting bagi keterkaitan pasar modal internasional dan keuangan internasional. Peningkatan keterkaitan suku bunga pada pasar tersebut membawa dampak kebijakan yang penting bagi kebebasan kebijakan moneter oleh bank-bank sentral di masing-masing negara. Jika suatu negara cukup besar atapun terisolasi dari negara lainnya, maka negara tersebut tidak peka terhadap perubahan suku bunga di negara lainnya. Oleh sebab itu, keterkaitan suku bunga harus didorong dengan kebijakan moneter yang bebas. Proses liberalisasi suku bunga sudah mulai terjadi pada akhir tahun an di Singapura dan Malaysia, Indonesia pada awal tahun 1980-an, Thailand pada akhir 1980-an dan Korea pada tahun 1990-an. Liberalisasi tersebut dilakukan dengan menghilangkan batasan tertinggi dari tingkat deposito dan lending, sehingga akan terjadi penghapusan terhadap pengendalian suku bunga (Bensidoun, Coudert, dan Nayman, 1997). Suku bunga merupakan variabel makroekonomi yang paling dekat dengan perekonomian. Hal ini dikarenakan pergerakannya langsung mempengaruhi kesehatan perekonomian setiap harinya. Suku bunga mempengaruhi keputusan seseorang dalam menggunakan uangnya

17 4 untuk melakukan konsumsi atau menabung ataupun berinvestasi pada pasar keuangan. Suku bunga juga mempengaruhi perilaku investor untuk berinvestasi di sektor riil atau menyimpan uangnya di bank. Keputusan seseorang untuk membelanjakan uangnya atau berinvestasi didasarkan pada besarnya suku bunga nominal. Keterkaitan suku bunga antar negara merupakan masalah yang penting karena suku bunga terletak pada jantung mekanisme transmisi dari kebijakan moneter dan memainkan peranan yang penting dalam mempengaruhi kegiatan riil melalui perilaku saving dan investasi Perumusan Masalah Penetapan suku bunga merupakan urat nadi bagi setiap bank di berbagai negara karena kesalahan dalam penetapan suku bunga maka akan berdampak negatif bagi bank di negara tersebut. Bila suatu bank terlalu tinggi menetapkan tingkat suku bunga simpanan masyarakat, maka bank tersebut akan membayar biaya dana yang terlalu tinggi dari yang seharusnya dan sebaliknya, bila terlalu rendahnya tingkat suku bunga simpanan masyarakat yang ditetapkan bank, maka bank tersebut akan kesulitan untuk menghimpun dana masyarakat. Oleh sebab itu, mengetahui hubungan suku bunga antar negara sangat penting untuk membentuk model keuangan dan ekonomi internasional. Hubungan suku bunga mencerminkan derajat mobilitas modal dimana sangat penting bagi para investor untuk menentukan keputusannya dalam berinvestasi portofolio. Hubungan suku bunga internasional ini dilandasi oleh kondisi paritas suku bunga yang menghubungkan dua negara dengan integrasi pada pasar valas. Teori paritas suku bunga menjelaskan bahwa dengan tingginya derajat mobilitas modal, maka

18 5 aset-aset finansial dua negara akan disubstitusi di antara mereka dan arbitrase akan membawa suku bunga satu negara sama dengan suku bunga negara lainnya di tambah premium forward pada kedua negara tersebut. Oleh karena itu, dua suku bunga dapat bergerak secara bersamaan sepanjang waktu ketika premium forwardnya tetap (Zhou, 2003). Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa suku bunga berperan penting dalam kehidupan perekonomian suatu negara setiap harinya. Hal ini mendorong peneliti untuk merumuskan permasalahan yang perlu diteliti, yaitu bagaimana keterkaitan suku bunga yang terjadi di antara negara-negara ASEAN+3? 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian Peenelitian ini bertujuan untuk menganalisis keterkaitan suku bunga yang terjadi di antara negara-negara ASEAN+3 yang terdiri dari lima negara ASEAN, Jepang, Korea Selatan, dan Hongkong. Adapun lima negara ASEAN tersebut adalah kelima negara pendiri ASEAN, yaitu Singapura, Malaysia, Indonesia, Filipina, dan Thailand. Oleh sebab itu, penelitian ini dapat bermanfaat untuk mengetahui lebih jauh mengenai keterkaitan suku bunga yang terjadi di antara negara-negara ASEAN+3. Bagi pengambil kebijakan dapat berguna untuk mengetahui kondisi suku bunga di Indonesia agar dapat segera membenahi kondisi politik serta perekonomiannya guna mengejar ketertinggalan dari negaranegara lainnya dalam rangka penciptaan komunitas masyarakat ekonomi Asia Timur. Bagi peneliti sendiri berguna sebagai sarana untuk mengembangkan wawasan dan ilmu pengetahuan yang telah didapat selama masa perkuliahan.

19 6 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Pengertian dan Karakteristik Investasi Menurut Sukirno dalam Rakhma (2005), investasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan menanam modal, baik dalam bentuk uang maupun benda pada suatu objek dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan, dengan demikian, banyaknya keuntungan yang akan diperoleh besar perannya dalam menentukan tingkat investasi yang akan dilakukan oleh pengusaha. Secara garis besar ada tiga sumber utama modal asing dalam suatu negara yang menganut system perekonomian terbuka yaitu pinjaman luar negeri (debt), penanaman modal asing langsung (Foreign Direct Investment), dan Penanaman Modal Asing Tidak Langsung (Foreign Indirect Investment) atau disebut juga investasi portofolio (Portfolio Investment). Investasi portofolio ini merupakan bentuk penanaman modal yang sebagian besar terdiri dari penguasaan atas saham yang dapat dipindahkan (yang dikeluarkan atau dijamin oleh negara pengimpor modal), terhadap saham atau surat utang oleh pemerintah dan warga negara di beberapa negara lain. Penguasaan saham tersebut tidak sama dengan hak untuk mengendalikan perusahaan. Para pemegang saham hanya memiliki hak dividen. Alasan utama orang berinvestasi adalah untuk memperoleh keuntungan dan tingkat keuntungan investasi disebut sebagai return. Return yang diharapkan investor dari investasi yang dilakukannya merupakan kompensasi atas biaya kesempatan (opportunity cost) dan risiko penurunan daya beli akibat adanya

20 7 pengaruh inflasi. Tandelin dalam Sally (2005), membedakan return dalam investasi menjadi dua, yaitu: 1. Return yang diharapkan (expected return) Return yang diharapkan merupakan tingkat return yang diantisipasi investor di masa datang. 2. Return yang terjadi atau return aktual merupakan tingkat return yang diperoleh investor di masa lalu. Berdasarkan motivasi terjadinya investasi portofolio, ada beberapa faktor yang mendorong perolehan return yang lebih tinggi (Salvatore, 1990): 1. Pertumbuhan yang lebih tinggi di luar negeri 2. Perlakuan pajak yang lebih menguntungkan 3. Tersedianya infrastruktur yang lebih memadai dan diversifikasi resiko Berdasarkan teori pilihan portofolio (Theory of Portfolio Choice), ada beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang untuk membeli suatu aset (Mishkin, 2001): 1. Kesejahteraan (Wealth), jika kekayaan seseorang semakin meningkat, maka orang akan memiliki sumber dana yang lebih banyak untuk membeli aset-aset. 2. Harapan hasil (Expected Return), yaitu harapan hasil yang didapatkan dengan memegang aset tersebut. 3. Risiko (Risk), yaitu derajat ketidakpastian yang dihubungkan dengan suatu aset relatif terhadap aset-aset lainnya.

