BAB II LANDASAN TEORITIS. Menurut Sutrisno (2003) bahwa manajemen keuangan adalah sebagai semua

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORITIS. Menurut Sutrisno (2003) bahwa manajemen keuangan adalah sebagai semua"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1 Manajemen Keuangan Menurut Sutrisno (2003) bahwa manajemen keuangan adalah sebagai semua aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan biaya yang murah serta usaha untuk menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut secara efisien. Sedangkan menurut Sartono (2001, manajemen keuangan dapat diartikan sebagai manajemen dana baik yang berkaitan dengan pengalokasian dana dalam berbagai bentuk investasi secara efektif maupun usaha pengumpulan dana untuk pembiayaan investasi atau pembelanjaan secara efisien. 2.2 Fungsi-fungsi Manajemen Keuangan Dalam manajemen keuangan, tidak bisa terlepas dari laporan keuangan. Ada beberapa fungsi manajemen keuangan menurut Sutrisno (2003), antara lain: 1. Keputusan Investasi Keputusan investasi adalah masalah bagaimana manajer keuangan harus bisa mengalokasikan dana ke dalam bentuk-bentuk investasi yang akan dapat mendatangkan keuntungan di masa yang akan datang. 2. Keputusan pendanaan Keputusan pendanaan ini sering disebut sebagai kebijakan struktur modal. Pada keputusan ini manajer keuangan dituntut untuk mempertimbangkan dan menganalisis kombinasi dari sumber-sumber dana yang ekonomis bagi 9

2 10 perusahaan guna mendanai kebutuhan-kebutuhan investasi serta kegiatan usahanya. 3. Keputusan Dividen Keputusan dividen merupakan keputusan manajemen keuangan untuk menentukan besarnya prosentase laba yang harus dibagikan kepada para pemegang saham dalam bentuk cash dividend, stabilitas dividen yang dibagikan, dividen saham (stock dividend), dan pemecahan saham (stock split), serta penarikan kembali saham yang beredar yang semuanya ditujukan untuk meningkatkan kemakmuran para pemegang saham. 2.3 Investasi Investasi merupakan suatu tindakan untuk mengorbankan sejumlah dana yang dimiliki saat ini untuk memperoleh return atau keuntungan di masa yang akan datang. Secara spesifik, Reilly dan Brown (2006) menjelaskan investasi sebagai komitmen untuk mengikatkan aset saat ini untuk beberapa periode waktu ke masa depan guna mendapatkan penghasilan yang mampu mengkompensasikan pengorbanan investor berupa (1) keterikatan aset pada waktu tertentu (2) tingkat inflasi (3) ketidaktentuan penghasilan dimasa mendatang. Investor dapat berupa individu, pemerintah, maupun perusahaan. Investasi dilakukan dengan tujuan untuk memaksimalkan aset yang dimiliki dan menghindarkan penurunan nilai riil suatu aset. Sedangkan Jones (2004), mendefinisikan investasi sebagai komitmen menanamkan sejumlah dana pada satu atau lebih aset selama beberapa periode pada masa mendatang.

3 11 Menurut Bodie, Kane, dan Marcus (2002), secara umum aset yang merupakan obyek investasi dapat dibedakan menjadi aset riil (real assets) dan aset keuangan (financial assets). Aset riil merupakan investasi di produk yang lebih terlihat secara fisik, dapat berupa tanah, bangunan, pengetahuan, dan mesin yang digunakan untuk memproduksi barang serta para pekerja yang kemampuan dan keahliannya diperlukan untuk memanfaatkan sumber daya tersebut. Sedangkan aset keuangan merupakan investasi di produk-produk pasar keuangan dan turunannya yang lebih tidak terlihat secara fisik, dapat berupa instrumen sekuritas seperti saham atau obligasi. 2.4 Obligasi Negara Sulistyastuti (2002) berpendapat bahwa obligasi merupakan sekuritas berpendapatan tetap (fixed income securities) yang diterbitkan berhubungan dengan perjanjian utang. Sebagai sekuritas berpendapatan tetap, obligasi memberikan penghasilan secara rutin. Sedangkan definisi obligasi negara atau menurut Pasal 3 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2002 tentang Surat Utang Negara, Obligasi Negara merupakan surat berharga yang berupa surat pengakuan utang dalam mata uang rupiah maupun valuta asing yang dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh Negara Republik Indonesia, sesuai dengan masa berlakunya yang berjangka waktu lebih dari 12 bulan dengan kupon atau dengan pembayaran bunga secara diskonto. Obligasi negara dapat dibedakan menurut jenis kuponnya, antara lain: 1. Obligasi berbunga tetap (fixed rate bonds)

4 12 Obligasi jenis ini memiliki tingkat kupon yang ditetapkan pada saat penerbitan, dan dibayarkan secara periodik. Sebelum tahun 2006, obligasi berbunga tetap hanya didominasi obligasi seri FR (fixed rate) yang kuponnya dibayarkan setiap enam bulan sekali (semi-annual). 2. Obligasi berbunga mengambang (variable rate bonds) Obligasi berbunga mengambang memiliki tingkat kupon yang ditetapkan secara periodik berdasarkan tingkat bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) 3 bulan. Kupon dibayarkan secara periodik setiap 3 (tiga) bulan. Obligasi negara memiliki karakteristik sebagaimana karakteristik sekuritas berpendapatan tetap lainnya, yaitu: (1) surat berharga yang mempunyai kekuatan hukum, (2) memiliki jangka waktu tertentu atau masa jatuh tempo, (3) memberikan pendapatan tetap secara periodik, dan (4) ada nilai nominal. Nilai nominal tersebut disebut nilai pari, par value, face value, atau stated value. Secara umum karakteristik obligasi ( antara lain : a. Nilai Nominal (Face Value) adalah nilai pokok dari suatu obligasi yang akan diterima oleh pemegang obligasi pada saat obligasi tersebut jatuh tempo; b. Kupon (the Interest Rate) adalah nilai bunga yang diterima pemegang obligasi secara berkala (biasanya pembayaran kupon obligasi adalah setiap 3 atau 6 bulanan). Kupon obligasi dinyatakan dalam annual prosentase. c. Jatuh Tempo (Maturity) adalah tanggal dimana pemegang obligasi akan mendapatkan pembayaran kembali pokok atau nilai nominal obligasi yang dimilikinya. Periode jatuh tempo obligasi bervariasi mulai dari 365 hari

5 13 sampai dengan di atas 5 tahun. Obligasi yang akan jatuh tempo dalam waktu 1 tahun akan lebih mudah untuk diprediksi, sehingga memiliki resiko yang lebih kecil dibandingkan dengan obligasi yang memiliki periode jatuh tempo dalam waktu 5 tahun. Secara umum, semakin panjang jatuh tempo suatu obligasi, semakin tinggi kupon/bunganya. d. Penerbit/Emiten (Issuer). Pihak yang membutuhkan dana dengan menerbitkan obligasi. Dalam pengelolaan portofolio obligasi negara, pemerintah tidak terlepas dari adanya resiko yang mungkin terjadi, yaitu tambahan beban/biaya utang dalam APBN secara signifikan, baik berupa risiko pembiayaan kembali (refinancing risk) akibat struktur jatuh tempo yang tidak seimbang maupun resiko pasar akibat perubahan suku bunga ataupun inflasi. Berbagai resiko tersebut secara terusmenerus harus dikelola dengan sebaik-baiknya agar krisis fiskal dapat dihindari. Resiko-resiko dimaksud antara lain: 1. Resiko kesinambungan fiskal (Fiscal Sustainability Risk) Besarnya jumlah utang akan berpengaruh terhadap kesinambungan fiskal, hal ini mengingat besarnya beban yang akan ditanggung pemerintah dalam hal pembayaran pokok dan bunga utang. Untuk itu, pemerintah membuat suatu strategi pengelolaan utang negara, dengan mengupayakan dan menekan agar besaran portofolio utang pemerintah semakin menurun terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), dan diharapkan menjadi 30% (PDB) pada tahun 2009.

