NILAI ANAK, STIMULASI PSIKOSOSIAL, DAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA 2-5 TAHUN PADA KELUARGA RAWAN PANGAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA, JAWA TENGAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "NILAI ANAK, STIMULASI PSIKOSOSIAL, DAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA 2-5 TAHUN PADA KELUARGA RAWAN PANGAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA, JAWA TENGAH"

Transkripsi

1 NILAI ANAK, STIMULASI PSIKOSOSIAL, DAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA 2-5 TAHUN PADA KELUARGA RAWAN PANGAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA, JAWA TENGAH CHANDRIYANI I DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

2 NILAI ANAK, STIMULASI PSIKOSOSIAL, DAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA 2-5 TAHUN PADA KELUARGA RAWAN PANGAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA, JAWA TENGAH CHANDRIYANI I Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Keluarga dan Konsumen pada Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen Fakultas Ekologi Manusia INSTITUT PERTANIAN BOGOR DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

3 RINGKASAN Chandriyani. Nilai anak, Stimulasi Psikososial, dan Perkembangan Kognitif Anak Usia 2-5 Tahun pada Keluarga Rawan Pangan di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah (Di bawah bimbingan DWI HASTUTI dan ALFIASARI). Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui nilai anak, praktek pengasuhan dan perkembangan kognitif pada anak usia 2-5 tahun keluarga rawan pangan di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah: 1) mengidentifikasi karakteristik anak dan karakteristik keluarga, 2) mengidentifikasi nilai anak yang berlaku pada keluarga, 3) mengidentifikasi stimulasi psikososial yang diterapkan keluarga kepada anak, 4) menganalisis hubungan nilai anak dengan stimulasi psikososial, 5) menganalisis hubungan stimulasi psikososial dengan perkembangan kognitif anak, dan 6) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif anak. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian payung yang berjudul: Household Food Security, Family Resource Allocation, and Its Impact to Child Development of Family Living in Rural Food Insecure Area in Banjarnegara- Central Java Province, Indonesia (Martianto, Hastuti, Riyadi, Alfiasari 2008). Dalam penelitian payung tersebut, pemilihan kabupaten dilakukan secara purposive dengan pertimbangan bahwa wilayah tersebut merupakan salah satu daerah yang termasuk ke dalam wilayah rawan pangan di Provinsi Jawa Tengah berdasarkan peta kerawanan pangan Indonesia. Selanjutnya, dipilih dua kecamatan secara purposive yaitu Kecamatan Pejawaran dan Punggelan yang merupakan representasi dari kecamatan yang memiliki banyak penduduk miskin di Kabupaten Banjarnegara. Berdasarkan lokasi, Kecamatan Pejawaran mewakili wilayah pedesaan (rural), sedangkan Kecamatan Punggelan mewakili wilayah perkotaan/dekat dengan pusat kota. Dari masing-masing kecamatan dipilih secara purposive tiga buah desa, selanjutnya melalui pengambilan contoh secara acak terpilih 300 contoh dalam penelitian ini. Data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan menggunakan alat bantu kuesioner, serta melalui pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan checklist observasi. Pengukuran stimulasi psikososial diukur dengan menggunakan instrumen HOME inventory berupa checklist observasi, sedangkan pengukuran perkembangan kognitif diukur dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan dari penelitian sebelumnya. Sementara itu, data sekunder dikumpulkan dari instansi terkait. Data yang diperoleh, diolah dengan menggunakan program SPSS 13.0 for windows melalui proses editing, coding, scoring, entrying, cleaning dan analisis data. Keluarga di daerah rawan pangan yang diteliti menunjukan bahwa ratarata usia ayah yaitu 34.7 tahun dan rata-rata usia ibu yaitu 30 tahun. Berdasarkan pendidikan orangtua, sebagian besar ayah (60.3%) dan ibu (62.0%) hanya tamat SD/Sederajat. Sementara jika dilihat dari pekerjaan orangtua, sebagian besar ayah (52.9%) bekerja sebagai petani dan 32.7 persen ibu bekerja sebagai petani. Rata-rata pengeluaran perkapita perbulan di lokasi penelitian yaitu sebesar RP , kondisi ini masih lebih rendah dari standar garis kemiskinan Kabupaten Banjarnegara tahun 2008 yaitu sebesar Rp Berdasarkan riwayat pendidikan pra sekolah anak menunjukkan bahwa 14.3 persen anak mengikuti pendidikan. Pendidikan pra sekolah anak yang ada di lokasi penelitian yaitu Kelompok PAUD, TK,dan TPQ. Secara umum, pendidikan yang diikuti yaitu kelompok PAUD (7.3%).

4 Nilai anak dalam penelitian ini merupakan harapan dan persepsi orangtua dalam tiga hal, yaitu nilai ekonomi, nilai sosial, dan nilai psikologis. Rata-rata pencapaian skor nilai ekonomi sebesar 95.2 persen menunjukkan bahwa harapan orangtua kepada anak tinggi, anak diharapkan dapat membantu perekonomian keluarga. Jika dilihat dari nilai sosial, rata-rata pencapaian skor sebesar 86.9 persen menunjukkan bahwa harapan orangtua termasuk tinggi kepada anak, anak diharapkan dapat menjadi tokoh dan dapat meningkatkan derajat keluarga. Sementara itu, rata-rata pencapaian skor nilai psikologi sebesar 67.2 persen menunjukkan bahwa orangtua mempunyai harapan yang cukup tinggi kepada anak unuk daoat memberikan kebahagiaan. Secara keseluruhan, rata-rata nilai anak adalah 81.2 persen yang menunjukan bahwa` persepsi dan harapan orangtua kepada anak tinggi. Stimulasi psikososial terbagi dalam dua kelompok usia, yaitu usia 2-3 tahun dan 3-5 tahun. Rata-rata persentase keseluruhan sub skala stimulasi psikososial anak usia 2-3 tahun yaitu sebesar 49.8 persen. Jika dilihat dari sebarannya, stimulasi psikososial anak usia 2-3 tahun (85.5%) termasuk ke dalam kategori rendah. Sementara itu, rata-rata persentase keseluruhan sub skala stimulasi psikososial anak usia 3-5 tahun yaitu sebesar 57.4 persen. Berdasarkan dari sebarannya, 57.1 persen anak mendapatkan stimulasi psikososial dalam kategori rendah. Perkembangan kognitif anak terbagi menjadi tiga kelompok usia yaitu 2-3 tahun, 3-4 tahun, dan 4-5 tahun. Rata-rata pencapaian skor perkembangan kognitif anak usia 2-3 tahun yaitu sebesar 59.0 persen. Jika dilihat dari sebarannya, 54.5 persen anak termasuk ke dalam kategori rendah. Untuk anak usia 3-4 tahun, rata-rata pencapaian skor perkembangan kognitif yaitu sebesar 56.4 persen. Perkembangan kognitif anak usia 3-4 tahun, jika dilihat dari sebarannya sebanyak 69.3 persen termasuk ke dalam kategori rendah. Sementara itu, rata-rata pencapaian skor untuk anak usia 4-5 tahun yaitu sebesar 57.2 persen. Jika dilihat dari sebarannya, perkembangan kogntif anak usia 4-5 tahun yaitu sebesar 60.7 persen tergolong ke dalam kategori rendah. Secara keseluruhan, sebanyak 61.1 persen anak usia 2-5 tahun termasuk mempunyai perkembangan kognitif rata-rata total sebesar 50.6 persen dalam kategori rendah. Terdapat hubungan yang nyata dan positif antara nilai anak dengan stimulasi psikososial anak di lokasi penelitian. Artinya bahwa semakin tinggi nilai anak semakin tinggi stimulasi psikososial yang diberikan. Terdapat hubungan yang nyata dan positif pula antara stimulasi psikososial dengan perkembangan kognitif. Artinya bahwa semakin tinggi stimulasi psikososial yang diberikan, semakin tinggi perkembangan kognitif anak. Hasil uji regresi menunjukkan bahwa ada pengaruh yang positif dan signifikan antara lama pendidikan ibu (tahun), lama pendidikan pra sekolah anak (bulan), pengeluaran perkapita perbulan dan stimulasi psikososial. Hal ini menunjukan bahwa peningkatan pendidikan ibu, partisipasi pendidikan pra sekolah anak, dan peningkatan status ekonomi keluarga akan meningkatkan perkembangan kognitif anak. Hasil uji menunjukkan bahwa usia anak berpengaruh negatif terhadap perkembangan kognitif. Hal ini menunjukkan adanya kecenderungan adanya penurunan perkembangan kognitif seiring dengan bertambahnya usia. Perlu adanya sosialisasi yang cukup kepada keluarga yang dilakukan oleh Kelompok PAUD, Posyandu dan Dinas Pendidikan mengenai pentingnya keikutsertaan anak dalam pendidikan pra sekolah. Disamping itu, perlu adanya pendidikan parenting (pengasuhan) untuk ibu mengenai bagaimana memberikan stimulasi kepada anak. Perlu adanya penelitian lanjutan berupa

5 observasi yang mendalam untuk mendapatkan gambaran secara kualitatif pengasuhan yang berlangsung di pedesaan dan untuk melihat budaya dan norma apa yang berlaku. Disamping itu, perlu adanya penyesuaian yang dilakukan pada alat bantu perkembangan kognitif sesuai dengan wilayah setempat yang akan diteliti.

6 Judul : Nilai Anak, Stimulasi Psikososial, dan Perkembangan Kognitif Anak Usia 2-5 Tahun pada Keluarga Rawan Pangan di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah Nama : Chandriyani Nomor Pokok : I Menyetujui, Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II, Dr. Ir. Dwi Hastuti, M.Sc NIP Alfiasari, SP, M.Si NIP Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Dr. Ir. Hartoyo, M. Sc NIP Tanggal lulus :

7 UCAPAN TERIMA KASIH Puji dan syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT, karena atas rahmat dan hidayahnya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang begitu besar kepada semua pihak yang turut membantu penulis selama kuliah hingga selesainya skripsi ini, yaitu kepada : 1. Orangtua (Mamah dan Papah) atas semua doa, dorongan, nasihat, semangat, cinta, kasih sayang yang begitu berlimpah selalu diberikan kepada penulis. Suamiku (Yana Septiana), kakak dan adikku tercinta (Teh Yan dan Neng Astri) atas semua dorongan, ide, dan semangat tanpa batas, dan seluruh keluarga besar di Kuningan, di Cirebon, dan di Bali yang selalu memberikan motivasi untuk memberikan dan menjadi yang terbaik. 2. Dr. Ir. Dwi Hastuti, M.Sc, dan Alfiasari, SP, M.Si sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan saran selama penulisan skripsi ini, serta nasihat-nasihat yang dapat membuka wawasan serta menjadi motivator untuk menghadapi masa depan. 3. Neti Hernawati, SP, M.Si sebagai dosen penguji dalam sidang untuk semua masukan dan untuk perbaikan ke depannya. 4. Dr. Ir. Drajat Martianto, M.Si yang telah memberikan kesempatan kepada penulis mendapatkan wawasan dan ilmu yang belum pernah didapatkan sebelumnya, dorongan dan semangat tiada henti. 5. Seluruh staf pengajar IKK yang telah memberikan ilmu menakjubkan sebagai bekal penulis menghadapi dunia luar. 6. Sahabatku (Epil, Eku, Uthi, Mpit, Ina) yang selalu menemaniku dengan keceriaan dan ocehan dalam mengisi kehidupan penulis. 7. Teman-temanku IKK 42 atas dukungan dan dorongan menjadi lebih baik 8. Teman-teman Zulfa (Teh Vivi, Icqhi, Febi, Gina, Okta, Agnur) atas suka duka dalam penulisan skripsi ini. 9. Teh Medina atas bantuannya dalam mengajari statistika yang rumit. 10. Kepada semua pihak yang belum disebutkan namanya yang telah memberikan kontribusi dalam penulisan skripsi ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih.

