BAB I PENDAHULUAN. Hubungan-hubungan internasional pada hakikatnya merupakan proses

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Hubungan-hubungan internasional pada hakikatnya merupakan proses"

Transkripsi

1 10 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan-hubungan internasional pada hakikatnya merupakan proses perkembangan hubungan antar negara yang diadakan oleh negara-negara baik yang bertetangga ataupun antar benua yang kemudian dengan banyak negara melalui utusan masing-masing negara, negara dengan individu, atau negara dengan organisasi-organisasi internasional lainnya dan juga antar sesama subjek hukum lainnya yang diakui oleh hukum internasional tidak selamanya terjalin dengan baik. Sering terjadi bahwa hubungan tersebut menimbulkan konflik yang dapat bermula dari berbagai potensi konflik, yang salah satunya adalah mengenai batas wilayah. Suatu negara berbatasan dengan wilayah negara lain. Kadang antar negara terjadi ketidak sepakatan tentang batas wilayah masing masing 1. Tidak satu masyarakat pun dalam suatu negara ini yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya. Terdapat suatu pandangan yang ekstrim, manusia adalah makhluk sosial, beragama, memiliki intelejensi, tidaklah keliru apabila dikatakan bahwa konflik internasional merupakan suatu atribut yang tidak lepas dari masyarakat dunia. Konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri 2. Demikian halnya juga dalam pergaulan antar negara di dunia, dimana tiap-tiap tanggal 9 Mei 2 tanggal 9 Mei 2009.

2 11 negara memiliki kepentingan berbeda dalam mencapai tujuannya masing-masing yang dapat menjadi pemicu terjadinya konflik internasional. Tidak tanggungtanggung konflik internasional tersebut diwujudkan dengan perang (use of force). Sudah terbukti bahwa akibat daripada perang tersebut dapat menimbulkan penderitaan bagi penduduk sipil. Sebagai salah satu contoh dapat kita ambil dari yang terjadi di Timur Tengah, yaitu konflik internasional antara Israel dan Palestina yang merupakan konflik tidak terkontrol yang menimbulkan kekerasan bahkan hilangnya nyawa penduduk sipil dalam jumlah yang besar. Konflik persenjataan antar negara sering terjadi bukan saja pada zaman sekarang ini, tapi sejak zaman dahulupun itu sudah terjadi bahkan sudah menjadi suatu kebiasaan. Konflik Palestina dan Israel adalah konflik yang paling lama berlangsung di wilayah Timur Tengah (dengan mengenyampingkan Perang Salib), yang menyebabkannya menjadi perhatian masyarakat internasional. Sebagai contoh, konflik antara Israel dan Palestina menjadi agenda pertama dalam Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), ketika PBB baru terbentuk sampai sekarang ini hal tersebut belum dapat diselesaikan meski telah banyak resolusi Dewan Keamanan PBB yang telah dikeluarkan 3. Konflik Israel dan Palestina mendapat perhatian khusus dari masyarakat internasional mengingat pengaruh konflik tersebut terhadap hak-hak asasi manusia di wilayah Negara tersebut, serta keamanan dan perdamaian internasional. 3 Ma Naparin H. Husin, Bunga Rampai Dari Timur Tengah, (Jakarta: Kalam Mulia, 2000), hlm. 47.

3 12 Isu mengenai hak-hak asasi manusia serta keamanan dan perdamaian internasional merupakan isu hangat yang tak henti-hentinya dibicarakan dalam kalangan masyarakat internasional. Pasca perang dunia I dan Perang dunia II banyak sarana, prasarana dan infrastruktur di banyak Negara rusak dan hancur akibat perang tersebut. Korban-korban jiwa berjatuhan serta keadaan perekonomian dunia mengalami krisis dan semakin memburuk. Perang dunia I dan II merupakan malapetaka terburuk sepanjang peradaban manusia yang paling menyita perhatian masyarakat internasional. Pada Perang Dunia I menelan korban jiwa sebanyak 38 juta jiwa dan Perang dunia II menelan korban hampir dua kali lipatnya yaitu 61 juta jiwa 4. Yang baru-baru ini terjadi yaitu agresi Israel ke Palestina tahun Menurut data dari para pejabat Palestina dan PBB, serangan udara tiga hari berturut-turut dari Israel yaitu pada tanggal 27, 28, dan 29 Desember 2008 telah menyebabkan 345 orang meninggal dan 1600 luka, kebanyakan dari mereka adalah anggota Hamas dan paling sedikitnya 50 warga sipil 5. Fakta bahwa suatu negara dan masyarakat internasional menghadapi era globalisasi sebagai era kemajuan hukum intenasional dalam menyelesaikan perselisihan antar negara, namun masih saja ada negara yang menggunakan kekerasan (use of force) dan konflik bersenjata bahkan sampai perang besar demi 4 Penghormatan Terhadap Hukum Humaniter Internasional, International Committee of the Red Cross Inter-Paliamentary Union, September 1968 (sebagaimana dikutip dari buku Boer Mauna, Hukum Internasional-Peranan dan Fungsi Dalam Era Dinamika Global: Bandung, PT Alumni, 2005), hlm mengenai Serangan-menyeluruh-terhadap-hamas-membuatgaza-bertambah-krisis.html., tanggal 9 Mei 2009.

4 13 sebuah kepentingan yang tidak mengindahkan lagi akibat yang paling fatal, yaitu korban jiwa. Dengan adanya kontak atau hubungan antar negara pada prinsipnya, sebagaimana suatu bentuk organisasi yang merupakan hasil dari perjanjian yang dilakukan oleh masyarakat untuk membentuk suatu negara tadi (Teori Perjanjian Masyarakat) 6, adalah untuk menjamin pencapaian kepentingan masing-masing negara ataupun antar warga negara dari negara-negara yang tergabung dalam suatu pergaulan internasional demi tercapainya tujuan bersama dari semua negara yang ada yaitu perdamaian dan ketertiban dunia. Sejarah mencatat pada generasi berikutnya bahwa perang merupakan suatu hal yang tak dapat dipisahkan dari masyarakat manusia yang beraneka ragam. Jika melihat pada sejarah yang ada bahwasannya konflik internasional antara Israel dan Palestina ini telah berlangsung lama yaitu sejak tahun 1917 yaitu terjadinya peristiwa Deklarasi Pembentukkan Negara Israel secara sepihak, yang menyebabkan Negara-negara Arab disekitarnya menyatakan genderang perang untuk melawan Israel 7. Kedua negara tersebut bertarung di kawasan Timur Tengah semenjak berdirinya Israel pada tahun Dalam beberapa waktu belakangan ini, telah terjadi serangkaian peristiwa penting yang menandai proses perdamaian antara kedua negara tersebut. Perkembangan terakhir yang didapat adalah dari perjalanan Jimmy Carter yang sedang melakukan safari di wilayah Palestina. Dari perjalanan tersebut, Hamas akhirnya bersedia mengakui eksistensi 6 Samidjo, Ilmu Negara, (Bandung: Armico, 2002), hlm mengenai Konflik Israel-Palestina, tanggal 9 Mei 2009.

5 14 Israel sebagai suatu negara di wilayah Palestina yang sekaligus menandai platform politik yang cukup fundamental dari kelompok Hamas mengingat mereka merupakan partai politik yang mengecam kehadiran Israel di wilayah Palestina 8. Baru-baru ini terjadi lagi konflik internasional antara Israel dan Palestina yaitu di penghujung tahun 2008 hingga awal tahun 2009, yaitu melalui agresi yang dilakukan Israel ke Palestina serta serangan balasan oleh Palestina (dapat disebut sebagai suatu kondisi perang) yang menyebabkan banyaknya korban jiwa yang berjatuhan. Perlu diketahui disini bahwa konflik antar kedua negara tersebut tidak hanya berdampak bagi kedua negara saja, akan tetapi juga bahwa konflik tersebut berpengaruh bagi perdamaian dan ketertiban internasional. Ini bisa dilihat dari tanggapan dunia internasional yang mengecam konflik kedua negara tersebut. Serta akan terulang kembali peristiwa yang sama di kemudian hari oleh negaranegara lain. Untuk itu ketika sudah menyangkut hilangnya nyawa penduduk sipil secara kolektif dalam jumlah besar serta mengganggu perdamaian dan ketertiban internasional, maka disinilah hukum internasional diperlukan untuk menyelesaikan suatu konflik internasional. Permasalahannya adalah apakah Israel dan Palestina memang merupakan suatu negara berdasarkan hukum internasional sehingga mewajibkan kedua negara tersebut untuk tunduk pada ketentuan hukum internasional dan bagaimanakah peranan hukum internasional dalam menyelesaikan konflik negara mereka. 8 Ma Naparin H. Husin, Loc. cit.

