BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI Beberapa literatur tentang Obligasi Negara, serta tingkat resiko finansial yang akan dibahas dalam tesis ini dijelaskan dalam bab ini. Demikian pula pendekatanpendekatan analisis yang dipergunakan, seperti : pendekatan untuk mencapai tingkat portofolio yang paling efisien, yang ditunjukkan dalam garis economic frontier, serta pengukuran tentang durasi juga akan ditunjukkan dalam penjelasan di bawah ini. A. Terminologi Pada Obligasi Negara dan Karakteristik Dasar Obligasi Secara umum Surat Utang Negara dapat dibedakan atas Surat Perbendaharaan Negara (SPN) yang berjangka waktu sampai dengan 1 bulan dan Obligasi Negara yang berjangka waktu lebih dari 1 bulan. Sampai akhir tahun 006, Pemerintah baru menerbitkan Obligasi Negara dan belum pernah menerbitkan SPN. Menurut denominasi mata uangnya, Obligasi Negara yang telah diterbitkan Pemerintah dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok, yaitu Obligasi Negara berdenominasi Rupiah dan Obligasi Negara berdenominasi valuta asing. Menurut jenis tingkat bunganya, Obligasi Negara dapat dikelompokkan ke dalam Obligasi Negara dengan tingkat bunga tetap (fixed rate) dan Obligasi Negara dengan tingkat bunga mengambang (variable rate). 5

2 6 1. Beberapa Terminologi Pada Obligasi Negara Ada beberapa istilah menyangkut obligasi, yang kadang-kadang penyebutannya sama tetapi ternyata artinya berbeda bagi sebagian orang. Istilah-istilah yang akan diuraikan antara lain, bunga kupon (coupon), yield, yield to maturity, Government Securities Yield Curve, nilai pari (par value)/nilai nominal (face value), price atau harga obligasi, Treasury Bond (T-Bond) atau Obligasi Negara dan Treasury Bill (T-Bills) atau Surat Perbendaharaan Negara, serta Pasar Primer (Perdana) dan Pasar Sekunder. Bunga kupon (coupon) yaitu besarnya bunga yang dibayarkan secara reguler, yang dinyatakan dalam persentase terhadap nilai nominal obligasi. Sebagai contoh: Obligasi Negara seri FR008 dengan tingkat bunga kupon 10%, artinya setiap tahun jumlah bunga yang dibayarkan kepada investor adalah sebesar 10% dikalikan dengan nilai nominalnya, dengan demikian untuk setiap unit obligasi senilai Rp ,00 maka kupon yang diterima per tahun oleh investor adalah sebesar Rp ,00 apabila dalam term and conditions periode pembayaran kupon ditetapkan kali setahun, maka pembayaran kuponnya setelah 6 bulan adalah sebesar masing-masing Rp50.000,00. Kupon Obligasi Negara dapat dibayarkan dua kali dalam setahun (semiannual) atau empat kali setahun (quarterly). Saat ini kupon Obligasi Negara seri FR (Fixed Rate) dibayarkan dua kali setahun, sedangkan untuk seri VR (Variable Rate) dibayarkan empat kali setahun. Untuk seri VR, kuponnya ditentukan oleh tingkat suku bunga hasil lelang SBI (Sertifikat Bank Indonesia) berjangka 3 bulan.

3 7 Yield ialah tingkat keuntungan atau imbal hasil yang sebenarnya diperoleh investor obligasi. Ada dua macam yield, yaitu current yield (simple yield) dan yield to maturity. Current yield diukur dengan cara membagi tingkat kupon obligasi dengan harga beli obligasi tersebut. Sedangkan yield to maturity ialah tingkat keuntungan yang merepresentasikan keuntungan investasi pada obligasi dengan tingkat ketepatan yang lebih tinggi daripada current yield. Yield to maturity ialah discount rate yang digunakan untuk mem-present-value-kan cash flow obligasi di masa mendatang (baik kupon maupun pokok) sehingga sama dengan harga belinya. Yield to maturity inilah yang sering digunakan secara umum dalam istilah yield sehari-hari. Inteprestasi lain dari yield adalah harga dari uang. Government Securities Yiled Curve atau kurva imbal hasil SUN ialah grafik yang menggambarkan hubungan antara jatuh tempo SUN pada berbagai titik waktu, dengan tingkat bunganya (yield to maturity). Dengan kata lain kurva ini menggambarkan berapa harga yang pantas dari suatu instrumen keuangan (SUN) untuk setiap jangka waktu jatuh temponya. Kurva ini biasanya juga disebut sebagai benchmark yield curve karena menjadi acuan bagi investor untuk menentukan harga wajar Obligasi Negara atau harga wajar instrumen keuangan lain selain SUN, tentu setelah melakukan penyesuaian dengan menambahkan premi risiko. Nilai pari (par value) atau nilai nominal (face value) ialah nilai pecahan per unit SUN. Nilai nominal ini dapat dianalogikan seperti uang kertas yang diterbitkan dalam pecahan (atau memiliki nominal). Untuk SUN saat ini

4 8 diterbitkan dalam pecahan per unit sebesar Rp ,00 (satu juta rupiah). Nilai nominal ini akan dibayar Pemerintah pada saat jatuh tempo SUN yang bersangkutan. Nilai nominal juga digunakan sebagai dasar perhitungan bunga kupon yang akan dibayar pemerintah. Treasury Bonds (T-Bonds) atau Obligasi Negara ialah SUN yang berjangka waktu lebih dari 1 bulan yang diterbitkan dengan kupon atau tanpa kupon. Sedangkan Treasury bill (T-Bills) atau Surat Perbendaharaan Negara (SPN) ialah SUN berjangka waktu sampai dengan 1 bulan dengan pembayaran bunga secara diskonto. Di beberapa negara SPN lebih dikenal dengan sebutan T-Bills atau Treasury Bills. Pasar primer adalah kegiatan penawaran dan penjualan obligasi untuk pertama kali. Sedangkan pasar sekunder ialah kegiatan perdagangan selanjutnya atas obligasi yang telah dijual di pasar primer.. Karakteristik Dasar Obligasi Selanjutnya mengenai karakteristik dasar obligasi. Pada dasarnya terdapat empat elemen dasar yang dapat menjelaskan karakter dasar obligasi, antara lain harga pasar sekarang (yang dapat diukur dengan Government Securities Yiled Curve), pembayaran sejumlah bunga, nilai jatuh tempo, dan panjang waktu jatuh tempo. Karakter pertama, nilai (harga) obligasi berbanding terbalik dengan perubahan tingkat pengembalian yang diinginkan investor (tingkat suku bunga sekarang - sering disebut sebagai yield). Dengan kata lain, ketika tingkat bunga meningkat (menurun), nilai obligasi menurun (meningkat)

5 9 Jika investor meminta tingkat pengembalian yang lebih tinggi, maka nilai obligasi menurun. Karena pembayaran bunga dan nilai yang tertera pada obligasi tetap, tingkat yang lebih tinggi atas yield dapat dicapai hanya dengan membayar harga yang lebih rendah untuk obligasi tersebut. Sebaliknya, yield atau jika hasil pengembalian rendah, maka menghasilkan nilai pasar yang lebih tinggi. Perubahan harga obligasi menunjukkan unsur ketidakpastian bagi investor obligasi, begitu juga bagi manajer keuangan. Jika yield sekarang berubah, harga obligasi juga berfluktuasi. Peningkatan pada tingkat suku bunga dikarenakan pemegang obligasi mendapatkan kerugian pada harga pasarnya. Karena tingkat suku bunga masa depan dan nilai obligasi yang dihasilkan tidak dapat diperkirakan dengan pasti, para investor obligasi maupun penerbit obligasi telah terbuka terhadap risiko perubahan nilai karena tingkat suku bunga yang berubah-ubah. Risiko ini disebut risiko tingkat suku bunga (interest rate risk). Karakteristik kedua adalah nilai pasar obligasi akan kurang dari nilai nominalnya, jika yield diatas tingkat suku bunga kupon obligasi; tetapi akan dinilai diatas nilai nominal, jika tingkat pengembalian yang diharapkan investor dibawah tingkat suku bunga obligasi. Dalam kenyataannya, pemerintah berusaha menjual obligasi dibawah nilai nominalnya. Sehingga apabila dijual di pasar sekunder, investor selanjutnya masih bisa menikmati capital gain. Kebijakan ini ditujukan untuk menjaga agar obligasi yang dijual tetap aktif dan likuid di pasar uang.