8 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta, pada tanggal 23 Juni Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, dan merupakan anak dari pasangan Bapak I Dewa Ketut Suardiana dan Ibu Wasrini. Tahun 2005 penulis lulus dari SMA Negeri 3 Kuningan, dan pada tahun yang sama penulis diterima menjadi Mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI. Penulis tercatat sebagai mahasiswa pada Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen (IKK), Fakultas Ekologi Manusia (FEMA), setahun setelah masuk di Institut Pertanian Bogor. Selama di IPB penulis aktif mengikuti berbagai kegiatan organisasi kampus. Penulis merupakan Sekretaris III Himpunan Mahasiswa Ilmu Keluarga dan Konsumen (HIMAIKO) tahun 2006/2007 dan Sekretaris Umum HIMAIKO tahun 2007/2008.

9 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR...vii DAFTAR LAMPIRAN viii PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Perumusan Masalah... 3 Tujuan Penelitian... 5 Manfaat Penelitian... 5 TINJAUAN PUSTAKA... 6 Perkembangan Kognitif... 6 Stimulasi Psikososial... 8 Nilai Anak Karakteristik Keluarga Karakteristik Anak KERANGKA PEMIKIRAN METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Cara Pemilihan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data Pengolahan dan Analisis Data Definisi Operasional HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Lokasi Penelitian Karakteristik Keluarga Karakteristik Anak Nilai Anak Stimulasi Psikososial Perkembangan Kognitif Hubungan Nilai Anak dengan Stimulasi Psikososial Hubungan Stimulasi Psikososial dengan Perkembangan Kognitif Faktor yang Berhubungan dengan Perkembangan Kognitif Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kognitif SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 65

10 v DAFTAR TABEL Halaman 1 Tahapan Perkembangan Kognitif Piaget Kepadatan Penduduk Kecamatan Pejawaran Banyaknya Penduduk berdasarkan Mata Pencaharian Penyediaan Sarana dan Prasarana Pendidikan Kecamatan Pejawaran Kepadatan Penduduk Kecamatan Punggelan Banyaknya Penduduk berdasarkan Mata Pencaharian Penyediaan Sarana dan Prasarana Pendidikan Kecamatan Punggelan Sebaran Contoh berdasarkan Besar Keluarga Sebaran Contoh berdasarkan Usia Ayah Sebaran Contoh berdasarkan Usia Ibu Sebaran Contoh berdasarkan Pendidikan Ayah Sebaran Contoh berdasarkan Pendidikan Ibu Sebaran Contoh berdasarkan Pekerjaan Ayah Sebaran Contoh berdasarkan Pekerjaan Ibu Sebaran Contoh berdasarkan Tingkat Pengeluaran Keluarga Alokasi Pengeluaran berdasarkan Total Pengeluaran Keluarga Sebaran Contoh berdasarkan Usia Anak Sebaran Rata-rata Skor Nilai Psikologi Sebaran Rata-rata Skor Nilai Sosial Sebaran Rata-rata Skor Nilai Ekonomi Rata-rata dan Pencapaian Skor Nilai Anak Sebaran Rata-rata Skor Stimulasi Psikologi Anak Usia 2-3 tahun Sebaran Rata-rata Skor Stimulasi Psikologi Anak Usia 3-5 tahun Sebaran Rata-rata Persentase Skor Perkembangan Kognitif Anak Usia 2-3 tahun Sebaran Rata-rata Persentase Skor Perkembangan Kognitif Anak Usia 3-4 tahun Sebaran Rata-rata Persentase Skor Perkembangan Kognitif Anak Usia 4-5 tahun Rata-rata Persentase Total Skor Stimulasi Psikososial berdasarkan Nilai Anak... 49

11 vi 28 Rata-rata Persentase Total Skor Perkembangan Kognitif Balita berdasarkan Stimulasi Psikososial Rata-rata Persentase Total Skor Perkembangan Kognitif berdasarkan Besar Keluarga Rata-rata Persentase Total Skor Perkembangan Kognitif berdasarkan Lama Pendidikan Ibu Rata-rata Persentase Total Skor Perkembangan Kognitif berdasarkan Usia Ibu Rata-rata Persentase Total Skor Perkembangan Kognitif berdasarkan Usia Anak Rata-rata Persentase Total Skor Perkembangan Kognitif berdasarkan Jenis Kelamin Rata-rata Persentase Total Skor Perkembangan Kognitif berdasarkan Partisipasi Pendidikan Prasekolah Anak Hasil Uji Korelasi Peubah (sub skala) HOME dengan Perkembangan Kognitif Anak 2-5 Tahun Rata-rata Persentase Total Skor Perkembangan Kognitif berdasarkan Nilai Anak Uji Rregresi Linear Variabel yang Mempengaruhi Perkembangan Kognitif... 56

12 vii DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Kerangka Pemikiran Penelitian Cara Pemilihan Contoh Sebaran Contoh berdasarkan Jenis Kelamin Sebaran Balita berdasarkan Riwayat Pendidikan Prasekolah Sebaran Balita berdasarkan Tingkat Pendidikan yang Diikuti Sebaran Balita berdasarkan Lama Pendidikan Pra Sekolah Sebaran Balita berdasarkan Nilai Anak Sebaran Balita berdasarkan Stimulasi Psikososial Usia 2-3 Tahun Sebaran Balita berdasarkan Stimulasi Psikososial Usia 3-5 Tahun Sebaran Anak Usia 2-3 Tahun berdasarkan Kategori Perkembangan Kognitif Sebaran Anak Usia 3-4 Tahun berdasarkan Kategori Perkembangan Kognitif Sebaran Anak Usia 4-5 Tahun berdasarkan Kategori Perkembangan Kognitif Sebaran Anak Usia 2-5 Tahun berdasarkan Kategori Perkembangan Kognitif... 48

13 viii DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Peta Wilayah Jenis dan Cara Pengumpulan Data... 67

14 PENDAHULUAN Latar Belakang Dewasa ini banyaknya kejadian bencana alam baik banjir, tanah longsor, gempa bumi bahkan kekeringan sudah menjadi siklus tahunan yang bisa terjadi tiba-tiba. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya korban jiwa dan kerusakan alam terutama kerusakan lahan pertanian. Lahan pertanian yang sedianya menjadi sumber pangan bagi masyarakat, saat ini banyak yang hancur dan terancam gagal panen (fuso). Akibatnya masyarakat terancam kekurangan pangan. Kondisi seperti ini akan berdampak serius bagi masyarakat khususnya salah satunya adalah berdampak pada meningkatnya kasus gizi kurang dan buruk pada balita. Peristiwa busung lapar ditandai dengan perut membuncit, tulang iga menonjol, yang disebabkan karena kelebihan cairan tubuh karena kekurangan zat makanan. Penderita busung lapar kebanyakan adalah anak-anak (Yusuf 2005). Masa-masa yang rentan dari kehidupan seseorang berada pada lima tahun pertama dalam kehidupannya yang merupakan pondasi bagi perkembangan selanjutnya. Menurut Anwar (2002), apabila pada masa tersebut pertumbuhan dan perkembangan seorang anak berjalan secara optimal diharapkan pada masa dewasa akan tumbuh menjadi manusia yang berkualitas. Manusia yang berkualitas harus didukung oleh perkembangan kognitif yang baik. Menurut Webster (1993), kemampuan kognitif berhubungan dengan aktivitas intelektual seperti berfikir, menjelaskan, membayangkan, mempelajari kata dan menggunakan bahasa (Hastuti 2006). Optimalisasi perkembangan kognitif dipengaruhi oleh kematangan fisiologis, terutama pada masa balita (Dariyo 2007). Seorang anak akan dapat melakukan koordinasi gerakan tangan, kaki maupun kepala secara sadar setelah saraf-saraf maupun otot bagian organ telah berkembang secara memadai. Artinya bahwa perkembangan kognitif harus diiringi dengan kematangan fisiologis. Kemampuan kognitif merupakan salah satu dimensi dari perkembangan yang memiliki peran yang besar terhadap kecerdasan. Menurut Dariyo (2007) perkembangan kognitif tidak lepas dari fakor genetik dan lingkungan. Lingkungan keluarga merupakan salah satu lingkungan bagi anak untuk memperoleh stimulasi psikososial. Sununingsih (2006) membuktikan bahwa stimulasi psikososial mempengaruhi perkembangan kognitif.

15 2 Untuk merangsang perkembangan kognitif anak diperlukan interaksi dengan lingkungannya antara lain dengan bergerak, melihat, memegang, mendengar, mencium, merasakan sesuatu dan melakukan interaksi sosial dengan lingkungannya. Hal ini terkait dengan tempat pertama anak belajar beradaptasi dengan lingkungan yaitu keluarga. Agar anak dapat tumbuh dengan optimal, diperlukan lingkungan yang kondusif. Orangtua memiliki peranan yang sangat penting dalam menciptakan lingkungan guna merangsang potensi yang dimiliki oleh anak (Dariyo 2007). Oleh karenanya, praktek pengasuhan yang optimal dari orang tua sangat diperlukan. Pengasuhan adalah proses membesarkan, memberikan perlindungan, memberikan perhatian, dan nilai untuk perkembangan anak dari sejak lahir hingga memasuki usia dewasa (Brooks 2001). Tugas pengasuhan ini umumnya diserahkan kepada ibu sebagai pengasuh yang utama dan ayah. Pengasuhan yang dilakukan oleh ibu didasarkan pada pengetahuan yang dimiliki ibu, namun pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh ibu seringkali kurang memadai. Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah tingkat pendidikan ibu. Pendidikan ibu merupakan faktor yang berhubungan dengan pengetahuan ibu. Hal ini sejalan dengan pendapat Khomsan (2002) yang mengatakan bahwa tingkat pendidikan akan mempengaruhi pengetahuan seseorang. Hal ini dikarenakan apabila ibu memiliki pengetahuan yang tinggi maka akan lebih aktif dalam mencari informasi untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam pengasuhan anak. Cara pengasuhan yang dilakukan orangtua dalam keluarga erat kaitannya dengan persepsi orangtua terhadap nilai anak. Nilai anak ini merupakan harapan orang tua terhadap anaknya di masa yang akan datang sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh anak yang meliputi nilai psikologi, nilai ekonomi dan nilai sosial (Hernawati 2002). Berdasarkan hasil penelitian Kartino (2005), tidak ada perbedaan persepsi pada orangtua antara anak laki-laki dan perempuan dalam mempersepsikan nilai anak, baik nilai ekonomi, nilai psikologi, dan nilai sosial. Berdasarkan uraian di atas, stimulasi psikososial yang diberikan oleh pengasuh dalam hal ini orangtua mempengaruhi perkembangan kognitif pada anak. Persepsi orangtua terhadap nilai anak diduga secara langsung ataupun melalui perantara akan mempengaruhi perkembangan kognitif anak. Semakin tinggi harapan orangtua, stimulasi psikososial yang diberikan semakin baik. Hal