6 14 2. Resiko Perubahan Tingkat Bunga (Interest Rate Risk) Hampir sepertiga dari total utang negara merupakan utang dengan bunga mengambang (variable rate), sehingga apabila terjadi kenaikan tingkat bunga pasar, akan mengakibatkan kenaikan pada nilai kewajiban pembayaran bunga dari anggaran pemerintah. Sedang resiko akibat perubahan tingkat bunga dapat terjadi apabila pemerintah menerbitkan Surat Utang Negara (SUN) pada saat kondisi pasar sedang memburuk (bearish), yang antara lain ditandai oleh kenaikan suku bunga secara tajam sehingga biaya utang (yield) menjadi lebih tinggi. 3. Resiko Pembiayaan Kembali (Refinancing) Resiko refinancing adalah potensi naiknya tingkat bunga utang pada saat melakukan pembiayaan kembali (refinancing), atau bahkan tidak dapat dilakukan refinancing sama sekali yang akan meningkatkan beban pemerintah dan/atau mengakibatkan tidak terpenuhinya pembiayaan pemerintah. Resiko refinancing terutama terjadi apabila jumlah utang jatuh tempo berjumlah besar secara bersamaan, sehingga akan meningkatkan yield yang diminta investor/lender. Indikator resiko refinancing yang paling sederhana adalah maturity profile dari portofolio utang. Maturity profile yang tersebar merata akan kurang beresiko dibandingkan maturity profile yang terkonsentrasi pada satu periode waktu tertentu. 4. Resiko inflasi. Kalau inflasi begitu tinggi, akibatnya tingkat imbal hasil (yield) yang diminta investor akan lebih tinggi. Kondisi itu tentu akan

7 15 menekan harga obligasi, dan akibatnya pemerintah yang ingin menerbitkan Surat Utang Negara (SUN) akan memberikan tambahan beban penerbitan obligasi. Salah satu manfaat dari obligasi negara adalah sebagai instrumen investasi, obligasi negara dapat memberikan peluang bagi investor dan pelaku pasar untuk melakukan diversifikasi portofolionya. Obligasi negara menjadi alternatif investasi selain tabungan, deposito, reksadana dan saham. Diversifikasi portofolio bertujuan untuk memperkecil risiko investasi. Obligasi negara juga memiliki fungsi sebagai instrumen pasar keuangan. Melalui fungsi ini, obligasi negara mendorong terciptanya acuan imbal hasil (benchmark yield) bagi penilaian harga instrumen keuangan lainnya, sehingga memberikan alternatif bagi dunia usaha untuk memperoleh pembiayaan dari pasar modal Yield Menurut Tandelilin (2001), yield merupakan komponen return yang mencerminkan aliran kas atau pendapatan yang diperoleh secara periodik dari suatu investasi. Samsul (2006) mengemukakan yield obligasi adalah keuntungan atas investasi dapat berupa kupon yang diterima maupun selisih kurs obligasi. Yield obligasi adalah pendapatan atau imbal hasil atau return yang akan diperoleh dari investasi obligasi dinyatakan sebagai yield, yaitu hasil yang akan diperoleh investor apabila menempatkan dananya untuk dibelikan obligasi.

8 16 Sebelum memutuskan untuk berinvestasi obligasi, investor harus mempertimbangkan besarnya yield obligasi, sebagai faktor pengukur tingkat pengembalian tahunan yang akan diterima. ( Yield to Maturity Menurut Manurung (2007), ada tiga ukuran yield obligasi yang sering digunakan oleh para dealer dan portofolio manager yaitu current yield, yield to maturity dan yield to call, sebagaimana dijelaskan berikut ini : a. Currrent yield adalah yield yang dihitung berdasarkan jumlah kupon yang diterima selama satu tahun terhadap harga obligasi tersebut. Current yield = Kupon dalam setahun Harga pasar obligasi b. Sementara itu yield sampai jatuh tempo / yield to maturity (YTM) adalah tingkat pengembalian atau pendapatan yang akan diperoleh investor apabila memiliki obligasi sampai jatuh tempo. Formula YTM yang seringkali digunakan oleh para pelaku adalah YTM approximation atau pendekatan nilai YTM, sebagai berikut: C + R - P YTM Approximation = n x 100% R + P 2 Keterangan: C = kupon n = periode waktu yang tersisa (tahun)

9 17 R = redemption value P = harga pembelian (purchase value) Samsul (2006) menyatakan bahwa YTM digunakan dengan memperhitungkan sisa maturity obligasi yang harus dijalani. Sebelum maturity tiba, kurs obligasi (harga obligasi) dapat berada di atas pari ( di atas nilai nominal atau di atas 100 atau dibawah pari (di bawah nilai nominal) atau di bawah 100. Pada saat jatuh tempo kurs obligasi sama dengan 100 karena emiten akan membayar sebesar nilai nominal. c. Yield untuk membeli kembali (Yield to Call) Ada beberapa kupon yang bisa dibeli kembali sebelum jatuh tempo sehingga hasil untuk mengukur sampai dibeli disebut dengan yield to call. Adapun perhitungannya adalah sebagai berikut : C1 + Pc - P YTC approxmation = n x 100% Pc + P 2 Keterangan: P = Harga obligasi saat ini n = jumlah tahun sampai dengan YTC yang terdekat Ci = pendapatan kupon pertahun P c =call price obligasi

10 Term Structure of Interest Rate Term structure of interest rate adalah hubungan antara rate of return (yield) dari asset keuangan dengan maturitasnya. Yield curve menunjukkan term structure of interest rate dari sekuritas yang mempunyai kualitas kredit yang sama. Menurut Hubbard (2008) dalam teori ini menerangkan adanya variasi pendapatan (yields) surat-surat berharga yang memiliki resiko, likuiditas dan karakteristik biaya informasi yang serupa tetapi memiliki maturity yang berbeda. Para analis pasar menggunakan pendapatan sampai jatuh tempo (yield to maturity) instrumen bebas resiko sebagai fungsi jangka waktu untuk mendapatkan informasi ekspektasi investor tentang kondisi pasar mendatang. Pendapat Miskhin, (2008), salah satu cara melihat ekspektasi inflasi di dalam suku bunga adalah dengan menggunakan yield curve. Yield Curve merupakan hubungan antara pendapatan atau suku bunga (rate of return) dengan jangka waktu (term of maturity). Pada dasarnya bentuk yield curve memiliki keterkaitan dengan mekanisme transmisi kebijakan moneter. Secara konvensional, transmisi kebijakan moneter terjadi dari suku bunga jangka panjang. Suku bunga jangka panjang pada gilirannya akan mempengaruhi permintaan agregat. Secara umum yield curve dikelompokkan menjadi 3 bentuk yaitu: 1. Kurva meningkat (upward slopping/ steep ) Kurva ini menunjukkan bahwa suku bunga jangka panjang lebih tinggi dari suku bunga jangka pendek

11 19 Sumber : 2. Kurva mendatar (flatward slopping) Kurva ini menunjukkan bahwa suku bunga jangka panjang sama dengan suku bunga jangka pendek. Sumber : 3. Kurva menurun (inverted slopping) Kurva ini menunjukkan bahwa suku bunga jangka panjang lebih rendah dibandingkan dengan suku bunga jangka pendek.