6 10 Karakteristik ketiga adalah semakin dekat tanggal jatuh tempo obligasi, maka nilai pasar obligasi tersebut mendekati nilai nominalnya. Sehingga obligasi premium akan dijual lebih murah ketika mendekati jatuh temponya, sedangkan obligasi discount akan dijual semakin tinggi ketika mendekati tanggal jatuh temponya. Karakter keempat adalah obligasi jangka panjang memiliki risiko tingkat suku bunga yang lebih besar dibandingkan dengan obligasi jangka pendek. Seperti telah disebutkan diatas, perubahan yield menyebabkan perubahan harga pasar obligasi. Namun dampak pada nilai, lebih besar untuk obligasi jangka panjang, dibanding obligasi jangka pendek. Alasan mengapa harga obligasi jangka panjang lebih fluktuatif daripada harga obligasi jangka pendek dalam merespon tingkat bunga perubahan adalah hal sederhana. Asumsikan investor membeli obligasi Rp1.000,00, 10 tahun, tingkat bunga 1 persen. Jika tingkat bunga sekarang untuk obligasi dengan risiko yang sama meningkat ke 15 persen, investor akan menguncinya ke tingkat yang lebih rendah untuk 10 tahun. Jika, di pihak lain, investor membeli suatu obligasi jangka pendek pada tingkat suku bunga yang lebih tinggi, katakanlah, jatuh tempo dalam tahun, investor akan menerima pengembalian yang lebih rendah untuk hanya tahun dan bukan yang penuh pada 10 tahun. Pada ujung tahun ke- investor akan menerima nilai jatuh tempo Rp1.000,00 dan dapat membeli obligasi yang menawarkan tingkat suku bunga 15 persen untuk sisa 8 tahun. Oleh karena itu, tingkat bunga ditentukan, setidaknya sebagian, oleh jangka waktu investor harus melibatkan diri pada investasi. Namun, pemegang obligasi jangka panjang bisa

7 11 merasa nyaman dengan kenyataan bahwa perubahan tingkat bunga jangka panjang pada umumnya tidak sesering seperti tingkat bunga pada obligasi jangka pendek. Jika tingkat suku bunga jangka pendek berubah 1 poin persentase, tidak akan mengherankan bila perubahan tingkat suku bunga jangka panjang hanya 0,3 poin persentase. Karakteristik kelima adalah sensitivitas nilai obligasi terhadap perubahan tingkat bunga tidak hanya bergantung pada lamanya waktu jatuh tempo, tetapi juga pada arus kas yang dihasilkan oleh obligasi tersebut. Tidaklah mengherankan untuk dua obligasi yang memiliki waktu jatuh tempo yang sama bereaksi dengan cara yang berbeda atas suatu perubahan tingkat bunga. Misalnya dua obligasi, A dan B, nilai nominal keduanya jatuh tempo dalam 10 tahun. Walaupun obligasi sama dalam jatuh temponya dan tingkat bunganya, struktur pembayaran bunganya berbeda bagi masingmasing obligasi. Obligasi A membayar bunga 100 tiap tahun, dengan pokok dibayar kembali pada akhir tahun kesepuluh. Obligasi B adalah obligasi tanpa bunga, obligasi ini tidak membayar bunga sampai jatuh tempo obligasi. Pada waktu itu, pemegang obligasi A menerima 1.94, bandingkan dengan untuk obligasi B (contoh perhitungan lengkap terdapat pada subbab Macaulay Duration). Mengapa berbeda? Kedua obligasi mempunyai jatuh tempo yang sama, dan keduanya sama-sama menjanjikan tingkat pengembalian sebesar 10 persen. Jawabannya berada pada pola arus kas yang dihasilkan. Arus kas obligasi B diterima pada waktu yang secara rata-rata lebih lama dibanding dengan arus kas obligasi A. Sebab perubahan tingkat suku bunga selalu

8 1 mempunyai akibat lebih besar pada nilai sekarang pada arus kas yang diterima lebih lama daripada arus kas yang lebih cepat akibat bunga majemuk, obligasi dengan arus kas penerimaan yang lebih lama secara rata-rata, akan menjadi lebih sensitif pada perubahan tingkat bunga daripada perubahan obligasi dengan arus kas lebih cepat. Peristiwa ini ditemukan pada tahun 1938 oleh Macaulay, yang memikirkan konsep durasi (duration). Durasi obligasi adalah ukuran besarnya reaksi harga obligasi pada perubahan tingkat suku bunga. Semakin besar perubahan persentase relatif pada nilai obligasi maka sebagai respon atas perubahan persentase perubahan tingkat bunga, maka akan semakin lama pula durasinya. Pada perhitungan jangka waktu, kita tidak hanya mempertimbangkan jangka waktu jatuh tempo atau lamanya waktu penerimaan arus kas tetapi juga pola penerimaan arus kas tersebut, secara spesifik jangka waktu rata-rata tertimbang hingga jatuh tempo dimana bobot yang dikenakan di setiap tahunnya adalah nilai sekarang arus kas tahun itu. Uraian lebih lengkap akan diuraian pada subbab berikutnya. B. Risiko-Risiko Portofolio Utang Negara (SUN) Terdapat 5 (lima) resiko di dalam pengelolaan portofolio Surat Utang Negara, yaitu : 1. Risiko Kesinambungan Fiskal (Fiscal Sustainability). Risiko Operasional (Operational Risk) 3. Risiko Nilai Tukar (Foreign Exchange Risk) 4. Risiko Perubahan Tingkat Bunga (Interest rate risk)

9 13 5. Risiko Pembiayaan Kembali (Refinancing Risk) Namun karena pembahasan dibatasi pada resiko finansial yang melekat dalam Surat Utang Negara berdominasi Rupiah, maka hanya (dua) resiko finansial point 4 dan 5 dengan penjelasan sebagai berikut : 1. Risiko Perubahan Tingkat Bunga (Interest rate risk) Risiko beban bunga adalah berkaitan dengan fluktuasi tingkat suku bunga sehingga mempengaruhi beban bunga yang harus dibayar. Baik penghitungan beban bunga secara tetap (fixed rate) maupun secara mengambang (variable rate) mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Basis pembayaran bunga yang tetap (fixed rate) sangat menguntungkan (bagi Pemerintah) apabila basis pembayaran bunga mengambang mengalami fluktuasi yang relatif ekstrim. Begitu pula sebaliknya, manakala basis pembayaran bunga mengambang dalam kondisi terkendali dan stabil, beban bunga yang harus dibayar lebih rendah dari beban bunga tetap.. Risiko Pembiayaan Kembali (Refinancing Risk) Risiko pembiayaan kembali muncul akibat struktur jatuh tempo yang tidak seimbang terhadap kemampuan fiskal pada suatu tahun fiskal. Semakin banyak surat utang yang jatuh tempo pada satu tahun fiskal berarti semakin meningkatkan risiko pembiayaan kembali pada tahun itu. Dalam rangka mengelola refinancing risk, struktur jatuh tempo utang Pemerintah yang ideal ialah yang sesuai dengan daya dukung fiskal setiap tahunnya. Jadi, pada tahun-tahun dimana penerimaan negara diperkirakan meningkat, maka tahun-tahun itu memperoleh porsi jatuh tempo utang yang

10 14 lebih besar. Namun demikian, mengingat sangat sulit memperkirakan penerimaan Pemerintah dalam jangka panjang, maka dalam rangka prudent debt management dapat diasumsikan struktur jatuh tempo yang baik ialah yang smooth (merata) dan dalam jumlah yang tidak terlampau tinggi setiap tahunnya. Penerbitan Obligasi Negara jika dikaitkan dengan risiko adalah bahwa melalui analisis cost and risk ada keseimbangan relatif dari biaya (terutama biaya bunga) yang harus dibayar dan risiko yang harus dipikul, sebagaimana prinsip dalam manajemen keuangan yaitu Jangan menambah risiko kecuali terdapat kompensasi tambahan pendapatan. Sedikit berbeda dengan prinsip manajemen keuangan sektor privat, manajemen keuangan sektor publik dalam kebijakan surat utangnya berprinsip: Jangan menambah risiko kecuali terdapat kompensasi biaya Walaupun pada dasarnya prinsip-prinsip dalam manajemen keuangan, khususnya mengenai investasi dalam obligasi, juga diterapkan dalam manajemen keuangan pemerintah, namun ada sedikit perbedaan. Satu aspek yang tidak terdapat dalam manajemen keuangan sektor privat adalah bahwa penerbitan obligasi oleh Pemerintah ditujukan tidak hanya semata-mata untuk memperoleh dana dari luar atau sekedar untuk menutup defisit APBN, tetapi juga dalam rangka mengembangkan pasar uang sehingga obligasi Pemerintah menjadi benchmark di pasar uang itu sendiri. C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Risiko Finansial

