SUDUT ANTEVERSI LEHER FEMUR PADA ORANG INDONESIA FEMORAL NECK ANTEVERSION ANGLE IN INDONESIAN PEOPLE
|
|
- Dewi Darmali
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 SUDUT ANTEVERSI LEHER FEMUR PADA ORANG INDONESIA FEMORAL NECK ANTEVERSION ANGLE IN INDONESIAN PEOPLE Teuku Nanta Aulia, Henry Yurianto, M. Ruksal Saleh, Wilhelmus Supriyadi Bagian Ortopedi dan Traumatologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin Alamat Korespondensi dr. Teuku Nanta Aulia Bagian Ortopedi dan Traumatologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin RSP Unhas Lt.3, Makassar, HP:
2 Abstrak Anteversi femur adalah rotasi internal leher femur terhadap sumbu panjangnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sudut anteversi leher femur yang merupakan rotasi internal leher femur terhadap sumbu panjangnya. Pengukuran sudut ini penting dalam operasi penggantian pinggul total untuk mencapai aktivitas normal dan panjangnya sendi yang diganti serta menentukan arah K-wire bidang koronal pada tindakan operasi fraktur intertrochanter femur. Sudut anteversi leher femur dari orang hidup sulit untuk ditentukan. Terdapat perbedaan anatomi tulang antar ras dan tidak ada penelitian mengenai sudut anteversi leher femur pada orang Indonesia.Penelitian ini dilaksakan dengan metode berupa mengukur sudut anteversi leher femur pada 120 sampel femur orang Indonesia yang dewasa dengan membandingkan jenis kelamin dan femur bagian kiri dan kanan. Dilakukan perbandingan sudut anteversi leher femur pada orang Indonesia dengan sudut anteversi leher femur orang India dan orang Barat berdasarkan hasil penelitian terdahulu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata sudut anteversi leher femur adalah 11,60 ± 4,83 dan 12,96 ± 5,1 pada bagian kanan dan kiri secara berurutan pada tulang laki-laki. Didapatkan 14,83 ± 5,14 dan 13,37 ± 5,66 pada bagian kanan dan kiri secara berurutan pada tulang perempuan. Analisis statistik menggunakan chi-square test dengan nilai p < 0,05 adalah signifikan. Tidak didapatkan perbedaan bermakna pada sudut anteversi leher femur antara laki-laki dan perempuan pada orang Indonesia. Didapatkan perbedaan bermakna sudut leher femur orang Indonesia dengan orang India dan Barat. Kata kunci : sudut anteversi leher femur, femur. Abstract Femoral neck anteversion is the internal rotation of the femoral neck axis length. This study aims to find out femoral neck anteversion angle, the internal rotation of femoral neck on its longitudinal.the research was conducted by measuring femoral neck anteversion angle in 120 femur samples of adult Indonesians. Comparison were made between genders and between left dan right femurs. Findings in Indonesian people were compared with previous research findings in Indian and Westerner people.the result revealed that the average values of femoral neck anteversion angle in men were and in right and left parts respectively; while in women, the result were and in right and left parts respectively; The chi-square test reveals that p 0.05 (significant). There were no significant difference in femoral neck anteversion angle between Indonesian men and women. In contrast, There were significant differences in femoral neck anteversion angle between Indonesian, Indian and Western people. Keyword: femoral neck anteversion angle, femur.
3 PENDAHULUAN Insidensi fraktur sendi panggul di Amerika Serikat berkisar antara 63 per populasi pada wanita dan 34 per populasi pada pria per tahunnya. Rasio wanita dan pria berkisar 2:1 sampai 8:1, ini berkaitan dengan perubahan metabolik dalam tulang pasca menopause pada wanita. (TornetaP., 2006). Pada penanganan fraktur sendi panggul umum dilakukan tindakan operasi dengan pemasangan Dynamic Hip Screw dengan memperhatikan neck shaft angel sebesar 135 derajat dan sudut anteversi leher femur ± 15 derajat. (Kannus P dkk., 2001) Pengukuran sudut anteversi leher femur yang akurat bermanfaat dalam pemasangan implant sehingga rehabilitasi pasca operasi akan lebih optimal. Oleh karena itu, dibutuhkan data akurat untuk menentukan sudut anteversi leher femur. Beberapa kepustakaan hanya melaporkan sudut anteversi leher femur pada Orang Barat. Orang Barat memiliki ras dan struktur anatomi berbeda dengan Orang Indonesia. Sudut ini mulai ditemukan saat anak dalam kandungan berusia 7 minggu (Crelin., 1981) kemudian terjadi perubahan pada masa kanak-kanak sampai remaja (Stahelli dkk., 1985) dan menetap sampai dewasa. (Febry G dkk., 1973) Secara anatomi, anteversi leher femur merupakan sudut antara aksis horizontal bagian atas dan bawah femur. Anteversi femur normal sangat penting untuk rencana preoperatif pemasangan prostesis pada pasien dengan operasi penggantian sendi panggul total maupun sebagian dan pemasangan fiksasi internal. Penelitian ini juga berguna dalam bidang Ortopedi dan juga Antropologi. Beberapa dekade lalu, banyak peneliti di dunia menggunakan berbagai metode untuk mengukur sudut anteversi leher femur. Para peneliti mengukur sudut secara mekanis melalui tulang kadaver sebagaimana yang dilakukan pada pasien dengan menggunakan roentgenography, ultrasound, CT-scan dan MRI. (Nagar M dkk., 2000) Kepala femur membentuk sekitar dua pertiga dari bentuk bola utuh. Ketebalan tulang rawan kepala femur berada pada permukaan medial dan tengah. Posisi kepala femur di dalam acetabulum dipengaruhi oleh posisi anteversi leher femur yang berkisar 12 derajat terhadap shaft dan dengan neck shaft angel, yang rata-rata 125 derajat.(blair B dkk.,1994) Sudut leher femur ke shaft memungkinkan kebebasan gerak femur dari panggul. Variasi sudut leher femur ke shaft dapat mempengaruhi titik tumpu pada ekstremitas bawah panggul dan posisi kepala femur dalam acetabulum.
