BAB I PENDAHULUAN TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU) Pada akhir kuliah mahasiswa diharapkan dapat memahami gambaran umum Hukum Internasional.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU) Pada akhir kuliah mahasiswa diharapkan dapat memahami gambaran umum Hukum Internasional."

Transkripsi

1 i

2

3 BAB I PENDAHULUAN TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU) Pada akhir kuliah mahasiswa diharapkan dapat memahami gambaran umum Hukum Internasional. SASARAN BELAJAR (SB) Setelah mempelajari Bab ini, Anda diharapkan mampu: 1. Menyebutkan pengertian Hukum Internasional; 2. Menjelaskan ruang lingkup Hukum Internasional; 3. Menjelaskan arti beberapa istilah Hukum Internasional; 4. Menjabarkan bentuk perwujudan Hukum Internasional; 5. Mengklasifikasikan bidang Hukum Internasional; 6. Menjelaskan sejarah dan perkembangan Hukum Internasional. 1

4 P O K O K B A H A S A N PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP HUKUM INTERNASIONAL Mempelajari Hukum Internasional sebenarnya sama juga dengan mempelajari ilmu hukum pada umumnya, karena hukum pada umumnya merupakan hubungan antara manusia dengan manusia dalam suatu pergaulan. Aristoteles mengatakan bahwa manusia itu adalah Zoon Politicon (Jerman) yang artinya manusia yang selalu bergaul dalam masyarakat, dan dalam hidup bermasyarakat itu manusia selalu berorganisasi. Dari hal inilah kemudian lahir aturan-aturan yang kemudian disebut Hukum. Hugo Grotius, yang menuliskan De Jure Belli ac Pacis, menamakan hidup bersama itu dengan istilah Appentitus Societatis yang artinya manusia itu selalu hidup bergaul dalam masyarakat karena hidup sendiri-sendiri itu tidak mempunyai tujuan. Hudo Grotius adalah sarjana hukum Belanda yang sangat menaruh perhatian besar pada kehidupan masyarakat Eropa. Beliau adalah Bapak Hukum Internasional yang menjadikan Hukum Internasional menjadi sistematis dan meletakkan asas-asas kesamaan derajat bagi seluruh bangsa di dunia, yang menitikberatkan bahwa hukum itu berada dalam masyarakat, masyarakat bisa berdiri karena ada sistem hukum yang mengaturnya. Untuk itu ada baiknya kita melihat pengertian atau definisi dari Hukum Internasional baik sebelum Perang Dunia maupun pengertian di era modern sekarang ini. Pengertian ini perlu kita bandingkan, karena sesuai dengan perkembangan zaman, maka pengertian Hukum Internasional mengalami perubahan dan penyesuaian juga. 1. Definisi Sebelum Perang Dunia II Secara umum, Hukum Internasional sebelum Perang Dunia II diartikan sebagai keseluruhan asas dan kaidah yang mengatur hubungan negara dengan negara. Menurut Anzilotti, Hukum Internasional adalah tertib hukum dari masyarakat negara-negara. Sedangkan Brierly menyebutkan bahwa Hukum Internasional merupakan hukum bangsa-bangsa yang dibatasi maknanya sebagai himpunan asas dan kaidah tindakan yang mengikat bagi negara-negara yang beradab dalam hubungan mereka antara yang satu dengan yang lainnya.

5 2. Definisi Sesudah Perang Punia II Definisi Hukum Internasional sebelum Perang Dunia II yang diberikan oleh para pakar umumnya terbatas pada negara sebagai satu-satunya pelaku hukum dan tidak memasukkan subjek-subjek hukum lainnya. Namun demikian, perkembangan ilmu dan teknologi yang pesat telah meningkatkan hubungan, kerjasama dan saling ketergantungan antar negara, munculnya organisasi-organisasi internasional, negara-negara baru, menyebabkan ruang lingkup dan pengertian Hukum Internasional mengalami perluasan. Menurut Starke, Hukum Internasional adalah sekumpulan hukum yang sebagian besar terdiri dari asas-asas dan peraturan-peraturan tingkah laku yang mengikat negara-negara dan karena itu biasanya ditaati dalam hubungan negaranegara satu sama lainnya. Asas dan kaidah tersebut juga meliputi: (i) Peraturanperaturan hukum mengenai pelaksanaan fungsi lembaga-lembaga dan organisasiorganisasi itu masing-masing serta hubungannya dengan negara-negara dan individu; (ii) Peraturan-peraturan hukum tertentu mengenai individu-individu dan kesatuan-kesatuan bukan negara, sepanjang hak-hak dan kewajiban-kewajiban individu dan kesatuan itu merupakan masalah persekutuan internasional (international community). Menurut Mochtar Kusumaatmadja, Hukum Internasional adalah keseluruhan kaidah dan asas yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara antara negara dengan negara, negara dengan subjek hukum lain bukan negara, dan subjek hukum bukan dengan negara dengan subjek hukum bukan negara lainnya. Dari uraian di atas terlihat adanya perbedaan mendasar dalam Hukum Internasional sesudah Perang Dunia II. Sebelum Perang Dunia II, para pakar membatasi ruang lingkup pengertian Hukum Internasional hanya pada negara sebagai satusatunya subjek Hukum Internasional dan tidak memasukkan subjek-subjek hukum lainnya. Namun, setelah adanya perubahan dan kemajuan setelah Perang Dunia II, pengertian dan ruang lingkup Hukum Internasional menjadi lebih luas. Hukum Internasional bukan saja mengatur hubungan antar negara, tetapi juga subjek-subjek Hukum Internasional lainnya seperti organisasi internasional, kelompok-kelompok supranasional, dan gerakan-gerakan pembebasan nasional. Bahkan Hukum Internasional juga mulai diberlakukan terhadap individu-individu dalam hubungannya dengan negara-negara. Walaupun demikian, negara tetap merupakan aktor penting dan subjek paling dominan dalam Hukum Internasional karena pengaruh kedaulatan yang dimilikinya terhadap keseluruhan sistem Hukum Internasional. Lebih lanjut, perlu juga diperhatikan perbedaan antara Hukum Internasional publik (Hukum Internasional) dengan Hukum Perdata Internasional (Hukum

6 Internasional Privat). Apabila disebutkan Hukum Internasional, maka dalam konteks ini yang dibahas adalah Hukum Internasional publik, yang sangat berbeda dengan hukum perdata internasional. Hukum Internasional Publik adalah keseluruhan kaidah dan asas hukum yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara (hubungan internasional) yang bukan bersifat perdata, yang subjeknya terdiri dari negara dan subjek lain bukan negara. Sedangkan Hukum Internasional Privat adalah keseluruhan kaidah dan asas hukum yang mengatur hubungan perdata yang melintasi batas negara, yang mengatur hubungan hukum perdata antara para pelaku hukum yang masingmasing tunduk pada hukum perdata (nasional) yang berbeda, yang subjeknya individuindividu ataupun badan hukum yang tunduk pada hukum perdata yang berbeda. Dari uraian di atas terlihat persamaan dan perbedaan di antara kedua hukum tersebut. Persamaannya adalah bahwa kedua hukum tersebut mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara (internasional). Sedangkan perbedaannya terletak pada sifat hukum persoalan atau hubungan yang diaturnya (objeknya). ISTILAH HUKUM INTERNASIONAL 1. Hukum antar bangsa (ius inter gentes) Istilah ius inter gentes berarti hukum antar individu dalam kaitannya dengan hubungan bangsa-bangsa. 2. Hukum antar negara (inter state law) Istilah hukum antar negara pada dasarnya sama dengan istilah hukum antar bangsa, yang dipergunakan untuk menunjukkan pada asas dan kaidah yang mengatur hubungan antara anggota masyarakat negara-negara yang dikenal sejak adanya negara dalam bentuk yang modern (nation-state). 3. Hukum masyarakat internasional (law of international community) Istilah yang sebenarnya paling tepat untuk digunakan dalam menyebutkan Hukum Internasional di era modern ini. Istilah ini mewakili semua subjek Hukum Internasional