11 15 Sesuai dengan batasan masalah, bahwa kajian ini terbatas pada Obligasi Negara denominasi Rupiah yang dapat diperdagangkan dan hanya pada risiko finansial. Risiko finansial teridiri dari risiko fluktuasi tingkat suku bunga, dan risiko pembiayaan kembali saat obligasi jatuh tempo. Risiko tingkat suku bunga akan lebih banyak mengkaji tingkat suku bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia) 3 bulanan. Karena suku bunga ini dijadikan dasar untuk pembayaran beban bunga obligasi dengan bunga mengambang. Pada dasarnya, faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan suku bunga SBI sangatlah banyak. Namun untuk perkiraan tahun 007lebih didominasi pada faktor laju inflasi, arus modal jangka pendek ke dalam ataupun ke luar negeri, tingkat suku bunga riil domestik, dan perbedaan suku bunga di dalam dan di luar negeri, serta stabilitas nilai tukar rupiah. Laju inflasi sendiri juga banyak faktor yang mempengaruhi. Untuk perkiraan tahun 007, laju inflasi banyak dipengaruhi oleh pasokan bahan makanan terkait dengan meningkatnya pertumbuhan produk sektor pertanian, jumlah uang yang beredar, arus distribusi barang terutama kebutuhan pokok, dan harga minyak dunia. D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Refinancing Risk Refinancing risk lebih dipengaruhi oleh faktor-faktor kuantitatif dan lebih terukur seperti tenor obligasi yang membentuk struktur jatuh tempo dan besaran yield yang diminta oleh investor. Khusus untuk faktor-faktor yang mempengaruhi refinancing risk akan diuraikan lebih rinci pada subbab tentang durasi. Ukuran Durasi

12 16 1. Jenis-Jenis Durasi Ukuran komposit/gabungan dari sensitivitas tingkat bunga dan jangka waktu jatuh tempo dan dihubungkan dengan arus kas disebut sebagai durasi (duration). Konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh Frederick Macaulay di tahun Saat ini sedikitnya ada empat jenis durasi yang diturunkan dari konsep durasi Macaulay. Pertama adalah Macaulay Duration, adalah ditujukan untuk mengukur waktu atas arus kas dari suatu obligasi. Dari sisi issuer obligasi, durasi ini sering digunakan untuk menentukan kombinasi yang tepat antara tingkat suku bunga dan jangka waktu jatuh tempo sesuai dengan tujuan penerbitan obligasi itu sendiri. Kedua, modified duration adalah berasal dari Macaulay duration dengan membuat sedikit penyesuaian (modifikasi) dari nilai Macaulay duration. Dengan batasan tertentu, modified duration dapat menghasilkan perkiraan dari sensitivitas tingkat suku bunga dari suatu obligasi (atau aktiva keuangan). Biasanya, modified duration lebih banyak dipakai oleh investor obligasi dalam menilai investasinya. Ketiga, effective duration adalah suatu ukuran langsung dari sensitivitas tingkat suku bunga dari suatu obligasi (atau aktiva finansial lainnya) dimana dimungkinkan mengestimasi perubahan harga atas aktiva tersebut dengan menggunakan suatu model penilaian. Terakhir adalah empirical duration, durasi ini mengukur secara langsung persentase perubahan harga dari suatu aktiva pada saat

13 17 perubahan tingkat suku bunga aktual. Ukuran ini dapat digunakan sebagai alat untuk mengestimasi suatu aktiva ketika tidak tersedia suatu model penilaian yang tepat. Pada dasarnya, model-model durasi semacam ini banyak diaplikasikan oleh investor manakala menilai aktiva yang akan mereka beli. Namun, ada juga ukuran durasi yang masih sangat relevan jika dipakai oleh penerbit obligasi, yaitu Macaulay Duration. Sedangkan Pemerintah (sebagai issuer) menggunakan durasi yang pertama untuk mengukur obligasi yang diterbitkan. Oleh karena itu, hanya Macaulay duration yang akan diuraikan lebih lanjut, sementara jenis durasi yang kedua dan seterusnya tidak diuraikan disini.. Karakteristik dari Macaulay Duration Contoh berikut akan menggambarkan beberapa karakteristik dari Macaulay duration. Pertama Macaulay duration dari suatu obligasi (berkupon) selalu akan lebih kecil dari lamanya waktu jatuh tempo karena durasi memberikan bobot setiap peridenya tergantung dari besarnya arus kas yang keluar, misalnya pada saat pembayaran bunga atau pada saat pembayaran pokok pinjaman ketika obligasi tersebut jatuh tempo. Oleh karena ada pembobotan pada pembayaran bunga dan pembayaran pokok pinjaman tersebut, durasi obligasi tanpa bunga (zero coupon bond) selalu memiliki durasi yang sama dengan jatuh temponya. Untuk mengenal Macaulay duration lebih dalam, formula durasi tersebut dituliskan sebagai berikut:

14 18 D n t= 1 = n t= 1 Ct ( t) t (1 + i) Ct t (1 + i) dimana, t = waktu dimana terjadi pembayaran kupon atau pokok C t = pembayaran bunga atau pokok i = yield to maturity dari obligasi Karakteristik kedua, hubungan antara bunga kupon dan durasi adalah berbanding terbalik. Suatu obligasi dengan bunga kupon yang tinggi akan mempunyai durasi yang lebih pendek karena banyak dari porsi total arus kas mengalir lebih dahulu dalam bentuk pembayaran bunga. Sebagaimana contoh dibawah, obligasi dengan bunga kupon 8 persen mempunyai durasi lebih pendek daripada obligasi yang mempunyai bunga kupon 4 persen. Tabel.1: Ilustrasi Penghitungan Macaulay Duration (asumsi bunga pasar 8%) Nilai Nominal Jatuh tempo Bunga kupon Obligasi A tahun 4 persen Obligasi B tahun 8 persen (1) Periode () Arus Kas (3) PV pada 8% 0,959 0,8573 0,7938 0,7350 0,66 0,630 0,5835 0,5403 0,500 Obligasi A (4) PV dari arus kas 37,04 34,9 31,75 9,40 7, 5,1 3,34 1,61 0,01 (5) PV sebagai % dari harga 0,0506 0,0469 0,0434 0,040 0,037 0,0345 0,0319 0,095 0,074 (6) (1) x (5) 0,0506 0,0938 0,130 0,1608 0,1860 0,070 0,33 0,360 0,466

15 , ,73 0,6585 6,5850 Jumlah 731,58 1,0000 8,1193 Durasi = 8,1 tahun Obligasi B ,959 0,8573 0,7938 0,7350 0,66 0,630 0,5835 0,5403 0,500 0,463 74,07 68,59 63,50 58, 54,44 50,4 46,68 43, 40,0 500,6 0,0741 0,0686 0,0635 0,0588 0,0544 0,0504 0,0467 0,043 0,0400 0,5003 0,0741 0,137 0,1906 0,1906 0,70 0,304 0,369 0,3456 0,3600 5,0030 Jumlah 1.000,00 1,0000 7,470 Durasi = 7,5 tahun Oleh karena itu, dalam merencanakan penerbitan Obligasi Negara, Pemerintah berusaha untuk memperoleh bunga kupon serendah mungkin atau memperpanjang jangka waktu jatuh tempo agar durasinya lebih panjang. Dengan memperpanjang durasi tentunya bobot arus kas yang keluar juga semakin kecil sehingga akan memperingan beban APBN. Ketiga, secara umum jangka waktu jatuh tempo berbanding lurus dengan Macaulay duration, tetapi durasi meningkat seiring dengan menurunnya tingkat suku bunga. Oleh karena itu, obligasi yang mempunyai waktu jatuh tempo lebih panjang hampir selalu akan mempunyai durasi yang lebih tinggi pula. Begitu juga dengan perencanaan penerbitan Obligasi Negara. Terlepas dari keinginan pasar dan pengembangan pasar uang di Indonesia, Pemerintah berusaha untuk menerbitkan obligasi yang mempunyai jangka waktu jatuh tempo yang lama untuk memperpanjang durasinya.