4 Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan terdapat variasi dari sudut anteversi leher femur pada tiap populasi yang hasilnya bergantung pada metode pengukuran yang digunakan. (Eckoff DG dkk., 1994) Data yang didapatkan dari penelitian di daerah Eropa tidak sesuai dengan data-data yang didapatkan di India. (Srimathi T dkk., 2012) Beberapa informasi tentang sudut anteversi leher femur ini juga beragam, baik mengenai perbedaan sudutnya, maupun perbedaan antara sisi kanan dan sisi kiri femur. Operasi sekitar sendi panggul yang berkaitan dengan penggunaan sudut anterversi leher femur selama ini menggunakan data yang didapatkan dari penelitian dari daerah barat. Pada penelitian ini ingin diketahui sudut anteversi leher femur di daerah Barat dan India. Penelusuran literatur menunjukkan belum pernah dilakukan penelitian serupa ini di Indonesia. BAHAN DAN METODE Lokasi dan Desain Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Makasar dan pada Laboratorium Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Penelitian dilakukan di bulan November Sampel diseleksi dari semua populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Adapun desain penelitian yang dilakukan adalah study comparative, explorative dengan tulang femur kering sebagai sampel penelitian. Populasi dan Sampel Populasi yang termasuk dalam penelitian ini adalah semua tulang femur dewasa (dekade 2 dan 3) yang terdapat pada Laboratorium Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Makasar dan pada Laboratorium Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Penelitian ini menggunakan kadaver tulang femur laki-laki dan perempuan yang telah dikeringkan yang terdapat pada Laboratorium Anatomi. Pada penelitian ini digunakan sampel sejumlah 60 pasang tulang femur (120 buah), dibagi menjadi 2 kelompok laki-laki dan perempuan. Kelompok laki-laki terdiri dari femur kanan dan femur kiri begitu juga dengan kelompok perempuan, yaitu terdiri dari 30 femur kanan laki-laki, 30 femur kiri laki-laki, 30 femur kanan perempuan dan 30 femur kiri perempuan. Adapun kriteria adalah tulang Femur yang telah dikeringkan yang terdapat pada
5 Laboratorium Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Makassar dan pada Laboratorium Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh dan Usia pada dekade 2-3. Adapun kriteria Ekslusi adalah tulang femur yang rusak, bukan tulang Femur yang telah dikeringkan yang terdapat pada Laboratorium Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Makassar dan pada Laboratorium Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, umur diluar dekade 2-3 dan selain dari tulang femur Orang Indonesia. Alat dan bahan yang digunakan yaitu kotak pengukur, busur derajat, marker, kamera saku Merk Sony 14 Mega Pixel dan Laptop Merk Toshiba NB520 Pengumpulan data Data dikumpulkan dengan mengidentifikasi pasien dengan mengambil 1 buah tulang femur yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi kemudian ditempatkan tulang femur tersebut pada kotak pengukur. Dilakukan pengukuran dengan menggunakan busur derajat dan marker dengan cara meletakkan femur pada bidang datar, dengan bidang anterior femur menghadap ke atas, melihat condyle dengan trochanter area pada sumbunya serta melihat dan mengukur sudut yang dibentuk oleh leher femur pada bidang datar, kemudian didapatkan hasil dan semua data didokumentasikan, kemudian hasilnya diolah dan dianalisa Analisis data Data yang diperoleh, diolah dengan bantuan piranti lunak dengan metode statistic dan disajikan dalam bentuk narasi, table dan grafik. Uji statistik yang digunakan pada penelitian ini dengan menggunakan Chi-squre test dengan nilai p 0,05 adalah signifikan. HASIL Karakteristik sampel Pada Tabel 1 yaitu sudut anteversi leher femur pada laki-laki, pada femur kanan mempunyai nilai Mean ± SD sebesar 11,60±4,83 sedangkan pada femur kiri mempunyai nilai Mean ± SD sebesar 12,96±5,1 tetapi pada perhitungan menggunakan Chi-square test tidak didapatkan perbedaan yang bermakna antara femur kanan dan femur kiri pada lakilaki. Pada Tabel 2 yaitu sudut anteversi leher femur pada perempuan, pada femur kanan mempunyai nilai Mean ± SD sebesar 14,83±5,14 sedangkan pada femur kiri mempunyai
6 nilai Mean ± SD sebesar 13,73±5,66 tetapi pada perhitungan menggunakan Chi-square test tidak didapatkan perbedaan yang bermakna antara femur kanan dan femur kiri pada perempuan. Pada Tabel 3 yaitu sudut anteversi leher femur kanan pada laki-laki mempunyai nilai Mean ± SD sebesar 11,60±4,83 23 sedangkan sudut anteversi leher femur kanan pada perempuan mempunyai nilai Mean ± SD sebesar 14,83±5,14 tetapi pada perhitungan menggunakan Chi-square test tidak didapatkan perbedaan yang bermakna antara femur kanan laki-laki dan femur kanan pada perempuan. Pada Tabel 4 yaitu sudut anteversi leher femur kiri pada laki-laki mempunyai nilai Mean ± SD sebesar 12,96±5,1 sedangkan sudut anteversi leher femur kiri pada perempuan mempunyai nilai Mean ± SD sebesar 13,73±5,66 tetapi pada perhitungan menggunakan Chi-square test tidak didapatkan perbedaan yang bermakna antara femur kiri laki-laki dan femur kiri pada perempuan Dan didaptkan pula perbedaan yang bermakna antara sudut anteversi leher femur kanan dan leher femur kiri laki-laki dan perempuan india dan indonesia. Serta begitu pula halnya dengan sudut anteversi leher femur kanan dan leher femur kiri laki-laki dan perempuan barat dan indonesia juga terdapat perbedaan yang bermakna. PEMBAHASAN Pada hasil penelitian ini yang dilakukan pada sudut anteversi leher femur itu populasi Indonesia usia dewasa didapatkan sudut anteversi leher femur kanan kadaver lakilaki tidak ada perbedaan bermakna dengan sudut anteversi leher femur kiri kadaver lakilaki, yaitu rata-rata 11,06 ±4,83 dan 12,96±5,1 (p>0,05), demikian pula pada sudut anteversi leher femur kanan dan kiri kadaver perempuan yaitu rata-rata 14,84 ±5,14 dan 13,73 ±5,66 (p>0,05). Perbandingan antara sudut anteversi leher femur kadaver laki-laki dan sudut anteversi leher femur kadaver perempuan tidak terdapat perbedaan bermakna sehingga dapat dikatakan bahwa hasil penelitian ini masih didalam rentang 7-16 (normal). Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Zalawadia dkk (dan kawan-kawan) (2010) pada sudut anteversi leher femur kadaver pada populasi di India, yaitu dengan rentang 7,2-16,4. Demikian pula dengan penelitian yang dilakukan oleh
