Perubahan Siklus Estrus Akibat Induksi Peningkatan Kadar Prostaglandin F 2 α (PGF 2 α) Pada Fase Luteal Kambing Peranakan Boer
|
|
- Hadian Sudirman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Perubahan Siklus Estrus Akibat Induksi Peningkatan Kadar Prostaglandin F 2 α (PGF 2 α) Pada Fase Luteal Kambing Peranakan Boer Aries Erlinda Ratna.Wardhani, Agung Pramana Warih Marhendra, Aris Soewondo Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,Universitas Brawijaya, Malang aries.erlinda@gmail.com ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh single injection PGF 2 α pada awal fase diestrus dan pertengahan diestrus terhadap siklus estrus. Perlakuan pada penelitian ini adalah kontrol fase diestrus awal, kontrol fase diestrus tengah, injeksi PGF 2 α pada diestrus awal dan injeksi PGF 2 α pada fase diestrus tengah (masing- masing kelompok n=3). 1,5 ml Capriglandin diinjeksikan secara intramuskular, injeksi dilakukan satu kali. Selanjutnya, perubahan fase diperiksa setiap hari sejak satu hari setelah injeksi. Fase estrus ditentukan berdasarkan pemeriksaan sitologi smear vagina. Data yang didapatkan dianalisa dengan metode Mann- Whitney dengan software microsoft excel dan SPSS 16,0 for Windows. Perlakuan kontrol awal dengan injeksi diestrus awal tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan pada panjang diestrus dan proestrus, onset estrus pada kelompok injeksi dan kontrol berturut- turut 15 hari dan 16 hari. Kelompok kontrol tengah dengan injeksi diestrus tengah menunjukkan perbedaan yang signifikan pada onset estrus dan panjang diestrus tetapi tidak terdapat perbedaan signifikan pada panjang proestrus, onset estrus pada kelompok injeksi dan kontrol secara berurutan 6,7 hari dan 12 hari (P < 0,05). Dapat disimpulkan bahwa single injection PGF 2 α tidak memberikan pengaruh terhadap siklus estrus apabila diberikan pada fase diestrus awal sedangkan apabila diberikan pada fase diestrus tegah mengakibatkan fase diestrus lebih pendek yaitu 2,3 dibandingkan kambing kontrol diestrus tengah yang memiliki panjang diestrus 8 hari. Kata Kunci: PGF 2 α, onset, sinkronisasi estrus, vaginal smear ABSTRACT The objective of this study to understand the effect of PGF 2 α injection in early diestrus phase and middiestrus to the estrous cycle. Treatment in this study are early diestrus control, mid- diestrus control, administration of PGF 2 α on early diestrus phase and administration of PGF 2 α in mid diestrus phase (each group n=3.) 1.5 ml Capriglandin was injected once intramusculary. Then, phase change observed every day start one day since injection. Estrous phase were determined by observation vaginal smear cytology. Data were analyzed by Mann- Whitney method using Microsoft Excel software and SPSS 16.0 for Windows. There s no significant difference in diestrus and proestrus length on injected group at early diestrus and control early diestrus group, onset estrous of injected group and control group respectively on day 15 and on day 16. The injected group at mid diestrus and control mid diestrus group have a significant difference at onset estrous and diestrus length but there is no significant difference in proestrus length, onset of estrous in the injection group and control group respectively on day 6.7 and on day 12 day (P < 0.05). It can be concluded that there is no response of single injection of PGF 2 α when injected at early diestrus, but when injected at mid- diestrus causes a shorter diestrus phase than the control respectively 2,3 and 8 days. Keywords : PGF 2 α, onset of estrous, estrous synchronization, vaginal smears PENDAHULUAN Siklus reproduksi berlangsung dengan sintesis lutenaizing hormon (LH) dan folicular stimulating hormon (FSH) oleh hipofisa anterior. Sintesis dan sekresi FSH dan LH dirangsang oleh Gonadotropin Releasing Hormon (GnRH) yang disekresi oleh hipotalamus. Hormon ini mulai bekerja saat hewan mencapai masa pubertas (kematangan kelamin). Perkembangan awal sel folikel diregulasi oleh FSH yang selanjutnya merangsang sel granulosa dan sel teka ovarium untuk mensekresi estrogen[1]. Sinkronisasi estrus merupakan salah satu cara mengatur reproduksi pada ternak. Pengaturan siklus estrus pada sekelompok ternak bertujuan mempermudah pemeliharaan, efisiensi tenaga kerja, dan efisiensi reproduksi [2]. Prostaglandin F 2 α (PGF 2 α) telah banyak dilaporkan memiliki tingkat keberhasilan sinkronisasi birahi % dan tingkat kebuntingan % [2,3,4,5]. Jurnal Biotropika Vol. 2 No
2 Timbulnya berahi akibat pemberian PGF 2 α disebabkan karena penurunan konsentrasi progesteron akibat induksi perubahan morfologi jaringan luteal melalui perubahan asetat ke kolesterol. Penurunan kadar progesteron ini akan merangsang hipofisa anterior melepaskan FSH kemudian LH. Kedua hormon ini bertanggung jawab dalam proses folikulogenesis dan ovulasi, sehingga terjadi pertumbuhan dan pematangan folikel. Folikelfolikel tersebut akhirnya menghasilkan hormon estrogen yang mampu memanifestasikan gejala berahi [4,6]. Pada sinkronisasi estrus, terjadi peningkatan kadar prostaglandin yang dapat melisiskan korpus luteum sehingga menginduksi perkembangan folikel tersier dan meningkatkan kadar estrogen sehingga memicu estrus secara cepat dibandingkan siklus normal. Usia korpus luteum diketahui berpengaruh terhadap respon prostaglandin, oleh karena itu untuk mempelajari pengaruh tersebut penelitian ini perlu dilakukan. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di peternakan kambing milik Bapak Ir Agus Tumulyadi M.P. di Bululawang dan Laboratorium Lapangan Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya di Sumber Sekar, Malang pada bulan Februari hingga april dan analisis data dilakukan dilaboratorium anatomi dan histologi hewan, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya. Persiapan awal Persiapan awal penelitian ini yaitu memilih 12 hewan coba dengan kriteria status tidak bunting, sehat secara klinis, sudah pernah melahirkan, umur 1,5-3,0 tahun [7]. Hewan coba selanjutnya akan dikelompokkan menjadi kontrol fase diestrus awal, kontrol fase diestrus tengah, injeksi PGF 2 α pada fase diestrus awal dan injeksi PGF 2 α pada fase diestrus tengah (masingmasing kelompok n=3). Smear Vagina Untuk mengetahui fase estrus sebelum perlakuan pada hewan coba, dilakukan pemeriksaan fase estrus dengan metode smear vagina. Smear vagina dilakukan dengan menggunakan cotton bud yang telah dibasahi dengan alkohol 70%, selanjutnya dimasukkan dalam vagina kambing betina dengan sudut ±45 o dan diusapkan selama 2-3 kali putaran. Selanjutnya dibuat preparat apusan pada slide glass. Preparat apusan kemudian ditetesi ethanol absolut dan didiamkan selama 15 menit. Preparat selanjutnya ditetesi pewarna giemsa 20% kemudian didiamkan selama menit. Selanjutnya preparat dibilas dengan air mengalir dan dikeringanginkan. Preparat yang telah jadi kemudian diamati morfologi sel epitel mengunakan mikroskop dengan perbesaran lemah (100x) kemudian dengan perbesaran lebih kuat (400x). Hewan dikelompokkan pada masing- masing kelompok perlakuan sesuai dengan fase yang sedang berlangsung pada masing- masing hewan. Injeksi PGF 2 α Kambing pada perlakuan diestrus awal dan diestrus tengah diinjeksi 1,5 ml capriglandin secara intramuscular. Injkesi hanya dilakukan satu kali. Pengamatan Perubahan fase dan Onset Estrus Pengamatan dilakukan setiap hari mulai 1 hari setelah injeksi hingga fase estrus. Perubahan fase diamati melalui smear vagina. Parameter untuk mengetahui tingkat keberhasilan sinkronisasi diamati dari onset estrus. Analisa Data Data dianalisis dengan metode Mann Whitney menggunakan SPSS 16,0 for windows dan Microsoft Excel. