Perawatan awal penutupan diastema gigi goyang pada penderita periodontitis kronis dewasa

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Perawatan awal penutupan diastema gigi goyang pada penderita periodontitis kronis dewasa"

Transkripsi

1 Vol. 59, No. 3, September-Desember 2010, Hal ISSN Perawatan awal penutupan diastema gigi goyang pada penderita periodontitis kronis dewasa (The initial treatment of mobile teeth closure diastema in chronic adult periodontitis) Trijani Suwandi Departemen Periodonti Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Trisakti Correspondence: Trijani Suwandi, Departemen Periodonti, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Trisakti, ABSTRACT Background: Chronic adult periodontitis (CAP) is an infectious disease resulting in inflammation within the supporting tissues of teeth, progressive attachment loss, and bone loss. The clinical characteristics of the disease are periodontal inflammation, bleeding on probing, pocket formation, tooth mobility, suppuration, recession, drifting and can be accompanied with by patologis migratio. The initial treatment is started with plaque control, scaling and root planing, oclusal therapy, local antimicrobial metronidazole gel and usage of splinting to treat the mobile teeth and closure diastema. Intra coronal splinting with Fibre Reinforced Composite (FRC) have higher fracture strength. Purpose: By combining of chemical adhesive and esthetic characterists of composite with strength enhancement of a plasma treated, high modulus, reinforcing ribbon, so FRC splint will resist the loadbearing forces of occlusion and mastication and improves the healing response. Case: Male, 40 years old with CAP, tooth mobility in 12, 11, 21 and 22 begining from 6 months before. Additionally there were diastema and tooth extrusion. Case managemenent: Affected teeth were subjected to periodontal treatment and intracororonal splinting to overcome tooth mobility, diastema closure and improving healing response. Conclusion: Comprehensive initial periodontal treatment won able to treat tooth mobility and diastema in CAP. Key words: Chronic adult periodontitis, initial treatment, mobile teeth, closure diastema PENDAHULUAN Periodontitis kronis merupakan penyakit peradangan pada jaringan periodontal yang disebabkan terutama oleh bakteri spesifik pada subgingiva, yang dapat menimbulkan respon inflamasi gingiva, dan berlanjut ke struktur jaringan penyangga gigi yaitu sementum, ligamentum periodontal dan tulang alveolar. Keadaan ini mengakibatkan hilangannya perlekatan gingiva dan terjadinya kerusakan tulang alveolar lebih dalam, pembentukan poket periodontal, migrasi patologis yang menimbulkan diastema, dan kegoyangan gigi yang dapat berakibat tanggalnya gigi. 1 Penyebab utama keradangan gingiva pada periodontitis adalah plak bakteri subgingiva meliputi bakteri obligat anaerobik gram negatif seperti Porphyromonas gingivalis, Prevotella intermedia, Bacteroides forsythus, Fusobacterium nucleatum, Selenomonas dan Campylobacter, serta fakultatif anaerob gram negatif seperti Actinobacillus actinomycetemcomitans, Capnocytophaga dan Eikenella corrodens. 2

2 106 Suwandi : Perawatan awal penutupan diastema gigi goyang pada penderita periodontitis kronis dewasa Kegoyangan gigi merupakan salah satu gejala penyakit periodontal yang ditandai dengan hilangnya perlekatan serta kerusakan tulang vertikal. 3,4 Kegoyangan dapat disebabkan adanya kerusakan tulang yang mendukung gigi, trauma dari oklusi, dan adanya perluasan peradangan dari gingiva ke jaringan pendukung yang lebih dalam, serta proses patologik rahang. Menurut Fedi dkk 5 kegoyangan gigi diklasifikasikan menjadi tiga derajat. Derajat 1 yaitu kegoyangan sedikit lebih besar dari normal. Derajat 2 yaitu kegoyangan sekitar 1 mm, dan derajat 3 yaitu kegoyangan > 1 mm pada segala arah dan/atau gigi dapat ditekan ke arah apikal. Salah satu cara untuk mengontrol dan menstabilisasi kegoyangan gigi adalah splinting. Splinting diindikasikan pada keadaan kegoyangan gigi derajat 3 dengan kerusakan tulang berat. 5,6 Adapun indikasi utama penggunaan splint dalam mengontrol kegoyangan yaitu imobilisasi kegoyangan yang menyebabkan ketidaknyamanan pasien serta menstabilkan gigi pada tingkat kegoyangan yang makin bertambah. 7 Ditambahkan oleh Strassler dan Brown 3 splinting juga digunakan untuk mengurangi gangguan oklusal dan fungsi mastikasi. Splinting dilakukan pada terapi inisial (fase etiotropik) dalam rencana perawatan penyakit periodontal. Tindakan yang dilakukan pada fase pertama adalah pemberian kontrol plak yang meliputi motivasi, edukasi dan instruksi, skeling dan penghalusan akar, splinting dan terapi oklusal, serta pemberian terapi penunjang berupa antimikroba. 1 Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah untuk mnunjukkan bahwa intra koronal splint dengan fibre reinforced composite splinting merupakan kombinasi perlekatan kimia dan estetik yang baik sehingga dapat menahan tekanan yang besar saat oklusi dan mastikasi, menutup diastema serta meningkatkan respon penyembuhan. KASUS Seorang pasien pria usia 40 tahun datang ke klinik spesialis bagian Periodonsia Rumah Sakit Gigi dan Mulut Trisakti dengan keluhan gigi depan atas goyang sejak satu tahun yang lalu. Pasien merasakan kegoyangan gigi tersebut makin bertambah sejak 6 bulan terakhir, dan gigi depan atas kiri mulai renggang. Gusi daerah tersebut mudah berdarah pada saat menggosok gigi. Pasien merasa tidak percaya diri dengan keadaan tersebut. Berdasarkan anamnesis diketahui pasien tidak mempunyai penyakit sistemik. Pada pemeriksaan ekstra oral tidak terdapat kelainan. Pemeriksaan intra oral ditemukan kegoyangan pada gigi 11, 12, 21, dan 22, gingiva mudah berdarah saat probing, odem, poket gigi rata-rata sebesar 5-8 mm, antara gigi 21 dan 22 tampak diastema. Hasil pengukuran papilla bleeding index 2,4 dan interdental hygiene index 65%. Pemeriksaan radiografis menunjukkkan adanya kerusakan tulang alveolar arah vertikal pada gigi 11, 12, 21, 22 (Gambar 1). Gambar 1. Kerusakan tulang vertikal Diagnosa klinis adalah periodontitis kronis tipe compound pada gigi Prognosis baik karena pasien tidak menderita penyakit sistemik, pasien mempunyai motivasi yang tinggi dan sangat kooperatif. Etiologi disebabkan karena iritasi lokal berupa plak, predisposisi kalkulus dan adanya traumatik oklusi pada gigi 12 dan 42 serta 21 dan 31. TATALAKSANA KASUS Kunjungan awal dilakukan kontrol plak, skeling supragingiva dan subgingiva, serta aplikasi gel metronidasol plus asam mefenamat. Pasien tidak boleh berkumur maupun meludah selama satu jam. Pada kunjungan satu minggu terlihat poket berkurang, warna sedikit kemerahan dan tidak mudah berdarah. Hasil pemeriksaan papilla bleeding index mencapai 0,4 dan interdental hygiene index mencapai 95%. Tindakan yang dilakukan occlusal adjustment pada gigi 12 dan 42, 21 dan 31. Pemasangan intra koronal splint pada gigi dilakukan dengan fibre reinforced composite (FRC) sekaligus penambalan untuk menutup diastema pada gigi 21 dan 22. Adapun prosedur tersebut meliputi : preparasi bagian palatal pada titik kontak dengan cara membuat alur dengan kedalaman 2x1.5 mm. Pada kontak proksimal dari gigi paling distal tidak dipreparasi. Gigi dibersihkan dengan pumice. Panjang alur diukur dengan wire (Gambar 2). Fibre dipotong sesuai panjang wire, kemudian diletakkan