21 8 4. Likuiditas (Liquidity), yaitu seberapa cepat dan mudah suatu aset dirubah dalam bentuk uang tunai (cash). Untuk mengetahui keadaan aliran modal internasional di suatu negara, dapat dilihat pada catatan neraca pembayaran (balances of payment) negara yang bersangkutan, khususnya dalam transaksi neraca modal. Bila transaksi neraca modal mengalami surplus, berarti terjadi aliran modal bersih yang masuk (net capital inflow) ke negara tersebut. Dalam hal ini berarti terjadi penjualan aset finansial ke luar negeri yang lebih besar dari pada pembelian aset finansial dari luar negeri. Aliran modal masuk ini cenderung meningkatkan aliran cadangan internasional, sehingga dapat memperbaiki kinerja pembayaran yang dibarengi dengan terapresiasinya nilai tukar. Jika transaksi modal yang terjadi adalah defisit, maka akan menyebabkan hal sebaliknya. Selama periode meningkatnya aliran modal masuk (capital inflow) telah mengakibatkan apresiasi nilai tukar riil. Hal ini merupakan dampak yang terkandung di dalam aliran modal masuk yang terlampau deras, terutama jika aliran modal masuk didominasi oleh investasi asing berupa investasi portofolio atau investasi berjangka pendek. Secara teoritis, suatu perekonomian terbuka dengan arus lalu lintas modal yang bebas, nilai tukar mata mata uangnya cenderung mengalami apresiasi karena adanya capital inflow yang didukung oleh perbedaan suku bunga (interest differential) yang positif Teori Tingkat Bunga Fisher Para ekonom menyebutkan tingkat bunga yang dibayar bank sebagai tingkat bunga nominal (nominal interest rate) dan kenaikan dalam daya beli

22 9 masyarakat sebagai tingkat bunga riil (real interest rate). Jika i menyatakan tingkat bunga nominal, r tingkat bunga riil, dan π laju inflasi, maka hubungan di antara ketiga variabel ini dapat ditulis sebagai berikut (Mankiw, 2003): i = r + π (2.1) Pada persamaan di atas terlihat bahwa tingkat bunga nominal merupakan penjumlahan di antara tingkat bunga riil dan laju inflasi yang menunjukkan bahwa tingkat bunga dapat berubah karena dua alasan, yaitu tingkat bunga riil yang berubah atau inflasi yang berubah. Sehingga terdapat hubungan positif antara tingkat bunga nominal dengan inflasi dimana kenaikan satu persen dalam laju inflasi akan menyebabkan kenaikan satu persen dalam tingkat bunga nominal. Persamaan tersebut juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara tingkat bunga riil dengan inflasi. Jika terjadi inflasi, maka akan menurunkan tingkat bunga riil. Artinya ketika terjadi peningkatan inflasi, maka suku bunga deposito riil akan menurun dan sebaliknya terjadi ketika terjadi penurunan inflasi, maka tingkat bunga deposito riil akan meningkat Teori Paritas Suku Bunga Teori paritas suku bunga menjelaskan bahwa dengan tingginya derajat mobilitas modal, maka aset-aset finansial dua negara akan disubstitusi di antara mereka dan arbitrase akan membawa suku bunga satu negara sama dengan suku bunga negara lainnya di tambah premium forward pada kedua negara tersebut. Oleh karena itu, dua suku bunga dapat bergerak secara bersamaan sepanjang waktu ketika premium forward tidak berubah (Zhou, 2003).

23 10 Sedangkan teori paritas suku bunga menurut Mishkin (2001), menjelaskan bahwa bila perbedaan suku bunga tabungan domestik dan suku bunga luar negeri sama dengan tingkat swap, yaitu perbedaan antara kurs di masa mendatang (forward exchange rate) dan nilai tukar spot, maka kondisi demikian menunjukkan di mana masyarakat tidak akan memperoleh keuntungan apapun bila menginvestasikan dananya di luar negeri. Secara matematis, teori tersebut adalah: f e i i * = (2.2) e Dimana i adalah suku bunga tabungan (dalam mata uang domestik), i * adalah suku bunga tabungan luar negeri (dalam mata uang asing), f adalah nilai tukar di masa mendatang, dan e adalah nilai tukar spot. Berdasarkan persamaan di atas, maka rate of return rupiah atas simpanan dollar kurang lebih sama dengan suku bunga dollar Amerika Serikat. Jika tingkat bunga domestik di atas tingkat bunga luar negeri, maka terdapat positive appreciation dalam mata uang luar negeri, yang harus diimbangi denga penurunan tingkat bunga luar negeri. Menurut Chinn (2007), kondisi pariatas suku bunga adalah kondisi dimana tidak ada keuntungan arbitrase. Cara yang paling mudah untuk memahami kondisi ini adalah berkenaan dengan karakteristik investor untuk menyimpan pada tempat yang berbeda. Anggaplah mata uang dalam negeri adalah dollar, dan mata uang asing adalah euro. Kemudian, anggaplah terdapat pasar forward dan para investor dapat menyimpan dananya di dalam negeri, sehingga akan menerima suku bunga i atau merubahnya dalam nilai tukar S. Alternatif lain, investor akan menerima suku bunga asing i* dan kemudian merubahnya kembali ke dalam mata uang domestik

24 11 dengan tingkat forward F yang diperoleh pada waktu t untuk perdagangan pada waktu t+1. ( 1+ i) versus ( 1 + i * t ) F t, t+1 S S t t Jika tingkat pengembalian kotor di sebelah kiri lebih besar dari yang kanan, maka para investor akan menyimpan dananya di dalam negeri. Jika sebaliknya, maka para investor akan menyimpan dananya di luar negeri. Dengan pergerakan jumlah modal yang tidak terbatas dalam mencari tingkat pengembalian tertinggi (asumsi : tidak ada resiko dalam bentuk nominal), maka tingkat pengembalian akan sama. Ft, t+1 St ( 1+ i) = (1 + i * t ) (2.3) S t Setelah dirubah, ( i F = (1 + i ) * i ) t, t +1 * t S S t t (2.4) Kondisi ini disebut Covered Interest Parity (CIP) yang menggambarkan fakta bahwa para investor akan terlindungi untuk menghadapi ketidakpastian nominal dalam pasar forward. Jika tingkat forward sama dengan tingkat spot masa depan, maka F t,t+1 = S e t,t+1. Kemudian persamaan (2.4) menjadi : ( i (1 S * e i ) t, t = +1 * + it ) St S t (2.5) Dimana e adalah ekspektasi. Persamaan (2.5) diistilahkan dengan Uncovered Interest Rate Parity. Hal ini terjadi ketika para investor tidak

25 12 memerlukan kompensasi terhadap ketidakpastian yang berhubungan dengan mata uang perdagangan di masa depan Covered Interest Parity (CIP) Menurut Zhou (2003), persamaan CIP dapat ditulis sebagai berikut: r d, t = rf, t + f t St (2.6) Dimana r d, t = ln( 1+ Rd, t ) yang menunjukkan logaritma dari yield aset domestik; r f, t = ln( 1+ R f, t ) adalah logaritma dari yield aset asing yang sama. R d,t dan R f,t adalah suku bunga domestik dan suku bunga asing; s t = ln S adalah t logaritma dari nilai tukar spot (mata uang domestik per mata uang asing); dan f = ln adalah logaritma dari nilai tukar forward. Premium forward f t - s t yang t F t secara umum dapat didekomposisi dalam risiko premium (RP) dan diharapkan dapat merubah nilai tukar mata uang dari kedua negara (E(Δs)). Persamaannya adalah sebagai berikut: r = r + RP + E( Δ ) (2.7) d, t f, t s Dimana RP f E S ) adalah logaritma dari nilai tukar spot yang diharapkan; = t ( t+ 1 dan E( Δ S) = E( S t + 1 ) s. Karena perubahan nilai tukar tidak berubah untuk t semua negara industri, maka perubahan yang diharapkan dari nilai tukar umumnya dianggap tidak berubah Penelitian Terdahulu Penelitian ini memiliki kemiripan dengan penelitian lain sebelumnya. Peneliti tersebut diantaranya Trivisvavet (2001) dan Hanie (2006).

26 13 Trivisvavet (2001) dalam penelitiannya yaitu Do East Asian Countries Constitute An Optimum Currency Area? menggunakan model Bayoumi dan Eichengreen (1994). Data yang digunakan mulai dari tahun 1970 hingga 1999 dengan data tahunan. Penelitian ini menggunakan analisis ekonometrika Vector Autoregression (VAR). Variabel yang digunakan adalah Consumer Price Index (CPI) untuk mengukur tingkat inflasi dan GDP riil untuk mengukur tingkat pendapatan nasional. Negara-negara yang digunakan adalah Hongkong, Indonesia, Jepang, Korea, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa negara-negara Asia Timur dapat membentuk monetary union tanpa kehilangan kebebasan dari kebijakan moneter dan fiskal di setiap negara. Tanpa Indonesia, Asia Timur dapat membentuk monetary union dan menggunakan mata uang regionalnya. Hanie (2006) dalam penelitiannya Analisis Konvergensi Nominal dan Riil diantara Negara-negara ASEAN_5, Jepang, dan Korea Selatan menggunakan analisis ekonometrika Vector Autoregression (VAR) yang dilanjutkan dengan Vector Error Correction Model (VECM). Program yang digunakan adalah Eviews.4.1 dan variabel yang digunakan adalah IPX sebagai proksi dari pendapatan nasional serta CPI untuk mengukur tingkat inflasi. Data yang digunakan adalah data bulanan dari Januari 1990 hingga Desember Negara-negara yang digunakan adalah Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, Jepang, dan Korea Selatan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ada konvergensi nominal dan riil di antara negara-negara tersebut kecuali

27 14 Indonesia. Konvergensi riil juga terjadi di antara ASEAN dan Korea Selatan kecuali Indonesia Kerangka Pemikiran Integrasi finansial merupakan salah satu karakteristik dari Optimum Currency Area (OCA) yang ingin dibentuk oleh ASEAN+3 sebagai Komunitas Masyarakat Ekonomi Asia Timur. Adapun karakteristik OCA meliputi ukuran perekonomian derajat keterbukaan dan arah perdagangan, derajat mobilitas tenaga kerja serta fleksibilitas upah dan harga, derajat kemiripan struktur ekonomi, sinkronisasi siklus bisnis, derajat fleksibilitas kebijakan fiskal, derajat integrasi finansial, kemiripan tingkat kesempatan kerja serta tingkat inflasi (Grubel dan Ingram dalam Amrita, 2004). Salah satu indikator yang dapat mengukur derajat integrasi finansial adalah suku bunga dimana suku bunga merupakan hal terpenting bagi para pelaku ekonomi dalam membuat keputusan saving dan investasi. Suku bunga pasar uang (money market rate) digunakan untuk membuat keputusan dalam investasi di pasar uang. Liberalisasi suku bunga akan membuat negara-negara yang tergabung menjadi saling ketergantungan antara satu dengan yang lainnya, sehingga apabila terjadi guncangan (shock) suku bunga di suatu negara, maka negara lain juga akan ikut terguncang sebagai dampak simetris shock dari adanya liberalisasi tersebut.