16 0 Keempat, adanya suatu hubungan kebalikan antara yield to maturity dan durasi. Semakin tinggi yield to maturity yang diminta dari suatu obligasi justru akan menurunkan durasinya. Sebagaimana pada ilustrasi diatas, jika yield to maturity-nya diubah dari 8 persen ke 1 persen, durasi untuk obligasi 4 persen (obligasi A) berubah dari 8,1 tahun menjadi 7,75 tahun, dan durasi dari obligasi 8 persen (obligasi B) berubah dari 7,5 tahun menjadi 6, tahun. Oleh karena itu, dalam suatu lelang Obligasi Negara, Pemerintah telah mempunyai batasan tersendiri atas besarnya yield to maturity dari penawaran yang masuk. Apabila dari penawaran yang masuk meminta yield to maturity yang terlalu tinggi jika dibandingkan dengan benchmark yield yang menjadi patokan Pemerintah, maka Pemerintah tidak akan memenangkan bid yang masuk karena durasinya semakin pendek (berarti arus kas atau beban pemerintah akan semakin besar) sebagaimana pernah dilakukan pada bulan Maret dan Juli 005. Karakteristik yang terakhir adalah obligasi dengan opsi tertentu (adanya sinking fund dan call provision) dapat menyebabkan perubahan yang dramatis pada durasi suatu obligasi. Opsi tersebut dapat mengubah total arus kas dari obligasi, oleh karena itu mempengaruhi perubahan durasi secara signifikan. Namun demikian, dalam pembahasan/analisis mengenai Obligasi Negara tidak akan menyentuh karakter yang seperti ini mengingat Obligasi Negara sebagaimana obligasi pada umumnya, tanpa ada opsi.

17 1 Sesuai dengan karakteristik dari Macaulay duration diatas, estimasi sensitivitas suatu obligasi terhadap perubahan tingkat bunga, durasi obligasi menjadi ukuran yang paling tepat, bukan waktu jatuh temponya. 3. Garis Efficiency Frontier Gabungan Dua Sekuritas Seperti halnya pada asumsi-asumsi ilmu ekonomi yang lain, ada beberapa kondisi relatif yang mengikuti pola pergerakan beberapa indikator ekonomi, yaitu indikator ekonomi pada saat depresi, resesi, normal, dan pada kondisi puncak. Dari kondisi-kondisi inilah kemudian muncul angka-angka yang kecil, sedang, dan tinggi. Angka-angka tersebut ada yang berpola dan ada yang tidak berpola. Demikian juga dengan mencari efficency frontier, metode ini menggabungkan dua kelompok data dari sekuritas yang berbeda risiko dan return-nya sedemikian rupa sehingga diketahui standar deviasi dari return portofolio (risk) tersebut kemudian dihubungkan dengan expected return (jika dari sisi penerbit sekuritas, ini adalah cost) portofolio tersebut. Dari titik-titik itulah dapat dibuat garis yang menunjukkan efisiensi optimal apabila mengkombinasikan dua portofolio yang berbeda risk and returnnya. Untuk mendapatkan satu titik yang mewakili standar deviasi dari return suatu portofolio, menggunakan rumus standar deviasi biasa yang diperoleh dari akar kuadrat positif variance. Variance adalah rata-rata hitung atau kuadrat simpangan setiap pengamatan terhadap rata-rata hitungnya. Rumus dari standar deviasi adalah:

18 ( x x) σ = ( n 1) dimana, σ = standar deviasi x = data yang diamati x = rata-rata n = jumlah data atau populasi Sedangkan rumus variance adalah: ( x x) ρ = ( n 1) dimana, ρ = variance x = data yang diamati x = rata-rata n = banyaknya data atau populasi Korelasi dan Covariance digunakan untuk mengukur hubungan antara dua kelompok sekuritas tersebut. Perbedaannya adalah bahwa koefisien korelasi menggunakan skala antara -1 dan +1, sementara pada covariance tidak menggunakan skala. Covariance dirumuskan sebagai berikut: ( x x)( y y) Cov( X, Y ) = n Sedangkan korelasi dirumuskan sebagai berikut: Correl( X, Y) = ( ( x x)( y y) x x) ( y y) dimana, x = data pada kelompok data pada sekuritas X x = rata-rata y = data pada kelompok data pada sekuritas Y y = jumlah data atau populasi

19 3 Untuk menukur imbal hasil dan risiko pada campuran jenis portofolio digunakan variance dan standar deviasi sehingga membentuk rumus: x σ A x σ A, x σ ( portfolio) = + A A B B B B Var + x dimana, X A = komposisi portofolio A X B = komposisi portofolio B σ A = standar deviasi portofolio A σ B = standar deviasi portofolio B Sedangkan standar deviasi (portofolio) adalah akar kuadrat dari variance portofolio sehingga mempunyai rumus: σ = Var( portfolio) Di titik inilah nanti tersebar komposisi-komposisi portofolio sehingga dapat membentuk kurva atau persamaan garis lurus tertentu. Sedangkan untuk mencari suatu titik expected return (jika dari sisi pemerintah adalah biaya/cost), digunakan rumus: Exp Cost = ( I X ) + ( I X ). Dimana X A adalah komposisi portofolio A;. A A B B X B adalah komposisi portofolio B, I A adalah Expected cost pada portofolio A, I B adalah Expected cost pada portofolio B. Dari titik-titik yang dibentuk oleh dua persamaan diatas, dapat diketahui garis optimal dari gabungan dua portofolio yang memiliki karakter cost and risk yang berbeda-beda. Garis inilah yang kemudian disebut sebagai efficiency frontier. Sedangkan untuk menjelaskan garis itu, tergantung darimana sudut pandangnya.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Pikir Berdasarkan latar belakang dan landasan teori yang telah diuraikan maka akan dibuat kerangka pikir untuk penelitian ini. Kerangka pikir ini dibuat untuk

Lebih terperinci

ANALISIS INVERSTASI DAN PORTOFOLIO

ANALISIS INVERSTASI DAN PORTOFOLIO ANALISIS INVERSTASI DAN PORTOFOLIO Obligasi perusahaan merupakan sekuritas yang diterbitkan oleh suatu perusahaan yang menjanjikan kepada pemegangnya pembayaran sejumlah uang tetap pada suatu tanggal jatuh

Lebih terperinci

MATERI 7. TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO

MATERI 7.  TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO MATERI 7 http://www.deden08m.com TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO OBLIGASI PERUSAHAAN 2/51 Obligasi perusahaan merupakan sekuritas yang diterbitkan oleh suatu perusahaan yang menjanjikan kepada pemegangnya

Lebih terperinci

OVERVIEW 1/51. Konsep pengertian obligasi. Karakteristik dan jenis obligasi. Hasil-hasil (yields) yang diperoleh dari investasi obligasi.

OVERVIEW 1/51. Konsep pengertian obligasi. Karakteristik dan jenis obligasi. Hasil-hasil (yields) yang diperoleh dari investasi obligasi. OVERVIEW 1/51 Konsep pengertian obligasi. Karakteristik dan jenis obligasi. Hasil-hasil (yields) yang diperoleh dari investasi obligasi. OBLIGASI PERUSAHAAN 2/51 Obligasi perusahaan merupakan sekuritas

Lebih terperinci

OVERVIEW investasi obligasi. 1/51

OVERVIEW investasi obligasi. 1/51 http://www.deden08m.wordpress.com OVERVIEW Konsep pengertian obligasi. Karakteristik dan jenis obligasi. Hasil-hasil (yields) yang diperoleh dari investasi obligasi. 1/51 OBLIGASI PERUSAHAAN Obligasi perusahaan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS RESIKO FINANSIAL

BAB IV ANALISIS RESIKO FINANSIAL BAB IV ANALISIS RESIKO FINANSIAL A. Gambaran Umum Tentang Obligasi Negara 1. Surat Utang Negara di Indonesia a). Jenis Surat Utang Negara (1) Obligasi Negara Berdenominasi Rupiah Obligasi Negara berdenominasi

Lebih terperinci

MATERI 7. TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO

MATERI 7.  TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO MATERI 7 http://www.deden08m.com TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO OBLIGASI PERUSAHAAN 2/51 Obligasi perusahaan merupakan sekuritas yang diterbitkan oleh suatu perusahaan yang menjanjikan kepada pemegangnya

Lebih terperinci

ririkyunita@yahoo.co.id Beberapa Istilah Dalam Nilai nominal ( nominal value atau face value ) atau nilai pari ( par value ) Besarnya nilai rupiah obligasi yang diterbitkan tertera pada lembaran obligasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Investasi adalah alat bagi seorang investor untuk meningkatkan nilai aset

BAB I PENDAHULUAN. Investasi adalah alat bagi seorang investor untuk meningkatkan nilai aset BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi adalah alat bagi seorang investor untuk meningkatkan nilai aset yang dimilikinya. Investor dapat melakukan investasi pada beragam aset finansial, salah satunya

Lebih terperinci

12/02/ CAKUPAN PEMBAHASAN 1/33

12/02/ CAKUPAN PEMBAHASAN 1/33 http://www.deden08m.com CAKUPAN PEMBAHASAN 1/33 Penilaian obligasi Harga obligasi Tingkat bunga pasar dan harga obligasi Maturitas dan harga obligasi Tingkat kupon dan harga obligasi Durasi obligasi 1

Lebih terperinci

FIXED INCOME TREASURY MANAGEMENT

FIXED INCOME TREASURY MANAGEMENT FIXED INCOME TREASURY MANAGEMENT PENGERTIAN Fixed Income: Produk investasi dengan tingkat pendapatan tetap (stabil) Financial Market Money market Capital market Maturity 1th Debt Instrument

Lebih terperinci

MATERI 8 PENGERTIAN OBLIGASI, PENILAIAN OBLIGASI, DAN STRATEGI INVESTASI OBLIGASI. Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si.