3 Suwandi : Perawatan awal penutupan diastema gigi goyang pada penderita periodontitis kronis dewasa 107 di atas glassplate. Isolasi daerah kerja dengan gulungan kapas. Gigi dietsa dengan asam phosporik 30% selama 30 detik, bilas dengan air dan keringkan. Lalu aplikasi bonding (Gambar 3) dan disinar selama 10 detik (Gambar 4). Aplikasi selapis komposit resin flow ke dalam alur (Gambar 5). Fibre yang telah dipotong dibasahi dengan bonding lalu diletakkan di atas flow composite, dan ditekan-tekan dengan plastic filling (Gambar 6). Penyinaran dilakukan bertahap masing-masing gigi dengan cara membatasi sinar dengan cement spatel ditekan ke interdental gigi. Kemudian flow composite diaplikasikan diatas fiber dan dibentuk dengan plastic filling (Gambar 7). Dilakukan penyinaran masing-masing gigi 20 detik. Pada daerah diastema dilakukan penambalan dengan komposit dan dibentuk (Gambar 8). Pemolesan dilakukan bila diperlukan. Gambar 5. Pemberian selapis flow komposit. Gambar 6. Aplikasi fibre. Gambar 2. Pengukuran alur dengan wire gigi Gambar 7. Flow komposit di atas fibre. Gambar 3. Gambar 4. Dilakukan bonding. Penyinaran 20 detik. Setelah itu dilakukan penyesuaian oklusal kembali dan dilakukan aplikasi gel metronidasol dengan tambahan asam mefenamat ke dalam poket (Gambar 9). Pasien diinstruksikan tidak makan dan minum, meludah ataupun berkumur selama 1 jam. Kontrol pertama (satu minggu) setelah pemasangan splinting pasien tidak ada keluhan sakit, merasa lebih nyaman, tidak goyang, gingiva tidak berdarah saat menyikat gigi. Pemeriksaan intra oral terlihat gingiva pada labial dan interdental sedikit kemerahan, secara estetik baik (Gambar 10). Tindakan yang dilakukan adalah aplikasi gel metronidasol dan asam mefenamat. Kontrol kedua (dua minggu) pasien merasakan nyaman dan tidak ada keluhan. Pemeriksaan intra oral gingiva terlihat normal, merah muda, dan tidak ada perdarahan atau pembengkakan.

4 108 Suwandi : Perawatan awal penutupan diastema gigi goyang pada penderita periodontitis kronis dewasa Jurnal PDGI 59 (3) Hal Gambar 8. Penutupan diastema Gambar 9. Aplikasi gel metronidasol. Gambar 10. Kontrol 1. Gingival kemerahan. PEMBAHASAN Terapi inisial disebut juga terapi fase I atau terapi higienik. Terapi inisial bertujuan untuk membuang semua faktor lokal yang menyebabkan peradangan gingiva serta pemberian instruksi dan motivasi pasien dalam melakukan kontrol plak. Terapi inisial juga disebut sebagai fase etiotropik karena bertujuan untuk menghilangkan faktor etiologi penyakit periodontal. Terapi inisial mencakup kontrol plak yang meliputi motivasi, edukasi dan instruksi dari pasien, skeling dan penghalusan akar, rekonturing restorasi, pembuangan karies, pemberian antimikroba serta evaluasi jaringan. Pencapaian perawatan melalui bedah periodontal dapat dilakukan bilamana terapi inisial berhasil dengan baik. 1 Splinting adalah suatu alat yang bertujuan untuk imobilisasi atau stabilisasi kegoyangan gigi. Splinting biasanya dilakukan pada fase I, sebelum fase bedah, baik berupa splinting sementara maupun splinting permanen. Beberapa penelitian menunjukkan splinting dapat meningkatkan resistensi jaringan terhadap kerusakan periodontal lebih lanjut dan mempercepat respon penyembuhan. 2 Dahulu splinting pada gigi depan menggunakan wire splinting, kombinasi wire-komposit atau meshkomposit. Terkadang wire splinting menimbulkan rasa sakit bagi pasien, mudah kendor atau patah. Material tersebut hanya dapat secara mekanik terkunci di sekitar resin, dan secara kemis tidak bersatu dengan resin. Kegagalan klinis disebabkan karena muatan beban hanya ditempatkan pada splint dalam keadaan normal dan parafungsi, serta menyulitkan dalam pembersihan dan mendorong terjadinya retensi plak, serta menimbulkan rasa sakit dan ketidaknyamanan. 8 Adanya kelemahan pada bahan tersebut, maka pada dekade terakhir dikembangkan penggunaan FRC yaitu material berbahan dasar resin yang mengandung fibre yang bertujuan untuk meningkatkan stabilitas gigi. 9 Fibre FRC dapat digunakan untuk palatal atau lingual splinting, labial splinting atau occlusal splinting dan dapat digunakan untuk menutup diastema. Keuntungan dari bahan ini adalah mudah pemeliharaan, bebas logam, transparan, estetik dan tampak natural. FRC Splinting merupakan suatu terobosan baru, modern, efektif, estetik, dan memberikan kenyamanan bagi pasien serta memudahkan dalam pembersihan, sehingga dapat menjadi alternatif sebagai pengganti wire splinting baik dalam hal kekuatan maupun estetik. 3 Keberhasilan perawatan tergantung pada berhentinya proses kerusakan jaringan, penurunan atau hilangnya faktor penyebab serta perubahan kondisi mikroba. Pembersihan secara mekanik (skeling dan penghalusan akar) merupakan terapi standar untuk menghilangkan deposit yang berupa plak, kalkulus maupun endotoksin pada subgingiva yang menyebabkan kerusakan jaringan periodontal dan berperan pada rekolonisasi mikroorganisme yang bersifat patogen. Tindakan mekanik juga menghilangkan sejumlah mikroorganisme subgingiva dan mengubah komposisi mikroorganisme plak dari dominasi bakteri anaerob gram negatif menjadi dominasi fakultatif gram positif. 10 Kombinasi terapi antimikroba dan terapi mekanik memberikan hasil yang lebih efektif dalam meningkatkan perlekatan serta menurunkan kedalaman poket bila dibandingkan dengan perawatan mekanik saja. 4 Menurut penelitian Suwandi 11 aplikasi gel metronidasol sebagai terapi tambahan skeling dan penghalusan akar memberikan hasil yang efektif. Metronidasol adalah suatu nitroimidazol dengan aktivitas bakterisidal