28 15 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa gabungan dari data runtun waktu (time series). Data-data yang digunakan diperoleh dari suatu badan statistik dunia, yaitu Bloomberg dan IMF (International Monetary Fund). Semua data yang digunakan berupa data bulanan mulai dari Januari 1994 hingga Desember Variabel-variabel yang dianalisis dalam penelitian ini adalah variabel suku bunga pasar uang (money market rate) dari lima negara ASEAN (Indonesia, Filipina, Malaysia, Singapura, Thailand) dan tiga negara lain di Asia Timur, yaitu Jepang, Korea Selatan, dan Hongkong. Berikut adalah definisi dari simbol-simbol variabel yang digunakan. Tabel 3.1. Variabel-variabel Suku Bunga Simbol Variabel RFIL RHONG RIND RJEP RKOR RMAL RSING RTHAI Definisi Suku bunga Filipina Suku bunga Hongkong Suku bunga Indonesia Suku bunga Jepang Suku bunga Korea Selatan Suku bunga Malaysia Suku bunga Singapura Suku bunga Thailand

29 Metode Pengolahan dan Analisis Data Matriks Korelasi Uji matriks korelasi dilakukan untuk melihat keeratan hubungan yang terjadi antara variabel dependen dengan variabel-variabel independennya. Untuk menentukan korelasi tersebut signifikan atau tidak, maka dilakukan dengan membandingkan nilai Z-hitung dengan nilai Z-tabel pada taraf nyata yang telah ditentukan. Hipotesis nol adalah tidak ada hubungan, sedangkan hipotesis alternatifnya adalah terdapat hubungan. Jika Z Z α 0 Z α 2 2, maka H 0 diterima yang berarti variabel tersebut tidak signifikan atau tidak terdapat hubungan. Nilai Z-hitung dapat dirumuskan sebagai berikut (Hasan, 2004): Z = r ( n 1) (3.1) dimana: Z = nilai sebaran Z, r = koefisien korelasi, n = jumlah observasi Kausalitas Bivariat Granger Kausalitas Bivariat Granger dilakukan untuk melihat hubungan sebab akibat di antara variabel-variabel yang digunakan dalam analisis. Terjadi kausalitas secara nyata atau tidak diketahui dengan membandingkan probabilitas dengan nilai kritis yang digunakan dimana hipotesis nol adalah tidak terdapat hubungan kausalitas dan hipotesis alternatifnya adalah terdapat hubungan kausalitas. Pada penelitian ini, jika probabilitas lebih kecil dari 0.05, maka dikatakan terjadi kausalitas yang signifikan.

30 Vector Autoregression (VAR) Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Vector Autoregression (VAR) apabila data yang digunakan telah stasioner pada tingkat level. Namun bila data belum stasioner pada tingkat level, maka analisis yang dilakukan akan disesuaikan yaitu dengan menggunakan metode Vector Error Corection Model (VECM). Hal ini perlu dilakukan karena bila kita meregresikan variabel-variabel yang tidak stasioner maka akan menimbulkan fenomena spurious regression (regresi palsu). Penggunaan metode ini diharapkan dapat merepresentasikan bagaimana varibel suku bunga di suatu negara dapat mempengaruhi variabel yang sama di negara lain dan sebaliknya. Pada penelitian ini penulis akan menganalisis data tersebut dengan menggunakan program ekonometrika Eviews Untuk sampai pada hasil proses pengolahan dengan program Eviews ada beberapa langkah yang harus dilalui, yaitu : 1. Uji kestasioneran data yang dilakukan untuk mengetahui apakah variabel yang akan dianalisa mengandung akar unit dengan menggunakan uji Augemented Dickey-Fuller (ADF) 2. Jika hasil dari uji ADF ini mengandung akar unit atau dengan kata lain data tidak stasioner pada tingkat level, maka harus dilakukan penarikan diferensial sampai data stasioner, dilakukan pengujian pada tingkat first difference atau Vector Error Correction Model (VECM) 3. Uji lag optimal dengan menggunakan uji Schwarz Information Criterion (SC)

31 18 4. Uji kestabilan pada lag optimalnya 5. Uji kointegrasi dilakukan dengan pendekatan Johansen dan menggunakan ordo VAR (p-1), dengan tujuan untuk mengetahui jumlah rank kointegrasi yang terjadi 6. Impulse Response Function (IRF) dan Variance Decomposition (VD) untuk melihat perilaku dan peran shock masing-masing variabel terhadap variabel tertentu Vector Autoregressive (VAR) adalah suatu bentuk model ekonometrika yang menjadikan suatu peubah sebagai fungsi linear dari konstanta dan lag dari peubah itu sendiri serta nilai lag dari peubah lain yang terdapat dalam suatu sistem persamaan tertentu. Metode VAR memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan metode ekonometrika lainnya, yaitu: 1. Metode VAR dapat menangkap hubungan-hubungan yang mungkin terjadi di antara varaibel-variabel yang dianalisis karena VAR mengembangkan model secara bersamaan dalam suatu sistem yang multivariat, 2. Metode VAR terbebas dari berbagai batasan teori-teori ekonomi, sehingga terhindar dari penafsiran yang salah. Selain beberapa keunggulan yang dimilikinya metode VAR juga memiliki kelemahan, seperti pada metode VAR tidak mempermasalahkan perbedaan eksogenitas dan endogenitas variabel. Mengikuti Syabran dalam Hanie (2006), VAR dengan n buah peubah tak bebas pada waktu ke-t dan dengan ordo p, dapat dituliskan dalam model persamaan berikut: Y t = A o + A 1 Y t-1 + A 2 Y t A p Y t-p + ε t (3.2)

32 19 Di mana : Y t = Vektor peubah tak bebas (Y 1t, Y 2t,..., Y nt ) berukuran n x 1, A o = Vektor intersep berukuran n x 1, A 1 = Matriks parameter berukuran n x n, untuk setiap i = 1, 2,,p, є t = Vektor sisaan (ε 1t, ε 2t,..., ε nt) berukuran n x1. Pada analisis VAR terdapat asumsi yang harus dipenuhi, yaitu semua peubah harus bersifart stasioner dan semua sisaan harus bersifat white noise (yaitu memiliki rataan nol, ragam konstan, dan di antara variabel tak bebas tidak ada korelasi) Model Penelitian VAR Pada penelitian ini penulis ingin melihat keterkaitan suku bunga yang terjadi di antara delapan negara di kawasan Asia, yaitu Indonesia, Filipina, Malaysia, Singapura, Thailand, Jepang, Korea Selatan, dan Hongkong. Model yang akan terbentuk adalah seperti berikut ini: K t T t M t S t J t F t I t H t a 11(L) a 12(L) a 13(L) a 14(L) a 15(L) a 16(L) a 17(L) a 21(L) a 22(L) a 23(L) a 24(L) a 25(L) a 26(L) a 27(L) a 31(L) a 32(L) a 33(L) a 34(L) a 35(L) a 36(L) a 37(L) a 41(L) a 42(L) a 43(L) a 44(L) a 45(L) a 46(L) a 47(L) a 51(L) a 52(L) a 53(L) a 54(L) a 55(L) a 57(L) a 57(L) = + ε it +b j (D) a 61(L) a 62(L) a 63(L) a 64(L) a 65(L) a 66(L) a 67(L) a 71(L) a 72(L) a 73(L) a 74(L) a 75(L) a 76(L) a 77(L) a 81(L) a 82(L) a 83(L) a 84(L) a 85(L) a 86(L) a 87(L) K t-i ε it T t-i ε it M t-i ε it S t-i ε it J t-i ε it F t-i ε it I t-i ε H it t-i Keterangan : F t H t I t = Suku Bunga Filipina = Suku Bunga Hongkong = Suku Bunga Indonesia