12 20 Sumber : Teori tentang kurva yield : 1. Teori pengharapan (expectation theory), menyatakan bahwa bentuk kurva Yield merefleksikan harapan investor tentang arah inflasi dan suku bunga di masa yang akan datang. 2. Teori likuiditas: para lender penghindar risiko lebih suka meminjamkan dana selama periode jangka pendek, kecuali suatu premi dibayarkan untuk penundaan likuiditas lebih besar dan dana yang dipinjamkan selama periode yang lebih panjang. 3. Teori pasar yang tersegmen: penawaran dan permintaan relatif untuk instrumen keuangan jangka pendek dan panjang oleh para partisipan pasar yang bervariasi. 4. Teori habitat-terpilih. Teori ini menghipotesis bahwa para investor akan mengubah dari pilihan maturitas normal (atau habitat) ke jangkauan maturitas sekuritas berbeda jika perbedaan-perbedaan yield cukup tinggi untuk mengkompensasi risiko harga potensial dengan ketidakselarasan maturitas aset dan kewajiban.

13 Suku Bunga Suku bunga menurut Brigham (2001) adalah harga yang harus dibayar atas modal yang terdiri atas modal pinjaman, dan deviden serta keuntungan modal yang merupakan hasil dari modal ekuitas. Tingkat bunga menurut Sunariyah (2006) adalah harga dari pinjaman. tingkat bunga dinyatakan sebagai persentase uang pokok per unit waktu. Bunga merupakan suatu ukuran harga sumber daya yang digunakan oleh debitur yang harus dibayarkan kepada kreditur. Adapun fungsi tingkat bunga menurut Sunariyah (2006) adalah: 1. Sebagai daya tarik bagi para penabung individu, institusi, atau lembaga yang mempunyai dana lebih untuk diinvestasikan. 2. Tingkat bunga dapat digunakan sebagai alat kontrol bagi pemerintah terhadap dana langsung investasi pada sektor-sektor ekonomi. 3. Tingkat suku bunga dapat digunakan sebagai alat moneter dalam mengendalikan penawaran dan permintaan uang yang beredar dalam suatu perekonomian. 4. Pemerintah dapat memanipulasi tingkat bunga untuk meningkatkan produksi, sebagai akibatnya tingkat bunga dapat digunakan untuk mengontrol tingkat inflasi. Tingkat bunga itu sendiri ditentukan oleh dua kekuatan, yaitu : penawaran tabungan dan permintaan investasi modal. Tabungan adalah selisih antara pendapatan dan konsumsi. Bunga pada dasarnya berperan sebagai pendorong utama agar masyarakat bersedia menabung. Jumlah tabungan akan ditentukan

14 22 oleh tinggi rendahnya tingkat bunga. Semakin tinggi suku bunga, akan semakin tinggi pula minat masyarakat untuk menabung, dan sebaliknya. Laksmono (2001) menganggap suku bunga merupakan sebuah harga dan sebagaimana harga lainnya maka tingkat suku bunga ditentukan oleh interaksi antara permintaan dan penawaran. (Laksmono et.al,.2001:128). Para ekonom membedakan suku bunga menjadi empat yaitu : 1. Suku Bunga Nominal : Merupakan tingkat suku bunga yang dapat diamati di pasaran. 2. Suku Bunga Riil Yaitu suku bunga yang secara konsep diukur tingkat pengembaliannya setelah dikurangi inflasi. 3. Suku Bunga Jangka Pendek Yaitu suku bunga yang jatuh tempo (maturity) satu tahun atau kurang. 4. Suku Bunga Jangka Panjang Yaitu suku bunga yang jatuh tempo lebih dari satu tahun. 2.6 Tingkat Suku Bunga Acuan Bank Indonesia (BI Rate) Definisi BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. ( Sedangkan menurut Siamat (2005) BI rate adalah suku bunga dengan tenor satu bulan yang diumumkan oleh Bank Indonesia secara periodik untuk jangka waktu tertentu yang berfungsi sebagai sinyal kebijakan moneter. BI rate digunakan sebagai acuan dalam operasi moneter

15 23 untuk mengarahkan agar rata-rata tertimbang suku bunga SBI -1 bulan hasil lelang OPT berada di sekitar BI rate. Selanjutnya suku bunga SBI-1 bulan tersebut diharapkan akan mempengaruhi suku bunga Pasar Uang Antar bank (PUAB), suku bunga deposito dan kredit serta suku bunga jangka waktu yangg lebih panjang. BI Rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap Rapat Dewan Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada operasi moneter yang dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management) di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter. Dalam kerangka kerja yang baru, mulai Juli 2005 suku bunga BI rate akan dipergunakan sebagai sinyal respon kebijakan moneter dan sasaran operasional. Sasaran operasional kebijakan moneter dicerminkan pada perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N). Pergerakan di suku bunga PUAB ini diharapkan akan diikuti oleh perkembangan di suku bunga deposito, dan pada gilirannya suku bunga kredit perbankan. Dengan mempertimbangkan pula faktor-faktor lain dalam perekonomian, Bank Indonesia pada umumnya akan menaikkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan melampaui sasaran yang telah ditetapkan, sebaliknya Bank Indonesia akan menurunkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan berada di bawah sasaran yang telah ditetapkan. ( Pada dasarnya perubahan dalam BI rate menunjukkan penilaian BI terhadap prakiraan inflasi ke depan dibandingkan dengan sasaran inflasi yang telah ditetapkan. Pelaku pasar dan masyarakat akan dapat mengamati penilaian BI tersebut melalui penguatan

16 24 transparansi yang akan dilakukan anatara lain laporan kebijakan moneter yang disampaikan secara triwulanan. Sejalan dengan penggunaan suku bunga sebagai sinyal moneter RDG bulan Juli 2005 memutuskan untuk pertama kalinya BI rate ditetapkan BI sejak BI mengimplementasikan Inflation Targetting Framework. Dengan mempertimbangkan makroekonomi dan inflasi ke depan, maka kebijakan moneter yang cenderung ketat masih akan dilanjutkan. Penetapan Bi rate dapat mengendalikan tingkat inflasi ke arah sasaran inflasi jangka menengah sekaligus kondusif untuk memelihara momentum pertumbuhan ekonomi. 2.7 Nilai Tukar (Kurs) Nilai tukar merupakan harga mata uang suatu negara yang dinyatakan dalam mata uang negara lainnya (Sukirno 2004). Dengan kata lain bahwa nilai tukar yaitu mengukur nilai suatu valuta negara dari perspektif valuta negara lain. Menurut Madura (2006) sistem nilai tukar dapat diklasifikasikan menurut seberapa jauh nilai tukar dikendalikan oleh pemerintah. Sistem nilai tukar suatu negara biasanya masuk ke dalam salah satu kategori antara lain : 1. Sistem Tetap (fixed) Pada sistem nilai tukar tetap, nilai tukar mata uang dibuat konstan ataupun hanya diperbolehkan berfluktuasi dalam kisaran yang sempit. Bila suatu saat nilai tukar mulai berfluktuasi terlalu besar, maka pemerintah akan melakukan intervensi untuk menjaga agar fluktuasi tetap berada dalam kisaran yang diinginkan.