5 Suwandi : Perawatan awal penutupan diastema gigi goyang pada penderita periodontitis kronis dewasa 109 melawan bakteri obligat anaerobik yang merupakan penyebab utama periodontitis.gel metronidasol dapat langsung diaplikasikan ke dalam poket periodontal dan setelah berkontak dengan cairan krevikular, maka metronidasol akan berubah menjadi semisolid dan secara bertahap akan dilepaskan, sehingga didapatkan konsentrasi terbesar dalam cairan sulkus. 12,13 Cara kerja metronidasol adalah setelah menembus membran sel bakteri, metronidasol akan mengikat DNA dan merusak struktur heliks dari molekul. Kerusakan DNA akan mengakibatkan kematian sel dan hasil proses ini sangat cepat membunuh mikroorganisme anaaerob. 8 Setelah waktu paruh delapan jam konsentrasi metronidasol adalah sekitar 128μg/mL yaitu sekitar 100x kadar hambat minimal dari bakteri paling anaerob sekalipun. Setelah 24 jam konsentrasi metronidasol masih di atas kadar hambat minimal (KHM) 50% untuk membunuh kuman periodontal pathogen. 14,15 Kesimpulan yang dapat diambil adalah FRC splinting merupakan suatu terobosan bahan splinting baru, modern, efektif, estetik, dan memberikan kenyamanan bagi pasien serta memudahkan dalam pembersihan, dapat digunakan sebagai kombinasi splint periodontal sekaligus menutup diastema, sehingga dapat menjadi alternatif sebagai pengganti wire splinting baik dalam hal kekuatan maupun estetik. Selain itu FRC splinting dapat meningkatkan resistensi jaringan terhadap kerusakan periodontal lebih lanjut dan mempercepat respon penyembuhan. Keuntungan FRC splinting adalah mudah pemeliharaan, bebas logam, transparan, estetik dan tampak natural. FRC splinting dilakukan pada tahap terapi inisial yang meliputi kontrol plak, skeling dan penghalusan akar, penyesuaian oklusal, serta aplikasi gel metronidasol memberikan hasil yang terbaik pada pasien yang mengalami kegoyangan gigi akibat poket periodontal. 4. Strassler HE. Periodontal splinting with fiber reinforced composite resin. Compend Contin Educ Dent 2004; 25: Fedi PF, Vernini AR, Gray JL. The Periodontics syllabus. Lippincott : Williams and Wilkins; 2000: p Kegel W, Kelsinki H., Philip C. The Effect of splinting on tooth mobility during initial therapy. J Clin Periodontol. 1979; 6: Mc-Guire MK. Periodontal-restorative interrelationships. Dalam: Carranza FA, Newman MG, (eds). Clinical periodontology. Ed ke-8. Philadelphia: WB Saunders; p Lie T, Bruun G, Boe OE. Effect of topical metronidazole and tetracycline in the treatment of adult Perioidontitis. J Periodontol 1998; 69: Ganesh M, Tandon S. Versatility of ribbond in contemporary dental practice. Trend Biometer Artif Organs 2006; (1): Brunsvold MA. Non surgical periodontal therapy. Dalam Nevins M, Mellonig JT, (eds). Periodontal therapy. Clinical approaches and evidence of success. Chicago: Quintessense Publ Co; p Suwandi T. Efek klinis aplikasi subgingival racikan gel metronidazole 25% dan larutan povidon-iodine 10% sebagai terapi penunjang skeling penghalusan akar pada periodontitis kronis. Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Indonesia 2003; 10(Edisi Khusus): Stelzel M, Flores de-jacoby L. Topical metronidazole application compared with sub gingival scaling (A clinical and microbiological study on recall patients). J Clin Periodontol 1996; 23: Thomas Er, Jorgen S. Local delivery of antimicrobial agents in the periodontal pocket in systemic and topical antimicrobial therapy in periodontics. Periodontology 2000, 1996; 10: Pedrazoli V, Kilian M, Karring T. Comparable clinical and microbiological effects of topical subgingival application of a 25% metronidazole gel and scaling in the treatment of adult periodontitis. J Clin Periodontol 1992; 19: Drisko CH. Non-surgical peruiodontal therapy. Periodontology 2000, 2001; 25: DAFTAR PUSTAKA 1. Carranza FA. Clinical diagnosis. Dalam: Carranza FA, Newman MG, (eds). Clinical periodontology. Ed ke-8. Philadelphia: WB Saunders; p Noyan U, Yilma S, Kuru B. A clinical and microbiological evaluation of sistemic and local metronidazole delivery in adult periodontitis patients. J Clin Periodontol 1997; 24: Strassler HE., Brown C. Periodontal splinting with a thinhigh modulus polyethylene ribbon. Compend Contin Educ Den 2001; 22:

TUGAS PERIODONSIA 1. Nama : Rahayu Sukma Dewi NIM :

TUGAS PERIODONSIA 1. Nama : Rahayu Sukma Dewi NIM : TUGAS PERIODONSIA 1 Nama : Rahayu Sukma Dewi NIM : 021311133072 1. Derajat Kegoyangan Gigi (Indeks kegoyangan gigi) Kegoyangan gigi merupakan salah satu gejala penyakit periodontal yang ditandai dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sering ditemukan pada orang dewasa, merupakan penyakit inflamasi akibat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sering ditemukan pada orang dewasa, merupakan penyakit inflamasi akibat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit infeksi bakteri yang sering ditemukan pada orang dewasa, merupakan penyakit inflamasi akibat bakteri pada jaringan pendukung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menopause merupakan bagian dari siklus kehidupan alami yang akan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menopause merupakan bagian dari siklus kehidupan alami yang akan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menopause merupakan bagian dari siklus kehidupan alami yang akan dilalui oleh seorang wanita. Menopause merupakan fase terakhir pendarahan haid seorang wanita. Fase ini

Lebih terperinci

BAB 2 LATAR BELAKANG TERAPI AMOKSISILIN DAN METRONIDAZOLE SEBAGAI PENUNJANG TERAPI PERIODONTAL

BAB 2 LATAR BELAKANG TERAPI AMOKSISILIN DAN METRONIDAZOLE SEBAGAI PENUNJANG TERAPI PERIODONTAL BAB 2 LATAR BELAKANG TERAPI AMOKSISILIN DAN METRONIDAZOLE SEBAGAI PENUNJANG TERAPI PERIODONTAL Dasar pemikiran diindikasikannya terapi antibiotik sebagai penunjang perawatan periodontal adalah didasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Koloni bakteri pada plak gigi merupakan faktor lokal yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Koloni bakteri pada plak gigi merupakan faktor lokal yang mengakibatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit periodontal merupakan penyakit infeksi kronis rongga mulut dengan prevalensi 10 60% pada orang dewasa. Penyakit periodontal meliputi gingivitis dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penyangga gigi yang disebabkan oleh mikroorganisme spesifik, yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penyangga gigi yang disebabkan oleh mikroorganisme spesifik, yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Periodontitis merupakan suatu penyakit inflamasi destruktif pada jaringan penyangga gigi yang disebabkan oleh mikroorganisme spesifik, yang menghasilkan kerusakan lanjut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Periodontitis adalah inflamasi dan infeksi yang terjadi pada jaringan periodontal dan tulang alveolar penyangga gigi. Periodontitis terjadi apabila inflamasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendalaman sulkus gingiva ini bisa terjadi oleh karena pergerakan margin gingiva

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendalaman sulkus gingiva ini bisa terjadi oleh karena pergerakan margin gingiva BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Poket periodontal didefinisikan sebagai pendalaman sulkus gingiva secara patologis, merupakan gejala klinis paling penting dari penyakit periodontal. Pendalaman sulkus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semua orang tidak mengenal usia, golongan dan jenis kelamin. Orang yang sehat