33 20 J t K t M t S t Tt i ε D = Suku Bunga Jepang = Suku Bunga Korea Selatan = Suku Bunga Malaysia = Suku Bunga Singapura = Suku Bunga Thailand = lag ke-i = Error = Dummy Krisis a ij, b j = Koefisien regresi pada model VAR Uji Stasioneritas Salah satu syarat dalam analisis VAR adalah data yang stasioner. Pada data runtun waktu sering kali terdapat akar unit (tidak stasioner), atau dengan kata lain nilai rata-rata dan variannya selalu berubah sepanjang waktu. Uji ADF dilakukan pada persamaan umum VAR, seperti pada persamaan (3.2), yang kemudian diubah parameternya dengan mengurangi Y t-1 pada kedua sisi persamaan, sehingga kita dapatkan Y t Y t 1 = AtYt 1 Yt 1 + ε t. Kemudian persamaan (3.2) dapat diubah menjadi sebagai berikut: ΔY t = A o + δy t-1 + A 2 Y t A p Y t-p + ε t (3.3) Adapun hipotesis yang diuji adalah: H0 : δ = 0 (data mengikuti pola yang stokatis atau mengandung akar unit), H1 : δ < 0 (data mengikuti pola yang stasioner). Keputusan uji ADF ditentukan dengan melihat nilai statistik yang kemudian dibandingkan dengan nilai kritikal MacKinnon pada Tabel Dickey-

34 21 Fuller. Apabila nilai statistik lebih besar dari pada tingkat krisis MacKinnon, pada tingkat kritis yang telah ditentukan, 1 persen, 5 persen, atau 10 persen, maka H 0 diterima yang berarti data mengandung akar unit tidak stasioner. Sebaliknya bila nilai statistik lebih kecil dari pada nilai kritis MacKinnon maka H 0 ditolak yang mengindikasikan bahwa data stasioner Penentuan Lag Optimal Pada penelitian ini penentuan lag optimal hanya dilakukan berdasarkan kriteria SC. Untuk menetapkan tingkat lag yang paling optimal, model VAR atau VECM harus diestimasi dengan berbeda-beda tingkat lagnya, kemudian dibandingkan nilai SC-nya. Nilai SC terkecil dipakai sebagai patokan pada tingkat lag paling optimal karena nilai SC minimum menggambarkan residual yang paling kecil merupakan alternatif dari AIC dimana memberikan penalty terhadap penambahan variabel. Dimana AIC dan SC dirumuskan sebagai berikut: AIC = log [ Σ ε 2 t / N ] + 2 k / N (3.3) SC= AIC+(k/N) (log N-1) (3.4) Di mana Σε 2 t adalah jumlah residu kuadrat, sedangkan N dan k masingmasing merupakan jumlah sampel dan jumlah variabel yang beroperasi pada persamaan tersebut. Besarnya lag optimal ditentukan oleh lag yang memiliki nilai kriteria SC yang terkecil Uji Kestabilan Pengujian ini perlu dilakukan untuk melihat apakah lag optimal dari persamaan VAR sudah stabil atau belum. Untuk melihat kestabilannya dilakukan dengan melihat nilai modulusnya. Apabila semua nilai modulusnya lebih kecil

35 22 dari satu, maka persamaan tersebut dikatakan stabil dan bila terdapat nilai modulus yang lebih besar dari satu, maka persamaan tersebut dikatakan belum stabil Uji Kointegrasi Kointegrasi adalah suatu hubungan jangka panjang antara variabelvariabel yang meskipun secara individual tidak stasioner, tetapi kombinasi linier antara variabel tersebut dapat menjadi stasioner. Uji kointegrasi Johanssen seperti yang ditunjukkan oleh persamaan berikut: ΔY t p 0 + πyt 1 + Γi ΔYt 1 ε t (3.5) i= 1 = β + Komponen dari vektor Yt dapat dikatakan terkointegrasi bila ada vektor β = (β 1, β 2,..., β n ) sehingga kombinasi linier βy t, bersifat stasioner. Vektor β disebut vektor kointegrasi yang saling bebas, rank kointegrasi ini dapat diketahui melalui uji Johanssen Vector Error Corretion Model (VECM) Adanya hubungan kointegrasi di antara kedua variabel mengisyaratkan bahwa sebuah formulasi error correction pada VAR dapat diestimasi. Model VAR yang diperoleh kemudian dievaluasi dan dianalisis masing-masing residual variabel dalam model dengan menggunakan estimasi VECM-nya. Ansari dalam Firmansyah (2006) mengemukakan bahwa sama kasusnya dengan unrestricted VAR, koefisien yang dihasilkan VECM juga sulit untuk diinterpretasi. Dalam penelitian ini, hasil estimasi VECM tidak dijelaskan lebih lanjut. Oleh karena itu, penelitian dilanjutkan dengan alat analisis dinamis dari Impulse Response Function (IRF) dan Decomposition of Forecasting Error Variance (DFEV)

36 Impulse Response Function (IRF) VAR merupakan metode yang akan menentukan sendiri struktur dinamis dalam suatu model, dan cara untuk mencirikan struktur dinamis tersebut adalah dengan menganalisis respon dari model terhadap guncangan (shock). IRF adalah suatu innovation accounting yang digunakan untuk menganalisis perilaku guncangan suatu variabel terhadap variabel tertentu. IRF dapat melakukan hal tersebut dengan menunjukkan bagaimana respon dari setiap variabel endogen sepanjang waktu terhadap kejutan dari variabel itu sendiri dan variabel endogen lainnya atau dengan kata lain, untuk melihat efek gejolak (shock) suatu standar deviasi dari variabel inovasi terhadap nilai sekarang (current time values) dan nilai yang akan datang (future values) dari variabel-variabel endogen yang terdapat dalam model yang diamati Decomposition of Forecasting Error Variance (DFEV) Peramalan dekomposisi varian memberikan informasi mengenai berapa persen peran masing-masing guncangan terhadap variabilitas variabel tertentu. Uji yang dikenal juga dengan The Cholesky Decomposition, ini digunakan untuk menyusun perkiraan error variance suatu variabel, yaitu seberapa besar perbedaan antara variance sebelum dan sesudah terjadinya guncangan, baik guncangan yang berasal dari variabel itu sendiri maupun dari variabel lain. Dengan metode ini dapat dilihat pula kekuatan dan kelemahan dari masing-masing variabel dalam mempengaruhi variabel lainnya dalam kurun waktu yang panjang.

37 24 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini akan membahas mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan, yaitu untuk melihat keterkaitan suku bunga di antara negara-negara ASEAN, Jepang, Korea Selatan, dan Hongkong untuk mencerminkan kemungkinan terjadinya integrasi finansial. Negara-negara ASEAN yang digunakan dalam penelitian ini adalah Filipina, Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand Matriks Korelasi Uji matriks korelasi dilakukan untuk melihat keeratan hubungan yang terjadi antara variabel dependen dengan variabel-variabel independennya. Hasil pengujian matriks korelasi pada Tabel 4.1 menunjukkan bahwa antar semua variabel memiliki keeratan hubungan atau dengan kata lain terdapat korelasi kecuali hubungan antara Jepang dengan Indonesia. Dalam penelitian ini digunakan uji dua arah dengan tingkat kritis sebesar lima persen, sehingga nilai Z- tabelnya adalah Apabila nilai Z-hitung berada di wilayah penolakan hipotesis nol, maka terdapat hubungan yang signifikan di antara variabel tersebut. Tabel 4.1. Hasil Uji Matriks Korelasi RInd RKor RFil RSing RThai RJep RMal RHong RInd RKor RFil RSing RThai RJep RMal RHong Cetak tebal menunjukkan signifikan 1

38 25 Tabel 4.2. Hasil Perhitungan Z-hitung RInd RKor RFil RSing RThai RJep RMal RHong RInd RKor RFil RSing RThai RJep RMal RHong Cetak tebal menunjukkan signifikan 4.2. Uji Kausalitas Bivariat Granger Uji kausalitas ini dilakukan untuk melihat hubungan kausalitas yang terjadi di antara variabel-variabel dalam model. Pada penelitian ini, uji kausalitas yang digunakan adalah Granger Causality Test yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.3. Tabel 4.3. Uji Kausalitas Granger Variabel Bebas RFil RHong RInd RJep RKor RMal RSing RThai Variabel Terikat RFil RHong Rind RJep RKor RMal RSing RThai Sumber: Lampiran 1