17 25 2. Sistem Mengambang Bebas (freely floating) Pada sistem ini nilai tukar ditentukan sepenuhnya oleh pasar tanpa intervensi dari pemerintah. Bila pada sistem tetap tidak diperbolehkan adanya fleksibilias secara penuh. Pada kondisi nilai tukar yang mengambang, nilai tukar akan disesuaikan secara terus-menerus sesuai dengan kondisi penawaran dan permintaan dari mata uang tersebut. 3. Sistem Mengambang Terkendali (managed floating) Sistem nilai tukar ini berada di antara sistem tetap dan mengambang bebas. Nilai tukar dibiarkan mengambang dari hari ke hari dan tidak ada batasan-batasan resmi. Hal ini hampir sama dengan sistem tetap, akan tetapi pemerintah sewaktu-waktu dapat melakukan intervensi untuk menghindarkan fluktuasi yang terlalu jauh dari mata uangnya. 4. Sistem Terpatok (pegged) Sistem nilai tukar terikat (pegged exchange rate), di mana mata uang lokal diikatkan nilainya pada sebuah valuta asing atau pada sebuah jenis mata uang tertentu. Nilai mata uang lokal akan mengikuti fluktuasi dari nilai mata uang yang dijadikan ikatan tersebut. Beberapa faktor penting yang mempunyai pengaruh dalam permintaan dan penawaran suatu valuta menurut Sukirno (2004) yaitu : 1. Perubahan dalam cita rasa masyarakat. Bila penduduk suatu negara lebih menyukai barang-barang dari negara lain, maka nilai mata uang asing tersebut akan semakin baik.

18 26 2. Perubahan harga dari barang-barang ekspor. Semakin tinggi harga barang yang akan diekspor, semakin turun nilai mata uang pengekspor tersebut. 3. Kenaikan harga-harga umum (inflasi) Semakin tinggi inflasi negara pengeskpor semakin turun nilai mata uang negara tersebut. 4. Perubahan dalam tingkat bunga dan tingkat pengembalian investasi. Semakin tinggi tingkat bunga investasi di negara tersebut semakin tinggi nilai mata uang tersebut. 5. Pertumbuhan ekonomi. Semakin banyak nilai ekspor suatu negara semakin tinggi nilai mata uang negara tersebut. Menurut Madura (2006), ada dua faktor yang mempengaruhi nilai tukar yakni : Tingkat inflasi relatif Besarnya keinginan untuk mendapatkan suatu mata uang, bukanlah untuk menyimpan tetapi untuk digunakan membayar pembelian barang-barang dari luar negeri. Sifat permintaan berkaitan erat dengan sifat permintaan ke atas barangbarang dari luar negeri tersebut. Kenaikan inflasi yang seketika dan dalam jumlah besar, akan mengakibatkan melonjaknya nilai impor di negara tersebut terhadap barang dan jasa dari luar negeri. Akibatnya, makin banyaknya satuan unit valuta asing yang dibutuhkan untuk membayar kegiatan impor itu. Dengan kata lain, permintaan banyaknya valuta asing di pasar valas tentu saja akan meningkat. Jika

19 27 impor terus-menerus dilakukan tanpa diimbangi dengan ekspor, maka kebutuhan valuta asing dalam negeri juga akan berkurang. Tingkat suku bunga relatif yang berbeda di antara dua negara Tingkat suku bunga yang dimaksud adalah suku bunga riil, yaitu selisih antara suku bunga nominal dengan laju inflasi, Menurut Lipsey, Ragan, Storer (2008), suatu tingkat bunga yang berubah, akan berdampak pada jumlah investasi pada suatu negara, baik yang dilakukan oleh investor dalam negeri maupun investor asing. Hal ini tentu saja akan mempengaruhi jumlah supply dan demand terhadap valuta asing di dalam negeri. 2.8 Inflasi Menurut Tandelilin (2001) inflasi merupakan kecenderungan terjadinya peningkatan harga produk secara keseluruhan. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas atau mengakibatkan kenaikan kepada barang lainnya. Menurut Case (2001), inflasi adalah kenaikan seluruh harga barang dan jasa pada periode waktu tertentu. Jenis-jenis inflasi menurut Karl (2001) adalah : Demand Full Inflation, yaitu inflasi yang disebabkan oleh kenaikan jumlah permintaan, yaitu terlalu kuatnya peningkatan permintaan agregat dari masyarakat terhadap komoditi komoditi hasil produksi di pasar barang. Cost Push Inflation yaitu inflasi yang diakibatkan karena kenaikan dalam hal biaya, ini digambarkan dengan bergesernya kurva penawaran agregat

20 28 ke arah kiri atas atau mengalami penurunan di mana diakibatkan karena harga faktor-faktor produksi, baik di dalam maupun luar negeri mengalami peningkatan. Naiknya harga faktor produksi ini berarti naiknya biaya produksi. Apabila biaya produksi naik maka hal ini akan menarik naiknya harga, karena harga akan ditetapkan untuk menutup laba yang diharapkan di atas biaya produksinya. Stagflation yaitu inflasi yang terjadi pada waktu output barang mengalami penurunan seiring dengan harga yang meningkat Hyperinflation yaitu inflasi yang terjadi karena peningkatan secara tepat dan berulang-ulang pada tingkatan harga dalam waktu atau periode tertentu. Tingkat inflasi yang tinggi menyebabkan pembatasan moneter yang mengarah pada suku bunga yang tinggi sehingga menyebabkan harga obligasi jangka panjang dan saham menjadi lebih rendah. Hal yang pertama kali dilakukan pemerintah selaku pemegang otoritas moneter dalam menghadapi inflasi yang tinggi adalah dengan mengurangi jumlah uang yang beredar sebagai penyebab inflasi. Karena jumlah uang yang beredar nerkurang dan kebutuhan modal yang berupa uang tetapi jumlahnya akan semakin tinggi, maka permintaan terhadap uang akan naik melebihi jumlah uang yang ditwarakan sehingga tarif pinjaman menjadi tinggi. Karena suku bunga tinggi, maka harga obligasi yang telah diterbitkan sebelumnya dengan tingkat harga yang rendah akan jatuh hargaya dan harga saham pun akan lebih rendah karena pemilik modal lebih tertarik

21 29 menginvestasikan modalnya dalam bentuk deposito atau obligasi yang menawarkan tingkat bunga yang lebih tinggi. 2.9 Review Referensi dan Penelitian Terdahulu Penulis mencoba menyusun hubungan antara variabel-variabel seperti tingkat suku bunga Bank Indonesia, tingkat inflasi dan yield to maturity dari suatu obligasi. Dalam hal ini penulis menggunakan referensi dari informasi di media surat kabar, beberapa literatur dan penelitian sebelumnya. Menurut Arifin (2007) Inflasi mempengaruhi tingkat bunga (interest) rate, baik terhadap tingkat hasil real maupun tingkat bunga nominal. Tingkat bunga akan mempengaruhi kurva yield dan market return dari obligasi Deby Triana Wijaya dalam bisnis indonesia (2009) menyatakan bahwa faktor yang dapat mempengaruhi kegiatan pasar modal suatu Negara adalah kondisi makroekonomi dan stabilitas politik Negara tersebut, misalnya kurs valuta asing (valas), cadangan devisa, inflasi, tingkat suku bunga deposito. Tingkat suku bunga dan sekuritas adalah dua faktor yang sering diperhatikan sebelum investor melakukan investasi, umumnya tingkat suku bunga mempunyai hubungan yang negative dengan harga sekuritas. Secara sederhana, jika suku bunga pasar meningkat, maka tingkat return yang disyaratkan investor atau suatu obligasi juga akan meningkat. Suku bunga merupakan besarnya imbalan yang harus dibayarkan atas penggunaan sejumlah uang.