BAB I PENDAHULUAN. semua orang tidak mengenal usia, golongan dan jenis kelamin. Orang yang sehat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gingivitis sering ditemukan di masyarakat. Penyakit ini dapat menyerang semua orang tidak mengenal usia, golongan dan jenis kelamin. Orang yang sehat dengan kebersihan

Lebih terperinci

RENCANA PERAWATAN PERIODONTAL

RENCANA PERAWATAN PERIODONTAL 13 Rencana perawatan periodontal BAB 2 RENCANA PERAWATAN PERIODONTAL Dalam penanganan kasus periodontal, apabila diagnosis penyakit sudah ditegakkan dan prognosis diramalkan maka langkah berikutnya adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Periodontitis kronis, sebelumnya dikenal sebagai periodontitis dewasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Periodontitis kronis, sebelumnya dikenal sebagai periodontitis dewasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Periodontitis kronis, sebelumnya dikenal sebagai periodontitis dewasa (adult periodontitis) atau periodontitis dewasa kronis (chronic adult periodontitis), adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia penyakit periodontal menduduki urutan kedua yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia penyakit periodontal menduduki urutan kedua yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia penyakit periodontal menduduki urutan kedua yaitu mencapai 96,58% (Tampubolon, 2005). Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2013) masalah gigi

Lebih terperinci

PERIODONTITIS Definisi Periodontitis merupakan penyakit inflamasi pada jaringan pendukung gigi yang

PERIODONTITIS Definisi Periodontitis merupakan penyakit inflamasi pada jaringan pendukung gigi yang PERIODONTITIS Definisi Periodontitis merupakan penyakit inflamasi pada jaringan pendukung gigi yang disebabkan oleh mikroorganisme spesifik atau sekelompok mikroorganisme tertentu, menghasilkan destruksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan migrasi epitel jungsional ke arah apikal, kehilangan perlekatan tulang

BAB I PENDAHULUAN. dengan migrasi epitel jungsional ke arah apikal, kehilangan perlekatan tulang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Periodontitis merupakan inflamasi jaringan periodontal yang ditandai dengan migrasi epitel jungsional ke arah apikal, kehilangan perlekatan tulang dan resorpsi tulang

Lebih terperinci

PERAWATAN INISIAL. Perawatan Fase I Perawatan fase higienik

PERAWATAN INISIAL. Perawatan Fase I Perawatan fase higienik 11/18/2010 1 PERAWATAN INISIAL Perawatan Fase I Perawatan fase higienik Tahap Pertama serangkaian perawatan periodontal untuk : Penyingkiran semua iritan lokal penyebab inflamasi Motivasi dan instruksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan dalam bidang kedokteran gigi sejak ratusan tahun yang lalu. Pierre

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan dalam bidang kedokteran gigi sejak ratusan tahun yang lalu. Pierre 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Konsep penggunaan bahan kimia untuk perawatan dalam rongga mulut telah diterapkan dalam bidang kedokteran gigi sejak ratusan tahun yang lalu. Pierre Fauchard

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ortodontik berdasarkan kebutuhan fungsional dan estetik. Penggunaan alat

BAB I PENDAHULUAN. ortodontik berdasarkan kebutuhan fungsional dan estetik. Penggunaan alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan meningkatnya gaya hidup dan perubahan pandangan mengenai konsep estetika, masyarakat dewasa ini memilih perawatan ortodontik berdasarkan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB 11 KURETASE GINGIVAL

BAB 11 KURETASE GINGIVAL 161 Kuretase gingival BAB 11 KURETASE GINGIVAL Pada uraian berikut akan dibahas tiga tehnik bedah yang termasuk kategori kuretase, yaitu: kuretase gingival (gingival curettage), kuretase subgingival (subgingival

Lebih terperinci

Nama : Fatimah Setiyo Ningrum NIM : 05/187381/KG/7916

Nama : Fatimah Setiyo Ningrum NIM : 05/187381/KG/7916 Nama : Fatimah Setiyo Ningrum NIM : 05/187381/KG/7916 OHI (Oral Hygiene Index) OHI merupakan gabungan dari indeks debris dan indeks kalkulus, masing-masing didasarkan pada 12 angka pemeriksaan skor debris

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi akibat akumulasi bakteri plak. Gingivitis dan periodontitis merupakan dua jenis

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi akibat akumulasi bakteri plak. Gingivitis dan periodontitis merupakan dua jenis I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit periodontal adalah peradangan yang terjadi pada jaringan pendukung gigi akibat akumulasi bakteri plak. Gingivitis dan periodontitis merupakan dua jenis penyakit

Lebih terperinci

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (Rencana Kegiatan Belajar Mengajar)

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (Rencana Kegiatan Belajar Mengajar) JUDUL MATA KULIAH : Periodonsia I NOMOR KODE/ SKS : PE 142/ 2 SKS GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (Rencana Kegiatan Belajar Mengajar) A. DESKRIPSI SINGKAT : Mata Kuliah ini membahas mengenai pengenalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Periodontitis adalah penyakit radang jaringan pendukung gigi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Periodontitis adalah penyakit radang jaringan pendukung gigi yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Periodontitis adalah penyakit radang jaringan pendukung gigi yang disebabkan oleh mikroorganisme atau kelompok mikroorganisme tertentu, yang mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit periodontal merupakan penyakit yang terjadi pada jaringan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit periodontal merupakan penyakit yang terjadi pada jaringan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit periodontal merupakan penyakit yang terjadi pada jaringan pendukung gigi disebabkan oleh infeksi bakteri dan dapat mengakibatkan kerusakan jaringan periodontal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mencapai 50% dari jumlah populasi dewasa. Di Indonesia penyakit periodontal

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mencapai 50% dari jumlah populasi dewasa. Di Indonesia penyakit periodontal I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit periodontal banyak diderita manusia hampir diseluruh dunia dan mencapai 50% dari jumlah populasi dewasa. Di Indonesia penyakit periodontal menduduki peringkat

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. sulkus gingiva berdasarkan waktu pengamatan 39

DAFTAR TABEL. sulkus gingiva berdasarkan waktu pengamatan 39 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Proses penyembuhan luka normal 10 Tabel 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka 11 Tabel 3. Rerata dan simpangan baku jumlah koloni bakteri anaerob cairan sulkus

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subyek penelitian yang didapatkan pada penelitian ini adalah sebanyak 32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subyek penelitian yang didapatkan pada penelitian ini adalah sebanyak 32 37 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Subyek penelitian yang didapatkan pada penelitian ini adalah sebanyak 32 orang yang dibagi dalam dua kelompok yaitu kelompok eksperimental

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kesehatan terutama pada kesehatan gigi dan mulut semakin kompleks

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kesehatan terutama pada kesehatan gigi dan mulut semakin kompleks BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan terutama pada kesehatan gigi dan mulut semakin kompleks seiring dengan perkembangan zaman. Salah satunya adalah penyakit periodontal yang merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Definisi Penyakit Periodontal Penyakit periodontal adalah suatu inflamasi kronis pada jaringan pendukung gigi (periodontium). 9 Penyakit periodontal dapat hanya mengenai gingiva

Lebih terperinci

BAB II KEADAAN JARINGAN GIGI SETELAH PERAWATAN ENDODONTIK. endodontik. Pengetahuan tentang anatomi gigi sangat diperlukan untuk mencapai