16 3 ini diduga akan mempengaruhi perkembangan kognitif anak. Oleh karenanya perlu dilakukan penelitian dengan judul Nilai Anak, Stimulasi Psikososial, dan Perkembangan Kognitif Anak Usia 2-5 Tahun pada Keluarga Rawan Pangan yang dilakukan di daerah rawan pangan Kabupaten Banjarnegara. Perumusan Masalah Perkembangan di awal usia kanak-kanak dikatakan masa yang sulit dibandingkan dengan perkembangan berikutnya. Pada periode ini, masa dewasa anak dapat diramalkan. Pertumbuhan dan perkembangan masa balita yang baik dapat memberikan gambaran masa depan anak yang lebih baik pula. Salah satu pertumbuhan dan perkembangan anak yang penting adalah kognitif. Hal ini dikarenakan sejak lahir, anak secara alamiah belajar dan berkembang sesuai dengan usianya. Pada usia ini juga, diperlukan pemenuhan gizi yang tinggi dan baik. Pemenuhan akan gizi berkaitan dengan keadaan saat ini. Tercatat bahwa 100 kabupaten di Indonesia 1 masuk ke dalam kategori rawan pangan. Kerawanan pangan ini akan memunculkan kerawanan dalam konsumsi pangan, kesehatan dan gizi khususnya balita sebagai salah satu kelompok rawan pangan. Disamping itu, taraf kecerdasan anak ditentukan oleh berbagai faktor seperti pemberian nutrisi untuk otak, keturunan, lingkungan, dan stimulasi psikososial (Sunartyo 2006). Pemberian nutrisi yang cukup untuk otak akan meningkatkan kualitas kerja otak. Hal ini dikarenakan otak memiliki mekanisme perkembangan yang tinggi dan kompleks. Jika otak tidak berfungsi dengan baik akan menurunkan fungsi dan kerja otak. Kerawanan pangan akan meningkatkan masalah gizi kurang. Permasalahan gizi kurang pada anak-anak menimbulkan gangguan pada perkembangan kecerdasannya. Hal ini menunjukkan bahwa kerawanan pangan cenderung akan menyebabkan terjadinya gangguan perkembangan kecerdasan pada anak. Menurut Lawlis (2008) menyebutkan bahwa hasil penelitian yang dilakukan selama 30 tahun menunjukkan bahwa gizi kurang akan menyebabkan gangguan pada anak dalam hal kemampuan untuk fokus dan kemampuan untuk mempertahankan atensi. Hal ini membuktikan bahwa perkembangan kecerdasan 1 Diakses dari tanggal 15 November Data ini berdasarkan peta kerawanan pangan dari 30 propinsi pada tahun 2005 yang dikeluarkan oleh Departemen Pertanian Indonesia.

17 4 dipengaruhi oleh pemberian nutrisi untuk otak. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian di bidang kedokteran bahwa sebagian besar anak-anak yang memiliki masalah tingkah laku, mengalami kesulitan membaca, tidak bisa berkonsentrasi atau mudah teralihkan perhatiannya, dan memiliki kesulitan pengamatan tergolong ke dalam anak-anak yang mengalami kerusakan otak ringan (Sunartyo 2006). Perkembangan kecerdasan anak disamping dipengaruhi oleh nutrisi, dipengaruhi juga oleh pemberian stimulasi psikososial dari orangtua. Hal ini sejalan dengan penelitian Mindasa (2007) dan Sununingsih (2006) yang melaporkan bahwa perkembangan kognitif anak dipengaruhi oleh stimulasi psikososial. Sunartyo (2006) menyebutkan bahwa dengan pemberian stimulasi pada anak akan meningkatkan daya kreatifitas. Daya kreatifitas ini merupakan salah satu bentuk khusus dari kecerdasan. Seorang anak yang kreatif pasti memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi. Stimulasi psikososial yang diberikan oleh orangtua terhadap anak erat kaitannya dengan persepsi dan harapan orangtua terhadap anak. Persepsi dan harapan orangtua ini tidak dibedakan berdasarkan jenis kelamin dengan pertimbangan bahwa anak adalah sama. Dengan tidak membedakan jenis kelamin, orangtua diharapkan akan memberikan stimulasi psikososial kepada anak secara sama dan seimbang. Persepsi dan harapan orangtua yang semakin tinggi kepada anak diduga akan meningkatkan stimulasi psikososial orangtua terhadap anak, sehinga stimulasi psikososial yang diberikan akan maksimal. Dengan pemberian stimulasi psikososial diduga akan meningkatkan perkembangan kognitif anak. Oleh karena itu, nilai anak diduga secara tidak langsung akan mempengaruhi perkembangan kognitif anak. Perumusan tersebut menunjukkan banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhi optimalisasi perkembangan kognitif seorang anak khususnya anak usia balita termasuk di dalamnya anak usia 2-5 tahun. Penelitian ini melibatkan anak usia 2-5 tahun sebagai representasi anak balita. Oleh karena itu, pertanyaan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana hubungan nilai anak dengan pemberian stimulasi psikosoial pada anak usia 2-5 tahun di daerah rawan pangan? 2. Bagaimana hubungan stimulasi psikososial dengan perkembangan kognitif anak usia 2-5 tahun di daerah rawan pangan?

18 5 Tujuan Penelitian Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai anak, stimulasi psikososial dan perkembangan kognitif pada anak usia 2-5 tahun di daerah rawan pangan. Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah : 1. Mengidentifikasi karakteristik anak dan karakteristik keluarga rawan pangan di lokasi penelitian. 2. Mengidentifikasi nilai anak yang berlaku pada keluarga. 3. Mengidentifikasi stimulasi psikososial yang diterapkan keluarga kepada anak. 4. Menganalisis hubungan nilai anak dengan stimulasi psikososial pada keluarga rawan pangan. 5. Menganalisis hubungan stimulasi psikososial dengan perkembangan kognitif anak pada keluarga rawan pangan. 6. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif anak pada keluarga rawan pangan. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada keluarga dan pemerhati anak tentang nilai anak, praktek pengasuhan atau stimulasi psikososial pada anak usia 2-5 tahun terhadap perkembangan kognitif anak di daerah rawan pangan. Bagi institusi terkait seperti Departemen Kesehatan dan Departemen Pendidikan Nasional diharapkan mampu menjadi masukan dalam penyusunan program/kebijakan yang memihak kepada anak khususnya terkait dengan praktek pengasuhan dan optimalisasi perkembangan kognitif anak usia 2-5 tahun. Penelitian ini juga diharapkan dapat digunakan sebagai media pengembangan ilmu yaitu sebagai informasi tentang nilai anak, perkembangan kognitif, serta praktek pengasuhannya khususnya di daerah rawan pangan.

19 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan Kognitif Kognitif adalah kemampuan yang berkaitan dengan penguasaan ilmu pengetahuan (Fatimah 2006). Apabila diperlukan, pengetahuan yang dimiliki dapat dipergunakan. Banyak atau sedikitnya pengetahuan merupakan ukuran tingkat kemampuan kognitif seeorang. Menurut Fatimah (2006) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara kecerdasan dengan kemampuan kognitif seseorang. Artinya bahwa semakin tinggi kecerdasan seseorang, semakin tinggi pula tingkat perkembangan kognitifnya. Kemampuan kognitif berkembang sebagai hasil dari kerjasama antar genetik dengan lingkungan. Kemampuan ini akan meningkat karena adanya rangsangan yang diberikan kemudian masuk ke dalam otak yang sedang berkembang. Hal ini berarti akan membantu perkembangan kecerdasan. Pembentukan kecerdasan dipengaruhi oleh proses kecerdasan dan interaksi dengan lingkungan sejak dini. Kecerdasan terbentuk dari interaksi antara faktor internal dengan lingkungan. Faktor lingkungan termasuk di dalamnya lingkungan dalam keluarga dan luar keluarga (Dariyo 2007). Menurut Khomsan (2002), terdapat tiga hal yang mempengaruhi kecerdasan seseorang, yaitu genetik, lingkungan, dan gizi. Teori perkembangan kognitif Piaget mengatakan bahwa anak secara aktif membangun pemahaman dan pengetahuan mereka tentang dunia melalui empat tahapan perkembangan kognitif (Santrock 2002). Masing-masing dari tahapan perkembangan mempunyai keunikan dan kemampuan tersendiri, serta membangun pencapaian dari setiap tahapan (Ormrod 2003). Perkembangan kognitif menurut Piaget dapat digambarkan dalam Tabel 1. Elemen perkembangan kognitif menurut Piaget terdapat dua prinsip dasar yaitu akomodasi dan asimilasi. Akomodasi merupakan tahapan yang lebih tinggi dari adaptasi. Akomodasi berarti merubah organisasi mental atas informasi baru yang dimasukan. Artinya bahwa prose akomodasi mengubah pemahaman dan pengetahuan yang lama dengan menambah informasi baru yang didapatkannya. Asimilasi adalah proses dimana anak menerima dan mengintrepretasikan informasi baru disamping pengetahuan dan pemahaman yang telah ada (Turner & Helms 1991).

20 7 Tabel 1. Tahapan perkembangan kognitif Piaget Umur Tingkat Deskripsi Umum Menggunakan sistem penginderaan dan aktivitas motorik untuk mengenal obyekobyek 0-2 tahun Periode Sensorimotor di lingkungannya. Memberikan respon terhadap rangsangan melalui refleks Menggunakan pikiran dalam melihat suatu benda, untuk memahami lingkungannya 2-7 tahun Periode dengan menggunakan simbolsimbol, Pra-Operasional Konkret meniru, mampu memahami hubungan sebab 7-11 tahun Periode Operasional Konkret tahun Periode Operasional Formal Sumber : Turner dan Helms (1991) akibat, bersifat egosentris Mencapai kemampuan untuk berfikir sistematis terhadap halhal atau objek-objek yang konkrit Mencapai kemampuan untuk berfikir sistematis terhadap halhal yang abstrak dan hipotesis Pada usia 2-5 tahun, anak berada pada tahap pra-operasional konkrit. Ciri khas masa ini adalah kemampuan anak dalam menggunakan symbol-simbol yang mewakili suatu konsep (Fatimah 2006). Kemampuan simbolik ini memungkinkan seorang anak melakukan tindakan-tindakan yang berkaitan dengan hal-hal yang telah dilihatnya. Tahapan pra-operasional konkrit ini terbagi ke dalam tiga tahapan. Tahap tersebut diantaranya adalah : 1) egosentris, 2) artifisialisme, 3) animisme (Miller 1983). Egosentris merupakan ketidakmampuan anak dalam mengambil peran orang lain (tidak mampu memposisikan menjadi orang lain), dimana kepuasannya dilakukan dengan bertanya kepada anak lain mengenai sudut pandang yang lain tentang pegunungan. Artifisialisme adalah kemampuan anak untuk menyamakan dua benda yang berbeda substansi, berat, jumlah, isi, dan ruang. Animisme adalah kecenderungan anak menganggap benda sebagai sesuatu yang hidup (Papalia & Olds 1986). Perkembangan kognitif pada anak dipengaruhi juga lingkungan. Pernyataan ini sejalan dengan inti teori Vygotsky yang menyatakan interaksi social memainkan peran dalam perkembangan kognitif. Tiga pandangan teori perkembangan kognitif social budaya adalah : 1) perkembangan kognitif anak dapat diketahui dan dimengerti ketika perkembangannya dapat dianalisis dan di intrepretasikan, 2) kemampuan kognitif digambarkan melalui kata-kata, bahasa,