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengamatan sebelum injeksi pada kelompok diestrus awal dan kontrol diestrus awal menunjukkan adanya sel- sel epitel parabasal, dominasi sel- sel parabasal pada preparat merupakan ciri fase diestrus awal. Sel- sel parabasal ditandai dengan diameter sel yang kecil (kurang dari 30 µm), inti yang besar dan rasio sitoplasma dan inti sel relatif kecil. Sel parabasal berdiameter sekitar 20 µm dan berinti dengan diameter sekitar 9 µm [8]. Gambar 1. Sitologi vagina pada pengamatan hari ke-1 kelompok injeksi diestrus awal ditandai dengan sel epitel parabasal (panah hitam) perbesaran 200x Jurnal Biotropika Vol. 2 No
3 Injeksi PGF 2 α yang dilakukan pada fase diestrus awal tidak memberikan banyak perubahan terhadap durasi masing- masing fase pada siklus estrus, durasi fase diestrus kambing yang diinjeksi dengan kambing kontrol tidak terdapat perbedaan signifikan berdasarkan uji dengan Mann Whitney. Kelompok yang diiinjeksi PGF 2 α memiliki rata- rata panjang fase diestrus 11,3 hari, sedangkan kelompok kontrol 12,3 hari. Fase proestrus merupakan fase lanjutan dalam siklus estrus setelah fase diestrus berakhir. Injeksi yang dilakukan pada fase diestrus diperkirakan akan mempengaruhi fase proestrus pula. Pada fase proestrus, kedua kelompok memiliki durasi rata- rata fase proestrus yang sama yaitu 2,7 hari. Hal tersebut membuktikan bahwa injeksi PGF 2 α pada fase diestrus awal tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap fase proestrus. Onset estrus merupakan waktu yang dibutuhkan untuk kambing mencapai estrus/ birahi, dihitung sejak dilakukannya injeksi. Penelitian ini dilakukan pada waktu yang bersamaan sehingga onset estrus kelompok kambing kontrol dihitung sejak dilakukannya injeksi pada kelompok kambing yang diinjeksi PGF 2 α, sedangkan pada perulangan kelompok kontrol yang tidak dilakukan pada waktu yang bersamaan, onset estrus dihitung sejak kambing berada pada fase yang sama dengan kambing yang diinjeksi dilihat dari proporsi sel yang muncul pada preparat. Rata- rata onset estrus kelompok yang diinjeksi PGF 2 α adalah 15 hari, sedangkan pada kelompok kontrol 16 hari. Dari hasil tersebut, dapat diketahui bahwa injeksi pada awal fase diestrus awal tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pemendekan siklus estrus (gambar 2). Gambar 2. Rataan panjang fase dan onset estrus kelompok diestrus awal (injeksi dan kontrol) Pada pengamatan hari pertama fase diestrus tengah, sel- sel polymorphonuclear sudah tidak terlihat sedangkan sel- sel parabasal sudah mulai berkembang menuju sel- sel intermediet. Sel- sel intermediet terus berkembang dan akan menjadi sel- sel superfisial. Sel epitel intermediet dicirikan dengan mengecilnya inti sel sehingga rasio inti sel dengan sitoplasma lebih besar. Sel intermediet memiliki ukuran µm dan inti sel sekitar 8 µm [8]. a b Gambar 3. Sitologi vagina pengamatan hari ke-2 kelompok diestrus tengah. Sel intermediet ( panah biru) dan sel parabasal (panah hitam) perbesaran 100x pada kelompok kontrol (a) dan pada kambing yang diinjeksi PGF 2 α perbesaran 200x (b) Ketika sebagian besar sel epitel telah menjadi sel- sel superfisial maka hal ini menandakan bahwa kambing telah masuk fase proestrus yang selanjutnya akan mengalami tanda- tanda estrus yang akan diikuti terjadinya birahi dan ovulasi. Pada preparat, estrus akan ditandai dengan munculnya sel- sel epitel yang terkornifikasi dengan inti sel yang telah terdegradasi. sel superfisial merupakan sel pada tingkat kematangan akhir, diameter sel superfisial sekitar 50 hingga 60 µm, sitoplasma sel superfisial berbentuk polygonal [8]. Kelompok yang diinjeksi pada fase diestrus tengah dan kelompok kontrol fase diestrus tengah merupakan kambing yang berbeda dari kambing yang diinjeksi pada fase diestrus awal dan kontrol diestrus awal. Pada kelompok kambing yang mengalami injeksi PGF 2 α pada fase diestrus tengah, mengalami rata- rata diestrus selama 2,3 hari, sedangkan pada Jurnal Biotropika Vol. 2 No
4 kelompok kontrol memiliki panjang fase diestrus selama 8 hari. Berdasarkan analisis dengan metode Mann Whitney menunjukkan signifikansi yang lebih rendah dari alfa (0,05) sehingga H0 ditolak, hal ini berarti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kambing yang diinjeksi pada fase diestrus tengah dengan kambing kontrol pada fase diestrus tengah. Pada fase proestrus, kelompok yang diinjeksi PGF 2 α memiliki durasi fase proestrus 3,3 hari, sedangkan kelompok kontrol mengalami proestrus selama 3 hari dengan kesimpulan bahwa injeksi PGF 2 α tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap fase proestrus. Durasi onset estrus berbeda secara signifikan pada kedua kelompok. Kelompok yang diinjeksi PGF 2 α memiliki rata- rata onset estrus 6,7 hari, sedangkan kelompok kontrol memiliki onset estrus 12 hari (gambar 4). Gambar 4. Rataan panjang fase dan onset estrus kelompok diestrus tengah (injeksi dan kontrol) Waktu injeksi sangat mempengaruhi onset estrus dan panjang fase pada siklus estrus. Hal ini dapat dilihat pada durasi fase diestrus dan onset estrus antara kelompok yang diinjeksi saat diestrus awal dan diestrus tengah. Pada injeksi diestrus awal rata- rata panjang fase diestrus 11,3 hari sedangkan pada kelompok diestrus tengah memiliki rata- rata diestrus 2,3 hari. Dari analisis Mann Whitney menunjukkan bahwa waktu injeksi berpengaruh secara signifikan terhadap fase diestrus hal ini berhubungan dengan usia korpus luteum. Pada fase proestrus, kelompok injeksi pada awal diestrus memiliki rata- rata fase proestrus selama 2,7 hari, sedangkan kelompok diestrus tengah selama 3,3 hari sehingga tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kedua kelompok. Rata rata onset estrus pada kelompok injeksi saat fase diestrus awal adalah 15 hari, sedangkan pada kelompok injeksi fase diestrus tengah selama 6,7 hari hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan waktu yang signifikan terhadap onset estrus. Jadi, dapat disimpulkan bahwa fase injeksi diestrus tengah lebih efektif untuk memperpendek onset estrus dibanding fase diestrus awal (gambar 5). Gambar 5. Rataan panjang fase dan onset estrus perlakuan injeksi diestrus tengah dengan injeksi diestrus awal Kelompok injeksi pada fase diestrus awal tidak mengalami pemendekan siklus disebabkan karena