BAB II KEADAAN JARINGAN GIGI SETELAH PERAWATAN ENDODONTIK. endodontik. Pengetahuan tentang anatomi gigi sangat diperlukan untuk mencapai BAB II KEADAAN JARINGAN GIGI SETELAH PERAWATAN ENDODONTIK Dokter gigi saat merawat endodontik membutuhkan pengetahuan tentang anatomi dari gigi yang akan dirawat dan kondisi jaringan gigi setelah perawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menduduki peringkat kedua setelah karies (Amalina, 2011). Periodontitis

BAB I PENDAHULUAN. menduduki peringkat kedua setelah karies (Amalina, 2011). Periodontitis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu penyakit dengan tingkat penyebaran yang luas dalam masyarakat adalah periodontitis. Di Indonesia, penyakit periodontal menduduki peringkat kedua setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. imunitas gingiva yang salah satu penyebabnya adalah infeksi. Infeksi disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. imunitas gingiva yang salah satu penyebabnya adalah infeksi. Infeksi disebabkan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gingivitis adalah peradangan pada gingiva, yang merupakan suatu respon imunitas gingiva yang salah satu penyebabnya adalah infeksi. Infeksi disebabkan oleh mikroorganisme

Lebih terperinci

OLEH: Prof. Dr.Sudibyo, drg. Sp. Per. SU.

OLEH: Prof. Dr.Sudibyo, drg. Sp. Per. SU. OLEH: Prof. Dr.Sudibyo, drg. Sp. Per. SU. PERIODONTAL SPLINT SPLINT: MERUPAKAN ALAT STABILISASI DAN IMMOBILISASI GIGI GOYAH KARENA SUATU LESI, TRAUMA, ATAU PENYAKIT PERIODONTAL Splint Berguna Untuk: 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menyebabkan hilangnya perlekatan epitel gingiva, hilangnya tulang alveolar, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menyebabkan hilangnya perlekatan epitel gingiva, hilangnya tulang alveolar, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Periodontitis adalah peradangan pada jaringan pendukung gigi yang dapat menyebabkan hilangnya perlekatan epitel gingiva, hilangnya tulang alveolar, dan ditandai dengan

Lebih terperinci

TETRACYCLINE PERIODONTAL FIBER SEBAGAI PERAWATAN PENUNJANG PADA PENYAKIT PERIODONTAL

TETRACYCLINE PERIODONTAL FIBER SEBAGAI PERAWATAN PENUNJANG PADA PENYAKIT PERIODONTAL TETRACYCLINE PERIODONTAL FIBER SEBAGAI PERAWATAN PENUNJANG PADA PENYAKIT PERIODONTAL O L E H DRG. PITU WULANDARI, S.Psi NIP : 132315375 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI DEPARTEMEN PERIODONSIA

Lebih terperinci

Perawatan Pembesaran Gingiva dengan Gingivektomi. Treatment Gingival Enlargement by Gingivectomy

Perawatan Pembesaran Gingiva dengan Gingivektomi. Treatment Gingival Enlargement by Gingivectomy Perawatan Pembesaran Gingiva dengan Gingivektomi Treatment Gingival Enlargement by Gingivectomy Mutiara Medika Ika Andriani Periodonsia, Prodi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti kesehatan, kenyamanan, dan rasa percaya diri. Namun, perawatan

BAB I PENDAHULUAN. seperti kesehatan, kenyamanan, dan rasa percaya diri. Namun, perawatan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perawatan ortodontik dapat meningkatkan mastikasi, bicara dan penampilan, seperti kesehatan, kenyamanan, dan rasa percaya diri. Namun, perawatan ortodontik memiliki

Lebih terperinci

PERAWATAN KURETASE GINGIVA PADA GIGI INCISIVUS LATERAL RAHANG BAWAH

PERAWATAN KURETASE GINGIVA PADA GIGI INCISIVUS LATERAL RAHANG BAWAH PERAWATAN KURETASE GINGIVA PADA GIGI INCISIVUS LATERAL RAHANG BAWAH (Laporan Kasus) Ichda Nabiela Amiria Asykarie 1, Ariyani Faizah 2 1 Mahasiswa, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Muhammadiyah Surakarta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan sosialnya (Monica, 2007). Perawatan ortodontik merupakan salah

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan sosialnya (Monica, 2007). Perawatan ortodontik merupakan salah 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Estetika merupakan salah satu tujuan dalam perawatan ortodontik dimana seseorang dapat memperbaiki estetika wajah yang berharga dalam kehidupan sosialnya (Monica,

Lebih terperinci

hiperplasia gingiva pada daerah interdental, labial dan lingual. Terlihat juga gingiva berwarna merah dan 4,5 PENDAHULUAN

hiperplasia gingiva pada daerah interdental, labial dan lingual. Terlihat juga gingiva berwarna merah dan 4,5 PENDAHULUAN 3 PENDAHULUAN Piranti ortodonti cekat adalah suatu piranti ortodonti yang cekat pada gigi dan tidak dapat dibuka sendiri oleh pasien. Perawatan ortodonti merupakan suatu perawatan yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menimbulkan masalah kesehatan gigi dan mulut. Penyakit periodontal yang sering

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menimbulkan masalah kesehatan gigi dan mulut. Penyakit periodontal yang sering I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit yang sering terjadi dan menimbulkan masalah kesehatan gigi dan mulut. Penyakit periodontal yang sering terjadi adalah

Lebih terperinci

PENYELARASAN OKLUSAL DAN PENSPLINAN

PENYELARASAN OKLUSAL DAN PENSPLINAN Penyelarasan oklusal dan pensplinan 102 BAB 8 PENYELARASAN OKLUSAL DAN PENSPLINAN Penyelarasan oklusal (occlusal adjustment) dan pensplinan (splinting) adalah prosedur perawatan yang tercakup dalam bidang

Lebih terperinci

Prosedur ( salah satu atau lebih ) Pengasahan Pembuatan restorasi Pencabutan gigi

Prosedur ( salah satu atau lebih ) Pengasahan Pembuatan restorasi Pencabutan gigi Penyelarasan Oklusal dan Pensplinan Periodontal Penyelarasan Oklusal Tindakan untuk mengembalikan hubungan fungsional yang menguntungkan bagi periodonsium Prosedur ( salah satu atau lebih ) Pengasahan

Lebih terperinci

RENCANA PERAWATAN PERIODONTAL

RENCANA PERAWATAN PERIODONTAL RENCANA PERAWATAN PERIODONTAL PENDAHULUAN Langkah-langkah penanganan kasus periodontal : Penegakan Diagnosis Ramalan Prognosa Rencana Perawatan DEFINISI Rencana perawatan suatu kasus : cetak biru (blue

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan gigi dan mulut semakin kompleks seiring dengan perkembangan zaman. Epidemiologi masalah kesehatan dan penyakit yang dipelajari dari beberapa populasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengganggu kesehatan organ tubuh lainnya (Kemenkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengganggu kesehatan organ tubuh lainnya (Kemenkes, 2013). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan investasi bagi kesehatan seumur hidup seseorang, mengingat fungsi gigi dan mulut yang sangat berpengaruh dalam fungsi pencernaan,

Lebih terperinci

Perawatan Periodontitis pada Puskesmas Sumbersari, Puskesmas Wuluhan dan RS Bondowoso

Perawatan Periodontitis pada Puskesmas Sumbersari, Puskesmas Wuluhan dan RS Bondowoso Perawatan Periodontitis pada Puskesmas Sumbersari, Puskesmas Wuluhan dan RS Bondowoso Kiswaluyo Bagian IKGM Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember ABSTRACT Dental and oral diseases are the first on