39 26 Angka-angka pada Tabel 4.2 adalah nilai F-Stat untuk masing-masing hipoteis kausalitas Granger. Pada uji kausalitas bivariat, hipotesis nol (H 0 ) yang diuji adalah tidak adanya hubungan kausalitas di antara kedua variabel, sementara hipotesis alternatifnya (H 1 ) adalah adanya hubungan kausalitas di antara kedua variabel. Untuk menerima atau menolak H 0 digunakan nilai probabilitas yang dibandingkan dengan nilai kritis yang digunakan. Bila nilai probabilitas lebih kecil dari nilai kritisnya maka H 0 ditolak atau bisa dikatakan terdapat hubungan kausalitas pada variabel-variabel yang diuji. Pada Tabel 4.2 terlihat bahwa angkaangka yang dicetak tebal menunjukkan adanya hubungan kausalitas. Dari uji Granger Kausality yang telah dilakukan menunjukkan bahwa terdapat hubungan kausalitas dua arah antara Filipina-Korea, Singapura-Thailand, Indonesia- Thailand, Indonesia-Malaysia, Filipina-Singapura, dan Thailand-Korea. Pada uji ini juga terlihat bahwa setiap suku bunga di antara negara ASEAN hampir saling mempengaruhi, sedangkan suku bunga Korsel dapat mempengaruhi semua negara ASEAN kecuali Singapura, namun Korsel hanya dipengaruhi Filipina dan Thailand. Suku bunga Jepang hanya mempengaruhi Filipina, namun Jepang hanya dipengaruhi oleh Korea, sedangkan suku bunga Hongkong hanya mempengaruhi Filipina, namun dipengaruhi oleh tiga negara ASEAN dan Korea Vector Autoregression (VAR) Uji Kestasioneran Sebelum melakukan estimasi persamaan, langkah awal yang harus dilakukan adalah melakukan uji stasioner untuk setiap variabel yang digunakan. Pengujian ini dilakukan dengan uji Augmented Dickey Fuller (ADF). Hasil uji

40 27 stasioner untuk variabel suku bunga pada tingkat level dapat dilihat pada Tabel 4.4. Tabel 4.4. Uji Stasioneritas pada Tingkat Level Variabel Nilai ADF Nilai Kritis MacKinnon Keterangan (5%) RFIL Stasioner RHONG Tidak Stasioner RIND Tidak Stasioner RJEP Stasioner RKOR Tidak Stasioner RMAL Tidak Stasioner RSING Tidak Stasioner RTHAI Tidak Stasioner Sumber: Lampiran 2 s/d 9 Stasioneritas ditentukan dengan membandingkan nilai statistik ADF dengan nilai kritis MacKinnon. Apabila nilai statistik ADF-nya lebih kecil dari nilai kritis MacKinnon, maka data tersebut stasioner aau terintegrasi pada ordo 0 (I(0)). Bila terdapat data yang tidak stasioner, maka harus dilakukan uji derajat integrasi. Uji ini dilakukan dengan mendiferensiasikan data pada derajat tertentu hingga semua data telah menjadi stasioner pada derajat yang sama. Pada Tabel 4.4 terlihat bahwa hanya data suku bunga untuk Filipina dan Jepang yang telah stasioner pada tingkat level sedangkan untuk enam negara lainnya belum stasioner pada tingkat level karena nilai statistik ADF-nya lebih kecil dari nilai kritis MacKinnon. Oleh sebab itu, akan dilakukan uji stasioner pada tingkat first difference, hasilnya terlihat pada Tabel 4.5.

41 28 Tabel 4.5. Uji Stasioneritas Tingkat First Difference Variabel Nilai ADF Nilai Kritis MacKinnon Keterangan (5%) d(rfil) Stasioner d(rhong) Stasioner d(rind) Stasioner d(rjep) Stasioner d(rkor) Stasioner d(rmal) Stasioner d(rsing) Stasioner d(rthai) Stasioner Sumber: Lampiran 10 s/d 17 Pada Tabel 4.5 terlihat bahwa semua variabel suku bunga untuk semua negara yang digunakan dalam analisis telah stasioner pada derajat yang sama dan tingkat taraf nyata yang sama, yaitu 5 persen Penetapan Lag Optimal Langkah kedua sebelum melakukan estimasi VAR adalah melakukan uji lag optimal guna mendapatkan hasil yang baik. Penetapan lag optimal pada penelitian ini ditentukan oleh nilai Schwarz Criteria (SC) yang terkecil. Hasil pengujian lag optimal dapat dilihat pada Tabel 4.6. Tabel 4.6. Uji Lag Optimal Lag (Bulan) SC * * angka SC terkecil Sumber: Lampiran 18

HASIL DAN PEMBAHASAN. metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector

HASIL DAN PEMBAHASAN. metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector 52 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Metode analisis yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector Error Correction Model (VECM).

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kestasioneran data diperlukan pada tahap awal data time series

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kestasioneran data diperlukan pada tahap awal data time series IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengujian Pra Estimasi 4.1.1. Kestasioneran Data Pengujian kestasioneran data diperlukan pada tahap awal data time series untuk melihat ada tidaknya unit root yang terkandung

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini 51 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah metode analisis Vector Error Correction (VEC) yang dilengkapi dengan dua uji lag structure tambahan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 56 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Metode analisis yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector Error Correction Model (VECM).

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. terdiri dari data pinjaman luar negeri, pengeluaran pemerintah, penerimaan pajak,

METODE PENELITIAN. terdiri dari data pinjaman luar negeri, pengeluaran pemerintah, penerimaan pajak, III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data terdiri dari data pinjaman luar negeri, pengeluaran pemerintah, penerimaan pajak,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 46 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa data time series dari tahun 1986-2010. Data tersebut diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS),

Lebih terperinci

ANALISIS KETERKAITAN ANTARA INDEKS SAHAM SYARIAH DI BEBERAPA NEGARA DAN INDEKS SAHAM JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII) DI INDONESIA

ANALISIS KETERKAITAN ANTARA INDEKS SAHAM SYARIAH DI BEBERAPA NEGARA DAN INDEKS SAHAM JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII) DI INDONESIA ANALISIS KETERKAITAN ANTARA INDEKS SAHAM SYARIAH DI BEBERAPA NEGARA DAN INDEKS SAHAM JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII) DI INDONESIA OLEH Zainul Abidin H14103065 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa time series

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa time series 30 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa time series bulanan periode Mei 2006 sampai dengan Desember 2010. Sumber data di dapat dari Statistik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada BAB III METODE PENELITIAN Menurut Sugiyono (2013), Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. waktu (time series) dari tahun 1986 sampai Data tersebut diperoleh dari

METODE PENELITIAN. waktu (time series) dari tahun 1986 sampai Data tersebut diperoleh dari 40 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Dan Sumber Data Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang relevan dengan penelitian. Semua data yang digunakan merupakan data deret

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN 18 III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Mengetahui kointegrasi pada setiap produk adalah salah satu permasalahan yang perlu dikaji dan diteliti oleh perusahaan. Dengan melihat kointegrasi produk,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. merupakan data time series dari bulan Januari 2002 sampai Desember Data

METODE PENELITIAN. merupakan data time series dari bulan Januari 2002 sampai Desember Data 23 III. METODE PENELITIN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan data time series dari bulan Januari 2002 sampai Desember 2009. Data

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Perusahaan merupakan suatu badan hukum yang memiliki suatu tujuan yang ingin dicapai salah satunya yaitu mendapatkan keuntungan. Untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek Penelitian Dalam penelitian ini, obyek yang diamati yaitu inflasi sebagai variabel dependen, dan variabel independen JUB, kurs, BI rate dan PDB sebagai variabel yang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan maka yang dijadikan objek

III. METODOLOGI PENELITIAN. Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan maka yang dijadikan objek 53 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan maka yang dijadikan objek penelitian yang dilakukan, maka penelitian ini akan menganalisis kinerja kebijakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Obyek Penelitian Obyek penelitian adalah sesuatu yang menjadi perhatian dalam suatu penelitian, objek penelitian ini menjadi sasaran dalam penelitian untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 45 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Untuk menggambarkan bagaimana pengaruh capital gain IHSG dengan pergerakan yield obligasi pemerintah dan pengaruh tingkat suku bunga terhadap IHSG dan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran 20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran dalam penelitian dapat dijadikan landasan dalam setiap tahap penelitian. Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui metode

Lebih terperinci

ANALISIS PERGERAKAN NILAI TUKAR RUPIAH DAN EMPAT MATA UANG NEGARA ASEAN OLEH RUSNIAR H14102056

ANALISIS PERGERAKAN NILAI TUKAR RUPIAH DAN EMPAT MATA UANG NEGARA ASEAN OLEH RUSNIAR H14102056 i ANALISIS PERGERAKAN NILAI TUKAR RUPIAH DAN EMPAT MATA UANG NEGARA ASEAN OLEH RUSNIAR H14102056 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 ii RINGKASAN RUSNIAR.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Bentuk data berupa data time series dengan frekuensi bulanan dari Januari 2000