21 8 dan pembicaraan formal, 3) kemampuan kognitif yang dimiliki mereka merupakan hubungan antara sosial dan budaya dari masing-masing. Vygotsky lebih menekankan pada pembelajaran learning context dimana anak bermain peran aktif dalam setiap proses pembelajaran (Santrock 2002). Stimulasi Psikososial Berdasarkan teori psikososial yang dikemukakan oleh Erik Erikson, psikososial merupakan proses sosialisasi yang terjadi dikarenakan budaya. Pada dasarnya teori perkembangan psikososial adalah kemampuan seseorang untuk melewati setiap rangkaian tahapan atau tahapan yang potensial dalam sepanjang kehidupannya. Perkembangan psikososial Erikson dibagi ke dalam delapan tahapan. Perkembangan kepribadian dimulai dengan kekuatan ego sejak lahir sampai meninggal, dimana kekuatan ego akan bertambah sebagai kualitas dari waktu (Turner & Helms 1991). Anak usia 2-5 tahun termasuk ke dalam dua tahapan perkembangan psikososial, yaitu otonomi vs keragu-raguan (1-3 tahun)/autonomy vs doubt dan inisiatif vs kesalahan (3-5 tahun)/initiative vs guilt. Pada waktu anak berada pada tahap otonomi vs keragu-raguan (1-3 tahun)/autonomy vs doubt, kemampuan perkembangan gerak dan mentalnya membutuhkan syarat utama berupa kesempatan seluas-luasnya untuk bebas mengeksplorasi pengalamannya. Jika pada pertumbuhan ini mendorong anak untuk mencari sesuatu, anak akan tumbuh menjadi seseorang yang percaya diri dan lebih otonomi. Akan tetapi, jika pertumbuhan hilang semangat kebebasannya, anak dapat bertanya-tanya mengenai kemampuannya dan menyembunyikan keragu-raguannya mengenai kemampuannya. Pada tahapan inisiatif vs kesalahan (3-5 tahun)/initiative vs guilt, kapasitas perkembangan kesopanan akan meningkat sehingga mendorong anak untuk mencari dan menemukan insitiatif diri sendiri. Penguatan yang diberikan oleh orangtua dapat mendorong inisitiaf dan meningkatkan tujuan. Orangtua yang membatasi anaknya seperti menunjukan kesalahan yang dilakukan ketika anak untuk mengetahui dunia dalam benak anak. Oleh karenanya, pemberian stimulasi pada anak menjadi hal yang penting dalam mengembangkan psikososial anak. Caplan dan Caplan (1984) menyatakan bahwa dalam menjalankan peran pengasuhan yang berkaitan dengan pemberian stimulasi kepada anak bukan

22 9 sesuatu yang didapatkan secara otomatis dan berdasarkan naluri namun merupakan rangkaian dari pengetahuan, pengalaman, keahlian yang diperoleh dan dipelajari. Agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal menurut Satoto (1999); Megawangi dan Mansour, diperlukan interaksi ibu dan anak secara timbal balik dan stimulasi yang optimal (Hastuti, 2006). Stimulasi merupakan rangsangan yang datangnya dari luar. Stimulasi psikososial merupakan salah satu cara untuk memberikan pengalaman dan pendidikan bagi anak. Menurut Dharmawan (1999) dalam Sununingsih (2006) menyatakan bahwa stimulasi psikososial diberikan diantaranya melalui aktivitas bermain, bernyanyi, dan menggambar. Depdiknas (2002) menyebutkan bahwa stimulasi psikososial adalah pendidikan dalam rangka mengembangkan kemampuan kognitif, fisik atau motorik, serta sosial emosi anak. Jalal (2002) menyatakan bahwa stimulasi psikososial tidak akan berarti apabila tidak dibarengi dengan pemberian gizi dan kesehatan yang memadai. Hal ini berarti bahwa pertumbuhan otak dalam hal ini berkaitan dengan perkembangan kognitif anak ditentukan oleh cara pengasuhan, pemberian makan, dan stimulasi terhadap anak. Pengukuran stimulasi psikososial anak salah satunya dapat dilakukan dengan alat bantu HOME Inventory (Caldwell and Bradley), dimana kualitas lingkungan anak dilihat dari apakah orangtua memberikan reaksi emosi yang tepat, apakah orangtua memberikan dorongan positif kepada anak, apakah orangtua memberikan suasana yang nyaman kepada anak, menunjukkan kasih sayang, menyediakan sarana tumbuh kembang dan belajar bagi anak, turut berpartisipasi dalam kegiatan positif bersama anak, terlibat aktif dalam kegiatan bersama anak, dan juga apakah orangtua memberikan lingkungan fisik yang nyaman di rumah. Hasil penelitian Hartoyo dan Hastuti (2004) menyebutkan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara kelompok keluarga dalam hal ini adalah kelompok juragan dan kelompok buruh nelayan dalam hal stimulasi psikososial. Upaya untuk meningkatkan stimulasi psikososial, keadaan sosial ekonomi merupakan salah satu aspek yang paling penting bagi perbaikan stimulasi psikososial anak. Stimulasi psikososial yang diberikan orangtua kepada anak berhubungan dengan perkembangan kognitifnya. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sununingsih (2006) pada anak usia 2-4 tahun di Kota Bogor melaporkan bahwa terdapat hubungan antara pemberian stimulasi psikososial terhadap

23 10 perkembangan kognitif anak. Hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi stimulasi yang diberikan maka perkembangan kognitif cenderung semakin tinggi. Fenomena yang sama terjadi pada hasil penelitian Mindasa (2006) pada anak usia tahun di Kota Bogor. Nilai Anak Berry (1999) menyatakan bahwa nilai merupakan sesuatu yang dianut oleh masyarakat secara kolektif ataupun individu (Kartino 2006). Anak mempunyai nilai yang sangat penting dalam kehidupan seseorang atau suatu keluarga melebihi nilai harta kekayaan. Nilai anak bagi orangtua dalam kehidupan sehari-hari dapat diketahui antara lain adalah dengan adanya kenyataan bahwa anak menjadi tempat orangtua mencurahkan kasih sayang dan sumber kebahagian keluarga. Nilai jika dilihat dari segi sosial merupakan kualitas suatu objek yang menyebabkan objek tersebut diinginkan dan dijunjung tinggi serta dianggap penting atau berharga. Sementara itu jika dilihat dari segi ekonomi, nilai dijadikan sebagai nilai tukar (harga) dan nilai guna (utilitas). Pembentukan nilai pada anak paling efektif dan intensif terjadi dalam keluarga. Artinya bahwa nilai merupakan faktor keturunan yang dibawa sejak lahir dan dibentuk oleh lingkungan (Deacon & Firebaugh 1981). Nilai memiliki karakterisik yang berbeda-beda berdasarkan ciri-ciri tertentu. Dilihat dari segi kestabilan nilai, nilai dibedakan menjadi :1) nilai absolut, 2) nilai normatif, 3) nilai relatif. Nilai absolut merupakan nilai yang tertanam kuat dalam diri seseorang yang memiliki kecenderungan tidak dapat berubah karena faktor lingkungan. Nilai normatif merupakan acuan-acuan tertentu yang digunakan oleh kelompok sosial tertentu. Nilai relatif merupakan nilai yang dianut oleh seseorang dan berbeda bagi individu maupun kelompok tergantung dari keadaan dan lingkungan tempat tinggal (Deacon & Firebaugh 1981). Menurut Joshi dan Mac Clean (1997) dalam Putri (2006), nilai anak merupakan persepsi dan harapan orangtua terhadap anak berdasarkan potensi yang dimiliki oleh anak. Hal ini terkait dengan persepsi nilai anak oleh orangtua merupakan respon dalam memahami akan adanya anak yang berwujud pendapat-pendapat sebagai pilihan untuk berorientasi pada suatu hal (Siregar 2003).

24 11 Becker (1955) dalam Hernawati (2002) menyebutkan bahwa anak dipandang sebagai sumberdaya yang sangat berharga dan tahan lama. Anak secara alami memiliki nilai psikis dan materi. Oleh karena itu, orangtua beranggapan bahwa anak merupakan nilai investasi di masa depan. Dalam hal ini, orangtua beranggapan bahwa anak dapat memberikan kebahagiaan dan merupakan jaminan di hari tua serta membantu perekonomian keluarga. Penilaian orangtua diwujudkan dengan pengasuhan yang baik, perawatan, sekolah dan pemenuhan makan anak. Hal ini akan mempengaruhi bagaimana orangtua memperlakukan anak. Cara orangtua memperlakukan anak akan mempengaruhi penilaian anak terhadap orangtua. Pada intinya bahwa hubungan orangtua dengan anak akan bergantung pada penilaian orangtua (Hurlock 1977). Menurut Hartoyo (1998) investasi pada anak merupakan usaha atau alokasi keluarga untuk meningkatkan kualitas anak sehingga pada saat dewasa menjadi produktif. Karakteristik Keluarga Besar Keluarga Keluarga adalah lingkungan pertama dan utama bagi seorang individu. Hal ini dikarenakan keluarga merupakan lingkungan eksternal pertama yang dikenal begitu bayi dilahirkan di dunia. William Bannet dalam Mindasa (2006) mengungkapkan bahwa keluarga sebagai tempat paling efektif dimana seseorang anak menerima kebutuhan kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan bagi hidupnya. Keluarga inti terdiri dari orangtua dan anak. Namun dalam masyarakat Indonesia masih ada kemungkinan bertambahnya jumlah keluarga sehingga menjadi keluarga luas jika ditambah dengan saudara, nenek, kakek, tante, paman. Menurut Monks, Knoers, & Haditono (2002), anak memiliki hak yang sama untuk mendapatkan kasih sayang dan pendidikan yang sama (Mindasa 2007). Secara umum, orangtua yang berasal dari keluarga kecil dapat mencurahkan waktu dan perhatian yang cukup banyak pada anak. Semakin banyak jumlah anak dalam suatu keluarga, maka perhatian pada anak akan terbagi-bagi. Harisudin (1997) menyatakan bahwa jumlah keluarga akan mempengaruhi kualitas pemenuhan kebutuhan anggota keluarga. Jumlah anak yang banyak pada keluarga dengan keadaan sosial ekonomi yang cukup akan

25 12 menyebabkan berkurangnya perhatian dan kasih sayang yang diterima anak. Untuk keluarga dengan keadaan sosial ekonomi kurang, dengan memiliki anak yang banyak mengakibatkan kurangnya kasih sayang dan perhatian dan pemenuhan kebutuhan dasar baik primer, sekunder dan tersier. Pendidikan Orangtua Kemampuan seseorang untuk memahami perannya dan kemampuan seseorang untuk mengelola sumberdaya dalam suatu keluarga tergantung dari pengetahuan yang dimiliki oleh orang tersebut. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat pendidikan orangtua berhubungan dengan tingkat kemajuan yang dimiliki anak-anaknya atau potensi sumberdaya yang dimiliki anak-anaknya (Pulungan dalam Kurniati 2004). Tingkat pendidikan yang dicapai seseorang akan mempengaruhi dan membentuk cara, pola dan kerangka persepsi, pemahaman, dan kepribadian. Hal tersebut merupakan suatu kesatuan yang dapat menjadi faktor penentu dalam berkomunikasi dalam keluarga. Menurut Gunarsa dan Gunarsa dalam Kurniati (2004) menyebutkan bahwa tingkat pendidikan secara langsung maupun tidak mempengaruhi baik buruknya hubungan antar anggota keluarga. Tingkat pendidikan dapat dijadikan cerminan keadaan sosial ekonomi di dalam masyarakat. Semakin tinggi pendidikan atau keterampilan yang dimiliki seseorang, maka semakin tinggi investasi yang diperlukan (Suhardjo dalam Rahmaulina 2007). Dalam pengasuhan anak, pendidikan orangtua terutama pendidikan ibu penting untuk diperhatikan karena akan turut menentukan kualitas pengasuhan anak. Pendidikan formal yang tinggi pada ibu membuat pola pengasuhan akan bertambah baik (Amelia 2001). Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkan seseorang untuk menyerap informasi dan mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Pengeluaran perkapita Menurut BPS (2006), besarnya pendapatan yang diterima rumah tangga dapat menggambarkan kesejahteraan suatu masyarakat. Namun data pendapatan yang akurat sulit diperoleh, sehingga didekati melalui data pengeluaran rumah tangga. Pengeluaran rumah tangga yang terdiri dari pengeluaran makanan dan bukan makanan dapat menggambarkan bagaimana rumah tangga/keluarga mengalokasikan kebutuhan rumah tangganya. Keluarga