7 Srimathi dkk (2012) pada 164 femur kadaver populasi India usia dewasa menemukan sudut anteversi leher femur dengan rentang 9,78 ±1,7 sampai dengan 9,79 ±1,54. Nagar M dkk (2002) menemukan juga sudut anteversi leher femur kadaver India yaitu 11,3 ±0,37 dan 21,23 ±0,39 pada sisi kanan dan kiri femur kadaver laki-laki yaitu 11,02 ±0,34 dan 20,87 ±0,35. Hasil penelitian ini juga tidak berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Kingsley dkk (1948) pada sudut anteversi leher femur kadaver dipopulasi Barat didapatkan bahwa rentang berkisar 7,47 sampai dengan 8,54. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Mikulicz (1878) dari spesimen tulang dewasa ditemukan bahwa sudut anteversi leher femur adalah -25 sampai dengan 37. Adapun perbedaan ini mungkin disebabkan oleh pengaruh evolusi. Dari hasil penelitian ini, dianalisis dan dibandingkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nagar M dkk (2002) dan penelitian yang dilakukan oleh Kingsley dkk (1948). Perbandingan antara hasil penelitian ini tehadap penelitian yang dilakukan oleh Nagar M dkk (2002) didapatkan bahwa sudut anteversi leher femur kanan dan kiri kadaver populasi Indonesia berbeda bermakna dengan sudut anteversi leher femur kanan dan kiri kadaver populasi India (p<0,05). Perbandingan hasil penelitian Kingsley dkk (1948) terhadap hasil penelitian ini didapatkan perbedaan bermakna antara sudut anteversi leher femur kadaver populasi Indonesia dengan sudut anteversi leher femur kadaver populasi Barat (p<0,05). Perbedaan derajat anteversi leher femur diduga dipengaruhi oleh perbedaan Ras, dimana populasi India berasal dari persilangan Ras Kaukasoid dengan Ras Mongoloid, sedangkan populasi Barat murni berasal dari Ras Kaukasoid, sementara populasi di Indonesia sebagian terutama pada penelitian ini berasal dari Ras Mongoloid, namun keterbatasan penelitian ini belum dapat dibuktikan dengan pemeriksaan genetika antar populasi. KESIMPULAN DAN SARAN Didapatkan hasil tidak didapatkan perbedaan sudut anteversi leher femur pada lakilaki dan perempuan pada Orang Indonesia. Sudut anteversi leher femur populasi Indonsia adalah 11,60 sampai dengan 14,83. Terdapat perbedaan sudut anteversi leher femur
8 populasi Indonesia dengan sudut anteversi leher femur populasi India. Terdapat perbedaan sudut anteversi leher femur populasi Indonesia dengan sudut anteversi leher femur populasi Western. Adapun saran klinis adalah hasil penelitian ini dapat di gunakan untuk pemasangan guiding wire dan implant pada area intertrochanter dan leher femur. Saran akademis adalah perlu dilakukan penelitan lanjutan yaitu membandingkan antara pengukuran dengan metode ini dengan metode yang menggunakan alat bantu seperti radiologi dan lain-lain. Melakukan penelitian lanjutan pada populasi lain seperti di irian yang memiliki ras Negroid. Serta melakukan penelitian lanjutan dengan pemeriksaan genetika antar populasi.
9 Tabel 1. Perbandingan sudut anteversi leher femur pada laki-laki Laki-laki T-Test Femur Kanan (n=30) Femur Kiri (n=30) 11,60±4,83 12,96±5,1 P=0,499 Data disajikan dalam bentuk perbandingan nilai mean dan standar deviasi, nilai p diuji dengan X 2 Test, p 0,05 dinyatakan signifikan. Tabel 2. Perbandingan sudut anteversi leher femur pada perempuan Perempuan T-Test Femur Kanan (n=30) Femur Kiri (n=30) 14,83±5,14 13,73±5,66 P=0,229 Data disajikan dalam bentuk perbandingan nilai mean dan standar deviasi, nilai p diuji dengan X 2 Test, p 0,05 dinyatakan signifikan. Tabel 3. Perbandingan sudut anteversi leher femur kanan pada laki-laki dan perempuan Femur Kanan Laki-laki Femur Kanan T-Test (n=30) Perempuan (n=30) 11,60±4,83 14,83±5,14 P=0,195 Data disajikan dalam bentuk perbandingan nilai mean dan standar deviasi, nilai p diuji dengan X 2 Test, p 0,05 dinyatakan signifikan.
10 Tabel 4. Perbandingan sudut anteversi leher femur kiri pada laki-laki dan perempuan Femur Kiri Laki-laki Femur Kiri T-Test (n=30) Perempuan (n=30) 12,96±5,1 13,73±5,66 P=0,393 Data disajikan dalam bentuk perbandingan nilai mean dan standar deviasi, nilai p diuji dengan X 2 Test, p 0,05 dinyatakan signifikan. Gambar 1. Sudut dari anteversi atau torsi leher femur dalam bidang transversal: (A) sudut normal anteversi; (B) peningkatan sudut anteversi (C) penurunan sudut anteversi (D) retroversi (Gulan G dkk.,2000)
11 DAFTAR PUSTAKA Torneta P. (2006). Hip dislocation and fractures of the femoral head. In: Bucholz RW, Heckman JD, Brown CC, editors. Rockwood and Green's Fracture in Adults. philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins: Kannus P, Niemi S, Parkkari J. (2001). Epidemiology of adulthood injuries: A quickly changing injury profile in Findland. J Clin Epidemiol, 54: Crelin ES. (1981). Development of the musculosketal system. Ciba Clinical Symposium.33:1-36. Stahelli L, Corbett M, Wyss C, King H. (1985). Lower-extremity rotational problems in children. J Bone Joint Surg Am. 67A: Febry G, MacEwen GB, Shands AR. (1973). Torsion of femur. J Bone Joint Surg Am.55A: Nagar M, Bhardwaj R, Prakash R. (2000). Anteversion in adult Indian femora. J Anat Soc India. 49:9-12. Eckhoff DG, Kramer RC, Watkins JJ, Alongi CA, Greven DPV. (1994). Variation in femoral anteversion. Clinical Anatomy. 7:72-5. Srimathi T, Muthukumar T, Anandarani VS, Umapathy S, Rameshkumar S. (2012). A study on femoral neck anteversion and its clinical correlation. J Clin Diagnos.6: Blair B, Koval K, Kummer F. (1994). Basicervical fractures of the proximal femur: A biomechanical study of 3 internal fixation techniques Clin Orthop. 306: Gulan G, Matovinovic D, Nemec B, Rubinic D, Gulan JR. (2000)Femoral neck anteversion: Values, development, measurement, common problems. Coll Antropol. 24:521-7.