MATERI 8 PENGERTIAN OBLIGASI, PENILAIAN OBLIGASI, DAN STRATEGI INVESTASI OBLIGASI. Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si. MATERI 8 PENGERTIAN OBLIGASI, PENILAIAN OBLIGASI, DAN STRATEGI INVESTASI OBLIGASI Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si. OBLIGASI PERUSAHAAN 2/51 Obligasi perusahaan merupakan sekuritas yang diterbitkan oleh

Lebih terperinci

CAKUPAN PEMBAHASAN 1/33

CAKUPAN PEMBAHASAN 1/33 CAKUPAN PEMBAHASAN 1/33 Penilaian obligasi Harga obligasi Tingkat bunga pasar dan harga obligasi Maturitas dan harga obligasi Tingkat kupon dan harga obligasi Durasi obligasi PENILAIAN OBLIGASI Penilaian

Lebih terperinci

MATERI 8 PENGERTIAN OBLIGASI, PENILAIAN OBLIGASI, DAN STRATEGI INVESTASI OBLIGASI

MATERI 8 PENGERTIAN OBLIGASI, PENILAIAN OBLIGASI, DAN STRATEGI INVESTASI OBLIGASI MATERI 8 PENGERTIAN OBLIGASI, PENILAIAN OBLIGASI, DAN STRATEGI INVESTASI OBLIGASI Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si. OBLIGASI PERUSAHAAN 2/51 Obligasi perusahaan merupakan sekuritas yang diterbitkan oleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kondisi perekonomian, berbagai keputusan yang berkenaan dengan konsumsi, tabungan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kondisi perekonomian, berbagai keputusan yang berkenaan dengan konsumsi, tabungan dan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Tingkat Suku Bunga Tingkat suku bunga merupakan salah satu variable ekonomi yang sering dipantau oleh para pelaku ekonomi. Tingkat suku bunga dipandang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang membeli obligasi disebut pemegang obligasi (bondholder) yang akan menerima

BAB I PENDAHULUAN. yang membeli obligasi disebut pemegang obligasi (bondholder) yang akan menerima BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan dunia investasi semakin marak. Banyaknya masyarakat yang tertarik dan masuk ke bursa untuk melakukan investasi menambah semakin berkembangnya

Lebih terperinci

MATERI 8 PENGERTIAN OBLIGASI, PENILAIAN OBLIGASI, DAN STRATEGI INVESTASI OBLIGASI

MATERI 8 PENGERTIAN OBLIGASI, PENILAIAN OBLIGASI, DAN STRATEGI INVESTASI OBLIGASI MATERI 8 PENGERTIAN OBLIGASI, PENILAIAN OBLIGASI, DAN STRATEGI INVESTASI OBLIGASI Prof. DR. H. DEDEN MULYANA, SE., M.Si. OBLIGASI PERUSAHAAN 2/51 Obligasi perusahaan merupakan sekuritas yang diterbitkan

Lebih terperinci

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT UTANG NEGARA TAHUN 2008

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT UTANG NEGARA TAHUN 2008 LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT UTANG NEGARA TAHUN 2008 DISAMPAIKAN SEBAGAI BAGIAN DARI PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBN 2008 LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT BERHARGA NEGARA

Lebih terperinci

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT BERHARGA NEGARA TAHUN 2009

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT BERHARGA NEGARA TAHUN 2009 LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT BERHARGA NEGARA TAHUN 2009 DISAMPAIKAN SEBAGAI BAGIAN DARI PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBN 2009 LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT BERHARGA NEGARA

Lebih terperinci

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT UTANG NEGARA TAHUN 2007

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT UTANG NEGARA TAHUN 2007 LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT UTANG NEGARA TAHUN 2007 DISAMPAIKAN SEBAGAI BAGIAN DARI PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBN 2007 I. Pendahuluan Laporan pertanggungjawaban pengelolaan Surat

Lebih terperinci

Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Direktorat Surat Utang Negara.

Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Direktorat Surat Utang Negara. Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Direktorat Surat Utang Negara SUN Ritel Jakarta, 30 November 2017 Pembicara: SANDI ARIFIANTO Kepala Seksi Perencanaan

Lebih terperinci

Manajemen Keuangan. Penilaian Saham dan Obligasi. Basharat Ahmad. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen

Manajemen Keuangan. Penilaian Saham dan Obligasi. Basharat Ahmad. Modul ke:  Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen Manajemen Keuangan Modul ke: Penilaian Saham dan Obligasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Basharat Ahmad Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Materi Pembelajaran Penilaian Obligasi Penilaian Saham

Lebih terperinci

XXI. Resume Investasi Obligasi Ritel Indonesia Seri 10danSimulasi Perhitungan ORI 10. PPA Univ. Trisakti

XXI. Resume Investasi Obligasi Ritel Indonesia Seri 10danSimulasi Perhitungan ORI 10. PPA Univ. Trisakti PPA Univ. Trisakti XXI Resume Investasi Obligasi Ritel Indonesia Seri 10danSimulasi Perhitungan ORI 10 Tugas Mata Kuliah : Manajemen Keuangan dan Pasar Modal Dosen Pengajar : Ibu Susi Muchtar Mahasiswa

Lebih terperinci

Pendek (< 1 Tahun) Obligasi Mata Uang Asing Saham Properti Emas Koleksi

Pendek (< 1 Tahun) Obligasi Mata Uang Asing Saham Properti Emas Koleksi Produk Investasi Deposito SBI Pendek (< 1 Tahun) Jangka Waktu Investasi Menengah (1-5 Thn) Panjang (>5 Thn) Obligasi Mata Uang Asing Saham Properti Emas Koleksi 2 INSTRUMEN INVESTASI JANGKA PENDEK 3 Dipergunakan

Lebih terperinci

MATERI 13c PENILAIAN OBLIGASI

MATERI 13c PENILAIAN OBLIGASI MATERI 13c PENILAIAN OBLIGASI Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si. OBLIGASI PERUSAHAAN 2/51 Obligasi perusahaan merupakan sekuritas yang diterbitkan oleh suatu perusahaan yang menjanjikan kepada pemegangnya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Perubahan Harga Obligasi Obligasi merupakan surat perjanjian jangka panjang, dimana penerbit obligasi (issuer) berjanji akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah liberalisasi sektor keuangan di Indonesia bisa dilacak ke belakang,

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah liberalisasi sektor keuangan di Indonesia bisa dilacak ke belakang, BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Sejarah liberalisasi sektor keuangan di Indonesia bisa dilacak ke belakang, setidaknya sejak tahun 1983 saat pemerintah mengeluarkan deregulasi perbankan (Pakjun 1983).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembiayaan alternatif selain pembiayaan melalui perjanjian pinjaman (loan

BAB 1 PENDAHULUAN. pembiayaan alternatif selain pembiayaan melalui perjanjian pinjaman (loan BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Surat Berharga Negara (SBN) dipandang oleh pemerintah sebagai instrumen pembiayaan alternatif selain pembiayaan melalui perjanjian pinjaman (loan agreement). Kondisi APBN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan pasar modal yang pesat memiliki peran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan pasar modal yang pesat memiliki peran penting dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan pasar modal yang pesat memiliki peran penting dalam meningkatkan pertumbuhan perekonomian. Pada penelitian yang dilakukan (Sulystari, 2013),

Lebih terperinci

MATERI 2 PENGERTIAN DAN INSTRUMEN PASAR MODAL. Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si.