26 13 dengan tingkat ekonomi rendah (poor income level family) umumnya kurang memberikan perhatian perilaku anak. Hal ini terjadi karena kurangnya akses yang diterima terhadap wawasan dan pengetahuan umum. Berdasarkan hasil penelitian Fachrina (2005) menyebutkan bahwa karakteristik sosial ekonomi pada rumah tangga miskin antara lain: 1) secara umum tingkat pendidikan kepala rumah tangga dan istri masih rendah yaitu tidak sekolah atau hanya tamat SD, 2) sebagian besar usia kepala keluarga dan istri masih dalam usia produktif antara tahun, 3) kepala keluarga umumnya bekerja di bidang pertanian, 4) anggota rumah tangga berjumlah lima sampai tujuh orang. Keadaan ekonomi keluarga akan menggambarkan tingkat kesejahteraannya. Sejalan dengan hasil penelitian Rachmawati (2006) menyebutkan bahwa keadaan ekonomi keluarga berperan dalam perkembangan anak dan menentukan tingkat kesejahteraan keluarga. Kondisi sosial yang serba kekurangan akan menyebabkan kondisi yang kurang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Hasil penelitian Watson dan Lidgen (1979) menyatakan bahwa orangtua dari kelas ekonomi menengah lebih menekankan pada komunikasi antara anak dan orangtua, memberi informasi yang jelas dan masuk akal dan bersifat terbuka kepada anak-anaknya (Hernawati 2002). Usia Orangtua Usia adalah indeks yang menempatkan individu-individu dalam urutan perkembangan (Hurlock 1980). Usia orangtua umumnya dimulai ketika seseorang berada pada masa dewasa (20-60 tahun). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tahun 1981 lebih banyak laki-laki dan perempuan menikah pada usia muda, namun saat ini empat dari lima penduduk Amerika Serikat yang berusia 18 tahun telah menikah dan tinggal bersama pasangan (Duvall 1962). Karakteristik Anak Jenis Kelamin Jenis kelamin akan mempengaruhi orangtua dalam memperlakukan anaknya, misalnya anak laki-laki diberi kebebasan dibandingkan dengan anak perempuan. Disamping itu, perbedaan jenis kelamin akan mempengaruhi jenis permainan yang diberikan pada anak. Perbedaan jenis kelamin ini akan

27 14 mempengaruhi bagaimana seseorang dalam berpenampilan, bermain, mengungkapkan emosi, dan berkepribadian. Pada masyarakat Jawa kuno, anak laki-laki biasanya memperoleh pendidikan lebih tinggi dibandingkan saudara-saudaranya yang berjenis kelamin perempuan. Hal ini dikarenakan pendapat yang menyatakan bahwa laki-lakilah yang harus mencari nafkah, sedangkan perempuan setelah menikah akan dibawa oleh suami. Pada masa sekarang ini, pendidikan bagi anak perempuan merupakan suatu yang biasa dan umum meskipun masih ada sedikit keterbelakangan terhadap anak laki-laki (Monks, Knoers, & Haditono 2003). Hurlock (1990) menyatakan ada tiga alasan jenis kelamin individu penting bagi perkembangan selama hidupnya. Pertama, setiap bulan anak mengalami peningkatan pemahaman perilaku orang tua, teman sebaya, dan masyarakat yang mempengaruhi perkembangan sikap dan perilaku yang dipandang sesuai dengan jenis kelamin. Kedua, pengalaman belajar ditentukan oleh jenis kelamin individu. Ketiga, adalah sikap orang tua dan anggota keluarga lainnya sehubungan dengan jenis kelamin mereka. Keinginan untuk memiliki anak dengan jenis kelamin tertentu akan mempengaruhi sikap penerimaan orang tua dan keluarga terhadap anak, yang selanjutnya berpengaruh juga pada perilaku dan hubungan mereka dengan anak. Usia Menurut Hurlock (1980), usia anak mempengaruhi kualitas waktu ibu dalam memberikan stimulasi psikososial. Anak pada umur dua tahun, perhatian dan kasih sayang ibu lebih banyak tercurah kepada anak. Hal ini dikarenakan anak belum mampu mandiri dan masih membutuhkan bantuan ibu sebagai pengasuh utama. Di atas usia dua tahun, anak semakin mandiri dan mempunyai jaringan sosial lebih luas sehingga ketergantungan terhadap ibu sebagi pengasuh utama mulai sedikit berkurang. Piaget dalam Ormrod (2003) mengatakan bahwa anak usia prasekolah belum mampu memusatkan perhatian pada dua dimensi yang berbeda secara serempak. Anak mulai mengerti mengenai objek yang ada di lingkungannya, sehingga mulai menggunakan simbol dan kata. Fungsi simbol pada anak usia prasekolah adalah kemampuan anak untuk mewakilkan sesuatu yang tidak ada dan tidak terlihat dengan sesuatu yang lain atau sebaliknya. Fungsi simbolik ini dapat bersifat abstrak atau nyata. Anak juga mulai mengerti dasar-dasar dalam

28 15 mengelompokkan sesuatu. Anak pada masa prasekolah juga sudah mulai dapat melakukan sesuatu sebagai hasil meniru atau mengamati sesuatu model tingkah laku. Anak akan memperlihatkan tingkah laku yang sama seperti tingkah laku yang diperlihatkan oleh orang lain pada waktu yang sudah lewat. Anak tidak langsung meniru model tinggkah laku, melainkan mengamati, menyimpan dan pada saat yang lain memperlihatkan sesuatu kembali (Turner & Helms 1991). Cara berpikir anak usia prasekolah sangat memusat (egosentris) dan cara pikirnya tidak dapat dibalik. Egosentrisme adalah pemusatan pada diri sendiri dan merupakan suatu proses dasar yang banyak dijumpai pada tingkah laku anak dan pengamatan anak banyak ditentukan oleh pandangan sendiri. Anak belum mampu menempatkan diri dalam keadaan orang lain (Turner & Helms 1991).

29 KERANGKA PEMIKIRAN Perkembangan kognitif merupakan suatu proses psikologis yang terjadi dalam bentuk pengenalan, pengertian, dan pemahaman dengan menggunakan pengamatan, pendengaran, dan pemikiran (Baraja 2005). Perkembangan kognitif menurut Dariyo (2007) dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu faktor genetik/keturunan, faktor lingkungan, dan interaksi faktor genetik dengan faktor lingkungan. Perkembangan kognitif pada anak usia 2-5 tahun mencapai pada tahap pra operasional konkrit. Artinya bahwa pada tahap ini, anak menggunakan pikirannya dalam melihat suatu benda, memahami lingkungannya dengan menggunakan simbol-simbol, meniru, serta mampu memahami suatu hubungan sebab akibat yang bersifat egosentris. Disamping itu, perkembangan kognitif anak dipengaruhi oleh stimulasi psikososial. Adapun persepsi orangtua terhadap nilai anak diduga akan mempengaruhi tidak langsung terhadap perkembangan kognitif anak. Karakteristik keluarga diduga akan mempengaruhi stimulasi psikososial pada anak. Karakteristik keluarga terdiri dari besar keluarga, pendidikan orangtua, usia orangtua, dan pengeluaran perkapita keluarga. Hasil penelitian Harisudin (1997) menyebutkan bahwa besar keluarga akan mempengaruhi kualitas pemenuhan kebutuhan anggota keluarga. Hasil penelitian Mindasa (2007) membuktikan bahwa tingkat pendidikan ibu berhubungan nyata dan positif dengan stimulasi psikososial yang diberikan. Hal ini menunjukkan bahwa stimulasi psikososial dipengaruhi oleh tingkat pendidikan orangtua khususnya ibu secara langsung. Karakteristik anak yang terdiri dari usia anak dan jenis kelamin anak diduga akan mempengaruhi stimulasi psikososial yang diberikan orangtua. Nilai anak merupakan persepsi dan harapan orangtua terhadap anak berdasarkan potensi yang dimiliki. Nilai anak terdiri dari nilai ekonomi, nilai sosial, dan nilai psikologis. Persepsi orangtua mengenai anaknya di masa depan dapat menentukan pemberian stimulasi orangtua pada anak. Gaya pengasuhan orangtua dalam pemberian stimulasi psikososial akan disesuaikan dengan nilai dan harapan orangtua terhadap anak di masa yang akan datang, baik tetap mempertahankan stereotip gender ataupun bebas gender (androgini). Berdasarkan hasil penelitian Hernawati (2002), lebih dari separuh contoh (71.8%) menyatakan androgini dalam menilai anak. Artinya bahwa sebagian besar contoh memiliki nilai yang sama

30 17 terhadap anak-anaknya, tanpa membedakan jenis kelaminnya. Stimulasi psikososial memiliki hubungan dengan perkembangan kognitif anak.pernyataan ini sejalan dengan hasil penelitian Mindasa (2006), Sununingsih (2006), dan Rahmaulina (2007). Pemberian stimulasi psikososial pada anak berupa rangsangan dalam bentuk penyediaan mainan, stimulasi belajar, keterlibatan ibu terhadap anak yang diukur dengan menggunakan HOME inventory untuk anak usia 2-3 tahun dan anak usia 3-5 tahun. Hasil penelitian Sununingsih (2006) menyebutkan bahwa perkembangan kognitif dipengaruhi oleh stimulasi psikososial yang dilakukan orangtua kepada anaknya. Artinya bahwa semakin tinggi stimulasi psikososial yang diberikan maka semakin tinggi pula perkembangan kognitif anaknya. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tingkat perkembangan kognitif, sedangkan variabel bebas adalah karakteristik keluarga (usia ibu, lama pendidikan ibu, besar keluarga, pengeluaran perkapita), karakteristik anak (jenis kelamin, usia anak), partisipasi pendidikan pra sekolah anak, dan stimulasi psikososial. Variabel bebas ini akan mempengaruhi variabel terikat berupa perkembangan kognitif anak usia 2-5 tahun. Model kerangka pemikiran dari penelitian disajikan pada Gambar 1. Karakteristik anak 1. jenis kelamin 2. usia Karakteristik Keluarga 1. besar keluarga 2. pendidikan orangtua 3. pengeluaran perkapita 4. usia orangtua Nilai Anak : Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti Stimulasi Psikososial Akses ke Media TV Majalah Koran Status Gizi IQ Perkembangan Kognitif Lingkungan TPQ PAUD, TK Partisipasi Pendidikan a. Non-formal b. Informal Gambar 1 Kerangka Pemikiran Penelitian.