BAB I PENDAHULUAN. Fraktur femur proksimal atau secara umum disebut fraktur hip
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fraktur femur proksimal atau secara umum disebut fraktur hip diklasifikasikan berdasarkan lokasi anatominya. Fraktur neck femur dan intertrokanter femur memiliki
Lebih terperinciSTUDI KOMPARASI GAMBARAN RADIOLOGI GEOMETRI FEMUR PROKSIMAL ANTARA FRAKTUR COLLUM DAN INTERTROCHANTER FEMUR PADA PASIEN GERIATRI TESIS
STUDI KOMPARASI GAMBARAN RADIOLOGI GEOMETRI FEMUR PROKSIMAL ANTARA FRAKTUR COLLUM DAN INTERTROCHANTER FEMUR PADA PASIEN GERIATRI TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Fraktur merupakan terpisahnya kontinuitas tulang yang terjadi karena tekanan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fraktur merupakan terpisahnya kontinuitas tulang yang terjadi karena tekanan pada tulang yang berlebihan. Berdasarkan data Depkes RI pada tahun 2011 sebanyak 45.987
Lebih terperinciPENGARUH RASIO SPOTORNO TERHADAP AKURASI PEMASANGAN STEM HEMIARTHROPLASTY MONOPOLAR AUSTIN MOORE PROSTHESIS
Tugas Akhir PENGARUH RASIO SPOTORNO TERHADAP AKURASI PEMASANGAN STEM HEMIARTHROPLASTY MONOPOLAR AUSTIN MOORE PROSTHESIS PADA PASIEN GERIATRI DENGAN FRAKTUR COLLUM FEMUR Oleh : Mustoqin S 931007003 Pembimbing:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. insidensi tertinggi terjadi pada usia antara tahun. Fraktur ini terjadi lebih
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Insidensi fraktur collum femur meningkat sejalan dengan meningkatnya usia; insidensi tertinggi terjadi pada usia antara 70 80 tahun. Fraktur ini terjadi
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan rancangan crosssectional yang bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara konveksitas skeletal
Lebih terperinciTESIS AKHIR. dr. Muhammad Windi Syarif Harahap NIM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS ILMU ORTHOPAEDI DAN TRAUMATOLOGI
TESIS AKHIR HUBUNGAN LAMA WAKTU OPERASI PADA FRAKTUR FEMUR TERTUTUP SATU SISI YANG DILAKUKAN FIKSASI INTERNA DENGAN PENURUNAN KADAR HEMOGLOBIN DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN PERIODE JANUARI 2012- SEPTEMBER
Lebih terperinciHUBUNGAN OBESITAS DENGAN RANGE OF MOTION SENDI PANGGUL DAN FLEKSI LUMBAL PADA DEWASA MUDA LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH
HUBUNGAN OBESITAS DENGAN RANGE OF MOTION SENDI PANGGUL DAN FLEKSI LUMBAL PADA DEWASA MUDA LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan guna mendapat gelar sarjana strata-1
Lebih terperinciWan Rita Mardhiya, S. Ked
Author : Wan Rita Mardhiya, S. Ked Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau 2009 0 Files of DrsMed FK UR http://www.yayanakhyar.co.nr PENDAHULUAN Fraktur femur mempunyai pengaruh sosial ekonomi
Lebih terperincirekayasa. Sebuah perakitan antara poros dan bantalan adalah salah satu contohnya. Dalam
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kontak Permukaan Kontak atau persinggungan antar permukaan adalah kejadian yang wajar dalam bidang rekayasa. Sebuah perakitan antara poros dan bantalan adalah salah satu contohnya.
Lebih terperinciDDH (Developmental Displacement of the Hip)-I
DDH (Developmental Displacement of the Hip)-I DDH juga diistilahkan sebagai Developmental Displasia of the hip. Dahulu, lebih populer dengan nama CDH (Congenital Dislocation of the Hip) atau yang dalam
Lebih terperinciHubungan panjang klavikula dan tinggi badan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Unsrat angkatan 2012
Jurnal e-iomedik (em), Volume 5, omor 1, Januari-Juni 2017 Hubungan panjang dan tinggi badan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Unsrat angkatan 2012 1 Osvaldo T. Liputra 2 Taufiq F. Pasiak 2 Djon Wongkar
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
41 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kuantitatif. Tipe penelitian kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Distribusi umur Umur pasien kelompok fraktur intertrochanter adalah 69,7 + 3,7 tahun, sedangkan umur kelompok fraktur collum femur adalah 72,5 + 5,8 tahun. Didapatkan
Lebih terperinciThompson-Epstein Classification of Posterior Hip Dislocation. Type I Simple dislocation with or without an insignificant posterior wall fragment
Dislokasi Hips Posterior Mekanisme trauma Caput femur dipaksa keluar ke belakang acetabulum melalui suatu trauma yang dihantarkan pada diafisis femur dimana sendi panggul dalam posisi fleksi atau semifleksi.
Lebih terperinciBAB 3 SUBJEK DAN METODE PENELITIAN
BAB 3 SUBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Subjek Penelitian 3.1.1. Kriteria Subjek Penelitian Subjek penelitian ini ialah pasien yang mengalami fraktur femur di Rumah Sakit Haji Adam Malik pada tahun Januari
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan Penelitian Observational Analitik, dengan tinjauan Cross Sectional 3.. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Orthopedi
Lebih terperinciProfil fraktur diafisis femur periode Januari 2013 Desember 2014 di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
Jurnal e-clinic (ecl), Volume 4, Nomor 1, Januari-April 2016 Profil fraktur diafisis femur periode Januari 2013 Desember 2014 di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado 1 Ezra A. W. Wattie 2 Alwin Monoarfa
Lebih terperinciABSTRACT DENTAL MALOCCLUSION AND SKELETAL MALOCCLUSION INFLUENCE AGAINST TEMPOROMANDIBULAR DYSFUNCTION
ABSTRACT DENTAL MALOCCLUSION AND SKELETAL MALOCCLUSION INFLUENCE AGAINST TEMPOROMANDIBULAR DYSFUNCTION Problems in temporomandibular joint, can be a pain and clicking mostly called by temporomandibular
Lebih terperinciGambar 1.1. Ilustrasi bagian-bagian sendi panggul (Amirouche dan Solitro, 2011)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sendi panggul atau acetabulofemoral joint adalah sendi yang menghubungkan tulang paha (femur) dengan tulang panggul (pelvis) pada bagian acetabulum. Sendi panggul merupakan
Lebih terperinciDISLOKASI SENDI PANGGUL
DISLOKASI SENDI PANGGUL Pembimbing: Prof. dr. H. Hafas Hanafiah, Sp.B, Sp.OT(K), FICS Oleh: Leni Agnes Siagian (070100153) Rahila (070100129) Hilda Destuty (070100039) ILMU BEDAH ORTOPAEDI DAN TRAUMATOLOGI
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGGI BADAN DENGAN PANJANG TULANG FEMUR PADA ETNIS SANGIHE DI MADIDIR URE. Novitasari Mangayun