6 15 Mengenai penerapan hukum internasional, Piagam PBB Pasal 1 ayat (1) yang merupakan salah satu pedoman hukum internasional dan bersumber dari perjanjian internasional menyebutkan bahwa pembentukkan PBB bertujuan untuk memelihara perdamaian dan ketertiban internasional. Ketentuan ini juga berlaku untuk negara bukan anggota PBB, yang dapat kita lihat dalam Pasal 1 ayat (6) Piagam PBB. Dengan demikian, semua negara yang ada di dunia tanpa terkecuali wajib memelihara perdamaian dan ketertiban internasional. dan tercatat bahwa Israel dan Palestina termasuk dalam daftar anggota PBB, sehingga merupakan suatu kewajiban bagi kedua negara tersebut untuk memelihara perdamaian dan ketertiban internasional. Dengan konflik yang terjadi antara kedua Negara tersebut berdampak pada terganggunya perdamaian dan ketertiban internasional, maka dapat dikatakan bahwa Israel dan Palestina telah melanggar ketentuan hukum internasional. Akan tetapi yang menjadi permasalahan adalah apakah ketentuan hukum internasional dapat dipaksakan untuk diberlakukan terhadap suatu negara dengan adanya prinsip dalam hukum internasional Par in Paren Non Habet in Imperium 9 yang berarti bahwa suatu negara berdaulat dapat menjalankan hukum nasional negaranya dalam rangka mencapai tujuan negara tersebut tadi yang berarti hukum internasional yang tidak dapat dipaksakan pemberlakuannya di suatu negara tadi. Suatu negara memiliki hak penuh dalam melaksanakan kebijakan-kebijakan, baik didalam negara maupun di luar negaranya demi mencapai kepentingan dasar negara tersebut. 9 J. G. Starke, Pengantar hukum Internasional I-edisi kesepuluh (Jakarta: Sinar Grafika Indonesia, 2008), hlm. 192.

7 16 Ketentuan hukum internasional juga mengatur apabila suatu konflik internasional antar Negara yang berakibat pada terjadinya perang, yaitu perlindungan terhadap penduduk sipil. Fakta mencatat bahwa konflik internasional antara Israel dan Palestina telah memakan banyak korban jiwa, yaitu penduduk sipil. Ini sudah tentu melanggar ketentuan dalam hukum internasional. Untuk itu perlu bagi negara yang ada di dunia untuk dapat menyelesaikan konflik internasional dengan cara-cara damai sesuai dengan yang diakui Hukum Internasional, dalam rangka menghindari akibat-akibat dari terjadinya perang terutama perlindungan terhadap penduduk sipil. B. PERUMUSAN MASALAH Sehubungan dengan latar belakang tersebut maka dalam penulisan dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah eksistensi Israel dan Palestina sebagai suatu negara dalam hukum internasional? 2. Bagaimanakah penerapan hukum internasional dalam menyelesaikan konflik internasional Israel dan Palestina yang telah berlangsung sejak lama? C. TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN Tujuan penulisan ini adalah :

8 17 1. Untuk mengetahui eksistensi Israel dan Palestina sebagai suatu negara dihadapan hukum internasional. 2. Untuk mengetahui sejauh mana penerapan hukum internasional menyelesaikan konflik internasional antara Israel dan Palestina yang telah berlangsung sejak lama. Manfaat penulisan ini adalah : 1. Sebagai bahan informasi yang dapat digunakan untuk memperluas wacana mengenai peranan hukum internasional dalam menyelesaikan suatu konflik internasional yang berujung pada terjadinya perang. 2. Sebagai bahan referensi yang menjadi acuan untuk penulisan lebih lanjut pada perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara secara khusus dan pembaca pada umumnya. D. KEASLIAN PENULISAN Skripsi ini berjudul Penerapan Hukum Internasional dalam Menyelesaikan Konflik Intenasional antara Israel dan Palestina. Topik utama dalam penulisan skripsi ini adalah tentang bagaimana penerapan hukum internasional sebagai suatu pranata hukum yang dapat mengikat suatu negara yang berdaulat terutama dalam penyelesaian suatu konflik secara damai. Disadari penulis ini merupakan tulisan awal/pertama di Fakultas Hukum

9 18. Penulis meyakini bahwa belum pernah ada tulisan yang sama seperti topik ini sebagai bahan utama penulisan skripsi. E. TINJAUAN KEPUSTAKAAN Konflik internasional merupakan suatu pertikaian atau sengketa yang terjadi antara dua negara atau lebih yang diakibatkan oleh suatu permasalahan tertentu. Dalam hubungan internasional, konflik dan kekerasan merupakan isu atau topik menarik yang terus berkembang sebagai bentuk-bentuk interaksi antar aktor internasional. Mahkamah Internasional mengungkapkan pendapat hukumnya (advisory opinion) dalam kasus Interpretation of Peace Treaties (1950, ICJ Rep.65) bahwa untuk menyatakan ada tidaknya suatu konflik internasional harus ditentukan secara objektif. Menurut Mahkamah, konflik internasional merupakan suatu situasi ketika dua negara mempunyai pandangan yang bertentangan mengenai dilaksanakan atau tidaknya kewajiban-kewajiban yang terdapat dalam perjanjian 10. Upaya-upaya penyelesaian terhadap suatu konflik tadi telah menjadi perhatian yang cukup penting di masyarakat internasional sejak awal abad ke-20, yaitu dengan cara persuasif atau jalan damai (persahabatan). Upaya-upaya ini ditujukan untuk menciptakan hubungan antar negara yang lebih baik lagi berdasarkan prinsip perdamaian dan keamanan internasional. Jika dilihat keamanan kolektif berarti bahwa setiap negara yang melakukan agresi atau 10 Huala Adolf, Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional, (Jakarta : Sinar Grafika, 2004), hlm. 2.

10 19 berusaha menyerang negara lain secara langsung akan berhadapan dengan sanksisanksi militer, ekonomi, serta diplomatik yang ditetapkan oleh banyak negara yang ada di dunia. Dengan begitu dari keamanan kolektif diharapkan mampu menciptakan dunia yang bebas dari perang. Peran yang dimainkan hukum internasional dalam menyelesaikan suatu konflik internasional adalah memberikan aturan-aturan pokok kepada negaranegara dalam menyelesaikannya 11. Pada tahun 1945 didirikanlah sebuah organisasi internasional yang bernama Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui suatu piagam yang memperoleh ratifikasi dari negara-negara yang tergabung didalamnya (Piagam PBB). Seperti yang termuat dalam Pasal 1 Piagam PBB, tujuan utama dari PBB adalah menciptakan perdamaian dan keamanan internasional, menghindarkan generasi yang akan dating dari peperangan, memajukan penghormatan terhadap hak-hak asasi manusia dan kebebasan dasar serta mendorong negara-negara untuk menyelesaikan konflik-konflik melalui cara-cara penyelesaian dengan hubungan yang bersahabat 12. Dalam perkembangan awalnya, hukum internasional mengenal 2 (dua) cara penyelesaian sengketa internasional, yaitu penyelesaian secara damai dan penyelesaian secara paksa atau dengan menggunakan kekuatan militer (perang) 13. PBB juga dapat memaksa setiap negara baik yang merupakan anggota ataupun bukan negara anggota untuk tunduk pada ketentuan-ketentuan yang telah disepakati bersama 11 Ibid., hlm Mizwar Djamili, Mengenal PBB dan 170 Negara di Dunia, (Jakarta : PT Kreasi Jaya Utama, 1995), hlm Christine S.T Kansil, Modul Hukum Internasional (Jakarta: Djambatan, 2002), hlm. 7.