belum adanya korpus luteum atau korpus luteum yang dimiliki belum fungsional sehingga penyuntikan PGF 2 α tidak mampu melisiskan korpus luteum dan perkembangan oosit primer tidak terjadi sehingga tidak muncul tanda- tanda birahi. Pada kambing yang diinjeksi pada fase diestrus tengah, korpus luteum telah fungsional dan mampu diregresi oleh PGF 2 α sehingga terbentuklah siklus estrus yang baru dimana terjadinya perkembangan oosit primer menjadi oosit sekunder yang selanjutnya akan mengalami ovulasi yang didahului dengan tingkah laku estrus/ birahi. Pada sapi, diasumsikan bahwa transisi dari korpus luteum sapi dari masa refraktori menuju respon terjadi pada hari ke-5 dari siklus estrus (hari pertama= estrus) karena pada 5 dari 8 sapi yang diberikan pada PGF 2 α hari ke-5, regresi luteal awal tampak jelas selama pemeriksaan 24 jam setelah pemberian PGF 2 α. Hal ini diasumsikan bahwa respon dari korpus luteum untuk PGF 2 α tergantung pada usia yang tepat dari korpus luteum pada saat pemberian PGF 2 α [9]. Penelitian pada kelinci [10] dan babi [11] mnunjukkan bahwa konsentrasi reseptor PGF 2 α meningkat hingga 5 kali lipat dari awal fase luteal hingga pertengahan fase luteal dan konsentrasi tertingggi didapatkan pada akhir fase luteal. Sebaliknya, konsentrasi tertinggi reseptor PGE 2 berada pada awal fase luteal dan terus menurun hingga akhir fase luteal. Rendahnya reseptor PGF 2 α pada awal fase luteal dimungkinkan menjadi penyebab ketidaksensitifan korpus luteum terhadap kehadiran PGF 2 α sehingga injeksi PGF 2 α pada Jurnal Biotropika Vol. 2 No
5 awal fase diestrus tidak mampu menyebabkan luteolisis yang lebih cepat. Rendahnya reseptor PGF 2 α kemungkinan berhubungan dengan tingginya reseptor PGE 2 pada awal fase luteal [10]. Injeksi PGF 2 α pada pertengahan diestrus mampu meregresi korpus luteum lebih cepat dibandingkan siklus normal sehingga progesteron segera turun dan anterior pituitari mensekresikan FSH sehingga siklus yang baru dimulai. Kemampuan korpus luteum dalam merespon kehadiran PGF 2 α dimungkinkan karena tingginya konsentrasi reseptor PGF 2 α pada pertengahan fase, sehingga korpus luteum menyadari kehadiran PGF 2 α dan memberikan respon luteolisis. Bagaimanapun juga, hal ini membutuhkan penelitian lebih lanjut karena kemungkinan terdapat mekanisme yang berbeda pada spesies yang berbeda. Berbeda dengan kelinci [10] dan babi [11] yang memiiki konsentrasi reseptor PGF 2 α yang rendah pada awal fase luteal, pada sapi konsentrasi afinitas yang tinggi terhadap PGF 2 α telah ditemukan sejak awal fase luteal [11, 12]. KESIMPULAN Single injection PGF 2 α pada fase diestrus tengah mampu memperpendek siklus estrus. Perubahan siklus akibat injeksi PGF 2 α pada kelompok injeksi fase diestrus tengah memiliki fase diestrus lebih pendek yaitu 2,3 dibandingkan kambing kontrol diestrus tengah yang memiliki panjang diestrus 8 hari. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Agung Pramana W. M. M.Si., Drs. Aris Soewondo M.Si. dan Dr. Ir. Gatot Ciptadi, DESS yang telah memberikan banyak masukan yang sangat membangun. Tidak lupa juga kepada Bapak Ir. Agus Tumulyadi M.P. selaku pemilik peternakan yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian dipeternakan Bulu Lawang. Bapak Slamet dan Bapak Sumali S.Pt. M.Ag serta Bapak Harmaji yang telah banyak membantu selama penelitian, terima kasih juga kepada Winda Rahayu, Ariani Mahdiyah dan M. Rizar Zakaria. DAFTAR PUSTAKA [1] Syari, T. N Pengaruh Pemberian Ekstrak Brotowali (Tinospora crispa, l.) terhadap Perkembangan Folikel Ovarium Tikus Putih (Rattus norvegicus, L.). Skripsi. Program Studi Biologi,Jurusan Pendidikan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta. [2] Dewi, R. R., Wahyuningsih dan D. T. Widayati Respon Estrus Pada Kambing Peranakan Ettawa Dengan Body Condition Score 2 Dan 3 Terhadap Kombinasi Implant Controlled Internal Drug Release Jangka Pendek Dengan Injeksi Prostaglandin F 2 Alpha. Jurnal Kedokteran Hewan. SSN : X. Vol. 5(1). [3] Simoes, J., Baril, G., Almeida, J. C.,. Azevedo, J., Fontes, P. dan Mascarenhas, R Time of ovulation in nulliparous and multiparous goats. Animal. 2(5): doi: /S X. [4] Hafizuddin, Wenny N. S., T. N. Siregar, dan Hamdan Persentase Berahi Dan Kebuntingan Kambing Peranakan Ettawa (PE) Setelah Pemberian Beberapa Hormon Prostaglandin Komersial. Jurnal Kedokteran Hewan. ISSN : X. 5 (2). [5] Sutama, I K Inovasi Teknologi Reproduksi Mendukung Pengembangan Kambing Perah Lokal. Pengembangan inovasi pertanian 4(3): [6] Akhtar, M. S., A. A. Farooq and S. Inayat Treatment of First Degree Endometritis by Cloprostenol and Estradiol in Choolistani Cows. The Journal of Animal dan Plant Sciences 19(1):20-21.ISSN: [7] Siregar, T. N Profil Hormon Estrogen Dan Progesteron Pada Siklus Berahi Kambing Lokal. J. Ked. Hewan. 3(2): [8] Casallas, L. H. C Classication of Squamous Cell Cervical Cytology. Thesis. Universidad Nacional de Colombia. [9] Wenzinger, B. dan U. Bleul Effect of a Prostaglandin F 2 α Analogue on the Cyclic Corpus Luteum during its Refractory Period in Cows. Wenzinger and Bleul BMC Veterinary Research 2012, 8:220. [10] Boiti, C., D. Zampini, M. Zerani, G. Guelfi dan A. Gobbetti Prostaglandin Receptors and Role of G Protein- Activated Pathways on Corpora Lutea of Pseudopregnant Rabbit in Vitro. Journal of Endocrinology vol 168 (11): Jurnal Biotropika Vol. 2 No
6 [11] Wiltbank, M.C., T. F. Shiao, D.R. Bergfelt, dan OJ. Ginther Prostaglandin F 2 α Receptors in the Early Bovine Corpus Luteum. BIOLOGY OF REPRODUCTION vol 52 (5): [12] Levy, N., S. Kobayashi, Z. Roth, D.Wolfenson, A. Miyamoto,dan R. Meidan Administration of Prostaglandin F 2 α During the Early Bovine Luteal Phase Does Not Alter the Expression of ET-1 and of Its Type a Receptor: A Possible Cause for Corpus Luteum Refractoriness. BIOLOGY OF REPRODUCTION vol 63 (6): Jurnal Biotropika Vol. 2 No
I. PENDAHULUAN. Selatan. Sapi pesisir dapat beradaptasi dengan baik terhadap pakan berkualitas
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sapi pesisir merupakan salah satu bangsa sapi lokal yang banyak di pelihara petani-peternak di Sumatera Barat, terutama di Kabupaten Pesisir Selatan. Sapi pesisir dapat
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. pejantan untuk dikawini. Diluar fase estrus, ternak betina akan menolak dan
30 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kualitas Estrus 4.1.1 Tingkah Laku Estrus Ternak yang mengalami fase estrus akan menunjukkan perilaku menerima pejantan untuk dikawini. Diluar fase estrus, ternak betina
Lebih terperinciSiklus Estrus Induk Kambing Peranakan Boer F1 Dengan Perlakuan Penyapihan Dini Pada Masa Post Partum
Induk Kambing Peranakan Boer F1 Dengan Perlakuan Penyapihan Dini Pada Masa Post Partum Muhammad Rizar Z. 1), Agung Pramana W.M. 1), Gatot Ciptadi 3) 1 Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan timbulnya sifat-sifat kelamin sekunder, mempertahankan sistem