22 30 Nana Oktavia Musliana dalam Bisnis indonesia (2010) menyatakan bahwa rupiah berpeluang melanjutkan penguatan nilai tukar terhadap dolar AS, terdorong investor asing yang bersikap bullish terhadap sejumlah aset di pasar berkembang. Suriyanto Chang, Kepala Tresuri Bank NISP dalam Kontan Online (2008), berpendapat bahwa, saat BI rate turun, yield SUN otomatis ikut luruh, dan sebaliknya harga SUN naik. Dalam laporan Debt Economic Research PT.Andalan Artha Advisindo Sekuritas (2008), diuraikan pendapat tentang hubungan ekspektasi inflasi dengan yield yaitu imbal hasil obligasi berkaitan dengan ekspektasi inflasi di masa datang. Ekspektasi inflasi yang semakin menurun akan menyebabkan yield obligasi pemerintah, juga akan mengalami penurunan. Demikian juga sebaliknya. Pada hasil penelitian Fauziah dan Setyarini (2004) yang menyatakan bahwa secara parsial laju inflasi tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap yield to maturity tetap arah korelasinya sesuai dengan yang diharapkan yaitu positif. Wahyuningrum (2003) meneliti tentang pengaruh tingkat inflasi, suku bunga dan kurs dan laju pertumbuhan ekonomi terhadap return saham di bursa efek jakarta. Hasil yang diperoleh adalah inflasi, suku bunga dan kurs berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham, Sitorus (2004) pun melakukan penelitian terhadap saham pertambangan minyak dan gas bumi dan menyatakan bahwa variabel makro ekonomi (inflasi, kurs, suku bunga, dan uang beredar) berpengaruh secara simultan terhadap pengembalian (return) saham Bumi dan Medco. Sedangkan Lestiyono (2009) dalam penelitiannya menyatakan

23 31 bahwa variabel independen yang berpengaruh secara signifikan terhadap yield to maturity adalah kurs dan IHSG.

BAB II LANDASAN TEORI. aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan biaya yang murah serta usaha

BAB II LANDASAN TEORI. aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan biaya yang murah serta usaha BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Keuangan Menurut Sutrisno (2003) bahwa manajemen keuangan adalah sebagai semua aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan biaya yang murah serta usaha untuk menggunakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan investasi di suatu negara akan dipengaruhi oleh pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan investasi di suatu negara akan dipengaruhi oleh pertumbuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan investasi di suatu negara akan dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Semakin baik tingkat perekonomian suatu negara, maka semakin baik pula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Investasi adalah alat bagi seorang investor untuk meningkatkan nilai aset

BAB I PENDAHULUAN. Investasi adalah alat bagi seorang investor untuk meningkatkan nilai aset BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi adalah alat bagi seorang investor untuk meningkatkan nilai aset yang dimilikinya. Investor dapat melakukan investasi pada beragam aset finansial, salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar modal memiliki peranan yang sangat penting dalam sektor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar modal memiliki peranan yang sangat penting dalam sektor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal memiliki peranan yang sangat penting dalam sektor ekonomi pada sebuah negara. Hal tersebut di dukung oleh peranan pasar modal yang sangat strategis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kali lelang SBI tidak lagi diinterpretasikan oleh stakeholders sebagai sinyal

BAB I PENDAHULUAN. kali lelang SBI tidak lagi diinterpretasikan oleh stakeholders sebagai sinyal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Respon (stance) kebijakan moneter ditetapkan untuk menjamin agar pergerakan inflasi dan ekonomi ke depan tetap berada pada jalur pencapaian sasaran inflasi

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR, DAN TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP HARGA SAHAM PERBANKAN

ANALISIS PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR, DAN TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP HARGA SAHAM PERBANKAN ANALISIS PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR, DAN TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP HARGA SAHAM PERBANKAN Skripsi Disusun dan diajukan untuk memenuhi tugas dan syarat-syarat Guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan menerbitkan obligasi dengan tujuan untuk menghindari risiko yang

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan menerbitkan obligasi dengan tujuan untuk menghindari risiko yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu kebijakan perusahaan agar bisa mendapatkan dana tanpa harus berutang ke perbankan dan menerbitkan saham baru adalah menerbitkan obligasi. Perusahaan

Lebih terperinci

ANALISIS INVERSTASI DAN PORTOFOLIO

ANALISIS INVERSTASI DAN PORTOFOLIO ANALISIS INVERSTASI DAN PORTOFOLIO Obligasi perusahaan merupakan sekuritas yang diterbitkan oleh suatu perusahaan yang menjanjikan kepada pemegangnya pembayaran sejumlah uang tetap pada suatu tanggal jatuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sementara investor pasar modal merupakan lahan untuk menginvestasikan

BAB I PENDAHULUAN. sementara investor pasar modal merupakan lahan untuk menginvestasikan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pasar modal merupakan lahan untuk mendapatkan modal investasi, sementara investor pasar modal merupakan lahan untuk menginvestasikan uangnya. Setiap investor dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian. Penelitian penelitian sebelumnya telah mengkaji masalah pengaruh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian. Penelitian penelitian sebelumnya telah mengkaji masalah pengaruh BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu berfungsi sebagai pendukung untuk melakukan penelitian. Penelitian penelitian sebelumnya telah mengkaji masalah pengaruh inflasi, suku

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh BI Rate terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh BI Rate terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) BAB V PEMBAHASAN A. Pengaruh BI Rate terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. moneter, bunga itu adalah sebuah pembayaran untuk menggunakan uang. Karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. moneter, bunga itu adalah sebuah pembayaran untuk menggunakan uang. Karena BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Umum Suku Bunga Keynes berpendapat bahwa suku bunga itu adalah semata-mata gejala moneter, bunga itu adalah sebuah pembayaran untuk menggunakan uang. Karena tingkat bunga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian suatu negara tidak lepas dari peran para pemegang. dana, dan memang erat hubungannya dengan investasi, tentunya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian suatu negara tidak lepas dari peran para pemegang. dana, dan memang erat hubungannya dengan investasi, tentunya dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perekonomian suatu negara tidak lepas dari peran para pemegang dana, dan memang erat hubungannya dengan investasi, tentunya dengan investasi para pemegang dana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kurs (Nilai Tukar) a. Pengertian Kurs Beberapa pengertian kurs di kemukakan beberapa tokoh antara lain, menurut Krugman (1999) kurs atau exchange rate adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang sedang aktif

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang sedang aktif 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang sedang aktif melaksanakan pembangunan. Dalam melaksanakan pembangunan sudah tentu membutuhkan dana yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESA. Seasoned equity offerings (SEO) merupakan penawaran saham tambahan yang dilakukan

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESA. Seasoned equity offerings (SEO) merupakan penawaran saham tambahan yang dilakukan BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESA 2.1 Seasoned Equity Offerings (SEO) Seasoned equity offerings (SEO) merupakan penawaran saham tambahan yang dilakukan perusahaan yang listed di pasar modal,

Lebih terperinci

XXI. Resume Investasi Obligasi Ritel Indonesia Seri 10danSimulasi Perhitungan ORI 10. PPA Univ. Trisakti

XXI. Resume Investasi Obligasi Ritel Indonesia Seri 10danSimulasi Perhitungan ORI 10. PPA Univ. Trisakti PPA Univ. Trisakti XXI Resume Investasi Obligasi Ritel Indonesia Seri 10danSimulasi Perhitungan ORI 10 Tugas Mata Kuliah : Manajemen Keuangan dan Pasar Modal Dosen Pengajar : Ibu Susi Muchtar Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Utami dan Rahayu (2003) melakukan penelitian dengan judul Peranan Profitabilitas, Suku Bunga, Inflasi dan Nilai Tukar dalam Mempengaruhi Pasar Modal Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup. besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup. besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara. Pasar modal memiliki beberapa daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasar modal dapat dijadikan tolak ukur dari perekonomian negara (Lawrence, 2013). Pasar