11 20 dalam Piagam PBB. Dalam hal pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional, berdasarkan Bab VII piagam organ dari PBB yang berwenang adalah Dewan Keamanan melalui keputusan-keputusan (Resolusi DK PBB) ataupun sangsi-sangsi. Segala sesuatu masalah yang berkaitan dengan keamanan dan perdamaian dunia bukanlah menjadi sesuatu hal yang baru lagi, melainkan telah menjadi sesuatu wacana yang sering diperbincangkan oleh masyarakat internasional. Namun yang perlu dikaji lebih lanjut adalah bagaimanakah eksistensi Israel dan Palestina sebagai seuatu negara dihadapan hukum internasional sehingga mewajibkan kedua negara tersebut tunduk pada ketentuan hukum internasional dalam rangka memelihara perdamaian dan keamanan internasional, yaitu dengan melihat pada syarat-syarat terbentuknya suatu negara secara hukum internasional serta sejauh mana penerapan hukum internasional menyelesaikan konflik kedua negara tersebut. Untuk mengetahui apakah Israel dan Palestina masing-masing merupakan suatu negara yaitu dengan melihat syarat-syarat terbentuknya suatu negara, baik dari segi hukum maupun politik. Secara umum syarat-syarat terbentuknya suatu negara adalah adanya penduduk yang tetap, adanya wilayah, pemerintahan yang berdaulat, pengakuan dari negara lain serta kemampuan untuk mengadakan hubungan kerjasama dengan negara lain 14. Kaitannya dengan syarat terbentuknya suatu negara yaitu pengakuan dari negara lain, banyak negara di dunia 14 Samidjo, Op cit., hlm. 34.

12 21 internasional tidak mengakui keberadaan Israel sebagai suatu negara dalam hal menetapkan perbatasan wilayah negaranya. Pengakuan juga diberikan untuk mengungkapkan suatu pemerintahan dalam negerinya, oleh karena tindakantindakan suatu negara hanya dapat dilakukan melalui pemerintahannya 15. Negara Palestina mengalami krisis Pemerintahan dalam negaranya, dimana terjadi Perang Saudara antara kelompok Hamas dan Fatah yang dimulai sejak tahun Perebutan kekuasaan antara Hamas dan Fatah berakibat buruk bagi Palestina. Sejak 1993, Hamas menjadi kekuatan kedua yang tidak dilibatkan dalam pemerintahan Yasser Arafat. Oleh karena itu untuk menunjukkan keberadaannya, Hamas memilih aksi-aksi bersenjata atau militer terhadap proses perdamaian konflik dengan Israel 17. Hukum Internasional menghendaki adanya suatu pemerintahan yang stabil dan efektif untuk memudahkan hubungannya atau penerapannya dengan negara yang bersangkutan 18. Pada dasarnya ketentuan hukum internasional telah melarang penggunaan kekerasan dalam hubungan antar negara seprti yang dicantumkan dalam Pasal 2 ayat (4) Piagam PBB. Konflik internasional antara Israel dan Palestina merupakan salah satu dari banyaknya konflik internasional yang terjadi, dimana sudah pasti akibat dari 15 Berdasarkan Pasal 7 Konvensi Montevidio Tahun tentang Konflik Fatah-Hamas, tanggal 9 Mei Trias Kuncahyono, Jalur Gaza-Tanah Terjanji, Intifada dan Pembersihan Etnis, (Jakarta: Kompas, 2009), hlm Boer Mauna, Op. cit., hlm. 22.

13 22 konflik tersebut melanggar ketentuan hukum internasional. Tercatat antara tahun telah terjadi 82 konflik yaitu 26 kali dalam bentuk perang antar negara dan yang lainnya konflik tersebut berlangsung dalam bentuk perang saudara, pemberontakkan dan sejenisnya yang seluruhnya merupakan implikasi internasional penting. Sejak dekade tahun 1967 berbagai konflik internasional tidak menunjukkan tanda-tanda mereda, seperti yang terjadi antara Israel dengan Palestina yang bahkan masih berlangsung hingga awal tahun Pelanggaran hukum internasional dari konflik internasional antara Israel dan Palestina adalah mengganggu pardamaian dan ketertiban internasional serta terhadap hak penduduk sipil yang dilindungi oleh hukum internasional. Untuk mengetahui instrumen hukum internasional yang mengatur tentang konflik internasional Israel dan Palestina, maka sebelumnya kita dapat melihat pada sumber-sumber hukum internasional itu, yang terdiri dari 19 : a. Perjanjian Internasional (Treaty), baik yang bersifat umum maupun yang bersifat khusus b. Kebiasaan Internasional yang terbukti telah merupakan praktekpraktek umum yang diterima sebagai hukum c. Prinsip-prinsip hukum umum yang diakui oleh bangsa yang beradab d. Yurisprudensi e. Doktrin para sarjana ahli hukum 19 Pasal 38 ayat (1) Statuta Mahkamah Internasional 1998.

14 23 Hampir keseluruhan kaedah dalam hukum internasional bersumber dari perjanjian-perjanjian internasional (sumber hukum utama) yang disepakati oleh Negara-negara (Law making treaties) 20, termasuk dalam menyelesaikan masalah konflik internasional dan menyebabkan terjadinya perang. Implementasinya terhadap konflik internasional antara Israel dan Palestina serta akibat-akibat yang ditimbulkan bahwa pertama sekali dapat mengacu pada ketentuan Piagam PBB yang menunjukkan pembentukkan organisasi internasional PBB bertujuan untuk memelihara perdamaian dan ketertiban internasional. PBB yang beranggotakan Negara merdeka dan berdaulat diwajibkan untuk tunduk pada ketentuan ini. Selain itu juga, bagi Negara yang bukan anggota juga wajib ikut serta dalam upaya memelihara perdamaian dan keamanan internasional, seperti yang terdapat dalam Pasal 1 ayat (6) Piagam PBB. Sebagai tindak lanjut terhadap konflik internasional antara Israel dan Palestina yang berlangsung sejak lama, PBB sebagai organisasi internasional yang bertugas menjaga perdamaian dan ketertiban dunia telah melakukan kebijakan-kebijakan yaitu antara lain mengeluarkan resolusi Dewan Keamanan PBB untuk mengadakan gencatan senjata diantara kedua negara yang sedang konflik. Sering terjadi konflik-konflik dan kadang-kadang diselesaikan dengan kekerasan, misalnya negara yang lebih kuat secara militer, ekonomi dan politik menyerang atau mengagresi negara lawannya yang lebih lemah. Jika negara yang diserang atau diagresi tersebut mengadakan pembalasan dengan menggunakan kekerasan bersenjata, maka terjadilah konflik bersenjata internasional 20 Boer Mauna, Op cit., hlm. 9.

15 24 (international armed conflict). Jika sudah terjadi perang atau kontak senjata, maka selanjutnya hukum perang dan hukum humaniterlah yang berperan 21, mengacu pada Konvensi Geneva 1949 yang mengatur mengenai perlindungan terhadap korban perang. Dengan ditambahkan lagi aturan Protokol Tambahan 1977 sebagai suatu penyesuaian terhadap perkembangan pengertian konflik bersenjata, pentingnya perlindungan yang lebih lengkap lagi bagi mereka yang luka, sakit dan korban karam dalam suatu peperangan, serta antisipasi terhadap perkembangan mengenai alat dan cara berperang 22. Kedua aturan hukum internasional tersebut diatas merupakan instrumen hukum humaniter yang pada dasarnya bertujuan untuk memberikan perlindungan terhadap kombatan maupun penduduk sipil dari penderitaan yang tidak perlu, menjamin hak asasi manusia yang sangat fundamental bagi mereka yang jatuh ke tangan musuh, serta mencegah dilakukannya perang secara kejam tanpa mengenal batas 23. Instrumen hukum internasional lainnya yang dapat diterapkan dalam menyelesaikan konflik internasional Israel dan Palestina adalah dengan mengacu pada ketentuan Statuta Roma 1998 tentang Mahkamah Pidana Internasional (International Criminal Court). Pembentukkan Mahkamah Pidana International yang terletak di Den Haag dalam rangka mengadili subjek hukum internasional secara individual yang diakui sebagai subjek hukuim internasional dalam melakukan tindak pidana internasional atau pelanggaran terhadap hak-hak asasi 21 I Wayan Pathiana, Hukum Pidana Internasional (Bandung: Yrama Widya, 2006), hlm Abdul Rahman dkk, Diktat Hukum Humaniter, 2008, hlm Frederic de Mullinen, Handbook on the law of the War for Armed Forces, ICRC, Geneve, 1987, hal 2 (sebagaimana dikutip dari Abdul Rahman, Suhaidi, Ibid., hlm. 12).