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Estrogen merupakan hormon steroid yang dihasilkan oleh sel granulosa dan sel teka dari folikel de Graaf pada ovarium (Hardjopranjoto, 1995). Estrogen berkaitan dengan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Bone Bolango merupakan salah satu kabupaten diantara 5
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kabupaten Bone Bolango merupakan salah satu kabupaten diantara 5 Kabupaten yang terdapat di provinsi Gorontalo dan secara geografis memiliki
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Jawarandu merupakan kambing lokal Indonesia. Kambing jenis
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Jawarandu Kambing Jawarandu merupakan kambing lokal Indonesia. Kambing jenis ini banyak diternakkan di pesisir pantai utara (Prawirodigdo et al., 2004). Kambing Jawarandu
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
9 A B Hari ke- 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16-17 Gambar 8 Teknik penyuntian PGF 2α. (A) Penyuntikan pertama, (B) Penyuntikan kedua, (C) Pengamatan estrus yang dilakukan tiga kali sehari yaitu pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada zaman dahulu hingga sekarang banyak masyarakat Indonesia
BAB I A. Latar Belakang PENDAHULUAN Pada zaman dahulu hingga sekarang banyak masyarakat Indonesia yang memanfaatkan berbagai jenis tumbuhan sebagai bahan untuk makanan maupun untuk pengobatan tradisional.
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. Gambaran mikroskopik folikel ovarium tikus putih betina ((Rattus
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Gambaran mikroskopik folikel ovarium tikus putih betina ((Rattus norvegicus, L) dengan perbesaran 4x10 menggunakan teknik pewarnaan Hematoxilin-eosin
Lebih terperinciONSET DAN LAMA ESTRUS KAMBING KACANG YANG DIINJEKSIPROSTAGLANDINF2α PADA SUBMUKOSA VULVA
ONSET DAN LAMA ESTRUS KAMBING KACANG YANG DIINJEKSIPROSTAGLANDINF2α PADA SUBMUKOSA VULVA (Onset and Etrus Duration of Kacang Goat Injected with Prostaglandin F2α in Vulva Submucosal) Fahrul Ilham, Safriyanto
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. jika ditinjau dari program swasembada daging sapi dengan target tahun 2009 dan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sapi potong merupakan salah satu ternak penghasil daging dan merupakan komoditas peternakan yang sangat potensial. Dalam perkembangannya, populasi sapi potong belum mampu
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Estrus Setelah Penyuntikan Kedua PGF 2α. Tabel 1 Pengamatan karakteristik estrus kelompok PGF 2α
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Estrus Setelah Penyuntikan Kedua PGF 2α Hasil penelitian didapatkan 13 dari 15 ekor domba (87,67%) menunjukan respon estrus dengan penyuntikan PGF 2α. Onset estrus berkisar
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Peranakan Ongole (PO) merupakan salah satu sapi yang banyak
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Peranakan Ongole (PO) Sapi Peranakan Ongole (PO) merupakan salah satu sapi yang banyak dibudidayakan oleh masyarakat di Indonesia. Populasi sapi PO terbesar berada di
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Propinsi Lampung memiliki potensi sumber daya alam yang sangat besar untuk
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Propinsi Lampung memiliki potensi sumber daya alam yang sangat besar untuk pengembangan ternak sapi potong. Kemampuan menampung ternak sapi di Lampung sebesar
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diambil berdasarkan gambar histologik folikel ovarium tikus putih (Rattus
A. Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian mengenai pengruh pemberian ekstrak kacang merah (Phaseolus vulgaris, L.) terhadap perkembangan folikel ovarium tikus putih diambil
Lebih terperinci5 KINERJA REPRODUKSI
5 KINERJA REPRODUKSI Pendahuluan Dengan meningkatnya permintaan terhadap daging tikus ekor putih sejalan dengan laju pertambahan penduduk, yang diikuti pula dengan makin berkurangnya kawasan hutan yang
Lebih terperinci2. Mengetahui waktu timbulnya dan lamanya estrus pada setiap perlakuan penyuntikan yang berbeda. Manfaat Penelitian
2 2. Mengetahui waktu timbulnya dan lamanya estrus pada setiap perlakuan penyuntikan yang berbeda. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini diharapkan akan mempermudah dalam menentukan waktu yang tepat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Tujuan. Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui ciri-ciri tiap fase siklus estrus pada mencit betina.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Siklus reproduksi adalah perubahan siklus yang terjadi pada sistem reproduksi (ovarium, oviduk, uterus dan vagina) hewan betina dewasa yang tidak hamil, yang memperlihatkan
Lebih terperinciBAB I PENYERENTAKAN BERAHI
BAB I PENYERENTAKAN BERAHI 1.1 Pendahuluan Penyerentakan berahi (Sinkronisasi Estrus) merupakan suatu proses manipulasi berahi pada sekelompok ternak betina. Adapun alasan dilakukannya Penyerentakan berahi
Lebih terperinciGAMBARAN ULTRASONOGRAFI OVARIUM KAMBING KACANG YANG DISINKRONISASI DENGAN HORMON PROSTAGLANDIN F 2 ALFA (PGF 2 α) DOSIS TUNGGAL
ISSN : 1978-225X GAMBARAN ULTRASONOGRAFI OVARIUM KAMBING KACANG YANG DISINKRONISASI DENGAN HORMON PROSTAGLANDIN F 2 ALFA (PGF 2 α) DOSIS TUNGGAL Study of Ovarian Ultrasoundography of Local Goat Synchronized
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Siklus Reproduksi Kuda
3 TINJAUAN PUSTAKA Siklus Reproduksi Kuda Siklus reproduksi terkait dengan berbagai fenomena, meliputi pubertas dan kematangan seksual, musim kawin, siklus estrus, aktivitas seksual setelah beranak, dan
Lebih terperinciSkripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana Peternakan Di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
APLIKASI HORMON PROSTAGLANDHIN F2α DAN GONADOTROPHIN RELEASING HORMONE TERHADAP TAMPILAN ESTRUS SAPI SIMMENTAL PERANAKAN ONGOLE DALAM PROGRAM SINKRONISASI ESTRUS Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rusa Timor (Rusa timorensis) merupakan spesies bendera (flag species)
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Rusa Timor (Rusa timorensis) Rusa Timor (Rusa timorensis) merupakan spesies bendera (flag species) bagi Provinsi Nusa Tenggara Barat, bahkan telah menjadi lambang bagi provinsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Brotowali (Tinospora crispa, L.) merupakan tumbuhan obat herbal dari family
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Brotowali (Tinospora crispa, L.) merupakan tumbuhan obat herbal dari family Menispermaceae yang mempunyai beberapa manfaat diantaranya dapat digunakan untuk mengobati
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tikus putih (Rattus norvegicus, L.) adalah sebagai berikut:
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian mengenai pengaruh pemberian ekstrak kacang kedelai hitam (Glycine soja) terhadap jumlah kelenjar dan ketebalan lapisan endometrium
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN A.