BAB I PENDAHULUAN. pasar modal dapat dijadikan tolak ukur dari perekonomian negara (Lawrence, 2013). Pasar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu penggerak perekonomian suatu negara dimana pasar modal dapat dijadikan tolak ukur dari perekonomian negara (Lawrence, 2013). Pasar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Investasi merupakan suatu daya tarik bagi para investor karena dengan

I. PENDAHULUAN. Investasi merupakan suatu daya tarik bagi para investor karena dengan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investasi merupakan suatu daya tarik bagi para investor karena dengan berinvestasi seorang investor dihadapkan pada dua hal yaitu return (imbal hasil) dan risiko. Dalam

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORI. Anggraeni (2003) melakukan penelitian dengan judul The Foreign

BAB II URAIAN TEORI. Anggraeni (2003) melakukan penelitian dengan judul The Foreign BAB II URAIAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Anggraeni (2003) melakukan penelitian dengan judul The Foreign Exchange Exposure pada Bank-Bank yang Go Public di Bursa Efek Jakarta menunjukkan adanya foreign

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter Bank Indonesia selaku otoritas moneter. BI Rate merupakan instrumen kebijakan utama untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter Bank Indonesia selaku otoritas moneter. BI Rate merupakan instrumen kebijakan utama untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pembiayaan atau dana dengan cara penjualan saham. Pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pembiayaan atau dana dengan cara penjualan saham. Pasar modal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu tempat bagi suatu perusahaan untuk memperoleh pembiayaan atau dana dengan cara penjualan saham. Pasar modal menjadi alternatif bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal tidak hanya dimiliki negara-negara industri, bahkan banyak negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal tidak hanya dimiliki negara-negara industri, bahkan banyak negaranegara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi, hampir semua negara menaruh perhatian besar terhadap pasar modal yang memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian suatu negara. Di beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah liberalisasi sektor keuangan di Indonesia bisa dilacak ke belakang,

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah liberalisasi sektor keuangan di Indonesia bisa dilacak ke belakang, BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Sejarah liberalisasi sektor keuangan di Indonesia bisa dilacak ke belakang, setidaknya sejak tahun 1983 saat pemerintah mengeluarkan deregulasi perbankan (Pakjun 1983).

Lebih terperinci

OVERVIEW investasi obligasi. 1/51

OVERVIEW investasi obligasi. 1/51 http://www.deden08m.wordpress.com OVERVIEW Konsep pengertian obligasi. Karakteristik dan jenis obligasi. Hasil-hasil (yields) yang diperoleh dari investasi obligasi. 1/51 OBLIGASI PERUSAHAAN Obligasi perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang membeli obligasi disebut pemegang obligasi (bondholder) yang akan menerima

BAB I PENDAHULUAN. yang membeli obligasi disebut pemegang obligasi (bondholder) yang akan menerima BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan dunia investasi semakin marak. Banyaknya masyarakat yang tertarik dan masuk ke bursa untuk melakukan investasi menambah semakin berkembangnya

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran,Triwulan III - 2005 135 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2005 Tim Penulis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jika kita amati, pada umumnya masyarakat menengah keatas menyimpan sebagian pendapatannya secara periodik atau bahkan telah memiliki akumulasi pendapatan, diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki perubahan pola pikir tentang uang dan pengalokasiannya. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki perubahan pola pikir tentang uang dan pengalokasiannya. Hal ini BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Sebuah negara yang memiliki keuangan yang kuat dan modern, berarti telah memiliki perubahan pola pikir tentang uang dan pengalokasiannya. Hal ini menjadi sangat di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa bersifat tarif tetap (fixed rate), tarif mengambang (floating rate) maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa bersifat tarif tetap (fixed rate), tarif mengambang (floating rate) maupun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya alam, tetapi juga sumber daya berupa dana yang tidak sedikit jumlahnya. Pemerintah akan

BAB I PENDAHULUAN. daya alam, tetapi juga sumber daya berupa dana yang tidak sedikit jumlahnya. Pemerintah akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini perekonomian suatu negara dituntut untuk dapat memiliki sumber daya yang memenuhi setiap kebutuhan dari negara tersebut. Bukan hanya sumber daya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. obligasi, hal utama yang dilihat terlebih dahulu adalah harga pasar obligasi tersebut.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. obligasi, hal utama yang dilihat terlebih dahulu adalah harga pasar obligasi tersebut. BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Harga Pasar Obligasi Sebelum seorang investor memutuskan untuk membeli atau menjual sebuah obligasi, hal utama yang dilihat terlebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat yang merupakan salah satu kunci untuk mendorong pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. pesat yang merupakan salah satu kunci untuk mendorong pertumbuhan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi pada pasar modal di Indonesia mengalami perkembangan yang pesat yang merupakan salah satu kunci untuk mendorong pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Tingginya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk kinerja ekonomi tercermin dalam kinerja perusahaanperusahaan. Bursa Efek Indonesia merupakan pasar modal yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk kinerja ekonomi tercermin dalam kinerja perusahaanperusahaan. Bursa Efek Indonesia merupakan pasar modal yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu indikator pertumbuhan ekonomi suatu Negara di lihat dari perkembangan pasar keuangannya, termasuk pasar uang, pasar saham, dan pasar komoditi. Demikian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penawaran asset keuangan jangka panjang (Long-term financial asset).

BAB I PENDAHULUAN. penawaran asset keuangan jangka panjang (Long-term financial asset). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai negara yang berkembang dalam pertumbuhan perekonomian, maka indonesia memerlukan dana dalam jumlah besar atau adanya dana. Dalam perekonomian indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umumnya lebih dari 1 (satu) tahun (Samsul 2006: 43). Pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. umumnya lebih dari 1 (satu) tahun (Samsul 2006: 43). Pasar modal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal adalah tempat atau sarana bertemunya antara permintaan dan penawaran atas instrumen keuangan jangka panjang, umumnya lebih dari 1 (satu) tahun (Samsul 2006:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara. Pasar modal memiliki beberapa daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Di era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Di era globalisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi pendanaan usaha

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Beberapa literatur tentang Obligasi Negara, serta tingkat resiko finansial yang akan dibahas dalam tesis ini dijelaskan dalam bab ini. Demikian pula pendekatanpendekatan analisis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembiayaan alternatif selain pembiayaan melalui perjanjian pinjaman (loan

BAB 1 PENDAHULUAN. pembiayaan alternatif selain pembiayaan melalui perjanjian pinjaman (loan BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Surat Berharga Negara (SBN) dipandang oleh pemerintah sebagai instrumen pembiayaan alternatif selain pembiayaan melalui perjanjian pinjaman (loan agreement). Kondisi APBN

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORETIS. Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Suku Bunga, dan Inflasi Terhadap Harga Saham

BAB II URAIAN TEORETIS. Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Suku Bunga, dan Inflasi Terhadap Harga Saham BAB II URAIAN TEORETIS A. Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Pane tahun 2009 dengan judul Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Suku Bunga, dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian di Indonesia. Fluktuasi kurs rupiah yang. faktor non ekonomi. Banyak kalangan maupun Bank Indonesia sendiri yang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian di Indonesia. Fluktuasi kurs rupiah yang. faktor non ekonomi. Banyak kalangan maupun Bank Indonesia sendiri yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat krisis keuangan global beberapa tahun belakan ini kurs, inflasi, suku bunga dan jumlah uang beredar seolah tidak lepas dari masalah perekonomian di Indonesia.