7 selain negara, yang merupakan bagian dari masyarakat internasional secara keseluruhan. Namun istilah ini sulit untuk digunakan karena terlalu panjang dan orangorang sudah terbiasa menggunakan istilah international law. 4. Hukum bangsa-bangsa (ius gentium, law of nations, droit de gens, Volkerrecht) Istilah hukum bangsa-bangsa berasal dari istilah hukum Romawi yaitu ius gentium. Ius gentium artinya kaidah dan asas hukum yang mengatur hubungan antara orang Romawi dengan orang bukan Romawi dan antara bukan orang Romawi satu-sama lain. Istilah ini dipergunakan untuk menunjukkan pada kebiasaan dan aturan yang berlaku dalam hubungan antara raja-raja zaman dahulu, yang karena keadaannya belum dapat dikatakan sebagai hubungan antara masyarakat bangsa-bangsa. BENTUK PERWUJUDAN HUKUM INTERNASIONAL Hukum Internasional mempunyai beberapa bentuk perwujudan atau pola perkembangan. Yang paling utama adalah perwujudan Hukum Internasional yang bersifat umum (general), yaitu sebagaimana yang kita kenal dengan Hukum Internasional dalam arti luas, yang mencakup seluruh masyarakat internasional. Bentuk perwujudan yang kedua adalah perwujudan sebagai Hukum Internasional regional. Hukum Internasional regional ini hanya terbatas pada ruang lingkup berlakunya secara regional, seperti Hukum Internasional regional yang berlaku hanya untuk kawasan Amerika ataupun Amerika Latin. Contohnya pada konsep landas kontinen yang hanya berlaku di Amerika secara sepihak, yang merupakan Hukum Internasional di bidang kelautan yang berlaku khusus di kawasan Amerika. Bentuk perwujudan yang khusus lainnya adalah Hukum Internasional yang berlaku hanya untuk negara-negara tertentu saja, tidak dibatasi oleh kawasan tertentu. Hal ini berbeda dengan Hukum Internasional regional yang berlaku berdasarkan hukum kebiasaan, maka Hukum Internasional khusus ini berlaku berdasarkan konvensi atau perjanjian yang mereka buat. Peserta konvensi atau perjanjian tidak terbatas pada kawasan tertentu saja. Misalnya Konvensi mengenai Hak-Hak Asasi Manusia yang disepakati oleh banyak negara dan diadakan oleh Negara-Negara Eropa. Bentuk-bentuk perwujudan ini muncul sebagai akibat dari adanya keadaan, kebutuhan, taraf perkembangan dan tingkat integrasi yang berbeda-beda dari bagian masyarakat internasional yang berlainan.

8 PEMBAGIAN HUKUM INTERNASIONAL Grotius membagi Hukum Internasional menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu: a) Hukum Perang; b) Hukum Damai; c) Hukum Netralisasi/Legalitas. Oppenheim Lauterpacht membagi Hukum Internasional menjadi 3 (tiga) bentuk, yaitu: i. Hukum Internasional Universal; Hukum Internasional yang berlaku secara universal tanpa kecuali, semua negara memberlakukannya. Misalnya perdamaian dan keamanan internasional atau penghormatan terhadap hak asasi manusia. ii. Hukum Internasional Umum; Hukum Internasional yang berlaku di banyak negara termasuk negaranegara besar. Misalnya lebar laut teritorial sejarak 12 mil laut. iii. Hukum Internasional Khusus; Hukum Internasional yang berlaku dan mengikat bagi sedikit negara (negara-negara tertentu). Misalnya perjanjian bilateral antara dua negara. Verdross membagi Hukum Internasional menjadi 2 (dua) bentuk, yaitu: i. Hukum Internasional Khusus;

9 Hukum Internasional yang berdasarkan perjanjian bilateral maupun dari perjanjian beberapa negara ditambah aturan-aturan dari hukum kebiasaan internasional. Misalnya perjanjian bilateral tentang kewarganegaraan antara Indonesia dengan China. ii. Hukum Internasional Umum; Hukum Internasional yang berdasarkan perjanjian multilateral dan disetujui oleh banyak negara dalam masyarakat internasional. Misalnya Konvensi PBB mengenai Hukum Humaniter dan Hak Asasi Manusia. Mochtar membagi Hukum Internasional menjadi 3 (tiga) bentuk, yaitu: i. Hukum Internasional Umum, yaitu hukum yang berlaku umum dan ditaati di mana-mana; ii. iii. Hukum Internasional Regional, yaitu Hukum Internasional yang tumbuh dan berkembang di belahan bumi tertentu, serta tumbuh dari hukum kebiasaan di tempat itu. Hukum Internasional Khusus, yaitu Hukum Internasional yang dibuat dan ditaati oleh negara-negara tertentu saja, yang mempunyai pandangan yang sama mengenai hal-hal tertentu. Saat ini pembagian Hukum Internasional sudah semakin mendetail, karena adanya perkembagan dalam bidang-bidang Hukum Internasional. Hukum Internasional pada saat ini dapat dibagi secara garis besar, yaitu: i. Hukum Internasional Umum, yaitu Hukum Internasional yang mengatur hubungan negara sebagai subjek hukum, terdiri dari; - Hukum Diplomatik, yaitu asas dan kaidah tentang perwakilan diplomatik, yang menunjukkan adanya hubungan resmi antara negaranegara secara bilateral. - Hukum Perang, yaitu asas dan kaidah yang mengatur sengketa bersenjata dan mengatur masalah-masalah peperangan, syarat-syarat berperang, hak dan kewajiban musuh dalam peperangan. - Hukum Perdagangan Internasional, yaitu asas dan kaidah yang mengatur tentang hubungan perdagangan antara negara-negara, seperti pengiriman barang-barang.

10 - Hukum Laut Internasional, yaitu asas dan kaidah yang mengatur tentang laut, hak dan kewajiban negara pantai, yurisdiksi dan pembagianpembagian kedaulatan terhadap jalur laut dan kekayaan di dalamnya. - Hukum Udara Internasional, yaitu asas dan kaidah yang mengatur mengenai sifat dan tingginya ruang udara, alat-alat penerbangan, dan kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam wilayah udara nasional. - Hukum Ruang Angkasa, yaitu asas dan kaidah yang mengatur mengenai sifat dan luasnya ruang angkasa, alat-alat yang bisa terbang di ruang angkasa, dan kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan di ruang angkasa. - Hukum Humaniter Internasional, yaitu asas dan kaidah yang mengatur mengenai perlindungan terhadap korban perang atau sengketa bersenjata. - Hukum Penanaman Modal Asing, yaitu asas dan kaidah yang mengatur penanaman modal dari engara pemilik modal (negara yang sudah maju) kepada negara yang berkembang. - Hukum Alih Teknologi, yaitu asas dan kaidah yang mengatur mengenai pengalihan teknologi dari negara maju ke negara yang masih tertinggal dalam bidang teknologi tertentu, serta tidak untuk mencari keuntungan. - Hukum Pidana Internasional, yaitu asas dan kaidah yang mengatur mengenai kejahatan yang dilakukan melintasi batas-batas negara. Misalnya kejahatan terhadap penjualan budak. - Hukum Perjanjian Internasiona, yaitu asas dan kaidah yang mengatur mengenai tata cara, syarat-syarat sahnya pembuatan suatu perjanjian internasional, masa berlaku dan berakhirnya, serta cara menafsirkan suatu perjanjian internasional. - Hukum Hak Asasi Manusia, yaitu asas dan kaidah yang mengatur mengenai perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia. - Hukum Lingkungan Internasional, yaitu asas dan kaidah yang mengatur masalah lingkungan dan kerusakan yang bersifat universal dan melintasi batas-batas negara. - Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional, yaitu asas dan kaidah yang mengatur masalah tata cara menyelesaikan suatu sengketa yang terjadi antar negara.