MATERI 2 PENGERTIAN DAN INSTRUMEN PASAR MODAL. Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si. MATERI 2 PENGERTIAN DAN INSTRUMEN PASAR MODAL Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si. OVERVIEW 1/52 Sekuritas di pasar ekuitas. Sekuritas di pasar obligasi. Sekuritas di pasar derivatif. Reksa dana. Penghitungan

Lebih terperinci

Materi 7 Penilaian Obligasi. Prof. Dr. DEDEN MULYANA, SE., M.Si. PENGERTIAN OBLIGASI

Materi 7 Penilaian Obligasi. Prof. Dr. DEDEN MULYANA, SE., M.Si. PENGERTIAN OBLIGASI Materi 7 Penilaian Obligasi Prof. Dr. DEDEN MULYANA, SE., M.Si. 7-1 PENGERTIAN OBLIGASI KARAKTERISTIK OBLIGASI JENIS-JENIS OBLIGASI YIELD OBLIGASI DIVERSIFIKASI ESTIMASI RETURN DAN RISIKO PORTOFOLIO MODEL

Lebih terperinci

PENGERTIAN DAN INSTRUMEN PASAR MODAL

PENGERTIAN DAN INSTRUMEN PASAR MODAL MATERI 2 PENGERTIAN DAN INSTRUMEN PASAR MODAL Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si. OVERVIEW 1/52 Sekuritas di pasar ekuitas. Sekuritas di pasar obligasi. Sekuritas di pasar derivatif. Reksa dana. Penghitungan

Lebih terperinci

Prediksi Tingkat Suku Bunga SPN 3 Bulan 6,3%

Prediksi Tingkat Suku Bunga SPN 3 Bulan 6,3% 1 Prediksi Tingkat Suku Bunga SPN 3 Bulan 6,3% Prediksi tingkat suku bunga SPN 3 Bulan tahun 2016 adalah sebesar 6,3% dengan dipengaruhi oleh kondisi ekonomi internal maupun eksternal. Data yang digunakan

Lebih terperinci

OBLIGASI, SAHAM, RISK & RETURN

OBLIGASI, SAHAM, RISK & RETURN OBLIGASI, SAHAM, RISK & RETURN OBLIGASI Obligasi adalah wesel jangka panjang yang diterbitkan oleh unit perusahaan dan pemerintah Penerbit obligasi menerima uang dalam pertukaran untuk melakukan pembayaran

Lebih terperinci

Surat Berharga Syariah Negara

Surat Berharga Syariah Negara Lampiran 13 LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT BERHARGA NEGARA TA 2011 I. PENDAHULUAN Laporan Pertanggungjawaban Pengelolaan Surat Berharga Negara ini disusun untuk memenuhi amanat pasal 16 Undang-Undang

Lebih terperinci

PROSPEK INVESTASI SURAT UTANG NEGARA

PROSPEK INVESTASI SURAT UTANG NEGARA PROSPEK INVESTASI SURAT UTANG NEGARA Aula Ged B Lt.5, Sekretariat BPPK, 9 November 2017 Subhan Noor Direktorat Surat Utang Negara Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko OUTLINE 1 2 Mengenal Instrumen

Lebih terperinci

PENGELOLAAN SURAT UTANG NEGARA

PENGELOLAAN SURAT UTANG NEGARA PENGELOLAAN SURAT UTANG NEGARA Auditorium Sabang Kantor Pusat DJBC, 2 November 2017 Subhan Noor Direktorat Surat Utang Negara Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan OUTLINE 1 2 Mengenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal mempunyai peranan penting bagi perkembangan ekonomi. suatu negara khususnya secara makro. Kehadiran pasar modal dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal mempunyai peranan penting bagi perkembangan ekonomi. suatu negara khususnya secara makro. Kehadiran pasar modal dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal mempunyai peranan penting bagi perkembangan ekonomi suatu negara khususnya secara makro. Kehadiran pasar modal dapat mempermudah suatu perusahaan atau individu

Lebih terperinci

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT BERHARGA NEGARA TA 2010

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT BERHARGA NEGARA TA 2010 LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT BERHARGA NEGARA TA 2010 I. PENDAHULUAN Laporan Pertanggungjawaban Pengelolaan Surat Berharga Negara ini disusun untuk memenuhi amanat pasal 16 Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Objek dari penelitian ini adalah perusahaan multifinance di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Objek dari penelitian ini adalah perusahaan multifinance di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Objek dari penelitian ini adalah perusahaan multifinance di Indonesia. Berdasarkan data Biro Riset Infobank (biri), pada Januari 2010, posisi pembiayaan multifinance

Lebih terperinci

1. Berapa pengembalian yang diharapkan dan standar deviasi, berdasarkan data sebagai berikut? % 6% 4%

1. Berapa pengembalian yang diharapkan dan standar deviasi, berdasarkan data sebagai berikut? % 6% 4% Soal dan Jawaban Chapter 2. Berapa pengembalian yang diharapkan dan standar deviasi, berdasarkan data sebagai berikut? Circumstance Return Probability I II III 0% 6% 4% 0.2 0.5 0.3 Circumstance Return

Lebih terperinci

PENGELOLAAN SURAT UTANG NEGARA (SUN)

PENGELOLAAN SURAT UTANG NEGARA (SUN) Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Direktorat Surat Utang Negara PENGELOLAAN SURAT UTANG NEGARA (SUN) Jakarta, 30 November 2017 DJPPR Kemenkeu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peran aktif lembaga pasar modal merupakan sarana untuk mengalokasikan sumber daya ekonomi secara optimal dengan mempertemukan kepentingan investor selaku pihak

Lebih terperinci

Dasar-Dasar. Proses Valuasi. Top-down Analysis: 3 Pokok Analisis. 1. Perekonomian. Fiscal Policy. (Kebijakan Fiskal)

Dasar-Dasar. Proses Valuasi. Top-down Analysis: 3 Pokok Analisis. 1. Perekonomian. Fiscal Policy. (Kebijakan Fiskal) Proses Valuasi Dasar-Dasar Valuasi Top-down Analysis: 3 Pokok Analisis 1. Perekonomian Fiscal Policy Longgar: mendorong konsumsi (Kebijakan Fiskal) Ketat: memperlambat konsumsi Monetary Policy (Kebijakan

Lebih terperinci

Pendek (< 1 Tahun) Obligasi Mata Uang Asing Saham Properti Emas Koleksi

Pendek (< 1 Tahun) Obligasi Mata Uang Asing Saham Properti Emas Koleksi Produk Investasi Deposito SBI Pendek (< 1 Tahun) Jangka Waktu Investasi Menengah (1-5 Thn) Panjang (>5 Thn) Obligasi Mata Uang Asing Saham Properti Emas Koleksi 2 INSTRUMEN INVESTASI JANGKA PENDEK 5

Lebih terperinci

MODUL 15 PENILAIAN OBLIGASI

MODUL 15 PENILAIAN OBLIGASI MODUL 15 PENILAIAN OBLIGASI 1. BEBERAPA ISTILAH PENTING DALAM VALUASI OBLIGASI Pengetahuan mengenai efek bersifat hutang seperti obligasi beserta metode valuasinya tidak dapat dipisahkan dari beberapa

Lebih terperinci

A. HUTANG OBLIGASI perjanjian obligasi Obligasi berjamin dan tanpa jaminan

A. HUTANG OBLIGASI perjanjian obligasi Obligasi berjamin dan tanpa jaminan A. HUTANG OBLIGASI Hutang jangka panjang memiliki definisi sebagai suatu pengorbanan ekonomi dengan kemungkinan yang sangat besar terjadi di masa depan akibat dari kewajiban masa kini yang belum dibayarkan

Lebih terperinci

MATERI 7 PENILAIAN OBLIGASI. PROF. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.SI. PENGERTIAN OBLIGASI

MATERI 7 PENILAIAN OBLIGASI. PROF. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.SI. PENGERTIAN OBLIGASI MATERI 7 PENILAIAN OBLIGASI. PROF. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.SI. PENGERTIAN OBLIGASI Materi 7 Penilaian Obligasi Prof. Dr. DEDEN MULYANA, SE., M.Si. 7-1 PENGERTIAN OBLIGASI KARAKTERISTIK OBLIGASI JENIS-JENIS

Lebih terperinci

PELATIHAN MANAJEMEN OBLIGASI DAERAH TAHAP MIDDLE/2

PELATIHAN MANAJEMEN OBLIGASI DAERAH TAHAP MIDDLE/2 PELATIHAN MANAJEMEN OBLIGASI DAERAH TAHAP MIDDLE/2 BAGI STAF BPKD PEMPROF DKI JAKARTA DI GEDUNG DIKLAT 23 27 MEI 2011 OBLIGASI PEMERINTAH RILYA ARYANCANA Topik KARAKTERISTIK OBLIGASI PEMERINTAH JENIS OBLIGASI

Lebih terperinci

TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO MATERI 8.

TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO MATERI 8. TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO MATERI 8 PEMAHAMAN MENGENAI PASAR OBLIGASI Pasar obligasi umumnya akan menarik bila kondisi ekonomi cenderung menurun. Dalam pertumbuhan ekonomi yang lambat, tingkat bunga

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. obligasi, hal utama yang dilihat terlebih dahulu adalah harga pasar obligasi tersebut.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. obligasi, hal utama yang dilihat terlebih dahulu adalah harga pasar obligasi tersebut. BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Harga Pasar Obligasi Sebelum seorang investor memutuskan untuk membeli atau menjual sebuah obligasi, hal utama yang dilihat terlebih

Lebih terperinci

PENGERTIAN DAN INSTRUMEN PASAR MODAL ANALISIS PORTOFOLIO DAN INVESTASI ANDRI HELMI M, SE., MM.