1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aplikasi bioteknologi reproduksi di bidang peternakan merupakan suatu terobosan untuk memacu pengembangan usaha peternakan. Sapi merupakan salah satu jenis ternak
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR LAMPIRAN... INTISARI...
DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN.... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR LAMPIRAN... INTISARI...... ABSTRACT... ii iii v vii viii ix x xii xiii BAB I.
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tikus putih (Rattus norvegicus, L.) adalah sebagai berikut:
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian mengenai pengaruh ekstrak biji pepaya (Carica papaya, L.) terhadap ketebalan lapisan endometrium dan kadar hemoglobin tikus putih (Rattus
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. Dalam usaha meningkatkan penyediaan protein hewani dan untuk
PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam usaha meningkatkan penyediaan protein hewani dan untuk mencapai swasembada protein asal ternak khususnya swasembada daging pada tahun 2005, maka produkksi ternak kambing
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. hari. Dalam perkembangannya, produktivitas kerbau masih rendah dibandingkan dengan sapi.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kerbau sangat bermanfaat bagi petani di Indonesia yaitu sebagai tenaga kerja untuk mengolah sawah, penghasil daging dan susu, serta sebagai tabungan untuk keperluan dikemudian
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN HEWAN II
VAGINAL SMEAR Oleh : Nama : Nur Amalah NIM : B1J011135 Rombongan : IV Kelompok : 2 Asisten : Andri Prajaka Santo LAPORAN PRAKTIKUM STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN HEWAN II KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat desa dengan keadaan desa yang alami dan mampu memberikan suplai
17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Lokal Domba merupakan ruminansia kecil yang relatif mudah dibudidayakan oleh masyarakat desa dengan keadaan desa yang alami dan mampu memberikan suplai pakan berupa
Lebih terperinciTatap muka ke 13 & 14 SINKRONISASI / INDUKSI BIRAHI DAN WAKTU IB
Tatap muka ke 13 & 14 PokokBahasan : SINKRONISASI / INDUKSI BIRAHI DAN WAKTU IB 1. Tujuan Intruksional Umum Mengerti tujuan sinkronisasi / induksi birahi Mengerti cara- cara melakuakn sinkronisasi birahi/induksi
Lebih terperinciHUBUNGAN HIPOTALAMUS-HIPOFISE- GONAD. Oleh: Ir. Diah Tri Widayati, MP, Ph.D Ir. Kustono, M.Sc., Ph.D.
HUBUNGAN HIPOTALAMUS-HIPOFISE- GONAD Oleh: Ir. Diah Tri Widayati, MP, Ph.D Ir. Kustono, M.Sc., Ph.D. Mekanisme umpan balik pelepasan hormon reproduksi pada hewan betina Rangsangan luar Cahaya, stress,
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kinerja Induk Parameter yang diukur untuk melihat pengaruh pemberian fitoestrogen ekstrak tempe terhadap kinerja induk adalah lama kebuntingan, dan tingkat produksi anak
Lebih terperinciLEMBAR PERSETUJUAN ARTIKEL TAMPILAN BIRAHI KAMBING LOKAL YANG BERBEDA UMUR HASIL SINKRONISASI MENGGUNAKAN PROSTAGLANDIN F2 DI KABUPATEN BONE BOLANGO
LEMBAR PERSETUJUAN ARTIKEL TAMPILAN BIRAHI KAMBING LOKAL YANG BERBEDA UMUR HASIL SINKRONISASI MENGGUNAKAN PROSTAGLANDIN F2 DI KABUPATEN BONE BOLANGO HAMZA BAU NIM. 621408018 TELAH DIPERIKSA DAN DISETUJUI
Lebih terperinciPENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK HIPOFISA SAPI TERHADAP PENINGKATAN PRODUKTIVITAS AYAM PETELUR PADA FASE AKHIR PRODUKSI
Jurnal Kedokteran Hewan Vol. 8 No. 1, Maret 2014 ISSN : 1978-225X PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK HIPOFISA SAPI TERHADAP PENINGKATAN PRODUKTIVITAS AYAM PETELUR PADA FASE AKHIR PRODUKSI The Effect of Pituitary
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
19 HASIL DAN PEMBAHASAN Aktivitas Ekstrak Metanol Buah Adas terhadap Lama Siklus Siklus estrus terdiri dari proestrus (12 jam), estrus (12 jam), metestrus (12 jam), dan diestrus (57 jam), yang secara total
Lebih terperinciSKRIPSI. PERFORMAN REPRODUKSI INDUK SAPI BALI PASCA SINKRONISASI ESTRUS MENGGUNAKAN PROSTAGLANDIN (PGF 2α ) DAN HUMAN CHORIONIC GONADOTROPIN (hcg)
SKRIPSI PERFORMAN REPRODUKSI INDUK SAPI BALI PASCA SINKRONISASI ESTRUS MENGGUNAKAN PROSTAGLANDIN (PGF 2α ) DAN HUMAN CHORIONIC GONADOTROPIN (hcg) UIN SUSKA RIAU Oleh : Yoga Prandika 11181102894 PROGRAM
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dengan tujuan untuk menghasilkan daging, susu, dan sumber tenaga kerja sebagai
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kerbau merupakan salah satu ternak ruminansia yang dikembangkan dengan tujuan untuk menghasilkan daging, susu, dan sumber tenaga kerja sebagai hasil utama serta pupuk organik
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. yang mayoritas adalah petani dan peternak, dan ternak lokal memiliki beberapa
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ternak lokal berperan penting dalam kehidupan masyarakat pedesaan yang mayoritas adalah petani dan peternak, dan ternak lokal memiliki beberapa sifat unggul dibandingkan
Lebih terperinciMateri 5 Endokrinologi selama siklus estrus
Materi 5 Endokrinologi selama siklus estrus MK. Ilmu Reproduksi LABORATORIUM REPRODUKSI TERNAK FAPET UB 1 Sub Pokok Bahasan Hormon-hormon reproduksi dan peranannya (GnRH, FSH,LH, estrogen, Progesteron,
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA JUMLAH FOLIKEL YANG MENGALAMI OVULASI TERHADAP KEBERHASILAN KEBUNTINGAN DOMBA PADA BERAHI PERTAMA SETELAH PENYUNTIKAN PGF2,
Media Veleriner 1996. Vol. 111 (1) Artikel Asli HUBUNGAN ANTARA JUMLAH FOLIKEL YANG MENGALAMI OVULASI TERHADAP KEBERHASILAN KEBUNTINGAN DOMBA PADA BERAHI PERTAMA SETELAH PENYUNTIKAN PGF2, CONCEPTION RATE
Lebih terperinciPENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK KACANG MERAH (Phaseolus vulgaris, L.) TERHADAP PERKEMBANGAN FOLIKEL OVARIUM TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus, L.