HUBUNGAN TINGGI BADAN DENGAN PANJANG TULANG FEMUR PADA ETNIS SANGIHE DI MADIDIR URE Novitasari Mangayun George. N. Tanudjaja Taufiq Pasiak Bagian Anatomi Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Samratulangi
Lebih terperinciANATOMI HUMERUS DAN FEMUR
ANATOMI HUMERUS DAN FEMUR A. HUMERUS (arm bone) merupakan tulang terpanjang dan terbesar dari ekstremitas superior. Tulang tersebut bersendi pada bagian proksimal dengan skapula dan pada bagian distal
Lebih terperinciGambar 1.1 Hip fracture (Carter, 2007)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fraktur tulang panggul yang dijelaskan pada Gambar 1.1 adalah suatu terminologi yang digunakan untuk menggambarkan fraktur tulang paha pada daerah pangkal proksimal
Lebih terperinciKorelasi antara Tinggi Badan dan Panjang Jari Tangan
Korelasi antara Tinggi Badan dan Panjang Jari Tangan Athfiyatul Fatati athfiyatul.fatati@yahoo.com Departemen Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan ilmu Politik Universitas Airlangga ABSTRAK Penelitian
Lebih terperinciKata kunci : palatum, maloklusi Angle, indeks tinggi palatum
ABSTRAK Maloklusi merupakan susunan gigi geligi yang menyimpang dari oklusi normal, dapat menyebabkan gangguan estetik dan fungsional. Maloklusi dapat disebabkan oleh faktor genetik, lingkungan dan psikososial,
Lebih terperinciPERBEDAAN RASIO D2:D4 ANTARA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN USU. Oleh : RATNA MARIANA TAMBA
PERBEDAAN RASIO D2:D4 ANTARA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN USU Oleh : RATNA MARIANA TAMBA 110100241 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014 PERBEDAAN RASIO
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. setengah miliar mengalami obesitas. 1. meningkat pada negara-negara maju, tetapi juga di negara-negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Obesitas masih menjadi permasalahan kesehatan masyarakat yang mendunia. 1,2 World Health Organization (WHO) mendeklarasikan bahwa obesitas merupakan epidemik global.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang bersifat analitik prospektif dengan time series design. 3.2. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang mengenai mereka di usia lanjut atau usia dewasa dimana rawan kartilago yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Osteoarthritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif dan progresif yang mengenai mereka di usia lanjut atau usia dewasa dimana rawan kartilago yang melindungi ujung
Lebih terperinciBAB 5 HASIL PENELITIAN
BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Distribusi Usia pada Pengukuran Dimensi Vertikal Fisiologis Pada penelitian ini menggunakan subjek penelitian sebanyak 170 sampel yang memenuhi kriteria penelitian. Pengambilan
Lebih terperinciGambaran Kepadatan Tulang Wanita Menopause Pada Kelompok X di Bandung
Gambaran Kepadatan Tulang Wanita Menopause Pada Kelompok X di Bandung Adam BH Darmawan, Slamet Santosa Bagian Biokimia, Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha, Bandung. Abstrak Osteoporosis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. permukaan oklusal gigi geligi rahang bawah pada saat rahang atas dan rahang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Oklusi adalah berkontaknya permukaan oklusal gigi geligi rahang atas dengan permukaan oklusal gigi geligi rahang bawah pada saat rahang atas dan rahang bawah menutup.
Lebih terperinciOleh: Siti Rosidah, Intan Andriani, Asih Puji Utami Dosen Program Studi DIII Teknik Rontgen
TEKNIK PEMERIKSAAN STERNOCLAVICULAR JOINT METODE HOBBS VIEW DENGAN INDIKASI DISLOKASI DI INSTALASI RADIOLOGI RUMAHSAKIT ORTOPEDI PROF. DR. R. SOEHARSO SURAKARTA RADIOGRAPHIC EXAMINATION TECHNIQUES HOBBS
Lebih terperinciProsiding Pendidikan Dokter ISSN: X
Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X Hubungan Usia, Jenis Kelamin, Jenis Kendaraan Pada Kecelakaan Lalu Lintas dengan Tipe Fraktur Ekstremitas Bawah di Rumah Sakit Al-Islam Tahun 2016 Annisa Nadzira
Lebih terperinciKARYA TULIS ILMIAH PERBANDINGAN TINGKAT KELENGKAPAN PENGISIAN FORMULIR DAN ADEKUASI HASIL APUSAN PAP SMEAR
KARYA TULIS ILMIAH PERBANDINGAN TINGKAT KELENGKAPAN PENGISIAN FORMULIR DAN ADEKUASI HASIL APUSAN PAP SMEAR ANTARA PERAWAT DENGAN DOKTER SPESIALIS OBSTETRI-GINEKOLOGI DI LABORATORIUM CITO YOGYAKARTA Disusun
Lebih terperinciABSTRAK. PERBANDINGAN KADAR PROTHROMBIN TIME (PT) DAN ACTIVATED PARTIAL THROMBOPLASTIN TIME (aptt) ANTARA PASIEN HIPERTENSI DAN NOMOTENSI
ABSTRAK PERBANDINGAN KADAR PROTHROMBIN TIME (PT) DAN ACTIVATED PARTIAL THROMBOPLASTIN TIME (aptt) ANTARA PASIEN HIPERTENSI DAN NOMOTENSI Shendy Rozalina, 2016 Pembimbing 1: dr. Adrian Suhendra, Sp.PK.,
Lebih terperinciBAB IV METODOLOGI PENELITIAN
31 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini termasuk dalam lingkup penelitian bidang Ilmu Kesehatan Anak dan Ilmu Gizi, khususnya pengukuran status gizi antropometri. 4.2
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diri atau tidak melalui bentuk gigi dan bentuk senyuman. Penting bagi dokter gigi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Senyum adalah kunci percaya diri pada seseorang. Seseorang merasa percaya diri atau tidak melalui bentuk gigi dan bentuk senyuman. Penting bagi dokter gigi untuk meningkatkan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
37 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian A.1 Deskripsi Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Poliklinik Saraf dan Radiologi Rumah Sakit di Kota Yogyakarta,yaitu Rumah
Lebih terperinciInsidens Dislokasi sendi panggul umumnya ditemukan pada umur di bawah usia 5 tahun. Lebih banyak pada anak laki-laki daripada anak perempuan.
Dislokasi Sendi Panggul Dislokasi sendi panggul banyak ditemukan di Indonesia akibat trauma dan sering dialami oleh anak-anak. Di Negara Eropa, Amerika dan Jepang, jenis dislokasi sendi panggul yang sering
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fraktur Collum Femur 2.1.1 Epidemiologi Fraktur pada collum femur merupakan hal yang umum terjadi, dan mencakup sekitar 20% dari fraktur yang harus dioperasi pada bagian orthopaedi.
Lebih terperinciDAFTAR ISI. SAMPUL DALAM... LEMBAR PENGESAHAN... PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN...