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang disebabkan oleh infeksi bakteri (Lee dkk., 2012). Periodontitis kronis sering

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang disebabkan oleh infeksi bakteri (Lee dkk., 2012). Periodontitis kronis sering BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Periodontitis kronis adalah penyakit inflamasi jaringan pendukung gigi yang disebabkan oleh infeksi bakteri (Lee dkk., 2012). Periodontitis kronis sering dijumpai pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan rongga mulut merupakan salah satu bagian yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan rongga mulut merupakan salah satu bagian yang tidak dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan rongga mulut merupakan salah satu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kesehatan tubuh secara keseluruhan, untuk itu dalam memperoleh kesehatan rongga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beberapa tahun terakhir, banyak bukti menunjukkan adanya hubungan antara periodontitis kronis dengan sejumlah penyakit sistemik. Infeksi oral kronis seperti periodontitis

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA mulut. 7 Gingiva pada umumnya berwarna merah muda dan diproduksi oleh pembuluh BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Penyakit periodontal adalah inflamasi yang dapat merusak jaringan melalui interaksi antara bakteri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah hal yang penting di kehidupan manusia. Rasulullah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah hal yang penting di kehidupan manusia. Rasulullah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah hal yang penting di kehidupan manusia. Rasulullah sallallahu alaihi wasallam bersabda, Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat

Lebih terperinci

CROSSBITE ANTERIOR. gigi anterior rahang atas yang lebih ke lingual daripada gigi anterior rahang

CROSSBITE ANTERIOR. gigi anterior rahang atas yang lebih ke lingual daripada gigi anterior rahang CROSSBITE ANTERIOR 1. Crossbite anterior Crossbite anterior disebut juga gigitan silang, merupakan kelainan posisi gigi anterior rahang atas yang lebih ke lingual daripada gigi anterior rahang bawah. Istilah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terbesar di dunia. World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa 10-15

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terbesar di dunia. World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa 10-15 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit periodontal merupakan satu dari dua penyakit rongga mulut terbesar di dunia. World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa 10-15 % populasi di dunia menderita

Lebih terperinci

STATUS KEBERSIHAN MULUT DAN KESEHATAN PERIODONTAL PASIEN YANG DATANG KE KLINIK PERIODONSIA RSGM UNIVERSITAS JEMBER PERIODE AGUSTUS 2009 AGUSTUS 2010

STATUS KEBERSIHAN MULUT DAN KESEHATAN PERIODONTAL PASIEN YANG DATANG KE KLINIK PERIODONSIA RSGM UNIVERSITAS JEMBER PERIODE AGUSTUS 2009 AGUSTUS 2010 STATUS KEBERSIHAN MULUT DAN KESEHATAN PERIODONTAL PASIEN YANG DATANG KE KLINIK PERIODONSIA RSGM UNIVERSITAS JEMBER PERIODE AGUSTUS 9 AGUSTUS 1 Depi Praharani, Peni Pujiastuti, Tantin Ermawati Bagian Periodonsia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan hubungan oklusi yang baik (Dika et al., 2011). dua, yaitu ortodontik lepasan (removable) dan ortodontik cekat (fixed).

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan hubungan oklusi yang baik (Dika et al., 2011). dua, yaitu ortodontik lepasan (removable) dan ortodontik cekat (fixed). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan alat ortodontik merupakan salah satu perawatan dari kesehatan gigi dan mulut. Perawatan ortodontik merupakan perawatan yang dilakukan di bidang kedokteran

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. anaerobik gram negatif seperti P. gingivalis, Prevotella intermedia,

TINJAUAN PUSTAKA. anaerobik gram negatif seperti P. gingivalis, Prevotella intermedia, BAB II A. Telaah Pustaka TINJAUAN PUSTAKA 1. Periodontitis Periodontitis adalah peradangan pada jaringan pendukung gigi yang disebabkan oleh mikroorganisme spesifik atau kelompok mikroorganisme spesifik

Lebih terperinci

GAMBARAN STATUS PERIODONTITIS PASKA PERAWATAN SCALING

GAMBARAN STATUS PERIODONTITIS PASKA PERAWATAN SCALING GAMBARAN STATUS PERIODONTITIS PASKA PERAWATAN SCALING DAN ROOT PLANING PADA WANITA MENOPAUSE (Kajian Pada Posyandu Lansia Mawar XII Kelurahan Pajang Kecamatan Laweyan) PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada kesehatan umum dan kualitas hidup (WHO, 2012). Kesehatan gigi dan mulut

BAB 1 PENDAHULUAN. pada kesehatan umum dan kualitas hidup (WHO, 2012). Kesehatan gigi dan mulut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan mulut merupakan hal yang sangat penting dan berpengaruh pada kesehatan umum dan kualitas hidup (WHO, 2012). Kesehatan gigi dan mulut sering kali menjadi prioritas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jaringan Peridontal Periodonsium secara harfiah artinya adalah di sekeliling gigi. Periodonsium terdiri dari jaringan-jaringan yang mengelilingi gigi yaitu: 14 1. Gingiva Gingiva

Lebih terperinci

EFEK KLINIS SETELAH SKELING DAN PENGHALUSAN AKAR KASUS PERIODONTITIS KRONIS POKET 4-6 MM

EFEK KLINIS SETELAH SKELING DAN PENGHALUSAN AKAR KASUS PERIODONTITIS KRONIS POKET 4-6 MM 211 EFEK KLINIS SETELAH SKELING DAN PENGHALUSAN AKAR KASUS PERIODONTITIS KRONIS POKET 4-6 MM (CLINICAL EFFECT AFTER SCALING AND ROOT PLANING IN CHRONIC PERIODONTITIS WITH 4-6 MM DEEP POCKET) Mora Octavia*,

Lebih terperinci

Klasifikasi Penyakit Periodontal Periodontitis Kronis Periodontitis kronis merupakan kasus yang paling banyak ditemui dalam kasus penyakit

Klasifikasi Penyakit Periodontal Periodontitis Kronis Periodontitis kronis merupakan kasus yang paling banyak ditemui dalam kasus penyakit Klasifikasi Penyakit Periodontal Periodontitis Kronis Periodontitis kronis merupakan kasus yang paling banyak ditemui dalam kasus penyakit periodontal. Periodontitis kronis sangat erat hubungannya dengan

Lebih terperinci

PRINSIP BEDAH PERIODONTAL. Drg. Ika Andriani.,MDSc.,Sp.Perio

PRINSIP BEDAH PERIODONTAL. Drg. Ika Andriani.,MDSc.,Sp.Perio PRINSIP BEDAH PERIODONTAL Drg. Ika Andriani.,MDSc.,Sp.Perio Pengertian Prosedur dimana dilakukan pemotongan/ incisi jaringan gingiva dengan tujuan mengontrol atau menyingkirkan penyakit periodontal dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. American Association of Orthodontists menyatakan bahwa Ortodonsia

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. American Association of Orthodontists menyatakan bahwa Ortodonsia I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang American Association of Orthodontists menyatakan bahwa Ortodonsia merupakan bagian dari Ilmu Kedokteran Gigi yang terpusat untuk membimbing, mengawasi dan mengoreksi pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada saat ini semakin meningkat. Ortodonsi adalah cabang ilmu kedokteran gigi