11 ii. Hukum Organisasi Internasional, yaitu Hukum Internasional yang mengatur hubungan organisasi internasional sebagai subjek hukum, terdiri dari; - Hukum Perburuhan Internasional - Hukum Penerbangan Sipil Internasional - Hukum Telekomunikasi Internasional - Hukum Kesehatan Internasional - Hukum Ekonomi dan Keuangan Internasional - Hukum Pelayaran Internasional - Hukum Kebudayaan dan Ilmu Pengetahuan Internasional SEJARAH DAN PERKEMBANGAN HUKUM INTERNASIONAL Pada zaman Yunani kuno sudah ada pemikiran dan gagasan serta pengaturanpengaturan mengenai hubungan antara berbagai kelompok manusia. Menurut hukum negara-negara kota (city states) di masa Yunani ini, penduduk digolongkan dalam 2 golongan yaitu penduduk orang Yunani dan orang luar yang dianggap sebagai orangorang barbar. Masyarakat Yunani sudah mengenal ketentuan mengenai perwasitan (arbitrase) dan diplomat yang berkembang dengan pesat. Mereka juga sudah menggunakan wakil-wakil dagang yang melakukan banyak tugas yang sekarang sudah dikerjakan oleh lembaga konsulat. Kontribusi penting kebudayaan Yunani untuk perkembangan Hukum Internasional adalah konsep hukum alam yang menyatakan bahwa hukum berlaku secara mutlak dimana saja dan kapan saja karena berdasarkan akal pikiran atau rasio manusia. Pada zaman kekaisaran Romawi, hubungan internasional sudah ditandai dengan adanya negara-negara dalam artian sesungguhnya. Dengan negara-negara lain, Romawi membuat perjanjian-perjanjian persahabatan, persekutuan, dan perdamaian. Kerajaan Romawi juga sudah mengembangkan ketentuan mengenai konsep perang dan damai. Pada masa Romawi tidak banyak memberikan perkembangan kepada prinsip-prinsip Hukum Internasional karena Romawi menguasai hampir seluruh negara yang ada saat itu. Baru pada abad ke-15 dan 16, negara-negara kota di Italia seperti Venice, Genoa, dan Florence mengembangkan konsep-konsep seperti pengiriman duta besar ke ibukota masing-masing negara yang akhirnya mengatur masalah diplomatik mereka. Perkembangan Hukum Internasional seperti yang kita kenal sekarang, baru dimulai pada abad ke 16 dan 17. Saat yang paling fundamental adalah ketika ditandatanganinya Perjanjian Perdamaian Westphalia yang mengakhiri Perang Tiga Puluh Tahun (Thirty Years War) di Eropa. Perkembangan ini banyak dipengaruhi oleh adanya ajaran para

12 ahli terkemuka pada saat itu. Ada dua aliran besar yang mempengaruhi perkembangan Hukum Internasional, yaitu: 1. Golongan Naturalis; Golongan naturalis memberikan konsep mengenai prinsip-prinsip hukum dalam semua sistem hukum bukanlah hasil karya manusia, melainkan berasal dari prinsip-prinsip yang berlaku secara universal, sepanjang masa dan dapat dicari dengan menggunakan akal sehat dan rasio manusia. Hukum harus dicari dan bukan dibuat. Semua aturan itu sudah ditentukan oleh Tuhan, bahwa manusia tidak boleh melakukan perbuatan jahat dan harus melakukan perbuatan baik, dengan tujuan kemaslahatan manusia. Atas dasar inilah manusia harus menghormati dan berbuat baik dalam hubungan dengan yang lainnya demi kelangsungan dan keselamatan hidup masyarakat internasional. Tokoh golongan naturalis ini adalah Hugo De Groot (Grotius), Fransisco de Vittoria, Fransisco Suarez, dan Alberico Gentilis. Grotius dalam hal ini banyak memberikan sumbangan dalam perkembangan Hukum Internasional, dan dia diberi julukan sebagai Bapak Hukum Internasional Modern. Karyanya yang berjudul De Jure Belli ac Pacis (Hukum Perang dan Damai) yang mengutarakan tentang dasar-dasar baru yang mengatur hubungan antar-negara. 2. Golongan Positivis; Golongan positivis menyatakan bahwa hukum yang mengatur hubungan antarnegara adalah prinsip-prinsip yang dibuat oleh negara-negara dan atas kemauan mereka sendiri. Dasar berlakunya Hukum Internasional adalah kesepakatan bersama antara negara-negara yang diwujudkan dalam perjanjianperjanjian dan kebiasaan-kebiasaan internasional. J.J. Rousseau menuliskan dalam bukunya yang berjudul Du Contract Social, La Loi c est l expression de la volonté générale, yang artinya hukum merupakan kehendak bersama. Tokoh utama aliran ini adalah Cornelius van Bynkershoek, Prof. Richard Zouche, dan Emerich de Vattel. Pada abad ke-19 Hukum Internasional berkembang dengan cepat karena faktorfaktor: a. Negara-negara Eropa sesudah Kongres Wina 1815 berjanji untuk selalu memakai prinsip-prinsip Hukum Internasional dalam hubungannya satu sama lain; b. Munculnya banyak perjanjian-perjanjian (law making treaties);

13 c. Berkembangnya perundingan-perundingan multilateral yang sering melahirkan ketentuan hukum yang baru. Pada abad ke-20, perkembangan Hukum Internasional yang sangat pesat dipengaruhi oleh hal-hal: a. Banyaknya negara-negara baru yang lahir karena akibat dekolonialisasi; b. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan yang sangat pesat; c. Banyaknya perjanjian-perjanjian internasional yang dibuat; Munculnya organisasi-organisasi internasional. R I N G K A S A N 1. Pengertian Hukum Internasional; Hukum Internasional adalah keseluruhan kaidah dan asas yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara antara negara dengan negara, negara dengan subjek hukum lain bukan negara, dan subjek hukum bukan dengan negara dengan subjek hukum bukan negara lainnya. 2. Ruang lingkup Hukum Internasional; Hukum Internasional Publik adalah keseluruhan kaidah dan asas hukum yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara (hubungan internasional) yang bukan bersifat perdata, yang subjeknya terdiri dari negara dan subjek lain bukan negara. Sedangkan Hukum Internasional Privat adalah keseluruhan kaidah dan asas hukum yang mengatur hubungan perdata yang melintasi batas negara, yang mengatur hubungan hukum perdata antara para pelaku hukum yang masing-masing tunduk pada hukum perdata (nasional) yang berbeda, yang subjeknya individu-individu ataupun badan hukum yang tunduk pada hukum perdata yang berbeda. 3. Arti beberapa istilah Hukum Internasional; Istilah ius inter gentes berarti hukum antar individu dalam kaitannya dengan hubungan bangsa-bangsa. Istilah Hukum antar negara (inter state law) adalah asas dan kaidah yang mengatur hubungan antara anggota masyarakat negaranegara yang dikenal sejak adanya negara dalam bentuk yang modern (nationstate). Hukum masyarakat internasional (law of international community) mewakili semua subjek Hukum Internasional selain negara, yang merupakan bagian dari masyarakat internasional secara keseluruhan. Ius gentium artinya

14 kaidah dan asas hukum yang mengatur hubungan antara orang Romawi dengan orang bukan Romawi dan antara bukan orang Romawi satu-sama lain. 4. Bentuk perwujudan Hukum Internasional; Bentuk perwujudan Hukum Internasional yang paling utama adalah perwujudan Hukum Internasional yang bersifat umum (general), bentuk perwujudan Hukum Internasional regional, dan bentuk perwujudan yang khusus. 5. Bidang Hukum Internasional; Bidang-bidang Hukum Internasional dapat digolongkan dalam Hukum Internasional umum yang mengtur hubungan negara dengan negara dan Hukum Internasional khusus yang mengatur hubungan subjek Hukum Internasional selain negara. 6. Sejarah dan perkembangan Hukum Internasional. Sejarah Hukum Internasional dimulai sejak zaman Yunani kuno, dimana sudah ada pemikiran dan gagasan serta pengaturan-pengaturan mengenai hubungan antara berbagai kelompok manusia. Pada zaman kekaisaran Romawi, hubungan internasional sudah ditandai dengan adanya negara-negara dalam artian sesungguhnya dan mulai membuat perjanjian-perjanjian persahabatan, persekutuan, dan perdamaian. Perkembangan Hukum Internasional seperti yang kita kenal sekarang, baru dimulai pada abad ke 16 dan 17. Saat yang paling fundamental adalah ketika ditandatanganinya Perjanjian Perdamaian Westphalia yang mengakhiri Perang Tiga Puluh Tahun (Thirty Years War) di Eropa. L A T I H A N 1. Berikan definisi/pengertian Hukum Internasional menurut: a. Mochtar Kusumaatmadja b. Anzilotti c. Starke 2. Jelaskan pengertian istilah ius gentium, ius inter gentes, law of international community, dan jelaskan perbedaannya!