16 25 manusia berat atau yang biasa disebut dengan kejahatan internasional. Dalam Statuta Roma 1998 disebutkan bahwa yang menjadi bentuk-bentuk pelanggaran hak asasi manusia berat antara lain adalah kejahatan perang, genosida, agresi dan kejahatan terhadap kemanusiaan 24. Berdasarkan Statuta Roma 1998 menyebutkan bahwa kejahatan perang adalah mencakup tindakan-tindakan yang berupa: Pelanggaran berat terhadap Konvensi-Konvensi Genewa 1949; 2. Pelanggaran serius terhadap hukum dan kebiasaan yang berlaku dalam situasi sengketa bersenjata internasional; 3. Pelanggaran serius terhadap artikel 3 yang merupakan common article dari keempat Konvensi Genewa 1949, dalam hal terjadi konflik bersenjata yang tidak bersifat internasional; 4. Pelanggaran serius terhadap hukum dan kebiasaan yang berlaku dalam situasi sengketa bersenjata yang tidak bersifat internasional. Konflik internasional antara Israel dan Palestina berakibat pada terjadinya perang antar kedua negara, yaitu dengan agresi yang dilakukan Israel terhadap Palestina. Serta serangan balasan dari Palestina. Dengan melihat pada sumbersumber yang ada bahwa konflik internasional antara kedua negara terjadi lagi pada akhir tahun 2008 hingga awal tahun 2009 kemarin, maka dapat diketahui telah terjadi pelanggaran ketentuan hukum internasional yang berpengaruh pada hilangnya suatu kelompok komunitas masyarakat Negara atau penduduk sipil 24 Pasal 5 Statuta Roma Mochtar Kusumaatmadja, Hukum Humaniter Internasional Dalam Pelaksanaan dan Penerapannya di Indonesia, 1980), hlm. 98.

17 26 yang menjadi korban perang dan dapat dikategorikan sebagai suatu pelanggaran hak asasi manusia berat. Dengan demikian dapat diketahui bahwa pembentukkan Mahkamah Pidana Internasional ini merupakan suatu langkah besar untuk kemajuan hukum internasional bagi perlindungan hak-hak asasi manusia dan hukum humaniter terutama dalam menyelesaikan konflik yang antara Israel dan Palestina 26. F. METODE PENULISAN 1. Jenis dan Sifat Penelitian Jenis dari penelitian ini adalah dengan menggunakan metode Penelitian Hukum Normatif (legal research), yaitu dengan mengacu pada berbagai norma hukum, dalam hal ini adalah perangkat hukum internasional yang terdapat di dalam berbagai sumber terkait dengan konflik internasional serta penyelesaiannya 2. Data Penelitian Data penelitian yang digunakan, diuraikan menjadi beberapa bagian, mulai dari yang terutama hingga yang bersifat sebagai penyokong. Bahan hukum primer yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa, Konveni Genewa 1949 serta Prtokol Tambahan 1977, serta Statuta Roma Bahan hukum sekunder adalah buku-buku, artikel-artikel, jurnal-jurnal, keputusan-keputusan atau resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa serta dari media cetak dan media internet, dan bahan-bahan 26 Boer Mauna, Op.cit., hlm. 303.

18 27 lainnya yang memuat penjelasan-penjelasan yang berhubungan dengan penulisan skripsi ini, dan yang menjadi bahan penunjang terhadap penulisan skripsi ini berupa kamus Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris ataupun kamus istilah-istilah hukum serta pedoman lainnya untuk penulisan. 3. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dilakukan dengan penelitian kepustakaan (library research), baik untuk memperoleh bahan hukum primer maupun sekunder dan tersier. 4. Analisis Data Analisis data dalam penulisan skripsi ini adalah analisis kualitatif, dimana data-data yang dikumpulkan kemudian dipisahkan menurut kategori masing-masing dan kemudian ditafsirkan untuk mencari jawaban dari permasalahan. G. SISTEMATIKA PENULISAN - Kata Pengantar - BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penulisan B. Perumusan Masalah C. Tujuan dan Manfaat Penulisan D. Keaslian Penulisan

19 28 E. Tinjauan Kepustakaan F. Metode Penulisan G. Sistematika Penulisan - BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NEGARA A. Pengertian dan Syarat-Syarat Terbentuknya Suatu Negara B. Eksistensi Israel dan Palestina Sebagai Suatu Negara dalam Hukum Internasional - BAB III KONSEP KONFLIK INTERNASIONAL D. Pengertian dan Perbedaan Konflik dengan Sengketa Internasional E. Pengaruh Konflik Internasional Terhadap Keamanan dan Perdamaian Dunia F. Penyelesaian Konflik Internasional - BAB IV PENERAPAN HUKUM INTERNASIONAL DALAM MENYELESAIKAN KONFLIK INTERNASIONAL ISRAEL DAN PALESTINA A. Konflik Internasional Israel dan Palestina B. Penerapan Hukum Internasional dalam Menyelesaikan Konflik Israel dan Palestina C. Tanggapan Israel dan Palestina Terhadap Upaya Hukum Internasional Atas Konflik Internasional

20 29 - BAB V PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran

BAB I PENDAHULUAN. Konflik bersenjata atau dalam bahasa asing disebut sebagai armed conflict

BAB I PENDAHULUAN. Konflik bersenjata atau dalam bahasa asing disebut sebagai armed conflict BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konflik bersenjata atau dalam bahasa asing disebut sebagai armed conflict merupakan suatu keadaan yang tidak asing lagi di mata dunia internasional. Dalam kurun waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Humaniter Internasional bertujuan untuk memanusiawikan perang agar korban

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Humaniter Internasional bertujuan untuk memanusiawikan perang agar korban BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Hukum Humaniter Internasional bertujuan untuk memanusiawikan perang agar korban akibat perang seminimal mungkin dapat dikurangi. Namun implementasinya,

Lebih terperinci

HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL KONFLIK BERSENJATA NON-INTERNASIONAL

HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL KONFLIK BERSENJATA NON-INTERNASIONAL HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL KONFLIK BERSENJATA NON-INTERNASIONAL Malahayati Kapita Selekta Hukum Internasional October 10, 2015 Kata Pengantar Syukur Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan dan tujuan diantara negara negara yang ada. Perbedaan perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan dan tujuan diantara negara negara yang ada. Perbedaan perbedaan BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Sepanjang perjalanan sejarah umat manusia, selalu timbul perbedaan kepentingan dan tujuan diantara negara negara yang ada. Perbedaan perbedaan ini memberikan dinamika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipakai untuk melakukan penyerangan kepada pihak musuh. Peraturanperaturan

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipakai untuk melakukan penyerangan kepada pihak musuh. Peraturanperaturan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konvensi-konvensi Den Haag tahun 1899 merupakan hasil Konferensi Perdamaian I di Den Haag pada tanggal 18 Mei-29 Juli 1899. Konvensi Den Haag merupakan peraturan

Lebih terperinci

BAB III PROBLEMATIKA KEMANUSIAAN DI PALESTINA

BAB III PROBLEMATIKA KEMANUSIAAN DI PALESTINA BAB III PROBLEMATIKA KEMANUSIAAN DI PALESTINA Pada bab ini penulis akan bercerita tentang bagaimana sejarah konflik antara Palestina dan Israel dan dampak yang terjadi pada warga Palestina akibat dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara merupakan salah satu subjek hukum internasional. Sebagai subjek hukum internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, salah satunya

Lebih terperinci

EKSISTENSI DAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENTARA BAYARAN (MERCENARIES) YANG TERLIBAT KONFLIK BERSENJATA MENURUT HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL

EKSISTENSI DAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENTARA BAYARAN (MERCENARIES) YANG TERLIBAT KONFLIK BERSENJATA MENURUT HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL EKSISTENSI DAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENTARA BAYARAN (MERCENARIES) YANG TERLIBAT KONFLIK BERSENJATA MENURUT HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL Diajukan Guna Memenuhi Sebahagian Persyaratan Untuk Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketika lawan terbunuh, peperangan adalah suatu pembunuhan besar-besaran

BAB I PENDAHULUAN. ketika lawan terbunuh, peperangan adalah suatu pembunuhan besar-besaran BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hukum Humaniter Internasional yang dulu disebut Hukum Perang, atau hukum sengketa bersenjata, memiliki sejarah yang sama tuanya dengan peradaban manusia. 1 Inti dari

Lebih terperinci

PERAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA BANGSA DALAM PEMBATASAN PENGGUNAAN SENJATA

PERAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA BANGSA DALAM PEMBATASAN PENGGUNAAN SENJATA PERAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA BANGSA DALAM PEMBATASAN PENGGUNAAN SENJATA Oleh Grace Amelia Agustin Tansia Suatra Putrawan Program Kekhususan Hukum Internasional dan Bisnis Internasional Fakultas

Lebih terperinci

BAB III. PENUTUP. internasional dan merupakan pelanggaran terhadap resolusi-resolusi terkait

BAB III. PENUTUP. internasional dan merupakan pelanggaran terhadap resolusi-resolusi terkait BAB III. PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan apa yang telah disampaikan dalam bagian pembahasan, maka dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut. Dewan Keamanan berdasarkan kewenangannya yang diatur

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Adolf, Huala, Aspek-Aspek Negara dalam Hukum Internasional, RajaGrafindo, Jakarta, 2003.