DAFTAR ISI SAMPUL DALAM... LEMBAR PENGESAHAN... PENETAPAN PANITIA PENGUJI iii KATA PENGANTAR... PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN i ii iv v ABSTRAK vi ABSTRACT vii RINGKASAN viii SUMMARY x DAFTAR ISI... DAFTAR
Lebih terperinciDentofasial, Vol.11, No.3, Oktober 2012: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin Makassar, Indonesia
156 Perbedaan ukuran dan bentuk lengkung gigi antara laki-laki dan perempuan suku Bugis, Makassar, dan Toraja Difference of size and shape of dental arch between male and female of Buginese, Makassarese,
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Molar Dua Mandibula Fungsi molar dua mandibula permanen adalah melengkapi molar satu mandibula. Seluruh bagian molar dua mandibula lebih kecil sekitar 1mm daripada molar satu.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan secara observasional deskriptif dengan cara pengamatan terhadap hasil radiografi pasien yang telah dilakukan
Lebih terperinciABSTRAK KORELASI UMUR, JUMLAH ANAK, DAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI PIL TERHADAP KEPADATAN MASSA TULANG PADA WANITA DEWASA
ABSTRAK KORELASI UMUR, JUMLAH ANAK, DAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI PIL TERHADAP KEPADATAN MASSA TULANG PADA WANITA DEWASA Ferry Hidayat, 2008; Pembimbing: Hana Ratnawati, dr., M.Kes. Meningkatnya angka harapan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian diperoleh 200 rontgen panoramik pasien di RSGM UMY
30 BAB IV A. HASIL PENELITIAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian diperoleh 200 rontgen panoramik pasien di RSGM UMY pada bulan Januari sampai Mei 2016. Berdasarkan rontgen panoramik yang
Lebih terperinciPENGARUH FAKTOR RISIKO TERHADAP FUNGSI PENDENGARAN BAYI BARU LAHIR BERDASARKAN PEMERIKSAAN DISTORTION PRODUCT OAE
PENGARUH FAKTOR RISIKO TERHADAP FUNGSI PENDENGARAN BAYI BARU LAHIR BERDASARKAN PEMERIKSAAN DISTORTION PRODUCT OAE Oleh : Andi Dwi Saputra Pembimbing: Dr. Luh Made Ratnawati, Sp.THT Dr. Made Tjekeg, Sp.THT
Lebih terperinciCOMPARISON OF OUTCOMES BETWEEN NONOPERATIVE TREATMENT AND K-WIRE FIXATION OF CENTRAL METATARSAL FRACTURES ABSTRACT
COMPARISON OF OUTCOMES BETWEEN NONOPERATIVE TREATMENT AND K-WIRE FIXATION OF CENTRAL METATARSAL FRACTURES Rolandi Indra Pramukti* Ahmad Sjarwani** *Resident of Orthopaedic and Traumatology Department,
Lebih terperinciAnalisis Parameter Spatio-Temporal Gerak Berjalan Orang Indonesia
Banjarmasin, 7-8 Oktober 015 Analisis Parameter Spatio-Temporal Gerak Berjalan Orang Indonesia Nuha Desi Anggraeni 1,a*, Tatacipta Dirgantara,b, Andi Isra Mahyuddin 1,c, Sandro Mihradi 1,d 1 KK Perancangan
Lebih terperinciEFEK PENJAHITAN TENDON DENGAN TEHNIK BUNNELL DAN TEHNIK UNHAS TERHADAP VASKULARISASI TENDON
EFEK PENJAHITAN TENDON DENGAN TEHNIK BUNNELL DAN TEHNIK UNHAS TERHADAP VASKULARISASI TENDON EFFECT OF BUNNELL SUTURE AND UNHAS SUTURE TO TENDON VASCULARIZATION ¹P. Marwita,² M. Ruksal Saleh, ³Henry Yurianto
Lebih terperinciDAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... iv. KATA PENGANTAR... v. ABSTRAK... vi. ABSTRCT... vii RINGKASAN...
DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PERSETUJUAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... iv KATA PENGANTAR... v ABSTRAK... vi ABSTRCT... vii RINGKASAN... viii SUMMARY...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gambar Ilustrasi sendi lutut yang sehat (kiri) dan sendi lutut yang telah cedera hingga mengalami osteoarthritis (kanan)
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persendian adalah suatu hubungan antara dua buah tulang atau lebih yang dihubungkan melalui pembungkus jaringan ikat. Fungsi dari sendi secara umum adalah untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hip Joint. Femur
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerangka manusia disokong oleh struktur seperti ligamen, tendon, otot, dan organ manusia yang lain. Sejumlah 206 tulang membentuk sistem kerangka manusia dewasa.
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN
BAB V HASIL PENELITIAN Telah dilakukan penelitian mengenai efektifitas larutan kumur ekstrak kulit kayu manis (Cinnamomum burmannii) terhadap penurunan kadar VSCs pada penderita halitosis. Penelitian ini
Lebih terperinciPrediktor Morbiditas, Mortalitas dan Mobilitas Hemiarthroplasty Pasien Fraktur Collum Femur di RS.Orthopaedi Prof.Dr.R Soeharso Surakarta
Tugas Akhir Prediktor Morbiditas, Mortalitas dan Mobilitas Hemiarthroplasty Pasien Fraktur Collum Femur di RS.Orthopaedi Prof.Dr.R Soeharso Surakarta Oleh : Hendra Cahya Kumara Pembimbing : dr. Ismail
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia dewasa (Nareliya & Kumar, 2012). Pada sendi coxae (Hip Joint)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Anatomi Femur Proksimal Pada tubuh manusia, femur adalah tulang yang paling panjang dan besar. Rerata panjang femur laki-laki adalah 48cm dan rerata diameter
Lebih terperinciPENGARUH PERUBAHAN KETINGGIAN TERHADAP NILAI AMBANG PENDENGARAN PADA PERJALANAN WISATA DARI GIANYAR MENUJU KINTAMANI
PENGARUH PERUBAHAN KETINGGIAN TERHADAP NILAI AMBANG PENDENGARAN PADA PERJALANAN WISATA DARI GIANYAR MENUJU KINTAMANI Oleh : I Nyoman Kertanadi Diajukan sebagai Karya Akhir untuk Memperoleh Gelar Spesialis
Lebih terperinciGambar 1.1. Sambungan hip (hip joint) pada manusia [1].