III. METODE PENELITIAN. Bentuk data berupa data time series dengan frekuensi bulanan dari Januari 2000 28 III. METODE PENELITIAN 3.1. Data 3.1.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Bentuk data berupa data time series dengan frekuensi bulanan dari Januari

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 59 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dijelaskan pelaksanaan tahapan-tahapan metode VECM yang terbentuk dari variabel-variabel capital gain IHSG (capihsg), yield obligasi 10 tahun (yieldobl10)

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series 40 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series sekunder. Data-data tersebut diperoleh dari berbagai sumber, antara lain dari

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH NERACA PERDAGANGAN DAN CAPITAL INFLOW TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA OLEH PRIMA ANDRIANI H

ANALISIS PENGARUH NERACA PERDAGANGAN DAN CAPITAL INFLOW TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA OLEH PRIMA ANDRIANI H ANALISIS PENGARUH NERACA PERDAGANGAN DAN CAPITAL INFLOW TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA OLEH PRIMA ANDRIANI H14104090 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. time series. Data time series umumnya tidak stasioner karena mengandung unit

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. time series. Data time series umumnya tidak stasioner karena mengandung unit 48 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Uji Kestasioneritasan Data Uji stasioneritas data dilakukan pada setiap variabel yang digunakan pada model. Langkah ini digunakan untuk menghindari masalah regresi lancung

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga Maret 2012. Penelitian dilakukan di Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo). Penentuan tempat dilakukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. tahun 1980 hingga kuartal keempat tahun Tabel 3.1 Variabel, Notasi, dan Sumber Data

III. METODE PENELITIAN. tahun 1980 hingga kuartal keempat tahun Tabel 3.1 Variabel, Notasi, dan Sumber Data III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data kuartalan. Periode waktu penelitian ini dimulai dari kuartal pertama tahun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sekunder yang akan digunakan ialah data deret waktu bulanan (time series) dari bulan

BAB III METODE PENELITIAN. sekunder yang akan digunakan ialah data deret waktu bulanan (time series) dari bulan 40 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang akan dipakai dalam penelitian ini berupa data sekunder. Data sekunder yang akan digunakan ialah data deret waktu bulanan (time series)

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH ALIRAN MODAL TERHADAP PEREKONOMIAN DOMESTIK INDONESIA OLEH MARDI EFRIZA H

ANALISIS PENGARUH ALIRAN MODAL TERHADAP PEREKONOMIAN DOMESTIK INDONESIA OLEH MARDI EFRIZA H ANALISIS PENGARUH ALIRAN MODAL TERHADAP PEREKONOMIAN DOMESTIK INDONESIA OLEH MARDI EFRIZA H14102119 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN MARDI

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. mengandung akar-akar unit atau tidak. Data yang tidak mengandung akar unit

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. mengandung akar-akar unit atau tidak. Data yang tidak mengandung akar unit 32 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Estimasi VAR 4.1.1 Uji Stasioneritas Uji kestasioneran data pada seluruh variabel sangat penting dilakukan untuk data yang bersifat runtut waktu guna mengetahui apakah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Sifat Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan metode kuantitatif karena menggunakan data penelitian berupa angka-angka dan analisis dengan menggunakan metode

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu pendekatan dengan cara mengukur variabel yang di lingkari oleh teori atau satu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian. Dalam penelitian ini penulis memilih impor beras sebagai objek melakukan riset di Indonesia pada tahun 1985-2015. Data bersumber dari Badan Pusat Statistika

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan untuk penelitian ini adalah pengeluaran riil pemerintah (G t ), PBD riil (Y t ), konsumsi (CC t ), investasi (I t ), Indeks Harga Konsumen

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN.... ix I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah... 9 1.3. Tujuan Penelitian... 10 1.4. Manfaat

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Untuk memenuhi salah satu asumsi dalam uji data time series dan uji

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Untuk memenuhi salah satu asumsi dalam uji data time series dan uji BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Uji Stasioneritas Untuk memenuhi salah satu asumsi dalam uji data time series dan uji VECM, maka perlu terlebih dahulu dilakukan uji stasioneritas. Uji stationaritas yang

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH VARIABEL-VARIABEL MAKROEKONOMI TERHADAP PERTUMBUHAN OBLIGASI PEMERINTAH DI INDONESIA OLEH NOVIE ILLYA SASANTI H

ANALISIS PENGARUH VARIABEL-VARIABEL MAKROEKONOMI TERHADAP PERTUMBUHAN OBLIGASI PEMERINTAH DI INDONESIA OLEH NOVIE ILLYA SASANTI H ANALISIS PENGARUH VARIABEL-VARIABEL MAKROEKONOMI TERHADAP PERTUMBUHAN OBLIGASI PEMERINTAH DI INDONESIA OLEH NOVIE ILLYA SASANTI H14104095 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Indonesia dan variabel independen, yaitu defisit transaksi berjalan dan inflasi.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Indonesia dan variabel independen, yaitu defisit transaksi berjalan dan inflasi. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini difokuskan pada variabel dependen utang luar negeri Indonesia dan variabel independen, yaitu defisit transaksi berjalan dan inflasi.

Lebih terperinci

http://ejurnal.esaunggul.ac.id/index.php/formil/article/view/871 Forum Ilmiah Vol 11 Nomer 1 Januari 2014 112 http://ejurnal.esaunggul.ac.id/index.php/formil/article/view/871 Forum Ilmiah Vol 11 Nomer

Lebih terperinci

APLIKASI MODEL VAR UNTUK MENGETAHUI KETERKAITAN SUKU BUNGA ANTAR PASAR UANG DIKAWASAN APT (ASEAN5 PLUS 3), BAGI PUBLIK

APLIKASI MODEL VAR UNTUK MENGETAHUI KETERKAITAN SUKU BUNGA ANTAR PASAR UANG DIKAWASAN APT (ASEAN5 PLUS 3), BAGI PUBLIK APLIKASI MODEL VAR UNTUK MENGETAHUI KETERKAITAN SUKU BUNGA ANTAR PASAR UANG DIKAWASAN APT (ASEAN5 PLUS 3), BAGI PUBLIK Sapto Jumono Fakultas Ekonomi, Universitas Esa Unggul Jakarta Jln. Arjuna Utara Tol

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Data-data tersebut berupa data bulanan dalam rentang waktu (time series) Januari

III. METODOLOGI PENELITIAN. Data-data tersebut berupa data bulanan dalam rentang waktu (time series) Januari 40 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Berdsarkan kajian beberapa literatur penelitian ini akan menggunakan data sekunder. Data-data tersebut berupa data bulanan dalam rentang waktu (time

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Obyek/Subyek yang diamati dalam penelitian ini adalah Pembiayaan Modal Kerja UMKM dengan variabel independen DPK, NPF, Margin, dan Inflasi sebagai variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 49 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Variabel-variabel dalam penelitian ini menggunakan variabel dependen dan independen. Variabel dependen

Lebih terperinci

INTEGRASI PASAR OBLIGASI NEGARA DI ANTARA NEGARA NEGARA ASEAN+6 OLEH SURYARISMAN PRATAMA H

INTEGRASI PASAR OBLIGASI NEGARA DI ANTARA NEGARA NEGARA ASEAN+6 OLEH SURYARISMAN PRATAMA H INTEGRASI PASAR OBLIGASI NEGARA DI ANTARA NEGARA NEGARA ASEAN+6 OLEH SURYARISMAN PRATAMA H14053246 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN SURYARISMAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIN. yaitu ilmu yang valid, ilmu yang dibangun dari empiris, teramati terukur,

BAB III METODE PENELITIN. yaitu ilmu yang valid, ilmu yang dibangun dari empiris, teramati terukur, BAB III METODE PENELITIN A. Jenis dan Pendektan Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah suatu penelitian yang didasari oleh falsafah

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan yang dijadikan objek

METODOLOGI PENELITIAN. Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan yang dijadikan objek III. METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan yang dijadikan objek penelitian, maka penelitian ini hanya menganalisis mengenai harga BBM dan nilai tukar

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. time series bulanan dari Januari 2007 sampai dengan Desember Data-data

METODE PENELITIAN. time series bulanan dari Januari 2007 sampai dengan Desember Data-data III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder berupa time series bulanan dari Januari 2007 sampai dengan Desember 2011. Datadata yang

Lebih terperinci

STABILITAS MONETER PADA SISTEM PERBANKAN GANDA DI INDONESIA OLEH HENI HASANAH H

STABILITAS MONETER PADA SISTEM PERBANKAN GANDA DI INDONESIA OLEH HENI HASANAH H STABILITAS MONETER PADA SISTEM PERBANKAN GANDA DI INDONESIA OLEH HENI HASANAH H14103001 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 STABILITAS MONETER PADA SISTEM