NILAI ANAK, STIMULASI PSIKOSOSIAL, DAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA 2-5 TAHUN PADA KELUARGA RAWAN PANGAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA, JAWA TENGAH

NILAI ANAK, STIMULASI PSIKOSOSIAL, DAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA 2-5 TAHUN PADA KELUARGA RAWAN PANGAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA, JAWA TENGAH NILAI ANAK, STIMULASI PSIKOSOSIAL, DAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA 2-5 TAHUN PADA KELUARGA RAWAN PANGAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA, JAWA TENGAH CHANDRIYANI I24051735 DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan Kognitif

TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan Kognitif TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan Kognitif Kognitif adalah kemampuan yang berkaitan dengan penguasaan ilmu pengetahuan (Fatimah 2006). Apabila diperlukan, pengetahuan yang dimiliki dapat dipergunakan. Banyak

Lebih terperinci

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Penelitian. Karakteristik anak 1. jenis kelamin 2. usia. Status Gizi

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Penelitian. Karakteristik anak 1. jenis kelamin 2. usia. Status Gizi KERANGKA PEMIKIRAN Perkembangan kognitif merupakan suatu proses psikologis yang terjadi dalam bentuk pengenalan, pengertian, dan pemahaman dengan menggunakan pengamatan, pendengaran, dan pemikiran (Baraja

Lebih terperinci

NILAI ANAK, STIMULASI PSIKOSOSIAL, DAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA 2-5 TAHUN PADA KELUARGA RAWAN PANGAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA, JAWA TENGAH

NILAI ANAK, STIMULASI PSIKOSOSIAL, DAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA 2-5 TAHUN PADA KELUARGA RAWAN PANGAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA, JAWA TENGAH Jur. Ilm. Kel. & Kons., Januari 2010, p : 27-34 Vol. 3, No. 1 ISSN : 1907-6037 NILAI ANAK, STIMULASI PSIKOSOSIAL, DAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA 2-5 TAHUN PADA KELUARGA RAWAN PANGAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Nilai Anak

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Nilai Anak 7 TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Keluarga merupakan tempat pertama dan utama dimana seorang anak dididik dan dibesarkan. Berdasarkan Undang-undang nomor 52 tahun 2009, keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR PENGARUH STIMULASI PSIKOSOSIAL, PERKEMBANGAN KOGNITIF, DAN PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSI TERHADAP PERKEMBANGAN BAHASA ANAK USIA PRASEKOLAH DI KABUPATEN BOGOR GIYARTI PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

KAJIAN RISET BIDANG PERKEMBANGAN ANAK DI DEPARTEMEN ILMU KELUARGA & KONSUMEN : KONTRIBUSI DALAM UPAYA MENDUKUNG PEMBENTUKAN KUALITAS ANAK DI INDONESIA

KAJIAN RISET BIDANG PERKEMBANGAN ANAK DI DEPARTEMEN ILMU KELUARGA & KONSUMEN : KONTRIBUSI DALAM UPAYA MENDUKUNG PEMBENTUKAN KUALITAS ANAK DI INDONESIA KAJIAN RISET BIDANG PERKEMBANGAN ANAK DI DEPARTEMEN ILMU KELUARGA & KONSUMEN : KONTRIBUSI DALAM UPAYA MENDUKUNG PEMBENTUKAN KUALITAS ANAK DI INDONESIA DR.IR. DWI HASTUTI, MSC. BAGIAN PERKEMBANGAN ANAK

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan dengan adanya sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Sumber daya manusia (SDM) dikatakan berkualitas bila memiliki fisik

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Kerangka Penarikan Contoh Penelitian. Purposive. Kecamatan Bogor Barat. Purposive. Kelurahan Bubulak

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Kerangka Penarikan Contoh Penelitian. Purposive. Kecamatan Bogor Barat. Purposive. Kelurahan Bubulak 25 METODE PENELITIAN Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Disain yang digunakan dalam penelitian ini adalah kombinasi antara cross sectional study, yaitu penelitian yang hanya dilakukan pada satu waktu

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik dan Cara Pemilihan Sampel

METODE PENELITIAN Desain, Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik dan Cara Pemilihan Sampel 15 METODE PENELITIAN Desain, Lokasi dan Waktu Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross-sectional study yaitu suatu teknik pengambilan data yang dilakukan melalui survey lapang

Lebih terperinci

ANALISIS PERSEPSI DAN SIKAP TERHADAP PERAN GENDER PADA MAHASISWA FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR NI NYOMAN SUSI RATNA DEWANTI

ANALISIS PERSEPSI DAN SIKAP TERHADAP PERAN GENDER PADA MAHASISWA FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR NI NYOMAN SUSI RATNA DEWANTI ANALISIS PERSEPSI DAN SIKAP TERHADAP PERAN GENDER PADA MAHASISWA FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR Oleh: NI NYOMAN SUSI RATNA DEWANTI PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI MASA LALU ANAK DAN PARTISIPASI IBU DI POSYANDU DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PADA MURID TAMAN KANAK-KANAK NINA TRIANA

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI MASA LALU ANAK DAN PARTISIPASI IBU DI POSYANDU DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PADA MURID TAMAN KANAK-KANAK NINA TRIANA HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI MASA LALU ANAK DAN PARTISIPASI IBU DI POSYANDU DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PADA MURID TAMAN KANAK-KANAK NINA TRIANA PROGRAM STUDI S1 GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

ANALISIS AKSES PANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN IDA HILDAWATI A

ANALISIS AKSES PANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN IDA HILDAWATI A ANALISIS AKSES PANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN IDA HILDAWATI A54104039 PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

Menurut Knox (1985) terdapat tiga faktor yang menentukan kesiapan menikah, yaitu usia menikah, pendidikan, dan rencana karir. Pada dasarnya usia

Menurut Knox (1985) terdapat tiga faktor yang menentukan kesiapan menikah, yaitu usia menikah, pendidikan, dan rencana karir. Pada dasarnya usia 57 PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesiapan menikah dan pelaksanaan tugas perkembangan keluarga dengan anak usia prasekolah. Penelitian ini dilakukan pada keluarga yang memiliki anak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga adalah institusi pendidikan primer, sebelum seorang anak mendapatkan pendidikan di lembaga lain. Pada institusi primer inilah seorang anak mengalami pengasuhan.

Lebih terperinci

HASIL. Tabel 20 Sebaran nilai minimum, maksimum, rata-rata dan standar deviasi karakteristik keluarga Rata-rata ± Standar Deviasi

HASIL. Tabel 20 Sebaran nilai minimum, maksimum, rata-rata dan standar deviasi karakteristik keluarga Rata-rata ± Standar Deviasi 43 HASIL Karakteristik Keluarga Tabel 20 menunjukkan data deskriptif karakteristik keluarga. Secara umum, usia suami dan usia istri saat ini berada pada kategori dewasa muda (usia diatas 25 tahun) dengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2 Sebaran jumlah penduduk menurut lokasi penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2 Sebaran jumlah penduduk menurut lokasi penelitian 25 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Secara administratif, Desa Kuning Gading dan Desa Rantau Ikil termasuk dalam wilayah Kecamatan Pelepat Ilir dan Kecamatan Jujuhan, Kabupaten Bungo,

Lebih terperinci

Gambar 1 Hubungan pola asuh makan dan kesehatan dengan status gizi anak balita

Gambar 1 Hubungan pola asuh makan dan kesehatan dengan status gizi anak balita 17 KERANGKA PEMIKIRAN Masa balita merupakan periode emas, karena pada masa ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan otak yang optimal, terlebih lagi pada periode dua tahun pertama kehidupan seorang anak.

Lebih terperinci

Gambar 3 Hubungan ketahanan pangan rumahtangga, kondisi lingkungan, morbidity, konsumsi pangan dan status gizi Balita

Gambar 3 Hubungan ketahanan pangan rumahtangga, kondisi lingkungan, morbidity, konsumsi pangan dan status gizi Balita 22 KERANGKA PEMIKIRAN Status gizi yang baik, terutama pada anak merupakan salah satu aset penting untuk pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. perkembangan fase selanjutnya (Dwienda et al, 2014). Peran pengasuhan tersebut

BAB I PENDAHULUAN UKDW. perkembangan fase selanjutnya (Dwienda et al, 2014). Peran pengasuhan tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan kualitas kesejahteraan anak menduduki posisi sangat strategis dan sangat penting dalam pembangunan masyarakat Indonesia, sehingga anak prasekolah merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kognitif, emosional dan lingkungan pengaruh dan pengalaman untuk memperoleh,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kognitif, emosional dan lingkungan pengaruh dan pengalaman untuk memperoleh, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Teori -Teori Belajar Teori belajar merupakan kegiatan yang ada didalam diri manusia untuk mengubah suatu perilaku dalam diri seseorang. Dalam psikologi dan pendidikan,

Lebih terperinci

Rita Eka Izzaty Staf Pengajar FIP-BK-UNY

Rita Eka Izzaty Staf Pengajar FIP-BK-UNY Rita Eka Izzaty Staf Pengajar FIP-BK-UNY 1. Definisi Permasalahan Perkembangan Perilaku Permasalahan perilaku anak adalah perilaku anak yang tidak adaptif, mengganggu, bersifat stabil yang menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut yang diselenggarakan baik formal, informal

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut yang diselenggarakan baik formal, informal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemungkinan, menghasilkan strategi dan berfantasi. 1

BAB I PENDAHULUAN. kemungkinan, menghasilkan strategi dan berfantasi. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan intelektual pada dasarnya berhubungan dengan konsep-konsep yang dimiliki dan tindakan kognitif seseorang, oleh karenanya kognitif seringkali menjadi sinonim

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh 17 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross sectional study, yaitu penelitian yang dilakukan pada satu waktu. Pemillihan tempat dilakukan dengan cara pupossive, yaitu

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 19 METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Disain penelitian adalah cross sectional study, yakni data dikumpulkan pada satu waktu (Singarimbun & Effendi 1995. Penelitian berlokasi di Kota

Lebih terperinci

Food Coping Strategy : Tingkat Ketahanan Pangan Rumah Tangga. Status Gizi Balita

Food Coping Strategy : Tingkat Ketahanan Pangan Rumah Tangga. Status Gizi Balita 16 KERANGKA PEMIKIRAN Karakteristik sebuah rumah tangga akan mempengaruhi strategi dalam pemenuhan kebutuhan pangan. Karakteristik rumah tangga itu antara lain besar rumah tangga, usia kepala rumah tangga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemberian rangsangan pendidikan lebih lanjut (Depdiknas, 2011). Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pemberian rangsangan pendidikan lebih lanjut (Depdiknas, 2011). Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia enam tahun, yang dilakukan melalui pemberian rangsangan

Lebih terperinci

HASIL. Karakteristik Remaja

HASIL. Karakteristik Remaja HASIL Karakteristik Remaja Jenis Kelamin dan Usia. Menurut Monks, Knoers dan Haditono (1992) kelompok usia remaja di bagi ke dalam empat kategori, yakni usia pra remaja (10-12 tahun), remaja awal (12-15

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 (enam) tahun yang dilakukan melalui

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta wilayah. 1. Kecamatan Pejawaran. 2. Kecamatan Punggelan

Lampiran 1. Peta wilayah. 1. Kecamatan Pejawaran. 2. Kecamatan Punggelan 66 66 Lampiran 1. Peta wilayah 1. Kecamatan Pejawaran 2. Kecamatan Punggelan 67 Lampiran 2. Jenis dan cara pengumpulan 1 Karakteristik 1. Identitas a. Usia orangtua(tahun) b. Lama pendidikan(tahun) dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah individu yang unik dan memerlukan perhatian khusus untuk

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah individu yang unik dan memerlukan perhatian khusus untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah individu yang unik dan memerlukan perhatian khusus untuk optimalisasi tumbuh kembang. Salah satu tahap tumbuh kembang adalah usia prasekolah yang mempunyai

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP SIKAP DAN PERILAKU MEMBELI BUKU BAJAKAN PADA MAHASISWA IPB PUSPA WIDYA UTAMI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP SIKAP DAN PERILAKU MEMBELI BUKU BAJAKAN PADA MAHASISWA IPB PUSPA WIDYA UTAMI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP SIKAP DAN PERILAKU MEMBELI BUKU BAJAKAN PADA MAHASISWA IPB PUSPA WIDYA UTAMI DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian 19 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain retrospektif dan cross sectional karena data yang diambil berkenaan dengan pengalaman masa lalu yaitu saat keluarga

Lebih terperinci

perkembangan kognitif anak. Kerangka pemikiran penelitian secara skematis di sajikan pada Gambar 1.