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK (Rizka Qori Dwi Mastuti) 131 PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK KACANG MERAH (Phaseolus vulgaris, L.) TERHADAP PERKEMBANGAN FOLIKEL OVARIUM TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus, L.) Rizka
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Hormon dan Perannya dalam Dinamika Ovari
TINJUN PUTK Hormon dan Perannya dalam inamika Ovari Gonadotrophin eleasing Hormone (GnH). GnH tidak secara langsung mempengaruhi ovarium, tetapi hormon yang dihasilkan hipotalamus ini bekerja menstimulus
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
9 Deteksi Estrus Pengukuran hambatan arus listrik lendir vagina dilakukan dua kali sehari (pagi dan sore) selama lima hari berturut-turut. Angka estrus detektor direkapitulasi dalam bentuk tabel secara
Lebih terperinciF I S I O L O G I Reproduksi dan Laktasi. 10 & 17 Februari 2014 Drh. Fika Yuliza Purba, M.Sc.
F I S I O L O G I Reproduksi dan Laktasi 10 & 17 Februari 2014 Drh. Fika Yuliza Purba, M.Sc. Sasaran Pembelajaran Mahasiswa dapat menjelaskan sistem reproduksi dan laktasi Materi Kontrol gonad dan perkembangan
Lebih terperinciPengaruh Pemberian Prostaglandin F2 Alpha Terhadap Waktu Kemunculan Birahi dan Keberhasilan Inseminasi Buatan Sapi Brahman Cross (Bx) Heifers
ISSN : 0852-3681 E-ISSN : 2443-0765 Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 27 (3): 39 43 Available online at http://jiip.ub.ac.id Pengaruh Pemberian Prostaglandin F2 Alpha Terhadap Waktu Kemunculan Birahi dan Keberhasilan
Lebih terperinciSistem hormon wanita, seperti pada pria, terdiri dari tiga hirarki hormon, sebagai berikut ;
Fisiologi Reproduksi & Hormonal Wanita Sistem hormon wanita, seperti pada pria, terdiri dari tiga hirarki hormon, sebagai berikut ; 1. Hormon yang dikeluarkan hipothalamus, Hormon pelepas- gonadotropin
Lebih terperinciPENGARUH SUPEROVULASI PADA LAJU OVULASI, SEKRESI ESTRADIOL DAN PROGESTERON, SERTA PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN UTERUS DAN KELENJAR SUSU TIKUS PUTIH (Rattus Sp.) SELAMA SIKLUS ESTRUS TESIS OLEH : HERNAWATI
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dan lekosit tikus putih (Rattus norvegicus) betina adalah sebagai berikut :
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL Hasil penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak biji pepaya (Carica papaya, L.) terhadap jumlah kelenjar endometrium, jumlah eritrosit dan lekosit tikus putih (Rattus
Lebih terperinciPROFIL HORMON TESTOSTERON DAN ESTROGEN WALET LINCHI SELAMA PERIODE 12 BULAN
Pendahuluan 5. PROFIL HORMON TESTOSTERON DAN ESTROGEN WALET LINCHI SELAMA PERIODE 12 BULAN Hormon steroid merupakan derivat dari kolesterol, molekulnya kecil bersifat lipofilik (larut dalam lemak) dan
Lebih terperinciPengaruh Waktu Pemberian Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH) terhadap Jumlah Korpus Luteum dan Kecepatan Timbulnya Berahi pada Sapi Pesisir
Jurnal Peternakan Indonesia, Oktober 2014 Vol. 16 (3) ISSN 1907-1760 Pengaruh Waktu Pemberian Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH) terhadap Jumlah Korpus Luteum dan Kecepatan Timbulnya Berahi pada Sapi
Lebih terperinciRESPON PENYUNTIKAN HORMON CAPRIGLANDIN PGF2 ERHADAP SINKRONISASI BERAHI INDUK SAPI BALI DI KABUPATEN BANTAENG SULAWESI SELATAN
RESPON PENYUNTIKAN HORMON CAPRIGLANDIN PGF2 ERHADAP SINKRONISASI BERAHI INDUK SAPI BALI DI KABUPATEN BANTAENG SULAWESI SELATAN (Response of Injections of Capriglandin Pgf2 on strus Synchronization of Female
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian yang digunakan adalah acak lengkap dengan lima kelompok,
BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan dan Desain Penelitian Penelitian yang dilaksanakan merupakan penelitian eksperimen, rancangan penelitian yang digunakan adalah acak lengkap dengan lima kelompok,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
13 HASIL DAN PEMBAHASAN Sinkronisasi Estrus dan Waktu Ovulasi Folikel Untuk sinkronisasi estrus dan induksi ovulasi dilakukan pemberian PGF 2α sebanyak 2 ml i.m dan hcg 1500 IU. Hasil seperti tertera pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penelitian, pengujian dan pengembangan serta penemuan obat-obatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemanfaatan obat tradisional di Indonesia saat ini sudah cukup luas. Pengobatan tradisional terus dikembangkan dan dipelihara sebagai warisan budaya bangsa yang
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Siklus Menstruasi Remaja Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang utuh dari hipotalamus-hipofise-ovarium. Struktur alat reproduksi, status nutrisi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. pendidikan, perumahan, pelayanan kesehatan, sanitasi dan lingkungan (Shah et al.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Jumlah penduduk merupakan salah satu masalah terbesar yang dihadapi oleh setiap negara, karena membawa konsekuensi di segala aspek antara lain pekerjaan,
Lebih terperinciAnatomi sistem endokrin. Kerja hipotalamus dan hubungannya dengan kelenjar hormon Mekanisme umpan balik hormon Hormon yang
Anatomi sistem endokrin Kelenjar hipofisis Kelenjar tiroid dan paratiroid Kelenjar pankreas Testis dan ovum Kelenjar endokrin dan hormon yang berhubungan dengan sistem reproduksi wanita Kerja hipotalamus
Lebih terperinciRESPON ESTRUS PADA KAMBING PERANAKAN ETTAWA DENGAN BODY CONDITION SCORE
ISSN : 1978-5X Ratri Ratna Dewi, dkk RESPON ESTRUS PADA KAMBING PERANAKAN ETTAWA DENGAN BODY CONDITION SCORE DAN 3 TERHADAP KOMBINASI IMPLANT CONTROLLED INTERNAL DRUG RELEASE JANGKA PENDEK DENGAN INJEKSI
Lebih terperinciTugas Endrokinologi Kontrol Umpan Balik Positif Dan Negatif
Tugas Endrokinologi Kontrol Umpan Balik Positif Dan Negatif Kelompok 3 Aswar Anas 111810401036 Antin Siti Anisa 121810401006 Nenny Aulia Rochman 121810401036 Selvi Okta Yusidha 121810401037 Qurrotul Qomariyah
Lebih terperinciM. Rizal Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Pattimura, Ambon ABSTRAK
PENGARUH IMPLANTASI PROGESTERON INTRAVAGINAL TERHADAP TIMBULNYA ESTRUS PADA DOMBA GARUT BETINA (The Effect of Intravaginal Implantation of Progesteron on the Estrus in Garut Ewes) M. Rizal Jurusan Peternakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Barat sekitar SM. Kambing yang dipelihara (Capra aegagrus hircus)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Kambing Pada mulanya domestikasi kambing terjadi di daerah pegunungan Asia Barat sekitar 8000-7000 SM. Kambing yang dipelihara (Capra aegagrus hircus) berasal
Lebih terperinciPENGARUH JENIS SINKRONISASI DAN WAKTU PENYUNTIKAN PMSG TERHADAP KINERJA BERAHI PADA TERNAK KAMBING ERANAKAN ETAWAH DAN SAPERA
PENGARUH JENIS SINKRONISASI DAN WAKTU PENYUNTIKAN PMSG TERHADAP KINERJA BERAHI PADA TERNAK KAMBING ERANAKAN ETAWAH DAN SAPERA (Effect of Synchronization Type and PMSG Injection Time on Estrus Performance
Lebih terperinci1. Perbedaan siklus manusia dan primata dan hormon yang bekerja pada siklus menstruasi.
