I. PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. Ilmu Ortodonti menurut American Association of Orthodontics adalah

Transkripsi

1 1 I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Ilmu Ortodonti menurut American Association of Orthodontics adalah cabang ilmu kedokteran gigi yang mempelajari pertumbuhan dan perkembangan gigi geligi dan hubungannya dengan kraniofasial, termasuk cara pencegahan dan perawatan untuk mendapatkan oklusi ideal dan estetis (Phulari, 2011). Permintaan pelayanan kosmetik pada dekade terakhir menunjukkan peningkatan di berbagai belahan dunia. Kepedulian mengenai ekspresi wajah menunjukkan peningkatan khususnya dalam dua hal, yaitu tingkat kerapian gigi dan keseimbangan profil wajah. Peningkatan kualitas senyum juga berperan penting untuk meningkatkan estetis wajah (Polo, 2008). Berdasarkan studi terkini yang melibatkan evaluasi diri, pasien menganggap gigi dan mata adalah bagian terpenting dari wajah yang menarik (Desai, 2009). Analisis dan desain senyum merupakan elemen penting dalam penentuan diagnosis ortodonti (Ackerman, 2002). Estetika dalam Kedokteran Gigi bertujuan untuk menciptakan keindahan dan daya tarik guna meningkatkan rasa percaya diri pasien sehingga merasa lebih dihargai dalam interaksi sosial (Silva dkk., 2012). Keindahan wajah berhubungan erat dengan tampilan senyum. Senyum adalah bagian penting ekspresi wajah yang sangat mempengaruhi keindahan fisik serta berkaitan erat dengan jalannya interaksi sosial. Estetis senyum tidak hanya tergantung pada komponen seperti posisi gigi, bentuk gigi, ukuran gigi dan warna gigi, tetapi juga pada gingiva dan bentuk bibir. Komponen-komponen tersebut saling mendukung untuk membentuk keharmonisan (Geld dkk., 2007). Anatomi

2 2 senyum dalam aspek vertikal meliputi derajat tampilan gigi anterior maksila, penutupan bibir atas, dan tampilan gingiva. Senyum individu dewasa muda menampilkan % insisivus sentralis maksila. Hubungan skeletal dan gigi berkontribusi terhadap komponen senyum (Ackerman, 2002). Klasifikasi senyum ada 3 yaitu senyum tinggi, sedang, dan rendah. (1) Senyum tinggi, menampilkan total panjang servikoinsisal dari gigi anterior maksila dan deretan gingiva. (2) Senyum sedang, menampilkan 75% sampai 100% gigi anterior maksila dan proksimal intergingiva. Senyum tipe sedang adalah klasifikasi senyum paling banyak pada kelompok umur dewasa muda yaitu sebanyak 70%. (3) Senyum rendah, menampilkan kurang dari 75% gigi anterior maksila. Tampilan senyum menunjukkan perbedaan berdasarkan umur, jenis kelamin, dan karakter wajah, yaitu dari segi ukuran dan bentuk struktur mahkota gigi yang terlihat dari berbagai posisi bibir. Penampakan gigi anterior pada perempuan lebih banyak memperlihatkan gigi-gigi maksila daripada gigi-gigi mandibula (Zachrisson, 2005). Gigi maksila perempuan yang terlihat saat senyum pada posisi istirahat adalah 1,78 mm lebih banyak dari laki-laki (Miron, 2012). Penutupan gigi insisivus maksila oleh bibir dapat dikelompokkan menjadi tiga tipe, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. (1) Garis bibir rendah, yaitu hanya sebagian dari keseluruhan panjang mahkota gigi anterior maksila yang terlihat tepat di bawah batas inferior bibir atas. (2) Garis bibir tinggi, yaitu luas besar gingiva membentang dari batas inferior bibir atas ke margin gingiva bebas. (3) Garis bibir sedang, yaitu gingiva terlihat 1-3 mm dari apikal tepi gingiva bebas ke perbatasan inferior dari bibir atas saat senyum sehingga terlihat mahkota gigi-gigi