PENGERTIAN DAN INSTRUMEN PASAR MODAL ANALISIS PORTOFOLIO DAN INVESTASI ANDRI HELMI M, SE., MM. PENGERTIAN DAN INSTRUMEN PASAR MODAL ANALISIS PORTOFOLIO DAN INVESTASI ANDRI HELMI M, SE., MM. PENGERTIAN PASAR MODAL Bursa efek merupakan arti fisik dari pasar modal. Pada tahun 2007, Bursa Efek Jakarta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan investasi di suatu negara akan dipengaruhi oleh pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan investasi di suatu negara akan dipengaruhi oleh pertumbuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan investasi di suatu negara akan dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Semakin baik tingkat perekonomian suatu negara, maka semakin baik pula

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Risiko Dan Tingkat Imbal Hasil (Return) Dalam melakukan segala hal, kita selalu dihadapkan pada risiko (risk). Objek penelitian tesis ini adalah NAB pada sebuah reksadana

Lebih terperinci

Pertemuan ke-1 INVESTASI & PERANAN PASAR MODAL

Pertemuan ke-1 INVESTASI & PERANAN PASAR MODAL Pertemuan ke-1 INVESTASI & PERANAN PASAR MODAL Kompetensi Dasar Mahasiswa dapat memahami konsep dasar investasi, lingkungan investasi, dan peranan pasar modal terhadap investor dan perusahaan yang saling

Lebih terperinci

SUN SEBAGAI INSTRUMEN PEMBIAYAAN DEFISIT APBN

SUN SEBAGAI INSTRUMEN PEMBIAYAAN DEFISIT APBN SUN SEBAGAI INSTRUMEN PEMBIAYAAN DEFISIT APBN Salah satu upaya untuk mengatasi kemandegan perekonomian saat ini adalah stimulus fiskal yang dapat dilakukan diantaranya melalui defisit anggaran. SUN sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan menerbitkan obligasi dengan tujuan untuk menghindari risiko yang

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan menerbitkan obligasi dengan tujuan untuk menghindari risiko yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu kebijakan perusahaan agar bisa mendapatkan dana tanpa harus berutang ke perbankan dan menerbitkan saham baru adalah menerbitkan obligasi. Perusahaan

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 9/3/PBI/2007 TENTANG LELANG DAN PENATAUSAHAAN SURAT UTANG NEGARA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 9/3/PBI/2007 TENTANG LELANG DAN PENATAUSAHAAN SURAT UTANG NEGARA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 9/3/PBI/2007 TENTANG LELANG DAN PENATAUSAHAAN SURAT UTANG NEGARA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Bank Indonesia telah ditunjuk oleh Pemerintah sebagai agen

Lebih terperinci

BAB I. Surat Utang Negara (SUN) atau Obligasi Negara. Sesuai dengan Pasal 1 Undang-

BAB I. Surat Utang Negara (SUN) atau Obligasi Negara. Sesuai dengan Pasal 1 Undang- BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam periode 2004 2009, pembiayaan defisit APBN melalui utang menunjukkan adanya pergeseran dominasi dari pinjaman luar negeri menjadi Surat Utang Negara (SUN) atau

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1 Landasan Teori II.1.1 Obligasi Korporasi (Corporate Bond) II.1.1.1 Definisi Obligasi Korporasi Menurut Harmono, obligasi merupakan surat tanda utang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Obligasi Korporasi Obligasi merupakan salah satu instrumen keuangan yang cukup menarik bagi kalangan investor di pasar modal ataupun

Lebih terperinci

OVERVIEW Strategi investasi obligasi merupakan strategi 1/31

OVERVIEW Strategi investasi obligasi merupakan strategi 1/31 http://www.deden08m.wordpress.com OVERVIEW 1/31 Strategi investasi obligasi merupakan strategi yang digunakan investor dalam pengelolaan portofolio obligasi. Secara spesifik, setelah mempelajari bab ini,

Lebih terperinci

Risk associated with investing in bonds & sector overview RAYNALDI KALATA H WAHYUDI WIBOWO

Risk associated with investing in bonds & sector overview RAYNALDI KALATA H WAHYUDI WIBOWO Risk associated with investing in bonds & sector overview RAYNALDI KALATA H-3112030 WAHYUDI WIBOWO-3112062 INTRODUCTION 11 resiko yang akan dihadapi investor ketika berinvestasi pada obligasi, yaitu:

Lebih terperinci

LIABILITAS JANGKA PANJANG

LIABILITAS JANGKA PANJANG LIABILITAS JANGKA PANJANG - Pertemuan 12 Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Irsyad dan Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI 1 Agenda 1 2 3 Utang Obligasi Wesel Bayar Jangka Panjang Isu-isu Spesial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Menurut Kabar Indonesia pada tanggal 13 Januari 2008, di era globalisasi, pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Menurut Kabar Indonesia pada tanggal 13 Januari 2008, di era globalisasi, pasar modal Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Kabar Indonesia pada tanggal 13 Januari 2008, di era globalisasi, pasar modal atau bursa merupakan pendanaan yang cukup penting. Pasar modal

Lebih terperinci

SUMBER PENDANAAN JANGKA PANJANG. ARI DARMAWAN, Dr. S.AB, M.AB

SUMBER PENDANAAN JANGKA PANJANG. ARI DARMAWAN, Dr. S.AB, M.AB SUMBER PENDANAAN JANGKA PANJANG ARI DARMAWAN, Dr. S.AB, M.AB Pengertian Sumber dana jangka panjang merupakan sumber dana yang memiliki jangka waktu panjang yaitu lebih dari 10 tahun. Sumber dana jangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pemicu kenaikan jumlah nominal utang pemerintah Indonesia (DJPU,

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pemicu kenaikan jumlah nominal utang pemerintah Indonesia (DJPU, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pasar keuangan global yang sangat cepat dan semakin terintegrasi telah mengakibatkan pasar obligasi memainkan peranan penting sebagai alternatif sumber

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Reksa Dana 2.1.1 Pengertian Reksa Dana Berdasarkan Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, reksa dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat

Lebih terperinci

F A Q OBLIGASI NEGARA RITEL SERI ORI-012

F A Q OBLIGASI NEGARA RITEL SERI ORI-012 F A Q OBLIGASI NEGARA RITEL SERI ORI-012 1. Apakah yang dimaksud dengan Surat Utang Negara? Yaitu surat berharga yang berupa surat pengakuan hutang dari pemerintah dalam mata uang Rupiah maupun Valuta

Lebih terperinci

Bab 3 Risiko dan Hasil pada Aset

Bab 3 Risiko dan Hasil pada Aset M a n a j e m e n K e u a n g a n 59 Bab 3 Risiko dan Hasil pada Aset Mahasiswa diharapkan dapat memahami dan menjelaskan mengenai definisi, teknik perhitungan, jenis, dan hubungan antara risiko dan hasil.

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. Universitas Indonesia. Penerapan strategi..., Iswardi, FE UI, 2008

BAB 4 PEMBAHASAN. Universitas Indonesia. Penerapan strategi..., Iswardi, FE UI, 2008 BAB 4 PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan Dalam bab ini akan diulas bagaimana strategi imunisasi multiperiode dapat diterapkan pada salah satu institusi Lembaga Keuangan yang dalam studi kasus ini adalah Dana

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. Menurut Sutrisno (2003) bahwa manajemen keuangan adalah sebagai semua

BAB II LANDASAN TEORITIS. Menurut Sutrisno (2003) bahwa manajemen keuangan adalah sebagai semua BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1 Manajemen Keuangan Menurut Sutrisno (2003) bahwa manajemen keuangan adalah sebagai semua aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan biaya yang murah serta usaha untuk menggunakan

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Pada bagian ini akan diuraikan beberapa definisi dan teori penunjang yang akan digunakan di dalam pembahasan.

II. LANDASAN TEORI. Pada bagian ini akan diuraikan beberapa definisi dan teori penunjang yang akan digunakan di dalam pembahasan. II. LANDASAN TEORI Pada bagian ini akan diuraikan beberapa definisi dan teori penunjang yang akan digunakan di dalam pembahasan. 2.1 Istilah Ekonomi dan Keuangan Definisi 1 (Investasi) Dalam keuangan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan pasar modal, obligasi sebagai instrumen investasi yang berpendapatan tetap (fixed income securities) diperkirakan akan terus tumbuh dari

Lebih terperinci

Seri ORI004. Direktorat Surat Berharga Negara Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Departemen Keuangan Republik Indonesia

Seri ORI004. Direktorat Surat Berharga Negara Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Departemen Keuangan Republik Indonesia Seri ORI004 Direktorat Surat Berharga Negara Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Departemen Keuangan Republik Indonesia Struktur ORI004 Penerbit : Pemerintah Pusat Negara Republik Indonesia Masa Penawaran

Lebih terperinci

ririkyunita@yahoo.co.id Konsumsi Kebutuhan Inflasi Apa sih alasan berinvestasi Peningkatan Nilai Kekayaan Keinginan Ketidakpastian masa depan Penanaman uang dengan harapan : 1. Mendapat hasil, dan 2.