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. antar negara. Nilai tukar memainkan peran vital dalam tingkat perdagangan

I.PENDAHULUAN. antar negara. Nilai tukar memainkan peran vital dalam tingkat perdagangan I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nilai tukar atau kurs merupakan indikator ekonomi yang sangat penting karena pergerakan nilai tukar berpengaruh luas terhadap aspek perekonomian suatu negara. Saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut, atau pada saat yang sama, investasi portofolio di bursa

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut, atau pada saat yang sama, investasi portofolio di bursa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi ini, hampir semua negara menaruh perhatian besar terhadap pasar modal karena memiliki peranan strategis bagi penguatan ketahanan ekonomi suatu

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORTIS

BAB II URAIAN TEORTIS 23 BAB II URAIAN TEORTIS A. Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Pertiwi (2007) pada perusahaan perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia (BEI),yang berjudul pengaruh faktorfaktor

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. bagi keuntungan masa depan, dengan demikian maka pengertian investasi dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. bagi keuntungan masa depan, dengan demikian maka pengertian investasi dapat BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Investasi Menanamkan uang sekarang, berarti uang tersebut seharusnya dapat dikonsumsi namun karena kegiatan investasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merosotnya sendi-sendi perekonomian termasuk perbankan yang diakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. merosotnya sendi-sendi perekonomian termasuk perbankan yang diakibatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis moneter yang yang terjadinya di Indonesia yang ditandai dengan merosotnya sendi-sendi perekonomian termasuk perbankan yang diakibatkan oleh nilai tukar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ditopang oleh banyaknya permintaan akan hunian yang semakin tinggi sejalan

I. PENDAHULUAN. ditopang oleh banyaknya permintaan akan hunian yang semakin tinggi sejalan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor properti merupakan sektor yang menarik mengingat sektor ini sangat ditopang oleh banyaknya permintaan akan hunian yang semakin tinggi sejalan dengan peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. era 1997 silam. Hal ini dibuktikan dengan semakin meningkatnya perdagangan di bursa

BAB I PENDAHULUAN. era 1997 silam. Hal ini dibuktikan dengan semakin meningkatnya perdagangan di bursa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan perekonomian, banyak perusahaan termasuk perbankan dalam rangka mengembangkan usahanya melakukan berbagai cara untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tak kalah baik dari pelaku usaha pendahulunya. Hal ini mendorong para pelaku

BAB I PENDAHULUAN. yang tak kalah baik dari pelaku usaha pendahulunya. Hal ini mendorong para pelaku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Belakangan ini persaingan dalam dunia ekonomi semakin meningkat karena munculnya berbagai pelaku usaha dalam berbagai segmen industri dengan sumber daya

Lebih terperinci

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal tempat diperjual belikannya keuangan jangka panjang seperti

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal tempat diperjual belikannya keuangan jangka panjang seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal tempat diperjual belikannya keuangan jangka panjang seperti utang, ekuitas (saham), instrumen derivatif dan instrumen lainnya. Pasar modal merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pembangunan suatu negara memerlukan dana investasi dalam jumlah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pembangunan suatu negara memerlukan dana investasi dalam jumlah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan suatu negara memerlukan dana investasi dalam jumlah yang tidak sedikit. Sumber dari luar tidak mungkin selamanya diandalkan untuk pembangunan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan di masa-masa yang akan datang (Sunariyah, 2003:4). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan di masa-masa yang akan datang (Sunariyah, 2003:4). Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak krisis ekonomi menghantam Indonesia pada pertengahan

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak krisis ekonomi menghantam Indonesia pada pertengahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semenjak krisis ekonomi menghantam Indonesia pada pertengahan 1997, kinerja pasar modal mengalami penurunan tajam bahkan diantaranya mengalami kerugian. Kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi makro, maka dari itu kondisi ekonomi makro yang stabil dan baik

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi makro, maka dari itu kondisi ekonomi makro yang stabil dan baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi pasar modal yang mengalami pasang surut memberikan tanda bahwa kegiatan di pasar modal memiliki hubungan yang erat dengan keadaan ekonomi makro, maka

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN Hubungan Nilai Tukar Riil dengan Indeks Harga Saham Gabungan

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN Hubungan Nilai Tukar Riil dengan Indeks Harga Saham Gabungan BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian 3.1.1 Hubungan Antar Variabel 3.1.1.1 Hubungan Nilai Tukar Riil dengan Indeks Harga Saham Gabungan Melemahnya nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pasar modal dan industri sekuritas menjadi tolak ukur

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pasar modal dan industri sekuritas menjadi tolak ukur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pasar modal dan industri sekuritas menjadi tolak ukur perkembangan perekonomian di sebuah negara. Pasar modal memiliki peran penting bagi perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan harga tanah dan bangunan yang lebih tinggi dari laju inflasi setiap tahunnya menyebabkan semakin

Lebih terperinci

MAKALAH TINGKAT BUNGA DAN NILAI OBLIGASI

MAKALAH TINGKAT BUNGA DAN NILAI OBLIGASI MAKALAH TINGKAT BUNGA DAN NILAI OBLIGASI D I S U S U N OLEH : KELOMPOK 8 NAMA : SHERYN FLORENSKA (163304020824) AYUGINA SINAGA (163304020826) RUANGAN : 415 (PAGI F) SEMESTER 3 UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan pasar modal yang pesat memiliki peran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan pasar modal yang pesat memiliki peran penting dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan pasar modal yang pesat memiliki peran penting dalam meningkatkan pertumbuhan perekonomian. Pada penelitian yang dilakukan (Sulystari, 2013),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian negara. Pasar modal menjadi media yang dapat digunakan untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian negara. Pasar modal menjadi media yang dapat digunakan untuk memperoleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dunia bisnis di Indonesia didukung oleh perkembangan pasar modal. Pasar modal dibentuk untuk menjalankan fungsi ekonomi dan keuangan dalam sistem perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sektor Properti

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sektor Properti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Sektor Properti Sektor properti merupakan sektor yang rentan terhadap perubahan dalam perekonomian, sebab sektor properti menjual produk yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan investor dalam melakukan investasi,

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan investor dalam melakukan investasi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Banyak cara yang dapat dilakukan investor dalam melakukan investasi, salah satunya adalah dengan melakukan investasi di Pasar Modal. Dalam hal ini Pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu sarana pembentukan modal dan alokasi

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu sarana pembentukan modal dan alokasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu sarana pembentukan modal dan alokasi dana yang diarahkan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat guna menunjang pembiayaan pembangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam beberapa dekade terakhir, perekonomian Indonesia telah menunjukkan integrasi yang semakin kuat dengan perekonomian global. Keterkaitan integrasi ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peranan uang dalam peradaban manusia hingga saat ini dirasakan sangat

BAB I PENDAHULUAN. Peranan uang dalam peradaban manusia hingga saat ini dirasakan sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan uang dalam peradaban manusia hingga saat ini dirasakan sangat penting, sehingga dampak jumlah uang beredar dapat mempengaruhi perekonomian. Peningkatan jumlah

Lebih terperinci

MATERI 7. TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO

MATERI 7.  TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO MATERI 7 http://www.deden08m.com TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO OBLIGASI PERUSAHAAN 2/51 Obligasi perusahaan merupakan sekuritas yang diterbitkan oleh suatu perusahaan yang menjanjikan kepada pemegangnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perbankan. Dimana sektor perbankan menjadi pondasi pembangunan nasional

I. PENDAHULUAN. perbankan. Dimana sektor perbankan menjadi pondasi pembangunan nasional I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian Indonesia saat ini sudah tidak dapat terpisahkan lagi dengan sektor perbankan. Dimana sektor perbankan menjadi pondasi pembangunan nasional dalam mengumpulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang telah berlangsung cukup lama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang telah berlangsung cukup lama di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang telah berlangsung cukup lama di Indonesia menuntut berbagai prasyarat untuk mencapai keberhasilannya. Salah satunya adalah keterlibatan sektor

Lebih terperinci

MENGENAL PASAR MODAL, SAHAM, DAN OBLIGASI

MENGENAL PASAR MODAL, SAHAM, DAN OBLIGASI MENGENAL PASAR MODAL, SAHAM, DAN OBLIGASI Sumber : http://www.adcg.ae/ Dalam dunia investasi tentunya sudah tidak asing dengan istilah pasar modal. Tidak seperti jenis pasar pada umumnya, pasar modal (capital

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan investasi yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan investasi yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan investasi yang dapat menghasilkan tingkat keuntungan optimal bagi investor. Investasi dapat diartikan sebagai suatu

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Struktur Modal Struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara jumlah hutang jangka panjang dengan modal sendiri (Riyanto,

Lebih terperinci

OVERVIEW 1/51. Konsep pengertian obligasi. Karakteristik dan jenis obligasi. Hasil-hasil (yields) yang diperoleh dari investasi obligasi.