Nama : Hernawati NIM : 09027 Saya mengkritisi makalah kelompok 9 No 5 tentang siklus menstruasi. Menurut saya makalah mereka sudah cukup baik dan ketikannya juga sudah cukup rapih. Saya di sini akan sedikit
Lebih terperinciSiklus menstruasi. Nama : Kristina vearni oni samin. Nim: Semester 1 Angkatan 12
Nama : Kristina vearni oni samin Nim: 09031 Semester 1 Angkatan 12 Saya mengkritisi tugas biologi reproduksi kelompok 7 tentang siklus menstruasi yang dikerjakan oleh saudari Nela Soraja gusti. Tugas mereka
Lebih terperinciPEMANFAATAN LARUTAN IODIN POVIDON SEBAGAI HORMON STIMULAN GERTAK BERAHI KAMBING SECARA ALAMIAH
PEMANFAATAN LARUTAN IODIN POVIDON SEBAGAI HORMON STIMULAN GERTAK BERAHI KAMBING SECARA ALAMIAH Gatot Ciptadi Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang ABSTRAK Tujuan penelitiani
Lebih terperinciSexual behaviour Parturient behaviour Nursing & maternal behaviour
Sexual behaviour Parturient behaviour Nursing & maternal behaviour Rangsangan seksual libido Berkembang saat pubertas dan setelah dewasa berlangsung terus selama hidup Tergantung pada hormon testosteron
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
15 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Ultrasonografi Korpus Luteum Gambar 4 Gambaran ultrasonografi perubahan korpus luteum (garis putus-putus). Pada hari sebelum pemberian PGF 2α (H-1) korpus luteum bersifat
Lebih terperinciPENGARUH PERLAKUAN SINKRONISASI BERAHI TERHADAP RESPON BERAHI PADA SAPI BALI INDUK PASCA MELAHIRKAN
PENGARUH PERLAKUAN SINKRONISASI BERAHI TERHADAP RESPON BERAHI PADA SAPI BALI INDUK PASCA MELAHIRKAN SKRIPSI Oleh DARUSSALAM I111 11 014 FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2016 PENGARUH
Lebih terperinciPENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BROTOWALI (Tinospora crispa, L.) TERHADAP PERKEMBANGAN FOLIKEL OVARIUM TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus, L.
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BROTOWALI (Tinospora crispa, L.) TERHADAP PERKEMBANGAN FOLIKEL OVARIUM TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus, L.) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Lebih terperinciBAB V INDUKSI KELAHIRAN
BAB V INDUKSI KELAHIRAN 5.1 Pendahuluan Induksi kelahiran merupakan suatu proses merangsang kelahiran dengan mengunakan preparat hormon dengan tujuan ekonomis. Beberapa alasan dilakukannya induksi kelahiran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Monosodium glutamat (MSG) yang lebih dikenal dengan merk dagang. Ajinomoto telah lama digunakan sebagai tambahan penyedap masakan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Monosodium glutamat (MSG) yang lebih dikenal dengan merk dagang Ajinomoto telah lama digunakan sebagai tambahan penyedap masakan. Penggunanya bukan hanya ibu-ibu rumah
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam upaya menjadikan subsektor peternakan sebagai pendorong kemandirian pertanian Nasional, dibutuhkan terobosan pengembangan sistem peternakan. Dalam percepatan penciptaan
Lebih terperinciABSTRACT. Key words: Ongole Offspring, Estrous, Estrous Synchronization, PGF 2 α, Parities
RESPON KECEPATAN TIMBILNYA ESTRUS DAN LAMA ESTRUS PADA BERBAGAI PARITAS SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) SETELAH DUA KALI PENYUNTIKAN PROSTAGLANDIN F 2 α (PGF 2 α) The Response of Estrus Onset And Estrous Duration
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE PENELITIAN
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan Juni 2010 sampai dengan bulan Desember 2010 di kandang percobaan Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian
Lebih terperinciHUBUNGAN HORMON REPRODUKSI DENGAN PROSES GAMETOGENESIS MAKALAH
HUBUNGAN HORMON REPRODUKSI DENGAN PROSES GAMETOGENESIS MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Teknologi Informasi dalam Kebidanan yang dibina oleh Bapak Nuruddin Santoso, ST., MT Oleh Devina Nindi Aulia
Lebih terperinciPENGARUH PENYUNTIKAN PROSTAGLANDIN TERHADAP PERSENTASE BIRAHI DAN ANGKA KEBUNTINGAN SAPI BALI DAN PO DI KALIMANTAN SELATAN
PENGARUH PENYUNTIKAN PROSTAGLANDIN TERHADAP PERSENTASE BIRAHI DAN ANGKA KEBUNTINGAN SAPI BALI DAN PO DI KALIMANTAN SELATAN SUDARMAJI, ABD. MALIK DAN AAM GUNAWAN Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian,
Lebih terperinciSINKRONISASI ESTRUS MELALUI MANIPULASI HORMON AGEN LUTEOLITIK UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI REPRODUKSI SAPI BALI DAN PO DI SULAWESI TENGGARA
17 SINKRONISASI ESTRUS MELALUI MANIPULASI HORMON AGEN LUTEOLITIK UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI REPRODUKSI SAPI BALI DAN PO DI SULAWESI TENGGARA Oleh: Takdir Saili 1), Ali Bain 1), Achmad Selamet Aku 1),
Lebih terperinciPAPER SINKRONISASI ESTRUS PADA TERNAK
1 PAPER SINKRONISASI ESTRUS PADA TERNAK Untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknologi Reproduksi Oleh : Ardan Legenda De A 135050100111093 Mirsa Ita Dewi Adiana 135050100111189 Ari Prayudha 135050100111098
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Bali (Bibos sondaicus) yang ada saat ini diduga berasal dari hasil
9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sapi Bali Sapi Bali (Bibos sondaicus) yang ada saat ini diduga berasal dari hasil domestikasi banteng liar (Bibos banteng). Proses domestikasi sapi Bali itu terjadi sebelum 3.500
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. salah satu daya pikat dari ikan lele. Bagi pembudidaya, ikan lele merupakan ikan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu komoditi ikan yang menjadi primadona di Indonesia saat ini adalah ikan lele (Clarias sp). Rasa yang gurih dan harga yang terjangkau merupakan salah satu daya