perkembangan kognitif anak. Kerangka pemikiran penelitian secara skematis di sajikan pada Gambar 1. KERANGKA PEMIKIRAN Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan seorang anak ada dua yaitu, faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal bersifat bawaan atau genetik, merupakan potensi

Lebih terperinci

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI 1 KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI Oleh: FRISKA AMELIA PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kemiskinan di Indonesia masih merupakan masalah yang belum teratasi. Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Tahun 2010 adalah 31 juta jiwa atau sebesar 13 persen (BPS 2010).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Remaja 2.1.1 Definisi Remaja Masa remaja adalah periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan biologis, kognitif, dan

Lebih terperinci

Peran Orang Tua dalam Menanamkan Keagamaan pada Anak Usia Dini Afitria Rizkiana, Pendahuluan Usia dini merupakan masa yang sangat

Peran Orang Tua dalam Menanamkan Keagamaan pada Anak Usia Dini Afitria Rizkiana, Pendahuluan Usia dini merupakan masa yang sangat Peran Orang Tua dalam Menanamkan Keagamaan pada Anak Usia Dini Afitria Rizkiana, 125120307111008 Pendahuluan Usia dini merupakan masa yang sangat penting sepanjang hidup, karena pada masa ini adalah masa

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK PRASEKOLAH

PERKEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK PRASEKOLAH PERKEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK PRASEKOLAH Pendahuluan Pada hakikatnya, anak manusia, ketika dilahirkan telah dibekali dengan bermacam-macam potensi yakni kemungkinan-kemungkinan untuk berkembang

Lebih terperinci

KONSEP DASAR PENDIDIKAN PAUD. Oleh: Fitta Ummaya Santi

KONSEP DASAR PENDIDIKAN PAUD. Oleh: Fitta Ummaya Santi KONSEP DASAR PENDIDIKAN PAUD Oleh: Fitta Ummaya Santi SIAPAKAH ANAK USIA USIA DINI? Latar Belakang Anak adalah penentu kehidupan pada masa mendatang. Usia dari kelahiran hingga enam tahun merupakan usia

Lebih terperinci

PENERAPAN TEORI JEAN PIAGET DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

PENERAPAN TEORI JEAN PIAGET DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PENERAPAN TEORI JEAN PIAGET DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA Ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar-Dasar Proses Pembelajaran Matematika 1 Dosen Pengampu: Mohammad Asikin, M.Pd Disusun oleh: 1.

Lebih terperinci

PENGARUH POLA ASUH BELAJAR, LINGKUNGAN PEMBELAJARAN, MOTIVASI BELAJAR DAN POTENSI AKADEMIK TERHADAP PRESTASI AKADEMIK SISWA SEKOLAH DASAR

PENGARUH POLA ASUH BELAJAR, LINGKUNGAN PEMBELAJARAN, MOTIVASI BELAJAR DAN POTENSI AKADEMIK TERHADAP PRESTASI AKADEMIK SISWA SEKOLAH DASAR 63 PENGARUH POLA ASUH BELAJAR, LINGKUNGAN PEMBELAJARAN, MOTIVASI BELAJAR DAN POTENSI AKADEMIK TERHADAP PRESTASI AKADEMIK SISWA SEKOLAH DASAR KARTIKA WANDINI PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut Papalia et, al (2008) adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa

Lebih terperinci

TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI. Rita Eka Izzaty

TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI. Rita Eka Izzaty TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI Rita Eka Izzaty SETUJUKAH BAHWA Setiap anak cerdas Setiap anak manis Setiap anak pintar Setiap anak hebat MENGAPA ANAK SEJAK USIA DINI PENTING UNTUK DIASUH DAN DIDIDIK DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Valentina, 2013). Menurut Papalia dan Olds (dalam Liem, 2013) yang dimaksud

BAB I PENDAHULUAN. Valentina, 2013). Menurut Papalia dan Olds (dalam Liem, 2013) yang dimaksud BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode transisi perkembangan yang terjadi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, yang melibatkan perubahan-perubahan baik itu secara biologis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas masa depan anak dapat dilihat dari perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas masa depan anak dapat dilihat dari perkembangan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kualitas masa depan anak dapat dilihat dari perkembangan dan pertumbuhan anak yang optimal, sehingga sejak dini, deteksi, stimulasi dan intervensi berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari tiga ciri utama yaitu derajat kesehatan, pendidikan dan. bertumbuh dan berkembang (Narendra, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari tiga ciri utama yaitu derajat kesehatan, pendidikan dan. bertumbuh dan berkembang (Narendra, 2005). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) mempunyai peran penting dalam suatu tatanan kelompok masyarakat mulai dari yang kompleks sampai pada tingkatan yang lebih

Lebih terperinci

Karakteristik Anak Umur Jenis Kelamin Urutan anak Kepribadian Cita-cita dan tujuan. Tingkat Stres Menghadapi UN SMA Negeri SMA Swasta

Karakteristik Anak Umur Jenis Kelamin Urutan anak Kepribadian Cita-cita dan tujuan. Tingkat Stres Menghadapi UN SMA Negeri SMA Swasta 44 KERANGKA PEMIKIRAN Salah satu ciri yang paling sering muncul pada remaja untuk menjalani penanganan psikologisnya adalah stres. Stres pada remaja yang duduk dibangku sekolah dapat dilanda ketika mereka

Lebih terperinci

Slide 1 BAB 1. Perkembangan Peserta Didik. Pengantar

Slide 1 BAB 1. Perkembangan Peserta Didik. Pengantar Slide 1 Perkembangan Peserta Didik BAB 1 Pengantar Drs. Hiryanto, M.Si Slide 2 Slide 3 Pengantar Perkembangan Pola gerakan atau perubahan yang secara dinamis dimulai dari pembuahan atau konsepsi dan terus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak pra sekolah yaitu anak dengan usia 4-6 tahun yang mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak pra sekolah yaitu anak dengan usia 4-6 tahun yang mengalami BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak pra sekolah yaitu anak dengan usia 4-6 tahun yang mengalami perubahan dari fase kehidupan sebelumnya. Masa anak prasekolah sering disebut dengan golden age atau

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kesiapan menikah

TINJAUAN PUSTAKA Kesiapan menikah 7 TINJAUAN PUSTAKA Kesiapan menikah Duvall (1971) menyatakan bahwa kesiapan menikah adalah laki-laki maupun perempuan yang telah menyelesaikan masa remajanya dan siap secara fisik, emosi, finansial, tujuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun pertama dalam kehidupannya yang merupakan. lingkungan bagi anak untuk memperoleh stimulasi psikososial.

BAB I PENDAHULUAN. tahun pertama dalam kehidupannya yang merupakan. lingkungan bagi anak untuk memperoleh stimulasi psikososial. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa-masa yang rentan dari kehidupan seseorang berada pada lima tahun pertama dalam kehidupannya yang merupakan pondasi bagi perkembangan selanjutnya. Lingkungan keluarga

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh Jenis dan Cara Pengambilan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh Jenis dan Cara Pengambilan Data 15 METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian ini dilakukan dengan metode cross sectional study. Lokasi penelitian bertempat di Desa Sukajadi, Sukaresmi, Sukaluyu, dan Sukajaya, Kecamatan Taman

Lebih terperinci

2015 PELAKSANAAN PROGRAM BINA KELUARGA BALITA D ALAM PENINGKATAN PERAN PENGASUHAN IBU UNTUK ANAK USIA D INI D I BKB D AHLIA PURWAKARTA

2015 PELAKSANAAN PROGRAM BINA KELUARGA BALITA D ALAM PENINGKATAN PERAN PENGASUHAN IBU UNTUK ANAK USIA D INI D I BKB D AHLIA PURWAKARTA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan manusia Indonesia adalah pembangunan berbagai aspek untuk membangun manusia dengan pembangunan yang fokus pada pemenuhan penegakan perlindungan

Lebih terperinci

PERBEDAAN KEMATANGAN SOSIAL ANAK DITINJAU DARI KEIKUTSERTAAN PENDIDIKAN PRASEKOLAH (PLAYGROUP)

PERBEDAAN KEMATANGAN SOSIAL ANAK DITINJAU DARI KEIKUTSERTAAN PENDIDIKAN PRASEKOLAH (PLAYGROUP) PERBEDAAN KEMATANGAN SOSIAL ANAK DITINJAU DARI KEIKUTSERTAAN PENDIDIKAN PRASEKOLAH (PLAYGROUP) SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana S-1 Psikologi Disusun Oleh : ANIK

Lebih terperinci

Gambar 2 Metode Penarikan Contoh

Gambar 2 Metode Penarikan Contoh 17 METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan disain Cross Sectional Study, yaitu data dikumpulkan pada satu waktu untuk memperoleh gambaran karakteristik contoh

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Cara Pemilihan Contoh METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini berjudul Konsep Diri, Kecerdasan Emosional, Tingkat Stres, dan Strategi Koping Remaja pada Berbagai Model Pembelajaran di SMA. Disain penelitian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan 6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pernikahan 2.1.1. Pengertian Pernikahan Pernikahan merupakan suatu istilah yang tiap hari didengar atau dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan adalah nikah,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sekolah. Masa ini terbentang masa kanak-kanak awal terbentang usia 3-5

BAB 1 PENDAHULUAN. sekolah. Masa ini terbentang masa kanak-kanak awal terbentang usia 3-5 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prasekolah adalah usia dini dimana anak sebelum menginjak masa sekolah. Masa ini terbentang masa kanak-kanak awal terbentang usia 3-5 tahun (Gunarsa, 2002 dalam Suhendra,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses pematangan dan belajar (Wong, 1995) fungsi pematangan organ mulai dari aspek sosial, emosional, dan

BAB I PENDAHULUAN. proses pematangan dan belajar (Wong, 1995) fungsi pematangan organ mulai dari aspek sosial, emosional, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemahaman pertumbuhan dan perkembangan anak diperlukan suatu kepekaan terhadap kebutuhan anak, karena dengan kepekaan tersebut pemahaman dapat mudah diperoleh. Pertumbuhan

Lebih terperinci

: DWI ENDANG PUSPITASARI H

: DWI ENDANG PUSPITASARI H ANALISIS PENGARUH PENGEMBANGAN KARIER BERBASIS KOMPETENSI DALAM MENINGKATKAN KINERJA PEGAWAI (STUDI KASUS PELAKSANA ADMINISTRASI INSTITUT PERTANIAN BOGOR) Oleh : DWI ENDANG PUSPITASARI H24051522 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK ANAK USIA SD Oleh : Sugiyanto

KARAKTERISTIK ANAK USIA SD Oleh : Sugiyanto KARAKTERISTIK ANAK USIA SD Oleh : Sugiyanto Ada beberapa karakteristik anak di usia Sekolah Dasar yang perlu diketahui para guru, agar lebih mengetahui keadaan peserta didik khususnya ditingkat Sekolah

Lebih terperinci

HUBUNGAN MORBIDITAS DAN STIMULASI DENGAN TUMBUH KEMBANG ANAK BALITA BERSTATUS GIZI BAIK DAN PENDERITA KURANG ENERGI PROTEIN (KEP) DI KOTA BOGOR

HUBUNGAN MORBIDITAS DAN STIMULASI DENGAN TUMBUH KEMBANG ANAK BALITA BERSTATUS GIZI BAIK DAN PENDERITA KURANG ENERGI PROTEIN (KEP) DI KOTA BOGOR HUBUNGAN MORBIDITAS DAN STIMULASI DENGAN TUMBUH KEMBANG ANAK BALITA BERSTATUS GIZI BAIK DAN PENDERITA KURANG ENERGI PROTEIN (KEP) DI KOTA BOGOR Yulia Rimawati PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indeks pembangunan pendidikan untuk semua atau education for all di Indonesia belum juga beranjak dari kategori medium atau sedang. Berdasarkan laporan Organisasi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB I. A. Latar Belakang