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Respon PDB terhadap shock

METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Respon PDB terhadap shock 40 III. METODE PENELITIAN Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Respon PDB terhadap shock kredit perbankan, pembiayaan pada lembaga keuangan non bank dan nilai emisi saham pada pasar modal

Lebih terperinci

Skripsi ANALISA PENGARUH CAPITAL INFLOW DAN VOLATILITASNYA TERHADAP NILAI TUKAR DI INDONESIA OLEH : MURTINI

Skripsi ANALISA PENGARUH CAPITAL INFLOW DAN VOLATILITASNYA TERHADAP NILAI TUKAR DI INDONESIA OLEH : MURTINI Skripsi ANALISA PENGARUH CAPITAL INFLOW DAN VOLATILITASNYA TERHADAP NILAI TUKAR DI INDONESIA OLEH : MURTINI 0810512077 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS Mahasiswa Strata 1 Jurusan Ilmu Ekonomi Diajukan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Perkembangan Produk Domestik Bruto Nasional Produk domestik bruto adalah nilai pasar dari semua barang dan jasa akhir yang diproduksi dalam suatu negara dalam kurun waktu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. METODE PENELITIAN 1. Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah Perbankan Syariah di Indonesia yang mempunyai laporan keuangan yang transparan dan di publikasikan oleh

Lebih terperinci

DAN JANGKA PENDEK H DEPARTEMEN MEN. Oleh :

DAN JANGKA PENDEK H DEPARTEMEN MEN. Oleh : ANALISIS KAUSALIT TAS ANTARA INVESTASI PORTOFOLIO DAN PERKEMBANGAN INDEKS HARGAA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DALAM JANGKA PENDEK DAN JANGKA PANJANG DI INDONESIA Oleh : MOCHAMMAD AKBAR H14104054 DEPARTEMEN ILMU

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. analisis yang berupa angka-angka sehingga dapat diukur dan dihitung dengan

BAB III METODE PENELITIAN. analisis yang berupa angka-angka sehingga dapat diukur dan dihitung dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan analisis yang berupa angka-angka sehingga dapat diukur dan dihitung dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dikumpulkan dari berbagai sumber yaitu Badan Pusat Statistik (BPS), Food and

BAB III METODE PENELITIAN. dikumpulkan dari berbagai sumber yaitu Badan Pusat Statistik (BPS), Food and BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang dikumpulkan dari berbagai sumber yaitu Badan Pusat Statistik (BPS), Food and

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis dampak..., Wawan Setiawan..., FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis dampak..., Wawan Setiawan..., FE UI, 2010. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pesatnya perkembangan ekonomi dunia dewasa ini berimplikasi pada eratnya hubungan satu negara dengan negara yang lain. Arus globalisasi ekonomi ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. statistik. Penelitian ini mengukur pengaruh pembalikan modal, defisit neraca

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. statistik. Penelitian ini mengukur pengaruh pembalikan modal, defisit neraca BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat kuantitatif, yaitu penelitian yang mengukur suatu variabel, sehingga lebih mudah dipahami secara

Lebih terperinci

III.METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, karena penelitian ini

III.METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, karena penelitian ini 43 III.METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, karena penelitian ini disajikan dengan angka-angka. Hal ini sesuai dengan pendapat Arikunto (2006) yang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji Pra Estimasi Uji Akar Unit (Unit Root Test) Pada penerapan analisis regresi linier, asumsi-asumsi dasar yang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji Pra Estimasi Uji Akar Unit (Unit Root Test) Pada penerapan analisis regresi linier, asumsi-asumsi dasar yang 40 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji Pra Estimasi 4.1.1. Uji Akar Unit (Unit Root Test) Pada penerapan analisis regresi linier, asumsi-asumsi dasar yang telah ditentukan harus dipenuhi. Salah satu asumsi

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA (SBI) DAN KINERJA BANK TERHADAP LABA PERBANKAN OLEH LIA AMALIA H

ANALISIS PENGARUH SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA (SBI) DAN KINERJA BANK TERHADAP LABA PERBANKAN OLEH LIA AMALIA H ANALISIS PENGARUH SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA (SBI) DAN KINERJA BANK TERHADAP LABA PERBANKAN OLEH LIA AMALIA H14102098 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Analisis Faktor-Faktor Yang

III. METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Analisis Faktor-Faktor Yang III. METODE PENELITIAN A. Deskripsi Data Variabel Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Cadangan Devisa di Indonesia Periode 2000-2014 adalah cadangan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kualitas dan Instrumen Data 1. Uji Stasioneritas. Tahap pertama yang harus dilalui untuk mendapatkan estimasi VECM adalah pengujian stasioneritas data masing-masing

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam studi ini adalah data sekunder runtut waktu

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam studi ini adalah data sekunder runtut waktu III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam studi ini adalah data sekunder runtut waktu (timeseries) bulanan dari periode 2008:04 2013:12 yang diperoleh dari laporan Bank

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif adalah pendekatan penelitian yang banyak dituntut menguakan angka,

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif adalah pendekatan penelitian yang banyak dituntut menguakan angka, BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Ditinjau dari jenis datanya pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Yang dimaksud dengan penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat dan berdampak luas bagi perekonomian, baik di dalam negeri maupun di tingkat dunia

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Akar Unit (Unit Root Test) bahwa setiap data time series yang akan dianalisis akan menimbulkan spurious

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Akar Unit (Unit Root Test) bahwa setiap data time series yang akan dianalisis akan menimbulkan spurious 48 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengujian Akar Unit (Unit Root Test) Pengujian akar unit merupakan tahap awal sebelum melakukan estimasi model time series. Pemahaman tentang pengujian akar unit ini mengandung

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN GIRO WAJIB MINIMUM, JUMLAH UANG BEREDAR, KREDIT DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI

ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN GIRO WAJIB MINIMUM, JUMLAH UANG BEREDAR, KREDIT DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN GIRO WAJIB MINIMUM, JUMLAH UANG BEREDAR, KREDIT DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI OLEH RATNA VIDYANI H14102077 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

Analisis Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Jalur Kredit dan Jalur Harga Aset di Indonesia Pendekatan VECM (Periode 2005: :12)

Analisis Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Jalur Kredit dan Jalur Harga Aset di Indonesia Pendekatan VECM (Periode 2005: :12) Analisis Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Jalur Kredit dan Jalur Harga Aset di Indonesia Pendekatan VECM (Periode 2005:01 2015:12) DISUSUN OLEH : SITI FATIMAH 27212052 LATAR BELAKANG Kebijakan moneter

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah PDB, Ekspor, dan

METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah PDB, Ekspor, dan III. METODE PENELITIAN A. Deskripsi Data Input Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah PDB, Ekspor, dan Foreign Direct Investment ((FDI). Deskripsi tentang satuan pengukuran, jenis

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. langkah yang penting sebelum mengolah data lebih lanjut. Data time series yang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. langkah yang penting sebelum mengolah data lebih lanjut. Data time series yang 60 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Uji Stasioneritas Hasil dan pembahasan dalam penelitian ini akan didasarkan pada langkahlangkah yang telah dijelaskan sebelumnya pada Bab III. Langkah pertama merupakan

Lebih terperinci

BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN 43 BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN Analisis data dilakukan melalui serangkaian tahapan pengujian menggunakan analis Vector Auto Regression (VAR). Pada tahap pertama dilakukan pengujian terhadap variabel

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. urutan waktu dimulai dari penerapan Base Money Targeting Framework

III. METODOLOGI PENELITIAN. urutan waktu dimulai dari penerapan Base Money Targeting Framework 63 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Data dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan urutan waktu dimulai dari penerapan Base Money Targeting Framework (BMTF) periode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan analisis yang berupa angka-angka sehingga dapat diukur dan dihitung dengan menggunakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data sekunder.data ini

METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data sekunder.data ini 27 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Pada penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data sekunder.data ini bersumber dari Bank Indonesia (www.bi.go.id), Badan Pusat Statistik (www.bps.go.id).selain

Lebih terperinci

EVALUASI PENERAPAN INFLATION TARGETING DI INDONESIA OLEH YOGI H

EVALUASI PENERAPAN INFLATION TARGETING DI INDONESIA OLEH YOGI H EVALUASI PENERAPAN INFLATION TARGETING DI INDONESIA OLEH YOGI H14103055 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN YOGI. Evaluasi Penerapan Inflation

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. atas, data stasioner dibutuhkan untuk mempengaruhi hasil pengujian

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. atas, data stasioner dibutuhkan untuk mempengaruhi hasil pengujian BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kualitas dan Instrumen Data 1. Uji Stasioneritas Tahap pertama yang harus dilalui untuk mendapatkan estimasi VECM adalah pengujian stasioneritas data masing-masing