BAB I PENDAHULUAN. pada saat ini semakin meningkat. Ortodonsi adalah cabang ilmu kedokteran gigi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring kemajuan zaman, kebutuhan dan minat akan perawatan ortodonsi pada saat ini semakin meningkat. Ortodonsi adalah cabang ilmu kedokteran gigi yang mempelajari pertumbuhan,

Lebih terperinci

BAB 2 DAMPAK MEROKOK TERHADAP PERIODONSIUM. penyakit periodontal. Zat dalam asap rokok seperti; nikotin, tar, karbon monoksida

BAB 2 DAMPAK MEROKOK TERHADAP PERIODONSIUM. penyakit periodontal. Zat dalam asap rokok seperti; nikotin, tar, karbon monoksida BAB 2 DAMPAK MEROKOK TERHADAP PERIODONSIUM Kebiasaan merokok sejak lama telah diasosiasikan sebagai penyebab berbagai macam perubahan dalam rongga mulut, seperti kaitannya dengan kanker mulut dan penyakit

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Perawatan pendahuluan 4.2 Perawatan utama Rahang atas

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Perawatan pendahuluan 4.2 Perawatan utama Rahang atas BAB 4 PEMBAHASAN Penderita kehilangan gigi 17, 16, 14, 24, 26, 27 pada rahang atas dan 37, 36, 46, 47 pada rahang bawah. Penderita ini mengalami banyak kehilangan gigi pada daerah posterior sehingga penderita

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS Bahan Kemoterapeutik yang Diberikan Secara Lokal dalam Bidang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS Bahan Kemoterapeutik yang Diberikan Secara Lokal dalam Bidang 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Bahan Kemoterapeutik yang Diberikan Secara Lokal dalam Bidang Periodontal Bahan kemoterapeutik (chemotherapeutic agent)

Lebih terperinci

Skenario. terlalu sakit, berdarah saat menyikat gigi seminggu yang lalu dan kadang bisa

Skenario. terlalu sakit, berdarah saat menyikat gigi seminggu yang lalu dan kadang bisa Skenario Seorang wanita datang ke RSGM mengeluhkan gusi merah, bengkak, tidak terlalu sakit, berdarah saat menyikat gigi seminggu yang lalu dan kadang bisa berdarah spontan. Dari anamnesis didapatkan bahwa

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. atau berkurangnya respon terhadap reseptor insulin pada organ target. Penyakit ini dapat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. atau berkurangnya respon terhadap reseptor insulin pada organ target. Penyakit ini dapat BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Diabetes melitus merupakan suatu penyakit kronis berupa gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemi karena terganggunya aktivitas insulin. Pada kondisi ini akan terjadi

Lebih terperinci

TUGAS PEMICU I GUSI BERDARAH DAN GIGI YANG HILANG

TUGAS PEMICU I GUSI BERDARAH DAN GIGI YANG HILANG TUGAS PEMICU I GUSI BERDARAH DAN GIGI YANG HILANG CHIHARGO, DRG PPDGS PROSTODONSIA FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014 KASUS Seorang pasien laki-laki berusia 40 tahun datang ke instalasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab terbesar kehilangan gigi di usia 30 tahun. (Situmorang,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab terbesar kehilangan gigi di usia 30 tahun. (Situmorang, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit periodontal banyak diderita oleh manusia hampir di seluruh dunia. Di Indonesia, penyakit periodontal menduduki urutan kedua dan merupakan penyebab terbesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit gigi dan mulut masih menjadi masalah kesehatan utama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit gigi dan mulut masih menjadi masalah kesehatan utama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit gigi dan mulut masih menjadi masalah kesehatan utama yang banyak diderita oleh masyarakat di Indonesia. Berdasarkan data dari SKRT (Survei Kesehatan

Lebih terperinci

BAB 13 BEDAH FLEP. Dalam perawatan periodontal digunakan beberapa tipe dan disain flep periodontal sesuai dengan kebutuhannya.

BAB 13 BEDAH FLEP. Dalam perawatan periodontal digunakan beberapa tipe dan disain flep periodontal sesuai dengan kebutuhannya. Bedah flep 178 BAB 13 BEDAH FLEP Bedah flep adalah istilah umum bagi semua prosedur bedah yang berkaitan dengan perawatan saku periodontal dimana dilakukan pembukaan flep periodontal. Dengan flep periodontal

Lebih terperinci

Perawatan resesi gingiva dengan bedah dan non-bedah

Perawatan resesi gingiva dengan bedah dan non-bedah Noer Ulfah & Eka F. ugustina: Perawatan resesi gingival dengan bedah dan non-bedah 29 Perawatan resesi gingiva dengan bedah dan non-bedah Noer Ulfah, Eka Fitria ugustina Departemen Periodonsia Fakultas

Lebih terperinci

Devy Firena Garna, Amaliya Bagian Periodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran Bandung

Devy Firena Garna, Amaliya Bagian Periodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran Bandung Status Periodontal dan Kehilangan Tulang Alveolar pada Restorasi Proksimal yang Overhang Devy Firena Garna, Amaliya Bagian Periodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran Bandung Abstrak Jaringan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. LatarBelakangPermasalahan. dental. Implan dental merupakan salah satu cara mengganti gigi yang hilang dengan

I. PENDAHULUAN. A. LatarBelakangPermasalahan. dental. Implan dental merupakan salah satu cara mengganti gigi yang hilang dengan 1 I. PENDAHULUAN A. LatarBelakangPermasalahan Implan selain untuk tulang, juga digunakan untuk gigi dan disebut implan dental. Implan dental merupakan salah satu cara mengganti gigi yang hilang dengan

Lebih terperinci

KURETASE GINGIVAL & KURETASE SUBGINGIVAL

KURETASE GINGIVAL & KURETASE SUBGINGIVAL KURETASE GINGIVA PENDAHULUAN pd uraian berikut akan dibahas tiga tehnik bedah yg termasuk kategori kuretase yaitu : Kuretase gingival (gingival curettage) Kuretase subgingival (subgingival curettage),

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan kepada Odapus yang bergabung dan berkunjung di YLI.

BAB 4 METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan kepada Odapus yang bergabung dan berkunjung di YLI. 19 BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah explanatory study atau disebut juga dengan penelitian deskriptif, menggunakan kuesioner yang diisi oleh Odapus dan

Lebih terperinci

Diagnosis Penyakit Pulpa dan Kelainan Periapikal

Diagnosis Penyakit Pulpa dan Kelainan Periapikal Diagnosis Penyakit Pulpa dan Kelainan Periapikal Penyakit pulpa dan periapikal Kondisi normal Sebuah gigi yang normal bersifat (a) asimptomatik dan menunjukkan (b) respon ringan sampai moderat yang bersifat

Lebih terperinci

perlunya dilakukan : Usaha-Usaha Pencegahan Penyakit Gingiva dan Periodontal baik di klinik/tempat praktek maupun di masyarakat.

perlunya dilakukan : Usaha-Usaha Pencegahan Penyakit Gingiva dan Periodontal baik di klinik/tempat praktek maupun di masyarakat. Penyakit periodontal dibiarkan tanpa dirawat cenderung berlanjut sehingga merusak struktur periodontal pendukung. Sebagai konsekuensinya tenaga kesehatan gigi dituntut u dapat mengatasi masalah periodontal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Gigi Tiruan Indikator yang paling penting dalam kesehatan gigi dan mulut adalah kemampuan seseorang untuk mempertahankan gigi geligi. Beberapa penelitian

Lebih terperinci

Dry Socket Elsie Stephanie DRY SOCKET. Patogenesis Trauma dan infeksi adalah penyebab utama dari timbulnya dry soket.