PENDAHULUAN BAB I. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembinaan kesehatan anak usia dini sejak masih dalam kandungan hingga usia balita ditujukan untuk melindungi anak dari ancaman kematian dan kesakitan yang dapat membawa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dimulai dengan perhatian utama pada proses tumbuh kembang sejak. pembuahan sampai mencapai dewasa muda. Pada masa tumbuh kembang

BAB 1 PENDAHULUAN. dimulai dengan perhatian utama pada proses tumbuh kembang sejak. pembuahan sampai mencapai dewasa muda. Pada masa tumbuh kembang BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Upaya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) tersebut dimulai dengan perhatian utama pada proses tumbuh kembang sejak pembuahan sampai mencapai dewasa muda.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebutuhan dibentuk oleh lima kebutuhan konatif (conative needs), yang memiliki karakter

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebutuhan dibentuk oleh lima kebutuhan konatif (conative needs), yang memiliki karakter BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prestasi menjadi suatu hal yang sangat didambakan oleh banyak orang di era globalisasi saat ini. Ketika seseorang mampu mencapai prestasi yang baik maka akan memunculkan

Lebih terperinci

Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Perubahan konsumsi pangan sebelum dan sesudah mengikuti program pemberdayaan Tingkat Kecukupan energi dan zat gizi

Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Perubahan konsumsi pangan sebelum dan sesudah mengikuti program pemberdayaan Tingkat Kecukupan energi dan zat gizi KERANGKA PEMIKIRAN Masa yang terentang antara usia satu tahun sampai remaja boleh dikatakan sebagai periode laten karena pertumbuhan fisik berlangsung tidak sedramatis ketika masih berstatus bayi (Arisman

Lebih terperinci

OPTIMALISASI KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK MELALUI MEDIA GAMBAR DI TK KARTIKA 1-18 AMPLAS. Yenni Nurdin 1) dan Umar Darwis 2) UMN Al Washliyah

OPTIMALISASI KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK MELALUI MEDIA GAMBAR DI TK KARTIKA 1-18 AMPLAS. Yenni Nurdin 1) dan Umar Darwis 2) UMN Al Washliyah OPTIMALISASI KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK MELALUI MEDIA GAMBAR DI TK KARTIKA 1-18 AMPLAS Yenni Nurdin 1) dan Umar Darwis 2) 1) Mahasiswa FKIP UMN Al Washliyah dan 2) Dosen Kopertis Wilayah I dpk FKIP

Lebih terperinci

HUBUNGAN SIKAP DAN PERILAKU PEMILIHAN MEREK SUSU UNTUK ANAK USIA 2 5 TAHUN DI KOTA BOGOR FARIDAH HANDAYASARI

HUBUNGAN SIKAP DAN PERILAKU PEMILIHAN MEREK SUSU UNTUK ANAK USIA 2 5 TAHUN DI KOTA BOGOR FARIDAH HANDAYASARI HUBUNGAN SIKAP DAN PERILAKU PEMILIHAN MEREK SUSU UNTUK ANAK USIA 2 5 TAHUN DI KOTA BOGOR FARIDAH HANDAYASARI PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pada usia prasekolah (3-6 tahun) atau biasa disebut masa keemasan (golden age)

I PENDAHULUAN. Pada usia prasekolah (3-6 tahun) atau biasa disebut masa keemasan (golden age) 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada usia prasekolah (3-6 tahun) atau biasa disebut masa keemasan (golden age) dalam proses perkembangan anak akan mengalami kemajuan fisik, intelektual dan sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hampir dapat dipastikan bahwa setiap orangtua menginginkan yang terbaik

BAB I PENDAHULUAN. Hampir dapat dipastikan bahwa setiap orangtua menginginkan yang terbaik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hampir dapat dipastikan bahwa setiap orangtua menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya, termasuk dalam hal pendidikan. Orangtua berharap anaknya bisa mendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang DwiMurtiningsih,2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang DwiMurtiningsih,2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia anak adalah dunia bermain. Melalui kegiatan bermain, anak belajar banyak hal, bermain merupakan bagian yang amat penting dalam tumbuh kembang anak untuk menjadi

Lebih terperinci

PENGUATAN MODAL SOSIAL UNTUK PERLINDUNGAN SOSIAL RUMAH TANGGA MISKIN DALAM MENGOPTIMALKAN STATUS GIZI DAN KEMATANGAN SOSIAL ANAK

PENGUATAN MODAL SOSIAL UNTUK PERLINDUNGAN SOSIAL RUMAH TANGGA MISKIN DALAM MENGOPTIMALKAN STATUS GIZI DAN KEMATANGAN SOSIAL ANAK PENGUATAN MODAL SOSIAL UNTUK PERLINDUNGAN SOSIAL RUMAH TANGGA MISKIN DALAM MENGOPTIMALKAN STATUS GIZI DAN KEMATANGAN SOSIAL ANAK Alfiasari, Dwi Hastuti (Institut Pertanian Bogor, Indonesia) Child Poverty

Lebih terperinci

TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF PIAGET

TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF PIAGET TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF PIAGET Adi Fahrudin PhD A. Ringkasan Teori Meskipun fokus riset Piaget berubah-ubah sepanjang karirnya, namun setiap riset memberikan kontribusi yang jelas menuju sebuah teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diulang kembali. Hal-hal yang terjadi di masa awal perkembangan individu akan

BAB I PENDAHULUAN. diulang kembali. Hal-hal yang terjadi di masa awal perkembangan individu akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan melalui serangkaian periode yang berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lanjut usia. Semua individu pasti

Lebih terperinci

Karakteristik TKW Umur Pendidikan Pekerjaan Pendapatan Lama menjadi TKW. Kualitas Perkawinan Kebahagiaan perkawinan Kepuasan Perkawinan

Karakteristik TKW Umur Pendidikan Pekerjaan Pendapatan Lama menjadi TKW. Kualitas Perkawinan Kebahagiaan perkawinan Kepuasan Perkawinan 46 KERANGKA PEMIKIRAN Keluarga Tenaga Kerja Wanita (TKW) merupakan keluarga yang mengalami perpisahan dengan istri dalam jangka waktu yang relatif lama. Ketiadaan istri dalam keluarga menjadi tantangan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Pada bab ini terdapat empat kesimpulan berdasarkan hasil temuan penelitian dan pembahasan. Kesimpulan pertama berkaitan dengan kenyataan yang dialami keluarga,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia terlahir dalam keadaan yang lemah, untuk memenuhi kebutuhannya tentu saja manusia membutuhkan orang lain untuk membantunya, artinya ia akan tergantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus. dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus. dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal. Anak memiliki karakteristik yang khas dan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa kanak-kanak awal biasanya dikenal dengan masa prasekolah. Pada usia ini, anak mulai belajar memisahkan diri dari keluarga dan orangtuanya untuk masuk dalam lingkungan

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL PENELITIAN

ANALISIS HASIL PENELITIAN 69 VI. ANALISIS HASIL PENELITIAN Bab ini membahas hubungan antara realisasi target pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah terhadap ketimpangan gender di pasar tenaga kerja Indonesia. Pertama, dilakukan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA. Skripsi HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan Oleh: SISKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Departemen Kesehatan RI pada tahun 2010 jumlah anak usia dini (0-4 tahun) di

BAB I PENDAHULUAN. Departemen Kesehatan RI pada tahun 2010 jumlah anak usia dini (0-4 tahun) di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini merupakan saat seseorang mengalami perkembangan dan pertumbuhan yang sangat pesat dalam kehidupannya. Perkembangan dan pertumbuhan pada anak usia

Lebih terperinci

PENINGKATAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI MENGISI POLA GAMBAR DENGAN DAUN KERING DI TK ANDESSA PARIAMAN

PENINGKATAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI MENGISI POLA GAMBAR DENGAN DAUN KERING DI TK ANDESSA PARIAMAN PENINGKATAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI MENGISI POLA GAMBAR DENGAN DAUN KERING DI TK ANDESSA PARIAMAN ARTIKEL ILMIAH Oleh ALININI SURYANI NIM : 2009 / 99277 JURUSAN PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Lembaga Pangan Dunia (LPD) dalam penelitiannya pada awal tahun 2008 menyebutkan jumlah penderita gizi buruk dan rawan pangan di Indonesia mencapai angka 13 juta.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pola Asuh Orang Tua 2.1.1 Pengertian Pola Asuh Orang Tua Menurut Hurlock (1999) orang tua adalah orang dewasa yang membawa anak ke dewasa, terutama dalam masa perkembangan. Tugas

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Remaja dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Memahami Masa

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Cara Pemilihan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian mengenai Pemberian Makanan Tambahan (PMT) biskuit yang disubstitusi tepung Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) pada balita gizi kurang dan gizi buruk

Lebih terperinci

Mendidik Anak Usia Dini dengan Permainan

Mendidik Anak Usia Dini dengan Permainan Mendidik Anak Usia Dini dengan Permainan Pendidikan Anak Usia Dini yang Selaras dengan Tumbuh Kembang Sebagai bahan Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Pendidikan Anak Usia Dini Dosen Pengampu : Unita Werdi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. falsafah baru ini disebut konsep pemasaran (marketing concept). Konsep

II. LANDASAN TEORI. falsafah baru ini disebut konsep pemasaran (marketing concept). Konsep II. LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Pentingnya Pemasaran Pemasaran merupakan faktor penting untuk mencapai sukses bagi perusahaan akan mengetahui adanya cara dan falsafah yang terlibat didalamnya. Cara dan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. SMP Negeri 1 Dramaga. Siswa kelas 8 (9 kelas) Siswa kelas 8.4 dan 8.6 n= siswa laki-laki 30 siswa perempuan

METODE PENELITIAN. SMP Negeri 1 Dramaga. Siswa kelas 8 (9 kelas) Siswa kelas 8.4 dan 8.6 n= siswa laki-laki 30 siswa perempuan 18 METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian interaksi keluarga yang memfokuskan pada interaksi antara ibu dengan anak. Desain yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode dalam rentang kehidupan adalah penting namun kadar kepentingannya berbedabeda. Kadar kepentingan

Lebih terperinci

PERBEDAAN TINGKAT PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH YANG SEKOLAH TK DAN ANAK YANG TIDAK SEKOLAH TK DI DESA BANJARSARI KEC. BANTARBOLANG PEMALANG

PERBEDAAN TINGKAT PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH YANG SEKOLAH TK DAN ANAK YANG TIDAK SEKOLAH TK DI DESA BANJARSARI KEC. BANTARBOLANG PEMALANG PERBEDAAN TINGKAT PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH YANG SEKOLAH TK DAN ANAK YANG TIDAK SEKOLAH TK DI DESA BANJARSARI KEC. BANTARBOLANG PEMALANG 4 Rizal ABSTRAK Tumbuh kembang anak merupakan hasil interaksi

Lebih terperinci

KONTRIBUSI EKONOMI PEREMPUAN. Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc., M.Sc

KONTRIBUSI EKONOMI PEREMPUAN. Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc., M.Sc KONTRIBUSI EKONOMI PEREMPUAN Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc., M.Sc Tuntutan Kemiskinan terhadap Peran Ekonomi Perempuan Permasalahan keluarga yang ada saat ini didominasi oleh adanya masalah sosial ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber daya manusia (SDM) merupakan kunci utama bagi suksesnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber daya manusia (SDM) merupakan kunci utama bagi suksesnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia (SDM) merupakan kunci utama bagi suksesnya pembangunan bangsa. Untuk itu pengembangan Sumber Daya Manusia hendaknya merupakan suatu proses

Lebih terperinci