15 3. Dalam mempelajari Hukum Internasional istilah Hukum Internasional lebih tepat digunakan daripada istilah Hukum Antar Negara, Hukum Bangsa-Bangsa, atau Hukum Bangsa-Bangsa. Mengapa demikian? Jelaskan jawaban anda! 4. Apakah persamaan dan perbedaan antara Hukum Internasional Publik dan Hukum Perdata Internasional? 5. Jelaskan perbedaan pengertian Hukum Internasional umum dan Hukum Internasional regional! D A F T A R P U S T A K A Akehurst, Michael, A Modern Introduction to International Law, 7 th edition, Peter Malanczuk, Routledge, New York, 1997 Boer Mauna, Hukum Internasional: Pengertian, Peranan, dan Fungsi Dalam Era Dinamika Global, 2003, Alumni, Bandung Brierly, J.L, The Law of Nations, 6 th Edition, Edited by Sir Humpherly Waldock, Oxford, London, 1985 Brownly, Ian. Principles of Publik International Law, Fourth edition, Oxford University Press, , Basic Document on International Law. Clarendon Press: Oxford, Chairul Anwar, Hukum Internasional: Pengantar Hukum Bangsa-Bangsa, Penerbit Djambatan, Jakarta, 1989 Dunoff, Jeffrey L. International Law: Norm, Actors, Process: A Problem Oriented Approach, 2 nd edition. Aspen Publishers, NY Kusumaatmadja. Mochtar, Pengantar Hukum Internasional, Alumni, Bandung, Schwarzenberger, Georg, and Brown, A Manual of International Law, 6 th edition, Professional Books Limiter, London and Cardiff, Soekotjo Hardiwinoto, Pengantar Hukum Internasional, Badan Penerbit Undip, Semarang, 1995.

16 Starke, An Introduction to International Law, 9 th edition, Butterworths, London, 1987 Sam Suheidi, Sejarah Hukum Internasional.Bina Cipta, Bandung, Vienna Convention on Succession of States in Respect of Treaties

HUBUNGAN HUKUM NASIONAL DENGAN HUKUM INTERNASIONAL TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU) Setelah mempelajari Bab ini, Anda diharapkan mampu:

HUBUNGAN HUKUM NASIONAL DENGAN HUKUM INTERNASIONAL TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU) Setelah mempelajari Bab ini, Anda diharapkan mampu: BAB IV HUBUNGAN HUKUM NASIONAL DENGAN HUKUM INTERNASIONAL TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU) Pada akhir kuliah mahasiswa diharapkan dapat menunjukkan hubungan hukum nasional dengan hukum internasional SASARAN

Lebih terperinci

BAB II HAKIKAT BERLAKU HUKUM INTERNASIONAL TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)

BAB II HAKIKAT BERLAKU HUKUM INTERNASIONAL TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU) BAB II HAKIKAT BERLAKU HUKUM INTERNASIONAL TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU) Pada akhir kuliah mahasiswa diharapkan dapat memahami hakikat dan dasar berlakunya Hukum Internasional serta kaitannya dengan

Lebih terperinci

BAB V SUBJEK HUKUM INTERNASIONAL

BAB V SUBJEK HUKUM INTERNASIONAL BAB V SUBJEK HUKUM INTERNASIONAL TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU) Pada akhir kuliah mahasiswa diharapkan dapat memahami kedudukan subyek hukum dalam hukum internasional. SASARAN BELAJAR (SB) Setelah mempelajari

Lebih terperinci

BAB III SUMBER HUKUM INTERNASIONAL TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)

BAB III SUMBER HUKUM INTERNASIONAL TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU) BAB III SUMBER HUKUM INTERNASIONAL TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU) Pada akhir kuliah mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan tentang sumber-sumber Hukum Internasional. SASARAN BELAJAR (SB) Setelah mempelajari

Lebih terperinci

BAB VII PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)

BAB VII PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU) BAB VII PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU) Pada akhir kuliah mahasiswa diharapkan dapat memberikan argumentasi terhadap penyelesaian sengketa internasional secara damai

Lebih terperinci

H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI

H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI HUKUM INTERNASIONAL INTERNATIONAL LAW : 1. PUBLIC INTERNATIONAL LAW ( UNITED NATIONS LAW, WORLD LAW, LAW of NATIONS) 2. PRIVATE INTERNATIONAL LAW 2 DEFINISI "The Law of Nations,

Lebih terperinci

BAB VIII HUKUM HUMANITER DAN HAK ASASI MANUSIA TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)

BAB VIII HUKUM HUMANITER DAN HAK ASASI MANUSIA TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU) BAB VIII HUKUM HUMANITER DAN HAK ASASI MANUSIA TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU) Pada akhir kuliah mahasiswa diharapkan dapat memberikan argumentasi tentang perlindungan Hukum dan HAM terhadap sengketa bersenjata,

Lebih terperinci

BAB IX HUKUM DIPLOMATIK DAN KONSULER TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)

BAB IX HUKUM DIPLOMATIK DAN KONSULER TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU) BAB IX HUKUM DIPLOMATIK DAN KONSULER TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU) Pada akhir kuliah mahasiswa diharapkan dapat membandingkan antara hubungan diplomatik dengan hubungan konsuler. SASARAN BELAJAR (SB)

Lebih terperinci

Hukum Pidana Internasional. Tolib Effendi

Hukum Pidana Internasional. Tolib Effendi Hukum Pidana Internasional Tolib Effendi Komponen Penilaian 1. Tugas I (10%) 2. UTS (25%) 3. Tugas II (15%) 4. UAS (35%) 5. Kehadiran (5%) 6. Aktivitas di Kelas (10%) Pokok Bahasan 1. Sejarah Hukum Pidana

Lebih terperinci

BAB 1 SUBJEK HUKUM INTERNASIONAL

BAB 1 SUBJEK HUKUM INTERNASIONAL BAB 1 SUBJEK HUKUM INTERNASIONAL 1.0 Pendahuluan Hukum internasional, pada dasarnya terbentuk akibat adanya hubungan internasional. Secara spesifik, hukum internasional terdiri dari peraturan-peraturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Aspek Hukum Internasional itu sendiri yang menjadi alasan utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. Aspek Hukum Internasional itu sendiri yang menjadi alasan utama dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penulisan Aspek Hukum Internasional itu sendiri yang menjadi alasan utama dalam upaya pemilihan judul skripsi ini. Sebab dunia internasional dihadapkan kepada beragam

Lebih terperinci

HUKUM INTERNASIONAL 2 SKS SEMESTER IV

HUKUM INTERNASIONAL 2 SKS SEMESTER IV HUKUM INTERNASIONAL 2 SKS SEMESTER IV Oleh: H. Budi Mulyana, S.IP., M.Si Prodi Ilmu Hubungan Internasional FISIP Unikom Tahun Ajaran 2016/2017 DESKRIPSI MATA KULIAH Mata Kuliah Hukum Internasional dapat

Lebih terperinci

MATERI PERKULIAHAN HUKUM INTERNASIONAL MATCH DAY 2 SEJARAH PERKEMBANGAN HUKUM INTERNASIONAL

MATERI PERKULIAHAN HUKUM INTERNASIONAL MATCH DAY 2 SEJARAH PERKEMBANGAN HUKUM INTERNASIONAL MATERI PERKULIAHAN HUKUM INTERNASIONAL MATCH DAY 2 SEJARAH PERKEMBANGAN HUKUM INTERNASIONAL Sejarah merupakan salah satu metode bagi pembuktian akan eksistensi dari dari sebuah norma hukum. Secara kronologis

Lebih terperinci

PERANAN HUKUM INTERNASIONAL DALAM MENJAGA HUBUNGAN ANTAR BANGSA. Efan Setiadi

PERANAN HUKUM INTERNASIONAL DALAM MENJAGA HUBUNGAN ANTAR BANGSA. Efan Setiadi PERANAN HUKUM INTERNASIONAL DALAM MENJAGA HUBUNGAN ANTAR BANGSA Efan Setiadi Universitas Satya Negara Indonesia Jl. Arteri Pondok Indah No. 11 Kebayoran Lama, Jakarta Selatan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Lebih terperinci

TINJAUAN MATA KULIAH...