Dry Socket Elsie Stephanie DRY SOCKET. Patogenesis Trauma dan infeksi adalah penyebab utama dari timbulnya dry soket. DRY SOCKET Definisi Dry Socket adalah suatu kondisi hilangnya blood clot dari soket gigi. Komplikasi yang paling sering terjadi, dan paling sakit sesudah pencabutan gigi adalah dry socket. Setelah pencabutan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari harapan. Hal ini terlihat dari penyakit gigi dan mulut masyarakat Indonesia

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari harapan. Hal ini terlihat dari penyakit gigi dan mulut masyarakat Indonesia I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gigi merupakan salah satu bagian tubuh yang memiliki fungsi yang penting bagi tubuh (Silviana dkk., 2013). Mengingat kegunaannya yang begitu penting, kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kesehatan dan mempunyai faktor risiko terjadinya beberapa jenis

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kesehatan dan mempunyai faktor risiko terjadinya beberapa jenis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok merupakan kebiasaan yang memiliki daya merusak cukup besar terhadap kesehatan dan mempunyai faktor risiko terjadinya beberapa jenis penyakit, baik lokal seperti

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke enam yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke enam yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke enam yang dikeluhkan masyarakat Indonesia menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT, 2001) dan menempati peringkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditemukan pada plak gigi dan sekitar 10 spesies telah

BAB I PENDAHULUAN. yang ditemukan pada plak gigi dan sekitar 10 spesies telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit dengan tingkat penyebaran yang luas di masyarakat. Penyakit periodontal disebabkan oleh bakteri yang ditemukan

Lebih terperinci

mendiagnosis penyakit meramalkan prognosis merencanakan perawatan Klasifikasi mengalami perubahan sejalan dgn bertambahnya pemahaman ttg etiologi dan

mendiagnosis penyakit meramalkan prognosis merencanakan perawatan Klasifikasi mengalami perubahan sejalan dgn bertambahnya pemahaman ttg etiologi dan Pengklasifikasian penyakit perlu untuk: mendiagnosis penyakit meramalkan prognosis merencanakan perawatan Klasifikasi mengalami perubahan sejalan dgn bertambahnya pemahaman ttg etiologi dan patologi penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia merupakan hal yang perlu mendapat perhatian serius oleh tenaga kesehatan, baik dokter gigi maupun perawat gigi, hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Poket infraboni dan poket suprabonimerupakan dua tipe poket periodontal yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Poket infraboni dan poket suprabonimerupakan dua tipe poket periodontal yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Poket periodontal merupakan gejala klinis utama dari penyakit periodontal. Poket infraboni dan poket suprabonimerupakan dua tipe poket periodontal yang dikenal, supraboni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. baik. Kesehatan ibu harus benar-benar dijaga agar janin yang dikandungnya sehat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. baik. Kesehatan ibu harus benar-benar dijaga agar janin yang dikandungnya sehat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa kehamilan merupakan masa yang selayaknya dipersiapkan dengan baik. Kesehatan ibu harus benar-benar dijaga agar janin yang dikandungnya sehat dan tidak mengalami

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Dentalgia Dentalgia berasal dari kata dent- yang berarti gigi dan -algia yang berarti nyeri sehingga dapat diartikan sebagai nyeri pada gigi atau lebih umum disebut

Lebih terperinci

TERAPI KOMBINASI ANTIBIOTIK AMOKSISILIN DENGAN METRONIDAZOLE DALAM PERAWATAN PERIODONTAL

TERAPI KOMBINASI ANTIBIOTIK AMOKSISILIN DENGAN METRONIDAZOLE DALAM PERAWATAN PERIODONTAL TERAPI KOMBINASI ANTIBIOTIK AMOKSISILIN DENGAN METRONIDAZOLE DALAM PERAWATAN PERIODONTAL SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Oleh:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. akar. 4 Pasak telah digunakan untuk restorasi pada perawatan endodonti lebih dari 100

BAB 1 PENDAHULUAN. akar. 4 Pasak telah digunakan untuk restorasi pada perawatan endodonti lebih dari 100 akar. 4 Pasak telah digunakan untuk restorasi pada perawatan endodonti lebih dari 100 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Restorasi gigi pada perawatan endodonti yang mengabaikan integritas dari struktur

Lebih terperinci

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN Lampiran 3 GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN Judul Mata Kuliah : Periodonsia II (PERAWATAN PERIODONTAL) Nomor Kode/ SKS : PE 252/ 2 SKS Deskripsi Singkat : Mata kuliah ini akan membahas dasar pemikiran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan rongga mulut merupakan komponen esensial dari kesehatan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan rongga mulut merupakan komponen esensial dari kesehatan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan rongga mulut merupakan komponen esensial dari kesehatan secara umum dan sangat mempengaruhi kualitas kehidupan. Kesehatan rongga mulut yang optimal merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 PERAN BAKTERI DALAM PATOGENESIS PENYAKIT PERIODONTAL. Dalam bab ini akan dibahas bakteri-bakteri patogen yang terlibat dan berbagai cara

BAB 2 PERAN BAKTERI DALAM PATOGENESIS PENYAKIT PERIODONTAL. Dalam bab ini akan dibahas bakteri-bakteri patogen yang terlibat dan berbagai cara BAB 2 PERAN BAKTERI DALAM PATOGENESIS PENYAKIT PERIODONTAL Penyakit periodontal dapat didefenisikan sebagai proses patologis yang mengenai jaringan periodontal. 2 Bentuk umum dari penyakit ini dikenal

Lebih terperinci

Indonesian Journal of Dentistry 2008; 15 (2): ISSN

Indonesian Journal of Dentistry 2008; 15 (2): ISSN Andrena, Yuniarti Soeroso, Endang W Bachtiar Indonesian Journal of Dentistry 2008; 15 (2):135-140 http//www.fkg.ui.edu Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia ISSN 1693-9697 EVALUASI PEMBERIAN BAHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kondisi ini dapat tercapai dengan melakukan perawatan gigi yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kondisi ini dapat tercapai dengan melakukan perawatan gigi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian yang penting dari kesehatan secara keseluruhan dan merupakan salah satu sendi kehidupan yang harus diketahui, ditindaklanjuti,

Lebih terperinci

GARIS GARIS BESAR PROGRAM PENGAKARAN (Rencana Kegiatan Belajar Mengajar)

GARIS GARIS BESAR PROGRAM PENGAKARAN (Rencana Kegiatan Belajar Mengajar) GARIS GARIS BESAR PROGRAM PENGAKARAN (Rencana Kegiatan Belajar Mengajar) JUDUL MATA KULIAH : PEDODONSIA TERAPAN NOMOR KODE / SKS : KGM / 427 / 2 SKS A. DESKRIPSI SINGKAT : Mata kuliah ini membahas mengenai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 2011, prevalensi karies di wilayah Asia Selatan-Timur mencapai 75-90% pada anakanak

BAB 1 PENDAHULUAN. 2011, prevalensi karies di wilayah Asia Selatan-Timur mencapai 75-90% pada anakanak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral dari kesehatan secara keseluruhan dan tidak bisa saling dipisahkan. Masalah yang timbul pada kesehatan gigi dan mulut

Lebih terperinci