DAFTAR PUSTAKA. Adolf, Huala, Aspek-Aspek Negara dalam Hukum Internasional, RajaGrafindo, Jakarta, 2003. 119 DAFTAR PUSTAKA I. Buku Adolf, Huala, Aspek-Aspek Negara dalam Hukum Internasional, RajaGrafindo, Jakarta, 2003. Adolf, Huala, Hukum Penyelesaian Segketa Internasional, Sinar Grafika, Jakarta, 2004.

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. negara dalam rangka mencapai tujuan tujuan tertentu telah banyak dipraktekan.

BAB I. PENDAHULUAN. negara dalam rangka mencapai tujuan tujuan tertentu telah banyak dipraktekan. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam hubungan pergaulan masyarakat internasional, kerjasama antar negara dalam rangka mencapai tujuan tujuan tertentu telah banyak dipraktekan. Namun demikian,

Lebih terperinci

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL Resolusi disahkan oleh konsensus* dalam Sidang IPU ke-128 (Quito, 27 Maret 2013) Sidang ke-128 Inter-Parliamentary

Lebih terperinci

Eksistensi Konvensi Jenewa di Masa Depan

Eksistensi Konvensi Jenewa di Masa Depan Eksistensi Konvensi Jenewa di Masa Depan Menilai dari jumlah korban sipil dan penyebaran teror terhadap warga sipil terutama rakyat Gaza yang dilakukan oleh Israel selama konflik sejak tahun 2009 lalu

Lebih terperinci

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA Negara-Negara Pihak pada Protokol ini, Didorong oleh dukungan penuh terhadap Konvensi tentang Hak-Hak Anak, yang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan kesimpulan dari pembahasan di atas mengenai. perlindungan pihak ICRC ditinjau dari Konvensi Jenewa 1949 dan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan kesimpulan dari pembahasan di atas mengenai. perlindungan pihak ICRC ditinjau dari Konvensi Jenewa 1949 dan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan kesimpulan dari pembahasan di atas mengenai perlindungan pihak ICRC ditinjau dari Konvensi Jenewa 1949 dan Protokol tambahannya serta sumber hukum lain yang menguatkan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN OLEH TERORIS,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penderitaan. Manusia diciptakan bersuku suku dan berbangsa bangsa untuk saling

BAB I PENDAHULUAN. penderitaan. Manusia diciptakan bersuku suku dan berbangsa bangsa untuk saling BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakekatnya semua manusia mendambakan untuk hidup dalam suasana damai, tenteram, dan sejahtera, bahkan tak satupun makhluk hidup ini yang suka akan penderitaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewan keamanan PBB bertugas untuk menjaga perdamaian dan keamanan antar negara dan dalam melaksanakan tugasnya bertindak atas nama negaranegara anggota PBB.

Lebih terperinci

Konvensi tentang Pencegahan dan Penghukuman Kejahatan Genosida

Konvensi tentang Pencegahan dan Penghukuman Kejahatan Genosida Konvensi tentang Pencegahan dan Penghukuman Kejahatan Genosida Disetujut dan diusulkan untuk penandatanganan dan ratiftkasi atau aksesi dengan resolusi Majelis Umum 260 A (HI), 9 December 1948 Negara-negara

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG LAMBANG PALANG MERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG LAMBANG PALANG MERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG LAMBANG PALANG MERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan

BAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan 99 BAB 5 PENUTUP 5.1.Kesimpulan Berbagai macam pernyataan dari komunitas internasional mengenai situasi di Kosovo memberikan dasar faktual bahwa bangsa Kosovo-Albania merupakan sebuah kelompok yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Potensi ruang angkasa untuk kehidupan manusia mulai dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Potensi ruang angkasa untuk kehidupan manusia mulai dikembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ruang angkasa merupakan sebuah tempat baru bagi manusia, sebelumnya ruang angkasa merupakan wilayah yang asing dan tidak tersentuh oleh peradaban manusia. Potensi ruang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pelaksanaan HAM lebih banyak dijadikan objek power game diantara blokblok

BAB I PENDAHULUAN. dan pelaksanaan HAM lebih banyak dijadikan objek power game diantara blokblok BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Promosi dan proteksi Hak Asasi Manusia (HAM) boleh dikatakan telah menjadi agenda internasional. Jika sebelumnya, selama lebih dari 40 tahun, ide dan pelaksanaan HAM

Lebih terperinci

Telah menyetujui sebagai berikut: Pasal 1. Untuk tujuan Konvensi ini:

Telah menyetujui sebagai berikut: Pasal 1. Untuk tujuan Konvensi ini: LAMPIRAN II UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan tersebut tidak bertentangan dengan hukum internasional 4. Kedaulatan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan tersebut tidak bertentangan dengan hukum internasional 4. Kedaulatan BAB I PENDAHULUAN H. Latar Belakang Kedaulatan ialah kekuasaan tertinggi yang dimiliki oleh suatu negara untuk secara bebas melakukan berbagai kegiatan sesuai dengan kepentingannya asal saja kegiatan tersebut

Lebih terperinci

LEGALITAS PENGGUNAAN BOM CURAH (CLUSTER BOMB) PADA AGRESI MILITER ISRAEL KE PALESTINA DALAM PERSPEKTIF HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL

LEGALITAS PENGGUNAAN BOM CURAH (CLUSTER BOMB) PADA AGRESI MILITER ISRAEL KE PALESTINA DALAM PERSPEKTIF HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL LEGALITAS PENGGUNAAN BOM CURAH (CLUSTER BOMB) PADA AGRESI MILITER ISRAEL KE PALESTINA DALAM PERSPEKTIF HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL Oleh: Alan Kusuma Dinakara Pembimbing: Dr. I Gede Dewa Palguna SH.,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.324, 2013 KEMENTERIAN PERTAHANAN. Hukum. Humaniter. Hak Asasi Manusia. Penyelenggaraan Pertahanan Negara. Penerapan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

I. UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan

I. UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN

Lebih terperinci

KEDUDUKAN ORGANISASI INTERNASIONAL DALAM MAHKAMAH INTERNASIONAL

KEDUDUKAN ORGANISASI INTERNASIONAL DALAM MAHKAMAH INTERNASIONAL KEDUDUKAN ORGANISASI INTERNASIONAL DALAM MAHKAMAH INTERNASIONAL Oleh Vici Fitriati SLP. Dawisni Manik Pinatih Bagian Hukum Internasional Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK Penulisan ini berjudul

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yang sangat menonjol. Hal ini memerlukan perhatian yang bersungguh-sungguh, karena sangat

PENDAHULUAN. yang sangat menonjol. Hal ini memerlukan perhatian yang bersungguh-sungguh, karena sangat PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah hak asasi manusia merupakan isu internasional dan menjadi bahan perbincangan yang sangat menonjol. Hal ini memerlukan perhatian yang bersungguh-sungguh, karena sangat

Lebih terperinci

Haryomataram membagi HH menjadi 2 (dua) atura-aturan pokok, yaitu 1 :

Haryomataram membagi HH menjadi 2 (dua) atura-aturan pokok, yaitu 1 : Bab I PENDAHULUAN 1.1. Istilah dan Pengertian Hukum Humaniter Istilah hukum humaniter atau lengkapnya disebut international humanitarian law applicable in armed conflict berawal dari istilah hukum perang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memonitoring aktivitas nuklir negara-negara di dunia, International Atomic. kasus Iran ini kepada Dewan Keamanan PBB.