Lebih terperinciAnatomi/organ reproduksi wanita
Anatomi/organ reproduksi wanita Genitalia luar Genitalia dalam Anatomi payudara Kelainan organ reproduksi wanita Fisiologi alat reproduksi wanita Hubungan ovarium dan gonadotropin hormon Sekresi hormon
Lebih terperinciSonogram Dinamika Ovarium pada Kambing Kacang (Capra hircus)
ISSN : 1411-8327 Sonogram Dinamika Ovarium pada Kambing Kacang (Capra hircus) (SONOGRAM OF OVARIAN DYNAMIC IN KACANG GOAT (CAPRA HIRCUS)) Santoso 1,3, Amrozi 2, Bambang Purwantara 2, Herdis 3 1 Mahasiswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan hormon. Di dalam setiap ovarium terjadi perkembangan sel telur
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Manusia mempunyai dua ovarium yang berfungsi memproduksi sel telur dan mengeluarkan hormon. Di dalam setiap ovarium terjadi perkembangan sel telur (oogenesis). Pada
Lebih terperinciSCREENING IBR DAN DIFERENSIAL LEUKOSIT UNTUK PENGENDALIAN GANGGUAN REPRODUKSI SAPI PO DI DAERAH INTEGRASI JAGUNG-SAPI. Bogor, 8-9 Agustus 2017
SCREENING IBR DAN DIFERENSIAL LEUKOSIT UNTUK PENGENDALIAN GANGGUAN REPRODUKSI SAPI PO DI DAERAH INTEGRASI JAGUNG-SAPI Bogor, 8-9 Agustus 2017 Latar Belakang Pertambahan populasi lambat Penurunan performa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ikan merupakan alternatif pilihan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan merupakan alternatif pilihan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan protein. Salah satu komoditas yang menjadi primadona saat ini adalah ikan lele (Clarias sp.). Ikan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ikan baung (Mystus nemurus) adalah ikan air tawar yang terdapat di
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan baung (Mystus nemurus) adalah ikan air tawar yang terdapat di beberapa sungai di Indonesia. Usaha budidaya ikan baung, khususnya pembesaran dalam keramba telah berkembang
Lebih terperinciIV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
36 IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. Lapisan Granulosa Folikel Primer Pengaruh pemberian ekstrak rimpang rumput teki (Cyperus rotundus L.) terhadap ketebalan lapisan granulosa pada
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan reproduksi akan sangat mendukung peningkatan populasi sapi
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Potong Keberhasilan reproduksi akan sangat mendukung peningkatan populasi sapi potong. Namun kondisi sapi potong di usaha peternakan rakyat masih dijumpai adanya kasus
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sapi Bali (Bos sondaicus, Bos javanicus, Bos/Bibos banteng) merupakan plasma
BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang Sapi Bali (Bos sondaicus, Bos javanicus, Bos/Bibos banteng) merupakan plasma nutfah nasional Indonesia, hasil domestikasi dari banteng liar beratus-ratus tahun yang lalu.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA Sapi Persilangan Simmental dan Peranakan Ongole. Sapi hasil persilangan antara sapi peranakan Ongole (PO) dan sapi
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Persilangan Simmental dan Peranakan Ongole Sapi hasil persilangan antara sapi peranakan Ongole (PO) dan sapi Simmental dengan nama SIMPO. Sapi SIMPO merupakan hasil
Lebih terperinciPAPER SINKRONISASI ESTRUS PADA TERNAK
1 PAPER SINKRONISASI ESTRUS PADA TERNAK Untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknologi Reproduksi Oleh : Ardan Legenda De A 135050100111093 Mirsa Ita Dewi Adiana 135050100111189 Ari Prayudha 135050100111098
Lebih terperinciEFEKTIVITAS PENYUNTIKAN ESTRO-PLAN (PGF-2Α SINTETIS) TERHADAP PENYERENTAKAN BERAHI SAPI BALI DI KABUPATEN PINRANG SULAWESI SELATAN
EFEKTIVITAS PENYUNTIKAN ESTRO-PLAN (PGF-2Α SINTETIS) TERHADAP PENYERENTAKAN BERAHI SAPI BALI DI KABUPATEN PINRANG SULAWESI SELATAN (Efficacy of Estro-plan (PGF-2α synthetic) Injection on Oestrus Synchronization
Lebih terperincidrh. Herlina Pratiwi
drh. Herlina Pratiwi Fase Folikuler: Oosit primer => folikel primer => foliker sedunder => folikel tertier => folikel degraaf => ovulasi => folikel haemoraghicum Fase Luteal: corpus luteum => corpus spurium
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA Sapi Persilangan Simmental Peranakan Ongole (SimPO)
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Persilangan Simmental Peranakan Ongole (SimPO) Pelaksanaan Inseminasi Buatan (IB) di Peternakan rakyat masih sekedar menyilangkan sapi lokal (terutama induk sapi PO)
Lebih terperinciPENGARUH BERBAGAI DOSIS PROSTAGLANDIN (PGF2α) TERHADAP KARAKTERISTIK ESTRUS PADA DOMBA GARUT
PENGARUH BERBAGAI DOSIS PROSTAGLANDIN (PGF2α) TERHADAP KARAKTERISTIK ESTRUS PADA DOMBA GARUT THE EFFECTS OF VARIOUS DOSES OF PROSTAGLANDIN (PGF2Α) ON THE CHARACTERISTICS OF ESTRUS IN GARUT EWES Asep Nasirin,
Lebih terperinciBuletin Veteriner Udayana Vol.1 No.2. :83-87 ISSN : Agustus 2009 INDUKSI ESTRUS DENGAN PMSG DAN GN-RH PADA SAPI PERAH ANESTRUS POSTPARTUM
INDUKSI ESTRUS DENGAN PMSG DAN GN-RH PADA SAPI PERAH ANESTRUS POSTPARTUM (Induction of Oestrus with PMSG and Gn-RH in the Postpartum an Oestrus Dairy Cattle) Oleh; Tjok Gde Oka Pemayun Laboratorium Reproduksi
Lebih terperinciPemantauan dan Pengukuran Proses Layanan Purna Jual. Kegiatan Nama Jabatan Tanda Tangan Tanggal. Kepala BIB Lembang
LEMBAR PENGESAHAN Pemantauan dan Pengukuran Proses Layanan Purna Jual 31 Okt 2016 1 dari 5 Kegiatan Nama Jabatan Tanda Tangan Tanggal Diperiksa oleh KRISMONO, SST Kasubbag TU 31 Oktober 2016 Disyahkan
Lebih terperinci