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sambungan hip (hip joint) merupakan sendi yang penting dalam sistem kerangka manusia. Sambungan ini terletak diantara pinggul dan pangkal tulang paha atas seperti ditunjukkan
Lebih terperinciPERBANDINGAN KADAR MIKROALBUMINURIA PADA STROKE INFARK ATEROTROMBOTIK DENGAN FAKTOR RISIKO HIPERTENSI DAN PASIEN HIPERTENSI
PERBANDINGAN KADAR MIKROALBUMINURIA PADA STROKE INFARK ATEROTROMBOTIK DENGAN FAKTOR RISIKO HIPERTENSI DAN PASIEN HIPERTENSI SA Putri, Nurdjaman Nurimaba, Henny Anggraini Sadeli, Thamrin Syamsudin Bagian
Lebih terperinciTHE CHARACTERISTIC OF PATIENTS WITH FEMORAL FRACTURE IN DEPARTMENT OF ORTHOPAEDIC AND TRAUMATOLOGY RSUD DR. SOETOMO SURABAYA
THE CHARACTERISTIC OF PATIENTS WITH FEMORAL FRACTURE IN DEPARTMENT OF ORTHOPAEDIC AND TRAUMATOLOGY RSUD DR. SOETOMO SURABAYA 2013 2016 Riswanda Noorisa 1, Dwi Apriliwati 2, Abdul Aziz 3, Sulis Bayusentono
Lebih terperinciDESKRIPSI KEMAMPUAN SPASIAL SISWA SMP DITINJAU BERDASARKAN PERBEDAAN GENDER DAN KEMAMPUAN MATEMATIKA
DESKRIPSI KEMAMPUAN SPASIAL SISWA SMP DITINJAU BERDASARKAN PERBEDAAN GENDER DAN KEMAMPUAN MATEMATIKA Yogi Prastyo FKIP Universitas Dr. Soetomo yogiprastyo1@gmail.com Abstract : Spatial ability is closely
Lebih terperinciOleh : Watak Putra Wijaya Kusuma, Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi
PERBEDAAN KETEPATAN PASSING SHORT PASS DAN PASSING LONG PASS MENGGUNAKAN KAKI KANAN DAN KAKI KIRI PESERTA EKSTRAKULIKULER SEPAKBOLA SISWA SMP NEGERI 2 WATES Oleh : Watak Putra Wijaya Kusuma, Program Studi
Lebih terperinciPERBANDINGAN PENGUKURAN PERSENTASE LEMAK TUBUH DENGAN SKINFOLD CALIPER DAN BIOELECTRICAL IMPEDANCE ANALYSIS (BIA) JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA
PERBANDINGAN PENGUKURAN PERSENTASE LEMAK TUBUH DENGAN SKINFOLD CALIPER DAN BIOELECTRICAL IMPEDANCE ANALYSIS (BIA) JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat
Lebih terperinciEVALUASI FUNGSIONAL PENANGANAN
Tugas Akhir EVALUASI FUNGSIONAL PENANGANAN DISRUPSI SENDI RADIOULNAR BAWAH REDUCIBLE DENGAN BELOW ELBOW SLAB DIBANDINGKAN DENGAN PERCUTANEUS PINNING ULNORADIAL PADA PASIEN FRAKTUR GALEAZZI DEWASA DI RSO
Lebih terperinciHUBUNGAN JENIS TOTAL HIP ARTHROPLASTY TERHADAP DERAJAT FUNGSIONAL PANGGUL DAN KUALITAS HIDUP PADA PASIEN FRAKTUR COLLUM FEMORIS
HUBUNGAN JENIS TOTAL HIP ARTHROPLASTY TERHADAP DERAJAT FUNGSIONAL PANGGUL DAN KUALITAS HIDUP PADA PASIEN FRAKTUR COLLUM FEMORIS LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai syarat untuk
Lebih terperinciABSTRAK HUBUNGAN ANTARA PANJANG TULANG FEMUR DENGAN TINGGI BADAN PADA PRIA DEWASA MUDA
ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA PANJANG TULANG FEMUR DENGAN TINGGI BADAN PADA PRIA DEWASA MUDA Christopher Senjaya, 2007; Pembimbing I : Daniel S. Wibowo, dr., M.Sc Pembimbing II : Diana A.B., dr., M.Kes Latar
Lebih terperinciPENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dentofasial termasuk maloklusi untuk mendapatkan oklusi yang sehat, seimbang,
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Ortodontik merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari pertumbuhan struktur jaringan pendukung gigi dan kraniofasial, perkembangan oklusi gigi geligi serta mempelajari
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Bedah khususnya Bedah Ortopedi.
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Bedah khususnya Bedah Ortopedi. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat dan waktu penelitian akan dilaksanakan
Lebih terperinciABSTRAK. PENGARUH JUS BUAH SEMANGKA (Citrulli Fructus) TERHADAP DIURESIS PADA PRIA DEWASA NORMAL
ABSTRAK PENGARUH JUS BUAH SEMANGKA (Citrulli Fructus) TERHADAP DIURESIS PADA PRIA DEWASA NORMAL Okky Sugiarto, 2006. Pembimbing I : Sugiarto Puradisastra, dr., M.Kes Pembimbing II : July Ivone, dr., MS.
Lebih terperinci5. ANALISIS HASIL PENELITIAN
5. ANALISIS HASIL PENELITIAN Pada bagian ini akan menguraikan hasil dari penelitian yang telah dilakukan. Jawaban dari permasalahan penelitian diperoleh berdasarkan hasil pengolahan 55 data hasil Tes Kreativitas
Lebih terperinciDAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 4
DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM.. i LEMBAR PERSETUJUAN ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii UCAPAN TERIMAKASIH iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI.. v ABSTRAK.. vi ABSTRACT... vii RINGKASAN.. viii
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Ukuran lebar mesiodistal gigi bervariasi antara satu individu dengan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ukuran lebar mesiodistal gigi bervariasi antara satu individu dengan individu lainnya, antara satu populasi dengan populasi lainnya. 1 Adanya variasi ukuran lebar
Lebih terperinciBAB 2 PERSIAPAN REKONSTRUKSI MANDIBULA. mandibula berguna dalam proses pembicaraan, mastikasi, penelanan dan juga
BAB 2 PERSIAPAN REKONSTRUKSI MANDIBULA Rekonstruksi mandibula masih merupakan tantangan yang kompleks. Tulang mandibula berguna dalam proses pembicaraan, mastikasi, penelanan dan juga dukungan jalan pernafasan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kecelakaan lalu lintas adalah fraktur yang lebih dikenal dengan patah tulang.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, seiring dengan perkembangan jaman, masyarakat Indonesia mulai memilih alat transportasi yang praktis, modern, dan tidak membuang banyak energi seperti kendaraan
Lebih terperinciFRAKTUR TIBIA DAN FIBULA
FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA Fraktur tibia umumnya dikaitkan dengan fraktur tulang fibula, karena gaya ditransmisikan sepanjang membran interoseus fibula. Kulit dan jaringan subkutan sangat tipis pada bagian
Lebih terperinciBAB II TEORI HIP JOINT. Gambar 2.1. Bagian-bagian hip joint normal [4].