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek dan Subyek Penelitian 1. Obyek Penelitian Obyek penelitian ini adalah pertumbuhan indeks pembangungan manusia Indonesia dan metode penelitiannya adalah analisis kuantitatif

Lebih terperinci

EFEK PERUBAHAN KURS (PASS-THROUGH EFFECT) TERHADAP TUJUH KELOMPOK INDEKS HARGA KONSUMEN DI INDONESIA OLEH HERRY FRENKY NABABAN H

EFEK PERUBAHAN KURS (PASS-THROUGH EFFECT) TERHADAP TUJUH KELOMPOK INDEKS HARGA KONSUMEN DI INDONESIA OLEH HERRY FRENKY NABABAN H EFEK PERUBAHAN KURS (PASS-THROUGH EFFECT) TERHADAP TUJUH KELOMPOK INDEKS HARGA KONSUMEN DI INDONESIA OLEH HERRY FRENKY NABABAN H14102033 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Exchange Rate Rp/US$ ER WDI Tax Revenue Milyar Rupiah TR WDI Net Export US Dollar NE WDI

BAB III METODE PENELITIAN. Exchange Rate Rp/US$ ER WDI Tax Revenue Milyar Rupiah TR WDI Net Export US Dollar NE WDI 3 BAB III METODE PENELITIAN 3. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari berbagai instansi yang terkait dengan permasalahan penelitian seperti

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran

3. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran 3. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Pengembangan bahan bakar alternatif untuk menjawab isu berkurangnya bahan bakar fosil akan meningkatkan permintaan terhadap bahan bakar alternatif, dimana salah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jawa Tengah diproxykan melalui penyaluran pembiayaan, BI Rate, inflasi

BAB III METODE PENELITIAN. Jawa Tengah diproxykan melalui penyaluran pembiayaan, BI Rate, inflasi BAB III METODE PENELITIAN A. Objek dan Subjek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah. Sedangkan subjek penelitian menggunakan perbankan syariah di Jawa Tengah diproxykan

Lebih terperinci

DAMPAK PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP PEREKONOMIAN DI NEGARA-NEGARA ASEAN+3 EVI JUNAIDI

DAMPAK PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP PEREKONOMIAN DI NEGARA-NEGARA ASEAN+3 EVI JUNAIDI DAMPAK PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP PEREKONOMIAN DI NEGARA-NEGARA ASEAN+3 EVI JUNAIDI PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan dengan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Langkah awal yang perlu dilakukan dalam data time series adalah uji stasioner,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Langkah awal yang perlu dilakukan dalam data time series adalah uji stasioner, V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pengujian Pra Estimasi 5.1.1. Uji Kestasioneran Data Langkah awal yang perlu dilakukan dalam data time series adalah uji stasioner, untuk melihat ada atau tidaknya unit root

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Model Penelitian Model dasar yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah mengacu pada model yang digunakan oleh Dritsaki, Dritsaki, dan Adamopoulos (2004)

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Uji Stasioneritas Data

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Uji Stasioneritas Data BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kausalitas dan Instrumen Data 1. Uji Stasioner Test Variabel Level t-statistik Sumber: Data Diolah Tabel 5.1 Uji Stasioneritas Data Prob ULN 2.065415 0.9998

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel. penjelasan kedua variabel tersebut :

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel. penjelasan kedua variabel tersebut : BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek Penelitian Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 1. Variabel Penelitian Pengertian dari variabel penelitian adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. 51 Universitas Indonesia. Keterangan : Semua signifikan dalam level 1%

BAB 4 PEMBAHASAN. 51 Universitas Indonesia. Keterangan : Semua signifikan dalam level 1% BAB 4 PEMBAHASAN 4.1. Hasil Uji Stasioneritas Data Data yang akan digunakan untuk estimasi VAR perlu dilakukan uji stasioneritasnya terlebih dahulu. Suatu data dikatakan stasioner jika nilai rata-rata

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kausalitas dan Instrumen Data 1. Uji Stasioneritas Dalam mendapatkan estimasi model VECM, tahap pertama yang harus dilakukan pada pengujian data adalah dengan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH UANG TERHADAP BUSINESS CYCLE INDONESIA OLEH SITI MASYITHO H

ANALISIS PENGARUH UANG TERHADAP BUSINESS CYCLE INDONESIA OLEH SITI MASYITHO H ANALISIS PENGARUH UANG TERHADAP BUSINESS CYCLE INDONESIA OLEH SITI MASYITHO H14102062 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN SITI MASYITHO. H14102062.

Lebih terperinci

ANALISIS INFLASI DI INDONESIA DARI SISI PERMINTAAN UANG OLEH NOVA MARDIANTI H

ANALISIS INFLASI DI INDONESIA DARI SISI PERMINTAAN UANG OLEH NOVA MARDIANTI H ANALISIS INFLASI DI INDONESIA DARI SISI PERMINTAAN UANG OLEH NOVA MARDIANTI H14102107 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN NOVA MARDIANTI. Analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Cadangan devisa didefenisikan sebagai saham eksternal aset, yang tersedia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Cadangan devisa didefenisikan sebagai saham eksternal aset, yang tersedia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cadangan devisa didefenisikan sebagai saham eksternal aset, yang tersedia untuk suatu negara dalam otoritas moneter yang digunakan untuk menutupi ketidakseimbangan

Lebih terperinci

V. SPESIFIKASI MODEL DAN HUBUNGAN CONTEMPORANEOUS

V. SPESIFIKASI MODEL DAN HUBUNGAN CONTEMPORANEOUS 59 V. SPESIFIKASI MODEL DAN HUBUNGAN CONTEMPORANEOUS 5.1 Pengujian Asumsi Time Series 5.1.1 Uji Stasioneritas Uji Stasioneritas merupakan uji awal untuk setiap data time series yang masuk dalam model dalam

Lebih terperinci

STUDI KAUSALITAS GRANGER ANTARA NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP USD DAN AUD MENGGUNAKAN ANALISIS VAR

STUDI KAUSALITAS GRANGER ANTARA NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP USD DAN AUD MENGGUNAKAN ANALISIS VAR Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Mei 2009 STUDI KAUSALITAS GRANGER ANTARA NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP USD DAN AUD MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Unit Root Test Augmented Dickey Fuller (ADF-Test)

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Unit Root Test Augmented Dickey Fuller (ADF-Test) BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Stasioneritas Tahap pertama yang harus dilakukan untuk mendapatkan estimasi VECM adalah pengujian stasioneritas data masing-masing variabel,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Analisis data dilakukan dengan menggunakan Software Eviews Versi 4.1 dan Microsoft Office Excel Gambar 2 Plot IHSG.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Analisis data dilakukan dengan menggunakan Software Eviews Versi 4.1 dan Microsoft Office Excel Gambar 2 Plot IHSG. kointegrasi lebih besar dari nol maka model yang digunakan adalah VECM (Enders, 1995). 4. Analisis model VAR, VARD atau VECM. 5. Interpretasi terhadap model. 6. Uji kelayakan model. 7. Pengkajian fungsi

Lebih terperinci

OLEH ISMAIL HADIKUSUMAH H

OLEH ISMAIL HADIKUSUMAH H ANALISIS EFEKTIVITAS PENETAPAN SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA (SBI) TERHADAP PENYALURAN KREDIT SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP PETUMBUHAN EKONOMI NASIONAL OLEH ISMAIL HADIKUSUMAH H14102125 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah current account

III. METODELOGI PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah current account III. METODELOGI PENELITIAN A. Deskripsi Variabel Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah current account sebagai variabel terikat dan nilai tukar, inflasi, PDB, dan aktiva luar negeri

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Dalam penelitian ini variabel terikat (dependent variabel) yang digunakan adalah

METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Dalam penelitian ini variabel terikat (dependent variabel) yang digunakan adalah III. METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini variabel terikat (dependent variabel) yang digunakan adalah nilai tukar rupiah, sedangkan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PERKEMBANGAN PASAR MODAL TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

ANALISIS PENGARUH PERKEMBANGAN PASAR MODAL TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA 1 ANALISIS PENGARUH PERKEMBANGAN PASAR MODAL TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA Oleh GILMAN PRADANA NUGRAHA H14103024 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis dan Sumber Data

METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis dan Sumber Data 41 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Jenis dan Sumber Data Analisis integrasi pasar dan transmisi harga merupakan bagian dari analisis data time series. Penelitian ini menggunakan data bulanan pada periode Januari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nilai tukar sering digunakan untuk mengukur tingkat perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. Nilai tukar sering digunakan untuk mengukur tingkat perekonomian suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nilai tukar sering digunakan untuk mengukur tingkat perekonomian suatu negara. Nilai tukar mata uang memegang peranan penting dalam perdagangan antar negara, dimana

Lebih terperinci