BAB I PENDAHULUAN. memonitoring aktivitas nuklir negara-negara di dunia, International Atomic. kasus Iran ini kepada Dewan Keamanan PBB. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Februari 2003, Iran mengumumkan program pengayaan uranium yang berpusat di Natanz. Iran mengklaim bahwa program pengayaan uranium tersebut akan digunakan

Lebih terperinci

Pada pokoknya Hukum Internasional menghendaki agar sengketa-sengketa antar negara dapat diselesaikan secara damai he Hague Peace

Pada pokoknya Hukum Internasional menghendaki agar sengketa-sengketa antar negara dapat diselesaikan secara damai he Hague Peace Pasal 2 (3) dari Piagam PBB - Semua anggota wajib menyelesaikan perselisihan internasional mereka melalui cara-cara damai sedemikian rupa sehingga perdamaian, keamanan dan keadilan internasional tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perang sipil Libya Tahun 2011 adalah konflik yang merupakan bagian dari musim semi

BAB I PENDAHULUAN. Perang sipil Libya Tahun 2011 adalah konflik yang merupakan bagian dari musim semi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perang sipil Libya Tahun 2011 adalah konflik yang merupakan bagian dari musim semi arab. Perang ini diawali oleh unjuk rasa di Benghazi pada 15 Februari 2011,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional. Berbagai pelanggaran hukum perang dilakukan oleh kedua belah

BAB I PENDAHULUAN. internasional. Berbagai pelanggaran hukum perang dilakukan oleh kedua belah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Palestina merupakan daerah yang seolah tidak pernah aman, senantiasa bergejolak dan terjadi pertumpahan darah akibat dari perebutan kekuasaan. 1 Sengketa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara yang membawa akibat-akibat hukum yang sangat kompleks.

BAB I PENDAHULUAN. negara yang membawa akibat-akibat hukum yang sangat kompleks. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suksesi negara adalah suatu keadaan di mana terjadi perubahan atau penggantian kedaulatan dalam suatu negara sehingga terjadi semacam pergantian negara yang membawa

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Adolf, Huala, 2002, Aspek-Aspek Negara Dalam Hukum Internasional, Jakarta,, 2004, Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional, Bandung,

DAFTAR PUSTAKA. Adolf, Huala, 2002, Aspek-Aspek Negara Dalam Hukum Internasional, Jakarta,, 2004, Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional, Bandung, DAFTAR PUSTAKA Buku Adolf, Huala, 2002, Aspek-Aspek Negara Dalam Hukum Internasional, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada., 2004, Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional, Bandung, Sinar Grafika. Ambarwati,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini negara-negara enggan mendeklarasikan keterlibatannya secara terus terang dalam situasi konflik bersenjata sehingga sulit mendefinisikan negara tersebut

Lebih terperinci

PENGADILAN PIDANA INTERNASIONAL

PENGADILAN PIDANA INTERNASIONAL PENGADILAN PIDANA INTERNASIONAL PENGADILAN PIDANA INTERNASIONAL AD HOC IMT NUREMBERG IMT TOKYO ICTY ICTR SIERRA LEONE CAMBODIA TIMOR TIMUR / INDONESIA IMT - NUREMBERG NOVEMBER 1945 SEPTEMBER 1946 22 TERDAKWA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perang atau konflik bersenjata merupakan salah satu bentuk peristiwa yang

BAB I PENDAHULUAN. Perang atau konflik bersenjata merupakan salah satu bentuk peristiwa yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perang atau konflik bersenjata merupakan salah satu bentuk peristiwa yang hampir sama tuanya dengan peradaban kehidupan manusia. Perang merupakan suatu keadaan dimana

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN Y ANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN Y ANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1998 TENTANG PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE AND OTHER CRUEL, INHUMAN OR DEGRADING TREATMENT OR PUNISHMENT (KONVENSI MENENTANG PENYIKSAAN DAN PERLAKUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap anak adalah bagian dari penerus generasi muda yang merupakan faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita perjuangan bangsa

Lebih terperinci

Pengadilan Rakyat Internasional Kasus 1965

Pengadilan Rakyat Internasional Kasus 1965 Sepuluh Hal yang Perlu Anda Ketahui Tentang Pengadilan Rakyat Internasional Kasus 1965 Banyak kesalahpahaman terjadi terhadap Pengadilan Rakyat Internasional. Berikut sepuluh hal yang belum banyak diketahui

Lebih terperinci

Konvensi Munisi Tandan (CCM) tahun 2008

Konvensi Munisi Tandan (CCM) tahun 2008 Konvensi Munisi Tandan (CCM) tahun 2008 Perangkat Ratifikasi International Committee of the Red Cross 19 Avenue de la Paix, 1202 Geneva, Switzerland T +41 22 734 6001 F+41 22 733 2057 www.icrc.org KETAATAN

Lebih terperinci

K87 KEBEBASAN BERSERIKAT DAN PERLINDUNGAN HAK UNTUK BERORGANISASI

K87 KEBEBASAN BERSERIKAT DAN PERLINDUNGAN HAK UNTUK BERORGANISASI K87 KEBEBASAN BERSERIKAT DAN PERLINDUNGAN HAK UNTUK BERORGANISASI 1 K 87 - Kebebasan Berserikat dan Perlindungan Hak untuk Berorganisasi 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG LAMBANG PALANG MERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG LAMBANG PALANG MERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG LAMBANG PALANG MERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengenai dilaksanakan atau tidaknya kewajiban-kewajiban yang terdapat dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengenai dilaksanakan atau tidaknya kewajiban-kewajiban yang terdapat dalam 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sengketa Internasional Menurut Mahkamah Internasional, sengketa internasional merupakan suatu situasi ketika dua negara mempunyai pandangan yang bertentangan mengenai dilaksanakan

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN KOMBATAN. Siapa yang boleh dijadikan obyek peperangan dan tidak. Distinction principle. Pasal 1 HR Kombatan..?

PERLINDUNGAN KOMBATAN. Siapa yang boleh dijadikan obyek peperangan dan tidak. Distinction principle. Pasal 1 HR Kombatan..? PERLINDUNGAN KOMBATAN Pasal 1 HR Kombatan..? Distinction principle Siapa yang boleh dijadikan obyek peperangan dan tidak. Dipimpin seorang yang bertanggungjawab atas bawahannya Mempunyai lambang yang dapat

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. bersenjata internasional maupun non-internasional. serangan yang ditujukan kepada mereka adalah dilarang.

BAB III PENUTUP. bersenjata internasional maupun non-internasional. serangan yang ditujukan kepada mereka adalah dilarang. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Tujuan utama pembentukan Konvensi Jenewa 1949 adalah untuk memberikan perlindungan bagi korban perang terutama kepada penduduk sipil. Perlindungan ini berlaku dalam setiap

Lebih terperinci

Pada umumnya hukum internasional membedakan sengketa internasional atas sengketa yang

Pada umumnya hukum internasional membedakan sengketa internasional atas sengketa yang A. PENDAHULUAN Pada umumnya hukum internasional membedakan sengketa internasional atas sengketa yang bersifat politik dan sengketa yang bersifat hukum. Sengketa politik adalah sengketa dimana suatu negara

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1998 TENTANG PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE AND OTHER CRUEL, INHUMAN OR DEGRADING TREATMENT OR PUNISHMENT (KONVENSI MENENTANG PENYIKSAAN DAN PERLAKUAN ATAU PENGHUKUMAN

Lebih terperinci

PERJANJIAN INTERNASIONAL DI ERA GLOBALISASI

PERJANJIAN INTERNASIONAL DI ERA GLOBALISASI PERJANJIAN INTERNASIONAL DI ERA GLOBALISASI DISUSUN OLEH : Sudaryanto, S.H., M.Hum FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS TUJUH BELAS AGUSTUS SEMARANG TAHUN 2011 BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Hukum Perjanjian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. enforcement system (sistem penegakan langsung) dan indirect enforcement

BAB I PENDAHULUAN. enforcement system (sistem penegakan langsung) dan indirect enforcement 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penegakan hukum pidana internasional pada hakekatnya adalah diskusi tentang hukum pidana internasional dalam pengertian formil. Artinya, yang akan di bahas

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia, Copyright (C) 2000 BPHN UU 5/1998, PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE AND OTHER CRUEL, INHUMAN OR DEGRADING TREATMENT OR PUNISHMENT (KONVENSI MENENTANG PENYIKSAAN DAN PERLAKUAN ATAU PENGHUKUMAN LAIN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai peperangan yang ganas akibat digunakannya berbagai persenjataan modern