TINJAUAN MATA KULIAH... iii Daftar Isi TINJAUAN MATA KULIAH... xi MODUL 1: PENGERTIAN HUKUM INTERNASIONAL 1.1 Istilah Hukum Internasional... 1.3 Latihan... 1.16 Rangkuman... 1.17 Tes Formatif 1..... 1.18 Hukum Internasional dan

Lebih terperinci

SILABUS DAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN. Mata Kuliah HUKUM INTERNASIONAL

SILABUS DAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN. Mata Kuliah HUKUM INTERNASIONAL SILABUS DAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN Mata Kuliah HUKUM INTERNASIONAL PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2015 S I L A B U S A. IDENTITAS MATA KULIAH Nama Mata

Lebih terperinci

Hukum Internasional. Pertemuan XXXIV. Malahayati, S.H., LL.M. (c) 2014 Malahayati 1

Hukum Internasional. Pertemuan XXXIV. Malahayati, S.H., LL.M. (c) 2014 Malahayati 1 Hukum Internasional Pertemuan XXXIV Malahayati, S.H., LL.M. (c) 2014 Malahayati 1 Topik Istilah dan Pengertian Ruang Lingkup Hubungan HI dengan Hukum Nasional Subjek Hukum Internasional Sumber Hukum Internasional

Lebih terperinci

PERJANJIAN INTERNASIONAL DI ERA GLOBALISASI

PERJANJIAN INTERNASIONAL DI ERA GLOBALISASI PERJANJIAN INTERNASIONAL DI ERA GLOBALISASI DISUSUN OLEH : Sudaryanto, S.H., M.Hum FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS TUJUH BELAS AGUSTUS SEMARANG TAHUN 2011 BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Hukum Perjanjian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam memahami hukum Organisasi Internasional. tidak dapat dipisahkan dari sejarah pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam memahami hukum Organisasi Internasional. tidak dapat dipisahkan dari sejarah pembentukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam memahami hukum Organisasi Internasional tidak dapat dipisahkan dari sejarah pembentukan Organisasi Internasional itu sendiri, yang sudah lama timbul

Lebih terperinci

SEJARAH HAK AZASI MANUSIA

SEJARAH HAK AZASI MANUSIA SEJARAH HAK AZASI MANUSIA Materi Perkuliahan Hukum dan HAM ke-2 FH Unsri URGENSI SEJARAH HAM Kepentingan paling mendasar dari setiap warga negara adalah perlindungan terhadap hak-haknya sebagai manusia.

Lebih terperinci

Diadopsi oleh resolusi Majelis Umum 53/144 pada 9 Desember 1998 MUKADIMAH

Diadopsi oleh resolusi Majelis Umum 53/144 pada 9 Desember 1998 MUKADIMAH Deklarasi Hak dan Kewajiban Individu, Kelompok dan Badan-badan Masyarakat untuk Pemajuan dan Perlindungan Hak Asasi Manusia dan Kebebasan Dasar yang Diakui secara Universal Diadopsi oleh resolusi Majelis

Lebih terperinci

HUBUNGAN INTERNASIONAL

HUBUNGAN INTERNASIONAL BAB I HUBUNGAN INTERNASIONAL A. Pengertian Hubungan Internasional Hubungan internasional dapat diartikan sebagai hubungan antarbangsa, yang menyangkut hubungan di segala bidang yaitu di bidang politik,

Lebih terperinci

SILABUS FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG 2013

SILABUS FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG 2013 SILABUS Mata Kuliah : Hukum Pidana Internasional Kode Mata Kuliah : HKIn 2081 SKS : 2 Dosen : Ir. Bambang Siswanto, S.H., M.Hum FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG 2013 1 HALAMAN PENGESAHAN

Lebih terperinci

SEJARAH HUKUM INTERNASIONAL H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI

SEJARAH HUKUM INTERNASIONAL H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI SEJARAH HUKUM INTERNASIONAL H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI Sejarah Hukum Internasional Sejarah Hukum Internasional: Sejarah praktik negara-negara yang menunjukkan keberadaan norma-norma Hukum Internasional.

Lebih terperinci

Diskripsi Umum Mata Kuliah Hukum Internasional SKS.:3

Diskripsi Umum Mata Kuliah Hukum Internasional SKS.:3 Diskripsi Umum Mata Kuliah Hukum Internasional SKS.:3 Mata kuliah hukum internasional dengan bobot 4 SKS diberikan pada mahasiswa fakultas hukum di semester III setelah mahasiswa menempuh dan lulus mata

Lebih terperinci

HUKUM PERJANJIAN. Aspek Hukum dalam Ekonomi Hal. 1

HUKUM PERJANJIAN. Aspek Hukum dalam Ekonomi Hal. 1 HUKUM PERJANJIAN Ditinjau dari Hukum Privat A. Pengertian Perjanjian Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain/lebih (Pasal

Lebih terperinci

DEKLARASI PEMBELA HAK ASASI MANUSIA

DEKLARASI PEMBELA HAK ASASI MANUSIA DEKLARASI PEMBELA HAK ASASI MANUSIA Disahkan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa tanggal 9 Desember 1998 M U K A D I M A H MAJELIS Umum, Menegaskan kembalimakna penting dari ketaatan terhadap

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN OLEH TERORIS,

Lebih terperinci

KULTAS HUKUM UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG

KULTAS HUKUM UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG SILABUS Mata Kuliah : Hukum Internasional nal Kode Mata Kuliah : HKI 2037 SKS : 4 Dosen : 1. Evert Maximiliaan T, S.H., M.Hum 2. Bambang Irianto, S.H., M.Hum 3. Ir. Bambang Sisiwanto, S.H., M.Hum 4. Sudaryanto,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 1999 TENTANG HUBUNGAN LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 1999 TENTANG HUBUNGAN LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 1999 TENTANG HUBUNGAN LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a b c d e f bahwa sebagai Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA Negara-Negara Pihak pada Protokol ini, Didorong oleh dukungan penuh terhadap Konvensi tentang Hak-Hak Anak, yang

Lebih terperinci

Hukum Internasional Umum

Hukum Internasional Umum Modul 1 Hukum Internasional Umum Drs. Ekram Pawiroputro, M.Pd. U PENDAHULUAN ntuk dapat memahami konsep Hukum dan lembaga Internasional secara keseluruhan, terlebih dahulu Anda harus memahami materi hukum

Lebih terperinci

: Diplomasi dan Negosiasi : Andrias Darmayadi, M.Si. Memahami Diplomasi

: Diplomasi dan Negosiasi : Andrias Darmayadi, M.Si. Memahami Diplomasi Mata Kuliah Dosen : Diplomasi dan Negosiasi : Andrias Darmayadi, M.Si Memahami Diplomasi Pada masa kini dengan berkembang luasnya isu internasional menyebabkan hubungan internasional tidak lagi dipandang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1983 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN MALAYSIA TENTANG REJIM HUKUM NEGARA NUSANTARA DAN HAK-HAK MALAYSIA DI LAUT TERITORIAL DAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 1999 TENTANG HUBUNGAN LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 1999 TENTANG HUBUNGAN LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 1999 TENTANG HUBUNGAN LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

Chapter One. Pendahuluan. Article 2 (1)(a) Vienna Convention on Treaty

Chapter One. Pendahuluan. Article 2 (1)(a) Vienna Convention on Treaty Chapter One Pendahuluan Article 2 (1)(a) Vienna Convention on Treaty A treaty an international agreement concluded between States in written form and governed by international law, whether embodied in

Lebih terperinci

TEORI HUKUM INTERNASIONAL H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI

TEORI HUKUM INTERNASIONAL H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI TEORI HUKUM INTERNASIONAL H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI SIFAT HAKEKAT MENGIKATNYA HUKUM INTERNASIONAL Apakah yang menjadi dasar kekuatan mengikatnya Hukum Internasional? Mengingat Hukum Internasional tidak

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN

Lebih terperinci

penting dalam menciptakan hukum internasional sendiri.