BAB II TEORI HIP JOINT 2.1 Sambungan tulang pinggul (hip joint) Hip joint adalah sambungan tulang yang terletak diantara pinggul dan pangkal tulang paha atas. Hip joint pada manusia terdiri dari tiga bagian
Lebih terperinciSKRIPSI HUBUNGAN PANJANG TUNGKAI DAN KESEIMBANGAN STATIS DENGAN KECEPATAN BERJALAN PADA LANJUT USIA
SKRIPSI HUBUNGAN PANJANG TUNGKAI DAN KESEIMBANGAN STATIS DENGAN KECEPATAN BERJALAN PADA LANJUT USIA I PUTU ADITYA PRATAMA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROGRAM STUDI FISIOTERAPI FAKULTAS KEDOKTERAN
Lebih terperinciUJI HIPOTESIS DUA SAMPEL. Chapter 11
UJI HIPOTESIS DUA SAMPEL Chapter Tujuan. Melakukan uji hipotesis tentang perbedaan antara dua mean populasi independen.. Melakukan uji hipotesis tentang perbedaan antara dua proporsi populasi. 3. Melakukan
Lebih terperinciMODEL PREDIKSI TINGGI BADAN LANSIA ETNIS JAWA BERDASARKAN TINGGI LUTUT, PANJANG DEPA, DAN TINGGI DUDUK FATMAH
MODEL PREDIKSI TINGGI BADAN LANSIA ETNIS JAWA BERDASARKAN TINGGI LUTUT, PANJANG DEPA, DAN TINGGI DUDUK FATMAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 MODEL PREDIKSI TINGGI BADAN LANSIA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai negara di dunia. Keadaan ini dapat berupa defisiensi makronutrien,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Status gizi anak masih menjadi salah satu masalah yang dihadapi oleh berbagai negara di dunia. Keadaan ini dapat berupa defisiensi makronutrien, defisiensi
Lebih terperinciOleh : DWI BRINA HESTILIANA J
PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST OPERASI FRAKTUR FEMUR 1/3 TENGAH DEXTRA DENGAN PEMASANGAN PLATE AND SCREW DI RSO. PROF DR. R SOEHARSO SURAKARTA Oleh : DWI BRINA HESTILIANA J 100 050 035
Lebih terperinciKORELASI PANJANG LENGAN BAWAH DAN TINGGI BADAN MAHASISWI SUKU BANJAR FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Aflanie,I.dkk.Korelasi Panjang Lengan Bawah... KORELASI PANJANG LENGAN BAWAH DAN TINGGI BADAN MAHASISWI SUKU BANJAR FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT Iwan Aflanie 1, Nurul Qomariah 2, Mashuri
Lebih terperinciFaktor-faktor yang Mempengaruhi Kontraktur Sendi Lutut pada Penanganan Fraktur Femur Secara Operatif dan Non Operatif di RS. M.
29 Artikel Penelitian Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sendi Lutut pada Penanganan Fraktur Femur Secara Operatif dan Non Operatif di RS. M. Djamil Padang Yandri E*, Manjas M**, Rahmadian R**, Erkadius***
Lebih terperinciKARAKTERISTIK PLANTAR PADA USIA TAHUN. Arif Wicaksono Sasanthy Kusumaningtyas Angela BM Tulaar
KARAKTERISTIK PLANTAR PADA USIA 17-21 TAHUN Arif Wicaksono Sasanthy Kusumaningtyas Angela BM Tulaar Latar Belakang Apakah lengkung kaki kita normal? Belum ada data plantar pada usia tersebut Tekanan plantar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan kerusakan kartilago articulatio serta menimbulkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Osteoarthritis (OA) adalah penyakit articulatio degeneratif yang berhubungan dengan kerusakan kartilago articulatio serta menimbulkan disabilitas. Osteoarthritis
Lebih terperinciABSTRAK KORELASI ANTARA BENTUK WAJAH DAN BENTUK GIGI INSISIVUS SENTRAL MAKSILA PADA ETNIS TIONGHOA USIA TAHUN
ABSTRAK KORELASI ANTARA BENTUK WAJAH DAN BENTUK GIGI INSISIVUS SENTRAL MAKSILA PADA ETNIS TIONGHOA USIA 18 25 TAHUN Latar Belakang. Bentuk gigi merupakan hal yang esensial untuk estetika. Sisi estetik
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang mempunyai
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang mempunyai 17.508 pulau dengan jumlah penduduk 237 juta jiwa lebih. Wilayah Indonesia terbentang sepanjang
Lebih terperinciJURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
NILAI DIAGNOSTIK OSTEOPOROSIS SELF-ASSESMENT TOOL FOR ASIANS TERHADAP DUAL ENERGY X-RAY ABSORBTIOMETRY DALAM PENAPISAN OSTEOPOROSIS STUDI PADA WANITA POST MENOPAUSE Daniel Yoga Kurniawan 1, Tanti Ajoe
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Obesitas atau kelebihan berat badan dapat menjadikan masalah kesehatan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Obesitas atau kelebihan berat badan dapat menjadikan masalah kesehatan. Kecenderungan terjadinya obesitas dapat disebabkan karena pola makan dan ketidakseimbangan
Lebih terperinciKEHAMILAN NORMAL DENGAN PREEKLAMSI BERAT SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TEKANAN DARAH DAN DERAJAT PROTEINURIA
PERBANDINGAN KADAR SOLUBLE fms-like TYROSINE KINASE 1 (sflt1) SERUM KEHAMILAN NORMAL DENGAN PREEKLAMSI BERAT SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TEKANAN DARAH DAN DERAJAT PROTEINURIA Amillia Siddiq, Johanes C.Mose,
Lebih terperinciPERKEMBANGAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI, KEKUATAN OTOT LENGAN DAN KETAHANAN CARDIOVASKULER
PERKEMBANGAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI, KEKUATAN OTOT LENGAN DAN KETAHANAN CARDIOVASKULER PADA ADOLESENSI USIA 13-18 TAHUN DITINJAU DARI JENIS KELAMIN DAN KETINGGIAN WILAYAH TEMPAT TINGGAL (Studi Kros-Seksional
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
14 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan menggunakan rancangan penelitian cross-sectional. Artinya, tiap subjek penelitian hanya diobservasi
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PROLAPSUS UTERI DI RSUP Dr. KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PROLAPSUS UTERI DI RSUP Dr. KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1
Lebih terperinciABSTRAK HUBUNGAN TINGGI BADAN DENGAN PANJANG TULANG LENGAN PADA POPULASI DEWASA DI DENPASAR
ABSTRAK HUBUNGAN TINGGI BADAN DENGAN PANJANG TULANG LENGAN PADA POPULASI DEWASA DI DENPASAR Estimasi tinggi badan merupakan salah satu parameter yang diperlukan dalam proses identifikasi forensik. Beberapa
Lebih terperinciPENGARUH LATIHAN RANGE OF MOTION TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN FUNGSI EKSTREMITAS SENDI LUTUT PADA PASIEN POST OPERASI (ORIF) FRAKTUR FEMUR
Sabtu, 6 September 0 ISBN : 978-60-490--8 PENGARUH LATIHAN RANGE OF MOTION TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN FUNGSI EKSTREMITAS SENDI LUTUT PADA PASIEN POST OPERASI (ORIF) FRAKTUR FEMUR THE EFFECT OF RANGE
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini meliputi Ilmu Gizi khususnya bidang antropometri dan Ilmu Kesehatan Anak, khususnya bidang respirologi. 4.2 Tempat dan
Lebih terperinciAbstrak. iii. Universitas Kristen Maranatha
Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan kepribadian Tipe D dan perilaku hidup sehat pada pasien Penyakit Jantung Koroner (PJK) di Rumah Sakit X Kota Bandung. Alat ukur yang digunakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. Ilmu Ortodonti menurut American Association of Orthodontics adalah
1 I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Ilmu Ortodonti menurut American Association of Orthodontics adalah cabang ilmu kedokteran gigi yang mempelajari pertumbuhan dan perkembangan gigi geligi dan hubungannya
Lebih terperinci