BAB I PENDAHULUAN. berbagai peperangan yang ganas akibat digunakannya berbagai persenjataan modern BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rentang abad ke-20, masyarakat internasional telah menyaksikan berbagai peperangan yang ganas akibat digunakannya berbagai persenjataan modern yang menjadi produk

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kasus pelanggaran terhadap hilangnya hak-hak dasar individu merupakan sebuah fenomena yang masih banyak berlangsung di berbagai Negara di dunia. Bentuk pelanggaran

Lebih terperinci

Peranan hamas dalam konflik palestina israel tahun

Peranan hamas dalam konflik palestina israel tahun Peranan hamas dalam konflik palestina israel tahun 1967 1972 Oleh: Ida Fitrianingrum K4400026 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian seperti yang diuraikan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditimbulkan dapat menyentuh berbagai bidang kehidupan. Korupsi

BAB I PENDAHULUAN. yang ditimbulkan dapat menyentuh berbagai bidang kehidupan. Korupsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di berbagai belahan dunia, korupsi selalu mendapatkan perhatian yang lebih dibandingkan dengan tindak pidana lainnya. Fenomena ini dapat dimaklumi mengingkat dampak

Lebih terperinci

Konvensi Internasional mengenai Penindasan dan Penghukuman Kejahatan Apartheid

Konvensi Internasional mengenai Penindasan dan Penghukuman Kejahatan Apartheid Konvensi Internasional mengenai Penindasan dan Penghukuman Kejahatan Apartheid disetujui dan terbuka untuk penandatanganan dan ratifikasi oleh Resolusi Majelis Umum 3068 (XXVIII) 30 November 1973 Negara-negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam memahami hukum Organisasi Internasional. tidak dapat dipisahkan dari sejarah pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam memahami hukum Organisasi Internasional. tidak dapat dipisahkan dari sejarah pembentukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam memahami hukum Organisasi Internasional tidak dapat dipisahkan dari sejarah pembentukan Organisasi Internasional itu sendiri, yang sudah lama timbul

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Konflik Hizbullah-Israel dimulai dari persoalan keamanan di Libanon dan Israel yang telah

I. PENDAHULUAN. Konflik Hizbullah-Israel dimulai dari persoalan keamanan di Libanon dan Israel yang telah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konflik Hizbullah-Israel dimulai dari persoalan keamanan di Libanon dan Israel yang telah terjadi atau mempunyai riwayat yang cukup panjang. Keamanan di wilayah Libanon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdamaian dan keamanan internasional. PBB/United Nations lahir pada tanggal 24

BAB I PENDAHULUAN. perdamaian dan keamanan internasional. PBB/United Nations lahir pada tanggal 24 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahirnya Perserikatan Bangsa-Bangsa ( PBB) sebagai suatu organisasi internasional membawa harapan baru bagi masyarakat internasional di bidang perdamaian dan keamanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara lain yang yang diderita oleh banyak orang di negara-negara lain

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara lain yang yang diderita oleh banyak orang di negara-negara lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Praktek penyelenggaran negara dewasa ini berkembang ke arah demokrasi dan perlidungan Hak Asasi Manusaia (HAM). Masalah HAM mengemuka pada setiap kehidupan penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara ialah subjek hukum internasional dalam arti yang klasik,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara ialah subjek hukum internasional dalam arti yang klasik, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara ialah subjek hukum internasional dalam arti yang klasik, dalam hal ini negara yang dimaksud yaitu negara yang berdaulat. 1 Sebagai subjek hukum internasional,

Lebih terperinci

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011 PERANAN PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA TERHADAP PELANGGARAN HAM BERAT DI MYANMAR DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PERDAMAIAN DUNIA SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh

Lebih terperinci

UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan

UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan PENJELASAN ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF THE FINANCING OF TERRORISM, 1999 (KONVENSI INTERNASIONAL

Lebih terperinci

PENEGAKAN HUKUM HUMANITER DALAM KONFLIK BERSENJATA INTERNAL SURIAH

PENEGAKAN HUKUM HUMANITER DALAM KONFLIK BERSENJATA INTERNAL SURIAH PENEGAKAN HUKUM HUMANITER DALAM KONFLIK BERSENJATA INTERNAL SURIAH Oleh I Wayan Gede Harry Japmika 0916051015 I Made Pasek Diantha I Made Budi Arsika Program Kekhususan Hukum Internasional Fakultas Hukum

Lebih terperinci

DEKLARASI UNIVERSAL HAK ASASI MANUSIA 1 MUKADIMAH

DEKLARASI UNIVERSAL HAK ASASI MANUSIA 1 MUKADIMAH DEKLARASI UNIVERSAL HAK ASASI MANUSIA 1 MUKADIMAH Bahwa pengakuan atas martabat yang melekat pada dan hak-hak yang sama dan tidak dapat dicabut dari semua anggota keluarga manusia adalah landasan bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan dalam lingkungan wilayah yang dibatasi oleh garis-garis perbatasan

BAB I PENDAHULUAN. dan dalam lingkungan wilayah yang dibatasi oleh garis-garis perbatasan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Wilayah atau teritori adalah salah satu manifestasi paling utama dari kedaulatan suatu negara.oleh karena itu dalam lingkungan wilayahnya tersebut suatu negara

Lebih terperinci

S I L A B I A. IDENTITAS MATA KULIAH INTERNASIONAL STATUS MATA KULIAH KODE MATA KULIAH : JUMLAH SKS : 2 PRASYARAT : SEMESTER SAJIAN : SEMESTER 7

S I L A B I A. IDENTITAS MATA KULIAH INTERNASIONAL STATUS MATA KULIAH KODE MATA KULIAH : JUMLAH SKS : 2 PRASYARAT : SEMESTER SAJIAN : SEMESTER 7 1 S I L A B I A. IDENTITAS MATA KULIAH NAMA MATA KULIAH : PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL : WAJIB STATUS MATA KULIAH KODE MATA KULIAH : JUMLAH SKS : 2 PRASYARAT : SEMESTER SAJIAN : SEMESTER 7 B. DESKRIPSI

Lebih terperinci

HUKUM INTERNASIONAL DAN MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL

HUKUM INTERNASIONAL DAN MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL HUKUM INTERNASIONAL DAN MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL Oleh : IKANINGTYAS, SH.LLM Fakultas Hukum Universitas Brawijaya 1 Pengertian Hk. Internasional ialah keseluruhan kaedah dan asas yang

Lebih terperinci

KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA 1

KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA 1 KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA 1 MUKADIMAH Negara-Negara Pihak pada Kovenan ini, Menimbang bahwa, sesuai dengan prinsip-prinsip yang diproklamasikan dalam Piagam Perserikatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang positif yang salah satunya meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. yang positif yang salah satunya meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Nasional di Indonesia ternyata selain membawa dampak yang positif yang salah satunya meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat Indonesia, juga

Lebih terperinci

: Public International Law: Contemporary Principles and Perspectives Penulis buku : Gideon Boas Penerbit :

: Public International Law: Contemporary Principles and Perspectives Penulis buku : Gideon Boas Penerbit : RESENSI BUKU Judul : Public International Law: Contemporary Principles and Perspectives Penulis buku : Gideon Boas Penerbit : Bahasa : Inggris Jumlah halaman : x + 478 Tahun penerbitan : 2012 Pembuat resensi

Lebih terperinci

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN [GBPP]

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN [GBPP] GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN [GBPP] Program Studi Hubungan Versi/revisi: Nama Mata Kuliah : Dosen : Very Aziz, Lc., M.Si. SKS : 3 SKS Berlaku Mulai : Maret 2017 Silabus/Deskripsi singkat Tujuan

Lebih terperinci

ATURAN PERILAKU BAGI APARAT PENEGAK HUKUM

ATURAN PERILAKU BAGI APARAT PENEGAK HUKUM ATURAN PERILAKU BAGI APARAT PENEGAK HUKUM Diadopsi oleh Resolusi Sidang Umum PBB No. 34/169 Tanggal 17 Desember 1979 Pasal 1 Aparat penegak hukum di setiap saat memenuhi kewajiban yang ditetapkan oleh

Lebih terperinci

DEKLARASI UNIVERSAL HAK-HAK ASASI MANUSIA

DEKLARASI UNIVERSAL HAK-HAK ASASI MANUSIA DEKLARASI UNIVERSAL HAK-HAK ASASI MANUSIA Diterima dan diumumkan oleh Majelis Umum PBB pada tanggal 10 Desember 1948 melalui resolusi 217 A (III) Mukadimah Menimbang, bahwa pengakuan atas martabat alamiah

Lebih terperinci

H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI

H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI Pasal 2 (3) dari Piagam PBB Semua anggota wajib menyelesaikan perselisihan internasional mereka melalui cara-cara damai sedemikian rupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara merupakan sekumpulan orang yang secara permanen. tertentu, memiliki pemerintahan, dan kedaulatan.