penting dalam menciptakan hukum internasional sendiri. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum internasional adalah hukum atau peraturan yang berlaku diluar dari wilayah suatu negara. Secara umum, hukum internasional diartikan sebagai himpunan dari peraturan-peraturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan dalam lingkungan wilayah yang dibatasi oleh garis-garis perbatasan

BAB I PENDAHULUAN. dan dalam lingkungan wilayah yang dibatasi oleh garis-garis perbatasan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Wilayah atau teritori adalah salah satu manifestasi paling utama dari kedaulatan suatu negara.oleh karena itu dalam lingkungan wilayahnya tersebut suatu negara

Lebih terperinci

BAHAN KULIAH HUKUM ORGANISASI INTERNASIONAL Match Day 8 HAK-HAK ISTIMEWA DAN KEKEBALAN ORGANISASI INTERNASIONAL

BAHAN KULIAH HUKUM ORGANISASI INTERNASIONAL Match Day 8 HAK-HAK ISTIMEWA DAN KEKEBALAN ORGANISASI INTERNASIONAL BAHAN KULIAH HUKUM ORGANISASI INTERNASIONAL Match Day 8 HAK-HAK ISTIMEWA DAN KEKEBALAN ORGANISASI INTERNASIONAL Sebagai subjek hukum yang mempunyai personalitas yuridik internasional yang ditugaskan negara-negara

Lebih terperinci

PERENCANAAN KAWASAN PESISIR

PERENCANAAN KAWASAN PESISIR PERENCANAAN KAWASAN PESISIR Hukum Laut Internasional & Indonesia Aditianata Page 1 PENGERTIAN HUKUM LAUT : Bagian dari hukum internasional yang berisi normanorma tentang : (1) pembatasan wilayah laut;

Lebih terperinci

Berikut ini adalah pengertian dan definisi tentang masyarakat menurut beberapa ahli :

Berikut ini adalah pengertian dan definisi tentang masyarakat menurut beberapa ahli : BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. MASYARAKAT Menurut Istilah masyarakat berasal dari kata musyarak yang berasal dari Bahasa Arab yang memiliki arti ikut serta atau berpartisipasi, sedangkan dalam bahasa Inggris

Lebih terperinci

3. Menurut Psl 38 ayat I Statuta Mahkamah Internasional: Perjanjian internasional adalah sumber utama dari sumber hukum internasional lainnya.

3. Menurut Psl 38 ayat I Statuta Mahkamah Internasional: Perjanjian internasional adalah sumber utama dari sumber hukum internasional lainnya. I. Definisi: 1. Konvensi Wina 1969 pasal 2 : Perjanjian internasional sebagai suatu persetujuan yang dibuat antara negara dalam bentuk tertulis, dan diatur oleh hukum internasional, apakah dalam instrumen

Lebih terperinci

I. UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan

I. UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. meningkat pula frekuensi lalu lintas transportasi laut yang mengangkut manusia

1. PENDAHULUAN. meningkat pula frekuensi lalu lintas transportasi laut yang mengangkut manusia 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya hubungan perdagangan antar negara, maka semakin meningkat pula frekuensi lalu lintas transportasi laut yang mengangkut manusia dan barang-barang/kargo.

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. dilakukanlah penelitian hukum normatif dengan melacak data-data sekunder

BAB III PENUTUP. dilakukanlah penelitian hukum normatif dengan melacak data-data sekunder BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dari pertanyaan utama dalam penulisan hukum / skripsi ini, dilakukanlah penelitian hukum normatif dengan melacak data-data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, sekunder

Lebih terperinci

Perkembangan Hukum Laut Internasional

Perkembangan Hukum Laut Internasional Perkembangan Hukum Laut Internasional Hukum laut internasional adalah seperangkat norma hukum yang mengatur hubungan hukum antara negara pantai atau yang berhubungan dengan pantai, yang terkurung oleh

Lebih terperinci

HUBUNGAN HUKUM INTERNASIONAL DENGAN HUKUM NASIONAL

HUBUNGAN HUKUM INTERNASIONAL DENGAN HUKUM NASIONAL 67 HUBUNGAN HUKUM INTERNASIONAL DENGAN HUKUM NASIONAL Andi Tenripadang Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Parepare Email: a.tenripadangchairan@yahoo.co.id Abstract: This paper examines the relationship

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya menggunakan pendekatan diplomasi atau negosiasi. Pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya menggunakan pendekatan diplomasi atau negosiasi. Pendekatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap negara tidak akan mampu berdiri sendiri tanpa mengadakan hubungan internasional dengan negara maupun subyek hukum internasional lainnya yang bukan negara.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. diadakan antara anggota masyarakat bangsa-bangsa dan bertujuan untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. diadakan antara anggota masyarakat bangsa-bangsa dan bertujuan untuk II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian-pengertian 1. Perjanjian Internasional Perjanjian internasional menurut Mochtar Kusumaatmadja adalah perjanjian yang diadakan antara anggota masyarakat bangsa-bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hubungan internasional diidentifikasikan sebagai studi tentang interaksi antara beberapa faktor yang berpartisipasi dalam politik internasional, yang meliputi negara-negara,

Lebih terperinci

HUKUM DAN HUBUNGAN INTERNASIONAL Prof. Jawahir Thontowi, SH., Ph. D Guru Besar Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia Yogyakarta

HUKUM DAN HUBUNGAN INTERNASIONAL Prof. Jawahir Thontowi, SH., Ph. D Guru Besar Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia Yogyakarta HUKUM DAN HUBUNGAN INTERNASIONAL Prof. Jawahir Thontowi, SH., Ph. D Guru Besar Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia Yogyakarta Literature K.J. Holstin, Politik Internasional, Kerangka

Lebih terperinci

HUKUM PERDATA INTERNASIONAL

HUKUM PERDATA INTERNASIONAL HUKUM PERDATA INTERNASIONAL I Nyoman Ngurah Suwarnatha, S.H., LL.M. 9/18/2012 3:21 PM Ngurah Suwarnatha 1 Pendahuluan dan Definisi HPI HPI merupakan bagian daripada hukum nasional. Istilah internasional

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai

Lebih terperinci

BAB VI NEGARA SEBAGAI SUBJEK HUKUM INTERNASIONAL TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)

BAB VI NEGARA SEBAGAI SUBJEK HUKUM INTERNASIONAL TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU) BAB VI NEGARA SEBAGAI SUBJEK HUKUM INTERNASIONAL TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU) Pada akhir kuliah mahasiswa diharapkan dapatmenghubungkan aspek-aspek negara dalam Hukum Internasional dengan benar. SASARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan dan tujuan diantara negara negara yang ada. Perbedaan perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan dan tujuan diantara negara negara yang ada. Perbedaan perbedaan BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Sepanjang perjalanan sejarah umat manusia, selalu timbul perbedaan kepentingan dan tujuan diantara negara negara yang ada. Perbedaan perbedaan ini memberikan dinamika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara yang membawa akibat-akibat hukum yang sangat kompleks.