3 3 anterior maksila serta jaringan gingiva interdental (Grabber dan Salama, 1996). Pada kelompok umur muda diketahui penutupan gigi insisivus maksila tipe sedang adalah tipe paling banyak, sebesar 70%, sedangkan tipe rendah hanya 20%. Peningkatan umur akan mengurangi penutupan gigi anterior, sehingga memungkinkan terjadinya gummy smile dalam kelompok umur yang lebih muda, dan jarang terjadi pada kelompok tua (Zachrisson, 2005). Miron (2012) menyatakan, tipe senyum dipengaruhi oleh tinggi bibir atas bagian luar pada posisi istirahat, mahkota gigi insisivus maksila yang terlihat pada posisi istirahat dan rasio tinggi bibir atas pada posisi istirahat dengan tinggi bibir atas posisi senyum. Singer (1974) menyatakan perubahan posisi vertikal gigi insisivus maksila dapat mempengaruhi tampilan gingiva saat senyum. Menurut Miron (2012) rasio tinggi bibir atas bagian dalam dengan tinggi bibir atas bagian luar mewakili hubungan vertikal tinggi bibir. Rasio tersebut didapatkan dari pengukuran vestibular attachment bibir atas dan tinggi bibir atas bagian luar. Perubahan bibir atas saat senyum dapat diukur dengan melakukan pengukuran pada vestibular attachment dan tinggi bibir atas bagian luar. Kelompok etnik yang berbeda mempunyai kecenderungan untuk memiliki pola bentuk tengkorak dan rahang tertentu, walaupun pola tersebut seringkali dipengaruhi oleh variasi individu (Foster, 1999). Ras di dunia terbagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu Ras Kaukasoid, Mongoloid dan Negroid (Lobban, 2006). Suku Jawa merupakan bagian dari ras Mongoloid-Melayu yang mendiami Indonesia (Sutardi, 2007). Suku Jawa memiliki bentuk bibir agak tebal dan profil hidung cekung (Sukadana, 1976).

4 4 Menurut Budiarti (2010), terdapat perubahan pola pikir dalam nilai-nilai budaya Jawa yang menyebabkan perubahan sosial budaya Indonesia. Budaya Jawa yang patriarki berubah dalam kehidupan perempuan. Perempuan Jawa saat ini berkedudukan setara dengan laki-laki sehingga lebih bebas berekspresi termasuk dalam perawatan dirinya. Dalam segi sosial budaya, tuntutan sosial yang tinggi turut andil dalam membentuk pola pikir perempuan atas dirinya. Menurut Melliana dkk. (2006), perempuan lebih mengutamakan aspek fisik sebagai sumber nilai dan makna tubuh, sehingga yang lebih membutuhkan perawatan kecantikan adalah perempuan. Berbagai komoditi atau produk kecantikan diproduksi dengan tujuan memenuhi kebutuhan perempuan untuk menjadi cantik dan menarik (Munfarida, 2007). Patnaik dkk. (2003) menyatakan bahwa senyum yang indah merupakan nilai lebih dari wajah yang cantik. Berdasar penelitian yang dilakukan di Dental School Brazil, perempuan menunjukkan dirinya kurang puas dengan senyumnya dibandingkan laki-laki (Silva dkk., 2012). Kecantikan merupakan salah satu bagian penting dari diri perempuan sehingga menjadi bagian strategis yang dapat dijadikan objek komoditas (Munfarida, 2007). Pengamatan klinis dan fotogram wajah saat istirahat dan saat senyum diperlukan untuk memperoleh data. Melalui fotogram senyum, operator dapat mengidentifikasi dan menganalisis gigi anterior dan hubungan jaringan lunak yang dapat mempengaruhi estetika wajah. Fotogram senyum digunakan sebagai media operator untuk membantu pengamatan dan pengukuran senyum (Ritter dkk., 2005).

5 5 B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, dapat disusun permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah perubahan tinggi bibir atas perempuan Jawa antara posisi istirahat dengan posisi senyum berdasarkan analisis fotogram senyum estetis? 2. Bagaimanakah perubahan tinggi tampilan gingiva anterior atas perempuan Jawa antara posisi istirahat dengan posisi senyum berdasarkan analisis fotogram senyum estetis? C. Keaslian Penelitian Miron dkk (2012) membandingkan dimensi vertikal senyum antara lakilaki dan perempuan orang Kaukasoid. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan tipe senyum antara laki-laki dan perempuan. Perempuan memiliki tipe senyum tinggi, sedangkan laki-laki memiliki tipe senyum rendah. Abdullah (2014) juga membandingkan dimensi vertikal senyum antara laki-laki dan perempuan orang Kaukasoid dengan hasil yang berbeda, yaitu tipe senyum perempuan dan laki-laki adalah tipe senyum rendah dengan perbedaan persentase yang hampir sama yaitu 67% pada perempuan dan 53% pada laki-laki. Penelitian mengenai perubahan dimensi vertikal pada tinggi bibir dan gingiva atas perempuan Jawa belum pernah dilakukan. D. Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian ini adalah : 1. Menganalisis perubahan bibir atas perempuan Jawa antara posisi istirahat dengan posisi senyum berdasarkan analisis fotogram senyum estetis.

6 6 2. Menganalisis perubahan tampilan gingival anterior atas perempuan Jawa antara posisi istirahat dengan posisi senyum berdasarkan analisis fotogram senyum estetis. E. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah : 1. Sebagai sumber informasi tambahan dalam analisis senyum estetis, tidak hanya dalam bidang Kedokteran Gigi tetapi dalam bidang estetika lainnya. 2. Sebagai bahan pertimbangan dalam penegakan diagnosis ortodontik dan rencana perawatan pada bidang Ortodonti Estetis khususnya dalam kasus penentuan desain senyum estetis perempuan Jawa.