BAB I PENDAHULUAN. Negara merupakan sekumpulan orang yang secara permanen. tertentu, memiliki pemerintahan, dan kedaulatan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara merupakan sekumpulan orang yang secara permanen menempati wilayah tertentu, memiliki pemerintahan, dan kedaulatan. Keadulatan ini berupa kekuasaan yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil analisis data seperti yang tertuang pada Bab II, maka dapat. disimpulkan bahwa:

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil analisis data seperti yang tertuang pada Bab II, maka dapat. disimpulkan bahwa: BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data seperti yang tertuang pada Bab II, maka dapat disimpulkan bahwa: Aksi pembiaran yang dilakukan Amerika Serikat dan sekutunya pada masa pendudukan

Lebih terperinci

VIENNA CONVENTION ON THE LAW OF TREATIES 1969

VIENNA CONVENTION ON THE LAW OF TREATIES 1969 VIENNA CONVENTION ON THE LAW OF TREATIES 1969 Konvensi Wina 1969 terdiri dari dua bagian, yaitu bagian Pembukaan/Konsideran (Preambule) dan bagian isi (Dispositive), serta Annex dan dilengkapi dengan dua

Lebih terperinci

KONVENSI MENGENAI PENERAPAN PRINSIP PRINSIP HAK UNTUK BERORGANISASI DAN BERUNDING BERSAMA

KONVENSI MENGENAI PENERAPAN PRINSIP PRINSIP HAK UNTUK BERORGANISASI DAN BERUNDING BERSAMA 1 KONVENSI MENGENAI PENERAPAN PRINSIP PRINSIP HAK UNTUK BERORGANISASI DAN BERUNDING BERSAMA Ditetapkan oleh Konferensi Umum Organisasi Buruh Internasional, di Jenewa, pada tanggal 1 Juli 1949 [1] Konferensi

Lebih terperinci

KOMENTAR UMUM no. 08

KOMENTAR UMUM no. 08 1 KOMENTAR UMUM no. 08 KAITAN ANTARA SANKSI EKONOMI DENGAN PENGHORMATAN TERHADAP HAK- HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA Komite Persatuan Bangsa-bangsa untuk Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya E/C.12/1997/8

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Yofa Fadillah Hikmah, 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Yofa Fadillah Hikmah, 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perang merupakan suatu konflik dua pihak atau lebih dan dapat melalui kontak langsung maupun secara tidak langsung, biasanya perang merupakan suatu hal yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini adalah penelitian hukum normatif

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini adalah penelitian hukum normatif BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini adalah penelitian hukum normatif (normative legal research) 145 yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara melakukan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF THE FINANCING OF TERRORISM, 1999 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENDANAAN TERORISME,

Lebih terperinci

DEKLARASI UNIVERSAL HAK-HAK ASASI MANUSIA. Diterima dan diumumkan oleh Majelis Umum PBB pada tanggal 10 Desember 1948 melalui resolusi 217 A (III)

DEKLARASI UNIVERSAL HAK-HAK ASASI MANUSIA. Diterima dan diumumkan oleh Majelis Umum PBB pada tanggal 10 Desember 1948 melalui resolusi 217 A (III) DEKLARASI UNIVERSAL HAK-HAK ASASI MANUSIA Diterima dan diumumkan oleh Majelis Umum PBB pada tanggal 10 Desember 1948 melalui resolusi 217 A (III) Mukadimah Menimbang, bahwa pengakuan atas martabat alamiah

Lebih terperinci

Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia

Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia Mukadimah Menimbang bahwa pengakuan atas martabat alamiah dan hak-hak yang sama dan mutlak dari semua anggota keluarga manusia adalah dasar kemerdekaan, keadilan

Lebih terperinci

PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL MELALUI KEKUATAN BERSENJATA OLEH PERSERIKATAN BANGSA- BANGSA DALAM MENJAGA PERDAMAIAN DUNIA MELDA THERESIA S

PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL MELALUI KEKUATAN BERSENJATA OLEH PERSERIKATAN BANGSA- BANGSA DALAM MENJAGA PERDAMAIAN DUNIA MELDA THERESIA S PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL MELALUI KEKUATAN BERSENJATA OLEH PERSERIKATAN BANGSA- BANGSA DALAM MENJAGA PERDAMAIAN DUNIA MELDA THERESIA S 080200220 A. ABSTRAK International relations that happened

Lebih terperinci

K182 PELANGGARAN DAN TINDAKAN SEGERA PENGHAPUSAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK UNTUK ANAK

K182 PELANGGARAN DAN TINDAKAN SEGERA PENGHAPUSAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK UNTUK ANAK K182 PELANGGARAN DAN TINDAKAN SEGERA PENGHAPUSAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK UNTUK ANAK 1 K 182 - Pelanggaran dan Tindakan Segera Penghapusan Bentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk untuk Anak 2 Pengantar

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF THE FINANCING OF TERRORISM, 1999 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENDANAAN TERORISME,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Yurisdiksi Mahkamah Pidana Internasional dalam Pasal 17 Statuta Roma

BAB V PENUTUP. 1. Yurisdiksi Mahkamah Pidana Internasional dalam Pasal 17 Statuta Roma BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Yurisdiksi Mahkamah Pidana Internasional dalam Pasal 17 Statuta Roma merupakan wujud dari Prinsip Komplemeter dari badan yudisial tersebut. Pasal tersebut mengatur terhadap

Lebih terperinci

PERNYATAAN UMUM TENTANG HAK-HAK ASASI MANUSIA

PERNYATAAN UMUM TENTANG HAK-HAK ASASI MANUSIA PERNYATAAN UMUM TENTANG HAK-HAK ASASI MANUSIA MUKADIMAH Menimbang bahwa pengakuan atas martabat alamiah dan hak-hak yang sama dan mutlak dari semua anggota keluarga manusia adalah dasar kemerdekaan, keadilan

Lebih terperinci

-2- Konvensi Jenewa Tahun 1949 bertujuan untuk melindungi korban tawanan perang dan para penggiat atau relawan kemanusiaan. Konvensi tersebut telah di

-2- Konvensi Jenewa Tahun 1949 bertujuan untuk melindungi korban tawanan perang dan para penggiat atau relawan kemanusiaan. Konvensi tersebut telah di TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I KESRA. Kepalangmerahan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 4) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2018 TENTANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang. mengemban tugas mengelola dan memelihara alam semesta dengan penuh

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang. mengemban tugas mengelola dan memelihara alam semesta dengan penuh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang mengemban tugas mengelola dan memelihara alam semesta dengan penuh ketaqwaan dan penuh tanggung jawab untuk

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Maksud, Tujuan dan Kerangka Penulisan Buku...3 BAGIAN I BAB I EVOLUSI PEMIKIRAN DAN SEJARAH PERKEMBANGAN HAK ASASI MANUSIA...

DAFTAR ISI. Maksud, Tujuan dan Kerangka Penulisan Buku...3 BAGIAN I BAB I EVOLUSI PEMIKIRAN DAN SEJARAH PERKEMBANGAN HAK ASASI MANUSIA... Daftar Isi v DAFTAR ISI DAFTAR ISI...v PENGANTAR PENERBIT...xv KATA PENGANTAR Philip Alston...xvii Franz Magnis-Suseno...xix BAGIAN PENGANTAR Maksud, Tujuan dan Kerangka Penulisan Buku...3 BAGIAN I BAB

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NO. 83 TAHUN 1998

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NO. 83 TAHUN 1998 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NO. 83 TAHUN 1998 TENTANG PENGESAHAN KONVENSI ILO NO. 87 MENGENAI KEBEBASAN BERSERIKAT DAN PERLINDUNGAN HAK UNTUK BERORGANISASI (Lembaran Negara No. 98 tahun 1998)

Lebih terperinci