BAB I PENDAHULUAN. negara yang membawa akibat-akibat hukum yang sangat kompleks. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suksesi negara adalah suatu keadaan di mana terjadi perubahan atau penggantian kedaulatan dalam suatu negara sehingga terjadi semacam pergantian negara yang membawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara dapat mengadakan hubungan-hubungan internasional dalam segala bidang

BAB I PENDAHULUAN. negara dapat mengadakan hubungan-hubungan internasional dalam segala bidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara merupakan subjek hukum internasional yang paling utama, sebab negara dapat mengadakan hubungan-hubungan internasional dalam segala bidang kehidupan masyarakat

Lebih terperinci

Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia

Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia Mukadimah Menimbang bahwa pengakuan atas martabat alamiah dan hak-hak yang sama dan mutlak dari semua anggota keluarga manusia adalah dasar kemerdekaan, keadilan

Lebih terperinci

PENGERTIAN PAJAK INTERNASIONAL

PENGERTIAN PAJAK INTERNASIONAL Bab 1 PENGERTIAN PAJAK INTERNASIONAL PENDAHULUAN DAN LATAR BELAKANG Indonesia adalah bagian dari dunia internasional, setiap negara dipastikan menjalin hubungan dengan negara lainnya guna mengadakan transaksi-transaksi

Lebih terperinci

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN NASIONAL TERKAIT DENGAN PENETAPAN INDONESIA SEBAGAI NEGARA KEPULAUAN. Oleh : Ida Kurnia*

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN NASIONAL TERKAIT DENGAN PENETAPAN INDONESIA SEBAGAI NEGARA KEPULAUAN. Oleh : Ida Kurnia* PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN NASIONAL TERKAIT DENGAN PENETAPAN INDONESIA SEBAGAI NEGARA KEPULAUAN Oleh : Ida Kurnia* Abstrak KHL 1982 tentang Hukum Laut yang telah diratifikasi oleh Indonesia dengan Undang-Undang

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Fakultas Hukum Unviversitas Andalas. Oleh. Irna Rahmana Putri

SKRIPSI. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Fakultas Hukum Unviversitas Andalas. Oleh. Irna Rahmana Putri TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN HAK KEKEBALAN DAN HAK ISTIMEWA KONSUL MALAYSIA DI PEKANBARU BERDASARKAN KONVENSI WINA TAHUN 1963 TENTANG HUBUNGAN KONSULER SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN STATUS PULAU-PULAU DARI WILAYAH NEGARA DALAM HUKUM INTERNASIONAL. A. Pengertian Hukum Internasional dan Sumber-Sumber Hukum

BAB II PENGATURAN STATUS PULAU-PULAU DARI WILAYAH NEGARA DALAM HUKUM INTERNASIONAL. A. Pengertian Hukum Internasional dan Sumber-Sumber Hukum BAB II PENGATURAN STATUS PULAU-PULAU DARI WILAYAH NEGARA DALAM HUKUM INTERNASIONAL A. Pengertian Hukum Internasional dan Sumber-Sumber Hukum Internasional 1. Pengertian Hukum Internasional Hukum Internasional

Lebih terperinci

PERNYATAAN UMUM TENTANG HAK-HAK ASASI MANUSIA

PERNYATAAN UMUM TENTANG HAK-HAK ASASI MANUSIA PERNYATAAN UMUM TENTANG HAK-HAK ASASI MANUSIA MUKADIMAH Menimbang bahwa pengakuan atas martabat alamiah dan hak-hak yang sama dan mutlak dari semua anggota keluarga manusia adalah dasar kemerdekaan, keadilan

Lebih terperinci

KULTAS HUKUM UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG

KULTAS HUKUM UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG SILABUS Mata Kuliah : Sistem Tata Internasional Kode Mata Kuliah : HKIn 2038 SKS : 3 Dosen : 1. Evert Maximiliaan T, S.H., M.Hum 2. Sudaryanto, S.H., M.Hum 3. Bambang Irianto, S.H., M.Hum 4. Eva Arief,

Lebih terperinci

SILABUS. Mata Kuliah : Hukum Pidana Internasional Kode Mata Kuliah : HKIn 2081 SKS : 2 : Ir. Bambang Siswanto, S.H., M.Hum

SILABUS. Mata Kuliah : Hukum Pidana Internasional Kode Mata Kuliah : HKIn 2081 SKS : 2 : Ir. Bambang Siswanto, S.H., M.Hum SILABUS Mata Kuliah : Pidana Internasional Kode Mata Kuliah : HKIn 2081 SKS : 2 Dosen : Ir. Bambang Siswanto, S.H., M.Hum FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG 2013 NTAG 1 HALAMAN PENGESAHAN

Lebih terperinci

HAK AZASI MANUSIA. Materi Perkuliahan Ilmu Politik FH Unsri. Vegitya Ramadhani Putri, MA, LLM

HAK AZASI MANUSIA. Materi Perkuliahan Ilmu Politik FH Unsri. Vegitya Ramadhani Putri, MA, LLM HAK AZASI MANUSIA Materi Perkuliahan Ilmu Politik FH Unsri Latar Historis dan Filosofis (1) Kepentingan paling mendasar dari setiap warga negara adalah perlindungan terhadap hak-haknya sebagai manusia.

Lebih terperinci

Nur Ro is, S.H.,M.H.

Nur Ro is, S.H.,M.H. Nur Ro is, S.H.,M.H. Definisi hukum Menurut Tullius Cicerco (Romawi) dalam De Legibus : Hukum adalah akal tertinggi yang ditanamkan oleh alam dalam diri manusia untuk menetapkan apa yang boleh dan apa

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Oleh DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd Materi Ke-2 Perjanjian Internasional yang dilakukan Indonesia

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Oleh DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd Materi Ke-2 Perjanjian Internasional yang dilakukan Indonesia PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Oleh DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd Materi Ke-2 Perjanjian Internasional yang dilakukan Indonesia Makna Perjanjian Internasional Secara umum perjanjian internasional

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2000 TENTANG PERJANJIAN INTERNASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2000 TENTANG PERJANJIAN INTERNASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2000 TENTANG PERJANJIAN INTERNASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mencapai tujuan Negara

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Permasalahan C. Tujuan

PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Permasalahan C. Tujuan PENDAHULUAN A. Latar Belakang Akselerasi dalam berbagai aspek kehidupan telah mengubah kehidupan yang berjarak menjadi kehidupan yang bersatu. Pengetian kehidupan yang bersatu inilah yang kita kenal sebagai

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGESAHAN ASEAN CONVENTION ON COUNTER TERRORISM (KONVENSI ASEAN MENGENAI PEMBERANTASAN TERORISME) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

HUKUM INTERNASIONAL. Oleh : Nynda Fatmawati, S.H.,M.H.

HUKUM INTERNASIONAL. Oleh : Nynda Fatmawati, S.H.,M.H. HUKUM INTERNASIONAL Oleh : Nynda Fatmawati, S.H.,M.H. SUMBER HUKUM INTERNASIONAL Sumber: Starke (1989), Brownlie (1979), Shelton (2006), Riesenfeld (2006) Pengertian: Bahan-bahan aktual yang digunakan

Lebih terperinci

Volume 12 Nomor 1 Maret 2015

Volume 12 Nomor 1 Maret 2015 Volume 12 Nomor 1 Maret 2015 ISSN 0216-8537 9 77 0 21 6 8 5 3 7 21 12 1 Hal. 1-86 Tabanan Maret 2015 Kampus : Jl. Wagimin No.8 Kediri - Tabanan - Bali 82171 Telp./Fax. : (0361) 9311605 KEWENANGAN PRESIDEN

Lebih terperinci

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN [GBPP]

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN [GBPP] GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN [GBPP] Program Studi Hubungan Versi/revisi: Nama Mata Kuliah : Dosen : Very Aziz, Lc., M.Si. SKS : 3 SKS Berlaku Mulai : Maret 2017 Silabus/Deskripsi singkat Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam memahami hukum organisasi internasional tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam memahami hukum organisasi internasional tidak dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam memahami hukum organisasi internasional tidak dapat dipisahkan dari sejarah pembentukan organisasi internasional itu sendiri, yang sudah lama timbul sejak beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditimbulkan dapat menyentuh berbagai bidang kehidupan. Korupsi

BAB I PENDAHULUAN. yang ditimbulkan dapat menyentuh berbagai bidang kehidupan. Korupsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di berbagai belahan dunia, korupsi selalu mendapatkan perhatian yang lebih dibandingkan dengan tindak pidana lainnya. Fenomena ini dapat dimaklumi mengingkat dampak

Lebih terperinci

BAB II KEDAULATAN NEGARA DI RUANG UDARA BERDASARKAN KONVENSI CHICAGO D. Pengertian Ruang Udara dan Wilayah Udara Indonesia

BAB II KEDAULATAN NEGARA DI RUANG UDARA BERDASARKAN KONVENSI CHICAGO D. Pengertian Ruang Udara dan Wilayah Udara Indonesia BAB II KEDAULATAN NEGARA DI RUANG UDARA BERDASARKAN KONVENSI CHICAGO 1944 D. Pengertian Ruang Udara dan Wilayah Udara Indonesia Eksistensi horisontal wilayah udara suatu negara mengikuti batas-batas wilayah

Lebih terperinci

Telah menyetujui sebagai berikut: Pasal 1. Untuk tujuan Konvensi ini:

Telah menyetujui sebagai berikut: Pasal 1. Untuk tujuan Konvensi ini: LAMPIRAN II UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan tersebut tidak bertentangan dengan hukum internasional 4. Kedaulatan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan tersebut tidak bertentangan dengan hukum internasional 4. Kedaulatan BAB I PENDAHULUAN H. Latar Belakang Kedaulatan ialah kekuasaan tertinggi yang dimiliki oleh suatu negara untuk secara bebas melakukan berbagai kegiatan sesuai dengan kepentingannya asal saja kegiatan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kaedah-kaedah dalam suatu kehidupan bersama 1. Berdasarkan ruang

BAB I PENDAHULUAN. kaedah-kaedah dalam suatu kehidupan bersama 1. Berdasarkan ruang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum adalah keseluruhan kumpulan peraturan-peraturan atau kaedah-kaedah dalam suatu kehidupan bersama 1. Berdasarkan ruang lingkupnya, hukum dapat dikelompokkan

Lebih terperinci

SISTEM HUKUM INTERNASIONAL DAN PERADILAN INTERNASIONAL

SISTEM HUKUM INTERNASIONAL DAN PERADILAN INTERNASIONAL SISTEM HUKUM INTERNASIONAL DAN PERADILAN INTERNASIONAL Kt. Diara Astawa Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan, Universitas Negeri Malang Jl. Semarang No.5 Malang email:ktut.diara.astawa.fis@um.ac.id Abstract:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan-hubungan internasional pada hakikatnya merupakan proses

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan-hubungan internasional pada hakikatnya merupakan proses 10 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan-hubungan internasional pada hakikatnya merupakan proses perkembangan hubungan antar negara yang diadakan oleh negara-negara baik yang bertetangga ataupun

Lebih terperinci

VIENNA CONVENTION ON THE LAW OF TREATIES 1969

VIENNA CONVENTION ON THE LAW OF TREATIES 1969 VIENNA CONVENTION ON THE LAW OF TREATIES 1969 Konvensi Wina 1969 terdiri dari dua bagian, yaitu bagian Pembukaan/Konsideran (Preambule) dan bagian isi (Dispositive), serta Annex dan dilengkapi dengan dua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional, sudah sejak lama dilakukan oleh negara-negara di dunia ini. Perjanjianperjanjian

BAB I PENDAHULUAN. internasional, sudah sejak lama dilakukan oleh negara-negara di dunia ini. Perjanjianperjanjian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perwujudan atau realisasi hubungan-hubungan internasional dalam bentuk perjanjianperjanjian internasional, sudah sejak lama dilakukan oleh negara-negara di

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan kesimpulan dari pembahasan di atas mengenai. perlindungan pihak ICRC ditinjau dari Konvensi Jenewa 1949 dan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan kesimpulan dari pembahasan di atas mengenai. perlindungan pihak ICRC ditinjau dari Konvensi Jenewa 1949 dan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan kesimpulan dari pembahasan di atas mengenai perlindungan pihak ICRC ditinjau dari Konvensi Jenewa 1949 dan Protokol tambahannya serta sumber hukum lain yang menguatkan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kejahatan genosida dan kejahatan kemanusiaan adalah kejahatankejahatan

BAB I PENDAHULUAN. Kejahatan genosida dan kejahatan kemanusiaan adalah kejahatankejahatan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kejahatan genosida dan kejahatan kemanusiaan adalah kejahatankejahatan serius terhadap hak asasi manusia, selain kejahatan perang. Kejahatankejahatan tersebut secara

Lebih terperinci

BAB II KONSEP KEDUDUKAN DAN HAK-HAK HUKUM WARGA NEGARA ASING DALAM NEGARA BERDAULAT

BAB II KONSEP KEDUDUKAN DAN HAK-HAK HUKUM WARGA NEGARA ASING DALAM NEGARA BERDAULAT 23 BAB II KONSEP KEDUDUKAN DAN HAK-HAK HUKUM WARGA NEGARA ASING DALAM NEGARA BERDAULAT 2.1 Konsep Negara Berdaulat Asal kata kedaulatan dalam bahasa inggris dikenal dengan istilah souvereignity yang berasal

Lebih terperinci

NOMOR 24 TAHUN 2000 TENTANG PERJANJIAN INTERNASIONAL

NOMOR 24 TAHUN 2000 TENTANG PERJANJIAN INTERNASIONAL UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2000 TENTANG PERJANJIAN INTERNASIONAL Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa dalam rangka mencapai tujuan Negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK DEMOKRATIK TIMOR- LESTE TENTANG AKTIFITAS KERJA SAMA DIBIDANG PERTAHANAN

Lebih terperinci

Hukum Internasional Kl Kelautan. Riza Rahman Hakim, S.Pi

Hukum Internasional Kl Kelautan. Riza Rahman Hakim, S.Pi Hukum Internasional Kl Kelautan Riza Rahman Hakim, S.Pi Hukum laut mulai dikenal semenjak laut dimanfaatkan untuk kepentingan pelayaran, perdagangan, dan sebagai sumber kehidupan seperti penangkapan ikan

Lebih terperinci

Oleh. Luh Putu Yeyen Karista Putri Suatra Putrawan Program Kekhususan Hukum Internasional dan Bisnis Internasional Fakultas Hukum Universitas Udayana

Oleh. Luh Putu Yeyen Karista Putri Suatra Putrawan Program Kekhususan Hukum Internasional dan Bisnis Internasional Fakultas Hukum Universitas Udayana PENGUJIAN KEKEBALAN DIPLOMATIK DAN KONSULER AMERIKA SERIKAT BERDASARKAN HUKUM KETENAGAKERJAAN INDONESIA (STUDI KASUS TERHADAP PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NO. 673K/PDT.SUS/2012) Oleh Luh Putu

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

SATUAN ACARA PERKULIAHAN 3 SATUAN ACARA PERKULIAHAN A. IDENTITAS MATA KULIAH NAMA MATA KULIAH :KAPITA SELEKTA HUKUM INTERNASIONAL STATUS MATA KULIAH : WAJIB KONSENTRASI KODE MATA KULIAH : PRASYARAT : JUMLAH SKS : 2 SKS SEMESTER

Lebih terperinci

HUKUM INTERNASIONAL DAN MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL

HUKUM INTERNASIONAL DAN MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL HUKUM INTERNASIONAL DAN MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL Oleh : IKANINGTYAS, SH.LLM Fakultas Hukum Universitas Brawijaya 1 Pengertian Hk. Internasional ialah keseluruhan kaedah dan asas yang

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 125 TAHUN 2001 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK RAKYAT CHINA MENGENAI PELAYARAN NIAGA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia lainnya. Di dalam masyarakat bagaimanapun sederhananya, para anggota

BAB I PENDAHULUAN. manusia lainnya. Di dalam masyarakat bagaimanapun sederhananya, para anggota BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk sosial selalu membutuhkan hubungan dengan manusia lainnya. Di dalam masyarakat bagaimanapun sederhananya, para anggota masyarakat membutuhkan

Lebih terperinci

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI PENJUALAN ANAK, PROSTITUSI ANAK, DAN PORNOGRAFI ANAK

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI PENJUALAN ANAK, PROSTITUSI ANAK, DAN PORNOGRAFI ANAK PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI PENJUALAN ANAK, PROSTITUSI ANAK, DAN PORNOGRAFI ANAK Negara-Negara Pihak pada Protokol ini, Mempertimbangkan bahwa, untuk lebih lanjut mencapai tujuan Konvensi

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Advendi Simangunsong, Elsi Kartika Sari, Hukum Dalam Ekonomi, Jakarta, PT Gramedia Widiasrana Indonesia. halaman 2.

BAB I. PENDAHULUAN. Advendi Simangunsong, Elsi Kartika Sari, Hukum Dalam Ekonomi, Jakarta, PT Gramedia Widiasrana Indonesia. halaman 2. BAB I. PENDAHULUAN Sebelum kita mempelajari mengenai Hukum, ada baiknya kalau kita melihat terlebih dahulu aturan atau norma-norma yang ada disekitar kita/masyarakat. Sebagai subyek hukum dimasyarakat

Lebih terperinci