Lebih terperinci

ANALISIS FUNDAMENTAL UNTUK INVESTASI SAHAM

ANALISIS FUNDAMENTAL UNTUK INVESTASI SAHAM ANALISIS FUNDAMENTAL UNTUK INVESTASI SAHAM Iman Murtono Soenhadji 1 Dalam melakukan analisis dan memilih saham ada 2 aspek yang sering digunakan yaitu: 1. AspekFundamental 2. AspekTeknikal Iman Murtono

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 9 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Lingkungan Investasi 2.1.1 Pengertian Investasi Lingkungan investasi meliputi berbagai jenis sekuritas atau efek yang ada, di mana dan bagaimana mereka diperjualbelikan. Proses

Lebih terperinci

Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/10/DPM tanggal 16 Februari Lampiran 1 Contoh Format : SURAT KONFIRMASI BROKER BIDDING LIMIT

Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/10/DPM tanggal 16 Februari Lampiran 1 Contoh Format : SURAT KONFIRMASI BROKER BIDDING LIMIT Lampiran 1 Contoh Format : SURAT KONFIRMASI BROKER BIDDING LIMIT Kepada : Bank Indonesia Direktorat Pengelolaan Moneter cq. Bagian Operasi Pasar Uang Gedung B Lantai 10 Jl. MH. Thamrin No. 2 Jakarta 10010

Lebih terperinci

PERENCANAAN INVESTASI

PERENCANAAN INVESTASI PERENCANAAN INVESTASI KEBIJAKAN INVESTASI Aktiva produktif terdiri dari kredit dan investasi Kewajiban utama bank : Melayani kebutuhan kredit masyarakat Menyediakan likuiditas pelindung untuk mengatasi

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. antar negara. Nilai tukar memainkan peran vital dalam tingkat perdagangan

I.PENDAHULUAN. antar negara. Nilai tukar memainkan peran vital dalam tingkat perdagangan I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nilai tukar atau kurs merupakan indikator ekonomi yang sangat penting karena pergerakan nilai tukar berpengaruh luas terhadap aspek perekonomian suatu negara. Saat

Lebih terperinci

PASAR MODAL INDONESIA

PASAR MODAL INDONESIA PASAR MODAL INDONESIA Definisi Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuiti (saham), reksa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jika kita amati, pada umumnya masyarakat menengah keatas menyimpan sebagian pendapatannya secara periodik atau bahkan telah memiliki akumulasi pendapatan, diperlukan

Lebih terperinci

Harga dan Yield Obligasi

Harga dan Yield Obligasi Harga dan Yield Obligasi Harga dan yield obligasi merupakan dua variabel penting dalam transaksi obligasi bagi investor. Investor selalu menanyakan yield yang akan diperolehnya bila membeli obligasi dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Teori Sinyal (Signalling Theory) Teori yang dapat digunakan sebagai landasan dalam yield to maturity adalah teori sinyal (Theory

Lebih terperinci

TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO MATERI 4.

TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO MATERI 4. TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO MATERI 4 KONSEP DASAR 2/40 Ada tiga konsep dasar yang perlu diketahui untuk memahami pembentukan portofolio optimal, yaitu: portofolio efisien dan portofolio optimal fungsi

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7/19/PBI/2005 TENTANG PENERBITAN, PENJUALAN DAN PEMBELIAN SERTA PENATAUSAHAAN SURAT UTANG NEGARA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7/19/PBI/2005 TENTANG PENERBITAN, PENJUALAN DAN PEMBELIAN SERTA PENATAUSAHAAN SURAT UTANG NEGARA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7/19/PBI/2005 TENTANG PENERBITAN, PENJUALAN DAN PEMBELIAN SERTA PENATAUSAHAAN SURAT UTANG NEGARA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Bank Indonesia telah ditunjuk

Lebih terperinci

Estimasi Harga Obligasi dengan Pendekatan Durasi Exponesial. Oleh: Adler Haymans Manurung 1 dan Muhammad Ichfan 2

Estimasi Harga Obligasi dengan Pendekatan Durasi Exponesial. Oleh: Adler Haymans Manurung 1 dan Muhammad Ichfan 2 Estimasi Harga Obligasi dengan Pendekatan Durasi Exponesial Oleh: Adler Haymans Manurung dan Muhammad Ichfan 2 Abstract This paper has objective to explore bond valuation using Exponential Durationthat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia perekonomian dibutuhkan investasi guna menghadapi masa depan yang semakin berkembang. Investasi pada hakikatnya merupakan kegiatan penanaman modal pada

Lebih terperinci

Manajemen Keuangan Bisnis I Pertemuan II. Lingkungan Keuangan Pasar, Lembaga Keu & Pasar, Bunga Keuangan

Manajemen Keuangan Bisnis I Pertemuan II. Lingkungan Keuangan Pasar, Lembaga Keu & Pasar, Bunga Keuangan Bahan Kuliah Manajemen Keuangan Bisnis I Pertemuan II Lingkungan Keuangan Pasar, Lembaga Keu & Pasar, Bunga Keuangan Dosen : Suryanto, SE., M.Si LingkunganKeuangan Pasar Keuangan Lembaga Keuangan Bunga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. taraf hidup rakyat banyak. Perbankan sendiri merupakan perantara keuangan

BAB I PENDAHULUAN. taraf hidup rakyat banyak. Perbankan sendiri merupakan perantara keuangan BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Fungsi utama perbankan di Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat serta bertujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka

Lebih terperinci

BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 3.1. Kajian Pustaka 3.1.1. Obligasi Obligasi (bond) merupakan surat berharga yang dijual kepada publik, dimana dicantumkan berbagai ketentuan yang

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, penyelenggaraan

Lebih terperinci

MENGENAL PASAR MODAL, SAHAM, DAN OBLIGASI

MENGENAL PASAR MODAL, SAHAM, DAN OBLIGASI MENGENAL PASAR MODAL, SAHAM, DAN OBLIGASI Sumber : http://www.adcg.ae/ Dalam dunia investasi tentunya sudah tidak asing dengan istilah pasar modal. Tidak seperti jenis pasar pada umumnya, pasar modal (capital

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada prinsipnya setiap perusahaan membutuhkan dana untuk dapat mengembangkan bisnisnya. Sumber pendanaan dapat berasal dari pihak eksternal maupun pihak internal

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR :6/3/PBI/2004 TENTANG PENERBITAN, PENJUALAN DAN PEMBELIAN SERTA PENATAUSAHAAN SURAT UTANG NEGARA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR :6/3/PBI/2004 TENTANG PENERBITAN, PENJUALAN DAN PEMBELIAN SERTA PENATAUSAHAAN SURAT UTANG NEGARA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR :6/3/PBI/2004 TENTANG PENERBITAN, PENJUALAN DAN PEMBELIAN SERTA PENATAUSAHAAN SURAT UTANG NEGARA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Bank Indonesia telah ditunjuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konsumtifnya masyarakat Indonesia terlihat dari pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Konsumtifnya masyarakat Indonesia terlihat dari pertumbuhan ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Konsumtifnya masyarakat Indonesia terlihat dari pertumbuhan ekonomi yang selama ini banyak ditopang oleh konsumsi. Untuk itu, sudah sepatutnya masyarakat

Lebih terperinci

PENGELOLAAN SURAT UTANG NEGARA

PENGELOLAAN SURAT UTANG NEGARA Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Direktorat Surat Utang Negara PENGELOLAAN SURAT UTANG NEGARA Jakarta, 8 November 2017 DJPPR Kemenkeu @djpprkemenkeu

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF DAFTAR ISI

RINGKASAN EKSEKUTIF DAFTAR ISI RINGKASAN EKSEKUTIF Pembiayaan APBNP 2017 masih didukung oleh peran utang Pemerintah Pusat. Penambahan utang neto selama bulan Agustus 2017 tercatat sejumlah Rp45,81 triliun, berasal dari penarikan pinjaman

Lebih terperinci

SERI OBLIGASI USD NEGARA INDONESIA Mata Uang USD

SERI OBLIGASI USD NEGARA INDONESIA Mata Uang USD RINGKASAN PRODUK SERI OBLIGASI USD NEGARA INDONESIA Mata Uang USD PT. Bank Permata Tbk, terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan Page 1 SERI OBLIGASI USD NEGARA INDONESIA Mata Uang USD Staf penjual

Lebih terperinci