OVERVIEW 1/51. Konsep pengertian obligasi. Karakteristik dan jenis obligasi. Hasil-hasil (yields) yang diperoleh dari investasi obligasi. OVERVIEW 1/51 Konsep pengertian obligasi. Karakteristik dan jenis obligasi. Hasil-hasil (yields) yang diperoleh dari investasi obligasi. OBLIGASI PERUSAHAAN 2/51 Obligasi perusahaan merupakan sekuritas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Reksa Dana 2.1.1 Pengertian Reksa Dana Berdasarkan Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, reksa dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membeli produk-produk keuangan berupa surat berharga (efek). Salah satu contoh

BAB I PENDAHULUAN. membeli produk-produk keuangan berupa surat berharga (efek). Salah satu contoh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan saat ini, dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa datang (Tandelilin, 2001).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dalam perkembangannya ditandai dengan adanya perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dalam perkembangannya ditandai dengan adanya perdagangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi dalam perkembangannya ditandai dengan adanya perdagangan bebas. Perdagangan bebas merupakan suatu kegiatan jual beli produk antar negara tanpa adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investor dan perusahaan untuk mencari sumber dana maupun untuk

BAB I PENDAHULUAN. investor dan perusahaan untuk mencari sumber dana maupun untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberadaan pasar modal merupakan wadah yang dapat digunakan untuk para investor dan perusahaan untuk mencari sumber dana maupun untuk menginvestasikan dana.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Harga Saham 1. Pengertian Saham Saham (stock atau share) dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi di era globalilasi seperti sekarang, banyak masalah yang akan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi di era globalilasi seperti sekarang, banyak masalah yang akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Adanya perkembangan serta pertumbuhan yang sangat pesat bidang ekonomi di era globalilasi seperti sekarang, banyak masalah yang akan dihadapi oleh perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR, DAN SUKU BUNGA TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII)

ANALISIS PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR, DAN SUKU BUNGA TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII) ANALISIS PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR, DAN SUKU BUNGA TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII) Bagus Ananto Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma Abstrak Penelitian ini menganalisa

Lebih terperinci

Kebijakan Moneter & Bank Sentral

Kebijakan Moneter & Bank Sentral Kebijakan Moneter & Bank Sentral Pengertian Umum Kebijakan moneter adalah salah satu dari kebijakan ekonomi yang bisa dibuat oleh pemerintah Kebijakan moneter berkaitan dan berfokus pada pasokan uang

Lebih terperinci

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT UTANG NEGARA TAHUN 2008

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT UTANG NEGARA TAHUN 2008 LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT UTANG NEGARA TAHUN 2008 DISAMPAIKAN SEBAGAI BAGIAN DARI PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBN 2008 LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT BERHARGA NEGARA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk berinvestasi pada instrumen keuangan seperti saham, obligasi,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk berinvestasi pada instrumen keuangan seperti saham, obligasi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal memiliki peran yang penting bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal memiliki dua fungsi penting yaitu pertama sebagai sarana pendanaan atau sebagai

Lebih terperinci

PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA DAN INFLASI TERHADAP HARGA SAHAM PT. BANK MANDIRI TBK. PERIODE Jurusan Manajemen ABSTRAK

PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA DAN INFLASI TERHADAP HARGA SAHAM PT. BANK MANDIRI TBK. PERIODE Jurusan Manajemen ABSTRAK 0 PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA DAN INFLASI TERHADAP HARGA SAHAM PT. BANK MANDIRI TBK. PERIODE 2008-2012 Yulis Bulotio 1, Supardi Nani 2, Herlina Rasjid 3 Jurusan Manajemen ABSTRAK Penelitian ini didasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Persaingan usaha yang semakin ketat membuat perusahaan mencari cara untuk tetap mampu bertahan, cara yang dapat dilakukan adalah dengan menambah modal kerja dan memperluas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipenuhi dengan melakukan go public atau menjual sahamnya kepada

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipenuhi dengan melakukan go public atau menjual sahamnya kepada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri manufaktur telah mengalami pasang surut yang membuat perkembangan industri manufaktur membutuhkan dana yang besar. Hal ini menyebabkan industri-industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperoleh melalui pasar uang dan pasar modal. Pasar modal memiliki peran besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. diperoleh melalui pasar uang dan pasar modal. Pasar modal memiliki peran besar bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan dalam menjalankan kegiatannya membutuhkan dana atau modal yang bisa diperoleh melalui pasar uang dan pasar modal. Pasar modal memiliki peran besar bagi perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah (Wirsono, 2007:17) (Husnan, 2003 : 157).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah (Wirsono, 2007:17) (Husnan, 2003 : 157). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Banyak peneliti dan analis saham menyatakan bahwa, turun-naiknya Indeks Harga Saham di pasar modal ada hubungannya dengan perkembangan ekonomi makro yang

Lebih terperinci

Bab 10 Pasar Keuangan

Bab 10 Pasar Keuangan D a s a r M a n a j e m e n K e u a n g a n 133 Bab 10 Pasar Keuangan Mahasiswa diharapkan dapat memahami mengenai pasar keuangan, tujuan pasar keuangan, lembaga keuangan. D alam dunia bisnis terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki kelebihan dana kepada pihak yang membutuhkan dana. Fungsi

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki kelebihan dana kepada pihak yang membutuhkan dana. Fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal adalah tempat bagi perusahaan untuk mengumpulkan modal dengan cara menawarkan sahamnya kepada masyarakat maupun publik. Keterlibatan masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. atau nilai tukar (Miskhin, 2007:435). Bagi negara berkembang dengan

I. PENDAHULUAN. atau nilai tukar (Miskhin, 2007:435). Bagi negara berkembang dengan 0 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Harga mata uang suatu negara dalam harga mata uang negara lain disebut kurs atau nilai tukar (Miskhin, 2007:435). Bagi negara berkembang dengan perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang

BAB I PENDAHULUAN. lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan suatu lembaga perantara (intermediasi) antara pihak yang membutuhkan dana dengan pihak yang kelebihan dana. Pasar modal menyediakan alternatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peran aktif lembaga pasar modal merupakan sarana untuk mengalokasikan sumber daya ekonomi secara optimal dengan mempertemukan kepentingan investor selaku pihak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Investasi merupakan komitmen sejumlah dana dengan tujuan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Investasi merupakan komitmen sejumlah dana dengan tujuan untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi merupakan komitmen sejumlah dana dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan dimasa yang akan datang. Setiap investor atau orang yang melakukan investasi pada

Lebih terperinci

BAB 2. Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis

BAB 2. Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis 10 BAB 2 Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pasar Modal a. Pengertian Pasar Modal Pengertian pasar modal secara umum adalah suatu tempat bertemunya para penjual dan pembeli

Lebih terperinci